Ceritasilat Novel Online

Keris Pusaka Sang Megatantra 12

Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo Bagian 12


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang diisyarat kan pemimpin mereka, tujuh orang itu serentak
menyerang! Untung bagi tujuh orang itu bahwa Narotama sudah
me miliki tenaga batin yang amat kuat " sehingga dia mampu
mengatasi kemarahannya dengan mengingat bahwa mereka
itu hanya me menuhi per intah ki lurah. Menghadapi serangan
yang sesungguhnya amat berbahaya bagi orang lain itu,
Narotama segera mengerahkan tenaga
saktinya lalu menggerakkan kedua tangan dengan tenaga mendorong
sambil me mutar tubuhnya Hebat sekali dorongan kedua
tangan yang mengandung tenaga sakti a mat kuat itu. Tujuh
orang penyerang itu terpental ke belakang dan terjengkang
sehingga terbanting kuat. Mereka roboh dan tidak dapat
segera bangkit kembali karena kepala terasa pening dan
napas menjad i sesak!
Melihat ini, Ki Lurah Sura menggala terkejut bukan main dan
dia masih hendak menggertak seperti yang sudah biasa dia
lakukan kepada para penduduk dusun "Heh, penjahat dari
mana engkau, berani me mbikin kacau di kelurahan" Sikapmu
Ini berarti pe mberontakan terhadap pamong praja!"
Narotama marah sekali. Dengan sekali lompat dia sudah
tiba dekat sang lurah, lalu menangkap tubuh lurah itu dengan
tangan kanan, mengangkatnya ke atas dengan ringan saja lalu
me mbantingnya.
"Bresss .....!!" Ki Lurah
Suramenggala mengaduh, pinggulnya terasa nyeri sekali karena terbanting ke atas lantai
dan dia mencoba untuk merangkak bangun sa mbil berteriakteriak, "Tolooongg ..... toloongg ..... perampok .....!!"
Narotama menjadi se makin marah. Dicengkera mnya
tengkuk baju Ki Lurah Suramenggala dan ditariknya sehingga
berdiri. Dasar lurah yang terbiasa menindas dan merendahkan
orang lain, mengandalkan kekuasaan dan kekuatan yang
dimilikinya, Lurah Suramenggala mas ih be lum mau tunduk.
Dia ma lah me mbentak marah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Awas kau, jahanam keparat! Kalau kedua anakku,
Linggajaya dan Puspa Dewi pulang dan kuberitahukan
kejahatanmu ini kepada mereka, lihat saja, mereka akan
mencab ik-cab ik tubuhmu!"
Pada saat itu, tertarik oleh teriakan Ki Lurah Suramenggala,
banyak penduduk dusun datang berlarian dan me men uhi
halaman kelurahan. Juga isteri dan para selir lurah, termasuk
Nyi Lasmi, janda Ibu kandung Puspa Dewi yang kini menjadi
selir ki lurah, berlarian keluar dan terkejut melihat ki lurah
dicengkera m tengkuk bajunya oleh seorang pemuda gagah.
Para tukang pukul yang tadi telah dirobohkan Narotama,
sebanyak dua belas orang, juga petantang-petenteng
mengepung dengan golok di tangan, seolah mereka itu
menguasai keadaan dan menganca m Narotama, padahal tak
seorangpun dari mereka berani menyerang orang yang
mereka ketahui sakti mandraguna itu.
"Lurah Suramenggala!" bentak Narota ma dengan suara
mengge ledek sehingga terdengar oleh semua orang, termasuk
yang berada di jalan depan halaman rumah kelurahan itu.
"Sudah butakah mata mu" Lihat baik-ba ik, siapa orang yang
engkau perhina dengan makian ma kian mu tadi! Lihat, tidak
kenalkah engkau kepadaku?"
Lurah Suramenggala terbelalak, menga mati wajah Narotama. Tiba-tiba wajahnya menjadi pucat sekali. Kalau tadi
dia tidak mengena l Narotama, hal Itu tertutup kecongkakannya me lihat laki-laki itu berpakaian seperti orang
biasa. Dia sudah beberapa kali sowan (menghadapi Sr ibaginda
di kota raja dan beberapa kali melihat Ki Patih Narotama.
Maka, setelah kini dia mendengar suara yang amat berwibawa
itu dan menga mati wajah itu dengan seksa ma, baru dia
mengenal siapa orang yang tadi dia maki ma ki.
"A ..... aduhh ..... paduka ..... paduka ..... Gusti Patih
Narotama .....!" Ketika Narotama melepaskan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cengkeramannya Ki Lurah Suramen ggala lalu menjatuhkan diri
berlutut dan menye mbah-nyembah
"Ampun ..... mohon beribu ampun, Gusti Patih ..... hamba
..... hamba tidak tahu ..... bahwa paduka yang datang
berkunjung ....."
Mendengar ini, semua keluarganya, juga para tukang
pukul, terkejut setengah mati. Terutama para tukang pukul
yang mengeroyok Narotama. Mereka semua segera menjatuhkan diri berlutut dan dua be las orang tukang pukul
itu mengguma mkan permohonan ampun berulang kali.
'Semua mundur, biar kan aku bicara berdua dengan Lurah
Suramengga la!" kata Narota ma dengan suara berwibawa.
Mendengar ini, semua keluarga lurah itu me masuki rumah dan
dua belas orang jagoan keluar dari pendapa, la lu menyuruh
semua orang yang berkerumun di
halaman untuk men inggalkan tempat itu. sebentar saja pendapa rumah itu
menjad i sepi, hanya tinggal Narotama yang mas ih berd iri
tegak dan Ki Lurah Suramenggala yang masih berlutut di
depannya. "Nah, ki lurah, bangkit dan duduklah. Mari kita bicara. Ada
beberapa pertanyaan yang ingin kuajukan dan kuminta anda
menjawabnya dengan sejujurnya. " kata Narotama dengan
suara keren. KI Luran Suramenggala yang sudah mati kutu itu
menurut, bangkit dan me mpersila kan Narotama duduk di atas
kursi yang berada di pendapa itu. Dia hendak duduk bersila di
atas lantai, di depan Narotama, akan tetapi ki patih itu
me larangnya. "Duduklah di kurs i itu agar kita dapat bicara
dengan leluasa."
K i Suran enggala tidak berani membantah lalu duduk di
atas kursi berhadapan dengan kt patih, terhalang sebuah meja
mar mer. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ki lurah, aku ingin engkau mencer itakan tentang seorang
yang bernama Nurseta yang pernah tinggal di dusun ini Apa
yang kauketahui tentang dia?"
Dia m-dia m Ki Lurah Sura menggala terkejut. Kenapa ki patih
tiba-tiba datang bertanya tentang Nurseta" "Nurseta ....." Ah,
tentu saja, gusti patih. Hamba tahu siapa bocah itu!"
"He mm, begitukah?" Narota ma menatap tajam wajah lurah
yang dari suaranya jelas menunjukkan rasa bencinya terhadap
Nurseta. "Ceritakan sejujurnya apa yang andika ketahui
tentang dia. "Dia itu anak pasangan suami istri yang menjad i buronan,
dan ketika Nurseta berusia lima tahun, ayah ibunya me larikan
diri karena ketahuan oleh Senopati Sindukerta yang mencari
mereka. Nurseta ditinggalkan di dusun ini. Kalau tidak ada
hamba yang me me liharanya, tentu anak itu akan kapiran dan
mungkin mati kelaparan, gusti patih."
"He mm, kenapa mereka ketakutan dan dicari Senopati
Sindukerta?"
"Karena Dhar maguna, ayah Nurseta Itu, melarikan puteri
Senopati Sindukerta yang menjadi ibu kandung Nurseta, dan
Senopati Sindukerta mencari mereka, tentu untuk menghukum
Dhar maguna yang me mbawa minggat puterinya."
"Lalu bagaimana dengan Nurseta?"
"Ha mba me meliharanya sampai besar. Akan tetapi dasar
anak buronan yang tidak mengenal budi, ketika berusia sekitar
enam belas tahun dia minggat, tak seorangpun mengetahui
dia pergi kemana. Kemudian, baru beberapa bulan yang lalu
ini dia muncul kembali dan ..... ah, dasar anak orang jahat,
anak setan itu .. ..." ,
"Cukup! Hentikan maki-makian mu yang kotor itu dan
ceritakan saja apa yang terjadi!" Narotama me mbentak. Ki
Lurah Sura mengga la terkejut sekali dan menyembah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ampun, gusti patih. Anak itu malam malam datang dan
hendak me mbunuh ha mba!"
"He mm, aneh. Kenapa dia hendak me mbunuhmu?"
"Ha mba juga tidak tahu. Dia bertanya kepada hamba di
mana adanya orang tuanya. Hamba me ma ng tida k tahu akan
tetapi agaknya dia tidak percaya lalu marah dan hendak
me mbunuh ha mba. Untung pada saat itu ada anak-anak
hamba, Linggajaya dan Puspa Dewi yang juga telah menjadi
orang-orang sakti. Kedua anak hamba itu melawan Nurseta
dan berhasil me mbuat Nurseta lari ketakutan. Itulah yang
hamba ketahui tentang anak se ..... eh, Nurseta itu, gusti
patih." ' Narotama termenung. Omongan seorang seperti lurah ini
tentu saja tidak dapat dipercaya sepenuhnya, akan tetapi
setidaknya dari ceritanya itu dia dapat menila i bahwa lurah ini
me mang seorang yang tidak pantas menjad i seorang kepala
dusun yang me ment ingkan kesejahteraan rakyatnya. Cerita Ki
Wirodipo tentang Nurseta dan tentang keluarga Lurah
Suramengga la tentu saja leb ih dapat dipercaya kebenarannya.
"Sekarang ceritakan yang sejujurnya tentang keris pusaka
Sang Megatantra. Apakah andika . mengetahui sesuatu tentang
keris pusaka itu?"
Ki Lurah Suramenggala memang belum pernah mendengar
tentang keris pusaka itu. Sebetulnya Puspa Dewi mengetahuinya, akan tetapi anak tirinya itupun tidak bercerita
kepadanya. Maka dia mengge leng kepa lanya dan berkata
dengan suara yang meyakinkan. "Tida k, gusti. Ha mba sama
sekali tidak tahu dan tidak pernah mendengar tentang pusaka
yang paduka sebutkan tadi."
Sekali ini Narotama percaya karena kata lurah itu sudah
mengetahui, tentu diapun a kan me mutar-balik kebutaan dan
me mburukkan Nurseta, me ngatakan bahwa Nurseta yang
mencuri Orang seperti ini bukan saja tidak boleh dipercaya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan tetapi yang jelas juga tidak boleh dibiarkan terus menjadi
lurah di dusun Karang Tirta ini. Dia dapat membayangkan
betapa lurah ini pasti hidup sebagai seorang raja kecil yang
lalim di dusun ini. Bukti nyata bahwa rakyat Karang Tirta tidak
mencintanya adalah ketika lurah itu tadi berteriak teriak minta
tolong, ada penduduk yang berlarian datang. Akan tetapi tak
seorangpun di antara mereka yang bersikap henda k me mbela
sang lurah, melainkan hanya ingin menonton apa yang terjadi
Dan ketika dia menghajar para anak buah lurah, dia melihat
betapa banyak penduduk yang berada di halaman tersenyum
gembira! Pada saat itu juga Narotama sudah menga mbil
keputusan apa yang harus dia lakukan. Dia sudi mendapat
keterangan tentang Nurseta dan dapat menga mbil kesimpulan
bahwa Nurseta adalah seorang pemuda yang baik. Dan
agaknya di Karang Tirta ini dia tidak akan bisa mendapatkan
keterangan tentang Sang Megatantra. Akan tetapi yang sudah
jelas, sebagai seorang pejabat tinggi kerajaan Kahuripan,
sebagai patih yang mewakili raja, dia harus bertindak terhadap
seorang pamong praja yang la lim dan sewenang-wenang.
"Lurah Sura menggala, sekarang aku minta andika
menge luarkan tanda me manggil se mua penduduk yang
berada di dusun ini untuk datang berkumpul di s ini. cepat
laksanakan!"
Karena ketakutan, sang lurah me manggil para anak
buahnya dengan berteriak lantang, namun tak seorangpun
anak buahnya muncul. Ternyata dua belas orang yang tadi
merasa telah menghina dan me ngeroyok Ki Patih Narotama,
sudah melarikan diri pergi dari dusun Karang Tirta karena
takut mener ima hukuman berat!
Karena tidak seorangpun muncul Ki lurah Suramenggala
terpaksa mengha mpiri sebuah kentungan yang tergantung di
depan pendapa lalu menabuh kentungan Itu dengan alat
pemukulnya, memberi tanda untuk mengumpulkan penduduk
seperti biasanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar bunyi kentungan, semua penduduk Karang
Tirta, tua muda, laki-la ki pere mpuan, yang tidak sedang
bekerja di ladang luar dusun, berdatangan berbondongbondong me menuhi halaman kelurahan. Memang kebanyakan
dari mereka ingin sekali melihat sang lurah di marahi Gusti
Patih dan tadi mereka terpaksa pergi karena disuruh oleh para
jagoan anak buah Ki Lurah Suramenggala Ketika melihat
penduduk dusun me masuki halaman dan tampa knya mereka
agak takut-takut sehingga mereka berdiri bergero mbol de kat
pintu gerbang t idak beran i terlalu mendekat pendapa.
Narotama lalu bangkit dan melangkah keluar, berdiri di tepi
pendopo yang lebih tinggi dar ipada tanah halaman itu dan
berkata sambil me la mbaikan tangan
"Seluruh warga dusun Karang Tirta dipersila kan maju saja


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semua, jangan takut. Tida k ada yang menganca m andika
sekalian. Aku, Ki Patih Narota ma, yang menja min keamanan
dan keselamatan andika
sekalian. Hayo, maju dan
mende katlah'"
Mendengar ini, orang-orang itu yang sesungguhnya takut
kepada Ki Lurah Suramenggala, menjadi ge mbira dan timbul
keberanian mereka. Dipe lopori oleh beberapa orang pemuda,
mereka la lu melangkah maju sa mpai tiba di pendopo. Wajah
mereka berseri dan me mancarkan harapan agar terjadi
perubahan yang baik bagi mereka dalam dusun mereka itu.
sementara itu, dari ruangan da la m rumah, ketika kentungan
dibunyikan bertalu-talu, para keluarga dan pelayan Kilurah
Suramengga la juga ber munculan keluar dan duduk,
bergerombol di atas lantai dekat pintu tembusan. Hanya
seorang saja di antara para keluarga yang tidak tampak, yaitu
Nyi Lasmi, ibu kandung Puspa Dewi. Wanita ini, yang dulu
dia mbil sebagai selir oleh Ki Lurah Suramenggala dengan
bujukan dan anca man sehingga terpaksa ia mau menjadi selir
ki lurah, sebetulnya merasa tersiksa hidupnya. Ia hanya
me layani ki lurah atas dasar rasa takut dan me lihat sepak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terjang lurah yang menjadi suaminya itu seringkah ia merasa
tidak suka dan menyesal sekali. Berbagai tindakan kejam
dilakukan sua minya itu terhadap penduduk Karang Tirta. Akan
tetapi ia tidak ma mpu berbuat sesuatu. Juga perlakukan ki
lurah terhadap dirinya kasar dan kejam. Baru setelah Puspa
Dewi muncul , sikap ki lurah agak berbeda, tidak berani
bersikap terlalu kasar, apalagi kejam kepadanya. Dan di dalam
hatinya, Nyi Lasmi juga mulai merasa tidak takut karena ia
tahu bahwa suaminya itu takut kepada Puspa Dewi yang kini
menjad i seorang gadis sakti. Mula ilah ia sering berani
me mbantah kehenda k ki lurah. Tadi ketika melihat munculnya
Ki Patih Narotama yang merobohkan para tukang pukul dan
me marahi ki lurah, Nyi Lasmi merasa senang, mengharap agar
kedatangan ki patih itu akan mengubah watak sua minya dan
akan me mbe la kepentingan rakyat Karang Tirta yang selama
ini tertindas, dalam ketakutan dan kekurangan. Maka, ketika ki
lurah me manggil se mua orang lewat kentungan, dia m-dia m ia
ma lah keluar dari kelurahan melalui pintu belakang dan
dengan jalan me mutar kini ia bergabung dengan para
penduduk! Setelah tidak ada yang datang lagi, Ki Patih Narotama
mengangkat tangan ke atas dan berdiri di tepi lantai pendapa
sambil mengajak ki lurah berd iri di sa mpingnya. Suara hirukpikuk orang penduduk sehingga suasananya seperti dalam
pasar itu segera berhenti dan suasana penjadi sunyi. Semua
orang me mandang kepada ki patih.
'Warga dusun Karang Tirta sekalian! Kami, Ki Patih
Narotama dalam hal ini mewa kili junjungan kita Sang Prabu
Erlangga ingin mengadakan perubahan di dusun Karang Tirta
ini yang sesuai dengan keinginan andika sekalian. Oleh karena
itu, kami a kan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
kalian yang hanya me mbutuhkan jawaban ya atau tidak, atau
sekadar mengacungkan tangan, Nah, sekarang kami hendak
mengajukan Pertanyaan pertama dan kami minta agar yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa terkena suka mengacungkan tangannya ke atas.
Dengarkan baik-baik.
Siapa di antara andika sekalian yang merasa tidak me miliki
tanah sejengkal pun?"
Banyak sekali tangan diacungkan keatas, hampir se mua.
Hanya ada belasan orang yang berdiri di bagian depan yang
tidak mengacungkan tangan.
Melihat ini, Narota ma mengerutkan alisnya dan me noleh
kepada ki lurah yang tampa k menundukkan mukanya yang
basah oleh peluh.
Narotama menggapa i kepada mereka yang tidak mengacungkan tangan dan berdiri di bagian depan kelompok
itu "Apakah d i antara kalian ada yang suka naik ke s ini untuk
me mber i penjelasan kepada kami" Jangan takut kepada s iapa
pun, kami, Ki Patih Narotama yang menja min kesela matan mu.
Hayo, siapa yang berani menjadi wakil saudara-saudara
sedusun. Maju dan naiklah!"
Mereka saling dorong dan akhirnya seorang laki-laki berusia
sekitar empat puluh tahun maju dan naik anak tangga lalu
me mber i hormat dengan se mbah kepada ki patih. Narotama
me lihat la ki laki ini berwajah cukup terang dan tampaknya
selain pe mberani juga cerdas.
"Siapa na ma andika?" tanya ki patih. "Jawab dengan keras
agar semua orang mendengar."
"Na ma ha mba Pujosaputro." "Nah, ceritakanlah keadaan
penduduk di Karang Tirta ini. Bagaimana sa mpai ha mpir
semua orang tidak me miliki tanah garapan?"
Pujosaputro menoleh kepada Ki Lurah Suramengga la dan
berkata lirih, "Ki Lurah, maafkan kalau saya harus bercerita
sejujurnya. " Kemudian dia meno leh kepada Ki Patih Narotama
dan berkata dengan suara lantang. "Dulu, hampir semua
penduduk dusun kami ini me mpunyai sebidang tanah, tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terlalu luas na mun hasilnya cukup untu k menghidupi keluarga
masing-masing. Lalu beberapa tahun yang la lu datang musim
kemarau yang panjang sekali. Tanah tida k menghasilkan apaapa. Kami beberapa orang yang me miliki simpanan jagung
dan gaplek berusaha
menolong para saudara yang
kekurangan makan, akan tetapi masih juga tidak men cukupi.
Lalu Lurah Sura menggala yang me mpunyai keleb ihan uang,
mendatangkan bahan ma kanan, dari daerah lain. Semua
penduduk mendapatkan bahan makanan, akan tetapi mereka
harus menjual tanah mereka kepada K i Lurah. Karena itulah
maka sebagian besar di antara penduduk kini tidak
me mpunyai tanah lag i."
"He mm, begitukah" Dan mereka se mua lalu menggarap
tanah siapa?"
"Tentu saja menggarap tanah ki lurah gusti patih, dan
mereka mendapatkan upah kerja sekadarnya."
"Dan semua hasil panen masu k gudang ki lurah?"
Kembali Pujosaputro mengerling pada ki lurah yang hanya
menundukkan muka, lalu menjawab, "Benar begitu gust i."
Narotama mengangguk-angguk. Pujosaputro, apakah
selama ini Ki Lurah Suramenggala menggunakan kekuatan
para anak buahnya untuk bertindak sewenang-wenang
terhadap rakyat?"
Ki Pujosaputro meragu. "Ampun, gusti patih. " Hamba tidak
berani menjawab, tidak enak terhadap ki lurah. Mohon paduka
tanyakan saja kepada semua penduduk."
Narotama lalu berseru kepada semua penduduk. "Dengar,
warga sekalian. Apakah selama ini Ki Lurah Suramenggala
bertindak sewenang-wenang menggunakan para tukang
pukulnya, me ma ksakan kehendaknya
terhadap andika sekalian" Ka lau tidak, kalian dia m saja, kalau benar, angkatlah
tangan ke atas."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serentak semua orang mengangkat tangannya ke atas!
Dengan hadirnya Ki Patih Narotama dan me lihat Ki Lurah
Suramengga la mati kutu dan para tukang pukul juga tidak ada
yang muncul, orang orang itu menjadi berani, apalagi kini
mereka berkumpul dan keselamatan mereka dija min oleh Ki
Patih Narotama.
"Baik, sekarang kami yakin bahwa Ki sura menggala
me mang bertindak sewenang-wenang kepada penghuni dusun
Ini. Sekarang, apakah andika sekalian menghendaki lurah
dusun ini diganti?"
Kembali se mua tangan mengacung keatas. Orang-orang
mulai hiruk-pikuk saling bicara sendiri dan rata-rata mereka
gembira dan berse mangat.
Dengan melambaikan kedua tangannya Narotama minta
agar semua orang dia m Dia la lu berkata kepada Ki
Suramengga la suaranya lantang dan penuh wibawa.
"Ki Suramenggala, sepatutnya andika ini dihukum karena
telah menyalah-gunakan
wewenang sehingga andika mence markan na ma baik se mua pa mong praja dan kerajaan
Kahuripan. Akan tetapi kami hanya menjatuhkan hukuman
agar andika sekeluarga pergi dari dusun Karang Tirta dan
boleh me mbawa barang-barang andika. Akan tetapi, semua
tanah akan di kembalikan kepada para petani dan semua
hutang para petani kepada andika dihapus. Dusun ini akan
mendapatkan seorang lurah lain."
, Ki Suramenggala mengangkat mukany dan pandang
matanya berkilat, sekilas menatap wajah Narota ma penuh
kebencian, kemudian dia menyapu para penduduk dengan
kilatan matanya sehingga para penduduk menjad i gentar.
Akan tetapi Narotama dengan lantang me mbesarkan hati para
penduduk. "Jangan andika sekalian merasa takut. Lurah baru akan
me mbentu k pasukan keamanan terdiri dan para pemuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga kalau ada yang hendak mengacaukan Karang Tirta,
kalian dapat melawannya. Pula, kalau kami mendengar ada
pengacau di sini, pasti kami akan datang atau mengirim
senopati dengan pasukannya untuk menghukum s i pengacau!"
Mendengar ucapan yang lantang dan tegas ini, Ki Lurah atau
lebih tepat mantan lurah Suramenggala menundukkan
mukanya dan se mua orang tiba-tiba bersorak ge mbira. sudah
terlalu la ma mereka merindukan perubahan nasib mereka
yang tertindas dibawah tangan besi K i Suramenggala. Kini, KI
Suramengga la dicopot dari kedudukanya, bahkan tanah
mereka yang dibeli secara paksa oleh K i Suramenggala
karena mereka me mbutuhkan makan di waktu paceklik, kini
dikembalikan begitu saja kepada mereka. Juga mereka yang
masih terikat hutang oleh Ki Suramenggala kini telah bebas!
Muncul harapan baru bagaikan sinar matahari pagi di hati para
penduduk. "Nah, Ki Suramenggala, berkemas lah dengan keluarga mu
dan hari ini juga andika harus meninggalkan Karang Tirta."
kata Narotama kepada mantan lurah yang mukanya berubah
pucat itu. Ki Suramenggala me ngangkat muka me mandang
kepada Narotama dengan sinar mata berapi,penuh kebenc ian.
Kemudian, di bawah hiruk-pikuk suara orang-orang yang
saling bicara dengan ge mbira, dia berkata lirih dan hanya
terdengar oleh Narotama, bahkan Ki Pujosaputro yang berd iri
pula di tepi pendopo itu tidak mendengarnya karena dia asyik
me mperhatikan kegembiraan penduduk Karang Tirta.
"Ki patih, karena paduka patih dan saya lurah, maka
terpaksa saya menaati keputusan paduka. Akan tetapi, harap
diingat bahwa saya tidak akan melupakan penghinaan ini.
Tunggulah pe mba lasan anak-anakku kelak!" Setelah berkata
demikian, Ki Suramenggala dengan muka berubah merah
karena marah sudah meninggalkan pendapa itu dan masuk ke
dalam rumah, diikut i oleh se mua keluarganya yang tadi duduk
di lantai pendapa. Dengan hati yang sakit dan denda m, Ki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suramengga la lalu men gajak se mua keluarganya, kecuali Nyi
Lasmi karena selirnya ini ikut bergembira dengan penduduk
dan tidak kembali lag i ke dalam ruma h,, untuk pergi
men inggalkan gedung kelurahan melalui pintu belakang dan
boyongan keluar dari dusun Karang Tirta. Barang-barang
berharga mereka bawa semua dengan gerobak, juga ternak
mereka, kuda dan sapi mereka bawa serta. Mereka
men inggalkan gedung kelurahan dengan prabot-prabot
rumahnya. Sementara itu, Narotama melanjutkan usahanya untuk
mengatur agar dusun Karang Tirta menjadi sebuah dusun
yang penghuninya hidup tenteram dan tenang, tidak ada
penindasan, dipimpin oleh seorang lurah yang baik dan yang
me mbawa penduduk ke dala m kehidupan yang lebih sejahtera
dan bergotong royong sebagaimana layaknya kehidupan di
dusun sejak ja man nenek moyang mereka dahulu. Dia
mengangkat kedua tangan minta agar semua orang dia m.
Setelah keadaaan menjadi tenang, Narotama bertanya
"Sekarang kami hendak bertanya, apakah kalian bersedia
sekarang untuk me milih dan mengangkat seorang lurah baru
Kalau bersedia, harap angkat tangan tanda setuju!"
Semua orang mengacungkan tangan dan ada yang
berteriak-teriak lantang "Setujuuuu .....!"
"Baik, kalau andika sekalian setuju, pilihlah seorang di
antara kalian untu k menjad i lurah baru di dusun ini!"
Bagaikan sekumpulan burung, terdengar mereka menyebutkan na ma seseorang, "Ki Pujosaputro .....!!"
Narotama tersenyum. Ki patih ini me miliki batin yang selalu
dekat dengan Sang Hyang Widhi seh ingga dia me miliki
kepekaan yang a mat halus. Tadi begitu me lihat Ki
Pujosaputro, dia sudah merasa suka kepada orang ini.
"Dengarkan se mua! Kami mendengar seruan nama Ki
Pujosaputro" Benarkah andika sekalian me milih Ki Pujosaputro
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebagai lurah kalian yang baru" Kalau benar, acungkan
tangan!" Semua orang bersorak sa mbil me ngacungkan tangan
mereka. Ki Pujosaputro sendiri yang berdiri di pendopo segera
mende kati Ki Patih Narotama dan berkata dengan muka
kemerahan. "Aduh, Gusti Patih! Hamba ..... hamba seorang


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang bodoh dan lemah, bagaimana mungkin dapat menjadi
seorang lurah yang baik" Mohon paduka me milih la in orang
saja. " Narotama tersenyum kepadanya. "Justeru ucapan penolakan mu ini yang meyakinkan hati kami bahwa andika
adalah rang yang tepat untuk menjadi lurah yang baik hati
untuk dusun ini. Bukan orang pintar dan kuat yang kami
butuhkan, melainkan orang yang rendah hati dan baik budi."
Narotama me lihat Ki Wirodipo, orang pertama yang dia jumpai
ketika me masuki dusun Karang Tirta, dan yang dia titipi
kudanya, berdiri di bagian depan kelompok penduduk dusun
itu. Narotama menggapai kepada Ki Wirodipo dan berkata,
"Paman W irodipo, naik lah ke sini, kami hendak bertanya
kepada andika."
Ki Wirodipo tergopoh-gopoh naik pendapa dan begitu tiba
di depan Narotama dia lalu sungke m dan menyembah
"Ampunkan ha mba, sama sekali ha mba t idak tahu bahwa
paduka adalah Gusti Patih ....."
"Bangkitlah, Paman W irodipo dan jawab pertanyaanku
dengan suara nyaring agar se mua orang dapat mendengarkan. Coba ceritakan tentang keadaan diri Ki
Pujosaputro ini. Andika mengena lnya bukan?"
Ki Wirodipo bangkit berdiri dan dengan muka berseri dia
me mandang kepada Ki Pujosaputro lalu men jawab dengan
suara lantang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja hamba mengenal Ki Pujosaputro. Sejak kecil
dia tinggal di dusun ini dan dia adalah seorang yang mewarisi
sawah ladang yang luas. Ki Pujosaputro inilah yang mengajak
para penduduk yang mampu untu k me mbantu penduduk yang
kekurangan. Kalau tidak ada Ki Pujosaputro dan temantemannya, hamba semua tentu semakin payah di bawah
tekanan Ki Suramengga la. Karena itulah, Gusti Patih, maka
hamba sekalian me milih Ki Pujosaputro untuk menjadi lurah
Karang Tirta yang baru."
Narotama la lu menghadap i Ki Pujosaputro dan berkata, "Ki
Pujosaputro, kami harap andika tidak menolak lagi karena
andika telah dipilih oleh semua penduduk Karang Tirta."
"Ampun, Gusti Patih, bagaimana ha mba dapat me laksanakannya?"
"Itu dapat diatur nanti, kami akan me mberi petunjuk."
Setelah berkata demikian dan melihat Ki Pujosaputro tidak
me mper lihatkan
sikap meno lak lagi, Narotama lalu menghadap i para penduduk dan berkata dengan lantang.
"Ka mi sebagai Patih Kahuripan me wakili Gusti Sinuwun
mengangkat Ki Pujosaputro sebagai lurah dusun Karang Tirta,
sesuai dengan keinginan se mua penduduknya. Semua
pengembalian tanah kepada pemiliknya dahulu akan diatur
dengan tertib oleh Ki Lurah Pujosaputro .yang akan dibantu
oleh Ki Wirodipo dan para pembantu lain yang akan dipilih dan
ditunjuk oleh Ki Lurah Pujosaputro. Sekarang, andika sekalian
harap ke mbali ke pekerjaan masing mas ing."
Orang - orang itu bersorak sorai dan berlarian
men inggalkan halaman kelurahan itu. Hala man itu sebentar
saja kosong dan hanya tinggal seorang yang tinggal situ,
seorang wanita berusia kurang lebih tiga puluh tujuh tahun
dan wanita itu mendeprok di atas tanah sambil menangis
"Ki Lurah Pujosaputro, siapakah wanita itu" Kenapa ia
menang is dan t inggal di sana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
K i Pujosaputro dan Ki Wirodipo me mandang dan Ki
Pujosaputro berkata,
"Ia adalah Nyi Lasmi yang sudah beberapa tahun ini
menjad i selir Ki Suramengga, gusti. Hamba juga tidak tahu
mengapa ia menang is."
"Selir Ki Suramenggala" Kenapa ia tidak ikut perg i bersama
Ki Suramenggala" Coba panggil ia ke sini! "
Ki Wirodipo tanpa diperintah mendahului lurahnya turun
dari pendopo mengha mpiri Nyi Lasmi. Melihat sikap Wtrodipo
ini, Ki Lurah Pujosaputro merasa senang. Tidak salah pilihan Ki
Patih Narotama untuk me mperbantukan Ki wirodipo
kepadanya! "Nyi Lasmi, andika dipanggil oleh Gusti Patih. Mari
menghadap, beliau bijaksana, tentu akan dapat membikin
terang persoalan yang mengge lapkan hatimu."
Nyi Lasmi menahan tangisnya, bangkit dan mengikuti na ik
ke pendopo kelurahan. setelah tiba di depan Narotama, ia
menekuk lututnya dan menye mbah.
"Nyi Lasmi, mari ikut ke dala m, kita bicara di dalam." kata
Narotama dan mereka semua me masuki ruangan depan
rumah yang telah kosong itu. Di situ terdapat sebuah meja
besar dengan beberapa buah kursi. Narotama mengajak tiga
orang itu duduk berhadapan dengannya, terhalang meja. Di
depan ki patih, Nyi Lasmi tidak berani menang is, hanya
matanya masih merah dan terkadang ia harus mengusap air
mata yang tergantung di bulu matanya.
"Nyi Lasmi, katakan kenapa andika tidak ikut Ki
Suramengga la pergi?" tanya Narotama, suaranya lembut dan
ramah sehingga hilanglah rasa takut Nyi Lasmi "Bukankah
andika ini isterinya?" Nyi Lasmi me nggunakan sehelai sapu
tangan yang sudah basah untuk menyusut dua butir air mata,
lalu menye mbah "Ampunkan ha mba, gusti patih, hamba
menjad i isteri Ki Suramenggala karena terpaksa dan sekarang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setelah dia terusir dar i dusun ini, ha mba merasa bebas dan
tidak ingin ikut dengannya. "
Narotama meno leh kepada Ki Pujosaputro. "Benarkah
bahwa Nyi Lasmi ini terpaksa menjad i isteri Suramenggala?"
Ki Pujosaputro melaporkan sejujurnya "Dahulu, Nyi Lasmi
adalah seorang janda dengan seorang anak perempuan.
Kurasa lebih lima tahun yang la lu anaknya diculik orang.
Dala m keadaan hidup seorang diri itu dia dibujuk dan dianca m
oleh Ki Suramenggala dan ia agaknya tidak dapat menolak
ketika dia mbil sebagai selir."
Narotama mengangguk-angguk, ia bertanya lagi kepada
wanita itu. "Kalau me mang andika sudah menga mbil
keputusan untuk tidak mengikuti Ki Suramenggala, kenapa
andika menang is di ha la man itu?"
"Ha mba merasa bingung harus pergi mana, gusti patih.
Hamba tidak me mpunyai te mpat tinggal, hidup sebatang
kara." "He mm, apakah andika tidak me mpunyai sanak keluarga
sama sekali?"
Wanita itu kembali mengusap dua bulir air mata. "Ha mba
hanya mempunyai seorang anak perempuan yang ketika
berusia tiga belas tahun diculik orang. Akan tetapi lima tahun
kemudian, baru beberapa bulan yang lalu, ia pulang ke sini
dan telah pergi lagi. Kalau saja ada Puspa Dewi ana k ha mba,
tentu hamba tidak men jadi bingung seperti ini."
Narotama me lebarkan matanya. "Puspa Dewi" Ia itu
anakmu" Gadis yang me miliki kesaktian itu?"
"Kasinggihan (benar), gusti. Setelah pulang, anak hamba
Puspa Dewi menjad i seorang gadis yang memiliki kesaktian,
akan tetapi kini ia pergi entah ke mana ha mba tidak
diberitahu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Ki Lurah Pujosaputro menye mbah dan berkata,
"Kalau ha mba boleh mengajukan usul, gusti. Biarlah Nyi Lasmi
tetap tinggal di rumah ini. Hamba hanya akan menggunakan
ruangan depan dan pendopo untuk tempat para pamong desa
bekerja dan untuk rapat pertemuan warga dusun."
"Bagaimana, Nyi Lasmi?" tanya Narotama.
"Terima kasih atas kebaikan hati Ki Lurah, akan tetapi
rumah ini terlalu besar untuk saya tempati seorang diri saja.
Saya hanya ingin mondok untuk se mentara sa mbi menanti
anak saya pulang."
"He mm, kalau begitu, Ki Lurah Pujosaputro, sebaiknya
andika sekeluarga boyongan pindah ke rumah kelurahan ini
dan biarkan Nyi Lasmi mondok di sini. Setujukah andika?"
"Tentu saja hamba setuju, gusti patih!" kata Ki Lurah
Pujosaputro dengan wajah cerah.
"Nah, kalau begitu urusan Nyi Lasmi sudah beres. Masuklah
dan siapkan ke perluanmu, Nyi Lasmi. Kami masih me mpunyai banyak
persoalan untuk dibicarakan"
Nyi Lasmi menye mbah dan berkata, "Gusti patih, hamba
menghaturkan banyak terima kasih. Sesungguhnya, selain
hamba terpaksa menjad i selir Ki Suramenggala, juga ha mba
tidak ingin ana k ha mba Puspa Dewi dibawa ke jalan sesat
olehnya maka sekarang setelah mendapat kesempatan hamba
me misahkan diri dari keluarga Ki Suramengga la."
Narotama mengangguk-angguk, dan ber kata, "Keputusan
yang andika a mbil itu bijaksana."
Nyi Lasmi lalu me mberi hor mat lagi dan mengundurkan diri,
masu k ke ruangan dala m rumah gedung itu.
Narotama lalu me mberi petunjuk kepada lurah baru itu.
Agar segera me milih pe mbantu-pe mbantu yang jujur dan rajin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bekerja, lalu me mbentu k penjaga keamanan dengan me milih
pemuda-pe muda dusun itu yang baik budi. Menertibkan
pemilikan kembali sawah ladang para penduduk yang dulu
dia mbil Ki Suramenggala, dan agar mengajak se mua warga
untuk menjaga keamanan dan men gusahakan kesejahteraan
penduduk dengan bergotong royong.
"Tentu saja untuk mengurus dan menertibkan se mua itu
andika me merlukan tenaga bantuan, karena itu, bersama
Wirodipo yang telah mengenal se mua penduduk di sini, harap
andika pilih s iapa kiranya yang tepat untuk menjadi pe mbantu
kelurahan. Jangan mendahulukan orang pintar, akan tetapi
lebih ba ik me ncari pe mbantu yang jujur dan baik budi. Orang
pintar sekarang ini banyak terdapat di mana-mana, akan
tetapi mencari orang yang jujur, setia dan baik budi amatlah
sulitnya. Soal kepintaran dapat dipe lajari oleh orang yang
bodoh, akan tetapi kebaikan budi tidak dapat dipelajari oleh
orang yang jahat. Kalau kami sudah kemba li ke kota raja,
akan kami kirim pejabat yang berwenang untuk mengesahkan
pengangkatan andika sebagai Lurah baru."
Setelah meninggalkan semua pesan itu Narotama lalu
kembali ke kota raja. Dia ditugaskan oleh Sang Prabu Erlangga
untuk menyelidiki urusan antara Nurseta dan Pangeran
Hendratama,untuk menentukan siapa yang benar dan siapa
yang salah. Untuk itu, dia membutuhkan bukti yang nyata. Dia
sudah melakukan penyelidikan tentang diri Nurseta dan
keterangan yang diperolehnya menyatakan bahwa Nurseta
adalah seorang pe muda yang baik wataknya. Apalagi
mengingat betapa pemuda itu menjadi murid mendiang Sang
Empu Dewa murti, maka dia mendapatkan kesan baik terhadap
pemuda itu. Kini dia harus melakukan penyelidikan kepada
Pangeran Hendratama.
-0dewi0- Puteri Lasmini dan Mandari menunggang kuda me masuki
hutan lebat. Sang Pr abu Erlangga hanya mengetahui bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selirnya, Mandar, yang dikunjungi kakak nya, Lasmini, pergi
berdua untuk berburu seperti yang biasa dilakukan dua orang
puteri itu, seperti yang dikemukakan Mandari kepadanya
ketika berpa mit.
Tidak seperti para puteri lain, dua orang puteri kakak
beradik ini melakukan perjalanan berburu binatang dalam
hutan tanpa pengawal seorangpun. Hal ini tidak mengheran kan, juga Sang Prabu Erlangga me mper kenankan,
karena dia mengetahui bahwa dua orang wanita cantik itu
adalah wanita-wanita digdaya yang tidak me mbutuhkan
pengawal dan ma mpu me lindungi diri sendiri.
Sesungguhnya, dua orang puteri itu bukan berburu
binatang biasa saja seperti yang dikatakan ketika berpa mit
dari Sang Prabu Erlangga. Mereka hanya menggunakan
perburuan sebagai dalih saja. Sebetulnya mereka me masu ki
hutan atas undangan Pangeran Hendratama yang mengadakan pertemuan dengan para sekutunya.
Persekutuan yang diam-dia m merencanakan kehancuran
Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih Narotama ini me mang telah
la ma saling mengadakan kontak rahasia.
Mereka berdua menuju ke tengah hutan dan di tempat
yang sunyi dan tak pernah dikunjungi orang luar itu terdapat
sebuah pondok kayu yang sederhana namun cukup besar. Di


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tengah perjalanan tadi, setelah se makin dekat dengan
pondok, kedua orang puteri itu melihat orang-orang yang
me lakukan penjagaan. Itu adalah orang-orang
yang ditugaskan Pangeran Hendratama untuk menjaga agar jangan
ada orang luar datang mendekati pondok dimana berkumpul
para sekutunya untuk mengadakan perundingan.
Ketika Lasmini dan Mandari tiba, dua orang anak buah
Pangeran Hendratama segera menya mbut dan me ngurus dua
ekor kuda yang tadi ditunggangi Lasmini dan Mandari. Dua
orang puteri melompat turun, menyerahkan kuda kepada dua
orang anak buah itu, lalu menuju ke pondok. Sebelum
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me masu ki pintu, mereka disa mbut Pangeran Hendratama
sendiri. Dengan sikap
hormat Pangeran
Hendratama me mbungkuk dan berkata.
"Selamat datang, puteri-puteri yang Cantik dan gagah
perkasa, silakan masuk kawan-kawan sudah menanti
kedatangan andika berdua sejak pagi tadi."
Lasmini dan Mandari mengangguk dan mere ka me masuki
ruangan pondok yang luas. Semua orang yang berada dalam
ruangan itu bangkit dan me mbungkuk dengan hormat
menya mbut kedatangan Lasmini dan Mandari. Dua orang
puteri itu mengangguk senang sambil me mperhatikan s iapa
yang sudah berkumpul diruangan itu.
Di situ terdapat Puspa Dewi sebagai wakil Kerajaan Wurawuri, Linggajaya mewakili Kerajaan Wengker, Lasmini dan
Mandari sendiri mewakili Kerajaan Parang Siluman, dan
Pangeran Hendratama merupakan sekutu yang berambisi
menggulingkan ad ik iparnya, Sang Prabu Erlangga agar dia
dapat menggantikan kedudukan sebagai Raja Kahuripan.
Setelah duduk menghadapi me ja besar dan me layangkan
pandang matanya, Lasmini berkata.
"He mm, aku tidak me lihat wakil dari Kerajaan Siluman Laut
Kidul!" Pada saat itu, seolah menjawab pertanyaan yang
dilontarkan Lasmini, terdengar derap kaki banyak kuda di
depan pondok. Pangeran Hendrata ma yang bertindak sebagai
"tuan rumah " bergegas keluar dan dia tersenyum gembira
menya mbut seorang wanita seperti raseksi (raksasa wanita),
berusia lima puluh tahun, tubuhnya gembrot dan tinggi besar,
mukanya berbedak tebal,
pakaiannya mewah
sekali, mengenakan perhiasan e mas permata, wajahnya serba bulat
dan dari ce lah-celah bibirnya ta mpak mengint ip keluar dua
buah taring! Inilah Ratu Mayang Gupita, ratu yang berkuasa di
kerajaan Siluman Laut Kidul! "Selamat datang, Kanjeng Ratu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami berbahagia sekali menerima kedatangan andika yang
sudah ka mi tunggu-tunggu." kata Pangeran Hendrata ma.
Ratu yang menyeramkan itu me mandang wajah Pangeran
Hendratama dan bertanya, "Apakah wakil se mua kerajaan
yang bersekutu datang?"
Pangeran Hendratama mengangguk, "semua lengkap,
Kanjeng Ratu. Wakil dari lengker, dari Wura-wuri, dan dari
Parang siluman sudah hadir."
"Bagus! Tidak sia-sia aku melakukan perjalanan jauh."
katanya sambil melangkah me masuki ruangan pondok itu.
Setelah me mpersila kan Ratu Mayang Gupita duduk, Pangeran
Hendratama lalu me mperkenalkan Linggajaya dan Puspa Dewi
kepada ratu itu yang sudah mengena l Lasmini dan Mandari.
