Ceritasilat Novel Online

Jago Kelana 10

Jago Kelana Karya Tjan I D Bagian 10


kita bikin hatinya mendongkol." tak kuasa lagi ia berseru.
Si Chen melotot sekejap kearah Loei Sam, namun ia tak
mengucapkan sepatah katapun.
Kembali Tonghong Pacu berkata.
"Benar, ketika aku tiba digunung Gobie untuk berjumpa
dengan dirinya, saat itu kalau kubawa pergi dirimu, maka
inti seri ilmu silatnya akan segera tersebar ditempat luaran, tentu saja ia tak sudi berbuat demikian, oleh karena itu ia mohon agar aku jangan mengungkap persoalan ini dan
biarkan kau tumbuh jadi dewasa di bawah asuhannya,
waktu itu aku sanggupi permintaan nya asalkan ia tidak
pilih kasih dan bersikaplah kepadamu, kalau tidak maka
asal usulmu akan segera ku bongkar."
"Ehm ! terhadap diriku memang ia tidak pilih kasih atau menganak tirikan, bahkan sampai2 ilmu silat yang tak dapat
diturunkan kepada murid lainpun telah diwariskan
kepadaku." kata Loei Sam membenarkan.
oooOdwOooo BAB 15 "HMMM ! kau bilang tidak pilih kasih" kalau ia tidak
tahu asal usulmu, maka kau sebagai murid kesayangannya
tentu akan di jodoh kan dengan putrinya, mengapa ia
melarang hubungan kalian?"
Si Chen yang ikut mendengarkan ucapan itu segera
menghela napas panjang.
"Aaaai . . kiranya karena persoalan ini, kira nya karena persoalan ini . ."
"Tidak salah. memang karena persoalan ini!" Tonghong Pacu menegaskan "Kalau dia larang putrinya kawin dengan Loei Sam masih tidak mengapa, apa sebabnya ia sebar surat
Enghiong Tiap agar seluruh umat Bu lim yang ada dikolong
langit sama2 menyulitkan Loei Sam" setelah ia ingkari janji sendiri, tentu saja akupun tidak akan mengetahui asal usul
Loei Sam!"
Setelah mendengar perkataan itu, Loei Sam baru yakin
bahwa dirinya benar2 adalah putra Tonghong Pacu, saking
girangnya tak tahan lagi air mata mengucur keluar
membasahi pipinya.
Tonghong pacu cekal tangan putranya erat2, jelas iapun
merasa sangat kegirangan.
Beberapa saat kemudian Tonghong pacu berkata
kembali: "Nona si, kau dengan Loei Sam adalah sepasang suami
istri yang paling ideal dikolong langit pada dewasa ini,
dihadapanmu sepantasnya aku tidak mengucapkan kata2
yang menjelekkan ayahmu, tetapi kalau bukan hatinya yang
keras seperti baja. kalianpun tidak akan dipaksa berpisah !"
Saat ini Si Chen benar2 dibikin bingung dan bimbang, ia
tidak mengira Loei Sam yang dicintainya dengan segenap
jiwa raga ternyata adalah putra Tonghong Pacu, musuh
bebuyutan ayahnya, ia tidak tahu bagaimana sikapnya dan
bagaimana harus menghadapi kejadian ini.
Tetapi ketika ia berpaling dan melihat Loei Sam sedang
memandang kearahnya seakan2 memberi bisikan agar ia
terima kenyataan tersebut, hatinya jadi lunak sehingga
akhirnya tanpa rasa ia mengangguk.
Loei Sam jadi kegirangan setengah mati ia cekal tangan
gadis itu erat2 seraya berkata:
"Nah, cepatlah hunjuk hormat kepada Thia mulai saat
ini ayahku adalah ayahmu, kita akan hidup dengan
sentosa!" Merah jengah selembar wajah Si Chen, ia tundukkan
kepalanya rendah2 dan maju kedepan lalu menghunjuk
hormat kepada Tonghong Pacu, bahkan memanggil
namanya, hanya suara gadis itu amat lirih, bahkan si
gembong iblis itu sendiripun tidak mendengar.
Namun kejadian ini cukup diluar dugaannya, buru2 ia
membimbing bangun dara tersebut seraya berkata:
"Ayoh bangun ayoh bangun! tak usah banyak adat, haa .
. . haa ini hari bukan saja kita ayah dan anak bisa bertemu kembali. bahkan kalian suami istri berdua pun bisa
disahkan secara resmi aku pasti akan umumkan hubungan
kalian berdua keseluruh dunia persilatan!"
Si Chen merasa senang ketika mendengar Tonghong
Pacu menyebut mereka berdua sebagai suami istri,
wajahnya makin merah jengah, Loei Sam pun kegirangan
serunya, "Ayah, asal ada kau yang sponsori hal ini jauh lebih baik, hanya saja kehadiran Si Thay sianseng akan
mendatangkan kerepotan buat Tia!"
"Kenapa aku takut bertemu dengan dirinya." kata
Tonghong Pacu sambil tertawa panjang. "Loei jie, aku
sudah pikirkan baik2, mulai sekarang namamu diganti jadi
Tonghong Loei, Tonghong adalah she mu sedang sijual
obat she-Loei itu pernah melepaskan budi kepadamu,
dikemudian hari kau harus ingat baik2 akan dirinya,
bagaimana nama tersebut menurut kau ?"
"Ayah yang memberi nama, hal ini tentu lebih bagus lagi
!" buru2 Loei Sam menjura kembali.
Pembaca yang budiman, untuk mempemudah pembaca
maka mulai saat ini nama Loei Sam kita ganti jadi
Tonghong Loei. Tonghong Pacu benar2 merasa gembira, ia berseru:
"Ayoh bangun, ayoh bangun, Loei jie. cepat pergi hunjuk hormat kepada saudaramu."
Tonghong Loei bangun berdiri dan per-lahan2 putar
badan. Sejak semula Tonghong Pek sudah merasa mual akan
sikap hangat antara Tonghong pacu dengan Tonghong
Loei, kini melihat pemuda itu berpaling kearahnya, dengan
cepat ia menukas: "Tidak perlu !"
"Apa maksudmu ?" seru Tonghong Pacu dengan air
muka berubah hebat. "Dia adalah saudaramu. kita sesama saudara bertemu untuk pertama kakinya, mana boleh kau
tidak terima penghormatannya ?"
Air muka Tonghong Pek berubah hebat, ia membungkam dalam seribu bahasa.
"Tia !" kata Tonghong Loei. "Tempo dulu ketika masih diluar perbatasan, aku pernah melukai diri toako."
Sengaja Tonghong Loei menyebut kata "toako" tersebut keras2. hal ini makin menggusarkan hati.
"Waktu itu kau tidak kenal dirinya dan diapun tak kenal dirimu, kesalahan paham kemungkinan besar terjadi, tetapi
sekarang kita adalah orang sendiri, aku larang siapapun
mengungkap kembali peristiwa yang terjadi pada masa
lampau !" Tonghong Loei tertawa, ia segera menjura ke arah Si
Soat Ang. "Nona Si, tempo dulu aku sudah melakukan kesalahan
kepadamu, harap kau suka memaafkan perbuatan itu."
katanya. Ketika teringat secara bagaimana ia hendak diperkosa
oleh Tonghong Loei, dalam hati Si Soat Ang benar2 merasa
gusar, tetapi saat ini ia berusaha menahan diri.
"Tempo dulu kita tidak saling kenal, suu... sudahlah, tak usah kita ungkap lagi !"
Tonghong Pek mendengus dingin.
"Soat Ang! kau . . . kau . . ."
Sebenarnya ia hendak menegur gadis itu mengapa
mengucapkan kata2 tadi terhadap Tonghong Loei, tetapi
berpikir lebih jauh akhirnya ia batalkan maksudnya dan
menghela napas panjang.
Disapunya beberapa orang itu dengan sinar mata dingin
lalu tertawa dingin. lalu tertawa per-lahan2 putar badan dan berlalu.
Diantara beberapa orang ini, Si Soat Ang-lah paling
gelisah. dengan susah payah ia nasehati Tonghong Pek agar
datang berjumpa dengan ayahnya, ia mengira setelah
bertemu dengan gembong iblis itu sedikit banyak ia akan
bersikap istimewa kepadanya.
Siapa sangka Tonghong Pacu malah lebih menyayangi Si
Chen dari pada dirinya, bukan saja ia tidak disanjung
bahkan digubrispun tidak, se akan2 ia tidak pandang
sebelah matapun kepada nya hal ini membuat gadis dari
benteng Thian It Poo ini jadi mendongkol
Sekarang menyaksikan pula Tonghong Pak hendak
berlalu, ia semakin gelisah, sambil de-pakkan kakinya ia
berseru. "Tonghong toako, kau hendak pergi kemana?"
Tonghong Pek tertegun, sesaat kemudian ia baru
menjawab. "Soat Ang, biarlah aku menenangkan hatiku seorang diri, kau tunggulah aku sejenak, segera aku akan kembali.."
Berbicara sampai disini, ia tertawa getir dan melanjutkan: "Kau harus tahu bahwa aku akan kembali ke-sini, kalau
aku tidak kembali kemari. tempat mana lagi yang dapat
kutuju ?" Si Soat Ang ingin mengucapkan sesuatu, namun
Tonghong Pacu sudah menukas dengan suara berat:
"Biarkan dia pergi. ia dapat kembali, kau tak usah
menghalangi jalan perginya."
Si Soat Ang tertegun, ia saksikan air muka Tonghong
Pacu keren dan penuh kewibawaan, sikapnya jauh berbeda
kalau dibandingkan sewaktu berhadapan dengan Tonghong
Loei serta Si Chen, Si Soat Ang merasa amat terperanjat ia
tidak berani bicara lagi, terpaksa ia biarkan Tonghong Pek
per-lahan2 berlalu dari situ hingga akhirnya lenyap dari
pandangan. Saat ini ia berada dalam situasi serba rikuh, mau
menggabungkan diri dengan Tonghong Pacu, namun
gembong iblis itu tak sudi menerima dirinya, ia lantas
bermaksud kembali kesisi Ciang Ooh.
Mendadak...terdengar Tonghong Pacu menegur dengan
suara berat. "Kau kemarilah !"
Si Soat Ang kaget dan mendongak, tampak sepasang
mata gembong iblis itu sedang memandang kearahnya
dengan sinar mata tajam, jelas ucapan tadi ditujukan
kepadanya. Begitu tajam sinar matanya membuat gadis itu bergidik,
bukannya maju kedepan ia malah mundur dua langkah
kebelakang. Akhirnya ia tiba disamping Ciang Ooh, tangan
perempuan tengkorak itu segera dicekalnya erat2.
"Hey, aku suruh kau datang kemari, kenapa kau tidak
kemari ?" kembali Tonghong Pacu menghardik sambil
tertawa dingin, sepasang matanya menatap gadis itu
tajam2. Si Soat Ang sadar Tonghong pacu tidak menaruh
simpatik kepadanya, terpaksa dengan keraskan kepala ia
bertanya. "Kau ada urusan apa " katakan cepat !"
"Hmm. . ! baik, aku beritahu kepadamu, aku larang kau
bergaul dengan Tonghong Pek lagi, kau tidak pantas
bersama dia."
Ucapan ini benar2 tajam bagaikan sebilah pisau yang
menembusi ulu hatinya, Si Soat Ang merasa amat gusar
wajahnya berubah hijau membesi,
"Kau. . kau.. kau. . kau ?"
"Ayoh cepat enyah dari sini, ingat jangan berada sama2
Tonghong Pek lagi, kalau tidak meski ibu kandungmu pun
tidak akan bisa selamatkan jiwamu!"
"Hmmm. . . soal ini tak bisa diputuskan oleh aku
seorang?" Maksud Si Soat Ang jelas sekali, suruh dia bersama2
Tonghong Pek memang gampang, tetapi apakah Tonghong
Pek sanggup tidak bertemu lagi dengan dirinya?"
Walaupun Si Soat Ang tidak menjelaskan, namun
Tonghong Pacu mengetahui maksudnya, ia segera tertawa
dingin. "Tentang soal ini..."
Belum habis ia bicara tiba2 berkumandang suara tertawa
yang aneh memotong perkataannya.
Tenaga lweekang yang dimiliki Tonghong Pacu amat
sempurna, meskipun dalam berbicara namun hawa
murninya tersalur pula pembicaraan sehingga membuat
suaranya nyaring, bukan pekerjaan yang gampang untuk
menutupi suara ucapannya.
Tetapi saat ini gelak tertawa aneh tadi telah memotong
suaranya. Tonghong pacu terperanjat ketika ia mendongak, maka
nampaklah dengan langkah lebar Ciang Ooh sedang
berjalan mendekat, wajahnya yang kurus kering memancarkan cahaya menggidikkan.
"Apa yang kau katakan ?" ia menegur, "Kau katakan putriku tidak pantas jadi apa"!"
Sejak semula Tonghong Pacu sudah menyadari meski
ilmu silat yang dimiliki Ciang Ooh sangat lihay namun dia
adalah seorang perempuan edan, maka pertanyaan tersebut
tidak digubris sebaliknya sebagai jawaban ia mengerling
sekejap kearah Tonghong Loei.
Tonghong Loei adalah manusia cerdik, ia lantas
mengerti yang dimaksudkan ayahnya, sang badan berputar
segera menyelinap kebelakang Ciang Ooh.
Dalam pada itu si perempuan edan masih berteriak
dengan suara nyaring:
"Putriku tidak pantas jadi apa" aku beritahu kepadamu
jadi apapun putriku pantas."
Tonghong Pacu membungkam, diam2 hawa murninya
telah disalurkan mencapai pada puncaknya lalu dikumpulkan keatas telapak kanan.
"Benarkah begitu?" jengek sigembong iblis sambil tertawa dingin.
Bersamaan dengan ucapan itu telapak kanan nya tiba2
diayun kedepan.


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Si Soat Ang terperanjat, buru2 ia menyingkir kesamping
dan mundur kebelakang.
"Braak !" belum sempat gadis itu mengucapkan sesuatu, serangan yang dilancarkan Tonghong pacu secepat kilat itu
sudah bersarang telak diatas lambung Ciang Ooh.
Serangan ini dilancarkan gembong iblis itu dengan
segenap tenaga yang dimilikinya, batu cadas pun akan
hancur remuk apabila terhajar oleh serangannya, jangan
dikata manusia biasa!
Namun Ciang Ooh bukan manusia sembarangan, ketika
serangan tadi menyambar ke tubuh nya otomatis tenaga
perlawanan segera muncul dari balik tubuhnya mementalkan datangnya serangan.
Bahkan karena dahsyatnya tenaga pantulan tersebut,
Tonghong pacu sampai terdesak mundur sendiri selangkah
kebelakang. Dalam pada itu Tonghong Loei yang telah menyelinap
kebelakang Ciang Ooh telah menubruk ke depan, ia
menyelonong kepunggung perempuan edan tadi, lalu
mencekal gagang pisau belati yang masih menancap diatas
punggungnya, kemudian dengan sekuat tenaga senjata tadi
dicabut keluar.
Pisau belati itu adalah senjata yang tertinggal diatas
punggung Ciang Ooh ketika Tonghong Loei hendak
membokong perempuan tersebut sewaktu masih ada dalam
benteng Thian It Poo.
Pada saat itu Tonghong Loei mengira ia pasti berhasil
membunuh Ciang Ooh, siapa sangka tenaga dalam
perempuan itu sangat lihay, tusukan tersebut segera terhisap oleh hawa murninya, bukan saja tidak mengucurkan darah,
bahkan terasapun tidak.
Seandainya pisau belati itu dibiarkan tetap berada diatas
punggung Ciang Ooh, mungkin ia tidak akan menderita,
tapi kini, senjata tersebut telah dicabut oleh Tonghong Loei.
Ketika pisau belati tersebut dicabut keluar, kebetulan
seluruh hawa murni yang dimiliki Ciang Ooh sedang
dikerahkan kebagian depan untuk menahan serangan dari
Tonghong Pacu, maka begitu senjata tadi dicabut, darah
segar bagaikan air mancur keluar membasahi seluruh
permukaan tanah.
Seluruh tubuh Ciang Ooh bergetar keras, tangannya
berusaha mencakar, seakan hendak mengetahui bagian
manakah dari tubuhnya yang terluka, otomatis tanpa sadar
hawa murni yang dimilikinya segera mengalir ke arah
mulut luka tersebut.
Pembaca budiman, haruslah diketahui tenaga dalam
yang dimiliki Ciang Ooh adalah hasil yang didapat tanpa
sadar, ia tak tahu bagaimanakah mengatur dan mengontrol
hawa murni tersebut.
Apabila dihantam orang atau ditendang orang, otomatis
hawa murni tadi akan memberikan perlawanan, tapi
keadaan pada saat ini jauh berbeda, punggungnya terluka
oleh tusukan pisau belati.
Berada dalam keadaan seperti ini, seharusnya ia atur
hawa murninya agar darah yang mengalir keluar tidak
terlalu deras, tetapi ia sama sekali tak paham bagaimana
caranya mengatur hawa murni, bukan saja hawa murninya
segera mengalir ke arah mulut luka, bahkan darah segarpun
mengucur keluar semakin deras lagi.
Dalam sekejap mata tubuh Ciang Ooh sudah berdiri
dengan sempoyongan, ia tak sanggup berdiri tegak lagi.
Beberapa kejadian ini berlangsung terlalu men dadak, Si
Soat Ang yang berada disisi kalangan
meskipun menyaksikan kesemuanya itu, namun ia tak tahu apa yang
harus dilakukan.
Tubuh Ciang Ooh semakin gontai, darah segar yang
memancur keluar dari mulut luka di punggung pun semakin
perlahan, ini menunjuk bahwa perempuan gila ini sudah
kehilangan banyak darah.
Sementara itu Tonghong Loei sudah kembali kesisi
ayahnya. sambil menyeka darah yang membasahi wajahnya
ia berseru: "Tia! apakah perbuatanku tepat "!"
Sejak ilmu silat Tonghong Pacu berhasil mencapai
puncak kesempurnaan belum pernah ia temukan tandingan,
Namun ditangan Ciang Ooh ia sudah menderita kerugian
kecil, sejak semula ia ada maksud melenyapkan perempuan
gila ini, menyaksikan keadaan siperempuan sinting, ia jadi
kegirangan setengah mati, sambil tertawa terbahak2
sahutnya. "Anakku, perbuatanmu tepat sekali, mari kita pergi."
Ia ulap tangannya, Tonghong Loei segera menggandeng
tangan Si Chen, dan berlalu dari situ mengikuti dibelakang
Tonghong Pacu. Menanti ketiga orang itu sudah lenyap dari pandangan Si
Soat Ang baru berhasil menenangkan hatinya, buru2 ia
mendekati Ciang Ooh, ketika itu siperempuan sinting tadi
masih berdiri namun darah yang mengalir keluar dari mulut
lukanya itu semakin lirih diikuti buih2 hawa yang meletup
diangkasa! Tangannya menyambar kesana kemari seperti mau
mencari sebuah cekalan, tetapi ia tidak mendapatkan
apapun, akhirnya perempuan itu mundur sempoyongan dan
roboh terjengkang keatas tanah.
Si Soat Ang tertegun, buru2 ia hampiri Ciang Ooh,
dimana saat ini keadaannya jauh lebih mengerikan.
Bibir Ciang Ooh bergetar, tenggorokannya ber suara seolah2 ia ingin berbicara namun sesaat tak sepatah katapun
berhasil meluncur keluar dari mulutnya.
Si Soat Ang sadar, kali ini Ciang Ooh tidak bakal
tertolong lagi, darah yang mengalir dari mulut lukanya
amat deras, saat ini perempuan tersebut sudah kehabisan
darah, sebentar lagi nyawanya tentu melayang.
Karena tahu bahwa perempuan tersebut tidak berguna
lagi baginya maka setelah berjongkok sejenak, ia bangun
berdiri siap berlalu dari sana.
Tiba2 . . terdengar Ciang Ooh berkata:
"Siapa kau" bagaimana aku bisa berada disini."
Si Soat Ang tertegun, ia awasi diri Ciang Ooh dengan
sinar mata mendelong tak tahu apa yang harus dikatakan
pada saat ini. Tampak sepasang tangan Ciang Ooh menekan tanah
seperti mau bangun berdiri. tetapi saat ini keadaannya
bagaikan seekor semut yang hampir mati tertindih, sedikit
tenagapun sudah tidak di miliki.
Dasar watak Si Soat Ang memang tidak baik, bukannya
beriba hati, ia malah tertawa dingin dan menjengek:
"Sudahlah...kau
sudah hampir mati, lebih
baik simpanlah tenaga untuk berbaring beberapa saat di tanah,
nantikan saja saat ajalmu dengan tertidur saja disitu !"
"Aku sudah hampir mati ?" bisik Ciang Ooh setelah pejamkan matanya sejenak, "Nona siapakah kau " orang
yang mencelakai diriku pastlah Si Long, Poocu dari benteng
Thian It Poo. Nona kau harus ingat baik2 nama orang ini,
katakanlah kepada seseorang yang bernama Tong Hauw,
bahwa aku mati ditangan Si Liong."
Si Soat Ang melengak, ia tidak sangka Ciang Ooh yang
sinting disaat menjelang kematiannya telah sadar kembali,
bahkan penyakit gilanya lenyap tak berbekas.
Ciang Ooh sudah mengidap penyakit gila hampir
mendekati dua puluh tahun lamanya, selama ini ia tidak
tabu kejadian apa saja yang telah berlangsung, setelah saat ini sadar kembali tentu saja apa yang dialami selama ini tak diketahui olehnya.
Bahkan ia malah menyangka dia mati ditangan Si Liong
sementara Tong Hauw masih di ingatnya selalu, Tentu saja
ia tidak akan menyangka kalau Tong Hauw serta Si Liong
sudah mati bersama didalam benteng Thian It Poo.
Ucapan dari Ciang Ooh tadi mengena dihati Si Soat Ang
ia merasa menyesal maka dari itu ia tidak mengejek
perempuan malang itu lagi.
"Nona!" seru Ciang Ooh dengan napas terengah-engah,
"asal kau menyanggupi untuk sampaikan kabarku kepada
Tong Hauw, aku akan kuhadiahkan sebuah benda
kepadamu."
"Kau hendak beri aku barang apa?" tanya Si Soat Ang dengan hati geli.
"Barang itu aku dapatkan dari seorang manusia sakti di daerah Biauw kami, sewaktu ia hadiahkan benda tersebut
kepadaku. pesannya barang itu sangat berguna, maka dari
itu setelah ia berikan kepadaku lantas berpesan agar baik2
kusimpan benda tersebut, Sekarang barang itu berada
didalam saku."
"Apakah benda itu adalah segulung sutera yang penuh
berisikan tulisan dan lukisan?" tanya gadis itu pikirannya sedikit bergerak.
"Dari.... darimana kau bisa tahu?" tanya Ciang Ooh dengan nada tercengang.
"Hmn barang itu sudah diambil orang, apakah kau tidak
ingat" ketika Loei Sam menusuk punggungmu dengan
belati, badanmu bergelinding jatuh dari atas pagoda,
kemudian Loei Sam mengejar kebawah, seandainya benda
itu berada di sakumu, bukankah sudah diambil Loei Sam?"
Seperti yang diduga Si Soat Ang, sesaat menjelang
kematiannya Ciang Ooh telah sembuh dari sakit gilanya.
Justru karena saat ini ia sadar maka kejadian yang
dialami selama dua puluh tahun tersebut tak teringat
olehnya, dalam perkiraannya perempuan itu masih mengira
dia berada ditengah jalan ketika Si Liong merampasnya
untuk dibawa pulang kebenteng Thian It Poo.
Maka dari itu, ketika mendengar apa yang di katakan
Soat Ang. perempuan itu semakin tertegun, badannya pun
semakin lemah sementara kesadarannya makin pulih.
Kiranya sewaktu berada diruang rahasia di atas benteng
Thian It Poo jalan darah Si Soat Ang tertotok, maka dari itu ia tidak tahu peristiwa apa saja yang telah terjadi setelah Ciang Ooh menggelinding ke bawah diikuti Loei Sam dari
belakang. Ia menyangka kitab pusaka Sam Poo Cin keng tentu
sudah tidak ditangan Ciang Ooh lagi.
Kalau tidak, apa gunanya ia menyaru sebagai putrinya
dan selama ini tidak ajukan permintaan akan benda
tersebut! Sementara itu napas Ciang Ooh semakin lemah tetapi ia
masih berusaha meronta sambil berkata:
"Nona, aku tidak mengerti apa . . apa yang kau katakan .
. tetapi gulungan kain sutera itu masih berada didalam
sakuku, aku masih merasa kalau benda tersebut berada
disana, kau sanggupilah permintaanku . . cepatlah nona."
Pikiran Si Soat Ang sedikit bergerak. "Mungkinkah kitab pusaka Sam Poo Cin Keng tersebut benar2 masih berada
dalam sakunya?"
Berpikir sampai disitu ia lantas berjongkok dan merobek
saku Ciang Ooh.
Plakk! segulung kain sutera tiba2 bergelinding jatuh
keatas tanah dari balik saku perempuan itu ketika berada
ditanah, gulungan tadi membuyar dan terbentanglah secarik
kain sutera panjang yang penuh dengan bentuk manusia.
Jantung gadis itu berdebar keras, tidak disangka pada
saat seperti ini ia berhasil mendapatkan kitab pusaka Sam
Poo Cin Keng yang diidam-idamkan oleh setiap umat Bu
lim, begitu terharunya sampai seluruh badan gemetar keras.
Buru2 ia gulung kembali kain sutera tadi kemudian
dicekal erat2. menanti gadis tersebut berpaling kearah Ciang Ooh, tampaklah perempuan malang itu sudah hembuskan
napasnya yang penghabisan.
Meski sudah mati, sepasang matanya masih melotot
besar, mayat itu awasi Si Soat Ang dengan mata
mendelong, seakan2 sedang menantikan jawaban dari gadis
itu. Si Soat Ang melirik sekejap kearah jenasah perempuan
malang tu, kemudian sekali tendang melemparkan mayat
Ciang Ooh sehingga mencelat ke tengah udara dan
bergelinding turun kebawah bukit.
Setelah berbuat demikian ia putar badan dan lari sekencang2nya kedepan, gulungan kain sutera tadi dicekal
terus dalam genggamannya.
Satu2nya yang dipikirkan gadis itu saat ini adalah cepat2
tinggalkan tempat itu, bukan saja ia takut Tonghong pacu
serta Tonghong Loei balik lagi ketempat itu, iapun tidak
ingin berjumpa kembali dengan Tonghong Pek, sebab
selama ini ia bukan sungguh2 mencintai pemuda tersebut,
ia hanya ingin menebeng perlindungannya belaka, kini
setelah mendapatkan kitab pusaka Sam-Poo Cin-keng, tentu
saja ia tidak membutuhkan lagi kawalan pemuda tersebut.
Karena berpikir demikian, secepat kilat ia lari terus
kedepan, dalam sekejap mata sebuah bukit sudah dilewati,
pada saat ini gadis tersebut sama sekali tidak tabu tempat
manakah itu, ia hanya menemukan dihadapannya
terbentang sebuah lembah yang indah pemandangannya,
dua jalur air terjun membentang disisi tebing terjal.
Pemandangan lembah ini benar2 indah sekali, Si Soat
Ang segera berhenti dan berpikir:
"Kalau aku hendak belajar silat dengan bersembunyi dibukit Lak Boan-san ini, bagaimanapun nyaliku rada besaran
tetapi inipun ada baiknya kurang sedikit, seandainya
Tonghong pacu menaruh curiga kepadaku dan hendak
mencari aku, maka ia tidak akan menyangka kalau aku
berada ditengah gunung Lak Boan san !"
Si Soat Ang memang gadis yang cerdik, saat ini ia
menduga pastilah Tonghong Pacu akan menaruh curiga
kepadanya. Dalam kenyataan dugaan tersebut sedikitpun
tidak meleset sewaktu Tonghong Loei menceritakan
bagaimana ia pernah bertemu dengan Ciang Ooh lalu
secara bagaimana pernah menemukan kitab Sam Poo Cin
keng, mereka lantas berseru tertahan, sebab kedua orang itu segera menduga kitab pusaka tadi pasti masih berada disaku
Ciang Ooh. Ditengah malam buta itu juga mereka terjun dengan
membawa Si Chen serta Giok Jien melakukan pencarian
secara besar2an, meski akhirnya jenasah Ciang Ooh
berhasil ditemukan namun kitab pusaka itu sudah terbang
lenyap dari sakunya.


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tonghong Pacu berdua segera menduga kitab tadi sudah
terjatuh ketangan Si Soat Ang, pencarian segera dialihkan
untuk mencari jejak gadis itu.
Tetapi siapapun tidak menyangka gadis yang mereka
cari2 jauh berada didalam gunung Lak Boan-san, bahkan
berada disuatu lembah yang tidak begitu jauh jaraknya dari
tempat tinggal mereka.
Kita balik pada Si Soat Ang, waktu itu dengan langkah
lambat ia berjalan masuk kedalam lembah, tidak selang
sesaat kemudian ia temukan sebuah celah seluas dua depa
terletak diantara dua air terjun tersebut, diatas bata cadas yang tumbuh dikedua belah sisi celah tadi sudah tumbuh
tebal lumut hijau, suatu tempat persembunyian yang amat
bagus. Menyaksikan keadaan tersebut, Si Soat Ang kegirangan,
pikirnya: "Asalkan dibalik celah tersebut ada sebuah gua maka
tempat inilah paling tepat bagiku untut berlatih ilmu silat..."
Dalam lembab tersebut bukan saja banyak binatang
berkeliaran, ikan2
yang diselokanpun lezat untuk menangsal perut, gadis itu merasa asalkan ia akan bertindak hati2 maka berdiam selama tujuh delapan tahun ditempat
inipun belum tentu ditemukan orang.
Apa yang akan terjadi tujuh delapan tahun mendatang"
bagaimana dahsyatnya kepandaian silat yang dimiliki itu "
ingatan tersebut membuat gadis she Si ini kegirangan
setengah mati, segera ia kumpulkan ranting dan membuat
sebuah obor, setelah itu dengan langkah hati2 mendekati
celah tadi. Empat lima tombak ia berjalan masuk lewati celah batu
tadi, namun yang didapatkan hanya celah yang sempit
sekali, hatinya amat kecewa, hampir2 saja ia mengundurkan diri.
Tetapi, mendadak cahaya obornya menyinari sebuah gua
yang luasnya tiga tombak, gua tersebut amat bersih bahkan
tampak jelas dinding gua putih bersih, dari dinding batu
sebelah kiri mengucur keluar sumber air bersih.
Si Soat Ang jadi kegirangan buru2 ia lari kedepan dan
meneguk air bersih itu sampai kenyang, terasa air bersih
tadi manis dan nyaman hal ini membuat Si Soat Ang saking
girangnya sampai berteriak keras.
Sambil berteriak ia jalan kesana kemari dalam gua
tersebut, beberapa saat kemudian ia baru duduk keatas
tanah. Karena girang, ia tidak berkesempatan untuk mengawasi
keadaan disekeliling goa itu, dan kini ia dapat melihat ada sebuah jalanan menghubungkan tempat itu dengan tempat
lain, jalan tadi letaknya disisi selokan.
Hanya saja jalanan tadi tertutup oleh sebuah batu yang
amat besar, ketika gadis itu coba mendorongnya ternyata
sama sekali tidak bergeming, se akan2 batu tersebut tumbuh
secara alam disana.
Karena usahanya sia2 maka Si Soat Ang balik keruang
gua, membuka gulungan kain sutra tersebut dan mulai
berlatih. Haruslah diketahui kitab pusaka Sam Poo Cin Keng
adalah ilmu sakti dari kaum beragama, semuanya ada dua
macam cara untuk berlatihnya, satu macam adalah kitab
bergambar sedang macam kedua adalah bacaan kitab
bergambar tersebut khusus diciptakan sang tokoh sakti
tersebut. Ada seorang muridnya yang bisu lagi tuli maka
dari itu ilmu tersebut jauh lebih gampang belajar dari kitab bergambar.
Untuk sementara kita tinggal dahulu Si Soat Ang yang
berlatih ilmu silatnya dalam gua.
Berbicara tentang Tonghong Pek, setelah meninggalkan
semua orang dengan pikiran kalut ia maju kedepan.
Mula2 ia berjalan sangat lambat, tetapi selang beberapa
saat kemudian ia mulai berlari bahkan makin berlari
semakin cepat, seakan2 ia hendak lari dari kenyataan, lari
kealam dunia lain.
Dan ia berharap, dialam dunia lain tersebut dia bukan
putera dari Tonghong Pacu, ia berharap antara dia dengan
gembong iblis tersebut sama sekali tidak terikat hubungan
apapun. Tetapi akhirnya ia berhenti dan tertawa getir, sebab ia
sadar mesti lari bagaimana cepatpun tak mungkin baginya
bisa lolos dari tersebut ia tetap putra dari Tonghong Pacu.
Kegusaran yang muncul tanpa sebab dilampiaskan diatas
pohon siong yang tumbuh disisinya serangan demi serangan
dihantamkan ke atas pohon besar itu, beberapa saat
kemudian dengan timbulkan suara yang dahsyat tumbanglah pohon tadi keatas tanah.
Tonghong Pek menghembuskan napas panjang ia
meraba dadanya merasa lega, ia tak tahu harus pergi
kemanakah dia"
Pada saat itulah, mendadak dari belakang tubuhnya
berkumandang datang suara teguran yang aneh, suara itu
tidak mirip suara lelaki tidak mirip pula suara wanita.
"Hey! kau ikutilah kami. majikan kami sedang mencari
dirimu!" Mimpipun Tonghong Pek tidak menyangka dari
belakang tubuhnya bisa muncul orang secara mendadak, ia
terperanjat dan segera putar badan.
Tetapi kembali ia berdiri menjublek.
Tidak jauh dihadapannya berdiri dua orang gadis yang
berwajah jelek sekali, mereka memiliki potongan wajah
seperti kuda, kulitnya kasar dan berbenjol tidak rata, tetapi justru kejelekan tadi disertai pakaian yang amat menyolok,
di atas leher lengan serta kakinya memakai banyak sekali
gelang emas sehingga potongannya tampak menggelikan
sekali. Dengan pandangan dingin Tonghong Pek awasi mereka
berdua, kemudian menjawab "Aku tak kenal dengan
majikan kalian, akupun tidak ingin berjumpa dengan
siapapun!"
"Sungguh besar nyalimu!" hardik kedua orang gadis jelek itu dengan wajah keren, "Majikan kami ingin berjumpa
dengan dirimu, kau berani tidak pergi"
Dasar watak Tonghong Pak bukanlah seorang manusia
berangasan, seandainya peristiwa ini terjadi pada hari biasa niscaya ia tertawa dingin lalu berlalu.
Tapi saat ini pikirannya sedang murung dan kesal,
mendengar ucapan kedua orang jelek itu hawa amarahnya
berkobar. "Ayoh menyingkir !" bentaknya keras2. "Jangan banyak ribut lagi dihadapanku !"
Kedua orang gadis jelek itu saling bertukar pandangan
sekejap, tiba2 pada saat yang bersamaan kedua orang itu
melancarkan seringan dahsyat ke arah sianak muda itu.
Semula Tonghong Pek masih tidak pandang sebelah
matapun terhadap kedua orang gadis jelek itu, namun
sekarang hatinya bergidik, sebab angin pukulan yang
menyambar datang bukan main hebatnya, dari hal ini bisa
ditinjau betapa sempurnanya tenaga dalam yang mereka
miliki. Bersamaan dengan datangnya serangan, kedua orang
gadis jelek itu mempendengarkan jeritan aneh yang
mendirikan bulu roma, satu dari kiri yang lain dari kanan
serentak menyerang Tonghong Pek.
Sianak muda itu sadar, pihak lawan bukan manusia
sembarangan, ia tak berani bertindak gegabah, melihat
datangnya serbuan, ia putar badan menyusup kebelakang
lalu mundur empat lima langkah.
Serangan dari kedua orang gadis jelek itu aneh sekali
ketika sasarannya mundur dan serangan mereka mengenai
sasaran kosong tiba2 kedua orang gadis jelek itu jatuhkan
diri keatas tanah, badannya diangkat kedepan, empat kaki
berbareng menendang lambung pemuda tersebut.
Walaupun Tonghong pek tidak bisa dihitung seorang
jagoan lihay dalam Bu lim, namun pengetahuannya amat
luas, ia bukan jagoan yang baru muncul dari kandang,
menyaksikan anehnya serangan lawan, ia segera mengempos napas dan meloncat mundur kebelakang.
Meski ia berkelit dengan cepat, namun tetap terlambat
sama sekali...Braak ! pinggangnya sudah termakan sebuah
tendangan lawan.
Tendangan ini sangat keras datangnya, tubuh Tonghong
Pek terpantul dan berjumpalitan ketengah udara.
Siapa sangka justru ia berjumpalitan kedua orang gadis
itupun membarengi gerakannya. mereka bergerak maju
menanti kedatangannya dibawah.
"Hey siapa kalian berdua " apa yang kalian inginkan ?"
teriak Tonghong Pek ditengah udara.
Kedua orang gadis jelek itu tidak banyak bicara, menanti
tubuhnya meluncur turun diatas permukaan tanah, tiba2
serentak mereka berbalik dan tahu2 ditangan kedua orang
itu sudah bertambah dengan sebuah senjata yang aneh
bentuknya. Senjata tersebut berbentuk sebilah pedang pendek, tetapi
diseluruh tubuh pedang tadi penuh dengan kaitan-kaitan
yang berwarna biru.
Sekilas pandang siapapun akan tahu bahwa diatas kaitan
tersebut telah diolesi racun keji.
Senjata aneh itu sama sekali tidak digunakan untuk
menyerang Tonghong Pek yang sudah tak berkutik, mereka
hanya tempelkan senjata tadi di atas punggung pemuda
tersebut, seraya berbuat demikian mereka membentak:
"Jangan bergerak, sedikit bergerak, kami akan segera
melancarkan serangan mematikan !"
Tonghong Pek tertegun, ia rasakan senjata lawan telah
beralih ke tempat2 berbahaya, yang satu mengancam
tenggorokan sedang yang lain ditempatkan diatas ulu hati.
Ia tak berani berkutik, setelah berdiri tegak dan tarik
napas panjang2, serunya:
"Apa yang kalian berdua inginkan ?"
"Sekarang juga ikuti kami untuk menghadap majikan !"
jawab kedua gadis jelek itu sambil tertawa.
Tonghong Pek mengeluh, ia tak tahu siapakah majikan
dari kedua orang gadis jelek tersebut, tetapi kalau ditinjau dari tingkah lakunya yang tidak pakai aturan, jelas majikan merekapun bukan manusia baik.
Tetapi berada dalam keadaan seperti ini, tidak ingin
pergipun tak dapat, terpaksa ia mengangguk.
"Baik ! aku akan mengikuti kalian !"
Melihat sianak muda itu telah setuju, kedua orang gadis
jelek itu tadi kegirangan.
Tubuh mereka berkelebat kesamping kemudian satu
didepan yang lain berada dibelakang, bentaknya kembali.
"Kau ikutilah dibelakangnya dan aku akan membuntuti
dibelakangmu jangan coba2 untuk melarikan diri."
Tonghong Pek adalah seorang lelaki sejati, setelah ia
sanggupi tentu saja ia tak mau melarikan diri.
"Hmm! siapakah nama majikan kalian?" tegurnya sambil tertawa dingin.
"Eeeei . . apakah kau tidak tahu siapakah nama majikan kami?" perempuan jelek itu berseru keheranan, "sungguh menggelikan, ternyata dikolong langit ada juga manusia
yang tidak tahu siapakah nama majikan kami lucu . . .
sungguh lucu!"
"Aaaah. . . engkaupun aneh sekali" sambung Tonghong Pek cepat, ia mulai tertarik oleh tingkah pola kedua orang
gadis jelek yang sangat aneh itu. "Coba katakan dahulu siapa nama majikan kalian, mungkin aku pernah dengar
orang menyebutnya, kalau sekarang tidak kau katakan
kepadaku dari mana aku bisa tahu?"
"Hmm . . ! perkataanmu memang tepat sekali" sahut gadis jelek sambil garuk2 kepala, "Majikan kami bernama Kiem Lan Hoa, sekarang tentu kau sudah paham bukan?"
Nama "Kiem Lan Hoa menggetarkan seluruh tubuh
pemuda tersebut, air mukanya berubah hebat.
Ia lantas teringat akan cerita Tonghong pacu dimana
dikatakan Kiem Lan Hoa adalah ibu kandung dari
Tonghong Loei atau siluman perempuan yang dikatakan
ibunya. Kembali Tonghong Pek ragu2, sebab gembong iblis itu
pernah mengatakan bahwa Kiem Lan Hoa sudah mati, tapi
mana mungkin ia dapat memerintahkan kedua orang gadis
jelek ini untuk mencari dirinya" ditinjau dari sini bisa
disimpulkan bahwa Tonghong Pacu sedang berbohong, lalu
apa sebabnya Tonghong Pacu berbohong.
Saat ini pemuda tersebut tak dapat menebak apa
sebabnya. tetapi ia sadar dibalik kejadian ini pasti terselip suatu rencana besar. dimana rencana itu menyangkut pula
dia serta ibunya, pikirannya makin kalut, untuk beberapa
saat ia tak tahu apa yang harus dilakukan.
"Hey, bukankah kau mengatakan hendak ikuti kami?"
tegur kedua orang gadis jelek itu. "Kenapa berdiri
menjublek disana dan sama sekali tidak berkutik?"
Tonghong Pak mengeluh dan tertawa getir. "Siapa bilang aku tak berkutik kenapa kalian sendiri tidak berangkat?"
Kedua orang gadis jelek itu segera berangkat satu ada
didepan yang lain ada dibelakang, membiarkan Tonghong
Pek berjalan di tengah.
Ilmu meringankan tubuh yang mereka miliki sempurna
sekali makin berjalan semakin cepat, hingga terpaksa
Tonghong Pek berulang kali mengempos tenaga untuk
mempertahankan jaraknya dengan mereka.
Tidak selang setengah jam kemudian, mereka sudah
lewati beberapa buah bukit, dihadapan mereka terbentang
sebuah hutan yang lebat.
Hutan tersebut sempit lagi panjang, bentuknya mirip
sebuah selat, dua belah dinding merupakan tebing terjal
yang menjulang tinggi ke angkasa, suasana dalam hutan
tersebut terasa lembab dan gelap.
Tak tahan lagi Tonghong Pek segera bertanya.
"Eeeh, kita harus melalui jarak berapa jauh lagi baru
sampai ditempat tujuan?"
"Sudah hampir tiba, coba lihat itu sudah kelihatan."


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tonghong Pek memandang kedepan, kecuali tampak
sebuah pohon yang amat besar bangunan apapun tidak
kelihatan sebelum ia bertanya kembali kedua orang gadis
jelek itu sudah berbelok di depan pohon besar tadi.
Pohon tersebut teramat besar, bahkan pelukan dua orang
pun tidak cukup untuk menjangkau tumbuhan tadi, ketika
gadis jelek itu tiba di hadapan pohon tersebut. dengan sikap hormat mereka lantas berseru:
"Majikan, orang yang kau cari sudah berhasil kami bawa datang !"
Tonghong Pek terbelalak, suatu kejadian aneh dengan
siapakah gadis2 jelek itu berbicara " dengan pohon besar ?"
"Hey kalian..." teriaknya. Tapi belum selesai ia berbicara, tiba2 dari dalam pohon besar itu berkumandang keluar
suara perempuan
"Bawa dia menghadap diriku !" Gadis jelek itu buru2
mengiakan, ia putar badan dan menggape kearah Tonghong
Pek, "Kau kemarilah!"
Pada saat ini sianak muda itu tidak melihat sesuatu
apapun, namun dengan nyata ia mendengar suara
pembicaraan seseorang, dalam hati merasa heran dan
tercengang, dengan langkah sangat hati2 ia maju ke-depan.
Menanti ia berjalan dekat dengan pohon besar itu, gadis
jelek tadi segera menuding kearah pohon besar yang
menghadap sebelah dalam dan memberi bisikan agar ia
berjalan kesitu.
Tonghong Pek tarik napas panjang 2, ia putar kebalik
pohon tadi dan maju mendekat.
Saat inilah ia baru tahu, kirinya dibalik pohon besar tadi
terdapat sebuah lubang besar yang cukup digunakan untuk
duduk seseorang,pohon besar itu sudah berlubang entah
dimakan oleh ulat kecil ataukah memang sengaja dilubangi
orang. Dia jumpai seorang perempuan duduk bersila didalam
lubang pohon tersebut, meski belum melihat jelas
bagaimana potongan wajahnya, ia dapat melihat mutiara
yang menghiasi rambutnya,pakaian yang dikenakan amat
indah dan semarak, seakan2 seorang pengantin yang siap
naik ke tandu. Tonghong Pek tercengang dan keheranan, buru2 ia awasi
perempuan tersebut lebih tajam, usianya belum mencapai
empat puluh tahun alisnya tebal dan wajahnya cantik
menawan hati. Siapapun akan menduga betapa cantiknya perempuan ini
semasa mudanya.
"Apakah perempuan yang duduk didalam lubang pohon
tersebut adalah Kiem Lan Hoa?" pikir Tonghong Pek, "Tapi tidak terasa ada bau siluman tubuhnya mungkin dia adalah
orang lain dan bukan Kiem Lan Hoa?" Sementara sianak
muda itu masih berpikir dengan hati ragu, perempuan itu
sudah menanya. "Siapakah kau?"
"Hei. . hei . . ! sungguh lucu sekali." Sahut Tonghong Pek geli bercampur mendongkol: "Bukankah kau utus orang
untuk mengundang aku, kok malahan kau sendiripun tidak
tahu siapakah aku?"
Sepasang mata perempuan itu dengan tajam mengawasi
wajah Tonghong pak, beberapa saat kemudian batu
terdengar ia berkata:
"Kau tidak usah takut, setelah berjumpa dengan diriku
maka tidak akan ada orang yang berani menyulitkan dirimu
lagi." "Siapa yang hendak menyulitkan diriku?"
"Coba lihat, lagakmu persis seperti ayahmu, Si Thay
Sianseng sudah umumkan permintaannya kepada seluruh
Umat Bu lim untuk menangkap dirimu, buat apa kau
bersikeras mungkir?" Ucapan ini membuat Tonghong Pek
jadi runyam, menangispun tak bisa.
"Kau telah salah mencari orang!" serunya segera. "Orang yang hendak ditangkap Si Thay sianseng adalah Loei Sam!"
"Kalau begitu kau bukan Loei Sam?" balik tanya
siperempuan itu dengan mata terbelalak.
"Tentu saja bukan."
Kembali perempuan
itu melirik sekejap kearah Tonghong Pek, wajahnya berobah keren, tiba2 ia berteriak:
"Thay Kiem Thay Gien!"
Dua orang gadis jelek itu berlari datang, sambil berlari
mereka berseru: "Majikan ada urusan apa?"
"Eeeei . . aku suruh kalian mencari seseorang yang
bernama Loei Sam, siapa yang telah kalian bawa datang?"
tegur perempuan itu gusar "Kenapa kalian tidak tanyakan dahulu siapakah namanya sewaktu kalian mencari orang
yang ku perintahkan?"
"Dari mana kami bisa tahu. kalau orang itu tidak
bernama Loei Sam." sahut kedua gadis jelek itu setelah saling bertukar pandangan sekejap. "Majikan, raut muka serta potongan badan yang kau lukiskan kepada kami,
bukankah persis seperti orang ini?"
Mendengar ucapan itu dari dalam sakunya perempuan
tersebut ambil keluar segulung lukisan, lalu dibentangnya
dengan tangan gemetar.
Dari jauh Tonghong Pek dapat menyaksikan lukisan
yang tertera dalam kertas tersebut persis seperti raut muka Loei Sam disamping itu ada beberapa tulisan yang
diantaranya terdapat beberapa patah kata yang sempat
dibaca pemuda itu "Ciangbunjin dari Go bie Pay"
Tak usah dipikir lagi, lukisan tersebut tentulah lukisan
yang disebar Si Thay sianseng keseluruh dunia untuk bantu
menangkap Loei Sam.
Diam2 Tonghong Pek pun tertawa getir. sebab ia dapat
merasakan bahwa wajah Loei Sam memang ada beberapa
bagian mirip dengan wajahnya, ia tidak ingin Loei Sam
adalah adiknya, tetapi ditinjau dari kemiripan tersebut, ia semakin sadar bahwa kenyataan tersebut tidak dapat
dibantah kembali.
Sementara itu perempuan tersebut memandang lukisan
tadi tajam2 kemudian mengawasi pula Tong hong Pek
beberapa kejap, akhirnya dengan alis berkerut ia berkata:
"Thay Kiem, Thay Gien, kalian sudah salah mencari
orang, dia bukanlah orang yang sedang kucari."
Kedua orang gadis jelek itu membelalakkan matanya
bulat2. kau memandang diriku dan aku memandang
dirimu, lama sekali mereka baru tertawa.
"Ooow.. kiranya kami sudah salah mencari, harap
majikan suka mengampuni kesalahan kami."
Diam2 Tonghong Pek bikin persiapan, ia tahu
perempuan yang bernama Kiem Lan Hoa dan di sebut
siluman perempuan itu bukan manusia baik2, kemungkinan
besar ia bisa melancarkan serangan untuk mencabut
jiwanya. Diluar dugaan Kiem Lan Hoa tidak berbuat apa2, ia
cuma menghela napas panjang, menggulung kembali
lukisan tadi dan bergumam seorang diri:
"Sungguh sulit untuk mencari orang ini !"
Sebetulnya Tonghong Pek ingin beritahu kepadanya
bahwa orang yang sedang dicari telah tukar nama dan kini
berdiam tidak jauh dari sana, tetapi pikiran lain segera
mencegah niatnya itu, sebab ia tidak ingin mencampuri
urusan yang menyangkut diri Kiem Lan Hoa dengan
Tonghong Pacu. Perempuan itu menghela napas dan berkata kembali:
"Dipandang lebih teliti, wajahmu memang sedikit mirip
dengan wajah yang tertera diatas lukisan itu, tetapi kau
bukan orang yang sedang kucari.
Thay Kiem Thay Gien. terlalu bodoh, seandainya
mereka telah melakukan kesalahan terhadap anda, harap
kau suka memaafkan. Nah. silahkan anda kalau mau
berlalu !"
Tonghong Pek kembali tertegun, ditinjau dari ucapan
yang begitu cengli dan pakai aturan, tidak mungkin kalau
diutarakan oleh seseorang dari kalangan sesat, ia lantas
mundur kebelakang dan bertanya:
"Kau. . kau . . kau adalah Kiem Lan Hoa yang berasal
dari wilayah Biauw?"
"Ehmm benar! aku adalah Kiem Lan Hoa, tentu Thay
Kiem serta thay Gien lah yang memberitahukan hal ini
kepadamu?"
Meski dalam hati kecilnya sianak muda itu masih ragu2
tapi ia tak mau berdiam terlalu lama disitu, sementara ia
berlalu tiba2 terdengar Kiem Lao Hoa berseru:
"Tunggu sebentar, sebelum ini apakah anda pernah
mendengar namaku dan seseorang?"
Tonghong Pek tertegun, untuk sesaat ia tak tahu
bagaimana harus menjawab.
"Selama ini aku selalu mengasingkan diri di wilayah
Biauw" ujar Kiem Lan Hoa kembali "ilmu silatku pun berasal dari aliran yang berbeda dengan aliran kalian, kali ini masih untuk pertama kakinya tiba didaratan Tionggoan,
sedikit sekali orang yang tahu akan diriku, sedang usiamu
masih muda, darimana bisa tahu akan namaku?"
"Aku mengetahuinya dari mulut seseorang."
"Siapakah orang itu, dapatkah anda beritahu kepadaku?"
jelas tampak betapa gelisahnya perempuan tersebut.
Tonghong Pek tidak menjawab, sebab ia tak ingin
menyebutkan lagi nama dari Tonghong Pacu, ia membenci
orang itu, segera ujarnya:
"Kalau memang bukan aku yang anda cari, maaf cayhe
akan mohon diri lebih dahulu!"
"Tunggu sebentar, beritahu dulu kepadaku, siapakah
orang yang memberitahukan namaku kepada mu?"
Tonghong Pek tidak menjawab, ia putar badan dan
berkelebat kedepan.
Tenaga Iweekang-yang dimiliki Tonghong Pek amat
sempurna. gerakan tubuhnya cepat bagaikan sambaran
kilat, namun ketika ia bergerak maju, tiba2 terasa segulung angin serangan yang amat dahsyat mengancam datang dari
arah belakang. Gulungan angin tajam tadi muncul begitu cepat,
memaksa si anak muda itu harus mengepos tenaga, putar
telapak dan menyambut datangnya terangan bokongan tadi.
Reaksi yang diberikan Tonghong Pek boleh dikata cepat,
tetapi baru saja telapaknya berputar, tiba2 ia merasakan
tangannya telah menyentuh dengan sebuah benda yang
lunak, halus dan dingin. ia terperanjat dan sesaat kemudian tampak cahaya perak berkelebatan, selembar jaring tipis
telah membelenggu tubuhnya.
Jaring itu ringan lagi lunak, ketika tersentuh ditangan
terasa dingin dan nyeri.
Jaring tersebut tidak terlalu besar, setelah mengurung
kepalanya mulut jaring tadi segera menjirat diatas lehernya, semakin pemuda itu bergerak, makin kencang jaring tadi
menjirat badannya.
Kejadian ini menggusarkan hati Tonghong Pek, ia pun
merasa kaget, sambil putar badan ia meraung gusar,
telapaknya segera berputar menarik seuntai serat perak yang menghubungkan jaring tadi dengan Kiem-Lan Hoa yang
tetap duduk ditempat semula.
Tarikannya ini berharap bisa merampas serat tersebut
dari tangan perempuan itu, namun serat tadi licin lagi
lunak, sedikitpun tidak ada kesempatan baginya untuk
kerahkan tenaga, sepasang tangannya yang membetot diatas
serat tadi segera tergelincir saking licinnya.
"Jangan sembarangan bergerak!" bentak Kiem Lan Hoa.
"setelah jaring ku ini menjirat seseorang, perduli siapapun yang berhasil terjirat, jangan harap bisa loloskan diri. Aku tiada maksud untuk mencelakai dirimu, aku hanya ingin
bertanya siapakah orang yang beritahu namaku kepadamu,
kau harus beritahu siapakah dia!"
Tabiat Tonghong Pek adalah keras kepala, Kiem Lan
Hoa mengajukan pertanyaan secara baik2, mungkin ia bisa
menjawabnya karena tidak enak hati, tapi kini Kiem Lan
Hoa bertindak kasar, dari mana sianak muda itu suka
berbicara"
Ia tertawa dingin, sepasang tangannya segera mencekal
jaring tadi dan ditariknya keras2.
Tarikan tersebut telah menggunakan tenaga delapan
bagian, ditinjau dari serat jaring yang lembut bagaikan
rambut, dalam betotan tersebut tentulah akan terputus.
Siapa sangka bukan saja gagal ia lepaskan diri dari
kurungan, bahkan jaring itu makin kencang menjirat dirinya
sehingga seluruh badan secara lapat2 terasa amat sakit.
Tonghong Pek amat terperanjat, buru2 ia lepaskan
tangan dan membentak:
"ilmu siluman apa yang telah kau gunakan" ayoh cepat
lepaskan diriku!"
"Haaa. . haa . . bukan ilmu siluman yang kugunakan
jaring ini dibuat dari serat yang di hasilkan ulat salju, meski ringan dan lunak namun kuat dan tahan uji, jaring ini kuat
menahan betotan tenaga sebesar seribu katipun, kalau kau
lanjutkan betotanmu sehingga badan berdarah, racun yang
ada dalam serat itu akan segera menyerang ketubuh, dalam
keadaan seperti itu, tak ada obat yang bisa menolong dirimu lagi."
Diam2 Tonghong Pek terperanjat, ia sadar apa yang
diucapkan perempuan itu bukan gertak sambal belaka. lagi
pula meskipun tidak beracun.
Seandainya pihak lawan perketat tarikannya saja sudah
cukup untuk menyesakkan napasnya.
Setelah sadar keadaannya kritis, buru2 pemuda itu maju
selangkah kedepan mulut jaring di lipat2 ditangannya
dengan maksud menahan agar jaring tersebut tidak terlalu
mencekik lehernya, semakinpun pihak lawan menariknya
tidak hanya tangannya yang terjirat.
Siapa nyana Kiem Lan Hoa segera tertawa, "Tak
berguna kau berbuat demikian coba lihat!" serunya.
Bersamaan dengan ucapan tersebut ia menggetarkan
tangannya, cahaya perak berkilauan, jaring perak tadi tahu2
sudah tergelincir lepas dari tangan Tonghong Pek.
Sianak muda im semakin terperanjat. "Aku lihat lebih
baik katakanlah terus terang" ujar Kiem Lan Hoa lagi
sambil tertawa. "Bila kau suka bicara, aku segera lepaskan dirimu pergi, aku tiada maksud jahat pada mu, aku rasa
kaupun tahu akan hal ini!"
"Hmmmm! kau anggap setelah jaring berhasil menjerat
badanku aku lantas bicara?" jengek Tonghong Pek sambil tertawa dingin, "Kau jangan bermimpi disiang hari bolong!"
Tiba2 seluruh tubuh Kiem Lan Hoa gemetar keras, air
mukanya berubah hebat dan tanpa kuasa ia berbicara:
"Kau... apa hubunganmu dengan dirinya " kenapa
watakmu mirip sekali dengan dia ?"
Tonghong Pek tertegun, ia tak tahu apa maksud dari
ucapan Kiem Lan Hoa itu, ia berdiri disana dengan angkuh.
Akhirnya terdengar Kiem Lan Hoa menghela napas
panjang, tangannya bergetar diiringi berkilatnya cahaya
perak, jaring tadi sudah terlepas dari tubuhnya dan
melayang kembali ketangan Kiem Lan Hoa.
"Aku dapat lihat watak maupun tingkah lakumu sangat
mirip dengan dia, aku duga antara kalian berdua tentu
terikat hubungan yang erat" ujar Kiem Lan Hoa lagi setelah menyimpan jaring tersebut, "Apa hubunganmu dengan dia "
ayo, katakan kepadaku !"
Pertanyaan ini semakin membingungkan Tonghong Pek,


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ia tak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan tersebut.
Meskipun selama ini ia berdiri tak berkutik, namun
diam2 hawa murninya sudah disalurkan hingga mencapai
pada puncaknya, menanti Kiem Lan Hoa selesai berbicara,
ia bersiul panjang.
Tubuhnya mencelat ketengah udara, berjumpalitan satu
lingkaran besar dan menerobos keluar, bukan saja indah
bahkan cepatnya luar biasa.
Menanti tubuhnya melayang keatas tanah, ujung kakinya
kembali menjejak tanah berkelebat kearah depan, tetapi
untuk kesekian kakinya ia berdiri tertegun.
Entah sejak kapan. tiba2 Kiem Lan Hoa sudah berdiri
dihadapannya persis menghalangi jalan perginya.
Berada dalam keadaan seperti itu, ingin melarikan
diripun tidak berguna, maka pemuda ini tegak berdiri tak
berkutik, sikapnya sangat dingin, bahkan tersungging pula
suatu senyuman dingin.
"Siapakah namamu ?" tanya Kiem Lan Hoa sambil
tertawa. "Aku bernama..."
Mengikuti watak Tonghong Pek yang tinggi hati, ia tidak
akan sudi menyembunyikan nama sendiri, tetapi pada saat
itu ia berbuat lain, tiba2 ia membungkam.
"Hehe...ayoh katakan siapa namamu ?" tanya Kiem Lan Hoa lebih jauh, "Apakah namamu pun tidak boleh
diberitahukan kepada orang lain ?"
Tonghong Pek tarik napas panjang2, "Siapa namaku, apa
sangkut pautnya dengan dirimu " lebih baik kau tak usah
banyak bertanya !"
"Aaai...! karena dari tubuhmu aku seakan2 berjumpa
dengan bayangan tubuhnya, maka aku ajukan pertanyaan
ini kepadamu, kalau memang kau tidak sudi bicara, ya
sudahlah ! aku tidak akan terlalu memaksa !"
"Kau anggap aku mirip...mirip siapa ?" dada sianak muda ini terasa berdebar keras.
"Mengungkap tentang orang ini, dia adalah seorang jago lihay yang punya nama besar dalam dunia persilatan, dia
she Tonghong bernama Pacu."
Pucat pias wajah Tonghong Pek, tubuhnya terasa
hampir2 saja roboh keatas tanah, ia amat sedih sekali sebab dari ucapan Kim Lan Hoa barusan, bisa disimpulkan bahwa
dia sangat mirip dengan wajah ayahnya, dan ia tak bisa
dibantah lagi adalah putra Tonghong Pacu.
"Bukankah hubunganmu dengan orang itu erat sekali "
sekalipun kau tidak berterus terang namun aku tahu jelas"
kata Kiem Lan Hoa kembali.
Per-lahan2 Tonghong Pek putar badan, ia ingin
menghindari bentrokan matanya dengan perempuan itu,
tetapi baru saja ia berpaling, desiran tajam menyambar
lewat tahu2 Kiem Lan Hoa sudah berdiri kembali di
hadapan mukanya.
"Bukankah kau adalah putranya?" tanya perempuan itu."
"Aaai, lalu apa sebabnya kau mengatakan bahwa kau
bukan Loei Sam" aku rasa kau masih belum tahu asal
usulmu, kau..."
"Aku bukan Loei Sam!" teriak Tonghong Pek tak tahan lagi, ia menukas perkataan Kiem Lan Hoa yang belum
selesai, "Loei Sam adalah putramu dengan Tonghong pacu sedang aku sama sekali tak ada sangkut paut atau hubungan
dengan dirimu?"
"Tetapi . . bukankah kau adalah putra Tong hong Pacu?"
Tanya Kiem Lan Hoa tertegun.
Pertanyaan ini tak sanggup dijawab Tonghong Pek, ia
cuma mendengus berat sebagai ganti jawaban.
Kiem Lan Hoa mundur dua langkah ke belakang dengan
air muka berubah hebat.
"Aaah! kiranya ia masih mempunyai perempuan lain"
teriaknya, "Tidak aneh kalau dia... dia tega meninggalkan aku!"
Pada saat ini Tonghong Pek kepingin berteriak, berteriak
se-keras2nya, ia ingin mengatakan justru karena Tonghong
Pacu tergila2 dengan dia, maka ia tega meninggalkan
ibunya serta dia sehingga hampir2 saja mati didalam
sungai. "Katakan kepadaku, sekarang ia berada dimana" katakan
kepadaku!" Teriak Kiem Lan Hoa, kembali sambil maju
selangkah Pikiran Tong hong Pek amat kalut, ia sadar bila
hendak mengelabuipun percuma, sebab pihak lawan sudah
tahu akan duduknya perkara maka ia menjawab:
"Semua orang yang hendak kau cari berada digunung
Lak Boan San semua, sebenarnya mereka ada dimana
akupun tak tahu, asalkan kau cari didalam gunung ini pasti
akan kau temukan.
"Aaaah, ternyata kau benar2 adalah putranya." seru Kiem Lan Hoa, dari sepasang matanya memancar keluar
serentetan cahaya aneh. "Aku lihat agaknya kau tidak
terlalu gembira jadi putranya."
Kembali Tonghong Pek mendengus sebagai ganti
jawaban, tiba2 Kiem Lan Hoa menempelkan tangannya
diatas bahu Tonghong Pek, lalu ia bertanya kembali:
"Berapa banyak yang telah ia ceritakan kepadamu
tentang persoalanku?"
Tangan perempuan itu halus sekali, jarinya lentik
panjang, kukunya dicat merah sedang di atas pergelangannya memakai sebuah gelang emas.
Gelang tersebut memancarkan cahaya keemas-emasan
yang sangat menyilaukan mata, ketika sianak muda itu
memandang dengan penuh curiga, tiba2 ia tersentak kaget.
Ternyata benda yang berada dipergelangan Kiem Lan
Hoa bukan gelang emas, melainkan seekor ular kecil yang
panjangnya tujuh delapan coen dengan besar sejari
kelingking, seluruh tubuhnya memancarkan cahaya keemas2an. Ketika sianak muda itu memandang untuk kedua
kakinya, ular kecil tadi angkat kepalanya menjulurkan
lidahnya, kepala ular tadi pipih dan gepeng, jelas binatang tadi adalah seekor ular beracun.
Ketika Kiem Lan Hoa meletakkan tangannya diatas
bahu Tonghong Pek, ular kecil tadi segera menjulurkan
lidahnya sehingga hampir2 menempel diatas punggungnya,
buru2 pemuda itu berkelit.
Menyaksikan tingkah laku sianak muda itu, Kiem Lan
Hoa mendongak tertawa ter bahak2.
"Pernah kau lihat ular berbisa semacam ini " ular ini
disebut Kiem Lian Gi- dia ia li ular beracun kelas sembilan diantara tujuh puluh dua kelas lainnya !"
"Cepat singkirkan tanganmu itu !" seru Tong hong Pek sambil menarik napas panjang.
Kiem Lan Hoa tertawa dingin.
Jawaban ini memang jujur, sebab hingga kini ia tak tahu
siapakah nama sebenarnya dari ibunya yang selama ini jadi
Sunio. Meskipun dia jujur, namun Kiem Lan Hoa merasa geli
sebab dikolong langit mana ada anak tak tahu nama ibunya,
kembali ia tertawa dingin.
"Se akan2 persoalan apapun kau tidak tahu, tapi kau
harus jawab pertanyaanku ini!"
Seraya berkata ia perdengarkan siulan nyaring pendek
tapi sangat memekikkan telinga.
Mengikuti siulan tersebut, ular emas Kiem Lian Cu
tinggalkan pergelangan Kiem Lan Hoa dan bergerak keatas
bahu Tonghong Pek
Gerakan ular kecil itu cepat sekali, apa pula Tonghong
Pek sama sekali tidak bersiap sedia. menanti ular emas
tersebut telah berada diatas bahunya, ia baru terperanjat
tangannya bergerak ingin menyapu jatuh binatang tersebut.
Tetapi pada saat itu Kiem Lan Hoa telah menyentil jari
tangannya, serentetan angin tajam menyambar lewat, jalan
darah Tay Me Hiat diatas pinggangnya segera tertotok.
Dalam pada itu ular kecil tadi melewati bahunya mulai
merambat naik keatas leher, tubuh yang dingin dan licin
membuat ia merasa muak dan sangat tersiksa, tak tahan lagi
dengan nada gusar bercampur kaget teriaknya:
"Kau. . . cepat tangkap ular terkutuk itu dari tubuhku!"
"Hmmmn. aku tahu watakmu keras hati, ancaman ini
tidak akan membuat hatimu jeri, namun kau harus tahu
asal aku bersiul kencang maka ular Kiem Lian cu tersebut
akan segera masuk kedalam tubuhmu lewat lubang hidung
dan menghabiskan isi otakmu!"
Tonghong Pek mendengus dingin, walaupun dalam hati
bergidik setelah mendengar ucapan itu tetapi dengan
wataknya yang keras kepala tak sepatah katapun diutarakan
keluar. "Asal kau suka katakan macam apakah ibumu, maka
ular itu akan segera kutangkap kembali." ujar Kiem Lan Hoa lebih jauh.
"Sudah kukatakan tidak, mengapa sih kau tak mau
mengerti" sekali tidak tahu tetap tidak tahu." Melihat kekerasan hati sianak muda itu Kiem Lan Hoa angkat bahu,
ia bersiul nyaring, ular emas yang berada diatas leher
Tonghong Pek segera bergerak menerobos masuk kedalam
lubang hidung sianak muda itu.
Tonghong Pek merasa lubang hidungnya jadi kaku dan
gatal sekali, sukar di tahan, ingin sekali ia menggaruk,
justru badannya tak berkutik karena tertotok, ia merasa
amat tersiksa namun mulutnya tetap membungkam.
"Kalau kau tak mau bicara lagi, akan segera
kuperintahkan Kiem-Liancu untuk menerobos masuk
kedalam hidungmu !" ancam Kiem Lan Hoa.
Setelah napasnya tersumbat sulit bagi sianak muda itu
untuk buka suara, namun kekerasan hati yang terpancar
diatas wajahnya telah cukup sebagai jawaban yang
meyakinkan. "Bagus !" teriak Kiem Lan Hoa sambil tertawa dingin, air mukanya berubah hijau membesi.
Tiba2...entah dari mana datangnya desiran tajam tahu2
meluncur datang dua biji senjata rahasia sebesar butiran
beras. Gerak luncur kedua buah senjata rahasia itu cepat sukar
dilukiskan dengan kata2, salah satu di antaranya dengan
dahsyat menghantam batok kepala ular emas kecil yang
sedang meluncur kedalam lubang hidung Tonghong Pek itu
sehingga terpental ketengah udara dan berkelejit.
Sedangkan butiran senjata rahasia yang kedua langsung
menghantam pinggang sianak muda itu, jalan darahnya
yang tertotok pun segera jadi bebas kembali.
Merasakan pengaruh totokan lenyap, buru2 Tonghong
Pek mengundurkan diri ke-belakang.
Sementara itu Kiem Lan Hoa telah ayunkan lengannya
menerima kembali ular emas kecil yang terpental ketengah
udara oleh sambaran senjata rahasia itu.
Kemudian berteriak marah dan ayunkan tangannya
kedepan, dengan menggunakan ular emas kecil tadi sebagai
senjata rahasia ia balas menyambit kearah mana berasalnya
dua batang senjata rahasia tersebut.
Ular emas itu meluncur kedepan dengan sangat cepatnya
laksana serentetan cahaya emas dalam sekejap mata telah
menerjang kedalam semak dua tombak jauhnya dari
kalangan dimana secara mendadak muncul seseorang.
"Hati2" teriak Tonghong Pek memberi peringatan, ia sadar betapa dahsyatnya bisa ular emas.
Orang itu tersenyum dingin melihat datangnya serangan,
ia ayun tangannya kedepan, jari tengah menyentil keras
dimana dengan telak bersarang diatas kepala ular emas itu,
kemudian laksana kilat jari tangannya bekerja dengan jari
telunjuk serta jari tengah, ia cekal tubuh bagian Tujuh Coen dari ular emas tadi.
Bagian tujuh coen merupakan bagian paling lemah bagi
segala jenis ular berbisa, kendari bagaimana lihaynya ular
tersebut asal bagian ini kena dicekal maka binatang tadi
takkan berkutik lagi, tidak terkecuali ular emas tersebut,
setelah kena dicengkeram badannya lantas lemas bagaikan
sebatang rantai emas.
Gerakan yang luar biasa ini mengagumkan hati
Tonghong Pek ia bersorak dan angkat kepala, tapi segera ia
tertegun, sebab orang itu bukan lain adalah ayahnya,
Tonghong Pacu. Diam2 sianak muda itu tertawa getir, ia berpikir:
"Sungguh bodoh aku, seharusnya sejak tadi sudah
kuduga akan dirinya. siapa lagi dikolong langit ini memiliki ilmu silat selihay itu kecuali dia ?"
Ia tidak ingin menyapa, berdirilah Tong-hong Pek
ditempat itu tanpa berkutik barang sedikitpun.
Dalam pada itu Tonghong Pacu melirik sekejap ke
arahnya kemudian berpaling kearah Kiem Lan Hoa dan
menegur: "Sudah lama kita tak bertemu baik2kah dirimu ?"
"Kenapa tidak baik !?" jengek Kiem Lan Hoa sambil berdiri mematung, "Kurang sedikit aku berhasil kau celakai, sayang tindakanmu kurang lihay, akhirnya aku berhasil
lolos dari kematian"
"Haa..haa...haa...
aku tabu dimanakah letak penyakitnya." seru Tonghong Pacu sambil tertawa paksa.
"seandainya tidak timbul rasa belas kasihan di dalam
hatiku, dan bermaksud memberi jenazah yang utuh bagimu,
ini hari kau sudah tinggal tulang belulangnya belaka."
"Tidak salah, sayang sekali saat ini bila kau tiada
kesempatan lagi untuk berbuat demikian."
"Hmm, kau harus tahu, pada saat aku balas dendam,
tidak bakal kuberikan jenasah yang sangat utuh bagimu!"
"Haa. . haa. . hal ini sih harus dilihat apakah kau punya kesempatan untuk berbuat atau tidak?"
Berbicara sampai disitu, ia lantas berpaling dan teriaknya
keras2: "Thay Kiem Thay Gien, masih ingatkah kalian berdua
dengan diriku ?"
Dua orang gadis jelek itu saling bertatap pandangan
sekejap, kemudian sama maju dan menjura kepada
gembong iblis tersebut, "Menghunjuk hormat kepada..."
Tiba2 Tonghong Pacu kebaskan ujung bajunya, diiringi
dua gulungan desiran tajam tubuh kedua orang gadis jelek
itu segera tersapu pergi dan menerjang keatas badan Kiem
Lan Hoa. Bersamaan waktunya ia kebaskan tangan kanannya
keatas tanah membanting mati ular emas tersebut,
kemudian berkelebat ke depan melewati diatas kepala Thay
Kiem Thay Gien serta Kiem Lan Hoa.
Setelah tiba dibelakang ketiga orang perempuan itu, ia
melayang turun, tangannya bergerak cepat mencengkeram
jalan darah "Leng Thay Hiat" diatas punggung she Kiem tersebut.


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ilmu silat yang dimiliki Kiem Lan Hoa bukan
sembarangan, seandainya dalam keadaan biasa tak
mungkin ia bisa terjatuh ketangan lawan dengan begitu
mudah, justru karena ia harus menerima tubrukan dan dua
orang pembantunya maka ia tidak siap dan akhirnya
terbokong. "Haa...haa...haa... bagaimana" bukankah aku mendapat
kesempatan lagi ?" jengek Tonghong Pacu sambil tertawa ter bahak2.
Kiem Lan Hoa mendengus dingin. ia menghembuskan
napas panjang dan berdiri tak berkutik, dalam keadaan
seperti ini meski ilmu silatnya jauh lebih lihay pun tak
banyak yang bisa ia lakukan.
Kembali terdengar Tonghong Pacu tertawa terbahak2.
"Tempo dulu kau tak dapat menangkan diriku dan
sekarang sami mawon kau tetap bukan tandinganku !"
Air muka Kiem Lan Hoa berubah hijau membesi
menahan rasa dongkol yang bukan karuan, terhadap
ucapan dari Tonghong Pacu barusan sama sekali tidak
digubris, per-lahan2 ia memayang bangun Thay Kiem serta
Thay Gien, setelah itu dengan suara tenang ujarnya:
"Thay-Kiem. Thay Gien, pulanglah ke wilayah Biauw
sendirian apakah kalian kenal jalan "!"
Kedua orang gadis jelek ini bukan saja berwajah jelek
bahkan bodohnya luar biasa, habis mendengar ucapan dari
majikannya mereka saling bertukar pandangan dan sesaat
tak tahu bagaimana harus menjawab.
Lama sekali, mereka berdua baru berkata: "Majikan,
mengapa kau tidak suka membawa kami lagi " mengapa
kau usir kami untuk pulang sendiri ?"
Kiem Lan Hoa membungkam, berada dalam keadaan
seperti ini bagaimana ia harus menjawab.
"Majikan kami tak mau pulang, kami tak tahu jalan..."
seru mereka dengan wajah merengek.
"Kami tak kenal jalan, tak mungkin bisa sampai
dirumah, kami pasti akan mengembara, ter-lunta2 dan
dianiaya orang..." kembali rengek kedua orang gadis jelek itu.
Sejak tadi Tonghong Pek sudah muak akan perbuatan
Tonghong Pacu yang rendah dan memalukan itu, apalagi
setelah mendengar isak tangis ke dua orang gadis jelek itu, ia semakin tidak lega, per-lahan2 ia putar badan, lalu
tegurnya seraya menuding ke arah gembong iblis itu:
"Kalau ingin bergebrak, bertempurlah dengan jujur dan
terbuka, Hmm... sungguh memalukan, seorang manusia
yang ternama, tak disangka hanya bisa main bokong
belaka." Mimpipun Tonghong pacu tidak menyangka, pada
keadaan begini putranya bisa menegur dia, ia jadi tertegun
diikuti dari rasa mangkel berubah jadi gusar.
"Bajingan, kau jangan ngaco belo yang tidak keruan
disitu." teriaknya.
"Lepaskan dia!" seru Tonghong Pek sepatah demi
sepatah "Kau ingin bergebrak, lakukanlah secara jujur, tidak pantas kau menggunakan dua orang gadis yang tak tahu
urusan untuk membokong orang?"
"Bajingan cilik! apa yang hendak kau lakukan?" Teriak Tonghong Pacu sambil tertawa dingin, "Seandainya aku
tidak lepaskan dua biji batu kecil tepat pada saatnya, pada saat ini kau sudah mati keracunan."
"Hmm! tidak pernah kumohon pertolonganmu, siapa
yang suruh kau turut campur dalam urusanku" biarkan saja
aku mati keracunan."
"Ayoh enyah dari sini." gembong iblis itu naik pitam.
Bukannya menyingkir Tonghong Pek malah maju
selangkah kedepan, kembali hardiknya.
"Lepaskan dia!"
Sementara itu Kiem Lan Hoa tetap berdiri tak berkutik
ditempat semula dengan wajah pucat pias bagaikan mayat,
sepasang matanya terbelalak.
Ia merasa heran dan tidak habis mengerti mengapa
secara tiba2 si anak muda itu bisa membantu dirinya.
"Kau suka enyah dari sini atau tidak ?" Bentak
sigembong iblis nomor wahid itu semakin naik pitam.
Seraya berseru, lengan kirinya menekan kebawah
kemudian diayun kedepan dengan hebatnya.
Seketika itu juga Tonghong Pek merasakan adanya
segulung angin pukulan maha dahsyat menggulung datang.
ia sadar apabila serangan ini ditahan dengan keras lawan
keras, niscaya ia bakal terluka parah.
Dalam keadaan seperti ini, timbul akal cerdik dalam
benaknya, ia enjotkan badan, meminjam kekuatan daya
dorong dari lawannya, anak muda ini melayang mundur
sejauh tujuh depa kebelakang, kemudian ia bersuit nyaring,
badannya berputar cepat lalu menyusup ke belakang
punggung Tonghong Pacu.
Sepasang kakinya menjejak keras, sang badan menubruk
kedepan dan sepasang telapak bekerja cepat menghantam
punggung ayahnya.
Perubahan yang terjadi mendadak ini sama sekali berada
diluar dugaan Tonghong Pacu, ia berteriak keras:
"Eei...apa yang hendak..."
Angin pukulan yang maha dahsyat tahu2 sudah
menggulung datang, terpaksa Tonghong Picu menggerakkan telapak tangan kirinya menyambut datangnya serangan sianak muda itu.
Tonghong Pek bukan manusia bodoh, sesaat sebelum
sepasang telapaknya saling membentur dengan telapak kiri
lawan, tangan kanannya bergerak lebih cepat, sebuah
jotosan dengan telak bersarang ditubuh ayahnya.
Kehebatan ilmu silat Tonghong Pacu boleh dikata sudah
mencapai tarap kesempurnaan tetapi pada saat ini telapak
kanannya harus mencengkeram Kiem Lan Hoa, sedang
telapak kirinya menerima serangan dari putranya, jotosan
yang bersarang diatas punggungnya kontan membuat
seluruh tubuhnya tergetar keras.
Sejak terjatuh ketangan Tonghong Pacu setiap saat Kiem
Lan Hoa menantikan kesempatan yang amat baik untuk
berontak dan melepaskan diri dari cekalan lawan, ketika
tubuh sigembong iblis itu tergetar keras ia lantas merasakan inilah kesempatan yang paling baik baginya untuk
bertindak, mendadak badannya merendah kebawah,
sebelum Tonghong Pacu menyalurkan hawa murninya
telapak tangan tersebut sudah melesat kearah bawah, pada
saat itulah Kiem Lan Hoa putar badan seraya melancarkan
serangan balasan.
"Braakk!" dua serangan dengan telak bersarang diatas lambung Tonghong Pacu.
Sementara itu telapak kiri dari Tonghong Pek yang saling
berbentrok dengan tangan kiri Tong-hong Pacu menimbulkan suara bentrokan yang amat nyaring, tentu
saja sianak muda itu bukan tandingannya, ia menjerit keras.
badannya bagaikan layang2 yang putus benang mencelat ke
tengah udara, berjumpalitan beberapa kali dan muntah
darah segar, kemudian badannya terbanting ke atas tanah
keras2. Sedangkan Tonghong Pacu yang lambungnya termakan
oleh sodokan telapak Kiem Lan Hoa segera terdesak
mundur tiga langkah ke belakang, kekuatan daya serangan
ini benar2 dahsyat, sebab perempuan dari wilayah Biauw
tersebut telah menggunakan segenap kekuatan yang
dimilikinya. Setelah serangannya berhasil, Kiem Lan Hoa putar
badan, tangannya diayun
kedepan dan tampaklah
serentetan cahaya ke-perakan meluncur ke atas batok kepala
Tonghong Pacu. Dua pukulan yang bersarang di lambung serta sebuah
pukulan yang bersarang dipunggung membuat Tonghong
Pacu terluka dalam, ia sadar seandainya badannya
terkurung oleh jaring perak dari Kiem Lan Hoa itu niscaya
ia tak bakal lolos lagi dari tangannya.
Sebagai seorang tokoh lihay, dikala jaring itu hampir
mengurung badannya, tiba2 ia pentang mulutnya dan
menyemburkan serentetan darah segar ke arah jaring tadi.
Semprotan yang disertai hawa murni ini membuat daya
luncur jaring tersebut rada merandek, ambil kesempatan
itulah ia bersuit nyaring dan meluncur keluar dari kalangan kemudian melarikan diri dari situ.
Menyaksikan sigembong iblis nomor wahid itu
melarikan diri, Kiem Lan Hoa membentak keras.
"Kau hendak lari kemana?" perempuan ini segera
enjotkan badan dan mengejar dari belakang.
Pada saat itulah Tonghong Pacu yang berada ditengah
udara tiba2 putar badan sambil ayunkan telapak tangannya,
serentetan jarum lembut yang memancarkan cahaya ke
perak2an laksana kilat menyambar datang.
Kiem Lan Hoa kaget, ia sadar betapa lihaynya jarum2
lembut tersebut apabila bersarang di tubuh, dengan cepat
badannya meluncur ke bawah kemudian bersalto dan
menyingkir beberapa tombak jauhnya dari tempat itu.
Menanti ia berhasil berdiri tegak, Tonghong Pacu sudah
lenyap tak berbekas dari pandangan, tak mungkin baginya
untuk menyusul dirinya.
Terpaksa, ia putar badan dan berjalan balik ke tempat
semula, waktu itu Thay Kiem serta Thay Gien kedua orang
dayang jelek sedang berdiri disisi Tonghong Pek yang jatuh
tidak sadarkan diri.
"Majikan !" seru Thay Kiem serta Thay Gien hampir berbareng, "Apa sih titik2 sinar tajam yang menyambar
datang bagaikan hujan gerimis itu" sungguh indah sekali."
Kiem Lan Hoa mengerti bahwa kedua orang dayangnya
sangat bodoh, ia tidak memberi penjelasan hanya sambil
tersenyum tanyanya:
"Bagaimana keadaan dia?"
Sambil berkata ia berjongkok disisi sianak muda itu
memeriksa denyutan nadinya, lalu dengan alis berkerut
berkata kembali:
"Coba kalian berdua bimbing dia bangun !"
Thay Kiem serta Thay Gien mengiakan berbareng satu
dikiri yang satu dikanan segera mementangkan tubuh
Tonghong Pek dan dipaksa untuk berdiri, sementara Kiem
Lan Hoa sendiri segera melayang kebelakang punggung
sianak muda itu.
"Braaak...." tiba2 ia ayun tangannya dalam sekejap mata melancarkan tujuh buah serangan sekaligus keatas
punggung Tonghong Pek.
Kekuatan dari ketujuh buah serangan itu tidak terlalu
besar, namun kecepatannya sangat sukar dilukiskan dengan
kata-kata. Kepala Tonghong Pek yang semula terkulai ke bawah,
setelah termakan ke tujuh buah serangan tadi, tiba2
terangkat keatas diikuti ia muntahkan darah.
Setelah itu ia pun sadar kembali dari pingsannya,
sepasang matanya per-lahan2 dipentangkan, menghembuskan napas panjang dan melirik sekejap kearah
Thay Kiem serta Thay Gien yang berada disisinya.
"Terima kasih . . terima kasih." serunya "Kalian berdua .
. harap kalian suka membawa aku kedepan sana, biarlah
aku berdiri ditepi batu cadas dan mungkin aku bisa berdiri
sendiri." -ooo0dw0ooo- Jilid 16 BELUM sempat Thay Kiem, Thay-Gien menjawab
Kiem Lan Hoa telah berdiri di hadapannya.
"Bagaimana keadaanmu ?" tegur perempuan tersebut.
"Aku. . aku baik sekali kalian . . silahkan kalian berlalu !"
"Seandainya kami berlalu, coba pikir apakah kau bisa
hidup sampai besok pagi ?"
Tonghong Pek menghembuskan napas panjang, ia sadar
bisakah hidup sampai besok pagi masih merupakan suatu
tanda tanya besar baginya, tetapi ia tak sudi menerima
kebaikan orang, segera jawabnya ketus.
"Bisa hidup atau tidak, tiada sangkut pautnya dengan
kalian." Mula2 Kiem Lan Hoa rada tertegun, agaknya jawaban
ini berada diluar dugaannya, tetapi dengan cepat ia telah
tersenyum kembali.
"Baiklah, itu memang urusanmu sendiri. aku tidak akan
turut campur, tetapi akupun ingin bertanya kepadamu,
mengapa kau bantu aku melepaskan diri dari cengkeraman
Tonghong Pacu ?"
Tonghong mendongak dan tertawa terbahak2 hanya
sebentar ia tertawa sebab napasnya segera ter-engah2,
setelah baru tenang ia menjawab:
"Kau sudah salah menduga, tadi..aku...aku tiada maksud untuk menolong dirimu lolos dari cengkeramannya. aku
hanya tidak senang karena ia mempergunakan kedua orang
nona itu untuk membokong dirimu.. maka...maka aku
lantas turun tangan."
"Ooow...kiranya begitu..." ia merandek, setelah berhenti sesaat ujarnya kembali:
"Baik, kalau begitu Thay Kiem serta Thay Gien telah
menerima budi kebaikanmu, akan kutinggalkan mereka
berdua untuk merawat dirimu !"
"Aku tidak membutuhkan sesuatu apapun terhadap
mereka berdua" Tampik
sianak muda itu seraya menggeleng, "Silahkan kalian berlalu dari sini !"
"Eei...bagaimana sih kau ini " sungguh membosankan !?"


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seru Kiem Lan Hoa dengan wajah keren.
"Kau hanya mengijinkan dirimu berbuat sesuatu untuk
orang lain, tetapi tidak sudi menerima kebaikan orang lain
yang pernah kau tolong?"
Tonghong Pek membungkam, teguran ini membuat
sianak muda itu tak sanggup mengucapkan sepatah
katapun. "Hmmm!" kembali Kiem Lan Hoa mendengus "Thay Kiem, Thay Gien, kalian berdua lepaskan dirinya dan ikut
aku, ada urusan hendak kupesankan kepada kalian berdua."
Thay Kiem, Thay Gien mengiakan, mereka sama2 lepas
tangan dan berlalu.
Kedua orang gadis bodoh ini sama sekali tak tahu kalau
Tonghong Pek sedang terluka, mendengar perkataan
memerintahkan mereka lepas tangan, maka tanpa
mendudukkan dahulu sianak muda itu, cekalannya lantas
dilepaskan. Setelah kedua orang itu lepas tangan, Tonghong Pek pun
tak bisa berdiri tegak badannya segera miring dan roboh
keatas tanah. Menyaksikan sianak muda itu jatuh terjengkang, Thay
Kiem serta Thay Gien jadi tertegun, mereka lantas
berteriak. "Eeeei, kenapa sih kau tak mau berdiri tegak?"
Bantingan ini hampir saja membuat Tonghong Pek jatuh
tidak sadarkan diri, mana ia punya kekuatan untuk
berbicara lagi"
Sementara itu dengan alis berkerut Kiem Lan Hoa telah
menggape kearah mereka berdua:
"Jangan urusi dirinya lagi, mau jatuh atau tidak itu
bukan urusan kalian, ayoh cepat kemari!"
Thay-Kiem serta Thay-Gien mengiakan, sambil berjalan
kerap kali mereka berpaling melirik sekejap kearah
Tonghong Pek, wajah mereka penuh diliputi rasa kaget dan
tercengang, agaknya kedua orang gadis itu merasa heran
apa sebabnya Tong hong Pek tak dapat berdiri tegak.
Dengan sekuat tenaga Tonghong
Pek berusaha merangkak bangun, ia melihat Thay-Kiem serta Thay Gien
mengikuti Kiem Lan Hoa bergerak maju sehingga tiga lima
tombak kedepan dan berhenti dibelakang batu besar, disana
secara lapat2 terdengar pembicaraan mereka bertiga, apa
yang sedang dipercakapkan tak seorangpun yang tahu,
sebab Tonghong Pek merasa badannya sangat lemah
sehingga akhirnya ia roboh terlentang.
Ia sadar Kiem Lan Hoa adalah sami mawon dengan
Tonghong Pacu, mereka adalah iblis2 berhati keji, setelah
terjatuh ditangannya sulit untuk diramalkan apa yang bakal
terjadi. Sianak muda itu menghela napas panjang, pejamkan
mata dan menanti dengan hati kebat-kebit.
Lewat beberapa saat kemudian tiba2 terdengar suara
langkah manusia bergerak mendekatinya sewaktu ia buka
mata dan berpaling maka tampaklah Thay Kiem serta Thay
Gien sedang bergerak mendekati mereka, setibanya di
hadapan sianak muda itu mereka berdua jatuhkan diri Tong
hong Pek. "Heeeei . . . apa . . apa yang sedang kalian lakukan ?"",
"Tadi majikan berkata bahwa kau sudah menolong dia,
sedang kau tak mau menerima balas budinya, sedang jiwa
kamipun ditolong olehnya, kau menolong dia berarti. .
berarti. . .".
Berbicara sampai disitu, kedua orang gadis jelek itu
garuk2 kepala dan saling bertukar pandangan, agaknya
merasa sudah melupakan kata-kata yang diajarkan Kiem
Lan Hoa barusan.
Tonghong Pek yang menyaksikan kejadian ini hatinya
jadi mendongkol bercampur geli, teriaknya segera:
"Ayoh cepat pergi, ayoh cepat pergi buat apa sih kalian bikin onar belaka disini?"
Pengusiran ini bukannya membuat mereka pergi, justru
malahan mengingatkan ucapan majikan nya buru2
sambungnya. "Karena kau telah menolong kami, mulai sejak ini hari
kau adalah majikan kami apa yang kau perintahkan kepada
kami, pasti akan kami lakukan tanpa membantah."
Tonghong Pek dibikin menangis tak bisa meringis pun
sungkan, mana ia sudi jadi majikan dari Thay Kiem, Thay
Gien dua orang gadis jelek itu" sebenarnya ia hendak
berkata: "Aku perintahkan kalian tinggalkan tempat ini.
Namun segera teringat olehnya seumpama ia berkata
begitu, bukankah berarti ia sudah mengakui sebagai
majikan mereka" oleh karena itu buru2 serunya: "Aku
bukan majikan kalian, cepatlah kalian pergi aku sama sekali bukan majikan kalian!"
Sambil berkata ia angkat kepala memandang kearah
Kiem Lan Hoa, maksudnya hendak memberi tanda kepada
dua orang gadis jelek itu, siapa nyana ia lantas dibikin
tertegun, ternyata pada saat itu Kiem Lan Hoa sedang
melayang ke depan dengan kecepatan laksana kilat dalam
sekejap mata telah lenyap tak berbekas.
Sedang Thay Kiem serta Thay Gien yang mendengar
Tonghong Pek jadi majikan mereka segera menangis
tersedu2 sambil menangis mereka anggukan kepalanya
berulang kali. Tonghong Pek pejam matanya tidak menggubris kedua
orang itu tetapi suara tangisan mereka berdua makin lama
semakin sedih, beberapa saat kemudian terdengar salah satu
diantaranya berseru:
"Kita sudah tak punya majikan, lebih baik mati saja."
"Ucapanmu sedikitpun tidak salah" jawab orang kedua sambil menangis makin menjadi2.
Ucapan ini sangat mengejutkan Tonghong Pek, sebab ia
tahu kalau ucapan ini diutarakan orang lain, mungkin ia tak usah percaya, tetapi lain hal nya dengan kedua orang bodoh
ini. Buru2 ia buka mata dan menyapu kedua orang itu,
sementara itu dari balik bajunya Thay-Kiem serta ThayGien sedang mencabut keluar sebilah senjata yang aneh
sekali bentuknya, ujar salah satu diantaranya:
"Bunuhlah diriku lebih dulu !"
"Mana boleh begitu." -sahut-orang kedua, "Setelah kubunuh dirimu, lalu siapa-yang akan membunuh aku ?"
"Kau bisa mencari sebuah tebing yang terjal dan
meloncat kedalam jurang."
"Kalau begitu bukankah kita berdua akan mati berpisah, kita tak dapat selalu bersama?" kata orang kedua sambil menangis makin sedih.
Isak tangis segera meledak dengan ramainya membuat
burung pada terkejut dan bumi pada bergetar, beberapa saat
kemudian mereka berdua baru berkata kembali:
"Kalau begitu kita berangkat ber sama2 cari tebing yang terjal dan meloncat ke dalam jurang bersama."
Sambil berkata mereka bangun berdiri. Pada waktu itu
sambil menangis mereka menyeka ingus yang meleleh
keluar dari lubang hidung ditambah dengan mulutnya yang
mewek membuat wajah kedua orang itu semakin jelek.
Tetapi Tonghong Pek sadar jiwa mereka berdua masih
bersih dan sama sekali tidak dipengaruhi oleh kelicikan
manusia, melihat kedua orang itu bangun berdiri buru2
serunya: "Kalian hendak pergi kemana ?"
"Kami hendak mencari suatu tempat yang bisa
mendatangkan kematian bersama." jawab Thay Kiem serta
Thay Gien bersama.
"Bukankah kalian sedang membohongi diriku."
Thay Kiem serta Thay Gien berdiri melenggong
meskipun isak tangisnya masih terdengar namun sepasang
mata mereka terbelalak besar menatap Tonghong Pek
tajam2, jelas mereka tidak mengerti apa yang sedang
dikatakan oleh sianak muda itu.
Melihat sikap kedua orang ini, Tonghong Pek jadi malu
sendiri jelas kedua orang gadis jelek itu belum mengerti apa yang disebut "Berbohong" sebaliknya ia sudah menuduh mereka yang bukan?"
"Oow...aku tidak berkata apa2, kalian tak usah pergi cari mati lagi." buru2 serunya.
Seketika itu juga mereka berdua tertawa girang, "Kalau begitu kau adalah majikan kami" serunya. "Hunjuk hormat buat majikan !"
Seraya berseru mereka jatuhkan diri berlutut kembali
keatas tanah dan menjalankan penghormatan besar.
Dalam keadaan seperti ini Tonghong Pek ingin menangis
tak bisa tertawapun sungkan, ia cuma bisa berkata:
"Sudah...sudahlah, jangan anggukkan kepala lagi, ayoh
bangun... ayoh bangun..."
Dengan ujung bajunya mereka berdua menyeka wajah
yang penuh air mata, setelah itu serunya hampir berbareng:
"Majikan, kami pasti akan baik2 melayani dirimu, mari
telanlah dahulu benda ini, kau segera akan bisa meloncat
bangun !" Salah satu diantaranya ambil keluar sebuah kotak
kumala dan membuka penutupnya, dari dalam kotak tadi
segera muncul semacam mahluk aneh yang bergerak kian
kemari, sebelum ia sempat melihat jelas benda apakah itu,
tahu2 benda tersebut telah didorong ke hadapannya.
"Cepat telanlah benda ini, kau pasti akan sembuh
kembali." Tonghong Pek sama sekali tak tahu benda apakah itu,
sewaktu mahluk tadi didekatkan padanya ia mencium bau
aneh yang sangat memuakkan.
Sianak muda itu tidak kuat mencium bau2 an tersebut,
buru2 ia berpaling kesamping tetapi Thay Kiem tidak
banyak bicara ia segera tangkap mahluk aneh itu dan
dijejalkan kedalam mulut Tonghong Pek.
Dengan sekuat tenaga Tonghong Pek berpaling tetapi
Thay Gien yang ada disisinya segera menekan kepala
sianak muda itu sekuat tenaga.
Pada dasarnya Tonghong Pek memang lagi lemas tiada
bertenaga, setelah ditekan Thay Gien dengan segenap
tenaga ia jadi tak berkutik, hampir2 saja jatuh tidak
sadarkan diri. Tanpa sadar mulutnva terbuka lebar, tiba2 ia merasakan
ada segulung api dijejalkan kedalam mulutnya membuat
seluruh tenggorokan terasa seperti dibakar.
Ia kaget dan menjerit keras, apa lacur justru karena ia
berteriak, gumpalan api yang sangat panas itu segera
menerobos kedalam tenggorokannya masuk kedalam perut
lewat dada langsung menuju ke pusar.
Seketika itu juga Tonghong Pek merasakan gumpalan api
itu meluncur dari pusar naik keatas badan, perasaan aneh
muncul tiba2 ia berusaha meronta dan meloncat bangun,
mulutnya ter-engah2.
Tiba2 terdengar Thay Kiem serta Thay Gien bertepuk
tangan dengan gembiranya.
"Sungguh menakjubkan..sungguh hebat." teriak mereka,
"Coba lihat, begitu ditelan, majikan kontan bangun berdiri
!" Tonghong Pek merasakan bukan saja seluruh badannya
terbakar bahkan urat nadi serta jalan darahnya ikut terasa
seperti dibakar, tak tertahan teriaknya:
"Ben...benda apakah itu ?"
"Majikan kenapa kau ?" teriak kedua orang gadis jelek itu dengan hati terperanjat, kiranya dia menemukan wajah
Tonghong Pek merah ber api2. sehingga kelihatan amat
mengerikan. "Benda apakah yang telah kalian berikan kepadaku ?"
teriak sianak muda itu.
"Kami sendiripun tidak tahu, benda itu diserahkan
majikan kepada kami dan suruh kami dalam keadaan
bagaimanapun harus memaksa majikan untuk menelannya,
kata majikan. setelah majikan menelan benda itu niscaya
segera akan meloncat bangun !"
"Kata majikan yang diucapkan kedua orang itu pasti
akan membingungkan orang yang tak tahu, namun
Tonghong Pek tahu yang dimaksudkan majikan pertama
kali adalah Kiem Lan Hoa sedang majikan berikutnya
adalah dia sendiri.
Hawa panas yang berkobar dalam tubuhnya, makin lama
semakin menebal seakan2 setiap saat tubuhnya dapat
meledak. Ia tak dapat menahan diri akhirnya pemuda ini berteriak
keras, entah darimana datangnya tenaga, seluruh tubuhnya
tahu2 sudah meloncat ke atas.
Loncatan ini mencapai ketinggian tiga, lima tombak
lebih, begitu tinggi ia meloncat hampir saja membuat ia
sendiripun jadi terperarjat. dalam hati dia merasa
tercengang, sebelum kejadian ia lemah tak bertenaga, siapa
sangka pada saat ini tenaganya begitu besar.
Ketika tubuhnya meloncat kebawah, hawa murni dalam
tubuhnya bergolak keras memaksa badannya tak bisa
berdiri tenang sepasang tangannya berkelebat mencari
kesana kemari, beruntun ia melancarkan empat buah
serangan sekaligus.
Setelah itu dengan sekuat tenaga ia lari kedepan, semakin
cepat ia berlari pergolakan hawa murni dalam tubuhnya
makin tenang dan badannya terasa semakin nyaman.
Tak kuasa lagi makin lari ia semakin cepat sehingga
suatu ketika sama sekali tak dapat menguasai diri.
Sementara itu Thay Kiem serta Thay Gien yang ada
dibelakangnya berteriak keras memanggil namanya, ketika
ia berpaling kebelakang tampaklah kedua orang gadis jelek
itu sedang mengejar dengan ketatnya, namun selisih jarak
mereka makin lama semakin dekat.
Pada saat itulah, mendadak terdengar kedua orang gadis
itu berteriak: "Majikan hati2!"
Buru2 ia berpaling tampaklah beberapa tombak
dihadapannya berdiri sebuah pohon waru yang amat besar
menghadang jalan perginya, kalau ia tidak cepat2
menghentikan larinya, niscaya ia akan menumbuk pohon
tersebut. ooodOwooo BAB 14 TETAPI ketika itu gerak tubuh Tonghong Pek benar2
cepatnya luar biasa, sekalipun ia berusaha menahan diri
belum tentu usaha tersebut bisa dilaksanakan lagi pula
dalam jarak sedekat itu, dalam sekejap mata segera akan
tiba, tidak mungkin baginya untuk menghindarkan diri lagi.
"Braaak !" tidak ampun lagi badannya menubruk keras diatas pohon waru itu.


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tubrukan ini mengakibatkan pohon besar tadi jadi
melengkung untuk kemudian melemparkan tubuh sianak
muda itu kebelakang, kejadian aneh telah berlangsung
dalam tubrukan ini Tonghong Pek sama sekali tidak
merasakan badannya jadi sakit.
Badannya yang terlempar oleh pantulan pohon tadi
melayang makin lama semakin tinggi hingga akhirnya
mencapai lima tombak melewati diatas kepala Thay Kiem
serta Thay Gien dia meluncur kebawah.
Berada dalam keadaan seperti Tonghong Pek sadar,
seandainya ia sampai terbanting ke atas tanah niscaya
badannya bakal remuk atau paling sedikit patah2 tulang,
segera ia mengempos tenaga berusaha menahan daya
luncur dari bantingan tersebut.
Tapi tahu hawa murni dalam badannya berputar
semakin cepat, bukannya sang badan meluncur kebawah,
malahan ia melayang beberapa tombak lebih keatas.
Tonghong Pek sangat terperanjat, ia tidak menyangka
tenaga dalamnya peroleh kemajuan sangat pesat, sebab
tanpa sadar barusan ia
telah menggunakan
ilmu meringankan tubuh "Kat Kiat Sin Thian" yang sangat ampuh dimana tak mungkin bisa digunakan oleh seseorang
yang bertenaga dalam cetek.
Demikian akhirnya dengan satu gerakan yang enteng
dan manis, Tonghong Pek berhasil melayang turun keatas
permukaan tanpa kekurangan suatu apapun.
Thay Kiem serta Thay Gien dengan wajah penuh
senyuman segera lari menghampiri dirinya, sambil bertepuk
tangan mereka berseru:
"Majikan, sungguh lihay ilmu silatmu, tak disangka bisa terbang keatas langit !"
"Aku bukan seekor burung, mana bila terbang?" seru sang pemuda.
"Eei...bukankah barusan kau sedang terbang " bahkan
makin terbang semakin tinggi. Majikan kau harus ajarkan
kepada kami bagaimana caranya untuk dapat terbang,
oouw...kami mohon sukalah kau beri pelajaran terbang
kepada kami, mau bukan ?"
"Sudah jangan ribut lagi, sejak tadi sudah kukatakan
kepada kalian, aku tidak bisa terbang, tapi aku mencelat
karena menubruk pohon, aku adalah majikan kalian,
kenapa membohongi dirimu berdua ?"
"Baik...baik...memang kami yang salah, harap majikan
jangan marah !" buru2 Thay Kiem serta Thay Gien berseru.
Saat ini hawa panas yang bergelora dalam badannya
sudah padam, hawa murni dalam tubuh pun telah peroleh
kemajuan pesat sebagai ahli silat seharusnya ia merasa
gembira, tapi Tonghong Pek malah kerutkan dahinya
sambil menghela napas panjang.
Mendengar suara helaan napas, Thay Kiem serta Thay
Gien saling bertukar pandangan sekejap, lalu berseru
bersama: "Majikan, mengapa kau tidak senang hati" perlukah kami berdua main badut agar kau bisa tertawa?"
"Aah, tidak usah!" sahut sianak muda itu sambil tertawa setelah tertegun sejenak.
Melihat majikannya tertawa, kedua orang gadis jelek
itupun ikut tertawa, ujarnya kembali.
"Majikan, kami pandai sekali bermain badut, suatu
waktu apabila hatimu tidak gembira, panggillah kami
tanggung kau bisa tertawa terbahak-bahak.
Tonghong Pek tertawa, sedang dalam hati ia tetap amat
risau. Setelah berpikir sebentar ia berkata kembali.
"Kalian berdua mengakui aku sebagai majikan tidak
lebih karena ingin menolong diriku belaka, sekarang aku
sudah tak ada urusan lagi, lebih baik kalian kembali dan
carilah majikan kalian semula, sejak sekarang kalian tak
usah menyebut aku sebagai majikan lagi." Thay Kiem serta Thay Gien segera jadi mewek kepingin menangis.
"Ayoh pergi cepat dari sini," seru Tonghong Pek
kembali, kontan meledaklah isak tangis Thay Kiem serta
Thay Gien. "Majikan! kau suruh kami pergi, berarti kau ingin kami pergi mati, setelah kami mati maka seandainya majikan tak
bangun berdiri lagi, siapa yang membantu dirimu?"
Tonghong Pek adalah seorang pemuda berhati welas,
ucapan ini menyedihkan pula hatinya, buru2 serunya:
"Sudahlah anggap saja aku tidak ucapkan apa-apa,
baiklah ikuti saja diriku, hanya...dalam hati aku masih ada urusan penting lain yang tidak ingin diketahui orang, sejak kalian mengikuti diri ku. maka kularang kalian berbuat
keonaran."
"Semua urusan akan kami taati perintah majikan, kami
tidak akan bikin keonaran." jawab ke dua orang gadis itu sambil tertawa kembali.
Tonghong Pek tertawa getir, dunia begini luas ia hendak
membawa kedua orang gadis itu menuju kemana "
Akhirnya sambil bergendong tangan ia melanjutkan
perjalanannya kedepan Thay-Kiem serta Thay Gien dengan
kencang mengikuti dari belakang.
Pada saat ini ia benar2 tanpa tujuan, pemuda itu cuma
tahu berjalan terus kedepan sampai kakinya lelah baru
berhenti. Tiba2...entah sudah lewat berapa lama, ia merasakan
seluruh wajahnya gatal sekali, bagaikan terdapat beribu2
ekor semut merangkak diatas wajahnya, ia garuk wajahnya
yang gatal. Siapa nyana makin dipatuk semakin gatal
seluruh meliputi hampir seluruh wajah.
Tonghong Pek tercengang, tetapi rasa gatal sukar
ditahan, ia pun menggaruk kuat2, siapa nyana rambutnya
mulai ikut rontok semua.
Rasa gatal menyerang semakin hebat sehingga akhirnya
hampir seluruh rambut yang tumbuh diatas kepalanya telah
rontok semua, kini ia berkepala gundul, sedikit rambutpun
tak tersisa lagi.
Rasa kaget yang menyerang sianak muda ini sukar
dilukiskan dengan kata2 lagi, ia tidak tahu apa sebabnya
rambut itu bisa rontok semua tak berbekas.
Setelah gundul, rasa gatal yang menyerang batok
kepalanya lenyap tapi gatal itu berpindah ke atas wajah,
garukan yang keras menyebabkan wajahnya mulai
membengkak dan benjol2 disana sini terasa sekali waktu
diraba permukaan wajahnya sudah tidak rata.
Tonghong Pek benar2 terperanjat, sambil putar badan ia
berteriak, "Kalian . . ."
Tiba2 terdengar Thay Kiem serta Thay Gien berteriak
aneh, wajah mereka menunjukkan mimik ketakutan sambil
berteriak langkah kaki pun mundur tujuh delapan langkah
kebelakang. Setelah timbul benjolan diatas wajah, rasa gatal tadi
lenyap tak berbekas.
Pikiran Tonghong Pek pun rada jadi bimbang kembali
sewaktu menyaksikan kedua orang gadis jelek itu
menunjukkan mimik ketakutan, Ia lantas menegur,
"Kenapa kalian?"
Suaranya kembali terdengar jauh berbeda dari semula,
sebab diantara bibirnya timbul pula benjolan2 keras yang
sama sekali merubah bentuk mulut sianak muda itu
"Kau. . kau ini siapa kau?" teriak Thay Kiem serta Thay Gien hampir berbareng.
"Aku adalah majikan kalian!" Thay Kiem serta Thay Gien saling bertukar pandangan sekejap, tiba2 menjerit
melengking. "Kau adalah siluman, kau telah mencelakai majikan
kami, kami hendak menyaru sebagai majikan kami, kau
hendak menipu kami. . . ayoh jangan pergi."
Sambil berteriak kedua orang gadis jelek itu laksana
gulungan angin puyuh menerjang datang, tanpa banyak
bicara lagi telapak tangannya segera ditabok kedepan
menyerang sianak muda secara serentak.
Tonghong Pek segera rendahkan badannya, sepasang
telapak diputar dan bersama2 didorong ke depan . . Plaak!
Plaak! ia telah saling beradu tenaga satu kali dengan mereka berdua.
Tonghong Pek tahu betapa lihaynya ilmu silat Thay
Kiem serta Thay Gien maka dalam bentrokan barusan ia
telah salurkan pula sedikit tenaga dalamnya.
Tentu saja sianak muda itu tiada maksud mencelakai
kedua orang gadis jelek ini, tapi ia lupa bahwa tenaga
dalamnya telah peroleh kemajuan pesat, meskipun hanya
menggunakan tiga empat bagian tenaga namun sudah
cukup luar biasa sekali.
Terdengar Thay Kiem serta Thay Gien menjerit keras.
badan mereka dipukul mental oleh bentrokan itu sehingga
bergelindingan ditanah.
"Siluman. sungguh lihay kau?" teriak mereka berdua sambil meloncat bangun.
"Aku bukan siluman!" pemuda itu menerangkan.
Seraya berseru ia maju menghampiri kedua orang tetapi
Thay Kiem serta Thay Gien segera putar badan melarikan
diri. sambil berlari teriaknya: "Kau sudah mencelakai
majikan kami, kami hendak cari majikan semula untuk
datang membunuh dirimu, kau jangan berlagak sok!"
Dalam sekejap mata kedua orang gadis jelek itu sudah
lenyap tak berbekas dibalik tikungan bukit. Dengan
termangu2 Tonghong Pek berdiri ditempat semula, ia tak
mengerti apa sebabnya Thay Kiem serta Thay Cien
mengatakan dia sebagai "siluman" mungkinkah diatas wajahnya telah terjadi perubahan?"
Tanpa terasa ia meraba keatas wajah sendiri, segera
ditemuinya seluruh wajah penuh dengan benjolan2 keras
yang menutupi seluruh pipi, bukan begitu saja bahkan
suaranyapun berubah, ia dapat membayangkan betapa
seramnya wajah yang dimilikinya saat ini.
Setelah tertegun sejenak, akhirnya ia melanjutkan
perjalanannya kedepan dan berhenti kembali ketika tiba
disebuah selokan. lalu berjalan ketepi selokan itu bercermin wajah sendiri.
"Aaaa . . . !" Tonghong Pek menjerit aneh, badannya kemudian tak kuasa mundur selangkah kebelakang.
Sungguh mengerikan sekali yang ia temui di atas
permukaan air bukan wajah seorang manusia, sebab kalau
manusia tidak mungkin memiliki wajah seperti itu, sekarang
ia baru paham apa sebabnya Thay Kiem serta Thay Gien,
menyebut "Siluman" kepadanya dan lari terbirit2.
Sekarang ia telah berubah jadi seorang manusia aneh.
Seorang manusia aneh wajah yang sembab merah darah,
bibirnya jadi lenyap tak berbekas. Goncangan yang terjadi
benar2 mengejutkan hati Tonghong Pek, ia berdiri tertegun
dan bungkam dalam seribu bahasa.
Akhirnya ia tertawa ter bahak2, sambil tertawa badannya
berkelebat kedepan dia lari se keras2 nya. ia hendak
gunakan tindakan tersebut untuk melampiaskan rasa kalut
yang menyerang badannya.
Sejak itu ia selalu berkeliaran ditengah pegunungan
tinggal yang jauh dari keramaian manusia, ia tidak ingin
bertemu dengan siapapun, tidak ingin bertemu dengan
selokan sehingga tercermin bentuk wajahnya dan iapun tak
tahu sudah berapa lama ia berkeliaran didalam gunung.
Suatu hari, ketika tiang hari telah tiba dan Tonghong Pek
sambil menutupi wajahnya sedang duduk diatas sebuah
batu besar, tiba2 terdengar suara langkah manusia berjalan
mendekati kearah nya.
Langkah kaki orang itu sangat cepat sekali, dalam
sekejap mata tahu2 sudah berada di hadapannya, bahkan
dari langkah tersebut jelas bukan seorang manusia belaka.
Buru2 Tonghong Pek berlagak pilon dengan terus duduk
diatas batu sambil menutupi wajahnya.
Beberapa saat kemudian langkah manusia itu telah tiba
ditempat itu mendadak berhenti dan terdengar suara
seseorang sedang berseru:
"Eei... ada orang sedang duduk disana, mari kita cari
berita kepadanya ?"
"Baik!" jawab orang kedua dengan suara lengking "Eeeii
. , tolong tanya Liat Hwee Sin Tuo bersembunyi dimana","
sebenarnya Tonghong Pek tidak ingin berbicara dengan
siapapun, tetapi ketika mendengar orang itu mengungkap
soal gurunya Liat Hwee Sin Tuo, hatinya terjelos, ia tahu
seandainya dia angkat muka niscaya orang itu akan
terperanjat, maka sambil tetap duduk membelakangi kedua
orang itu sahutnya.
"Entah apa maksud kalian berdua menanyakan tentang
Liat Hwee Sin Tou?"
"Coba lihat, hweesio ini benar2 menarik hati" Gelak tertawa segera menggema memenuhi angkasa, "Kami
bertanya kepadanya, ia malahan bertanya kepadaku."
"Eeeii . . hwesio gundul, lebih baik kau tak usah banyak bicara!" Seru orang bersuara lengking itu kembali, "Katakan saja kepada kami, dimanakah bajingan bongkok itu
bersembunyi."
Terutama kata "Bajingan bongkok" tersebut seketika menggusarkan hati sianak muda itu, ia segera putar badan
sambil membentak, "Siapakah kalian berdua" mengapa
memaki orang lain seenaknya?"
Dua orang lelaki yang berdiri di hadapannya saat ini
memakai baju ringkas semua yang satu tinggi dan yang lain
pendek, agaknya ilmu silat yang mereka miliki lihay juga.
Pada waktu itu. kedua orang lelaki tersebut berdiri
dengan mulut melongo sepasang mata mereka menatap
wajah Tonghong Pek dengan terbelalak, mimik mukanya
kelihatan "aneh sekali"
"Hmm! apa maksud kalian menatap wajahku" tegur
Tonghong Pek sambil menuding kedua orang itu:
Dengan terhuyung kedua orang lelaki mundur tiga
langkah ke belakang. "Kau... kau... manusia... aaa...atau setan?" serunya gugup.
"Aku bukan manusia, juga bukan setan" jawab
Tonghong Pek sambil lambat2 bangun berdiri.
"Lalu kau . . kau adalah siapa?"
"Aku adalah sukma gentayangan yang menjaga gunung
ini, pernahkah kalian dengar akan diriku ?"
Mimik wajah yang seram dari sianak muda itu ditambah
suara yang mengerikan sewaktu menjawab kata2 tersebut
membuat kedua orang itu ketakutan setengah mati, mereka
segera berteriak keras dan melarikan diri ter-birit2
Siapa sangka baru saja mereka putar badan, Tonghong
Pek telah enjotkan badannya menghadang di hadapan
kedua orang itu.
"Tunggu sebentar, aku hendak bertanya sesuatu kepada
kalian!" tegurnya.
Diantara kedua orang itu. lelaki yang berperawakan
tinggi rada bernyali, dalam keadaan gugup ia segera cabut
keluar goloknya langsung di babat keatas tubuh sianak
muda itu. Selama beberapa waktu ini, tenaga dalam yang dimiliki
Tong hong Pek kian hari kian bertambah lihay, meskipun
bacokan tersebut datangnya tidak lemah namun sama sekali
tidak dipandang sebelah matapun olehnya, sekali berkelebat


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tahu2 ia sudah menjepit golok tersebut.
Diikuti tangannya bergetar dengan sangat gampang ia
berhasil merampas golok tadi dari tangan lawan.
"Aku adalah sukma gentayangan yang menjaga gunung
ini" jengeknya sambit tertawa dingin "Tenagaku luar biasa besarnya tidak bakal kau sanggup kau hadapi diriku."
Seraya berkata tangannya bergerak cepat Pleetak....pleeetak,,. goloknya yang kena dirampas tadi
sudah dipatah2 jadi tiga bagian kemudian dibuang keatas
tanah. Pucat pias seluruh wajah lelaki perawakan tinggi itu, saat
ini ia berdiri dihadapan Tonghong Pek, mau maju tak dapat
mundurpun sulit ia hanya bisa berdiri menjublak diam.
Apalagi manusia berperawakan pendek itu, sejak semula
ia sudah roboh lemas diatas tanah, berkutik sedikitpun tak
dapat. Tonghong Pek tertawa tergelak, ia tepuk batok kepala
lelaki berperawakan tinggi itu sebanyak tiga kali meskipun
tidak keras namun tempat yang diarah adalah tempat yang
mematikan membuat lelaki itu saking takutnya hampir2
saja jatuh tidak sadarkan diri, Terdengar ia merintih dan
merengek dengan suara gemetar.
"Ampun . . ooh dewa . . ampun . ."
Tonghong Pek mendengus, ia berjalan menjauhi kedua
orang itu dan duduk diatas ranting kayu kemudian serunya.
"Aku hendak bertanya kepada kalian, apa maksud kalian
datang mencari Liat Hwee Sin Tuo" asal bicara terus terang, kuampuni selembar jiwa kalian."
Mendengar ada kesempatan untuk hidup, ke dua orang
itu segera merangkak bangun dari atas tanah.
Kedua orang ini bukannya manusia tak berotak, setelah
rasa kaget lenyap merekapun lantas sadar pihak lawan
bukan sukma gentayangan melainkan seorang tokoh sakti
yang memiliki ilmu silat sangat lihay.
"Kami menanti perintah dari cianpwee!" serunya
serentak. "Bagus, apa maksud kalian datang mencari Liat Hwee
Sin Tuo?" Kedua orang itu saling bertukar pandangan sekejap,
kemudian silelaki berperawakan tinggi itu menjawab:
"Kami mendapat perintah untuk mengundang Liat Hwee
Sin Tuo menghadiri perayaan!"
"Menghadiri perayaan apa?" tanya Tonghong Pek lebih jauh setelah tertegun sejenak.
Kedua orang itu kembali saling bertukar pandangan
sekejap, agaknya mereka merasa keheranan dengan
pertanyaan tersebut,
"Cianpwe, apakah kau tidak tahu?" jawab mereka
beberapa saat kemudian. "Perjamuan ini dirayakan untuk menghormati putra kedua Tonghong Pacu yang hendak
melangsungkan pernikahannya."
Sewaktu menyebutkan nama Tonghong Pacu, wajah
kedua orang itupun kelihatan jauh lebih tenang, seakan2
nama besar dari gembong iblis itu dapat memberi semangat
kepadanya. Kembali Tonghong Pek dibikin tertegun, sebelum ia
mengucapkan sesuatu, simanusia berperawakan pendek
berseru dengan suara melengking.
"Perjamuan ini merupakan perjamuan yang paling
meriah dalam dunia persilatan sepanjang masa, istri yang
hendak dikawini Tonghong Loei bukan lain adalah putri
kesayangan dari Si Thay sianseng, sudah berulang kali
Tonghong Cianpwee datang mengundang Si Thay sianseng
untuk menghadiri perjamuan itu, tapi setiap kali Si Thay
sianseng selalu menghindar, meski pun demikian orang
Bulim menebak, pada saatnya Si Thay sianseng pasti bakal
munculkan diri, pada waktu itu mungkin suatu pertarungan
dahsyat segera akan berlangsung!"
Diam2 Tonghong Pek tertawa getir, ia tidak menyangka
apa yang pernah diucapkan Tonghong Pa-cu benar2 telah
dilaksanakan. Terdengar lelaki berperawakan tinggi itu berkata pula:
"Tonghong sianseng serta Si Thay sianseng adalah dua
orang tokoh sakti dalam dunia persilatan, pertemuannya
dalam pesta perkawinan itu tentu saja akan menggemparkan seluruh dunia persilatan, sudah banyak
orang yang berangkat ke situ, dan kami mendapat perintah
dari Tonghong sianseng untuk mengundang kehadiran Liat
Hwee Sin Tuo!"
"Pesta perkawinan itu akan diadakan dimana?"
"Dalam perkampungan Jiet Gwat Cung yang terletak di
kaki gunung Tiong Tiauw San."
Kedua orang cungcu dari perkampungan Jiet Gwat Cung
adalah sahabat karib dari Tonghong sianseng, apalagi
didaratan Tionggoan sulit mencari tempat yang jauh lebih
bagus dari perkampungan tersebut, dimana sekali muat bisa
menerima tamu sebanyak selaksa orang !"
"Aku tahu Liat Hwee Sin Tuo tidak senang dengan
segala keramaian, kalian tak usah pergi mengundang
dirinya." kata Tonghong Pek lambat2.
"Tetapi..."
"Tetapi kenapa ?" tukas si anak muda itu. "Perjalanan kalianpun tidak sia2, sekalipun tidak berhari mengundang
Liat Hwee-Sin Tuo, bukankah sama saja kalian bisa
mengundang aku sisukma gentayangan ?"
Sikap kedua orang itu kelihatan serba rikuh, serunya:
"Cianpwee kau...kau suka bergurau, seandainya kami
tidak mengundang diri Liat Hwee Sin-Tuo"
"Sudah tak usah banyak bicara lagi" Bentak Tonghong Pek gusar "Ayoh lekas jalan, dan hantar aku ke
perkampungan Jiet Gwat-Cung !"
Bentakan ini mengejutkan hati mereka berdua dengan
wajah pucat pias kedua orang lelaki itu segera mengiakan.
"Baik ! baik !" tanpa bicara lagi mereka putar badan dan berlari.
Dengan kencang Tonghong Pek mengikuti dari belakang,
selama ini kedua orang lelaki itu tak berani berpaling barang sedikitpun, mereka berjam2 lari terus kedepan tanpa
berhenti. Tiba2 suatu ingatan berkelebat dalam benaknya,
perjalanan dari situ menuju perkampungan Jiet-Gwat-Cung
berjarak tiga ratus li, seandainya ia tidak menutupi
wajahnya dengan kain, bukankah wajahnya yang seram
bakal mengejutkan banyak orang "
Karena berpikir demikian ia segera menyambar baju
silelaki berperawakan tinggi itu dan merobek nya sebagian
besar. Lelaki itu mengira Tonghong Pek menganggap perjalanannya lambat, ia jadi terperanjat, buru2 mengepos
tenaga dan berlari lebih cepat.
Setelah melakukan perjalanan seharian penuh di jalan
gunung yang sempit, sampailah mereka dijalan raya, untuk
mencari hati kepada Tonghong Pek kedua orang itu segera
berseru: "Cianpwee... apakah perlu kami siapkan kuda ?"
"Seandainya didepan sana ada dusun atau kota, siapkan
sebuah kereta buat diriku."
Kedua orang itu buru2 mengiakan, kurang lebih dua jam
kemudian ketika senja telah menjelang datang sampailah
mereka disebuah kota kecil, kedua orang itu segera siapkan
kereta dan pada malam hari itu juga mereka melanjutkan
perjalanan. Sepanjang perjalanan pelbagai ingatan memenuhi benak
Tonghong Pek, ia teringat akan Si Soat Ang, teringat pula
akan Tonghong Pacu...
Entah sudah lewat berapa jauh, pada senja hari kedua
kereta itu mendadak berhenti disusul suara teguran
seseorang berkumandang datang.
"Eei...bukankah kalian berdua mendapat perintah dari
Tonghong sianseng untuk mengundang Liat Hwee-Sin Tuo
" apakah sudah kau undang datang."
"Liat Hwee Sin Tuo toh tidak berhasil kami undang,
tetapi telah datang seorang tokoh lihay, ayoh cepat kalian
menyingkir !"
"Kami disini bertugas untuk menyambut tamu, siapapun
yang datang harus sebutkan dahulu namanya."
Sebelum kedua orang itu sempat menjawab, Tonghong
Pek telah buka pintu meloncat keluar.
Ketika itu wajahnya telah dikerudungi kain hitam, maka
siapapun tidak dapat menyaksikan wajahnya yang seram, ia
temukan dirinya waktu itu berada disebuah jalan raya yang
lurus sekali, disebelah kiri tumbuh pohon siong dan sebelah kanan tumbuh pohon waru, di ujung jalan terlihat tembok
pekarangan meski tinggi namun bangunan loteng dibalik
tembok dapat terlihat amat jelas.
Tong hong Pek segera menduga, tempat inilah
perkampungan Jiet Gwat Cung yang tersohor itu, lekas
mereka berhenti terdapat dua buah gardu, kurang lebih tiga
dua puluh orang dengan pakaian ketat berwarna merah dan
hitam berdiri disekitar sana, dandanan mereka sangat aneh,
jelas tokoh2 sakti dari perkampungan Jiet Gwat Cung
tersebut. Begitu Tonghong Pek munculkan diri dari balik kereta, ia
Maling Budiman Berpedang Perak 3 Peristiwa Burung Kenari Pendekar Harum Seri Ke 3 Karya Gu Long Kisah Pedang Di Sungai Es 19

Cari Blog Ini