Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo Bagian 13
Kalau kita mau mengenal diri sendiri, akan nampaklah bahwa hal ini adalah karena kita merasa diri sendiri kosong, hampa, tidak berarti. Oleh karena itu kita mencari sesuatu yang lebih berarti, yang akan dapat "mengangkat" diri pribadi kita ke tempat yang lebih berarti, melalui partai, melalui perkumpulan, melalui negara,melalui bangsa, melalui agama.
http://kangzusi.com
Dan untuk meraih nilai yang lebih tinggi ini maka kita mengesampingkan diri pribadi sendiri, kita menyamakan diri dengan bangsa, negara, dan sebagainya. Dan di dalam semua itu TERDAPAT KESENANGAN!
Inilah sebabnya!
Kalau begitu, agaknya tidak akan pernah mungkin ada perdaimaian di dunia ini!
Tidak mungkin perang berakhir! Kapankah dunia ini akan menjadi tempat yang aman damai tanpa perang untuk seluruh 699
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
manusia, di mana selain tidak ada perang juga tidak ada permusuhan, dan manusia hanya mementingkan
kesejahteraan seluruh manusia di dunia yang merata dan tidak ada lagi kelaparan dan penindasan"
Agaknya kalau sudah tidak ada pemimpin-pemimpin yang mementingkan diri pribadi,sudah tidak ada orang perorangan, atau kelompok yang mengejar-ngejar kekuasaan melalui kedudukan , harta, kepandaian dan lain-lain, kalau sudah tidak ada perpecahan-perpecahan yang melenyapkan nilai manusia, kalau yang menjadi faktor utama dan terpenting adalah manusia, bukan agama, bukan politik, bukan negara,bukan bangsa, bukan kedudukan atau harta, kepandaian atau kekuasaan, barulah mungkin bicara tantang perdamaian.
Selama nilai manusia sendiri tenggelam,teruruk oleh perpecahan-perpecahan yang lebih dipentingkan seperti agama,politik, bangsa,dan sebegainya itu, sudah tentu saja akan selalu timbul pertentangan, permusuhan, iri hati, kebencian, yang kesemuanya terkumpul lalu meletus menjadi perang. Dan itu tentu saja berlaku untuk seluruh manusia di dunia, karena kalau sudah benar-benar manusia yang menjadi faktor utama, maka sebutan bangsa dan lain-lain itu tidak ada pengaruhnya lagi bagi kehidupan.
*d-w* Dua orang cantrik itu terheran-heran melihat Sang Empu http://kangzusi.com
bangun dan duduk dengan mata masih terpejam, kemudian berkata perlahan, "Cantrik, apakah kalian berdua masih ingat kepada muridku Sulastri?"
Dua orang cantrik itu saling pandang. Tentu saja mereka ingat, karena gadis lincah murid pertapa ini selama empat tahun berada di situ dan mereka berdua adalah penghuni dusun di lereng Bromo dan sudah mengenal dara itu. Mereka baru saja menjadi cantrik melayani Empu Supamandrangi, semenjak kepergian Sulastri dari situ.
700 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba ingat, Sang Empu!" jawab seorang di antara
mereka. "Kalau begitu ingat baik-baik, jika ada terjadi sesuatu kelak di pertapaan ini,kalian pergi carilah Sulastri."
"Ke mana hamba harus mencarinya?"
"Ke Mojopahit, Tuban, atau Lumajang....." Setelah berkata demikian, Empu Supamandrangi merebahkan diri kembali dan tidur pulas, seolah-olah dia tadi hanya mimpi saja.
Dua orang cantrik itu saling pandang dan merasa heran.
Sudah tiga pekan Sang Empu menderita sakit. Tadi mereka sedang bekerja di ladang ketika mereka seperti mendengar suara Empu Supamandrangi memanggil meraka. Bergegas mereka memasuki kamar Sang Eampu hanya untuk
mendapatkan kakek itu tidur nyenyak! Dan tiba-tiba kakek itu bangun duduk dengan mata terpejam dan mengatakan pesan itu kepada mereka!
Memang terjadi perubahan di pondok pertapaan Empu
Supamandrangi semenjak Sulastri meninggalkannya. Dahulu, kakek ini sudah biasa hidup menyendiri. Akan tetapi semenjak Sulastri menjadi muridnya dan adanya gadis itu merupakan cahaya cerah dalam kehidupannya, lalu gadis itu pergi turun gunung, Empu Supamandrangi seringkali merasa kesepian!
Pula, dia merasa bahwa usianya sudah amat tua, hidup tentu http://kangzusi.com
tidak akan lama lagi dan daripada dia membawa semua pengertiannya itu lenyap bersama kematiannya lebih baik dia tinggal-tinggalkan kepada orang lain agar dapat diamalkan.
Oleh karena itu, dia lalu mengambil dua orang cantrik dari penghuni dusun yang berada di lereng gunung dan mereka ini selain menjadi cantrik yang mempelajari soal-soal kebatinan, juga bertugas melayaninya.
Beberapa hari kemudian setelah pagi hari itu Sang Pendeta meninggalkan seperti orang mimpi, keadaan kesehatan Empu Supamandrangi berangsur sembuh dan biar pun tubuhnya 701
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih lemah, namun dia sudah dapat turun dari pembaringan dan berjalan-jalan.
Pesan itu tidak lagi disinggung-singgung, dan sudah hampir terlupa oleh dua orang cantrik itu yang menganggap bahwa mungkin Sang Pendeta itu hanya bermimpi.
Akan tetapi pada suatu senja, muncullah dua orang tamu di depan pondok Sang Pertapa. Ketika dua orang cantrik itu mendengar bahwa mereka datang dari Mojopahit, dari kota raja dan hendak bertemu dengan Sang Empu, bergegas
mereka melaporkan kedatangan dua orang tamu itu kepada Empu Supamandrangi.
Kakek ini cepat membereskan pakaiannya dan keluar dari dalam kamar, menyambut dua orang yang mengaku datang dari Mojopahit itu. Ketika melihat bahwa yang datang adalah seorang kakek berpakaian resi dan seorang pemuda yang amat gagah perkasa, dia cepat menyambut dengan hormat, mempersilahkan mereka duduk di ruang tamu dan menyuruh cantrik mengambil minuman.
"Sungguh merupakan kehormatan besar bagi saya
menerima kunjungan tamu-tamu yang terhormat, akan tetapi juga merupakan hal yang mengejutkan dan mengherankan karena tempat yang sunyi ini jarang sekali didatangi tamu,"
Empu Supamandrangi berkata sambil menatap tajam wajah pemuda itu setelah mengerling kepada kakek berpakaian resi.
http://kangzusi.com
"Siapakah Andika berdua, dari mana dan ada keperluan apakah datang berkunjung ke pertapaan yang sunyi ini?"
Resi itu tersenyum lebar dan menjawab, "Harap Andika maafkan kalau kedatangan kami mengganggu. Saya adalah Resi Harimurti dan dia ini adalah Sutejo. Kami berdua sengaja datang karena diutus oleh Adimas Resi Mahapati dari Mojopahit. Kiranya Andika mengenal nama Adimas Resi Mahapati."
702 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Empu Supamandrangi mengerutkan alisnya yang sudah
hempir putih semua itu. "Resi Mahapati" Hemm, saya teringat nama itu.... kalau tidak salah, seorang Resi Kerajaan Mojopahit dan menjadi seorang punggawa, bukan" Akan tetapi....biar pun saya sudah dengar tentang dia, saya tidak mengenalnya secara pribadi dan seingat saya, tidak ada urusan antara dia dan saya...."
"Memang sebenarnyalah demikian, Saudara Empu
Supamandrangi. Akan tetapi kami diutus oleh Adimas Resi Mahapati sebagai ponggawa setia dari Kerajaan Mojopahit yang menerima perintah dari Gusti Ratu Sri Indreswari dan Gusti Pangeran Pati sendiri."
"Ah, begitukah?" Empu Supamandrangi memandang
dengan mata terbelalak dan hatinya merasa tidak enak.
"Sungguh makin menakjubkan sekali. Ada urusan penting apakah gerangan maka kerajaan teringat kepada seorang tua seperti aku, Sang Resi?"
"Begini persoalannya, Saudara Empu. Sudah lama sekali Gusti Pangeran Pati Kolo Gemet menginginkan keris pusaka Kolonadah." Dia berhenti sebentar dan memandang kepada kakek yang mengangguk-angguk itu. "Dan karena sampai kini keris pusaka itu belum juga berhasil didapatkan untuk dihaturkan kepada Gusti Pangeran, maka Adimas Resi
Mahapati mohon bantuan Saudara Empu."
http://kangzusi.com
Empu Supamandrangi mengerutkan alisnya. Dia sudah
mengutus muridnya, Sulastri,untuk menyerahkan keris pusaka itu kepada Pangeran Kolo Gemet, mengapa sampai kini belum juga pusaka itu diterima oleh Sang Pangeran"
"Kalau keris pusaka itu lenyap dan belum bisa didapatkan, bagaimana saya dapat menolong, Sang Resi?" tanyanya.
"Karena Andika adalah pencipta keris pusaka Kolonadah, maka kini untuk meredakan kedukaan dan kemarahan Gusti Pangeran, Resi Mahapati minta bantuan Andika agar suka 703
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuatkan sebatang keris yang sama dengan Kolonadah untuk diberikan kepada Gusti Pangeran."
"Ahhh.....!" Empu Supamandrangi tertegun, lalu
menggelengkan kepalanya. "Hal itu tidak mungkin saya lakukan! Kolonadah tidak boleh dipalsukan begitu saja! Keris itu adalah sebuah pusaka kerajaan yang mengandung daya mujijat...."
"Hendaknya Andika ingat bahwa keris ini adalah untuk meredakan kedukaan Gusti Ratu Sri Indreswari dan puteranya, Gusti Pangeran Pati Kolo Gemet."
Akan tetapi Empu Supamandrangi menggeleng-gelengkan kepalanya. "Sungguh bukan pertanda baik untuk
mempermainkan ratu dan Pangeran Pati, dan sungguh lebih tidak baik lagi untuk memalsukan Kolonadah...."
"Akan tetapi ini merupakan perintah dan kepentingan Mojopahit, Saudara Empu!"
Suara Resi Harimurti sudah berubah kaku karena hatinya mengkal melihat kekerasan hati kakek yang menolak itu.
"Apakah harus saya katakan bahwa Andika membangkang perintah dan tidak mau berbakti kepada Mojopahit, bahkan menentang Mojopahit?"
Sang Empu mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi ke atas dan menggeleng kepala.
http://kangzusi.com
"Sama sekali tidak! Wahai.... betapa mudahnya sekarang ini orang dikatakan menentang dan membangkang kerajaan!" Dia menarik napas panjang. "Bukan sekali-kali saya menentang dan menolak Sang Resi, akan tetapi karena itu bukanlah jalan yang baik. Seharusnya keris Kolonadah yang asli itulah yang harus dihaturkan kepada pangeran."
"Apakah Andika tahu bagaimana harus memperoleh
kembali Kolonadah yang hilang?"
704 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, mana saya tahu" Saya telah mengutus murid saya untuk mencari keris itu dan menyerahkan kepada Pangeran Pati, akan tetapi...." Dia termangu-mangu karena merasa heran mengapa muridnya itu belum berhasil.
"Maaf, Eyang Empu. Apakah Eyang maksudkan
Bromatmojo?" Tiba-tiba Sutejo yang sejak tadi mendengarkan saja bertanya.
Empu itu membelalakkan mata, memandang kepada Sutejo dengan mata tajam dari bawah alisnya yang putih. "Orang muda, Andika mengenal murid saya?"
"Bukan hanya mengenal, Eyang, bahkan menjadi sahabat baik! Bahkan kami berdua telah berhasil mendapatkan keris pusaka Kolonadah itu, akan tetapi ketika keris itu kami titpkan kepada Empu Singkir, keris itu lenyap dilarikan oleh Ki Ageng Palandongan. Kemudian keris itu dapat diperoleh kembali oleh paman Resi ini dari Ki Ageng Palandongan, akan tetapi telah dirampas kembali oleh orang-orang yang sampai kini belum kami ketahui siapa. Mungkin orang-orangnya meraka yang hendak memberontak terhadap Mojopahit. Sedangkan Adi Bromo......eh, maksud saya murid Eyang.....yang selama ini menyamar sebagai pemuda tampan..."
"Ha-ha, memang dia bocah nakal sekali! Paling suka
menyamar sebagai pria, akan tetapi Sulastri adalah anak cerdik. Tentu dia akan bisa mendapatkan kembali keris pusaka http://kangzusi.com
itu." Sutejo menjadi bengong, jantungnya bedebar keras dan matanya terbelalak memandang kakek itu. Tadi dia
memancing, dan ternyata benar bahwa Bromatmojo adalah seorang gadis yang bernama Sulastri! Dan mengakunya dahulu nama aslinya Sulastomo!
"Eh, kau kenapa, orang muda?" Empu Supamandrangi
bertanya. 705 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak apa-apa, Eyang..... hanya.....eh, Adi Bromo itu.....
tidak pernah mengaku bernama Sulastri..." Sampai di sini Sutejo tidak membuka mulut lagi, masih bedebar jantungnya dan membayangkan Bromatmojo yang mata keranjang
terhadap wanita itu! Pantas saja menggodanya dan sengaja menciumi wanita, bersikap mesra terhadap wanita. Kiranya semua itu hanya untuk menggodanya!
"Bagaimana, Sudara Empu" Keris pusaka Kolonadah sudah lenyap dan tentu kami akan terus mencari sampai kembali ke tangan kami. Akan tetapi sementara ini, Adimas Resi Mahapati ingin meredakan kedukaan dan kemarahan Gusti Pangeran dengan keris buatan saudara Empu juga, yang serupa dengan Kolonadah. Tentu saja kalau Kolonadah sudah kembali ke tangan kami, akan segera kami haturkan kepada Gusti Pangeran sebagai pengganti sementara itu."
Empu Supamandrangi menundukkan kepalanya dan
berpikir. Dia sudah mempunyai banyak pengalaman hidup, dan dapat menilai orang. Resi yang duduk di depannya ini bukan seorang manusia yang baik, penuh diliputi hawa nafsu yang berkobar-kobar.
Juga dia dapat menduga bahwa resi itu mempunyai
kesaktian tinggi. Apalagi pemuda itu! Biar pun masih muda, namun pemuda yang datang bersama resi itu jelas merupakan murid seorang yang amat sakti, dan pemuda itu biar pun tidak http://kangzusi.com
dapat dia katakan seorang yang berwatak buruk, namun sekali ini datang sebagai pengemban tugas kerajaan. Kalau dia berkeras, menolak, sudah pasti akan timbul keributan dan dia yang baru saja sembuh dari sakit harus mengukur dulu sampai di mana kekuatan kedua lawan ini sebelum mengambil
keputusan. Setelah menarik napas panjang. Empu Supamandrangi lalu berkata, "Resi Harimurti,karena memang perintah yang Andika bawa itu datang dari Mojopahit dan demi kepentingan Gusti Ratu dan Gusti Pangeran Pati, sudah tentu saja saya sebagai 706
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rakyat kecil tidak berani untuk menolak. Akan tetapi, membuat keris seperti Kolonadah bukan hal yang main-main dan harus menggunakan bahan yang khas. Baiknya saya masih
mempunyai bahan Tosan aji (baja mulia) yang dulu saya pergunakan untuk membuat Kolonadah. Namun ada satu hal yang tidak dapat saya paksakan untuk membuat keris itu kalau syaratnya tidak dapat dipenuhi, Sang Resi."
"Hemm, apakah syarat itu" Tanya Resi Harimurti.
"Tosan aji ini bukan sembarang besi atau baja dan seolah-olah mempunyai naluri yang kuat. Dia memberi tanda apakah dia mau dibentuk menjadi keris ataukah tidak, tanda yang merupakan syarat yaitu apabila dia dapat ditekuk, itu tandanya bahwa dia rela dibentuk menjadi keris. Akan tetapi apabila tidak dapat, apa pun yang akan kita lakukan, dia tidak mungkin bisa dibentuk menjadi keris."
"Hemm, keluarkan tosan aji itu hendak kulihat!" kata Resi Harimurti yang percaya penuh bahwa dia akan mampu
menekuk besi itu. Berapa sih kuatnya sepotong besi"
Terbungkuk-bungkuk Empu yang sudah tua itu
meninggalkan ruangan tamu dan memasuki kamarnya.
Kesempatan ini dipergunakan oleh Resi Harimurti kepada Sutejo, "Bagaimana pendapatmu, Sutejo. Apakah dia akan membohongi kita?"
http://kangzusi.com
Sutejo menggeleng kepalanya. "Kurasa tidak, Paman Resi.
Dia tidak bohong dan kita harus percaya kepadanya dan mencoba apakan tosan aji itu dapat ditekuk atau tidak. Kita tidak dapat melawan kekuatan alam."
Jawaban ini tidak memuaskan hati Resi Harimurti, akan tetapi dia tidak berkata apa-apa lagi karena Empu
Supamandrangi telah datang kembali membawa sebuah
bungkusan kain kuning yang panjangnya ada satu kaki lebih.
"Inilah tosan aji itu, Sang Resi," katanya sambil meletakkan bungkusan di atas meja dan membukanya. Tampaklah kini 707
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepotong besi yang kelihatannya biasa saja, hanya bersinar agak kehijauan. Empu Supamandrangi maklum bahwa dalam keadaan lemah seperti sekarang, dia tidak akan mampu menekuk baja itu, bahkan dalam keadaan sehat sekali pun hanya dengan mengerahkan seluruh tenaganya saja dia akan dapat menekuknya. Maka dia mempergunakan kekuatan tosan aji itu untuk menguji kepandaian dua orang tamunya. Kalau mereka mampu menekuk baja itu, berarti dia tidak akan mampu melawan mereka dan dia harus mentaati permintaan mereka.
"Ah, inikah, Saudara Empu" Kalau begitu, coba Andika menekuknya."
Empu Supamandrangi menggeleng kepala. "Tosan aji ini seperti hidup dan mempunyai pengertian. Dia hanya
memandang kepada orang yang menghendaki dia menjadi keris. Kalau, dia setuju, biar pun yang menghendakinya itu anak kecil, dia akan dapat ditekuk oleh anak itu. Sebaliknya, kalau dia tidak mau, biar yang menghendakinya itu orang yang bertenaga besar, kiranya tidak akan kuat menekuknya."
Resi Harimurti memandang potongan besi itu dengan mata mengejek. "Jadi kalau kami berdua yang menghendaki, harus kami berdua yang menekuknya?"
"Begitulah."
http://kangzusi.com
"Hemm, apa sih anehnya besi semacam ini" Berapa sih kekuatan besi seperti ini" Empu Supamandrangi, kami bukanlah anak-anak kecil yang bodoh dan dapat
dipermainkan."
"Resi Harimurti, kalau orang-orang yang memiliki kesaktian seperti Andika berdua tidak mampu menekuknya, apalagi saya seorang tua, bagaimana mungkin saya akan dapat memaksa tosan aji ini menjadi keris" Cobalah dan lihat apakah dia rela atau tidak dibentuk pusaka."
708 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil tertawa Resi Harimurti mengambil potongan besi itu dan dia merasa betapa besi itu dingin sekali, dingin dan berat.
Akan tetapi, mengandalkan kesaktiannya sendiri, dia tetap tersenyum, lalu memegang besi itu di kedua ujungnya dengan dua tangan, kemudian dia mengerahkan aji kesaktiannya, mengumpulkan tenaga saktinya kemudian menekuk potongan besi itu. Akan tetapi, betapa kagetnya ketika dia mendapat kenyataan bahwa besi itu kuat bukan main dan seperti terdapat tenaga mujijat di dalamnya yang menahan tenaga tekukannya. Potongan besi itu tidak dapat ditekuknya!
"Ehhh....?"" Dia berseru heran dan penasaran, kemudian dia mengerahkan pula seluruh tenaganya, kedua kakinya memasang kuda-kuda sehingga dia hampir berjongkok,
kemudian mengerahkan tenaga dari pusar yang naik ke dalam kedua lengannya, menjalar ke dalam tangannya dan jari-jari tangannya, lalu dia memusatkan tenaga itu dan kembali berusaha menekuk potongan besi itu.
"Heeggghhh....!" Dari tenggorokannya keluar suara dari tenaganya yang membocor keluar, namun tetap saja
potongan besi itu kaku tak dapat ditekuknya!
"Uhhhh!" Dia merasa malu, penasaran dan juga marah.
Hampir saja dia membuang potongan baja itu saking malu dan marahnya, akan tetapi Sutejo cepat mengulurkan tangannya dan berkata, "Paman Resi, biarkan saya mencobanya."
http://kangzusi.com
Mendengar ini, dengan muka merah Resi Harimurti tidak jadi membuang besi itu dan menyerahkannya kepada Sutejo, lalu duduk dengan wajah muram dan menggunakan tangan mengusap keringat di dahinya, matanya mengerling ke arah Empu Supamandrangi dengan marah.
"Jangan kecil hati Sang Resi. Andika tidak dapat
membekuknya itu berarti bahwa Andika tidak berjodoh."
"Biar saya mencobanya, Eyang Empu, siapa tahu saya yang berjodoh," kata Sutejo dan karena pemuda ini maklum bahwa 709
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tosan aji itu merupakan benda mujijat yang mempunyai kekuatan mujijat pula, maka dia tidak mau main-main dan begitu dia hendak mulai membekuk tosan aji itu, lebih dulu dia memegang tosan aji itu dengan kedua tangan, mengangkat tinggi di atas ubun-ubun kepalanya sebagai tanda
penghormatan, kemudian dia menyembah ke arah Empu
Supamandrangi, dan barulah dia memasang kuda-kuda, kedua kakinya terpentang lebar, lutut agak ditekuk, kemudian dengan kedua tangan memegang kedua ujung besi itu, dia menggerakkan lengannya mula-mula lurus ke depan, lalu membuat lingkaran ke atas dan tiba-tiba ditarik ke arah ulu hatinya, diam sejenak, memejamkan mata, bibirnya bergerak membaca mantera kemudian tiba-tiba dia mengeluarkan suara melengking nyaring, suara yang menggetarkan ruangan itu sambil mengerahkan tenaga menekuk potongan besi. Empu Supamandrangi memandang dengan mata terbelalak, dan Resi Harimurti memandang kagum ketika melihat betapa potongan besi itu ternyata telah dapat ditekuk oleh Sutejo! Pemuda itu dengan tenang dan tersenyum lalu meletakkan besi yang sudah melengkung itu ke atas meja, lalu duduk kembali.
"Aha, kiranya tosan aji itu berjodoh dengan Sutejo!" kata Resi Harimurti, memuji sambil menutupi rasa malunya karena dia tadi tidak kuat menekuknya. Dengan mengatakan
berjodoh, maka berarti bahwa dia bukan kalah kuat oleh pemuda itu, melainkan besi itu yang tidak berjodoh dengan http://kangzusi.com
dia dan tidak mau ditekuk olehnya!
Dengan pandang mata masih menatap wajah Sutejo, Empu Supamandrangi berkata lirih, "Benar....memang berjodoh dengan dia...." kemudian tiba-tiba dia bertanya kepada Sutejo, dengan suara mendesak, "Anakmas Sutejo, ada hubungan apakah antara Andika dengan Kakang Panembahan
Ciptaning?"
Terkejutlah Sutejo mendengar pertanyaan ini, apalagi ketika dia melihat betapa sinar mata kakek itu mencorong 710
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penuh selidik. "Beliau adalah Guru saya, juga Eyang Guru saya karena dahulu, mendiang Ayah saya Lembu Tirta adalah murid Beliau. Bagaimana Eyang Empu dapat mengetahuinya?"
Sepasang mata tua itu terbelalak dan mulut ompong itu tersenyum. "Aihh, kiranya engkau putera Lembu Tirta dan murid Kakang Panembahan Ciptaning" Tentu saja aku
mengetahui karena aku mengenal gerakanmu tadi, orang muda. Gurumu itu sahabat baikku. Andaikata aku tahu bahwa engkau adalah muridnya tadi, tentu saja aku tidak akan ragu-ragu lagi......ah, Anakmas Sutejo, mengingat akan
persahabatan antara Gurumu dan aku, maukah engkau
berjanji kepadaku?"
Sutejo meresa kagum dan suka kepada kakek ini, apalagi mengingat kakek ini adalah Guru Bromatmojo. "Tentu saja, Eyang Empu. Katakanlah, apa pesan Eyang itu?"
"Kelak, aku titip Sulastri muridku kepadamu, Kulup. Kau amat-amati dia, karena dia amat muda.... kau bimbinglah dia.
Maukah kau berjanji?"
Berdebar rasa jantung Sutejo dan terbayanglah wajah tampan yang nakal dan suka menggodanya itu, yang kini terbayang sebagai wajah seorang dara jelita yang kenes. Dia mengangguk-angguk. "Saya berjanji, Eyang. Dan sebelum Eyang pesan pun,dia adalah seorang sahabat saya yang akrab."
http://kangzusi.com
"Syukurlah, Kulup. Nah, lega sekarang hatiku. Resi
Harimurti, kini tidak ragu-ragu lagi untuk membuatkan keris itu, keris yang akan serupa benar dengan Kolonadah."
"Berapa lama kiranya dapat selesai?" tanya Resi Harimurti.
"Tiga hari tiga malam cukuplah. Dan Andika berdua tentu saja boleh tinggal di sini menjadi tamuku. Bocah cantrik.....?"
Empu Supamandrangi yang kini tiba-tiba kelihatan gembira dan tangkas itu berteriak.
711 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang cantrik yang berada di luar itu bergegas datang dan menyembah.
"Kau bersihkan kamar-kamar untuk para tamu dan engkau cepat membuat api di puputan."
Dua orang cantrik itu menyembah dan cepat pergi untuk mengerjakan perintah guru mereka.
Selama tiga hari Sutejo dan Resi Harimurti tinggal di pertapaan itu. Sutejo tinggal di puncak yang indah itu, dan setiap hari dia pergi menikmati pemandangan alam di sekeliling puncak sambil membayangkan betapa selama empat tahun Bromatmojo berada di tempat ini, berguru kepada Empu Supamandrangi. Kalau tidak pergi berjalan-jalan, dia membantu para cantrik bekerja di ladang dan kalau malam dia lebih senang tidur bersama cantrik sambil membicarakan keadaan Sulastri yang dikenal oleh cantrik sebagai murid Empu Supamandrangi ketika mereka belum menjadi cantrik, dan tidak pernah Sutejo tidur bersama Resi Harimurti. Dia memang tidak suka kepada resi itu dan kalau dia terpaksa bekerja sama adalah karena mereka sama-sama melakukan tugas yang diperintahkan oleh kakak iparnya, Resi Mahapati.
Pada hari itu, karena merupakan hari terakhir dan menurut janji Empu Supamandrangi keris akan jadi pada hari itu, Sutejo kembali pergi berjalan-jalan sampai jauh meninggalkan pondok dan menuju ke puncak dekat kawah Bromo yang amat http://kangzusi.com
dasyat, mengerikan dan mempesonakan. Dia hendak
menikmati keadaan di sekitar tempat itu pada hari terakhir ini sebelum dia meninggalkan gunung ini. Sama sekali pemuda ini tidak menyangka akan terjadi hal yang amat hebat di dalam pondok pertapaan Empu Supamandrangi.
Karena pada hari ke tiga itu merupakan hari terakhir di mana Sang Empu menyempurnakan keris itu dengan duduk bersamadhi, kemudian menghaluskan keris itu dengan pijatan-pijatan jari-jari tangannya, maka bantuan cantrik tidak diperlukan lagi dan mereka itu sejak tadi telah sibuk di ladang.
712 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selagi Sang Empu duduk bersila dalam keadaan samadhi, keris yang serupa benar dengan Kolonadah itu di
pangkuannya, dengan kaki berjingkat masuklah Resi Harimurti ke dalam kamar Sang Empu. Biarpun dia masuk dengan
perlahan-lahan,namun Empu Supamandarngi dapat
mengetahui kedatangannya dan kakek ini membuka matanya lalu memandang dengan sinar mata penuh pertanyaan.
Melihat kakek itu sudah sadar dari samadhinya, Resi Harimurti tersenyum dan berkata, "Maaf, Empu
Supamandarngi, karena hari yang dijanjikan telah tiba dan saya ingin segera melihat hasil pekerjaan Andika, maka saya tidak sabar lagi menanti dan masuk ke sini untuk melihat keris itu."
"Masuklah, Sang Resi dan duduklah. Memang keris ini sudah jadi, tiada ubahnya seperti Kolonadah, akan tetapi tentu saja memiliki daya dan hawa yang berbeda. Kolonadah adalah sebuah keris pusaka yang diperuntukkan raja-raja, dan pembuatannyapun memakan waktu bertahun-tahun. Biar pun keris ini serupa dengan Kolonadah, namun hanya serupa luarnya belaka. Betapa pun juga, karena terbuat dari tosan aji yang mujijat, sebahan dengan Kolonadah, maka hanya boleh berada di tangan yang berjodoh saja. Oleh karena itu, melihat bahwa yang berjodoh adalah Sutejo, maka saya hanya
menyerahkan kepada Sutejo untuk dibawa ke Mojopahit dan http://kangzusi.com
diserahkan kepada Pangeran pati."
-o0o-dw-o0o- Jilid 51 Resi Harimurti tentu saja merasa mendongkol sekali, akan tetapi dia pura-pura tersenyum dan mengangguk-angguk.
"Memang benar sekali apa yang Andika katakan,Saudara Empu."
713 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Selain dari itu, keris ini tidak boleh dinyatakan sebagai Kolonadah, tidak boleh menjadi keris palsu. Amat tidak baik membohongi Pangeran Pati. Sebaiknya diserahkan kapada Beliau dengan terus terang mengatakan bahwa keris ini untuk sementara sebagai pengganti Kolonadah yang masih dicari-cari. Jangan sekali-kali dipakai untuk membohongi keluarga Sang Prabu di Mojopahit."
Hati Resi Harimurti makin mendongkol. Mana mungkin
begitu" Justru kehendak Resi Mahapati adalah untuk
membohongi pangeran agar keris ini dianggap Kolonadah.
Sementara itu, Kolonadah yang asli kalau sudah dapat mereka peroleh, tentu tidak akan mereka berikan kepada siapa pun, melainkan akan disimpan oleh Resi Mahapati sendiri!
Agaknya Empu Supamandrangi dapat menduga pikiran dan isi hati Resi Harimurti, maka dengan napas terengah-engah karena merasa lemah sekali, dia berkata, "Kalau sampai terjadi keris ini dipakai sebagai pemalsu Kolonadah, aku sendiri yang akan melaporkan ke Mojopahit, Sang Resi."
Resi Harimurti mengangguk-angguk, lalu tersenyum dan berkata, "Tentu akan kami taati semua pesanmu, Empu Supamandrangi. Sekarang, bolehkah saya memegang keris itu sebentar?" http://kangzusi.com
"Tentu saja boleh." Empu Supamandrangi menyerahkan
keris itu kepada Resi Harimurti.
Resi Harimurti bangkit berdiri dan menghempiri Sang Empu, mengulurkan tangan mengambil keris itu, diamatinya sebentar, lalu berkata sambil tersenyum, "Apakah benar keris yang Andika buat selama tiga hari ini merupakan keris yang ampuh, Empu Supamandrangi?"
"Hemm, biarpun tidak seampuh Kolonadah, namun saya
kira jarang ada keris pusaka yang akan mampu
menandinginya."
714 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Boleh kucoba?"
"Coba" Coba bagaimana?"
"Coba kepadamu!" Secepat kilat Resi Harimurti
menusukkan keris itu ke ulu hati Empu Supamandrangi.
Sang Empu kaget sekali, akan tetapi karena tubuhnya amat lemah, tubuh yang baru saja sembuh lalu diperas tenaganya untuk membuat keris pusaka itu, dia terlambat mengelak dan
"cresssssss......!!" keris pusaka itu menancap tepat di ulu hatinya sampai ke ganggangnya!
"Uuhhhhh.....uhhhh....." Empu Supamandrangi terjengkang di atas pembaringannya,tangan kiri mendekap gagang keris yang menancap di ulu hatinya, telunjuk kanan menuding ke arah Resi Harimurti, matanya terbelalak dan terdengar kata-katanya, "....Resi Harimurti... terkutuk kau dan keris ini.....kau akan lebih tersiksa dari pada aku menghadapi kematianmu...
dan... dan keris ini....akan mendatangkan malapetaka bagi pemegangnya....uhhh...." Kepala Sang Empu terkulai dan nyawanya melayang.
Resi Harimurti menoleh ke kanan kiri, lega bahwa
perbuatannya tidak ada yang menyaksikan. Dia lalu cepat menghampiri mayat Sang Empu, memaksa tangan kanan
Empu Supamandrangi menggenggam gagang keris, kemudian dia berteriak-teriak, "Tolooong! Sang Empu membunuh http://kangzusi.com
diri.....!!"
Teriakannya terdengar oleh dua orang cantrik dan mereka cepat-cepat lari ke dalam pondok dan memasuki kamar itu.
Mereka terbelalak, berlutut dan menangisi kakek yang menggeletak tak bernyawa di atas pembaringannya itu, dengan tangan kanan masih menggenggam gagang keris yang menancap di ulu hatinya.
Ketika Sutejo disusul oleh seorang cantrik dan diberitahu, dia terkejut setengah mati dan cepat dia lari ke pondok meninggalkan cantrik yang memberitahukannya.
715 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia terbelalak memandang mayat Empu Supamandrangi,
lalu menoleh kepada Resi Harimurti dan bertanya, "Paman Resi, apakah yang telah terjadi?"
Resi Harimurti menutupi mukanya dan menggeleng-geleng kepala, lalu menarik napas panjang. "Aahh....., mengapa seorang pertapa yang sudah menjadi arif bijaksana masih tidak mampu mengendalikan perasaannya" Ah, Sang Empu Supamandrangi,sungguh bodoh sekali tindakan Andika ini......!
Sutejo, ternyata Empu Supamandrangi amat keras hati dan keras kepala. Ketika aku masuk hendak minta lihat keris, dia menyatakan bahwa dia membuat keris ini karena terpaksa dan sebelum sempat aku mencegahnya, dia telah membunuh diri dengan keris ini."
Sutejo mengerutkan alisnya dan memandang lagi kepada mayat Empu Supamandrangi. "Hemmm, mengapa begitu"
Mengapa" Dan apa artinya Andika mengatakan bahwa dia keras hati dan keras kepala, Paman Resi?"
"Ah, tidak dapatkah kau menduga, Sutejo" Sebenarnya dia tidak suka dan tidak setuju membuat keris itu, sebetulnya di dalam hatinya dia memberontak terhadap Mojopahit, seperti yang jelas diperihatkan oleh muridnya pula, sebetulnya dia tidak rela membuatkan keris ini untuk Mojopahit, hanya karena dia tidak berani menolak, maka dia melakukannya dengan terpaksa, kemudian setelah keris itu jadi,dia mengotori http://kangzusi.com
keris dengan darahnya sebagai pernyataan tidak setuju dan dia membunuh diri untuk menyatakan penyesalannya."
"Hemmm..." Sutejo masih mengerutkan alisnya, akan tetapi biar pun dia tidak dapat menerima begitu saja dugaan Resi Harimurti, dia melihat bukti bahwa Empu Supamandrangi memang membunuh diri, maka dia lalu melangkah keluar dengan hati tidak enak.
Resi Harimurti lalu mencabut keris dari ulu hati Sang Empu.
Tidak mudah dia melakukan ini, seolah-olah keris itu ada yang menahan dari dalam dada kakek itu, sehingga dia harus 716
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerahkan seluruh tenaganya barulah keris itu tercabut dan ternyata ujung keris itu berwarna hitam oleh darah! Betapa pun Sang Resi mencoba untuk membersihkannya, namun
tetap saja darah hitam itu melekat di ujung keris.
Resi Harimurti dan Sutejo membantu dua orang cantrik itu mengurus pembakaran jenazah Empu Supamandrangi dan
sesuai dengan pesan Sang Empu di waktu hidupnya, abunya lalu ditaburkan ke dalam kawah Gunung Bromo. Setelah selesai, Resi Harimurti dan Sutejo meninggalkan puncak gunung itu.
"Paman Resi Harimurti, saya tidak ikut kembali ke
Mojopahit," kata Sutejo setelah mereka tiba di kaki Gunung Bromo.
Resi Harimurti memandang tajam. "Dan kenapa, Sutejo?"
"Pertama, saya tidak mau ikut mencampuri penipuan itu, menyerahkan keris yang palsu kepada Gusti Ratu. Dan ke dua saya akan menyelidiki dan mencari keris pusaka Kolonadah yang asli. Ke tiga sesuai dengan pesan Kakangmas Resi Mahapati,saya akan mencari Sulastri untuk saya bujuk agar jangan membantu pemberontak, sesuai pula dengan pesan mendiang Eyang Empu Supamandrangi agar saya mengamat-amati muridnya itu."
Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tadinya, mendengar alasan pertama dari pemuda itu, Resi http://kangzusi.com
Harimurti mengerutkan alis dengan hati tidak senang, akan tetapi ketika mendengar alasan berikutnya,dia mengangguk dan berkata, "Baiklah, kalau begitu kita berpisah di sini.
Mudah-mudahan Andika akan berhasil baik dalam tugas itu, Sutejo."
Berpisahlah mereka. Resi Harimurti manuju ke barat dan Sutejo menuju ke timur,ke Lumajang.
*d-w* 717 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"kakangmas Murwendo, kalau aku tidak bisa mendapatkan dia, aku lebih baik mati saja, Kakangmas...." Murwanti menangis dalam rangkulan kakak kembarnya.
Murwendo mengelus rambut adiknya yang ikal mayang itu, menghiburnya, "Hemm, jangan begitu mudah putus asa
seperti anak kecil, Adikku. Aku tidak menyalahkan engkau, memang Joko Handoko seorang pemuda yang pantas
menerima cinta kasihmu dan aku yakin bahwa Ayah dan Ibu juga tidak akan berkeberatan mempunyai mantu seperti dia dan Roro Kartiko....."
"Ehh....?" Murwanti kini melepaskan diri dari rangkulan kakaknya dan memandang wajah kakaknya dengan muka
merah dan air mata membasahi pipi. "Apa, Kakangmas" Roro Kartiko....." Kalau begitu engkau.....engkau...." Dan gadis itu tertawa dalam tangisnya, menertawakan kakaknya yang ternyata tanpa sengaja telah membuka rahasia hatinya pula.
Karena sudah terlanjur, Murwendo mengangguk dan
menarik napas panjang. "Agaknya karena kita saudara kembar, maka perasaan kita pun sama, Adikku. Kita sama-sama mencintai kakak beradik itu, engkau mencintai Joko Handoko dan aku tergila-gila kepada Roro Kartiko semenjak pertama kali melihat dia meloncat naik ke atas panggung itu.
Dia hebat, Diajeng Murwanti."
Murwanti kelihatan gembira! Ternyata kakaknya mengalami http://kangzusi.com
hal yang sama. "Aku girang sekali, Kakangmas. Memang dia seorang wanita yng hebat. Akan tetapi....."
Gadis itu mengerutkan alisnya. "Bagaimana kalau.... kalau mereka tidak membalas cinta kita?"
Murwendo dan Murwanti adalah dua orang kakak beradik yang semenjak kecil tidak pernah dikecewakan, segala yang dikehendaki terpenuhi belaka. "Hemm, lupakah engkau bahwa kita adalah putera-puteri rama yang menjadi raja di Puger"
Kita harus berterus terang, menyatakan cinta kasih kita 718
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada mereka dan membujuk mereka untuk menikmati hidup mulia dan bahagia bersama kita di Puger. Mereka adalah orang-orang pelarian dari Mojopahit, pengungsi yang menumpangkan hidup di Lumajang, kalau mereka mendengar bahwa kita adalah putera raja di Puger, dan mereka menjadi mantu-mantu raja di Puger, hidup mulia dan terhormat, tentu mereka akan merasa girang."
"Akan tetapi...aku melihat mereka itu bukanlah orang-orang biasa, Kakangmas. Mereka berkepandaian tinggi dan bersikap agung. Bagaimana kalau mereka menolak?"
"Menolak" Ha-ha-ha! Menolak kehendak kita" Diajeng
Murwanti, pernahkah kehendak kita tidak terpenuhi dan pernahkah ada orang berani menolak kehendak kita" Ha-ha-ha, Diajeng, jangan khawatir, kalau benar mereka
menolaknya, kita masih dapat menggunakan kekerasan."
Tiba-tiba Murawanti juga tertawa dan sikapnya berubah, tidak lagi penuh kekhawatiran seperti tadi. Kakak beradik kembar itu berangkulan dan tertawa girang, saling berciuman seperti orang-orang gila. Wajah mereka pun berubah beringas dan memang ada sesuatu yang aneh pada diri kakak beradik kembar ini.
Mereka adalah putera dan puteri raja di Puger yang masih ada hubungannya darah dengan kerajaan Blambangan.
Semenjak kecil, kakak dan adik kembar ini dimanja dan sudah http://kangzusi.com
biasa semua kehendak mereka dipenuhi belaka oleh ayah bunda mereka.
Bahkan, terjadi hubungan yang aneh dan bahkan mesum dan kotor antara mereka, namun semua itu tidak mendapat tentangan dari siapa pun! Orang-orang yang mengenal mereka sebagai saudara kembar yang tampan dan cantik, yang bersikap sopan dan menarik, tentu akan terkejut dan terheran-heran kalau menyaksikan sikap mereka pada saat itu di dalam kamar Murwanti.
719 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa hari kemudian, Murwendo dan Murwanti berhasil mangajak Joko Handoko dan Roro Kartiko untuk mengadakan pertemuan di dalam taman di istana Lumajang.
Mereka memang sudah menjadi sahabat-sahabat baik,
rekan-rekan sepekerjaan di istana dan biarpun Joko Handoko dan Roro Kartiko merasa terheran-heran atas ajakan kakak beradik kembar itu, namun mereka tidak berkeberatan dan tidak menolak ketika dua saudara kembar itu mengundang mereka bertemu di dalam taman dan untuk membicarakan sesuatu yang penting.
Malam itu cuaca diterangi oleh sinar bulan yang lembut.
Sinar keemasan memandikan taman dan menciptakan bayang-bayang lembut dari pohon-pohon yang warnanya menjadi serba menguning. Tidak ada angin bersilir, daun-daun pohon diam tak bergerak seperti sudah tidur pulas, akan tetapi di dalam keheningan itu penuh dengan suara kutu-kutu walang atogo, yaitu segala macam belalang dan jengkerik serta binatang serangga lain yang hidup dan berdendang di waktu malam.
Namun suara yang riuh rendah itu, yang menghidupkan suasana, tidak mempengaruhi keheningan, bahkan
melengkapi keheningan itu sendiri karena suara-suara itu tercangkup di dalamnya. Biar pun tidak ada angin bersilir, namun hawanya sejuk sekali, mendekati dingin, sungguhpun http://kangzusi.com
dari tanah di bawah rumput-rumput keluar hawa yang hangat.
Ketika Joko Handoko dan adiknya, Roro Kartiko tiba di taman, ternyata kakak beradik kembar itu telah menanti di situ, duduk di atas bangku panjang di dalam taman, di dekat kolam ikan mas yang bermain-main di antara daun-daun teratai merah. Melihat kedatangan mereka, Murwendo dan Murwanti cepat bangkit dan mempersilahkan mereka berdua untuk duduk.
"Ah, sungguh girang sekali hati kami melihat Andika bedua sudi memenuhi undangan kami," kata Murwendo sambil
720 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memandang kepada Roro Kartiko dengan sepasang mata yang bersinar-sinar.
Mereka duduk berhadapan, Murwendo dan Murwanti
berjajar di sebuah bangku, sedangkan Joko Handoko dan Adiknya duduk di bangku ke dua, di depan mereka.
Joko Handoko tersenyum. Selama di mengenal kakak
beradik kembar ini, memang dia melihat betapa mereka mempunyai watak yang lincah jenaka dan selalu gembira.
"Murwendo, engkau dan adikmu sungguh aneh dan ada-ada saja. Ada urusan penting apakah gerangan maka kalian berdua mngundang kami untuk bertemu di taman sunyi ini?"
"Joko Handoko, aku..." Murwanti terpaksa menghentika kata-katanya ketika kakaknya menyetopnya dengan memberi isyarat dengan telunjuk ke depan mulut.
"Diajeng Murwanti, biarkan aku yang menjelaskan kepada mereka," kata Murwendo.
Bibir yang merah itu cemberut, akan tetapi Murwanti lalu berkata sambil memandang kepada Joko Handoko dengan kerling memikat, "Sesukamulah."
"Begini, Diajeng Roro Kartiko dan Joko Handoko.... kami berdua hendak memperkenalkan diri kepada kalian."
Roro Kartiko memandang dengan bibir tesenyum. "Eh,
http://kangzusi.com
kalian ada apa sih" Kami berdua sudah cukup mengenal kalian kakak beradik kembar yang aneh selama beberapa pekan.
Masa sekerang baru memperkenalkan diri?"
Murwendo tersenyum lebar, jantungnya jungkir balik
melihat Roro Kartiko tersenyum semanis itu. Selama ia bertualang di kerajaan ayahnya, bermain-main dengan banyak wanita, belum pernah dia menemukan seorang wanita sehebat Roro Kartiko!
"Andika berdua belum tahu siapa sebenarnya kami.
Ketahuilah, aku adalah Pangeran Murwendo dan ini adalah 721
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Adikku Puteri Murwanti,kami adalah putera dan puteri dari Rama Prabu Bandardento dari Kerajaan Puger di Pantai Laut Selatan!" Setelah berkata demikian, dua orang kakak beradik itu memandang dengan sikap bangga.
DAN memang Joko Handoko dan Roro Kartiko terkejut dan terheran-heran mendengar pengakuan ini! Mereka
memandang dengan mata terbelalak, dan Roro Kartiko hanya dapat mengeluarkan kata-kata, "Ahhhh.....!"
Joko Handoko mengerutkan alisnya. "Sungguh aneh sekali Andika berdua, kalau benar kalian putera-puteri raja, mengapa memasuki sayembara" Dan apa pula artinya semua ini kalian ceritakan kepada kami kakak beradik!"
"Ha-ha-ha!" Murwendo tertawa dan begitu pemuda tampan itu tertawa, Joko Handoko dan terutama sekali Roro Kartiko terkejut dan merasa ngeri. Sungguh jauh bedanya setelah pemuda itu tertawa bergelak seperti itu, menimbulkan suasana yang mengerikan.
"Ketahuilah, Diajeng Roro Kartiko dan Joko Handoko, kami kakak beradik jauh-jauh meninggalkan kerajaan kami dan merantau sampai ke Lumajang dengan meksud mencari
jodoh! Dan di sinilah kami menemukan jodoh kami. Mengapa hanya kepada Andika berdua kami menceritakan dan
membuka rahasia kami" Ha-ha, Diajeng Murwanti,jawablah, mengapa?" http://kangzusi.com
"Karena aku menemukan jodohku di sini, karena aku
mencintaimu, Joko Handoko," jawab Murwanti.
"Dan aku jatuh cinta kepadamu semenjak pertama kali malihatmu meloncat ke atas panggung itu, Diajeng Roro Kartiko!"
"Ihhhh.....!!" Roro Kartiko bangkit berdiri, wajahnya menjadi merah sekali dan matanya mengeluarkan sinar kemarahan.
722 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemmm..... kalian..... sungguh aneh....!" Joko Handoko juga menjadi merah mukanya dan memandang kepada kakak beradik kembar itu sambil meraba-raba dagunya.
Betapa anehnya kakak beradik itu, menyatakan cinta
demikian terang-terangan dan di waktu mereka berada berempat seolah-olah urusan yang hanya menyangkut rahasia hati dua orang itu boleh dibicarakan seperti hal-hal biasa saja di depan orang-orang lain!
"Joko Handoko.... Kakangmas Joko Handoko, aku sudah bersumpah bahwa kalau tidak menjadi jodohmu, aku.....aku lebih baik mati saja!" Murwanti berkata lagi dan sepasang matanya memandang wajah pemuda itu penuh dengan
kemesraan, penuh gairah dan seluruh air mukanya, dari tatapan pandang matanya, gerakan cuping hidungnya,kedua bibirnya yang terbuka sedikit dan tarikan bibirnya, semua membayangkan gairah nafsu yang panas!
"Dan aku pun demikan, Diajeng Roro Kartiko, Andika
berdua, kakak beradik, telah menjadi pilihan hati kami berdua, kakak beradik kembar. Oleh karena itu, marilah Andika berdua ikut bersama kami, marilah kita menikmati hidup penuh kemuliaan, kehormatan dan cinta kasih di kerajaan kami.
Engkau akan menerima kedudukan pangkat tinggi, Joko Handoko, dan engkau Diajeng Roro Kartiko, engkau akan menjadi seorang puteri mulia di sampingku, isteri pangeran http://kangzusi.com
dan kelak menjadi permaisuri raja kalau aku sudah
menggantikan tahta kerajaan Ayahku. Kalian berdua akan kami angkat naik sampai ke tempat paling tinggi dan.... dan Ibu kalian boleh saja ikut dan menikmati pula kehormatan dan kemuliaan di Puger......"
Saking kaget, heran dan juga malu, kakak beradik dari Tuban itu sejenak tidak mampu bicara dan beberapa kali mereka hanya saling pandang.
*d-w* 723 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakangmas Joko Handoko, jangan berkata demikian....aku sungguh mencintaimu,mencintai dengan seluruh jiwaku dan seluruh ragaku mencintaimu sampai ke setiap lembar rembut yang tumbuh di tubuhku..."
Joko Handoko mengkirik dan merasa serem. "Cukuplah!
Aku tidak mencintaimu, Murwanti."
Gadis itu terbelalak dan wajahnya seketika menjadi pucat, lebih pucat daripada sinar bulan di atas pupus daun jeruk yang tumbuh di dekat situ.
"Dan aku pun tidak mencintaimu, Murwendo!" kata pula Roro Kartiko dengan tegas dan lantang.
"Hemmmm......!" Terdengar pemuda Puger itu mendengus.
"Kenapa, Kakangmas Joko Handoko" Kenapa" Aku
diperebutkan oleh semua orang laki-laki di Puger! Semua pemuda menyembah-nyembah mengharapkan balasan
cintaku. Dan aku hanya cinta kepadamu akan tetapi kau...."
"Aku tidak cinta kepadamu!" sambung Joko Handoko tegas.
"Diajeng Roro Kartiko, tidak kelirukah pendengaranku" Kau tidak mencintai aku,seorang pangeran mahkota.....?"
Murwendo juga bertanya dengan penuh penasaran.
"Tidak, sama sekali tidak!" jawab Roro Kartiko.
http://kangzusi.com
"Ahhhh.....!"
"Kakang..... Kakangmas Murwendo....uh-huuuu-hu....!"
Murwanti menubruk kakaknya dan mereka berangkulan dan bertangisan dengan penuh kesedihan.
Melihat ini, Roro Kartiko mendekati kakaknya dan
memegang tangan kakaknya,karena dia merasa serem dan juga kasihan. Mereka berdiri saling bergandengan tangan dan memandang kepada dua orang saudara kembar yang masih berangkulan dan bertangisan itu. Timbul rasa iba di dalam hati mereka.
724 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudahlah, Murwendo dan Murwanti. Harap jangan
menangis dan terlalu bersedih. Cinta kasih tidak dapat dipaksakan....." kata Joko Handoko.
Murwanti melepaskan rangkulan kakaknya dan kini dia menghadapi Joko Handoko,memandang dengan sepasang
mata basah. "Akan tetapi, aku tidak percaya bahwa engaku tidak bisa mencintai seorang seperti aku, Kakangmas.
Mengapa" Mengapa kau tidak bisa cinta kepadaku" Apakah karena kau sudah mencintai seorang wanita lain?"
Ditanya demikian, merah wajah Joko Handoko dan
terbayanglah wajah Sulastri dalam pakaian pria yang amat tampan itu. Dan dia merasa kasihan kepada gadis Puger ini, lalu mengangguk dan berkata lirih, "Benar, Murwanti."
"Aaahhh.....hu-hu-huuu....!" Murwanti menangis lagi, sambil menjatuhkan dirinya duduk diatas bangku, kedua punggung tangan mengusap-usap air mata seperti seorang anak kecil merajuk dan menangis manja.
"Dan bagaimana dengan engkau, Diajeng Roro Kartiko"
Mengapa kau tidak bisa mencintai seorang pangeran pati seperti aku" Apakah juga karena engkau telah mencintai seorang laki-laki lain?"
Tentu saja Roro Kartiko merasa marah dan malu sekali mendengar pertanyaan yang melanggar kesusilaan ini, akan http://kangzusi.com
tetapi karena dia tahu bahwa pemuda Pugeritu sedang menderita kekecewaan dan kedukaan, dia pun hanya meniru saja kakaknya,mengangguk dan berkata, "Benar."
"Ahhh....celaka.... kami kakak beradik yang celaka....."
Murwendo terhuyung dan menjatuhkan diri berlutut di dekat adiknya dan mereka berdua itu bertangis-tangisan lagi.
Joko Handoko menyentuh lengan adiknya,memberi isyarat dengan mata dan mereka berdua lalu meninggalkan taman itu, meninggalkan kakak beradik kembar yang sedang
bertangis-tangisan dengan sedihnya itu.
725 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Murwendo dan Murwanti menangis dan tenggelam dalam
kekecewaan dan kedukaan mereka sehingga tidak tahu bahwa telah lama Joko Handoko dan Roro Kartiko meninggalkan mereka, juga tidak tahu bahwa sejak tadi, ada bayangan orang yang mengintai dan mendengarkan semua yang terjadi di situ. Kini, setelah Joko Handoko dan adiknya sudah agak lama pergi,bayangan itu muncul dari balik semak-semak dan melangkah dengan tenang menghampiri kakak beradik
kembar yang masih bertangis-tangisan itu.
"Kegagalan tidak cukup dengan ditangisi, melainkan harus diusahakan agar berhasil. Dan amat tidak enak melihat orang-orang gagah menangisi kegagalan!"
Murwendo dan Murwanti terkejut dan mereka cepat
meloncat dan berbareng mereka menyerang dan menghantam bayangan orang yang berdiri di situ dan menegur mereka tadi.
"Plak! Plak!" Kakak beradik kembar itu terhuyung ketika orang itu menangkis.
"Murwendo dan Murwanti, tenanglah, aku bukan musuh, melainkan kawan yang datang hendak membantu kalian."
"Harwojo....!" Murwendo berseru kaget ketika mengenal siapa orangnya yang muncul dan mengejutkan mereka.
"Kau" Hendak membantu kami" Dengan cara bagaimana
kau hendak membantu kami, kau yang seperti setan telah http://kangzusi.com
mengintip pebuatan orang lain?" Murwanti menegur marah.
Harwojo yangberwajah keruh itu tersenyum sedikit, namun senyum itu hanya sebentar saja karena wajahnya sudah menjadi keruh kembali, dengan alis dikerutkan. "Kalian duduklah dan mari kita bicara."
-o0od-w-o0o- 726 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 52 Murwendo dan Murwanti yang merasa putus asa karena
cinta mereka ditolak mentah-mentah itu lalu duduk bejajar dan Harwojo duduk di depan mereka.
"Jadi kiranya Andika berdua ini adalah putera-puteri Sang Prabu Bandardento di Puger?" tanya Harwojo dengan suara lirih.
"Harap Andika suka merahasiakan hal ini," kata Murwendo.
"Jangan khawatir. Andika berdua dapat percaya kepada saya karena kita mempunyai kepentingan bersama dan harus saling bantu-membantu. Ketahuilah Pangeran....."
"Sementara ini sebut saja namaku Murwendo."
"Baik dan maafkan saya, Murwendo. Ketahuilah kalian berdua bahwa saya adalah seorang utusan dari kerajaan Mojopahit...."
"Ahhh......!" Kakak beradik kembar itu memandang dengan mata terbelalak.
"Saya adalah orang kepercayaan dari Pangeran Pati Kolo Gemet di Mojopahit. Gusti Pangeran bersama Gusti Ratu yang mengutus saya untuk secara rahasia melakukan penyelidikan di Lumajang, karena saya adalah seorang pembantu rahasia yang tidak akan dikenal orang di sini."
http://kangzusi.com
"Hemm, kiranya begitu" Dan apa kehendakmu
menghubungi kami?" Murwanti yang kini tertarik hatinya melupakan kesedihannya, bertanya sambil memandang penuh selidik.
"Saya diutus untuk menyelidiki hilangnya keris pusaka Kolonadah dan merampasnya kembali. Oleh karena itu, melihat bahwa Andika berdua adalah putera-puteri Kerajaan Puger yang tentu dapat mengerahkan pasukan untuk
membantu saya melakukan penyelidikan, marilah kita saling membantu terlaksananya tugas saya dengan hasil baik, saya 727
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pun akan membantu Andika berdua untuk melaksanakan
hasrat hati Andika berdua terhadap kakak beradik putera mendiang Bupati Tuban itu."
"Hemm, tentang keris pusaka, kiranya tidak akan sukar kalau kami mau melakukan penyelidikan, bahwa kami dapat menjanjikan bahwa kami tentu akan berhasil. Akan tetapi...."
"Benarkah itu, Murwendo" Tahukah engkau di mana
adanya Kolonadah?"
Kakak beradik kembar itu saling pandang dan tersenyum.
"Jangan khawatir kataku, kami akan sanggup mencarikan pusaka itudan menyerahkannya kepadamu, akan tetapi kami ingin mendengar dulu bagaimana Andika dapat membantu kami mendapatkan kekasih kami yang telah menolak cinta kasih kami itu. Dengan guna-guna?" kata Murwendo.
"Tidak, selain aku tidak pandai mengguna-guna, juga jangan memandang rendah orang-orang Tuban dalam hal guna-guna. Tidak akan berhasil kiranya kalau kalian menggunakan guna-guna, biarpun saya mendengar bahwa daerah Blambangan menjadi pusat orang-orang yang ahli dalam hal itu. Satu-satunya jalan untuk membawa mereka berdua ke Puger sehingga niat hati Andika berdua dapat terlaksana adalah menculik mereka!"
"Hemmm....." dua orang kakak beradik itu saling pandang.
http://kangzusi.com
"Saya dapat menduga bahwa tanpa bantuan saya pun
Andika berdua tentu suatu saat akan melakukan hal itu. Akan tetapi ingat bahwa mereka berdua memilikiilmu kepandaian tinggi, apalagi karena di samping mereka ada Sulastri yang kepandaiannya lebih tinggi lagi, dan tentu saja, kalau Andika berdua tidak bekerja sama dengan saya, saya pun akan berpihak kepada mereka. Sebaliknya,kalau kita bekerja sama, Andika berdua dibantu oleh orang-orang Andika dapat menculik Joko Handoko dan adiknya, sedangkan Sulastri, serahkan saja kepada saya."
728 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi dalam sayembara, engkau telah dikalahkan oleh Sulastri.
Harwojo tersenyum mengejek. "Saya, Raden Harwojo
adalah utusan Gusti Ratu yang dipercaya penuh, masa kalah oleh seorang wanita" Kalau saya kalah di waktu itu adalah karena saya sengaja mengalah agar tidak menimbulkan kecurigaan. Bagaimana,apakah Andika berdua setuju untuk bekerja sama dengan saya dan berjanji akan benar-benar menyerahkan Kolonadah kepada saya kalau Andika berhasil merampasnya?"
"Baik, Raden Harwojo," kata Murwendo dan mereka lalu melanjutkan percakapan dengan bisik-bisik mengatur rencana.
Dalam percakapan ini, secara terus terang Raden Harwojo mengatakan bahwa tugasnya di samping mencari dan
merampas Kolonadah, juga menghancurkan atau setidaknya mengurangi kekuatan Lumajang.
"Karena Sulastri merupakan seorang kuat dan berbahaya, maka aku akan menundukkannya, membujuknya atau kalau perlu juga membunuhnya," demikianlah katanya kepada kedua orang saudara kembar itu.
Demikianlah, suatu persekutuan yang berbahaya telah terjalin, persekutuan yang mengancam keselamatan Joko Handoko, Roro Kartiko, dan juga Sulastri. Bagi orang-orang seperti Murwendo, Murwanti dan Harwojo itu, tentu saja http://kangzusi.com
rencana mereka itu mereka anggap benar dan sudah tepat atau semestinya. Mereka bertindak demi mencapai
kesenangan yang mereka idam-idamkan, dalam halnya dua saudara kembar itu tentu saja mengejar kesenangan dari kepuasan hasrat cinta yang tak lain hanyalah nafsu birahi belaka, sedangkan Raden Harwojo pada hakekatnya juga mengejar kesenangan melalui berhasilnya tugasnya, karena berhasilnya tugas ini tentu saja membuat dia dipuji oleh majikannya dan akan menerima ganjaran dan imbalan.
729 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Segala bentuk penyelewengan dalam hidup selalu didorong atau diawali oleh pikiran yang mengenangkan segala macam pengalaman enak dan ingin mengulangnya di masa depan atau di masa mendatang. Kita lupa bahwa justru keinginan untuk mengejar atau mencapai sesuatu yang belum berada di tangan kita, sesuatu yang kita anggap lebih enak, lebih baik dan pendeknya lebih daripada yang ada sekarang, keinginan inilah yang menghancurkan nikmat hidup. Keinginan untuk mengejar sesuatu yang belum ada, sesuatu yang tak
terjangkau oleh kekuatan kita,diselimuti dengan kata-kata indah seperti ambisi, cita-cita, dan lain sebagainya.
Ada pula yang menganggap bahwa cita-cita ini yang
mendatangkan kemajuan!
Benarkah demikian" Dan apa yang kita maksudkan dengan
"kemajuan" itu"
Mari kita membuka mata dan melihat! Tuhan telah
memberi kenikmatan hidup secara berlimpah-limpah sehingga dalam segelas air putih pun terkandung kenikmatan. Air jernih itu mengandung manfaat teramat besar dan kenikmatan, merupakan nikmat hidup untuk meminumnya di waktu haus.
Akan tetapi, di waktu tangan memegang segelas air jernih, lalu pikiran membayangkan es jeruk dan ingin memperolehnya padahal es jeruk itu belum ada dan tidak akan dapat kita adakan, maka, ketika itu juga lenyaplah kenikmatan dari air http://kangzusi.com
jernih itu. Lenyaplah nikmat hidup dalam segala sesuatu apabila pikiran ini menghendaki yang lain daripada yang ada.
Demikian pula dengan segala hal yang kita miliki, lahir maupun batin. Pikiran yang ditujukan untuk memperoleh sesuatu yang belum ada dianggap lebih sempurna daripada yang telah berada di tangan, melenyapkan keindahan dan kenikmatan dari yang telah kita miliki. Dan sekali kita menyandarkan diri kepada cita-cita,sampai kita mati pun kita tidak akan dapat menikmati sesuatu, nikmat hidup akan terus 730
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
didesak minggir oleh kesenangan membayangkan kenikmatan sesuatu yang belum kita miliki.
Pejalan kaki tidak akan menikmati jalan kaki kalau dia menginginkan sepeda yang belum dimilikinya. Pemilik sepeda tidak akan menikmati sepedanya kalau dia menginginkan sepeda motor yang belum dimilikinya. Pemilik sepeda motor tidak akan menikmati sepeda motornya kalau dia
menginginkan mobil, dan selanjutnya terus meningkat.
Herankah kita kalau melihat orang-orang yang sudah muak dengan segala kendaraan itu lalu INGIN KEMBALI BERJALAN
KAKI" Keinginan akan membentuk lingkaran setan yang tiada habisnya, dan hidup kita menjadi hamba daripada nafsu keinginan yang tiada kenyangnya.
Tidak ingin bukan berarti menjadi malas dan acuh tak acuh.
Sebaliknya malah!
Segala sesuatu yang dilakukan tanpa memandang akan
hasilnya, melainkan dilakukan karena kita mencintai pekerjaan yang kita lakukan itu, barulah nikmat hidup namanya! Karena cinta terhadap apa yang ada, tidak membayangkan hal-hal yang tidak ada, maka akan terciptalah hal-hal yang baru!
Karena cinta terhadap pekerjaan akan membuat kita tekun dan rajin. Sebaliknya kalau kita bekerja dengan tujuan mengejar uang misalnya, maka akan terjadilah
penyelewengan-penyelewengan dalam bentuk korupsi,
http://kangzusi.com
pencurian, penipuan, perjudian, pendeknya apa saja yang memungkinkan kita untuk cepet-cepat mendapatkan uang yang kita kejar-kejar itulah! Pernahkah ada orang besar dalam sejarah yang tadinya adalah orang yang bercita-cita menjadi orang besar" Kalau demikian, dia bukan orang besar
namanya,melainkan mengejar kesenangan pribadi! Orang menjadi besar karena karyanya,bukan karena pengejaran sesuatu melainkan karena cintnya terhadap karyanya,karena cintanya itu melahirkan total dari perhatiannya.
731 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dapatkah kita hidup tanpa mengejar-ngejar dan mencari-cari kesenangan yang hanya akan menyeret kita ke dalam kemaksiatan dan penyelewengan karena kita diperhamba oleh nafsu keinginan itu" Ini bukanlah berarti bahwa kita MENOLAK
kesenangan. Tidak mengejar bukan berarti menolak! Dan apabila kita tidak mengejar, maka kesenangan itu terdapat disetiap saat, dan di dalam setiap hal! Kesenangan yang bukan merupakan pemuasan nafsu, karena pemuasan nafsu dalam bentuk
apapun juga hanya akan menimbulkan kebosanan,
pertentangan dan karenanya berakhir dengan kekecewaan dan kesengsaraan.
*d-w* Setelah merasa yakin bahwa tiga di antara tiga di antara orang-orang muda yang menjadi orang-orang kepercayaan baru di Lumajang itu benar-benar dapat dipercaya,pada suatu hari Adipati Lumajang memanggil Sulastri, Joko Handoko dan Roro Kartiko dan kepada mereka ini diserahi tugas untuk menyelidiki Kolonadah dan kalau mungkin merampasnya kembali dari tangan Resi Harimurti atau siapa saja di Mojopahit yang telah merampasa keris pusaka itu.
"Kami tidak ingin memberontak, tidak ingin bentrok secara terbuka dengan Mojopahit selama di sana masih ada Sang Prabu yang kami junjung tinggi menduduki tahta kerajaan,"
http://kangzusi.com
demikian antara lain Sang Adipati berkata. "Akan tetapi Kolonadah harus dijaga agar jangan sampai terjatuh ke tangan Pangeran Kolo Gemet, seorang pangeran berdarah melayu. Maka kami mengutus kalian, dan boleh kalian membawa pasukan yang menyamar untuk menyelidiki ke
Mojopahit dan berusaha mendapatkan Kolonadah itu."
Sulastri, Joko Handoko dan Roro Kartiko lalu menerima baik perintah ini dan mereka bertiga tidak membawa pasukan Lumajang, melainkan hanya membawa tujuh orang wanita para anggota Sriti Kencana. Setelah berpamit dan mohon doa 732
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
restu dari Sariningrum, yaitu ibu dari Joko Handoko dan Roro Kartiko, berangkatlah tiga orang muda perkasa ini bersama tujuh orang anggota Sriti Kencana meninggalkan Lumajang.
Sore hari itu, sepuluh orang utusan ini berhenti di sebuah hutan dekat perbatasan, di kaki Pegunungan Bromo sebelah timur untuk beristirahat dan mereka lalu mengadakan perundingan dan mengatur siasat.
"Karena Ki Ageng Palandongan terbunuh oleh Resi
Harimurti, maka jelaslah bahwa keris pusaka Kolonadah itu berada di tangannya, maka setelah tiba di Mojopahit kita harus mencari Resi Harimurti," kata Roro Kartiko yang tidak lagi menyebut Sang Resi itu sebagai gurunya.
"Akan tetapi Resi Harimurti adalah pembantu dan orang kepercayaan Resi Mahapati,maka kurasa keris pusaka itu sudah berada di tangan Resi Mahapati. Sebaiknya kalau kita langsung melakukan penyelidikan ke istana Resi Mahapati,"
kata Joko Handoko.
"Aku mengharap agar kalian suka mengesampingkan
urusan dendam pribadi karena kita adalah utusan-utusan yang memikul tugas yang amat berat," Sulastri berkata sambil memandang kakak beradik itu berganti-ganti.
Joko Handoko menarik napas panjang. "Harap Andika
jangan salah mengerti, Diajeng Sulastri. Biarpun Ayah kami http://kangzusi.com
terbunuh di istana Resi Mahapati, namun kami sadar bahwa kematian Ayah adalah karena kesalahannya sendiri dan kami tidak menaruh dendam kepada siapa pun walau tentu saja kematian Ayah amat menyedihkan hati kami."
"Benar, Mbakyu Sulastri. Ketika kami bicara tentang Kolonadah dan Resi Mahapati,adalah dalam rangka tugas kita, sama sekali tidak mengandung maksud lain."
"Bagus, dan maafkan saya kalau begitu. Memang tidak keliru pendangan kalian bahwa keris pusaka itu hanya mungkin berada di antara dua orang, yaitu Resi Harimurti atau 733
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Resi Mahapati. Akan tetapi, kita harus berhati-hati dan sama sekali tidak boleh bertindak ceroboh. Di Mojopahit terdapat banyak sekali orang sakti. Resi Mahapati sendiri adalah seorang yang memiliki kesaktian hebat,ditambah lagi ada Resi Harimurti di sana yang kalian sudah tahu betapa saktinya dia.
Dan jangan lupa, kini Kakang Tejo juga berada di sana. Inilah yang meragukan hatiku. Kakang Tejo amat sakti, aku sendiri tidak dapat menandinginya!
Karena itu, kita harus dapat bekerja dengan hati-hati, menyelidiki secara menggelap jangan sampai bentrok dengan mereka sehingga urusan menjadi gagal.
Kita melakukan penyelidikan dengan mengenakan pakaian dan topeng Sriti Kencana,dan hanya di waktu malam gelap saja. Kita mencari kesempatan dan saat yang tepat untuk turun tangan kalau sudah tahu benar di mana adanya keris pusaka itu."
Joko Handoko, Roro Kartiko dan tujuh orang anak buah Sriti Kencana itu menganggk-angguk tanda setuju.
Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Awas....!!" tiba-tiba Sulastri meloncat berdiri dan membalikkan tubuh sambil mengepal tinju. Sembilan orang lainnya itu terkejut dan juga serentak mereka bangkit, mata mereka mencari-cari karena mereka belum tahu apa sebabnya Sulastri meloncat berdiri dengan tiba-tiba itu. Tangan meraka meraba gagang keris dan sikap mereka tegang.
http://kangzusi.com
Akan tetapi hati mereka mejadi tenang ketika mereka melihat siapa yang muncul dari balik pohin-pohon itu.
Ternyata tiga orang yang kedatangannya telah dilihat atau didengar oleh Sulastri lebih dulu adalah Raden Harwojo, Murwendo dan Murwanti, tiga orang jagoan Lumajang yang menjadi rekan-rekan mereka pula.
Sulastri segera melangkah maju menyambut mereka. Dia merupakan pemimpin rombongannya, maka dengan alis
berkerut dan pandang mata penuh selidik dia lalu menegur, 734
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saudara-saudara Harwojo murwendo dan Murwanti bertiga, ada keperluan apakah Andika bertiga menyusul kami" Apakah Sang Adipati yang mengutus kalian?"
Raden Harwojo yang mukanya muram itu menggeleng
kepala. "Sama sekali tidak, Sulastri. Kami bertiga tidak menyusul, melainkan sudah menanti di sini dan kami tidak diutus oleh Adipati Lumajang, melainkan kami ingin bicara dengan Andika bertiga atau lebih tepat, aku ingin bicara dengan Andika, sedangkan Murwendo dan Murwanti ingin bicara dengan Joko Handoko dan adiknya."
Sulastri memandang makin curiga. "Harwojo di antara kita tidak ada persoalan sesuatu, apa yang hendak kau bicarakan dan mengapa pula memilih waktu sekarang padahal sebelum ini banyak waktu di Lumajang?"
"Justeru sekaranglah waktunya yang tepat, Sulastri.
Sebelum engkau terlambat dan menjadi seorang pemberontak dan pengkhianat aku ingin memperingatkan kepadamu bahwa amatlah tidak baik bagimu untuk memberontak terhadap Mojopahit dengan menjadi kaki tangan pemberontak
Lumajang."
Terkejutlah hati semua orang, temasuk Sulastri. Dia menatap tajam wajah yang keruh itu dan berkata dengan suara marah, "Harwojo! Apa yang kaukatakan ini" Kita adalah sama-sama seorang ponggawa Lumajang, mengapa engkau http://kangzusi.com
bicara tentang pemberontakan terhadap Mojopahit" Apakah engkau hendak mengkhianati Lumajang?"
"Hemm, aku bukanlah ponggawa Lumajang, Sulastri,
melainkan seorang kawula Mojopahit, bahkan aku seorang utusan dari Gusti Ratu dan Gusti Pangeran di Mojopahit! Oleh karena itu, aku meperingatkan agar engkau suka
menghentikan kesesatanmu dan lebih baik membela Mojopahit daripada menjadi kaki tangan pemberontak Lumajang."
735 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Keparat! Kau berani membujukku seperti itu" Kau
pengkhianat besar!" Sulastri memberontak dan sudah siap menerjang. Akan tetapi Raden Harwojo mengangkat tangan ke atas dan berkata dengan nyaring, "Tahan, Sulastri! Lihatlah di sekelilingmu!"
Sulastri dan sembilan orang temannya menengok ke
sekeliling dan berubah wajah mereka melihat bahwa tempat itu telah terkurung oleh puluhan orang perajurit yang dipimpin oleh dua orang laki-laki berusia empat puluhan tahun. Mereka itu seperti arca berjajar tanpa bergerak, dengan sikap yang mengandung penuh ancaman!
"Ha-ha-ha!" Tiba-tiba Murwendo berkata sambil tertawa.
"Diajeng Roro Kartiko,lihatlah betapa pasukanku telah siap untuk menyambut engkau dan kakakmu untuk pergi ke Puger.
Marilah Diajeng, mari kita hidup penuh kebahagiaan di sana, engkau menjadi calon permaisuriku, ha-ha!" Murwendo tertawa bergelak.
"Kakangmas Joko Handoko, aku mohon kepadamu, jangan engkau melawan. Marilah kulayani dengan cinta kasihku yang mendalam, Kakangmas!" Murwanti juga berkata dengan sikap mesra dan sedikit pun tidak merasa malu memperlihatkan sikap itu di depan begitu banyak orang.
"Tidak sudi aku!" bentak Joko Handoko.
http://kangzusi.com
"Lebih baik mati!" seru Roro Kartiko.
"Hemm, ternyata kalian adalah pengkhianat-pengkhianat hina!" Sulastri memaki marah. "Adalah menjadi tugas kami untuk membasmi pengkhianat-pengkhianat macam kalian!"
"Serbu......!!" Dengan suara berbareng, Joko Handoko dan Roro Kartiko memberi komando kepada anak buahnya dan tujuh orang anggota Sriti Kencana itu bergerak tangkas membentuk lingkaran menghadap keluar untuk menyambut lawan yang amat banyak itu.
736 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sulastri sendiri sudah mencelat ke depan dan langsung saja mengirim pukulan Hasto Nogo yang amat ampuh kepada
Harwojo. Pemuda dari Mojopahit ini cepat mengelak dan balas memukul dengan sama dasyatnya. Sulastri menangkis dan keduanya terdorong mundur, akan tetapi Sulastri terkejut karena kini dia merasa betapa tangkisan tangan Harwojo itu mengandung tenaga yang bukan main kuatnya, jauh lebih kuat daripada ketika dia melawan Harwojo di atas panggung sayembara dahulu itu!
"Hemm, Sulastri, dulu aku sengaja mengalah kepadamu, akan tetapi sekarang, kalau engkau tidak mau sadar akan kesesatanmu, terpaksa aku akan menggunakan kekerasan,"
kata Harwojo sambil mengelak dari sambaran tangan Sulastri dan membalas dengan tendangan kilat sehingga Sulastri harus mundur untuk menghindarkan tendangan itu.
"Keparat, manusia palsu! Engkaulah yang akan mampus di tanganku!" bentaknya sambil menerjang lagi.
Sementara itu, Joko Handoko dan Roro Kartiko juga sudah menerjang maju dan Murwanti segera menyambut Joko
Handoko, sedangkan Murwendo menyambut Roro Kartiko.
Dua orang kakak beradik kembar itu hanya mengelak sana-sini sambil merayu sehingga dua orang muda dari Tuban itu menjadi makin muak dan marah, menyerang terus dengan sengit.
http://kangzusi.com
"Paman Padas Gunung dan Paman Pragalbo, bantulah
kami!" teriak Murwendo dan kini dua orang laki-laki berusia empat puluh tahunan yang memimpin para perajurit itu meloncat maju membantu Si kembar itu.
"Akan tetapi tangkap saja, jangan sampai lukai mereka!"
kata Murwanti. "Semua perajurit maju!" teriak Murwendo. "Tangkap
sepuluh orang ini, jangan sampai mereka terluka!"
737 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini pasukan yang jumlahnya mendekati seratus orang itu bergerak maju, dan dengan nekat tujuh orang anggota Sriti Kencana menyambut mereka mati-matian.
Terjadilah pertempuran yang berat sebelah dan dalam waktu singkat saja tujuh orang anggota Sriti Kencana telah dapat diringkus semua dan kaki tangan mereka diikat.
Joko Handoko dan adiknya mengamuk dengan keris
mereka sehingga Murwendo dan Murwanti merasa kewalahan.
Akan tetapi dua orang laki-laki setengah tua itu ternyata hebat sekali. Seorang di antara mereka yang bernama Padas Gunung memegang sebatang suling yang ampuh, sedangkan Pragalbo juga menggunakan kerisnya untuk menangkis serangan-serangan Roro Kartiko, sedangkan Murwendo dan Murwanti hanya membantu dan mencari kesempatan untuk meringkus orang yang mereka cinta tanpa melukai mereka.
Betapa pun mereka berdua mengamuk dengan nekat,
namun ketika keris mereka terlepas oleh tangkisan suling dan keris Padas Gunung dan Pragalbo, dua orang kakak beradik ini akhirnya dapat diringkus pula dan diikat kaki tangan mereka.
"Murwendo, engkau sudah gila! Lepaskan aku!" Joko
Handoko meronta dan memaki.
Sambil tertawa Murwanti memeluknya dan mengelus
dagunya. "Tenanglah, wong bagus,kelak engkau akan
http://kangzusi.com
berterima kasih kepadaku untuk kejadian ini."
Sementara itu, pertandingan antara Sulastri dan Harwojo masih berlangsung dengan hebat. Sulastri merasa penasaran sekali karena sedemikian jauh dia belum juga dapat
merobohkan lawannya dan baru sekarang dia tahu bahwa memang Harwojo kini tidak dapat disamakan dengan ketika mereka bertanding di atas panggung dahulu itu gerakan pemuda berwajah muram ini kuat dan tangkas sehingga dapat mengimbangi serangan-serangannya walaupun dia sudah 738
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerahkan tenaga dan mengeluarkan semua
kepandaiannya. Betapa pun juga, ketika Sulastri mengerahkan Aji Turonggo Bayu sehingga tubuhnya berkelebatan seperti kilat
menyambar-nyambar, Harwojo menjadi sibuk juga dan dia lebih banyak menangkis untuk melindungi tubuhnya dari hujan serangan lawan itu daripada balas menyerang. Melihat bahwa dalam hal kecepatan saja dia lebih unggul, Sulastri yang cerdik tentu saja girang dan hendak menggunakan kecepatannya itu untuk meraih kemenangan. Dia menyerang terus dengan cepat dan mulailah dia mendesak lawan itu.
Akan tetapi, tiba-tiba terdengar suara keras dan sebatang suling menyambar ke arah pundaknya. Sulastri terkejut, cepat mengelak dan kakinya melayang ke arah pemegang suling.
Akan tetapi Padas Gunung, si Pemegang Suling itu, cepat mengelak dan sulingnya terus diputar untuk menyerang Sulastri dan membantu Harwojo. Padas Gunung maju atas perintah Murwendo.
Pertempuran menjadi makin seru ketka Sulastri dikeroyok dua oleh Harwojo dan Padas Gunung. Namun dara perkasa ini tidak menjadi jerih. Sebaliknya malah,melihat betapa teman-temannya tertawan, dia menjadi marah sekali dan
dicabutnyalah sebatang keris pemberian Adipati Lumajang.
Maka mengamuklah Sulastri, dari mulutnya terdengar
http://kangzusi.com
bentakan-bentakan nyaring dan gerakannya makin cepat sehingga biar pun dia dikeroyok dua namun tetap saja dia masih mampu mendesak Harwojo, bahkan pada suatu saat yang baik, tamparan tangan kirinya yang menyerempet bahu Padas Gunung membuat tokoh Puger terhuyung ke belakang dengan muka pucat.
"Trik-trik-sringgg.....!!"
Bunga api berpijar ketika berkali-kali keris di tangan Sulastri bertemu dengan keris di tangan Harwojo yang menangkisnya.
Pada saat itu, Padas Gunung yang menjadi marah telah 739
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menerjang lagi, sulingnya mengeluarkan bunyi mendesing ketika menyambar ke arah leher Sulastri. Gadis ini terkejut karena serangan yang datang dari samping itu cepat dan berbahaya sekali, maka dia menjatuhkan diri ke kanan, kakinya menendang untuk mencegah lawan mendesaknya.
Akan tetapi pada saat itu, ada bayangan hitam yang lebar menyambar dan lain saat tubuh Sulastri telah tertutup oleh sehelai jala yang berwarna hitam. Jala ini dilepas oleh Pragalbo,laki-laki bermuka hitam, tokoh ke dua dari Puger.
Pragalbo turun tangan membantu setelah diperintah oleh Murwendo pula yang melihat betapa hebatnya Sulastri biarpun sudah dikeroyok oleh dua orang namun masih tetap
mengamuk dan membuat Padas Gunung terhuyung itu.
"Ihhhhh.....!!" Sulastri membentak dan biarpun tubuhnya diselimuti jala itu, dia meronta dan kakinya menendang dari dalam jala.
"Desss......!!" Pragalbo terpaksa mundur karena tendangan itu berbahaya sekali,dan Harwojo cepat menghantam dari belakang, menggunakan tangan kirinya, mengarah tengkuk Sulastri.
"Plakkk! Heiiiiittt....!!" Sulastri berhasil mengkis pukulan itu dengan tangan kirinya sambil membalik, namun gerakannya terhalang oleh jala sehingga tetap saja pundaknya kena terpukul. Dia terhuyung dan menggunakan kerisnya untuk http://kangzusi.com
membabat jala. Akan tetapi pada saat itu, jala ke dua dilempar ke atas tubuhnya.
Sulastri meloncat namun kakinya terlibat jala dan ketika Pragalbo menarik tali jala dengan sentakan keras, tak dapat dicegah lagi tubuh dara itu terguling dan diringkus oleh jala.
Harwojo menubruknya dan menekuk kedua lengan gadis itu ke belakang lalu membelenggunya, demikian pula Padas Gunung cepat mengikat kedua kaki Sulastri. Dara itu tidak dapat meronta lagi, seperti seekor harimau yang sudah 740
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terjebak di dalam jala dengan kaki tangan teringkus dan terbelenggu.
"Pengkhianat! Keparat-keparat berhati palsu! Jahanam.....!"
Sulastri memaki-maki,akan tetapi tidak mereka tidak memperdulikannya.
"Murwendo dan Murwanti, harap jangan melupakan janji kalian," kata Harwojo kepada dua orang kakak beradik kembar itu.
"Jangan khawatir, Harwojo," jawab Murwendo. "Dan
sekarang kami akan membawa mereka ke Puger."
"Pergilah, akan tetapi seperti yang kalian janjikan, kalian tidak boleh sekali-kali menyia-nyiakan mereka! Ingat, aku yang membantu kalian mencapai apa yang kalian idam-idamkan."
"Ha-ha-ha, perlukah engkau bertanya lagi" Kami berdua amat cinta kepada mereka. Dan bagaimana dengan dia" Akan kami bawa sajalah dia itu bersama ke Puger?"
Murwendo menunjuk ke arah Sulastri yang masih rebah terbelenggu di dalam jala.
Harwojo menggeleng kepala. "Dia tidak masuk dalam
perjanjian kita. Serahkan saja dia kepadaku."
"Hik-hik, agaknya engkau pun tidak mau ketinggalan dari http://kangzusi.com
kami, Harwojo. Selamat menikmati...."
"Ha-ha-ha, dia memang cantik jelita dan......"
"Cukup! Jangan kalian bicara yang bukan-bukan! Pergilah!"
Harwojo tiba-tiba menghardik dan dua orang kakak beradik kembar itu sambil tertawa-tawa lalu masing-masing
memanggul tubuh Joko Handoko dan Roro Kartiko, meloncat ke atas punggung kuda yang sudah dipersiapkan oleh orang-orangnya dan tak lama kemudian,pergilah dua orang saudara kembar itu membawa semua tawanannya, diiringkan oleh 741
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pasukan yang dipimpin oleh Padas Gunung dan Pragalbo.
Harwojo memandang mereka sampai mereka itu lenyap dan hanya meninggalkan debu yang memenuhi hutan yang mulai gelap itu. Kemudian dia duduk di atas rumput dekat Sulastri yang masih meringkuk dalam keadaan tak berdaya di dalam jala.
"Harwojo manusia keparat!" Sulastri memaki dengan
marah. "Engkau curang, licik dan tak tahu malu! Hayo kaubebaskan aku dan kita boleh bertanding sampai salah seorang di antara kita mengeletak tanpa nyawa di sini kalau engkau memang jantan sejati! Atau kalau tidak, kau boleh cabut kerismu dan bunuh aku sekarang, dan aku kan mati sambil mengenangmu sebagai seorang manusia pengecut yang hina-dina!"
Harwojo menghadapi maki-makian Sulastri dengan tenang saja, hanya menarik menarik napas panjang dua tiga kali dan mengerling ke arah gadis itu dengan sikap tak acuh. Kemudian dia berkata setelah gadis itu dengan memaki-maki lagi,
"Sulastri, kalau aku tidak sayang kepadamu, apa kau kira saat ini engkau masih hidup?"
"Jahanam besar! Siapa yang haus akan sayangmu" Siapa yang takut mati" Kau mau bunuh aku lekas bunuh, aku tidak sudi minta-minta belas kasihanmu, pengkhianat keji!"
Harwojo menggeleng-geleng kepalanya. "Engkau memang http://kangzusi.com
memiliki ilmu kepandaian tinggi, sungguh mengagumkan sekali bagi seorang wanita semuda engkau. Akan tetapi engkau masih muda, keras hati dan keras kepala, ceroboh dan nekat."
"Dan engkau seorang penjahat yang berhati palsu, laki-laki mata keranjang dan busuk!"
-o0o-dw-o0o- 742 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 53 Alis pemuda itu berkerut dan ia cepat menoleh kepada gadis itu. "Hemm, jangan samakan aku dengan orang macam Murwendo tadi! Jangan kira aku sayang kepadamu karena engkau seorang perawan cantik! Sama sekali tidak! Aku sayang padamu melihat kepandaianmu karena engkau akan menjadi seorang yang berguna bagi Mojopahit. Namun
engkau telah tersesat, menghambakan diri kepada
Lumajang,kepada sarang pemberontak."
"Dan kau sendiri" Phuh, muak aku mendengarnya!"
"Engkau memang bodoh akan tetapi keminter (berlagak pinter)! Aku adalah utusan Gusti Ratu dan Gusti Pangeran di Mojopahit, aku menyamar sebagai seorang peserta
sayembara, untuk menyelidiki Lumajang, untuk mencari Kolonadah."
"Hemm.....dan kau menjerumuskan Joko Handoko dan
Roro Kartiko ke dalam jurang kecelakaan, dan engkau menangkap aku.....!"
"Tentu saja. Tugasku untuk menghancurkan kekuatan yang mendukung Lumajang. Dan Joko Handoko bersama adiknya adalah pelarian-pelarian Mojopahit, anak-anak dari
Progodigdoyo. Masih baik aku tidak membunuh mereka, dan aku melihat nasib mereka tidak akan sengsara di Puger sana.
http://kangzusi.com
Dan kau.... hemm, aku hanya ingin agar engkau sadar daripada kesesatanmu, dan marilah kau ikut denganku ke Mojopahit,menghambakan diri kepada Mojopahit sehingga tidak akan percuma engkau selama ini mempelajari ilmu-ilmu yang tinggi."
"Tak usah kau pura-pura baik. Bebaskan aku dan mari kita bertanding secara jujur, ingin kulihat sampai di mana kedigdayaanmu, Harwojo!"
743 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu, sebelum Harwojo sempat menjawab,
terdengar suara nyaring, "Adi Bromo, aku datang
membantumu!"
"Kakang Tejo....!"
Harwojo sudah meloncat beriri akan tetapi dia harus cepat membuang diri ke samping karena Sutejo telah menerjang dengan dahsyat. Harwojo membalik dan balas memukul, ditangkis oleh Sutejo dan terjadilah perkelahian yang hebat antara dua orang pemuda yang sama tangkas dan sama
digdaya ini. Pukul memukul terjadi,tendang-menendang dan tampar-menampar, masing-masing mengeluarkan aji
kesaktian mereka, desak-mendesak dan saling berusaha untuk merobohkan lawan. Sementara itu, malam mulai menggulung hutan itu dalam kegelapan. Namun mereka yang berkelahi tidak menghiraukan kegelapan dan biarpun pandang mata mereka tidak lagi dapat diandalkan dalam perkelahian itu, mereka yang merupakan orang-orang terlatih masih dapat mengandalkan ketajaman pendengaran dan perasaan mereka.
Akan tetapi Harwojo yang menyangka bahwa lawannya
adalah orang Lumajang dan karenanya membela diri mati-matian, akhirnya harus mengakui keunggulan lawan setelah dia mempertahankan diri selama seperempat jam perkelahian mati-matian di mana dia telah mengeluarkan segala ilmunya dan mengerahkan seluruh tenaganya.
http://kangzusi.com
Akhirnya, dalam keadaan lemas dan lelah sekali karena sebelumnya dia sudah harus bertanding melawan Sulastri yang juga tidak mudah dia robohkan, sebuah tamparan dari tangan kiri Sutejo mengenai lehernya dan dia terpenting roboh dalam keadaan setengah pingsan. Dia mencoba bangun, akan tetapi hanya berhasil bangkit duduk dan menggoyang-goyang kepalanya yang terasa pening dan pandang matanya
berkunang-kunang.
Ketika Sutejo menghampiri, terdengar Sulastri berteriak,
"Kakang Tejo, jangan bunuh dia!"
744 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sutejo menoleh, tentu saja dia tidak mempunyai niat membunuh lawannya yang tangguh dan yang sudah
dikalahkannya itu. Pemuda ini seperti kita ketahui datang dari Gunung Bromo di mana dia berpisahan dengan Resi Harimurti yang menuju ke barat, kembali ke Mojopahit. Sutejo menuju ke Lumajang dan kebetulan sekali ketika dia tiba di dalam hutan itu dan berniat untuk beristirahat dan melewatkan malam itu di dalam hutan, dia mendengar suara yang amat dikenalnya, suara Bromatmojo yang lantang dan galak! Tentu saja dia merasa terkejut sekali dan cepat dia menuju ke arah suara itu tanpa memperdulikan kaki tangannya tergores-gores duri yang dilanggarnya karena hutan itu sudah diliputi kegelapan remang-remang.
Dan ketika dia melihat Bromatmojo rebah tak berdaya dalam keadaan terbelenggu kaki tangannya dan digulung jala pula, tentu saja Sutejo menjadi marah dan dia lalu menyerang laki-laki yang berada di dekat Bromatmojo dan yang tadi dimaki-maki dan ditantang-tantang olehnya.
Kini mendengar Sulastri berteriak mencegahnya agar dia jangan membunuh laki-laki itu, Sutejo cepat menghampiri Sulastri, menggunakan kerisnya untuk membabat jala dan belenggu kaki tangan sehingga gadis itu bebas dari ikatan.
"Siapakah dia.... Adi....Bromo?" Sutejo memandang Sulastri yang masih seperti dulu, berpakaian seperti seorang pemuda http://kangzusi.com
tampan. Kini setelah bebas, Sulastri teringat bahwa yang
membebaskannya ini adalah Sutejo, bukan lagi Sutejo sahabatnya yang dahulu, melainkan Sutejo kaki tangan Resi Mahapati! Oleh karena itu, sikapnya berubah menjadi dingin, dan dengan suara kaku dia menjawab, "Apakah engkau tidak mengenal dia" Dia bernama Harwojo dari Mojopahit!"
Sutejo menggeleng kepalanya. "Aku tidak mengenal orang yang bernama Harwojo. Mengapa dia berada di sini dan engkau terbelenggu?"
745 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sulastri duduk di atas akar pohon, hatinya masih panas, panas terhadap Harwojo dan juga panas terhadap Sutejo yang kini telah berdiri di pihak musuhnya. "Kau tanyalah sendiri kepadanya."
Sutejo merasa tidak enak mendengar suara Bromatmojo yang kaku itu, akan tetapi dia mendekati Harwojo yang sudah duduk dan tidak lagi menggoyangkan kepalanya karena kepeningan kepalanya sudah mereda.
"Kisanak, siapakah engkau dan mengapa engkau
memusuhi..... Adi Bromatmojo?"
Harwojo mengangkat mukanya dan memandang wajah
Sutejo yang kelihatan remang-remang tertimpa cahaya bulan yang mulai muncul itu dengan penuh kagum. Baru sekali ini dia bertemu lawan yang benar-benar tangguh, di samping Sulastri. "Saya bernama Harwojo dan saya utusan dari Gusti Ratu Pangeran Pati di Mojopahit. Saya diutus untuk
menyelidiki dan mencari keris pusaka Kolonadah yang kabarnya berada di tangan orang-orang Lumajang. Dan kau siapakah, orang muda yang gagah perkasa?"
"Aku....namaku Sutejo."
"Dan dia adalah adik ipar dari Resi Mahapati," Sulastri melanjutkan.
"Ahhh.....! Kiranya begitu?" Harwojo berseru kaget.
http://kangzusi.com
"Maafkan aku karena aku tidak tahu siapa engkau maka aku menyerangmu, Kisanak. Pula, melihat Adi Bromo...."
Sutejo tidak melanjutkan kata-katanya.
"Aku meresa menyesal sekali harus menangkapnya, akan tetapi sungguh aku tidak berniat buruk terhadap dia, aku hanya hendak membujuk agar dia tidak membantu
pemberontak. Karena kita belum saling mengenal, maka ketika engkau menyerang,aku tentu saja mengira engkau seorang ponggawa Lumajang pula yang belum kuketahui."
746 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sutejo menarik napas panjang. "Kalau begitu tugas kita sama. Aku pun sedang menyelidiki Kolonadah dan hendak pergi ke Lumajang."
"Kalian ini hamba-hamba Mojopahit yang bodoh!" Tiba-tiba Sulastri berkata dengan nada mengejek. "Dan engkau Sutejo, engkau pun telah dibodohi orang dengan mudah! Kuberi tahu kalian bahwa Kolonadah tidak berada di Lumajang, melainkan berada di tangan orang Mojopahit!"
"Ah, mana mungkin....?" Sutejo dan Harwojo berseru
kaget. "Memang kalian bodoh! Kalau sudah berada di Lumajang, perlu apa Adipati Wirorojo mengutus aku untuk menyelidikinya dan mencarinya di Mojopahit" Keris itu sudah berada di tangan Resi Harimurti! Tadinya memang keris pusaka itu dilarikan oleh Ki Ageng Palandongan dari Tuban, untuk dibawa ke Lumajang. Akan tetapi di tengah jalan, Ki Ageng Palandongan diserang oleh Resi Harimurti!"
"Akan tetapi..... menurut Gusti Ratu, sampai sekarang tidak ada yang menyerahkan keris pusaka itu!" kata Harwojo.
"Hemm, kalau keris sudah berada di tangan Resi Harimurti, tentu diserahkan kepada Resi Mahapati, bukan kepada Sri Ratu!" kata Sulastri.
"Akan tetapi, Resi Mahapati adalah tangan kanan Gusti http://kangzusi.com
Ratu, dan Resi Mahapati juga belum menyerahkan keris pusaka itu," bantah Harwojo.
"Dan menurut cerita Resi Harimurti, biarpun dia telah berhasil merampas keris dari tangan Ki Ageng Palandongan, akan tetapi orang-orang Lumajang telah berhasil merampas dari tangannya pula," kata Sutejo.
"Aneh!" Sutejo dan Harwojo berkata hampir berbareng dan ketiganya duduk termenung dengan bingung. Keris pusaka itu tidak berada di tangan Resi Harimurti seperti yang disangka 747
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
oleh Sulastri, tidak juga berada di tangan Orang-orang Lumajang. Lalu di mana" Siapa yang merampasnya dari tangan Resi Harimurti"
"Apakah ada yang menyaksikan ketika keris itu
dirampasnya dari tangan Resi Harimurti?" Sulastri bertanya tanpa menujukannya kepada orang tertentu.
"Tidak," Sutejo menjawab dengan alis berkerut. "Menurut penuturannya, dia seorang diri ketika keris itu dirampas orang-orang yang menggunakan akal mengeroyoknya."
"Huh,kalau begitu kalian dibohongi oleh Resi jahanam itu!"
Harwojo lalu bangkit berdiri. "Maafkan saya...., kalau begitu saya harus cepat pulang ke Mojopahit untuk melaporkan hal ini........."
Baik Sulastri mau pun Sutejo tidak menjawab apa-apa, juga tidak mencegah ketika Harwojo meninggalkan tempat itu.
Mereka berdua masih duduk berhadapan di atas tanah sampai lama setelah Harwojo tidak tampak lagi dan tidak terdengar suara apa-apa kecuali jangkerik dan belalang yang riuh rendah menghidupkan suasana yang sunyi di dalam hutan itu. Bulan sudah naik agak tinggi dan karena tempat mereka duduk merupakan tempat terbuka yang cukup luas, maka sinar bulan dapat menimpa tempat itu tanpa terhalang, mendatangkan penerangan yang cukup sehingga mereka dapat melihat wajah http://kangzusi.com
masing-masing dengan jelas.
"........Adi Bromo...." Akhirnya suara Sutejo memecah kesunyian. Dia merasa canggung sekali kalau harus mengganti sebutan ini, sungguhpun kini dia sudah yakin bahwa "pemuda"
yang berada di depannya ini adalah seorang dara yang cantik jelita dan gagah perkasa.
Sulastri mengira bahwa Sutejo belum tahu akan rahasia pribadinya, dan teringat akan jurang yang memisahkan mereka karena pemuda ini membantu Resi Mahapati, dia lalu 748
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjawab dengan sikap dingin dan suara kaku, "Sutejo di antara kita tidak ada lagi hubungan persahabatan."
Wajah pemuda itu menjadi agak pucat dan matanya
terbelalak, kemudian dia berkata dengan suara yang bernada sedih, "Adi Bromo, setelah segala yang kita alami bersama, mengapa....engkau bersikap seperti ini kepadaku" Tidakkah engkau sudi memaafkan aku, seandainya aku ada kesalahan terhadapmu?"
"Tidak perlu bicara tentang kesalahan dan masihkah
engkau bertanya lagi mengapa aku bersikap begini, Sutejo"
Lupakah engkau bahwa engkau dan aku berdiri di dua pihak yang bertentangan" Aku adalah musuhmu dan engkau adalah musuhku!"
"Adi Bromatmojo!" Sutejo berkata sambil melangkah maju.
"Jangan kau berkat demikian. Malah kedatanganku ini sengaja hendak mencarimu. Hendak menyadarkan engkau telah
menempatkan dirimu di dalam bahaya besar dan juga dalam penyelewengan yang kelak hanya akan membuatmu
menyesal."
Sulastri mengerutkan alisnya, "Hemm, engkau malah berani berkata seperti itu" Hendak menyadarkan aku" Dalam hal apakah?"
"Adi Bromo...." Teringat bahwa yang diajaknya bicara http://kangzusi.com
dengan sebutan pria itu sebetulnya adalah seorang dara, Sutejo tidak berani lama-lama menentang wajah Sulastri dan ia melanjutkan sambil menunduk, dan hanya sekali-kali saja mengangkat muka memandang. "Aku mendengar bahwa
engkau telah menghambakan diri kepada adipati di Lumajang, bahkan engkau sendiri tadi mengatakan bahwa engkau
menjadi utusan Sang Adipati untuk mencari keris pusaka Kolonadah. Adi Bromo.....hendaknya engkau insaf dan menyadari bahwa engkau telah tersesat......"
749 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar ucapan itu, otomatis kedua tangan Sulastri bergerak naik ke pinggangnya dan sepasang matanya
memandang marah. Mulutnya tersenyum mengejek,senyum yang sudah amat dikenal oleh Sutejo, senyum yang akan keluar kalau temannya itu sedang mengkal hatinya.
"Aku" Tersesat" Memang aku menghambakan diri kepada Adipati Wirorojo, Adipati Lumajang. Tidak tahukah engkau siapa beliau" Beliau adalah seorang yang arif bijaksana, seorang pemimpin sejati. Kenapa kau berani mengatakan aku tersesat?"
"Ah, itulah salahnya, Adi Bromo. Engkau tidak sadar bahwa engkau telah menghambakan diri kepada pemberontak."
"Sutejo jangan sembarangan menuduh. Adipati Wirorojo bukanlah pemberontak!"
"Memang belum memberontak, akan tetapi di sanalah
ditampungnya semua orang yang memusuhi Mojopahit.
Semua bekas pengikut Ronggo Lawe, pengikut Lembu Sora, semua pergi ke Lumajang, bahkan bekas-bekas perejurit mereka pun kini menjadi perajurit Lumajang. Apakah itu bukan suatu bukti bahwa Lumajang adalah sarang
pemberontak?"
"Huh,hati dan pikiranmu memang sudah diracuni oleh Resi Mahapati, Sutejo! Maka wawasanmu juga ngawur! Telingaku http://kangzusi.com
sendiri yang mendengar ucapan keluar dari mulut Sang Adipati Lumajang baru beberapa hari yang lalu bahwa Beliau tidak ingin memberontak, bahkan tidak ingin bentrok dengan Mojopahit selama di sana masih ada Sang Prabu yang Beliau junjung tinggi itu menduduki tahta kerajaan. Akan tetapi Beliau tidak setuju kalau Kolonadah terjatuh ke tangan Pangeran Kolo Gemet. Dan engkau tahu siapa gerangan pangeran itu" Pangeran berdarah Melayu, dan Resi Mahapati justeru berhamba kepada Pangeran itu! Orang-orang
Lumajang bukan berjiwa pemberontak, bahkan amat
750 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencintai Mojopahit dan Sang Prabu. Hanya membenci para ponggawa Mojopahit yang jahat dan sewenang-wenang itu."
"Hemm, tentu saja mereka tidak mau mengaku, Adi Bromo.
Tidak ada maling yang mengaku pencuri, tidak ada perampok mengaku begal, tidak ada orang bersalah mengaku tidak benar. Adipati Lumajang sudah mambuktikan dengan sikapnya yang tidak mau tunduk lagi kepada Sang Prabu di Mojopahit yang seharusnya ditaati oleh semua kawula Mojopahit yang setia."
"Kawula Mojopahit yang setia" Huh, kau anggap orang-orang macam Resi Mahapati dan Resi Harimurti itu orang-orang yang baik" Betapa engkau sudah buta!"
"Aku tidak peduli akan pribadi mereka, selama mereka tidak menggangguku dan tidak melakukan kejahatan di depan mataku karena kalau demikian halnya, tentu aku akan menentangnya. Aku harus setia kepada Mojopahit dan karena kulihat Resi Mahapati dan Resi Harimurti setia kepada Mojopahit, maka aku rela membantu. Coba Resi Mahapati memberontak terhadap Mojopahit, biar dia kakak iparku sendiri,sudah pasti akan kulawan. Karena itu, Adi Bromo, marilah engkau kembali ke jalan benar, jalan satria utama yang tidak akan keliru dalam menentukan langkah,membela yang benar dan setia kepada kerajaan. Mari kita bersama kembali dan kita melihat dengan mata sendiri siapa yang tidak http://kangzusi.com
benar, kita lawan bersama."
"Wah, sungguh engkau telah mabok, Sutejo! Mabok oleh bujuk rayu Resi Mahapati! Muak aku mendengar semua kata-katamu, kata-kata yang tentu telah diatur sebelumnya oleh Resi keparat itu! Nah, kita sekarang berhadapan sebagai musuh. Tidak perlu banyak cakap lagi, Sutejo. Engkau adalah kaki tangan Resi Mahapati yang dibenci dan dimusuhi oleh Adipati Lumajang, dan aku adalah seorang pengawal dari Adipati Lumajang. Engkau berada di sini tentu sebagai mata-751
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mata Resi Mahapati, maka hayo kita menentukan kebenaran melalui kepandaian. Kau sambutlah!"
Setelah berkata demikian, Sulastri sudah menerjang ke depan dan menyerang Sutejo dengan sungguh-sungguh
sambil mengerahkan seluruh tenaganya karena dia maklum betapa saktinya pemuda ini.
"Eh, eh, nanti dulu ....!" Sutejo mengelak dan mundur ke belakang, menghindarkan diri dari sambaran tangan yang kecil namun mengandung hawa pukulan dan tenaga sakti yang ampuh itu.
"Sutejo, sudah jelas engkau adalah kaki tangan Resi Mahapati dan aku adalah ponggawa Lumajang. Di antara kita terdapat permusuhan besar, dan dalam memperebutkan
Kolonadah pun kita akan berhadapan sebagai musuh."
"Adi Bromo, nanti dulu, mari kita bicara dulu.....!"
"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Sambutlah, atau minggatlah kau dari sini!"
Sulastri yang merasa amat kecewa dan penasaran melihat Sutejo berkukuh dalam pendiriannya membenarkan Resi Mahapati, sudah menerjangnya lagi dengan dahsyat dan sungguh-sungguh karena kekecewaan hatinya itu
mendatangkan kemarahan besar.
http://kangzusi.com
Sutejo yang dikagumi, yang amat disukai, yang dianggap sebagai sahabat paling baik di dunia ini dan yang sedetik pun tidak penah dilupakannya, Sutejo telah mengecewakan hatinya dengan menjadi kaki tangan Resi Mahapati! Dan yang lebih mengecewakan hatinya lagi adalah kenyataan yang memaksa pemuda itu membantu Resi Mahapati yang
dibencinya, yaitu bahwa pemuda itu adalah adik ipar dari Sang Resi itu. Inilah yang membuatnya kecewa dan marah sehingga kini dia menyerangnya kalang kabut untuk melampiaskan rasa penasaran dan kekecewaan hatinya.
752 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sutejo terkejut menghadapi serangan Sulastri karena dia maklum bahwa dara itu menyerangnya dengan sungguh-sungguh. Dahulu, pernah temannya ini menyerang dan
memaksanya berkelahi, dan bairpun murid dari Gunung Bromo ini amat sakti, namun dia masih dapat mengatasinya. Kalau dia mau, tentu saja dia dapat membendung semua serangan kilat itu dan balas menyerang. Akan tetapi, setelah kini tahu bahwa yang menyerannya ini adalah seorang dara, bagaimana dia tega untuk melawannya" Pula, rasa suka dan sayangnya kepada Bromatmojo yang tadinya dianggap sebagai
sahabatnya yang terbaik, kini mengalami perubahan besar setelah dia tahu bahwa Bromatmojo adalah Sulastri, seorang dara. Dia sendiri masih belum dapat menentukan apakah perubahan itu dan bagaimana kini perasaan hatinya terhadap Sulastri, akan tetapi yang sudah jelas tidak mungkin baginya untuk melawan Sulastri, apalagi mencoba untuk merobohkan dara ini! Maka dia pun hanya mengelak dan menangkis saja, dan tangkisan ini pun dilakukannya tanpa pengerahan tenaga sakti sepenuhnya karena dia khawatir kalau-kalau tangkisan yang keras akan melukai lengan atau tangan dara itu!
Akan tetapi dia lupa bahwa Sulastri bukanlah seorang lawan yang sembarangan saja.
Bahkan dia yang telah memiliki kesaktian tinggi,
dibandingkan dengan dara itu hanya menang sedikit saja.
http://kangzusi.com
Oleh karena itu, mana mungkin dia mengadapi amukan
Sulastri hanya dengan elakan dan tangkisan yang dibatasi tenaganya" Apalagi karena Sulastri, dara yang berhati baja itu, ketika malihat sikap Sutejo yang hanya mengelak dan menangkis, merasa dipandang rendah dan hina, maka
serangan-serangannya menjadi semakin menghebat dan dara itu telah mainkan Ilmu Hasto Bairawa dan mengisi kedua tangannya dengan hawa sakti dari Hasto Nogo, terutama tangan kirinya yang setiap menyambar mengeluarkan suara bersiutan keras itu.
753 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sutejo masih tetap mengelak dan menangkis, akan tetapi ketika Sulastri mendesak,dia kalah cepat. Tamparan Hasto Nogo tangan kiri Sulastri menyusul serangan tangan kanannya yang tertangkis. Tangan kiri yang ampuh itu menyambar ke arah pelipis Sutejo. Pemuda itu terkejut dan cepat mengelak, akan tetapi dia masih kalah cepat dan tamparan itu masih mengenai pangkal lehernya dekat pundak kanan.
"Plakkk.... uhhh....!!" Tubuh Sutejo terpelanting dan ia roboh ke atas tanah dalam keadaan pingsan! Yang terakhir kelihatan oleh Sutejo hanyalah wajah Sulastri yang berputar-putar, dengan sepasang mata yang indah lebar itu terbelalak dan telinganya mendengar jerit tertahan, kemudian gelaplah semua baginya dan dia merasa betapa dia hanyut di air bengawan yang sedang banjir.
Tubuhnya seperti tersedot ke bawah dan tenggelam dan biarpun dia sudah berusaha untuk timbul ke permukaan, namun tetap saja dia tenggelam lagi. Pergulatan melawan air ini berjalan lama sekali dan agaknya kepalanya tertumbuk batu karena tiba-tiba terasa berdenyut-denyut nyeri bukan main.
Dia tidak kuat lagi dan menghentikan rontaannya,
membiarkan dirinya hanyut terbawa air bengawan yang sedang banjir. Dia merasa dihanyutkan ke pinggir,napasnya terhenti dan rasa nyeri sudah hampir lenyap ketika dia http://kangzusi.com
mendengar suara sayup-sayup, suara orang memanggilmanggilnya. Karena dia mengenal baik suara itu, maka dia mengerahkan tenaga terakhir untuk mendengarkan, untuk melawan kekuatan dahsyat yng menyeretnya agar dia dapat menangkap kata-kata dari suara yang amat dikenalnya ini.
"Kakang Tejo.....! Kakang Tejo....!!"
Sutejo merasa berada di dalam sebuah jurang atau sumur yang amat dalam dan amat gelap. Akan tetapi suara itu mendorongnya, menariknya agar dia keluar dari jurang gelap itu. Dia seperti meraba-raba dalam gelap, hanya suara itu 754
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang menjadi pedomannya keluar dari dalam kegelapan yang menelannya.
"Kakang Tejo... kau maafkan aku, Kakang...."
Sutejo merasa terheran-heran mendengar suara ini, suara yang disambung dengan isak tangis! Dia mengenal suara itu, tentu saja. Suara siapa lagi yang renyah itu kalau bukan suara Bromatmojo" Akan tetapi Bromatmojo menangis" Pemuda yang gagah perkasa itu, yang tidak mengenal takut, kini menangis terisak-isak" Aneh!
"Kakang Tejo....., jangan kau mati, Kakang......, kalau kau mati, aku pun tidak sudi hidup sendirian.........Kakang Tejo......!" Tubuhnya diguncang-guncang dua tangan dan suara tangis itu makin menjadi.
Akan tetapi, dia teringat betapa Bromatmojo memusuhinya, menyerangnya dan menamparnya. Ingatan ini membuat
hatinya sedih bukan main dan mengendurkan lagi
semangatnya untuk bangkit dari kegelapan. Biarlah dia mati saja, pikirnya dan kembali dia ditelan kegelapan jurang itu.
"Kakang Tejo.....aduhh, Kakang..... bangunlah..... tidak tahukah engkau bahwa aku cinta padamu...." Kakang...."
Ucapan itu seperti halilintar menyambar dan menerangi jurang yang gelap itu!
http://kangzusi.com
Kini teringatlah dia bahwa Bromatmojo adalah Sulastri, seorang dara. Dan apa yang diucapkan Sulastri tadi" Ah, dia tidak percaya! Akan tetapi, kini Sulastri menangis di atas dadanya, tidak mengguncang-guncang lagi dengan tangan, akan tetapi tubuh dara yang menangis itu sudah terguncang-guncang sehingga tubuhnya sendiri ikut terguncang pula.
"......aku cinta padamu, Kakang Tejo...........aku cinta padamu dan aku yang membunuhmu......" Tangis itu makin mengguguk kini dan Sutejo merasa betapa muka yang halus 755
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu melekat pada mukanya, betapa air membashi pipinya. Air mata!
Sulastri menangis dan menciuminya! Kini gadis itu kembali menangis di atas dadanya.
Dengan halus kedua tangannya mengusap kepala itu, dan terdengar pula suaranya,kedengarannya aneh bagi telinganya sendiri, karena suaraya gemetar, ".....jangan menangis....., jangan kau menangis....."
Sulastri mengangkat mukanya dari atas dada Sutejo,
dengan kedua mata basah dan pipi kemerahan dia
memandang wajah Sutejo. "Kakang Tejo....." Dia berseru girang bukan main. "Kau.... kau..... tidak mati....?""
Sutejo membuka matanya. Kedua tangannya kini
merangkul leher itu. "Belum, Diajeng....... aku nyaris mati akan tetapi suaramu memanggilku kembali...."
"Kakang kau menggeletak dengan muka pucat, tak
bernapas lagi, tadi aku yakin bahwa engkau tentu telah tewas..... ahhh, olah pukulan Hasto Nogo yang terkutuk......, betapa khawatir aku....."
"Jangan khawatir, Nimas. Aku tidak mati dan
kau.....Diajeng Sulastri...."
"Ehh.....?" Sulastri terbelalak. "Kau....kau sudah tahu....
http://kangzusi.com
bahwa aku......"
Sutejo bangkit duduk dan kedua tangannya masih
merangkul pinggang dan leher dara itu. Dia mencoba
tersenyum. "Aku.... telah menduganya.... eh, aku telah mengetahuinya..... Sulastri....aku... aku pun cinta kepadamu, Diajeng....."
"Apa....?"" Sulastri meronta dan melompat berdiri. "Kau...
kau... tadi mendengar semua kata-kataku?" Mata itu
terbelalak lebar sekali, mukanya menjadi pucat lalu merah sekali.
756 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku...... berada di jurang gelap..... tiba-tiba mendengar suaramu memanggil.....dan pernyataan cintamu......."
"Kau pura-pura mati! Kau.... ah, kau tak tahu malu.....! Kau menyalahgunakan penyesalanku, pura-pura mati dan
memancing aku membuka rahasia hati.... saking menyesalku memukulmu.... ah, kau.... kau.....!" Dara itu menangis lagi, menangis karena marah!
"Ah, Sulastri, tidak....... sama sekali tidak......! Aku memang hampir mati.... kiraku tentu mati kalau tidak ada engkau yang memanggilku...... Sulastri, aku.... cinta padamu, baru sekarang kusadari benar hal ini. Sulastri, ah, jangan kau memandang kepadaku dengan marah seperti itu...." Dan sutejo bangkit berdiri akan tetapi dia terguling pula, kepalanya berdenyutan dan pandang matanya gelap,berkunang-kunang dan dia roboh seperti tadi. Kini pingsan kembali untuk ke dua kalinya.
Ketika Sutejo siuman kembali. Seketika dia teringat kepada Sulastri dan bangkitlah dia, menengok ke sana-sini akan tetapi tempat itu kosong, sekosong hatinya karena Sulastri tidak nampak di situ. Dirabanya pangkal lehernya dekat pundak itu dan ternyata bekas pukulan itu telah diberi obat dan dibalut.
Siapa lagi kalau bukan Sulastri yang mengobatinya. Akan tetapi dia tidak ada lagi!
"Ah, Sulastri........, Sulastri.....!" Dia mengeluh dan http://kangzusi.com
memanggil-manggil.
"Aku di sini, Kakang Tejo!"
Sutejo cepat bangkit berdiri, biar pun lehernya terasa agak nyeri namun dia tidak peduli dan dia menengok. Terbelalak dia memandang, terpesona ketika melihat seorang dara cantik jelita berdiri di bawah pohon, agaknya baru datang dan tangan kirinya membawa sesisir pisang yang sudah matang, tangan kanannya membawa kelapa muda. Bukan main
Harimau Mendekam Naga Sembunyi 7 Bara Naga Karya Yin Yong Kisah Si Rase Terbang 6
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama