Ceritasilat Novel Online

Kelelawar Hijau 10

Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong Bagian 10


melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan
perasaan hati sendiri dan membinasakan dirimu" .
"Aku dapat memahami sikap cianpwee tersebut, aku
tahu cianpwee berbuat demikian hanya ingin menakut2i
diriku belaka. sebab buat seorang pendekar besar, seorang
Enghiong hohan, tak mungkin ia bersedia melakukan suatu
perbuatan yang akhirnya akan disesalkan sepanjang masa"
Ketua perkumpulan bulu hijau tak sanggup menahan diri
lagi. laksana sambaran kilat ia melancarkan sebuah
gaplokan keras yang tepat bersarang diatas pipi Lam-kong
Pak. Dengan sempoyongan sianak muda itu mundur dua
langkah kebelakang, noda darah mengotori ujung bibirnya.
sambil menahan sakit ia berseru:
"Kalau memang demikian adanya, lebih baik aku tidak
terima pemberian catatanmu itu. cianpwee selamat tinggal."
Habis berkata ia putar badan dan segera berlalu darisana
dengan langkah lebar.
Selama hidup belum pernah Ketua perkumpulan bulu
hijau temui seorang pemuda yang berwatak begitu keras
kepala, tanpa sadar ia tertegun dibuatnya, sambil
memandang lembaran kertas diatas tanah jago lihay ini tak
tahu apa yang musti dilakukan olehnya
Perasaan hatinya pada saat ini sangat kalut dan
bertentangan satu sama lainnya. rasa sayang dan
mendongkol bercampur aduk menjadi satu. ia sayang
kepada Lam-kong Pak tapi membencinya pula karena dia
adalah putra kesayangan dan Lam-kong Liu, ia hendak
membenci Lam-kong pak tapi pemuda itu adalah putra
tunggal Sun Han Siang.
Mau benci tak dapat membenci, mau sayang tak dapat
sayang. karena pengaruh emosi seluruh wajahnya berubah
hebat. Tapi akhirnya dia menghela napas panjang. dipungutnya
lembaran kertas diatas tanah itu dan dalam beberapa
loncatan kemudian ia sudah menyusul pemuda itu serunya:
"Hey bocah muda, ambil kertas ini?"
Dengan mulut membungkam Lam-kong Pak menerima
lembaran kertas itu, ketua perkumpulan bulu hijau
melepaskan pula jubah luarnya diserahkan kepadanya,
pemuda itu kembali menerimanya .
"cianpwee" ia berkata kemudian, "ada satu persoalan
yang ingin kutanyakan kepadamu, aku harap cianpwee
suka memberi keterangan kepadaku"
"Tanyalah aku tak akan membuat engkau jadi keCewa"
Nada ucapannya begitu lembut dan ramah, sedikitpun
tidak menunjukkan sikap palsunya seperti dahulu, sebab
dahulu ia selalu menggunakan gerak gerik yang aneh untuk
merahasiakan asal usulnya, maka sering kali jago tua ini
memperdengarkan suara tertawa haha-hihi yang lucu dan
menyeramkan. Terdengar Lam-kong Pak berkata:
"Belum lama berselang, dalam pertemuan besar manusia
tembaga semuanya telah hadir delapan orang manusia
tembaga. salah satu diantaranya adalah aku. yang lain
adalah cianpwee dan yang ketiga adalah kakek ombak
menggulung, selain itu masih ada sisa lima orang, dua
diantaranya adalah Padri naga dan imam harimau. tiga
orang terakhir dua diantaranya kemungkinan adalah
ayahku Lam-kong Liu serta guruku Lu It Beng. siapa sih
orang yang terakhir?"
"Dialah orang yang memiliki senjata payung sengkala
paling pertama...."
"Tentang soal itu aku sudah tahu, yang kutanyakan siapa
kah orang itu?" kalau toh dia pandai memainkan jurus2
serangan payung sengkala. itu berarti orang tersebut
mempunyai hubungan yang akrab sekali dengan cu
cianpwee" "Dialah kakek tua berpakaian desa yang pernah kau
jumpai..." sekali lagi Lam-kong Pak mengangguk berulang
kali. "Aku telah menduga bahwa kemungkinm besar dia
adalah kakek desa tersebut, tapi siapa kah kakek desa itu
sendiri?""
"Dia adalah Mega hitam pengejar rembulan oei ci Hu"
Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar Lamkong Pak
menjerit kaget dan sampai mundur tiga langkah kebelakang,
serunya dengan suara tertahan:
"Apa" dia adalah oei cianpwee" atau dengan perkataan
lain sahabat karib dari Siao yan Peng cianpwee dimasa
lampau?""
Ketua perkumpulan bulu hijau mendengus dingin,
"Hmm ucapanmu benar."
Dengan sedih Lam-kong Pak menundukkan kepalanya
rendah2. "Karena kurang hati2, aku telah membuyarkan hawa
murni bayi sakti yang sedang, dilatih olehnya sehingga
merusak hasil latihannya selama enam puluh tahun, hingga
kini aku tetap merasa tak tenang hati karena peristiwa itu"
Sekali lagi Ketua perkumpulan bulu hijau mendengus
dingin. jelas ia sama sekali tidak menaruh perasaan
simpatik atau kasihan terhadap Awan gelap pengejar
rembulan oei ci Hu.
"Menurut kabar berita yang tersiar dalam dunia
persilatan, katanya oei cianpwee adalah sahabat karib dari
Siao-yan Peng cianpwee" kata Lam-kong Pak lebih jauh,
"sewaktu aku terjerumus kedalam kawah gunung berapi
tempo hari, nona cu telah berpesan kepadaku agar menaruh
perhatian khusus terhadap diri cianpwee serta usahakan
untuk menemukan kembali jejaknya, dari sini cukup
membuktikan bahwa hubungan kekeluargaan dari kedua
belah pihaK cukup akrab. kenapa engkau malah
menujukkan sikap tidak puas atas diri oei- cianpwee"
apakah antara engkau dengan dirinya pernah terikat oleh
dendam atau sakit hati?""
"Untuk sementara waktu persoalan ini tak dapat
kuberitahukan padamu." ujar ketua perkumpulan bulu hijau
dengan nada dingin, "tapi aku hendak memperingatkan
akan satu hal, meskipun kepandaian silat dari kakek ombak
menggulung masih belum cukup untuk merajai kolong
langit, tapi suhengnya bintang yang bertaburan diangkasa
Liok Hoa Seng adalah seorang manusia yang sangat
berbahaya sekali kelihayan ilmu silat yang dimilikinya sukar
diukur dengan kata2, menurut apa yang kudengar ilmu silat
yang dimiliki kakek ombak menggulung didapatkan dari
kakak seperguruannya ini, dari sini bisa dibayangkan betapa
lihay dan luar biasanya orang itu"
"Ilmu silatnya adalah...."
"Kun tun-liat-hwee Ji-gi-kang atau gabungan dua hawa
murni ombak menggulung dan kobaran api dahsyat"
Lam-kong Pak terperangah sesudah mendengar jawaban
ini dengan keheranan ia berseru: "Aneh benar sebutan dari
kepandaian ampuhnya itu?""
"Nama itu digunakan bagi ilmu silat yang dimilikinya
dimasa silam, kini ia sudah mencapai taraf baru yang jauh
lebih dahsyat lagi, ia sebut kepandaiannya sebagai ilmu
Sam-seng-kang atau kepandaian tiga bintang."
"Apa sih yang dinamakan ilmu tiga bintang itu?""
"Ketika jagad tercipta tiada suatu benda apapun yang
ada dibawah kolong langit, kejadian setelah muncul
matahari. rembulan dan bintang tiga sumber cahaya
barulah benda dan mahkluk kehidupan tercipta, ilmu silat
yang ia ciptakan tidak lain diubah dan dicipta sesuai dengan
perubahan alam semesta,jika dibandingkan dengan ilmu
gabungan dua hawa murni ombak menggulung kobaran api
dahsyat maka kepandaian yang dimilikinya sekarang jauh
lebih lihay"
"Apakah julukannya sebagai bintang yang bertaburan
diangkasa sesuai dengan kepandaian sam-seng-kang yang
dikuasainya itu"
"ooooh tidak karena mukanya bopeng maka disebut
orang sebagai Bintang yang bertaburan diangkasa"
"Setelah itu apa cianpwee akan kembali keperkumpulan
bulu hijaumu itu?""
"Tentu saja, perkumpulan itu kudirikan dengan susah
payah, sekarang aku masih belum ada minat untuk
melepaskannya. hey bocah muda sampai jumpa lain kali."
Habis beekata iaputar badan dan berlalu darisana.....
Sepeninggalnya ketua perkumpulan bulu hijau Lam-kong
Pak mengenakan jubah luar pemberian itu ternjata pakaian
itu cocok dengan perawakan tubuhnya. .
Berpikir pulang pergi ia merasa bahwa ketua
perkumpulan bulu hijau pastilah ayah cu Li Yap atau suami
dari cu Hong Hong yakni Siau-yan Peng.
Tapi permusuhan apakah yang sudah terjadi antara
Ketua perkumpulan bulu hijau dengan Awan gelap.
pengejar rembulan oei ci Hu?"
orang itu tak bersedia melepaskan ayahnya Lam-kong
Liu tapi menyayangi dirinya kenapa ia bersikap demikian"
suatu masalah pelik yang cukup memusingkan kepalanya.
Lam kong Pak berpikir lebih jauh ia merasa perselisihan
paham antara orang itu dengan ayahnya dapat diketahui
dari mulut cu Hong Hong bila ia tanyakan persoalan ini
kepadanya, selain itu orang tersebut menaruh kesan yang
baik kepada ibunya kenapa begitu"
Tiba2 ia teringat kembali perbuatan dari tiga orang
manusia tembaga yang merampas pergi Suma Ing.
sehenarnya apa maksud dan tujuan mereka" kalau diantara
kedua orang itu benar2 adalah ayahnya Lam-kong Liu serta
gurunya Lu It Beng, maka tujuan mereka melarikan Suma
Ing pastilah hendak memberi kesempatan hidup lebih jauh
kepadanya. Tapi manusia durjana itu sudah kehilangan liangsimnya,
ia kejam bagaikan seekor ular beracun, selama ia bergaul
dengan ayah serta gurunya berarti setiap saat kedua orang
itu terancam oleh mara bahaya,
Berpikir sampai disitu hatinya bergetar keras. Ia harus
segera temukan kembali manusia2 tembaga itu, selain itu ia
teringat kembali aan nasib dari Sun Han Siang sekalian
yang tak menentu. sekeliling tempat kebakaran telah
dicarinya dengan teliti, api telah padam namun tak sesosok
mayatpun yang berhasil ia temukan diantara puing2 yang
berserakan itu. Pemuda itu segera berpikir kembali
"Sekarang ini perutku yang terluka belum sembuh, sekali
pun berhasil kutemukan mereka belum tentu bisa
membantu apa2 kepada mereka, labih baik cari tempat
untuk menyembuhkan luka dalamku saja.
Maka iapun teringat kembali akan lembah terpencil yang
pernah digunakan olehnya sebagai tempat latihan- tempat
itu jauh dari keramaian dan tak pernah didatangi oleh
manusia, itulah tempat yang paling baik untuk
menyembuhkan luka yang dideritanya.
Setelah mempersiapkan rangsum keesokan harinya
berangkatlah pemuda itu menuju ke lembah terpencil, tapi
karena isi perutnya yang terluka amat parah. terpaksa
digunakannya seutas tali rotan yang panjang untuk
menuruni tebing yang dalam itu.
Suasana dalam lembah terpencil itu tak ada bedanya
dengan keadaan semula, satu2nya yang berubah adalah
pohon kecil itu, daun2an telah gugur semua dan kini hanya
tergantung sebiji buah besar yang berbentuk aneh.
Buah itu besarnya seperti mangkuk. warnanya kuning
jeruk dan agak gepeng. nampaknya buah itu sudah masak
dan hampir jatuh. Dalam hati Lam-kong Pak segera
berpikir: " Daun pohon itu adalah sebuah benda mustika yang
langka dikolong langit, buahnya pasti tak ternilai
harganya..."
Diamatinya buah itu dengan lebih seksama, dalam buah
agaknya terdapat cairan yang bergerak kesana kemari. di
tengah cairan tersebut se-akan2 terdapat beberapa titik
hitam yang sedang ber-gerak2. titik hitam itu mirip sekali
dengan ber-puluh2 ular kecil berwarna hitam.
Bau harum semerbik menyebar keempat penjuru, ranting
yang menggantung buah itu sudah retak sedikit, rupanya
sebentar lagi akan terjatuh keatas tanah.
Dengan kedua belah tangannya pemuda itu memegang
buah besar itu. lalu menggigit dan membuat sebuah lubang
kecil diatas buah tadi. kemudian dihisap kuat2 sari yang
mengandung dalam buah itu.
"Sruup,.." cairan dalam buah itu mengalir masuk
kedalam perutnya dan terasa segar, nyaman dan nikmat
sekali, sama sekali tidak mengandung bau dan rasa aneh
dari dedaunannya.
Lam-kong Pak mengisap buah itu berulang kali sehingga
kulit buah menjadi berkeriput dan kempes. saat itulah
secara lapat2 ia merasakan adanya biji2an diantara cairan
itu, ketika digigit dengan giginya berbunyi germerutukan
yang amat nyaring.
Selain itu. pemuda itupun mulai merasakan sesuatu yang
ber-gerak2 dalam mulut serta perutnya, se-akan2 terdapat
be-ratus2 ekor ulat kecil yang sedang merangkak kian
kemari. kejadian ini seketika membuat hatinya amat
terperanjat. Dengan cepat kulit buah yang berkeriput serta kempes itu
diperiksa dengan seksama, mendadak ia menjerit kaget dan
mundur selangkah kebelakang. rasa mual dan ingin muntah
menyerang tubuhnya.
Ternyata diantara cairan buah tadi terdapat ber-puluh2
ekor ulat kecil berwarna hitam, tubuhnya hitam pekat dan
memancarkan cahaya yang berkilauan.
Lam-kong pak ingin muntahkan kembali isiperutaya
namun tak berhasil, ia tahu entah berapa ratus ulat kecil
masuk kedalam perutnya, pemuda itu tak menyangka kalau
buah tersebut telah berulat, dengan hati sedih diam2 ia
memaki akan keteledoran dan kegegabahan tindak
tanduknya. Kini pemuda itu rasa kan ulat2 kecil tersebut telah
berhenti bergerak, sedangkan buah yang keriput diatas
pohonpun sudah jatuh keatas tanah. meluncur jadi cairan


Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan lenyap terserap dalam tanah.
Dalam keadaan begini Lam-kong Pak hanya bisa berpikir
dalam hati kecilnya:
"Kalau rejeki sudah pasti bukan bencana, kalau bencana
tak mungkin bisa kuhindari. Pasrah deh sama nasib"
ia berjalan ketepi kolam kecil, meneguk sedikit sumber
air, kemudian masuk kedalam gua karang.
Baru saja pemuda itu akan duduk bersemedi untuk
melihat bayi saktinya setingkat lebih maju mendadak satu
ingatan berkelebat dalam benaknya, ia teringat kembali
padri naga serta imam harimnu pernah berlatih ilmu pula
ditempat ini, dengan begitu bukankah berarti kecuali gua
karang ini masih ada gua lain yang jauh lebih rahasia
letaknya" Tanpa berpikir panjang lagi ia keluar gua karang itu dan
berjalan menuju kearah lain, tak lama kemudian ia benar2
menemukan sebuah gua yarg bentuknya lebih besar.
Setelah masuk kedalam gua sejauh kurang lebih tiga lima
puluh tombak udara disekitar situ kian lama kian bertambah
panas bahkan sering kali terdengar suara deruan api seakan2
ada kobaran api yang terhembus angin,
Goa itu makin kedalam menjorok makin kebawah
udarapun kian lama kian bertambah panas ketika meraba
dinding terasa panas menyengat badan, kejadian ini
membuat hatinya amat terkejut pikirnya :
"Diluar gua hawa udara terasa sangat nyaman kenapa
dalam gua ini begitu panas hingga menyengat badan"
jangan2 mulut gua ini adalah sebuat kawah gunung
berapi?""
Diam2 ia merasakan bahwa selama ini beberapa li sudah
dilewatkan tanpa terasa, sekujur badannya basah kuyup
oleh air keringat, membuat kepalanya nanar dan matanya
ber-kunang2. se-akan2 tubuhnya dipanggang diatas sebuah
tungku api, Dengan wataknya yang seras kepala, hanya ada jalan
maju tak ada jalan mundur, makin sulit persoalan yang
dihadapi makin besar hasratnya untuk memecahkan
persoalan itu. Setelah berjalan lebih jauh kedepan, tubuhnya benar2
terasa amat panas bagaikan ada diatas tungku, tapi pemuda
itu sempat merasakan adanya gulungan angin dingin
berhembus lewat dari arah yang lain- karena itulah
meskipun suhu udara disana lebih panaspun tidak sampai
menghanguskan badan.
Tiba2 ia kaget hingga berdiri terperangah, pakaian yang
dikenakan diatas tubuhnya hancur jadi abu ketika
terhembus angin- hancuran pakaian itu berhamburan diatas
tanah membuat sianak muda itu dalam waktu singkat sudah
berada dalam keadaan telanjang bulat.
Dalam keadaan seperti itu hampir saja pemuda itu
kehilangan semangatnya urtuk melanjutkan perjalanan tapi
setelah jauh masuk kedalam gua apakah dia harus
membatalkan niatnya itu ditengah jalan" Lagi pula
kendatipun suhu udara dalam gua itu panas sekali sehingga
pakaiannya hancur ber-keping2 namun tubuhnya sama
sekali tidak merasakan sesuatu apapun..
Perjalanan selanjutnya kembali pemuda itu menyururi
gua itu masuk jauh lebih kedalam tak lama kemudian
sepatunya hancur menjadi abu membuat pemuda itu
telanjang total dari atas sampai kebawah kakinya.
Dalam keadaan begini Lam-kong Pak benar-benar dibuat
kehabisan akal, mau menangis tak bisa mau tertawa pun tak
dapat, pikirnya.
"Untung disini tak ada orang kalau tidak niscaya orang2
akan memaki aku sebagai seorang yang tak tahu malu,"
Diatas tubuhnya kini tinggal sebuah senjata tanduk naga
yang masih tergantung diatas pinggang, ketika tanduk naga
itu membentur dinding gua. batu putih berguguran diatas
tanah dan berubah jadi bubuk halus, ketika berhembus
angin bubuk itu tersebar ke-mana2 dan lenyap tak berbekas.
Tapi pemuda itu masih nekad untuk melanjutkan
perjalanannya, keringat yang mengucur keluar telah
membasahi seluruh tubuhnya. asap hijau mengepul
keangkasa disertai bau sangit daging manusia yang
terbakar. Tapi telapak kaki Lam-kong pak sama sekali tidak
terluka, ia percaya seandainya tiada air keringat yang
mengiring suhu badan, niscaya tubuhnya sudah terluka..
Mungkin kesemuanya ini adalah kasiat dari buah ajaib
tadi?" Seratus langkah lebih kedepan sampailah pemuda itu
disuatu tempat yang bidang dan terbuka. jilatan api
membara ditengah sebuah gua besar. luasnya hanya lima
enam tombak membuat batuan diatas gua pun jadi merah
Kobaran api itu berada dibawah dinding gua, daerah
sekitar tiga tombak tak mungkin bisa didekati lagi, pada
dinding gua terpancanglah selembar batu tayli yang terukir
tulisan2 lembut ketika didekati maka terbacalah isinya:
"Gua ini sebagai kawah gunung berapi yang lelaknya
dibawah tanah. merupakan pintu kesorga kesegaranbanyak
orang yang berjalan tapi tak mau maju kedepan
hingga kehilangan kesempatan baik untuk mengunjungi
Istana bumi Tee Sim piat-hu, orang yang teguh iman setelah
tinggalkan gua ini diam2 bersyukur. orang yang beradat
keras tapi tidak memiliki tenaga dalam yang cukup tangguh
atau karena luka dalam belum sembuh, masuk kemari
berarti menempuh mara bahaya. Aaai.. banyak orang di
kolong langit yang sebenarnya lemah tapi mampu
dilakukan, mekeka tak tahu adat keras tapi tak kuat badan
itu berarti hanya mencari kematian bagi diri sendiri. oleh
sebab itulah kuanjurkan kepada setiap pendatang,jika tidak
memiliki kemampuan yang luar biasa. janganlah sekali
punya ingatan untuk masuk kedalam gua ini. meskipun
istana Tee sim piat-hu hanya berjarak beberapa jengkal
namun kenyataan ibarat perbedaan diantara alam baka dan
dunia. Dalam kolong langit dewasa ini hanya satu orang
mampu masuk kedalam istana Tee-sim-piat-hu, orang itu
adalah Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng,
tapi sayang orang itu berwatak jahat dan suka mencelakai
umat manusia...."
Sampai disitu tulisannya jadi kabur, rupanya ada
seseorang yang sengaja menghapur tulisan tersebut.
Timbullah rasa ingin tahu dalam hati Lam-kong Pak,
ditinjau dari tulisan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa istana Tee-sim-piat-hu agaknya berada dalam gua
kawah api itu, tapi kenapa mereka katakan gua yang panas
sebagai dunia kesegaran" Apakah istana Tee-sim-piat-hu
yang dimaksudkan sebagai dunia kesegaran?" siapakah
pemilik istana Tee-sim-piat-hu tersebut?"
Diam-diam Lam-kong Pak memperhitungkan jarak gua
api itu. ia merasa panjang gua itu lima enam tombak, dan
sisi kiri kanannya merupakan dinding gua yang tak
mungkin bisa digunakan sebagai tempat berpijak. itu berarti
dia harus melayang keudara dan membentuk gerakan
setengah busur...
Dengan ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya
sekarang, asal tidak terluka saja maka untuk berbuat
demikin bukanlah suatu pekerjaan yang menyulitkan, tapi
dalam keadaannya pada saat ini mau tak mau dia harus
berpikir dua kali.
Hawa murninja disalurkan mengelilingi seluruh badan,
ia rasakan semuanya beres dan berjalan lancar, kenyataan
ini sangat menggembirakan hatinya, ia percaya keadaan
tersebut pastilah merupakan hasil kasiat dari buah besar
tersebut. Setelah memantapkan hati. dia enjotkan badan dan
meluncur kedalam gua api itu, dia hanya ingin melihat
macam apakah bentuk gua berapi itu dan belum tentu akan
memasuki istana Tee-simpiat-hu.
Siapa tahu api yang berkobar dalam gua itu merupakan
api alam yang tak pernah padam dalam seribu tahun. suhu
panasnya amat tinggi hingga sebuah lempengan besipun
akan meleleh dibuatnya:
Kendatipun tenaga dalam yang dimiliki Lam-kong Pak
lebih tinggipun. tubuhnya tetap terdiri dari darah daging. ia
merasakan suatu sengatan hawa panas yang sangat aneh
dan menusuk hati, membuat kepalanya nanar dan seluruh
kekuatan tubuhnya lenyap tak berbekas.
Tercekat hatinya menghadapi kejadian itu, pemuda itu
sadar apabila tubuhnya sampai tercebur kedalam gua api
itu, niscaya badannya akan hancur lebur dan sama sekali
tak tertinggal tubuh kasarnya, padahal mati hidup orang
tuanya belum ketahuan- bencana dalam dunia persilatan
pun belum diatasi, kematian dalam keadaan seperti ini
boleh dibilang sama sekali tak ada harganya.
Kecerdasan dan keteguhan iman seseorang teriihat dikala
orang itu sedang menghadapi mara bahaya, mesKipun amat
terperanjat namun pemuda itu sama sekali tidak gugup
ataupun gelisah, dengan cepat ia berkelit kesamping sambil
mengawasi keadaan didalam gua dengan lebih seksama.
Tampaklah gua api itu terbagi jadi dua, sebelah kiri
merupakan gua api yang sedang berkobar dengan hebatnya,
sedangkan sebelah kanan merupakan sebuah gua gelap yang
tak terlihat dasarnya.
Tubuhnya pada saat itu sedang meluncur kearah gua
berapi tersebut pemuda itu segera berpikir:
"Kalau tubuhku terjerumus kedalam gua berapi itu
niscaya kehidupanku akan musnah disana, sebaliknya kalau
melayang kedalam gua gelap itu maka siapa tahu kalau aku
masih punya harapan untuk melanjutkan hidup,"
Pikiran semacam itu berkelebat dalam benaknya, cepat
bagaikan sambaran petir sepasang lengannya segera
digertakan dan tubuhnya menyingkir kesamping senjata
tanduk naganya berputar diangkasa membuat badannya
bergeser lima enam depa kearah samping kanan dan
meluncur masuk kedalam gua,
Setelah masuk kedalam gua itu pemuda tersebut
merapikan dirinya se-akan2 telah memasuki dunia lain
hawa dingin sejuk merangsang tubuhnya, pemuda itu
merasa se-akan2 ia sedang berendam dalam air yang segar
dan dingin tak dingin panas tak panas suatu hawa udara
yang nyaman. Daya luncur tubuhnya kian lama kian bertambah cepat
deruan angin tajam memekikkan telinga, walaupun Lamkong
Pak menentang matanya ia tak mampu melihat
sesuatu apa pun, pikirnya dihati:
"Entah di bawah gua ini merupakan karang atau air" tapi
yang jelas apapun dasar gua ini riwayat hidupku telah
berakhir" Gua itu sangat dalam dan mencapai beberapa li jauhnya,
jangan dikata teriakannya tak akan terdengar oleh siapapun
sekalipun kedengaran siapa yang akan datang menolong
dirinya" apa lagi lembah itu terpencil letaknya paling
banyak hanya tiga empat orang saja yang mengetahui letak
lembah tersebut.
" Habislah sudah riwayatku" diam2 pemuda itu
mengeluh. Mendadak pemuda itu rasakan pandangan matanya jadi
terang, bahkan tubuhnya mulai meluncur diatas dinding
yang dilapis oleh lumut hijau setebal beberapa cun karena
keadaan itulah badannya se-akan2 sedang meluncur diatas
sebuah permadani.
Kendatipun begitu daya luncur tubuhnya sama sekali
tidak berkurang kalau tidak diusahakan mengerem
walaupun dasar gua adalah air paling sedikit tubuhnya
bakal terbanting hingga setengah mati.
Setelah mempunyai kesempatan untuk melanjutkan
hidup pemuda itu segera berusaha mati2an untuk
mempertahankan hidupnya, tanduk naga yang berada
didalam genggamannya ditusukan berulang kali diatas
permukaan lumut hijau itu, setelah ditusukan berulang kali
maka daya luncur badanpun jauh makin berkurang,
"Pluuung" tubuhnya ternyata tercebur kedalam sebuah
kolam yang penuh dengan mahkluk-mahkluk bulatan yang
lunak dan mengembung bagaikan bola.
Ketika ia muncul kembali diatas permukaan air
mulutnya penuh dengan mahluk gelembung bulat itu
bahkan dengan cepatnya meluncur masuk kedalam perut
dan terasa bau amis yang memualkan.
Ternyata pemuda itu berada ditengah sebuah kolam
kecil, diatas kolam terapung ber-ribu2 ekor mahkluk bulat
yang berwarna merah bagaikan buah kelengkeng bentuknya
mirip sekali dengan telur ikan dan baunya amis
memualkan. Dengan susah payah Lam-kong Pak merangkak keluar
dari kolam itu ia merasa tubuhnya sama sekali tak cedera,
hanya saja telur2 ikan yang terlanjur masuk kedalam
perutnya terasa asin sekali.
Setelah memeriksa keadaan disekitar tempat itu. diam2
pemuda itu makin keheranan dibuatnya, ternyata ditepi
kolam kecil itu terdapat sebuah kolam yang amat besar,
luasnya mencapai puluhan tombak dan dalamnya sukar
diukur, hawa dingin yang menusuk tulang terhembus keluar
dari kolam itu. ternyata sebab munculnya hawa dingin
itulah yang membuat gua ditepi kawah itu terasa nyaman
bukan main- Tiba-tiba Lam-kong Pak menemukan sesuatu yang aneh,
tampaklah dua ekor ikan leihi yang besar dan berwarni
keemas-emasan sedang berhenti diantara kolam besar dan
kolam kecil, berpuluh-puluh butir telur ikan berhamburan
dari anus mereka dan mengalir kedalam kolam kecil,
Sekarang Lam-kong Pak baru tahu bahwa mahkluk bulat
yang berada dalam kolam kecil itu ternyata adalah telurtelur
ikan leihi besar, belum pernah ia lihat tiga jalur garis
merah diatas punggungnya.
Keanehan bukan terbatas sampai disitu saja. ditepi kolam
besar dan kolam kecil masing-masing terdapat sebidang
hutan batu yang rucing2 dan menjulang keatas bagaikan
sebuah tiang dengan lebar satu depa sebab luas hutan batu
runcing itu mencapai lima enam tombak lebih. . . .Ditengah2


Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hutan batu duduklah tiga orang kakek tua yang
bertubuh telanjang, masing2 duduk berbentuk segi tiga
ditengah kerumunan batu runcing tersebut, paras muka
mereka merah padam. sepasang mata terpejam dan
tubuhnya berwarna kuning.
Kalau ditinjau dari paras muka mereka yang merah segar
jelas ketiga orang itu masih hidup, tapi kalau ditinjau dari
badannya yang sudah layu, kering dan berwarna kuning,
jelas membuktikan kalau mereka sudah lama mati, karena
pakaian yang mereka kenakan sudah hancur jadi abu dan
tersebar disekeliling tempat mereka duduk.
Lam-kong Pak mengamati ketiga orang itu lebih seksama
lagi. mendadak dia menjerit kaget karena terkejutnya,
ternyata secara lapat2 ia saksikan jantung mereka bertiga
masih berdenyut dengan normal, itu menunjukkan kalau
ketiga orang kakek tua itu masih hidup,
Tapi dengan jelas pantat ketiga orang itu sudah
ditembusi batu runcing yang mungkin telah menembusi
perutnya, mana mungkin mereka masih berada dalam
keadaan hidup. Dengan penuh ke-ragu2an Lam-kong Pak meneliti sekali
lagi dengan lebih cermat. sedikitpun tak salah, jantung
ketiga orang itu masih bergetar.
Suatu kejadian yang sangat aneh. Sambil memandang
dua ekor ikan leihi besar dan telur2 ikannya, lalu
memandang pula tiga orang kakek tua yang tak diketahui
mati hidupnya sianak muda itu gelengkan kepalanya
berulang kali. Tiga orang itu duduk dengan posisi segitiga, masing2
mengeluarkan telapaknya yang ditempelkan satu sama
lainnya. telapak yang berada dipaling bawah
menghadapkan sang telapak keatas, sedang dua lainnya
yang ada diatas menghadapkan telapak kearah bawah, apa
artinya itu?""
Tiba2 terdengar bunyi gemerisik bergema tidak jauh dari
tempat itu, dengan hati terkesiap Lam-kong Pak berpikir
dalam hati: "Mungkinkah dalam goa kuno ini masih sembunyi
mahkluk aneh lainnya?""
Dengan cekatan ia bersembunyi dibelakang sebuah batu
besar kemudian melongok keluar, tampaklah seekor ular
raksasa berwarna hitam pekat bergerak mendekat dengan
cepatnya. Ular itu berwarna hitam pekat dan sama sekali tidak
terselip warna lainnya, binatang itu boleh dihitung terhitung
seekor ular yang langka sekali dikolong langit, panjangnya
tiga tombak dengan besar badannya seperti tong air,
lidahnya menjulur kesana kemari dengan tampang yang
bengis. Meskipun Lam-kong Pak memiliki ilmu silat yang amat
tinggi namun tak urung hatinya terasa bergidik juga
menjumpai binatang yang menyeramkan itu, sebab bentuk
ular aneh itu sangat mengerikan sekujur badannya berkilat
panjang tubuhnya mencapai beberapa tombak dan dalam
waktu singkat ia sudah tiba ditepi hutan batu itu.
"Jangan2 ular aneh itu hendak melahap ketiga sosok
mayat tersebut?"" pikir Lam-kong Pak dihati.
Tapi sesudah dipandang dengan cermat keadaan itu
sama sekali tidak mirip. pada waktu itu ular aneh tadi
sedang mengangkat kepalanya mengawasi ketiga orang
kakek tersebut, sikapnya sama sekali tak bengis bahkan dari
matanya malahan mengucurkan dua titik air mata.
Terperangahlah Lam-kong Pak menghadapi kejadian itu.
pikirnya dihati:
"MungkinKah ular ini sudah berakal cerdik hingga
mampu mengucurkan air mata" dari sini dapatlah kuduga
bahwa ular ini kemungkinan besar dipelihara oleh ketiga
kakek tua itu"
Dalam pada itu setelah mengamati sebentar ketiga orang
kakek tua itu. ular aneh tersebut segera meluncur masuk
kedalam telaga kecil, mulutnya dipentang lebar2 dan
menghisap tiga butir telor ikan setelah itu ia meluncur
kembali kearah hutan batu.
Tatkala tiba disisi hutan batu tadi, ular tadi nampaknya
ragu2 sejenak akhirnya ia ambil keputusan dan melanjutkan
gerakannya merambat kedalam hutan batu itu.
"Kreees... kreeess.. " perut ular itu tersayat oleh ujung2
batu runcing yang berserakan disekitar tempat itu hingga
robek dan hancur, darah berceceran di-mana2.
Tapi ular itu sama sekali tidak berhenti merambat, ia
tetap bergerak terus mendekati tiga orang kakek tua
itu...."Krees kreeess" perut ular itu makin tersayat dan luka
akibat goresan pun semakin dalam.
Lam-kong Pak terbelalak menyaksikan adegan yang
mengerikan itu, mulutnya melongo dan badannya
menjublak. mungkinkah ular aneh itu berkorban demi
majikannya?"
Ketika tiba ditepi badan tiga orang kakek tua itu. kulit
perutnya sudah tersayat hancur, darah mengalir di-mana2
menciptakan suatu pemandangan yang sangat memilukan
hati. Tampaklah ular itu angkat kepalanya dan mendekati
kakek pertama. dengan lidahnya yang berwarna merah ia
membuka mulut kakek itu kemudian muntahkan sebutir
telur ikan kedalam mulut kakek itu.
Memandang sampai kesitu diam2 Lam-kong Pak
menaruh rasa kagum dan hormat terhadap ular itu
meskipun hanya seekor binatang tapi kerelaannya
berkorban untuk mahkluk lain cukup mengharukan hati ia
percaya diantara ratusan orang mungkin belum tentu bisa
temukan orang seperti ular ini.
Ambil contoh diri Suma Ing bukan saja ia tidak
membalas budi orang tua bahkan setiap kali berusaha
membunuh saudara sendiri dan menganiaya orang tuanya
jika dibandingkan dengan ular ini boleh dibilang bagaikan
langit dan bumi.
Setelah memasukkan telor2 ikan itu kedalam mulut tiga
orang kakek tadi ular itu meluncur kembali ketepi telaga
keadaannya sudah amat lemah dan rupanya hampir tak
tahan. Dengan susah payah ular itu merangkak masuk kedalam
telaga begitu tercebur kedalam air ia pentangkan mulutnya
melahap telur2 ikan itu dalam waktu singkat separuh
diantaranya sudah masuk kedalam perutnya....
Lam-kong Pak gelengkan kepala berulang kali, pikirnya:
"Aaai.. meskipun perjalanan yang kutempuh pada saat ini
amat berbahaya dan penuh ancaman maut, tapi dapat
melihat begitu banyak kejadian aneh, boleb dibilang
perjalanan yang kutempuh kali ini bukanlah suatu
perjalanan yang sia2..."
Setelah melahap telur2 ikan itu, kurang lebih setengah
jam kemudian ular itu merambat keluar dari kolam itu,
hampir saja Lam-kong Pak menjerit saking kagetnya,
ternyata perut sang ular yang semula tersayat sampai
hancur, kini sudah pulih kembali seperti sedia kala.
= =ooooocoo= = LAM KONG PAK benar2 merasa terkejut bercampur
keheranan, ditinjau dari sini dapat diketahui bahwa telur
ikan itu merupakan benda mustika yang amat langka
dikolong langit. sedangkan dua ekor ikan leihi besar itu
pastilah benda mustika yang telah berusia seribu tahun
lamanya, Sambil mendongakkan kepala ular itu merambat keatas
bukit dan sekejap mata kemudian telah lenyap dari
pandangan. Sementara Lam-kong Pak masih terkejut bercampur
sangsi, mendadak tampak olehnya lambung ketiga orang
kalek tua itu mulai bergerak naik turun tiada hentinya, jelas
mereka sudah mulai bernapas.
Bukan begitu saja, kulit badan mereka yang telah
mengering dan berwarna kuning pucat itupun mulai dialiri
oleh darah sehingga mulai berwarna semu merah. Tiba2
terdengar salah seorang kakek tua itu menghembuskan
napas panjang dan mengeluh: "Aaai... tiga tahun kembali
sudah lewat"
"Kalau dihitung dengan jari. kita sudah melewati sepuluh
kali tiga tahun" sambung dua orang kakek tua lainnya.
Lam-kong Pak yang mendengar pembicaraan itu merasa
amat terperanjat, "sepuluh tiga tahun" bukankah itu berarti
tiga puluh tahun" " benarkah ketiga orang kakek tua itu
sudah tiga puluh tahun lamanya duduk disana" suatu berita
yang sangit tak masuk diakaL.."
SALAH seorang diantara ketiga orang kakek tua itu
membuka matanya lebar2 kemudian berseru dengan suara
berat "Apakah kalian mencium bau manusia asing ditempat
ini?""
Dua orang kakek orang tua lainnya segera menghirup
napas panjang2 kemudian menjawab:
"Ehmmm ucapanmu sedikitpun tak salah bukan saja aku
mencium bau manusia asing bahkan aku tahu dia adalah
seorang pria yang masih muda belia"
Hampir saja Lam-kong Pak tak berani mempercayai
telinga sendiri, seseorang dengan andalkan daya penciuman
bukan saja dapat mengetahui kalau ditempat kegelapan
bersembunyi seseorang bahkan mereka bisa membedakan
seorang pria atau wanita. Kakek tua yang pertama kali buka
suara itu segera bukaa suara lagi. "Bocah muda kenapa
masih belum juga munculkan diri?""
Sambil keraskan kepala terpaksa Lam-kong Pak
munculkan diri dari tempat persembunyiannya, sambil
membari hormat kepada tiga orang kakek itu, ujarnya :
"Aku yang muda memberi hormat untuk cianpwee
bertiga, harap cianpwee bertiga merasa tidak terganggu oleh
kehadiranku ditempat ini "^
Tiga orang kakek tua itu memandang sekejap kearahnya.
paras muka mereka semua tunjukan perasaan kaget
bercampur keheranan- salah satu diantaranya segera
menegur: "Bocah muda apakah engkau turun dari mulut
gua berapi itu?"
"Benar" sahut pemuda itu sambil mengangguk.
"Dengan membawa maksud tujuan apakah engkau turun
kemari?" "Aku yang muda sedang menderita luka dalam yang
parah. maksudku hendak menyembuhkan luka dalam
lembah terpencil diluar goa ini, tapi kemudian kutemukan
gua ini. karena rasa ingin tahu dan ingin kulihat macam
apakah bentuk diri gua berapi ini. maka aku segera
berangkat kemari, siapa tahu badanku dipanggang oleh api
yang dahsyat sehingga tak kuat menahan diri. badanku
terjerumus kebawah dan hampir saja tercebur kedalam
kobaran api dahsyat itu, untung meskipun menghadapi
bahaya aku tidak sampai gugup, segera kumiringkan tubuh
hingga akhirnya tercebur kedalam gua ini." Kakek tua itu
segera berpaling kearah dua orang rekan lainnya. kemudian
bertanya, "Menurut perkiraan kalian berdua. apakah dia
bohong atau tidak?""
"Aku rasa ia tidak bohong, tapi bocah muda ini berwatak
tinggi hati dan sombong sekali, sudah jelas dia bukan
termasuk manusia segolongan dengan kita"
"Lalu apa yang hendak kalian berdua lakukan untuk
menyelisaikan masalah bocah muda?"
"Tancapkan saja badannya datas tiang batu ini, dan
temani kita untuk duduk selama beberapa tahun disini"
Mendengar perkataan itu, diam2 Lam-kong Pak
mendengus dingin, hatinya panas dan sangat mendongkol.
Rupanya salah seorang diantara tiga orang kakek tua itu
dapat menebak perasaan hatnya, ia segera menegur:
"Hmm rupanya engkau masih tak rela hati yaa?"
"Tidak rela juga tak bisa, bagaimanapun juga Loo-hek
toh bisa menundukkan dirinya" sambung dua orang kakek
tua lainnya. Sekali lagi Lam-kong Pak merasakan hatinya bergetar
keras, ia mengerti bahwa Loo-hek yang dimaksud mereka
pastilah ular yang sangat besar hitam itu, timbullah
perasaan tak senang dalam hati sianak muda itu terhadap
apa yang dikatakan tiga orang Kakek tua itu barusan,
serunya dengan suara dalam
"Dengan andalkan apa cianpwee bertiga hendak
menghukum aku yang muda?""
"Engkau berani masuk istana Tee-sim-piat-hu kami tanpa
ijin, berani curi makan telur ikan leihi bergaris merah yang
kami pelihara. dan sekarang telah menyaksikan penderitaan
kami yang tak terkirakan ini, tentu saja engkau tak boleh
dilepaskan dengan begitu saja"
"Aku toh tidak sengaja terjatuh kedalam goa ini?" teriak
Lam-kong Pak dengan suara keras. "sedangkan soal makan
beberapa butir telur ikan itu . .Huuh terus terang saja
kukatakan, sampai sekarangpun perutku masih mual dan
ingin muntah aku sama sekali tiada minat untuk mencari
keuntungan tersebut"
"Tahukah engkau betapa berharganya telur2 ikan leihi
bergaris merah itu?""
"Aku yang muda tak tahu, apakah engkau bersedia untuk
memberi penjelasan?""
"Kedua ekor ikan leihi bergaris merah ini merupakan
binatang mustika yang tertinggal dari jaman Toa Gi
menanggulangi banjir tempo dulu. sewaktu Toa Gi sedang
menangani masalah banjir disebelah selatan kerisenan
denan Lok-yang, ia temukan beribu2 ekor ikan leihi sedang
berusaha meloncati dinding karang ditebing Beng-bun-san,
namun kebanyakan diantaranya tak mampu melompati
rintangan batu karang itu kecuali dua ekor ikan leihi
bergaris merah ini saja yang berhasil mencapai puncak bukit
yang tinggi itu, seorang panglima perang anak buah Toa Gi
yang bernama ciang Siu merasa bahwa dua ekor ikan leihi
ini sangat berlainan dengan ikan lainnya, seCara diam2 ia
Curi ikan tersebut dan dipeliharanya dalam telaga ini.
karena itulah bukit Beng-bun-san kini dirubah menjadi bukit
liong-bun-san coba bayangkan saja. kedua ekor ikan leihi ini


Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah berumur beberapa ribu tahun, telur yang dihasilkan
olehnya pasti mempunyai kasiat yang luar biasa, asal
makan satu butir saja maka tenaga dalamnya akan
memperoleh kemajuan bagaikan beriatih selama dua puluh
tahun lamanya."
Mendengar keterangan tersebut, Lam-kong Pak merasa
sangat terperanjat, lalu berseru:
"Aku yang muda sama sekali tiada maksud untuk curi
makan benda mustika itu. harap cianpwee bertiga suka
memberi maaf atas perbuatan ini."
"Engkau anak murid siapa?"" tanya salah seorang kakek
tua diantaranya.
"Aku yang muda adalah murid dari siau-yau sianseng Lu
It Beng." Tiga orang kakek tua itu saling berpandangan sekejap
lalu gelengkaa kepalanya berulang kali.
"Belum pernah kami dengar nama besar orang ini"
katanya hampir berbareng, "mungkin hanya seorang
manusia yang tak dikenal dari dunia persilatan."
Lam-kong Pak merasa amat tak senang hati mendengar
perkataan itu, dengan suara dalam ia segera berseru:
"cianpwee bertiga, apakah kalian tak merasa bahwa
ucapan kalian itu kelewat sombong dan tekebur?" .
Kakek tua itu mendesis lirih, ia tidak menggubris
pertanyaan pemuda itu, sebaliknya malah balik bertanya:
"Hey bocah muda. siapa yang telah melukai dirimu?"
"Kakek ombak menggulung"
Begitu mendengar nama itu, tiga orang kakek tua itu
sama2 merasakan hatinya bergetar keras, seru mereta
hampir berbareng: "sekarang orang itu ada dimana?""
Lam-kong Pak segera menceritakan semua
pengalamannya dari awal hingga akhir, setelah mendengar
kisah tersebut tiga orang kakek tua tersebut saling
berpandangan tanpa mengucapkan sepatah katapun, tiba2
mereka mencelat keatas dan tertawa ter-bahak2 begitu keras
dan panjang tertawanya hingga air matapun ikut
bercucuran. Salah satu kakek tua itu berseru:
"Hey bocah muda. pernahkah engkau bertemu dengan
bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng?"
"Aku hanya pernah mendengar nama orang itu tapi
belum pernah berjumpa muka, entah ada urusan apa
cianpwee mengungkap tentang orang itu?"
"Ingat" seru kakek tua itu dengan wajah ber-sungguh2,
"Sebelum payung sengkala terjatuh ketangan Bintang yang
bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng, engkau harus
berusaha untuk memperolehnya lebih dahulu sebab kalau
tidak maka akibatnya sukar dilukiskan dengan kata2...."
"Bolehkah aku tahu siapa nama besar cianpwee bertiga?"
dan apa pula hubungan antara Bintang yang bertaburan
diangkasa dengan cianpwee sekalian?""
Sekali lagi ketiga orang kakek tua itu menengadah dan
tertawa ter-bahak2, suaranya begitu menyeramkan sehingga
tidak mirip suara tertawa lagi, melainkan lebih mendekati
suara jeritan tangis yang memilukan. . . .
"Engkau tak usah tahu apa hubungan kami, ayoh cepat
kemari dan ambillah benda ini"
Tiga orang kakek tua itu kendorkan tangannya dan pada
tangan yang paling bawah tersembullah sebuah bola kecil
yang putih bersih bagaikan kumala dan menggumpal
bagaikan kabut. bentuknya indah dan menawan hati.
"Benda apakah itu?"" tanya Lam-kong pak keheranan,
"sebelum aku mengetahui jelas nama serta asal usul dari
cianpwee bertiga. aku tak sudi menerima pemberian atau
hadiah dari orang lain, aku harap kalian bersedia untuk
memakluminya."
"Haahh-haahh-haahh.." tiga orang kakek tua itu saling
berpandangan lalu tertawa tergelak.
Salah seorang diantaranya segera berkata dengan
lantang: "Rupanya kami bertiga memang sudah ditakdirkan untuk
menerima penderitaan dan siksaan seperti ini. Andaikata
engkau bocah muda datang pada puluhan tahun berselang,
tak mungkin kami akan merasakan siksaan serta
penderitaan yang tiada dikolong langit"
"Huuh. . . perkataan itu sama saja dengan perkataan
yang tak ada gunanya." seru kakek yang lain, "Bocah muda
ini baru berusia dua puluh tahunan, ketika kita menemui
bencana dan mulai menderita mungkin dia masih belum
dilahirkan oleh ibunya tapi untunglah persoalan yang sudah
terlambat masih sempat ditolong. sekarangpun rasanya
belum terlalu terlambat"
Dari pembicaraan antara ketiga orang kakek tua itu,
secara lapat2 Lam-kong Pak dapat menangkap bahwa
dimasa silam ketiga orang itu pernah mendapat celaka dan
dikurung orang dalam perut bumi. bahkan tubuh mereka
ditancapkan keatas batu runcing. meski dapat hidup selama
tiga puluh tahun lamanya tanpa mati, boleh dibilang
kejadian ini merupakan suatu peristiwa yang sangat aneh.
Tetapi setelah mengamati paras muka ketiga orang itu
yang rata- rata berwajah bengis dan menyeramkan, secara
diam-diam timbul perasaan waspada dalam hati kecilnya, ia
tak sudi menerima pemberian ataupun hadiah dari mereka
dengan begitu saja. Sementara itu terdengar salah seorang
diantara tiga kakek tua itu berkata: "Bagaimana pendapat
kalian berdua?"
"Selama hidup kita bertiga tak pernah buat kebajikan
barang sepotongpun, mungkin inilah hukum karma yang
harus dijalankan, tetapi selama dua orang durjana itu belum
disingkirkan dari muka bumi terus terang saja saya merasa
tak puas, lebih baik semua diputuskan oleh Toa-suheng
sendiri" Kakek tua itu anggukkan kepalanya.
"Benar, selamanya kita memang tak boleh membiarkan
dia ber-foya2 dan bersenang-senang sendiri, dengan dasar
tenaga dalam yang dimiliki bocah ini rasanya tak menjadi
persoalan untuk menyelesaikan masalah yang sedang kita
hadapi" Mendengar perkataan itu diam2 Lam-kong Pak
mendengus dingin pikirnya dihati.
"Enak benar kalau bicara, namapun kalian segan untuk
memberitahukan kepadaku, dan aku belum tahu apakah
kalian berasal dari kaum lurus atau kaum sesat.
dianggapnya aku bersedia kalian pergunakan dengan begitu
saja?" Sementara itu dengan suara yang berat dan dalam kakek
tua itu berkata lagi. "Bocah muda apakah engkau masih
ingin keluar dari sini dalam keadaan hidup?"
"Sebelum bibit bencana dalam dunia persilatan belum
dilenyapkan, aku tak mau mati dengan begitu saja, selama
masih ada harapan untuk melanjutkan hidup, aku pasti
akan menggunakan dengan se-baik2nya.."
"Baiklah kami akan berusaha untuk mengantar engkau
keluar dari tempat ini, pejamkanlah matamu dan terlaklah
"Matahari, Rembulan, Bintang sebanyak tiga kali, akan
kami lihat sampai dimanakah kelihayan tenaga dalam yang
berhasil kau miliki?"
Lam-kong Pak terperangah mendengar ucapan itu, dia
segera bertanya:
"Apa sih yang diartikan Matahari. Rembulan- Bintang?"
Kenapa aku harus menyebutkan Matahari. Rembulan,
Bintang?" Apakah tak boleh meneriakkan yang lain saja"
aku harus mencari tahu lebih dahulu tentang persoalan ini?"
"Baik terserah apa yang hendak kau teriakan- cuma saja
kalau kau meneriakkan Matahari. Rembulan dan Bintang.
karena nada suara yang berbeda yakni kata Matahari
suaranya merendah kata Rembulan bernada datar sedang
kata Bintang bernada tinggi. maka dari perbedaan irama
tersebut dapatlah kuketahui tingkatan tenaga dalam yang
kau miliki, berdasarkan perbedaan itupula kami bisa ambil
keputusan untuk menggunakan cara yang bagaimana untuk
menghantar engkau keluar dari gua ini..."
Lam-kong Pak merasa setengah percaya setengah tidak.
ia tak dapat menebak apa maksud yang sebenarnya dari
ketiga orang kakek itu yang menyuruh dia menerikkan
kata2 Matahari, Rembulan dan Bintang.
"Apa salahnya kalau aku teriakkan kata2 Matahari,
rembulan dan bintang?" pikir pemuda itu kemudian
didalam hati. Sekalipun begitu dalam hati kecilnya sianak muda itu
masih tetap menaruh curiga. kenapa dia harus pejamkan
matanya mungkinkah ketiga orang kakek tua ini akan
melancarkan sergapan kearahnya dikala ia sedang
pejamkan mata"
Sesudah selang beberapa saat lamanya pemuda itupun
bertanya dengan suara dalam: "Bagaimana kalau aku tak
usah pejamkan mata?"
"Tentu saja boleh cuma apabila engkau pejamkan mata
maka sorot mata yang tak dapat melihat sesuatu akan
membuat seluruh perhatianmu terpusatkan menjadi satu,
jika konsentrasimu baik maka tenaga dalampun bisa kau
kendalikan dengan baik. tapi... Andaikata engkau menaruh
curiga kepada kami dan takut disergap kami, tidak usah
pejam matapun tak apa, karena kami tak ingin membuat
hatimu menjadi gelisah dan merasa tak tenang hati"
"Baik" terlak Lam-kong Pak dengan suara keras, "Aku
akan pejamkan mata."
la segera pejamkan mata dia berteriak "Matahari.
Rembulan- Bintang, sebanyak tiga kali, baru saja teriakan
yang ketiga diutarakan keluar tiba-tiba pemuda itu
merasakan meluncur datangnya segulung desiran angin
tajam yang langsung menerjang kearah tubuhnya,
Ia merasa amat terperanjat dan buru2 berkelit satu
langkah kesamping matanya dibentangkan lebar2
Tapi sayang tindakan itu terlambat selangkah segumpal
bulatan telur yang dingin dan licin tahu2 sudah masuk
kedalam mulutnya menggelinding masuk kedalam perut.
Dari terkejut pemuda itu jadi amat gusar segera terlaknya
keras2: "Menyergap orang dengan cara yang rendah dan
terkutuk dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa engkau
adalah seorang manusia yang benar2 tak tahu malu."
Tiga orang kakek itu tertawa ter-bahak.
"Haaahhh.-.haaahh...haahah...." sekarang engkau boleh
berlalu dari sini"
"Benda apakah yang barusan kau lemparkan kedalam
mulutku itu?" tanya Lam-kong Pak dengan suara dalam.
"Benda itu merupakan obat racun yang paling keji
dikolong langit, meskipun obat itu sangat beracun namun
mendatangkan pula satu manfaat yang besar bagimu, kalau
engkau ingin mati maka setiap saat setiap detik dapat mati,
seandainya engkau ingin membinasakan seorang jago
persilatan yang amat lihay dan pernah menggetarkan
seluruh kolong langit maka setiap saat engkaupun dapat
melakukannya semua perbuatan hanya tergantung pada
lintasan ingatanmu yang pertama mau percaya atau tidak
terserah pada dirimu sendiri lain kali engkau akan
mengetahui dengan sendirinya."
Makin mendengar Lam-kong Pak makin kebingungan
dan tak habis mengerti dengan suara keras ia segera
berterlak: "sebetulnya benda apakah yang telah kalian berikan
kepadaku tadi?""
"Tok-si-lip"
Sekali lagi Lam-kong Pak terperangah dibuatnya belum
pernah ia dengar benda yang disebut racun Tok-si-lip
tersebut, dia hanya tahu diantara kalangan kaum buddha
yang hidup sederhana dan tak pernah mencampuri urusan
orang lain setelah melakukan pertapaannya selama
beberapa waktu mereka akan mendapatkan Si-lip-cu makin
tinggi imamnya semakin banyak Si-lip-cu yang dimiliki.
Perlu diketahui si-lip-cu dalam bahasa Hindunya
bernama Sarira atau sisa tulang dari Buddha.
"Belum pernah aku dengar kalau Si-lip-cu mengandung
racun" ujar Lam-kong pak kemudian"Itulah yang dikatakan olehku sebagai benda yang paling
aneh dan paling beracun, pokoknya berhasil atau gagalnya
tergantung pada kemauan hatimu sendiri lain kali engkau
akan menjadi paham dengan sendirinya, sekarang keluarlah
dahulu dari tempat ini seandainya dikemudian hari engkau
akan datang kemari maka teriaklah Matahari, rembulan dan
bintang sebanyak tiga kali dimuka gua berapi itu, Loo-heK.
akan datang menjemput dirimu."
Tercekat hati Lam-kong Pak mendengarkan perkataan
itu. pikirnya: "Loo-hek yang dimaksudkan tentulah ular hitam yang
sangat basar itu, dia yang akan menyambut kedatanganku?"
masa ia tak takut dengan api....?""
sementara itu kakek tua tersebut telah bersiul nyaring
diiringi suara desisan yang nyaring entah dari mana
datangnya tahu2 ular raksasa berwarna hitam itu sudah
munculkan diri dihadapan mereka semua sambil
memandang kearah tiga orang kakek tua itu, ular tersebut
berdiri tak berkutik se-akan2 menantikan perintah.
Kakek tua kembali memperdengarkan beberapa nada
siulan yang sederhana, ular raksasa berwarna hitam itu
segera merambat kemulut gua dan melingkarkan tubuhnya
diatas permukaan tanah, sementara badan dan kepalanya
meluncur keatas hingga mencapai ketinggian lima enam
depa lebih dari atas permukaan tanah.
"Pergilah" kata kakek tua itu, "Loo-hek akan mengantar
engkau keluar dari gua ini asal engkau bisa loncat naik atas
kepala loo-hek itu sudah lebih dari cukup,"
Sekali lagi Lam-kong Pak merasa amat terperanjat,
"andaikata mahkluk besar itu sampai menunjukan sifat
biasanya bukankah dia akan dicaplok kedalam mulutnya?""
berpikir akan ancaman bahaya tersebut untuk beberapa saat
lamanya sianak muda itu jadi ragu2. Tiba2 terdengar kakek
tua itu berseru,
"Karena hatimu baik, watakmu mulia dan sikappun
ksatria, maka kubebankan tugas yang besar ini keatas


Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pundakmu. sungguh tak nyana engkau adalah seorang
manusia bernyali kecil, kalau begini macam watakmu mana
bisa menyelesaikan urusan besar, sekarang aku malahan
merasa agak menyesal"
Satu ingatan berkelebat dalam benak Lam-kong Pak. dia
segera berkata^
"cianpwee bertiga. tolong tanya benda yang aku telan
tadi apakah benda yang berada dalam genggaman kalian
bertiga" apakah kalian ada maksud untuk menyempurnakan
diriku?" "Tak usah banyak bertanya, lain kali engkau akan
mengetahui dengan sendirinya"
Lam-kong Pak memberi hormat kepada tiga orang kakek
tua itu kemudian dengan cepat loncat naik keatas kepala
ular raksasa warna hitam itu. meskipun dia bukan seorang
pemuda yang bernyali kecil, tetapi sekali berhadapan
dengan mahkluk raksasa yang berwajah bengis serta
menyeramkan itu, terutama sekali badannya yang licin dan
berminyak. tak urung perasaan hatinya merasa agak ketir
juga . Baru saja kakinya menginjak diatas kepala ular tersebut,
mendadak ular raksasa berwarna hitam itu mendongakkan
kepalanya ke atas dan membuat badannya terpental
ketengah udara. begitu keras dan dahsyatnya tenaga
pentalan tersebut membuat badannya bagaikan anak panah
yang terlepas dari busurnya segera meluncur ke tengah
udara melayang keluar dari gua tersebut.
Tubuhnya seketika merasa amat panas sekali dan tahu2
tubuhnya sudah keluar dari goa gelap itu, melayang diatas
gua berapi dan meluncur ketempat luar.
Buru2 pemuda itu tarik napas panjang2 dengan gerakan
turun burung walet terbang diangkasa ia segera melayang
turun keatas permukaan tanah.
Setelah selamat keluar dari gua tersebut, pemuda itu
menghembuskan napas panjang2, sekali lagi ia menengok
kearah tulisan yang terukir diatas dinding gua tersebut:
".....dikolong langit dewasa ini, hanya Bintang yang
bertaburan diangkasa Liok Hoa seng seorang yang dapat
memasuki istana Tee-sim-piat-hu..."
satu ingatan berkelebat dalam benak Lam-kong pak. apa
maksud ketiga orang kakek tua itu meninggalkan tulisan
yang bernada demikian" andaikata Liok Hoa Seng bintang
bertaburan diangkasa benar2 bisa memasuki istana Tee-simpiathu, kenapa tiga orang kakek tua itu menulisnya diatas
dinding" apakah mereka sengaja meninggalkan tulisan
tersebut untuk memancing kedatangan bintang yang
bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng sehingga memasuki
istana Tee-sim-piat-hu" andaikata dugaannya ini tidak
keliru, itu berarti ketiga orang kakek tua itu pasti
mempunyai ikatan dendam atau sakit dengan Bintang yang
bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng.
Disamping itu kakek tua tersebut pernah mengatakan
kalau dia ingin mati maka kematian akan tiba mengikuti
ingatan yang berkelebat dalam benaknya, sebaliknya kalau
ingin membinasakan seorang jago lihay yang tak terkirakan
kedahsyatan ilmu silat maka perbuatan itupun bisa
dilakukan mengikuti berkelebatnya ingatan tersebut. tentang
soal ini Lam-kong Pak hingga kali ini masih juga belum
paham. Sesudah keluar dari gua, pemuda itu berpikir dalam
hatinya. Sebenarnya tujuanku datang kemari adalah untuk
menyembuhkan luka dalam yang sedang kuderita tapi
setelah mengalami penemuan aneh ini rasanya luka dalam
yang kuderita telah sembuh dengan sendirinya,
kemungkinan itulah berkat kasiat dari telur ikan leihi
bergaris merah yang tak sengaja kumakan.
Sekarang pemuda itu tidak memikirkan untuk berlatih
ilmu bayi Kim-kong lagi, dia harus segera pergi mencari
Jejak ibunya dan sekalian manusia tembaga, sebab apabila
payung sengkala dibiarkan derada dalam cekalan Kakek
ombak menggulung maka keadaan tersebut selamanya akan
merupakan ancaman bahaya bagi keselamatan seluruh
umat persilatan dikolong langit.
Sesudah keluar dari lembah terpencil, untuk beberapa
saat lamanya Lam-kong Pak merasa bingung dan tak tahu
kemana ia harus pergi, sebab Sun Han Siang sekalian tak
mempunyai tempat tinggal yang tetap.
sementara dia masih bingung, tiba2 teringat kembali
olehnya akan diri Ketua perkumpulan bulu hijau, sekarang
ia sudah menaruh kesan yang sangat baik terhadap ketua
perkumpulan bulu hijau itu, dalam perkiraannya
kemungkinan besar Ketua perkumpulan bulu hijau bukan
lain adalah suami dari cu Hong Hong atau yang lebih
dikenal sebagai Sian yan Peng.
Dalam keadaan tiada arah tujuan, akhirnya pemuda itu
membeli seperangkat pakaian dari rumah pemburu yang
berada disekitar itu, kemudian berputar mengelilingi bukit
itu selama beberapa hari setelah itu dia baru berangkat
menuju kemarkas besar perkumpulan bulu hijau.
Pada hari ketiga. tibalah Lam-kong Pak disuatu lembah
bukit yang amat gersang dan terpencil letaknya, dia percaya
sebelum kali ini belum pernah ia kunjungi lembah tersebut,
pikirnya didalam hati.
"Baiklah, blar kuputar disekeliling tempat ini sambil
mencari jejak mereka, kalau disini pun tak ada yang
kutemukan, barulah aku berangkat kemarkas besar
perkumpulan bulu hijau"
Tiba2 ia temukan sesesok bayangan manusia sedang
berjalan ditempat kejauhan dengan langkah sempoyongan,
dari keadaan tubuh orang itu kemungkinan sekali ia telah
menderita luka dalam yang sangat parah dan belum sembuh
dari lukanya itu, dengan membawa botol hioloo batu
ditangan kanannya ia berjalan mendekati sebuah selokan
kecil. Lam-kong Pak merasa amat terperanjat sesudah
mengetahui siapa orang yang dijumpainya itu ternyata dia
bukan lain adalah Suma Ing
"Mau apa dia membawa hioloo batu besar itu bukankah
ia telah dibawa lari oleh tiga orang manusia tembaga?"
ingatan tersebut dengan cepat berkelebat dalam benaknya.
setelah termenung sebentar Lam-kong Pak berpikir lebih
jauh: "Dua orang diantara tiga orang manusia tembaga itu
sudah pasti adalah ayahku dan suhuku, orang ketiga pun
bukan orang luar kalau mereka dibiarkan berada bersamasama
Suma Ing itu ibaratnya membawa harimau kesarang
domba setiap saat jiwa mereka pasti akan terancam
bahaya..."^
= =ooooooooooo= =
SEMENTARA itu Suma Ing telah penuhi hioloo
tersebut dengan air selokan kemudian membawanya pergi
dari situ berhubung dia hanya mempunyai sebuah lengan
saja ditambah pula luka dalamnya belum sembuh maka
perjalanan tersebut dilakukan dengan susah payah dan
penuh penderitaanDiam2 Lam-kong Pak menguntil dibelakang tubuhnya,
setelah melalui jalan kecil bagaikan usus kambing mereka
langsung menembusi dasar lembah dan tak lama kemudian
berhenti didepan sebuah gua batu.
Tampaklah Suma Ing sambil membawa hioloo yang
penuh berisi air itu berjalan masuk kedalam gua. Beberapa
saat kemudian terdengar serentetan suara pembicaraan
berkumandang datang.
"Ayah minumlah sedikit air ini agar badanmu terasa
lebih segar"
Lam-kong Pak merasa sangat terperanjat, dia kenali
suara tersebut sebagai suara dari Suma Ing. siapakah yang
disebut manusia jahanam tersebut sebagai ayahnya"
mungkinkah salah seorang diantara tiga manusia tembaga
itu?" Dengan langkah yang sangat hati2 danper-lahan2 hingga
tidak menimbulkan sedikit suarapun, pemuda itu mendekati
gua batu tersebut dan mengintip dari celah2 gua batu tadi.
Tiga orang manusia berpakaian tembaga menggeletak
dalam gua tersebut, pada waktu itu Suma Ing sedang
meletakkan hioloo berisikan air segar itu dihadapan mereka
dan berkata: "Ayah marilah.. biar kubimbing dirimu untuk
bangun." Salah seorang diantara tiga manusia tembaga itu bangkit
dan duduk diatas tanah, kemudian menjawab:
"Anak Ing, aku tidak sia2 menyayangi dirimu hingga
sekarang. kini engkau telah tinggalkan yang sesat dan
kembali kejalan yang benar, meskipun ayah harus mati
pada saat ini juga , aku dapat mati dengan hati yang lega."
Lam-kong Pak yang mencuri dengar pembicaraan itu
dari luar gua itu ikut merasa terharu sehingga matanya jadi
merah dan tanpa didari olehnya air matanya jatuh
berlinang. "Aaaah... tak salah lagi, orang itu sudah pasti adalah
ayahku Lam-kong Liu... tapi ...tapi kenapa dia menderita
luka yang begitu parahnya sehingga badannya lemas dan
sama sekali tak bertenaga ?""pikir pemuda Lam-kong dalam
hatinya, Dalam pada itu Suma Ing telah berkata,
"Ayah, engkau orang tua telah memberi kesempatan bagi
ananda untuk hidup baru bahkan dengan tak sayangnya
mengorbankan seluruh tenaga dalam yang kau miliki untuk
menyembuhkan luka yang ananda derita sesekalipun
ananda mempunyai hati yang keras bagaikan baja tak nanti
aku berani berbuat sembarangan lagi sehingga membuat
engkau jadi bersedih hati "
Diam2 Lam-kong Pak menghela nafas panjang, kembali
ia berpikir dalam hati:
"oooh .. rupanya ayah telah mengobatinya sehingga ayah
sendiri jadi lemah tak bertenaga sama sekali.... aaai rasa
sayang pada anak memang tidak bisa terlepas dari hati
setiap orang.. tapi.. kenapa dua orang manusia tembaga
lainnya masih tetap berbaring diatas tanah dan sama sekali
tidak berkutik barang sedikitpun juga ?"
Terdengar Lam-kong Liu berkata dengan suara lembut:
"Ing-jie, engkau jangan berterima kasih kepadaku belaka,
dalam kenyataan orang yang telah bantu menyembuhkan
lukamu kali ini masih ada empak Lu dan empek oei"
Lam-kong Pak dengar curi pembicaraan itu. sekali lagi
dibuat terperangah. empek Lu yang dimaksudkan tentulah
gurunya Siau-yau Sianseng Lu It Beng, tapi siapakah empek
oei" Mungkinkah dia adalah Awan Hitam pengejar
Rembulan oei ci Hu?""
Sementara itu Suma Ing telah jatuhkan diri berlutut
diatas tanah, sambil terisak dengan sedih ia berbisik.
"Karena urusan siau-tit membuat empek berdua ikut
menderita dan jadi lemah seperti ini. peristiwa tersebut
benar- benar membuat siau-tit merasa amat sedih dan
menyesal. dosa dan kesalahan siau-tit benar-benar tak bisa
ditebus dengan Cara apapun.."
Berbicara sampai disitu, ia menangis terisak dengan
sedihnya membuat siapapun mendengar ikut beriba hati. seakan2
ia benar2 bertobat dan menyesali segala
perbuatannya yang keji dan tak kenal perikemanusiaan itu
Salah seorang manusia tembaga yang lain segera bangkit
dan duduk pula diatas tanah, kemudian berkata:
"Suma Ing, kalau engkau betul2 bisa bertobat dan
melepaskan yang sesat kembali kejalan yang benar,
pengorbanan kami selama ini tidaklah terhitung seberapa,
engkau tahu bahwa betapa gembiranya dan riangnya hati
kami saat ini"
Diikuti manusia tembaga yang ketiga pun duduk dan
menyambung lebih jauh:
"Bocah muda, janganiah engkau menyesal atau
menyalahkan diri sendiri karena urusan yang sudah lewat.
orang kuno pernah berkata: Lepaskanlah golok pembunuh.
berpaling adalah tepian- Manusia bisa jadi jahat atau baik
hanya tergantung pada pikiran tiap insan manusia sendiri,
sementara orang menganggap engkau sudah tak bisa
ditolong lagi. coba bayangkanlah bagaimana perasaan hati
sang orang tua apabila mendengar perkataan seperti itu?""
Suma Ing yang berlutut diatas tanah menangis ter-sedu2
dengan sedihnya, suaranya keras bagaikan jeritan
kuntilanak membuat orang yang mendengar ikut beriba
hati, sampai2 Lam-kong Pak yang bersembunyi diluar goa
pun tanpa sadar melelehkan air mata.
Setelah menangis tersedu sedan beberapa saat lamanya,
akhirnya Suma Ing bisa ditenangkan kembali atas nasehat
dan hiburan ketiga orang manusia tembaga itu Terdengar
pemuda she-Suma itu berkata:
"Disini masih ada sedikit rangsum kering, silakan
cianpwee bertiga mendaharnya lebih dahulu"
Sambil berkata ia melepaskan sebuah kantong berisi
rangsum kering dan segera diberikan kepada ketiga orang
itu. Tiba2 Lam-kong Liu gemetar keras dengan suara dalam
ia menegur. "Anak Ing aku masih ingat isi ransum kering mu tidak
terlalu banyak. selama tiga hari ini berempat tiap hari
makan tiga kali semestinya rangsum itu sudah habis
dimakan apakah engkau sama sekali tidak makan?""
"Ananda... ananda telah makan-.." sahut Suma ing terbata2.
"omong kosong bukankah engkau sudah tiga hari belum
makan" kau. . kau...mengapa kau merusak kesehatan
tubuhmu sendiri kenapa...?"
Dengan sedih Suma Ing menjawab:
"Ketika ananda menyaksikan kesehatan badan cianpwee
bertiga sangat lemah dan hawa murninya banyak yang
rusak masa sebenarnya ananda ingin cari makanan lain
dihutan sana tapi pertama karena tak berani tinggalkan
tempat ini terlalu jauh dan meskipun ada niat namun tak
punya tenaga maka... maka..."
"Maka selama tiga hari engkau tak makan?"
"Bee.,. bee... benar.. .aa... ananda cuma minum sedikit
air bersih saja...harap ayah suka memaafkan-"
"Aah " tiga orang kakek tua itu sama2 menghela napas


Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

panjang, suara isak tangis segera berkumandang keluar dari
balik gua itu. Lam-kong Pak meraSakan tenggorokannya se-akan2
tersumbat oleh sesuatu. dadanya jadi sesak dan darah
didalam tubuhnya bergolak keras sehingga hampir saja tak
mampu menguasai diri, dia ingin berteriak. air mata
keharuan mengucur keluar bagaikan hujan, tapi tak ingin
munculkan diri pada saat itu sehiggga melenyapkan
kehangatan dan kebahagian yang sedang mereka nikmati.
Betapa berbaktinya Suma Ing terhadap orang tuanya
betapa hangat dan mesrahnya cinta kasih seorang ayah
terhadap putranya, suasana penuh dengan kebungahan dan
keindahan.. Lama sekali... dari dalam gua tiba2 terdengar Lu It Beng
berkata: "Aku mempunyai suatu idee, entah pendapatku ini
boleh diutarakan keluar atau tidak?""
Lam-kong Liu serta orang she oei itu segera menyahut:
"Dalam keadaan dan suasana seperti ini, perkataan apa
lagi yang tak boleh kau utarakan keluar?"
"Bukankah sekarang anak Ing sudah bertobat dari segala
dosa dan kesalahannya. dan telah berjanji akan hidup
kembali sebagai seorang manusia baru" sementara luka
dalam yang kita derita tak mungkin bisa disembuhkan
dalam tiga lima hari mendatang, aku lihat bagaimana kalau
kita beritahukan rahasia kepada anak Ing. dan suruh dia
yang mengambil benda mustika itu untuk digunakan
menghadapi Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa
Seng serta Kakek ombak menggulung?""
Lam-kong Liu tidak menjawab. karena ia menganggap
persoalan itu harus dipertimbangkan lagi dengan lebih teliti,
bukannya tidak percaya terhadap putra sendiri. melainkan
persoalan ini luar biasa sekali. apabila sampai salah
bertindak maka akan mengakibatkan musnahnya dunia
persilatan dari muka bumi.
Terdengar orang tembaga itu she oei menanggapi:
"Aku oei ci Hu sangat setuju dengan usulmu itu, Hey
Lam-kong Liu. masa engkau masih tidak percaya dengan
putramu sendiri" "
"Bukannya aku tidak percaya dengan anak Ing tapi
persoalan ini menyangkut nasib dari seluruh umat
persilatan dikolong langit. urusan ini luar biasa sekali, apa
lagi anak Ing belum sembuh dari lukanya dan kesehatan
badannya belum pulih kembali seperti sedia kala. belum
tentu ia sanggup memikul tanggung jawab seberat ini."
"Kalau toh urusan itu sangat penting dan mempengaruhi
keadaan dunia persilatan, selama kesehatan badanku belum
sembuh benar tak berani aku berangkat secara gerabah."
ujar Suma Ing. "lebih baik cianpwee berdua tarik kembali
perintah tersebut "
"Tidak apa yang kuputuskan sudah bulat dan pasti."
tukas oei ci Hu. "asal Ing-ji mau melakukan pekerjaan ini
secara ber-hati2 dan seksama aku rasa tidak mungkin akan
timbul hal2 yang tak diinginkan. asal benda mustika itu
berhasil didapatkan maka kendatipun bertemu dengan dua
orang gembong iblis itu lagi. mengundurkan diri dari
kepungan mereka rasanya bukanlah suatu persoalan yang
menyulitkan"
Lam-kong Pak yang curi dengar pembicaraan itu jadi
terperangah, ia segera membatin, "Lhoo kok muncul lagi
benda mustika dunia persilatan" benda apakah yang sedang
dibicarakan rupa2nya kok sangat berharga sekali?"
Sementara itu Lam-kong Liu masih tetap membungkam
dalam seribu bahasa. terdengar Suma Ing dengan perasaan
heran dan ingin tahu segera bertanya:
"Benda mustika dunia persilatan macam apakah yang
sedang dibicarakan" apakah empek oei bersedia untuk
memberi keterangan yang jauh lebih jelas lagi?"
"Benda mustika itu bukan lain adalah payung
sengkala."jawab oei ci Hu dengan tegas.
Begitu perkataan itu diutarakan keluar bukan saja Lamkong
pak merasa amat terperangah bahkan Suma Ing
sendiripun jadi ter-mangu2 karena keheranan setengah
harian kemudian ia baru berkata dengan nada ter-bata2.
"Bukankah payung sengkala itu sudah ditangan kakek
ombak menggulung?"^ oei ci Hu tertawa.
"Payung mustika yang berada ditangannya adalah
payung palsu, payung sengkala yang aslinya masih belum
muncul dari permukaan bumi justru karena aku sedang
mencoba kekuatan tenaga dalam yang dimiliki beberapa
orang gembong iblis itu maka hingga sekarang persoalan
tersebut tidak sampai diutarakan keluar dan kini Bintang
bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng telah munculkan diri
lagi dalam dunia persilatan, tiada jago silat lainnya yang
bisa menandingi kelihayannya, sementara payung sengkala
yang palsu bukan benda yang betul2 hebat, jikalau payung
sengkala yang asli benar2 sampai terjatuh ketangan Bintang
yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng, maka dunia
persilatan pasti akan tertimpa bencana besar."
"Jadi kalau begitu, payung sengkala yang berhasil
didapatkan Naga pengasingan cu Hong Hong tempo dulu
juga benda yang palsu?"" tanya Suma Ing kemudian"Perkataanmu sedikitpun tidak salah, kalau ia tahu
benda itu adalah payung yang palsu, buat apa dia harus
mempertaruhkan jiwa raganya untuk berduel mati2an
melawan orang karena hendak mempertahankan benda
palsu belaka?""
"Kalau begitu ketua dari perkumpulan bulu hijau sudah
pasti adalah suami dari cu Hong Hong, yakni Sian-yan
Peng adanya?" seru Suma Ing lebih jauh.
oei ci Hu menghela napas panjang. "Aaai.. perkataanmu
memang tepat, seharusnya dari dulu kalian sudah dapat
menduga sampai kesitu "
Pada saat itulah paras muka Suma Ing yang jelek dan
menyeramkan terjadi perubahan yang sangat hebat, apa arti
dari perubahan tersebut?" tak seorangpun yang tahu tentu
saja kecuali dia sendiri.
"oei-heng" terdengar Lam-kong Lui memperingatkan"engkau harus bertindak dengan hati2 dalam menghadapi
persoalan ini."
oei ci Hu tertawa. "Kalau engkau tak berani bertanggung
jawab, biarlah aku yang menanggung segala resikonya." ia
berseru keras, "aku sudah ambil keputusan untuk
memberitahukan persoalan ini kepada anak ing, Aaaai....
kalau Lam-kong Pak bocah muda itupun berada disini
mereka berdua kakak beradik yang pergi ambil bersama aku
akan merasa lebih berlega hati lagi"
Mendengar perkataan itu, Lam-kong Pak segera berpikir:
"Waaah... kalau begitu keadaannya, aku lebih2 tak boleh
munculkan diri"
Sementara itu terdengar Suma ing berkata, "Empek. 0ei.
ada satu persoalan yang belum siau-tit ketahui, boleh kah
aku bertanya kepadamu?"?"
"Apa yang kau ingin tanyakan" coba katakanlah"
"Apakah payung sengkala yang asli ini adalah milik
pribadimu?""
"Aai..mengenai persoalan ini ceritanya panjang sekali,
semula benda mustika itu aku dapatkan pula dari orang
lain- tapi ke tiga orang itu dimasa lampau tersohor sebagai
malaikat2 bengis dari kalangan hitam dan sekarang sudah
lama mati. karena itu mendapatkannya dari tangan mereka
tidak termasuk suatu kejadian yang melanggar
prikemanusiaan "
"Siapakah ketiga orang gembong iblis dari kalangan
hitam itu?"
"Mereka adalah Mo-jiu-sam-seng Tiga bintang telapak
iblis" Suma Ing terperangah.
"Mo-jiu Sam-seng" apa arti dari julukan tersebut?"
"oooh.. julukan itu terdiri dari Jit-mo atau iblis matahari,
Gwat-mo atau iblis rembulan serta Seng- mo iblis bintang,
karena digabUngkan menjadi satu maka julukannya jadi
tiga bintang telapak iblis.jago2 lihay si Bintang yang
bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng serta Kakek ombak
menggulung yang begitu dahsyat dan mengerikan
merupakan murid2 mereka, bisa kau bayangkan sampai
dimanakah taraf kepandaian silat yang dimiliki ketiga orang
itu" Lam-kong pak dengan curi pembicaraan itu merasakan
hatinya amat terperanjat, tanpa terasa ia jadi teringat
kembali dengan tiga orang kakek tua didalam istana bumi
Tee-sim-piat-hu, merekapun pernah suruh dia meneriakkan
"Matahari, Rembulan, Bintang" sebanyak tiga kali, bahkan
dikemudian hari apabila ia datang kesitu lagi maka ketiga
orang kakek itu memerintahkan kepadanya untuk
meneriakkan kata2 "Matahari Rembulan dan Bintang
"sebanyak tiga kali dimuka goa berapi, maka ular hitam itu
akan menyambut kedatangannya.
Sekarang ia baru mengerti, rupanya tiga orang kakek tua
yang pernah dijumpai dalam goa bumi Tee-sim-piat-hu
tempo hari bukan lain adalah Mo-jiu-sam-seng tiga bintang
telapak iblis, kalau begitu orang yang mencelakai mereka
hingga tersiksa dan hidup menderita pastilah bukan lain
adalah muridnya sendiri yakni bintang yang bertaburan
diangkasa Liok Hoa Seng serta Kakek ombak menggulung.
Tak aneh kalau diatas permukaan batu tertulis dengan
jelas tercantum nama dari Bintang yang bertaburan
diangkasa Liok Hoa Seng rupanya ketiga orang gurunya
ada maksud untuk pancing kedatangan orang itu ke-dalam
istana bumi Tee-sim-piat-hu.
"Empek" kata Suma ing kemudian- "kalau toh Tiga
Bintang telapak iblis adalah gurunya bintang yang
bertaburan diangkasa. bagaimana caranya engkau bisa....?".
oei ci Hu tersenyum.
"Pada waktu itu ilmu silat yang dimiliki masih seimbang
dengan kepandaian dari mereka bertiga, mereka jadi lihay
karena belakangan ini ilmu silatnya dilatih dengan tekun
dan rajin. NamUn aku sudah pernah rasakan juga sampai
dimanakah kelihayannya dari gabungan tenaga mereka
bertiga karena merasa tak mampu menangkan maka secara
diam2 payung sengkala itu kucuri dari tempat
persembunyian mereka"
Diam2 Lam-kong Pak tertawa geli sesudah mendengar
perkataan itu pikirnya:
"Sungguh tak kusangka oei loanpwee dapat menjadi
pencuri barang orang lain, kalau begitu dia sudah pasti
adalah kakek desa tersebut, tak aneh kalau jejaknya sangat
misteri ibarat naga sakti yang kelihatan kepala tak nampak
ekornya sebentar jadi kakek desa sebentar jadi manusia
tembaga sebentar lagi jadi manUsia yang bermarga oei"
Terdengar Suma ing bertanya dengan suara lantang:
"Empek oei sebenarnya payung sengkala disimpan dimana
sih?" Tanpa sadar secara lapat2 Lam-kong Pak mulai
merasakan bahwa sikap dari Suma ing se-akan2 sedang
merencanakan sesuatu tanpa sadar ia jadi gelisah dan
Cemas sekali. Tapi dalam keadaan seperti ini pemuda tersebut merasa
tak leluasa baginya untuk munculkan diri. sebab kalau ia
sampai berbuat demikian dalam suasana seperti itu, tiga
orang locianpwee itu pasti akan menaruh perasaan kalau
dia ada maksud untuk mengincar benda mustika tersebut
dari tangan Suma ing.
sementara itu dengan sorot mata yang tajam oei ci Hu
memperhatikan Suma ing beberapa saat lamanya,
kemudian dengan suara berat ia menjawab:
"Benda itu disimpan didalam sebuah patung area dalam
kuil Lu-siau-si yang ada di bukit Toa-pek san"
Air muka Suma ing seketika itu juga terjadi banyak
perubahan yang luar biasa. apa artinya dari perubahan
tersebut" pada saat itu hanya seorang yang mengerti jelas.
orang itu bukan lain adalah Awan gelap mengejar rembulan
oei ci Hu sendiri.
Bila berbicara tentang tingkatan maka kedukukan Awan
gelap pengejar rembulan oei ci Hu masih satu tingkat lebih
tinggi danpada Lam-kong Liu maupun Lu It Beng. tapi
berhubung dia adalah sahabat karib dan Sian-yan Peng
dimasa yaag silam, sedangkan Sian-yan Peng berasal dari
satu tingkatan dengan Lam-kong Liu serta Lu It Beng,
maka diri itu diantara mereka bergaul se-akan2 berasal dari
satu tingkatan yang sama.
Apabila seseorang sedang memikirkan sesuatu maka apa
yang dipikirkan olehnya pasti akan tertera didepan wajah,
oei ci Hu sebagai orang jago kawakan yang sangat
berpengalaman dapat merasakan akan hal itu, dan dihati
kecilnya pun sudah mempunyai perhitungan sendiri.
"oei-heng. kau..." seru Lam-kong Liu dengan Cemas.
"Lamkong-heng, engkau tak usah merasa rendah diri,
dunia persilatan pada masa kini adalah dunianya kaum
muda seperti mereka, apalagi anak ing toh sudah bertobat
kembali kejalan yang benar, aku rasa sama saja kalau tugas
ini dibebankan kepadanya, kalau sampai sekarang engkau
masih merasa tak tega hati bukankah tindakanmu itu sedikit
agak keterlaluan" kecuali seorang manusia bejad yang
akhlaknya betul2 sudah rusak hingga menyerupai seekor
binatang, aku rasa tak mungkin bisa timbul ingatan sesat
semacam itu lagi"
Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, paras muka
Suma ing kembali terjadi perubahan hebat. tapi sesaat
kemudian dengan suara sedih ia berkata:
"Nasehat dari empek 0ei ibaratnya bunyi lonceng dipagi
bari buta, tapi ananda dapat memahami akan kekuatiran
dari ayah sebab sikapnya itu betul dan masuk diakaL
meskipun siau-tit tidak punya ingatan sesat namun tenaga
dalamku masih belum pulih kembali dan tak sesuai untuk
melaksanakan tugas seberat ini, lebih baik oei cianpwee
tarik kembali perintahmu itu"
Oei ci Hu tertawa.
"Anak ing. engkau tak usah terlalu memandang rendah
diri sendiri, untuk melaksanakan tugas ini aku rasa
tenagamu sudah cukup menyelesaikannya, pergilah setelah
berhasil mendapatkan benda mustika itu Cepatlah kembali


Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kegua ini untuk saling berkumpul kembali. tak usah
mencari gara2 ditengah jalan sehingga membuat kami amat
menguatirkan keselamatanmu"
Dengan penuh rasa hormat Suma ing mendengarkan
semua perkataan itu, kemudian ia kata:
"Empek oei begitu pandang tinggi diri siau-tit, membuat
keponakan merasa berterima kasih sekali, tetapi tenaga
dalam yang keponakan miliki masih belum kembali seperti
Sedia kala, tak pantas aku untuk memikul tanggung jawab
sebesar ini, lagi pula kesehatan cianpwee bertiga masih
belum pulih kembali, dari mana keponakan merasa lega
hati untuk meninggalkan kalian bertiga?"
"Asal engkau punya rasa bakti seperti apa yang kau
ucapkan, hal itu sudah lebih cukup buat kami." ujar Lu It
Beng, "bicara sesungguhnya, dengan tenaga dalam yang
kami bertiga miliki sekarang, kendatipun kakek ombak
menggulung atau Bintang bertaburan diangkasa datang
sendiri kemari, untuk mengundurkan diri dari cengkeraman
mereka masih bukan menjadi persoalan bagi kami. engkau
tak usah menguatirkan keselamatan kami"
"Kalau memang begitu," sambung Lam-kong Liu, "Anak
Ing, sekarang juga berangkatlah untuk menunaikan tugas
tersebut."
Suma ing segera jatuhkan diri keatas tanah, tatanya^
"Ananda akan turuti perintah ayah, harap ayah suka jaga
diri baik2"
Mengikuti peristiwa tersebut sampai disini Lam-kong
Pak tak dapat menahan diri lagi, ia menghela napas
berulang kali sambil pikirnya dihati:
"Rupanya ia benar2 sudah bertobat dan hidup bagaikan
seorang manusia yang lain, jikalau dengan kekejaman,
kebengisan serta kebrutalan dari Sma ing pun sekarang bisa
berubah jadi baik, kejadian ini boleh dianggap sebagai suatu
peristiwa yang paling aneh dikolong langit..."
sementara itu Suma ing telah berlutut dan menyembah
pula kearah Lu It Beng sebanyak tiga kali sambil berbisik:
"Empek Lu, baik21ah menjaga dirimu."
Terakhir kepada oei ci IHu dia bertanya, "Empek oei
apakah engkau masih ada petunjuk lain?""
"Hidup sebagai seorang manusia dikolong langit.
janganlah lupa barang sedikitpun akan kata2 jujur asal
engkau dapat ingat selalu perkataan itu dan melaksanakan
dengan se-baik2nya aku rasa hidup tentram dikolong langit
bukanlah suatu masalah yang menyulitkan- Nah, pergilah"
Suma Ing berlutut dan menyembah tiga kali kearah tiga
orang kakek tua itu, disaat ia bangkit dari atas tanah itulah
tiba2 sepasang telapaknya direntangkan kesamping,
gulungan angin pukulan yang maha dahsyat dengan Cepat
menyapu kearah tiga orang yang duduk diatas permukaan
tanah itu. Lam-kong Liu serta Lu It Beng yang tepat ada
dihadapannya seketika tersapu oleh angin pukulan yang
maha dahsyat itu sehingga terpental sejauh satu tombak
dari tempat semula. kedua orang itu kontan jatuh tak
sadarkan diri. Rupanya oei ci Hu sudah menduga kalau sianak muda
itu ada maksud jelek terhadap mereka, namun ia sama
sekali tak menduga kalau pemuda itu dapat melancarkan
serangan pada saat itu juga , dalam gugupnya buru2 ia
sambut datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan
keras. "Blamm" ditengah benturan nyaring, tubuhnya tergetar
hingga mencelat sejauh lima enam depa dari tempat
semula, karena mereka sudah terlalu banyak mengorbankan
tenaga dalam yang dimilikinya untuk menyembuhkan luka
dalam Suma Ing, maka saat ini ia tak mampu untuk
menahan datangnya serangan dari Suma Ing yang
dilancarkan dengan sepenuh tenaga itu.
Kontan ia muntah darah segar, tapi dengan suara keras
jago tua she- oei itu sempat berteriak:
"Suma Ing, engkau jangan anggap dengan kelicikanmu
yang melampaui batas maka kamu bisa bergerak seenaknya
ditempat luaran. Hmm suatu saat pasti ada orang yang akan
membereskan jiwamu...."
Belum babis ucapan itu diutarakan. Lam-kong Pak yang
bersembunyi diluar gua telah membentak keras dan
melancarkan sebuah pukulan dahsyat kearah Suma Ing.
"Blaamg..m .." getaran dahsyat menggoncangkan seluruh
seluruh goa dan menggUgurkan pasir diatas dinding goa
tersebut. pemandangan jadi kabur dan sukar untuk melihat
alam sekelilingnya.
Lam-kong Pak kuatir suma Ing turun tangan keji lagi
terhadap tiga orang kakek tua itu, dengan cekatan ia loncat
kedepan dan menghadang dihadapan mereka.
Suma Ing sendiri setelah tahu musuhnya amat tangguh.
tak berani bercokol terlalu lama lagi disitu. menggunakan
kesempatan yang sangat baik itulah sambil tertawa seram
dia kabur keluar dari gua tersebut.
Lam-kong Pak amat gusar bercampur penasaran, ia siap
melakukan pengejaran namun oei ci Hu dengan Cepat
mencegah, "Anak Pak tak usah dikejar lagi, sejak pertama kali tadi
aku sudah tahu kalau engkau bersembunyi diluar gua
karenanya aku tidak menguatirkan apa2, tapi aku sama
sekali tak mengira kalau dia bakal turun tangan sekejap itu.
Aaai orang ini benar2 sudah terlalu bejad sehingga tak ada
obat untuk dapat menolong dirinya lagi."
Lam-kong Pak membimbing ayahnya Lam-kong Liu
serta gurunya Lu It Beng, ketiga orang itu saling memeluk
sambil meneteskan air mata, siapa yang bilang pria sejati
tak dapat mengucurkan air mata" kalau sudah mencapai
puncak kesedihan maka bagaimana juga kerasnya hati dan
imam seseorang tetap akan mengucurkan air mata.
Sesudah menangis beberapa saat akhirnya oei ci Hu
bagikan sebutir obat penyembuh kepada kedua orang itu,
kemudian ujarnya:
"Kalian tak usah bersedih hati lagi Pak-ji berada disini
semuanya akan berlangsung dengan riang gembira"
"Bukannya aku menggerutu kepada oei-heng," ujar Lamkong
Liu, "bukankah aku tadi sudah katakan janganlah
beritahukan letak penyimpanan benda mustika itu
kepadanya tapi engkau tak sudi mendengarkan perkataan
siau-te aaai sekarang urusan sudah jadi begini siau-te..."
Tiba2 oei ci IHu menengadah dan tertawa ter-bahak2
paras mukanya berubah sambil menguruti dadanya dan
mengatur pernapasan ia berseru:
"Lamkong-heng bukannya aku oei ci Hu sengaja berjual
mahal dihadapanmu, bicara soal pengalaman dalam dunia
persilatan kembali kalian kalah setingkat jika dibandingkan
dengan diriku, terus terang saja kuberitahukan kepadamu,
selama tiga hari terakhir ini aku selalu menaruh perhatian
khusus terhadap tingkah laku serta pembicaraan dari Suma
Ing, akupun melihat pula kalau dia sengaja menyisihkan
ransumnya untuk makanan kita sedang ia cuma minum air
untuk menghilangkan lapar, atas perbuatannya itu aku
merasa terbaru dan mengira dia benar-benar sudah bertobat
dan tak akan melakukan kejahatan lagi, tapi ada suatu hal
aku masih menaruh curiga meskipun luka dalam yang ia
derita kali ini sangat parah tapi dibawah bantuan kita
bertiga yang sudah mengerahkan tenaga untuk membantu
menyembuhkan dirinya, bukan saja semestinya sudah pulih
kembali seperti sedia kala, bahkan tenaga dalam yang
dimilikinya pantas kalau peroleh kemajuan yang pesat,
tetapi ketika ia ambil air diluaran tadi lagaknya begitu
lemah tak bertenaga seakan-akan sama sekali tak kuat
menahan diri hingga untuk mengangkat sebuah hioloo
batupun tidak kuat, tingkah lakunya itu merupakan titik
kecurigaanku yang pertama. Selanjutnya ketika ia dengar
aku utarakan letak tempat penyimpan harta pusaka itu,
paras mukanya menunjukan perubahan yang sangat besar
tapi ia pura2 berlagak se-akan2 tak memandang terlalu
serius persoalan itu, perbuatannya itu tak mungkin akan
mengelabui diriku oleh sebab itu aku segera makan
siasatnya itu dan beritahukan rahasia tersebut kepadanya"
Mendengar uraian tersebut. diam-diam. Lam-kong Pak
merasa sangat kagum, tadi iapun menyaksikan pula kalau
paras muka Suma Ing menunjukan perubahan yang sangat
mencurigakan namun ia sama sekali tak menduga kalau
pemuda itu bakal turun tangan begitu cepat terhadap tiga
orang kakek tua itu sekarang ia baru sadar bahwa
kadangkala pengalaman jauh lebih penting daripada ilmu
silat. Berpikir sampai disitu sianak muda itu segera
bertanya: "oei cianpwee engkau toh sudah memberitahukan letak
penyimpanan benda mustika itu kepadanya" apa kah
engkau telah membohongi dirinya ?"?"
"Tidak tempat itu benar dan aku sama sekali tidak
membohongi dirinya" sahut oei ci Hu.
"Kalau memang begitu mana mungkin tindakan
Cianpwee ini disebut siasat lawan siasat?" oei ci Hu tertawa.
"Walaupun letaknya tidak keliru tetapi aku sudah
memutar balikan letak penyimpanan harta mustika itu dari
keadaan yang sesungguhnya, untuk beberapa waktu tak
mungkin ia temukan letak pusaka itu tapi lama kelamaan
tentu saja ia akan menemukan juga letak penyimpanan
benda mustika tersebut oleh sebab itu sekarang juga engkau
harus berangkat kesitu."
"Tapi kesehatan cianpwee bertiga belum pulih kembali
seperti sediakala, lagi pula sekarang menderita luka dalam
yang cukup parah, bagaimana Pak-ji bisa tega untuk
meninggalkan kalian bertiga.?""
"Engkau tak usah kuatir, asal beristirahat tiga hari tiga
malam lagipasti kesehatan kami sudah akan pulih kembali
seperti sediakala sebaliknya urusan itu tak dapat di-tunda2
lagi, jlkalau benda pusaka itu sampai terjatuh ketangan
Suma ing akibatnya benar2 sukar dilukiskan dengan kata2."
Lam-kong Liu membelai kepala putranya dengan penuh
kasih sayang dengan suara lembut bisiknya.
"Anakku cepatlah berangkat kami bisa merawat
keselamatan kami dengan sebaik2nya."
oei ci Hu segera menggapai Lam-kong pak agar
mendekati dirinya kemudian ia membislkan sesuatu disisi
telinganya, pemuda itu mengangguk tanda mengerti, jelas
jago tua tersebut sedang memberitahukan letak
penyimpanan harta mustika yang sebenarnya.
"Begitu saja" ujar Lam-kong Pak kemudian, "aku akan
membantu cianpwee bertiga lebih dulu untuk
menyembuhkan luka yang kalian derita, setelah itu aku
baru berangkat kesana, dengin kecepatan gerak aku yang
muda rasanya tak akan ketinggalan terlalu jauh dari
dirinya." "Tidak usah." sahut Lam-kong Liu seraya menggeleng,
"engkau harus tahu, tenaga dalam yang dimiliki Suma ing
pada saat ini hanya sellsih sedikit saja dari dirimu, kali ini
engkau harus berangkat dengan mengerahkan sepenuh
tenaga, berusahalah se-cepat2-nya mencapai bukit Toa-pek
san- sebab kalau sampai terlambat barang selangkah pun
maka engkau akan menyesal untuk se-lama2 nya cepatlah
berangkat."
Atas desakan tiga orang kakek itu, akhirnya Lam-kong
Pak ambil keluar catatan ilmu hipnotis, Tong-bin-bu-goan,
pemberian ketua perkumpulan bulu hijau untuk ayahnya
kemudian dengan air mata bercucuran ia mohon diri dan
berangkat tinggalkan gua itu.
Bukit Toa-pek san disebut pula bukit Lu-san, bukit itu
jadi tersohor namanya dan dikenal oleh setiap orang karena
diatas bukit tadi terdapat sebuah kuil yang bernama kuil Lusiausi. Sisi kiri dan kanan bukit itu diapit oleh dua buah sungai
besar, sungai Kang-sua mengalir kearah selatan sedang
sungai Han-sui mengalir dari barat laut.
Ketika jaman sam-kok tempo dulu. wilayah tersebut
merupakan daerah kekuasaan dari Go, Liok, Sun serta cukat
Jin. Waktu itu rembulan bersinar dengan benderangnya
ditengah angkasa, angin gunung berh embus kencang,
tampaklah sesosok bayangan manusia bagaikan gulungan
asap tipis berkelebat menuju kearah bukit dengan kecepatan
Luar biasa, kadangkala dalam sekali kelebat tubuhnya
sudah mencapai tujuh delapan tombak jauhnya.
orang itu bukan lain adalah Lam-kong Pak. Setelah
beriarian selama dua hari lamanya sampailah penuda itu
diatas bukit Toa-pek san, ia langsung berkelebat menuju
kearah kuil Lu Siau-si.
Dengan mengerahkan segenap kemampuan yang
dimilikinya pemuda she Lam-kong ini melakukan
perjalanan tiada hentinya, ia kuatir kalau payung sengkala
benda mustika dari dunia persilatan itu sampai terjatuh
ketangan Suma ing yang akhlaknya jauh lebih bejad dari
binatang. Setelah melewati beberapa bukit, tampaklah
dihadapannya muncul sebuah bukit yang sangat besar,
puncak bukit menjulang jauh menembusi awan tebal,
sebuah bangunan kuil berdiri mentereng dipinggang bukit
tersebut, suasana dalam bangunan itu sangat gelap dan tak
nampak sesosok bayangan manusiapun, mungkin penjaga
kuil itu sudah tertidur, sebab ketika itu waktu menunjukkan
kentongan ketiga.
Lam-kong Pak tidak berani berayal, sebab kalau Suma
ing bersembunyi didalam kuil itu dan keadaan musuh
dalam kegelapan sedang ia berada dalam keadaan terang,
kemungkinan besar dirinya bakal disergap secara tiba2.
Selain itu, andaikata ia sampai sudah berhasil
mendapatkan payung sengkala. benda mustika tersebut,
jangan dibilang disergap secara tiba2, sekalipun bertempur
secara terang2an belum tentu ia merupakan tandingannya.
Dengan gerakan tubuh yang enteng dan cepat ia
melayang naik keatas tembok pekarangan dan bersembunyi
dibalik wuwungan rumah. dari situ dengan gerakan yang
sangat hati2 menengok kearah balik kuil.


Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bangunan kuil itu semuanya terdiri dari lima buah bilik,
pintu ruang tengah setengah tertutup dan suasana dalam
ruangan gelap gulita sukar untuk memeriksa keadaan disitu,
kendatipun rembulan bersinar dengan terangnya diatas
awan, namun serambi yang luas telah menghalangi cahaya
rembulan untuk menyorot kedalam ruanganLam-kong Pak mendekam tak berkutik diatas dinding
pekarangan, telinganya dipasang baik2 untuk memeriksa
keadaan disekitar tempat itu. dari suasana yang sunyi dan
sepi orang pasti akan beranggapan bahwa ruangan itu
kosong dan tak ada seorang manusia pun, tapi bagi sang
pemuda yang bertenaga dalam amat sempurna. ia sempat
mendengar adanya seorang sedang berjalan hilir mudik
tiada hentinya.
Dengan gerakan yang sangat hati2 ia segera berputar
kebelakang ruang kuil, kemudian mengintip dari atas
jendela. Tampaklah disebuah meja altar yang sangat besar,
berdirilah sebuah patung area yang besar pula. meskipuntak
dapat melihat jelas keadaan patung tersebut, tapi Lam-kong
Pak dapat menduga bahwa patung tersebut sudah pasti
adalah patung dari Lu siau.
Sorot matanya segera menyapu kearah lain, Tapi dengan
cepat pemuda itu tertegun dibuatnya. ternyata dalam
ruangan itu berisikan penuh patung2 raksasa, tepat
dihadapan patung area dari Lusiau berdirilah sebuah patung
raksasa pula dari cu-kat Bu-ho.
Dibelakang patung cu-katBu-ho terdapat patung area dari
Lau Pi, Thio Hui serta Kwan Kong, sedang dibelakang
ketiga patung area itu terdapat pula patung dari Tio in serta
panglima perang lainnya.
Pokoknya dihadapan patung area dari Lu Siau terdapat
lima enam belas buah patung area raksasa lainnya, tak
kuasa lagi Lam-kong Pak dibikin terperangah.
"Jangan2 kuil ini bukan kuil Lu-siau-si" Kalau tidak
kenapa terdapat begitu banyak patung area disini?"" pikir
sianak muda itu dalam hati keeilnya.
Mendadak Lam-kong Pak menemukan sesosok
bayangan manusia sedang duduk diantara patung2 area
tersebut, rupanya ia sedang bertopang dagu sambil
memikirkan sesuatu, orang itu bukan lain adalah Suma ing
pemuda bermoral bejad yang sudah tak ketolongan lagi.
Menyaksikan keadaan dari sianak muda itu, Lam-kong
Pak segera berpikir didalam hatinya.
"Mungkin ia sudah meneari setengah harian lamanya
tanpa berhasil mendapatkan sesuatu. dan sekarang sedang
putar otak memikirkan persoalan itu...
Tapi Lam-kong Pak kembali gelengkan kepalanya, ia
menganggap dengan watak serta perangai dari Suma ing tak
mungkin ia akan bersikap begitu jujur kenapa ia tidak
menghancurkan semua patung area yang berada disitu"
buat apa dia peras otak memikirkan soal itu dengan susah
payah?" Siapa tahu sebelum ingatan tersebut berkelebat lewat dari
benak Lam-kong Pak. tiba2 Suma ing loncat bangun dari
atas tanah berguman seorang diri:
"Kemungkinan besar oei ci Hu bajingan tua itu sudah
dapat menebak reneanaku dan mengetahui pula kalau Lamkong
Pak bersembunyi diluar gua maka sengaja dia suruh
aku datang kemari untuk repot sendiri ... tapi aku percaya
kalau payung sengkala tersebut pasti berada didalam ruang
kuil ini hanya saja entah tersimpan didalam patung besi
yang mana?""
Sekarang Lam-kong Pak baru mengerti rupanya patung2
area itu terbuat dari besi semua, tidak aneh kalau Suma Ing
tak mampu untuk merusak patung tersebut. Lam-kong Pak
tersenyum sendiri, pikirnya didalam hati:
"Engkau sibajingan cecunguk biasanya sangat cerdik dan
punya banyak akal busuk kali ini akan kuuji kepandaian
dan kecerdasanmu itu, akan kulihat apakah engkau mampu
untuk menebaknya atau tidak...?""
Sementara itu, Suma Ing dengan sebuah mata
tunggalnya sedang menyapu satu patung dengan patung
yang lain akhirnya sorot mata pemuda itu berhenti diatas
patung area cu-katBu-ho, gumamnya seorang diri.
"Kalau ditinjau dari sejarahnya tempo dulu cu-katBu-ho (
Khong Beng ) pernah bantu pihak Go untuk
menghancurkan co-cho kepandaian serta siasatnya sangat
dikagumi oleh Lu Siau tua semua perintah serta nasehatnya
selalu dituruti, aku rasa diantara patung2 besi yang ada
disini hubungan cu-kat Khong Beng dengan Lu Siau lah
yang paling erat dan akrab jangan payung mustika itu
tersimpan didalam tubuh cukat Khong Beng?"
Lam-kong Pak yang mendengar gumaman tersebut
seketika itu juga merasakan hatinya bergetar keras
disamping itu diapun menghela napas panjang pikirnya:
"KeCerdasan otak bajingan ini benar2 sangat tinggi
kepintarannya melebihi siapa pun jika ia dapat dibimbing
kejalan yang benar niscaya kemampuannya tak akan berada
dibawahku"
= =^^O^^= = Sementara itu Suma Ing telah tertawa seram per-lahan22
ia berjalan mendekati patung area dari cu-kat Khong Beng,
sebaliknya Lam-kong Pak yang bersembunyi ditempat itu
telah menghimpun segenap kekuatan yang dimilikinya
untuk bersiap sedia.
Setelah tiba dipatung area diri cu-kat Khong Beng
dengan penuh seksama Suma Ing periksa sekitar patung
tadi, sementara Lam-kong Pak sendiri telah menyusup
masuk kedalam ruangan dan menyembunyikan diri
dibelakang sebuah patung area.
Suma Ing sedang pusatkan semua perhatiannya pula.
memeriksa sebentar patung area dari cu-kat Khong Beng
karena itu ia tidak merasakan kehadiran seseorang
disekitarnya dengan tangannya yang kuat dia mulai
mengetuk seputar dada patung tersebut ^criing... cring ..^
kecuali bunyi gemerincing tidak nampak suatu pertanda
apapun yang mencurigakan.
SUMA Ing segera berputar kebelakang patung dan
mengetuknya berulang kali disekitar sana akhirnya ia
bergumam seorang diri
"Sepasang tangan cu-kat khong Beng diangkat lurus
keatas, seandainya payung sengkala itu benar2 berada
dalam sakunya. maka benda itu pasti berada diantara kedua
belah tangannya..."
Dengan tanganya ia meraba pakaian patung cu-kat
Khong Beng itu, lalu dengan sepanuh tenaga ditarik
kebawah....^Kraaakk^ sepasang lengan itu ternyata
bergerak kebawah kemudian seCepat kilat memeluk
pinggang pemuda she Suma itu.
Suma Ing merasa amat terperanjat. dengan cepat ia
menyingkir tiga langkah kesamping siapa tahu patung area
itu dapat pula menggerakaan badannya, patung itu miring
kesamping dan kembali memeluk kearah pinggang pemuda
itu. Dengan sekuat tenaga Suma Ing melancarkan sebuah
pukulan gencar kearah patung itu. pukulan itu dengan telak
menghajar dibawah sikut kiri patung tadi...Braaak tiba2
sebuah benda terjatuh dari balik ujung baju patung tersebut,
Suma Ing jadi amat gembira. dia lihat benda itu
panjangnya kurang lebih tiga depa dengan lebar setengah
depa terbungkus rapi oleh selembar kulit menjangan yang
kuat. Dengan cepat dia pungut benda itu lalu dipeluknya erat"
karena gembira ia menjerit-jerit keras.
Siapa tahu belum habis ia tertawa kegirangan Lam-kong
Pak dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat telah
menerjang kedepan, sekali menyambar tahu2 sudah berhasil
merampas benda tadi dan mengundurkan diri sejauh satu
tombak dari tempat semula.
"Heeeehhh...heeehhh...heeehh, bajingan anjing durjana
engkau tak menyangka bukan?" ejeknya, "kalau benda
mustika semacam ini sampai terjatuh ketanganmu, Thian
loo-ya benar2 sudah salah melihat
haahh...haaahh...haaahhh"
Paras muka Suma Ing yang jelek dan menyeramkan itu
mulai berkerut kencang, dari perubahan mimik wajahnya
dapat diketahui betapa gusar dan bencinya pemuda itu
terhadap lawannya, ia tak menyangka kalau
kegembiraannya akan sia-sia belaka, bukan saja benda
mustika itu sudah terjatuh ketangan Lam-kong Pak, bahkan
keselamatan jiwanya benat2 sangat terancam.
Kendatipun berada dalam keadaan yang sangat tidak
menguntungkan, namun manusia durjana tersebut tetap
bersikap cerdik, otaknya berputar keras berusaha mencari
jalan keluar, sementara biji matanya berputar kian kemari,.
Mendadak ia tertawa dingin, serunya:
"Lam-kong Pak. semua orang mengatakan engkau
adalah seorang pria jujur yang tak berbuat curang, tapi
kalau ditinjau dari perbuatan serta tingkah lakumu pada
malam ini... Huuh rupanya nama besarmu itu hanya nama
kosong belaka"
"Anjing durjana lebih baik jangan coba2 menggunakan
siasat miskin seperti itu untuk menipu aku, sekalipun
engkau ngobrol sampai lidahmu terbelah dan bibirm
upecah, tak nanti aku bakal tertipu lagi oleh siasat busukmu
itu" "Lam-kong Pak. tenaga dalam yang kita miliki seimbang,
bila kita benar2 beradu kepandaian sesuai dengan
kemampuan masing2. belum tentu engkau bisa menandingi
diriku" "Huuh lebih baik jangan tekebur, kalau engkau tidak
percaya silahkan mencoba sendiri"
Suma Ing segera tertawa dingin.
"Heehh...heeehh..heehh.. sungguh tak kusangka ternyata
engkau pun telah mempelajari kelicikan serta kekejian
orang persilatan"
"Sejak kapan aku mempelajari kekejian dan kelicikan
orang persilatan?"
"Payung sengkala toh berada ditanganmu, seandainya
sampai terjadi pertarungan maka bisa saja engkau
menyerang aku dengan menggunakan payung mustika
tersebut, dalam keadaan begitu tentu saja aku suma Ing
bukan tandinganmu, Hmm engkau anggap aku benar2 tidak
tahu akan siasat busukmu itu"
"Kalau aku hendak membinasakan dirimu, maka
sekalipun engkau punya sepuluh lembar nyawa
cadanganpun tetap akan habis semua ditanganku. buat apa
aku musti menggunakan Payung sengkala benda mustika
tersebut untuk menghadapi dirimu?"
"Huuh kalau bicara melulu tanpa bukti sama sekali tak
ada gunanya, beranikah engkau letakkan payung sengkala
itu diatas tanah kemudian baru berduel satu lawan satu
dengan aku?"
Lam-kong Pak tertawa dingin"Heehah heehhh-heehhh... anjing jahanam engkau ingin
mengincar benda mustika ini" jangan bermimpi ditengah
hari belong."
"Aah rupanya engkau hanya bisa menggunakan hal
tersebut sebagai alasan, aku rasa engkau sibangsat cilik
sama sekali tidak memiliki ilmu silat yang sungguh2 hebat
tapi selama ini hanya mengandalkan sementara jago lihay
untuk melindungi dirimu."
"Heehh-heehh heeh... Sauma Ing "seru Lam kong pak
sambil tertawa dingin, "maksud dan tujuanmu sudah amat
jelas sekali. bukankah engkau hendak menggunakan
kesempatan yang sangat baik itu untuk merampas payung
sengkala tersebut" aku tak nanti akan tertipu oleh mu"
"Hmm payung sengkala ini akan kugantungkan diatas
punggungku dan aku tak nanti akan mempergunakannya
sekarang engkau boleh berlega hati bukan?"
Bicara sampai disitu pemuda itu benar2 mengga
ntungkan payung sengkala tersebut di atas punggungnya.
Melihat siasatnya sama sekali tidak termakan oleh
musuhnya kembali Suma ing putar sepasang biji matanya
sambil tertawa seram ia berseru:
"Lam-kong Pak isi perutku yang terluka belum sembuh
benar2, aku tahu kalau kepandaian silatku masih belum
mampu menandingi dirimu. Nah, kalau mau turun tangan
cepatlah turun tangan"
"Sekalipun aku akan membinasakan engkau akan
kubunuh dirimu setelah engkau benar-benar merasa takluk,
sekarang cepatlah mulai turun tangan"
Suma Ing menyeringai dan tertawa seram,
"Heeehh-heeeh-heeehh, kenapa engkau musti berlagak
pilon?" meskipun payung sengkala diatas punggungmu toh
setiap saat dapat kau lepaskan dan kau gunakan sekalipun
aku Suma Ing harus mati ditanganmu aku akan mati setelah
menjadi jelas duduknya persoalan"
Lam-kong Pak jadi sangat mendongkol, sambil tertawa
dingin serunya.
"Baiklah sebelum kubunuh dirimu, akan kusuruh engkau
pentangkan mata lebar2 sehingga dapat mati dengan mata
meram, akan kuturuti kemauanmu itu. Hehmm .. . hemm
bukannya aku Lam-kong Pak sengaja mengibul, kalau
engkau pingin rampas benda mustika itu maka
kemampuanmu masih belum berhasil mencapai puncak
kemampuan tersebut."
"Nah begitulah baru bisa dikatakan seorang pria sejati
seorang lelaki gagah perkasa, sekalipun aku Suma Ing tak
mampu menandingi dirimu dan mati, tak nanti akan
kuucapkan sepatah katapun kata2 yang bernada
menggerutu."
Lam-kong Pak lepaskan payung sengkala tersebut dari
punggungnya kemudian diletakkan diatas tanah. setelah itu
baru ujarnya: "Suma Ing. sekarang engkau tak usah kuatir
lagi." Suma Ing melirik sekejap kearah payung sengkala
tersebut. benda mustika itu terletak ditengah2 mereka
berdua yang berjarak sama antara yang satu dengan


Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lainnya, tapi ia sadar bahwa kecepatan gerakan tubuhnya
jauh kalau dibandingkan kecepatan Lam-kong Pak, karena
itu mau tak mau dia musti menggunakan otaknya untuk
mengatasi persoalan itu.
Menyaksikan tingkah laku dari musuhnya. Lam-kong
Pak segera tertawa dengan sambil berseru:
"Tidak usah putar otak untuk mencari akal busuk lagi,
engkau tak akan berhasil mendapatkan benda mustika itu,
ayohlah cepat turun tangan "
Sepasang mata Suma Ing berputar tiada henti. mendadak
wajahnya berubah dan dihiasi dengan senyum menyeringai
yang mengerikan sekali, dia membentak keras. dengan
menghimpun hawa murni Kun-tun-kang-kienya sebuah
pukulan dahsyat dilepaskan kearah depan, begitu pukulan
dilepaskan ia sendiri menyingkir kearah samping.
Tentu saja Lam-kong Pak sama sekali tidak takut untuk
menghadapi musuhnya. dengan cepat ia putar telapak
untuk menyambut datangnya ancaman tersebut.
"Blaammm . . " benturan keras yang memekikkan telinga
berkumandang memecahkan kesunyian, tubuh Lam-kong
Pak sama sekali tidak bergeming barang sedikitpun juga . ia
sadar bahwa tenaga dalamnya telah memperoleh kemajuan
pesat. mungkin itulah hasil dari telur ikan leihi bergaris
merah serta buah besar dimakan belum lama berselang.
Siapa tahu belum habis ingatan tersebut berkelebat lewat
dalam benaknya, Suma Ing sudah ayunkan telapaknya dan
melemparkan sebuah betol porselen kedepan.
Ketika botol kecil itu mencapai setengah jalan, kembali
Suma Ing melancarkan sebuah pukulanLam-kong Pak jadi amat terperanjat ia tahu isi botol
tersebut adalah air keras Sim wi ceng-sui milik salju bulan
keenam Tong Hui. dan pukulan yang disusulkan oleh Suma
Ing tersebut telah menghancurkan botol tadi sehingga
membuat air racun yang berada dalam botol tadi
bermuncratan keempat penjuru. wilayah seluas lima enam
tombak disekitar tempat itu seketika terkurung oleh hujan
air racun. Mau tak mau terpaksa Lam-kong Pak harus menyingkir
kesamping, pada saat itulak Suma Ing segera berkelebat
maju kedepan sambil menyambar payung sengkala tersebut.
Setelah berhasil menyapu kebalik air racun yang
menyebar kearahnya, Lam-kong Pak menyerang pula
kedepan sambil berusaha menyambar payung sengkala
tersebut. namun gerakan tubuhnya terlambat satu tindak,
pada saat yang terakhir pihak lawan berhasil memegang
senjata itu lebih dahulu.
Dalam Cemas dan gelisahnya hawa murni bayi saktinya
secara otomatis menerjang keluar dari selangkangan dan
langsung menghantam bahu kiri Suma ing.
Manusia durjana itu seketika merasakan badannya kena
dihantam sehingga terasa amat sakit. namun ia bersikeras
tetap memegang payung sengkala tersebut tanpa dilepas
barang sebentarpun juga .
Bagaimanapun juga Lam-kong Pak adalah seorang
pemuda yang berhati baik, ia tahu andaikata terjangan ini
dilanjutkan, dalam keadaan tak terhadang oleh hawa
murninya niscaya Suma Ing akan dihantam sehingga
tubuhnya hancur ber-keping2, diam2 ia menghela napas
panjang dan segera tarik kembali hawa murni bayi saktinya.
Pada saat itulah Suma Ing sudah berhasil mendapatkan
payung sengkala itu, sambil loncat mundur satu tombak
kebelakang ia tertawa keras tiada hentinya.
"Haahhh-haaahh-haaahh.. Lam-kong Pak, rupanya
Perguruan Sejati 8 Kisah Dua Saudara Seperguruan Karya Liang Ie Shen Harpa Iblis Jari Sakti 15

Cari Blog Ini