Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo Bagian 13
Setelah semua itu terjadi, tidak terdapat penyesalan di dalam hati Kui Lan. Baginya, peristiwa yang menimpa dirinya itu setiap waktu pasti akan terjadi! Hanya kebetulan saja banwa peristiwa yang pertama kali terjadi dengan Tiong Sin. Baginya, kehormatan pun terletak di dalam goloknya, bukan di dalam dirinya, apalagi dalam tingkah lakunya! Apakah kelak Tiong Sin menjadi suaminya atau tidak, ia tidak begitu peduli, walaupun keperawanannya telah diserahkannya kepada pemuda itu! Bagi seorang gadis puteri Pak Ong ini, tidak ada apa yang dinamakan kesetiaan. Akan tetapi, setelah selesai dan pengaruh Pedang Asmara tidak mencengkeramnya lagi karena pedang itu disimpan oleh Tiong Sin, ia hanya berkata dengan nada mengancam.
"Bu Tiong Sin, ingatlah baik-baik. Hari ini aku telah menyerahkan diriku kepadamu, oleh karena itu, mulai sekarang, engkau harus mentaati setiap perintahku. Sekali saja engkau membangkang dan menyakiti hatiku, aku akan minta kepada ayah untuk membunuhmu. Dan mulai sekarang engkau harus berlatih dengan sungguh-sungguh, karena kalau kelak dalam pertandingan antar Empat Datuk itu engkau kalah oleh murid para datuk lainnya, engkau tidak akan menjadi suamiku dan engkau tidak usah mengharapkan akan tinggal hidup. Sebaliknya, kalau engkau menang, barulah aku akan senang menjadi isterimu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Diam-diam Tiong Sin terkejut juga Sejak kecil dia digembleng oleh seorang gagah yang berjiwa pendekar, yaitu Yeli Cutay. Tentu saja didikan itu sedikit banyak mempengaruhi wataknya. Hanya karena memang pada dasarnya dia mempunyai perangai yang kurang sehat, maka dia sampai melakukan penyeleweng sehingga bertentangan dengan ayah angkat dan gurunya itu. Bagaimanapun juga segala macam peraturan dan hukum yang berlaku sudah tertanam di dalam hatinya maka tentu saja dia terkejut dan heran mendengar ucapan gadis itu. Kui Lan jelas seorang perawan ketika menyerahkan diri kepadanya, dan biarpun dia tahu bahwa gadis itu terpengaruh Pedang Asmara, namun jelas pula bahwa gadis ini memiliki berahi yang besar. Akan tetapi setelah menyerahkan keperawanannya kepadanya, kini gadis itu enak saja menyatakan bahwa kalau dia kelak kalah dalam pertandingan, gadis itu tidak mau menjadi isterinya! Bukan main! Kalau gadis lain, tentu mati-matian akan mempertahankan haknya dan menuntut agar dia mau memperisterinya karena kalau tidak maka gadis itu yang akan menderita aib dan malu. Agaknya, kehilangan kegadisan bagi Kui Lan bukan merupakan hal yang penting!
Akan tetapi, Bu Tiong Sin sendiri bukan seorang laki-laki jantan yang penuh tanggung jawab. Dan dia bukan mencinta Kui Lan setulus hatinya, melainkan cinta berahi seorang pria yang melihat orang gadis muda yang cantik menarik. Kini, setelah hasratnya terpenuhi. gairahnya terhadap Kui Lan menurun banyak sekali Dia bahkan membayangkan betapa akan sengsara hidupnya kelak kalau sampai menjadi suami Kui Lan. Tentu dia akan menjadi seperti seekor kerbau yang diikat hidungnya! Dia sendiri tidak takut kepada Kui Lan, akan tetapi ayahnya. Maka, giranglah hatinya mendengar ucapan gadis itu, karena dengan demikian dia tidak perlu takut bahwa kelak harus
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi suami Kui Lan. Tentu kelak dia akan mendapatkan jalan untuk mengelak tidak menjadi suami Kui Lan, setiap saat boleh menikmati tubuhnya, dan juga tidak sampai terancam oleh Pak Ong. Dia akan mencari akal dan menemukan jalannya!
~o-Dewikz-o0o-Budi.S-o~
Sementara itu, gerakan balatentara Mongol yang dipimpin oleh Jenghis Khan dan para panglimanya yang pandai dan gagah perkasa, merupakan malapetaka bagi rakyat yang tinggal di antara kota raja Yen-cing (Peking) dan Tembok Besar. Dusun-dusun yang dilewati. pasukan Mongol itu seperti dilanda air bah yang menghanyutkan dan membasmi segalanya, atau seperti api yang melalap habis sebuah hutan kering. Pasukan itu membakar rumah, membunuh, merampok, dan memperkosa. Mereka agaknya berpendapat bahwa setiap orang Han yang ditemui harus dibunuh karena hal itu berarti mengurangi jumlah musuh!
Mengurangi kemungkinan adanya mata-mata musuh.
Bagaimanapun juga, di mana-mana Jenghis Khan menghadapi perlawanan dari pasukan-pasukan Kerajaan Cin yang kuat dan yang banyak sekali jumlahnya.
Untunglah bahwa para perajuritnya adalah orang-orang yang gemblengan dan banyak pengalaman dalam pertempuran. Rata-rata pandai menunggang kuda, mampu bergerak cepat, bertenaga besar, berdaya tahan amat kuat dan pandai pula memainkan golok atau tombak. Semua perlawanan pasukan Cin disapu bersih setiap kali terjadi pertempuran di medan terbuka. Pasukan Cin yang selama ini hanya bermalas-malasan, jarang berlatih sehingga rata-rata berperut gendut dan bergerak lamban, bukanlah lawan jago-jago berkelahi seperti para perajurit Mongol itu. Akan tetapi setiap kali menghadapi benteng pasukan Cin, Jenghis
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Khan kewalahan! Pasukannya hanya kuat dan ampuh kalau melakukan pertempur di lapangan terbuka, pandai bersiasat mengelabui lawan, juga memiliki kuda yang cepat. Kalau dihadapkan benteng yang kuat, tembok tebal yang sukar diruntuhkan, dengan penjagaan ketat di atas benteng, pasukan Mongol kehilangan akal. Inilah sebabnya mengapa dalam penyerbuan pertama itu, biarpun pasukannya sudah dapat mencapai dekat benteng tembok Yen-cing, namun dia tidak berhasil membobol benteng itu, bahkan mengalami kerugian besar karena tentara Cin memiliki senjata-senjata lontar yang ampuh, yang dihujankan dari atas tembok benteng dan membuat pasukan Mongol yang mengepung di luar benteng menderita kerugian besar dan kocar-kacir.
Pasukan Cin memiliki alat-alat perang ampuh yang belum dikenal bangsa Mongol. Ada alat pelempar batu batu besar, busur raksasa yang talinya ditarik dan direntangkan sepuluh orang. Ada pula pelempar batu raksasa yang direntangkan oleh dua ratus orang dan dapat melemparkan sejumlah batu besar ke luar benteng. Ada pula "api terbang", semacam ranjau yang diledakkan dalam tabung bambu dan melontarkan bola api ke arah musuh di luar benteng. Menghadapi. penyerangan dari dalam benteng jarak jauh ini, sedangkan pinak musuh terlindung oleh tembok benteng yang tebal sebaliknya pasukannya di medan terbuka, Jenghis Khan kewalahan. Pasukannya hanya memiliki anak panah untuk melawan semua senjata jarak jauh yang ampuh Itu, dan pasukannya tidak terlindung. Bahkan dalam pertempuran pertama, Jenghis Khan menderita luka di pahanya yang membuat dia terpaksa menarik mundur pasukannya.
Kini luka-lukanya sudah mulai sembuh dan biarpun belum sembuh sama sekali, dia sudah mengerahkan pasukannya lagi untuk menyerbu ke selatan. Kini
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pasukannya sudah beristirahat dan dia sudah menghimpun kekuatan baru. Sekali ini, Jenghis Khan menghadapi perlawanan yang lebih kuat dari pihak Kerajaan Cin yang juga sudah bersiap-siaga. Terjadilah pertempuran hebat di mana-mana. Pasukan Mongol terpaksa harus merampas kembali daerah yang pernah mereka kuasai dalam perang terdahulu. Dan kembali pasukan Mongol yang dipimpin oleh panglima-panglima perang yang amat pandai itu memperlihatkan keunggulan di medan terbuka. Pasukan Cin dipukul mundur dan biarpun di pihak pasukan Mongol banyak pula jatuh korban, namun akhirnya Jenghis Khan dapat membagi balatentaranya menjadi tiga pasukan besar yang menyerbu dari tiga jurusan. Para putera Jenghis Khan yang besar dalam perang itu memimpin pasukan menyerbu Shan-si. Dari utara sebuah pasukan lagi dipimpin oleh Panglima Yuci melintasi Pegunung Khing-an-san, bergabung dengan pasukan dari Liao-tung, sekutu mereka.
Jenghis Khan sendiri memimpin induk pasukan terus menyerbu sampai ke tepi laut dekat Yen-king.
Dalam penyerbuan ke dua ini, Jenghis Khan
menggunakan siasat baru untuk menundukkan kota-kota yang dilindungi benteng yang kuat. Dia menyuruh pasukannya menangkapi para petani dan memaksa mereka berjalan di depan pasukannya sebagai perisai, dan memaksa mereka membukakan pintu gerbang dengan janji bahwa kalau mereka membantu, mereka tidak akan dibunuh.
Mereka yang tidak mentaati perintah ini, dibantai habis-habisan! Sawah ladang mereka basmi, lumbung-lumbung mereka bakar dan semua orang yang tidak dapat mereka pergunakan atau manfaatkan, biar anak kecil atau perempuan sekalipun mereka bunuh tanpa ampun lagi.
Sepak terjang penuh kebuasan inilah yang membuat pasukan Mongol kemudian terkenal di seluruh dunia sebagai pasukan yang amat kuat dan sukar dikalahkan oleh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bangsa manapun yang mereka serbu! Pihak lawan sudah menjadi giris dan ngeri mendengar akan kebuasan mereka.
Sekali ini, Kerajaan Cin menjadi panik. Agaknya pasukan Mongol mengadakan perang total, mengerahkan tenaga habis-habisan dan kini telah mengepung benteng tembok kota raja Yen-king. Bahkan ketika mereka menyerbu melewati benteng-benteng pertahanan di luar kota Yen-king, banyak panglima Kerajaan Cin menjadi ketakutan dan kehilangan akal lalu dengan sisa pasukannya, beberapa orang panglima menyerah dan taluk kepada pasukan Mongol! Mereka tidak di basmi, hanya yang luka saja mereka bunuh semua, sedangkan yang tidak terluka, mereka terima sebagai tentara taklukan dan Jenghis Khan yang membutuhkan tenaga banyak orang itu menempatkan mereka untuk menjaga daerah yang telah dikuasai pasukannya! Dia sendiri bersama semua pasukan yang telah bergabung, kini berkemah di dekat kota Yen-king, menghadapi benteng yang amat kokoh itu.
Akan tetapi, setelah berhasil tiba di dekat Yen-king, kota raja di mana tinggal Kaisar Wai Wang dari Kerajaan Cin, balatentara Mongol sudah kelelahan, banyak di antara mereka tewas dan banyak pula yang menderita luka-luka.
Bahkan banyaknya orang yang tewas dan kurang terawat mayat mereka, akibat pembantaian di sepanjang perjalanan, timbullah wabah penyakit yang merajalela ke mana-mana.
Banyak pula di antara para perajurit Mongol terserang wabah ini. Kuda tunggangan mereka pun sudah kelelahan dan kurang terpelihara sehingga keadaan mereka buruk sekali. Ketika Jenghis Khan yang belum sembuh benar lukanya beristirahat di dalam perkemahannya, membiarkan pasukannya beristirahat pula, ia dihadap oleh para panglima dan puteranya yang gagah dan setia. Para panglima yang sudah melihat hasil baik penyerbuan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka, tinggal menghadapi benteng Yen-king saja, mengemukakan pendapat mereka bahwa sebaiknya benteng Yen-king itu mereka serang saja dan Kaisar Wai Wang mereka tangkap. Kalau kaisar itu sudah dapat ditawan, tentu semua perlawanan pasukan Cin akan terhenti, kata mereka.
Akan tetapi Jenghis Khan mengerutkan alisnya dan menggeleng kepalanya, sambil bersandar pada kursinya, sebuah kursi kesayangan yang selalu dibawa oleh seorang pengawalnya dan selalu didudukinya kalau dia beristirahat, Jenghis Khan memandang kepada para pembantunya dan berkata, suaranya lembut.
"Kalian memang telah berjasa besar dan kita memperoleh kemajuan pesat Berkat kegagahan pasukan kalian, maka kita berhasil menalukkan dan menduduki seluruh propinsi di sebelah utara Sungai Kuning. Setiap orang perajurit berjiwa besar dalam perang ini. Untuk sementa kemenangan ini sudah cukup bagi kita akan tetapi bagaimana mungkin kita kembali ke tanah air dengan tangan hampa" Kita harus mendapatkan barang berharga untuk dibagikan kepada setiap orang perajurit dan panglima yang telah berjasa besar, untuk menyenangkan dan menenangkan hati mereka, agar mereka itu semua dapat membawa oleh-oleh untuk keluarga mereka."
~o-Dewikz-o0o-Budi.S-o~
Jilid XXIII Semua panglima mendengarkan dengan hati merasa heran. Setelah mereka mencapai kemenangan dan berada di luar kota Yen-king, kenapa tidak terus saja menyerbu benteng terakhir itu" Akan tetapi, Jenghis Khan adalah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seorang ahli siasat yang berpemandangan luas dan berpikiran panjang. Dia telah memperhitungkan keadaannya. Pasukannya telah lelah sekali dan sudah berkurang banyak jumlahnya. Pasukan talukan dari para panglima Cin itu masih belum dapat diandalkan, belum dapat dipercaya karena kalau mereka membalik tentu akan membahayakan sekali. Dan dia pun tahu bahwa kini tentu seluruh kekuatan dipusatkan di Yen-king untuk menahan serangan pasukannya. Akan tetapi perang besar besaran yang tidak mudah dimenangkan pasukannya. Pertama, karena pasukan Cin yang dikerahkan di benteng itu tentu besar jumlahnya dan kuat, juga mereka itu merupakan pasukan baru yang belum banyak mengeluarkan tenaga, belum lelah seperti pasukannya sendiri. Juga, benteng itu kuat bukan main, sukar untuk diruntuhkan.
Mempergunakan para petani pun percuma, karena untuk mempertahankan benteng kota raja itu, para perajurit musuh tentu tidak akan segan membunuh para petani itu untuk mempertahankan benteng mereka.
Kalau sampai pusukannya kalah di Yen-king, berarti celaka baginya. Jujga andaikata menang, tentu pasukannya tinggal sedikit dan menjadi lemah. bagaimana mungkin mempertahankan ketenteraman, mencegah pemberontakan pemberontakan dengan pasukan yang tinggal sedikit dan sudah lemah" Apa artinja menguasai Yen-king kalau kemudian pihak musuh melakukan pomberontakan dan merebut kembali kota raja itu" Pula kalau dilanjutkan pertempuran itu yang melelahkan dan melemahkan pasukannya tentu jauh di utara mereka yang diam diam tidak menyukai kejayaannya akan memberontak. Di utara ada musuh-musuh yang tak dapat diabaikan kekuatannya dan mereka tentu akan menyerang kalau mendengar bahwa kekuatan pasukan Mongol dikerahkan di selatan dan tak mungkin melindungi daerah Gobi di utara. Di sepanjang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
selatan terdapat Kerajaan Hia yang aneh dan juga disebut Kerajaan Hitam atau kerajaan orang-orang yang suka melakukan kejahatan yang kejam, mereka adalah orangorang dari bermacam golongan, ada orang dari Tibet yang merupakan pelarian karena mereka adalah orang-orang yang suka melakukun perampokan terhada kafilah kafilah yang lewat, dan terdapat pula penjahat-penjahat pelarian dari selatan, dari Kerajaan Cin. Mereka ini orang-orang kang-ouw yang pandai ilmu silat, akan tetapi jahat dan ganas. Di sebelah Barat daya terdapat negara lain yang disebut negara Kathay Hitam yang menguasai pegunung-dan juga tidak pernah mau tunduk terhadap orang-orang Mongol yang dipimpin Jenghis Khan. Dan di barat sekali, terdapat bangsa Kirgis yang selalu menjauhkan diri dari bangsa Mongol dan tak pernah mau takluk atau bergabung.
Inilah yang membuat Jenghis Khan tidak mau nekat mengerahkan pasukannya yang sudah lelah itu untuk menggempur benteng Yen-king. Sebaliknya, kalau Kaisar Wai Wang dari Kerajaan Cin memenuhi permintaannya agar kerajaan itu memberi upeti atau hadiah untuk penghentian perang, maka dia akan mendapatkan barang-barang berharga untuk menyenangkan para sekutu dan perajuritnya dan juga peristiwa itu akan menurunkan kewibawaan Kaisar Wai Wang. Berarti dia memperoleh dua kemenangan yang lebin aman.
Ketika Jenghis Khan mengemukakan pendapatnya ini, para panglimanya tidak ada yang berani membantah, walaupun di antara mereka diam-diam merasa kecewa karena mereka ini tergolong orang orang yang baru merasa puas kalau sudah mampu menalukkan musuh. Dan Kaisar Kerajaan Cin belum takluk!
Ketika Kaisar Wai Wung menerima surat dari Jenghis Khan yang menuntut upeti untuk penghentian perang itu,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dia lalu mengumpulkan semua menteri dan penasihatnya untuk berunding.
Yeliu Cutay yang juga hadir segera menyatakan pendapatnya. "Hamba mohon agar Paduka tidak memenuhi permintaan itu, Sribaginda! Menurut keterangan para penyelidik yang hamba kirim keluar benteng, keadaan pasukan Mongol itu sedang lemah. Mereka kelelahan, banyak yang terserang penyakit, dan mereka merasa tidak berdaya menghadapi pertahanan benteng kita yang kuat.
Sebaiknya kalau Paduka memerintahkan agar pasukan kita menyerbu keluar dan menghancurkan nereka dalam perkemahan mereka."
Kaisar mengerutkan alisnya. "Hemmm, itu akan merupakan pertempuran habis habisan karena mereka tentu akan mengerahkan seluruh tenaga. Akibatnya andaikata kita menang pun tentu pasukan kita akan hancur dan banyak yang tewas. "
"Akan tetapi kedudukan dan kehormatan Paduka akan selamat." bantah Yeliu Cutay. Aknn tetapi kaisar memang sudah mulai merasa tidak suka kepada Yeliu Cutay semenjak peristiwu lolosnya San Hong dan Siang Bwee dari istana, maka dia pun menggerakkan tangan menolak usul itu.
"Sekali ini Jenghis Khan yang merendahkan diri mengajukan usul perdamaian atau setidaknya gencatan senjata. Hal ini menunjukkan bahwa dia memang mempunyai iktikad baik. Mengapa uluran tangan ini tidak kita sambut?"
Seorang penasihat lain mcmberanikan diri berkata.
"Ampunkan hamba, Sribaginda. Kalau Jenghis Khan hanya mengajak damai dan mengusulkan gencatan senjata saja, tentu hal itu amat baik untuk disambut. Akan tetapi dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
suratnya yang dibaeakan tadi, hamba mendengar bahwa ajakan damai itu disertai tuntutan dan permintaan. Pertama dia minta seribu orang pemuda pemudi yang akan dijadikan hamba sahaya, kemudian sekelompok kuda yang pilihan, bahkan dua puluh empat peti emas dan perak. Bahkan lebih dari itu, dia pribadi minta seorang puteri keluarga kerajaan untuk diperisteri, dan minta jaminan agar para pangeran Liao-tung diperbolehkan tinggal di Liao-tung tanpa mendapat gangguan dari kita. Kalau dituruti semua permintaan itu, sungguh akan mendatangkan kesan seolah-olah kita takut kepadanya."
Kini Kaisar Wai Wang menggebrak meja dengan marah.
"Hemmm, kalian ini hanya memikirkan nama kosong belaka! Tidak tahukah kalian betapa rakyat jelata telah menderita hebat" Apakah kini akan ditambah lagi dengan perang besar yang habis-habisan" Apa artinya kalau hanya seribu orang pemuda dan gadis dijadikan hamba sahaya di kerajaan Jenghis Khan, beberapa peti emas dan perak dan seorang puteri sebagai isteri Jenghis Khan" Justeru permintaan itu menunjukkan bahwa Jenghis Khan benar-benar hendak berdamai dan bahkan mengikat tali kekeluargaan. Sudah sepatutnya kalau kita pun melupakan permusuhan dengan orang Mongol dan orang Liao-tung.
Kita terima permintaannya itu!"
Tentu saja keputusan kaisar merupakan keputusan terakhir dan tak seorangpun menteri berani membantahnya.
Akan tetapi hati Yeliu Cutay menjadi semakin hambar dan tidak suka kepada Kaisar Wai Wang yang dianggapnya lemah penakut itu.
Utusan Jenghis Khan diterima dan persetujuan diadakan. Tanpa mempedulikan ratap rangis mereka, lima ratus pasang muda mudi yang tampan dan cantik dikirimkan kepada Jenghis Khan, bersama sekelompok
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kuda pilihan, ber-peti-peti emas dan perak, dan semua itu mengiringkan sebuah joli di mana duduk seorang puteri jelita keluarga kaisar! Puteri ini masih seorang keponakan kaisar, cantik dan agung, calon isteri muda Jenghis Khan.
Biarpun pasukannya tinggal sebagian saja, namun Jenghis Khan kembali ke utara dengan gembira karena merasa telah memperoleh kemenangan walaupun belum berhasil menumbangkan kekuasaan Raja Wai Wang dan belum menduduki Yen-king. Dan dalam perjalanan pulang ini pun terjadilah kekejaman-kekejaman yang melampaui batas prikemanusiaan.
Para tawanan, bahkan muda-mudi yang akan dijadikan hamba sahaya, yang tidak kuat melanjutkan perjalanan jauh ini, atau mereka yang jatuh sakit, langsung saja dibunuh!
Bangsa Mongol ini memang tidak menghargai nyawa manusia, kalau manusia itu menjadi musuh mereka.
Bahkan mereka akan mengurangi manusia di selatan sebanyak mungkin agar terdapat tanah yang luas dan subur untuk dijadikan tanah perumputan bagi keperluan ternak mereka. Juga, tawanan yang sakit hanya akan merepotkan saja.
Semenjak pasukan Mongol kembali ke utara dan dalam Kerajaan Cin menjadi tenang dan tenteram kembali, Kaisar Wai Wang kehilangan kewibawaannya. Para menteri setia dan para pendekar merasa kecewa sekali akan sikap kaisar yang mereka anggap lemah dan merendahkan martabat bangsa itu. Bangsa Mongol sudah mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan terhadap rakyat jelata, dan kaisar malah memberi upeti kepada mereka!
Pemerintahan baru kuat kalau para penguasa dan pemimpinnya didukung sepenuhnya oleh rakyat jelata.
Pemimpin yang bijaksana akan selalu memperhatikan keinginan dan kepentingan rakyat jelata karena rakyat jelata
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
merupakan sumber kekuatan. Pasukan yang didukung rakyat pun akan merupakan pasukan yang amat kuat.
Sebaliknya kalau penguasa dan pemimpin tidak bijaksana, tidak di dukung rakyat jelata, pemerintahann akan menjadi rapuh karena ketidakpuasan rakyat akan menimbulkan pertentangan dan pemberontakan sehingga terjadi perpecahan dan hal ini tentu saja melemahkan pemerintah.
Demikianlah keadaan kerajaan Cin di waktu itu.
Ketahanan kerajaan Cin semakin lemah, padahal Jenghis Khan jauh di utara menyusun kekuatan dan menjadi semakin kuat saja.
~o-Dewikz-o0o-Budi.S-o~
"Jahanam! Keparat busuk! Memalukan saja! Orang seperti itu tidak patut menjadi kaisar!" Berulang-ulang Nam Tok memaki-maki sambil berjalan hilir mudik di dalam ruangan rumahnya yang luas itu. Ruangan di sebelah dalam itu dipergunakan untuk ruangan duduk dan di sudut ruangan, berlutut, nampak dua orang yang berpakaian serba hitam. Mereka berlutut dan kelihatan ketakutan, tidak berani berkutik dan tidak berani mengeluarkan suara.
Nam Tok atau lengkapnya Nam-san Tok-ong Ang Leng Ki yang sudah berusia enam puluh tahun itu hidup di dalam rumah besar yang mewah ini di lereng Pegunungan Nam-leng-san. Dia hidup menduda, dilayani oleh lima orang pelayan pria dan lima orang pelayan wanita. Akan tetapi, kadang-kadang dia meninggalkan rumah sampai berbulan-bulan. Hanya kalau dia dan puterinya, Ang Siang Bwee kebetulan berada di rumah bersama-sama, maka rumah itu kelihatan hidup. Kalau kedua orang ini tidak ada, maka yang tinggal hanya sepuluh orang pelayan itu. Nam Tok hidup menduda sejak Siang Bwee masih kecil. Kadang-kadang ada tokoh-tokoh dunia persilatan mendaki lereng itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk menghadap Nam Tok dan tentu saja mereka tidak lupa membawa barang berhadiah sebahai tanda penghormatan dan tanda taluk. Maklum, Nam Tok merupakan seorang datuk sesat yang dihormati seluruh kaum sesat di selatan. Dialah tempat para tokoh sesat mengadu, dan dialah yang paling ditakuti, karena kalau ada tokoh yang tidak memperlihatkan hormat dan tunduk kepadanya, jangan harap tokoh sesat itu dapat tinggal dengan selamat di daerah selatan! Sekali Nam Tok turun tangan, si penentang itu pasti akan tewas secara mengerikan!
Akan tetapi kenapa Nam Tok yang menjadi Datuk Besar dunia kang-ouw di selatan dan hidup seperti seorang raja itu kini marah-marah, gelisah dan kelihatan murung dan memaki-maki kaisar! Kaisar manakah yang dimakinya"
Tempat tinggalnya, yaitu di bagian paling selatan dari Propinsi Hu-nan, termasuk wilayah kekuasaan Kerajaan Sung. Akan tetapi bukan Kaisar Sung yang di makinya, melainkan Kaisar Wai Wang dari Kerajaan Cin di sebelan utara. Baru saja dua orang pembantu barunya, yaitu Hek I Siang-mo (Sepasang Iblis Baju Hitam) yang diutusnya untuk mencari Siang Bwee, datang untuk melaporkan hasil usaha mereka mencari puteri Datuk Besar Selatan itu.
Mereka melaporkan dengan takut-takut bahwa mereka tidak berhasil menemukan Siang Bwee karena di utara telah terjadi perang ketika pasukan Mongol menyerbu Kerajaan Cin.
Mendengar ini, hati Nam Tok tertarik sekali. Dia melupakan puterinya dan yang ditanyakan adalah tentang perang itu. Ketika dia mendengar betapa pasukan Mongol berhasil memaksa Kaisar Wai Wang untuk menyerahkan upeti kepada Jenghis Khan, Nam Tok mencak-mencak saking marahnya. Dia seorang datuk besar golongan sesat,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
akan tetapi hatinya penuh rasa kepatriotan. Mendengar betapa Kaisar Kerajaan Cin, berarti juga kaisar bangsanya, secara tidak tahu malu dan pengecut tunduk kepada seorang kepala bangsa liar Mongol, hatinya menjadi panas.
Dia memaki-maki Kaisar Wai Wang yang dianggapnya menurunkan martabat bangsanya, dan memalukan sekali.
"Kalian tidak mempunyai kemampuan!" akhirnya Nam Tok memandang kepada dua orang tokoh sesat yang masih berlutut itu. "Mencari seorang anak perempuan saja tidak mampui"
"Harap Lo-cian-pwe mengampuni kami," kata Thian-te-mo yang pendek gendut dan mulutnya selalu menyeringai tersenyum ramah, "sebetulnya kami telah dapat menemukan jejak Ang Siocia (Nona Ang) di kota raja Yanking di Kerajaan Cin, bahkan menemukan jejak Ang Siocia memasuki istana kaisar."
"Ahhh!" Sepasang mata Nam Tok terbelalak, lalu dia tertawa bergelak. Di mengenal puterinya yang kenakalan keberaniannya bahkan mengagumkan sendiri. Puterinya itu tidak pernah mengenal takut, cerdik bukan main, banyak akal dan pandai mengatasi segala kesulitan, "Bocah itu memasuki istana kaisar....." Bagaimana cerita yang kau dengar?"
"Kami sudah melakukan penyelidikan. Kabarnya, Ang Siocia bersama seorang pemuda she Kwee....."
"Hemmm, dia.....?" Nam Tok teringat akan pemuda tolol yang dicinta oleh puterinya itu.
"Lo-cian-pwe sudah mengenal dia?"
"Sudahlah teruskan!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Menurut hasil penyelidikan kami, Ang Siocia dan pemuda Kwee itu diundang sebagai tamu oleh Kaisar Wai Wang."
Kembali Nam Tok terbelalak. Bukan main, pikirnya. Dia yakin bahwa hal itu tentu terjadi bukan karena Kwee San Hong itu, yang tolol, melainkan tentu karena ulah si Siang Bwee yang nakal dan penuh akal. Sampai kaisar sendiri mengundang mereka sebagai tamu! Dia sendiri saja akan merasa terhormat, akan tetapi juga tidak mungkin, menerima undangan dari seorang kaisar untuk menjadi tamu di istananya!
"Lalu bagaimana?"
"Menurut keterangan yang kami peroleh, Ang Siocia dan pemuda Kwee itu lolos malam-malam dari istana, entah mengapa tak seorang pun mengetahuinya, dan sebelum lolos dari kota raja, agaknya mereka telah mencuri dan menggondol beberapa ekor bebek panggang karena seorang pemilik rumah makan mengeluh kehilangan beberapa ekor bebek panggang pada malam hari itu. Entah benar Ang Siocia yang mengambilnya atau tidak, tak ada yang mengetahui dengan pasti....."
"Ha-ha-ha-ha-ha! " Nam Tok tertawa bergelak-gelak dan dua orang itu saling pandang dengan heran dan khawatir.
Biasanya Nam Tok bersikap angkuh dan bahkan dingin, akan tetapi sekali ini Datuk Besar itu tertawa bergelak dan nampak demikian gembira! "Ha-ha-ha siapa lagi kalau bukan Bwee-ji (anak Bwee) yang melakukan itu" Ha-ha-ha Siauw Bwee (Bwee Kecil) memang paling doyan bebek panggang! Ia telah berani mempermainkan kaisar pengecut itu. Ha-ha-ha, puaslah hatiku. Siauw Bwee, sekali ini engkau benar membikin gembira hati ayahmu, ha-ha-ha-ha-ha"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hek I Siang-mo merasa lega dan mereka pun ikut tertawa gembira.
