Ceritasilat Novel Online

Jago Kelana 9

Jago Kelana Karya Tjan I D Bagian 9


serangannya ini jari tangannya telah menggunakan tenaga
sebesar sembilan bagian, kalau berganti orang lain yang
kena dicengkeram olehnya dengan keadaan semacam ini
niscaya tulang pergelangannya akan remuk hancur.
Lain halnya dengan Ciang Ooh, semakin besar tenaga
yang menyerang dari luar semakin dahsyat pula tenaga
perlawanan muncul dari tubuhnya, tentu saja tulang
pergelangannya tidak sampai patah.
Meskipun demikian urat nadi adalah suatu tempat yang
penting dimana menguasai seluruh urat syaraf ditabuh, kini
setelah dicengkeram oleh gembong iblis itu, tenaga
perlawanan yang timbul dari Ciang Ooh pun peroleh
kerugian yang amat besar.
Berada dalam keadaan seperti ini, kendari ada segulung
tenaga dahsyat yang memantul balik, tetapi perempuan
tengkorak itu gagal untuk melepaskan cengkeraman lima
jari Tonghong Pacu.
Menyaksikan hal itu, diam2 gembong iblis nomor wahid
dari kolong langit ini merasa kegirangan.
Dalam pada itu. dengan suara keras Hiat Goan Sin koen
simanusia monyet berteriak lantang:
"Eeei Tonghong sianseng, kau adalah tokoh sakti nomor
wahid dikolong langit, apakah kau tidak merasa malu
menghadapi orang lain dengan cara yang demikian
rendah?" Tonghong pacu pura2 tidak mendengar, ia berlagak
pilon, malah sambil mendongak perdengarkan suitan
nyaring. Dalam kenyataan dalam hati kecil gembong iblis tersebut
telah punya rencana bagus, ia hendak bereskan dahulu diri
Ciang Ooh kemudian semua
orang yang berada dihadapannya satu persatu akan dibunuh habis. Waktu itu
siapa lagi yang tahu bahwa ia pernah merobohkan orang
dengan cara yang rendah serta memalukan"
Maka dari itu ia bersuit panjang menutupi bentakan
gusar dari Hiat Goan Sin koen, bersamaan itu pula tangan
kirinya membalik "Braak!" serangannya bersarang telak diatas jalan darah "Hoa Kay Hiat" yang berada didada Ciang Ooh!
Jalan darah Hoa Kay Hiat merupakan salah satu
diantara tiga jalan darah kematian ditubuh manusia kecuali
Pek Hwee Hiat dibatok kepala serta urat nadi disepasang
tangan, walaupun dari tubuh Ciang Ooh mengeluarkan
tenaga perlawanan, tak urung serangan Tonghong Pacu
jauh lebih dahsyat datangnya.
"Braaak . . !" terdengar Ciang Ooh menjerit aneh, tubuhnya meronta keras.
Dasar tenaga Iweekang yang dimiliki Ciang Ooh luar
biasa, setelah terhantam begitu berat rontaannya telah
menggunakan tenaga yang tak terkira dahsyatnya.
Tonghong pacu segera merasakan segulung tenaga besar
meluncur keluar dari dalam tubuh, tak kuasa kelima jari
tangannya mengendor dan Ciang Ooh berhasil melepaskan
diri dari cengkeraman.
Tonghong Pacu terperanjat, ia sadar apabila Ciang Ooh
berhasil lolos dari cengkeramannya, dus berarti ia sudah
sia2 bertindak sebagai manusia rendah yang membokong
orang dengan cara memalukan.
Ia tak rela membiarkan perempuan sinting itu
meloloskan diri, begitu Ciang Ooh meloncat mundur
kebelakang sepasang telapaknya segera berkelebat melancarkan dua serangan dahsyat
Datangnya dua serangan itu teramat dahsyat membuat
orang merasa sesak napas, tentu saja Ciang Ooh tidak kuat
menahan diri, apalagi ia berada dalam posisi sempoyongan
setelah berhasil lolos dari cengkeraman.
"Braaak. . ." bagaikan layang2 putus benang, badannya mencelat ketengah udara dan terlempar kebelakang sejauh
tiga empat lebih.
Tampaklah perempuan sinting itu terlempar kedalam
tumpukan pohon bambu sehingga membuat beberapa
batang bambu melengkung kedalam memunahkan hampir
sebagian besar dari tenaga lemparan tersebut, menanti
tenaga tekanan telah lenyap, badannya memantul kembali
kearah Tonghong Pacu terlempar oleh kekuatan beberapa
batang bambu yang melengkung tadi.
Tonghong Pacu adalah manusia cerdik, ilmu silatnya
pun lihay namun mimpi pun ia tidak menyangka tubuh
Ciang Ooh yang terlempar jauh secara tiba2 bisa memantul
balik dengan gerakan begitu cepat, ia tertegun dan berdiri
melongo. Dalam pada itu diiringi jeritan aneh dari Ciang Ooh,
bagaikan anak panah terlepas dari busurnya tubuh
perempuan itu menubruk kearah Tonghong Pacu.
Gembong iblis nomor wahid dari kolong langit ini
teramat kaget, badannya segera menekuk kebawah, hawa
murni disalurkan kedasar kaki kemudian secara tiba2
bergeser tiga empat depa kesamping meloloskan diri dari
terjangan Ciang Ooh.
Bukan begitu saja, ambil kesempatan ketika tubuh Ciang
Ooh menyambar lewat dari sisi tubuhnya, ia segera
menyambar kedepan, kelima jari tangannya bagaikan kuku
garuda mencengkeram kaki lawan.
Ciang Ooh bisa memantul balik bukan atas kehendak
sendiri melainkan karena terlempar oleh daya pental pohon
bambu, rasa kaget yang luar biasa membuat seluruh tenaga
dalam yang dimiliki perempuan itu menyelimuti segenap
badan, ketika merasakan datangnya cengkeraman otomatis
perempuan itu memberikan reaksinya, suatu tendangan
kilat segera dilepaskan.
Tonghong Pacu terperanjat, ia tidak menyangka
serangannya menemui kegagalan, sebaliknya pihak lawan
melancarkan serangan belasan dengan tenaga demikian
besar, untuk berkelit tidak mungkin . . tahu2 tendangan
perempuan itu sudah menyelonong masuk menghajar
iganya dengan telak.
"Braak. . ." tubuh Tonghong Pacu tergetar keras lalu mundur selangkah kebelakang, dimana kakinya menginjak
permukaan tanah segera muncullah sebuah liang yang
dalamnya kurang lebih setengah depa lebih.
Setelah terdorong mundur selangkah Tong-hong Pacu
belum berhasil menguasahi diri badannya bergoyang lalu
mundur pula dua langkah kebelakang.
Setelah mundur dua langkah sekali lagi badannya
bergoyang keras dan mundur tiga langkah, dengan
demikian seluruhnya ia terdorong sejauh lima langkah.
Dalam pada saat itu tubuh Ciang Ooh pun terbanting
jatuh keatas tanah, namun dengan demikian sebatnya
perempuan itu segera meloncat bangun dan berdiri kembali
dengan sinar mata berkilat, seakan2 ia mulai dibikin naik
pitam oleh keadaan yang memaksa.
Tiga puluh tahun berkelana, belum pernah Tonghong
Pacu menderita kerugian sebesar ini, meski ia tidak sampai
terbanting keatas tanah, hawa darah sukar ditahan lagi,
secara lapat2, selapis hawa merah darah memancar diatas
wajahnya, hawa napsu membunuh mulai menyelimuti
benaknya. Lambat2 ia putar badan, kepada Lieh Hwee Sin Tuo
serta Hiat Goan Sin koen serunya:
"Ehmm bagus. . bagus sekali, pembantu yang kalian
undang benar2 luar biasa."
Menjumpai air muka Tonghong Pacu tiba2 berubah jadi
merah darah, dalam hati Lie Hwe Sin Tuo serta Hiat Goan
Sin koen merasa terkejut bercampur girang, sebab setiap
orang yang memiliki tenaga dalam amat sempurna, jikalau
menderita luka dalam, niscaya wajahnya akan menunjukkan perobahan seperti itu.
Dan kini air muka Tonghong pacu telah berubah hebat,
hal ini menunjukkan apabila tendangan dari Ciang Ooh tadi
telah mengakibatkan ia menderita luka dalam.
Tetapi menyaksikan bahwa napsu membunuh yang
terlintas diatas wajah mereka pun merasa terperanjat,
mereka sadar Tonghong Pacu telah membenci mereka
hingga merasuk ketulang sumsum.
Dengan keraskan kepala Hiat Goan Sin-koen segera
berkata. "Tonghong sianseng, aku lihat tidak kecil kerugian yang kau derita, lebih naik cepat-cepat menyerah saja . . aku
takut kerugian yang sangat kecil akan mengakibatkan
menderita kerugian besar."
"Hmm ! baik sampai jumpa lagi lain kesempatan."
Melihat gembong iblis itu hendak berlalu. Si Soat Ang
yang berada disamping segera berseru tertahan:
"Jangan biarkan dia . ."
Belum sampai maksud kata2nya diutarakan Tonghong
Pacu telah bersuit panjang, badannya bergerak laksana kilat meluncur kedepan. dalam sekejap mata bayangan tubuhnya
telah lenyap dari pandangan, sebaliknya Ciang Ooh yang
melihat Tong hong Pacu telah berlalu jadi kegirangan
setengah mati. "Heeei . . eeii . . coba kalian lihat, ia sudah pergi! dia sudah pergi." teriaknya sambil mencak-mencak.
Lieh Hwee Sin Tuo, Hiat Goan Sin koen, Tonghong Pek
serta Si Soat Ang bungkam dalam seribu bahasa.
Semula mereka membawa datang Ciang Ooh kemari
adalah bertujuan menggunakan ilmu silat yang dimiliki
perempuan sinting itu untuk mengalahkan Tonghong Pacu,
kini Tonghong Pacu telah berlalu seharusnya mereka
merasa gembira, tapi pikiran lain telah menyelimuti benak
mereka, sekarang baru sadar sekalipun Ciang Ooh berhasil
mengalahkan gembong iblis itu, tetapi urusan belum selesai
sama sekali. Luka dalam yang diderita Tonghong Pacu tidak terlalu
berat tidak selang beberapa hari ia sudah sembuh kembali,
tentu saja ia siap membalas dendam setelah kekuatannya
pulih kembali, siapa yang bisa berjaga dari setiap saat atas pembalasan dari gembong iblis itu"
"Eeeei . . kenapa kalian?" tiba2 terdengar Ciang Ooh menegur sambit melototkan matanya.
Hiat Goan Sin koen si manusia monyet tertawa getir.
"Meskipun saat ini kita berhasil mengusir dia pergi, tetapi ia sudah pasti akan balik langit" katanya.
"Sekalipun datang lagi kenapa kita harus takut" kalau ia datang lagi, apakah aku tak bisa usir dia pergi" ada aku
disini, kalian tak usah takut."
Hiat Goan Sin koen menghela napas panjang, ia tidak
bicara lagi. Dalam pada itu Lieh Hwee Sin Tuo telah menggerakan
badannya lari kedalam gubuk diikuti Tonghong Pek dari
belakang, tetapi setelah melangkah masuk kedalam ruangan
mereka berdua sama2 berdiri tertegun.
Ruangan kosong melompong tak nampak sesosok
bayangan manusia pun, suasana sunyi sepi.
"Suhu, dimana sunio?" tanya Tonghong Pek dengan
nada cemas. "Aku . . aku sendiripun tidak tahu!" jawab Lieh Hwee Sin tuo sibongkok sakti lemah, air mukanya pucat pias
bagaikan mayat.
Mereka berdua segera berteriak memanggil nama
sunionya. tetapi tak kedengaran suara jawaban.
"Mari kita cari secara berpisah!" akhirnya si bongkok sakti berseru.
Mereka berdua sama2 mundur keluar dari ruangan,
seraya menekan bahu Tonghong Pek si bongkok sakti itu
berpesan. "Kau harus berhati-hati, seandainya berjumpa dengan
Tonghong Pacu, jangan berkata apapun segera putar badan
dan berlalu?"
Tonghong Pek adalah seorang pemuda berwatak keras,
suruh dia putar badan melarikan diri apabila berjumpa
dengan musuh tangguh, sebenarnya sangat bertentangan
dengan prinsip hidupnya! Tetapi menyaksikan air muka
gurunya begitu serius, maka setelah berpikir sejenak ia
mengangguk. "Aku mengerti," Bibir sibongkok bergetar seperti mau mengucapkan sesuatu, tapi akhirnya ia menghela napas
tidak bicara lagi, tangannya segera diulapkan!
Tong Hong Pek segera berkelebat kesamping untuk
mulai pencariannya terhadap jejak sunio nya. belum
beberapa langkah Lieh Hwee Sin Tuo telah berseru
kembali. "Kau harus ingat, seandainya bertemu dengan suniomu..." tiba2 ia merandek.
Sebenarnya ia hendak berpesan apabila bertemu dengan
sunionya iapun dilarang bicara, segera putar badan dan
berlalu, Sebab ketika mengucapkan kata2 tersebut ia hanya
berpikir jangan sampai Tonghong Pek mengetahui asal usul
yang sebenarnya.
Tetapi ketika ucapan telah diutarakan setengah jalan ia
mulai teringat kembali, kepergian Tong hong Pek kali ini
adalah hendak mencari jejak sunionya, lucu sekali kalau ia
suruh pemuda itu segera berlalu setelah orang yang dicari
ketemu, maka dari itu ia lantas membungkam.
Sementara itu Tonghong Pek telah berhenti sambil
menanti ucapan selanjutnya, tunggu punya tunggu tidak
kedengaran juga gurunya sibongkok sakti meneruskan
kata2nya, maka ia lantas bertanya:
"Setelah bertemu dengan sunio, apa yang harus aku
lakukan ?"
Dari dalam saku Lieh Hwee Sin Tuo ambil keluar
sebatang anak panah bersuara, sambil menyerahkan benda
itu ketangan sianak muda pesannya:
"Seumpama kau berhasil temukan jejak sunio-mu,
lepaskanlah anak panah bersuara ini, aku segera akan
datang menemui kalian."
Tonghong Pek ragu2, namun akhirnya anak panah


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bersuara itu diterimanya juga.
"Suhu!" katanya, "Seandainya kau berhasil menemukan jejak sunio, kaupun harus lepaskan anak panah bersuara
untuk memberi khabar kepadaku."
Lieh Hwee Sin Tuo mengangguk mengiakan.
Demikianlah Tonghong Pek segera meluncur kedepan,
seraya berlalu teriaknya keras2:
"Nona Si, kau serta Ciang Ooh berdirilah di sana, jangan sembarangan berlalu."
Si Soat Ang mengiakan gadis inipun tidak banyak bicara.
Begitulah Lieh Hwee Sin Tuo, Hiat Goan Sin koen serta
Tonghong Pek segera berlalu dari sana, gerakan tubuh
mereka amat cepat, dalam sekejap mata telah lenyap dari
pandangan. Sekeluarnya dari hutan bambu, mereka bertiga segera
berpisah. Untuk sementara kita tinggalkan dahulu Lieh Hwee Sintuo serta Hiat Goan Sin koen, bercerita tentang Tonghong
Pek dalam pada itu sekeluarnya dan hutan bambu ia lantas
berlari menuju ke selatan.
Ia tak tahu sunionya berada di mana " terpaksa
sepanjang perjalanan ia melakukan pencarian dengan
seksama, ketika berjalan tiga lima li jauhnya mendadak ia
dengar suara air dan tiba di samping sebuah selokan!
Tonghong Pek berhenti sejenak ditepi selokan tersebut,
menghela napas panjang lalu mengempos tenaga meloncat
naik keatas sebuah batu besar ditepi selokan tadi dan mulai mengawasi keadaan sekeliling tempat itu.
Tiba2 dari antara semak belukar sekitar batu besar itu
berkumandang suara rintihan yang lemah dan mengenaskan. Rintihan itu amat lirih dan rendah, kalau bukan didengar
dengan cermat hampir saja tak kedengaran.
Tonghong Pek kaget, ia pasang telinga dan sekali lagi
mendengarkan dengan seksama, sedikit pun tidak salah
suara itu memang suara rintihan yang lirih sekali.
"Siapa?" tegur Tonghong Pek sambil melayang turun, hatinya penuh rasa curiga.
Pertanyaan itu diulang sampai beberapa kali namun tak
kedengaran ada suara jawaban, badannya segera berkelebat
masuk kedalam semak, menyingkirkan pepohonan disekitarnya, dan segera ditemui sesosok tubuh manusia
terkapar diatas tanah, wajahnya menempel diatas tanah.
Punggung orang itu masih kelihatan bergetar jelas
jiwanya belum sampai putus dan cuma menderita luka
parah belaka, suara rintihan lirih tadi berasal dari orang ini.
Buru2 Tonghong Pek maju ke depan berjongkok dan
membangunkan tubuh orang itu, Dia adalah seorang
pemuda kurus yang berwajah pucat pias.
Tonghong Pek segera cekal urat nadi pemuda itu dan
periksa denyutan jantungnya, ia merasa pemuda itu sudah
amat lemah sekali setiap saat kemungkinan besar jiwanya
bisa melayang. Tonghong Pek tertegun, dengan lengan sebelah
merangkul kepala pemuda itu tangan lain menempel diatas
punggungnya ia salurkan hawa murni kedalam tubuh orang
lain. Seperminum teh lamanya telah berlalu, per-lahan2 baru
nampaklah orang itu membuka sepasang matanya.
Walaupun sepasang matanya telah terbuka namun sinar
matanya masih sayu, jelas
ia belum menangkap pemandangan yang terbentang dihadapannya itu.
Ia pentang matanya lebar2 bibirnya bergetar ingin
mengucapkan sesuatu namun tak sepatah katapun berhasil
diutarakan. "Sahabat, jangan terburu napsu," cegah Tonghong Pek dengan suara dalam "Ada perkataan utarakan saja nanti!"
Orang itu tidak menggubris. kembali ia paksakan diri
untuk mengutarakan beberapa patah kata.
"Cepat... cepat... cepat kejar..."
Tonghong Pek menghela napas panjang hawa murni
yang disalurkan keluar diperbesar sehingga seluruh tubuh
pemuda itu bergemetar, ucapannya makin banyak dan
suaranya semakin keras.
"Cepat... cepat kejar Loei Sam !"
"Apa Loei Sam ?" seru Tonghong Pek terperanjat.
"Loei Sam...dia...dia merampas tanda pengenal dari Si
Thay sianseng"
Makin didengar Tonghong Pek merasa semakin
terperanjat, setelah mendengar nama "Loei Sam" pemuda tersebut menyadari persoalan ini luar biasa dan mimpipun
ia tidak mengira kalau peristiwa tersebut menyangkut pula
Si Thay sianseng tokoh maha sakti dari kolong langit
dewasa ini, ia tertegun, kemudian serunya:
"Lalu apakah anda adalah anak murid dari Si Thay
sianseng ?"
Karena mendengar pemuda itu mengatakan bahwa Loei
Sam telah merampas tanda pengenal dari Si Thay sianseng,
ini berarti dia adalah anak murid manusia luar biasa
tersebut. "Aku bukan anak muridnya." sahut orang itu dengan napas ter-engah2, "Aku she Liem. . Si Thay sianseng titip kepadaku..."
Bicara sampai disitu ia tak kuat lagi menahan diri,
wajahnya berubah semakin hebat. Dasar wajah yang pucat
kian memutih sehingga terlintas hawa hijau yang
menyeramkan. Tonghong Pek sadar keadaan tidak menguntungkan, ia
tahu bilamana orang ini tidak cepat ditolong maka jiwanya
pasti akan segera melayang.
Dalam keadaan cemas, ia ambil keluar anak panah
bersuara milik suhunya dan siap dilepaskan untuk mohon
bantuan sibongkok sakti tersebut.
Mendadak.,.dari belakang tubuhnya berkumandang
datang suara seseorang sedang berkata:
"Cepat menyingkir, dia akan mengumbar hawa
amarahnya..."
Tonghong Pek semakin terperanjat lagi, ia kenali suara
tersebut sebagai suara dari Tonghong Pacu.
Pemuda kita tertegun, hawa murninya segera di
emposkan siap meluncur kedepan dan melarikan diri.
Tetapi bersamaan waktunya, pemuda yang berada dalam
rangkulannya tiba2 memperdengarkan suara yang sangat
aneh. Perubahan ini benar2 berada diluar dugaan Tonghong
Pek, barusan saja untuk bicarapun pemuda itu tidak kuat
bahkan sebentar lagi akan putus nyawa, tapi kenyataan saat
ini ia masih sanggup memperdengarkan jeritan sedahsyat
ini. Dengan cepat Tonghong Pek melompat bangun, sedang
pemuda itupun tiba2 meronta bangun dan berdiri pula,
ditengah gerakan itulah tanpa sengaja sepasang lengannya
yang direntangkan menghantam diatas bahu Tonghong
Pek. Gaplokan ini benar2 luar biasa sekali, Tonghong Pek
yang sama sekali tidak bersiap sedia segara terpukul mental dan jatuh terpelanting diatas tanah.
Peristiwa ini sangat tidak masuk diakal, maka dari itu
setelah terpelanting sejauh tiga lima tombak Tonghong Pek
segera bangun, ia sudah lepaskan Tonghong Pacu. sambil
memandang pemuda itu dengan ter-mangu2..
Dalam pada itu pemuda tersebut mulai bertingkah
bagaikan orang gila, sepasang tangannya diayunkan kesana
kemari menyertai deruan angin tajam.
Sementara itu selangkah demi selangkah Tong-hong
pacu berjalan mendekati pemuda tadi dari sepasang
matanya memancar keluar cahaya berkilat, semua
perhatiannya dicurahkan keatas tubuh lelaki itu.
Ketika Tonghong Pacu berjalan mendekat tadi, pemuda
she Liem itu masih tidak merasa, menanti gembong iblis
tersebut sudah berada empat lima depa dari tubuhnya,
laksana deruan angin puyuh tiba2 ia putar badan sambil
melancarkan sebuah jotosan keatas dada Tonghong Pacu.
Pukulan ini datangnya sangat cepat bahkan disertai
deruan angin dahsyat, kekuatannya luar biasa sekali.
Mendadak Tonghong Pacu berhenti. "Braakk..."
serangan tadi dengan telak bersarang diatas dadanya
sehingga menimbulkan suara keras.
Gerak-gerik Tonghong Pacu kalem sekali, tiba-tiba
tangan kanannya berkelebat cepat mencengkeram pergelangan pemuda itu, hardiknya dengan suara bagaikan
guntur. "Liem Hauw Seng, kau masih kenal akan diriku"!"
Pemuda itu bukan lain adalah Liem Hauw Seng yang
mendapat tugas dari Si Thay sianseng untuk menyampaikan kabar kedalam lembah Coei Hong Kok
digunung Go bie.
Bentakan dahsyat tersebut benar2 luar biasa, tubuh Liem
Hauw Seng yang masih meronta bagaikan orang gila tiba2
merandek lalu menjadi tenang kembali.
Ketenangan membuat hawa hijau yang melapisi
wajahnya semakin menebal, saat ini seluruh wajahnya
hampir boleh dikata telah berubah hijau ke hitam2an.
Setelah tertegun beberapa saat, Liem Hauw Seng mulai
alihkan sinar matanya memandang sekejap kearah
Tonghong Pacu, tiba2 ia berseru.
"Kau . . kau adalah Tonghong . . Tonghong sianseng?"
"Haa. . haha sungguh tak disangka, sungguh tak
disangka, sebenarnya aku pandang bakatmu kurang baik!
aku tak terima kau sebagai muridku, tapi sekarang
keadaannya berbeda, kau boleh belajar silat bersama2 Giok
Jien!" "Aku. . aku . . " sepasang mata Liem Hauw Seng melotot bulat2.
Sembari berkata ia menunduk memperhatikan diri
sendiri, seakan2 ia ingin mengetahui perbedaan apakah
yang terjadi pada dirinya.
Menyaksikan tingkah laku pemuda ini, Tonghong Pacu
mendongak tertawa terbahak 2:
"Sudahlah, jangan banyak berpikir yang bukan2, apakah
kau ingin berada bersama2 Giok Jien?"
"Tentu saja aku ingin berada sama2 dirinya, tetapi aku tak tahu ia berada dimana ?"
"Ikuti saja diriku nanti kau bakal tahu sendiri!"
Bicara sampai disini ia lantas lepas tangan, Liem Hauw
Seng mundur dua langkah kebelakang, menanti Tonghong
Pacu hendak putar badan, tiba2 pemuda itu berseri kembali:
"Tunggu sebentar!"
Air muka Tonghong Pacu berubah hebat, agaknya ia
merasa sangat tidak senang hati.
"Ada urutan apa ?" tanyanya kasar.
"Aku teringat sudah...aku teringat, ditempat itulah aku berjumpa dengan Loei Sam, ia merampas tanda pengenal
yang diserahkan Si Thay sianseng kepadaku kemudian
menghajar aku sampai menderita luka parah, ketika itu aku
berada ditepi selokan, aku lantas merangkak kedepan
hingga tiba didalam semak, lalu aku jatuh tidak sadarkan
diri?" Mendengar sampai disitu, air muka Tonghong Pacu
telah berubah beberapa kali, tiba2 ia ulapkan tangan
memotong ucapan pemuda tersebut lebih jauh:
"Loei Sam " kau telah berjumpa dengan dirinya "
sekarang ia berada dimana ?"
"Aku tidak tahu, aku telah jatuh tidak sadarkan diri...
meski tidak mati tentu akan terluka parah, dari mana
datangnya tenaga sebesar ini...apa kah kau yang menolong
aku ?" "Haa... haaa... tentu saja aku, kalau bukan aku siapa
lagi?" "Kau ?" seru Liem Hauw Seng keheranan. "Mengapa.."
mengapa kau tolong aku " kau... kau adalah..."
Sebenarnya ia hendak mengatakan "Kau adalah
gembong iblis nomor wahid dari kalangan sesat" tetapi
perkataan ini akhirnya tak berani diutarakan keluar.
Tonghong Pacu bukan manusia bodoh, tentu saja ia
mengerti apa yang hendak dikatakan pemuda she Liem itu,
dengan dingin katanya:
"Kau benar2 tidak tahu diri Giok Jien telah angkat aku sebagai guru, bukannya kau tidak tahu, apakah kan masih
belum paham?"
Liem Hauw Seng masih hendak mengucapkan sesuatu.
Tonghong Pek yang berada disisinya sudah tak kuat
menahan diri, sebab terang2-an Liem Hauw Seng
ditemukan olehnya, dari mana Tong-hong Pacu bisa
mengaku bahwa dia yang menolong"
"Tonghong sianseng." pemuda she Tonghong segera
berseru. "Tidak kusangka manusia macam kau berani
mengaku pahala orang lain."
"Siapa kau?" Bentak Tonghong Pacu sambil putar badan secara tiba2.
Kena dibentak Tonghong Pek kaget pikirnya:
"Setelah bertemu dengan Tonghong Pacu, meski tidak
melarikan diri akupun tidak sepantasnya mengusik dia..."
Walaupun kaget, berada dalam keadaan seperti ini tidak
mungkin bagi Tonghong Pek untuk melarikan diri.
Karena itu segera ujarnya: "Aku... aku..."
"Hmm! sekarang aku kenali dirimu!" dengus Tonghong Pacu ketus, "Kau adalah manusia yang datang ber-sama2


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sibongkok, siapa namamu ayoh cepat sebutkan, agar kau
jangan mati sebagai setan tak bernama."
Ketika mengucapkan kata2 terakhir, diatas wajah
Tonghong Pacu mulai terlintas hawa napsu membunuh
yang mengerikan sekali.
Tanpa sadar Tonghong Pek mundur selangkah
kebelakang, ia sadar dengan kepandaian yang dimiliki tidak
mungkin bisa menandingi Tonghong
Pacu, untuk meloloskan diri pada saat inipun tidak mungkin, satu2nya
jalan terpaksa ia coba menenangkan hatinya.
Setelah mundur dua langkah kebelakang, jawabnya
berat: "Aku bernama Tonghong Pek !"
Seluruh tubuh Tonghong Pacu bergetar keras ketika
mendengar nama itu, kemudian diikuti ia mendongak dan
tertawa terbahak2.
"Haa... haa... haa... kiranya kau adalah Tonghong Pek !"
"Hmm ! apa anehnya dengan namaku " kenapa kau
tertawa ?"
"Siapa yang melarang aku tertawa " Eeei siapakah diriku, apakah kau belum tahu ?"
"Tentu saja aku tahu."
"Nah itulah dia. mengapa kau tidak panggil diriku ?"
"Memanggil dirimu " memanggil apa kepadamu ?".
Tonghong Pek benar2 keheranan dibuatnya.
Sepasang alis Tonghong Pacu langsung berkerut.
"Oouw kiranya kau tidak tahu " apakah ibumu belum
pernah menceritakan kisah tersebut kepadamu ?"
Pada saat2 ini Tonghong Pek benar2 bingung dan tidak
mengerti apa yang dimaksudkan gembong iblis tersebut, ia
cuma tahu dirinya adalah seorang anak yatim piatu, tapi
kalau didengar dari ucapan tersebut agaknya Tonghong
Pacu kenal dengan ibunya.
Seandainya perkataan ini diucapkan orang lain Tonghong Pek tentu akan bertanya lebih jauh, tetapi
pemuda ini tahu Tonghong Pacu adalah seorang gembong
iblis nomor wahid yang ganas dan keji, ia tak boleh
mempercayai ucapannya.
"Hmm ! aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang kau
katakan." serunya sambil mendengus.
Per-lahan2 Tonghong Pacu menghela napas panjang.
"Aaii, hal ini memang tak bisa disalahkan dirimu, dan
tak bisa disalahkan pula atas ibumu, ibumu tidak pernah
menyangka kalau bisa berjumpa kembali dengan diriku,
maka ia tak pernah bercerita apa2."
"Tutup mulut!" bentak Tonghong Pek dengan gusar,
makin mendengar hatinya makin dongkol "Sebenarnya
persoalan apa yang sedang kau bicarakan terus menerus?"
"Bocah apakah kau belum mengerti" aku adalah ayah
kandungmu!"
"Apa?" Tonghong Pek tertegun, tubuhnya mulai mundur sempoyongan.
Ucapan tersebut benar2 bagaikan godam yang menghantam dadanya keras2, ia tertegun berdiri menjublek
dan tak mengerti apa yang harus ia lakukan saat itu.
"Sekarang kau mengerti bukan?" kembali Tonghong
Pacu berkata. Tiba2 Tonghong Pek menjerit, suaranya
tinggi melengking aneh sekali kedengarannya!
"Kau sedang ngaco, aku... aku adalah seorang anak
yatim piatu aku sama sekali tidak ada hubungan dengan
dirimu." Tonghong Pacu tertawa. "Mari, akan kuantar kau
menjumpai ibumu, biarlah ibumu yang menerangkan nanti,
kau pasti akan mempercayai perkataanku!"
"Aku siapakah ibuku?" tanya pemuda itu dengan napas terengah-engah.
"Aaah, apakah kau tidak tahu siapakah ibumu"
Eeehmm, benar kalau ia tidak menerangkan kepadamu,
dari mana kau bisa tahu" kalau begitu pada hari2 biasa kau
menyebut dirinya dengan sebutan apa?"
Pikiran Tonghong Pek benar2 kalut, ia benar-benar tak
mengerti perkataan apakah yang tedeng dibicarakan
Tonghong Pacu, tetapi ia mulai merasa antara dia dengan
gembong iblis nomor wahid ini pasti terikat suatu hubungan
yang erat sekali.
Dalam sekejap mata saja perbagai ingatan berkelebat
dalam benaknya, seperti apa yang dikatakan Hiat Goan Sinkoen kepada orang lain bahwa dia adalah putra dari
Tonghong Pacu kemudian larangan gurunya agar ia jangan
kembali kegunung Lak ban san lagi.
Berbagai persoalan bergabung menjadi satu membuat
pikirannya semakin kalut, sekuat tenaga ia menggeleng lalu
menjerit: "Aku... aku tidak mengerti apa yang sedang kau
katakan!" "Haaa haa kau tidak mengerti asalkan kau berjumpa
dengan dirinya, maka kau akan segera paham sendiri,
ikutilah diriku, akan kuhantar kau pergi menemui dirinya."
Bukan maju ke depan Tonghong Pek, malah mundur
selangkah kebelakang, tolaknya:
"Tidak, aku tak mau ikuti dirimu, aku masih ada urusan, maaf tak bisa kutemani diriku lebih lama."
"Kau masih ada urusan" apakah urusan ini jauh lebih
penting dari pada menjumpai ibu kandungmu sendiri?"
Tubuh Tonghong Pek bergetar keras, sekali lagi ia
mundur selangkah kebelakang.
Tetapi baru saja ia melangkah mundur, Tonghong Pacu
telah bersuit nyaring sambil membentak.
"Jangan pergi!"
Mengikuti ucapan tersebut, tiba2 sepasang lengannya
dipentang, bagaikan seekor burung alap-alap, segera
melayang dan menubruk Tonghong Pek dengan dahsyatnya. Tonghong Pek terperanjat, buru2 ia lempar badannya
kesamping namun gerakan gembong iblis tersebut benar2
luar biasa, pemuda kita hanya merasakan segulung tenaga
dahsyat menyambar lewat dan tahu2 tangan lelaki itu sudah
menempel diatas bahunya.
Bahunya seketika terasa sangat berat, bagaikan ditindihi
dengan bukit Thay san, badannya sama sekali tak dapat
berkutik, ia merasa terkejut bercampur gusar:
"Kau. . ." hardiknya keras2.
"Aku tahu mungkin kau tak rela pergi mengikuti diriku."
tukas Tonghong pacu dengan suara yang lembut, halus dan
menawan hati, "Tetapi, apakah kau tidak ingin mengetahui asal usulmu sendiri?"
Dikolong langit tak ada yatim piatu yang tak ingin
menjumpai orang tuanya, tidak terkecuali Tonghong Pek,
pemuda itu tertawa getir.
"Setelah berjumpa dengan dirinya, kau akan segera
memahami duduknya persoalan" sahut Tonghong Pacu
kembali sambil tertawa, "Sampai waktunya kalau kau tidak ingin bersama diriku, takkan kupaksa dirimu seperti aku tak pernah memaksa saudaramu harus ikuti diriku tetapi
sebelum berlalu kau harus mengetahui dahulu keadaan
saudaramu!"
"Apa . . apa yang kau katakan" apa aku masih punya
saudara?" suara Tonghong Pek yang telah kalut kini
semakin kalut. "Benar kau masih punya seorang adik, kini aku sedang
mencari dirinya dan sunio saat ia pasti kutemukan waktu
itu kita ayah anak bertiga bisa berkumpul kembali, betapa
senangnya waktu itu, mari ikutilah diriku."
Kembali Tonghong Pek meronta, tetapi makin ia
meronta pemuda itu merasakan dari tangan Tonghong Pacu
yang menekan diatas pundaknya memancarkan tenaga
aneh yang makin dahsyat.
Akhirnya Tonghong Pek menghela napas panjang dan
berdiri dengan hati putus asa, sementara itu Tonghong Pacu
berpaling kearah Liem Hauw Seng yang mana segera
berdiri dengan ketakutan.
Menyaksikan keadaan orang itu, Tonghong Pacu
mendongak tertawa ter bahak2:
"Kau tak usah pergi sekarang aku sudah temukan
kembali Tonghong Pek meski kau merengek-rengek
kepadaku tidak nanti kuterima dirimu"
Liem Hauw Seng jadi kegirangan, tanpa sadar ia berseru:
"Terima kasih cianpwee!"
"Hmm! keparat busuk yang tak tahu diri ketika kau
menderita luka parah dan menggeletak di atas tanah,
kebetulan kau berbaring diatas sumber gas bumi, maka dari
itu walaupun jatuh tidak sadarkan diri selama beberapa
hari, bukannya tewas, tenaga dalammu malah bertambah
pesat. Tetapi kau harus tahu meski hawa bumi bisa perkuat
badanmu namun kau harus tahu pula bagaimana cara
penggunaannya, mulai ini hari berlatihlah semedhi setiap
hari paling banyak kau cuma boleh beristirahat setengah
jam, bila kau berbuat demikian selama satu tahun maka
bukan saja bisa menghindari bahaya dari hawa bumi yang
bersarang dalam tubuhmu bahkan mendatangkan manfaat
yang besar bagimu."
0ooodwooo0 Jilid 14 "AKU memberi petunjuk kepadamu karena memandang
wajah Giok Jien, jangan kan anggap angin lalu disisi
telingamu."
"Terima kasih atas petunjuk cianpwee, aku tak akan
melupakan hal ini. ." sahut Liem Hauw Seng dengan wajah serius.
"Nah sekarang kau boleh pergi."
Mengikuti kibasan gembong iblis tersebut terpancarlah
segulung tenaga yang amat hebat menyapu kedepan Liem
Hauw Seng tak kuasa menahan diri, ia mundur tujuh
delapan langkah kebelakang kemudian putar badan dan
berlalu dan sana.
Menanti bayangan Liem Hauw Seng sudah lenyap dari
pandangan, Tonghong Pacu berkata:
"Lebih baik kalian bersaudara belajar silat dari aku saja, kalau tidak maka setahun kemudian dari antara angkatan
muda ilmu silatnya yang terhitung paling tinggi!"
"Kau mengatakan ia mendapat bantuan hawa bumi,
apakah itu?" tanya Tonghong Pek tertegun.
"Bahan mujarab ada dua belas macam, aku rasa kau
tentu tahu bukan, selain Angin dan salju masih ada suatu
bahan yang lebih mustajab lagi yang diimpikan oleh setiap
ahli silat yaitu tanah, bahan mustajab tanah itu tumbuh
didalam permukaan bumi, usianya ratusan tahun lebih.
Ketika Liem Hauw Seng berbaring diatas tanah yang
mana kebetulan sekali dibawah permukaan bumi tumbuh
bahan tersebut, setelah terkena hawa hangat manusia, maka
hawa mustajab tadi mengembang naik dan tanpa disadari
terhisap kedalam tubuh. seandainya ia mau berlatih rajin
selama satu tahun, maka kekuatannya akan melebihi orang
lain yang berlatih selama dua puluh tahun."
Kembali Tonghong Pek tertegun beberapa saat, lalu
ujarnya: "Sekarang kau lepaskan dia pergi apakah kau tiada maksud mencelakai jiwanya."
Ucapan ini menunjukkan betapa ragunya hati pemuda
ini atas tindakan Tonghong Pacu, ia tidak percaya seorang
gembong iblis yang tersohor akan kekejian serta
kelicikannya bisa berbuat perkerjaan mulia.
Tonghong Pacu tertawa getir "Kau adalah seorang cerdik pepatah kuno mengatakan jauhnya perjalanan dapat
mengetahui kekuatan kuda, perjumpaan yang lama dapat
mengerti watak manusia buat apa aku membela diri
sendiri!" Tonghong Pek membungkam, meski demikian ia sudah
menaruh simpatik terhadap iblis itu.
"Kita sudah sepantasnya segera berangkat !" ajak
Tonghong Pacu. la lantas berangkat kedepan, Tonghong Pek terpaksa ikut
sebab tangannya masih dicekal olehnya.
Mula2 mereka berjalan dengan lambat tetapi setelah
lewat satu li, tiba2 saja Tonghong Pacu bersuit nyaring,
badannya melonjak dan laksana kilat melayang kedepan.
Tonghong Pek dicekal lengannya hanya merasakan
desiran angin menyambar lewat dari telinganya sehingga
hampir saja tak dapat bernapas pemandangan disisinya
sama sekali tak dapat terlihat jelas.
Tonghong Pek paksakan diri mengatur pernapasan dan
dengan menggunakan segala kemampuan, kurang lebih
setengah jam kemudian barulah terdengar gembong iblis itu
membentak: Bersamaan dengan bentakan tadi Tonghong Pacu
berhenti pemuda itu lantas dapat mendengar suara air yang
memekikkan telinga, kiranya mereka berhenti di depan
sebuah air terjun yang sangat besar.
Tiga ratus li sekeliling gunung Lak ban san dikuasai
Tonghong Pek dengan hapal sekali, tentu saja ia tahu
berada dimanakah air terjun tersebut, maka dari itu
menjumpai air terjun tadi ia terperanjat.
"Kenapa begitu cepat kita tiba disini ?" serunya tertahan.
Kiranya air terjun itu terletak dilembah Hwee hoa kok.
jaraknya ada tiga puluh lebih dari selokan kecil dimana


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertemu dengan Liem Hauw Seng, sungguh tak nyana
dalam setengah jam belaka mereka tiba disini.
"Tahukah kau akan air terjun ini?" tanya Tonghong Pek sambil tertawa.
"Tentu saja tahu, sewaktu masih kecil sering kali aku
bermain air ditepi air terjun ini kau . . . ilmu meringankan tubuhmu luar biasa sekali."
Tonghong Pacu tertawa hambar, ia tetap mencekal
lengan Tonghong Pek erat2 dan maju beberapa langkah
kedepan dan tiba didepan sebuah batu besar.
Batu itu sangat besar, tingginya lebih dari perawakan
seorang manusia, agaknya benda itu digunakan untuk
menutupi sebuah gua, Ketika tiba didepan batu tadi.
Tonghong pacu kebaskan ujung bajunya, mengikuti
hembusan angin yang keras batu tadi segera bergelinding
dua depa ke samping.
Dibalik batu besar tadi muncullah sebuah mulut gua
yang lebar. "Nah, masuklah kedalam ia berada didalam!" kata
Tonghong pacu tertawa.
Tonghong Pek ragu sejenak akhirnya dengan langkah
lebar pemuda itu berjalan masuk kedalam.
Suasana dalam gua itu gelap gulita, tak nampak sedikit
cahayapun, tapi Tonghong Pek merasa bahwa Tonghong
Pacu mengikuti dibelakangnya, jelas ia bukan ditipu untuk
memasuki gua itu seorang diri, menanti setelah berbelok
suatu tikungan maka tampaklah cahaya tajam mulai
menyorot keluar dari dalam.
Makin jauh ia masuk kedalam gua itu cahaya yang
memancar keluar semakin tajam tidak lama kemudian
melewati sebuah gua mereka menembusi ke dalam lambung
bukit dan akhirnya tiba di depan sebuah lembah gua yang
hijau permai. Sekeliling lembah itu penuh dengan tebing curam, boleh
dikata suatu tempat yang menawan hati, dari dalam lembah
itulah tiba2 muncul seorang gadis menyongsong kedatangan mereka.
Ketika berada kurang lebih dua tiga tombak dari
hadapan- Tonghong Pek, tiba2 gadis itu berhenti, wajahnya
menunjukan tanda kecewa jelas ia sedang menantikan
orang yang diharapkan ternyata yang datang bukan orang
tersebut maka ia merasa kecewa.
Tonghong Pek mengawasi gadis itu tajam2, tampak
olehnya usia gadis itu masih sangat muda, alisnya tebal
dengan mata yang bulat besar wajahnya cantik menawan
hati, hanya sayang kelihatan murung sekali.
Dalam pada itu Tonghong Pacu telah berjalan mendekat,
terdengar ia menegur gadis itu:
"Giok Jien, empat patah kata rahasia yang kuturunkan
padamu apakah kau sudah latih?"
Gadis itu bukan lain adalah Giok Jien dengan sangat
menurut ia mengangguk.
"Aku . . aku . . sudah kulatih masak2"
"Omong kosong! kau tahu apa yang dimaksud dengan
berlatih masak?" tegur Tonghong Pacu dengan wajah keren.
"Keempat patah kata rahasia tersebut merupakan inti
sesungguhnya dari dasar silat perguruan kita, belum berlatih rajin selama tiga bulan tak bisa dikatakan berhasil,
bukannya kau berlatih dengan seksama malahan mondarmandir tiada berguna dalam lembah, apa sebenarnya yang
sedang kau lakukan?"
"Sunio mendengar ada suara batu yang bergelinding
maka ia suruh aku datang memeriksa!"
"Hmm, dari jauh kau memandang dirinya, kau anggap
siapakah dia?" tegur gembong iblis itu kembali sambil
menuding kearah Tonghong Pek.
"Aku kira dia adalah engkoh Hauw Seng."
"Ah .. kiranya gadis inilah yang bernama Giok Jien dan barusan ia salah menganggap diriku adalah engkoh Hauw
Seng-nya" pikir Tonghong Pek dalam hati kecilnya.
Sementara itu suara teguran Tonghong Pacu semakin
keren, ia menegur: "Bagaimana aku peringatkan dirimu
dahulu" sekarang adalah saatmu berlatih tenaga dalam
tingkat tinggi, tidak boleh pikiranmu bercabang, sebab
sedikit kurang hati2, besar kemungkinannya mendapat jalan
api menuju neraka, saat itu menyesalpun tak berguna.
Apalagi kemudian hari ilmu silatmu telah berhasil! aku
pasti akan memberi kesempatan bagi kalian untuk saling
berjumpa, apa gunanya kau pikirkan dirinya?"
Kepala Giok Jien tertunduk sangat rendah, air mukanya
berubah pucat. "Nasehat suhu sedikitpun tidak salah, akan tecu ingat
terus!" akhirnya ia berbisik lirih.
Tonghong Pek yang mendengar ucapan dari Tonghong
Pacu meski merasa ucapan ini cengli sekali, menyaksikan
keadaan Giok Jien yang mengenaskan, ia merasa tidak tega,
buru2 selanya: "Ooouw! nona adalah Giok Jien" barusan saja saya
berjumpa dengan Liem Hauw Seng toako"
"Benarkah" dia bagaimana keadaannya?" Giok Jien
segera mendongak dan buru2 bertanya.
"la sangat baik bahkan menemukan peristiwa diluar
dugaan, setahun kemudian ilmu silatnya akan berhasil
mencapai puncak kesempurnaan!"
"Aaah . . kalau begitu bagus sekali. Aaai . . hanya saja .
." merah padam selembar wajah Giok Jien. "Hanya saja aku tak bisa berkumpul dengan dirinya aku merasa amat rindu
sekali dengan dirinya.
ooooodOwooooo BAB 13 "TIDAK mengapa, tidak mengapa." Tonghong Pek
segera menghibur. "Setahun dua tahun akan lewat dengan cepatnya, dikemudian hari masih banyak kesempatan,
kenapa harus dipikirkan dengan susah payah ?"
Dengan rasa penuh berterima kasih Giok Jien melirik
sekejap kearah Tonghong Pek lalu tundukkan kepalanya
rendah2. Tonghong Pacu yang ada disisinya agak tidak sabaran,
dia menyela: "Giok Jien, dia adalah Tonghong Pek putra bungsuku."
"Aaah !" dengan hati terperanjat Giok Jien berseru tertahan.
"Nona Giok Jien, apa yang diucapkan adalah
perkataannya." ujar Tonghong Pek pula, "Aku... aku sendiri cuma tahu bahwa aku adalah anak yatim piatu, sejak kecil
dibesarkan oleh Lieh Hwee Sin-Tuo"
Tidak banyak nama tokoh sakti yang diketahui Giok
Jien, tetapi ia kenal nama Lieh Hwee Sin-Tuo, sebab Hiat
Goan Sin koen pernah membawa dia beserta Liem Hauw
Seng jauh2 dari luar perbatasan datang kemari untuk angkat
sibongkok sakti tersebut sebagai guru.
Tentu saja merekapun pernah mendengar nama
Tonghong Pek dari mulut manusia monyet tadi, buru2 ia
menjura. "Tonghong toako !" sapanya.
Dalam pada itu Tonghong Pacu yang mendengar
Tonghong Pek menampik ucapannya, ia lantas tersenyum.
"Kau telah ikuti diriku datang kemari. apakah kau masih belum percaya kalau aku adalah ayah kandungmu " Giok
Jien dimana suniomu ?"
"Sunio sedang duduk semedi didalam goa belakang
gunung" "Cepat undang dia datang, beritahu kepadanya bahwa
Tonghong Pek telah datang kesini, kau harus baik2
membimbing dirinya, kalau tidak ia bisa jatuh tertelungkup
setelah mendengar Tonghong Pek datang sebab buru2 akan
lari datang sedangkan sepasang matanya buta.
Giok Jien mengiakan, ia putar badan dan segera berlalu
dengan langkah cepat.
Dalam pada itu Tonghong Pek berdiri tertegun "Kau . .
kau hendak suruh aku bertemu . . . bertemu dengan siapa?"
"Buat apa gelisah" bukankah sebentar lagi aku bakal tahu sendiri?"
Tonghong Pek risau, hatinya penuh rasa curiga karena
tak tahan ia mondar-mandir dalam ruangan itu sambil
bergendong tangan.
Tidak selang beberapa saat kemudian terdengarlah suara
wanita berkumandang datang dari dalam lembah:
"Dimana dia" dimana dia?""
"Aaaah!" Tonghong Pek tertegun, suara tersebut sangat dikenal olehnya, walau berada dalam keadaan apapun juga
sebab dia adalah sunionya.
"Sunio?" pemuda itu segera berteriak dan meloncat kedepan. Tapi dengan cepat ia berhenti putar badan dan
menatap wajah Tonghong Pacu dengan sepasang mata
melotot bulat. "Kau sudah apakan sunioku?" hardiknya, "Bagaimana keadaannya, apakah kau tak dapat melihat sendiri ?"
Buru2 Tonghong Pek putar badan kembali, tampak
sunionya sedang berlari datang dibawah bimbingan Giok
Jien. Dalam keadaan seperti ini Tonghong Pek tidak
memperdulikan Tonghong Pacu lagi, ia segera berlari
kedepan menyongsong kedatangan ibu gurunya.
"Sunio !" kembali teriaknya keras2.
Mendengar suara Tonghong Pek berkumandang sangat
dekat dengan dirinya, Lieh Hwee hujien melengak, ia
segera berhenti tangannya mencengkeram lengan pemuda
itu, mulutnya melongo dan sesaat tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Lewat beberapa saat kemudian ia baru berkata:
"Kau... secara bagaimana kau bisa datang kemari ?"
"Tonghong Pacu membawa aku kemari."
Sewaktu menyebutkan nama gembong iblis itu,
Tonghong Pek bersikap hati2, sebab ia takut ibu gurunya
kaget, siapa nyana perempuan itu malah menunjukkan
wajah kegirangan.
"Ooouw ,. kalian sudah saling berjumpa?"
"Benar, kami telah berjumpa, dia . ."
Belum habis Tonghong Pek berkata, sunionya sudah
menimbrung. "Kalau kalian sudah berjumpa muka, bagus sekali! aku , .
aii . . , entah apa yang harus kukatakan kepadamu, selama
banyak tahun aku selalu mengelabui dirimu . ."
Jantung pemuda Tonghong Pek berdetak sangat keras,
sampai2 suaranya ikut berubah, "Persoalan apa yang kau kelabui diriku?"
"Bocah janganlah sebut aku sebagai sunio lagi. ." ujar Sunionya dengan suara lembut, "Aku. . aku . . aku bukan suniomu, aku adalah ibu kandungmu!"
Tonghong Pek tertegun, ia mundur selangkah kebelakang tanpa sadar, seandainya sepasang lengannya
tidak dicekal oleh ibu gurunya niscaya ia sudah jatuh
terjengkang keatas.
Dalam sekejap mata pikiran Tonghong Pek terasa sangat
kalut, ia tidak mengira bisa terjadi peristiwa diluar dugaan semacam ini, setelah berhasil berdiri tegak, dengan napas
ter-sengkal2 segera teriaknya berulang kali. "Bukan...
bukan! Tidak mungkin!"
"Kenapa tidak mungkin ?" tanya Lieh Hwee Hujin
sambil mendongak, air mata bercucuran membasahi
matanya yang buta. "Bocah, kau tidak berharap aku adalah ibu kandungmu ?"
"Aku bukannya tidak ingin" sahut pemuda itu terengah2. "Sunio kau harus tahu...sering kali aku berpikir, aku hanya seorang anak yatim piatu kalau aku punya
seorang ibu kandung, betapa bahagianya hatiku."
"Kau bukan anak yatim piatu" tukas Lieh Hwee Hujin cepat. "Hanya saja untuk beberapa saat aku telah
mengelabuhi asal usulmu belaka, ayahmu adalah jagoan
sakti nomor satu dikolong langit Tonghong Pacu adanya,
dan aku adalah ibu kandungmu !"
Tonghong Pek tertegun dan berdiri mematung, mulutnya
melongo matanya terbelalak, untuk beberapa saat lamanya
ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
"Bocah kau sudah mendengar ucapanku ?" tanya Lieh Hwee Hujin dengan suara gemetar.
"Aku sudah mendengar !" jawab Tonghong Pek, diluar dugaan suaranya tenang dan kalem.
"Kalau begitu panggillah aku..." kata perempuan itu.
"Sunio." Tonghong Pek segera memanggil suaranya tetap kalem dan tenang.
"Jangan panggil aku sunio" buru2 nyonya itu goyang tangan, "Aku bukan ibu gurumu !"
"Aaii Sunio, kau adalah ibuku guruku, kau tak usah
bicara lagi, aku adalah seorang anak yatim piatu, tak
seorangpun tahu siapakah orang tuaku, siapapun tidak tahu
dari manakah asal-usulku !"
"Bocah, kau harus percaya perkataanku!" Lieh Hwee Hujien kembali sambil menangis "Kalau ayahmu bukan
Tonghong Pacu, darimana aku bisa memberi nama dengan
Tonghong Pek?"
"Sunio, sewaktu masih kecil aku pernah bertanya
kepadamu, dan kau menjawab ketika menemukan aku
ditengah alas waktu itu fajar baru saja menyingsing maka
dari itu aku diberi nama Tonghong Pek!"
"Bukan, ketika itu aku membohongi dirimu, dengarkanlah perkataanku dengarkanlah aku ceritakan
seluruh kisah sebenarnya kepadamu."
Tonghong Pek masih ingin berteriak dan berseru bahwa
ia tak mau dengarkan perkataannya, tapi mimik wajah Lieh
Hwee Hujien membuat ia tak sanggup ucapkan sepatah
katapun, akhirnya ia menghela napas panjang.
"Baik. Nah mulailah bercerita!"
"Duduklah dahulu, duduklah dihadapanku dan dengarkan ceritaku." kata Lieh Hwee Hujien sambil
menarik tangan pemuda itu.
"Bocah, peristiwa ini sudah terjadi lama sekali! waktu itu aku..."
Perempuan itu menceritakan kisah lampaunya yang
penuh kesedihan, secara bagaimana ia dipermainkan


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tonghong Pacu, lalu secara bagaimana dia membopong
bayinya hendak bunuh diri dengan terjun kedalam sungai
namun berhasil ditolong oleh Lieh Hwee Sin Tuo.
Mula2 Tonghong Pek tidak ingin mendengarkan kisah
itu, tetapi apa yang diucapkan Lieh Hwee Hujin membuat
pemuda itu mau tidak mau harus mendengarkan, hatinya
terasa amat pedih sehingga tanpa terasa ia cekal tangan
sunionya erat2.
Lama sekali Lieh Hwee Hujin bercerita, sehingga
akhirnya ia menghela napas panjang dan menambahkan:
"Selama ini aku selalu mengira dia takkan kembali lagi tetapi ia telah mencari diriku kembali, sebenarnya ingin
kukelabuhi peristiwa ini kepadamu dan tidak ingin
memberitahukan kepadamu bahwa kau nasib punya ayah,
tetapi kini ayahmu telah kembali, maka terpaksa
kuceritakan keadaan sebenarnya kepadamu"
Pikiran Tonghong Pek benar2 terasa amat kalut, ia boleh
tidak percaya terhadap perkataan orang lain, tetapi ucapan
ibu gurunya mau tak mau membuat ia harus percaya.
Bukan saja kisah yang diceritakan mengandung air mata
dan darah bahkan menyangkut pula rasa sayangnya
terhadap diri sendiri selama hampir dua puluh tahun,
sekarang Tonghong Pek baru tahu rasa sayang yang
diberikan ibu gurunya selama ini sebenarnya bukan lain
adalah rasa sayang seorang ibu kandung terhadap putranya,
tak tertahan badannya gemetar keras sekali.
"Panggil aku . . bocah, panggil aku . ." terdengar perempuan itu memohon.
Kata "Ibu" hampir saja meluncur keluar dari mulutnya, tetapi ia tak sanggup mengutarakannya keluar.
Sebab kalau sampai ia menyebut "Ibu" terhadap ibu gurunya ini, itu berarti secara tidak langsung telah
mengakui Tonghong Pacu adalah ayah kandungnya sendiri.
"Bocah, mengapa kau tak sudi memanggil diriku, kau . .
kau belum percaya akan perkataanku." suara Lieh Hwee
Hujien mengenaskan sekali.
"Bukan, bukan aku tidak percaya, tetapi . . . aku masih ada satu pertanyaan yang mencurigai hatiku."
"Cepat, katakanlah nak !"
Tonghong Pek berpaling dan melirik sekejap kearah
Tonghong Pacu, ia temukan gembong iblis tersebut sedang
berdiri sambil bergendong tangan sikapnya hambar dan
dingin. Semula pemuda itu sudah menaruh simpatik terhadap
gembong iblis tersebut tapi kini setelah mendengar cerita
dari sunionya ia mulai menaruh rasa benci terhadap lelaki
ini. Setelah melirik sekejap kearahnya, kembali ia berpaling
dan berkata dengan suara berat:
"Persoalan yang masih tidak kupahami adalah setelah ia tega meninggalkan dirimu pada masa berselang, kenapa
setelah lewat dua puluh tahun ia datang mencari dirimu
kembali " apakah kau tidak curiga bahwa dia sedang
melaksanakan satu rencana keji ?"
"Tentang soal ini..."
Jelas perempuan setengah tua ini tak dapat menjawab
apa sebabnya Tonghong Pacu rujuk kembali dengan dirinya
setelah tinggalkan dia dengan hati tega pada dua puluh
tahun berselang. maka untuk sesaat dia membungkam
dalam seribu bahasa.
"Tempo dulu ia bersikap amat keji padaku, begitu tega
kau ditinggalkan, apakah kau sudi mengampuni kesalahannya ?"
Lieh Hwee Hujin berdiri ter-mangu2, jelas belum pernah
ia berpikir sampai kesitu.
"Gwat Hun, ceritakanlah kisah yang menyangkut
siluman perempuan Kiem Lan Hoa tersebut kepadanya!"
tiba2 Tonghong Pacu berseru dengan suara lembut.
"Siapakah Kiem Lan Hoa itu?" tanya Tonghong Pek
cepat. Lieh Hwee Hujin menghela napas panjang.
"Kiem Lan Hoa adalah seorang perempuan yang amat
cantik, begitu cantik wajahnya sehingga membuat setiap
lelaki yang menjumpai dirinya tentu akan tergiur dan
tergila2 kepadanya.
"Benar demikian Pek jie " sambung Tong hong Pacu, suaranya penuh dengan penyesalan, "Aku bukan seorang
rasul yang berhati suci, bahkan akupun bukan seorang
Koencu seorang lelaki sejati, aku berasal dari aliran sesat maka ketika berjumpa dengan Kiem Lan Hoa aku ter-gila2
kepadanya, dan tanpa sadar aku telah melakukan perbuatan
yang sangat merugikan kalian berdua."
"Gwat Hun" bukankah kau sudah memaafkan kesalahanku ?"
Air mata jatuh bercucuran membasahi wajah Gwat Hun.
"Benar, aku . aku sudah lupa akan kekejianmu pada
masa silam. Kiem Lan Hoalah yang membuat kau ter-gila2,
bukan maksudmu sendiri hendak tinggalkan diriku."
Tonghong Pek merasa pikirannya sangat kalut ia tak
tahu pada saat ini apa yang harus diucapkan, ia cuma
tertawa getir. "Lalu, dimanakah Kiem Lan Hoa pada saat ini?"
akhirnya ia bertanya.
Sebenarnya ucapan ini hanya diutarakan karena ia tak
tahu perkataan apa yang harus diutarakan, dalam
kenyataan mati hidup Kiem Lan Hoa sama sekali tiada
sangkut paut dengan dirinya.
Meski demikian ucapan tersebut cukup membuat air
muka Tonghong Pacu berubah hebat!
Sepasang mata Gwat Kun telah buta sementara pikiran
Tonghong Pek sedang kalut, perubahan air muka Tonghong
Pacu ini sama sekali tidak diperhatikan olehnya, sedangkan
Giok Jien pun jadi orang kurang awas, ia semakin tidak
menemukan adanya perubahan tersebut.
Tonghong Pacu benar2 manusia luar biasa, hanya
sebentar air mukanya berubah untuk kemudian pulih
kembali seperti sedia kala, segera sahutnya.
"Kiem Lan Hoa adalah putri Thian li Kaucu, suatu
perkumpulan siluman diwilayah Biauw. dia . . dia . . dia
sudah mati. Sebab siluman perempuan itu mati, ia datang mencari
diriku, sebab katanya ia selalu rindu dan teringat akan
daku" sambung Gwat Hun.
Tetapi Tonghong Pek cuma geleng kepala saja.
"Aku tidak percaya, aku benar2 tidak percaya apakah
aku. . aku sedang bermimpi."
"Pek-jie tak bisa disalahkan kalau kau punya pikiran
demikian, kau terlalu terharu sebab kejadian ini datangnya
terlalu mendadak, kalau kau berpikir dengan hati tenang
kemungkinan sekali akan bisa kau terima dan kau pahami
persoalan ini?"
"Benar. biarkanlah ! aku berpikir aku . . aku bicara
sampai disitu." tiba2 Tonghong Pek mendongak dan
menambahkan: "Aku... aku ingin berpikir seorang diri?"
"Terhadap akupun, kau tak mau bersama-sama diriku?"
seru Gwat Hun dengan wajah bersedih.
Tonghong Pek tertawa getir.
"Bukan begitu, aku bukannya tidak ingin ber-sama2
dirimu, tetapi aku ingin berpikir dulu dengan hati tenang!
Sunio, kau punya berapa orang anak, apakah aku punya
saudara?" Pertanyaan ini muncul secara tiba2 membuat Gwat Hun
tertegun. ia segera berpaling ke arah Tonghong Pacu.
"Antara aku dengan Kiem Lan Hoa telah melahirkan
seorang anak." buru2 Tonghong Pacu berseru.
Wajah Gwat Hun berkerut, suaranya berubah melengking belum pernah Tonghong Pek mendengar
sunionya bicara dengan suara melengking itu.
Terdengar ia berteriak "Anak yang dilahirkan perempuan siluman itu tak dapat menyebut saudara dengan Pek-jieku!"
"Tetapi dalam kenyataan mereka adalah saudara, bahkan
sejak dilahirkan bocah itu tak pernah bertemu dengan orang
tuanya, liku2 dibalik peristiwa ini akan kuceritakan
kepadamu di kemudian hari "
Namun dengan kukuh Gwat Hun gelengkan kepalanya.
"Tidak, aku tak mau memperdulikan persoalan ini, Pekjie tak boleh saling menyebut saudara dengan putra siluman
perempuan itu."
Sepasang alis Tonghong Pacu berkerut, agaknya ia mulai
tidak sabaran, namun wajahnya masih tersungging
senyuman. "Gwat Hun. kalau kau memahami penderitaan dari
bocah itu, maka kau akan mengampuni dirinya."
"Tidak, aku tidak akan berbuat demikian, aku tidak
memaafkan Kiem Lan Hoa siluman perempuan ini tentu
saja tidak akan memaafkan pula anaknya!"
"Gwat Hun, kau harus tahu, Kiem Lan Hoa adalah putri
dari Thian Li Kaucu, dalam perkumpulan Thian li Kauw,
orang menitik beratkan para perempuan daripada lelaki,
kalau anak yang dilahirkan adalah seorang lelaki maka
bocah itu akan disiksa per-lahan2 sampai mati!"
Meskipun Gwat Hun mengatakan tak mau memaafkan
Kiem Lan Hoa beserta putranya, namun dasar hatinya
adalah welas asih mendengar ucapan tersebut tak terasa lagi ia berseru tertahan.
"Gwat Hun, coba bayangkan. bagaimanapun juga dia
adalah putraku, dan mana aku boleh membiarkan Kim Lan
Hoa menyiksanya sampai mati?" ujar Tonghong Pacu
sambil tertawa getir.
"Maka dari itu sewaktu Kiem Lan Hoa masih berada
dalam keadaan tidak sadar, aku curi bocah itu, kebetulan
sekali pada waktu itu ada seorang pengembara sedang
berada diwilayah Biauw, maka kuserahkan bocah itu
kepadanya, dan aku pesan agar bocah itu dibawa keluar
dari wilayah Biauw makin jauh makin baik !"
"Aaah...lalu bagaimana dengan bocah itu ?" ia tidak kuasa kembali Gwat Hun bertanya dengan hati kuatir.
"Waktu itu ketika kuserahkan bocah tersebut kepada
sang pengembara, dalam perkiraanku pencarian dikemudian hari tidak akan terlalu sulit maka aku tidak
bertanya tentang asal-usul pengembara itu, aku cuma tahu
ia she Loei, tetapi kemudian dengan susah payah aku baru
berhasil mencari tahu jejaknya, yaitu dua belas tahun
kemudian, dari mulut seseorang aku baru tahu dimanakah
bocah itu berada."
"Dia sudah berusia dua belas tahun ?"
"Benar, bahkan karena nasibnya yang baik ia sudah
diterima jadi murid oleh Si Thay sianseng, tokoh sakti
nomor wahid dari kolong langit dewasa ini."
Ucapan ini membuat Gwat Hun berseru tertahan,
sementara Tonghong Pek yang ada disamping amat
terkesiap. "Kau... apa katamu?" serunya keras2.
Tonghong Pacu menyingkap tangannya diulapkan
dengan maksud agar pemuda itu jangan buka suara dahulu.
Tetapi Tonghong Pek tak dapat menahan diri, ia malah
maju kedepan sambil mendesak:
"Tidak, aku ingin bertanya sampai jelas siapakah bocah yang kau maksud kan?"
"Aku tahu dalam hati kecilmu kau telah berhasil
menebak orang itu?"
"Perduli dengan aku, perduli siapakah dia sama sekali
tak ada sangkut pautnya dengan diriku, meski dia adalah
Loei Sam pun tiada sangkut pautnya denganku!" seru
Tonghong Pek sambil goyang tangan berulang kali,
wajahnya aneh sekali.
Sembari berkata ia mundur kebelakang sampai beberapa
langkah jauhnya dari tempat semula.
"Benar dia adalah Loei Sam." sambung Tong hong Pacu cepat, "Darimana kau bisa katakan bahwa tidak ada
hubungannya dengan orang itu" dia adalah saudara seayah
lain ibu."
"Bukan!" teriak Tonghong Pek seraya meloncat bangun.
Tonghong Pacu tidak memperdulikan dirinya lagi,
kembali ia bergumam seorang diri.
"Ketika ia berusia tujuh tahun dan
mengikuti pengembara itu mencari obat diatas gunung Go bie, secara
kebetulan bocah itu bertemu dengan Si Thay sianseng,
karena melihat bocah itu cerdik dan berbakat maka ia
diterima jadi murid, ketika itu bahkan Si Thay sianseng
sendiripun tak tahu asal usulnya ketika aku berhasil
temukan pengembara itu kemudian dibawah petunjuk
pengembara tadi aku datang ketempat tinggalnya Si Thay
sianseng waktu itu bocah tersebut sudah ada lima tahun
lamanya berada di gunung Go-bie . . ."
"Kau tidak akur dengan Si Thay sianseng secara
bagaimana persoalan ini bisa diselesaikan?"
"Waktu itu ketika Si Thay sianseng melihat kehadiranku dan mengetahui pula asal usul Loei Sam hatinya sangat
terperanjat. Selama lima tahun Loei Sam berada dalam
perguruannya, ilmu silat yang berhasil ia kuasahi benar2
luar biasa, seandainya waktu itu bocah tadi diusir dari
perguruan, niscaya rahasia perguruan akan bocor ketempat
luaran, maka dari itu setelah berunding semalaman suntuk
ia minta aku pegang rahasia dan jangan menyesatkan
pikiran Loei Sam, sebab Loei Sam menjadi seorang
manusia yang berguna bagi dunia persilatan."
"Hm... ia memang sangat memenuhi harapanmu itu."
jengek Tonghong Pek sambil tertawa dingin. Mendengar
jengekan tersebut, sepasang alis Gwat Hun berkerut,


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pek-jie, sejak kapan kau belajar mengucapkan kata2
yang begitu tak enak didengar ?" tegurnya.
"Sunio kau tidak tahu..." Belum selesai ia berkata, Tonghong Pacu telah menukas:
"Selama ini ia tak tahu asal-usulnya, Si Thay sianseng maupun aku tak pernah menceritakan rahasia ini kepada
siapapun, sebetulnya Si Thay sianseng boleh terhitung
seorang Koen cu, seorang lelaki sejati yang patut dipuji,
terhadap bocah ini baik sikap maupun dalam mewariskan
ilmu silatnya ia tak pernah pilih kasih, maka selama ini pula aku menjaga rahasia ini dan tidak mengatakan kalau dia
adalah putraku."
Ia merandek sejenak untuk menghela napas panjang,
setelah itu sambungnya lebih jauh:
"Sebenarnya aku mengira persoalan ini tak bakal terjadi perubahan, aku lihat bocah itu tumbuh jadi dewasa
dibawah didikan Si Thay sianseng, tetapi sungguh tak
nyana Loei Sam bocah ini ternyata sudah menyenangi putri
Si Thay sianseng!"
"Tentu saja Si Thay sianseng tidak akan menyetujui
perkawinan ini." seru Gwat Hun.
Tonghong Pacu mengangguk.
"Persoalan ini gampang sekali diduga, tentu saja Si Thay Sianseng tidak akan setuju tetapi hubungan mereka berdua
makin hari makin akrab dan makin intim sehingga akhirnya
urusan tak terselesaikan, dalam keadaan gusar Si Thay
sianseng hendak menghukum mati Loei Sam, dalam
keadaan semacam itu terpaksa Loei Sam mengajak
beberapa orang rekan seperguruannya untuk sama2
melarikan diri kedalam dunia persilatan."
Tong hong Pek yang berdiri disamping sebenarnya tak
ingin ikut campur, tetapi ia tak kuat menahan diri, tiba2
teriaknya. "Didengar dari ucapanmu, seakan2 Loei Sam sama
sekali tidak salah!"
"Aku memang punya perasaan demikian, aku pikir kalau
Loei Sam bukan anakku serta Kiem Lan Hoa, maka Si
Thay sianseng yang menyukai bocah tersebut tentu dengan
senang hati menjodohkan putrinya kepada bocah itu dan
tentu ia akan jadi seorang pendekar hebat, bukan seperti
sekarang keadaannya?"
Tonghong Pek tertawa dingin.
"Tetapi sewaktu ada diluar perbatasan karena aku
halangi niatnya untuk memperkosa seorang nona sehingga
menderita luka parah terbokong oleh serangannya yang
pengecut, hampir-hampir saja jiwaku melayang ditangannya."
"Pek-jie, kiranya dialah yang melukai dirimu." seru Gwat Hun terperanjat.
"Kecuali dia, dalam kolong langit tak akan muncul Loei Sam kedua yang begitu keji, begitu pengecut serta begitu
licik" sahut pemuda itu sambil gertak gigi.
"Sunio ada satu persoalan ingin kuberitahukan kepadamu, sahabat suhu, putri dari Hiat Goan Sin koen
justru mati karena diperkosa oleh bajingan Loei Sam,
manusia cabul bangsat terkutuk itu. Bajingan macam ini..."
Tonghong Pek merasa amat terharu, ia tak sanggup
melanjutkan kembali kata2nya.
"Sungguh menakutkan, sungguh menakutkan sekali"
seru Gwat Hun sambil mencekal tangan Tonghong Pek
erat2. "Kiem Lan Hoa siluman perempuan itu dari mana bisa
melahirkan anak yang terkutuk macam itu " dia...sekarang
dia berada di mana ?"
"Sekarang semua jago yang ada dikolong langit sama2
mencari jejaknya, sama2 hendak membinasakan dirinya,
kecuali lari ke Timur bersembunyi ke barat, apa yang bisa ia lakukan lagi ?"
Tonghong Pacu yang selama ini membungkam, tiba2
menghela napas panjang dan berkata:
"Dia adalah seorang bocah yang cerdik, satu kali
dianggap orang sebagai orang jahat maka ia akan berbuat
jahat terus, perasaan hati semacam ini tidak akan kau
pahami !" "Hm! mengapa sejak dahulu, sejak mulai ini sudah
dianggap orang sebagai manusia jahat ?"
"Sudah, tak usah banyak bicara lagi, mulai sekarang aku adalah ayahmu dan Loei Sam adalah saudaramu kau
mengerti ?"
Tonghong Pek merasa kepalanya mendengung keras,
persoalan pertama belum bisa diterima ia dipaksa untuk
menerima persoalan kedua, ia murung dan segera teriaknya
keras2. "Kau pun tak usah banyak bicara, sampai matipun aku
tak akan mengakui kedua hal tersebut."
"Apa maksud ucapanmu itu" apakah kau merasa malu
menganggap diriku sebagai ayahmu?" hardik Tonghong
Pacu, sepasang alisnya berkerut.
Tonghong Pek mendongak dan tertawa terbahak2.
"Haa... haa... ternyata kau tahu diri!"
"Pek jie, kau tak boleh berkata demikian terhadap
ayahmu sendiri!" jerit Gwat Hun.
Pada hari biasa Tong hong Pek selalu menghormati ibu
gurunya, tapi saat ini dalam keadaan terharu dari hati
bertolak ia tak mau tahu, ia pun menghardik keras. "Aku tidak punya ayah macam dia, perkataan dari kalian berdua
tidak sepatah katapun yang bisa kupercayai!"
Air muka Gwat Hun pucat bagaikan mayat.
"Lalu perkataan siapakah baru bisa kau percayai?"
tanyanya. "Siapapun tidak kupercayai, percuma kalian mengatakan
hal2 tersebut kepadaku, aku tidak akan percaya !" sembari berteriak ia enjot badan dan lari keluar.
"Kau jangan pergi dulu !" teriak Gwat Hun. .
Namun Tonghong Pek tidak ambil gubris, dalam dua
tiga loncatan ia sudah lenyap dibalik tikungan.
"Pek jie, seandainya
suhumu yang mengatakan kepadanu. apakah kau percaya ?" kembali Gwat Hun
berteriak napasnya ter sengkal2.
Waktu itu Tonghong Pek sudah berada jauh sekali,
meski demikian ia dapat menangkap jeritan Gwat Hun,
ucapan itu membuat badannya lemas, hampir2 saja ia jatuh
tidak sadarkan diri.
Benar, bagaimana kalau gurunya yang mengatakan
persoalan tersebut kepadanya "
Lieh Hwee Sin-Tuo adalah orang yang paling dihormati,
ia tahu sibongkok sakti gurunya tak pernah berbohong, tak
mungkin kalau ia menipu dirinya, bagaimana kalau
gurunyapun berkata demikian "
Dalam pada itu Gwat Hun masih berteriak keras2, tetapi
segera dicegah oleh Tonghong Pacu.
"Sudahlah jangan berteriak lagi, setelah ia tahu
duduknya perkara suatu saat tentu akan datang sendiri, saat ini kau berteriak sampai suaramu habispun percuma."
Ucapan itu menambah berat hati Tonghong Pek yang
sedang berlari keluar, ia makin kalap larinya makin kencang ketika itu hampir boleh dikata ia tak tahu kemanakah ia
hendak pergi. Pikirannya benar2 kalut, ia tak tahu berapa jauh sudah ia
tempuh sehingga akhirnya ia baru berhenti ketika
mendengar jeritan melengking seseorang.
Ketika ia berhenti, pemuda itu tak dapat melihat nyata
pemandangan dihadapannya, ia merasa pandangannya
kabur. . . "Tonghong toako, kenapa kau?" kembali terdengar orang itu menegur dengan suara berat.
Ketika sedang berlari tadi, Tonghong Pek sudah
merasakan kepalanya pusing tujuh keliling, badannya terasa
mau roboh keatas tanah, namun ia pertahankan diri yang
dipikirkan hanyalah meninggalkan tempat itu semakin jauh
semakin baik. Sehingga akhirnya ia berhenti karena seruan kaget dari
seseorang, kini ia kenali suara tersebut adalah suara Si Soat Ang.
Begitu berjumpa dengan orang yang dikenal, seluruh
ketegangan mengendor tenaga yang terkumpul pun jadi
buyar, kakinya jadi lemas dan tak tertahan lagi badannya
roboh keatas tanah.
Tetapi ia tidak ingin roboh, tangannya buru2 diulur
kedepan seraya berseru:
"Bimbing aku . . payang . . payang tubuhku." Orang yang sedang berlari kearahnya bukan lain adalah Si Soat Ang,
waktu itu gadis tersebutpun dapat melihat mimik wajah
Tonghong Pek mendengar seruan tersebut buru2 ia maju
kedepan. Ketika itulah tubuh Tonghong Pek rubuh lemas keatas
tanah dan tepat menumbuk diatas bahu Si Soat Ang,
dengan demikian ia selamat terbanting keatas tanah, wajah
Tonghong Pek terlihat pucat pasi bagaikan mayat, sepasang
mata mendelong dan badannya lemah, keadaannya sangat
aneh sekali. "Tonghong toako kenapa kau?" seru Si Soat Ang dengan hati cemas "Peristiwa apa yang telah kau jumpa ?"
Ucapan itu terdengar oleh pemuda itu secara lapat2 ia
tak dapat menjawab kecuali menggelengkan kepala belaka.
Beberapa saat telah berlalu, hawa murni dalam tubuhpun
bergerak lancar kembali, ia mulai menangkap jelas wajah Si
Soat Ang, ketika itu gadis tersebut sedang memandang
kearahnya dengan wajah terperanjat, mata terbelalak. Ia
tarik napas panjang lalu menjawab:
"Soat Ang, kau tak usah terkejut, aku... aku tidak apa2 !"
Mendengar pemuda itu bisa bicara, Si Soat Ang pun
berlega hati. "Tapi...air mukamu,
mengapa... mengapa
begitu menakutkan " apakah kau terkena hawa jahat?"
"Kena hawa jahat ?" Tonghong Pek segera menggeleng.
"Aaah..! kalau dibicarakan sungguh panjang sekali
kisahnya. Soat Ang, secara bagaimana kau bisa tiba disini "
apakah telah bertemu dengan guruku ?"
"Tidak." Si Soat Ang menggeleng. "Aku dengan Ciang Ooh menanti kedatangan kalian lama sekali dalam hutan
bambu, karena tidak nampak juga kalian munculkan diri
maka kami lantas ke luar, siapa sangka ditempat ini telah
berjumpa dengan dirimu !"
"Dimana Ciang Ooh?"
"la berdiri disitu!" jawab sang gadis sambil menuding kebelakang.
Mengikuti arah yang dituding Si Soat Ang, Tonghong
Pek angkat kepala, tampak olehnya Ciang Ooh berdiri
mematung disamping sebatang pohon, buru2 ujarnya
kembali: "Aku ada urusan yang sangat penting ingin cepat
bertemu dengan guruku, kalian cepat2 cari dirinya kemari "
"Apakah kau berhasil menemukan ibu guru-mu"!" tanya sang dara tertegun.
Pertanyaan ini sebenarnya diajukan tanpa maksud
tertentu, namun cukup menyakitkan hati Tonghong Pek.
Pemuda ini segera menghela napas panjang.
"Soat Ang, persoalan ini panjang sekali kalau
dibicarakan lebih baik kita temukan dulu guru ku."
ia tarik tangan Si Soat Ang untuk diajak berlalu, namun
ia sendiripun tak tahu saat ini Lieh Hwee Sin Tuo berada
dimana, maka dari itu mereka cuma berputar kalang kabut
tanpa arah tujuan.
Menyaksikan kesemuanya ini, Si Soat Ang merasa ragu2
bercampur geli, sambil depak kaki serunya. "Kau hendak mencari Lieh Hwee cianpwee apa gunanya menarik aku
untuk diajak berputar tanpa tujuan" waktu berpisah
bukanlah ia serahkan sebatang anak panah bersuara
kepadamu dan berpesan apabila kau berhasil temukan
suniomu segera lepaskan anak panah tersebut?"
Tonghong Pek segera disadarkan kembali oleh ucapan
tersebut, ia berhenti dan berseru:
"Aaah. . . benar?"
Dari dalam sakunya segera ia ambil keluar anak panah
bersuara itu. Panah tadi dipatahkan jadi dua bagian lalu di lepaskan
mengikuti arah angin dan dilempar ke atas "Darrr"
bagaikan serentetan asap merah panah bersuara tadi segera
meluncur ketengah angkasa.
Diikuti terjadi lagi ledakan dahsyat ditengah udara,
terpancarlah serentetan cahaya merah bagaikan hujan
gerimis rontok kebawah jarak se puluh li pasti dapat
menangkap cahaya tersebut. Dalam pada itu Tonghong Pek
sambil memegangi kepalanya dengan sepasang tangan
segera duduk mendeprok diatas sebuah batu cadas setelah
melepaskan tanda panah tadi.
"Tong-hong toako kelihatan sekali hatimu sangat sedih"
kata Si Soat Ang sambil berjongkok disisinya. "Mengapa tidak kau ceritakan masalahmu itu kepadaku?"
Suaranya lembut halus dan menawan hati, membuat
Tonghong Pek mendongak lalu tertawa getir.
"Soat Ang..." katanya: "Seumpama kau adalah..."
Tapi ucapan itu tidak dilanjutkan, sebagai gantinya ia
tertawa getir kembali.
"Seumpama kau kenapa " kenapa tidak kau teruskan ?"
Tonghong Pek hanya menggeleng dengan kali sedih,
sukar baginya untuk melanjutkan ucapan tersebut,
sebenarnya ia ingin bertanya: "seumpama aku adalah kakak dari Loei Sam, bagaimana sikapmu selanjutnya kepadaku ?"
tetapi ia tak kuasa mengucapkan kata2 tersebut.
Hatinya sangat terharu sehingga badannya gemetar
keras, mimik mukanya berubah makin jelek membuat Si
Soat Ang jadi bergidik.
Buru2 ia dekati badan pemuda itu sambil menegur
dengan suara keras:
"Tonghong toako, sebenarnya kenapa kau " rahasia
hatimu kenapa tidak kau utarakan secara terus terang !"
Berbicara sampai disini ia menghela napas panjang,
tunduk kepala dan meneruskan dengan hati sedih:
"Aku mengira...mengira apabila kau punya rahasia
dalam hati tentu akan dikatakan kepadaku, seperti pula
dengan diriku kepadamu."
"Soat Ang bukannya aku tak mau katakan rahasia ini
kepadamu melainkan hatiku teramat kalut, aku tak tahu
perkataan ini harus dimulai darimana ?"
Si Soat Ang mendongak, air mata jatuh berlinang
membasahi wajahnya.


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak mengapa, katakanlah per-lahan2 asalkan kau
suka bicara dengan aku ini sudah cukup."
"Mana mungkin?"
Tonghong Pek tertawa getir "Aku... aku... tadi aku telah berjumpa dengan Tonghong Pacu..."
Tiba2 terasa desiran angin tajam menyambar lewat,
Tonghong Pek serta Si Soat Ang ber-sama2 angkat kepala
tampaklah Hiat Goan Sin koen telah meluncur datang.
Agaknya simanusia monyet Hiat Goan Sin-koen dapat
menangkap ucapan itu, maka begitu tiba disana ia lantas
berseru: "Apa" kau telan berjumpa dengan Tonghong Pacu?"
Tonghong Pek buka mulut, belum sempat menjawab
tiba2 terdengar jeritan aneh dari Lieh Hwee Sin-tuo
berkumandang datang begitu tiba disana iapun berseru:
"Kau telah bertemu dengan Tonghong Pacu?"
"Benar aku telah berjumpa dengan dia suhu."
Sebenarnya Tonghong Pek hendak mengatakan "Suhu
mengapa kau begitu takut kalau aku bertemu dengan dia", tetapi watak si bongkok yang berangasan sama sekali tidak
memberi kesempatan bagi pemuda itu untuk menyelesaikan
kata2nya, sambil mendepak kaki ia membentak:
"Aku suruh kau melarikan diri, apakah kau telah
mengikuti perkataanku. ."
Tonghong Pek tertawa getir.
"Pesan dari suhu aku tak berani melupakan tetapi
keadaan waktu itu membuat aku tak bisa melarikan diri,
maka dari itu terpaksa aku harus mengikuti dirinya untuk
menjumpai seseorang."
Air muka Hiat Goan Sin koen serta Lieh Hwee Sin-tuo
kontan berobah hebat, mereka kelihatan tegang sekali.
"Manusia macam apa yang telah kau jumpai itu?" ujar Hiat Goan Sin koen cepat2 Tonghong Pek tidak menjawab,
ia berpaling dan menatap wajah gurunya tajam sekali.
"Siapa yang telah kau jumpai?" tanya Lieh Hwee Sin tuo dengan suara gemetar:
Tonghong Pek ragu2 sejenak, akhirnya sepatah demi
sepatah jawabnya:
"la ajak aku untuk bertemu dengan sunioku."
Hiat Goan Sin koen dan Lieh Hwee Sin Tuo sama2
melangkah mundur setindak kebelakang, air muka mereka
berdua berubah hebat, setelah saling bertukar pandangan
sekejap, Hiat Goan Sin koen gerakkan bibirnya hendak
bicara namun segera dicegah oleh Lieh Hwee Sin Tuo.
Tonghong Pek pusatkan segenap perhatiannya mengawasi tingkah laku gurunya, ia temukan si bongkok
sakti berdiri menjublak. napasnya ter-engah2 dan badannya
lemas sekali. "Kalau begitu, kau . . kau sudah mengerti barusan?"
tanyanya lirih suaranya perlahan dan mengenaskan sekali.
Sebenarnya Tonghong Pek masih berharap agar Lieh
Hwee Sin-Tuo bisa mengatakan bahwa apa yang dikatakan
Tonghong Pacu serta sunionya tidak benar, tak nyana
sibongkok sakti itu malah balik bertanya kepadanya.
Hal ini membuat Tonghong Pek berdiri bergidik,
mulutnya melongo dan untuk sesaat tak dapat mengucapkan sepatah katapun, dalam hati ia sama bisa
berseru: "Agaknya apa yang mereka katakan sedikitpun tidak
salah..." Beberapa patah kata ini berputar selama beberapa saat
dalam benaknya, untuk kemudian ia baru berkata.
"Kalau begitu apa yang mereka berdua katakan adalah
benar ?" Hiat Goan Sinkoen segera melengos, agaknya ia tidak
ingin mendengarkan pertanyaan semacam itu, sebaliknya
Lieh Hwee Sin-Tuo berdiri kaku menanti pemuda itu
mengulangi katanya untuk kedua kakinya, ia baru
mengangguk. "Sedikitpun tidak salah !"
Seluruh tubuh Tonghong Pek gemetar keras, ia
mendongak dan awasi kedua orang jago itu dengan
pandangan mata mendelong.
Tempo dulu ketika si manusia monyet mengatakan pada
orang lain bahwa dia adalah putra Tonghong Pacu waktu
itu, hatinya merasa geli sekali, siapa nyana persoalan yang menggelikan dahulu kini jadi kenyataan, ia benar2 adalah
putra Tonghong Pacu gembong iblis nomor wahid dari
kolong langit dewasa ini.
Tempo dulu ketika si manusia monyet mengatakan pada
orang lain bahwa dia adalah putra Tonghong Pacu waktu
itu, hatinya merasa geli sekali, siapa nyana persoalan yang menggelikan dahulu kini jadi kenyataan, ia benar2 adalah
putra Tonghong Pacu gembong iblis nomor wahid dari
kolong langit dewasa ini.
Pemuda itu benar2 tak kuat menahan diri, ia mendongak
lalu tertawa terbahak2, suaranya keras dan menyeramkan
membuat setiap orang yang mendengar merasa hatinya
bergidik, bulu kuduk pada bangun berdiri. .
Si Soat Ang yang selama ini berdiri disamping hingga
waktu itu masih belum tahu persoalan apa yang sedang
dibicarakan. kini secara tiba2 mendengar Tonghong Pek
tertawa aneh, ia jadi terperanjat.
"Tonghong toako !" teriaknya keras2. Tonghong Pek tidak menggubris, tiada hentinya ia tertawa terus, suaranya makin lama semakin menyeramkan.
Tiba2 Hiat Goan sio koen berpaling dengan amat
gusarnya, ia membentak.
"Apa yang perlu ditertawakan " kalau kau tertawa lagi, akan kutempeleng mukamu !"
Namun Tonghong Pek sudah tidak sadar, saat ini ia
tidak memperdulikan ancaman dari manusia monyet itu
lagi, malah tertawanya malahan semakin keras.
Hiat Goan Sin koen tak tahan, ia segera meloncat
kedepan, tangannya diayun menampar wajah.
Belum sampai telapaknya bersarang diwajah sang
pemuda, tiba2 Lieh Hwee Sin Tuo membentak:
"Jangan sentuh dia !"
Sembari membentak, sibongkok sakti putar telapak,
kelima jarinya bagaikan cakar garuda menangkap ketangan
Hiat Goan Sin-koen.
Buru2 simanusia monyet tarik kembali tangannya, tetapi
serangan dari sibongkok datangnya terlalu cepat, meski
pergelangannya tidak sampai kena dicengkeram namun
dimana kelima jari tangan sibongkok menyambar lewat
ujung baju Hiat Goan Sin koen telah tersambar robek. Air
muka simanusia monyet ini langsung berubah hebat.
"Bongkok! kau hendak berbuat apa?" hardiknya.
Lieh Hwee Sin Tuo menggeleng, wajahnya tampak
menyedihkan sekali, suaranya serak dan "Jangan kau
ganggu ketenangannya, biarkan dia tertawa sampai puas."
katanya. Yang dimaksudkan dia oleh sibongkok sakti bukan lain
adalah Tonghong Pek, simanusia monyet segera tertegun
dan berhenti bergerak.
Beberapa saat kemudian pemuda itu berhenti tertawa, Si
Soat Ang yang berdiri disisinya segera tarik lengannya
seraya menegur "Tong hong toako, sebenarnya apa yang
telah terjadi?"
Air muka Tonghong Pek pucat pias bagaikan mayat, per
lahan2 berhasil menenangkan diri, terdengar ia menarik
napas panjang, berkata.
"Soat Ang, kisah ini panjang sekali kalau di ceritakan."
"Perduli bagai mana panjangnya cerita ini kau harus
beritahukan kepadaku, kau harus beritahu kepadaku!"
"Tentu saja akan kuberitahukan soal ini kepadamu, mari biarlah kuceritakan kepadamu!"
Sembari berkata ia tarik tangan Si Soat Ang dan diajak
berlalu, sikapnya seakan2 ditempat ini tak ada orang ketiga lagi.
Belum sampai tujuh delapan langkah mereka berdua
berlalu Lieh Hwee Sin Tuo tiba2 membentak:
"Tonghong Pek?"
Tubuh pemuda itu bergetar keras, ia segera berhenti
namun ia tidak putar badannya sama sekali.
Lieh Hwee Sin Tuo pun tidak maju menghampiri, berdiri
ditempat semula ia menegur.
"Kau hendak pergi kemana?"
"Aku . . . aku sendiripun tidak tahu."
"Aku adalah suhumu kalau kau tidak ber-sama2 aku
hendak kemana kau pergi?"
Tonghong Pek merasa amat sedih, Lieh Hwee Sin tuo
adalah suhunya dan orang yang paling ia kagumi selama
ini, tetapi selama ini orang yang ia hormati ternyata sudah mengetahui asal usulnya, dan kini ia sudah tahu duduknya
perkara secara mendadak, pukulan bathin ini membuat
pandangannya terhadap sibongkok sakti jadi berubah.
Namun meski demikian pertanyaan itu cukup membuat
hatinya sedih. Ia tahu memang tidak sepantasnya ia menyalahkan
sibongkok sakti, si orang tua ini tentu mempunyai kesulitan sendiri, karena itu selama ini menganggap dirinya sebagai
murid, Tak kuasa Tonghong Pek tertawa getir, dia adalah
putra Tonghong Pacu, mungkinkah dia masih dianggap
sebagai anak murid Lieh Hwee Sin tuo"
Suara tertawanya mengenaskan sekali membuat siapapun yang mendengar merasa sangat tidak enak.
"Aku. . aku masih kau anggap sebagai muridmu?" ia bertanya, "Aku rasa tidak mungkin lagi!"
Ucapan ini membuat Si Soat Ang yang berada disana
jadi amat terperanjat, sebab ia tahu baik jago dari kalangan lurus maupun dari kalangan sesat sama2 menganggap
penghianatan terhadap perguruan merupakan suatu dosa
yang amat besar sekali.
Lieh Hwee Sio Tuo sama sekali tidak jadi gusar seperti
yang diduga Si Soat Ang, ia malah tertawa getir.
"Kalau begitu, kau hendak mencari ayahmu?"
Tonghong Pek amat sedih, ternyata Lieh Hwee Sin Tuo
tidak memahami perasaan hatinya, ia mendongak dan
segera tertawa aneh.
Saat ini Si Soat Ang tak dapat menahan rasa curiganya
lagi, ia segera bertanya dengan suara keras.
"Tonghong toako, apa yang kau katakan" ayahmu"
siapakah ayahmu?"
Sebenarnya pemuda itu tidak ingin menceritakan asal
usulnya kepada gadis ini sehingga ia merasa ngeri, tapi
pukulan hatin yang diterima saat ini membuat ia tanpa
sadar telah menjawab dengan suara keras:
"Ayahku adalah Tonghong Pacu, manusia yang paling
tersohor dalam kolong langit dewasa ini!"
Si Soat Ang berseru tertahan, ia mundur selangkah
kebelakang dan hampir2 tak mau mempercayai telinga
sendiri. Kembali Tonghong Pek tertawa aneh.
"Aku adalah putra Tonghong Pacu, coba kau katakan,
bukankah asal usulku luar biasa sekali?"
Si Soat Ang benar2 amat terperanjat nama "Tonghong
Pacu", membuat hatinya bergidik.
Hal ini membuat gadis itu tak tahu hatinya merasa
senang atau terkejut, ia cuma berdiri dengan mata terbelalak mulut melongo untuk sesaat tak sepatah katapun bisa
diutarakan keluar kecuali gelengkan kepalanya berulang
kali. "Soat Ang, kau tak usah goyang kepala aku benar2
adalah putra dari Tonghong Pacu." ujar Tonghong Pek
kembali, kini suaranya mencerminkan betapa sedih hatinya,
"Bukan saja Tong hong Pacu berkata demikian sunioku
berkata demikian dan sekarang seperti kau dengar sendiri,
guruku pun berkata begini!"
Pada saat itu otak Si Soat Ang telah berputar, ia mulai
merasa girang dengan jalan pikirannya, Yang ia kenali akan
diri Tonghong Pek adalah seorang murid Lieh Hwee Sin
tuo kedatangannya kesanapun tidak lain hanya bertujuan
hendak mencari tulang punggung yang bisa menjamin
keselamatannya.
Dan kini ia tahu Tonghong Pek adalah putra Tonghong
Pacu, apabila ia bergaul rapat dengan pemuda itu,
dikemudian hari siapa yang berani mengganggu dirinya
lagi" siapa yang berani mencari urusan dengan Tonghong
Pacu gembong iblis nomor wahid dari kolong langit"
Berpikir sampai disini, Si Soat Ang benar2 merasa
kegirangan, sehingga hampir2 saja ia berjingkrak dan
bersorak. Dalam pada itu Tonghong Pek dapat melihat bahwa
diatas wajah Si Soat Ang memancar keluar sinar
kegirangan, ia jadi tertegun dan segera menegur:
"Soat Ang, agaknya kau merasa kegirangan ?"
"Tentu saja aku merasa girang, apakah kau..." karena girangnya gadis itu tak dapat mengerem kata2nya.
Namun segera ia sadar, membungkam. angkat kepala
dan menatap wajah Tonghong Pek tajam2.
Dari mimik wajah pemuda itu, ia lantas tahu dan bisa
menebak bahwa Tonghong Pek agaknya merasa tidak
senang jadi putra Tonghong Pacu.
Sebagai seorang gadis cerdik ia bisa meng-ubah2 haluan
mengikuti arah tiupan angin, buru2 tambahnya:
"Apakah kau.,.kau merasa tidak senang " sekarang kau
sudah tahu asal usulmu, inilah kejadian yang patut
digirangkan dalam kolong langit, bukankah begitu
Tonghong toako ?"
"Tapi...tapi...meskipun aku sudah tahu akan asal usulku, tetapi aku berhasil membuktikan pula bahwa aku adalah
putra dari Tonghong Pacu."
"Tonghong toako, ayahmu adalah seorang tokoh sakti
nomor wahid dikolong langit."
Tonghong Pek geleng kepala, "Dia adalah gembong iblis
nomor satu dari kolong langit."
"Perduli bagaimanapun juga, setelah kau tahu bahwa dia adalah ayahmu maka kau harus berada sama2 dia belajar
silat darinya."
Seluruh tubuh Tonghong Pek bergetar keras, ia pandang
wajah Si Soat Ang dengan pandangan yang aneh, seakan2
ia sedang memandang orang lain, seorang manusia asing.
"Kenapa kau?" tegur Si Soat Ang dengan jantung
berdebar keras.


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Soat Ang, apa yang kau katakan tadi apakah muncul
dari dasar hati kecilmu?"
Dara itu sadar Tonghong Pek merasa tidak puas dengan
ucapannya, maka ia lantas melengos menjawab seenaknya.
"Urusan ini tiada sangkut pautnya dengan diriku,
bukankah Tonghong pacu adalah ayahmu?"
"Soat Ang sejak kau tahu bahwa aku telah mengetahui
asal usulku, bukannya merasa sedih kau merasa kegirangan
agaknya." "Tentu saja merasa girang sekali!"
Tonghong Pek mendongak dan menghela napas panjang.
"Aaaai . , kalau begitu siapa yang sama seperti aku"
merasa amat berduka?"
Ucapan ini diutarakan dengan amat sedih, dalam
kenyataan inilah isi hati sebenarnya.
"Tonghong Pek, aku menyadari keadaanmu!" ujar Lieh Hwee Sin Tuo sambil menghela napas panjang.
Tiba2 Tonghong Pek putar badan dan jatuhkan diri
berlutut di hadapan si Lieh Hwee Sin-Tuo, setelah
menjalankan penghormatan sebanyak tiga kali, ujarnya.
"Suhu, sejak ini kita tak usah menyebut dengan istilah guru dan murid lagi, kita berpisah sampai disini saja."
Lieh Hwee Sin Tuo tertegun, mulutnya melongo dan
sepatah katapun tak sanggup diutarakan.
Sebaliknya Hiai Gwat Sin koen yang berdiri disamping
sibongkok segera membentak keras, wajahnya berubah
merah padam. "Tonghong Pek, apa maksud ucapanmu itu?"
Tonghong Pek tidak menjawab, ia cuma tertawa getir
sambil menuding kearah Lieh Hwee Sin Tuo.
"Dia mengerti ?" katanya, Buru2 Hiat Goan Sin koen berpaling ke arah si bongkok sakti.
Wajah Lieh Hwee Sin-Tuo amat sedih bercampur
terkejut, ia mengangguk tiada hentinya:
"Benar aku mengerti, Hiat Goan, kau tak usah
mencampuri urusan kami lagi"
"Baik ! Baik ! aku tidak akan turut campur, aku tidak
akan turut campur."
"Tonghong Pek, ini hari aku baru tahu sebenarnya kau
adalah manusia macam apa !" teriak Hiat Goan Sin koen
dengan mata melotot, napasnya ter-sengkal2:
"Hiat Goan, sudahlah jangan bicara lagi".
"Kau suruh aku jangan mencampuri urusanmu, aku
sudah tidak ikut campur. apa kaupun melarang aku bicara
!" Kalau mengikuti tabiat sibongkok saat ini juga ia akan
beribut dengan manusia monyet itu, tapi sekarang ia tidak
berniat untuk berbuat demikian maka ia membungkam
dalam seribu bahasa.
Lama sekali ia tundukkan kepalanya rendah2 kemudian
putar badan dan berlalu, langkahnya lambat membuat
orang yang melihat merasa terharu, dua puluh tahun
lamanya ia merawat Tonghong Pek, sejak ia kecil hingga
ketingkat dewasa meski pemuda ini bukan putra sendiri
namun ia sayangi bocah ini bagai putra sendiri.
Tapi apa yang terjadi saat ini "...selangkah demi
selangkah Lieh Hwee Sin Tuo berjalan kedepan, beberapa
saat kemudian ia sudah lenyap dari pandangan.
Dalam pada itu Hiat Goan Sin koen memburu kedepan,
agaknya ia hendak menyusul sahabatnya sibongkok sakti,
namun ia segera berhenti, menghela napas panjang dan
berlalu dengan ambil arah yang berlawanan.
Tonghong Pek sendiri berdiri ter-mangu2 disitu, tentu ia
dapat melihat betapa runyam keadaan Lieh Hwee Sin-Tuo,
lenyapnya kegagahan siorang tua itu, memandang
bayangan tubuh gurunya yang mulai lenyap tak kuasa air
mata bercucuran.
Si Soat Ang yang berdiri disisi pemuda itu mulai merasa
tidak sabar melihat tingkah polah Tong hong Pek yang
lemah, kalau mengikuti tabiatnya ia tentu akan menyindir,
menegur dan memaki si anak muda itu, tapi saat ini ia tahu
pemuda itu adalah putra Tonghong Pacu, dan ia
membutuhkan jaminan kedamaian dari gembong iblis itu,
maka ia membungkam, ia tidak mau tinggalkan Tonghong
Pek begitu saja.
Per-lahan2 gadis ini tarik napas panjang2, dengan paksa
menahan sabar dan bertanya lembut:
"Tonghong toako, mengapa kau menangis?" Tonghong
Pek yang mulai mengucurkan air mata belaka, kini
mendengar ucapan yang menyinggung perasaan halusnya,
ia tak dapat menguasahi diri lagi, meledaklah suara
tangisan yang amat keras.
Melihat pemuda itu menangis tersedu2, Si Soat Ang
merasa geli bercampur mendongkol, ia tahu dinasehatipun
percuma maka dibiarkannya pemuda menangis sepuasnya
sementara ia sendiri menyingkir dari situ dengan hati kesal dan duduk menanti disebuah pohon besar.
Seperminum teh kemudian Tonghong Pek baru selesai
menangis sepasang matanya merah membengkak, ia putar
badan sambil membesut air mata teriaknya:
"Soat Ang ?"
Si Soat Ang melengos, duduk membelakangi pemuda itu
dan sama sekali tidak menggubris panggilannya.
Tong hong Pek tarik napas panjang akhirnya ia bangun
dan jalan menghampiri gadis itu.
Tentu saja Si Soat Ang dapat menangkap suara langkah
kaki pemuda itu menuju kearahnya, namun ia tidak putar
badan, melirikpun tidak.
Setibanya dibelakang gadis tersebut, Tonghong Pek
berdiri sejenak kemudian baru menegur dengan suara yang
pelan. "Soat Ang, kau marah?"
Si Soat Ang membungkam, otaknya berputar kencang
dan pikirnya. "Apa yang harus aku lakukan sehingga mati2-an ia tak
mau berpisah dari sisiku" cara2 yang paling tepat adalah
turuti dahulu maksud hatinya, aku tak boleh mengumbar
napsu sehingga nanti berakhir seperti Liem Hauw seng, ia
lari dari sisiku!"
Karena berpikir demikian, ia menghela napas, kemudian
jawabnya sedih. "Aku marah dengan siapa" aku marah
dengan diriku sendiri, mengapa tak dapat ikut menguatirkan dirimu dan aku bersedih atas peristiwa yang
menimpa dirimu!"
Tonghong Pek adalah seorang koencu, seorang lelaki
jujur yang sama sekali tidak pernah menduga apabila orang
lain bisa timbul pikiran keji, pikiran licik untuk
membohongi dirinya.
Tentu saja mimpipun Tonghong Pek tidak pernah
menyangka Si Soat Ang yang dicintai pada saat itu hanya
berpikir untuk kepentingan sendiri, sedikitpun tidak
pikirkan tentang dia, bahkan lain dimulut lain dihati, ia
cuma berbicara untuk merebut simpatinya belaka.
Sebagai seorang pemuda polos dan jujur mimpipun
Tonghong Pek tak pernah menyangka sampai disitu, tidak
aneh ia merasa amat terharu sehingga hampir saja
mengucurkan air mata setelah mendengar perkataan itu.
Sambil membelai rambutnya yang hitam halus bisiknya
lirih: "Soat Ang, aku tahu salah, tadi aku tidak pantas
menangis seperti anak kecil !"
Dari ucapan ini, Si Soat Ang salah mengira pemuda itu
sudah berhasil mendapat jalan keluar, hatinya jadi girang.
"Benarkah begitu ?" ia bertanya sambil mendongak.
"Tadi aku mengira walaupun kolong langit amat luas
tetapi aku tidak punya sesuatu apapun, maka dari itu aku
menangis tersedu2, tapi sekarang aku tahu aku masih punya
kau apa gunanya menangis ?"
"Tonghong toako ! apa maksud ucapanmu itu, orang
tuamu..." "Sudah, jangan mengungkap tentang mereka lagi." tukas Tonghong Pek cepat sambil mendepak kakinya keatas
tanah. "Apa maksud ucapanmu itu" seru Si Soat Ang gusar.
"Mereka adalah orang tuamu, bayangkan saja ketika berada dalam keadaan sengsara ibumu masih memberi she ayahmu
kepadamu, hal ini menandakan bahwa dikemudian hari ia
ingin agar kau mengetahui asal-usulmu sebenarnya dan
tidak lupa akan jerih payahnya, apakah sekarang kau sudah
tidak mau orang tuamu lagi ?"
Ucapan Si Soat Ang ini meski ditujukan untuk
kepentingan sendiri, namun kata2nya cengli sekali
membuat Tonghong Pek tak dapat membantah barang
sekejappun. Haruslah diketahui kesopanan pada jaman itu dipegang
teguh sekali oleh masyarakat, seorang putra harus berbakti
kepada orang tuanya, apabila tidak berbakti maka akan
dianggap lebih rendah dari binatang.
Pucat pias wajah Tonghong Pacu, lama sekali ia berdiri
ter-mangu2, untuk kemudian dengan tergagap baru
jawabnya: "Tetapi dia adalah Tonghong Pacu !"
"Jangan dikata dia adalah Tonghong Pacu, meskipun
siluman rase dari sumurpun dia tetap ayahmu, kalau tak
mau mengakui dirinya sebagai ayah karena nama besarnya
dalam dunia persilatan amat jelek, maka pertama2 kau akan
dicap dahulu sebagai anak yang tidak berbakti oleh orang
lain, coba pikirkan kalau sampai demikian adanya apakah
aku sudi berkumpul dengan dirimu?"
Tonghong Pek segera mundur selangkah ke belakang, air
mukanya berubah semakin hebat, lalu ia tertawa getir.
"Soat Ang, aku pikir . . aku pikir lebih baik mulai saat ini aku tidak berkelana dalam dunia persilatan lagi, aku hendak mencari suatu tempat yang terpencil untuk melanjutkan sisa
hidupku disana, kalau kau suka bersama diriku, maka kita
tak usah pikirkan yang tak berguna lagi, bukankah
kesemuanya itu tak berguna?"
Si Soat Ang tertawa dingin.
"Bagi kamu pribadi memang tiada urusan lagi, tapi
bagaimana dengan ibumu" Dengan susah payah ia
mengharapkan sekeluarga bisa berkumpul kembali tapi
mendadak kau lenyap, apakah ia tidak bersedih hati" aaai
teringat kembali ketika aku kehilangan ibuku sejak kecil,
sampai mimpipun aku ingin punya ibu kembali, sungguh
tak disangka kau . . kau malahan. . ."
Belum selesai ia bicara. mulutnya telah ditutup oleh
Tonghong Pek dengan tangannya, Si Soat Ang tak dapat
melanjutkan kembali kata2nya.
Untuk beberapa saat lamanya Tonghong Pek berdiri
membungkam, agaknya pada waktu itu pikirannya sedang
berputar keras.
Lewat beberapa saat kemudian ia baru menghela napas
panjang dan berkata:
"Soat Ang ucapanmu benar sekali . . . cinta kasih ibuku kepadaku tak akan kulupakan sepanjang masa, kalau aku . a
aku tinggalkan dirinya begitu saja, hatinya pasti sangat
sedih sekali, aku tak dapat berbuat demikian."
"Tonghong toako. aku tahu kau adalah seorang bisa
mengerti keadaan. ." sambut gadis she Si dengan hati
girang. Pada saat ini Tonghong Pek sudah ambil keputusan,
tetapi pikirannya sama sekali tidak jadi enteng, sebaliknya malah makin berat. sebab keputusannya sama sekali
bertolak kebelakang dengan apa yang dipikirkan dalam hati.
"Mereka berada dimana" apakah kau tidak ingin
berjumpa dengan mereka ?" tanya Si Soat Ang kembali.
Tonghong Pek tertawa getir.
"Mereka berada didalam sebuah lembah tapi sayang
ketika aku tinggalkan tempat itu dengan hati kalut, aku lupa meng-ingat2 dimanakah letak lembah tersebut aku pikir . . .
aku pikir."
"Kau pikir?" tukas Si Soat Ang hatinya cemas bercampur mendongkol, sebab pemuda itu tidak tabu dimanakah
Tonghong Pacu berdiam. "Masa tempat tinggal merekapun
tak bisa kau ingat."
"Mengapa harus kuingat?"
"Enak benar kau bicara, mengapa harus diingat-ingat"
kan mereka adalah orang tuamu?"
"Mereka adalah orang tuaku" aku pikir mereka tentu
akan datang mencari diriku, yang ku takuti justru tak bisa
menghindari mereka, apakah kau takut mereka tak berhasil
menemukan."
"Hmm sekarang kan tak dapat berjumpa dengan
mereka." Tonghong Pek melongok sejenak keadaan sekelilingnya
kemudian baru ujarnya:
"Aku masih ingat arah yang kutuju barusan mari kita,
berangkat."
Si Soat Ang amat gembira, ia segera menggape kearah
Ciang Ooh, siperempuan tengkorak yang berdiri mematung
segera berjalan datang.
Dalam pada itu Si Soat Ang kembali putar otak
bagaimana caranya menghadapi Tonghong Pacu nanti, ia
tahu ia sendiri sama sekali tiada hubungan dengan gembong
iblis itu, kesemuanya adalah dikarenakan Tonghong Pek,
maka untuk mendekati gembong iblis tadi maka ia harus2
ber-mesra2an dahulu dengan Tonghong Pek agar Tonghong
Pacu memandang dia sebagai orang sendiri.
Karena berpikir demikian badannya lantas dirapatkan
keatas tubuh Tonghong Pek, dengan amat mesranya
mereka berdua melanjutkan perjalanan kedepan.
Lima enam li sudah berlalu, makin jauh berjalan
Tonghong Pek semakin bingung sehingga akhirnya ia lupa
sama sekali darimanakah ia datang tadi.
Mau tak mak pemuda itu harus berhenti dan menengok
kesana kemari kebingungan.
"Eeei...kenapa berhenti ?" tanya Si Soat Ang sambil mendongak.
"Aku benar2 tak ingat lagi mereka berdiam di mana ?"
Si Soat Ang kerutkan dahi, saat itu ia tak mau menegur
pemuda itu lagi, cepat katanya:
"Asalkan mereka masih berada diatas gunung, mengapa
kau tidak berteriak keras memanggil mereka. . ."
Belum sempat Tonghong Pek menjawab, tiba2 terdengar
Ciang Ooh memperdengarkan suara jeritan aneh.
"Bagus kau datang lagi!"
Si Soat Ang serta Tonghong Pek sama2 putar badan,


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tampaklah ketika Tonghong Pacu sedang berdiri ditengah
sebuah jalanan kecil, waktu itu Tonghong Pacu berdiri
dengan badan merandek, matanya awasi diri Ciang Ooh
dengan sinar mata tegang, sementara Ciang Ooh sendiripun
melototi gembong iblis itu tajam2.
Sebenarnya Ciang Ooh adalah manusia sinting, siapapun
yang pernah bergebrak melawan dirinya tak bisa ia ingat
kembali terkecuali Tong hong Pacu yang memiliki ilmu silat
yang luar biasa sekali kehebatan tersebut memberikan kesan
yang mendalam baginya maka dari itu ia ingat sekali akan
Tonghong Pacu. Sebaliknya Tonghong Pek serta Si Soat Ang pun punya
perasaan yang berbeda, bagi pemuda itu ia ingat atau kata2
ayahnya suatu saat ia akan balik sendiri dan ternyata
ucapan itu tepat.
Sedangkan Si Soat Ang merasa amat girang, buru2 ia
tarik tangan Tonghong Pek untuk diajak maju sambil
menghampiri sambil berjalan iapun berseru:
"Mama, jangan bergebrak lagi dengan Tonghong
sianseng, kita adalah orang sendiri !"
Ciang Ooh tak mengerti apa yang dimaksudkan gadis
tersebut. namun mendengar ia dilarang bergebrak,
perempuan tengkorak inipun segera berdiri mematung.
Jangan dikata Ciang Ooh, Tonghong Pacu sendiripun
mula2 tercengang dan tak tahu apa yang dimaksudkan
gadis tersebut tetapi setelah menyaksikan sikap mesra
Tonghong Pek dengan gadis itu iapun lantas jadi sadar.
Setelah mengetahui apa yang dimaksudkan gadis
tersebut Tonghong Pacu tertawa terbahak2.
"Ha...ha...ha... nona adalah..."
"Tonghong cianpwee, aku bernama Si Soat Ang" buru2
dara itu memperkenalkan diri.
"Apakah nona Si adalah putrinya ?" tanya gembong iblis itu sambil melirik sekejap kearah Ciang Ooh, pertanyaan ini membuat Si Soat Ang ter-sipu2 ia tertawa malu.
"Tentang peristiwa ini panjang sekali kalau diceritakan, sekarang tidak leluasa bagiku untuk berkata."
"Bagus, bagus, usiamu masih muda namun ke
cerdikanmu luar biasa, sungguh luar biasa, sungguh hebat!"
Mendengar pujian tersebut jantung Si Soat Ang berdebur
keras, dalam dugaan sigembong iblis ini tentu akan
menerima dirinya sebagai murid. ternyata Tonghong Pacu
tidak berbuat demikian sambil berpaling ia berseru:
"Tonghong Pek!"
Tonghong Pek mendengus berat sebagai jawaban.
"Dipandang dari sikapmu yang serba susah mungkin kau
sudah bikin jelas duduknya perkara dihadapan sibongkok
bukan?" kata Tonghong Pacu sambil tertawa, Tonghong
Pek tidak tahu apa yang harus dijawab kembali ia
mendengus berat.
Tonghong Pacu mendongak lantas tertawa ter bahak2.
"Haa. . . haaa . . usiamu sudah tidak muda lagi, pada
saat seperti ini mendadak ada perubahan, tak bisa
disalahkan kalau kau merasa tidak leluasa, sekarang kau
tidak mau sebut aku, aku pun tidak akan menyalahkan
dirimu?" Tonghong Pek jadi lega hati, persoalan yang ia takuti
adalah sikap keras Tonghong Pacu untuk memaksa dia
memanggil ayah kepadanya, tetapi dengan adanya
penundaan ini sedikit banyak rasa canggung dan rikuh bisa
teratasi lebih dulu."
Maka sambil tertawa getir ia mengangguk. "Perkataanmu benar sekali !"
Agaknya Tonghong Pacu merasa kegirangan setengah
mati, kembali ia berkata:
"Aku sudah kirim orang untuk mencari balik saudaramu,
dengan kerja sama kita bertiga, kolong langit akan berada
ditangan kita, siapa yang bisa melawan kita ayah dan anak
tiga orang ?"
"Kau...kau..janganlah mendesak diriku keterlaluan."
tegur Tonghong Pek dengan alis berkerut kencang.
"Apa yang kupaksakan kepadamu " dia memang
saudaramu, meski diantara kalian memang pernah terjadi
perselisihan namun dia tetap saudaramu !"
Tonghong Pek tarik napas panjang2, ucapan tersebut
bagaikan guntur membelah bumi disiang hari bolong
membuat kepalanya terasa pening dan ber kunang2.
Ucapan gembong iblis itu tidak salah, tiada orang yang
memaksa dirinya untuk mengaku, ia boleh membenci
Tonghong Pacu, boleh pandang hina Loei Sam namun
dalam kenyataan, ia tak dapat menghapuskan kesemuanya
itu. Loei Sam tetap saudaranya dan Tonghong Pacu tetap
adalah ayah kandungnya.
Kepala terasa pening tujuh keliling, Tonghong Pek tak
sanggup berdiri tegak. seandainya disini sana tak ada pohon yang bisa digunakan untuk bersandar, ia sudah roboh keatas
tanah. Dengan pandangan dingin Tonghong Pacu awasi terus
tingkah laku sianak muda itu, menanti ia berhasil
tenangkan hatinya, ia baru berkata dengan nada dingin:
"Hmm! ternyata orang2 yang menganggap diri nya
sebagai kaum lurus punya jalan yang sama, begitu
mendengar putra Tonghong Pacu lantas dalam hati punya
bayangan bahwa orang itu adalah orang jahat" meskipun
kau adalah putraku namun sama sekali pandang hina
saudara sendiri apakah kesemuanya ini kau dapatkan
karena kau belajar silat di bawah asuhan sibongkok
tersebut?"
"Aku percaya kau bukannya tidak tahu bagaimana
tingkah laku serta perbuatan Loei Sam selama ini."
"Tentu saja aku tahu, tetapi seandainya sejak semula Si Thay sianseng menyetujui perkawinan antara Loei Sam
dengan putrinya, apakah peristiwa ini bisa terjadi?"
"Kenapa Si Thay sianseng harus kawinkan putrinya
kepada Loei Sam?" teriak Tonghong Pek.
"Kenapa tidak boleh?" Teriak Tonghong Pacu pula. "Apa jeleknya dengan Loei Sam " diantara murid2nya Loei Sam
lah paling cerdik, ilmu silat nyalah yang paling lihay,
putrinya hanya senang dengan Loei Sam seorang, apa
sebabnya Si Thay sianseng tidak setuju" sebab Loei Sam
adalah putraku, sebab Loei Sam adalah putra seorang
gembong iblis yang dianggap manusia sesat !"
"Aku rasa cukup berdasarkan alasan ini kau harus
mengerti keadaan sendiri" kata Tonghong Pek sambil
tertawa sinis. Tonghong Pacu tertawa dingin.
"Aku rasa lebih baik cepat2lah kau berpikir yang masak, kau adalah putraku, setelah jadi putraku tidak akan terjadi hal2 yang jelek terhadap dirimu, kita ayah dan anak tiga
orang segera akan jadi tokoh tiada tandingan dikolong
langit, dalam Bu lim tidak akan ada orang yang bisa
menandingi kita bertiga, kita akan jadi manusia yang paling dihormati dan paling disegani oleh umat Bu lim pada masa
kini dan mendatang"
Ketika berbicara sampai disitu, suara Tonghong Pacu
sudah berubah melengking begitu keras suaranya sampai
memekikkan telinga.
Air muka Tonghong Pek berubah hebat, ia sadar dirinya
mulai terjerumus dalam jaring laba-laba yang besar dan
kuat, tak mungkin ia bisa lepaskan diri dari belenggu itu
lagi. Mendadak. . . pada saat itulah dari tempat kejauhan
berkumandang datang suara langkah manusia, begitu cepat
suaranya dalam sekejap mata orang2 itu sudah berada
didekat mereka.
Sesaat kemudian muncullah lima enam orang dari balik
tikungan, dua orang yang berjalan di paling depan
berperawakan pendek dan kecil namun gerakan tubuhnya
cepat, mereka memakai pakaian warna hitam dan berwajah
aneh. Ketika tiba dihadapan Tonghong Pacu, mereka lantas
menjura dalam2 sambil berseru.
"Tonghong sianseng beruntung perintah yang tuan
berikan kepada kami berhasil kami laksanakan dengan
berhasil."
Dibelakang kedua orang itu mengikuti sepasang muda
mudi, mereka jalan bergandengan tangan, sedang mimik
mukanya menunjukkan perasaan heran dan tidak habis
mengerti. Sang pemuda bukan lain adalah Loei Sam sedang sang
gadis adalah Si Chen.
Dibelakang Loei Sam serta Si Chen berdiri pula dua
orang, seorang berperawakan gemuk, begitu tebal daging
badannya sampai berkumpul jadi satu dengan panca
indranya, potongan orang itu aneh sekali.
Orang kedua adalah seorang kakek tua berbaju warna
abu2, Ketika Loei Sam tiba ditempat itu dan menjumpai
Tonghong Pek serta Si Soat Ang berada disitu, air mukanya
seketika berubah hebat.
Agaknya pemuda itu ingin melarikan diri tetapi
disebabkan sekeliling tubuhnya berdiri empat orang yang
agaknya berhasil paksa ia datang kemari, maka ia batalkan
maksudnya, dengan sikap angkuh mengawasi wajah
Tonghong Pek tajam2.
Tonghong Pek mendengus dingin, ia melengos melirik
sekejap pun tidak.
"Loci Sam!" pada saat itulah terdengar Tong hong Pacu menegur dengan suara yang lembut dan lunak.
0ooodwooo0 Jilid 15 "APAKAH anda adalah Tonghong sianseng yang ingin
bertemu dengan diriku." tanya Loei Sam dengan suara
berat. "Loei Sam, mengapa kau panggil aku dengan sebutan
Tonghong sianseng?"
suara dari Tonghong Pacu kedengaran makin lunak dan lembut.
Loei Sam tertegun, ia tak tahu apa yang sedang diartikan
gembong iblis itu.
"Lalu kau suruh aku memanggil apa?" Loei Sam adalah seorang pemuda cerdik, saat ini ia dapat melihat bahwa
dibalik kejadian itu masih ada persoalan lain, tidak
mungkin Tonghong Pacu mengundang dirinya kemari
tanpa sebab, tetapi meski ia cerdik paling banter yang
terpikirkan adalah kemungkinan iblis tersebut hendak
menerima dirinya sebagai murid.
Sekalipun begitu, Loei Sam sudah merasa cukup
gembira, sebab apabila benar demikian, ia pun tak usah
takut, melarikan diri kesana kemari. siapa yang berani
mengganggu anak murid Tonghong Pacu, gembong iblis
nomor wahid paling disegani oleh umat Bu-lim.
"Sam-jie, aku adalah ayah kandungmu, apa yang harus
kau sebut terhadap diriku?" kata Tonghong Pacu sambil
tarik napas panjang2.
Loei Sam adalah seorang pemuda cerdik, ucapan
Tonghong pacu pun sederhana, bahkan seorang bocah usia
tiga tahunpun segera akan mengerti, namun saat ini ia tak
bisa berbicara, mulutnya melongo lebar2, matanya
terbelalak tak sepatah katapun bisa meluncur keluar dari
bibir. Menyaksikan keadaan putranya, Tonghong Pa cu
mendongak dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaa. . . haaa . . kenapa kau" mulutmu me longo lebar tetapi tak bersuara" kau tidak dengar apa yang kukatakan
kepadamu barusan?"
Si Chen yang ada disamping pemuda itupun ikut berdiri
tertegun, menanti teguran itu berkumandang, dara ini baru
menjerit keras.
"Suko, dia bilang kau . . kan adalah putranya."
Loei Sam tidak dapat menjawab, ia berpaling dan sambil
tertawa getir ujarnya:
"Aku... dari mana mungkin aku adalah putranya"
sumoay, aku bilang. . hal ini mana mungkin?"
Tonghong Pacu tertawa.
"Suatu ketika mendadak kau tahu akan asal usul sendiri, tentu saja rasa kaget tak bisa dihindari, keadaanmu persis
seperti kakakmu Tonghong Pek, kalian adalah saudara
seayah lain ibu."
"Apa?" sekali lagi Loei Sam terperanjat.
"Dia adalah toakomu!" kata Tonghong Pacu sambil
menuding kearah Tonghong Pek "Kalian adalah sesama
saudara. sedang aku adalah ayah kalian, yang berbeda dari
kalian adalah kamu dilahirkan oleh ibu yang berbeda."
Loei Sam berdiri tertegun, tetapi dengan cepat ia sudah
tertawa. "Aaah, kejadian ini . . kejadian ini menggembirakan
sekali, sungguh tak nyangka, sungguh tak nyangka."
"Tentu saja menggembirakan, kita ayah dan anak tiga
orang belum pernah berkumpul menjadi satu, tapi sekarang
kita sudah bertemu dan berkumpul kembali."
Loei Sam bingung, sebentar ia pandang Tonghong Pacu
sebentar memandang Tonghong Pek, dalam hati ia masih
belum paham secara bagaimana dia adalah putra gembong
iblis tersebut, dalam hati ia masih belum paham secara
bagaimana dia adalah putra gembong iblis tersebut, malah
ia senang dengan hubungan ini.
"Putra tidak berbakti Loei Sam menghunjuk hormat buat
ayah !" Tonghong pacu kegirangan ia mendongak tertawa
terbahak kemudian membimbing bangun pemuda itu.
Sementara Si Chen yang ada disisinya segera berteriak:
"Suko !"
Tonghong pacu angkat kepala. agaknya ia sudah
menduga apa yang hendak diucapkan Si Chen terhadap
Loei Sam segera serunya dengan suara berat:
"Nona Si, asal usul dari Loei Sam sudah diketahui oleh ayahmu !"
"Hal ini . . hal ini tak mungkin !" teriak Si Chen setelah tertegun sejenak.
Dia adalah putri Si Thay sianseng, bagaimana tabiat
ayahnya tentu saja gadis ini tahu jelas.
Si Thay sianseng adalah seorang manusia yang
membenci akan kejahatan, dengan Tonghong Pacu mereka
berdiri bermusuhan, seandainya Si Thay sianseng benar2
sudah mengetahui asal-usul Loei Sam, secara bagaimana ia
masih sudi menahan pemuda itu sebagai muridnya.


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jangan dikata Si Chen tidak percaya, sekali pun Loei
Sam masih menunjukkan perasaan ragu2 dan setengah
percaya setengah tidak.
"Si Thay sianseng masih hidup dikolong langit, kalau
kalian tidak percaya dengan perkataanku tanyalah sendiri
kepadanya. Ketika Si Thay sianseng mengetahui asal usul
Loei Sam, waktu itu kau sedang berusia dua belas tahun,
meski demikian ia telah turunkan sim hoat ilmu silatnya ke
pada mu, berada dalam keadaan seperti ini ia jadi serba
salah, maju tidak benar mundurpun salah."
Bicara sampai disitu ia merandek sejenak dan melirik
kearah Loei Sam.
Dalam hati Loei Sam sangat membenci Si Thay
sianseng, ia dapat membayangkan seandainya apa yang
dikatakan Tonghong Pacu saat ini benar, maka pada waktu
itu rasa sedih yang dialami Si Thay sianseng benar2 sukar
dilukiskan. "Bagus, memang
seharusnya Lambang Naga Panji Naga Sakti 4 Kesatria Berandalan Karya Ma Seng Kong Rahasia 180 Patung Mas 7

Cari Blog Ini