Ceritasilat Novel Online

Kucing Suruhan 6

Kucing Suruhan Karya S B Chandra Bagian 6


"Kapan kita bisa melamarnya Daeng?" tanya Sumarta.
"Yang penting baik, kita tunggu sampai tujuh malam, termasuk malam ini. Yang di atas genteng itu, malam ini sudah akan mulai bekerja, tetapi yang ditanam menanti sampai mereka langkahi. Barangkali besok. Mungkin juga lusa!" sahut Daeng. Lumayan lama, pikir Sumarta, tetapi ia tidak berani berbuat lain daripada menunggu sampai sedikitnya tujuh hari.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
*** LAIN lagi yang mengganggu pikiran dr Anton dan sahabatnya si dukun merangkap manusia harimau Erwin yang sudah serumah dengannya. Setelah mengetahui rencana jahat Jaya Wijaya yang sudah yakin, bahwa antara perempuan bayarannya Lydia Savatsila dengan dokter itu ada hubungan gelap dan kawannya Erwin menjadi pelindungnya, mereka meningkatkan penjagaan diri, walaupun sesungguhnya di antara dua insan berlainan jenis itu baru sampai pada tingkat hubungan baik yang mendekati saling simpati.
"Awas dengan pasien-paseienmu dokter," nasihat Erwin. Ia menjadi kaget, ia tidak berpikir sejauh itu. Ada kaitan apa antara pasiennya dengan Jaya Wijaya"
"Sekedar menjaga diri," kata Erwin. "Manusia sekarang banyak yang bersedia menjual diri, kadang-kadang dengan harga murah. Siapa tahu, di antara pasien dokter ada orang kiriman Jaya Wijaya. Karena dokter tidak menyangka, maka dengan musah ia bisa membikin dokter mati konyol. Saya bukan menakut-nakuti, tetapi yang begitu sangat mungkin terjadi."
"Terima kasih Er," kata dr Anton. "Tetapi saya hanya punya pasien-pasien langganan, yang sudah lama jadi kenalan baik.
Hampir tidak pernah kedatangan pasien baru. Lain halnya kalau di rumah sakit."
Memang benar, dr Anton hanya menerima pasien sangat terbatas di rumah. Hanya langganan. Kata mereka, dia dokter bertangan dingin. Cuma Jaya Wijaya yang tidak dapat dihadapinya. Tetapi penyakitnya juga disebabkan kucing suruhan.
"Kalau begitu, aku tidak usah kuatir," kata Erwin. "Entah mengapa dokter, aku selalu merasa cemas. Ada firasatku bahwa dokter dibayangi musuh yang tidak kelihatan. Aku juga,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi selama hidupku memang selalu dikejar maut. Lain halnya dengan dokter," kata Erwin.
"Aku akan waspada Er. Dan, walaupun mungkin tidak perlu, kupinta kau untuk menjaga diri baik-baik. Mereka sangat ingin mengenyahkan kita dari dunia ini!"
"Betul, itulah kemauan mereka. Jahanam yang mempermainkan banyak pejabat dan memandang semua kita ini bisa dibeli atau dilenyapkan dengan kekuatan uangnya.
Dan kekayaan mereka itu mereka peroleh dengan bantuan bangsa kita yang melacurkan jabatannya. Aku sebenarnya dendam kepada pejabat-pejabat kita yang curang. Kasian pada yang jujur, yang kudengar selalu harus disingkirkan justru karena kejujuran mereka. Kau tahu dokter, apa juga ingin melenyapkan bajingan besar ini. Adil kan, saling buru.
Siapa yang lebih tangkas, dialah yang akan keluar sebagai juara!" kata Erwin.
*** SEBAGAI biasa petang itu dr Anton buka praktek di suatu ruangan bagian depan. Pasiennya memang yang sudah langganan saja. Pada waktu itu Erwin duduk di kamarnya, memikirkan bagaimana ia menghadapi Jaya Wijaya yang haus nyawa itu. Pada saat itu darahnya tanpa sebab tersirap.
Baginya suatu pertanda, bahwa tak jauh dari dirinya ada orang merencanakan kejahatan. Pembunuh bayaran Jaya Wijaya sedang mengintai dirinya" Tidak, tubuhnya tidak dijalari perasaan dingin. Ah, itu barangkali. Ia lalu berdiri dan masuk ke ruang praktek dr Anton tanpa mengetuk pintu.
Pasien yang baru masuk jadi marah.
"Kau tidak tahu aturan!" bentaknya.
Muka dr Ant.on merah padam. Memang sahabatnya membuat kekeliruan dengan caranya masuk itu. Lagi pula pasien itu langganan lamanya. Ia meminta sahabatnya keluar dulu. Erwin tidak mematuhi sehingga membangkitkan amarah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
si pasien dan mengherankan serta agak menjengkelkan dr Anton. Memang Erwin sahabat baik, pernah menyelamatkan dirinya dari hajaran bandit suruhan Jaya Wijaya. Tetapi itu sama sekali tidak berarti, bahwa ia boleh melanggar segala ketentuan yang ada. Hanya orang brutal atau punya niat buruk yang langsung saja masuk ke ruang praktek dokter, padahal di dalam ada pasien yang sedang diperiksa. Dr Anton tidak mengatakan, bahwa sahabat baiknya itu kurang ajar, tetapi mukanya cukup memperlihatkan, bahwa ia sangat tidak berkenan dengan sikap Erwin. Dan si manusia harimau juga tahu, bahwa kawannya tidak menyukai kehadirannya cara begitu, namun ia belagak pilon, seolah-olah orang dungu atau kurang waras. Melihat Erwin diam saja, padahal ia tentu merasa bahwa dokter Anton ingin agar dia keluar, maka dokter itu memberi isyarat dengan menggerakkan? kepala.
Tetapi si manusia harimau bukan keluar, malah mengambil tempat duduk di sebuah kursi, di depan meja dokter, di sebelah kursi sang pasien.
"Saya akan memeriksa pak Kamil dulu, saudara yang berikutnya nanti, kalau saudara merasakan sesuatu yang harus segera dapat pertolongan!" kata dr Anton sehalus mungkin dengan mengekang seluruh emosi.
"Saya tidak sakit!" kata Erwin.
"Lalu untuk apa anda masuk secara brutal!" kata pasien yang bernama Kamil itu. Dia benar-benar jengkel.
''Untuk menemani tuan!" kata Erwin seenaknya.
Amarah pasien itu kian memuncak. Menemani dirinya.
Sedangkan dia kenal saja pun tidak dengan Erwin. Terpikir oleh dr Anton, apakah manusia harimau bisa sewaktu-waktu dihinggapi penyakit syaraf, mendekati kurang waras. Boleh jadi, dia belum pernah tahu sifat-sifat yang ada pada manusia yang kadangkala berubah jadi harimau. Marahnya agak mereda, tetapi bagaimana pun Erwin harus keluar. Tiap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pasiennya harus mendapat pelayanan dan cara penerimaan yang wajar.
"Kau ini gila ya," kata Kamil yang kian marah ditambah benci itu.
"Katakan sesuka hatimu," kata Erwin kini.
Tidak mempergunakan tuan lagi.
Sudah tentu si pasien jadi tambah jengkel. Dia berdiri hendak memukul orang tak waras yang tidak bisa lagi diajak ngomong itu. Tetapi sama cepatnya dengan dia, Erwin juga sudah berdiri Tangan Kamil yang hendak memukul mukanya ditangkap, lalu dipelintir, sehingga orang yang berbadan lumayan tegap itu terputar, menghadap ke arah lain. Dr Anton bukan hanya panik, tetapi ketakutan ketika melihat sahabatnya berubah secara mendadak. Jari-jarinya berubah seperti telapak kaki harimau dengan kuku-kuku yang besar dan tajam. Dan kuku inilah yang dibenamkan ke dalam daging Kamil.
"Jangan bersuara Anton," perintah Erwin. "Bangsat ini punya niat buruk!"
Kini dr Anton yang kaget dan jadi pucat. Tetapi juga malu.
Tadi malu karena Erwin masuk dengan tidak mengindahkan ketentuan. Kini karena pasiennya dikatakan punya niat buruk.
Tetapi kemudian ia jadi bingung" Mungkinkan pasien yang sudah lama dikenalnya punya maksud jahat"
Kamil kesakitan dan ketika ia dapat memandang Erwin sambil berusaha melepaskan pegangan yang menikam dan telah mengeluarkan darah itu, ia pun terkejut tiga perempat mati. Apa ini" Tangan yang memegangnya itu bukan tangan manusia.
"Lepaskan aku!" pintanya dalam kepanikan.
*** Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
EMPAT PULUH KALAU beberapa waktu yang lalu, tatkala bertemu untuk pertama kali, dr Anton hanya menduga, bahwa Erwin telah berubah rupa, ketika ia mengunci diri di dalam kamar, maka sekarang ia melihat keajaiban yang amat mengerikan itu di depan matanya. Sahabatnya itu telah berubah bentuk. Hanya mukanya saja lagi yang masih manusia, selebihnya telah berubah menjadi harimau dewasa dengan loreng-loreng hitam menghias tubuhnya yang berwarna kuning tua.
Tanpa dipinta Erwin pun, dokter yang ahli penyakit itu, tidak mampu membuka mulut. Begitu juga halnya dengan Kamil. Hanya ada satu keyakinan di dalam benaknya. Bahwa ia akan mati dirobek-robek harimau yang berasal dari manusia itu.
"Katakan kepada dokter Anton, apa maksudmu sekali ini!"
kata Erwin. Agak lama Kamil terdiam. Tidak tahu mau mengatakan apa!
Mengatakan, bahwa ia hanya mau berobat" Makhluk ajaib ini pasti tidak akan percaya.
Melihat pasien itu tidak mau buka mulut, Erwin memperketat pegangannya, sehingga kuku-kukunya masuk lebih dalam ke dagingnya, menyebabkan rasa sakit yang amat sangat.
"Dokter, maafkan saya," kata Kamil lalu ia diam lagi.
Dokter Anton heran. Apa yang harus dimaafkan" Betulkah tuduhan Erwin bahwa ia punya maksud buruk"
"Untuk apa?" tanya dokter yang kian heran itu.
"Saya disuruh orang. Keadaan membuat saya terpaksa menerima!"
"Saya tidak mengerti," kata dr Anton tambah ingin tahu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya dalam keadaan terjepit keuangan. Banyak hutang.
Tak terbayar dok!"
Setelah diam pula sejenak, baru ia meneruskan:
"Rentenir yang satu mengancam saya harus membayar.
Kalau tidak ia akan melepas tukang-tukang pukulnya. Nyawa saya tidak terjamin lagi. Dia hanya memberi saya satu pilihan, kalau ingin hidup terus."
"Pilihan bagaimana?" tanya dr Anton yang sangat tertarik dengan cerita itu. Pada saat itulah tahu-tahu di sana sudah hadir seekor kucing. Si Sati yang sudah dikenal Erwin dan dr Anton.
Ia duduk di lantai memperhatikan si manusia harimau yang sedang marah.
Dengan terbata-bata Kamil berkata: "Saya harus menyerahkan isteri saya kepadanya untuk seminggu," lalu ia tunduk. Malu.
Bagaimanapun, dr Anton dan Erwin jadi kasihan mendengar cerita itu.
"Lalu!" kata dr Anton.
"Saya diajak seseorang ke rumah seorang kaya yang bernama Jaya Wijaya. Setelah mengajukan beberapa pertanyaan, ia menawarkan saya pekerjaan dengan upah sepuluh juta!"
"Apa tugasmu!" tanya si manusia harimau.
"Membunuh dr Anton. Saya tak tahu dari siapa mereka mengetahui, bahwa saya pasien di sini. Oleh gelap pikiran dan tak melihat jalan menyelamatkan diri dan kehormatan, maka tawaran itu saya terima. Saya dibekali sepucuk pistol," kata Kamil menceritakan seluruh kisahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kucing suruhan yang tadi duduk di lantai men-dada melompat dan duduk di atas meja menghadapi Kamil. Seakan-akan ia ingin melihat tampang orang itu lebih jelas.
"Keluarkan dan taruh senjata itu baik-baik di atas meja,"
perintah Erwin. Dan dengan sebelah tangannya yang bebas Kamil mengeluarkan sepucuk pistol dengan peredam suara dari balik baju safarinya, meletakkannya di atas meja. Dr Anton beruban pucat. Rupanya benar nyawanya kini sudah meninggalkan tubuhnya, kalau Erwin tidak datang mencegah.
Tidak sangsi lagi, manusia harimau yang kelihatan amat menyeramkan itu telah menyelamatkan dirinya.
Erwin melepaskan Kamil dan menyuruhnya duduk. Dengan kepala ditundukkan karena malu, ia menurut perintah. Erwin merasa kasihan. Karena ia terjerat oleh seorang rentenir.
Tetapi ia tetap marah pada orang itu, karena hampir jadi pembunuh sahabatnya. Namun begitu dia bisa mengerti, bahwa seseorang yang terjepit mungkin saja melakukan tindakan yang tidak wajar, karena jalan pikirannya pun tidak wajar lagi. Mana ada orang panik yang berpikir secara waras.
"Kau diupah berapa?" tanya Erwin bagaikan seorang anggota Polisi yang menginterogasi seorang tersangka.
"Sepuluh juta Pak," kata orang itu. Kini memanggil si manusia harimau dengan bapak.
"Sudah dibayar?"
"Baru setengahnya Pak."
"Dengan upah itu kau mau membunuh dokter yang sudah lama kau kenal, merawat dirimu dan amat menghargai kau lagi."
"Saya sudah tak melihat jalan lain. Cara ini yang dibukakan kepada saya untuk membela kehormatan. Tiada pilihan lain!"
"Tidak kau pikirkan apa yang akan menimpa dirimu kalau kau sampai membunuh dokter Anton?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak," jawab Kamil berterus terang. "Jangan tanyai aku lagi. Bunuhlah. Aku pantas dibunuh. Aku akan menerimanya dengan ikhlas!"
Dr Anton memandang Erwin yang masih tetap bertubuh harimau. Si kucing suruhan lompat lagi ke lantai dan menggesek-gesekkan kepalanya ke kaki si manusia harimau yang menurut legenda termasuk cucunya itu. Kelembutannya seakan-akan hendak melembutkan hati Erwin. Dan manusia harimau pun kiranya tahu, apa maksud kucing suruhan itu.
"Berapa hutangmu kepada rentenir itu?" tanya Erwin.
"Katanya delapan juta. Tetapi uang yang pernah saya pinjam dari dia hanya satu juta. Demi Allah Pak, tak lebih dari itu. Uang itu untuk membeli tempat bagi anak saudara saya yang ingin masuk Perguruan Tinggi. Kemenakan saya itu sangat pintar. Tak sampai hati saya melihat dia putus sekolah!" kata Kamil.
Erwin menarik napas panjang. Ia terharu dan sedih memikirkan betapa sulitnya bersekolah di zaman ini.
"Kepada siapa kau berhutang sejuta yang sampai menjadi delapan juta itu?" tanya Erwin.
Kini kucing suruhan memandang Erwin. Ia sangat tertarik dengan pertanyaan itu, sebab dia pun ingin tahu siapakah rentenir yang tidak berkemanusiaan itu.
Kamil menceritakan, bahwa orang itu berasal dari Sumatra Utara. Atas pertanyaan Erwin disebutkan nama dan alamatnya. Dalam hati dia merasa agak lega. Kini ia memandang manusia harimau itu sebagai anggota Lembaga Bantuan Hukum. Secercah harapan menyelinap ke dalam hati orang yang tadi telah menanti kedatangan sang ajal.
"Tadi kau katakan, kalau tidak bisa bayar hutang tetapi mau selamat harus menyerahkan isterimu seminggu kepada si
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rentenir. Kalau kau sampai terpaksa melakukan itu apakah hutangmu jadi lunas?" tanya Erwin lagi.
"Tidak. Saya diberi waktu dua minggu, dihitung sejak isteri saya, saya serahkan kepadanya. Hutang tidak akan dibebani bunga tambahan. Tetapi kalau dalam tempo dua minggu itu tidak juga saya lunaskan, maka isteri saya harus diserahkan lagi untuk dua minggu!" Dari suara Kamil sangat jelas, bahwa dia sangat malu dan tertekan.
"Untuk apa ia menyandera isterimu?" tanya Erwin.
Kamil tidak menjawab dan Erwin merasa bahwa ia telah mengajukan sebuah pertanyaan yang teramat bodoh. Dokter Anton juga demikian. Seharusnya Erwin tidak menanyakan itu.
Ia harus tahu sendiri. Dapat menebak tepat. Dia memang manusia harimau, tetapi dia pun bisa membuat kesalahan. Dia hanya makhluk yang menyimpang dari hamba Allah yang lain.
Bukan malaikat!
"Maafkan aku atas pertanyaan itu Kamil! .Maaf dokter,"
kata Erwin melihat pada dokter Anton.
Kini timbul kekaguman di hati Kamil. Makhluk aneh itu punya sopan santun dan sportivitas yang begitu tinggi. Tidak segan-segan mohon maaf atas kekhilafannya. Ia lebih mulia dari sejumlah orang-orang pintar dan terkemuka masa kini yang pantang mengaku keliru, apalagi minta maaf. Dr Anton semakin bangga mempunyai sahabat seperti itu. Manusia yang menyimpang dari manusia lain punya ilmu kebatinan tinggi, dapat membunuh kapan saja dia mau, tetapi juga mempunyai budi pekerti dan sopan santun yang tidak sangat banyak lagi dimiliki manusia dizaman ini.
Bukan hanya dokter Anton dan Kamil yang kagum, tetapi Sati yang mengerti seluruh pembicaraan, juga memperlihatkan rasa senangnya dengan menjilati si manusia harimau. Erwin sendiri sangat senang pula oleh sikap Sati yang amat bersahabat. Ia ingat kembali apa yang telah dilakukan Sati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhadap dua calon pembunuh bayaran Jaya Wijaya yang dapat perintah menghabisi nyawa Erwin dan dokter Anton.
Kucing suruhan ini termasuk makhluk yang tahu membalas budi. Dalam hati ia berkata, bahwa ada banyak persamaan sifat yang baik antara dirinya dengan Sati.
"Pulanglah, jangan ulangi niat jahat yang begitu," kata Erwin yang secara perlahan berubah kembali menjadi manusia. Kamil tidak menyangka akan dapat pengampunan demikian. Ia sangat bersyukur, tetapi dia tidak beranjak dari tempat duduknya. Bagaimana mau pulang, sedangkan ia harus membayar delapan juta untuk menyelamatkan kehormatan keluarga, terutama dirinya yang amat terancam.
Dan bagaimana pula dengan persekot yang sudah diterimanya dari Jaya Wijaya untuk membunuh dr Anton.
"Aku tahu apa yang kau pikirkan, tetapi inilah risiko paling kecil dari perbuatanmu sendiri. Tentang si rentenir itu kau tak usah takut. Percayalah," kata Erwin. "Hanya usahakanlah jangan sampai kau jatuh ke tangan Jaya Wijaya. Atau kembalikan uang persekot yang telah kau terima!"
"Ikutlah nasehat sahabatku itu," kata dr Anton.
"Dokter, saya malu sekali. Maukah dokter memaafkanku?"
kata Kamil. "Lupakanlah itu," kata dr Anton. "Jaga saja keselamatanmu. Menerima persekot dari orang semacam itu memang punya risiko."
Kamil mencium tangan Erwin lalu pergi dengan aneka perasaan yang mencekam.
Dr Anton memeluk Erwin yang kini kembali telah menyelamatkan dirinya. Bertambah heran, bagaimana manusia harimau itu dapat mengetahui atau sedikitnya merasakan, bahwa dirinya dalam bahaya. Apakah makhluk aneh yang amat berbudi ini mempunyai lebih banyak pancaindra dari manusia biasa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bekerjalah terus seolah-olah tidak terjadi suatu apa pun,"
kata Erwin. "Kembalikan ketenangan. Ini suatu latihan untuk memperkuat syaraf. Masih banyak bahaya menghadang kau dokter," kata Erwin. "Kecuali kalau kau melepaskan Lydia dan pindah ke tempat lain! Orang-orang berduit masa kini banyak yang ingin mencapai segala-galanya demi kepuasan hati melalui uang!"
Dokter Anton diam. Sahabatnya yang hanya sekolah sedangan dan dikenal sebagai dukun ini mempunyai pengetahuan banyak tentang manusia. Manusia dinilai dari luar dan dilihat dari dalam.
"Dokter jauh lebih tahu dari saya, bahwa pembangunan fisik yang kita lihat dengan mata sangat kurang disertai dengan pembangunan atau pemeliharaan mental dan moral.
Padahal kedua-duanya sangat berkaitan. Banyak orang sekarang bertuhankan duit, bukan ber-Tuhan Allah!"
Dokter Anton tidak menanggapi. Ia merasa seluruh kebenaran yang terkandung di dalam ucapan orang yang hanya sesederhana Erwin. Kalau orang-orang yang dikatakan pintar atau memang benar-benar pintar mempunyai perasaan seperti Erwin, dunia ini, sekurang-kurangnya tanah airnya akan memperlihatkan gambaran yang lebih cerah.
Erwin keluar. Dokter menerima pasiennya lagi. Dia usahakan setenang mungkin. Melatih syaraf, seperti kata Erwin. Tetapi tak lama kemudian ia terkejut lagi mendengar satu letusan. Tembakan, pasti. Apakah ada polisi mengejar penjambret dan melepaskan tembakan peringatan ke atas.
Tetapi kadang-kadang yang dikejar tertembak di kepalanya, walaupun tembakan ke atas tidak wajar mengenai orang buruan, walaupun kepalanya memang ada di atas. Hanya satu kali. Apakah yang dikejar berhenti karena takut ataukah dia tertembak dan sudah tergelimpang bermandi darah"
Erwin yang masih duduk di ruang tunggu pasien, bergegas ke tempat bunyi letusan itu. karena terdengar begitu dekat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan ia menemukan seorang lelaki terkapar di tanah. Sudah ada beberapa orang lain di sana. Dia tidak bermandi darah.
Hanya ada sedikit darah yang masih terus mengalir dari satu luka kecil di kepalanya. Luka kecil yang mematikan, karena lubang itu disebabkan tembusan peluru. Sejak melihat pakaian korban itu Erwin sudah terkejut. Karena serupa dengan pakaian Kamil yang tadi hendak membunuh dr Anton. Setelah mendekat dan melihat wajahnya, ia jadi sangat sedih. Orang itu benar-benar Kamil.
Benar, Kamil sejak masuk ke pekarangan rumah dokter Anton telah dibuntuti oleh dua orang Jaya Wijaya. Ketika melihat dia keluar dengan langkah gontai, tetapi kemudian mereka tidak melihat kepanikan apa pun di tempat sang dokter, mereka tahu bahwa Kamil gagal. Atau sengaja mau menipu. Dan Jaya Wijaya bukan orangnya yang suka ditipu. Ia hanya mau menipu. Ia hanya mau jadi pemegang peran aktif, bukan jadi korban.
Erwin cepat mengambil suatu keputusan, yang sebenarnya beberapa jam lagi baru akan dilaksanakannya. Ia ingat nama dan alamat itu. Dengan sebuah taksi ia bergegas ke sana. Tak sempat lagi memberitahu kepada dr Anton.
*** EMPAT PULUH SATU
ERWIN turun beberapa meter sebelum rumah Gideon yang punya marga asal Sumatra Utara itu. Ia tertanya-tanya ada apa di rumah itu, karena kelihatan agak banyak orang. Ada pertemuan keluarga atau ada hajatan" Dari cerita beberapa orang yang ada di situ ia mengetahui, bahwa di rumah itu baru saja terjadi suatu musibah. Bukan bencana besar, tetapi cukup mengherankan dan menegangkan. Seekor kucing yang kelihatan jinak dan bersih telah masuk ke sana. Tidak mengherankan, karena di rumah itu juga ada beberapa ekor
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kucing milik keluarga Gideon. Walaupun kucing pendatang ini belum mereka kenal, karena baru sekali itu mereka lihat.
Walaupun antara kucing-kucing tuan rumah dan pendatang belum berkenalan, namun tidak ada geraman-geraman pertanda permusuhan. Sebaliknya semua binatang itu seperti sudah kenal lama. Dua anak kucing malah bermanja-manja pada si pendatang dan tamu itu juga kelihatan senang.
Mereka bermain-main.
Di waktu itulah Gideon datang dengan mobil Toyota Corona-nya. Sebaik masuk ia bertanya kepada isterinya, kucing siapa yang bagus dan suka main-main itu. Oleh Siska yang isteri Gideon dijawab, bahwa si belang itu tamu. Tak tahu siapa yang punya.
"Kalau dia mau biar tinggal di sini Sis," kata Gideon. Dia jongkok lalu mengelus-elus, kemudian menggendong kucing baru itu. Kucing itu tidak mengelak, malah kelihatan senang.
Ia memandangi Gideon, seakan-akan mau menyelami, bagaimana isi hati manusia penggemar kucing ini.
"Kau lihat Sis, dia memandangi aku. Bisa jadi kawan baik!"
"Bagus tagihan?" tanya Siska.
"Ya, cukup. Mana ada yang berani main-main! Si Kamil berjanji akan melunaskan hari ini. Delapan juta!" Gideon tidak ceritakan, bahwa dia akan menahan isteri Kamil yang cantik selama seminggu, kalau orang itu tidak dapat memenuhi janjinya. Isterinya tidak boleh tahu, karena wanita itu akan dipakainya sendiri dan juga dipersewakan kepada siapa saja yang mau dan berani bayar.
Sebenarnya ketika datang ke sana kucing itu sudah mempunyai satu maksud. Bukan beramah tamah. Tetapi kini ia kelihatan mesra dengan rentenir itu. Apakah ia membatalkan niatnya" Barangkali. Tiap makhluk bernyawa bisa saja mendadak merubah rencana kalau ada sebab untuk itu. Baik secara alamiah maupun karena kekuatan guna-guna.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kucing itu memandang Gideon lagi. Dan rentenir itu juga memandangnya. Ada pertanyaan-pertanyaan di dalam hati laki-laki itu, tetapi tidak dilahirkannya, karena kucing itu toh tidak akan dapat menjawab. Tetapi Gideon menjadi agak heran, karena ia melihat perubahan pada pandangan kucing itu. Suatu expresi yang serius. Jelas tampak pada matanya.
"Kau lihat Sis, ada kelainan pada kucing ini," kata Gideon, tetapi bersamaan dengan itu ia terkejut. Lebih dari itu; ia takut, kucing itu mendadak mencakarnya. Dengan kuat dan dengan dua kaki depannya pula. Kemudian ia menggigit telinga Gideon. Siska terperanjat dan ketakutan.
Usaha Gideon dan isterinya menarik kucing itu untuk melepaskan korbannya, tidak berhasil.
Muka Gideon penuh luka. Dia meraung. Bukan saja karena kesakitan dan panik, tetapi karena rasa takut yang amat sangat. Apa artinya semua ini. Mengapa kucing yang datang bertamu dan semula sangat ramah itu mendadak jadi ganas.
Seperti orang yang tiba-tiba kemasukan jin Afrid.
Setelah puas, kucing itu melompat dan pergi melalui para tetangga yang berdatangan. Pada saat itu tak seorang pun mengetahui, bahwa yang menjadi gara-gara hanya seekor kucing.
Ketika Erwin pun turut masuk seperti orang lain yang mau tahu, dilihatnya Gideon sedang menutupi mukanya. Dari celah-celah jarinya mengalir darah segar. Ia tidak berkata apa-apa, terus saja menutupi mukanya yang sebenarnya telah penuh dengan luka-luka yang cukup dalam oleh cakaran kuku kucing.
Seorang tetangga yang turut datang dan mendengar cerita dari Siska tentang kucing aneh itu, terdiam sejenak. Kemudian ia berkata: "Kucing suruhan atau kucing yang mendadak kemasukan setan. Kalau setan sudah keluar dari dirinya ia akan normal lagi!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah muka kucing itu muka manusia?" tanya Latip.
Siska menjawab. "Kucing biasa. Mengapa?"tanyanya.
"Karena saya pernah mendengar tentang manusia harimau, yang punya kepala manusia. Bukan magic, bukan sulap.
Orangnya masih muda. Tetapi dia tidak jahat, kalau tidak diganggu. Malah ia suka menolong manusia yang dianiaya atau sakit. Dia dapat mengobati penyakit apa saja. Dan kabarnya bisa mengalahkan setan atau hantu apa pun," kata Latip. Dan Erwin yang mendengar merasa senang juga. Dia dikatakan baik. Kalau Latip tahu, bahwa manusia harimau yang diceritakannya itu ada di sana tentu dia tidak akan berani cerita seenaknya. Jangan-jangan celananya basah oleh
"hujan" yang tak dapat ditahan.
"Suami saya suka menolong orang. Tidak punya musuh.
Tidak pernah menyakiti orang. Kalau yang datang itu kucing suruhan, siapa pula yang menyuruh. Tentu orang jahil. Bang Latip, tolonglah panggilkan manusia harimau yang pandai mengobati segala penyakit dan sanggup melawan semua ilmu," kata Siska.
Semua omongan orang lumayan banyak itu didengarnya.
Geli bercampur geram hatinya mendengar Siska mengatakan bahwa suaminya selalu baik dan suka menolong orang.
Memberi pinjaman sejuta sehingga menjadi delapan juta, masih dianggapnya suatu kebaikan. Lalu yang kejam dan ganas itu yang bagaimana"
Dalam sekian banyak kepala tentu ada berbagai macam pikiran. Ada yang berpendapat, bahwa sudah sepantasnya Gideon ditimpa bencana itu. Mereka ini mengetahui, bahwa ia seorang pelepas uang dengan bunga amat tinggi dan terus berlipat ganda. Orang-orang itu ingin agar Gideon mendapat lebih daripada itu. Dan harapan mereka ini terkabul. Rentenir itu jatuh, kemudian terlen-tang. Kini tampaklah bekas-bekas cakaran amat dalam dan mengerikan. Mulai dari dahi sampai ke leher. Ada empat atau lima. Bukan hanya itu. Kini mulutnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ternganga terus dan matanya yang bergelimang darah, mendelik.
Pada waktu itu Erwin mengetahui, bahwa kucing itu suka membalaskan dendam seseorang yang terlalu menderita oleh perbuatan orang lain. Seperti halnya Kamil oleh perbuatan Gideon yang hendak merampas isterinya. Dan Kamil yang panik dalam usaha membela kehormatan keluarga, telah mati.
Yang membunuh dia memang orang atau orang-orang Jaya Wijaya. Tetapi yang menjadi penyebab adalah ultimatum Gideon kepada Kamil. Dan Kamil hanya salah satu dari sekian banyak korban oleh caranya yang amat ganas dalam meminjamkan uang. Pinjaman dua tiga juta bisa membuat rumah satu keluarga senilai belasan juta jatuh ke tangannya.
Para peminjam tahu bahaya yang dihadapi, karena sulit memenuhi bunga yang ditentukan. Tetapi keadaan yang amat mendesak telah mendorong mereka masuk ke dalam perangkap yang disediakan Jaya Wijaya.
Rupanya kucing tadi mendengar seluruh persoalan di tempat praktek dokter Anton. Ia amat membenci manusia ganas. Sama dengan Erwin. Mungkin dia mengetahui pendirian Erwin, makanya dia selalu ingin bersahabat dengannya. Dan dalam kasus Kamil ini, ia takut kedahuluan oleh Erwin dalam menghukum rentenir yang amat kejam itu.
Makanya tadi ia diam-diam berangkat duluan dan melampiaskan kebenciannya terhadap manusia berhati binatang buas itu.
Sekali lagi Siska mohon bantuan orang-orang yang kelihatannya bersimpati kepadanya untuk mencarikan si manusia harimau itu. Hanya dia barangkah yang sanggup mengobati Gideon dan hanya dia pula yang barangkali mau membalaskan dendam mereka kepada orang yang mengirim kucing suruhan itu. Tidak mereka ketahui, bahwa penyakit yang disebabkan oleh Sati yang memberi hajaran tanpa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disuruh itu hanyalah Sati sendiri. Sebagaimana ia telah mengobati Jaya Wijaya beberapa waktu yang lalu.
Tak ada yang memberi tanggapan kepada permintaan Siska.
"Tak adakah di antara bapak-bapak yang tahu di mana tempat tinggal manusia harimau itu. Biar saya sendiri yang menemuinya. Orang dari manakah dia?" tanya Siska.
"Kabarnya orang dari Sumatra. Dari Tapanuli bagian Selatan!" jawab Latip. Timbul secercah harapan di dalam hati Siska. Lebih besar dari tadinya. Dia juga orang Tapanuli, walaupun dari bagian lain. Orang daerah biasanya suka menolong orang sedaerahnya. Di perantauan, walaupun masih tetap di tanah air, kesetia kawanan orang daerah lebih besar daripada di tempat asalnya sendiri.
Secara kebetulan, entah oleh perasaan, Siska bertanya kepada Erwin: "Saudara barangkali dapat menolong!" Erwin jadi gugup seketika mendengar pertanyaan diajukan langsung kepada dirinya.
"Saya memang asal Tapanuli juga, tetapi saya tak kenal dan tak tahu di mana tempat tinggal orang yang nyonya katakan manusia harimau itu. Kalau namanya saja pernah saya dengar. Kalau tak salah Erwin. Tetapi kalau boleh saya bertanya, mengapa sampai bisa terjadi hal semacam ini. Tak biasanya kucing berbuat begini!"
"Itulah makanya saya katakan barangkali kucing suruhan!"
kata Latip. "Apakah suami nyonya punya musuh" Atau ada menyakiti hati orang lain" Menurut tahu saya, akibat serangan kucing ini hanya bisa disembuhkan oleh orang yang menyuruh. Kalau nyonya tahu siapa kira-kira yang mungkin membalas dendam, dan nyonya mau mengaku salah lalu meminta bantuannya, mungkin ia mau menolong," kata Erwin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siska tidak menjawab. Tetapi dalam hati dia teringat pada Kamil, yang harus membayar delapan juta untuk hutang yang sebenarnya hanya satu juta.
"Kalau nyonya tidak mempunyai curiga terhadap siapa pun, akan sulit bagi polisi untuk mencari orang jahil itu," kata Erwin.
Setelah agak lama terdiam, Siska merasa bahwa ia harus mengatakannya. Dari pada suaminya tidak akan pernah bisa sembuh. Ia juga tahu, bahwa penyakit buatan seperti ini tidak mungkin disembuhkan oleh dokter sepintar apa pun. Ia lalu menyebut dua tiga nama. Kesemuanya orang yang punya hutang pada suaminya dan pasti sakit hati, karena diperlakukan sangat kejam dalam pembungaan pinjaman mereka. Ada di antaranya yang sudah jadi setengah gila karena harus menjual semua hartanya untuk menutupi hutang kecil dengan bunga yang berlipat ganda besarnya, sehingga bisa menjadi lebih dari tujuh atau delapan kali hutang semula.
Nama yang paling akhir disebutnya ialah Kamil yang harus membayar delapan juta.
Mendengar nama Kamil, manusia harimau itu berkata:
"Kamil?"
"Ya, bapak kenal?" tanya Siska.
"Tidak, secara kebetulan ada orang menyebutkan nama itu tadi!" Erwin lalu menerangkan, bagaimana tubuh Kamil yang dikenalnya di ruang praktek dr Anton tadi. Siska membenarkan, bahwa begitulah kira-kira potongan tubuh Kamil.
"Kalau Kamil ini tidak mungkin. Barangkali orang lain di antara yang nyonya sebutkan namanya tadi."
"Mengapa bapak dapat memastikan begitu?"
"Ia telah meninggal!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siska terkejut. Diserta secuil rasa kasihan dan dosa. Korban suaminya itu tentu mati bunuh diri karena putus asa, pikirnya.
"Kapan?" tanya Siska pelan.
"Tadi. Mati ditembak," kata Erwin.
Terlihat perubahan pada wajah Siska. Pasti bukan pekerjaan suaminya, tetapi mungkin ada kaitan dengan keadaan yang terjepit. Mungkin ia merampok untuk membayar hutang. Ia melarikan diri, dikejar lalu ditembus peluru.
"Kenapa dia sampai ditembak?"
"Tak kutahu. Penembaknya menghilang. Mengapa nyonya begitu tertarik atas kematian Kamil?" tanya Erwin.
"Tidak apa-apa. Karena dia baik walaupun punya hutang pada kami. Betul kata saudara, bukan dia yang menjahili.
Kasian Kamil," kata Siska, Suaranya bernada sedih dan kini mengandung rasa kasihan yang bukan dibuat-buat.
"Tapi mungkin ada hubungan dengan urusannya yang membuat dia putus asa. Dia punya hutang pada suami nyonya. Dari satu juta menjadi delapan juta," kata Erwin.
Siska menjadi pucat dan beberapa tetangga yang ada di situ dan tertarik oleh dialog antara orang tak merasa kenal dengan isteri korban kucing ganas, memandang ke Siska.
Hampir mereka lupa, bahwa di sana terbujur sebatang tubuh dalam keadaan sekarat menjijikkan, karena mulutnya ternganga terus. Dalam pada itu ambulans tiba untuk mengangkut korban ke rumah sakit. Erwin minta diri kepada perempuan malang yang jadi korban keganasan dan keserakahan suaminya.
"Jangan dulu. Tolonglah aku. Kurasa bapak dapat menolong," pinta Siska.
*** Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
EMPAT PULUH DUA
ERWIN yang datang ke sana dengan maksud memberi ganjaran kepada si rentenir tak berprikemanusiaan, tetapi ternyata telah didahului oleh Sati yang menindak pelepas uang itu tanpa disuruh oleh majikannya, merasa heran juga mengapa Siska mengatakan, bahwa ia dapat menolong.
Apakah perempuan itu menduga, bahwa ia mempunyai hubungan dengan kucing suruhan milik Sumarta"
"Sudilah menunggu di sini atau saya ke rumah bapak setelah mengantarkan suami saya?" kata Siska memohon.
"Maafkan saya. Saya tidak dapat menolong!" kata Erwin.
Meskipun mobil ambulans sudah menunggu dengan tubuh suaminya di dalam, Siska masih sempat berkata: "Firasat saya mengatakan, bahwa bapak dapat menolong. Demi kemanusiaan. Tidakkah saudara kasihan melihat nasib suami saya itu" Kami mempunyai empat orang anak yang masih sempat membutuhkan ayah!"
Erwin menguatkan hatinya. Memandang Siska ia berkata:
"Memang antara manusia seharusnya ada perasaan kemanusiaan. Apakah . . .?" Erwin tidak meneruskan. Siska tertegun, tidak jadi melangkah. Padahal suaminya dalam keadaan sangat kritis. Apakah dia lebih yakin pada apa yang dikatakannya firasat, daripada dokter.
"Bapak tidak menyelesaikan kalimat bapak," katanya.
"Saya kira nyonya dapat meneruskan sesuai dengan maksud hati saya!"
"Tidak, saya tidak mengerti apa yang bapak maksud!"
"Baiklah kalau begitu. Apakah suami nyonya punya perasaan kemanusiaan terhadap Kamil dan orang-orang terdesak semacam dia?" tanya Erwin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perempuan itu menjadi merah padam. Malu. Tetapi kebutuhan akan pertolongan melebihi rasa malu.
"Saya mohon, bantulah kami. Saya benar-benar yakin, bahwa bapak dapat membantu," kata Siska. Kemudian ia pergi dengan keyakinan, bahwa Erwin tentu tidak sampai hati untuk tidak membantunya.
Dan sesungguhnyalah Erwin harus menguatkan hati untuk tidak sampai terpengaruh oleh kata-kata Siska yang sewajarnya menimbulkan rasa kasihan. Kalau dia sampai menjadi lemah dan berusaha menolong suami Siska, yang belum tentu pula akan berhasil, tentu Sati akan marah sekali, karena keinginan Sati bertentangan dengan Erwin.
Pada saat itulah tiba-tiba Sati telah ada pula di sana, memandang Erwin seakan-akan ingin berkata agar Erwin jangan bimbang. Orang yang diserangnya itu memang sepantasnya mendapat ganjaran begitu, karena ia telah menyebabkan banyak manusia menderita bahkan ada yang sampai mati. Erwin dapat membaca kehendak Sati. Dan kucing suruhan itu pun tahu, bahwa Erwin telah mengerti apa kemauannya. Ia pergi lagi dan tanpa ragu-ragu Erwin juga pergi. Dalam hal-hal yang begitu orang harus dapat menabahkan hati. Sekali ini Satilah yang telah menanamkan ketabahan itu di dalam dirinya. Ia tahu, bahwa Siska akan kecewa sekali. Tetapi itu sudah selayaknya. Dalam hal membungakan uang dengan cara yang amat kejam itu, bukannya Siska tidak tahu. Ia juga setuju dengan praktek jahat suaminya. Berarti ia sekongkol.
Nasib suami Siska sama dengan apa yang pernah dialami Jaya Wijaya. Karena rumah sakit yang digunakan kebetulan sama, maka para dokter di sana segera mengetahui, bahwa korban ini tentu diserang oleh kucing yang sama. Mereka tidak akan sanggup menyembuhkan. Mereka pun tidak merasa berguna mencoba. Walaupun mereka akhirnya mendengar bahwa Jaya Wijaya sembuh oleh pengobatan dukun yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempergunakan seekor kucing, namun mereka tidak mengetahui di mana tempat tinggalnya. Kisah itu mereka ceritakan berterus terang kepada Siska dan menganjurkannya untuk bertanya kepada keluarga Jaya Wijaya di mana alamat dukun itu. Tetapi orang kaya yang kini berdendam pada Daeng Mapparuka dan Sumarta tidak mau memberitahu. Ia memberi alasan, bahwa dukun itu tidak pernah memberi tahu di mana mereka tinggal. Empat hari kemudian laki-laki itu mati. Siska meraung, karena ia sangat cinta pada suaminya itu. Ia sangat menyesali kekejaman mereka terhadap orang-orang terdesak yang pernah meminjam uang. Ia pun bersedia membayar berapa saja kepada dukun yang dapat menyembuhkan suaminya. Tetapi dukun satu-satunya yang mampu untuk itu, Sumarta dengan kucingnya tidak pernah datang. Apalagi Sumarta sendiri tidak pernah mengetahui tentang korban kucing suruhannya itu. Bagi Siska tiada lagi pilihan lain daripada menerima nasib yang sudah ditentukan bagi keluarganya. Juta-juta yang dimiliki melalui cara tak kenal kasihan tidak dapat menolongnya.
Ketika rentenir itu dikubur tampak seekor kucing di antara para pengantar jenazah. Suatu hal yang tidak pernah terjadi.
Siska yang berpakaian serba hitam melihat dan segera mengenalnya. Ia terpekik kemudian jatuh pingsan. Ia tidak melihat ketika jenazah suaminya diturunkan ke liang kubur.
Orang tidak tahu, bahwa ia menjerit karena melihat Sati.
Mereka sangka ia pingsan karena terlalu sedih dan tak kuat melihat kenyataan, bahwa suaminya akan berpindah ke dunia lain. Sati mengikuti upacara pemakanan. Entah apa yang terpikir olehnya. Kepuasankah" Atau suatu rasa kasihan.
Ataukah perasaan menyesal"
*** ORANG-ORANG bayaran Jaya Wijaya belum juga berhasil membinasakan dr Anton dengan sahabatnya Erwin. Malah kekecewaan dan amarah yang menimpa dirinya. Dua penjahat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang telah dimasukkan ke dalam sel tahanan untuk menanti saat pelaksanaan hukuman mati ternyata telah hilang, tanpa merusak pintu bahkan tanpa dilihat oleh pengawal yang mana pun. Mereka lalu menduga, bahwa kedua orang itu mempunyai ilmu untuk menghilang. Tidak pernah menyangka, apalagi mengetahui, bahwa ayah Erwin, si manusia harimau Dja Lubuk yang telah membebaskan mereka sebagai imbalan atas keberanian mereka untuk keluar dari komplotan penjahat halus dan kasar itu, walaupun menghadapi hukuman mati.
Karena sangat berang dan panik, tak tahu bagaimana melepaskan dendam dengan cepat dan berhasil, maka Jaya Wijaya memilih Lydia Savatsila jadi sasarannya. Dituduhnya bahwa perempuan itu tentu sudah melakukan perbuatan yang tidak dapat dimaafkan. Berzinah dengan dr Anton. Tuduhan ini mudah masuk akal, karena Jaya Wijaya sudah tidak punya daya-lelaki. Dia ingin menyakiti wanita itu sebagai pemuas hatinya, sekaligus sebagai kompensasi atas kekurangan dirinya. Lydia ditelanjangi. Harus rebah di lantai dan Jaya Wijaya memandangi tubuh indah tanpa dapat menikmatinya.
Perempuan ini harus dibikin lumpuh seperti dirinya. Ia mau rusakkan alat tervital wanita itu supaya tidak bisa berfungsi lagi. Mengapa pula dia, yang telah mengeluarkan ribuan dolar harus membiarkan wanita itu bersenang-senang dengan laki-laki lain! Terlalu baik, bahkan terlalu bodoh.
Jaya Wijaya yang biasa melihat korban-korbannya dibunuh secara perlahan dan sangat menikmati kesadisan demikian tidak memperkenankan saudara-saudara dan kawan serta kaki tangannya turut menikmati show ini. Ia hendak melakukan sendiri dan memuaskan hatinya sendiri. Ia mau lihat bagaimana perempuan itu nanti menggeliat dan merintih, manakala besi panas secara pelan-pelan disentuhkan ke ujung jari-jarinya kemudian ke pahanya lalu ke dekat alat vital yang pernah memberikan puncak kesenangan kepadanya. Dulu, ketika ia masih laki-laki normal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jaya Wijaya mengikat kedua kaki wanita itu di bawah ancaman senjata api. Lalu mengikatkan kedua belah tangannya ke belakang.


Kucing Suruhan Karya S B Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lydia, kau tahu kesalahanmu bukan?" kata Jaya Wijaya.
Sinis. "Kau boleh saja memperlakukan aku semau hatimu, karena di sini kau yang raja. Tetapi aku harus mengatakan, bahwa tuduhanmu tidak benar. Aku tidak pernah tidur dengan laki-laki lain!" kata Lydia. Dia tidak minta ampun, tidak minta dikasihani. Walaupun benar dia belum pernah mengkhianati Jaya Wijaya. Terlalu hina untuk minta ampun untuk suatu kesalahan atau tuduhan yang sama sekali tidak benar.
"Kau gigih menyangkal! Padahal semestinya kau mohon ampun. Barangkali aku memberi keringanan!"
"Orang punya harga diri tidak minta ampun atas tuduhan kesalahan yang tidak pernah dilakukannya!"
"Harga diri" Kau kenal harga diri" Apa kau tidak keliru"
Yang benar, kau mengontrakkan dirimu kepadaku dan aku sudah membayar lunas."
Ini suatu penghinaan. Tetapi juga suatu kenyataan. Dia tidak bisa membantah. Sejak akan meneken kontrak sewa dirinya, ia sudah tahu kemungkinan yang dihadapi.
Penghinaan. Siksaan batin sampai ke siksaan badan. Dia pernah mendengar cerita tentang wanita-wanita yang mempersewakan dirinya untuk jangka waktu tertentu.
"Bagaimana permainan dengan dokter cabul itu Lydia?"
tanya Jaya Wijaya menyindir sambil memuaskan dirinya.
"Ceritakanlah, aku ingin mendengar. Caranya Lydia, ceritakan caranya. Kalau kau ceritakan semua, mungkin aku jadi kasihan atau senang, sehingga aku akan membiarkan kau pergi saja dari rumah ini!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lydia tidak menjawab. Dia tidak merasa perlu meladeni pertanyaan orang gila ini. Lebih baik ia pasrah. Apa pun nasib yang akan menimpa, bukankah itu risiko dari kenekatannya bertualang" Walaupun petualangan itu untuk kepentingan keluarganya di pinggir Chiangmai sana. Dalam menghadapi siksaan yang akan menimpa itu, Lydia masih dapat membayangkan semua yang pernah terjadi. Juga tentang kakeknya yang punya ilmu kebatinan. Pun tentang orang tua yang dipanggil Rama, yang kadang-kadang datang dengan menunggang gajah belang ke kampungnya. Orang keramat, semua penduduk mengatakan dia keramat. Bisa memanggil hujan. Dapat pula menolaknya.
Besi yang dibakar Jaya Wijaya dengan sebuah kompor gas sudah berwarna merah. Sudah panas sekali. Tetapi Jaya Wijaya belum mengambilnya. Dipandanginya lagi tubuh indah wanita itu. Dan
Wanita Thai itu memandang laki-laki itu dengan mata hampir tidak dikedipkan. Bukan dia tidak punya rasa takut, tetapi pantang baginya memperlihatkan itu. Ini risiko dari keberanian atau petualangan. Harus berani pula menghadapi dan menerimanya. Tetapi bagi orang yang pandai membaca mata, akan jelas terlihat bahwa Lydia mengandung suatu dendam. Kalau ia sampai keluar hidup dari bencana ini, ia tidak akan membiarkan laki-laki jahanam ini berkeliaran terus tanpa menerima ganjarannya. Ia akan memberi balasan yang lebih dari pada setimpal. Dia belum tahu apa yang akan dilakukannya, tetapi pasti sesuatu yang akan memaksa Jaya Wijaya memanggil semua nenek moyangnya untuk bangkit dari kubur guna menyelamatkannya. Kalau dia keluar hidup.
Tetapi apakah ada kemungkinan ia masih akan dapat melalui kebuasan orang kaya yang impoten ini dengan nyawa tak meninggalkan badan. Walaupun tubuhnya sendiri akan cacat seumur hidup" Hampir tiada harapan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau tidak akan laku lagi Lydia!" kata Jaya Wijaya.
Perempuan itu memandanginya dengan kebencian dan dendam tanpa tara.
"Tetapi aku tidak akan merusak seluruhnya. Wajahmu yang cantik akan kupelihara. Jadi kau tetap cantik, mempesona tiap lelaki, sebagaimana aku dulu amat terpengaruh oleh rupamu.
Kau tahu kan, aku sangat tergila-gila padamu. Dan cinta palsumu kubeli dengan harga yang cukup tinggi. Di atas harga pasaran. Nanti pun kau akan jadi rebutan karena wajahmu yang cantik. Tetapi manakala mereka sampai pada saat akan menikmati yang terindah dari dirimu, mereka akan kecewa.
Bukan, bukan hanya kecewa. Mereka akan terkejut dan mungkin menjadi takut dan melarikan diri. Sebab alatmu yang sebiji ini sudah akan berubah bentuk. Dari pada suatu pandangan yang amat menggiur dan mendebarkan menjadi suatu pandangan yang menimbulkan rasa ngeri dan jijik.
Sudah dapatkah kau duga apa yang akan kulakukan?"
Perempuan tak berdaya itu tambah benci. Dia tahu apa yang akan dilakukan laki-laki itu. Sekaligus ia tahu, bahwa ia masih akan keluar dari sana dengan nyawa di dalam tubuhnya. Biarlah. Itu sudah cukup. Artinya ia akan sempat membalaskan dendamnya. Dia harus dapat melaksanakannya.
Flarus! Lydia tidak mengikuti dengan matanya ketika Jaya Wijaya mengambil besi bulat panjang yang telah merah ujungnya dibakar api kompor.
"Kau lihat ini," kata Jaya Wijaya. Dan wanita itu melihat.
Dia ingin perlihatkan, bahwa ia tidak takut.
"Hanya itu?" tanya Lydia untuk meremehkan ancaman lelaki itu. Dan maksudnya tercapai. Jaya Wijaya jengkel melihat perempuan itu tidak menunjukkan rasa takut. Padahal ia begitu berharap mendengar rengekan Lydia mohon dikasihani. Dan ia akan menyulutkan besi itu sambil menikmati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagaimana ia merintih dan merenggut-renggut tubuhnya oleh rasa sakit yang tak terhingga.
"Kau sombong! Mau menutupi ketakutanmu dengan lagak palsumu! Katakan bahwa kau sebenarnya takut!" kata Jaya Wijaya sudah tidak dapat memilih kata-kata lagi. Tiba-tiba ruangan itu berbau gaharu. Dan pada saat berikutnya di sana telah berdiri seorang tua berpakaian pendeta Budha.
"Kakek," seru Lydia dalam bahasa negerinya. Jaya Wijaya terkejut. Begitu kagetnya sehingga tanpa sadar ia melempar besi panas yang akan disulutkan ke ujung jari kaki Lydia tadi.
*** EMPAT PULUH TIGA
JAYA Wijaya melihat kakek itu seperti kakeknya sendiri yang meninggal tiga belas tahun yang lalu. Ia masih ingat betul akan wajah ngkongnya itu, karena orang tua itu sangat sayang kepadanya dan ia sendiri pun sangat hormat serta takut padanya. Walaupun pada waktu itu umurnya sudah lebih dari dua puluh tahun. Mengapa kini mendadak leluhur yang telah tiada itu berdiri di hadapannya" Ini untuk pertama kali sejak kakeknya itu meninggal. Apakah dia akan dihukum karena perbuatannya yang selalu menyimpang dari ajaran orang tua itu tatkala ia masih hidup" Dan sekarang kejahatan itu akan memuncak dengan maksudnya menyiksa perempuan sewaan yang pernah berpuluh kali memberi kenikmatan kepadanya. Ngkongnya itu mempunyai sifat yang sangat bertentangan dengannya. Yap Eng Hoe, orang tua yang tak pernah menukar namanya itu mempunyai sifat lembut terhadap sesamanya, bahkan terhadap hewan sekali pun, karena nyawa hewan juga pemberian Tuhan. Ia seorang yang taat pada ajaran Budha, tak pernah menipu, tak mau berbuat kejahatan. Tidak mau memfitnah, tetapi juga tidak pernah mau mengambil muka. Roh orang tua itu tentu sangat kesal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat tingkah laku cucunya yang sudah menukar namanya menjadi Jaya Wijaya. Memperoleh kejayaan bagi dirinya dengan mengabaikan kejujuran dan merusak orang-orang lain melalui uang yang dikuasainya dengan cara tidak jujur.
"Ampuni aku ngkong," kata Jaya Wiyaya. Membuat heran Lydia yang mendengar laki-laki bajingan itu menyebut kakek kandungnya dengan ngkong.
"Putuskan semua ikatan perempuan tak bersalah itu.
Mengapa kau memiliki keganasan binatang buas. Ayahmu tidak seperti engkau. Ibumu juga tidak. Dari siapa kau pelajari sifat-sifat yang amat hina itu. Aku merasa amat malu.
Untunglah aku sudah tidak di bumi!" kata orang tua yang menjelma secara amat gaib itu. Kini Lydia tambah heran.
Mengapa kakeknya berkata begitu kepada Jaya Wijaya" Kapan dia mengenalnya" Mengapa ia bicara seperti seorang kakek terhadap cucunya. Salah lihatkah dia" Apakah orang tua ini benar kakek Jaya Wijaya dan bukan kakeknya"
"Kau tidak salah lihat. Aku datang untukmu," kata orang tua itu.
Ia memandang, lalu membelai rambut Lydia. Jaya Wijaya menurut perintah orang tua yang bagi pandangan matanya tak lain daripada ngkongnya. Rupanya roh Yap Eng Hoe datang untuk menyelamatkan perempuan yang akan disiksanya itu. Roh tidak bisa salah. Orang hidup yang bisa keliru. Karena kakeknya itu tadi mengatakan, bahwa perempuan itu tidak bersalah, tentulah sebenarnya Lydia tidak pernah berbuat khianat seperti yang dituduhkannya itu.
Sebenarnya hati Jaya Wijaya sangat kesal, mengapa ngkongnya datang. Ia yakin wanita itu telah main serong dengan dokter Anton, tetapi roh kakeknya mengatakan
"tidak".
Dalam merasa jengkel tetapi juga malu kepada Lydia, secara mendadak pula ia menjerit. Kalau kakeknya itu tadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengejutkan dirinya, maka apa yang tampak olehnya sekarang benar-benar membuat bulu ramanya berdiri. Apakah nasib lebih buruk akan menimpa dirinya! Tak jauh dari orang yang kelihatan seperti ngkongnya itu telah berdiri pula mahluk yang amat dikenalnya. Sati. Apa maunya kucing aneh yang pernah mencelakakannya tetapi juga pernah
menyembuhkannya ini. Tentu bukan maksud bersahabat.
Sebab ia telah memerintah beberapa anak buahnya untuk melenyapkan nyawa Sumarta dan Daeng yang tidak mau diajak bekerja sama. Sati memandangi diri Jaya Wijaya. Kalau dia dapat bicara tentu dia sudah mengatakannya. Dia berjalan pelan-pelan, mendekati Jaya Wijaya. Kini orang kaya itu menjerit lebih kuat, seluruh tubuhnya menggigil.
"Engkau pun datang untuk menyelamatkan wanita yang akan disiksa ini?" tanya kakek Lydia. Kucing itu memandang si orang tua. Ia mengangguk. Membuat Lydia seperti bermimpi.
Ia memang sudah pasrah untuk menerima nasib tadi. Sama sekali tidak menyangka akan datang kakeknya yang bermukim di Muangthai. Dia pun tidak pernah menduga, sehingga tidak berharap akan kedatangan Sati. Pada saat itu Lydia memuji kebesaran dan kemurahan Tuhan yang telah
menyelamatkannya. Sebab, bagaimanapun kehadiran kakeknya dan Sati pastilah atas kehendak Tuhan juga.
Kepada-Nya orang harus bersyukur dan kepada si penolong yang digerakkan Tuhan itu orang harus berterima kasih.
"Engkau kucing yang baik sekali. Aku ingin berkenalan dengan tuanmu," kata orang tua itu.
Setelah tiba di tempat Jaya Wyaya terduduk dengan badan gemetaran, kucing mengelilinginya, membuat manusia itu kian takut dan bertanya-tanya apa lagi yang akan dilakukan mahluk ini atas dirinya. Semestinya ia jangan punya rencana buruk terhadap Daeng Mapparuka dan Sumarta. Tetapi ia telah terlanjur memberi perintah kepada anak buahnya. Dengan upah tambahan lagi kalau berhasil melenyapkan keempat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
manusia yang sangat tidak disukainya itu. Erwin, dokter Anton, Daeng Mapparuka dan Sumarta. Pukulan terbesar terhadap dirinya sejak ia menjadi orang yang kaya raya, adalah ketika Sati menerkamnya dan ia terbujur buruk di rumah sakit. Tidak ada manusia yang berani melawan dirinya.
Semua disingkirkan dengan cara dua jalan. Direnggut nyawanya melalui tangan-tangan berdarah anak buahnya.
Atau dilumpuhkan dengan onggokan uang dan suguhan wanita. Semua telah ditundukkan atau dibunuh dengan kekuatan uangnya. Hanya kucing itu yang tidak dapat dikalahkan dengan uang yang ada padanya. Juga pemiliknya, yang tidak mau menjual kucing sakti itu kepadanya dengan harga berapa pun. Tetapi, bukankah akhirnya Sumarta dan kawannya Daeng Mapparuka menyembuhkan dirinya dengan mempergunakan kekuatan si kucing dengan bayaran lima puluh juta.
Ketika kucing itu berhenti di hadapannya dan memandangnya dengan sorotan mata yang ia tidak mengerti, tetapi pasti bukan pandangan yang menunjukkan rasa suka, Jaya Wijaya kembali coba mempergunakan pengaruh uangnya. Katanya lembut kepada Sati:
"Aku telah membuat kesalahan. Tetapi waktu itu aku kalap, karena majikanmu tidak mau membantu aku. Aku tidak pernah mempunyai niat buruk terhadap dirimu. Aku ingin kau jadi sahabatku. Aku mau tunduk pada semua aturan yang kau buat untuk diriku. Aku yakin, kita bisa bersahabat. Tolong katakan kepada majikanmu, bahwa aku bersedia membayarnya puluhan juta untuk suatu persahabatan. Atau aku belikan sebuah toko untuk majikanmu serta kuberi dia modal untuk dagang buah-buahan secara besar-besaran.
Katakanlah kepadanya kesediaanku ini dan sampaikan permohonan maafku. Kau mau bukan?"
Kucing suruhan itu terus memandanginya. Sorot matanya seperti mengandung api. Warnanya yang biru seakan-akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi merah Jingga. Pikiran Jaya Wijaya terguncang. Dia yakin, bahwa kucing itu mengerti apa yang dikatakannya.
Juga, bahwa tawaran uang tidak melembutkan hatinya.
Apakah ia akan diserang untuk kedua kalinya" Jangan, doanya di dalam hati. Kalau kali ini dia diterkam, pasti Sumarta dan Daeng Mapparuka tidak akan sudi menolongnya.
Tetapi di luar dugaan Jaya dan Lydia, kucing itu tidak menyerang. Kakek dari Muangthai memperhatikan saja. Dia sangat tertarik. Meskipun dia sendiri mempunyai ilmu tinggi dan telah lama hidup, namun kucing sakti baru sekali ini dilihatnya. Tetapi dia tahu, bahwa kucing ini pasti binatang suruhan. Di negerinya juga banyak mahluk bisa jadi suruhan orang pandai. Tetapi di antara berbagai macam binatang, mulai dari semut, tikus, lipan, ular, bahkan harimau dan gajah, tidak termasuk binatang kucing. Diam-diam pula dia menilai, bahwa benarlah di Indonesia ini ilmu mistik dan kekuatan gaib tak kalah daripada di negerinya. Bahkan mungkin lebih.
Sati berjalan menghampiri wanita cantik yang masih dalam keadaan telanjang itu menjilati kaki dan tangannya. Hati Lydia menjadi girang sekali. Kucing yang pernah menerkam Jaya Wijaya kiranya tidak membenci dirinya. Bahkan mungkin menyukainya dan mau membelanya dalam keadaan terjepit.
"Kau kucing baik sekali, sahabat!" kata si kakek yang sebenarnya roh kakek Lydia. Sama sekali bukan Yap Eng Hoe, ngkong Jaya Wijaya yang juga sudah meninggal. Hanya mata Wijaya melihatnya seperti kakeknya. Kakek itu mendekati Sati lalu mengelus-elus kepala dan punggungnya. Dan Sati menggesekkan kepalanya ke tangan orang tua itu, roh yang dalam kehadirannya berwujud manusia.
"Kau tahu, siapa yang empunya kucing budiman ini?" tanya kakek Lydia kepada cucunya. Perempuan itu menjawab. "Milik dua dukun, Sumarta dan Daeng Mapparuka. Dia pernah mengobati luka-luka ini, sesudah dokter tidak berhasil menyembuhkannya," tambahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kucing sakti itu pergi tanpa menyakiti Jaya Wijaya yang merasa seperti keluar dari neraka. Apakah ada harapan pemilik kucing itu akan datang kepadanya dan mengatakan, bahwa kini mereka bersedia membunuh Erwin dan Dokter Anton" Sedang dia berkhayal itu, kakek Lydia membentak,
"Kau masih mau meneruskan niat busukmu! Tak tahu diri.
Kau baru saja bebas dari satu bencana, sudah memikirkan hendak melakukan kejahatan! Orang semacam kau sebenarnya tidak berhak hidup di atas dunia ini!"
"Ngkong," kata Jaya Wijaya memelas. "Ngkong tahu, aku dikelilingi oleh musuh. Sampai hati ngkong membiarkan cucu ngkong sendiri terus-menerus dikejar bahaya?"
Dia mengangkat muka, hendak melihat apakah wajah kakeknya menunjukkan rasa kasihan. Tetapi betapa kaget dia, kakek yang disangkanya Yap Eng Hoe itu telah berubah rupa menjadi orang yang sama sekali tidak dikenalnya. Dia menahan suatu jerit, sehingga dadanya terangkat. Mengapa kakeknya berubah rupa" Orang ini mengenakan pakaian biarawan Muangthai. Dan ia begitu ramah kepada Lydia yang berbicara dengannya dalam bahasa Thai. Siapakah orang sakti ini. Ilmunya pasti tidak kepalang tanggung. Sekali ini dia tidak berani bicara uang. Bagi orang sakti ini pasti uangnya tidak akan laku. Sekali lagi dia sadar, bahwa tidak semuanya dapat dicapai dengan uang.
Orang sakti itu memberi sepersalinan pakaian kepada Lydia, baju dan kain sarung, seperti yang lazim dipakai orang-orang desa di negerinya. Entah dari mana diambilnya. Pasti tidak dari lemari di kamar itu, karena di sana tidak ada pakaian. Inilah salah satu kekuatan gaibnya. Ilmu yang tidak dimiliki oleh Daeng Mapparuka, Sumarta, maupun Erwin si manusia harimau. Lydia mengenakannya dan berdirilah di sana kini seorang wanita teramat cantik dalam pakaian khas Thai.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakek, bawalah aku kembali ke desa. Aku jemu dengan penghidupan kotor ini. Dan aku sendiri merupakan sampah di antaranya. Aku ingin mencuci diri di suatu tempat yang jauh dari manusia!" pinta Lydia.
Orang tua itu tersenyum ramah. Lembut dia berkata:
"Tidak, bukan begitu caranya. Membersihkan diri di tempat sunyi, di mana tiada godaan, bukan pekerjaan berat. Kalau di sana tidak membuat dosa, maka apa yang dicapai hanya hasil dari paksaan lingkungan. Bukan karena kekuatan kemauan dan iman!"
Lydia memandang kakeknya, belum mengerti.
"Lalu bagaimana aku harus menebus dosa!"
"Di sini. Di lingkunganmu sendiri. Aku tidak dapat memastikan dosa apa yang telah kau buat. Penilaian dunia belum tentu benar. Yang benar hanya penilaian Tuhan. Hanya Dia yang tidak bisa keliru. Hanya dia yang mengetahui segalagalanya termasuk sebab dan akibat! Tetapi manusia seharusnya tahu, apa yang boleh dikerjakannya, apa yang tidak dan apa pula yang harus dilakukannya. Jangan tinggalkan lingkungan yang penuh godaan ini dan usahakan supaya diri jangan tergoda. Kalau kau berhasil, maka hasilnya itu dapat dibanggakan!" kata kakek itu dalam bahasa Thai.
Tidak dimengerti oleh Jaya Wijaya, walaupun ia turut mendengarkan.
"Bagaimana dengan diriku?" tanya Jaya Wijaya. Kakek itu memahaminya, walaupun dia tidak mempergunakan bahasa Thai.
"Kucing tadi telah membebaskan kau dari hukuman. Untuk waktu ini. Kau punya cara hidup sendiri. Kau tahu tentang dirimu. Kelumpuhan kejantananmu bukan karena cucuku. Kau hendak memuaskan diri dengan menyiksa cucuku. Memang dia telah mempersewakan dirinya kepadamu. Aku malu.
Tetapi, apa pun yang kau jadikan alasan, kebebasan menyiksa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak ada dalam perjanjianmu dengannya. Kau berbuat ganas, karena kau merasa aman melakukan segala kehendak hatimu!
Kau harus membebaskannya, karena engkau tidak memerlukannya lagi. Bukan salahnya. Engkau yang tidak mampu, bukankah begitu?" Kakek itu berbahasa Indonesia, padahal ia tidak pernah mempelajarinya. Inilah salah satu yang tidak dapat dijelaskan dalam ilmu gaib.
Jaya Wijaya mendengarkan dengan seksama. Ia yang biasa memberi perintah, kini diperintah. Oleh seorang tua renta.
Yang sama sekali tidak dikenal. Yang pasti bukan atasannya.
Tetapi orang ini pula yang mampu mendadak hadir entah keluar dari mana. Dan kini ia menghilang tanpa meninggalkan bekas, secara tiba-tiba seperti kedatangannya tadi.
*** EMPAT PULUH EMPAT
PADA saat itu sekali lagi Jaya Wijaya merasa bahwa kekuasaan uangnya tidak berarti. Tetapi, apakah dia benar-benar harus tunduk pada perintah orang tua itu. Yang semula dilihatnya seperti kakeknya yang telah meninggal.
"Lydia, orang gaib itu menghendaki agar aku membebaskanmu. Tetapi kau masih terikat kontrak denganku.
Kau masih milikku sampai masa kontrak berakhir. Apakah kau ingin bebas, padahal kau masih punya hutang padaku?" tanya Jaya Wijaya.
Agak lama perempuan itu tidak memberi jawaban.
"Jawablah!" kata penyewa dirinya.
"Aku kau kontrak untuk melayani seleramu! Tak enak didengar, tetapi bukankah memang begitu faktanya. Dan aku selalu memenuhi kewajibanku, karena aku sudah menerima bayaran untuk itu," jawab Lydia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau kau kubebaskan, kau hendak ke mana?"
"Aku belum tahu, tetapi pasti aku akan berusaha untuk bisa kembali ke negeriku!"
"Jauhkah negerimu itu?" tanya Jaya Wijaya.
Lydia paham, bahwa orang itu hanya mempermainkan atau menyindir dirinya. Dia cukup tahu, bahwa Lydia berasal dari Muangthai. Itulah negerinya. Mengapa dia bertanya begitu"
Lydia lagi-lagi tidak menjawab. Dia tidak ingin sampai terjadi ketegangan yang bisa menghambat kebebasannya, kalau-kalau lelaki itu mau menurut apa yang diperintahkan oleh kakek gaib tadi.
"Mengapa kau tidak menjawab pertanyaanku?"
Lydia mengangkat muka memandang Jaya Wijaya. Lelaki ini benar-benar kurang ajar. Rupanya uang bisa membuat manusia jadi lebih buruk dan sadis dari hewan buas.
Akhirnya Lydia tidak kuat menahan emosi, katanya:
"Mengapa kau bertanya begitu! Aku akan kembali ke Thailand!"
"Bukan mengontrakkan diri di sini" Kau tahu, cukup banyak orang yang bersedia menyewa dirimu. Mungkin di atas harga yang kau terima dariku! Aku tahu cara hidup wanita sejenis kau. Tak akan tukar professie. Bukankah itu cari duit dengan cara yang amat mudah. Lebih kurang sama dengan wanita yang menjual diri!" kata Jaya Wijaya senafas. Ia memang ingin menyakiti hati perempuan itu. Menghinanya seganas mungkin.
"Bangsat. Kalau aku penjual diri, maka yang kujual diriku sendiri. Diriku adalah milikku. Tetapi kau pencuri, penipu dan perusak. Orang semacam kau mestinya digantung atau dihadapkan ke depan regu tembak! Kau tidak dapat lagi memuaskan dirimu karena kau sudah impoten. Kau bukan laki-laki lagi. Kalau kau mau coba cari kepuasan sex,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seharusnya kau melakukan homo. Kau yang menyediakan diri sebagai perempuan!" Lydia sudah tidak kuasa menahan diri.
Dia merasa sangat dihina. Dia membalas. Dan balasnya itu mengenai sasaran. Jaya Wijaya melompat melayangkan tinjunya untuk merusak wajah Lydia, tetapi tangannya tertahan oleh kekuatan yang tak tampak. Pada saat berikutnya dia merasa mukanya ditampar dengan keras sekali tanpa kelihatan siapa yang menampar. Dia jatuh terjajar.
Lydia merasa lega. Lebih dari itu, ia gembira sekali.
Walaupun mahluk yang merobohkan Jaya Wijaya tidak kelihatan, sehingga tidak diketahui orang gaib mana pula dia, namun tidak disangsikan lagi, bahwa ia datang membela dirinya yang hendak dibinasakan oleh laki-laki itu.
Keadaan Jaya Wijaya yang menjadi bingung oleh serangan itu dipergunakan Lydia untuk menghindar lalu memasukkan beberapa potong pakaian ke dalam sebuah kopor kecil. Dia akan melarikan diri dan dia hanya punya satu tujuan, karena memang tidak ada tempat lain yang bisa diandalkannya.
Dokter Anton. Tetapi begitu Lydia mau keluar pintu, seorang pengawal Jaya Wijaya menegurnya. Dan tak lama kemudian orang yang menyewa dirinya pun sudah ada di sana. Ia telah sadar kembali walaupun masih dipenuhi tanda tanya siapakah yang telah menamparnya tadi.
"Kau hendak melarikan diri" Mau ke rumah doktermu itu?"
tanya Jaya Wijaya menyindir.
Lydia tidak menjawab. Hatinya panas tetapi juga dirasuk rasa takut. Apa lagi yang akan ditimpakan atas dirinya!
"Mengapa kau diam?" tanya Jaya Wijaya.
Lydia tetap diam, tak tahu mau mengatakan apa.
"Kau berhasrat sekali hendak pergi. Kau tahu apa yang akan kulakukan sekarang?" Mendengar pertanyaan sinis Jaya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wijaya ini, Lydia yakin bahwa satu bencana lagi akan menimpa dirinya. Pasti ia akan disiksa lagi. Dia boleh berharap akan kedatangan kakeknya lagi. Tetapi apakah harapan itu akan menjadi kenyataan" Apakah kakek itu akan datang lagi menyelamatkan dirinya"
"Coba tebak, apa yang akan kulakukan!" tantang Jaya Wijaya lagi.
"Aku tidak perduli apa yang kau mau buat!" kata Lydia yang tidak sudi minta belas kasihan.
"Itu bukan jawaban," kata Jaya Wijaya menggoda. "Kalau kau dapat menebak apa yang hendak kuperbuat sekarang, kau akan kuberi sepuluh juta untuk bekal di jalan! Tapi harus tepat!"
Lydia merasa dirinya dipermainkan, tetapi tidak kuasa berbuat suatu apa pun selain daripada menanti nasib.
Akhirnya, dalam Keadaan seperti itu, siapa pun harus menerima saja apa yang akan menimpa diri.
"Kau tidak berani menebaknya! Oke, aku akan jawabkan untukmu. Mau?"
Lydia semakin merasa dipermainkan dan diejek. Yang akan dilakukan lelaki jahanam itu tentu sesuatu yang amat kejam atau memualkan. Ia akan diperintah telanjang lagi. Kemudian entah apa lagi. Barangkah Jaya akan memerintah pengawalnya silih berganti memperkosa dirinya di hadapannya. Sekadar melampiaskan sakit hati. Membuat perempuan itu malu. Bukan hanya untuk saat itu, tetapi sepanjang hidupnya, kalau kepadanya masih diberi kesempatan hidup. Mungkin, setelah itu ia dibunuh, sehingga aib amat besar akan dibawanya mati ke lubang kubur, kalau baginya akan digalikan sebuah lubang untuk mayatnya.
"Lydia, aku membebaskanmu. Sekarang juga. Pergilah ke mana engkau hendak pergi. Tetapi aku tahu, kau akan ke mana. Ke dokter gila itu, bukan" Sampaikan salamku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepadanya. Katakan, bahwa aku menyerahkanmu kepadanya.
Bukan hanya itu. Aku bekali kau dua juta!" kata Jaya Wijaya.
Dia bicara tenang, tanpa emosi, tanpa sindiran. Lydia tidak percaya akan apa yang didengarnya. Dia menganggap, bahwa orang kaya yang sudah impoten itu tentu mempermainkan dirinya. Mana mungkin mahluk berhati hewan seperti dia bisa sebaik itu.
"Kau tidak percaya nah. Aku memang ingin agar kau tidak percaya. Mana bisa seorang Jaya Wijaya sebaik itu," kata Jaya Wijaya.
"Tetapi sekali ini kau benar-benar keliru. Aku membebaskanmu. Kebebasan tambah dua juta. Bukankah Jaya Wijaya bisa hebat! Baik hati dan dermawan!" kata Jaya Wijaya sambil masuk kamar dan keluar lagi dengan dua berkas uang.
Dua juta yang diulurkannya kepada Lydia Savatsila. Wanita itu tidak bergerak. Orang kejam ini tentu hendak membuat dia merasa lebih sakit lagi. Kalau dia menerima, maka uang itu akan ditariknya kembali lalu dia akan tertawa terbahak-bahak.
Mencemoohkan. Kebinasaan potensi sexnya akan diredakan melalui perbuatan-perbuatan sadis yang menyakiti orang lain.
"Kasihan, kau menganggap aku begitu jahat. Padahal aku sesungguhnya tidak seburuk dan sekejam yang selalu kau sangka. Aku telah ratusan kali kau beri segala kenikmatan, mustahil pula akan membalasnya dengan perbuatan keji. Coba kau pandangi aku baik-baik! Manusia biasa dan cukup ganteng, bukankah begitu. Dan bukan hanya itu. Aku ini baik dan lembut hati Lydia. Nah, terimalah ini," kata Jaya Wijaya sambil memindahkan uang dua berkas itu ke tangan Lydia.
Lydia semakin tidak percaya, padahal sudah merupakan suatu kenyataan. Benar-benarkan orang berhati hewan ini mendadak jadi begitu baik"
Lydia memandang Jaya. Penuh keheranan. Apakah artinya ini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nih, terima salamku ini. Ucapan selamat jalan dari orang yang pernah sangat mencintaimu, tetapi kini telah tiada daya di luar keinginannya. Kuharap kau bahagia dengan doktermu itu," kata Jaya Wijaya. Perempuan Thai itu memandanginya lagi, tanpa expressi tetapi kemudian ia tidak kuasa membendung air matanya. Terharu. Semua seperti mimpi.
Rupanya manusia bisa mendadak berubah. Ia tidak pernah menyangka akan dapat keluar dengan terang-terangan dari rumah itu. Ternyata ia mendapat ucapan selamat jalan dari orang yang amat ditakuti dan dibencinya.
Kebaikan Jaya Wijaya tidak sekadar sampai di situ. Ia perintahkan pengawalnya membawa sebuah mobil ke depan teras untuk mengantarkan Lydia ke tempat tujuannya. Ia menyuruh Lydia membawa seluruh pakaian dan perhiasannya.
"Kau membuat aku malu, kalau keluar dengan hanya satu koper kecil. Kau nyonya Jaya Wijaya, setidak-tidaknya begitulah yang diketahui orang. Gengsimu sama dengan aku.
Orang harus menghormatimu sebagaimana mereka menghormati diriku."
Mendengar kata-kata ini Lydia tambah heran dan kian terharu. Dia merasa berdosa telah menyangka Jaya terlalu jahat dan kejam. Jaya menarik tangan Lydia masuk kamar agar perempuan itu membawa seluruh atau sekurang-kurangnya sebagian besar pakaiannya. Kemudian ia sendiri mengangkat koper besar ke beranda depan. Lydia tambah terheran-heran dan bahkan malu pada dirinya sendiri karena terlalu berburuk sangka terhadap Jaya Wijaya. Setelah koper dimasukkan ke mobil, Jaya sendiri memerintahkan kepada supir untuk mengantarkan nyonyanya itu ke tempat tujuannya. Lydia semakin tak habis pikir, mengapa Jaya Wijaya mendadak sebaik ini. Tetapi sebuah pertanyaan menyelinap juga ke dalam hatinya, apakah ada maksud tertentu makanya Jaya melakukan ini semua. Kini ia tidak lagi terlalu heran seperti tadi, melainkan sudah berubah menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
curiga. Tetapi dia juga berusaha membuang kecurigaan ini.
Untuk apa Jaya Wijaya berpura-pura! Kalau dia mau berbuat jahat, dengan mudah ia dapat memerintahkan anak buahnya.
Apa pun yang dikehendakinya akan dilaksanakan oleh tukang pukul dan para algojonya. Huh, mengapa harus selalu berburuk sangka. Orang jahat bisa juga berubah jadi teramat baik oleh kesadarannya sendiri. Dia sendirilah yang rugi dan menderita, kalau mau terus menerus dihantui rasa kuatir dan takut.
Lydia minta diantarkan ke lapangan terbang Kemayoran. Ia akan ke Surabaya, katanya. Untuk jurusan itu para penumpang membeli ticket di terminal. Ia tak lupa memberi persen kepada supir, yang diketahuinya bukan pengemudi untuk tugas-tugas kejahatan atau rahasia. Barangnya diangkat seorang berseragam pelayan pelabuhan, tetapi ia tidak membeli karcis. Karena ia memang tidak punya niat untuk ke Surabaya.
"Hati saya kurang enak," katanya kepada orang yang mengangkat kopernya dengan nada cemas. "Saya tak jadi pergi. Besok saja."
"Kalau perasaan kurang enak, memang sebaiknya menunda perjalanan Nya," kata si pengangkat barang.
"Apakah mobil Nyonya tadi langsung pulang?"
"Saya kira begitu. Saya tidak suruh dia menunggu, sebab tadi saya belum merasa apa-apa. Biar saya naik taksi saja,"
kata Lydia. Koper dinaikkan ke taksi, pengangkatnya diberi sepuluh kali upah normal. Lydia langsung menuju rumah dokter Anton.
Dokter yang kebetulan mau keluar bersama sahabatnya Erwin jadi heran bukan kepalang, ketika melihat Lydia turun dari taksi dan kemudian menyusul sebuah koper besar.
Mereka tidak bertanya apa-apa. Salah-salah tanya bisa menyinggung perasaan wanita itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Taksi yang sudah dibayar segera pergi. Lydia bertanya:
"Heran" Ataukah heran dan kuatir?"
"Oh, tidak sama sekali tidak," kata dr Anton. Tetapi jelas ia gugup.
Siapa pula yang tak gugup melihat seorang wanita milik orang kuat "tanpa memberi kabar lebih dulu-- mendadak datang membawa sebuah koper besar. Habis bertengkar lalu diusir ataukah melarikan diri tanpa diketahui si empunya"
"Aku mau menumpang sementara di sini, boleh dokter?"
tanya Lydia tanpa nada ganjil, seolah-olah pertanyaan atau permintaan yang sangat wajar.
"Kau main-main Lydia," kata dr Anton. Tidak percaya.
Tentu perempuan ini bergurau. Tetapi kenapa bawa koper segala, pikirnya pula di dalam hati.
"Tidak, tujuanku memang kemari. Kecuali kalau ditolak, tentu saja aku segera angkat kaki!" Mendengar ini dr Anton jadi merasa malu, tetapi juga kian gugup. Untunglah Erwin dapat membantu. Diangkatnya koper Lydia ke dalam dan mereka sama-sama masuk.
"Takut atau sedikitnya kuatirlah dokter akan kedatanganku ini?" tanya Lydia setelah mereka duduk.
*** EMPAT PULUH LIMA
UNTUNGLAH Erwin membantu. Jawabnya: "Tidak, sudah sejak aku mengenal dia, kuketahui, bahwa dia sangat mengharapkan dirimu. Kalau dia marah apa boleh buat. Tetapi apa yang kukatakan itu hanyalah sebagai mewakili dia. Aku tahu dia sangat girang, tetapi jadi gugup, karena tidak menyangka, bahwa harapannya begitu cepat terpenuhi!"
Dokter Anton coba-coba tertawa kecil karena dia termasuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
manusia yang punya keinginan besar, tetapi tidak punya cukup nyali untuk menghadapi hal semacam itu dengan tenang. Walaupun dia seorang dokter. Soal cinta apalagi cara menari dan mendendangkannya tidak tergantung pada titel seseorang. Tidak sedikit para sarjana yang konyol dalam beroman-romanan. Kadang-kadang malah menggelikan seperti tingkah seorang badut.
"Nyonya sehat-sehat saja?" tanya Erwin untuk melahirkan suasana baru.
Lydia tertawa tanpa suara, kemudian berkata: "Saya dibebaskannya. Entah apa yang mendorong dia jadi mendadak baik hati!"
Erwin mengerti, karena ia sudah mengetahui kisah Lydia Savatsila.
"Kalau begitu dia sudah banyak berubah. Dia tahu, nyonya ke sini?" tanya Erwin.
"Tidak, dia dan mereka semua menyangka saya ke Surabaya!" Lydia lalu menceritakan bagaimana dia minta diantarkan ke lapangan terbang dan kemudian menjalankan siasatnya dalam menghilangkan jejak.
"Suatu akal yang bagus. Nyonya cerdas," kata Erwin.
Dokter Anton yang turut mendengar dengan penuh perhatian dan sudah tidak gugup lagi, berkata: "Aku senang sekali kau kemari Lydia. Senang sekali, kau tentu tahu." Dia pandangi Lydia. Di dalam dadanya mengamuk rasa rindu dan suatu keinginan untuk merangkul wanita itu. Tetapi ada Erwin.
Sekiranya tidak ada Erwin, belum tentu pula ia berani melakukannya. Pada saat itu terdengar telepon berdering. Dr Anton mengangkat dan mendengarkan. Kelihatan dia heran dan berkata kepada Lydia: "Telepon untukmu. Dari seorang wanita. Kawanmu, barangkali," kata dr Anton.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perempuan Thai itu kaget dan sekaligus heran. Kawan perempuan mana pula yang tahu, bahwa ia ke rumah dr Anton. Ketika telepon diterima dan ia mengatakan
"Hallo," mendadak mukanya berubah. Agak pucat dan tangannya jelas gemetar. Tentu saja Erwin dan dr Anton yang melihat perubahan wajah itu menjadi turut kaget. Ada apa"
Beberapa detik kemudian T-ydia meletakkan telepon. Muka pucatnya kini memperlihatkan kebingungan. "Dia tahu aku kemari," kata Lydia.
"Dia siapa?" tanya Erwin, sementara dr Anton jadi bingung pula.
"Jaya Wijaya. Dia tahu. Aku tidak sepintar yang kuduga!"
Terngiang-ngiang terus di telinganya, apa yang dikatakan Jaya Wijaya.
"Kau sedang bercerita kepadanya, ya. Aku bisa melihat dari sini. Kau girang sekali. Tetapi apa gunanya kau pura-pura hendak ke Surabaya. Aku rasa aku telah berbaik hati padamu.
Kiranya kau terus mencurigai diriku. Kau sudah memeluk dan menciuminya" Rupanya dia dulu sengaja tidak mau menyembuhkan aku karena dia hendak merampas kau dari tanganku. Dokter busuk dia. Katakan kepadanya, dia dokter busuk!"
Lydia ingat semua. Tetapi tidak dikatakannya kepada Erwin dan dr Anton. Rasa takut menjalari hati dan benaknya.
"Aku ingin pulang ke negeriku Anton," kata Lydia mendadak sambil menundukkan kepala.
"Apakah nyonya ke mari hanya untuk mengatakan itu?"
tanya Erwin yang yakin, bahwa keintiman itu timbul setelah mendengar suara di telepon itu. Karena dia takut.
"Tidak. Aku kemari untuk menemui kalian dan semula aku tidak punya maksud untuk pulang!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi nyonya mendadak jadi takut, setelah telepon tadi.
Apa katanya" Mengancam?" tanya Erwin.
Perempuan itu menggeleng. "Katanya dokter sengaja tidak menyembuhkan dia. Disertai tuduhan yang terlalu buruk!"
Dokter Anton mengerti apa maksud Lydia. Dia bersumpah-sumpah, bahwa dia telah melakukan segala usaha. Tetapi dia memang tidak sanggup menyembuhkannya.
"Nyonya, bolehkan aku bertanya?" tanya Erwin.
"Tanyalah. Tak ada yang perlu kurahasiakan. Atau aku saja yang bercerita. Aku ini perempuan hina yang mempersewakan diriku kepadanya. Kemudian aku jadi tidak berguna, karena dia tidak dapat memanfaatkan diriku lagi. Aku dibebaskannya, dibekali uang lagi. Diluar dugaanku. Yang menyakitkan hatinya mungkin karena aku tadi minta diantarkan ke lapangan terbang untuk menipu dia. Padahal dia sudah lebih dulu meyakini bahwa aku akan kemari!"
"Bukan itu nyonya," kata Erwin.
"Tidak ada pekerjaan yang hina, kalau kita melakukannya untuk suatu tujuan lain yang mulia! Nyonya sama sekali tidak hina, Bagiku, nyonya seorang yang berjiwa besar.
Mengorbankan diri nyonya untuk keluarga yang nyonya cintai.
Hanya orang berbudi tinggi saja yang sanggup mengorbankan diri untuk keluarga!" kata Erwin.
Dan wanita itu merasa terhibur. Laki-laki sangat sederhana ini bisa berpikir dan menilai begitu. Mengapa orang-orang berpendidikan cukup selalu tidak bisa menghargai pengorbanan"
"Yang aku ingin tanyakan, kalau nyonya mau menjawab, adalah sebuah soal atau perasaan sangat pribadi. Nyonya menyenangi dokter Anton?" Erwin sengaja tidak mempergunakan kata-kata mencintai supaya tidak terasa
"Ekstrism."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bukan hanya Lydia, tetapi dr Anton yang punya sedikit sifat malu-malu kerbau itu menjadi agak kikuk. Seperti di suatu sidang pengadilan swasta saja. Karena tiada jawaban, maka Erwin berkata: "Sebetulnya saya tahu. Kalian berdua ini sudah saling menyukai. Sekarang hambatan telah tiada. Aku melihat bahwa kalian berdua bisa menjadi pasangan yang cocok!"
Mendengar ini dokter Anton tertawa dalam usaha membuat suasana jadi releks. Masa mau menyatakan saling menyukai saja orang harus begitu tersendat-sendat dan bahkan agak tertekan. Tawa dokter Anton ditemani oleh Lydia. Dengan suatu paksaan yang disembunyikan, karena ia merasakan masih adanya hambatan. Dia dibebaskan Jaya Wijaya, tetapi dia tidak merasa benar-benar bebas. Dirinya masih dihantui kecurigaan yang amat besar setelah menerima telepon dari Jaya Wijaya tadi. Rupanya Erwin dapat merasakan apa yang masih tersembunyi di dalam tawa Lydia, sehingga ia berkata:
"Hidup ini selalu penuh cobaan dan tantangan nyonya. Kalau kita berhati lemah, maka kitalah dimakan cobaan dan tantangan. Tetapi kalau kita tak mau menyerah, cobaan dan tantangan itu pasti dapat kita kalahkan. Hadapilah dengan penuh keberanian. Tentu saja dengan memohon dampingan Tuhan!" Lydia jadi kian menghargai Erwin, yang dinilainya pandai membaca isi hati dan jalan pikiran orang. Hanya orang berilmu saja mampu melakukan itu. Ia lalu meminta kepada Erwin agar dirinya disebut dengan nama saja. Itu lebih pantas dan akan sangat menyenangkan.
"Anda orang berilmu Erwin," kata Lydia.
"Kau keliru. Aku kurang pendidikan. Maksudku kurang dari yang kuingini. Kemiskinan keluarga menyebabkan aku putus sekolah. Aku memang bisa sedikit-sedikit mengobat. Cara kuno tentu. Bisa mengemudikan mobil. Hanya itu modal hidupku. Tiada lain!" kata Erwin.
"Kau benar-benar hebat dan berisi. Caramu merendahkan diri itu sudah cukup menjelaskan bahwa kau bukan hanya bisa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedikit-sedikit mengobat seperti katamu. Dan bukan pula hanya bisa jadi supir. Kau rendah hati dan tinggi budi."
Lydia lalu teringat pada kakeknya dan orang-orang pandai di sekitar daerahnya. Yang selalu kelihatan seperti bodoh.
Tetapi di antara mereka ada yang sanggup mencabut batang kelapa yang sudah berbuah. Hanya dengan kedua tangannya.
Bisa merebahkan pohon besar dengan sebelah tangan.
Bahkan ada yang punya kepandaian memanggil ular, harimau atau gajah. Hanya dengan membaca mantera-mantera. Ia pernah pula melihat seorang perempuan tua di Wang Pa Pao, di sebelah utara Chiangmai memanggil harimau liar yang hampir sebesar sapi. Binatang terbuas itu mendatanginya dengan kepala ditundukkan. Seakan-akan tak berani menentang pandangan si nenek. Kemudian harimau itu sujud di hadapan kakinya. Banyak orang mempersaksikan tanpa dihiraukan oleh orang tua itu. Binatang buas itu sama sekali tidak memperlihatkan selera terhadap manusia. Bukan hanya itu. Nenek itu memanggil seekor anak lembu dengan kekuatan gaibnya. Berdiri di samping harimau itu. Entah apa pula yang dibaca-bacanya. Tetapi harimau itu berdiri pelan-pelan, lalu menjilat-jilat anak lembu itu dengan penuh kasih sayang bagaikan menjilati anak-anaknya. Setelah itu harimau itu pergi. Mungkin diperintah perempuan tua itu.
Nenek itu tertawa ramah memandang orang banyak yang bergerombol pada suatu tempat. Rupanya berkumpul ramai-ramai begitu bisa mengurangi rasa takut.
"Kalian lihat," katanya. "Meo tadi hanya ingin menunjukkan kepada kalian bahwa semua makhluk di dunia ini bisa hidup berdampingan dengan kasih sayang, kalau mau. Tetapi kerakusan akan kekuasaan dan harta benda membuat dunia ini jadi tidak pernah tenang. Orang tidak beriman. Orang tidak ingat pada Tuhannya. Orang tidak mau menyadari bahwa hidup ini hanya sebentar dibandingkan dengan keabadian yang menanti kita semua. Orang-orang mati itu membuktikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa hidup tidak kekal. Dan orang-orang mati itu juga menunjukkan, bahwa orang mati tidak pernah akan kembali lagi. Mengapa kita harus ribut dan bermusuhan selama hidup yang terbukti hanya singkat waktunya!" Ia, yang menamakan dirinya Meo, diam dan orang banyak itu pun diam. Ia aneh, pandai dan punya falsafah hidupnya sendiri. Kemudian ia pergi, diikuti dengan mata oleh orang-orang kampung yang terheran-heran itu. Di antara mereka termasuk Lydia Savatsila yang kala itu baru berusia empat belas tahun.
Selama Lydia mengenang masa silam itu, Erwin berpandangan dengan dr Anton. Membiarkan wanita itu dengan kenangannya. Mereka lihat dia menghapus air mata.
Kemudian ia tersenyum, sadar dari lamunannya.
"Kau baru dari bepergian jauh ya," kata Erwin
"Ya, aku baru dari kampungku," jawab Lydia mengimbangi.
"Menyenangkan" "
"Mengharukan. Aku ingin kau ke kampungku. Bersama dokter Anton tentunya. Di sana banyak orang pintar. Punya ilmu-ilmu yang hebat. Tetapi kurasa belum sampai sehebat kau Erwin!"


Kucing Suruhan Karya S B Chandra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hei, kau dari bercerita enak sampai ngelantur mengenai diriku. Aku tidak punya ilmu lain dari sedikit mengobat dan nyetir mobil. Aku anggap kau mulai menghina," kata Erwin tertawa. Anton dan Lydia juga tertawa.
"Kau tidak mau mengatakan, bahwa aku ini penebak tepat!" kata Lydia menambah meriah suasana yang tadi agak mencekam. Dalam hati Erwin mengakui, bahwa Lydia bukan hanya cantik tetapi juga mampu menebak dengan jitu. Atau bukan menebak. Dia mengetahui. Dia bisa membaca isi dada Erwin, sebagaimana dia dapat membaca jalan pikiran Lydia.
"Bagaimana dokter, kalau kita bertiga melihat kampungku yang jelek di dekat perbatasan. Kalian boleh melihat dan tentu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memilih gadis-gadis kami yang tercantik di Chiangmai dan Chiang Rai. Mereka ramah-ramah dan senang sekali berkenalan serta bersahabat dengan pendatang. Bawalah pulang, masing-masing dua," kata Lydia. Matanya melirik Anton. Mau lihat reaksi rupanya. Erwin menyela: "Dokter Anton sudah tidak membutuhkan. Gadis Chiangmai-nya sudah ada di sini. Kalau kau memang mau, tetapi celakanya tak ada pasaran. Terlalu miskin untuk disukai. Untuk makan sendiri pun masih susah."
"Jangan menghina begitu Erwin. Bukan semua wanita mata duitan. Lebih-lebih wanita Chiangmai. Yang mereka ingini terutama kasih sayang. Jenis yang indah tentunya. Bukan yang obralan. Kalau aku tak salah lihat, kau termasuk orang yang suka dan pandai bercinta indah!" kata Lydia. Percakapan di antara mereka jadi seperti di antara orang-orang yang sudah bersahabat kental. Mendengar itu Erwin tidak bisa menahan mukanya jadi agak memerah.
"Bagaimana" Kalian belum memberi jawaban," kata Lydia.
"Buat kau ada yang punya daya tarik khusus Er. Kalau bernasib baik bisa berjumpa dan berkenalan dengan Rama yang suka menunggang gajah belang. Sepanjang tahu orang sana, hanya seekor itulah gajah yang belang. Kalian bisa omong-omong dan tukar menukar ilmu!"
"Lydia, kau lagi-lagi menyebut ilmu!" kata Erwin.
"Aku berkata benar, bukankah begitu. Dalam dadamu itu ada segudang ilmu. Tetapi kau seorang yang sangat rendah hati, seperti kukatakan tadi,"
"Baiklah kita bertiga ke Muangthai," kata dr Anton. "Aku juga ingin melihat gajah belang itu." Erwin tidak ikut menanggapi. Merasa dirinya kecil, karena tidak punya uang.
Tetapi mendadak ia berkata: "Hai, kucing sakti itu datang."
Memang benar, ia masuk lalu melompat duduk di atas meja di hadapan mereka. Seperti di rumahnya sendiri saja. Dia memandangi semua hadirin seorang demi seorang. Kalau dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pandai bicara tentu ia melakukannya. Dia tidak akan datang, kalau tidak ada sesuatu yang hendak disampaikannya.
"Terima kasih atas kedatanganmu sahabat," kata Erwin.
"Tentu ada yang hendak kau katakan!" Kucing itu mengangguk.
"Apakah ada orang berencana buruk terhadap kami atau salah seorang di antara kami?"
Kucing itu melompat ke lantai lalu berjalai. Sampai di pintu ia berhenti, menoleh ke Erwin.
"Barangkali dia meminta aku turut dengannya," kata Erwin sambil berdiri dan berjalan ke pintu. Kini kucing sakti itu berjalan lagi, Erwin mengikutinya.
*** EMPAT PULUH ENAM
DI PINGGIR jalan kucing itu berhenti. Erwin mengerti, bahwa maksud Sati agar perjalanan diteruskan dengan menumpang kendaraan. Sebuah bajaj disuruh berhenti. Begitu pintu dibuka, kucing itu duluan melompat ke dalam. Dia senang, Erwin mengerti apa yang dikehendakinya. Mereka berangkat. Ke mana, hanya kucing itu yang tahu. Tetapi ia hanya tahu untuk dirinya sendiri, tak dapat menerangkannya kepada Erwin atau supir Bajaj. Tiada cara lain dari pada mencoba-coba.
"Abang kenal kan pada Daeng Mapparuka yang dukun handalan itu?" tanya Erwin kepada supir. Daeng Mapparuka memang lebih terkenal daripada Sumarta, walaupun dia yang pemilik kucing. Pengemudi itu tidak segera menjawab. Sati memandang Erwin dengan mata bercahaya senang. Suatu tanda bahwa Erwin telah menanyakan sebagaimana mestinya.
Kalaulah Sati pintar ngomong, tentu dia mengatakan, bahwa ia ingin pulang ke rumahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Erwin mengulangi pertanyaan. Dan agak lama kemudian, supir itu menjawab. Katanya:
"Saya tidak tahu yang namanya Mapparuka, tetapi kalau Daeng saya kenal. Dia memang dukun. Kawannya yang lebih hebat. Kabarnya tukang buah, tetapi juga pintar sekali mengobati rupa-rupa penyakit. Dia punya kucing pak, kucing sakti. Kata orang kucingnya itu bisa disuruh apa saja."
"Ya itulah yang saya maksud," kata Erwin.
Tanpa ditanya supir itu jadi mencerocos mengenai Sumarta. Katanya:
"Tukang buah itu benar-benar luar biasa pak. Bukan saja perkara ngobatin. Kalau baru didatangi orang-orang gede sih perkara biasa. Banyak langganan dukun sekarang justru orang-orang berduit yang berpangkat. Yang pak Sumarta ini lebih dari mereka semua."
Sementara ia bercerita, Sati melompat-lompat di dalam Bajaj itu. Kegirangan rupanya karena orang begitu mengenal majikannya yang dipuji-puji selangit lagi. Kalau supir itu tahu, bahwa kucing yang menumpang Bajaj-nya itulah kucing yang diceritakannya, ia barangkali akan menahan diri. Sama kucing suruhan orang tidak boleh sembarangan. Tidak boleh sembarangan berbuat, bahkan tidak boleh sembarangan ngomong.
Erwin mendengarkan. Dan dia mendengar lebih banyak daripada apa yang selama ini memang sudah diketahuinya.
Terutama sekali tentang kucing yang bernama Sati. Bukan Sumartanya yang sangat hebat, tetapi justru kucing suruhannya itu yang punya kemampuan luar biasa.
"Aduh pak, dukun itu punya pacar secantik puteri. Anak orang kaya, nyetir mobil sendiri. Sudah ratusan lamaran dari orang kaya dan terkenal ditolak. Tolak mentah-mentah lagi.
Tidak mau kawin, katanya. Tahu-tahunya kecantol sama pak Sumarta. Bukan tukang buahnya yang kelimpungan, tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perempuan itulah yang tergila-gila. Kabarnya tidak bisa tidur kalau sehari saja tidak ketemu sama pak Sumarta," kata supir Bajaj itu.
"Hebat sekali," kata Erwin yang yakin, bahwa cerita itu tentu sudah dilebih-lebihkan.
"Pak Sumarta-nya, bagaimana?" tanya Erwin kemudian.
"Uh, dianya acuh saja," jawab si supir. "Saya dengar dari tetangganya, perempuan itu suka datang ke rumahnya.
Nganterin makanan. Coba bapak bayangin. Tukang buah gubukan saja dian-terin makanan sama perempuan kaya yang sangat cantik. Kalau saya dapat perempuan seperti itu, tidak akan menarik Bajaj lagi. Paling sedikit juga bakal bawa taksi milik sendiri."
Erwin membiarkan supir itu bercerita. Geli juga hatinya mendengar Sumarta tidak perduli. Mana mungkin. Sudah tentu kang Sumarta ini dukun yang pandai guna-guna.
"Bapak mau ke rumahnya minta obat?" tanya supir itu.
"Ya, begitulah. Menurut pendengaran abang, biayanya mahal nggak?" tanya Erwin untuk mengundang pengemudi itu bercerita lebih banyak.
"Kurang tahu, tetapi kabarnya dia tidak mau terima bayaran dari orang kurang mampu. Kalau dari orang kaya baru dia minta bukan tanggung-tanggung. Saya pernah dengar cerita, ada Cina kaya tetapi sangat sombong tidak bisa disembuhkan oleh puluhan dokter. Akhirnya minta bantuan kang Sumarta dan kawannya pak Daeng itu. Sembuh.
Bayarannya bapak tahu" Coba taksir!" kata supir yang doyan ngomong itu.
"Lima puluh ribu!" jawab Erwin.
"Hmh. Jauh. Bapak tidak akan percaya. Lima puluh juta!"
kata si supir Bajaj, bangga, seolah-olah Sumarta dan Daeng saudaranya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia menoleh dan melihat Erwin keheranan. Dia senang atas keheranan penumpangnya itu. Dan dia dengan lebih bangga menceritakan:
"Tahu, apa penyakit Cina yang sombong itu" Digigit kucing suruhannya itu. Lebih empat bulan hanya bisa menganga dan membelalakkan mata tanpa kedip."
"Abang pernah melihat kucingnya itu?"
"Belum. Kepingin memang, entah bagaimana rupanya! Eh, ngomong-ngomong, kata orang kucing neneknya harimau, apa iya?" tanya supir itu.
"Kabarnya begitu," kata Erwin.
Kalaulah supir itu tahu, bahwa dia sedang membawa si kucing suruhan dan manusia harimau Erwin, tentu dia tidak akan bicara selancar itu.
"Ada lagi cerita lain. Juga tentang makhluk hebat dan aneh!" kata si pengemudi Bajaj.
Erwin bertanya, apa lagi kisah yang hebat itu. Dan bang supir bercerita:
"Di kota ini juga pernah beberapa kali ada makhluk yang dinamakan "manusia harimau." Dia juga luar biasa hebatnya.
Kata orang datang dari seberang. Dan dia kemari bukan melalui kapal atau kapal terbang. Tetapi berjalan kaki. Kalau melalui hutan lalu menyeberangi Selat Sunda ke Banten masih belum seberapa. Tetapi dia berjalan di atas laut. Banyak penumpang kapal yang melihat."
Tahulah Erwin bagaimana banyaknya cerita bohong mengenai apa yang dikatakan manusia harimau. Yang dimaksud supir itu tentulah dirinya. Betapa besarnya dusta.
Dia tidak pernah datang dengan jalan kaki di atas laut.
Memang pernah kakeknya, dia, ayahnya dan Ki Ampuh dulu pergi ke Sumatra Barat. Berjalan di atas air. Tetapi bukan dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendirian. Dan yang punya ilmu begitu hanya kakek, ayahnya dan Datuk nan Kuniang.
"Manusia harimau itu seperti orang, kadang-kadang berubah jadi harimau. Tetapi dia tidak mau menjahati orang yang tidak bersalah. Saya ingin minta apa-apa kalau bisa bertemu dengan kucing suruhan atau manusia harimau itu,"
kata supir Bajaj.
"Abang benar-benar ingin bertemu dengan kucing suruhan itu?" tanya Erwin.
Ketika supir itu menjawab, sangat ingin, Erwin berkata:
"Lihatlah ke belakang."
Tidak kaget, tetapi toh dengan gerak refleks supir itu menoleh dan kucing yang langsung tampak olehnya, tidak membuat darahnya tersirap. Ia sama sekali tidak menyangka sedikit pun bahwa kucing inilah yang jadi bahan ceritanya.
Dianggapnya Erwin hanya bergurau. Dan ia tertawa untuk menyenangkan hati penumpangnya.
"Kau beruntung sekali bisa bertemu dengan dia bang!" kata Erwin. "Nama abang siapa sih, makanya punya tuah begitu gedenya?"
Supir itu tertawa lagi sambil berkata: "Saya belum pernah bertemu dengan kucing suruhannya pak Sumarta, tetapi kucingnya pasti lain daripada kucing biasa. Orang yang namanya cuma Mamat seperti saya ini tidak akan pernah dapat kesempatan bertemu dengan kucing sakti itu. Kalau saya bernasib baik sampai ketemu, saya akan bakar kemenyan segede kepalan!"
"Abang jangan sembarang ngomong, apakah itu niat"
Kalau niat tidak boleh dipermainkan, nanti abang mendapat susah!" kata Erwin.
"Emang niat. Sebesar dua kepalan tangan saya-juga berani bakar!" jawab Mamat dengan nada pasti.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itu sudah menjadi utang. Saya bukan main-main. Inilah kucing suruhan yang sakti milik pak Sumarta itu. Sebentar lagi dia pasti melompat ke pundak abang, karena abang ngomong sembarangan!" ujar Erwin. Begitu manusia harimau itu selesai bicara, kucing itu benar-benar melompat ke bahu Mamat, sehingga ia kaget setengah mampus dan setir kebanting ke sebelah kiri. Untung hanya mengenai trotoir sehingga kendaraan itu berhenti. Supir yang tadinya lancar dan banyak bicara itu mendadak sontak jadi takut dan gemetaran.
"Turunlah Sati," kata Erwin dan kucing itu menurut, walaupun Erwin sama sekali bukan majikan atau atasannya.
Menurut tutur sapa, Erwin sebenarnya hanya cucunya.
Rupanya ia memandang Erwin sebagai sahabat yang sudah pernah bekerja sama dengannya. Mereka berdua saling menghargai dan mengerti.
"Sudahlah, abang tak perlu takut. Dia tahu, bahwa abang tidak berniat jahat, juga tidak membicarakan yang buruk atau tak benar tentang dia dan majikannya!" kata Erwin menenangkan Mamat.
"Aduh, ampuni saya nenek keramat. Saya hanya supir Bajaj bodoh, tidak punya maksud jahat terhadap nenek," kata Mamat.
"Dia tidak marah bang Mamat. Tetapi niat abang untuk membakar kemenyan sebesar dua kepalan tangan harus dipenuhi. Salah abang sendiri!"
"Ya, nanti malam saya bakar. Saya tidak berani melanggar niat."
"Abang akan selalu dapat banyak rezeki, karena Sati tadi sudah bermurah hati naik ke pundak abang," kata Erwin lagi.
Ucapan ini membikin besar hati bang Mamat. Mudah-mudahan saja kucing itu membawa rezeki untuknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akhirnya mereka sampai ke tempat tujuan. Tak sempat ia bertanya kepada Erwin, siapa dia sebenarnya dan mengapa kucing suruhan itu sampai bersama dia. Padahal rumah Sumarta yang jadi pemilik kucing suruhan itu tidak diketahuinya.
"Eluslah dia," kata Erwin. "Barangkali rezeki abang akan lebih banyak lagi. Tunjukkan bahwa abang hormat dan sayang padanya!"
Mamat mengelus punggung Sati dengan ragu-ragu, tetapi juga merasa sangat berbahagia. Tidak banyak orang punya kesempatan seperti dia.
Kelihatan rumah Sumarta sepi-sepi saja. Tetapi ketika Erwin akan masuk, seseorang yang berdiri di depan, datang menghadang.
"Ada dua orang sedang berobat. Jangan masuk dulu!"
Erwin heran, apakah menjadi kebiasaan Sumarta dan Daeng Mapparuka menempatkan pengawal, kalau sedang ada pasien" Dalam keheranan itulah mendadak Sati melompat ke dada orang itu lalu mencakar mukanya. Orang itu sangat terkejut, tetapi karena penyerangnya hanya seekor kucing, maka ia melawan, mencoba membebaskan diri. Tetapi kucing itu menggigit tangannya, kemudian lehernya, sehingga orang itu panik dan minta-minta tolong. Sati memperkeras serangannya, sehingga orang itu kehabisan tenaga dan jatuh menggelosoh. Sati melompat ke dalam rumah, diikuti oleh Erwin.
Kedatangan mereka tepat pada waktu yang teramat genting, hampir-hampir terlambat. Seluruhnya ada empat orang. Daeng Mapparuka, terduduk dengan muka babak belur. Sumarta mepet di dinding dalam keadaan takut, muka pucat, seperti orang yang sudah putus asa. Dua orang bertubuh tegap, seorang di antaranya dengan pisau terhunus sudah siap untuk menamatkan riwayat Sumarta. Melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suasana ini, si kucing suruhan langsung menerkam orang yang memegang pisau di kuduknya, membenamkan giginya ke tengkuk penjahat itu. Kepanikan yang menerpa dirinya disertai posisi Sati di punggungnya membuat ia tidak dapat menggunakan senjatanya untuk menikam penyeranganya itu.
Lain pula halnya dengan Erwin. Dengan tubuh yang mendadak berkeringat ia menghadapi penjahat yang seorang lagi. Orang itu sama sekali tidak merasa gentar, karena tubuh Erwin terlalu kecil dibandingkan dengan ukurannya yang kelas heavy-weight. Seperti pernah dilakukan rekannya ketika datang ke rumah dr Anton beberapa waktu yang lalu, penjahat berbadan kekar ini pun coba merubuhkan Erwin dengan tinjunya. Tetapi sama pula halnya dengan apa yang terjadi atas rekannya, tinju besar ini ditangkap oleh Erwin dan tidak dapat digerakkan oleh pemiliknya. Erwin memelintirnya ke belakang sehingga ia terputar 180 derajat Erwin memutarnya lagi, sehingga terdengar bunyi tulang yang lepas dari tempatnya bersarang. Tulang tangannya di bahu telah keluar dari tempatnya. Ia menjerit kesakitan dan jatuh terduduk di lantai, sama dengan kawannya yang diserang Sati.
Kini Erwin dengan tenang bertanya: "Apa tugas kalian"
Jangan berputar belit, kalau tanganmu yang satu lagi mau kubiarkan selamat."
Takut oleh ancaman ini si badan besar yang bernama Hidalgo menjawab:
"Tugas kami membunuh kedua orang pemilik kucing suruhan ini!" Erwin mendesak, tugas apa lagi yang dibawanya.. Dengan suara gemetar ia menjawab: "Kami juga harus membunuh orang yang bernama dr Anton, Erwin dan bekas nyonya majikan kami yang main serong dengan dokter itu!"
Erwin bertanya apakah Hidalgo kenal dengan Erwin. Karena orang itu menjawab "belum," maka Erwin berkata: "Orang itu sudah ada di hadapanmu. Akulah Erwin. Mengapa kau mau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diperintah membunuh aku. Pernahkah aku menyakiti engkau atau keluargamu?"
Hidalgo diam. Kawannya merintih dengan badan gemetar.
Begitu pula halnya dengan yang menjaga di luar, yang telah menyebabkan banyak orang datang berkerumun tanpa memberi bantuan, karena mereka semua pernah mendengar desas-desus tentang kedua dukun yang punya kucing suruhan itu. Mereka juga tahu, kucing itu tidak pernah mengganggu penduduk di sekitar itu.
*** EMPAT PULUH TUJUH
TETAPI di antara manusia yang mengetahui kejadian itu ada yang masih cukup bijaksana menelepon polisi memberitahukan peristiwa aneh itu. Dan para petugas keamanan tiba di tempat itu tak lama kemudian. Mereka tercengang mendengar cerita bahwa orang yang di luar rumah rubuh dengan muka dan leher berdarah-darah oleh serangan kucing milik pak Sumarta. Di dalam rumah mereka mendengar kisah dari Sumarta sendiri yang lolos dari pukulan atau kematian karena Erwin dan kucingnya datang pada waktu yang amat kritis.
"Kucing saya ini yang menyelamatkan saya " kata Sumarta kepada perwira yang mengepalai rombongan polisi.
Orang itu kebetulan dan tak kurang daripada Kapten Sahata Siregar yang paling banyak mengetahui dan turut menangani kasus yang menyangkut makhluk yang disebut-sebut sebagai manusia harimau. Ia lebih heran dan terkejut lagi melihat turut hadirnya Erwin di rumah itu. Mengapa dia ada di sana. Masa-masa lalu tidak pernah terdengar dirinya mempunyai kaitan atau hubungan dengan orang yang ternyata memiliki kucing suruhan, setidak-tidaknya begitulah menurut mereka yang tinggal di sekitar situ.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Daeng Mapparuka yang babak belur oleh pukulan Hidalgo tidak banyak bicara. Hanya mengatakan, bahwa dua orang tak dikenal mendadak masuk ke rumah mereka. Tanpa banyak tanya ia dihajar oleh si badan besar.
"Apakah mereka datang mau merampok?" tanya Kapten Siregar.
"Tidak pak," kata Sumarta. "Mereka tidak minta apa-apa."
"Aneh! Bapak kenal sama mereka?" tanya perwira polisi itu.
"Tidak. Belum pernah melihat mereka."
"Tetapi mereka langsung saja masuk dan memukul pak Daeng ini?"
"Begitulah. Mereka hanya berkata, bahwa kami harus dikirim ke neraka!" jawab Sumarta.
"Yang mana yang berkata begitu?" tanya Kapten Sahata Siregar.
"Ini," katanya menunjuk penyerang yang menggelosoh di lantai.
Atas pertanyaan polisi, orang itu mengatakan, bahwa namanya Marhaban.
"Wah, nama saudara tidak sesuai dengan perbuatan," kata Kapten Polisi itu. "Mengapa kalian berdua mau mengirim mereka ke neraka" Di manakah neraka itu," tanya kapten Siregar. Masih bisa berhumor di tengah keadaan yang cukup aneh dan pasti mengandung hal-hal yang amat misterius.
Orang yang mengaku bernama Marhaban tidak menjawab.
Pedang Golok Yang Menggetarkan 12 Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan Pendekar Kembar 1

Cari Blog Ini