Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Bagian 14
mulai terheran mengapa pe muda ini belum juga me mper i hatkan tanda-tanda terpengaruh Aji Guno As moro!
Ni Durgogini menge rahkan tenaga batinnya, lalu melangkah
maju dengan langkah bergaya, lenggangnya menar ik seperti
orang menar i, matanya disipitkan, hidungnya kembangkempis. Demikian hebat pengaruh Guno As moro yang ditrapkan
oleh Ni Durgogini pada saat itu sehingga biarpun aji itu
ditujukan kepada J"k" Wandiro, na mun para perwira dan
tamtama yang mengepung alun-a lun itu ikut terpengaruh dan
terpesona menatap wajah cantik jelita dan bentuk tubuh padat
menggiurkan itu.
"J"k" Wandiro, bocah bagus, mar i mar i ke sini, kuberi peluk
cium......!" suara Ni Durgogini merdu merayu bagaikan orang
bertembang. "Ni Durgogini dan Ni Nogogini, hentikan permainan kotor
ini! Ilmu setanmu itu hanya meroboh kan hati laki-laki mata
keranjang. Bagiku hanya men imbulkan muak dan jijik! Lebih
baik lekas minggat kalian dari sini!"
"Aiiihhhh!!"
Ni Durgogini tersentak kaget dan me loncat mundur..
Wajahnya sebentar pucat sebentar merah. Para senopati yang
kini me lihat wajah yang tidak diselimuti Aji Guno Asmoro lagi
juga kaget karena wajah kedua oraang wanita itu kini menjadi
beringas. Mereka semua terlongong menyaksikan betapa
pemuda yang tadi menghadap sang prabu yang mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jadikan bahan ejekan, kini dengan penuh keberanian
menghadap i dua orang wanita sakti s?"?"ti iblis itu.
"Bocah keparat, rasakan pukulan mautku!" Ni Durgogini
berteriak marah.
"Bocah tak tahu disayang, lebih baik ma mpus!" Ni Nogogini
juga berseru, kedua orang wan ita itu lalu meloncat maju dan
menyerang Joko Wandiro dengaan tamparan tangan mereka
yang ampuh. Gerakan mereka serupa dan ketika mereka berdua
menggerakkan tangan kanan dengan jari-jari terbuka,
terdengar suara mencicit nyaring me mekakkan teiinga.
Itulah aji pukulan Ampak-ampak yang ampuhnya menggila.
J"k" Wandiro mengerti bahwa ia menghadapi serangan
dahsyat. Hawa dingin yang dia kibatkan sa mbaran tangan itu
me mber i tahu kepadanya bahwa kedua orang lawannya
me mpergunakan pukulan yang berdasarkan hawa sakti di
dalam tubuh, pukulan berhawa dingin yang a mat berbahaya
bagi tulang-tulangnya. Oleh karena itu, iapun cepat
mengerahkan hawa sakt i ke arah kedua tangannya, kemudian
dengan tabah ia memapaki kedua lawannya ini sambil
mengipatkan kedua tangan dengan jar i-jari terbuka pula.
Untuk me lawan hawa dingin yang keluar dari tangan lawan,
ia sengaja menggunakan Aji Bojro Dahono dan tangannya
digerakkan dengan pukulan Pethit Nogo.
"Plakk.......... plakkk......!!"
Tamparan kedua orang wanita sakti itu ditangkisnya dan
sengaja J"k" Wandiro mengadu telapak tangannya dengan
telapak tangan mereka.
"Iiiiihhh.......!!"
Ni Durgogini dan Ni Nogogini mengeluarkan jerit nyaring
ketika tubuh mere ka terlempar sampa i lima meter lebih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seakan-akan dilontarkan tenaga mujijat. Namun sebagai dua
orang wanita yang me miliki kedigdayaan, mereka dapat
me loncat turun dan tidak sampai terbanting. Kemarahan
mereka me luap-luap, bercampur rasa keheranan dan
penasaran. Adapun Ki Patih Suroyudo dan para perwira kerajaan, kini
benar-benar berdiri dengan mata. terbelalak lebar dan mulut
ternganga. Andaikata ada lalat memasu ki mulut pada saat itu,
agaknya mereka tidak merasakannya. Mereka tenggelan ke
dalam keheranan yang amat sangat.
Kalau tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri,
sudah tentu takkan ada yang percaya kalau mendengar bahwa
pemuda gunung yang tadi minta pekerjaan di istana, kini
dalam gebrakan pertarna sudah sanggup me mbuat Ni
Durgogini dan Ni Nogogini terlempar sampa i jauh!
Dengan dua kali loncatan, Ni Durgogini dan Ni Nogogini
sudah ke mbali ke hadapan Joko Wandiro.
Sepasang mata mereka berkilat-kilat penuh kemarahan,
wajah mereka kini cemberut kehiiangan manisnya, kening
berkerut. Sinar maut me mbayang pada mata mereka yang
dengan penuh kebencian menentang wajah Joko Wandiro.
Pemuda ini tetap tenang, lalu ber kata.
)0oo-dw-oo0( Jilid 25 "SESUNGGUH NYA a ku t idak me ncari per musuhan.
Andaikata kalian ini tidak me lakukan sesuatu yang jahat, tidak
nanti aku akan menca mpuri urusan kalian. Akan tetapi,
me lihat kalian menga muk di alun-a lun Kerajaan Panjalu,
me mbunuh banyak orang kemudian malah menantangnantang semua orang yang terkenal sebagai satria-satria
utama, tidak mungkin aku men dia mkan nya saja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"bocah keparat!"
"Jahanam sialan!"
"Ni Durgogini dan Ni Nogogini, belum terlambat apabila
kalian insyaf dan pergi dari sini."
Akan tetapi dua orang wanita itu mana mau berhenti
sampai sekian saja "
Sambil me me kik nyaring, suaranya melengking seperti
bukan suara manusia lag i, kakak beradik yang sakti
mandraguna ini la lu menerjang J"k" Wandiro. Gerakan
mereka cekatan sekali, tubuh mereka seperti lenyap dan
hanya tampak bayangan mereka menyambar-nya mbar di
sekeliling Joko Wandiro. Apabila bayangan tangan mereka
berkelebat, terdengar angin bersiutan. me mbuat debu
beterbangan daun daun pohon waringin yang kecil-kecil itu
bergoyang-goyang.
Namun Joko Wand iro menghadapi mereka dengan tenang.
Gerakannyapun lambat dan tenang, namun kedua tangannya
yang bergerak itu membentuk lingkaran-lingkaran hawa sakti
yang amat kuat, yang merupakan benteng melindungi
tubuhnya daripada terjangan-terjangan lawan.
Semua pukulan lawan, sebelum dapat menyentuh tubuhnya
telah bertemu dengar lingkaran hawa sakti itu dan me mbalik.
Bagi pandangan para perwira yang kurang tinggi ilmunya,
keadaan Joko Wandiro seperti terdesak. Pemuda ini kelihatan
menggerak-gerakkan kaki tangan melawan dua bayangnn
yang amat cepatnya. Akan tetapi bagi Ki Patih Suroyuda dan
mereka yang ahli, terutarna bagi Ni Durgogini dan Ni Nogogini
sendiri, mereka a mat kagum menyaksikan perlawanan Joko
Wandiro yang jelas mernbnktikan keunggulannya.
"Pergilah!!" Tiba-tiba Joko Wandiro berseru keras dan....
tubuh dua orang wanita itu kemba li terlempar jauh, melayang
seperti daun kering tertiup angin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bentakan tadi disertai Aji Dirodo Meto dan kedua
tangannya mendorong dengan Aji Bojro Dahono Demikian
dahsyat serangan balasan ini sehingga t idak tertahankan oleh
kedua orang lawannya yang mencelat sampai beberapa meter
jauhnya. Namun Ni Durgogini dan Ni Nogogini juga bukan orang
sembarangan. Biarpun mereka tidak kuat menahan hawa sakti
yang mendorong sedemikian dahsyatnya, namun tubuh
mereka juga me miliki kekebalan sehingga biarpun terlempar,
mereka masih belum terluka karena cepat-cepat mereka tadi
rnengerahkan tenaga sehingga ketika terbanting ke tanah,
mereka dapat mencelat kembali ke atas dan kini sudah berd iri
dengan muka merah saking marahnya.
"Tar-tar-tar!!"
Terdengar ledakan-ledakan nyaring ketika Ni Durgogini
menggerakkan dan me lecutkan ca mbuk nya di udara. Kiranya
dalam keadaan marah sekali wanita ini telah me ngeluarkan
senjatanya yang ampuh, yaitu cambuk Sarpokenoko Juga Ni
Nogogini tidak mau ketinggalan. Ia pun merasa marah dan
ma lu, ma ka dengan gerakan cepat penuh kegemasan ia telah
menghunus pusakanya, yaitu sebuah cundrik yang terkenal
ampuh dan mengeluarkan sinar berkilauan. Inilah cundrik
Embun Sumilir! Joko Wandiro cepat mengerahkan Bayu Sakti untuk
menyelamatkan diri daripada hujan serangan itu. Cambuk
Sarpokenoko hebat bukan main. Suaranya saja sudah cukup
untuk merobohkan lawan yang kurang kuat, karena suara
ledakan-ledakan itu men gandung daya menggetarkan jantung.
Dari atas, cambuk itu menyambar-nyambar ganas sekali
me lingkar-lingkar, ujungnya me matuk-matuk mencari bagian
tubuh yang berbahaya atau jalan darah me matikan, seperti
seekor ular sakt i! Selain diserang oleh sambaran ca mbuk dari
atas yang sudah amat berbahaya, dari bawah J"k" Wandiro
diterjang bertubi-tubi oleh Ni Nogogini yang mernpergunakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keris pusakanya Embun Sumilir. Hanya dengan gerakan Bayu
Sakti yang luar
biasa cepatnya, barulah ia
dapat menghindarkan diri dari serangka ian serangan itu lalu
me lompat ke belakang.
Dua orang lawannya berseru garang dan menerjarg maju
lagi. Akan tetapi pada saat itu, para senopati dan pengawal
yang menonton pertandingan, tiba-tiba menjadi gaduh,
menuding-nuding ke arah dua orang wanita itu, berseru kaget
dan ada yang menahan ketawa. Hal ini mengherankan hati
kedua orang wanita itu sehingga sesaat mereka menunda
penyerangan mereka la lu saling pandang. Begitu mereka
saling pandang, keduanya menahan jerit, tangan kiri me mbuat
gerakan menutup mulut.
"Aiiiiihh! Mbok-ayu Lasmini......! Kau kenapa....... "
Rambut mu penuh uban, muka mu penuh keriput........!" Ni
Nogogini menegur dengan mata terbelalak.
"Kau..... kau....... juga, Mandari.. .....!"
Ni Durgogini berkata sambil menudingkan telunjuk kiri ke
arah adiknya dan dengan suara terisak.
Kedua orang wanita itu la lu sibuk meraba-raba rambut dan
wajahnya sendiri. Jelas terasa oleh ujung jari betapa kulit
muka yang biasanya halus itu kini menjadi kasar dan kerut merut berkeriputan. Dan ketika mereka me mbawa rambut ke
depan untuk dilihat, sebagian besar rambut itu me mbodol
(rontok) dan yang mas ih t inggal berca mpur banyak uban!
Sebagai orang-orang berkepandaian tinggi, mengertilah
kedua orang wanita ini ?"" yang telah terjadi. Ternyata
pukulan pe muda tadi yang mengandung hawa panas seperti
halilintar, disertai pekik dahsyat, yang membuat mereka
berdua terlempar, telah me mbuyarkan aj i dan khasiat obat
Suketsungsang yang me mbuat mereka menjadi awet muda.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Getaran hebat yang hampir me matahkan tungka i jantung,
yang tadi menjalar ke seluruh tubuh, telah me mbuat mereka
terluka di sebelah dalam sehingga hawa yang me mpengaruhi
jalan darah me mbuat mere ka awet muda itu terdorong keluar.
Akibatnya, keadaan mereka menjad i badar dan kembali
asal, atau menjadi sewajarnya, Rambut mereka beruban, kulit
mereka ber keriput, sesuai dengan keadaan se mestinya
wanita-wanita yang usianya mendekati ena m puluh tahun!.
Bagi seorang wanita biasa dan normal, dalam usia hampir
enam puluh t?hun, kiranya kenyataan ini tidak me mpengaruh?
hatinya, uban dan keriput bukan hal yang mengec ilkan hati.
Akan tetapi, bagi Ni Durgogini dan Ni Nogogini, kenyataan ini
amat hebat. Mereka adalah orang-orang yang telah menjadi hamba
nafsu berahi, bagi mereka hidup adalah senang, dan senang
hanya dapat mereka nikmati me lalui wajah cantik dan tubuh
muda menarik. Kini mereka telah sadar dan kenyataan ini bagi
mereka terasa leb ih men derita daripada luka- luka ma ut.
Wajah mereka menjadi pucat sekall, tubuh ge metaran dan
urat syaraf lemas, Kedukaan hati mereka demikian besar, jauh
me la mpaui kemarahan mereka terhadap Joko Wandiro.
Terdengarlah ratap tangis mereka.
"Aduh Dewa, cabutlah saja nyawa hamba......!" Ni Nogogini
menge luh. "Aduh rama (ayah)......, rama bhagawan......., ketiwasan
(celaka), ra ma.......!"
Ni Durgogini me njerit-jerit lalu lari pergi dar i te mpat itu
sambil menyeret ca mbuknya. Ni Nogogini juga mengikuti
kakaknya sa mbil menang is.
Dala m waktu sebentar saja lenyaplah bayangan kedua
or?ng wanita sakti itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejenak Joko Wandito berdiri tertegun. Kemudian la
menarik napas panjang,hatmya terasa trenyuh.
Dia tidak me mbenci mere ka berdua dan hanya menentang
mereka berdua karena mereka me mbuat geger, me mbunuh
banyak orang dan menantang ayah angkatnya. Kini,
menyaksikan keadaan mereka, mendengar ratap tangis
mereka, hati pe muda ini merasa kasihan dan terharu.
Akan tetapi tidak ada rasa sesal di hatinya oleh karena
bukan dialah yang me mbuat mereka berdua menderita. Dia
sama sekali tidak ada niat me mbuat mereka menderita seperti
itu dan se mua yang terjadi tadi adalah buah daripada
perbuatan mereka sendiri.
"Orang muda, kiranya andika adalah seorang satria yang
perkasa!" terdengar Ki Patih Suroyudo berkata kagum.
"Raden Joko Wandiro, maafkan kami yang tadi kurang
hormat kepada andika," kata seorang perwira.
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Marilah, Joko Wandiro. Mari ikut bersamaku menghadap
sang prabu, akan kulaporkan tentang kedigdayaanmu dan kau
tentu dianugerahi kedudukan yang pantas," kata pula Ki Patih
Suroyudo. Di daiam hatinya, Joko Wandiro merasa senang. Ternyata
sekarang bahwa ki patih dan para ponggawa keraton ini
adalah orang-orang yang baik hati, tidak me naruh iri hati dan
dengki kepada orang lain yang berjasa.
Kiranya tadi me mandang rendah kepadanya karena
me mang ragu-ragu dan tidak percaya kepada seorang
pemuda dari dusun seperti lajimnya sikap para bangsawan
terhadap rakyat kecil.
Perasaan Joko Wandiro yang halus segera dapat
me ma klumi hai ini dan dia me mang tidak suka me melihara
dendam. Akan tetapi, sejak semula ia me mang tidak
me mpunyai hasrat untuk mengha mbakan diri ke istana. Kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tadi ia menghadap raja, hanyalah untuk me menuhi pesan
gurunya. Dan ia tadi sudah menghadap, berarti ia tidak mengabaikan
pesan gurunya. Kalau ia tidak diterima, itu bukan salahnya.
?"k " ia cepat-cepat me mberi hor mat dan berkata,
"Gusti patih, ha mba tidak berani lagi mengganggu gusti
prabu. Biarlah lain kali saja ha mba datang menghadap."
Setelah berkata demikian, tanpa jawaban lagi, J"k"
Wandiro sudah me lompat jauh ke belakang lalu menggunakan
Aji Bayu Sakt i lar i men inggalkan te mpat itu.
Ki Patih Suroyudo dan para senopati dan pasukan
pengawal, hanya dapat memandang dengan me longo. Mereka
semua merasa menyesal sekali mengapa seorang pe muda
sakti mandraguna seperti itu kini tidak mau tinggal di kota raja
karena kekeliruan s ikap mereka tadi.
Agaknya hanya orang sesakti pemuda itu yang akan
ma mpu menandingi si ma ling haguna yang telah menggegerkan istana sebulan yang lalu.
^--dw--^ Telaga Sarangan di lereng Gunung Lawu itu a mat luas dan
indah. Air kebiruan mene lan bayangan pohon-pohon ce mara
yang tumbuh di tepinya. Sunyi dan damai keadaan
sekelilingnya. Hanya kicau burung dan teriakan-teriakan kera
bercanda kadangkadang terdengar, menambah indah keadaan. Hawa udaranya sejuk bersih.
Di pinggir telaga sebelah selatan tampak sebuah pondok
kayu berdiri sunyi menyendiri. Para pendeta, pertapa, dan
orang-orang yang sudah bosan akan keramaian kota dan
dusun, yang ingin menyatukan diri dengan keindahan alam
aseli itu, tentu akan mengilar karena kepingin melihat pondok
dan suasana di sekitarnya yang hening dan bersih ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dahulu, beberapa tahun yang la lu, pondok ini me njadi
tempat tinggal Ki Tejoranu. Seperti telah kita ketahui, Ki
Tejoranu beberapa tahun yang lalu telah pergi meninggalkan
Pulau Jawa, pulang ke tanah asalnya, yaitu Negeri Cina.
Pondok itu ditinggalkan begitu saja tak terpelihara dan
menjad i rusak.
Akan tetapi setahun yang lalu, datanglah seorang laki-laki
tinggi kurus bersa ma isteri dan puterinya. Mereka mene mukan
pondok kosong ini, me mperbaikinya dan selanjutnya
mereka lah yang tinggal di te mpat indah sunyi ini. Mereka
bertiga hidup penuh da ma i dan bahagia.
Siapakah gerangan mereka bertiga yang me milih tempat
sunyi sebagai tempat tinggal ini" Laki-la ki t inggi kurus berusia
lima puluh tahun itu adalah seorang pendekar terkenal.
Namanya Ki Adibroto, seorang sakti mandraguna dari
Ponorogo. Di Ponorogo iapun terkenal sebagai seorang warok yang
gemblengan dan namanya tidak kalah terkenalnya kalau
dibandingkan dengan Ki Warok Gendroyono. Akan tetapi,
berbeda dengan Ki Gendroyono, Ki Adibroto ini adalah tokoh
warok golongan putih yang selalu menentang kejahatan.
Berkat pimpinan Ki Adibroto bersa ma saudara-saudara
seperguruan dan para tokoh warok aliran atau golongan putih
inilah maka daerah Ponorogo menjadi a man dari gangguan
para warok golongan hitam. Bahkan Ki Warok Gendroyono
yang menjadi tokoh utama warok golongan hita m, terdesak
dan akhirnya menghilang dari daerah Ponorogo.
Tadinya, Ki Adibroto hidup bahagia bersama isterinya dan
seorang puteri yang diberi na ma Ayu Candra, tinggal di
Ponorogo sebagai seorang yang dihormati kawan disegani
lawan. Namun, seperti segala ?"" di permukaan bumi ini, juga
keadaan hidup seseorang tidaklah kekal. Ketika Ayu Candra
berusia satu tahun, ibu anak ini meninggal dunia karena sakit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hal ini menghancurkan kebahagiaan Ki Adibroto yang
tenggelam dalam laut kedukaan. Tidak tahan lagi hati Ki
Adibroto untuk tinggal di tempat di mana ia akan selalu
terkenang kepada isterinya. ?"k" ia lalu membawa puterinya
yang masih kec il itu pergi merantau.
Pada suatu pagi, sambil me mondong puterinya, Ki Adibroto
berjalan perlahan melewati sebuah hutan di lereng Gunung
Lawu sebelah barat. Ia berniat hendak menuruni gunung ini
dari barat. Melihat anaknya yang tidur pulas dalam pondongannya,
hati pendekar ini a mat trenyuh. Anak ini mirip benar dengan
ibunya, dan teringat akan isterinya yang sudah meninggal,
men inggalkan dia dan puterinya, Ki Adibroto mengeluh dan
menga mbungi pipi anaknya yang mas ih tidur pulas.
"Duh Hyang Wiseso yang menguasai jagad se moga ha mba
diberi kekuatan menahan segala derita ini de mi anak ha mba
Ayu Candra!"
Dua butir air mata menetes di atas pipi anaknya.
Pada saat itu muncul ah belasan orang pera mpok yang
segera mengurung Ki Adibroto. Kalau saja Ki Adibroto tidak
sedang tenggelam da la m duka nestapa, tentu sejak tadi ia
sudah tahu bahwa di sekeliling te mpat itu terdapat banyak
orang. Kini ia baru sadar bahwa ia telah dikepung, ketika
beberapa orang di anta ra para perampok itu tertawa.
Ki Adibroto mengangkat mukanya dan me mandang ke
sekeliling. Ada tujuh be las orang la ki-laki kasar yang mudah
diduga dari golongan ?"". Dan di belakang mereka ini, di
tempat-tempat tersembunyi, masih ada belasan orang lagi.
Di sudut kiri berdiri seorang laki-laki yang mukanya penuh
brewok. Melihat pakaiannya, agaknya laki-laki brewokan ini
tentulah kepala perampok. Ia berdiri sambil merangkulkan
lengan kirinya pada leher seorang wanita yang cantik ma nis.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Heran sekali hati Ki Adibroto melihat seorang wanita cantik
dan gerak-geriknya halus seperti itu dapat bersama dengan
orang-orang kasar maca m ini.
Melihat wajah orang-orang kasar yang mengepungnya itu
menyeringai, Ki Adibroto menegur,
"Kalian ini meng?"" mengepungku?"
"Ha-ha-ha! Lihat mukanya sudah pucat!"
"Heh-heh-heh, tubuhnya menggigil!"
Banyak suara mengejek dan menertawakannya. Kemudian
terdengar suara laki-laki brewokan, suara yang parau dan
keras, "Kisanak, tinggalkan se mua pakaian, juga perhiasanperhiasan e mas di tubuh anak itu!"
Ki Adibroto penasaran. "Untuk ?"" harus kut inggalkan?"
Kembali muka-muka yang me ngerikan itu tertawa bergelak.
"Untuk ditukar dengan nyawamu, tolol!" teriak seorang di
antara mereka. Si kepala ra mpok hanya tersenyum-senyum saja,
tangannya yang merangkul leher itu kini meraih dagu dan
hendak mencium muka yang ayu manis itu. Akan tetapi wanita
itu mengeluh, me ma lingkan mukanya dan keningnya berkerut
tanda tidak senang hati. Namun pandang mata wanita itu
tidak pernah beralih dari anak dalam pondongan Ki Adibroto.
"Ha-ha-ha-ha, bojoku denok ayu, sudah hampir setahun
kau bersamaku, mengapa masih jual maha l" Hayo beri
cium........!" Laki-Iaki brewokan itu menang kap dagu wanita
itu, lalu dengan paksa menariknya dan mencium bibirnya
dengan kasar sekali.
Kembali wanita itu mengeluh dan meronta, namun tak
mungkin ia dapat melepaskan diri dari cengkeraman dua
tangan kasar dan kuat itu. Para anak buah perampok hanya
tertawa-tawa menyaksikan perbuatan tak tahu ma lu ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kekasihku yang ayu kuning, denok montok, kaulihatlah
Ada rejeki datang, perhiasan emas anak itu akan menghias
tubuhmu, manis..... " kata laki-laki brewokan setelah
me lepaskan mukanya yang brewokan dar i atas muka yang
halus itu. Menyaksikan per istiwa ini, dada Ki Adibroto terasa panas.
Kemarahan bergejolak dalam hatinya. la dapat menduga kini
bahwa wanita cantik itu tentulah seorang wanita yang
dipaksa, diperkosa atau diculik oleh kepala perampok itu.
Dengan sepasang mata berkilat dan muka merah saking
marahnya, Ki Adibroto me mandang kepala pera mpok itu.
Agaknya dadanya yang panas terasa oleh anaknya karena
tiba-tiba Ayu Candra terbangun dari tidurnya lalu menangis
menjer it-jerit!.
"Anakku! Ke sinikan anakku!!"
Tiba-tiba wanita cantik itu menjerit dan me mberontak dari
dekapan kepala perampok. Pengaruh tangisan anak itu
sedemikian hebat sehingga agaknya wanita itu me mperoleh
tenaga mujijat dan ia berhasil merenggutkan diri dan terlepas
dari pelukan, lalu lari menubruk Ki Ad ibroto dengan kedua
tangan terbuka, agaknya hendak merampas Ayu Candra.
"Anakku! Kembalikan anakku!"
Berdiri bulu tengkuk Ki Adibroto ketika ia cepat mengelak.
Gila kah wanita itu" Ataukah dia sendiri yang gila dan melihat
yang bukan-bukan" Ataukah arwah isterinya menyusup ke
dalam tubuh wanita ini"
Akan tetapi, melihat betapa kepala rampok brewokan itu
agaknya marah melihat wanita cantik itu me lepaskan diri,
kemudian sekali menggerakkan ca mbuk panjang kepala
rampok jtu telah me mbe lit kaki si wanita dengan ujung
cambuk dan menar ik ca mbuk sehingga wanita itu roboh
terguling, hatinya tak dapat menahan kemarahannya lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil menge luarkan suara gerengan, Ki Adibroto yang
masih me mondong anaknya yang menangis menjerit-jerit lalu
menerjang ke depan. Tangan kirinya me mondong anaknya,
namun dengan tangan kanannya ia menyerang. Tubuhnya
berkelebat ke arah kepala rampok, tangan kanannya bergerak
me mukul. Kepala ra mpok itu berusaha untuk me nangkis nkan
tetapi tangkisan tangannya tidak ada gunanya karena selain
tangannya terpental, juga pukulan Ki Ad ibroto terus me luncur
mengenai kepa lanya.
"Desss. ......!!"
Terdengar jerit ngeri dan tub uh kepa la ra mpok yang tinggi
besar itu terlempar beberapa meter jauhnya, terbanting ke
atas tanah dalam keadaan tidak bernyawa lagi karena
kepalanya sudah pecah berantakan terkena hantaman tangan
yang ampuh itu.
Para perampok yang terdiri dari orang-orang kasar itu
terkejut sekali, akan tetapi mereka kurang cerdik untuk
me ma klumi bahwa pendekar yang memondong anak kecil itu
sama sekali bukan lah tandingan mereka. Mereka hanya
menurut kan nafsu amarah melihat kepala mereka roboh
tewas. Sambil berteriak-teriak mere ka lalu menyerbu dengan
senjata di tangan.
Golok, pedang, keris dan tombak berki auan datang
bagaikan hujan menyerbu Ki Adibroto.
Tentu saja para perampok kasar itu tidak dipandang
sebelah mata oleh Ki Adibroto. Akan tetapi oleh karena ia
sedang me mondong anaknya, ia lebih mengkhawatirkan
keselamatan puterinya itu.
?"k" cepat ia melolos lepas sabuk dan pinggangnya. Ketika
ia menggerakkan sabuk berwarna putih ini di tangan
kanannya, terdengar teriakan-teriakan kesakitan. Senjatasenjata lawan beterbangan dan bagaikan me mbabat rumput
saja, tubuh para perampok bergelimpangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata sabuk yang le mas itu ketika disabetkan, dapat
me mecah kulit mere muk tu lang sehingga banyak pera mpok
roboh untuk tak dapat bangun kembali karena telah pingsan.
Kini para pera mpok yang tadinya tinggal di belakang, sudah
maju pula. Namun Ki Adibroto menga muk dan sebentar saja
belasan orang pera mpok sudah roboh.
Setelah setengah lebih para perampok roboh bertumpangtindih, baru s isanya sadar bahwa kalau dilanjutkan
pengeroyokan itu, berarti mereka se mua me mbunuh diri.
Timbul sifat pengecut mereka. Dengan tubuh gemetar mereka
me le mpar senjata lalu menjatuhkan diri berlutut sambil
menye mbah-nyembah minta ampun!
Ki Adibroto tegak berdiri. Anaknya di pondongan masih
menang is. Ia memandang ke arah para perampok yang
berlutut, lalu tersenyum masa m.
"Kalau menurut sepatutnya kalian harus kubunuh semua.
Akan tetapi biarlah aku melihat muka anakku ini dan
menga mpuni kalian semua!"
Setelah berkata demikian, tanpa menoleh ke belakang lagi
Ki Adibroto lalu men inggalkan tempat itu sa mbil me mondong
dan mengayun-ayun anaknya yang masih terus menangis.
Hatinya bingung dan gelisah sekali. Pendekar ini boleh jadi
gagah perkasa dan selalu tenang menghadapi apapun juga.
Akan tetapi, semenjak melakukan perjalanan, apabila anaknya
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menang is dan rewel seperti ini, ia betul-betul b ingung dan tak
tahu ?"" yang harus ia lakukan kecuali mengayun-ayun tubuh
kecil le mah ini dengan keringat me mbasahi dahi dan jantung
serasa diremas remas.
Sudah jauh juga ia meninggalkan tempat pertempuran tadi,
akan tetapi anaknya masih juga menang is. Saking bingungnya
ia la lu duduk di bawah pohon yang teduh, me mangku anaknya
sambil me ngeluh berkali-ka li,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aduh anakku sayang..... angger Ayu Candra, kau diamlah,
nak. Dia mlah anakku bocah ayu.......... jangan kau membikin
hancur hati ayah mu..!"
Akan tetapi anak kecil itu tetap menangis sa mpa i terisakisak. Saking bingungnya, tak terasa pula dua butir air mata
menetes turun ke atas pipi Ki Adibroto. Pendekar yang baru
saja dengan sebelah tangan membikin kocar-kacir pengeroyokan tiga puluh leb ih perampok-kasar, kini ingin
sekali me nangis meraun g-raung saking sedih dan bingungnya
menghadap i puterinya yang menang is terus!
"Anakk.......! Aduh kasihanilah aku, kasihani anakku........
mari kembalikan anakku, biar dia kugendong selendang,
kubopong kutimang-t imang, kutidur-tidurkan "
Ki Adibroto terkejut. Saking bingungnya, ia tidak tahu
bahwa sejak tadi, wanita yang tadi bersama kepala rampok
telah rnengikutinya. Cepat ia melompat bangur dan
me mandang. Wanita itu a mat cantik. Cantik jelita, akan tetapi
wajahnya pucat, rambutnya kusut, pakaiannya sudah robek
sana-sini, sebagian me mbayangkan kulit tubuhnya yang
kuning halus. Kini wanita itu me mandangnya dengan mata penuh
permohonan, mata yang bercucuran air mata. ?"?"....... ?"" maksudmu...... ?"!!" Ki Adibroto tergagap.
"Siapakah engkau?"
"Dia anakku anakku sayang ke mbalikanlah....... "
Kini wanita itu menekuk lutut, menge mbangkan kedua
lengannya, wajahnya menimbulkan iba.
"Dia anakku, jangan engkau men gaku yang tidak-tidak!" Ki
Adibroto berkata, masih raguragu tidak tahu dengan orang
bagaimana ia berhadapan. Gilakah wanita ini" Atau
me mpunyai niat buruk henda k mencelakai puterinya" Ataukah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ataukah.. berpikir begini kemba li bulu tengkuknya mere mang,
arwah isterinya menyusup ke dala m tubuh wanita ini"
"Kasihanilah dia.... ooohhh, betapa kejam hatimu...! Lihat,
dia menang is begitu hebat....... aduh, bisa putus dan sesak
napasnya..... dia minta dipondong ibunya..... hu-hu-huukk!!"
Wanita itu menang is makin keras sampa i tersedu-sedu. Ki
Adibroto menundukkan muka mema ndang puterinya. Benarbenar aneh anak ini. Menang is begini hebat.
Kembali bulu tengkuknya mere mang. Benarkah anak ini
minta dipondong ibunya" Dan wanita itu benarkah arwah
isterinya di situ " Tanpa disadarinya lag i ia mengulurkan kedua
lengan, me mberikan puterinya. Namun seluruh urat syaraf di
tubuhnya siap untuk mencegah kalau-kalau wanita itu akan
mence lakai anaknya.
Dengan teriakan girang sekali wanita itu menerima Ayu
Candra yang masih menang is, mendekap anak itu ke dadanya,
menciumnya sambil bercucuran air mata dan berbisik-bisik,
"Anakku...... anakku....... diamlah, nak. Ini ibumu ini
ibumu..... engkau juntung hatiku, pujaan kalbu, mustika
hidupku................ ahhh, anakku, J"k" Wandiro. "
Ki Adibroto me man dang dengan mata tcrbelalak. Benar
saja. Anaknya mulai berkurang tangisnya, kemudian malah
berhenti menangis ketika wanita itu me mangkunya, men idurkannya me mbujur di ruuas pangkuan sa mbil me lepaslepaskan baju dan selimut sarung yang me mbungkusnya.
"Aduh kasihan engkau, anakku.. tentu saja kau menangis
karena panas Orang telah ber laku nakal kepadamu ma nis"
Engkau merasa panas" Ah, tentu saja, tapi diamlah, ibu kini
menjaga mu,nak"
Ki Ad ibroto melongo. Tahulah ia kini bahwa anaknya tadi
menang is sampa i begitu kerasnya. Kiranya anak itu merasa
gerah, panas tubuhnya dibungkus serapat itu!.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, ini dia! Engkau digigit se mut ini, anakku" Se mut
kurang ajar. Huh ma mpus tidak kau se karang!" Wanita itu
mere mas seekor semut angkrang yang tadi rnenempel di paha
anak kecil itu.
Makin mengertilah kini Ki Adibroto Kiranya hawa panas dan
semut angkrangl la mula i merasa girang dan tertarik ke pada
wanita itu. Ia me mandang jari-jari tangan ha lus yang cekatan
sekali me mbuka-buka pakaian anaknya dan tiba-tiba wanita
itu terbelalak dan berser keras,
"J"k" anakku kenapa menjadi perempuan.... ?"" "
Mengertilah kini Ki Adibroto. Wanita ini sama sekali tidak
disusupi arwah mendiang isterinya. Wanita ini terganggu
jiwanya, agaknya karena kehilangan puteranya yang bernama
?"k" Wand iro. Entah hilang karena tewas ataukah hilang
karena diculik orang. Akan tetapi agaknya puteranya itu
tewas, mengingat bahwa wanita ini sendiri terjatuh ke tangan
kepala rampok yang demikian kejam. Naik hawa amarah di
dadanya, akan tetapi segera dingin kembali setelah ia ingat
bahwa kepala ra mpok itu telah ia bunuh tadi. Mau rasanya ia
me mbunuh se kali lag i kepala ra mpok keji itu. Dengan hati
penuh iba me nyaksikan wajah wanita itu de mikian kaget,
bingung, dan duka, ia lalu berjongkok di dekatnya dan berkata
halus, "Harap andika jangan kaget. Anak ini adalah anak saya,
bernama Ayu Candra. Tentu saja perempuan. Karena itulah
tadi tidak saya berikan kepadamu." Setelah berkata demikian,
Ki Adibroto menga mbil anaknya dari pangkuan wanita itu dan
me mondongnya ke mbali.
Wanita itu kini dia m saja hanya me mandang dengan mata
terbuka lebar, mata yang bening dan bagus bentuknya,
sayang bersinar layu dan penuh duka. Alangkah akan
indahnya mata ini kalau sinarnya penuh bahagia pikir Ki
Adibroto. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aduh, Jagad Dewa Bathara kenapa tidak dicabut saja
nyawa hamba?"" Wan ita itu merintih-rintih lalu menangis
tersedu-sedu, menutupi mukanya sa mbil tetap berlutut.
Wanita itu bukan lain adalah Listykumolo, isteri Raden
Wisangjiwo, mantu Kadipaten Selope nangkep. Seperti telah
diceritakan di bagian depan cerita ini wanita yang bernasib
ma lang ini setelah kehilangan anaknya, J"k" Wandiro "ang
dibawa lar i Pujo, telah terganggu ingatannya.
Oleh sua minya ia dipulangkan kerumah ayahnya yang
menjad i lurah Selogiri dl lereng Gunung Lawu. Ketika
Wisangjiwo sudah insyaf dan menyuruh pasukan menje mput
isterinya, ia mendengar bahwa Listyokumolo telah diculik oleh
gerombolan perampok, tidak la ma setela pulang ke dusun itu,
sedangkan dusun Selogiri dibumihanguskan para pera mpok!
Memang a mat malang nasib wanita ini. ia diculik oleh
perampok kasar dan ada baiknya bahwa kepala rampok itu
jatuh cinta padanya, biarpun ia me mper lihatkan tanda-tanda
tidak waras otaknya. Cinta kasih kepala ra mpok ini
menyelamatkan Listyokumolo dari serbuan para perampok
yang haus perempuan itu.
Namun, ia harus menderita siksaan lahir batin di tangan
kepala pera mpok. Wanita ini seakan-akan mati sekerat de mi
sekerat. Baiknya Ki Adibroto yang me mbebaskannya dari
siksaan batin itu.
Melihat Listyokumolo menang is sedih, hati Ki Adibroto
serasa ditusuk. Ia merasa terharu dan kasihan sekali. Apalagi
ketika itu anaknya mulai menangis lagi!
"Di manakah rumah andika" Biar saya antar andika
pulang." Akhirnya Ki Adibroto bertanya, suaranya mengandung getaran iba hati.
Listyokumolo me ngangkat mukanya, memandang. Matanya
kemerahan, pipinya basah oleh air mata yang masih terus
bercucuran, sangat mengharukan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pulang...... " Pulang...... " Ke mana pulang" Aku aku tidak
me mpunyai rumah, tidak me mpunyai keluarga...... ,aku
sebatangkara...... tinggal menanti maut datang menje mput.
Sungguh tega benar para Dewata me mbiarkan a ku hidup
seperti ini...... "
Ki Adibroto menarik napas panjang, kembali me mandang
anaknya. Berkali-kali ia menggeleng kepala, ragu-ragu. Ia
amat mencinta isterinya dan seakan-akan merasa berdosa
kalau sepeninggal isterinya ia meno leh kepada wanita lain. Ah,
tidak, bukan demi aku sendiri, melainkan de mi Ayu Candra,
demikian akhirnya ia menghibur hatinya dan mene kan debar
jantungnya sebelum berkata,
"Saya amat kasihan melihat anda. Siapakah nama anda dan
?"" yang telah terjadi dengan keluargamu" Mengapa sa mpai
terjatuh ke tangan perampok la knat itu" Harap anda suka
cerita kan kepada saya dan percayalah bahwa saya tentu akan
meno long anda se kuasa saya."
Semenjak ditimpa malapetaka ketika la dicilik Pujo sa mpai
saat itu , agaknya baru kali ini Listyokumolo me ndengar katakata yang menyatakan kasihan kepadanya dan, baru kali ini
ada orang hendak meno longnya. Hal ini men ggetarkan
jantungnya dan tangisnya ma kin tersedu-sedu.
Akan tetapi ketika ia mengangkat mukanya melihat anak
dalam pondongan Ki Adibroto, kembali ia mengulurkan kedua
lengannya ke depan dan merintih,
"Ke mbalikan anakku...... berikan anak itu kepadaku...... "
Ki Adibroto menar ik napas panjang. Kumat lagi wanita ini,
pikirnya. "Sudah saya jelaskan tadi bahwa anak ini bukanlah anakmu
yang bernama J"k" Wandiro, anak ini adalah Ayu Candra,
anak saya yang sudah tidak ber ibu lagi "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Listyokumolo me mbelalakkan mata me mandang anak itu.
Mata yang masih amat indah bentuknya, lebar dengan bulu
mata panjang lentik yang me mbentuk bayangbayang teduh di
bawah mata, dengan biji mata bening dan ujung mata yang
meruncing taja m. Mata yang me mbayangkan berahi. Akan
tetapi mata yang diselimut i kesayuan pandang dan dilayukan
hati duka. "Tida k beribu lagi...... ?"
Agaknya kenyataan ini sejenak menyadarkan Listyokumolo
dari keadaan bingung, timbul dari hati iba. Kemudian ia
bangkit dan mengha mpiri Ki Adibroto.
"Biar kan dia kugendong, biarkan aku menjadi pengganti
ibunya, aduh kasihan biar aku menjadi pengganti ibunya dan
ia menjadi pengganti ana kku...... "
Kata-kata Ini dikeluar kan dengan suara penuh harap,
setengah berbisik, suara yang keluar langsung dari lubuk
hatinya. Ki Adibroto sejenak me mandang dan tahulah orang sakti ini
bahwa sekaligus hatinya terampas oleh wajah yang ayu tapi
menyedihkan itu, terampas oleh kepribadian yang men imbulkan cinta kasih akan tetapi sekaligus keharuan dan
iba hati. Ia me mber ikan ana knya dan berbisik pula,
"Aku...... aku akan bahagia sekali Kalau anda sudi me njadi
pengganti ibunya "
Mungkin makna dari kata-kata Ki Adibroto ini dapat
mene mbus kegelapan yang menyelimuti pikiran Listyokumolo
karena tiba-tiba ketika menerima anak itu, kedua pipinya
menjad i kemerahan, matanya menunduk dan bibirnya terhias
senyum ditahan, senyum malu-ma lu. Akan tetapi hanya
sebentar saja karena segera wajahnya berubah gembira
penuh bahagia ketika ia merasa betapa anak itu bergerakgerak di dadanya. Sebentar saja anak itupun tertidur setelah
didekap oleh dada yang lunak dan hangat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa pernah me mbantah sed ikitpu n, Listyokumolo lalu
ikut dengan Ki Adibroto ke manapun pendekar itu pergi.
Setelah setiap hari merawat Ayu Candra, mulai teringatlah ia
akan keadaan dirinya dan akhirnya iapun sembuh dari
gangguan pikirannya.
Bahkan hal yang tak dapat dicegah lagi terjadi setelah
wanita cantik jelita yang mas ih muda ini berkumpul dengan Ki
Adibroto, pendekar yang juga belum tua yang gagah serta
tampan itu, yaitu mereka saling jatuh cinta. Akhirnya mereka
menjad i suami isteri yang saling mencinta, saling menghormat
dan saling mengasihi.
Dengan kasih sayang besar mereka berdua mendidik dan
me mbesarkan Ayu Candra sehingga anak ini sa ma sekali tidak
pernah tahu bahwa wanita itu bukanlah ibu kandungnya.
Setelah Ayu Candra berusia enam belas tahun, ayah
bundanya pindah dan memilih Telaga Sarangan di lereng
Gunung Lawu sebagai tempat tinggal yang baru.
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tadinya Ayu Candra yang tinggal bersama orang tuanya di
daerah Ponorogo, menyatakan keberatan hatinya mengapa
ayahnya ke tempat yang sunyi itu.
Akan tetapi mengertilah gadis re maja yang cukup cerdik ini
ketika ayahnya menjawab,
"Kita tinggal di te mpat aman ini hanya untuk sementara,
Candra. Ketahuilah bahwa perang saudara antara Kerajaan
Panjalu dan Jenggala sudah ha mpir pecah. Permusuhan
terjadi di mana- mana. Kalau perang pecah, berarti keadaan
akan menjad i kacau dan tidak aman. Engkau sudah re maja
puteri, tidak akan baik jadinya kalau kita tinggal di te mpat
ramai. Biarlah kita tidak menra mpuri keributan, kita tinggal di
tempat yang indah dan a man ini sa mpa i keadaan negara
menjad i a man kemba li. Aku sudah bosan akan perang dan
keributan, apalagi perang antara saudara sendiri!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka bertiga hidup tenang dan penuh da mai di pinggir
telaga. Sampai setahun lebih lamanya mereka bertiga tinggal
di tempat yang indah itu. Akan tetapi hanya kelihatannya saja
mereka hidup penuh ketenangan dan da mai. Sebetulnya ada
hal yang mengganggu hati Listyokumolo.
Di waktu malam, setelah tidur pu las, seringkali sua mi isteri
ini berbantahan. Listyokumolo tidak pernah dapat melupakan
sakit hatinya terhadap Pujo! Dendam ini pula yang me mbuat
ia semen jak menjad i isteri Ki Ad ibroto, dengan tekun dan
rajin bersama puteri tirinya mengge mbleng diri dengan ilmu
silat dan kesaktian. Biarpun ia tidak semaju Ayu Candra,
namun setelah lewat enam belas tahun, Listyokumolo yang
sekarang bukanlah Listyokumolo belasan tahun yang la lu. Ia
kini menjad i seorang wanita yang berkepandaian.
Dan setiap malam, ia me mbujuk sua minya untuk
me mbantunya mencari Pujo, mencari puteranya, Joko Wandiro
dan me mbalaskan denda mnya kepada Pujo. Ki Ad ibroto
adalah seorang yang memiliki pandangan luas dan karena ia
telah mendengar riwayat isterinya, ia dapat menduga bahwa
suami isterinya yang pertama, Raden Wisangjiwo tentu bukan
seorang baik-baik sehingga dimusuhi orang yang bernama
Pujo. Ia selalu me ngingatkan isterinya,
"Engkau sendiri menyatakan bahwa bekas suamimu,
Wisangjiwo adalah seorang yang menyeleweng daripada
kebenaran. Sangat boleh jadi dia itu me lakukan sesuatu yang
mendatangkan denda m kepada Pujo."
"Me mang begitulah. Agaknya Wisangjiwo telah me mper kosa isteri Pujo karena ketika menculikku, Pujo
menyatakan hal itu kepadaku. Akan tetapi mengapa dia
me mba lasnya kepadaku dan me mbawa perg i anakku?"
Listyokumolo penasaran.
Ki Adibroto menghela napas panjang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Isteriku, orang yang diracuni denda m hatinya menjadi
seperti orang buta. Mungkin Pujo melarikan engkau, kemudian
menculik anakmu, sa ma sekali tidak ber ma ksud sesuatu
kepada dirimu pribadi melainkan se mua ia tujukan untuk
merusak hati be kas suamimu. Sudah kukatakan tadi bahwa
dendam me mbuat orang seperti buta sehingga ia tidak melihat
bahwa perbuatannya itu bukan hanya merusak hati
Wisangjiwo secara tidak langsung, akan tetapi bahkan secara
langsung merusak hatimu dan J"k" Wandiro. Akan tetapi,
setelah tahu bahwa dendam amat tidak baik, apakah engkau
masih mau diracuni denda m terhadap Pujo"'
"Kakang Adibroto, aku tidak akan ngawur seperti Pujo. Aku
hanya akan me mbalas kepadanya, bukan kepada orang lain.
Pula, aku harus bertemu dengan dia untuk menanyakan di
mana adanya J"k" Wandiro. Kalau engkau tidak mau
mengantarku, biarlah a ku mencarinya sendiri. Biarpun belum
tentu aku mampu mengalahkan Pujo, akan tetapi ?"" yang
telah kupelajari darimu kiranya cukup untuk bekal melakukan
perjalanan."
Ki Adibroto yang amat mencinta isterinya, tentu saja tidak
dapat membiarkan isterinya pergi seorang diri mene mpuh
bahaya. Akhirnya ia terpaksa menerima permintaan isterinya.
Apalagi kalau ia ingat bahwa kini puterinya, Ayu Candra sudah
berusia tujuh belas tahun, sudah cukup dewasa jntuk menjaga
diri send iri di te mpat yang aman itu sa mpa i mereka kemba li
dari perjalanan. Malah selain memenuhi per mintaan isterinya,
ia juga ada keperluan la in, yaitu pergi mene mui sahabatsahabatnya untuk mencari dan me milihkan seorang calon
suami bagi Ayu Candra!
"Candra, ayah bundamu ada keperluan penting sekali, akan
pergi untuk beberapa pekan lamanya. Engkau harus tinggal
sendiri di sini, menanti sampai ka mi pulang."
Alis yang kecil panjang hitam me lengkung itu berkerut.
"Mengapa aku tidak diajak pergi, ayah"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mengapa ditinggal sendiri di sini" Ayah dan ibu hendak ke
manakah?" "Negara sedang kacau, Candra. Permusuhan terjadi di
mana- mana dan banyak orang jahat berkeliaran bebas.
Engkau seorang wanita muda yang tentu akan menarik
perhatian dan menimbulkan pertentangan. Pula, urusan yang
akan kami urus adaJah urusan kami orang-orang tua, tidak
ada sangkut-pautnya denganmu. Perhatikanlah, jangan kau
pergi ke mana- mana, tinggal saja di s ini dan tunggu sa mpai
kami pulang."
Ayu Candra memang seorang anak yang taat kepada
ayahnya. Biarpun hatinya afnat kecewa dan tidak senang, ia
tidak berani banyak me mbantah lag i. Akan tetapi ketika pagi
hari itu ia me lihat ayah bundanya pergi turun dari lereng, ia
berdiri termangu-mangu dan me ma ndang ke arah bayangan
mereka sa mpa i mereka lenyap di sebuah tikungan. Barulah ia
menjatuhkan diri di atas rumput dan menghapus air matanya.
Namun, Ayu Candra bukan seorang anak perempuan yang
cengeng. Hanya sebentar saja ia melepaskan kekecewaannya
dengan menangis ?"k lama kemudian ia sudah bekerja seperti
biasa, menyapu pekarangan mengumpuJokan daun kering
yang memen uhi pekarangan dan me mbakarnya. Kemudian ia
rnelakukan pekerjaan rumah seperti biasa.dan wajahnya
sudah cerah ke mba li.
Beberapa hari kemudian, karena kayu bakar persediaan
mereka habis, Ayu Candra pagi-pagi telah meninggalkan
pondoknya dan berlari-lari menda ki jalan yang menanjak.
Sejak kecil ia sudah dilatih ayahnya untuk melawan hawa
dingin pegunungan di waktu pagi dengan gerlari-larian.
Amat lincah gerakannya, laksana seekor kijang muda ketika
ia lari mendaki jalan yang licin dan sukar itu. Namun bagi Ayu
Candra tidaklah sukar. Selain untuk me lawan hawa dingin,
juga pagi itu amat indah, udara cerah dan sin?" matahari pagi
mulai menerobos rnelalui celah-celah daun pohon' me mbagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cahaya kehidupan ke muka bumi. Pagi cerah yang
men imbuikan rasa gembira di hati Ayu Candra, segembira
burungburung di pohon yang berkicau riang, sege mbira
bajing-bajing yang berloncatan dari cabang ke cabang, kelinci
yang lari berkejaran me nyusup semak-semak.
Baru kali ini Ayu Candra merasa betapa senangnya bebas
seperti itu. la merasa bebas, seorang diri di dunia ini setelah
ayah bundanya pergi. Ia mas ih ingat akan pesan ayahnya agar
ia jangan pergi mengunjungi dusun-dusun yang terletak di
kaki gunung. Akan tetapi pagi ini ia t idak men gunjungi dusun-dusun itu,
ia malah mendaki naik menjauhi dusun dusun, menjauhi
manusia. ?"" salahnya" Belum pernah ia pergi ke hutan di
sebelah puncak kiri itu. Ia akan mencari kayu bakar di sana
sambil melihat lihat keadaan hutan yang belum pernah ia
kunjungi. Dari jauh tampa k beberapa batang pohon kelapa
dan hal ini mena mbah tertarik hatinya.
Sukar mencari pohon kelapa di daerah Sarangan, dan
agaknya hanya kebetulan saja di hutan sebelah depan itu
terdapat beberapa batang pohon kelapa. Makin girang hatinya
setelah dekat ia melihat bahwa sebatang di antara pohonpohon kelapa itu ada buahnya yang sudah besar.
Sudah lama ia tidak pernah makan dawegan (kelapa
muda), maka t iga butir buah yang tergantung di pohon tinggi
itu merupakan daya penarik yang amat kuat sehingga Ayu
Candra me mpercepat larinya.
Setelah tiba di bawah pohon kelapa, ia segera mengambil
batu dan dua kali lontaran saja dengan tangannya yang kuat,
ia telah berhasil merontokkan t iga butir kelapa muda itu.
Dengan girang ia
menga mbil tiga butir buah itu,
me mbayangkan kesedapan air dawegan dan kelezatan
dagingnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi teringat olehnya akan kayu ba kar yang habis
persediaannya. Ia segera pergi mengumpulkan kayu bakar
yang amat banyak terdapat di hutan itu, kemudian setelah
mengikat kayu-kayu kering itu ia menggendongnya dan
menjinjing tiga butir kelapa, hendak dibawa pulang.
Ayu Candra dengan wajah berseri berjalan keluar dari
hutan itu. Ia sengaja menahan haus dan baru di pondok nanti
akan menikmati air dawegan yang manis dan sedap. Akan
tetapi ketika tiba dl pinggir hutan dan melewati sebuah pohon
randu alas yang besar sekali karena tiga batang pohon
tumbuh menjadi satu, mendada k ia berhenti me langkah
karena mendengar suara orang!
"Duh Dewa........ kenapa tidak dicabut saja nyawaku" Tidak
kuat aku men derita siksaan ini........!"
Ayu Candra adalah seorang gadi yang tidak pernah
mengenal takut karena sejak kecil ia telah dige mbleng
ayahnya Akan tetapi, mendengar dengan telinga send iri
betapa pohon randu alas dapat bicara dan mengeluh seperti
manusia benar-benar ia merasa ngeri juga dan wajahnya yang
cantik jelita itu berubah agak pucat. Ia tahu bahwa iblis dan
setan berkeliaran di atas bumi ini, akan tetapi di waktu malam
hari. Sekarang, di waktu matahari mas ih bersinar seterang terangnya, menjelang tengah hari, bagaimana ada iblis berani
muncul dan me mperdengarkan suaranya" Kalau bukan iblis,
mustahil ada pohon randu alas benar-benar bisa me ngeluh
seperti manusia dan menyatakan bosan hidup" Ah tak
mungkin, pikirnya. Tentu orang!
Akan tetapi kalau ada orangnya, di mana se mbunyinya"
Ayu Candra merasa curiga dan karena kedua tangannya
menjinjing buah buah kelapa, ia lalu melempar kan tiga butir
buah kelapa itu ke atas tanah.
Kemudian ia men dekati pohon randu a las dan bertanya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapakah orangnya yang mengeluarkan suara keluhan
tadi?" Sunyi mengikuti pertanyaan ini, seakan akan orang yang
menge luarkan suara tadi merasa kaget. Kemudian terdengar
orang merintih, suaranya keluar dari da la m pohon!
"Sudah begini me nderita masih ada wanita menggangguku
lagi" Ah, Dewata Yang Agung, sampa i di a mbang maut masih
haruskah aku berhadapan dengan penggodaku?"
Tiba-tiba "kulit " pohon itu terbuka dari dalam dan seorang
laki-laki menggelundung keluar. Kiranya batang pohon itu
berlubang dalamnya dan laki-la ki ini tadi bersembunyi di
dalam pohon. Melihat keadaan laki-laki ini, Ayu Candra
terkejut bukan main. Keadaan laki-laki ini menger ikan. Lakilaki itu usianya tentu empat puluh tahun lebih pakaiannya
compang-ca mping, wajahnya penuh bekas luka.
Melihat ke bawah Ayu Candra merasa makin ngeri. Kedua
kaki orang itu buntung sebatas lutut! Karena celananya juga
compang ca mping ma ka tampaklah kaki yang buntung itu
yang ujungnya merupakan tulang menjedo l keluar dikelilingi
daging terbungkus kulit berkeriputan. Laki-laki itu setelah
mengge lundung keluar, lalu menoleh dan sepasang matanya
terbelalak penuh kekaguman me man dang wajah cantik jelita
dan tubuh yang muda, montok, dan padat.
Akan tetapi hanya sebentar saja kekaguman itu terpancar
keluar dari sinar matanya. Segera ia mengerang kesakitan dan
sinar matanya layu.
"aduh"..mati aku".!"
Ayu Candra memiliki dasar watak yang penuh welas asih
seperti watak ayahnya. Melihat keadaana orang itu dan
mendengar rintihannya, ia merasa sangat kasihan sekali.
Bagaimana ada orang sa mpa i beg ini sengsara "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kasihan sekali engkau pa man Mengapa engkau sa mpai
menjad i beg ini"!."
Laki-laki itu mengerang panjang, tubuhnya yang miring itu
terlentang dan ia me mandang ke arah wajah yan cantik Jelita
itu. "Aku....... aku menderita sakit..ohh.. tolonglah aaugghhh."
Kembali ia mengerang dan me lanjutkan, terengah-engah,
"lapar". Haus"aduh"."
Ayu Candra merasa hatinya seperti di tusuk-tusuk. Entah
bagaimana wajah orang ini mendatangkan iba dalam hatinya.
Ia dapat melihat bahwa dahulunya orang ini me miliki bentuk
wajah yapg tampan dan pakaiannya walaupun butut, dilihat
dari celana, baju, kain dan destarnya, pasti bukan orang
dusun biasa. Dan sinar mata itu a mat tajam berpengaruh menandakan
seorang "berisi".
"Aku hanya punya kelapa. Maukah kau minum air
dawegan?" Laki-laki itu menggerakkan kepala mengangguk. Ayu
Candra lalu berjongkok me mungut sebutir dawegan yang tadi
ia le mparkan keatas tanah, kemudian menggunakan sepotong
batu untuk mengupas kulitnya bagian atas dan me mbuat
lubang. Hal ini dapat ia lakukan dengan mudah, menggunakan
tenaga dalam. Orang biasa saja, biarpun ia laki la ki, takkan
mungkin mengupas kulit kelapa yang amat liat dan keras itu
hanya menggunakan sepotong batu! Hal ini rupanya
dimengerti pula oleh laki-laki buntung karena ia kini sudah
bangkit duduk sambil me ma ndang dengan mata terbelalak
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kaget. Kalau saja Ayu Candra tidak sedang asyik me mbuka kulit
kelapa, dan melihat cara laki-laki itu bangkit duduk, tentu ia
akan menjadi curiga, Ketika itu, laki-laki buntung itu tidak
kelihatan selemah tadi, bahkan sekali tubuhnya bergerak ia
sudah dapat bangkit dan duduk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Ayu Candra me mbalikkan tubuh me mbawa kelapa
yang sudah terkupas dan terlubang, laki-laki itu kemba li
kelihatan menyeringai kesakitan, sungguhpun matanya masih
terbelalak heran dan kaget.
"Minu mlah air kelapa ini,
paman. baik untuk kesehatan selain mengurangi haus," kata Ayu
Candra dengan suara halus
dan penuh perasaan.
Makin dipandang, makin
kasihan ia terhadap laki-laki
ita. Sebaliknya bagi laki-laki
itu, makin dipandang, makin
luar biasa cantik jelita dan
halus budi pekerti gadis itu,
me mbuat ia menelan ludah
bukan karena haus.
"Terima kasih. terima kasih katanya menerima dawegan,
menye mbunyikan debar jantungnya yang berdegupan ketika
jari tangannya menyentuh jari tangan yang halus dan hangat.
Diteguknya air dawegan itu sampai habis, ke mudian diusapnya
air yang me mbasahi ujung bibir dan dagunya.
"Aaahhhh segar sekali. Sudah berkurang peningku. Terima
kasih, nak. Engkau sungguh baik sekali."
Tiba-tiba Ayu Candra merasa betapa mukanya menjadi
agak panas dan cepat ia me mbuang muka.
Pandang mata orang itu me mbuat hatinya berdebar.
Pandang mata itu seakan-akan mene mbus jantungnya dan
menjenguk isi hati dan pikirannya. Bukan main tajamnya dan
ia merasa aneh. Untuk menghilangkan rasa anehnya ini ia lalu
me mandang dan berkata,
"Apakah pa man mau dahar daging dawegan ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali laki-la ki itu mengangguk-angguk, menjilati bibir
dengan lidah dan me mandang kelapa muda sa mbil berkata,
"Bagaimana me mbukanya" Kulihat engkau t idak me mbawa
parang......... "
Ayu Candra merasa bahwa di depan seorang tapadaksa itu
tidak perlu lagi ia berpura-pura dan menye mbunyikan kepandaiannya. 'Tidak perlu pa kai parang," katanya singkat sambil
mengangkat tangan kanan, dipukulkan pada kelapa muda
yang berada di atas telapak tangan kirinya.
"Prakkk!" Kelapa muda itu pecah menjad i dua, terbelah
seperti dibacok kapak tajam saja. Padahal kelapa itu masih
terbungkus serabutnya yang liat! Laki-laki itu makin heran
sampai melongo, kemudian dia m-dia m ia menganggukanggukkan kepalanya, diterimanya kelapa itu dan dima kanlah
daging kelapa muda yang le mbut, gurih dan manis dengan
lahapnya. "Mau lagikah, paman " Aku masih punya dua but ir........ "
tanya Ayu Candra sejujurnya ketika melihat orang itu sudah
makan daging ke lapa muda.
"Tida k........ , sudah cukup. Terima kasih "
"Di manakah rumah pa man" Dan mengapa sa mpai di
tempat. ini dalam keadaan seperti........ itu ?" Ia menudingkan
telunjuknya ke arah kedua kaki yang buntung.
Laki-laki itu me mandang kepadanya dan pcrlahan-lahan
beberapa butir air mata menetes turun.. Trenyuh sekali hati
Ayu Candra. "Apakah paman dice lakai orang" Siapa mereka yang
mence lakai pa man" Keja m benar mereka!"
Mewarisi watak ayahnya, seorang pendekar besar, Ayu
Candra mengepal kedua tinju, merasa
marah sekali menyaksikan kekeja man orang terhadap laki-laki buntung ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan suara pilu la ki-laki itu berkata, "Terima kasih atas
perhatianmu, nak. Aku.. ...... aku me mang seorang yang
bernasib buruk. Aku dis iksa orang-orang jahat, kedua kakiku
dibuntungi dan nyaris dibunuh mereka. Akan tetapi, aku
sendiri t idak tahu siapa mereka. Namaku Ki Jatoko dan aku
aku tidak bersanak-kadang, tidak berkeluarga tidak punya
tempat tinggal. Aku berusaha mencari pedusunan sa mbil
merangkak-rangkak sedapatnya, sampai di tempat ini
terserang sakit dan agaknya Dewata sudah akan mencabut
nyawaku. Akan tetapi engkau muncul dan menolongku, ini
hanya berarti kematianku agak diperpanjang berikut siksaan
dan derita "
Wajah Ayu Candra menjadi pucat. Ia tidak tahu bagaimana
harus menolong orang ini. Kalau sekarang ia pulang dan
men inggalkan orang ini di sini, tentu orang Ini akan mati.
KaJau tidak mati diterkam harima u atau binatang buas la in,
tentu akan mati kelaparan dan kehausan. Membawanya
pulang" Bagaimana caranya" Dia sudah buntung kedua
kakinya. Pula, kedua orang tuanya tidak berada di rumah.
"Sayang. Ayah dan ibu tidak ada di rumah. Entah kapan
pulangnya. Kalau ada ayah, tentu dia akan dapat
meno longmu, paman. Ayah tidak akan me mbiarkan orang Iain
mender ita tanpa menolongnya."
Ayu Candra tidak me lihat betapa sinar mata la ki-laki itu
berkilat ketika mendengar bahwa ayah bunda gadis itu tidak
berada di rumah.
"Siapakan na ma ayahmu yang mulia,nak" Dan siapakah
nama mu"Aku harus tahu na ma dewi penolongku"
"Ayah bernama Ki Adibroto. Kini bersama ibu sedang pergi,
mungkin mas ih la ma kemba linya karena baru sepekan dan
menurut pesan ayah, mungkin sampa i berbulan. Aku bernama
Ayu Candra."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayu Candra, anak yang baik, engkau telah menya mbung
nyawaku tadi apakah sekarang engkau tega meninggalkan
paman mati kelaparan di s ini" Tolonglah a ku, nak,
tolonglah........biarlah aku ikut mondok di te mpat tinggalmu,
sampai orang tua mu datang, atau sampai a ku se mbuh
kembali aduuhhh......!"
Laki-laki itu roboh dan bergulingan di atas tanah. Ayu
Candra kaget sekali, cepat ia berjongkok dan meraba dahi
orang. Amat panas! Terang bahwa orang ini terkena penyakit
dema m. Bagaimana mungkin ia me mbiar kan saja orang yang
sakit ini di dalam hutan tanpa menolongnya"
"Aku suka meno longmu, pa man. Dan aku tidak keberatan
kau mondok di pondok kami. Akan tetapi bagaimana kau
dapat sampai ke sana" Dari te mpat ini aga k jauh juga, dan
jalannya sukar, naik turun dan licin."
Laki-laki ini mengeluh dan kembali bangkit duduk sa mbil
menekan tanah. Cepat-cepat ia menjawab,
"Jangan khawatir, nak. Keadaanku ini me mbuat aku
terpaksa dapat berjalan menggunakan kedua tanganku.
Bertahun-tahun aku melatih jalan dengan kedua tanganku dan
aku berhasil. Asal tidak terlalu cepat, agaknya aku akan dapat
bersama mu perg i ke pondokmu."
Ayu Candra mengangguk-angguk. "Baiklah, paman. Dan
nanti apabila mene mui jalan yang terlalu sukar, aku dapat
me mbantumu."
Laki-laki yang mengaku berna ma Ki Jatoko itu kelihatan
girang sekali.Dengan menekankan kedua tangan ke Atas
tanah, ia bangkit dan "berdiri" di atas kedua kakinya" yang
buntung. Kemudian ia menggerakkan kedua kaki dan ia dapat
berjalan cukup baik, seperti seorang anak kecil.
"Jika aku merasa lelah dan kedua kakiku yang buntung
terasa nyeri, aku dapat me mbantunya dengan kedua tangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti ini." katanya dan kini ia berjalan dengan "empat kaki",
sehingga Ayu Candra yang me lihatnya merasa terharu sekali.
Melihat keharuan me mbayang di wajah yang cantik manis
itu, Ki Jantoko berkata dengan suara memelas, "Ayu Candra,
bocah ayu yang berhati e mas, cantik berbudi seperti Dewi
Suprobo, sudikah engkau menolong pa man yang sengsara ini"
Kalau engkau tidak merasa jijik untuk menggandeng
tanganku, agaknya aku akan berjalan lebih cepat, tidak usah
merangkak seperti binatang berkaki e mpat "
Suara itu amat mengharukan hati Ayu Candra yang merasa
heran kepada dirinya sendiri mengapa ia begini le mah
perasaannya sehingga terhadap laki-la ki ini, yang sudah
setengah tua, buntung lagi buruk mukanya menjijikkan penuh
bekas luka, ia merasa amat kasihan dan juga merasa suka!
Betapapun juga, ia memiliki batin yang amat kuat dan masih
murni, bersih daripada niat dan pa mrih buruk, sehingga
andaikata dia tidak merasa a mat kasihan kepada Ki Jatoko
tentu ia tidak sudi melaksanakan per mintaan si buntuhg itu.
"Marilah agar kita cepat sampai di pondokku," katanya
mengulurkan tangan kiri kepada Ki Jatoko.
Dengan pandang mata penuh haru dan syukur laki-la ki itu
me megang tangan kiri Ayu Candra dengan tangan kanannya.
Di da la m hati laki-laki ini menyebut na ma Dewata yang
me mber i berkah sedemikian besar kepadanya. Jantungnya
berdebar-debar ketika kulit tangannya meraba kulit tangan
gadis re maja yang halus lunak dan hangat itu.
Kehangatan lembut yang seakanakan menjalar melalui
tangannya dan bagaikan embun me mbasahi hatinya yang
mulai me layu sehingga hatinya menjad i segar kembali,
semangatnya yang sudah tidur me njadi bangkit ke mba li.
Kedua kakinya yang buntung tidak terasa sakit lagi ketika ia
berlari-lari kecil dalam langkahnya untuk mengimbangi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
langkah Ayu Candra yang tentu saja lebih lebar daripada
langkah kedua kaki buntungnya.
Siapakah gerangan laki-laki buntung itu" Benarkah seperti
?"" yang ia ceritakan bahwa ia dianiaya oleh orang-orang
jahat sehingga kedua kakinya buntung dan mukanya penuh
cacad" Ah, kalau saja Ayu Candra tahu siapa dia sebenarnya!
Laki-laki itu sama sekali bukanlah orang le mah seperti
tampaknya. Dan kedua kaki yang buntung itu tida k lagi terasa
sakit seperti yang diperlihatkannya. Tidak, sama sekali t idak.
Kaki itu sudah buntung sela ma lima tahun yang la lu!
Dan laki-laki itu sama sekali bukan orang le mah, bahkan
dengan kedua kakinya yang buntung itu masih me miliki
kesaktian yang hebat. Karena dia ini bukan lain adalah
Jokowanengpati!
Ya, kedengarannya aneh, akan tetapi sebetulnya tidak
aneh. Tidak ada yang aneh di dunia ini, bahkan di a la m se mesta,
apabila Tuhan menghendaki. Se mua sudah wajar dan
semestinya demikian, sesuai dengan kehendak Tuhan karena
apabila Tuhan tidak menghendaki, tentu tidak akan terjadi
demikian! Ketika Jokowanengpati da la m pertandingan
me lawan pengeroyokan Kartikosari dan Roro Luhito, terjun ke
dalam Laut Selatan dan mengejek kedua orang wanita musuh
besarnya itu, ia disa mbar ikan hiu.
Dala m pandangan Kartikosari dan Roro Luhito, juga Pujo
yang diam-dia m menyaksikan babak terakhir pertandingan
hebat itu, tentu saja Jokowanengpati tewas karena discret
ikan hiu yang buas dan lenyap ke bawah per mukaan air laut.
Mereka ini tidak me lihat Jokowanengpati muncul kembali,
maka sudah tentu menganggap bahwa musuh besarnya itu
habis riwayatnya dikubur ke dalam perut ikan.
Akan tetapi sesungguhnya tidak seperti yang mereka
sangka dan harapkan. Jokowanengpati adalah seorang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sakti dan me miliki tubuh yang kebal, juga a mat cerdik, licin
dan penuh akal. Tadinya ia memang kehilangan akal ketika
secara tibatiba diserang ikan hiu yang besar dan a mat kuat
itu. Rasa ngeri dan takut me mbuat ia menjerit-jerit minta
tolong, lupa untuk me mpergunakan kecerdikan dan kekuatan
sendiri untuk me nolong dirinya.
Akan tetapi ketika ikan hiu itu me mbawanya menyelam, menyeretnya sampai jauh di dalam air, dalam
keadaan pelik ini, dalam cengkera man maut yang agaknya
takkan dapat dihindarinya lagi, Jokowanengpati menjadi
marah sekali. Marah terhadap ikan itu dan kini seluruh
perhatiannya dicurahkan kepada musuh barunya ini, yang
menganca m keselamatan nyawanya.
Timbul akalnya. Yang digigit ikan itu adalah kedua kakinya.
Ketika tadi ia meronta, gigitan ikan itu me lorot turun dan kini
gigi ikan yang seperti gigi gergaji itu tertanam di kedua paha
dekat lutut. Kini kedua tangannya dapat menjangkau ke bawah.
Jokowanengpati tadi telah men ghirup napas sepenuh paruparunya ketika akan dibawa menyelam, ketika ia melepaskan
perlawanannya ketika diseret ke bawah per mukaan air laut.
Kini, sambil me ngerahkan seluruh tenaga ke dala m jar i-jari
tangan kanannya, ia meraih ke depan, sejauh mungkin
sehingga ia ma mpu mencapai mata ikan.
)ooo0dw0ooo( Jilid 26 IA MENGERAH KA N tenaganya dan...... jari-jari tangannya
menusuk mata ikan itu dan mengoreknya keluar, lalu cepat
tangannya meraih mata yang sebelah lagi.
Ikan itu kesakitan dan berkelojotan, me mbawa tubuh
Jokowanengpati ikut pula terbanting-banting dan berputaran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di dalam a ir. Akan tetapi dia berhasil me mbikin buta mata
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang Scbelah lagi. Karena sakit sekali agaknya, ikan itu
mengatupkan mulutnya dengen tenaga yang luar biasa dan
Jokowanengpati tiba-tiba merasa tubuhnya terlepas dari pada
gigitan ikan hiu.
Rasa girang berbareng dengan timbulnya harapan
me mbuat tenaganya menjadi berlipat ganda. la menggerakkan
kedua tangan mene kan air dan tubuhnya mumbul ke atas.
Hari teiah menjelang malam dan Jokowanengpati segera
menggerakkan kedua tangannya berenang menuju ke pantai
yang kelihatan re mang remang.
Ketika ia berenang dan menggerakkan kaki, ia merasa
jantungnya seperti tidak berdenyut lagi. Kedua kakinya! Begitu
ringan! la meno leh dan matanya terbelalak lebar. Kedua
kakinya tidak ada lagi! Hampir ia pingsan saking kagetnya.
Dan sekiranya ia pingsan pada saat itu, tentu akan tamatlah
riwayat hidupnya.
Akan tetapi Jokowanengpati masih suka hidup dan
berenanglah ia tanpa kaki, dengan susah payah menuju
pantai. Ketika tiba di te mpat dangkal ia tak dapat berenang
lagi, tidak dapat berdiri pula. la lalu merang kak dan pada saat
itulah se mua rasa nyeri yang hebat menyelubungi tubuhnya.
Nyeri pada kedua kaki yang mendenyut-denyut sampai
mene mbus jantung dan tulang sums um. Nyeri karena perih
dan sakit-sakit pada seluruh tubuh, pada mukanya. Nyeri yang
tak tertahankan lagi,bagaikan dibetot-betot nyawa dari tubuh.
Serasa ditarik-tarik se mua urat di tubuhnya. Jokowanengpati
tidak kuat lagi dan akhirnya ia roboh pingsan di atas pasir.
Saat itulah penentuan mati hidupnya. Dan jelas bahwa
Tuhan menghendaki dia hidup. Buktinya, secara kebetulan
sekall air laut menjad i surut setelah ia roboh pingsan.
Andaikata air laut tidak surut dan sebaliknya ma lah pasang,
tentu ia akan terendam air atau dibawa hanyut ke tengah oleh
omba k. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Air laut yang surut me mbuat Jokowanengpati menggeletak
tertelungkup di atas pasir, seperti mayat.
Semalarn suntuk ia menggeletak tak sadarkan diri di atas
pasir. Kalau saja ia tidak terluka sewaktu berada di dalam air
laut, tentu ia akan tewas, bukan saja karena luka akan tetapi
juga karena kehab isan darah.
Agaknya air laut menjad i obat penawar yang mujijat.
Pada pagi harinya, Jokowanengpati siuman dari pingsannya. Dengan merangkak-rangkak ia mendarat. Setelah
ia terbebas daripada cengkeraman maut yang mengerikan,
biarpun ia harus mengorbank?" kedua kakinya, kini ia ingin
hidup terus! la belum mau mati dan t imbul pula semangatnya
untuk hidup. Biarpun harus mer nngkak-rangkak, akhirnya ia dapat
me masu ki sebuah hutan dan merawat luka- lukanya sa mpai
sembuh. la tidak berani keluar dari dalam hutan-hutan lebat.
la maklum bahwa kalau musuh-musuhnya mengetahui bahwa
ia mas ih hidup, tentu mereka akan datang mencarinya dan
rnembunuhnya. D?" dalam keadaan seperti itu, tak mungkin ia ma mpu
mengadakan perlawanan seimbang. Karena itulah, Jokowanengpati hidup di dalam hutan-hutan, merawat lukalukanya dan juga me mperdalam ilmu-ilmunya karena la ingin
hidup terus. Da" untuk dapat hidup terus ia harus
me mperdalam ilmu-ilmunya untuk me ngatasi kebuntungan
kakinya. Untuk menya mbung hidupnya di dalam hutan ia tidak
khawatir. Biarpun kedua kakinya buntung, na mun kedua tangannya
masih a mpuh. Sekali sa mbit dengan batu ia ma mpu
meroboh kan binatang hutan, baik binatang kelinci, kijang,
maupun harlmau.
Demikian, lima tahun lebih ia merantau seperti binatang di
dalam hutan-hutan sehingga akhirnya ia naik ke lereng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gunung Lawu. Ia tadinya berniat hendak bertapa dan
me mperdalam kesaktiannya. Akan tetapi karena selama lima
tahun lebih tidak bergaul dengan manusia, ia merasa kesepian
dan terutama sekali ia merasa rindu akan seorang wanita.
Perasaan sepi dan rindu ini yang me mbuat ia tergoda dan
tersiksa dalam tapanya sehingga ia menge luh dan mer intih
ketika secara kebetulan sekali Ayu Candra le wat.
Alangkah kaget, heran, dan girang hati Jokowanengpati
ketika ia me ndengar suara wanita menegur di luar pohon dl
mana ia bertapa! Hampir ia tidak percaya akan pendengaran
telinganya. Suara wanita! Dan begitu merdu, begitu halus.
Telinganya yang sudah hafal akan suara wanita segera dapat
menduga bahwa yang berdiri di luar pohon adalah seorang
wanita muda, seorang gadis remaja. ?"k" ia
lalu bersandiwara, membuka pintu tempat pertapaannya di dalam
batang gerowong, lalu menggelundung keluar.
Dengan akal yang cerd ik se kali, disertai Aji As moro-kingkin
yang pernah ia pelajari dari Ni Nogogini, ia berhasil me mbuat
hati gadis itu terharu dan suka kepadanya, ia berhasil
me mpengaruhinya dan kini dengan hati girang ia ikut gadis
remaja yang cantik jelita itu pulang ke pondok! Dapat
dibayangkan betapa jantung laki-laki yang sudah bobrok
moralnya ini berdebar tidak karuan ketika ia digandeng oleh
Ayu Candra yang menaruh kas ihan kepadanya.
Akan tetapi, mengingat akan cara gadis jelita ini tadi
me mecah buah kelapa dengan telapak tangan, kemudian
me lihat pula cara Ayu Candra mendaki dan men uruni bukit
sambil menggandengnya sedemikian ce katan, pula merasa
betapa ketika menggandengnya, gadis itu menyalurkan hawa
sakti untuk dapat me mbawanya me lompati jurang-jurang
kecil, Jokowanengpati yang kini sudah berganti na ma Ki
Jatoko (Sengsara) itu maklum bahwa Ayu Candra bukanlah
gadis sembarangan. Tentu orang tuanya yang bernama Ki
Adibroto juga seorang yang me miliki kesaktian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
?"k" ia ber laku hati-hati dan menahan-nahan hasrat
hatinya yang timbul oleh dorongan nafsu berahi me lihat gadis
yang benar-benar amat jelita ini. Hatinya girang dan lega
mendengar bahwa ayah bunda gadis itu tidak berada di
pondok. Gadis itu berada seorang diri! Calon korban yang mudah
dan lunak. Betapapun juga, ia tidak mau berlaku se mbrono
dan ada sesuatu dalam gerak-gerik dan sikap Ayu Candra
yang amat menarik dan yang mengguncangkan hatinya,
perasaan yang selamanya belum pernah ia ala mi.
Biasanya, menghadapi setiap orang wanita dari gadis dusun
sampai puteri bangsawan, ia me mandang dan menganggapnya sebagai setangkai bunga yang menarik hati,
yang menimbulkan rangsang dan hasrat untuk memetik,
men ikmati keindahannya, mencium keharumannya, kemudian
me le mparkannya bunga yang me layu tanpa perasaan kecewa
atau menyesal lagi. Akan tetapi, kali ini tidak de mikian.
Memang tersentuh berahinya menyaksikan gadis jelita ini,
mendorong nafsunya untuk me miliki Ayu Candra, akan tetapi
berbeda dengan yang sudah-sudah, ia mendapat keyakinan
dalam perasaannya bahwa. hidupnya akan selalu bahagia
apabila ia dapat terus berdampingan dengan gadis ini!
Inilah yang me mbuat hati Ki Jatoko ragu-ragu untuk
me mpergunakan kekerasan seperti yang seringkali ia la kukan
terhadap para wanita korbannya. Inilah yang me mbuat Ki
Jatoko timbul keinginan di hatinya untuk me mpersunting Ayu
Candra dengan bujuk rayu, ingin dicinta gadis itu sepenuh
hati, dan ingin me lihat gadis itu menyerahkan diri dan jiwa
kepadanya dengan landasan cinta kasih!
Menggelikan sekali! Ki Jatoko, atau Jokowanengpati, yang
dahulunya seorang pria yang gagah dan tampan, yang tidak
pernah jatuh hati kepada wanita manapun juga, yang hanya
suka untuk me mpermainkannya, kini setelah berus ia e mpat
puluh tahun lebih, setelah kedua kakinya buntung dan badan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
serta mukanya penuh cacad, secara mendadak ia jatuh cinta
kepada seorang gadis cantik jelita berusia tujuh belas tahun!
Sungguh g ila! Gilakah Jokowanengpati karena mencinta gadis
jelita remaja puteri" Kalau dia dikatakan gila, maka agaknya di
dunia ini penuh orang gila!.
Betapa banyaknya di dunia ini terdapat orangorang seperti
Jokowanengpati, malah banyak yang lebih gila daripada itu.
Orang-orang dimabuk cinta, dimabuk benci, dirangsang
marah, dibakar denda m, digoda iri dan dengki. Tidak,
Jokowanengpati atau Ki Jatoko tidak gila, melainkan le mah.
Dia le mah seperti manusia kebanyakan, lemah terhadap nafsu
nafsu pribadi, menjadi ha mba nafsu dan karenanya menjadi
abdi iblis dan setan!
Cinta kasih yang bersemi secara aneh di lubuk hati Ki
Jatoko inilah yang membuat Ayu Candra terjamin keamanannya dalam perjalanan pulang itu. Andaikata tidak
ada cinta kasih yang ganjil ini tentu ia telah ditubruknya dan
diperkosa dengan kekerasan. Dan betapapun pandai gad is itu
dalam ilmu silat dan kesaktian, dia bukanlah lawan Ki Jatoko
atau Jokowanengpati!
Dala m perjalanan pulang ke pondok di Sarangan ini, sambil
bergandeng tangan, Ki Jatoko berhasil me mancing Ayu Candra
mencer itakan keadaannya. Gadis ayu yang sama sekali tidak
menaruh curiga itu menceritakan bahwa ayahnya, Ki Adibroto,
adalah seorang pendekar daerah Ponorogo yang terkenal,
seorang "warok" golongan putih, yang tidak akan ragu-ragu
untuk me mbas mi kejahatan. Dalam bercerita tentang
ayahnya, Ayu Candra merasa bangga.
"Pantas saja engkaupun hebat sekali!" Ki Jatoko me muji.
"Aku tadi merasa kagum dan heran ketika engkau me mecah
buah kelapa dengan tanganmu yang halus lunak ini. Kiranya
engkau puteri seorang pendekar perkasa!"
Ayu Candra adalah seorang gadis yang masih hijau dalam
pergaulan dan pengalaman. Ia tidak dapat membedakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
antara bujuk rayu dan pujian sesungguhnya. Ia merasa
bangga dan dengan kedua pipi kemerahan ia berkata, "Ah,
paman Jatoko, kau terlalu me muji. Kepandaianku tidak ada
artinya kalau dibandingkah dengan ayah. Kau tungguiah
sampai ayah pulang, tentu ayah akan meno longmu."
"Aku aku boleh tinggal bersa ma mu di pondok" Apakah
ayah bundamu tidak akan marah" "
Ayu Candra masih bodoh. Belum begitu mendalam
pengertiannya tentang tata susila antara pria dan wanita.
ApaJagi, dalam pandang matanya, Ki Jatoko adalah seorang
tua yang bercacad, pantas menjadi pa mannya. ?"" salahnya
kalau mondok di rumahnya" Orang yang berpikiran bersih
me mang tidak ada syak wasangka yang bukan-bukan.
"Mengapa tidak boleh" Tentu saja mereka tidak akan
marah! Siapa orangnya takkan menolong kalau melihat
keadaanmu seperti ini?"
"Kau baik seka li.... kau baik sekali..... " Entah mengapa, Ki
Jatoko menggigil seluruh tubuhnya dan biarpun ia berusaha
menekan, tangan Ayu Candra yang menggandeng tangannya
merasa betapa tangan laki-laki buntung itu tergetar. Hal ini
dianggap oleh gadis itu sebagai perasaan terharu si laki-la ki
buntung yang merasa amat bersyukur dan berterima kasih. Ia
menjad i ma kih kasihan.
Setibanya di pondok, Ayu Candra cepat menanak nasi dan
me masak sayuran untuk Ki Jatoko yang duduk di lincak
(bangku ba mbu) depan pondok. Setelah matang, gadis itu
me mpers ilahkan tamunya dahar yang diterima dengan rasa
syukur dan girang oleh Ki Jatoko.
Mala m itu Ki Jatoko bermalam di pondok. Akan tetapi ia
meno lak ketika oleh Ayu Candra ditawarkan bilik be lakang.
"Tida k, anak manis, biarlah di sini saja di atas lincak ini
cukuplah."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akan tetapi, di luar dingin sekali, paman. Pula, kalau
ma la m nanti datang binatang buas, kan berbahaya?"
Di dalam hatinya, Ki Jatoko mentertawakan. Masa ia takut
akan segala binatang buas" Akan tetapi mulutnya menjawab,
"Ah, kiranya tidak akan ada binatang buas yang doyan
tubuhku lagi. Pula, biasanya binatang buas tidak berani
mende katl tempat tinggal manusia. Aku sudah biasa tidur di
luar, mungkin kalau tidur di dalam pondok malah menjadi
gelisah tak dapat tidur."
Ayu Candra tidak me maksa dan malam itu dia segera
me masu ki biliknya. Betapapun juga, tidak enak hatinya kalau
ma la m-malam bercakap-cakap dengan laki-laki buntung itu, ia
merasa canggung juga. Ia tidak tahu bahwa Ki Jatoko
me mang sengaja tidak mau tidur d i dalam pondok karena ada
niatnya. Di samping itu, laki-laki yang cerdik ini menja ga kalau-kalau
orang tua gadis itu sewaktu waktu pulang. Jika pulang di
waktu malam dan melihat dia sebagai seorang pria berani
tidur sepondok dengan puteri mereka, tentu mereka akan
marah dan menganggap dia tidak tahu aturan.
"Sungguh dia polos, suci murni dan baik budi Demikian Ki
Jatoko termenung me mikirkan gad is ayu itu yang tanpa raguragu me mpersilahkan dia seorang laki-laki asing, untuk tidur di
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dalam pondok. Bagi umum, tentu ha l ini dianggap
pelanggaran susila, akan tetapi ia tahu betul bahwa gadis itu
menawarkan pondok dengan hati bersih daripada segala
pikiran yang bukan-bukan.
Ki jatoko gelisah sekali. Sampa i jauh malam ia tidak dapat
tidur, hanya duduk merenung di atas lincak.
Bayangan wajah yang cantik je lita, bentuk tubuh yang
ramping padat, keindahan dan keranuman usia muda, kulit
tangan yang halus lunak dan hangat, semua ini menggoda
hatinya, membangklt kan berahi yang makin berkobar. Apalagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau ia terkenang akan semua perbuatannya di masa lalu,
me mbanding-bandingkan se mua korbannya, yaitu wanitawanita yang dimilikinya baik secara halus maupun kasar,
secara suka rela maupun perkosaan, dalam kenangannya tidak
ada yang dapat melawan Ayu Candra!
"Aku harus dapatkan dia! Harus! Matipun takkan penasaran
lagi, setiap waktu matipun aku a kan rela asal sudah
mendapatkan dia. Ah, Ayu Candra bocah ayu denok, kau
me mbikin a ku tergila-gila "
Ki Jatoko lalu bersedakap dan matek aji sirep. Sejam
kemudian, keadaan pondok dan sekelilingnya sunyi mati, tidak
terdengar suara sedikitpun karena terkena pengaruh aji sirep
yang ampuh. Ki Jatoko lalu meloncat turun dari lincak dan kini
gerakannya amat gesit ketika ia me mbuka daun pintu pondok
dan berjalan biasa menggunakan kedua kaki buntungnya.
Berindap-indap ia mengha mpiri bilik tempat tidur Ayu Candra.
Dari dalam bilik bersinar cahaya dian yang menyorot keluar
mene mbus celah-celah anyama m ba mbu, menyinar i wajah Ki
Jatoko yang kelihatan mengerikan sekali. Wajah itu lebih
buruk dar ipada biasanya.
Kini berkilat-kilat basah oleh peluh, matanya agak
kemerahan dan bersinar-sinar penuh nafsu berahi, mulutnya
menyeringai basah, napasnya agak tersendat-sendat tertahan
karena gelora nafsu as mara.
Dengan tangan gemetar didorongnya daun pintu bilik itu
dan di lain saat ia sudah me masu ki bilik. Seperti terpesona ia
berdiri di a mbang pintu. Dian itu kecil sumbunya. Api minyak
kelapa itu kecil na mun anteng dan me mbuat keadaan bilik
remang-re mang.
Ayu Candra tampak tidur nyenyak.
Rambut yang panjang ge muk dan hita m itu terurai,
sebagian menutupi muka, tcrus terurai ke bawah menutupi
dada, membuat kulit dada itu ta mpak makin putih ha lus di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
balik kehita man ra mbut. Dada padat me mbusung itu bergerak
perlahan naik turun se ira ma dengan napas yang halus dan
tidak bersuara. Mata yang membuat bulu mata tampak
panjang melengkung dan me mbuat bayang-bayang di bawah
mata. Bibir yang merah me mbentu k gendewa terpentang itu
mengulum senyum, man is menga lahkan sar i madu.
Tubuh yang padat, denok dan ramping, kelihatan panjang
ketika tidur telentang. Lengan kiri dara itu ditekuk ke atas,
lengan kanan menyilang perut, seperti gerak tari yang a mat
indah ge mulai. Ki Jatoko mengejap kan matanya, menggoyang-goyang kepala. Akan tetapi ketika me mandang
kembali, tetap saja ia menjadi seperti mabuk. Berkali-kali ia
menelan ludah, tubuhnya makin menggigil, dan perlahanlahan ia mendekati pe mbaringan.
"Ayu... Ayu Candra....... aduhhh alangkah cantik jelita
engkau...... belum pernah
kumelihat wanita secantik
engkau,Ayu......!"
Ucapan ini tidak dibisikkannya, melainkan diucapkan. Akan
tetapi Ayu Candra yang biasanya. ?"k" dan mudah bangun
dari tidurnya setiap mendengar suara yang tidak sewajarnya,
kini tetap pulas. Ternyata ia telah terkena pengaruh aji sirep
yang ampuh tadi sehingga keadaannya seperti orang pingsan.
Jangankan hanya suara manusia, biar suara harimau
mengau m dekat telinganya, ia takkan dapat bangun.
Andaikata ia diseret turun dari atas pembaringan sekalipun, ia
takkan dapat sadar!.
Ki Jatoko kini sudah dekat, berdiri di pinggir pembar ingan.
Harum kembang mawar putih yang tersebar di atas
pembaringan me mbuat ia sejenak me meja mkan kedua
matanya. Cuping hidungnya tergetar dan napasnya menjadi
sesak. Ketika ia me mbuka matanya kembali, ta mpak matanya
me mbasah. Keindahan yang ta mpak d i depan matanya begitu
me mpesona, begitu me mikat, begitu indah sa mpai mendatangkan rasa haru.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aduh, dewiku...... kalau engkau tidak memba las cintaku,
aku tidak mau hidup lag i.....!"
Kedua tangan Ki Jatoko terulur, jari-jari tangannya tergetar,
ia bergerak me me luk, hendak merangkul.
Akan tetapi sebelum jari tangannya menyentuh kulit yang
putih halus itu, tiba-tiba ia tersentak kaget dan menarik
kembali tangannya.
"Duh Jagad Dewa Bathara! Gila kah aku" Ayu Candra.......
bocah ayu kuning.. ..... bagaimana aku dapat me mper lakukan nya seperti wanita-wanita lain" Bagaimana aku
tega untuk me mperkosanya" Tentu dia a kan benc i kepadaku!
Tentu ia akan me mandang rendah, akan mengutukku,
me musuhiku. Ahhh... tidak boleh begini! Jokowanengpati,
engkau sudah gila! Gadis ini benar-benar telah menjatuhkan
hatiku. Aku aku c inta kepadanya, tidak boleh ia me mbenciku.
Aduh,..... Ayu Candra........ engkau maafkan aku, nimas! Aku tidak tega me ma ksamu, aku akan menanti sa mpai
engkau dengan suka rela menyerahkan diri kepadaku,
me mba las cinta kasihku.......!!"
Lemaslah kedua kaki yang tinggal paha itu dan Ki Jatoko
hanya berani mencium ujung ra mbut yang terurai keluar dari
pembaringan. Kemudian dengan pipi basah air mata ia keluar
lagi dari bilik men utupkan pintu dan merebahkan diri di atas
lincak di depan pondok. Ia gelisah tak dapat tidur, mengeluh
panjang pendek, dan akhirnya baru bisa pulas menjelang
fajar. Cinta me mang perasaan ajaib. Akibat daripada cintapun
banyak maca mnya dan aneh-aneh. Orang merasa dirinya
dalam surga dunia karena cinta. Akan tetapi dapat juga
merasa dirinya dalam neraka dunia karena cinta. Cinta
ditempe li nafsu berahi me mbuat orang lupa akan tata susila.
Cinta dicampur ce mburu dapat me mbuat orang menjadi kejam
dan suka menyiksa. Cinta dapat merubah seorang baik-baik
menjad i seorang yang jahat dan keji. Sebaliknya cinta dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pula merubah seorang yang biasanya jahat menjadi seorang
yang baik dan setia terhadap orang yang dicintainya. Cinta
ma mpu merubah watak domba menjadi watak harimau,
sebaliknya watak har imau dirubah men jadi watak domba.
Ayu Candra bangun dari tidurnya, bangkit dengan ma las,
mengge liat dan menguap di belakang kepalan tangannya. Ia
merasa tubuhnya segar. Enak sekali tidurnya ma la m tadi.
Akan tetapi....... tiba-tiba ia mengerutkan a lisnya yang hitam
me lengkung. Ia ber mimpi ma la m tadi! Mimpi aneh sekali, dan
tiba-tiba ia menggerakkan kedua pundaknya yang telanjang
seperti orang jijik. Ia mimpi menggandeng tangan Ki Jatoko
seperti kemarin akan tetapi tiba-tiba Ki Jatoko mencium ujung
jarinya. Ketika dilepaskan pegangannya, tangan yang dicium itu
menjad i busuk dan rusak, seperti orang saklt kusta dan ma kin
la ma penyakit itu menja lar makin ke atas, makan jarinya,
tangannya, lengannya!
"Ihhh........! Gila, menjijikkan!"
la melompat turun dari pe mbaringan dan mencoba untuk
menghibur diri dengan keyakinan bahwa hal itu hanya terjadi
dalam mimpi. Akan tetapi hatinya tetap tidak enak, seakanakan ada kotoran yang hinggap pada tubuhnya dan ?""lu
segera dibersihkan!.
Di luar pondok, ayam hutan terdengar berkokok' saling
sahut. Memang sudah biasa dara ini bangun pagi-pagi sekali.
Bangun pagi di waktu ayam ber kokok menyehatkan dan
menyegarkan badan. Ia Jalu meniup pada m dian di atas meja,
dan berjalan ke luar dari bilik.
Hati-hati ia me mbuka pintu depan dan ketika menjenguk
keluar, ia me lihat Ki Jatoko masih tidur meringkuk di atas
lincak. Kelihatan pendek sekali. Mulutnya terbuka dan
dengkurnya kasar. Ayu Candra bergidik teringat akan
mimpinya sema la m.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Makin tak enak perasaan hatinya setelah melihat orang
yang kakinya buntung itu tidur mendengkur di atas lincak.
Benar menjijikkan sekali. Karena keadaan si buntung itu tidak
mender ita seperti siang tadi, rasa kasihan men ipis di hatinya
dan rasa jijik timbul. Sialan, pikirnya. Mimpi saja kok maca m
itu. Ia jarang sekali mimpi dan mimpi yang sekali ini benarbenar me mbuat ia tak tenang jiwanya.
Ia men utup daun pintu depan lalu melangkah keluar dan
ccpat-cepat ia berlari menuju ke telaga. la sengaja jalan
me mutar dan me milih bagian yang jauh dari pondoknya, yang
sunyi dan me mang bagian ini menjad i tempat ia mencuci
pakaian dan ma ndi. Bag ian ini airnya paling bers ih.
Sampa i te mpat itu, ia duduk di atas batu yang bersih licin.
Duduk termenung. Mengapa ayah bundanya la ma a mat
perginya" Kalau mereka pulang, tentu hatinya akan tenteram.
Kini teringat ia betapa sepasang mata orang buntung itu
seperti mata setan. Aneh sekali, pikirnya. Orang buntung yang
sengsara dan lemah itu me miliki sepasang mata yang
me mancarkan cahaya aneh dan begitu kuatnya, seakan-akan
ma mpu menjenguk isi hatinya. Mata seperti itu sepatutnya
dimiliki seorang yang sakti!
Ada persamaan dengan sinar mata ayahnya, hanya kalau
sinar mata ayahnya yang tajam itu mengandung kele mbutan
dan ketenangan, adalah mata orang buntung ini juga tajam
akan tetapi mengandung sesuatu yang aneh dan liar tidak
tenang. Ayu Candra tidak segera turun keair. Hari masih terlalu
pagi, dan hawa udara amat dingin. Biasanya, ia baru berani
terjun ke air kalau matahari sudah muncul sehingga begitu
selesai mandi ia dapat berjemur menghangatkan tubuh dan
menger ingkan rambut.
Apalagi sekarang karena tergesa-gesa hendak segera
men inggalkan pondok dan orang buntung itu, ia teiah
kelupaan me mbawa kain pengganti.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ibunya melarangnya mandi bertelanjang, kecuali di waktu
ma la m gelap. Banyak mata laki-laki kurang ajar, kata ibunya.
Pernah dibantahnya bahwa di telaga tidak ada orang lain.
Siapa tahu, kata ibunya. Di mana-mana dalam dunia ini akan
kau jumpai laki-la ki kurang ajar yang suka mengintai wanita
mandi, apalagi kalau mandi bertelanjang, kata pula ibunya. la
teringat akan laki-la ki buntung.
Apakah mata laki-laki itupun mata kurang ajar" Ayu Candra
belum ma mpu me mbedakan dengan jelas. Pernah ketika di
Ponorogo dahulu, ketika ia pulang dar i pasar, lima orang
pemuda berandalan menggodanya dengan ucapan ucapan
kasar, bahkan tangan mereka berlancang hendak menja mahnya. Mula- mula Ayu Candra melayani mereka bicara, akan tetapi
setelah tangan mereka mulai jahil, ia mengeluarkan
kepandaiannya dan me mbuat mereka berlima berjungkir balik
dan babak belur. Mula ilah ia dikenal orang dan tak seorangpun
pemuda beran i berkurang ajar kepadanya. Apalagi setelah
orang tahu bahwa dia puteri pende kar Adibroto!.
Kalau teringat kepada Ki Jatoko dan mimpinya sema la m,
Ayu Candra masih merasa jijik dan merasa seakan-akan
tubuhnya menjadi kotor. Ia bangkit dar i duduknya dan
mencari daun pandan dan bunga-bungaan karena ia hendak
keramas. Kalau hanya mandi biasa tanpa keramas, ia takkan
merasa dirinya bersih kembali. Sementara itu, matahari sudah
mulai menyinarkan cahayanya yang lembut dan kemerahan.
Lama juga gad is ini duduk ter menung tadi.
Ayu Candra sama sekali tidak tahu bahwa ketika sedang
me metik daun pandan dan bunga-bunga mawar, sepasang
mata yang baru bangun tidur menatapnya dari atas sebatang
pohon yang besar. Mata itu mula- mula terbuka kaget dan
bangun dari tidur ketika Ayu Candra menginjak daun-daun
kering, kemudian terbelalak me mandang ke bawah, lalu
ketap-ketip (berkejap-kejap) dah tangannya menggaruk-garuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepala, menggosok-gosok kedua mata yang masih sepet,
me mandang ke mba li dan sekali lagi melongo.
"Mimpikah aku" Gila benar, ada mimpi begini je las?"
Tangan itu kini mencubit pahanya sendiri dan mulutnya
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyeringai ketika ia merasa nyeri. Ketika memandang ke
bawah lagi, ia melihat dara jelita itu yang sudah selesai
me metik bunga, kini berjalan pergi. Lenggang yang seenaknya
tak dibuat-buat itu seakan-akan me mpunyai daya tarik dan
me mbetot-Betot hati laki-laki yang rebah di atas batang pohon
besar. Ia bangkit dan duduk di atas cabang pohon, matanya
terbelalak me mandang pinggul yang me nari-nari itu.
"Bukan mimpi! Dia itu peri penjaga hutan atau peri telaga
yang kesiangan! Atau bidadari kahyangan hendak mandi!
Kalau manusia tak mungkin. Bagaimana seorang dara remaja
berada seorang diri dihutan sunyi dan liar ini" Dan kalau
manusia tidak ada yang sedemikian e loknya, wajahnya
bersinar-sinar seperti menge luarkan cahaya keemasan,
rambutnya seperti awan hita m berarak, kakinya begitu ringan
tak menyentuh bumi! Aduh Gusti, benar-benarkah aku melihat
bidadari?"
Laki-laki itu menyingkap rambut yang turun ke dahi itu, lalu
sekali menggerakkan tubuh ia telah me layang turun dari
pohon. Gerakannya amat ringan dan sigap, kedua kakinya
menginjak tanah tanpa menge luarkan suara! Dia seorang
lakilaki yang masih a mat muda, bertubuh sedang dengan
bentuk tegap kuat, wajahnya tampan.
Akan tetapi pada saat itu sinar matanya yang tajam
berpengaruh itu diselimuti kebingungan yang timbul dari hati
yang berdebar-debar. Dengan gerakan yang a mat ges it
namun sa ma sekali tidak mengeluarkan suara, ia mengejar ke
depan dan mengikuti Ayu ?""dra yang berjalan dengan
lenggang sewajarnya menuju ke pinggir telaga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sinar matahari pagi disa mbut keriangan burung yang
berkicau merdu, tanda bahwa per mukaan bu mi mulai bangun
untuk menya mbut kemegahan sang surya Keadaan yang
indah ini agaknya me mpengaruhi hati Ayu Candra karena
mulutnya mulai tersenyum-senyum, wajahnya berseri dan ia
lalu bersenandung.
"Ana pandhita akarya wangsit,
minda kumbang angajab ing tawang,
susuh angin ngendi nggone,
lawan galihing kangkung,
wekasane langit jaladri,
Isining wulung wungwang,
lan gigiring punglu,
tapaking kuntul anglayang,
manuk miber uluke ngurgkuli langit,
kusuma jrahing tawang."
Pemuda yang mengikuti dar i belakang itu melongo. Aduhh,
pikirnya, tentu bidadari kahyangan. Kalau seorang gadis
gunung biasa tak mungkin bertembang seperti itu! Suaranya
merdu melebihi burung kenari.
Tembang Dandanggendis itu tepat dan indah alunannya
seperti nyanyian waranggana istana saja. Dan kata-katanya!
Mengandung ma kna yang a mat dalam, penuh filsalat
kebatinan yang hebat!
Selama hidupnya, baru kali ini J"k" Wandiro terpesona oleh
seorang wanita. Ya! Pemuda itu bukan lain adalah J"k"
Wandiro. Setelah ia gagal mengabdi kepada Sang Prabu
Panjalu, kemudian di alun-alun kerajaan itu ia berhasil
menga lahkan dan mengusir Ni Durgogini dan Ni Nogogini,
J"k" Wandiro la lu men inggalkan Kerajaan Panjalu. Ia terus
menge mbara ke barat karena tujuan hatinya adalah mencari
ayah angkatnya dan bibinya di Bayuwis mo pantai Laut
Selatan. Ia melakukan perja lanan seenaknya, melalui gununggunung sambil men ikmati pe mandangan alam yang indah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga akhirnya ia sa mpai di lereng Gunung Lawu dan
bermalan di sebuah hutan tidak jauh dari Telaga Sarangan.
Perjumpaannya dengan Ayu Candra benar-benar tak
disangkanya sama sekali. ?"k pernah ia me nyangka bahwa di
tempat sunyi ini tinggal seorang gadis jelita seorang diri
sehingga mau ia percaya bahwa gadis itu tentulah sebapgsa
bidadari penghuni kahyangan. Biarpun J"k" Wand iro semenjak
kecil dige mbleng oleh orang-orang pandai, me miliki batin yang
amat kuat, namun ia seorang manusia juga. Manusia laki-la ki
yang masih muda, baru berusia dua puluh tahun kurang.
Sebagai seorang manusia biasa, tentu saja iapun mempunyai
perasaan wajar terhadap wanita, teristimewa kepala wanita
yang me miliki daya penarik khas terhadap perasaan dan
seleranya. J"k" Wandiro bukanlah seorang laki-laki mata
keranjang, dan biasanya hatinya acuh tak acuh apabiia ia
bertemu dengan wanita muda. Memang setelah dewasa, ia
dapat menilai a kan cantik tidakhya seorang wanita, namun
belum pernah ia merasa tertarik dan boleh dikatakan hatinya
selalu dingin.terhadap niahluk jenis lawan ini.
Akan tetapi sekali ini lain sama sekali. Begitu me lihat Ayu
Candra, ia terpesona, jantungnya berdebar-debar tidak karuan
dan semangatnya serasa melayang layang. Tidak ada hasrat
lain di hatinya kecuali mengikuti ke manapun juga dara itu
pergi! Seperti, seorang linglung kini ia berindap-indap dan
mengikut i dara itu yang menuju ke pinggir telaga sa mbil
bertembang a mat merdunya.
Ayu Candra tidak tahu bahwa dirinya diikuti dan
diperhatikan orang. Ia lalu turun ke dala m air, terus ke depan
di mana air sa mpa i di pinggangnya. Amat sejuk dan segar. Ia
menyelam tiga kali lalu menggosok-gosokkan daun pandan
dan bunga-bungaan kepada ra mbutnya yang terurai basah.
Rambut yang hita m ge muk panjang itu mengkilap tertimpa
sinar matdnari pagi dan kuJit yang putih menguning itu seperti
kencana muda. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Joko Wandiro berindap-indap mende kat pantai. Seperti
mimpi ia terus mendekat sa mpai berada di tepi pantai, hanya
beberapa meter jauhnya dari gadis itu, lalu bersimpuh di atas
rumput. Kini ia tidak
bersembunyi lagi, me lainkan duduk menonton di tepi telaga seperti orang
tak sadar akan keadaan dirinya.
Terpesona ia me mandang ke depan,
me lihat tubuh belakang dara itu. Kain
yang basah itu mene mpe l ketat dan
mencetak tubuh belakang yang ramping, padat dan
gempal. Di bagian pinggul, kain itu seakan-akan hendak
pecah, tidak kuat menahan gumpalan daging yang menonjol
haus akan kebebasan.
Ketika kedua tangan dara itu bergerak-gerak mulai
menggosok leher dan dadanya, dari belakang tampak tulang
belikatnya bergerakgerak, membuat punggung yang halus itu
bergerak-gerak pula seperti menari.
Melihat se mua keindahan yang selama hidupnya baru kali
ini mengikat perhatiannya, J"k" Wandiro menahan napas.
Pandang mata manusia mengandung getaran-getaran yang
kuat, apalagi kalau pandang mata itu didorong perasaan. 3uga
manusia diperlengkapi alat-alat halus untuk menerima getaran
ini, menang kap dengan indera ke enam. Makin bersih batin
manusia, makin kuat indera ke ena m ini sehingga me mbuat ia
mungkin menerima getaran-getaran yang paling halus,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mungkinkan ia melihat yang tak terlihat mata, mendengar
yang tak terdengar telinga. Ayu Candra yang tadi sedang
tenggelam da la m la munannya sendiri, sampai-sampa i tidak
me mperhatikan getaran-getaran halus yang semenjak tadi
menyerangnya, kini mula i merasakan getaran itu dan
me mbuatnya melakukan gerak oto matis
me mbalikkan tubuhnya secara tiba-tiba ke bela kang.
Dua pasang mata bertemu pandang. Dua pasang mata
yang bersinar sama tajam, penuh getaran. Sampai la ma dua
pasang mata itu bergelut pandang, yang satu terpesona yang
ke dua kaget dan heran.
Menyaksikan tubuh dara itu dari belakang sudah hebat, kini
menatapnya dari depan, benar-benar menakjubkan, me mbuat
kerongkongan J"k" Wandiro serasa kering tercekik sehingga
terpaksa ia berusaha menelan ludah. Kemudian, terdorong
oleh keharuan dan perasaan kagum terpikat yang sukar
dilukis kan dengan kta-kata, terdorong pula oleh rasa
kesadaran bahwa ia telah bersikap tidak sebagaimana
mestinya dan melakukan pelanggaran susila yang semenjak ia
kecil sudah digariskan oleh guru-gurunya, men dadak J"k"
Wandiro menunduk dan me nyembah!
"Duh sang dewi, hamba mohon a mpun akan kelancangan
hamba , beran i menjatuhkan pandang mata terhadap paduka..
" Sejenak Ayu Candra tertegun. Sinar kemarahan yang mulai
menyelubungi mukanya, perlahan-lahan lenyap, berganti
keheranan, tidak mengerti, kemudian setelah sikap pe muda
yang amat aneh itu dapat ia duga maksudnya, ia tersenyum
lebar dan menutupkan tangan kiri ke depan mulut menahan
ketawa geli. "Hi-hi-hik! Kau sangka aku ini dewi penjaga telaga" Hi-hik!"
J"k" Wandiro mengangkat muka me mandang dan ha mpir
saja ia terjungkal ke da la m telaga! Setelah kini tersenyum,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wajah itu makin hebat! Dan dara itu tertawa dan
menge luarkan kata-kata, ia menjadi sadar akan keadaannya
yang tidak sewajarnya, menyeretnya kembali keala m dunia
dari alam mimpi.
Seketika wajahnya menjadi kemerahan dan rasa malu
me mbuat mukanya terasa dingin panas tidak keruan! la
hanya. bisa memandang dengan mulut me longo dan hal ini
kembali mendatangkan kemarahan di hati Ayu Candra karena
kembali timbul prasangka
bahwa pe muda itu tentu
mengintainya dengan sengaja untuk bersikap kurang ajar
"Heh! ?"u ?"" kau di s itu" Kau mau mengintai orang
mandi, ya" Kurang ajar......!"
Joko Wandiro yang telah sadar bahwa ia berhadapan
dengan seorang manusia, seorang dara jelita, seakan-akan
disiram air dingin. Ia gelagapan, bingung, malu dan gugup.
Jelas tertekan dalam bena knya betapa ia telah berlaku terlalu
kurang ajar, melanggar tata susila.
Dengan gagap-gugup ia menyangkal,
"Tida k........ tidak.......! Aku tidak bern iat kurang ajar.....!"
Dia m-dia m Ayu Candra memperhatikan pe muda itu dan
iapun kagum. Pemuda ini a mat tampan dan muka seperti itu
tak mungkin kurang ajar! Akan tetapi dengan mulut ce mberut
ia mendesak, "Kalau tidak ma u kurang ajar, mau ?"" kau di sini?"
"Aku mau..... mau mandi.........!"
Ayu Candra me mbentak, "Mana ada orang mandi di darat?"
"........ aku........ belum........sekarang juga...... mandi........"
Dengan gagap dan gugup Joko Wandiro yang hendak
menye mbunyikan rasa rnalunya itu bangkit dan segera pergi
ke sebelah kanan, terpisah sepuluh meter dari tempat dara itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mandi, kemudian ia melompat ke air tanpa me mbuka pakaian
pula!. "Eeeeeeh, awas di situ amat dalam....!"
Ayu Candra menjerit kaget, akan tetapi sudah terlambat,
pemuda itu sudah a mbyur ke air sehingga air muncrat tinggi
ketika terdengar suara menjebur. Tubuh pe muda itu
tenggelam dan tak tampak lagi sampai per mukaan air menjadi
tenang kembali dan hanya ta mpak air berbunyi blekutukblekutuk karena ada hawa naik dari bawah.
"Celaka........!" Ayu Candra berseru kaget Melihat cara
pemuda tadi terjun ke air, begitu kaku dan dengan perut lebih
dulu, dapat diduga bahwa pe muda itu tidak pandai berenang,
kini ternyata pemuda itu tenggelam dan tida k muncul ke mba li!
Gerak gerik pe muda tadi a mat aneh. Kalau bukan orarig
yang miring otaknya tentu orang yang mempunyai penyakit
ayan! Menurut ayahnya, penyakit ini hebat sekali dan
kabarnya orang yang me mpunyai penyakit ayan sama sekali
tidak boleh dekat air yang dalam karena sekali tergelihcir ke
dalam a ir di waktu penyakitnya kumat, orang itu tentu akan
mati! Teringat akan hal ini, bangkit sikap pendekar da la m diri Ayu
Candra. Bagian di mana pe muda tadi terjun a mat dalam, kata
ayahnya dalamnya setinggi pohon ba mbu tua! Ia lalu
berenang ke depan, ke bagian telaga yang dalam di mana
pemuda tadi terjun, kemudian menga mbil napas panjang dan
menyelam. Dengan gerakan kedua ka kinya disertai tenaga dalam yang
amat kuat, Ayu Candra terus menyelam. Ia me mbuka mata di
dalam a ir dan untung baginya bahwa sinar matahari ada yang
men impa bagian itu dan air a mat jernih sehingga ia dapat
me lihat ke bawah. Tidak jauh di sebelah bawah ia melihat
benda hitam bergerak-gerak. ?"k salah lag i, tentulah itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda yang gendeng tadi, atau mungkin sedang sekarat
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
karena penyakit ayannya kumat.
Dengan gerakan kaki dan tangan, Ayu Candra menyelam
terus dan setelah dekat, benar saja ia melihat bayangan
kepala orang. Menolong orang kalap (tenggela m di air) seka likali tidak boleh se mbrono, pikirnya, teringat akan nasehat
ayahnya. Kalau yang ditolong itu saking takutnya merang kul
dan me me luk me ncari pegangan, bisa celaka pula orang yang
berusaha menolong. Harus dija mbak ra mbutnya, atau dibikin
tak berdaya, atau dipukul seka li biar pingsan!.
Ayu Candra meragu. Untuk mene mpiling kepala itu ia
khawatir kalau-kalau pukulannya terlalu keras dan yang
dipukul akan ma mpus sa ma sekali! Ketika tangannya meraih
ke depan, jari-jari tangannya mencengkeram muka dan
menang kap hidung. Ia merasa betapa muka itu hangat dan
dari hidungnya keluar hawa yang menimbulkan gelembunggelembung air, maka ia cepat merangkul leher orang itu dan
me miting (me njepit) dengan lengan erat erat. "Kalau ia
meronta dan hendak mencengkeram, kuperkeras jepitanku
pada lehernya, hendak kulihat apakah ia takkan tercekik
pingsan", pikirnya.
Dengan lengan kiri me miting leher, Ayu Candra lalu
menjejakkan kedua kaki bergantian ke bawah dan tangan
kanannya me mbantu. Memang hebat tenaga dalam dara ini
sehingga dalam waktu singkat, kepalanya sudah tersembui
keluar dari per mukaan air. Ia mengguncang-guncang kepala
dan menghapus air dari muka dengan tangan kanan,
kemudian me lihat sejenak ke arah yang mene mpel di
dadanya. Orang yang dipiting lehernya itu matanya meram,
napasnya terengah-engah akan tetapi tidak mati. Ayu Candra
lalu berenang ke pinggir dan sctelah tiba di pinggir, di te mpat
dangkal, ia melepaskan pitingannya dan menyeret orang itu
dengan mencengkeram leher bajunya, menar iknya ke darat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, perut orang itu sama sekali tidak kembung,
tidak terisi air seperti biasanya orang yang tenggelam. Bahkan
begitu sampai di darat, pemuda itu me mbuka matanya dan
bangkit duduk! Matanya terbelalak lebar, mukanya kemerahan
dan pe muda itu me mandangnya dengan bengong.
Ayu Candra melihat arah pandang mata pe muda itu
ditujukan ke dadanya. Cepat ia menunduk dan ha mpir ia
menjer it ketika melihat betapa kainnya telah merosot turun
sampai ke pinggang me mbuka bagian dadanya yang hanya
sebagian tertutup rambutnya. Secepat kilat tangan kirinya
menarik kainnya ke atas dan tangan kanannya mena mpar.
"Plakk!!"
Tamparan itu keras sekali dan diam-dia m J"k" Wandiro
kaget bukan ma in. ?"k disang kanya dara ini me miliki tenaga
yang demikian hebatnya. Untung dia memiliki kesaktian, kalau
orang biasa menerima ta mparan sehebat itu, tentu akan
rontok giginya! Akan tetapi, karena tidak menyangka-nyangka
sehingga ia tidak mengerahkan tenaga, untuk menerima
tamparan, pipinya terasa panas dan perih juga.
Joko Wandiro mengangkat tangannya, mengusap-usap
pipinya yang k?"" ta mpar. Ia tidak tahu bah wa dara itu lebih
terkejut dan lebih heran daripadanya. Ayu Candra merasa
kaget melihat betapa pemuda yang disangkanya gendeng
(setengah gila) atau berpenyakit ayan itu menerima
tamparannya seperti orang yang pipinya dihinggapi lalat saja
agaknya! Padahal tadi karena malu dan marah ia telah melakukan
penamparan yang cukup keras untuk me mbikin gigi rontok
bibir pecah Ataukah tanpa disadarinya ia merasa kasihan dan
mena mpar tidak se keras yang ia kehendaki se mula"
Kini J"k" Wandiro sudah dapat me nentramkan hatinya
kembali. Agaknya tamparan tadi mengusir semua s isa
kegugupan dan kecanggungan yang masih ada di hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi kalau teringat akan penglihatan yang baru saja
terbentang di depan matanya, ia merasa ubun-ubun
kepalanya berdenyut-denyut dan kedua pipinya terasa panas.
Kini ia bangkit berdiri dan berkata,
"Sungguh aku tidak mengerti sa ma sekali mengapa engkau
begini marah kepadaku. Sudah kuakui kesalahanku tadi yang
tidak sengaja datang ke tempat ini dan mendapatkan kau
sedang berjalan seorang diri la lu mandi. Aku aku sudah minta
maaf dan akupun henda k mandi, sudah menjauhimu dan..... "
"Cerewet! Kau orang tak kenal budi, tak tahu terima kasih
dan mata keranjang!" Ayu Candra berkata marah sekali.
J"k" Wandiro menekan jantungnya yang berdebar keras.
Bukan main! Marah-marah ma lah bertambah man isnya. Heran
ia mengapa hatinya berhal demikian. Mengapa ia kini sekali
bertemu tergila-gila kepada seorang wanita" Apakah ini yang
namanya mata keranjang"
"Benar mata keranjang!" J"k" Wandiro mena mpar
kepalanya dan ia kaget sendiri karena kata-kata dan
gerakannya ini di luar kehendaknya. Saking kerasnya berpikir,
ia sampa i mengeluarkan suara hati melalui mulutnya tanpa
disadarinya. ?"?"........kau bilang...... ?"
Ayu Candra bertanya dengan mata terbelalak lebar,
me mandang penuh perhatian. ?"k salah lagi. Orang ini
otaknya miring! Sayang sekali, muda belia yang tampan sekali
ini, yang me miliki sifat gagah juga karena ditampar sama
sekali tidak me ngeluh, ternyata tidak beres ingatannya.
Tentu saja Joko Wandiro makin gagap.
"Ku..... kumaksudkan..... eh, biarpun mata..... eh, sama
sekali tidak mata keranjang, tapi aku.....aku bukan tidak
mengenal budi dan sa ma sekali tidak berniat kurang ajar,
dan...." berhenti dan bingung sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mata gadis itu yang membingungkannya. Matanya begitu
lebar, begitu jernih, begitu indah.
?"?"" Engkau hampir ma mpus di kedung itu, susah payah
aku menolongmu. Akan tetapi kau......kau me mandang......
dengan mata melotot! ?"" itu na manya tahu terima kasih,
mengenal budi" ?"" itu na manya tidak mata keranjang dan
kurang ajar?"
"Me mandang........ " Melotot....... ?"
"Ya! Biji mata mu tadi hampir terloncat keluar, melotot
me mandang....... memandang........ hemm, ini!"
Ayu Candra menuding ke arah dadanya dan tiba-tiba
pipinya menjadi merah sekali. Kedua pipi Joko Wandiro lebih
merah daripada pipi dara itu. Ia menundukkan mukanya dan
menjawab, "Bu..... bukan aku yang menyebabkan kain....... merosot."
"Tentu saja, akan tetapi mata mu me mandang!"
Joko Wandiro menjad i penasaran juga. Gadis ini hebat,
cantik jelita dan menarik, akan tetapi terlalu galak dan mau
menang sendiri.
"Aku tida k sengaja me mandang, hab is............................ di
depan mata sih. Dan lagi, untuk ?"" punya mata kalau tidak
untuk me mandang" Kalau aku tahu bakal menjadikanmu
marah, aku lebih senang mera mkan mataku tadi. Kaukira aku
ini begitu ceriwis untuk me mandangi.... anu orang?"
Diserang begini, Ayu Candra kewalahan. Bagaimanapun
juga, pemuda itu tak dapat dipersalahkan karena begitu
me mbuka mata me lihat dadanya terbuka di depannya.
"Mata sih boleh dipakai me mandang, tapi kau kau
me mandang sampai me lotot!"
Wah, wah benar-benar dara yang mau menang sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kuharap engkau sekali lag i suka
maafkan aku. Sesungguhnya, ketika kau berada di hutan sana tadi, aku
menjad i a mat heran dan kaget melihat betapa seorang dara
berada di te mpat sesunyi ini sendirian saja. Sungguh mati, aku
menyangka kau bukan manusia, sebangsa peri atau bidadari
kahyangan, maka scperti orang ber mimpi aku men gikutimu
sampaai di sini. Kau la lu mandi dan aku...... aku menjadi
gugup ketika kau tegur. Akupun henda k mandi... "
"Gila! Mana ada orang mandi berpakaian lengkap begitu,
langsung terjun tanpa me lihat air itu dalam atau tidak" Nyaris
engkau ma mpus!"
"He mm, agaknya ada salah pengertian di sini. Aku tadi
sudah minta maaf, akan tetapi mengapa engkau tidak
me mbiarkan aku
man di dengan a man" Aku sudah
menjauhimu akan tetapi engkau ma lah mende kat, menyusul
ke bawah air dan dengan sewenang-wenang engkau memiting
leherku sa mpai ha mpir patah, menyeretku ke darat. Belum
Rahasia Peti Wasiat 6 Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L Harpa Iblis Jari Sakti 23
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama