Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Bagian 12
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang dewasa pada umumnya, masih kurang kuat untuk dapat
meroboh kan dua orang jagoan Wengker ini.
Di lain saat berikutnya, dua orang yang tadinya tertegun
dan terkejut itu sudah menubruk hendak menang kapnya.
Akan tetapi, biarpun kalah jauh dalam hal tenaga, namun
mengenai kecepatan gerak, Endang menang jauh. Dua orang
itu menubruk dan dua-duanya mendapat kan angin kosong
karena secara indah sekali tubuh kecil itu telah rnenyelinap
pergi di antara empat buah tangan mereka yang me nubruk.
"Ha-ha-ha, bocah ayu. Mari kugendong, ha-ha!"
Gagak Kunto tertawa sambil me langkah maju.
"Kiranya hanya seorang bocah perempuan. Ha-ha, marilah,
man is!" Gagak Rudro juga tertawa-tawa untuk menutupi rasa malu
bahwa selain tadi ke?" dihanta m, juga sekarang sekali tubruk
tak berhasil menangkapnya.
Terjadilah kejar-kejaran yang menggelikan. Dua orang lakilaki tinggi besar seperti raksasa itu menubruk sana-sini,
namun selalu luput. Gerakan Endang yang menggunakan Aji
Bayu Tantra amatlah cepatnya, secepat burung terbang,
sedangkan dua orang raksasa itu terlalu besar tubuhnya
sehingga agak la mban. Sampa i tubuh mereka mandi pe luh,
belum juga mereka dapat menang kap Endang Patibroto !.
"Ha-ha-ha !"
Wirokolo terbahak tertawa menyaksikan ha l yang
dianggapnya lucu itu. Dengan berindap ia melangkah maju
dan pada saat Endang me loncat ke sa mping menghindarkan
tubrukan dua orang lawannya dari depan dan belakang, tibatiba ia merasa rambutnya dija mbak orang dan tubuhnya sudah
menggantung di tangan Wirokolo yang me nyambaknya!.
"Ha-ha-ha! Bocah ayu manis, galaknya seperti kucing, haha!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wirokolo tertawa bergelak, me mbiar kan anak itu menendang dan me mukul. Endang marah se kali.
Biarpun tubuhnya tergantung dan kepalanya terasa pedas
karena rambutnya dijamba k, namun ia tidak tinggal dia m, kaki
tangannya bergerak menyerang. Celakanya, raksasa menger ikan ini tubuhnya jauh lebih kebal daripada yang dua
tadi. "Lepaskan aku, kau orang tua tak tahu malu!" Ia berteriakteriak. "Ha-ha-ha-ha! Kalau tidak kulepaskan, kau mau ?"", cah
ayu" Hayo kau mengaku lebih dulu, siapa kau ini dan dengan
siapa kau datang ke pulau ini."
Endang Patibroto yang cerdik segera mengerti bahwa
menghadap i kakek ini tidak bisa menggunakan kekasaran.
?"k" ia lalu tersenyum a mat man is dan ber kata, suaranya
le mbut dan merd u,
"Kakek yang baik,kau benar-benar sakti mandraguna. Aku
takluk dan kagum me lihat
kesaktian mu. Aku sering
mendengar bahwa seorang kakek sakt i mandraguna pantang
menghina seorang anak-ana k."
"Ha-ha-ha, kau benar. Ha-ha-ha!"
Senang hati Wirokolo. Anak ini terang bukan bocah biasa,
suaranya merdu dan pujiannya enak di hati dan telinga.
"Kaulepaskanlah aku, kake k yang sakti, nanti aku ceritakan
siapa aku ini."
Dengan senyum di bibir, dengan pandang mata bersinarsinar, dan dengan suara merdu Endang dapat mengalahkan
Wirokolo. Sambil tertawa-tawa, diikuti pula oleh sepasang
Gagak yang kini juga tertawa-tawa, ia melepaskan rambut Endang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Endang Patibroto me mbereskan ra mbutnya yang mawut
oleh jambakan tadi. Di dalam hatinya ia merasa marah dan
panas sekali, akan tetapi hal ini tidak ia perlihatkan pada
wajahnya yang berseri.
Biarpun usianya baru dua belas tahun, namun sudah jelas
terbayang kecantikan wajah Endang, dan tubuhnya juga mulai
me mbentu k keindahan seperti bunga me kar. Manis sekali
ketika ia me mbereskan rambutnya dengan kedua tangan.
"Ha-ha-ha, rambut mu hitam dan halus sekali....... !"
Wirokolo mengusap kepalanya sambil me muji.
"Genduk, pipimu segar kemerahan!" Gagak Kunto juga
me muji sambil mengusap pipi.
"Beberapa tahun lagi engkau tentu menjadi seorang gadis
jelita, denok ayu, ha-ha-ha!"
Gagak Rudro juga me muji dan mencubit dagu Endang.
Menghadapi tangan-tangan nakal ini, kemarahan Endang
me luap. Tadinya ia hanya hendak menggunakan siasat
bersikap lunak agar mereka lalai untuk kemudian mencari
jalan dan kesempa tan untuk melarikan diri melapor kepada
gurunya. la ma klum bahwa ia tidak akan menang mengha
dapi mereka ini. Akan tetapi setelah mereka ini me muji-muji
dan tangan mereka mulai naka l, mengelus dan mendatangkan
rasa jijik, ia marah sekali dan lupa bahwa mereka itu sama
sekali bukan lawannya. Kalah atau menang ia tidak perduli
lagi, yang penting kelakuan mereka yang ia anggap kurang
ajar ini harus dihukum!.
"Lepas tangan! ?"u ?"" kalian meraba-raba?"" bentaknya,
mukanya tidak berseri lagi, mulutnya kehilangan senyum dan
matanya me mancarkan s inar marah.
Endang ma kin menar ik kalau sedang marah- marah begini.
Mulut yang man is itu ce mberut,matanya seperti bintang dan
kulit muka yang halus itu me njadi kemerahan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiga orang kakek itu makin senang hatinya untuk
menggoda. Sambil tertawa-tawa mereka sengaja mengusap,
meraba dan mencubit untuk me mbuat anak itu ma kin marah.
Endang Patibroto tak kuasa menahan kemarahanriya. Kini
ia menyerang dengan pukulan-pukulan tangannya. Ia
mengerahkan Aji Pethit Nogo, meloncat dengan "ji Bayu
Tantra. Kedua ilmunya ini sudah dise mpurnakan di bawah
gemblengan Resi bhargowo, dan gurunya yang baru, Dibyo
Mamangkoro yang me lihat bahwa muridnya telah me mpelajari
ilmu-ilmu yang hebat, tidak melenyapkannya malah me mper kuatnya dengan aji-aji yang lain. Karena kini Endang
menyerang untuk me mbunuh, maka ia me milih bagian yang
berbahaya, bahkan tidak ragu-ragu untuk menyerang pusar
dan bawah perut!
Tiga orang kakek itu
dia m-dia m terkejut juga.
Akan tetapi mereka tidak kehilangan kegembiraan mereka. Dengan menge lak atau
menang kis, mereka me mbuat Endang jatuh
bangun. Siapa saja di
antara mereka bertiga
yang diserangnya, tentu
dapat mengelak la lu mendorongnya jatuh, atau menangkis la lu nembetotnya roboh tertelungkup. sungguh mereka bertiga mengalami saat yang
gembira sekali sebagai hiburan atas kekalahan mereka di
Jalatunda. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Makin hebat Endang menga muk, ma kin ge mbiralah mereka
yang mengelak dan menang kis sa mbil tertawa-tawa. Kasihan
Endang yang jatuh bangun sampai lututnya lecet-lecet.
Pada saat itu, Wirokolo menangkap pu ndaknya. Muka yang
besar dan penuh ra mbut dengan mata lebar mulut nenyeringai
menjijikkan itu dekat sekali dengan muka Endang.
"Ha-ha-ha, cah ayu, aku minta a mbung, ya" Ha-ha-ha!"
"Ha-ha-ha! Bagus, beri kami ciu m man is !"
Gagak Kunto dan Gagak Rudro juga tertawa-tawa.
Endang tak tahan lagi. Tangan kanannya merogoh ke balik
baju, menggenggam gagang keris pusaka Brojol Luwuk,
menghunusnya lalu menerjang sa mbil me mbentak nyaring,
"Ma mpuslah orang-orang kurang ajar!"
Suara ketawa mereka seketika terhenti. Wajah tiga orang
itu menjadi pucat sekali dan serentak mereka me mbanting
tubuh ke belakang lalu bergulingan menjauh dengan penuh
ketakutan. "Eh, jangan....... jangan....... !!" teriak Gagak Kunto.
"Aduh, celaka....... !"
Gagak Rudro berseru ketika ia jatuh bangun dan tubuhnya
menggigil, matanya seakan-akan silau oleh cahaya yang
bersinar keluar dari keris pusaka Brojol Luwuk.
Wirokolo sendiri sungguhpun seorang sakti mandraguna,
selama hidupnya belum pernah ia menghadap i sebuah keris
pusaka yang mempunyai wibawa sedahsyat ini. Ketika keris itu
tadi ditodongkan, ia merasa seakan-akan diserang lahar panas
yang dimuntahkan kawah gunung berapi. Ketika ia
bergulingan ke belakang menjauhkan diri kemudian me loncat
kembali, ia mendapat kenyataan bahwa lima ekor ular berb isa
yang tadinya melingkar di leher, kedua tangan dan kakinya,
telah terlepas dan menjadi bangkai hangus di atas tanah !.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baru hawanya saja sudah sedemikian a mpuhnya, ?"" lagi
kalau tubuh terkena pusaka mujijat itu. Ia bergidik. Maklum
bahwa gadis cilik ini me megang keris yang amat ampuh dan
sama sekali t idak boleh d ipandang ringan, lenyap semua sikap
ma in-main pada Wirokolo dan dua orang pe mbantunya.
Sepasang Gagak itu kini sudah me ngeluarkan suara
bergaok menyeramkan seperti suara
burung gagak, sedangkan Wirokolo sudah menggosok-gosok
kedua tangannya sampai mengepulkan asap karena ia telah
mengerahkan aj inya Anolo Hasto (Tangan Berapi) untuk
menghadap i keris pusa ka di tangan Endang!.
Endang Patibroto sendiri tertegun menyaksikan kehebatan
tiga orang lawannya itu. Betapa kedua tangan Wirokolo keluai
asap dan bara apinya. Betapa kedua orang yang bersuara
seperti gagak itu tampak menger ikan sikapnya, yang seorang
me megang tombak yang ke dua me megang ruyung besar!
Akan tetapi ia tidak gentar. Jelas bahwa tiga orang iti tadi
ngeri dan ketakutan menghadapi keris pusakanya! Hal ini
me mbesarkar hatinya dan dengan keris siap di tangan, ia
berlaku awas. Pada saat yang sangat tegang itu, tiba-tiba terdengar suara
bekakakan dar i Jauh.
"Huah-hah-hah! Aku sudah mendengar suara Si Gagak
Kembar dan Wirokolo! Kalian tidak lekas-lekas menghadapi
aku, mengapa berlambat-la mbatan?"
Belum habis suara itu bergema, tahu-tahu orangnya sudah
muncul, yaitu Dibyo Mamangkoro sendiri. Betapa kagetnya
me lihat muridnya menghunus sebuah keris yang bersinar-sinar
berhadapan dengan Wirokolo dan Gagak Kembar yang juga
sudah siap bertanding mati-matian!.
Seketika lenyap seri dan tawa pada wajah kakek ra ksasa
ini. Cepat ia me lompat maju dan berkata,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heeee! Endang muridku sayang ! ?"" yang kaulakukan
ini". Aduh....... wah , ....... bukan main pusakamu itu. eh,.......
simpan, Endang. Simpan dulu keris pusa ka itu. Hebat....... !!"
Dibyo Mamangkoro sendiri terkejut bukan ma in ketika ia
merasa betapa dahsyatnya wibawa keris pusaka itu yang
me mbuat jantungnya berdebar keras, dan barulah la menarik
napas lega ketika keris itu disimpan oleh Endang di balik
bajunya. Dibyo Mamangkoro merangkulnya, mengelus
rambutnya dan berkata lirih,
"Muridku....... sayangku....... mengapa kau tidak bilang
bahwa kau me miliki Brojol Luwuk.............. "!!"
"Pusaka sakti Brojol Luwuk....... ?"?"
Wirokolo dan kedua orang Gagak Kembar berseru dan mata
mereka terbelala k me mandang ke arah Endang. Jelas tampak
betapa mereka terheran, dan mcngilar ketika mendengar
bahwa pusaka a mpuh tadi adalah Ki Brojol Luwuk, pusaka
Mataram yang hanya mereka dengar dalam dongeng sebagai
pusaka yang tiada taranya di dunia ini.
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Melihat hasrat me mancar jelas sekali dari muka tiga orang
itu, Dibyo Mamangkoro yang masih merang kul muridnya
segera me mbentak,
"Kalian bertiga apakah mendadak sudah menjadi gila" Ki
Brojol Luwuk adalah pusaka milik muridku. Kenapa kalian tiga
orang tua bangka mau ma mpus tadi henda k bertanding
me lawan muridku, Endang Pa tibroto" Sungguh bagus sekali,
ya" Tiga orang kakek tua bangka hendak mengeroyok seorang
bocah. Di mana kegagahan kalian?"
Tiga orang itu menjadi makin kaget sekali. ?"k mereka
sangka seujung rambutpun bahwa anak perempuan itu adalah
murid Dibyo Mamangkoro!
"Aduh........ maafkan kami, kakang Dibyo Mamangkoro!
Sungguh mati kami tidak tahu bahwa anak ini adalah murid
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keponakanku send iri. Siapa yang mengira begitu" Selamanya
kakang tidak me mpunyai murid. Bagaimana sekarang secara
mendadak me mpunyai murid begini elok?"
"Ini urusanku sendiri, tak perlu kau menca mpuri! lngat,
inilah Endang Patibroto, muridku
yang kela k akan
menggantikan aku. Muridku inilah yang kela k akan me mimpin
kalian se mua, menghancurkan musuh-musuhku, menggegerken Kahuripan. Apalagi....... Ki Brojol Luwuk berada
di tangannya. Huah-ha-hah!"
Kemudian ia berhenti tertawa secara mendadak, menudingkan telunjuknya yang besar ke arah Gagak Kembar
dan me mbentak,
"Kalian berani tadi me lawan dan kurang ajar kepada gusti
puterimu?""
Tiba-tiba Gagak Kunto dan Gagak Rudro men jadi pucat dan
mereka menjatuhkan diri berlutut di depan Dibyo Mamangkoro. "Karena hamba berdua tidak tahu, telah bersikap kurang
ajar terhadap....... gusti puteri, mohon paduka suka me mberi
ampun....... "
"Huah-ha-hah! Enak saja minta ampun. Kalian patut
dihajar!" Tiba-tiba tangan yang menuding itu me mbuat gerakan
mendorong dan....... dua orang raksasa yang berlutut itu lalu
terjengkang ke belakang. Dibyo Mamangkoro menggerakgerakkan kedua tangannya ke arah mereka. Sungguh aneh
dan rnengagumkan sekali dan jelas me mbukttkan betapa
hebatnya tenaga sakti Dibyo Mamangkoro.
Pukulan jarak jauh kedua tangannya itu
ma mpu menjatuhbangunkan dua orang yang terhitung orang-orang
berkepandaian tinggi. Gagak Kunto dan Gagak Rudro berkalikali terbanting seh ingga babak be lur. Mereka mengaduh-aduh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan sama sekali tidak berdaya, seperti dua helai daun kering
diper mainkan angin. Ketika Dibyo Mamangkoro men ghentikan
gerakan tangannya, mereka rebah miring dengan napas
terengah-engah.
"Kau puas, muridku?" Dibyo Mamangkoro bertanya kepada
Endang yang hanya menonton saja.
Endang mengangguk.
"Mereka itu tidak dibunuh, sungguh mas ih a mat ba ik
nasibnya!"
Wirokolo adalah seorang yang buas dan ganas. Namun
mendengar ucapan seenaknya keluar dari mulut yang mungil
itu, tengkuknya terasa dingin juga. ?"k salah lagi, pikirnya,
kakak seperguruannya telah mene mukan seorang murid yang
hebat! Setelah Gagak Kembar dapat bangun dan berlutut lagi,
Dibyo Mamangkoro bertanya, "Nah, sekarang ceritakan
bagaimana hasilmu menyerbu Jalatunda, adiku Wirokolo?"
Dengan suara bernada penyesalan, Wirokolo menceritakan
pengalamannya di Jalatunda.
Menceritakan betapa lima orang anak buah Gagak Kembar
semua kalah oleh seorang anak la ki-laki yang agaknya cucu
murid Resi Bhargowo, kemudian betapa Gagak Kembar sendiri
kalah me lawan Resi Bhargowo.
"Terpaksa aku turun tangan sendiri, kakang Dibyo. Biarpun
dalam ilmu sihir, aku tidak ma mpu menghadapi Empu
Bharodo, namun dala m pertandingan, Empu Bharodo dan Resi
Bhargowo masih belum ma mpu mengalahkan aku. Airlangga
yang sudah menjadi pertapa itu telah menjad i seorang yang
le mah dan tidak mau berkelahi. Sebetulnya aku sudah
mendapat kesempatan baik sekali untuk me mbunuhnya. Siapa
kira si jahana m Narotama muncul....... "
"Narotama....... ?" Keparat !!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dibyo Mamangkoro berjingkrak marah. "Lalu bagaimana"
Apakah dia mas ih sekuat dahulu?"
Wirokolo menarik napas panjang. "Dia hebat, kakang.
Agaknya malah lebih kuat daripada dahulu. Aku tahu bahwa
aku bukan tandingannya, maka terpaksa ka mi mundur."
Dibyo Mamangkoro menggendong kedua tangan di
punggung, lalu berja lan kian ke mar i dengan kening berkerut.
Dari mulutnya keluar suara menggereng seperti harimau
kelaparan. Tiba-tiba ia berhenti dan kembali merang kul
pundak Endang. "Kita tunggu waktu dan kesempatan! Kita tunggu muridku
dewasa. Dengan kepandaiannya dan dengan keris pusaka
Brojol Luwuk di tangannya aku yakin Kahuripan akan hancur
lebur ke lak. Huah-ha-ha!"
Wirokolo dan Gagak Kembar hanya sehari tinggal di pulau
itu. Mereka segera pergi dari pulau, ke mba li ke te mpat mereka
sendiri, yaitu di le mbah C itandui. Mereka sebagai anak buah
Dibyo Mamangkoro dipesan untuk me mpersiapkan diri,
mengumpulkan tenaga bantuan yang bersakit hati terhadap
Kahuripan, dan menyelidiki keadaan Kahuripan. Jika ada
perubahan di Kahuripan, mereka dipesan agar mengabarkan
ke Nusaka mbangan.
Sementara itu se menja k menga la mi peristiwa perte mpuran
me lawan pa man gurunya sendiri, Endang Patibrpto maklum
bahwa di dunia ini banyak sekali orang pandai dan kalau ia
tidak tekun belajar, menguras semua ilmu yang dimiliki
gurunya, kelak tentu ia akan mene mui banyak kesulitan dari
orang pandai. Di la in fihak, setelah mendapat kenyataan bahwa muridnya
secara aneh telah me miliki keris pusaka Ki Brojol Luwuk, Dibyo
Mamangkoro menjadi ma kin sayang kepada muridnya! Makin
besar hatinya, dan makin tebal keyakinannya bahwa muridnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini kelak akan leb ih berhasil daripadanya dalam usaha
meruntuhkan Kahuripan.
0o-dw-oO Kita tinggalkan dulu Endang Patibroto yang tekun
menerima ge mblengan ilmu kesaktian dari Dibyo Mamangkoro. Mari kita mengikuti perjalanan Jokowanengpati
yang melarikan diri menunggang kuda menuju ke selatan.
Melihat perang dihentikan oleh Sang Prabu Airlangga
sendiri, Jokowanengpati ma klum bahwa perda maian antara
kedua pangeran tentu akan terjadi. Dan ia telah melihat
musuh besarnya, orang-orang yang tentu tidak akan berhenti
sebelum berhadapan muka dan me ngadu nyawa dengannya.
la melihat Pujo, Kartikosari, dan Roro Luhito, tiga orang
yang menaruh denda m sedalam lautan kepadanya. Lebih dari
semua itu, ia melihat Resi Bhargowo! Kaget seperti disambar
petir ketika ia tadi melihat Resi Bhargowo di sebelah Sang
Prabu Airlangga. Jelas bahwa Resi Bhargowo sudah ia hantam
roboh dengan penggada milik Ki Krendoyakso. Ia ingat betul
betapa ia mengerahkan tenaga sekuatnya ketika melakukan
pemukulan curang itu dan ia tahu pula bahwa ruyung Wesi
Ireng adalah senjata pusaka yang a mpuh. Terasa oleh
tangannya betapa kepala resi itu terkena pukulan yang telak
sehingga resi itu roboh seketika.
Bagaimana sekarang Resi Bhargowo bisa muncul dalam
keadaan segar sehat di samping Sang Prabu Airlangga" Tentu
saja ia tidak berani bertemu muka dengan bekas paman
gurunya ! itu. Selain itu, juga ia me lihat munculnya Empu Bharodo,
gurunya !. Setelah mereka itu muncul, bagaimana ia berani tinggal
lebih la ma lag i di kota raja" Dala m keadaan perang saudara,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentu saja ia dapat berlindung di be lakang punggung
Pangeran Anom. Akan tetapi setelah da ma i, tidak mungkin
lagi. Lebih cepat pergi, lebih aman baginya. Lebih-lebih lagi
kini setelah ia me mbunuh W isangjiwo. Akan bertambah
mereka yang benci dan mendenda m kepadanya.
"Ha-ha-ha! ?"k seorangpun melihat aku pergi Mereka kini
tentu sedang mencar i-cari!"
Jokowanengpati terkekeh senang sambil me mba lapkan
kudanya terus ke selatan. Setelah me mbalapkan kuda tiada
hentinya selama dua hari dua malam, kudanya itu akhirnya
roboh le mas dan mati di luar sebuah ka mpung.
Jokowanengpati melompat turun dan menendang bangkai
kuda yang telah membawanya lari selama itu. "Huh, kuda
sialan!" Akan tetapi lega hatinya setelah mendapat kenyataan
bahwa ia telah melarikan diri jauh sekali dari kota raja. Ia
sudah sampai di wilayah pantai selatan. Dari kampung itu ke
Laut Selatan hanya tinggal perjalanan selama satu dua jam
saja. Hatinya mulal ge mbira. la telah berada di te mpat a man,
jauh dari kota raja, dan tak seorangpun men gcnalnya di sini.
Hari telah mendekati malam dan dengan senyum menghias
bibirnya yang tampan, ia me masu ki kampung itu men inggalkan bangkai kudanya tanpa menengok satu kalipun.
Manusia dengan watak seperti Jokowanengpati ini tidak
mungkin dapat mengingat budi dan jasa seekor kuda.
Jokowanengpati meraba-raba dadanya. Masih terasa sakit
bekas pukulan Wisangjiwo. Ia tahu bahwa pukulan itu
mengakibatkan luka dalam di dadanya. Akan tetapi, asal ia
dapat beristirahat dan tidak mengeluarkan tenaga berat, ia
akan sembuh kemba li. Pikiran ini menenangkan hatinya. Ia
boleh beristirahat di kampung ini, atau besok ia akan mencari
tempat yang lebih aman. Di pinggir laut. Kemudian, dari
pinggir laut ini ia akan terus me ncari te mpat kedia man Ni
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nogogini yang katanya di pinggir laut sebelah timur. Asal ia
menyusuri sepanjang pantai ke timur, akhirnya tentu akan
ketemu. Akan tetapi, malam ini ia akan bermalam di dalam
kampung. Perutnya lapar sekali. Ia harus mencar i ma kanan.
Tiba-tiba ia tersenyum lebar. Suara gamelan menyambut
kedatangannya. Suara gamelan yang terdengar amat merdu
dan indah. Kalau ada gamelan, berarti "da pesta dan kalau
ada pesta, berarti ada makanan enak berlebihan! Jokowanengpati tertawa terkekeh senang dan ia mempercepat
langkahnya menuju ke arah suara gamelan.
Dari jauh s udah ta mpak s inar la mpu yang menerangi
tempat pesta, juga suara banyak anak-anak di depan rumah
yang berpesta. Memang tepat dugaannya. Ada orang mengadakan
perayaan pesta perkawinan. Bukan lain adalah lurah kampung
itu sendiri yang mengadakan pesta, untuk merayakan
perkawinan puterinya! Tamu-ta mu mulai berdatangan dan
beberapa penari mula i mcnari sa mbil bersinden, diiringi suara
gamelan meriah. Minuman dan hidangan dikeluarkan oleh
pelayan-pelayan yang sibuk.
Jokowanengpati melangkah gagah me masuki ruangan.
Biarpun ia tidak berganti pakaian, namun pa kaian yang
mene mpe l di tubuhnya adalah pakaian perwira kerajaan,
pakaian yang jauh lebih indah dan lebih gagah daripada
pakaian semua orang yang hadir di situ, termasuk pengantin
prianya sendiri!
Semua orang cingak (me mandang kagum) ketika ia masu k,
dan ?"k lurah sendiri tergopoh-gopoh menyambutnya. Tentu
saja ?"k lurah agak bingung karena tidak mengenal tamunya
ini, tamu yang tidak diundang, namun ia harus menghormat,
me lihat pakaian ta munya yang jelas me mbayangkan seorang
"priyayi" dari kota raja. Sambil me mbongkok-bongkok tuan
rumah ini menya mbut Joko wanengpati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa malu atau sungkan sedikitpun, Jokowanengpati
bekata, "Maaf, paman. Aku adalah seorang pelancong dari kota
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
raja. Kudaku sakit dan mati di luar kampung. Terpaksa aku
mengganggu dan datang ke sini."
"Wah, malah kebetulan sekali, raden. Kami sedang
mengadakan pesta perkawinan anak kami. Silahkan....... ,
raden." "Aku hanya mengganggu saja."
"Tida k, sama sekali tidak. Malah kami merasa terhormat
sekali dapat rnenyambut jengandika sebagai tamu kehormatan! Silah kan....... "
Sambil mengangkat dada Jokowanengpati me ndapat
tempat kehormatan, dekat pengantin! Dan tentu saja ia
mendapat hidangan yang istimewa sehingga sebentar saja
kenyanglah perutnya. Mulai terasa olehnya keletihan tubuh
akibat pertempuran dan perjalanan jauh. Tanpa segan-segan
lagi ia beberapa kali menguap sa mbil men utup mulut dengan
kepalan tangan.
Telinganya yang tajam menangkap suara ketawa wanita,
ketawa ditahan, akan tetapi sangat merdu dalam pendengaran
Jokowanengpati. Ia melirik dan tahu bahwa yang menahan
tawa itu tadi adalah si pengantin wanita! Puteri bapak lurah.
Hemm, baru sekarang ia menaruh perhatian. Bentuk tubuh
yang padat ramping. Kulit yang agak hitam, akan tetapi bersih
dan halus. la me lirik ke bawah.
Dari bawah kain itu tampa k tu mit yang halus dan indah
bentuknya, mata kaki dan ujung betis yang mer it dengan
lengkung se mpurna. Kembali ia melirik ke atas. Sayang,
pengantin wanita itu mukanya tertutup, tak dapat dilihat. Akan
tetapi seorang wanita dengan perawakan seperti Itu, tak
mungkin buruk rupa. Apalagi puteri ?"k lurah yang wajahnya
tampan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suara ketawa pengantin wanita itu menambah la munan
Jokowanengpati yang sudah mula i terpengaruh minuman
tuwak (arak). Setelah sepasang pengantin diiring masu k ke
kamar, Jokowanengpati juga minta kcpada tuan rumah agar
supaya malam itu ia diberi te mpat untuk mengaso.
Bapak lurah menya mbut per mintaan ini dengan penuh
hormat dan ge mbira. ?"k" diantarnyalah Jokowanengpati ke
dalam sebuah kamar di ruang be lakang kelurahan.
Pesta berlangsung terus karena menjelang tengah malam
dimula i pesta tayuban, di mana para tamu yang sudah agak
mabo k itu ikut pula menari bersa ma para penari yang cantikcantik. Ga melan dipukul makin keras, suasana makin meriah.
Suasana yang riuh dan meriah di ruangan depan di mana
pesta berlangsung inilah yang me mbuat se mua orang tidak
tahu betapa lewat tengah malam itu terdengar suara gaduh di
dalam kamar pengantin. Tidak ada yang mendengar jerit
tangis pengantin wanita, dan tidak ada yang tahu pula betapa
sesaat kenudian pengantin pria terlempar dari pintu kamar,
jatuh di atas lantai depan pintu tak bergerak lagi. Baik fihak
tuan rumah maupun fiha k tamu se mua telah minum tuwak
terlalu banyak.
Di ruangan depan, orang-orang bersenang dan berge mbira
me lewati batas, tertawa, bersorak, menggoda penari yang
kadang-kadang menjerit manja menyeling suara gamelan
yang tak kunjung hent i. Sedangkan di ruangan dalam, di
kamar pengantin yang menyendiri dan sunyi, maut merajalela!
Dapat dibayangkan betapa kaget tuan rumah sekeluarga
ketika pada pagi har inya mereka me ndapatkan pengantin pria
mengge letak di luar kamar pengantin dalam keadaan
menger ikan, kepala pecah dan tak bernyawa lagi! Bapak lurah
dan keluarganya menyerbu ke dalam kamar pengantin dan
terbelalak me mandang puterinya yang malam tadi menjadi
pengantin, kini dalam keadaan teianjang bulat mati pula
menggantung diri di da la m kamar pengantin!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jerit tangis melengking dan Ibu lurah serta beberapa orang
lain roboh pingsan. Gegerlah keadaan dalam kalurahan,
kacau-balau dan panik.
Bapak lurah dengan mata jelalatan melompat keluar dari
kamar pengant in la lu lari ke be lakang, menuju kamar tamu di
mana ma la m tadi ia me ngantar tamunya, priyayi dari kota
raja. Pintu kamar itu masih tertutup, akan tetapi bapak lurah
segera menyerbu masuk dan mendorong pintu ka mar.
Daun pintu terbuka dan....... tidak ada seorangpun dalam
kamar itu !. "Si keparat. ...... ! Manusia iblis.. ..... !!"
Bapak lurah makin ber ingas, lari menyambar to mba knya
dari kamar dan ia je lilatan mencari-cari keluar masuk
kelurahan. Namun bayangan tamunya itu tidak kelihatan lagi.
Akhirnya ia menang isi jenasah puterinya yang sudah
diturunkan orang.
Jokowanengpati berjalan secnaknya menuju ke selatan.
Mulutnya tersenyum-scnyu m, hatinya gembira. Ia bebas dari
musuh-musuh besarnya yang berkumpul di kota raja.. Tiada
satupun yang ia takuti di daerah pantai selatan ini. Puteri ?"k
lurah itu benar man is tepat seperti dugaannya.
Sungguh ba ik nasibnya. Kudanya mati di luar kampung,
kebetulan kepala kampung mengadakan pesta sehingga ia
mendapat hidangan sa mpai kenyang, mendapat te mpat
penginapan tanpa bayar, bahkan mendapat kawan puteri ?"k
lurah yang man is !.
Teringat akan ini, ia tertawa menyeringai. Terpaksa ia
me mbunuh pengantin pria yang hendak me lawan. Dan tadi ia
men inggalkan pengantin wanita, pengantinnya yang manis,
dalam keadaan banjir air mata.
Jokowanengpati berjalan tidak tergesa-gesa. Perduli ?""
orang-orang kampung itu. Kalau ada yang mengejarnyapun ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak takut. Masa depannya cerah. Ia akan bersembunyi di
daerah pantai ini, mengunjungi dusun-dusun yang kaya akan
gadis-gadis dusun yang manis-manis. Ia akan bersembunyi
sambil menanti sa mpa i keadaan di kota raja beres, sampai
tiba saatnya dan terbuka kesempatan baginya untuk
mengabdi kepada Pangeran Anom sehingga keselamatannya
terlindung. Kalau sudah bosan di daerah sunyi, kalau sudah tidak ada
perawan dusun yang menarik perhatian nya, ia akan
menyusuri pantai ke timur, mencar i Ni Nogogini.
Tuhan Maha Adil. Maha Kuasa. Kuasa me mberkahi, kuasa
pula menghukum. Perbuatan terkutuk yang dilakukan
Jokowanengpati di dusun, berarti penundaan pelariannya
sejak senja sa mpai pagi.
Hal ini berarti pula bahwa pe lariannya terlambat sehingga
me mber i kesempatan kepada para pengejarnya untuk
menebus kekalahan waktu. Andaikata Jokowanengpati tidak
berhenti di dusun dan terus melanjutkan larinya dengan aji lari
cepat, terus menyusuri pantai ke timur,tentu para pengejarnya
akan kehilangan jejak dan takkan dapat menyusulnya.
Akan tetapi, iblis telah menyelewengkannya ke dalam
dusun itu, di mana ia me lakukan perbuatan keji dan terkutuk
terhadap pengantin wanita sehingga mengakibatkan tewasnya
pengantin pria dan matinya pengantin wanita karena bunuh
diri. Tidak seperti Jokowanengpati yang terus menekan dan
me ma ksa kudanya sehingga mati kele lahan di luar dusun,
Kartikosari dan Roro Luhito yang melakukan pengejaran,
selalu berhenti me mber i kesempatan kepada kuda mereka
untuk mengaso, makan rumput atau minum air.
Karena inilah maka mereka ketinggalan jauh oleh Jokowanengpati. Akan tetapi dua orang wanita ini hanya berhenti
untuk me mberi kesempatan kuda mereka mengaso saja, dan
mereka menggu nakan kesempatan ini pula untuk me lepas
lelah sebentar. Setelah itu mereka berangkat lagi, tidak perduli
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
panas terik siang hari dan dingin gelap ma la m hari. Inilah
sebabnya maka ketika Jokowanengpati me mbuang waktu
semalam untuk me lakukan perbuatan terkutuk di kelurahan
dusun itu, dua orang wanita pengejar ini telah dapat menebus
kekalahan waktu ketinggalan.
Pada pagi itu, ketika kelurahan geger karena peristiwa
terkutuk akibat perbuatan Jokowanengpati, Kartikosari dan
Roro Luhito me masuki dusun itu. Mereka berdua me masu ki
dusun dan berdebar hati mereka melihat bangkai kuda di luar
dusun. Besar dugaan mereka bahwa itulah kuda tunggangan
Jokowanengpati, yang mati karena kelelahan di luar dusun.
Kalau begitu, agaknya si keparat itu berada dalam dusun ini!
Akan tetapi mereka melihat keadaan yang geger dan
kacau. Orang-orang dusun itu lari ke sana ke mari seperti
orang mencari-cari, dengan mata jelilatan dan semua orang
yang berada di jalan me mbawa senjata. Dua orang wanita ini
terus menjalankan kuda ke arah pusat keributan, yaitu di
depan rumah yang besar dan yang terhias seperti ada
perayaan di situ, dihias janur-janur kuning dan daun-daun
waringin. Kartikosari dan Roro Luhito ialu melompat turun dari
atas kuda masing-masing, siap hendak bertanya ?"" gerangan
yang nerjadi, dan terutama sekali bertanya kalau-kalau
penduduk di s itu ada yang me lihat seorang laki-laki as ing,
yaitu Jokowanengpati.
Akan tetapi beium juga mereka me mbuka suara, tiba-tiba
seorang laki-laki setengah tua berlari keluar dari dalam rumah,
tangannya me megang sebatang tombak. Begitu me lihat dua
orang wanita ini, la ki-laki setengah tua itu segera me mbentak,
"Ini dia! Ini tentu teman-te man s i keparat dari kota raja!
Mereka tentu bukan orang baik-baik!"
Setelah me mbentak de mikian, serta-merta ia menerjang
dengan tombaknya. Karena Kartikosari berada di depan, maka
wanita inilah yang langsung mendapat serangan bapak lurah,
laki-laki setengah tua itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh-eh, saber dulu, paman. Apakah yang terjadi?" seru
Kartikosari sa mbil mengelak.
"k?" tetapi, melihat betapa wanita itu dengan mudah
menge lak serangan tombaknya, bapak lurah makin curiga dan
segera berseru,
"Saudara-saudara, kepung mereka berdua inil Tentu
mereka ini te man-teman si keparat itul"
Mendapat komando ini, orang-orang kampung segera
mengepung dengan sikap menganca m.
Melihat keadaan yang tidak baik ini, Roro Luhito yang
cerdik berlaku s igap. Ia sudah meloncat maju ke arah bapak
lurah yang kembali sudah me nusukkan to mbaknya. Roro
Luhito tidak mengelak seperti Kartikosari tadi, melainkan ia
miringkan tubuh sambil menyambar gagang tombak dan sekali
betot ia sudah merampas tombak, me matahkannya menjadi
dua kemudian sekali tangannya menja mba k, ia sudah
mencengkeram pundak bapak lurah.
?"k lurah meringis kesakitan. Pundaknya seperti dicengkera m kaitan baja Serasa akan remuk tulang
pundaknya. "Jangan main gila !" bentak Roro Luhito. "Hayo semua
mundur, kalau tidak, aku a kan menggunakan orang tua ini
sebagai senjata melawan ka lian!"
Berkata demikian, begitu kedua tangannya bergerak, benar
saja, tubuh ?"k lurah sudah ia putar-putar di atas kepala
seperti kitiran angin! Tentu saja ?"k lurah menjadi ketakutan
dan berkaok-kaok, dan se mua penduduk kampung me langkah
mundur dengan muka jerih.
Roro Luhito menurunkan lagi ?"k lurah yang ketakutan itu,
lalu me nghardik,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hayo katakan! ?"" artinya semua ini" Kami berdua adalah
orang baik-baik, mengapa baru saja da tang hendak kalian
keroyok dan bunuh?"
Saking takutnya, ?"k lurah sa mpa i sukar menge luarkan
kata-kata. Ia tetap menduga bahwa dua orang wanita yang
sakti ini tentulah sahabat laki-laki keji yang telah menyebar
maut di ruma hnya.
Bagaimana ia dapat menuturkan peristiwa itu dan
me mburukkan na ma laki-laki keparat itu".
Namun Kartikosari sudah tertarik akan perintah perintah
?"k lurah tadi. la me langkah ma ju dan bertanya, suaranya
tidak segalak Roro Luhito.
"Paman, kau tadi bilang bahwa kami tentu te man-teman si
keparat. Siapakah si keparat itu" Apakah ia seorang laki-la ki
berusia tiga puluh ena m tahun, pakaiannya seperti perwira
kerajaan, wajahnya tampan dan sikapnya gagah, datangnya
ke kampung ini menunggang kuda?"
Makin jerih muka ?"k lurah. "Beb.. ..... betul sekali....... !"
Kartikosari dan Roro Luhito terkejut dan girang sekali.
"Bagus! Kami datang untuk mencarinya, me mang. Akan
tetapi sama sekali bukan teman, bahkan musuh. Kami
mengejar dan hendak me mbunuhnya. ?"" yang terjadi di slni"
Di ma na dia sekarang?"
Mendengar ini, ?"k lurah tiba-tiba menjatuhkan diri
berlutut, menyembah dan me nangis! Juga para penduduk
lenyap sikapnya bermusuhan, kini mendengar dan duduk di
atas tanah mengelilingi mereka. Roro Luhito dan Kartikosari
saling pandang, mengerutkan kening. Perbuatan laknat ?""
lagi yang dila kukan Jokowanengpati di sini"
"Sudahlah, jangan menangis seperti anak kecil!" Roro
Luhito me mbentak, habis kesabarannya. "Lebih baik le kas
ceritakan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan suara terputus-putus ?"k lurah bereerita tentang
peristiwa se malam sambil menang is.
Tentu saja dua orang wanita itu menjadi marah bukan
ma in, dan makin besar nafsu untuk dapat segera bectemu
muka dan me mbalas denda m kepada laki-laki jahat dan keji
itu. "Di mana dia sekarang, pa man" Mana keparat itu?" bentak
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Roro Luhito, suaranya nyaring, sikapnya menganca m, giginya
berkerot. "Dia sudah lari.. ..... pagi tadi, entah ke mana....... !!"
Begitu mendengar jawaban ini, seperti diberi komando
saja, Kartikosari dan Roro Luhito lar i dan melompat ke atas
kuda mereka, lalu me mbalapkan kuda keluar dar i dusun itu,
me lakukan pengejaran. Mereka tadi me masuki kampung dari
utara, maka agaknya si keparat Jokowanengpati itu tentu lari
terus ke selatan, melanjutkan pe lariannya, pikir mereka.
Membalapkan kuda mereka keluar dari dusun ke jurusan
selatan. Jokowanengpati yang berjalan seenaknya, telah tiba di
pantai Laut Selatan. Ia merasa aman dan ge mbira. Merasa
tubuhnya lelah dan alangkah nikmatnya me lepas lelah di
pantai yang berpasir, menghadap ke selatan melihat ombak
mengganas me mecah di pantai. Angin laut sejuk bersih.
Dadanya masih terasa sakit, bekas pukulan Wisangjiwo.
Namun ia pereaya akan segera sembuh setelah ia beristirahat
satu dua bulan. apalagi kalau kela k ia bertemu dengan Ni
Nogogini, guru ilmu pukulan yang dipa kai W isangjiwo
me lukainya, tentu wanita sakti itu akan ma mpu menye mbuh
kannya dengan segera.
Dan penyembuhan dengan cara bagaimana! Jokowanengpati tertawa sendiri, tertawa bergelak mengingat
akan hal itu. Betapapun juga, Ni Nogogini hanya umurnya saja
yang tua, tubuh dan wajahnya sama sekali tidak tua! Bagaikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
iblis, atau seorang yang miring otaknya, ia tertawa bergelak di
antara suara ombak menderu.
"Iblis laknat! Tertawalah. sepuasmu selagi masih ada
kesempatan terakhir!"
"Si keparat Jokowanengpati! Bersiaplah ma mpus di
tanganku!"
Hampir Jokowanengpati tidak percaya akan pendengarannya sendiri. Suara setankah itu yang terbawa
angin bersa ma suara ombak menderu" Per lahan ia bangkit
berdiri dan me mutar tubuh. Ia menahan rasa terkejut dan
cemas yang mencengkeram jantungnya ketika melihat dua
orang wanita itu!
Deru ombak yang tiada berkeputusan telah me menuhi
telinganya sehingga ia tadi tidak mendengar kedatangan
mereka. Kini Kartikosari, cantik jelita, dengan sikap tenang
dan mata penuh benci, me mandang kepadanya.
Di sa mpingnya berdiri Roro Luhito, denok ayu, sikap ?nya
menganca m, matanya yang jeli seperti memancarkan api yang
hendak me mbakarnya. Angin laut me mbuat ujung kain dan
rambut mereka berkibar- kibar, me mbuat mereka kelihatan
seperti dua orang dewi laut yang cantik menarik
rnenggirahkan. Akan tetapi pada saat itu, sama sekali tidak timbui gairah
dalam hati Jokowanengpati. Ia ma klum sedala mnya betapa
kedua orang wanita ini me mbencinya, me mbenci sa mpai ke
tulang sumsum,dan bahwa kedua wanita ini datang dengan
hanya satu hasrat,yaitu me mba las denda m dan me mbunuh
nya! Namun, Jokowanengpati bukah seorang penakut, bukan
pula bodoh. Biarpun ia tahu bahwa dua orang ini adalah
wanita-wanita yang memiliki ilmu kepanda ian tinggi, bahkan ia
telah tahu pula bahwa setelah menjadi murid s i raja kera Resi
Telomoyo kini ilmu kepandaian Roro Luhito sa ma sekali tidak
boleh dipandang ringan, namun ia tidak me mperlihatkan sikap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
takut. Malah ia segera tersenyum manis sambil me mandang
mereka, "Duhai! Dewata Agung! Baru saja aku me la mun, betapa
akan senangnya di tempat seindah ini bertemu dengan orangorang terkasih. Dan tanpa kusang- kusangka, kalian muncul di
sini. Diajeng Kartikosari, engkau ma kin cantik jelita. Roro
Luhito, kau makin man is merak ati !"
"Jananam keji, tutup mulut mu yang busuk!!" bentak Roro
Luhito marah. "Jokowanengpati, dosamu sudah bertumpuk. Kini tiba
waktunya engkau menebus dosamu dengan nyawa!"
Kartikosari menganca m sa mbil menghunus keris, de mikian
puia Roro Luhito. Kedua orang wanita ini sudah siap
menerjang, setiap urat dalam tubuh sudah me negang, nafsu
me mbunuh me mbayang di mata.
Namun Jokowanengpati masih tertawa. Setidaknya, aku
harus me mbuat mereka ini gila oleh kemarahan lebih dulu,
pikirnya. Dalam kemarahan meluap, gerakan akan menjadi
kurang se mpurna dan tenaga sakti akan banyak terbuang siasia. "Ha-ha-ha, kedua adik yang manis. Mengapa menganca m"
Mengapa kita harus berte mpur" Kalian tidak a kan menang.
Sayang kalau sampai a ku melukai kulit yang halus lunak itu,
apalagi sa mpai me mbikin cacad wajah yang cantik. Aku a mat
sayang kepada kalian. Bukankah sudah kubuktikan kasih
sayangku di dalam Guha Silurnan dahulu,diajeng Kartikosari"
Dan engkau, Roro Luhito, lupakah a kan kasih sayangku di
dalam kamar mu dahulu" Marilah kita berda mai saja, mari
kalian ikut bersama ku, hidup mulia di dalam keraton Pangeran
Anom, menjadi isteriku yang tercinta dan....... "
"Keparat busuk!"
"Iblis la knat!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang wanita itu sudah tak dapat menahan
kemarahannya lagi dan mereka sudah me nerjang maju.
Jokowanengpati sudah me mperhitungkan hal ini. Cepat ia
menge lak dan me mbalas dengan pukulan dan tendangan,
kemudian iapun mencabut kerisnya ketika melihat betapa
sepak terjang kedua orang lawannya itu amat hebat.
Ketika me lihat keris Kartikosar i me luncur cepat menuju
la mbung, ia menggeser tubuh ke kanan lalu me mbalas dari
samping dengan luncuran kerisnya mengarah leher kiri
Kartikosari. Wanita perkasa ini menggunakan tangan kirinya
menyabet dengan cengkeraman ke arah siku kanan lawan
sambil menge lak dan sa mbaran kaki Jokowanengpati yang
menendang sebagai lan jutan serangannya ia elakkan dengan
loncatan menyamping.
Pada saat itu, Roro Luhito dengan gerakan secepat kilat
sudah pula datang menyerang dengan tusukan keris diarahkan
ke dada lawan. Ketika Jo kowaneng pati menang kis dengan
kerisnya pula, dilakukan dengan pengerahan
tenaga sepenuhnya, Roro Luhito menarik kembaii kerisnya dengan
gerakan yang sedemikian cepat dan tak tersangka-sangka, kini
dengan tangan kirinya meparnpar dari samping dan kaki
kanannya menendang ke arah pusar.
Benar-benar serangan yang hebat dan cepat tak tersangkasangka! Apalagi pada saat itu Kartikosari sudah menerjang lagi
dengan tusukan keris dari belakang disusul dengan hantaman
tangan kiri dengan pukulan Gelap Musti yang a mpuh.
Jokowanengpati benar-benar terdesak. Ia sudah menangkis
Kartikosari dan me ngelak dari terjangan lain, namun dia
kurang cepat dan sa mbaran tangan kiri Roro Luhito masih
berhasil menyerempet pundak kanannya, me mbuat ia
terhuyung-huyung ke belakang.
Tamparan Roro Luhito me mang tidaklah begitu hebat bagi
tubuhnya yang kebal, akan tetapi karena dadanya inasih
mender ita luka dalam, tamparan itu terasa juga. Baiknya ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cepat menggerakkan kerisnya dengan Ilmu Jonggring Sa loko
sehirigga ujung keris di tangannya berubah menjadi be lasan
banyaknya, me mbuat dua orang lawannya tidak berani
sembrono menerjang terlalu dekat.
Pertandingan itu ma kin la ma ma kin seru dan mati-matian.
Namun makin la ma ma kin berat terasa oleh Jokowanengpati.
Kartikosari hebat bukan main. Tiap kali keris mereka beradu,
biarpun ia telah mengerahkan segenap tenaganya, tetap saja
ia merasa betapa tangannya tergetar saking hebatnya
pertemuan itu, tanda bahwa Kartikosari kini me miliki tenaga
dalam yang hebat! Roro Luhito tidaklah me miliki tenaga dalam
yang terlalu besar, akan tetapi wanita ini cerdik bukan main
dan me miliki gerakan yang tangkas dan aneh. ?"k pernah
Roro Luhito mau mengadu senjata dan selalu menarik
kerisnya tiap kali ditangkis, untuk disusul dengan terjanganterjangan yang aneh dan cepat.
Ketika merasa bahwa dadanya makin la ma ma kin sakit
karena ia harus mengerahkan tenaga dalam, Jokowanengpati
maklum bahwa kalau pertandingan dilanjutkan, akhirnya ia
tentu roboh. Maka mula ilah ia mencari kese mpatan untuk lari.
Ia mulai melakukan perlawanan sambil menjauhkan diri.
Setiap kali ada kesempatan, ia meloncat jauh, akan tetapi
celaka baginya, kedua wanita itu dalam ha l kecepatan, tidak
kalah olehnya. Andaikata ia tidak terluka di dalam dadanya,
tentu ia dapat menggunakan Aji Bayu Sakti yang sampa i saat
itu merupa kan aji keringanan tubuh yang tak terkalahkan,
untuk me larikan diri.
Akan tetapi, dengan luka da la m di dadanya, ia tidak
ma mpu menggunakan Aj i Bayu Sakti sepenuhnya, dan karena
kedua wanita itupun me miliki aji meringankan tubuh yang
hebat, terutama sekali Roro Luhito, sukar baginya untuk dapat
me larikan diri daripada kepungan mereka.
?"?" yang dipergunakan Jokowaneng pati untuk bertanding
sambil berlompatan men jauh ini me mbuat te mpat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertandingan berpindah-pindah. Makin la ma karena loncatanloncatan untuk berusaha lari ini, mereka bertempur tidak di
atas pasir di pantai lagi melainkan ber loncatan ke atas batu
karang, makin la ma makin tinggi sehingga akhirnya mereka
bertanding di tebing karang yang curam!
)0oo-dw-oo0( Jilid 22 JOKOWA NENGPATI yang makin terdesak itu tiba-tiba
menjad i nekat. la menggunakan kesempatan ketika Kartikosari
terhuyung ke belakang pleh tangkisan kerisnya yang kuat,
menggunakan kecepatan menerjang Roro Luhito yang lebih
le mah ka lau dibandingkan Kartikosari.
"Heeeiiit! Mampuslah!" la me mbentak, keris nya menusuk
dada, tangan kiri me nggempur kepala!
Roro Luhito tidak menjad i gentar. Setelah ia menguasai
ilmu Kap i Dibyo, ia me miliki gerakan otomatis yang amat gesit.
Menghadapi terjangan ini, ia dapat me mbuang tubuh
kebelakang, berjungkir balik cepat sekali dan di lain saat ia
ma lah menyerang lawan dari kiri dengan tusukan cepat.
Girang hati R?"" Luhito melihat bahwa dalam keadaan posisi
tubuh miring, Jokowanengpati kurang cepat bergerak
sehingga keris yang ditusukkannya itu agaknya akan berhasil
kali ini !. Akan tetapi, siapa kira, kela mbatan Jokowanengpati itu
adalah pancingan belaka. Memang harus diakui bahwa dalam
hal pertandingan, Jokowanengpati jauh leb ih berpengalaman
dan merripunyai banyak siasat licik. Bcgitu keris sudah dekat
perutnya, tiba-tiba Jokowanengpati menggerakkan kerisnya
dari atas ke bawah, menangkis disertai tenaga dalam
sekuatnya. "Cringgg...... !!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aiiihhh!" Roro Luhito men jerit kaget ketika merasa
tangannya sakit dan lumpuh sehingga keris yang dipegangnya
terlepas, terlempar ke bawah tebing, masuk laut! Cepat ia
menjatuhkan diri dan bergulingan me njauhi lawan.
Pada saat itu, melihat keadaan Roro Luhito, Kartikosari
marah sekali. la menerjang dengan cepat dan dahsyat.
Padahal saat itu, Jokowanengpati baru saja menang kis keris
Roro Luhito dan tubuhnya masih setengah berputar. Tidak ada
jalan lain baginya kecuali menangkis tusukan hebat itu dengan
pengerahan tenaga dalam tanpa memperdulikan dadanya
yang terasa sakit sekali.
"Trakkkl!"
Dua batang keris yang bertemu dengan tenaga dalam yang
dahsyat itu menjadi patah! Dua batang keris itu adalah keris
pusaka yang terbuat dari wesi aji (besi mulia) pilihan; Namun
karena digetarkan oleh tenaga sakti, tidak dapat menahan dan
patah-patah. Jokowanengpati menyumpah dan melempar gagang
kerisnya. Juga Kartikosari me mbuang gagang kerisnya.
Pertandingan dilanjutkan dengan tangan kosong.
"Kucekik leher mui" Jokowanengpati mendesis marah,
matanya sudah merah dan mukanya penuh keringat, bukan
hanya keringat lelah, melainkan lebih banyak keringat
menahan sa kit pada dadanya.
"Maut sudah di depan mata masih banyak lagak!"
Roro Luhito berseru dan tiba-tiba wanita ini menerjang
maju de ngan kedua kaki tangan bergerak sekaligus! Serangan
ini adalah bagian dar i Aji Sosro Satwo, mirip dengan serangan
seekor garuda yang menggunakan sepasang kaki. Kartikosari
juga tidak mau ketinggalan, menyerbu dengan dahsyat
didorong kebencian yang me ndala m.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jokowanengpati berusaha menge lak, na mun tetap saja
pundaknya terkena hantaman tungkak kaki Roro Luhito.
Tungka k yang berkulit halus berwarna kemerahan, lunak dan
hangat. Akan tetapi karena dipergunakan untuk mendugang
dan disertai tenaga keras, membuat tulang pundak serasa
remuk! Jokowanengpati menggulingkan tubuhnya, akan tetapi
begitu ia meloncat bangun, ia sudah menghadap i serbuan
yang lebih hebat lagi !.
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia m-dia m ia mengeluh. Dua orang wanita ini tanpa
senjata malah leb ih hebat ! la sudah berusaha me mba las
dengan pukulan yang tidak kepalang tanggung, yaitu dengan
Aji Siyung Warak yang apabila mengena i sasaran tentu akan
mere mukkan kepala me mecah kan rongga dada.
Namun kedua lawannya a mat gesit dan saling bantu, sama
sekali tidak me mber i kesempatan kepadanya. Ia dapat
me mbayangkan betapa sangat ngeri nasibnya apabila roboh di
tangan kedua wanita ini. Masih lebih ringan jatuh ke tangan
dua ekor harimau betina daripada terjatuh ke tangan dua
orang wanita yang mabok dendam sa kit hati! Apalagi ketika ia
mendengar seruan-seruan mereka yang agaknya sudah
me mbayangkan kemenangan, jantungnya serasa beku.
"Tangkap hidup-hidup, jeng ! Akan kubeset kulitnya,
kuminum darahnya!" teriak Kartikosari.
"Baik, mbokayu! Akupun hendak me lihat bagaimana
maca m jantungnya!" teriak pula Roro Luhito.
Jokowanengpati merasa serem dan hal ini me mbuat.
gerakannya agak lamban se hingga sebuah pukulan Kartikosari
berhasil "masuk" dan me nghantam perutnya.
"Ngekkk!"
Pukulan yang keras sekali dan biarpun Jokowanengpati
sudah mengerah kan tenaga dalam untuk melawan, tetap saja
ia merasa seakan-akan isi perutnya berantakan di dalam dan
dadanya terasa nyeri dan napasnya sesak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aduh, mati aku....... !" teriaknya.
Untung ia mas ih se mpat menghindarkan tendangan kaki
Roro Luhito yang menyambar ke arah pusarnya, lalu
menang kis pukulan ke dua Kartikosari yang melayang ke arah
dadanya. Kalau tendangan atau pukulan ini mengenai sasaran,
tentu ia akan roboh.
Sepasang mata Jokowanengpati jelilatan. Ia sudah putus
harapan untuk melawan leb ih la ma lag i. Sudah tidak kuat.
Matanya mencari-cari, akan tetapi sudah tidak ada batu atau
senjata lain di atas karang itu. Ia melirik ke bela kang. Tebing
tinggi dan laut bergelombang. Laut ! Jalan keluar satu-satunya
dari ancaman maut mengerikan di tangan dua orang
musuhnya. Tiba-tiba, sebelum dua orang lawannya sempat mencegah,
ia sudah meloncat ke belakang dan dengan tiga kali berjungkir
balik terus ke be lakang, akhirnya tubuhnya me layang ke
bawah tebing batu karang besar dan......
"byuuurrr...... !"
Tidak berapa tinggi air muncrat ketika tubuhnya terbanting
kc air, karena omba k Laut Selatan yang mulai me mbesar itu
telah mulai menelannya. Kartikosari dan Roro Luhito cepat lari
ke pinggir tebing batu karang dan mencari-cari dengan
pandang mata mereka. Hati mereka kecewa sekali.
"Ahh, celaka, dia berhasil lolos......"
Kartikosari me mbanting-banting kakinya dengan penuh sesal.
?""k mungkin ! Biar kita ikut i dia, kemanapun dia
mendarat, kita akan siap memberi hajaran. Binatang itu kali ini
harus ma mpus di tangan kita!" kata Roro Luhito.
Mereka mencari terus dengan pandang mata mereka.
Ombak yang me mecah di batu karang, berbeda dengan
omba k yang menepis di pantai pasir. Air laut dipukulpukulkan pada batu karang menciptakan busa me mbuih putih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga menyilau kan mata dan agak sukar me ncari tubuh
Jokowanengpati di antara buih putih me nyilaukan.
Sinar matahari yang terik me mbuat air laut berkilauan
seperti kaca. "Itu dia...... !!"
Tiba-tiba Roro Luhito bersorak dan menudingkan telunjuknya ke laut. Kartikosari cepat me man dang dan benar
saja, ia melihat Jokowanengpati menggerak-gerakkan
tangannya, berenang agak tengah, sudah lewat ombak. Jelas
tampak Jokowanengpati melamba i-larnba ikan tangannya
dengan sikap mengejek, bahkan terdengar suara ketawanya
mengge ma terbawa angin !.
"Binatang! la dapat berenang ke tengah. Celaka sekali,
kalau ia menyelam, sukar mencegat dia mendarat!" Kartikosari
berkata dengan suara menyesal sekali.
"Te mpat ini tinggi, tentu akan kelihatan ke mana dia
mendarat. Kurasa ia takkan kuat bertahan sa mpai malam
nanti di tengah laut. "
"Belum tentu! Dia tentu saja tidaklah begitu bodoh,
diajeng. Bagaimana kalau dia tidak mau men darat sebelum
hari menjad i gelap" Aku akan mengejarnyal Di lautpun aku
tidak takut, dia harus mati di tanganku! "
Berkata demikian,Kartikosari melangkah ke bagian yang
paling rendah untuk me lompat ke laut dan mengejar musuh
besarnya. "Mbokayu......., jangan...... !"
Roro Luhito memegang lengan Kartikosari, wajahnya
tampak ketakutan.
Kartikosari me noleh kepadanya dan mengerutkan kening.
"Kau kenapakah, jeng" Takutkah engkau ?"" Suaranya
penuh ke t idak percayaan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi Roro Luhito mengangguk!
"Aku....... aku takut, aku....... aku selamanya tidak pernah
berenang, apalagi di laut. ..... !"
Kartikosari men gangguk-angguk. Tentu saja, ia sa mpai
lupa. Dia send iri adalah seorang wanita yang tidak asing
dengan laut, bahkan se menjak kecil ia t inggal di tepi laut,
pandai berenang dan selama berse mbunyi d i Karang Racuk ia
telah me mperdaiam ilmunya, termasuk ilmu bermain dalam air
laut. Akan tetapi bagi Roro Luhito yang berenangpun tidak
pandai, tentu saja tak mungkin dapat mengejar Jokowanengpati.
"Engkau lihatlah saja dari sini, diajeng. Biar aku sendiri
yang mengejarnya dan menyeretnya ke darat. Dia agaknya
sudah terluka."
"Jangan...... , berbahaya sekali. Andaikata kali ini t idak
berhasil kita menewaskannya, masih banyak waktu dan kita
selalu akan mencar i dan mengejarnya, mbokayu. Lihat, dia
masih segar-bugar dan nampaknya ia pandai sekali berma in di
air. Kalau engkau mengejar kemudian kalah dan bahkan tewas
olehnya di air, lalu bagaimana?"
Roro Luhito memegang lengan Kartikosari erat-erat, tidak
mau melepaskan lagi.
Memang betul kata-kata Roro Luhito dan diam-dia m
Kartikosari mula i merasa sangsi apakah ia benar-benar akan
dapat menangkan Jokowanengpati di air. Orang itu kini
berenang mendekat, berenang dengan gerakan mahir, ketika
akan dekat la lu me la mbaikan tangannya ke arah me reka.
"Mari, kekasihku berdua.......! Marilah ikut kakangmas
Jokowanengpati berma in di a ir ! Ha-ha-ha-ha! Apakah kalian
takut, manis " Biar lah kugendong, seorang sebelah, ha-ha-ha
!!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kartikosari menggigit bibirnya mena han marah. Si bedebah
itu benar saja amat pandai berenang.
Dan agaknya betul dugaannya, Jokowanengpati sengaja
mengejek dan me mper mainkan mereka, tentu menanti sampai
matahari terbenam. Kalau hari sudah menjadi gelap, tentu
saja ia akan dapat mendarat dengan aman Dan untuk
bertahan di atas air sa mpai malam nanti, bukan merupakan
hal yang sukar, bahkan sa ma sekali tidak me lelahkan bagi
seorang perenang mah ir seperti Jo kowanengpati.
Ia tentu takkan me mbiarkan kese mpatan amat baik itu lalu
begitu saja. Jelas tadi bahwa Jokowanengpati telah mengalami
tendangan yang jitu. Tentu orang itu sudah terluka di sebelah
dalam tubuhnya. Kalau tidak terluka, tentu dia tidak selemah
tadi dan tidak akan lari meloncat ke laut. Kalau a ku kejar dia
sekarang, mungkin belum terlambat.
"Diajeng, biarkan aku mengejarnya! Dia harus mati di
tanganku !!"
"Tida k! Jangan, mbokayu !"
Kartikosari me mberontak, Roro Luhito me mpertahankan.
Keduanya bersitegang dan untuk se mentara tidak me mperhatikan Jokowanengpati. Tiba-tiba terdengar pekik
me lengking mengerikan. Otomatis keduanya berhenti meronta
dan keduanya meno leh ke laut, mencari-cari dengan pandang
matanya. Tiba-tiba keduanya terbelalak me mandang ke bawah, ke
arah air, dengan mata dibuka lebar dan mulut celangap,
terlampau kaget, terlampau kesima sehingga t idak kuasa
menge luarkan kata-kata, bahkan seakan-akan berhenti
bernapas untuk menyaksikan pe mandangan di air itu.
Sepasang mata Roro Luhito bersinar-sinar, sedangkan
ujung bibir Kartikosari me mbayangkan senyum. Mereka tadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak berdaya menghadapi Jokowanengpati yang agaknya
sudah akan lolos, akan tetapi kiranya Dewata Agung send iri
yang berkenan menghuku mnya!
"Toloooooooongggg...... !"
Untuk ketiga kalinya tubuh Jokowanengpati tersembul ke
permukaan air, kedua tangannya meronta-ronta, memukulmukul ke arah kakinya. Untuk ketiga kalinya ia m" m"kik minta
toiong, matanya terbelalak lebar sekali, mukanya yang
sebagian tertutup rambut yang awut-awutan itu menyerupai
muka setan. Dan di sebelah bawahnya, seekor ikan hiu
menggigit ka kinya, seekor ikan hiu yang ganas dan liar!.
Kiranya selagi berenang kian ke mar i sa mbil mengejek
Kartikosari dan Roro Luhito, seekor ikan hiu besar telah
menyerangnya, menggigit kakinya. Terjadi pergulatan hebat
antara Jokowanengpati yang me mpertahankan nyawanya dan
ikan hiu yang me mpertahankan mangsanya. Kalau saja tadi
tidak mencurahkan perhatiannya untuk mengejek
kedua orang bekas lawannya,
tentu Jokowanengpati dapat
menjaga diri, dapat menggunakan kepandaiannya
untuk menendang atau me mukul ikan hiu. Akan tetapi
karena perhatiannya ke atas,
ia tidak melihat ikan itu yang
tahu-tahu sudah menyambar
dan menggigit ka kinya.
Ikan hiu itu berusaha menyeret korbannya ke bawah
dan berkali-kali ia berhasil. Namun dalam keadaan penuh
ketakutan seperti itu, timbul se mua tenaga Jokowanengpati
dan berkali-kali pula ia berhasil meronta dan timbul di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
permukaan air, menyerang ikan itu, me ronta me mukul
menendang. Namun ikan itu tak pernah mau melepaskan gigitannya.
Sekilas pandang Jokowanengpati me lihat dua orang wanita di
atas batu karang.
Saking takutnya ia berteriak,menjer it parau,
"Tolooooooongggg...... ! Tooil....... auupp...... !"
Tubuhnya sudah diseret masuk ke dalam air lag i. Sejenak
tampak kedua tangannya menjangkau ke atas permukaan air,
kedua tangan yang jari-jarinya kaku seperti cakar setan, lalu
kedua tangan inipun lenyap ditelan air.
Bagaikan dua buah arca batu, Kartikosari dan Roro Luhito
berdiri terbelalak me mandang peristi wa mengerikan di depan
mata itu. Setelah bebe?"?" lama Jokowanengpati t idak timbul
kembali dan air di ma na untuk terakhir kali tubuhnya terseret
dan tenggelam tadi berwarna agak kemerahan, keduanya
me lepas isak dan menutupi muka dengan kedua tangan.
Pundak mereka menggigil. Betapapun juga, mereka bukanlah
wanita yang berhati kejam. Hukuman yang dialami Jokowanengpati merupakan siksaan yang terlalu mengerikan bagi
mereka. "Duh Jagad Dewa Batara........ tiada kejahatan tanpa
hukuman! Habis lah riwayat Jokowanengpati manusia berhati
iblis....... !!"
Kartikosari dan Roro Luhito terkejut sekali. Tersentak
kagetlah mereka, akan tetapi ketika keduanya me mbalikkan
tubuh, kiranya yang mengeluarkan kata-kata itu bukan lain
adalah Pujo, sua mi mereka ! Kartikosari dan Roro Luhito
kembali me lepas isak, lalu keduanya lari ke depan,
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mer ijatuhkan diri berlutut dan menubruk ka ki suami mereka.
Pujo berlutut pula, merangkul kedua isterinya penuh kasih
sayang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nimas berdua...... sudahlah. Memang pemandangan yang
menger ikan hati. Akan tetapi, kiranya sudah sepatutnya
manusia keji dan jahat itu mene mui siksa seperti itu. Marilah
kita lupakan itu se mua. Kita telah bebas, bebas dari dendam
yang menyiksa batin. Marilah kita pergi, nimas. Jangan lupa,
kita masih ada kewajiban mencari Joko Wandiro dan Endang
Patibroto."
Kedua orang wanita itu mengangkat muka dan mereka
bertiga saling pandang dengan mesra.
Biarpun mulut tidak mengatakan sesuatu, namun pandang
mata mereka kini lebih mesra, penuh kasih sayang, tidak
dibayangi lagi oleh denda m dan aib. Bebaslah mereka kini,
dapat melakukan tugas sebagai suami isteri sebagaimana
mestinya, dapat menyatakan cinta kasih sepenuhnya tanpa
diganggu keraguan dan sakit hati. Dengan hati bunga penuh
bahagia, mereka bertiga bergandeng tangan meninggalkan
pantai Laut Selatan.
Karena merekapun melihat betapa Resi Bhargowo muncul
di medan perang di samping Sang Prabu Airlangga, maka
tentu saja mereka segera iangsung me nuju ke pertapaan
bekas raja itu, di Jalatunda. Tepat seperti perhitungan
mereka, mereka dapat bertemu dengan Resi Bhargowo di
tempat itu. Perlu diketahui bahwa ketika Pujo dan kedua isterinya
berada di keraton Pangeran Sepuh sebelum terjadi perang
campuh di alun-alun, Resi Bhargowo yang ketika itu tengah
me lakukan penyelidikan ke kota raja, bertemu dengan
mereka, Pertemuan yang mengharukan dan menggirangkan,
akan tetapi bagi Resi Bhargowo tidaklah mengherankan karna
kakek ini sudah ser ingka li me lihat Pujo dan puterinya ketika
mereka berdua mas ih berpisah dan bertapa mas ing-masing di
muara Sungai Lorog dan di Karang Racuk.
Dala m pertemuan singkat itulah, Pujo dan isterinya
mencer itakan segala pengalaman mereka tanpa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menye mbunyikan sesuatu. Di lain fihak, Resi Bhargowo
mencer itakan bahwa dialah yang membawa pergi Endang
Patibroto dan Jok" Wandiro ke Pulau Se mpu dan
menganjurkan agar kedua orang anak itu dibiarkan belajar di
sana untuk sementara waktu.
Setelah ketiga orang itu menghaturkan sembah sujud
kepada Sang Resi Jatinendra dan Empu Bharodo, mereka lalu
mencer itakan betapa mereka mengejar Jokowanengpati yang
akhirnya mene mui kematian mengerikan di Laut Se latan,
menjad i mangsa ikan hiu. Ketika bercerita perihal kematian
Jokowanengpati inilah, mau tak mau Pujo melirik kepada uwak
gurunya. Ia melihat Empu Bharodo menar ik napas panjang
dan berkata sambil mengangguk-anggukkan kepalanya yang
rambutnya sudah put ih.
"Alangkah akan baik dan untungnya andaikata ia benar
telah berhenti menja di ha mba nafsu-nafsunya."
Pujo dan kedua isterinya heran mendengar kata-kata ini.
Pujo dan Kartikosari tahu betul betapa dahulu Empu Bharo do
amat mencinta muridnya itu. Akan tetapi ketika mereka
me mandang, mere ka me lihat Empu Bharodo, seperti juga Resi
Jatinendra, duduk tepekur dan meramkan mata, tampaknya
pulas dalam samadhi. Resi Bhargowo lalu me mberi isyarat
kepada mereka untuk keluar dari guha, agar mereka dapat
me lakukan percakapan tanpa mengganggu kedua orang
pertapa itu. "Rama, di manakah Endang Patibroto anakku" Apakah
rama tinggalkan di Pulau Se mpu?" Serta-merta Kartikosari
bertanya ketika mereka sudah duduk di bawah pohon beringin
yang terdapat di tempat agak jauh dari guha pertapaan.
Kini Resi Bhargowo menarik napas panjang dengan wajah
agak mura m. "Segala perbuatan di dunia ini tentu ada akibatnya, seperti
juga pohon ada buahnya. Mereka berdua itu tadinya lenyap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari pulau ketika aku diserbu oleh kaki tangan Pangeran
Anom." Resi Bhargowo lalu me nceritakan peristiwa yang terjadi di
Sempu. "Joko Wandiro sudah berada di s ini, sekarang me njadi
murid Ki Patih Narotama. Akan tetapi............ tentang Endang
Patibroto, sampai sekarang aku sendiripun tidak tahu ke mana
perginya."
Roro Luhito girang sekali mendengar bahwa keponakannya
telah berada di situ, akan tetapi melihat Pujo dan Kartikosari
menjad i mura m wajahnya mendengar akan h ilangnya Endang
Patibroto, ia mene kan kegirangannya di dalam hati dan ikut
berprihatin. Melihat kemura man wajah puteri dan mantunya, Resi
Bhargowo berkata,
"Sudah kukatakan tadi, Sari dan engkau, Pujo. Tiada
perbuatan yang tak berakibat, tiada pohon yang tak berbuah.
Akibat selalu mengikuti perbuatan seperti bayangan mengikuti
dirimu. Kadang-kadang t idak ta mpak na mun pasti ada dan
tidak pernah jauh. Engkau merasa baga imana prihatin dan
khawatir kehilangan anak. Pikir dan kenanglah, apakah ini
bukan merupakan akibat daripada perbuatan mu sendiri?"
Mendengar ucapan ini, Pujo dan Kartikosari seketika sadar.
Lenyap kemura man dari wajah mereka, akan tetapi kini
berganti penyesalan. Pujo lebih-lebih lagi merasa betapa
perbuatannya yang lalu merupakan dosa besar. Karena salah
duga, ia telah menghancurkan rumah tangga Wisangjiwo,
bahkan telah menculik Joko Wand iro, me misahkan anak itu
dari ayah bundanya sehingga sa mpa i pada kematiannya,
Wisangjiwo tidak pernah bertemu dengan puteranya!.
Alangkah hebatnya penderltaan itu, sedangkan me reka
sendiri, baru beberapa bulan saja kehilangan Endang
Patibroto, sudah me rasa gelisah dan duka!.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya mengaku dosa saya, rama, semoga Dewata
menga mpuni saya......." kata Pujo sambil menundukkan muka,
penuh penyesalan.
Resi Bhargowo me ngelus jenggotnya.
"Perbuatanmu terdorong oleh rangsangan denda m dan
nafsu me mbalas dan karena salah pengertian. Kurasa tidak
ada malapetaka menimpa diri Endang, akan tetapi segala hal
Dewatalah yang mengaturnya. Sekarang masih belum
terlambat untuk me mperbaiki kesalahan la ma dengan
me mbuat pengakuan kepada J"k" Wandiro. Baiknya bahwa
biarpun engkau bukan ayahnya, akan tetapi sekarang telah
men jadi suami bibinya. Itu dia datang ! Sering ia berkunjung
ke sini." Semua orang menengo k dan benar saja, dari jauh tampak
pernuda tanggung itu berjalan dengan langkah tenang.
Agaknya diapun melihat bahwa kakek gurunya bercakap-cakap
dengan tiga orang yang dar i jauh tidak dikenalnya. Akan tetapi
setelah agak dekat ia mengenal Pujo, maka ber larilah ia.
Gerakannya tangkas, larinya cepat sekali sehingga mengagumkan dan menggirangkan hati Pujo dan kedua
isterinya. "Sayang iapun tidak tahu ke mana perginya Endang," Resi
Bhargowo berkata. "Di Pulau Se mpu mereka me mang
berpisah jalan... "
"Ayaaaaahhh...... !!"
Joko Wandiro berseru girang lalu merang kul ayahnya. Pujo
me me luknya dan sepasang matanya menjad i basah air mata
ketika ia teringat bahwa nnak yang dikasihi ini harus
mendengar bahwa ia bukan ayahnya! Joko Wandiro amat
rindu kepada Pujo dan tentu ia akan bersikap lebih mesra lagi
kalau saja ia tidak ingat bahwa di situ terdapat orang lain.
Ia lalu me lepaskan rangkulannya, menoleh kepada Roro
Luhito yang me mandangnya dengan air mata bercucuran!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita ini masih mengenal kepona kannya, yang dahulu sering
ia gendong-gendong dan sekarang sudah menjad i seorang
pemuda tanggung.
Saking terharu hatirya, ia tidak dapat mengeluarkan katakata. Joko Wandiro hanya merasa heran mengapa wanita itu
menang is dan menduga-duga s iapa gerangan wanita cantik
ini. Ketika ia me mandang kepada Kartikosari, ia segera
mengenalnya dan menegur,
"Ah...... bibi ! Bukankah bibi ini ibu Endang Patibroto" Di
manakah dia seka rang, bibi " "
Melihat Roro Luhito
menang is dan teringat akan
Wisangjiwo, Kartikosari juga meruntuhkan air mata. la
me megang pundak anak itu, merangkuliiya dan berkata,
"Anak yang baik, kami send iri tidak tahu dia sekarang
berada di mana."
Joko Wandiro makin terheran melihat se mua orang
meruntuhkan air mata. Ia menoleh lag i kepada ayahnya dan
Pujo la lu menarik tangannya, diajak duduk di atas batu.
"Anakku, Joko Wandiro, kau dengarlah baik-baik dan
dengan hati tenang ?"" yang akan kuceritakan kepadamu.
Rama resi ini me mang benar adalah kakek gurumu karena
aku...... aku hanyalah gurumu, sama se kali bukan ayahmu....."
"Aaahh...... !!!"
Joko Wandiro meloncat bangun dari tempat duduknya.
Benar- benar ia terkejut seperti disambar petir mendengar
keterangan yang sama sekali di luar dugaannya ini. Wajahnya
menjad i pucat dan ia me mandang Pujo dengan mata
terbelalak. "Tenanglah, ?"k...... !!"
Pujo menegur, terharu akan tetapi juga mendesak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Merah sekali wajah Joko Wandiro. Sudah bertahun-tahun ia
dige mbleng oleh ayahnya ini, dige mbleng lahir batin sehingga
sebetulnya ia dapat menguasai perasaannya. Akan tetapi tadi
ia hampir tak dapat menguasai perasaannya oleh karena
me mang berita itu amat mengejutkan.
Ia duduk lag i dan berbisik, "Maaf, ayah !"
Pujo tersenyum pahit. Sungguh tidak enak tugasnya
bercerita dan me mbuat pengakuan ini. Akan tetapi me mang
betul ayah mertuanya. Ia harus berterus terang me mbuka
rahasia ini, de mi kebaikan mereka se mua.
"Ayah kandungmu yang sejati sebetulnya adalah Raden
Wisangjiwo...... "
Kembali Joko Wand iro me motong,
"Tapi. ayah bilang Wisangjiwo adaiah musuh besar yang
harus kubunuh ke lakl!"
Mendengar ini, serasa ditampar muka Pujo. Mukanya
mehjad i merah sekali, lalu berubah pucat dan ia menundukkan
mukanya. "Besar sekali dosaku, anakku...... !"
"Dan se mua ini terjadi hanya karena salah duga yang
timbul dari s ifat terburu nafsu!"
Berceritalah Pujo tentang peristiwa dua belas tahun yang
lalu. Mendengar tentang gurunya yang tadinya ia anggap ayah
kandungnya, kemudian mendengar pula betapa ia di waktu
kecil bersa ma ibu kandungnya yang ia lupa lagi bagaimana
wajahnya itu, diculik oleh gurunya, ma kin la ma ma kin pucatlah
wajah Joko Wandiro. Dadanya terangsang sesuatu yang
mengge lora, yang me mbuat tubuhnya menggigil. Teringat ia
akan penuturan Cekel Aksomolo yang pernah menang kapnya,
pernah mengatakan bahwa dia adaiah putera kadipaten,
putera Raden Wisangjiwo, bahwa Pujo adaiah penculiknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan ia malah me maki-maki dan me mukul Cekel Aksomolo
yang disangkanya me mbohong!
Kini mendengar betapa satu-satunya orang di dunia ini
yang dicintanya, dipujanya dan disangka ayah kandungnya itu
telah sedemikian keja mnya terhadap ayah bundanya, terhadap
dia sendiri, hatinya seperti disayat-sayat. Apalagi kalau ia
teringat betapa Pujo semenjak ia kecil selalu menekankan
bahwa musuh besar di dunia ini adalah Wisangjiwo yang harus
dibunuhnya kelak! Ayah kandungnya sendiri! Harus dibunuhnya! Alangkah kejinya dan hal ini sungguh-sungguh
mengecewakan dan menghancurkan hatinya.
Saking kerasnya desakan gelora hati yang ditekantekannya, ketika mendengar cerita bahwa ayah kandungnya,
Wisangjiwo gugur dalam perang, sedangkan ibunya yang
pulang ke Se logiri dibawa lari pera mpok, Joko Wandiro
terbelalak me mandang ke angkasa, lalu tiba-tiba menjerit dan
tubuhnya terjungkal roboh pingsan.
Ketika siuman dari pingsannya, Joko Wandiro berada dalam
pelukan Roro Luhito. Tentu saja ia terheran-heran, apalagi
me lihat wanita itu menangis sa mbil menyebut-nyebut
namanya. Sejenak timbul harapannya. Inikah ibu kandungnya" Ah, tak mungkin. Bukankah tadi diceritakan
bahwa ibu kandungnya diculik pera mpok di Selogiri"
"J"k", aku adalah bibimu send iri, aku adik kandung
ayahmu."
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan suara terputus-putus Roro Luhito me mperkenalkan
diri. Kemudian ia me mbuat pengakuan bahwa iapun telah
menjad i isteri Pujo.
Makin tertusuk hati Jok" Wandiro, makin bingung dan
kecewa. Pujo ternyata bukan ayahnya, hanya gurunya. Ayah
kandungnya sudah tewas, ibunya diculik perampok, bibinya
men ikah dengan Pujo yang seakan-akan membikin celaka
rumah tangga ayah bundanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
?"k tertahankan lag i, melihat gurunya menundukkan
mukanya yang pucat, melihat eyang gurunya mengelus-elus
jenggotnya dengan senyum pahit, melihat isteri gurunya, ibu
Endang Patibroto juga tertunduk, kemudian melihat bibinya
menang is terisak-isak, Jok" Wandiro juga menang is!
Tangis penuh penyesalan, penuh kekecewaan.
"Duh, anakku, angger Jok"! Gurumu tadi be lum
mencer itakan semuanya. Ayahmu telah meninggal dunia dan
bukan ma ksud b ibimu ini me mburukkan na ma ayah mu, sama
sekali bukan. Akan tetapi agaknya engkau harus mendengar
segalanya dengan jelas agar jangan engkau timbul kebencian
kepada ka mi."
Setelah berkata demikian, Roro Luhito lalu men ceritakan
segala yang telah terjadi, betapa Wisangjiwo bersama
ayahnya, mendiang Adipati Joyowiseso tadinya menyeleweng
dan hendak me mberontak, bersekutu dengan tokoh-tokoh
sakti yang jahat seperti Cekel Aksomolo dan la in-lain. Betapa
Wisangjiwo me nyerang Pujo dan Kartikosari di da la m guha
gelap sehingga ketika muncul Jokowanengpati me mpergunakan narnanya, maka Pujo dan Kartikosari tertipu.
Semua ia ceritakan de ngan jelas, tanpa tedeng aling-aling
lagi, bahkan ia ceritakan kekej ian dan kejahatan Jokowanengpati terhadap keluarga Kadipaten Se lopenangkep,
terhadap dirinya sendiri!.
Mendengar cerita ini, berubahlah wajah Joko Wandiro.
Lenyap semua bayangan penyesalan.
Betapapun juga, orang yang selama ini ia kasihi, ia anggap
ayah kandung sendiri, ternyata adaiah seorang satria utama,
yang telah salah tindak karena tertipu. Seluruh penyesalan
dan bencinya kini ia timpakan kepada orang yang bernama
Jokowanengpati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Si bedebah Jokowanengpati! Di mana si jahat itu
sekarang?"" Ia melompat berdiri dengan kedua tangan
terkepal. Pujo meraihnya. Girang dan bangga hatinya bahwa murid
yang ia kasihi seperti puteranya sendiri ini sekarang telah
me lihat kenyataan, dan tidak me mbencinya. Ia merangkul dan
berkata, "Joko anakku, musuh besar itu telah tewas di tangan kedua
bibimu, baru-baru ini."
Joko Wandiro balas me meluk gurunya, lalu berkata,
"Harap sebuah permohonanku dikabulkan."
'Tentu saja, Joko. Jangankan hanya sebuah, biarpun seribu
permohonanmu tentu akan kupenuhi," jawab Pujo terharu.
"Hanya satu saja, yaitu...... karena ayah kandungku telah
tewas...... supaya...... supaya aku tetap boleh menyebut......
ayah kepadamu."
Pujo merang kul dan me meluk kepala Joko Wandiro. Dari
kedua pelupuk matanya mengalir beberapa butlr air mata.
Sambil menciu m kepala anak Itu, ia berkata,
"Engkau me mang ana kku! Biarpun bukan anak kandung,
akan tetapi engkau anakku, Joko! Terima kasih bahwa engkau
masih mau menyebut ayah kepapaku. Akan tetapi, karena
engkau telah mendapatkan seorang guru yang maha sakti,
engkau harus melanjutkan pelajaran mu kepada gurumu yang
sakti mandraguna dan bijaksana, Ki Patih Narotama. Kami
bertiga akan ke mba li ke Bayuwilis di pantai Laut Selatan, dan
kelak, kalau ada perkenan gurumu, kita akan bertemu lagi,
Joko." Anak yang semuda itu telah menga la mi kecewa, sesal, dan
duka yang amat hebat itu hanya mengangguk-angguk sambil
me mandang dengan air mata berlinang. Pujo, Roro Luhito dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kartikosari me man dang anak itu dengan hati penuh keharuan
sehingga suasana menjadi sedih.
Tiba-tiba Resi Bhargowo tertawa. Suara ketawanya tenang
dan sewajarnya, sekaligus mengusir suasana yang iengang
sedih itu. "Ha-ha-ha, alangkah le mahnya kita diseret kedukaan
berlarut-larut! Jok", cucuku yang baik. Gurumu adalah kawula
yang paling gagah perkasa dan sakti di seluruh Kahuripan,
sungguh mengecewakan kalau engkau sebagai muridnya tak
ma mpu melawan nafsu perasaan sendiri!"
Sadarlah mereka se mua. Joko Wandiro la lu menjatuhkan
diri berlutut, menyembah kepada e mpat orang itu sambil
berkata, "Hamba pa mit mundur.. .... !"
Tanpa menanti jawaban, tubuhnya sudah melesat dan
bagaikan terbang ia lari meninggalkan te mpat itu untuk
kembali ke tempat pertapaan gurunya yang berada di lereng
gunung. ^odwo^ Segala sesuatu di permukaan bumi ini, mau atau tidak,
semua harus tunduk kepada kekuatan Sang Waktu. betapapun
kerasnya besi baja, betapapun besarnya gunung dan luasnya
lautan, semua itu akan lenyap atau berubah setelah tiba
saatnya. Namun, demikian ha lus Sang Waktu be kerja sehingga
sedikit de mi sedikit kesemuanya itu digerogoti sampai habis
tanpa ada yang merasakannya! Manusia sendiri, setiap hari
digerogoti waktu dalam bentuk usia, kanak-kanak menjadi
dewasa, dewasa menjadi tua dan kakek-kakek, tanpa si
manusia merasainya, sehingga tahu-tahu Sang Waktu
menyeretnya ke lubang kubur!.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sang Waktu merayap
selambat kura- kura apabila diperhatikan, akan tetapi terbang secepat kilat apabila tidak
diperhatikan. Tahun-tahun lalu serasa hari kemarin! Karena
inilah, sebelum terlambat, seyogianya manusia mengisi
hidupnya yang tak berapa la ma ini dengan perbuatanperbuatan bermanfaat bagi dunia, bangsa, negara, masyarakat atau sedikitnya bagi orang lain.
Bahagialah mereka yang tidak menyia-nyiakan waktu hidup
sebentar ini hanya dengan perbuatan yang bermanfaat bagi
dirinya sendiri saja. Karena sudah pasti bahwa pada akhir
hidup, hati nurani sendiri menuntut jasa apakah yang telah
diperbuat semasa hidupnya bagi dunia dan manusia ".
Sang Waktu melesat cepat sehingga tanpa disadari, Endang
Patibroto telah enam tahun tinggal di Pulau Iblis. Selama
enam tahun ini, setiap hari ia menerima ge mblengan dari
gurunya. Dibyo Mamangkoro yang a mat mencinta muridnya,
bahkan menganggap muridnya itu seperti anak atau cucu
sendiri. Tidak ada ilmu yang ia sembunyikan, semua
kedigdayaannya ia turunkan kepada Endang Patibroto. Bahkan
pada kesempatan menurunkan ilmu terakhir, Dibyo Mamangkoro berkata, "Muridku yang pintar, anakku yang denok ! Sudah hab islah
sekarang semua aji kaupelajari. Tidak ada apa-apa lagi yang
dapat kuajarkan kepadamu, kecuali hanya hawa sakti di dalam
tubuhku yang dapat kuberikan kepadamu. Akan tetapi tidak
Sekarang, muridku, karena penyerahan hawa sakti itu akan
mendatangkan kematian padaku. Aku tidak sayang mengorbankan nyawa untukmu, Endang, akan tetapi jangan
sekarang."
Endang Patibroto, kini seorang gadis berusia tujuh delapan
belas tahun, cantik manis dengan tubuh padat berisi dan
ramping, dengan sepasang mata yang tajam akan tetapi
bersinar dingin, bibirnya yang selalu merah basah itupun tak
pernah ketinggalan senyum, senyum dingin mengejek, kini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdiri me man dang gurunya. Sukar untuk menduga ?"" yang
terkandung di hati gadis muda ini, karena wajahnya
menyerupai topeng puteri je lita yang tidak pernah berubah.
Bahkan Dibyo Mamangkoro sendiri, seorang sakti
mandraguna, seorang yang berwatak aneh, liar dan ganas,
kadang-kadang menga kui di dalam hati bahwa da la m diri
muridnya ini terdapat kekuatan luar biasa, dan memancarkan
keanehan dan kesere man. Bahwa di balik s inar mata yang
tajam bersinar itu tersembunyi kedinginan yang me mbe ku,
dan di balik senyum yang manis mengga irahkan hati tiap pria
itu tersembunyi maut yang selalu mengintai korban !.
"Bapa guru," jawab Endang Patibroto terhadap ucapan
gurunya tadi. "Kalau bapa tidak hendak memberikan hawa
sakti kepadaku karena takut mati, perlu ?"" bapa
mencer itakannya kepadaku" Tenagaku send iri cukup, dan
sesungguhnya aku tidak me mbutuhkan pena mbahan tenaga
dari luar lagi."
Setelah berkata demikian, perlahan Endang Patibroto
me mba likkan tubuhnya, lengan kirinya bergerak lambat ke
depan, seperti ma in-main me ndorong sebatang pohon se
besar tubuh manusia dan...... "kraaakkk!" pohon waru itu
roboh !. "Huah-hah-hah-hahl Kiranya tidak akan mudah mencari
orang yang mampu melawan Endang Patibroto, murid terkasih
Dibyo Mamangkoro!"
Kakek raksasa itu tertawa bergelak, akan tetapi akhirnya
suara ketawanya lenyap dalam keraguan. Keningnya yang
tebal berkerut ketika ia berkata,
"Betapapun juga, menghadapi manusia-manusia luar biasa
seperti Airlangga dan Narota ma, Empu Bharodo, Resi
Bhargowo dan la in-la in tokoh di Kahuripan, tak boleh sekalikali kau me mandang rendah, muridku. Kalau teringat akan
mereka itulah timbul kegelisahanku, dan agaknya hanya kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
engkau mendapatkan tambahan hawa sakti dari tubuhku, kau
akan dapat menghadap i mereka. Sudah ena m tahun engkau
berada di sini, Endang. Biarlah sekarang aku pergi dulu
menyelidik ke Kahuripan, me lihat bagaimana perkembangan
keadaannya sekarang. Wirokolo hanya mengabarkan bahwa
Sang Prabu Airlangga telah meninggal dunia dalam
pertapaannya, bahwa Narotama masih menjad i pertapa dan
tidak menca mpuri urusan kerajaan. Selain itu, ada berita baik
bahwa mulailah kini Kerajaan Jenggala bergerak untuk
menumpas Kerajaan Panjalu! Sekaranglah saatnya engkau
muncul dan me mperkenalkan diri pada dunia, muridku. Biarlah
dunia me mbuka mata terhadap munculnya Endang Patibroto,
sang puteri perkasa. Kau tinggallah menanti di s ini, muridku.
Aku pergi ke Kahuripan, menyelidiki keadaan."
Pada hari-hari pertama kepergian Dibyo Mamangkoro, tidak
dirasakan oleh Endang Patibroto.
Akan tetapi, setelah lewat tiga pekan, mulailah ia merasa
betapa sunyi pulau itu. Selama ena m tahun tak pernah ia
berpisah dari gurunya. Kini mula ilah ia kehilangan suara
gurunya yang bergema di seluruh pojok pulau. Endang
Patibroto mula i merasa tidak senang dan tidak kerasan di
pulau ini, di mana selama ena m tahun belum pernah ia
tinggalkan. Dia m-dia m timbul rasa marah di dalam hatinya terhadap
gurunya yang begitu lama meninggalkannya. Kenapa gurunya
tidak mengajaknya pergi" Makin la ma kemarahannya ma kin
me mbesar, rasa jemu tinggal seorang diri di pulau tak
tertahankan lagi dan akhirnya iapun me nlnggalkan Pulau
Ibiis!. Biarpun ena m tahun ia tinggal di pulau,namun gurunya
selalu mencukupi se mua keperluannya. Bahkan pakaianpun
Endang Patibroto tidak pernah kekurangan. Ia selalu
menerima pakaian-pakaian yang halus dan indah. Bahkan
keris pusakanya, Brojol Luwuk, kini me makai gagang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
amat indah, bertabur mutiara pilihan dan sarungnya terbuat
daripada emas berukir!.
Pagi hari itu, karena tidak tahan lagi, Endang Patibroto
men inggalkan Pulau Iblis. Ia mengenakan pakaiannya yang
paling baru. Ia me mpunyai banyak kain, akan tetapi sayang,
sungguhpun bajunya banyak, namun oleh gurunya disuruh
orang luar pulau me mbuatnya setahun yang lalu. Kini
pakaiannya yang terbaik sekalipun terlalu ketat mencetak
tubuhnya, agak kurang longgar karena tubuhnya makin berisi
selama setahun ini. Keris pusa ka tidak ia se mbunyikan seperti
dahulu lagi, melainkan kini terselip di p inggangnya yang dihias
sabuk e mas pula.
Perahu rampasan dahulu itu masih ada. Gurunya tidak
menggunakan perahu ketika pergi. Mungkin me nggunakan
mancung kelapa seperti biasa. Ia sendiripun kini sanggup
menyeberang dengan bantuan mancung kelapa, bahkan ia
sanggup melakukan yang lebih hebat daripada itu. Akan tetapi
ia tidak suka meniru gurunya karena selain melelahkan, juga
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ombak akan me mbasahi kainnya.
Dengan perahu lebih enak. Sudah sering kali ia ber mainma in dengan perahu di sepanjang pantai pulau. Ia bukan
seorang ahli berlayar, namun cukup dapat menguasai perahu
dengan dayungnya.
Oleh karena belum pernah Endang Patibroto menyeberang,
perahunya hanyut oleh ombak ke timur sehingga ketika
perahu itu tiba di pantai, ia berada jauh daripada tempat
penyeberangan biasa. Betapapun juga, hatinya lega ketika ia
me loncat ke darat. ?"k disangkanya sedemikian sukar
mengenda likan perahu yang hanyut oleh aliran air yang
sangat kuatnya. Ia me mbiarkan perahu itu dihanyutkan ombak
ke tengah, dan dengan pandang mata gembira ia melihat ke
depan. Hutan yang lebat dan gelap, dunia baru baginya
setelah enam tahun dikeram dalam pulau kosong. Bagaikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seekor kijang muda yang baru terlepas dari kurungan, Endang
Patibroto me masu ki hutan, terus berlari men uju ke timur.
Tujuannya hanya satu. Ke Kahuripan dan me nurut gurunya,
Kahuripan terletak di sebe lah timur. Ia hendak ke Kahuripan
yang kini terpecah menjadi dua kerajaan, yaitu Panjalu dan
Jenggala, menyusul gurunya.
Hanya menyusul guruhya" Tidak! lapun ingin mencari
ibunya. Ingin mencari eyangnya, Resi Bhargowo. Hatinya
rindu kepada ibu, Hatinya bertanya-tanya, apakah eyangnya,
Resi Bhargowo yang dahulu d ikeroyok orang di Pulau Se mpu,
masih hidup. Dan, teringat akan J"k" Wandiro, tak dapat ia
menahan senyum yang dibayangi tarikan bibir mencibir,
mengejek! Hi-hik, hatinya mentertawakan. ?""kah Joko
Wandiro masih terus menggendong dan berma in-main dengan
patung kencana " Endang Patibroto tertawa lagi sambil
meraba gagang kerisnya.
Bangga dan senang hatinya bahwa ia dahulu me milih keris
pusaka ini. Pusaka a mpuh. Bahkan gurunya sendiri merasa
jerih terhadap pusaka ini ! Secara berterang Dibyo
Mamangkoro pernah berkata,
"Jangan engkau main-ma in dengan pusakamu itu, Endang.
Dengan pusaka Ki Brojol Luwuk di tanganmu, semua aji
kepandaian mu menjad i berlipat-lipat a mpuhnya. Dengan
pusaka itu, engkau akan ma mpu menggegerkan dunia, akan
dapat menghancurkan kerajaan, seakan-akan dapat menggugurkan gunung menguras lautan! Kalau tidak terpaksa
sekali, jangan mencabutnya dari sarungnya. Pusaka keramat
tidak boleh dipergunakan se mbarangan saja!"
Samar-sa mar ia mas ih ingat ketika ena m tahun yang lalu
Dibyo Mamangkoro mengajaknya sa mpai ke Pulau Iblis.
Sedapat mungkin ia mencar i jalan itu agar tidak sa mpai
tersesat. Bebe?"?" hari kemudian, setelah keluar dari sebuah
hutan yang luas, tibalah ia di le mbah Sungai Bogowanto. Ia
merasa agak ielah karena perutnya lapar sekali. Melihat sungai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari jauh, begitu keluar dari hutan, ia sudah menga mbil
keputusan untuk beristirahat di tepi sungai, mencar i kijang
atau binatang hutan lain untuk dipanggang dagingnya, dan
buah-buahan yang banyak terdapat di le mbah sungai.
Akan tetapi baru saja ia muncul dari daerah hutan, tiba-tiba
dari balik pohon-pohon berlompatan keluar orang-orang tinggi
besar yang segera mengepung Endang. Sebentar saja lima
belas orang telah berd iri mengepung dengan sikap garang.
Mereka semua adalah laki-laki yang bertubuh tegap,
bersikap kasar dan beroman galak. Paling depan berdiri
seorang laki-laki setengah tua yang kelihatan paling buas di
antara mereka, jelas me mperlihatkan sikap pimpinan. Baju
orang Itu berkembang totol-totol besar seperti kulit harimau.
Mukanya juga mengerikan seperti muka harimau, dengan
sepasang mata lebar berkilauan dan agak hijau, tidak seperti
mata manusia. Hidungnya gemuk tebal, mulutnya terkurung
kumis dan jenggot yang kasar menjijikkan. Sambil meraba
gagang golok, laki-laki tinggi besar ini me mbentak,
"Berhenti ! Siluman, peri ataukah manusia yang berani mati
lewat di sini" Eh, bocah denok ayu, langsing kuning seperti
kijang kencana, denok montrok seperti bidadari kahyangan!
Kedua kaki- mu menginjak tanah, berarti engkau adalah anak
manusia. Siapa engkau, dari mana hendak ke mana dan
mengapa seorang gadis jelita seperti engkau berani
menje lajah hutan rimba seorang diri tanpa pengawal " ".
"Kakang Suro, alangkah jelita gadis ini! Aduh, disambar
kerling matanya saja seperti dicabut rasa jantungku !"
Seorang di antara mereka, yang masih muda, berkata,
"Kakang Suro, berikan dia padaku sebagai hadiah! Wah,
mau a ku dikurangi umurku sepu luh tahun kalau dia menjadi
punyaku!" kata orang ke dua.
"Uuuh, bodoh amat! Kalau aku yang beruntung mendapat
dia, akan kuusahakan supaya aku jangan menjadi tua, jangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mati-mati,. lebih la ma leb ih baik men ikmati hidup di
sampingnya," seru orang ke tiga.
Mereka semua tertawa-tawa, atau setidaknya menyeringai
lebar. Semua mata me mandang penuh selidik, menjelajahi
seluruh tubuh Endang Patibroto dengan lahap seperti mata
harimau ke laparan menjilat kelinci muda.
Gigi yang besar-besar menguning atau menghita m karena
kinang, tampak di balik kumis yang tak terpelihara. Belasan
prang laki-laki buas dan liar, yang terlalu lama berkeliaran di
dalam hutan, berbulan-bulan tida k bertemu wanita.
Sikap mere ka akan me mbuat seorang laki-laki pun akan
menjad i gentar, karena jelas dari sikap mereka bahwa belasan
orang Ini adalah orang-orang yang sudah biasa me mpergunakan kekerasan, sudah biasa memaksakan
kehendak mereka mengandalkan golok yang tergantung di
pinggang. Akan tetapi Endang Patibroto sama sekali tidak merasa
gentar. Seujung rambut pun ia tidak takut menghadapi
kepungan belasan laki-laki tinggi besar dan bersikap kasar itu.
Dengan tangan kanan meraba gagang keris di pinggang, ia
berdiri menentang pandang mereka, lalu perlahan-lahan ia
me mutar tubuh agar dapat me mandang wajah mereka
seorang demi seorang.
Pandang matanya dingin, tak pernah berkejap, sikapnya
tenang dan pada wajahnya yang jelita tidak terbayang
perasaan apa-apa, tenang dingin seperti permukaan air telaga
yang dalam. Ia harus mengukur keadaan belasan orang itu
dengan sapuan pandang mata tadi dan mendapat kenyataan,
menurut ajaran gurunya, bahwa mereka ini orang-orang yang
me miliki keberanian dan tenaga besar saja, akan tetapi pada
hakekatnya kosong. Mungkin hanya orang bermuka singa itu
saja, pemimpin mere ka, yang agaknya sedikit berisi !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang maca m begini berani menghadangnya dan
bersikap kurang ajar Endang Patibroto tersenyum, senyum
yang me mbuat wajahnya menjadi manis sekali, akan tetapi
senyum yang dingin, yang akan membuat beku dan ngeri
orang yang berperasaan. Akan tetapi lima belas orang itu
adalah orang-orang kasar sehingga seperti buta terhadap
kenyataan yang tersembunyi.
Melihat gadis jelita ini tersenyum, mereka makin berani dan
tertawa-tawa gembira, bahkan mula i bergerak mende kat
dengan sikap kurang ajar.
Melihat mereka itu maju dekat sehingga muka-muka
menyeringai itu amat menjijikkan, dita mbah bau keringat yang
?""k, Endang Patibroto menjadi marah. Namun wajahnya
tidak me mbayangkan sesuatu, hanya senyum yang masih
me mbayang di bibirnya menjad i mas ih dingin.
Tiba-tiba ia menggerakkan kedua tangannya, diputar
sambil berseru, " Mundur.. ..!!"
Hebat kesudahannya! Tujuh orang tinggi besar yang berdiri
paling depan, seperti daun-daun kering ditcrbangkar lesus
(angin puyuh), terpelanting dan menabrak kawan sendiri yang
berdiri di belakang! Tentu saja mereka menjadi terkejut dan
mundur. Endang Patibroto yang masih berdiri di tengah
kepungan, kini dengan sikap tenang berkata,
"Pergi kalian ! Ataukah ada yang sudah bosan hidup"
Mereka yang sudah bosan hidup boleh maju !"
Surosardulo, demikian na ma kepala gerombolan yang
bermuka singa itu, tadi juga merasa bet?"" ada angin
mendorongnya, namun ia hanya terhuyung ke belakang. Kini
ia berkata marah,
"Heh-heh, kiranya gadis cilik yang punya kepandaian juga!
Berani kau menyentuh kumis harimau! Hayo konco, siapa
yang berani menangkapnya untukku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka yang tadi berdiri di belakang, tidak merasai
kehebatan sambaran hawa dari tangan Endang Patibroto.
Mendengar seruan kepala mereka ini, tiga orang laki-laki yang
bertubuh tinggi besar, meloncat ha mpir berbareng ke depan
menghadap i Endang Patibroto.
Yang Iain-la in agaknya merasa malu untuk maju setelah
me lihat bahwa sudah ada tiga orang kawannya yang maju.
Tentu saja mereka merasa malu kalau menghadapi seorang
gadis cilik saja mereka harus maju bersa ma mengeroyok. Tiga
orang itu yang a mat kepingin menangkap dan rnendekap
tubuh muda yang padat itu, seperti hendak berlomba.
Endang Patibroto me mandang t iga orang ini dengan sinar
mata mengukur dan bibir men gejek.
"Kalian benar sudah bosan hidup" Ingin ma mpus secara
bagaimana" "
Ucapan ini bernada dingin penuh anca man maut, akan
tetapi oleh karena keluar dari mulut mungil, terdengar lucu
bagi tiga orang raksasa itu. Mereka bergelak tertawa.
"Ha-ha, cah-ayu manis! A?" engkau bisa membikin aku
mati tanpa kepala?" ejek orang pertama yang mukanya pucat.
"Aduh rnati aku! Kerlingmu dan senyummu sudah cukup
me mbikin re muk dadaku, denok." Orang ke dau yang matanya
juling berkata.
"Dan aku rela mati dengan tubuh hancur d i depan kakimu,
asal...... hemm,engkau suka menjadi punyaku, sayangl" kata
orang ke tiga yang kumisnya jarang.
Endang Patibroto dengan sikap tenang menghitung-hitung
dengan jari tangannya.
"Seorang ingin ma mpus tanpa kepala, yang ke dua ingin
ma mpus dengan dada remuk, yang ke tiga dengan tubuh
hancur. Hemmm, kehendak ka lian akan terpenuhi. Majulah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si mata juling agaknya sudah tidak dapat menahan lagi
hasrat hatinya, ingin segera dapat me meluk gadis itu, maka
sambil tertawa ia sudah menubruk maju dengan gerakan
laksana seekor har imau menubruk kelinci. Dua orang
tcmannya tidak mau ka lah dulu, juga segera menerjang maju
dengan kedua tangan menjangkau ke depan.
Sukar diikuti pandangan mata ?"" yang selanjutnya terjadi.
Dala m sekelebatan mereka yang tidak bertanding me lihat
betapa gadis jelita itu menggerakkan tangan kakinya
menya mbut tiga orang pengeroyoknya. Mula- mula terdengar
suara "krakkkk!" disusul jer itan si mata juling yang
terpelantlng roboh, Disusul ber kelebatnya golok menyambar
leher si muka pucat yang roboh dengan leher putus dan darah
menye mbur-nyembur, kemudian tampak gadis itu sudah
me me gang lengan kanan s i kumis jarang dan tubuh laki-la ki
ini terayun ke atas lalu terbanting pada batu besar yang
terletak tak jauh dari te mpat pertempuran.
Kemudian keadaan menjadi sunyi. Gadis itu berd iri di
tempat tadi, tegak dan tenang, matanya tajam dan bersinarsinar, mulutnya tersenyum mengeje k.
Semua mata terbelalak me man dang penuh kengerian. Tiga
orang penyerbu tadi tak dapat bangun kembali, mata dalam
keadaan amat mengerikan. Si muka pucat telah terbabat
putus lehernya, oleh goloknya sendiri, dan kini kcpalanya
mengge linding agak jauh dari tubuhnya, mati tanpa kepala! Si
mata juling rebah telentang mandi darah, dadanya pecah
terkena hantaman tangan E ndang Patibroto. Adapun si kumis
jarang lebih mengerikan lag i. Tubuhnya yang dibanting di atas
batu tadi re muk dan pecah-pecah!
Sejenak gerombolan itu tercengang dan dengan muka
pucat me mandang mayat tiga orang teman mereka: Akan
tetapi segera timbul kemarahan di hati mereka. Tanpa
diperintah lag i, mereka se mua menghunus golok dan dua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belas orang itu sudah bergerak maju men gu- rung dengan
sikap menganca m.
Endang Patibroto masih tenang saja. Baru setelah jarak
antara dia dan mereka sudah dekat, tubuhnya bergerak,
kedua tangannya mendorong ke sana ke mar i dan
terdengarlah teriakan-teriakan kesakitan disusul terlemparnya
tubuh para pengeroyok. Berturut-turut lima belas orang itu
termasuk Surosardulo sendiri, roboh tumpang-tindih dan
babak-bundas. Untung bagi mere ka bahwa Endang Patibrcto
hanya me mpergunakan hawa sakt i yang disalurkan dalam
kedua lengannya, meroboh kan mereka dengan angin pukulan
saja. Kalau sa mpai mereka tersentuh tangan gadis per kasa ini,
tentu mereka akan menga la mi nas ib seperti tiga orang kawan
mereka tad i. Sambil meraba gagang keris pusakanya dengan tangan
kanan dan bertolak pinggang dengan tangan kiri, Endang
Patibroto me mandang mereka yang roboh, me mbuang
senyum mengeje k lalu tanpa sepatah katapun ia me langkah
pergi dari tempat itu untu k me lanjutkan perjalanannya.
Belum sejauh luncuran anak panah ia berjalan, Endang
berhenti tiba-tiba dan memutar tubuhnya, me mbentak,
"Apakah di antara kalian ada yang sudah bosan hidup
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
juga?" Dua belas orang gerombolan yang dipimpin Surosardulo itu
terkejut, dan tiba-tiba Surosardulo menjatuhkan diri berlutut,
diturut anak buahnya. Mereka tadi sejenak terlongong
keheranan, kemudian dia m-dia m mengikut i gadis itu yang
berjalan menuju ke Sungai Bogowonto. Siapa kira, gadis itu
dari jarak yang cukup jauh dapat mengetahui bahwa ia
dibayangi orang !.
"Ampun......" kata Surosardulo, "ha mba hanya ingin
mengetahui siapa gerangan nama besar paduka. Hamba
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Surosardulo dan para anak buah hamba selama hidup belum
pernah mendengar, apalagi melihat, seorang puteri sedemikian sakti ma ndraguna seperti paduka...... "
Endang Patibroto mengangkat dagu ke depan.
"Na maku Endang Patibroto. Apakah kalian masih t idak
terima kalah" Mengapa men gikuti perjalananku?"
Setelah berkata demikian, dengan gerakan seenaknya saja
Endang mengipatkan tangan kirinya ke arah pohon jati di
dekatnya. Terdengar suara keras dan batang pohon se besar
paha itu patah, pohonnya tumbang!
Pucat wajah Surosardulo dan anak buahnya.
"Tida k....karni tidak ber maksud apa-apa....hanya ingin tahu
nama paduka.. ." kata Surosardulo.
Endang mencibirkan bibirnya lalu me mbalikkan tubuh,
me lanjutkan perjalanan. Diam-dia m Surosardulo yang jantungnya masih berdebar dan wajahnya pucat itu me mberi
perintah kepada dua orang anak buahnya untuk mengambil
jalan terdekat, mendahului gadis sakti itu menyeberang sungai
dan me mberi tahu kepada pimpinannya.
Mereka ini, Surosardulo dan anak buahnya, sebetulnya
adalah anggauta gerombolan perampok dan bajak sungai
yang berada di bawah kekuasaan Ki Krendoyakso. Hampir
semua penjahat yang beroperasi di daerah Bagelen, adaliah
anak buah Ki Krendoyakso. Mengandalkan na ma besar dan
kesaktian Ki Krendoyakso inilah ma ka para penjahat itu tidak
pernah ada yang berani me lawan.
Akan tetapi pada hari itu mereka mengalami kesia lan,
bertemu dengan Endang Patibroto. Karena Surosardulo
maklum bahwa gadis jelita itu adaiah seorang yang sakti
mandraguna, maka ia tidak begitu bodoh untuk bunuh diri
me lawan. Dia m-dia m ia mengirim berita ke depan agar
pimpinan nya dapat mencegat perjalanan gadis yang telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbunuh tiga orang anak buahnya itu. Biarpun ia tahu
bahwa pada waktu itu Ki Krendoyakso sendiri tidak berada di
situ, namun di sebelah t imur Sungai Bogowonto banyak
terdapat anggauta-anggauta pimpinan yang sakti, yang tentu
akan sanggup menghadapi gadis itu.
Endang Patibroto tentu saja tidak tahu dan tidak menduga
akan hal ini. Dia tidak perduli. Andaikata tahu sekalipun, ia
juga tidak perduii. Tidak perduli akan orang lain, asal jangan
mengganggunya. Yang berani men gganggunya, akan ia binasakan! Dengan
tenang ia melanjutkan perjalanan. Dari jauh sudah ta mpak
Sungai Bogowonto yang lebar dan penuh airnya. Perutnya
makin lapar. ?"k ta mpak seekorpun binatang hutan di daerah
itu. Tentu habis oleh manusia-manusia kasar tadi, pikirnya
jengkel. Juga tidak tampa k ada dusun di se kitar situ. Mungkin
di seberang ada. Tampak olehnya atap rumah pedusunan.
Tentu di sana ada makanan.
Ketika ia mende kat pantai sungai, ia melihat ada sebuah
perahu kecil di pinggir. Entah perahu siapa. la tidak perduli
dan segera melangkah masuk duduk dan menga mbil sebatang
dayung panjang yang berada di perahu. Perahu siapa ia tidak
perduli, ia perlu menyeberang.
Andaikata tidak ada perahu di situ sekalipun, ia tetap akan
menyeberang. Banyak cara untuk menyeberangi sungai yang
amat kecil jika dibandingkan dengan selat Pulau Iblis, akan
tetapi cara yang paling mudah dan enak adalah bcrperahu. Ia
juga tidak menaruh curiga mcngapa di tempat sesunyi itu
terdapat sebuah perahu tanpa pemiliknya. Iapun tidak tahu
betapa dari dua seberang sungai, banyak pasang mata
mengintainya penuh perhatian. Iapun tidak tahu betapa dari
seberang lain, seorang laki-laki yang tubuhnya ramping
panjang telah bergerak me masu ki air ketika perahu nya
bergerak ke tengah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baru saja perahu itu ia dayung sa mpai di tengah sungai,
tiba-tiba perahunya terguncang keras la lu terguling !.
Tentu saja Endang kaget sekali. Akan tetapi ia tidak pernah
ditinggalkan ketenangan dan ketabahan nya. Guncangan
perahu yang tidak sewajarnya sudah mencurigakan hatinya,
maka sebelum perahu terguling, ia telah meloncat tinggi ke
atas sambil me mbawa dayungnya dan di tengah udara ia
me matahkan dayung menjadi dua potong. Ketika tubuhnya
turun ke air, ia melempar dua batang potongan dayung itu
dan bagaikan seekor burung, kedua kakinya hinggap di atas
dua potong kayu yang menga mbang d i air. Dengan de mikian,
kini ia berdiri di atas air, menggunakan dua potong kayu itu
sebagai landasan kakinya!
Perahunya telah terbalik dan hanyut, akan tetapi Endang
tidak perduii. Dengan pengerahan tenaga dalam disalurkan ke
arah kedua kaki, ia dapat menggerakkan kakinya mendorong
kayu yang diinjak itu ke depan dan bergeraklah ia seolah-olah
"berjaian" di atas air! Ia tidak tahu betapa banyak pasang
mata yang mengintainya dari kedua tepi sungai, melotot lebar
dan seakan-akan biji-biji mata itu akan me loncat keluar dari
pelupuknya saking heran dan kaget mereka yang menyaksi
kan gadis jelita ini berjalan di atas air !.
Tiba-tiba sebuah lengan yang berbulu dan kuat muncul dari
permukaan air dan menya mbar mata kaki kiri Endang yang
kecil mer it. Tangan dengan jari-jari besar kuat itu
mencengkeram lalu menarik dengan tujuan menenggelamkan
gadis jelita itu. Akan tetapi Endang yang tadi melihat
sambaran tangan ke arah kakinya, hanya tersenyum dan sama
sekali tidak me ngelak.
Tentu saja kalau ia mau mengelak, amatlah mudahnya.
Akan tetapi ia tidak mau melakukan hal ini, bahkan kini ia
berhenti bergerak, menundukkan muka melihat ?"" yang
hendak dilakukan oleh orang yang me megang kaki kirinya itu.
Ketika orang itu dengan tenaga kuat menarik-nariknya ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bawah, Endang mengerahkan tenaga dan mempertahankan.
Sedikitpun kaki kecil yang dibetot oleh tangan kuat itu sama
sekali tidak bergoyang! Betapa pun lengan kuat itu
mengerahkan tenaga, menar ik-nar ik dan me nyeret, namun
sia-sia belaka. Si gadis jelita tetap berdiri di atas air !.
Bahkan saking penasaran, orang yang punya tangan itu kini
muncul kepalanya di per mukaan air, selain untuk menghirup
hawa, juga untuk menyaksikan dengan mata sendiri bahwa
tangannya sudah betul-betul mencengkeram kaki gadis itu. Ia
hampir tidak percaya bahwa ia tidak ma mpu menyeret gadis
itu masuk ke dalam air. Dikerahkannya kembali tenaganya
menarik-narik. Endang yang meiihat munculnya kepala seorang laki-laki
tua yang wajahnya menyeramkan, bergidik jijik. la mena mbah
tenaga pada kaki kirinya dan mendadak la me lakukan gerakan
menen dang ke atas dan tubuh laki-laki itu ikut terbawa ke
atas dan terlempar setinggi lima ena m meter dari per mukaan
air! Sebelum tubuhnya terbanting lagi ke air, Endang sudah
me luncur maj u dan sekali ia men ggerakkan tangan, ia telah
menja mba k ra mbut orang itu, kemudian ia terus menggerakkan kedua kakinya menyeberang, tangan kirinya
menyeret laki-laki yang dija mbak rambutnya.
Dapat dibayangkan betapa kaget dan takutnya laki-la ki itu.
Ia merintih-rintih dan mengaduh-aduh,
"Aduhh....... ampun... ampunkan ha mba....... hamba
Bajulbiru sudah tobat....... !"
Setelah dekat dengan pantai sungai, Endang lalu
me le mparkan tubuh Bajulbiru ke darat.
Laki-laki itu terbanting dan me ngaduh-aduh.
)0oo-dw-oo0( Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 23 ?"SIH untung baginya bahwa Endang yang diam-dia m
kagum terhadap kepandaiannya dalam air tidak hendak
me mbunuhnya sehingga tubuhnya hanya terbanting dan
terluka saja, tidak sampai tewas. Kalau Endang menghendaki,
tentu saja sekali pukul dapat me mbunuhnya.
Selagi Endang henda k melompat ke darat, tiba-tiba muncul
belasan orang yang rnenyambutnya sa mbil ber lari dan
me mbawa jala yang lebar. Dengan gerakan serentak dan
berbareng, belasan orang itu melempar jala yang jatuh
bagaikan air hujan me nyelimuti tubuhnya!
Endang menggigit bibir, kemarahannya me muncak. Ia
me mbiarkan jala itu menangkap dirinya.
Ketika belasan orang itu menarik, ia meloncat ke darat dan
sekali kedua tangannya bergerak, jala itu jebol dan ia
me lompat keluar. Kaki tangannya menya mbar-nyambar dan
terdengar suara mengaduh susul-menyusul ketika be lasan
orang itu roboh satu-satu tak dapat bangun pula!
Mendadak dari depan terdengar suara berciutan dan
kiranya puluhan batang anak panah sudah menyambar dari
depan, kanan dan kiri ke arah tubuh Endang. Gadis ini benarbenar menjad i marah sekali. Ia hanya menggunakan tangan
menya mpok anak panah yang rnengarah kepala.
Anak-anak panah yang rnengarah bagian tubuh lainnya ia
biarkan saja dan ternyata anak-anak panah itu runtuh semua
seperti bertemu dengan tubuh baja saja! Sambil menya mpok
anak panah, Endang me mperhatikan ke depan dan tiba-tiba
tubuhnya mence lat ke depan dan sekali ia mengulurkan
lengan, ia telah menangkap dua orag tukang panah terdekat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan dengan gemas ia mengadu kumba kepala mereka satu
kepada yang lain.
"Prakkk!"
Keduanya roboh tak bernyawa lagi dengan kepala pecah!
Dari tempat itu, Endang kembali meloncat ke belakang
pohon, menya mbar tubuh tukang panah lain, me mbant ingnya
mati seketika pada akar pohon.
Tentu saja perbuatannya Ini menggegerkan mereka yang
bersembunyi. Serentak mereka mundur dan lari ketakutan dan
berkelompok dar i jauh me mandang ke arah gddis yang
kesaktiannya menge rikan itu. Jumlah para perampok dan
bajak yang menjadi kaki tangan Ki Krendoyakso ini berjum lah
empat puluh orang lebih. Mereka telah menerima kabar dari
Surosardulo, maka telah mengatur penyambutan di seberang
sungai. Bahkan seorang di antara mereka yang me mimpin
gerombolan bajak sungai, yang terkenal memiliki ilmu
kepandaian di air, yaitu Bajulbiru, telah menya mbut lebih dulu
dan berusaha menangkap gadis Itu di tengah sungai.
Endang Patibroto menjadi marah sekali. Jelas orang-orang
itu tidak mau berhenti me musuhinya. Ia dapat menduga
bahwa mereka itu tentulah segolongan dengan Surosardulo,
buktinya menyerangnya tanpa bertanya dulu. Melihat puluhan
orang laki-laki ber kumpul di depan, ia t idak me njadi gentar,
bahkan dengan gerakan cepat ia berlari ke depan. Mukanya
merah, matanya bersinar tajam, mulutnya mas ih tcrsenyum
man is! Biarpun tadi menyaksikan sepak terjang yang amat dahsyat
dari gadis ini, namun karena jumlah mere ka puluhan orang,
tentu saja para penjahat itu menjadi besar dan timbul pula
keberanian mereka. Apalagi di situ terdapat Wirodurjono yang
mengepalai perampok ini, orang yang menjadi pe mbantu Ki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Krendoyakso dan me miliki ilmu kesaktian yang lebih tinggi
daripada kepandaian Surosardulo ma upun Bajulbiru.
"Serbu! Tangkap!!" Wirodurjono berseru dengan suaranya
yang garang. Pasukan terdepan terdiri dari dua puluh e mpat orang
segera bersorak dan menyerbu maju dengan golok terhunus.
Tingkah laku mere ka seolah-olah barisan hendak maj u perang,
campuh. Sungguh kelihatan lucu sekali kalau dipikir bahwa
yang mereka serbu ini hanya seorang gadis re maja yang
bertangan kosong! Namun, mereka itu kini tidak berani
me mandang rendah, maka serentak mere ka maju dengan
senjata terhunus disertai teriakan-teriakan untuk menindas
rasa nyeri dan takut.
Endang Patibroto tidak menghentikan larinya. ia terus
berlari maju, tidak perduli akan ancaman golok yang
menyilaukan mata itu, tidak perduIi pula betapa dua puluh
empat orang itu bergerak mengepungnya.
Begitu Endang dekat dengan orang pertama, kaki
tangannya bergerak. Tangannya dengan jari-jari terbuka
bergetar seperti menggigil, akan tetapi setiap kali digerakkan,
terdengar jerit mengerikan dan tentu orang yang disentuh
tangannya roboh terjengkang atau terpelanting tak ma mpu
bangun lag i Endang menga muk.
Tubuhnya berputaran karena kini ia dikeroyok dari e mpat
penjuru. Tidak perduli goto k yang bagaimana berat dan
Kasih Diantara Remaja 4 Hancurnya Sian Thian San Seri Pengelana Tangan Sakti Seri Ke Iv Karya Lovelydear Kisah Pedang Di Sungai Es 8
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama