Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Bagian 1
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karya : Kho Ping Hoo
Sumber djvu : Syaugy_ar
Convert, edit : Imgo, Jisokam, Dewi KZ
Final edit & Ebook oleh : Dewi KZ
http://kangzusi.com/ atau http://dewi-kz.info/
Jilid 1 "ADUH Kakangmas Pujo, telapak kakiku sa kit, batu karang
ini taja m runcing dan nakal, menggigit kakiku !'' keluhnya lalu
mogok jalan, duduk di atas batu, jari-jari tangan kecil mungil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
halus mengusap sinom yang berjuntai di atas dahi, me mbasah
oleh peluh. Alis hita m menjelirit mengerut, bibir yang merah
me mbasah mereng ut.
Pujo berhenti me langkah dan menengok. Sejenak ia
terpesona. Kartikosari telah sebulan lebih menjad i isterinya
namun setiap, saat ia. masih saja terpesona akan kejelitaan
isterinya. Amboi...bisik hatinya kagum. Di dunia ini tak
mungkin ada keduanya, wanita seindah ini bentuk tubuhnya
sekuning halus ini kulitnya, secantik jelita ini wajahnya.
Dari ujung ra mbut yang hitam subur mengandan-andan
dengan rambut sinom me lingkar-lingkar di depan telinga dan
atas dahi, sampai ke tu mit kaki yang kemerahan,
me mbuktikan kesempurnaan ciptaan Yang Maha Wenang
sebagai anugerah.
Pujo berjongkok di depan isterinya. Ia tersenyum lebar dan
wajahnya yang tampan berseri-seri, matanya yang tajam
bersinar-sinar. la maklu m bahwa telah ''kumat'' lagi penyakit
isterinya, yaitu penyakit manja yang muncul se menjak mereka
men ikah. Perjalanan menuju Laut Selatan ini me mang tidak
mudah, bahkan terlalu sukar bagi manusia biasa, harus
mendaki Pegunungan Ser ibu, naik turun puncak dan jurang,
menerjang rumpun duri dan alang-alang. Akan tetapi, isterinya
bukan lah wanita biasa, melainkan seorang wanita
gemblengan yang me miliki ilmu kepandaian t inggi, sakti
mandraguna, dan telah me nerima pe lajaran berbagai ilmu
olah keperajuritan dan ilmu kesaktian.
Kartikosari adalah puteri tunggal Resi Bargowo yang sakti
mandraguna. Tikaman segala keris biasa mas ih belum dapat
mene mbus kekebalan kulit yang halus menguning itu. Masa
sekarang berjalan di atas batu karang saja telapak kakinya
menjad i sakit-sakit"
Akan tetapi, tentu saja Pujo tidak melahirkan pengertian ini
dalam bentuk kata-kata. Terlalu besar kasih sayangnya
kepada isterinya sehingga ia jauhi benar sikap dan kata-kata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang akan menyinggung hati kekasih. Dengan penuh
perhatian dan mesra ia membersihkan tanah lempung dari
telapak kaki isterinya yang halus kemerahan itu, kemudian
me mijit- mijitnya untuk mengusir .rasa lelah.
''Nimas Sari, kasihan sekali kakimu yang mungil. Biarlah
kugendongeng kau, nimas. Tapi upahnya kauberikan dulu,
upah cium .........
''lhhh"dasar" Tiada bosan-bosan nya ih"."
Pujo merang kul isterinya, dan menciumi kedua pipi yang
kemerahan, mengecup keringat yang me mbasahi kening.
Kartikosari me meja mkan kedua matanya.
Sudah sebulan lebih Pujo, menjad i sua mi nya yang tak
kunjung henti mencumbunya mesra, namun masih saja serasa
ia terayun di awang-awang (angkasa) tiap kali Pujo mencium
dan mencumbunya.
''Kau mustikaku, pujaan hatiku mana bisa bosan, kasih"''
Pujo me mbelai ra mbut yang agak kusut, mengusapnya
kebelakang dan me mbereskannya. Melihat setangkai bunga
mawar merah kecil yang tumbuh liar di de katnya, ia
me metiknya dan menyelipkan bunga itu di antara rambut atas
telinga kanan, lalu mencium telinga kanan isterinya yang
tampak ma kin cantik.
''Tunggu saia. kalau a ku sudah men jadi nenek-nenek dan
kau menjadi kakek-kakek, kalau gigi kita sudah ompong dan
pipi kita sudah kempot peyot, apakah kau juga masih suka
menci ......."
Kartikosari malu-ma lu untuk mengucapkan kata-kata itu,
lalu tertdwa. Deretan giginya yang putih bersih berbaris rapi di
dalam mulut yang merah, di balik sepasang bibir kemerahan
yang bergerak-gerak patut, menciptakan kombinasi yang elok.
Pujo, tak dapat menahan hatinya dan sekali lagi ia mencium
isterinya, pada bibimya. Beberapa saat mereka berdekapan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mesra, terbuai kasih sayang yang a mat dalam, sa mpai terasa
di tulang sungsum. Burung laut camar yang terbang di
angkasa me mekik-me kik nyaring, agaknya menyaksikan
sepasang manusia yang berasyik-masyuk berkasih mesra di
sebelah bawah, mendatangkan rasa iri dan rindu kepada
betinanya. Angin laut
bertiup lirih, silir dan sejuk
menggerakkan rambut halus hita m Kartikosari menyapu-nyapu
pipi dan leher suaminya.
''Sudahlah kangmas, dengar itu burung mentertawai kita.
Dan lihat hidung dan bibirmu basah oleh keringat ku ........"
''Keringatmu sedap"
"Iiihhhh! Tunggu kalau aku sudah nene k-nenek kelak ''
Kartikosari tertawa
Dengan halus Pujo menarik tangan isterinya bangkit berdiri.
"Sa mpai kau menjad i nenek-nenek dan a ku menjadi kakekkakek, aku akan tetap mencinta mu nimas. Kau akan tetap
cantik jelita bagiku, seperti Dewi Suprobo"
''lhhh . sudahlah. Takkan pe mah sampai d i te mpat tujuan
kita ka lau begini. Kau gendong a ku"''
"Tentu! Agar jangan kotor telapak kakimu yang halus
bersih oleh lumpur."
Dengan sikap manja Kartikosari lalu-merang kul leher
suaminya dari belakang dan ia. meloncat duduk di atas
punggung Pujo. Suami yang bahagia ini tertawa, lalu
me langkah dengan cepat melanjutkan perjalanan, me loncatloncat dari batu ke batup menuruni tebing yang curam dengan
cekatan sekali. Kartikosari merangkul leher suaminya dan
me letakkan pipi kanannya di atas bahu yang bidang dan
kokoh kuat itu.
Pagi tadi suami isteri muda ini men inggalkan pondok
Baymis mo, tempat tinggal Resi Bhargowo yang bertapa di
Sungapan, yaltu muara Sungai Progo di pantai Laut Se latan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kartikosari adalah puteri tunggal Resi Bhargowo, adapun Pujo
adalah murid pertapa itu. Murid tersavang yang kemudian
menjad i mantunya. Dengan demikian, suami isteri ini adalah
juga saudara tunggal guru.
Di atas gendongan sua minya, Kartiko sari merasa a man
sentausa dan bangga.
Bulu matanya yang lentik metengkung ke atas itu bergerakgerak ketika matanya mera m-melek nya man. Jari-jari tangannya yang kecil meruncing me mper main-kan ra mbut di atas
tengkuk yang keluar dari balik destar suaminya.
"Kangmas" bis iknya manja di dekat telinga kanan.
''Hemm"'' jawab Pujo sa mbil terus me loncat-loncat dengan
tangkasnya. ''Apakah kangmas benar-benar mencintaku"''
''Ehh ?"'' Pujo berhenti me loncat.
Mereka berdiri di puncak bukit terakhir.
Pemandangan di depan a matlah indahnya, tampak Laut
Selatan yang maha luas itu terbentang di depan mata, tanpa
batas. ''Mengapa kau bertanya begitu, sayang" Tentu saja aku
mencinta mu, sepenuh jiwa ragakul''
Ucapan penuh perasaan ini menyejukkan hati dap
mendapat upah sebuah duman bibir yang mengecup pangkal
telinga kanan. ''Seperti apa besa mya cinta mu, kangmas" ''
Pujo menuding ke arah laut. ''Kau lihat laut Selatan itu,
nimas. Demikian luas dan besar. Seperti Laut Selatan itulah
besamya cinta kasihku kepada mu"
Kartikosari me mandang ke arah laut
bebas, lalu me mberut dan merajuk, kentara dari kedua betisnya yang
bergerak-gerak tak puas di pinggang Pujo, kepalanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
digeleng-gelengkan. ''Ah, tak senang akul Betapapun besar
dan luasnya, laut itu masih selalu berubah, kadang-kadang
pasang kadang-kadang surut. Aku tidak suka kalau cinta mu
kadang-kadang surut pula, kangmasl Dan lagi, laut itu terlalu
ganas terlalu besar, , aku takut akan tenggelam di dalamnya
kalau cinta mu seganas dan sebesar itu l''
''Ha-ha-ha-hal Kau lucu!, nimas. Eh, tahu aku sekarang
hemmm, cintaku kepada mu sebesar kuku hita m!''
"Ihhhhh !!'' Tiba-tiba. Kartikosari melorot turun dari
punggung sua minya dan ketika Pujo me mba likkan tubuh, ia
me lihat isterinya berdiri dengan kedua tangan menolak
pinggang, dada yang Sudah me mbusung itu dibusungkan lagi
kepala dikedikkan, sepasang mata yang biasa-nya lembut
bening sejuk mesra itu kini seakan-akan me mijarkan bunga
api kedua pipinya yang biasanya memerah ja mbu kini menjadi
merah darah. ''Apa" Cinta kasihmu hanya sekuku hita m"
Terlalu! Lebih baik aku matil"
Wanita cantik yang men jadi isteri manja ini me mbantingbantingkan kakinya yang bertelapak halus itu, akan tetapi batu
terinjak bantingan kakinya menjadi hancur seperti tepung!
Menyaksikan kemarahan isterinya Pujo hanya tersenyum,
akan tetapi cepat-cepat berkata, ''Nimas pujaan hatiku. Aku
tidak main-ma in ketika aku men gatakan bahwa cinta kasihku
kepadamu sebesar kuku hitam. Tahukah engkau, nimas,
bahwa biarpun kuku hitam itu kecil-kec il, akan tetapi tak
pemah dapat musnah" Pagi dipotong sore tu mbuh, sore
dibuang pagi muncul. Demikianpun cinta kasihku, nimas,
selalu akan tumbuh dan ia.."
''Aku tidak suka! Biarpun akan timbul lagi akan tetapi bisa
hilang!'' Pujo mengerutkan keningnya, memutar otak. Wajahnya
yang tampan itu tiba-tiba berseri dan ia cepat berkata, ''Ah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu aku sekarang! Cinta kasihku kepadamu sebesar ujung
rambutl'' ''Apa ?" Malah leb ih kecil lag i?" Kakangmas, apakah kau
tega menghina Sari"'' Sepasang pelupuk mata itu sudah mulai
merah, ibarat langit sudah mulai mendung akan hujan.
''Sa ma sekali tidak menghina, man is. Apakah yang dapat
me musnahkan ujung ra mbut" Kalau laut akan surut, kuku
hitam bisa dipotong, akan tetapi seribu kali orang me mangkas
rambut, tentu masih selalu akan ada ujungnya. Ujung rambut
takkan pemah lenyap, takkan pemah surut selalu ada dan
demikianlah cinta kas ihku kepada mu!''
''Kalau kalau digunduli"''
''Kepala digundulipun masih akan ada akar rambutnya dan
akar itupun ada ujungnya. Pendeknya, ujung rambut tak kan
dapat lenyap, kecuali kalau kulit kepalanya dikupasl Akan
tetapl siapa mau mengupas kulit kepalanya" Tentu dia, akan
ma mpusi!" Bukan main bahagia rasa hati Pujo melihat wajah
isterinya berseri-seri lagi, matanya sejuk dan mesra
pandangnya, akan tetapi dua titik air mata seperti mut iara
tergenang lalu menggantung di bulu mata. la me meluk dan
berbisik risau, ''Mengapa menang is sayang"''
Kartikosari juga me me luk sua minya.
''Karena karena bahagia, kakangmas '' Mereka kembali
berdekapan dan berciuma n.
Mesra! Mesra me mang kasih sayang sua mi isteri muda ini.
Kasih sayang pengantin baru. Dunia milik mere ka.
Surga milik mereka. Lupa akan segala sesuatu. Lupa bahwa
mereka tenggela m dalam buaian asmara. sehingga tidak ingat
bahwa tiada yang kekal di dunia ini. Cinta kasihpun tidak. Ada
cinta ada benci, ada suka ada duka, seperti halnya ada siang
tentu ada malam!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
''Jangan gendong aku lagi, kangmas. Kasihan kau terlalu
lelah. Mari kita lanjutkan perjalanan.'' Mereka bergandeng
tangan, lalu menuruni puncak bukit menuju ke tebing yang
menjulang ke depan, amat curam di atas taut. Berdiri di
pinggir tebing ini saja sudah men da-tangkan rasa ngerl bagi
yang tidak biasa.
Bisa me mbuat tengkuk menebal dan bulu tengkuk
mere mang. Dari tebing ini me- mandang ke bawah, tampak
omba k taut bercumbu dengan batu-batu karang ra ksasa,
menghanta m batu karang menimbulkan suara mengge legar
talu air pecah muncrat ke atas menjadi uap dan mencipta
wama pelangi. Sebentar menghilang, disusul ombak
berikutnya, terus-menerus begitu, siang ma la m tiada hentinya
sehingga di sepanjang pantai a ir taut me mbuih put ih. Dinding
batu karang yang tinggi itu bentu knya aneh-aneh, berlubanglubang seperti menjadi perkampungan te mpat tinggal para jin
dan iblis penghuni laut.
Di atas tebing, Pujo dan Kartikosari berdiri mengagumi
pemandangan di bawah kaki mereka. Mereka kagum
terpesona oleh keindahan dan kebesaran alam yang maha
hebat. Apa sih bagi Kartlkosari yang belum pe mah atang, ke
tempat im. Tempat tinggal ayahnya terletak di Sungapan, cli
pantai yang datar dan rendah, tertutup pasir, di mana air
Sungai Progo terjun ke laut, kemba li kepada sumbe mya. Yang
mereka datangi ini adalah panliai yang berdinding gunung
karang, di sebelah timur. Rambut dan ujung kain Kartikosari
berkibar-kibar tertiup angin taut.
''Cancutkan kainmu, nimas. Kita turun ke bawah.''
Kartikosari adalah seorang wanita ge mblengani, yang tidak
gentar menghadapi seekor harima u dengan tangan kosong.
Akan tetapi melihat tebing yang curam itu, yang tingginya
me lebihi tiga puluh batang pohon kelapa, ia bergidik.
Menuruni tebing secura m itu" Sekali terpeleset dan
terbanting ke bawah, tubuh akan melayang-layang dan batuTiraikasih Website http://kangzusi.com/
batu karang runcing taja m akan menyambut tulbuh, lalu
omba k dahsyat akan menghancurluluhkan tubuh dengan
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hempasan keras pada batu karangl ''Kau ngeri, nimas" Biarlah
kugendong ........
''Tak usah kaugendong, kangmas. Akan tetapi perlukah
kita turun"''
Pujo tersenyum. "Tentu saja. Kalau kita tidak turun ke
sana, bagaimana kita ma mpu mendapatkan tiram kencana
dan mutiara hijau"''
Kartikosari menar ik napas panjang. Di dalam hati ia
menge luh. Mengapa ayahnya merasa begitu yakin bahwasanya kebahaglaan suami isteri hanya akan dapat kekal
kalau mereka dapat me miliki mut iara hijau yang berada dalam
tiram kencana" Bukan kah cinta kasih antara dia dan suaminya
dapat menja min kebahagiaan yang kekal" Namun, ayahnya
adalah seorang pertapa yang sidik permana, waspada dan
bijaksana. Tak mungkin mere ka dapat me mbantah kehendak
orang tuaku "Di ma nakah kita akan mencarl benda langka itu"''
Kartikosari menjenguk ke bawah, tangan kirinya me megang
tangan kanan sua minya karena. ia merasa ingeri.
''Kaulihat di sana. itu, batu yang menonjol itu, yang atasnya
terdapat pohon besar, d! bawah itulah letaknya Guha Siluman.
di depan Guha Silu man itu lah kita harus mencarl, karena. di
sana terdapat banyak batu-batu kecil dan segala maca m jenis
tiram, keta m, dan udang terdampar di sana. Akan tetapi,
seperti pesan bapa resi, kita harus bersa madhi minta
anugerah dewata, karena tanpa anugerah dai wahyu dewata,
takkan mungkin kita dapat mene mukan tira m kencana disitu."
Kartikosari tersenyum,, pipinya menjadi merah sekali.
''Syaratnya untuk samadhi beg itu aneh lagi"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pujo menarik napas panjang dan menggenggam jari tangan
isterinya. "Tida k saja aneh, nimas Sari, juga a mat berat bagiku.
Apakah aku akan kuat menahan dalam keadagn begitu
bersama mu, hal Ini benar-benar mas ih kusangsikan. Aku
ragu-ragu dan takut ka lau-kalau aku akan gagal."
Keduanya saling pandang dan termenung. Kartikosari
bertemu pandang dengan sua minya perlahan menundukkan
mukanya. Ia ma klum betapa berat syarat itu bagi sua minya
yang amat mencintanya. Mereka berdua. adalah pengantin
baru yang sedang diamuk badai as mara. Betapa mungkin
mereka melakukan puja samadhi dengan syarat seperti itu.
''Kangmas Pujo, aku yakin kita bersa ma akan dapat
me lawan gelora nafsu yang merupakan godaan dan tantangan
terberat. Latihan untuk kita sudah kita lakukan sejak kec il.''
''Kau benar, sayang. Kau lihat, di sebelah timur Guha
Siluman itu, yang ada batu karang menonjol seperti ikan, nah,
di sanalah letak Guha Celeng. Di kanan kiri Guha Siluman
masih banyak terdapat guha-guha kecil seperti Guha Walet,
Guha Kalong dan Guha Leter, dan di sebelah barat itu adalah
Dwarawati.'' ''Wah, kau hafal benar keadaan di bawah sana, kangmas!''
"Dahulu aku sering ka li turun ke sana, ninmas. Indah bukan
ma in d i sana, akan tetapi juga Sere m dan gawat. Maklumlah,
di bawah saria, adalah te mpat para laskar Laut Selatan
bersenang-senang apabila mereka men darat."
''Ihhh".."
''Kau takut"''
"Tida k, hanya ngeri. Manusia dapat dilawan, akan tetapi
bangsa halus beg itu.."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
''Tak usah khawatir, kasih. Bukankah ada aku di
sampingmu" Di sa mping itu, kita sudah hafal ajaran bapa resi
untuk menyelamatkan diri dari gangguan ma khluk ha lus.''
''Widada Mantra"''
''Benar, marilah kita turun, nimas. Biarlah aku di depan dan
kau berpegang dengan tangan kiriku. Tidak sukar, banyak
akar pohon dan batu karang untu k te mpat berpegang tangan
atau berinjak kaki."
Turunlah sua mi isteri muda ini berbimbingan tangan,
me lalui jalan yang tak patut disebut jalan karena mereka
harus bergantung kepada akar-akar pohon dan meloncat ke
sana. ke marl melalui batu karang yang licin dan ada pula
yang tajam runcing. Kesukaran jalan yang me reka lalui ini
ditambah lag! oleh kengerian kalau mereka menjenguk ke
bawah kaki di mana tampa k kekosongan yang men gerikan
dan jauh d i sebelah bawah sana ta mpak batu karang runcing
seperti barisan tombak yang siap menerima tubuh mereka
kalau mereka terjatuh ke bawah. Kiranya hanya sebangsa kera
saja yang akan ma mpu me lalui ja lan turun ini dengan aman.
Namun sua mi isteri Ini adalah orang-orang muda
gemblengan yang tidak saja me miliki tubuh yang kuat, juga
me miliki batin yang sentausa dan ketabahan besar.
Sepuluh men it kemudian mereka telah tiba di bawah,
berjalan di atas karang di antara tetumbuhan pandan berduri
dan rumput laut. Kini terdengariah oleh mereka ge muruh
bunyi ombak me mecah di pantal batu karang susul-menyusul
seperti mendidih, diseling bunyi menggelegar di kala ombak
besar menghantam karang yang menggetarkan dinding
gunung karang di sekelilingnya. Setelah berada dl bawah,
tampaklah oleh mere ka betapa ombak yang dari atas tadi
hanya kelihatan seperti air berkeriput, kini ternyata bahwa
omba k itu a matlah dahsyat, dari tengah-tengah laut beriumbalumba ke pinggir, makin la ma makin besar sampai setinggi
pohon kelapa, panjang dengan kepala keputihan seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seekor naga bergulingan, untuk kemudian terhe mpas di batu
karang dan pecah, porak-poranda men imbulkan uap air
menge mbun. Tak ta mpak manusia. la in di situ.
Memang, tempat seperti ini tak patut didatangi oleh
manusia, patutnya berpenghuni sebangsa jin dan iblis
bekasakan. Takkan mengherankanlah kiranya apa bila di tempat seperti
ini muncul makhluk-ma khluk yang mengerikan dari dalam laut,
makhluk-makhluk yang hanya akan muncul dalam mimpi
buruk seorang yang terserang dema m panas. Ombak yang
tiada hentinya mengganas menggelora itu men imbulkan
suasana seram, seakan-akan seperti inilah agaknya neraka
jahanam yang siap menelan dan menyiksa roh-roh manusia
jahanam. ''Mari, nimas, kita ke sebelah sana, ke Guha Siluman.'' kata
Pujo menggandengan tangan. Kartikosari yang merasa dingin.
''Kau kenapa, sayang" Tanganmu dingin sekalil'' Pujo
me mbawa telapak tangan isterinya ke depan hidung dan
menciuminya, seakan-akan dengan ciuman nya itu ia akan
dapat menghangatkan tangan isterinya.
Akan tetapi Kartikosari menarik tangannya, wajahnya
mura m me mbayangkan kekhawatiran. ''Entah, kangmas, aku
aku merasa ngeri, tidak enak rasa hatiku."
''Ah, tidak apa-apa, nimas. Tempat begini indah. Mari kita
ke guhal'' la menarik tangan isterinya dan pergilah mereka ke
sebuah guha yang besar, guha yang merupakan sebuah mulut
temganga lebar, bentuknya seperti mulut raksasa dan
kebetulan sekali, di atas guha, pada dinding gunung karang,
terdapat dua buah batu hita m sehingga merupakan mata
sedangkan di atas tumbuh selbuah pohon merupakan ra mbut
raksasa. Dan agaknya kebetulan sekali, batu-batu yang
dibentuk oleh tetesan air bergantungan dari atas dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjungat di lantai, me mbentu k gigi dan ca ling yang
menger ikan. Guha Siluman inilah agaknya yang pada masa kini disebut
Guha Langsey yang letaknya di sebelah timur atau di sebelah
kiri Parangtritis dan sa mpai kin! mas ih terkenal sebagai guha
keramat di mana banyak orang datang untuk berta-pa,
me minta berkah, atau membayar kaut. Apalagi di dalam bulan
Suro, teris-timewa tanggal satu dan lima belas Suro, banyak
orang dengar nekat me lalui jalan yang a mat sukar dan
berbahayap menuruni tebing tinggi untuk datang bersujud
atau bertapa di dalam Guba Langse.
Pujo dan Kartikosari sudah me masu ki guha dan waktu itu
menje lang senjag di dalam guha sudah mulai gelap. Beberapa
ekor burung walet beterbangan ke luar masuk guha
menge luarkan bunyi mencicit ramal. Guha itu amat dalam,
makin ke dalam ma kin menurun ke bawah, seram dan gelap
sekali. Terdengar bunyi air terjun dari dalam guha, akan
tetapi, tidak tampak dari luar.
''Kita bersamadhi di mulut guha sepertl pesan bapa resi
nimas Sari. Tiga har i tiga malam. Kemudian ke situlah kita
mencari tira m kencana."
Kartikosari sudah duduk di mulut guha. Ia memandang ke
arah telunjuk sua minya men uding. Benar, di depan guha itu
terdapat banyak sekali batu karang kecil, agak sebelah bawah
karena me mang guha itu tinggi letaknya, ada lima-be las meter
dari permukaan laut. Di antara batu-batu itu tampaklah
bermaca m-maca m benda laut kulit-kulit kerang, tiram dan
sebangsanya. Aimya jernih bu-kan main sehingga tampak
semua benda di dasa mya, tidak dalam, akan tetapi selalu
bergerak-gerak naik turu n mengikuti datangnya ombak yang
me mecah pada batu karang besar di sebelah depan, seakanakan batu karang besar ini menja di penghalang a mukan
omba k ke tempat itu ''Kau sudah siap, nimas"''
Kartikosarl me ngangguk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
''Nah kalau begitu kita mula i. Mari kita menangga lkan
pakaian, taruh di sudut sini agar jangan sa mpai terbawa
angin.'' Sa mbil berkata de mikian Pujo sudah menang galkan
destarnya dan mulai me mbuka baju. Tiba-tiba Kartikosari
mengha mpirinya, merangkul terus menciumnya sambil terisak.
"Kangmas hatiku tidak enak kau jangan tinggalkan aku,
ya"'' Pujo terpaksa tertawa, sungguhpun ia merasa tidak
nyaman hatinya menyaksikan tingkah isterinya. Isterinya
biasanya seorang yang tabah, seorang Srikandi tulen,
mengapa kini me njadi begini le mah"
"Ah, apakah aku gila" Sa mpai mat ipun tak mungkin aku
men inggalkanmu hal ini kau tentu sudah yakin, nimas."
Ia balas mencium dan me mbe lai ra mbut ke-kasihnya.
Sampa i la ma mereka berpelukan, kemudian Pujo melepaskan
rangkulan Isterinya sambil berkata dengan senyu m
''Ah,, belum apa-apa kita sudah tenggelam lagi. Bagimana
aku bisa menahan tiga harl tiga malam kalau begini"''
Kartikosari tertawa juga, lalu menjauhkan diri. ''Kita filhat
saja, siapa yang tidak tahan, kau atau aku!'' Kemudian
Kartlkosari me milih te mpat di sudut kiri, sedangkan Pujo
hanya menurut ke mana isterinya me milih te mpat. la
mengha mpiri dan sua mi isteri ini la lu menangga lkan seluruh
pakaian Yang mene mpel di tub uhl Inilah syaratnyal Menurut
petunjuk Resi Bhargowo hanya dengan cara demikian itulah,
yaitu dengan duduk samadhi bersa ma dala m keadaanbertelanjang bulat, sepasang suami isteri akan dapat diterima oleh
dewata dan mendapatkan wahyu untuk mene mukan mut iara
hijau dalam tiram kencana.
Suami Isteri Yang a mat taat kepada orang tua. Dan ia kini
sudah duduk berhadapan, duduk bersila dengan kedua telapak
kaki menghadap ke atas. Mereka me milih s ikap masingmasing seenaknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kartikosari seperti biasa,. Merangkap kedua telapak tangan
me mbentu k se mbah, mene mpelkan kedua ibu jari depan
hidung dan me meja mkan mata, duduk bersila dengan tegak
dan lurus. Hebat bukan ma inl Seperti selbuah patung kencana
yang cantlk ge milang, patung dewi kahyangan terbuat
daripada kencana sedikitpun tidak ada cacatnya. Adapuh Pujo
Yang bertubuh tegap dan bidang,,duduk bersila dengan kedua
telapak kaki menghadap ke atas- pula, akan tetapi sikap
kedua tangannya berbeda yaitu lengan kiri me meluk pusar
me lingkar ke kanan, lengan kanan me meluk pundak kiri,
duduknya juga tegak lurus, matanya setengah terpejam
dipusatkan ke puncak hidung. Suami isteri ini mengheningkan
Cipta me musatkan panca inderat mengerahkan daya cipta ke
arah satu yakni me mohon anugerah
dewata untuk me mpero leh mut iara hijaul.
Baik Kartikosari maupun Pujo adalah dua orang muda Yang
sejak kecil sudah biasa bersamadhi. Biasanya sekali duduk
bersila mengatur sikap, otomatis pe mapasan mereka teratur
sesuai dengan latilhan dan dalam waktu sekejap mata saja
mereka sudah dapat hening. Akan tetapi kali ini, apalagi Pujo,
menga la mi siksaan dan godaan yang bukan main beratnya.
Kesadaran bahwa isterinya yang terkasih, isterinya yang cantik
jelita isterinya yang me miliki bentuk tubuh men ggairahkan
tanpa cacat, duduk bersila berselimut rambut di depannya,,
me mbuatnya sukar sekali me musatkan panca indera. Dengan
pengerahan tenaga batinnya ia berusaha sampai berjam-ja m,
sampai lewat tengah ma la m, na mun has ilnya sia-s ia.
Berkali-kall ia. terpaksa. Membuka mata untuk me mandang
bayangan isterinya yang duduk bersila di depannya merasakan
tiupan halus pemapasan isteri-nya, menyadari sedalamnya
akan kehadiran Kartikosaris, tak pe mah dapat mengusir bau
sedap keringat dan ra mbut isterinya. Pujo Menjad i kesal
hatinya, hampir putus asa dan diam-dia m ia, mulai
mengerjakan pikirannyal menyelami mengapa ayah mertuanyal Resi Bhargowo yang sakti itu menyuruh mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menja lani tapa seperti ini. Untuk me mperoleh kebahaglaan
kekal bersua mi isteri, mengapa harus mendapatkan mut iara
hijau dalam cara bersamadhi bersa ma dalam ke adaan
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
telanjang bulat seperti ini"
Menjelang pagi, barulah terdapat titik pertemuan dalam
alam pikiran Pujo yang ruwet dan terputar-putar. Bukankah
semua ini hanya merupakan la mbang saja"
Merupakan ujian bagi mereka" Ujian bagi kekuatan batin
mereka sehingga mereka terlatih dan mendasari cinta kasih
suami isteri tidak hanya dengan nafsu birahi, tidak hanya oleh
tarikan daya dari kecantikan wajah dan keindahan tubuh
belaka. Karena, suami isteri yang mendasari kasih sayang
hanya dengan nafsu berahi, dengan daya tarik badani maka
kasih sayang sepertl itu akan mudah luntur.
Badan yang sudah tua kelak, mana ada daya penariknya
lagi" Hal itu sudah dis inggung isterinya dalam sendau gurau
siang tadi. Isterinya berpendapat bahwa.kalau mereka sudah
menjad i kakek-nenek, suami ini akan luntur cintakasihnya.
Dan hal ini mungkin saja terjadi kalau cinta kasihnya
terhadap Kartikosari hanya berdasar pada keindahan jas man il
Inikah kehendak Resi Bhargowo" Melatih mereka agar dapat
menge kang nafsu, agar dapat terbuka alam kesadarannya
bahwa yang indah dalam cinta kasih bukan pe muasan nafsu
berahi karena keindahan tubuh se mata" Mereka disuruh
berlatih menguasai diri, menolak daya tarik masing-masing
jangan sampai terseret dan diperbudak hawa nafsu agar
mencari dasar kasih sayang yang suci yang leb ih men dalam,
cinta kasih batin yang tentu saja akan mengekalkan cinta
kasih mereka karena apapun yang terjadi pada tubuh mereka,
bahkan andaikata mereka menjadi manusia cacat sekalipun,
cinta kasih mereka akan tetap kekal!
Agaknya itulah maksud perintah Resi Bhargowo agar
mereka mencari mutiara hijau secara aneh ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah matahari mula i bersinar, barulah Pujo dapat
mengenda likan panca inderanya. la menekan se mua la munan
tentang kecantikan isterinya, mengubah kenangan akan
isterinya itu lebih mendalam lagi me mbayangkan isterinya
sebagai wanita. yang sudah menjadi haknyal, yang sudah
bersandar kepadanya. Dan menjadi tanggung jawabnya
sebagai wanita yang akan me njadi ibu dari anak-anaknyao
menjad i kawan hidup se la manyal bersama mendidik anakanak. Sebagai teman hidup senasib sependeritaan, susah
sama diderita, suka sa ma dinikmati.
Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul.
Akhimya !a terlelap dalam samadhinya, pemapasannya
la mbat teratur, wajahnya tenang tenteram dan ia berhasil.
Deru ombak yang makin me mbesar sa ma sekali t idak
mengganggu sua mi isteri yang sedang tekun dalam sa madhi
itu. Juga cicit burung walet yang beter bangan keluar dari
dalam guha untuk mencari makanan bagi anak-anak mereka,
sama sekali tak ta mpak atau terdengar.
Keduanya sudah tenggelam betul-betul dan seakan-akan
ada cahaya manter (bersinar) dari ubun-ubun kepala mereka.
Tak tahu mereka bahwa ada anak-anak burung dalam
sarang bercicit-ciclt merengek-rengek dan menangis kelaparan
karena ayah bunda tak pemah pulang semenja k kemar in,
karena ayah bunda burung-burung itu telah berp indah ke
dalam perut elang yang menya mbar mereka dan menjad ikan
mereka santapan anak-anak elang. Mengapa sepasang walet
ini de mikian buruk nasibnya" Dosa apa gerangan yang telah
mereka lakukan"
Tak seorangpun akan dapat menjawabnya Suami isteri
itupun tidak pe mah tahu bahwa beberapa ekor ikan kecil
dile mpar ombak ke atas batu karang, berkelojotan
berkelepekan disiksa terik sinar matahari, megap-megap
menanti maut datang me njemput dala m keadaan tersiksa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apakah dosa ikan-ikan ini sehingga mereka terhukum
sedemikian rupa" Tak ada yang a kan dapat menjawab pula.
Banyak sekali hal-hal yang gaib, hal-hal yang tampaknya
ganjil, yang tampak-nya menurut alam pikiran dan pendapat
manusia, tidak ad il. Yang jahat hidup bahagia, yang baik hidup
merana. Inilah rahasia besar yang hanya mampu d iseami oleh
kesadaran mereka yang tahu akan Kuasa Tertinggi. Dan apa
yang akan menimpa sepasang suami isteri yang tekun
bersamadhi itupun berada mutlak di tangan Yang Maha
Wenang, tak seorangpun manusia ma mpu merubahnya!
Hari sudah menje lang senja lagi, ketika udara mendadak
menjad i mendung.
Awan hitam berkumpul dari atas darat menuju ke atas laut.
Geledek menya mbar nya mbar diseling kilat berkeredepan.
Gemuruh suara halilintar menyaingi ge muruh ombak
me mecah di batu karang.
Lambat-laun air laut makin tenang dan deburan ombak
tidak keras lagi menghanta m karang. Seolah-olah a ir laut
dengar ombaknya menyatakan takluk dan kalah terhadap
guruh di angkasa, mengakui kekuasaan angkasa, yang dapat
merubah keadaan laut.
Tak jauh dari Guha Silu man, dekat Guha Leter, di bagian
pantai yang datar dan tertutup pasir halus, ombak tak
tertahan karang dan selalu menga lir sa mpai ke pasir. Pada
saat itu, tiba-tiba terdengar air bergolak disusul suara wanita
tertawa, suaranya merdu. Lalu tampaklah mah luk bergerakgerak di per mukaan air, seakan-akan menunggang ombak
yang menuju ke pasir. Dari jauh mahluk itu kelihatan
berambut panjang dan seperti menerka m sesuatu, akan
tetapi setelah makin dekat dengan pantai, tampaklah
bahwa !a adalah seorang wanita yang cantik berkulit kuning
bersih, rambutnya panjang sampa i ke kaki.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita ini usianya tentu sudah tigapuluh tahun leb ih,
namun benar-benar a mat cantik, wajahnya berseri-seri dan
giginya a mat putih ber kilauan di kala s inar kilat menerangi
permukaan air laut itu. Ia me mang sedang menerka m
Sesuatu, akan tetapi menerka m dengan mesra atau me me luk
tubuh seorang laki-la ki muda ta mpan yang juga tertawa-tawa.
Wanita Itu membawa si laki-la ki berenang ke pantai, bukan
berenang seperti manusia biasa, me lainkan berenang seperti
ikanl Tubuhnya yang ramping se ma mpai itu dapat bergerakgerak menggeliat seperti Ikan berenang, akan tetapi amat
cepat tubuhnya maju. Laki-laki itu sebaliknya. tidak panda!
berenangi, buktinya ia selalu berusaha menaikkan kepalanya.
ke per mukaan air sambil merangkul leher si wanita.
Seekor lkan hiu besar, sebesar manusla, berenang cepat
mengha mpiri, agaknya tertarik oleh mah luk-mahluk aneh ini
Akan tetapi setelah dekat, tiba-tiba hiu itu menghentikan
renangnya, mundur-mundur karena takut.
''Bibi". Ikan besar itu?" tiba-tiba si lelaki berseru
ketakutan dan merangku si wanita ma kin erat.
Wanita itu dengan gerakan luar biasa cepatnya sudah
me mutar tubuh di dalam air, mukanya yang cantik tiba-tiba
menjad i murka. ''Bedebahl Berani kau menggangguku"''
bentaknya, tubuhnya meluncur di air cepat sekal , tangan
kirinya menyeret laki-la ki itu dan tangan kanannya mengayun
sebuah cundrik (keris) yang tepat menghanta m perut ikan hiu
itu dan sekali menyontekkan tangan, perut itu pecah dan
ususnya keluar. Ikan itu lari kesakitan dan ketakutan, namun
hukum laut yang sama dengan hukum rimba menimpanya.
Tak la ma kemudian la menjad i mangsa ikan-ikan lain yang
berpesta pora atas daging dan isi perut. Wanita, itu tertawa
bergelak, lalu me luncur lagi ke pantai. Mereka, bergulingan di
atas pasir seperti orang bergumul sehingga tubuh mereka
kotor semua oleh pasir. Sambil bercumbu wanita itu tertawatawa. Akhimya lelaki muda itu melepaskan diri dari pelukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedua lengan halus dan ra mbut panjang, lalu bangkit berdiri
dan berkata, ''Cukuplah, bibi. Kita sudah bersenang-senang selama tiga
hari di sini. Kalau Ni-guru Durgogini tahu"."
"Hi-hi-hik, kalau dia, tahu mengapa" Kau yang akan
dibunuhnya lebih dulu, sedangkan aku..." belum tentu mba kyu
Durgogini ma mpu mengalahkan aku!'' Ia meraih lagi dan
hendak mencium muka yang tampan itu.
Akan tetapi pemuda itu meno lak dengan kedua tangannya,
mendorong dada padat yang tertutup tapih pinjung (kain
sedada). ''Sudahlah, bibi, lihat udara mendung, ha mpir hujan.
Jangan-jangan badai menga muk"
"Hi-hik,, cah bagus. Siapa takut badai"''
"Kau tidak takut, akan tetapi a ku takut. Bibi guru yang
man is, aku sudah me matuhi kehendakmu selama tiga hari.
Mana pusaka yang bibi hendak hadiahkan kepadaku" Aku
hendak pergi dari s ini, berlindung sema la m dalam guha dan
besok akan ke mbali ke Selopenangkep.''
Wanita itu tertawa, lalu menarik napas panjang. ''Baiklah,
raden, kau sudah menyenangkan hatiku selama tiga hari.
Pusaka yang hendak kuberikan kepadamu bukanlah
sembarang pusaka. Ilmu pukulan yang kuajarkan kepadamu
selama t iga hari ini sudah dapat kau lakukan dengan ba ik, akan
tetapi tanpa pusaka ini, ilmu pukulan Tirto Rudiro (A ir Darah)
itu takkan sempuma. Di samping itu, kaupun harus tekun
berlatih selama duapuluh satu har i dengan pantangan, tidak
boleh makan daging dan tidak boleh bergaul dengan wanita!''
Setelah berkata demikian wanita itu lalu mengeluarkan sebuah
rumah kerang yang berwa ma merah kepada pe muda itu.
Pemuda itu mener imanya dengan girang, lalu berkata,
''Terima kasih atas kebaikan hati bibi guru. Aku akan selalu
mentaati perintah dan kehendak bibi.''
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
''Hi-hik, cah bagus. Kau tunggu saja sewaktu-wa ktu aku
akan ajak kau bersenang-senang sa mpal puas. Kau tunggu
saja panggilanku bagusl'' la me mbelai dagu pe muda itu yang
ditu mbuhi ra mbut halus, kemudian katanya, "Sekarang
pergilah. Mala m nant! badai Laut Selatan akan menga muk.
Sampa i jumpa!'' Setelah berkata de mikian, wanita itu lalu
me le mpar diri ke dalam ombak yang datang ke pantal dan
sebentar kemudian ia sudah lenyap, ditelan ombak.
Pemuda ta mpan itu men ggenggam kerang merah lalu
me lompat-lompat ke atas batu karang. Ia me mandang ke
angkasa yang makin ge lap. Tidak baik melakukan perjalanan
ma la m ini, pikimya. Lebih baik malam ini mengaso di Guha
Siluman dan besok pag i-pagi baru na ik ke atas dan pulang ke
dusun Selopenangkep.
Dengan gerakan sigap pemuda itu terus berloncatan darl
batu ke batu menuJu ke Guha Siluman.
Pemuda ini adalah Raden Wisangjiwo, putera tunggal bekas
Adipati Joyowiseso yang tadinya menguasai pantai Laut
Selatan. Setahun yang lalu, yaitu pada, tahun 1031 ketika.
Kerajaan Mataram di bawah pemerintahan Raja Airlangga
(1019-1049) mengirim pasu kan untuk menundukkan seluruh
wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah, daerah Pantal Selatan
inipun dilanda perang. Adipati Joyowiseso mengadakan
perlawanan hebat, namun tak kuasa menghadang penyerbuan
bala tentara Mataram yang kuat dan dipimpin panglimapanglima yang sakti mandraguna dan pandai, sehingga
akhirnya terpaksa menyerah. Betapapun juga, seperti di
daerah lain, Adipati Joyowiseso inipun tidak dihukum, bahkan.
diberi kedudukan kembali sebagai adipati di pantai Laut
Selatan. Akan tetapi ia sekarang merupakan orang taklukan
atau sebagai punggawa. dari Kerajaan Mataram di timur, siap
mentaati segala perintah yang dipertuan, Raja Airlangga.
Selain men jadi putera orang tertinggi kedudukannya d!
pedusunan pantai selatan, juga Raden. Wisangjiwo menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
murid terkasih seorang pertapa
wanita yang sakti
mandraguna, yang oleh manusia biasa dianggap sebagai
siluman atau peri penjaga. gunung dan hutan-hutan, kadangkadang saja me mperlihatkan diri kepada umum. Datang dan
perginya seperti iblis Yang pandai menghilang. Tak
seorangpun di daerah Laut Selatan berani menyebut namanya
secara terbuka, sebuah nama Yang me mbuat bulu tengkuk
berdiri, me mbuat orang menggigil ketakutan, sebuah nama
Yang sekali didengar sukar dilupa, Yang juga amat terkenal
sampai jauh di luar wilayah pantai selatan. Para pertapa, para
ksatiria, para jagoan mengenal belaka na ma ini, Ni Durgogini.
Karena gurunya seorang wanita sakti Yang luar biasa, sudah
tentu saja Raden Wisangjiwo juga me miliki kesaktian Yang
sukar dilawan. Ketika terjadi perang me lawan tentara Kerajaan
Mataram setahun Yang lalu, banyaklah perwira dan tamtama
Mataram binasa di ujung keris dan kepalan tangannya.
Biarpun akhimya per lawanan ayahnya patah dan mereka
harus mengakui keunggulan ba la. tentara Mataram, namun
Raden Wisangjiwo tidak sa mpa i pe mah dirobohkan atau
tertawan. Sayang seribu kali sayang, pemuda rupawan yang sakti ini,
agaknya terlalu dimanja oleh orang tuanya, seperti Lajim
terjadi pada keluarga bangsawan. Agaknya karena terialu
noinja inilah yang me mbentuk watak tinggi hati, sombong, tak
pemah mau kalah, dan lambat-laun watak ini me mbentuk ptila
sifat-siiat kejam, curang, dan hendak berkuasa sendiri, tak
pemah mau menghiraukan perasaan atau pendapat orang.
Raden Wisangjiwo terkenal sebagai seorang pemud berandalan Yang bengis tidak ada Yang berani menentangnya.
Mungkin sekali, biarpun dimanja ia takkan sampai tersesat
sedemikian jauhnya kalau saja ia tidak menjadi murid Ni
Durgogini, seorang wanita Yang berwatak iblis. Watak gurunya
ini tentu saja sedikit banyak menurun pula kepadanya.
Pertama-tama, begitu pe muda ganteng ini menjad i murid Ni
Durgoginiq iapun merangkap menjad i kekasih gurunyal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tidaklah terlalu aneh kalau orang tahu bagaima na maca mnya
manusia iblis Ni Durgogini itu. Seorang wanita yang cantik dan
genit, yang tak pernah dapat diterka berapa usianya akan
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tetapi kelihatan masih muda, kurang tiga puluh, dan di antara
sekian banyak ilmu-ilmunya yang mujijat, ia memiliki pula ilmu
guna-guna yang disebut Guno Asmoro. Tidaklah mengheran kan apabila Raden Wisangjiwo yang memang
berjiwa le mah ini hanyut dan mentaati kehendak kotor
gurunya dengan gembiral Namun, sikapnya yang pandai
me layani gurunya ini menguntungkan Raden Wisangjiwo,
karena gurunya makin sayang kepadanya dan menurunkan
pelbagai ilmu simpanan yang hebat-hebat.
Ni Durgogini me mpunyai seorang adik seperguruan, yang
juga amat terkenal, terutama sekali cleh para ne layan dan
bajak. Adapun penduduk pantai dan para nelayan malah
menganggap bahwa ia adalah Dewi Roro Kidul yang
menguasai Laut Selatan! Betapa orang takkan menyangka
demikian kalau menyaksikan seorang wanita cantik dengan
rambut terurai panjang, bermain-main di antara ombak laut
bagaikan seekor ikan saja lincahnya. Akan tetapi, seperti juga
halnya Ni Durgogini, wanita cantik jelit ayang bema ma Ni
Nogogini ini, me mbuat orang menggigil kalau mengingatnya.
