Ceritasilat Novel Online

Nurseta Satria Karang Tirta 1

Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo Bagian 1


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
~Kho Ping Hoo~ Scan djvu: Syaugy (Hanaoki website)
http:/ hanaoki.wordpress.com/
Edit & convert jadi pdf Ebook oleh : Dewi KZ
http:/ kangzusi.com/ atau ht p://dewi.0fees.net/
1 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid I TANAH PERDIKAN Lemah Citra merupakan sebuah dusun yang tidak banyak penduduknya. Tanahnya subur, loh jinawi, tanahnya gembur airnya cukup, bahkan di musim kemarau pun sumber air di lereng bukit yang membentuk anak sungai itu tidak pernah kering. Segala tumbuh-tumbuhan yang ditanam para petani tumbuh dengan suburnya sehingga tanah perdikan itu kalau dilihat dari atas bukit tampak ijo royo-royo menyegarkan penglihatan. Hawanya pun sejuk di waktu pagi dan sore, hangat di siang hari, tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas. Penduduknya percaya, bahkan yakin bahwa tanah di situ mendapatkan berkat yang berlimpah dari Sang Hyang Widhi karena tanah perdikan itu milik Sang Empu Bharada, seorang pertapa yang selain sakti mandraguna, juga luhur budi pekertinya, bijaksana, setia kepada Kerajaan Kahuripan dan selalu menjadi pembela kebenaran dan keadilan, menjadi penentang kejahatan dan keangkara-murkaan. Tanah perdikan Lemah Citra itu merupakan tanah yang dihadiahkan Sang Prabu Erlangga kepada Sang Empu Bharada.
Wibawa Sang Empu yang bijaksana itu mendatangkan suasana tenteram dan damai di tanah perdikan itu. Para penduduknya setiap hari bekerja dengan gembira dan tenang, yakin bahwa semua orang yang diperbudak nafsu-nafsunya 2
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi tunduk dan lemah kalau memasuki daerah itu
sehingga tidak pernah ada yang berani melakukan kejahatan.
Para penduduknya merasa berkecukupan sandang pangan
papan. Walaupun pakaian mereka sederhana, makanan juga
seadanya dan rumah tinggal bersahaja, namun perasaan
cukup itu letaknya dalam hati sanubari. Berbahagialah orang
yang merasa cukup hidupnya sehingga dalam keadaan
bagaimana pun juga, dia akan selalu memuji syukur dan
berterima kasih kepada Sang Hyang Widhi atas semua kasih
dan berkatNya. Apa pun yang dimakan terasa nikmat, apa pun
yang dikenakan di badan terasa nyaman, dan bagaimanapun
keadaan rumahnya terasa menyenangkan. Demikianlah
keadaan hati seorang yang selalu merasa diberkati dan
menyerah kepada Sang Hyang Widhi, bukan menyerah lalu
diam saja, melainkan penyerahan yang mendasari usaha
sekuat memampuannya.
Berikhtiar atau berusaha sekuat kemampuannya sebagai
kewajiban hidup mempergunakan semua alat tubuh dan
pikiran menggarap bumi dan hasilnya sebagai pemenuhan
kebutuhan hidup jasmani. Penyerahan sebagai kesadaran
bahwa di atas semua kuasa manusia ada Yang Maha Kuasa,
di atas semua peraturan manusia terdapat Yang Maha
Pengatur, dan di atas semua rencana manusia terdapat Yang
Maha Pengatur. 3 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Malam itu hawanya amat dingin di Lemah Citra. Tanah dan
segala yang berada di atasnya basah semua karena sejak
sore tadi hujan turun deras dan menjelang tengah malam baru
reda. Akan tetapi malam itu gelap karena masih ada sisa
mendung mengambang di atas Lemah Citra. Tidak tampak
seorang pun di luar rumah. Semua orang merasa lebih enak
berada di rumah bahkan sebagian besar telah tidur pulas
karena pekerjaan sehari tadi cukup melelahkan. Alangkah
nikmatnya tidur malam itu setelah siang tadi bekerja berat.
Tubuh lelah, udara dingin, hati akal pikiran tidak terganggu
apa pun. Tidur di dalam rumah sederhana, di atas amben
kayu atau bambu beralaskan tikar pun sudah nyaman sekali.
Rumah Empu Bharada yang terbuat dari kayu jati, juga
hadiah Sang Prabu Erlangga juga sunyi. Para cantrik yang
menjadi murid merangkap pelayan Sang Empu, sudah tidur
semua. Kesunyian malam menjadi syahdu dengan adanya
suara mahJuk malam, kutu-kutu walang atogo (segala macam
serangga belalang dan jangkerik).
Dalam bilik sanggar pamujan yang sederhana, Empu
Bharada duduk bersila di atas bale-bale di mana dia biasa
duduk bersamadhi. Dia tidak tidur, melainkan sedang
tenggelam dalam samadhi, membiarkan sukmanya
mengadakan kontak dengan Hyang Widhi Wasa melalui
Suara Kehidupan yang tidak pernah berhenti mengiang4 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ngiang dalam kepalanya, berpusat di belakang kedua
matanya. Seluruh keadaan dirinya berpusat pada suara itu
yang kini terdengar bagaikan air hujan, atau berdesahnya
angin di antara daun-daun, berkericiknya air sungai, begitu
tenang, begitu menghanyutkan. Suara-suara dari luar yang
tertangkap oleh pendengarannya, suara keheningan (suaraning asepi), suara kutu-kutu walang atogo, seolah nyanyian
yang mengikuti alunan lagu sorgawi yang terdengar tiada
hentinya dalam kepalanya, terasa oleh seluruh panca
inderanya, namun tidak menimbulkan suatu rangsangan,
bahkan menenteramkan segala sesuatu yang berada di luar
maupun di dalam dirinya. Sang Empu membiarkan dirinya
hanyut dalam suasana yang maha agung itu.
Tiba-tiba penglihatan batinnya melihat segala itu terjadi
dengan jelas. Dia melihat suatu tempat yang juga bukan dapat
dinamakan tempat tertentu, bentuknya tidak dapat direka atau
dikenal oleh akal pikiran, namun terasa amat indahnya.
Keindahan yang juga tidak dapat dikenal oleh akal pikiran,
atau lebih tepat disebut kebahagiaan. Lalu tiba-tiba Sang
Empu mengerutkan alisnya. Dia melihat atau lebih tepat
merasakan angkara murka dan segala macam nafsu daya
rendah berdatangan, bagaikan raksasa-raksasa dalam
pewayangan, mengamuk dan mengacau tempat itu sehingga
dia melihat kegelapan, kilat menyambar-nyambar, awan gelap
5 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyelubungi dan menutupi semua keindahan atau
kebahagiaan itu.
Menuruti nalurinya Empu Bharada segera berdoa, setelah
dia merasa tidak kuasa melawan gerombolan raksasa itu.
"Duh Gusti, hanya kepada Padukalah hamba
mengharapkan pertolongan. Terjadi lah, duh Gusti, segala
kehendak Paduka.. "
Dengan khidmat dia berdoa terus dan tiba-tiba dia melihat
cahaya putih meluncur dan cahaya putih ini menerjang
gerombolan pengacau dan perlahan-lahan membuyar dan
menghilanglah semua awan kegelapan yang tadi menutupi
semua keindahan yang membahagiakan tadi.
Empu Bharada membuka kedua matanya. Laki-laki
setengah tua itu berusia sekitar lima puluh tahun, wajahnya
cukup tampan dengan jenggot panjang hitam, matanya agak
cekung dengan sinar yang lembut namun penuh wibawa,
mulutnya se lalu terhias senyum simpul membayangkan
kesabaran dan pengertian. Tubuhnya tinggi agak kurus.
Pakaiannya sederhana saja, serba hitam. Empu Bharada ini
merupakan seorang tokoh yang terkenal dan dihormati semua
orang di kota raja Ka-huripan. Bahkan Sang Prabu Erlangga
dan semua ponggawa Kahuripan menghormatinya. Biarpun
tidak menduduki jabatan apa pun karena dia tidak mau terikat
6 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
oleh jabatan, Empu Bharada merupakan seorang yang,selalu
dimintai nasihat oleh Sang Prabu Erlangga apabila kerajaan
menghadapi persoalan yang rumit.
Empu Bharada tak dapat melupakan cahaya putih yang
mengusir semua kegelapan tadi. Dia mengangguk-angguk.
"Duh Gusti, terima kasih bahwa dalam kegelapan Paduka
mengirim Nur Seta (Cahaya Putih)," gumamnya. Lalu dia
mengerutkan alisnya dan berbisik,
"Nurseta. .?"
Dia mengangguk-angguk lagi dan menyimpan pengertian
yang memasuki hati akal pikirannya untuk dirinya sendiri. Dia
tidak boleh membuka hal-hal yang belum terjadi kepada
siapapun juga. Kehendak dan rencana Sang Hyang Widhi
Wasa harus tetap menjadi rahasia bagi manusia yang tidak
berhak mengungkap atau mengetahuinya.
Empu Bharada lalu bangkit dan keluar dari sanggar
pamujan, memasuki kamarnya dan merebahkan diri di atas
pembaringan untuk membiarkan tubuhnya tidur, beristirahat.
0o0 Pemuda itu berjalan tergesa-gesa. Dia seorang pemuda
yang masih muda, usianya sekitar dua puluh tahun. Wajahnya
tampan, dengan mata lebar dan hidung mancung, mulutnya
7 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersenyum mengejek. Tubuhnya tinggi tegap sehingga dia
tampak gagah. Pakaiannya mewah dan dia seorang pemuda
pesolek. Sepasang matanya lincah dan terkadang mencorong
tajam. Akan tetapi pada saat itu, wajah yang tampan itu
tampak muram, bahkan kedua matanya agak kemerahan,
tanda bahwa pemuda itu menderita kelelahan lahir batin.
Pemuda ini bernama Lingga-jaya, murid Sang Resi Bajrasakti,
datuk Kerajaan Wengker (Ponorogo). Sebagai murid Resi
Bajrasakti, Lingga jaya telah menguasai ilmu-ilmu yang
ampuh, menjadi sakti dan dia sudah diangkat sebagai seorang
senopati muda di Kerajaan Wengker dan mendapatkan nama
pangkat Linggawijaya. Senopati muda Linggawijaya!
Akan tetapi kini hatinya kesal sehingga wajahnya nampak
murung. Dia merasa penasaran, kecewa dan marah sekali.
Sebagai senopati muda, dia mewakili Kerajaan Wengker,
mengadakan persekutuan dengan para kadipaten atau
kerajaan kecil lain seperti Kerajaan Wura-wuri di Lwarang
(Lawang), Kerajaan Parang Siluman di pantai Laut Kidul dan
dengan Kerajaan Siluman Laut Kidul di pantai Laut Kidul
sebelah timur. Namun persekutuan itu gagal menguasai
Kahuripan, gagal menjatuhkan Sang Prabu Erlangga.
Kedudukan Sang Prabu Erlangga terlampau kuat dengan
bantuan patihnya yang digdaya, yaitu Ki Patih Narotama dan
banyak satria yang gagah perkasa dan sakti. Usaha
8 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
persekutuan itu gagal, bahkan mereka dipukul cerai-berai,
banyak yang tewas dan sisanya melarikan diri, termasuk dia.
Dia harus melarikan diri, kembali ke Kerajaan Wengker. Akan
tetapi dia ingin singgah dulu di dusun Karang Tirta, kampung
halamannya di mana ayahnya, Ki Suramenggala, menjadi
Lurah Karang Tirta.
Segala keindahan yang terbentang luas di sekelilingnya
ketika dia melakukan per jalanan dari Kahuripan ke Karang
Tirta itu sama sekali tidak nampak olehnya. Bahkan segala
yang indah tampak buruk membosankan bagi Linggajaya yang
hatinya sedang kesal dan murung. Keindahan penglihatan,
kemerduan pendengaran, segala hal yang menggembirakan
hanya dapat terasa oleh hati yang bahagia. Segala sesuatu
serba indah dan mengenakkan. Namun, apabila hati sedang
murung, apapun juga terasa hampa dan tidak enak, tidak
menyenangkan. Mulut tersenyum berubah cemberut, mata
bersinar berubah keruh, wajah berseri berubah suram muram.
Untuk melupakan kekesalan hatinya, Linggajaya atau
Senopati Linggawijaya mengerahkan ilmunya lalu berlari
cepat. Tubuhnya meluncur cepat sekali seperti larinya seekor
kijang menuju ke dusun Karang Tirta. Dia telah menjadi
senopati muda di Wengker. Untuk apa ayahnya menjadi lurah
yang dibawahi Kahuripan" Dia akan memboyong keluarga
9 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ayahnya ke Wengker agar ikut menikmati kemuliaan yang
diperolehnya di kerajaan itu.
Ketika dia memasuki dusun, beberapa orang dusun
bertemu dengan dia. Akan tetapi Linggajaya melihat betapa
mereka itu, laki-laki maupun perempuan, hanya
memandangnya sepintas lalu membuang muka, seolah-olah
tidak mengenalnya atau tidak memperdulikannya. Dia merasa
heran bukan main. Padahal, semua penduduk Karang tirta
tahu belaka siapa dia! Setelah dewasa dia pernah pulang ke
dusun ini dan semua orang menghormatinya karena selain dia
putera Ki Lurah Suramenggala, juga semuji orang tahu bahwa
dia seorang yang sakti mandraguna. Dahulu, semua orang
menghormat dan takut kepadanya, mencari muka, apa lagi
para gadisnya, bersaing untuk merebut perhatiannya. Akan
tetapi mengapa sekarang mereka semua memalingkan muka
darinya. Bahkan ketika ada beberapa or,ang perawan dusun
melihatnya, mereka membalikkan tubuh dan pergi
menjajahnya! Karena merasa heran, juga penasaran, dia mempercepat
langkahnya dara mengejar seorang laki-laki setengah tua. Dia
menangkap lengan orang itu dan^engan kasar menariknya
sehingga oraag itu hampir terpelanting. Ketika orapg itu
memandang dan mengenalnya, wajahnya berubah pucat dan
matanya membayangkan ketakutan.
10 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, apakah engkau" juga tidak mengenal aku?" bentak Linggajaya dengan ketus.
Orang itu menjawab gagap
"Saya. . saya mengenal. Denmas adalah. . Denmas
Linggajaya..."
"Hemm, mengapa semua orang tidak ada yang
menyapaku" Mengapa mereka tidak mau memandangku"
Apa yang telah terjadi di dusun ini" Hayo jawab yang jelas!"
Linggajaya membentak.
"Maaf. . Denmas. . karena.. . karena ayah Denmas, K i
Lurah Suramenggala telah diusir dari dusun ini sehingga
ketika melihat Andika memasuki dusun, kami semua takut
terlibat dan lebih baik pura-pura tidak tahu dan menjauhkan
diri." Linggajaya terbelalak, kaget mendengar keterangan itu.
"Hayo ceritakan apa yang terjadi dengan Ayahku, ceritakan
yang jelas semuanya. Awas, kalau engkau berani berbohong,
akan kuhancurkan kepalamu!"
Dengan suara ditenang-tenangkan namun lirih, orang itu
lalu bercerita.
"Beberapa bulan yang lalu, Ki Patih Narotama datang ke
dusun ini, Denmas, dan beliau yang memecat K i Lurah
11 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suramenggaia dan mengusirnya keluar dari Karang Tirta.
Sebagai pengganti lurah baru di sini, Ki Patih Narotama
mengangkat Ki Lurah Pujosaputro."
"Keparat!" Linggajaya mengepal tinju dengan geram. "Dan ke mana perginya Ayahku?"
"Saya tidak tahu, Denmas. Saya kira tidak ada yang tahu
karena Ki Suramenggala bersama keluarganya meninggalkan
dusun ini tanpa pamit dan tidak memberi tahu ke mana
perginya."
"Hemm, Ki Pujosaputro yang diangkat menjadi lurah baru
itu, siapakah dia?"


Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dia adalah penduduk Karang Tirta sejak dulu, Denmas."
"Di mana lurah baru itu" Di mana rumahnya?"
"Dia menempati bekas rumah Ki Su-ramenggala. . "
Linggajaya berkelebat pergi, meninggalkan orang itu
terlongong dan tergesa-gesa dia lalu berlari pergi. Ketika
memasuki pekarangan bekas rumahnya, rumah Ayahnya,
Linggajaya melihat empat orang laki-laki duduk di pendopo.
Mereka adalah para pembantu lurah. Ki Lurah Pujosaputro
sendiri tidak tampak karena dia berada di dalam.
Empat orang laki-laki itu terkejut sekali ketika tiba-tiba ada
bayangan berkelebat dan tahu-tahu di depan mereka, telah
12 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdiri Linggajaya yang tentu saja telah mereka kenal dengan
baik. Memang sejak Ki Lurah Suramenggala terusir dari
Karang Tirta dan lurah dusun itu digantikan Ki Lurah
Pujosaputro seperti telah ditentukan Ki Patih Narotama,
seluruh penduduk Karang Tirta merasa lega dan senang.
Kehidupan di dusun itu menjadi tenteram dan kehidupan
gotong-royong dapat dilaksanakan dengan rela dan sepenuh
hati karena tidak ada lagi penindasan yang dilakukan oleh
yang berkuasa di dusun itu. Tidak ada lagi tekanan dan
paksaan, tidak ada lagi pasukan jagabaya yang bertindak
seperti tukang pukul.
Akan tetapi di samping perasaan senang dan tenteram ini,
tetap saja semua orang merasa gelisah kalau, mereka teringat
akan Linggajaya, putera Ki Suramenggala. Pemuda itu
berwatak keras dan kejam, juga memiliki kesaktian. Mereka
membayangkan betapa akan kacaunya kalau pemuda itu
muncul dan mengamuk karena ayahnya dicopot dari
kedudukannya sebagai lurah dan diusir dari dusun itu.
Maka, dapat dimengerti betapa orang' yang ditanyai
Linggajaya menjadi ketakutan dan dia berlari cepat dan
menceritakan pertemuannya itu dengan para penduduk.
Demikian pula, empat orang petugas kelurahan itu gemetar
dari muka mereka pucat begitu mereka mengenal siapa yang
berdiri di depan mereka.
13 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Keparat, kalian sudah bosan hidup berani mengambil alih
rumah dan kedudukan-Bapakku?" bentak Linggajaya dengan
suara mengguntur sehingga menggetarkan seluruh rumah itu.
"Bukan kami. . Denmas.. . kami hanya .. hanya
melaksanakan perintah membantu Ki Lurah Pujosaputro.. "
Seorang di antara mereka yang masih ada sisa keberanian
untuk bicara sedangkan tiga orang lainnya sudah berjongkok
dengan ubuh menggigil.
"Mana dia Pujosaputro" Suruh dia keluar, akan
kuremukkan kepalanya!"
Linggajaya lalu menggunakan kedua tangan dan kakinya
menampar dan menendangi meja kursi yang berada di
ruangan pendopo itu sehingga prabotan itu hancur berantakan
dan mengeluarkan suara hiruk pikuk.
Seorang laki-laki berusia sekitar empat puluh tahun muncul
dari dalam. Pakaiannya tidak mentereng akan tetapi berbeda
dengan pakaian para petani dan sikapnya tenang.
"Anakmas Linggajaya, tenang dan bersabarlah. Ada
persoalan dapat diurus dan dibicarakan, tidak perlu
menggunakan kekerasan seperti itu."
Linggajaya memutar tubuh menghadapi orang itu.
"Engkau yang bernama Pujosaputro?"
14 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, akulah Ki Pujosaputro."
"Hemm, tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Engkau telah
berani mengambil-alih kedudukan Bapakku dan mengusirnya
dari rumah kami ini. Engkau keparat, harus mati di tanganku!"
"Nanti dulu, Anakmas." kata Ki Lurah Pujosaputro yang
walaupun tahu bahwa nyawanya terancam hebat, dia masih
bersikap tenang dan tidak takut karena merasa tidak bersalah.
"Semua ini bukan kemauanku. Gusti Patih Narotama yang
mencopot Kakang Suramenggala dan yang mengangkat aku
menjadi lurah di sini."
"Tidak perlu menggertak aku dengan nama Ki Patih
Narotama! Siapapun juga yang mengangkatmu, engkau harus
mati di tanganku!"
Setelah berkata demikian, tangan kirinya bergerak ke
depan seperti melempar sesuatu. Terdengar suara
mendengung-dengung seolah ada banyak sekali tawon
beterbangan dan tampak sinar hitam menyambar ke arah Ki
Lurah Pujosaputro. Serangan itu sesungguhnya dahsyat
sekali, merupakan ancaman maut yang mengerikan karena itu
adalah Aji Bramara Sewu (Seribu Lebah) berupa senjata
rahasia pasir yang dilemparkan dengan tenaga sakti diperkuat
tenaga sihir. Kalau mengenai tubuh lawan, pasir pasir itu akan
menembus kulit memasuki daging dan meracuni tubuh
15 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga lawan yang terkena pasir itu akan tewas dengan
tubuh gosong! Pada saat yang amat gawat dan berbahaya bagi
keselamatan Ki Lurah Pujosaputro itu, tiba-tiba dari pintu
dalam tampak sesosok bayangan berkelebat dan begitu ia
mendorong kedua tangannya bergantian ke arah sinar hitam
yang meluncur dari tangan Linggajaya, segenggam pasir itu
terpukul runtuh!
Linggajaya terkejut dan memandang dengan sinar mata
mencorong marah. Kiranya yang muncul dan yang memukul
runtuh pasirnya dengan pukulan jarak lauh yang ampuh itu
seorang gadis cantik jelita. Gadis itu masih muda sekali,
usianya sekitar delapan belas tahun. Tubuh yang sedang dan
ramping itu berkulit putih kuning mulus, dengan lekuklengkung yang indah menggairahkan, bagaikan setangkai
bunga mawar yang sedang mekar semerbak harum.
Rambutnya yang hitam panjang itu digelung sederhana,
menempel di tengkuk. Sinom lembut melingkar-lingkar di
sekitar atas dahi dan pelipis nya. Alisnya melengkung kecil
hitam, melindungi sepasang mata bintang yang jeli dan jernih.
Hidungnya mancung dan mulutnya memiliki bibir yang merah
basah tanpa gincu dan setitik hitam tahi lalat di dagu membuat
wajah itu manis sekali. Akan tetapi sinar mata yang jeli itu
tampak mencorong membayangkan kekerasan hati dan saat
16 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu jelas ia tampak marah bukan main. Kedua matanya
menatap wajah Linggajaya dengan sinar berapi.
Linggajaya memandang heran dan marah. Tentu saja dia
mengenal baik gadis itu. Gadis itu adalah Puspa Dewi, puteri
Nyi Lasmi, seorang janda yang kemudian diambil sebagai selir
oleh Ayahnya sehingga Puspa Dewi termasuk Adik tirinya
walaupun tidak ada hubungan darah sama sekali di antara
mereka karena ayah ibu mereka berlainan.
"Puspa Dewi!" Dia menegur dengan marah. "Engkau
menentangku, membela orang yang telah mengambil-alih
kedudukan Ayah kita?"
"Linggajaya, Ki Suramenggala Bapakmu itu bukan Ayahku
lagi! Di antara kita tidak ada hubungan apa pun lagi, kita
adalah orang asing satu sama laini"
"Ngawur kau! Ibumu adalah selir Bapakku, bagaimana
engkau bisa berkata begitu" Engkau hendak murtad terhadap
Ibu kandungmu sendiri yang tentu membela Ayahku yang
menjadi suaminya?"
Pada saat itu terdengar suara yang lembut namun tegas.
"Linggajaya, aku tidak mengikuti Ayahmu yang melarikan
diri. Aku bukan isterinya lagi!"
17 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Linggajaya menoleh dan melihat seorang wanita berusia
sekitar tiga puluh delapan tahun yang berwajah manis berdiri
di ambang pintu. Itu adalah Nyi Lasmi, ibu kandung Puspa
Dewi yang tadinya menjadi selir ayahnya selama beberapa
tahun akan tetapi tidak mempunyai anak.
"Bagus! Ternyata memang keluargamu merupakan orangorang yang tak mengenal budi, murtad, bankah menjadi
pengkhianat!"
Linggajaya marah sekali. Tanpa adanya urusan ayahnya ini
saja dia sudah merasa marah kepada Puspa Dewi. Gadis ini
telah diaku anak oleh gurunya sendiri, yaitu Nyi Dewi
Durgakumala, seorang datuk wanita yang sakti mandraguna
dan biarpun usianya sudah lima puluh tahun namun tampak
cantik seperti baru berusia tiga puluh tahun saja. Belum lama
ini, kurang lebih setahun yang lalu, Nyi Dewi Durgakumala
menjadi permaisuri dari Raja Wura-wuri bernama Adipati
Bhismaprabhawa. Karena gurunya yang menjadi ibu
angkatnya menjadi permaisuri Wura-wuri, maka otomatis
Puspa Dewi menjadi sekar kedaton (bunga, istana) Wura-wuri,
menjadi puteri Sang Adipati Bhismaprabhawa.
Nah, sebagai puteri istana Wura-wuri, Puspa Dewi menjadi
utusan atau waki Kerajaan Wura-wuri untuk bergabung dan
bersekutu dengan para kadipaten yang menentang Kahuripan
dan berusaha menjatuhkan Sang Prabu Erlangga dari
18 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahtanya. Akan tetapi apa yang terjadi" Puspa Dewi ini
berkhianat! Ketika persekutuan itu membantu Pangeran
Hendratama yang hendak merebut kekuasaan Sang Prabu
Erlangga, Puspa Dewi berbalik membantu Sang Prabu
Erlangga dan Ki Patih Narotama, menggagalkan usaha
pemberontakan yang didukung para kadipaten itu.
Demikianlah, untuk perbuatan Puspa Dewi yang
dianggapnya berkhianat itu saja Linggajaya sudah marah
sekali. Apalagi sekarang gadis itu muncul dan menentang dia
dan Ayahnya, bahkan ibu Puspa Dewi sudah melepaskan diri
dari Ayahnya. Tentu saja Linggajaya menjadi marah dan
membenci gadis yang tadinya digilainya itu karena memang
Puspa Dewi amat cantik jelita.
"Linggajaya tidak perlu engkau membuka mulutmu yang
busuk itu!"
Puspa Dewi yang galak itu membentak marah karena
Linggajaya mengatakan ia dan Ibunya tidak mengenal budi,
murtad dan pengkhianat.
"Semua tahu orang-orang macam apa adanya keluargamu!
Ayahmu adalah seorang yang kejam dan jahat sekali,
mengandalkan kedudukannya sebagai lurah dan memaksakan
kehendaknya menindas rakyat di Karang Tirta selama
bertahun-tahun. Siapa tidak tahu akan hal itu" Dan engkau
19 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri, engkau adalah seorang muda yang jahat dan kejam.
Engkau bersekutu dengan Pangeran Hendratama yang
memberontak terhadap Sang Prabu Erlangga! Nah, siapakah
yang menjadi pengkhianat" Bukankah engkau juga seorang
kawula Kahuripan?"
"Bocah sombong!"
Linggajaya segera menyerang dengan melakukan pukulan
jarak jauh. Pukulan Aji Gelap Sewu itu dahsyat bukan main,
mendatangkan angin yang amat kuat. Namun Puspa Dewi
yang maklum akan ketangguhan lawan, sudah siap sejak tadi
dan segera menyambut dengan kedua kaki membuat kudakuda depan belakang, lutut ditekuk dan kedua tangannya
terpentang seperti seekor burung terbang. Pada saat
lawannya mendorongkan kedua tangan ke arahnya, ia pun
menggerakkan tangan dari kanan kiri menyambut dengan
dorongan yang kuat. Itulah Guntur Geni yang tidak kalah
dahsyatnya. "Syuuuut.. . blarrr. . ! "
Sebuah meja besar yang berada di antara mereka pecah
berantakan ketika dua tenaga sakti itu bertemu di udara dan
mengh:mpit meja itu dari kanan kiri! Baik Linggajaya maupun
Puspa Dewi terdorong mundur tiga langkah sebagai akibat
pertemuan dua tenaga sakti yang dahsyat itu.
20 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Linggajaya yang selalu menganggap diri sendiri paling
hebat, merasa penasaran sekali. Dia tahu bahwa Puspa Dewi
adalah murid terkasih dari Nyi Dewi Durgakumala yang sakti
mandraguna yang merupakan seorang datuk berasal dari
Blambangan dan kini menjadi Permaisuri Kerajaan Wura-wuri,
maka tentu saja gadis itu memiliki kepandaian tinggi. Akan
tetapi dia merasa malu kalau kalah oleh seorang gadis muda.
Maka dengan marah dia sudah melolos senjata andalannya,
yaitu sebatang pecut yang tadinya dipergunakan sebagai ikat
pinggang. Begitu di lolos, dia menggerakkan pecut itu ke atas.
"Tar-tar-tar-tarrr.. !"
Pecut itu meledak-ledak di atas kepalanya dan tampaklah
sinar berapi dan asap hitam seolah-olah ujung pecut itu
mengeluarkan percikan api ketika dilecutkan. Inilah pecut yang
disebut Pecut Tatit Geni, senjata yang ampuh dan berbahaya
sekali bagi lawannya.
Namun Puspa Dewi sama sekali tidak merasa gentar.
Bibirnya yang tipis dan merah membasah itu bahkan
tersenyum. Tangan kanannya meraih ke punggung dan
tampak sinar hitam berkelebat. Sebatang pedang telah berada
di tangan kanannya. Pedang itu mengeluarkan sinar hitam
yang menyeramkan. Itulah Pedang Candrasa Langking,
pedang pusaka pemberian gurunya yang juga mengakuinya
sebagai anak, yaitu Nyi Dewi Durgakumala. Pedang ini bukan
21 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja tajam dan amat kuat karena terbuat dari baja hitam yang
langka, akan tetapi juga mengandung racun yang amat
berbahaya. Tergores sedikit saja oleh pedang ini, kalau lawan
tidak memiliki obat penawar racun yang manjur, lawan itu
akan tewas. Kalau Linggajaya merasa penasaran kalau tidak
dapat mengalahkan Puspa Dewi, sebaliknya gadis jelita ini
maklum akan ketangguhan lawan dan tidak memandang
ringan, maka sikapnya lebih hati-hati dan waspada
dibandingkan Linggajaya yang sombong dan dibakar
kemarahan dan penasaran.
"Heei itt.. tar-tar-tarrr.. !"


Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Linggajaya nenyerang dengan pecutnya. Sinar pecutnya
yang kemerahan menyambar-nyambar dari atas, bagaikan
halilintar menyambar-nyambar kearah kepala Puspa Dewi.
Namun, gadis cantik jelita yang sakti mandraguna ini pun
menggerakkan pelangnya. Tampaklah sinar hitam bergulunggulung dan mengeluarkan bunyi berdengung-dengung.
Terjadilah perkelahian mati-matian di ruangan pendopo
kelurahan itu. Orang-orang yang menonton, termasuk Nyi
Lasmi, ibu Puspa Dewi, tentu saja menjadi ngeri menyaksikan
sinar hitam dan sinar merah bergulung-gulung dan setiap kali
ia sinar mencuat dan mengenai meja atau kursi, prabot itu
tentu terbelah! Di antara gulungan kedua sinar itu terkadang
22 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diselingi bunyi berdencing dan tampak bara api berpijar
apabila kedua seninjta ampuh itu bertemu.
Tiba-tiba terdengar sorak-sorai dan puluhan, bahkan
ratusan orang-orang menyerbu ke dalam pekarangan rumah
kelurahan itu. Mereka semua mengacung-ncungkan berbagai
senjata tajam. Mereka adalah para pria penduduk Dusun
Karang Tirta! Laki-laki yang tadi dimintai keterangan oleh
Linggajaya ternyata memberitahukan kepada para pemuda
yang segera mengumpulkan semua pria yang berada di
dusun. Mereka tahu bahwa tentu putera bekas lurah Ki
Suramenggala yang terkenal jahat itu akan mengganggu lurah
yang baru. Maka mereka lalu membawa senjata seadanya
dan menyerbu kelurahan untuk melindungi Ki Lurah
Pujosaputro yang mereka suka dan hormati karena lurah baru
yang diangkat oleh Ki Patih Narotama itu ternyata merupakan
seorang pemimpin yang adil, jujur, dan baik.
Linggajaya yang sedang bertanding melawan Puspa Dewi
dan belum juga dapat mendesak gadis yang ternyata amat
tangguh itu, menengok dan terkejut melihat ratusan orang itu.
Diam-diam dia nerasa heran. Dahulu, ketika Ayahnya yang
menjadi lurah, para penduduk itu bagaikan sekawanan
domba yang jinak dan lemah, menurut saja digiring kemana,
tak pernah ada yang berani menentang. Akan tetapi sekarang,
mereka itu bagaikan sekawanan banteng yang siap menerjang
23 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siapa yang berani mengganggu kampung halaman mereka!
Merasa terancam bahaya kalau harus melawan Puspa Dewi
yang dibantu ratusan orang Linggajaya lalu melompat jauh ke
belakang dan dengan beberapa lompatan jauh dia sudah
keluar dari pekarangan kelulrahan dan cepat melarikan diri
meninggalkan dusun Karang Tirta, menuju ke barat, untuk
kembali ke Kerajaan Wengker. Kalau sudah tiba di sana, dia
akan mengirim orang-orang untuk menyelidik dan mencari ke
mana perginya Ayahnya dan sekeluarga ayahnya.
0o0 Wajah Linggajaya semakin muram dan keruh. Dia merasa
nelangsa, merasa betapa segala yang dia lakukan ternyata
menemui kegagalan. Usaha menjatuhkan Sang Prabu
Erlangga dengan persekutuan yang tadinya tampak kuat dan
meyakinkan itu, ternyata gagal dan persekutuan t u diporakporandakan para pendukung Sang Prabu Erlangga sehingga
mereka yang lolos dari maut terpaksa harus melarikan diri,
kembali ke kadipaten masing-masing, termasuk dia yang
harus kembali ke Kerajaan atau Kadipaten Wengker.
Kemudian, keinginannya untuk bertemu keluarga ayahnya dan
mengajak mereka pindah ke Wengker juga gagal. Bukan saja
mendengar Ayahnya dipecat dari kedudukan lurah dan diusir
dari Karang Tirta, bahkan niatnya membunuh lurah baru juga
gagal karena Puspa Dewi melindungi lurah baru itu. Dia
24 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terpaksa melarikan diri melihat Puspa Dewi hendak dibantu
ratusan penduduk Karang Tirta!
"Sialan!" gerutunya dengan jengkel.
Dia merasa lelah sekali karena semenjak meninggalkan
Karang Tirta, dia melakukan perjalanan siang malam dan
hanya berhenti untuk melewatkan malam gelap, Bahkan dia
lupa makan selama berhari-hari sehingga wajahnya yang
tampan kelihatan agak kurus, matanya cekung.
Dia tiba di tepi Kali Watu. Air sungai itu penuh karena
beberapa hari ini hampir setiap malam turun hujan.
"Sialan!" gerutunya. Kerajaan atau Kadipaten Wengker, ibu
kotanya, sudalj tak berapa jauh lagi dan dia terhalang oleh
sungai ini. Tiba-tiba dia mendengar suara orang bertembang,
suara seorang laki-laki, suaranya biasa saja namun
mengandung getaran yang menyentuh kalbu dan amat
menarik perhatian sehingga Linggajaya menghentikan
langkahnya dan mendengarkan penuh perhatian. Tembang
Dandang Gendis.
"Poma-poma, den gatekna kaki
Uripira ana ing ngalam donya
Saka Sibe Hyang jektine
25 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mulo kono tan suwung
ing tumindak kang sarwa becik
srana panembahira
mring Hyang kang maha Gung
mula yekti nyatanira
maka Gusti yen mulih bali mring Gusti mengkono
Karsanira."
Linggajaya tertegun. Bagaikan kilat isi tembang itu
menyusup ke dalam benaknya. Dia tahu arti kata-kata itu yang
kalau diterjemahkan kurang lebih begini :
"Camkan dan perhatikanlah, nak
hidupmu di dalam dunia ini sesungguhnya berkat Kasih
Hyang Widhi karena itu jangan kosongkan hidupmu
dari tindakan yang serba baik (bajik)
disertai penyembahanmu
kepada Hyang Maha Agung
maka sungguh kenyataannya
26 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
datang dari Tuhan berpulang kepada Tuhan
demikianlah kehendak-Nya."
Mulut Linggajaya menyeringai. Huh, oong kosong orangorang lemah, cemoohnya dan dia segera melangkah ke arah
datangnya suara.
Akhirnya dia menemukan orang yang bertembang tadi. Dia
seorang laki-laki berusia sekitar 'lima puluh tahun lebih,
Tubuhnya tinggi kurus namun tampak sehat dengan kulitnya
yang halus kemerahan. Wajahnya tampak lembut dan terangi
tampak agung dan penuh wibawa halui dengan jenggotnya
yang panjang. Rambutnya digelung ke atas dan pakaiannya
sederhana, seperti pakaian pertapa. Laki-laki itu memegang
sebatang walesan (tangkai pancing) dan duduk di atas
perahunya diam tak bergerak seperti patung.
"Hai, orang tua! Keluarlah dari perahumu dan kesinilah, aku
mau bicara denganmu!" kata Linggajaya, suaranya terdengar
memerintah. Laki-laki setengah tua itu menoleh dan tersenyum. Diamdiam Linggajaya terkejut melihat sepasang mata yang sekilas
mencorong seperti mata harimau di tempat gelap, akan tetapi
segera berubah lembut.
27 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ada keperluan apakah dengan aku orang muda?"
"Sudahlah, jangan banyak bertanya. Keluarlah dari
perahumu dan naiklah ke sini. Jangan banyak membantah
atau engkau kulemparkan ke air!"
Orang itu bangkit berdiri dan melangkah keluar dari
perahunya, melangkah ke darat lalu mendaki, meninggalkan
perahunya yang di kat pada batu di tepi sungai.
Linggajaya memandang kepada kakek yang kelihatan
ringkih (lemah) itu, lalu tersenyum.
"Nah, engkau tunggu saja di sini, aku mau memakai
perahumu menyeberang."
Dia lalu melompat ke dalam perahu, melepaskan ikatannya
dan mendayung perahu ke tengah tanpa menoleh lagi kepada
kakek pemilik perahu yang ditinggalkannya itu.
Karena arus air yang memenuhi Kali Watu itu agak kuat,
Linggajaya mengeeahkan tenaganya untuk mendayung.
Akhirnya dia tiba di seberang dan tiba-tiba dia mendengar
suara di belakangnya.
"Tinggalkan saja perahu itu, biar aku yang akan
mengikatnya pada batang pohon itu."
Linggajaya terkejut dan dia menoleh ke belakang. Matanya
terbelalak lebar ketika dia melihat kakek pemilik perahu tadi
28 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berjalan mengikuti perahunya. Berjalan di atas air! Saking
heran dan kagetnya, dia melompat dari perahu itu ke darat.
Dia melihat betapa dengan tenang kakek itu menarik tali
perahu dan mengikatkan perahunya kepada akar sebatang
pohon yang tumbuh di tepi sungai, lalu kakek itu melangkah
ke darat. Kini Linggajaya maklum bahwa dia berhadapan dengan
seorang kakek yang sakti mandraguna. Gurunya, Sang Resi
Bajrasakti, pernah bercerita kepadanya bahwa di nusantara itu
terdapat beberapa orang yang demikian saktinya sehingga
dapat berjalan di atas air. Sekarang dia melihat dengan mata
sendiri, maka tanpa ragu-ragu lagi dia lalu menjatuhkan diri
menyembah di depan kaki orang itu.
"Heh-heh, apa yang kaulakukan ini orang muda?" '
"Paman yang mulia, saya Linggajaya mohon sudilah
kiranya Paman menerima saya sebagai murid Paman."
"Hemm, Linggajaya, apa yang ingin kau pelajari dari orang
seperti aku ini?"
"Paman, saya ingin mempelajari aji-aji kesaktian dari
Paman." "Aji kesaktian" Untuk apa" Kulihat engkau seorang
pemuda yang sakti mandraguna. Untuk apa engkau ingin
menambah kesaktianmu?"
29 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Untuk melawan mereka yang pernah mengalahkan saya,
Paman, Untuk dapat memenuhi cita-cita saya dan untuk
mencapai semua cita-cita itu, saya harus memiliki aji kesaktian
yang tidak dapat dikalahkan siapapun juga."
"Ha-ha-ha-ha!" Kakek itu tertawa geli. "Betapa pun saktinya seorang manusia, dalam dunia ini kesaktian itu tiada lain
hanya seperti permainan kanak-kanak, Linggajaya. Tidak ada
manusia paling sakti di dunia ini. Betapa pun saktinya manusia
tidak mampu menentang datangnya usia tua dan penyakit
yang datang dan membuat dia lemah, juga tidak berdaya
terhadap datangnya Sang Yama-dipati (Dewa Maut) yang
mengambil nyawanya. Linggajaya, untuk mengalahkan semua
musuh di dunia ini, caranya hanya satu."
"Apakah caranya itu, Paman?"
"Mari kita duduk di sana agar lebih santai kita bicara."
Kakek itu mengajak Linggajaya duduk di atas rumput tebal.
Kemudian dia melanjutkan.
"Cara untuk mengalahkan semua musuhmu hanya satu,
yaitu engkau harus lebih dulu dapat mengalahkan dirimu
sendiri." "Diri saya sendiri?"
30 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, dirimu yang palsu, yang mengaku-aku sebagai jati
dirimu, yaitu hati akal pikiran berikut seluruh anggauta
tubuhmu yang telah dikuasai nafsu-nafsu setan. Jasmanimu
yang selalu haus akan kenikmatan, lapar akan kesenangan
yang menimbulkan dendam, kemarahan, kebencian, iri hati,
angkara murka. Nah, jasmanimu yang kotor berasal dari debu
itulah yang harus kau kalahkan lebih dulu. Dengan demikian,
rohanimu yang tumbuh, bersatu dengan Kekuasaan Sang
Hyang Widhi sehingga segala tindakanmu akan terbimbing
oleh-Nya dan segala tindakan, ucapanmu, pikiranmu hanya
menjadi alat yang dipilih oleh-Nya untuk menyalurkan berkat
kepada sesama hidupmu di dunia ini."
"Wah, saya tidak mengerti, Paman. Saya ini seorang
manusia hidup, untuk apa kalau tidak mengejar kebahagiaan
hidup" Dan kebahagiaan hidup hanya dapat diperoleh kalau
kita mempunyai kedudukan tinggi, memiliki kekuasaan,
memiliki harta benda berlimpah, dan untuk mendapatkan itu,
saya harus memiliki aji kesaktian yang tidak terkalahkan untuk
memusnahkan semua musuh dan saingan saya!"
Kakek itu menghela napas panjang.
"Jagad Dewa Bathara! Gusti, segala Kehendak dan
Rencana Paduka pasti terjadi, hamba tidak kuasa
mengubahnya." Ucapan ini dia keluarkan lirih seperti bicara
31 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada diri sendiri. Kemudian dia memandang kepada
Linggajaya. "Linggajaya, ceritakan dulu siapa dirimu dan apa
kedudukanmu."
Karena dia menemukan kakek ini di daerah Kadipaten
Wengker, bahkan tempat itu pun sudah dekat dengan ibu kota
Wengker, tanpa ragu lagi Linggajaya lalu membuat
pengakuan. "Ketahuilah, Paman. Saya adalah senopati muda
Linggajaya Kerajaan Wengker, murid Sang Resi Bajrasakti
yang menjadi penasehat Sang Adipati Wengker. Baru-baru ini
saya mengalami kegagalan di Kahuripan dan saya ingin
membalas kekalahan itu. Akan saya hancurkan dan tundukkan
Kerajaan Kahuripan, akan saya binasakan Sang Prabu
Erlangga dan Ki Patih Narotama, musuh-musuh besar saya.
Untuk itu saya harus memiliki aji kesaktian yang lebih tinggi
daripada mereka. Maka, demi kejayaan Kerajaan Wengker,
bantulah saya, Paman. Terimalah saya menjadi murid Paman
untuk mempelajari semua aji kesaktian yang Paman kuasai!"
"Jagad Dewa Bathara.. ! Andika telah keliru memahami
hidup ini, Angger. Keliru, sungguh keliru kalau engkau
berpendapat bahwa kedudukan, kekuasaan dari harta benda


Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi sarana manusia merasakan kebahagiaan hidup.
32 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sarana kesenangan, mungkin. Akan tetapi apakah artinya
kesenangan" Kesenangan itu tipis dan rapuh sekali, orang
muda. Saat kepala atau sakit gigi saja sudah dapal mengusir
semua kesenangan! Jenguklah orang-orang yang berkuasa
dan orang-orang yang kaya-raya. Betapa mereka itu selalu
dikejar rasa gelisah dan takut kehilangan kekuasaan,
kedudukan atau harta benda. Makanan mewah hanya terasa
lezat dalam bayangan seorang yang tidak mampu
mengadakannya. Rumah dan istana mewah megah hanya
terasa indah dan nyaman dalam bayangan seorang yang
rumahnya kecil dan sederhana. Tengok keadaan mereka
yang berkedudukan tinggi dan yang kaya-raya, dan lihatlah
kenyataannya! Mereka yang setiap hari mendapat hidangan
yang serba mahal dan mewah, sama sekali tidak merasakan
kenikmatan hidangan itu, bahkan merasa bosan dan
merindukan hidangan sederhana yang biasa dimakan para
petani sederhana! Mereka yang tinggal dalam istana megah
tidak lagi merasakan keindahannya, tidak merasakan
kenyamanannya karena mereka merasa jenuh, mungkin
mereka merindukan lapangan terbuka dimana mereka dapat
bermandikan cahaya matahari, menghirup udara pegunungan
segar dan berteduh di bawah pohon yang rindang!
Kenikmatan hanya dapat dirasakan orang yang hatinya
tenteram dan damai, Angger. Dan rasa tenteram dan damai itu
hanya dapat dirasakan orang yang setiap saat berserah diri
33 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhadap Kekuasaan Hyang Widhi. Penyerahan diri ini akan
mendatangkan bimbingan kepada kita sehingga apa pun yang
kita pikirkan, ucapkan dan lakukan pasti didasari Kasih yang
datangnya dari Hyang Widhi Wasa dan kalau semua gerakan
hati akal pikiran dan tubuh ini didasari Kasih atas bimbinganNya, sudah pasti benar dan baik. Kalau sudah begitu,
ketenteraman dan kedamaian itu ada, sehingga Kebahagiaan
selalu berada bersama kita."
"Wah, Paman. Saya ingin berguru kepada Paman
mempelajari aji-aji kesaktian, bukan untuk mendengarkan
wejangan-wejangan yang memusingkan itu." kata Linggajaya
sambil mengerutkan alisnya dan suaranya terdengar
penasaran dan hilang kesabarannya.
"Hemm, jawablah dulu, Senopati Linggawijaya! Seorang
murid sudah semestinya menaati semua perintah gurunya.
Nah, kalau Andika ingin menjadi muridku, siapkah Andika
untuk menaati perintahku?"
Setelah diam meragu sesaat, Linggajaya yang ingin sekali
memperoleh aji kesaktian dari kakek ini, menjawab. "Tentu
saja, saya siap dan bersedia menaati perintah Bapa Guru."
Dia langsung saja menyebut bapa guru.
34 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus, kalau begitu perintahku yang pertama adalah
begini. Mulai saat ini, berhentilah menjadi Senopati Kerajaah
Wengker dan jangan lagi memusuhi Sang Prabu Erlangga."
Mendengar ini, Linggajaya bangkit berdiri. Mukanya merah,
alisnya berkerut dan pandang matanya berkilat penuh
kemarahan. "Apa" Kiranya engkau adalah seorang pembela
Kahuripan?" teriaknya penasaran.
"Aku tidak mencampuri permusuhan antara kerajaan. Aku
hanya membela siapa saja yang benar, membela keadilan
dan kebenaran dan menentang yang jahat."
"Keparat, kiranya engkau pun seorang pengkhianat, kawula
Wengker akan tetapi membela Kahuripan!" Dengan marah
sekali Linggajaya lalu melompat ke depan dan mengerahkan
seluruh tenaganya, menghantam ke arah kepala kakek itu
dengan Aji Gelap Sewu!
"Wuuutt . . wirrr.. .!! " Tubuh Linggajaya terpental ke
belakang seolah diterbangkan angin taufan! Tadi dia
memukul, akan tetapi pukulannya seolah mengenai perisai
lunak yang tidak kelihatan, yang membuat tenaga pukulannya
membalik dan tubuhnya terlempar ke belakang lalu terbanting
jatuh! Linggajaya terbelalak, merasa dadanya agak sesak. Dia
cepat bangkit berdiri, memandang ke arah kakek itu yang
35 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih duduk bersila di atas rumput dengan sikap tenang dan
mulut tersenyum sabar.
Linggajaya bukan bodoh. Dia maklum bahwa orang itu
memiliki kesaktian luar biasa dan dia mengerti pula bahwa
kalau dia menyerang lagi dengan menggunakan senjata, tentu
akibatnya akan semakin parah baginya.
"Orang tua, aku yang muda sekarang mengaku kalah. Akan
tetapi katakan siapa namamu agar lain kali aku dapat
mencarimu untuk menebus kekalahan ini!"
Kakek setengah tua itu masih tersenyum. "Senopati
Linggajaya, aku adalah Bhagawan Ekadenta. Aku menasihati
engkau agar tidak memusuhi Sang Prabu Erlangga karena
kalau engkau lanjutkan akibatnya akan buruk bagi dirimu
sendiri. Keangkara-murkaan hanya tampak unggul pada
permulaannya saja, akan tetapi pada akhirnya akan hancur.
Camkanlah kata-kataku ini."
Akan tetapi Linggajaya tidak mau mendengarkan lagi. Dia
sudah melompat jauh dan melarikan diri menuju ibu kota
Wengker. Dia tidak akan melupakan nama Bhagawan
Ekadenta. Biarpun orang sakti mandraguna itu tidak mengaku
sebagai pendukung atau pembela Kahuripan, namun jelas dia
tidak akan berpihak kepada Wengker kalau terjadi perang
antara kedua kerajaan itu. Berarti, Bhagawan Ekadenta
36 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
termasuk jajaran orang-orang yang tidak disuka dan harus
dimusuhinya. 0o0 Kegagalan yang dialami persekutuan para tokoh kerajaan
Wengker, Wura-wuri, Parang Siluman, dan Kerajaan Laut
Kidul, membuat Adipati Adhamapanuda, Raja Wengker,
menjadi kecewa dan kehilangan semangat untuk menentang
Kahuripan. Dan untuk menghibur hatinya karena
kekecewaannya itu, hampir setiap hari Sang Adipati
Adhamapanuda mengadakan pesta untuk dirinya sendiri.
Permaisurinya yang cantik genit diperintahkan gntuk
mempersiapkan segala keperluan untuk bersenang-senang
itu. Pesta itu diadakan hampir setiap malam, dengan
menghidangkan bermacam-macam masakan daging
bermacam hewan, bukan saja daging hewan ternak,
melainkan dia memerintahkan agar dimasakkan daging
binatang-binatang yang tidak umum dimakan orang. Yang
menjadi kesukaan Adipati Adhamapanuda adalah daging
macan dipanggang setengah matang, bahkan lebih mentah
daripada matang, dengan darah masih merah basah. Minumminuman towak dan arak yang memabokkan juga menjadi
kegemarannya. Sambil makan minum dilayani Dewi
Mayangsari, permaisuri yang cantik genit, dibantu pula oleh
tujuh orang selirnya, Adipati Adhamapanuda nonton dan
37 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendengarkan para waranggana berjoget dan bertembang.
Joget para penari di Kadipaten Wengker sungguh jauh
bedanya dengan tarian para penari Kahuripan yang tariannya
lembut dan sopan. Tarian para penari Wengker ini kasar dan
gerakannya menggairahkan, penuh daya tarik membangkitkan
berahi dengan memutar-mutar pundak, perut dan pinggul.
Kalau sudah makan kenyang dan minum sampai mabok,
Adipati Adhamapanuda lalu bersenang-senang dengan para
selirnya. Akan tetapi, keadaan ini amat tidak menyenangkan hati
Dewi Mayangsari. Ialah yang selalu mendesak suaminya agar
menentang Kahuripan dan berusaha membunuh Sang Prabu
Erlangga dan Ki Patih Narotama dari Kerajaan Kahuripan. Kini
melihat suaminya setelah persekutuan menentang Kahuripan
itu gagal lalu setiap malam bersenang-senang, sama sekali
tidak ada semangat untuk menentang Kahuripan, ia menjadi
kesal dan marah. Ia selalu menolak kalau suaminya
mengajaknya bersenang-senang, tidak mau menanggapi
kalau suaminya mengajaknya memadu kasih dalam
kamarnya. Ia mewakilkan kepada para selir muda untuk
melayani Sang Adipati.
Dewi Mayangsari berusia hampir tiga puluh tahun, cantik
jelita dengan tubuh padat langsing, tampak jauh lebih muda.
Dalam usia dua puluh tahun, ia menjadi permaisuri Adipati
38 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Adhamapanuda yang ketika itu berusia tiga puluh tujuh tahun.
Sekarang ia berusia sekitar dua puluh delapan tahun. Delapan
tahun menjadi permaisuri Adipati Adahamapanuda dan belum
mempunyai keturunan. Dewi Mayangsari sejak kecil mendapat
pendidikan aji kanuragan karena ia adalah puteri seorang
tokoh warok yang sakti, yaitu Ki Surogeni yang menjadi guru
para warok di Wengker. Di antara para murid itu adalah Ki
Wirobento dan Wirobandrek. Akan tetapi, tingkat kepandaian
Dewi Mayangsari kini jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat
ayahnya sendiri! Hal ini adalah karena selama tiga tahun ia
mendapat guru baru. Gurunya itu adalah Nini Bumigarbo yang
di waktu mudanya bernama Ni Gayatri. Nini Bumigarbo ini
seorang datuk wanita yang sakti mandraguna. Pada suatu
malam, tiga tahun lebih yang lalu, Nini Bumigarbo secara aneh
tiba-tiba muncul dalam kamar Dewi Mayangsari. Tentu saja
permaisuri ini terkejut bukan main. Akan tetapi segera ia
mengerti bahwa nenek yang muncul secara aneh seperti
setan ini adalah seorang yang amat sakti yang memilih ia
menjadi murid. Nini Bumigarbo mengambil Dewi Mayangsari sebagai murid
dengan syarat bahwa Dewi Mayangsari harus berusaha
sekuat tenaga untuk menggerakkan suaminya agar
memerangi Kahuripan dan berusaha membunuh Sang Prabu
Erlangga dan Ki Patih Narotama!
39 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah digembleng dengan tekun selama tiga tahun, Dewi
Mayangsari menguasai ilmu-ilmu yang dahsyat, juga pandai
menggunakan ilmu sihir yang menyeramkan. Nini Bumigarbo
kembali mengulang pesannya agar muridnya ini' berusaha
membunuh Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih Narotama.
"Harap Kanjeng Ibu Guru tidak' khawatir. Saya pasti akan
memusuhi Kahuripan dan akan berusaha agar dapat
membunuh Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih Narotama.
Tanpa perintah itu pun, sejak dahulu memang Kerajaan
Wengker menjadi musuh besar Kahuripan. Akan tetapi
mengapa Ibu Guru menghendaki kematian mereka berdua?"
Nini Bumigarbo menghela napas panjang. "Aku menaruh
dendam sakit hati kepada guru mereka, yaitu Resi
Satyadharma. Karena membunuh resi yang amat sakti
mandraguna itu tidak mungkin dapat kulakukan, maka aku
sudah puas kalau dapat membunuh kedua orang muridnya
itu." "Akan tetapi Paduka memiliki kesaktian demikian tinggi,
mengapa tidak Paduka bunuh saja mereka berdua itu sejak
dulu?" "Ah, kalau saja aku ada kesempatan untuk itu. Akan tetapi,
tidak, Dewi Mayangsari, aku tidak dapat membunuh mereka
40 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan tanganku sendiri. Karena itulah maka aku memilih
engkau untuk mewakili aku membunuh mereka."
"Mengapa tidak dapat?"
"Itu merupakan rahasiaku. Sudahlah, jangan banyak
bertanya. Engkau sudah berjanji akan membunuh mereka,
dan dengan bantuan pasukan Wengker dan juga orang-orang
pandai di Wengker seperti Resi Bajrasakti, Senopati
Linggawijaya dan lain-lain, engkau pasti akan berhasil." Nini
Bumigarbo tentu saja tidak mau menceritakan bahwa ia sudah
berjanji kepada Bhagawan Ekadenta untuk tidak membunuh
raja dan patihnya itu, maka ia tidak dapat turun tangan sendiri.
Kemudian Nini Bumigarbo berpamit dan meninggalkan istana
Wengker. Demikianlah mengapa Dewi Mayangsari menjadi
kesal hatinya melihat suaminya agaknya tidak mau lagi
menyerang Kahuripan dan kini hanya bersenang-senang saja.
Kalau pasukan Wengker tidak dikerahkan untuk menyerang
Kahuripan, bagaimana mungkin ia akan dapat memenuhi
perintah gurunya untuk membunuh Sang Prabu Erlangga dan
Ki Patih Narotama?"
Sore itu, seperti biasa, Adipati Adhamapanuda yang
berusia empat puluh lima tahun itu mulai dengan pesta
poranya. Kini Dewi Mayangsari tidak lagi melayaninya makan.
Sudah beberapa hari ia tidak mau ikut berpesta dengan
suaminya. Bahkan sore itu ia keluar dari istana memasuki
41 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tamansari yang indah. Matahari telah condong ke barat dan
Dewi Mayangsari duduk termenung di atas bangku taman.
Sinar matahari yang kemerahan mengelus wajahnya.
Sepasang pipi yang berkulit halus dan putih kuning itu menjadi
kemerahan oleh sinar matahari. Alis yang hitam kecil
melengkung itu berkerut, bibir yang mungil kemerahan itu
cemberut dan sinar matanya sayu, terkadang menyinarkan
kemarahan. Hidung yang kecil mancung itu berkali-kali
menarik napas panjang. Ia semakin muak dan benci kepada
suaminya, Sang Adipati Adhamapanuda. Dulu ia mau menjadi
isterinya karena sebagai puteri seorang warok ia menjadi
permaisuri adipati, berarti naik derajatnya. Akan tetapi ia tidak
pernah dapat mencinta Adipati Adhamapanuda yang bertubuh
tinggi besar, mukanya penuh brewok dan tubuhnya berbulu
seperti monyet, suaranya parau besar menjemukan. Kini ia
merasa kecewa, maka ia semakin muak dan benci kepada
orang yang menjadi suaminya itu.
Suaminya itu mulai bermalas-malasan dan setiap malam
makan minum bersenang-senang dengan para selirnya


Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

setelah mendengar pelaporan Linggajaya tentang kegagalan
usaha persekutuan membantu pemberontak menggulingkan
Sang Prabu Erlangga.
Sementara itu, di bagian lain dari bangunan istana itu,
Linggajaya berunding dengan gurunya, Sang Resi Bajrasakti.
42 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Engkau benar, Linggajaya. Kerajaan Wengker harus
dijadikan sebuah kerajaan yang besar dan jaya dan sekarang
Inilah saatnya. Aku mendukung rencanamu itu. Adipati
Adhamapanuda sudah sepatutnya disingkirkan. Dia lemah dan
di bawah pimpinannya, tidak dapat diharapkan Wengker akan
dapat menjatuhkan Kahuripan. Rencanamu yang pertama dan
kedua harus kaulaksanakan sendiri dan engkau harus berhatihati sekali karena Dewi Mayangsari sekarang bukan seperti
dulu lagi. Ingat, ia adalah murid Nini Bumigarbo, walaupun aku
sendiri belum tahu ajian apa saja yang ia dapatkan dari datuk
wanita itu, namun aku yakin ia tentu memiliki kepandaian
tinggi sekarang. Engkau harus pandai-pandai menarik dan
menguasai hatinya. Nanti pada tahap ke tiga dan terakhir,
akulah yang akan membantumu dan memperkuat
kedudukanmu."
"Terima kasih, Bapa Guru!" kata Linggajaya girang. "Harap jangan khawatir, rencana kita pasti berhasil."
"Sudahlah, cepat berangkat dan laksanakan!"
Sore itu, selagi Adipati Adhamapanuda mulai dengan
pestanya makan minum sambil mendengarkan alunan suara
pesinden dan menonton para penari bertubuh sintal memutarmutar pinggul mereka, Linggajaya atau Senopati Linggawijaya
tahu bahwa Permaisuri Dewi Mayangsari tidak ikut berpesta.
Dia sudah tahu bahwa permaisuri cantik itu diam-diam tidak
43 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suka dengan pesta pora yang dilakukan suaminya dan kini
tengah duduk makan angin sejuk di dalam taman.
Linggajaya telah mandi sehingga tubuhnya segar,
wajahnya yang tampan berseri. Dia mengenakan pakaian
baru, bersolek sehingga bertambah ganteng. Pakaiannya
menyiarkan bau harum cendana. Ketika memasuki taman dan
melihat Sang Permaisuri duduk termenung seorang diri di atas
bangku taman yang panjang sambil memandang ke arah
kolam di depannya, di mana tumbuh bunga-bunga teratai
merah dan putih, dan banyak ikan berwarna hitam, putih,
kuning dan merah berenang hilir mudik, Linggajaya
menghampiri dari belakang. Diam-diam dia berkemak-kemik
membaca mantera Aji Pameletan Mimi-Mintuna. Setelah
membaca mantera, dia mengerahkan tenaganya dan meniup
ke arah tubuh Dewi Mayangsari dari belakang, dalam jarak
satu tombak lebih.
Dewi Mayangsari yang sedang melamun merasa ada angin
menghembus tengkuknya dan hidungnya mencium harum
cendana. Jantungnya berdebar dan ia merasa ada sesuatu
ketidakwajaran yang membuat tubuhnya terasa panas dingin
dan jantungnya berdegup kencang, la lalu bangkit berdiri dan
memutar tubuhnya.
Dewi Mayangsari tidak pantas menjadi murid Nini
Bumigarbo kalau ia begitu mudah tunduk oleh aji pengasihan.
44 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia segera dapat menyadari bahwa pemuda tampan yang
berdiri di depannya ini tentu menggunakan aji pengasihan. Ia
mengerahkan tenaga batinnya dan pengaruh aji pengasihan
yang membuat tubuhnya panas dingin dan jantungnya
berdebar-debar itu pun lenyap.
"Hemm, Senopati Linggawijaya. Biar digunakan seribu satu
macam aji pengasihan, kalau aku menolak, siapa akan
mampu memaksaku" Sebaliknya, tanpa aji pengasihan, kalau
aku mau, siapa pula yang akan melarangnya?"
Wajah Linggajaya berubah kemerahan. Gurunya benar. Dia
harus berhati-hati terhadap wanita ini. Jelas bahwa aji
pengasihannya yang amat kuat itu dapat ditolaknya! Akan
tetapi dia tidak putus asa, bahkan mendapatkan harapan baik.
Bukankah permaisuri itu tadi juga mengatakan bahwa tanpa
pengasihan sekalipun, kalau ia mau, siapa yang dapat
melarangnya" Maka dia segera tersenyum manis dan
membungkuk dengan sembah ke depan dada.
"Maafkan saya, Gusti Puteri. Kalau kehadiran saya
mengganggu peristirahan Paduka, biarlah saya
mengundurkan diri."
"Tidak, Linggajaya. Kebetulan engkau datang. Aku ingin
mengajakmu bicara tentang Kahuripan."
45 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, terima kasih, Gusti Puteri. Saya akan senang sekali
kalau dapat menceritakan dengan jelas apa yang Paduka
ingin ketahui." Setelah berkata demikian Linggajaya yang
pandai mengambil hati itu lalu duduk di atas rumput di depan
permaisuri. "Nah, saya siap mendengarkan dan melaksanakan
semua perintah Paduka."
"Ah, engkau adalah senopati muda kami. Tidak perlu
merendahkan diri seperti seorang hamba sahaya, Linggajaya.
Duduklah di bangku ini agar kita dapat lebih leluasa dan enak
bicara." "Saya tidak berani, Gusti Puteri."
"Hayolah, takut apa" Aku yang memerintahmu. Bangkit dan
duduk di bangku ini."
Linggajaya tidak membantah lagi lalu duduk di atas bangku,
memilih di ujung sana. Tentu saja hatinya girang sekali akan
tetapi dia tidak memperlihatkan kegembiraan itu dan bersikap
sopan dan penuh hormat kepada permaisuri yang sedang
dipikatnya itu.
"Linggawijaya, bagaimana menurut pendapatmu. Apakah
Kerajaan Kahuripan yang dipimpin Sang Prabu Erlangga dan
Ki Patih Narotama itu benar-benar amat tangguh sehingga
tidak mungkin ditalukkan?"
46 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Linggajaya berpikir sejenak, lalu mengerutkan alisnya dan
berkata, "Menurut pendapat saya, Gusti Puteri, mereka itu
juga manusia-manusia biasa saja dan pasukan Kahuripan
tidaklah tangguh benar sehingga mereka itu pasti dapat ditalukkan!" Suaranya mengandung ketegasan dan keyakinan.
"Hemm, kalau begitu, Senopati Linggawijaya, mengapa
pemberontakkan Pangeran Hendratama yang didukung para
tokoh yang mewakili Empat Kerajaan termasuk engkau
sendiri, gagal sama sekali?"
"Kegagalan itu disebakan oleh beberapa hal, Gusti Puteri.
Pertama, Pangeran Hendratama itu tidak becus menghimpun
laskar sehingga pasukan Kahuripan yang dapat dibujuk untuk
mendukungnya hanya sedikit dan tidak setia sehingga ketika
bertempur, banyak yang cepat menyerah dan melarikan diri.
Kedua, di antara para wakil Empat Kerajaan ada yang
berkhianat, yaitu Puspa Dewi, murid dan juga anak angkat Nyi
Dewi Durgakumala yang menjadi Permaisuri Wura-wuri. Ia
berkhianat dengan berbalik membela Kahuripan dan lebih dari
itu, ia sengaja mengirim laporan terlambat sehingga Wura-wuri
terlambat pula mengirim bantuan pasukan. Dan yang ke tiga,
sungguh menggemaskan, dua orang puteri Parang Siluman
itu, agaknya mereka yang telah menjadi selir-selir Sang Prabu
Erlangga dan Ki patih Narotama. . "
"Maksudmu Puteri Mandari dan Lasmini?"
47 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, Gusti Puteri. Mereka itu menjemukan sekali,
agaknya mereka tidak tega kepada raja dan patihnya itu, atau
mungkin karena terlanjur mencinta mereka sehingga tidak
melakukan usaha sungguh-sungguh, bahkan mereka
melarikan diri lebih dulu kembali ke Parang Siluman. Kalau
saja ketiga hal itu tidak terjadi, sudah pasti sekarang Sang
Prabu Erlangga dan Ki Patih Narotama telah dapat
dibinasakan dan Kahuripan dapat ditalukkan."
"Ya, sayang sekali. Akan tetapi setelah usaha itu gagal,
mengapa sama sekal, tidak ada gerakan dari semua Empat
Kerajaan?"
"Itulah yang membuat saya merasa, jengkel dan juga
menyesal, Gusti Puteri. Mereka itu mungkin ketakutan
terhadap Kahuripan setelah kegagalan itu sehingga tidak ada
yang perduli lagi. Bahkan ada yang bersembunyi di balik
pelesir berfoya-foya, mungkin agar tidak diketahui bahwa di
dalam hati, mereka itu sebenarnya ketakutan. Ah, maafkan
saya, Gusti Puteri! Bukan maksud saya untuk. . maksud
saya.. saya tidak menyinggung Gusti Adipati. . "
48 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid II DEWI MAYANGSARI tersenyum memandang wajah
pemuda itu. "Tidak, Senopati Llnggawijaya, aku tidak
menyalahkan engkau. Memang apa yang kaukatakan itu
benar dan tepat sekal i cocok dengan suara hatiku. Mereka itu
memang orang-orang pengecut! Termasuk Adipati
Adhamapanudal Ketahuilah Llnggawijaya, tidak ada orang
yang merasa lebih penasaran lebih benci dan muak, daripada
aku sendiri melihat ulah Adipati Adhamapanuda yang setiap
hari hanya berpesta pora, mabok-mabokan, sedikit pun tidak
mempunyai semangat untuk menentang musuh besar kita
Kahunpan. Sungguh aku merasa muak dan benci sekali
padanya!" "Maaf, Gusti Puteri. Kalau Paduka tidak pernah
mengeluarkan isi hati seperti itu, tentu saya tidak akan berani
mengusulkan ini. Akan tetapi kalau Paduka menderita batin
melihat semua foya-foya yang menyakitkan hati itu, mengapa
Paduka tidak memegang sendiri kendalinya?"
"Lingga.. . apa maksudmu?"
Berdebar rasa jantung Lingga jaya mendengar namanya
disebut Lingga saja dan terdengar begitu mesra. Dia menatap
wajah wanita itu dan sepasang matanya membayangkan
kemesraan dan cinta yang jelas sekali tampak, apalagi oleh
49 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang wanita yang sudah hampir tiga puluh tahun usianya,
sudah mengenal betul apa yang terpancar dari dalam hati pria
melalui pandang matanya. Maka, permaisuri cantik itu pun
segera mengetahui bahwa Sang Senopati muda ini tergila-gila
kepadanya! Hal seperti ini tidak aneh baginya karena banyak
sudah laki-laki yang memandang kepadanya seperti itu! Akan
tetapi selama Ini la tidak pernah melayani para pria yang
tergila-gila kepadanya. Pertama karena la harus memegang
kehormatannya sebagai seorang prameswari yang dimuliakan
orang, ke dua karena ia tidak merasa tertarik kepada seorang
pun di antara para pengagumnya Itu. Akan tetapi kini, sejak
setahun yang lalu ketika Linggajaya dibawa Resi Bajrasakti
menghadap Sang Adipati, la sudah tertarik oleh ketampanan
dan kegagahan pemuda itu. Bahkan la yang mengusulkan
kepada suaminya untuk mengangkat Linggajaya menjadi
senopati dengan nama Llnggawijaya. Dan kini, baru sekali ini
me reka duduk bercakap-cakap berdua saja, ia semakin
tertarik karena terdapat persamaan perasaan dan pendapat.
Maka ketika pandang matanya bertemu dengan sinar mata
yang terang-terangan menyatakan kekaguman dan cinta dari
pemuda itu, ia merasa jantungnya berdegup tegang.
' Maksud saya, Gusti Puteri. Kalau Paduka yang
memegang kendali atau memimpin langsung Kerajaan
.Wengker Ini, maka kita dapat menghimpun kekuatan dan
50 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kerajaan kitalah yang akan mampu menghancurkan Kahuripan
dan membinasakan Erlangga dan Narotama!"
"Kita. .?" Permaisuri itu mendesak dan memandang tajam
penuh selidik ke arah wajah Linggajaya.
"Ya, Paduka dan saya, kita ini. Saya akan membantu
Paduka dengan setia dan saya rela berkorban nyawa untuk
membantu Paduka!"
Dewi Mayangsari mulai terpikat. Linggajaya memang
seorang pemuda yang ganteng dan tutur bahasanya juga
lembut, sopan dan memikat. Ditambah lagi dengan sinar
matanya yang mengandung daya meruntuhkan hati wanita,
senyumnya yang menawan. Hati Dewi Mayangsari yang
memang sedang jengkel melihat ulah suaminya, segera
terpikat. "Lingga, katakan terus terang, mengapa engkau rela
berkorban nyawa untukku" Mengapa" Hayo jawab, Lingga."
Pemuda itu menundukkan mukanya, tampak rikuh. "Saya. ..
saya tidak berani menjawab Gusti Puteri. Saya takut Paduka
akan marah kepada saya."
Cuaca mulai gelap. Senja telah tua dan cuaca remangremang, malam mulai menjelang. Ada sesuatu dalam suara
pemuda itu yang menggetarkan jantung Dewi Mayangsari.
Agar dapat melihat lebih jelas wajah dan sinar mata pemuda
51 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. Dewi Mayangsari menggeser duduknya mendekat dan la
memegang sebelah tangan Linggajaya. Jari-jari tangan
mereka saling menggenggam dan keduanya merasa
kehangatan yang menggairahkan menyelinap dari tangan itu
ke seluruh tubuh.
Melihat pemuda Itu diam saja seolah ketakutan, Dewi
Mayangsari berkata lirih. "Jangan takut, Lingga. Bagaimana
aku dapat marah kepada engkau yang begini setia kepadaku"
Katakan sajalah terus terang karena aku ingin sekali
mengetahui. Mengapa engkau rela berkorban nyawa
untukku?" "Karena. . karena saya.. . hemm, maafkan saya.. .
sesungguhnya saya mencinta Paduka dengan seluruh jiwa
raga saya!" .
Pernyataan cinta itu terdengar seperti bunyi gamelan dari
sorgaloka bagi telinga Dewi Mayangsari. Betapa Indahnya!
Dewi Mayangsari dibakar gairah berahi yang belum pernah ia
rasakan sehingga sukar dikatakan siapa yang memulai lebih
dulu, akan tetapi tahu-tahu dua orang itu saling rangkul
dengan mesra. Dua orang itu tenggelam dalam gelora nafsu sehingga


Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka lupa segala. Dewi Mayangsari lupa bahwa ia adalah
seorang permaisuri, isteri Sang Adipati, sedangkan Linggajaya
52 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lupa bahwa dia seorang ponggawa, diangkat oleh Sang
Adipati Adhamapanuda yang kini dia khianati. Selagi
keduanya berasyik-masyuk seperti mabok sehingga
kehilangan kewaspadaan, mereka tidak tahu kalau ada
bayangan tinggi besar menghampiri mereka sampai dekat.
"Hordah!" orang bertubuh raksasa itu membentak. "Siapa Andika, berani mencuri masuk tamansari?"
Dewi Mayangsari dan Linggajaya terkejut. Buaian asmara
tadi membuat mereka mabok dan lengah. Mereka mengenal
suara yang membentak itu. Suara Limantoko, pengawal
pribadi Adipati Adhamapanuda yang bertubuh raksasa dan
memiliki tenaga sekuat gajah. Akan tetapi jagoan ini pernah
dikalahkan Linggajaya ketika pemuda itu baru datang
Wengker menghadap Sang Adipati kemudian dia diuji dan
dihadapkan kepada raksasa ini.
Karena selagi bermesraan tadi mereka ketahuan
Limantoko, maka Dewi Mayangsari berbisik kepada
kekasihnya. "Lingga, bunuh dia!"
