Ceritasilat Novel Online

Dendam Membara 3

Dendam Membara Karya Kho Ping Hoo Bagian 3


Cin-Han dipersilakan menanti dan seorang di antara para penjaga itu lalu pergi melapor ke dalam. Tak lama kemudian diapun datang dan Cin Han dipersilakan masuk dan diantar oleh seorang perajurit ke ruangan tamu di mana dia ditinggalkan seorang diri dan dipersilakan duduk menunggu. Cin Han merasa makin rendah diri ketika memasuki ruangan itu. Sebuah ruangan yang luas dan dilengkapi prabot ruangan yang serba mewah, dengan hiasan dinding berupa lukisan-lukisan dan tulisan-tulisan indah. Alangkah mewah dan kayanya orang tua Kim Cong Bu, pikirnya. Bahkan tempat itu lebih mewah dari pada gedung milik Jaksa Lui di Wan-sian dahulu. Tentu orang tuanya berkedudukan, tinggi dan amat kaya, pikir Cin Han. Tanpa disadarinya, dia membandingkan keadaan pemuda itu dengan keadaan dirinya sendiri dan dia merasa semakin rendah diri. Dia seorang pemuda yatim piatu, tidak mempunyai tempat, tinggal dan tidak mempunyai apa-apa!! Kalau, tidak gurunya yang memberi bekal uang, tentu dia sekarang telah menjadi seorang jembel, gelandangan tanpa tempat tinggal.
123 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mengapa kita selalu, membandingkan diri sendiri dengan mereka yang lebih tinggi dari pada kita" Lebih pandai, lebih kaya, lebih tinggi kedudukannya, dan segala yang serba lebih lagi. Membandingkan diri dengan mereka yang berada diatas mendatangkan kecewa, rendah diri, dan juga iri hati. Kalau kita selalu memandang ke atas, kitapun kehilangan kewaspadaan dan kaki kita mudah tersandung! Mengapa kita tidak mau memandang ke bawah, melihat kenyataan dan melihat betapa di bawah kita masih jauh lebih banyak lagi terdapat mereka yang segalanya serba kurang dibandingkan dengan kita" Kalau kita selalu memandang ke bawah, maka sudah sepatutnya kita berterima kasih kepada Yang Memberi Hidup, karena keadaan kita masih merupakan berkah. Lebih tepat lagi, dapatkah kita memandang segala sesuatu, menghadapi segala sesuatu tanpa membandingkan dengan apapun juga, melainkan menghadapinya seperti apa adanya"
Suara langkah yang datang dari dalam menyeret kembali Cin Han dari dunia lamunan. Dia mengangkat muka menyambut munculnya, orang dari pintu dalam dengan hati berdebar tegang. Seperti apa sekarang Kim Cong Bu, anak yang dulu agak congkak, tampan, gagah dengan alis yang tebal itu"
Ketika akhirnya si pemilik kaki muncul, Cin Han segera bangkit berdiri dan dia berhadapan dengan seorang pemuda yang dikenalnya karena memang Kim Cong Bu masih seperti dulu. Tampan, gagah, dan bersikap congkak, dengan senyum yang membayangkan keyakinan, akan pentingnya diri sendiri.
"Kim-kongcu........!" Cin Han berseru gembira dan memberi hormat. "Tentu engkau masih mengenalku!"
124 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepasang alis yang tebal itu berkerut dai pandang mata itu amat merendahkan. "Ah, kiranya engkau!
Bukankah engkau Bu Cin Han yang dulu menjadi kacung di dalam kuil, pembantu dari kepala dapur?"
Nada suara itu masih seperti dulu, amat congkak dan merendahkan, akan tetapi Cin Han sudah mengenal watak Cong Bu, maka dia bersikap biasa walaupun penghormatannya tadi tidak dibalas sama sekali oleh tuan rumah.
"Benar, Kim-kongcu. Engkau kira siapa?" kata Cin Han sambil tersenyum.
"Tadi aku bingung menduga-duga siapa adanya orang yang mengaku menjadi sahabatku ketika aku masih belajar di kuil. Habis aku tidak mempunyai sahabat lain kecuali su-moi (adik seperguruan) Ciu Lian Hwa. Kalau tadi engkau mengaku kacung kuil itu, tentu aku teringat."
Wajah Cin Han berubah agak merah. Kiranya orang ini malah lebih congkak lagi dibandingkan dulu ketika masih kanak kanak! Kalau tahu begini dia akan disambut, tidak sudi dia berkunjung.
"Aku........ah, kukira........tiada salahnya mengaku bekas teman ketika di kuil......."
"Sudahlah! Sekarang katakan, apa maksud kedatanganmu ini" Kalau engkau berniat minta pekerjaan, tentu tidak ada karena engkau tahu, ayahku adalah komandan pasukan keamanan di kota ini dan setiap orang anggauta pasukan keamanan haruslah memiliki ilmu silat yang cukup kuat. Akan tetapi kalau engkau minta bantuan uang, biarlah aku dapat memberimu sedikit, mengingat akan perkenalan kita dahulu." Berkata demikian, Kim Cong Bu memasukkan 125
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangannya ke dalam saku baju, agaknya untuk mengambil uang.
"Tidak, tidak usah!" Cin Han berkata, suaranya agak keras dan alisnya berkerut. "Kim-kongcu, aku datang ke sini bukan untuk minta pekerjaan, minta uang atau minta apapun juga. Aku datang untuk berkunjung karena ketika berpamit dahulu, engkau pernah mengundangku agar berkunjung ke sini. Engkau tidak perlu menghinaku, kalau engkau tidak suka menerima kunjunganku, aku akan pergi sekarang juga!"
Agaknya memang Kim Cong Bu tidak suka akan kunjungan bekas kacung ini, dan kalau dulu dia mengundang, hal itu hanya sebagai basi-basi saja. Dia juga tidak perduli melihat, betapa Cin Han tersinggung.
"Cin Han! kita bukan anak-anak lagi dan hubungan antara, kita harus berdasarkan derajat dan tingkat. Aku tidak mungkin bergaul dengan sembarangan orang saja dan tidak dapat menerimamu sebagai tamu. Kalau engkau hendak pergi sekarang juga, pergilah."
Makin merah wajah Cin Han, akan tetapi dia tersenyum. Dia memandang kepada wajah pemuda itu dan ada perasaan iba di dalam hatinya. Kasihan sekali pemuda ini, pikirnya. Kepribadian dan kemanusiaannya sudah hilang, diganti oleh kekuasaan harta dan pangkat, tidak seperti manusia lagi melainkan menjadi boneka dari kekuasaan. Diapun mengangguk dan tanpa banyak cakap lagi dia lalu meninggalkan ruangan itu, keluar melalui pintu gerbang dan cepat-cepat pergi dari tempat itu.
Pengalamannya yang pahit ketika berkunjung ke rumah Kim Cong Bu ini membuat Cin Han merasa enggan dan malu untuk mencoba berkunjung ke rumah 126
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ciu Lian Hwa. Gadis itu dahulu memang merupakan seorang anak yang baik hati dan halus budi. Akan tetapi kini tentu sudah menjadi seorang gadis dewasa dan gadis ttu puteri Ciu Tai-jin, kepala daerah Tong an.
Kedudukan orang tua gadis itu lebih tinggi dari pada kedudukan orang tua Kim Cong Bu, maka bukan hal aneh kalau keluarga Ciu itu tentu bersikap lebih congkak lagi! Dan dia hanya ingin berkunjung, tanpa maksud apa-apa maka sungguh tidak sepadan dengan kemungkinan bahaya menerima penghinaan lagi! Tidak, dia tidak akan berkunjung kepada Ciu Lian Hwa dan hubungannya dengan kedua orang bekas teman di kuil itu akan dihabiskan sampai di situ saja. Biarlah aku akan mengenang mereka sebapai anak-anak di kuil, murid-murid Thian Cu Hwesio ketua kuil Siauw-lim-si di puncak Bukit Mawar, pikirnya. Legalah hatinya dan urusan itupun sudah lewat dan lepas dari batinnya.
Batin yang bebas tidak akan menyimpan pengalaman yang lalu untuk dijadikan kenangan indah atau kenangan buruk. Penyimpanan pengalaman masa lalu ini hanya mendatangkan ikatan. Batin yang bebas melepaskan segala hal yang dialami dan menghabiskan di saat itu juga. Tidak mengenang masa lampau, tidak membayangkan masa depan, melainkan hidup dari saat ke saat.
Setelah meninggalkan rumah keluarga Kim dan sekaligus meninggalkan apa yang dialami di rumah Kim Cong Bu, pada siang harinya Cin Han memasuki sebuah rumah makan untuk makan siang. Dia duduk menghadapi meja kosong dan memesan makanan dan air teh. Makanan sederhana saja, nasi dengan dua macam masakan sayur tanpa daging. Kehidupan di kuil selama belasan tahun membuat Cin Han tidak begitu suka daging walaupun dia tidak pantang seperti para 127
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendeta di kuil. Juga dia tidak biasa minum arak, maka tehpun cukup baginya.
Beberapa orang tamu yang mejanya tidak jauh darinya, saling pandang dan tersenyum mendengar pesanan pemuda sederhana itu. Masakan tanpa daging, dan minumnya air teh! Hampir mereka
mentertawakannya. Tentu pemuda yang sedang kosong kantungnya, pikir mereka. Tentu saja Cin Han tahu bahwa banyak mata memandang kepadanya dengan ejekan, dan banyak senyum mengejek ditujukan kepadanya. Namun dia tidak perduli.
Baru saja masakan dan nasi dihidangkan oleh seorang pelayan yang kurang sopan karena pelayan inipun tidak dapat menghormati tamu yang memesan makanan murahan seperti yang dilakukan Cin Han, tiba-tiba masuklah dua orang laki-laki. Mereka itu celingukan, memandang ke sana-sini, kemudian langsung saja mereka menghampiri Cin Han. Di meja pemuda itu memang terdapat empat buah bangku. Yang dipakai hanya sebuah oleh Cin Han dan kini dua orang itu tanpa permisi dulu duduk begitu saja di depan Cin Han!
Pemuda ini mengerutkan alisnya, akan tetapi tidak mengatakan sesuatu dan dapat menduga bahwa dua orang ini memang mencari gara-gara. Meja banyak yang kosong di situ, kenapa mereka duduk di mejanya" Dia menuangkan air teh dari poci ke dalam cawan tehnya.
"Ha-ha, toako. Orang desa berani masuk restoran, sungguh tak tahu diri sekali, ya ?" kata seorang di antara mereka yang kumisnya tebal.
"Benar, seorang kacung berlagak menjudi tuan muda, mana pantas?" kata orang ke dua yang matanya sipit.
Cin Han merasa bahwa mereka menyindirnya dan dia 128
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terheran. Bagaimana mereka ini bisa tahu bahwa dia bekas kacung" Akan tetapi dia pura-pura tidak mengerti dan mulai makan.
"Brakkkk.......!" Si kumis tebal menggebrak meja dan dua mangkok sayur itu tumpah, juga cawan teh itu miring dan tumpah.
"Kalian mengapa bersikap seperti ini " Apa kesalahanku?" tanya Cin Han, masih sabar.
"Habis, engkau mau apa" Mau marah" Ha-ba-ha !" Si mata sipit,kini menggerakkan kedua tangannya menampar dan........semua makanan dan poci teh di atas meja di depan Cin Han terguling dan isinya berhamburan di atas meja.
Cin Han bangkit berdiri, alisnya berkerut.
"Hemm, kalian sungguh keterlaluan menghina orang,"
katanya. "Sebenarnya, mengapa kalian melakukan hal ini kepadaku ?"
"Karena engkau petani desa tolol hendak berlagak !"
kata si kumis tebal.
"Kacung busuk mau makan di restoran ha-ha!!" kata si mata sipit dan tangan kirinya menampar ke arah pipi Cin Han. Pemuda ini menarik tubuh bagian atas ke belakang sehingga tamparan itu luput dan diapun melangkah mundur. Melihat betapa tamparannya tadi luput, si mata sipit menjadi penasaran dan marah.
"Engkau berani melawan, ya?" bentaknya dan diapun menerjang dengan pukulan ke arah kepala Cin Han, sedangkan si kumis tebal juga sudah mengirim tendangan. Dua serangan ini terjadi dari kanan kiri menyerang Cin Han yang hanya melangkah mundur.
129 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tuk!! Tukk!" Semua tamu dan para pelayan di restoran itu melihat betapa tiba-tiba saja gadis itu muncul, menyambar sepasang sumpit di atas meja dan menggunakan sumpit, di kedua tangannya untuk menyambut pukulan dan tendangan yang menyerang Cin Han tadi. Kaki itu tertotok sumpit, pergelangannya sedangkan pergelangan tangan si mata sipit juga tertotok sumpit.
"Aduhhh.......!".
130 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aughh, kurang ajar........!"
Akan tetapi, pada saat itu, gadis yang berpakaian indah itu sudah menggerakkan kakinya, cepat sekali dan dua orang itupun jatuh bertekuk lutut karena lutut mereka tercium ujung sepatu yang membuat kaki mereka lumpuh seketika. Ketika itu, ramailah orang-orang di dalam restoran berkata.
"Ciu Sio-cia (Nona Ciu)......!"
Si kumis tebal dan si mata sipit itu mengangkat muka dan ketika mereka berdua melihat siapa gadis yang merobohkan mereka itu, seketika wajah mereka menjadi pucat sekali dan dengan kedua kaki masih berlutut kini mereka mengangkat kedua tangan kedepan dada memberi hormat dan mengangguk-angguk,
membungkuk-bungkuk,
"Ciu Sio-cia, harap ampunkan kami....." kata si kumis tebal.
"Ciu Sio-cia, ampunkan kami akan tetapi kami......kami tidak merasa bersalah terhadap siocia......." sambung si mata sipit.
"Hah, enak saja minta ampun. Kalian tidak merasa bersalah, ya" Kalian sudah menghina dan mengganggu orang yang tidak berdosa dan kalian masih mengatakan tidak merasa bersalah" Hayo jawab atau........haruskah kupatah patahkan semua tulang kaki dan tangan kalian?"
"Aduh, ampunkan kamii" seru si mata sipit.
"Siocia, kami mengaku salah......." kata sikumis tebal juga cepat mengaku dengan tubuh menggigil ketakutan."Tapi, dia......, dia hanya seorang kacung yang..........."
131 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Biar dia kacung atau pengemis sekalipun, tanpa dosa tidak boleh dihina sembarangan seolah-olah di kota ini tidak ada lagi hukum! Padahal kulihat saudara ini tadi tidak mengganggu siapa-siapa........" Pada saat itu, si gadis mengangkat muka memandang Cin Han dan kata-katanya terhenti, matanya terbelalak.
"Eh, aku seperti mengenalmu......"
Cin Han terpaksa mtmpeikenalkan diri dan diapun menjura dengan sikap hormat, "Nona Ciu Lian Hwa, terima kasih atas pertolonganmu."
Wajah yang manis itu berseri dan matanya terbelalak.
"Wah, engkau ini....... bukankah engkau anak di kuil itu........siapa namanya......eh, Cin Han, bukan?"
Cin Han mengangguk dan hatinya merasa gembira sekali. Gadis ini masih ramah, lincah dan manis, dan wataknya masih tetap saja baik, seperti dulu, terbukti dari sikapnya, menentang kedua orang laki-laki kurang ajar tadi, diapun tidak merasa heran kalau kedua pria itu ketakutan menghadapi Lian Hwa. karena pertama, gadis ini lihai ilmu silatnya dan kedua, tentu saja gadis ini adalah puteri kepala daerah! Melihat Cin Han mengangguk, gadis itu yang ternyata adalah Ciu Lian Hwa, tersenyum girang.
"Aih, Cin Han, kapan engkau datang" Kenapa tidak singgah di rumah kami?"
"Saya.......saya baru datang dan belum sempat, nona..
Eh, kebetulan kita bertemu di sini....." jawab Cin Han gagap karena memang tadinya dia snma sekali tidak ingin berkunjung kepada gadis ini setelah pengalaman pahit yang diperolehnya dalam kunjungannya kepada Cong Bu.
132 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang yang masih berlutut itu kini menjadi semakin ketakutan ketika melihat betapa nona bangsawan itu ternyata sudah mengenal bahkan akrab dengan pemuda yang mereka ganggu. Mereka adalah dua orang prajurit yang tadi berjaga di depan gedung kepala pasukan Kim. Setelah Cin Han yang tadi datang bertemu kepada Kim Cong Bu pergi, Cong Bu mengutus mereka mengenakan pakaian preman dan mengejar pemuda itu dengan pesan agar mereka berdua mencari gara-gara sehingga timbul perkelahian karena Cong Bu ingin mereka mencoba apakah pemuda bekas kacung kuil itu kini memiliki ilmu silat ataukah tidak.
"Dia dulu kacung kuil, sekarang berlagak. Kalian cari gara-gara untuk menghajar dia, akan tetapi jangan tangkap dan jangan bunuh..Aku hanya ingin tahu apakah dia pandai ilmu silat ataukah tidak."
Dua orang itu sudah biasa melakukan kekerasan terhadap rakyat, maka menerima tugas ini mereka menjadi gembira sekali dan ketika melihat pemuda itu memasuki rumah makan, mereka lalu turun tangan mengganggunya. Tak mereka kira sama sekali bahwa di situ mereka akan bertemu dengan Ciu Siocia yang membela pemuda itu! Tentu saja mereka sama sekali tidak berani melawan, bukan hanya tidak berani akan tetapi juga tidak mampu karena mereka cukup maklum betapa lihatnya gadis bangsawan yang menjadi sumoi dari majikan muda mereka itu.
Diam-diam Lian Hwa kagum melihat Cin Han. Pemuda bekas kacung kuil itu kini nampak tampan dan gagah walaupun pakaiannya sederhana, mukanya yang bulat putih dengan alis berbentuk golok, hidung mancung dan mulut selalu tersenyum ramah penuh kesabaran itu membayangkan kejantanan dan ketenangan yang 133
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghanyutkan. Ketika melihat dua orang yang masih berlutut, bangkit kembali kemarahan Lian Hwa.
"Dua ekor tikus busuk yang memalukan! Tahukah kalian siapa dia ini" Dia adalah seorang sahabatku, yang datang dari jauh untuk mengunjungi aku dan kotaku. Eh, baru saja tiba, kalian sudah berani menghinanya.
Sungguh membuat aku malu dan penasaran, dan sebaiknya kalau aku mematah-matahkan kedua kaki tangan kalian!1"
Tentu saja dua orang itu minta-minta ampun dan membentur-benturkan dahi mereka di atas lantai seperti dua ekor ayam sedangi makan beras. Tiada henti-bentinya mulut mereka mohon ampun.
"Sudahlah, nona, ampuni mereka," kata Cin Ban yang merasa tidak enak melihat keadaan dua orang itu.
"Nah, kalian dengar, tikus-tikus busuk!! Sahabatku Bu Cin Han ini malah mintakan ampun untuk kalian!! Aku ampuni kalian, akan tetapi kalian harus menebus kekurangajaran kalian tadi dengan melayani kami makan minum. Hayo bersihkan meja itu dengan baju kalian!"
Dua orang itu merasa lega diampuni, tidak dipatah-patahkan kaki tangan mereka, maka mendengar permintaan ini, mereka lalu cepat-cepat membersihkan meja yang penuh kuah dan air teh itu dengan baju mereka sampai meja itu kembali bersih. Setelah meja itu bersih, mereka berdua berdiri tak jauh dari meja, membungkuk dan siap melakukan printah apa saja, Baju mereka kotor, muka mereka pucat, Lenyaplah kegarangan yang tadi, dan melihat ini, para tamu yang melihat betapa mereka menghina Cin Han, diam-diam merasa puas dan menertawakan mereka.
134 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huh, kalian menjemukan. Kalau melihat kaitan, aku takkan suka makan. Sudah, kalian boleh pergi, akan tetapi sebagai tikus-tikus busuk kalian harus merangkak keluar dari ramah makan ini!" kata Lian Hwa dengan sikap galak.
Dua orang itu tak berani membantah, bahkan mereka merasa lega sekali karena dapat terlepas dari tangan gadis yang galak itu. Mereka lalu merangkak keluar dari rumah makan, diikuti pandang mata para tamu yang merasa semakin geli dan puas. Tidak ada seorangpun mengkhawatirkan gadis itu, karena siapa yang akan berani menentangnya" Pemilik rumah makan sendiri kini menghampiri Lian Hwa dan Cin Han, dan memberi hormat.
"Siocia telah memberi pertunjukan yang bagus sekali!"
kata pemilik rumah makan. "Dapatkah kami membantu dan melayani nona?"
Lian Hwa tersenyum. "Aku hendak menjamu sahabatku ini, keluarkan hidangan yang paling istimewa.......eh, engkau makan daging, Cin Han?".
"Sedikit saja, nona, lebih senang sayur dan tidak pernah minum arak. Maklumlah hidup di kuil........"
"Hidangkan masakan yang banyak sayur sedikit daging, tapi yang lezat! Minumannya teh yang paling baik." Perintah Lian Hwa kepada pemilik restoran yang segera mengerahkan anak buahnva untuk memenuhi perintah itu dengan sebaiknya.
Gadis itu nampak gembira bukan main dengan pertemuannya itu sehingga Cin Han yang tadinya masih merasa sungkan, lambat laun juga menjadi gembira dan diam-diam dia bersyukur dan girang sekali melihat berapa nona bangsawan ini ternyata bersikap baik sekali.
135 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh ya, engkau tentu belum lupa kepada suheng, bukan!" tanya Lian Hwa ketika mereka sudah mulai makan minum.
"Tentu saja tidak. Kim kongcu, bukan?"
"Ya, dia tinggal di kota ini juga. Dia putera komandan pasukan keamanan kota, tinggal di sebelah barat dekat benteng. Dia tentu akan gembira sekali melihatmu, Cin Han."
Tentu saja Cin Han tidak tahu harus menjawab bagaimana, maka diapun diam saja, hanya mengangguk-angguk dan memenuhi mulutnya dengan makanan agar dia tidak usah menjawab.
Bagaikan pertemuan dua orang sahabat karib yang sudah lama saling berpisah, mereka bercakap-cakap dan dari gadis yang ramah itu Cin Han mendengar bahwa setelah mereka berdua itu pulang ke Tong-an, gadis itu dan Cong Bu lalu melanjutkan belajar silat kepada guru-guru silat yang sengaja didatangkan dari berbagai kota oleh Kim-ciangkun. Mereka memperoleh banyak kemajuan, dan di samping ilmu silat, juga mereka mempelajari dan memperdalam ilmu kesusasteraan.
Akan tetapi, di antara segala hal yang diceritakan oleh gadis itu kepadanya, yang paling menarik hati Cin Han adalah keterangan bahwa Ciu Lian Hwa telah dijodohkan dengan Kim Cong Bu dan bahwa pesta perayaan pertunangan mereka akan diadakan satu bulan lagi!
Mendengar ini, diam-diam Cin Han merasa sayang sekali. Gadis ini amat baik, dan agaknya tidak tepat kalau menjadi jodoh seorang pemuda yang demikian congkak dan besar kepala seperti Kim Cong Bu. Akan tetapi tentu saja perasaan ini hanya disimpannya saja di dalam hatinya dan dia tidak memberi komentar apapun.
136 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cin Han, engkau harus singgah ke rumahku, berkenalan dengan orang tuaku. Aku sudah bercerita tentang dirimu kepada ayah ibuku, dan mereka tentu akan girang sekali kalau engkau datang berkunjung."
"Akan tetapi........"
"Aih, Cin Han, apakah engkau hendak mengatakan bahwa engkau tidak sudi berkunjung ke rumah kami?"
"Bukan begitu, nona, akan tetapi aku sudah menyewa kamar......."
"Aah, urusan mudah sekali itu. Kita datangi saja penginapan itu dan kau ambil pakaianmu, kemudian bersama aku pergi ke rumah kami. Aku akan marah kalau engkau menolak undanganku, Cin Han!"
Apa yang dapat ia lakukan menghadapi gadis lincah ini" Terpaksa Cin Han menurut saja ketika Lian Hwa membayar makanan dan mengajaknya pergi mengambil buntalannya di rumah penginapan, kemudian mereka pergi ke rumah kepala daerah yang membuat Cin Han merasa semakin rendah diri. Rumah ini lebih besar dan lebih mewah dibandingkan gedung tempat kediaman keluarga Kim yang dikunjunginya tadi!
Yang membuat hati Cin Han merasa gembira adalah melibat sikap ayah dan ibu gadis itu menyambutnya.
Mereka tidak banyak cakap, akan tetapi wajah mereka ramah ketika Lian-Hwa memperkenalkan dia kepada mereka.
"Ayah dan ibu, inilah Bu Cin Han yang pernah kuceritakan kepada ayah dan ibu. Dia murid hwesio kepala dapur di kuil Siauwlim-pai di Bukit Mawar. Hari ini dia datang dan memerlukan singgah untuk mengunjungiku."
137 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Han memberi hormat dan merasa semakin berterima kasih kepada Lian Hwa. Gadis itu bukan saja tidak memberitahukan ayah bundanya akan kerendahan dirinya, juga tidak menceritakan bahwa dia bertemu dengan gadis itu di rumah makan, bukan sengaja datang, berkunjung seperti yang diceritakan gadis itu.
"Ayah, aku yang minta kepada Cin Han untuk bermalam di sini," gadis itu berkata lagi. Pembesar Ciu hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum, demikian pula isterinya.
"Baiklah, biar nanti pelayan mempersiapkan sebuah kamar tamu untuk saudara Bu Cin Han."
Kemudian, setelah berbasa-basi sejenak, suami isteri itu meninggalkan Cin Han berdua saja dengan Lian Hwa dan mereka bercakap-cakap di taman sebelah kiri gedung setelah pelayan menyimpan buntalan pakaian Cin Han ke dalam kamar yang sudah disediakan untuknya.
"Cin Han, sejak tadi engkau hanya menjadi pendengar saja dan aku yang banyak bercerita tentang diriku, sekarang tiba giliranmu untuk menceritakan keadaanmu semenjak kita saling berpisah," kata Ciu L.iau Hwa kepada Cin Han. Mereka duduk berhadapan di atas bangku-bangku kayu, menghadapi meja kecil bundar yang diukir indah. Pemandangan di taman itu indah sekali. Malam yang gelap membuat pemandangan di taman semakin indah karena taman itu diterangi lentera-lentera berbagai warna. Kebetulan sekali bunga-bunga mawar di sekitar mereka duduk sedang berkembang dan baunya semerbak barum, membuat suasana amat romantis.
138 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, tidak, ada sesuatu yang menarik mengenai diriku, nona," kata Cin Han dan pada saat itu, seorang pelayan wanita datang menghidangkan air teh hangat berikut kuih-kuih.
"Sejak kapan engkau meninggalkan kuil?"
"Sejak beberapa bulan yang lalu, nona."
"Jadi selama ini engkau terus berada di dalam kuil"
Dan apa saja yang kau lakukan di sana ?"
Cin Han tersenyum. "Masih seperti biasa, membantu suhu Hek-bin Lo-han dengan pekerjaannya."
"Belajar ilmu silat?"
"Ah, tidak ada artinya, nona."
"Akan tetapi engkau memiliki tubuh yang amat kuat, Cin Han. Pekerjaan berat itu membuat tubuhmu terlatih dan kuat. Sayang kalau tidak mempelajari ilmu silat......."
Tiba-tiba muncul Kim Cong Bu yang bergegas memasuki taman dan melihat betapa Lian Hwa duduk berhadapan dengan Cin Han sambil bercakap-cakap dalam suasana romantis dan mesra, wajahnya berubah merah sekali.
"Bagus!! Kiranya engkau ini kacung busuk berani sekali kurang ajar di sini, ya ?" bentaknya sambil melotot kepada Cin Han. "Bu Cin Han, manusia tak tahu diri.
Bangkitlah dan mari kita selesaikan urusan ini seperti laki-laki sejati!"
Tentu saja Cin Han terkejut sekali melihat betapa Cong Bu datang-datang marah dan menantangnya. Dia bangkit berdiri dan dengan sikap tenang dia mengamati wajah yang marah itu.
139 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kim-kongcu, mengapa engkau marah-marah " Apa kesalahanku sehingga engkau datang-datang marah kepadaku dan menantangku ?" Sikapnya masih tenang dan sabar karena dia merasa yakin bahwa tentu terjadi salah pengertian.
"Apa kesalahanmu " Bocah dusun tak tahu diri!
Engkau berduaan di taman ini dengan sumoi! Tahukah engkau bahwa ia adalah tunanganku " Dengan perbuatanmu ini berarti engkau menghinaku! Nah, majulah dan mari kita selesaikan dengan kepalan.
Engkau harus berani melawanku, kecuali kalau engkau hanya seorang pengecut besar, seorang hina yang tidak pantas disebut laki-laki."
"Suheng........!!" Tiba-tiba Lian Hwa membentak sambil meloncat berdiri di depan Cin-Han ketika melihat suhengnya itu sudah hendak menerjang maju menyerang tamunya.
"Macam apa sikapmu ini" Sungguh tidak mengenal sopan santun!! Kau kira apa aku ini Sebuah benda mati yang hendak kau kuasai begitu saja " Engkau marah-marah seolah-olah aku tidak berada di sini! Akulah nona rumah pemilik tempat ini, mengerti" Engkau tidak berhak ribut-ribut! Dengar baik-baik, suheng. Akulah yang mengundang Bu Cin Han untuk datang berkunjung, dan aku telah memperkenalkan dia kepada ayah ibuku.
Mereka saja sebagai ayah ibuku tidak ribut, kenapa engkau ribut-ribut seperti kambing kebakaran jenggot?"
"Sikapmu ini sungguh tak tahu diri dan menghinaku, suheng! Kalau engkau mau memukul Cin Han, nah, lakukanlah, akan tetapi di sini ada aku yang akan menentangmu!"
140 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berkata demikian, kedua tangan gadis itu dikepal dan agaknya ia sudah siap untuk berkelahi melawan suhengnya sendiri yang juga sudah menjadi calon suaminya itu.
Menghadapi Lian Hwa yang marah itu Cong Bu menjadi lemas. Akan tetapi, dengan penasaran dia membela diri.
"Sumoi, kau tidak boleh membelanya. Dia hanya kacung, orang rendah, dan dia sudah berani mengangkat dirinya setinggi derajatmu. Bukankah itu memalukan sekali" Melihat dia duduk berdua saja pada malam bari di taman ini, aku......."
"Bagus! Engkau cemburu, ya" Suheng, engkaulah yang seharusnya malu dengan pikiranmu yang kotor itu!!
Cin Han datang dengan sopan, sudah kuhadapkan ayah ibu, dan kami bicara dengan sopan. Akan tetapi pikiranmu yang kotor itu membayangkan yang bukan-bukan! Suheng, kau kira aku ini gadis macam apakah"
Berani engkau menghina aku dengan tuduhan yang kotor?"
Menghadapi kemarahan sumoinya, Cong Bu menjadi kewalahan dan tidak berdaya, maka dengan bersungut-sungut dia berkata, "Baik, aku akan memberi tahu orang tuamu. Engkau tidak adil, sumoi."
Pergilah pemuda itu, langsung masuk ke dalam gedung.
Suasana menjadi kaku dan tegang setelah Cong Bu pergi. Akhirnya Cin Han berkata sambil menarik napas panjang, "Aih, aku sungguh menyesal sekali, nona.
Kehadiranku hanya mendatangkan keributan saja."
141 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak ! Siapapun yang bersikap kurang bijaksana akan kutentang?"
"Nona Ciu, kuharap saja aku tidak menjadi orang yang akan merusak hubungan baik antara kalian. Ingatlah bahwa dia adalah suhengmu dan lebih dari itu, calon jodohmu."
"Tapi dia tidak berhak untuk cemburu....!"
Cin Han tersenyum. "Dia cemburu karena cintanya, nona. Dia tidak ingin kehilangan engkau........"
"Tapi dia terlalu menghinamu, juga menghinaku. Dia tidak menghargai orang lain, kepala batu dan congkak !"
-o0odwo0o- JILID IV CIN HAN diam saja dan suasana menjadi semakin kaku. Tak lama kemudian, muncullah Ciu Tai-jin. Baru saja dia mendapat laporan dari Cong Bu tentang diri Cin Han. Seorang kacung kuil! Sungguh tidak disangkanya.
Kalau hanya seorang kacung, seorang pelayan, tentu saja tidak pantas menjadi sahabat dan tamu puterinya.
Cong Bu memang melaporkan dengan hati panas. Dua orang utusannya tadi telah pulang dan sambil meringis menceritakan tentang gagalnya usaha mereka karena muncul nona Ciu yang bahkan menghajar dan membikin malu pada mereka. Dua orang itu melaporkan betapa nona Ciu membela Cin Han dan mengajak pemuda itu makan minum di rumah makan, di depan umum! Dengan hati panas dia lalu pergi mengunjungi rumah sumoinya dan dapat dibayangkan betapa panas dan cemburu rasa hatinya melihat sumoinya, juga tunangannya itu, duduk berdua saja dengan Cin Han di dalam taman dalam 142
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suasana yang romantis! Maka diapun cepat mengadukan keadaan Cin Han kepada calon ayah mertuanya.
Pembesar ini menjadi marah dan cepat memasuki taman.
"Lian Hwa!" kata orang tua itu dengan sikap marah dan suara keras "Benarkah bahwa pemuda ini adalah seorang kacung kuil?"
"Benar, ayah, akan tetapi.........."
"Cukup!!" bentak pembesar itu dan kepada Cin Han yang berdiri dengan muka ditundukkan dia berkata,
"Orang muda, engkau tahu sendiri betapa tidak pantas kalau engkau menjadi tamu kami. Apa akan kata orang kalau mendengar bahwa puteri kami bersahabat dengan seorang kacung kuil" Nah, aku minta agar engkau suka meninggalkan rumah kami sekarang juga."
"Ayah...........!"
"Sudahlah, nona Ciu. Yang salah adalah aku. Ayahmu benar, aku harus tahu diri. Nah, aku akan mengambil pakaianku dan terus pergi dari sini, nona. Maafkan bahwa kehadiranku hanya mendatangkan keributan belaka."
Tanpa menoleh Cin Han lalu melangkah lebar menuju ke kamarnya, mengambil buntalan pakaiannya, kemudian pergi meninggalkan rumah gedung itu dengan hati terasa perih. Dia memang tak tahu diri, pikirnya.
Mana mungkin seorang seperti dia bergaul dengan orang-orang seperti Ciu Lian Hwa dan Kim Cong Bu"
Malam semakin larut dan suasana sunyi sekali di rumah keluarca Ciu. Lampu-lampu besar sudah dipadamkan, tinggal lentera-lentera yang menerangi sudut-sudut yang gelap. Para petugas yang menjaga 143
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keselamatan keluarga itu sudah mulai meronda, memasuki taman, mengelilingi gedung dan memasuki lorong-lorong kecil dalam perumahan yang luas itu.
Dua sosok bayangan hitam berkelebat cepat, menyelinap di antara semak-semak dalam taman, lalu bersembunyi di balik batang pohon dan semak-semak ketika ada dua orang penjaga meronda dan lewat di lorong dekat taman. Dua orang itu berpakaian serba hitam dan muka mereka ditutupi kedok hitam pula, hanya nampak dua mata melalui lubang di kedok itu. Gerakan mereka gesit dan ringan sekali, yang seorang bertubuh tinggi besar dan seorang lagi kecil ramping. Mereka berdua tidak tahu bahwa agak jauh di belakang mereka, terdapat sesosok bayangan pula yang membayangi mereka sejak tadi! Bayangan orang ke dua ini bukan lain adalah Bu Cin Han! Ketika tadi dia meninggalkan rumah gedung keluarga Ciu dmean hati perih, di tempat gelap dia melihat beikelebatnya dua bayangan orang. Dia terkejut karena dia mengenal gerakan orang yang ahli dalam ilmu gin kang (ilmu meringankan tubuh). Hatinya tertarik dan diam diam diapun membayangi mereka.
Alangkah heran dan kagetnya ketika dia melihat kedua orang yang dibayanginya itu menuju ke gedung keluarga Ciu! Mereka berdua meloncati pagar tembok dan masuk ke dalam taman di mana tadi dia duduk bersama Ciu Lian Hwa. Dengan hati-hali Cin Han terus membayangi dan menanti dalam persembunyiannya ketika dua orang itupun menanti sampai malam agak larut.
Setelah para peronda lewat dan suasana makin sepi, dua sosok bayangan orang itu berloncatan keluar dari tempat sembunyi mereka dan dengan gerakan ringan sekali mereka meloncat ke atas genteng bangunan induk di mana tinggal keluarga Ciu. Cin Han terus membayangi 144
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka dari jarak yang aman sehingga tidak nampak oleh mereka.
Ciu Tai-jin dan isterinya sudah tidur nyenyak ketika tiba-tiba mereka terbangun oleh suara keras dan betapa kaget hati mereka melihat jendela kamar mereka telah dibongkar orang dan jebol. Ciu Tai-jin menyingkap kelambu dan dia melihat bayangan dua orang di luar jendela, keduanya memegang sebatang pedang telanjang yang berkilauan tertimpa sinar lentera dari luar kamar!
Satu di antara dua bayangan itu mengeluarkan suara lirih, namun tajam dan mendesis seperti suara orang yang menahan kemarahan.
"Orang she Ciu, bersiaplah untuk mampus!!"
Tiba-tiba bayangan yang sudah hendak melompat ke dalam kamar itu, terdorong keluar kembali dan terdengar seruan orang lain,
"Jangan......!" Kemudian terjadi perkelahian di luar kamar pembesar itu. Ciu Tai-jin melihat betapa dua orang bayangan yang mengenakan pakaian dan kedok hitam mengeroyok seorang laki laki yang memukai kedok pula, yang terbuat dari saputangan yang menutupi sebagian mukanya bagian bawah. Orang ini tidak memegang senjata, dikeroyok oleh dua orang yang menggunakan pedang itu.
"Tolooonggg...........! Tolooonngg.......! Penjaga........!
Ada perampok........!" Ciu Tui-jin berteriak-teriak, juga isterinya berteriak-teriak. Mendengar teriakan ini dan melihat pula berbondong-bondong para penjaga menyerbu ke tempat itu, dua orang berpakaian serba hitam lalu berloncatan pergi, gerakan mereka cepat sekali. Orang ke tiga yang menutupi muka dengan sapu 145
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan, juga meloncat pergi dan gerakannya bahkan lebih cepat dari pada dua orang pertama.
"Ayah........! Ibu........! Apakah yang telah terjadi?"
Ciu Lian Hwa kini muncul dengan pedang di tangan, Ia masih mengenakan pakaian tidur, hanya menutupinya dengan mantel karena ia terkejut oleh teriakan ayah ibunya tadi. Dan pada waktu itu, belasan orang penjaga juga sudah berdatangan.
"Ada dua orang berpakaian hitam, berkedok hitam, membongkar jendela dan hendak menyerang ke dalam kamar. Lalu muncul orang ke tiga tadi yang menutupi muka dengan saputangan. Terjadi perkelahian di luar kamar, orang ke tiga itu dengan tangan kosong dikeroyok oleh dua orang berpedang, dan kami berteriak-teriak, mereka semua lalu melarikan diri." kata Ciu Tai-jin yang selanjutnya memerintahkan komandan jaga untuk memperketat penjagaan dan melakukan usaha pencarian penjahat-penjahat tadi. Lian Hwa sendiri mempergunakan kepandaiannya untuk meloncat ke atas genteng dan melakukan pencarian, namun tidak menemukan jejak tiga orang yang diceritakan ayahnya itu.
"Keadaan hanya remang-remang, mereka semua menutupi mukanya, akau tetapi jelas bahwa dua orang berpakaian hitam itu bermaksud buruk, bahkan terdengar seorang di antara mereka, dengan suara wanita mengatakan bahwa ia akan membunuhku. Sedangkan orang ke tiga, yang agaknya dia yang berseru melarang, menentang mereka sehingga mudah diduga bahwa dia telah menolong, kalau tidak bahkan mungkin telah menyelamatkan nyawaku." kata Ciu Tai-jin kepada puterinya ketika mereka membicarakan peristiwa yang mengejutkan dan mengkhawatirkan itu.
146 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akan tetapi, siapa yang memusuhi ayah" Apakah ayah mempunyai musuh?" tanya Lian Hwa.
Ciu Tai-jin menghela napas panjang, "Memegang jabatan tak mungkin membuat orang bebas dari permusuhan. Apa lagi kalau pemegang jabatan itu bertindak tegas dan tertib, tanpa pandang bulu menentang mereka yang melanggar hukum, tentu dimusuhi banyak orang, para penjahat dan para pejabat yang menyeleweng dan kutentang."
Akan tetapi pembesar ini bingung juga memikirkan bahwa ada wanita yang memusuhinya dan berniat membunuhnya. Mulai malam itu, penjagaan dilakukan dengan ketat, dan Kim-ciangkun yang mendapatkan berita ini, bahkan mengerahkan sepasukan pengawal istimewa untuk mengawal keselamatan keluarga Ciu itu.
Orang ke tiga itu adalah Bu Cin Han.
Ketika Cin Han melihat dua orang berkedok itu memasuki taman rumah keluarga Ciu, timbul perasaan khawatir dalam hatinya. Memang, ayah Lian Hwa telah menghinanya, bahkan mengusirnya. Akan tetapi, hal itu tidak mendatangkan kebencian dalam batinnya. Ayah gadis itu mengusirnya karena malu mendengar puterinya bersahabat dengan seorang kacung, seperti yang tentu telah dilaporkan oleh Cong Bu. Kini ada orang-orang mengancam keselamatan keluarga itu, dan dia mengetahuinya, maka dia harus turun tangan mencegahnya. Betapapun juga, bukankah Lian Hwa telah bersikap amat baik kepadanya" Dan bukankah sebelum mendengar laporan atau hasutan Cong Bu, ayah ibu gadis itupun berskap baik kepadanya"
Ketika dua orang itu membongkar jendela kamar, diapun mendekat dan ketika seorang di antara mereka, 147
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang ternyata seorang wanita, mengeluarkan suara mengancam Ciu Tai-jin, Cin Han merasa terkejut bukan main karena dia mengenal suara wanita itu. Suara Kim Eng! Dia mengenal betul suara gadis itu dan dia tidak meragukan lagi bahwa itu adalah suara Lui Kim Eng, gadis yang dicintainya! Juga kini bentuk tubuhnya dikenal dengan baik, maupun gadis itu mengenakan pakaian hitam dan kedok hitam. Maka, diapun berteriak mencegah dan mendorong Kim Eng sehingga gadis itu tidak jadi meloncat masuk ke dalam kamar. Kemudian, dia harus menghadapi pengeroyokan mereka berdua yang memegang pedang.
Cin Han memang sudah menutupi mukanya dengan saputangan. Hal ini tadinya dilakukan karena dia tidak ingin dikenal oleh penghuni rumah keluarga Ciu yang hendak dibelanya. Maka, Ciu Tai-jin tidak mengenalnya, bahkan wanita berkedok hitam yang sesungguhnya adalah Lui Kim Eng, tidak pula mengenalnya ketika ia bersama temannya terpaksa melarikan diri karena para penjaga sudah datang berlarian atas teriakan Ciu Tai-jin dan isterinya.
Semenjak terjadinya percobaan pembunuhan atas diri kepala daerah itu, bukan hanya para pengawal yang sibuk berjaga setiap malam dengan ketatnya. Diam-diam ada seorang yang melakukan penjagaan dengan rahasia, dan orang ini bukan lain adalah Cin Han!
Pemuda ini setiap malam, secara sembunyi menjaga tidak jauh dari rumah pembesar itu, siap untuk mencegah kalau, sampai dua orang berkedok itu muncul kembali untuk mengulangi percobaan mereka membunuhi Ciu Tai-jin. Hal ini adalah karena dia merasa yakin bahwa seorang di antara dua orang berkedok itu adalah Lui Kim Eng! Dia tidak tahu mengapa gadis itu melakukan usaha pembunuhan terhadap Ciu Tai-jin dan tidak tahu pula 148
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siapa gerangan orang tinggi besar yang menemaninya, akan tetapi dia sama sekali tidak menghendaki gadis yang dicintanya itu menjadi seorang pembunuh gelap!
Dia harus mencegah Kim Eng melakukan pembunuhan itu, melakukan perbuatan gelap seperti penjahat dan untuk pencegahan ini, terpaksa setiap malam dia harus berjaga di sekitar rumah keluarga Ciu. Hatinya agak lega melihat betapa ketatnya penjagaan pasukan pengawal sehingga sukarlah kini memasuki gedung itu tanpa diketahui para penjaga.
Karena setiap malam dia berjaga, maka pada siang hari dia beristirahat di rumah penginapan dan selebihnya waktu siang dia pergunakan untuk mencoba mencari di mana adanya Lui Kim Eng. Namun, usahanya mencari Kim Eng di siang hari tak pernah berhasil. Diapun melihat kesibukan dan persiapan keluarga Ciu, tentu untuk merayakan pesta pertunangan yang akan diadakan, pertunangan antara Ciu Lian Hwa dan Kim Cong Bu. Ah, dia akan menanti sampai tiba saat perayaan itu di mana besar kemungkinan Kim Eng akan muncul pula.
Andaikata tidak, maka dia akan mencari Kim Eng ke dusunnya, yaitu di Lian giok bun, untuk memberi nasihat kepada gadis itu agar menghentikan niatnya membunuh kepala daerah Tong-an.
Dan memang tak pernah gadis itu muncul lagi di waktu malam untuk mengulang usahanya membunuh pembesar Ciu, sampai tiba saatnya pesta perayaan hari pertunangan itu diadakan dengan meriah.
Pesta itu diadakan meriah sekali. Maklum, yang punya kerja adalah kepala daerah dan komandan pasukan keamanan, dua orang paling tinggi kedudukannya di kota Tong-an. Orang-orang terpenting di kota itu diundang, dan mereka yang tidak diundang, datang pula 149
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berbondong menonton dari luar karena pesta itu diramaikan dengan musik, nyanyi, tari bahkan permainan silat!
Sejak pagi sekali, Cin Han sudah berada di situ, menyelinap di antara para penonton yang berdiri di luar pekarangan. Dia bukan menonton, melainkan memasang mata mengamati semua orang yang datang, baik mereka yang datang sebagai tamu maupun mereka yang hanya sebagai penonton saja. Dan usahanya sekali ini berhasil.
Dia melihat Lui Kim Eng, yang berpakaian pria, bersama seorang laki-laki muda yang bertubuh tinggi besar, masuk sebagai tamu bersama para tamu lainnya dan mereka itu duduk di bagian tamu muda yang berada di barisan belakang. Berdebar rasa jantung Cin Han saking tegangnya melihat gadis itu. Biar menyamar seribu kalipun, dia akan selalu dapat mengenal sepasang mata itu! Dia memperhatikan pemuda yang datang bersama Kim Eng, dan ada perasaan tidak sedap menyelinap dalam hatinya. Siapakah pemuda yang gagah itu"
Tubuhnya tinggi besar dan sikapnya gagah, seorang jantan yang usianya kurang lebih tiga puluh tahun. Dia merasa heran sendiri melihat betapa perasaannya terguncang oleh sesuatu yang tidak nyaman.
Cemburulah dia" Din Cin Han merasa malu sendiri.
Kenapa dia harus cemburu" Apanyakah Kim Eng"
Cepat-cepat dia dapat melihat betapa bodohnya perasaan yang menyelinap di dalam perasaan hatinya ini dan perasaan itupun lenyap. Dia kini waspada mengikuti gerak-gerik kedua orang itu dari jauh, dan kerumunan para penonton yang semakin bertambah karena musik, telah dimainkan dan mengiringi suara nyanyian merdu, beberapa orang gadis penyanyi yang cantik-cantik....
Pesta berlangsung dengan meriah sekali. Para tamu mulai menikmati hidangan makanan yang serba mahal, 150
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sambil menonton pertunjukan hiburan yang menggembirakan. Sekarang juru bicara mewakili tuan rumah, menyambut para tamu dengan sebuah pidato yang cukup panjang, disambut tepuk tangan meriah oleh para tamu.
Dari tempat dia berdiri, selain dapat mengikuti gerak-gerik Lui Kim Eng dan temannya, juga Cin Han dapat melihat Ciu Tai-jin yang duduk di atas panggung bersama isterinya. Juga seorang panglima setengah tua bersama isterinya duduk di panggung itu sehingga mudah diduga oleh Cin Han bahwa tentu panglima itu komandan pasukan keamanan, ayah dari Cong Bu. Dua orang muda yang dirayakan pertunangan mereka juga hadir di situ, yaitu Kim Cong Bu yang mengenakan pakaian mewah dan Ciu Lian Hwa yang nampak cantik jelita dalam pakaiannya yang indah. Dan Cin Han melihat pula dengan hati lega betapa panggung itu dijaga oleh puluhan orang pengawal, banyak di antara mereka berpakaian preman sehingga dia maklum bahwa keselamatan pembesar itu terjamin. Dia yakin bahwa Lui Kim Eng dan temannya itu kini tidak akan mampu berbuat sesuatu untuk mencelakai Ciu Tai-jin. Diam-diam timbul kembali perasaan di dalam hatinya. Kenapa Kim Eng melakukan ini" Apakah ia terbawa oleh laki-laki itu"
Siapa pula laki-laki itu"
Tentu saja Cin Han tidak dapat menduganya siapa karena memang dia belum mengenalnya. Pemuda tinggi besar yang datang bersama Kim Eng itu bernama Tan Sun, su heng (kakak seperguruan) dari Kim Eng. Seperti telah kita ketahui, setelah ayahnya pindah ke dusun, Kim Eog bertemu dengan seorang guru yang berilmu tinggi.
Gurunya itu seorang to-su (pendeta Agama To) dan ia diterima sebagai muridnya bersama seorang yang telah lebih dulu menjadi muridnya, yaitu Tan Sun. Hubungan 151
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
antara kedua orang saudara seperguruan ini akrab sekali, apalagi karena Tan Sun inilah yang lebih banyak melatih ilmu silat kepada Kim Eng dibandingkan dengan gurunya sendiri. Tingkat ilmu silat Tan Sun jauh lebih tinggi dari pada tingkat Kim Eng walaupun gadis ini memiliki bakat yang amat baik.
Setelah tamat belajar dan merasa bahwa ia telah memiliki bekal ilmu silat tinggi, Kim Eng lalu mengambil keputusan untuk mencari musuh ayahnya. Ayahnya yang dulunya seorang jaksa di kota Wan-sian, kena fitnah sehingga dia dipecat dengan tidak hormat, hartanya disita pemerintah dan ayahnya menjadi seorang yang jatuh lahir batinnya, menderita sakit dan hidup miskin di dusun Liang-ok-bun. Sesungguhnya keadaan ayahnya itulah yang mendorong Kim Eng, untuk mempelajari ilmu silat setinggi-tingginya, yaitu untuk membalas dendam. Ia telah mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas kejatuhan ayahnya. Ayahnya dipecat karena laporan seorang pejabat lain, yang bukan lain adalah Ciu Tai-jin, kepala daerah dari kota Tong-an.
Kim Eng menceritakan niatnya membalas dendam kepada suhengnya dan mendengar ini, Tan Sun segera menyatakan kesediaannya untuk membantu.
"Musuh besarmu seorang kepala daerah, seorang pembesar tinggi. Berbahaya sekali untuk menyerangnya, su-moi, karena tentu dia dikawal oleh banyak perajurit.


Dendam Membara Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku khawatir sekali engkau akan gagal, bahkan celaka, maka aku harus membantumu sampai engkau berhasil."
Kim Eng memang sudah tahu bahwa sejak lama suhengnya ini mencintanya, walaupun Tan Sun tidak pernah mengatakannya. Ia sendiri tidak tahu apakah ia mencinta Tan Sun walaupun ia merasa amat kagum karena suhengnya ini jauh lebih lihai dari padanya.
152 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika untuk pertama kali mereka berusaha membunuh Kepala Daerah Ciu di dalam gedungnya, mereka dikejutkan oleh munculnya seorang yang mengenakan topeng saputangan, yang amat lihai ilmu silatnya. Mereka gagal dan merekapun berhati-hati.
Ketika melakukan penyelidikan, tahulah mereka bahwa Ciu Tai-jin mempunyai seorang anak perempuan yang lihai ilmu silatnya, juga mempunyai calon mantu yang masih suheng dari gadis itu, juga lihai. Mendengar bahwa tak lama lagi pembesar itu akan merayakan pertunangan puterinya, Tan Sun nungusulkan kepada Kim Eng untuk menanti sampai datangnya hari perayaan itu.
"Kita menyamar sebagai tamu dan kita melihat perkembangannya. Kalau engkau tidak berhasil membunuh musuhmu dengan cara gelap, bisa kita lakukan dengan terang-terangan, di dalam pesta itu!
Akan tetapi kita tidak boleh bertindak gegabah, harus melihat keadaan. Biarlah aku yang akan mengatur siasat, sumoi."
Kim Eng tentu saja berterima kasih dan setuju saja karena tanpa suhengnya ia merasa tak berdaya.
Demikianlah, pada hari itu mereka berhasil menyelinap masuk sebagai tamu, di antara banyak tamu.
Setelah para penari mengundurkan diri karena sudah selesai memperlihatkan suatu tarian, juru bicara muncul lagi dan sambil tersenyum gembira mengumumkan dengan suara lantang.
"Cu-wi (hadirin sekalian) yang terhormat. Kini akan dipertunjukkan acara yang amat menarik. Karena kedua pihak yang kini dirayakan pertunangannya, yaitu..Ciu Siocia dan Kim Kongcu. Keduanya merupakan orang-orang yang ahli dalam ilmu silat, maka untuk menggembirakan suasana, kini akan dipertunjukkan 153
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
permainan silat oleh beberapa orang ahli silat yang dipilih untuk keperluan ini. Silakan menikmati pertunjukan ini"
Dia mundur diiringi tepuk tangan gembira dari para tamu.
Dua orang laki-laki yang berpakaian ringkas sebagai ahli-ahli silat naik ke atas panggung. Mereka dengan sikap gagah memberi hormat ke arah panggung di mana duduk tuan rumah dan besannya dan dua orang muda yang bertunangan, kemudian mereka memberi hormat ke arah penonton. Beberapa orang yang memegang canang, gembreng dan tambur bermunculan dan mereka membawa bendera dengan gambar harimau bersayap.
Ini menandakan bahwa yang bertugas meramaikan pesta itu adalah perkumpulan silat Harimau Terbang yang cukup terkenal di kota Tong-an. Musik yang bising itu dibunyikan dan mulailah kedua orang pesilat itu mendemonstrasikan ilmu silat mereka. Gerakan mereka gagah dan bertenaga. Kemudian mereka
memperlihatkan ilmu silat pasangan. Mereka saling serang dengan tangkasnya dan biarpun semua gerakan itu telah diatur terlebih dahulu, namun kelihatannya seperti orang yang sungguh-sungguh berkelahi sehingga para tamu memberi sambutan dengan tepuk tangan dan seruan-seruan gembira. Akan tetapi bagi mereka yang memiliki, kepandaian silat tinggi, seperti Cong Bu dan Lian Hwa, pertunjukan itu tidak ada artinya, hanya indah dilihat saja akan tetapi hanya mengandung ilmu bela diri yang amat lemah.
Karena yang mengundang rombongan ini adalah kepala daerah yang berbesan dengan komandan pasukan keamanan, maka sekali ini rombongan perkumpulan silat Harimau Terbang disertai ketua atau guru mereka, seorang laki-laki berusia limapuluh tahun 154
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang bertubuh kecil pendek. Melihat keadaan tubuhnya, orang akan memandang rendah. Akan tetapi sekali ini, ketua itu ingin menyenangkan hati kepala daerah dan diapun maju sendiri untuk mendemonstrasikan kepandaiannya! Ketika dia muncul dan memberi hormat ke arah panggung, kemudian kepada para tamu, mereka yang telah mengenalnya menyambutnya dengan tepuk tangan gemuruh. Siapa yang tidak mengenal Kwan-kauwsu (Guru Silat Kwan) yang menjadi ketua Hui-houw Bu-koan (Perguruan Silat Harimau Terbang)" Biarpun pendek kecil akan tetapi orang ini sudah dikenal sebagai jago silat yang pandai.
Ketika Kwan-kauwsu mulai bersilat, diam-diam Cin Han memperhatikan dan diapun tahu, bahwa biarpun dia saja memiliki tingkat yang iebih tinggi dari pada kedua orang muridnya tadi, namun ilmu silat yang dipertontonkan oleh guru silat inipun hanya indah ditonton saja, tidak memiliki dasar yang kuat sehingga masih meragukan kalau dipergunakan untuk membela diri menghadapi lawan tangguh.
Akan tetapi, gerakan orang ini memang lincah bukan main, agaknya dia memang hendak memamerkan kepandaiannya dan sesuai dengan nama
perkumpulannya, maka dia bergerak cepat laksana seekor harimau yang pandai terbang!
Sorak sorai dan tepuk tangan gemuruh yang menyambut permainan silat ketua perguruan silat Harimau Terbang itu agaknya membuat Kwan Kauwsu menjadi bangga bukan main. Setelah berhenti bersilat, dia lalu memberi hormat ke empat penjuru, kemudian berkata dengan suara yang lantang.
"Cu-wi yang mulia.Ilmu silat perkumpulan kami, sesuai dengan namanya, mengandalkan kelincahan, baru 155
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggunakan kekerasan, seperti seekor harimau yang terbang. Untuk memeriahkan pesta ini, biarlah saya akan membuat sayembara. Lihatlah, ini adalah sebuah pisau belati pusaka peninggalan kakek saya, terbuat dari pada baja aseli dari utara."
Dia mencabut sebuah pisau belati dan nampaklah sinar berkilau kebiruan. Sebatang pisau belati yang amat baik memang.
"Saya akan mengikatkan pisau ini di punggung saya dan saya persilakan siapa saja di antara cuwi mencoba-coba untuk mengambil pisau ini. Siapa yang berhasil merampasnya, biarlah saja aku sebagai saudara tua dan pisau ini akan saya persembahkan kepadanya sebagai hadiah. Saya memberi kesempatan selama dua puluh jurus kepada siapi saja yang hendak mencoba, dan saya hanya akan mengelak tanpa membalas serangan."
Manusia sombong, pikir Cin Hin. Pada saat itu, dari kelompok tamu, keluarlah seorang laki-laki berusia empat puluh tahunan, bertubuh tinggi kurus dia lalu naik ke atas panggung sambil tersenyum. Dia memberi hormat kepada tuan rumah dan keluarganya di panggung.
"Harap Tai jin, sudi memaafkan saya yang hendak meramaikan pesta ini dengan mencoba-coba mengadu untung. Siapa tahu saya bisa mendapatkan pisau belati yang baik berikut seorang adik baru!" Semua orang tertawa mendengar kelakar ini.
"Bagus!! Silakan maju dan mencoba-coba, sobat!"
kata guru silat kecil pendek itu. Tambur pun dipukul dan seorang murid perguruan itu siap untuk menghitung binyaknya jurus.
Si tinggi kurus melangkah maju dan membuka serangan dengan menubruk, menggunakan kedua 156
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lengannya yang panjang. Lengan kiri menyambar ke arah perut sebagai ancaman dan lengan kanan menyambar ke arah punggung untuk merampas pisau belati. Akan tetapi, dengan mudah saja Kwan-kauwsu mengelak, lincah dan lucu gerakannya. Si tinggi kurus menyerang lagi, bertubi-tubi, bahkan kadang kadang menyelingi dengan tendangan, namun semuanya luput karena guru silat itu memiliki gerakan yang jauh lebih cepat dan lincah. Karena tubrukan dan serangannya selalu dapat dielakkan dengan gerakan yang lucu, para penonton tertawa geli, mentertawakan si tinggi kurus dan sampai lewat dua puluh jurus, jangankan dapat merampas pisau, menyentuh ujung baju Kwan-kauwsu saja dia tidak mampu! Dengan muka merah karena ditertawakan orang, si tinggi kurus mengundurkan diri.
Tiba tiba nampak bayangan berkelebat dan tahu-tahu di depan Kwan-kauwsu telah berdiri seorang pemuda yang amat tampan. Pakaiannya sederhana dan terlalu besar, wajahnya tampan dan gerak-geriknya halus, namun sepasang, matanya mengeluarkan sinar berapi penuh semangat. Cin Han terkejut melihat majunya Kim Eng dan dia pun mempergunakan kesempatan selagi para penonton dan tamu mencurahkan seluruh perhatian ke atas panggung, diapun menyelinap masuk dan mencampurkan diri dengan para tamu, duduk di sebuah kursi kosong dan siap siaga. Dia harus turun tangan mencegah kalau Kim Eng nekat hendak membunuh Ciu Tai-jin!
Kim Eng memberi hormat kepada Kwan-kauwsu sambil berkata singkat, "Aku ingin mencoba kelihaianmu dan merampas pisau!"
157 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun ia sudah membesarkan suaranya, tetap saja terdengar halus, membuat semua orang meragu dan heran.
Kwan-kauwsu yang bangga oleh kemenangannya yang pertama tadi, tersenyum lebar dan memandang rendah kepada pemuda yang gayanya halus seperti wanita itu.
"Ha-ha, tentu saja boleh, orang muda. Nah, engkau mulailah!" kepada muridnya dia berseru, "Jangan salah menghitung jurus !"
Kembali musik dibunyikan dengan bising dan Kwan-kauwsu dengan lagak memandang ringan mulai bergerak-gerak mengubah kuda-kuda agar nampak gagah. Kim Eng memang sengaja mencari gara-gara, maka iapun menyerang dengan cengkeraman ke arah muka guru silat itu dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanan menampar ke arah dada. Ketika guru silat itu dengan sigapnya mengelak, cengkeramannya ke arah muka itu dilanjutkan ke arah punggung dan hampir saja pisau itu dapat dirampasnya.
Guru silat Kwan terkejut dan cepat dia melempar tubuh ke belakang, terjungkir balik akan tetapi pisaunya dapat diselamatkan dari rampasan orang. Semua orang bertepuk tangan memuji gerakan Kwan-kauwsu berjungkir balik tadi, tidak tahu bahwa guru silat itu terkejut bukan main menghadapi kecepatan serangan pertama dari Kim Eng. Kini gadis itu tidak membuang banyak waktu lagi. Dengan gerakan cepat dari ilmu silat Kun-lun-pai yang selama ini dipelajarinya dengan tekun, ia menyerang lagi. Kecepatan gerakannya membuat guru silat Kwan menjadi bingung dan tiba-tiba saja, jari tangan gadis itu telah berhasil menotok jalan darah di kedua pundaknya yang mengakibatkan Kwan-kauwsu tak 158
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mampu pula menggerakkan tubuhnya. Dan pada saat itu, dengan amat mudahnya Kim Eng mengambil pisau belati dari punggung kakek yang pendek kecil itu. Akan tetapi, Kim Eng tidak ingin bermusuhan dengan orang lain dan cepat ia memulihkan totokannya sambil mengembalikan pisau belati ke tangan Kwan-kauwsu sambil berkata lantang..
"Maafkan aku dan terimalah kembali pisaumu!"
Ketika merasa tubuhnya dapat bergerak kembali dan pisau itu berada, di tangannya, wajah guru silat itu berubah pucat, lalu menjadi merah sekali. Maklumlah dia bahwa dia menghadapi orang yang memiliki ilmu kepandaian yang jauh lebih lihai darinya dan berapa orang itu sama sekali tidak berniat buruk. Maka diapun menjura kepada Kim Eng kemudian memberi hormat ke arah panggung dan berkata.
"Ampunkan hamba, Tai-jin. Permainan hamba hanya sampai di sini saja."
Setelah berkata demikian, diapun memberi isarat kepada murid-muridnya untuk turun dari atas panggung tanpa banyak cakap lagi. Para tamu banyak yang merasa heran. Peristiwa tadi terjadi terlalu cepat sehingga kebanyakan dari mereka tidak tahu apa yang telah terjadi.
Akan tetapi tentu saja Ciu Lian Hwa dan tunangannya, Kim Cong Bu, dapat melihat jelas dan merekapun kagum akan kelihaian pemuda yang tampan halus itu. Selagi banyak orang keheranan, tiba-tiba seorang laki-laki muda bertubuh tinggi besar sudah berada di atas panggung.
Laki-laki ini adalah Tan Sun dan dia sudah memberi hormat ke arah tuan rumah dan keluarganya.
159 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ciu Tai-jin, hamba Tan Sun dan bersama adik hamba tidak dapat menghaturkan sumbangan sesuatu kecuali apa yang kami dapat lakukan, yaitu permainan iImu silat tentu saja, kalau Tar-jin sudi menerimanya."
Ciu Tai-jin mengerutkan alisnya. Dia tidak tahu siapa dua orang muda itu dan karena bimbang dia memandang kepada puterinya. Ciu Lian Hwa sudah tertarik sekali melihat betapa lihainya pemuda yang halus, itu tadi merampas pisau dari punggung Kwan Kauwsu, maka kini ia mengangguk kepada ayahnya.
Pembesar itupun lalu menjawab dengan anggukan kepada Tan Sun sebagai tanda bahwa dia menyetujui.
Mendengar ini, Tan Sun berkata dengan suara lantang,
"Terima kasih, Tai-jin."
Kemudian bersama Kim Eng dia berdiri di tengah panggung yang luas itu, menghadap penonton dan suaranya masih lantang ketika dia berkata.
"Cuwi yang mulia, kami mendengar bahwa sepasang mempelai yang kini dirayakan pertunangannya adalah ahli-ahli silat kelas tinggi yang amat lihai. Oleh karena itu, sungguh meremehkan mereka berdua kalau di sini dipertunjukkan segala macam ilmu silat murahan seperti yang tadi kita sama lihat. Sekarang ini banyak sekali nama besar yang sesungguhnya hanya kosong melompong belaka. Kami tidak berani mengatakan bahwa nama besar sepasang mempelai sebagai ahli-ahli silat juga kosong belaka, akan tetapi kami berdua ingin sekali mengajak mereka untuk memperlihatkan kehebatan mereka agar disaksikan oleh para tamu yang terhormat!"
160 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah berkata demikian, dengan sengaja Tan Sun dan Kim Eng berdiri menghadap kearah Lian Hwa dan Cong Bu dengan sikap dan pandang mata menantang.
Cin Han terkejut. Tak disangkanya Kim Eng akan mengambil jalan demikian, yaitu agaknya hendak menentang dan menghadapi keluarga Ciu secara berterang, bahkan di depan umum! Apakah maksud gadis itu" Hendak membikin malu keluarga itu di depan umum "
Ciu Lian Hwa adalah seorang gadis yang terkenal galak dan pemberani, walaupun berbudi baik.
Mendengar betapa ia dan tunangannya ditantang secara halus di depan umum, tentu saja mukanya sudah menjadi merah dan ia marah sekali. Tanpa ingat lagi bahwa ia adalah orang yang saat itu sedang dirayakan dalam pesta untuk pertunangannya, ia sudah meloncat dan melemparkan mantel indah yang dipakainya.
Tubuhnya berkelebat dan ia sudah berhadapan dengan Tan Sun dari Kim Eng.
"Orang-orang sombong!" bentaknya sambil menudingkan telunjuknya. "Kalian agaknya sengaja hendak membikin ribut di sini ! Aku Ciu Lian Hwa boleh jadi bukan orang yang terlalu tinggi ilmu silatnya sehingga tidak perlu disohorkan, akan tetapi jangan kira aku takut kalau hanya menghadapi tantangan kalian!!"
Tan Sun dan Kim Eng merasa girang sekali melihat pancingan mereka berhasil. Tepat seperti dugaan Cin Han, memang Kim Eng hendak melampiaskan dendamnya dengan cara membikin malu keluarga Ciu di depan umum. Kalau saja ia mampu mengalahkan dua orang yang dirayakan pertunangannya itu, dan dengan demikian merendahkan nama besar musuh besarnya, ia sudah akan merasa puas juga !
161 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suheng, biarlah aku menghadapinya," kata Kim Eng kepada suhengnya melihat majunya Lian Hwa. Tan Sun mengangguk dan diapun mengundurkan diri, siap untuk melindungi sumoinya kalau ada bahaya mengancam.
Melihat puterinya maju, tentu saja Ciu Tai-jin menjadi khawatir dan dia sudah memberi isyarat kepada komandan pengawal. Belasan orang pengawal, dengan senjata di tangan, sudah maju hendak menangkap Tan Sun dan Kim Eng. Melihat ini, Lian Hwa berseru nyaring kepada pengawal.
"Para pengawal mundur! Jangan mencampuri urusan ini, hanya akan membikin malu saja kepada kami!!"
Tepat seperti yang sudah diperhitungkan oleh Tan Sun dan Kim Eng, gadis yang merasa memiliki ilmu silat tinggi ini, tentu saja merasa malu melihat pasukan pengawal hendak melindunginya.
"Bagus, kiranya nona Ciu memang memiliki kegagahan," kata Kim Eng, akan tetapi pujian yang dilakukan dengan senyum mengejek itu tentu saja bahkan membuat panas hati Lian Hwa. Para pengawal mundur kembali oleh bentakan Lian Hwa, bahkan Ciu Tai-jin juga memandang bingung, tidak berani memaksa para pengawal karena diapun mengenal watak keras puterinya.
"Tidak perlu banyak cakap lagi! Engkau tadi menantangku, nah, aku sudah maju dan bersiaplah untuk menandingiku !" kata Ciu Lian Hwa dan iapun mengeluarkan seruan keras sebagai tanda bahwa ia sudah mulai menyerang. Serangannya dahsyat karena begitu menyerang, Lian Hwa sudah mempergunakan ilmu silat Sin-eng-kun (Garuda Sakti) yang kini sudah dikuasainya dengan baik sekali. Dengan tangan kiri di pinggang, tangan kanan Lian Hwa memukul ke arah 162
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dada lawan, dengan gerakan lurus. Melihat hebatnya serangan ini, Kim Eng cepat mengelak sambil menangkis dari samping.
"Plakk!"
Pukulan tangan Lian Hwa berubah menjadi cengkeraman dan tangan itu diputar dengan kuatnya untuk menangkap pergelangan tangan lawan yang menangkis. Namun hal ini sudah diketahui lebih dulu oleh Kim Eng yang juga sudah cepat menarik kembali lengan yang menangkis sehingga lolos duri cengkeraman, bahkan iapun cepat membalas dengan tendangan kaki kirinya ke arah lutut lawan. Lian Hwa meloncat ke belakang menghindar, kemudian iapun menerjang lagi dengan sengit. Terjadilah perkelahian yang seru antara dua orang gadis itu. Keduanya memiliki gerakan yang sama ringan dan lincahnya, dan tubuh mereka berkelebatan, sukar diikuti dengan pandang mata biasa sehingga para tamu bersorak-sorak gembira, mengira bahwa dua orang itu memperlihatkan tontonan yang menarik. Sama sekali mereka tidak menduga bahwa perkelahian itu bukan sekedar demonstrasi belaka, melainkan telah menjadi suatu perkelahian yang sungguh-sungguh dan mati-matian.
Cin Han yang kini menyelinap lebih dekat, memandang dengan hati gelisah. Dari gerakan mereka, dia tahu bahwa bagaimanapun juga, Lian Hwi masih kalah setingkat dibandingkan Kim Eng, terutama sekali kalah dalam hal tenaga sin-kang. Beberapa kali tubuh Lian Hwa tergetar kalau lengan mereka bertemu..dan Lian Han merasa khawatir sekali kalau kalau dalam kemarahannya, Kim Eng akan membunuh puteri pembesar itu.
163 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agaknya, Cong Bu juga melihat bahwa tunangannya terdesak, maka diapun tidak dapat menahan kegelisahan dan kemarahannya. Sambil berseru marah diapun meloncat ke atas panggung untuk membantu sumoinya atau tunangannya, akau tetapi Tan Sun yang sudah siap sejak tadi menyambutnya.
"Ah, sungguh baik sekali kalau mempelai pria juga memperlihatkan kelihaiannya!" katanya sambil menghadang. Para tamu bertepuk tangan semakin meriah dan mengira bahwa memang benar Kim Cong Bu hendak ikut memeriahkan suasana dengan memperlihatkan ilmu kepandaiannya.Cong Bu tidak banyak cakap lagi, langsung saja menerjang dan ditangkis oleh Tan Sun yang jauh lebih kuat darinya sehingga dalam beberapa belas jurus saja, Cong Bu juga terdesak bebat seperti keadaan sumoinya.
Sementara itu, Kim-ciangkun sudah mengerahkan pasukan pengawal untuk mengepung tempat itu. Melihat ini, Cin Han maklum akan gawatnya keadaan yang berbalik mengancam keselamatan Kim Eng dan temannya, maka diapun cepat melompat ke tengah panggung sambil berseru,
"Harap jangan berkelahi!" Dan tubuhnya bergerak ke sana-sini, menangkisi pukulan empat orang yang sedang bertempur itu.
Lian Hwa dan Cong Bu yang memang sudah terdesak hebat tadi, begitu melihat munculnya seseorang yang melerai, tentu saja dapat bernapas lega dan merekapun berloncatan ke belakang sambil memandang kepada orang yang berani menghentikan pertandingan itu.
Demikian pula Kim Eng dan Tan Sun, melihat munculnya orang yang dapat menangkisi pukulan-pukulan mereka, 164
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghentikan serangan dan merekapun memandang dengan penuh perhatian,
Tentu saja Lian Hwa dan Cong Bu terkejut bukan main ketika mengenal orang yang melerai itu adalah Cin Han.
"Cin Han...... Engkau......bagaimana berani menghentikan pertandingan ini ?" seru Lian Hwa, masih terheran-heran karena tadi ia melihat gerakan Cin Han demikian cepatnya ketika menengahi perkelahian itu.
Cin Han memandang sambil tersenyum.
"Ciu Siocia, engkau dan Kim Kongcu adalah calon-calon mempelai yang sedang dirayakan bari pertunangan kalian, sungguh tidak semestinya kalau turun tangan sendiri menghadapi pertandingan. Biarlah aku yang mewakili kalian untuk memeriahkan suasana yang menggembirakan ini."
"Tapi........tapi.......mereka ini lihai sekali.....,.!" seru Lian Hwa khawatir.
"Aku tidak ingin kau wakili!!" kata Cong Bu tak senang.
Biarpun dia tadi kewalahan dan munculnya pemuda ini telah menyelamatkannya dari kekalahan, namun dia tidak ingin pemuda ini muncul sebagai jagoan.
"Maaf, Kim Kongcu, akan tetapi tuan rumahnya adalah keluarga Ciu dan aku mewakili keluarga Ciu."
Lian Hwa sudah menarik tangan tunangannya untuk diajak mundur dan duduk kembali di panggung kehormatan. Sementara itu, Kim Eng juga kaget bukan main melihat majunya Cin Han yang hendak mewakili keluarga musuhnya, Ia sudah tahu akan kelihaian Cin Han, maka tentu saja ia kaget bukan main. Di samping itu, juga perasaan hatinya tertusuk dan ia menjadi sedih 165
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat betapa pemuda yang amat dikaguminya itu kini membela musuhnya. Ia lalu menyentuh lengan Tan Sun.
"Suheng, mari kita pergi saja!" ajaknya.
"Engkau mundurlah, sumoi, biar kuhadapi wakil keluarga Ciu ini. Sobat, kau sambutlah seranganku !"
Dan Tan Sun sudah menyerang dengan cepat dan kuat. Melihat suhengnya sudah bergerak menyerang, terpaksa Lian Hwa mundur ke bawah panggung. Cin Han menyambut serangan Tan Sun dengan mudah dan selama belasan jurus dia sengaja membiarkan lawan menyerangnya.bertubi-tubi tanpa membalas. Maksudnya agar lawan tahu bahwa dia mengalah. Akan tetapi, hal ini malah membuat Tan Sun meraba penasaran sekali dan memperhebat serangannya. Sementara itu Lian Hwa dan Cong Bu yang mengamati pertempuran itu, menjadi bengong. Baru mereka tahu bahwa sesungguhnya Cin Han memiliki kepandaian yang jauh lebih tinggi dari pada mereka.
"Aih, kiranya Cin Han lihai bukan main........" bisik Lian Hwa.
"Hemm, tentu dia diterima suhu menjadi muridnya,"
kata Cong Bu. "Tidak, gerakannya berbeda dengan gerakan kita. Kita dahulu terlalu memandang rendah kepadanya," kata Lian Hwa dan tunangannya diam saja, tidak berani menjawab karena dia tahu betapa sampai sekarangpun dia memperlihatkan sikap memandang rendah kepada Cin Han.
Kim Eng yang menonton pertandingan itu, meremas-remas jari tangan sendiri. Ingin ia menangis rasanya.
Mengapa Cin Han membela keluarga Ciu" Iapun kini 166
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat menduga bahwa orang berkedok sapu tangan malam sebulan yang lalu itu, yang menggagalkan usahanya membunuh pembesar Ciu, tentu Cin Han juga adanya!
Tan Sun juga menyadari hal ini. Setelah tujuh belas jurus dia menyerang dengan sia-sia, melihat gerakan Cin Han, teringatlah dia akan orang berkedok saputangan yang menggagalkan usaha dia dan sumoinya di rumah keluarga Ciu malam hari itu.
Dia menyerang semakin hebat, namun tiba-tiba Cin Han membalas serangannya dan diapun terdesak hebat!
Baru beberapa kali Cin Han membalas, sudah dua kali, Tan Sun merasa betapa pundak dan dadanya tersentuh.
Kalau Cin Han menghendaki, tentu dia sudah tertotok roboh! Hal ini diketahuinya dan Tan Sun menjadi bingung Apa maksudnya lawan yang lihai ini" Dia membela keluarga Ciu, akan tetapi juga jelas tidak ingin merobohkannya dan telah bersikap mengalah.
"Kiranya engkau orang berkedok saputangan malam itu ?" bentaknya dengan hati penasaran.
Teriakan ini menyadarkan Lian Hwa dan ayahnya bahwa dua orang muda yang kini hendak membikin ribut pesta itu bukan lain adalah dua orang berkedok yang sebulan yang lalu pada malam hari pernah menyerbu ke dalam gedung dan hendak membunuh Ciu Tai-jin.
Karena itu, tiba-tiba Ciu Taijin berseru untuk menangkap dua orang itu.
"Mereka adalah pembunuh pembunuh itu! Tangkap mereka !"
Kim Ciangkun sendiri lalu memberi aba-aba kepada pasukannya untuk bergerak menangkap Tan Sun dan Kim Eng. Panggung itu dikurung oleh pasukan dan 167
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beberapa orang pasukan telah berloncatan naik ke atas panggung! Melihat ancaman ini, Kim Eng juga sudah meloncat ke atas panggung untuk mengamuk bersama suhengnya yang kini sudah berhenti bertanding karena Cin Han sudah meloncat ke belakang.
Tiba-tiba Cin Han berkata kepada Kim Eng,
"Nona Lui, mari kita pergi, cepat!"
Dan Cin Han membuka jalan dengan merobohkan tiga orang perajurit yang sudah berloncatan naik ke atas 168
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
panggung. Dia terus menerjang ke bawah, diikuti oleh Kim Eng dan Tan Sun yang masih bingung dan tidak tahu mengapa tiba-tiba terjadi perubahan pada sikap Cin Han. Kalau tadi, Cin Han mewakili tuan rumah untuk menandingi mereka, akan tetapi kini, setelah pasukan mengancam untuk menangkap mereka, dia malah membela dan membantu mereka untuk meloloskan diri!
Akan tetapi, pada saat itu tidak ada waktu bagi mereka untuk banyak berheran. Merekapun mengamuk seperti Cin Han, membuka jalan dengan kekerasan untuk keluar dari kepungan. Keadaan yang kacau itu membuat para tamu menjadi panik dan hal ini menguntungkan tiga orang muda yang berusaha melarikan diri itu. Setelah berhasil membobolkan kepungan, Cin Han meloncat dan menyusup di antara tamu diikuti oleh Kim Eng dan Tan Sun dan akhirnya mereka berhasil lolos keluar dan melarikan diri. Cin Han di depan, diikuti Kim Eng dan paling akhir Tan Sun berada di belakang. Cin Han mengajak mereka terus lari keluar dari kota Tong-an dan memasuki sebuah hutan lebat di lereng bukit. Setelah masuk ke dalam hutan, barulah Cin Han berhenti berlari.
Dengan napas agak memburu Kim Eng menghapus keringat yang membasahi leher dan dahinya dan untuk beberapa lamanya ia berdiri berhadapan dengan Cin Han dan saling pandang. Juga Tan Sun menatap wajah, pemuda itu dengan penuh perhatian, dengan alis berkerut karena dia masih bingung memikirkan sikap pemuda itu. Semula memusuhinya dengan membela keluarga Ciu, kemudian beibalik menyelamatkan dia dan sumoinya..Hal ini diakuinya bahwa kalau tidak ada pemuda ini, dia dan sumoinya mungkin kini sudah menjadi tawanan.
169 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sobat, siapakah engkau dan apa artinya perubahan sikapmu terhadap kami ?" tanyanya sanbil menatap tajam wajah yang tenang penuh senyum ramah itu.
"Suheng, dia ini adalah Cin Han........."
"Ah, engkau sudah mengenalnya, sumoi ?"
"Tentu saja! Karena aku mengenalnya dan mengenal kelihaiannya, maka tadi aku mengajak engkau untuk pergi dan tidak melawannya. Dia bernama Bu Cin Han dan kami........di waktu kecil kami adalah teman bermain.
Cin Han, ini adalah suhengku, Tan Sun," Kim Eng memperkenalkan.
"Tapi, kenapa dia mewakili keluarga Ciu dan kemudian membantu kami meloloskan diri?"
Kim Eng memandang kepada Ci Han.
"Ya, kenapa, Cin Han " Sikapmu sungguh membingungkan. Kenapa engkau mewakili dan membela keluarga Ciu yang jahat itu?"
"Kebetulan sekali aku juga mengenal baik dua orang muda yang sedang bertunangan itu, nona. Akan tetapi bukan karena itulah aku tadi melerai dan mewakili mereka. Aku hanya khawatir kalau kalau engkau akan membunuh orang. Aku tidak menghendaki engkau membunuh orang, nona. Itu pula sebabnya mengapa sebulan yang lalu, malam-malam itu, aku mencegah kaitan membunuh Ciu Taijin. Maafkan aku."
Kim Eng mengerutkan alisnya. "Lalu mengapa engkau membantu, kami meloloskan diri?"
"Karena aku tidak ingin pula melihat engkau tertawan."
"Cin Han, kenapa engkau mencampuri urusanku" Aku memang ingin membunuh orang she Ciu itu, dan hal itu 170
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sama sekali tidak ada sangkut pautnya denganmu!
Ataukah barangkali engkau telah menjadi kaki tangan pembesar itu?" Kim Eng bertanya drngan ketus dan sikapnya marah.
Cin Han menggeleng kepala. "Hanya kebetulan saja malam hari itu aku melihat sikap kalian yang mencurigakan. Aku membayangi kalian sampai ke rumah keluarga Ciu dan aku segera mengenalmu di balik kedok itu, nona. Melihat betapa kalian hendak membunuh Ciu Taijin, aku lalu mengenakan kedok saputangan dan mencegahnya, Aku menduga bahwa kalian tidak akan sudah begitu saja, maka aku selalu mengamati rumah keluarku Ciu, sampai tiba hari perayaan pesta pertunangan itu. Seperti yang kuduga, kalian muncul sebagai tamu."
"Tapi......mengapa engkau membela dan melindungi Kepala Daerah Ciu itu?"
"Nona Lui Kim Eng, aku tidak melindunginya.
Andaikata yang akan kau bunuh itu seorang pembesar lain, tentu aku akan berusaha mencegahnya pula. Aku tidak melindungi dia, melainkan tidak ingin melihat engkau menjadi pembunuh berdarah dingin."
Kim Eng membelalakkan matanya."Cin Han tahukah engkau siapa Ciu Taijin itu dan apa yang telah dia lakukan terhadap keluargaku, terhadap ayahku?"
"Itulah yang ingin kuketahui, mengapa kalian begitu nekat hendak membunuhnya."
"Tan suheng ini hanya membantuku saja. Dia tidak mempunyai persoalan dengan keluarga Ciu. Akan tetapi aku........dendamku setinggi langit sedalam lautan!
Engkau sudah mendengar dari ibu tempo hari bahwa ayahku telah difitnah orang sehingga dipecat dari 171
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jabatannya, disita semua hartanya sehingga hidup menderita dan sengsara. Tahukah engkau siapa yang melakukan fitnah itu" Bukan lain adalah orang she Ciu itu!! Nah, kini aku berusaha membalas dendam, dan takkan puas hatiku sebelum dapat membasmi keluarga itu!"
Cin Han mengerutkan alisnya. Kiranya gadis ini hendak membunuh Ciu Taijin karena dendam, seperti yang pernah dia lakukan dahulu ketika dia hendak membunuh ayah Kim Eng, yaitu bekas Jaksa Lui.
"Nona, pikirkan baik-baik dan sadarilah akan kekeliruanmu sebelum terlambat. Lupakah engkau akan keadaanku sendiri ketika aku berkunjung ke rumahmu"
Ketika itu, aku........"
"Nanti dulu, Cin Han." Kim Eng memotong lalu ia berpaling kepada Tan Sun. "Tan suheng, harap engkau suka meninggalkan kami berdua karena aku ingin bicara dengan Cin Han tanpa didengar orang lain."
Pemuda tinggi besar itu sejenak memandang kepada Cin Han dengan alis berkerut, wajahnya membayangkan penasaran dan tidak senang, akan tetapi tanpa membantah dia lalu melangkah pergi meninggalkan mereka berdua di bawah pohon besar itu.
"Nona, engkau telah menyinggung hatinya. Menyuruh suhengmu pergi seolah-olah tidak percaya kepadanya,"
Cin Han merasa tidak enak hati melihat itu.
"Tidak mengapa, Cin Han. Dia akan memaafkan aku karena dia sangat sayang kepadaku. Aku tidak ingin dia mendengar tentang urusan ayah dengan keluargamu."
Ia menoleh ke arah perginya Tan Sun dan ternyata pemuda itu sudah tidak nampak lagi bayangannya.
172 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, sekarang katakan mengapa engkau tadi bilang bahwa aku telah keliru untuk membalas dendamku kepada keluarga Ciu."
"Mari kita duduk dan bicara-dengan hati terbuka dan pikiran jernih, nona, karena membicarakan tentang dendam membutuhkan pikiran jernih dan hati yang lapang, bebas dari pengaruh emosi,"
Mereka berdua lalu duduk di atas batu besar, berhadapan dan nampak oleh Cin Han betapa cantik jelitanya gadis itu, jantungnya berdebar kencang, akan tetapi dia dapat menenteramkannya kembali dan mulailah dia bicara dengan nada suara tenang penuh kesabaran,
"Nona, seperti kukatakan tadi, sebelum aku sadar, akupun mengandung dendam sakit hati dalam batin terhadap ayahmu. Dendam selalu membara di hatiku walaupun sudah kututup-tutupi, sebelum aku tiba di rumah keluargamu. Juga aku mendendam kepada Phang Lok, bekas tukang kebun keluargamu itu. Aku telah mengambil keputusan untuk membunuh ayahmu dan juga Phang Lok. Keadaanku pada waktu itu agaknya sama dengan keadaan hatimu sekarang. Untunglah bahwa aku telah menyadari kekeliruanku dan kuharap engkau akan dapat menyadarinya pula. Dendam adalah racun yang akan merusak batin sendiri, nona. Dendam adalah api yang akan membakar dan menghanguskan diri sendiri, dendam menciptakan mata rantai hukum karma yang akan menjadi lingkaran setan !"
"Akan tetapi terhadap kematian ayah ibumu, ayahku sama sekali tidak bersalah, Cin Han. Sebaliknya, orang she Ciu itu sengaja melaporkan ayahku ke atasan sehingga ayah dipecat dan menderita sengsara. Orang she Ciu itu penyebab kesengsaraan keluarga ayah, 173
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebaliknya, kesengsaraan keluarga orang tuamu bukan disebabkan oleh ayah yang selalu bersikap baik kepada keluarga orang tuamu."
Cin Han masih tersenyum, akan tetapi senyumnya agak pahit kini dia dapat melihat jelas apa yang terjadi dalam pikiran gadis itu.
"Nona, setiap macam peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini, pasti ada penyebabnya. Dan kita selalu mencari penyebabnya kepada orang luar yang kita jadikan kambing hitam, kemudian kita menjadi dendam dan ingin menyakiti atau membunuh yang menjadi penyebab dari akibat yang terjadi itu. Kita merasa enggan untuk mencari kesalahan diri sendiri yang menjadi sebab. Contohnya aku sendiri. Tadinya aku menganggap bahwa orang tuaku selalu benar dan kesalahannya pasti terletak kepada orang lain, dalam hal urusanku, pada ayahmu dan Phang Lok. Akan tetapi setelah aku mendengar akan peristiwa yang sebenarnya terjadi, baru terbuka mataku dan aku sadar bahwa setiap perbuatan akan menimbulkan akibat yang akan menimpa diri sendiri, sesuai dengan perbuatan itu. Setiap peristiwa menjadi sebab dari akibat yang lain lagi. Kalau kita digerakkan oleh dendam dan melakukan pembalasan dendam, maka berarti kita telah menciptakan suatu sebab lain yang kelak, cepat atau lambat, pasti akan menimbulkan suatu akibat lain pula."
"Akan tetapi ayahku tidak berdosa......."
"Yakin benarkah nona akan hal itu" Adakah manusia yang tidak berdosa di dunia ini" Bahkan dalam urusan orang tuaku sekalipun, apakah ayahmu juga tidak mempunyai kesalahan apapun, tidak menjadi satu di antara sebab-sebab yang mengakibatkan terjadinya bencana dalam keluarga orang tuaku " Nona, bukan aku 174
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menuduh, akan tetapi kalau benar ayahmu itu bersih dan tidak bersalah, mungkinkah pihak atasan dapat memecatnya tanpa kesalahan" Andaikata nona berhasil melampiaskan dendam dan membunuh Ciu Taijin, apakah urusannya akan habis sampai di situ saja" Tentu ada anggauta keluarganya yang berbalik mendendam kepadamu, dan hidupmu takkan aman lagi, selamanya akan dikejar-kejar orang yang memusuhimu."
"Maksudmu hukum karma.......?"
"Ya, hukum karma yang akan menjadi lingkaran setan yang selalu mencengkeram dan menguasai kehidupan kita. Hanya kita sendirilah yang akan mampu mematahkan rantai ikatan itu, dengan membuang segala macam dendam, dengan membersihkan batin kita dari simpanan perasaan benci dan menghabiskan segala urusan yang terjadi pada saat itu juga, tanpa memperpanjang dab menyimpannya di dalam hati kita."
Gadis itu termenung, lalu menarik napas panjang.
"Akan tetapi, aku........akan selalu penasaran......."
"Penasaran timbul karena memang dalam hati kita terdapat api dendam yang selalu membara, yang seperti nafsu lain, membutuhkan pelampiasan dalam bentuk perbuatan. Terus terang saja, nona, aku di waktu kecil pernah hidup di dalam kuil di mana puteri Ciu Taijin dan putera Kim Ciangkun, dua orang muda yang kini bertunangan itu, menjadi murid Siauw-lim-pai. Dan aku sudah banyak mendengar tentang Ciu Taijin dari para hwesio di kuil itu. Menurut apa yang kudengar, Ciu Taijin adalah seorang pembesar yang baik dan jujur, yang menentang para pembesar lain yang korup. Kalau dia bukan seorang pembesar yang baik, sudah pasti para hwesio di kuil Siauw lim itu tidak akan mau menerima 175
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
puterinya menjadi murid. Bukan aku bermaksud menyalahkan ayahmu dan membenarkan Ciu Taijin, akan tetapi hanya untuk menyadarkan bahwa sedikit banyak, ayahmu sendirilah yang menjadi sebab dari peristiwa pemecatan itu. Seperti juga orang tuaku menjadi penyebab dari malapetaka yang menimpa keluarga kami."
Sejenak Kim Eng memandang wajah pemuda itu, kemudian ia menarik napas panjang lagi, merasa betapa semangat dendamnya seperti udara membocor dari sebuah balon yang berlubang. Semangatnya menjadi kempis.
"Aih, Cin Han, engkau membuat aku menjadi bimbang terhadap diri sendiri......."
"Memang kita harus selalu bimbang terhadap diri sendiri, nona, dan selalu mengamati diri sendiri dengan waspada karena hanya pengamatan terhadap diri sendirilah yang mendatangkan kesadaran. Kita akan melihat betapa setiap perbuatan kita dilandasi nafsu, oleh karena itu tidaklah mengherankan kalau seluruh kehidupan kita dicengkeram oleh hukum karma."
Balon dendam dalam batin Kim Eng itu kini benar benar mengempis yang membuat gadis itu merasa lemas seperti kehilangan kekuatan dan pegangan. Ia menatap wajah pemuda itu sampai beberapa lamanya, kemudian bertanya,
"Cin Han, mengapa kau lakukan semua ini?".
Cin Han juga menatap wajah yang cantik itu.
"Melakukan apa, nona?"
"Engkau pernah menganggap, ayahku sebagai musuh besar yang mencelakai keluarga orang tuamu, akan 176
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi sekarang engkau dengan mati-matian berusaha mencegah aku melakukan pembunuhan, bahkan engkau selama sebulan selalu menjaga agar aku jangan melakukan usaha itu, kemudian engkau juga nembantu aku dan suheng meloloskan diri dari kepungan pasukan.
Mengapa engkau melakukan semua ini untuk aku, Cin Han?"
Cin Han menatap wajah itu dan melihat betapa sepasang mata yang indah itu mengamatinya penuh selidik. Diapun menunduk. Tak mungkin dia menipu diri sendiri, tidak mungkin dia membohongi Kim Eng. Dia mencinta gadis ini.
"Karena.........semenjak pertemuan kita di Bin-juan itu, ketika engkau menolongku dari penodongan dua orang penjahat, kemudian di malam harinya engkau pula yang menolongku ketika dua orang penjahat itu muncul, ah, bukan, bahkan semenjak kita berdua masih kanak-kanak, di dalam taman bunga itu ketika aku memanjat dan memetikkan dua buah jeruk untukmu, kemudian engkau menyuruh aku menangkap kupu-kupu akan tetapi kutolak, semenjak itu aku........aku sudah jatuh cinta padamu, nona."
"Ahh......."
Kim Eng menutupi muka dengan kedua tangannya, merasa terharu sekali akan tetapi juga girang karena ia sendiri sejak bertanding melawan pemuda itu di rumahnya, membela ayahnya, telah merasa kagum bukan main terhadap pemuda ini, kagum dan juga terharu dan suka sekali melihat betapa pemuda itu telah sadar dan tidak lagi mendendam kepada ayahnya.
Kiranya pemuda yung dikaguminya itu kini menyatakan cinta kepadanya dengan terus terang, dengan lembut, bahkan menyatakan cinta sejak mereka masih kanak-177
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kanak, menggugah kembali kenangan lama yang manis ketika mereka masih kanak-kanak!
Melihat Kim Eng menutupi mukanya dengan kedua tangannya, Cin Han berkata dengan suara mengandung penuh penyesalan.
"Maafkan aku, nona. Sesungguhnya, tidak pantas bagi seorang seperti aku untuk menyatakan perasaan hatiku kepada seorang gadis sepertimu, akan tetapi aku harus menyatakannya dengan jujur. Sekali lagi maafkan aku kalau aku menyinggung perasaanmu. Selamat tinggal!"
Berkata demikian, dengan jantung seperti ditusuk rusanya, Cin Han meloncat pergi.
"Cin Han........!".Hanya batinnya saja yang memanggil akan tetapi tidak ada suara keluar dari mulutnya ketika Kim Eng menurunkan kedua tangannya dan mencari-cari dengan matanya, namun tidak lagi nampak bayangan pemuda itu. Ia bangkit berdiri dengan bingung, lalu menjatuhkan diri lagi di atas batu dan sekali ini ketika ia menutupi mukanya, dari sela-sela jari tangannya mengalir keluar air matanya. Sekali ini ia benar-benar menangis tanpa diketahuinya benar mengapa ia menangis, mengapa ia merasa terharu, merasa kehilangan dan merasa sedih.
Cin Han berlari cepat meninggalkan Kim Eng. Hatinya seperti diremas rasanya, karena hatinya tidak ingin dia meninggalkan gadis itu, tidak ingin berjauhan lagi.
Namun dia harus pergi, dia harus menjauhkan diri. Tidak pantas seorang laki-laki yatim piatu dan miskin seperti dia mendekati seorang gadis seperti Kim Eng! Rasa iba diri membuat pemuda ini lari dengan muka pucat dan hanya dengan kekuatan batin saja dia mampu menahan mengucurnya air mata.
178 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba nampak berkelebat bayangan orang dan tahu-tahu Tan Sun telah menghadang di depannya.
Muka pemuda yang tinggi hesar itu nampak merah dan pandang matanya penuh kemarahan.
"Engkau bersiaplah untuk mengadu nyawa denganku!"
bentak Tan Sun dengan marah dan mengambil sikap hendak menyerang.
"Eh, eh...nanti dulu, sobat Apa maksudmu menantangku?" tanya Cin Han dengan kaget dan heran.
"Hemm, kau sudah berani menyinggung hati sumoi dengan pernyataan cintamu. Engkau menghinanya !"
Berkata demikian, Tan Sun sudah mencabut pedangnya dan langsung menyerang dengan dahsyatnya! Cin Han mengelak cepat dan beberapa kali dia berseru agar Tan Sun menghentikan serangannya dan bicara, akan tetapi Tan Sun tidak
memperdulikannya, bahkan menyerang semakin nekat.
Tentu saja Cin Han harus membela diri dengan elakan-elakan cepat, lalu mulai menangkis dan balas menyerang karena bagaimanapun juga, serangan Tan Sun semakin berbahaya saja. Dia merasa serba salah. Kalau dia menghendaki, dengan tingkatnya yang lebih tinggi, dia akan mampu merobohkan lawan, akan tetapi harus menggunakan serangan yang kuat dan hal ini membahayakan lawan. Dia tidak ingin mencelakai lawan.
Tiba-tiba berkelebat bayangan orang dan terdengar suara nyaring ketika pedang di tangan Tan Sun tertangkis oleh pedang lain yang dipegang oleh Kim Eng!
Gadis ini telah menangkis serangan suhengnya dan jelas nampak bahwa ia masih menangis. Tentu saja Tan Sun terkejut bukan main dan cepat meloncat ke belakang.
179 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suheng........jangan........jangan kau serang dia........!"
Kim Eng berkata dengan isak tertahan.
"Sumoi ! Aku membelamu. Bukankah dia telah menghinamu dan membuatmu menangis" Dia telah berani menyatakan cintanya kepadamu..."
"Tidak ! Dia tidak menghina......."
"Sumoi. apa artinya ini?"
"Aku.......aku menangis karena terharu, karena bahagia......."
"Sumoi! Jadi kau......kau juga cinta padanya ?"
Kim Eng tidak menjawab, hanya mengangguk dan menutupi mukanya dengan kedua tangan. Menangis !
"Nona Kim Eng......!" Cin Han melangkah malu dan memegang tangan gadis itu.
"Benarkah itu" Benarkah" Mungkinkah.......?"
"Sumoi, engkau cinta padanya " Dan aku..."
"Maaf, suheng."
Kini Kim Eng menurunkan kedua tangan dari depan mukanya dan dibiarkannya saja Cin Han memegang lengannya. Ia memandang suhengnya.
"Aku tahu bahwa sejak dulu engkau mencintaku, subeng. Akan tetapi maafkan aku, aku sayang dan suka kepadamu sebagai suheng, sebagai sahabat, tidak pernah sebagai seorang wanita terhadap pria."
"Dan kepada dia ini?"
"Kami telah saling mencinta sejak masih kanak-kanak, suheng. maafkan aku......."
180 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Dendam Membara Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wajah yang merah dari Tan Sun kini berubah pucat dan sejenak dia memandang kepada Kim Eng dan Cin Hari. Kemudian, dengan suara lirih, dia lalu mengangkat kedua tangan di depan dada.
"Kalau begitu kionghi (selamat), saudara Bu Cin Han.
Engkau telah mendapatkan seorang calon jodoh yang tiada keduanya di dunia ini. Selamat tinggal, sumoi, semoga engkau berbahagia !"
Tanpa menoleh lagi Tan Sun lalu meloncat dan lari pergi meninggalkan tempat itu.
181 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona.........tidak mimpikah aku.......?" Kedua lengannya merangkul pundak.
Kim Eng balas merangkul dan menyusupkan mukanya di dada pemuda itu.
"Masihkah engkau harus bertanya lagi dan masihkah engkau harus merendahkan diri dan menyebut nona kepadaku."
"Kim Eng.......! Eng-moi..(adik Eng)...!"
Cin Han mendekap kepala itu dengan kedua lengannya, seolah-olah dia hendak memasukkan kepala itu ke dalam dadanya agar tidak lepas lagi.
"Cin Han.........Han-koko (kakak Han)....!"
"Kasihan saudara Tan Sun."
"Sudahlah, cintanya kepadaku penuh nafsu, dia membantuku untuk membunuh orang, dia mencinta penuh cemburu, dia hendak menguasai aku, memiliki aku. Sedangkan engkau......engkau rela berkorban diri demi untuk menyadarkan aku, untuk membahagiakan aku......."
"Eng moi, aku cinta padamu.......ah, betapa rinduku kepadamu selama ini........"
"Dan aku hanyalah calon isterimu yang bodoh, Han-ko, biarlah aku yang akan menebus semua kesalahan yang pernah dilakukan ayahku terhadap keluarga orang tuamu........"
"Hushhh, tidak ada dendam membara lagi, Eng-moi........" Dan merekapun tenggelam dalam pelukan mesra.
182 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
TAMAT Solo, akhir.Juni 1981.
183 Pendekar Riang 5 Kemelut Di Ujung Ruyung Emas Karya Khu Lung Senyuman Dewa Pedang 1

Cari Blog Ini