Ceritasilat Novel Online

Kampung Setan 4

Kampung Setan Karya Khulung Bagian 4


Semua mata ditujukan kepada pedang yang berterbangan ditengah udara bagaikan naga terbang benar-benar merupakan suatu ilmu kepandaian luar biasa.
Ketika Bok khek Siu bangun lagi, wajahnya merah padam, jelas bahwa dalam satu gebrakan itu ia sudah kehilangan muka benar-benar. Belum lagi hilang rasa kagetnya belakang dirinya merasa ada sambaran angin.
Ia buru-buru menengok, sambaran angin itu ternyata adalah pedang terbang itu juga. Seperti orang yang menghadapi setan, semangatnya terbang seketika. Karena keadaan sudah mendesak, terpaksa lompat tinggi untuk mengelakkan serangan pedang
Dua kali pedang itu tidak mengenai sasarannya kekuatan serangannya agak berkurang dan akhirnya berputar kembali ketangan pemiliknya. Ho Hay Hong juga sudah menggunakan kekuatan tenaga terlalu banyak, kalau bukan sudah mempunyai dasar cukup kuat, barang kali ia sudah jatuh roboh ditanah.
Kepandaian ilmu menggunakan pedang terbang itu segera menggemparkan semua orang-orang golongan Kawa-kawa, termasuk Tie cu Sinkun sendiri.
Bagi mereka yang mengetahui tidak dapat meloloskan diri dari ancaman pedang terbang, diam-diam tidak melakukan serangan terhadap musuhnya lagi, karena mereka takut akan diserang oleh pedang terbang pemuda baju hijau itu .
Tie cu Sin kun tidak bisa tinggal diam lagi, dengan gerak secepat kilat, ia sudah berada dihadapan Ho Hay Hong dan berkata padanya sambil tertawa dingin:
"Kepandaian ilmu pedang terbang jago muda ini, benar-benar sangat mengagumkan. Hanya aku belum tahu, kau dari golongan Ngo bie pay atau bukan " Tentang ini harap kau suka memberi jawaban padaku yang sejujurnya !"
"Kuberitahukan padamu juga tidak ada gunanya." menjawab Ho Hay Hong.
"Apa kau anggap aku seorang yang tidak ada gunanya " "
Pada saat itu, tiba tiba terdengar suara gemuruh, gedung besar dan megah kediaman Kan lui Kiam khek telah roboh.
Kan lui Kiam khek menyaksikan gedungnya yang dibangun dengan susah payah, ternyata sudah ludes dalam waktu sekejap mata. Air matanya mengalir keluar, dengan hati gemas ia berkata:
"Tie cu Sio kun, semua ini adalah perbuatanmu dan orang-orangmu yang kejam, gedung yang kubangun dengan keringatku sendiri selama sepuluh tahun, sekarang telah kau bikin rata dengan bumi. Apa salahku terhadapmu " Dendam ini kalau tidak dicuci dengan darahmu, tidak akan habis !"
Tie cu Sin kun tertawa dingin, tanpa menoleh sedikitpun juga, terus melanjutkan tindakannya ia maju dua langkah, tangannya menyambar tangan Ho Hay Hong.
Dua orang terpisah kira-kira tiga kaki, kalau bagi orang biasa, dengan jangkauan tangan, tidak akan dapat menyentuh tangan Ho Hay Hong, tapi tangan dan kaki Tie cu Sin-kun yang luar biasa, kalau ia mengulurkan tangannya, dapat mencapai jarak tiga kaki lebih.
Ho Hay Hong terkejut menyaksikan gerakan itu, buru-buru lompat mundur.
Sebentar kemudian, tiba-tiba ia dikaburkan pandangan matanya oleh gerak tangan Tie cu Sin kun yang luar biasa, gerakan itu nampaknya sangat sederhana, tetapi menimbulkan bayangan yang beribu. Ia tahu bahwa serangan itu mengandung gerak tipu yang sangat berbahaya dan tidak mudah disambut, maka ia terpaksa loncat mundur lagi.
Tetapi matanya kembali dikaburkan oleh sebuah kepala besar yang tahu-tahu berada dihadapan matanya. Tak dapat dicegah lagi, matanya beradu dengan mata besar itu.
Ho Hay Hong terkejut, buru buru menundukkan kepala, tetapi pada saat itu, pergelangan tangannya sudah tercekal oleh tangan musuhnya.
Ia coba meronta dengan sekuat tenaga, tetapi tidak berhasil, sebaliknya ia sendiri yang terbetot oleh suatu kekuatan tenaga sangat kuat. hingga jatuh ngusruk kedepan. pedang terlepas dari tangannya dan jatuh ditanah.
Dalam keadaan seperti itu, telinganya seperti mendengar suara jeritan: "A ya ia dianiaya oleh siiblis."
Tatkala ia angkat muka, orang yang mengeluarkan suara jeritan itu adalah Toan-bok Bun Hwa.
Sementara itu, iapun tahu bahwa saat itu semua orang sudah berhenti bertempur, mata mereka sedang ditujukan kepada dirinya. Jatuhnya kali ini, membuat malu dan marah, dengan tanpa banyak pikir lagi, tangan kirinya lantas bergerak menyerang Tie-cu Sin kun.
Tie cu Sin kun mempererat genggamannya, hingga Ho Hay Hong merasakan pergelangan tangannya seolah-olah akan remuk, rasa sakit mencekam hatinya.
Karena perlawanannya itu menimbulkan penderitaan hebat baginya, ia tidak berani mengulangi lagi.
"Aku sudah menggunakan kekuatan tenaga dalam untuk menekan urat nadimu, kalau kau tidak mau dengar kata-kataku dan masih berkepala batu, jangan sesalkan aku berlaku kejam!" berkata Tie cu Sin kun dingin.
Ho Hay Hong menundukkan kepala, tidak berani memandang mata lawannya.
"Kau mau apa" tanyanya perlahan.
Tie cu Sin kun tetap tidak menjawab, berpaling dan berkata dulu kepada San ceng siu.
"Jangan menonton keramaian disini, lekas ambil batok kepala Kan lui Kiam khek!"
San ceng siu menerima baik perintah itu. Kemudian Tie cu Sin kun berkata kepada Ho Hay Hong.
"Kau bermusuhan dengan golongan Kawa-kawa, bahkan menutup mukamu dengan kain, ini pasti ada sebabnya. Aku harus melihat dulu wajahmu, kemudian baru menetapkan dosanya!"
Kerudung kain ditariknya, selembar muka yang tampan terbentang dihadapannya, tetapi, muka pemuda itu ternyata belum pernah di kenalnya, maka lantas berkata lagi.
"Kau ini rasanya tidak ada rasa permusuhan apa apa dengan golongan Kawa-kawa mengapa memusuhi orang-orang golongan Kawa-kawa dengan menutup muka?"
"Terdorong oleh perasaan keadilan dan atas kemauanku sendiri aku membantu Kan lui Kiam khek. Ini adalah kebebasanku sendiri, kau tidak perlu campur tangan!" jawab Ho Hay Hong dengan berani, kemudian memejamkan matanya.
"Melihat sikapmu ini, kau juga terhitung seorang kesatria, kau juga pandai ilmu mengendalikan pedang, jelas bukan orang sembarangan. Mengapa tidak berani menyebut namamu?"
Ho Hay Hong tidak menjawab.
"Aku hanya pernah dengar bahwa golongan Ngo bie-pay angkatan tua, ada beberapa diantaranya yang pandai ilmu mengendalikan pedang, tapi tidak pernah dengar orang dari angkatan muda yang ada juga memiliki kepandaian seperti itu. Nampaknya kau benar memang murid kesayangannya ketua Ngo bie pay!"
"Kau boleh mimpi sendiri!" jawab Ho Hay Hong sambil mengeluarkan suara dihidung.
Ia telah melupakan bahaya yang mengancam dirinya sama sekali, ia membuka mata, mulutnya mengeluarkan tertawa yang mengandung ejekan. Tetapi sebentar kemudian mendadak ia berhenti tertawa, matanya ditujukan kepintu disebelah barat.
Disana tampak olehnya seorang perempuan berpakaian putih dengan kaki telanjang sedang berjalan melalui pintu, ia seperti melihat sesuatu yang mengejutkan, mulutnya berseru: "Hai kau kemari sebentar."
Perempuan kaki telanjang itu sejenak nampak terkejut, perlahan-lahan menoleh kearah Ho Hay Hong.
Ia agaknya melihat bahwa pemuda ini rasanya pernah main-main berapa jurus dengannya, maka lantas membalikkan badannya, perlahan-lahan menghampirinya.
Tie cu Sin kun menekan tangan Ho Hay Hong lebih kencang, katanya dengan nada mara dingin:
"Apa dia sahabatmu" Gadis yang demikian cantik molek, kau tega hati menyeret padanya terjun kedalam air keruh?"
Tangan yang ditekan oleh Tie cu Sin-kun, menimbulkan rasa sakit yang hampir membuat Ho Hay Hong menjerit, tetapi ia masih coba menahan rasa sakitnya dan berlaku gembira. Sambil tersenyum ia berkata kepada perempuan itu:
"Senang sekali hari ini aku dapat melihat kau lagi"
Perempuan kaki telanjang itu memandangnya tanpa berkedip, mendadak berhenti berjalan, agaknya sedang memikirkan maksud yang terkandung dalam perkataan pemuda itu. Ho Hay Hong sudah berkata lagi:
"Hari ini, adalah hari kedua batas perjanjian kita, apakah Kau sudah menyesal, hingga perlu mencari aku?"
"Aku bukan mencari kau, aku ada keperluan lain!" menjawab perempuan itu sambil menggelengkan kepala.
Ho Hay Hong pura-pura menarik napas panjang. "Aku mungkin akan terpaksa mengingkari janjiku, sebab sebab."
Perempuan kaki telanjang itu ketika mendengar perkataan demikian, lantas membuka mulut dan menanya:
"Kenapa?"
"Aku tidak ada waktu untuk mengambil pedang itu, mereka tidak mau melepaskan aku, mungkin aku tidak dapat memenuhi janjiku."
"Apa kau tidak bisa melepaskan diri" Apakah, begitu saja tidak mengerti?"
"Aku tidak dapat melepaskan diri, tangan orang ini kuat sekali, beberapa kali aku mencobanya, tetapi selalu tidak berhasil. Maaf, aku sebetulnya tidak ingin mengingkari janjiku, tetapi."
"Aku mengerti maksudmu!" berkata perempuan itu dingin. Lalu badannya berkelebat, tiba-tiba melancarkan serangan tiga kali beruntun kepada Tie cu Sin kun.
Tie cu Sin kun yang mendengarkan pembicaraan mereka ada mengandung gelagat tidak beres, diam-diam sudah siap sedia, tetapi ia tidak menduga bahwa serangan perempuan itu sedemikian cepat. Dengan agak tergesa-gesa ia menggerakkan lengan tangannya yang panjang, untuk menyambut serangan itu.
Karena ia melihat perempuan itu demikian cantik, ia tidak tega hati menggunakan tangan kejam, maka hanya menggunakan kekuatan tenaganya lima bagian saja.
Ketika lengan tangan Tie-cu yang panjang itu sudah akan menyentuh dada perempuan itu, secepat kilat, perempuan itu memutar badannya dan menggerakkan tangannya demikian gesit, untuk menyerang perut Tie cu Sin kun.
Bukan kepalang terkejutnya Tie cu Sin kun, Ia tidak mengira sama sekali bahwa perempuan cantik yang lemah gemulai itu memiliki kepandaian ilmu silat demikian tinggi.
Dalam keadaan gugup, ia menarik tangan Ho Hay Hong dengan keras, untuk dijadikan perisai. Tapi perempuan itu dengan kecepatan luar biasa, serangan tangan kirinya dimiringkan kesamping, dua jari tangannya mendadak mengancam tiga jalan darah tubuh Tie cu sin kun dan bagaikan gasing dengan tangan menarik Ho Hay Hong. Tetapi, perempuan itu dengan sepasang tangannya yang putih halus, telah dapat memaksa Tie cu Sin kun berhenti berputar
Perubahan gerakan yang sedemikian gesit, tujuan sasarannya yang sangat jitu, menunjukkan bahwa perempuan yang usianya masih sangat muda sekali itu, adalah orang kuat berkaliber besar.
Tie cu Sin kun mengeluarkan ilmunya Sian-thian ceng-khie, kakinya berputar-putar bagaikan gasing dengan tangan menarik Ho Hay Hong.
Tetapi perempuan itu dengan sepasang tangannya yang putih halus, telah dapat memaksa Tie cu sin kun berhenti berputar.
Tie-cu Sin kun segera mengerti kalau bertemu dengan musuh tangguh luar biasa, mau tidak mau ia harus melepaskan Ho Hay Hong, yang didorongnya sejauh satu tombak lebih.
Bok khek sin yang menyaksikan pemimpinnya demikian rupa, segera dapat mengerti bahwa hari itu menjumpai lawan yang luar biasa tangguhnya. Dalam hati raksasa itu mendadak timbul suatu pikiran, dengan diam-diam tanpa menimbulkan suara sedikitpun juga ia menerjang perempuan muda itu.
Perempuan muda itu mengawasi sebentar, tiba-tiba mulutnya mengeluarkan suara bentakan "Kau mencari penyakit sendiri!" tanpa menoleh, satu tangannya bergerak memutar, tepat menotok jalan darah Cie len hiat dibagian Bok khek siu yang gendut.
Bok khek siu yang saat itu baru saja hendak mengerahkan kekuatan tenaganya untuk menangkap hidup-hidup si nona, tiba-tiba merasakan sambaran angin, karena ia berperawakan tinggi besar, maka tidak dilihatnya kalau perempuan itu sedang melakukan serangan pembalasan terhadap dirinya. Ketika ia mengetahui, ternyata sudah terlambat.
Sesaat tubuhnya seperti disambar geledek, tidak ampun lantas roboh terjungkal dan tidak ingat orang lagi.
Kejadian itu kembali merupakan suatu kejadian gaib hingga mata semua orang kini ditujukan kepada diri perempuan muda berkaki telanjang itu.
Banyak diantara mereka yang digiurkan oleh kecantikan perempuan aneh itu tetapi sebagian besar dikejutkan kepandaian ilmu silatnya yang luar biasa tinggi.
Mereka sungguh tidak mengira bahwa seorang wanita yang masih demikian muda belia lemah gemulai, dalam satu gebrakan telah berhasil merubuhkan Bok khek siu yang mempunyai tubuh bagaikan raksasa !
Mata Tie ciu Sin kun berputaran dibadan Bok khek siu yang gemuk semangatnya runtuh seketika. Ini bukan berarti dia takut pada musuhnya, melainkan berat melepaskan kedudukan dan nama baik yang dipupuknya dengan susah payah.
Sekarang Ia menghadapi dua pilihan. Satu, menelan segala kepahitan dan pulang kembali dengan tangan hampa: kedua: tanpa perdulikan apa akibatnya, membinasakan musuhnya.
Yang tersebut duluan. baginya merupakan suatu perbuatan yang membuatnya kehilangan muka dan dijadikan buah tertawaan oleh sahabat-sahabat rimba hijau, yang tersebut belakangan terlalu bahaya, karena apa bila mengalami kekalahan ini berarti tamatlah penghidupannya dalam kalangan Kang ouw, sedang nama baiknya juga akan hanyut.
Ho Hay Hong berusaha bangun, dengan langkah lebar ia menghampiri Kan-lui Kiam khek. Tetapi, jalan baru berapa langkah, pinggangnya tiba-tiba merasa sakit, hingga membongkokkan badan. Pemuda yang keras hati bagaikan baja itu, segala penderitaan masih sanggup melawan, tapi kali ini, rasa sakit yang dideritanya, ia benar-benar hampir tidak sanggup menahan. Ia mengatur pernapasan sendiri, tetapi beberapa kali harus berhenti setengah jalan, ini telah membuktikan bahwa dalam tubuhnya sudah terluka.
Ini merupakan suatu luka dalam tubuh, mungkin itu ada perbuatan Tie cu Sin kun menekan perutnya, memandang Tie cu Sin kun dengan sinar mata berapi-api.
Pada saat itu, Tie cu Sin kun sudah mulai bertempur dengan perempuan cantik kaki telanjang itu, keduanya saling menyerang silih berganti, hingga menimbulkan hembusan angin hebat disekitar tempat mereka bertempur.
Sejak kapan Kan lui Kiam khek sudah berada disampingnya, dengan diam-diam menyusupkan sebuah bungkusan kedalam sakunya, ia terkejut dan bertanya:
"Toan bok Tayhiap, ini apa ?"
"Jangan bersuara, barang ini adalah kitab pusaka garuda sakti." berkata Kan-lui Kiam khek dengan suara perlahan, dengan terus terang aku merasa tidak sanggup melindungi keselamatan barang pusaka ini, karena aku melihat siauhiap seorang muda yang berjiwa besar dan gagah berani, timbullah rasa sukaku maka aku menghadiahkan barang ini kepadamu. Kau jangan menolak, ini mungkin ada gunanya bagimu!"
"Aku tidak mau!" berkata Ho Hay Hong sambil menggelengkan kepala.
"siauhiap, sekarang ini bukanlah waktunya untuk memperbincangkan soal menolak atau menerima, salah-salah barang ini bisa terjatuh dalam tangan Tie cu Sin kun." berkata Kan lui kiam khek, mendadak ia diam, ternyata ada empat tokoh golongan Kawa-kawa bersama San ceng-siu sedang berjalan menghampiri. Ia tahu bahwa dirinya dalam pengawasan orang-orang Kawa-kawa, maka lantas memberi pesan dengan tergesa-gesa:
"Biar bagaimana, ia tidak boleh terjatuh di tangan Tie cu sinkun. Kalau ada apa-apa atas diriku, harap siauhiap jaga baik-baik anak perempuanku!"
Sehabis berkata demikian, lantas berlalu. Kebetulan berpapasan dengan lima orang itu, hingga sebentar kemudian lantas bertarung.
Dua orang lainnya menyerbu Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong yang saat itu dalam keadaan parah, keadaannya tidak beda dengan orang biasa, tapi ia lantas memegang erat-erat pedangnya, katanya dengan suara bengis.
"Jangan bergerak, kalau kamu berdua berani maju lagi selangkah saja, kupersilahkan coba-coba rasanya pedang terbang ini !"
Ucapannya benar-benar telah berhasil menggertak dua orang itu, mereka lantas berhenti bertindak dan saling memandang.
Diam-diam Ho Hay Hong menghela napas dan berkata kepada diri sendiri. "Sungguh heran mengapa Kan lui Kiam khek tidak mengetahui kalau aku hanya merupakan macan kertas saja" Bahkan masih menyerahkan barang pusakanya, suruh aku simpan."
Tiba-tiba terdengar suara bentakan Tie cu sinkun sambil melompat setinggi lima tombak, iblis itu bertanya kepada perempuan berkaki telanjang.
"Kau ini murid siapa" Lekas jawab !"
Keadaan Tie cu sinkun pada saat itu nampak sangat menakutkan, rambutnya pada berdiri, wajahnya benar-benar seperti iblis, dengan badan masih mengapung di tengah udara ia berkata lagi.
"Kau sembunyikan kepandaian, hanya menggunakan gerak tipu campur aduk, kau melawan aku, apakah kau anggap aku Tie cu sinkun anak berumur tiga tahun?"
"Kau situa bangka ini benar-benar tidak tahu diri, kalau aku mengeluarkan kepandaian warisan perguruanku, kau boleh pikir sendiri, apakah sekarang ini masih bisa membuka mulut untuk bicara?" berkata nona baju putih itu.
Tiba-tiba tangannya dimasukkan kedalam saku. mengeluarkan sebuah bungkusan, kemudian dilemparkan kepada Ho Hay Hong seraya berkata dengan nada suara dingin:
"Bungkusan ini berisi barang mujarab dari keluarga kita namanya Liong yan biang, kau makanlah. Semua penderitaanmu akan lenyap seketika." ia berhenti sebentar dan berkata lagi:
"Kau ini benar-benar tidak mempunyai liangsim, demikian baik aku perlakukan kau, tapi kau tidak bisa pegangkan janji. apakah kau sedikitpun tidak pandang padaku" Oh sudahlah sekarang sudahlah sekarang setelah aku melihatmu, dalam hati aku merasa jemu!"
Ho Hay Hong masih memiliki jiwa kesatria, melihat sikap si nona bersifat menghina segera menolak pemberiannya. Dengan menggunakan ujung pedang ia menyontek bungkusan itu kemudian berkata.
"Terimakasih atas kebaikanmu. Aku Ho Hay Hong meskipun jiwa dalam keadaan bahaya, juga tidak sampai demikian tebal muka, untuk menerima belas kasihan orang. Liong yan hiang meski obat mujijat luar biasa, tapi aku belum pikir untuk menggunakannya."
Perempuan berkaki telanjang itu mengawasi padanya dengan sinar mata dingin, mulutnya tidak mengatakan apa-apa.
-ooo0dw0ooo- Bersambung Jilid 8
Jilid 8 BUNGKUSAN obat yang disontek oleh ujung pedang Ho Hay Hong, tepat jatuh didepan dua orang dari golongan Kawa-kawa. Dua orang itu agaknya tertarik oleh bungkusan itu, mereka dengan serentak menghentikan pertempuran dan mengambilnya. Masing-masing makan separuh bungkus.
Toan-bok Bun Hwa berkata dengan suara nyaring:
"Ho sianseng, kau bodoh sekali."
Mendengar kata-kata Toan-bok Bun Hwa yang mengandung perhatian dan pernyataan sayang, dalam hati Ho Hay Hong berpikir.
"Belum tentu obat itu demikian manjur tapi kalau lantaran mementingkan jiwaku, aku harus merendahkan derajat, apa perlunya?"
Ia tidak tahu entah sejak kapan, pelajar berpenyakitan itu diam-diam menghampirinya, dan berkata padanya dengan suara perlahan:
"Kepandaianmu mengendalikan pedang terbang cukup hebat, tetapi oleh karena ini mengingatkan aku kepada sesuatu hal."
Dengan perasaan heran Ho Hay Hong mengawasi pelajar berpenyakitan itu. Pikirnya perkataan orang itu pasti ada sebabnya, maka ia lalu bertanya. "Urusan apa?"
"Beberapa hari berselang ketika aku berjalan melalui kota Thong koan, selagi hendak menuju kekota Lam leng, dari dalam rimba tiba-tiba lompat keluar seorang yang tidak kukenal, melambai-lambaikan tangan padaku. Aku merasa heran. Selagi hendak menanya, diluar dugaan orang itu lantas menghunus pedangnya dan disambitkan kepadaku. Orang itu juga menggunakan ilmu pedang terbang, bahkan gerakannya dan caranya sangat mirip dengan siauhiap. Untung aku keburu menyingkir, kalau tidak, niscaya kini sudah mati di bawah pedang orang itu. Kini setelah melihat siauhiap pandai ilmu itu, teringatlah padaku keadaan tempo hari."
"Maaf. aku belum tahu, siapakah nama tuan yang terkenal?"
"Nama julukan adalah Peng si seng (pelajar berpenyakitan). Sebetulnya aku hanyalah seorang yang tidak mempunyai kemampuan apa-apa !"
Mendengar disebutnya nama julukan orang itu, Ho Hay Hong teringat pesan guru. Orang yang dimaksudkan oleh pelajar berpenyakitan itu pasti adalah Jie suhengnya.
"Kalau siauhiap tidak membuka kerudungmu, tadi aku masih mengira kau adalah orang yang menyerang aku hari itu! Apakah siauhiap kenal padanya"!"
"Dalam dunia Kang ouw pada dewasa ini, bermunculan banyak jago-jago muda. Di antara mereka banyak yang mempelajari ilmu pengendalian pedang terbang. Aku belum melihat bagaimana romannya orang itu, maka tidak berani menduga sembarangan !"
"Kalau begitu aku juga tidak berani mengganggu terlalu banyak padamu. Hanya, hingga sekarang aku masih merasa heran. Orang itu tidak mempunyai hubungan permusuhan apa-apa denganku, tapi mengapa begitu bertemu muka, lantas menyerang tanpa minta keterangan lebih dulu."
"Tuan jangan memikirkan soal itu terlalu jauh. Biar bagaimana kita tidak akan mengerti. Terlalu banyak apa yang terjadi dalam dunia ini. Ada kemungkinan orang itu berbuat demikian hanya atas perintah orang saja."
Perkataanmu ini memang masuk akal, tetapi aku Peng sie seng sejak terjun didunia Kangouw, selamanya bertindak sangat hati-hati, baik dalam kata-kata maupun dalam perbuatan.
"Belum pernah aku melanggar batas-batas keadilan atau kebenaran. Apakah ini akibat suatu dendam dari perbuatanku yang tidak disengaja?"
Ho Hay Hong tersenyum getir, ia tidak dapat memikirkan suatu jawaban yang tepat untuk menjawab. Matanya dialihkan ke medan pertempuran, saat itu Kan lui Kiam khek sedang menghadapi lawan empat orang dengan seorang diri, nampaknya ia sudah mulai keteter.
Tiga pemuda baju kuning dari pihaknya Kan lui Kiam khek yang sudah bertempur hampir setengah hari tanpa mengaso, badan mereka sudah mandi keringat, nampaknya juga tidak bisa tahan lebih lama lagi.
Pelajar berpenyakitan agaknya juga melihat gelagat tidak baik, maka lantas minta diri dan terjun karena pertempuran lagi.
Ia membantu laki-laki kurus pendek, untuk memperkuat kedudukannya. Namun demikian, karena jumlah musuh ada lebih banyak, kekalahan pihak Kan lui Kiam khek agak susah dihindarkan, kecuali terjadi sesuatu keajaiban.
Keajaiban itu mungkin hanya diharapkan kepada perempuan cantik kaki telanjang itu, tetapi sikap perempuan itu selalu dingin.
Ho Hay Hong tidak inginkan bantuan, walaupun dalam hatinya ia merasa cemas, sifatnya yang keras, tidak suka menundukkan kepala minta bantuan orang. Dalam keadaan demikian, ia masih berusaha memulihkan tenaganya untuk melawan musuh-musuh.
Tiba-tiba terdengar suara teriakan Kan lui Kiam khek: "Aku adu jiwa denganmu!"
Ho Hay Hong baru lihat bahwa jago pedang itu sudah berlumuran darah, dengan napas memburu menggempur Sam ceng sin.
Sam Ceng siu menggunakan lengan baju tangan kirinya untuk menyerang, Kan lui kiam khek terpukul mundur.
Tiba-tiba dua orang yang tadi makan obat liong yan hiang dari perempuan kaki telanjang, menjerit-jerit dengan suara mengerikan. Ho Hay Hong mengira dua orang itu terluka di tangan Toan Bok Bun hwa, tapi ketika disaksikannya dengan seksama ternyata Toan Bok Bun hwa masih berdiri dengan sikap bingung, mengawasi dua bangkai bekas lawannya.
Dua orang itu mengeluarkan darah matang dari lubang hidung masing-masing. Siapapun yang melihatnya tahu bahwa kematian mereka itu karena keracunan.
Ho Hay Hong segera mengerti bahwa obat dalam bungkusan yang dinamakan Liong yan hiang itu bukanlah obat mujijat, tetapi obat mencabut nyawa. Ia sungguh tidak mengira bahwa perempuan cantik kaki telanjang itu demikian kejadian, hendak meracuni dirinya, Mengingat kejadian itu, keringat dingin membasahi badannya.
Ia mulai merasa curiga. Perempuan kaki telanjang yang pernah dianggapnya sebagai perempuan yang masih berhati putih bersih, sebetulnya adalah satu iblis wanita yang kejam dan ganas. Tetapi, kalau ditilik dari luarnya, segala-gala yang dimilikinya, orang tidak berani gegabah menarik kesimpulan demikian terhadap dirinya.
Sementara itu, perempuan kaki telanjang itu masih berdiri berhadapan dengan Tie cu Sin kun, kedua fihak tidak mengunjukkan dengan gerakan apa-apa. Tetapi asal satu fihak bergerak, lantas disambut oleh serangan kematian dari fihak lawannya. Dalam keadaan demikian maka kedua fihak tidak berani melakukan tindakan lebih dulu.
Pada waktu itu, perempuan itu berpaling kearah dua orang yang mati keracunan dan berkata sambil tertawa:
"Inilah upahnya orang rakus, hei kau sungguh beruntung."
"Sudah tentu, kau ingin supaya orang menutup mulut untuk selamanya, supaya orang lain tidak mengetahui rahasiamu. Untuk selanjutnya, aku tidak akan percaya kepada siapapun juga!" berkata Ho Hay Hong.
"Hei mendengar kata katamu ini, pada sebelumnya kau rupa rupanya percaya kepada diriku, betul tidak?"
"Tidak semuanya benar, aku hanya anggap kau tidak bisa menggunakan akal bangsat, tak disangka otakmu ternyata tidak sedemikian bodoh seperti apa yang aku kira!"
"Aku benci kepada orang rakus, umpama kau juga pernah mempunyai pikiran rakus kehilangan pedang itu, membuatku beberapa waktu tidak bisa tidur Maka aku mencobanya satu kali lagi, kalau kau memang seorang tamak, pasti tidak mau melepaskan begitu saja sesuatu kesempatan yang paling baik. Kalau kau benar begitu, ini berarti upah dari kerakusanmu."
"Hanya lantaran beberapa malam tidak bisa tidur, kau lantas menumpahkan kebencianmu kepada orang lain" Pikiran demikian, sebetulnya terlalu sempit."
Perempuan itu memperdengarkan suara tertawa dingin, dengan tiba-tiba ia melancarkan tiga serangan dengan beruntun.
Tie cu Sin kun tahu hebatnya serangan itu, seluruh kekuatan tenaga dikerahkan kepada kaki dan tangannya, dengan satu gerakan, badannya mendadak membongkok kebawah, hanya dua lengannya yang luar biasa panjangnya, yang bergerak-gerak.
Sungguh heran, serangan hebat perempuan itu sama sekali tidak berhasil menyentuh badan lawannya.
Orang yang menyaksikan keadaan dan gerakan Tie cu Sin kun, dengan sendirinya teringat kepada nama julukannya Tie cu Sin kun, yang berarti dewa Kawa-kawa, sebab sikap dan gerakannya sangat mirip dengan seekor Kawa kawa raksasa!
Dengan sangat bangga Tie cu Sin kun berkata sambil tertawa besar:
"Budak hina, hari ini kau juga boleh membuka matamu, ini adalah ilmu Tie cu Khi kang yang sangat kesohor di dalam kalangan rimba persilatan. Ha! ha! ha! Aku ingin melihat, kau bisa berbuat apa terhadapku?"
"Baik aku akan coba." berkata perempuan itu dingin.
Belum habis mengucapkan perkataannya badannya sudah bergerak, dan hanya tampak berkelebat bayangannya saja. orangnya sudah melesat setinggi tujuh delapan tombak.
Di tengah udara, tiba-tiba mementang kedua tangannya, badannya yang melayang turun dengan demikian agak merandek. Dengan tiba-tiba, bagaikan seekor burung garuda ia terbang rendah berputaran, lama tidak tampak gerakan apa apa.
Bagi orang yang tidak mengerti, hanya mengagumi kepandaiannya yang bisa mengapung atau terbang ditengah udara. Tapi Tie cu Sinkun yang menyaksikan itu, wajahnya mendadak pucat pasi, mulutnya berseru:
"Budak hina, kau ternyata juga pandai ilmu garuda sakti. ."
Ilmu silat garuda sakti yang terdiri dari lima jurus, telah keluar dari mulut Tie cu Sin-kun dalam sikap terheran-heran, jelas merupakan suatu ilmu luar biasa, jikalau tidak, tidaklah Tie cu Sin kun sampai ketakutan demikian rupa!
Dalam waktu sangat singkat Tie-cu Sin kun sudah merubah lima macam gerakan, hanya sepasang matanya yang besar, tetap mengawasi perempuan kaki telanjang itu tanpa berkedip. Wajahnya menunjukkan perasaan hati yang amat tegang.
Bagaikan seekor Kawa-kawa. Tie cu Sin kun merangkak ditanak, kadang-kadang menggerakkan dua lengan tangannya yang luar biasa panjangnya. Setiap kali tangannya bergerak, menimbulkan suara ser ser yang amat nyaring.
Perempuan kaki telanjang itu mendadak melayang turun. Tampaklah berkelebatnya sinar putih, keduanya saling mengadu kekuatan, tapi sebentar kemudian berpencar lagi.
Orang masih belum tahu benar dengan cara bagaimana pertempuran itu berlangsung tapi ternyata sudah ada kepastian siapa yang menang dan siapa yang kalah.
Dalam waktu yang sangat singkat itu, Tie cu Sin kun seolah-olah kehilangan ambisinya yang berniat menjagoi rimba persilatan.
Ia menggumam sendiri sambil menundukkan kepala: "Nampaklah kau adalah orangnya si kakek penjinak garuda sakti. Kali ini aku benar sudah lamur mataku, sehingga harus menelan pil pahit seperti ini, aku tidak dapat mengalahkan orang lain, aih."
Untuk kedua kalinya perempuan ini mengeluarkan sebungkus obat bubuk dari dalam sakunya dan dilemparkan kepada Ho Hay Hong, katanya:
"Obat bubuk ini adalah Liong yan hiang yang tulen, kau."
Tiba-tiba ia melihat sikap Ho Hay Hong berubah, kepalanya menengok kearah lain. Ia pungut lagi bungkusan obatnya, dimasukkan kedalam tangan Ho Hay Hong, katanya lagi: "Dalam tubuhmu terluka parah, kalau biarkan lebih lama, harap kau sayang kepada dirimu sendiri, jangan sampai mengingkari janjimu padaku !"
Mendengar kata-kata sinona yang penuh perhatian, hati Ho Hay Hong tergerak. Ia tahu bahwa saat itu bukanlah waktunya untuk berlaku keras kepala lagi, maka lantas dibukanya bungkus itu mengambil obat bubuknya dan ditelan kedalam mulut sisanya dikembalikan.
Tidak antara lama, hawa panas yang mengandung bau harum, mengalir diseluruh tubuhnya sudah terasa segar kembali. Ia coba menggerakkan tangan dan kakinya. Memang benar sudah seperti biasa lagi. Suatu bukti bahwa ucapan nona itu memang benar. Tetapi dengan demikian, berarti ia telah menerima budi lagi dari sinona, hingga tidaklah pantas kalau memperlakukannya dengan sikap dingin. Maka ia lantas memberi hormat seraya berkata:
"Terima kasih atas budi kebaikanmu, lain waktu apa bila masih ada umur, aku pasti akan membalas budimu ini."
"Aku lihat Sebaiknya aku ikut kau pergi mengambil pedang, supaya tidak terjadi kejadian seperti ini lagi!" berkata si nona. "Sekalian aku akan mengurus sesuatu urusan, urusan ini harus memerlukan waktu beberapa hari baru bisa beres. Aku ikut kau pergi mengambil pedang, apabila pulang agak lambat sedikit, mereka juga tidak akan menyalahkan aku!"
Dalam hati Ho Hay Hong berpikir: "kalau aku seorang diri minta kembali pedangku kepada Chim kiam sianseng, apabila ia tidak mau mengembalikan, mau tidak mau pasti akan terjadi pertempuran lagi. Aku sendiri tidak yakin akan dapat mengalahkan Chim kiam sianseng, salah-salah janjiku bisa meleset. Apa salahnya pergi bersama-sama dengannya" Seandainya tidak bisa mengambil kembali pedang pusaka garuda sakti, ia yang sudah menyaksikan dengan mata kepala sendiri pasti juga tidak akan salahkan aku tidak bisa pegang janji."
"Baik, kalau kau takut aku tidak bisa pegang janji, ikutlah pergi bersama-sama aku," demikian Ho Hay Hong berkata.
Sementara itu. Tie-su Sin kun tiba-tiba berkata dengan suara keras:
"Semua anak buahku, dengarlah perintah ku. Sekarang juga semua lekas meninggalkan tempat ini. Siapa yang tidak mau dengar perintah, akan dihukum mati!"
Semua anak buah golongan Kawa-kawa yang mendengar perintah itu, lantas lompat keluar dari kalangan, dengan berkelompok-kelompok mereka berlalu meninggalkan medan pertempuran.
Hanya San-ceng sin yang nampaknya masih penasaran. Sebelum meninggalkan tempat itu, lebih dulu ia melancarkan satu serangan hebat kepada pundak Kan lui Kiam khek hingga jago pedang itu jatah rubuh ditanah.
Ho Hay Hong yang menyaksikan itu nampaknya sangat marah, selagi hendak menimpukan pedangnya, tiba-tiba melihat mata Tie cu Sin kun mendelik, agaknya juga mengetahui perbuatan San ceng sin yang tidak menurut perintahnya, maka lantas menegurnya dengan suara gusar:
"San ceng siu, aku sudah mengeluarkan perintah supaya lekas meninggalkan tempat ini. mengapa kau tidak mau dengar perintah ku" Apakah maksudmu?"
San ceng siu yang ingin dapat pahala, setelah didamprat demikian pedas oleh pimpinannya, seketika menjadi gelagapan. lalu menundukkan kepala, tidak bisa menjawab.
"Lekas pulang," hardik Tie cu Sin kun "pergi melaporkan segala kesalahanmu!"
San ceng siu menerima baik perintah itu dengan menggendong Bok khek siu yang terluka, ia lari keluar sebentar sudah tidak kelihatan.
Pihak musuh hanya tinggal Tie cu Sin Kun seorang yung masih belum undurkan diri, lainnya sudah tidak tampak bayangannya lagi.
Tie cu Sin kun yang masih penasaran dengan satu tangan memukul rubuh tiang bendera yang berada didepan pintu gerbang, kemudian berkata kepada perempuan kaki telanjang.
"Lain kesempatan aku akan minta pelajaran lagi ilmu garuda saktimu. Sampai ketemu lagi!"
Sehabis berkata demikian, ia lompat setinggi tujuh delapan tombak, menghilang melalui tembok pagar.
Dengan sangat hati-hati Toan bok Bun Hwa membimbing ayahnya, matanya ditujukan kepada Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong tidak berani memandang sinona kemudian sinar mata si nona masih nampak perasaan tidak senang terhadap dirinya. Ia lalu teringat tadi selama mengawasi pertempuran, tentunya dianggap oleh si nona kalau ia menonton sambil bertepuk tangan, padahal ia sendiri sedang terluka parah.
Mengenai kesalah fahaman ini, kelihatannya tidak mau membuang waktu untuk memberi penjelasan, Ia berkata sang waktu nanti akan melenyapkannya sendiri.
Ia menghampiri Kan-lui Kiam khek, mengembalikan kitab garuda sakti yang diberikannya tadi, katanya:
"Barang ini sekarang kukembalikan padamu. Orang-orang golongan kawa-kawa sudah mengundurkan diri. Tugasku sudah selesai, sekarang aku mohon diri!"
"Ho siauhiap harap jangan menolak, kitab ini merupakan benda pusaka yang tidak ternilai harganya, hanya seorang gagah dan berbudi luhur seperti siauhiap ini yang pantas memiliki benda itu." berkata Kan lui Kiam khek sambil menggoyangkan kepala.
Ia menyerahkan kitab pusaka itu kepada Ho Hay Hong dengan kedua tangannya tetapi Ho Hay Hong tetap menolak.
"Aku dapat berkenalan dengan Toan bok Tayhiap, ini sudah merupakan suatu kehormatan bagiku. Kitab ini sebaiknya kau simpan sendiri !"
Dengan tiba-tiba wanita cantik itu lari menghampiri, tangannya merebut kitab pusaka itu, katanya kepada Ho Hay Hong dengan nada suara dingin:
"Jangan membuang waktu mari kita jalan."
"Mengapa kau merampas kitab itu, lekas kembalikan!" berkata Ho Hay Hong.
"Kitab pusaka garuda sakti ini sebetulnya memang milikku, dengan hak apa kalian memilikinya?"
Kan lui Kiam khek hanya melihat berkelebatnya bayangan putih, tahu-tahu kitab ditangannya sudah direbut, tetapi kemudian ia tahu bahwa orang yang merebut kitab dari tangannya adalah seorang wanita muda berkaki telanjang, wajahnya lalu mengunjukkan senyum lebar dan berkata pada diri sendiri, sambil mengangguk-anggukan kepala yang penuh arti: "Ha ha. ini sama juga. sama juga"
"Toan bok Tayhiap suka memberikan padanya !" bertanya Ho Hay Hong.
"Sudah tentu .sudah tentu."
"Kalau begitu aku tidak bisa berkata apa-apa. Marilah kita jalan, tuan-tuan sampai bertemu lagi."
Dengan mengejek wanita kaki telanjang itu ia berlalu, ketika berjalan dihadapan pelajar berpenyakitan, Ho Hay Hong mendadak ingat sesuatu, ia berkata dengan suara perlahan:
"Tuan sebaiknya pergi kearah Koan gwa untuk sementara waktu, dimana mungkin ada baiknya bagimu."
Pelajar berpenyakitan itu tercengang, tetapi ia segera mengerti maksud yang terkandung dalam ucapannya itu. Dengan sikap agak kaget, Ia menjawab sambil memberi hormat: "Terima kasih atas budimu"
Waktu itu udara cerah, Ho Hay Hong bersama wanita kaki telanjang berjalan ketengah jalan raya, ia sedang memikirkan bagaimana mencari keterangan tempat kediaman Chim kiam sianseng, supaya dapat meminta kembali pedangnya.
Tetapi pertama ia harus dapat mengelabui gadis itu. Sebab, kalau ia mengetahui bahwa sepasang pedang yang dibuat barang tanggungan kepada Chim kiam-sianseng, bukanlah tempat disimpannya pedang pasti akan menimbulkan kesan buruk bagi wanita Itu. Urusan mungkin bertambah ruwet.
Pada saat itu, didepan tiba tiba timbul suara ramai, matanya segera melihat serombongan orang berkumpul entah sedang membicarakan apa.
Timbulah perasaan herannya, ia ingin mengetahui apa yang telah terjadi.
Wanita kaki telanjang yang selama itu berjalan kencang sambil menundukan kepala, mendadak berhenti dan berkata padanya:
"Disana terlalu ramai, mari kita mengambil jalan lain !"
Karena sikapnya yang tergesa-gesa, telah menimbulkan kecurigaan Ho Hay Hong ia pikir, gadis ini tentu tahu apa yang telah terjadi dengan orang-orang itu, hingga mengajak jalan melalui jalan lain. Mungkin takut kuketahui.
Karena berpikir demikian, ia tidak menghiraukan gadis itu, bahkan berjalan keorang banyak dengan langkah lebar.
Setelah berdesak-desak dengan orang banyak, tibalah Ho Hay Hong ketengah-tengah orang yang berkerumun. Disitu ternyata tampak tiga kepala manusia yang masih berlumuran darah, yang berada diatas sebuah meja persegi.
Diatas meja itu masih terdapat selembar kulit kambing yang lebar tebal, diatasnya terdapat tulisan yang ditulis dengan huruf-huruf besar yang warna merah: "Ini adalah sukma-sukma yang baru keluar dari kampung setan, siapa yang berani coba-coba memasuki kampung setan itu akan diperlakukan sama!"
Ho Hay Hong berdiri terpaku, huruf-huruf besar itu baginya sudah tidak asing lagi, dari tangan wanita kaki telanjang ia pernah menyaksikan itu.
Dari kenyataan orang yang menonton, menunjukan bahwa kepala diatas meja itu adalah kepalanya orang-orang yang dikenal baik oleh mereka. Maka ia segera mengetahui bahwa tiga sukma penasaran itu, semua orang-orang daerah itu yang mempunyai banyak kenalan.
Ia memeriksa dengan seksama, tiba-tiba dapat mengenali bahwa salah satu diantaranya yang berjenggot lebat, adalah jago tombak she Hoo yang kesohor namanya.
Dari situ, ia juga segera mengenali bahwa batok kepala disamping kepala jago tombak itu adalah batok kepala Hoo Yan San. Satunya lagi mesti pun masih asing, tapi mungkin juga ialah satu muridnya jago silat itu.
Ia diam-diam merasa bergidik, pikirannya kalut, apa yang telah terjadi malam itu agaknya masih jelas dalam ingatannya. Jago tombak itu dengan senjata pendek ditangannya, dengan gagah berani menggempur lawan-lawannya.
Waktu itu, ketangkasan dan keberanian jago tombak itu pernah menimbulkan rasa kagumnya, ia juga pernah merubah pandangannya terhadap jago tombak itu akhirnya menjadi salah satu korban dari keganasan dalam Kampung Setan.
Segala sudah berlalu selalu menimbulkan kenangan, dan apalagi jago tua itu pernah bertanding beberapa jurus dengannya.
Lama sekali Ho Hay Hong berdiri terpaku, mengenangkan kembali semua yang telah terjadi.
Ketika tangannya menyambar tangan wanita kaki telanjang, biji matanya hampir melotot keluar. Katanya.
"Hm. waktu kau bicara tadi, aku sudah merasakan sikapnya agak berlainan, tak kusangka adalah suatu peristiwa yang demikian mengerikan."
Ia sendiri juga tidak mengerti, mengapa perasaannya terpengaruh demikian hebat oleh kejadian itu.
"Kau harus mengakui bahwa kematian jago tombak dan anaknya itu, adalah suatu dosa yang kau perbuat!" demikian ia berkata pula dengan suara keras.
Wanita kaki telanjang itu memandangnya dengan perasaan heran, jawabnya:
"Kau harus salahkan mereka, suruh siapa mereka menyelidiki kampung setan?"
"Apa kau kata" Didalam dunia ini, dimana sajapun orang boleh pergi, apa kecualinya dengan kampung setan" Apakah tempat itu sudah kau beli."
Wanita itu mendadak menundukkan kepala.
"Demikian keras kau menggenggam tanganku, kalau itu orang lain, tangannya sudah terluka"
Kini Ho Hay Hong baru sadar bahwa perbuatannya itu agak keterlaluan, tetapi ia tidak sudi minta maaf kepada wanita itu, dengan suara meluap-luap ia berkata.
"Aku mengerti, maksudmu keluar dari kampung setan, bukan lain ialah hendak menggunakan batok kepala jago tombak dan anaknya, untuk memperingatkan orang-orang kampung yang masih bodoh itu, supaya mereka tidak lagi berani memasuki kampung setan, betul tidak ?"
Berkata sampai disitu, mendadak ingat sesuatu, katanya pula.
"Aku benar benar tidak mengerti, ada rahasia apakah sebetulnya dalam kampung setan itu" Kecuali beberapa manusia liar, ada apa lagi yang ada harganya untuk dirahasiakan ?"
"Kita balik membicarakan soal pedang pusaka itu saja, dimana kau simpan itu?" berkata wanita itu dingin.
"Masih ada satu hari. akulah yang akan memutuskan, baik kuserahkan kembali atau tidak, kau desak juga tidak ada gunanya."
"Kalau aku tahu hatimu demikian kejam, tidak nanti aku menerima permintaanmu." berkata wanita kaki telanjang.
Ho Hay Hong sebetulnya ingin berkata: "Kalau aku tahu kau datang, aku juga menerima baik permintaan Kan lui Kiam khek untuk menyimpan kitab pusaka itu."
Tetapi sebelum perkataan keluar dari mulutnya, ditengah jalan raya tiba-tiba tampak debu mengebul, seekor kuda dilarikan dengan kencang. Diatas kuda duduk mendekam seorang tua yang sekujur badannya penuh luka-luka.
Mata Ho Hay Hong berputar sejenak di atas senjata yang berada dipinggangnya, tiba-tiba lari menyongsong dan menarik tali kuda yang sedang lari kencang itu.
Kuda itu mendadak berhenti, tetapi orang tua yang duduk diatas kuda seketika itu lantas jatuh ditanah. Ia bimbing bangun dan bertanya:
"Kong ciok Gin cee lo-enghiong, apakah artinya ini?"
Muka Khong ciok Gin cee penuh debu, wajahnya yang semula cerah, kini telah berubah pucat kuning. Dengan membuka matanya yang sayu, jago tua itu mengawasi Ho Hay Hong sejenak, nampak semangatnya terbangun, katanya:
"Ho siauhiap, kau tak usah pergi lagi, semua sudah terlambat, Cie lui Kiamkhek sudah meninggal."
Berkata sampai disitu, jago tua itu tidak sanggup bertahan lebih lama, mulutnya menyemburkan darah segar.
Depan dada Ho Hay Hong penuh semburan darah, ia sudah tidak keburu membersihkan, sudah bertanya lagi:
"Apakah Song Sie dan Giok-hu Kie-su juga sudah."
Ia tidak sanggup melanjutkan pertanyaannya. Kenyataannya, dengan kembalinya Khong-ciok Gin-cee dalam keadaan penuh luka-luka, mereka orang-orang yang memasuki kampung setan, mungkin bisa keluar dalam keadaan selamat"
"Sebetulnya tidak sampai begini mengenaskan." berkata Khong Ciok Gin cee, "kita bertiga menghadapi Tang-siang Sucu dan empat kawannya, sekalipun kalah, juga tidak sampai begini hebat. Semua adalah gara-garanya si setan tua Lam kiang Tay bong yang turut campur tangan. Dengan satu serangan jarak jauh yang luar biasa ia telah menyerang Cie lui Kiam khek. setelah itu, Song Sie dan Giok-hu Kiesu, kedua-duanya juga mati ditangan iblis tua itu. Aih! Dendam sakit hati ini, entah kapan baru bisa dibalas. Ho siauhiap, kau tidak usah pergi lagi!" berkata Khong ciok Gin cee gemas.


Kampung Setan Karya Khulung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Benarkah Lam kiang Tay bong sedemikian ganas?" berkata Ho Hay Hong dengan suara keras.
Sedang Khong ciok Gin ce kenal dengan Ho Hay Hong, baru pertama kali ini menyaksikan sikapnya demikian beringas, hingga diam-diam merasa kaget.
"Semua ini adalah benar, Suto Cian Hui sudah melepaskan diri dari tangan Tang siang Su cu dengan menggunakan akal. Menampak sikapnya yang demikian menyedihkan, jangan-jangan ia mengambil putusan pendek. Aih! Ho siauhiap, sewaktu hendak menutup mata, Cie lui Kiam khek pernah meninggalkan kata-kata terakhir, ia minta kau supaya baik-baik perlakukan Cian Hui "
"Cie lui Kiam khek perlakukan diriku cukup baik, urusan ini sedapat mungkin akan ku lakukan!" berkata Ho Hay Hong tegas, tapi mendadak hatinya merasa bingung sendiri. Karena urusan ini sangat mendadak untuk sementara, ia tidak tahu bagaimana harus berbuat.
"Mengenai rumah perguruan silat Kang lam Bu koan, kini sudah diteruskan oleh sutenya Kan lui Kiam khek. Kalau kau sudi boleh berdiam terus disana. Aku harus berangkat kegunung Cong lam san dengan segera. Ho siauhiap, harap kau baik-baik jaga diri sendiri!"
"Badan Lo enghiong penuh luka, mengapa tidak mengaso dulu untuk beberapa hari?"
"Tidak bisa! Aku harus segera memberitahukan berita ini kepada ketua Cong lam-pay, Pendekar baju kuning. Dia adalah salah satu dari lima orang luar biasa dalam rimba persilatan. Namanya berendeng dengan Lam-kiang Tay bong. sudah tentu ia dapat menyelesaikan urusan ini!"
Ho Hay Hong tiba-tiba seperti baru sadar, katanya:
"Oh, jadinya tiga jago pedang dalam rimba persilatan itu adalah anak muridnya Pendekar baju kuning. Kalau begitu adalah paling baik. Pendekar baju kuning adalah salah satu dari lima orang luar biasa dalam rimba persilatan. Permusuhan ini tidak boleh di pandang ringan."
Khong ciok Gin cee tiba-tiba menggunakan suara pelahan, bisik bisik ditelinganya:
"Kata-kata Su to tayhiap, Burung garuda raksasa dalam sangkar itu, adalah milik si Kakek penjinak garuda. Burung itu sangat pintar! Kekuatan terbangnyapun besar sekali. Dengan susah payah ia berhasil menangkapnya, sebetulnya hendak dipersembahkan kepada ketua Cong lam pay, Pendekar baju kuning di waktu hari ulang tahunnya, tetapi ia takut garuda itu nanti mengamuk, maka ia tidak berani mengambil keputusan. Sejak Su to Cian Hui yang membawa berita itu kembali dari danau Liok ing ouw. ia telah dapat memastikan bahwa si Kakek penjinak garuda itu lagi, supaya tidak membawa bencana bagi perguruannya. Harap kau membuka sangkar itu, biar burung itu terbang bebas keangkasa. Ia juga mengatakan, bahwa dalam kampung setan juga terdapat seekor burung garuda sejenis itu. Malam itu ia telah menyaksikan sendiri burung itu terbang berputaran tidak mau pergi, beberapa kali melakukan serangan terhadap kita. Ia mengerti bahwa dalam hal ini tentu ada sebabnya, ada kemungkinan bahwa si kakek penjinak garuda yang namanya sangat kesohor itu sembunyikan diri dalam kampung setan."
Hati Ho Hay Hong bercekat, pikirannya memang benar, sejak aku menemukan garuda raksasa itu perasaanku juga tidak aman kampung setan itu jelas ada hubungannya dengan Kakek penjinak garuda.
"Dan lagi." berkata pula Khong ciok Gin cee, "Kan lui kiam khek juga menyimpan sebuah benda rahasia, namanya kitab garuda sakti, kitab itu sebetulnya tergantung di leher burung garuda. Dalam kitab itu ditulis sebab musababnya si kakek penjinak garuda menghilang dari Kang ouw dan kepandaian ilmu silatnya. Karena sudah jelas bahwa kakek penjinak garuda itu masih hidup, kitab itu bagi kita juga tidak ada gunanya. Buanglah saja, supaya tidak menyusahkan orang lain. Ini adalah pesan Su to tayhiap, minta supaya disampaikan kepada Kan lui Kiam khek."
Setelah mendengar habis keterangan itu maka Ho Hay Hong menatap wajah perempuan kaki telanjang tanpa berkedip.
"Kau pernah apa dengan Kakek penjinak garuda?" demikian ia bertanya.
Perempuan itu tidak memperhatikan pertanyaan Ho Hay Hong, ia menjawab dengan suara hambar.
"Aku tidak kenal siapa itu Kakek penjinak garuda."
"Kau bohong!" berteriak Ho Hay Hong. Mendengar suara keras Ho Hay Hong Khong ciok Gin-cee merasa tertarik, ia memandang gadis itu dengan seksama, mendadak membuka matanya dan berkata.
"Ho siauhiap, nona ini masih pernah apa denganmu?" Ho Hay Hong menjawab:
"Dia sahabatku, kau jangan salah faham."
Khong ciok Gin ce nampaknya merasa lega, sambil menarik napas ia berkata:
"Ia sangat mirip dengannya. Akh, sudah tidak ada waktu lagi. aku masih perlu melanjutkan perjalananku. Ho siauhiap, kita sampai ketemu lagi !"
Dengan napas masih memburu ia naik keatas kuda. setelah mengawasi lagi Ho Hay Hong sejenak, lantas kaburkan kudanya.
Pikiran Ho Hay Hong agak kalut, tetapi diluarnya ia masih berlaku tenang.
"Kau tidak merahasiakan dirimu lagi. Kau tadi telah mengaku bahwa kitab pusaka garuda sakti itu adalah milikmu, ini sudah jelas bahwa mesti punya hubungan dengan Kakek penjinak garuda !" berkata sampai disitu ia pura pura berhenti, lama baru berkata lagi
"Sebetulnya. Kakek penjinak garuda itu bukanlah seorang hebat seperti malaikat, apa lagi ia sudah lama tidak unjuk diri dalam dunia Kang ouw. Kedudukannya dimasa lampau sudah diambil oleh orang lain. Taruh kata benar kau adalah orangnya Kakek penjinak garuda, aku juga tidak anggap apa-apa."
Ia memperhatikan perubahan sikap si nona. Pikirnya kalau benar dia adalah orangnya Kakek penjinak burung garuda, setelah mendengar perkataan itu, pasti akan marah.
Tetapi, wajah dan sikapnya wajar seperti biasa, tetap kaku dingin, hingga membuat ia kecewa.
"Kau benar-benar bagaikan sebuah patung, kalau kau masih belum mempunyai nama julukan aku pikir akan memberikan kau satu nama"
"Tidak halangan kau pilihkan nama untukku !" berkata perempuan itu dengan tiba-tiba.
Ho Hay Hong pura-pura berpikir agak lama, kemudian baru berkata:
"Hian peng Mo lie !"
Perempuan kaki telanjang itu ketika mendengar nama itu, merasa tidak senang, katanya:
"Mengapa tidak sebut aku Hian peng Yao lie" Bukanlah lebih tidak enak didengar daripada Hian peng Molie?"
"Kalau kau suka dengan nama Hian peng Yao lie, aku juga tidak bisa berbuat apa apa terserah padamu sendiri."
Perempuan itu hanya menunjukkan senyum dingin, tidak menyatakan apa-apa.
Dua orang itu berjalan tanpa berkata apa-apa, Ho Hay Hong mendadak membuka suara:
"Ku pikir, aku sendiri barangkali mempunyai sedikit hubungan dengan Kakek penjinak garuda, jikalau tidak, tak mungkin lenganku bisa ada tanda cakar garuda sakti!"
"Apa maksudnya perkataanmu ini?" tanya wanita itu.
"Ucapanmu ini hanya sekedar mengungkap pertanyaan dalam hatiku, mengapa kau merasa tidak tenang ?"
"Jangan pikirkan yang bukan-bukan, barangkali orang tidak mau mengenali." berkata sampai disitu, mendadak bungkam. Tetapi Ho Hay Hong sudah dapat menangkap tanda-tanda tidak wajar, hingga hatinya bercekat, namun diluarnya Ia bersikap marah-marah, katanya agak mendongkol:
"Tidak mengenali juga tidak apa, kalau kau benar-benar ada hubungannya dengan dia, aku juga tidak ingin mengenalnya. Hem jangan kau kira aku seperti orang yang bersifat suka menjilat pantat !"
"Kau benar-benar seorang jantan!" berkata wanita itu dingin.
Dari kata-kata wanita itu, Ho Hay Hong merasa bahwa wanita itu tidak kena dipancing, hingga dalam hati ia merasa kecewa. Ia berkata:
"Ini juga belum tentu, karena orang toh tidak mau mengenaliku, mana aku punya itu muka untuk minta berkenalan dengannya?"
Dengan tiba-tiba dalam otaknya terlintas suatu pikiran, lalu berkata lagi dengan nada suara dingin:
"Mungkin tanda cacah burung Garuda ditanganku ini yang hanya membawa sial. Sebelumnya aku mempunyai sifat yang suka kepada burung Garuda dilenganku, umpama burung Garuda aneh yang kulihat didalam kampung setan malam itu."
"Jika ia binatang peliharaan kampung setan, sehingga tidak dapat ditangkap sesungguhnya sangat sayang, tetapi apabila kita benar-benar dapat menangkapnya hidup-hidup, aku kira dengan kecerdikan yang luar biasa itu apabila kita didik dengan baik rasanya lebih baik dan lebih boleh dipercaya dari pada puluhan orang pengawal."
"Dia adalah binatang luar biasa. seumur hidupnya hanya mengabdikan kepada satu majikan saja, setia seumur hidup, tidak akan mau dengar perintah orang kedua. Sekalipun kau dapat menangkapnya hidup-hidup juga tidak bisa mengendalikannya!"
"Benarkah " Seandai aku berhasil menangkapnya dan kubawa pulang, umpama aku kurang hati-hati apabila ia juga dapat lari pulang?"
"Sudah tentu!"
"Ow, binatang luar biasa ini benar hebat! Tetapi kini aku mendapatkan suatu cara yang baik sekali, aku akan membawanya ketempat yang jauhnya ribuan pal dari sini, bagaimana ia bisa pulang kembali?"
"Kau boleh simpan saja pikiranmu yang bukan-bukan itu, jangankan hanya ketempat yang baru sejauh ribuan pal saja, sekalipun kau bawa ke Gurun pasir, dia juga dapat mencari arah letak tempat asalnya. Dengan mengikuti petunjuk sinar matahari, ia bisa mencari jalan untuk pulang lagi, kecuali kalau kau membunuhnya. Dia memiliki kekuatan tenaga terbang luar biasa satu hari bisa terbang ribuan pal, untuk kemudian balik kesamping majikan lamanya."
"Aih, karena kau mengatakan demikian, aku juga tidak merasa tertarik lagi, coba pikir, aku sudah menggunakan banyak pikiran dan tenaga, dengan susah payah mendidiknya! pada akhirnya tokh ia masih kabur lagi, apa gunanya?"
Diam-diam ia merasa girang, pikirnya: burung Garuda raksasa dalam sangkar ditaman Gedang rumah pendidikan ilmu silat Kanglam-Bu koan adalah burung peliharaan si kakek penjinak Garuda, alangkah baiknya kalau aku dapat menggunakannya untuk mencari jejak si kakek itu!
Diluarnya ia tidak mengatakan apa-apa, ia mengikuti perempuan kaki telanjang itu berjalan sambil menundukkan kepala, dalam waktu singkat ia menginjak kelain kota.
Kota itu bernama kota Hok-san, letaknya tepat ditengah-tengah daerah Kang lam, Kota itu mempunyai pemandangan alam yang indah, disamping itu penduduknya juga cukup banyak, kotanya cukup ramai, dijalan banyak orang lalu lalang, diatas sungai juga banyak terdapat perahu sampan mundar mandir hilir mudik.
Ho Hay Hong diam-diam menjadi geli sendiri, dalam hati berpikir sedikit pun tidak mendapat hasil apa-apa, hanya menyusahkan dirinya saja. Aku harus lekas mencari letak markasnya perkumpulan lempar batu, supaya tidak menimbulkan rasa curiganya.
Tiba-tiba ia teringat pengalaman sewaktu bertemu muka dengan Chim kiam Sianseng dan tanda rahasia partai lempar batu, lalu mengajak perempuan kaki telanjang itu menuju ke pantai sungai di mana banyak berkumpul orang-orang yang hendak menyebrang sungai.
Tiba di pantai, ia lihat sungai itu airnya jernih sekali, pada waktu Itu hari sudah senja, angin meniup sepoi-sepoi, merupakan waktu yang paling baik untuk pesiar keatas air. Perahu-perahu sampan yang dihiasi dengan beraneka warna hampir sibuk semuanya, banyak orang bergembira pada berdiri ditepi sungai, juga ada yang berdiri diatas sampan untuk menikmati pemandangan alam sangat indah ini.
Ho Hay Hong memilih tempat yang terdapat banyak orang, ia mengambil sebuah besar, lalu dilemparkan ke dalam sungai sedang mulutnya berseru: "Lempar batu. . Lempar batu"
Kelakuan yang aneh itu segera menimbulkan perhatian orang-orang, baik yang berada di tepi sungai maupun yang berada didalam sampan. Sedangkan perempuan kaki telanjang itu sendiri juga mengawasinya dengan keheranan.
Ho Hay Hong agak kecewa, karena kelakuannya yang aneh itu ternyata tidak menimbulkan tindakan timpalan dari orang-orang dari golongan Lempar batu. Hari sudah senja sebentar lagi malam akan tiba. Dengan bergantinya hari, berarti akan hilang kepercayaannya.
Hatinya mulai gelisah, diambinya cobaan batu besar dan dilemparkannya kedalam sungai, sedang mulutnya masih berkaok-kaok. Lempar batu tidak berhentinya.
Kelakuannya itu kembali menimbulkan gelak tertawa orang banyak yang menyaksikannya.
Ia agak mendongkol kepada orang-orang golongan lempar batu itu adalah satu partai besar. orang-orangnya pasti tersebar luas disegala pelosok. Nampaknya Partay lempar batu itu hanya satu partay kecil yang tidak berarti.
Dengan tiba-tiba. dibelakangnya terdengar orang batuk-batuk, kemudian dibarengi oleh kata-katanya. "Sudah cukup, sudah Cukup."
Ho Hay Hong diam-diam merasa girang ketika ia berpaling, dilihatnya seorang tua berdiri menghadap sungai. Pakaiannya berwarna kuning, sudah kumal dan banyak lubang, banyak mirip dengan tukang-tukang sampan. Melihat itu Ho Hay Hong agak kecewa.
Perempuan kaki telanjang itu mengawasi orang tua itu dengan mata tanpa berkedip tetapi orang tua itu tidak menghiraukannya, dari mulutnya terdengar serentetan bunyi sajak.
Ho Hay Hong tercengang. Dalam hati ia tidak mengerti mengapa orang tua itu bersajak" Sungguh tidak disangka orang tua seperti tukang sampan itu ternyata seorang terpelajar.
Pikiran itu hanya sepintas lalu saja terlintas dalam otaknya, mendadak ia teringat akan kode rahasia dalam partay.
Tidak perduli betul tidak, ia lantas menyambutnya dengan ucapan sajak juga.
Wajah orang tua bongkok itu menunjukkan senyuman, kemudian menegurnya:
"Sahabat, kau dari mana, ikutilah aku!"
Tanpa menantikan jawaban Ho Hay Hong orang tua itu sudah membalikkan badannya dan berlalu. Belum lenyap perasaan terkejut Ho Hay Hong, orang tua itu sudah berjalan dan naik keatas sampan, tangannya dilambai-lambaikan kearahnya. Jelas bahwa orang tua itu memintanya lekas ikut dirinya.
Dengan perasaan tak tenang, Ho Hay Hong berkata kepada perempuan kaki telanjang dengan suara perlahan.
"Bolehkah kau tunggu sebentar?"
"Kau ada urusan, sudah tentu aku tidak dapat menghalangi urusanmu!" jawab perempuan itu.
"Maaf aku akan pergi dulu, sebentar akan kembali!"
Dengan cepat Ho Hay Hong lari keatas sampan, orang tua bongkok itu dari dalam keranjang bambu mengambil sebuah bungkusan dan diberikan kepada Ho Hay Hong, supaya dimakannya.
Ho Hay Hong tidak menolak. Diambil dan dimakannya bubuk hitam dalam bungkusan.
"Karena partai lempar batu semakin lama pengaruhnya semakin besar, maka kita harus berlaku sangat hati-hati, jangan sampai kemasukan mata-mata musuh. Umpama obat dalam bungkusan itu tadi, adalah obat yang khusus digunakan untuk menghadapi orang orang semacam itu. Jikalau orang itu berani menyamar sebagai saudara saudara golongan kita, obat itu dapat memaksanya membuka sendiri rahasianya. Bagi saudara saudara kita sendiri semua sudah sedia obat pemunahnya makan lebih banyak juga tidak halangan. Saudara tentunya sesalkan perbuatan tadi, bukan?"
Ho Hay Hong terperanjat, dari keterangan orang tua itu, dapat diduga bahwa bubuk hitam itu mengandung racun yang amat dahsyat.
Dengan pikiran kusut, terpaksa ia menjawab:
"Ah, tidak apa, kalau itu memang merupakan suatu peraturan dari perkumpulan, kira tokh harus menurutinya."
"Tadi saudara melemparkan batu ketengah sungai, tentunya ada urusan penting yang perlu saudara laporkan, marilah kita jangan membuang waktu." berkata orang tua itu sambil tertawa.
"Baik!" jawab Ho Hay Hong. Ia sebetulnya hendak melanjutkan kata-katanya, tetapi perutnya mendadak dirasakan sakit. Untung orang tua itu tidak memperhatikannya, jikalau tidak, pasti sudah terbuka kedoknya.
Dengan berusaha keras untuk menenangkan pikirannya, barulah ia melanjutkan kata-katanya:
"Pangcu telah perintahkan aku mengabarkan kepada saudara saudara dikota Hok san bahwa pada waktu belum lama berselang si kakek hidung merah tanpa sebab telah mati terbunuh ditepi danau Liok ing ouw. Kepandaian orang yang membunuhnya itu sangat tinggi. Pangcu sangat perhatikan kejadian itu, minta saudara-saudara di Hok san melakukan persiapan. Kalau mendengar suara tidak baik harus segera memberi laporan kepada atasannya, supaya tidak menelan korban lebih banyak."
"Memang benar, kematian kakek hidung merah merupakan suatu kejadian yang sangat menyedihkan bagi kita. Aku si Srigala kuning Hek Tek dengan mentaati peraturan partai, hendak menuntut dendam untuknya."
Ho Hay Hong mengeluarkan rintihan perlahan tetapi tidak diperhatikan oleh si Srigala kuning.
"Pangcu ingin menggerakkan kekuatan di kota Hok san, Entah." demikian Ho Hay Hong yang baru berkata sampai disitu, pengaruh obat hitam tadi menimbulkan rasa sakit dalam perutnya, hingga ia tidak sanggup bertahan lagi.
Ia sudah akan berlaku nekad untuk membinasakan Srigala kuning itu lebih dulu. Tentang letak pusat partai lempar batu ia sudah tidak pikirkan lagi. Tetapi kekuatan tenaga dalam tubuhnya agaknya sudah lenyap seluruhnya hingga ia tidak dapat melaksanakan serangannya.
Iapun tahu bahwa orang tua bongkok yang menamakan diri Srigala kuning itu, adalah pemimpin cabang dikota Hak san, kepandaian ilmu silatnya sudah tentu tidak lemah.
Apabila serangannya itu tidak dapat membinasakannya, ia sendiri pasti juga sangat berbahaya keadaannya.
Wajahnya pelahan-lahan semakin pucat pada akhirnya, kepalanya terasa mabuk hingga hampir tidak bisa berdiri.
Ia sudah mulai putus harapan, selagi hendak menggunakan sisa tenaganya, untuk menceburkan diri kedalam sungai, tiba-tiba teringat diri perempuan kaki telanjang yang ada membekal obat mujarab Liong yan hiang.
Obat mujizat itu pertama membawa pengaruh besar baginya, harapan hidup tumbuh lagi, tetapi akhirnya mendadak ia menarik napas karena Ia paling tidak suka untuk tunduk kepala minta-minta dihadapan kaum wanita, sekalipun pedang di tinggalkan diatas lehernya.
Srigala kuning agaknya dapat melihat perubahan sikap dan kelakuan anak muda itu, ia bertanya dengan perasaan heran:
"Saudara kenapa?"
Ho Hay Hong terkejut, buru-buru berusaha mempertahankan tubuhnya.
"Tiga hari tiga malam aku melakukan perjalanan terus menerus sehingga sampai di sini, aku merasa terlalu letih!" jawabnya.
"Tiga hari tiga malam?" tanya Srigala kuning, "apakah saudara datang dari markas besar?""
"Benar!"
"Aneh," berkata orang tua itu sambil membuka matanya lebar-lebar, "mengapa pangcu bisa mengutus orang seperti kau untuk mengirim berita. Tempat ini letaknya hanya seperjalanan setengah hari saja dari markas besar. Sekalipun bagi seorang yang tidak mengerti ilmu silat, dengan jalan kaki satu hari satu malam juga bisa sampai, jangankan saudara sebagai orang pilihan, apakah saudara kesasar jalan?"
Ho Hay Hong yang dalam keadaan sulit coba menjawab seenaknya, tak disangka telah membuat kekeliruan. Dalam marahnya, ia masih berlaku keras kepala.
"Kenapa" Apakah kau mencurigai aku dan pangcu?"
Dengan sinar mata keheran-heranan orang tua itu berkata:
"Saudara mengapa bicara tanpa aturan?"
Ho Hay Hong mendadak merendah "Maafkan, pikiranku tidak karuan."
Pada saat itu ia, telah mengambil keputusan hendak tunduk kepala kepada perempuan kaki telanjang, maka lantas berkata kepada Srigala kuning:
"Kau tunggu sebentar aku hendak panggil sahabatku, sebentar akan kembali."
Ia menggemertakkan giginya berusaha mempertahankan sikapnya, pelahan-lahan jalan turun dari sampan.
Dengan menggunakan kesempatan yang ada, ia berteriak memanggil: "Hai."
Baru sepatah kata keluar dari mulutnya ia dikejutkan oleh keadaan didepan matanya. Tepi sungai itu ternyata sudah kosong, entah ke mana perginya perempuan kaki telanjang tadi. Dalam keadaan putus asa, matanya mendadak gelap dan akhirnya jatuh pingsan.
Ketika ia membuka matanya kembali, keadaan didepan matanya sudah berubah. Udara sudah gelap angin meniup kencang, sekitar dirinya berdiri serombongan laki-laki tegap dengan sinar mata bengis.
Ia bingung, masih ingat ketika ia jatuh pingsan, orang tua bongkok itu lompat keluar dari sampan, dengan muka menyengir menyerbu dirinya, mengapa dalam waktu sekejap keadaan sudah berubah"
Ia berusaha menenangkan pikirannya, matanya melihat orang-orang yang berdiri di sekitarnya. Tak disangkanya bahwa orang-orang yang berdiri disekitarnya itu semua merupakan orang-orang yang sudah dikenalnya.
Tiba-tiba ia mencurigai dirinya berada dineraka, tetapi orang-orang disekitarnya benar-benar adalah delapan pengawal. Suatu pikiran terlintas dalam otaknya: "apakah aku telah tertangkap?"
Tetapi diantara delapan pengawal itu terdapat Srigala kuning yang kini sudah menjadi tawanan. Wajah orang tua itu menunjukkan perubahan besar, dari kaget, marah berubah minta dikasihani. Matanya mengawasi tanah seolah-olah ingin berlutut sambil meratap minta diampuni.
Ho Hay Hong tidak mengerti, mengapa Srigala kuning itu ketika mengawasi dirinya, yang juga menjadi tawanan delapan pengawal, wajahnya mendadak menunjukkan sikap minta dikasihani "
Delapan pengawal itu ketika melihat Ho Hay Hong sadar, semua mengangkat tinggi-tinggi tangan mereka, salah seorang diantaranya berkata dengan sikap sangat menghormat:
"Apakah Siangcu tidak mendapat halangan apa-apa" Manusia keparat dari golongan lempar batu ini sudah menyerahkan sendiri obat pemunahnya, tetapi kita tidak berani mengambil keputusan terhadapnya, maka minta petunjuk Siangcu!"
Mendengar perkataan mereka yang sangat menghormat, jelas bahwa dirinya sudah di anggap Tang Siang Sucu. Dalam hati Ho Hay Hong merasa geli sendiri. Berada dalam keadaan demikian, tampaklah disini kecerdikan Ho Hay Hong. Dengan meniru sikap gaya Tang sian Sucu, ia tertawa dingin berulang-ulang, kemudian berkata.
"Tua bangka kau tidak mempunyai mata, lekas ceburkan dalam air untuk umpan ikan !"
Orang tua bongkok itu mendadak unjukkan sifat yang takut mati, mendengar ucapan itu segera ia berlutut di hadapan Ho Hay Hong, dan dengan suara meratap ia minta diampuni.
"Siangcu, ampunilah dosaku si orang tua yang tidak mempunyai mata, lain kali aku tidak berani lagi."
Ho Hay Hong membentak sambil mendelikkan matanya.
"Lekas beritahukan dimana markas Lempar batu ! Aku dapat mengampuni jiwamu jikalau tidak akan kupotong batang lehermu !"
"Markas besar Lempar batu letaknya sangat dirahasiakan, hamba tidak dapat menyebutkan dimana letaknya. Siangcu sendiri pasti juga tidak dapat menemukan. Maka sebaiknya hamba yang mengantarkan tuan-tuan sekalian. Kalau Siangcu percaya, sekarang juga boleh berangkat!"
Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "Delapan pengawal sudah ditanganku, tidak perlu takut padamu. Lagi pula aku tokh bukan Tang siang Sucu, sekalipun harus bentrok dengan golongan Lempar batu tidak perlu takut".
Ia memandang keadaan disekitarnya, ternyata merupakan tempat belukar maka lalu bertanya kepada delapan pengawal: "Ini tempat apa ?"
Salah seorang dari delapan pengawal itu menjawab:
"Disini terpisah sejarak lima pal dari sungai Yang-ce-kiang, letaknya disebelah barat Hok san. Tempat ini sunyi sepi, jarang didatangi oleh manusia disebelah kanan, tidak jauh dari sini, ada sebuah kelenteng tua yang sudah rusak, aku pikir sekarang sudah malam, terpaksa minta Siangcu bermalam disini dulu"
Ho Hay Hong mencoba kekuatan tenaga dalamnya, ternyata tidak mendapat halangan suatu apa. Diam-diam ia merasa girang.
"Kalian tadi apakah melihat wanita berkaki telanjang ditepi sungai ?"
Kepala rombongan delapan pengawal itu yang badannya gemuk bagaikan kerbau, ketika mendengar pertanyaan itu, ia hanya memancarkan sinar heran.
"Bukankah tadi Siangcu telah mengajak padanya sendiri" Bagaimana sekarang menanyakan kepada kita?" demikian jawabnya.
-ooo0d-w0ooo- Bersambung Jilid 9
Jilid 9 HO HAY HONG terkejut, baru merubah perkataannya:
"Dia kabur dengan cepat, aku tidak dapat mengejar."
Kepada pengawal itu memandangnya dengan perasaan bingung. perasaan herannya nampak semakin nyata.
"Kepandaian Siangcu tokh tidak dibawahnya, lagi pula mendapatkan luka oleh ciang-bun loya, sehingga ia menderita luka dalam, bagaimana bisa kabur ?"
Mendengar jawaban itu bukan kepalang terkejutnya Ho Hay Hong. Pikirnya, pantas wanita itu berlalu tanpa pamitan, kiranya telah terluka ditangan Lam kiang Taybong. dan Kini sedang dikejar oleh Tang liang Sucu. Mungkin juga sudah tertangkap
Diam-diam ia merasa cemas, karena Lam kiang Tay-bong sebagai salah satu lima orang kuat dalam rimba persilatan, kepandaiannya pasti tinggi sekali.
Namun demikian, diluarnya mau tidak mau harus berlagak tidak senang.
"Jangan banyak bicara, nanti membangkitkan kemarahanku, mengerti?" demikian bentaknya.
Delapan pengawal itu ketika mendengar ucapan itu, semua memandangnya dengan perasaan bingung.
Ho Hay Hong khawatir mereka curiga lantas buru-buru berkata:
"Jangan khawatir, wanita itu walaupun sangat licin, tetapi Ciang bun loya lebih licin daripadanya, pasti tidak akan lolos dari tangannya!" sebentar ia berdiam pura-pura menghela napas, "aih. loya tergesa-gesa berpisah denganku, entah dia sudah tahu atau belum bahwa aku kehilangan dia. Ai, aku khawatir loya anggap aku dapat menyelesaikan sendiri, sehingga tidak campur tangan lagi, dengan demikian memberi kesempatan kepada wanita itu untuk melarikan diri. Kalian melihat loya atau tidak ?"
Delapan pengawal itu semakin bingung, satu diantara balas menanya:
"Bagaimana artinya ucapan Siangcu ini" Apakah ciang bun loya tidak pesan apa-apa kepada Siangcu?"
Ho Hay Hong terkejut. "Tidak, sebelum itu loya tidak pernah menyatakan apa-apa padaku !" demikian jawabnya.
"Heran, loya sebaliknya meninggalkan pesan kepada kita, perintahkan kita semua mengikuti siangcu, dengan cepat melakukan penggerebekan, mencari jejak Khong ciok Gin cee dan putrinya Su to Siang, ajar supaya segera dibunuh."
Ho Hay Hong diam-diam berpikir. "sungguh jahat, kalau bukan aku yang kebetulan dianggap sebagai Tang liang Sucu mereka berdua benar-benar sulit akan meloloskan diri dari tangan orang-orang jahat ini."
Dengan pura pura berlaku tidak tahu, ia berkata:
"Apakah kalian sudah tahu kemana perginya Khong ciok Gin cee dan nona Su to itu?"
"Nona itu telah menghilang, sedang Khong ciok Gin cee kabur menuju kegunung Cong lam san, mungkin memberitahukan kepada ketua Cong lam pay, Pendekar baju kuning. Pendekar baju kuning adalah suhu tiga jago pedang, kalau ia mengetahui hal itu. Dia tentu tidak bisa tinggal diam. Kita sudah perintahkan saudara kita untuk mencegat, dalam satu dua hari ini barang kali bisa mendapat kabar."
Ho Hay Hong anggap telah mendapat kesempatan untuk memberi peringatan kepada delapan pengawal, masa lantas berkata:
"Kalian bekerja kurang beres, dikemudian hari pasti akan menimbulkan kerewelan, bagaimana kalian sekarang harus bertanggung jawab padaku ?"
Delapan pengawal itu tercengang, dengan serentak berkata.
"Siangcu, semua telah kita lakukan menurut perintah siangcu sendiri !"
Ho Hay Hong terkejut, diam-diam berpikir: "Aku sebetulnya tidak boleh berlagak pintar sendiri, mengucapkan perkataan sembarangan."
Ia berlaku sangat cerdik, pura-pura berlagak lupa, kemudian berkata sambil mengangguk anggukkan kepala:
"Oh ya, benar, itu memang aku yang perintahkan, tetapi sekarang sudah kurubah rencanaku, kalau aku tidak memberikan keterangan, bagaimana kau mengetahui keadaan yang sebenarnya . . .
Hakekatnya apa yang dikatakannya "rencana", ia sendiri juga tidak tahu rencana apa, maka akhirnya ia berlagak marah dan berkata:
"Tidak bisa, aku perlu mencari Chim kiam sianseng lebih dulu untuk minta pertanggungan jawabnya, supaya orang-orangnya lain kali tidak berani bermusuhan lagi denganku !"
Dengan satu tangan, ia mengangkat tubuh Srigala kuning dan membentak padanya.
"Lekas antar kita, baru aku ampuni jiwamu !"
Orang tua itu berkata sambil menganggukkan kepala
"Tayhiap, lepaskan tanganmu, hamba segera berangkat."
Selagi masih berdiri ditempatnya, delapan pengawal itu berkata:
"Apakah siangcu sudah lupa, bahwa empat bintang kita masih menunggu perintah didalam kelenteng tua ?"
Ho Hay Hong pikir, apabila tidak lekas pergi, nanti kalau Tang siang Sucu tulen datang, pasti akan terbuka kedoknya. Itu berarti memberi kesempatan bagi Srigala kuning untuk melarikan diri, tapi membahayakan kedudukan sendiri.
Maka ia lantas perintahkan kepada delapan pengawal untuk memberitahukan kepada empat bintang, tidak lama kemudian, empat laki-laki berpakaian pendek warna hijau berjalan menghampiri dengan langkan gesit.
Empat laki-laki muda itu memberi hormat padanya seraya berkata:
"Melaporkan kepada siangcu, kita berempat sudah melakukan penyelidikan seluruh daerah Hok san, tidak menemukan jejak musuh kita."
Karena Ho Hay Hong tidak mengerti pembicaraannya, jawabnya seenaknya:
"Tidak apa, cari saja pelan-pelan, pasti ketemu !"
Dengan membawa delapan pengawal di tambah empat bintang dari Lam Kiang Tay beng, di paksa Srigala kuning mengunjuk jalan, berjalan menuju ke barat.
Selagi mereka berjalan, terasa dari dalam rimba yang tidak jauh terdengar suara burung berbunyi, kemudian disusulnya dengan munculnya satu bayangan besar, terbang diatas kepala mereka dengan cepatnya, hingga sebentar sudah menghilang.
Ho Hay Hong sudah dapat melihat dengan tegas bahwa bayangan besar itu adalah bayangan seekor burung raksasa. Dalam hatinya lalu berpikir: "Dari mana burung garuda ini" Apakah burung garuda dari kampung setan Itu?"
Belum lenyap pikirannya, ditepi jalan terdengar suara orang berkata: "Hendak melakukan perbuatan jahat, janganlah tergesa-gesa! Hai, semua jangan bergerak!"
Ketika sinar mata berhadapan dengan mata orang itu, mendadak ia terperanjat. Orang itu mengenakan pakaian berwarna kelabu, rambutnya putih. Itu adalah orang yang pernah dilihatnya didalam kampung setan.
Meskipun dalam hati agak khawatir, tetapi Ia masih berlaku tenang. Ia mengulapkan tangannya, memberi isyarat supaya semua orangnya berhenti, kemudian ia bertanya. "Sahabat ada urusan apa!"
Orang aneh berpakaian kelabu itu dengan sinar matanya yang tajam menatap wajah semua orang sejenak, baru berkata.
"Kau jangan berlagak pilon, lekas serahkan kembali wanita kaki telanjang itu. Siapa berani melanggar perintah ini, akan kuambil kepala kalian!"
Ho Hay Hong pikir, "orang tua ini meskipun suaranya berat dan agak mirip dengan suara orang tua, tetapi tidak sesuai dengan bentuk badannya, sudah jelas kalau menyamar. Memang benar, orang itu adalah orang aneh yang pernah dijumpainya didalam kampung setan."
"Sahabat perkataanku sungguh hebat, tapi apakah benar tanganmu memiliki kekuatan tenaga itu" Pernah apa kau dengan nona kaki telanjang itu" Kalau tidak mempunyai hubungan rapat, jangan coba-coba campur tangan. Hem, kau ketahui bahwa anak muridnya Lam kiang Tay-bong selamanya tidak suka kepada orang-orang yang suka mencampuri urusanku. Sahabat, kau pikirkan dulu masak-masak."
Sebetulnya ia sudah dapat menduga bahwa orang itu adalah saudara tua perempuan kaki telanjang, tetapi untuk memegang derajat dirinya sendiri, ia tidak menyebutkan namanya, ia sengaja menyebutkan nama Lan kiang Tay bong, untuk menggertak lawannya
Dilain fihak, ini berarti diam-diam memberi petunjuk kepada orang itu, supaya dalam penyelidikan dapat mengetahui kemana perempuan itu dibawa. Sebab ia tidak ingin perempuan kaki telanjang itu dapat celaka.
"Lam kiang Tay bong itu manusia apa" dengan mengandalkan kepandaiannya apa ia berani bermusuhan denganku" Heh sekarang aku sudah datang sendiri, suruhlah ia pulang lekas"
Ucapan orang aneh itu sungguh sombong, benar-benar tidak memandang mata kepada Lam kiang Tay bong. Bagi Ho Hay Hong, hal ini tidak berarti apa-apa, tetapi bagi anak buah Lam kiang Tay bong lain lagi halnya.
Mereka, delapan pengawal dan empat bintang seketika berubahlah wajahnya, mata mereka ditujukan kepada Ho Hay Hong, agaknya menantikan, perintah untuk bertindak
Dalam keadaan demikian. Ho Hay Hong terpaksa pun harus marah. Ia membentak dengan suara keras:
"Apakah kau sudah makan nyali harimau, sehingga Lam kiang Tay bong loya kau juga berani menghinanya" Sudahlah, kala kau memang sudah bosan hidup, kita akan mengiringi kehendakmu."
Tangannya melambai, delapan pengawal dan empat bintang segera turun tangan menyerbu orang berbaju kelabu dengan senjata masing-masing.
Tamu aneh berbaju kelabu itu mendorong dengan kedua tangannya, suatu kekuatan tenaga yang hebat sekali meluncur keluar hingga mengejutkan orang yang mengurung dirinya. Semua lompat mundur, tiada satupun yang berani maju lagi.
Orang aneh itu tertawa terbahak-bahak, ia maju beberapa langkah, matanya mengawasi Ho Hay Hong,
"Tentang urusanku, kau juga sudah tahu sendiri. Sekarang jangan banyak bicara, lekas serahkan kembali gadis kaki telanjang itu, jangan sampai kau kehilangan jiwa!"
"Apa kau kira hilangnya nona itu adalah perbuatan kita?" berkata Ho Hay Hong.
Ia sengaja berlaku lunak, pura-pura kaget.
"Apa kau masih mencoba mengelabuhiku" Hm! Kalau bukan karena garuda sakti telah melihat tuan muda sedang berada dalam kesulitan dan cepat melaporkan, aku masih belum tahu kalau Lam kiang Tay bong demikian kurang ajar!" berkata tamu aneh itu.
Setelah itu mulutnya mengeluarkan satu siulan kecil. Dari udara melayang turun seekor burung, benar saja adalah burung garuda raksasa itu yang lantas hinggap diatas bahu orang aneh itu.
Tamu aneh itu mengelus-elus tubuh burung garuda, kemudian berkata dengan suara dingin:
"Kalian sudah dengar atau belum" Suara burung tadi adalah suatu jawaban bahwa memang benar ada kejadian itu. Apakah kau masih hendak menyangkal?"
"Hanya mengandalkan keterangan seekor binatang burung, mana boleh dipercaya" Kau tunjukkan buktinya!"
Tamu aneh itu ketika mendengar ucapan itu, marah sekali. Ia melesat setinggi lima enam tombak, ditengah udara ia menghardik "Bangsat, kau kepala batu." Dua tangannya dipentang, cepat bagaikan kilat menyerbu orang banyak, barisan delapan pengawal dan empat binatang menjadi kacau, mereka pada lompat mundur, tapi Srigala Kuning Hak Tak yang tidak keburu lari, mati seketika itu juga.
Kejadian itu sangat menggemparkan, semua anak buah Lam kiang Tay bong tidak berani berkutik.
Burung garuda raksasa itu juga tidak tinggal diam, ia terbang berputaran ditengah udara, kemudian melakukan suata gerakan, dari kedua sayapnya mengeluarkan hembusan angin yang luar biasa hebatnya.
Ho Hay Hong geser mundur kakinya, dengan kedua tangannya ia menyerang dari samping.
Garuda itu terbang tinggi dan berputar putaran ditengah udara.
"Burung garuda ini sungguh bebat, tentunya burung peliharaan kakek penjinak garuda" berkata Ho Hay Hong, matanya ditujukan kepada tamu aneh itu.
Ia sengaja mengajukan pertanyaan demikian, hendak membuktikan dugaannya yang selama itu tersimpan dalam hatinya.
Tetapi tamu aneh itu sebaliknya menjawab tertawa dingin:
"Tidak perduli bagaimana, kedatanganku ialah hendak minta orang! Pertanyaanmu ini boleh kau ajukan kepada raja akherat."
"Sahabat, kau terlalu jumawa, apa kau kira aku benar-benar takut padamu?" berkata Ho Hay Hong, lalu maju tiga langkah, dan dengan mendadak melancarkan satu serangan. Bersamaan dengan itu, ia berkata dengan suara sangat perlahan:
"Jangan ribut-ribut! Tentang nona kaki telanjang itu juga merupakan suatu hal yang menjadi perhatianku. Aku pikir, ini adalah perbuatan Lam kiang Tay bong. Kau boleh pura-pura bertempur denganku, tetapi jangan merusak rencanaku!"
Tamu aneh itu baru akan mengeluarkan serangannya, setelah mendengar perkataannya Ho Hay Hong, dengan cepat ditariknya kembali. Sambil maju selangkah ia bertanya dengan suara perlahan juga.
"Kau bukan orangnya Lam-kiang Tay-bong ?"
Ho Hey Hong pura-pura melancarkan serangan lagi, tetapi tidak disertai kekuatan tenaga.
"Apakah kau sudah lupa" Orang yang malam itu berada disamping nona kaki telanjang itu, adalah aku sendiri." demikian ia mengingatkan kepada tamu aneh itu.
Tamu aneh itu membuka lebar matanya, memandangnya sekian lama, baru berkata: "Ow, ya betul, kau benar adalah orang itu, tetapi dengan cara bagaimana kau dapat melarikan diri ?"
Ia ajukan pertanyaan demikian sambil mementang lima jarinya, menyambar tubuh Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong hampir kesambar oleh kuku jarinya. Buru-buru ia menundukan kepalanya, katanya dengan perasaan tidak senang.
"Nona itu yang melepaskan aku, aku sudah berjanji dengannya, hendak mengembalikan pedangnya."
"Aku pikir ia tentu kau perdayai, dalam dunia dimana ada orang yang sudah mendapatkan barang pusaka, sudi mengembalikan lagi" Kau mungkin dapat membohongi dia tetapi aku tidak !"
Ho Hay Hong marah. "Pikiranmu banyak curiga. Bukan saja kau tidak akan menemukan dia, sebaliknya malah akan merusak urusan besar, Dikemudian hari kau jangan menyesal!"
Dengan kepalan tangan kirinya ia melakukan satu serangan.
Tamu aneh itu tangannya tanpa bergerak sambil tertawa dingin ia maju menerobos hembusan angin dari serangan Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong terperanjat, buru-buru ia berkata:
"Apakah kau benar-benar sudah tidak memikirkan keselamatan jiwanya ?"
Tamu aneh itu merandek dan bertanya:
"Apa artinya ucapanmu ini ?"
"Terus terang, ia sudah terluka di tangan Lam kiang Tay bong, bahkan lukanya sangat parah ."
Mendengar keterangan itu, tamu aneh itu mendadak lompat, ia berkata dengan suara gusar:
"Hah, iblis tua itu benar-benar sudah bosan hidup! Dia itu siapa, bagaimana boleh."
Berkata sampai disitu, agaknya merasa kurang tepat, maka buru-buru ia menutup mulut.
Dengan satu siulan perlahan, burung garuda yang terbang berputaran diudara itu menyambutnya dengan suara perlahan. Dan suara itu saling berpaduan, agaknya sedang melakukan percakapan antara dua mahluk itu, sebentar kemudian garuda raksasa itu terbang kearah barat, dalam waktu sekejap mata ia sudah menghilang.
"Sahabat, kau perintahkan dia panggil bala bantuan?" tanya Ho Hay Hong. Pada bibirnya tersungging satu senyuman misterius.
"Aku pikir ia pasti pergi mengundang penghuni kampung setan. Kakek penjinak garuda yang namanya sangat kesohor."
"Kau mengoceh, Lam kiang Tay bong terhitung manusia macam apa" Dengan aku seorang diri juga sudah cukup membuatnya gemetar, perlu apa minta bala bantuan" Kau ini selalu mengoceh tidak karuan, kebanyakan orangnya Lam kiang Tay bong juga!"
Tangan kirinya dengan kecepatan bagaikan kilat, mendadak menerobos melalui ketiak Ho Hay Hong tangannya menekan bahunya.
Baru saja Ho Hay Hong hendak menjawab, mendadak bahunya dirasakan sakit, dengan kaki sempoyongan ia jatuh ketanah
Pada saat itu, sesosok bayangan kelabu mendadak melayang turun dari atas dengan menggunakan lengan jubahnya yang grombongan, mencegah serangan tamu aneh yang hendak dilancarkan kepada diri Ho Hay Hong yang sudah tidak berdaya.
"Kau tenang-tenang saja, jangan terburu napsu. Urusan ini biarlah aku sendiri yang membereskan . . . ." demikian bayangan orang itu berkata.
Orang itu tinggi besar, matanya bersinar ketika memandang orang-orang disekitarnya orang-orang itu pada ketakutan.
Luka Ho Hay Hong tidak terlalu parah hanya bahunya dirasakan sakit, seperti mau remuk. Pikirnya tulang bahunya pasti hancur mungkin lengannya akan bercacad. Sebagai pemuda berkepala batu, dengan menahan rasa sakitnya. ia lompat bangun, mengawasi orang tidak dikenal yang datang secara tiba-tiba itu.


Kampung Setan Karya Khulung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Muka orang itu sebagian besar tertutup oleh topinya yang lebar, tetapi kumis dibawah hidungnya sangat lebat. Rambut dikedua samping telinganya sudah beruban, dan ia tidak bisa melihat dengan nyata. Dapat dipastikan bahwa orang itu sudah lanjut usianya
Sejak munculnya orang tua itu. sikap galak tamu aneh itu mendadak berubah. Dengan sikap merendah ia berdiri disamping. Dari situ dapat diduga bahwa orang tua itu jauh lebih tinggi kedudukannya dari pada tamu aneh itu.
Kepandaian tamu aneh itu sudah hebat sekali, dan orang tua itu kedudukannya lebih tinggi lagi.
Anak buah Lam kiang Tay bong tidak ada yang berani bersuara, mereka hanya menyesalkan mengapa hingga saat itu, ia masih belum muncul. Kalau ia tidak datang, semua anak buahnya seperti terbenam dalam suasana tiada harapan untuk menolong diri sendiri
Anggota empat bintang, yang termasuk golongan termuda dari anak buah Lam Kiang Taybong, juga yang terhitung agak berani, coba berpikir hendak menempuh bahaya. Mereka saling berpandangan sejenak dengan serentak masing-masing menghunus senjata mereka.
Senjata itu terdiri dari empat jenis yang sangat ganjil, itu adalah senjata yang diciptakan oleh Lam Kiang Tay bong, khusus digunakan untuk anggauta empat bintang itu saja.
Senjata itu terdiri dari pedang yang terbuat dari besi murni, tiga yang lainnya adalah berbentuk papan papan catur, tulisan dan ukiran. Tiga jenis senjata itu terbuat dari bahan kulit yang hanya didapatkan didaerah Lam Kiang saja, kulit binatang itu sangat kokoh kuat, tahan api atau air.
Senjata apa saja, begitu bersentuhan dengan tiga jenis senjata aneh itu lantas tidak berdaya. Bagi orang biasa, jangan harap bisa menarik kembali senjatanya apabila sudah melekat dengan senjata aneh itu.
Maka empat anggota bintang yang masih muda belia itu, sejak muncul dikalangan Kang ouw, belum pernah menemukan tandingan.
Kini mereka berada dalam keadaan terpepet, sudah tentu hendak berlaku nekad. Dengan satu pikiran dan satu tujuan, mereka berdiri mengawasi dua musuhnya, untuk siap menghadapi segala kemungkinan.
Ho Hay Hong mendadak teringat si orang tua itu, semangatnya terbangun seketika.
"Kau adakah Kakek penjinak garuda." demikian satu pertanyaan meluncur keluar dari mulutnya.
Peristiwa di tepi danau Liok ing auw yang di lukiskan melalui keterangan Su-to Cian Hui, selalu di ingat oleh Ho Hay Hong.
Kini ketika berhadapan dengan orang yang dandanannya mirip seperti apa yang dilukiskan oleh Su to Cian Hui, Ia segera menduga siapa adanya orang tua itu.
Orang tua itu memandang Ho Hay Hong dengan sinar mata guram, jelas bahwa semangatnya menurun. Dengan singkat tapi tegas ia menjawab:
"Wajah kasar kakek penjinak garuda sudah lama menghilang dari dunia, aku adalah penghuni kampung setan!"
Ho Hay Hong tak mau percaya, katanya: "Kakek penjinak garuda, sudah terlalu lama aku mencarimu, dalam perjalanan mencari kau itu, juga aku telah mengalami berbagai kesulitan dan penderitaan. Kau jangan mengecewakan aku lagi. Kakek penjinak garuda. Kau harus mengaku terus terang, kau adalah manusia luar biasa dalam rimba persilatan, si kakek penjinak garuda!"
Orang tua rambut putih di desak terus oleh Ho Hay Hong, agar mengaku sebagai kakek penjinak garuda, tiba-tiba jadi naik darah.
"Aku beritahukan padamu, kakek penjinak garuda sudah lama mati, kalau kau masih banyak mulut, jangan sesalkan aku nanti tidak pandang dirimu lagi!"
Ho Hay Hong merasa bingung, mengapa kakek dari kampung setan ini begitu mendengar nama kakek penjinak garuda lantas marah Apakah dalam hal ini ada terkandung suatu rahasia besar"
Sebagai seorang muda yang beradat keras dan kepala batu, ia tidak kena digertak begitu saja, lalu berkata tegas:
"Sekalipun kau hajar aku sampai mati, aku juga akan tetap anggap kau kakek penjinak garuda. Kakek penjinak garuda, ditepi danau Liok ing ouw kau telah memancing orang berbagai partai untuk berkumpul, kemudian kau adu domba sesama mereka, apakah maksudmu yang sebenarnya?"
Orang tua itu marah sekali, orang tidak melihat bagaimana ia bergerak. Ho Hay Hong sendiri juga belum melihat dengan tegas, tahu-tahu lengan tangannya sudah terpegang olehnya.
Gerakan itu bagi siorang tua sendiri merupakan suatu gerak biasa, meskipun usianya sudah lanjut, tetapi tenaganya kuat sekali, segera tangan Ho Hay Hong yang terpegang olehnya di rasakan sakit sekali, sepertinya bagaikan dijepit oleh bahan keras.
Oleh karenanya, maka Ho Hay Hong yang coba mempertahankan rasa sakitnya sampai mengucurkan keringat dingin, tubuhnya menggigil.
Tetapi, ia selamanya tak pernah minta ampun walau golok di tanggalkan diatas leher sekalipun.
Menderita, baginya sudah merupakan kebiasaan. Selama belajar ilmu silat digunung Ho lan san, segala penderitaan sudah pernah dialaminya, ia betul-betul seorang muda matang dalam gemblengan.
"Kakek penjinak garuda, sudah sepuluh tahun lebih kau tidak muncul dikalangan Kang ouw. Apa sebetulnya yang kau lakukan selama dalam persembunyianmu itu?" demikian ia bertanya.
Mulut orang tua itu mengeluarkan suara siulan perlahan, dari angkara muncul burung garuda raksasa itu, yang melayang turun dan berhenti disamping Ho Hay Hong Burung garuda itu seolah-olah sudah terdidik baik oleh orang tua itu, untuk menuruti segala perintahnya. Dengan tiba-tiba paruhnya yang tajam mematok dada Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong menjerit dan jatuh ditanah, telinganya mendengar suara orang sedang memaki dirinya. Karena semangatnya sudah runtuh, ia hanya mendengar kata-kata seperti anak haram yang sangat jahat dengan hak engkau hendak hidup, bangsat bajingan." dan sebagainya.
Mendengar kata-kata yang menyakiti hatinya, perasaan pedih dalam hatinya lebih hebat daripada rata sakit pada tubuhnya. Pikirannya kalut, hampir saja ia pingsan.
Pemuda empat bintang lompat dari empat penjuru, mengurung siorang tua dengan senjata ditangan. Tetapi siorang tua seolah-olah tidak menghiraukan gertakan empat pemuda itu.
Ia membiarkan dirinya dibuat bulan-bulanan senjata empat bintang, tapi sedikitpun ia tidak terganggu. Mulutnya menggumam sendiri: "Lam kiang Taybong terhitung manusia apa" Sewaktu namaku sudah dikenal ia masih merupakan anak-anak baru umur tiga tahun. Dia juga berani mengejar anak gadisku, sungguh ia tak tahu diri."
Ho Hay Hong tiba-tiba lompat bangun, berkata dengan suara keras:
"Semua mundur, aku hendak bicara!" Dengan mata menatap wajah si orang tua ia berkata lagi sambil tertawa dingin:
"Kakek penjinak garuda, kau jangan bangga dulu! Gadis kaki telanjang itu terjatuh dalam tanganku, mati hidupnya tergantung dengan sepatah perkataanku. Kalau demikian menghina diriku. Hm, ia juga tidak akan mengalami nasib baik !"
"Aku bukan kakek penjinak garuda! berkata orang tua itu dengan suara amat keras, "kalau kau berani mengganggu anak gadisku seujung rambutnya saja, batok kepala Lam kiang Tay bong sebentar akan berada didepan matamu. Kalau kau tidak percaya, boleh coba !"
"Belum tentu." jawab Ho Hay Hong sambil tertawa dingin.
Ia sebetulnya hendak menjelaskan bahwa tidak ada hubungannya dengannya Lam-kiang Tay bong, tiba-tiba dari tempat tidak jauh tampak api berkobar, dari empat penjuru terdengar suara hiruk pikuk: "Lempar batu .lempar batu." dan kata-kata kode rahasia golongan Lempar batu, yang diucapkan saling menyusul.
Akal baik timbul dalam otak Ho Hay Hong tanpa banyak pikir lagi, ia lantas berseru:
"Lempar batu Lempar batu.!" dan kode kode rahasia itu dapat didengarnya dari mulut Srigala kuning Hek Tek.
Orang banyak itu ketika mendengar seruan Ho Hay Hong, nampak terkejut. Hanya burung garuda raksasa itu, setelah mendapat tanda isyarat dari tamu aneh baju kelabu itu mendadak terbang tinggi, terus menyerbu tempat suara orang banyak itu.
Tidak jauh dari tempat itu, segera terdengar suara orang bertanya: "Sahabat, aku adalah anak buah cabang kedua belas, saudara dari mana, lekas menjawab!"
Tidak perduli benar atau tidak, Ho Hay Hong dan lantas menjawab: "Aku adalah pengurus cabang sungai Bang ce kiang, si Srigala kuning Hek Tek. Lekas utus orang mengundang Chim kiam sianseng datang kemari, tempat ini sangat gawat!"
Terdengar pula suara orang menanya Ia "Saudara Hek Tek minta tunggu sebentar, kita orang akan datang dengan segera!"
Sebentar kemudian, dari berbagai penjuru terdengar suara keresekan, suatu tanda banyak orang sedang bergerak.
Akan tetapi, Ho Hay Hong tidak melihat bayangan seorangpun juga, dari tempat yang tidak jauh telah terdengar suara ribut-ribut, kemudian disusul oleh suara jeritan yang jelas itu adalah perbuatan garuda raksasa yang sedang menerkam para korbannya.
"Kakek penjinak garuda, apakah kau sudah tidak menginginkan pedang pusaka garuda saktimu lagi?"
"Apa" pedang pusaka garuda sakti berada ditanganmu?" bertanya orang tua itu heran, kemudian berpaling kepada orang aneh berbaju kelabu dan bertanya kepadanya:
"Katakan, apa sebetulnya yang telah terjadi?"
Orang itu gelagapan, lama baru bisa menjawab:
"Itu adalah urusan adik, tidak ada sangkut pautnya denganku!"
Mata orang tua itu nampak beringas, sejenak ia mengawasi keadaan disekitarnya, kemudian berkata dengan suara, keras: "Apa tidak ada sangkut pautnya denganmu" Barang dijaga oleh kamu orang berdua, bagaimana bisa diambil oleh orang lain" Bukankah kau pernah mengatakan bahwa barang itu sudah disimpan baik-baik" Apakah semua itu hanya bohong belaka?"
Orang aneh itu berkata sambil menundukkan kepala:
"Bukan, itu adalah maksud adik, aku tidak berani membohongi kau!"
Wajah orang tua itu nampak sangat bengis, katanya:
"Oh, anak itu juga sudah belajar membohongi aku, aku harus hajar dia!"
Ho Hay Hong yang mendengarkan pembicaraan mereka, mendapat firasat tidak beres. Meskipun ia sendiri tidak mengetahui sebab musababnya, tetapi ia tahu benar bahwa ia sendiri dengan tidak langsung telah mencelakakan diri gadis kaki telanjang itu, maka seketika itu hatinya merasa cemas, ia buru-buru memberi keterangan:
"Pedang garuda sakti itu adalah aku yang mencuri dari kampung setan, sedikitpun tidak ada sangkut pautnya dengannya."
"Oh, ini lebih mengherankan lagi," berkata orang tua itu sambil tertawa dingin, "kau bisa keluar dari daerah terlarang yang terjaga keras" Apakah benar kau memiliki kepandaian luar biasa?"
Kemudian berpaling dan bertanya kepada orang aneh berbaju kelabu:
"Orang ini keluar masuk kampung setan! Agaknya ia tidak mendapat rintangan. Apakah kau pernah menggeledah dirinya?"
Orang aneh itu merasa ragu-ragu. matanya berputaran, akhirnya ia memaksakan diri untuk menjawab:
"Lihat sih memang sudah melihat, tetapi ia berada ditangan adik, aku kira adik akan membunuhnya, tak kusangka adik telah melepaskan dia!"
"Ketika ia melepaskannya, apa kau tidak berada disitu?"
"Tidak semua itu adalah perbuatan adik seorang."
"Kau telah menimpahkan semua tanggung jawab kepada diri adikmu seorang, ini sesungguhnya tidak adil,"
"Kakek penjinak garuda, kedatanganku inilah yang benar, kau harus mendengar keteranganku, pedang itu akulah yang mencuri, setelah itu aku pergi sedikitpun tidak ada sangkut pautnya dengannya" berkata Ho Hay Hong.
"Mengapa kau selalu melindungi dia, apakah dalam hal ini ada sebabnya?" berkata orang tua itu dingin.
Ho Hay Hong tidak menjawab, ia sendiri sebetulnya juga tidak mengerti mengapa ia demikian keras hasratnya membela gadis itu. Setelah berpikir lagi sejenak, akhirnya ia menjawab juga:
"Aku kira dia adalah satu-satunya yang masih mempunyai perasaan manusia diantara orang-orang dalam kampung setan."
"Kau katakan tidak ada hubungan dengannya, mengapa kau mengetahui sifatnya" Apakah kau kira aku boleh kau permainkan" Ataukah kau rela menanggung dosa lain orang supaya mendapat ketenangan hatinya ?" Berkata orang tua itu.
Ucapan orang tua itu sesungguhnya sangat tajam, sehingga Ho Hay Hong tidak dapat memikirkan suatu jawaban yang tepat untuk menjawab, ia hanya dapat menjawab:
"Aku terhadapnya sedikitpun tidak mengandung maksud apa-apa. Kau jangan salah melihat orang, tentang perkenalanku dengan dia hanya secara kebetulan saja, yang melihatnya sepintar lalu, waktu ia sedang menjalankan tugas untuk kau, batok kepala jago tua she Hok dan anaknya."
"Batok kepala tiga orang itu" Ha. ha." Berkata orang tua itu, suara tertawanya itu meskipun tidak nyaring, tetapi dalam pendengaran telinga orang lain sangat menusuk telinga.
Dengan tiba-tiba, orang tua itu berhenti tertawa, matanya yang tajam seolah-olah menekan apa-apa. lalu mata itu dialihkan ke arah barat.
Pada waktu itu orang aneh berpakaian kelabu itu tiba-tiba lompat tinggi lima enam tombak, ditengah udara, bagaikan seekor burung elang terbang berputaran, ia berkata dengan suara nyaring:
"Adik jangan cemas, aku datang!" Baru sekian detik ia menutup mulut, dua sosok bayangan manusia datang dengan tiba-tiba.
Orang pertama datang rambutnya terurai, dengan wajah letih. Begitu melihat orang tua rambut putih lantas menghampirinya, seolah-olah bertemu dengan orang tua yang dicintainya. Dengan berseru, ia menubruk dalam pelukannya. Orang itu tak lain dari pada sigadis kaki telanjang.
Dibelakangnya diikuti oleh seorang tua rambut putih tetapi wajahnya masih seperti anak-anak, hanya hidungnya melengkung seperti burung betet, orang tua itu sedang terpegat oleh orang aneh berpakaian kelabu tadi. Karena masing-masing tidak mau mengalah, keduanya lantas baku hantam sendiri.
Kepandaian orang aneh berbaju kelabu yang luar biasa tingginya, saat itu barulah benar-benar disaksikan oleh orang banyak, kalau bukan karena Ho Hay Hong yang menghalangi disitu, barangkali akan meminta banyak korban.
Saat itu empat bintang dan delapan pengawal, mulai hilang rasa takutnya, rasa takut itu diganti oleh perasaan dan sikap gembira, dengan penuh pengharapan mereka berdiri sebagai penonton.
Ho Hay Hong yang menyaksikan itu dalam hati segera timbul suatu perasaan. Karena melihat kepandaian yang sangat tinggi dari orang tua yang hidungnya melengkung itu, ia menduga bahwa orang tua itu pasti adalah Lam kiang Tay-bong sendiri.
Gadis kaki telanjang itu mengundurkan diri dari dalam pelukan si orang tua. Ketika ia angkat muka, matanya berhadapan dengan Ho Hay Hong. Seketika itu matanya terbuka lebar. Lama ia menatapnya dengan perasaan cemas. Ho Hay Hong tidak mengerti, ia menunjukkan sikap heran.
Mata kakek penjinak garuda selanya itu selalu ditujukan kepada si orang tua hidung melengkung itu, namun mulutnya berkata kepada gadis kaki telanjang:
"Anak, bicaralah terus terang, pedang pusaka garuda sakti itu, betulkah dia yang mencuri ?"
Gadis itu membuka matanya lebar-lebar, ia berkata dengan perasaan heran:
"Yah, urusan ini apakah dia yang menceriterakan ?"
"Anak, mengapa kau tidak memberitahukan kepadaku?"
"Ayah, orang ini jahat sekali, paling tidak bisa pegang janjinya ! Aku sangat menyesal tidak mendengar perkataanmu, sehingga terjadi kejadian seperti ini, orang ini beberapa hari berselang mencuri pedang pusaka garuda sakti dari dalam kampung setan. Ketika aku menemukannya, pedang pusaka sudah tidak berada didalam badannya, maka aku terpaksa membohongi kau, dan melepaskan dirinya. Tak kusangka Ia tidak boleh percaya, lama ia membohongi aku . . ."
Belum lagi habis ucapannya, disitu sudah tambah satu orang, ketika semua orang menyaksikan kedatangan orang itu. semua terkejut, mata mereka dengan bergantian memandang orang yang baru datang, yang ternyata adalah Tang-siang Sucu, dan dengan Ho Hay Hong, mereka tidak dapat membedakan mana Tang siang Sucu yang tulen dan yang palsu !
Gadis kaki telanjang berseru kaget:
"Dia."
Matanya beralih kewajah Ho Hay Hong, sikapnya menunjukkan perasaan keheran-heranan.
Tang siang Sucu memandang Ho Hay Hong sejenak, mendadak berkata sambil tertawa:
"Bagus, saudara kembali kubertemu lagi denganmu, manusia benar-benar dimana saja bisa bertemu!"
Gadis kaki telanjang itu agaknya baru mengerti duduk perkara, ia berkata kepada Ho Hay Hong:
"Kaubukan dia.?" Ho Hay Hong tahu bahwa ia telah menganggap Tang Siang Sucu sebagai dirinya, ia sebetulnya tidak ingin memberi penjelasan, tetapi setelah ditegor demikian akhirnya ia menerangkan juga:
"Benar aku dengannya sangat mirip dan kau pasti salah faham."
"Nona ini tentunya ada hubungan denganmu, ketika melihat aku lantas minta pedang, aku menjadi heran, lantas saling berdebat, dan akhirnya karena saling tidak mau mengalah, lantas menggunakan kekerasan" Berkata Tang siang Sucu.
Gadis kaki telanjang itu kini tersadar, Ia merasa kemalu-maluan.
Ho Hay Hong mengawasi gadis itu sejenak, lalu berkata kepadanya:
"Anak buah Chim Kiam Sian Seng berada tidak jauh disekitar kita. harap kau suka perintahkan garuda saktimu supaya menghentikan penyerangan, agar aku dapat minta kembali pedang garuda sakti dari tangan Chim Kiam Sian Seng! Tentang ini kau harap maafkan diriku, batas waktu hanya tinggal satu hari kalau lewat hari ini berarti aku kehilangan percaya darimu, maka aku terpaksa berkata terus terang saja kepadamu."
Gadis kaki telanjang itu dengan suara sangat perlahan menceritakan keterangan Ho Hay Hong kepada orang tua rambut putih Orang tua itu meskipun nampaknya tidak senang, tetapi menurut juga untuk memanggil pulang burung garudanya.
Tak lama kemudian, sekelompok orang-orang Kang ouw muncul dari berbagai penjuru. Tetapi ketika orang orang itu menyaksikan apa yang telah terjadi, semua tertegun tidak berani maju lagi.
Akhirnya, mata orang banyak itu tertuju ke mayat Srigala kuning Heng Tek. wajah mereka berubah seketika, masing-masing segera menghunus senjata dan membentak kepada orang tua rambut putih.
"Hai kau tua bangka ini sesudah mengandalkan burung-burung menyerang kita. kembali membunuh saudara kita dari cabang Hok san, apakah kau tidak pernah dengar nama Lempar Batu ?"
"Kamu anak anak kecil ini benar-benar tidak mempunyai mata, lekas panggil Chim Kiam, aku hendak hajar dia!"
Semua orang yang mendengar kata kata jumawa itu pada marah, dengan serentak melakukan penyerangan.
Ho Hay Hong cepat mencegah seraya berkata.
"Dia adalah kakek penakluk garuda, siapa yang tidak takut mati, boleh juga lawan?"
Dengan sinar mata dingin ia melirik Kakek penjinak garuda, di bawah sinar rembulan, tampak topinya menutup mukanya makin rendah, hingga jangan harap dapat melihat ekspresi dimukanya.
Ucapan Ho Hay Hong ini mengejutkan orang-orang dari golongan Lempar batu, semuanya berdiri terpaku, tiada satupun yang berani buka suara.
"Sebaiknya kalian minta Chim Kiam Sian Seng yang datang sendiri untuk berurusan dengannya, kalian bukan tandingannya"
Tiada seorangpun yang berani membantah, hanya salah satu diantaranya yang coba memberi keterangan:
"Hari ini adalah hari ulang tahun golongan kita akan mengadakan perjalanan ke berbagai cabangnya. Tadi kita telah dengar berita, mungkin sebentar lagi akan tiba."
Tang siang Sucu menghampiri Ho Hay Hong berkata sambil tertawa cengar cengir: "Saudara, kau dengan Cie lui Kiamkhek mempunyai hubungan persahabatan baik. aku rasa putrinya Su to Cian hui, juga baik hubungannya denganmu. Aku juga ia sudah ikut namamu."
Ho Hay Hong sangat jemu terhadap pemuda yang ceriwis ini.
Bentrok Rimba Persilatan 11 Peristiwa Bulu Merak Karya Gu Long Harpa Iblis Jari Sakti 7

Cari Blog Ini