"Ang Siocia memang hebat, Lo-cian-pwe!" kata Thian-te-mo memuji untuk menyenangkan hati Datuk Besar itu.
"Kami juga mendengar bahwa Ang Siocia pergi ke kota Si-yang. Akan tetapi ketika kami menyusui ke sana, ia sudah tidak ada dan jejaknya menuju ke kota raja Yen-king, maka kami menyusul ke Yen-king." kini Im-yang-mo yang bertubuh tinggi kurus dan wajahnya selalu cemberut itu melapor.
"Ehhh" Ke Si-yang" Mau apa ia ke sana?" Nam Tok mengerutkan alisnya mendengar puterinya pergi ke Si-yang, karena di kota itulah tempat tinggal Tung Kiam, datuk besar timur yang menjadi saingannya. Tiba-tiba dia bertepuk tangan, keras sekali sehingga terdengar seperti ledakan. Terbirit-birit sepuluh orang pelayannya berdatangan, berlari-lari karena biasanya, majikan mereka itu kalau memerlukan sesuatu dan memanggil mereka, bertepuk tangan walaupun tidak sekeras itu. Akan tetapi ketika mereka bermunculan di pintu, Nam Tok memberi isyarat dengan tangan agar mereka pergi lagi. Mereka pun pergi sambil menggerakkan pundak dan tidak berani bertanya apa pun.
"Ah, aku tahu sekarang! Tentu monyet cerdik itu membawanya kepada Tung Kiam! Keahliannya dalam pengobatan tusuk jarum mungkin saja dapat
menyembuhkan akibat pukulanku. Akan tetapi bagaimana mungkin Tung Kiam sudi mengobati dia" Hemmm, agaknya tidak ada yang tidak mungkin bagi anak monyet yang cerdik itu, ha-ha-ha!" Dia tertawa lagi, tidak menyadari bahwa dengan memaki Siang Bwee dengan sebutan "anak monyet" sama saja halnya dengan memaki dirinya sendiri sebagai "monyet"!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kembali Nam Tok bertepuk tangan, kini tepuk tangan biasa, dua kali dan seorang pelayan wanita yang usianya kurang lebih tiga puluh tahun, datang menghadap karena isyarat tepuk tangan itu berarti memanggil dirinya. Wanita itu merupakan orang kepercayaan Nam Tok, bahkan ialah yang mengurus dan menyimpan harta benda datuk besar itu. Namanya Su Leng Ci dan di antara sepuluh orang pelayan itu, ia memiliki ilmu silat yang paling tinggi.
"Leng Ci, ambilkan dua ratus tail perak dan berikan kepada mereka ini masing-masing seratus tail." kata Nam Tok. Wanita itu mengangguk dan pergi. Tak lama kemudian diserahkannya sebuah kantong kain kuning terisi seratus tail perak kepada masing-masing dan Hek I Siangmo yang menerimanya dengan girang. Bagi kedua orang manusia iblis ini, jumlah uang itu tidak begitu penting.
Kalau mereka menghendaki, setiap waktu mereka akan mampu mencuri atau merampok uang sebanyak itu. Akan tetapi yang membuat mereka gembira adalah karena hadiah itu pemberian Nam Tok, dan hal ini saja sudah merupakan suatu penghormatan bagi mereka. Mereka tahu bahwa Datuk Besar itu sedang bergembira karena tadi mendengar akan cerita mereka tentang diri Ang Siang Bwee. Setelah menghaturkan terima kasih, Thian-te-mo dalam usahanya menyenangkan datuk itu lalu berkata, "Lo-cian pwe, ada sebuah kabar penting lagi yang saya kira akan menarik hati Lo-cian pwe."
"Thian-te-mo, ada kabar apa lagi. Kalian sudah berjasa besar, membawa kabar menjengkelkan tentang Kaisar Wai Wang yang pengecut dan kabar menggembirakan tentang Siang Bwee yang cerdik dan berani. Kabar apalagi yang akan menarik hatiku" Ceritakanlah."
"Dalam perjalanan kami ke utara mencari jejak Ang Siocia, kami melihat seorang Han dalam keadaan luka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
parah hendak dibunuh tiga orang Mongol yang lihai. Tentu saja kami segera turun tangan. Kami membunuh tiga orang Mongol ini Ternyata orang Han itu adalah seorang mata-mata Kerajaan Cin yang berhasil menyusup ke dalam masyarakat Mongol dan tinggal sampai bertahun-tahun di sana. Dan luka-lukanya amat parah, nyawanya tidak tertolong. Dari dialah, sebelum dia mati, kami mendengar berita aneh itu."
"Berita aneh apa" Katakanlah cepat, aku tidak tertarik tentang riwayat mata-mata yang sudah mampus itu."
"Berita tentang adanya sebuah pedang pusaka yang disebut Pedang Asmara atau Pedang Baja Dewa Hijau....."
"Ahhh" Benarkah itu" Aku pernah mendengar tentang Baja Dewa Hijau, akan tetapi belum pernah mendengar tentang Pedang Asmara!"
Melihat Datuk Besar itu terlarik sekali, dua orang itu semakin bangga. "Pedang Asmara itu tadinya milik Jenghis Khan!" kata Im-yang-mo dan mendengar ini, turunlah semangat Nam Tok.
"Ah, begitukah?" Tentu saja semangatnya turun karena kalau pedang pusaka itu dimiliki raja bangsa Mongol itu, bagaimana mungkin dia akan dapat melihatnya, apalagi merampasnya" Dia mendengar bahwa Baja Dewa Hijau adalah semacam baja yang ampuh dan kalau dibuat pedang, tentu menghasilkan sebuah pedang pusaka yang luar biasa.
Kalau dia meliki pedang seperti itu, tentu hal ini akan memperkuat kedudukannya dalam persaingannya dengan para datuk besar lainnya.
Melihat sikap Datuk Besar Racun Selatan itu kecewa Thian-te-mo segera menyambung keterangan adiknya, Akan tetapi, pedang pusaka itu oleh Jenghis Khan telah diberikan kepada seorang pendekar yang kini bekerja di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kota raja Yen-king. Namanya Yeliu Cutay. Itulah yang kami dengar dari mata-mata ini sebelum dia
menghembuskan napas terakhir, dan dia menceritakan hal itu kepada kami sebagai tanda terima kasih bahwa kami telah menolongnya."
Benar saja. Kegembiraan Nam Tok bangkit kembali. Dia mengelus jenggotnya dan mengangguk-angguk. "Yeliu Cutay di Yen-king" Hemmm, aku tertarik sekali. Hek I Siang-mo, sekarang kalian harus segera pergi lagi dan selidiki, cari anakku Siang Bwee sampai dapat. Sebelum bertemu dengannya, jangan kalian kembali ke sini. Aku sendiri akan ke Yen-king melihat-lihat keadaan setelah kaisarnya begitu merendahkan diri kepala orang Mongol.
Kalian sudah kuterima sebagai pembantu-pembantuku yang baik, maka perlu kalian ketahui bahwa kurang lebih setahun lagi, pada bulan purnama dari bulan ke sepuluh. Empat Datuk Besar akan mengadakan pertemuan dan
pertandingan tiga tahun sekali. Aku minta agar pada waktu itu kalian ikut hadir memperkuat pihakku. Pertemuan itu diadakan di puncak Kabut Putih Pegunungan Thay-san."
Kedua orang tokoh sesat itu merasa gembira bukan main. Mereka sudah pernah mendengar akan pertemuan Empat Datuk Besar itu, dan tidak sembarang orang kang-ouw berani memperlihatkan diri pada saat itu. Hanya mereka yang dipilih oleh keempat datuk itulah yang akan hadir. Dan kini mereka dipilih Nam Tok untuk memperkuat pihaknya. Betapa menggembirakan. Suatu kehormatan besar dan peristiwa itu sekaligus akan mengangkat nama mereka tinggi-tinggi.
"Baik, Lo-cian-pwe. Mudah-mudahan sebelum waktu itu kami sudah akan dapat menemukan Ang Siocia." kata Thian-te-mo.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Siang Bwee juga sudah pasti akan hadir di waktu itu.
Kalau aku tidak mendapatkan orang lain yang menjadi wakil ku, anakku itulah yang akan maju sebagai muridku.
Nah, kalian boleh berangkat sekarang juga."
Akan tetapi ketika dua orang itu hendak pergi, Nam Tok memanggil mereka kembali. "Sebagai orang orangku kalian perlu menerima satu dua macam jurus pukulan dariku, agar kalian pelajari dengan baik."
Tentu saja mereka berdua girang bukan main dan sehari itu mereka tekun mempelajari ilmu pukulan Hek-tok-ciang (Tangan Racun Hitam), semacam ilmu, pukulan beracun yang disesuaikan dengan julukan mereka. Thian-te-mo sendiri sudah memiliki ilmu pukulan yang disebut Hek hiat-ciang, namun dibandingkan Hek-tok-ciang, ilmunya itu masih kalah jauh. Kalau mereka mengerahkan tenaga dalam menggunakan Hek-tok-ciang ini, kedua tangan mereka berubah hitam sampai di pergelangan tangan, penuh dengan hawa beracun yang akan dapat menewaskan musuh dengan satu kali pukul!
Setelah mengetahui rahasia pukulan itu dan cara melatihnya, dua orang itu lalu menghaturkan terima kasih dan meninggalkan lereng Pegunungan Nam-leng. Dalam perjalanan ini keduanya melatih Hek-tok-ciang dan karena mereka memang sudah memiliki landasan kuat dalam ilmu pukulan beracun, maka sebentar saja mereka sudah dapat menguasainya lengan baik.
Nam Tok sendiri segera meninggalkan rumah tak lama setelah dua orang pembantunya itu pergi. Dia mengenakan pakaian "kebesarannya", yaitu pakaian dari sutera putih bersih, sabuk emas jubah merah dan memegang tongkat setinggi pundak yang kedua ujungnya berlapis emas dan kepala tongkat berbentuk kepala naga. Buntalan kain kuning berisi bekal pakaian dan emas tergantung di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
punggungnya. Dia nampak gagah perkasa dan penuh wibawa ketika melangkah menuruni lereng Gunung Nam-leng-san. Setelah menikmati pemandangan alam dari lereng itu sambil melangkah perlahan, akhirnya dia menggunakan ilmu berlari cepat dan tubuhnya berkelebat seperti terbang saja menuruni lereng itu.
~o-Dewikz-o0o-Budi.S-o~
"Kita ke mana, Bwee-moi?" San Hong bertanya ketika gadis itu mengajaknya melakukan perjalanan ke utara.
"Sudah kukatakan, mencari Pak Ong di utara."
"Tapi, bukankah pasukan Mongol datang dari utara?"
Siang Bwee berhenti melangkah, memandang kepada pemuda itu dan bertolak pinggang. "Aih, Hong-koko, apakah mendadak engkau menjadi penakut dan gentar menghadapi orang Mongol?"
"Bukan begitu, Bwee-moi yang manis... ."
"Aduh, merayu lagi!"
"Bukan merayu. Engkau kalau bertolak pinggang dan terbelalak seperti itu memang manisnya melebihi madu."
"Ihhh! Memangnya aku kausamakan dengan minuman, ya" Sudahlah, hentikan rayuanmu dan katakan mengapa engkau menghubungkan kepergian kita mencari Pak Ong di utara dengan pasukan Mongol."
"Begini, Bwee-moi. Engkau pernah menceritakan kepadaku tentang sifat dan watak Empat Datuk Besar, termasuk ayahmu. Dan mengenai kepahlawanan, engkau mengatakan bahwa ayahmu dan Pak Ong adalah orangorang yang mencinta tanah air dan setia kepada kerajaan.
Sebaliknya, See Mo dan Tung Kiam lebih mengutamakan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keuntungan pribadi dan tidak segan membantu pihak asing asalkan mereka mendapatkan keuntungan. Engkau pernah bercerita betapa ayahmu pernah membasmi bajak laut di laut selatan, sedangkan Pak Ong pernah pula membantu pemerintah menghalangi gerombolan orang Liao-tung yang mengacau ke sebelah dalam Tembok Besar. Dan engkau bercerita pula bahwa Tung Kiam pernah membantu orangorang Jepang yang mengacau di sepanjang pantai timur, sedangkan See Mo pernah pula membantu pemberontakan orang Tibet."
Ang Siang Bwee adalah seorang gadis yang luar biasa cerdiknya. Ia sudah tahu apa yang dimaksudkan pemuda yang dikasihinya itu, akan tetapi ia hendak menguji sampai di mana jalan pikiran pemuda yang gagah perkasa, jujur polos dan karenanya agak bodoh itu.
"Apa hubungannya hal itu dengan pencarian kita ke utara untuk bertemu dengan Pak Ong?"
"Bwee-moi, bagaimana sih engkau ini" Kalau Pak Ong memang membenci penyerbu asing dan setia kepada Kerajaan Cin, tentu dia terpaksa harus mengungsi ke selatan, tidak mau lagi tinggal di utara karena dia kalau tidak mau tunduk kepada orang-orang Mongol, tentu dimusuhi dan betapapun saktinya, menghadapi gelombang orang Mongol yang ratusan ribu orang banyaknya, dia tidak akan mampu berbuat banyak."
Berseri wajah Siang Bwee dan mengacungkan ibu jari tangan kanan ke atas. "Engkau jempol, Koko, engkau hebat dan cerdik sekali!"
Wajah pemuda itu berubah kemerahan. Dia tahu bahwa dalam hal penggunaan akal, dia kalah jauh dibandingkan gadis itu, maka pujian itu dirasakannya seperti sindiran.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Wah, Bwee-moi, sekarang engkau yang merayuku!
Ataukah engkau mengejekku?"
"Sama sekali tidak, Koko Memang sekali ini jalan pikiranmu tepat sekali. Akan tetapi, apa kaukira aku akan menyeberang ke luar Tembok Besar untuk mencari Pak Ong" Tidak, Hong-ko. Aku sudah menduga bahwa Pak Ong tentu menjauhi orang Mongol dan mendekati kota raja. Akan tetapi seperti juga ayahku, dia tidak sudi menghambakan diri kepada raja manapun juga dan kalau dia menentang orang asing yang mengacau, hal itu dilakukan demi tanah air, bukan demi raja. Maka, tentu dia tidak mau nggal di kota raja dan tinggal di dekat-dekat kota raja, di suatu tempat, mungkin di sebelah utara kota raja. "
"Kenapa di sebelah utara?"
"Hong-koko, itu mudah sekali diduga, apakah engkau tidak dapat menduganya?"
San Hong menggeleng kepalanya, gadis itu dengan bangga lalu berkata "Hong-koko, kalau orang sedang pergi mengungsi, tentu dia tergesa-gesa dalam memilih tempat.
Yang paling baik cepat ditemukannya, tentu di situ dipilhnya. Pak Ong sedang melarikan diri dari orang-orang Mongol, dan dia tidak mau tinggal di kota raja. Tidak mungkin kalau dia mengungsi sampai melewati kota raja, tentu dia memilih tempat di sebelah utara kota raja. Dan kalau benar dia mengungsi menuju ke selatan, bukan ke barat, sangat boleh jadi dia memilih tempat di sebelah timur laut dari kota raja Yen-king."
"Kenapa pula sebelah timur?" San Hong memandang kagum, sukar baginya mengikuti jalan pikiran Siang Bwee yang berliku-liku dan cermat itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Karena di sebelah timur yang paling aman dan sedikit kemungkinan dilanda pasukan Mongol kalau mereka menyerang ke selatan."
"Hemmm, jadi kalau begitu kita sekarang pergi ke sebelah timur laut kota raja?"
"Hi-hi-hik, engkau cerdik, Hong-koko!"
"Apanya yang cerdik. Engkau sudah membeberkan dengan jelas sekali."
"Ssttt, ada dua orang penunggang kuda lewat!" kata Siang Bwee sambil memandang ke belakang. Ketika San Hong memandang, benar saja dia melihat dua orang penunggang kuda datang dari arah timur menuju ke jalan perempatan itu. Melihat cara mereka menunggang kuda, tegak dan lentur, dan betapa dua ekor kuda itu membalap dengan cepat mudah diketahui bahwa mereka adalah orangorang yang ahli dalam hal menunggang kuda. Ketika mereka datang agak dekat, San Hong dapat melihat bahwa mereka adalah seorang pemuda dan seorang gadis. Si pemuda nampak tampan dan gagah, berpakaian ringkas seperti seorang pendekar, apalagi karena ada gagang sebatang pedang tersembul di belakang pundaknya.
Sedangkan gadis itu berpakaian mewah seperti puteri hartawan dengan pakaian terbuat dari sutera hitam, sabuknya emas yang lebar dan besar, tentu mahal sekali harganya, dan di punggungnya tergantung sebatang golok dengan sarung berukir indah. Ketika dua orang penunggang kuda itu lewat San Hong melihat betapa Siang Bwee membalikkan tubuh menyembunyikan mukanya.
San Hong tidak mengenal dua orang muda itu dan dia melihat betapa gadis itu memandang ke arah Siang Bwee bahkan ketika kudanya lewat, ia masih terus menoleh.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Akan tetapi, dua ekor kuda itu terus kabur, meninggalkan debu tebal.
"Uhhh, menimbulkan debu kotor saja'" kata San Hong sambil mengebut ngebut-kan bajunya. "Bwee-moi, kenapa engkau tadi menyembunyikan muka ketika mereka lewat?"
"Aku mengenal gadis itu! Kalau ada ia, mungkin usahamu mendekati Pak Ong dapat gagal!" Siang Bwee mengeluh. "Entah siapa pemuda itu, belum pernah aku melihatnya."
"Siapakah gadis berpakaian hitam tadi?"
"Itulah gadis yang pernah kusebut, ia puteri Pak Ong, bernama Ji Kui Lan. Ih, ia jahat dan kejam seperti iblis betina." la mengebutkan bajunya yang berdebu. "Untung ia tidak mengenalku dan membalapkan terus. Kiranya tidak salah dugaanku. Pak Ong tentu tinggal di timur sana. Mari kita pergi."
Akan tetapi baru seratus langkah mereka berjalan, terdengar bunyi derap kaki kuda dari belakang. "Mereka lagi...!" kata San Hong yang menengok.
"Biarkan mereka lewat, jangan menengok, berjalan biasa saja." kata Siang Bwee. Diam-diam San Hong merasa heran mengapa kekasihnya yang biasanya berani itu kini kelihatan sungkan untuk bertemu dengan puteri Pak Ong itu.
Demikian lihaikah puteri Pak Ong itu, pikirnya. Pikiran pemuda ini terlalu jujur dan sederhana sehingga dia tidak dapat menduga bahwa kekasihnya yang hendak menemui Pak Ong itu tidak ingin ketahuan puteri Pak Ong karena khawatir akan gagal usahanya, bukan karena takut kepada gadis berpakaian hitam itu.
Dua orang penunggang kuda lewat pula dari belakang mereka, akan tetapi, baru kurang lebih lima belas meter,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keduanya menahan kuda masing-masing, berhenti, memutar kuda dan menghadapi Siang Bwee dan San Hong!
Gadis berpakaian hitam itu memajukan kudanya, memandang kepada Siang Bwee sambil tersenyum mengejek. "Hem, tidak keliru penglihatanku tadi. Biarpun engkau berusaha menyembunyikan mukamu, aku tetap mengenalmu, Ang Siang Bwee. Kaukira dapat mengelabui mataku" Engkau takut melihat aku, bukan" Hi-hi-hik!"
Sepasang mata Siang Bwee bersinar sinar penuh kecerdikan dan tiba-tiba iapun tertawa. "Ha ha-heh heh heh, Ji Kui Lan, kuda betina yang sombong! Bukan aku yang takut, melainkan Pak Ong dan engkau sendiri yang ketakutan, lari terbirit-birit menjauhi pasukan Mongol, bukan" Nah, mukamu berubah kemerahan! karena malu.
Tentu Pak Ong sudah malu bertemu orang, maka bersembunyi saja. Aku berani bertaruh bahwa engkau pun tidak berani mengaku di mana ayahmu yang gagah itu sekarang bersembunyi. Hi-hi-hik, aku mempunyai bahan bagus untuk diceritakan di puncak Kabut Putih di Thai-san kelak. Tentu para datuk lainnya akan kaku perutnya karena geli mendengar betapa raja datuk utara Pak Ong bersembunyi dan tidak berani mengaku di mana dia bersembunyi!" Ucapan itu lancar bagaikan air bah, atau bagaikan ribuan batang anak panah menyerang Ji Kui Lan yang menjadi marah bukan main. Ia marah karena dugaan Siang Bwee itu ada benarnya, yaitu bahwa ayahnya menyingkir dari utara untuk menghindarkan diri dari pasukan Mongol, bukan karena takut melainkan tidak mau tunduk kepada orang Mongol. Siapapun orangnya, seorang diri saja, mana mungkin melawan paaukan Mongol yang puluhan bahkan ratuaan ribu orang banyaknya itu"
"Ang Siang Bwee, tutup mulutmu yang lancang! Siapa bilang ayahku takut?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kalau tidak takut, kenapa lari mengungsi dan bersembunyi?" tantang Slang Bwee.
"Ayahku tidak lari, tidak bersembunyi Ayahku hanya berpindah dan kini tinggal di kota Shu-nyi. Siang Bwee, engkau telah menghinaku, hayo cabut senjata dan kita selesaikan melalui adu kepandaian! Ingin aku melihat apakah tongkat pemukul anjing yang kau mainkan masih sama seperti dulu!"
Diam-diam Siang Bwee girang karena muslihatnya berhasil baik! Kui Lan sudah memberi tahu kepadanya di mana adanya Pak Ong! Itulah yang dicarinya dan Itu pula yang dipancingnya ketika ia sengaja memanaskan hati Kui Lan dengan ejekan ejekannya. Kini, menghadapi tantangan Kui Lan, ia pun tersenyum manis.
"Kui Lan yang genit! Waktunya masih sepuluh bulan lagi bagi kita untuk saling mencoba kepandaian. Pada waktu itulah aku ingin sekali melihat apakah golokmu pemotong leher ayam itu masih tetap tumpul seperti dulu.
Ingat perjanjian antara Empat Datuk melarang murid murid mereka saling serang sebelum waktu yang ditentukan. Lebih baik kita bicara yang baik, seperti kenalan lama. Eh, benar, perkenalkan ini adalah Kwee San Hong!" Siang Bwee sengaja memperkenalkan nama San Hong karena kelak ia mengharapkan San Hong mewakili ayahnya, maka jauh hari sebelumnya perlu diperkenalkan. "Dan siapakah temanmu itu, Kui Lan" Perkenalkan kepada kami, ataukah engkau hendak merahasiakannya untuk kepentinganmu sendiri?"
Menghadapi Siang Bwee yang pandai bicara, Kui Lan merasa kalah kalau harus berdebat atau saling mengejek.
Siang Bwee pandai sekali memancing kemarahan orang.
Karena mendongkol, Kui Lan hendak memamerkan diri Tiong Sin. "Ini suhengku bernama Bu Tiong Sin....."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Wah, suhengmu" Heran kenapa belum pernah aku bertemu dengan dia" Suhengmu bernama Bu Tiong Sin"
Dia ganteng dan tampan!" kata Siang Bwee yang sudah mengatur siasat lagi dalam kepalanya yang tidak besar namun terisi otak yang pintar itu. Tentu saja ia teringat akan nama itu, nama yang diberikan oleh panglima Yeliu Cutay! Inikah anak angkat dan murid yang murtad dan yang melarikan Pedang Asmara itu" Diam diam ketika memandang kepada Tiong Sin, ia melirik ke arah gagang pedang di punggung pemuda itu dan sengaja mengeluarkan pujian itu. San Hong yang jujur tidak ingat akan hal itu dan tidak menghubungkan nama ini dengan nama murid murtad Yeliu Cutay yang sudah berpesan kepadanya agar merampas kembali Pedang Asmara, bahkan panglima itu telah memberikan pedang itu kepadanya!
Melihat betapa Siang Bwee memandang dengan sinar mata kagum, dengan senyum memikat, hati Kui Lan sudah dipenuhi cemburu! Ia tahu bahwa Siang Bwee adalah seorang gadis yang cantik jelita dan manis sekali, dan ketika mengerling, ia melihat betapa pandang mata Tiong Sin juga sudah membayangkan bahwa suhengnya itu terpesona!
Maka cepat ia berkata dengan suara mengandung kebanggaan.
"Dia ini suhengku, juga tunanganku!"
"Aiiihhh, kiranya begitukah" Akan tetapi, Kwee San Hong ini pun bukan orang lain, dia adalah tunanganku pula. Nah, dia lebih gagah, lebih ganteng dan tampan, bukan" Dia lebih jantan, tubuhnya lebih perkasa, kokoh, kuat, jauh lebih menang dibandingkan tunanganmu yang kerempeng!" Hebat bukan main kepandaian Siang Bwee dalam bicara, selalu saja ia menyerang dan mudah memanaskan hati orang, bukan sembarangan saja melainkan penuh perhitungan karena selagi bicara, otaknya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bekerja dan ia sudah mengatur jaringan perangkap halus seperti seekor laba-laba memuat sarang perangkap!
Bu Tiong Sin sendiri menjadi merah mukanya ketika dia dibandingkan dengan pemuda yang kelihatan sederhana dan canggung itu, apalagi dia dikalahkan. Padahal, Tiong Sin adalah seorang pemuda yang teramat tinggi menghargai diri sendiri, angkuh dan jumawa, merasa diri sebagai orang paling pandai, paling tampan dan paling segala-galanya.
Masa dia kalah oleh pemuda yang kelihatan dusun dan canggung itu"
"Ha-ha-ha, nona yang baik. Ingin aku belajar kenal dengan tunanganmu itu. Bagaimana kalau dia dan aku mengadu pukulan dan tendangan untuk menentukan siapa yang lebih kuat dan lebih jantan?"
Mendengar ini, San Hong cepat menggoyangkan tangannya menolak. "Aku tidak mau berkelahi! Mengapa harus berkelahi tanpa sebab" Sobat, di antara kita tidak pernah ada permusuhan, tidak ada alasan bagi kita untuk saling pukul dan saling tendang."
Melihat pemuda tinggi besar itu menolak, mendatangkan kesan seolah-olah dia takut berkelahi, Ji Kui Lan tertawa
"Hi-hi-hik, dia sudah pucat! Siang Bwee memang baik sekali kalau kita mengadu tunangan kita masing-masing!
Biarpun Suheng murid ayah sehingga tidak boleh berkelahi denganmu sebelum saatnya tiba, akan tetapi tunanganmu itu bukan murid ayahmu, maka boleh saja suheng Bu Tiong Sin berkelahi dengan dia! Suheng, kauhajar pemuda tolol ini, ha-ha-ha!"
"Dengan senang hati, Sumoi! " kata Tiong Sin dan dia pun meloncat turun dari atas kuda dan untuk memamerkan kepandaiannya, dia sengaja melompat tinggi dan ketika
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
turun dia membuat salto sampai tiga kali dengan gaya yang indah seorang ahli gin-kang.
"Aku tidak mau berkelahi!" kata pula San Hong karena dia tidak melihat alasan apa pun untuk berkelahi dan melayani muda sombong itu.
"Hong-ko, ingat. Dia bernama Bu Tiong Sin dan engkau bernama Kwee San Hong! Cabut pedangmu dan lawanlah dia, Hong-ko, demi kehormatanku yang sudah dihina oleh si kuda betina Ji Kui Lan itu!"
Kini baru San Hong teringat. Bu Tiong Sin atau Yeliu Tiong Sin! Murid yang murtad dan, membawa lari pedang pusaka milik Yeliu Cutay, Pedang Asmara! Sekarang mengertilah dia. Siang Bwee sengaja menyuruh dia melayani Tiong Sin, bukan mengadu pukulan dan tendangan saja melainkan mengadu senjata, tentu dengan maksud agar Tiong Sin mencabut pedangnya dan agaknya kekasihnya itu hendak melihat apakah benar yang dipegang pemuda pesolek itu pedang pusaka yang dilarikannya dari Yeliu Cutay!
"Baiklah kalau begitu," katanya dan dia pun melangkah maju menghampiri Bu Tiong Sin dan berkata, "Sobat, mari kita, main-main sebentar dengan pedang!" Dia lalu meraba gagang pedangnya dan mengeluarkan Pek-lui-kiam perlahan-lahan Pedang itu mengeluarkan sinar kilat yang menyilaukan mata.
"Jangan, sebentar, Hong-koko. Biarkan dia mengeluarkan seluruh jurusnya agar aku dapat melihatnya, hitung-hitung untuk kau berlatih. Dan jangan sampai melukai dia, Koko!" Dalam ucapan ini tentu terkandung sesuatu, pikir San Hong. Baik, dia akan mempertahankan sedapatnya agar pertandingan itu berlangsung cukup lama, apa pun yang dimaksudkan kekasihnya itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tadinya Tiong Sin dan Kui Lan memandang rendah kepada pemuda tinggi besar yang nampak canggung itu, karena pemuda ini menyembunyikan pedangnya di balik jubah yang longgar dan panjang. Akan tetapi setelah pedang Pek-lui-kiam dicabut, mereka terkejut dan mengenal sebatang pedang yang baik. Khawatir kalau suhengnya memandang rendah, Kui Lan cepat berseru.
"Suheng, hadapi pemuda tolol itu dan hajar dia dengan pedangmu!"
Tiong Sin masih memandang rendah lawan, akan tetapi dia pun berhati-hati melihat pedang lawan yang jelas bukan pedang biasa itu. Maka dia pun cepat mencabut Pedang Asmara dari punggungnya.
"Singgg.....!" Nampak sinar hijau ketika pedang itu dicabut dan diam-diam Siang Bwee girang bukan main. Ia belum pernah melihat Pedang Asmara akan tetapi ayahnya pernah bicara dengannya tentang Baja Dewa Hijau. Juga Yeliu Cutay pernah membicarakan Pedang Asmara dan menggambarkan ciri-cirinya. Tidak salah lagi, itulah Pedang Asmara dan inilah pemuda yang pernah menjadi anak angkat dan murid yang murtad dari Yeliu Cutay!
Begitu mencabut Pedang Asmara, dengan lagak sombong Tiong Sin berkata kepada San Hong, "Sobat, kalau sampai lehermu terbabat buntung oleh pedang pusakaku, jangan salahkan aku. Tadinya aku hanya hendak menghajarmu babak belur dengan pukulan, akan tetapi engkau memilih dibacok pedang. Salahmu sendiri. Sambut seranganku!" Dia membentak dan sinar hijau menyambar ketika Pedang Asmara digerakkan untuk menyerang dengan tusukan ke arah mata San Hong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
San Hong mengelak dengan merendahkan tubuhnya dan dari bawah, pedangnya meluncur untuk membalas dengan tusukan ke arah perut.
"Hemmm.....!" Tiong Sin meloncat ke belakang dan maklum bahwa lawannya memiliki kepandaian yang tidak boleh dipandang ringan. Baru serangan balasannya tadi saja sudah demikian berbahaya baginya. Dia pun kini memutar pedangnya dan memainkan ilmu pedang yang oleh gurunya dinamakan Swat-hwa-kiam-sut (Ilmu Pedang Bunga Salju), diambil dari ilmu golok Swat-sin-to (Golok Sakti Salju).
Dan gaya permainan pedangnya selain aneh dan juga dahsyat, yang lucu adalah goyang pinggulnya karena didasari ilmu Hek-ma Sin-kun (Silat Sakti Kuda Hitam), gerakan kaki dan pinggul yang khas dari ilmu silat Pak Ong yang meniru gaya kuda!
"Hi-hi-hik!" Siang Bwee tertawa-tawa melihat goyang pinggul ini, mengingatkan ia akan goyang pinggul Kui Lan.
"Hong-ko, hajar pinggul kudanya itu! Ha-ha-ha, ada kuda betina, kini ada kuda jantannya. Lucu!" Biarpun ia tertawa dan mengejek, namun pandang matanya tak pernah berkedip. Yang diperhatikan bukan permainan silat pedang Tiong Sin, melainkan pedangnya! Sejak tadi ia memperhatikan pedang itu dan mencatat dalam ingatannya, segala hal mengenai pedang itu. Bentuknya, warnanya, bukan hanya bentuk pedangnya, melainkan juga bentuk gagangnya, bahkan sarung yang tergantung di punggung pemuda itu.
Menghadapi permainan pedang lawan, diam-diam San Hong terkejut. Kiranya pemuda tampan itu bukan hanya sombong dan membual belaka. Memang ilmu pedangnya hebat! Dan dia pun belum yakin apakah pedang di tangan pemuda itu benar Pedang Asmara yang ampuh dan yang oleh Yeliu Cutay diberikan kepadanya. Maka ketika sinar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hijau menyambar ganas dari atas, dia mengerahkan tenaga dan menangkis dengan Pek-lui-kiam.
"Tranggggg.....!!" Sinar bunga api berpijar ketika kedua pedang bertemu. Masing-masing terkejut ketika lengan kanan mereka menggetar hebat, dan sambil meloncat ke belakang mereka menarik diri dan memeriksa pedang masing-masing! Tidak patah pedang mereka itu, akan; tetapi diam-diam San Hong khawatir ketika melihat bahwa mata pedangnya rusak sedikit, tanda bahwa pedangnya itu bagaimanapun masih kalah ampuh dan kalah kuat dibandingkan pedang lawan, Dan ini merupakan jaminan bahwa yang dipegang pemuda itu adalah Pedang Asmara yang tulen!
Sebelum mereka bertanding lagi, Siang Bwee meloncat ke depan. "Sudah cukup! Masing-masing telah memperlihatkan kehebatan dan ternyata biarpun tunanganmu itu kerempeng, dia boleh juga, Kui Lan.
Pertandingan ini tidak boleh dilanjutkan!"
"Huh, kenapa tidak boleh" Biar tunanganku membunuh tunanganmu yang dusun dan tolol itu! Dia bukan murid ayahmu!"
"Heiiit-heiiittt, tunggu dulu, nona genit. Biar bukan murid, namun Hong-ko ini calon mantunya, dan mungkin sekali Hong-koko ini yang kelak mewakilinya untuk mengadu ilmu dengan para murid datuk-datuk lainnya.
Maka, cukup sampai di sini saja. Tentu engkau penasaran dan akan pergi mengadu kepada ayahmu seperti seorang anak cengeng, bukan" Silakan kalau hendak mengadu kepada ayahmu!"
Kui Lan demikian marahnya sehingga ia menarik kendali kudanya. Kuda itu terkejut dan mengangkat kedua kaki depan ke atas. Kalau bukan Kui Lan, mungkin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
penunggangnya akan terlempar jatuh dari atas punggung kuda. Namun, Kui Lan menjepit perut kuda dengan kedua kakinya dan menepuk leher kuda itu. Kuda itu menurunkan lagi kedua kaki depan dan mengeluarkan ringkik marah.
"Budak cilik Ang Siang Bwee! Kalau tidak mengingat perjanjian, tentu saat ini engkau sudah kucincang dengan golokku! Mulutmu jahat sekali. Aku tidak akan melapor kepada ayah. Huh, kaukira aku takut kepadamu dan kepada tunanganmu yang tolol itu" Lihat saja dalam pertemuan nanti, kalian akan mampus di tanganku. Hayo, Suheng, jangan layani lagi dua bocah gila ini!" Dengan marah Kui Lan mencambuk kudanya yang kabur dengan cepat. Tiong Sin juga menyimpan pedangnya, meloncat ke atas punggung kudanya dan mengejar sumoinya yang marah-marah. Namun dia menengok dua kali karena Siang Bwee yang cantik manis itu sungguh telah menarik hatinya yang mata keranjang.
Setelah bayangan, kedua orang penunggang kuda itu lenyap, baru Siang Bwee menghentikan tawanya. San Hong menyimpan pedangnya setelah memeriksa bagian yang sedikit retak ujungnya karena bertemu dengan Pedang Asmara tadi.
"Dia adalah murid panglima Yeliu Cutay itu, dengan Pedang Asmaranya." katanya.
Siang Bwee memandang kepadanya. "Tentu saja, Hong-ko. Begitu mendengar namanya, aku sudah tahu bahwa dialah murid murtad itu. Karena itu maka aku sengaja menyuruh engkau menandinginya dengan pedang.
Sekarang aku sudah melihat Pedang Asmara, dan sudah kucatat bentuk dan warnanya, juga ciri-cirinya."
"Untuk apa, Bwee-moi?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ya untuk diingat, siapa tahu ada gunanya kelak. Eh, bagaimana dengan ilmu pedangnya tadi?"
San Hong menarik napas panjang. "Kalau murid para datuk lain seperti itu, sungguh merupakan lawan berat, Bwee-moi. Ilmu pedangnya aneh dan hebat."
"Karena itulah maka engkau harus dapat mempelajari semua ilmu simpanan mereka, seperti yang telah kaupelajari dari Tung Kiam. Juga ilmu tongkat Hwe-liong Jio-cu dan pukulan Hek-in-pay-san dari ayah sebaiknya engkau latih lagi dan kalau masih ada kesulitan, kautanyakan kepadaku. Engkau sudah menguasai jurus jurus simpanan dari ayahku. Nam Tok dan dari Tung Kiam, tinggal mempelajari ilmu simpanan Pak Ong dan See Mo. Mari kita cari Pak Ong di kota Shu-nyi, akan tetapi engkau harus selalu taat kepadaku dan jangan membantah, Hong-ko. Kalau engkau membantah, engkau hanya akan menggagalkan rencana siasatku saja. Berjanji, ya?"
San Hong memegang lengan gadis itu dan menariknya, lalu dirangkulnya gadis itu. "Apakah aku pernah mengecewakanmu, Bwee-moi?"
Sejenak lamanya Siang Bwee membiarkan kepalanya bersandar di dada yang bidang itu sambil memejamkan kedua matanya. Demikian nyaman dan penuh damai, aman sentosa rasanya kalau ia berada dalam pelukan kekasihnya.
Akan tetapi ia segera membuka matanya, mendorong dagu San Hong yang makin mendekati mulutnya itu sambil tersenyum.
"Sudah, bukan waktunya untuk bermesraan. Pekerjaan kita masih banyak. Hayo kita berangkat, Koko. Sekali lagi, jangan bicara sembarangan di depan Pak Ong. Dia manusia iblis yang aneh dan berbahaya. Biarkan aku saja yang bicara."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mereka lalu melanjutkan perjalanan, menuju ke timur, ke kota Shu-nyi dan bagi Siang Bwee yang cerdik, tidak sukar untuk menemukan tempat tinggal Pak Ong di kota itu.
~o-Dewikz-o0o-Budi.S-o~
Pak Ong atau Pak-ong Ji Hiat berada seorang diri di dalam rumah besar yang baru dibangun itu. Hanya seorang tukang kebun dan seorang pelayan wanita tua yang tinggal bersamanya di rumah gedung itu. Kedua orang itu pun adalah anak buah tokoh-tokoh sesat yang dimintai bantuan mencarikan pelayan. Tentu saja sebagai seorang Datuk Besar di utara, semua tokoh di dunia kang-ouw, semua tokoh sesat tunduk kepadanya dan sebentar saja semua tokoh kang-ouw di daerah utara tahu belaka bahwa Pak Ong, Datuk Besar Utara itu kini tinggal di kota Shu-nyi.
Berbondong-bondong mereka datang untuk menghaturkan selamat datang, dan mengalirlah hadiah-hadiah kepada datuk besar itu. Dan dua orang pelayan itu pun merupakan anah buah tokoh sesat di Shu-nyi, karena itu mereka adalah orang-orang yang dipercayai.
Setelah melihat hubungan antara puterinya, Ji Kui Lan dan muridnya, Bu Tiong Sin, Pak Ong mengambil keputusan untuk menggembleng puteri dan murid itu agar kelak dapat diandalkan mewakilinya dan mengalahkan para murid datuk-datuk besar lainnya. Waktunya masih lama, masih ada sepuluh bulan. Maka, setelah menurunkan semua ilmunya kepada Tiong Sin, dia lalu menyuruh Tiong Sin dan Kui Lan pergi berkunjung ke Butai-san, dan membawa suratnya untuk disampaikan kepada Pek-mo Kui-bo (Biang Hantu Rambut Putih), yaitu sumoinya yang bertapa di puncak Gunung Butai-san yang terletak di perbatasan Propinsi Shan-si sebelah timur laut. Dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
suratnya Pak Ong meminta kepada sumoinya yang ahli racun itu untuk menurunkan beberapa ilmu pukulan beracun yang ampuh kepada puteri dan muridnya, karena seorang di antara Empat Datuk Besar, yaitu Nam Tok adalah seorang ahli racun yang harus diimbangi dengan ilmu beracun pula.
Demikianlah, ketika puteri dan muridnya pergi, Pak Ong tinggal seorang diri dan dia pun tekun memperdalam dua ilmunya yang diperbarui, yaitu ilmu menotok jalan darah Toat-beng Tiam-hoat (Ilmu Totok Pencabut Nyawa) dan Ilmu Golok Swat Sin-to (Golok Sakti Salju). Mengenai ilmunya Hek-ma Sin-kun sudah sejak lama dikenal oleh tiga orang datuk besar lainnya, karena ilmu bergaya kuda goyang itu merupakan dasar dari ilmu-ilmunya. Maka, yang dia latih dan sempurnakan adalah dua ilmu yang baru atau diperbarui itu, yang belum dikenal pihak lawan. Juga beberapa jurus pilihan dari ilmu Hek-ma Sin-kun (Silat Sakti Kuda Hitam) dia kembangkan dan sempurnakan.
Akan tetapi, baru beberapa hari sejak murid dan puterinya pergi, pada suatu pagi pelayan pria yang bekerja sebagai pengurus taman dan bagian luar gedung melaporkan bahwa ada dua orang tamu muda yang ingin berjumpa dengan dia. Pak Ong yang sedang berlatih pernapasan itu mengerutkan alisnya dan merasa terganggu sekali. Tentu dua orang tokoh sesat pikirnya.
"Suruh mereka tunggu di ruangan depan, aku sedang berlatih!" katanya ketus.
Yang datang di pagi hari itu bukan lain adalah Siang Bwee dan San Hong Setelah tiba di kota Shu-nyi, Siang Bwee mengajak San Hong untuk lebih dulu mencari tempat penginapan dan menyewa dua buah kamar. Kemudian, mereka berganti pakaian dan berkunjung ke gedung baru
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tempat tinggal Pak Ong. Atas nasihat Siang Bwee, San Hong meninggalkan pedang Pek-lui-kiam di kamar hotel.
"Pak Ong itu orang aneh. Kalau dia melihat pedang pusaka dan menginginkannya, sukarlah bagi kita untuk mempertahankan pedang itu. Lebih baik membawa pedang biasa saja, atau tidak membawa senjata sama sekali."
Demikianlah, mereka berdua tidak membawa senjata dan pagi hari itu berkunjung ke rumah gedung itu. Pelayan mempersilakan mereka duduk di ruangan tamu di depan dan disuruh menanti karena tuan rumah sedang berlatih.
Ketika mereka duduk di ruangan tamu yang lebar itu, mereka saling pandang. Siang Bwee tersenyum melihat wajah kekasihnya nampak tegang. Ia sendiri tentu saja merasa tegang. Mereka berkunjung ke rumah seorang datuk besar yang kedudukannya sejajar ayahnya, seorang datuk besar dunia hitam yang tersohor berwatak aneh, kadang-kadang dapat bertindak kejam melebihi iblis sendiri. Akan tetapi ia sudah mempersiapkan diri, sudah membuat perhitungan matang dan bukan suatu tindakan yang main-main saja kalau pagi hari ini ia mengajak San Hong mengunjungi datuk besar itu. Ia tahu akan bahayanya, akan tetapi ia lebih tahu bagaimana untuk menghindarkan diri dari ancaman bahaya itu.
Akan tetapi ketika tiba-tiba ada angin bertiup yang datangnya dari arah pintu sebelah dalam yang terbuka, tak urung jantungnya berdebar tegang juga. Dan didahului oleh angin yang bertiup iu muncullah tubuh Pak Ong! Begitu muncul di pintu sebelah dalam itu. Pak Ong yang bertubuh tinggi kurus itu berdiri. dan sinar matanya yang mencorong itu menyapu kedua orang muda yang duduk di ruangan tamu. Agaknya dia terkejut dan heran karena sama sekali tidak mengira bahwa yang datang ingin bertemu dengannya adalah seorang gadis cantik manis dan seorang pemuda
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tinggi besar keduanya masih amat muda! Tidak ada tokoh kang-ouw seperti mereka ini, pikirnya.
San Hong mencontoh Siang Bwee yang bangkit berdiri dari tempat duduknya dan mengangkat kedua tangan di depan dada sebagai penghormatan. Akan tetapi Pak Ong tidak membalas penghormatan itu hanya memandang dengan sapuan sinar matanya yang mencorong dengan sikap dingin sekali. Siang Bwee melihat gelagat tidak baik dan sikap tidak ramah dari tuan rumah itu, maka cepat ia berkata dengan suaranya yang merdu dan nyaring.
"Selamat pagi dan selamat berjumpa, Paman Ji. Apa kabar" Aku melihat Paman masih dalam sehat dan nampak tidak berubah sejak dua tahun lebih yang lalu. Paman masih gagah dan nampak muda!"
Sepasang alis itu berkerut, mata itu terbelalak dan tanpa disadari secara otomatis, pinggul Pak Ong bergoyang-goyang sedikit! Memang itulah ciri khas datuk sesat ini!
"Ehhh....." Kau..... siapa engkau?"
Siang Bwee tersenyum manis sekali. "Wah, Paman sudah lupa lagi kepada keponakannya" Aku Siang Bwee, Ang Siang Bwee, masa Paman lupa lagi?"
Mendengar nama Siang Bwee, Pak Ong masih
mengerutkan alisnya, akan tetapi begitu mendengar she Ang, matanya melebar dan nampak tanda bahwa dia sudah mulai mengenal gadis di depannya itu. Kemudian dia pun tertawa bergelak dan San Hong terkejut karena dia harus mengerahkan sin-kangnya untuk menahan guncangan di dalam dada begitu mendengar suara ketawa yang melengking dan menggetarkan ruangan itu. Itulah suara ketawa yang didorong tenaga khi-kang yang amat kuat!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sambil tertawa, Pak Ong memperhatikan kedua orang muda itu. Melihat gadis itu tidak terpengaruh, dia pun tidak merasa heran atau penasaran karena dia tahu bahwa gadis puteri Nam Tok itu tentu saja sudah memiliki tingkat yang cukup tinggi. Akan tetapi melihat pemuda tinggi besar itu pun tidak terpengaruh, dia merasa heran dan penasaran., Kalau hanya ahli silat biasa saja, mendengar suara ketawanya, tentu akan roboh lemas!
"Ha-ha-ha, kiranya engkau puteri Nam Tok, bocah yang nakal dulu itu! Hemmm, tidak bertemu dua tahun saja kini engkau sudah menjadi seorang gadis dewasa yang cantik.
Ya, aku ingat sekarang. Engkau Siauw Bwee (Bwee Kecil) itu.....! ha-ha-ha!"
"Bukan Siauw Bwee lagi, Paman. Aku bukan lagi anak kecil, akan tetapi Siang Bwee."
"Baiklah, Siang Bwee. Hemmm, mau apa engkau datang ke sini dan minta bertemu dengan aku" Apakan engkau disuruh oleh ayahmu" Kalau begitu, Nam Tok sungguh lancang. Belum tiba saatnya dia menghubungi aku, masih kurang sepuluh bulan lagi. Apakah karena dia khawatir kalah dan sudah merasa tua lalu menyuruh kamu datang menyatakan kekalahannya sebelum bertanding" Ha-ha-ha!"
San Hong memandang dan hatinya merasa ngeri juga.
Kakek ini demikian anehnya. Tertawanya kini pendek saja, keras dan pendek, lalu mulut itu tertutup lagi dan kelihatan begitu dingin dan acuh! Sikap kakek ini, biarpun dapat pula bicara dengan ramah, begitu dingin seperti air beku.
"Sebaliknya dari itu, Paman Ji yang baik! Pertama-tama ayahku, Nam-san Tok-ong Ang Leng Ki mengirim salam hangat dan penghargaan kepada Paman Pak-ong Ji Hiat yang tidak sudi dijajah orang Mongol, dan mengirim pula salam keprihatinan karena penyerbuan pasukan Mongol ke tanah air."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagus! Kuterima salam itu dengan hormat dan hangat.
Hanya itulah satu satunya yang kusuka dari Nam Tok.
Kami sama-sama berjiwa pahlawan! Sampaikan salamku kepadanya. Walaupun kami bersaing memperebutkan Datuk Besar nomor satu, namun dalam hal pembelaan tanah air kami bersatu!"
"Selain itu, ayah juga berpesan bahwa karena daerah utara dikacaukan oleh orang Mongol, tentu membuat Paman Ji sibuk sekali dan tidak ada kesempatan untuk memperoleh kemajuan dalam ilmu silat. Maka, ayah menganjurkan agar Paman Ji tidak mempunyai harapan untuk menandingi yang lain, yang mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk maju. "
"Heh-heh-heh, ayahmu mimpi! Jangan mengigau dan mengira aku tidak mempunyai kesempatan untuk mencapai kemajuan. Katakan kepada ayahmu bahwa tahun ini, Pak Ong yang akan merajai dan merebut kemenangan sehingga patut disebut Datuk Besar Nomor Satu di dunia! Ilmu apa sih yang dimiliki ayahmu, yang takkan dapat kupecahkan"
Hemmm, aku sudah mendengar akan ilmu tongkat baru Hwe-liong-jio-cu dan ilmu pukulan Hek-in Pay-san itu.
Permainan kanak-kanak! Aku pasti akan dapat memecahkannya dan mengalahkannya!"
Diam-diam Siang Bwee merasa kagum. Empat orang datuk besar itu memang hebat. Mereka menguasai seluruh dunia kang-ouw di daerah masing-masing dan anak buah mereka tersebar di mana-mana. Mereka mengirim mata-mata dan penyelidik dan mereka itu tahu saja akan kemajuan masing-masing. Ia percaya bahwa ayahnya pun sudah mendengar akan kemajuan yang dicapai tiga orang datuk besar lainnya, seperti juga tiga orang datuk besar itu tahu akan kemajuan ilmu yang dicapai ayahnya!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Akan tetapi Siang Bwee tersenyum lebar, senyum yang seolah-olah mentertawakan. "Paman Ji hanya main duga-duga saja. Tidak aneh kalau Paman sudah mendengar tentang Hwe-liong-jio-cu dan Hek-in Pay-san, akan tetapi ayahku merasa yakin bahwa Paman tidak akan mampu memecahkan dan mengalahkan kedua ilmu dahsyat itu!
Jangankan dimainkan ayah, baru kumainkan saja belum tentu Paman akan mampu memecahkannya. Akan tetapi sayang, aku tidak akan menggunakan itu karena ayah berpesan agar aku tidak memperlihatkan ilmu-ilmu yang mujijat itu sebelum bulan sepuluh mendatang di puncak Thay-san!"
~o-Dewikz-o0o-Budi.S-o~
Jilid XXIV Wajah Puk-ong beruban agak kemerahan. Keinginan tahunya bangkit oleh semua kata-kata Siang Bwee.
Memang, anak buahnya hanya mampu memberitahu tentang ilmu-ilmu yang dilatih oleh Nam Tok, akan tetapi, bagaimana kehebatan ilmu-ilmu itu, belum pernah dilihatnya sehingga dia pun ingin sekali tahu agar dapat membuat persiapan dan memperoleh kemenangan. Akan tetapi sebelum menggunakan akal agar gadis itu mau memperlihatkan kedua ilmu itu, dia memandang kepada San Hong dan baru dia teringat bahwa di situ ada orang ke tiga yang mendengarkan segalanya.
"Bocah sombong! Berani engkau mendengarkan percakapan kami tadi" Engkau harus mati agar tidak membuka mulut!" Berkata demikian, tiba-tiba Pak Ong menyerang pukulun tangan kirinya dan hawa dingin sekali menyambar ke arah kepala San Hong! Itulah pukulan yang mengandung tenaga sin-kang dingin disebut Swat-sin-ciang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
(Tangan Sakti Salju) yang dapat membuat darah orang yangj terpukul menjadi beku. Apalagi kalau pukulan itu mengenai kepala. Seluruh darah dan otak dalam kepala akan membeku dan orangnya tentu saja mati seketika.
"Wuuuuuttt.....! Ehhh?"" Pak Ong terkejut karena pukulannya itu dapat dielakkan oleh pemuda itu tanpa banyak kesukaran dan tangannya hanya mengenai tempat kosong saja. Secepat kilat itu dia membalik untuk menyerang lagi akan tetapi pada saat itu Siang Bwee sudah berteriak dengan nyaring.
"Paman Ji, engkau tidak boleh menyerangnya! Dia itu murid dan kelak wakil Tung Kiam!"
Tangan yang sudah digerakkan itu tertahan di udara dan Pak Ong tidak jadi memukul. Dia menoleh ke arah Siang Bwee dan suaranya terdengar penuh curiga.
"Murid Tung Kiam" Siang Bwee, Jangan main-main engkau!"
"Siapa berani main-main terhadap seorang lo-cian-pwc seperti Paman" Memang salahku, tadi aku belum memperkenalkan dia. Paman Ji, dia ini adalah Kwee San Hong dan dia adalah murid kesayangan Tung Kiam yang oleh Tung-hai Kiam-ong Cu Sek Lam dijagokan untuk kelak mewakilinya dalam pertemuan di puncak Thay-san!"
Tentu saja San Hong terkejut dan mendongkol, akan tetapi dia teringat akan janjinya, teringat akan pesan Siang Bwee bahwa dia akan selalu mentaati dan tidak akan membantah, bahkan menyerahkun kepada Siang Bwee untuk menghadapi Pak Ong.
Kini Pak Ong sudah dapat mengatasi kemarahannya dan datuk besar ini tentu saja tidak mau membunuh murid dan wakil Tung Kiam. Empat orang datuk besar itu sudah saling
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berjanji bahwa sebelum saat yang ditentukan untuk mengadu ilmu, mereka tidak akan saling membunuh atau menyerang satu sama lain, bahkan tidak akan mengganggu murid. Apalagi murid yang dicalonkan menjadi wakil! Dan janji seorang datuk besar kepada datuk besar lainnya tentu saja dipegang teguh karena hal ini menyangkut nama dan kehormatan mereka sebagai datuk besar.
"Kalau dia ini murid Tung Kiam bagaimana kalian dapat datang bersama-sama?" Pak Ong melontarkan kecurigaannya yang terakhir.
Siang Bwee tersenyum. "Paman Ji yang baik, semua ini kebetulan saja Ketika aku tiba di Yen-king, kebetulan aku bertemu dengan Kwee San Hong ini dan berkenalan.
Karena kami mempunya niat yang sama, maka kami pun melakukan perjalanan bersama ke sini untuk menghadap Paman."
"Huh! Puteri Nam Tok yang patriot bersahabat dengan murid Tung Kiam yang pengkhianat bangsa" Sungguh tidak patut, akan tetapi aku tidak peduli. Nah bocah she Kwee murid Tung Kiam, mau apa engkau berkeliaran ke sini mencariku?" Pak Ong memandang kepada San Hong dengan sinar mata mencorong karena dia masih penasaran kalau mengingat betapa tamparannya tadi dapat dielakkan dengan mudah oleh pemuda ini.
Menghadapi pertanyaan yang tiba-tiba itu dan melihat sepasang mata mencorong seperti kilat menyambar, San Hong terkejut dan dia tidak tahu harus menjawab apa karena sebelumnya dia tidak menduga bahwa dia kini tiba-tiba menjadi murid Tung Kiam!
"Saya..... oh, saya....."
"Paman Ji, dia pun diutus oleh gurunya....." Siang Bwee membantu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku tidak bicara denganmu, Siang Bwee! Biarkan dia menjawab sendiri!" Pak Ong membentak.
"Akan tetapi, Paman Ji. Kwee San Hong ini orangnya sukar sekali bicara, kalau bicara gagap, apalagi kalau dia gugup, makin sukar kata-kata keluar dari mulutnya. Dia pernah bercerita kepadaku banwa dia memang diutus gurunya, akan tetapi berbeda dengan tugasku. Kalau aku disuruh menyampaikan salam dan peringatan ayahku bahwa sebaiknya Paman tidak ikut perlumbaan adu kepandaian, Kwee San Hong ini disuruh oleh Tung Kiam dengan maksud lain. Tung Kiam berpendapat bahwa dengan adanya perang, maka pertemuan di Thay-san itu sebaiknya diundur saja....."
"Tidak mungkin diundur! itu hanya, akal bulus Tung Kiam yang merasa takut! Apalagi punya murid tolol ini!"
"Tung Kiam sudah menduga bahwa tentu Paman mengira dia takut. Maka dia menyuruh muridnya ini untuk membuktikan bahwa Tung Kiam telah memperoleh kemajuan pesat dan dia yakin bahwa Paman tidak akan mampu memecahkan dan mengatasi ilmu-ilmu barunya yang telah diwariskan kepada Kwee San Hong ini."
"Omong kosong! Heiii, tolol bocah she Kwee. Benarkah demikian itu pesan gurumu?"
"Be... benar..... Lo-cian-pwe..... " kata San Hong gagap, sekali ini memang sengaja menggagap karena Siang Bwee sudah terlanjur membuat pengakuan begitu. Dia tidak mau gadis kekasihnya itu dianggap pembohong! Cinta San Hong terhadap gadis itu terlampau besar sehingga dia tidak tega untuk menyinggung perasaan gadis itu atau merugikannya.
"Huh! Biar seluruh ilmu milik Tung Kiam diwariskan kepada pemuda tolol ini, satu demi satu akan dapat kupecahkan. Hei, Kwee San Hong, ilmu-ilmu baru macam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
apa yang begitu diragukan oleh Tung Kiam" Hayo jawab, jangan ditanya bengong seperti orang tolol!"
"Kwee San Hong, jawablah dan jangan gagap gugup.
Engkau bilang ada dua macam ilmu baru yang telah kaupelajari dari gurumu itu!" Siang Bwee diam-diam membantu San Hong.
"Oh..... benar..... ilmu..... oh, itu..... Tung-hai Liong-kiam..... dan..... dan..... silat tangan kosong....."
"Tung-hai Mo-kun tentu saja!" Siang Bwee menyambung, "Paman Ji, aku yakin engkau tentu sudah tahu, seperti juga engkau sudah tahu akan ilmu baru ayahku. Kenapa bertanya lagi" Kau membikin dia semakin gugup saja, kalau dipaksa terus, sebentar lagi dia menjadi gagu sama sekali!" Siang Bwee berkata. "Sudah kukatakan tadi, ayah berpesan agar ilmu-ilmu barunya yang sudah kukuasai, tidak kuperlihatkan kepada orang lain, apalagi kepadamu, Paman. Akan tetapi, ilmu-ilmu Tung Kiam itu boleh saja Paman lihat karena memang Tung Kiam sengaja mengirim muridnya untuk menantangmu apakah engkau akan mampu memecahkannya.?"
"Bagus! Hei, orang muda tolol! Hayo kita pergi ke lian-bu-thia (ruang latihan silat) dan hendak kulihat apakah ilmu-ilmu dari Tung Kiam itu setolol engkau!" Tanpa menanti jawaban, Pak Ong bangkit dan memasuki pintu bagian dalam itu. San Hong tetap bengong karena dia tidak ingin mencoba kepandaiannya melawan kakek yang mengerikan itu, akan tetapi Siang Bwee bangkit dan memberi isyarat kepadanya untuk ikut. San Hong menggerakkan pundak, menarik napas panjang dan terpaksa bangkit dan mengikuti gadis itu memasuki rumah.
Pak Ong tanpa menoleh terus melangkah dan masuk ke dalam sebuah ruangan yang luas dan kosong dan di sudut terdapat rak senjata. Itulah lian-bu-thia.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kwee San Hong, hayo maju ke sini dan coba kauserang aku dengan ilmu simpanan Tung Kiam itu!" tantangnya sambil berdiri di tengah ruangan itu.
"Aku..... aku..... tidak berani....." San Hong berkata sejujurnya karena memang sesungguhnya dia tidak ingin berkelahi dan tidak berani bersikap lancang terhadap seorang lo-cian-pwe yang sepatutnya dihormati, dan dia tetap berdiri di pinggir, dekat Siang Bwee.
"Kwee San Hong, kenapa sih engkau ini" Awas, kelak kalau bertemu dengan Tung Kiam, akan kulaporkan engkau bahwa engkau telah menjadi muridnya yang amat memalukan! Tak kusangka engkau begini penakut!"
San Hong mengerutkan keningnya. Tak enak sekali rasa perutnya disebut penakut. Dia tidak takut, melainkan segan.
"Aku tidak ingin..... eh..... menentang.....eh.....
seorang......lo-cian-pwe....." katanya, hampir lupa bersandiwara menjadi orang gagap! Hampir Siang Bwee terkekeh geli melihat sikap kekasihnya itu.
"Paman Ji, engkau tentu tidak akan membunuh atau melukainya, bukan" Ingat, dia selain murid Tung Kiam, juga kelak menjadi wakilnya!"
"Tentu saja tidak! Kaukira aku Pak Ong ini orang macam apa" Aku hanya akan memecahkan dan
mengalahkan ilmu-ilmu kosong dari Tung Kiam itu! Hayo orang muda tolol. Jangan membikin aku hilang kesabaran dan lupa bahwa engkau murid Tung Kiam sehingga kupecahkan kepalamu!"
Siang Bwee mendorong punggung San Hong dan
pemuda ini terpaksa melangkah maju menghadapi kakek itu. Kini dia mulai mengerti akan siasat yang terkandung dalam sikap Siang Bwee yang aneh itu. Gadis itu tentu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hendak "mencuri" lihat ilmu apa yang akan dipergunakan Pak Ong untuk menandingi kedua ilmu dari Tung Kiam!
Kiranya gadis yang cerdik luar biasa itu hendak menggunakan dua ilmu yang "dicurinya" dari Tung Kiam dengan siasat halus itu untuk "memancing keluar" ilmu simpanan Pak Ong yang akan dipergunakan dalam pertandingan mendatang! Maka, bangkitlah gairah dan semangatnya. Dia harus membantu sampai usaha kekasihnya itu berhasil. Dia ingin melihat kekasihnya itu tersenyum gembira, dan berterima kasih kepadanya!
"Orang muda tolol, cepat keluarkan Ilmu Tung-hai Mo-kun itu untuk menyerangku! Jangan setengah-setengah, keluarkan semua dan kerahkan seluruh tenagamu!" perintah Pak Ong yang diam-diam merasa gembira sekali bahwa dia mendapat kesempatan untuk dapat menyaksikan ilmu-ilmu baru dari calon saingan atau calon lawannya.
San Hong sekarang pun tidak ragu-ragu lagi setelah dia dapat menduga apa yang dikehendaki Siang Bwee sesungguhnya. Dia mengerahkan tenaganya, lalu dia menggerakkan tubuh sesuai dengan ilmu silat tangan kosong yang pernah dipelajarinya dari Tung Kiam, yaitu Tung-hai Mo-kun! Biarpun dia hanya mempelajari dua ilmu dari Tung Kiam selama.seminggu saja, namun berkat desakan Siang Bwee agar dia terus berlatih, bahkan ditemani Siang Bwee yang menyerangnya dengan ilmu ayahnya, maka kini dia dapat memainkan kedua ilmu itu dengan baik.
"Haiiiiittt.....!" Mulailah dia menyerang dan karena dia mengerahkan tenaga sin-kangnya, maka pukulan itu mengandung hawa pukulan yang amat hebat. Pak Ong sendiri terkejut bukan main. Tak disangkanya bahwa pemuda tolol ini memiliki sin-kang yang demikian dahsyatnya. Dia mengelak sambil menangkis dengan ujung
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lengan bajunya. Ujung lengan baju itu menangkis sambil menotok ke arah jalan darah di pergelangan tangan pemuda itu. Akan tetapi ketika ujung lengan baju bertemu pergelangan tangan, ujung lengan baju itu hanya mampu menangkis saja dan membalik, tidak, berhasil menotok seolah-olah lengan pemuda itu terbuat dari baja!
"Bagus!" serunya dan semakin gembiralah hatinya.
Kalau pemuda ini ternyata tolol, tentu tidak ada artinya baginya. Akan tetapi di dalam ketololan rupa dan dalam kegagapan bicaranya, ternyata pemuda ini memiliki gerakan yang mantap dan bertenaga besar. Dia pun mempergunakan kelincahan tubuhnya dan memainkan ilmu silat Hek-ma Sin-kun untuk menandingi ilmu silat Tung-hai Mo-kun yang dimainkan pemuda itu, sambil mempelajari gerakan ilmu lawan, mencari kelemahan dan mengingat bagian yang berbahaya. Sama sekali kakek ini tidak menyadari bahwa Siang Bwee menonton dengan sepasang mata yang hampir tidak pernah berkedip. Gadis ini memang memiliki otak yang luar biasa jernihnya. Ia termasuk seorang yang "sekali lihat tidak akan lupa selamanya", dan kini ia mengerahkan seluruh tenaga ingatannya untuk mencatat semua gerakan penting dari ilmu silat yang dimainkan kakek itu. Terutama sekali yang diperhatikan dan dicatat dalam ingatannya adalah ilmu Toat-beng Tiam-hoat itulah. Ilmu totok kakek inilah yang merupakan ilmu baru yang harus dipelajari. Ia melihat cara kakek itu melakukan serangan menotok. Yang diperhatikan hanyalah bagian menyerang saja, cara kakek itu mempergunakan jari-jari kedua tangannya, kadang-kadang menggunakan sebuah jari telunjuk, kadang dua buah telunjuk dan jari tengah, ada pula kalanya dengan tiga buah jari tengah. Kemudian, setia kali San Hong mengeluarkan jurus ilmu silat Tung hai Mo-kun yang ia anggap paling hebat sehingga ia sendiri kadang kadang sukar untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menghindarkan diri, ia memperhatikan dan diam-diam mencatat bagaimana Pak Ong mengatasi jurus berbahaya itu.
Setelah Tung-hai Mo-kun habis di mainkan dan mereka berdua itu bertanding dengan cepat dan kuat, seru dan ramai, Pak Ong tertawa girang, lalu melompat jauh ke belakang. "Ha ha begitu saja, Tung-hai Mo-kun dari Tung Kiam" Kalian lihat, aku dapat menghadapinya tanpa sekalipun terkena serangannya!"
"Kalau Tung Kiam yang memainkan jurus-jurus itu, tentu lain lagi urusannya, Paman." kata Siang Bwee memanaskan hati kakek itu.
"Hei, Kwee San Hong, cepat keluarkan pedangmu. Ingin aku menghadapi Tung-hai Liong-kiam itu, hayo cepat!"
"Tapi saya..... saya..... tidak punya senjata....."
"Paman Ji, dia sudah bilang kepadaku bahwa dia lupa membawa pedang ketika meninggalkan rumahnya." kata Siang Bwee sambil tertawa.
"Apa" Murid Tung Kiam sampai lupa membawa pedang, dan yang diandalkan adalah pedangnya sampai dia berjuluk Tung Kiam (Pedang Timur)" Ha-ha-ha, murid tolol macam apa ini!" Pak Ong berseru, kemudian menuding ke arah rak senjata. "Nah, bocah tolol, kau boleh ambil sebatang pedang di sana untuk menyerangku!"
San Hong pergi ke sudut dan ternyata di sana terdapat beberapa batang pedang. Pedang-pedang itu cukup baik walaupun bukan pedang pusaka seperti Pek-lui-kiam miliknya yang ditinggalkan di dalam kamar hotel. Dia memilih sebatang yang cocok beratnya dan yang enak pegangannya, kemudian menghampiri kakek itu. Kini dia sudah dapat menyesuaikan dirinya dengan suasana itu,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bahkan bertekad untuk membuat dan membantu siasat Siang Bwee sampai mendatangkan hasil baik seperti yang dikehendaki gadis itu.
"Lo-cian-pwe..... hati-hati..... Tung-hai Liong-kiam.....
amat ganas....." katanya menggagap.
"Ha-ha-ha, bagus sekali! Cepat mainkan ilmu pedang itu, orang muda!" katanya sambil melolos golok saljunya.
Golok itu tipis saja, akan tetapi lebar dan mengkilap saking tajamnya.
"Awas pedang!" San Hong berseru dan dia pun sudah menggerakkan pedangnya, menyerang dengan jurus dari ilmu pedang Tung-hai Liong-kiam yang pernah dipelajarinya dari Tung Kiam.
San Hong hanya mempelajari beberapa jurus saja dari ilmu pedang ini, hanya di bagian yang oleh Tung Kiam dianggap penting untuk menandingi ilmu tongkat dari Nam Tok. Akan tetapi, berkat kerja sama dengan Siang Bwee, pemuda itu dapat menciptakan ilmu pedang campuran antara ilmu pedang Tung-hai Liong-kiam dengan Pek-lui-kiamsut yang dia pelajari dari seorang di antara Thian-san Ngo-sian, yaitu Lui-kong Kiam-sian. Maka terciptalah ilmu pedang yang dahsyat dan aneh. Justeru karena dicampur-campur inilah maka ilmu pedang itu membingungkan karena sumbernya dua dan gaya gerakannya juga dari dua sumber.
Seperti juga tadi Siang Bwee menonton dan mengerjakan ingatannya dengan penuh pemusatan sehingga ingatannya dapat mencatat setiap gerakan yang berbahaya dari Swat-sin-to atau Golok Salju itu, mencatat bagaimana Pak Ong menghindarkan diri dari serangan Tung-hai Liong-kiam yang sudah tidak aseli lagi itu, dan mencatat pula serangan paling berbahaya dari Golok Salju.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah merasa cukup, kembali Pak Ong mengeluarkan suara tertawa bergelak dan goloknya membuat gerakan istimewa, membabat ke arah pedang di tangan San Hong.
"Trakkkkk.....I" Pedang itu bunting menjadi dua potong dan San Hong terhuyung. Sejak tadi memang kakek itu tidak pernah mau mengadu goloknya secara langsung dengan pedang, maklum bahwa pedang biasa itu tentu akan patah. Baru sekarang dia mematahkan pedang untuk menghentikan ujian ilmu itu.
"Ha-ha-ha, kalau hanya dua ilmu semacam itu saja, jangan harap Tung Kiam akan dapat menandingi aku, ha-ha-ha!" kata Pak Ong dengan gembira dan bangga sekali.
"Hemmm, semua ini karena murid Tung Kiam ini masih belum matang ilmunya. Coba kalau aku yang menjadi muridnya, tentu tidak semudah itu engkau akan dapat mengatasiku, Paman." kata Siang Bwee memanaskan hati datuk besar itu.
Kini Pak Ong teringat. Dia sudah dapat mengalahkan ilmu-ilmu Tung Kiam, walaupun melalui murid Tung Kiam yang tolol, akan tetapi dia masih penasaran karena belum dapat mengalahkan ilmu dari Nam Tok! Dan dia sudah mengenal Slang Bwee ini yang sejak kecil sudah memperlihatkan kecerdikan dan bakat yang baik sekali.
"Akan tetapi engkau telah mewarisi ilmu-ilmu ayahmu, Siang Bwee. Coba perlihatkan dan kita lihat apakah aku tidak akan mampu memecahkan dan mengalahkannya."
Siang Bwee tertawa. "Aih, tidak mungkin engkau akan mampu menandingi ilmu ayahku, Paman. Walaupun mungkin engkau dapat mengalahkan aku karena aku kalah tenaga dan pengalaman, akan tetapi untuk dapat menandingi kedua ilmu dari ayahku, Jangan engkau terlalu, mengharapkan. Sayang bahwa aku tidak boleh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memperlihatkan ilmu-ilmu itu oleh ayah, maka aku tidak dapat memenuhi keinginanmu."
Pak Ong mengerutkan alisnya dan sejenak dia berdiri dan saling tatap dengan gadis itu. Pak Ong juga bukan orang bodoh. Dia cerdik sekall dan kini dia memutar otaknya, mencari akal bagaimana untuk memaksa gadis ini mengeluarkan ilmu-ilmu simpanan Nam Tok. Dia sama sekali tidak tahu bahwa gadis itu jauh lebih cerdik daripada dia, lebih banyak memiliki tipu muslihat halus. Gadis itu bahkan sudah memperhitungkan bahwa dia amat ingin sekali melihat ilmu-ilmu simpanan itu dan sengaja "menjual mahal"!
"Kalau begitu, engkau tidak boleh meninggalkan tempat ini sebelum engkau menyerangku dengan ilmu-ilmu ayahmu itu!" tiba-tiba Pak Ong berkata.
Slang Bwee girang sekali, akan tetapi pura-pura kaget.
Pancingannya mengena, "ikan" besar itu telah terkait dan tidak mau melepaskannya lagi.
"Paman Ji! Engkau hendak mencelakai aku sebelum saat bertandingan" Itu namanya melanggar janji! Uh, namamu akan dijadikan bahan ejekan dan buah tertawaan orang seluruh dunia kang-ouw kalau kau berani mencelakai aku!"
"Ha-ha-ha, siapa bilang hendak mencelakai engkau"
8ama sekali tidak. Kalau engkau tidak mau menyerangku dengan ilmu-ilmu ayahmu itu, aku tidak memperkenankan engkau pergi dari sini, akan menahanmu di sini sampai saat pertandingan tiba!"
Siang Bwee mengambil sikap seperti orang yang bingung. "Dan bagaimana dengan murid Tung Kiam ini?"
"Kalau engkau tidak mau menyerangku dengan ilmu ayahmu, dia pun tidak boleh pergi dari sini, takut
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membocorkan hal itu. Siapa suruh kalian datang ke sini"
Aku tidak mengundang kalian! Nah, tinggal kau pilih saja, menyerangku dengan ilmu-ilmu ayahmu, atau engkau ooleh tinggal di sini sampai bulan ke sepuluh nanti!" Wajah kakek itu berseri penuh kemenangan.
Siang Bwee mengangguk-angguk. 'Hemmm, aku tahu sekarang. Paman hendak menggunakan haknya sebagai seorang datuk besar yang adil. Seorang pemimpin besar akan selalu menghukum siapa yang tidak taat, bukankah begitu?" Ia teringat akan peraturan yang juga dipergunakan ayahnya.
"Ha-ha-ha, engkau memang keponakanku yang cerdik.
Memang benar sekali. Engkau tidak mentaati perintahku, maka sudah sewajarnya kalau engkau kuberi hukuman, yaitu tidak boleh pergi dari sini sampai bulan ke sepuluh."
"Saya mengerti, Paman. Memang seorang pemimpin yang adil harus selalu menghukum orang yang tidak taat, akan tetapi sebaliknya, pemimpin besar yang adil akan memberi ganjaran kepada orang yang taat. Bukankah begitu, Paman?"
"Ha-ha-ha, engkau benar, engkau benar! Dan aku selalu bertindak adil sesuai dengan kedudukanku sebagai datuk besar yang menguasai seluruh dunia kang-ouw bagian utara. "
"Aku percaya, Paman. Ayah sendiri kadang suka memujimu, mengatakan bahwa engkau adalah seorang datuk besar yang patut dipuji, berjiwa pahlawan dan adil.
Jadi, kalau aku tidak memenuhi permintaanmu, sudah sepatutnya kalau engkau memberi hukuman kepadaku.
Akan tetapi sebaliknya, kalau aku memenuhi
permintaanmu, berarti aku berjasa dan engkau tentu akan memberi ganjaran. Bukankah begitu, Paman Ji yang baik?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ehhh" O ya, ya, ya, aku tentu memberi ganjaran. Kalau engkau memenuhi permintaanku tadi, aku akan memberi ganjaran kepadamu. Ganjaran apa yang kauminta, Siang Bwee?"
"Paman, menurut ayahku, di antara tiga orang datuk besar lainnya, yang mengenal benar akan kelihaian See Mo dan dapat mengatasinya hanyalah engkau. Nah, aku mendengar bahwa See Mo menciptakan dua macam ilmu yang hebat, yaitu permainan huncwe maut dan ilmu pukulan Ang-see-ciang (Tangan Pasir Merah). Tentu Paman telah dapat memecahkan dua macam ilmu dari See-mo itu, bukan?"
Pak Ong berwatak sombong, maka dipuji seperti itu dia tertawa menang. "Huh, boleh jadi bagi orang lain See Mo si pengkhianat bangsa itu menakutkan, akan tetapi bagi aku.
Huh, huncwe mautnya itu hanya merupakan ilmu pedang yang dikombinasikan dengan ilmu tiam-hoat (ilmu menotok), dapat kupecahkan dengan ilmu golokku. Dan Ang-see-ciang" Rahasianya terletak di telapak tangan.
Kalau kusambut dengan ilmu totokanku It-sin-ci (Satu Jari Sakti), menyambut dengan totokan pada telapak tangan Ang-see-ciang akan tak berguna lagi. Ha-ha-ha!"
"Nah, itulah, Paman. Kalau aku menuruti permintaanmu, aku minta ganjaran kedua ilmu itu. Ilmu menotok untuk memecahkan Ang-see-ciang itu Paman ajarkan kepadaku dan ilmu golok untuk mengalahkan huncwe maut Paman ajarkan kepada murid Tung Kiam ini."
Pak Ong terkejut. "Wah, mana bisa begitu?"
"Paman Ji, kalau engkau menolak memberi ganjaran, berarti engkau bukan seorang pemimpin yang adil. Aku pun tidak akan memenuhi permintaanmu. Kalau engkau hendak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menahanku di sini sampai bulan ke sepuluh silakan. Akan tetapi kelak dalam pertemuan, aku akan menceritakan kepada setiap telinga orang bahwa Pak Ong hanyalah seorang tua yang suka menghina seorang gadis muda! Nah aku bicara dan terserah kepadamu! Kwee San Hong, mari kita pergi dari sini!" Ia bangkit berdiri dan hendak melangkah pergi sambil memberi isyarat kepada San Hong untuk pergi.
"Nanti dulu, anak bengal!" Pak Ong berseru dan sekali berkelebat, dia telah mendahului dan menghadang di pintu keluar.
Siang Bwee cemberut dan memandang kakek itu.
"Paman Ji, engkau hendak menahanku dan kelak namamu menjadi tercemar, ataukah hendak menyanggupi ganjaran itu kepada kami?"
Bukan main anak ini, pikir Pak Ong. Bukan dia yang kini mengancam, bahkan gadis itu yang mempersilakan dia melakukan pilihan!
"Siang Bwee, kenapa kalian hendak mempelajari ilmu untuk mengalahkan ilmu-ilmu simpanan dari See Mo?"
tanyanya dan sinar matanya mencorong penuh selidik.
"Mudah saja, Paman. Aku adalah wakil ayah, dan Kwee San Hong ini murid Tung Kiam. Biarpun kelak kami tidak mampu mengalahkan murid yang mewakili Paman, setidaknya kami akan mampu mengalahkan wakil See Mo sehingga andaikata tidak dapat menjadi nomor satu, nomor dua atau tiga pun jadilah. Asal jangan nomor satu dari bawah!"
Mendengar ini, Pak Ong tertawa tergelak. Dia tidak peduli kalau pihak See Mo kalah. Yang penting harus dia yang paling hebat dan nomor satu. Dia tadi sudah mengetahui ilmu-ilmu simpanan Tung Kiam, dan kalau dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dapat mengetahui Ilmu-ilmu simpanan Nam Tok, berarti dia pasti akan menjadi nomor satu! Dia tidak khawatir terhadap See Mo karena selama ini dia sudah berhasil mengetahui ilmu-ilmu baru dari datuk besar di barat itu.
"Baiklah, aku akan mengajarkan lt-sin-ci kepadamu, dan Ilmu golok penaluk huncwe maut itu kepada bocah tolol ini."
Hampir saja Siang Bwee bersorak karena semua siasatnya berjalan lancar dan berhasil baik sekali. "Terima kasih, Paman. Nah, bersiaplah, aku akan segera mempergunakan ilmu-ilmu ayah. Kalau tidak berhati-hati, engkau akan dapat kukalahkan sekarang!"
"Heh-heh-heh, anak baik. Engkau masih belum terlahir ketika aku sudah menjadi jagoan yang tak terkalahkan.
Majulah!" Siang Bwee memasang kuda-kuda dan menggerakkan kedua tangannya sambil mengerahkan tenaga saktinya dan nampaklah uap hitam mengepul dari kedua telapak tangannya! Melihat Ini, Pak Ong memandang dengan wajah gembira karena dia tahu bahwa puteri Nam Tok itu benar-benar mengeluarkan ilmunya, tidak membohongi atau menipunya.
"Itukah yang dinamakan Hek-in Pay-san (Awan Hitam Mendorong Bukit)" Bagus, mulailah menyerangku, Siang Bwee!"
Gadis itu pun segera menyerang kalang kabut, bertubi-tubi. Gerakannya cepat sekali dan juga semua pukulannya didahului uap hitam sehingga nampak dahsyat sekali. Akan tetapi, San Hong yang melihatnya menjadi heran. Sudah beberapa kali dia melihat Siang Bwee berlatih ilmu pukulan Hek-in Pay-san secara aneh, yaitu gerakan-gerakannya berbeda dari biasanya. Berbeda dari ilmu itu yang pernah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
diajarkan Siang Bwee kepadanya. Kini baru dia tahu kegunaannya. Kiranya gadis yang cerdik itu telah mengacaukan ilmu Hek in Pay-san itu sehingga yang kini dihadapi dan diingat oleh Pak Ong bukanlah ilmu yang aseli, tidak murni lagi karena dicampur dengan gerakan-gerakan karangan Siang Bwee sendiri!
Pak Ong yang menghadapi serangan itu, mengelak dan kadang-kadang menangkis. Dia memperhatikan gerakan gadis itu dan setelah semua jurus ilmu itu dikeluarkan, dia tertawa bergelak. Ilmu pukulan yang mengandung uap hitam beracun itu memang hebat, akan tetapi dia melinat gerakan yang kacau dan tidak sempurna dalam ilmu silat tangan kosong itu.
"Hanya begini sajakah ilmu dari Nam Tok yang dikatakan hebat itu" Ha-ha-ha-ha-ha, tidak ada artinya bagiku!" katanya dan begitu dia mendorongkan kedua tangannya, tubuh Siang Bwee terdorong ke belakang seperti ditolak angin badai yang amat kuat. Wajan Siang Bwee menjadi merah dan ia berlagak marah dan tersinggung, sikapnya demikian wajar sehingga San Hong sendiri percaya bahwa gadis itu memang marah dan malu.
"Paman Ji, jangan engkau tertawa-tawa dulu. Mungkin latihanku belum sempurna dalam ilmu Hek-in Pay-san.
Akan tetapi aku yakin engkau tidak akan mampu memecahkan ilmu tongkatku!"
"Yang disebut Hwe liong jio-cu (Naga Terbang Merebut Mustika) itu" Anak baik, cepat keluarkan tongkatmu dan serang aku dengan ilmu tongkat ayahmu itu!" katanya dan dia pun sudah mengeluarkan goloknya untuk menghadapi tongkat gadis itu. Siang Bwee menghampiri rak senjata dan mengambil sebatang tongkat atau toya pendek.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Awas, Paman Ji, kalau sampai terkena satu dua gebukan dariku, jangan marah!" katanya.
"Ha-ha-ha, hayo majulah dan seranglah sedahsyat mungkin!" tantangnya sambil melintangkan golok tipisnya di depan dada. Siang Bwee lalu menyerang dengan teriakan melengking nyaring.
"Hyaaaaattt.....!" Dan tongkatnya bergerak dengan hebat dan dahsyat memang. Sebelum mengenal benar ilmu tongkat ini, berulang kali San Hong pernah dihajar.
Pinggulnya pernah memar-memar dihantami tongkat itu ketika Siang Bwee mengajaknya berlatih. Akan tetapi akhirnya dia dapat pula mempelajari ilmu tongkat itu dan mengenal kehebatannya.! Akan tetapi sekali ini kembali dia meresa geli dan kagum sekali akan kecerdikan Siang Bwee.
Dengan gerakan wajar, tanpa menimbulkan kecurigaan, dara ini telah mengacaukan jurus-jurus dari ilmu tongkatnya. Banyak gerakan yang dihilangkan, dan banyak pula gerakan lain ia masukkan sehingga ilmu tongkat itu tidak aseli lagi. Namun, cara "merusak" ilmu tongkat itu sedemikian rapi dan halusnya sehingga mereka yang sudah menguasai ilmu itu saja yang akan dapat mengetahuinya.
Betapapun juga, karena ilmu tongkat ciptaan Nam Tok ini memang hebat, maka biarpun sudah dirusak, tetap saja ilmu tongkat itu berbahaya dan tangguh. Berulang kali Pak Ong mengeluarkan seruan kagum dan dia harus melindungi dirinya dengan sinar goloknya, sambil memperhatikan gerakan tongkat itu dan mengenal ciri-cirinya. Dia sama sekali tidak tahu bahwa dengan mengenal ilmu tongkat itu, dia malah mengalami kerugian besar karena kelak, kalau dia menghadapi Nam Tok dengan ilmu tongkat itu, tentu banyak sekali dugaannya yang sama sekali keliru dan hal ini amat membahayakan dirinya sendiri!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah semua jurus dimainkan Siang Bwee untuk menyerang, akhirnya Pak Ong merasa cukup dan seperti tadi ketika menghadapi San Hong, dia mengerahkan tenaga menggerakkan goloknya dan tongkat di tangan Siang Bwee patah menjadi dua! Gadis itu meloncat ke belakang dan muka serta lehernya basah dengan keringat. Memang ia sengaja mengerahkan semua tenaga tadi, bukan saja untuk menutupi kerusakan pada ilmu tongkatnya, akan tetapi juga untuk menimbulkan kesan bahwa ia bersungguh-sungguh dalam penyerangannya itu. Dan kembali Pak Ong terkelabui!
"Paman Ji," katanya dengan nada suara gemas. "Jelas bahwa latihanku yang kurang matang. Kalau ayah yang memainkan tongkat itu, tentu engkau tidak akan dapat menang!"
Pak Ong merasa gembira sekali. Tanpa disangka-sangkanya, hari ini dia telah melihat ilmu-ilmu simpanan dari Tung Kiam dan Nam Tok, dan hal ini sama dengan memberi kepastian bahwa dia kelak akan menang!
"Ha-ha-ha, Siang Bwee. Biarpun ilmu tongkat tadi memang hebat, akan tetapi ayahmu takkan mungkin dapat menandingi golokku."
"Paman, sekarang aku menagih janjimu. Engkau harus mengajarkan ilmu to-tok kepadaku dan ilmu golok kepada Kwee San Hong."
"Baik. Aku akan memberi waktu seminggu kepada kalian. Akan kumainkan kedua ilmu itu dan kalian harus mengingatnya benar-benar. Hafal atau belum, sudah bisa atau belum, kalau sudah lewat seminggu, kalian harus pergi secepatnya. Nah, itulah ganjaran yang kujanjikan."
Dua orang muda itu maklum bahwa mempelajari ilmu silat tinggi tentu saja membutuhkan waktu, sedikitnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berbulan-bulan bagi mereka yang sudah memiliki dasar ilmu silat tinggi. Dalam seminggu mana mungkin" Akan tetapi, bagi Siang Bwee yang terpenting adalah teorinya dulu. Kalau sudah hafal akan gerakan-gerakannya, maka mudah saja berlatih sendiri.
"Baik, Paman. Kuterima syarat itu. Seminggu kami akan belajar dan setiap saat kalau ada kesulitan, engkau harus mau menerangkan tentang ilmu yang kami pelajari."
Pak Ong terkekeh. Tentu saja dia pun tahu bahwa tidak ada artinya mempelajari ilmu selama seminggu itu, biar setiap hari minta penjelasan darinya. "Baik, mari kita mulai." katanya dan kesanggupan ini membuat dia kemudian merasa menyesal bukan main karena kerap kali sewaktu dia tidur pun, Siang Bwee berani menggedor pintu kamar tidurnya, menggugahnya untuk bertanya tentang ilmu itu. Bahkan di tengah malam, selagi dia enak mendengkur, dia harus bangun dan melayani gadis yang bengal itu. Selama seminggu, Pak Ong merasa lelah bukan main, juga amat terganggu tanpa dia mampu menolak atau marah karena memang dia sudah berjanji!
Dengan tekun Siang Bwee mempelajari ilmu totok yang amat ampuh itu. It-sin-ci (Satu Jari Sakti) merupakan ilmu tiam-hiat-to (totok jalan darah) yang ampuh sekali dan memang sengaja diciptakan Pak Ong untuk menghadapi pukulan-pukulan beracun seperti Ang-see-ciang dari See Mo. Sedangkan San Hong diberi pelajaran ilmu golok yang sengaja diciptakan untuk menundukkan gerakan huncwe maut dari See Mo pula. Dengan cara ini, maka Siang Bwee sekaligus dapat membongkar rahasia ilmu-ilmu simpanan baik dari Pak Ong maupun dari See Mo!
Setelah seminggu Pak Ong mengusir mereka. "Nah, sudah seminggu. Pergilah kalian. Kelak, kalian boleh jadi menang melawan wakil See Mo, akan tetapi jangan harap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
akan dapat menang melawan wakilku." kata Pak Ong.
"Siang Bwee, sampaikan salamku kepada ayahmu. Katakan kepadanya bahwa sampai saat terakhir, Pak Ong tidak akan sudi menghambakan diri kepada orang Mongol! Dan engkau, Kwee San Hong, katakan kepada gurumu si Tung Kiam itu bahwa pertemuan pada bulan ke sepuluh di puncak Thay-san tidak mungkin diundur. Siapa yang tidak datang berarti mengaku kalah dan tidak lagi dianggap sebagai datuk. Kalau menentang, maka akan menghadapi tiga datuk besar lain untuk menghancurkannya karena dia telah melanggar janji!"
Siang Bwee memberi hormat, diikuti oleh San Hong.
"Terima kasih atas segala kebaikanmu, Paman Ji. Aku doakan mudah-mudahan kelak, dalam pertandingan itu, biarpun tidak menjadi nomor satu, engkau akan menjadi nomor dua, di bawah ayah tentu saja!"
Pak Ong tertawa lagi bergelak. "Ha-ha-ha, aku suka sekali padamu, Siang Bwee. Engkau cerdik, berani dan pandai membawa diri. Sayang aku tidak mempunyai seorang anak laki-laki, kalau ada, tentu engkau ini yang kupilih menjadi mantuku!"
Wajah Siang Bwee berubah kemerahan. "Ihhh, Paman Ji sekarang bertambah satu macam ilmu, yaitu ilmu merayu!"
Sambil tertawa-tawa Pak Ong mengikuti kepergian dua orang muda itu dengan pandang matanya.
~o-Dewikz-o0o-Budi.S-o~
Gadis itu duduk di bawah pohon, bersila dan menumpangkan kedua tangan di atas paha, sama sekali tidak bergerak, dengan mata terpejam. San Hong memandang dengan kagum, bahkan terpesona. Alangkah cantiknya Siang Bwee. Seperti sebuah arca yang amat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
indah, arca seorang dewi dari langit! Dia begitu terpesona sehingga dia berdiri saja mengamati wajah dan tubuh itu, lupa bahwa Siang Bwee menyuruh dia untuk mengingat semua pelajaran yang mereka terima dari Pak Ong selama satu minggu itu.
Pendekar Jembel 7 Rahasia Mo-kau Kaucu Karya Khu Lung Golok Sakti 6
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama