Ceritasilat Novel Online

Jago Kelana 7

Jago Kelana Karya Tjan I D Bagian 7


benda itu pasti akan menjadi miliknya sementara sepasang
kaki yang menempel diatas dada Ciang Ooh bisa digunakan
sebagai batu jejakan dalam usahanya melarikan diri.
Siapa sangka, meskipun perhitungannya sangat bagus,
tetapi Kioe Thian Pit Lip yang dirampas nya dari tangan
Ciang Ooh belum juga berhasil direbut lepas.
Dalam pada itu, sepasang kaki yang melancarkan
tendangan berantai telah bersarang telak di atas dadanya.
"Braak ! Braak l" bagaikan menghantam kayu saja Ciang Ooh sama sekali tak merasakan adanya tendangan tersebut.
Loei Sam amat kaget, ia sadar apabila kitab pusaka itu
tidak dilepaskan maka dirinyalah yang bakal menerima rugi
besar. Segera ia lepas tangan, berjumpalitan setengah lingkaran
ditengah udara dan meloncat mundur ke belakang.
Ketika itulah telapak kiri Ciang Ooh sudah di dorong
kedepan melancarkan sebuah serangan balasan.
Serangan itu datangnya tanpa menimbulkan suara, tapi
angin pukulan yang berhembus lewat teramat dahsyat,
laksana gulungan angin puyuh yang melanda jagad serta
amukan gulungan ombak di tengah samudra melanda
datang tiada hentinya.
Untung Loei Sam cukup sebat, meski begitu badannya
tak urung terdorong juga sampai terjungkal.
Berada ditengah udara ia berjumpalitan tujuh delapan
kali, seumpama badannya tidak melewati tembok dan ambil
kesempatan itu tangannya menutul permukaan tembok,
niscaya ia sudah terlempar jauh sekali dari kalangan.
Dalam pada itu Ciang Ooh telah berputar badan dan
berkelebat pergi dari tempat itu.
Loei Sam tak mau berdiam sampai disitu saja ia segera
enjot badan mengejar kembali dari belakang, makin lari
semakin cepat dalam sekejap mata mereka sudah tinggalkan
benteng Thian It Poo jauh2.
Kejar mengejar berlangsung dengan serunya, makin lari
Ciang Ooh semakin cepat sampai akhirnya ketika fajar
menyingsing Loei Sam telah kehilangan jejak perempuan
itu. Bagaimanapun Loei Sam baru sembuh dari luka
parahnya setelah berlarian selama semalaman jantungnya
berdetak semakin keras. ia merasakan dadanya sakit
tenggorokan terasa amis dan hampir2 saja muntah darah
segar. Buru2 ia berhenti untuk beristirahat dan memeriksa
keadaan sekeliling tempat itu, dari tengah hutan yang lebar dibawah sorotan cahaya fajar tampak asap putih
membumbung tinggi ke angkasa, jelas didalam hutan ada
perkampungan. Kemana Ciang Ooh telah pergi" mungkinkah ia berada
dikampung sebelah depan" Loei Sam tak tahu, tapi ia
mengerti setiap umat Bu-lim pada kesemsem dan ingin
mendapatkan kitab pusaka Kioe Thian Pu Lip tersebut,
hanya saja orang lain cuma tahu kitab itu berada didaerah
Biauw, sedang ia mengetahui jelas benda itu berada disaku
Ciang Ooh. Dengan adanya rahasia ini, walaupun untuk sementara
kitab pusaka Kioe Thian Pit Lip gagal dirampas,
dikemudian hari masih ada kesempatan mencari Ciang
Ooh. Demikianlah ia duduk beristirahat disisi sebuah batu
besar sambil melemaskan otot2, kemudian mengatur
pernapasan menanti terang tanah.
Kurang lebih satu jam kemudian pemuda itu selesai
bersemedi, ia segera bangun berdiri dan melanjutkan
perjalanan kedepan.
Tidak selang beberapa saat lamanya ia sudah menerobosi
hutan dan dapat melihat perkampungan tersebut. Kampung
ini berdiri diatas sebuah tanah lapang yang luas
bangunannya angker dan kokoh.
Empat lima puluh ekor kuda berlari silih berganti diatas
tanah lapang tersebut, gerak-gerik penunggangnya gesit dan
sebat, sekali pandang dapat diduga mereka adalah orang Bu
lim. Sewaktu Loei Sam berjalan lewat disisi mereka, tak
seorangpun yang menaruh perhatian kepadanya, pemuda
itu langsung berjalan kedepan dan akhirnya berhenti disisi
kalangan dibawah sebuah pohon besar.
Kegagalannya merampas kitab pusaka Kioe Thian Pit
Lip membuat hatinya murung dan kesal, dalam keadaan
mendongkol ini ingin sekali ia mencari gara2 dengan orang
itu, segera ia salurkan hawa murninya siap menghardik
orang itu. Mendadak ia menemukan ada beberapa ekor kuda
kembali bergerak keluar meninggalkan pintu perkampungan. Beberapa ekor kuda itu menarik dua kereta salju,
gerakannya sangat cepat dalam sekejap sudah menyebrangi
tanah lapang tersebut.
Terdengar sikakek tua yang ada diatas kereta salju
berkata. "Harap kalian bertiga suka menyampaikan salamku buat
Si Thay sianseng !"
Gerakan kereta salju itu amat cepat, semula Loei Sim
tidak begitu memperhatikan siapa 2 kah yang berada diatas
kereta tapi ucapan "Si Thay sianseng" empat patah kata ini membuat ia jadi melengak.
Dengan cepat tubuhnya berkelebat kebelakang pohon
dan bersembunyi sementara kereta salju bergerak lebih
lambat diikuti siorang tua itu meloncat turun dari atas
kereta. "Maaf Loohu tidak menghantar lebih jauh!" katanya.
Dan pada saat inilah Loei Sam dapat melihat siapakah
orang2 yang berada diatas kereta salju.
Kiranya diatas kereta pertama berdiri siauw sumoaynya,
sedang pada kereta berikutnya berdiri kedua orang
suhengnya. Menjumpai ketiga orang itu, Loei Sam amat terperanjat,
jantungnya berdebar2 keras, tubuhnya ditempelkan pada
pohon semakin rapat dan tak berani berkutik lagi, ia tahu
seandainya jejaknya diketahui kedua orang suhengnya
maka sulitlah baginya untuk melarikan diri.
Lagi pula sepasang mata sikakek tua itu bercahaya tajam,
jelas dia adalah seorang tokoh lihay dari dunia persilatan, apabila dirinya di kerubuti niscaya bakal konyol.
Sementara itu sikakek tua tadi telah menjura kearah
ketiga orang itu sambil berkata:
"Berada diluar perbatasan, kalian mengungkap nama
loohu, pasti ada orang yang melayani kebutuhan kalian !"
"Terima kasih atas bantuan Ong Cungcu, kami hendak
mohon diri !" jawab dua orang suheng dan Loei Sam.
Pemuda Loei Sam yang bersembunyi dibelakang pohon,
setelah mendengar tanya jawab itu segera berseru tertahan
pikirnya: "Oouw kiranya sikakek tua ini adalah tokoh sakti
kenamaan dari luar perbatasan sitelapak pembelah batu
nisan Ong Mie, dengan hadirnya jago selihay ini aku tak
boleh munculkan diri secara gegabah !"
Berada dalam keadaan seperti ini, ia tak ada permintaan
lain kecuali mengharapkan kedua suhengnya bisa cepat2
membawa siauw sumoaynya berlalu dari sana, dengan
demikian iapun punya kesempatan untuk melarikan diri.
Siapa sangka Ong Mie, sebagai seorang yang lanjut usia
masih saja memberikan pesan ini tiada hentinya, hal ini
membuat Loei Sam makin gelisah.
Mendadak, ia mendengar suara langkah kaki yang ringan
muncul dibelakang tubuhnya.
Waktu itu Loei Sam sedang pusatkan seluruh
perhatiannya kedepan, maka ketika ia menangkap suara
langkah manusia, orang itu sudah berada sangat dekat
dengan dirinya, ia jadi terperanjat dan buru2 berpaling.
Kurang lebih enam tujuh depa dihadapannya berdirilah
seorang kakek kurus kering berbaju abu2 dengan wajah
sadis, dia bukan lain adalah si Manusia bertangan aneh Yu
Put Ming. Loei Sam terjelos, untuk sesaat ia jadi ragu2 untuk turun
tangan atau tidak ia takut kalau turun tangan maka kedua
orang suhengnya akan mengetahui kalau ia bersembunyi
disitu. Dalam pada itu Yu Put Ming menatap wajahnya dengan
sinar mata permusuhan, pemuda itu jadi bergidik ia makin
gelisah. Ditatapnya wajah orang itu, Yu Put Ming balas menatap
dirinya tajam2 sehingga akhirnya terdengar simanusia
bertangan aneh menegur dengan suara yang berat:
"Bagus sekali tindakanmu! memang paling tepat bagimu
untuk bersembunyi dalam benteng Thian It Poo."
Semula Loei Sam masih mengharapkan suatu keajaiban
yaitu Yu Put Ming tidak kenal dirinya, tapi sekarang orang
itu sudah menegur begitu, hal ini membuktikan kalau ia
sudah mengetahui asal-usulnya.
Loei Sam sadar setelah Yu Put Ming mengetahui asal
usulnya maka ia tak akan melepaskan dirinya begitu saja, ia pasti akan berusaha menangkap dirinya, membawa dirinya
kegunung Go bie dan mencari pahala dihadapan Si Thay
sianseng. Ia tidak ingin digusur kedepan suhunya, maka dari itu
belum selesai Yu Put Ming bicara, Loei Sam telah
membentak dan melancarkan serangan dahsyat ke depan.
Bersamaan dengan dilepaskannya serangan tadi badannya melejit ketengah udara, kemudian melesat keluar
kalangan dan melarikan diri cepat2 dari tempat itu.
Kedua buah serangan itu dilancarkan dengan segenap
tenaga Iweekang yang dimiliki, dahsyat nya luar biasa
sampai2 Yu Pui Ming sang tokoh silat kenamaan dalam
dunia persilatanpun terdesak mundur dua langkah
kebelakang. Suara hiruk pikuk ini memancing kedua orang suheng
dari Loei Sam, mereka berseru tertahan, dan berpaling,
pada waktu itulah Loei Sam sedang meloncat keluar dari
tempat persembunyiannya, dengan jelas wajah pemuda itu
tertangkap oleh mereka berdua.
"Aaah, Loei Sam !" teriak kedua orang itu hampir
berbareng Loei Sam tidak menggubris, ia meloncat kembali
ketengah udara meminjam batang ranting dari pohon
diatasnya ia menekan kemudian mencelat kemuka dan
tepat melayang turun diatas kereta salju.
Tangannya bergerak cepat, urat nadi siauw sumoaynya
segera dicekal erat2 kemudian menyentak tali les dan
melarikan kereta salju itu kedepan.
Semua peristiwa berlangsung dalam sekejap mata saja
walaupun banyak tokoh sakti hadir dalam kalangan untuk
sesaat mereka dibikin kelabakan juga oleh perbuatan Loei
Sam ini. Menanti semua orang menjerit kaget, Loei Sam dengan
membawa siauw sumoaynya telah berada puluhan tombak
jauhnya dari situ.
oooOdwOooo BAB 9 ONG MIE sama sekali tak tahu siapakah orang itu, ia
membentak keras:
"Keparat cilik, ayoh berhenti dan kembali !"
Loei Sam tidak menggubris, ketika itu ia sudah berada
puluhan tombak jauhnya dari beberapa orang itu,
Yu Put Ming simanusia bertangan aneh menjerit keras,
sepasang telapaknya didorong kuat2 kemuka menghajar
gumpalan salju dihadapannya.
Sungguh dahsyat serangan ini, gulungan angin pukulan
yang keras menghancurkan gundukan salju tersebut,
pecahan salju disertai desiran tajam segera meluncur
kedepan dengan hebatnya.
"Yu cianpwee jangan sampul melukai siauw su moay
kami." buru2 kedua orang murid Si Thay sianseng berseru.
Meski tindakan Yu Pu. Ming sangat cepat, ratusan pecahan
salju beterbangan keempat penjuru sayang gagal melukai
Loei Sam apa lagi Siauw sumoaynya.
Segera agak merandek, kereta salju itu meluncur puluhan
tombak lebih jauh lagi, berada dalam keadaan seperti ini
serangan tersebut semakin tak dapat mengenai sasarannya.
Dalam sekejap mata Loei Sam sudah berlalu semakin
jauh, menanti semua orang meloncat naik keatas kereta
salju dan melakukan pengejaran kereta salju yang
ditumpangi Loei Sam sudah tinggal sebuah titik kecil diatas permukaan salju, diikuti kemudian lenyap tak berbekas.
Kehilangan jejak pemuda itu, semua orang cuma bisa
saling berpandangan dengan wajah kecut.
Sementara waktu kita tinggalkan beberapa orang itu dan
kembali pada Loei Sam yang melarikan diri sambil
mencengkeram urat nadi siauw sumoaynya.
Kereta salju bergerak dengan cepatnya kedepan,
sementara Si Chen sang gadis tersebut tiada hentinya
meronta, Loei Sam segera menotok jalan darahnya dan
kembali lakukan perjalanan sejauh tiga, lima puluh li,
menanti dilihatnya tak ada orang yang mengejar lagi baru
tertawa terbahak2 dan membebaskan kembali siauw
sumoay nya dari pengaruh totokan.
"Sumoay." ia berseru, "aku sungguh amat rindu kepadamu tak kusangka kau melakukan perjalanan laksaan
li untuk menemukan kembali sang suami, perbuatanmu ini
membuat hatiku terharu."
Si Chen putri tunggal Si Thay sianseng adalah seorang
gadis berhati kuat, tapi pada saat ini air mukanya pucat pasi bagaikan mayat, sepasang matanya merah berapi api, ketika
mendengar ucapan dari Loei Sam ini ia gigit bibirnya keras2
sehingga darah mengucur keluar tiada hentinya.
Tiba2 ia menjerit keras, cahaya tajam berkilat langsung
menubruk kearah Loei Sam.
Dalam sekejap mata pergelangannya berputar dan dalam
genggamannya telah bertambah dengan sebilah pisau belati


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang sangat tajam, ia menubruk pemuda itu dengan
gerakan ganas. Tapi Loei Sam bukan manusia lemah, hanya sekali
bergerak ia berhasil mencengkeram pergelangan kanan
gadis itu, dimana ujung pisaunya tinggal beberapa coen
didepan tubuh pemuda itu.
Kembali gadis itu menjerit keras. tangan kanannya
berputar menghantam dada Loei Sam.
Tapi kembali pemuda itu mencengkeram pergelangannya, lalu sambil tertawa cengar-cengir godanya:
"Siauw sumoay, pepatah kuno mengatakan: "jadi suami istri semalaman kalahkan hubungan mesra ratusan hari,
benarkah kau tega membinasakan diriku?"
"Cepat lepaskan aku !" teriak Si Chen dengan napas terengah2. "Aku hendak membinasakan dirimu, cepat
lepaskan aku, akan kubunuh dirimu !"
Tiba2 Loei Sam menghela napas panjang.
"Siauw sumoay!" ia berkata "Coba pikirlah dengan akal yang sehat, kita sama2 jatuh cinta kemudian kita lakukan
perbuatan itu dengan sama2 suka.
Kemudian suhu akan membunuh aku, dalam keadaan
seperti ini terpaksa aku harus melarikan diri !"
"Cepat lepaskan diriku !" jerit Si Coen.
"Baik, baiklah, aku lepas tangan, kalau kau ingin
membunuh aku, silahkan turun tangan !"
Ia benar2 lepas tangan, Si Chen segera mundur
selangkah kebelakang, napasnya ter-engah2, dadanya naik
turun menahan emosi, sedang pisau belatinya dicekal
kembali erat2 lalu selangkah demi selangkah berjalan
mendekati Loei Sam.
Sianak muda ini tidak menghindar ataupun berkelit
dengan sinar mata patut dikasihani ia tatap wajah Si Chen
tajam2. Ujung pisau makin lama semakin mendekati dada Loei
Sam. tapi ketika ujung pisau itu be rada tiga empat coen
diatas dada lawan tiba2 ia berhenti, tubuhnya mulai
gemetar dengan kerasnya.
Menyaksikan keadaan itu Loei Sam geleng kepala
berulang kali "Siauw sumoay !" katanya, "Kalau kau benar membenci diriku cepatlah turun tangan!"
Tubuh Si Chen gemetar semakin keras, tiba2 kelima
jarinya mengendor, pisau belati itu tahu2 sudah terlepas
dari tangannya dan jatuh keatas tanah.
Ia menubruk kedalam pangkuan Loei Sam, merangkulnya erat2 dan mulai menangis tersedu2.
"Sudahlah, jangan menangis" hibur Loei Sam sambil merangkul gadis tersebut "Sumoay jangan menangis,
bukankah sekarang kita berkumpul kembali."
"Kau . . kau menganiaya diriku. . . kemudian
meninggalkan gunung Go-bie. . . kau. . . dalam hati kecilmu sama sekali tak ada diriku, kau adalah. . ."
Si Chen menangis makin menjadi, tapi ia tetap bersandar
diatas dada Loei Sam.
"Aaaai sumoay, sudah kukatakan aku benar2 cinta
padamu, aku ingin mengawini dirimu sebagai istri, tapi
siapa yang mau mempercayai perkataanku ?"
Si Chen tarik napas panjang2, ia mundur selangkah
kebelakang kemudian menatap wajah si anak muda itu
dengan matanya yang merah membengkak.
"Aku manusia pertama yang tidak percaya !" serunya.
"Benar, dikolong langit memang tak seorang pun yang
suka mempercayai diriku, sewaktu kuajukan persoalan ini
dihadapan suhu, dia orang tua langsung memerseni sebuah
tamparan kepada ku, aku. . . kenapa aku tidak pantas
mengawini dirimu " " mengapa " " . . . siauw sumoay.
dapatkah kau memberikan jawabannya " " ?".
"Sebab kau. . . kau. . . kau adalah iblis pemain cinta . .
kau adalah pemerkosa anak gadis orang. . . manusia
terkutuk. ."
Makian ini dijawab Loei Sam dengan gelak tertawanya
yang parau dan berat.
"Semua perbuatan itu kulakukan setelah meninggalkan
gunung Go-bie" katanya sungguh2. "Setelah aku ditampar suhu, aku sadar apabila kejadian ini diketahui suhu maka
jiwaku bakal terancam, maka malam itu juga aku melarikan
diri gunung Gobie"
"Kau . . . setelah meninggalkan gunung Go-bie, kau
kembali melakukan kejahatan ?"
"Kenapa aku tak boleh melakukan perbuatan jahat ?"
seru Loei Sam sambil tertawa seram, "Sumoay, mungkin
kau tidak tahu, mungkin juga kaupun tahu. Tahukah kau
apabila seseorang bisa melakukan perbuatan jahat, maka
timbullah kegembiraan yang bukan kepalang ?"
"Kau . . . kau . . ." tubuh Si Chen gemetar semakin keras.
"Sumoay, kau suka berhubungan gelap dengan diriku,
main cinta dengan diriku, apakah itu bukan perbuatan jahat
" kenapa kau suka melakukannya dengan diriku ?"
Si Chen mundur dengan sempoyongan, hampir-hampir
saja ia jatuh tak sadarkan diri.
Kembali Loei Sam tertawa getir, ujarnya:
"Tidak lama setelah aku turun gunung, suhu telah
menyiarkan kabar kepada seluruh umat Bu lim untuk
menangkap aku dan gusur aku pulang gunung, berada
dalam keadaan seperti ini boleh dikata aku adalah seorang
manusia yang setiap saat bisa mati. Sumoay! coba kau
bayangkan betapa pahit dan tersiksanya hidup dalam
keadaan seperti ini mungkin kau tak pernah berpikir sampai
disitu!" Si Chen tidak menjawab, ia tetap membungkam dan
berdiri diatas permukaan salju dengan mata mendelong
Makin bicara Loei Sam semakin emosi ujarnya kembali
dengan suara keras.
"Tiada hentinya aku melarikan diri. setiap kali tidur aku tak beristirahat dengan nyenyak, setiap kali mendengar
suara aku pasti bangun dengan hati kaget, memang aku
telah melakukan banyak kejahatan! sampai dalam impian
aku merasa ditangkap orang dan digusur kehadapan suhu,
aku merasa seakan2 telapak suhu menghajar batok
kepalaku, aku merasa diriku sudah mati, jiwaku melayang."
Napasnya ter-sengkal2, setelah merandek sejenak
terusnya: "Kenapa aku tak boleh melakukan kejahatan " aku
adalah seorang manusia yang setiap saat bisa mati, apa
yang kutakuti lagi " aku sendiri tak tahu sampai kapan aku
bisa hidup, mungkin besok aku akan mati, mungkin lusa
baru aku mati, aku ingin menggunakan setiap kesempatan
sebelum mati untuk ber-senang2 dan melewati hidup yang
gembira !"
Tiba2 Si Chen mendongak dan menatap wajah Loei Sam
tajam2. lama sekali ia baru berkata:
"Kau . . . apakah kau tak tahu apa yang di ucapkan ibu ?"
"Apa yang dikatakan Su-nio " tanya Loei Sam tertegun.
"Ibu pernah berkata, asalkan kau bisa dicari kembali
maka ia akan muncul sebagai penengah dan menyelenggarakan perkawinan kita."
Sekali lagi Loei Sam tertegun, lalu secara tiba2
mendongak dan tertawa terbahak2.
"Sumoay, coba kau pikir, seandainya suhu akan
membunuh diriku, dapatkah aku meloloskan diri, dapatkah
Sunio menolong diriku?"
Si Chen membungkam, kepalanya tertunduk rendah2.
Kembali Loei Sam tertawa getir, terusnya:
"Sudah banyak perbuatan jahat yang telah kulakukan,
tapi sungguh aneh sekali, makin banyak perbuatan jahat
yang kulakukan semakin banyak orang yang takut
kepadaku sampai akhirnya. . aku . . . aku menculik putrinya Hiat Goan Sin Koen, aku baru terluka parah dan hampir2
mati diatas permukaan salju, aku kira saat ajalku telah tiba tapi aku tidak takut, sebab pada suatu hari manusia tentu
akan mati, tapi . . . justru pada saat itulah ada serombongan saudagar datang menyelamatkan jiwaku."
"Haaa . . . ! hanya benteng Thian It Poo lah yang
ketimpa sial, seluruh isi benteng diobrak abrik Hiat Goan
Sin Koen, tak seorang manusiapun lolos dari kematian dan
semuanya musnah, punah dan hancur berantakan."
"Siauw sumoay, aku tidak pernah menyangka kau bisa
berangkat keluar perbatasan untuk mencari aku, menurut
kau apa yang harus kulakukan ?"
Si Chen tertegun dan membungkam apa yang harus
dilakukan Loei Sam " membawanya kembali kegunung Go
bie dan mohon ibunya meminta kan ampun kepada ayah "
tapi hal ini tak mungkin terjadi, ia sudah banyak melakukan kejahatan, tak mungkin ayahnya suka mengampuni jiwa
nya begitu saja.
Lalu, apa yang harus dilakukan "
Lama sekali Si Chen tertegun, kemudian ia baru berkata.
"Menurut perkataanmu kau bermain cinta dengan banyak
perempuan. hal ini di sebabkan setiap saat kau akan mati
maka kau berbuat demikian, dan sama sekali berbeda
sewaktu dengan diriku ?"
Loei Sam cekal tangan gadis itu erat2 dan mengangguk
tiada hentinya.
"Kalau kau bisa memahami hal ini, itulah bagus sekali."
Si Chen merasa hatinya kecut, titik2 air mata jatuh
berlinang membasahi pipinya.
"Aku tidak tahu" serunya sambil menggeleng, "Mungkin aku sudah paham, mungkin juga belum paham, tapi aku
tidak percaya kepadamu."
"Siauw sumoay, kalau tidak percaya bersamalah selalu
dengan diriku, buktikan sendiri apakah aku masih
melakukan kejahatan atau tidak."
"Kita ber sama2 ?" gumam Si Chen seperti mengigau.
"Benar, kita akan selalu bersama bagaikan sewaktu
berada digunung tempo dulu dimana kita hanya berdua, tak
ada orang lain."
Si Chen tundukkan kepalanya rendah2, begitu rendah ia
menunduk untuk menutupi rasa jengahnya, Loei Sam
tertawa lirih, dengan ujung bajunya ia menyeka air mata
yang membasahi pipinya.
"Sumoay" ia berkata, "Kita tak usah masuk ke daratan Tionggoan, luar perbatasan masih cukup luas buat kita
untuk berdiam, aku dengar diatas gunung Tiang Pek san
terdapat sebuah telaga yang amat besar. tempat itu sangat
indah se akan2 sorga. kita bersembunyi saja ditempat itu,
jangan biarkan orang lain berhasil menemui kita."
"Tidak mungkin, pasti ada orang berhasil menemukan
kita berdua." seru gadis itu dengan kepala menggeleng.
"Kalau sampai terjadi begitu kita melarikan diri lagi, kita lari terus sampai tak ada orang yang menemukan kita. atau
biarkanlah aku melarikan diri. kau,.kau tak usah ikut, kau
tak usah melarikan diri ber-sama2 aku."
"Kau...aku larang kau berkata demikian" jerit Si Chen.
Loei Sam menghela napas panjang, ia tak berbicara lagi.
Kedua orang itu saling berpandangan beberapa saat
lamanya. terakhir Si Chen buka suara lebih dahulu:
"Baiklah ! kalau begitu kita berangkat dulu ke tanah
sorga yang kau maksudkan itu, mari cepat kita berangkat,
jangan sampai mereka berhasil menyusul kita !"
Sekali lagi Loei Sam menghela napas panjang.
"Siauw sumoay, sejak semula tahu kau bersikap begini
baik kepadaku, aku takkan banyak melakukan perbuatan
jahat, sehingga membuat keadaanku pada saat ini...jadi
begini dan runyam"
"Akupun tak tahu dalam penjelmaan sebelumnya telah
melakukan dosa apa, sehingga pada penjelmaanku kali ini
bisa mencintai diri-mu." seru Si Chen tertawa getir.
Loei Sam tertegun, lama sekali baru menghela napas
panjang. "Sekarang . . sekarang . ."
Kata-kata selanjutnya tak sanggup ia teruskan, Loei Sam
bukan seorang lelaki jujur, wataknya terlalu halus, apa yang dipikirkan tanpa pertimbangan yang masak akan dilakukan
bagaimana akibatnya dia tak ingin dipikirkan mulai
sekarang. Demikianlah, sambil bercekalan tangan Loei Sam serta
Si Chen melanjutkan perjalanannya ke depan.
Suasana sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun,
permukaan salju nan luas tak nampak batasnya dalam
keadaan seperti ini Si Chen mendongak dan mengawasi
wajah Loei Sam, air mata jatuh berlinang membasahi
pipinya, sambil meraba wajah pemuda itu bisiknya:
"Kau . kau bertambah kurus."
Loei Sam tertawa getir.
"Putri Hiat Goan Sin-koen...!"
Belum sempat ia meneruskan kata2nya, Si Chen telah
menutupi mulutnya sambil geleng kepala berulang kali.
"Aku larang kau membicarakan peristiwa yang terjadi
tempo dulu, selama aku berada disisimu, kau dilarang
melakukan perbuatan2 terkutuk itu lagi !"
"Tentu saja aku takkan melakukan perbuatan itu lagi,
tapi ...sumoay, sekarang aku sudah jadi buronan orang2 Bulim, setiap orang menganggap aku sebagai iblis keji yang
patut dibunuh, ada kala demi melindungi keselamatan
sendiri terpaksa aku harus menggunakan pelbagai siasat
untuk meloloskan diri."
"Kita bisa jauh2 menyingkir, jauh2 menghindari semua
orang !" Diam2 Loei Sam menghela napas panjang, ia tahu
ucapan dari Si Chen itu terlalu polos, terlalu bersikap ke
kanak2an. untuk menghindarkan diri dari semua orang
bukan suatu pekerjaan yang dapat dilakukan, tapi pada saat
ini ia tidak ingin membantah.
Setelah tertegun sejenak ia mengangguk.
"Benar lebih baik kita berbuat demikian saja"
"Aaaaa . - - apakah lukamu telah sembuh."
"Sudah sembuh enam tujuh bagian, kau tak usah kuatir
sewaktu aku hampir menemui ajalnya diatas permukaan
salju tiba2 muncul orang yang menyelamatkan jiwaku,
setelah kupikir aku rasa meski ada mara bahaya tak
mungkin segawat tempo dulu waktu itu aku harus berbaring


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

setengah bulan lamanya, dalam benteng Thian It Poo,
selama itu badanku kaku tak berkutik."
Memandang wajah Loei Sam, putri dari Si Thay
sianseng ini bergumam.
"Sudahlah sekarang semuanya telah berlalu di manakah
letak . . . telaga Thian Tie digunung Tiang Pek San yang
kau maksudkan! marilah kita berdiam ditempat itu."
Begitulah mereka berdua melanjutkan perjalanan, entah
berapa saat kemudian sampailah mereka disebuah kota
kecil. Tingkah laku Loei Sam sangat ber-hati2, agar jangan
sampai dikenali anak buah Ong Mie yang dikirim kesana,
mereka berusaha keras menghindari bentrokan pandangan
dengan setiap orang.
Hari kedua pagi2 kedua orang ini segera menggabungkan
diri dengan orang2 yang hendak berangkat kegunung Tiang
Pek san untuk mengumpulkan jinsom, sepanjang jalan
mereka berbuat se-olah2 sepasang suami istri yang tak
mengenal ilmu silat.
Beberapa hari mereka berkumpul penuh kemesrahan,
walaupun sepanjang perjalanan sering kali mereka bertemu
dengan orang2 dunia persilatan, namun tak seorangpun
diantara jago2 Bu-lim itu ada yang menyangka bahwa Loei
Sam telah bergabung dengan rombongan pencari jinsom.
Suatu senja mereka memasuki sebuah kota yang amat
besar, setelah masuk kedalam kota, pemimpin rombongan
itu berkata kepala Loei Sam:
"Engkoh cilik aku lihat usiamu masih muda dan tidak
mirip kuli2 pencari jinsom, aku rasa sudah sepantasnya kita berpisah. sebab malam ini kita harus menyambangi Ciang
ya lebih dahulu kemudian akan masuk gunung."
"Benar, memang kita harus berpisah" Loei Sam
mengangguk. "Terima kasih kuucapkan atas perhatian yang dalam beberapa hari ini."
"Engkoh cilik, tak terhitung seberapa yang bisa kuberikan kepada kalian." pemimpin rombongan itu tertawa lantang.
"Melihat hubungan yang begitu mesrah antara kalian
berdua. hampir2 membuat kami tidak kerasan dan ingin
cepat2 pulang kerumah dan memeluk bini sendiri erat2 !"
Loei Sim tertawa jengah, sedang Si Chen tunduk dengan
wajah merah jengah. karena takut gadis itu merasa amat
malu, buru2 sianak muda itu mengalihkan pokok
pembicaraan kesoal lain.
"Siapa sih Ciang ya yang hendak kalian sambangi ?"
"Oouw Ciang ya " dia adalah seorang lelaki jantan
nomor wahid didaerah sekitar gunung Tiang Pek san"
jawab pemimpin itu sambil tunjukkan jempolnya.
Loei Sam adalah pemuda cerdik, tak usah bertanya lebih
jauh ia sudah tahu yang dimaksudkan "Ciang ya" tentulah Tiang Pek sam Mo, sebab hanya mereka tiga bersaudara
memakai she Ciang dan menjagoi sekitar gunung Tiang Pek
san. "Oow!" Loei Sim mengiakan hambar dan tidak bertanya lebih jauh, sementara pemimpin tadi berkata lebih jauh:
"Engkoh cilik, kalau kau ingin tancap kaki ditempat ini dan berjaga2 atas segala sesuatu yang tak diinginkan, tiada halangan ikut serta diri kami untuk menyambangi Ciang-ya."