Atas isyarat pangeran Hendratama, dua orang pelayan pria
masu k keruangan me mbawa
minuma n dan makanan
beberapa macam kue. mereka menghidangkan ma kanan dan
minuman di atas meja la lu cepat pergi lag i meninggalkan
ruangan itu dan menutupkan daun pintu ruangan. Setelah
mengucapkan selamat datang dan terima kasih kepada
mereka *yang hadir, Pangeran Hendrata ma la lu menceritakan
pendapat dan usulnya.
"Keadaan kini menjadi gawat dan kita harus dapat segera
bertindak agar jangan sa mpa i terlambat. Aku terancam oleh
penjahat cilik Nurseta dan ka keknya senopati Sindukerta."
"Akan tetapi pangeran, bukankah mereka berdua kini telah
ditahan dalam penjara istana" Mereka tidak mungkin dapat
lolos dari penjara. Apa yang dikhawatirkan?" kata Mandari
yang telah mendengar akan hasil persidangan istana itu.
"Benar, akan tetapi mereka hanya ditahan se mentara saja.
Kini Ki Patih Narota ma sedang melakukan penyelidikan dan
kalau sampa i kemudian diketahui bahwa keris Sang
Megatantra berada padaku, rencana kita semua akan gaga l."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 21 "AKAN tetapi Ki patih tidak akan dapat membuktikan bahwa
keris Itu berada padamu, pangeran" " kata Lasmini.
'Me mang tidak, akan tetapi Ki Patih Narota ma itu cerd ik
sekali. Aku khawatir dia akan mencurigaiku." kata Pangeran
Hendratama kelihatan jerih terhadap ki Patih itu.
"Lalu, apa rencanamu, pangeran?" mendengar suara parau
Ratu Mayang Gupita.
"Kita harus cepat bertindak. Ada tiga hal yang harus kita
lakukan kalau kita ingin berhasil dalam rencana kita. Pertama,
kita harus berusaha untuk me mbunuh Ki Patih Narota ma! Ke
dua, kita juga harus me mbunuh Nurseta dan Ki Sindukerta
dalam kamar tahanan. Dan ke tiga ini yang terpenting, kita
harus me mpersiapkan balatentara gabungan untuk menyerbu
istana dan menguasainya. "
"Wah, tiga hal yang andika rencanakan itu kesemuanya
amat sukar, Pangeran!" Linggajaya. Sebagai wakil Kerajaan
Wengker dia tidak mau bersikap rendah terhadap Pangeran
Hendratama. "Aku tahu betapa saktinya Ki Patih Narotama.
Juga aku pernah bertanding melawan Nurseta dan dia bukan
orang yang mudah dibunuh begitu saja. Bagaimana dua hal ini
akan dapat dilaksanakan?"
Pangeran Hendratama mengerutkan alisnya, tidak senang
mendengar pendapat Linggajaya yang menurunkan se mangat
itu. "Semua orang tahu bahwa se mua hal itu t idaklah mudah,
akan tetapi setiap perjuangan memang t idak ada yang mudah
Jer basuki mawa beya, setiap hasil baik itu harus ditebus
dengan usaha yang sekuatnya. Mari kita bahas satu demi satu
tiga maca m usaha kita untuk mencapa i kemenangan itu.
Pertama, tentang rencana pembunuhan terhadap Ki Patih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Narotama Apakah andika sekalian me mpunyai usul yang
baik?" "Menurut pendapatku, yang paling tepat me mikul tugas
me mbunuh Ki Patih Narota ma ini haruslah orang-orang yang
dekat dengan dia. Tidak ada orang la in yang lebih de kat
kecuali Puteri Las mini dar i Kerajaan Parang Siluman yang telah
menjad i selirnya, dibantu oleh Linggajaya sebagai wakil
Kerajaan Wengker karena dia telah berhasil menyusup ke
kepatihan sebagai juru ta man!"
Semua orang ta mpaknya setuju dan Pangeran Hendratama
berkata, "Usul itu me mang baik sekali dan cocok dengan
rencanaku. Akan tetapi tentu saja kami minta pendapat yang
bersangkutan, dalam hal ini Puteri Lasmini. Bagaimana
pendapat andika dengan usul itu" Dan juga Linggajaya,
sanggupkah me mbantu Puteri Lasmini melaksanakan tugas
ini?" Lasmini tersenyum. "Terus terang saja, aiku me mang
sudah merencanakan pe mbunuhan terhadap Ki Patih
Narotama, dibantu oleh Linggajaya. Kami sudah merencanakan itu dan hanya tinggal menanti saat baik saja.
Baik, kuterima tugas itu."
"Aku juga menerima tugas itu!" kata Linggajaya yang tidak
punya pilihan lain.
"Bagus, kalau begitu masalah pertama sudah diputuskan.
Sekarang persoalan kedua, yaitu pe mbunuhan Nurseta dan
Sindukerta. Siapa yang pantas melaksanakan tugas berat ini?"
"Tugas ini me man g berat sekali, terutama karena mereka
itu ditahan dalam ruangan tahanan istana, jadi dekat dengan
Sang Prabu Erlangga. Aku sendiri tidak dapat me mbantu
karena aku merasa bahwa sedikit banyak Sang Prabu Erlangga
sudah agak berubah sikapnya terhadap diriku, seolah sudah
menaruh curiga. Aku hanya dapat me mbantu dengan me mberi
jalan keluar kepada mere ka yang ditugaskan untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbunuh kedua orang tahanan itu, kalau kalau usaha
mereka gagal." kata Dewi Mandari.
"Me mang sebaiknya, seperti hal pertama tadi, hal kedua ini
dilakukan pula oleh orang yang tinggal di istana." Kata
Pangeran Hendratama. "Dan yang tinggal di istana adalah
Puteri Mandari dan Puspa Dewi. Karena tidak mungkin bagi
Puteri Mandari me laksanakan tugas itu maka tinggal Puspa
Dewi yang t inggal di istana, karenanya ia yang dapat
me lakukan dengan tida k begitu sukar."
Puspa Dwi mengerutkan alisnya. "Pangeran, aku juga
pernah bertanding melawan Nurseta, bahkan mengeroyoknya
bersama Linggajaya, dan harus kukatakan bahwa dia adalah
seorang yang memiliki kesaktian tinggi. Aku sendiri tidak
mungkin dapat membunuhnya!" Tentu saja ucapan Puspa
Dewi ini tidak sa ma dengan suara hatinya. Dalam hatinya, ia
tidak mau me mbunuh Nurseta karena kini se makin je las
baginya pihak siapa yang benar dan siapa yang bersalah.
Untuk me mba las budi gurunya, Nyi Dewi Durgakuma la yang
kini menjadi per ma isuri Raja Mhis maprabhawa di Kerajaan
Wura-wuri, tentu saja ia mau me mbe la Wura-wuri. Akan tetapi
bukan dengan cara curang dan bersekutu dengan orang-orang
jahat seperti ini!
"Tentu saja bukan andika seorang diri, puspa Dewi. Aku
sendiri juga tahu betapa tangguhnya si Nurseta itu. Sekarang
marilah kita me mbagi-bagi tugas Linggajaya dan Puteri
Lasmini sudah mendapat tugas me mbunuh K i Patih
Narotama."
"Selain itu, aku juga akan mempersiapkan pasukan
Kerajaan Wengker untuk me mbantu merebut kekuasaan di
Kahuripan!" kata Linggajaya.
"Ratu Mayang Gupita, kalau kami boleh mengusulkan dan
minta bantuanmu, dapatkah andika me mpersiapkan diri untuk
me mbantu Puspa Dewi untuk me mbunuh Nurseta dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sindukerta dalam tahanan" Jangan khawatir, Puteri Mandari
tentu akan dapat menyelundupkan mu ke dala m istana."
Raksasa wanita itu mengangguk angguk. "Ba iklah, aku
akan me mbantu Puspa Dewi dan aku akan mengajak Dibyo
Mamangkoro dan Cekel Aksomolo.Mustahil kami bere mpat
dengan Puspa Dewi tidak akan ma mpu me mbunuh Nurseta
dan Senopati Sindukerta."
"Bagus sekali! Kalau andika dan pe mbantu andika mau
turun tangan, kami yakin tugas ini a kan dapat diselesai
dengan berhasil baik!" kata Pangeran Hendratama gembira
sekali. Selain dia akan terbebas dari musuh-musuhnya yang
hendak me mbongkar rahasianya dan mera mpas Sang
Megatantra, juga kalau dua pe mbunuhan itu dapat
dilaksanakan dengan ba ik, berarti me mperlancar rencana
pemberontakannya dan mera mpas tahta Kerajaan Kahuripan
dari tangan Sang Prabu Erlangga.
Puspa Dewi yang sejak tadi mencari ja lan untuk
mengetahui se mua rencana pangeran pengkhianat itu, lalu
berkata, " "bagai wakil Kerajaan Wura-wuri, aku ingin sekali
mengetahui rencana kita yang ketiga, yaitu tentang
penyerbuan ke Istana dan menguasainya. Bagaimana hal yang
amat sulit ini dapat diatur?"
"Me mang hal yang ke tiga itu harus kita rundingkan ba ikbaik sekarang setelah dua hal pertama dan kedua sudah
kuputuskan. Untuk melaksanakan ini dengan berhasil, kita
harus bekerja sama. semua kekuatan harus dipersatukan,
karena itu kami harap semua kerajaan mengirimkan pasukan
dan bergabung di hutan ini. Bagaimana pendapat kalian?"
"Aku akan mengabarkan kepada Kanjeng Ibu Durgama la di
Kerajaan Parang Siluman kami untuk mengirimkan pasukan ke
hutan ini?" kata Las mini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku juga akan mengerahkan para senopatiku untuk
me mimpin pasukan dan me mbawa pasukan kami ke sini." kata
Ratu Mayang Gupita dari Kerajaan Siluman Laut Kidul.
"Baik sekali kalau begitu, hal ke tiga yang terpenting juga
sudah disepakati. Linggajaya bertugas mengirim pasukan dari
Kerajaan Wengker, Puspa Dewi me ngirim pasu kan dari Wurawuri, Ratu Mayang Gupita mengirim pasu kan dari Kerajaan
Siluman Laut Kidul, dan Puteri Lasmini mengirim pasukan dari
Kerajaan Parang Silu man. Jadi dari e mpat kadipaten atau
kerajaan itu sudah sepakat mengirimkan pasukan masingmasing ke hutan ini untuk bersatu dan kami sendiri akan
mengerahkan pasukan dar i para senopati yang mendukung
gerakan ini. Kita sekarang rundingkan untuk menetapkan hari
dan saat gerakan pasukan gabungan itu untuk menyerbu
istana. Semua pasukan harus sudah s iap di dalam hutan ini
sebelum hari yang telah ditentukan Itu dan se mua harus
dilakukan secara rahasia agar jangan sampai ketahuan orang
dan sebaiknya ka lau dilakukan di wa ktu malam."
"Bagus, dan aku sendiri a kan me mbantu dari da la m istana
kalau saat penyerbuan ke istana dilakukan." kata Puteri
Mandari. "Pangeran, bagaimana kita dapat yakin bahwa pasukan
para senopati di Kahuripan akan benar-benar membantu kalau
mereka tahu bahwa pusaka Sang Megatantra tidak berada
padamu" Kalau pusaka itu berada di tangan Nurseta, terutama
semua orang di Kahuripan condong me mbantu dia karena


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pusaka itu dipuja sebagai wahyu keraton oleh semua orang
Kahuripan sebagai keturunan Mataram." kata Puspa Dewi
untuk me mancing. Memang ia seorang gadis yang cerdik. Ia
me mancing dan me ngajukan alasan yang masuk akal
sehingga Pangeran Hendratama sa ma se kali tidak menyangka
bahwa gadis itu me mancingnya untuk mengetahui di mana
sebetulnya pusaka itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Hendratama tersenyum. Hati pangeran itu mas ih
amat tertarik kepada gadis jelita yang kini me njadi sekar
kedaton Wura-wuri itu dan dia mengharapkan kalau dia
sampai berhasil menjad i Raja Kahuripan, Puspa Dewi akan
bersikap la in kepadanya, me mberinya harapan untuk
me mpersunting gadis yang me mbuatnya tergila-gila itu!
"Jangan khawatir, Puspa Dewi. Para sahabat dan Empat
Kadipaten, biarlah antara para sahabat aku akan berterus
terang. Pusaka Sang Megatantra itu tidak pernah terlepas dari
tanganku. Aku yang me miliki pusaka itu!"
Semua orang tercengang mendengar ini. Hanya Puspa
Dewi yang tidak merasa heran karena dia m-dia m ia sudah
mengetahui bahwa pusa ka itu yang tadinya milik Nurseta telah
dicuri pangeran ini. Betapa beraninva pangeran itu kini
mengaku! "Ah, pangeran! Jadi kalau begitu andika yang ....."
"Jangan salah mengerti, Puspa Dewi Pusaka itu me mang
milikku. Aku me mbeli pusaka itu dari seorang pengemis
seperti yang sudah kuceritakan dahulu ..."
"Akan tetapi andika mengatakan bahwa pusaka itu telah
dicuri Nurseta!" kata Puspa Dewi, penasaran walaupun ia
mengatur agar suara dan sikapnya tidak me mbayangkan
bahwa ia merasa curiga kepada pangeran itu.
"Me mang benar Nurseta mencuri kerisku. Akan tetapi aku
selalu berhati-hati sejak mendapatkan pusaka itu sehingga aku
me mbuat tiruannya, dan menyembunyikan yang aseli. Jadi,
ketika Nurseta mencurinya, dia
hanya mendapatkan
Megatantra yang palsu dan Megatantra yang aseli masih ada
padaku." "Kenapa tidak andika serahkan kepada Sang Prabu
Erlangga?"
Puspa Dewi terkejut sendiri mendengar pertanyaannya yang keluar begitu saja dari dalam hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha-ha-ha, apakah engkau mengira aku begitu bodoh,
Puspa Dewi?" Pangeran yang sudah tergila-gila kepada Puspa
Dewi itu tidak menjadi curiga dengan pertanyaan itu, bahkan
_ dia ingin me ma merkan kecerdikannya! "Sang Prabu
Erlangga adalah musuh kita bersama, bagaimana aku harus
menge mba likan pusaka itu kepadanya" Keris itu hak milik
Kahuripan sebagai keturunan Mataram, dan setelah Kanjeng
Rama Teguh Dhar mawangsa wafat, akulah puteranya, akulah
satu-satunya keturunan Mataram yang berhak me miliki Sang
Megatantra maka berhak pula menjadi Raja Kahuripan bukan
Erlangga bocah Bali itu!"
Puspa Dewi tidak bicara lebih lanjut. Biarpun keterangan
Pangeran Hendratama itu meyakinkan hati se mua orang yang
berada di situ, namun di dalam hatinya Puspa Dewi lebih
percaya kepada keterangan Nurseta. Ia juga melihat betapa
sikap Lasmini dan Linggajaya tampak mesra. Kedua orang itu
saling bertukar senyum dan pandang mata mereka kalau
saling pandang bicara banyak. Mudah saja diduga bahwa
antara selir Ki Patih Narotama dengan Linggajaya yang kini
menya mar sebagai tukang kebun kepatihan pasti ada
hubungan yang tidak wajar! diam-dia m ia me mperhatikan
semua orang yang hadir itu satu de mi satu. Makin
diperhatikan, ia sema kin merasa muak dan t idak suka. Orangorang ini semua bukan lah orang baik-baik, pikirnya dan ia
merasa ma lu kepada diri sendiri bahwa ia terlibat dalam
persekongkolan jahat ini. Andaikata Kadipaten Wura-wuri
berperang melawan kerajaan manapun juga, ia tidak akan
ragu me mbela Wura-wuri de mi me mba las budi guru yang juga
menjad i ibu angkatnya dan yang kini menjadi Per ma isuri
Wura-wuri itu. Akan tetapi kalau menjad i anggauta
persekutuan jahat dan curang seperti ini, ia merasa muak dan
ma lu send iri.
Setelah merundingkan dengan matang se mua persiapan
pemberontakan Pangeran Hendrata ma yang digabung dengan
kekuatan pasukan e mpat kerajaan yang menjadi musuh la ma
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kahuripan, pertemuan itu dibubarkan dan semua orang pulang
ke tempat mas ing-masing.
Mala m itu gelap sekali. Sebetulnya, bulan setengah tua
semestinya muncul dengan cahayanya yang walaupun tidak
terang benar, cukup mendatangkan cuaca yang re mangremang. Akan tetapi agaknya mendung tebal menutupi bulan
sehingga tidak ta mpak dan cuaca menjad i gelap pekat.
K i Patih Narotama baru saja kembali dari perjalanannya
menyelidiki Nurseta Kini dia harus menyelidiki keadaan
Pangeran Hendratama untuk melihat siapa di antara kedua
pihak itu yang benar dan siapa yang berbohong dan bersalah.
Selama ini, hatinya sering merasa tidak enak karena Sang
Prabu Erlangga pernah bercerita kepadanya tentang
peringatan Empu Bharada akan adanya awan gelap atas
Kahuripan yang berarti bahwa Kahuripan akan terancam
bahaya. Malam ini, setelah kembali dari dusun Karang Tirta,
dan me lihat langit begitu gelap bukan saja bulan sepotong
tidak tampak juga tidak ada sebutirpun bintang tampak
hatinya menjadi se makin tidak enak Seperti biasanya, kalau
hatinya sedang risau tanpa sebab seperti itu, dia melarikan diri
kepada Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Kuasa) untuk
berserah diri dan mohon perlindungan dan bimbingan.
lapun pesan kepada para isteri dan dayang pelayan di
kepatihan bahwa ma la m itu dia tidak mau diganggu, kemudian
dia me masu ki sanggar pamujan (te mpat berdoa) untuk
bersamadhi dan mencurahkan seluruh hati akal pikiran,
seluruh cipta, rasa, dan karsa (kemauan) kepada Yang Maha
Esa. Samadhi yang dila kukan Narotama bukan sa madhi seorang
pendeta pertapa, melainkan samadhi seorang satria sehingga
walaupun d ia tenggela m dalam sa madhinya, namun perasaan
jasmaninya tetap peka dan siap melindungi dirinya dari
marabahaya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menjelang tengah ma la m seluruh penghuni istana
kepatihan telah tidur le lap. Suasana menjadi sunyi sekali,
udara amat dingin seh ingga beberapa orang perajurit yang
bertugas jaga, berkumpul dalam gardu penjagaan di depan
gedung di mana mereka me mbuat api unggun untuk mengusir
dingin dan nya muk. Di dalam taman kepatihan terdapat
kesibukan. Beberapa sosok bayangan orang berkelebatan.
Saking gelapnya cuaca, hanya orang yang amat dekat dengan
mereka saja yang dapat mengetahui bahwa disana ada
beberapa orang bergerak dalam gelap. Dari jarak sepuluh
depa saja, orang tidak akan dapat melihat apa-apa. Mereka itu
adalah Lasmini dan Linggajaya bersama tujuh orang yang
me mbawa gendewa dan di pinggang mereka tergantung
tempat anak panah. Tujuh orang itu adalah pe manahpemanah ulung, pembidik tepat yang dikirim oleh Pangeran
Hendratama untuk me mbantu dua orang yang bertugas
me mbunuh Ki Patih Narotama. Mereka semua, termasuk
Lasmini dan Linggajaya, mengenakan pakaian hitam, bahkan
kepala dan muka mereka me makai kerudung hita m yang
dilubangi di bagian mata sehingga mereka kelihatan sama
semua, tidak dapat dikenal, bahkan tida k dapat diketahui pria
atau wanita. Lasmini tentu saja tidak me mbawa Ca mbuk
Sarpakenaka yang menjadi senjata andalannya, juga
Linggajaya tidak me mbawa Pecut Tatit Geni karena senjata
mereka ini tentu akan me mbuka rahasia mereka, sungguhpun
kehadiran Linggajaya di situ merupakan rahasia. Tentu saja
mereka tidak tahu bahwa Ki Patih Narotama telah mendengar
bahwa putera Ki Lurah Suramengga la yang dia pecat itu
bernama Linggajaya yang mungkin sekali adalah pe muda yang
menjad i juru taman, yang namanya juga Linggajaya! Lasmini
bersenjatakan sebatang pedang dan Linggajaya me mbawa
kerisnya, Candalamanik, luk tiga be las yang amat a mpuh.
Tujuh orang pemanah
itu lalu diperintahkan untuk
bersembunyi di luar pondok sanggar pamujan yang berdiri di
sudut kiri ta man.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pondok kecil ini tidak pernah dimasuki siapapun kecuali
sang patih dan hanya dipergunakan kalau Narota ma hendak
bersamadhi. Setelah tujuh orang pemanah itu mencari te mpat yang
cocok, mereka me mpersiapkan gendewa dan anak panah
untuk menyerang apabila Narota ma ke luar dari pondok itu.
Ki Patih Narota ma me miliki kepekaan perasaan yang tidak
dimiliki kebanyakan orang. Dia dan Sang Prabu Erlangga
adalah orang-orang sakti mandraguna dan ahli tapa yang
hidupnya bersih dan selalu menjaga agar mereka melangkah
di sepanjang jalan kebenaran. Semua ini mendatangkan
kepekaan yang tak dapat dilatih manusia, melainkan yang
datang sebagai anugerah dari Yang Maha Kuasa bagi orangorang yang senantiasa melaksanakan kebenaran dan kebaikan
dalam kehidupan mere ka.
Selagi tenggela m ke da la m samadhi yang tenang dan
kosong, tiba-tiba Narotama merasa betapa nadinya berdenyut
cepat. Denyut jantung itu tidak normal, terasa di seluruh
tubuh dan tahulah Narotama bahwa ada hal yang tidak wajar,
tidak beres dan menganca m keselamatannya. Akan tetapi dia
tetap tenang saja, sama sekali tidak menjad i gugup, bahkan
tetap duduk bersila, na mun se luruh urat syarafnya siap untuk
menghadap i segala sesuatu yang mengancamnya, siap untuk
me lindungi dirinya dari anca man marabahaya.
Tiba-tiba dia merasa ada angin berhembus perlahan dan
la mpu penerangan yang berada di kamar itu ap inya
bergoyang. Ini menandakan bahwa ada angin masu k ke
kamar itu, walaupun angin itu sedikit saja. Mungkin ada
sesuatu yang terbuka, terbuka sedikit sehingga ada angin
menerobos masuk. Narotama tetap duduk bersila dengan
tenang, seolah tidak merasakan atau me lihat apa-apa. Akan
tetapi pendengarannya yang amat peka menangkap gerakan
le mbut di luar jendela pondo k itu, lebih dari seorang. Seluruh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
urat syarafnya menegang karena siap siaga menghadapi
segala ke mungkinan.
Tiba-tiba pendengarannya
dapat menangkap suara
mendesir, suara benda kecil menya mbar ke arahnya. Dengan
tubuh masih duduk bersila, Narotama me ncelat ke atas dan
sinar hita m menyambar ke arah punggungnya. Narotama
tentu saja tidak melihat ini karena serangan itu datang dari
arah belakang. Namun pendengaran dan perasaannya dapat
menang kap bahkan mungkin lebih jelas daripada kalau dia
me lihatnya karena cuaca dalam kamar itu hanya remangremang saking kecilnya la mpu penerangan di dalam ruangan
itu. Sinar hitam itu meluncur lewat di bawah tubuhnya dan
ketika mengenai dinding di depannya, tampak bara api
berpijar dan suara pasir runtuh ke atas lantai. Diam-dia m
Narotama mengenal senjata rahasia yang ditimpukkan ke
arahnya itu. Dia pernah mengenal senjata rahasia seperti itu,
yakni pasir yang mengandung racun dan me lihat bara api
berpijar ketika pasir-pasir mengenai dinding dia tahu bahwa
penyerangnya memiliki tenaga sakti yang cukup hebat.
"Pengecut!" bentaknya dan tubuhnya yang tadinya
mence lat ke atas kini meluncur ke arah jendela.
"Braaakkkk .....!" Jendela itu telah diterjangnya dan jebol.
Sinar la mpu dan kamar kini menyorot keluar me lalui jendela
dan Narotama melihat dua orang yang berpakaian serba hitam
dan kepala berikut mukanya ditutupi kerudung hita m yang ada
dua lubang kecil di bagian mata. Tampak mata kedua itu
berkilau terkena sinar la mpu dari dalam. Dua orang itu.
Lasmini dan Linggajaya. tidak merasa heran melihat Narotama
dapat menghindarkan diri dari serangan sambitan Pasir Sakti
yang dilontarkan Linggajaya tadi karena mereka me mang
maklum akan kedigdayaan sang patih dan tidak terlalu
mengharapkan Narota ma dapat dirobohkan sedemikian
mudahnya dengan serangan senjata gelap. Mereka berdua
tidak me mber i kesempatan lagi. Begitu Narotama turun ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atas tanah. Lasmini sudah menerjang dengan pedangnya dan
Linggajaya juga menyerang dengan keris pusakanya.
Melihat datangnya serangan yang demikian dahsyat,
secepat kilat dan saking kuatnya mendatangkan angin
berdesing, Narotama diam-dia m terkejut. Dua
orang penyerangnya adalah orang orang sakti!
Dengan mengerahkan tenaga saktinya tubuh Narotama
berkelebatan menge lak dar i dua serangan itu. Sambil
menge lak dia mengirim tamparan dan tendangan yang
mengandung tenaga sakti yang amat kuat. Dua orang itu
terkejut bukan main karena biarpun tamparan dan tendangan
Itu tidak mengenai tubuh mereka, akan tetapi angin
pukulannya menyambar dahsyat me mbuat mereka terhuyung!
Lasmini terkejut bukan main. Ia tahu bahwa orang yang
menjad i sua minya ini sakti mandraguna, akan tetapi ia belum
pernah mengalami diserang dengan tenaga sakti yang


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seemikian dahsyat, panas dan mendatangkan angin pukulan
yang dapat me mbuat dia dan Linggajaya terhuyung!
Mereka berdua masih mencoba untuk mengeroyok dan
mendesak Narota ma. Ki Patih Narotama sejenak terdesak
saking hebatnya pedang dan keris itu menyerang secara
bertubi-tubi. Tiba-tiba dia mengeluarkan teriakan me lengking
dan tubuhnya mencelat ke atas, ke arah sebatang pohon sawo
yang tumbuh di dekat sanggar pamujan yang berada di taman
itu. Sekali tangannya meraih, ketika tubuhnya melayang turun,
dia sudah me megang potongan ranting pohon sebesar
lengannya, sepanjang satu depa. Masih ada berapa helai daun
mene mpe l pada ranting itu.
Kini dengan ranting di tangan Narotama menga muk.
Rantingnya digerakkan de mikian hebatnya sehingga terdengar
angin menderu dan tubuh ki patih dilindungi gulungan sinar
yang men imbulkan angin kuati Ketika dua orang itu
mendesak, ranting itu menang kis pedang dan keris ha mpir
berbareng. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Trang-tranggg .....H" Lasmini dan Linggajaya kaget
setengah mati karena tangkisan ranting pada senjata mereka
itu mengandung tenaga yang de mikian dahsyatnya sehingga
mereka terpental kebelakang dan nyaris terjengkang. Cepat
mereka berjungkir balik ke belakang sa mpai t iga kali lalu
seperti dikomando saja mereka berdua menghilang dalam
kegelapan malam.
Pada saat itu, tujuh orang pemanah yang sudah mendapat
tugas meluncurkan anak panah mereka ke arah tubuh
Narotama. Ki Patih Narota ma marah me lihat serangan gelap
dengan anak panah ini
Bagaikan seekor burung garuda terbang, tubuhnya
bergerak cepat dan begitu tubuhnya berputar, kedua
tangannya sudah berhasil menangkap tujuh batang anak
panah itu dan kedua tangannya bergantian menya mbitkan
tujuh batang anak panah Itu ke arah dari mana senjata gelap
itu datang menyerangnya. Terdengar jeritan susul menyusul
dan tujuh orang pemanah itu tewas dengan dada tertembus
anak panah mereka sendiri! Peristiwa itu terjadi amat cepat
sehingga mereka tidak se mpat meluncurkan anak panah ke
dua. Narotama hendak mengejar dua orang penyerangnya tadi,
akan tetapi mereka sudah tidak tampak lagi. Pada saat itu,
terdengar suara Lasmini. "Kakangmas Narotama .....! Paduka
berada di mana?"
Narotama kembali mendekati jendela sehingga tersorot
sinar la mpu dari dalam. "Aku di sini, yayi Las mini!"
Lasmini me lompat dekat dan memegang kedua tangan
suaminya, wajahnya tampak pucat ketika ia me mandang
kearah jendela yang jebol.
"Kakangmas, apa yang terjadi ....." Hamba ..... tadi merasa
gelisah dan tidak enak sekali hati ini ..... hamba khawatir
terjadi sesuatu. Dan kakangmas berada luar pondok dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jendela itu ..... ah, tentu telah terjadi sesuatu yang hebat.
Apakah yang telah terjadi, kakangmas?"
"He mm, ada dua orang bertopeng berusaha membunuhku
dan ada beberapa orang lain yang menyerangku dengan
panah secara mengge lap. Akan tetapi agaknya aku telah dapat
meroboh kan penyerang-penyerang gelap itu."
Lasmini berkata, "Mari kita periksa kakangmas. Aku akan
menga mbil obor!" Ia berlari ke arah belakang gedung dan tak
la ma kemudian sudah datang kembali obor di tangan kiri dan
Cambuk Sarpokenoko di tangan kanan! Ia ta mpak marah
sekali. Narotama dan Lasmini lalu me mer iksa di tempat-tempat
dari mana tadi datang sambaran anak panah yang dia
kembalikan dengan lontaran kuat. Mereka mene mukan tujuh
orang berpakaian hita m hita m yang me ma kai kerudung di
kepalanya, sudah menggeletak tewas dengan anak panah
mene mbus dada. Akan tetapi dua orang di antara mereka
yang hanya terkena anak panah di pundak sehingga
semestinya mereka tidak tewas, akan tetapi ternyata mereka
berdua juga sudah tewas dengan luka tika man keris pada
dada mereka! Narotama mengerut kan alisnya, jelas bahwa
ada tangan lain yang me mbunuh dua orang yang tidak mati
oleh anak panah ini!
Melihat betapa tujuh orang itu sudah tewas, lega hati
Lasmini. Tadi ia sudah khawatir kalau-kalau ada di antara
mereka yang belum mati, ma ka ia sengaja me mbawa Ca mbuk
Sarpokenoko untuk me mbunuh mereka yang belum mati.
Akan tetapi ternyata hal itu tidak perlu ia lakukan dan hal ini
me mbuktikan bahwa Linggajaya telah melaksanakan tugasnya
dengan baik. Setelah tadi ia dan Linggajaya gagal me mbunuh
Narotama, Mereka cepat me larikan diri dan ia me merintahkan
Linggajaya untuk me mbunuh pe manah ge lap kalau mereka
juga gagal me mbunuh Narotama agar jangan ada yang dapat
me mbuka rahasia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aduh, sayang sekali, kakangmas! Kenapa mereka dibunuh
semua" Kalau ada yang dapat tertangkap hidup kan dapat
ditanya siapa yang menyuruh mere ka mencoba me mbunuh
paduka?" kata Lasmini dengan suara menyesal.
Narotama hendak menjawab, akan tetapi entah bagaimana,
ada suatu perasaan tidak enak yang me mbuat dia tidak jadi
bicara dan menyinggung soal dua orang pemanah yang bukan
tewas oleh sambitan anak panah yang dilakukannya,
me lainkan tewas oleh tikaman keris.
"Sudahlah, mari kita masu k ke dalam." katanya dan mereka
berdua men inggalkan ta man itu me masu ki gedung. Setelah
masu k gedung baru Narotama tahu apa perasaan tidak enak
itu. Dia merasa curiga kepada Lasmini! Akan tetapi karena
tidak ada bukti, diapun tidak dapat sembarangan menuduhnya. Akan tetapi jauh lewat tengah malam, ketika Lasmini sudah
tidur pulas, Narotama keluar dari kamarnya dan berkelebat
tanpa suara menuju ke bagian belakang gedung kepatihan.
Dia sudah tahu dimana kamar orang yang hendak dicarinya,
yaitu Sarti, pelayan pribadi Lasmini. Dia harus bertindak
sekarang juga, sebelum keadaan menjadi se makin berbahaya.
Sarti Itulah satu-satunya orang yang mengetahui segalanya
tentang Lasmini. Tanpa menge luarkan suara, Narotama dapat
me mbuka jendela kamar itu dari luar, lalu dia melompat
masu k. Sebuah lampu kecil yang tergantung di situ cukup
terang baginya untuk dapat melihat tubuh yang rebah miring
di atas pembaringan da la m keadaan tidur nyenyak dan
mendengkur. Tubuh seorang wanita yang tinggi besar. Itulah
Sarti. Narotama mendekati pe mbaringan dan mengguncang
pundak wanita itu. Sarti terbangun dan me lihat sesosok
bayangan berdiri di dekat pembaringannya, wanita ini
trengginas (dengan sigap) bangkit dan menyerang dengan
tamparan tangannya yang besar dan kuat. Akan tetapi
Narotama menang kap pergelangan tangan itu dan sekali jariTiraikasih Website http://kangzusi.com/
jari tangannya bergerak, dia menyodok leher Sarti dan tubuh
tinggi besar itu terkula i pingsan. Narotama lalu menge mpit
tubuh Sarti, dibawanya keluar me masuki ta man yang sepi,
me mbawanya ke pondok di tengah ta man. Setelah
me lepaskan tubuh Sarti ke atas bangku yang berada di
pondok itu, Narota ma lalu me mijat tengkuk wanita itu dan
siumanlah Sarti. la terbelalak me lihat dirinya di dalam pondok
yang sudah diterangi la mpu gantung dan menahan jeritnya
ketika mengena l siapa yang berdiri ka mar itu.
"Gusti patih .....!" ia cepat turun dari atas bangku dan
menye mbah. "Sarti, engkau tahu s iapa aku?"
"..... paduka ..... gusti patih yang ha mba hormati ....."
"He mm, engkau ada lah pelayan pribadi yayi Lasmini, tentu
tahu segala hal mengenai diri Lasmini. Hayo sekarang
ceritakan kepadaku apa yang direncanakannya, apa yang
dilakukannya! Bicara terus terang, jangan me mbohong!"
"Ha mba ..... hamba tidak tahu apa apa, gusti. Yang hamba
ketahui adalah bahwa Gusti Puteri Lasmini ada lah garwa
Paduka yang setia dan a mat mencinta Paduka ....."
"Sarti, sekarang katakan, apa yang kauketahui tentang
Linggajaya, juru taman yang baru itu. Hayo katakan!"
Karena merasa ketakutan, Sarti menjad i gugup. "Ha mba
..... hamba tidak tahu apa-apa tentang denmas Linggajaya,
gusti..." Narotama mengerutkan alisnya. Bau busuk yang ditutupi itu
mulai tercium! "Den mas Linggajaya" Engkau menyebutnya
denmas" Bukankah Linggajaya itu adik misanmu?"
"Bukan ....." Tiba-tiba Sarti teringat akan pesan Lasmini.
"..... oh, ya, gusti. Dia itu adik misan ha mba ....."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu kenapa engkau menyebutnya denmas" Jangan
bohong kau!"
"Ha mba ..... hamba ..... tidak tahu apa-apa, gusti .....
ampun, gusti ....."
"Sarti, jelas engkau berbohong kepada ku! Sekarang
katakan terus terang, ada hubungan apa antara Lasmini dan
Linggajaya" Hayo jawab!"
Wajah Sarti menjadi pucat. Biarpun ia seorang yang
pemberani, akan tetapi sekali ini ia ketakutan bukan ma in.
"Ha mba ..... hamba tidak tahu, gusti ..... hamba tidak
berani ....."
Narotama maklum bahwa wanita ini a mat setia kepada
Lasmini, selain setia juga takut dihukum oleh selirnya itu.
Maklum bahwa Lasmini adalah puteri Kerajaan Parang
Siluman, sedangkan Sarti ada lah seorang abdi di kerajaan itu,
tentu saja setia dan juga takut. Setelah berpikir pikir sejenak,
Narotama menggerakkan tangannya mena mpar punda k Sarti.
"Plakk!" Sarti terguling dan ia
merintih-rintih dan
bergulingan. Tamparan itu mengandung Aji Hasta Dibya yang
dibatasi. Sarti menderita rasa nyeri yang a mat hebat, seluruh
isi dada dan perutnya seperti ditusuk-tusuk ribuan jarum,
seperti disayat-sayat, panas, pedih perih ha mpir tak
tertahankan, la mengaduh aduh dan menang is, padahal
wanita ini sudah ha mpir lupa bagaimana menang is itu.
Narotama menjulurkan tangan menekan pundak Sarti dan
rasa nyeri luar biasa itupun lenyap. Sarti masih mendekam di
atas lantai sambil terengah engah, akan tetapi tidak merintih
lagi. Ia merasa napasnya sesak dan seluruh tubuhnya le mas
dan ge metaran.
"Nah, sekarang akuilah terus terang atau aku akan
me mbiarkan engkau tersiksa seperti tadi, mati tidak hiduppun
tidak!" Narota ma me mbentak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mohon ampun, gusti ....."
"Hayo katakan, jangan takut!"
"Gusti puteri .....beliau.....
memadu asmara dengan.....dengan denmas Linggajaya ..... "
Narotama tersenyum pahit. Hal ini sedikit banyak sudah
diduganya. Ketika dia kembali dari Karang Tirta dan dilayani
Lasmini sebagai selirnya, dia sudah menaruh curiga,
merasakan ada sesuatu yang tidak wajar pada diri Lasmini.
Tentu selirnya itu telah melakukan kesalahan besar yang dia
tidak tahu apa. Kemudian, ketika terjadi penyerangan atas
dirinya, dia menjadi se makin curiga. Kiranya Lasmini bertindak
menyeleweng, berjina dengan Linggajaya itu. Kini dia benar
benar hampir yakin bahwa Linggajaya pasti bukan juru taman
biasa saja. Tentu dia itulah putera Ki Suramenggala, mantan
lurah Karang Tirta, yang kabarnya sakti. Dan mengingat
bahwa Lasmini yang me masukkan Linggajaya sebagai juru
taman dan me mbohonginya, mengatakan bahwa Linggajaya
adalah saudara misan Sarti, tentu kedua orang sesat ini telah
mengadakan persekutuan yang busuk. Besar sekali kemungkinannya Lasmini dan Linggajaya yang mengatur
percobaan pembunuhan atas dirinya itu dan dia tidak akan
heran kalau dua orang yang menyerangnya tadi adalah
Lasmini dan Linggajaya!
"Bagus, engkau mau berterus terang Sekarang coba
ceritakan, apa saja yang direncanakan Lasmini dan
Linggajaya. Melihat Sarti tampak ketakutan, Narotama
berkata, "Jangan takut, kalau engkau mau berterus terang,
aku akan menga mpunimu karena engkau hanya seorang
pelayan." "..... hamba sungguh t idak tahu, gusti, Yang ha mba tahu
adalah bahwa gusti puteri melakukan hubungan dengan
dengan Linggajaya sejak paduka men inggalkan kepatihan ....."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Narotama termenung dan berulang ulang menar ik napas
panjang. Sebetulnya, sejak pertama kalinya, ketika dia
me laksanakan perintah Sang Prabu Er langga untuk me minang
Lasmini dan Mandari, dia sudah merasa agak khawatir.
Kemudian cara yang digunakan Lasmini untuk dapat menjadi
selirnya, me mberi pe luang kepadanya untuk meraba perut
wanita itu karena hendak mengobati dan menyelamatkan
nyawanya lalu hal itu dijadikan alasan mengapa Lasmini ingin
menjad i selirnya, hal itu sudah membuat curiga. Dia tidak
mencinta Lasmini, akan tetapi karena pandainya Lasmini
merayunya dan menyenangkan hatinya, diapun tunduk
kepada nafsunya sendiri. Dia hanya mencinta Lasmini karena
nafsu, karena gairah berahi. Lalu dia teringat akan cerita Sang
Prabu Erlangga tentang peringatan Sang Empu Bharada. Kini


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

peringatan itu agaknya akan terjadi, dimulai dengar
penyelewengan Lasmini yang agaknya merencanakan pembunuhan terhadap dirinya Karena me la mun, Narotama
kurang me mperhatikan Sarti, maka dia terkejut sekali ketika
mendengar desir angin dan ada sinar hitam menyambar. Dia
cepat melompat ke sa mping, akan tetapi sinar itu menyambar
ke arah Sarti dan perempuan itu terpelanting roboh! Narotama
terkejut akan tetapi dia segera melompat keluar dari pondok
untuk mengejar orang yang telah melakukan penyerangan itu.
Akan tetapi setelah tiba di pondok, kegelapan malam
mengha langinya untuk dapat melakukan penangkapan. Dia
tidak tahu harus mengejar ke mana dan penyerang itu tentu
me miliki kepandaian tinggi seh ingga tentu saja dapat
me mpergunakan kegelapan ma la m itu untuk me larikan diri.
Karena merasa percuma melakukan pengejaran tanpa
mengetahui s iapa penyerangnya dan ke mana arah larinya,
Narotama kembali ke dalam pondok dan me meriksa keadaan
Sarti. Wanita itu telah tewas dan pada lehernya terdapat totoltotol hitam yang me mbuat seluruh leher itu berubah
menghita m. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Narotama tahu bahwa Sarti tewas terkena serangan senjata
rahasia beracun, rupa pasir.
Kecurigaannya terhadap Lasmini se makin kuat. Lasmini
telah berjina dengan Linggajaya, tentu ada persekutuan jahat
di antara mereka yang memiliki ma ksud lebih hebat daripada
sekedar hubungan kotor itu. Dia tidak akan bersikap le mah
lagi. Lasmini dan Linggajaya harus dia tangkap dan dia akan
me ma ksa mereka mengaku apa yang tersembunyi di balik
hubungan mereka. Siapa tahu, bukan dia saja yang menjadi
sasaran pembunuhan, melainkan ada maksud lain yang lebih
besar, misalnya dengan mencoba untuk meruntuhkan
kekuasaan Sang Prabu Erlangga! Narotama cepat berkelebat
kembali ke gedung kepatihan untuk menangkap Lasmini,
kemudian baru menang kap Linggajaya.
Ki Patih Narotama t idak merasa heran ketika mendapatkan
bahwa Lasmini tidak berada di kamarnya, juga tidak ada
dimanapun juga dalam gedung kepatihan. Lasmini telah
minggat. Tentu ia tahu bahwa rahasia busuknya, berjina
dengan Linggajaya, telah dibuka oleh Sarti kepada Narotama.
Karena itu pula, dan agar jangan sampai Sarti me mbuka mulut
lebih lebar, maka Sarti dibunuh! Mungkin pe mbunuhnya
adalah Linggajaya dan pasir beracun itu sama dengan yang
dipergunakan untuk menyerangnya ketika dia bersa madhi
dalam sanggar pa mujan! Juga $Narotama sama sekali tidak
heran ketika mendengar laporan bahwa Linggajaya juru taman
baru itu, telah minggat dari perumahan untuk para pekerja di
kepatihan. Dia sudah menduganya de mikian!
Narotama lalu mene mui Listyarini, isterinya, dan perlahanlahan menceritakan tentang Lasmini. Wajahnya tampak
mura m, bukan karena merasa sedih kehilangan selirnya yang
pandai merayu dan menyenangkan hatinya itu, melainkan
menyesal bahwa dulu dia tidak percaya kepada Listyarini yang
sudah menyangka buruk kepada selir itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maafkan aku, yayi Listyarini. Engkau benar sekali ketika
dulu men curiga i Lasmini. Kini a kupun yakin bahwa Lasmini
yang mengatur penculikan dan usaha pe mbunuhan atas
dirimu dahulu itu. Aku menyesal sekali tidak menanggapi
kecurigaan mu terhadap wanita yang rendah budi itu."
"Sudahlah, kakangmas. Hal yang sudah lalu tidak per lu kita
sesali. Masih beruntung kakangmas terhindar dari ma lapetaka
dan untuk berkah dan perlindungan Hyang Widhi ini, sudah
sepatutnya kalau kita menghaturkan rasa syukur dan terima
kasih kepada Sang Hyang Widhi Wasa atas kasih karunianya
ini." "Aduh, yayi. Engkau adalah seorang wanita yang halus budi
dan bijaksana. sekarang persiapkan pakaian pengganti
untukku. Setelah pagi nanti, aku akan perg i menghadap Sang
Prabu untuk me laporkan segala peristiwa ini agar beliau dapat
berhati-hati terhadap Puteri Mandari, karena kalau Lasmini
me mpunyai niat busuk terhadap diriku, tentu Mandari juga
me mpunyai rencana busuk yang mungkin akan me mbahayakan Gusti Sinuwun dan kedudukan nya."
Suami isteri itu lalu me muja Yang Maha Kasih untuk
menghaturkan rasa syukur dan terima kasih mereka dan
Narotama menanti datangnya pagi untuk me mbuat persiapan
menghadap Sang Prabu Erlangga.
-00000000000000000dewi000000000000000000Sementara itu, di istana Sang Prabu Erlangga juga terjadi
hal-hal yang men ggegerkan, walaupun Sang Prabu Erlangga
merahasiakan peristiwa itu dan dengan bijaksana sekali
me mpers iapkan segala sesuatu untuk mengatasi keadaan.
Terjadinya dua hari yang lalu. Pada hari itu, pada waktu
siang, Dyah Untari selir pertama Sang Prabu Erlangga,
mencari angin di ta man karena hari itu panas bukan ma in.
Dengan diteman i dua orang pelayan, yaitu dua orang gadis
dayang Dyah Untari duduk di dekat kola m ikan yang ada air
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mancurnya sehingga terlindung pohon r indang, hawa udara di
situ sejuk dan nyaman. Selagi ia duduk diatas bangku panjang
dan menikmati se milirnya angin, tiba-tiba datang Puspa Dewi
mengha mpirinya.
Karena di situ terdapat dua orang dayang pelayan selir
pertama Sang Prabu Erlangga, Puspa Dewi berjongkok dan
menye mbah sebagaimana layaknya seorang dayang terhadap
maj ikannya. "Gusti Puteri Dyah Untari, perkenankan ha mba menghadap
dan menyampa ikan seuatu yang amat penting kepada
paduka." kata Puspa Dewi.
Dyah Untari me mandang dan ia tersenyum. Sejak gad is ini
menjad i dayang melayani Mandari, selir sang prabu yang
paling baru, ia me mperhatikannya dan ternyata sikap dayang
ini baik, hormat dan ra mah, terutama kepadanya sehingga
sudah beberapa kali Dyah Untari bertemu dan me ngajaknya
bercakap-cakap. Ia menilai sikap Puspa Dewi baik sekali dan ia
merasa suka kepada dayang ini, walaupun semula ia curiga
karena Puspa Dewi adalah dayang pelayan Puteri Mandari.
"Ah, engkaukah itu, Puspa Dewi" Apakah engkau diutus Puteri
Mandari kemari?"
"Maafkan ha mba, gusti puteri. Hamba me mpunyai urusan
teramat penting yang hanya dapat hamba sampaikan kepada
paduka seorang, tanpa didengar oleh orang lain." kata Puspa
Dewi sa mbil mengerling ke arah dua orang dayang pelayan
yang duduk bers impuh tak jauh dari s itu.
Dyah Untari mengangguk, lalu berkata kepada dua orang
dayang pelayannya "Kalian pergilah ke pintu ta man di sana
dan jangan sekali-kali mendengarkan percakapan ku dengan
Puspa Dewi, juga jangan sekali-kali me ngatakan kepada
siapapun juga bahwa Puspa Dewi menghadap padaku."
Dua orang dayang itu menye mbah lalu perg i. Puspa Dewi
merasa kagum kepada Dyah Untari karena sebelum ia bicara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
puteri itu agaknya sudah tahu bahwa ia akan me mbicarakan
hal penting sekali dan juga dapat menduga bahwa ia tidak
ingin d iketahui, terutama oleh Puteri Mandari bahwa siang hari
itu ia menghadap Puteri Dyah Untari di dalam ta man.
"Nah, bicaralah, Puspa Dewi." kata Dyah Untari. "Duduk
sajalah di sini." Ia menunjuk ke sisi bangku di sebelahnya.
"Biar ha mba di sini saja, gusti puteri. Kalau terlihat orang
lain ha mba duduk sejajar dengan paduka, sungguh akan
men imbulkan kecurigaan dan keheranan orang."
"He , pada hakekatnya, kalau bicara dengan orang yang
kurasa cocok, aku lebih suka bicara seperti sahabat, bukan
seperti pelayan dengan majikannya. Akan tetapi sudahlah,
mungkin engkau benar. Nah, apa yang hendak kaukatakan?"
"Perkara yang besar sekali, gusti puteri, yang juga
menganca m keselamatan kerajaan paduka."
Dyah Untari terbelalak dan kini duduk tegak, alisnya
berkerut dan ia me mandang kepada Puspa Dewi dengan sinar
mata menyelidik.
"Puspa Dewi, perkara sepenting itu sebaiknya kaulaporkan
langsung kepada Gusti Sinuwun!"
"Tida k, gusti. Hamba tahu bahwa ada bahayanya laporan
hamba tidak akan di percaya dan hanya menimbulkan
kegemparan. Hamba merasa bahwa di dalam istana ini, hanya
paduka yang percaya kepada hamba, karena itu hamba
me mberan ikan diri me mber itahukan kepada paduka, dengan
bahaya ketahuan."
"Cepat katakan, perkara apakah itu?" tanya sang puteri
cemas mendengar bahwa ada perkara yang mengancam
keselamatan kerajaan Kahuripan.
Puspa Dewi meno leh ke arah pintu ruangan itu. "Maaf,
gusti puteri, hamba harus menutupkan daun pintu dan jendela
itu dulu." Lalu ia bangkit dan menutupkan daun pintu jendela.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dyah Untari me mandang heran melihat kelakuan dayang yang
muda dan cantik je lita itu.
"Ada apakah sebenarnya, Puspa Dewi, Engkau begitu
penuh rahasia!" tanyanya Puspa Dewi sudah duduk kembali di
atas lantai, bersimpuh dan dekat sekali dengan Dyah Untari
sehingga dengan berbisik saja ia sudah dapat didengar oleh
puteri itu. Dengan suara berbisik Puspa Dewi men ceritakan akan
terjadinya persekutuan untuk me mbunuh Ki Patih Narotama,
Nurseta, Senopati Sindukerta, dan pemberontakan yang
direncanakan Pangeran Hendrata ma yang dibantu oleh e mpat
kerajaan kecil. Mendengar ini, wajah Dyah Untari menjadi
pucat, matanya terbelalak me mandang kepada Puspa Dewi.
Ada keraguan dalam pandangan matanya seolah ia kurang
percaya akan laporan itu.
"Puspa Dewi, laporan mu ini merupa kan perkara yang a mat
gawat! Akan tetapi sukar dapat dipercaya! Bagaimanakah
engkau dapat mengetahui se mua itu?" Mata yang lembut itu
kini menatap wajah Puspa Dewi penuh selidik.
"Gusti puteri, sebaiknya hamba mengaku terus terang saja.
Sesungguhnya, Hamba bukan lah dayang biasa. Hamba
diselundupkan ke istana oleh Puteri Mandari."
"Ahh" Aku sudah menduga bahwa Engkau bukan gadis
biasa seperti para dayang lainnya. Puspa Dewi, siapakah
engkau sesungguhnya?"
"Ha mba me mpunyai seorang guru yang juga menjad i ibu
angkat hamba dan ibu angkat itu kini menjadi Per ma isuri
Kerajaan Wura-wuri sehingga ha mba diangkat menjadi sekar
kedaton (kembang istana Kerajaan Wura-wuri.)"
"Ohh .....!" Dyah Untari terkejut bukan ma in. Wura-wuri
adalah sebuah diantara kerajaan-kerajaan yang menjadi
musuh bebuyutan Kahuripan. Jadi, gadis ini adalah puteri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kerajaan yang memusuhi kerajaan sua minya! "Lalu ..... apa
maksudmu ..... eh, apakah engkau hendak me mbunuh aku?"
Puspa Dewi tersenyum. "Mengapa paduka me mpunyai
kekhawatiran seperti itu" Kalau ha mba hendak me mbantu
persekutuan itu, pasti hamba tidak akan bercerita seperti ini
kepada paduka. Memang hamba ikut dalam rapat pertemuan
sebagai wakil Wura-wuri karena hamba ditugaskan oleh Raja
Wura-wuri yang menjad i ayah angkat hamba. Akan tetapi
hamba sa ma sekali tidak setuju dengan perilaku mereka yang
amat curang ini. Sekarang hamba mohon paduka cepat
me lapor kepada Gusti Sinuwun bahwa Pangeran Hendratama
hendak me mberontak dengan mengandalkan keris pusaka
Sang Megatantra yang berada di tangannya agar wahyu
keraton dan dia bersekutu dengan Kerajaan Parang Siluman
yang diwakili oleh Puteri Mandari dan Puteri Las mini, Kerajaan
Siluman Laut Kidul yang diwakili oleh ratunya sendiri yaitu
Ratu Mayang Gupita, Kerajaan Wengker yang diwakili oleh
Linggajaya yang kini men jadi juru ta man di kepatihan, dan
Kerajaan Wura-wuri yang diwakili oleh ha mba send iri. Adapun
rencana mereka adalah me mbunuh Ki Patih Narotama yang
akan dila kukan oleh Puteri Lasmini dan Linggajaya,
me mbunuh Nurseta dan Senopati Sindukerta yang akandila kukan oleh Ratu Mayang Gupita yang dibantu oleh
orang-orang sakti lain, kemudian e mpat kerajaan hendak
mengirim pasu kan ke dala m hutan selatan, bergabung dengan
pasukan yang akan di kerahkan Pangeran Hendratama dan
para senopati pendukungnya untuk menyerbu Istana."
"Aduh, bagaimana, ya" Kalau aku sendiri yang melapor
tentu akan menimbulkan kecurigaan dan aku khawatir akan
diketahui Mandari yang selalu menga mati kalau aku dekat
dengan Sinuwun. Padahal urusan ini harus segera dilapor kan!
Dan cara melaporkan harus dirahasiakan agar jangan bocor
dan diketahui oleh orang orangnya persekongkolan jahat itu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terserah kepada paduka karena paduka tentu lebih
mengetahui bagaimana sebaiknya hal ini dapat dilaporkan
kepada Gusti Sinuwun. Akan tetapi hamba mohon dapat
dilaporkan dengan secepatnya agar tidak terlambat. Sekarang
hamba hendak mencari ja lan untuk menghubungi Nurseta dan
Senopati Sindukerta di rumah tahanan. Hamba pa mit undur,
gusti." Dyah Untari mengangguk. "Terima kasih, Puspa Dewi.
Engkau telah berjasa besar terhadap Kerajaan Kahuripan. Jasa
mu tidak akan kami lupakan. Hanya sebuah pertanyaanku
yang akan selalu mengusik hatiku kalau belum kaujawab
yaitu; Kenapa engkau yang sudah menjad i sekar kedaton
Wura-wuri me mbe la Kahuripan?"


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Puspa Dewi tersenyum. "Alasannya banyak, gusti puteri.
Pertama, hamba adalah penduduk Karang Tirta dan ibu
kandung ha mba juga berasal dari sana, dan mengingat bahwa
Karang Tirta termasuk wilayah Kahuripan, ma ka berarti hamba
juga kawula Kahuripan. Ke dua, guru yang juga ibu angkat
hamba itu biarpun sudah me lepas banyak budi kepada hamba,
namun ia adalah seorang datuk sesat dan raja Wura-wuri juga
bukan orang yang berbudi luhur, maka ha mba tidak suka
me mbantunya dan lebih condong me mbe la Kahuripan. Ke
tiga, persekutuan itu adalah persekutuan yang jahat dan
curang dan hamba selamanya tidak suka akan kejahatan dan
kecurangan. Apalagi hamba sudah banyak mendengar akan
kebajikan yang diucapkan Ki Patih Narota ma dan Nurseta."
Setelah Puspa Dewi keluar dari ruangan itu, Dyah Untari
cepat menyuruh dayangnya untuk me manggil Bancak
danDoyok, dua orang ha mba sahaya yang menjadi kiangenan
(kesukaan) Sang Prabu Erlangga. Dua orang abdi yang sudah
menjad i pengasuh Erlangga sejak dia mas ih kecil itu
merupakan dua orang abdi yang selain terkasih juga paling
dipercayai oleh Sang Prabu Erlangga. Hanya dua orang abdi
inilah yang ma mpu mende kati Sang Prabu tanpa ada yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencurigai mereka. Biarpun sedang berada di dalam
kamarnya, kalau dua orang abdi ini yang datang menghadap,
tentu akan diterima oleh Sang Prabu Erlangga.
Setelah Bancak dan Doyok datang menghadap, terheranheran mengapa mereka dipanggil Dyah Untari hal yang langka
terjadi, Dyah Untari lalu menyuruh para dayangnya keluar dari
ruangan. Kemudian dengan berbisik-bisik ia menceritakan
semua hal yang baru saja didengarnya dari Puspa Dewi itu
kepada mereka. Dua orang abdi yang setia itu mendengarkan
penuh perhatian dan wajah mereka menjadi pucat, mata
mereka terbelalak, berulang-ulang mereka menggeleng kepala
dan menghela napas panjang, terheran-heran mendengar
akan rencana pe mberontakan yang a mat jahat itu. Setelah
mencer itakan se muanya dengan jelas dan lengkap, Dyah
Untari la lu berkata kepada mereka.
"Nah, de mikianlah apa yang dilaporkan Puspa Dewi
kepadaku, Paman Bancak dan Paman Doyok. Karena aku tidak
tahu bagaimana akan dapat menyampa ikan berita ini kepada
Gusti Sinuwun tanpa diketahui orang lain, maka aku
me manggil andika berdua dan setelah aku menceritakannya
kepada kalian, sekarang menjadi tugas kalian untuk
menya mpaikan nya kepada Gusti Sinuwun tanpa diketahui
orang lain."
"Jangan khawatir, Gusti Puteri. Hamba berdua pasti akan
dapat menyampaikan berita penting ini kepada Gusti
Sinuwun." kata Bancak yang segera pamit dan bersama Doyok
lalu cepat keluar dari ruangan itu dan bergegas mencari
kesempatan untuk dapat menghadap Sang Prabu Erlangga.
Akhirnya Bancak dan Doyok mendapat kesempatan itu.
Mereka dapat menghadap Sang Prabu Erlangga ketika Sri
Baginda berada seorang diri dalam ruangan perpustakaan.
Sang Prabu Erlangga terkejut bukan main mendengar laporan
Bancak dan Doyok. Akan tetapi sebagai seorang raja yang
bijaksana, Sang Prabu Erlangga tidak mau percaya begitu saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada laporan yang disampaikan Puspa Dewi kepada selirnya
itu. Harus ada buktinya, barulah dia akan dapat bertindak
menghukum mereka yang bersalah. Maka, dia merahasiakan
urusan itu, akan tetapi diam-dia m mengatur segalanya untuk
mengatasi bahaya yang mengancam. Dia men ulis sebuah
surat perintah dan mengutus Bancak dan Doyok menyerahkan
surat itu kepada Senopati Wiradana yang dipercaya karena
Sang Prabu Erlangga sudah yakin akan kesetiaan senopati tua
yang menjadi kepala dari semua senopati di Kahuripan.
Biasanya dia menyerahkan urusan penting ini kepada Ki Patih
Narotama, akan tetapi karena dia mendengar bahwa
komplotan itu juga merencanakan pembunuhan atas diri
Narotama, ma ka a me merintahkan Senopati W iradana untuk
me mpers iapkan segalanya
dan menghancurkan usaha pemberontakan itu, kalau benar-benar terjadi pemberontakan
seperti yang dilaporkan P uspa Dewi itu. Se mentara itu, Puspa
Dewi juga men cari akal untuk dapat me mperingatkan Nurseta
akan bahaya yang mengancam dirinya karena menurut
rencana, malam itu ia dan Ratu Mayang Gupita beserta dua
pembantunya, yaitu Dibya Mamangkoro dan Cekel Aksomolo,
akan me laksanakan tugas me mbunuh Nurseta dan Senopati
Sindukerta. Adapun tugas me mbunuh Ki Patih Narotama akan
ma la m itu juga oleh Puteri Lasmini dan Linggajaya. Gadis yang
cerdik ini akhirnya mendapat akal Ia menghadap Puteri
Mandari untuk merundingkan dengan leb ih terperinci tentang
tugas me mbunuh dua orang tawanan itu.
Setelah berhadapan berdua saja, Puspa Dewi tidak bersikap
sebagai seorang dayang karena ia menganggap dirinya
sederajat dengan Mandari. Mandari adalah puteri Ratu
Durga mala dari Parang Silu man a kan tetapi iapun puteri Raja
Bhis maprabhawa dar i Wura-wuri, walaupun hanya anak
angkat! "Agar tugas yang kami lakukan dapat berhasil baik, saya
minta diberi kesempatan untuk me lakukan penyelidikan
kerumah tahanan itu, melihat ruangan di mana Nurseta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditahan agar nanti malam kami dapat melaksana kan rencanan
itu dengan has il baik." katanya.
Mandari tidak menaruh curiga dan tentu saja menyetujui
usul Puspa Dewi Itu. Ia lalu men uliskan surat kuasa untuk
Puspa Dewi. Dan dengan membawa surat ini, Puspa Dewi
dapat dengan mudah me masuki rumah tahanan karena para
petugas yang menjaga di situ tentu saja tidak adayang berani
menentang surat perintah Gusti Puteri Mandari!
Para penjaga itupun tidak curiga karena mereka me lihat
dayang itu hanya lewat saja di depan kamar tahanan sambil
me mandang ke dalam. Nurseta yang sedang duduk bersila di
dalam ruangan tahanan yang berpintu baja dengan ruji ruji
(terali), melihat Puspa Dewi dan dia merasa heran sekali. Akan
tetapi, tanpa dapat dilihat para penjaga yang hanya
me mandang dari jauh, ada berkelebat sinar putih kecil
me masu ki kamar tahanannya. Dia cepat menangkap kertas
terlipat-lipat yang meluncur ke arahnya itu. Setelah Puspa
Dewi pergi, dia cepat me mbaca surat itu tanpa diketahui para
penjaga. Tulisan itu rapi dan cukup jelas hanya singkat saja.
Bersiaplah! Mala m nanti engkau dan Senopati Sindukerta
akan dibunuh. Juga Ki Patih Narota ma. Tinggalkan rumah
tahanan dan selamatkan ki patih!
Surat itu singkat namun cukup jelas. Walaupun Puspa Dewi
tidak menyebut siapa yang akan me mbunuhnya, namun
Nurseta dapat menduga bahwa pembunuhnya tentu ada
hubungan dengan Pangeran Hendratama. Karena pangeran
itulah yang merasa terancam olehnya. Tidak mungkin Sang
Prabu Erlangga yang hendak me mbunuhnya karena Ki Patih
Narotama juga terancam! Hemm, sebetulnya dia tidak takut
dan tidak per lu me larikan diri. Akan tetapi dia teringat akan
eyangnya Senopati Sindukerta juga hendak dibunuh dan
biarpun eyangnya bukan seorang yang le mah, namun dia
tidak bisa me mbiarkan eyangnya terancam bahaya maut. Si
pembunuh tentu seorang yang sakti mandraguna karena tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mungkin Pangeran Hendratama mengirim pe mbunuh yang
kepandaiannya biasa saja. Malam nanti .....,
Nurseta menga mbil keputusan untuk bertindak sebelum
para pembunuh muncul dan dia sudah tahu apa yang akan dia
lakukan untuk menyelamatkan eyangnya, juga untuk
me mbantu Ki Patih Narotama yang juga akan dibunuh.
Kita telah mengetahui apa yang terjadi di kepatihan pada
ma la m harinya. Pembunuhan yang diusahakan oleh
Linggajaya dan Lasmini terhadap Ki Patih Narotama telah
gagal, bahkan terpaksa Lasmini dan Linggajaya melarikan diri
karena Ki Patih Narotama telah berhasil mengore k rahasia
Lasmini dari mulut Sarti yang kemudian dibunuh Linggajaya
dengan Pasir Saktinya.
Dan pada ma la m itu juga, usaha pe mbunuhan terjadi pula
di rumah tahanan dalam kompleks istana Sang Prabu
Erlangga. Ratu Mayang Gupita bersama Ki Dibyo Mamangkoro
dan Cekel Aksomolo dapat diselundupkan ke dalam taman
istana oleh Puteri Mandari. Tiga orang ini mengenakan
pakaian serba hitam dan kepala mereka dikerudungi kain
hitam yang ada lubangnya di bagian kedua mata Puspa Dewi
juga muncul dan gadis ini pun menggunakan pakaian dan
kerudung kepala yang sama. Karena sebelumnya me mang
sudah diatur, maka tanpa banyak cakap lagi mereka bere mpat
sudah bergerak dengan cepat, menyusup di antara pohonpohon dan tanaman bunga di taman men dekati rumah
tahanan. Sejam kemudian e mpat orang ini bergerak, pelayan pribadi
Puteri Mandari yaitu Kanthi wanita berusia tiga puluh lima
tahun yang tinggi kurus dan ber muka burik hitam, me mbawa
beberapa guci terisi anggur merah dan me mbawa minuman
itu ke tempat para perajurit yang menjaga rumah tahanan itu.
Jumlah mereka ada tujuh orang.
"Saya diperintahkan Gusti Puteri Mandari untuk menghadiahkan anggur ini kepada kalian dengan pesan agar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalian bertujuh tidak lengah dan menjaga benar benar supaya
di sini a man dan tidak ada tahanan yang dapat melarikan diri."
kata Kanthi sa mbil menyerahkan guci-guci terisi anggur itu.
Para penjaga menjadi ge mbira bukan main, apalagi setelah
mereka me mbuka tutup guci dan tercium bau anggur yang
harum dan sedap bukan ma in. Setelah Kanthi perg i, mereka
lalu minum-minum sa mpa i lima guci anggur itu habis pindah
ke dalam perut mereka. Dan beberapa lama kemudian,
mereka bertujuh sudah rebah tumpang tindih di dalam gardu
penjagaan dalam keadaan pulas dan mendengkur. Ternyata
Mandari telah mengis i racun pe mbius yang amat kuat dalam
anggur yang ia hadiahkan. Maka, empat orang calon
pembunuh Itu mudah saja me masuki rumah tahanan karena
semua penjaga telah tertidur dan suara apa saja tidak
mungkin dapat mengugah mereka dari keadaan tidur yang
lebih mirip pingsan itu. Mereka segera me masuki rumah
tahanan dan Puspa Dewi berjalan paling depan karena ia yang
dianggap sebagai penunjuk jalan karena yang mengenal
keadaan di situ. Puspa Dewi berjalan dan bersikap gagah, siap
dengan pedangnya seolah ia yang akan bergerak lebih dulu
menyerang dua orang yang harus mereka bunuh!
Akan tetapi ketika mereka tiba depan ruangan di mana
Nurseta ditahan ruangan itu kosong! Mereka me meriksa
ruangan ke dua di mana Senopati Sindukerta dikeram, akan
tetapi ruangan inipun kosong! Dia m-dia m Puspa Dewi
tersenyum lega. Ternyata Nurseta telah ma mpu menggunakan
kesaktiannya untuk me mbuka kamar tahanan itu dan keluar
dari situ! "Wah, celaka! Mereka berdua telah kabur!" kata Puspa
Dewi. Ratu Mayang Gupita dan dua orang pe mbantunya tentu
saja menjadi terkejut bukan main. Ratu yang seperti raksasa
betina ini tadinya sudah merasa yakin bahwa mereka
berempat pasti akan dapat me mbunuh dua orang tahanan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan mereka sa ma sekali t idak khawatir karena yang
menyelundupkan mereka masuk istana adalah Puteri Mandari
selir terkasih Sang Prabu Erlangga sendiri. Juga andaikata
mereka gagal, jalan keluar untuk kabur sudah dipersiapkan
Puteri Mandari. Akan tetapi ternyata sekarang, dua orang
tawanan itu sudah kabur, tidak berada di da la m kamar
tahanan. "Mereka ke mana" Ke mana kita harus mencari mere ka?"
tanya Ratu Mayang Gupita kepada Puspa Dewi.
"Aku khawatir kita terjebak ....." kata Cekel Aksomolo
dengan suaranya yang tinggi kecil seperti suara wanita.
Bagaimanapun juga, kalau teringat akan nama besar Sang
Prabu Erlangga yang terkenal sakti mandraguna, tiga orang itu
merasa gentar bukan main.
Tiba-tiba Nurseta muncul dari kegelapan. "Kalian mencari
aku" Nah, aku berada di sini!"
Dibyo Mamangkoro yang sudah gentar itu berseru, "Celaka,
kita terjebak!"
Akan tetapi Ratu Mayang Cupita cepat mendoro ngkan
kedua tangannya kearah Nurseta yang berdiri dala m jarak lima
depa. Dari kedua tangan wanita raksasa ini keluar bola api
yang mengeluarkan suara me ledak!
Nurseta mengenal serangan a mpuh dan dahsyat sekali.
Diapun la lu mendorongkan kedua tangannya ke depan,
menya mbut serangan orang tinggi besar berkerudung hitam
itu. Jilid 22 Tamat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"BLAARRR....!,, Dua tenaga sakti bertemu dan tubuh tinggi
besar itu terhuyung kebelakang. Diam-dia m Ratu Mayang
Gupita terkejut bukan ma in.
"Bahaya, hayo kita lari!" kata Puspa Dewi dan Nurseta
segera mengenal gadis itu. Seruan gadis itu tentu
mengandung ma ksud agar dia me mbiarkan mere ka bere mpat
itu me larikan diri. Dia tidak tahu mengapa Puspa Dewi
menghendaki de mikian, akan tetapi yakin bahwa gadis itu
tentu berniat baik terhadap dirinya, pun tidak mengejar dan
me mbiarkan mereka berempat me larikan diri! Mereka
berempat lari ke te mpat yang sudah ditentukan sebelumnya,
yaitu kedalam ta man lalu menuju ke sudut taman di mana
terdapat semak-semak tebal.Di tempat itu muncul Puteri
Mandari menyongsong mereka.
"Bagaimana hasilnya" Kenapa kalian berempat berlari
seperti ketakutan" Sudah berhas ilkah .....?" tanya sang puteri.


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Celaka, kita gagal' Mereka itu sudah keluar dari dalam
kamar tahanan!" kata Ratu Mayang Gupita.
"Kita harus cepat lari dari s ini!" kata Puspa Dewi.
"Jangan khawatir. Mari!" Puteri Mandari berkata dan
mengajak mereka menyelinap di belakang se mak-semak tebal.
Di sana ternyata terdapat sebuah pintu kecil yang me mang
disediakan untuk para abdi kalau ada keperluan di luar istana
dan pintu kecil ini hanya diketahui oleh penghuni istana
keputren. Biarpun tugas me mbunuh para tahanan itu gagal, na mun
Puteri Mandari tidak merasa gentar karena mereka berempat
itu berkerudung seh ingga Nurseta tentu tidak mengenal
mereka dan kini mereka telah berhasil me larikan diri dengan
selamat. Keadaannya menjad i a man sudah walaupun rencana
ke dua itu gagal. Ia mengharapkan rencana pertama
me mbunuh K i Patih Narota ma berhasil dan terutama yang
terpenting adalah rencana ke tiga, yaitu mengerahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pasukan gabungan untuk me nyerbu istana dan menggulingkan
kedudukan Sang Prabu Erlangga. Biarpun de mi me mbela
kerajaan ibunya ia tetap mencelakakan dan me mbunuh Sang
Prabu Erlangga akan tetapi kalau ingat akan kejantanan
suaminya itu, ingat akan ketampanan dan kegagahannya,
kele mbutannya kalau bermesraan, ia menjadi sedih karena
maklum bahwa akan su kar mencari seorang pria seperti Sang
Prabu Erlangga. Setelah empat orang pembunuh gagal itu
keluar dari ta man melalui pintu kecil, Puteri Mandari masih
berdiri termenung. Ia merasa kecewa dan menyesal bahwa
usaha empat orang itu gagal.
Selagi ia hendak kemba li ke istana keputren, tiba-tiba ada
bayangan berkelebat, la sudah siap untuk menyerang, akan
tetapi niat itu urung ketika ia mengenal bahwa yang muncul di
depannya bukan lain adalah Lasmini, mbakayunya! Dari sinar
la mpu ta man, ia me lihat wajah Lasmini pucat dan tegang.
"Mbakayu Lasmini ....."
"Ketiwasan (cela ka), Mandari! Hayo cepat kita pergi dari
sini. Cepat sebelum terlambat!" kata Lasmini me motong
ucapan adiknya.
"Eh, ada apakah?" tanya Mandari terkejut dan heran.
"Jangan banyak bertanya, nanti kuceritakan. Sekarang,
mari kita cepat melarikan diri!"
Mandari dengan ragu menengok ke arah istana. "Akan
tetapi aku harus menga mbil pakaian ..... dan perhiasan ....."
"Aduh, apa artinya semua itu dibandingkan keselamatan
nyawamu" Cepat, sebentar lagi Ki Patih Narotama datang dan
Sang Prabu Erlangga mendengar tentang kita. Rahasia kita
telah pecah! Hayo kita lari!"
Mendengar ini, Mandari terkejut dan iapun menjadi
ketakutan. Jelas bahwa usaha Lasmini dan Lingga jaya
me mbunuh Narotama telah gagal. Kalau hanya gagal tidak
mengapa, akan tetapi kalau rahasia mereka berdua yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersekutu dengan pemberontak, hal itu sungguh berbahaya
sekali. Maka, dengan hati tida k karuan rasanya mereka cepat
me larikan diri melalui pintu kecil itu yang juga diketahui
Lasmini sehingga ia tadi masu k dari s itu. Dua orang puteri
cantik jelita yang juga sakti itu malam-ma la m terus me larikan
diri menuju ke Kerajaan Parang Siluman di sebelah selatan.
Kitab Pusaka 11 Perguruan Sejati Karya Khu Lung Peristiwa Merah Salju 3

Cari Blog Ini