Selain sakti, juga Ni Nogogini berwatak iblis, mudah sekali
menjatuhkan tangar, saktinya me mbunuh orang tanpa sebab.
Mudah sekali menyerbu golongan-golongan lain untuk
mengacau dan me mbunuh.
Kalau Ni Durgogini dianggap sebarai iblis betina hutan dan
gunung, ma ka Ni Nogogini ini adalah iblis betina sungai dan
Laut Selatan! Sebagaimana dapat kita duga dari adegan di pantai tadi, Ni
Nogogini pun me mpunyai penyakit yang sa ma dengan
penyakit kakak seperguruannya, yaitu gila laki-la ki dan
cabul. Bibi guru ini melihat murid keponakannya dan tidak
mau melewatkan kesempatan untuk menggodanya. Raden
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wisangiiwo me mang ta mpan dan gagah, juga amat cerdik.
Tentu saja ia tidak menolak godaan bibi gurunya yang biarpun
kulitnya tidak seputih dan sehalus kulit tubuh gurunya, namun
me miliki kecantikan khas, dan pula me miliki bentuk tubuh
yang lebih indah dan padat kalau dibandingkan dengan
gurunya, karena agaknya kebiasaan bermain di air dan renang
itulah yang me mbuat ia me miliki bentuk tubuh yang amat
baik. Di sa mping ini, iapun s udah maklum akan keganasan
watak bibi gurunya sehingga kalau ia menolak, amatlah
berbahaya. Oleh karena ini maka. ia melayani bibi gurunya,
bermain as mara sampai tiga hari di pantai, kadang-kadang
Raden Wisangjiwo harus mandah dibawa ke tengah laut
diper mainkan sesuka hati bibi gurunya. Namun, ia tidak bodoh
dan kesempatan ini ia pergunakan untuk minta upah berupa
ilmu kesaktian dan pusakal Dan bujukannya berhasil sehingga
ia diberi pelaiaran ilmu pukulan Tirto Rudiro yang a mpuh
bersama pusaka. Kerang Merah.
Demikianlah, dengan hati ge mbira karena mendapatkan
ilmu dan pusaka, juga karena akhirnya ia dapat terlepas dari
pelukan bibi gurunya yang mulai me mbosankan itu, Raden
Wisangjiwo ber lompatan menuju ke Gulha Siluman. Ketika
akhimya ia dapat melompat sampai ke mulut guha, ia berdiri
bagaikan patung dengan mata terbelalak lebar memandang ke
dalam guha. Matanya terbelalak dan mulutnya terbuka,
hampir ia tidak percaya akan pandang matanya sendiri. Di
bawah sinar matahari senja yang kee masan, ia me lihat sebuah
patung sebesar manusia, patung seorang dewi kahyangan
yang mertubuh keemasan, rambut terurai, bertelanjang bulat,
cantik jelita tanpa cacad! Akan tetapi patung itu be mapas.
Dada yang indah bentuknya itu bergerak perlahan.
''Demi Ratu Lelembut'' Tak terasa lagi mulut Raden
Wisangjiwo berseru penuh kekaguman dan keheranan.
Seruan penuh nafsu ini cukup untuk me mbuat Pujo dan
Kartikosari tersentak kaget, seakan-akan semangat mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disendal me masuki alam kesadaran kembali. Otomatis
Kartikosari menggerakkan tangan menyambar kain di
sebelahnya dan men utupi tubuhnya dengan kain, mengikat
ujungnya erat-erat di atas dada, matanya berkilat marah
ketika ia me lihat seorang laki-la ki muda berdiri di mulut guha,
menelannya dengan pandang mata lahap. Pujo juga cepat
me lompat berdiri dan berseru keras ketika mengenal orang
yang datang itu.
''Raden Wisangjiwo! Benar-benar tidak sopan mengganggu
orang bersamadhi, apa. lagi jika sua mi isteri bersa madhi
bersama!" Raden Wisangjiwo juga sadar daripada pesona yang
mengga irahkan hatinya, membalikkan tubuh me manclang
penegumya. la tertawa mengejek, lalu bertolak pinggang.
"Aha, kiranya engkau ini, Pujo" Dan dia isterimu" Ha-ha-ha,
sungguh kebetulan sekali. Suclah la ma aku ingin berhadapan
dengan seorang laki-laki pengecut maca m engkau, kiranya
para dewata mengabulkan pengharapanku"
Pujo mengena l baik s iapa. Raden Wisangjiwo. Taat akan
kehendak gurunya, ia me mang se lalu me njauhkan diri clan
tidak menca mpuri urusan putera adipati ini, maka tak pemah
antara dia dan putera bangsawan itu terdapat sesuatu hal.
Mengapa kini ia dimaki pengecut dan sudah lama dicari"
''Raden Wisangjiwo jalan hidupmu clan jalan hidupku
seperti jalannya air dan asap, tak pemah dapat bertemu.
Mengapa kau datang-datang me maki aku dan ada keperluan
apa kau henclak berte mu denganku"'' tanya Pujo sambil
menya mbar pakaiannya clan mengenakan pakalan sebelah
bawah. Tubuh atasnya masih bertelanjang.
''Hua-ha-ha-haha...masih
pura-pura bertanya" Ticlak merasa betapa kau seorang laki-la ki pengecut clan penakut"
Percuma saja kau mengaku murid Resi Bhargowog malah
ehm, menjadi mantunya, men ikah dengan puteri Resi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bhargowo yang eh, begini denokl'' Matanya mengerling ke
arah Kartikosari.
''Raden Wisangjiwo, harap jangan menggunakan ucapan
kasar, tak patut didengar wanita. Katakan saja, mengapa aku
kau anggap pengecut"''
Kini pandang mata putera adipati itu melotot marah, kedua
tangannya mengepal tinju. ''Benar-benar kau tidak merasa
ataukah berpura-pura" 'Setahun yang lalu, daerah kita dilanda
perang, diserbu oleh bala tentara dari Mataram. Semua la kilaki turun tangan me mbela tanah air, mengapa engkau tidak
mau ikut me mbantu biarpun ra manda adipati me mer intah dan
mengirim utusan ke Sungapan" Bukankah kau tidak mau ikut
berperang karena kau takut, karena kau pengecut"''
''Raden Wisangjiwo, harap kausimpan saja ma ki-ma kian
kotor itu ke dalam mulut mu, di s itu lebih cocok daripada
diha mbur keluar me mbusukkan udara! Kami me mang tidak
berangkat me mbantu, aku dan para cantrik, juga isteriku yang
di kala itu masih menjad i adik seperguruan ku, karena. dilarang
oleh bapa resi. Kami harus tunduk dan mentaati perintah
guru, apapun yang terjadi. Bapa resi menyatakan bahwa tak
mungkin dilawan kekuasaan dari Mataram karena me mang
sudah semestinya semua daerah di bawah kekuasaan
Mataram. Sa ma sekali bukan karena takut!''
''Hemmm, alasan kosong! Karena mengingat bahwa Res!
Bhargowo sudah lanjut uslanya, maka, aku tidak menyalahkannya. Dan karena me mandang wajah Resi
Bhargowo maka aku t idak mau mencar i kau dan me mbikin
ribut di Sungapan.'' Ia me lirik kembali ke arah Kartikosari
untuk menandaskan bahwa dia tidak ma u ber musuh dengan
ayah wanita jelita ini. ''Akan tetapi engkau yang masih muda
dan kuat, hemmm, tak mungkin aku memaafkanmu begitu
saja'' Biarpun Pujo sudah menerima ge mblengan lahir batin dari
gurunya, namun darah muda masih menga lir di tubuhnya dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hawa panas yang naik dari dalam hatinya me mbuat kepalanya
panas pula. ''Raden Wisangjiwol Dengan me ncela mereka yang tidak
ikut berperang, kau seakan-akan henda k mengagungkan diri
mu sendiri yang menentang Mataram. Akan tetapi bagaimana.
buktinya sekarang" Ayahmu dan kau menakluk kepada
Mataram, dan rela menjadi abdi Mataram" Itukah yang kau
anggap kegagahanmu"''
''Tutup mulutl Bersiaplah engkau!''
Pujo, juga. mengepal tinju. ''Kau mau apa"''
Raden Wisangjiwo sudah hendak menerjang maju, akan
tetapi ia mendengar betapa wanita jelita itu menahan napas,
lalu ia mengerling dan tersenyum. ''Pujo, isterimu cant ik
bukan main. Keluar lah kau dari guha ini dan biarkan aku
bercakap-cakap dengan isterimu. Biarkan dia mengawan iku
semalam ini di guha, karena. aku hendak bermalam di sini.
Dan besok pagi kuampuni kesalahanmu yang dahulu.''
''Jahanam'' Teriakan ini bukan keluar dari mulut Pujo
me lainkan keluar dari mulut Kartikosarl yang sudah menerjang
dari belakang dengan pukulan yang disebut Gelap Musti (Tinju
Petir). "Nimas jangan bunuh orang!"
Pujo berseru kaget dan melompat ke depan. Orang muda
ini me mang sudah mendalami wejangan guru dan ayah
mertuanya, maka sifat welas asih selalu menyelubungi lubuk
hatinya. Betapapun marahnya mendengar ucapan kotor dan
kurang sopan dari Raden Wisangjiwo terhadap isterinya,
namun me lihat Isterinya me mpergunakan pukulan gledek
yang ampuh bukan main itu, ia merasa terkejut dan hendak
mencegah. Terla mbatl Pukulan Gelap Musti me mang hebat bukan
ma in, batu karang hancur sekali pukul, apa lag i tubuh manusia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
biasa. Namun, Raden Wisangjiwo bukanlah manusia biasa. Dia
murid terkasih seorang manusia iblis yang tentu saja tidak
dapat dipersamakan manusia biasa. Ketika pukulan dar i arah
belakangnya ini menyambar, mendatangkan hawa panas
seperti lahar cepat ia me mbalikkan tubuh dan mendorong
dengan kedva tangannya, tangan kanan menyambut pukulan
dengan pengerahan tenaga sakti dan dengan gerakan ilmu
pukulan Tirto Rudiro yang baru saja ia pelajari dari bibi
gurunya, Ni Nogogini. Memang Kerang Merah berada di
tangan kanan, ma ka oto matis ia menggunakan pukulan ini.
Perlu diketahui bahwa ilmu pukulan Gelap Musti (Tinju
Petir) adalah pukulan yang keras dengan penggunaan tenaga
yang dikerahkan dari pusar yang me m-bentu k api h idup maka
jika dipergunakan menge luarkan hawa panas yang dapat
me lebihi panasnya api biasa. Di la in fiha k, sebagai
kebalikannya,ilmu pukulan Tirto Rudiro yang dikeluarkan oleh
Raden Wisangjiwo adalah pukulan yang berhawa dingin,
sedingin air me mbe kup akan tetapi karena ilmu ini has il
penciptaan Ni Nogogini yang hidupnya menjad i ha mba nafsu
dan menyimpang dari pada kebenarap terjerumus ke jalan
sesat maka hasil penciptaan inipun adalah ilmu sesat (ilmu
hitam). Andaikata yang mencipta ilmu ini seorang suci seperti
Resi Bhargowo dan yang lain-lain, maka api yang bagaimana
panaspun sekali terkena sambaran hawa pukulan ini tentu
akan padam dan dingin. Akan tetapi ilmu ini suah jauh
menyimpang, biarpun pada dasamya menggunakan hawa
yang timbul dari pusar juga, namun telah dicampur dengan
hawa beracun, terutama sekali setelah dicampur dengan
khasiat pusaka Kerang Merah. Pukulan ini selain dapat
me mbe kukan darah, juga dapat menyebar hawa beracun yang
menyusup ke dala m tubuh lawan yang terpukul!
''Dessss'' Kedua lengan yang disaluri hawa yang
bertentangan itu bertemu hebat. Raden Wisangjiwo terkejut
sekali karena merasa betapa hawa panas seperti lahar
menyerap ke dalam lengan kanannya. Hal ini menandakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa hawa saktinya kalah kuat dan kalah latihan dalam
penggunaan ilmu pukulan.
Maka. cepat-cepat ia menggunakan tangan kirinya yang
sudah siap tadi untuk melanjutkan rencananya yang sejak tadi
sudah ia persiapkan. Begitu jar i-jari tangannya bergerak dan
secepat kilat menyentuh pundak kiri Kartikosar i murid Ni
Durgogini yang licik dan cerd ik ini sudah menggunakan ilmu
pemberian gurunya, ilmu sesat yang hanya digunakan oleh
manusia- manusia ha mba nafsu) yaitu Ilmu Asmoro Kingkin
(Rindu Berahi). Jari-jari tangannya menyentuh jalan darah di
pundak, diperkuat oleh penyaluran tenaga tidak sewaja mya
yang timbul dari mantra yang cepat ia ucapkan dengan gerak
bibir yang tanpa suara.
Tentu saja Kartikosari terkejut. Tadinya wanita ini sudah
merasa girang karena maklum bahwa ia menang kuat dalam
pertemuan lengan, ma ka ia menjadi agak lengah, apa lagi
karena tangan kiri lawan bergerak terlalu cepat men uju ke
pundak, ia tidak sempat mengelak. Ia Ingin merobohkan
lawan dengan tindihan tenaga Gelap Mustip siapa kira, setelah
pundak dekat lehe mya tersentuh jari tangan Raden
Wisangjiwo, mendadak ia
merasa betapa jantungnya
berdenyutan, darahnya bergolak dan nafsu berahi men ga muk
di benaknya. Kartikosari terkejut dan berusaha melawan
dorongan nafsu yang seperti ditimbulkan oleh iblis Ini, namun
dengan usaha in!, ia harus mengerahkan hawa sa ktinya
sehingga saluran hawa panas pada pukulan Gelap Musti di
lengan menjadi habis daya.
Inilah yang mencelaka kan Kartikosari.
Begitu hawa pukulan Gelap Musti me mbuyar.. ia terserang
oleh hawa pukulan dingin dar i dorongan ilmu pukulan Tirto
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Rudiro hawa dingin yang menyusup dari lengan menyerang isi
dadanya. Kartikosari menjerit dan roboh terguling ke sudut
guha. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
''Wisangjiwo keparat, kaulukai isteriku"'' Pujo marah sekali
dan dengan gerakan kilat ia menerjang putera adipati
itu.Namun Raden W isangjiwo sa mbil tersenyum mengejek
sudah mengelak sehingga pukulan Pujo lewat di atas
kepalanya. Sambil men gelak kaki Raden W isangjiwo me layang ke arah
la mbung kiri Pujo, disusul tamparan tangan kiri dengan jarl
terbuka. Hebat serangan ini karena yang diserang kaki adalah
la mbung kiri dan yang diancam tamparan tangan adalah leher,
dua tempat yang apa bila terkena dapat mendatangkan maut.
Pujo yang merasa gelisah me lihat isterinya pingsan,
menge luarkan ajiannya yang ia dapat dari guru dan ayah
mertuanya, yaitu ilmu meringankan tubuh cepat Bayu Tantra
(Gerak Angin) berkelebat cepat dan berhasil menghindarkan
diri dari pada tendangan dan pukulan lawan. Kemudian
kembali Pujo me mbalas serangan lawannya yang sakti ini
dengan pukulan Gelap Musti Seperti yang dilakukan isterinya
tadi. Tingkat kepandaian Pujo lebih unggul dari pada
Kartikosari, ma ka penggunaan Gelap Musti ia menang
setingkat, maka pukulannya ini tentu saja lebih hebat dari
pada yang dilakukan Kartikosari tadi.
Raden Wisangjiwo terkejut. Tadi ia telah merasai
kehebatan ilmu pukulan yang mengandung hawa panas lahar
ini dari Kartikosari, ma ka, tentu saja !a tidak berani berlaku
sembrono. Dengan geseran kaki ke kanan !a miringkan tubuhnya sehingga pukulan lawan tidak langsung menghantamnya,
kemudian ia mengerah kan ajiannya untuk menya mpok
pukulan yang dahsyat itu dari sa mping, menggunakan ilmu
barunya, pukulan Tirto Rudiro.
''Plakkk'' Pukulannya tepat mengenai lengan Pujo dari
samping. Menurut perhitungan, Raden Wisangjiwo menang
posisi karena ia me mukul dar i samping.
Akan tetapi kenyataannya adalah hebat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu kepalan tangannya yang menggenggam Kerang
Merah itu menghanta m lengan Pujo, tubuh Raden Wisangjiwo
serasa dibakar api nerakal la menarik tangannya dan oleh
hawa pukulan lawan dita mbah daya tariknya, tubuhnya
mence lat ke belakang, menabrak dinding gu ha dan terbanting
ke bawah. la mengerang kesakitan, akan tetapi sebagai murid
manusia iblis yang sudah memiliki tubuh kebal, tentu saja
pertemuan keras dengan batu karang itu tidak me mbuatnya
luka Sa mbil menggereng marah ia melompat bangun lagi.
Ketika me l hat Pujo meno leh ke arah isterinya yang masih
pingsan, Raden Wisangjiwo la lu menya mbar sebuah batu
karang sebesar perut kerbau bunting di sebelahnya. Batu
karang ini beratnya melebihi seekor kerbau bunting
sendirl,namun dengan pengerahan tenaga. saktinya, ia dapat
mengangkatnya dengan mudah ke atas kepala, lalu
me lontarkan batu besar itu ke arah kepala Pujo yang berdiri
dalam jarak e mpat meter. Terdengar angin menguik ketika
batu besar Itu terbang melayang dengan cepat ke arah Pujo.
''Drrrrr'' Batu karang yang besar
Itu hancur luluh
dan pecah berhamburan ketika bertemu dengan pukulan ujung-ujung jari tangan Pujo. Hebat
dan dahsyatnya bukan kepalang gerakan orang muda, in! ketika
menya mbut batu karang. Jauh lebih hebat
dari pada ilmu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pukulan Gelap Musti, tidak mengandung hawa panas lagi,
akan tetapi mengandung kekuatan yang tak terukur besamya.
Itulah aji kesaktian yang disebut ilmu Pethit Nogo (Ekor
Maga yang menjadi ilmu simpanan dari Resi Bhargowo.
Dengan Ilmu Pethit Nogo inilah puluhan tahun yang lalu Resi
Bhargowo me mbuat na ma besar. Dan hanya kepada Pujo
seorang ilmu ini diturunkan, bahkan kepada puterinya
sendiripun tidak.
Tidak se mbarang orang dapat menerima aji ini, karena
banyak yang takkan kuat menahan.
Dan ilmu inipun merupakan ilmu simpanan yang takkan
dipergunakan kalau tidak terpaksa. Sebetulnya, serangan batu
karang yang dilontarkan itu tidaklah berbahaya bagi seorang
pendekar seperti Pujo, dan tanpa penggunaan Pethit Nogo
sekalipun ia tentu a kan sanggup menghindar.
Akan tetapi Pujo sedang marah- marah dan ge lisah me lihat
isterinya, maka dalam kemarahannya itu ia menghajar batu
karang yang menyamba mya.
Raden Wisangjiwo sendiri terkejut setengah mati ketika
me lihat cahaya menyilaukan seperti keluar dar i tangan Pujo,
menya mbar batu karang dan me ng-hancurkannya. Maklu mlah
ia bahwa Pujo benar-benar merupakan lawan yang amat
berat, maka cepat ia melolos kan senjatanya dari pinggang
sambil menyimpan Kerang Merahnya. Di la in saat tangannya
sudah me megang sebatang ca mbuk berwa ma hita m dengan
lorek-lorek put ih seperti ular belang Bandot, kemudian ia
menggerakkan ca mbuk itu ke atas kepalanya.
''Tar-tar-tarl''
Ledakan-ledakan
seperti. halilintar menya mbar dan batu karang di langit- langit guha yang
terkena ujung cambuk rontok se mua berhamburan. Inilah ilmu
Cambuk Sarpokenoko yang merupakan inti darl pada
kesaktian Ni Durgoglnl, yang sudah menurun kepada murid
tunggalnya yang terkasih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"He mm, Raden Wisangjiwo, sesungguhnya di antara kita,
ticlak terdapat permusuhan mengapa, engkau begini
mendesakku, bahkan telah meluka i isteriku" Aku mengenal
cambukmu, apakah kau benar-benar henda k mengadu
nyawa"'' ''Pengecut Pujo, tak usah banyak cerewet. Saat ini
kematian mu sudah di depan mata. Kau ma mpus dan isterimu
menjad i milikku se ma la m suntu k."
''Keparat'' Pujo marah sekall dan menerjang ke depan
dengan tangan terbuka. Biasanya dalam ilmu silat pukulan
tangan terbuka dilakukan dengan jari-jari tangan saling
berapatan dan ibu jari ditekuk ke da la m. Akan tetapi Ilmu
Pethit Nogo lain lagi, me mpunyai keistimewaan tersendiri.
Ilmu Pethit Nogo ini bukan mengandalkan keampuhannya
pada pukulan tangan miring atau keampuhan epek-epek
(telapakan) tangano Melainkan men dasarkan keampuhannya
peda ujung-ujung jar i tangan! Ujung-ujung jari tangan inilah
yang menjad i pethit (ekor) naga.
Oleh karena itu, jari-jari itu tidak merapat satu kepada yang
lain, me lainkan terpisah seperti kaki burung garuda, namun
lurus-lurus tidak melengkung atau mencengkeram.
''Tar-tar! Wesss Ciuuuttt"
Cambuk Sarpokenoko benar-benar ampuh sekali, ketika
diputar me mbentuk bayang-bayang hitam na mun dayanya
seperti halilintar menya mbar, hawa pukulannya saja sudah
terasa panas dan kalau mengenal tubuh manusia, konon
akibatnya seperti sambaran petir, kulit tubuh bisa mlonyoh
seperti tersiram air mendidih!
0odwo0 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 2 NAMUN Pujo sudah cukup waspada.
la cepat mempergunakan Aji Bayu Tantra sehingga
tubuhnya menjadi ringan seperti sehelai daun dan cepat
seperti angin, ke manapun juga ujung ca mbuk lawan
menerjang, tubuhnya sudah menda hului berp indah te mpat.
Kadang-kadang kedua tangannya yang mainkan ilmu silat
Pethit Nogo menyambar dengan serangan balasan yang
dahsyat. Bahkan jari-jari tangan yang sudah kemasukan Aji Pethit
Nogo, kadang-kadang berani menangku ujung ca mbuk dan
begitu bertemu, ujung ca mbuk seperti menghanta m karet, terpental ke mbali me mukul pe megangnya! .
Raden Wisangjiwo ma kin penakaran dan marah. Beberapa
kali ha mpir saja ia termakan jari-jari tangan ampuh itu, karena
setiap kali menyerang, gerakan lawannya cepat sekali
me mbuat ia repot dan ha mpir tidak mendapat kesempatan
menge lak. Maklum bahwa ia tak dapat mengatasi kehebatan lawan
hanya dengan Ilmu Ca mbuk Sarpo kenoko, dengan kemarahan
me luap-luap Raden W isangjiwo la lu me mindahkan ca mbuk ke
tangan kiri, tangan kanannya mengeluarkan Kerang Merah
dan mulailah ia menggunakan ajinya Tirto Rudiro di samping
Ilmu Ca mbuk Sarpokenoko! Bukan main hebatnya pertandingan antara dua orang muda murid guru-guru yang
sakti ini. Setengah jam lebih mereka bertanding, dan mulut guha
sudah mula i gelap.
Raden Wisangjiwo berseru keras ketika tangan kanannya
me mukulkan Aji Tirto Rudiro. Ketika Pujo me nggunakan
tangan kiri me nangkis, cambuknya sudah menyambar dengan
cara me libat dari belakang, mengarah leher lawan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pujo tak sempat menge lak karena lengan kirinya masih
"lekat" dengan lengan kanan lawan, maka cepat ia
menundukkan kepala dan tangan kanannya menang kap ujung
cambuk! Hebat cengkeraman ta ngan dengan jari-jari yang
merupakan Peth it Nogo ini, sekali ia mengerahkan tenaga
me mbetot, terdengar suara keras dan cambuk itu patah
ujungnya! . Raden Wisangjiwo kaget, kembali tangan kanannya
me mukul, namun tertangkis tangan kiri dan pada saat itu,
Pujo sudah menggunakan tangan kanannya mena mpar pundaknya. "Plakkkk!" Kelihatannya perlahan saja jari-jari tangan kanan
Pujo menyen tuh pundak, akan tetapi akibatnya hebat karena
inilah pukulan Pethit Nogo!
"Aduuhhhh......!"
Raden Wisangjiwo berseru kesakitan, tubuhnya terlempar
dan sekali lag i terbanting pada dinding guha.
Pujo tidak me mperdulikannya lagi, me lainkan cepat-cepat
ia mengha mpiri istcrinya.
Kartikosari sudah siuman, akan tetapi wanita ini merasa
betapa isi dadanya panas seperti terbakar, kepalanya pening
dan seluruh tubuhnya sakit-sakit. Maka ia telah duduk bers ila,
tidak berani me mbagi perhatian ke luar, melainkan
mengeraskannya ke dalam untuk mengumpulkan hawa murni
dan menghalau hawa berarun yang me ngeram di dalam
tubuhnya. Melihat keadaan isterinya, Pujo kaget sekali.
Begitu me megang pergelangan tangan isterinya dan
me mandang wajahnya dalam keadaan remang-re mang itu,
maklumlah ia apa yang terjadi. Isterinya terserang pukulan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berbisa dan perlu segera dito long. Keadaan isteri terkasih
inilah yang me mbuat Pujo terlengah.
Ia lalu duduk bersila di depan Kartikosar i, mene mpe lkan
telapak kedua tangannya kepada telapak tangan isterinya, lalu
ia mengumpulkan daya cipta dan mengerahkan ajinya
sehingga hawa sakti dari da la m tubuhnya mengalir bagaikan
air bah me lalui telapak tangan mereka, masuk ke dalam tubuh
isterinya dan merupakan tenaga maha kuat me mbantu
isterinya menghalau perg i hawa beracun.
Pujo me mang terlalu ba ik hati. Kalau saja ia tadi tidak
menaruh kasihan kepada Raden Wisangjiwo sehingga dalam
pukulannya ia mengerahkan seluruh tenaganya, tentu lawan
itu telah tewas.
Kalau saja ia tidak terlalu percaya bahwa lawan tentu malu
untuk me lakukan pe nyerangan gelap, tentu ia takkan sele ngah
itu, atau kalau saja ia tidak terlalu khawatir akan keadaan
isterinya yang tercinta, tentu ia akan berlaku hati-hati.
Akan tetapi, setiap kejadian di dunia ini me ma ng sudah
teratur terlebih dahulu oleh kekuasaan yang melebihi se gala
kekuasaan di dunia. Ada saja sebabnya sehingga terjadilah hal
yang semestinya terjadi. Pujo yang sedang tekun mengerahkan tenaga dalam, sama sekali tidak tahu bahwa Raden
Wisangjiwo berindap-indap mengha mpirinya dari belakang,
menggenggam Kerang Merah lalu me nggerakkan tangan
kanan menghanta m punggungnya.
"Dessss......!! "
Hebat pukulan ini. Biarpun Raden Wisangjiwo sudah
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terluka, namun ilmu pukulan Tirto Rudiro ini me man g hebat.
Seketika tubuh Pujo terguling dan men ggigil kedinginan, juga
Kartikosari terserang pula, namun tidak sehebat suaminya.
Wanita ini terguling dan pingsan kembali. Pujo berusaha
bangun, akan tetapi sebuah tendangan me mbuatnya
terlempar ke sudut guha.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huah-ha-ha-hahI Pujo, kau mau bisa apakah sekarang"
Aku tidak akan me mbunuhmu, biarlah kausaksikan betapa
isterimu menjad i milikku malam ini. Huah-ha-ha-hah!"
Seperti seorang mabok atau gila, Raden Wisangjiwo
mengha mpiri tubuh Kartikosar i yang mengge letak miring
dalam keadaan tak sadar. Memang putera adipati itu mabok,
mabo k oleh nafsunya sendiri. Dan me ma ng ia gila, karena
orang yang mabok oleh nafsunya sendiri, yang diperhamba
nafsu, tiada ubahnya seorang gila yang hilang akan
kesadarannya sebagai manusia.
Bahagialah d ia yang dapat menguasai nafsunya, sebaliknya
celakalah mereka yang menjadi ha mba dari pada nafsunya
sendiri!. Biarpun keadaan sudah re mang-re mang, na mun mas ih
tampak jelas tubuh berbentuk indah tergolek di depannya.
Dengan kasar Raden Wisangjiwo me nggunakan kakinya
menggerakkan tubuh Kar tikosari seh ingga terlentang.
Sebagian rambutnya yang panjang terurai itu menutupi
muka dan leher yang putih me nguning. Dala m pertandingan
tadi, kain -nya mengendur ikatannya sehingga agak me lorot
dan me mbayangkan keindahan dadanya. Raden Wisangjiwo
menelan ludah, la lu tertawa dan kedua tangannya menjangkau. Tiba-tiba ia tersentak kaget dan melangkah mundur,
keningnya berkerut. Ketika tangannya menjangkau hendak
menja mah, terasa olehnya Kerang Merah tergenggam di
tangan kanannya. Tadi ia menggunakan Kerang Merah untuk
me mukul Pujo dengan Aji Tirto Rudiro.
Kerang Merah inilah yang mengingatkan dia. Bibi gurunya
berpesan agar ia memperdalam ilmu sakti Tirto Rudiro, akan
tetapi ia harus berpantang, tidak boleh mende kati wanita
selama dua puluh satu hari! Dan baru sehari saja kini ia akan
me langgar pantangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jantungnya berdebar dan seluruh tubuhnya terasa dingin.
Untung ia teringat. Ilmunya harus diperdalam, apa lagi setelah
ada permusuhan ini.
Resi Bhargowo tak boleh dibuat ma in-ma in. Ia meno leh dan
me lihat betapa Pujo mas ih menggeletak tak bergerak. Siapa
tahu Pujo tewas karena pukulannya tadi. Tentu Resi Bhargowo
takkan tinggal diam. Ia bergidik mengingat hal ini. Baru
muridnya saja, Pujo sudah sedemikian saktinya, apa lagi
gurunya! . Rasa takut menggerogoti hati Raden Wisangjiwo, me mbuat
nafsu berahinya lenyap dan sirna seketika. Ia mengha mpiri
Pujo yang tak bergerak-gerak, lalu meludah dan tertawa
bergelak sa mbil me lompat keluar dar i da la m guha. Ia harus
cepat-cepat pergi mendapatkan gurunya, Ni Durgogini untuk
mencer itakan kejadian ini agar gurunya dapat me mbelanya
apa bila Resi Bhargowo mencarinya dan me mbalas.
Suara ketawanya masih terde ngar bergema, ma kin la ma
makin le mah, ketika Raden Wisangjiwo berlompat-lompatan
naik men inggalkan pantai selatan yang menyeramkan ini, naik
me lalui jalan yang sukar itu menuju ke atas tebing.
Pujo me mbuka matanya. Guha mulai gelap. Ia cepat
bangkit duduk karena teringat kepada isterinya. Ketika ia memandang, ha mpir ia pingsan kembali. Isterinya sedang
meronta-ronta, menggunakan tangan kaki meno lak seorang
laki-laki yang hendak meme luknya, me mper dengarkan sedusedan dan isak tangis.
" Raden Wisangjiwo, lepaskan dia......!"
Pujo melompat bangun dan mer ingis karena rasa nyeri
menusuk jantungnya, dan tubuhnya tiba-tiba menggigil kedinginan. Orang itu kaget dan melepaskan Kartikosari. Wanita ini
sebetulnya adalah seorang wanita sakti yang tidak akan
mudah begitu saja dipermainkan orang. Akan tetapi ia masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setengah lumpuh oleh daya pukulan Tirto Rudiro sehingga
tenaga saktinya untuk sementara lenyap dan ia mengadakan
perlawanan dengan tenaga seorang wanita biasa.
Sambil me ma ksakan diri Pujo sudah bangkit dan
terhuyung-huyung menerjang orang yang disangkanya Raden
Wisangji-wo itu, namun dengan gerakan sigap sekali orang itu
menge lak ke samping sambil mengayun kaki.
Tanpa dapat dicegah lagi Pujo kena tertendang dadanya
dan tubuhnya terlempar kemba li ke sudut guha. Tendangan
orang itu antep sekali dan rasanya dadanya seperti akan melesak, napasnya sesak. Pujo hendak bergerak bangun, akan
tetapi sia-sia. Tenaganya habis dan seluruh tubuhnya sakitsakit, matanya berkunang-kunang, kepala nya pening dan ia
hampir pingsan.
Hanya jerit isterinya yang menyeretnya ke alam kesadaran,
yang me mbuat ia terpaksa me mbuka matanya mene mbus
cuaca remang-remang, la me l:hat betapa isterinya merontaronta, kemudian terdengar kain terobek d isusul lengking isterinya yang seakan-akan mencabut jantungnya.
Pujo mengerahkan tenaga me lompat bangun, akan tetapi
hal ini me mbuat ia menye mburkan darah hidup dan roboh
kembali, pingsan.
Suara terakhir yang didengarnya hanyalah lengking
menger ikan di tengah-tengah suara ketawa iblis!
Siapakah sesungguhnya manusia iblis yang disangka Raden
Wisangjiwo oleh Pujo dan Kartikosari itu" Bagaimana ia bisa
tiba secara kebetulan pada saat Pujo dan isterinya terluka dan
tak berdaya".
Dia juga seorang pe muda yang ta mpan, seorang pemuda
perkasa yang biasanya dianggap sebagai seorang pendekar
gemblengan. Sesungguhnya dia bukanlah orang asing, bahkan
ada hubungan seperguruan yang dekat dengan Pujo dan
Kartikosari, karena dia inilah Jokowanengpati, seorang di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
antara murid-murid terpandai dari Empu Bharodo di Matara m!
Empu Bharodo adalah seorang pendeta yang amat terkenal di
Mataram, bahkan dihormat i oleh Raja Airlangga sendiri yang
menganggapnya sebagai seorang pertapa sakti mandraguna
yang sukar dicari tandingnya.
Sebagai murid seorang pertapa sakti seperti Empu
Bharodo, sudah tentu saja Jokowanengpati a matlah tangguh.
Adapun Empu Bharodo adalah terhitung kakak seperguruan
atau kakak angkat dari Resi Bhargowo, maka sesungguhnya di
antara Jokowanengpati dan suami isteri di Guha Siluma n itu
masih terdapat pertalian atau hubungan seperguruan atau
sealiran. Agaknya hubungan dengan Empu Bharodo yang me mbantu
Mataram inilah yang me mbuat Resi Bhargowo melarang anak
dan muridnya me mbantu perjuangan menentang Mataram
setahun yang lalu.
Dua tahun yang lalu, pernah Empu Bharodo mengusulkan
perjodohan dengan keponakannya, Kartikosari dengan Jokowanengpati, akan tetapi usul itu ditolak oleh Resi Bhargowo
yang sudah waspada akan isi hati anaknya yang jatuh cinta
kepada murid tunggalnya sendiri, Pujo.
Penolakan ini bagi Empu Bharodo bukan apa-apa dan
sudah sewajarnya, namun tidak demikianlah bagi Jokowanengpati.
Dia m-dia m ia sudah tergila-g ila kepada Kartikosar i yang
denok ayu, sehingga me mbuat ia gandrung-gandrung rindu
dendam mabok kepayang. Agaknya sudah menjadi kehendak
Dewata bahwa inilah yang menjadi lantaran runtuhnya pertahanan batin Jokowanengpati, ataukah memang pada dasarnya
pemuda ini tida k me miliki batin yang kuat.
Kalau tadinya ia merupakan seorang ksatria utama pembela
kebenaran dan keadilan, seorang murid yang disayang
gurunya karena selalu mengutama kan kebajikan, setelah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kegagalan perjodohan itu, Jokowanengpati melampiaskan
nafsu dan kekecewaannya kepada dara-dara di luar kota raja!
Ia menculik, me mper mainkan dan me mperkosa gadis-gadis,
bahkan isteri orang yang muda dan cantik, asal yang menggerakkan seleranya tentu akan ia culik, mengandalkan
kepandaiannya! Makin la turuti, makin menggelora iblis
menguasai dirinya, makin me nghebat nafsunya sehingga
akhirnya ia dicari oleh Empu Bharodo untuk disuruh
me mpertanggungjawabkan se mua perbuatannya yang keji.
Namun Jokowanengpati me larikan diri, merantau ke barat
dan terkenallah ia sebagai seorang tampan, sakti dan cabul.
Betapapun juga, Jokowanengpati tidak melupakan bahwa ia
harus selalu menggembleng diri dan me mupuk kepandaiannya, karena kalau tidak, tentu ia kelak akan celaka, apalagi
kalau sampai ber temu dengan gurunya.
Inilah sebabnya maka Jokowanengpati perg i ke Guna
Siluman untuk bertapa, karena daerah pantai Laut Selatan ini
me mang terkenal sebagai daerah yang baik sekali untuk
bertapa dan mencari pusaka bagi para ahli tapa dan pendekar.
Sudah dua hari dua malam Jokowanengpati bertapa di
sebelah dalam Guha Siluman, di sudut sebelah dalam yang
amat gelap, bertapa sambil duduk bersila di atas batu karang
yang menonjol setinggi satu meter ber-bentuk runcing. Ia
telah mewar isi Ilmu Bayusakti dari gurunya, maka ia sanggup
bertapa di atas batu karang yang meruncing itu selama dua
hari dua ma la m.
Pada senja itu ketika Pujo dan Karti-kosari me masuki guha,
Jokowanengpati sesungguhnya sudah berada di sebelah dalam
guha! Ia kaget sekali, mula- mula mengira bahwa kedatangan
dua orang yang dikenalnya itu merupakan utusan gurunya
untuk menang kapnya.
Betapa lega hatinya mendengar percakapan suami isteri itu
yang sama sekali t idak ada hubungan dengan dirinya dan ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terbelalak dengan jantung berdebar-debar melihat suami isteri
itu menanggalkan seluruh pakaian.
Karena suami isteri itu berada di mulut guha dan dia
berada di sebelah dalam guha yang amat gelap, tentu saja
semua perbuatan mereka itu dapat ia lihat dengan jelas sekali.
Maka ia dapat menyaksikan se mua gerak-gerik Kartikosari
yang dahulu me mbuat ia mabo k kepayang.
Kini me lihat wanita yang pernah dicintainya secara diamdia m itu menanggalkan pakaian dan duduk bersila
bertelanjang bulat, Jokowa nengpati hanipir tak kuat menahan
gelora hatinya.
Jantungnya meloncat-loncat serasa hendak copot, matanya
me lotot dan berkali-kali ia menelan ludah. Namun ia cukup
mengerti bahwa sua mi isteri itu adalah murid-murid pa man
gurunya, Resi Bhargowo yang sakti mandraguna.
Tak berani ia berlaku lancang menurutkan nafsu hatinya.
Maka iapun hanya dapat menubruk, mendekap dan me mbelaibelai Kartikosarl dalam bena knya yang kotor saja.
Kemudian muncul ah Raden W isangjiwo yang mengakibatkan terlupanya
Pujo dan isterinya karena
kecurangannya. Tentu saja kalau ia mau, Jokowanengpati
dapat membantu mereka . Akan tetapi Jokowanengpati
sekarang bukanlah murid Empu Bharodo yang dahulu.
Melihat perbuatan Wisangjiwo itu, ia malah menyeringai
kegirangan. Ia h^inya bersiap me mberi hajaran kepada
Radlen Wisangjiwo kalau pe muda bangsawan ini mengganggu
Kartikosari. Namun akhirnya Raden Wisangjiwo yang juga sudah
terluka, mengurungkan niatnya mengganggu dan pergi
men inggalkan guha, men inggalkan Pujo dan Kartikosari yang
sudah terluka hebat dan setengah pingsan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manusia adalah ma khluk yang paling le mah di antara
segala ma khluk sehingga mudah tero mbang-a mbing d i antara
kebaikan dan kejahatan.
Sekali hati ini dikuasai nafsu, apa saja akan dilakukannya
demi pemuasan nafsu hati. Hati nurani tertutup tabir dari asap
hitam yang timbul dari nafsu, segala pertimbangannya patah
dan satu-satunya hasrat hanya pelaksanaan dan pemuasan
nafsu yang telah menguasai dirinya.
Demikian pula halnya dengan Jokowanengpati. Sejak
kemarin ia me mang telah tenggelam dalam nafsu berahi,
namun karena tiada kesempatan, ia mas ih menahan diri
karena pertimbangan keselamatannya. Kini, begitu melihat
kesempatan terbuka, gejolak nafsunya tak dapat ia tahan lagi.
Tak mungkin ia dapat menyia-nyiakan kesempatan yang
demikian baiknya. Di dalam guha sudah gelap, mereka takkan
dapat mengenalnya lag i dan diapun muda serta tampan
seperti Raden Wisangjiwo.
Demikianlah, tanpa membuka mulut mengeluarkan suara,
Jokowanengpati menjadi iblis menerka m Kartikosari.
Pujo bermimpi. Serasa ia hanyut, diseret dan dipermainkan
omba k laut yang bergelora, diangkat tinggi, dibanting dan
diangkat kembali. Betapapun ia berusaha untuk berenang ke
pantai,ombak selalu menyeretnya ke mbali ke tengah.
Dinginnya bukan ma in ketika ia diper mainkan omba k,
serasa ditusuk-tusuk tulang sungsum, me mbe ku jantungnya
dan kaku-ka ku seluruh tubuhnya. Hampir tak tertahankan lagi
rasa sakit-sakit, hampir ia menang is dan menjerit-jer it
kesakitan kalau saja ia tidak teringat bahwa hal demikian
bukanlah laku seorang gagah.
Lebih baik mati saja. Ia sudah menyerahkan diri, tidak mau
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lagi melawan ombak mendahsyat, menyerahkan diri dan
pasrah kepada kehendak Dewata, menanti datangnya Sang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Batara Kala mencaplok tubuhnya dan Sang Batara Yamadipati
menje mput nyawanya.
Tiba-tiba ia mendengar suara me manggil, "Kakangmas
Pujo....." Seruan me manggil yang terdengar jauh sekali, akan
tetapi berulang-ulang dan makin la ma ma kin jelas.
Suara Kartikosari! Suara isterinya yang tercinta! Suara yang
seakan-akan menge mbalikan semangatnya, mendatangkan
tenaga mujijat ke dalam tubuhnya yang sudah lemah dan
kaku. Ia mengerahkan tenaganya dan mulai melawan ombak
lagi, berenang ke pantai. Suara itu ma kin jelas, bahkan kini
bercampur dengan isa k tangis.
"Duhai kangmas Pujo..... dosa apakah yang kita perbuat.....
sehingga kita mengalami se mua ini.....?" Suara isterinya
terputus-putus oleh sedu sedan.
Isterinya! Kartikosari di dekatnya! Lenyaplah semua omba k,
dan kesadaran kemba li me masu ki bena knya. Di dalam guha,
diserang Raden Wisangjiwo, bertempur, terluka dan .....
dan.... isterinya meronta-ronta dalam pelukan Raden
Wisangjiwo ..... terdengar kain terobek dan lengking isterinya
menger ikan! Pujo me ngerutkan kening, tak berani me mbuka
matanya. Terla mpau buruk mimpi itu. Mimpi" Punggungnya masih
terasa sakit dan dingin, bekas pukulan berbisa lawan. Dadanya
juga masih terasa sakit, bekas tendangan kaki lawan. Mimpi"
Bukan mimpi! Kenyataan! Dan Kartikosari" .
"..... kakangmas..... mengapa kau dia m saja. ...." Apakah
kau sudah mati, kangmas....." Kalau kau mati, akupun
ikut....,aduhhh, me mang lebih baik kita mati....."
Tangis Kartikosari ma kin me njadi, terisak-isak dan tersedusedu, air matanya menjatuhi muka Pujo, rambutnya yang
terurai menyapu-nyapu dada dan leher.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pujo me mbuka mata. Air mata isteri-nya amat panas
menyentuh pipi dan dahinya. Silau matanya karena ternyata
sinar matahari pagi telah menerobos masuk ke da la m guha.
"Kakangmas Pujo....."
Ia bangun duduk. Mereka berpandangan. Pujo menjelajahi
tubuh isterinya dengan pandang matanya. Rambut yang hitam
panjang terurai itu kusut, amat hitam me mbuat wajah
berbentuk mendaun s irih itu ma kin pucat ta mpaknya, wajah
cantik pucat yang basah oleh air mata yang masih bertetesan
turun tiada hentinya, hidung yang berkembang-ke mpis oleh
tangis, bibir yang bergerak-gerak, merah sekali karena di
ujungnya berdarah.
Pandang matanya
menurun. Dada yang bergerak
mengge lombang, agak terengah-engah oleh tangis pula, dada
me mbusung yang hampir tak tertutup kain. Kain robek! Kain
itu telah robek lebar sekali dan kini diba lutkan sedapat-nya
untuk menutupi tubuh. Teringatlah Pujo. Terbayang semua
olehnya. Kain robek menutup tubuh yang tidak bersih lagi! .
"Kakangmas Pujo.....!" Kartikosari menjerit ce mas. "Kau.....
kau kenapa....." Jangan pandang aku seperti itu, kangmas.....,
jangan.....!"
Kartikosari menjerit dan menangis sa mbil merangkul
suaminya. Akan tetapi Pujo menangkis dan men dorong tubuh
isterinya. Kartikosari terjengkang, lalu merayap bangun dan
me mandang sua minya dengan sepasang mata terbelalak, dihias air mata yang menetes-netes turun. Ia menjangkau
kembali, henda k menyen tuh pundak sua minya.
"Jangan kau sentuh aku!" Tiba-tiba Pujo me mbentak,
suaranya parau setengah terisak, wajahnya pucat dan matanya terbelalak setengah melotot.
"Kangmas......."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"....... kau....., kau sudah..... ternoda olehnya.......?"
Ucapan ini setengah me nuduh setengah bertanya, mengandung harap-harap ce mas.
Kartikosari menatap wajah suaminya beberapa saat,
matanya penuh mengan dung sesal, ujung hidung yang
mancung Itu bergerak-gerak, bibirnya berkomat-kamit tanpa
dapat mengeluarkan kata-kata, air matanya bercucuran
seperti air hujan.
Tiba-tiba ia menjerit dan menutup muka dengan kedua
tangannya, menangis terisak-isak, pundaknya bergerak-gerak,
tangis yang amat me milukan hati, akan tetapi bagi Pujo
merupakan tanda bahwa dygaannya tepat, bahwa harapannya
hancur. Ia mengepal tinju dan me mukuli lantai guha tanpa
disadarinya sehingga kedua tangannya sa mpai lecet-lecet dan
berdarah. Tanpa pengerahan tenaga sakti, tangannya adalah tangan
manusia biasa. "..... kangmas Pujo..... ahhh, kangmas...... aku..... aku tak
berdaya..... aku.... aku terluka.. ... kehilangan tenaga dan
dia..... dia kuat sekali....."
Akhirnya Kartikosari dapat berkata, menurunkan kedua
tangannya. Mukanya makin pucat dan tubuhnya menggigil
ketika ia mende kat hendak merangkul suaminya.
"Jangan sentuh aku dengan tubuhmu yang kotor dan hina!"
Pujo me mbentak. "Jangan seret aku ke dalam lumpur
kehinaan!"
Bentakan dan ma kian ini seakan-akan merupakan tamparan
pada muka Kartikosari, me mbuatnya tersentak kaget dan
undur. Matanya terbelalak seperti mata kelinci ketakutan
bertemu harimau.
"Kangmas.... Kenapa kau sesalkan aku......." Kenapa kau
mencac i-maki aku....." Kau tahu, aku tidak berdaya, aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terpaksa....... ahhhh ...... kangmas....... mengapa kau
me mandangku seperti itu" Kau tahu,ma lapetaka itu bukan
salahku..... aku tidak berdaya....."
"Kenapa kau t idak bunuh diri" Huh, agaknya kau
menga la mi kesenangan dengan dia, ya" Perempuan hina......!"
"Kangmas...... ohhh....... kangmas Pujo....... tega benar kau
mencac iku seperti itu ....... aduh, kangmas......" Sukar sekali
Kartikosari bicara karena isak tangisnya merampas semua
kata, me mbuat napasnya sesak dan ia roboh pingsan! .
Pujo tetap duduk bersila, wajahnya yang pucat itu
mengeras, keningnya berkerut, matanya berapi-api, dadanya
turun naik. Matanya menatap tubuh isterinya yang tergolek di
depan kakinya, tubuh yang hampir telanjang. Keindahan
bentuk tubuh Isterinya yang tersinar matahari pagi itu kini
tidak lagi menda tangkan rasa berahi dan. bangga, malah
merupakan tusu kan yang me mbuat hatinya terasa perih
sekali. Tubuh yang sudah dija mah orang lain! Kotor, penuh aib
dan noda! Ia membuang muka ketika tubuh itu bergerakgerak kembali. Kartikosari siuma n sambil terisak, kemudian merangkak
bangun dan muka yang pucat itu menengadah, mencari-cari
pandang mata sua minya, mencari-cari sinar mata penuh kasih
yang biasa me mancar dari mata suaminya.
"Kakangmas Pujo , aku berse mbah sujut di depan kakimu,
kangmas........., harap kangmas sadar kembali. Benar aku
telah ternoda orang, akan tetapi....... kau maklum bahwa hal
itu terjadi di luar ke mauan ku. Aku tidak berdaya......."
"Cukup! Kau tadi bilang leb ih baik mat i. Itu benar sekali.
Kenapa tidak lekas-lekas mati, mau tunggu apa lagi?"
"Kakangmas Pujo! Benarkah yang bicara ini kakangmas
Pujo, suamiku yang amat mencintaiku, yang bijaksana dan
luas pandangan" Kangmas......."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cukup. Lebih baik kau ma mpus!" Pujo me mbentak.
Kartikosari bangkit berdiri. Air mata nya berhenti mengucur,
namun pandang matanya seperti la mpu kehabisan minyak.
"Kangmas Pujo, me mang- aku lebih senang mati, akan
tetapi bersamamu. Percayalah, andaikata kau tewas, aku pasti
akan menyusulmu. Kakangmas Pujo sua miku, sekali lag i aku
peringatkan bahwa apapun yang terjadi, aku tetap isterimu
yang setia dan mencinta mu. Sadarlah bahwa apa yang terjadi
adalah di luar kemauanku ....., ingatlah akan cinta kasihmu,
kakangmas. Seperti samu-dera, seperti kuku hitam, seperti
ujung ra mbut" Kangmas, ingatlah....."
Bergerak-gerak bibir Pujo dan ha mpir saja air matanya
runtuh. Hatinya terharu sekali, lebih-lebih mendengar kini
isterinya terisak-isak sedih. Ia hendak bicara, akan tetapi
kerongkongannya tersu mbat.
Akhirnya ia me mbentak,
"Cukup! , Aku tidak mau dekat lagi denganmu! Kau kotor,
ternoda, penghinaan yang takkan dapat tercuci bersih biar
dengan maut sekalipun. Aku....... aku benci kepada mu!"
"Aduh, kakangmas....."
Tubuh Kartikosari le mas dan roboh lagi terguling, berlutut
di depan kaki Pujo.
"Kau a mpunkan aku, kakangmas ....... jangan putuskan
cinta kasih kita....."
"He mm, perempuan rendah, kau mas ih berpura-pura lagi"
Lebih baik kau le kas pergi menyusul Raden Wisangjiwo dan
ikut padanya, kan lebih senang" Jadi selirnya, atau jadi
pelayannya, dia tampan dan kaya raya, putera bangsawan
pula. Pada lahirnya saja kau pura-pura menyesal, sebenarnya
dalam batin kau amat senang kepadanya. Huh, hina dina!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seakan-akan ditusu k keris ber karat rasa hati Kartikosari.
Betapapun besar cinta kasihnya kepada Pujo, namun ia adalah
puteri tunggal Resi Bhargowo.
Tiba-tiba ia meloncat bangun dan berdiri,sikapnya agung,
matanya me mancarkan s inar berapi.
Dengan tenang ia membe reskan pakaiannya, membalut
ketat dan erat-erat, lalu ia berkata, suaranya berbeda sekali
dengan tadi, kini tenang, berwibawa, dan penuh rasa
penasaran. "Kangmas Pujo! Kau melampaui batas , Agaknya iblis yang
menguasai hati jaha nam Wisangjiwo, tertinggal di sini dan kini
menguasai hatimu da la m bentuk lain. Kau ce mburu dan iri
hatil Kau t idak mau me lihat kenyataan dan sekarang aku
berani menyatakan bahwa kau sebenarnya pengecutl Kau
diperha mba nafsu sendiri sehingga buta me lihat kenyataan.
Kau seorang yang terlalu sayang, terlalu me manjakan diri
sendiri seh ingga tidak melihat keadaan la in orang. Kau buta
sehingga tidak melihat betapa malapetaka ini me mbuat aku
jauh lebih mender ita lahir batin dar ipada engkau! Demikian
pengecut engkau, demikian me ment ingkan diri send iri
sehingga kau bukannya menaruh kasihan kepada isterimu,
ma lah kau mencaci-ma kinya dengan fitnah-fitnah keji.
Bukannya kau mencari daya me mbalas dendam kepada orang
yang telah menghina kita, sebaliknya kau malah secara keji
menyiksa hatiku. Ini se mua me mbukt ikan bahwa cinta mu
adalah cinta jasmani belaka, cinta yang berdasarkan nafsu
berahi semata. Karena cintamu dangkal dan hanya tubuhku
yang kau cinta, maka kau kecewa melihat tubuhku dinodai
orang lain, padahal kau ma klum seyakinnya bahwa batinku
sama sekali tidak ternoda, bahwa cintaku sama sekali tidak
pernah goyah.Kangmas Pujo, kau picik dan buta. Kau
menghina dan me nyakiti hatiku. Karena aku cinta kepadamu,
maka rasanya hatiku lebih sakit lagi, leb ih sa kit daripada
perbuatan si jahanam Wisangjiwo kepadaku. Alangkah inginku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbunuhmu di saat ini, lalu me mbunuh diri send iri. Akan
tetapi aku harus hidup, aku harus me mbalas se mua
penghinaan ini. Dan aku...... aku tetap mencintaimu sa mpai
akhir hidupku. Kangmas Pujo......, suamiku....., kekasihku.....,
selamat tinggal.......!"
Kartikosari terisak-isak, lalu berjalan keluar dari guha. Akan
tetapi setibanya di sudut guha, di mana se ma la m ia rebah, ia
me lihat sesuatu. Sejenak ia tertegun, lalu dipungutnya
sepotong jari kelingking, digenggamnya erat-erat, kemudian ia
me lompat keluar sambil menang is terisak-isak.
Pujo masih bersila tak bergerak seperti patung. Semua
ucapan Kartikosari menghunja m di jantungnya. Tepat dan
cocok, demikian bis ik kesadaran batinnya. Namun nafsu hati
mencibirkan b ibirnya. Mengenang dan me mbayangkan betapa
tubuh isteri yang menjadi miliknya seumur hidup itu dija mah
orang, dipermainkan dan dibelai, otak dan hatinya panas
sekali dan ia sanggup me mbenci segala apa di dunia ini,
termasuk dirinya sendiri.
Dendam kepada Raden Wisangjiwo! Ya, benar! Itulah
tujuan hidupnya kini. Membalas dendam yang hebat ini,
sehebat badai Laut Selatan. Masih terdengar olehnya isak
tangis Kartikosari yang meninggalkan guha dan terdengar
suara isterinya,
"Denda m sedala m Laut Selatan! Tunggu saja kau,
jahanam, tunggu kau datangnya pembalasanku. Akan kupicis
(kerat-kerat) muka mu, akan kuhisap darahmu, kukeluarkan
dan ganyang jantungmu, kukeluarkan isi perut mu dan
kujadikan umpan burung gagak dan ikan hiu. Tunggu saja
kau......hi-hi-hi-hik!"
Pujo terlompat kaget dan bulu tengkuknya meremang.
"Kartikosari ............... mengapa................., mengapa
engkau " "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikian bis ik hatinya. Belum pernah ia mendengar
isterinya tertawa seperti itu. Sayang, sayang rasa cemburu
telah me racuni hati nuraninya. Kalau saja ia menyusul
isterinya dan merangkulnya, menghiburnya, mungkin belum
terlambat. Akan tetapi sayang, Pujo melompat keluar dari Guha
Siluman bukan untuk mengejar isterinya, melainkan untuk lari
ke jurusan yang berlawanan, isterinya ke kiri dia ke kanan,
lalu melompat-lompat menahan rasa nyeri akibat luka-lukanya
men inggalkan Guha Siluman.
Ajaib. Pagi hari yang tadi cerah itu tiba-tiba menjadi gelap.
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Badai yang sudah dira malkan oleh s ibuknya burung-burung
walet meninggalkan guha-guha se malam, tiba-tiba muncul.
Angin bertiup,air bergelombang, makin la ma makin
menghebat, cuaca di per mukaan laut menjadi gelap, suara
angin bersiutan disambut suara gelegar ombak menghantam
batu-batu karang. Makin la ma makin tinggi, ma kin la ma ma kin
besar. Mula- mula ujung ombak yang me mukul batu karang di
bawah Guha Siluman hanya muncrat ke atas, percikan air
me mbasahi mulut guha. Akan tetapi makin la ma badai
menga muk makin hebat, ombak ma kin t inggi seh ingga o mbak
raksasa melontarkan air masuk ke dalam gunai Air menyerbu
masu k dan keluar lagi menga lir seperti air bah. Se mua yang
berada di dalam guha dihanyutkan keluar, seakan-akan Laut
Selatan hendak mencuci Guha Siluman daripada noda-noda
semalam.. Sayang! Bekas-bekas noda dapat dicuci, akan tetapi
goresan luka di hati tak mungkin dapat dise mbuhkan. Peristiwa sema la m di dalam Guha Siluman disusul badai Laut Selatan
yang amat hebat, yang menumbangkan banyak pohon,
menggetarkan gunung-gunung, menggugurkan banyak batubatu karang besar menutup guha-guha lama me mbentuk guha-guha baru. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agaknya badai Laut Selatan ini telah me mber i peringatan
bahwa peristiwa malam jahanan itu akan me nimbulkan hal-hal
hebat seperti badai menga muk! .
Badai di Laut Se latan ditimpa li hujan ribut di atas bukit
pantai, yaitu bukit atau Pegunungan Seribu. Kilat menyambarnyambar, seakan-akan para dewata marah- marah kepada
seorang pemuda yang menyelinap di antara pohon-pohon
kemloko yang buahnya jatuh berha mburan.
Pemuda ini menyumpah-nyu mpah karena pakaiannya
basah kuyup dan lebih sering, menyumpah ketika tangan
kirinya terasa perih oleh air hujan. Ia berteduh di bawah
sebatang pohon randu alas, menghapus mukanya yang penuh
air dan peluh, lalu me mandang tangan kirinya.
Jari tangan kirinya tinggal empat buah. Ketika ia hendak
men inggalkan guha menjelang fajar, ketika tangan kirinya
me mbe lai muka yang halus cantik, wanita yang tadinya lemas
tak berdaya itu pada saat terakhir seakan-akan dapat
menghimpun tenaga, menjad i liar dan jari tangannya yang
me mbe lai bibir dengan cubitan, telah digigit. Kelingkingnya
putus oleh gigitan itu! .
"Iblis betina.......!"
Ia menyumpah-nyu mpah sa mbil melanjutkan perjalanan,
berlari-lari menuruni lereng, mulutnya sebentar tersenyum
sebentar menyeringai ketakutan. Ia tersenyum kalau teringat
akan wanita bekas kekasihnya itu, akan tetapi Jokowanengpati, pemuda init menyeringai khawatir kalau ia
mengingat betapa ia menghadapi bahaya kalau Kartikosari
atau Pujo mengenalnya. Akan tetapi semalam itu a mat gelap
di guha, dan tak pernah ia mengeluarkan kata-kata, tak
mungkin Pujo atau Kartikosari sekalipun, dapat mengenalnya.
Sementara itu di sepanjang pantai sebe lah timur Guha
Siluman, yang penuh batu-batu karang, Kartikosari berlari-lari
sambil menangis menjerit-jerit, kadang-kadang tertawa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bergelak-gelak. Wanita ini berlari dengan pakaian tidak
karuan,rambut riap-riapan sa mpai ke pinggang. Angin badai
menga muk ia tidak peduli.
Berkali-kali ombak besar datang sampai di batu karang di
mana ia berloncatan, seakan-akan ia ditelan ombak berikut
batu karang. Namun setelah ombak kemba li ke tengah, ia
masih saja kelihatan berloncatan dengan pakaian, tubuh, dan
rambut basah kuyup.
"Kakangmas Pujo....... aduh, kangmas...., kau tega benar
kepadaku..,...! Awas kau Wisangjiwo, kuhancur lumatkan
kepala mu, hi-hi-hi-hik, ha-hah!"
Badai mas ih menga muk hebat ketika Kartikosari tiba jauh di
timur sampai di daerah yang disebut Karang Racuk. Ia
berhenti di sana karena pantai telah terputus oleh sebuah
teluk, yaitu Teluk Baron. Namun hanya sebentar saja Kartikosari termenung, kemudian dengan nekat ia meloncat ke
bawah, ke air laut yang bergolak naik diamuk badai. Air mengganas, badai membuat laut bergelombang sebesar anak bukit,
demikian besar dan dahsyatnya Laut Selatan sehingga tubuh
Kartikosari yang mencebur itu kelihatannya hanya seperti
sebuah titik hita m yang segera lenyap ditelan omba k!
Namun, beberapa men it kemudian, tubuh Kartikosari
terdampar di pantai teluk, di atas pasir yang halus. Ombak
yang terakhir me mper ma inkannya sedemikian besarnya
sehingga tubuhnya dilontarkan jauh ke pantai pasir dan ia tertinggal di situ, tak tercapai oleh ombak lain yang datang
bergulung-gulung.
Lidah ombak yang menjulur ke pantai pasir paling jauh
hanya mencapai kedua kakinya yang tak tertutup kain lagi,
putih kekuningan seperti perut ikan hiu. Wanita itu tak
bergerak-gerak. Ia pingsan di pantai Teluk Baron yang sunyi
senyap. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dari dalam hutan dekat pantai terdengar auman har imau,
disusul bunyi ro mbongan kera yang bercicitan takut. Beberapa
ekor burung gagak terbang berputar-putar di atas tubuh yang
rebah tak bergerak, makin la ma ma kin rendah lalu hinggap di
atas batu karang yang menonjol keluar dari pasir, hinggap di
situ tak bergerak seperti patung dan mata melirik ke arah
tubuh manusia yang tak bergerak gerak itu.
Burung-burung gagak ini maklum bahwa manusia yang
rebah tak berkutik itu belum mati, mungkin akan mati dan
mereka hanya mau mendekati bangkai. Mereka sabar
menunggu. Akan tetapi tak lama kemudian rombongan burung gagak
itu terbang ke atas sambil me ngeluarkan bunyi nyaring,
"Gaaaaok....... gaaaok..... gaaaokk!"
dan terbang makin jauh. Suara burung-burung ini
mengandung kecewa, karena manusia yang tadinya disangka
akan mati ternyata dapat bergerak dan bangkit, lalu berlutut
di atas pasir sa mbil menangis tersedu-sedu. Hancur hati
Kartikosari ketika ia siuman kemba li dan mendapatkan dirinya
berada di pantai, di atas pasir halus.
"Duhai Dewata yang agung....... mengapa hamba masih
hidup" Masih kurangkah hukuman pender itaan yang
ditimpakan kepada diri ha mba" Aduh, Dewa.. ... dosa apakah
gerangan yang hamba lakukan da la m kehidupan yang lalu"
Bapa..... bapa resi....... tak mungkin aku dapat kembali ke Sungapan, aku ma lu berjumpa dengan bapa.......
aduh bapa resi, bagaimanakah anakmu ini, bapa.......!"
Kartikosari menangis, menge luh, menyembah-nyembah
dan bersambat kepada para dewata, kepada ayahnya Resi
Bhargowo, kepada ibunya yang telah tiada. Namun, hanya
deru dan ombak me mbadai yang menjawabnya, deru ombak
yang berpengaruh, yang menelan semua tangis dan keluhnya,
yang me mbungkam au man harima u dan suara margasatwa di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam hutan, yang me mbuat binatang yang betapa buaspun
lari ketakutan menjauhi pantai.
Lambat-laun, tampak perubahan pada sikap Kartikosari. Ia
me loncat tinggi dan dengan s ikap orang menghadapi lawan,
dengan muka beringas, mata berapi-api, ia me masang kudakuda mengepalkan tinju menghadap i Laut Selatan yang
mengge lora, kemudian ia me me kik, suaranya tinggi nyaring
hendak mengatasi ge muruh sang badai,
"Badai Laut Selatan! Saksikanlah sumpahku! Mulai saat ini
aku bukanlah puteri Resi Bhargowo lagi, me lainkan puterimu!
Mulai saat ini a ku-pun bukan isteri Pujo lagi, melainkan
isterimu! Ya, aku puteri Laut Selatan, aku isteri Badai Laut
Selatan. Ha-ha-ha, aku akan menga muk seperti badai! "
Ia berteriak-teriak,
menyambut datangnya omba k, bermain-main dengan omba k seakan-akan menyambut
suaminya yang tercinta, lalu bergulingan ke atas pantai pasir
bersama omba k, tertawa-tawa seperti sedang bersendaugurau dengan suami yang tercinta!
Badai Laut Selatan menga muk hebat. Tidak hanya daerah
Guha Siluman dan Teluk Baron yang dia muk, juga pasisir
Karang Tumar itis dan daerah Sungapan dilanda badai pula.
Mala m terjadinya peristiwa jahanam di dalam Guha Siluman
itu mengakibatkan getaran hebat dalam batin Resi Bhargowo.
Kakek ini tengah bersamadhi setengah pulas pada malam hari
itu. Tiba-tiba ia tersentak kaget dan sadar, la lu me mbetu lkan
letak kedua kakinya yang bersila, tangan kanan meraba dada
kiri, tangan kiri meraba dah i, keningnya bergerak-gerak.
"Jagad Dewa Batara........ terlaksanalah segala kehendak
Hyang Widi! "
Getar begini hebat mengguncang batin, ujian apa gerangan
yang akan kuhadapi Sebagai jawaban pertanyaan sang resi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terdengarlah deru angin kencang, disusui derap kaki
mende kat pintu pondok pe mujaan, lalu terdengar suara
cantrik Wis udo,
"Sang resi......! Sang resi......!"
Pintu pondok terbuka dan muncul ah cantrik Wisudo
dengan muka pucat dan gugup.
"Cantrik, kau nyalakan leb ih dulu pe lita di sudut itu, agar
terang," suara Resi Bhargowo terdengar lirih dan halus, penuh
ketenangan. Cantrik Wisudo meraba-raba dalam gelap, bertemu dian
dan berusaha menggores batu api me mbuat api. Namun siasia, karena tangannya gemetar dan gugup sekali.
"Tenang........
tenang...., tenang.....,Wisudo.
Tiada kesukaran yang tak dapai diatasi dengan modal ketenangan."
Mendengar kata-kata ini, lenyaplah kegugupan cantr ik
Wisudo dan akhirnya ia berhasil menyalakan pelita dan bilik
sederhana itu menjadi terang.
"Urusan apakah yang me maksa engkau malam-ma la m
begini datang kepadaku, cantrik?"
"Maafkan saya, sang resi. Akan tetapi ....... bahaya datang
menganca m ....... badai akan menga muk.......!"
Resi Bhargowo me ngangguk-angguk ,
"Kau sudah melihat tanda-tandanya?"
"Sudah, sang resi. Juga teman-teman datang melapor.
Burung-burung walet berbondong keluar dari dalam guhaguha, bercicit bingung di atas guha menguatirkan sarang yang
mereka t inggali. Monyet-monyet menjauhi tebing di pinggir
pantai, burung-burung gagak berdatangan ke pantai dari
gunung, sebaliknya burung-burung elang laut mengungsi ke
gunung. Langit sebelah selatan hita m oleh awan men dung,
permukaan laut a mat tenang seolah-olah tidak bergerak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agaknya akan luar biasa besarnya badai yang datang
menga muk, sang resi."
"Kalau begitu, kau cantrik Wisudo bersa ma dua orang
teman mu pergilah ke barat, beri peringatan kepada para nelayan dan penduduk pantai agar men inggalkan pantai dan bantu
mereka. Juga cantrik Wistoro bersama dua orang teman lain
me mbantu penduduk di sebelah timur. Berangkatlah kalian
sekarang juga."
"Tapi....... tapi sang resi.. ..... kalau semua cantrik perg i,
bagaimana dengan pondok Bayuwismo di Sungapan ini" Tidak
ada yang me mbantu sang resi....."
"Heh, cantrik W isudo! Lupakah engkau bahwa meno long
orang lain adalah hal perta ma, menolong diri sendiri hal terakhir?" . "Ohhh....... baik sang resi, perkenankan saya dan temanteman berangkat sekarang juga."
"Berangkatlah, aku segera menyusul."
Sepergi cantrik Wisudo dan te man-temannya mentaati
perintah Resi Bhargowo, kakek ini masih duduk termenungl
berulang kali menarik napas panjang menenangkan jantungnya yang berdebar-debar.
Getaran yang mengguncangkan batinnya makin menghebat dan akhirnya ia
keluar dari pondok dengan tongkat di tangan.
Ia menengadah me mandang ke angkasa, melihat laksaan
bintang menghias angkasa di atas pantai, lautpun tenangtenang saja, akan tetapi angin bertiup keras dan angkasa di
selatan gelap pekat.
Dari pengalamannya berpuluh tahun tinggaJ di pantai, Resi
Bhar-gowo dapat menduga bahwa badai akan tiba di pagi
hari, dan saat itu sudah jauh lewat tengah malam, jadi tidak
la ma lagi badai akan menga muk. Kemba li ia menghela napas
karena guncangan batinnya ma kin menghebat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
" Terserah kehendak Hyang Widi......." bisiknya, kemudian
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tubuhnya me lesat dan lenyap ditelan gelap ma la m.
Pada keesokan harinya, bersama dengan munculnya sang
surya (matahari), datanglah badai yang telah dinanti-nanti
dengan. hati gelisah itu. Badai yang amat hebat, mengamuk di
sepanjang pantai Laut Se latan.
Resi Bhargowo tidak tinggal dia m. Bersa ma ena m orang
cantriknya, kakek ini meno long para nelayan dan penduduk
pantai, menariki perahu ke tempat aman, mengungsikan anakanak, wanita dan ternak ke atas bukit karang yang kiranya
takkan terjangkau lidah ombak badai, mengangkuti barangbarang kebutuhan ke tempat aman dan terpaksa men inggalkan pondok-pondok dan gubuk-gubuk bersunyi
sendiri di tepi pantai menghadapi sebuah badai yang mengganas. Dengan mata terbelalak para penduduk pantai itu me lihat
dari atas, di tempat persembunyian mereka, betapa gubukgubuk dan pondok-pondok mereka beterbangan dilanda badai,
sebagian pula dicabut ombak dan dihe mpaskan ke batu-batu
karang sa mpai hancur berkeping-kep ing!
Lewat tengah hari setelah badai mereda, enam orang
cantrik sibuk meng-kumpulkan barang-barang yang masih
dapat dipakai, sisa-sisa dari pondok Bayuwis mo yang hanyut
dan hancur oleh badai. Namun Resi Bhargowo t idak ta mpak
bersama mereka.
Pada saat itu, Resi Bhargowo telah berdiri di mulut Guha
Siluman, berdiri seperti patung, bersandar pada tongkatnya
dan sepasang matanya memandang ke dalam guha tanpa
berkedip. Tiada bekas dari sepasang orang muda itu, tidak ada
tanda-tanda bahwa puterinya, Kartikosari dan mantunya, Pujo,
pernah bertapa di tempat ini. Padahal ia maklu m betul bahwa
anak dan mantunya itu pasti me matuhi nasehatnya, bertapa di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam guha ini. Apakah mere ka hanyut oleh ombak dalam
badai" Ataukah mereka berhasil menyelamatkan diri" Akan
tetapi, menurut perhitungan nya, ketika badai mulai, anak dan
me nantunya itu pasti sedang berada dalam keadaan
bersamadhi seh ingga a mat boleh jadi tidak mendengar
keributan badai. Kalau demikian halnya, tidak ada jalan lagi
untuk menyelamatkan diri.
Tiba-tiba tubuh kakek itu menggigil, matanya me mandang
ke sudut guha, terbelalak, keningnya berkerut-kerut.
"Ya Jagad Dewa Batara. .... ampunilah kiranya hambaMu ini
dan berilah kekuatan untuk mener ima segala a kibat karma
dengan tenang dan sadar....." Ia me muji sa mbil mera mkan
mata. Tenanglah hatinya ketika ia me mbuka mata
kembali me mandang ke
sudut. Kemudian per lahan-lahan ia mengha mpiri
sudut guha me mbungkuk
dan menga mbil sebuah
benda kecil yang menancap pada lantai karang. Sebuah benda kecil mengkilap, yang ia kenal
sebagai tusuk sanggul rambut puterinya, terbuat
daripada emas, berbentuk
bunga seruni, hiasan ra mbut buatannya sendiri! Ia
menggenggam tusuk sanggul itu, menggenggam erat-erat,
menahan rasa nyeri dari hati yang seperti disayat-sayat.
Suara berkelepekan me mbuat ia me mbuka kembali
matanya yang tadi dipe jamkan, meno leh ke sebe lah dalam
guha. Di bagian karang yang rendah masih tertinggal air laut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan di situlah ta mpak seekor ikan berkelepekan karena
kekurangan air.
Agaknya ikan itu terbawa oleh omba k ketika badai
menga muk dilontarkan ke dalam guha bersama ombak dan
ketika ombak kembali ke laut, ikan sebesar paha itu tertinggal
di situ. Sejenak Resi Bhargowo hanya me mandang, ia masih
terlalu tenggelam dalam kekhawatiran dan duka me mikirkan
keadaan puteri dan mantunya, akan tetapi sejenak kemudian
kakek itu me langkah ke arah ikan, dipegangnya ikan itu
dengan tangan lalu ia melangkah keluar guha.
"Ikan, kubantu engkau pulang ke asalmu. Sekiranya anak
mantuku tersesat ke daerahmu, harap kau suka me mbantu
mereka pulang ke darat!"
Kakek itu men ggerakkan tangan dan melesatlah ikan itu ke
udara, kemudian jatuh ke dalam laut, menyelam dan tidak
muncul lag i. Resi Bhargowo menghela napas, sekali lagi
me mer iksa ke dalam guha yang telah bersih dicuci oleh
omba k?' kemudian pergi men inggalkan guha, pulang ke
Sungapan. Setelah bersama enam orang cantriknya me mbangun
kembali pondok Bayuwismo yang runtuh oleh badai, Sang Resi
Bhargowo menyuruh para cantriknya untuk pergi mencari
anak dan menantunya. Namun usaha itu sia-sia belaka. Para
cantrik pulang dengan tangan ha mpa. Mereka tidak dapat
mene mukan Kartiko-sari atau Pujo, bahkan t idak mendengar
berita tentang mereka, tidak pula men dengar mayat-mayat
mereka terda mpar di pinggir laut.
Semenjak itu, terjadi perubahan pada diri Resi Bhargowo.
Rambut dan jenggotnya tiba-tiba menjadi put ih seluruhnya,
seputih perak. Setahun kemudian Resi Bhargowo men inggalkan Bayuwis mo di Sungapan, men inggalkannya
dalam rawatan enam orang cantrik, kemudian men ge mbara
dengan me makai julukan baru, yaitu Bhagawah Rukmoseto
(Rambut Putih).
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
**d-w** "Tarrr......! Wessss......, tar-tarrrr...!!"
Sinar menyilaukan mata menya mbar dan "krakkkk.......
bruuuukkk.....!" pohon sebesar manusia yang tinggi itu
tumbang! Raden Wisangjiwo mera mkan matanya penuh kengerian. Ia
maklum bahwa sekali ca mbuk Sarpo kenoko di tangan gurunya
itu menyentuhnya, tubuhnya akan hangus dan nyawanya
takkan tertolong lag i.
"Berlutut engkau!"
Suaranya nyaring namun merdu. Ia amatlah cantiknya
dengan rambut yang digelung lebar terhias bunga-bunga
segar mawar melati, ujung gelung ra mbut itu terurai di leher
kanan terhias untaian bunga me lati sedang kan d i atas kepala
terhias hiasan rambut dari e mas ber mata intan berbentuk ular
kembar me madu kasih.
Wajahnya yang bulat seperti bulan purnama ituj
dihalusputihkan oleh bedak cendana sedangkan ra mbutnya
hitam halus oleh minyak sari bunga. Tubuhnya agak gemuk,
padat dan dadanya membusung, tertutup kemben sutera
Pedang Dan Kitab Suci 12 Dewi Sungai Kuning Seri Huang Ho Sianli Karya Kho Ping Hoo Dendam Iblis Seribu Wajah 15
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama