Ceritasilat Novel Online

Keris Pusaka Dan Kuda Iblis 1

Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo Bagian 1


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keris Pusaka dan Kuda Iblis
Karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
Sumber djvu : Tiraikasih http://kangzusi.com
Edit by : Hendra Dinata
Ebook oleh : Dewi KZ
TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
JILID I SEMENJAK dunia berkembang, segala mahluk dan
benda baik yang dapat bergerak maupun yang tidak,
harus mengakui keunggulan tenaga alam, harus
mengakui bahwa mereka tak kuasa melawannya, tak
kuasa menolaknya, hanya kuasa lari menjauhinya atau
pergi sembunyi mencari tempat perlindungan, jika
sewaktu-waktu tenaga alam memperlihatkan keunggulannya, jika tenaga alam bangkit dan mempermainkan segala apa yang ada di muka bumi ini.
Demikian pula penduduk ibu kota Karta, ibu kota
Kerajaan Mataram dengan daerahnya yang terkenal
subur makmur gemah ripah loh Jinawi itu, dimana rakyat
hidup penuh kebahagiaan karena murah sandang
pangan, tata tenteram reja raharja, karena kendali
pemerintah berada dalam sepasang lengan yang kuat
dari Sultan Agung, Mas Rangsang yang bergelar
Panembahan Agung Senapati Ing Alaga Ngabdurrahman, seorang penata praja yang arif
bijaksana, sakti mandraguna dan luhur budi pekertinya.
Namun demikian, sewaktu-waktu, penduduk ibu kota
Karta terpaksa menyerah kepada kekuasaan alam yang
maha besar, hingga Sri Sultan sendiri yang terkenal sakti
dan perkasa, tak kuasa menentang dan menghentikan
kemurkaan alam berupa hujan badai, banjir, gunung
meletus, dan lain-lain.
Suatu senja yang basah. Air hujan turun dari angkasa
bagaikan sengaja dituang atau seakan-akan mega
mendung yang tebal menghitam itu merupakan kantung
air yang banyak berlubang dan membocor. Hujan
mengamuk dari siang tadi. Baiknya, berkat pengalaman
musim hujan tahun lalu, atas perintah raja yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bijaksana, rakyat telah beramai-ramai memperdalam
sungai dan membuat tanggul untuk membendung
Bengawan Solo yang mudah mengamuk di musim hujan.
Pada senja itu tak seorangpun berani keluar dari
rumah. Mereka berlindung dalam rumah sambil
memandang keluar jendela atau pintu dengan hati risau,
mengkhawatirkan sawah ladang mereka. Tapi pada saat
itu, dari jurusan timur, seorang pemuda berjalan
memasuki pi ntu gerbang ibu kota dengan langkah
tenang. Hujan telah agak reda tapi masih cukup besar
untuk membuat pemuda itu menjadi basah kuyup.
Pengikat kepala warna putih itu basah dan air telah
menembusinya, membuat rambut yang panjang hitam itu
basah pula. Butir-butiran air saling udak di sepanjang
hidungnya yang mancung, terus ke bibir dan dagu yang
berbentuk tampan dan keras. Dari pinggang ke atas ia
telanjang. Bidangnya lebar, pinggang kecil dan buah
dadanya membusung, tanda bahwa tubuh itu didiami
tenaga yang kuat sekali. Ia memakai celana hitam
sebatas betis dan sehelai kain keabu-abuan diikatkan di
pinggang. Perhatian anak muda itu seluruhnya tertarik oleh
pemandangan di sebelah dalam pintu gerbang hingga ia
tidak melihat betapa dua orang penjaga yang berlindung
dari hujan di bawah gapura sedang memandang
padanya dengan mata curiga.
"Hordah! Siapa di situ?" Tiba-tiba seorang penjaga
menegurnya dengan suara keras dan ujung sebuah
tombak yang runcing mengkilap muncul dari balik dinding
gapura. Biarpun pakaiannya menunjukkan bahwa ia adalah
seorang kampung, namun pemuda itu ternyata tabah dan
sikapnya tenang sekali. Bentakan suara keras dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tajamnya mata tombak tak membuatnya gentar atau
gugup. Dengan senyum di bibir ia menengok ke arah
penegurnya lalu berkata tenang,
"Maaf, kawan-kawan, aku tidak melihat kalian tadi
hingga tidak memberi salam. Aku seorang pengembara
dari tempat jauh yang telah lama mengagumi nama dan
kebesaran Gusti Sultan dan yang sekarang datang
hendak menyaksikan kei ndahan dan keagungan ibu kota
Mataram yang jaya ini."
"Bohong kamu! Masak seorang pelancong datang
pada waktu hujan besar begini" Kamu tentu mempunyai
maksud Jahat. Hayo ke sini, kami akan geledah dulu."
Pemuda itu tersenyum manis. "Mau geledah sih boleh
saja, tapi kalian harus ke sini, bukan aku yang harus ke
situ." "Eh-eh, banyak tingkah! Hayo kesi ni kamu!" teriak
penjaga sambil mengamang-amangkan tinjunya.
"Kau saja ke sini!" pemuda itu tetap berkeras tapi
mulutnya selalu tersenyum.
"Tidak kau lihat air hujan masih turun" Kami tak sudi
kehujanan," jawab penjaga.
"Akupun kehujanan dari tadi. Lagi pula, siapakah yang
butuh akan penggeledahan ini" Kalian atau aku" Kalau
aku yang butuh digeledah, tentu aku akan ke situ. Tapi
sekarang kalianlah yang butuh menggeledahku, maka
kalianlah yang harus ke sini."
"Jangan banyak cakap. Lekas kau ke sini, kalau
bandel, jangan menyesal nanti jika kami gunakan
kekerasan." Penjaga kedua yang lebih tua dan sabar
memberi peringatan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aha, kalian berani gunakan kekerasan" Aku tidak
percaya, seda ngkan terhadap air hujan saja kalian sudah
takut," Pemuda itu terus saja berjenaka, tapi suaranya
sekali-kali tidak mengandung maksud menghina, bahkan
ia seakan-akan ingin bersendau-gurau dengan kedua
penjaga itu. "Bangsat kecil jangan lari!" Penjaga pertama berseru
marah dan meloncat keluar dari tempat meneduhnya dan
mengulur tangannya untuk menjambak rambut pemuda
itu. Tapi dengan tenang pemuda itu miringkan kepala
hingga si penjaga menjambak angi n! Penjaga yang
bertubuh tinggi besar itu marah sekali. Kini ia menyerang
dengan pukulan ke arah dada lawannya yang kembali
berkelit tenang. Demikianlah, penjaga itu dipermainkan
dengan kelitan dan gerakan lincah hingga ia menjadi
pusing. Ketika ia ayun kepalan tangannya untuk kesekian
kalinya dengan sepenuh tenaga, pemuda itu berkelit
sambil menyindir, "Sayang, pukul angin lagi!" Pukulan itu
keras sekali dan dilakukan dengan sepenuh tenaga,
maka ketika dikelit, tak ampun lagi tubuh si penjaga
menjadi limbung dan kaki nya terpeleset hingga tubuhnya
jatuh berdebuk di atas tanah yang basah dan licin!
"Eh, hati-hati kawan, tanah licin kau nanti jatuh!" kata
pemuda itu dengan suara demikian jenaka dan lucu
hingga penjaga kedua mau tak mau ikut tertawa juga.
Penjaga yang jatuh melihat dirinya dipermainkan dan
ditertawakan pula oleh kawannya, menjadi marah sekali.
Dengan cepat ia meloncat bangun dan lari ke dalam
tempat penjagaan dan mengambil tombaknya.
"Bangsat rendah, jangan lari, lihat tombakku!" katanya
dan cepat ia menyerang lambung lawan dengan
tombaknya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hai, jangan main-main dengan senjata tajam."
Pemuda itu masih saja berjenaka sambil loncat berkelit.
"Awas, kutarik keluar ususmu yang jahat!" Penjaga itu
makin marah. Melihat lawannya sudah berlaku nekat dan
marah, pemuda itu agaknya kasihan juga. Ketika ujung
tombak menyerang ke arah perutnya ia tidak berkelit, tapi
gunakan tangannya memapaki senjata itu. Ia gunakan
pinggir telapak tangannya menebas bagaikan sebilah
parang dan "krakk!!" gagang tombak terbuat dari kayu
asam yang keras dan ulet itu patah menjadi dua!
Sementara itu, si penjaga melepaskan gagang tombak
yang telah patah karena tenaga sabetan itu membuat
telapak tangannya terasa sakit sekali dan ketika
dilihatnya, ternyata telapak tangannya luka kulitnya dan
berdarah, rasanya perih dan sakit sekali.
Penjaga kedua telah keluar dari tempat penjagaan dan
memandang pemuda itu dengan bimbang dan kagum.
"Hai, pemuda yang gagah. Raden ini siapa dan dari
mana. Menurut aturan yang telah ditentukan, kami para
penjaga harus mengetahui keadaan setiap orang asi ng
yang memasuki kota ini."
Mendengar ucapan penjaga tua yang halus ini,
pemuda itu berlaku hormat. "Maafkan aku, paman.
Bukan maksudku mencari keributan. Tadi aku hanya
melayani kawan yang suka main-mai n ini. Aku bernama
Jarot dari desa Wangkal di Tengger Utara. Aku seorang
pengembara dan ingin sekali melihat Kerajaan Mataram
yang telah mashur ini dari dekat. Harap paman penjaga
sudi memaafkanku."
Sikap dan tutur katanya sopan dan menarik hingga
penjaga itu hilang kecurigaannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu silakan, anak muda. Hanya saja
janganlah kau berjalan seorang diri dalam hari hujan
seperti ini, karena hal ini dapat menimbulkan kecurigaan
penduduk padamu. Meneduhlah dimana saja, penduduk
kota kita akan menerimamu dengan baik."
Jarot mengucap terima kasih dan setelah minta maaf
kepada penjaga yang tadi dipermainkannya itu, ia
lanjutkan perjalanannya memasuki kota. Dua orang
penjaga itu memandangnya dari belakang dengan heran
dan kagum. "Kalau ia ikut memasuki sayembara di alunalun, pasti ia akan menang," kata penjaga tua itu.
Pemuda itu membelok ke kiri memasuki sebuah
perkampungan yang banyak ditumbuhi pohon pisang.
Sebenarnya ia masuk ke kampung itu karena tertarik
oleh bunyi irama besi tertempa, menandakan bahwa di
kampung situ terdapat seorang pandai besi. Dan pandai
besi pada masa itu terpandang tinggi sebagai seorang
berkepandaian tinggi, barangkali sama halnya dengan
orang sekarang memandang seorang guru ahli. Pandai
besi, terutama yang khusus membuat senjata tajam,
dianggap berjasa sekali, dan biasanya seorang pembuat
keris dianggap seorang suci yang berderajat penembahan atau pertapa sakti dan disebut empu.
Dengan perlahan dan hati-hati Jarot mengetuk daun
pintu rumah pandai besi itu. Suara tang-ting-tong
berhenti sejenak dan terdengarlah suara orang dari
dalam, "Anak muda yang di luar masuklah saja, pintu
pondokku tak pernah diganjal atau dipalang. Buka saja!"
Suara ini halus dan besar.
Jarot mendorong daun pintu dengan perasaan heran
mengapa orang di dalam tahu bahwa ia adalah seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda. Ternyata isi gubuk itu melarat sekali. Selain
tungku api dan besi landasan serta perabot-pandai
sederhana, di sudut terdapat sebuah bale-bale bambu.
Seorang orang tua berpakaian jubah putih yang panjang
dan tergulung lengan bajunya, tidak bersorban hingga
rambutnya yang panjang dan putih yang hanya diikat
dengan lawe terurai di atas bahunya, dan bertelanjang
kaki sedang berdiri membelakanginya, tangan kiri
memegang sebilah keris luk tiga dan tangan kanan
memegang sebuah besi pemukul. Ketika mendengar
Jarot memasuki pondoknya, orang tua itu balikkan tubuh
menghadapinya. Dan sekali pandang saja tahulah Jarot
bahwa ia sedang berhadapan dengan seorang tua ahli
tapa yang suci. Maka tanpa ragu-ragu lagi ia bersila dan
menyembah. "Mohon kemurahan hati eyang untuk mengampuni
saya yang lancang dan berani memasuki pondok eyang."
Orang tua itu menggunakan lengan kanannya untuk
melindungi matanya dari sinar api tungku yang terang
dan sepasang matanya yang dilindungi alis putih
menatap wajah anak muda yang bersila dengan kepala
tunduk di depannya.
"Angger, siapakah kau dan ada apa kau masuk ke
dalam gubukku yang miskin dan kotor ini?"
"Saya bernama Jarot dari Peg unungan Tengger,
eyang. Saya seorang perantau yang tak mempunyai


Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tujuan tertentu, hanya ingin menikmati tamasya alam
dengan segala pemberian alam yang pengasih, sambil
meluaskan pengetahuan yang dangkal. Mohon ampun
jika saya mengganggu kepada eyang. Suara besi
landasan terpukul menimbulkan bunyi nyaring dan merdu
hingga membetot perasaan saya dan membuat kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kaki saya dengan tak terasa bergerak ke arah suara.
Ampunkan saya, eyang."
"Hm, agaknya kau juga tergolong manusia pengolah
baja?" "Saya tak berani mengaku seperti itu, eyang, hanya
saya pernah melihat dan membantu paman Empu
Jayagung sebagai penggerak puputan selama beberapa
tahun." "Begitu" Pantas saja kau tertarik oleh suara dentingan
landasan. Eh, Jarot, jika kau pernah membantu Empu
Jayagung, coba terangkan, dengan apakah orang dapat
menguasai kekerasan?"
"Kekerasan
hanya dapat ditundukkan dengan kehalusan."
"Syarat apakah untuk dapat menjadi penempa keris?"
"Kekerasan baja hanya dapat dibentuk dan dikalahkan
dengan ketekunan, kesabaran, dan kekuatan."
"Bagus, angger. Mari, mari duduk di sana denganku."
Jarot menyatakan terima kasih dan mereka menuju ke
bale-bale lalu duduk berhadapan. Sebenarnya Jarot
merasa berat untuk duduk bersandi ng, dan hendak
duduk bersila di bawah, tapi hal ini dicegah oleh orang
tua itu yang berkata, "A ngger Jarot, jangan kaurendahkan diri di depanku secara berlebih-lebihan.
Kau masuk ke rumahku sebagai tamu, dan sebagai
orang segolongan, tak perlu kita sungkan-sungkan. Kau
lihat dan periksalah keris ini dan coba nyatakan
pendapatmu." Jarot menerima keris luk tiga yang
semenjak tadi dipegang oleh orang tua itu. Keris itu
sudah hampir selesai dibuat, tinggal menghaluskan saja.
Pamornya berkembang bagaikan kulit ular Sanca,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
warnanya hitam kehijau-hijauan, dan matanya tajam
sekali. Jarot kagum melihat keris itu dan diam-diam ia
akui bahwa orang tua di hadapa nnya itu setingkat
kepandaiannya dalam pembuatan keris jika dibanding
dengan Empu Jayagung, paman gurunya. Satu hal yang
membuat ia heran dan tercengang ialah logam yang
dijadikan keris itu. Belum pernah ia melihat logam
dengan warna seperti itu dan yang mengeluarkan cahaya
seakan-akan logam itu menyemburkan bunga api.
"Pusaka ampuh,
eyang..... sungguh saya tidak pernah
melihat waja seganjil
ini, seakan-akan mengandung hawa..... hawa...." ia
ragu-ragu untuk melanjutkan kata- katanya. "Teruskan,
angger." "Maaf, eyang, keris ini seakan- akan mengandung hawa maut!"
"Kau betul, angger, kau benar. Biarlah sekarang aku
perkenalkan diri. Aku adalah Empu Madrim, masih
seperguruan dengan Kiai Gede Pemanahan dan ketika
Raden Sutawijaya menjadi bupati dengan gelar Senapati
Ing Alaga Saidin Panatagama sampai pada waktu satria
yang gagah perwira itu membangun Kerajaan Mataram,
aku sudah menjadi empunya. Semenjak Raden
Sutawijaya tewas dan puteranya, yakni Mas Jolang atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ramanda Sri Sunan yang sekarang, menjadi penggantinya, aku merasa sudah bosan berurusan
dengan dunia ramai, maka aku mengasingkan diri di
puncak Gunung Sumbing. Da n sebulan yang lalu, tibatiba saja Sri Sultan memanggil aku dan aku diserahi
tugas yang berat ini, bukan berat untuk dikerjakan, tapi
berat menekan batin."
Jarot mengangguk-angguk. Ia pernah mendengar
nama Empu Madrim ini dari gurunya, tapi ia tak
menyatakan ini, hanya bertanya,
"Tugas berat apakah itu, eyang?"
"Begini, angger. Beberapa bulan yang lalu, pada suatu
malam Jum'at Kliwon, penduduk kampung Dadapan
menjadi geger karena dengan tiba-tiba saja rumah
seorang petani terbakar. Petani itu dengan isteri dan lima
orang anaknya, semua bi nasa termakan api. Hanya
bujangnya yang selamat dan menurut keterangan
bujangnya itu, pada kira-kira tengah malam tepat,
terdengar suara mengaung dari atas. Ia lari keluar dan
melihat bintang jatuh. Tapi bintang itu tidak lenyap seperti
biasa, bahkan makin hebat cahayanya yang merah
bagaikan darah. Dan benda yang bernyala-nyala itu tepat
jatuh di rumah itu, menembus atap dan segera rumah itu
terbakar habis! Setelah api padam, rumah dan tujuh
orang penghuninya telah menjadi abu, orang kampung
Dadapan ketemukan sebuah logam yang hitam kehijauhijauan sebesar tangan orang. Mereka ambil benda itu
dan menyerahkan ke hadapan Sri Sultan. Melihat logam
yang ganjil itu, Sri Sultan berhasrat keras untuk membuat
keris pusaka, tapi tak seorangpun empu yang berada di
Mataram ini kuasa melebur logam itu. Karena itulah
maka aku dicari dan diutus ke sini membuatnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memang tepat, eyang, karena selain eyang, siapa
pulakah yang sanggup?" Jarot memuji.
"Tapi aku tak rela, angger, aku tak rela. Tanganku
menjadi kotor karenanya, angger. Logam ini pertama ka li
terjelma telah makan tujuh jiwa dan aku tahu.....aku
tahu..... masih banyak darah yang akan diminumnya....
dan aku.... tangankulah yang membentuknya menjadi
keris...."
"Eyang hanya menjalankan titah sri baginda." Jarot
menghibur. "Karena itulah, angger. Sri Sultan Agung adalah
seorang raja yang bijaksana dan luhur budinya. Tidak
pantas beliau memelihara keris Margapati ini. Siapa
memegang keris ini, ia akan terlibat dalam soal
pembunuhan terus-menerus, dan aku tidak rela kalau Sri
Sultan sampai terkena malapetaka ini. Maka, memang
Dewata adil, angger. Tanpa dipanggil angger datang.
Kaulah orangnya yang sanggup menghindarkan raja dari
kutukan keris ini. Jarot, akuilah, bukankah kau ini putera
Panembahan Cakrawala dan pernah berguru kepada
Kyai Ageng Sapujagat?"
Terkejutlah Jarot mendengar i ni. Bagaimana orang tua
ini bisa tahu" Ia hanya memandang dengan tercengang
dan mengangguk perlahan.
"Tak usah heran, angger. Akupun pernah diberi
berkah oleh Kyai Ageng Sapujagat yang tuturkan padaku
akan halmu. Kita bukanlah orang luar, angger."
Jarot rangkapkan tangan menyembah. "Maaf, eyang,
saya tadinya tidak tahu bahwa eyang mempunyai
hubungan dengan eyang guru, maka sa ya tidak berterus
terang. Sekarang terserahlah kepada eyang, saya hanya
menurut saja segala petunjuk eyang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begini, angger. Kau tundalah perantauanmu dan
hentikanlah dulu darma-brata-mu. Kini telah tiba saatnya
bagimu untuk mengabdi kepada Sri Sultan yang mulia
hingga dengan demikian akan lebi h luaslah darmabaktimu kepada Ibu Pertiwi. Kerajaan Mataram menghadapi bermacam-macam percobaan Yang Kuasa,
angger, dan yang dapat menolong hanya kau dan si
Margapati ini."
"Apa yang harus saya lakukan, eyang?"
"Besok adalah hari sayembara perang-perangan yang
diadakan tiap pekan sekali oleh Sri Sultan. Sayembara ini
selalu diadakan oleh Sri Sultan yang memang suka akan
olah keprawiraan, dan dengan demikian maka dapat
dikumpul dan dipilih satria-satria yang gagah perkasa.
Kau masukilah sayembara itu, angger. Setelah kau
mengabdi raja, maka lindungilah raja dari keris maut ini,
buktikanlah hawa maut yang dikandungnya hingga raja
percaya akan pengaruh jahat keris ini dan suka
menjauhinya."
Jarot menyatakan kesanggupannya hingga Empu
Madrim menjadi demikian girang dan lega hingga ia
berkenan memberi wejangan-wejangan ilmu dan aji
kesaktian kepada Jarot dan semalam suntuk mereka
berdua tidak tidur sama sekali. Pada keesokan harinya,
pagi-pagi sekali Empu Madrim membawa keris Margapati
ke keraton. Sebelum berpisah ia pesan kepada Jarot
supaya berhati-hati dan waspada dalam segala sepak
terjangnya. Seperti biasa pada tiap hari Sabtu, pagi-pagi sekali Sri
Sultan Agung telah turun dari tempat peraduannya dan
bersiap-siap pergi ke alun-alun menyaksikan pertandi ngan-pertandi ngan adu kegagahan. Teristimewa
pagi ini, karena di alun-alun akan lebih ramai daripada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hari-hari Sabtu biasa dengan adanya pengumuman
bahwa hari ini akan diadakan sayembara pemilihan
seorang kepala pahlawan keraton, yakni para perajurit
gagah perkasa yang bertugas menjaga dan melindungi
keselamatan raja dan seisi keraton.
Sambil mengenakan busana yang indah dan istimewa,
Sri Sultan Agung tersenyum gembira memandang
bayangannya di dalam sebuah cermin besar. Sri Sultan
Agung pada waktu itu telah berusia empat puluh tahun,
tapi masih tampak gagah dan tampan bagaikan seorang
jejaka teruna. Tiba-tiba ia melihat dari bayangan cermin
betapa Gombak, abdi pelayannya yang setia, menolak
daun pintu dan memasuki kamar dengan jalan
berjongkok, lalu berhenti di belakangnya dan menyembah. "Ampunkan hamba berani menghadap tanpa dipanggil," kata Gombak.
"Ada apa, Gombak?" tanya Sang Sultan Agung dari
bayangan cermin.
"Di luar Empu Madrim mohon menghadap, gusti."
"Silakan dia menanti sebentar, aku akan menerimanya
di ruang luar," jawab Sri Sultan dengan sabar.
Ketika Sri Sultan keluar, Empu Madrim berdiri dari
kursi yang didudukinya dan membungkukkan badan
sebagai tanda menghormat. Sebagai seorang pertapa
golongan tua, ia tak perlu bersila dan menyembah
kepada raja muda ini. De ngan wajah berseri-seri dan
suara halus, Sri Sultan Agung mempersilakan Empu
Madrim duduk dan ia sendiri duduk di atas kursi gading
terukir. "Angger Sultan, sekarang adalah saatnya hamba
menghaturkan keris yang paduka kehendaki. Inilah keris
Margapati, angger."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan gembira Sultan Agung menerima keris
Margapati dan dalam hatinya ia terkejut melihat betapa
keris luk tiga itu bercahaya bagaikan mengeluarkan api.


Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ah, benar-benar senjata pusaka keramat," katanya
perlahan. "Tapi keampuhannya mendatangkan kebinasaan,
angger Sultan. Yakni kalau terjatuh ke dalam tangan
seorang tak berbudi. Maka, mohon angger berlaku
waspada terhadap keris ini. Kuberi nama keris ini
Margapati, karena memang dia telah menjadi sebab
kebinasaan dan jika tidak terjaga baik-baik, di kemudian
hari dia masih akan menimbulkan maut dan malapetaka."
Tapi Sri Sultan Agung terlampau tertarik dan suka
kepada keris pusaka yang betul-betul indah itu hingga
pesan dan peringatan Empu Madrim seakan-akan tak
terdengar olehnya. Berkali-kali Sri Sultan memuji-muji
keahlia n Empu Madrim dan tak lupa menyatakan terima
kasihnya, bahkan sebagal hadiah, ia perintahkan pelayan
untuk mengambil pakaian indah serta barang-barang
berharga lain untuk diberikan kepada pertapa itu. Tapi
Empu Madrim menolaknya dengan halus dan tersenyum
lebar. "O, angger Sultan, hamba seorang tua tiada guna
yang hanya menanti datangnya saat pembebasan dari
raga yang sudah lapuk ini. Untuk apa semua barangbarang yang hanya indah bagi raga itu" Sedangkan
ragaku sudah lemah dan rusak. Kalau hendak memberi
anugerah, janganlah memberi benda, ya angger
junjunganku, berilah saja sebuah janji."
Sri Sultan tertawa heran. "Janji" Boleh, paman Empu,
janji apakah itu" Tentu akan kuberi janji itu asalkan
pantas dan dapat kulaksanakan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Janji yang sederhana saja, angger. Berjanjilah
kepadaku bahwa angger seterusnya akan melindungi
rakyat jelata, akan memerintah dengan adil dan
bijaksana dan akan menggunakan keris Margapati hanya
untuk membela keadilan belaka."
Tentu saja Sri Sultan Agung yang terkenal arif
bijaksana itu merasa girang sekali mendengar permintaan ini dan tanpa ragu-ragu ia berikan janji itu
kepada Empu Madrim.
Empu Madrim mengelus-elus jenggotnya yang putih
dan panjang lalu mengangguk-angguk senang. "Semoga
Yang Maha Kuasa selalu melindungi Paduka Sultan dan
Kerajaan Mataram serta sekalian rakyatnya."
Kemudian Empu Madrim bermohon diri dan kembali
ke tempat pertapaannya, yakni di puncak Gunung
Sumbing. Sri Sultan Agung lalu kembali memasuki
kamarnya, menanti datangnya para punggawa yang
akan datang menyongsong dan mengantarkannya ke
alun-alun tepat pada waktunya.
Sementara itu, Jarot yang ditinggalkan Empu Madrim,
merasa perutnya lapar sekali. Semenjak kemarin ia
belum makan. Selain lapar, iapun ingin sekali mandi
karena sudah menjadi kebiasaannya semenjak kecil
untuk mandi air dingin di waktu pagi. Ia ingat bahwa
ketika kemarin memasuki kota ini, ia melihat kali
bengawan yang jernih airnya. Maka ia segera
meninggalkan pondok kecil itu dan pergi mencari sungai
untuk mandi. Agak jauh dari kampung itu ia dapatkan sungai yang
besar dengan airnya yang bening, maka ia merasa
girang sekali. Pada saat ia hendak membuka pakaian
dan mandi, tiba-tiba terdengar suara merdu beberapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang wanita yang bercakap-cakap sambil tertawa. Cepat
ia meloncat menyingkir dan bersembunyi di balik
serumpun alang-alang. Ternyata yang datang adalah tiga
orang gadis yang membawa pakaian untuk dicuci dan
agaknya mereka hendak mandi pula.
Jarot biasanya tidak tertarik hatinya melihat wanita
muda, tapi kali ini melihat gadis yang berjalan di tengah,
tiba-tiba hatinya berdebar. Wajah gadis sederhana
dengan mulutnya yang tersenyum-senyum itu seakan
mempunyai daya tarik yang luar biasa hingga ia menatap
gadis itu bagaikan kehilangan semangat! Pula, di dasar
hatinya ia merasa seakan-akan gadis itu tidak asing
baginya, dan timbullah perasaan yang mesra sekali
terhadap anak gadis itu.
Ketiga orang gadis itu sambil tertawa-tawa masuk ke
dalam air sungai yang hanya sampai sebatas paha
dalamnya dan mereka menaruh pakaian yang dibawa ke
atas batu-batu hitam yang banyak terdapat di situ.
"Sari, cucianmu paling banyak, kami akan membantumu agar lebih cepat se lesainya, tapi kau harus
menembang untuk kami," kata seorang di antara mereka
kepada gadis yang menarik hati Jarot.
Gadis itu tersenyum. "Kau ini aneh, pagi-pagi orang
disuruh menembang. Kan malu kalau terdengar orang
lain." "Ah, sepagi ini takkan ada orang di sini. Kami suka
sekali mendengar suaramu yang merdu, Sari. Nyanyika nlah lagu Asmaradana!" Gadis kedua ikut
mendesak. Setelah melihat ke kanan kiri dan jelas bahwa
di situ tidak ada orang lain, gadis itu mengangkat
mukanya yang ayu memandang ke atas mengi ngat-ingat,
lalu ia bernyanyi tembang Asmaradana. Kata-kata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tembangnya melukiska n keadaan Dewi Sinta yang
sedang menangis dalam taman Kerajaan Ngalengkadiraja, yakni kerajaan raja raksasa Dasamuka
atau Rahwana raja yang menculiknya dari suaminya
yang tercinta, Prabu Ramawijaya. Dewi Sinta menangis
meratap-ratap merindukan suaminya yang tak kunjung
tiba untuk menolongnya dan membebaskannya dari
cengkeraman Dasamuka, si durjana. Suara gadis itu
merayu-rayu dan Jarot merasa sangat terharu mendengar tembang itu yang maksudnya demikian :
Wahai murai, angin, dan surya...
sampaikanlah sembah rinduku kepadanya
duh, suamiku, pujaan kalbu...
lihatlah betapa isterimu merindu.
Raden Rama... satria kekasih hati,
bilakah kau datang menolong rayi..."
tubuhku kurus, hatiku hancur jiwaku sengsara
hanya wajahmu yang selalu terbayang depan mata
duh Raden Rama... suamiku.....
kekasihku....! Setelah tembang itu habis dinyanyikan kedua kawan
gadis itu tak tahan untuk menahan air matanya, mereka
merangkul gadis itu dan seorang di antara mereka
berbisik terharu, "Sinta... Sinta... jangan berduka, Rama
tentu akan segera datang....."
Beberapa lama mereka berpelukan, kemudian gadis
yang menembang tadi memecahkan hikmat tembangnya
dengan tertawa nyaring dan merdu. "Eh-eh, kalian ini
bagaimana sih" Mau mandi dan mencuci pakaian, atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mau menangis?" Mereka tertawa-tawa lagi dan mencuci
pakaian sambil bersendau gurau, saling menyiram
dengan air dan busa buah lerak yang mereka gunakan
untuk mencuci pakaian. Mereka sama sekali tidak
menyangka bahwa darj balik semak-semak ada dua
pasang mata laki-laki yang mengintai dengan pandangan
kagum. Mengapa dua pasang" Ya, karena dari belakang
semak-semak tak jauh dari tempat Jarot bersembunyi,
terdapat pula seorang pemuda hitam tinggi besar yang
berwajah menyeramkan. Matanya bulat besar dan kulit
mukanya habis dimakan cacar. Ia adalah Raden Mas
Bahar, putera tunggal Tumenggung Suryawidura yang
sudah tua tapi cukup terkenal karena kekayaannya dan
karena anak perempuannya menjadi selir Sri Sultan.
Telah lama Bahar rindu dan tergila-gila akan
Sekarsari, gadis yang sedang bersenda gurau dengan
kedua kawannya di sungai itu. Berkali-kali Bahar
membujuk rayu menggoda Sekarsari, tapi gadis itu tidak
menghiraukannya,
bahkan memperlihatkan muka membenci dan sebal. Kini, melihat gadis kenangannya itu
berada di sungai dengan dua orang gadis lain, serta
mendengar tembangnya yang merdu merayu, Bahar tak
dapat menahan gelora hatinya lagi. la keluar dari tempat
persembunyiannya dan dengan langkah lebar ia
menghampiri mereka.
Alangkah terkejutnya Sekarsari dan kawan-kawannya.
Mereka cepat membereskan kain yang diangkat dan
diikatkan di dada setinggi mungkin, lalu mengambil
pakaian yang mereka cuci dan siap hendak lari. Tapi
Bahar sengaja berdiri mencegat di jalan kecil yang
menurun ke sungai itu hingga ketiga orang gadis itu tak
berdaya, karena selain melalui jalan kecil itu, sukar juga
untuk naik ke tebing.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Den-mas, berilah kami jalan." Seorang kawan
Sekarsari berkata dengan sikap menghormat.
Bahar geleng-geleng kepala dan menyeringai. "Tidak,
sebelum Sekarsari menembang sebuah lagu untukku!"
Tentu saja Sekarsari tidak sudi melakukan permintaan
ini, tapi ia tak berani menjawab, hanya palingkan
mukanya yang menjadi merah ke arah lai n.
"Den-mas, jangan ganggu kami, biarkan kami pulang,"
kedua gadis kawan Sekarsari mendesak. Bahar memberi
jalan, kepada mereka, tapi ketika Sekarsari hendak maju,
ia mencegat pula dan mengulurkan tangan hendak
menangkap. Terpaksa gadis itu mundur dan turun
kembali ke sungai. Sedangkan kedua kawannya lari
keras sambil angkat kain sebatas lutut. Sekarsari yang
ditinggal berdua dengan Bahar menjadi takut dan cemas.
Ia memandang ke arah pemuda hitam itu dengan mata
terbelalak. Bahar tertawa bergelak. "Ha-ha, Sekarsari, juwitaku,
sekarang kau hendak lari ke mana" Hayo bernyanyilah
barang selagu untuk kangmasmu." Sambil berkata begini
Bahar melangkah turun ke atas batu kali yang besar,
mendekati gadis itu. Sekarsari makin takut dan cepat
maju ke tengah sungai di mana air lebih dalam hingga
mencapai dadanya.
"Eh, jangan terlalu jauh, Sari, kau nanti terbawa air,"
Bahar berkata sambil tertawa. Tapi Sekarsari tak takut
akan air karena ia pandai berenang.
"Sari, kemarilah mari kita bercakap-cakap." Segala
bujuk dan rayu keluar dari mulutnya, namun gadis itu
tetap tidak sudi menghiraukannya, bahkan berenang
makin ke tengah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sari! Awas, ada buaya di sana!" Tiba-tiba Bahar
berteriak. Gadis itu terkejut sekali. Tanpa menengok lagi
ia berenang ke tepi dan tubuhnya menggigil takut ketika
tangan Bahar memegang lengannya dan membantunya
naik ke atas batu. Sekarsari menengok ke arah sungai
untuk melihat buaya yang mengancamnya, tapi ia tidak
melihat apa-apa di air yang mengalir perlahan itu, kecuali
beberapa potong ranting kayu yang hanyut perlahan.
"Mana buayanya?" Ia bertanya.
"Ha-ha! buayanya berada di kedung, Sari. Di sini tidak
ada buaya, di sungai ini paling ada juga ikan lele!"
"Kau..... kau..... kurang ajar! Lepaskan aku!" Sekarsari
berontak dan berusaha melepaskan lengan kiri nya yang
dipegang Bahar. Tapi ia kalah tenaga dan Bahar
menariknya ke tepi. Ia melawan dengan menyepak,
memukul, mencakar, dan menjerit-jerit. Jarot melihat
peristiwa itu dengan mata bernyala dan ia sudah siap
bertindak. Tapi ditahannya napsu marahnya karena pada
saat itu datanglah seorang tua berlari-lari ke tempat itu.
Ia adalah Ki Galur, ayah Sekarsari yang diberi tahu oleh
kedua gadis kawan Sekarsari yang lari pulang tadi.
"Ayah.....!" Sekarsari berteriak dan Bahar terpaksa
melepaskan pegangannya. Gadis itu lari menubruk
ayahnya sambil menangis.
"Raden Mas Bahar, mengapa kau selalu mengganggu
anakku?" Orang tua itu menegur. Suaranya penuh
penyesalan tapi sikapnya tetap menghormat karena ia
tahu bahwa ia sedang berhadapa n dengan putera
Tumenggung Suryawidura.


Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau perduli apa?" teriak Bahar yang merasa malu
dan penasaran atas teguran itu. "Aku suka pada anakmu,
besok kau harus antar ia ke Tumenggungan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ampun, den-mas, jangan den-mas memaksa....."
"Apa katamu" Aku cinta pada Sekarsari dan ingin
mengambil dia sebagai selir, kau berani menampik aku"
Kau orang tua jangan banyak cakap!"
"Ayah........ aku tak sudi, ayah. Lebih baik mati....."
"Den-Mas bagus, ampunkan kami ayah dan anak. Biar
kami tinggalkan tempat ini dan pergi, selanjutnya kami
tak berani mengganggu den-mas pula. Tapi jangan....
jangan kau paksa anakku....."
"Diam!" bentak Bahar yang maju dua langkah dan ia
ayun tangannya menampar kepala Ki Galur. Orang tua
yang lemah itu kena tampar terhuyung-huyung ke
belakang. "Kau pengecut..... jahanam!" Sekarsari berteriak dan
meloncat menghadang di depan ayahnya ketika Bahar
hendak memukul pula.
"Orang tua sombong, banyak cerewet. Biar kuhajar
dia!" "Jangan..... jangan den-mas....." akhirnya Sekarsari
berkata lemah, penuh kecemasan ketika Bahar
melangkah perlahan ke depan hingga iapun melangkah
mundur dengan wajah pucat.
Pada saat itu Bahar merasa bahunya ditepuk orang
dengan cara yang berani dan kurang ajar. Ia cepat
memutar tubuhnya dan berhadapa n dengan seorang
pemuda tampan yang berkulit halus bersih. Jarot
memandang Bahar dengan mata menghina dan mulut
tersenyum. "Siapa kau" Mengapa berani pegang-pegang pundakku?" bentaknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa tidak berani" Kau juga berani menghina
orang tua dan anak gadisnya," Jarot balas mengejek.
"Bangsat! Tak tahukah kau sedang berhadapa n
dengan siapa?"
"Tentu tahu! Aku sedang berhadapan dengan seorang
pemuda tidak sopan, seorang yang sombong dan
mengandalkan pangkat dan kedudukan untuk menghina
orang-orang lemah."
"Anjing keparat! Aku adalah Raden Mas Bahar, putera
Tumenggung Suryawidura, kau tidak lekas menyembah?"
"Hm, tak pantas....... sungguh tak patut....."
"Apa yang tak patut, keparat?"
"Tak pantas kalau kau putera tumenggung, pantasnya
kau ini seorang perampok hina!"
"Keparat jahanam!" Dan kepalan Bahar melayang ke
arah dada Jarot. Putera tumenggung ini sebenarnya
bukanlah seorang pemuda lemah. Ia pernah belajar
pencak silat dan ilmu aji kesaktian, bahkan hari inipun ia
berrnaksud memasuki sayembara yuda lumba di alunalun. Maka Jarot pun segera merasa betapa pukulan itu
berat dan mendatangkan angin. Tapi dengan gesit Jarot
miringkan tubuh dan tangan kirinya membabat dalam
tangkisan kuat. Lengan kanan Bahar terpental dan ia
merasa kulit dan tulang lengannya sakit sekali. Ia terkejut
karena sama sekali tak disangkanya pemuda yang
tampaknya seperti petani desa ini memiliki tenaga
sebesar itu. Namun, ia merasa malu untuk mundur, maka
segera ia menyerang lagi dengan ganas. Tangan kanan
memukul lambung dan tangan kiri menempiling kepala.
Dua macam pukulan yang dilakukan dengan sekali gerak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan cepat sekali datangnya itu membuat Jarot diam-diam
merasa kagum, tapi dengan mudah dan tak gentar
sedikitpun Jarot menundukkan kepala berkelit dari
serangan tangan kiri. Sedangkan serangan ke arah
lambungnya ia tangkis dengan kepretan tangan. Ia tidak
berhenti sampai sekian saja, karena secepat kilat kaki
kanannya bergerak menyapu pergelangan kaki lawan
hingga tak ampun lagi Bahar berseru kaget dan tahutahu tubuhnya terpelanting dan jatuh berdebuk ke atas
tanah! Sungguh malang baginya, tanah di situ basah dan
penuh lumpur hingga ketika ia merayap bangun,
mukanya penuh tanah lumpur dan menjadi maki n buruk!
Terdengar suara tertawa nyaring dan merdu. Ternyata
Sekarsari tak dapat menahan tawanya karena geli hati
melihat keadaan lucu itu dan karena gembiranya melihat
orang yang dibencinya mendapat hajaran. Juga Ki Galur
tersenyum puas, sungguhpun matanya masih membayangkan kecemasan.
Bahar makin marah dan panas hati. Sekali tangannya
bergerak maka gagang kerisnya telah tergenggam erat.
Napasnya terengah-engah, hidungnya kembang-kempis,
matanya merah setengah dikatupkan, giginya dikertakkan dan mulutnya mengeluarkan suara berdesis.
Sikapnya merupakan ancaman maut.
"Beri tahu namamu, keparat. Jangan mati tak
bernama!" geramnya. Suaranya parau menyeramkan.
Tapi Jarot hanya tersenyum dan memandang rendah.
Sikapnya ini membuat Ki Galur dan terutama Sekarsari,
khawatir sekali. Dengan melupakan bahaya, gadis itu lari
menghampiri Jarot.
"Raden..... larilah..... kau tentu akan dibunuhnya.....
lari..... lari, raden!" teriak gadis itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, jangan kau khawatir. Keras bunyi tak
berisi. Laki-laki ceriwis ini hanya gayanya saja hebat, tapi
ia tak berbahaya sama sekali. Kau lihatlah saja dari
sana." Dengan perlahan ia dorong bahu gadis itu, tapi
sungguhpun hanya perlahan saja, cukup membuat
Sekarsari merasa terdorong oleh tenaga yang kuat sekali
hingga terpaksa ia lari kembali kepada ayahnya.
Jarot bertolak pinggang dan memandang lawannya
dengan tenang. "Bahar, kau betul-betul
hendak berkelahi" Aku bernama Jarot dan sebelum terlambat,
kunasihatkan kau lebih .baik pulang saja agar takkan
menderita lebih hebat lagi!"
"Sombong, rasakan tajamnya kerisku!" Bahar membentak keras dan ia meloncat menerjang dengan
kerisnya yang besar dan hebat. Sekarsari menjerit lirih
dan menggunakan kedua tangan menutupi matanya, tapi
Jarot dengan cekatan dapat kelit serangan itu mudah
sekali. Lebih lima kali Bahar menerjang, tapi selalu dapat
dikelit oleh Jarot. Serangan berikutnya dilakukan dengan
gerakan nekat. Kerisnya menusuk ke kanan kiri, ke atas
bawah, hingga tak dapat diduga sebelumnya hendak
menyerang bagian mana. Kalau lawannya bukan Jarot,
tentu ia akan gugup dan bi ngung karenanya. Tapi
dengan masih tenang Jarot gerakkan tangan kanannya
mendahului dan menangkap pergelangan tangan Bahar
yang memegang keris. Sekali ia kerahkan tenaga,
genggaman tangan Bahar terbuka dan kerisnya jatuh ke
tanah. Pada saat itu, dengan jari terbuka tangan kiri Jarot
melayang dan sebuah tamparan keras sekali tiba di
pangkal telinga Bahar!
Bahar menjerit "Aduh!!" dan merasa semrepet,
matanya berkunang-kunang,
kepalanya berdenyut- denyut, dan ketika ia buka matanya segala apa di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kelilingnya berputar dan bergelombang, tubuhnya
terhuyung-huyung dan ia tak dapat menahan diri lagi
ketika tubuhnya terguling dengan lemas! Inilah tamparan
tangan Bayusakti yang hebat dan luar biasa! Jangankan
sampai tertampar, baru terkena angi n tamparan itu saja,
kulit terasa pedas dan sakit. Masih untung bagi Bahar
bahwa ia telah mempelajari ilmu kekuatan tubuh, dan
Jarot tidak menggunakan seluruh tenaganya, kalau tidak
demikian halnya, pasti Bahar akan rebah untuk tak
bangun kembali!
Setelah mengeluh kesakitan, Bahar merayap bangun
lalu menjumput kerisnya, tapi sebelum ia sempat berdiri,
Jarot ulur tangannya memegang bahunya. Bahar merasa
seakan-akan bahunya terjepit dua batu karang yang kuat
hingga kerisnya terlepas lagi. Ia masih membungkuk dan
tubuhnya menggigil menahan sakit karena tulang
bahunya seakan-akan terasa remuk.
"Hayo kau minta maaf kepada paman ini dan
puterinya." Jarot memerintah sambil mendorong Bahar
ke tempat Ki Galur.
Karena tak tertahan sakitnya, Bahar terpaksa berkata
gemetar,"Paman........Sari..... maafkan aku....."
"Dan berjanjilah bahwa kau tak akan mengganggu
mereka lagi."
"Aku.... aku berjanji takkan...... mengganggu mereka."
Jarot melepaskan pegangannya dan dengan terhuyung-huyung Bahar meninggalkan tempat itu.
Ki Galur dan anak gadisnya memandang Jarot dengan
kagum dan berterima kasih. "Raden, terima kasih atas
pertolonganmu. Tapi saya harap Raden lekas-lekas pergi
dari sini, kalau tidak, saya khawatir Raden akan menemui
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bencana. Saya yakin Den-mas Bahar tentu akan
menuntut balas."
"Biarlah, paman. Biar aku yang akan bertanggung
jawab. Apapun yang akan menimpaku, akan kuhadapi
sendiri." "Kau..... kau gagah sekali, Raden. Apakah yang harus
kami lakukan sebagai.... pembalas budi?" kata Sekarsari
dengan kerling kagum.
Jarot pandang wajah yang ayu jelita itu dengan
senyum gembira, lalu ia menjawab, "Pembalas budi"
Aku..... aku tak ingin dibalas..... tapi....." ia teringat akan
perutnya yang lapar, "aku..... lapar.....!" wajahnya
memerah malu. Ki Galur tertawa dan mulut yang tak bergigi lagi itu
terbuka, lekas-lekas ia tutup mulut dengan tangannya.
Sebaliknya Sekarsari tertawa memperlihatkan dua deret
gigi yang indah bagaikan mutiara tersusun rapi. "Lapar"
Kau suka akan ketan, Raden?" tanya Sekarsari.
"Ketan......?"
"Ya, ketan putih, dan kelapa, dan juruh.."
"Ketan kelapa dengan juruh?" Mulut Jarot membasah.
"Ah, enak sekali."
"Kalau kau suka, mari kita pulang...."
"Pulang.....?"
Ulangan kata-kata ini diucapkan demikian mesra
hingga si gadis bermerah durja. Ia telah lupa sama sekali
bahwa orang yang diajak pulang adalah seorang pemuda
yang sama sekali asing baginya! Maka teringat akan hal
ini, ia tertawa perlahan dan mengambil cuciannya terus
lari! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mari, raden." ajak Ki Galur.
"Tunggu sebentar, paman, aku hendak mandi dulu."
Tanpa malu-malu di depan orang tua itu, Jarot
menanggalkan pakaiannya dan terjun ke air. Ia berenang
ke sana ke mari, diikuti pandangan mata Ki Galur yang
kagum sekali melihat kebagusan tubuh yang bersih halus
dan membayangkan tenaga hebat itu.
Kemudian, bersama-sama mereka menuju ke sebuah
rumah bilik dekat sungai. Sebuah sampan terikat di
pinggir bengawan dan selembar jala ikan terjemur di
depan rumah. Sekarsari telah bersalin baju dan wajahnya berseri
ketika ia mengeluarkan hidangan ketan dengan kelapa
dan juruh yang terbuat dari gula kelapa. Sambil makan
ketan Jarot tuturkan dengan singkat kepada Ki Galur
bahwa ia adalah seorang perantau yang menjalankan
darma brata dan mencari pengalaman di kota praja. Ia
memberi tahu bahwa tempat tinggalnya adalah jauh di
timur. Dari kakek ini ia mendengar bahwa Ki Galur hanya
hidup berdua dengan anaknya, Sekarsari, dan bahwa
sumber hasilnya ialah mencari ikan di sepanjang
bengawan dan hid up sebagai nelayan.
Tiba-tiba terdengar bunyi gong dipukul nyaring berkalikali. Ki Galur meloncat bangun. "Aduh, hampir aku lupa.


Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hari ini di alun-alun ada sayembara perang tanding,
ramai sekali! Hayo, Raden, kita nonton yuda lumba! Lihat
betapa satria-satria dan pahlawan-pahlawan gagah
perkasa berlaga di alun-alun!" Dan Jarotpun teringat
akan pesan Empu Madrim, maka iapun menjawab, "Baik,
paman." "Ayah, aku ikut!" tiba-tiba Sekarsari berkata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huss! Tidak boleh. Masak seorang gadis ikut nonton
sayembara perang!" Sekarsari cemberut, tapi ia tak
berani membantah ayahnya. "Sayang aku tidak
dilahirkan sebagai laki-laki." Terdengar gerutunya yang
membuat Ki Galur dan Jarot tersenyum geli.
Alun-alun yang lebar terpajang indah. Janur kuning
dan kembang dipasang orang di pintu gerbang. Tanah
telah disiram air hingga tidak ada debu dan tanah yang
basah menghitam itu menimbulkan hawa sejuk menyenangkan. Orang-orang telah berkumpul mengelilingi tempat yang khusus disediakan untuk
mengadu kegagahan, yakni di tengah-tengah. Penjagapenjaga dengan tombak panjang menjaga di sekeliling
tempat itu dan bambu-bambu panjang dipasang
melintang sebagai pencegah penonton mendesak ke
depan. Sebuah setinggil yang dihias indah didirikan
orang dekat tempat perlombaan dan sebuah kursi terbuat
dari kayu cendana yang harum dan terukir halus berdiri di
situ. Ini adalah tempat yang disediakan untuk Sri Sultan.
Tak lama kemudian. Sri Sultan keluar dari keraton
menuju ke alun-alun dengan diiring para hulubalang.
Lagu Kebogiro dimainkan oleh para yogo untuk
menyambut rajanya. Para penonton jongkok menyembah
di kala Sri Sultan lewat dengan tindakan agung. Tiada
suara orang berbisik ketika Sri Sultan menuju ke
setinggil, kecuali suara gamelan yang riang gembira itu.
Setelah Sri Sultan duduk di atas kursi cendana, maka
ramailah kembali suara para penonton.
Di sudut alun-alun berkumpul para muda dan satria
yang berpakaian indah. Mereka inilah yang hendak
memasuki sayembara. Kurang lebi h ada tiga puluh orang
yang hendak ikut dan mereka semua tampak gagah dan
kuat. Menurut acara, pertandingan itu diadakan dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lima babak. Pertama : tiap pengikut sayembara harus
dapat mengangkat sebuah besi yang terdapat di bawah
pohon waringin di alun-alun itu. Besi itu adalah sebuah
jangkar kapal yang besar dan berat, hingga untuk
membawanya ke tempat itu dibutuhkan tenaga empat
orang laki-laki kuat yang menggotongnya! Besi jangkar
itu harus diangkat di atas kepala dan dibawa berjalan
mengelilingi pohon waringi n yang besar itu. Inilah syarat
pertama bagi yang hendak mengikuti sayembara. Siapa
yang tidak dapat memenuhi syarat pertama ini berarti
gagal dan harus mengundurkan diri. Syarat kedua tidak
kalah sukarnya, yakni : para pengikut sayembara,
sesudah dapat memenuhi syarat pertama, harus dapat
menaiki kuda liar Nagapertala dan bertahan duduk di
punggung kuda itu sampai lagu Kebogiro selesai
dimainkan oleh para pemain gamelan yang sudah siap.
Syarat ini bukannya mudah, karena kalau untuk
menempuh syarat pertama orang hanya membutuhkan
tenaga besar, syarat kedua ini membutuhkan kekuatan,
kesigapan, keuletan, dan kepandaian menunggang kuda.
Sedangkan kuda liar yang diberi nama Nagapertala ini
sudah terkenal sebagai kuda iblis berbulu hitam yang
ganas dan liar hingga belum pernah ada pahlawan yang
sanggup bertahan lama duduk di atasnya, kecuali
Senapati Ki Ageng Baurekso dan beberapa senapati lain
yang terkenal akan kesaktian mereka.
Babak sayembara selanjutnya ialah berlomba memanah, bermain tombak, dan bermain keris dan
tameng. Orang-orang yang datang menonton telah mengelilingi
pohon waringi n sejauh sepuluh tombak lebih. Mereka
berjongkok untuk menyatakan hormat mereka kepada Sri
Sultan Agung. Wajah semua orang tampak gembira.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba gong berbunyi dan kurang lebi h tiga puluh
orang muda yang gagah-gagah itu memasuki kalangan,
lalu berjalan jongkok dan duduk bersila dalam tiga jajar di
depan Sri Sultan Agung, setelah menyembah tanda
hormat. Sri Sultan Agung menggerakkan tangan kanan ke atas
sebagai tanda bahwa sayembara dapat segera dimulai.
Maka bertalu-talu bunyi gong tiga kali, disambut pekik
sorak dan tepuk tangan penonton. Ksatria yang duduk
terdepan menyembah kepada Sri Sultan, lalu pergi
menuju ke bawah waringin di mana telah menanti besi
jangkar pengukur tenaganya. De ngan lagak gagah
ksatria muda itu membungkuk, pegang-pegang dan
timang-timang gagang jangkar dengan kedua tangannya,
lalu kerahkan tenaga mengangkatnya. Besi jangkar yang
berat itu terangkat ke atas, diikuti sorak-sorai penonton,
tapi ternyata hanya sampai di atas pundak pemuda itu!
Karena tidak kuasa mengangkatnya lebih tinggi, ia
lepaskan besi sambil meloncat mundur hingga jangkar itu
jatuh berdebuk ke atas tanah! Pemuda pertama telah
gagal. Dengan keoewa ia menyembah ke arah Sri Sultan
Agung yang memandangnya dengan senyum menghibur
dan pemuda itu lalu keluar dari kalangan, kini bercampur
dengan orang-orang, menjadi penonton.
Pengikut kedua adalah seorang yang brewok dan
bertubuh tinggi besar. Ia membuka bajunya hingga
tampak urat-urat seperti tambang membelit tubuhnya
yang besar. Kemudian dengan berseru keras ia angkat
besi itu dengan kedua tangan, terus diangkat ke atas
kepala! Penonton berteriak-teriak memuji dan si brewok
melangkah maju untuk mengelilingi waringin. Tapi baru
saja bertindak lima langkah, kedua kakinya gemetar dan
terpaksa ia lepaskan besi itu yang jatuh di atas tanah
dengan suara keras. Penonton berseru kecewa dan si
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
brewok setelah menyembah raja lalu cepat-cepat pergi
menghilang di antara ribuan penonton.
Demikianlah, berganti-ganti mereka menempuh syarat
pertama, dan setelah semua calon mencoba tenaga
mereka, ternyata ba hwa yang lulus dalam syarat pertama
ini hanya lima belas orang saja. Penonton menyambut
kelima belas pemuda kuat itu dengan tempik-sorak
gemuruh; termasuk Jarot yang merasa gembira sekali
hingga timbul kei nginan hatinya untuk mencoba berat
besi yang menggagalkan banyak pemuda gagah itu.
Karena tempat berdiri nya tidak jauh dari pohon itu,
maka dengan beberapa kali loncat ia sudah tiba di
bawah pohon. Ia tadi melihat betapa sukar mereka
mengangkat besi itu dan hanya dua orang saja kuat
mengangkat de ngan tangan kanan, sedangkan yang lain
mengangkatnya dengan kedua tangan. Ia membungkuk
dan menggunakan tangan kanan memegang gagang
jangkar dan terus mengangkatnya ke atas. Ia merasa
bahwa besi Itu ternyata tak berapa berat, maka ia
pindahkan besi itu di tangan kiri nya lalu diangkat pula ke
atas kepala. Tentu saja gerakan ini menimbulkan sambutan yang
hebat. Tadinya orang-orang melihat seorang pemuda
sederhana mendekati besi itu, menjadi heran dan
khawatir bahwa Sri Sultan akan menjadi marah kepada
pemuda sembrono itu. Tapi setelah melihat betapa Jarot
permainkan besi di tangan kiri dengan ringannya, mereka
merasa kagum sekali karena sepanjang pengetahuan
mereka, yang dapat mengangkat besi itu dengan tangan
kiri seringan itu hanya Sri Sultan Agung sendiri dan
Senapati Ki Ageng Baurekso saja. Dari mana datangnya
pemuda tampan sederhana yang luar biasa ini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Juga Sri Sultan Agung bertanya kepada para
hulubalang yang berada di situ, "Dari mana datangnya
pemuda itu?"
Beberapa orang pahlawan menyangka raja marah dan
bersiap menangkap pemuda lancang itu, tapi Sultan
Agung bersabda, "Jangan ganggu dia, biarkan dia ikut
dalam sayembara ini."
Sementara itu, seperti seorang anak kecil, Jarot bawa
lari besi itu memutari waringi n, tidak sekali, tapi tiga kali!
Tampik-sorak ramai menyambutnya. Setelah menaruh
besi itu ke tanah kembali tanpa memperlihatkan
sedikitpun kelelahan Jarot menengok ke kanan kiri
dengan bingung, tak tahu apa yang harus dilakukan
selanjutnya. Baiknya seorang hulubalang menghampirinya dan berbisik, "Raden, kau diperkenankan mengikuti sayembara, maka lekaslekaslah duduk berkumpul dengan lima belas orang yang
lulus dan menyembah menghaturkan terima kasih
kepada Gusti Sultan."
Jarot menurut nasihat ini. Gong dipukul lagi dan
seekor kuda bulu hitam dituntun masuk ke dalam
kalangan. Melihat kuda yang besar itu meronta-ronta,
maka penonton mundur setombak lebih dengan takut
kalau-kalau kuda iblis itu mengamuk. Benar saja,
mendengar suara orang banyak, kuda Nagapertala
memberontak dan berhasil melepaskan diri dengan
merenggut kendali dari tangan penjaganya yang tak
berdaya. Kuda itu lari mengitari kalangan dengan
mendengus-dengus dan meringkik-ringkik marah. Sultan
Agung melihat lagak kuda itu tersenyum geli lalu berbisik
memerintah kepada Ki Ageng Baurekso yang berdiri di
dekatnya. Ki Ageng Baurekso yang bertubuh tinggi besar
dan bermata bundar berkulit hitam itu meloncat ke dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalangan. Ketika kuda Nagapertala lari lewat dekatnya, ia
bergerak menyambar kendali dan sekali sentak saja
leher Nagapertala tertahan ke belakang hingga kuda itu
berdiri di kedua kaki belakangnya! Kuda itu merontaronta sebentar tapi ia tidak berdaya melawan tenaga
tangan Ki Ageng Baurekso yang kuat. Nagapertala
maklum akan tangguhnya lawan, maka ia-pun tunduk tak
melawan lagi. Semua penonton kagum akan kehebatan
senapati tua ini.
Setelah Sri Sultan Agung memberi tanda, maka
mulailah diuji ketangkasan para muda yang lulus dalam
syarat pertama tadi. Karena Jarot duduk terbelakang,
maka gilirannyapun terakhir pula. Dari lima belas orang
calon, hanya lima orang yang lulus, sedangkan yang
sepuluh terpaksa keluar dari kalangan dan dinyatakan
gagal. Ketika tiba giliran Jarot, pemuda ini menghampiri
Nagapertala dengan khawatir karena sesungguhnya ia
belum pernah belajar ilmu naik kuda. Nagapertala yang
sudah lelah menjadi pemarah sekali. Begitu ia merasa
ada orang mendekatinya dari belakang, ia angkat kedua
kaki belakang dan menyepak ke arah dada Jarot!
Baiknya pemuda itu selalu waspada dan gesit sekali,
maka dengan mudah ia loncat berkelit. Namun kejadian
ini membuat hatinya makin khawatir. "Aduh galaknya!"
diam-diam ia mengeluh. Nagapertala menoleh dan
membuka mulutnya hendak menggigit! Tapi Jarot tak
membuang waktu lagi, cepat dan sigap ia meloncat ke
atas punggung Nagapertala tanpa memegang kendali
yang masih tergantung dan berada di atas tanah! Orangorang terkejut melihat hal ini juga Sri Sultan dan Senapati
Baurekso cemas juga. Tak mungkin orang dapat tetap
duduk di atas punggung Nagapertala tanpa pegang
kendali untuk menguasai kuda liar itu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seperti yang sudah-sudah, begitu merasa punggungnya diduduki orang. Nagapertala segera
meringkik marah dan berdiri di atas kaki belakang.
Hampir saja Jarot terlempar ke belakang kalau ia tidak
cepat-cepat peluk leher kuda yang kuat itu. Tapi
Nagapertala goyang-goyang tubuhnya dan gelenggelengkan kepala. Para penonton, termasuk raja dan
hulubalang semua, melihat perjuangan hebat itu dengan
hati berdebar dan perasaan tegang. Sementara itu
gamelan mainkan lagu Kebogiro yang gagah dan
bersemangat. Jarot mengeluh dan merasa bahwa tak
mungki n ia dapat bertahan. Maka diam-diam ia kerahkan
ilmunya Gelap Seyuto dan tiba-tiba para penonton
merasa bulu tengkuknya berdiri ketika terdengar Jarot


Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggeram keras dan menyeramkan. Geram ini lebih
hebat daripada auman harimau dan mengatasi ringkik si
Nagapertala. Mendengar geraman itu dan merasa betapa
kedua tangan yang memeluk lehernya menekan dengan
tenaga yang luar biasa hebatnya, Nagapertala gemetar
seluruh tubuhnya dan kuda liar itu berdiri diam dengan
keempat kaki menggigil, seakan-akan ia sedang
menahan muatan yang berat sekali! Jarot duduk dengan
tenang di atas punggung Nagapertala yang berdiri tak
bergerak, sedangkan lagu Kebogiro terus dimainkan
sampai habis. Setelah lagu habis dimainkan, Jarot
meloncat turun, sedangkan Nagapertala tampak lemas
tak bertenaga lagi hingga mudah saja dituntun keluar,
lebih jinak dari pada kuda-kuda biasa!
Melihat kesaktian pemuda itu, diam-diam Sri Sultan
merasa kagum, sedangkan Ki Ageng Baurekso terkejut
dan menduga-duga siapakah gerangan pemuda aneh itu
dan siapa gurunya"
Kelima orang lain yang lulus menghadapi syarat kedua
ini ialah : Pangeran Pati Amangkurat, putera Sri Sultan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri, Suro Agul-agul, Uposonto, Madurorejo, dan yang
kelima adalah seorang berusia kurang lebih empat puluh
tahun dan mengaku berasal dari Jawa Timur dan
bernama Priolelono.
Kemudian perlombaan memanah dimulai. Pangeran
Amangkurat memanah lebih dulu dan bidikannya tepat
mengenai sasaran dan tertancap di tengah-tengah. Juga
keempat calon lain dapat menancapkan anak panah
mereka di sekitar anak panah Pangeran Amangkurat,
tapi tidak di luar garis sasaran! Ketika tiba giliran Jarot,
pemuda ini merasa tenang sekali, berbeda dengan tadi
ketika menghadapi Nagapertala. Ini disebabkan karena
ia memang telah terlatih dan digembleng dalam hal ilmu
memanah oleh guru dan ayahnya. Ia melihat betapa
tempat sasaran itu telah penuh oleh lima batang anak
panah hingga tiada tempat lagi agaknya bagi anak panah
yang akan dilepasnya. Ia berpikir sebentar, lalu ia ambil
lima batang anak panah. Beruntun-runtun lima batang
anak panah terlepas dari gendewa yang dipegangnya
dengan cepat sekali. Demikian cepat lajunya anak-anak
panah ini hingga orang-orang hanya melihat lima kali
sinar berkelebat dan tahu-tahu kelima batang anak
panah itu telah menancap di belakang kelima anak
panah yang sudah tertancap lebih dulu di atas sasaran!
Kejadian ini membuat semua penonton bengong
terheran hingga untuk sesaat keadaan menjadi sunyi
seakan-akan di tempat itu tak terdapat seorangpun.
Kemudian riuh-rendah dan bergemuruhlah sorak-sorai
yang memuji kepandaian Jarot. Sri Sultan Agung
bertukar pandang dengan Ki Ageng Baurekso dan Jarot
segera dipanggil menghadap. Pangeran Amangkurat dan
lain-lain calon merasa tak senang sekali. Sri Sultan
Agung bertanya dengan suara halus,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hai anak muda! Apa maksudmu melepas anak panah
di belakang anak-anak panah yang telah menancap di
sasaran?" Jarot menyembah khidmat. "Ampunkan hamba, gusti.
Karena hamba lihat bahwa semua anak panah mengenai
sasaran dengan tepat, maka adalah kewajiban hamba
untuk mendorong mereka itu dari belakang agar semua
anak panah tidak menancap di luar garis sasaran.
Andaikata ada anak panah yang menancap di luar garis
yang ditentukan, tentu anak panah hamba takkan
mengenainya, gusti."
Kembali Sri Sultan mengerling dan bertukar pandang
dengan Ki Ageng Baurekso. Raja yang arif bijaksana ini
maklum akan maksud Jarot yang hendak menyatakan
bahwa sebagai seorang calon senapati dalam perlombaan itu, ia berjanji hendak setia dan mengerahkan tenaga membantu tindakan yang tepat dan
benar, seperti tepatnya ujung anak panah mengenai
sasaran, dan bahwa ia takkan membantu usaha-usaha
yang keliru dan salah.
Tapi Amangkurat tetap merasa penasaran karena
pangeran ini tidak mengerti maksud Jarot. Ia menganggap pemuda itu sombong dan menghinanya.
Sementara itu, Tumenggung Suryawidura yang sudah
diberitahu oleh anaknya betapa Jarot telah menghinanya,
segera menyembah dan berkata,
"Gusti, betapapun juga, pemuda ini ternyata terlalu
memandang rendah para calon lain, terutama kepada
gusti pangeran.! Maka, untuk mencoba apakah benarbenar ia sakti, hamba usulkan agar dalam perlombaan
main tombak dan keris, ia dihadapkan dengan kelima
calon lain. Hamba rasa ia tentu berani seperti halnya
dengan anak panah tadi. Kecuali kalau ia tidak berani,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
boleh digunakan cara lain." Sambil berkata demikian,
Tumenggung yang tua ini mengerling kepada Jarot.
Pemuda ini heran sekali mengapa priyayi tua ini seperti
membencinya! Mendengar usul hulubalang tua yang juga
menjadi mertuanya ini, Sultan Agung tersenyum. Ia
merasa tidak setuju, tapi ingin pula ia mendengar jawab
dan pendapat Jarot. lalu tanyanya.
"Bagaimana
pendapatmu dengan usul paman Suryawidura tadi?"
Mendengar nama i ni, tahulah Jarot bahwa Raden Mas
Bahar telah menggunakan tangan ayahnya untuk
membalas dendam. Maka ia merasa malu kalau mundur
terhadap usul i ni. Sembahnya. "Kalau memang demikian
yang dikehendaki, tentu hamba akan mentaati semua,
gusti." Diam-diam Sultan Agung juga merasa betapa
sombong pemuda ini. Akan melawan kelima pahlawan
gagah perkasa itu" Ah, tak mungkin ia menang. Juga
Pangeran Amangkurat merasa panas sekali, teriaknya,
"Kalau begitu, mari kita keluar dan mulai bertanding!"
Sultan Agung melepas kerling tajam kepada puteranya
untuk menegur dan persiapan lalu diadakan. Orangorang yang mendengar bahwa pemuda aneh tadi hendak
bertandi ng dikeroyok lima menjadi berdebar-debar dan
perasaan mereka tegang sekali. Sementara itu, ketika
bertanya dan dijawab bahwa pemuda itu bernama Jarot
dan datang dari Gunung Tengger, Sultan Agung dan Ki
Ageng Baurekso mengangguk-angguk dan mendugaduga. Biarpun Jarot sudah sanggup untuk menghadapi
mereka berlima, namun Pangeran Amangkurat tidak sudi
untuk mengeroyoknya. Pangeran yang masih muda dan
berdarah panas ini merasa terlalu rendah untuk
mengeroyok. Ia hanya berdiri di pinggir dengan tombak di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan kanan dan tameng di tangan kiri. Demikianpun
Priolelono, orang gagah ini merasa malu untuk
mengeroyok seorang pemuda yang jauh lebih muda
darinya. Maka mereka berlima bermufakat untuk maju
seorang demi seorang.
Jarot dengan tombak di tangan kanan berdiri menanti
tenang. Ia sengaja melepas tamengnya di atas tanah dan
berdiri tanpa .tameng! Orang-orang perdengarkan seruan
tertahan dan menganggap dia benar-benar sombong dan
bodoh. Sebenarnya tidak sekali-kali Jarot hendak
menyombong. Kalau dia melempar tamengnya adalah
karena.dia tidak biasa menggunakan perisai dan dilatih
bermain tombak dengan kedua tangan tanpa tameng.
Madurorejo mendapat giliran pertama. Dengan
berseru keras ia menyerang Jarot. Tombaknya meluncur
ke arah dada Jarot yang telanjang. Jarot hanya miri ngkan
tubuh dan tiba-tiba tombak di tangan Jarot bergerak
demikian cepat hingga Madurorejo terkejut sekali lalu
menangkis dengan tamengnya. Tapi Jarot putar-putar
tombak di kedua tangannya hingga lawannya sama
sekali tiada kesempatan untuk balas menyerang, hanya
repot menangkis saja sambil mundur. Riuh-rendah suara
orang memuji-muji Jarot. Uposonto melihat kawannya
terdesak demikian rupa, segera maju membantu. Ia tidak
merasa malu untuk melakukan pengeroyokan, karena
memang Jarot telah menyetujuinya, pula ia tahu bahwa
Madurorejo bukanlah lawan pemuda yang hebat itu. Jarot
berlaku tenang dan kedua tangannya seakan-akan
memegang dua tombak yang dapat melayani kedua
lawan itu. Suro Agul-agul marah sekali melihat kedua
kawannya tetap tak berdaya terhadap Jarot, maka sambil
berseru keras ia loncat menerjang.
(Oodwkz-hendoO)
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 2 PERTEMPURAN ramai sekali dan Jarot terpaksa
gunakan kelincahannya. Ia meloncat kesana kemari
seakan-akan seekor tupai meloncat-loncat dan bermainmain di antara daun-daun kelapa. Tombak ketiga
lawannya sedikitpun tak dapat melukainya, bahkan tak
lama kemudian, sontekan tombaknya membuat tameng
Madurorejo terlepas dari pegangan tangan kiri dan
sebuah tendangan ke arah pergelangan tangan kanan
membuat tombak di tangan Uposonto terlempar pula!
Pada saat itu ujung tombak Suro Agul-agul menusuk
cepat. Jarot putar tombak dan gunakan gagang tombak
menangkis keras hingga terdengar suara "krak!" dan
tombak Suro Agul-agul patah di tengah-tengah! Tentu
saja para penonton heran dan Kagum melihat betapa
dalam beberapa gebrakan saja Jarot telah membuat tak
berdaya ketiga lawannya! Juga Ki Ageng Baurekso
terkejut dan kagum. Bukan kagum karena Jarot dapat
mengalahkan ketiga lawan yang belum tinggi ilmu
kepandaiannya itu, tapi kagum betapa Jarot dapat
mengalahkan mereka tanpa melukai sedikitpun! Diamdiam ia puji sifat welas asih pemuda itu.
Tapi Pangeran Amangkurat merasa marah sekali. Ia
berteriak kepada ketiga o-rang itu, "Minggir!" dan ia
sendiri maju menerjang dengan tombak dan perisai di
tangani Ilmu tombak pangeran Ini memang cukup tinggi
dan tenaganya juga besar, tapi menghadapi Jarot la
bertemu dengan tandingan yang kuat. Jarot juga merasa
betapa tangguh pangeran ini, maka ia putar tombaknya
dalam gerakan "Payung Waja" hingga tubuhnya
terlindung kuat oleh ujung tombak yang berputar cepat!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Amangkurat merasa betapa tangannya
tergetar dan panas kulit telapak tangan-nya pada tiap kali
ujung tombaknya kena tertangkis. Jarot memang telah
mengalah padanya, karena kalau ia mau, Jarot dapat
menggunakan serangan mematikan. Cuma saja, pemuda
ini tidak begitu bodoh untuk melukai Pangeran
Amangkurat di depan Sri Sultan, maka ia hanya berdaya
untuk membuat pangeran itu tak berdaya tanpa
melukainya. Tapi untuk dapat berbuat demikian, sungguh
tidak mudah. Pangeran yang berdarah panas itu
berkelahi dengan nekat, walaupun ia telah lelah sekali
dan napasnya sudah terengah-engah.
Melihat keadaan itu, Sri Sultan Agung berseru keras,
"Berhenti!" Suaranya keras dan berpengaruh sekali
hingga Jarot menjadi kaget dan meloncat mundur
dengan gerakan Kidang Melompat,
Sri Sultan Agung memerintahkan puteranya mundur
dan minta supaya Priolelono maju melawan Jarot,
Pendekar setengah tua itu memandang Jarot deng?n
tersenyum kagum, lalu ia lempar pula tamengnya ke
tanah sambil berkata,
"Anak muda, mari kita main-main sebentar dengan
tombak." Maka setelah berkata demikian, menyeranglah
ia dengan hebatnya. Para penonton sampai lupa
bersorak melihat pertandingan kali ini. Mereka samasama kuat, sama-sama lincah dan cekatan, dan samasama pandai mainkan tombak! Jarot merasa terkejut
melihat betapa ilmu permainan tombak lawannya ini
sama gerakannya dengan ilmu tombaknya sendiri! Ia
merasa heran sekali dan putar tombaknya lebih cepat,
tapi lawannyapun dapat mengimbangi permainannya.
Diam-diam Jarot mengakui kegagahan lawannya dan ia
mengandalkan kekuatannya yang ternyata leblh besar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
daripada lawannya. Demikianlah tiap serangan dan
tangkisan dilakukan dengan tenaga kuat hingga
beberapa kail ujung tombak lawannya terpental dan
Priolelono berseru memuji, "Sungguh digdaya kau!"
Pada saat mereka sedang bertempur ramai tiba-tiba
Senapati Ki Ageng Baurekso meloncat dan gunakan


Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tombaknya memisah mereka. Gerakannya kuat dan
cepat hingga mendatangkan angi n dan memaksa kedua
orang yang sedang bertempur itu mundur.
Ki Ageng Baurekso memandang Priolelono dengan
mata terbelalak marah dan mukanya merah padam.
"Bukankah kau Pangeran Pekik" Apa maksudmu datang
ke Mataram?"
Terkejutlah semua orang mendengar bahwa lawan
Jarot yang tangguh itu bukan lain adalah Pangeran
Pekik, putera Adipati Surabaya yang menjadi musuh
besar Sultan Agung! Mendengar seruan Ki Ageng
Baurekso, semua pahlawan datang dengan sikap
mengancam. "Dia musuh besar, dia bermaksud jahat! Bunuh......
bunuh!!" demikian beberapa orang berteriak dan
berbareng mereka maju mengeroyok. Demikian pula
Pangeran Amangkurat, Suro Agul-agul, Uposonto dan
Madurorejo juga ikut mengeroyok, karena sebagai orangorang Mataram, mereka benci sekali kepada Adipati
Surabaya yang memang telah lama menjadi musuh
besar Mataram. Melihat lawannya yang dikagumi dan yang ilmu
tombaknya secabang dengan ilmunya sendiri itu kini
dikeroyok oleh para pahlawan Mataram, Jarot merasa
kasihan dan penasaran sekali. Ia putar tombaknya
menangkis serangan-serangan itu dan berseru,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Biarpun kau Pangeran Pekik atau siapa saja, jangan
takut, aku Jarot membantumu!" Dan kedua orang yang
baru saja saling serang itu kini berkelahi bahu-membahu
melawan puluhan pahlawan yang menyerang dengan
marah! Tiba-tiba terdengar teriakan Sri Sultan Agung,
"Berhenti semua!" Dan memang suara Sri Sultan
berpengaruh besar dan berprabawa luar biasa. Serentak
orang-orang yang berkelahi menahan tombak masingmasing dan berlutut menyembah.
"Para pahlawanku, tidak malukah kalian" Coba pikir,
para pahlawan Mataram yang terkenal jagoan dan gagah
perwira sakti mandraguna ternyata kini mengandalkan
jumlah besar untuk menghina dan mengeroyok seorang
musuh! Coba tengok anak muda desa ini. Dia lebih
gagah dari pada kalian. Dia tidak tahu-menahu duduknya
perkara, tapi dia serta merta membela yang pantas
dibela. Memang, sekiranya aku menjadi dia, akupun akan
membela Pangeran Pekik! Jadikanlah perbuatannya itu
sebagai contoh, hai para pahlawanku!"
Mendengar sabda raja bijaksana ini, semua pahlawan
menundukkan kepala dengan wajah merah. Tapi
Tumenggung Suryawidura dan Pangeran Amangkurat
merasa penasaran dan diam-diam mereka menaruh
dendam kepada Jarot anak gunung yang dipuji-puji oleh
Sultan itu, namun mereka tidak berani membantah.
Sultan Agung lalu berkata kepada para hulubalang,
"Bubarkan semua penonton dan umumkan bahwa
sayembara sudah berakhir dengan terpilihnya empat
orang calon pahlawan baru. Kemudian adakan perjamuan untuk menghormat empat orang gagah ini di
dalam keraton. Dan engkau, hai Pangeran Pekik, aku
hargai keberanianmu dan kegagahanmu. Biarpun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ayahmu berkeras kepala dan membangkang padaku,
namun belum tentu engkau sekhilaf dia. Aku bebaskan
kau, pulanglah kau dan ceritakan pada ayah dan
rakyatmu betapa gagah perkasa para pahlawan Mataram
dan betapa kuat pertahanan Mataram!"
Pangeran Pekik menyembah hormat dan pamit undur.
Perlombaan dibubarkan karena pahlawan-pahlawan
telah terpilih dan Sultan Agung memasuki keraton,
diiringkan para hulubalang.
Keempat pahlawan yang terpilih, yakni: Jarot, Suro
Agul-agul, Uposonto, dan Madurorejo, dijamu oleh para
dayang keraton atas perintah Sri Sultan. Hidanganhidangan lezat belaka yang disuguhkan untuk di nikmati
oleh keempat orang gagah itu.
Setelah makan dan beristirahat, pada sore harinya Sri
Sultan bersiniwaka, membuka persidangan dan panggil
menghadap keempat calon pahlawan yang terpilih itu.
Juga Pangeran Amangkurat yang tadi mengikuti
sayembara hanya untuk berlatih dan mencoba kesaktian
saja, kini hadir pula di situ. Pare hulubalang dan senapati
pun sudah lengkap duduk bersila di hadapan yang
dipertuan. Kemudian dengan resmi Sri Sultan mengangkat
keempat orang gagah itu sebagal pahlawan dan
diperbantukan kepada Ki Ageng Baurekso. Tapi dengan
sangat hormat Jarot menyembah dan berkata, "Mohon
beribu ampun, gusti junjungan hamba. Bukan sekali-kali
hamba berani membantah dan bukan sekali-kali hamba
tidak berterima kasih atas kurnia paduka yang mulia ini,
tapi perkenankanlah kiranya hamba mengajukan sebuah
permohonan dan sebuah hadiah."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua orang terheran mendengar keberanian anak
muda ini. Da n Sultan Agung yang juga merasa heran
menahan perasaannya lalu tersenyum ramah. Ia angkat
tangan kanannya dan bersabda,
"Boleh sekali. Coba engkau katakan dua macam
permintaanmu itu untuk kami pertimbangkan."
Jarot menyembah lagi. "Ampunkan hamba yang
lancang, gusti. Sebenarnya bukanlah hamba tak suka
menerima kurnia paduka dengan pemberian pangkat
sebagai pahlawan keraton, hanya karena hamba telah
berjanji tak akan memegang jabatan maka hati hamba
menjadi bingung. Hamba menyediakan jiwa raga untuk
mengabdi dan membela paduka dan Kerajaan Mataram,
tapi tidak sebagai seorang berpangkat, hanya sebagai
rakyat biasa, gusti. Maka perkenankanlah hamba
menghaturkan permohonan hamba pertama, yaitu:
Hamba tidak menjadi pahlawan keraton tapi sebagai
penduduk biasa dan tinggal di kampung, namun setiap
saat hamba bersedia untuk menjalankan segala titah
tuanku." Sultan Agung memandangnya tajam lalu tiba-tiba
bertanya, "Engkau putera pendeta?"
Jarot menyembah. "Tidak salah, gusti. Ayah hamba
ialah Panembahan Cakrawala di bukit Tengger."
Sultan Agung mengangguk-angguk. "Boleh, kuterima
permintaanmu ini, tapi janganlah engkau tinggalkan
Mataram tanpa memberi tahu, hingga jika sewaktu-waktu
engkau dibutuhkan, engkau tak berada jauh dari
keraton." "Hamba akan tinggal di rumah Ki Galur yang berada
dekat, gusti." Semua orang yang mendengar permintaan
ini merasa heran. Gilakah pemuda ini" Mengapa ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menolak pangkat dan menolak tinggal dalam sebuah
istana tersendiri, tapi sebaliknya memilih tinggal di
pondok seorang miskin" Tapi Sultan Agung tidak merasa
heran, hanya berkata ramah, "Baiklah kalau demikian.
Dan apakah adanya permintaanmu kedua?"
Jarot melirik ke arah gagang keris yang menonjol dari
ikat pinggang Sultan Agung. Lalu dengan tenang ia
berkata, 'Tak lain hamba mohon sudilah kiranya gusti
memberikan keris Margapati sebagal hadiah untuk
hamba." Semua hadirin memandangnya dengan terkejut
dan khawatir. Ini adalah permintaan yang gila dan
mustahil! Juga Sultan Agung merasa curiga dan agak tak
senang, tapi wajahnya tetap sabar, tenang dan ramah.
"Beritahukanlah dulu padaku mengapa engkau minta
hadiah keris pusaka baru ini?" tanyanya halus.
"Hamba tak bermaksud buruk, gusti. Semata-mata
demi keselamatan padukalah maka hamba berani
mengajukan permintaan ganjil dan kurang ajar ini. Keris
Margapati tidak cocok untuk paduka, keris itu
mengandung hawa maut dan dapat menimbulkan
malapetaka. Maka hamba mohon supaya diberikan
kepada hamba agar hamba dapat mengekang pengaruh
jahat yang keluar darinya."
Diam-diam Sultan Agung menggunakan jari tangannya
meraba-raba gagang Margapati dan jari-jarinya agak
gemetar. Melihat bahwa Sultan Agung agaknya hendak
memenuhi pula permintaan Jarot, Tumenggung Suryawidura segera memperingatkan junjungannya.
"Maaf, gusti. Hamba rasa tidak semestinya kalau Kyai
Margapati diberikan kepada Jarot. Hal ini seakan-akan
menyatakan bahwa paduka takut akan keris pusaka itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau kiranya memang betul bahwa paduka tidak suka
dan tidak cocok memakai Margapati, lebih baik pusaka
itu disimpan saja dalam kamar pusaka. Hamba rasa,
keangkeran Mataram akan berkurang bila pusaka
Mataram ada yang terjatuh ke dalam tangan orang lain."
Jarot mengerling ke arah tumenggung tua yang tinggi
kurus itu. Ia melihat betapa Sultan Agung menjadi raguragu, maka segera ia berkata, "Hamba rasa usul
tumenggung sepuh ini baik juga, karena memang
sedikitpun hamba tak bermaksud hendak memiliki keris
itu dan semata-mata hamba tujukan semua ini guna
kepentingan dan keselamatan paduka, gusti."
Sri Sultan Agung menghela napas panjang. Ia merasa
lega bahwa Jarot dapat menyatakan kebersihannya
dalam hal ini dan tidak bermaksud minta keris Margapati
untuk kepentingan sendiri. Maka berkatalah Sultan
Agung dengan ramah.
"Aku menurut nasi hatmu, Jarot. Keris takkan kupakai
lagi dan akan kusimpan dalam kamar pusaka dengan
pusaka-pusaka yang lai n. Adapun permintaanmu akan
kuganti dengan sebuah hadiah lain. yaitu kuda si
Nagapertala kuberikan kepadamu."
Jarot merasa girang sekali karena memang ia sangat
kagum dan suka melihat kuda liar yang bagus dan kuat
itu. Persidangan dibubarkan dan Jarot meninggalkan
keraton dengan menuntun Nagapertala.
Di luar keraton telah menanti Ki Galur yang dengan
wajah girang menyambutnya. "Bagaimana, raden" Kau
diberi pangkat apa" Senapati, bupati, atau adipati dan
akan tinggal di gedung mana" Ah, kau sungguh gagah,
Raden Jarot. Aku tadi lihat betapa mudah kau kalahkan
mereka semua. Lihat, telapak tanganku masih merah dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedas karena bertepuk tangan terus, dan suaraku masih
parau karena bersorak-sorak!" Orang tua itu dengan
wajah berseri dan mata bersinar memandang Jarot
dengan kagum. Tapi Jarot hanya tersenyum sederhana.
"Paman Galur, jangan kau kecewa, paman. Pertama,
aku tidak menjadi senapati, b upati atau adipati sekalipun.
Aku tetap menjadi rakyat biasa. Kedua, aku tidak akan
tinggal di gedung atau istana, aku akan tinggal mondok
di rumahmu, yakni jika kau sudi menerimaku. Dan ketiga,
jangan paman panggil raden padaku. Aku anak gunung
biasa, putera pendeta melarat, bukan ningrat, sebut saja
namaku seperti biasa, yaitu Jarot tak kurang tak lebih,
paman." Sukar untuk melukiska n perasaan yang membayang
di wajah tua keriputan itu. Heran, tak percaya, kecewa,
girang dan menyesal silih berganti menguasai kulit
mukanya. "Tidak menjadi senapati" Tapi... tapi kau tadi
menang.....!"
"Aku sengaja tidak mau menerima pangkat, paman."
Lalu dengan singkat, Jarot menceritakan pengalamannya. Ki Galur mengangguk-angguk.
"Sayang, raden, ....." akhirnya ia berkata sambil
menarik napas panjang.
"Jangan sebut raden padaku, paman."
"O ya, ya..... aku kata sayang, gus Jarot. Sayang kau
tidak mau menjadi senapati. Tapi aku girang bahwa kau
sudi mondok di gubukku yang bobrok."
Demikianlah, sambil bercakap-cakap mereka berjalan
pulang Nagapertala dituntun oleh Ki Galur. Tadi nya kuda
itu hendak membangkang, tapi mendengar suara Jarot,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia tunduk dan takut, lalu mandah saja digiring oleh Ki
Galur. Kedatangan mereka disambut oleh Sekarsari. Gadis
itu baru saja pulang dari bengawan. Rambutnya yang
masih basah terurai ke belakang menutup punggung,
memanjang sampai ke pangkal paha, kainnya tapih
pinjung sebatas dada, tak cukup rapat

Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk menyembunyikan tanda kewanitaannya yang menonjol di
dadanya. Tubuhnya yang sempurna lekuk lengkungnya
dan yang berkulit putih kuning dan bersih itu sungguh
sedap dipandang dan menimbulkan dendam berahi dan
kasih. Ketika Jarot menatap wajah gadis itu, ia merasa
seakan-akan sedang berhadapan dengan seorang dewi
yang baru saja turun dari kahyangan. Betari Komaratih
yang disohorkan sebagai Dewi Asmara yang cantik jelita
itu agaknya seperti inilah manisnya. Ah, tak mungkin,
bantah hati Jarot. Tak mungki n begini ayu dan luwes, tak
mungki n begini manis merak ati. Bibir gadis yang sedang
cemberut itu tak mengurangi keayuannya, bahkan
membuat ia lebih manis dan jelita sekali.
"Wah, gus Jarot hebat sekali, Sari! Semua pahlawan
dikalahkannya!" Datang-datang Ki Galur berkata kepada
anaknya, kemudian ia mulai bercerita. Tapi wajah yang
tadinya cemberut karena masih marah tak diajak nonton
sayembara tadi, kini tidak menjadi gembira mendengar
kemenangan Jarot, bahkan kulit dahinya yang halus licin
itu dikerutkan.
"Kalau begitu, Raden Jarot sekarang tentu menjadi
priyayi besar, menjadi senapati?" tanyanya sambil
memandang Jarot.
"O, tidak..... tidak, gus Jarot tidak gila pangkat." Dan Ki
Galur ceritakan kepada anaknya akan segala pengalaman pemuda itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar bahwa Jarot masih menjadi orang biasa
dan tinggal mondok di rumahnya, wajah Sekarsari
berobah girang. Ia tersenyum manis dan mukanya
merah. Kemudian ia lari ke belakang sambil berkata,
"Aku mau berkenalan dengan Nagapertala dan memberinya makan rumput!" Jarot layangkan pandangnya ke arah tubuh gadis yang berlari-lari itu. Ki
Galur tertawa girang melihat kenakalan dan kegembiraan
puterinya yang tercinta.
"Aku terlalu memanjakan si Sari." katanya perlahan.
Pangeran Amangkurat yang tadinya merasa iri hati
kepada Jarot dan khawatir kalau-kalau pemuda itu terlalu
mendesak dan menjadi kesayangan ayahnya, merasa
lega dan berbalik suka kepada Jarot ketika pemuda itu
ternyata tidak mau menerima pangkat. Ia juga diam-diam
merasa kagum akan kegagahan pemuda itu dan
mendengar keterangan Jarot tentang keris pusaka
Margapati, timbullah hati ingi n memiliki keris ampuh itu.
Berbeda dengan ayahnya yang bijaksana dan adil.
Pangeran Amangkurat adalah seorang pemuda yang
bersikap berandalan dan lalim. Satu di antara sifatsifatnya yang kurang baik ialah sifat mata keranjang.
Semenjak masih muda ia telah mempunyai banyak selir.
Pada waktu itu ia telah mempunyai lima belas orang selir,
namun ia masih belum puas dan sering keluar dari
keraton untuk mencari mangsa di desa-desa.
Amangkurat suka pula akan berburu di hutan. Ia
memang pemuda cekatan, kuat dan gagah perwira.
Telah dua kali ia membunuh harimau dengan tombaknya.
Berbeda dengan pangeran-pangeran lain, ia tak suka
membawa pengiring di waktu berburu maupun bermain
ke desa-desa daerah kerajaan ayahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semenjak kenal kepada Jarot, beberapa
kali Amangkurat mengajak Jarot menemaninya berburu di
hutan. Pangeran itu makin suka kepada pemuda yang
sederhana dan pandai membawa diri itu. Ketika diminta,
Jarotpun dengan senang hati memberi pelajaran
memanah dan mainkan tombak hingga Amangkurat
makin maju dalam ilmu kedigdayaannya.
Pada suatu senja ketika mereka berdua sedang
berkuda di dalam hutan, Jarot duduk di atas punggung
Nagapertala, dan Amangkurat di atas punggung kuda
putihnya, tiba-tiba terdengar geraman harimau dari dalam
alang-alang yang tinggi di dekat jurang. Jarot siap
dengan tombaknya, tapi Amangkurat mencegah dan
berbisik, "Biarkan dia keluar, aku hendak mencoba lawan
dia dengan tangan kosong."
"Tapi itu berbahaya sekali," cegah Jarot yang merasa
khawatir akan kesembronoan pangeran yang jumawa itu.
"Tidak sama sekali, kau lihat saja." Amangkurat lalu
turun dari kuda dan memberikan kendali kudanya kepada
Jarot yang ikut turun dari punggung Nagapertala yang
meringkik keras sambil gerak-gerakan ujung hid ungnya
dan perlihatkan giginya, tapi Jarot membentaknya, "Sstt
Diam, Naga!" Kuda itu lalu diam dengan tenang dan
Jarot bawa kedua kuda itu ke bawah pohon jati lalu
menambatkan kendalinya di situ. Sementara itu
Amangkurat telah mempererat ikatan kai nnya dan
menanggalkan baju pangerannya. Pangeran muda dan
pemberani itu telah berdiri memasang kuda-kuda dengan
sikap gagah dan mata tajam menentang tengah alangalang yang mulai bergerak perlahan.
Melihat sikap Amangkurat ini, mau tak mau Jarot
tersenyum. Ia cukup tahu akan kedigdayaan pangeran
itu, dan ia percaya bahwa jika Amangkurat tidak menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalai karena kejumawaannya, pasti ia akan dapat
mengalahkan harimau itu.
Terdengar geraman keras dan tiba-tiba kepala seekor
harimau yang besar tersembul keluar dari alang-alang,
sepasang matanya yang bundar memandang pemuda
yang berdiri tenang menghadapi nya.
"Hati-hati, gusti pangeran. Berlakulah tenang tapi
cepat!" Jarot memberi nasi hat.
Pada saat itu tubuh harimau telah
keluar semua dari
alang-alang dan mulai mengambil sikap untuk menyerang. Kemudian, tiba-tiba binatang buas itu menggereng dan loncat menerkam. Loncatannya tinggi dan kedua kaki depannya terulur dengan kuku mencakar ke arah
kepala Amangkurat! Tapi pangeran muda itu dengan
sigapnya meloncat ke samping dan mengirim sebuah
tendangan ke arah lambung tubuh harimau yang
meluncur lewat di dekatnya. Harimau itu menggereng
keras karena tendangan itu tiba dengan kerasnya di
lambung hingga la terpental hampir setombak jauhnya.
Cepat binatang itu berbalik dan menubruk kembali, kini
langsung ke depan, sambil perlihatkan cakar dan caling
yang menyeramkan. Amangkurat meloncat ke atas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melampaui tubuh harimau dan ketika kakinya turun di
belakang harimau, secepat kilat tangan kanannya
menyambar ekor harimau yang panjang itu. Maka
terjadilah pergulatan seru. Binatang itu sambil menggereng-gereng berusaha melepaskan ekor yang
dipegang oleh tangan yang sangat kuat itu, tapi
Amangkurat mempertahankannya dengan keras sambil
tertawa-tawa. "Awas, gusti pangeran! Tendang pantatnya sebelum ia
berbalik!" Jarot memperingatkan dengan khawatir melihat
betapa pangeran itu dengan sembrono mempermainkan
harimau. Tapi Amangkurat ternyata terlalu jumawa dan
tetap membetot-betot ekor harimau seakan-akan harimau
itu hanya seekor kambing belaka! Binatang itu yang
merasa betapa sukar dan sia-sianya untuk membetot dan
melepaskan ekornya dari pegangan lawan, tiba-tiba
gulingkan tubuhnya ke tanah. Karena bergulingan itu,
maka ekornya seperti dipuntir dan cepat sekali ia bisa
balikkan tubuh dan kaki depannya berhasil mencakar
lengan Amangkurat! Pangeran itu berteriak kesakitan dan
terpaksa melepaskan ekor harimau. Dari lengan tangan
kanannya mengucur darah. Sedangkan harimau itu
sudah siap untuk menubruknya pula! Jarot melihat
keadaan berbahaya ini cepat pungut sebutir batu yang
tajam ujungnya dan ayun tangannya. Batu meluncur
cepat dan tepat mengenai mata kanan harimau itu yang
menggerung-gerung
sambil gunakan kaki depan menggaruk-garuk mata kanan yang berlumuran darah!
Amangkurat maju dan ayun kaki nya menendang ke arah
perut harimau sekuat tenaga. Harimau mengerang lalu
lari terbirit-birit memasuki alang-alang. Suara aumannya
masih terdengar jauh, bergema di dalam hutan.
Jarot cepat lari menghampiri pangeran itu. Baiknya
luka itu tidak sangat parah, tapi darah terus keluar. Jarot
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melepaskan ikat kepalanya dan menggunakan kain itu
untuk mengikat lengan yang terluka dalam balutan yang
kuat hingga darah berhenti mengalir.
Amangkurat sedikitpun tidak memperlihatkan rasa
sakit, bahkan ia masih dapat tertawa sambil berkata,
"Sayang aku tidak keburu membantingnya hancur! Lain
kali aku takkan buang-buang waktu dengan betot-betot
ekornya, begitu ekor terpegang ia akan segera kuangkat
dan kubanting di atas batu!"
Jarot kagum melihat ketabahan pangeran itu. "Kau
sungguh tangkas dan kuat, gusti pangeran," pujinya
dengan jujur. "Dan lemparanmu tadi jitu benar, tepat menghancurkan mata kanannya." Amangkurat balas
memuji. Ked uanya lalu pungut tombak masing-masi ng
dan naik kuda menuju ke kota raja.
"Jarot, mari kita singgah di pondokmu. Aku i ngin sekali
melihat tempat tinggalmu."
"Ah, tempat tinggal hamba kotor dan buruk, gusti.
Paduka membuat hamba merasa malu saja," jawab
Jarot. "Jangan berkata demikian. Bukankah kita sudah
menjadi kawan baik" Hayo, tunjukkan jalan ke
pondokmu." Terpaksa Jarot membawa pangeran itu
menuju ke rumah Ki Galur dengan hati tak sedap,
sungguhpun ia tak mengerti mengapa ia harus merasa
tak enak hati membawa Amangkurat ke pondoknya. Ia
seperti mendapat firasat tidak baik.
Ketika mereka berdua memasuki kampung Ki Galur,
dari jauh mereka mendengar suara orang menumbuk
padi. Sudah menjadi kebiasaan para wanita di situ,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apabila mereka sedang menumbuk padi, mereka
menumbuk dengan berirama hingga suara alu yang
memukul lesung terdengar bagaikan iringan gamelan
yang berirama riang gembira. Di antara semua penduduk
kampung, Sekarsari dan kawan-kawannya terkenal ahli
dan pandai sekali menciptakan irama-irama gembira
yang mengiring nyanyian mereka.
Pada saat Jarot dan Amangkurat tiba di depan rumah
Ki Galur yang menyambut pangeran itu dengan sembah
sujud penuh hormat, terdengar penyanyi tunggal yang


Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diiringi irama Kodok Ngorek. Jarot segera kenal suara itu,
dan Amangkurat memandang Jarot dengan penuh
pertanyaan, karena pangeran itupun merasa kagum
sekali mendengar suara yang merdu dan sedap itu.
"Bagus benar irama mereka, hayo kita nonton," ajak
Amangkurat kepada Jarot.
Jarot merasa ragu-ragu tapi tak berani membantah,
maka mereka lalu pergi ke belakang rumah di mana
Sekarsari dan empat orang kawannya sedang menumbuk padi yang baru saja dikeluarkan dari
lumbung. Melihat kedatangan Jarot, kelima gadis itu tertawatawa karena mereka sudah mengenalnya, tapi ketika
melihat seorang pemuda asi ng yang berwajah tampan
dan berpakaian indah, mereka merasa heran lalu
menunda pekerjaan mereka, siap untuk lari. Tapi tiba-tiba
Sekarsari berbisik, "Ah, dia adalah Gusti Pangeran Pati!"
Tergopoh-gopoh kelima orang gadis itu berjongkok dan
menyembah. Amangkurat mengangkat tangannya dengan tersenyum ramah. "Jangan merasa terganggu, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lanjutkanlah permainan kalian. Siapakah yang bernyanyi
tadi?" "Hamba, gusti," jawab Sekarsarl tanpa berani
mengangkat muka.
Amangkurat merasa betapa jantungnya berdenyut
ketika ia melihat wajah gadis jelita itu. Matanya bersinarsinar dan bibirnya tersenyum, hatinya tertarik sekali.
"Kau" Siapakah namamu dan kau anak siapa?"
Terkejut hati Sekarsari mendengar suara yang manis
dibuat-buat ini. Hatinya tercekat karena ia teringat akan
suara Bahar yang selalu berkata manis kepadanya. la
merasa tak senang dan ketakutan, maka hatinya
berdebar-debar dan ia menjadi gagap ketika menjawab,"Hamba...
hamba..." Ia lalu diam dan
tundukkan kepala! Terdengar suara ketawa di belakang
Sekarsari. Amangkurat layangkan pandangannya ke arah
gadis yang tertawa itu dan melihat seorang gadis hitam
manis yang tak kalah menariknya. Gadis itu adalah
sahabat baik Sekarsari dan bernama Sulastri, anak Mbok
Rondo Gendi ngan, seorang janda yang keadaa nnya
cukup karena mempunyai sawah beberapa bau.
"Eh, kau, hitam manis. Coba katakan siapa nama dewi
ini dan siapa namamu sendiri," Amangkurat bertanya
genit. Sulastri memang berwatak gembira dan pemberani. Ia
tersenyum dengan manis dan berkata dengan lagak
kenes,"Dia ini bernama Sekarsari dan terkenal sebagai
sekar kampung ini, gusti pangeran. Sedangkan hamba,
nama hamba Sulastri. Sari adalah puteri tunggal Ki
Galur, sedangkan hamba adalah puteri tunggal Mbok
Rondo Gendingan, jadi sebenarnya dia dan hamba ada
persamaan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Amangkurat merasa gembira mendengar dan melihat
gadis yang jenaka itu. "Apa persamaannya?" tanyanya.
"Persamaannya ialah bahwa Sari puteri seorang duda
sedangkan hamba puteri seorang janda!"
Amangkurat tertawa dan Jarotpun ikut tersenyum
walaupun hatinya tetap merasa tak sedap melihat lagak
pangeran mata keranjang ini.
"Sekarsari, cobalah kau bernyanyi lagi," Amangkurat
berkata. "Hamba tak dapat bernyanyi, gusti," Sekarsari
menjawab. "Bukankah tadi kau yang bernyanyi"
Hayo, nyanyikanlah sebuah lagu saja untuk kudengar, yang lain
mengiringi dengan klotekan."
Suara Amangkurat mengandung perintah. Sekarsari mengerling ke arah
Jarot dan pemuda itu mengangguk sebagai tanda bahwa
gadis itu lebih baik menurut saja. Maka segera terdengar
suara klotekan yang riang dan Sekarsari sambil duduk
menyanyikan sebuah lagu dengan muka tunduk.
Amangkurat mendengarkan sambil duduk di atas seb uah
bangku kayu, sedangkan Jarot berdiri di sebelahnya dan
Ki Galur duduk bersila di atas tanah di belakang
pangeran itu. Sambil bernyanyi, beberapa kali Sekarsari melirik ke
arah Pangeran Amangkurat dan ia makin bingung dan
takut melihat betapa pangeran itu memandangnya
dengan kagum dan mesra. Maka, setelah lagu yang
dinyanyika n selesai, ia cepat menyembah, berdiri dan lari
meninggalkan tempat itu! Jarot melihat betapa Sekarsari
berlari sambil menangis, segera lari mengejar sambil
memanggil-manggil namanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Amangkurat tak senang melihat hal ini, lalu katanya
kepada Ki Galur,"Hei pak Galur, anakmukah Sekarsari
itu?" Ki Galur menyembah hormat. "Betul, gusti. Sekarsari
adalah anak hamba."
"Berapa usianya sekarang?"
"Usianya enam belas tahun, gusti pangeran."
Amangkurat mengangguk-angguk sambil menanti
orang tua itu membuka mulut menawarkan anak
perempuannya seperti yang sering dilakukan oleh
banyak orang-orang tua yang menginginkan puterinya
jadi selir pangeran. Tapi Ki Galur tak bergerak dan diam
saja. "Adakah ia sudah dijodohkan dengan orang lain, pak?"
"Belum, gusti."
"Tapi kulihat hubungannya dengan Jarot baik sekali."
"Benar, gusti. Agaknya mereka saling mengasihi."
"Apa?" Amangkurat memandang marah, tapi segera ia
menahan gelora hatinya.
Sementara itu, Jarot yang tahu kemana Sekarsari
pergi, telah dapat menyusul gadis itu dan mereka berdua
duduk di tepi bengawan. Sekarsari masih terisak dan
Jarot menghiburnya.
"Mas Jarot, aku takut kepadanya."
"Mengapa mesti takut, Sari?"
"Matanya, mas..... ia mengingatkan daku akan Denmas Bahar yang kurang ajar itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan pikir yang bukan-bukan, Sari. Bukankah aku
berada di sini dan aku selalu akan membelamu."
Sekarsari memandang wajah pemuda itu dengan
penuh pernyataan terima kasih.
"Mas, bagaimana kalau aku.... aku diboyong ke
keraton untuk dipaksa menjadi selirnya" Banyak orang
bilang bahwa Pangeran Amangkurat suka memaksa
gadis menjadi selirnya."
Hati Jarot terkejut, karena sebelum mendengar
ucapan ini ia sama sekali tidak mempunyai sangkaan
demikian. Kini ia merasa curiga dan khawatir juga namun
dengan tenang ia berkata,
"Jangan khawatir. Aku kenal baik padanya dan aku
akan mencegahnya."
"Kau berani, mas" Berani kepada Pangeran Amangkurat?"
"Kalau terpaksa, mengapa tidak berani" Jangankan
Pangeran Amangkurat, biarpun siapa juga jika berani
mengganggu kau, tentu akan kulawan dan kuhajar!"
Mereka saling pandang dan warna merah menjalar di
wajah Sekarsari yang tundukkan pelupuk mata dan
tersenyum malu. "Ah, kau..... kau baik sekali, mas Jarot."
Jarot sentuh tangan Sekarsari dengan mesra dan tibatiba berkata, "Hayo kita kembali, Sari. Mungki n pangeran
telah menanti-nanti aku. Jangan takut, ia bukan harimau
yang makan orang, Sari." Gadis itu tersenyum dan
lenyaplah rasa takutnya.
Wajah Amangkurat menjadi masam melihat betapa
Jarot datang berdua dengan gadis jelita itu. Tanpa
banyak kata ia memberi tanda kepada Jarot untuk naik
kuda dan mengantar ia pulang ke keraton seperti biasa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil jalankan kuda perlahan Amangkurat bertanya
kepada Jarot yang jalankan kudanya di sebelahnya,
"Apamukah Sekarsari tadi, Jarot?"
Jarot mengangkat pundak perlahan. "Dia anak paman
Galur dan hamba mondok di rumah mereka. Kami hanya
sahabat, gusti."
"Dia cantik benar, ya?" kata Amangkurat lagi.
Jarot hanya mengangguk.
"Dan suaranya merdu pula, bukan?"
Sekali lagi Jarot mengangguk, kini wajahnya agak
merah. "Sayang gadis secantik itu tinggal di gubuk."
"Habis, memang rumah ayahnya gubuk, gusti!"
"Kan bisa dipindahkan?" kata Amangkurat sambil
mencambuk kudanya yang lalu jalan congklang dan
Jarotpun menyusul.
"Dipindahkan" Ke mana; gusti?"
"Misalnya..... ke istanaku, yakni kalau tidak ada orang
yang akan menghalangi." Kata-kata ini dibarengi
kerlingan tajam menyambar wajah Jarot yang tiba-tiba
membungkuk dan mencambuk Nagapertala hingga kuda
itu lari cepat dan Pangeran Amangkuratpun cepat
mengejar. Mereka berendeng lagi.
"Hamba rasa..... hal itu tergantung...." kata Jarot.
"Tergantung apa, Jarot?"
"Tergantung keadaan."
"Apa maksudmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang bukan benda mati, gusti, ia mempunyai akal
budi dan pertimbangan. Maka, untuk dipindahkan harus
ada persetujuan yang bersangkutan. Kalau yang akan
dipindahkan mau, siapakah pula yang berani menghalangi kehendak paduka?"
Amangkurat mengangguk-angguk. "Kalau.... kalau
misalnya ia tidak mau?"
"Tidak baik untuk memaksakan sesuatu yang tidak
disetujui kepada seseorang, gusti, biarpun orang itu
hanya orang kecil dan perempuan pula. Lebih-lebih tidak
baik kalau yang dipaksa itu seorang yang dekat dengan
hamba." Bukan main marah hati Amangkurat mendengar
sindiran ini, tapi ia cukup cerdik untuk menutupi napsu
marah, terutama kepada seorang muda gagah perkasa
seperti Jarot ini. Maka ia hanya tersenyum dan berkata
perlahan, namun cukup tajam dan mengiris perasaan
Jarot. "Hm, sama-sama kita lihat saja nanti."
Pangeran Amangkurat segera balapkan kudanya dan
masuk ke gapura keraton tanpa menoleh kepada Jarot
lagi, dan pemuda inipun lalu putar kudanya dan
membalap menuju ke rumah Ki Galur.
Pada masa itu, terdengar berita angin sejumlah besar
pasukan dari Surabaya tengah dalam perjalanan untuk
menyerang Mataram. Ketika itu jatuh pada permulaan
tahun 1614 dan hujan mulai banyak turun, sungguhpun
bulan yang lalu sudah berkurang turun hujan. Mendengar
berita itu, Sultan Agung mengadaka n persidangan dari
diambil keputusan untuk mengirim seorang penyelidik ke
arah timur. Tiga orang pahlawan muda yang gagah dipilih
untuk berangkat melakukan tugas penting ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun tersiar berita akan kedatangan musuh
negaranya, Amangkurat bersikap tak perduli, bahkan ia
membuat gara-gara dengan Jarot. Seminggu setelah
bertemu dengan Sekarsari, ia mengutus enam orang
pahlawannya mendatangi rumah Ki Galur.


Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pada waktu itu, Ki Galur sedang memperbaiki jalanya
yang banyak putus. Ia terkejut melihat datangnya enam
orang pahlawan yang bersikap galak dan gagah.
"Kaukah yang bernama Ki Galur?" seorang di antara
mereka bertanya sambil bertolak pinggang.
"Betul, raden. Apakah yang hendak diperintahkan
kepada hamba?" jawab Ki Galur.
"Kami datang atas perintah Pangeran Amangkurat
untuk memboyong anakmu si Sekarsari, dan inilah
hadiahnya untukmu." Pahlawan itu mengeluarkan
sekantung perak yang dilempar ke atas bangku di mana
KI Galur tadi duduk.
"Ampun, raden. Bukannya hamba membantah, tapi hal
ini harus hamba tanyakan dulu kepada Sekarsari."
"Panggil saja anakmu ke sini."
Ki Galur lalu berteriak memanggil nama anaknya.
Sekarsari keluar dari belakang dan ia merasa sangat
heran dan terkejut melihat kehadiran enam orang
pahlawan yang bersikap sombong itu. Ia tundukkan
kepala ketika melihat betapa keenam orang itu
memandangnya dengan kagum dan tersenyum simpul.
"Ada apa, bapak?" tanya Sekarsari kepada ayahnya.
"Sari..... ini..... para raden ini diutus oleh gusti
pangeran, maksudnya... maksudnya hendak memboyong
kau ke keraton, Sari....."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah gadis itu seketika menjadi pucat dan tubuhnya
menggigil, la memandang kepada enam orang pahlawan
itu dengan mata terbelalak, lalu berkata marah, "Tidak
mau..... aku tidak mau, bapak...."
''Eh, Sekarsari, kau tidak boleh membantah kehendak
gusti pangeran! Pula, seharusnya kau bergembira terpilih
menjadi selir beliau."
"Tidak, tidak sudi!!" jawab Sekarsari yang lari ke dalam
pondoknya. Seorang pahlawan hendak lari mengejar,
tapi Ki Galur lebih cepat. Orang tua ini meloncat dan
sudah berdiri di ambang pintu pondoknya, menghalangi
pengejar tadi. "Nelayan busuk! Menghindar kau" pahlawan itu
mendorong dada Ki Galur hingga orang tua itu
terhuyung-huyung. Tapi Ki Galur cepat menubruk lagi
dan dari belakang memegang kain pengawal yang
hendak mengejar Sekarsari itu. "Breett!!" dan robeklah
kain pengawal keraton hingga ia menjadi marah sekali.
"Orang tua edan! Kau cari mampus"!" Dan kaki nya
terayun ke arah lambung Ki Galur. Serangan ini sangat
kejam dan sekiranya tendangan itu mengenai sasarannya, maka dapat dipastikan orang tua lemah itu
takkan kuat menahannya dan mungkin jiwanya akan
melayang! Tapi pada saat itu terjadi keanehan. Ketika
kaki pengawal itu tampaknya telah "makan" lambung Ki
Galur, bukan orang tua itu yang roboh, sebaliknya si
pengawallah yang menjerit kesakitan dan jatuh terjengkang ke belakang! Betis kaki yang menendang
tadi mengeluarkan darah bercucuran karena sebilah
pisau belati telah menancap di daging betis itu!
Kelima pengawal keraton yang lain terkejut sekali
melihat hal ini. Mereka tidak tahu bagaimana belati itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat tertancap di betis kawan mereka. Mereka sangka
bahwa Ki Galur tentu mempergunakan ilmu gaib, maka
sambil mencabut keris mereka maju berbareng dan
mengancam Ki Galur dengan hebat! Orang tua yang
lemah itu ternyata tidak gentar menghadapi kelima
lawannya yang muda dan gagah, bahkan ia bermaksud
untuk nekat dan melawan sampai titik darah terakhir
untuk membela puterinya! Ia cabut sebilah arit yang
terselip di bilik, lalu menanti serbuan lawan-lawannya
dengan mata terbelalak merah.
Pada saat itu, sebelum lima orang pengawal itu
sempat menyerang Ki Galur, tiba-tiba sebuah bayangan
berkelebat dari dalam dan Jarot telah berdiri menghalang
di depan orang tua itu, menghadapi kelima pengawal
dengan senyum sindir dan tolak pinggang.
"Sungguh tak tahu malu! Beginikah kegagahan
pahlawan-pahlawan keraton yang menghadapi seorang
tua lemah saja harus mengeroyoknya" Hm, kalian tak
pantas menjadi pengawal keraton dan terkenal dengan
sebutan pahlawan-pahlawan!"
Kelima orang itu biarpun sudah tahu akan kegaga han
Jarot, namun mengandalkan jumlah banyak dan nama
Pangeran Amangkurat yang mengutus mereka, mereka
tidak takut. "Den-mas jangan ikut-ikut! Kami harus tangkap orang
tua yang berani membangkang terhadap perintah gusti
pangeran."
"Jangan banyak cakap! Mundur dan pergi dari sini!"
Jarot mengancam, tapi hal ini membuat mereka marah.
"Eh-eh, kaupun hendak memberontak"
Berani melawan utusan pangeran" Jarot, jangan kau sombong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kau kira kegagahanmu itu cukup untuk menjagoi di
Mataram" Minggir kau!!"
Mereka berlima menyerang dengan keris terhunus.
Jarot menjadi marah dan menerjang ke kanan kiri.
Gerakan kedua kaki dan sepasang kepalan tangan Jarot
luar biasa cepatnya, hingga kelima lawannya hanya
melihat berkelebatnya tangan atau kaki dan tahu-tahu
senjata mereka telah terpental entah ke mana kemudian
sebelum mereka dapat melihat jelas, masing-masi ng
telah menerima pukulan atau tendangan yang membuat
mereka jatuh bangun, kepala benjol dan tulang patah!
Mendapat hajaran keras ini mereka, termasuk juga orang
pertama yang terluka oleh belati yang dilepas Jarot,
meninggalkan tempat itu sambil mengaduh-aduh dan
terhuyung-huyung!
Orang-orang kampung melihat perkelahian itu merasa
khawatir akan keselamatan Jarot dan Ki Galur karena
telah berani menentang Pangeran Amangkurat yang
disegani. Namun Jarot tetap tenang dan tabah.
"Lebih baik kalian lekas lari saja," seorang tetangga
memberi nasihat, "Pangeran Amangkurat tentu akan
segera datang. Dan kalau beliau sendiri yang datang
membalas dendam, celakalah kampung ini! Kenapa tidak
kauberikan saja Sekarsari untuk menjadi selirnya?"
Hampir saja Ki Galur memukul mulut orang itu kalau
tidak cepat-cepat dicegah oleh Sekarsari yang memeluk
ayahnya sambil menangis.
"Ayah, biarlah aku terjun ke bengawan saja daripada
diselir pangeran..."
ratapnya kemudian sambil memandang Jarot ia berkata lagi, "Lebih baik mati
daripada dipaksa menjadi selirnya, tapi kalau aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menolak, kau dan mas Jarot tentu akan mendapat
bencana..... ah, lebi h baik aku mati saja?"
Jarot segera menghibur semua orang dengan katakatanya yang tenang. "Janganlah kalian khawatir dan
bersedih. Aku yang tanggung jika Pangeran Amangkurat
marah dan datang ke sini. Biarlah aku
yang menghadapinya. Kalau ada apa-apa, aku seoranglah
yang akan memikul tanggung jawab dan akibatnya!"
Ucapan yang gagah berani ini membuat orang-orang
merasa kagum dan berterima kasih, tapi Sekarsari
mendengarkan dengan air mata mengalir.
Tapi sungguh mengherankan mereka karena sampai
malam tiba, tidak juga ada berita sesuatu dari Pangeran
Amangkurat. Hal ini melegakan dada orang-orang
kampung. Sebaliknya, Jarot merasa tak enak hati. Ia
akan lebi h senang kalau urusan itu lekas-lekas selesai.
Maka, malam hari itu tanpa diketahui seorangpun, ia
berjalan cepat di bawah sinar bulan purnama menuju ke
keraton. Ia bermaksud menyelidiki keadaan pangeran
yang telah dikenal banyak akalnya itu.
Jarot ambil jalan memutar dan masuk ke tamansari
dengan jalan meloncati tembok yang mengelilingi nya. Ia
belum pernah melihat taman bunga keraton itu, hingga ia
tercengang dan kagum melihat keindahan tamansari
dimana beraneka macam bunga sedang mekar dan
tertimpa cahaya bulan yang gilang-gemilang. Juga harum
bunga yang sedap menyambut hid ungnya.
Dengan hati-hati dan perlahan Jarot memasuki
tamansari. Taman itu luas sekali. Tiba-tiba Jarot
mendengar suara tangis yang sedih, tangis seorang
wanita yang terisak-isak. Suara itu datang dari sebuah
bangunan kecil di tengah tamansari. Ia merasa tertarik
dan ingin tahu, maka segera ia lari menghampiri dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersembunyi di belakang pintu ruang di mana suara itu
berada, lalu mendengarkan.
"Sudahlah, gusti ayu, jangan terlalu bersedih. Hal itu
sudah lalu belasan tahun lamanya dan percayalah, Yang
Maha Kuasa akan memberkahi mereka yang benar dan
baik," terdengar suara seorang wanita tua menghibur.
"Kau benar, biung emban, tapi betapa hatiku takkan
sedih dan sakit. Aku yakin betul bahwa ini tentu
perbuatan yayi Maduningrum dan ayahnya, Tumenggung
Suryawidura, tapi karena tiada bukti, aku harus
menerima nasib dan menyimpan sakit hati. Betapa hatiku
takkan sakit, melihat orang membawa pergi anakku yang
hingga kini tak kuketahui hidup matinya, sedangkan
terhadap orang-orang jahat itu aku tak berdaya menuntut
balas sama sekali?" Kembali terdengar isak tangis.
"Sudahlah, gusti Bratadewi, marilah kita berdoa saja
kepada Yang Maha Agung. Sekarang sudah jauh malam,
lebih baik gusti mengaso di peraduan, kalau nanti gusti
Sultan datang dan paduka tidak ada, tentu beliau akan
marah." Jarot loncat bersembunyi di belakang pohon mawar
dan melati ketika mendengar suara kaki mereka menuju
keluar. Tak lama kemudian tampak olehnya wanita yang
menangis dan bernama Bratadewi itu berjalan perlahan,
diiringi oleh biung emban.
Ketika cahaya bulan tepat menimpa wajah puteri itu.
hampir saja Jarot berseru karena terkejut dan heran.
Bukankah wanita yang sedang berjalan itu Sekarsari"
Tubuhnya, lenggangnya, raut wajahnya, mata hid ung
mulut itu.......Jarot menggosok-gosok matanya dan
memandang lagi. Bukan, bukan Sekarsari, tapi seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wanita setengah tua yang serupa benar dengan
Sekarsari! Otak Jarot yang cerdas dengan cepat merangkai
segala hal yang didengarnya tadi, Puteri Bratadewi
kehilangan anaknya, yang menurut sangkaan puteri itu
telah dibawa pergi oleh Tumenggung Suryawidura dan
anak perempuannya bernama Maduningrum. Dan puteri
Bratadewi ini serupa benar dengan Sekarsari! Kalau
demikian, mungkinkah Sekarsari puteri yang hilang dicuri
itu" Da n Ki Galur" Apakah hubungan Ki Galur dengan
peristiwa ini, kalau memang benar demikian halnya" Ah,
ia harus minta keterangan dari KI Galur! Hatinya
berdebar, mungkinkah ia akan membongkar sebuah
rahasia keraton yang terpendam"
Ia tidak merasa bahwa telah lama juga ia termenung di
situ dan ketika ia berdiri lagi, di tamansari telah sunyi.
Ketika ia hendak mulai penyelidikannya ke kamar
Pangeran Amangkurat yang berada di sebelah barat
keraton, tiba-tiba terdengar suara gaduh dan ribut di luar
keraton. Jarot segera meloncat ke atas tembok dan
keluar dari tamansari itu untuk melihat apakah yang telah
terjadi. Ternyata seorang di antara tiga utusan penyelidik
telah kembali dengan tubuh penuh luka. Di bawah
penerangan bulan dan obor, penyelidik yang mandi
darah itu dengan terengah-engah menutur betapa ia dan
dua orang kawannya telah bertemu dengan barisan
pelopor musuh di luar kota dan terbukalah rahasia
penyelidikan mereka hingga terjadi perang tanding.
Jumlah musuh terlalu banyak hingga dua orang
kawannya gugur dan ia sendiri berhasil menerobos
kepungan dan melarikan diri pulang ke dalam kota.
Setelah habis ceritanya, penyelidik yang telah terlampau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyak mengeluarkan darah itu menjadi lemas dan jatuh
pingsan. Orang-orang berusaha menolongnya namun
sia-sia, karena di sepanjang jalan setengah bagian
darahnya mengalir keluar dari tubuh melalui lukalukanya. Tak lama kemudian ia menghembuskan napas
terakhir. Mendengar cerita itu, seorang pengawal pribadi Sultan
segera masuk ke dalam dan minta seorang pengawal


Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam membangunkan Sultan. Tapi pada saat itu tampak
dua orang maju mencegahnya, seorang keluar dari
dalam dan yang lain masuk dari luar. Mereka adalah
Pangeran Amangkurat dan Jarot.
"Tidak usah mengganggu ramanda Sultan karena
urusan kecil ini. Musuh masih jauh, biar kita perkuat
penjagaan di luar kota," kata Amangkurat.
"Itu benar. Keadaan tidak sangat berbahaya, tidak
perlu mengganggu gusti Sultan dari tidurnya. Biarlah aku
sendiri perigi melihat-lihat keadaan musuh, menggantikan tugas tiga orang penyelidik yang gugur,"
kata Jarot sambil memandang kepada Amangkurat yang
kebetulan sedang menatapnya dengan pandang tajam.
Dua pasang mata bertemu dan Amangkurat tersenyum
lebih dulu lalu anggukkan kepala.
"Baik, Jarot. Aku setuju. Pergilah kau melakukan
penyelidikan sementara aku berundi ng dengan para
senapati." Jarot lalu meloncat keluar dan berlari cepat ke
pondoknya untuk berkemas da n mengambil Nagapertala.
Maksudnya hendak pergi diam-diam dan tidak akan
mengganggu Ki Galur dan Sekarsari yang masih tidur.
Tapi ketika la telah selesai berkemas dan sedang
menuntun Nagapertala keluar dari kandang, tiba-tiba
terdengar suara halus menegurnya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mas Jarot, ke mana kau pergi tadi dan sekarang ke
mana pula kau hendak pergi dengan Nagapertala?"
Jarot terkejut dan gugup. Tak disangka-sangkanya
bahwa Sekarsari tahu akan kepergiannya tadi. "Aku.....
aku hendak menyelidik keadaan musuh, Sari."
"Apakah yang telah terjadi?" tanya Sekarsari. Jarot
lalu menuturkan dengan ringkas tentang kembali dan
gugurnya penyelidik. Namun Sekarsari tidak tampak
takut mendengar bahwa musuh hendak menyerang
Mataram. "Biar mereka datang! Kita pasti akan dapat memukul
mundur dan menghancurkan mereka! Panglima-panglima
kita gagah perkasa, apalagi sekarang ada kau di sini mas
Jarot......" katanya dengan gagah;
Jarot tersenyum. "Sari, kau seperti Srikandi...." tibatiba ia teringat akan puteri dalam tamansari tadi. "Sari,
pernahkah... pernahkah kau melihat ibumu?" Sekarsari
memandangnya heran, lalu melihat ke arah bulan
purnama yang telah menurun ke barat.
"Menurut kata ayah, ibu telah meninggal dunia
semenjak aku masih bayi," jawabnya perlahan, "Mengapa kau tanyakan hal ini, mas?" tiba-tiba ia
bertanya sambil putar tubuh menatap wajah Jarot.
"Tidak apa-apa, Sari. Nah, jaga diri baik-baik. Aku
berangkat sekarang." Jarot meloncat ke atas punggung
Nagapertala dengan sigapnya. "Mas Jarot......!"
"Ya?" Jarot tahan kendali kudanya.
Sekarsari ragu-ragu. "Mas... kalau kau pergi.....
bagaimana kalau pangeran datang mengganggu kami.....?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hati Jarot berdebar. Hampir ia lupa akan hal itul Tapi
ia teringat akan keberanian KI Galur membela anaknya.
Pula, perginya takkan lama.
"Jangan takut, Sari. Paman Galur akan menjagamu.
Juga, aku takkan pergi lama. Besok siang aku tentu
sudah kembali, laginya, dalam keadaan seperti sekarang,
kurasa Pangeran Amangkurat takkan mengganggumu."
Sekarsari mendengar dengan bimbang tapi tiba-tiba ia
kedikkan kepala dan berkata tetap,
"Pergilah, mas. Pergilah lakukan tugasmu. Aku tidak
takut kepada pangeran!" Mendengar kata-kata dan
melihat sikap ini Jarot tersenyum girang lalu membungkuk di atas kudanya dan mencubit dagu yang
manis dari gadis itu. Kemudian ia kaburkan kudanya ke
arah timur. Setelah keluar kota, Jarot bertemu dengan rombongan-rombongan
pengungsi dari kampung- kampung sebelah timur. Menurut penuturan mereka,
barisan yang besar dari Surabaya telah bergerak menuju
ke kota raja. Tiba-tiba seorang kakek-kakek menghampiri
Jarot dan berkata, ,
"Raden, tolonglah. DI kampung sana itu terdapat
musuh yang mengganas dan merampok."
Jarot segera melarikan kudanya. Benar saja,
terdengar teriakan minta tolong seorang wanita. Ia
balapkan Nagapertala memasuki kampung dan meloncat
turun. Dalam sebuah pondok ia melihat seorang gadis
muda meronta-ronta dalam pelukan seorang laki-laki
brewokan. Jarot marah sekali dan sekali loncat ia telah
berada di belakang laki-laki itu dan tangan kanannya
bekerja! Laki-laki itu merasa pundaknya terkait dan ia tak
dapat mempertahankan tubuhnya ketika ditarik ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belakang oleh sebuah tenaga yang kuat sekali. De ngan
marah la melepaskan korbannya dan putar tubuhnya.
Tapi sebelum ia jelas benar melihat pemuda yang berani
mengganggunya tinju kiri Jarot sudah mampir ke pangkal
telinganya, membuat kepalanya pening dan segala apa
di depannya tampak berputar-putar! Sekali lagi Jarot
ayun tangannya kali ini menumbuk dada, maka laki-laki
biadab itu terpental jauh dan tubuhnya menabrak dindi ng
hingga dinding bambu itu menjadi jebol. Dengan dua kali
pukulan saja Jarot membuat lawannya rebah dengan
napas empas-empis. Ia lalu meloncat keluar. Ternyata
kampung itu dimasuki belasan perajurit musuh, yang
bertugas sebagal pelopor penyelidik. Karena agaknya
terpimpin oleh seorang yang berwatak rendah, maka
regu musuh ini menyeleweng dari tugasnya dan
mengacau kampung. Mereka inilah pula yang membunuh
tiga orang penyelidik Mataram.
Melihat seorang pemuda keluar dari pondok segera
lima orang perajurit mengepungnya. Jarot bersikap
tenang dan menanti serbuan musuh. Tanpa bertanya
sesuatu kelima orang itu terus saja menghantam. Tapi
alangkah terkejut mereka ketika kepalan mereka beradu
dengan tubuh yang keras bagaikan waja hingga tangan
mereka terasa sakit sekali. Sebelum mereka dapat
tenangkan pikiran dari rasa heran dan bi ngung, Jarot
sudah bergerak cepat. Kaki dan tangannya bekerja
bagaikan empat daun kitiran angin dan kelima lawannya
hanya dapat mengaduh kesakitan; dan rebah, tak. dapat
bangun lagi! Teriakan teriakan ini terdengar oleh
perajurit-perajurit lain. Seorang perajurit memberi tanda
dan berkumpullah tujuh orang perajurit dengan tombak di
tangan. Mereka membuat gerakan dan sebentar saja
Jarot terkurung di tengah-tengah. Pemuda itu dengan
mata tajam bergerak perlahan memutar-mutar tubuh ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kanan kiri dengan waspada, seakan-akan seekor
harimau jantan yang dikurung. Ia tahu bahwa kali ini ia
menghadapi tujuh perajurit yang bersenjata tajam
sedangkan ia sendiri bertangan kosong, maka ia harus
berkelahi mati-matian. Sementara itu, cahaya matahari
telah mulai menggantikan kedudukan sang ratu malam
yang turun tahta hingga cuaca menjadi remang-remang
menyeramkan. "He, siapakah kau berani melukai kawan-kawan
kami?" pemimpin regu itu membentak dengan suara
galak. Jarot tersenyum, karena dari irama ucapan itu tahulah
dia bahwa para lawannya ialah orang-orang dari Jawa
Timur. "Kita satu asal, tapi berlainan paham," katanya tenang.
Ketujuh orang lawannya saling pandang,
"Kamu juga orang wetan" Mengapa berani melawan
Sepak Terjang Hui Sing 1 Golok Halilintar Karya Khu Lung Tiga Mutiara Mustika 4

Cari Blog Ini