Ceritasilat Novel Online

Dendam Membara 2

Dendam Membara Karya Kho Ping Hoo Bagian 2


Cin Han berdiri dan kakek itu mengamati muka muridnya, bukan untuk melihat keadaan muka yang dipukuli tadi, bukan melihat luka-lukanya, melainkan untuk melihat sinar matanya dan juga seri wajahnya.
Bukan main girang rasa hati kakek itu ketika sedikitpun dia tidak melihat kemarahan atau kebencian membayang dari wajah dan mata muridnya. Mata itu masih mencorong bening, dan wajah itu masih berseri cerah dan ramah, mulut itu masih membayangkan senyum kesabaran!
Inilah sebabnya mengapa dia tadi membiarkan saja muridnya dipukuli orang, pertama untuk sekedar menghukum murid yang telah berani mengintai dan mencuri ilmu silat orang, dan kedua hendak menguji sampai di mana hasil yang didapatkan muridnya selama empat tahun digemblengnya ini. Dan dia puas. Tadi dia melihat kekuatan dalam tubuh yang melindungi tubuh muridnya, melihat pula penggunaan kelincahan kaki, melihat betapa dihajar sedemikian rupa, muridnya tak pernah roboh dan kuda-kuda kakinya tidak pernah goyah. Hal ini membuktikan bahwa latihan yang tersembunyi di dalam kerja keras selama empat tahun telah memperlihatkan hasilnya dengan baik sekali. Akan tetapi, yang paling menggembirakan hatinya adalah melihat betapa disiksa orang seperti itu, sedikitpun tidak bangkit kebencian atau kemarahan dalam hati Cin Han !
Inilah hasil yang paling tinggi dan paling baik.
"Cuci mukamu dan bekerjalah seperti biasa. Mulai malam nanti, pinceng akan mengajarkan ilmu silat kepadamu."
63 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, suhu, terima kasih........!"
Dengan girang sekali, Cin Han menjatuhkan dirinya berlutut dan berkali-kali membenturkan dahinya di atas tanah. Kalau begini jadinya, mau rasanya dia dihajar sekali lagi oleh Cong Bu!
Bagi para hwesio di kuil di puncak Bukit Mawar yang merupakan satu di antara bukit-bukit di Pegunungan Heng-tuan-san itu, terutama sekali bagi ketuanya, yaitu Thian Cu Hwesio, Hek-bin Lo-han dianggap sebagai seorang bekas penjahat besar yang telah bertobat dan mengambil jalan kebenaran, menjadi seorang hwesio yang selama ini memperlihatkan sikap dan tindakan yang baik dan benar! Akan tetapi, tidaklah demikian bagi Hek-bin Lo-han sendiri. Dia memang seorang bekas perampok yang dahulu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang dikehendakinya. Merampok, membunuh, memperkosa wanita, apa saja dia lakukan demi memenuhi segala hasratnya, demi pemuasan semua nafsu keinginannya. Akan tetapi, kini dia telah menjadi seorang hwesio, bukan seorang hwesio berkedudukan tinggi, melainkan seorang pekerja dapur sebuah kuil, kedudukan yang sama sekali tidak terpandang, tidak terhormat. Namun, dibandingkan dengan ketika dia masih menjadi perampok ganas, sungguh cara hidupnya telah berbalik sama sekali, dengan perbedaan bumi langit.
Bagi dia sendiri, perubahan kehidupannya ini bukanlah sekedar bertobat. Biasanya, karena perbuatannya yang jahat mendatangkan akibat yang menyengsarakan, maka orang lalu menyesal dan bertobat, berjanji dan bersumpah tidak akan melakukan lagi perbuatannya yang jahat itu. Akan tetapi, tak lama kemudian, dia melakukan atau mengulanginya lagi.. Melakukan lagi, 64
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertobat dan menyesal karena akibatnya yang pahit lagi, melakukan Jagi, bertobat, lagi dan demikian selanjutnya.
Penyesalan karena akibat suatu perbuatan jahat, perasaan bertobat tidak akan melenyapkan perbuatan jahat itu. Kalau penyesalannya sudah menipis, kalau dorongan nafsu keinginan lebih besar dan lebih kuat dari pada perasaan bertobatnya, maka perbuatan itupun akan diulanginya lagi. Karena sesungguhnya yang di sesalkan hanyalah akibat pahit yang tidak menguntungkan dari perbuatan jahat itu. Bagaikan seorang pencuri, menyesali perbuatannya setelah dia tertangkap dan terhukum, mendapat malu. Akan tetapi beberapa bulan atau.
beberapa tahun lagi, akibat pahit itu akan terlupa dan penyesalannyapun menghilang atau menipis, dan diapun akan mencuri lagi. Seperti yang biasa dilakukan oleh kita sejak kanak-kanak. Seorang anak melakukan kenakalan, kalau dihukum dan dipukuli dia berteriak-teriak menyatakan menyesal dan bertobat, akan tetapi sehari dua hari kemudian dia sudah mengulang kenakalan yang sama, untuk bertobat lagi kalau dihukum!
Yang penting bukanlah menyesal dan bertobat setelah menderita akibat dari perbuatan sesat kita. Yang penting adalah pengamatan dengan waspada terhadap diri sendiri lahir batin setiap saat. Setiap perbuatan hanya merupakan pencerminan dari keadaan batin. Kalau batin bebas dari kebencian tidak mungkin kita melakukan kekejaman. Kalau batin penuh, dengan cinta kasih, segala perbuatan yang kita lakukan sudah pasti baik dan benar! Hek-bin. Lo-han bukan bertobat, melain dia telah dapat membebaskan batinnya dari kebencian!
"Bersabarlah, bersabarlah, bersabarlah !" Demikian nasihat ini berdengung dalam telinga kita sejak kita kecil kalau kita sedang marah. Dengan demikian kita 65
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meletakkan arti kesabaran sebagai kebalikan dari kemarahan, sebagai lawan. Dan kita terumbang-ambing antara kesabaran dan kemarahan, terjadi konflik yang tiada hentinya. Kita marah, disabar-sabarkan, marah lagi, disabarkan lagi dan perang itu terjadi terus menerus sampai kita tua-dan mati. Kesabaran tidak mungkin diusahakan atau dilatih, kalau diusahakan, maka kesabaran seperti itu hanya merupakan kesabaran semu atau kesabaran palsu saja, dan kemarahan yang disabarkan hanya seperti api dalam sekam, nampaknya saja tidak ada, namun sebenarnya belum lenyap dan sewaktu-waktu akan berkobar kembali.
Kesabaran suatu keadaan batin di mana kemarahan sudah tidak ada lagi! Akan tetapi, bagaimana untuk mengusahakan agar kemarahan tidak ada lagi, agar dapat melenyapkan kemarahan" Tidak mungkin lenyap kalau kita sengaja hendak melenyapkannya karena sama saja dengan kesabaran yang diusahakan tadi.
Kesabaran itu tiada bedanya, sama saja sumbernya.
Sumbernya dari pikiran, dari si-aku. Si-aku merasa tersinggung, merasa dirugikan, maka timbul kemarahan.
Kemudian, si-aku melihat bahwa kemarahan merugikan, tidak baik, lalu si-aku ingin sabar agar tenang, agar sehat, agar baik dan sebagainya. Kalau kemarahan datang, kita amati saja dengan seluruh perhatian kita, dengan seluruh kewaspadaan. Dan kesadaranpun akan tercipta, dan kemarahan akan lenyap dengan sendirinya bukan karena diusahakan supaya lenyap. Api kemarahan akan padam dengan sendirinya kehabisan bahan bakar, bukan ditutupi dengan sekam dan masih membara di dalam.
Karena itulah, maka Hek-bin Lo-han girang melihat betapa dia tidak menemukan bayangan kemarahan dan kebencian di sinar mata dan wajah muridnya dan dia 66
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menganggap bahwa kini muridnya sudah memiliki keadaan batin yang cukup kuat untuk menerima pelajaran ilmu silat. Dan kakek ini memiliki ilmu silat yang bertingkat tinggi, lebih tinggi dari pada tingkat ilmu silat Thian Cu Hwesio, walaupun tidak ada orang lain yang mengetahuinya, kecuali Thian Cu Hwesio yang dapat menduganya. Ketua kuil itu dapat menduga bahwa bekas penjahat yang kini telah menjadi hwesio dan diterimanya bekerja di situ, memiliki kepandaian tinggi yang dirahasiakannya dan tidak pernah dipergunakannya.
Inilah agaknya yang membuat Thian Cu Hwesio bersikap hormat kepada kepala dapur itu.
Mulai malam hari itu, Cin Han menerima pelajaran ilmu silat dari gurunya. Karena tubuhnya sudah kuat dan kedua kakinya sudah dapat membuat kuda-kuda dengan kokoh pula, maka mulailah dia mempelajari dasar-dasar ilmu silat, langkah-langkah dan gerakan tubuh ketika membuat langkah-langkah itu. Dia belajar dengan tekun sekali.
Beberapa bulan kemudian setelah terjadinya peristiwa di dekat sumber air itu, utusan Ciu Taijin dan Kim-ciangkun datang untuk menjemput anak-anak mereka.
Utusan itu menyampaikan berita dari Ciu Taijin yang menghaturkan terima kasih kepada Thian Cu Hwesio yang sudah mendidik puterinya, dan putera Kim-ciangkun selama enam tahun dan memberitahukan bahwa mulai sekarang kedua orang anak mereka akan melanjutkan pelajaran ilmu silat di kota, di mana telah diundang guru-guru silat yang pandai. Thian Cu Hwesio yang sebenarnya mengajarkan ilmu silat kepada dua orang anak itu karena sungkan dan terpaksa untuk membalas budi Ciu Taijin dan Kim Ciangkun, melepas kedua orang murid itu pergi setelah memberi wejangan-wejangan agar mereka dapat menjadi orang yang berjiwa pendekar.
67 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika dua orang remaja itu berpamit kepada Cin Han, sikap Cong Bu berubah baik sekali. Bagaimanapun juga, dia merasa bahwa di samping Lian Hwa, Cin Han merupakan satu-satunya pemuda yang sebaya dengannya dan sebelum terjadi keributan di dekat sumber air, dia memang sudah bersikap baik kepada Cin Han, walaupun dia selalu merasa lebih "tinggi". Kini dia memegang kedua tangan Cin Han dan wajahnya berseri ketika dia berpamit.
"Cin Han, selamat tinggal!! Kalau kelak engkau sudah meningggalkan kuil ini dan kebetulan lewat di kota Tongan, jangan lupa untuk singgah di rumahku, ya" Ingat saja, ayahku adalah Kim Ciangkun, kepala keamanan kota Tong-an, dan ayah dari sumoi adalah Ciu Taijin, kepala daerah Tong-an," kata Cong Bu.
"Ya, engkau singgahlah di rumah kami, Cin Han. Dan sekali lagi, maafkan atas segala kesalahanku, ya?" kata Lian Hwa dengan ramah sekali. Dua orang anak itu kelihatan gembira bukan main karena dijemput dan hendak pulang ke kota tempat tinggal mereka. Sudah enam tahun mereka tinggal di tempat sunyi ini dan mereka bosan, setiap hari hanya belajar ilmu silat dan membaca kitab-kitab agama. Mereka merasa rindu kepada keluarga, rindu kepada keramaian dan tontonan kota, rindu pula akan makanan enak walaupun di kuil itu merekapun mendapatkan hidangan yang bermacam-macam, berbeda dengan makanan para penghuni kuil yang bersahaja.
"Tidak ada yang harus dimaafkan, bahkan aku yang minta maaf kepada kalian," kata Cin Han, merasa terharu dan gembira juga melihat perubahan sikap Cong Bu.
Anak itu memang tidak memiliki watak jahat, pikirnya, hanya keras hati dan agak congkak.
68 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kelak kalau ada kesempatan, tentu aku akan singgah di rumah kalian."
Setelah dua orang anak itu pergi meninggalkan kuil, Cin Han merasa kehilangan. Apa lagi kalau dia teringat kepada Lian Hwa, gadis remaja yang manis wajah dan halus budinya itu. Dia merasa kesepian. Untunglah bahwa dia sedang tekun-tekunnya mempelajari ilmu silat yang mulai diajarkan oleh Hek-bin Lo-han.
Maka dengan membenamkan diri ke dalam latihan-latihan, dia melupakan perasaan kesepian itu.
Selama dua tahun Cin Han digembleng dengan dasar-dasar ilmu silat sehingga kedua kakinya dapat membuat langkah-langkah dan geseran-geseran lemas sekali di samping kokoh kuat seperti batu karang di tepi samudera. Setelah kaki tangannya memiliki kelenturan dan kokoh kuat, barulah Hek-bin Lo-han mengajarkan ilmu silat simpanannya yang hebat, yaitu Sin-liong-kun (Silat Naga Sakti) yang amat dahsyat. Kakek ini masih mempergunakan gaya lama dan peraturan kuno yang keras dan sulit dalam mengajarkan ilmu silat, namun kalau orang mempelajari ilmu silat secara ini, ilmu itu akan mendarah-daging di tubuhnya, dikuasainya lahir batin, tidak hanya dikuasai kulitnya saja. Karena itu, ilmu silat yang ringkasannya dapat dipecah menjadi kurang lebih empat puluh jurus itu, oleh Hek-bin Lo-han dipecah menjadi tujuh puluh dua jurus.
"Pinceng mempunyai dua macam ilmu silat simpanan yang dahulu selalu menjadi andalan pinceng. Melihat betapa engkau memiliki tubuh kuat sekali, maka kedua ilmu silat itu cocok untuk kau pelajari, Cin Han. Keduanya membutuhkan kekuatan otot. Yang pertama adalah Sin-liong-kun yang banyak menggunakan serangan dari bawah, tendangan-tendangan yang sulit dilawan. Adapun 69
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang kedua adalah Kim-tiauw-kun (Silat Rajawali Emas) yang juga mengandalkan tenaga otot, akan tetapi banyak melakukan serangan dari atas. Kedua ilmu silat ini selama bertahun-tahun pinceng pelajari dan selama ini pinceng mencoba untuk menggabungnya dan baru-baru ini pinceng merasa berhasil. Gabungan kedua ilmu silat ini sengaja pinceng rangkai untukmu."
Tentu saja Cin Han merasa girang bukan main, juga berterima kasih karena ternyata suhunya itu, yang nampaknya selama ini seperti acuh dan hanya menyuruh dia bekerja berat, kiranya diam-diam telah merencanakah pelajaran khusus untuk dirinya. Maka diapun amat tekun mempelajari ilmu silat itu dan mentaati seluruh petunjuk gurunya, betapapun beratnya latihan yang harus dilakukannya. Atas perintah suhunya, semua ilmu silat yang dipelajarinya dan dilatihnya, dilakukan, secara sembunyi dan di luar pengetahuan para hwesio di kuil itu.
Hanya Thian Cu Hwesio seoranglah yang tahu bahwa Hek-bin Lo-han adalah seorang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi. Bagi para hwesio lainnya, kakek ini hanyalah seorang hwesio yang dipercaya penuh oleh ketua mereka dan menjadi kepala dapur, pandai memasak dan pendiam.
Dan Cin Han bagi mereka hanyalah Seorang kacung dan pembantu kepala dapur itu yang bertenaga besar dan mampu menyelesaikan semua, tugas dapur yang berat-berat tanpa minta bantuan mereka. Sama sekali mereka tidak pernah mengira bahwa pemuda itu kini dengan pesatnya telah menguasai ilmu-ilmu silat yang amat tinggi dan menjadi orang yang jauh lebih lihai dibandingkan mereka yang sudah lama mempelajari ilmu silat.
70 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Han tidak pernah mengeluarkan sepatahpun kata yang mengandung dendam dan juga tidak pernah memperlihatkan sikap mendendam, namun, jauh di sebelah dalam lubuk hatinya, sesungguhnya api dendam itu tidak pernah padam. Setiap kali pikirannya termenung dan ingatannya membayangkan kembali segala yang telah terjadi atas diri ibunya, betapa ibunya diperkosa orang di depannya, kemudian mendengar cerita ibunya bahwa ayah kandungnya diracun orang dan ibunya dipermainkan, betapa kemudian ibunya diberikan begitu saja seperti barang bekas setelah majikannya merasa bosan, sehingga ibunya diperkosa orang dan akhirnya membunuh diri, perasaan hatinya seperti ditusuk-tusuk pedang berkarat dan berlubang-lubang dia berjanji dalam hati sendiri bahwa kalau, sudah tiba saatnya, dia akan membalas dendam kepada mereka yang menyebabkan kematiah ayah bundanya.
Dia akan membunuh Lui Tai-jin, jaksa di kota Wan-sian itu, kemudian diapun akan membunuh Phang Lok, tukang kebun jaksa itu, yang telah memperkosa ibunya di depan matanya sehingga ibunya kemudian membunuh diri. Hanya kedua orang itu saja dan dia maklum bahwa sebelum dia dapat membunuh mereka untuk membalas dendam atas kematiah ayah ibunya, maka dia takkan pernah merasa tenteram dalam hidupnya.
Dendam merupakan api beracun yang selalu bernyala di dalam batin, dengan bahan bakar pikiran yang mengingat-ingat dan membayangkan peristiwa yang menimpa kita, merugikan kita, baik diri kita sendiri maupun keluarga kita, teman, golongan, bahkan bangsa kita yang sesungguhnya hanyalah pemekaran dari pada si-aku. Si-aku dirugikan, dikecilkan, dihina, disakiti, demikianlah pikiran berbisik-bisik membakar sehingga timbullah nyala api dendam. Dendam karena merasa 71
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dirugikan ini menimbulkan kebencian dan kekejaman, ingin melihat orang yang dibencinya itu tertimpa bencana, baik yang dilakukan oleh kita sendiri maupun oleh orang lain. Akan puaslah rasanya hati ini melihat orang yang kita benci tertimpa malapetaka, tersiksa dan sengsarai Betapa kejam, sadis dan kotor.
Membaca batin yang sudah diracuni oleh dendam!
Namun, ada pula yang menggantungkan hidupnya, pada dendam kebencian, seolah-olah itulah satu-satunya tujuan hidupnya. Kalau sudah begitu, hanya nafsu yang menguasai diri, membuat kita seperti buta atau lupa bahwa dendam kebencian itu membuat kita menjadi alat perputaran lingkaran setan dari balas membalas dan dendam mendendam, benci membenci dan permusuhan yang tiada hentinya dan tiada habisnya antara manusia.
Betapa indahnya, betapa bijaksananya, kalau saja saat ini kita mampu melihat bahwa batin kita membenci seseorang atau sesuatu, kemudian saat ini pula mengakhiri kebencian itu, membuangnya jauh-jauh sehingga lenyap sama sekali tanpa akar tertinggal, tanpa bekas! Seperti orang yang membuang jauh-jauh sebotol racun yang amat berbahaya agar jangan dekat dengan kita. Bukannya menekan kebencian dengan kesabaran, atau dengan usaha untuk menjadi baik, atau hendak menutup kebencian itu dengan sikap baik dan cinta kasih karena hal seperti ini akan sia-sia saja. Sama saja dengan menutup api dengan sekam, sama saja dengan menyembunyikan pakaian kotor di balik pakaian indah.
Api dalam sekam tetap membara. Baju kotor di balik pakaian indah tetap saja masih ada dan berbau busuk, mendatangkan kutu dan penyakit. Yang penting, menyadari akan adanya kebencian itu dalam batin kita, sadar sepenuhnya dan menghadapi kebencian yang 72
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sesungguhnya adalah buah dari pikiran kita sendiri, penonjolan dari si-aku yang merasa dirugikan, menghadapinya sebagai suatu kenyataan, tanpa ingin menutupi, tanpa ingin mengubah, melainkan mengamati dengan penuh kewaspadaan dan membuangnya sebagai racun yang mengancam diri kita.
Cin Han yang sudah menerima ilmu-ilmu yang tinggi dari Hek-bin Lo-han, masih belum menyadari akan hal itu, masih menganggap bahwa dendam kebencian di dalam hatinya sebagai sesuatu yang wajar, sesuatu yang seharusnya, bahkan lebih celaka lagi, menghadapi dendamnya itu sebagai suatu kewajiban seorang anak yang harus membela orang tuanya !
Dengan ketekunan luar biasa, dia berlatih dan waktu berjalan dengan amat cepatnya, tahu-tahu sudah sembilan tahun dia berada di kuil itu. Kini dia telah menjadi seorang pemuda dewasa, berusia sembilan belas tahun. Dan pagi hari itu dia dipanggil gurunya.
"Cin Han, pinceng melihat bahwa semua ilmu yang pinceng ajarkan telah dapat kau kuasai dengan baik dan engkau telah lama sekali berada di sini. Sekarang engkau telah dewasa, Cin Han, bagaikan seekor burung, sayapmu telah kuat sehingga sudah sepatutnya kalau engkau meninggalkan sarang dan terbang sendiri menempuh kehidupan di alam luas. Hari ini juga, engkau tinggalkanlah kuil ini. Pergunakan semua ilmu yang telah kau pelajari di sini untuk membela kebenaran dan keadilan, menentang kejahatan. Dan ingat, jangan sekali-kali engkau mempergunakan ilmu yang pinceng ajarkan untuk mencuri atau merampok. Kalau sampai hal itu terjadi dan terdengar oleh pinceng, tentu pinceng akan mencarimu untuk menghukummu sendiri."
73 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diam-diam Cin Han merasa girang sekali bahwa akhirnya dia diperbolehkan turun gunung. Dia sendiri sudah merasa jemu tinggal di kuil yang sunyi itu, apa lagi setelah kini dia merasa memiliki kepandaian yang cukup.
Dia berlutut memberi hormat dan hatinya terharu juga.
"Teecu akan mentaati semua pesan suhu dan teecu menghaturkan terima kasih atas semua kebaikan yang suhu limpahkan kepada teecu."
"Engkau terima uang emas ini untuk bekal, Cin Han.
Ini adalah simpanan pinceng dan pinceng tidak membutuhkannya lagi."
Cin Han menerima sekantung kecil uang emas dengan terharu dan hari itu juga dia meninggalkan kuil.
Bu Cin Han kini merupakan seorang pemuda yang bertubuh agak jangkung. Tidak terlalu tinggi sebetulnya, akan tetapi karena dia agak kurus maka nampak jangkung. Namun, tubuh yang tidak berapa besar itu mengandung otot yang kokoh kuat, dan kedua kakinya yang panjang itu demikian tegap dan kokoh seperti kaki kuda. Sinar matanya mencorong, akan tetapi mulutnya membayangkan senyum kelembutan sehingga merupakan hal yang berlawanan dengan sinar matanya yang agak kurus. Mukanya bulat berkulit putih, sepasang alisnya tebal hitam berbentuk golok dan hidungnya mancung. Biarpun mulut itu selalu dihias senyum ramah, namun dagunya juga membayangkan kekerasan hati.
Pakaiannya sederhana, dan bantalan pakaian yang di gendongnya juga tidak besar. Dilihat sepintas lalu, dia hanyalah seorang di antara ribuan pemuda yang sederhana dan miskin, sedikit pun tidak ada kesan bahwa dia sebenarnya seorang pemuda gemblengan yang memiliki ilmu silat tinggi.
74 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Han menuruni Pegunungan Heng-tuan-san dengan wajah gembira. Tepat sekali kata-kata suhunya tadi, pikirnya. Dia merasa seolah-olah menjadi seekor burung-dewasa yang baru saja terbang meninggalkan sarangnya, sarang tua lapuk dan apak, untuk memasuki dunia luas yang menjanjikan ketegangan-ketegangan dan kegembiraan luar biasa. Dia harus berganti pakaian, pikirnya sambil mengamati pakaiannya sendiri. Pakaian itu bukan hanya sederhana sekali, akan tetapi juga aneh dan lucu, pakaian pendeta. Di kuil litu, dia tidak bisa mendapatkan pakaian lain kecuali pakaian pendeta yang kedodoran.
Pada suatu hari tibalah dia di Bin-juan, sebuah kota kecil di kaki Pegunungan Heng-tuan-san. Biarpun kota kecil ini tidak berapa ramai, namun di situ terdapat beberapa buah toko, bahkan terdapat pula sebuah rumah penginapan. Cin Han yang kemalaman, mengambil keputusan untuk bermalam di kota kecil ini dan membeli pakaian. Diapun menyewa sebuah kamar di rumah penginapan itu, kemudian setelah mandi, dia keluar meninggalkan kamarnya untuk berbelanja dan makan malam.
Melihat sebuah toko yang menjual pakaian masih buka, dan terdapat cukup banyak orang berbelanja, Cin Han tertarik dan diapun memasuki toko itu. Beberapa orang melirik ke arahnya dengan pandang mata heran karena melihat seorang pemuda yang pakaiannya kedodoran, kebesaran karena yang dipakainya adalah pakaian pendeta! Akan tetapi pelayan toko dengan ramahnya menyambut.
Dan Cin Han lalu mengatakan bahwa dia ingin membeli tiga atau empat stel pakaian. Pelayan itu Jalu mengajak Cin Han ke sudut di mana terdapat pakaian 75
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jadi bertumpuk-tumpuk dan sibuklah Cin Han memilih, tidak curiga melihat beberapa orang juga sibuk memilih pakaian jadi. Di antara mereka itu terdapat dua orang laki-laki yang usianya empat puluh tahun lebih, yang berdiri agak jauh dari Cin Han, namun mata mereka selalu melirik dan memperhatikan pemuda itu.
Akhirnya Cin Han selesai memilih dan mendapatkan empat stel pakaian yang dianggap cocok, berbentuk sederhana dengan warna muda tidak menyolok. Tanpa rasa curiga diapun membayar harga empat stel pakaian itu dengan sepotong uang emas yang diambilnya dari kantung pemberian gurunya. Melihat ini, bukan saja pelayan itu yang terbelalak menerima sekeping uang emas, juga dua orang yang sejak tadi memperhatikan Cin Han, kini saling bertukar pandang dan ada kilatan mata aneh dibarengi senyum penuh arti. Mereka lalu menyelinap keluar dari toko itu tanpa membeli sesuatu dan menghilang di dalam kegelapan malam.
Cin Han tidak tahu bahwa ketika menerima uang kembalian yang cukup banyak, pemilik toko telah merugikannya dengan memberi uang pengembalian yang jauh kurang dari yang sebenarnya. Akan tetapi dia tidak tahu dan merasa gembira melihat bahwa sekeping uang emas itu setelah dibelikan empat stel pakaian masih bersisa sedemikian banyaknya, merupakan potongan-potongan uang perak dan tembaga. Dia membawa buntalan pakaian keluar toko dan memasuki sebuah rumah makan, memesan masakan dan minuman. Ketika dia memasuki rumah makan, dari dalam keluarlah seorang gadis yang membuat Cin Han tertegun dan seperti orang linglung dia berhenti melangkah tadi dan menoleh, mengikuti gadis itu dengan pandang matanya. Bukan karena gadis itu cantik menarik dengan pakaian yang ringkas yang amat menarik hatinya, 76
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melainkan karena dia merasa seperti mengenal gadis itu!
Akan tetapi hal itu tidak mungkin, bantahnya, sendiri.
Selama sembilan tahun dia berada di kuil dan tidak pernah bertemu dengan seorang perempuan, bagaimana dia dapat merasa kenal dengan seorang gadis cantik "
Dia segera berusaha melupakan gadis itu ketika mulai menghadapi masakan. Akan tetapi aneh, Sepasang mata itu, senyum itu selalu terbayang di depan matanya!
Kini Cin Han melenggang dengan hati gembira meninggalkan restoran, menuju kembali ke rumah penginapan. Hatinya terasa puas.. bahkan kenyang, minum arak yang baik, dan lengan kirinya mengempit buntalan empat stel pakaian. Mulai besok, dia tidak akan merasa canggung dan malu lagi karena pakaiannya..
Tidak akan ada lagi orang menoleh dan memandang dengan senyum mentertawakan seperti yang sudah!
Perjalanan menuju ke rumah penginapan itu melalui lorong yang agak sunyi dan gelap.. Beberapa buah rumah yang berada di sekitar lorong itu sudah menutup pintu dan jendela dan jalan itu nampak sunyi. Namun, Cin Han melangkah dengan hati tenang dan gembira, tidak menyangka sesuatu yang buruk akan menimpanya.
Tiba-tiba, dari tempat gelap, nampak dua orang berlompatan dan tahu-tahu mereka sudah menodongkan golok dari kanan-kiri, ke arah perut Cin Han!
"Jangan berteriak atau bergerak, serahkan kantung emasmu atau kami akan membunuhmu !" bentak seorang di antara mereka dengan suara lirih namun tegas dan ujung goloknya sudah terasa oleh Cin Han, menekan kulit perutnya, Todongan kedua orang itu, biarpun berbahaya, tentu saja tidak sukar bagi Cin Han kalau hendak menghindarkan diri dan mendahului mereka dengan serangan. Akan tetapi dia terlalu heran 77
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan kaget sehingga sejenak dia hanya bingung memandang ke kanan kiri.
"Sobat, apa artinya ini.,... " Apakah kalian berkelakar?" tanyanya, masih belum sadar bahwa dia telah ditodong dan hendak dirampok, karena sama sekali tidak menyangka bahwa di dalam kota terdapat penodongan dan perampokan!
"Jangan cerewet, lekas keluarkan kantung emas itu dan berikan kami, atau kami akan merobek perutmu!"
bentak orang ke dua yang suaranya serak. Melihat sikapnya yang tidak ragu-ragu, akhirnya Cin Han maklum bawa dia berhadapan dengan dua orang penjahat yang agaknya sudah biasa melakukan perampokan dan bahwa ancaman mereka tentu bukan kosong belaka.
Selagi dia hendak melakukan perlawanan, tiba-tiba terdengar bentakan.
"Perampok busuk, berani kalian merampok di tempat umum ?"
Dua orang perampok itu terkejut dan biarpun yang membentak hanya seorang wanita, namun mereka agaknya khawatir kalau suara wanita itu akan membangunkan orang-orang yang tinggal di sekitar tempat itu. Mereka lalu berloncatan menghilang ke dalam kegelapan malam. Sejenak Cin Han dan wanita itu berdiri berhadapan saling pandang. Akan tetapi malam gelap dan lorong itu tidak memperoleh penerangan dati rumah-rumah yang sudah menutup daun pintu dan jendela sehingga di bawah sinar remang-remang dari bintang-bintang di langit, Cin Han tidak dapat melihat wajah itu dengan jelas. Akan tetapi, jantungnya berdebar penuh ketegangan ketika dia mengenal pakaian wanita itu.
Gadis yang dilihatnya keluar dari restoran tadi. Tak salah lagi, Bajunya berkembang-kembang, dan model gelung 78
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rambutnya itu, juga bentuk tubuhnya yang ramping, Sebelum dia dapat berkata sesuatu, gadis itu telah mendahuluinya.
"Berhati-hatilah berjalan di tempat sepi, apa lagi kalau membawa barang berharga." Setelah berkata demikian, gadis itu membalikkan tubuhnya dan pergi dengan cepat.
Cin Han sudah menggerakkan tangan dan bibir untuk memanggil, akan tetapi dia menahan diri. Mau apa dia memanggil" Sungguh tidak pantas seorang laki-laki memanggil seorang gadis yang tidak dikenalnya di tengah jalan, jalan sunyi dan malam-malam lagi.
Maka diapun hanya dapat menarik napas panjang, kemudian melanjutkan perjalanannya kembali ke rumah penginapan.
Malam itu, Cin Han gelisah sendiri di dalam kamarnya.
Dia sudah melupakan peristiwa penghadangan dua orang perampok tadi, akan tetapi dia tidak pernah dapat melupakan gadis yang demikian beraninya membentak dua orang perampok sehingga mereka melarikan diri.
Dicobanya melupakan gadis itu dengan melibat dan mengenakan pakaian barunya berganti-ganti, akan tetapi setelah dia menyimpan pakaiannya dan merebahkan diri di atas pembaringan, kembali wajah gadis itu terbayang di depan matanya. Dia hanya baru melihat jelas satu kali saja, di rumah makan tadi yang cukup terang dan melihat wajah itu sekilas saja. Akan tetapi bagaimana wajah itu kini dapat melekat di dalam benaknya dan tidak pernah lagi mau meninggalkan ingatannya.
Sampai jauh malam Cin Han tidak dapat pulas, suasana di rumah penginapan itu sudah sunyi sekali.
Beberapa orang yang tadi bermain ma-ciok di ruangan belakang dan membuat gaduh dengan permainan itu, 79
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kini agaknya sudah tidur semua. Suasana sunyi sekali.
Tiba-tiba Cin Han mendengar suara yang tidak wajar.
Suara gerakan orang di atas genteng! Dia merasa yakin benar akan pendengarannya dan dengan hati-hati diapun mengenakan sepatu dan pakaian, lalu dengan hati-hati membuka daun jendela dan melompat keluar. Tak lama kemudian dia sudah melayang naik ke atas genteng dan mengintai. Hampir dia tertawa geli ketika melihat dua orang membongkar genteng, tepat di atas kamarnya dan di bawah sinar bintang-bintang di langit, dia mengenal dua orang perampok yang tadi mencoba untuk merampoknya di lorong sunyi. Kini dia teringat dan sadar bahwa dia telah berlaku tidak hati-hati di dalam toko ketika membeli pakaian tadi. Tanpa curiga tadi dia membayar pakaian dengan uang emas dari kantungnya dan tentu kedua orang ini telah melihat bahwa dia memiliki banyak emas dalam kantung itu, maka kini mereka berusaha mati-matian untuk merampas kantung emasnya.
Tiba-tiba dia melihat sesosok bayangan berkelebat di atas genteng rumah penginapan itu dan kembali jantungnya berdebar penuh ketegangan. Tak salah penglihatannya. Gadis yang bayangannya membuat dia tidak dapat tidur itu! Dan dia tertegun melihat gerakan yang demikian gesit dan ringannya dari gadis itu. Kiranya seorang gadis yang gagah perkasa, pikirnya bangga.
"Hemmm, kalian sungguh tak tahu diri dan belum jera kalau belum dihajar!" bentak gadis itu dan suaranya yang tiba-tiba membuat dua orang calon maling itu terkejut.
Mereka meloncat bangkit dan membalikkan tubuh. Ketika melihat bahwa yang membentak itu adalah gadis yang tadi telah menggagalkan perampokan mereka, kedua orang penjahat itu menjadi marah sekali.
80 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Perempuan iblis, kembali engkau hendak menghalangi kami?" bentak seorang di antara mereka yang berjenggot panjang. Dia sudah menerjang dengan goloknya, membacok ke arah kepala gadis itu, sedangkan orang kedua yang bertubuh kurus juga menusukkan goloknya dari belakang. Cin Han sudah siap siaga untuk membela gadis itu kalau terancam bahaya, namun dia tertegun kagum.
Gadis itu berkelebat dengan cepatnya dan dua serangan itu telah dapat dielakkannya dengan mudah 81
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan dengan gerakan yang ringan sekali. Bahkan ia lantas membalikkan tubuhnya dan begitu kaki tangannya bergerak, dua orang perampok itu terhuyung sehingga beberapa buah genteng patah terinjak mereka! Gadis itu yang merasa kurang leluasa berkelahi di atas genteng, lalu melayang turun dikejar oleh dua orang penyerangnya. Cin Han juga diam-diam melayang turun dan mengintai. Kini mereka itu telah saling serang di bawah sinar lampu di sudut rumah penginapan sehingga dia dapat melihat dengan jelas keadaan gadis itu. Tidak keliru dugaannya. Gadis itu adalah gadis yang tadi juga, akan tetapi sekarang bukan saja nampak cantik jelita, melainkan juga gagah perkasa ketika sambil berdiri tegak ia menanti serangan dua orang lawannya yang mempergunakan golok tajam. Ia sendiri bertangan kosong, akan tetapi begitu serangan tiba, tubuh bergerak cepat dan berkelebatan di antara sinar golok. Jangankan dua batang golok itu mengenai tubuhnya, bahkan menyentuh ujung pakaiannyapun tak pernah.
Bahkan sebaliknya, tendangan dan tamparan gadis itu membuat dua orang perampok yang juga bukan orang-orang lemah itu menjadi kewalahan. Beberapa kali mereka terhuyung dan pada saat itu, terdengar suara gaduh di dalam rumah penginapan, tanda bahwa beberapa orang sudah terbangun katena suara perkelahian di luar rumah penginapan. Hal ini tentu saja membuat dua orang penjahat menjadi takut, apa lagi karena mereka pun maklum akan kelihaian gadis itu, maka mereka lalu berloncatan dan melarikan diri.
Gadis itu tidak mengejar dan melihat betapa kini ada suara orang-orang membuka daun pintu, iapun menghadapi Cin Han yang sudah keluar dari tempat pengintaiannya. Gadis itu nampak heran melihat Cin Han sudah berada di situ, akan tetapi agaknya ia tidak ingin 82
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyak orang melihatnya, maka iapun berkata dengan suaranya yang halus.
"Agaknya engkau membawa banyak barang berharga.
Berhati-hatilah, karena penjahat-penjahat itu tentu takkan melepaskan begitu saja."
Setelah berkata demikian, gadis itu melompat dan iapun lenyap sebelum banyak penghuni rumah penginapan bermunculan. Cin Han juga cepat menyelinap agar tidak nampak oleh mereka dan dia kembali ke dalam kamarnya tanpa diketahui mereka.
Tentu saja para penghuni rumah penginapan terheran-heran ketika mereka keluar, mereka tidak melihat seorangpun di sita. Pada hal tadi mereka berani bersumpah telah mendengar suara ribut-ribut seperti ada orang berkelahi di luar rumah penginapan.
Sementara itu, Cin Han kembali telah rebah di atas pembaringnya di dalam kamar dai kini lebih gelisah lagi dari pada tadi. Bukan gelisah memikirkan bahwa dia dibayangi penjahat, melainkan gelisah membayangkan gadis itu yang menjadi semakin menarik dan mengagumkan! Dia merasa menyesal tidak sempat berkenalan dengan gadis cantik yang perkasa itu!
Ketika dia melanjutkan perjalanannya sampai ke kota Wan-sian, Cin Han sudah berhasil melupakan gadis itu.
Hatinya merasa tegang ketika dia tiba di kota Wan-sian, kota kelahirannya, di mana dia kehilangan ayah dan ibunya. Karena dia meninggalkan kota itu dalam usia delapan tahun dan kini dia sudah berusia sembilan belas tahun, dia tidak khawatir akan ada orang yang mengenalnya. Dia datang ke kota itu dengan dendam membara di hatinya, datang dengan niat membunuh orang, yaitu Jaksa Lui dan tukang kebunnya, Phang Lok!
Dan membunuh seorang jaksa bukan hal yang boleh 83
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dianggap ringan, karena tentu akan menggemparkan dan kalau ketahuan dia tentu akan menjadi buronan pemerintah. Oleh karena itu, Cin Han berhati-hati, tidak mau bermalam di rumah penginapan, melainkan bermalam di luar kota Wan-sian, di sebuah kuil tua yang sudah tidak dipergunakan lagi. Kuil tua itu kini hanya menjadi tempat bermalam para tunawisma, para jembel atau juga penjahat-penjahat kecil. Akan tetapi karena kuil itu luas dan gelap, tak seorangpun memperhatikannya ketika dia mengambil tempat di sudut belakang yang terpencil. Dia membersihkan lantainya yang penuh debu dengan rumput kering, kemudian duduk bersila, menghimpun tenaga dan beristirahat sebelum tiba saatnya yang baik untuk melakukan pembalasan dendamnya, nanti kalau malam sudah larut dan semua penghuni kota itu sudah tidur.
Setelah malam larut, menjelang tengah malam, tanpa diketahui siapapun Cin Han meninggalkan kuil. Bagaikan setan saja, bayangannya berkelebat di antara bayang-bayang pohon dan bangunan. Dia sengaja memilih gang-gang sempit yang gelap dan karena dia dilahirkan di kota Wan-sian. tentu saja dia hapal akan semua jalan dan lorong di kota itu dan dia mengambil jalan lorong-lorong kecil untuk menuju ke gedung besar milik Jaksa Lui.
Dia mengenal benar keadaan di gedung besar itu, bahkan hapal akan keadaan pagar tembok yang mengelilinginya, tahu presis di mana adanya para penjaga. Diapun tahu bahwa di bagian belakang sebelah kanan pagar tembok gedung itu, di sebelah luar tembok terdapat sebatang pohon yang rindang, dan ke sanalah dia menuju. Dengan mudah dia meloncat naik ke atas pohon itu dan teringatlah dia akan masa kanak-kanak ketika sering pula dia memanjat pohon ini untuk bermain-main. Dari atas pohon yang kini telah tumbuh besar 84
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali itu Cin Han dapat melihat keadaan di sebelah dalam, di balik pagar tembok itu. Din tahu bahwa di balik tembok terdapat sebuah taman bunga, dan di seberang taman itu adalah terdapat gedung keluarga bangsawan itu. Biasanya, di ujung taman terdapat pula dua atau tiga orang penjaga secara bergiliran, dan mereka duduk di dalam sebuah gardu kecil. Dari atas pohon, masih nampak gardu itu, bahkan kini dia dapat melihat empat orang penjaga di dalam dan di luar gardu karena sebuah lentera yang digantung di depan gardu menerangi gardu itu dau sekitarnya. Dia tahu benar di mana letak kamar Lui Tai-jin. Dari pohon itu dia dapat melihat deretan kamar. Ada empat buah kamar di bagian belakang yang ditempati para pelayan. Dan gubuk di sudut taman itu tentu masih ditempati Phang Lok, pikirnya. Terbayang kembali peristiwa sebelas tahun yang lalu, ketika dia melihat ibunya diseret ke dalam gubuk oleh tukang kebun itu, kemudian melihat dalam keadaan setengah pingsan betapa ibunya diperkosa oleh jahanam itu. Dia mengepal tinju memandang ke arah gubuk itu, dari mana juga nampak sinar lampu mencuat keluar. Tunggu saja engkau, jahanam, pikirnya. Lui Tai-jin, dialah yang harus dibunuh lebih dahulu, baru giliran tukang kebun itu !
Dia masih hafal akan letak kamar jaksa itu. Di sebelah dalam, kamar induk yang besar, Di sana pembesar itu tidur bersama seorang di antara selir-selirnya, atau tidur di kamar Lui Toa-nio, isteri pertama yang kamarnya berada di sebelahnya, bersambung pula dengan kamar puteri mereka, Lui Kim Eng. Tiba-tiba Cin Han tertegun.
Kim Eng! Dan Nyonya Lui! Dua orang itu mendatangkan kesan baik sekali dalam lubuk hatinya. Kim Eng demikian manis budi, tidak memandang rendah kepadanya. Dan Nyonya Lui itu! Teringat dia betapa ketika dia diusir, nyonya itu membekalinya dengan sekantung uang.
85 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tidak, dia tidak akan mengganggu mereka. Bahkan dia tanpa ragu-ragu pasti akan membela mereka kalau ada yang mengganggu kedua orang wanita itu. Sejenak terbayanglah dia kepada Kim Eng, anak perempuan lucu dan mungil itu. Tentu sekarang telah menjadi seorang gadis remaja yang cantik. Atau mungkin juga sudah menikah dan sudah tidak lagi tinggal di gedung itu, ikut suaminya. Hatinya lega memikirkan ini. Lebih baik lagi kalau Kim Eng sudah pergi dari situ agar tidak ada lagi kemungkinan dia akan bertemu dengannya.
Dengan gerakan ringan bagaikan seekor burung hantu, Cin Han meloncat dari atas cabang pohon, langsung melompati dan melewati pagar tembok dan diapun sudah berada di dalam taman bunga gedung itu.
Dengan masih berhati-hati sekali dia menyelinap di antara pohon-pohon bunga dan semak-semak, menghampiri gedung dan memutari gubuk penjagaan.
Para penjaga yang berada di dalam gardu itu masih bercakap-cakap, agaknya mereka sedang bermain catur, dua orang di antara mereka duduk di atas bangku depan gardu, aama sekali tidak tahu bahwa ada bayangan hitam menyelinap di belakang gardu dan kini bayangan itu sudah tiba di sudut gedung yang tidak nampak dari gardu.
Cia Han meloncat ke atas genteng dan langsung saja dia berlari menuju ke bagian tengah di mana terdapat kamar induk di bawahnya. Dengan mudah saja dia membongkar genteng, lain mematahkan rusuk kayu penyangga genteng dan mengintai ke bawah. Kamar itu besar dan mewah. Penghuninya sudah tidur karena dia dapat menangkap dengkur orang di balik kelambu. Di depan pembaringan besar yang tertutup kelambu itu terdapat sepasang sepatu laki-laki dan dua pasang sepatu wanita. Hemm, Lui-taijin sedang tidur bersama 86
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dua orang selirnya, pikir Cin Han dan mukanya berubah merah. Sampai sekarang, pembesar itu ternyata masih saja merupakan seorang laki-laki yang menjadi hamba nafsunya, bersenang-senang dengan wanita. Karena wataknya itulah maka ibu kandungnya menjadi korban dan ayahnyapun sampai dienyahkan agar pembesar rakus itu dapat menguasai ibunya.
Teringat akan semua ini, kemarahan besar membakar hatinya dan dengan ringan sekali Cin Han melayang masuk ke dalam kamar itu. Kedua kakinya tidak 87
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengeluarkan suara ketika dia hinggap di atas lantai dalam kamar itu. Dia menghampiri pembaringan, akan tetapi ketika tangannya sudah menjangkau kc depan untuk menyingkap kelambu, dia menahan tangannya dan mukanya menjadi semakin marah, dia merasa betapa tidak sopannya membuka kelambu tempat tidur orang di mana sedang tidur seorang laki-laki bersama dua orang selirnya.
"Jaksa Lui, keparat busuk, bangunlah!" Akhirnya dia membentak dan menendang pinggiran tempat tidur sehingga pembaringan itu terguncang keras. Terdengar jeritan-jeriyan wanita. Kelambu terkuak dari dalam dan dua orang wanita muda cantik, dalam keadaan setengah telanjang dan menutupi tubuh dengan selimut, berhamburan keluar dari pembaringan. Seorang laki-laki yaag bertubuh pendek gemuk, dengan perut gendut sekali, menggelinding keluar dari pembaringan saking takutnya dan melihat orang ini, Cin Han tertegun. Orang ini bukan Lui Taijin ! Biarpun sudah sebelas tahun terlewat, dia tentu akan mengenal Lui Taijin yang tentu telah berusia lebih dari lima puluh tahun. Akan tetapi orang ini berusia empat puluh tahun lebih dan tubuhnya pendek gendut, sebaliknya dari tubuh Lui Taijin yang tinggi kurus, juga wajahnya sama sekali berbeda.
"Siapa engkau?" Cin Han membentak sambil mencengkeram rambut orang itu dengan sikap mengancam. "Dan katakah di mana adanya Lui Taijin?"
Akan tetapi, orang gendut itu ternyata bukan orang lemah dan bukan pula penakut. Dia meronta dan kedua tangannya bergerak menyerang ke depan, yang kanan mencengkeram kearah muka Cin Han sedangkan yang kiri menghantam ke arah dada pemuda itu. Gerakannya 88
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cukup cepat dan kuat, tanda bahwa si gendut, ini pandai silat pula.
Karena bukan ini orang yang dicarinya, Cin Han tentu saja tidak berniat membunuhnya, maka dia melepaskan cengkeraman pada rambut dan mendorongnya ke belakang. Gagallah serangan orang itu, bahkan tubuhnya terjengkang keras dan terbanting ke atas lantai. Segera dia berteriak-teriak memanggil pengawal dan saat itu, dua orang wanita muda yang tadi sudah turun terlebih dahulu dari pembaringan-dan sekarang saling rangkul di sudut kamar sambil menangis dan lantai di bawah mereka basah karena mereka terkencing-kencing saking takutnya, merekapun mulai menjerit-jerit.
Menghadapi keributan ini, Cin Han menjadi-bingung.
Dia sudah mendengar suara kaki berlarian menuju ke kamar itu, maka diapun cepat meloncat ke atas, menerobos lubang di atas genteng. Dia tidak perduli lagi kepada mereka yang kini ribut-ribut di dalam kamar orang gendut itu, dan dengan beberapa kali loncatan, dia sudah turun ke dalam taman.
Tukang kebun itu! Dia gagal menemukan Lui Taijin, akan tetapi di sana ada Phang Lok! Teringat kembali dia akan perbuatan Phang Lok yang memukulnya roboh, kemudian memperkosa ibunya di depan matanya dan kemarahannyapun berkobar. Dia akan berurusan dengan Lui Taijin, hal ini sudah pasti, akan tetapi kelak, setelah dia menghajar Phang Lok lebih dahulu. Dengan beberapa kali loncatan saja dia sudah tiba di depan gubuk yang masih terang dan dengan marah dia menendang pintu gubuk itu.
"Brakkkk........!"
Pintu itu jebol dan Cin Han meloncat ke dalam.
89 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Haiiii......!" Dari dalam terdengar orang berteriak dan kembali Cin Han tertegun ketika melihat orang yang bangkit dari pembaringan itu. Bukan Phang Lok !
Orang inipun belum empat puluh tahun usianya, sedangkan Phang Lok sekarang tentu sudah lima puluh tahun lebih, dan orang ini bermuka hitam dan tubuhnya kurus kecil, tidak seperti Phang Lok yang tinggi besar dan bermuka bopeng. Tidak ada orang lain lagi di dalam pondok ini dan orang itupun kini sudah membentaknya dengan marah.
"Siapakah engkau dan mau apa masuk merusak daun pintu" Apakah engkau sudah bosan hidup" Akan kupanggil penjaga dan......."
Ciu Han sudah bergerak ke depan dan sekali jari tangannya bergerak menotok, orang itupun terkulai lemas. Dia cepat menangkap dan mengempit tubuh orang itu dan dibawanya lari menuju ke pagar tembok.
Ada beberapa orang penjaga melakukan pengejaran ketika melihat bayangannya. Mereka berteriak-teriak menyuruhnya berhenti, akan tetapi Cin Han melanjutkan larinya dan meloncat ?e atas pagar tembok, kemudian menghilang ke dalam gelap sambil mengempit tubuh orang yang menghuni gubuk tukang kebun di sudut taman itu.
Gegerlah gedung tempat tinggal pembesar itu. Sang pembesar gendut marah-marah dan mengerahkan para perajurit pengawal untuk mencari pemuda tadi, namun usaha mereka, sia-sia belaka. Bahkan ketika pasukan keamanan melakukan pencarian di dalam kota, di penginapan-penginapan, pada waktu itu Cin Han sudah berada jauh di luar kota, di sebuah tempat yang sunyi bersama tawanannya.
90 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ampunkan saya....... saya orang miskin tidak punya apa-apa........saya hanya seorang pekerja biasa......"
Orang itu meratap ketika Cin Han melempar tubuhnya ke atas tanah dan membebaskan totokannya. Orang itu berlutut dengan ketakutan
"Aku tidak akan menyakitimu kalau saja engkau mau mengaku sejujurnya. Apakah engkau tukang kebun di rumah gedung itu?"
"Benar........kongcu (tuan muda)."
Cin Han menahan senyumnya mendengar dia disebut tuan muda itu, akan tetapi dia tidak perduli.
"Lalu di mana adanya Phang Lok, tukang kebun yang dulu?"
"Saya........ saya tidak mengenal orang yang bernama Phang Lok. Ketika saya bekerja di sana, tujuh delapan tahun yang lalu, pondok itu sudah kosong. Agaknya kongcu maksudkan tukang kebun dari majikan yang dahulu......"
Cin Han terkejut dan teringat akan laki-laki gendut itu.
"Bukankah gedung itu rumah kediaman keluarga Jaksa Lui ?"
"Bukan, kongcu. Majikan saya adalah Jaksa Thio........"
"Si gendut itu ?"
"Benar, majikan saya, Thio Tai-jin. bertubuh gemuk....... "
"Ahhh.......!" Kini tahulah Cin Han bahwa orang-orang-yang dicarinya, Lui Taijin dan Phang Lok, sudah tidak lagi tinggal di tempat itu.
91 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jadi keluarga Lui sudah pindah " Ceritakan, sejak kapan mereka pindah dan ke mana pindahnya ?"
"Saya tidak tahu dengan jelas, kongcu, hanya mendengar dari percakapan para pengawal. Katanya, bangsawan yang dahulu tinggal di situ, Lui Taijin, sudah pindah dan pulang kampung mereka dan sejak itu, kami tidak pernah lagi mendengar kabarnya. Itupun saya dengar dari para perajurit........"
"Di mana kampung mereka itu?"
"Kabarnya di dusun....... eh, dusun Liang-....... ok.bun, ya, dusun Liang-ok-bun di dekat kota Bin juan. Benar, sekarang saya teringat, mereka pindah ke dusun itu yang menjadi kampung halaman Lui Taijin."
Cin Han mengangguk-angguk, girang juga mendengar keterangan ini, akan tetapi juga terkejut karena kota Bin-juan adalah kota yang terletak dikaki pegunungan Heng-tuan-san itu, di mana dia diganggu perampok. Kiranya selama ini keluarga Lui tinggal tidak jauh dari kuil di mana dia tinggal, kalau dia tinggal di puncak Bukit Mawar, satu di antara bukit-bukit di Pegunungan Heng-tuan-san, keluarga Lui tinggal di kaki pegunungan itu.
"Dan di mana adanya Phang Lok, dahulu tukang kebun dari keluarga Lui?"
"Maaf, kongcu, sungguh mati saya tidak tahu dan para perajurit itu tidak pernah membicarakan tentang dia."
Cin Han mengangguk-angguk. Siapa yang akan bicara tentang seorang tukang kebun.. Akan tatapi, kalau dia sudah dapat menemukan Lui Taijin, kiranya tidak akan sukar menemukan di mana adanya tukang kebun itu.
Bahkan mungkin sekali Phang Lok sekarang masih menjadi pelayan keluarga Lui. Dia harus mencari 92
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keluarga Lui. Sekarang juga!1 Tanpa banyak cakap diapun berkelebat pergi..
Dusun Liang-ok-bun terletak di sebelah timur kota Bin-juan, merupakan sebuah dusun pertanian yang tanahnya subur. Sawah ladang nampak kehijauan di musim semi itu dan pemandangan alamnya di kaki Pegunungan Heng-tuan-san itu serba indah dan menyejukkan hati.
Suasana alamnya menimbulkan kedamaian hati, namun hati Cin Han tidaklah sedamai itu. Dia memasuki dusun dengan dendam di dalamnya, agak gelisah karena khawatir kalau-kalau dia akan gagal lagi menemukan musuh besarnya.
Tidaklah sukar menemukan rumah keluarga-Lui di dusun yang jumlah penduduknya hanya di bawah dua ratus keluarga itu. Apa lagi karena keluarga Lui yang pindah dari kota Wan-sian cukup terkenal, bahkan amat dikenal oleh penghuni dusun Liang-ok-bun. Dengan ramah mereka memberi tahu kepada Cin Han di mana letak rumah keluarga Lui, seolah-olah mereka merasa gembira sekali bertemu dengan seorang tamu keluarga Lui.
Rumah itu cukup besar apabila dibandingkan dengan rumah-rumah lain didusun itu. Dan terawat rapi dan bersih, juga taman bunga di depan rumah itu penuh dengan bunga-bunga indah, di samping kirinya terdapat sebuah kebun yang ditumbuhi pohon-pohon buah.
Nampak sunyi saja ketika Cin Han pada pagi hari yang tenang itu memasuki pekarangan rumah. Cahaya matahari mulai hangat dan cerah menembus celah-celah daun pohon, Cin Han merasa aneh sekali mengapa dalam suasana yang demikian penuh kedamaian dia datang untuk membunuh! Akan tetapi, dendam dalam hatinya haruslah dihanyutkan dalam perbuatan, dalam 93
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembalasan yang sudah diinginkannya sejak bertahun-tahun.
Begitu dia tiba di beranda yang nampak sunyi dan kosong, dia mendengar langkah kaki dari dalam. Dia berdiri dan memperhatikan, lalu melihat munculnya seorang laki-laki berusia kurang lebih empat puluh tahun, berpakaian seperti pelayan, muncul dari dalam dan memandang kepadanya dengan ramah.
"Aih, kiranya ada tamu!" kata orang itu sambil menghampiri Cin Han, memandang penuh perhatian lalu melanjutkan, "Saya belum pernah melihat kongcu.
Siapakah kongcu ini dan ada keperluan apa datang berkunjung?"
Pertanyaannya tetap ramah dan mengandung, keheranan karena bagaimanapun juga, dari sikap dan pakaiannya dia dapat menduga bahwa pemuda yang datang ini bukanlah seorang pemuda dusun itu, bahkan sama sekali bukan seorang pemuda petani.
-o0odwo0o- Jilid III "MEMANG baru sekarang saya datang untuk mencari bekas Jaksa Lui dari kota Wan-sian. Benarkah di sini rumahnya?"
Laki-laki itu memandang wajah Cin Han dengan alis berkerut dan kini sinar matanya memandang penuh selidik. Pertanyaan pemuda itu menunjukkan bahwa pemuda itu benar-benar seorang asing dan diapun menjadi curiga.
"Ada keperluan apakah kongcu mencari Lo-ya (tuan tua Lui)" Dan siapakah kongcu ini, datang dari mana ?"
94 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Han mulai merasa tidak sabar. Orang ini, melihat pakaiannya, hanya seorang pelayan dan dia yakin bahwa benar musuh besarnya berada di sini, maka diapun menjawab cepat.
"Engkau tidak perlu tahu siapa aku, dan harap segera beritahukan kepada Lui-loya bahwa aku ingin bertemu dan bicara dengan dia mengenai urusan pribadi yang teramat penting!"
"Maaf, kongcu. Saya adalah pengurus di rumah ini, bukan hanya mengurusi rumah, akan tetapi juga semua urusan oleh lo-ya telah diserahkan kepada saya. Urusan jual beli hasil pertanian, urusan tanah atau........"
"Sudahlah.. aku tidak mempunyai urusan denganmu,"
kata Cin Han, kini agak marah. "Masuklah dan beri tahu kepadanya bahwa aku datang mencarinya!"
"Tapi...... tapi......dia sedang sakit. Mau apakah kongcu mencarinya?"
Orang itu berkeras membantah, bahkan kini berdiri menghadang di depan pintu yang menuju ke dalam, seolah-olah hendak menghalangi pemuda itu masuk ke dalam, Melihat sikap ini, Cin Han menjadi semakin tak sabar lagi.
"Aku mau membunuhnya!"
Tiba-tiba saja sepasang mata itu terbelalak, mulutnya ternganga dan mukanya berubah pucat bukan main.
Orang itu memalangkan kedua lengan ke kanan kiri dan menghadapi Cin Han dengan nekat.
"Tidak! Engkau atau siapapun tidak boleh membunuhnya! Tolooonggg ada pembunuh........!"
Tentu saja Cin Han menjadi semakin mendongkol.
95 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Minggirlah!!" bentaknya dan diapun mendorong pundak orang itu. Sekali dorong saja, orang itu terpelanting, akan tetapi dengan nekat dia bangkit kembali dan menghadang di depan pintu.
"Tidak, engkau tidak boleh membunuhnya! Tidak boleh.......biar engkau bunuh aku lebih dahulu!"
Melihat kenekatan ini, hati Cin Han tertarik. Jelas orang ini bukan tukang pukul, bukan pula orang jahat yang suka mempergunakan kekerasan, melainkan seorang pelayan biasa. Akan tetapi kenapa dia membela majikannya demikian mati-matian dan setia "
"Eh, bukankah engkau ini hanya seorang pelayan saja" Kenapa mati-matian hendak membela majikanmu?"
"Anjingpun akan setia dan membela majikannya yang baik hati, apa lagi manusia!" jawab orang itu dan kembali Cin Han tertegun heran. Ada yang menganggap Lui Taijin seorang yang baik hati sehingga orang ini begini mati-matian hendak membelanya" Sukar untuk dapat menerima kenyataan baru ini. Baginya, orang she Lui itu adalah sejahat-jahatnya orang, telah meracuni ayah kandungnya dan mempermainkan ibu kandungnya.
Dibunuh seratus kalipun belum cukup untuk menebus dosanya!
"Minggirlah, paman. Sungguh aku tidak mempunyai urusan denganmu dan tidak ingin mengganggumu.
Minggir dan jangan mencampuri urusan pribadiku dengan orang she Lui itu."
"Tidak, biar aku dibunuh, aku tidak mau membiarkan engkau masuk!!"
96 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Dendam Membara Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Orang itu berkeras "Pergilah engkau, pembunuh dan jangan ganggu kami orang baik-baik!"
"Orang baik-baik?"" Cin Han mengulang dan kini orang itu malah memukulnya. Tentu saja pukulan itu sama sekali tidak ada artinya bagi Cin Han dan ketika dia menangkis kembali orang itu terpelanting.
Tiba-tiba terdengar suara bentakan halus dan nyaring,
"Manusia jahat, berani engkau mendatangkan keributan di rumah kami?"
Cin Han membalikkan tubuhnya dan dia terpesona!
Gadis itu! tak salah lagi, gadis yang pernah membuatnya tak dapat tidur itu, kini tiba-tiba muncul lagi. Demikian cantik jelita, demikian lincah dan gagah!
"Siocia, penjahat ini datang untuk membunuh lo ya!
Dia berkeras hendak menerjang masuk dan membunuhnya!"
Pelayan itu sudah cepat berlari dan agaknya dia merasa lega dan gembira melihat nona majikannya pulang karena dia maklum akan kelihaian nonanya.
Mendengar laporan ini, sepasang mata yang bening dan tajam seperti mata burung Hong itu terbelalak, mukanya menjadi merah, dan mengerutlah sepasang alis yang hitam kecil panjang itu.
"Apa" Engkau datang untuk membunuh ayahku"
Keparat! Sebelum aku menghajarmu, katakan dulu siapa engkau dan mengapa pula engkau hendak membunuh ayahku!!"
Kini wajah Cin Han berubah agak pucat dan dia merasa jantungnya seperti ditusuk, Gadis ini puteri musuh besarnya, puteri Lui Tai jin ! Kalau begitu 97
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia.........ia......Nona Kim Eng....... tak terasa lagi nama ini keluar dari mulutnya.
Gadis itu memang Lui Kim Eng, puteri dan anak tunggal bekas Jaksa Lui yang kini telah menjadi seorang gadis dewasa berusia tujuh-belas tahun. Mendengar orang itu menyebut namanya, Kim Eng juga menjadi kaget dan memandang penuh perhatian.
"Hemm, agaknya engkau mengenalku dan mengenal keluargaku. Akan tetapi aku tidak tahu siapa engkau dan apa pula maksudmu hendak membunuh ayahku."
Ia mengamati wajah itu, dan kini ia merasa seperti mengenal wajah pemuda yang hendak membunuh ayahnya ini.
"Kau......kau........siapakah engkau?"
"Nona Kim Eng. aku adalah Cin Han......"
Kim Eng mengerutkan alisnya, mengingat-ingat karena ia sudah lupa lagi akan nama itu. Kemudian ia teringat akan anak laki-laki yang pernah bekerja pada keluarganya ketika mereka masih tinggal di Wan-sian, anak laki-laki yang menjadi kacung, putera dari seorang pelayan wanita.
"Aihh.......Engkau......engkau anak laki-laki she Bu itu yang ibunya mati membunuh diri......."
Ketika Cin Han mengangguk, wajah Kim Eng menjadi merah dan ia semakin marah.
"Bagus! Manusia tidak mengenal budi! Keluarga orang tuamu bekerja pada ayah, bahkan kalau tidak salah mendiang ayahmu pernah pula bekerja pada keluarga kami, ibumu menjadi pelayan dan engkau sendiri tinggal di sana. Seluruh keluargamu mendapat segalanya dari ayahku, dan sekarang setelah menjadi dewasa, engkau 98
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
datang untuk membalas semua kebaikan itu dengan membunuh ayahku" Keparat, engkau sungguh jahat!"
Dan tiba-tiba saja Kim Eng sudah menyerangnya dengan dahsyat sekali. Tamparan tangan kiri gadis itu mengarah kepalanya, sedangkan jari tangan kanan menyusulkan totokan ke arah jalan darah di dada kiri.
Sungguh merupakan serangan yang cepat dan kuat, berbahaya sekali.
Menghadapi serangan ini, Cin Han cepat menghindarkan diri dengan gegeran kaki ke belakang dan miringkan tubuhnya. Akan tetapi, begitu serangan kedua tangannya luput, Kim Eng sudah menyusulkan tendangan beruntun sampai empat kali! Kembali Cin Han mengelak cepat sehingga kedua kaki gadis itu yang melayang bergantian hanya mengenai tempat kosong.
"Hemm, kiranya engkau pernah belajar ilmu silat, pantas menjadi kepala besar dan berani mati. Akan tetapi jangan harap akan dapat membunuh ayah selama aku masih berada di sini!" kata Kim Eng yang menjadi semakin penasaran, kini menyerang semakin hebat dan gencar.
Diam-diam Cin Han terkejut. Ilmu silat gadis ini sama sekali tidak boleh dipandang ringan! Diapun bergerak dengan cepat, menangkis atau mengelak untuk menyelamatkan diri dari hujan serangan yang dilakukan gadis itu. Diapun balas menyerang, akan tetapi bukan untuk melukai, apa lagi merobohkan lawan, melainkan untuk membendung datangnya serangan yang demikian dahsyat dan gencarnya.
Hatinya terpikat oleh gadis ini sejak pertemuan pertama, dan siapa kira bahwa gadis yang membuatnya tergila-gila itu bukan lain adalah Lui Kim Eng gadis yang 99
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di waktu kecilnya sudah bersikap ramah kepadanya dan yang bukan lain adalah puteri tunggal musuh besarnya sendiri! Kenyataan ini membuat hatinya nyeri, akan tetapi permusuhan dan kebenciannya terhadap ayah gadis ini sama sekali tidak melenyapkan rasa kagum dan cintanya terhadap Kim Eng.
Sebaliknya, rasa kagum dan cintanya terhadap gadis itupun tidak mampu mengusir kebencian yang terkandung di dalam hatinya di mana dendam membara sejak dia kecil. Dia banyak mengalah dalam perkelahian ini, dan hanya mempergunakan kecepatan dan kekuatan tubuhnya untuk membela diri tanpa niat sedikitpun untuk mengalahkan Kim Eng.
Sementara itu, Lui Kim Eng juga merasa terkejut dan terheran-heran. Ia tidak mengenal Cin Han sebagai pemuda yang pernah ditolongnya dari serangan perampok beberapa pekan yang ialu. Dalam pertemuan itu, beberapa kali ia mengalami guncangan batin yang hebat. Mula-mula melihat bahwa Cin Han, kacung itu, kini bukan saja telah menjadi seorang pemuda yang tampan, akan tetapi juga seorang pemuda yang hendak membunuh ayahnya! Dan kini, semua serangannya gagal! Hal ini membuat ia terkejut, terheran dan penasaran sekali.
Semenjak kurang lebih tujuh delapan tahun yang lalu, setelah ayahnya memboyong keluarganya meninggalkan kota diam-diam dan pindah ke dusun ini, ia berguru kepada seorang sakti yang menyatakan bahwa ia berbakat sekali, dan bahkan gurunya sendiri mengatakan bahwa ia telah menguasai banyak ilmu silat yang tinggi dan bahwa ia sudah memiliki ketangguhan yang sukar menemui tandingan. Hal ini sudah dibuktikannya sendiri karena entah sudah berapa puluh kali ia menghajar dan 100
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membasmi gerombolan penjahat yang suka mengganggu di daerah Bin-juan dan sekitarnya.
Dusunnya sendiri, Liang-ok-bun, kini menjadi sebuah dusun yang amat tenteram setelah ia dan suhengnya, yang memiliki tingkat kepandaian jauh lebih tinggi darinya, melakukan pembersihan dan membasmi semua gerombolan penjahat. Akan tetapi mengapa sekarang, menghadapi Cin Han, bekas kacung itu, ia telah menyerang lebih dari tiga puluh jurus dan belum pernah ia berhasil menyentuhnya" Bahkan kadang-kadang kalau pemuda itu menangkis, ia sempat terhuyung.
Dan ia bukan seorang anak kecil, melainkan seorang gadis dewasa yang berilmu tinggi sehingga tentu saja ia maklum bahwa dalam perkelahian itu, Cin Han tidak pernah membalas dengan serangan berat. Pemuda itu seolah-olah mengalah! Hal inilah yang membuatnya merasa penasaran sekali, karena dianggapnya Cih Han memandang rendah kepadanya
"Singgg........!"
Nampak sinar berkelebat ketika Kini Eng mencabut sebatang pedang yang berkilauan saking tajamnya.
Sebatang pedang yang pendek saja, hanya dua kaki, namun bermata dua dan tajam, juga runcing sehingga baja itu mengeluarkan sinar kebiruan dan ronce-ronce merah menghias gagang pedang. Akan tetapi Kim Eng tidak segera menggerakkan pedang menyerang, melainkan berdiri tegak dengan pedang di tangan kanan, dipegang di depan dahi dan menuding lurus ke atas, sedangkan tangan kirinya diletakkan di depan dada dengan miring, jari telunjuk dan tengah juga menunjuk ke atas, tiga lainnya ditekuk.
101 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Keluarkan senjatamu!" bentaknya dengan, sepasang mata tajam berkilauan seperti mata pedangnya memandang kepada wajah Cin Han.
Melihat Kim Eng mengeluarkan sebatang pedang, diam-diam Cin Han merasa semakin khawatir dan bingung. Sejak perkelahian tadi dimulai, dia sudah bingung sekali. Terjadi pula perkelahian di dalam batinnya, antara cinta terhadap gadis itu dan bencinya terhadap ayah gadis itu.
Kita biasa saling menghadapkan dendam dan cinta, seolah-olah cinta adalah lawan dari benci. Inilah sebabnya mengapa seringkah terjadi orang yang tadinya mengaku paling mencinta setengah mati, di lain waktu berubah menjadi saling membenci setengah mati!!
Jelaslah bahwa., "cinta" dan benci seperti itu pada hakekatnya sama saja, bersumber sama, yaitu dari nafsu! Nafsu mengejar kesenangan pribadi, menimbulkan cinta dan benci seperti itu. Kalau disenangkan, maka cintalah, kalau disusahkan maka bencilah yang timbul sebagai gantinya. Namun, cinta yang sesungguhnya jauh lebih besar dari pada itu.
Cinta adalah suci, murni, menjadi sifat dari Tuhan.
Tuhan adalah Cinta, Tuhan adalah Hidup. Tuhan adalah Kebenaran dan Kenyataan! Kalau dalam batin kita terdapat cinta, maka segala apapun yang kita lakukan adalah benar dan baik. Kalau batin kita diterangi sinar cinta kasih, tidak mungkin ada dendam, tidak mungkin ada kebencian. Cinta tidak dapat dipelajari, tidak dapat dilatih, tidak dapat dicari. Cinta datang dengan sendirinya menerangi batin yang bersih, batin yang kosong dan bebas, batin yang tidak dipenuhi dengan pengaruh dan kekuasaan si-aku dengan seribu satu keinginannya.
Bagaikan sinar matahari menerobos masuk ke dalam 102
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kamar yang jendela dan pintunya terbuka, melalui kaca-kaca yang bersih dari kotoran dan debu, demikian pula cinta kasih menerangi batin yang kosong dan bersih. Dan batin baru dapat kosong dan bersih kalau kita mengenal diri sendiri lahir batin, mengenal kekotoran sendiri, waspada dan sadar sehingga mulai detik ini pula, membuang semua kotoran dan tidak membiarkan debu dan kotoran baru memasuki, rongga batin kita.
Cin Han masih bingung menghadapi Kim Eng yang sudah siap dengan pedangnya. Dia amat kagum kepada gadis itu, cantik jelita dan gagah perkasa, dan kenangan manis tentang Kim Eng di waktu kecil, begitu mungil dan manis, menambah kemesraan yang tumbuh di dalam hatinya. Dia memang tidak memiliki senjata. Gurunya pernah berkata, "Muridku yang baik, ilmu silat bukan alat untuk membunuh atau mencelakai orang. Ilmu silat hanya untuk menyehatkan diri lahir batin, untuk menyalurkan keindahan dalam gerak, dan untuk menghindarkan diri dari ancaman bahaya. Tidak demikian dengan senjata. Senjata sifatnya ganas dan keras, lebih condong untuk merobohkan lawan. Senjata yang paling ampuh dan baik adalah anggauta tubuh kita sendiri, asal dipergunakan dengan tepat dan dilatih dengan tekun. Kaki tanganmu tidak kalah oleh senjata apapun juga."
Karena, demikian pendapat gurunya, maka diapun tidak pernah memegang senjata dan semua ilmu silat yang dipelajarinya dari Hek-bin Lohan adalah ilmu silat tangan kosong.
"Nona, aku....aku tidak ingin berkelahi atau bermusuhan denganmu atau dengan siapa juga."
Akhirnya dia berkata sambil memandang wajah yang manis ini.
103 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis itu mengeluarkan suara mengejek,
"Huh, engkau tidak ingin berkelahi atau bermusuhan, akan tetapi ingin membunuh ayahku!. Apakah engkau sudah gila" Hayo cepat keluarkan senjatamu, kalau tidak, aku........aku akan menyerangmu dengan pedang ini!"
"Aku tidak mempunyai senjata.......aku, aku harus membunuh ayahmu, dan aku tidak ingin berkelahi denganmu........" bagaikan seorang yang ling-lung Cin Han berkata, suaranya seperti orang memohon pengertian.
Kim Eng menjadi semakin marah.
"Bagus!! Engkau harus membunuh ayahku, ya" Kalau begitu aku akan membunuhmu lebih dulu!"
Setelah berkata demikian, gadis itu lalu menyerang dengan tusukan pedangnya. Ujung pedang menyambar ke arah tenggorokan Cin Han yang cepat mengelak dengan menggeser kaki ke belakang dan menjauhkan tubuh sehingga ujung pedang itu tidak sampai mengenai sasaran. Akan tetapi, Kim Eng sudah melangkah maju dan kini pedangnya diputar cepat, mengirim serangan bertubi-tubi, tusukan dan bacokan silih berganti menyambar-nyambar ke arah tubuh Cin Han!
Kembali pemuda ini kaget. Kalau ilmu silat tangan kosong gadis itu sudah hebat tadi, kini ilmu pedangnya ternyata lebih dahsyat lagi. Gerakannya demikian ringan dan cepat, juga mengandung tenaga yang kuat sehingga dia tidak akan berani secara gegabah menyambut pedang itu dengan lengan dan tangan, walau telah mengerahkan sin-kang sekalipun. Maka Cin Han lalu mempergunakan langkah-langkah aneh untuk menghindarkan diri, tubuhnya juga menyelinap di antara 104
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sambaran pedang, kadang-kadang saja dari samping dia berani menyampok pedang dengan tangan dan berusaha untuk menotok atau mencengkeram ke arah lengan kanan Kim Eng yang memegang pedang.
Gadis itupun diam-diam merasa kaget dan kagum bukan main. Biarpun tadi tidak pernah mengakui dengan kata-kata, namun di dalam hatinya ia mengakui keunggulan pemuda itu ketika mereka berkelahi dengan tangan kosong. Ia sudah kagum sekali, akan tetapi kini, melihat betapa semua serangan pedangnya dapat dihindarkan dengan baik bahkan beberapa kali lengannya terancam oleh cengkeraman dan totokan Cin Han ia sungguh merasa kagum dan heran. Suhengnya sendiri, jangan harap akan mampu menandinginya lebih dari dua puluh jurus kalau ia berpedang dan suhengnya bertangan kosong. Akan tetapi, sudah hampir tiga puluh jurus ia menyerang, belum juga pedangnya mampu merobohkan Cin Han.
Jangankan merobohkan atau melukai, bahkan mengenai ujung bajunya-pun belum! Dan iapun tahu bahwa pemuda ihi tetap saja masih mengalah biarpun menghadapi pedangnya dengan tangan kosong. Kalau pemuda ini bersungguh-sungguh dan membalas serangannya dengan serangan yang berisi, mungkin sudah sejak tadi ia roboh. Akan tetapi, ia selalu teringat bahwa pemuda ini merupakan bahaya bagi keselamatan ayahnya, maka dengan nekat iapun menyerang terus.
Pada saat itu, terdengar seruan, "Aihhh...... Kim Eng, jangan berkelahi.........hentikan seranganmu itu.......!"
Kim Eng mengenal suara ibunya, maka iapun meloncat mundur ke dekat ibunya. Legalah hati Cin Han dan diapun berdiri menghadapi dua orang wanita itu dengan sikap tenang.
105 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu, dia ini orang jahat, dia datang hendak membunuh ayah!! Karena itu aku harus membunuhnya lebih dahulu
!" kata Kim Eng, membela diri karena teguran ibunya dalam suara tadi dan dalam pandang matanya.
Wanita itu adalah Lui Toa-nio (Nyonya Besar Lui), isteri bekas jaksa Liu yang segera dikenal oleh Cin Han.
Nyonya itu kini nampak tua, dan pakaiannya tidaklah seindah dahulu. Juga Kim Eng mengenakan pakaian sederhana dan ringkas, bukan pakaian bangsawan seperti dahulu. Mendengar keterangan puterinya, Lui Toa-nio yang baru datang itu terkejut dan memandang kepada Cin Han, Mereka saling pandang, dan sinar mata nyonya itu mengandung keheranan karena ia mengenal pemuda itu!
"Kau.......bukankah Bu Cin Han yang dulu pernah berada di rumah tangga keluarga kami........?"
Cin Han segera memberi hormat kepada nyonya tua itu. Dia teringat betapa nyonya ini merupakan orang yang bijaksana dan baik sekali, sungguh seperti bumi dengan langit kalau dibandingkan dengan suaminya. Bahkan ketika dia diusir dari rumah keluarga itu, nyonya inilah yang bersikap baik kepadanya, memberinya bekal uang.
"Benar sekali, toa-nio. Saya adalah Bu Cin Han.
Maafkan kedatangan saya seperti ini, toa-nio, akan tetapi saya kira toa-nio juga mengerti mengapa saya bermaksud membunuh suami toa-nio."
"Ahhhh........!!" Wanita tua itu menutupi muka dengan kedua tangannya dan ia menangis. Melihat ini, Kim Eng menjadi marah lagi.
"Ibu, biar kubunuh keparat ini!" Ia sudah hendak menerjang lagi ketika ibunya memegang lengannya.
106 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan, Kim Eog......., dia"......dia memang beralasan untuk membunuh ayahmu......"
Dan kini air mata bercucuran dari kedua mata wanita tua itu. Betapa banyak penderitaan dialami semenjak menjadi isteri dari ayah Kim Eng. Dahulu, di waktu ia masih muda, suaminya itu yang masih menjadi seorang pejabat yang berkuasa dan kaya raya, selalu menyakiti hatinya dengan mengumpulkan banyak selir dan selalu berganti kekasih baru tanpa memperdulikan perasaan hatinya.Kemudian, malapetaka itu tiba, Suaminya kena fitnah dan dipecat dari kedudukannya dengan tidak hormat, bahkan harta bendanya disita pemerintah sehingga mereka jatuh miskin dan terpaksa pindah ke dusun itu tanpa membawa apa-apa. Semua selir juga meninggalkan suaminya, demikian pula semua kawan lama.
Hanya ia dan puterinya, dan pelayan yang seorang itu saja yang dengan setia terus mengikutinya. Ia tahu pula akan peristiwa kematian ayah Bu Cin Han ini, juga tentang kematian ibunya.
Mendengar ucapan ibunya, seketika wajah Kim Eng menjadi pucat sekali.
"Apa kata ibu " Dia beralasan hendak membunuh ayah " Apa yang telah dilakukan ayah kepadanya"
Bukankah dahulu kita bersikap baik kepadanya, juga kepada ibunya yang membunuh diri itu?"
"Aiihh... engkau memang tidak pernah tahu tentang ayahmu, Kim Eng..........dan aku selalu menyembunyikannya darimu agar engkau tidak memandang rendah kepada ayahmu! Akan tetapi, sekarang........agaknya terpaksa aku harus menceritakan kepadamu........"
107 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak! Aku tidak perduli apapun yang pernah dilakukan ayah kepadanya, akan tetapi aku akan membela ayah dengan jiwaku kalau dia hendak membunuhnya!!" Kembali Kim Eng siap untuk menyerang Cin Han,
"Cin Han, engkau datang untuk membunuh suamiku.
Nah, jelaskanlah, apa yaog telah dilakukan suamiku terhadap dirimu maka engkau mendendam kepadanya?"
tanya nyonya itu,
"Akan tetapi........saya yakin bahwa toa-nio sudah tahu........" kata Cin Han.
"Aku ingin mendengar dari mulutmu sendiri," jawab nyonya itu karena ia belum yakin apakah Cin Han telah mengetahui semuanya.
Sebetulnya Cin Han tidak ingin menceritakan semua sebab dendamnya di depan Kim Eng karena dia tidak ingin membuat gadis itu berduka, akan tetapi kini dia terpaksa bicara, bahkan diapun menganggap bahwa sebaiknya kalau gadis itu mengetahui agar tidak merasa penasaran lagi!!
"Ayah saya yang menjadi pegawai Lui Tai-jin telah tewas karena diracun oleh Lui Tai-jin agar ibu saya dapat dijadikan selirnya. Setelah dia bosan kepada ibu saya, lalu ibu saya diberikan dengan paksa kepada tukang kebun Pbang Lok. Ibu saya diperkosa oleh Phang Lok di depan mata saya, kemudian ibu saya membunuh diri dengan membenturkan kepala di dinding."
Selama bercerita dengan singkat ini, pandang mata Cin Han tidak pernah meninggalkan wajah Kim Eng dan gadis itupun mendengarkan sambil memandang kepadanya. Dia melihat betapa sepasang mata gadis itu terbelalak dan mukanya menjadi semakin pucat.
108 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bohong!! Dia membohong, ibu!! Tidak mungkin ayah melakukan perbuatan sejahat itu!" Kim Eng berseru marah.
"Ada benarnya, ada pula bagian yang tidak benar,"
kata Nyonya Lui kepada Kim Eng, juga kepada Cin Han karena kini ia memancang kepada pemuda itu. "Agaknya engkau memperoleh keterangan yang tidak benar seluruhnya, orang muda. Dari siapakah engkau memperoleh keterangan sumua itu ?"
"Dari mendiang ibu, sebelum ia meninggal dunia karena bunuh diri."
Nyonya itu mengangguk-angguk. "Terserah engkau mau percaya atau tidak kepadaku, Cin Han, akan tetapi aku harus menceritakan hal yang sebenarnya kepadamu, sama sekali bukan untuk membela suamiku, melainkan menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi. Suamiku memang seorang yang lemah sekali terhadap wanita........semoga Tuhan mengampuninya, akan tetapi dia bukan seorang jahat yang berhati kejam. Ketahuilah, mendiang ayahmu, merupakan seorang pegawai yang setia dan sudah bertahun-tahun bekerja pada suamiku.
Karena itu, ketika dia mengajukan permohonan agar, isteri dan anaknya boleh diboyong ke dalam perumahan kami, suamiku menyetujuii. Isteri ayahmu, yaitu ibu kandungmu, masih muda dan ia cantik manis, juga........genit."
"Ini bukan kukatakan karena aku cemburu, Cin Han.
Sudah terlampau biasa aku melihat suamiku menyukai wanita lain sehingga tiada cemburu lagi di hatiku. Baru beberapa pekan saja tinggal di rumah kami, suamiku tergila-gila dan ibumu........menyambut uluran cintanya.
Aku pura-pura tidak tahu saja. Akan tetapi pada suatu malam, ayahmu sakit keras, muntah-muntah dan 109
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meninggal dunia! Dan keterangan tabib, kami tahu bahwa ayahmu, meninggal karena keracunan."
Cin Han mengepal tinjunya.
"Diracun oleh Lui Tai-jin, tentu dengan menyuruh orang, lain."
"Bukan, Cin Han. Ayahmu keracunan karena, racun yang ditaruh ke dalam makanannya ketika dia makan malam dan yang menaruh racun itu adalah........ibumu sendiri......."
"Tidak.......Tidak mungkin.......!!".
Cin Han berteriak, wajahnya menjadi pucat sekali.
Nyonya itu tersenyum sedih.
"Sudah sepatutnya engkau tidak percaya, akan tetapi demikianlah kenyataannya. Dua orang pelayan melihat ketika ibumu membuang sisa makanan dan sisa racun dalam botol, ke dalam tempat sampah. Kami melakukan penyelidikan dan tahu akan hal itu. Ibumu meracuni suaminya sendiri karena dianggap penghalang hubungannya dengan suamiku......aih, sungguh memalukan sekali perbuatan mereka berdua itu. Ibumu mempunyai cita-cita yang besar, ingin mengambil hati suamiku agar kelak menjadi selir nomor satu dan berkuasa."
"Tapi......bagaimana mungkin saya mempercayai cerita seperti itu tentang ibu kandung ssaya, toa nio"
Semua itu fitnah belaka!"
"Terserah kepada penilaianmu, Cin Han. Namun demikianlah kenyataannya. Ketika mengetahui akan hal itu, suamiku marah dan hendak membawa ibumu ke pengadilan atau mengusirnya. Akan tetapi aku yang melarangnya karena kasihan kepada ibumu, kepadamu.
110 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akhirnya, kami bersepakat memberikan ibumu kepada Phang Lok, tukang kebun yang setia agar ibumu kembali berumah tangga dan terbebas dari aib. Akan tetapi ia........ia malah nekat membunuh diri........"
"Ah, bagaimana mungkin aku bisa mempercayai fitnah itu ?" Cin Han kembali berseru dengan nada penuh penasaran.
"Cin Han!" Kini Kim Eng membentak danr menudingkan telunjuknya ke arab muka pemuda itu.
"Engkau ingin menang sendiri! Yang bersalah dalam hal ini adalah ayahku dan juga ibumu. Merekalah yang mempunyai ulah sehingga menimbulkan korban ayahmu yang diracuni oleh ibumu sendiri. Dan engkau berani mengatakan bahwa ibuku melemparkan fitnah"
Bukankah dengan ulah mereka berdua itu ibu sudah menderita batin yang hebat" Kalau engkau membela ibumu mati-matian, akupun berhak membela ayahku mati-matian. Nah, sekarang engkau mau apa lagi ?"
Sejenak Cin Han menjadi bingung sekali, tidak tahu apa yang harus dilakukan atau dikatakan. Dia sungguh bimbang dan sukar untuk percaya bahwa ibunya mempunyai watak yang sedemikian buruknya, akan tetapi diapun-teringat betapa Nyonya Lui ini seorang yang baik hati, bahkan sampai sekarang sikapnya, demikian lemah lembut dan pandang matanya, demikian jernih. Akan tetapi, bagaimanapun juga, yang menjadi korban adalah ayahnya dan ibunya. Mereka telah tewas, sedangkan jaksa Lui sekeluarga dalam keadaan selamat!
"Aku harus membunuh Jaksa Lui!" katanya tegas.
"Bagus, kalau begitu aku akan mengadu nyawa denganmu!"; ia berkata demikian, Kim Eng sudah 111
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggerakkan pedangnya lagi menyerang, tidak perduli akan teriakan ibunya yang melarangnya.
"Eng-ji.....jangan...,.! Jangan berkelahi...!"
Akan tetapi, Kim Eng marah sekali karena pemuda itu nekat hendak membunuh ayahnya, maka kini ia mengerahkan seluruh tenaga dan kepandaiannya untuk mengirim serangan dengan jurus-jurus paling dahsyat.
Cin Han juga cepat menggerakkan tubuhnya untuk mengelak.
Tiba-tiba terdengar suara yang berat,
"Kim Eng, tahan pedangmu dan mundurlah!"
Mendengar suara ini, Kim Eng menahan senjatanya dan meloncat ke belakang, ke dekat orang yang melarangnya itu.
"Akan tetapi, ayah. Orang ini hendak membunuhmu!"
bantahnya. Cin Han menengok dan dia mengenal Jaksa Lui, akan tetapi pembesar yang dulunya memang sudah bertubuh tinggi kurus itu kini tinggal kulit membungkus tulang saja.
Demikian kurusnya, juga wajahnya pucat sekali, matanya cekung dan sinarnya redup, bahkan berdiripun dia harus dipapah oleh pelayan tadi.
Seorang mayat hidup, orang yang agaknya menderita sakit parah dan dalam keadaan setengah mati!
"Biarlah, Kim Eng...... biarlah. Engkau Bu Cin Han, bukan" Engkau mencari aku untuk membunuhku" Untuk membalas kematian ayah dan ibu kandungmu " Nah, lakukanlah, orang muda. Bunuhlah aku, biar hitung-hitung aku menebus semua dosaku dalam kehidupanku selama menjadi jaksa. Bagaimanapun juga, akukah yang mendatangkan orang tuamu ke rumah tangga kami, dan 112
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku pula yang menggoda ibumu. Aku sudah menderita karena semua dosaku, Thian telah menghukumku, aku difitnah sehingga kehilangan kedudukan dan harta, hidup melarat dan berpenyakitan di sini, tinggal menanti sisa hidup yang sengsara. Kalau engkau hendak membebaskan aku dari penderitaan ini, aku bersukur.
Nah, kau bunuhlah aku, Bu Cin Han !"
Berkata demikian, laki-laki yang lemah itu membusungkan dadanya yang kerempeng dan memandang kepada Cin Han dengan sinar mata sedikitpun tidak memperlihatkan tanda takut.
Melihat keadaan orang itu, yang dianggap musuh besarnya selama ini, dalam keadaan seperti itu, seketika lemaslah rasa tubuh Cin Han. Betapa mungkin dia membunuh atau menyerang orang yang sedang menderita seperti ini" Jangankan masih ada keraguan karena keterangan Nyonya Lui tadi, andaikata tidak ada keraguan akan kesalahan bekas jaksa inipun, agaknya akan sukar baginya untuk membunuh atau menyerang seorang laki-laki lemah seperti ini.
"Sesungguhnya, siapakah yang telah membunuh ayahku?" tanyanya, suaranya terdengar tidak bersemangat lagi dan matanya terus mengamati wajah yang kurus kering itu.
Wajah yang kering itu tersenyum, senyum yang nampak menyeringai seperti orang kesakitan.
"Apa bedanya" Bagaimanapun juga, ayahmu telah tewas akibat kesesatan kami berdua, ibumu dan aku.
Sebagai seorang pembesar aku terseret oleh 'arus'yang dibuat iblis, seperti para pembesar lain, gila hormat, berfoya-foya dalam kesenangan dan gila perempuan.
Dan ibumu, sebagai seorang wanita lemah, gila 113
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kehormatan dan gila kedudukan dan kemuliaan. Ialah yang meracuni ayahmu, demi untuk dapat bebas sehingga dapat mencapai kemuliaan melalui kedudukanku........ah, sudahlah. Untuk apa semua itu diceritakan lagi" Yang jelas, ayahmu tewas karena hubungan gelap antara aku dan ibumu. Sekarang ibumu telah tiada, tinggal aku, nah, kalau engkau hendak melampiaskan dendam, bunuhlah aku orang muda!"
Akan tetapi, Cin Han menjadi semakin lemas! Untuk apa dia harus membunuh orang ini " Ayah dari gadis yang diam-diam telah menjatuhkan hatinya" Dan kini dia percaya. Mungkin ibunya seorang wanita lemah dan dalam kelemahannya itu menjadi silau oleh kemuliaan dan mata gelap! Dalam keadaan mata gelap, siapapun dapat melakukan pembunuhan. Dia sendiri, andaikata kini menjadi gelap mata, bukankah dia akan mudah saja membunuh bekas jaksa ini bahkan dengan seluruh keluarganya"
"Tidak........!" Jawaban ini keluar melalui mulutnya dan diapun membalikkan tubuh, berlari keluar dari rumah itu tanpa pamit lagi.
"Bu Cin Han........ kau bunuhlah aku....... bunuhlah untuk mengakhiri penderitaanku lahir batin........" Dia masih mendengar suara bekas jaksa itu berteriak-teriak dan menangis. Suara ini bagaikan mengejarnya dan diapun berlari semakin cepat keluar dari dusun itu.
ooo0ooo Rumah itu kecil saja, menyerupai gubuk dari kayu dan bambu, terletak di ujung kota Wan-sian, di tempat terpencil dekat muara. Cin Han sejak tadi mengamati rumah ini dari jarak agak jauh. Menurut hasil 114
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penyelidikannya, di sinilah kini tinggal Phang Lok, bekas tukang kebun Jaksa Lui yang dahulu memperkosa ibunya di depan matanya, bahkan telah memukul dan menendangnya. Penglihatan ketika ibunya diperkosa bekas tukang kebun itu di depan matanya yang agak kabur karena dia dalam keadaan setengah pingsan, tak pernah dapat dilupakannya. Peristiwa yang membuat ibunya membunuh diri dengan membenturkan kepalanya pada dinding. Kini timbul keraguan dan kebimbangan di hatinya mengenai bunuh diri ibunya. Karena aib setelah diperkosa Phang Lok, ataukah karena kecewa oleh Lui Taijin diberikan kepada tukang kebun itu "
Dia telah melakukan penyelidikan di Wan-sian, dan dari bekas tetangga keluarga jaksa itu, dia mendengar bahwa Phang Lok masih tinggal di Wan-sian dan kini menjadi tukang membuat tahu, berumah di sudut kota itu.
Dan pada siang hari itu, dia berhasil menemukan rumah kecil ini dan kini dia termenung mengamati rumah itu dari jauh. Beberapa kali dia melihat seorang wanita berusia kurang lebih tiga puluh tahun keluar dari rumah itu, menjemur pakaian dan agaknya melakukan pekerjaan lain, dan pernah pula dia melihat seorang anak laki-laki yang usianya kurang lebih enam tahun. Karena dia tidak pernah melihat Phang Lok, dia lalu menghampiri rumah itu.
Sebuah rumah yang kecil, mirip gubuk, amat miskin.
Lantainya dari tanah, dindingnya sebagian dari bambu.
Si wanita yang sudah dilihatnya tadi, keluar menyambutnya dengam senyum. Seorang wanita yang berparas lumayan, namun pakaiannya kumal dan miskin.
"Selamat siang, kongcu (tuan muda). Apakah kongcu ingin memesan tahu?" tanyanya, mengira bahwa orang muda ini datang untuk, membeli atau memesan tahu.
115 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Han menggeleng kepalanya.
"Apakah di sini rumah Phang Lok?"
Wanita itu memandang dengan heran, lalu mengangguk.
"Benar, dan dia adalah suamiku."
Cin Han memandang wanita itu dan anaknya yang kini mendekat dan ikut mendengarkan. "Dan ini anaknya?"
Kembali wanita itu mengangguk.
"Ada keperluan apakah kongcu mencari suamiku?"
"Apakah dia berada di rumah " Aku ingin bertemu dengannya," katanya sambil menengok ke dalam rumah dari mana dia mendengar suara gilingan tahu.
Anak itupun lari ke dalam rumah sambil berteriak-teriak.
"Ayah ada orang mencari ayah!"
Suara gilingan tahu yang diputar tadi berhenti dan tak lama kemudian muncullah seorang laki-laki berusia lima puluh tahun lebih. Tubuhnya tinggi besar, mukanya bopeng, dan tubuh yang tidak memakai baju, hanya bercelana hitam panjang itu nampak kuat penuh otot besar melingkar-lingkar, kulitnya penuh keringat.
Jelaslah, orang itu Phang Lok! Dia keluar sambil menyeka keringat dengan sebuah kain yang kumal.
Kemiskinan membayang pada keluarga ini. Phang Lok memandang kepada Cin Han dan sedikitpun dia tidak mengenal pemuda ini. Sambil tersenyum kasar dia menghampiri pemuda itu.
"Kongcu membutuhkan tahu yang baik?" tanyanya.
Agaknya hanya menjual tahu saja, urusan mereka 116
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehari-hari karena kalau tahu mereka itu laku berarti penyambung hidup mereka.
Kalau tadinya hati Cin Han sudah menjadi dingin bertemu dengan isteri dan anak Phang Lok, kini begitu melihat Phang Lok, teringatlah dia kembali akan peristiwa yang terjadi di dalam gubuk taman di mana ibunya diperkosa orang ini dan hatinya menjadi panas sekali.
"Phang Lok, lupakah engkau kepadaku?" bentaknya.
Phang Lok terbelalak, memandang penuh perhatian, akan tetapi dia menggeleng kepala dan mengerutkan alis, tanda bahwa dia memang tidak ingat lagi siapa gerangan pemuda yang berdiri di depannya ini.
"Phang Lok, ingatkah engkau akan peristiwa sebelas tahun yang lalu, di dalam gubuk taman keluarga Lui ketika engkau masih menjadi tukang kebun" Apa yang kau lakukan kepada Nyonya Bu dan anaknya laki-laki ?"
Sepasang-mata itu semakin terbelalak, kemudian wajah itu berubah pucat sebentar kemudian merah.
Agaknya Phang Lok kini telah teringat dan dapat menduga siapa adanya pemuda ini. Perasaan kaget dan khawatir itu ditutupinya dengan keberanian dan kekasarannya.
"Ah, kiranya engkau bocah setan itu" Hemm, engkau sudah dewasa sekarang!! Nah,.mau apa engkau datang mencari aku?"
Sepasang mata Cin Han mencorong penuh
kemarahan. "Phang Lok, manusia keji, perbuatan yang kau lakukan di dalam gubuk itu pantas dihukum dengan hukum mati!!"
117 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, siapa yang akan menghukum aku" Hah, bocah sombong! Majikanku memberikan wanita itu menjadi isteriku, apa salahnya kalau aku menidurinya "
Engkau mau apa sekarang?"
"Mau mencabut nyawamu!" bentak Cin Han. Phang Lok adalah seorang kasar yang mengandalkan tenaga besar, maka dengan marah diapun mendahului Cin Han, menerjang maju dengan kedua lengan dibuka, seperti seekor biruang marah melakukan serangan terhadap lawannya.
Namun, tentu saja gerakan serangan ngawur itu dengan mudah dapat dihindarkan oleh Cin Han yang menggeser tubuh ke samping dan sekali kakinya bergerak, kedua tulang lutut Phang Lok sudah tercium ujung sepatu dan tak dapat dicegah lagi tubuh Phang Lob terpelanting! Akan tetapi, orang ini memiliki tubuh yang kuat dan begitu terpelanting, dia meloncat bangun lagi dan menyerang semakin sengit. Cin Han menyambutnya dengan tamparan dua kali dari kanan kiri dan kembali tubuh tinggi besar itu terjatuh.
Ketika dia bangkit lagi, kedua pipinya bengkak dan dari ujung mulutnya keluar darah. Akan tetapi dia tidak menjadi gentar dan terus menubruk lagi, disambut tendangan kaki Cin Han yang membuatnya terpelanting untuk ketiga kalinya. Dengan nekat Phang Lok menyerang terus, akan tetapi dia dihajar oleh Cin Han sampai jatuh bangun dan babak belur. Tentu saja semakin lama, kepalanya menjadi semakin pusing, tenaganya berkurang dan ketika dia terbangun, dia sempoyongan. Mukanya sudah bengkak-bengkak dan melihat keadaan Phang Lok, isterinya dan anaknya menangisinya dan memeluknya. Isteri Phang Lok lalu menjatuhkan diri berlutut di depan kaki Cin Han; 118
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kongcu, ampunilah suamiku.....ampunilah dia...!"
Cin Han berdiri seperti patung, Tadinya dia mengira bahwa Phaog Lok adalah orang yang amat jahat, yang dibenci oleh semua orang. Akan tetapi kini, dia melihat betapa isteri Phang Lok minta-minta ampun untuk suaminya, dan betapa anaknya merangkul dan menangisinya! Dan keadaan mereka demikian miskinnya
! Kalau dia membunuh Phang Lok, lalu bagaimana dengan kehidupan anak isterinya " Pula, orang ini tidak dapat terlalu disalahkan ketika memperko?a ibunya.
Bukankah, cocok dengan keterangan Nyonya Lui, ibunya itu diberikan kepada Phang Lok untuk menjadi isterinya "
Phang Lok memaksa menggauli ibunya, sebagai seorang suami menggauli isterinya, dan dia tahu bahwa pada waktu itu Phang Lok dalam keadaan mabok.
"Phang Lok, katakan siapa yang telah membunuh ayah kandungku " Katakan sejujurnya, atau aku tidak hanya akan membunuhmu, akan tetapi juga akan membunuh anak isterimu !"
Seketika pucat wajah Phang Lok mendengar ancaman ini. Dia tahu bahwa pemuda ini lihai bukan main dan dia tidak berdaya melawannya. Dan mendengar ancaman bahwa anak isterinya akan dibunuh, tiba-tiba saja lenyaplah semua keberanian dan kenekatannya. Dia lalu berlutut dan suaranya seperti orang menangis ketika dia berkata.
"Kongcu........jangan........jangan bunuh anak isteriku, mereka tidak berdosa.......ampunkan mereka......" Dia meratap.
"Katakan sebenarnya, siapa membunuh ayah kandungku!" Cin Han membentak dengan suara mengandung ancaman.
119 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan suara agak gemetar karena masih ketakutan kalau-kalau anak isterinya akan dibunuh pemuda itu, Phang Lok menjawab, "Yang membunuh ayahmu adalah isterinya sendiri. Isterinya ingin menguasai Lui Tai-jin, maka suaminya diracuni. Aku sendiri yang melihat dia membuang sisa racun dalam botol, dan ada beberapa orang pelayan lain. Karena itu, untuk mencegah hal itu teisiar di luaran, Lui Tai-jin memaksa wanita itu......eh, ibumu....untuk menjadi isteriku........"
"Desss......"
120 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Han menendang dengan keras dan Pnang Lok terlempar, lalu terbanting keras dan pingsan. Cin Han menekan perasaannya. Kiranya memang benar, ibunya yang telah membunuh ayahnya sendiri. Dan agaknya, karena 'tidak' berhasil menguasai Lui Tai-jin dan karena penyesalan mungkin setelah membunuh suami sendiri, kemudian karena diperkosa Phang Lok, semua perasaan itu sang membuat ibunya membunuh diri, karena penyesalan, karena kecewa, karena malu. Phang Lok tidak dapat terlalu disalahkan, dan di situ terdapat anak isterinya yang kini meraung-raung menangisi tubuh yang pingsan itu. Diam-diam Cin Han lalu meloncat pergi meninggalkan tempat itu.
Sungguh aneh. Setelah kini dia pergi meninggalkan Wan-sian, hatinya terasa ringan bukan main. Tidak lagi ada dendam membebani batinnya. Ayahnya sudah mati dan yang membunuh adalah ibunya sendiri. Sudahlah.
Ibunya juga sudah menerima hukuman atas dosanya dan ibunya sudah meninggal pula. Itu-pun sudah selesai. Lui Taijin juga sudah menderita sengsara lahir batin, mungkin karena hukuman Thian, demikian pula Phang Lok hidup dalam keadaan miskin, dan diapun sudah menghajarnya. Semua itu cukup sudah. Tidak ada lagi dendam, tidak ada hutang piutang dan Cin Han merasa betapa Iringan hatinya.
Hanya ada satu hal yang selalu menjadi ganjalan hatinya, membuatnya gelisah dan bingung. Yaitu kalau terbayang wajah Kim Eng! Dia selalu menarik napas panjang karena hatinya seperti ditusuk kalau dia teringat kepada Kim Eng. Dia mencinta gadis itu, tidak salah lagi!
Akan tetapi kenyataan membuktikan bahwa dia harus berdiri sebagai musuh dari gadis itu. Setidaknya, dia pernah datang untuk membunuh ayah gadis itu! Betapa Kim Eng tentu amat membencinya! Dan inilah yang 121
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyedihkan hatinya, Dibenci oleh gadis yang dicintanya, satu-satunya gadis yang pernah di-cintanya!
Teringatlah dia kepada Kim Cong Bu dan Ciu Lian Hwa. Merekalah dua orang yang terdekat dengannya di saat itu. Bagaimanapun juga, mereka berdua adalah kawan-kawannya ketika mereka masih berada di kuil, walaupun hubungannya dengan mereka tak dapat dibilang akrab. Akan tetapi, bukankah kedua orang teman itu pernah berpamit ketika meninggalkan kuil dan mengatakan agar dia suka mengunjungi mereka di Tongan "
Teringat kepada mereka, dengan hati gembira Cin Han lalu pergi mengunjungi kota Tong-an di Propinsi Secuan selatan. Kota ini cukup besar dan bersih. Setelah tiba di kota itu, Cin Han memilih sebuah kamar di hotel yang sederhana namun bersih, dengan sewa kamar yang tidak mahal. Dia merasa berterima kasih sekali kepada Hek-bin Lo-han, gurunya yang telah memberinya sekantung uang emas, untuk bekal perjalanan. Tanpa bekal itu, dia tidak tahu, bagaimana dia akan dapat melakukan, perjalanan tanpa mencuri atau merampok yang amat dilarang oleh gurunya. Pada keesokan harinya barulah dia pergi berkunjung ke rumah Kim Cong Bu. Dia telah melakukan penyelidikan di mana adanya rumah ayah pemuda itu, yaitu Komandan Kim yang amat terkenal di kota Tong-an.
Kim ciangkun (Perwira Kim) adalah kepala atau komandan keamanan kota Tong-an, maka ketika dia melakukan penyelidikan, semua orang tahu belaka di mana rumah Kim-ciangkun.
Sampai lama Cin Han berdiri, di luar pintu gerbang pagar tembok rumah gedung yang megah itu. Dia merasa rendah diri dan bimbang melihat betapa gedung 122
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu besar dan megah, dan di depannya terjaga oleh beberapa orang perajurit. Akan tetapi mengingat bahwa Cong Bu dahulu minta kepadanya agar suka berkunjung, diapun membesarkan hatinya dan melangkah menghampiri gardu penjagaan di dekat pintu gerbang.
Dua orang perajurit segera keluar menyambutnya dan dengan pandang mata penuh selidik bertanya siapa dia dan apa keperluannya.
"Saya bernama Bu Cin Han, seorang teman dari kongcu (tuan muda) Kim Cong Bu ketika dia masih belajar di dalam kuil di puncak Bukit Mawar. Harap suka sampaikan kepadanya bahwa saya datang berkunjung seperti yang dipesankan ketika dia meninggalkan kuil."
Kasih Diantara Remaja 14 Hancurnya Sian Thian San Seri Pengelana Tangan Sakti Seri Ke Iv Karya Lovelydear Pendekar Gila 1

Cari Blog Ini