"Tidak, aku tidak ingin pergi aku . . aku tak pernah
bergaul, takut bertemu dengan orang kenamaan."
Ucapan dari pemuda ini seketika menimbulkan gelak
tertawa semua orang.
"Engkoh cilik, memang lebih baik kau jangan pergi,
sebab binimu terlalu cantik dan Ciang-ya paling gemar pipi
licin, kalau bertemu dengan diri nya aku takut..."
Bicara sampai disitu mendadak pemimpin rombongan
itu membungkam.
Rombongan ini terdiri dari dua puluh orang yang sama2
menunggang sebuah kereta besar, waktu itu kereta sudah
memasuki jalan raya, kebungkaman sang pemimpin
rombongan yang dilanjutkan dengan berubahnya air muka
segera diikuti orang lain.
Ditengah bentakan keras, kereta mereka mendadak
berhenti. Loei Sam menyadari terjadinya sesuatu yang tak
diinginkan, ia segera berpaling dan tampak lah serombongan kecil jago2 berbaju ringkas dengan mengiringi
seseorang berjalan mendekat.
Orang itu berjalan dipaling depan! pakaiannya perlente
dengan sikap yang angkuh, sepasang mata memandang
keatas dan sama sekali tidak pandang sebelah matapun
terhadap semua orang.
Dalam pada itu ada dua orang lelaki telah berebut maju,
sambil menuding orang2 yang ada diatas kereta hardiknya:
"Mata kalian semua sudah buta " sudah tahu Ciang sam ya hendak lewati tempat ini, kenapa kereta kalian masih juga
menerjang kemari " Eei, tarik dia turun dan hukum dengan
lima puluh cambukan !"
Sang kusir ketakutan setengah mati, hampir2 air
mukanya berubah pucat pasi, tubuhnya gemetar keras.
"Yaya sekalian berbuatlah mulia." ia merengek "Memang mata hamba sudah buta. tak tahu kalau Ciang Sam ya
sedang lewat, maaf yaya sekalian, berbuatlah mulia dan
ampunilah diriku "
"Ciang Sam ya, berbuatlah mulia." sang pemimpin
rombonganpun mohonkan ampun, "Kami sedang berangkat
untuk menyambangi dirimu."
Loei Sam serta Si Chen yang ikut dalam rombongan
bungkam dalam seribu bahasa, mereka berdua sama sekali
tak berkutik, sementara itu dalam hati kecilnya sianak muda itu berpikir:
"Orang ini disebut Ciang Sam ya, mukanya pucat seperti mayat, dia tentulah si Tengkorak kumala Ciang Huan dari
Tiang Pek Sam-mo!" Terdengar Ciang Huan mendengus
tertawa dingin, sepasang matanya yang sipit menyapu
sekejap wajah orang2 itu, tiba2 ia tertegun, sinar matanya
menatap wajah Si Chen tak berkedip.
"Liuw Loo toa!" ia segera menegur, "Kenapa kalian masuk gunung menempuh bahaya dengan membawa
seorang nyonya manis?"
"Bukan . . bukan rombongan kami." buru2 pemimpin
rombongan itu menerangkan "Sepasang suami istri ini
berangkat bersama2 kami, tapi sebentar lagi akan berpisah."
"Kalau begitu bagus sekali, Liuw loo toa, tinggalkanlah kedua orang itu disini, dan kalian segeralah berangkat untuk mulai bekerja."
Pemimpin rombongan itu adalah orang baik, ia tahu
apabila sepasang suami istri itu ditinggalkan disini maka
nona cilik itu akan dilalap oleh Ciang Huan, ia jadi serba
salah. "Tentang soal ini . . ."
Belum sempat ia menyelesaikan kata2nya. air muka
Ciang Huan telah berubah hebat, begitu menyeramkan
sampai membuat bulu kuduknya pada bangun berdiri.
Pemimpin rombongan itu tak berani berkutik lagi,
dengan sinar mata apa boleh buat ia pandang wajah Loei
Sam, air mukanya menunjukkan rasa kasihan namun ia tak
dapat berbuat apa2.
Menyaksikan hal itu Loei Sam merasa geli bercampur
mendongkol, pikirnya:
"Maknya, aku adalah kakek moyangnya orang jahat, tak
disangka ditempat ini harus bertemu dengan cucu buyutnya
orang jahat,..kurang ajar ! kurang ajar !"
Dengan suara hambar ia lantas berkata:
"Liuw Loo toa. mungkin Ciang-ya ini hendak merawat
kami berdua, kau tak usah cemas, biarkanlah kami berdua
ikuti orang ini !"
Liuw Loo-toa menghela napas panjang, ingin sekali ia
memberi peringatan kepada sianak muda tapi berada dalam
keadaan seperti ini mana berani ia buka suara "
Demikianlah, dengan dibimbing oleh Loei Sam putri dari
Si Thay sianseng segera meloncat turun dari atas kereta,
Dalam pada itu sepasang mata Ciang Huan yang sipit
tiada hentinya mengawasi seluruh tubuh Si Chen dari atas
sampai bawah, baru saja gadis itu turun dari kereta sambil
tertawa seram ia maju menghampiri dan menowel pipinya.
Dalam hati Si Chen amat gusar, ia berkelit ke samping
dan menghindarkan diri dari towelan tersebut.
Ciang Huan bukan manusia sembarangan, dari gerakan
ini ia dapat menerka gadis itu memiliki ilmu silat yang amat lihay. ia tertegun, belum sempat melakukan sesuatu Loei
Sam telah turun tangan.
Ciang Huan hanya merasakan ada sesosok bayangan
manusia menghampiri dirinya, baru saja ia putar badan
tahu2 pinggangnya sudah jadi kaku.
Ketika itulah tubuhnya terasa amat lemas tak bertenaga,
tidak mungkin dalam keadaan seperti itu ia dapat
melancarkan serangan.
Setelah merobohkan lawannya, Loei Sam tidak berhenti
sampai disitu saja, ia segera cengkeram urat nadinya erat2, setelah itu sambil tertawa terbahak2 ujarnya:
"Ciang sam-ya, kami suami istri berdua sedang lewat
kota ini, dan untuk sementara waktu ingin menginap
dirumah kalian, aku rasa kau tak akan menampik bukan !"
Waktu itu semua orang yang ada dalam kereta dengan
mata terbelalak sedang mengawasi Loei Sam. dalam
sangkaan mereka pemuda ini pasti akan mati dihajar oleh
Ciang Huan, siapa sangka orang itu malahan kena
dicengkeram. Merasa dirinya dikecundangi, Ciang Huan merasa kaget
bercampur gusar, ia tahu siapakah orang itu tapi berada
dalam keadaan seperti ini terpaksa ia mengangguk.
"Baik . . baik . , tentu saja akan kami sambut dengan
senang hati!"
Ciang Huan mempunyai perhitungan sendiri, sekarang ia
menderita rugi tapi ia mengharapkan bantuan dari kedua
orang saudaranya setelah berada dirumah, maka iapun
mengharapkan Loei Sam bisa mampir dirumahnya.
Mendengar orang itu sudah setuju, Loei Sam lantas
berpaling kearah Si Chen dan sambil tersenyum ujarnya:
"Mari kita segera berangkat."
Demikianlah dengan tangan sebelah ia cekal urat nadi
Ciang Huan dengan tangan lain menggandeng Si Chen,
mereka bertiga bersama2 maju kedepan, tentu saja kejadian
ini membuat anak buah sitengkorak kumala jadi ter mangu2
dan mengikuti dari belakang dengan pikiran bingung.
Tidak lama kemudian sampailah Loei Sam sekalian
didepan sebuah bangunan yang megah dan kokoh, mereka
langsung masuk kedalam ruangan itu dan berhenti disebuah
ruang tamu yang indah mewah dan megah.
Setelah berada ditempat itu, Loei Sam pun tidak
menutupi apabila ia mengerti ilmu silat, pemuda ini segera
tertawa dingin.
"Sudah lama kudengar ilmu silat Tiang pek Sam-mo
terutama Loo toa serta Loo Jie sangat dahsyat, kenapa tidak suruh mereka berdua munculkan diri. ."
Sitengkorak kumala Ciang Huan mendengus, segera
teriaknya: "Jie-ko . . !"
Teriakkan ini amat lantang dan jauh menggema kedalam
ruangan, sebentar kemudian terdengarlah suara sahutan
dari dalam. "Ada urusan apa?"
Bersamaan dengan ucapan itu dari balik ruangan muncul
seorang laki2 kurus berbaju hitam dengan sulaman
tengkorak emas didadanya, menyaksikan keadaan saudaranya jadi tertegun.
"Samte siapakah orang ini?"
"Aku... akupun tidak tahu." jawab Ciang Huan dengan air muka sebentar pucat sebentar menghijau.
Sambil berkata matanya berkedip2 sedang mulutnya
mencibir kearah Si Chen maksudnya jelas sekali, ia minta
sitengkorak emas turun tangan diluar dugaan dan
mencengkeram Si Chen kemudian memaksa Loei Sam
lepas tangan. Sudah lama Tiang Pek Sam-mo bekerja sama dan
melakukan kejahatan, kerdipan mata ini segera diketahui
oleh sitengkorak-emas, tubuhnya segera bergerak menubruk
kearah gadis tersebut.
Loei Sam bukan manusia bodoh begitu tengkorak emas
bergerak, sambil menarik tangan Ciang Huan iapun
bergeser kesamping, kaki kanan berputar menyerang tubuh
bagian bawah tengkorak emas itu dan memaksanya
mundur. Sitengkorak emas merandek, jari tangannya meluncur
keluar bagaikan kilat menotok jalan darah Hoa Kay hiat
diatas dada Loei Sam, pemuda itu miring badan segera
berkelit kesamping.
Totokan dari si Tengkorak emas ini dilancarkan dengan
gerakan sangat cepat, kelihatan Loei Sam yang dilakukan
secara mendadak ini membuat serangan orang itu tak bisa
tertahan lagi, jari tangannya segera menerobosi ketiak
sianak muda itu dan meluncur kedepan.
Loei Sam segera menekan dan mengepit lengan kirinya,
pergelangan tangan si Tengkorak Emas segera terjepit
kencang2. Ilmu silat si Tengkorak Emas buat daerah sekitar gunung
Tiang Pek san memang terhitung hebat, tapi kalau
dibandingkan dengan anak murid dari Si Thay sianseng ini
masih ketinggalan jauh.
Dibawah jepitan Loei Sam, tulang pergelangan
sitengkorak emas dengan disertai suara keras telah ditekuk
patah jadi dua bagian.
Loei Sam tetap tak lepas tangan, tulang pergelangan
yang sudah patah kembali disentak dan ditarik olehnya
dengan disertai tenaga Iweekang benturan yang keras
menimbulkan jeritan ngeri yang menyayatkan hati dari
sitengkorak emas ini, keringat mengucur keluar bagaikan
hujan gerimis. "Hoohan, ampun . . . jangan cabut jiwaku?"
Loei Sam mendongak tertawa terbahak2 ia angkat
lengannya memaksa sitengkorak emas Ciang Loo mundur
tiga langkah kebelakang tangan kiri mencekal pergelangan
kanan dan mulutnya berkaok2 terus menahan rasa sakit.
Sejak permulaan hingga akhir, Loei Sam bertindak tanpa
melepaskan cengkeramannya pada urat nadi Ciang Huan,
ketika itulah horden kembali tersingkap dan diikuti
kemunculan seseorang, Orang ini aneh wajahnya kukoay
dengan batok kepala gepeng seakan-akan balok yang
dibelah menjadi dua potong.


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Panca indranya datar dan luar biasa, ketika ia berdiri
ditengah ruangan keadaannya mirip dengan manusia kayu.
Loei Sam maupun Si Chen yang menyaksikan orang itu
sama2 berdiri tertegun, mereka dibuat melongo oleh
keadaan yang aneh dari manusia tersebut.
Beberapa saat kemudian, sianak muda itu sudah dapat
menduga orang ini pastilah sang Loo toa dari Tiang Pek
sam Mo, sitengkorak sayu Ciang Yu adanya.
Belum sempat ia buka suara, sitengkorak kayu telah
berkata: "Sungguh hebat ilmu yang anda miliki, benarkah kedatangan anda sengaja hendak mencari gara2 dengan
kami bertiga ?"
Loei Sam segera tertawa dingin. "Soal ini tak usah
ditanyakan padaku, tanyakan saja secara langsung dengan
saudaramu yang sampai sekarang masih kucengkeram ini,
dengan cepat kau akan tahu apa yang telah terjadi."
"Toako !" teriak si Tengkorak kumala, "Keparat cilik ini.
. dia. . ."
"Tutup mulut !" bentak Si Tengkorak kayu sebelum
saudaranya selesai berbicara, "Kembali kau bikin onar
ditempat luar, bukankah sejak semula sudah kukatakan
diluar langit masih ada langit, diatas manusia masih ada
manusia, meski kita bertiga turun tangan berbarengpun
jangan dikata saudara ini, cukup nona itupun tak akan
sanggup kita menangkan, ayoh cepat berlutut dan mohon
ampun kepada sahabat ini !"
Terhadap ucapan yang diutarakan saudaranya ini, si
Tengkorak kumala sangat menurut, segera ia jatuhkan diri
berlutut keatas tanah, namun gerakan ini tak dapat
dilanjutkan sebab Loei Sam masih mencengkeram
pergelangannya.
Pemuda itu tertawa dingin, ia segera lepas tangan.
Sebagai lelaki yang bernyali besar dan berilmu tinggi, ia
tidak takut si Tengkorak Kumala main setan dengan
dirinya. Setelah urat nadinya terlepas, si Tengkorak kumala jatuh
berturut diatas tanah, waktu itulah kembali si Tengkorak
kayu menghardik:
"Ayoh cepat anggukkan kepalamu dan jalankan
penghormatan besar?"
Merah padam selembar wajah Ciang Huan, ia benar2
menurut dan tok, tok, tok, menganggukkan kepala tiga kali.
Menyaksikan kejadian ini Loei Sam amat kegirangan, ia
tertawa terbahak2.
"Sudah, sudahlah, cayhe akan segera mohon diri."
Maksud dari perkataan ini jelas sekali, ia tidak akan
merecoki urusan dengan Tiang Pek Sam mo lagi, tapi
sewaktu ia putar badan Ciang Yu kembali berseru:
"Harap saudara sudah berdiam sejenak lagi, berilah
kesempatan bagi kami bertiga untuk menjamu anda dengan
tiga cawan arak sebagai tanda minta maaf dari kami
bertiga2. "Soal ini sih tak perlu, kami ada urusan penting yang
harus segera diselesaikan, biarlah kami mengganggu
dikemudian hari."
"Lalu dapatkah anda beritahu kepada kami, siapakah
nama besar anda?"
Mendengar pertanyaan itu buru2 Si Chen mengedipkan
matanya berulang kali kearah pemuda itu dan melarang ia
bicara, tapi Loei Sam adalah manusia yang suka cari
menang sendiri, sikap hormat dari orang lain membuat ia
kepala besar. Saat ini ia ingin menggunakan kesempatan ini
mempopulerkan diri, maka dari itu segera jawabnya:
"Cayhe she Loei bernama Sam."
Ucapan ini diiringi helaan napas panjang dari Si Chen, ia
merasa kecewa sebab pemuda itu tak mau menuruti
perkataannya. Sebaliknya Tiang Pek Sam Mo bertiga jadi tertegun dan
berdiri melongo-longo setelah mendengar nama itu.
Haruslah diketahui dewasa itu nama Loei Sam sudah
amat tersohor dalam dunia persilatan setiap tokoh silat Bu
lim pada kenal nama ini, hal ini dikarenakan Si Thay
sianseng telah memerintahkan seluruh umat Bu lim untuk
menangkap dirinya.
Tiang Pek Sam mo memang manusia jahat, tapi kalau
dibandingkan dengan perbuatan2 Loei Sam, mereka masih
ketinggalan jauh.
Air muka ketiga orang itu segera berubah hebat, setelah
tertegun beberapa saat lamanya Ciang Yu baru berseru:
"Aaah,..kiranya...kiranya anda adalah Loei sauw hiap,
ini hari bisa berkenalan dengan sauw-hiap sungguh...sungguh membuat kami merasa amat bangga."
Loei Sam amat cerdik, dari perubahan air muka ketiga
orang itu setelah mendengar namanya ia bisa membade isi
hati mereka, dengan cepat ia tertawa dingin.
"Hmm ! benarkah kalian merasa bangga " apakah kalian
tidak takut Si Thay sianseng serta Hiat Goan Sin koen cari
gara2 dengan kalian ?"
"Tentang soal ini tentu saja kami takut" sahut Ciang Yu sambil tertawa getir. "Walaupun harus berkorban demi
menemani seorang Koencu kamipun anggap, bagaimanapun juga ini hari kami bertiga ingin mengikat tali persahabatan dengan anda"
"Ha ha ha kalian boleh berlega hati, aku tak akan
menyeret kalian, hanya saja aku berharap kalian jangan
mengungkap tentang dirinya kepada siapapun !"
"Tentu saja ! tentu saja !"
Sementara itu, tampak seorang lelaki kekar berjalan
masuk dengan ter buru2, setibanya di hadapan Ciang Yu
segera lapornya:
"Toa-ya orang itu sudah tidak tertolong lagi."
"Jangan banyak ribut, ayoh cepat pergi !" hardik Ciang Yu.
Lelaki kekar itu mundur selangkah kebelakang dan
berkata kembali:
"Lukanya terlalu parah, hamba betul2 tak sanggup
menyelamatkan jiwanya. untuk memperpanjang usianya
tiga, empat hari lagi pun amat susah. Jie-ya, Sam ya. kalau kalian mau membalas dendam cepatlah turun tangan, kalau
tidak ia akan kedahuluan mati."
Melihat tegurannya tidak digubris Ciang Yu semakin
gusar. "Disini ada tamu terhormat, kenapa kau ribut terus2an"
ayoh cepat enyah dari sini, kau sudah bosan hidup?"
Orang itu amat terperanjat, ia tak berani banyak bicara
lagi dengan mulut terbungkam segera mengundurkan diri
"Eeee, sebenarnya apa yang telah terjadi?" tanya Loei Sam keheranan.
"Ooouw... seorang keparat cilik pernah mengikat tali
permusuhan dengan kami, beberapa hari berselang kami
berhasil temukan dirinya disebuah rumah penginapan,
kebetulan orang itu sedang menderita luka parah, maka
kami tawan dirinya, berada dalam keadaan tidak sadar
terlalu enak kalau kami bunuh begitu saja maka kami ada
maksud merawat lukanya sampai sembuh dahulu, setelah
itu baru kita siksa perlahan-lahan, siapa sangka rejekinya
agak bagus, ternyata jiwanya tak tertolong lagi!"
"Ooouw, kiranya begitu, kalau memang dia adalah
musuh besarmu, berikanlah suatu kematian buatnya, buat
apa kalian berbuat keterlaluan?"
"Ucapan Loei Siauw hiap tepat sekali."
Ia segera berpaling dan berseru: "Gusur pergi Tong hong Pek dan buang tubuhnya ditengah kuburan liar dekat bukit
sana." Nama "Tong hong Pek" membuat Loei Sam tertegun
buru2 serunya: "Apa, orang itu Tong hong Pek " maksudmu orang itu
bernama Tong hong Pek ?"
Tiang pek Sam mo pun tertegun, untuk sesaat air
mukanya berubah hebat! tentu saja mereka pun mengerti
Loei Sam pasti kenal dengan Tong hong Pek hanya tak tahu
apa hubungan antara mereka berdua.
Seandainya Loei Sam adalah sahabat karibnya Tong
hong Pek, bukankah mereka bertiga bakal konyol ?"
Sambil tertawa getir Ciang Yu mengangguk.
"Benar, . LoeiSiauw hiap . . apakah kau kenal dengan
Tong hong Pek ?"
"Bukan kenal saja, bukankah bagian dada Tong hong
Pek terluka ?"
"Tidak salah, darimana Loei siauhiap bisa tahu ?"
Loei Sam tak dapat menahan diri lagi, ia mendongak dan
tertawa terbahak.2.
"Kalau dibicarakan sungguh kebetulan sekali, justru ia terluka ditanganku."
Ucapan ini segera membuat Ciang Yu berlega hati, sebab
bilamana Tong-hong Pek memang terluka ditangan Loei
Sam apalagi terluka begitu parah, jelas mereka adalah
musuh. Ambil kesempatan inilah, ia ingin cari muka ujarnya:
"Aaah kiranya bangsat itu ada ikatan permusuhan
dengan Loei sauw hiap, apakah Loei sauw hiap..."
"Hal ini sungguh aneh sekali" tukas Loei Sam sambil ulapkan tangannya, "Bangsat itu terluka sangat parah,
secara bagaimana ia bisa hidup sampai ini hari ?"
Ciang Yu menyeringai seram.
"Terus terang saja, kami ingin menghidupkan dahulu
orang itu kemudian per-lahan2 menyiksanya, maka dari itu
setiap hari kami beri dirinya semangkok cairan jinsom
terbaik agar jiwanya selalu utuh sebab kami tidak ingin dia mati begitu saja"
"Aah kiranya begitu !"
Kembali alisnya berkerut setelah mengucapkan kata2 itu.
agaknya ia sedang memikirkan sesuatu.
Tiang Pek Sam-mo tidak tahu apa yang sedang
dipikirkan Loei Sam pada saat ini. merekapun tak berani
bicara dan menanti dengan mulut membungkam.
"Suko siapakah Tong hong Pek itu ?" tiba2 Si Chen bertanya dengan suara lirih.
"Dia... menurut pengakuannya dia adalah anak murid
dari si Bongkok sakti Lieh Hwiee Sin-Tuo"
Si Chen adalah putri tunggal Si Thay sianseng tentu saja
ia tahu manusia macam apakah sibongkok sakti tersebut,
tidak heran kalau ia kaget setengah mati setelah mendengar
ucapan itu. "Kau . . kembali kau lukai anak murid si-bongkok sakti, hal ini . , hal ini , , " serunya gelagapan.
Buru2 Loei Sam cekal tangan Si Chen erat2.
"Sumoay. kejadian ini berlangsung beberapa waktu
berselang ketika itu aku belum berjumpa dengan dirimu."
"Sekarang kau harus berusaha untuk menyelamatkan
jiwanya, kalau ia mati aaai . . . kalau kalau sampai ia mati .
. ." Menurut jalan pikiran Si Chen, apabila Tong hong Pek
binasa, dengan sipat si bongkok yang berangasan, tokoh
sakti itu pasti takkan melepaskan Loei Sam, ini berani
ruang gerak sianak muda itu akan semakin sempit. Makin
cemas gadis itu, sepasang alis Loei Sam berkerut semakin
kencang, katanya.
"Akupun punya pikiran demikian, hal ini bukan
disebabkan aku takut dengan sibongkok sakti tersebut, aku
hanya berpikir apa yang pernah kulakukan pada masa lalu,
yang masih bisa di tolong akan kutolong sekuat tenaga, dan
yang tak bisa ditolong lagi, yaa apa boleh buat."
"Suko, ucapanmu tepat sekali !" dengan terharu Si Chen membenarkan.
Selama ini Tiang Pek Sam mo mendengarkan tanya
jawab itu disisi kalangan, saat ini mereka dibuat tertegun
dan jengah sekali sehingga tukar dilukiskan dengan kata2.
"Tong hong Pek masih bisa ditolong ?" terdengar Loei Sam bertanya kembali.
"Aku lihat... ia sudah tak tertolong lagi"
"Bagus, kalau begitu cepat bawa aku menengok
keadaannya !"
"Silahkan, silahkan !" buru-2 Tiang Pek Sam-mo
membawa jalan, mengiringi Loei Sam serta Si Chen
melewati serambi dan memasuki sebuah kamar yang gelap.
Kamar itu mirip gudang penyimpan kayu, bukan saja
lembab, lagi gelap dan kotornya luar biasa, ruangan tersebut hanya diterangi sebuah pelita yang amat kecil.
Air muka Tiang Pek Sam mo kelihatan semakin jengah,
terdengar Ciang Yu bergumam memberi penjelasan."
"Kami. . kami tidak tahu kalau Loei Sam ingin
menyelamatkan jiwanya, maka selama ini ia . . . ia disekap
ditempat ini."
Loei Sam mendengus dingin, ia ambil pelita tadi dan
didekatkan pada altar batu dimana berbaring seseorang, air
muka orang itu pucat pasi melebihi mayat, tubuhnya tak
berkutik atau dengan perkataan lain lebih mirip sesosok
mayat yang sudah lama mati.
Menyaksikan keadaan orang itu, Si Chen segera menjerit
tertahan. "Aaaah dia sudah mati."
"Belum... ia belum mati hanya. . . jaraknya dengan
kematian memang sudah tak jauh lagi" kata Loei Sam
setelah memeriksa napasnya.
Ia segera berpaling dan berseru lebih jauh.
"Disini kalian punya obat bagus apa saja, cepat
keluarkan semua hitung2 aku hutang dengan kalian."
"Aaaah, kenapa Loei tayhiap bicara begitu sungkan"
buru2 Tiang Pek Sam Mo berseru.
"Hanya permintaan itu saja terlalu sederhana, apakah
perlu memulihkan Tong hong . . Tong hong sauw hiap
ketempat lain?"
"Jangan dikata pindah tempat asalkan kalian goncangkan sedikit saja tubuhnya mungkin napasnya segera
akan putus. Sumoay, coba kau tekan jalan darah Pek Hwie
Hiatnya lalu per lahan2 salurkan hawa murni kedalam
tubuhnya!"
Si Chen menurut ia segera duduk disisi Tong hong Pek
dan tekan telapaknya diatas batok kepala pemuda itu.


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tampak Loei Sam tertawa getir.
"Sungguh tak nyana beberapa hari berselang aku melukai dirinya, sekarang aku harus menolong dirinya kembali.
Siauw sumoay, tahukah kau apa sebabnya aku berbuat
demikian?"
Merah padam selembar wajah Si Chen, hal ini
disebabkan ia merasa sangat girang dan gembira.
"Aku tahu, kau berbuat demikian karena diri ku, karena kau dapat bersama-sama diriku kembali."
Loei Sam cekal tangan Si Chen erat2. kedua orang itu
saling berpandangan dengan penuh kemesraan.
Tidak selang beberapa saat kemudian, Tiang Pek Sam
mo telah muncul kembali dengan membawa macam2 jenis
obat, Loei Sam memilih beberapa diantaranya lalu
ditumbuk jadi halus seperti bubuk dan dicampur dengan
jinsom diaduk sebagai kuah, kemudian mementangkan
mulut Tong hong Pek dan mencekoki cairan tersebut
kedalam perutnya.
Dalam pada itu tiada hentinya Si Chen salurkan hawa
murninya kedalam tubuh Tong hong Pek, beberapa saat
kemudian per-lahan2 pemuda itu telah membuka matanya
dan sadar. Berbicara dari pihak Tong hong Pek, sejak terluka dan
jatuh tak sadarkan diri, baru kali ini ia sadar kembali.
Ketika sadar, pertama2 yang dirasakan olehnya adalah
segulung tenaga lunak yang meluncur masuk kedalam
tubuh tiada hentinya dari ubun2, aliran panas dan lunak ini mendatangkan rasa yang nyaman buat seluruh tubuhnya.
Saat ini dia tidak merasa tersiksa lagi, bahkan merasa
dirinya seakan2 berbaring diatas awang2 dimana badannya
sama sekali tak bertenaga, lunak, lemas dan ringan.
Dengan membuang banyak tenaga ia membuka kelopak
matanya diikuti otakpun jadi jernih kembali, ia mulai bisa
berpikir, dimanah aku" sudahkah berada dirumah"
Saat ini sepasang matanya tak dapat di pentangkan
lebar2. pemuda itu cuma menangkap suara gadis yang
terasa amat asing baginya.
"Suko, coba kau lihat ia sudah sadar kembali."
Tong hong Pek tertegun, orang yang barusan bicara tentu
saja Si Chen, tapi pemuda itu tidak kenal dengan dara
tersebut, setelah mendengar ucapan itu ia lantas berpikir
lebih jauh. "Kalau begitu aku belum berada dirumah" tapi... kenapa suara gadis yang masih asing baginya ". Mungkinkah Si
Soat Ang sudah ke timpa kemalangan?"
Makin dipikir hatinya semakin cemas, kelopak matapun
terbentang semakin lebar.
Tapi tak sebuah bayanganpun berhasil ditangkap jelas,
semuanya kabur, buram dan tidak jelas, ingin sekali ia buka suara namun tak sepotong suarapun berhasil dipancarkan
dari mulutnya. "Baru saja kau sadar, jangan terlalu gelisah, beristirahatlah sebentar baru bicara" ujar gadis asing itu kembali.
Tong hong Pek mengedipkan matanya berulang kali,
akhirnya ia dapat melihat jelas gadis dihadapannya, ia
memiliki selembar wajah yang amat mempersonakan,
hidungnya mancung, bibirnya kecil dan sepasang mata yang
sayu. "Aku...aku...aku berada...berada dimana ?" rintih Tonghong Pek lirih.
"Tak usah keburu bicara, hitung2 baru saja kau jalan2
diakhirat dan sekarang sudah kembali kedunia ?"
"Siapa kau " dimana nona...nona Si ?"
"Siapa itu nona Si?" Si Chen rada melengak.
"Nona Si . . nona Si dari benteng Thian It Poo . . selama ini . . selama ini kami selalu . . selalu bersama . . ."
Meski Tonghong Pek sudah sadar, tapi kesehatan
badannya masih terlalu lemah, rasa cemas yang mencekam
membuat pandangannya jadi gelap, hampir2 saja pemuda
itu jatuh tidak sadarkan kembali.
Menyaksikan keadaannya tidak menguntungkan, Si
Chen segera menjerit:
"Suko!"
Waktu itu Loei Sam sedang berdiri didepan pintu,
mendengar panggilan itu ia goyangkan tangannya berulang
kali se akan2 sedang beritahu kepadanya bahwa ia tidak
ingin diketahui oleh Tong hong Pek.
Si Chen mengerti maksudnya, ia menunduk dan berkata:
"Nona Si yang kau maksudkan, dia . . dia . ." Si Chen sama sekali tidak kenal manusia macam apakah nona Si itu,
ia tak biasa berbohong, maka setelah bicara setengah jalan
ia berhenti dan tak sanggup meneruskan lebih jauh.
"Bagaimana . . . bagaimana keadaannya?" tanya Tong hong Pek dengan napas tersengkal.
"Mungkin ia berada dalam keadaan baik saja, sewaktu
kami berjumpa dengan dirimu kau hanya seorang diri.
Entah nona itu berada dimana" ketika kami temukan
dirimu, keadaanmu lebih mirip dengan sesosok mayat.
Tong hong Pek menghela napas panjang, ia sadar dirinya
tentulah sudah tidak sadarkan diri beberapa waktu
lamanya. Perlahan2 ia pejamkan matanya atur pernapasan setelah
itu membuka matanya kembali sambil berkata.
"Lalu sekarang . . aku . . aku berada dimana! siapakah nama . . .nama besar nona."
"Sekarang kau ada dirumahnya Tiang Pek Sam-mo aku
bernama Si Chen"
"Nona siapa . . apa hubunganmu dengan Si Thay
sianseng?"
"Beliau adalah ayahku, ayahku adalah sahabat karib
gurumu sibongkok sakti Lieh Hwee Sin Tuo, sewaktu kami
tiba disini kebetulan Tiang-pek Sam Mo hendak membuang
dirimu ketanah kuburan liar dibelakang bukit sana, melihat
kejadian ini sukoku lantas turun tangan dan menyelamatkan jiwamu."
Ketika Si Chen bicara sampai disitu, Loei Sam telah
goyangkan tangannya berulangkali, tapi Si Chen tidak
menggubris ia meneruskan kata2nya sampai selesai.
"Aaaah! kiranya begitu" Tong-hong Pek berseru tertahan,
"Dimana suhengmu " sudah sepantasnya kuucapkan terima
kasih atas budi pertolongannya !"
"Suko kau kemarilah !" seru Si Cheo kemudian
Tentu saja Loei Sam mengerti maksud yang terkandung
dalam hati kecil gadis tersebut, ia minta dirinya jangan ber-sembunyi2 dan menjumpai diri Tong-hong Pek, hal ini
ingin membuktikan bahwa dia, Loei Sam tidak selalu
melakukan perbuatan jahat.
Loei Sam tertawa getir, sebab dalam kolong langit hanya
Si Chen seorang yang dapat memahami isi hatinya.
Kecuali gadis itu siapa yang mau percaya padanya "
Ia sadar meski dirinya maju juga percuma Tong-hong
Pek tak akan mempercayai dirinya, karena itu ia tetap
berdiri tertegun ditempat semula.
"Suko, cepatlah kemari !" kembali Si Cheo berseru.
Melihat gadis itu mendesak terus, Loe Sam jadi serba
salah, tak kuasa lagi ia menghela napas panjang.
Suara itu sangat dikenal oleh Tong-hong Pek, seketika
pemuda ini dibuat tertegun, apa lagi sewaktu Loei Sam
muncul dihadapannya, ia semakin melengak dan hampiri
saja tak mau mempercayai mata sendiri.
Ditatapnya wajah Loei Sam tajam-2 lalu pejam mata,
dalam sekejap pikirannya terasa kacau, benarkah Loei Sam
telah menyelamatkan jiwanya" tapi hal ini tak mungkin
terjadi ! Pikiran Tong hong Pek semakin kalut, diam2 ia berkata:
"Aaah. tak mungkin, yang kulihat pastilah suatu lamunan belaka mungkin lukaku yang terlalu parah menimbulkan
pelbagai lamunan yang tak masuk diakal, hal ini tak
mungkin terjadi..." ia menghela napas panjang dan tak mau buka matanya lagi.
Dalam pada itu dari sisi telinganya kembali terdengar Si
Chen berkata: "Sudah kau lihat" dia adalah Loei suko ku. meski kau
terluka ditangannya, tapi dia pula yang menyelamatkan
jiwamu, kau panas bukan" setelah ia berada bersama diriku,
Loei suko takkan melakukan perbuatan jahat lagi."
-oodeoowioo- Jilid 11 TONG HONG PEK tetap bungkam dalam seribu
bahasa, tanpa terasa kepalanya menggeleng berulang kali.
"Sumoay. sudahlah tak usah banyak bicara." seru Loei Sim tidak sabaran lagi. "la tak bakal bisa paham. semua manusia dikolong langit. tak akan bisa memahami diriku."
"Tidak, aku akan paksa dia untuk memahami, bahwa
kau..." "Sumoay, sudahlah, meski semua orang di kolong langit
memahami, tapi apa gunanya?" tukas Loei Sam dengan
nada lembut. "Untung sekali ia tidak sampai mati dan
berhasil diselamatkan jiwanya, tapi sudah banyak orang
yang mati ditanganku, mungkinkah mereka hidup kembali "
aku sudah terlalu banyak melakukan perbuatan jahat, orang
lain tak bisa mempercayai diriku, hal . . . hal ini sudah
jamak, tak bisa kau salahkan orang2 itu."
Si Chen merasa sangat berduka, ia menghela napas
panjang-2 "Suko, ucapanmu memang tidak salah." katanya.
"Sekarang ia sudah sadar kembali, mari kira tunggu
beberapa hari lagi, setelah air mukanya rada segar kita
segera tinggalkan tempat ini dan jauh berkelana keujung
langit." "Ehmm ! kita bicarakan dikemudian hari saja"
Semua tanya jawab antara Loei Sam dengan Si Chen
dapat ditangkap Tonghong Pek dengan jelas sekali, tapi ia
selalu berpikir:
"HaI ini tak mungkin terjadi, tentulah pikiran ku sedang kacau dan terlalu melamunkan hal-2 yang bukan2..."
Ia pejam matanya rapat2 dan tak mau dibuka lagi.
Si Chen menghela napas panjang, ia tempelkan
telapaknya diatas batok kepala Tong hong Pek dan salurkan
hawa murninya kedalam tubuh pe muda itu, Tiang pek
Sam-mopun beberapa kali datang berkunjung untuk
menyerahkan obat2an paling mujarab.
Demikianlah, tujuh delapan hari kemudian Tong hong
Pek pun sudah dapat bangun berdiri.
Setelah dapat berjalan, Tong-hong Pek mulai duduk
bersila dan salurkan hawa murninya untuk menyembuhkan
luka sendiri, tiga lima hari kemudian kesehatan badannya
sudah jauh lebih sehat.
Berada dalam keadaan sadar, pemuda she Tong hong
pun tak bisa mengatakan apa yang dilihat hanya lamunan
belaka, meski begitu ia tak pernah mengajak Loei Sam
berbicara kecuali terhadap Si Chen putri tunggal dari Si
Thay sianseng ini.
Ketika itu Tiang Pek Sam-mo pun sudah menyediakan
kamar yang lebih baik untuk ia tinggali.
Suatu malam, ketika ia sedang duduk bersila mengatur
pernapasan, tampaklah Si Chen berjalan masuk kedalam
kamar. "Kami segera akan berangkat!" ujar gadis itu
"Kau dengan Loei sam . . ."
"Persoalan diantara kami tak akan dipahami oleh
siapapun termasuk orang tuaku sendiri, hanya aku dengan
dia yang tahu, kaupun tak usah mengungkap lagi, aku
hanya ingin memohon sesuatu kepadamu."
"Silahkan nona Si utarakan."
Si Chen menghela napas panjang
"Kami hendak... hendak menghindari setiap orang yang
mengejar kami, tapi... aku takut kami gagal untuk
meloloskan diri, meski demikian kami tetap akan berusaha
sekuat tenaga, aku harap kau jangan mengungkap kepada
siapapun bahwa kau pernah berjumpa dengan diriku,"
Tong hong Pek adalah seorang Koen coe, sebelum ambil
keputusan ia tak mau menyanggupi secara sembarangan
segera ia termenung beberapa saat lamanya kemudian
ujarnya: "Tentang soal ini. . ."
"Aku tahu setelah kau terluka ditangannya dalam hati
kecilmu tentu mendendam kepadanya, walaupun kemudian
berhasil menyelamatkan jiwamu, tapi kesalahan tetap
berada dipihak nya tapi dikemudian hari kami masih ada
kesempatan untuk membalas budi kepadamu, sepanjang
masa kami tak akan melupakan kejadian ini."
"Nona Si, bukan aku menaruh dendam kepadanya." kata Tong-hong Pek sambil menghela napas panjang, "dan
akupun tidak mengharapkan balas jasa dari dirinya.
"Lalu apa sebabnya kau tak mau mengabul kan
permintaanku?"
"Seandainya aku . . . aku berjumpa dengan ayahmu, dan
ayahmu berkata kepadaku, apakah aku harus mengatakan
"Tidak tahu" Loei Sam sudah jadi buronan yang ditangkap oleh setiap umat Bulim atas perintah ayahmu, aku hanya
gemas kenapa lukamu belum sembuh . . ."
Air muka Si Chen kontan berubah hebat, serunya cepat2.
"Kau . . . kau . harap kau jangan teruskan ucapanmu
itu." Per lahan2 Tong-hong Pek geleng kepala "Nona Si, kau
tak usah takut Loei Sam mendengar ucapan ini." katanya
"Loei Sam adalah seorang manusia cerdik, iapun bisa
menduga setelah lukaku sembuh, aku pasti tak akan
melepaskan dirinya."
Beberapa saat Si Chen tertegun, mendadak ia menangis
tersedu-sedu. "Kenapa kau tak suka melepaskan dirinya " kenapa
kalian tak mau melepaskan dirinya " kenapa " kenapa
semua orang dikolong langit tak mau lepaskan dirinya "!"
"Nona Si, kau harus tahu, selama dua tahun ini berapa
banyak perbuatan jahat yang telah ia lakukan dalam dunia
persilatan " terhadap manusia semacam ini, siapapun
berhak untuk membasminya dari muka bumi, setiap orang
Bu lim yang mengutamakan keadilan serta keamanan tentu
tak akan melepaskan dirinya begitu saja!"
"Tentu, memang aku tahu semua orang pasti akan
berbuat demikian." teriak Si Chen dengan napas ter engah2.
"sebab siapa yang berhasil membinasakan dirinya, maka
nama benarnya akan tersohor diseluruh jagat, dia akan
mendapat pahala dari Si Thay sianseng dan memperoleh


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keuntungan yang sangat besar, siapa yang kesudian berbuat
tolol dengan membantu dirinya ?"
Air muka Tong hong Pek berubah hebat, serunya segera:
"Nona Si, kaupun termasuk salah satu korban yang
dicelakai olehnya, kenapa kau masih bisa mengutarakan
kata2 semacam ini !"
Titik2 air mata jatuh berlinang tiada hentinya
membasahi pipi Si Chen, tapi iapun mendongak tertawa
terbahak2. "Aku dicelakai " kau salah besar, dialah yang kena
dicelakai, dialah yang patut dikasihani."
"Siapa yang bilang ?" jerit Tong-hong Pek.
Pada saat itulah, tiba2... "Braak...!" pintu kamar terpentang lebar.
Dengan cepat Tong-hong Pek angkat kepala, tampaklah
Loei Sam dengan air muka hijau membesi telah berdiri
didepan pintu dengan sikap gusar.
Si Chen segera berpaling, ketika menjumpai Loei Sam
ada disana ia segera menuding kearah pemuda itu sambil
berseru: "Dia...dialah yang dicelakai, kalau bukan ayahku begitu keras kepala... maka dia..."
"Sumoay !" sebelum Si Chen menyelesaikan kata2nya, Loei Sam telah membentak.
"Kau jangan mencegah diriku untuk berbicara, akan
kuutarakan semuanya, akan kuberitahukan semua keadaan
yang telah terjadi kepadanya, aku akan menyatakan kepada
siapapun, agar semua orang yang ada dikolong langit tahu
aku bukan orang jahat. kau hanya..."
Tiba2 Loei Sam maju kedepan dengan sebelah tangan
mencekal tangan gadis itu tangan lain menutupi mulutnya.
"Sumoay sudahlah, jangan kau teruskan." ujarnya
dengan nada lembut, begitu lembut se akan2 kasih sayang
seorang ibu kepada anaknya, "Orang lain tak akan
memaafkan diriku, dan akupun tidak membutuhkan maaf
dari orang lain, asalkan kau bisa memahami keadaanku, hal
ini sudah lebih dari cukup!"
Si Chen berhenti bicara, Walaupun begitu air mukanya
masih tampak jelas terpengaruh oleh emosi"
Loei Sam cekal tangan gadis itu erat-erat, lalu ajaknya
dengan nada lirih:
"Mari kita segera berangkat!"
Si Chen tidak banyak bicara lagi, mengikuti dibelakang
Loei Sam segera melangkah keluar dari kamar dan
melayang melewati tembok pekarangan.
Tapi... ketika itulah dari arah pintu depan berkumandang
datang suara bentakan keras yang gegap gempita, sebagian
atap serta seluruh bangunan tergetar keras.
Bentakan itu begitu dahsyat sehingga mengejutkan Tong
hong Pek yang baru sembuh dari lukanya sampai2 dibuat
jatuh terduduk kembali keatas pembaringan, pandangan
matanya jadi gelap hampir2 saja ia muntahkan darah segar.
Loei Sam serta Si Chen yang sedang melesat melewati
tembok pekaranganpun segera berhenti dan mengundurkan
diri kembali. Mereka berdua langsung menyusup kedalam kamar
Tong-hong Pek, sementara air muka Loei Sam berubah
hijau membesi. Si Chen memandang sekejap kearah Tong hong Pek. se
akan2 ia hendak mengungkapkan sesuatu kepada pemuda
tersebut tapi kena ditarik oleh Loei Sam, tanpa banyak
bicara kedua orang itu segera menyembunyikan diri
kebelakang kelambu dalam kamar itu.
Kembali suara hiruk pikuk berkumandang memekakkan
telinga, seakan2 be-ribu2 butir batu seberat ribuan kati
bergelindingan didalam bangunan rumah itu.
Terdengarlah suara dari Tiang Pek Sam Mo berkumandang datang dari ruangan tengah, suara mereka
begitu mengenaskan seakan2 sedang berhadapan dengan
raja akhirat. "Sin Tuo ampun . . Sin Tuo ampun!"
Kata2" si bongkok sakti" menggetarkan tubuh Tonghong Pek hampir2 ia tak percaya dengan telinga sendiri.
Sibongkok sakti adalah gurunya secara bagaimana ia bisa
tiba disini"
"Suhu." buru2 teriaknya.
Dengan badan yang lemah, sampai seberapa besar
jeritannya itu, apalagi suara hiruk pikuk ditempat luaran
amat memekikkan telinga, suara tersebut tak mungkin bisa
terdengar oleh si bongkok sakti.
Pada waktu itulah, tiba2 terdengar Loei Sam
berkumandang datang dari arah belakang.
"Tidak salah gurumu sibongkok sakti berangasan telah
tiba, tapi kau harus ingat, aku berada dibelakangmu kalau
kau katakan bahwa aku berada disini maka yang mati
duluan adalah kau sekalipun akhirnya aku berhasil ditawan
oleh sibongkok sakti setiap saat aku masih punya
kesempatan untuk menarik diri!"
Tong-hong Pek tarik napas dingin, ketika ia berpaling
tampaklah kelambu sudah diturunkan, hal ini membuktikan
kalau Loei Sam telah bersembunyi dibelakang tubuhnya,
jantung Tong hong Pek terasa berdebar semakin keras.
Dalam pada itu suasana ditempat luaran masih gaduh,
terdengar suara raungan gusar dari sibongkok sakti
berantakan berkumandang tiada hentinya diangkat.
"Kalian ingin aku ampuni jiwa kalian ?" teriaknya lantang. "Muridku sudah mati ditanganmu, siapa yang
kesudian mengampuni jiwa kalian ?"
Mungkin pada waktu itu sibongkok sakti berhasil
menangkap dua orang diantara Tiang Pek Sam mo,
terdengar jeritan ngeri dari dua orang bergema terus
menerus. Kemudian diikuti suara dari si Tengkorak Kayu berseru:
"Bongkok Sakti, harap kau suka lepas tangan, muridmu
tidak mati,.harap bongkok sakti jangan mempercayai berita
bohong orang lain !"
"Apa " Tong hong Pek tidak mati ?" Dengusan napas si Tengkorak Kayu yang ter-engah2 kedengaran nyata sekali.
"Benar, ia tidak mati, ia benar-2 tidak mati, kami
merawatnya dengan segala kemewahan."
"Neneknya kalian masih ingin membohongi diriku ?"
bentak sibongkok sakti amat gusar.
"Sin Tuo, sebentar lagi kau dapat berjumpa dengan
dirinya, kami tidak akan berani membohongi dirimu."
"Bagus, ayoh cepat antar aku pergi menjumpai dirinya !"
"Baik ! baik !"
Dalam sekejap terdengar hembusan angin tajam
menyambar lewat diikuti robohnya pintu kamar, si
Tengkorak kayu segera menerobos masuk diikuti si
Bongkok Sakti dibelakangnya.
Ditangan kanannya Si Bongkok Sakti menenteng si
Tengkorak kumala, disebelah tangan kirinya ia mencekal si
Tengkorak Emas, dimana air muka kedua orang itu pucat
pasi bagaikan mayat keringat mengucur keluar bagaikan
hujan gerimis. Setelah berada didalam kamar, Sibongkok Sakti berdiri
tertegun, ia temukan seorang pemuda kurus layu dan pucat
berbaring diatas ranjang, untuk sesaat ia tidak kenali orang itu sebagai murid nya.
"Kau adalah Tong-hong Pek?" tanyanya dengan mata
melotot. "Suhu benar aku adanya. Suhu, apakah kau sudah tidak
kenal diriku " Aaai . . lukaku terlalu parah . . ."
Sebelum Tong hong Pek menyelesaikan kata2 nya, si
Bongkok Sakti sudah berteriak aneh, ia banting si
Tengkorak Emas dan Tengkorak Kumala keatas tanah lalu
berseru: "Aaaah, benar2 dirimu ! secara bagaimana kau tidak
mati " nona Si mengatakan kau terluka ditangan Loei Sam
bajingan busuk murid durhaka dari Si Thay sianseng itu,
kemudian ditawan Tiang Pek Sam mo, secara bagaimana
kau bisa lolos dari kematian ?"
Semula Tong hong Pek tidak mengerti secara bagaimana
gurunya si Bongkok Sakti mengetahui kalau ia berada
disini, setelah mendengar disebutkannya nama "nona Si" ia baru mengerti kiranya Si Soat Anglah yang kirim kabar
kepada gurunya.
"Suhu, di manakah nona Si?" buru2 ia ber-tanya.
"Berada sama2 suniomu, Aah! Lukamu sangat parah,
biarlah kuperiksa..."
Sambil berkata ia cekal urat nadi pemuda Tong hong ini.
Tapi dengan cepat ia geleng kepala berulang kali, sambil
gertak gigi serunya.
"Biarlah nanti setelah kutangkap Loei Sam bajingan
busuk ini, tanpa menunggu sampai kuserahkan kepada Si
Thay sianseng akan kurobek dulu badannya!"
Tong hong Pek tarik napas panjang.
"Suhu, kalau kau berbuat demikian maka diri mu akan
melakukan suatu kesalahan besar, Loei Sam adalah anak
murid Si Thay sianseng, dan Si Thay sianseng telah minta
bantuan umat Bu-lim untuk bantu menangkapnya, kalau
kau membinasakan dirinya, lalu secara bagaimana hendak
kau pertanggung jawabkan persoalan ini dihadapan Si
Thay?" "Sudah, sudahlah." seru Si bongkok Sakti sambil ulapkan tangannya. Justeru kau punya banyak permainan setan
sampai napasku jadi mengendor, bagaimanapun aku tak
akan berhasil menemukan dirinya, ayoh berangkat, kita
kembali kegunung Lak Ban san."
Si Bongkok Sakti segera memayang bangun Tong hong
Pek sementara hati pemuda itu terasa sangat tegang.
Ia duduk didepan pembaringan, dan mendapat ancaman
dari Loei Sam yang bersembunyi dibelakang kelambu, tapi
asalkan setengah langkah ia tinggalkan tempat itu, dengan
perlindungan si bongkok sakti disisinya maka ia tak perlu
takut lagi terhadap ancaman Loei Sam.
Maka setelah ia dibimbing bangun segera ujarnya:
"Suhu dibelakangku . . ."
"Dibelakangmu ada apanya?" tanya si bongkok sakti seraya berpaling,
Dengan paksakan diri Tong hong Pek tarik napas
panjang2, tiba2 ia melangkah setengah tindak kedepan,
dengan badan sempoyongan sahutnya:
"Suhu dia berada dibelakang pembaringan."
"Siapa yang ada dibelakang pembaringan?" tanya
Sibongkok sakti tertegun ia masih belum dapat mengartikan
maksud ucapan itu.
"Loei Sa.,"
Sibongkok sakti membentak keras Sreeet! ia melancarkan
sebuah cengkeraman merobek kelambu dibelakang pembaringan Tapi disana tak ada sesosok bayangan
manusia kecuali sebuah lubang yang amat besar, ternyata
Loei Sam telah melarikan diri.
"Nona Si! Nona Si!" Tong-hong pek segera berteriak berulang kali.
Tapi ia tak mendapat jawaban dari Si Chen, jelas
bersama Loei Sam gadis itu telah melarikan diri. kapan
perginya Tong-hong Pek sendiri tak tahu, tapi ia sadar
belum jauh mereka berlalu.
"Suhu!" segera teriaknya, "Barusan saja Loei Sam masih berada disini, ia pasti belum pergi jauh, jangan
memperdulikan diriku cepatlah kejar dirinya dan tangkap
orang itu kemudian serahkan saja kepada Si Thay Sianseng.
Jangan beri kesempatan lagi kepadanya melakukan
kejahatan dalam dunia persilatan !"
"Ucapanmu tepat sekali" teriak si Bongkok sakti, ia segera berpaling dan teriaknya kepada Tiang Pek Sam mo
yang selama ini berdiri tertegun disamping.
"Sudah kalian dengar " ayoh cepat kejar Loei Sam, bawa serta panglima udang tentara kepitingmu, seret bajingan
cilik itu ! kalau tak berhasil kalian temukan awas, kubeset kulit wajahmu !"
Berhadapan dengan sibongkok sakti manusia paling
berangasan, Tiang Pek Sam Mo tak berani mengatakan
"Tidak", mereka segera berlarian kedepan, dalam sekejap mata terdengar suara ber-sahut2an, diikuti derap kaki kuda
yang amat ramai.
Si Bongkok Sakti pun tidak buang waktu, ia segera
berangkat melakukan pengejaran.
Tidak selang beberapa saat kemudian, suasana dalam
bangunan itu pulih kembali didalam kesunyian.
Tiba2 . . . suara tertawa dingin berkumandang datang
dari arah tiang penglari.
Suara itu amat menyeramkan seakan2 jeritan kuntilanak
ditengah kuburan, begitu ngeri sampai2 mendirikan bulu
roma. Hati Tong-hong Pek langsung tercelos, buru2 ia
mendongak, tampaklah
sesosok bayangan manusia melayang turun dari atas tiang penglari diikuti jeritan
tertahan dari Si Chen:
"Suko !"
Tak usah diduga lagi, bayangan manusia yang melayang
turun dan atas tiang penglari bukan lain adalah Loei Sam.
Dengan air muka adem selangkah demi selangkah Loei
Sam maju mendekat, telapak tangannya diangkat keatas
siap melancarkan serangan.
Sewaktu mendengar Si Chen menjerit, ia lantas
menghentikan tangannya ditengah udara.
"Sumoay !" serunya dengan nada menyeramkan, "Kalau bukan aku pandai melihat gelagat, niscaya saat ini kita
berdua sudah mati ditangan sibongkok sakti tersebut, buat
apa kita tinggalkan manusia semacam ini tetap hidup
dikolong langit?"
Sambil berkata, sekali lagi ia ayun tangannya ke tengah
udara. Si Chen segera meloncat turun dari atas tiang penglari,
sambil menarik tangan Loei Sam seru nya cemas:
"Suko, bukankah kau indah mengabulkan permintaanku
dan tidak akan membunuh orang lagi."
"Sumoay, kau belum tahu betapa kejam dan bahayanya
dunia persilatan, kalau tidak kau bunuh orang ini, maka


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kau akan mati ditangannya!"
"Tapi ia lemah dan sama sekali tak bertenaga, buat apa kita binasakan dirinya ?"
"Sumoay, apakah kau lupa barusan saja ia bocorkan jejak kita kepada gurunya si Bongkok Sakti, ini menandakan
kalau ia ada maksud hendak mencelakai kita berdua !"
Si Chen tertawa getir.
"Suko, tempo dulu sudah banyak orang yang kau celakai
tiada aneh setiap manusia yang ada dikolong langit
menaruh dendam kepadamu, Suko kau pernah mengabulkan permintaanku, setelah bertemu kembali
dengan diriku, bersama2 diri ku kembali maka kau tak akan
mencelakai orang lagi, apakah kau sudah lupa dengan
janjimu itu ?"
Loei Sam tertegun beberapa saat lamanya kemudian
menghela napas panjang, telapak yang sudah diayun
ketengah udarapun per lahan2 diturunkan kembali.
Dalam dugaan Tong-hong Pek, detik ini juga ia bakal
mati ditangan Loei Sam, meskipun berulang kali Si Chen
menasehati pemuda itu agar urungkan niatnya, pemuda
Tonghong tidak percaya manusia bejat macam Loei Sam
bisa menuruti permintaannya.
Siapa sangka Loei Sam menurut nasehat Si Chen dan
urungkan niat jahatnya, hal ini membuat Tonghong Pek
tercengang dan tidak habis berpikir.
Ketika ia buka matanya kembali, tampak Loei Sam
masih berdiri dihadapannya, sepasang mata melotot lebar2
dan menatap wajahnya tak berkedip.
"Sudah kau dengar apa yang dikatakan sumoayku
barusan?" serunya dingin bagaikan es, "Aku telah berjanji kepadanya tidak akan melakukan segala perbuatan yang
jahat lagi, apa yang telah kukatakan akan kupegang teguh
tapi kalau kau masih juga berkeras kepala . . yaah, apa
boleh buat, aku tak dapat berbuat lain!"
Tong hong Pek bukan manusia tak kenal budi, ia hanya
bisa tertawa getir sambil berseru. "Kau. . . kau . . ."
Yang keluar cuma itu2 melulu, ia tak tahu apa yang
harus diucapkan kepada Loei Sam, akhirnya
ia menambahkan. "Kau . , kau bermaksud hendak pergi kemana?"
"Setelah jejak kami kau bocorkan dapat menyelamatkan
jiwa kami merupakan suatu keuntungan yang luar biasa,
siapa tahu aku hendak pergi kemana?" kata Loei Sam
sambil tertawa dingin.
"Sahabat Loei, dengan namamu yang tersohor diseluruh
dunia persilatan, seandainya kedudukanmu ditukar dengan
diriku apakah kau suka melepaskan diriku?"
"Dan sekarang bagaimana dengan kau" kenapa sekarang
kau bertanya kepadaku hendak kemanakah diriku ?"
Tong hong Pek merasa amat bimbang, per-lahan2 ia
menggeleng lalu menghela napas panjang.
"Sekarang, paling sedikit aku sudah percaya bahwa kau
tidak akan melakukan kejahatan lagi, dan dapat kubuktikan
kalau watakmu sebenarnya tidak sekeji apa yang disiarkan
dalam dunia persilatan !"
Mendengar ucapan itu Loei Sam mendongak tertawa
terbahak2. "Haa...haa..haa...terima kasih atas pujianmu, aku bukan manusia baik, setelah kukatakan tak akan kubunuh dirimu.
aku tidak akan mengganggu dirimu barang seujung
rambutpun tak usah kau bermaksud membaiki diriku"
Merah padam selembar wajah Tong-hong Pek yang
pucat, "Sahabat Loei, salah besar kau berkata demikian, apakah kau anggap aku berubah sikap karena keadaanku yang
gawat " dan membaiki dirimu dengan maksud agar kau
suka mengampuni diriku ?"
Loei Sam tertawa dingin tiada hentinya.
Buru2 Si Chen menimbrung.
"Suko mari kita cepat pergi!"
Loei Sam segera menarik tangan Si Chen berlalu dari
tempat itu tapi sebelum tiba didepan pintu terdengar derap
langkah manusia bergerak semakin dekat diiringi teriakan2
dari si bongkok sakti.
Air muka Loei Sam berubah hebat, ia segera mundur
kembali kedalam kamar.
Menanti ia tiba dihadapan Tonghong Pek teriakan
sibongkok sakti sudah berada didepan pintu.
Buru2 Loei Sam menuding keatas, Si Chen mengerti dan
mereka berdua sama2 enjotkan badannya melayang keatas
tiang penglari.
Sebelum meloncat Si Chen masih sempat berseru:
"Tonghong. ."
Tapi ucapan itu mendadak terhenti ditengah jalan,
menanti Tonghong Pek mendongak terlihatlah Loei Sam
telah menutupi mulut Si Chen dengan tangannya, jelas
gadis itu hendak berpesan agar Tong hong Pek suka pegang
rahasia dan jangan beritahu kepada gurunya kalau mereka
bersembunyi disitu.
Tapi dengan watak Loei Sam yang keras, ia tidak ingin
Si Chen mohon belas kasihan orang lain, sebelum gadis itu
menyelesaikan kata2 nya, ia sudah menutupi mulutnya
dengan tangan. Menanti kedua orang itu sudah bersembunyi, Tonghong
Pek baru menunduk kembali sementara suara dari
sibongkok sakti terdengar berkumandang dari luar pintu:
"Aku beri batas waktu tiga hari buat kalian tiga manusia tolol, kalau sampai waktunya kalian belum berhasil
menemukan kembali Loei Sam, hati2 kuseset kulit wajah
kalian." "Sin Tuo, kau harus tahu Loei Sam amat licin dan
banyak akalnya." seru si Tengkorak Kayu gelagapan "Si Thay sianseng yang telah minta bantuan seluruh umat Bu
lim pun gagal menangkap dirinya apalagi cuma kami
bertiga, tidak mungkin dalam tiga hari kami berhasil
menemukan dirinya, harap Sin Tuo. ."
Belum habis ia bicara, tendangan Si Bongkok Sakti
sudah bersarang diperutnya.
Sambil mendengus, Si bongkok sakti melangkah masuk
kedalam kamar, kepada Tiang Pek Sam mo yang berdiri
ketakutan diluar pintu ujarnya.
"Aku perintahkan kalian dalam tiga hari harus sudah
menemukan Loei Sam, kalau tidak sampai ketemu,
pergunakanlah waktu selama tiga hari itu untuk bereskan
bekal dan larilah jauh2 dari hadapanku."
Walaupun watak si bongkok sakti sangat berangasan, dia
adalah manusia yang punya cengli sekalipun begitu ia tak
ingin menarik kembali apa yang sudah diucapkan, maka
diberilah satu jalan hidup buat ketiga orang itu.
Tiang-pek Sam mo merasa sedih bercampur girang,
girang karena jiwa mereka selamat dan sedih karena harus
tinggalkan hasil jerih payah mereka selama banyak tahun di
sekitar gunung Tiang Pek sau ini.
Mereka bertiga tak berani membantah, buru2 Tiang Pek
Sam mo mengiakan berulang kali.
Si bongkok sakti mendengus dingin setelah memandang
sekejap kearah Tong hong Pek, ujarnya.
"Siapkan empat ekor kuda jempolan serta sebuah kereta.
ayoh cepatan sedikit."
Kembali Tiang Pek Sam mo mengiakan berulang kali
dan segera mengundurkan diri.
Mendekati anak muridnya, sibongkok sakti berkata:
"Ayoh kita segera pulang, Su nio sedang menantikan
dirimu." Pada saat ini ingin sekali Tong hong Pek mendongak
keatas tiang penglari, tapi ia tahu kalau sampai berbuat
demikian berarti sama saja beri tahu kepada suhunya kalau
diatas tiang penglari ada orang Loei Sam pasti tak akan
lolos dari cengkeraman gurunya.
Haruskah ia lepaskan Loei Sam atau tidak" persoalan ini
membuat Tong hong Pek amat gelisah.
Makin dipikir semakin kalut, sampai apa yang dikatakan
sibongkok sakti tak terdengar olehnya, ia putar otak dan
berpikir terus kemudian menghela napas panjang.
"Eeeei... kenapa kau menghela napas?" tegur sibongkok sakti agak melengak.
"Tii... tidak apa2."
"Aku sudah perintahkan ketiga bangsat itu untuk
menyediakan kereta mari kita berangkat."
Kembali Tong hong Pek menghela napas panjang, ia
tidak berbicara lagi, melihat sibongkok sakti sudah berlalu iapun mengikuti jalan keluar, setibanya dipintu ia berpaling dan melirik sekejap keatas tiang penglari.
Loei San serta Si Chen masih bersembunyi diatas tiang
penglari walaupun mereka bersembunyi cukup mendongak
sedikit saja segera akan terlihat jejak mereka.
Tong-hong Pek menjumpai air muka Loei Sam pucat
menyeramkan, sedangkan Si Chen meskipun pucat tapi
wajahnya penuh rasa terima kasih, Tonghong Pek hanya
melirik sekejap kemudian meneruskan langkahnya keluar
dari ruangan tersebut.
Setibanya dipintu depan, tampaklah sebuah kereta kuda
yang mewah dan indah dengan di tarik empat ekor kuda
jempolan sudah siap di sana, menyaksikan sibongkok sakti
munculkan diri, Tiang Pek Sam-mo segera anggukkan
kepala seraya berkata:
"Perlukah kami bertiga bertindak sebagai kusirnya Sin
Tuo?" "Cis ! memandang wajah kalian bertigapun sudah muak
sampai2 mau muntah, siapa yang kesudian kalian hantar ?"
la payang Tonghong Pek masuk kedalam kereta, ayun
cambuk dan segera larikan kereta itu kedepan.
Menanti bayangan Si bongkok sakti sudah lenyap tak
berbekas Tiang Pek Sam-mo baru menghembuskan napas
lega dan membereskan buntalan untuk melarikan diri dari
situ. Dalam pada itu si bongkok sakti melarikan keretanya
cepat2. menanti hari sudah gelap mereka sudah jauh
ditengah jalan.
Ketika keesokan harinya fajar baru menyingsing
mendadak dari tempat kejauhan muncul seekor kuda yang
mana dalam sekejap mata sudah saling berpapasan dengan
kereta tersebut.
Semula sibongkok sakti tidak begitu memperhatikan,
tetapi ketika kuda itu berada dua tiga tombak jauhnya, tiba2
penunggang kuda itu menarik tali lesnya sambil berteriak:
"Eeeei . . . bongkok, benarkah kau?" Buru2 sibongkok sakti tarik les sambil berpaling, iapun segera berteriak aneh:
"Hey, monyet, kiranya kau !"
Ternyata orang yang ada diatas punggung kuda itu
bukan lain adalah Hiat Goan Sin-koen simanusia monyet.
Tampak manusia monyet itu bersuit panjang, tubuhnya
mencelat dari atas pelana, bersalto beberapa kali ditengah
udara dan melayang turun tepat dihadapan Si Bongkok
Sakti. "Hey Monyet, buat apa kau main setan dihadapanku ?"
tegur si Bongkok sakti sambil mendengus.
Hiat Goan Sin-koen tertawa getir.
"Heei bongkok, berada dalam keadaan seperti kau masih
ada kegembiraan untuk bergurau " tahukah kau siapa yang
paksa aku datang keluar perbatasan untuk mencari dirimu
?" Mendengar perkataan ini sibongkok sakti tertegun,
bukan dia saja Tong-hong Pek yang berada didalam
keretapun ikut melengak.
Pemuda itu tahu ilmu silat yang dimiliki Hiat Goan Sin
koen sangat lihay, aneh sekali kalau ada orang bisa
memaksa ia keluar perbatasan untuk mencari orang:
"Siapa orang itu?" tanya sibongkok sakti segera setelah tertegun beberapa saat "Cepat katakan, kau tak usah jual mahal lagi?"
"Aaaai . . . kecuali dia masih ada siapa lagi." Mendengar ucapan itu air muka sibongkok sakti langsung berubah
hebat. "Apakah ... apakah Tong hong Pacu"
"Benar, dia menanti kehadiranmu dihutan bambu
digunung Lak Ban san, katanya kau harus segera pulang
sebab ada urusan penting hendak di bicarakan denganmu."
"Dia cari aku?" teriak sibongkok sakti tubuhnya mulai gemetar. "Dia . . dia cari aku" tidak mungkin bagaimana tak mungkin tidak mungkin."
Agaknya ia sudah tahu apa yang hendak dikatakan
Tonghong Pacu kepadanya, maka berulang kali ia berseru
"Tidak mungkin."
"Eeeeeeh bongkok, sebenarnya karena persoalan apa sih
sampai gembong iblis itu mencari dirimu?"
"Apa sangkut pautnya antara urusan ini denganmu?"
tiba2 sibongkok sakti berteriak gusar.
Melihat orang itu gusar, Hiat Goan Sin koen jadi amat
terperanjat, tapi ia sudah kenal watak sibongkok sakti ini
maka ia tidak sampai gusar dibuatnya hanya dengan dingin
ia berseru: "Eeeei bongkok, kau . . ."
"Monyet! bukankah kau adalah sahabat karibku?" tukas si bongkok sakti menjerit aneh, ucapan ini sama sekali
diluar dugaan siapapun.
Walaupun sibongkok sakti dengan Hiat Goan Sin koen
satu lurus yang lain sesat. tapi persahabatan mereka sangat akrab.
Pertanyaan ini segera memancing hawa gusar simanusia
monyet, kontan ia maki kalang kabut:
"Neneknya, kita sudah bersahabat selama puluhan tahun
lamanya, kenapa kau ajukan pertanyaan seperti ini pada
saat ini ?"
"Kalau memang benar, bagus sekali." seru si bongkok sakti sambil menghembuskan napas panjang, "Monyet,
sekarang urusan amat gawat dan luar biasa sekali aku harus
buru2 pulang, sedang Tonghong Pek menderita luka parah,
ia sekarang berada dalam kereta, tolong merepotkan kau
jagalah kesehatannya, setelah lewat perbatasan kalian tak
boleh kembali kegunung Lak Ban-san lagi, kalau tidak jadi
setanpun aku tak akan mengampuni dirimu !"
Beberapa patah kata ini segera membuat Hiat Goan Sinkoen melongo dan berdiri terbelalak, ia tak tahu apa yang
harus diucapkan.
Dalam pada itu selesai berbicara, sibongkok sakti segera
enjotkan badannya ketengah udara.
Setelah bersalto beberapa kali, ia melayang ke atas
pelana kuda tunggangan Hiat Goan Sin-koen dan kaburkan
binatang tersebut cepat2, tidak selang beberapa saat


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bayangannya sudah lenyap tak berbekas.
Perubahan ini terjadi sangat mendadak, meski pun Hiat
Goan Sin-koen adalah seorang jago lihay tak urung dibikin
kelabakan juga.
"Eei bongkok, kau sudah edan ?" teriaknya.
Ucapan ini tak mungkin dijawab lagi, sebab waktu itu
sibongkok sakti sudah pergi jauh sekali.
Tonghong Pek yang ada dalam keretapun segera
menongolkan kepalanya sambil berteriak:
"Suhu ! suhu !"
"Suhumu sudah pergi jauh !"
"Kalau begitu cepat kita kejar !"
"Kejar ?" Hiat Goan Sin koen tertawa getir. "Apakah kau tak mendengar apa yang ia katakan" aku tidak ingin ia jadi
setanpun tidak mau lepaskan diriku!"
"Tidak boleh jadi, aku harus kembali ke gunung Lak-Ban san."
Kendari Hiat Goan Sin koen merasa keheranan setelah
mendengar sibongkok sakti melarang ia membawa Tong
hong Pek pulang kegunung Lak Ban san, tapi sebagai
seorang jago kawakan yang banyak pengalaman ia merasa
dibalik persoalan ini masih terselip latar belakang yang
serius, bagaimanapun juga ia harus turuti omongannya.
Maka dari itu air mukanya segera berubah membesi,
dengan nada tegas ia menggeleng.
"Tidak bisa, persoalan ini tak dapat kau putuskan
sendiri!" Tong hong Pek semakin cemas lagi, dari pembicaraan
yang dilakukan antara Hiat Goan Sin koen dengan
gurunya, ia bisa menarik kesimpulan bahwa diatas gunung
Lak Ban san telah terjadi peristiwa yang gawat sekali.
Sebagai seorang lelaki sejati tentu saja ia tak ingin berpeluk tangan belaka.
Mendengar permintaannya ditolak Tong hong Pek segera
melangkah keluar dari kereta, tapi lukanya terlalu parah,
baru saja melangkah setindak ia tak kuasa berdiri dan segera roboh keatas tanah.
"Hey, apa yang kau lakukan?" tegur Hiat Goan Sio-koen kaget.
"Kau . . kau tak mau membawa aku pulang ke gunung
Lak Ban san . . aku . . aku bisa pulang sendiri!" teriak Tong hong Pek sambil berusaha merangkak bangun.
Dengan sempoyongan dan jatuh bangun ia tinggalkan
kereta menuju kedepan, napasnya terengah-engah bagaikan
kerbau, ingin sekali ia merangkak naik kekursi kusir tapi
terasa sukar bagaikan mendaki kelangit.
Menyaksikan perbuatan sianak muda itu Hiat Goan Sin
koen mendengus.
"Tong hong Pek, jangan dikata kau masih menderita
luka parah, sekalipun ilmu silatmu masih utuhpun, jangan
harap bisa kau robohkan diriku."
"Memang aku tak bisa robohkan dirimu, tapi kalau kau
tak mau membawa aku pulang kegunung Lak Ban san, aku
bisa putuskan urat2 nadi ku dan bunuh diri."
Mendengar ancaman ini Hiat Goan Sin-koen amat
terperanjat ia mencak2 sambil berteriak:
"Jangan, jangan, mari kita rundingkan dulu persoalan
ini." "Bagus, kalau begitu segera antarkan aku pulang
kegunung Lak Ban san!" teriak Tong hong Pek dengan
napas terengah engah,
"Aaai . . . ! apakah kau tidak mendengar apa yang
dikatakan si bongkok sebelum berangkat tadi?"
"Tentu saja aku mendengar Sin koen, kau harus tahu
suhu hanya takut aku pergi menempuh bahaya, tapi
bagaimanapun aku harus pergi ke sana!"
Ucapan dari sianak muda ini memang masuk diakal, tapi
Hiat Goan Sin koen tahu bukan alasan itu yang ditakuti
sibongkok sakti, tapi ia tak ingin mempertemukan Tong
hong Pek dengan Tong hong Pacu.
Sebab Tong hong pacu bukan lain adalah ayah kandung
Tong hong Pek. Hiat Goan Sin koen segera tertawa getir.
"Kalau memang kau kukuh terus tak mau mendengarkan
nasehatku, akupun tak bisa berbuat apa2 lagi. ." sembari bicara tangannya seraya diulapkan se akan2 kehabisan
daya. Tapi pada waktu itulah, mendadak jari tengahnya
disodok kedepan melancarkan sebuah totokan udara
kosong. "Sreeet..." diiringi desiran tajam serangan tadi segera menyambar keluar, jangan dikata pada saat ini ilmu silat
Tong hong Pek sudah punah, sekalipun tidak, berada dalam
keadaan tidak menduga sulit baginya untuk menghindarkan
diri. Dalam sekejap saja darah Cian cing-hiat pada bahunya
sudah tertotok oleh serangan menotok diudara kosong dari
Hiat Goan Sin koen setelah berhasil simanusia monyet itu
segera meloncat kedepan, jari tengahnya bekerja berulang
kali menotok enam, tujuh tempat disekeliling tubuh Tonghong Pek, dengan kejadian ini tidaklah mungkin bagi si
anak muda itu untuk bunuh diri.
Setelah urusan selesai ia baru menghembuskan napas
lega, sambil berkata:
"Sekarang beres sudah, akan ku bopong kau naik
kekereta dan menghantarkan dirimu ketempat yang
sepantasnya kau pergi."
Tong hong Pek merasa amat gusar, tapi setelah tujuh,
delapan buah jalan daratnya tertotok, ia tak dapat bicara
lain kecuali mengawasi si manusia monyet dengan
pandangan gusar.
"Eeeei... kau tak usah melototi diriku dengan mata
malingmu." seru Hiat Goan Sin koen sambil membopong
pemuda kedalam kereta "Aku tak dapat membawa dirimu
ke gunung Lak Ban san, hal ini disebabkan aku harus
mendengarkan pesan gurumu sibongkok sakti kalau kau
mau salahkan nah, pergilah silahkan suhumu sendiri"
Saat ini Tong hong Pek merasa gusar bercampur
mendongkol, diam2 ia menghela napas panjang, pejam
mata dan membiarkan dirinya dibopong Hiat Goan Sinkoen masuk dalam kereta.
Demikianlah selama puluhan hari ia berbaring terus
didalam ruangan kereta, kemanakah ia dibawa oleh
manusia monyet tersebut ia sendiri pun tak tahu.
Kendari begitu, selama ini ia tak pernah tersiksa, Hiat
Goan Sin-koen melayani dirinya dengan seksama, setiap
kali menghidangkan makanan, jalan darahnya ditotok bebas
tetapi urat nadinya dicekal terus.
Suatu hari ketika senja telah tiba, Tonghong Pek merasa
kereta yang dikusiri Hiat Goan Sin koen tiba2 berhenti.
Diikuti terdengar derap kuda berkumandang datang dan
tempat kejauhan, menanti derap kuda tadi berhenti
terdengar seseorang menegur.
"Siapa anda?"
Orang itu merandek lalu berseru lirih:
"Bukankah anda. . anda adalah Hiat Goan Sin koen?"
Wajah Hiat Goan Sio koen sudah terkenal di seluruh
kolong langit maka dan itu tidak sulit bagi siapapun untuk
mengenalinya. "Sedikitpun tidak salah." terdengar Hiat Goan sin koen menjawab dengan suara berat.
Selama puluhan hari ini sudah banyak yang didengar
Tong hong Pek lewat jendela kereta, dia tahu selama ini
Hiat Goan Sin koen selalu berusaha mencari obat mujarab
guna menyembuhkan lukanya dari tiap orang Bu lim yang
ditemuinya baik permintaan itu dilakukan secara kasar
maupun halus, maka ia tidak heran dan bisa menduga kalau
kali inipun simanusia monyet melakukan hal yang sama.
Sementara Tonghong Pek masih berpikir terdengar orang
itu kembali bertanya:
"Entah apa maksud kedatangan Sin koen?"
"Aku ingin berjumpa dengan Ciang cungcu kalian."
Tong hong Pek diam2 terperanjat, ia dapat menduga
yang disebut Ciang cungcu ini pastilah ketua perkampungan
Han Gwat Cung yang amat tersohor dalam dunia
persilatan, cungcu mereka bernama si raja akhirat berwajah
dingin Ciang Gwat Hao.
Bukan itu saja, pemuda itupun merasa hatinya tergetar
sebab perkampungan Han Gwat Cung ini justru terletak
disebelah utara pegunungan Lak Ban San, atau dengan
perkataan lain berada sangat dekat dengan tempat
kediaman gurunya.
Keinginan untuk melarikan diri segera muncul dalam
benaknya, ia akan menggunakan kesempatan dimana jarak
dengan rumah sudah dekat, akan pulang dan membantu
gurunya. Dalam pada itu Hiat Goan Sin koen yang ada diluar
kereta mulai tidak sabar menanti lebih jauh, tapi ia tetap
berusaha menahan emosi, terdengar ia berkata:
"Anak murid seorang sahabatku terluka parah, aku
mohon lagi sebutir teratai raksasa berusia seratus tahun dari Cung cu. agar kesehatannya dapat segera sembuh kembali."
"Sin koen, setiap orang Bu lim tahu teratai itu masak tiap seratus tahun, selama dua puluh tahun Ciang cungcu cuma
mendapat tujuh butir, permintaan anda ini bukankah rada
keterlaluan dan hanya mencari gara2 dengan kami ?"
"Kau bukan Ciang Cungcu, kenapa begitu bawel dan
tahu kalau ia tak mau memberi " aku ingin berjumpa
dengan cungcu, kau suka memberi laporan tidak ?" teriak Hiat Goan Sin-koen gusar.
Orang itupun tidak paham.
"Kalau tidak kulaporkan, kau mau apa ?" jawabnya.
"Plook-..!" diiringi suara cambuk, orang itu menjerit kesakitan. jelas Hiat Goan Sinkoen telah turun tangan
memerseni orang itu dengan sebuah cambukan.
Kereta kembali bergerak menerjang kedalam, diikuti
suara makian, serta bentakan gusar berkumandang dari
empat penjuru. Hiat Goan Sin-koen benar2 nekat, ia terjang terus orang2
itu dan melarikan keretanya kedalam, sampai kemudian ia
membentak dan menghentikan keretanya secara tiba2.
Dari tempat kejauhan terdengar suara tertawa dingin
berkumandang datang tiada hentinya.
Tertawa orang itu amat sinis dan adem bagaikan dalam
gudang es, begitu menyeramkan sampai bulu kuduk padi
bangun berdiri OodwoO Bab 10 Sebentar kemudian terdengar suara langkah kaki yang
berat selangkah demi selangkah bergerak mendekat, Tonghong Pek merasa kereta bergetar keras kudapun mulai
meringkik ketakutan.
Pada waktu itulah Hiat Goan Sin koen baru buka suara
berkata: "Ciang cung cu, beginikah cara perkampungan Han
Gwat Cung menerima kedatangan seorang tamu ?"
Suara tertawa dingin kembali berkumandang, hanya kali
ini suara tersebut muncul kurang lebih beberapa tombak
dan kereta. "Hiat Goan Sin koen !" orang itu menjawab dengan
suara mengerikan "Kalau kau datang ke perkampungan
Han Gwat Cung untuk bikin onar, maka kedatanganmu
telah keliru tempat."
"Ciang Cung Cu !" Hiat Goan Sin koen pun tak mau
unjuk kelemahan, ia tertawa dingin pula.
"Aku datang dengan membawa seorang pasien, aku
mohon kau suka memberi sebutir teratai raksasa
kepadanya, mau beri atau tidak terserah padamu, tidak
sepantasnya kau menegur dengan suara kasar !"
Gelak tertawa seram kembali menggema ditengah
kesunyian. "Sungguh bagus sekali caramu berpikir, kau anggap ada
berapa banyak teratai raksasa yang masak tiap seratus tahun itu " kalau setiap orang Bulim berbuat seperti kau, dan
membawa orang yang terluka datang keperkampungan Hao
Gwat Cung kami, meski tiap tahun aku mendapat hasilpun
takkan cukup untuk memenuhi kebutuhan kalian !"
Sekarang, Hiat Goan Sin-koen tak berani mengumbar
napsu lagi, terpaksa ia tertawa serak.
"Hee..hee...hee... Ciang cungcu, kau harus tahu
keadaannya pada saat ini rada berbeda, sang pasien yang
kubawa datang mempunyai asal usul yang besar !"
Tonghong Pek yang mendengar perkataan ini diam2
tertawa getir. "Seandainya ucapan itu ditujukan kepada jago kelas dua atau kelas tiga, sebagai murid si bongkok sakti mungkin
akan dihormati."
pikirnya. "Tapi Cungcu dari perkampungan Han Gwat Cung bukan manusia sembarangan, mungkinkah ia mau kasih muka?"
Ia tertawa getir dan mulai merangkak bangun membuka
jendela kecil didepan kereta dan melongok keluar, ia
hendak menggunakan kesempatan sewaktu Hiat Goan Sinkoen bertempur melawan Ciang Cung-cu ia akan melarikan
diri. Sementara itu simanusia monyet sudah meloncat turun
dari atas kereta, sedangkan Ciang Gwat Ang tetap berdiri
tak berkutik ditempat semula, bukan saja ia membungkam
dalam seribu bahasa, bahkan wajahnya berubah semakin
dingin dan kaku sehingga membuat orang bergidik
ketakutan. Wajahnya kurus kering tinggal pembungkus tulang
kulitnya berwarna abu2, bibirnya ungu dan pucat, boleh
dikata ia lebih mirip sesosok mayat hidup.
Sebenarnya ia berdiri didepan kereta, menjumpai Hiat
Goan Sin-koen meloncat turun, bagaikan sebatang pit
tubuhnya melayang mundur empat, lima depa kebelakang.
Setelah berdiri tegak, Hiat Goan Sin koen segera berkata:
"Kau jangan pergi, akan kuceritakan asal usul dari pasien yang kubawa datang ini."
"Cepat katakan."
"Tidak bisa jadi" tapi dengan cepat simanusia monyet menggelengkan kepala, "Orang lain tak boleh ikut
mendengar rahasia ini, sebab rahasia ini terlalu besar."
"Hiat Goan Sin-koen, kau anggap aku adalah seorang
bocah cilik berusia tiga tahun ?" jengek Cang Gwat Han sambil tertawa seram, "Menempelkan telinga didekat
bibirmu dan mendengarkan obrolanmu. lalu kau turun
tangan membokong diriku " Hmm ! enak benar ucapan itu."


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ciang cungcu, kau salah besar, kalau tidak dapat
dipercaya terhitung jagoan apakah diri kita ini ?" seru Hiat Goan Sin koen sambil menggeleng, "Kalau kau takut aku
membokong dirimu. Nah, silahkan kau cekal dahulu urat
nadiku." Sambil berkata simanusia monyet maju menghampiri
orang itu, gerakan Ciang Gwat Han sungguh amat cepat
sekali, baru saja orang itu maju ia sudah kebaskan ujung
bajunya menggulung pergelangan Hiat Goan sin koen dan
mencengkeram urat nadinya.
Menyaksikan kejadian itu Tong-hong Pek amat
terperanjat tapi ia tak dapat berbuat apa2 kecuali
memandangi simanusia monyet itu dengan hati kebat kebit.
"Sekarang kau sudah lega hati bukan ?" terdengar Hiat Goan Sin koen bertanya dengan wajah tenang.
"Bagus sekali. Nah, cepat katakan !"
Hiat Goan Sin koen menghampiri orang itu semakin
dekat, lalu berbisik lirih disisi telinga Ciang Gwat Han.
Beberapa patah kata ini diutarakan amat lirih, kecuali
ketua kampung tersebut, boleh dikata orang lain tak
mendengarnya sama sekali.
Beberapa saat kemudian tampak air muka Ciang Gwat
Han berubah hebat.
"Benarkah ?" ia berseru.
"Kalau aku berbohong biarlah Thian mengutuk diriku !"
Ciang Gwat Han tertegun beberapa saat lamanya,
kemudian baru berkata kembali:
"Kalau begitu silahkan masuk kedalam perkampungan,
teratai raksasa pasti akan kupersembahkan untukmu."
Hiat Goan Sin koen tertawa, "Ciang cung-cu, kau
sungguh dermawan, aku rasa budi pertolongan ini tentu
akan diingat selalu oleh orang2 itu." katanya.
"Aaah. . hanya satu pemberian kecil, aku tidak
mengharapkan balasan apapun. ." sahut Ciang Gwat Han
buru2 sambil tertawa getir.
Ia lepaskan cekalannya pada tangan Hiat Goan Sin koen
lalu meloncat naik keatas kereta ber-sama2 manusia monyet
itu, sebentar kemudian kereta melaju kembali kedepan.
Menyaksikan Ciang Gwat Han yang hebat ternyata
begitu menurut dan suka menyerahkan teratai berusia
seratus tahun kepadanya, Tong hong Pek keheranan, ia tak
tahu apa yang telah di ucapkan Hiat Goan Sin koen kepada
orang itu. Roda bergelinding dengan ramainya sebentar kemudian
mereka sudah tiba disebuah tanah lapang luas depan pintu
perkampungan Han Gwat Cung, dan kereta tersebut
berhenti didepan sebuah bangunan megah.
Ketika Tong hong Pek dipayang turun dari atas kereta,
pemuda ini merasakan suatu perasaan yang sangat aneh,
hal ini disebabkan sekeliling perkampungan tak nampak
adanya pepohonan ataupun rumput, empat penjuru penuh
batu2 an berbentuk aneh dan mengerikan.
Batu2 itu ada yang berwarna hitam pekat, ada pula yang
berwarna merah, bentuknya kukoay. runcing menyeramkan, kecuali itu terdapat pula kayu2 kering ada
yang mirip burung ada pula yang mirip binatang, aneh dan
mengerikan Ketika Tong hong Pek turun dari kereta, Ciang Gwat
Han dengan sepasang matanya yang hijau menyeramkan
mengawasi dirinya dari balik atas hingga kebawah begitu
tajam sinar matanya sampai pemuda itu merasa bergidik.
Tapi Ciang Gwat Haa tidak mengucapkan sesuatu,
dengan berjalan didepan ia membawa ke dua orang itu
masuk kedalam sebuah ruangan.
"Sin koen!" kata Ciang Gwat Han kemudian "Untuk menelan teratai seratus tahun, masih harus dibutuhkan
darah segar dari beberapa ekor binatang, sebab dengan
demikian kasiatnya baru kelihatan untuk mengumpulkan
binatang2 tersebut paling cepat kita harus membutuhkan
waktu selama tujuh hari lamanya.
"Soal itu sih tak penting aku rasa, Ciang cungcu tentu tidak menampik bukan kalau kita harus mengganggu
selama beberapa hari dalam perkampungan anda ?"
"Aaaah, tentu tidak, tentu tidak. . . " jawab Ciang Gwat Han tertawa paksa," hanya saja cayhe punya satu
permintaan yang kurang sesuai."
"Ooow, tidak mengapa. silahkan cungcu utarakan"
"Dalam perkampungan kami masih ada sedikit urusan
yang tak ingin diketahui orang asing, lebih baik kalian
berdua jangan pergi kemana2 dan yang penting ajak anak
buahku bercakap2."
"Soal ini Ciang Cungcu boleh berlega hati, asalkan kau suka mengesampingkan sebuah halaman untuk kami diami,
bukankah itu lebih bagus?"
"Benar, memang begini paling bagus! memang begini
paling bagus!"
Ia bertepuk tangan beberapa kali segera muncul dua
orang lelaki kekar jalan menghampiri.
Ciang Gwat Han segera berpesan.
"Bawalah kedua orang tamu terhormat ini ke pagoda
Siauw Coei Khek, jangan berayal dan baik2lah melayani
segala keperluannya!"
Dengan sangat hormat kedua orang itu mengiakan,
begitulah Hiat Goan Sin koen serta Tong hong Pek segera
diantar melewati beberapa ruangan dan tiba ditepi telaga,
luas telaga itu kurang lebih dua hektar, air telaga berwarna hijau semu merah, kelihatan sangat aneh sekali.
Ditengah telaga berdiri sebuah pagoda yang dibangun
sangat indah dan megah, kedua orang lelaki itu segera
meloncat keatas sampan melepaskan tali pengikat dan
berseru: "Silahkan kalian berdua naik keatas perahu?"
"Waaah. . waaaah. . bagusnya sih bagus tempat ini
bukankah kalian hendak mengurung kami secara halus.
Kedua orang itu tidak menggubris, seakan2 mereka tak
pernah mendengar ucapan dari Hiat Goan Sin koen
simanusia monyet itu tak bisa berbuat lain, kecuali
memayang tubuh Tonghong Pek naik keatas perahu.
Kedua orang lelaki tadi segera mendayung perahunya
bergerak ketengah telaga menuju kepagoda tersebut.
Tangan kedua orang itu besar sangat kuat, perahu
bagaikan terbang melaju kedepan, tidak selang beberapa
saat kemudian mereka berempat sudah tiba dalam pagoda
tersebut dimana mereka disambut oleh empat orang lelaki
berdandan sebagai pelayan, Kepada keempat orang pelayan
itu kedua orang lelaki tersebut menyampaikan pesan2 dari
Ciang Gwat Han, kemudian meloncat kembali kedalam
perahu dan berlalu.
Dalam pada itu Hiat Goan Sin koen memeriksa keadaan
pagoda itu dengan seksama, bangunan tersebut terdiri dari
dua tingkat bukan saja di bangun amat megah, bahkan
perabotnya mewah dan mempesonakan, hanya saja kalau
tak ada perahu mereka susah untuk meninggalkan tempat
itu barang setengah langkahpun.
Menyaksikan keadaan ini Hiat Gwat Sin koen meraba
amat mendongkol, ia tidak menyangka Ciang Gwat Han
bisa menahan mereka berdua dengan cara halus.
Meski demikian, karena ada permintaan kepada orang
lain, terpaksa si manusia monyet ini menahan sabar sambil
diam2 mengeluh.
Tonghong Pekpun diam2 menghela napas panjang,
semula ia mengira masih ada kesempatan untuk melarikan
diri tapi sekarang setelah tahu dirinya terkurung ditengah
telaga ia jadi mengeluh, sebab bukan dengan demikian
usahanya untuk melarikan diri jadi gagal " " "
Pelayanan keempat orang pelayan itu amat seksama,
tidak selang beberapa saat kemudian sayur dan arak telah
dihidangkan Setelah bersantap merekapun membawa kedua orang itu
menuju kekamar tidur, Tonghong Pek kebetulan mendapat
kamar yang saling berhadapan dengan kamar Hiat Goan
Sin koen. Setibanya dalam kamar pemuda itu jatuhkan diri
berbaring diatas ranjang, pikirannya amat kalut, membayangkan keadaan suhunya yang pergi menjumpai
musuh tangguh, tak kuasa ia menghela napas panjang.
"Tong hong Kongcu, kenapa kau menghela napas
panjang." tiba2 dari belakang tubuhnya terdengar suara teguran.
Ucapan ini muncul sangat mendadak, Tonghong Pek
yang tidak menyangka ada orang menegur dirinya pada
waktu itu jadi sangat terperanjat hampir2 saja badannya
terbanting jatuh keatas tanah, buru2 ia cekal pinggiran
jendela dan berpaling.
"Aaah, Tonghong Kongcu, maaf sekali, kehadiranku
yang tak disangka telah mengejutkan dirimu!" kembali
orang itu berseru.
Kiranya orang yang muncul dalam kamarnya bukan lain
adalah ketua perkampungan Han Gwat Cung Ciang Gwat
Han adanya. "Aaaah . . ternyata Ciang cungcu!" buru-buru Tong hong Pek berseru dengan wajah jengah. "Entah apa maksud
kedatangan cungcu kemari."
Air muka Ciang Gwat Han berubah memberat, tapi
kelihatan jelas kalau ia berusaha keras untuk membaiki
Tong-hong Pek. "Binatang2 yang dibutuhkan untuk menelan teratai
seratus tahun sudah kuperintahkan orang untuk mempersiapkannya." ujar orang itu "Cayhe sedikit mengerti tentang ilmu pertabiban maka dari itu sengaja kudatang
kemari untuk periksakan dahulu denyutan jantung kongcu."
"Aaaah , . harus merepotkan diri Ciang cungcu, cayhe
mana berani."
Ciang Gwat Han mengucapkan beberapa patah kata
kesopanan, lalu mencekal tangan Tong-hong Pek dan
menempelkan ketiga jari tangannya keatas nadi pemuda itu,
beberapa saat kemudian ujarnya:
"Luka yang kongcu derita sangat parah, tapi kau tak usah kuatir setelah menelan teratai seratus tahun tersebut dalam tiga hari lukamu akan sembuh kembali seperti sedia kala.
Sejak dibokong oleh Loei Sam, keadaan Tong hong Pek
boleh dikatakan mirip seorang cacad, kini mendengar
dalam sepuluh hari ia bakal sembuh kembali seperti sedia
kala, hatinya sangat gembira.
"Terima kasih Cungcu" buru2 serunya.
Ciang Gwat Han bangun berdiri bergendong tangan dan
berjalan mondar-mandir dalam ruang, dipandang gerak
geriknya se akan2 ia hendak mengutarakan sesuatu, hanya
tak berani mengucapkannya keluar:
Menyaksikan keadaan orang itu, Tong hong Pek segera
berkata. "Ciang cungcu, Teratai raksasa sulit sekali untuk
didapatkan berkat hadiahmu kepadaku, seumpama dalam
hati kau mempunyai kesulitan, katakanlah keluar."
"Tong hong Kongcu, aku memang ada satu persoalan
ingin mohon pertolongan ayahmu?" sahut Ciang Gwat
Duri Bunga Ju 12 Rahasia 180 Patung Mas Karya Gan Kl Dendam Iblis Seribu Wajah 8

Cari Blog Ini