Tanpa diperintah dua kali, Linggajaya melompat dan
bagaikan seekor harimau kelaparan, dia menerkam dan
menerjang pengawal pribadi Sang Adipati itu. Karena dia
menyerang untuk membunuh maka dia sudah mencabut
kerisnya yang luk tiga belas, yaitu keris pusaka Kyai
53 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Candalamanik pemberian Resi Bajrasakti. Serangannya
demikian tiba-tiba dan cepat datangnya sehingga Limantoko
tidak sempat menghindar lagi.
"Capp.. .!" Keris pusaka yang mengandung racun itu
memasuki rongga dada Limantoko dan mengenai jantungnya.
"Auggghhh.. .!" Limantoko terhuyung sambil mendekap luka
di dada yang mengucurkan darah. Akan tetapi selagi dia
hendak berteriak, Linggajaya sudah menyusulkan sebuah
tamparan Aji Siung Naga ke arah kepalanya.
"Wuuutt.. prakkk" Kepala itu pecah berantakan. Tubuh
Limantoko terpelanting dan dia tewas seketika.
"Bagus, Lingga." Dewi Mayangsari memuji. "Kebetulan
sekali. Kelancangan Limantoko ini menguntungkan kita.
Dengarkan baik-baik, Lingga. Kita harus segera lakukan Ini."
Dewi Mayangsari mendekati kekasihnya, merangkul
pundaknya dan menempelkan mulutnya dekat telinga
Linggajaya. Pemuda itu terkejut, akan tetapi hanya sebentar.
Kecerdikan Mayangsari membuatnya kagum. Dia mencium
bibir wanita itu dan berbisik.
"Akan kulakukan semua perintahmu, Dewi. Mari kita
laksanakan seperti yang kaurencanakan itu." Kini sikap dan
kata-kata Linggajaya terhadap Dewi Mayangsari sudah
berubah sama. sekail, bukan sikap seorang bawahan
54 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhadap atasan atau junjungannya, melainkan sikap dan
kata-kata seorang laki-laki terhadap kekasihnya!
Terjadi kesibukan di malam yang gelap itu. Sang Adipati
Adhamapanuda sendiri masih tenggelam ke dalam pesta
poranya, makan minum sepuasnya sambil menonton para
penari menggoyang pundak dan pinggul sambil bernyanyi
gembira. Seperti biasa, para selir Sang Adipati, tujuh orang
jumlahnya, melayani suami mereka dan ikut pula makan
minum dengan gembira. Dari permaisuri dan tujuh orang
selirnya. Adipati Adhamapanuda hanya mempunyai dua orang
putera yang dilahirkan dua orang selirnya. Dua orang
puteranya itu bernama Rajendra dan Mahendra, berusia
sepuluh dan delapan tahun. Karena dua orang kakak dan adik
ini tidak mempunyai saudara lain, maka mereka akrab sekali
dan tidur pun mereka minta agar sekamar. Mereka memiliki
sebuah kamar sendiri, kamar yang cukup luas dan mewah.
Dan mereka ditemani seorang inang pengasuh, seorang
wanita setengah tua berusia empat puluhan tahun.
Pada malam hari itu, seperti biasa, Raden Rajendra dan
Raden Mahendra sudah berada dalam kamar mereka. Mereka
memang tidak diperbolehkan ikut hadir dalam pesta Sang
Adipati Adhamapanuda. Mereka bermain-main dalam kamar
ditemani Nyai Ranu, sang inang pengasuh. Suara gamelan
terdengar sampai ke kamar mereka.
55 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seperti biasa pada malam-malam pesta yang lalu, para
penghuni istana kadipaten tertarik untuk nonton pesta itu,
walaupun tidak hadir di ruangan itu. Tujuan mereka tertarik
untuk menonton dan mendengarkan para penari yang berjoget
sambil bertembang. Karena perhatian para pelayan dan
pengawal tertuju ke arah ruangan pesta, maka suasana dalam
istana itu menjadi sunyi.
Tiba-tiba daun pintu kamar kedua orang pangeran muda itu
terbuka dari luar. Linggajaya melompat masuk sambil
membawa sebuah ruyung besar. Nyai Ranu terkejut dan
menjerit. Akan tetapi hanya satu kali saja ia menjerit karena
ruyung Itu telah menyambar dan terdengar suara gaduh ketika
kepalanya disambar ruyung dan tubuhnya terbanting ke atas
lantai, tewas seketika! Dua orang pangeran kecil itu terbelalak
lalu berloncatan berdiri dengan muka pucat. Melihat pengasuh
mereka roboh mandi darah, mereka lalu menjerit minta tolong.
Akan tetapi Linggajaya sudah bergerak cepat, ruyungnya
menyambar-nyambar dan dua orang pangeran kecil itu pun
roboh dengan kepala pecah dan tewas seketika.
Setelah itu, Linggajaya cepat keluar, menyeret mayat
Limantoko, setelah berada dalam kamar dia menaruh ruyung
ke dalam tangan pengawal pribadi Sang Adipati itu dan dia
sendiri berdiri dengan keris pusaka Candalamanik di tangan
kanan! 56 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jeritan-jeritan itu memancing datangnya para pengawal dan pelayan. Mereka terkejut sekali ketika memasuki kamar Pangeran. Setelah mendengar dari Linggajaya bahwa Limantoko membunuh dua Pangeran dan pengasuh mereka, para pengawal segera lari melaporkan malapetaka ini kepada Sang Adipati Adahamapanuda.
Mendengar laporan mengerikan itu, Sang Adipati dan tujuh orang selirnya berlari-lari menuju ke kamar itu. Tampak pula Sang Permaisuri Dewi Mayangsari keluar dari kamarnya dan ikut berlarian bersama mereka.
Dua orang selir Sang Adipati, ibu kandung dua orang Pangeran itu, menjerit-jerit, menubruk mayat anak-anak mereka dan meraung-raung. Para selir lain dan para pelayan wanita juga ikut menangis sehingga suasana menjadi riuh dan menyedihkan.
Sang Adipati Adhamapanuda yang setengah mabok itu berdiri dengan wajah pucat memandang ke arah mayat kedua orang puteranya, lalu kepada mayat Limantoko. Dia terhuyung akan roboh, akan tetapi Dewi Mayangsari cepat menangkap lengannya dan diajaknya suaminya itu keluar kamar. Ia menarik Sang Adipati duduk di atas bangku yang terdapat di luar kamar, lalu berteriak memanggil.
57 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Senopati Linggawijaya, Andika ke sinilah!" Sang
Permaisuri memanggil.
Linggajaya yang sedang bercerita kepada para pengawai,
cepat keluar dan menjatuhkan diri duduk bersila menghadap
Sang Adipati. Akan tetapi, saking kaget dan sedihnya, Adipati
Adhamapanuda tidak dapat bicara dan diam saja sambil
memandang Linggajaya dengan bingung. Dewi Mayangsari
yang bertanya kepada Linggajaya dengan suara lantang.
"Hei, Senopati Linggawijaya! Cepat ceritakan selengkapnya
dengan jelas, apa yang telah terjadi di sini" Andika menjadi
saksi tunggal, awas, jangan berbohong!"
Karena pertanyaan itu diajukan dengan suara lantang,
semua orang mendengarnya dan kini mereka yang berada
dalam kamar pun keluar untuk mendengarkan jawaban
Senopati Linggawijaya.
Linggajaya lalu berkata dengan sikap hormat kepada
Adipati Adhamapanuda. "Maafkan hamba, Gusti Adipati dan
Gusti Puteri, hamba sungguh menyesal sekali bahwa hamba
terlambat dan tidak dapat menyelamatkan kedua orang Gusti
Pangeran Alit (kecil) dari malapetaka yang membawa maut.
Tadi hamba keluar dari kamar hamba dengan maksud
menonton tarian.
58 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi hamba melihat berkelebatnya bayangan dan
ketika hamba membayanginya, bayangan itu lenyap. Hamba
menjadi curiga dan hamba kembali ke kamar untuk mengambil
keris pusaka hamba. Ketika hamba keluar lagi dari kamar,
hamba mendengar jeritan-jeritan dari kamar Gusti Pangeran
ini, maka hamba cepat berlari ke sini. Ternyata hamba melihat
Limantoko telah membunuh kedua orang Gusti Pangeran dan
inang pengasuh mereka. Hamba segera menyerangnya
dengan keris, lalu memukulnya dengan tangan kiri sehingga
dia roboh dan tewas. Begitulah, Gusti, apa yang telah terjadi
dan hamba menyesal sekali bahwa hamba terlambat
menyelamatkan para Gusti Pangeran."
"Duh Jagad Dewa Bathara. .!" Adipati Adhamapanuda
mengeluh dengan suaranya yang biasanya besar itu menjadi
semakin parau. "Mengapa Limantoko dapat melakukan
kekejian ini" Padahal, sudah lama dia menjadi pengawal
pribadiku yang setial Mengapa dia lakukan ini" Apa dia sudah
gila....?"
Resi Bajrasakti yang baru saja datang ke tempat itu,
menghampiri Sang Adipati, menyentuh lengannya dan berkata
dengan suaranya yang penuh wibawa. "Harap Paduka tenang,
Adimas Adipati. Kematian adalah hak Sang Yamadipati dan
sudah ditentukan oleh para dewa. Saya dapat menduga
mengapa Limantoko melakukan perbuatan ini."
59 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa, Kakang Resi" Mengapa dia membunuh puteraputeraku?"
'Tentu saja bukan keluar dari hatinya sendiri, tidak ada
sesuatu yang menguntungkan dia dengan membunuh kedua
orang putera Paduka. Maka jelaslah bahwa dia pasti
dipengaruhi orang lain dan siapa orang yang begitu membenci
Paduka sehingga tega melakukan pembunuhan ini" Hanya
ada satu orang, yaitu Sang Prabu Erlangga! Kerajaan
Wengker merupakan musuh bebuyutan Kahuripan, maka saya
merasa yakin bahwa peristiwa ini pasti didalangi oleh Raja
Kahuripan itu."
Hening sejenak. Lalu tiba-tiba Adipati Adhamapanuda
mengeluarkan teriakan parau seperti seekor binatang buas
terluka. "Jahanam engkau Erlangga"
Setelah berteriak seperti itu, Adipati Adhamapanuda
terkulai lemas dan jatuh pingsan. Dewi Mayangsari, dibantu
para selir, segera mengangkat Sang Adipati ke dalam
kamarnya. Sejak saat itu, Adipati Adhamapanuda jatuh sakit. Tidak
ada dukun yang dapat mengobatinya. Makin hari penyakitnya
semakin parah. Dewi Mayangsari, permaisurinya, turun tangan
sendiri merawat Sang Adipati slang malam. Bahkan ia tidak
60 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memperbolehkan selir-selir Sang Adipati menggantikannya
merawat suami mereka. Permaisuri ini merawat suaminya
dengan penuh ketekunan dan tampaknya amat mencinta
Sang Adipati. Sementara itu. ketika Adipati Adhamapanuda
sakit berat, yang menggantikannya untuk sementara
menangani urusan pemerintahan kadipaten adalah
penasihatnya, Sang Resi. Bajrasakti dibantu Senopati Muda
Linggawijaya. Dan ternyata dua orang ini dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik sekali. Bahkan mengadakan
perubahan-perubahan dan perombakan, terutama sekali
ditujukan untuk memperkuat Kerajaan wengker. Menambah
jumlah pasukan dengan menerima para sukarelawan,
memperbesar upah para perajurit, menambah kesejahteraan
mereka. Tentu saja tindakan Senopati Muda Linggawljaya itu
mendapat sambutan gembira oleh pasukan Wengker dan dia
memperoleh dukungan banyak pihak.
Kurang lebih setengah bulan sejak terjadinya peristiwa
pembunuhan itu, Sang Adipati Adhamapanuda meninggal
dunia karena penyakitnya yang tak dapat disembuhkan oleh
para dukun dan ahli pengobatan.
Menurut kebiasaan atau peraturan yang sudah-sudah,
kematian seorang raja atau adipati biasanya disusul dengan
pengangkatan seorang adipati baru yang diambil dari seorang
puteranya. Akan tetapi karena dua orang putera Adipati
61 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Adhamapanuda sudah meninggal dunia, maka kedudukannya
dapat digantikan oleh permaisurinya, apalagi mengingat
bahwa Dewi Mayangsari seorang yang sakti mandraguna.
Akan tetapi, Dewi Mayangsari secara suka rela menyerahkan
kedudukan adipati kepada Linggajaya. Usul Dewi Mayangsari
ini disetujui dan didukung pula oleh Sang Resi Bajrasakti.
Kalau dua orang yang tadinya memang telah merupakan
orang-orang yang kekuasaannya hanya di bawah kekuasaan
Sang Adipati mendukung pengangkatan Linggajaya sebagal
Adipati baru di Wengker, siapa yang berani menentang"
Akhirnya semua ponggawa menyetujui pengangkatan itu dan
mulai hari itu, Linggajaya dinobatkan sebagai Adipati Wengker
dengan nama Sang Adipati Linggawijaya!
Penobatan sebagai adipati itu dirayakan oleh semua orang,
dari para ponggawa, para perajurit dan juga rakyat Wengker.
Akan tetapi malam harinya, tiga orang mengadakan pesta
sendiri yang hanya dihadiri mereka bertiga. Mereka adalah
adipati baru, Linggawijaya, Dewi Mayangsari, dan Resi
Bajrasakti yang merasa gembira sekali. Siasat mereka
berhasil dengan baik sekali. Tidak sukar bagi kita untuk
menduga apa yang sebenarnya terjadi. Setelah Linggajaya
dan Dewi Mayangsari membunuh Limantoko karena pengawal
itu memergoki mereka bermain asmara, lalu Dewi Mayangsari
dan Linggajaya melaksanakan siasat mereka yang amat
62 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kejam. Linggajaya membunuh dua orang pangeran kecil dan
inang pengasuh mereka dengan menjatuhkan fitnah kepada
Limantoko yang mayatnya dibawa ke kamar pangeran itu dan
ruyungnya dipakai Linggajaya untuk melakukan pembunuhan.
Kemudian tiba giliran Dewi Mayangsari yang mencampurkan
racun dalam minuman Adipati Adhamapanuda. Sebagai murid
Nini Bumigarbo tentu saja la pandai menggunakan racun,
apalagi dibantu oleh Resi Bajrasakti sehingga tidak ada
seorang pun ahli pengobatan yang dapat mengetahui bahwa
Sang Adipati sakit karena keracunan. Setelah Adipati
Adhamapanuda tewas, giliran Resi Bajrasakti untuk
mempergunakan pengaruh dan kekuasaannya sebagai


Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

penasihat adipati, untuk mendukung usul Dewi Mayangsari
agar Linggajaya yang menggantikan kedudukan sebagai
Adipati Wengker yang baru!
Setelah Adipati Linggawijaya menjadi penguasa Kerajaan
Wengker, dia lalu mengangkat Dewi Mayangsari menjadi
permaisurinya. Kenyataan itu pun tidak mengherankan karena
semua orang tahu bahwa biarpun usia wanita itu sudah dua
puluh delapan tahun, namun ia masih amat cantik jelita dan
tampaknya tidak lebih tua daripada Sang Adipati baru. Tidak
ada seorang pun, kecuali para bekas selir Adipati
Adhamapanuda, yang menentang pengangkatan Dewi
Mayangsari ini. Tentu saja para bekas selir itu pun tidak ada
63 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang berani berkutik. Sang Resi Bajrasakti tentu saja
mendapat kedudukan yang terhormat, bukan saja sebagai
penasihat agung, akan tetapi juga sebagai guru Sang Adipati.
Tercapailah apa yang dikejar dan di nginkan tiga orang ini
sehingga mereka mendapatkan kesenangan besar dalam hati
mereka. Mereka merasa senang" Mungkin, akan tetapi seperti
segala macam kesenangan di dunia ini, hanya sementara saja
dan biasanya tidak bertahan lama. Kesenangan sebagai buah
dari pohon (perbuatan) kejahatan seringkali menjadi kutukan yang
mendatangkan penderitaan. Kesenangan duniawi hanya
kesenangan jasmani dan apa yang menyenangkan jasmani
biasanya disusul kebosanan karena hati akal pikiran segera
mengejar yang lain lagi yang dianggap akan lebih
menyenangkan daripada yang sudah diperoleh dan yang
mulai membosankan itu.
Kesenangan memang dapat dicari dari dikejar, didapatkan
lalu mendatangkan kebosanan dan disusul pengejaran lagi
kepada kesenangan yang lain. Demikian selanjutnya selama
hidup. Manusia dipermainkan dan dipancing kuasa kegelapan
dengan umpan berupa kesenangan dan kenikmatan, yang
membuat kita mata gelap dan untuk mencapai kesenangan itu
kita terjang apa saja yang menghalangi kita untuk
64 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendapatkannya. Bahkan kita rela melakukan perbuatan
sejahat apa pun. Padahal yang dikejar-kejar Itu hanyalah
kosong dan yang lambat laun membosankan. Kalau kita
sudah dicengkeram dan dikuasai nafsu angkara murka ini, kita
tidak dapat menikmati apa pun yang telah kita miliki dan selalu
membayangkan bahwa apa yang belum kita dapatkan dan
yang sedang kita kejar-kejar Itulah yang akan menyenangkan
sekali! Hidup kita ini hanya akan menjadi serangkaian
kesenangan semu, disusul kebosanan lalu keinginan
mengejar kesenangan lain, kebosanan lagi dan demikian
selanjutnya. Pengejaran ini mendatangkan persaingan,
perebutan, permusuhan, penghalalan segala cara, semakin
menebalnya si-aku yang menipiskan bahkan menghilangkan
kasih terhadap sesama kita serta pelanggaran terhadap
larangan-larangan yang difirmankan dalam agama-agama.
Berbahagialah mereka yang dapat menerima apa pun yang
mereka dapatkan, besar atau kecil, banyak atau sedikit,
bahkan baik atau buruk, dengan puji syukur dan terima kasih
kepada Sang Hyang Widhi karena hanya mereka inilah yang
dapat apa yang disebut sebagai kebahagiaan itu.
Lihatlah di sana, seorang buruh petani menghadapi nasi
dengan ikan asin dan sambal yang dibawa isterinya, makan
dengan lahap dan lezatnya sungguh pun hampir setiap hari
makannya hanya itu-itu juga, berikut sekendi ari. Dan tak jauh
65 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di sana, si pemilik sawah, menghadapi nasi dan masakan
daging ayam beberapa macam, berikut minuman kopi panas
dan teh kental, bersungut-sungut ketika makan, sama sekali
tidak dapat menikmati makanannya, mengomel kepada
isterinya, mencela makanan itu mengapa lauknya daging
ayam bukan daging kambing. Si juragan ini hampir setiap hari
mengomel, tidak pernah dapat menikmati apa yang
dihadapinya! Memang, syarat menikmati makanan adalah perut iapar,
tubuh lelah, badan sehat. Akan tetapi yang lebih utama adalah
hati akal pikiran yang tenteram dan ketenteraman itu hanya
dapat dirasakan orang yang selalu berserah diri dan
memanjatkan puji syukur dan terima kasih dalam hatinya
kepada Sang Hyang Widhi atas semua Kasih dan Berkah
yang di impahkan-Nya kepada kita.
0o0 Setelah Puspa Dewi berada dirumah Ki Lurah Pusosaputro
di dusun Karang Tirta, ia banyak duduk diam melamun
keadaan dirinya dan ibunya. Ibunya, ketika ia berusia lima
tahun dan diculik Nyi Dewi Durgakumala, telah menjadi
seorang janda muda. Ibunya tentu saja merasa berduka dan
putus asa ketika ia hilang dan akhirnya karena membutuhkan
perlindungan dan hiburan, ibunya terbujuk oleh Ki Lurah
Suramenggala dan menjadi selir lurah yang wataknya kejam
66 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan jahat Itu. Kemudian, ketika Ki Suramenggala dipecat
sebagai lurah oleh Ki Patih Narotama dan diusir dari Karang
Tirta, Nyi Lasmi, ibunya itu, tidak mau ikut dan untuk
sementara tinggal di rumah kelurahan yang kini dihuni lurah
baru yang diangkat Ki Patih Narotama, yaitu Ki Lurah
Pujosaputro. Berarti .kini ibunya dan ia mondok di rumah Ki
Pujosaputro itu.
Ia sendiri mengalami banyak hal yang saling bertentangan
dengan batinnya. Sejak berusia lima tahun, ia diambil murid,
bahkan kemudian diaku sebagai anak, oleh datuk wanita Nyi
Dewi Durgakumala itu. Ia dilatih aji kanuragan, juga disayang
oleh Nyi Dewi Durgakuma-ia. Biarpun ia merasa benci kalau
melihat gurunya itu berbuat kejam dan hina, menculik dan
mempermainkan pria-pria muda, namun karena gurunya amat
sayang kepadanya, ia tidak dapat berbuat apa-apa kecuali
menegurnya. Saking sayang kepadanya, gurunya itu kadangkadang menurut kalau ia tegur agar menghentikan
perbuatannya yang jahat.
Kemudian, ibu angkat atau gurunya itu menjadi permaisuri
Sang Adipati Bhismaprabawa, Raja Wura-wuri. Dengan
sendirinya ia, sebagai puteri permaisuri Wura-wuri, lalu
menjadi Sekar Kedaton (Bunga Istana) Kerajaan Wura-wuri.
Ketika Kerajaan Wura-wuri ikut pula dalam persekutuan empat
kerajaan kecil berusaha membantu Pangeran Hendratama
67 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memberontak terhadap Sang Prabu Erlangga, Adipati
Bhismaprabawa mengangkat puteri angkatnya itu, Puspa
Dewi menjadi utusan dan wakil Wura-wuri. Sebetulnya dalam
hatinya, Puspa Dewi tidak setuju dengan gerakan memusuhi
Kahuripan ini, akan tetapi karena merasa berhutang budi
kepada gurunya yang menganggap ia puterinya sendiri,
terpaksa ia menerima tugas itu dan bergabunglah ia dengan
persekutuan pemberontakan itu.
Akan tetapi, pertemuan dan perkenalannya dengan Ki Patih
Narotama dan Nurseta satria Karang Tirta murid mendiang
Empu Dewamurti itu menambah kesadarannya bahwa dengan
menjadi wakil Wura-wuri berarti ia membantu pihak yang jahat
dan bersalah. Sikap dan nasihat kedua orang itu menambah
kuat keyakinannya bahwa tidak semestinya ia membela Wurawuri yang bersekutu dengan kerajaan-kerajaan lain yang
dipimpin dan diwakili orang-orang jahat. Maka, dalam gerakan
itu, ia membalik dan bahkan membantu pihak Kahuripan. la
menyadari bahwa sebagai orang yang lahir di Karang Tirta
wilayah Kahuripan, ia adalah kawula Kahuripan dan tidak
semestinya ia membantu pihak jahat yang hendak memusuhi
Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih Narotama yang arif
bijaksana itu. Setelah perang usai dan persekutuan pemberontak dapat
dihancurkan oleh Kahuripan, tentu saja Puspa Dewi tidak
68 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berani kembali ke Kerajaan Wura-wuri. Ia tahu bahwa Adipati
Wura-wuri dan juga gurunya yang menjadi permaisuri Wurawuri pasti marah sekali kepadanya. Karena itu, setelah perang
usai, ia kembali ke, dusun Karang Tirta. Bukan main lega dan
girang hatinya mendapat kenyataan bahwa Nyi Lasmi, ibu
kandungnya kini telah melepaskan diri dari K i Suramenggala
dan ibunya mondok di rumah lurah baru yang diangkat oleh Ki
Patih Narotama. Ia memang tidak suka kepada Ki
Suramenggala itu, juga kepada putera sang lurah itu, ialah
Linggajaya yang la kenal sebagai seorang pemuda yang
berkelakuan buruk itu.
Seperti telah diceritakan terdahulu, Puspa Dewi telah
berada di rumah Ki Lurah Pujosaputro di mana ibunya mondok
ketika Linggajaya menyerbu kelurahan itu Puspa Dewi
melawannya dan Linggajaya melarikan diri melihat ratusan
orang penduduk mengancam hendak mengeroyoknya.
Puspa Dewi menghela napas panjang ketika teringat akan
semua itu. Dua bulan telah lewat semenjak Linggajaya
menyerbu kelurahan. Ia merasa bosan berdiam diri di rumah
itu, juga merasa tidak enak. Ia dan ibunya mondok di rumah
orang. Apakah ibunya tidak mempunyai keluarga" Juga
keluarga dari pihak ayahnya" Ia sendiri sampai sekarang
belum tahu siapa sebenarnya ayah kandungnya yang oleh
ibunya dahulu dikatakan telah tiada, telah meninggal dunia.
69 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pasti ada keluarga, baik dari pihak ibunya ataupun dari pihak
ayahnya. Jauh lebih baik menumpang di rumah keluarga
sendiri daripada di rumah orang lain. Ia merasa, sungkan
sekali terhadap Ki Lurah Pujosaputro sekeluarga yang
bersikap baik sekali.
"Dewi, mengapa engkau menghela napas?" tiba-tiba suara
Ibunya yang lembut menariknya keluar dari dunia
lamunannya. "Oh, Ibu. Duduklah Ibu. Kebetulan sekali, aku ingin
bercakap-cakap dengan Ibu."
Puspa Dewi menggandeng tangan Ibunya dan diajaknya
duduk di atas bangku panjang yang berada di kamar mereka.
Waktu itu, malam dingin memasuki kamar menembus jendela
kamar Itu. Dari jendela yang terbuka, mereka duduk
menghadap keluar dan dapat melihat bulan tiga perempat
mengambang di langit yang cerah.
Dua orang wanita Ini mempunyai wajah yang mirip. Puspa
Dewi yang berusia sekitar sembilan belas tahun itu bertubuh
padat ramping, dengan kulit yang putih kuning mulus seperti
kulit ibunya. Ibunya, Nyi Lasmi, juga masih cantik walaupun
usianya sudah tiga puluh enam tahun lebih. Bagi orang yang
tidak mengenal mereka, melihat mereka duduk berduaan itu
70 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pasti mengira bahwa mereka itu kakak dan adiknya, bukan ibu
dan puterinya. "Ibu," kata Puspa Dewi dengan hati-hati dan suaranya lirih,
"sejak tadi aku melamun dan memikirkan keadaan kita, Ibu.
Terus terang saja, aku merasa rikuh (sungkan) sekali kepada
Paman Lurah Pujosaputro dan keluarganya. Apakah kita akan
mondok seperti ini terus dan merepotkan mereka?"
Nyi Lasml merangkul anaknya dan tersenyum. "Tentu saja
tidak, Dewi. Kalau tadinya aku mondok di sini, itu adalah
karena desakan Ki Lurah sekeluarga mengingat bahwa aku
hidup seorang diri. Setelah sekarang engkau pulang, tentu
saja kita akan mencari tempat tinggal lain dan tidak lagi
mondok di sini menyusahkan mereka. Akan tetapi aku masih
bingung, Dewi. Kemana kita harus pindah" Ketahuilah bahwa
ketika melepaskan diri dari Suramenggala, aku tidak
membawa apa-apa. Selama ini, sandang pangan (pakaian
dan makan) dan semua keperluanku ditanggung oleh Ki Lurah
sekeluarga."
Puspa Dewi menghibur Ibunya. "Untuk itu harap Ibu tidak
khawatir. Aku menyimpan banyak perhiasan yang lebih dari
cukup untuk membeli rumah dan pekarangan. Perhiasan itu
kudapat dari Kerajaan Wura-wuri di mana aku dijadikan puteri
istana. Akan tetapi, sudah kuceritakan kepada Ibu bahwa aku
tidak akan kembali ke sana karena aku pasti akan ditangkap
71 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan dihukum berat. Juga aku tidak ingin tinggal di Karang
Tirta, Ibu. Aku ingin pergi bersama Ibu dan pindah ke tempat
yang jauh dari sini."
"Hemm, ke manakah, Anakku?"
"Ibu, apakah Ibu tidak mempunyai saudara" Kakak atau
Adik, atau Paman dan Bibi" Juga orang tua Ibu atau orang tua
Ayah" Tidak mungkin kalau Ibu dan mendiang Ayahku tidak
mempunyai keluarga sama sekali. Mari kita ke sana, Ibu, ke
rumah keluarga ibu atau Ayah. Aku ingin mengenal keluarga
orang tuaku, Ibu. Ibu, engkau mengapa?"
Puspa Dewi merangkul Ibunya ketika melihat betapa Nyi
Lasmi menangis terisak-isak sambil menutupi muka dengan
kedua tangannya.
"Ibu, mengapa Ibu menangis?" Gadis itu merasa heran
sekali, juga khawatir karena tidak biasanya Ibunya bersikap
cengeng, apalagi menangis tanpa sebab.
Nyi Lasmi berusaha menahan tangisnya. Puspa Dewi
membantunya menghapus air matanya yang membasahi
Kedua pipi Ibunya. "Nah, tenangkanlah hatimu, Ibu.
Ceritakanlah kepadaku, Ibu, agar kalau ada hal yang
membuat Ibu berduka aku dapat ikut merasakannya."
72 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nyi Lasmi sudah dapat menghentikan tangisnya. Ia kini
telah lebih tenang dan ia memegang kedua tangan puterinya
seolah mencari perlindungan atau kekuatan.
"Anakku, Puspa Dewi, mendengar engkau bertanya tentang
Ayah kandungmu, tentang keluarga kami, aku menjadi sedih.
Maklumilah kelemahanku, Anakku, karena sejak bertahuntahun ini aku selalu menekan perasaan ini. Sekarang, setelah


Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

engkau dewasa dan engkau menjadi seorang gadis yang sakti
dan tangguh, kukira sudah tiba waktunya aku menceritakan
semuanya kepadamu."
"Ceritakanlah, Ibu. Ceritakan tentang mendiang Ayahku."
desak gadis itu. "Nama Ayah Prasetyo, Ibu" Nama yang
bagus sekali. Tentu mendiang Ayahku seorang tampan dan
gagah sekali!"
Nyi Lasmi menghela napas panjang.
"Sekarang akan kuceritakan semuanya, Dewi, tidak ada
yang perlu kurahasiakan lagi. Dengarlah baik-baik. Dahulu
sebagai seorang gadis berusia enam belas tahun aku tinggal
di dusun Munggung, sebelah timur ibu kota Kahuripan."
"Wah, aku dapat membayangkan. Ibu tentu merupakan
seorang gadis cantik jelita, menjadi kembang dusun
Munggung!"
73 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yaahh, kecantikan yang bagi seorang wanita terkadang lebih banyak mendatangkan godaan dan kesusahan daripada kesenangan. Aku memang dianggap sebagai kembang dusun Munggung, dan hal itulah yang mendatangkan kesengsaraan bagiku. Aku berkenalan dengan seorang perwira pasukan pengawal yang masih muda, berusia dua puluh tahun dan kami saling bertemu dan berkenalan ketika perwira itu mengawal Tumenggung Jayatanu dari Kahuripan yang sedang berkunjung ke Munggung."
"Perwira itu tentu Prasetyo yang gagah!" kata Puspa Dewi.
"Engkau benar. Kami saling jatuh cinta dan setahun kemudian setelah kami berkenalan kami menikah dengan restu orang tua kami masing-masing. Aku ikut suamiku tinggal di kota raja, tinggal di rumah asrama yang disediakan Tumenggung Jayatanu untuk para perwira pasukan pengawalnya. Akan tetapi ketika aku mengandung dan kandunganku sudah delapan bulan, suamiku mengantar aku pulang ke Munggung agar kalau aku melahirkan, ada Ibuku yang merawatku"
"Dan yang Ibu kandung Itu adalah aku, bukan" "
"Benar, Anakku. Akan tetapi bersama dengan kelahiranmu yang mendatangkan kebahagiaan besar dalam hatiku, datang pula berita yang menghancurkan hatiku."
74 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Puspa Dewi mengerutkan alisnya dan memandang wajah
.Ibunya dengan tajam penuh selidik. "Berita apakah Itu, Ibu?"
"Berita bahwa.. bahwa Kakangmas Prasetyo, Ayah
kandungmu itu. . dia terpaksa menikah dengan Dyah
Mularsih. ."
"Eh.. ?" Puspa Dewi mengerutkan alisnya dan sinar
matanya mencorong. "Siapa itu Dyah Mularsih, Ibu?"
"Dyah, Mularsih Itu anak tunggal dari Tumenggung
Jayatanu,"
"Akan tetapi, mengapa Ayah terpaksa harus menikah
dengannya?"
"Karena. . diam-diam Ayahmu, Kakangmas Prasetyo itu
diam-diam memadu kasih dengan gadis bangsawan itu
sehingga... Dyah Mularsih mengandung."
"Ah! Mengapa Ayah begitu. Ibu?"
"Aku tidak bisa menyalahkah Ayahmu. Dia seorang laki-laki
muda yang gagah dan tampan. Sebetulnya puteri tumenggung
itulah yang tergila-gila kepada Ayahmu dan selalu
mengejarnya. Ayahmu ketika itu masih muda, dan aku sedang
mengandung. . maka tidak dapat aku menyalahkan kalau dia
itu jatuh dan mengadakah hubungan sehingga Dyah Mularsih
mengandung. Terpaksa dia harus bertang-gungjawab dan
75 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak dapat menolak ketika diharuskan menikah dengan gadis
itu. Aku pun ketika itu menerima kenyataan dan menyabarkan
hati, tidak merasa keberatan dimadu."
"Hmm, kalau begitu tidak ada persoalan lagi. Lalu mengapa
Ayah meninggal dunia dalam usia muda, Ibu?"
"Nanti dulu, Dewi, biar kulanjutkan ceritaku. Setelah
menjadi mantu Tumenggung Jayatanu, tentu saja Kakangmas
Prasetyo lalu diboyong dan pindah, tinggal di rumah gedung
Tumenggung Jayatanu. Aku merasa malu untuk ikut ke sana,
Dewi. Ayahmu memang datang dan hendak memboyong kita
berdua ke rumah mertuanya, akan tetapi aku menolak. Aku
malu, Anakku, membayangkan bahwa aku harus mondok di
rumah maduku."
"Ibu benar! Kita orang kecil dan miskin tidak perlu
menyembah-nyembah dan menjilati kaki orang-orang
berpangkat dan berharta! Lalu bagaimana, Ibu?"
"Penolakanku itu membuat Sang Tumenggung marah.
Ketika Ayahmu datang ke rumah kita, Sang Tumenggung
menyusul datang dan di depan orang tuaku dan aku,
Tumenggung Jayatanu memaksa Ayahmu untuk memilih. Dia
tetap menjadi perwira dan mantu Sang Tumenggung dan
tinggal di katumenggungan, menceraikan aku, atau dia
76 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memilih hidup bersama aku dan tidak diaku lagi sebagai
mantu Sang Tumenggung dan bercerai dari Dyah Mularsih!"
"Hemm, pilihan yang tegas dan adil juga. Lalu bagaimana,
Ibu" Ayah memilih yang mana?"
"Ayahmu bingung, Dewi. Kalau dia memilih hidup
bersamaku, berarti dia dipecat dari pangkatnya sebagai
perwira, padahal Ayahmu berkeinginan keras untuk
meningkatkan pangkatnya sampai mendapat kedudukan
tinggi. Pula dia harus meninggalkan Dyah Mularsih yang
sedang mengandung. Dia bingung sekali dan aku merasa
kasihan kepadanya, Dewi. Aku terlalu mencinta Ayahmu dan
rela berkorban. Maka aku menganjurkan dia untuk
meninggalkan kita dan melanjutkan pekerjaannya di kota raja."
"Ah, Ibu. ..!"
"Itulah yang sebaiknya untuk Ayahmu, Dewi. Kalau dia
melakukan anjuranku, berarti yang berkorban perasaan hanya
aku seorang. Akan tetapi sebaliknya kalau dia memilih hidup
bersamaku dan meninggalkan Dyah Mularsih dan
kedudukannya, berarti yang berkorban dua orang, yaitu Dyah
Mularsih dan calon anaknya yang ditinggal suami dan Ayah,
juga Kakangmas Prasetyo sendiri yang selain berdosa
meninggalkan anak isteri di tumenggungan, juga kehilangan
kedudukannya yang baik. Aku terlalu mencinta Ayahmu, Dewi,
77 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak tega aku melihat dia sengsara dan berduka karena
memilih hidup bersamaku."
"Aih, Ibu, engkau terlalu mulia.. ."
"Tidak, Dewi, aku hanya melakukan Itu karena mencinta
suamiku. Nah, setelah aku mengambil keputusan bercerai dari
Ayahmu, muncul malapetaka lain yang disebabkan pula oleh
apa yang dinamakan kecantikan itu. Seorang laki-laki putera
demang yang memang sejak dulu agaknya jatuh cinta padaku,
akan tetapi niatnya memperisteri aku gagal karena aku sudah,
menjadi isteri Ayahmu, ketika mendengar bahwa aku telah
berpisah dari Ayahmu, lalu mencoba mendekati aku. Aku
menolaknya karena selain aku tidak cinta padanya, aku juga
sudah berjanji dalam hatiku bahwa aku tidak akan menikah
lagi, akan hidup bersama engkau. Akan tetapi laki-laki itu
menjadi penasaran dan hendak menggunakan paksaan. Dia
datang bersama dua orang jagoannya dan hendak membawa
aku dengan paksa. Ayahku melarangnya sehingga terjadi
perkelahian dan tentu saja Ayahku tidak mampu melawan dua
orang jagoan itu. Ayahku tertikam keris dan tewas.. "
"Jahanam!" Puspa Dewi membentak dan mengepal tinju.
"Sabar dan tenanglah. Dewi, biar kulanjutkan. Setelah
Ayahku roboh dan Si Darsikun, putera demang itu menyeret
aku yang menggendong engkau yang baru berusia enam
78 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bulan, dibantu oleh dua orang jagoannya, hendak memaksa
aku masuk ke dalam keretanya, tiba-tiba muncul Kakangmas
Prasetyo."
"Ayahku. . !"
"Ya, ternyata Ayahmu kadang-kadang masih menjenguk
kita. Dia bahkan masih memikirkan kebutuhan kita walaupun
sudah bukan menjadi suamiku yang resmi lagi. Melihat aku
diseret-seret tiga orang dan Ayahku tewas ditangisi Ibuku,
Kakangmas Prasetyo marah dan mengamuk. Putera Demang
itu, Si Darsikun dan dua orang anak buahnya, dihajar sampai
mati." "Bagus! Aku ikut bangga, Ayah ternyata masih melindungi
Ibu!" "Akan tetapi kematian Ayahku itu membuat Ibuku berduka
sekali sehingga ia jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia
sekitar sebulan setelah Ayahku meninggal. Dan aku
mendengar berita bahwa Kakangmes Prasetyo mendapat
kemarahan dan teguran keras dari mertuanya. Tumenggung
Jayatanu marah karena Ayahmu telah membunuh putera
demang dan dua orang jagoannya itu, juga menegur aku
karena pembunuhan itu dilakukan Kakangmas Prasetyo
karena hendak membelaku. Aku tidak ingin menyusahkan
Ayahmu, Dewi, maka setelah Ibuku meninggal aku lalu pergi
79 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meninggalkan desa Munggung. Aku tahu bahwa kalau aku
masih tinggal di Munggung, tentu Kakangmas Prasetyo masih
suka datang menjenguk kita dan hai ini tidak disuka oleh
keluarga katumenggungan. Berarti aku akan mengganggu
kebahagiaannya.
Muka aku mengalah dan aku pergi meninggalkan
Munggung tanpa pamit kepadanya."
"Ah, mengapa begitu, Ibu" Kasihan Ayah."
"Tidak, Dewi. Dia tadinya sudah disuruh memilih
menceraikan aku atau menceraikan Dyah Mularsih. Dia
memilih menceraikan aku karena berat meninggalkan
kedudukannya. Dia sudah memilih dan dia harus bertanggung
Jawab dan berani menanggung akibat pilihannya itu. Aku lalu
pergi merantau sampai jauh dan akhirnya setelah berpindahpindah tempat selama belasan tahun, aku dan engkau tinggal
di Karang Tirta."
"Apakah Ibu tidak pergi ke keluarga yang lain. Apakah Ibu
tidak mempunyai saudara?"
"Tidak, Dewi. Aku adalah anak tunggal. Selama belasan
tahun aku dapat mempertahankan janjiku untuk tidak menikah
lagi. Aku sudah merasa berbahagia hidup berdua denganmu
dalam keadaan miskin dan seadanya. Akan tetapi kemudian
terjadilah malapetaka Itu. Engkau diculik orang! Dunia terasa
80 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hancur bagi ku, kebahagiaanku hilang dan aku merana,
kehilangan pegangan dan bingung. Dalam keadaan seperti
Itu, datang uluran tangan Ki Lurah Suramenggala yang
mengalami nasib yang sama, yaitu puteranya juga diculik
orang. Dialah yang menghiburku, membantuku sehingga
akhirnya aku dapat terbujuk dan menjadi selirnya. Akan tetapi
engkau tahu, aku tidak pernah merasa berbahagia menjadi
selirnya, apalagi setelah engkau pulang dan engkau kelihatan
tidak suka melihat aku menjadi selir laki-laki yang kasar dan
kejam itu."
"Memang aku merasa tidak suka, Ibu. Akan tetapi karena
sudah terlanjur, maka aku pun tidak berani menyatakan
ketidaksenanganku."
"Aku mengerti, Dewi. Kemudian engkau pergi lagi dan pada
waktu engkau tidak ada, datang Ki Patih Narotama dan Ki
Suramenggala dipecat oleh Ki Patih Narotama, kemudian dia
diusir dari Karang Tirta. Kesempatan itu aku pergunakan untuk
melepaskan diri darinya karena sebelumnya, aku tidak berani
melepaskan diri. Nah, aku lalu mondok di sini, Dewi, dan
keluarga Ki Pujosaputro sekeluarga menerimaku dengan
baik." "Ibu, kalau begitu. . mengapa Ayah meninggal dunia?"
81 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, Dewi. Setelah aku pergi meninggalkan Munggung,
aku tidak pernah bertemu lagi dengan dia dan tidak pernah
mendengar beritanya."
"Akan tetapi Ibu. . dulu selalu mengatakan bahwa Ayahku
sudah meninggal?"
"Terpaksa aku berbohong padamu, Dewi, karena tidak
mungkin kita pergi ke sana menemuinya, hal Itu akan
mengganggu ketenteraman hidupnya."
"Jadi.. dia masih hidup?" tanya Puspa Dewi setengah
berteriak. "Aku tidak tahu, Dewi. Mungkin dia masih hidup, akan tetapi
tidak perlu kita membicarakan tentang dia. Tidak perlu
mengganggu dia dan jangan sampai mengganggu
kebahagiaan hidupnya."
Puspa Dewi bangkit berdiri, mengerutkan alisnya dan
matanya menyinarkan kemarahan.
"Ibu terlalu lemahi Ibu menyiksa diri sendiri! Ibu bodoh!" ia membentak-bentak saking penasaran dan marah kepada
Ayah kandungnya.
"Dewi, Ibumu ini mencinta Ayah kandungmu dan cinta sejati
memerlukan pengorbanan. Aku rela sengsara asal dia
bahagia, Dewi."
82 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak bisa! Mungkin saja Ibu begitu lemah dan bodoh.
Akan tetapi apakah Ibu tidak ingat aku" Aku ini juga anaknya,
anak Prasetyo itu! Apakah aku juga harus berkorban" Ibu
berkorban hidup sengsara den menyeret aku pula, sedangkan
Prasetyo itu enak-enakan, hidup bersenang-senang di kota
raja! Tidak benar ini, Ibu. Aku yang akan menegurnya, aku
yang akan membuka matanya, menyadarkan betapa besar
dosanya terhadap Ibu!"
"Dewi..!" Nyi Lasmi mengeluh dan menangis.
Tiba-tiba terdengar suara orang dari luar rumah. "Puspa
Dewi, atas nama Gusti Adipati Bhismaprabhawa dan Gusti
Puteri Dewi Durgakumala, kami perintahkan agar Andika
keluar dan menyerah untuk kami tangkap dan kami hadapkan
kepada beliau di Kerajaan Wura-wuri!" Suara itu terdengar
menggelegar karena diteriakkan dengan dorongan tenaga
dalam yang kuat.
Mendengar suara ini, Puspa Dewi yang sedang marah
karena cerita Ibunya, segera mendengus marah dan tubuhnya
berkelebat keluar rumah.
"Dewi...!" Nyi Lasmi berseru penuh kekhawatiran lalu
terhuyung-huyung mengejar keluar.
Setibanya di pekarangan depan rumah kelurahan, Puspa
Dewi berhadapan dengan lima orang laki-laki. Sinar lampu
Dewi Ular 2 Puteri Es Seri 5 Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Persekutuan Pedang Sakti 13

Cari Blog Ini