Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Bagian 11
berusaha agar Kahuripan menjad i ajang perang saudara,
sehingga terkutuklah se mua keturunanmu sa mpai terbas mi
habis. Huah-hah-hah!"
Suara ketawa manusia iblis ini mas ih terdengar dari jauh
biarpun orangnya sudah lenyap tak ta mpak lagi.
"Kakang Narota ma, apakah yang me nyebabkan kakang
datang mene mui a ku" Bukankah engkau a mat dibutuhkan di
kota raja, kakang?"
"Duhai gusti junjungan ha mba! Yayi prabu........ hamba
datang membawa berita buruk. Kalau paduka tidak lekas
datang ke istana dan me lerai, agaknya akan terjadilah apa
yang dikatakan Wiro- kolo tadi. Pertentangan antara Gusti
Pangeran Sepuh dan Gusti Pangeran Anom tak dapat hamba
cegah lagi, perang saudara sudah meletus secara terbuka.
Duh yayi prabu, tegakah hati paduka me mbiarkan perang dan
bunuh- me mbunuh antar keluarga?"
Resi Jatinendra mengerutkan kening me meja mkan mata,lalu meraba dadanya sa mbil menar ik napas panjang.
"Duhai Dewata yang berwenang menguasai jagad raya!
Sudah mula ikah ma lapetaka yang didahului lenyapnya pusaka
Mataram dan terpisahnya keris dar i warangkanya?"
Sejenak pertapa ini menundukkan mukanya, kemudian
berkata kepada Ki Patih Narotama,
"Wahai kakang Narota ma, sampai sedemikian rupakah
mereka ber lomba me mperebutkan kekuasaan, me mperebutkan kedudukan se lagi a ku mas ih hidup?"
Di da la m ucapan ini terkandung rasa duka.
"Gusti junjungan ha mba. Sekali-kali bukan ha mba berat
sebelah atau memihak. Akan tetapi menurut pendapat hamba,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gusti Pangeran Anom yang berusaha mempergunakan
kekerasan untuk merampas kekuasaan dari rakandanya.
Banyak tokoh-tokoh sakti yang menyeleweng daripada
kebenaran dipergunakan tenaganya oleh Gusti Pangeran
Anom. Betapapun juga, andaikata perang berlarut-larut,
hamba terpaksa me mihak kepada Gusti Pangeran Sepuh,
hanya karena mereka itu menjadi kaki tangan Gusti Pangeran
Anom." "He mm, sampa i sedemikian hebat" Kakang Narota ma,
tentu saja aku takkan me mbiarkan darah menga lir di antara
mereka. Akan tetapi, kakang. Sungguh kecewa hatiku
mendengar pelaporanmu dan mendapat kenyataan bahwa
engkau mas ih me mihak seorang di antara mereka. Kalau
engkau tidak berada di atas keduanya dan me miha k, tentu
akan lebih hebat kesudahannya, kakang. Apakah kau
menghendaki aku turun tangan pula me mbantu Pangeran
Anom?" "Duhai, yayi prabu ........ bukan begitu maksud ha mba
........ "
Sang resi tersenyum pahit.
"Kalau kau yang maju da la m medan yuda, kakang
Narotama, siapa lagi yang akan menjad i lawan mu" Tentu
keadaan menjadi berat sebelah dan agaknya baru akan
seimbang kalau aku maju pula menjadi lawan mu agar
seimbang dan adil."
"Ampun, yayi prabu.......!"
"Kakang, ingatlah bahwa apapun yang terjadi, mereka itu
keduanya adalah puteraku, keduanya adalah darah keturunanku. Oleh karena itu, berjanjilah bahwa sejak detik
ini, engkau tidak akan turun tangan menca mpuri pertikaian
me reka, tidak akan turun tangan me musuhi seorang di antara
putera-puteraku, ialah keponakan-keponakanmu send iri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha mba berjanji!" jawab Ki Patih Narotama, suaranya
gemetar. "Dan berjanji bahwa setelah aku tidak berada lag i di sini,
kau tetap tidak akan turun tangan memusuhi seorang di
antara putera-puteraku, kakang Narota ma?"
"Ha mba berjanji!"
"Nah, puaslah hatiku, kakang. Sekarang aku hendak datang
sendiri ke istana untuk menghentikan keributan yang t iada
guna itu. Kau t idak per lu ikut, kakang, karena aku tida k akan
me mer lukan bantuan kekerasan. Biarlah kedua kakang Empu
Bharodo dan Resi Bhargowo menyertaiku."
Setelah berkata demikian, Resi Jatinendra atau Resi
Gentayu itu memberi isyarat kepada dua orang pertapa yang
segera bangkit berdiri, siap mengikuti perjalanan junjungan itu
ke kota saja. Joko Wandiro cepat bangkit pula hendak
mengikut i eyang gurunya, akan tetapi Resi Bhargowo segera
me larangnya sambil berkata,
"Joko Wandiro, engkau tinggal ah di sini bersa ma gusti
patih yang tentu akan sudi me mberi petunjuk-petunjuk
kepadamu. Perjalanan eyangmu mengantar sang agung Resi
Jatinendra ke medan yuda takkan makan waktu terlalu la ma."
Joko Wandiro menjad i kecewa sekali. Bukankah menurut Ki
Tejoranu, sangat boleh jadi ayahnya berada pula di kota raja,
ikut dalam perang " Akan tetapi, ia tidak berani membantah,
apalagi ia amat takut kepada Resi Jatinendra yang bersikap
agung dan penuh wibawa itu. Maka ia lalu bersimpuh ke mbali,
menundukkan mukanya .
Tiba-tiba Resi Jatinendra menahan langkahnya, menoleh ke
arah Joko Wandiro, memandang sejenak, lalu ber katalah sang
resi kepada Resi Bhargowo,
"Inikah cucumu, kakang Resi Bhargowo?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Betul, Joko Wandiro ini adalah cucu murid ha mba, adi
resi." "Bagian apakah yang diterimanya"
Keris ataukah warangka?"
"Dia mendapatkan warangkanya, patung kencana."
Resi Jatinendra mengangguk-angguk dan
mengelus jenggotnya. "Heh, orang muda! Sudah kau sembunyikan
patung kencana itu?" Tiba-tiba sang resi bertanya.
Joko Wandiro mengangkat muka lalu menye mbah. "Sudah,
eyang." "Bagus !, Kakang Narotama, anak ini tadi sudah
me mbuktikan kebulatan hatinya untuk menentang kejahatan.
Hanya dia inilah yang kela k boleh kita harapkan. Engkau
sudah sepatutnya mendidiknya, kakang."
Setelah berkata demikian, tanpa menanti jawaban Sang
Resi Jatinendra meninggalkan te mpat itu, diikuti dari belakang
oleh Empu Bharodo dan Resi Bhargowo.
Setelah tiga orang kakek itu pergi, Narotama patih sa kti itu
me mandang penuh perhatian kepada Joko Wandiro, wajahnya
berseri ketika ia mengingat kembali ucapan Sang Resi
Jatinendra junjungannya yang ia cinta seperti saudara
kandung send iri.
"Anak nuda, apakah na ma mu Joko Wandiro?" Kemudian ia
bertanya sambil menatap wajah yang menunduk itu.
"Betul sekali, gusti patih," jawab Joko Wandiro penuh
hormat. Ki Patih Narota ma tercengang. "Heh" Engkau sudah tahu
siapa aku?"
Joko Wandiro menyembah. "Ha mba sudah tahu bahwa
paduka adalah Gusti Patih Kanuruhan, juga disebut Gusti Patih
Narotama."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Joko Wandiro, pernahkan kita saling berjumpa?"
"Penah, gusti. Akan tetapi paduka tidak melihat ha mba,
yaitu ketika paduka bertanding dikeroyok oleh Cekel Aksomolo
dan teman-temannya, karena hamba bersembunyi di atas
pohon." "He mm ........ hemmm ......... ."
Narotama menge lus-elus jenggotnya
"Mereka mengeroyokku dekat muara Sungai Lorog. Joko
Wandiro, katanya engkau cucu murid Resi Bhargowo.
Siapakah gurumu?"
"Guru ha mba adalah ayah ha mba sen diri yang berna ma
Pujo, yang dahulu datang me mbantu paduka dalam
pertandingan."
"Aaaaahh ........ ?"
Narotama makin tertarik dan mengelus-elus jenggotnya,
keningnya berkerut. Tepat sekali, pikirnya. Anak ini berdarah
satria. Dipandang sekelebatan saja sudah nampak bakatnya
menjad i satria perkasa. Dan terutama sekali, Sang Resi
Jatinendra sendiri yang tentu saja awas paningal itu telah
me mujinya. Lebih-lebih lag i, anak ini agaknya menyimpan
pusaka Mataram, patung kencana Sri Bathara Wishnu! Dia tadi
telah berjanji takkan turun tangan menca mpuri urusan antara
paea pangeran. Hemm ........ ,betapapun juga, junjungannya tak dapat
me lupakan kasih sayang terhadap putera, maklum bahwa
kalau dia turun tangan, tentu ada puteranya yang menjadi
korban. Akan tetapi, bagaimana kalau Pangeran Anom yang ia
tahu benar mengadakan hubungan dan dibujuk- bujuk
kakeknya, Maha Raja Sriwijaya untuk merebut kedudukan di
Kahuripan" Dan Pangeran Ano m yang ibunya seorang puteri
Sriwijaya itu me mpergunakan tokoh-to koh bekas musuh Sang
Prabu Airlangga! Bagaimana ia dapat mendia mkan saja kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kelak Pangeran Ano m me mbuat gara-gara" Akan tetapi ia
telah berjanji kepada junjungannya dan ia ma klum bahwa
lebih baik ia mat i daripada melanggar janjinya itu.
"Engkau sudah sepatutnya mendidiknya, kakang."
Demikian ucapan Sang Resi Jatinendra tadi ketika hendak
pergi. Narotama tersenyum. Betapapun juga ia hampir lupa
akan kebijaksanaan junjungannya itu. Kini mengertilah dia.
Sang Resi Jatinendra tidak menghendaki ia kelak turun tangan
ikut berperang saudara, karena sang resi menganggap ia
kakak send iri, berarti paman putera-puteranya! Tentu saja
tidak rela hati Sang Resi Jatinendra kalau Narotama ikut
berperang antar saudara.
Dan tadi junjungannya telah me mberi "ja lan keluar", yaitu
dengan jalan menurunkan kepandaian kepada seorang murid
yang tepat! Seorang murid yang kelak dapat menggantikannya
mengguna kan kepandaian untuk menja min ketentraman
kerajaan, membe la yang benar menghancurkan yang salah,
siapapun adanya yang benar atau yang salah itu. Menjadi
penggantinya me mbela kebenaran dan keadilan, karena dia
sendiri tidak mungkin dapat turun tangan, terbelenggu oleh
janjinya tadi! "Joko Wandiro, mau kah engkau men jadi muridku?"
Saking heran, kaget dan juga girang Joko Wandiro
mengangkat muka dan me mandang dengan sepasang
matanya yang bersinar-sinar. Ia tadi sudah menyaksikan
betapa hebat sepak terjang ki patih yang sakti, bahkan dahulu
pernah pula menikmati kesaktian kake k ini dikeroyok oleh
tokoh-tokoh pandai. Tentu saja ia suka sekali menjadi murid Ki
Patih Narotama yang menurut kabar adalah seorang yang
paling sakti di Kahuripan, kecuali Sang Prabu Airlangga sendiri
tentunya. Maka cepat-cepat ia menye mbah.
"Ha mba suka sekali, gusti patih......."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus, dan mulai sekarang jangan menyebut gusti patih
kepadaku, me lainkan bapa guru. Sekarang jawablah, apakah
engkau tadi menyaksikan segala peristiwa yang terjadi di
sini?" Joko Wandiro mengangguk.
Ki Patih Narotama ber maksud menga mbil murid Joko
Wandiro hanya dengan satu tujuan, yaitu agar kela k ia
me mpunyai wakil penjaga keselamatan Kerajaan Kahuripan
yang ia cinta, agar ia dapat mewakilkan muridnya untuk
me mpertahankan kebenaran dan keadilan di Kahuripan tanpa
dia sendiri turun ta ngan. Maka ia ingin agar anak yang
menjad i muridnya ini mengerti benar akan keadaan di
Kerajaan Kahuripan, mengenal pula musuh-musuh Sang Prabu
Airlangga yang amat banyak dan amat sakti, di antaranya
Wirokolo tadi. "Mengertikah engkau akan segala peristiwa yang terjadi
tadi, muridku" Kalau ada yang belum kau me ngerti, sekarang
juga kau boleh bertanya dan aku akan member i penjelasan."
Berkata demikian, Narotama lalu duduk di atas batu di depan
Joko Wandiro. Girang hati anak ini. Tidak saja ia diterima menjadi murid
kakek sa kti man draguna ini, juga ia mendapat kenyataan
bahwa gurunya ini a mat pera mah dan sabar. Maka ia lalu
segera mengajukan pertanyaan tentang peristiwa yang amat
mengesankan hatinya tadi.
"Bapa guru, sebelum manusia iblis Wirokolo tadi muncul,
terjadi peristiwa aneh sekali. Serombo ngan kelelawar yang
jumlahnya beribu-ribu datang menyerang ke sini, disambut
ribuan burung sriti yang menga lahkan dan mengusir mereka.
Bagaimana hal itu bisa terjadi, bapa guru?"
"Hal itu terjadi karena aji yang disebut Panji Satwo. Aji ini
adalah aji penakluk segala maca m binatang. Akan tetapi
seperti juga semua ilmu di dunia ini, bisa dihita mkan atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diputihkan oleh pelakunya. Segala aji di dunia ini bisa menjadi
ilmu yang baik, bisa juga buruk, tergantung dari si manusia
sendiri. Wirokolo menggunakan Aji Panji Satwo untuk
me lakukan ha l-hal keji, ma ka ia me milih ro mbongan kelelawar
untuk menyesuaikan diri. Di lain fihak, kakang Empu Bharodo
juga menggunakan aji itu dan bar isannya adalah burungburung sriti yang me mang bersarang di dalam guha. Pilihan
tepat untuk mengusir kelelawar itu."
Joko Wandiro merasa kagum, juga bangga.
"Bapa guru, sesudah kelelawar-kelelawar itu dikalahkan
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan pergi, lalu muncul nenek mengerikan yang mengeluarkan
lidah api. Hamba pukul dan serang dia dengan golok, namun
pukulan dan ba cokan ha mba te mbus saja, seakan-akan
tubuhnya hanya bayangan. Siapakah dia itu, bapa guru, dan
mengapa setelah disambit puspa (bunga) oleh eyang Empu Bharodo, dia lenyap?"
"Aahhh, sungguh keji si Wirokolo." Kakek sakti itu
menghela napas. "Untung ada kakang Empu Bharodo yang
ahli da la m hal ilmu s ihir. Kalau tidak kedigdayaan saja akan
sukar menga lahkan Wirokolo. Ketahuilah, muridku. Nenek itu
adalah iblis ciptaan ilmu hitam Calon Arang yang a mat keji,
juga amat dahsyat sukar dikalahkan. Kalau si Wirokolo sudah
me miliki ilmu maca m itu, sungguh ia merupakan manusia iblis
yang berbahaya dan sudah selayaknya dibas mi. Sayang
bahwa junjungan kita tadi me larang, kalau tidak, tentu sudah
kubinasakan si jahat Wirokolo."
"Siapakah dia itu, bapa guru" Dan mengapa dia me musuhi
Sang Prabu Airlangga " "
"Dia seorang bekas senopati Kerajaan Wengker yang
dahulu dikalah kan oleh tentara Kahuripan. Agaknya ia masih
mendenda m dan henda k menuntut balas."
Kemudian Ki Patih Narotama
menyuruh muridnya
me mper lihatkan se mua ilmu yang pernah dipelajarinya, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mulailah ia me mberi petunjuk-petunjuk yang didengarkan oleh
Joko Wandiro penuh perhatian. Mula ilah Jo ko Wandiro
menerima ge mblengan dari kakek sakt i ini, dan dari
permulaannya, anak ini sudah dapat melihat bahwa
gemblengan dari kakek sakti ini, dan dari per mulaannya, anak
ini sudah dapat melihat bahwa gemblengan ini jauh bedanya
dengan ge mblengan-ge mblengan yang pernah ia terima,
dapat mengerti bahwa gurunya ini me miliki ilmu kesaktian
yang amat hebat. Maka iapun amat tekun mengikuti pe lajaran
yang .. diberikan Ki Patih Narota ma.
**dw** "Serbuuuuuu ........ ! Hantam ........ !!"
"Ge mpurr ........ ! Bunuh ........ !! Hidup Pangeran Anom
........ !!"
"Hayo maju ........ ! Habiskan antek antek Sr iwijaya! Hidup
Pangeran Sepuh ........ !!"
Teriak pekik menggegap-ge mpita. Debu mengebul tinggi
mengge lapkan udara. Kilatan keris, tombak, kelewang dan
senjata-senjata lain menyilaukan mata. Derap kaki dan ringkik
kuda mena mbah gaduh. Perang campuh terjadilah. Perang
saudara antara pasukan-pasukan Pangeran Sepuh dan
pasukan-pasukan Pangeran Anom! Kalau di waktu-waktu yang
lalu hanya terjadi bentrokan-bentrokan kecil, pelototan mata
dan saling melontarkan sindir ejek, kini meledaklah perang
yang sekian la ma ditekan-tekan.
Perang terbuka antar pasukan. Bertempat di alun-a lun, di
mana biasanya hanya dipergunakan untuk latihan-latihan
perang. Darah mula i muncrat, mayat mulai berserakan, pekik
kemarahan bercampur de ngan jerit kesakitan, diseling soraksorai dan tangis.
Udara makin gelap. Perang campuh yang liar, buas, dan
kacau-balau. Amat sukar me mbedakan mana kawan mana
lawan dalam perang ca mpuh seperti itu. Apalagi banyak di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
antara mereka yang serupa pakaiannya, bahkan banyak yang
dahulunya menjadi kawan kini menjad i lawan karena yang
seorang berfihak Pangeran Sepuh, yang lain berfihak
Pangeran Anom. Riuh rendah suara mereka yang beryuda. Keris-keris
pusaka yang biasanya hanya diberi "makan" kembang menyan
pada hari-hari baik, kini dihunus dari warangka dan diberi
kesempatan sebanyaknya untuk berpuas-puasan minum darah
manusia yang masih segar dan panas!
Banyak golok dan kelewang menya mbar-nyambar, bacokme mbaco k, tusuk-menusuk. Tombak-tomba k berluncuran
mencari sa saran perut yang lunak. Ada pula yang sudah
kehilangan pedang dan ta meng (perisa i), bergulat menganda lkan kaki tangan, saling hantam, saling tendang,
bahkan ada yang dalam keadaan darurat tidak segan-segan
menggunakan gigi menggigit. Hebat dan dahsyat perang itu.
Keris mencar i jantung, tombak mencari usus, golok
menya mbar leher, ruyung mencar i otak!
"Kawan-kawan, maju terus ........ !! Habiskan lawan,
hancur-leburkan anak buah Pangeran Sepuh yang khianat....!!!
" Teriakan nyaring ini mengatasi se mua kegaduhan dan jelas
bukan keluar dari mulut orang sembarangan. Orang yang
dapat mengeluarkan teriakan sehebat itu tentulah me miliki
ilmu kesaktian tinggi. Dan me mang benar. Teriakan ini keluar
dari mulut seorang la ki-laki gagah perkasa, menunggang
seekor kuda put ih, bersenjatakan sebatang tombak yang
bergagang panjang.
Mata tombak yang ber kilauan dan mengeluarkan cahaya
kehijauan itu menandakan bahwa to mbak itu adalah sebuah
pusaka ampuh yang mengandung bisa maut. Melihat dia
menunggang seekor kuda besar dan garang, pula melihat
pakaiannya yang mentereng, mudah dimengerti bahwa lakiTiraikasih Website http://kangzusi.com/
laki gagah itu tentulah seorang panglima Pangeran Ano m,
apalagi teriakannya jelas menyatakan fihak mana yang ia bela.
Siapakah panglima ini" Bukan lain dia adalah Joko
Wanengpati! Setelah mengalami kekalahan di Kadipaten
Selopenangkep, takut menghadapi Pujo dan Kartikosar i yang
dibantu oleh Roro Luhito dan bahkan kemudian oleh Resi
Telomoyo, Jokowanengpati cepat melarikan diri kemba li ke
kota raja. Ia langsung menghadap junjungannya, yaitu
Pangeran Anom, menceritakan bahwa Kadipaten Selopenangkep yang telah dikuasainya itu direbut ke mbali oleh
Pujo dan kawan-kawannya.
"Tida k salah lagi, gusti pangeran! Pujo dan kawankawannya tentulah menjadi kaki tangan Pangeran Sepuh.
Hamba tidak dapat menahan mereka oleh karena pasukan
mereka jauh leb ih kuat, pula hamba tidak me mpunyai
pembantu. Apabila paduka mengijinkan, biarlah ha mba
kembali ke sana me mbawa pasu kan besar dan ha mba akan
mohon bantuan bibi Nogogini dan bibi Durgogini. Akan hamba
seret semua pengkhianat itu ke bawah kaki paduka!"
Akan tetapi Pangeran Anom me mpunyai rencana lain.
Urusan perebutan Kadipaten Selopenangkep t idaklah begitu
penting, karena hal itu dilakukan hanya untuk me mberi
hukuman kepada keluarga W isangjiwo yang "menyeberang"
kepada Pangeran Sepuh! .
"Jokowanengpati, urusan di Selopenangkep itu cukuplah,
karena aku sudah puas mendengar kau berhasil me mbas mi
keluarga Adipati Joyowiseso. Kiranya hukuman itu sudah
cukup untuk me mbuka mata Wisangjiwo si pengkhianat. Sekarang kita harus me musatkan tenaga di s ini karena saatnya
sudah cukup masak untuk me mperlihatkan kekuatan kita di
sini. Kau pergilah mene mui kedua bibimu itu, juga paman
Cekel Aksomolo dan yang lain-lain, suruh mereka menghadap
ma la m ini untuk berunding."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Persiapan yang diadakan Pangeran Ano m untuk me ledakkan perang saudara itu diatur sampa i berbulan-bulan.
Makin la ma suasana makin tegang. Kedua fihak saling
mengirim mata- mata untuk menyelidiki keadaan masingmasing. Hanya karena mengingat bahwa Sang Prabu
Airlangga masih hidup saja yang membuat perang terbuka
masih selalu tertekan dan tertunda. Di samping itu, selalu ada
Ki Patih Narota ma yang berusaha sekuat tenaga me mpergunakan pengaruh dan kekuasaannya untuk mencegah segala maca m pertentangan yang terjadi di kota raja.
Baik fihak pasukan Pangeran Sepuh maupun fihcik
Pangeran Anom, tidak berani ber kutik kalau ki patih muncul
me lerai pertikaian yang timbul di antara mereka.
Tentu saja persiapan-persiapan kedua fihak yang makin
menghebat dan ma kin menegangkan hati ini tak terlepas dari
pandang mata Ki Patih Narotama yang amat waspada. Ia
merasa prihatin sekali dan dia m-dia m, di luar tahu para
senopati dan punggawa keraton lainnya, ia mene mui kedua
pangeran itu. Pertama-ta ma ia mene mui Pangeran Sepuh dan
dengan cara halus menyatakan ke khawatirannya dan tidak
persetujuannya akan persiapan-persiapan perang itu .
Pangeran Sepuh mengerutkan keningnya dan menjawab,
"Paman patih, apakah pa man mengira bahwa saya suka
akan perang saudara" Akan tetapi sebagai saudara tua, tentu
saja saya tidak sudi diperhina oleh saudara muda. Ramanda
prabu mengundurkan diri pergi bertapa. Tugas pemerintahan
me mang diwakilkan kepada pa man, akan tetapi untu k urusan
dalam istana, sudah sepatutnya kalau saya sebagai putera
tertua mewakili ramanda prabu. Kalau saudara muda saya
hendak me mberontak mera mpas kekuasaan, sayalah yang
wajib me mber i hajaran kepadanya!"
Ki Patih Narotama hanya menghela napas panjang. Ia
maklum bahwa kesalahan me mang diperbuat oleh Pangeran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Anom, ma ka ia tidak me mbantah atau menyalahkan Pangeran
Tua. Dengan pengharapan akan dapat me mberi nasehat dan
peringatan kepada Pangeran Anom Ki Patih Narotama pergi
menghadap Pangeran Ano m. Akan tetapi di sini ia malah
penerima jawaban yang menyakit kan hati.
"Engkau hanya seorang patih, paman! Perlu apa
menca mpuri pertikaian antar saudara" Sudah jelas bahwa
setelah rama prabu pergi bertapa, Pangeran Sepuh menjadi
sombong dan mengagul kan diri sebagai putera sulung,
seakan-akan rama prabu sudah seda (mati) dan dia yang
menggan tikan menjadi raja! Huh, kalau me mang dia hendak
menjad i raja mendasarkan kekerasan, akupun bisa berbuat
serupa! Tinggal engkau pilih, pa man patih, engkau me mbela
Pangeran Sepuh, ataukah me mbantu aku!"'
Hati Ki Patih Narotama menjad i panas karena marah,
namun ia menekan perasaannya dan berkata sabar,
"Ha mba adalah pepatih dalam ra ma paduka, oleh karena
itu pula hanya sabda rama paduka yang akan hamba taati.
Kalau paduka dan Gusti Pangeran Sepuh tidak suka
mendengar nasehat orang tua, biarlah hamba pergi
menghadap rama paduka dan mohon keputusan."
Demikianlah K i Patih Narota ma la lu pergi me ninggalkan
keraton menuju ke pertapaan Jalatunda seperti yang telah
diceritakan di depan.
Sepergi ki patih,permusuhan se makin menghebat karena di
antara para pasukan tidak ada lagi yang ditakuti. Pada saat
tegang ituiah datangnya Wisangjiwo, Pujo, Kartikosari, Roro
Luhito dan Resi Telomoyo, menghadap Pangeran Sepuh yang
diterima dengan hati girang.
Akhirnya perang saudara pecah dan perang tanding matimatian itu terjadi di alun-alun! Kedua fihak sa ma kuat, karena
mereka itupun mendapatkan latihan perang yang sama pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Makin la ma perang ca mpuh makin menghebat karena kedua
fihak selalu mendapat ta mbahan bantuan.
Ketika Jokowanengpati yang menunggang kuda putih
muncul di medan yuda me mberi se mangat kepada para
pasukan, sepak terjangnya bukan main hebatnya. Tombaknya
menya mbar- nyam- bar dan ke mana saja kudanya melompat,
tentu beberapa orang perajurit pasukan Pangeran Sepuh
roboh bergelimpangan. Ada yang tertombak perutnya sampai
ususnya terurai keluar, atau kepalanya pecah karena
hantaman gagang tombak, ada pula yang terinjak-injak kuda
putih! Pendeknya, di mana kuda putih yang ditunggangi
Jokowanengpati tiba, tentu terjadi geger. Tak seorangpun
perajurit atau perwira sanggup menanggulangi sepak terjang
Jokowanengpati.
Berita yang mengge mpar kan para perajurit Pangeran
Sepuh ini terdengar oleh Wisangjiwo yang menyertai para
senopati Pangeran Sepuh. Mendengar akan majunya
Jokowanengpati ke medan yuda, Wisangjiwo men jadi marah
sekali. Itulah musuh besarnva dan mendengar na manya saja
sudah me mbuat dada serasa meledak.
Sambil berkerot gigi, Wisangjiwo menyambar to mba k dan
me lompat ke atas kudanya, langsung menyerbu ke medan
yuda, mencari-cari di mana adanya musuh besar itu. Akhirnya
ia me lihat Jokowanengpati di ujung selatan. Dikepraknya kuda
tunggangannya dan dengan kemarahan meluap- luap ia
me mb'alapkan kuda mengha mpiri musuhnya.
Dua ekor kuda berhadapan muka. Dua orang musuh
beradu pandang penuh kebencian. Sejenak mere ka hanya
saling pandang seakan-akan dua ekor jago mengukur keadaan
lawan. Para perajurit cepat-cepat mundur untuk me mberi
kesempatan kepada dua jagoan mereka bertanding.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikian tegang keadaannya sehingga beberapa orang
perajurit kedua fihak sampai sejenak lupa berperang dan
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjad i penonton!
" Si bedebah Jokowanengpati!"
Akhirnya dengan dada terengah-engah saking marahnya
Wisangjiwo menudingkan telunjuk kirinya sambil menge mpit
tombak di ketiak kanan.
"Engkau manusia berhati iblis, mence markan na maku
dengan perbuatan terkutuk! Engkau telah menodai keluarga
kami, dan a khirnya engkau telah me nyerbu Selopenangkep
me lukai ayah, me mbunuh ibu dan sekeluarga! Aku bersumpah
akan mengadu nyawa denganmu, keparat!"
"Babo-babo !! Wisangjiwo, kau ma nusia khianat! Urusan
yang lain bukanlah urusanmu! Tentang keluarga mu di
Selopenangkep, mereka itu menjadi korban pengkhianatanmu
sendiri sehingga menerima hukuman dar i Gusti Pangeran
Anom. Manusia tak tahu malu, tentang urusan wanita, engkau
me lebihi aku, mengapa banyak cerewet" Engkau bersu mpah
ingin ma mpus di tanganku" Mudah, sobat. Majulah, ha-haha!" Wisangjiwo tak dapat mengeluarkan kata-kata lagi.
Dadanya terlalu panas sampai-sampa i lehernya serasa
tercekik. Dengan penuh kegera man ia lalu me nendang perut
kudanya yang me lonjak ke depan sambil me mutar tomba k dan
me nyerang dengan tusukan kilat. Jokowanengpati sudah siap
dan menangkis. "Traaangggg ........ !!"
Bunga api berpijar ketika dua senjata itu bertemu. Segera
keduanya terlibat dalam perang tanding mati-matian.
Keduanya sama cekatan, sama kuat dan sama pandai dalam
seni tempur di atas kuda menggunakan le mbing. Para
perajurit yang menjadi penonton bersorak-sorak me mberi
semangat kepada jago masing-mas ing.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di bagian lain dalam perang ca mpuh itu, tampak orangorang sakti yang membantu Pangeran Anom ikut pula
me mper lihatkan jasa mereka. Cekel Aksomolo sebetulnya
merasa sungkan untuk berperang me lawan perajurit-perajurit
biasa yang sama sekali bukanlah lawan nya.
Demikian pula Ki Warok Gendroyono dan Ki Krendoyakso.
Akan tetapi anak buah Ki Krendoyak so yang jumlahnya
seratus orang lebih itu tanpa menanti koma ndo lag i sudah
berpesta-pora dalam perang. Mereka adalah pera mpokperampok yang liar dan ganas, tentu saja berperang dan
me mbunuh orang merupa kan kegemaran mereka!
Ni Nogogini dan Ni Durgogini juga berada di situ, akan
tetapi dua orang wanita sakti itu kini bertugas menjaga
keselamatan Pangeran Anom yang menunggang seekor kuda
kemerahan dan berdiri dar i te mpat tinggi menonton pe rang.
Keselamatan sang pangeran ini tentu saja penting, maka
tugas menjamin keselamatannya diserahkan kepada dua
orang wanita sakti itu. Hal ini menggembirakan hati Ni
Durgogini dan Ni Nogogini, karena seperti juga yang lain- lain,
mereka merasa tak senang harus bertanding melawan orangorang yang tidak berarti!
Ketika dari dalam barisan Pangeran Sepuh muncul Pujo,
Kartikosari, Roro Luhito, dan Resi Telomoyo yang mengamuk
seperti badai mengganas, barulah timbul kegembiraan di hati
Cekel Akso molo dan te man-temannya.
Mereka adalah orang-orang yang me miliki kepandaian silat
dan kesaktian, belum pernah be lajar seni yuda di atas kuda,
maka mereka ini maju bertanding dengan berloncatan ke sana
ke mari seperti burung-burung menya mbar.
"Heh-heh-hu-huhh! Munyuk monyet mende m (mabok)!
Sungguh mengge mbira kan sekali dapat bertemu denganmu di
sini. Resi Telomoyo munyuk monyet lutung keparat, sekarang
kau takkan dapat melarikan diri lagi!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cekel Aksomolo segera menyambut amukan Resi Telomoyo
ini dengan ayunan tasbihnya.
Resi Telomoyo sudah mengenal keampuhan tasbih Cekel
Aksomolo, maka ia cepat mengelak la lu me loncat ke sa mping
dan kakinya tahu-tahu, sudah menyepak dari samping ke arah
la mbung kiri, cepat sekali.
Untung Cekel Aksomolo juga sudah mengenal gerakan
cepat manusia seperti raja kera ini, maka ia dapat cepat
menge lak, akan tetapi ha mpir saja la mbungnya tercium
tungkan (tumit) ngapal sehingga ia kaget sekali dan me loncat
mundur. "Ha-ha-ha! Lagi-lagi cekel bongkok, tua bangka kurus
kering matanya juling sumbarnya seperti gonggongan anjing
tapi tuk-mis (gila perempuan)! Ke mana- mana bertemu si
cekel bongkok, betul-betul sia l dangkalan!"
Gekel Aksomolo merasa kalah kalau harus berdebat atau
saling ejek dengan , kakek Resi Telomoyo, ma ka sambil
menggereng marah ia lalu menerjang la gi sa mbil me mutar
senjatanya yang luar biasa. Di lain fihak, Resi Telomoyo juga
tidak berani main-ma in lagi dan ia harus me musatkan
perhatiannya dalam pertandingan ini kalau tidak mau mati
konyol, karena me mang lawannya itu biarpun tua renta dan
bongkok, sesungguhnya me miliki kesaktian yang menggiriskan. Sementara itu, Pujo dan kedua orang isterinya juga mulai
terjun ke medan yuda. Melihat betapa Resi Telomoyo sudah
mulai berhantam menghadapi Cekel Aksomolo, Pujo sambil
menghanta m ke depan dan menendang ke kanan kiri, berkata
kepada Kartikosari dan Roro Luhito,
"Kalian bantu pa man resi! Aku akan mencari JokowanengpaliH"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah berseru demikian, ia me mbuka ja lan da rah,
meroboh kan beberapa orang perajuril musuh lalu menerjang
terus ke tengah untuk mencari musuh besarnya.
Kartikosari dan Roro Luhito tadi me mang bersama Pujo
terjun ke dalam medan perang dengan maksud hendak
mencari musuh besar itu. Kini me lihat Pujo menerjang maju
seorang diri, diam-dia m mereka ingin menyertainya. Akan
tetapi, mereka berduapun ma klum bahwa Cekel Aksomolo
adalah seorang yang sakti mandraguna, ma ka meninggalkan
Resi Telomoyo men ghadapinya seorang diri, juga tida k baik.
"Kita terjang dia, habiskan sekarang, kemudian menyusul
kangmas Pujo!" kata Kartikosari.
Roro Luhito mengangguk la lu mereka lari mendekati
tempat di mana Resi Telomoyo dan Cekel Aksomolo sedang
bertanding. Beberapa orang perajurit lawan yang menghalang
jalan roboh oleh mereka sehingga para perajurit lain ma kin
gentar dan cepat menjauhi dua orang puteri yang tandangnya
(sepak terjangnya) seperti dua ekor singa betina itu. Melihat
datangnya dua orang wanita ini, Resi Telomoyo girang dan
berkata, "Ha! Bagus kalian datang. Mari bantu a ku, kita rencak
(sikat bersa ma) ce kel kal-kel yang berbau busuk ini!!"
"Wuuut ....... singgg ....... !! " Hampir sakepala Resi
Telomoyo kena disa mbar tasbih.
"Jebol polomu!!" Cekel Aksomolo berseru penuh kemarahan. Namun Resi Telomoyo me miliki gerakan yang amat gesit.
Dengan jalan me mbanting tubuh
ke belakang lalu berjumpa litan sampa i tiga kali ia dapat terhindar dari ancaman
maut dan ketika ia berdiri kembali, kedua tangannya sudah
menggenggam tanah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat lawannya menerjang datang,ia me mekik dan kedua
tangannya bergerak ke depan. Kagetlah Cekel Akso moio ketika
tanah dan debu menya mbar ke arah mukanya.
"Uuuuh, setan keparat, curang kau ....... !" teriaknya dan
terpaksa ia melompat mundur kebela kang sambil mera mkan
mata. Saat itu dipergunakan oleh Resi Telomoyo untuk
me mba las dengan serangan kilat. Kaki tangannya bergerak
seperti mesin cepatnya mengirim serangan bertubi-tubi dan
berganti- ganti.
Namun se mua serangannya dapat digagalkan lawan yang
cepat me mutar tasbih me mbentuk payung melindungi dirinya.
Ketika Kartikosari dan Roro Luhito hendak me loncat maju
me mbantu Resi Telomoyo, dari dalam bar isan musuh
me loncat keluar pula dua orang laki-laki tinggi besar seperti
raksasa. Mereka ini bukan lain adalah Ki Warok Cendroyono
dan Ki Krendoyakso yang se menjak tadi menanti-nanti
datangnya lawan tangguh ! .
Mereka juga enggan bertempur dengan perajurit-perajurit
yang sama sekali bukan tandingan mereka. Ketika melihat
Cekel Aksomolo menemukan tanding Resi Telomoyo yang
sakti, mereka sudah gatal-gatal tangan hendak ikut bertanding. Kemudian mereka melihat sepak terjang dua orang
wanita cantik yang luar biasa itu, yang gerakannya merobohkan perajurit-perajurit seperti orang me mbabat rumput saja.
Ketika melihat bahwa dua orang wanita cantik itu teman
Resi Telomoyo, maka keduanya tanpa diperintah lagi lalu
me lompat maju dan menyambut dengan teriakan garang,
"He mmm, biasanya aku pantang melawan wanita! Akan
tetapi kulihat engkau bukan wanita biasa, melainkan seorang
perajurit gemblengan. Kau siapakah" Kalau me mpunyai
kepandaian, hayo maju dan lawanlah Warok Gendroyono!
Kalau kau takut, lebih baik le kas-lekas mundur, di sini bukan
tempat wanita ber lagak!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar kata-kata kasar itu, Kartikosari menudingkan
kerisnya ke arah hidung Waro k Gendro yono sambil me mbentak, "Warok celaka tak perlu me nyombong! Sebentar lagi kau
tentu ma mpus di tangan Kartikosari!"
Baru saja terhenti kata-kata itu, tubuh Kartikosari sudah
mence lat ke depan dengan gerakan cepat laksana burung
terbang dan ujung . kerisnya sudah me ngancam ulu hati
lawan! "Haaaiiitttl" Warok Gendroyono terkejut sekali.
Tak disangkanya sama sekali bahwa wanita ini sede mikian
cepat gerakannya. Untung baginya, ketika terjun ke
gelanggang pertempuran tadi, ia sudah melolos kolor mautnya
sehingga kini menghadapi serangan kilat yang sukar dielakkan
itu ia dapat me mutar kolornya untuk menang kis.
"Desssss ....... !!"
Kartikosari merasa betapa tangannya yang memegang keris
tergetar oleh tangkisan kolor. Diam- dia m ia kaget dan cepat
me lompat mundur. Kini keduanya saling pandang dan dia mdia m mereka mengerti bahwa lawan di depan adalah orang
yang tak boleh dipandang ringan, merupakan lawan yang
kuat. Dari getaran ujung kolornya, , Warok Gendroyono juga
maklum bahwa wanita ini t idak hanya me miliki kecepatan
laksana, burung srikatan, akan tetapi juga memiliki tenaga
dahsyat yang digerakkan hawa sakti yang kuat.
)0oo-dw-oo0( Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 20 DARI getaran ujung kolornya. Warok Gendroyono juga
maklum bahwa wanita ini t idak hanya me miliki kecepatan
laksana burung srikatan, akan tetapi juga memiliki tenaga
dahsyat yang digerakkan hawa sakti yang kuat.
Maka ia tidak berani me mandang ringan dan setelah
menge luarkan gerengan seperti seekor harimau terluka,
Warok Gendroyono lalu balas menyerang dengan terjangan
dahsyat sambil menggerakkan kolor mautnya yang a mpuh.
Kolor Ki Bandot lenyap bentuknya menjad i segulung sinar
berhawa panas yang melingkar-lingkar dan menyambarnyambar. Namun Kartikosari t idak men jadi gentar. Ia
mengimbangi kedahsyatan senjata lawan dengan gerakan
lincah, berkelebat ke sana ke mar i sa mbil mencari lowongan
untuk balas me nyerang, kadang-kadang dengan tusukan
kerisnya, ada kalanya dengan pukulan jarak jauh yang tidak
kalah dahsyatnya.
Ki Krendoyakso sudah menghadapi Ro ro Luhito. Kepala
rampok dari Bagelen ini, selain sakti dan suka me mpe lajari ilmu hita m, juga ahli racun dan me mpunyai kesukaan seperti
Sang Prabu Boko, yaitu makan daging dan minum darah bayi,
juga agak mata keranjang. Kini berhadapan dengan Roro
Luhito, ia me mandang dengan sepasang matanya yang lebar
seperti mata kerbau. Dengan lahap pandang matanya
menje lajahi wajah yang ayu manis, tubuh yang denok montok,
lalu ia tertawa dan berkata,
"Duhai, Dewata Agung ! Bagaimana seorang b idadari yang
begini denok ayu terjun ke dalam kancah perang yang seperti
neraka" Aduh sayang, wong manis ........."
Tiba-tiba kaki tangan Roro Luhito bergerak sedikit dan
dengan ibu jari kakinya ia telah menendang segu mpa l tanah
berikut kerikil yang menya mbar cepat ke arah muka Ki
Krendoyakso! Hebat serangan ini dan tentu saja kepala
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rampok itu tidak sud i me mbiar kan mukanya, apalagi matanya,
dihantam tanah dan kerikil.
Cepat ia menya mpok dengan tangannya di depan muka
sambil men gejap-ngejapkan mata dan me langkah mundur.
Akan tetapi tubuh Roro Luhito secepat kilat sudah keloncat ke
depan, kaki kanannya
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menggunakan tungkak (tumit)
menggedruk (menginjak keras) ke arah kaki kiri Ki
Krendoyakso, diikuti dengan kaki kiri yang menendang ke arah
pusar! . Ki Krendoyakso kelabakan! Tak disangkanya lawan yang
begini denok ayu ternyata dapat melakukan serangan yang
aneh dan hebat, cepat dan tak disangka-sangka. Ia mengelak
dengan langkah ke belakang lalu menggunakan tangan
menang kis tendangan. Siapa kira, tendangan itu hanyalah
pancingan belaka. Begitu Ki Krendoyakso menangkis dan
perhatiannya terpusat ke bawah, tangan Roro Luhito sudah
me layang ke depan, dengan jari-jari dilonjorkan menusuk
kearah la mbung.
Melihat betapa tusukan jari tangan itu mendatangkan angin
bersiut, Ki Krendoyakso tak berani me mandang rendah.
Tentu saja ia seorang yang kebal dan sering
menyombongkan kekebalannya. Tubuhnya kuat dan dapat
menahan baco kan atau tusukan senjata tajam. Akan tetapi ia
cukup ma klum bahwa jar i- jari tangan yang diisi hawa sakti
mendatangkan tenaga dahsyat yang jauh melebihi segala
maca m senjata taja m kuatnya! Maka ia tidak berani mainma in, dan kembali kedua tangannya menangkis dan berusaha
mencengkeram tangan kanan wanita Itu. Akan tetapi, lagi-lagi
ia kecelik, karena tusukan dahsyat inipun hanya gerak palsu
belaka dan tahu-tahu tangan kiri Roro Luhito sudah
menya mbar dan mena mpar mukanya tanpa dapat dicegah
lagi. "Plakkk ......... !! "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau bukan Ki Krendoyakso yang me nerima tamparan ini,
tentu sudah roboh dengan tengkorak pecah! Biarpun Ki
Krendoyakso tidak roboh binasa oleh tam paran yang begitu
dahsyatnya, namun tetap saja ia menjad i bileng (pening),
matanya berkunang-kunang dan pipinya yang kena tampar
berdenyut-denyut seperti hendak pecah! .
Dengan kemarahan meluap ia la lu menya mbar ruyungnya
yang mengerikan, yaitu penggada Wojo Ireng yang berat dan
besar, lalu dengan me mbabi buta ia menerjang ke depan,
satu-satunya niat di hati hendak menghancur lumatkan tubuh
yang denok itu.
Pipi kanannya mula i me mbengka k biru dan untung bahwa
kulit mukainya me mang hita m sekali sehingga warna biru itu
tidaklah tampa k nyata, hanya kelihatan pipinya mengge mbung
saja. Roro Luhito sudah siap sedia. Dengan gerakan cepat sekali
ia mengelak, lalu mainkan Ilmu Silat Sosro Satwo yang
me miliki gerakan aneh dan cepat. Sebentar saja mereka
berdua sudah terlibat dalam pertandingan mati- matian. Yang
seorang mengandalkan kekuatan, yang lain lebih menganda lkan kecepatan gerak.
Sementara itu, Pujo sudah menerjang ke tengah. Sepak
terjangnya menggiriskan fihak musuh. Keris di tangan
kanannya dan kepalan tangan kirinya benar- benar hebat
sekali, tidak pernah harus mendua kali. Sekali pukul atau
sekali tusu k, pasti seorang perajurit musuh roboh tak kuasa
bangun kemba li, paling ringan pingsan!
Tiba-tiba terdengar bentakan,
"Itu dia si jahanam Pujo! Kepung dia! Bunuh! Jangan
sampai lolos."
Ketika Pujo me lirik ke kanan, ia me lihat Jokowanengpati
berdiri dan me nudingkan telunjuk kiri ke arahnya sambil
mengacung-acungkan sebatang keris.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemarahan Pujo me muncak, juga ia merasa khawatir. Tadi
ketika ia mener jang ke tengah, ia sudah dapat melihat betapa
Wisangjiwo sedang bertanding me lawan Jokowanengpeti
me mpergunakan le mbing dan men unggang kuda. Ia ingin
cepat-cepat dapat mendekat dan me mbantu Wisangjiwo
mengeroyok musuh besar itu.
Akan tetapi terlalu banyak perajurit musuh mengha langnya
sehingga ia harus menga muk hebat me mbuka jalan darah.
Kini tahu-tahu Jokowanengpati muncul tanpa kuda. Hal ini
berarti bahwa Wisangjiwo tentu telah roboh oleh musuh besar
itu! Maka ia menjadi marah sekali, tangan kirinya sekali
bergerai berturut- turut memukul kepala dua orang lawan
menyusul ker isnya yang meroboh kan lawan ke tiga.
Ia segera dapat bertanding me lawan musuh besarnya,
Jokowanengpati. Pengecut, pikirnya ge mas. Setelah bertemu
di medan perang, tidak segera menyambutnya melainkan
mengerahkan pasukan untuk me ngeroyoknya!
Pujo sama sekali t idak tahu bahwa pada saat itu,
Jokowanengpati sendiri telah terluka! Luka yang tidak ringan,
yang ia derita dalam pertandingannya tadi melawan
Wisangjiwo. Akan tetapi ia menyembunyikan ha l ini ketika
me lihat munculnya Pujo, dan cepat mengerahkan pasukan
untuk mengeroyok dan me mbunuh orang yang amat
dibencinya itu, karena Pujo merupakan anca man bagi
hidupnya. Ia tadi telah merasakan betapa Wisangjiwo merupakan
lawan yang tangguh dan berat. Sebagai seorang yang
mengha mba kan diri kepada pangeran dan diangkat menjadi
senopati muda, tentu saja Wisangjiwo telah me mpelajari ilmu
bermain le mbing di atas punggung kuda. Kalau dibuat
bandingan secara umum, me mang kesaktian Jokowanengpati
setingkat lebih tinggi dar ipada Wisangjiwo.
Akan tetapi Wisangjiwo berte mpur dengan se mangat
berkobar-kobar, dengan dada penuh dendam, dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemarahan meluap-luap sehingga sukarlah bagi Jokowanengpati untuk mengalahkan nya.
Di antara perajurit-perajurit kedua fihak yang berperang
campuh kacau-balau, dua orang musuh besar ini saling
terjang, Sjaling tusuk dan tangkis. Sedemikian keras dan
sering tombak mereka beradu seh ingga kedua telapak tangan
Wisangjiwo lecet-lecet karena sesungguhnya dalam hal tenaga
sakti, ia kalah kuat. Kuda tunggangan mereka sudah
terengah-engah mandi peluh karena sejam lebih mereka
bergerak-gerak, meronta ke kanan kiri tiada hent inya.
Debu mengebul dar i bawah kaki kuda. Bahkan ada kalanya
pertandingan mati-matian itu menyeret mereka sehingga ka ki
kuda mereka menginjak-injak mayat dan tubuh mereka yang
terluka. Jokowanengpati merasa gemas dan marah sekali mengapa
sampai sekian la manya ia masih belum ma mpu meroboh kan
Wisangjiwo yang ulet. Kalau saja pertandingan itu tidak
dilakukan di atas kuda dan merupakan pertandingan ketangkasan biasa, ia yakir takkan begini sukar baginya untuk
menga lahkan lawan. Akan tetapi, dengan bertanding di atas
kuda me mpergunakan senjata tombak panjang, ia kurang
leluasa untuk me mpergunakan ilmu-ilmunya. Selain itu, ia
kalah gagah ma inkan to mbak dan kalah latihan me nunggang
kudu Untung ia menang cepat sehingga kekalahan itu dapat
ditebus. Betapapun juga, agaknya pertandingan ini kalau
dilanjutkan akan makan waktu terlalu la ma sampai ia dapat
merebut kemenangan. Otuk yang cerdik penuh tipu muslihat
dan siasat itu berputar-putar mencari akal.
Ketika ujung to mbak W isangjiwo me luncur ke arah
lehernya, Jokowanengpati menangkis, kemudian ia me mba las
dengan serangan bertubi-tubi sambil me mbentak,
"Wisangjiwo pengkhianat! Terima lah kematian mu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepenuh tenaga dan mengandalkan kecepatannya ia
menyerang secara bersambung. Tadi sudah sering ia
menggunakan siasat ini tanpa has il, malah kalau diteruskan,
dialah yang menderita rugi. Dala m hal per ma inan to mbak
panjang, fihak penangkis berada di fihak yang kuat, karena
tangkisan dila kukan da ri samping dengan ujung lebih pendek
ini tenaganya lebih besar, apalagi diperkuat dengan luncuran
tombak yang menyerang. Dala m hal per mainan to mbak, si
penangkis sa ma artinya menjadi si penyerang sungguhpun
yang diserang bukan tubuh lawan melainkan to mbak
lawannya. Kalau diteruskan, fihak si penyerang yang dihantam
tombaknya dari sa mping ini la ma-lama akan kehabisan tenaga
dan ada bahayanya tombak yang dipegangnya akan patah
atau terlepas dari pegangan.
Wisangjiwo yang amat gagah mainkan to mbak, diam-dia m
menjad i girang sekali. Ia tidak gentar akan serangan yang
bertubi-tubi itu dan ia ma klum bahwa kalau Jokowanengpati
me lanjutkan serangan bertubi-tubi itu, terbukalah kese mpatan
baginya untuk men galahkan lawan yang a mat tangguh ini.
Akan tetapi, sungguh Wisangjiwo belum tahu betul akan
kelicikan siasat lawannya.
Jokowanengpati amat licik dan curang. Ia sengaja
me lakukan serangan berantai itu untuk me mbuat lawan
lengah, bahkan ia pura-pura seperti orang kehabisan tenaga.
seri muka Wisangjiwo yang merasa gembira menyaksikan
Jokowanengpati seperti orang kehabisan tenaga, tidak
terlepas dari pandang matanya yang tajam. Ketika ia menusuk
untuk ke sekian kalinya ke arah lambung dan W isangjiwo
menang kis dengan gerakan keras, Jokowanengpati sengaja
me mbiarkan dirinya terhuyung ke depan dari atas kuda.
Akan tetapi diam- dia m ia menggerakkan ujung to mba knya
ke depan dan ........ "crattt" ujung tombak yang runcing itu
telah mene mbus dada kuda tunggangan Wisangjiwo! Kuda itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mer ingkik kesakitan lalu mengangkat tubuh depan kratas,
meronta-ronta. "Keparat!! Curang engkau........ !!!"
Wisangjiwo me ma ki marah, akan tetapi mukanya menjadi
pucat karena ia ma klum bahwa keadaannya amat berbahaya.
Sungguh tidak disangkanya bahwa lawannya akan melakukan
hal yang amat curang itu. Melukai kuda lawan merupa kan hal
yang dipantang semua satria dalam medan yuda, karena hal
ini me mbayangkan kerendahan watak dan kecurangan yang
me ma lukan! Wisangjiwo berusaha untuk menguatkan kedua kakinya
menenang kan kudanya, akan tetapi kudanya telah menga la mi
luka parah. Ujung to mbak tadi sudah mene mbus dada
menyentuh jantung sehingga kuda itu kini terhuyung-huyung
ke depan sambil berputaran. Wisangjiwo ikut terputar dan
tiba-tiba tombak jokowanengpati meluncur cepat menusuk
dadanya dari kanan. Wisangjiwo menggunakan to mbak,
berusaha menang kis.
Tangkisannya berhasil, akan tetapi karena kedudukan
tubuhnya miring dan hampir
jatuh, tombak Jokowanengpati
tidak dapat dihalau pergi dan
me leset, terus menancap plada
dekat pundak kanannya!
"Aduhhh ......... !!" Wisangjiwo merintih.
"Ha-ha-ha-ha!"
Jokowanengpati tertawa bergelak sambil mencabut tombaknya. Akan tetapi suara ketawanya terhenti seketika terganti
seruan kaget dan matanya terbelalak ketika ia me lihat betapa
Wisangjiwo ikut terbawa oleh to mba k yang akan dicabutnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan kini dengan wajah menger ikan Wisangjiwo men ubruknya!
Ternyata Wisangjiwo yang sudah terluka parah itu menjadi
nekat. Meminja m tenaga betotan lawan, ia me mbiarkan
dirinya terbawa, bahkan lalu meloncat dari punggung kudanya
dan sambil menubruk ia mengirim pukulan dahsyat ke arah
dada Jokowanengpati.
"Desss ......... !!"
Biarpun Jokowanengpati berusaha mengelak, namun dada
kirinya mas ih terkena hanta man seh ingga ia roboh terguling
dari atas kudanya sambil menyeret tubuh Wisangjiwo
bersamanya. Sayang bahwa Wisangjiwo sudah menderita luka hebat
sehingga tenaganya tinggal sepertiga bagian saja. Kalau tidak,
agaknya belum tentu Jokowanengpati dapat menahan pukulan
yang tak tersangka-sangga tadi, karena dia m-dia m Wisangjiwo
telah menggenggam kerang merah dan pukulannya tadi
mengandung Aji Tirto Rudiro.
Namun karena tenaganya tinggal sepertiga, Jokowanengpati hanya merasa seluruh is i dadanya menjadi
dingin dan be ku untuk sejenak saja. Sebagai seorang muda
yang menjadi kekasih Ni Durgogini dan Ni Nogogini, tentu saja
ia mengenal pukulan ini dan cepat-cepat ia mengerah kan
tenaga dalam untuk melawannya.
Namun Wisangjiwo benar-benar sudah menjad i nekat.
Ketika tubuh mereka terguling bersa ma dari atas punggung
kuda, Wisangjiwo sudah me ncengkera m leher lawannya dan
kini ia men gerahkan sisa tenaga yang ada untuk mencekik
leher lawan. Jokowanengpati meronta- ronta sekuat tenaga, bahkan
menggunakan kedua tangannya untuk merenggut lepas kedua
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tangan lawan dari lehernya, namun sia-sia be laka. Dala m
keadaan ,terluka parah dan dalam kemarahan yang mendidih,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wisangjiwo mencekik dengan tekad bulat untuk mengadu
nyawa. Jokowanengpati mula i panik. Ia tak dapat bernapas dan
cekikan yang amat kuat itu me mbuat lehernya serasa hendak
patah tulangnya, telinganya mengiang- ngiang dan pandang
matanya menjadi merah dan gelap. Celaka, pikirnya. Orang ini
sudah nekat dan kalau ia t idak cepat- cepat dapat
me mbebaskan diri dari ce kikan, tentu ia akan mati konyol!
Tombaknya masih menancap di dada atas Wisangjiwo dan kini
darah menetes- netes dari gagang to mbak itu.
"Keparat ......... mampus kau ......... ! Rasakan pembalasanku.. atas penghinaanmu kepada Roro Luhito
......... isteriku ......... kepada ibu dan ayah ......... ! "
Suara Wisangjiwo mendesis-des is, matanya
merah, wajahnya amat menyeramkan.
Jokowanengpati menahan
diri agar tidak pingsan, tangannya meraba gagang keris di pinggang be lakang,
berkutetan dan berhasil menghunus keris.
"Creppp !! "
Kerisnya me masuki la mbung Wisangjiwo sa mpai ke
gagangnya. Tubuh Wisangjiwo menegang. Kedua tangan yang
mence kik leher mendadak menjad i makin kuat sehingga
hampir patah tulang leher Jokowanengpati! Cepat-cepat ia
mencabut kerisnya dan menghunjamkannya lag i ke dalam
perut lawan. "Creppp!!"
Kali ini Wisangjiwo menge luh, lalu tubuhnya lemas.
Jokowanengpati meronta, melepaskan diri dan me loncat
bangun. Sejenak ia me meja mkan mata karena pandang
matanya berkunang, kepalanya berdenyut-denyut, lehernya
sakit dan juga dada kirinya masih ngilu. Ketika ia me mbuka
matanya kemba li, tubuh Wisangjiwo sudah telentang di depan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakinya, darah bercucuran dari dua lubang bekas tusukan
kerisnya, tombaknyapun mas ih menancap di dada.
Wisangjiwo sudah tak bergerak-gerak lagi. Dengan marah
Jokowanengpati menyepak bekas lawannya dan pada saat itu
ia me lihat Pujo menga muk, tak jauh dari tempat itu. Melihat
musuh besar yang berbahaya ini, ia terkejut. Ia maklum
bahwa Pujo merupakan lawan yang lebih berat dan lebih
berbahaya daripada Wisangjiwo, sedangkan dia sendiri sudah
terluka cukup parah. Tak sanggup rasanya kalau ia harus
menghadap i Pujo seorang diri.
Maka ia lalu me ngerahkan pasukan untuk mengeroyok
Pujo. Pujo tidak gentar. Melihat Jokowanengpati, makin
mengge lora semangatnya karena ia ingin cepat-cepat dapat
berhadapan dengan musuh besarnya itu. Akan tetapi
kepungan ma kin diper ketat.
Biarpun ia telah banyak meroboh kan para perajurit, namun
belum juga ia terbebas dari kepungan. Bahkan kini
Jokowanengpa- ti mengerahkan -pasukan bertombak. Menghadapi kurungan lawan yang me megang senjata panjang
ini, Pujo men jadi repot juga. ia tidak takut mengha dapi hujan
tombak, akan tetapi sukar baginya untuk meroboh kan para
pengeroyoknya seperti tadi. Dengan marah ia menyimpan
kerisnya, merampas sebatang tombak dan dengan senjata
panjang inilah ia menghajar para pengeroyoknya. Sampai
remuk-remuk dan patah-patah tombaknya
setelah ia meroboh kan belasan orang. Ia merampas lain tomba k dan
menga muk te rus sambil berteriak keras,
"Jokowanengpati manusia pengecut ! Hayo layani aku
sampai seorang di antara kita mandi darah nya sendiri!"
Akan tetapi Jokowanengpati tidak me mperdulikan makimakiannya melainkan dari luar me mberi petunjuk-petunjuk
kepada para perajurit. Betapapun, saktiny Pujo, menghadapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keroyokan yang tak kunjung habis itu, ia menjadi lelah dan
repot juga. Kemarahannya meluap dan ia menga muk seperti
banteng ketaton (terluka)!
Sementara itu, pertandingan antara Cekel Aksomolo
me lawan Resi Telomoyc juga amat ra mai dan menarik. Seperi
biasa, dalam menghadapi lawan tangguh Cekel Aksomolo
menganda lkan tasbihnya dan ia lalu menggerakkan tasbih itu
tidak hanya untuk menyerang dengan pukulan-pukulan dan
sambaran-sa mbaran yanv dapat merenggut nyawa, akan
tetapi d samping ini ia juga mengerah kan hawi sa kti di dalam
tubuhnya untuk disalurkar me lalui lengannya dan "mengis i"
bunyi tasbihnya yang de mikian nyaring dan aneh sehingga
bagi lawan yang kurang kuat batinnya, mendengar suara bijibiji tasbih yang saling beradu ini saja sudah cukup untuk
meroboh kannya!
Karena kehebatan suara tasbihnya inilah maka pertandingan antara kedua orang kakek sakti ini menjadi
terpisah daripada lainnya. Tidak ada perajurit, baik dari
pasukan Pangeran Anom maupun pasukan Pangeran Sepuh,
berani mendekati pertandingan ini setelah beberapa orang
perajurit kedua belah fihak roboh setelah mendengar suara
berkeritik yang
me mecahkan kendangan telinga
dan me lumpuhkan otot dan bayu itu! Pertandingan antara mereka
terjadi seru tanpa saksi dekat.
Namun sekali ini, Cekel Aksomolo benar-benar bertemu
tanding! Kakek pertapa pemuja Sang Kapi Hanoman itu
bukanlah orang sembarangan. Biarpun tandangnya (sepak
terjangnya) kadang-kadang aneh dan lucu menggelikan, suka
garuk-garuk bokong, suka melawak dengan sikap nyelelek
(ugal-ugalan), na mun sesungguhnya ia memiliki hawa sakti
yang amat kuat, batinnya sudah matang dan ia termasuk
seorang yang sakti mandraguna.
Suara berkeritikan mujijat yang merobohkan banyak
perajurit itu, sama seka tidak me mpengaruhi nya, bahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakek in lalu me mbalas dengan aji yang serupa hanya beda
maca mnya saja. Ia mere- mere seperti seekor kera tulen,
bahka mengeluarkan suara seperti kera. Suara ini amat tidak
sedap me masuki telinga seakan-akan men gorek-ngorek
telinga dengan benda tajam yang keras.
Kalau orang biasa saja yang menjadi lawan mendengar
suara ini tentu akan meras telinganya pecah-pecah dan
menyerah tanpa berkelah i lagi ! .
Karena keduanya maklum bahwa aj i pena luk melalui suara
ini tidak ada gunanya kalau digunakan terhadap lawan maka
kini mereka lalu mengandalkan ilmu s ilat mereka.
Cekel Aksomolo biarpun seorang kake k bongkok dan tua
renta tangannya seperti lumpuh, na mun sesungguhnya ia
seorang yang me miliki ilmu ke pandaian tinggi, tidak hanya
ilmu kebatinan dan ilmu hita m, juga ilmi silatnya hebat. Tasbih
yang merupakai senjata pusaka ampuh itu berada di ta
ngannya seakan-akan berubah menjadi halilintar.
Tasbih itu lenyap bentuknya ketika ia gerakkan, berubah
menjad i sinar yang melingkar-lingkar aneh mengeluarkan
bunyi aneh dan angin gerakannya mengandung hawa panas.
Jangankan terkena sambaran tasbihnya sendiri, baru.
tersambar oleh angin gerakannya saja sudah me mbuat kulit
manusia biasa terkupas seperti terkena air mendidih.
Namun Resi Telomoyo juga hebat. Biarpun ia hanya
me mpergunakan sebatang cabang pohon untuk dipakai
sebagai senjata, namun ternyata cabang pohon biasa itu di
tangannya berubah menjadi senjata ampuh. Suara nyaring
terdengar tiap kali cabang pohon bertemu tasbih, seolah-olah
tanah tergetar dan asap mengebul dari cabang pohon itu!
Mereka serang-menyerang, desak-mendesak, sukar sekali
menentukan siapa yang akan menang.
Juga pertandingan antara Ki Warok Gendroyono melawan
Kartikosari a mat ra mai dan setanding. Sesungguhnya, dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gerakan ilmu silat, Kartikosari menang seusap, akan tetapi Ki
Warok Gendroyono dapat menutup kekalahannya itu dengan
tubuhnya yang kebal sehingga tusukan keris yang tidak
mengenai tepat, kalau hanya meleset saja, tidak akan
me lukainya, paling-paling me mbuat kulitnya lecet sedikit.
Sudah beberapa kali keris Kartikosar i mengenai tubuhnya,
me leset sehingga mengejutkan wanita sakti itu. Adapun
senjata Ki Bandot, kolor maut itu, juga a mat berbahaya dan
Kartikosari cukup ma klum bahwa sekali saja kepala atau
dadanya kena hantaman kolor, tentu maut tebusannya. Oleh
karena inilah ia berkelah i dengan hati-hati se kali, mengandalkan kecepatan gerak tubuhnya.
Sayang sekali keadaan Roro Luhito tidak seramai temantemannya. Menghadapi Ki Krendoyakso yang sepak terjangnya
buas dan liar, wanita ini menjadi pa nik. Belum banyak
pengalamannya bertempur dan Ki Krendroyakso benar-benar
seorang liar yang menyeramkan. Ruyungnya yang besar dan
berat itu men datangkan angin lesus, dan selain ruyungnya,
juga lengan kirinya yang besar selalu menjangkau hendak
mencengkeram,dari mulutnya keluar gerengan-gerengan
seperti binatang buas dan keringatnya berbau sengir
menyengat hidung. Ketika ra mai-ramainya bertanding, Ki
Krendoyakso yang kaya keringat ini menggerakkan tubuh,
keringatnya me merc ik ke depan, tanpa disengaja mengenai
muka Roro Luhito, dekat hidung dan mulut. Hampir dia
muntah-muntah! "Iblis la knat menjijikkan!!"
Ia me maki-ma ki untuk mencegah agar jangan sa mpai
muntah-muntah, lalu ia menggunakan Aji Sosro Satwo dan
tubuhnya berkelebat amat cepatnya. Hanya dengan kecepatan
tubuhnya ia ma mpu men jaga diri, akan tetapi karena ia selalu
menge lak dan merasa jijik untuk berkelah i mendekat, iapun
tidak me mpunyai kesempatan untuk balas menyerang. Lucu
pertandingan ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun Roro Luhito tampa k diserang terus, namun dengan
kelincahannya inipun ia telah me mbuat Ki Krendoyakso pening
dan lelah. Seperti seekor ce leng besar menghadap i gangguan
seekor lebah, atau seekor anjing digoda seekor lalat.
Perang campuh antara pasukan Pangeran Muda dan
pasukan Pangeran Sepuh berlangsung makin hebat, makin
buas dan kejam. Alun-alun yang biasanya bersih itu kini penuh
mayat bergelim pangan, darah bergelimangan, bau darah
amis menyesakkan dada me ngotorkan udara.
Teriakan-teriakan yang keluar dari kerongkongan parau
makin liar dan jerit tangis yang terluka melengking tinggi.
Debu mengebul tebal dan tinggi, menggelapkan alun- alun
dan sekitarnya.
Perang campuh besar-besaran ini berlangsung ha mpir
sehari penuh, agaknya hanya akan berhenti kalau mata sudah
tak dapat membedakan kawan atau lawan karena malam tiba,
untuk dilanjutkan esok har i dan seterusnya.
Tiba-tiba bertiup angin keras yang menerbangkan debu
yang menggelapkan medan yuda, dan suara yang lembut
namun berpengaruh terbawa oleh angin ini sehingga
terdengar oleh semua yang sedang berperang.
"Haaiii . ....... para kawula di Kahuripan! Hentikanlah segera
pertumpahan darah ini!"
Suara ini amat jelas dan penuh wibawa, me mbuat mereka
yang mendengar tersentak kaget dan menghentikan gerakan
senjata masing-mas ing lalu mene ngok dan me ncari-cari
dengan pandang mata untuk melihat apakah pendengaran
mereka t idak keliru.
Semua orang yang sedang berperang itu mengenal belaka
suara ini. Dan ta mpaklah oleh mereka bahwa pendengaran
mereka benar. Di atas pegunungan kecil yang berada di
sebelah selatan alun-alun, Berdiri tiga orang kakek. Kakek
yang berdiri di depan itu lah yang berseru menghentikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perang. Tampak betapa kakek itu mengangkat tangan kanan
ke atas, menggerak- gerakkan tangan itu , dari mulutnya
keluar seruan itu berka li-kali.
Tak salah lagi, demikian para perajurit dan perwira berpikir
dengan hati berdebar, itulah Sang Prabu Airlangga yang telah
mengundurkan diri menjad i pendeta! Tak seorangpun di
antara mereka yang tidak gentar hatinya melihat Sang Prabu
Airlangga, lemas lutut mereka dan para perajurit yang berada
di depan, baik merka itu anak buah pasukan Pangeran Anom
maupun anak buah pasukan Pangeran Sepuh, segera
menjatuhkan diri berlutut didahului oleh para perwira.
Perbuatan ini diikuti oleh perajurit-perajurit yang berada di
sebelah belakang.
Menyaksikan ini, dua orang kakek yang mengapit Sang
Prabu Airlangga atau Sang Resi Jatinendra, menganggukanggukkan kepala dengan penuh kagum. Mereka ini adalah
Empu Bharodo dan Resi Bhargowo.
Dua orang pertapa sakti ini makin kagum dan tunduk
kepada junjungan ini yang ternyata masih me miliki wibawa
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang bukan main besarnya.
Dua orang pangeran juga melihat munculnya ayah mereka.
Pucat wajah mereka dan serta-merta mereka berdua men inggalkan barisan masing-mas ing, lari mengha mpiri Resi
Jatinendra. Akan tetapi karena pangeran Anom mengha mpiri
dengan berkuda sedangkan Pangeran Sepuh su dah turun dari
kuda, ma ka Pangeran Ano m yang lebih dahulu tiba di situ.
Pangeran ini segera meloncat turun dari kudar berlari
menubruk kaki ayahnya sambil menangis!
Pendeta itu mengelus-elus jenggotnya dengan tangan kiri
dan menyentuh kepala puteranya dengan tangan kanan. Dia
amat sayang kepada putera-puteranya, terutama putera
bungsu ini. Kemudian ia me lirik kepada Pangeran Sepuh yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga telah tiba di s itu dan kini berlutut pula di depannya, di
belakang Pangeran Ano m sa mbil menundukkan muka.
Sejak putera-puteranya masih kecil, selalu Sang Prabu
Airlangga menekankan kerukunan kepada mereka, mendidik
mereka agar hidup rukun, yang muda tunduk kepada yang
tua, sebaliknya yang tua mengalah kepada yang muda. Maka
kini ia merasa prihatin sekali menyaksikan perang saudara
antara kedua puteranya itu.
"He mm, anak-anakku. Mengapa kalian mengadakan perang
saudara dan me mbiar kan bunuh-me mbunuh maca m ini?"
Dala m pertanyaan ini, sungguhpun suaranya halus dan
wajahnya masih tetap bersinar, namun terkandung hati
trenyuh. "Duh ra ma ........ !" Pangeran Anom men dahului kaka knya
dan menangis ma kin keras.
"Se menjak ra ma pergi bertapa, Pangeran Sepuh selalu
men indas ha mba, selalu menghina ha mba, mengandalkan
kedudukannya sebagai putera sepuh (tua), sebagai putera
permaisuri perta ma! Rama ha mba diperhina, tak dipandang
sebelah mata, dianggap adik tiri yang terbenci kalau ha mba
tidak me mpertahankan diri, agaknya hamba sudah disuruhnya
bunuh!" Sang Prabu Airlangga yang sudah menjadi pertapa itu
adalah seorang bijaksana, seorang waspada, tentu saja tidak
mudah dibujuk dan dibakar oleh omongan-omongan seperti
itu. Namun, betapapun juga dia seorang manusia yang tak
terlepas daripada ikatan kasih, maka keningnya berkerut
ketika ia menegur Pangeran Sepuh,
"Bukankah sejak dahulu aku selalu me mper ingatkan agar
yang tua pandai mengalah" Lebih tua berarti lebih matang
jiwanya, lebih luas pandangannya, dan lebih bijaksana.
Mengapa me mbiarkan keadaan menjad i berlarut-larut sehingga timbul perang saudara yang begini menyedihkan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Sepuh orangnya pendiam, seperti ibunya.
Dengan sepenuh hati ia bersujut dan menjawab,
"Mohon ber ibu a mpun, rama. Mengenai se mua peristiwa
yang terjadi, hamba yakin bahwa rama tentu telah dapat
menyelami dan men getahui akan keaadaannya."
Makin da la m kerut merut di wajah yang tadinya berseri itu.
Jawaban ini cukup bagi Sang Resi Jatinendra, cukup me mbuat
ia maklum a kan perbedaan antara kedua orang puteranya,
juga cukup me mbuat ia menduga bahwa kalau dise lidiki, tentu
kesalahan berada di fihak Pangeran Ano m.
Menyelidiki urusan ini, menekankan kesalahan-kesalahan,
berarti ma lah me mperhebat per musuhan di antara mereka.
Maka ia berkata, suaranya penuh wibawa,
"Yang tua mengalah, yang muda menunduk, inilah
kewajiban di antara saudara, berlandaskan cinta kasih. Segala
maca m persoalan yang timbul, hanya dapat diselesaikan baikbaik secara damai dengan perundingan. Mengapa suka
mengha mba nafsu dan melakukan perang saudara yang
mengakibatkan pertu mpahan darah antara saudara" Wilayah
Kahuripan a mat luas, dibagi duapun kalian mas ih akan
mendapatkan bag ian mas ing- mas ing yang cukup luas. Untuk
apa diperebutkan?"
Perang saudara itu serentak berhenti. Melihat munculnya
Sang Prabu Airlangga sendiri yang menghentikan perang,
gentarlah rasa hati para pembantu Pangeran Anom yang pada
saat itu masih bertanding. Cekel Aksomolo ma klum bahwa,
menghadap i bekas Raja Kahuripan yang amat sakti
mandraguna itu, ia dan kawan-kawannya takkan dapat
berbuat sesuatu, bahkan melihat perang terhenti secara
mendadak, iapun lalu menghentikan serangannya terhadap
Resi Telomoyo, lalu terbungkuk-bungkuk menyelinap perg i di
antara banyak perajurit yang bersimpang-siur.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikian pula pertandingan Roro Luhito, terhenti dengan
sendirinya. Seperti juga Cekel Aksomolo, dua orang raksasa ini
mengundurkan diri dan menanti keputusan Pangeran Anom
yang masih menghadap ayahnya bersama Pangeran Sepuh.
Kartikosari dan Roro Luhito yang pada hakekatnya datang
ke kota raja terutama se kali untuk mencari musuh besar
mereka, kinipun kehilangan nafsu berte mpur me lihat perang
dihentikan. Secara pribadi, mereka tidak me mpunyai per musuhan apaapa dengan dua orang raksasa tadi. Maka mereka lalu cepat
menyelinap maju, me masu ki bagian yang tadi menjadi wilayah
musuh, untuk men cari Jokowanengpati.
Sementara itu, Resi Telomoyo yang tadi ketika bertanding
me lawan Cekel Aksomolo se mpat melihat Pujo menerjang ke
tengah barisan, juga sudah menyelinap pergi untuk mencari
Pujo karena ia merasa khawatir ka lau-kalau Pujo yang terpisah
dari mereka bertiga tadi menga la mi celaka.
"Kakang Wisangjiwo.....! Aduh, kakang ........ kenapa kau
sampai begini ........ !"
Roro Luhito menubruk tubuh yang rebah miring mandi
darah itu, me meluk dan menangis. Kartikosari berdiri dan
me man dang. Kasihan, pikirnya. Biarpun W isangjiwo ini dahulu
bukan manusia baik-baik dan telah menyeleweng jauh
daripada-kebenaran, akan tetapi akhir-akhir ini telah insyaf
dan berusaha kembali ke ja lan benar. Siapa mengira, putera
Adipati Selopenangkep akan me ngakhiri hidupnya di medan
perang dala m keadaan mengerikan.
Tubuh yang disangka sudah mati itu bergerak perlahan,
telentang sehingga kini ta mpak luka-luka di sebelah depan
tubuhnya, di dada dan perut. Darah sudah tak mengucur lagi,
akan tetapi di atas tanah tergenang darah dan pakaiannya
juga penuh darah. Wisangjiwo me mbuka matanya. Melihat
bahwa wanita yang meme luknya adalah Roro Luhito, matanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terbelalak dan dengan sukar sekali agaknya dengan
pengerahan tenaga penghabisan, ia berkata, menudingkan telunjuknya, "Jok ........ Jokowanengpati....... dia lari ke sana.......!"
Tiba-tiba tubuhnya berkelojotan lalu le mas. Nyawanya
me layang pergi.
Roro Luhito maklum kaka k tirinya sudah mati, akan tetapi
pada saat itu, kemarahan dan dendam lebih daripada
kedukaan. Ia me letakkan tubuh ka kaknya yang tadi ia sangga
itu ke atas tanah, lalu meloncat berdiri. Bagaikan mendapat
komando, keduanya serentak lari ke arah yang ditunjuk oleh
Wisangjiwo tadi, berlari cepat seperti ber lomba .
Beberapa perajurit yang mereka terjang terguling dan
banyak orang me maki-maki Namun Kartiko sar i dan Roro
Luhito tak perduli, terus lari sampa i mereka keluar dari alunalun yang penuh perajurit.
Suara derap kaki kuda mengej utk mereka, me mbuat
mereka menoleh. "Itu dia!" seru Roro Luhito. Memang benar
Jokowanengpati telah menunggang kuda dan me mbalapkan
kudanya itu, menuju se latan.
"Kejar ........ !" Kartikosari berseru .
Mereka lari ke arah kiri di mana terdapat beberapa ekor
kuda yan dituntun perajurit Pangeran Ano m Agaknya
binatang-binatang itu kuda tunggangan para perwira yang kini
turun dari kuda dan entah ke mana perginya.
Tak berkata sesuatu, Kartikosari dan Roro Luhito
menggerakkan tangan dan kaki dan sekejap saja mereka
berdua telah menunggangi kuda ra mpasan, me mbiarkan dua
orang perajurit yang tiba-tiba didorong roboh terlentang itu
bengong terlongong kemudian menyumpah-nyu mpah !.
Kartikosari mendapatkan kuda berbulu dawuk, sedangkan
Roro Luhito menunggang kuda berbulu merah. Sekali lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terdengar derap kaki kuda me mbalap ke selatan ketika dua
orang wanita ini mengejar Jokowanengpati yang sudah tidak
tampak lagi bayangannya?
Resi Telomoyo mene mukan Pujo dalam keadaan payah.
Pujo ber mandi pe luh dan ia lelah sekali bahkan ada beberapa
luka ringan di tubuhnya. Untung tadi bahwa perang terhenti
tiba-tiba, kalau tidak, tentu ia terancam bahaya maut. Jokowanengpati yang curang itu tidak pernah maju sendiri, melainkan
terus-menerus mena mbah bala bantuan sehingga Pujo
dikeroyok oleh puluhan orang perajurit. Biarpun Pujo tidak
gentar dan mengamuk serta merobohkan banyak sekali lawan,
namun kalau pertandingan keroyokan seperti itu dilanjutkan,
tentu ia akan kehabisan napas dan tenaga sehingga akhirnya
ia akan mat i di ujung puluhan senjata !.
Maka begitu perang terhenti, ia berdiri dengan keris di
tangan, mengatur napas dan me mulihkan tenaganya. Biarpun
semua orang berhenti berte mpur, na mun mengingat akan
kelicikan Jokowanengpati, Pujo tidak berani bersikap lengah.
Ia beristirahat, namun dengan keris di tangan, siap membela
diri mati-matian. Ia tidak tahu betapa Jokowanengpati sudah
menjad i ketakutan begitu melihat bahwa perang dihentikan
oleh Sang Prabu Airlangga sendiri.
Sebagai seorang yang telah menumpuk dosa, melihat Pujo,
Kartikosari dan Roro Luhito berada pula di kota raja, setelah
kini ia tidak dapat berlindung lagi d i belakang Pangeran Anom
karena perang dihentikan, tentu saja Jokowanengpati menjadi
ketakutan. Ia pikir lebih baik lolos lebih dahulu dan setelah ia me rasa
yakin takkan dapat dijangkau tangan orang-orang yang
mendenda m, baru ia akan ke mba li mengha mbakan diri kepada
Pangeran Anom. Untung, pikirnya, Pujo sudah amat lelah sehingga tidak
dapat mengejarnya. Ia sendiri menderita luka yang cukup
hebat akibat pukulan Wisangjiwo tadi, sehingga kalau dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keadaan seperti ini ia harus menghadapi Pujo, ia merasa berat
dan khawatir. Girang hati Pujo mendengar bahwa kedua orang isterinya
tidak menga la mi luka dalam perang itu sungguhpun hatinya
kaget ketika Resi Telomoyo menceritakan bahwa kedua orang
isterinya itu mendapatkan la wan yang amat berbahaya, yaitu
Ki Warok Gendroyono dan Ki Krendoy?kso!
Mereka berdua lalu kembali untuk mencari Kartikosari dan
Roro Luhito, namun kedua orang wanita itu tidak ta mpak
bayangannya. Pujo yang merasa tidak enak hatinya, minta
agar Resi Telomoyo kemba li leb ih dahulu ke pasanggrahan
yang disediakan untuk mereka oleh Wisangjiwo di kompleks
Istana Pangeran Sepuh.
"Paman resi, saya tidak dapat beristirahat dengan tenang
sebelum me lihat mereka kembali dengan selamat. Ke mana
gerangan mereka pergi" Bukan kah perang sudah dihentikan"
Saya hendak mencari mere ka."
Demikian kata Pujo yang kembali ke alun-a lun dan
menyelinap ke tengah di mana tadi terjadi perang hebat.
Perajurit-perajurit kedua fihak kini sedang mengangkuti
mereka yang tewas dan terluka. Namun tidak ta mpak
bayangan kedua isterinya. Kalau Kartikosar i dan Roro Luhito
berada di antara mereka, tentu mudah terlihat olehnya karena
perajurit-perajurit itu adalah laki- laki semua.
Akhirnya setelah bertanya-tanya, Pujo mendengar bahwa
kedua orang isterinya itu mera mpas kuda dan me mbalapkan
kuda ke arah selatan. Tak seorangpun di antara para perajurit
kedua fihak dapat menerangkan ke mana perginya kedua
orang wanita itu dan me ngapa pula me rampas kuda dan
tergesa-gesa pergi ke selatan.
Agaknya mereka mengejar Jokowanengpati, pikir Pujo.
Tidak ada lain hal yang akan dapat membuat kedua isterinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu pergi begitu saja tanpa me mberi tahu kepadanya, kecuali
kalau me reka me lihat Jokowanengpati dan menge jarnya.
Kekhawatiran akan keselamatan kedua isterinya me mbuat
Pujo lupa akan kele lahannya. lapun lalu mencari seekor kuda.
Sebagai seorang pembantu Pangeran Sepuh, tentu saja para
perajurit menge nainya dan mudah saja ia me mperoleh seekor
kuda yang baik. Tak la ma kemudian, kembali seekor kuda
me mba lap di atas jalan men uju ke selatan itu.
0odwo0 Setelah me mber i nasehat banyak kepada kedua orang
puteranya, akhirnya Sang Resi Jatinendra atau Resi Gentayu,
menga mbil keputusan untuk me mbagi Kerajaan Kahuripan
menjad i dua bagian. Raja sakti yang telah menjadi pertapa
yang bijaksana dan waspada ini dengan hati prihatin dapat
me lihat bahwa betapapun ia me mberi wejangan-wejangan,
takkan dapat melenyapkan rasa denda m dan iri di da la m hati
kedua orang puteranya, terutama di da la m hati Pangeran
Anom. Sang Resi Jatinendra yang sudah awas pandangan batinnya
dan dapat meraba dengan rasa ke arah masa depan menjadi
trenyuh dan nelangsa.
"Manusia berusaha, namun Hyang Wisesa yang menentukan," keluhnya di dalam hati, "na mun aku akan
kesiku (terkutuk) kalau sebagai man usia aku tidak melakukan
usaha sedapat mungkin yang sudah menjadi kewajiban
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
manusia." Pertapa ini ma klum bahwa usaha satu-satunya yang dapat
ia lakukan untuk mencegah perebutan, hanyalah dengan jalan
me mbagi kerajaan menjad i dua bagian dan diberikan kepada
kedua orang puteranya.
Tentu saja hal ini ber lawanan dengan politiknya sebagai
raja dahulu. Dahulu Sang Prabu Airlangga berpendirian bahwa
tanpa penyatuan seluruh Nusantara, kemakmuran takkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat tercapai karena selalu akan terjadi perebutan wilayah
dan kekuasaan di antara para adipati dan raja-raja kecil.
Karena pendirian inilah maka ketika Resi Jatinendra masih
menjad i raja, tiada hentinya ia melakukan usaha perluasan
wilayah, menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil sehingga
akhirnya Kerasan Kahuripan terkenal sebagai kerasan yang
menegakkan kembali pemer intahan yang wilayahnya seluas
Kerajaan Mataram yang lalu.
Akan tetapi kini de mi untuk mencegah me luasnya perang saudara, Sang Resi Jatinendra terpaksa me mbagi wilayah
Kerajaan Kahuripan menjad i dua bagian untuk dibagi rata di
antara kedua puteranya berlainan ibu yang sudah bersiap
untuk saling me nghancurkan dalam perebutan kekuasaan!
Di dalam hatinya bekas raja besar ini maklum bahwa
kebenaran ada pada puteranya yang tua, namun kasih sayang
sebagai ayah me mbuat ia condong kepada putera yang muda.
Sebetulnya, keputusan Sang Prabu Airlangga untuk
me mbagi kerajaen men jadi dua ini , a mat tidak disetujui oleh
Narotama, patih yang menjadi sahabat sejak kecil, bahkan
diakui sebagai kaka k sendiri. Sang Patih Narotama yang dalam
hal kebijaksanaan dan kewaspadaan hanya sedikit selis ihnya
dengan Sang Prabu Airlangga yang juga menjadi saudara
seperguruannya, maklum bahwa usaha Sang Prabu Airlangga
ini bukan merupa kan jalan keluar yang baik! Hanya
merupakan penyanggah perang untuk se mentara waktu saja.
Bukankah dengan pe mbagian kerajaan menjad i dua maka
sang prabu telah menciptakan dua buah kerajaan yang sama
besar dan sama kuat, yang berdiri berhadapan bagaikan dua
ekor harimau saling berlaga mengadu kekuatan" Bukankah
perang saudara yang terjadi di alun-alun itu hanya merupakan
pertikaian di antara dua saudara sehingga merupakan perang
kecil terbatas antara dua pasukan pengawal, sedangkan
perang antara dua buah kerajaan besar merupakan perang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
besar-besaran yang mengerikan dan jauh lebih celaka
akibatnya daripada perang antara kakak dan adik".
Terjadi perbantahan antara Sang Prabu Airlangga dan Ki
Patih Narotama dan akibatnya, Ki Patih Narotama tidak
diperkenankan menca mpuri urusan yang oleh Sang Prabu
Airlangga disebut urusan dalam antara seorang ayah dan para
puteranya !. Bahkan tak diper kenankan hadir dalam upacara pe mbagian
kerajaan! Sesungguhnya bukan sekali-kali Sang Prabu
Airlangga marah kepada Ki Patih Narotama, melainkan ia
maklum bahwa kalau ia me mbiarkannya saja, Narotama tentu
akan turun tangan membe la Pangeran Sepuh dan kalau hal ini
terjadi, sebagai seorang ayah tentu ia merasa tidak enak kalau
harus berat sebelah. Di lain fihak, Narotama yang sudah
berjanji takkan men ca mpuri urusan antara kedua putera sang
prabu, lalu menye mbah dan berkata,
"Kalau begitu, perkenankanlah ha mba mengundurkan diri
selaku patih. Selama ha mba masih menjad i punggawa
Kahuripan, betapa mungkin hanya akan mendia mkan saja
kalau melihat Kahuripan terancam perpecahan" Lain halnya
kalau ha mba sudah bukan punggawa lagi, melainkan menjadi
seorang pertapa."
"Kakang Narotama! Kau hendak men jadi pertapa?" "
Melihat wajah junjungannya yang kaget itu, Narotama
tersenyum. "Paduka sendiri meninggalkan singgasana, meninggalkan
kebesaran dan kemuliaan seorang raja dan mengundurkan diri
menjad i pertapa, mengapa hamba tidak menau lad contoh
paduka yang amat baik ini" Kerajaan akan dipecah menjadi
dua, sebaiknya Gusti Pangeran Sepuh dan Gusti Pangeran
Anom me milih pe mbantu masing-mas ing dan ha mba lepas
tangan,melepaskan diri dari dunia rama i, men ikmati keadaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kosong sunyi, bersih daripada angkara murkanya nafsu.
Hamba pamit, mohon diri, gusti."
Resi Jatinendra turun dari tempat duduknya lalu
mengha mpiri ki patih yang bersimpuh di depannya.
Dirangkulnya Narota ma dan suaranya terharu ketika bersabda,
"Duh kakang Narota ma. Betapa girang hatiku mendengar
aturmu. Agaknya engkaupun dapat menginsyafi betapa
beginilah sebaiknya. Kita sudah tua, kakang. Kita harus
me lepas tangan setelah melakukan ikhtiar sekuasa kita.
Biarkanlah apa yang akan terjadi, terjadi seperti yang
dikehendaki Sang Hyang Wisesa, kakang Narota ma ! "
"Betul, yayi. Betul sekali. Ampunkan kekhilafan hamba yang
sudah-sudah."
"Engkau akan bertapa di mana, kakang?"
"Paduka maklum, hamba takkan pernah dapat men inggalkan paduka. Oleh karena itupun, ha mba takkan jauh
dari Jalatunda, yayi."
"Bagus, kakang. Berangkatlah, dan jangan lupa, kau
didiklah baik-ba ik si Joko Wandiro."
Demikianlah, Narotama berpisah dari junjungannya dan
tidak menyaksikan pe mbagian Kerajaan Kahuripan, karena hal
ini serupa dengan me mecah jantungnya. menjadi dua. Dahulu,
bertahun-tahun dialah yang berjuang menyatukan wilayahwilayah itu, dengan pengorbanan darah dan pe luh.
Bagaimana kini ia tega me nyaksikan segala jerih payahnya
itu dihancurkan, bukan oleh orang lain, melainkan oleh
keturunan junjungannya sendiri" Dengan hati berat Narotama
lalu mengajak Joko Wand iro meninggalkan Jalatunda, me milih
tempat bertapa yang cocok di antara guha-guha yang banyak
terdapat di pegunungan sekitar Gunung Bekel.
Biarpun ma klum sedala mnya bahwa usaha manusia itu tak
mungkin merobah jalannya jangka yang ditentukan Hyang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wisesa, namun Sang Prabu Airlangga berusaha keras untuk
bertindak sebaik-ba iknya. Pembagian wilayah kerajaan yang
dilakukan da la m usaha me ncegah perang saudara ini
dilakukan dengan upacara besar-besaran, sengaja oteh Sang
Prabu Airlangga didatangkan se mua pe mbesar, punggawa,
pendeta dan orang-orang terkemuka di seluruh kerajaan agar
mereka Ini menjadi saksi.
Semua ini dilakukan dalam rangka usahanya agar
kewajibannya sebagai ayah yang adil terpenuhi. Pimpinan
upacara pembagian wilayah Kerajaan Rahuripan ini diserahkan
kepada Empu Bharodo yang terkenal sebagai seorang kakek
sakti yang a mat setia kepada Kahuripan, terkenal pula akan
kejujuran dan kebersihan hatinya, juga akan kesaktian nya.
Berkat kebija ksanaan Empu Bharodo yang dibantu oleh
adik seperguruannya, Resi Bhargowo, pembagian wilayah
Kerajaan Kahuripan ini dilakukan dengan se mpurna dan
seadil-adilnya. Akan tetapi, manusia takkan terlepas daripada
sifat angkara murka dan dengki iri. Betapapun adil pe mbagian
itu men urut ukuran Empu Bharodo maupun Resi Jatinendra
sendiri, tetap saja kedua orang pangeran itu diam-dia m
merasa tidak puas, karena pembagian itu tidak selaras dengan
keinginan hati mereka dan karenanya keduanya menganggapnya kurang adil! .
Namun oleh karena yang me mbaginya adalah Sang Prabu
Airlangga sendiri, maka kedua orang pangeran tidak berani
me mbantah dan menerima pe mbagian ma sing-mas ing.
Pangeran Sepuh mendapat bagian barat dan menjadi raja dari
bagian ini yang kemudian dina ma kan Kerajaan Panjalu.
Adapun bagian timur menjadi ba gian Pangeran Anom dan
dina makan Kerajaan Jenggala.
Mereka menjadi raja dari kerajaan masing-mas ing dan
untuk sementara kelihatan puas dan berlomba untuk
me mper indah dan me mperbesar kerajaan masing-masing.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah pembagian kerajaan selesai, Sang Prabu Airlangga
kembali ke pertapaan, bertapa makin tekun lagi sa mbil
me mohon kepada dewata agar kerajaan yang kini dipimpin
oleh kedua orang puteranya dapat makmur dan t idak timbul
pula pertengkaran di antara mereka.
Empu Bharodo dengan setia mengikuti junjungannya ini di
pertapaan Jalatunda di lereng Gunung Bekel.
Biarpun Ki Patih Narota ma tidak diperkenankan menca mpuri urusan pe mbagian kerajaan, bahkan tidak hadir
pula dalam upacara, namun Ki Patih Narotama tidak merasa
kecil hati terhadap junjungan, juga saudara seperguruan dan
sahabat yang dikasihinya itu. Ia merasa girang bahwa jalan
tengah yang diambil sr i baginda itu agaknya me mper lihatkan
hasil ba ik. Apapun yang terjadi, Ki Patih Narotama yang amat
mencinta hegara ini sudah merasa puas apabila menyaksikan
negara aman makmur. Oleh karena itu, biarpun ia sudah
menjad i pertapa, seringkali ia menghadap Resi Jatinendra,
bahkan sering pula ia datang mengajak muridnya, Joko
Wandiro yang tentu saja merasa girang mendapat kese mpatan
bertemu dengan eyang gurunya, yaitu Resi Bhargowo.
Karena adanya hubungan ini, terutama sekali juga karena
para kakek sakti yang waspada itu dapat me lihat bahwa Joko
Wandiro merupakan harapan mereka untuk mewa kili mereka
kelak menang gu langi segala keruwetan dan kekacauan
negara, maka tiada bosannya mereka, juga Sang Resi Jati
nendra sendiri, memberi nasehat dan petunjuk kepada Joko
Wandiro. Anak ini dengan sikapnya yang sopan, dengan otaknya
yang pintar, telah menarik perhatian mereka sehingga tidak
hanya eyang gurunya saja yang menurunkan ilmunya, bahkan
Empu Bharodo juga mengajarkan ilmu kesaktiannya Bayu
Sakti kepada Joko Wandiro.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Resi Jatinendra yang masih tungga l guru dengan Ki Patih
Narotama, maklum bahwa anak itu tentu akan menerima
kepandaian dari Narota ma, ma ka iapun hanya me mberi
petunjuk tentang cara bersamadhi untuk menghimpun
kekuatan sakti , dan kemudian me mberi petunjuk pula tentang
aji kesaktian yang luar biasa dan hanya dimiliki oleh bekas raja
ini, yaitu aji Triwikra ma.
Aji Triwikrama ini sesungguhnya adalah aji yang
menganda lkan kekuatan batin yang mengungkap keaslian
ujud seorang manusia dan yang biasanya hanya dapat dilihat
dengan pandang mata batin yang kuat. Aji ini apabila
dipergunakan, pengaruhnya amat hebat, menu du kkan segala
maca m lawan tanpa menggunakan kekerasan.
Joko Wandiro adalah seorang anak yang rajin, seorang
anak yang pandai nyimpan perasaan dan rahasia hatinya, ia
belajar dengan a mat tekun, penuh perhatian. Ia tidak pernah
bertanya tentang ayahnya , namun didalam hatinya tak
pernah ia melupakan ayahnya , tak pernah ia kehilangan rasa
rindunya yang ditekan-tekan, dan tak pernah ia lupa akan
pesan ayahnya dahulu tentang seorang musuh besar ayahnya
yang bernama Wisangjiwo!
Tentu saja ia tidak pernah mendengar bahwa Wisangjiwo
telah gugur dalam perang saudara. Juga sama sekali tidak
tahu bahwa sebetulnya orang yang selama ini dianggap
musuh besar, yang kelak harus ia balas, Sesungguhnya adalah
ayah kandungnya sendiri! .
0odwo0 Sementara itu, Endang Patibroto dibawa oleh gurunya ke
Pulau Nusakambangan. Pada masa itu, pulau ini merupakan
sebuah pulau yang terkenal sebagai sarang Iblis dan Siluman .
Jangankan mendarat di pulau ini kalau ada yang be rani
bahkan mendekati pulau saja tidak ada seorangpun nelayan
yang berani. Sebuah pulau angker, menyeramkan, dan penuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rahasia mengeri kan. Kalau sekali waktu ada perahu-perahu
nelayan yang diserang badai Laut Selatan di daerah itu, tentu
mereka ini menghubungkannya
dengan Pulau Nusaka mbangan atau yang mereka juluki Pulau Iblis.
Mereka menganggap bahwa iblis- iblis di pulau itu
menga muk dan tidak senang karena ada perahu yang
"melanggar" wilayah Pulau Iblis, yang berlayar terlalu dekat
dengan pulau. Dibyo Mamangkoro menggandeng tangan Endang Patibroto
mende kati panti Laut Selatan. Pulau Nusaka mbangan na mpak
dari pantai itu seperti seorang raksasa sedang tidur. Cuaca
sudah mula i gelap ketika mereka t iba di pantai.
"Bapa guru, bagaimana kita akan menyeberang ke sana?"
tanya Endang Patibroto ketika gurunya member i tahu bahwa
pulau yang jauh itulah tempat tinggalnya. Ia bertanya
demikian karena kini gurunya tidak me mbawa mancung
(selapu bunga kelapa) seperti ketika menyeberang ke Pulau
Sempu. "Apakah kita harus mencari mancung leb ih dulu" Itu di
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sana banyak pohon kelapa!"
Ia menuding ke arah barat di mana terdapat beberapa
batang pohon nyiur me la mbai-la mbai tertiup angin laut .
"Huah-hah-hah, tidak usah, muridku. Setelah kau ikut
bersamaku, kita perlu me mpunyai sebuah perahu. Nah,
bukankah di sana itu ada perahu. Mari !"
Dibyo Mamangkoro menarik tangan muridnya, diajak pergi
mende kati pantai sebelah timur di mana terdapat beberapa
buah perahu.- Dari jauh kelihatan beberapa orang nelayan sedang
berkemas untuk mula i berlayar mencari ikan. Ada yang
me mbereskan layar, ada pula yang menyiapkan ja la, pancing,
dan lain- la in.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa berkata sesuatu, Dibyo Maman gkoro yanjg
menggandeng tangan Endang Patibroto itu mengha mpiri pera
nelayan, lalu seenaknya ia me milih perahu terbaik, lalu
me langkah na ik bersama muridnya.
"Haii .......!
Orang tua, kau mau apa dengan perahuku.,.....?"
Seorang nelayan muda yang bertubuh tegap dan na mpak
kuat datang berlari-lar i sa mbil me mbawa sebuah to mbak
berkail a lat menangkap ikan besar. Sikapnya menganca m.
Akan tetapi Dibyo Mamangkoro tidak me mper- dulikan teguran
orang itu. Enak saja ia mengambil dayung dan hendak
me lepaskan dadung yang mengikat perahu dengan perahu
lain di pantai.
"Heeeel! Lepaskan perahuku. Turun!!"
Si ne layan muda me mbentak sa mbil menerjang ma ju.
Dengan tangan kanannya ia menangkap lengan Dibyo
Mamangkoro dan menyeretnya turun dari perahu. Akan tetapi
alangkah kaget dan herannya ketika lengan dan tubuh yang
diseretnya itu sama sekali tidak bergoyang! Ia mengerah kan
tenaga, me mbetot lagi. Sia- sia belaka, sama halnya kalau ia
mencoba untuk menar ik roboh sebuah batu karang yang
kokoh kuat. Namun si ne layan yang muda dan kuat itu ma kin
penasaran. Ia menancapkan to mbaknya di atas tanah,
kemudian menggunakan kedua tangan untuk menyeret.
"Huah-ha-ha ! Endang, kau lihat t ingkah monyet pantai ini
!" Sambil berkata demikian, Dibyo Mamangkoro menggerakkan tangan yang dibetot dari tubuh nelayan muda itu
terlempar sampa i lima meter jauhnya ke laut .
Sambil menyumpah-nyu mpah nelayan itu berenang ke
pinggir, sedangkan para nelayan lain yang belasan orang
banyaknya datang mendekat dengan wajah terheran. Nelayan
muda itu terkenal sebagai ne layan yang paling kuat di antara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka. Pernah seordng diri saja me lawan dan menaklukkan
ikan hiu sebesar manusia ketika ia mengail dan tertarik jatuh
dari perahunya ke da la m laut oleh seekor ikan hiu yang
terkail. Bagaimana sekarang me lawan seorang kakek tua itu,
biarpun kakek tinggi besar seperti raksasa, begitu mudah saja
dile mpar ke laut"
Dengan penuh ketegangan mereka me lihat betapa nelayan
muda itu sudah berhasil berenang ke pantai. Kini dengan
kemarahan meluap me lihat kake k tinggi besar itu terbahakbahak ketawa dan anak perempuan itu tersenyum-senyum
geli, si nelayan muda menya mbar to mbaknya.
"Suro.......
sabarlah, jangan main-main dengan tombak.......!"
Beberapa orang nelayan tua me mperingatkan. Para nelayan
itu adalah orang-orang sederhana dan menghadapi buruan
mereka, yaitu ikan laut, mungkin mereka dapat bersikap ganas
dan keja m. Akan tetapi menghadapi peristiwa yang menganca m
keselamatan nyawa manusia, mereka merasa ngeri juga.
Namun, nelayan muda berna ma Suro itu terlalu marah
sehingga menjadi mata gelap.
Jelas bahwa kakek raksasa itu hendak mera mpas
perahunya, bahkan kini kakek itu sudah hendak menge mbangkan layar, bagaimana ia tidak akan merah" Perahu lebih
berharga daripada nyawa bagi seorang nelayan mis kin seperti
dia. Kini perahunya hendak dirampas orang, harus ia
pertahankan dengan nyawa, kalau perlu ia tidak akan segan
untuk me mbunuh! Kakek itu terlalu kuat, tidak dapat ia lawan
dengan kedua tangan kosong. Apa salahnya kini menggunakan senjata untuk mencapai kemenangan me mpertahankan perahunya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia tidak tahu bahwa seruan per ingatan teman-te mannya
yang tua tadi bukan hanya karena khawatir melihat ia hendak
me mbunuh orang, melainkan lebih khawatir lagi terhadap
keselamatannya. Para nelayan yang tua itu melihat sesuatu
pada diri Dibyo Ma mangftoro yang menyeramkan hati mere ka.
Sesuatu yang memancar dari sepasang mata yang Uar dan
besar itu, sesuatu yang me mbayang pada sikap kakek yang
tidak sewajarnya, tidak seperti manusia umumnya. Terla mbatlah seruan peringatan itu.
Suro sudah menerjang dengan to mbaknya sa mbil melompat ke atas perahunya sendiri. Ia ber maksud menyerang
kakek raksasa yang tadi telah melemparkannya ke laut, akan
tetapi karena Endang Patibroto berdiri di pinggir menjadi
penghalang, tentu saja otomatis anak perempuan inilah yang
lebih dulu terancam bahaya serangan tombak.
Anehnya, melihat
datangnya marabahaya terhadap muridnya itu, Dibyo Mamangkoro hanya tertawa bergelak,
sama sekali tidak menjadi gugup atau khawatir!
Memang tidak berlebihan s ikap ini. Biarpun anak
perempuan itu baru beberapa hari saja ikut kepadanya dan
menjad i muridnya, namun pandang mata Dibyo Mamangkoro
amat tajam seh ingga ia menganal anak maca m apa muridnya
ini. Kalau hanya menghadapi serangan tombak yang dila kukan
oleh tangan-tangan yang curna kuat dan cepat itu saja, tanpa
didasari ilmu berma in tombak, bukan lah apa-apa bagi Endang
Patibroto. Dengan jelas matanya yang jeli dapat mengikuti gerakan
ujung tombak yang runcing berkail, yang menerjang gurunya!
akan tetapi lewat tubuhnya. Tombak itu me luncur ke tirah
la mbung kirinya.
Endang Patibroto tidak me loncat pergi, melainkan dengan
gerakan yang ringan dan tenang sekali kaki tangannya
merobah kedudukan sehingga tubuhnya menjadi miring dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentu Saja tombak itu tidak mengenai la mbungnya. Secepat
kilat gadis cilik ini me lanjutkan gerakan kaki melangkah ke
depan sambil me mutar tangan menang kap batang tombak
yang masih meluncur de kat la mbung.
Sambil mengerahkan tenaga me mbetot ke be la kang, ia
mena mbahi tenaga nelayan itu, atau "me minjam" tenaga
dorongan tombak. Si nelayan berseru kaget dan tubuhnya
terjerumus ke depan, disa mbut tungka k (tumit) kaki kiri
Endang Patibroto.
Tungka k yang kulitnya kemerahan, halus dan kecil. Akan
tetapi karena tungkak ini dengan cepat "me masuki" perut
terdengar suara "ngekk!" dan tubuh nelayan itu terlempar ke
belakang, terbanting ke atas pasir dan ia meringis- ringis
sambil me nekan perut yang mendada k menjad i mulas!
Kemarahan Suro ma kin menjadi-jadi. Akan tetapi dia dan
juga para nelayan me mandang ke atas perahu dengah muka
tiba-tiba menjadi pucat sekali, dengan mata terbelalak dan
mulut ternganga.
Apakah yang mereka lihat" Sungguh tidak masu k akal dan
takkan mereka percaya kalau mereka tidak menyaksikan
sendiri. Kakek raksasa itu telah mengambil to mbak ra mpasan
tadi, kini sa mbil tertawa-tawa kedua tangannya mematahkan
tombak itu sede mikian mudahnya, dipatah-patahkan menjadi
beberapa potong seperti orang mematahkan lidi saja!
Kemudian, sa mbil me le mparkan potongan tombak itu ke arah
batu karang di pantai, ia berkata, suaranya parau
menakutkan. )0oo-dw-oo0( Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 21 "SIAPA yang hendak menga mbil ke mba li perahu ini, boleh
datang ke Pulau Iblis. Huah-ha-hah!"
Perahu itu didayung ke tengah oleh Dibyo Mamangkoro,
setelah melewati kepala omba k, angin menangkap layar dan
berkembanglah layar itu. Perahu meluncur cepat ke arah
pulau yang ta mpak hita m menyera mkan.
Suro dan para nelayan masih berd iri pucat di pantai.
Potongan-potongan tombak yang dilempar kan secara perlahan
oleh kakek raksasa tadi telah menancap dan amblas terus
me masu ki batu karang !.
"Celaka....... ! Dia agaknya penghuni Pulau Iblis....... !!"
Akhirnya seorang kakek menge mukakan terkaannya
dengan suara ge metar.
"Ah, engkau masih untung, Suro. Untung tidak sa mpai
dibunuh....... !"
"Tida k salah lag i. Mereka tentulah....... bukan manusia
biasa, mereka penghuni Pulai Iblis. Bayangkan anak
perempuan tadi. Begitu cantik, seperti anak peri....... akan
tetapi begitu kuat, sekali gerak telah mera mpas to mbak dan
meroboh kan Suro. Eh, Suro, bukankah tenaga anak tadi luar
biasa sekali, bukan tenaga manusia?"
Suro mas ih ketakutan, mukanya pucat matanya sayu. Ia
tidak kuasa me mbuka suara dan setelah mene lan ludah, baru
ia dapat menjawab dengan anggukan kepala.
"Suro, kau tentu akan mendapat untung besar. Perahumu
diminta penghuni Pulau Iblis, tentu anugerahnya berlipat
ganda ! Jangan murung, Suro, relakanlah, tentu engkau akan
dilindungi !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bermaca m-maca m pendapat mereka. ?"k seorangpun
berani mengome l atau menyumpahi kake k raksasa itu. Dan
tentang untung yang mereka ramalkan untuk Suro,
sungguhpun be lum na mpa k untungnya, namun sedikitnya
Suro sudah agak terhibur daripada dukanya karena para
temannya secara gotong royong bergilir me minjamkan perahu
mereka kepada Suro untuk mencari ikan.
Dan secara kebetulan sekali, atau mungkin juga karena
Suro sesudah kehilangan itu bekerja keras dan rajin, setiap
kali pergi mencari ikan semenjak peristiwa itu, Suro selalu
me mpero leh penghasilan yang besar! Memang, di dunia ini
tidak ada yang lebih kuat daripada kepereayaan yang
menda la m. Endang Patibroto merasa suka sekali kepada gurunya. Ia
merasa ?"?"k dengan watak gurunya yang kasar, berandalan,
dan mencari enaknya sendiri saja. Perampasan perahu itu bagi
Endang Patibroto bukan hal yang dianggap tidak semestinya.
Malah dianggap benar, karena, bukankah mereka me mbutuhkan perahu untuk menyeberang" Dan bukankah
sudah semestinya mereka me makai perahu siapa saja yang
tak ma mpu me mpertahankan miliknya" Semenjak kecil, anak
ini hidup dalam asuhan seorang ibu yang mabo k denda m.
Bahkan se menjak da la m kandungan, ibunya seringkali
me mbayangkan pe mbalasan denda m yang hebat-hebat dan
kejam-kejam. Oleh karena itu, tidak mengherankan pula
apabila Endang Patibroto me miliki watak yang aneh,
berandalan, keras hati dan tida k mengena l kas ihan!
Hebatnya, anak ini secara kebetulan sekali telah rnewar isi
keris pusaka Brojol Luwuk, pusaka Mataram yang semenjak
dahulu kalau lenyap dari keraton pasti men imbulkan geger
dan peristiwa-peristiwa hebat! Untuk melengkap inya lagi,
secara kebetulan pula Endang Patibroto menjadi murid
seorang sakti mandraguna yang liar dan ganas seperti Dibyo
Mamangkoro!. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu perahu mene mpe l pulau, Dibyo Mamangkoro
menggandeng tangan muridnya dan melompat ke darat.
Kemudian sekali ia rne mbetot dan me lontarkan, perahu
rampasan itu terlempar ke pantai pulau dan rebah miring. Ia
tidak pedulikan lag i perahu itu melainkan me narik tangan
muridnya, mengajaknya berlari-lari me masuki pulau sa mbil
tertawa-tawa dan berkata,
"Huah-hah-hah! Inilah negara kita, inilah tempat tinggal
kita, Endang! Inilah sorga dunia. Aku raja di sini, dan kini
engkau menjadi puterinya, ha-ha-ha!"
Akan tetapi tiba-tiba Endang Patibroto terkejut dan berhenti
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berlari sambil melepaskan tangan gurunya, siap untuk
menghadap i bahaya. Di depan mereka muncul seekor harimau
tutul yang besar, sebesar anak lembu! Harimau itu mer ingis
me mper lihatkan taring yang besar meruncing, matanya
bersinar-sinar galak, air liurnya menetes-netes seakan tak
dapat ia menahan seleranya melihat manusia cilik yang
berdaging lunak berdarah ma nis ini.
"Huah-ha-hah! Jangan takut, kalau dia berani mengganggu,
bunuh saja! He, tutul, kalau kau berani me mbikin takut tuan
puterimu, akan kubuntungi ekormu dan kedua telingamu.
Pergi!" Kaki kiri Dibyo Ma mangkoro terayun.
"Bukkk!!" Tubuh har imau tutul yang besar dan berat itu
terlempar sa mpai beberapa meter jauhnya, jatuh terbanting,
lalu binatang itu mengau m kesakitan dan berlari pcrgi
terpincang-pincang, diikuti suara ketawa Dibyo Mamangkoro
dan Endang Patibroto.
Mulailah is i pulau itu mengenal suara ketawa yang lain
daripada biasanya. Suara ketawa yang merdu dan nyaring,
kadang-kadang melengking tinggi, namun mengandung
kekerasan yang menyeramkan! Itulah suara ketawa Endang
Patibroto yang mulai saat itu menjad i penghuni Pulau Iblis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atau Pulau Nusakambangan, hidup berdua dengan gurunya,
Dibyo Mamangkoro dan binatang-binatang buas yang menjadi
penghuni asli pulau itu.
"Hati-hatilah engkau terhadap manusia di dunia ini
Endang," demikian sebuah di antara nasehat-nasehat Dibyo
Mamangkoro kepada muridnya. "Jauh lebih ba ik berhadapan
dengan ancaman binatang buas daripada man usia. Binatang
hutan,betapa buaspun,selalu menyerang orang berdepan,
bahkan mcmber i peringatan lebih dulu dengan suaranya.
Menang atau kalah dalam pertandi ngan, binatang
menganda lkan kekuatan dan kecepatan nya, secara jujur.
Akan tetapi tidak demikian dengan lawan manusia. Manusia
lebih sering menang mcngandalkan tipu muslihat yang licik.
Karena itu, sekali-kali jangan engkau pereaya manusia.
Apalagi manusia yang pandai ber main mulut, wah, berbahaya
sekali dia itu, karena biasanya ?"" yang keluar dar i mulutnya
berlawanan dengan yang terkandung dalam hati. Kalau
berhadapan dengan manusia yang mencuriga kan, pukul saja
lebih dahulu sebelum engkau dipukul!"
Ajaran-ajaran seperti inilah yang me mbuat Endang
Patibroto menyerang kalang-kabut ketika beberapa bulan
kemudian ia melihat tiga orang laki-laki tinggi besar mendarat
di Pulau Iblis.
Tiga orang laki-la ki seperti gurunya, tinggi besar dan
menyeramkan. Mereka itu mendarat dan menyeret sebuah
perahu kecil ke pantai. Mereka itu adalah W irokolo dan dua
orang anak buahnya, Gagak Kunto dan Cagak Rudro yang
telah gagal me mbunuh Sang Resi Jatinendra di Jalatunda.
Seperti kita ketahui, tiga orang ini mundur setelah Wirokolo
dirobohkan Ki Patih Narotama.
Setelah gagal, Wirokolo mengajak dua orang kawannya itu
pergi ke Nusakambangan menghadap kakak seperguruannya.
Melihat laki-laki tinggi besar yang berkalung dan bergelang
ular pada leher dan keduaa pa sang kaki tangannya, tentu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja sekaiigus Endang Patibroto me njadi curiga. Apalagi s ikap
Gagak Kunio dan Cagak Rudro juga amat kasar dan tidak
menyenangkan hatinya.
Dari te mpat persembunyiannya, di balik scru mpun pandan,
Endang Patibroto mcngintai. Setelah ia merasa yakin akan
dugaannya bahwa tiga orang itu tentu datang ke pulau
dengan maksud buruk, Endang Patibroto menggerakkan
tangan, menga mbil beberapa buah pecahan batu karang.
"Pukul lebih dahulu sebelum engkau dipukul !" Bukankah
demikian pesan dan ajaran gurunya"
Tiga orang ini mencurigakan, kalau tidak didahului tentu
hanya akan mendatangkan bencana. Dari tempat persembunyiannya Endang la lu mengayun kedua tangan dan
secara berturut-turut, tiga buah batu karang yang keras telah
menya mbar ke arah kepala tiga orang itu dengan kecepatan
mengagumkan. Biarpun orang me miliki tubuh kuat, kalau
kepalanya dihanta m batu karang yang keras itu, tentu akan
celaka, sedikitnya akan moncrot dan bileng !.
Namun, tiga orang itu adalah jagoan-jagoan Kerajaan
Wengker dahulu, ilmu ke pandaian mereka tinggi. Biarpun
sambitan itu dilakukan dar i jarak dekat dan dilakukan dengan
tenaga yang dahsyat melebihi tenaga orang biasa, namun
mereka sudah dapat menangkap sa mbaran anginnya lebih
dahulu sehihgga dengan miringkan tubuh, mereka dapat
menge lak seh ingga tiga buah batu itu menya mbar lewat.
Wirokolo mengerutkan kening dan bertukar pandang
dengan kedua orang te mannya. Ia terheran dan meragu. Ia
maklum benar bahwa pulau ini adalah pulau yang hanya
ditinggali oleh kakak scperguruannya, Dibyo Mamangkoro,
tidak ada manusia lain. Ia maklu m pula bahwa pulau ini oleh
semua nelayan dianggap sebagai pulau iblis yang gawat dan
angker bahwa tidak ada manusia lain berani mendatangi pulau
ini, bahkan mendekatipun tidak ada yang berani.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagaimana sekarang begitu mendarat di pulau ini mereka
bertiga diserang orang secara menggelap " Apakah Dibyo
Mamangkoro me mbawa anak buah ke pulau ini " Andaikata
demikian, tidak mungkin pula anak buahnya menyerang
mereka !. Semua anak buah Dibyo Mamangkoro tentu sudah
mengenal siapa d ia Wirokolo, Gagak Kunto dan Gagak Rudro!
Ini pasti perbuatan musuh yang dia m-dia m menyelundup
masu k ke Pulau Nusakambangan!.
Berpikir de mikian, tiba-tiba Wirokolo tertawa berkakakan,
kemudian kedua lengannya bergerak dan ia sudah melakukan
gerakan me mukul ke arah rumpun pandan di mana Endang
Patibroto bersembunyi.
"Werrrr....... braaaakkkk....... !!"
Hebat bukan ma in kesaktian W irokolo. Ilmu pukulan jarak
jauh ini mendatangkan akibat yang mengerikan. Hawa
pukulannya yang dahsyat tadi menya mbar bagaikan angin
puyuh. Debu mengebul dan daun-daun bergoyang, kemudian
rumpun pandan itu bobol, tereabut berikut akar-akarnya dan
terlempar sa mpai lima meter lebihl Akan tetapi di belakang
rumpun pandan itu tidak ada apa-apa! Wirokolo sampai
me longo keheranan. Juga Gagak Kunto dan Gagak Rudro yang
tadi tertawa-tawa melihat Wirokolo melakukan pukulan
dahsyat ke arah rumpun pandan.
Merekapun, seperti Wirokolo, sudah dapat mengetahui
bahwa yang melakukan penyerangan gelap dengan sambitan
batu tadi bersembunyi di belakang rumpun pandan. Akan
tetapi setelah rumpun itu terlempar, mengapa di s itu tidak
tampak ada orangnya" Salahkah dugaan dan perhitungan
mereka" Tidak, sebetulnya dugaan mereka tepat sekali. Akan
tetapi mereka tidak pernah menyangka bahwa yang
me lakukan penyerangan gelap hanyalah seorang gad is cilik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lebih-lebih lag i mereka tidak tahu bahwa gadis cilik itu
adalah seorang yang amat cerdik, dan sekecil itu telah
me miliki gerakan gesit dan tangkas seperti burung srikatan.
Begitu serangannya tadi gagal, Endang Patibroto sudah
maklum bahwa tiga orang itu bukan lah orang se mbarangan,
maka ia berlaku hati-hati sekali.
Kalau mereka ma mpu mengelak dari sambitannya, tentu
mereka itu akan dapat mene mukan te mpat persembunyiannya, demikian pikirnya. ?"k" cepat sekali
Endang Patibroto lalu menggunakan ajinya Bayu Tantra,
me lompat dari belakang rumpun pandang ke atas anak pohon
nyiur dan dari situ me loncat pula ke atas scbuah batu karang
besar lalu bersejnbunyi di situ sambil mengintai!
Ia men julurkan lidah sa king ngeri dan kagum mcnyaksikan
betapa rumpun pandan di mana tadi ia berse mbunyi, jebol
dan terlempar karena pukulan jarak jauh yang de mikian
dahsyat! Ia bersyukur bahwa tadi telah berlaku cerdik dan
cepat. Kalau ia masih mendekam di belakang rumpun pandan,
tentu tubuhnya menjadi korban pukulan dahsyat yang hebat
akibatnya!. Betapapun cepat gerakan Endang Patibroto, ia tidak dapat
terlepas dari pandang mata yang tajam dari ketiga orang
kakek itu. Mereka tadi melihat berkelebatnya bayangan dari
rumpun pandan ke nyiur, hanya mereka tadi sama sekali tidak
menduga bahwa itu adalah bayangan seorang manusia.
Setelah kini melihat di balik pandan itu tidak ada apa-apa,
barulah mereka maklum bahwa orang yang tadi menyambit
mereka itu telah lari bersembunyi dan me miliki gerakan yang
cepat. "Babo-babo! Keparat
dari mana berani me masuki Nusaka mbangan dan menyerang kami" Heh, pengecut di
belakang karang. Keluarlah!" bentak Wirokolo.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi Endang Patibroto tidak mau keluar dar i tempat
sembunyinya. Ia tetap mendekam dan s iap melakukan
perlawanan ?"" bila diserang.
"Gagak Kembar, pergi kalian tangkap dia !" Wirokolo
me mer intah. Dua orang raksasa kembar Itu tertawa lalu me langkah
lebar ke arah batu karang. Mereka berdua adalah orang-orang
yang memiliki kepandaian tinggi dan pereaya kepada diri
sendiri, menjadi so mbong, maka tanpa gentar mereka
mengha mpiri te mpat persembunyian lawan sarnbil tertawatawa. Dari te mpat persembunyiannya Endang Patibroto melihat
datangnya dua orang raksasa yang sikapnya mengancam itu,
dia m-dia m me mbuat perhitungan. Ia harus menyerang lebih
dulu, pikirnya. Laripun tiada gunanya, tentu mereka akan
mengejarnya dan kalau ketahuan gurunya, alangkah akan
ma lunya. Melarikan diri dari lawan" Tida k sudi! Ia menant i dengan
tubuh setengah me mbongkok, siap menerjang. Ketika dua
orang raksasa itu sudah tiba di dekat batu karang, seperti
seekor kijang muda Endang Patibroto melornpat keluar,
tangan kakinya bergerak me nyerang. menyerang.
"Plak-bukk!!"
Cepat bukan main serangan Endang Patibroto, cepat
laksana kilat dan sama sekali tidak terduga-duga oleh
sepasang Gagak itu yang sejenak tertegun melihat bahwa
yang keluar dari balik batu karang adalah seorang anak
perempuan! Karena inilah mereka terlambat untuk me ngelak
atau menangkis sehingga perut mereka kena digebuk sekali
oleh tangan Endang Patibroto.
Akan tetapi tubuh mereka kebal dan pukulan Endang
Patibrpto, sungguhpun jauh lebih keras daripada pukulan
Rahasia Peti Wasiat 11 Seruling Perak Sepasang Walet Karya Khu Lung Pendekar Pengejar Nyawa 21
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama