Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Bagian 13
tajampun, kalau menyambar kearahnya, ia papaki dengan
tangannya yang terbuka jari-jarinya, dan...... golok itu tentu
terpukul patah atau terlepas dari tangan si pemegang nya.
Kemudian, setiap kali kaki atau tangannya menyentuh lawan,
tentu lawan itu terjungkal dan tewas! Dalam waktu beberapa
men it saja, mayat para pero mpak roboh malang-me lintang.
Hebatnya, tidak setetespun darah keluar dari tubuh mayatmayat itu, yang mati dalam keadaan mengerikan, kalau tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mukanya hangus menghita m, tentu tulang-tulang dadanya
remuk-remuk atau isi perutnya hancur oleh pukulan sa kti!
Setelah lima belas orang roboh tewas, barulah sisanya
ketakutan dan tanpa dikomando lagi mere ka lari tungganglanggang kemba li ke dalam pasu kan ke dua yang menonton
dari jarak belasan to mbak.
Kini mereka, termasuk
Wirodurjono, me mandang dengan mata. terbelalak dan muka
pucat. Sukar dapat mereka percaya. Seorang wanita, gadis
remaja pula, dengan tangan kosong, demikian mudahnya
me mbunuh be lasan orang kawan mereka yang terkenal
sebagai jagoan-jagoan tukang berkelahi! Mana mungkin hal ini
terjadi" Akan tetapi mereka telah menyaksikan dengan mata
sendiri! "Hayoooohh.......! Mengapa kalian berhenti, pengecutpengecut tak berma lu" Majulah scmua, keroyoklah aku!
Hayo,kalau kalian ingin ma mpus d i tanganku. Inilah puteri dari
Nusaka mbangan!"
Endang Patibroto yang sudah marah sekali menantang.
Mendengar tantangan ini, Wirodurjono kaget sekali. Tentu
saja, sebagai seorang tokoh dari Bagelen, ia sudah mendengar
tentang Pulau Iblis, bahkan dia send iri menerima per ingatan
langsung dari Ki Krendoyakso agar jangan me mbolehkan anak
buahnya mendekati atau mengganggu Pulau Nusaka mbangan
karena manusia raksasa Dibyo Mamangkoro yang amat
mereka takut i tinggal di pulau itu. Dan kini, seorang gadis
sakti muncul dan mengaku penghuni pulau itu, mengaku
Puteri Nusaka mbangan! Dengan heran ia sekali loncat telah
berada di depan Endang Patibroto, sikapnya agak hormat
ketika bertanya,
"Wah, kiranya nona datang dar i Pulau Nusaka mbangan"
Bolehkah kami mengetahui, ada hubungan apakah antara
?"?" dengan Dibyo Ma mangkoro?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat laki-laki setengah tua yang bermuka merah dan
bengis ini, hati Endang sudah tak senang.
"Kau yang mengepalai gero mbolan pengecut ini" Siapa
nama mu?" Dia m-dia m hati Witodurjono panas sekali. Dia adalah
seorang pembantu Ki Krendoyakso yang terkenal, seorang
yang biasa memberi perintah, biasa ditakuti oleh anak
buahnya yang terdiri dari laki-la ki kasar. Sekarang, gadis ini
sama sekali tidak me mandang sebelah mata kepadanya,
ditanya secara hormat belum menjawab balas bertanya
dengan sikap de mikian kurang ajar! Akan tetapi, nama
Nusaka mbangan ternyata amat besar pengaruhnya sehingga
seorang seperti Wlrbdurjono mas ih ma mpu menahan
kesabarannya terhadap seorang gadis remaja seperti Endang.
Dengan muka menjad i makin merah, ia menjawab,
"Na maku W irodurjono dan ketahuilah, kami se mua adalah
anak buah Ki Krendoyakso. Seingat kami, belum pernah kami
bersilang jalan dengan Ki Dibyo Mamangkoro yang kami
hormati...!"
"Orang maca m engkau tak perlu me nyebut-nyebut
namanya. Pergilah!"
Endang Patibroto dengan melangkah maju dan tangan
kirinya bergerak, mendorong ke arah dada Wirodurjono,
Kepala ra mpok itu adalah seorang yang kuat dan sakti. Tentu
saja ia merasa makin mendongkol. Gadis ini benar-benar
sombong, pikirnya. Biarpun datang dari Nusaka mbangan,
perlu diberi hajaran sedikit biar tahu rasa bahwa anak buah Ki
Krendoyakso tak boleh dipandang ringan.
Ia berseru keras dan lengan kanannya yang berkulit hita m
dan amat kuat itu sudah menyambar untuk menangkis dan
menang kap tangan kiri Endang yang mendorong. Akan tetapi
entah bagaimana ia send iri tidak tahu sebabnya, tubuhnya
sudah terlempar ke atas bagaikan disa mbar angin lesus. Ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berteriak kaget dan tubuhnya yang terbang itu menimpa
daun-daun dan dahan-dahan. Cepat ia meraih dan untung ia
dapat menangkap cabang dan dahan. Ketika ia me mandang
ke bawah, kiranya ia telah dilempar kan ke atas pohon oleh
gadis re maja tadi!
"Huah-hah-hah-hah! Bagus gerakanmu melempar orang
itu, Endang! Akan tetapi, tikus-tikus ini sa ma sekali bukan
musuhmu." "Bapa guru.....!" Endang mengena l suara gurunya.
Dibyo Mamangkoro muncul dan de ngan langkah lebar ia
mengharnpiri pohon di mana W irodurjono tersangkut,
kemudian se kali mendorong, pohon itu jebol akarnya dan
tumbang. Wirodurjono cepat melompat ke bawah dan langsung ia
menjatuhkan diri ber lutut di depan Dibyo Mamangkoro yang
belum pernah dilihatnya akan tetapi sudah amat dikenal
namanya. "Ha mba Wirodurjono, anak buah Ki Krendoyakso, mohon
ampun telah bersikap kurang ajar karena tidak mengenai
murid paduka."
"Huah-hah-hah! Mana bisa kalian berkurang ajar kepada
Puteri Nusaka mbangan" Kalian ini tikus-t ikus goblog! Biarpun
Ki Krendoyakso sendiri harus merangkak dan menyembah
puteri ini, mentaati segaia perintahnya. Mengerti?""
"Am.... ampunkan hamba sekalian........"
Wirodurjono menggigil teringat akan cerita Ki Krendoyakso
betapa dahsyat kesaktian kakek raksasa ini dan betapa besar
bahayanya membikin marah kepadanya. Untung bahwa sisa
anak buahnya juga tahu diri dan kini mereka semua sudah
berlutut di belakangnya.
"Sudahlah! Kalian sudah cukup diber i hajaran. Sekarang
lekas sediakan sebuah kereta lengkap dengan kudanya, untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kendaraan sang puteri dari Nusakambangan yang hendak
mengunjungi Jenggala. Cepat!"
Wirodurjono menyembah dan menyanggupi. ?"k la ma
kemudian perg ilah ia bersama se mua ana k buahnya. Dibyo
Mamangkoro mengajak muridnya duduk di tepi sungai sambil
menanti. "Eh, Endang, kenapa kau bisa sa mpai di te mpat ini?"
"Aku hendak menyusulmu. Kenapa engkau terlalu la ma
men inggalkan pulau, bapa guru?"
Dibyo Mamangkoro tertawa, lalu me megang tangan
muridnya penuh kasih sayang.
"Aku pergi bukan untuk keperluanku, muridku. Melainkan
untuk keperluanmu juga. Tibalah waktunya sekarang engkau
bersuwita (mengha mbakan diri) kepada raja di Jenggala. Aku
baru puas kalau melihat semua orang di Jenggala
menye mbahmu, dan melihat Panjalu hancur d i bawah telapak
kakimu. Dan dengan wajahmu yang cantik jelita, dengan
kesaktian mu yang hebat,ditambah keris pusaka Brojol Luwuk
di tanganmu, huah-hah-hah, aku "akin takkan kecewa hatiku!"
Endang Patibroto
masih meragu kan a?"kah para
gerombolan kasar tadi akan me ntaati perintah gurunya. ?"k
seorangpun di antara mereka kini tampak, bahkan mayatmayat yang tadi berserakan kini telah diangkut pergi.
Kemudian di tepi sungai itu a mat sunyi. Akan tetapi, Dibyo
Mamangkoro sikapnya tenang dan yakin bahwa perintahnya
tentu akan ditaati. Dan ia benar.
?"k la ma kemudian muncullah Wirodurjono dengan tujuh
orang lain yang merupakan pimpinan perampok dan bajak
sungai, anak buah Ki Krendoyakso. Mereka bersikap hormat
ketlka menyerahkan sebuah kereta yang cukup kuat indah,
ditarik dua ekor kuda yang besar kuat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dibyo Mamangkoro tertawa ketika mendengar mereka akan
mengawal dan men gantar sampa i ke Jenggaia.
"Tida k usah! Biar kami kendarai sendiri."
la lalu mengajak Endang naik kereta, mengayunkan
cambuk dan. me mba lapkan dua ekor kuda itu menarik kereta.
Dibyo Mamangkoro tertawa bergelak. Satu kalipun ia tidak
pernah mengucap terima kasih, bahkan melirikpun tidak
kepada para pembantu Ki Krendoyakso yang berdiri di pinggir
jalan dengan s ikap me nghormat. Tentu saja se mua ini
diperhatikan oleh Endang karena ia ingin. tahu bagaimana
kelak harus bersikap kalau berhadapan dengan orang-orang
seperti itu. ^odwo^ "Tida k boleh! Tidak bisa!! Harus kami laporkan leb ih
dahulu." "Mana bisa kalian masu k begitu saja ke dalam istana?"
Akan tetapi Dibyo Mamangkoro tidak perdulikan cegahan
dan halangan para pengawal istana. Ia menggandeng lengan
Endang Patibroto dan melangkah lebar me masuki pendopo
keraton yang berlantai mengkilap itu. Ketika ena m orang
pengawal depan istana itu mengepungnya, tangan kiri Dibyo
Mamangkoro bergerak ke depan dan.... enam orang pengawal
itu kini berdiri terbelalak, dengan tubuh kaku-kaku tak
bergerak seperti berubah menjad i arca-arca batu!
Setelah sambil tertawa Dibyo Mamangkoro menggandeng
tangan muridnya masuk ke ruangan dalam, barulah enam
orang itu seakan-akan hidup kembali. Tadi mere ka merasa
betapa kaki tangan mereka kaku tak dapat bergerak! Tentu
saja mereka menjadi bingung dan sibuk sekali, karena tentu
mereka akan me ndapat hukuman berat, me mbiarkan kakek
raksasa dan gadis je lita itu me masuki keraton.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di ruangan dalam, segera dari kanan kiri dan depan
berdatangan para penjaga dan pengawal istana, dengai.
tombak panjang di tangan.
"Hai, berhenti! Siapa berani mas uk tanpa ijin" "
Melihat mereka itu, muka Dibyo Mama ngkoro me njadi
merah. "Butakah mata kalian" Siapa berani menghalangi a ku,
Dibyo Mamangkoro, datang menghadap raja?""
Dengan mata mendelik dan sikap menganca m Dibyo
Mamangkoro menantang. Seketika berubah pucat wajah para
pengawal itu. Baru sekarang ia mengenal kakek itu, seorang
kakek raksasa yang amat terkenal. Tentu saja mereka maklum
akan kesaktian kakek ini dan tida k berani melawan.
Namun, sebagai petugas-petugas dan penjaga, merekapun
tidak berani me mbiarkan kake k itu masu k ke dalam ruangan
persidangan, di mana sang prabu sedang bercengkerama
dengan para ponggawanya.
"Tapi...... tapi...... harap paduka menunggu, biar kami
laporkan lebih dulu kepada gusti prabu.......... " Dan beberapa
orang sudah berlari ke dalam untuk me nyampaikan laporan.
Namun Dibyo Mamangkoro tidak perduli, terus menggandeng tangan muridnya melangkah masuk.
"Maafkan, kami tidak berani me mbiarkan paduka masuk
sebelum ada perintah dari sang prabu."
Dibyo Mamangkoro tertawa bergelak.
"Hendak kulilhat bagaimana kalian tikus-tikus ini bisa
mencegah aku masu k!"
Ia melangkah terus dan keadaan menjad i tegang. Para
pengawal tidak berani turun tangan, akan tetapi merekapun
tidak mau me mber i jalan, sehingga mereka itu me mbentuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lingkaran yang menghadang di depan Dibyo Mamangkoro dan
muridnya, sambil mundur-mundur ketakutan.
Dala m keadaan ketegangan menganca m keributan ini, tibatiba terdengar suara dari sebelah dala m,
"Ki Dibyo Mamangkoro dan temannya diperkenankan
menghadap."
Suara itu adalah suara pengawal dala m yang merupakan
hasil pe laporan dua orang pengawa l tengah tadi. Begitu
mendengar bahwa orang yang mendatangkan ribut di luar
adalah Dibyo Mamangkoro, sang prabu tersenyum dan
me mber i tanda agar raksasa itu diperbolehkan masuk dan
menghadapnya. Dibyo Mamangkoro tertawa bergelak, lalu bersama
muridnya me masuki ruangan yang a mat indah itu. Endang
Patibroto celingukan me mandang ke kenan kiri, mengagumi
segala yang indah-indah dan "ang baru pertama kali ini
dilihatnya. Melihat sikap muridnya ini, Dibyo Mamangkoro tertawa.
"Se mua ini, dan banyak yang jauh lebih hebat dan indah lagi,
kelak menjadi punyamu, Endang!"
Mereka me masu ki pintu tebal terakhir dan tampa klah
ruangai yang indah. Di sebe lah paling da la m, yang terhias
sutera-sutera berkembang beraneka wama, tampak Raja
Jenggaia duduk di atas singgasana, sebuah kursi kencana.
Endang Patibroto menahan napas. Raja itu tampan, seperti
dewa kahyangan. Tubuh atas yang tak berbaju itu berkulit
kuning dan seperti e mas mengeluarkan cahaya. Kepalanya
me ma kai mahkota bertabur emas permata Wajahnya tampan
sekali. Heran sekali hati Endang. Gurunya pernah bilang bahwa
Raja Jenggala berusia empat puluh tahun leb ih, mengapa
mukanya begitu halus dan kelihatannya tampan seperti
seorang pemuda" Juga perhiasan leher dan lengannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gemerlapan, pakaian yang menutup tubuh bagian bawah
mewah dan indah pula.
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Beberapa orang ponggawa dud uk bersila menghadap sang
prabu. Akan tetapi pada saat itu, para hulubalang hanya
mendengarkan saja dan sang prabu agaknya sedang
merunding sesuatu yang a mat penting dengan tiga orang
yang duduk menghadap dekat di depan s inggasana. Mereka
ini adalah ki patih dan dua orang senopati.
Ketika Dibyo Mamangkoro dan Endang Patibroto muncul,
sang prabu menghentikan percakapan, mengangkat muka dan
me mandang kepada kakek ra ksasa itu dengan senyum
gembira. Akan tetapi sepasang alisnya terangkat, agaknya
heran ketika me lihat kakek itu datang bersa ma seorang gadis
yang berwajah jelita. Kalau saja yang datang itu bukan murid
Dibyo Mamangkoro, tentu sang prabu akan marah sekali.
Seorang wanita muda datang menghadap dengan langkah
tenang begitu saja, tidak berjalan jongkok, me ma kai baju
lagi!. Dengan lagak kasar tidak dibuat-buat, Dibyo Mamangkoro
menarik muridnya maju, lalu mengajak muridnya itu berlutut
me mber i hormat. Ia duduk bersila sedangkan Endang
Patibroto duduk bersimpuh. Berbeda dengan se mua wanita
yang mendapat kehormatan hadir di depan sang prabu dan
selalu menundukkan muka, gadis re maja ini mengangkat
muka,matanya berkeliaran me man dang ke mana- mana,
bahkan secara terang-terangan menatap wajah sri baginda
tanpa takut sedikit pun juga! Sikapnya sama benar dengan
sikap Dibyo Mamangkoro yang tidak mengheran kan hati sang
prabu, karena sang prabu sudah mengenai watak kakek
raksasa yang kasar dan liar ini.
"Kiranya pa man Dibyo Mamangkoro yang me mbikin geger
para pengawal keraton!" Demiklan tegur sang prabu sambil
me lirik ke arah Endang Patibroto.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha mba, Dibyo Mamagkoro dan murid terkasih ha mba,
Endang Patibroto menghaturkan sembah sujut!" Suara raksasa
tua ini mengge ma di seluruh ruang persidangan.
Sang prabu tersenyum lagi.
"Bagus, paman Dibyo. Kedatanganmu me mang aangat
tepat karena sesungguhnya kami a mat me mbutuhkan
bantuanmu."
"Untuk mengge mpur Panjalu, gusti?" Dibyo Mamangkoro
me motong. "Eh, bagaimana engkau bisa tahu, paman?"
"Huah-hah-hahi Justeru karena itulah ha mba datang
menghadap dan me mbawa murid ha mba ke sini. Hamba
menawarkan tenaga bantuan murid ha mba ini dan percayalah,
gusti, kalau Endang Patibroto mengepalai semua senopati
Jenggala, dalam waktu singkat saja Panjalu akan dapat
dihancurkan l Huah-hah-hah!"
Ucapan ini terlalu mengejutkan sehingga sri baginda dan
semua hulubalang yang hadir tidak me mperdulikan sik?" dan
kata-kata yang kasar itu. Mereka se mua kini menengo k dan
me mandang ke arah Endang Patibroto, yang bersikap tenangtenang saja, bahkan membalas pandang mata mereka dengan
senyum setengah mengejek.
Sri baginda salah tampa, mengira bahwa Dibyo Mamangkoro sanggup me mbantu kerajaannya dengan syarat
agar wanita yang menjadi muridnya itu diterima menjadi
dayang di keraton. Karena gadis itupun cantik jelita, hanya
sayang belum tahu tata susila keraton, pula karena memang
amat me mbutuhkan tenaga bantuan orang-orang sakti seperti
Dibyo Mamangkoro, tanpa ragu-ragu lag i sang prabu berkata,
"Baiklah, pa man Dibyo. Muridmu ini kuangkat menjadi
pelayan dalam, sedangkan engkau boleh me mimpin para
senopati di sini...... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan de mikian maksud ha mba, gusti! Murid ha mba ini,
Endang Patibroto, Puteri Nusakambangan, hamba tawarkan
menjad i senopati, memimpin perang terhadap Panjalu, bukan
hamba!" 'A?" katamu?" Pa man Dibyo Mamangkoro, harap jangan
ma in-main begitu. Kami benar-benar sedang menghadapi
perang saudara, dan Panjalu me mpunyai banyak orang sakti.
Bagaimana kami dapat me makai tenaga seorang gadis remaja
untuk menghadap i mereka?"
"Huah-ha-ha-hal Hendaknya gusti tidak salah me nduga.
Murid ha mba ini tidak boleh disa ma kan dengan segala wanita
di jagad ini! Dia puteri di antara segala puteri! Sakti
mandraguna tidak kalah oleh la ki-laki yang manapun juga.
Hamba sendiri sekarang belum tentu akan mampu
menga lahkan murid ha mba ini!"
Ucapan Dibyo Mamangkoro mengandung kebanggaan luar
biasa dan me mang ia t idak terlalu melebih-leb ihkan karena
pada saat itu tingkat kepandaian Endang Patibroto memang
sudah luar biasa sekali. Mungkin belum dapat menandingi
kedigdayaan gurunya, akan tetapi kalau ia me mpergunakan
pusaka Ki Brojol Luwuk, belum tentu Dibyo Mamangkoro
sanggup mengalahkannya!
Tentu saja sang prabu dan para senopati memandang
dengan kening berkerut dan tidak percaya.
Namun, karena para senopati itu mengena i baik-baik siapa
dia Dibyo Mamangkoro, sungguhpun mere ka merasa
tersinggung dan terhirsa dengan usul yang diajukan raksasa
itu, mereka tidak berani me ngeluarkan bantahan. Hanya sang
prabu yang berani berseru,
"Paman Dibyol Hentikan kela karmu ini! Gadis muridmu ini'
paling banyak berusia se mbilan belas tahun "
"Baru tujuh belas tahun usia hamba!" Tiba-tiba Endang
Patibroto me motong sabda sri baginda dengan suara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me lengking nyaring, mengagetkan semua orang. Sejenak sang
prabu sendiri tercengang, kemudian tertawalah beliau dengan
geli hati. "Ha-ha-ha! Baru tujuh belas tahun lagi! Paman Dibyo,
sungguh kau lucu, akan tetapi leluconmu ini kaukeluarkan
tidak pada saat yang tepat. Sedangkan Ni Nogogini dan Ni
Durgogini berdua yang merupakan wanita-wanita paling sakti
di dunia ini, masih tidak sanggup me mimpin semua barisan
menghadap i Panjalu. Apalagi gad is remaja ini!"
"Huh, nenek-nenek!"
Dibyo Mamangkoro berseru mengejek. "Harap paduka jangan me mandang rendah murid
hamba ini. Benar dia baru tuiuh be las tahun usianya, akan
tetapi nenek-nenek Durgogini dan Nogogini bukan tandingannya!"
"Ahhh.........!!" Para hulubalang tidak dapat menahan
seruan kaget mereka.
"Benarkah itu, paman Dibyo Mamangkoro?" sang prabu
juga terkejut dan heran.
"Ha mba tidak berkata bohong. Mohon paduka perintahkan
?"" saja, tentu akan dapat dilakukan murid ha mba."
Sang prabu mengerutkan kening, masih meragu. Benarkah
seorang wanita begini muda dapat menandingi kedigdayaan Ni
Durgogini dan Ni Nogogini" Su kar dipercaya. Ia menarik napas
panjang ialu berkata,
"Menjadi senopati bukan lah hal mudah, pa man. Tentu saja
tentang hal ini pa man sendiri yang pernah menjadi seno pati
besar telah mengerti, bukannya aku tidak percaya kepadamu,
akan tetapi melihat muridmu ini hanya seorang wanita muda,
me mang a matlah.sukar dipercaya kalau tidak ada buktinya.
Pada saat kami menghadapi perang besar ini, hanya dua hal
yang selalu me mbuat hatiku selalu khawatir. Perta ma, adalah
paman Narotama yang kini masih menjadi pertapa di lereng
Gunung Bekel. Biarpur i se menjak pe mbagian kerajaan, paman
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Narotama tidak pernah menca mpuri urusan pemerintahan,
namun aku tahu bahwa dia m-dia m ia berfihak kepada Panjalu!
Sebelum dia mati, hatiku takkan merasa tenteram dan aku
selalu mas ih ragu-ragu untuk mulai perang melawan Panjalu.
Ke dua, keadaan di Panjalu kini tertutup, penuh rahasia
sehingga sukarlah bagi para penyelidikku untuk mengukur
kekuatan mereka. Pernah aku mengutus Ni Durgogini dan Ni
Nogogini pergi menyelidik, akan tetapi ha mpir saja mereka
berdua tertawan. Kiranya Panjalu sudah mengumpulkan
banyak orang sakti."
Dibyo Mamangkoro tertawa bergelak. Suara ketawanya
menguma ndang di seluruh ruangan yang luas itu.
"Terbukalah kesempatan bagi murid ha mba
untuk me mper lihatkan kepandaian. ?"" yang tidak dapat dicapai
oleh dua orang nenek itu, tentu akan dapat diiakukan oleh
murid ha mba. Eh, Endang muridku yang denok montok,
muridku yang ayu manis! Engkau sudah mendengar sabda
sang prabu. Beranikah engkau menyelidiki keadaan keraton
Panjalu?" Sambil mengangkat muka dan me mbusungkan dada
Endang Patibroto menjawab,.
"Mengapa tidak beran i" Kapan a ku harus berangkat, bapa"
Dan ?"" yang harus kukerjakan di keraton Panjalu?"
Selagi sang prabu dan para menteri terkejut mendengar
jawaban seenaknya ini, Dibyo Mamangkoro tertawa lagi saking
girang dan bangga hatinya.
"Huah-ha-ha! Muridku, kau berhati-hatilah kalau berada di
Kota Raja Panjalu. Jangan bertindak se mbrono dan jangan
sekali-kali me mbiar kan dirimu terkepung atau tertawan.
Kauselidiki keadaan di sana, sedapat mungkin kautangkap
pembicaraan antara sang prabu di Panjalu dengan menterimenterinya, kemudian sebagai tanda kenang-kenangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kaubawa ke sini bendera pusaka yang berkibar di atas keraton
Panjaiu. Sanggupkah?"
"Sanggup, dan aku berangkat sekarang juga, bapa. Hamba
mohon diri, gusti!"
Belum lenyap gema suaranya, gadis remaja itu telah
berkelebat secepat kilat dan tahu-tahu sudah lenyap dari
ruangan itu!. "Jagad Dewa Bathara! Bukan ma in muridmu itu, pa man
Dibyo Mamangkorol" Sang prabu akhirnya bersabda setelah
sejenak terpaku keheranan. Juga para menteri dan hulubalang
saling pandang. Menipis keraguan mereka terhadap gadis
remaja tadi, menyaksikan gerakan yang sedemikian cepat
seakan-akan gadis itu pandai ilmu "menghilang" saja.
"Sudah ha mba haturkan tadi, murid ha mba takkan
mengecewakan paduka. Akan tetapi, tentu saja untuk
berhadapan dengan Narotama, murid ha mba kalah gemblengan dan kalah penga la man. Untuk men gatasi
Narotama, hamba sendirilah yang akan maju, gusti.
Perkenankan ha mba mundur, karena ha mba hendak langsung
menuju ke Gunung Bekel dan mencar i si Narota ma, musuh
besar hamba!"
"Apakah engkau tidak me mbutuhkan pasukan pengawal,
paman?" "Ha-ha-ha! Tidak per lu, gusti. Hamba sudah me mpunyai
pasukan sendiri, yang telah ha mba beri kabar dan sekarang
agaknya sudah menanti di alun-alun."
Pada saat itu, tiba-tiba terdengar lapat-lapat suara gagak.
Dibyo Mamangkoro tertawa,
"Ha-ha, itulah mereka, gusti, para anak buah hamba telah
menanti di alun-a lun."
Semua menteri dan senopati merasa serem. Benar-benar
kakek raksasa ini seorang yang menyeramkan. Adapun sang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
prabu yang merasa girang me lihat datangnya bantuan
seorang sakti seperti Dibyo Ma mangkoro, segera berkata,
"Baiklah, paman. Berangkatlah, doaku mengiringimu dan
biarlah kutunda pesta penghormatan untukmu setelah kau
kembali menyelesaikan tugas."
"Huah-ha-ha Seorang panglima yang baik t idak akan bicara
tentang jasa sebelum tugas terlaksana, gusti. Hamba mohon.
diri!" Setelah sang prabu mengangkat tangan kanan me mberi
perkenan, raksasa tua itu mengundurkan diri dan melangkah
lebar menlnggalkan Keraton Jenggala. Benar saja seperti
perhitungannya, di alun-alun telah menanti pe mbantupembantunya, yaitu Wirokolo, sepasang Gagak dan sepasukan
orang-orang tinggi besar berjumlah tiga puluh enam orang.
"Hayo, konco, kita berangkat sekarang juga ke Gunung
Bekel!" teriak Dibyo Mamangkoro setelah tiba di alun-alun
disa mbut oleh Wirokolo dan sepasang Gagak.
"Gunung Beke l?"" sepasang Gagak bertanya hampir
berbareng. Agaknya Gagak Kunto dan Gagak Rudro masih teringat
akan pengalaman mereka ketika menyerbu Jalatunda
sehingga disebutnya gunung itu me mbuat mereka jerih.
"Huah-ha-ha! Sang prabu ingin agar kita lebih dulu
me mbereskan si keparat Narotama!"
"Na..... Narotama..... ?"" Gagak Kunto berseru kaget. Juga
Gagak Rudro na mpak pucat.
"Huh, kalian takut ?"?" Bersa ma kakang Dibyo
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mamangkoro, iblis mana yang takkan dapat kita hancurkan?"
bentak Wirokolo sambil melototkan mata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teringat akan hadirnya Dibyo Mamangkoro, sepasang
Gagak timbul pula keberaniannya dan tertawa-tawalah mereka
ketika rombongan ini bergerak menuju ke Gunung Be kcl.
^odwo^ "Sekarang ujilah Aji Bojro Dahono pada pohon itu!"
terdengar kakek tua yang duduk bersila di atas batu kepada
Joko Wandiro yang baru saja selesai berlatih di depan
gurunya. Mendengar perintah ini, J"k" Wand iro mengerahkan
hawa sakti, menyalurkan hawa dar i pusar ke arah kedua
lengannya, lalu kedua kakinya bergerak, tubuhnya diputar dan
kedua lengannya dipukulkan ke depan, ke arah pohon
trembesi yang besarnya sepelukan orang dan yang. letaknya
kurang lebih tiga meter di depannya.
"Werrrr.....!!"
Tidak terjadi apa-apa pada pohon itu, akan tetapi J"k"
Wandiro mengeluarkan keringat pada dahinya, tanda bahwa ia
telah mengerahkan tenaga. Sehabis melakukan gerak pukuian
ini, ia lalu mera mkan mata dan menyalurkan pernapasan
panjang untuk me mulihkan tenaganya.
"Bagus! Cukup baik, kuat, dan tepat gerakannya. Muridku
yang. baik, kau dorong roboh pohon itu ke sebelah sana, agar
jangan roboh oleh angin dan me nimpa pondok kita. "
Joko Wandiro mengha mpiri pohon tre mbesi yang
dihantamnya dar i jarak jauh tadi, lalu perlahan ia mendorong
dan..... dengan amat mudahnya pohon itu tu mbang. Kiranya
di sebelah dalam pohon itu sudah hangus seperti dibakar atau
seperti disa mbar geledek! De mikian hebat ilmu pukulan Bojro
Dahono (Api Berkilat) yang telah dimiliki Jok" Wandiro.
"Ke sinilah, angger Joko Wandiro, dan dengarlah
wejanganku." Dengan suara penuh kasih sayang, kakek yang
bukan lain adalah Ki Patih Narota ma yang sakti mandraguna
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu me manggil Joko Wandiro. Joko Wandiro, kini sudah
menjad i seorang pemuda ta mpan dan gagah berusia sembilan
belas tahun, cepat mengha mpiri gurunya, menjatuhkan diri
berlutut, menyembah dan bersila di depan kaki gurunya.
"Ha mba siap me nanti perintah dan petuah bapa guru yang
mulia," kata Jok" Wandiro, sikapnya penuh hormat. Ia amat
mencinta gurunya ini yang selama bertahun-tahun telah
mengge mblengnya, baik dengan ilmu silat yang luar biasa, ajiaji japa mantera yang hebat, maupun ilmu batin dan filsafat
hidup yang tinggi.
"Angger, Jok" Wandiro, muridku. Setelah Bojro Dahono
dapat kaulakukan dengan baik, berarti tamatlah sudah
pelajaranmu. Tidak ada aji la in yang belum kuberikan
kepadamu, Joko. Dan aku me rasa puas melihat hasilnya.
Engkau sudah men jadi seperti aku ketika masih muda.
Sekarang sebelum kita saling berpisah...."
"Berpisah,
bapa guru" Mengapa..... mesti saling berpisah..... "!"
Resi Narotama tersenyum dan terbayanglah ketampanannya yang sudah terselimut usia tua.
"Mengapa" Ha-ha-ha, pertanyaan yang selalu akan timbul
dalam hati sanubari manusia. Ya, mengapa selalu ada
perpisahan sebagai akhir pertemuan" Mengapa ada kematian
sebagai akhir kelahiran" Mengapa ada ketidakadaan sebagai
akhir keadaan" Karena me mang sudah se mestinya demikian,
angger! Karena ada pertemuan, ma ka timbul perpisahan.
Karena ada kelahiran, maka timbul kematian dan seterusnya.
Hal ini tidak perlu engkau herankan, Jebih-lebih tidak boleh
kausesalkan, Joko. Sudah banyak kuwejangkan kepadamu
tentang sebab akibat. Sekarang kulanjutkan kata-kataku tadi
yang terputus oleh pertanyaanmu. Kuulangi lag i, sebelum kita
saling berpisah, kau jawablah leb ih dulu pertanyaanku ini.
Setelah bertahun-tahun engkau bersusah payah me mpelajari
segala maca m ilmu dan kini telah tamat belajar dengan hasil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me miliki ilmu, akan kaupergunakan untuk apakah ilmu yang
kaupelajari dengan segala pengerahan jerih payah itu,
angger?" Joko Wandiro menundukkan mukanya, berpikir dalamdalam sebelum menjawab. Pertanyaan yang gawat dan pelik
ini harus ia jawab dengan hati-hati, maka ia kumpulkan
kembali segala wejangan yang pernah ia terima dari gurunya
untuk bahan jawaban, kemudian ia menyembah dan
menjawab, suaranya lantang,
"Ha mba akan pergunakan segala ilmu yang ha mba dapat
berkat bimbingan bapa guru yang bijaksana, untuk melakukan
prikebajikan, me mbela kebenaran dan keadilan, me mberantas,
men indas, dan melenyapkan kejahatan, melindungi kaum
le mah tertindas, menentang mereka yang sewenang-wenang
adigang-adigung-adiguna
menganda lkan kepintaran, kedudukan, kekuasaan, dan kekuatan untuk bersimaharajalela
me iakukan kejahatan yang menyusahkan lain orang. Semoga
hamba a kan selalu ingat akan hal itu seperti yang diajarkan
oleh bapa guru."
Resi Narotama me ngangguk-angguk.
"Benar, angger. Kalau demikian, tidak percuma k"u berjerih
payah selama bertahun-tahun mempe lajari ilmu. Baik
buruknya ilmu, bersih kotornya kepandaian yang dimiliki,
tergantung daripada penggunaannya. Betapapun baik ilmu,
betapa tinggi kepandaian, kalau dipergunakan untuk
kejahatan, maka ilmu itupun akan menjad i ilmu jahat. Hitam
putihnya ilmu tergantung daripada pemakaiannya. Ilmu
merupakan alat, angger. Tiada bedanya dengan sebatang
golok. Kalau golok dipergunakan untuk me mbabat alangalang, menebang kayp me mbuat alat rumah tangga, golok itu
merupakan a lat berguna. Akan tetapi kalau dipergunakan
untuk me mbaco k leher manusia lain tanpa dosa, golok itu
menjad i alat pembunuh keji! Oleh karena itu, bahagialah
orang yang pandai me mpergunakan ilmu u ntuk kebajikan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terutama sekali, untuk mendatang kan manfaat bagi orangorang Iain. Sebaliknya, kasihanlah mere ka yang setelah
dikaruniai ilmu lalu menjadi besar kepala, sombong dan
merasa diri sendiri paling pintar, paling jagoan seh ingga ia
terperosok ke dalam jurang kegelapan, me lakukan segala
tindak ma ksiat dan kejahatan."
"Ha mba perhatikan segala perintah bapa guru " jawab Joko
Wandiro. "Kulanjutkan lag i pertanyaanku sebagai ujian terakhir dan
bekal bagimu, kulup Joko Wandiro. Setelah kau mengerti
kegunaan ilmu yang kaupelajari itu untuk melakukan
kebajikan, apakah pamrihmu da la m melakukan kebajikan"
Apakah untuk me mbikin puas hati" Apa kah dengan pa mrih
agar Dewata kelak me mber i ganjaran kemuliaan di
kahyangan" Apakah ingin agar dicinta orang, dipuja dan
disebut satria budiman dan perkasa" Ataukah ingin kelak
diganjar kedudukan tinggi oleh raja" Heh, kulup J"k" Wandiro,
katakan kepada gurumu, apakah pamrihmu hendak me mpergunakan ilmu guna kebajikan?"
"Ampun ka lau jawaban ha mba keliru dan mohon petunjuk,
bapa guru. Sesungguhnya, kalau hamba pergunakan ilmu
yang ada pada hamba untuk kebajikan, hamba tiada
berpamrih apa-apa di dala m hati ha mba, bapa."
"He mm..... , tidak berpamrih" Lalu,?"" dasarnya" Mengapa
engkau me milih kebajikan, mengapa tidak me milih sebaliknya"
?"" dasarnya maka engkau hendak me mpergunakan ilmu
untuk perbuatan bajik, membela kebenaran dan keadilan dan
sebagainya tadi?"
"Sesungguhnya me mang ada dasarnya, bapa guru. Sesuai
dengan segala petunjuk dan nasehat bapa, kalau hamba tidak
keliru, dasarnya adalah pelaksanaan kewajiban, tidak ada
dasar lain!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali Resi Narota ma mengangguk-angguk
dan menge lus-elus jenggot me melintir kumisnya yang penuh uban.
"Mendasarkan segala langkah di dalam hidup di atas
kewajiban! Sungguh baik sekali ini, kulup. Orang yang
mengenai wajib tidak mudah terperosok ke dalam jurang
kenistaan. Akan tetapi engkau lupa hal yang jauh lebih
penting daripada itu, angger. Seyogjanya engkau dasarkan
kepada kewajiban sebagai manusia yang sadar akan
kemanusiaannya, dan terutama sekali, engkau dasarkan
kepada kebaktian terhadap Hyang W isesa (Yang Maha
Kuasa)!" "Aduh..... , ampunkan ha mba, bapa.Hamba
tidak mengucapkan karena hal itu sudah sejiwa dengan hamba,
bagaikan pernapasan yang sampai tidak terasa lagi, namun
tidak pernah terlupa."
"Bagus! Memang engkau tak akan salah langkah dalam
hidupmu, segala ?"ebuatanmu, segala penggunaan Ilmu yang
ada padamu, engkau dasarkan sebagai korban kepada Hyang
Wisesa, sebagai tanda bakti kepadaNya. Perbuatan yang
disertai pa mrih tidaklah bersih lagi, tidak wajar lagi.
Betapapun besar pertolongan yang kauberikan kepada orang
lain, na mun apabila pertolongan itu kau la kukan de ngan
pamrih di dalam hati, betapapun kecilnya pamrih itu, maka
perbuatanmu menolong itu bukan meno long lagi na manya! Itu
bukan kebajikan lag i na manya, angger, karena engkau
bergerak meno long orang lain, digerakkan oleh pa mrih de mi
kepentingan diri pribadi! Pa mrih boleh ber maca m-maca m,
namun sa ma juga. Pamrih dipuji orang" Siapa yang dipuji" Diri
sendiril Pa mrih disebut satria perkasa dan budiman. Siapa
yang disebut" Diri pribadil Perbuatan kebajikan yang
berpamrih bukanlah kebajikan, karena andaikata pa mrihnya
tidak ada, tentu tidak akan terlahir kebajikan itu. Seperti
seorang anak kecil yang bersikap rajin dan patuh dengan
pamrih agar dipuji dan diber i ganjaran. Kalau tidak akan ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pujian dan ganjaran, takkan terdorong keluar lah sikap rajin
dan patuhnya! Berbeda dengan mereka yang mendasarkan
langkah hidup dengan wajib dan bakti kepada Hyang Wisesa.
Perbuatannya wajar, tiada dorongan demi kepentingan
pribadi. Jelaskah bagimu, angger?"
"Cukup je las, bapa."
"Sekarang kulanjutkan lagi pertanyaanku. Setelah engkau
tahu akan penggunaan ilmu yang kau pelajari dan tahu pula
bahwa perbuatan yang didasari pamrih itu palsu, jawablah :
Apakah yang menjadi cita-citamu " Jelasnya, apakah yang
menjad i keinginanmu da la m hidup di dunia ini, kulup J"k"
Wandiro?" "Maaf, bapa. Apakah orang bercita-cita itu bukan
berpamrih?"
"Ha-ha! Bukan, angger. Pamrih bukan cita-cita. Yang
dimaksud pa mrih tadi adalah pa mrih yang mendasarl tiap
pcrbuatan manusia. Adapun cita-cita adalah tujuan hidup.
Manusia sudah dikurniai akal budi dan sudah menjadi
kewajiban manusia pula untuk me mpegunakan akal budi itu,
untuk mencari ?"" yang belum diketahuinya, untuk
menjenguk dan me mandang masa depan, untuk bercita-cita
sebagai pengisi hidupnya. Manusia berhak untuk men ikmati
hidup, untuk me muas kan keinginan hatinya, asal saja tidak
me langgar kebajikan, tidak merugikan orang lain. Kesenangan
dan kenikmatan hidup adalah anugerah Dewata yang Maha
Murah, Maha Kasih. Manusia biasa, bukan pendeta yang
menggayuh tingkat lebih tinggi, berhak menikmati hidup,
berhak bercita-cita. Karena itu, aku bertanya kepadamu,
angger. Apakah yang menjadi cita-cita hidupmu?"
Setelah berpikir sejenak, Joko Wan diro menjawab.
"Ha mba bercita-cita untuk me mperjuangkan kewajiban
hamba sehingga lenyaplah kejahatan di dunia, sehingga
hamba tidak perlu lagi me mpergunakan ilmu untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menentang kejahatan. Hamba ingin me lihat dunia yang tata
tenteram karta raharja, ingin hidup bersa ma-sa ma manusia
lain dalam keadaan
rukun, kasih-mengasihi, hormatmenghormat i, tolong-menolong, di mana tiada dengki tiada iri,
tiada murka, tiada permusuhan, yang ada hanya persahabatan
dan persaudaraan."
"Ha-ha-ha-ha-ha!" Resi Narotama tertawa sampai terbahakbahak dan ia menghapus dua butir air mata yang keluar
karena tertawa itu.
"Alangkah indahnya kalau ada keadaan seperti itu di dunia,
angger. Sayang seribu sayang, aku sendiri belum pernah
menga la mi hidup dalam dunia seperti itu indahnya. Mudahmudahan saja engkau kclak akan menga la minya. Akan tetapi,
muridku. Cita-cita tinggal cita-cita, yang penting adalah
pelaksanaan yang menjadi kewajiban. Jangan sekali-kali
engkau mabok oleh cita-cita kosong, angger."
"Bagaimanakah maksud bapa" Hamba kurang mengerti."
"Cita-cita adalah harapan akan tercapainya sesuatu yang
indah sebagai akibat atau hasil daripada perjuangan. Karena
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cita-cita adalah hasil atau a kibat, oleh' karena itu takkan
tercapai tanpa perjuangan, tanpa pelaksanaan. Dan karena
keindahannya maka dapat me mabokkan orang. Seorang yang
le mah batinnya selalu menghendaki sesuatu yang indah tanpa
perjuangan yang susah payah, selalu menghendaki tercapainya cita-cita dengan mudah, tidak perduli ba ik
buruknya cara yang ditempuhnya. Namun se orang bijaksana,
tidak mabok oleh cita-cita, melainkan penuh ketekunan dan
keyakinan melaksanakan tugas sebagai kewajibannya. Karena
cita-cita hanya akibat, maka dengan send irinya akan datang
dan tercapai apabila kewajibannya dilaksanakan. Seperti
halnya orang yang bercita-cita mengenyam buah mangga
yang harum manis dari pohon mangga yang hendak
ditanamnya. Kalau ia hanya mabok dalam cita-citanya yang
muluk-muluk, ia hanya akan mengenya m mangga dalam alam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mimpi belaka. Sebaliknya, orang yang sadar akan
kewajibannya, akan tekun menana m bibit mangga, me me liharanya
baik-baik, menyira minya setiap hari, menjaganya dari gangguan luar. Kela k hasilnya akan datang
sendiri!" J"k" Wandiro mengangguk. "Ha mba mengerti sekarang,
bapa." "Setelah engkau berpisah dariku, berhati-hatilah dan
waspadalah, angger. Seperti kau ketahui, dunia ini penuh
dengan pertentangan, iblis dan setan selalu berusaha
menyeret manusia untuk me lakukan kejahatan, sebaliknya
para dewata bertugas menuntun manusia ke arah jalan
kebajikan. Akan tetapi iblis dan setan amatlah pandai, kadangkadang me mbujuk manusia sa mbil menya mar sebagai dewata.
Kadang-kadang ia akan me mbujukmu me lakukan sesuatu
yang kelihatannya baik, namun sesungguhnya adalah
kejahatan belaka. Inilah sebabnya maka timbul kebaikankebaikan palsu, yang pada hakekatnya hanya kejahatan yang
berkedok, seperti musang berbulu ayam. Inilah sebabnya
mengapa orang-orang
me mperebutkan kebenaran dan
keadilan, Kebajikan yang diperebutkan pada hakekatnya
bukanlah kebajikan lagi karena kebajikan itu sifatnya me mberi,
bukan me minta. Kebenaran dan keadilan bagi orang la in,
barulah benar! Kebenaran dan keadilan untuk dan demi diri
pribadi, masih diragukan kebersihannya!"
Hening sejenak men gikuti ge ma ucapan sang resi ini,
seakan-akan alam sendiri termenung me mikirkan dan
mencari-cari makna daripada wejangan itu. Kemudian tiba-tiba
sekali terdengarlah suara parau kasar,
"Gaaaokk..... gaaaoookkk.....!"
Suara burung gagak! Suara ini seakan-akan suara iblis
sendiri yang menjawab wejangan-wejangan tadi, penuh
ejekan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Guru dan murid itu saling pandang, Wajah si murid
berkerut tegang, akan tetapi wajah si guru tetap tenang,
bahkan tersenyum.
"Agaknya para dewata sudah menghendaki, muridku,
bahwa pada saat terakhir ini engkau harus mengha dapi ujian
berat. Pernahkah engkau men dengar suara itu?"
J"k" Wandiro mengangguk, berusaha menentera mkan
hatinya. "Kalau ha mba tidak keliru, mereka adalah Gagak
Kembar, bapa."
"Benar, suara itu sudah kukenal baik. Gagak Kunto dan
Gagak Rudro, kaki tangan Wirokolo si manusia liar. Heran, ?""
yang mereka kehendaki, sedangkan bertahun-tahun aku telah
menjauhkan diri dari dunia rama i."
Tiba-tiba agaknya sebagai jawaban ucapan sang resi ini,
terdengar ketawa terbahak-bahak, nyaring sekali sampai
mengge ma di seluruh lereng dan me masu ki telinga seperti
jarum-jarum berbisa!
"Wah! Siapa lagi itu kalau bukan Dibyo Mamangkoro?"
Resi Narotama tampa k tercengang dan kaget, akan tetapi
hanya sebentar karena ia segera tersenyum kembali dan
wajahnya tenang-tenang saja.
"J"k", kita kedatangan orang-orang sakti yang mas ih be lum
kuketahui niatnya. Akan tetapi, mendengar suaranya, agaknya
sang waktu tidak merobah watak mereka dan kalau dugaanku
ini benar, berarti kita akan diserang. Akan tetapi kau hanya
boleh bergerak kalau kusuruh."
Suara burung gagak ma kin la ma ma kin sering dan makin
dekat. Kemudian, tampaklah pasukan terdiri dari orang-orang
tinggi besar berjumlah tiga puluh ena m orang itu, dipimpin
oleh dua orang yang sama bentuk, sama wajah, dan sama
pakaian, yaitu Sepasang Gagak, kakak beradik kembar, Gagak
Kunto dan Gagak Rudrol Setelah tiba di depan pondok,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka segera me mbuat setengah lingkaran, berbaris rapi,
siap dan menanti koman do.
Kemudian muncullah dua orang raksasa yang dengan
langkah lebar mendatangi te mpat itu sa mbil tertawa-tawa.
Mereka itu bukan lain adalah Dibyo Mamangkoro si raksasa
tua tampan dan gagah bersama adik seperguruannya,
Wirokolo. Dibyo Mamangkoro segera melangkah maju sedangkan
Wirokolo berdiri di sebelah Sepasang Gagak. Melihat Resi
Narotama yang duduk bersila di atas batu, didampingi seorang
pemuda tanggung yang menundukkan muka, Dibyo Mamangkoro tertawa bergelak dan mengelus-elus jenggotnya yang
panjang. "Huah-ha-ha-ha! Narotama.....! Kiranya engkau masih
hidup dan bersernbunyi di sini?"
Dengan sikap tenang Resi Narotama mengangkat muka
me mandang. Sepasang matanya me mandang dan biarpun
sikapnya tenang wajahnya tidak membayangkan sesuatu,
namun sepasang mata itu berkilat penuh wibawa. Suaranya
halus penuh kesabaran ketika ia berkata,
"Dibyo Mamangkoro, ma kin da la m orang mengenai d irinya,
makin dinginlah hatinya untuk mernbiarkan diri hanyut oleh
gelombang nafsu. Tiada yang lebih baik daripada diam dan
tenang di dunia ini, Mamangkoro. Engkau datang mengganggu ketenanganku, me mpunyai kehendak bagaimana kah" "
Kembali raksasa tua itu tertawa bergelak.
"Narotama, kita sudah sama-sa ma tua sekarang, agaknya
tidak patut kalau kita harus bertanding yuda seperti belasan
tahun yang lalu. Tentu kita akan ditertawai kanak-kanak kalau
masih berkelahi. Dengar lah, aku diutus-sang prabu di Jenggala
untuk me manggil engkau men ghadap ke keraton Jenggala
sekarang juga."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"He mmm! Sudah bertahun-tahun aku Narota ma bertapa di
gunung ini, tidak mengganggu orang lain, juga tidak ingin
diganggu. Antara Jenggala dan Narotama tidak ada urusan
sesuatu, Dibyo Mamangkoro, tidak ada sangkut-pautnya,
maka terpaksa aku t idak dapat me men uhi permintaanmu ini."
"Heh-heh, ingatlah Narotama! Engkau adalah Patih
Kahuripan. Bukankah ia junjunganmu juga" Mengapa kau
me mbangkang?"
"Me mang dahulu aku Patih Kahuripan, akan tetapi sekarang
bukan patih lagi, melainkan Resi Narotama. Antara Resi
Narotama dan Kerajaan Jenggaia sungguh tidak ada urusan
apa-apa." "Jadi kau kukuh tidak akan mau ikut bersama ku ke
Jenggala?"
"sekarang tidak, besokpun tidak, Ma mangkoro."
"Heh, si so mbong Narota ma! Tahukah engkau bahwa aku
telah diberi purbawa sesa (mandat penuh) oleh sang prabu"
Tahukah kau bahwa kalau aku tidak dapat me mbawa mu
bersamaku ke Jenggala, aku harus me mbawa kepala mu?"
Narotama tersenyum dan kilat sinar matanya makin terang.
"Apakah itu berarti bahwa engkau hendak me me nggal
leherku dan me mbawa kepalaku ke Jenggala, Dibyo
Mamangkoro?"
"Benar begitu, Narota ma."
"Kalau begitu silahkan, hendak kulihat apakah engkau
ma mpu me mangga l leher ku!"
"Engkau menantang, si keparat?""
"Aku hanya mengiringi kehendakmu, selaras gending yang
kauminta, me layani segala sepak-terjang dan tandangtandukmu, Ma mangkoro."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Babo-babo, si
keparat Narotamal Engkau terlalu me mandang rendah Dibyo Mamangkoro! Dibyo Mamangkoro
sekarang tidak sa ma dengan Dibyo Mamangk?"" belasan
tahun yang lalu, Narotama!"
Narotama mengge leng kepala.
"Aku tidak melihat sedikitpun perubahan dalam dirimu,
Mamangkoro. Masih menjad i abdi hangkara murka seperti
dahulu juga!"
"Ijinkanlah ha mba berdua me mberi hajaran kepada mulut
kakek so mbong ini, kakang senopati!"
Gagak Kunto dan Gagak Rudro sudah melompat maju
dengan senjata di tangan. Gagak Kunto memegang to mbak
pusaka sedangkan Gagak Rudro memegang ruyungnya.
Mereka berdua adalah anak buah Dibyo Mamangkoro dan
sampai waktu itup un mereka mas ih menyebut kakang
senopati kepada Dibyo Mamangkoro. Tentu saja keduanya
cukup ma klum akan kesaktian Narota ma yang men ggiriskan,
akan tetapi karena di s itu hadir Wirokolo dan terutama Dibyo
Mamangkoro, mereka berdua tentu saja ingin menonjolkan
jasa, dan keberanian merekapun me ningkat.
Dibyo Mamangkoro tertawa.
"Heh-heh, boleh-boleh! Biar kulihat bagaimana sepak
terjang Narotama sekarang."
Akan tetapi pada saat itu, Joko Wandiro sudah berlutut di
depan gurunya dan menye mbah, berkata me mohon,
"Bapa guru, hamba harap bapa suka mengabulkan ha mba
mewakili bapa me mber i hajaran kepada orang-orang kasar ini.
Kiranya tidak perlu bapa yang sudah sepuh mengotorkan
tangan me layani orang-orang jahat ini."
Narotama mengangguk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Majulah, Joko. Lawan mereka dan jangan ragu-ragu untuk
me mber i hajaran keras. Membas mi mereka seperti me mbers ihkan bumi daripada abdi-abdi iblis yang kejam. Akan
tetapi berhati-hatilah, angger."
Dengan hati girang Joko Wandiro melompat bangun
menghadap i Sepasang Gagak yang sudah siap dengan s ikap
menantang itu. "Bukankah kalian ini Gagak Kunto dan Gagak Rudro yang
pada lima tahun lalu telah dirobohkan secara mudah oleh
eyang Resi Bhargowo" Dan sekarang kalian masih berani
berlagak di sini" Sungguh kalian orang-orang ber muka tebal
dan tidak tahu malu, orang-orang bebal yang tidak juga
hendak insyaf dan sadar kcmbali ke jalan benar."
"Bocah ber mulut besar! Siapakah kau, hayo mengaku agar
jangan ma mpus tanpa na ma!" bentak Gagak Kunto.
"Na maku J"k" Wandiro."
"Keluarkan senjatamu, keparat!" Gagak Rudro me mbentak
sambil me mutar- mutar ruyung di atas kepalanya.
Jok" Wandiro teringat akan jawaban Resi Bhargowo lima
tahun yang lalu ketika menghadapi Sepasang Gagak ini, yang
menyatakan bahwa senjatanya adalah kebenaran, maka ia
tersenyum dan menjawab,
"Senjataku adalah kebenaran. Majulah kalian dengan
senjata kalian, akan kuhadapi dengan tangan kosong!"
"Babo-babo si keparat! Ujudmu kecil, sumbar mu sebesar
gunung anakan! Kau send iri yang mencar i mati, bukan kami
yang tak tahu diri melawan bocah!" bentak Gagak Kunto
makin marah. "Ah,bukankah pemuda ini bocah yang dahulu berani kurang
ajar ketika kita menyerbu Jalatunda?" teriak Gagak Rudro.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka kini mengena l J"k" Wandiro dan ha l ini mena mbah
kemarahan mereka.
la segera menerjang maju dengan langkah lebar dan
menyerang Joko Wandiro de ngan hantaman ruyungnya ke
arah kepala. Serangan ini disusul oleh Gagak Kunto yang
sudah menusukkan to mba k ke arah dada pe muda itu. Dua
serangan susul-menyusul yang amat berbahaya!
Namun Joko Wandiro bersikap tenang. Dahulu ketika ia
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
me lihat Resi Bhargowo diserang oleh dua orang ra ksasa liar
ini, ia menganggap kake k itu terlalu tenang dan kurang cepat
bergerak. Akan tetapi sekarang setelah digembleng oleh Resi
Narotama, mengertilah Joko Wandiro men gapa kake k itu
demikian tenang. Kiranya untuk menghadapi lawan yang
gerakannya buas me mang a mat dibutuhkan ketenangan,
makin tenang ma kin mudahlah untuk mengikuti gerakan
lawan. Kini, menghadap i terjangan dua orang lawannya ini, Joko Wandiro
hanya menggeser kakinya,
menggerakkan kedua lengan dan hanya dengan
langkah kecil disertai kebutan lengan yang me mbuat tu buhnya miring
ke sana ke mari, dua
serangan itu dapat ia elakkan secara amat mudah. Gagak Kunto berseru keras dan kini ia menusukkan lagi
tombaknya ke arah perut setelah tadi tombaknya mengenai
tempat kosong.. Gerakan ini disusul oleh hantaman ruyung
Gagak Rudro yang mengarah tengkuk. Melihat datangnya
tombak lebih cepat, Joko Wandiro miringkan tubuh ke kanan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lengan kirinya menangkis dari bawah, tepat mengenai leher
tombak yang mencelat atau menyeleweng ke atas.
"T"angggg!!, Tomba k yang ditangkis dan terpental ke atas
itu tepat sekali bertemu dengan ruyung sehinga seakan-akan
Gagak Kunto mewakili Joko Wandiro menangkis serangan
ruyung. "Keparat!!" Gagak Kunto marah sekali, kini ia sudah
me mutar to mbaknya setengah lingkaran dan tiba-tiba
tubuhnya merendah, tombaknya diayun menyabet ke arah
kaki Joko Wandiro. Gagak Kunto menggunakan jurus ini yang
dilakukan secara tak tersangka-sangka, dengan maksud
mengagetkan lawannya yang muda dan lincah itu, agar
me loncat ke atas untuk dipapak ruyung saudaranya. Gagak
Rudro ma klum akan hal ini, ma ka ruyungnya sudah menggigil
di tangan, siap menghantam kepala Joko Wandiro kalau orang
muda itu me ngelak sambil me loncat.
Namun Joko Wand iro yang sikapnya a mat tenang dapat
me lihat se mua ini dan ia tidak mengelak. Dengan gerakan
yang amat berani, ia mengangkat kaki kiri ke atas, kemudian
begitu tombak menya mbar dekat, ia menurunkan kakinya
secepat kilat sehingga tahu-tahu tombak itu telah terinjak
olehnya, digencet di atas tanah sa mbil mengerah kan aji yang
me mbuat tubuhnya seberat gunung anakan!
Kagetlah Gagak Kunto, ia berusaha membetot tombaknya,
namun sia-sia, seakan-akan to mbaknya telah berakar di
bawah injakan kaki Joko Wandiro yang me man dang sambil
bertolak pinggang. Gagak Kunto terengah-engah,
mengerahkan tenaga sehingga mengeluarkan suara ah-ah-uhuh me mbetot-betot.
Melihat hal ini Gagak Rudro lalu menerjang dari belakang,
me mukulkan ruyungnya sambil menge rahkan semua
tenaganya. Biarpun Joko Wandiro tidak melihat serangan ini,
namun telinganya dapat menangkap sambaran angin. Ia
sengaja berlaku lambat, menanti sa mpai ruyung itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menya mbar dekat, baru ia secara tiba-tiba melepaskan injakan
kakinya pada tombak dan dengan Aji Bayu Tantra, yaitu ilmu
mer ingankan tubuh yang a mat hebat sehingga tubuhnya
lenyap dari situ tak dapat diikuti pandang mata kedua
lawannya. Tentu saja tubuh Gagak Rudro terperosok ke depan
terbawa ruyungnya yang menya mbar terus, lalu menghantam
tanah dan ia terjungkal mencium tanah. Sebaliknya Gagak
Kunto yang sedang me mbetot-betot Itu, tiba-tiba terjengkang
ke belakang setelah injakan dilepas.
Dua orang itu bergulingan, mengalami babak-belur. Perlu
diketahui bahwa sebelum Joko Wandiro digembleng di Gunung
Bekel, ia telah belajar ilmu meringankan tubuh Bayu Tantra
dari Pujo, kemudian dise mpurnakan oleh Resi Bhargowo.
Setelah ia berlatih di Gunung Bekel, kepandaian nya
men ingkat hebat,karena ilmu mer ingankan tubuh itu lebih
dise mpurnakan lag i ketika ia menerima hadiah Aji Bayu Sakti
dari Empu Bharodo.
Tidak mengherankan apab ila gerakannya menghindar tadi
sedemikian cepatnya sehingga tidak tampak oleh kedua orang
lawannya. Sepasang Gagak sudah me lompat bangun. Muka mereka
merah se kali karena marah dan malu.
Dala m gebrakan ke dua, mereka telah dibikin jatuh bangun
oleh pemuda itu tanpa si pemuda me mbalas serangan, benarbenar merupakan hal yang a mat me ma lukan. Begitu
me lompat bangun, mereka sudah menge luarkan senjatasenjata rahasia mereka yang terkenal.
Kedua orang Gagak ini selain terkenai akan ilmu silat
mereka, juga terkenal sebagai ahli-ah li men g gunakan senjata
rahasia. Gagak Kunto memiliki senjata rahasia berupa tombaktombak kecil sepanjang dua jengka l yang ujungnya kebiruan
karena direndam racun. Adapun Gagak Rudro terkenal dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
senjata rahasia Watu Lintang (Batu Bintang), merupakan batubatu sebesar kepalan tangan, juga batu-batu ini sudah
direnda m wiso (racun) ular sehingga kulit lawan yang
terserempet sedikit saja sampai lecet, tentu akan mendatangkan bahaya maut.
Kini Sepasang Gagak itu me mutar tubuh, melihat Joko
Wandiro berdiri tidak jauh, hanya dalam jarak empat lima
meter, mereka lalu menggerakkan tangan menyerang dengan
sambitan. "Sing-sing-singggg.......!" Tiga
batang to mbak kecil
menya mbar la ksana anak panah terlepas dari gendewa, a mat
cepat, ke arah sepasang mata dan tenggorokan.
"Wer-wer-werrr....... " Juga Watu Lintang terbang dari
tangan Gagak Rudro, menyambar ke arah kepala, dada, dan
pusar. Joko Wandiro tidak pernah mendapat latihan me mpergunakan senjata rahasia.
Semua gurunya adalah satria-satria perkasa yang tidak sudi
me mpergunakan siasat curang dalam pertandingan untuk
mencari kemenangan. Ia tidak dapat menggunakan senjata
rahasia. Akan tetapi oleh karena tingkat kepandaiannya sudah
amat tinggi sehingga se mua panca inderanya bekerja
sempurna, pe muda ini dapat melihat jelas terbangnya tombaktombak kec il itu.
Cepat ia miringkan tubuh atas sa mbil men ggerakkan
tangan dengan jari-jari terbuka.
Tombak yang mengarah tenggorokannya, lewat dekat
lehernya dan terbang entah ke mana. Akan tetapi dua batang
tombak kecil yang tadinya rnengarah sepasang matanya kini
telah terjepit di antara jari tengah dan telunjuk kedua
tangannya!. )0oo-dw-oo0( Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 24 PADA saat itu, tiga buah Watu Lintang sudah menyambar
pula. Joko Wandiro mengcnjot tanah, tubuhn"a rnencelat ke
atas dan tiga buah. Watu Lintang itu lewat di bawah kakiriya.
Kelika la berjungkir balik turun, kedua tangannya bergerak
dan dua batang tomba k kecil ra mpasan tadi kini melayang ke
arah Gagak Kunto dan Gagak Rudro.
Joko Wandiro tidak biasa me mpergunakan senjata ini,
maka kini dua batang tombak kecil itu yang ia lemparkan tidak
rneluncur seperti anak panah, me lainkan berputaran, namun
amat cepat menerjang lawan seperti dua baling-baling angin!
Gagak Kunto dan Gagak Kudro, dua orang ahli dalam
permainan ini, tentu saja dapat cepat menghindarkan diri.
Mereka sejenak terlongong kagum dan mula ilah mereka
merasa jerih terhadap pe muda yang benar-benar sakti
mandraguna itu.
Joko Wandiro yang sudah turun ke atas tanah, kini
menudingkan telunjuknya ke arah mere ka sa mbil ber kata,
"Gagak Kunto dan Gagak Rudro! Belum terlambat bagi kalian
untuk sadar dan insyaf. Mundurlah dan rubahlah jalan
hidupmu, bertaubat dan hidup sebagai man usia ba ik-baik.
Mundurlah sebelum terlambat!"
Sepasang Gagak ini ?dalah bekas perwira perwira Kerajaan
Wengker. Hidup mereka sudah penuh dengan kejahatan,
berlepotan darah tangan tangan mereka. Mereka tidak
mengenal hukum lain kecuali si?"" kuat dia menang. Hukum
rimba yang mengakibatkan mereka menjadi buas dan
pengecut, menindas bawahan menjilat atasan.
Tentu saja peringatan seorang muda seperti J"k" Wandiro
sama sekali tidak meninggalkan kesan di hati mere ka, bahkan
me mbangkitkan kemarahan karena merasa dihina. Sambil
menge luarkan suara seperti burung-burung gagak marah,
keduanya sudah menerjang maju lagi. Kini mereka telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menge luarkan se mua aj i, dan sedikit llmu hita m yang mereka
miliki me mbuat wajah me reka tampak beringas mena kutkan,
ada getaran hawa dingin menyeramkan menyerang Joko
Wandiro dan sekeliling dua orang itu tampak awan gelap
menyelimuti mere ka.
Ak?" tetapi, semenjak dige mbleng oleh Resi Narota ma,
permainan ilmu hita m itu sa ma se kali tidak ada artinya bagi
Joko Wandiro. Sekali dia me mbaca
mentera singkat
me mper kuat batin dan kedua tangannya mengebut ke depan,
lenyaplah hawa dingin dan awan gelap itu. Saat itu, Gagak
Kunto dan Gagak Rudro sudah me nyerbu ke depan sa mbil
mengayun senjata mereka. Sikap mereka ganas sekali, liar
dan buas, tidak seperti manusia lagi.
Joko Wandiro menarik napas panjang. Tubuhnya tidak
beralih dari te mpatnya, hanya kedua tangannya yang
menya mbut, bergerak dengan jari-jari terbuka.
Begitu kedua senjata lawan itu me nyambar, ia me mapaki
dengan tamparan-tamparan
jari tangannya yang menggunakan Aji Pethit Nogo.
"Krakkk.....! Krakkk...............!!"
Gagak Kunto dan Gagak Rudro berteriak kaget, akan tetapi
teriakan mereka segera disusul lengking t inggi yang
merupakan jerit maut. Ketika tadi ta mparan-tamparan Peth it
Nogo berhasil me matahkan kedua senjata lawan, Joko
Wandiro melanjutkan tamparannya dua kali yang dapat
menya mbar pelipis Gagak Kunto dan tengkuk Gagak Rudro.
Kelihatannya perlahan saja ta mparan itu, na mun a kibatnya
hebat bukan main. Sepasang Gagak Itu mengeluarkan pekik
maut, tubuh mereka berputar putar seperti disambar halilintar,
mata mereka terbelalak dan agaknya dalam ingatan terakhir,
mereka bendak melarikan diri ke arah pasukan mereka, akan
tetapi di depan Wirokolo,
mereka jatuh tersungkur,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tertelungkup dan tidak bergerak-gerak lagi karena nyawa
mereka telah mclayang pergi!
"Bojleng-bojleng iblis laknat!"
Wirokolo me ma ki dan menggereng-gereng
saking marahnya menyaksikan kedua orang pe mbantunya yang setia
itu tewas. "Joko Wandiro bocah keparat! Kau harus men gganti nyawa
mereka!" Serta-merta raksasa tinggi besar ini menerjang maju
dengan gerakan kilat. Pukulan tangannya mengandung hawa
panas Aji Anolo Hasto (Tangan Berapi) dan ta mpak betapa
kedua telapak tangannya kemerahan menge luarkan asap!
Lima tahun yang lalu, di Jalatunda, pernah Joko Wandiro
menerjang Wirokolo dengan sepasang goloknya, akan tetapi
hantaman goloknya tidak melukai tubuh yang kebal itu,
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebaliknya sekali ia kena dita mpar, ia roboh pingsan. Joko
Wandiro cukup ma klum akan kesaktian raksasa ini yang
menggiriskan, bahkan Resi Bhargowo bersa ma Empu Bharodo
yang mengeroyok raksasa inipun tidak dapat menang!
Raksasa ini sakti mandraguna dan ah li ilmu hita m.
Ular yang melilit ieher, pergelangan tangan dan kaki
sungguh mengerikan, juga amat berbahaya karena setiap saat
ular-ular itu dapat me mbantu Wirokolo me nyerang lawan
dengan semburan atau gigitan berbisa. Inilah sebabnya maka
Joko Wandiro sa ma sekali tidak berani me mandang rendah
lawannya, sejak tadi sudah siap sedia dengan penuh
kewaspadaan. Gemblengan Resi Narota ma me mbuat Joko Wandiro
menjad i seorang pemuda yang tidak sombong, berhati-hati
dan tabah. Juga filsafat kebatinan yang berdasarkan sari
pelajaran Sri Bathara Wishnu yang dipuja oleh mendiang Sang
Prabu Airlangga dan juga oleh Resi Narota ma, telah mendalam
di sanubarinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Oleh karena itu pula, tadi ketika dalam pertandingan
me lawan Sepasang Gagak, ia berhasil me mbunuh mereka,
tidak terjadi sesuatu di hatinya, tenang saja. Ia tidak merasa
me mbunuh yaitu menurut faham dia dan pe lajarannya, ia
tidak me mpunyai hasrat me mbunuh, tidak pula me mbenci
lawan-lawannya.
Kematian kedua lawannya adalah wajar, sebagai akibat
daripada pelaksanaan kewajibannya. Kewajiban seorang satria
harus menantang segala bentuk kejahatan.
Betapapun juga, karena pemuda ge mblengan Ini kurang
pengalaman da la m pertempuran, maka gebrakan pertama
dalam menghadapi Wirokolo ha mpir mence lakainya. Melihat
terjangaan Wirokolo sedemikian hebatnya, amat cepat dan
mengandung hawa panas pula, Joko Wandiro cepat
mengerahkan hawa sakti di tangannya, menggeser kaki kiri ke
bala kang sehingga tubuhnya miring dan darl sa mping tangan
kirinya menangkis pukulan lawan yang dahsyat itu.
"Desss. .......!!"
Joko Wandiro merasa betapa tubuhnya didorong tenaga
mujijat yang amat kuat dan tak mungkin ia tahan lagi. Ka lau ia
me mpertahankan kedudukan kedua kakinya, ada bahayanya
ia akan terjengkang atau setidaknya akan terhuyung-huyung.
Oleh karena inilah, ia malah me ngerahkan Aji Bayu Saktl,
me mbuat tubuhnya ringan dan me mbiar kan tubuhnya
mence lat ke belakang sampal lima meter jauhnya. Akan tetapi
ia terlempar dalam keadaan berdiri, tanpa mengubah
sedikitpun kedudukan kuda-kuda kakinya dan dengan ringan
bagaikan sehelai daun kering ia turun pula ke atas tanah.
Wajahnya tetap biasa, lengannya yang beradu dengan
lawan tidak terasa sakit. Namun diam-dia m ia harus menga kui
bahwa lawannya mempunyai tenaga yang mujijat dan amat
kuat. Karena hawa sakti di tubuhnya lebih murni daripada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lawan, maka untuk pertahanan di dalam tubuh ia tidak akan
kalah oleh lawan.
Akan tetapi mengenai tenaga luar, tenaga otot yang kasar,
ia kalah jauh! Mengertilah ia bahwa tindakannya menangkis
tadi keliru, namun me mbuat ia dapat mengukur tenaga sendiri
dan dapat berlaku lebih hati-hati.
Di lain fihak, Wirokolo sejenak berd iri seperti tertegun,
terheran-heran dan juga kagum dan penasaran menjadi satu.
Pertemuan lengan tadi menginsafkannya bahwa pemuda itu
sungguh bukan merupa kan lawan yang ringan! Dapat
menang kis tangannya yang mengandung Aji Anolo Hasto
sepenuhnya, tanpa mengalami cedera, bahkan sekaligus dapat
mengatasi kekalahan tenaga kasar dengan loncatan ke
belakang sebagus itu, benar-benar menjadi bukt i bahwa hawa
sakti pemuda itu a mat kuat, tidak berada di bawah tingkatnya
sendiri. Ia mengeluarkan pekik dahsyat sambil menerjang maju lagi
mengerahkan semua ajinya.
Dala m keadaan seperti itu, Wirokolo a mat menggiriskan.
Lima ekor ular yang melilit leher dan kaki tangannya, bergerak
kepalanya, mendesis-desis dan lidahnya yang merah menjilatjilat keluar dari mulut, Wirokolo sa ma sekali tidak berani
menge luarkan Aji Calon Arang atau ilmu hita mnya yang lain
mengingat bahwa di s itu ada Narotama yang tentu akan
datang membuyarkan ilmu hita mnya dengan mudah. Pula
penggunaan ilmu hita m kalau mene mui lawan yang lebih
tangguh amatlah berbahaya karena ilmu itu bisa me mbalik
dan me mukul diri sendiri. Betapapun juga, karena Aji Calon
Arang sudah mendarah daging padanya, ketika ia menjadi
marah, tampa klah bayangan nenek iblis yang mengerlkan di
belakangnya. Mendengar pekik dahsyat dan melihat keadaan Wirokolo
dan nenek iblis me mbayang di be lakangnya itu, tergetar juga
hati J"k" Wandiro. Pe muda ini cepat-cepat menggosok kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telapak tangannya tiga sambil me mbaca mantera Widodo
Mantera. Begitu bibirnya mengucapkan Widodo Mantera, seketika
bayangan iblis betina itu lenyap atau tidak tertampak lagi
olehnya, dan Wirokolo juga tidak tampa k menakutkan lagi.
Adapun kedua telapak tangannya setelah ia gosok tiga kali,
menjad i panas dan mengeluarkan cahaya.
Menghadapi lawan setangguh Wirokolo, J"k" Wandiro tidak
berani me mandang rendah ma ka ia sudah me ngeluarkan Aji
Bojro Dahono yang tadi ia latih dan coba pada batang pohon!
"Hyyaaaahhh.......... mampus kau.......!!'"
Bentakan ini mengiringi serangan Wirokolo yang sudah
menubruk maju dengan pukulan kedua tangan saling susul, ke
arah kepala dan dada J"k" Wandiro.
"Wuuuttt... wuuuttt...!" J"k" Wandiro sudah menggunakan
Aji Bayu Sakti dan dengan gerakan lincah sekali ia menge lak,
akan tetapi elakan yang sama sekali tidak menjauhkan diri,
bahkan gerakan mengelak ke samping dengan tubuh setengah
me lingkar ini me mbuat ia mendekati lawan, kemudian ia
langsung mengirim pukulan balasan.
Karena ia tadi bergerak mengelak dengan Aji Bayu Sakti,
maka untuk mengimbangi aji ini, ia me lanjutkan serangan
dengan pukulan Pethit Nogo, yaitu dengan jari-jari tangan
dikipatkan. Memang leb ih mudah menggunakan pukulan
Pethit Nogo dengan kebutan jari-jari tangan dalam kedudukan
tubuh melengkung seperti itu.
Kembali W irokolo terkejut. ?"k disangkanya lawannya yang
masih muda ini dapat mengelak secara demikian anehnya,
menge laknya sa mbil mende kat dan balas menyerang.
Demikian cepat gerakan J"k" Wandiro seh ingga tahu-tahu
jari-jari tangan pemuda itu sudah menganca m pelipisnya,
bagian yang paling lemah di kepala.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Celaka.......!!"
Wirokolo berteriak sa mbil mcmbuang tubuhnya ke
belakang. Dari sambaran angin pu kulan Pethit Nogo itu saja ia
maklum bahwa a matlah berbahaya mengandalkan kekebalannya untuk mener ima tamparan macam itu dengan
pelipis kepalanya!
"Tasss!"
Oleh elakan ini, pelipis luput tertampar, akan tetapi sebagai
gantinya, pundak dekat leber raksasa itu terkena jepretan jarijari tangan yang ampuh.
Wirokolo terhuyung-huyung. Tubuhnya kebal dan kuat luar
biasa. Kalau pukulan Pethit Nogo ini mengenai punda k sebelah
luar saja tak mungkin ia sampai terhuyung. Akan tetapi karena
kenanya dekat leher, terasa juga olehnya. Pandang matanya
sampai berkunang!
"Bocah setan! Awas kau Kalau tertangkap olehku, kubeset
kulit mu, kuganyang dagingmu, kuhisap darah mu dan
kukemah- kemah tulangmul"
Wirokolo menganca m dengan muka merah seperti udang
direbus. Biarpun anca mannya menunjukkan kemarahan luar
biasa dan kini ia menerjang lagi dengan buas, na mun Wirokolo
tidak sembrono seperti tadi, maklum bahwa lawannya biar
masih muda akan tetapi amat kuat. Ia menerjang dengan
hati-hati sehingga ketika J"k" Wandiro menge lak lalu ba las
me mukul, ia dapat pula menangkis.
Terjadilah pertandingan yang seru dan hebat. Pukulan dan
gerakan Wirokolo mendatangkan angin berpusing, tenaganya
yang dahsyat membuat bumi yang dlinjaknya tergetar, angin
pukulan tangannya me mbuat tetumbuhan di sekitar tempat ltd
bergoyang-goyang.
Namun sukar sekali baginya untuk dapat menyentuh J"k"
Wandiro karena pemuda ini me millki gerakan yang lebih gesit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebaliknya, hujan serangan lawan yang buas dan dahsyat itu
me mbuat J"k" Wandiro sukar sekali untuk me mbalas dengan
serangan yang seimbang karena ia maklum a kan bahayanya
pukulan tangan la wan yang ampuh.
Ia selalu menghindar atau kalau menang kispun hanya
berani ia la kukan dalam keadaan posisi tubuh me nang kuat,
itupun dengan cara mendorong dari samping. Tidak mau ia
mene mpatkan diri dalam bahaya dengan cara menang kis
langsung mengadu tenaga.
Akan tetapi, sikapnya yang amat berhati-hati ini me mbuat
ia sukar sekali dapat merobohkan lawan. Balasan serangannya
yang hanya kadang-kadang itu ada kalanya berhasil
menyentuh tubuh lawan. Akan tetapi karena kenanya tidak
tepat, tubuh Wirokolo yang kebal seakan-akan tidak merasa
apa-apa! Pertandingan sudah berlangsung seja m lebih, namun be lum
tampak s iapa yang akan me nang.
Melihat ini, diam-dia m Dibyo Mamangkoro terkejut bukan
ma in. Ia tahu akan kesaktian adik seperguruannya, yang tidak
kalah jauh olehnya sen diri. Bagaimana kini ad ik seperguruannya itu tidak ma mpu men galahkan seorang
pemuda" Timbul kekhawatiran di dalam hatinya. Tadinya ia
mengira bahwa di dalam dunia ini, orang muda satu-satunya
yang me miliki ilmu kesaktian tinggi hanyalah muridnya. Siapa
kira, pemuda inipun hebat. Kalau tidak dibunuh sekarang,
kelak tentu merupa kan tandingan berat bagi Endang
Patibroto. Pemuda ini tidak banyak selis ih tingkatnya dengan
Wirokolo, hanya menang cepat. Kalau pertandingan itu
dilanjutkan, belum dapat dipastikan s iapa yang akan menang,
akan tetapi sudah jelas akan ma kan waktu la ma sekali.
Keadaan mereka berimbang, ma ka kalau W irokolo dibantu
sedikit saja, pemuda itu tentu akan dapat dirobohkan. Lebih
baik pasukan dikerahkan untuk
me mbantu Wirokolo, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedangkan Narotama sendiri kalau turun tangan, dialah yang
akan menanggulanginya!
?"?" kerja kalian" Hanya menonton saja" Hayo serbu
bocah setan itu!" Tiba-tiba Dibyo Mamangkoro berseru.
Pasukan terdiri dari t iga puluh ena m orang itu terkejut.
Tadi mereka tertegun dan terpesona menyaksikan pertandingan yang de mikian hebatnya.
Karena kepala pasukan, Sepasang Gagak sudah roboh dan
tewas oleh pemuda itu dan kini bahkan Wirokolo sendiri
sampai sekian la manya belum ma mpu mengalahkannya,
pasukan itu menonton dengan hati berdebar, tidak berani
bergerak kalau tidak diperintah, ma klum akan hebatnya
kepandaian J"k" Wand iro. Akan tetapi kini mendengar
bentakan Dibyo Mamangkoro, mereka segera bergerak,
mencabut senjata masing-masing dan mende kat medan pertandingan. Melihat ini, tiba-tiba Narotama meloncat dari atas batu
tempat ia bersila, mengerah kan Aji Dirodo Meto dan
terdengarlah pekik me lengking dahsyat sekali yang seakanakan menimbulkan ge mpa bumi hebat dan angin taufan
menga muk! Aji Dirodo Meto (Gajah Mengamuk) merupakan aji
kewibawaan yang berdasarkan pekik dahsyat sekali seakanakan pekik seekor gajah jantan yang sedang marah.
Mendengar pekik dahsyat ini tiga puluh ena m orang itu
seketika seperti lumpuh, jantung serasa copot, tubuh
menggigil dan muka pucat. Ketlka mereka me nengok dan
me mandang ke arah Narotama yang berdirl tegak, pandang
mata mereka seakan-akan me lihat seekor gajah raksasa yang
menganca m. Tanpa dapat dicegah lagi, tiga puluh enam orang
itu me maksa kaki mereka yang dengkelen (menggigil sukar
digerakkan) untuk lar i, tunggang langgang meninggalkan
tempat itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bahkan Wirokolo sendiri merasa betapa jantungnya
tergetar hebat dan ketika ia mengerahkan hawa sakti untuk
menahan pengaruh pekik meiengking, ia merasa ke lelahan.
Bukan ma in marahnya Dibyo Mamangkoro. Ia sendiri
me miliki ilmu yang sangat tinggi seh ingga Aji Dirodo Meto
yang dahsyat itu dapat ia lawan dengan pengerahan hawa
sakti. "Si keparat Narotama! Kau curang!!" bentaknya.
"He mm, Dibyo Mamangkoro, siapa yang curang" Engkau
yang mengerahkan ba la mu hendak mengeroyok muridku
ataukah aku yang menghalangi pengeroyokan curang itu"
Sudah kukatakan tadi, aku s iap me layani segala tingkahmu!"
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Babo-babo, Narotama! Kalau begitu kita harus mengadu
nyawa! Sambutlah!!"
Setelah berkata demikian, Dibyo Mamangkoro menggerakkan tangan kanannya, diputar-putar dan tubuhnya
agak merendah, kemudian dengan tangan terkepal ia
me mukul ke depan, ke arah Narota ma. Inilah pukulan ma ut
yang bernama Aji Wisangnala! Namanya saja sudah
menyebutkan keampuhannya, yaitu Api Berbisa! Kalau
dilakukan dar i jarak jauh, angin pukulannya yang me mbawa
hawa panas beracun dapat merobohkari dan menewaskan
lawan tangguh. Apalagi kalau sampai mengenai kulit lawan,
sukar dibayangkan a kibatnya. Terlalu ngeri!
Namun Narotama yang cukup menge nai kesaktian
lawannya ini, sudah siap sedia.
Dua puluh tahun yang la lu, dalam perang menundukkan
Kerajaan Wengker, la sudah pernah bertanding yuda melawan
Dibyo Mamangkoro. Dala m pertandingan mati-mat ian yang
me ma kan waktu sa mpai dua hari dua ma la m, setelah mengeluarkan se mua aji dan kesaktian, barulah ia berhasil
menga lahkan Dibyo Mamangkoro yang lalu melarikan diri!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini me lihat betapa begitu menyerang, Dibyo Mamangkoro
menggunakan aji pukulan maut yang demikian ganas dan
dahsyatnya, ia terkejut dan maklu m bahwa benar-benar
raksasa Wengker itu hendak mengadu nyawa dan tidak ingin
bertempur ber la mbat-la mbatan seperti dahulu lag i.
Serangan Itu adalah serangan maut dan akibatnya
hanyalah dua, kalah atau menang! Ia cukup maklum bahwa
untuk pukulan maca m itu, pukulan yang sede mikian hebatnya
sehingga kepalan tangan raksasa itu mengeluarkan sinar,
tidak dapat die lakkan tanpa merugikan dirinya.
Oleh karena itu iapun lalu mengerahkan tenaga me mutar
tubuhnya dan berseru keras sambil mengangkat tangan kiri ke
atas kepala dari belakang tubuh, sedangkan tangan kanannya
dikepal dan dlpukulkan ke depan, menyambut hawa pukulan
Dibyo Mamangkoro.
"Syuuuuttt!!"
Dua hawa sakti yang samasama a mpuh dan mengandung
hawa panas bertemu di udara
dengan hebatnya. Seperti Dibyo Mamangkoro yang menggunakan Aji Wisangnala,
Narotama juga mengerahkan
Aji Bojro Dahono yang mengandung hawa panas yang
keluar dari su mbernya di pusar.
Biarpun kedua kepalan tangan
itu mas ih terpisah satu depa
lebih jauhnya satu kepada yang
lain, na mun perte muan kedua hawa sakti Itu men imbulkan
cahaya bagaikan api ber kilat.
Dahsyat sekali pertemuan tenaga sakti ini. Resi Narotama
masih tetap kedudukan kakinya, akan tetapi ia terdorong ke
belakang sa mpai setombak leb ih, kedua kakinya yang masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetap me masang kuda- kuda itu menggurat tanah sa mpai
sejengkal dalamnyal Wajahnya pucat keningnya berkerut
dahinya berkeringat.
Adapun Dibyo Mamangkoro juga terhuyung ke belakang,
tampaknya ia tertawa mengejek, akan tetapi matanya merah
sekali, berbeda dengan mukanya yang memper lihatkan
bayangan kehijauan.
Ia masih tertawa ketika melompat maju lag i dan kembali ia
me lakukan pukulan seperti tadi bahkan kini dibareng i dengan
suaranya yang parau berteriak seperti srigala marah.
Narotama juga me lakukan gerakan me nyambut seperti
tadi, melayani lawan tangguh itu sambil berteriak keras pula.
"Wessss!!!"
Akibat pertemuan dahsyat tenaga sakti mereka untuk yang
kedua kalinya ini, Resi Narotama jatuh bertekuk lutut,
tubuhnya agak menggigil dan keringat di dah i ma kin banyak.
Akan tetapi Dibyo Mamangkoro mencelat ke belakang,
me lakukan gerak jungkir balik tiga kali dan akhirnya dapat ia
menguasai keseimbangan tubuhnya sehingga tidak roboh
terguling. Matanya yang tadi merah itu kini ma kin merah sehingga
seperti berubah hita m, mulutnya masih tertawa menyeringai
akan tetapi di ujung bibirnya tampak sedikit darah!
"Belum puaskah engkau.....?" Narotama berkata, suaranya
halus agak terengah.
"Huah-hah-hahl Ma mpuslah......!"
Dibyo Mamangkoro kembali me lakukan pukulan ke tiga,
lebih hebat karena agaknya ia mengerahkan seluruh
tenaganya. Narotama yang sudah bangkit berdiri kemba li
menya mbut seperti tadi, juga bekas Patih Kahuripan yang
sakti ini mengerahkan seluruh tenaga terakhir, maklum
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepenuhnya bahwa ia me mpertahankan nyawanya dalam
gempuran tenaga sakti ini.
"Desss werrrrr ....!!!!"
Kini akibatnya lebih hebat lagi daripada dua pukulan
pertama. Bukan saja karena pukulan ke tiga ini mereka
lakukan dengan pengerahan tenaga sepenuhnya, juga karena
tubuh mereka sudah lelah dan le mah oleh benturan dua kali
tadi. Resi Narotama me ngeluh perlahan, tubuhnya terhuyunghuyung ke belakang la lu ia jatuh terduduk di atas tanah,
napasnya terengah-engah mukanya pucat. Adapun Dibyo
Mamangkoro terpental dan roboh miring di atas tanah, lalu
bergulingan menjauhkan diri lalu lenyap dari situ, hanya suara
ketawanya saja yang terdengar bergema sampai di tempat itu,
suara ketawa yang aneh karena berca mpur rintihan.
Sementara itu, pertandingan antara Wirokolo dan Joko
Wandiro juga ber kesudahan a mat hebat.
Wirokolo yang merasa amat penasaran belum juga dapat
meroboh kan lawannya yang muda, menerjang makin dahsyat.
Akan tetapi ketika tadi Resi Narota ma menge luarkan aji pekik
me lengking dahsyat Dirodo Meto, jantungnya tergetar hebat
sekali. Sejenak matanya berkunang dan jantungnya berdebardebar. Hanya dengan pengerahan tenaga dalam sekuatnya
saja ia ma mpu menahan. Akan tetapi, serangan pekik mujijat
Resi Narotama yang sebetulnya tidak langs ung ditujukan
kepadanya ini me mbuat tenaga dalamnya banyak berkurang.
Namun, Wirokolo yang berwatak so mbong dan terlalu
bangga "kan kesaktian sendiri ini tidak sadar akan hal ini.
Ketika itu J"k" Wand iro yang juga ingin mengakhiri
pertandingan karena me lihat gurunya sudah menghadapi
Dibyo Mamangkoro yang amat sakti, telah mengirim
pukulannya yang paling ampuh, yaitu Bojro Dahono.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pukulannya dila kukan de ngan kepalan tangan kiri yang
me luncur ke arah dada Wirokolo. Tadi sebelum musuh-musuh
datang, pemuda ini sudah mende monstrasikan kepandaiannya
ini dan dengan Aji Bojro Dahono telah me mbuat sebatang
pohon menjadi hangus sebelah dalamnya!
Tentu saja Wirokolo juga merasa akan datangnya hawa
panas mujijat. yang mengiringi pukulan anak muda itu. Akan
tetapi karena ia terlalu menganda ikan ajinya Anolo Hasto,
me lihat datangnya pukulan tangan kiri ini, ia menjadi girang
dan segera menyambut dengan telapak tangan kanannya
yang lebar dan besar.
Begitu kepalan tangan kiri Joko Wandiro tiba, Wirokolo
menerima nya dengan telapak tangan kanan dan menggenggamnya. Kepalan tangan yang kecil itu lenyap
dalam genggaman tangan kanannya yang penuh dengan Aji
Anolo Hasto sehingga kepalan tangan Joko Wandiro seakanakan masuk dan terjepit ke dalam tungku api me mbara!
Melihat ini, Joko Wandiro me mukul lagi, kini dengan tangan
kanannya, juga tetap menggunakan Aji Bojro Dahono. Melihat
kenekadan pemuda ini, Wirokolo tertawa terbahak-bahak dan
menggunakan tangan kirinya menyambut pukulan ke dua dan
di lain saat kembali kepalan tangan kanan Joko Wandiro
lenyap dala m gengga man tangan kiri Wirokoio!
Sambil mengerahkan kekuatannya untuk menghancurkan
kedua kepalan tangan Joko Wand iro da la m genggaman
tangannya, Wirokolo tertawa bergelak. Akan tetapi tiba-tiba
suara ketawanya terhenti, matanya terbelalak, mukanya pucat
sekali dan bagaikan disa mbar petir, tubuhnya mencelat ke
belakang, kedua tangannya yang tadi menggenggam kepalan
tangan Joko Wandiro kini mencengkeram dadanya sendiri,
kemudian ia mengeluarkan jerit mengerikan dan sambil
mencengkeram dadanya Wirokolo me mbalikkan tubuh, lari
terhuyung-huyung dan me mbabi buta sehingga tanpa
disadarinya ia lari ke arah jurang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika tubuhnya terjungkal ke dalam jurang, kembali ia
me me kik nyaring. Ke mudian sunyi.
Wirokolo salah hitung, terlalu me mandang rendah lawan
atau terlalu me mbanggakan diri sendiri sehingga ia la lai dan
ketika menggenggam kedua kepalan pe muda tadi, ia hanya
ingin menghancurkan kepalan dengan remasan tenaga kasar.
Siapa kira, dari kepalan Joko Wand iro tersalur hawa sakti
Bojro Dahono (Kilat Api) sehingga karena Wirokolo tidak
mengerahkan hawa saktinya, maka ia terserang aji itu yang
me mbuat isi dadanya seperti disa mbar petir! Andaikata ia
tidak terjungkal ke dalam jurang yang me mbuat tubuhnya
hancur, juga ia akan tewas oleh Bojro Dahono yang ampuhnya
menggiriskan itu.
Joko Wandiro me mandang kedua ta ngannya. Punggung
tangannya kebiruan dan me mbengkak. Untung tulang-tulang
tangannya tidak sampai re muk. Bukan main hebatnya
Wirokolo. Kemudian ia teringat gurunya, menoleh. Dilihatnya Resi
Narotama duduk bersila di atas tanah, wajahnya pucat,
napasnya me mburu, dari ujung kanan kiri bibirnya keluar
darah! "Bapa guru!" Joko Wandiro lari niengha mpiri lalu berlutut di
depannya. Resi Narotama me mbuka mata, lalu dengan gerakan le mah
menghapus darah di kedua ujung bibirnya. "Sungguh
mengagumkan Dibyo Mamangkoro....."
Ia menghela napas pnnjang.
"Tapi, bukankah tadi dia kalah dan lari, bapa!!"
Narotama mengge leng kepala.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ia jerih terhadap aku, akan tetapi sesungguhnya, dia
hebat. Kalau dia tidak jerih dan tadi me lanjutkan, belum tentu
aku akan me nang. He mmm.... "
Resi Narotama mengerutkan kening, jelas menahan rasa
nyeri hebat, tangannya meraba dada.
"Bapa terluka........ "
Resi Narotama mengangguk. "J"k", muridku. Kini tibalah
waktunya kita saling berpisah. Kau harus mteninggalkan
tempat ini "
"Akan tetapi, bapa. Hamba yang bertahun-tahun menerima
petunjuk bapa guru, bageimana sekarang dapat berlaku sekeji
itu" Hamba me lihat bapa sedang menderita luka dan perlu
perawatan, bagaimana hamba tega untuk meninggalkan
bapa" Tida k, hamba mohon agar diperkenankan tinggal di sini,
merawat bapa guru sa mpai se mbuh."
"Tida k, muridku. Perawatanmu takkan meno long tubuhku.
Kau tidak bisa tinggal di s ini, karena aku sendiripun akan
men inggalkan tempat ini. ?"k guna kau bertanya ke mana aku
hendak pergi."
Narotama tersenyum, la lu ber kata lagi,
"Sudah kucer itakan padamu bahwa aku sudah berjanji
kepada mendiang Sang Prabu Airlangga bahwa aku tidak akan
menca mpuri urusan kerajaan kedua orang puteranya. Akan
tetapi, melihat betapa Kerajaan Jenggala sudah me mpergunakan tenaga orang-orang seperti Dibyo Mamangkoro, kurasa tidaklah adil kalau fihak Kerajaan Panjalu
tidak mener ima bantuan pula. Engkau pergilah ke Panjalu,
menghadap sang prabu di Panjalu dan mohon diterima suwita
(berhamba) di sana. Aku sekali-kali tidak menganjurkanmu
untuk mencari kedudukan, muridku, hanya engkau harus
sadar akan kewajiban mu menentang kejahatan. Dan menurut
wawasanku, setelah Kerajaan Jenggala me mpergunakan Dibyo
Mamangkoro, kewajibanmulah untuk menentang me reka."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha mba akan rnentaati perintah bapa.Akan tetapi....
bilakah ha mba diperkenankan menghadap bapa lag i" Di
mana" "
Resi Narotama menggeleng kepala sambil tersenyum.
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dasar orang muda, nafsu perasaan masih tebal menyelimuti
kesadaran. Pergunakanlah kesadaranmu. Lupakah kau bahwa
sebetulnya tidak ada kesusahan seperti juga tidak ada
kesenangan" Sadarlah dan kembali lah kepada kepribadian mu
yang berpegang kepada kewajiban hidup berdasarkan
kebaktian. Nah, engkau berangkatlah sekarang, muridku dan
kau terimalah Ki Megantoro ini, kuberikan kepadamu."
Sambil berlutut dan menye mbah Joko Wandiro menerima
keris pusaka gurunya, Ki Megantoro, keris eluk tujuh yang
ampuh dan puluhan tahun menjadi sahabat setia Resi
Narotama. Kemudian pergilah Joko Wandiro menuruni lereng
Gunung Beke l, diikuti doa restu dan pandang mata penuh
kasih gurunya Sang Resi Narotama.
^dw^ Wajah sang prabu di Kerajaan Panjalu kelihatan mura m.
Demikian pula para senopati dan hulubalang yang menghadap
di persidangan, tampak mura m dan ge lisah. Peristiwa sebulan
yang lalu masih saja me mbekas di hati mereka. Sang prabu
berikut semua senopati merasa terhina.
Sang prabu selalu marah- marah kepada para pengawal
yang dianggapnya tiada guna. Bayangkan saja! Pada suatu
ma la m, kurang lebih sebu lan yang lalu, dua orang kepala
pengawal tahu-tahu tewas tanpa kepala! Kepala mereka
lenyap bersama dengan bendera pusaka yang berkibar di
puncak istana! Tidak seorangpun tahu siapa yang melakukan
hal yang mengge mparkan itu.
Seakan-akan iblis send iri yang sudah turun ta ngan
mendatangkan bencana dan mera malkan ma la petaka hebat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di Kerajaan Panjalu! Bahkan para menteri dan para pendeta
yang dimintai nasehat, tidak seorangpun dapat menduga siapa
gerangan pelaku perbuatan dahsyat itu.
Dan pada pagi hari itu, persidangan terganggu oleh
datangnya seorang pemuda gunung yang menghadap sang
nata untuk mohon diterima menjadi ponggawa keraton!
Seorang pemuda ta mpan dan berpakaian sederhana, yang
keiihatan pendia m dan perpalu. Ketika pe muda itu ber lutut di
depan sang Prabu yang memandang dengan wajah mura m,
para ponggawa saling berbisik.
"Untuk a?" pemuda le mah ini?" Demikian bis ik mereka.
"Kita me mbutuhkan seorang sakti mandraguna untuk
menand ingi maling haguna, bukan seorang bocah dusun!"
"Untuk kacung kandang kudapun mas ih belum me menuhi
syarat!" bisik yang la in.
"Berani ma mpus, bocah desa berani mengotor i lantai
persidangan menghadap sang prabu. Tentu beliau akan
marah!" kata yang lain.
Akan tetapi ketika sang prabu menggerakkan kepala
mengangkat muka untuk me mandang ke arah mereka yang
kasak-kusuk itu, semua suara lenyap dan semua orang duduk
bersila dengan anteng se perti area. Sang prabu la lu menunduk
dan kemba li me mandang kepada pe muda yang masih bersila
di depannya itu.
"Siapa nama mu tadi" Ruangan ini seperti pasar sehingga
kami t idak begitu mendengar keteranganmu!" sabda sang
prabu yang semenjak peristiwa me malukan itu menjadi
seorang pemarah.
"Ha mba J"k" Wandiro, gusti," kata pemuda itu dengan
suaranya yang lantang dan sikapnya
yang tenang, menundukkan muka.
"Engkau mohon akan mengha mbakan diri di sini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Betul seperti sabda paduka, gusti."
"He mmm, engkau bocah dar i mana, J"k" Wand iro?"
"Ha mba hidup sebatangkara, gusti, tiada ayah bunda, tiada
tempat tinggal. Hamba laksana sehelai daun kering tertiup
angin, melayang ke mana saja menurutkan arah angin."
"J"k" Wandiro! Engkau minta bekerja di sini. Bekerja
apakah, dan ?"" yang dapat kaulakukan?"
"Bekerja ?"" saja hamba sanggup melakukan, gusti.
Hamba menyediakan jiwa raga hamba untuk melakukan tugas
yang paduka perintahkan."
Sang prabu menge luarkan suara mengeje k.
"Huh, se mua orang sebelum diterima bekerja, me mberi
janji muluk-muluk setinggi langit. Setelah diberi tugas, tidak
seorangpun becus me megangnya. Begini banyak perajurlt dan
pengawal, seperti tidak ada man usia saja!"
Semua senopati dan hulubalang tertunduk mendengar ini,
maklum bahwa kemba li sang prabu teringat akan peristiwa
sebulan yang lalu.
"Kaupun agaknya hanya pandai berjanji seperti yang lainlain, J"k" Wan diro "
"Ha mba siap untuk diuji bila perlu, gust i."
"Engkau berani menghadapi musuh" Melawan maling
haguna yang sakti?"
Sejenak J"k" Wandiro tertegun, tidak mengerti ?"" yang
dimaksudkan raja itu. Akan tetapi ketika melirik ke kanan kiri
untuk minta keterangan dari para penghadap, ia melihat
bahwa mereka itu me mandang kepadanya dengan sinar mata
mence mooh, ia segera menyembah.
"Ha mba tidak akan mundur, de mi menjunjung titah
paduka." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali J"k" Wandiro me lirik ke kanan kiri karena
telinganya yang tajam terlatih itu mendengar suara tawa
tertahan, suara penuh ejekan yang merupakan dengus dari
hidung. Ia. maklum bahwa mereka itu dia m-dia m me mandang
rendah kepadanya dan menganggap jawaban tadi seperti
sebuah lelucon belaka.
Akan tetapi sang prabu, putera mendiang Prabu Airlangga,
sedikitnya mewarisi ketaja man mata dan kcwaspadaan
ayahnya. Sang prabu melihat sesuatu pada diri pe muda itu,
sesuatu yang tidak tampak oleh ma ta orang biasa. Sang prabu
mengerti bahwa pe muda ini bukan pe muda gunung b iasa dan
bahwa semua ucapannya tadi keluar dari lubuk hati.
"He mm, J"k" Wand iro. Kesanggupan dan kesetiaan saja
tanpa kepandaian, takkan ada gunanya. jika sewaktu-waktu
kerajaan kedatangan musuh yang tangguh, beranikah engkau
menghadap l dan me lawannya?"
"Ha mba berani asal mendapat titah paduka."
"Murid siapakah engkau?"
Joko Wandiro sudah me ndapat pesan dari Resi Narotama
agar jangan menyebut nama kakek itu, apalagi di depan sang
prabu di Panjalu.
"Ha mba murid seorang pertapa yang tidak mau disebut
namanya, gusti Kepandaian ha mba tidak ada artinya, akan
tetapi dengan kebulatan tekad dan dengan berkah paduka,
kiranya hamba akan dapat melaksanakan tugas yang paduka
titahkan kepada ha mba."
Girang hati sang prabu mendengar kesanggupan ini. Agak
jernih wajahnya. Pemuda ini boleh diharapkan, sungguhpun
masih amat disangs ikan kepandaiannya. Kelihatannya hanya
seorang pemuda sederhana, sederhana lahir batinnya.
Pada saat itu, terdengar suara rlbut-ribut di luar dan dua
orang yang berpakaian prajurit me nyerbu masuk, muka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka pucat sekali dan serta-merta mereka menjatuhkan diri
berlutut di depan anak tangga ruangan persidangan itu.
Dengan tubuh menggigil mere ka menyembah kepada sang
prabu. Para senopati dan hulubalang me le mpar pandang
marah kepada dua orang perajurit ini yang dianggap
mengganggu. "Heh, bocah perajurit! Mengapa kalian berani lancang
menghadap dan mengganggu persidangan?" Sang prabu
menegur sambil mengerutkan ken ingnya.
"Mohon diberi a mpun, gusti. Hamba berdua berani
menghidap tanpa diperintah karena terpaksa, hamba.......
hamba........." Dua orang itu tergagap-gagap ketakutan.
"Apakah kalian Ini sudah bosan hidup" Keparat! Hayo bikin
laporan yang betul di hadapan gusti prabu!" bentak ki patih
yang sejak tadi sudah me mandang dengan mata me lotot.
"Kalau tidak, kuhancurkan kepala kalian!"
Melihat sikap patih ini, kedua orang perajurit menjadi makin
bingung dan gugup. 'Hamba....... ham.......... "
Mereka menelan ludah berkali-kali, akan tetapi tetap saja
tidak dapat melanjutkan katanya karena leher serasa tercekik.
Ki patih makin marah dan sudah hendak bangkit untuk
me mber i hajaran.
"Patih Suroyudo, biarkan mereka tenang dan me mberi
laporan yang betul. Heh, bocah perajurit. Jangan takut dan
ceritakan, ?"" yang terjadi?" kata sang prabu.
"Ampun, gusti. Di alun-alun ada dua orang musuh
me lakukan a muk. Banyak sudah para perajurit dan perwira
yang tewas. Mereka berdua amat digdaya dan menyebar maut
di antara perajurit. Sepak terjang mereka seperti iblis
betina...."
?"?" " Dua orang wanita ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sang prabu me motong heran.
"Betul seperti sabda paduka. Dua orang pengamuk itu
adalah wanita-wanita cantik."
"Siapa nama mereka?" Sang prabu me motong.
"Mereka mengaku berna ma Ni Nogogini dan Ni Durgogini,
gusti.-..."
"Patih Suroyuda, kiranya dua orang iblis itu yang datang
lagi men gacau! Bawa pasukan dan kerahkan senopati,
tangkap mereka!"
?"?"?" paduka jangan khawatir. Hamba akan menangkap
mereka!" jawab Patih Suroyuda yang segera pamit keluar
diikuti para senopati dan hulubalang.
Karena sedang pusing menghadap i banyak kekacauan,
sang prabu meninggalkan ruangan itu, lupa kepada Joko
Wandiro yang masih duduk bersila. Setelah semua orang
pergi, barulah Joko Wandiro sadar bahwa ia ditinggalkan
begitu saja. Selagi ia bingung, seorang pengawal me mbentaknya, "Heh bocah gunung! ?"u ?"" lagi di sini" Hayo keluar!"
"Tapi......! tapi..... hamba ingin mengha mbakan diri kepada
sang prabu.... "
"Bocah seperti engkau ini ma u bekerja ?"" di s ini" Tidak
tahukah engkau betapa sang prabu sedang duka" Engkau
tidak diterima, tahu" Hayo pergi keluar!"
Joko Wandiro mendongkol se kali, akan tetapi ia menekan
perasaannya dan bersikap sabar.
Setelah menarik napas panjang ia lalu keluar dari tempat
itu. Diam-dia m ia berpikir, andaikata ia mengaku sebagai
murid Resi Narotama yang dahulu meru pakan seorang patih
junjungan di Kahuripan, agaknya tidak akan begini s ikap sang
prabu dan para pengawal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah ia tiba di luar istana, ia melihat keadaan kacau dan
geger, terutama sekali di alun-alun.
Tampak para perajurit berlarian ke sana ke mari me mbawa
tombak. Ada pula perajurit-perajurit yang mengangkut temantemannya yang terluka atau yang telah tewas.
Teringatlah Joko Wandiro akan pelaporan dua orang
perajurit tadi. Di alun-a lun ada dua orang wanita menga muk,
dua orang wanita musuh. Karena adanya pelaporan tentang
menga muknya dua orang wanita inilah sang prabu lalu
me mbubarkan persidangan dan men inggalkannya.
Karena gara-gara dua orang wanita itulah maka ia sa mpai
dilupakan begitu saja sehingga ia ditegur dan diusir pengawal.
Joko Wandiro me mbelokkan kakinya berjalan ke arah alunalun. Ingin ia melihat siapa gerangan dua orang wanita yang
demikian digdaya, berani melawan dan meroboh kan para
perajurit dan pengawal.
Dari jauh sudah kelihatan betapa di tengah alun-a lun
terjadi pertandingan hebat. J"k" Wandiro me mpercepat
langkahnya dan ketika ia tiba di tempat pertempuran, ia
me mandang.dengan kaget dan heran.
Benar saja laporan tadi. Di situ terdapat dua orang wanita
yang mengamuk. Dua orang wanita yang cantik-cantik,
menga muk dengan kaki tangan tanpa senjata. Akan tetapi
gerakan mereka hebat sehingga para perajur it yang
mengeroyok dan bersenjata itu tidak ma mpu mendesak
mereka. Bahkan Patih Suroyudo sendiri bersama beberapa orang
senopati yang tadi me mandangnya penuh ejekan, kini berdiri
dengan senjata di tangan dan ikut menyerang. Namun dua
orang wanita itu benar-benar hebat dan gesit gerakan mereka.
Hanya ki patih dan senopati yang baru keluar dari istana
saja yang tidak roboh oleh sambaran tangan kedua orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wanita itu. Para perajurit biasa, baru terkena sambaran hawa
pukulan saja sudah jatuh tunggang-langgang!
Sepasang mata Joko Wandiro yang berpemandangan awas
itu melihat hawa yang kotor dari ilmu hita m. Juga kedua
wanita itu me miliki wajah cantik yang tidak sewajarnya,
dengan kilatan sepasang mata genit dan cabul. Sekali
pandang saja Joko Wandiro tahu bahwa dua orang wanita ini
bukanlah orang baik-baik.
Dia m-dia m ia menduga-duga s iapa gerangan kedua orang
wanita itu. Joko Wandiro me mang belum pernah berte mu dengan dua
orang wanita ini yang bukan lain adalah Ni Durgogini dan Ni
Nogogini. Mengapa kedua orang wanita sakti ini datang ke
Panjalu dan mengamuk di alun-a lun" Hal ini ada hubungannya
dengan perbuatan Endang Patibroto.
Telah kita ketahui betapa Endang Patibroto diajak gurunya,
Dibyo Mamangkoro untuk men ghadap sang prabu di Jenggala
dan di sana kepandaiannya diuji oleh sang prabu. Gadis
remaja ini disuruh menyelidiki keadaan di Panjalu dan mencuri
bendera pusaka yang berkibar di puncak istana!
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Gadis re maja yang sakti itu segera berangkat menuju
Kerajaan Panjalu dan dengan kepandaiannya yang tinggi,
ma la m hari itu ia berhasil menyelundup ke pekarangan.
belakang istana. Dengan cara melompat ke atas genteng
istana seperti seekor kucing Candramawa, ia berhasil me ncuri
bendera pusaka yang sedang berkibar di atas puncak istana
tertiup angin ma la m.
Ketika ia melompat turun, Endang Patibroto berte mu
dengan dua orang perwira pengawal yang segera menerjang
Untuk menangkapnya. Akan tetapi dengan mudah Endang
Patibroto meroboh kan mereka, menggunakan golok mereka
me mengga l leher keduanya dan menja mba k rambut dua buah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepala itu dibawa kembali ke Jenggala untuk bukti bahwa
tugasnya telah teriaksana dengan baik!
Tentu saja hal ini mengge mparkan Jenggala. Sang prabu di
Jenggaia merasa kaget, heran dan juga girang sekali. Tanpa
menanti kembaiinya Dibyo Mamangkoro lag i, sang prabu lalu
mengangkat Endang Patibroto sebagai kepala pengawal
istana! Semua senopati di Jenggala me mbicarakan ha l ini
dengan penuh kekaguman, me muji-muji Endang Patibroto
setinggi langit, padahal mereka itu seorangpun tidak ada yang
pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri akan
kesaktian gadis remaja itu.
Sudah lajim di dunia ini se menja k ja man dahulu sa mpai
sekarang, setiap ada orang mencapai kemuliaan, sudah tentu
ada orang lain yang merasa iri hati dan dengki. Hal ini tidak
terluput pada diri Endang Patibroto. Banyak di antara para
senopati dan orang-orang sakti yang mengha mbakan diri di
Jenggala merasa iri hati.
Masih untung bagi Endang Patibroto bahwa dia adalah
murid Dibyo Mamangkoro. Nama gurunya Ini cukup
menger ikan sehingga mereka yang merasa iri hati merasa
ragu-ragu dan takut untuk mcngganggu murid Dibyo
Mamangkoro. Mereka tidak takut terhadap Endang Patibroto
yang mereka buktikan kesaktiannya, akan tetapi tak
seorangpun di antara mereka yang tidak gentar menghadapi
Dibyo Mamangkoro.
Di antara mereka yang merasa iri hati kepada Endang
Patibroto, juga termasuk mereka yang terkenal sebagai orangorang sakti yang me mbantu Kerajaan Jenggaia, yaitu tokohtokoh yang sudah la ma kita kenal dan yang sejak Sang Prabu
Jenggala mas ih men jadi Pangeran Ano m dahulu telah pula
me mbantunya. Mereka ini ada lah Cekel Aksomolo, Ki Warok Gendroyono,
Ki Krendoyakso, Ni Durgogini dan Ni Nogogini. Sebelum Dibyo
Mamangkoro dan muridnya, bersama pengikutnya Wirokolo,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepasang Gagak dan anak buahnya datang ke Jenggaia,
mereka adalah orang-orang terhormat yang dianggap sebagai
pembantu-pe mbantu uta ma.
Kini menyaksikan betapa murid Dibyo Mamangkoro seorang
diri sanggup menyerbu Panjalu, berhasil mencuri bendera
pusaka, tentu saja mereka merasa kedudukan mereka
terancam. Apalagi setelah mendengar betapa sang prabu
amat menghormat dan menyambut Endang Patibroto penuh
kcge mbiraan, me mberi gadis re maja itu kedudukan tinggi di
dalam istana sebagai kepala semua pengawal pribadi sang
prabu, mere ka menjadi ma kin tidak enak.
Sudah tentu saja yang merasa paling iri dan tidak enak di
antara mereka, adalah Ni Durgogini dan Ni Nogogini. Bukan
hanya karena Endang Patibroto hanyalah seorang gadis
remaja, akan tetapi terutama sekali karena mereka berdua
pernah berusaha mcncuri bendera pusaka itu dan gagal!.
Usaha Endang Patibroto yang berhasil baik itu merupakan
tamparan bagi mereka berdua, maka untuk "menebus
kekalahan" dan me nebus muka, mereka berdua la lu pergi
menyerbu ke Panjalu dan melakukan penga mukan di alunalun! Tentu saja perbuatan mereka ini hanya terdorong hati
panas dan untuk mengangkat kemba li na ma mereka yang
jatuh oleh persaingan Endang Patibroto.
Mereka berdua, betapapun saktlnya, maklum bahwa hanya
tenaga mereka berdua saja tidak mungkin dapat melawan
perajurit dan pengawal Panjalu yang ribuan orang banyaknya.
Merekapun bukan ber maksud untuk menaklukkan Panjalu
hanya dengan tenaga mereka berdua, melainkan hanya untuk
menga muk, kemudian kalau kewalahan akan melarikan diri,
kembali ke Jenggala dengan perasaan bangga. Tentu saja
sang prabu di Jenggala akan mendengar hal ini dan akan
menghargai mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, ketika Joko Wandiro yang keluar dari istana
Kerajaan Panjalu dengan hati mendongkol menonton
keributan di alun-alun, ia me lihat dua orang wanita cantik itu
tengah menga muk.
Pasukan perajurit Panjalu sa ma sekali bukan lawan kedua
orang wanita sakti ini, seperti mentimun melawan dur ian saja.
Kalau saja perasaan hatinya tidak terpukul oleh penolakan
yang dilakukan terhadap dirinya di dalam istana, tentu Joko
Wandiro sudah menyerbu dan menghadapi dua orang wanita
yang berhawa jahat itu.
Akan tetapi karena hatinya masih mendongkol, ia kini
hanya duduk di pinggiran, di atas akar pohon waringin yang
tumbuh di pinggir alun-alun, menongkrong dan menonton
pertandingan. "Minggir! Biarkan ka mi menang kap iblis-iblis betina ini!"
Tiba-tiba terdengar bentakan. Para perajurit pengeroyok
yang me mang sejak tadi sudah gentar sekali, girang
mendengar bentakan ini dan cepat-cepat mereka mundur
sambil me narikperg i te man-te man yang menggeletak terluka.
J"k" Wandiro kini terpaksa berdiri agar dapat menonton
lebih jelas karena mundurnya para perajurit itu menjadi
penghalang bagi penglihatannya. Ia melihat betapa yang
me lompat maju ada lah dua orang senopati yang tadi ikut
menghadap sang prabu. Dua orang seno pati yang tadi
berbisik-bisik ketika ia menghadap.
Mereka itu ta mpak kuat dan sinar mata mereka
me mbayangkan bahwa sedikit banyak mereka me miliki aji
kesaktian. "He, tahan dulu! Dua orang perempuan setan dari mana
berani rnernbikin kacau d i Panjalu" Mengakuiah sebelum kami
turun tangan me mbunuhmu!" teriak seorang di antara mereka
berdua yang kumisnya sekepal sebelah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukankah kalian ini yang pernah mengacau pada waktu
ma la m hari beberapa bulan yang lalu?"
Ni Durgogini dan Ni Nogogini berdiri tegak sambil bertolak
pinggang. Mereka ta mpak gagah dan cantik se kali. Benar
hebat dua orang wanita ini. Ni Durgogini yang dahulu pernah
menjad i selir terkasih Ki Patih Narotama dan berna ma Lasmini
adalah seorang wanita yang usianya sudah lima puluh ena m
tahun, akan tetapi masih tampa k muda dan cantik jelita
seperti wanita berusia dua puluh enam tahun saja!
Demikian pula Ni Nogogini, dahulu bekas selir Sang Prabu
Airlangga dan bernama Mandari, usianyapun hanya dua tahun
lebih muda daripada Lasmini, akan tetapi juga masih a mat
muda dan cantik je lita. Semua ini adalah berkat khasiat obat
Suket-sungsang, semacam rumput laut yang amat sukar
didapat, ditambah dengan ilmu hita m mereka.
Ketika Ni Durgogini tertawa, giginya putih indah ber kilat.
"Hi-hik, orang-orang Panjalu! Ketahuilah, aku bernama
Durgogini dan ini adikku Ni Nogogini. Beberapa bulan yang
lalu kami menyerbu dan kalian sudah merasakan hajaran
kami. Hayo, orang Panjalu, keluarkan se mua jagomu dan
lawanlah kami, dua orang kepercayaan sang prabu di
Jenggaia!"
"Ehh, kalian ini dua ekor tikus, lebih baik mundur saja.
Suruh senopati yang paling sakti maju. Yang kalian andalkan
hanya kumis tebal saja, huhhh, menjijikkan!" Ni Nogogini
berkata, kemudian dua orang wanita itu tertawa-tawa geli.
Melihat lagak dua orang wanita itu, dua orang senopati
muda me njadi tertarik hatinya. Mereka berdua ini sa ma sekali
tidak tahu bahwa saat itu, Ni Durgogini dan Ni Nogogini telah
menge rahkan aji pengas ihan Guno As moro se hingga dalam
pandang mata dua orang senopati itu, mereka yang
tersenyum-senyum tampak makin cantik jelita seperti dua
orang bidadari yang baru turun dari kahyangan! Lebih celaka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lagi, mere ka berdua adalah laki-la ki yang tak dapat menahan
nafsu berahi kalau berhadapan dengan wan ita cantik.
?"k" seketika lenyaplah kemarahan mereka, lenyap nafsu
mereka untuk menangkap atau me mbunuh dua orang wanita
musuh yang me mbikin kacau itu. Si kumis tebal men dengar
ucapan Ni Nogogini yang menyinggung kumisnya, merasa
seperti dipuji, mengira bahwa Ni Nogogini jatuh hati
kepadanya. Ia lalu melangkah maju dan dengan cengar-cengir
me masang aksi, menge lus-elus dan me milin-milin kumisnya, ia
berkata, "Duhai yayi dewi nan ayu rupawan melebihi bidadari!
Sayang nian apabila yayi dewi nan cantik jelita menerima
hukuman mati. Lebih ba ik menyerahlah saja, dewi.
Menyerahlah kepada kakanda Diroprono, heh Ni Nogogini.
Kakanda yang akan mohon kepada gusti prabu agar adinda
dia mpuni dan men jadi isteri kakanda!"
Bagaikan orang mabok senopati Diroprono merayu-rayu Ni
Nogogini yang tersenyum makin man is.
"Hi-hik!" Ni Nogogini tertawa genit sambil men utupi
mulutnya dengan tangan kiri. "Engkau ingin me mperisteri aku"
Diroprono, na ma mu cukup gagah dan aku suka kepadamu.
Akan tetapi......, kumis mu itu lho yang nggilan i (menjijikkan).
Asal kaucukur kelimis dulu kumis mu, baru aku mau
me mpertimbangkan pinanganmu!"
"Heh...... " Kumisku dicukur kelimis " Bagaimana ini"
Kumis ku bagus seperti kumis Raden Gatotkaca kok disuruh
buang" ?"" kau tidak kecewa nanti, man is" Tap i biar lah, asal
engkau yang mencukurnya, aku rela berkorban kumis!"
Setelah berkata demikian, senopati Diroprono me langkah
maju seperti orang mabo k, mende katkan mukanya pada Ni
Nogogini. Melihat betapa lawannya ini sudah terjatuh ke dalam
pengaruh aji pengasihan, Ni Nogogini sambil tertawa lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggerakkan tangan mencengkeram ke depan dan sekali
renggut saja kumis yang tebal itu telah dicabutnya dari atas
bibir. "Aduhhh.....!"
Diroprono mencengkeram bibir atasnya yang robek dan
berdarah. Akan tetapi pada saat itu, sebuah tendangan
susulan yang dilakukan Ni Nogogini sa mbil tertawa terkekeh
me mbuat tubuhnya terlempar.
Adapun senopati muda yang ke dua, seperti Diroprono,
telah mabo k oleh kekuasaan aji pengasihan itu dan seketika
tubuhnya menjad i le mas, lenyap se mua se mangat hendak
bertandirg dan tanpa disadari lagi ia sudah menjatuhkan diri
berlutut hendak me me luk ka ki Ni Durgogini!
Tentu saja iapun menjadi ma kanan e mpuk bagi wanita
sakti itu. yang sekali pukul telah berhasil me mbuat senopati
muda itu terjungkal tak dapat bangkit ke mba li.
Joko Wandiro yang menyaksikan semua itu menjadi makin
tak senang. Seperti itu sajakah perwira Panjalu" Sungguh
me ma lukan sekali. Dan dua orang wanita itu sungguh keji.
"Amuk-amuk! Mana senopati-senopati pilihan di Panjalu"
Mana mereka yang beberapa bulan yang lalu telah
mengeroyok kami" Hayo keluar lah jago-jago Panjalu! Inilah Ni
Durgogini menanti tanding!" Durgogini bersu mbar dengan
lagak so mbong.
"Bukankah Resi Telomoyo me mbantu Panjalu" Mana
monyet tua itu" Dan juga Pujo dan dua orang isterinya. Hayo
keluarlah!" teriak pula Ni Nogogini.
Mendengar disebutnya ayah aggkat atau gurunya, Joko
Wandiro terkejut juga, sungguhpun ia sudah mendengar dari
Resi Narotama bahwa guru pertama atau ayah angkatnya itu
me mbantu Panjalu bersama dua orang isterinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia tidak tahu apakah Pujo berada di Panjalu ataukah masih
berada di Bayuwis mo di pantai Laut Selatan. Melihat sikap
congkak dan tantangan yang ditujukan kepada Pujo, panas
juga hati Joko Wand iro. Ia sudah melihat Ki Patih Suroyudo
dan beberapa orang senopati tua yang tampaknya me miliki
kepandaian berarti, tidak seperti dua orang senopati muda
tadi, sudah maju. Akan tetapi Joko Wandiro sudah mendahului
mereka, meloncat dengan gerakan sigap seh inga tahu-tahu
pemuda ini telah berhadapan dengan Ni Durgogini dan Ni
Nogogini. Ketika dua orang sakti itu me man dang, sejenak mereka
tertegun. Dengan pandang mata mereka yang awas, kedua
orang wanita sakti ini mengerti bahwa pemuda di depan
mereka ini bukanlah orang se mbarangan. Dengan kagum
mere ka me mandang pe muda itu. Timbul rasa sayang di hati
wanita cabul ini.
"Eh-eh, bocah bagus. Siapakah engkau" Pakaian mu bukan
seperti seorang ponggawa kerajaan. ?"" kehendakmu maju
menghadap i kami?" tanya Ni Durgogini sa mbil tersenyum
me mikat. "Bocah sigit, siapakah na ma mu" Kalau kami pulang nanti,
ikutlah kami karena kau me mpunyai bakat yang baik sekali
untuk menjad i murid ka mi yang terkasih!" kata Ni Nogogini.
Kali ini mereka mengerahkan aji pengasihan bukan untuk
me lumpuhkan dan menga lahkan, melainkan terdorong hati
tertarik dan rasa suka.
Joko Wandiro tidak biasa bersikap kasar, sungguhpun ia
maklum akan hawa mujijat yang seakan-akan menarik dirinya
mende kat dan membuat kedua orang wanita itu seakan-akan
menjad i makin cantik. Dia m-dia m ia lalu me mbaca mantera
pelindung diri dari ilmu hitam, kemudian tersenyum
menjawab, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Na maku J"k" Wand iro dan aku menghadapi kalian untuk
menya mbut tantanganmu tadi. Aku mewakili Pujo, guruku dan
juga ayah angkatku!"
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dua orang wanita itu tersenyum lebar. Pujo sendiri bukan
lawan mereka, apalagi hanya seorang muridnya. Akan tetapi
dia m-dia m mere ka terheran bagaimana Pujo dapat me mpunyai seorang murid seperti ini. Mereka saling pandang,
Tokoh Besar 2 Pendekar Pengejar Nyawa Karya Khu Lung Pendekar Pengejar Nyawa 10
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama