Ceritasilat Novel Online

Badai Laut Selatan 16

Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Bagian 16


dan kesusahan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, begitu berjumpa dengan Ayu Candra, hatinya
jatuh, darah mudanya menuntut dan menggelora, dan ia
men ikmati perasaan senang yang luar biasa. Siapa kira, baru
beberapa hari saja, saudara kembar kesenangan, ialah
kedukaan, muncul dan menggantikan kedudukan dalam
hatinya. Lenyap kesenangan, datang kedukaan!
Menjelang senja hari itu, batin Joko Wandiro mulai tenang
setelah ia teringat akan pelajaran gurunya ini. la bangkit dan
merasa heran bercampur kaget melihat bahwa cuaca sudah
mulai gelap. ?"k disangkanya bahwa saat itu sudah senja. Tida k terasa
waktu terlewat sedemikian cepatnya. Ia teringat akan Ayu
Candra dan ia bernapas panjang dengan hati lega. Wejangan
gurunya itu menyadarkannya dan kini ia mengenang Ayu
Candra dengan hati lega, menganggap dara itu adiknya dan
mulailah ia dapat mengganti rasa kasihnya dengan kasih
seorang kakak. "Kasihan Ayu, aku harus menghiburnya. .......!!"
Ia lalu berjalan per lahan menuju ke pondok. Pondok itu
sunyi, sesunyi hati Joko Wandiro. Lebih sunyi lagi hatinya
ketika ia me masu ki pintu pondok dan mendapatkan pondok itu
kosong. Ke manakah perginya Ayu Candra" Ia keluar lagi dan
mencari-cari d i sekitar pondok. Tidak hanya Ayu Candra, juga
Ki Jatoko tidak tampak! Rasa khawatir menyelinap di dada
Joko Wandiro. Ia mulai me manggil-manggil, tiada jawaban.
Kemudian ia me masu ki pondok, me masuki bilik dara itu.
Semua pakaian Ayu Candrapun tidak ada lagi di dalam bilik.
Jelas kini bahwa Ayu Candra telah pergi, pergi meninggalkan
Sarangan, meninggalkan pondok, men inggalkan dia.
J"k" Wandiro duduk di atas bangku depan pondok,
keningnya berkerut. Kalau Ayu Candra pergi seorang diri, hal
itu tidak akan menggelisah kan hatinya benar. Dara itu cukup
perkasa, cukup marnpu menjaga keselamatan diri sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, yang benar-benar mencemaskan hatinya adalah
lenyapnya Ki Jatoko, laki-laki buntung itu. Ia tidak percaya
kepada Ki Jatoko dan kalau Ayu Candra pergi bersama Ki
Jatoko, benarbenar membuat hatinya tidak ena k.
Berpikir de mikian, J"k" Wandiro la lu me loncat dan lari
untuk mencari jejak dan mengejar.
Sebentar saja ia telah meninggalkan te mpat itu.Memang
tepat ?"" yang dikhawatirkan J"k" Wandiro itu. Ayu Candra
bukan pergi seorang diri, melainkan bersa ma Ki Jatoko. Dan
juga kepergiannya atas bujukan Ki Jatoko pula. Ketika tadi ia
men inggalkan J"k" Wandiro sa mbil menangis, Ki Jatoko
menya mbutnya. Dara ini tida k tahu bahwa orang buntung yang ke lihatannya
le mah itu sesungguhnya berilmu tinggi dan tadipun telah
mendengarkan se mua percakapannya dengan Joko Wandiro.
Ketika dara itu meninggalkan Joko Wandiro dan berlari ke
pondok, Ki Jatoko telah mendahuluinya dan kini menyambut
dara itu dengan muka serius.
"Kasihan sekali engkau, nini!"
Suara Ki Jatoko menggetarkan keharuan, karena sesungguhnya Ki Jatoko me mang me naruh rasa iba yang amat
besar terhadap gadis yang diam-dia m dicintanya itu. Ki Jatoko
selama hidupnya belum pernah mencinta orang, mencinta
dalam arti kata yang semurninya. Biasanya ia mencinta wanita
berdusarkan nafsu berahi semata. Kini entah bagaimana, ia
betul-betul jatuh cinta dan me lihat gadis itu berduka, ia
merasa kasihan dan juga ikut menderita. Namun di sa mping
perasaan ini, kelicikan juga me mbuat ia melihat kesempatan
baik seka li untuk melaksana kan maksud dan niat hatinya.
Orang yang sedang berduka dan tertimpa malapetaka,
apalagi kalau ia wanita, paling tidak kuat mendengar orang
yang menyatakan iba hatinya.Mendengar ucapan Ki Jatoko
yang menggetar penuh keharuan, ma kin menggaguk tangis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ayu Candra. Dara ini menjatuhkan diri duduk di atas bangku
depan pondok, menutupi mukanya dengan kedua tangan dan
menang is, me minggil-ma nggil ayah ibunya.
"Ayu Candra, aku mengerti betapa sakit hatimu dan betapa
engkaupun bingung karena tidak tahu s iapa pembunuh ayah
bundamu. Akan tetapi jangan khawatir, bocah ayu, paman mu
ini je lek-jele k tahu siapa musuh besarmu dan percayalah, aku
bersumpah kepada Dewa Yang Maha Agung untuk
me mbantu mu mencar i musuh-musuhmu dan me mbalaskan
sakit hatimu."
Seketika Ayu Candra menghentikan tangisnya. la
menurunkan tangan dan me mandang laki-Iaki buntung itu
dengan mata terbelalak kaget. "Engkau.. engkau tahu betul
siapa pe mbunuh ayah bundaku, pa man........................... ?"
Ki Jatoko mengangguk- angguk dan ine mandang kedua kakinya yang buntung,
lalu me narik napas panjang.
"Tida k hanya tahu, bahkan
musuhmu itu juga musuh
besarku, Ayu Candra. Ketika
ayahmu dalam pesannya mengatakan bahwa
ibumu adalah ibu Joko Wandiro,
maka jelaslah semua bagiku.
Bukankah ibumu itu bernama
Listyokumolo?"
Lenyap seketika keraguan hati Ayu Candra. Ia ingat betul
bahwa selama ini tidak pernah ia menyebutkan na ma ibu
kandungnya. Dari mana si buntung ini mengetahui nama
ibunya kalau tidak me mang mengetahui hal ini sejak dahulu"
Akan tetapi kalau tahu nama ibunya mengapa tidak mengenal
Joko Wandiro" Betapapun juga, peringatan Joko Wandiro
kepadanya agar ia berhati-hati terhadap orang buntung ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbuat Ayu Candra berhati-hati. Ia cukup cerd ik, maka
untuk meyakinkan hatinya, ia bertanya,
"Paman Jatoko, kalau engkau mengenal ibuku, tentu
engkau mengenal pula puteranya yang bernama Joko
Wandiro." Ki Jatoko men ggcleng-ge leng kepalanya.
"Aku tidak pernah melihat puteranya karena puteranya itu
hilang ketlka masih kecil, diculik musuhnya, Ibu kandungmu,
kalau benar dia itu ibu J"k" Wandiro, tentu bernama
Listyokumolo. Dahulu ibu mu itu adalah Isteri Raden
Wisangjiwo, putera kadipaten di Selopenangkep. Nah,
kemudian muncullah musuh besar keluarganya, mencuiik
ibumu dan puteranya yang baru berusla setahun bernama
J"k" Wandiro. Agaknya kemudian ibumu menikah dengan
ayahmu dan me mpunyai anak engkau ini. Mendengar ucapan
mendiang ayah mu, tidak salah lag i, ibu dan ayahmu tentu
pergi mencari J"k" Wandiro itu dan berte mu dengan penculik
yang menjadi musuh besarnya, kemudian bertanding.
Memang musuh besarnya itu amat sakti mandraguna sehingga
ibumu tewas dan ayahmu terluka hebat. Tidak bisa salah lagi.
Aku sendiri mengalaminya. Kedua kakiku ini buntung karena
mereka " "Mereka.......... ?"
Ki Jatoko mengangguk-angguk. "Ya, selain dia.......
sendiri........ sakti mandraguna, si keparat itu masih
me mpunyai dua orang isteri yang juga tinggi ilmunya. Karena
itu tidaklah mudah bagimu untuk me mba las denda m. Akan
tetapi kalau engkau percaya
kepadaku, aku dapat
me mbawa mu. Asal saja engkau tidak bicara kepada siapapun
juga, jangan pula kepada orang muda teman mu itu."
Kini lenyaplah semua syak wasangka di hati Ayu Candra,
namun ia masih bertanya lagi, "Paman Jatoko, bagaimana
paman tahu akan hal itu semua?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayu Candra, engkau mas ih tidak percaya kepadaku" Aku
adalah seorang penduduk Kadipaten Selopenangkep, tentu
saja peristiwa yang menimpa keluarga Selopenangkep itu
kuketahui jelas. Sekarang, hendak kutanya kepadamu. Apakah
kau tidak ingin me mbalaskan ke matian ayah bundamu?"
Ayu Candra bangkit berdiri, mengepa l kedua tangannya.
"Tentu saja!" jawabnya penuh ke marahan dan denda m.
"Bagus! Kalau begitu, hayo kita berangkat sekarang juga."
"Beri tahu saya, paman. Siapa musuhku Itu dan di mana
dia?" Ki Jatoko men ggeleng kepalanya.
"Tida k bisa. Mereka itu berpindah-pindah, hanya aku yang
akan dapat mencari mereka. Akupun menaruh denda m, akan
tetapi aku sudah cacat, sudah buntung. Aku mengharapkan
engkau akan dapat me mbalas mereka, dan aku harus
menyaksikannya dan me mbantu mu. Marilah!"
Tanpa disadarinya, Ayu Candra menoleh ke arah teiaga.
Hatinya berdebar keras. Girang bahwa ia kini mendapat jalan
untuk me mba laskan sakit hati ayah bundanya. Akan tetapi
teringat kepada Joko Wandiro, ia bersangsi.
"Aku aku akan memberitahu lebih dahulu kepadanya "
?"?"?" Kepada pe muda itu" Kau keliru, rahasia pribadi
yang begini penting tidak boleh sekali-kali diberitahukan orang
lain." "Paman Jatoko, hal yang ajaib telah terjadi. Engkau tidak
tahu. Kaukira siapakah pe muda itu" Dialah J"k" Wandiro.......
kakak kandungku Dia lah putera........ ibuku."
?"k dapat ditahan lagi, ucapan yang menusuk perasaannya
ini ke mbali me ndorong keluar air matanya.
Ki Jatoko benar-benar kaget dan tanpa disadarinya lagi ia
lupa bahwa ia sedang bersandiwara, pura-pura menjadi orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tapadaksa yang lemah. Tubuhnya mencelat ke atas, tinggi
sekali lalu me layang turun bagaikan seekor burung garuda,
kedua kaki buntungnya hinggap kembali di atas tanah tanpa
menge luarkan suara, tubuhnya ringan dan gerakannya tadi
cepat. Karena ia menggunakan aji mer ingankan tubuh Bayu Sakti,
tentu saja hebat sekali sehingga Ayu Candra yang tidak
menduganya semula, me mandang dengan bengong.
"Wah, kiranya engkau berkepandaian hebat, paman
Jatoko!" serunya terheran-heran.
Ki Jatoko menyesal mengapa ia tidak dapat menguasai
dirinya sehingga membuka rahasianya sendiri. Ia menghela
napas. Sungguh mengagetkan sekali kenyataan bahwa
pemuda yang gerak-geriknya tangkas itu adalah Joko
Wandiro, putera Wisangjiwo yang dahulu lenyap diculik Pujo.
"Aku mengerti sedikit ilmu, karenanya aku akan
me mbantu mu da la m menghadapi musuh kita, Ayu Candra.
Akan tetapi, setelah sekarang aku tahu bahya pemuda itu
adalah J"k" Wandiro, lebih-lebih lagi kau tidak boleh bicara
tentang memba las dendam kepada musuh kita itu
kepadanya!"
"Eh, mengapa, paman" Bukankah musuhku berarti
musuhnya pula" Pe mbunuh ibuku berarti pe mbunuh ibunya
pula?" "Engkau tidak tahu, Ayu Candra. Seperti sudah kuceritakan
tadi, ketilea ibumu d iculik oleh musuh besar keluarganya, J"k"
Wandiro baru berusia setahun. Kemudian ibumu dibebaskan
oleh musuhnya, akan tetapi J"k" Wandiro tidak dibebaskan
bahkan dia mbil sebagai murid! Nah, pemuda itu se menjak
kecil dipelihara dan dididik oleh musuh besar keluarganya.
Sudah tentu hatinya lebih berat kepada gurunya daripada
kepada ibunya yang semenjak ia berusia satu tahun tidak
pernah dilihatnya. Kalau sekarang kau mengatakan bahwa kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan aku hendak me mbalas dendam kepada gurunya, kalau dia
tidak melawan kita, tentu ia akan me mberi tahu kepada
gurunya supaya musuh besar kita itu menye mbunyikan diri!"
Berkerut kening Ayu Candra. Teringat ia betapa tadi J"k"
Wandiro juga menge luarkan kata-kata mencegah ia me mba las
dendam kepada musuh! Tentu saja J"k" Wandiro sudah dapat
menduga bahwa yang me mbunuh ibunya adalah gurunya
sendiri, guru yang se menja k ia berusia setahun telah
me me lihara dan mendidiknyal Kekecewaan hatinya karena
laki-laki yang dicintanya itu ternyata saudara sekandung, kini
berubah menjadi kemarahan.
"He mm, dia dia murid musuh besarku......... ?" Ia
bersungut-sungut.
"Betul, nini. Kalau saja dia itu bukan putera ibumu sendiri,
tentu sekarang juga kuajak engkau menyerangnya!"
Ayu Candra termenung, kemudian ia menga mbil keputusan
tetap, "Paman J"toko, aku ikut bersa ma mu!"
Demikianlah, tak la ma kemudian sambil me mbawa buntalan
pakaiannya, Ayu Candra pergi bersama Ki Jatoko yang kini
tidak lag i menyembunyikan kepandaiannya sehingga Ayu
Candra makin terkejut dan kagum karena lakilaki itu ternyata
dapat berlari leb ih cepat daripadanya!
0o-dw-o0 Di antara para pangeran dan puteri Kerajaan Jenggala,
yang paling suka dan ?"?"k dengan Endang Patibroto
hanyalah kakak beradik, putera dan puteri sri baginda dari
selir yang ke lima. Pangeran Panjirawit dan adiknya, Puteri
Mayagaluh segera menjadi sahabat baik Endang Patibroto


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

setelah dara perkasa ini menjad i kepala pengawal istana
Jenggala. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang menarik kedua orang muda bangsawan itu adalah
karena Endang Patibroto seorang yang sakti mandraguna. Di
antara putera dan puteri raja, hanya mereka berdua inilah
yang suka akan olah keperwiraan dan ketangkasan. Ibu
mereka yang menjadi se lir ke lima sri baginda adalah seorang
bekas perajurit wanita, puteri seorang senopati Kahuripan,
maka tidak mengherankan apabila puteri tunggalnya suka pula
akan ilmu keperajuriian. Kesukaan akan ilmu ini agaknya
menurun pula kepada Pangeran Panjirawit dan adiknya
sehingga semen jak kecil dua orang putera dan puteri ini suka
me mpe lajari ilmu silat.
Di sa mping kesukaan akan aji kedigdayaan, juga kakak
beradik bangsawan ini me miliki watak yang periang, ramah
dan tidak sombong seperti putera-putera raja lainnya.
Agaknya hal ini yang me mbuat Endang Patibroto suka pula
kepadanya dan ia tidak meno lak ketika mereka menariknya
sebagai sahabat dan sering pula ia me mberi petunjuk kepada
mereka tentang ilmu ketangkasan.
Semenjak d ua orang muda bangsawan itu menjadi sahabat
baik Endang Patibroto mereka bertiga ser ingkali keluar dari
istana, menunggang kuda dan pergi ke hutan berburu
binatang hutan. Akan tetapi seiaiu Endang Patibroto' yang
menjad i pimpinan dan kakak beradik bangsawan itu hanya
menurut saja ke mana Endang Patibroto pergi.
Mereka tidak pula menolak ketika pada suatu hari Endang
Patibroto mengajak mereka pergi merantau jauh ke barat
sampai ke Telaga Sarangan. Seperti telah dicer itakan di bagian
depan, dalam perjalanan ini, ketika lewat dekat Sarangan,
kuda Endang Patibroto terkejut oleh suara gerengan harimau
yang bertanding melawan Joko Wandiro.
Endang Patibroto marah dan turun dari kudanya, terus
berkelebat lenyap me masuki hutan sampa i ke pinggir telaga.
Ia me mbunuh harimau dan melukai Ayu Candra yang
dianggapnya kurang ajar kepadanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika ia bertemu pandang dengan Joko Wandiro, ia
merasa seperti kenal pe muda Itu, akan tetapi ia lupa lagi dan
ia kagum melihat pe muda itu berhasil menghindarkan diri dari
serangan anak panahnya. Padahal biasanya anak panahnya itu
seratus kali lepas tiada satu luputl Namun ia sudah puas
me lihat dara cantik itu terkena anak panahnya, karena yang
kurang ajar kepadanya hanya dara cantik itu saja, maka ia lalu
pergi me lanjutkan perjalanannya bersama Pangeran Panjirawit
dan Puteri Mayagaluh.
Tiga orang muda ini usianya ha mpir sebaya. Pangeran
Panjirawit berusia dua puluh satu tahun, Endang Patibroto
berusia delapan belas tahun, dan Puteri Mayagaluh tujuh belas
tahun. Mendengar mereka bercakap-cakap dan bersendagurau secara bebas sungguh sukar diduga bahwa yang dua
adalah putera Raja Jenggala sedangkan yang seorang, wanita
lagi, adalah seorang ha mba sungguhpun pangkatnya cukup
tinggi, yaitu kepala pengawal da la m istana Jenggala.
Kuda yang mereka tunggangi adalah kuda- kuda pilihan,
namun harus diakui bahwa di antara mereka bertiga, Endang
Patibroto yang paling tangkas dan pandai me nunggang kuda.
Hal ini adalah berkat kesaktiannya yang jauh berada di atas
tingkat putera-puteri raja itu.
Tentu saja kalau bicara tentang latihan, Endang Patibroto
kalah terlatih. Putera dan puteri itu sejak kecil sudah biasa
menunggang kuda yang besar, sedangkan Endang Patibroto
sendiri baru saja, belum genap setahun, melatih ilmu
menunggang kuda. Akan tetapi, karena hawa sakti di
tubuhnya yang luar biasa, sebentar saja ia menguasai ilmu ini
dan malah leb ih mahir dar ipada yang sudah berlatih puluhan
tahun. Setiap gerak kedua kakinya, setiap hentakan kendali,
demikian bertenaga dan antep. Hal ini terasa oleh kuda yang
ditungganginya sehingga kuda itu menjadi penurut sekali.
Tujuan perjalanan Endang Patibroto kali ini adalah
Bayuwis mo di Sungapan! Sudah bertahun-tahun ia rindu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada ibunya. Ketika ia berada di Pulau Iblis bersama
gurunya, Dibyo Marnangkoro ia sama sekali tidak mendapat
kesempatan untuk mencari ibunya. Bahkan ia tak pernah
menyebut-nyebut tentang ibunya di depan gurunya.
Sekarang, setelah ia hidup bebas bahkan me nduduki
pangkat tlnggi dl Jenggala, ia banyak menganggur dan
teringatlan ia kepada ibunya. Kesempatan berburu binatang
dengan dua orang muda bangsawan itu ia pergunakan untuk
terus pergi ke barat, mencari ibunya. Ibunya pernah
mengatakan dahulu bahwa kampung ha ia man ibunya adalah
Bayuwis mo di Sungapan, di pantai Laut Selatan.
Makin dekat dengan Bayuwis mo, makin ge mbira hati
Endang Patibroto. Ketika melewati Pegunungan Seribu dan
mendengar keterangan dari seorang penduduk bahwa
Bayuwis mo tidak jauh lagi, ia lalu berkata kepada kedua orang
sahabatnya, "Gusti pangeran dan gusti puteri, tempat tinggal ibuku tidak
jauh lagi. J?"J ini terus ke selatan sa mpai di pantai laut, di
sanalah tempat tinggal ibuku. Mari kita berlomba!"
Tanpa menanti jawaban, Endang Patibroto me mba lapkan
kudanya menuju ke selatan.
"Jangan tergesa-gesa..... " Pangeran Panjirawit menegur,
akan tetapi melihat Endang Patibroto tidak me mperdulikannya,
ia menoleh kepada ad lknya. "Mari kita kejar dia!"
Tiga ekor kuda itu me mbalaplah. Mereka melalui jalan-jalan
yang cukup sukar karena Pegunungan Seribu belum juga
habis. Selain jalan-jalan sukar juga mereka melalui hutanhutan
keel! yang cukup lebat. Makin la ma Endang Patibroto ma kin
jauh meninggalkan dua orang sahabatnya. Pangeran
Panjirawit yang sudah berbulan-bulan jatuh hati kepada
Endang Patibroto, tidak mau tertinggal jauh, lalu me mba lapkan kudanya mengejar. Puteri Mayagaluh tentu saja
masih kalah oleh ka kaknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Betapapun ia me mbedal kudanya, la maslh tertinggal dan
akhirnya bayangan kakaknyapun lenyap dan derap kaki kuda
hanya terdengar jauh di depan. Namun, karena puteri itu
bukan seorang lemah, bukan pula penakut dan me miliki jiwa
satria, dia mengglglt bibir, me mbeda l kudanya, menjepit perut
kuda dengan kedua betisnya yang halus dan putih, terus
berusaha mengejar.
Pangeran Panjirawit tetap tak bisa menyusul Endang
Patibroto dan akhirnya ia teringat kepada adiknya. la menahan
kudanya dan melihat adiknya me mbalap dengan cepat sekali.
Ia tersenyum, me mbiarkan adiknya lewat kemudian ia yang
mengejar dar i belakang.
Biarpun ia menang mah ir dalam hal menunggang kuda,
namun ia harus mengakui bahwa kuda yang ditunggangi
adiknya itu lebih baik daripada kudanya sendiri. Tidak la ma
kemudian, kuda tunggangan Pangeran Panjiraw it terhuyunghuyung. Pangeran itu terkejut lalu menahan kudanya, dan
me mbiarkan kudanya me mbereskan napasnya yang sudah
hampir putus itu. Ketika napas kudanya mereda dan ia
mengejar lagi, ia sudah tida k me lihat bayangan adiknya.
Ternyata Bayuwismo yang dikatakan oleh penduduk
gunung disebut dekat itu sama sekali tidak dekatl Setelah naik
turun gunung dan me lalui hutan-hutan, belum juga Pangeran
Panjirawit me lihat pantai. Mulailah hatinya menjad i ge lisah.
Ia mengejar terus dan seperti telah diceritakan di bagian
depan, ketika ia berhasil tiba di Bayuwismo setelah berputaran
mencari adiknya dan tersesat ke sana-sini, ia tetap tidak
bertemu dengan Puteri Mayagaluh. Adiknya itu telah lenyap
tidak men inggalkan jejak!
Ke manakah perg inya Puteri Mayagaluh" Ia me mang
tersesat seperti juga kakaknya dan lebih daripada itu, ia
tertimpa bencana! Sebagai seorang puteri, biarpun ia
seringkali pergi berburu, akan tetapi biasanya ia berteman dan
hutan yang didatanginya adalah hutan yang sudah dikenalnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini untuk pertama kalinya ia berkuda seorang diri melalui
pegunungan yang asing, ditambah banyak hutan-hutan liar
sehingga tanpa disadarinya, ia bukannya me mbalapkan kuda
menuju ke se latan lagi, melainkan ke arah barat! Karena
makin la ma hutan itu makin lebat dan ia masih juga belum
ma mpu menyusul Endang Patibroto, setelah agak lama timbul
kekhawatiran hatinya. Ia me mperlambat jalannya kuda untuk
menanti kakaknya.
Akan tetapi alangkah cemas hatinya ketika ditunggutunggu,
kakaknya belum juga muncul, bahkan derap kaki kuda
kakaknya juga t idak terdengar sa ma sekali!
Puteri ini me man g berhati tabah, akan tetapi setelah ma la m
tiba, hatinya penuh rasa takut juga. Untung baginya,
semenjak ia seringkali berburu binatang bersaina Endang
Patibroto, ia me mperoleh banyak penga la man sehingga ia
me mberan ikan diri naik ke pohon untuk melewatkan malam
itu, sedangkan kudanya ia cancang di bawah.
Pada keesokan harinya, ia melanjutkan usaha mencari
Endang Patibroto atau rakandanya, akan tetapi ma kin la ma ia
tersesat makin jauh. Puteri raja ini berkeliaran seorang d iri di
dalam hutan. Dapat dibayangkan betapa bingung dan gelisah
hatinya setelah berhari-hari ia tidak dapat bertemu dengan
dua orang yang dicari-carinya itu, bahkan tidak pernah
bertemu dengan seorang manusiapun.
Daerah Pegunungan Kidul adalah daerah pegunungan batu
kapur yang tidak subur dan tandus sehingga orang-orang
tidak suka tinggal di daerah ini. Itulah scbabnya mengapa
Puteri Mayagaluh tak pernah melihat pedusunan.
Ia menunggang kudanya, kadang-kadang menuntunnya,
berkeliaran, tak tahu bahwa beberapa kali ia kemba li ke
tempat yang itu-itu juga karena tidak mengenal )alan. Dalam
waktu beberapa hari saja, wajah puteri itu menjadi pucat,
tubuhnya kurus dan rambutnya kusut. la hanya makan kalau
terlalu lapar saja, makan seadanya sekedar menyambung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hidup. Masih untung bag inya, banyak pohon kelapa di daerah
ini, dan ada pula beberapa ekor binatang seperti kelinci dan
kijang yang ia robohkan dengan anak panah dan ia panggang
dagingnya. Setelah kurang lebih sepuluh hari ia ber keliaran di dalam
hutan-hutan di daerah Pegunungan Kidul ini, akhirnya Puteri
Mayagaluh menga mbil keputusan untuk pulang send iri ke
Jenggala, meninggalkan Endang Patibroto dan Pangeran
Panjirawit yang tak diketahuinya berada di inana itu. la hanya
tahu bahwa Jenggala berada jauh di sebelah tirnur, karena
ketika melakukan perjalanan dari kerajaan, mereka bertiga
terus pergi ke barat.
Karena inilah, maka setelah ber malam lagi da la m hutan,
pada keesokan narinya sang puteri menjalankan kudanya
menuju ke arah matahari terbit, yaitu ke timur. Kalau aku
terus menuju ke timur, akhirnya tentu sampai ke Jenggala,
pikirnya. Di tengah jalan ia dapat bertanya kepada orang yang
dijumpainya. o)O---dw---O(o Jilid 29 Ia sam" sekali tidak tahu bahwa Pegunungan Kidul
merupakan sebaris pe gunungan yang tiada putusnya,
pegunungan yang seakan-akann merupakan tanggul yang
me mbendung laut Selatan di sepanjang pantai selatan.
Pegunungan Kidul ini terus berbaris sepanjang pantai
selatan sampai jauh di sebelah timur, bahkan sa mbungmenya mbung sa mpai d i pegunungan scbelah selatan Kerajaan
Jenggala sendiri! Karena sang puteri menga mbil jalan
langsung ke timur dari pegunungan, tentu saja la tidak pernah
terbebas dari daerah pegunungan sehingga berhari-hari la
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terus menerus naik turun gunung gunung kecil, melakukan
perjalanan yang amat sukar dan la mbat.
Selama t iga hari ia melakukan perjalanan dan gununggunung itu belum juga habis, dusun belum juga dite mukan!.
Pada hari ke empatnya, ketika pagi pagi ia sudah menuntun
kudanya pada jalan sempit yang amat sukar, tiba tiba
terdengar bentakan orang.
"Orang yang lewat, tinggalkan kuda dan paka ian!"
Dari balik sema k-semak belukar me loncat keluar lima orang
laki la ki tinggi besar yang berdiri menghadang di dcpan.
Mayagaluh kaget sekali schingga mukanya berubah pucat
akan tetapi kelirna orang itu lebih kaget dan heran ketika
sekarang melihat penuntun kuda yang mereka cegat itu
kiranya seorang dara muda yang a mat cantik jelita dan
berpakaian serba indah! Tentu saja perampok pera mpok ini
menjad i girang seka li.
Kuda itu a mat bagus dan tentu mahal harganya. Pakaian
wanita itupun a mat mewah dan halus, apalagi perhiasan
perhiasan e mas per mata itu. Disa mping ini, wanita itu send iri
amat cantik menarik, seperti dewi kahyangan.
Puteri Mayagaluh me mandang dengan mata tcrbelalak.
Lima orang itu bertubuh tinggi besar dan berwajah galak,
terutama sekali orang yang paling muda di antara mereka ,
yang pakaiannya agak berbedi dan agaknya menjadi kepela,
bertubuh seperti raksasa dan memandang kepadanya seperti
seorang kelaparan nasi. Ia maklum bahwa mereka adalah
perampnk perampok, ma ka ia segera berkata dengan sikap
agung seorang putri raja,
"Jangan kalian mengganggu a ku! Aku puteri Raja Jenggala
yang kehilangan jalan dan hendak pulang ke Jenggala. Kalau
kalian suka, boleh kuhadiah kan gelang dan kalungku." Sa mbil
berkata demikian, sang puteri me loloskan kedua gelangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, lima orang itu adalah perampok perampok
kasar. Keadaan hidup mereka me mbuat mereka seakan-akan
menjad i raja raja dalarn hutan, tentu saja mendengar


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

disebutnya Raja Jenggala, mereka tidak men jadi takut. Akan
tetapi pemimpin mereka bukan seorang bodoh.
la tahu bahwa seorang puteri bangsawan, apalagi puteri
raja seperti ini, kalau pergi tentu ada banyak pengawal yang
mengantarkaiuiya. Kini sang puteri sesat jalan, tentu sedang
dicari-cari. Kalau para pengawal muncul, mereka bisa celaka
karena ia mendengar bahwa para pengawal me miliki ilinu
kepandaian yang hebat.
"Rampas dulu kudanya," katanya kepada anak buahnya.
Dua orang anak buah perampok yang bernafsu sckali untuk
segera merampas kuda dan perhiasan serba maha l itu,
me lompat maju dan dengan kasar bertindak merenng ut
kendali kuda dari tangan Puteri Mayagaluh.
"Berani kalian mera mpas kudaku" sang puteri me mbentak
marah, kedua kakinya melakukan gerakan menendang
bergantian amat cepatnya, mengarah bawah pusar lawan
Irulah ilmu tendangan yang amat keji dan ganas, begitu tepat
mengenai sasaran tentu akan menewaskan lawan. Ilmu
tendnngan ini adalah satu di antara banyak ilmu yang ia
pelajari dari Endang Patibroto.
Terdengar jerit mengerikan dan dua orang perampok itu
terpelanting roboh, berkelojotan dan tak mungkin dapat hidup
lebih la ma lagi karena anggauta tubuh di bawah pusar pecah
terkena tendangan tadi!.
Biarpun se menjak kecil me mpe lajari ilmu silat, akan tetapi
selama hidupnya belum pernah Mayagaluh me mbunuh orang.
Kini menyaksikan betapa dua orang yang ditendangnya itu
berkelojotan sekarat, ia merasa ngeri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pergilah..........! Jangan ganggu aku.......!!" katanya
setengah me mohon, wajahnya sudah pucat dan tubuhnya
menggigil. Melihat sikap ini, tiga orang perampok itu mengira bahwa
tentu tendangan tadi secara kebetulan saja mengenai bagian
tubuh yang paling lemah dari kedua kawannya. Kalau gadis itu
me mang berilmu, tentu tidak ketakutan seperti itu. Kepala
rampok yang muda itu lalu me mbentak kepada dua orang
temannya. "Tangkap kudanya. Masa tidak mampu ?" Dua orang
perampok maju bersama.
Mayagaluh yang ketakutan itu kini terpaksa menghunus
kerisnya, keris kecil yang biasa dipakai para puteri. Kini dua
orang perampok itu agak terkejut. Cara puteri itu men cabut
dan me megang gagang keris je las me mbayangkan bahwa
puteri ini mengerti ilmu silat, mahir dalam tata tempur
menggunakan keris. ?"k" mereka bersikap hati-hati dan
menubruk dar i kanan kiri untuk mera mpas kendali kuda yang
dipegang tangan kiri Mayagaluh.
Puteri ini cepat menggerakkan kerisnya, menerima
perampok dari kanan dengan tusu kan, sedangkan pera mpok
yang menubruk dari kiri ia sa mbut dengan sebuah tendangan
kilat, kini agak t inggi mengarah la mbung.
Dua orang perampok yang mati tertendang tadi sebetulnya
juga bukan orang le mah, me lainkan orang-orang kasar yang
biasa berkelahi. Tadi mereka sekali tendang roboh oleh
Mayagaluh karena mereka me mandang rendah dan tidak
menduga-duga. Kini, dua orang lagi perampok yang sudah berhati-hati,
cepat mengelak dan mengurungkan niatnya mera mpas kendali
kuda ketika melihat sa mbutan wanita muda itu. Maklum
bahwa wanita itu bukan seorang le mah, dua orang pera mpok
ini lalu bergerak menyerang, seorang mencengkeram ke arah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pergelangan tangan kanan yang memegang keris, orang ke
dua menubruk untuk mencengkeram pundak dan menang kapnya! Sebetulnya dua orang perampok ini hanya orang-orang
kasar yang lebih banyak mengandalkan tenaga dan
keberanian daripada mengandalkan gerakan ilmu silat.
Mayagaluh dapat melihat dengap jelas dan maklum bahwa
sebetulnya ia tidak perlu takut melawan mereka. Akan tetapi
dasar kurang pengalaman, melihat dua orang laki-la ki
menerjang dengan muka beringas, mulut menyeringai, mata
me lotot lebar, ia merasa serem dan muak oleh bau keringat
mereka. Karena jijik ia men jadi gugup, menyelinap untuk
menjauhkan diri, akan tetapi perasaan jijik dan ngeri me mbuat
ia ingin cepat cepat mengakhiri anca man ini ma ka kerisnya
bergerak cepat sekali ke arah la mbung pera mpok ke dua
ketika ia menghindar.
?"?"".......!"
Ketika gadis bangsawan ini meloncat sambil mencabut
keris, darah muncrat-muncrat dari perut perampok itu yang
mende kap perutnya sambil berkaok-kaok seperti kerbau
dise mbelih, lalu roboh dan berkelojotan.
Melihat darah muncrat-muncrat ini, hampir saja Mayagaluh
pingsan. "Aduh! Kuminta kepada kalian pergilah, bawa kuda dan
perhiasanku se mua!" la menge luh sa mbil me mandang
korbannya dengan mata terbelalak ngeri.
Akan tetapi perampok yang melihat kawannya roboh
menjad i marah sekali. Ia mencabut goloknya yang besar dan
tajam lalu mengayun golok itu, menyerang dengan kemarahan
me luap. 'Genjul, jangan bunuh dia!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kepala perampok yang muda itu menegur anak buahnya
yang tinggal seorang. Akan tetapi si Genjul, perampok itu
yang melihat tiga orang kawannya sudah tewas, tak dapat
menahan kemarahannya lagi. Goloknya menyambar ganas ke
arah Jeher Mayagaluh. Puteri ini terkejut, cepat ia mene kuk
lutut miringkan tubuh sehingga golok lawan lewat di atas
kepalanya mengeiuarkan bunyi "swingggg!!" menyeramkan
sekali. la maklum bahwa kalau ia tidak cepat-cepat
meroboh kan orang ini, keselamatannya sendiri teranca m.
?"k" melihat lawan me mbuka lengan ketika me mbaco k,
dari bawah kerisnya meluncur pula menusuk la mbung.
Perampok berna ma Genjul ini sudah siap-siap, maka cepat ia
me loncat mundur sambil mengayun golok ke bawah.
Mayagaluh menar lk kembali kerisnya, tidak mau me mbiarkan
kerisnya dihanta m golok yang berat.
Ketika pera mpok itu menerjang lagi, kini me mbabat
pinggang, Mayagaluh sudah mendahului meloncat ke atas
sehingga babatan golok itu lewat di bawah kakinya. Dari atas,
Mayagaluh yang sudah menaksir bahwa golok itu tentu akan
lewat di bawah kakinya, menggunakan kakinya menendang ke
depan, tepat mengenai pergelangan tangan yang memegang
golok. "Aduhh........!"
Perampok itu berseru keras, goloknya terlepas dari
pegangan. Dan pada saat itu, dan atas, tubuh Mayagaluh
sudah meluncur dengan didahului kerisnya yang menusuk ke
arah leher lawan. Perampok berna ma Genjul itu terkejut sekali
dan timbul rasa takutnya yang hebat.
Ketakutannya membuat Genjul menjadi nekat dan ia segera
menge mbangkan kedua lengannya, terus menubruk ke depan,
ke arah tubuh puteri yang meluncur turun itu, langsung
me me luk pinggang yang ramping!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau saja Mayagaluh melanjutkan tusukannya, tentu akan
berhasil dan kerisnya akan menembus leher. Akan tetapi
me lihat betapa laki-laki kasar itu menge mbangkan lengannya,
Mayagaluh merasa ngeri dan jijik sehingga tangan yang
me megang keris seketika menjadi le mas. Ia menjerit ketika
merasa betapa pinggangnya dirangkul dan tubuhnya merapat
pada tubuh yang tinggi besar dan keras. Hampir saja ia
pingsan. Sambil menggigit bibir dan menjauhkan mukanya
agar hidungnya tidak dekat dada yang penuh bulu dan
keringat, ia menggerakkan tangan kanannya
dan..... "ceppp......!!" kerisnya sudah menancap di dada kiri lawannya.
Seketika Genjul seperti disa mbar halilintar, pelukannya
terlepas, mulutnya menge luarkan suara rintihan, tubuhnya
le mas dan berkelojotan.
Mayagaluh yang berusaha mencabut kerisnya, tidak
berhasil. Keris itu menancap dan menyangkut di antara tulang
iga sehingga sukar dicabut. Kalau saja puteri ini tidak hampir
pingsan oleh rasa jijik dan ngeri, tentu ia akan dapat
mencabut kerisnya. Kini ia meloncat ke belakang, melepaskan
gagang keris, takut kalau-kalau darah lawan akan muncrat
me mbasahi tubuh dan mukanya. Tubuh Genjul berkelojotan
dan roboh terlentang, kerongkongannya mengorok dan
matanya mendelik. Mayagaluh mengkirik.
Pada saat itulah, kepala rampok sudah menerjangnya dari
belakangnya dan sebuah pukulan dengan tangan miring tepat
menghanta m tengkuk Puteri Mayagaluh. Puteri ini me ngeluh
dan tubuhnya menjadi lemas, matanya mera m. la pingsan!
Kepala ra mpok yang berhasil merobohkan Mayagaluh,
segera memondong puteri itu dan meloncat ke atas punggung
kuda sang puteri, terus membedal kuda me mbalap karena
khawatir kalau- kalau para pengawal sang puteri akan
menyusul ke te mpat itu.
Guncangan-guncangan dan tiupan angin me nyadarkan
Mayagaluh. Ia me mbuka rnata dan alangkah kaget hatinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika ia mendapat kenyataan bahwa dia berada dalam
pondongan kepala perampok, dilarikan di atas kuda.
"Tolooongggg.. ... Toloooongggg......!!" ia menjerit dua kali,
akan tetapi lalu tak dapat mengeluarkan teriakan lagi karena
mulutnya didekap tangan kasar dan kepala ra mpok itu
menganca m, "Sekali lag i kau berteriak, golokku akan me me nggal
lehermu!" Seluruh tubuh Mayagaluh men ggigil penuh kengerian. la
berusaha meronta-ronta dan me mbentak-bentak,
"Lepaskan aku! Lepaskan! Lepaskan!!"
Namun sia-sia saja dan akhirnya ia tidak berani lagi
meronta karena kudanya lari cepat sekali dan apabila ia dapat
me lepaskan diri, tentu ia akan terbanting dan terseret,
mungkin akan terinjak kaki kuda.
"Heh-heh, kau cant ik se kali. Kau pantas menjadi biniku,
sayang!" Si kepala ra mpok terkekeh, kemudian menundukkan
mukanya hendak mencium muka yang cantik jelita itu.
Mayagaluh terkejut dan lupa akan rasa takutnya. Rasa ngeri
dan marah mengaduk hatinya dan kembali ia meronta,
tangannya mena mpar ke atas.
"Plakk!". Muka pera mpok itu kena ta mparan yang cukup
keras sehingga kepala ra mpok itu me mbatalkan niatnya
mencium, mukanya berubah merah dan ia marah sekali.
Dengan tangan kirinya, dicekiknya leher Mayagaluh. Sang
puteri meronta dan berusaha melepaskan diri na mun sia-sia
sehingga ia terengah-engah dan tubuhnya menjadi le mas.
Setelah Mayagaluh pingsan baru kepala rampok itu
menghentikan ce kikannya dan terus me mbalapkan kuda.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu, sesosok bayangan berkelebat cepat sekali
laksana kijang melompat. Bayangan ini bukan lain adalah Joko
Wandiro! Seperti telah kita ketahui, J"k" Wandiro mengejar
Ayu Candra yang melarikan diri pergi dari pondoknya bersama
Ki Jatoko. Akan tetapi karena tidak tahu ke mana perginya
dara itu, juga tidak dapat mengira-ngira ke mana gerangan
tujuannya, J"k" Wandiro mengejar ke jurusan yang
berlawanan. Pemuda ini mengejar ke se latan, terus ke selatan sampal
akhirnya ia tiba di Pegunungan Kidul dan teringatlah ia akan
pesan ayah angkatnya bahwa ayah angkatnya dahulu tinggal
di Bayuwis mo, di pantai Laut Selatan Karena lapun tidak
me mpunyal tujuan tertentu, tidak tahu pula ke mana harus
mencari Ayu Candra, maka ia lalu me mbelok ke barat, hendak
pergi ke Bayuwis mo.
Di dalam hutan itu ia tadi mendengar jerit minta tolong.
Mendengar jerit wanita minta tolong ini, hatinya berdebar
keras. Jangan jangan Ayu Candra yang tertimpa ma lapetaka,
pikirnya sambil meloncat dan mengerahkan aji kesaktian dan
lari bagaikan kijang melompat cepatnya. Sebentar saja ia
sudah dapat menyusul dan ia melihat seorang laki-laki tinggi
besar me mondong tubuh seorang dara yang tak bergerakgerak dan le mas,agaknya pingsan, ke marahannya timbul.
Ia tidak menegur lag i, terus melompat dan tubuhnya
menya mbar bagaikan seekor elang rajawali, sambil mulutnya
me mbentak, "Bedebah!"
Kepala ra mpok melihat tiba-tiba ada orang menya mbarnya
dari atas seperti Raden Gatutkaca terbang menya mbar, kaget
setengah mati. Ia melepaskan kendali kuda dan menang kis
dengan tangan kanannya sambil mengerahkan tenaga.
Tentu saja ia bukan seorang lemah. Tenaganya besar dan
ia pandai ilmu silat. Akan tetapi sekali ini ia bertemu batu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu lengannya bertemu dengan lengan J"k" Wandiro,
tubuhnya terguling dan terlempar dari atas puriggung kuda,
dan entah bagaimana tahu tahu tubuh sang puteri telah
berpindah tangan, berada di pondongan J"k" Wandiro!.
Ada rasa kecewa di hati J"k" Wandiro ketika ia melirik dan
me lihat wanita itu, walaupun cantik jelita dan muda re maja,
ternyata bukan Ayu Candra. Kemarahannya mereda dan ia
berdiri tenang sa mbil me mandang kepala pera mpok yang kini
sudah meloncat bangun sambil men cabut golok.
"Babo-babo, si keparat dan manakah berani mera mpas
tawananku" Hayo kembalikan kalau engkau tidak ingin
ma inpus di tanganku! "
"Kisanak," jawab J"k" Wandiro tenang, "nama ku J"k"
Wandiro. Tadi aku mendengar jerit wanita ini minta tolong,
lalu me lihat engkau me larikannya secara paksa. Tadinya aku


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ragu-ragu dan tidak tahu siapakah wanita ini dan mengapa
kaularikan. Setelah kini aku tahu bahwa dia tawananmu, tentu
saja aku tidak boleh tinggal dia m saja. Aku harus
meno longnya dan dia takkan kukembalikan kepada mu."
"Keparat J"k" Wandiro, kalau begitu kau sudah bosan
hidup!" bentak si perampok sambil menerjang maju dengan
ayunan goloknya. Melihat gerakan golok yang cepat dan
bertenaga, J"k" Wandiro ma klum bahwa lawannya ini me miliki
kepandaian biasa saja. Ia menge lak dengan tenang, kakinya
menya mbar dari sa mping dan perampok itu terbantmg roboh!
Si perampok kaget setengah mati. Belum pernah selama
ludupnya ia menga la mi hal seperti ini. Ia bergolok. Orang
muda itu bertangap kosong. Bukan itu saja, bahkan kedua
tangan orang muda itu me mondong tubuh sang puteri, tidak
ikut bergerak, hanya menggunakan kakinya tapi cfalam segetakan saja ia roboh! Rasa kaget dan heran merubah penasaran
dan marah sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali ia menerjang setelah meloncat bangun, kali ini
terjangannya lebih ganas daripada tadi dan kembali J"k"
Wandiro menge lak sa mbil mengangkat kaki dan untuk kedua
kalinya perampok itu terbantmg roboh, lebih keras daripada
tadi. Ia tidak tahu bahwa pemuda sakti itu merobohkannya
dengan me minjam tenaganya, maka makin kuat ia
menyerang, ma kin keras pula ia terbanting roboh oleh
tangannya sendiri. Sampai nanar kepalanya dan sampa i kabur
pandang matanya sehingga setelah terbanting roboh, ia hanya
ma mpu bang kit duduk dan sejenak ia menggoyang-goyangkan
kepalanya untuk rnengusir kepusingan.
Dasar perampok ini seorang kasar dan bodoh. Ia masih
belum kapok dirobohkan dua kali, bahkan makin penasaran
dan marah. Setelah hilang kepusingan kepalanya, ia me loncat
bangun dan sambil menge iuarkan terlakan marah, goloknya
diputar-putar, kemudian sa mbil menubruk maju ia me mbaco kkan goloknya ke arah....... sang puteri yang
dipondong J"k" Wandiro! Pe muda ini terkejut dan marah
sekali. ?"k disang kanya bahwa lawan itu akan menggunakan
siasat begini keji.
"Manusia jahat!" bentaknya, kini tubuhnya bergerak
menendang susul-menyusul.
Kaki kanan menendang pergelangan tangan lawan yang me megang golok, kaki kiri
mendugang ke arah dada.
"Bress! Ngekkk!!" Tubuh pera mpok itu terlempar sa mpai
tiga meter ke belakang, goloknya mencelat entah ke mana
dan kini ia bangkit duduk sambil terengah-engah dan
me megang i ulu hati. Napasnya sesak, perutnya mulas dan ia
tidak dapat mengeluarkan s uara. Kemudian, matanya jelilatan
dan tubuhnya mencelat ke atas, lari ke arah kuda, me loncat
ke punggung kuda, dan me mba lapkan kuda seperti orang
dikejar setan! J"k" Wandiro hanya tersenyum-geli melihat
tingkah la ku pera mpok itu. Ia mengira bahwa kuda itu kuda
tunggangan si pera mpok, maka ia mendia mkannya saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita muda dalam pondongannya masih pingsan. J"k"
Wandiro menduga-duga. Pakaian dara ini a mat indah, bukan
pakaian sembarang orang. Juga wajahnya yang cantik jelita
itu terpelihara, rambutnya halus mengeluarkan ganda harum,
terhias emas permata. Siapakah gadis ini" Baru saja ia datang
dari timur dan sepanjang pegunungan itu tidak terdapat
dusun. Juga di kanan kiri te mpat itu merupakan daerah sunyi
dan mati. Tak mungkin gadis ini berasai dari te mpat ini, dan
agaknya tidak mungkin pula gadis ini seorang dusun. Tentu
seorang kota, seorang puteri bangsawan. la mengingat-ingat
dan timbul dugaan bahwa tempat tinggal gadis ini tentu
berada di sebelah barat.
Bayuwis mo tak jauh lagi, juga Selopenangkep. Mungkinkah
gadis ini tinggal di Selopenangkep" la tidak tahu lagi s iapa
gerangan kini yang menguasai Se lopenangkep, setelah
keluarga ayahnya tidak menguasai tempat itu lagi.
Berpikir sampa i di situ, J"k" Wandiro menga mbil keputusan
untuk me mbawa gadis ini ke barat, melanjutkan perjalanan
dan kalau perlu mengaja knya ke Bayuwismo atau ke
Selopenangkep. ?"k" ia Lalu me mpergunakan ilmu lari cepat,
me mondong dara ayu itu menuju ke barat.
Matahari telah naik tinggi, hawa mula i panas. J"k" Wandiro
yang memondong puteri itu, mulai merasa gerah. Ia tidak
lelah, tubuhnya sudah amat kuat sehingga untuk ber lari cepat
sehari saja tidak nanti me lelahkannya. Akan tetapi, berlari
sambil me mondong tubuh orang me mbuat gerakannya
canggung. Apalagi tubuh itu menge luarkan hawa yang hangat, ini
menurut perasaannya, ditambah teriknya sinar matahari,
me mbuat peluhnya keluar juga. Berhentilah ia sebentar di
bawah sebatang pohon, lalu menyusutkan muka pada pundak
ba unya di kanan kiri.
Sebenarnya, Sang Puteri Mayagaluh sudah sadar se menjak
tadi! Puteri ini tadi sadar dari pingsannya dan segera tahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa ia tidak lagi dibawa lar i di atas kuda, melainkan
dipondong dan dibawa lar i orang. Ketika ia me mbuka mata
dan me mandang, ia terheran heran. Wajah di atas itu sama
sekali bukan wajah perampok yang kasar, bengis, dan
menyeringai menjijikkan. Tubuhnya bukan tubuh penuh bulu
pada dada dan lengan. Wajah ini muda dan tampan sekali,
lengannya yang kuat berkulit halus tida k berbulu.
Ketika Joko Wandiro berhenti sebentar untuk menghapus
peluh di mukanya dengan pundak dan pangkal lengan
bajunya, Mayagaluh sudah sadar betul. Ia mengintai muka
orang dan jantungnya berdebar. Dapatlah ia menduga bahwa
tadi dalam keadaan pingsan, pemuda ini telah menolong
dirinya, telah mengalahkan pera mpok kemudian me mbawanya
pergi. Ke manakah kudanya" Dan s iapakah pe muda ini" Melihat
cara pemuda ini mendukungnya, kedua lengannya menyangga
bagian punggung, leher dan bawah paha, ia tahu bahwa
pemuda ini seorang yang bersusila, tidak seperti pera mpok
tadi yang me meluknya secara kurang ajar.
J"k" Wandiro yang sedang mengusap keringatnya, tiba-tiba
merasa betapa dada orang yang dipondongnya berdetakdetak keras. Dalam keadaan terpondong itu, samping dada
gadis itu tentu saja merapat pada dadanya dan kini dari dalam
dada gadis itu timbul detakan detakan yang seakan-akan
me mukuli dadanya sendiri. la melirik ke arah muka orang yang
dipondongnya. J"k" Wandiro menahan senyumnya. Hemm,
ternyata gadis itu sudah sadar, pikirnya. Hampir ia tertawa
me lihat betapa dara jelita itu berpura-pura pingsan, menutup
sebelah mata kanan rapat-rapat, akan tetapi mata kiri
bergerak-gerak bulu matanya, agaknya sedang mengintainya
dari balik bulubulu mata yang panjang lentik.
Hemmm, bukan main cantiknya gadis ini, pikir J"k"
Wandiro. Hatinya juga berdebar dan pipinya terasa panas.
Timbul rasa kasihan dan juga suka. Entah bagaimana,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perasaan mujijat menguasai hatinya dan me mbuat ia
perlahan-lahan menundukkan mukanya dan hidung dan
bibirnya menyentuh pipi yang halus dan putih ke merahan itu.
Hanya sebentar dan cepat-cepat J"k" Wandiro menjauhkan
lagi mukanya sambil me maki diri sendiri datem hatinya. Ihh!
Benar-benar dia telah gila. Setan telah menguasai hatinya.
Benarkah ia seorang mata keranjang" Seorang yang gila akan
wajah jelita" Kalau tidak de mikian, mengapa ia suka sekali
kepada gadis ini, suka mendukungnya dan bahkan ingin sekali
berdekatan, ingin sekali menciumnya"
Makin berdebar jantung J"k" Wandiro ketika ia merasa
betapa dada gadis itu terengah-engah, betapa detak jantung
gadis itu seakan-akan hendak me mecahkan rongga dadanya,
kemudian me lihat betapa warna kemerahan pada wajah yang
berkulit halus putih itu kini me njadi makin merah seperti
udang dipanggang. Tiba-tiba dara itu meronta, me mbuka
matanya yang lebar dan a mat indah, mulutnya menahan isak
dan ia mer intih perlahan, lalu berkata,
"Lepaskan aku.....!"
J"k" Wandiro melepaskan dukungannya. Melihat gadis itu
berdiri di depannya dengan wajah penuh kemarahan, mata itu
me mancarkan s inar dan kedua tangan kecil terkepal, J"k"
Wandiro menundukkan mukanya dan berkata perlahan,
"Maafkan aku, nona. Aku sudah berani.. ..... berani
me mondongmu...... karena kau tadi..... dilarikan pera mpok
dan kau pingsan," kata J"k" Wandiro gagap.
Mata gadis itu tida k sehebat mata Ayu Candra, akan tetapi
harus ia akui bahwa tidak banyak ia bertemu dengan gadis
yang bermata seindah ini. Karena tidak berani berterus terang,
J"k" Wandiro merasa seperti orang me mbohong dan mukanya
seketika menjadi merah sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Engkau laki-laki lancang! Engkau sudah berani.......
hemm........ berbuat kurang ajar kepadaku. Apakah kau tahu
siapa aku" Aku adalah
Puteri Mayagaluh, puteri
Raja Jenggalal"
Bukan main kagetnya
hati J"k" Wandiro. Celaka,
pikirnya. Ia telah me lakukan dosa besar sekali. Ia telah berani
mencium pipi puteri raja!
Dosa yang tak dapat
dia mpuni lagi. Biarpun gurunya berpesan agar ia
me mbantu Kerajaan Panjalu untuk menghadapi
Jenggala, namun betapapun juga, Kerajaan Jenggala masih
bersaudara dengan Kerajaan Panjalu.
Raja Jenggala adalah adik kandung Raja Panja lu, masih
keturunan mendiang Sang Prabu Airlangga. Dan ia telah
berani mencium pipi sang puteri. Wajahnya seketika menjadi
pucat, kedua kakinya le mas dan ia sudah menjatuhkan diri
berlutut sambil menundukkan mukanya.
"Karena hamba tidak tahu, hamba mohon paduka suka
me mber i ampun," katanya merendah.
Dan karena ia tertunduk itulah, ia tidak melihat betapa
wajah sang puteri berseri-seri dan kemerahan, betapa
sepasang mata yang jeli itu menatap wajahnya dengan tajam
dan senyum simpul me nghias bibir merah.
"Sudahlah, tidak mengapa. Karena kau tidak tahu, dan juga
karena aku sedang pingsan sehingga aku tidak tahu akan
perbuatanmu, biarlah kita jangan bicarakan ha l itu pula.
Betapapun juga, engkau sudah menolongku dar i tangan
perampok jahat. Orang muda, siapakah nama mu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lega rasa hati J"k" Wandiro. Terasa lapang dan kepucatan
wajahnya segera terganti warna merah. Ia tahu betul bahwa
sang puteri tadi tida k pingsan lagi ketika ia menciumnya, tapi
kini sang puteri menyatakan bahwa sang puteri dalam
keadaan pingsan ketika ia melakukan "perbuatan" tadi dan
menghendaki agar hal itu jangan dibicarakan lagi.
Memang tidak akan ia bicarakan, akan tetapi bagaimana
akan dapat ia lupakan" Ia telah mencium pipi seorang puteri
raja! Biarpun puteri ini puteri Kerajaan Jenggala, namun
ternyata baik budi dan mudah menga mpuni kesalahan orang
serta menghargai pertolongan orang.
"Na ma hamba J"k" Wandiro, gusti puteri."
"J"k" Wandiro, aku mengucap banyak terima kasih
kepadamu atas pertolonganmu tadi. Engkau kawula manakah"
Dan di mana te mpat tinggalmu?"
Joko Wandiro tidak suka menceritakan keadaannya. Apalagi
mencer itakan tentang gurunya, Ki Patih Narotama karena
gurunya ini a mat tidak suka kepada ayah puteri ini. Di
samping itu, tidak ada keinginan hatinya pula menceritakan
keadaan keluarganya. Bukankah ia sekarang sudah yatimpiatu" Ayahnya yang bernama Wisangjiwo sudah tewas dalam
perang me mbela Pangeran Sepuh yang kini menjadi Raja
Panjalu, yaitu dalam perang me lawan bala tentara ayah puteri
ini! Ibunya belum la ma ini terbunuh orang pula. Dan tempat
tinggalnya7 Dia tidak me mpunyai tempat tinggal tertentu.
"Ha mba adalah seorang yang hidup sebatangkara, tidak
mengabdi kepada siapapun juga dan tiada te mpat tinggal
tertentu seperti sehelai daun kering terbawa angin tanpa
tujuan." Berkerut kening sang puteri, dan pandang matanya
me mbayangkan iba hati.
"Ah........! Betapa mungkin seorang seperti engkau tidak
me mpunyai pekerjaan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hampir saja terloncat kata-kata "gagah dan ta mpan" dari
mulut puteri ini. Segera ia me nyambung,
"J"k" Wandiro, maukah engkau meno longku" Kelak tentu
ramanda prabu akan me mberi ganjaran yang setimpal dengan
jasamu ini."
Lucu, pikir Joko Wand iro. Sudah jelas tadi tanpa diminta ia
sudah meno long puteri ini, mengapa sekarang masih ditanya
lagi apakah suka

Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meno long Adapun tentang ganjaran.......................... ah, kembali mukanya menjadi
merah sekali karena harus la akui bahwa ia tadi telah
menerima ganjaran yang lebih menyenangkan daripada
ganjaran apapun juga!.
"Tentu saja hamba akan melakukan segala perintah paduka
tanpa mengingat akan ganjaran apapun juga."
"Engkau baik sekali, J"k" Wandiro. Aku minta agar kau
suka mengantar aku pulang ke Jenggala."
"Kalau tidak sa lah, Kerajaan Jenggala a matlah jauh dari
sini, gusti puteri. ?"k" a matlah mengherankan bagaimana
paduka bisa sampai di te mpat sejauh ini, seorang diri pula dan
terjatuh ke tangan penjahat" "
"Kau tidak tahu, J"k" Wandiro. Aku tadinya tidak
me lakukan perjalanan seorang diri. Aku pergi mengikuti
kakakku, Pangeran Panjirawit, dan dikawal oleh panglima
kepala pengawal istana sendiri. Akan tetapi ketika kami
berlomba, aku kehilangan jalan dan tersesat, kemudian
bertemu dengan lima orang perampok. Yang empat orang
dapat kurobohkan, akan tetapi kepala perampok itu dapat
menawanku dan me mbawaku lari. Untung ada engkau yang
meno long, hanya sayang kudaku tidak dapat kau ra mpas
kembali." "Ahhh! Kalau hamba tahu bahwa dia itu tadi kepala
perampok, tentu hamba tidak akan semudah itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me lepaskannya Dan kuda itu ha mba sangka miliknya. Benar
keparat!" J"k" Wandiro mendongkol sekali, dan berbareng juga
kagum terhadap puteri ini. Seorang puteri bangsawan, puteri
raja, dapat merobohkan e mpat orang perampok Benar-benar
hebat! "Sudahlah, engkau sudah
me mbebaskan aku dari
tangannya, itu sudah merupakan jasa yang amat besar. J"k"
Wandiro, mar i kau antar aku pulang ke Jenggala."
"Baiklah, gusti. Hanya sayang, kuda itu dira mpas
perampok. Kalau tidak, tentu paduka dapat menunggang kuda
dan perjulanan dapat dilakukan lebih cepat lag i."
"Tida k mengapa. Kita jalan kaki. Jangan kau khawatir,
biarpun seorang puteri raja namun aku bukan seorang le mah.
Aku dapat berjalan cepat."
"Ssttt..........!
Ada orang datang! Harap paduka bersernbunyi...................." bisik J"k" Wandiro yang merasa
khawatir kalau- kalau yang datang adalah perampok tadi
bersama teman-te mannya. Jika terjadi pertempuran, ia pikir
lebih baik sang puteri berse mbunyi saja sehingga tidak
mena mbah bebannya harus melindungi diri sang puteri.
Akan tetapi Mayagaluh mengerutkan keningnya dan
me masang telinga mende ngarkan. Pendengaran telinganya
tidak setajam J"k" Wandiro dan setelah agak la ma barulah ia
mendengar derap kaki kuda dari jauh. Segera wajahnya
berubah girang.
"Ah, itulah kakakku dan kepala pengawal!" teriaknya sambil
me loncat dan menghadap di tengah jalan.
J"k" Wandiro juga girang men dengar ini. Kalau puteri ini
bertemu dengan kakaknya dan pengawal, ia akan terbebas
daripada tugas mengantar ke Jenggala. Sebetulnya, iapun
segan untuk pergi ke Jenggala, pertama karena ia masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa ce mas akan hilangnya Ayu Candra dan sedang
mencari dara itu, ke dua ia ingin mengunjungi ayah angkatnya
di Bayuwis mo, ke tiga iapun merasa tidak enak harus
me mbantu puteri Raja Jenggala yang dianggap musuh oleh
gurunya, Ki Patih Narotama.
Setelah derap kaki kuda terdengar makin jelas, Puteri
Mayagaluh berseru heran, "Mengapa begitu banyak kuda"
Dengan siapakah rakanda pangeran datang?""
Kembali J"k" Wandiro merasa tidak enak hatinya. Akan
tetapi sekarang sudah tidak ada waktu lagi bagi sang puteri
untuk bersembunyi. Sebelum ia minta kepada sang puteri
supaya bersembunyi, para penunggang kuda itu sudah muncul
dari sebuah tikungan jalan. Mereka Itu ternyata adalah tujuh
orang pria menunggang kuda-kuda besar.
Lega hati Joko Wandiro ketika melihat tujuh orang itu,
karena pakaian mereka menunjukkan bahwa mereka adalah
ponggawa-ponggawa berkedudukan tinggi dan sa ma sekali
bukanlah perampok pera mpok. Tujuh orang itupun merasa her
an melihat dua orang muda itu berada di dalam hutan liar di
pegunungan sunyi. Mereka menahan kuda mereka yang
tubuhnya sudah basah oleh keringat.
"Eh, bukankah andika J"k" Wandiro?"" Seorang di antara
mereka menegur ketika mengena l pe muda itu.
"Betul, anda J"k" Wandiro!" seru orang ke dua.
J"k" Wandiro me mandang dan kini iapun teringat bahwa
dua orang ini adalah dua orang di antara panglima Kerajaan
Panjalu, anak buah Ki Patih Suroyudo dan dahulu ikut
menyaksikan ketika la menghadapi pengeroyokan Ni Durgogini
dan Ni Nogogini. Lima orang yang lain agaknya juga Panglimapanglima Panjalu karena pakaian mereka menunjukkan bahwa
merekapun perajur it-perajurit tingkat tinggi dan karena usia
mereka sudah tua daripada kedua orang itu, tentu mereka
me miliki kepandaian yang lebih tinggi pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, hamba adalah J"k" Wandiro. Paduka sekalian ini
datang dari mana dan hendak ke mana" "
Akan tetapi sebelum ada yang menjawab, tiba-tiba seorang
di antara mereka berseru sa mbil me man dang kepada sang
puteri, "Dan paduka paduka ini bukankah Gusti Puteri Mayagaluh
dari Jenggala?""
Yang Iain-Iain kaget dan kini se mua orang me mandang.
Biarpun mereka adalah Panglima -panglima Panja lu yang
bermusuhan dengan Jenggala, akan tetapi sang raja di
Jenggala adalah putera mendiang Sang Prabu Airlangga pula
sehingga puteri ini termasu k anak kemenakan Raja Panjalu,
maka tentu saja mereka menghadapinya dengan sikap hormat
pula. Dengan sikap agung dan gagah, menyembunyikan
kekhawatiran hatinya, Puteri Mayagaluh menjawab,
'Benar, aku adalah Mayagaluh. Paman sekalian hendak ke
mana" "
Seorang di antara mereka yang tertua dan yang kumisnya
panjang ujungnya menjulang ke atas, segera meloncat turun
dari kudanya, diikuti ena m orang teman temannya. Dengan
sikap hormat s i kumis panjang ini mengha mpiri sang puteri,
kemudian berkata,
"Kalau begitu, hamba persllahkan paduka menunggang
kuda ini untuk ha mba antar menghadap pa man paduka, sang
prabu di Panjalu."
Puteri itu na mpak terkejut. Sebagal seorang puteri raja,
tentu saja ia maklum ?"" artinya katakata yang halus itu. Di
balik sikap halus dan ucapan me mpersilahkan, ia telah
dijadikan seorang tawanan! Akan tetapi ia tidak takut. Ia
maklum bahwa biarpun ayahnya ber musuhan dengan
pamannya, namun permusuhan itu hanya karena urusan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kerajaan, sehingga dia sendiri tentu tidak a kan diganggu oleh
pamannya. la tidak takut maupun khawatir, hanya ia menjadi
tidak senang sekali.
"Paman, aku mau pulang ke Jenggala! Kalau aku berniat
mengunjungi pa man prabu di Panja lu, tidak per lu kalian
minta! Pergilah dan jangan menggangguku."
Wajah perwira berkumis panjang itu me njadi merah. la tak
dapat menyangkal kebenaran jawaban puteri itu. Akan tetapi,
setiap orang ingin menonjolkan paha la kepada yang
dipertuan. Secara kebetulan ia bertemu dengan seorang Puteri
Jenggala. Kalau ia dapat menawannya ke Panjalu dan
menyerahkan puteri itu sebagai tawanan, tak dapat tidak sang
prabu tentu akan merasa senang. Biarpun sang puteri takkan
diganggu, akan tetapi hal ini sedikitnya akan menyura mkan
Jenggala dan siapa tahu puteri itu akan dapat dijadikan
semaca m cara untuk men undukkan musuh.
"Harap saja paduka tidak menyulitkan ha mba. Paduka
adalah seorang Puteri Jenggala, karena itu termasuk musuh
hamba sekalian. Hanya karena men gingat bahwa paduka
adalah anak kemenakan gusti prabu, maka hamba
me mper lakukan paduka sebagai seorang tamu agung, bukan
sebagai seorang tawanan. Gusti puteri, silahkan menunggang
kuda ini."
Menyaksikan betapa sang puteri dipaksa secara halus, J"k"
Wandiro la lu me langkah maju dan berkata,
"Paman, yang berselisih adalah Raja Panjalu dan Raja
Jenggala, yang berperang adalah perajurit-prajurit Panjalu
me lawan perajurit-perajurit Jenggala. Kurasa dalam hal itu
sang puteri tidak ikut-ikut. Jelas bahwa sang puteri tidak suka
singgah di Panjalu, mengapa kalian hendak me maksa" Apakah
perbuatan ini tidak me ma lukan kalian sebagai perwira-perwira
yang perkasa" Menghina wanita bukanlah perbuatan jantan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seorang perwira yang paling muda menghardik, "J"k"
Wandiro! Begini mudahkah engkau berkhianat" Belum la ma ini
engkau me mohon kepada gusti prabu untuk mengha mbakan
diri kepada Panjalu, dan sekarang engkau sudah ingin
me lindungi puteri musuh?"
"Kalau kalian berperang me lawan perajurit-perajurit
Jenggala, aku tidak akan membantu Jenggala, akan tetapi
saat ini kalian tidak sedang perang, melainkan sedang
me lakukan perbuatan yang tidak benar. Kalian hendak
me ma ksa, hal itu berarti henda k menculik sang puteri. Hal ini
mana mungkin aku men dia mkan saja" Pendeknya, kalau sang
puteri tidak dengan suka rela sendiri ikut kalian menghadap
pamannya, aku akan me mbelanya!"
"Keparat, kau me mang ma nusia so mbong!" bentak perwira
muda itu yang segera menerjang maju dengan pukulan keras
ke arah dada J"k" Wandiro. Pemuda ini tenang saja, tidak
menang kis, juga tidak men gelak.
"Blukkk!!!!"
Kepalan yang besar dan keras Itu dengan tenaga dahsyat
menghanta m dada J"k" Wandiro. Akan tetapi akibatnya tubuh
perwira Panjalu itu send iri yang terlempar dan terjengkang ke
belakang! Melihat datangnya pukulan tadi, J"k" Wandiro
maklum bahwa lawannya ini hanya me miliki tenaga kasar
yang kuat, maka ia la lu mengerahkan hawa saktinya,menggunakan tenaga menendang pada dadanya
sehingga akibatnya lawan itu terjengkang.
Bukan ma in marahnya perwira ini. la me loncat bangun
tanpa me mperdulikan tangannya yang sakit dan me mbengkak.
Ia telah dibikin malu di depan rekan-rekannya. Seorang
perwira Panjalu adalah seorang perajurit pilihan yang sudah
lulus ujian ketangkasan, bagaimana kini menghanta m dada
seorang pemuda malah roboh sendiri" Ia menerjang lagi
sambil menge luar kan suara menggereng seperti har imau.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat kenekadan orang ini Joko Wandiro mendongkol. Kini
kepalan lawan di arahkan ke perutnya.
Sekali lagi ia tidak menang kis rnaupun mengelak,
me lainkan dia m-diam mengerah kan hawa sakti, menggunakan
tenaga mene mpel dan mene kan.
"Krakkk!" Si berangasan menjer it dan tubuhnya tcrlempar
sampai tiga meter ke belakang, di mana ia terbanting jatuh
dan menggereng kesakitan sa mbil me megang i lengan yang
sudah patah tulangnya.
"Keparat engkau, J"k" Wandiro Merobohkan seorang
perwira kerajaan berarti me mberontakl" bentak perwira ke
dua yang bertubuh tinggi besar. Diikuti e mpat orang
temannya yang semua menghunus keris, mereka maju dan
menerjang J"k" Wandiro.
Pemuda ini merasa menyesal. Teringat akan pesan
gurunya, ia tidak suka bermusuhan dengan orang-orang
Panjalu. Bahkan ketika ia dipandang rendah di istana dan tidak
ditenma penghambaan dirinya, ia tidak merasa sakit hati.
Akan tetapi, kali ini ia menghadap i perwira -perwira Panjalu
bukan sekali-kali me mbela Jengga!a, dan di dalam hatinyapun
bukan sekali-kali ia henda k me mbela seorang puteri Jenggala,
me lainkan ia hendak me mbela seorang wanita yang terancam
kebebasannya oleh sekelompok orang-orang yang hendak
menawannya. "Aku tidak me mberontak atau melawan Panjalu, aku
menentang dan me lawan kalian orang-orang yang hendak
menghina wanita!" jawabnya dan kini ia tidak berani
menerima sa mbaran keris para perwira itu. Bukan saja ia
khawatir bajunya akan rusak oleh tikaman keris-keris itu, juga
ia tahu bahwa perwira-perwira Panjalu bukanlah orang-orang
sembarangan dan keris merekapun tentu saja merupakan
senjatasenjata ampuh yang tak boleh dipandang rendah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memang sesungguhnya de mikian lah. Gerakan lima orang
itu tangkas dan cepat sekali dan biarpun mereka ber lima
bergerak berbareng mengurung J"k" Wandiro, namun
gerakan mereka tidak kacau dan dapat saling me mbantu. Lima


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang perwira ini adalah perwira-perwira setengah tua yang
sudah banyak pengalaman.
Mereka tidak se mbrono seperti perwira berangasan tadi.
Mereka tahu bahwa pe muda ini pernah me ngalahkan
pengeroyokan Ni
Durgogini dan Ni Nogoginl yang me mbuktikan bahwa pe muda Ini seorang sakt i mandraguna.
Oleh karena itulah kini mereka mengeroyok dengan gerakan
hati-hati. Kalau saja mereka tidak sudah tahu bahwa J"k"
Wandiro adalah seorang yang me miliki ilmu kesaktian tinggi,
tentu saja sebagai perwira-perwira Panjalu mereka akan
merasa malu untuk mengeroyok.
Keris pertama yang menyerangnya dengan tusukan kilat ke
arah pusar adalah keris perwira tinggi besar. J"k" Wandiro
menggeser kaki miringkan tubuh. Pada detik berikutnya, dua
batang keris perwira Iain menyambarnya dari kanan kiri,
mengarah leher dan la mbung. Ia merendahkan tubuh
menge lak dari tusukan keris di leher sambil me mutar tubuh
dan mencengkeram lengan yang me megang keris me nusuk
Iambung sehingga s i pe megang keris cepat-repat menarik
kembali kerisnya. Namun pada saat itu, kembali ada dua
batang keris menyerangnya dengan gerakan cepat sekali, dari
depan dan helakang. Terpaksa Joko Wandiro meloncat ke
kanan dan menggerakkan kakinya menendang ke arah
pergelangan tangan lawan yang berada di be lakang, na mun
tendangannya juga luput karena perwira itu sudah menarik
kembali kerisnya sambil meloncat mundur. Joko Wandiro terus
didesak, dihujani serangan dari lima penjuru, serangan yang
cepat, kuat, dan susul-menyusul.
Dengan Ayi Bayu Sakti, Jok" Wandiro seenaknya menge lak
ke sana ke mari. Jangankan baru dikeroyok lima, biarpun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditambah sepu luh orang lagi kalau ia menggunakan aji ini, tak
mungkin tubuhnya akan dapat dicium senjata lawan. Lima
orang perwira itu menjadi pusing dan mata mereka berkunang
ketika tubuh lawan yang dikeroyok bergerak-gerak amat
cepatnya sehingga lenyap bentuk tubuhnya, hanya tampak
bayangan yang tentu saja sukar sekah untuk diserang.
Sementara itu, perwira berkumis panjang yang tidak ikut
mengeroyok, cepat-cepat me mbujuk dengan kata-kata
mengandung ancaman. Karena tidak ingin diperlakukan kasar
dan dipaksa naik kuda, terpaksa sekali Sang Puteri Mayagaluh
me loncat ke atas punggung kuda itu, diikuti oleh perwira
berkumis panjang yang me loncat ke atas seekor kuda lain.
Mayagaluh meno leh dan melempar pandang terakhir ke
arah J"k" Wandiro yang masih sibuk menghadapi lima orang
pengeroyoknya, kemudian kudanya dica mbuk dari belakang
oleh perwira berkumis sehingga kuda itu meloncat ke depan
dan berlari cepat.
J"k" Wandiro mendengar derap kaki kuda cepat
menengo k. Alangkah kaget dan mendongkol hatinya melihat
sang puteri sudah dilarikan seekor kuda, diikuti si perwira
berkumis. Tadinya ia tidak berniat merobohkan lima orang
perwira ini karena ia mas ih merasa segan untuk bermusuhan
dengan mereka. Akan tetapi melihat sang puteri d ibawa pergi
dan menduga bahwa betapapun juga, puteri seorang musuh
tentu takkan mendapat perlayanan baik kalau terjatuh di
tangan musuh, timbul ke khawatirannya.
Sekali ia berseru keras, kedua tangannya bergerak dan dua
orang pengeroyok tak dapat mempertahankan diri terhadap
dorongan kedua tangan J"k" Wandiro yang mengandung
hawa pukulan luar biasa panasnya itu. Mereka berteriak kaget
dan terdorong roboh, keris mereka mence lat entah ke mana.
Menggunakan kesempatan ini, J"k" Wandiro meloncat jauh
me lakukan pengejaran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun kuda yang me mbawa lari puteri itu me mbalap,
namun J"k" Wandiro yang mengerah kan Aji Bayu Sakti,
sebentar saja sudah hampir dapat menyusulnya. Namun tiga
orang perwira yang belum roboh, juga sudah mencemplak
kuda dan men gejar sa mbil berteriak-teriak.
Tiga orang perwira itu adalah ahli-ahli dalam hal
menunggang kuda, maka sebelum J"k" Wandiro dapat turun
tangan merampas kemba li Puteri Mayagaluh, la sudah tersusul
dan kemba li mereka menerjang dan mengurungnya sambil
me lompat dari atas kuda masirtg- mas ing. Gerakan mereka
cukup gesit dan tangkas dan sekali lagi J"k" Wandiro terpaksa
menggunakan Aji Bayu Sakti untuk menghindarkan diri dari
hujan tika man keris.
Melihat sang puteri ma kin jauh, J"k" Wandiro panas
hatinya. "Kalian ini benar-benar tak tahu d iri!" bentaknya dan
mulailah ia menggerakkan kaki tangan untuk menang kis dan
balas menyerang. Pada saat itu, dua orang perwira yang tadi
hanya roboh oleh tenaga dorongan dahsyat dan tidak terluka,
kini sudah datang pu la menyerbu sa mbil melpmpat turun dari
atas kuda masing-masing. Kemba li lima orang perwira
mengeroyok J"k" Wand iro. Dua orang perwira yang
kehilangan keris, kini malah menggunakan to mbak yang
tadinya terselip di punggung kuda. Dari jauh tampak perwira
ke enarn yang patah tulang lengannya, berjalan perlahan
karena kudanya ditunggangi oleh sang puteri. Tentu saja
setelah tulang lengannya palnh, ia tidak dapat me mbantu
teman-temannya.
Tadi ketika J"k" Wandiro hanya menggunakan kegesitannya berlandaskan Aji Bayu Sakti untuk mengelak ke
sana ke sini, lima orang itu sudah tak berdaya dan sama sekali
tidak ma mpu menyentuh ujung bajunya. Sekarang, dengan
menggunakan Aji Kukilo Sakti yaitu gerak s ilat tangan kosong
yang amat lincah dan hebat, tubuh J"k" Wandiro menyambarTiraikasih Website http://kangzusi.com/
nyambar seperti seekor burung garuda dan kocar-kacirlah lima
orang pengeroyoknya.
Terdengar teriak-teriakan kaget, keris terlempar dan tubuh
terbantmg. Dalam beberapa menit saja, lima orang itu sudah
roboh tanpa memegang senjata lagi dan biarpun mereka tidak
mender ita luka parah, namun tamparan tangan Jok" Wandiro
me mbuat mereka pening dan untuk beberapa lama mereka
tidak ma mpu bangun!
Tiba-tiba berkelebat sesosok bayangan putih dan seorang
kakek berusia kurang lebih lima puluh lima tahun berdiri di
depan J"k" Wandiro. Kakek itu bertubuh sedang na mun
berdiri tegak dan gagah seperti tubuh seorang pe muda,
wajahnya kemerahan dan keren gagah, alis, kumis dan
jenggotnya masih hitam akan tetapi rambutnya sudah
berwarna dua. Di tangan kanannya terpegang sebatang
tongkat kehita man yang mengkilap dan pakaiannya ringkas
serba putih. "He mmm, pe muda jahat dari manakah berani menganda lkan kepandaian menghina dan merobohkan para
perwira Kerajaan Panjalu?" katanya dengan suara keren,
matanya bersinar keras dan tangan kirinya mengelus jenggot.
Berkelebatnya bayangan kakek ini tadi me mbuktikan bahwa
kakek ini seorang berilmu, rnaka J"k" Wandiro tidak berani
me mandang rendah. Pe muda ini segera me mbungkuk dan
berkata penuh hormat,
"Paman, aku tidak me nganggap mereka ini perwira-perwira
Panjalu yang gagah, melainkan orang-orang jahat yang
hendak menculik seorang wanita. Harap paman jangan
menca mpuri urusan ini."
Seorang di antara para perwira, yaitu yang lengannya
patah, mengenal kakek ini dan segera berkata,
"Paman Darmobroto! Saya Jatmiko dan kaki Merbabu pula,
sahabat putera paman J"k" Seto! Paman, orang muda ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hendak me mbela seorang puteri Jenggala yang menjadi
tawanan kami. Harap paman suka me mbantu kami dan jangan
me mbiarkan dia mengejar seorang kawan kami yang
me mbawa puteri itu menghadap Gusti Prabu."
"Orang muda, menyerahlah!" Ki Darmobroto, kakek itu
me mbentak. Mendengar disebutnya nama kakek ini, dan disebutnya pula
nama J"k" Seto putera kakek ini, sejenak J"k" Wandiro
tertegun. Itulah namanama yang disebut oleh Ki Ad ibroto
dalam pesan terakhir! Inilah Ki Darmobroto ca lon mertua Ayu
Candra! Hatinya makin tidak enak. Kalau tadi ia meragu untuk
me lawan ka kek ini, sekarang ia ma kin merasa berat pula.
"Paman Darmobroto, kumohon agar pa man jangan
menca mpuri urusan ini, biarlah lain kali a ku akan datang
menghadap pa man, minta- maaf dan akan bicara hal yang
amat penting bagi pa man dan putera paman, J"k" Seto "
"He mm, kau sudah meroboh kan perwira- perwira Panjalu,
siapa pereaya omonganmu " Bocah, lebih baik kau pergi dan
jangan lanjutkan perbuatanmu menentang Panjalu, dan
akupun sudah me maafkanmu."
Dia m-dia m Ki Darmobroto yang kini me mperhatikan para
perwira yang roboh, merasa kaget dan kagum. Perwiraperwira itu bukan orang-orang muda, tentu bukan perwira
sembarangan dan sudah me miliki kepandaian yang lumayan.
Akan tetapi enam perwira itu se mua roboh oleh pe muda ini,
tanda bahwa pemuda ini benar-benar me miliki kesaktian yang
luar biasa. Apalagi melihat betapa mereka berenam itu tidak ada yang
mender ita luka berat, hal ini kembali me mbuktikan bahwa
pemuda ini bukan orang yang kejam. Inilah yang me mbuat Ki
Darmobroto merasa suka dan sayang kepada J"k" Wandiro
dan ingin menyudahi urusan itu asal J"k" Wandiro su ka pergi
dan tidak me lanjutkan usahanya mera mpas puteri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi justeru hal inilah yang memberatkan hati J"k"
Wandiro. Ia suka mengalah asal Puteri Mayagaluh dibebaskanl
Dengan suara bingung karena sang puteri kini sudah dilarikan
jauh, ia berkata,
"Paman Darmobroto, aku tidak berniat me lawan mu, juga
tidak ingin ber musuhan dengan perwira Panjalu. Aku hanya
ingin me mbebaskan sang puteri!"
Setelah berkata demikian, tubuhnya berkelebat cepat
sekali, meloncat jauh dan kembali ia mengejar sang puteri dan
si perwira berkumis.
Ki Darmobroto makin kagum menyaksikan gerakan pemuda
itu. Iapun cepat mengejar sa mbil mengerahkan ilmunya berlari
cepat. Alangkah kagum hatinya ketika ia mendapat kenyataan
bahwa ilmu lari cepat pe muda ini tidak kalah olehnya.
Padahal ia sudah me mpergunakan aji keringanan tubuh
yang merupakan ilmu warisan dari nenek moyangnya, dan
yang sudah amat terkenal di daerah Merbabu! Ia makin
penasaran dan mengerah kan seluruh tenaganya.
Namun karena J"k" Wandiro juga mengerahkan seluruh
tenaganya, menggunakan Aji Bayu Sakti yang ia dapat dari
Empu Bharodo, ma ka pendekar Gunung Merbabu itu hanya
ma mpu me mbayanginya, belum ma mpu menyusulnya. Para
perwira juga segera berloncatan ke atas kuda dan mengejar.
Perwira yang lengannya patah membonceng salah seekor
kuda mereka. Kejar-kejaran terjadi dengan seru. Debu mengepul dan
tubuh mereka berkelebat keluar masuk hutan. Dengan
loncatan-Ioncatan jauh dan berlari cepat sekah, akhirnya J"k"
Wandiro berhasil menyusul Mayagaluh dan perwira ber kumis.
"Gusti puteri, hentikan kuda paduka! Jangan takut, hamba
me lindungi paduka!" teriak J"k" Wandiro.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perwira berkumis marah sekali, me mbalikkan tubuhnya dan
menyerang dengan sebatang tombak yang panjang ke arah
J"k" Wandiro. Akan tetapi tanpa mengelak, pemuda itu
menggerakkan tangan dan berhasil menangkap leher tombak
lalu me mbetot keras. Perwira itu terkejut sekali dan terpaksa
me lepaskan tomba k karena kalau tidak, ia tentu akan turut
terbetot jatuh dan atas kuda.
"Perwira Panjalu, jangan kurang ajar dan bebaskan sang
puteri!" J"k" Wandiro me mbentak marah.
Puteri Mayagaluh kagum me mandang J"k" Wandiro,
mulutnya tersenyum man is dan matanya bersinar-sinar,
wajahnya berseri. Ia senang sekali melihat kesetiaan pe muda
itu. ?"k" ia la lu menahan kudanya.
Akan tetapi pada saat itu, sesosok bayangan putih sudah
tiba di te mpat itu dan langsung menerjang J"k" Wandiro
sambil dibarengi bentakan,
"Orang muda, kaulah yang kurang ajar!"
Itulah Ki Darmobroto yang sudah menyerang dengan
tangan kirinya mencengkeram ke arah pundak J"k" Wandiro.
Hebat gerakan kakek ini, didahului angin menya mbar a mat
kuat. J"k" Wandiro maklum bahwa kakek ini me miliki tenaga
yang hebat, maka ia tidak mau me mbiar kan pundaknya
dicengkera m. Akan tetapi iapun sebagai seorang sakti ingin
sekali me nguji sa mpai di mana keampuhan tangan kakek
Merbabu itu, ma ka ia la lu mengangkat tangan kanannya
menang kis sambil berkata,
"Paman, aku hanya ingin mencegah orang menghina
seorang wanita!"
Dua buah lengan yang mengandung tenaga mujijat itu
saling berte mu dan terkejut bukan main hati pendekar
Merbabu ketika t idak hanya lengannya tergetar, bahkan
sebagian dadanya kesemutan akibat benturan itu. Di lain
fihak, J"k" Wandiro juga kagum karena tenaga kakek itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cukup a mpuh, tidak kalah banyak kalau dibandingkan dengan
tenaga sakti mendiang Wirokolo yang tangguh.


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Karena makium bahwa pe muda ini merupa kan lawan berat,
maka Ki Darmobroto lalu me megang tongkatnya eraterat,
me langkah maj u dan bertanya,
"Orang muda, apakah engkau seorang ponggawa
Jenggala" Kalau engkau seorang ponggawa Jenggala, aku
hormati kesetiaanmu dan pe mbe laan mu terhadap gusti
puterimu. Akan tetapi kalau engkau bukan ponggawa
Jenggala, harap kau suka pergi dengan aman, jangan mencari
penyakit."
"Dia bukan ponggawa Jenggala, akan tetapi sebentar lagi
tentu dia diberi anugerah kedudukan mulia oleh ra manda
prabu!" Tiba- tiba Puteri Mayagaluh berkata. J"k" Wandiro terkejut
dan cepat-cepat ia berkata,
"Aku bukan ponggawa kerajaan mana pun, pa man. Aku
me mbe lanya berdasar keadilan karena aku tida k suka melihat
seorang wanita muda tanpa dosa diculik."
Akan tetapi pada saat itu, para perwira yang lain sudah tiba
di situ dan mendengar ucapan puteri tadi mereka sudah
menerjang lagi dan mengurung J"k" Wandiro. Adapun Ki
Darmobroto yang melihat kenekatan J"k" Wandiro hendak
me lindungi sang puteri, sudah turun tangan pula me mutar
tongkatnya ikut menerjang. Sebetulnya, mengingat kedudukannya sebagai seorang tokoh besar Merbabu, seorang
angkatan tua yang terkenal, Ki Darmobroto merasa sungkan
untuk me lawan J"k" Wandiro yang bertangan kosong itu
dengan tongkatnya yang sakti, ?"" pula mengeroyoknya
bersama lima orang perwira Panjalu.
Akan tetapi karena yang dihadap inya ini bukan urusan
pribadi, melainkan urusan me mbela Panjalu, ia mengesa mpingkan perasaan pribadi dan mendahulukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepentingan junjungannya. Akan tetapi tidak seperti para
perwira yang sudah marah dan terhina karena tadi beberapa
kali dikalahkan J" k" Wandiro dan kini menyerang dengan
mati-matian, Ki Darmobroto menggerakkan tongkatnya hanya
untuk meroboh kan dan me nawan pe muda itu.
Biarpun de mikian, segera J"k" Wandiro mendapat
kenyataan betapa serangan orang tua ini Amat hebat, ujung
tongkatnya menyambar-nyambar dan pecah menjadi be lasan
batang agaknya saking cepatnya gerakan.
Tongkat kayu cendana itu mengeluarkan bau harum dan
ketika digerakkan, me mperdengarkan suara mengaung.J"k"
Wandiro terkejut dan segera ia mengerahkan kepandaiannya
untuk menghindari hujan senjata itu. Serangan para perwira
yang lima orang jumlahnya itu dapat dengan mudah ia
hindarkan, akan tetapi bayangan tongkat kayu cendana di
tangan Ki Darmobroto benar-benar me mbuat ia repot.
Ketika ia melompat jauh ke bela kang untuk menjauhi para
pengeroyoknya, bayangan tongkat dan bayangan putih itu
mengejarnya, ujung tongkat tak pernah meninggalkan jalan
darah di lehernya dan terdengar orang tua itu berseru,
"Menyerahlah!" sambil menusukkan ujung tongkat kearah
jalan darah di leher yang akan me mbuatnya lumpuh se ketika!
J"k" Wandiro terpaksa mengeluarkan kepandaiannya.
Dengan kelincahan mengandalkan Aji Bayu Sakti, ia miringkan
tubuh ke kiri, kemudian dengan jari jar i tangan terbuka ia
me mukul ujung tongkat. itulah pukulan Aji Pethit Nogo yang
ampuhnya bukan ma in.
Jangankan hanya tongkat kayu, biarpun tongkat besi akan
dapat dipukul patah oleh jari jari tangan yang penuh Aji Pethit
Nogo!. Akan tetapi kakek itu ternyata hebat. Agaknya dari
sambaran angin yang keluar dari tangan J"k" Wand iro, kakek
itu ma klum akan keampuhan Pethit Nogo, maka ia menarik
tongkatnya dan meng goyang tangan sehingga ujung tongkat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu kini menya mbar dan menotok ke arah telapak tangan J"k"
Wandiro. Pemuda itu terkejut dan kagum. Dala m segebrakan ini saja
ia maklum bahwa tingkat kepandaian Ki Darmobroto ini tidak
berada di sebelah bawah tingkat kepandaian Ni Durgogini atau
Ni Nogogini! Totokan pada telapak tangannya itu a mat
berbahaya. Pusat jalan darah di tangan berada di telapak
tangan, antara ibu jari dan telunjuk, kalau sa mpai kena
tertotok, tentu kelima buah jar inya akan kaku dan tak dapat
dipergunakan lagi untuk beberapa la ma.
Totokan serupa ini sekaligus me lumpuhkan atau me mbuyarkan keampuhan ilmu pukulan Pethit Nogo yang
dilakukan dengan telapak tangan terbuka, mengandalkan
kepretan jari jari tangan.
Maklum bahwa ilmu tongkat kakek Itu dapat mengatasi
ilmunya Pethit Nogo, Joko Wandiro segera menggerakkan
tubuhnya dan mulailah ia melakukan gerakan-gerakan dari
Ilmu Silat Bramoro Seto. Tubuhnya berkelebat cepat sekali
dan ia menggunakan kecepatannya yang mengatasi kecepatan
kakek itu untuk berusaha mera mpas tongkat.
Ketika kakek ini men ggerakkan tong katnya menyabet dari
kanan ke kiri, Joko Wand iro merendah kan tubuh dan secepat
kilat tangannya menyambar ke depan. Di lain saat dua jari
tangannya telah berhasil menjepit tongkat kayu cendana itu.
Betapa kagetnya hati Ki Darmobroto ketika merasa betapa
jepitan itu kuat sekali. la mengerahkan tenaga menarik,
namun s ia-sia, tongkatnya tak dapat terlepas dan pada detik
itu, tangan kiri Joko Wandiro dengan jari tangan terbuka
me lakukan pukulan Pethit Nogo ke arah pelipisnya!.
"Celaka..........!!" seru Ki Darmobroto, terkejut sekali. la
dapat menduga bahwa pukulan dengan jari tangan itu a mat
berbahaya, maka ia tadi memunahkannya dengan totokantotokan tongkat. Kini tongkatnya terjepit dan dengan tangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kosong, tak mungkin ia berani mener ima tamparan dengan
jari jari seperti itu.
Untuk mengelak, terpaksa ia harus me lepaskan tongkatnya
dan hal ini alangkah akan mendatangkan ma lu baginya. Ia
bertongkat, bahkan dibantu lima orang perwira. Pemuda itu
bertangan kosong, namun pe muda itu masih dapat merampas
tongkatnya" Tidak! Tiba-tiba Ki Darmobroto mengeluarkan
pekik nyaring dan tiba-tiba tubuhnya mengge linding ke
bawah, terus bergulingan dan tentu saja tongkat itupun ikut
terbawa olehnya.
Caranya bergulingan amat aneh, akan tetapi Joko Wandiro
merasa betapa lengannya yang jarinya menjepit tongkat itu
tak dapat menahan dan hendak ikut terbawa gerakan si
kakek. Terkejutlah ia dan pada saat itu, kakek itu meloncat
sambil menggerakkan kedua kakinya, bertubi-tubi melakukan
tendangan. "Bagus!" Joko Wandiro berseru kagum. Terpaksa kini ia
me lepaskan tongkat kakek itu dan melompat ke samping
sambil me nggerakkan tangan kiri menangkis kaki lawannya.
"Desss. .......!!"
Tubuh kakek itu berputar-putar, namun dengan cekatan
sekali kakek itu me lompat ke atas dan mematahkan gaya
berpusing sehingga ia tidak sampai roboh. Kemba li Joko
Wandiro me muji. Akan tetapi Ki Darmobroto mengeluarkan
keringat dingin.
Dua gebrakan tadi hampir saja mencelaka inya. Kini tahulah
ia bahwa pemuda ini benar-benar amat sakti, maka ia lalu
menggerakkan tongkatnya dan menerjang tanpa sungkansungkan lagi. o)O---dw---O(o Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 30 KALAU tadi ia hanya berusaha mengalahkan dan
menaklukkan pe muda itu, kini ia menyerang sungguh-sungguh
dan mengerahkan seluruh kepandaiannya.
Kebetulan lima orang perwira juga sudah maju lagi
mengurung sehingga keadaan Joko Wandiro benar benar
terancam. "Paman sekalian sungguh terlalu, men desak-desak tanpa
mernberi kesempatan kepadaku. Kuharap paman suka
mernbiarkan a ku mengantar sang puteri kembali ke Jenggala."
"Tak perlu banyak cakap!" bentak seorang perwira.
Sesabar-sabarnya orang, tentu ada batasnya Joko Wandiro
sama sekali tidak ingin ber musuhan dengan para perwira
Panjalu yang ia tahu adalah orang orang gagah perkasa dan
perajurit perajurit utama ini, lebih lebih lag i ia tidak ingin
bermusuhan dengan Ki Darmobroto , calon ayah mertua Ayu
Candra yang sedang di cari carinya itu!
Ak?" tetapi ia pun tidak mungkin me mbiarkan Sang Puteri
Mayagaluh menjad i tawanan, karena parang di antara kedua
kerajaan kak"k berad ik itu sebetulnya sama se kali tidak ada
sangkut paut nya dengan pribadi sang puteri. la menganggap
tidak se mestinya dan amat "uranglah kalau me mpergunakan
permusuhan kerajaan itu untuk menyeret seorang gadis muda
menjad i tawanan.
Melihat betapa kini kuda yang ditunggangi Puteri
Mayagaluh kembali sudah dituntun dan dibedalkan cepat ?"?"t
oleh si perwira berr kumis, kesaibarannya lenyap.
"Paman pa man sekalian, sekali lag i hamba
minta bebaskanlah sang puteri. Kalau tidak, terpaksa hamba berlaku
kurang hormat!" Sengaja ia merendah kan diri kali ini.
"Joko Wandiro! Dengan berpihak kepada Jenggala, engkau
menjad i pengkhianat dan menjadi musuh kami!" bentak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang perwira dan mereka yang dipimpin oleh Ki
Darmobroto yang sakti itu sudah me nerjang maju bersama.
"Kalau begitu, terima lah ini!" Joko Wandiro menge luarkan
bentakan nyaring sekali, pekik dahsyat yang bukan
menyerupai suara man usia lagi.
Pekik dahsyat ini mengiringi dorongsn kedua tangannya
yang bergerak mendorong sa mbil me mbuat lingkaran kearah
pengeroyoknya. Inilah pe kik Dirodo Melu (Gajah Mengamuk)
yang mengiringi Aj i Bojro Dahono (Kilat Berapi) scbuah
pukulan sakti yang dahulu pernah me mbuat Ki Patih Narotama
terkenal! Hebat bukan main daya serangnya, baru pekik
dahsyat itu saja sudah cukup nntuk meroboh kan lawan kuat
yang tergetar jantungnya dan terbang semangatnya, apalagi
aji pukulan yang mendatangkan angin lesus dan panasnya
kilat menyambar itu.
Tubuh lima orang peiwira Panjalu terlempar ke sana ke
mari dalam keadaan pingsan! Hanya Ki Darmobroto yang
dapat me mpertahankan diri, hanya terhuyung huyung sa mpai
beberapa meter jauhnya, mukanya pucat dan dahinya mengeluarkan keringat dingin. Masih untung bahwa pe muda itu
tidak berma ksud men celakai mereka, dan hanya me mpergunakan tenaga terbatas saja.
Kalau tidak, tentu mereka se mua termasuk Ki Darmobroto,
akan tewas semua. Kakek itu berdiri terbelalak, menarik napas
panjang berkali-kali untuk menghimpun tenaga me mulihkan
keadaan tubuhnya, memandang tubuh Joko Wand iro yang
berkelebat cepat lari mengrjar sang puteri yang dilarikan.
Kemudian Ki Darmobroto men ggeleng ge leng kepalanya dan
berkata seorang diri,
"Dari mana gerangan datang seorang muda yang begini
hebat" Kalau fihak Jenggala memiliki jago muda seperti
ini....... ahh, tiada harapan bagi Panjalu agaknya.....!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena merasa tidak akan ma mpu me lawan Joko Wand iro,
Ki D?" mobroto tidak mengejar, me lainkan segera me mberi
pertolongan kepada para perwira yang masih pingsan.
Ternyata Sang Puteri Mayagaluh telah dilarikan jauh sekali
oleh perwira ber kumis tadi. Joko Wandiro menjad i bingung
ketika tidak melihat bayangan mereka. Terpaksa ia beberapa
kali me loncat naik ke atas pohon tinggi untuk me lihat ke
sekeliling. Setelah berlari-lari cepat dan meloncat ke atas
beberapa batang pohon tinggi besar, akhirnya ia melihat
banyak sekali pernunggang kuda ber kumpul di tempat jauh.
Ia menjadi girang akan tetapi juga khawatir akan
keselamatan Puteri Mayagaluh, lalu meloncat turun dan cepatcepat me mpergunakan ilmu lari cepatnya untuk mengejar ke
tempat yang tampa k dari atas itu.
Dia seorang yang a mat berhati-hati. Begitu dekat dengan
tempat itu, ia tidak langsung me mperlihatkan diri. Melihat
banyak sekali orang di situ, ia lalu me nyelinap dan
bersembunyi, me mandang penuh perhatian.
Kaget dan heranlah ia melihat betapa sang puteri tadi kini
menang is di atas dada seorang pemuda tampan yang
menghiburnya dengan ucapan dan belaian mesra, kemudian
pemuda tampan itu menghardik kepada perwira berkumis
yang berlutut dan menyembah-nyembah di depannya,
"Manusia lancang! Berani sekali kau menghina diajeng
Mayagaluh" Biarpun kerajaan kita ber musuh dengan kerajaan
paman di Jenggala, akan tetapi musuhmu adalah perajur itperajurit Jenggala, bukan diajeng Mayagaluh! Laki-la ki m?"" m
?"" engkau ini" Pengawal, hajar dia dengan sepuluh kali
cambukan!"
Kasihan juga si perwira berkumis itu. Susah payah ia
me larikan Puteri Jenggala dengan harapan mendapat puji dan
pahala. Siapa tahu, bukan pahala didapat, melainkan
cambukan sepuluh kali. Pengawal yang tubuhnya seperti


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
raksasa itu bertenaga besar. Biarpun hanya sepuluh kali, akan
tetapi begitu selesai hukuman itu, si perwira berkumis tak
sanggup bangkit lagi dan terpaksa harus digotong perg i dari
situ oleh dua orang perajur it.
Melihat perkembangan yang sa ma sekali tidak didugaduganya ini, hati Joko Wandiro menjadi girang sekali.
Siapakah pe muda itu" Apakah sang pangeran kaka k Puteri
Mayagaluh yang disebut-sebut oleh gadis bangsawan itu tadi"
Bersama para pengawalnya" Akan tetapi, mengapa ucapan
pemuda bangsawan itu de mikian " Saking herannya dan
karena menduga bahwa tak perlu lagi ia bersembunyi, ia lalu
me loncat keluar dari tempat se mbunyinya dan berjalan
mengha mpiri te mpat itu.
Melihat munculnya seorang pe muda yang tak dikenal,
belasan orang pengawal segera maju dan sebentar saja Joko
Wandiro sudah dikurung. Akan tetapi terdengar seruan Puteri
Mayagaluh. "Tahan! Dia adalah penolongku Eh, Joko Wandiro, ke
sinilah engkau. Jangan takut, ini adalah kakangmas Pangeran
Darmokusumo!"
Joko Wandiro cepat mengha mpiri puteri itu dan para
pengawal yang mendengar seruan Puteri Mayagaluh me mberi
jalan kepadanya. Puteri itu kini berpaling kepadanya dan
berkata, "Joko Wandiro, kakangmas Pangeran Darmokusumo ini
adalah pangeran dari Panja lu, kakak misan saya."
Joko Wandiro terkejut, heran, akan tetapi juga girang
hatinya. Kiranya pangeran ini tidak sepicik anak buahnya dan
bersikap baik terhadap Puteri Jenggala. ?"k" ia lalu cepat
menghaturkan se mbah dengan sikap hormat. Pangeran
Darmokusumo adalah putera sang prabu di Panjalu dari selir,
berusia dua puluh empat tahun, wajahnya tampan sekali dan
sikapnya agung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Kerajaan Kahuripan belum terpecah dahulu, yaitu
ketika kakek mereka Sang Prabu Airlangga belum men inggal
dunia, para pangeran dan puteri cucu Sang Prabu Airlangga
masih tinggal menjadi satu dala m lingkungan keraton. Biarpun
banyak di antara mereka sudah terbawa dalam per musuhan
ayah mereka, namun antara Pangeran Darmokusumo dan
Puteri Mayagaluh telah terdapat hubungan yang amat akrab.
Bahkan dia m-dia m kedua orang muda ini saling mencinta.
Ketika kerajaan terpecah, mereka terpaksa sahng berpisah
dan dengan hati sedih kedua orang muda ini melihat betapa
ayah mereka saling ber musuhan.
Tentu saja sebagai anak, mereka harus berfihak kepada
ayah dan kerajaan masing masing, namun di lubuk hati,
mereka ini tak dapat sating melupa kan. ?"k" pertemuan di
datam hutan, pertemuan yang tak disangka-sangka antara
dua hati yang saling dipisahkan ini merupa kan pertemuan
mengharukan dan mesra. Biarpun mereka dahulu belum
pernah saling menyatakan perasaan cinta kasih masingmasing, dalam perte muan ini perasaan itu tertumpah dan tadi
mereka sa ling peluk tanpa ma lu-malu lag i.
Pangeran Darmokusumo ketika men dengar nama J"k"
Wandiro, sudah terkejut dan me mandang penuh perhatian.
Kini melihat pe muda yang kelihatannya sederhana itu
menghaturkan se mbah, ia bertanya, suaranya halus namun
mengandung wibawa,
"J"k" Wandiro na ma mu" Bukankah engkau ini satria yang
pernah menghadap ra manda prabu dan yang telah mengusir
mundur Ni Durgogini dan Ni Nogogini dari Panja lu?"
"Benar seperti yang paduka katakan gusti pangeran."
"Joko Wandiro, kau pernah menghadap ra manda prabu
hendak mengabdikan diri, sekarang engkau melakukan
perlawanan terhadap perajurit-perajurit Panjalu. Apakah hal
ini berarti bahwa engkau kini telah berfiha k kepada Jenggala?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tida k, dalam peristiwa ini ha mba sa ma sekali t idak
mengingat tentang kerajaan manapun. Hamba hanya melihat
seorang wanita yang hendak dibawa secara paksa oleh
serombongan pria yang me mpergunakan kekerasan. Andaikata wanita itu bukan kebetulan sang puteri dari
Jenggala, sekalipun seorang gadis dusun, sudah pasti hamba
juga akan turun tangan me mbelanya. Sebaliknya, andaikata
rombongan pr ia itu bukan perajur it-perajurit Panjalu, misalnya
mereka itu para perajurit Jenggala yang mengganggu seorang
puteri Panjalu, hambapun tentu akan bertindak mencegah dan
menentang mereka."
Senyum kagum menghias wajah tampan itu dan sepasang
mata Pangeran Darmokusumo bersinar-sinar, kemudian ia
mengangguk-angguk dan meno leh ke arah Puteri Mayagaluh
dan berkata, "Diajeng Mayagaluh, sungguh bahagia sekali engkau
mendapatkan seorang penolong seperti satria bagus ini."
Kemudian ia me man dang Joko Wandiro dan berkata halus,
"Joko Wandiro, aku sudah mendengar tentang pertolonganmu kepada sang puteri dari tangan perampok
jahat. Sebagai kakak misannya, aku mengucapkan terima
kasih atas pertolonganmu dan harap kau jangan kepalang
dalam melepas budi kepada kami keluarga yang tak bahagia.
Antarkan diajeng Mayagaluh sa mpa i sela mat ke Jenggala."
Joko Wandiro menyembah, hatinya kagum terhadap
pangeran ini. Alangkah akan senang hatinya kalau ia dapat
mengha mba kan diri kepada seorang junjungan yang bijaksana
seperti Pangeran Panjalu ini.
"Me mang sudah hamba janjikan kepada gusti puteri untuk
mengantar beliau pulang ke Jenggala. Kewajiban ini ha mba
sekali-kali tidak menganggap sebagai pertolongan, maka
harap paduka jangan me muji ha mba terlalu tinggi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu, Ki Darmobroto dan perwira Panjalu yang tadi
mengejar sudah tiba di te mpat itu. Para perwira masih le mah
dan pucat akibat pukulan Bojro Dahono dan mereka hanya
dapat menundukkan muda ketika ditegur oleh sang pangeran.
Akan tetapi pangeran ini hanya bertanya dengan suara halus
kepada Ki Darmobroto,
"Paman Darmobroto, mengapa pula pa man menca mpuri
pertandingan antara J"k" Wandiro dan perwira-perwira
Panjalu yang kurang ajar ini?"
Ki Darmokusumo menghaturkan se mbah la lu menjawab,
suaranya tenang karena ia merasa dala m kebenaran,
"Ha mba hanya melihat para perwira Panja lu bertanding
me lawan orang muda yang sakti ini dan sebagai seorang
hamba Panjalu tentu saja hamba tidak dapat tinggal dia m.
Menyesal sekali bahwa kepandaian hamba tidak ada artinya
sehingga biarpun ha mba bantu, para perwira paduka tetap
saja menga la mi keka lahan."
Setelah berkata deinikian, Ki Darmobroto melirik dengan
pandang mata kagum terhadap bekas lawannya yang masih
bersimpuh di de katnya, depan sang pangeran.
Mendengar ini, Pangeran Darmokusumo men jadi makin
kagum terhadap pemuda itu.
"J"k" Wandiro, karena diajeng Mayagaluh telah sesat jalan
dan berpisah dari rakandanya Sang Pangeran Panjirawit, maka
lebih baik kau lekas-lekas men gantar pulang ke Jenggala agar
jangan sampa i mengge lisah kan keluarganya."
Pangeran itu lalu me merintahkan ana k buahnya untuk
menyiapkan dua ekor kuda pllihan.
Setelah dua ekor kuda yang pilihan dipersiapkan, Puteri
Mayagaluh sejenak saling pandang dengan Pangeran
Darmokusumo, kemudian sang puteri
menangis dan menge luh, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakangmas, mungkinkah kita dapat saling berte mu
kembali... "
Pangeran itu tersenyum sedih dan ketika Mayagaluh
menang is, ia lalu me me luknya dan mengusap-usap rambutnya
yang hitam ha lus, berbisik-bis ik me mberi hiburan kepada
puteri itu. Betapa hancur hati kedua orang muda yang saling
mencinta ini menghadapi kenyataan betapa ramanda mereka
saling ber musuhan. Melihat dua orang itu mengadakan
perpisahan yang mengharukan, J"k" Wandiro me mpergunakan kesempatan ini untuk mende kati Ki
Darmobroto dan berkata,
"Paman Darmobroto, saya gembira sekali dapat bertemu
dengan paman. Memang saya me mpunyai niat untuk mencari
paman." Ki Darmobroto tersenyum. Ia merasa kagum dan suka
kepada orang muda ini, yang me miliki kesaktian hebat akan
tetapi selalu bersikap rendah hati dan juga tidak so mbong,
tidak kej i. "Akupun a mat senang dapat berkenalan dengan anakmas
J"k" Wandiro yang sakti mandraguna. Kehormatan ?""
gerangan yang hendak anakmas berikan sehingga anakmas
bersusah payah mencari pa man mu yang mis kin ini?"
Karena ia tahu bahwa berita yang hendak disampaikannya
bukan hal yang mengge mbira kannya, J"k" Wandiro
mengerutkan keningnya dan mukanya berubah suram. Hal ini
tak terlepas dari pandang mata Ki Darmobroto yang awas,
maka kakek itu cepat-cepat bertanya,
"Ada apakah, anakmas J"k" Wandiro?"
"Paman, sungguh berat rasa hati saya untuk menya mpaikan ber ita ini. Pa man....secara tak disengaja saya
telah menjadi saksi akan kematian pa man Adibroto dan....
isterinya, serta mendengar pula pesan terakhir me ndiang
paman Adibroto."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Darmobroto adalah seorang sakti yang gentur tapa
(tekun bertapa), batinnya sudah amat kuat, tidak mudah
dipengaruhi suka-duka duniawi. Namun mendengar ber ita
bahwa sahabat baiknya, Ki Adibroto dan isterinya, telah
men inggal dunia, ia terkejut bukan main sehingga sejenak ia
tak dapat berkata-kata. Kemudian ia bertanya, suaranya
gemetar, "Adibroto dan isterinya..... meninggal dunia...... " Belum
la ma ini mere ka berdua singgah di rumah ku......!!"
"Saya menyaksikan kematian pa man Adibroto dengan
kedua mata saya sendiri, paman. Beliau tewas karena lukaluka yang dideritanya "
"Terbunuh!!"
Ki Darmobroto berseru. "Siapa pembunuhnya" Mengapa orang sebaik budi Adibroto
dibunuh?" J"k" Wandiro menggeleng kepalanya, hatinya terasa perih.
Dia m-dia m ia menduga bahwa kematian Ki Ad ibroto dan
isterinya, atau ibu kandungnya sendiri, tentu ada hubungannya dengan Pujo, guru dan ayah angkatnya. Hal
inilah yang me mbuat hatinya sangat berduka setiap kali ia
teringat. "Saya tidak tahu, paman. Paman Adibroto
tidak mengatakan apa-apa, hanya meninggalkan pesan kepada....
Ayu Candra bahwa bahwa Ayu Candra telah dijodohkan
dengan putera paman yang bernama Joko Seto. "
"Betul sekali. Di mana kini adanya nini Ayu Candra" Kasihan
sekali anak itu, kehilangan ayah bundanya!"
Kemudian kakek itu teringat sesuatu dan bertanya,
me mandang penuh se lidik,
"Anakmas J"k" Wandiro, bagaimana anakmas dapat
menyaksikan itu semua" Ke nalkah anda dengan keluarga itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Joko Wandiro merasa berat untuk membentangkan semua
keadaannya. Ia hanya menggeleng kepala dan me njawab,
"Secara kebetulan saja saya lewat di Telaga Sarangan dan
menyaksikan hal itu. Adapun..... diajeng Ayu Candra telah
pergi, saya sendiri tidak tahu ke mana, bahkan sekarangpun
sebenarnya saya sedang mencarinya dengan maksud
mengantarnya ke Merbabu, ke te mpat tinggal paman."
"Mengapa pergi" Ke mana ?"
"Saya tidak tahu, paman. Mungkin perg i mencari musuh
yang telah menewaskan paman Ad ibroto dan isterinya,
padahal dia sendiripun tidak tahu siapa musuhnya itu dan
paman Adibroto sudah berpesan agar jangan me mba las
dendam, jangan men cari musuh."
Ki Darmobroto masih ingin banyak bertanya, akan tetapi
pada saat itu terdengar suara Puteri Mayagaluh,
"Joko Wandiro, sudah siapkah engkau" Mari kita
berangkat!"


Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Joko Wandiro bangkit berd iri lalu berpa mit kepada
Pangeran Darmokusomo, kemudian meloncat ke atas
punggung kuda yang disediakan untuknya, lalu bersa ma Puteri
Mayagaluh yang sudah naik ke atas kuda pula meninggalkan
tempat itu. Sang puteri beberapa kali menengo k dan bertukar pandang
mesra dengan Pangeran Darmokusumo, kemudian setelah
mereka berbe lok pada sebuah t ikungan, sang puteri
menghapus air mata dari pipinya dengan tangan.
"Gusti Pangeran Darmokusumo sungguh seorang yang
berbudi luhur!" J"k" Wandiro berkata perlahan.
Sang puteri terkejut dan mengangkat muka me mandang
kepada pemuda yang menjalankan kuda di sebelah kirinya,
lalu me ma ksa senyum. Senyum yang a mat cerah sehingga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lenyaplah semua kedukaan dan kekecewaan. "Mengapa kau
berkata demikian, J"k" Wandiro?"
"Mengapa" Hamba me muji gusti pangeran dan Panjalu itu,
dan me mang sepatutnya dipuji."
"He mm, tiada hujan tiada angm engkau me muji-mujinya di
depanku. ?"" yang tersembunyi di ba lik kata-kata mu, orang
muda?" J"k" Wandiro men jadi merah mukanya.
Kiranya sang puteri a mat ?"k" perasaannya, seakan-akan
dapat menjenguk dan mengintai is i hatinya.
"Maaf, gusti puteri. Hamba eh, ha mba kira eh, gusti
pangeran amat sayang kepada paduka dan......... eh, memang
sepadan benar. Sayang sekali, ramanda paduka berdua tak
dapat hidup berda mpingan da la m suasana damai."
Mendengar ini, sang puteri menarik napas panjang.
"Matamu awas benar, J"k" Wandiro. Memang......" Puteri
jelita itu men unduk ma lu, "kangmas Pangeran Darmokusumo
amat sayang kepadaku, semenjak dahulu sayang "
Melihat wajah yang jelita itu kemba li terselubung awan
kedukaan, cepat-cepat Joko Wandiro berkata,
"Sesungguhnya hamba heran sekali, bagaimanakah paduka
sampai dapat melakukan perjalanan begini jauhnya" Kalau
boleh hamba bertanya, paduka bersama rakanda paduka dan
pengawal, hendak pergi ke ma nakah?"
"Ah, ini gara-gara kakanda Pangeran Panjirawit yang selalu
menurut i semua kehendak Endang Patibroto!"
Sang puteri menar ik napas panjang lalu menyambung lirih,
"Orang kalau sudah jatuh cinta. ..... ah, aneh-aneh saja
kelakuannya....!!!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi ketika sang puteri menengok dan me mandang
kepada J"k" Wandiro, ia melihat pemuda itu me mandangnya
dengan mata terbelalak dan mulut ternganga, seakan-akan
me lihat dia telah berubah menjadi benda yang menakjubkan.
Seketika wajah sang puteri menjad i merah sekali, teringat
betapa pemuda ini ketika menolongnya dari tangan perampok,
telah menciu m pipinya! Hal itu telah ia maafkan mengingat
bahwa ia telah terbebas daripada bahaya mengerikan,
tertolong oleh pe muda ini. Akan tetapi kini melihat betapa
joko Wandiro me mandangnya seperti itu, ia cepat cepat
berkata, "Kakanda Pangeran Panjirawit jatuh cinta kepada pengawal
kami Endang Patibroto sedangkan aku........aku.... dan
kakangmas Pangeran Darmokusumo juga saling...... eh,
mencinta. Entah siapa di antara kami yang gagal kelak!"
la menundukkan mukanya. Puteri ini dengan bijaksana
me ma ksa din menyatakan cinta kasihnya kepada Pangeran
Darmokusumo untuk mengusir perasaan yang "bukan-bukan"
dari dalam hati pe muda penolongnya yang amat ia kagumi ini.
Joko Wandiro seperti baru sadar daripada mimpi buruk.
Ucapan terakhir ini hanya lewat saja di telinganya dan
dianggapnya tidak ada artinya. la tadi begitu kaget mendengar
nama Endang Patibroto disebut-sebut. Sebagai kepala
pengawal! Kepala pengawal Kerajaan Jenggala lagi! la begitu heran
mendengar ini sa mpai tadi terlongong dan disalah artikan oleh
sang puteri. Untuk me mulihkan lag i ketenangannya, Joko
Wandiro terbatukbatuk.
"Maafkan ha mba, gusti puteri. Hamba melamun tadi. Jadi
paduka pergi bertiga bersama rakanda paduka dan kepala
pengawal yang bernama Endang Patibroto" Kepala pengawal
seorang wanita?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sang puteri tertawa. Sikap dan kata-kata pemuda ini sudah
kembali biasa dan hatinya menjad i lega karenanya. Ia tadinya
khawatir kalau- kalau pe muda ini tak ma mpu menguasai
hatinya. la akan merasa berduka sekali kalau sa mpa i pe muda
ini me njadi korban as mara karena dia. Kemba li Lagi
kegembiraan sang puteri. Ia tertawa sehingga tampak giginya
berderet putih seperti mutiara.
"Ah, engkau tidak tahu, Joko Wandiro. Memang Endang
Patibroto seorang wanita, akan tetapi wah, wanita yang bagai
mana! Sakti man draguna pilih tanding. Cantik jelita dan muda
belia, akan tetapi kiraku orang senegara tidak ada yang akan
dapat menandinginya. Dibandingkan dengan engkau, Joko
Wandiro eh betul juga kalian ini!"
Sepasang mata yang indah bening seperti burung nun itu
bersinar-sinar, wajah yang kedua pipinya kemerahan berseriseri. Joko Wandiro tersenyum dan mengeluh dalam hati. Puteri
ini lincah, ge mbira, dan nakal! Namun ia pura-pura tidak
mengerti dan bertanya,
?"?" yang paduka maksudkan?"
"Kau tunggu saja sampai kau berjumpa dengan orangnya,
Joko Wandiro! Ah, kalau saja kami me mpunyai sepasang
jagoan seperti kalian!"
Kini wajah Joko Wand iro yagg menjad i merah dan
jantungnya berdebar aneh. Endang Patibroto! Hampir ia lupa
Lagi bagaimana wajahnya. Sudah terlalu la ma ia berpisah
dengan anak itu. Anak yang nakal sekali! Puteri ayah
angkatnya. terbayang di dalam ingatannya betapa dahulu
seringkali ia bertengkar dengan ana k pere mpuan itu.
Dan sekarang telah menjadi kepala pengawal Kerajaan
Jenggala! Bagaimana mungkin ini" Ayah angkatnya, Pujo dan
juga eyangnya, Bhagawan Rukmoseto atau Sang Resi
Bhargowo, adalah pe mbela-pembela Kerajaan Panjalu, seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga gurunya, Ki Patih Narota ma. Bagaimana se karang Endang
Patibroto bisa menjad i kepala pengawal Kerajaan Jenggala"
Teringat pula ia akan peristiwa di Pulau Sempu, ketika eyang
mereka, Sang Resi Bhargowo, menyerahkan pusaka Mataram
kepada mereka. Makin merah mukanya ketika ia teringat betapa Endang
Patibroto anak nakal itu me milih keris pusaka yang luar biasa
ampuhnya, sedangkan ia mendapat bagian warangkanya,
yaitu patung kencana yang ia simpan dalam cabang pohon
randu alas yang besar di Pulau Sempu. Se mua ini terbayang
dalam ingatannya dan me mbuatnya termenung.
"Sayang aku terpisah dari mereka," terdengar pula suara
sang puteri yang menyeret ke mbali kesadaran J"k" Wandiro.
"Paduka bertiga tadinva hendak perg i ke manakah?"
"Ah, kami berdua terbawa oleh Endang Patibroto yang
katanya hendak pergi mencar i ibunya di Bayuwis mo."
"Bayuwis mo ?""
Seruan Joko Wandiro ini me mbuat sang puteri me mandang
tajam kepadanya.
"Apakah engkau sudah tahu di mana letaknya Bayuwis mo?"
"Ha mba belum pernah ke sana, akan tetapi ha mba dapat
mengantar paduka ke sana. Memang seyogyanya, kalau
paduka tidak keberatan, kita pergi saja ke Bayuwis mo, hamba
rasa paduka akan dapat bertemu dengan mereka di sana atau
di tengah jalan."
"Bagus! Begitu leb ih baik, karena tidak enak juga rasanya
kalau aku pulang send in tanpa rakanda Panjirawit dan Endang
Patibroto. Jauhkah Bayuwis mo dari sini, Joko Wandiro?"
"Ha mba rasa tidak begitu jauh lagi, gusti," kata Joko
Wandiro dengan hati berdebar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mengapa begini kebetulan, pikirnya. ibu kandungnya,
diantar oleh Ki Adibroto, pergi mencari d ia dan mudah diduga
bahwa ibu kandungnya tentu hendak mencari Pujo, ayah
angkatnya yang dahulu telah menculiknyu. Sangat boleh jadi
Ki Adibroto dan isterinya itu pergi ke Bayuwis mo. Dan Endang
Patibroto, yang menurut penuturan Sang Puteri Mayagaluh
kini merupa kan seorang yang sakti mandraguna, telah pergi
pula ke Bayuwis mo. Lalu terjadi ibu kandungnya dan Ki
Adibroto tewas di tangan musuh! la harus segera pergi ke
Bayuwis mo, mene mui ayah angkatnya, mencari tahu perihal
kematian ibu kandungnya.
Dia m-dia m ia me njerit kepada Dewata dengan harapan
semoga ibu kandungnya tidak terbunuh oleh Pujo, karena
kalau hal itu terjadi, ia tidak tahu ?"" yang horus ia perbuat!
"Duh, Hyang Maha Wisesa, lindungilah ha mba-Mu daripada
ma lapetaka itu..... " keluhnya.
"Kau bicara ?"", J"k" Wandiro?" Sang puteri yang me lihat
gerak bibirnya tanpa mendengar suara, bertanya,
Pukulan Naga Sakti 18 Golok Halilintar Karya Khu Lung Iblis Dan Bidadari 3

Cari Blog Ini