Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu Bagian 1
Koleksi : http://clifordman.blogspot.com
Pahlawan Dan Kaisar
Karya : Zhang Fu
Disadur : Shinimatsu
Prolog : Sebelum China disatukan kembali oleh Zhao kuangyin. China terbagi
menjadi 5 Dinasti dan 10 kerajaan.Di antara kelima dinasti yaitu :
Liang akhir, Tang Akhir, Jin Akhir, Zhou Akhir, dan Han Akhir.
10 Kerajaan lainnya adalah :
Wuyue, Min(Yin), Jing Nan (Nan Ping), Chu, Wu, Han Selatan,Tang
selatan, Han Utara, QianShu, Shu Akhir.
Selain itu, masih terdapat Kerajaan Liao. Masa ini adalah masa yang
paling banyak kerajaan muncul.
Kerajaan ini saling bergumul satu sama lainnya dengan periode waktu
sekitar tahun 907-960 Masehi.
BAB I : Gadis cantik nan cerdas
Tahun 962 Masehi. Atau 2 tahun setelah Zhao kuangyin mendirikan Dinasti
Sung. Di sebuah Wisma mewah keluarga Yuan, tampak beberapa pemuda yang
mengenakan pakaian kebangsawanan duduk di ruang tamu untuk menunggu.
Diantaranya adalah pangeran Zheng, Huang, Lie dan Xia. Serta beberapa
bangsawan dari keluarga Zhao, Wang, Lu, dan Han.
Semua pemuda ini dilayani dengan sangat cermat oleh pelayan keluarga
Yuan. Dan semuanya seperti duduk dengan tidak sabaran lagi kecuali
seorang pemuda yang dengan tinggi badan hampir 6 kaki,berusia sekitar
20 tahun. Pemuda ini asik minum teh yang disuguhkan sambil tersenyum,
dengan wajah putih dan pakaian bangsawan, dia makin mirip dewa saja.
Setelah menunggu beberapa saat, nampak muncul seorang setengah baya
yang tegap dan berkata," Kepada semua pangeran dan bangsawan yang
terhormat, Maaf telah membiarkan anda menunggu lama. Tetapi puteri Yuan
Xufen tidak bersedia menerima para tamu. Jadi mohon untuk meninggalkan
tempat ini dengan sesegera mungkin."
Pangeran yang berada di sana tentu sangat emosi mendengar apa yang
barusan dikatakan oleh pelayan tadi.
Sebagian bahkan berteriak dengan marah, "Apa yang dipikirkan puteri
sombong itu" Apa mentang mentang karena dia cantik luar biasa, kita
para pria ini dibodohin?"
Pria yang lain dari belakang pria ini juga berteriak hal yang sama.
Namun mereka tidak berani bertindak macam-macam. Setelah mengumpat,
mereka kemudian meninggalkan ruang tamu.
Pria yang berjalan paling belakang dengan santai dan senyum penuh arti
sampai para pelayan dibuatnya bingung. Semua pangeran dan bangsawan
langsung meninggalkan tempat. Sementara pria ini malah tidak
meninggalkan tempat itu sesegera. Lalu dia berkata,"Bisakah anda
menunjukkan dimana kamar kecil" karena saya sendiri tadi terlalu banyak
minum teh."
Pelayan tegap tadi segera menunjukkan tempat. Pria itu langsung menuju
ke kamar kecil. Sambil berjalan pelan dia berpikir," Ah, kakak I selalu
membawa masalah seperti ini kepadaku. Kenapa harus aku" Sementara kakak
malah mengerjakan tugas kenegaraan untuk meminta bersekutu dengan Han
utara. Saya sendiri malah disuruh melamar Puteri Xufen itu. Ini adalah
kedatanganku yang ke tiga kalinya, tiap hari juga diusir. Tetapi
setelah melihat wajah para pangeran lainnya, Aku merasa sangat geli..Ha
Ha.. Padahal sudah pasti puteri itu bukan secantik yang diduga. Lagian
mentang-mentang keluarga Yuan adalah keluarga yang banyak melepas budi
pada kaisar, maka mereka juga bersikap agung-agungan begitu."
Setelah berjalan beberapa blok, pemuda ini berniat pamitan dengan
pelayan yang tadi. Tiba di ruang tamu, ternyata pelayan yang tadi sudah
tidak ada ditempat lagi. Melainkan seorang wanita seakan jongkok di
bawah kursi tamu tadi.
"Nona kecil, sedang apa nona disana?" tanya pemuda tadi.
Tidak kalah terkejutnya, si nona berpaling.
Rupanya nona rumah ini cantiknya sangat luar biasa,kalau pada zaman
dulu Tufu membuat puisi bunga nan indah. Semua puisi itu seakan tidak
ada bandingnya dengan kecantikan si nona.
Seakan marah dan terkejut nona ini berkata,"Anda sendiri siapa"Kenapa
ada di ruangan ini" Bukankah anda sudah disuruh untuk meninggalkan
tempat ini?"
Pemuda itu menjawab,"Saya bernama JieJi, saya berasal dari Keluarga Xia
yang hari ini datang untuk melamar."
Si nona tadi menjawab,"Keluarga Xia yang melamar seharusnya bernama
WenLun. Kenapa malah jadi JieJi" Saya rasa anda ingin menipu, bukan
begitu" Atau Wenlun tidak datang, dan menyuruh anda sebagai adiknya
yang menggantikannya?"
Jieji terkejut mendengar pernyataan nona cantik ini. Dan
berkata,"Banyak orang mengatakan, di kota ChangSha yang paling sempurna
baik kepintaran, kecantikan dan ilmu kungfu adalah nona yang bernama
Yuan Xufen. Maaf Nona, tetapi apa yang ingin saya katakan sudah
tertebak olehmu."
Nona tadi tersenyum manis, kali ini Jieji dibikin terkejut, karena nona
yang tadi dalam perawakan marah saja sudah luar biasa cantiknya.
Apalagi nona ini tersenyum kepadanya.
Mungkin tanpa terasa seperti Jieji sudah jatuh cinta kepada nona cantik
tersebut. "Aku tahu, Wenlun adalah tipe orang yang bagaimana. Jadi bisa
kupastikan kamu bukanlah dia. Wenlun juga anak I dari Keluarga Xia.
Jadi bisa kupastikan anda adalah adiknya." Rinci Xufen dengan penuh
kepastian. "Betul, saya bernama Xia Jieji. Saya adalah adik ke 5-nya. Sekarang
kakak sedang melakukan tugas kenegaraan untuk pergi ke Han utara." kata
Jie ji. Oya, boleh saya tahu kenapa nona tadi jongkok di bawah kursi
tamu?" "Aku sedang memeriksa kesabaran tiap pria yang melamarku. Hanya itu
saja."jawab Xufen.
Jieji dibikin bingung oleh nona nan cerdas ini, namun dia sangat
tertarik.Lantas dia berkata,"Apa hubungan dengan kursi dibawah ini dan
kesabaran yah kalau boleh saya tahu."
Si nona tersenyum kembali dan berkata,"Baiklah, karena saya rasa kamu
bukan orang tipe serius yang melamarku. Akan kukatakan. Lihat jejak
kaki dibawah kursi ini. Semua orang memakai jenis sepatu yang berbeda
khan. Kebetulan tadi siang sebelum kalian datang, masih hujan deras.
Sehingga jejak kaki kalian jelas disana. Hanya 1 jejak kaki yang
setelah masuk dan duduk dan tidak berpindah. Tentu itu jejak kaki anda
sendiri." Baru si nona ingin melanjutkan kata-katanya. Jieji menyela,"Oh,jadi
begitu yah" Ha Ha... Jejak kaki yang tertinggal banyak di tempat
duduknya adalah jenis orang tidak sabar. Sedang dari tadi setelah
sampai tujuan ku cuman diusir. Pantas nona berusaha menahan kita dengan
sengaja berlama-lama, dengan tujuan supaya ketika kita keluar,sepatu
sudah kering, begitu kan?"
"Pintar..." kata si nona dengan senyuman manis.
"Apa nona sendiri tidak tertarik dijodohkan seperti ini?"Tanya Jieji.
"Bukan begitu, ini karena saya harus memilih dengan betul dan cocok.
Aku sendiri tentu sangat mendengar perkataan orang tua untuk memilih
salah satu diantara semua yang disini. Ini dikarena kan usia ku untuk
seorang perempuan tidak begitu muda lagi." Kata Xufen.
"Emang usia nona sendiri berapa tahun?"
"25 tahun. Usia seorang wanita menikah kan 17 tahun, orangtua ku sudah
memaksaku untuk memilih."
"Wah.. Berarti anda lebih tua dariku sekitar 5 tahun. Lain kali kalau
ketemu, saya mesti panggil kakak ya." kata Jieji.
"Tidak perlu kok, panggil Xufen saja."
"Tidak bisa begitu, cemana pun kata kakak lebih sopan dari nama."
"Jadi anda sendiri adalah detektif yang telah memecahkan beberapa kasus
dalam 2 tahun terakhir ini?" kembali Xufen bertanya.
Baru selesai si nona bertanya pada Jieji, Seorang tua yang setengah
baya masuk ke ruang tamu tadi. Dengan agak kasar dia mengusir Jieji.
Setelah pamitan dengan cepat dengan Nona tadi dan orang tua tersebut.
Dia berjalan keluar dan meninggalkan Wisma.
Jieji dari Wisma Yuan langsung menuju pulang ke rumahnya. Dari jauh dia
melihat lumayan banyak orang berkerumunan di depan rumahnya. Dengan
agak tergesa gesa Jieji langsung menuju kerumunan ini.
BAB II : Munculnya jago silat
Diantara beberapa orang, terdapat orang berpakaian biksu, serta yang
lainnya pakaian yang merupakan pakaian para kaum persilatan. Semua rata
rata mengganjalkan pedang, golok di pinggangnya. Mgereka kelihatan cukup
angker. Terdengar pulak mereka berteriak," Dimana Raja Xia" Cepat keluar"
Serahkan kitab Ilmu pemusnah Raga. Atau kuhancurkan bangunan ini."
Raja Xia yang dimaksud adalah Xia RuJian, atau adalah ayahnya Jieji.
Rujian mendapat gelar raja setelah menjadi penasehat Zhao kuangyin
untuk menyatukan China di bawah bendera Zhou pada mulanya. Di antara
banyak orang berjasa, Xia Rujian juga mendapat balas jasa yang
setimpal. Dia bukan hanya seorang penasehat yang hebat, dia juga
berasal dari Dunia JiangHu. Jurus kungfunya yang paling terkenal adalah
7 Jurus pedang Ayunan dewa. Sedang Rujian sendiri hanya menguasai 4
jurus, namun namanya sudah sangat kesohor di Jianghu. Dan menempati 5
besar kungfu terhebat saat itu menurut si kamus kungfu Yan Jiao.
Ada juga pernak pernik serta gosip dunia persilatan yang menyatakan
kalau jurus kungfu ini sebenarnya berasal dari Ilmu pemusnah raga. Ilmu
pemusnah raga sendiri adalah ilmu yang sangat aneh dan tidak pernah ada
orang yang pernah menyaksikannya. Namun 15 tahun lalu, sebagian gosip
menyatakan bahwa adanya ilmu nomor 1 di jagad persilatan. Dan entah
atas dasar apa para kaum persilatan ini menyatakan kalau jurus pedang
Ayunan dewa adalah salah satu ilmu dari Kitab pemusnah raga.
Melihat hal begitu, Jieji sendiri juga kebingungan. Soalnya dia
bukanlah tipe pesilat. Semenjak kecil, Jieji cuman belajar beberapa
dasar dari ilmu silat. Menurutnya kekerasan tidak dapat menyelesaikan
sebuah masalah, malah akan menimbulkan masalah baru.
Keluarga Xia memiliki 6 orang putera dan 1 orang puteri.
Ayahnya Xia Rujian selalu mendidik 6 puteranya untuk belajar silat untuk kelak
sebagai pegangan diri. Di antara 4 kakak, dan 1 adiknya semuanya termasuk
jago ilmu pedang. Hanya adik perempuannya yang terakhirlah yang belum
belajar silat karena umurnya baru 2 tahun saja. Melainkan Jieji, yang cuman
belajar teori ilmu pedang, tetapi tidak pernah sekalipun dia mempraktekkannya.
Namun diantara putera puteranya, Rujian paling menyayanginya. Disebabkan
diantara para puteranya, Jieji adalah yang paling pintar, dan jago mengingat.
Dia menurunkan semua teori silat pedang ayunan dewa lengkap 7 jurus kepada
Jieji,meskipun Rujian hanya menguasai 4 jurus. Tetapi jurus jurus ini
tidak pernah dilatihankan Jieji.
Karena situasi di depan kediaman raja Xia sedang kacau. Jieji mencoba
menghampiri para pesilat tersebut.
"Tuan-tuan, ada apa kalian berada di sini?"
Pesilat yang nampak berotot besar dan tingginya 6 kaki lebih bertanya,"
Siapa kau" Kenapa ikut campur urusan kita?"
"Saya cuma orang yang lewat di sini. Numpang tanya, ada apa anda
sekalian berdiri dan berteriak di depan kediaman raja Xia?"
"Amitabha.Kami disini ingin menuntut dikembalikannya Buku ilmu pemusnah
raga yang sudah membahayakan dunia persilatan bertahun-tahun.." Kata
seorang Biksu. "Buku Ilmu pemusnah raga" Apa hubungannya dengan Raja Xia?" Tanya Jieji kembali.
"Ada masalah yang engkau tidak tahu, nak.. Dalam buku ilmu ini,
terdapat ilmu racun yang ganas luar biasa.. Kedua Siau Di-ku pernah
dibunuh dengan racun ini sekitar 15 tahun yang lalu. Ketika berada di
Kaifeng, saya mendengar kalau ilmu pedang ayunan dewa sebenarnya adalah
salah satu jurus mematikan dari Ilmu pemusnah raga." Jawab Biksu tadi.
"Mohon maaf biksu tua, Bole saya tahu nama anda" Dan dari mana anda
berasal?" "Amitabha.Nama biksu saya adalah Ru Chen. Saya adalah biksu dari Kuil
Quan An di Xuchang."
"Oh, rupanya biksu Ruchen. Mohon maaf saya lancang. Tetapi setahuku,
ilmu pedang ayunan dewa sama sekali tidak ada hubungannya dengan Ilmu
pemusnah raga. Karena ilmu ini adalah ilmu turunan dari keluarga Xia."
kata Jieji. Pernyataan Jieji sungguh tidak menggembirakan para pesilat lainnya.
"Kau cuman seorang anak kecil, kau tahu apa" Semua orang disini sangat
tidak puas dengan adanya ilmu ini beredar lagi di dunia persilatan"
Kata seorang pesilat yang memakai ikat kepala hijau dengan umur
setengah baya. "Saya memang anak kecil, tetapi banyak hal yang saya tahu. Menurut
gosip yang beredar di dunia persilatan, Ada 2 jenis pedang yang
merupakan harta luar biasa berharga yang tercatat dalam kitab pemusnah
raga. Jangan-jangan tuan tuan sekalian datang untuk pedang itu?"Tanya
Jieji langsung tanpa basa basi lagi.
"Keparat kau anak kecil, kau sudah bosan hidup" Sekalipun Xia Rujian
tidak akan berani mengucapkan hal seperti ini." Kata pemuda setengah
baya tadi dengan sangat gusar.
Sebenarnya diantara para pesilat dan pejabat hampir tidak ada
hubungannya. Jika seorang pesilat menjadi seorang pejabat. Maka dia
harus mempertanggung jawabkan hal mengenai rimba persilatan dengan
khalayak JiangHu. Dan urusan pejabatnya dengan para Menteri yang
berpangkat lebih tinggi darinya.
Xia Rujian termasuk ke kalangan seorang pesilat, disamping dia adalah
seorang raja. Oleh karena semua tindaknya di dunia persilatan, harus dipertanggung
jawabkan kepada JiangHu.
"Xia rujian itu seorang penipu besar, dengan ilmu pedang ayunan dewa
dia terkenal di dunia persilatan, menurutku dia menjiplak ilmu orang
lain saja dan dijadikan ilmu keluarganya." kata seorang pesilat yang
rambutnya di kat dan mirip dengan bajak laut.
Jieji gusar juga mendengar kata kata yang tidak beralasan
tersebut.Namun dia masih bisa menahan dirinya.
"Kalian semua mengaku dari bangsa pesilat, kenapa tidak sedikitpun
memakai otak kalian?" tiba tiba muncul sebuah suara.
Semua orang berpaling menengok, ternyata orang yang berteriak adalah
seorang pemuda berumur sekitar 16 tahun. Romannya cakap dan gagah.
"Memalukan, kalian semua berteriak di depan rumah keluarga orang.
Seperti anak anak kalian ditangkap dan disandera. Menurutku, kalian
lebih pantas jadi penjaga kandang kuda dan kandang babi di rumahku.
Bagaimana" Ha Ha..."
Pemuda yang tadi berkata dengan kata-kata yang cukup kasar. Mendengar
hal ini Jieji malah terasa geli. Namun sedikit banyak dia juga
mengkhawatirkan pemuda ini.
"Siapa kau wahai anak kecil?" tanya pesilat yang mirip bajak laut tadi.
Pemuda 1/2 baya tadi sudah tidak tahan. Dia berteriak sambil
mengayunkan goloknya ke pemuda kecil tadi. " Aku Wen Puxia, ingat
namaku, biar matimu tidak akan penasaran."
Golok sudah dilayangkan dengan cepat. Jieji sangat mencemaskannya
ketika melihatnya. Namun apa daya, dia sendiri pun bukanlah seorang
pesilat. Namun di luar dugaan, golok tadi yang seharusnya mengenai batok kepala
anak tadi, malah melenceng dan membentur tanah.
Wen Puxia merasa sangat aneh. Namun, kepalanya terasa sangat berat.
Rupa-rupanya pemuda yang tadi sudah berdiri 1 kaki di atas kepalanya.
Teman Wen Puxia, seorang pesilat yang mirip bajak laut langsung
memotong gerakan tadi. Dia menggunakan senjata tombak pendek dan
menusuk ke arah kaki pemuda muda tadi. Dengan 1 gerakan yang teramat
cepat, tombaknya telah dibikin patah dua.
Semua orang melihat dengan keheranan, bagaimana bisa seorang pemuda
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang sangat muda itu mengalahkan 2 pesilat sekaligus dengan mudah, dan
tidak nampak oleh mata biasa.
Dan yang anehnya, Jieji yang bukan seorang pesilat mampu melihat semua
gerakan pemuda tadi. Gerakan golok yang pertama dilihatnya jelas,
pemuda tadi melompat dengan tenang menginjak bahu Wen Puxia. Dan dengan
sebelah kaki terlihat dia mematahkan tombak tadi menjadi 2 bagian.
Disini cuman 2 orang yang mampu melihat dengan pasti gerakan pemuda
ini. Yaitu Jieji dan biksu Ruchen.
"Amitabha, gerakan Si cu luar biasa hebatnya. Ini adalah jurus memetik
daun dari wilayah barat. Boleh saya tanya, apakah guru anda adalah Wang
Cou Di?" tanya Biksu Ruchen.
"Betul Sefu( panggilan untuk guru dalam agama buddha). Saya pernah
belajar dengannya sekitar 6 bulan."
"Amitabha, jurus anda sudah demikian mahir meski belajar cuman 6 bulan.
Lauchen ingin mencoba kungfu anda. Mohon diberi petunjuk. Boleh Sicu
memberitahu nama anda?"
"Mohon maaf atas kelancanganku guru.Namaku Wei JinDu. Mari. " kata
pemuda tadi. Guru Ruchen mulai mengambil ancang-ancang. Pesilat pesilat tadi
langsung menyingkir agak jauh dan memberi ruang.
Desiran angin seketika terasa menusuk, Biksu Ruchen mengeluarkan jurus
cakar. Dengan cepat jurus tersebut telah tiba di muka JinDu. Dengan
sebelah tangan JinDu menahan jurus tersebut, sebelah tangannya membalas
mengincar tulang rusuk sang biksu. Namun kecepatan tangan Biksu Ruchen
berhasil menepis tapak terbalik itu. Kali ini biksu Ruchen mengubah
serangan dari cakar ke tinju. Gerakan tadi yang tertahan langsung
ditarik, dan diarahkan ke dada JinDu.
Dengan gesit JinDu menahan tinju dengan tapak. Kali ini desiran tenaga
dalam keluar dengan cepat. Dan sekonyong konyong biksu Ruchen terpental
beberapa langkah.
"Amitabha. Saya mengaku kalah, Ilmu Sicu jauh diatas hamba." Kata
Ruchen yang mengaku kalah.
"Tidak berani... Anda mengalah terlalu banyak kepadaku." Kata pemuda
tadi dengan sangat sopan.
Melihat kalau guru besar Ruchen saja kalah di tangan pemuda tak ternama
itu, semua pesilat lain segera mengundurkan diri karena lumayan takut.
Sesaat setelah pesilat bubar. Jieji mendekati pemuda tadi. Jieji kagum
kepadanya. Selain tampan dan muda, pemuda ini pun berjiwa satria.
"Tuan Wei, terima kasih. Anda telah membantuku." kata Jieji dengan
penuh sopan santun.
JinDu membalas hormat dan berkata,"Tidak, saya cuman tidak suka orang
segerombolan datang mencari masalah saja."
Jieji merasa lumayan berhutang padanya, disebabkan masalah hari ini
pasti susah diselesaikan. Mengingat saat ini di rumah, cuman ada ibunya
dan dia. Kakak kakaknya semua sedang tugas negara. Xia Rujian bersama 4
puteranya pergi menghadap kaisar. Sedang kakak I nya sedang berunding
di markas Han utara.
"Namaku Xia Jieji. Saya adalah putera kelima dari keluarga Raja Xia."
Mendengar bahwa dia adalah Xia Jieji. Pemuda tampan ini lumayan
terkejut. BAB III : Detektif Lihai
"Ternyata anda adalah seorang pemuda yang membantu petugas polisi untuk
memecahkan kasus yang sulit. Maaf saya sendiri tidak mengenali anda."
Jieji tersenyum sipu-sipu, "Kepandaianku mana bisa dibandingkan dengan
kepandaian anda."
JinDu cukup kagum mendengar sepak terjang Jieji dalam memecahkan
beberapa kasus yang lumayan sulit. Dia sangat menyukai pemuda ini.
Keduanya cepat akrab, lantas mereka langsung menuju ke kedai minum Hua
Ping. Setelah sama sama duduk dan minum beberapa cawan serta menceritakan
pengalaman masing masing. JinDu menceritakan riwayat hidupnya.
Keluarganya terpencar gara gara perang sekitar 10 tahun lalu, lantas
dia dibawa pergi seorang biksu dari barat. Dalam 10 tahun dia belajar
banyak ilmu silat. Salah satu ilmu silat yang paling hebat di jagad
persilatan yaitu Tapak Buddha Ru Lai. Namun JinDu mengaku dia baru
menguasai 3 jurus saja.
Jieji malah kebalikan, dia menceritakan bahwa dia sendiri tidak
menyukai ilmu silat, dia belajar banyak sastra dan ilmu teknologi yang
unik. Tanpa terasa, mereka kemudian dikejutkan seorang pemuda. Sinar mata
pemuda ini sangat mengagumkan, wajahnya agung seperti dewa. Dia
memegang kipas dan berpakaian seperti seorang sastrawan. Masuknya
pemuda di kedai minum ini, mengundang perhatian orang banyak. Karena
tidak ada satu pun yang tidak kagum menyaksikan pemuda yang mempunyai
tinggi 6 kaki lebih ini.
Pemuda tadi langsung duduk di meja Jieji dan JinDu. Jieji seraya tidak
percaya langsung berkata," Kakak.. Apa kabarnya" Semenjak 2 tahun lalu
kita berpisah, kita tidak pernah ketemu lagi."
JinDu justru jauh lebih kaget dari Jieji. Karena dia terkejut kenapa
Jieji malah memanggil orang tersebut kakak.
" Adik-adikku, maafkan kakak yang telah lama berpisah dengan kalian..
Ha Ha.. Hari ini kita harus minum sampai puas dan tidak mabuk maka kita
tidak pulang, bagaimana" " Kata pemuda tadi dengan sangat gembira.
JinDu meyakinkan pemuda tadi," Kak, sejak kapan anda bersaudara dengan
Sdr. Jieji" Jadi sewaktu kita angkat saudara setahun lalu, kakak pernah
mengungkit masalah kakak kedua ku, jadi orang ini adalah Xia Jieji?"
"Betul, dia adalah Xia Jieji, loh bukannya kalian sudah kenalan?"
Jieji menjawab," Saya bertemu dengan pemuda ini, saya rasa dia sangat
cocok dengan ku makanya saya mengajaknya minum minum disini, ternyata
malah kakak datang. Tentu saya sangat gembira punya saudara seperti
adik JinDu."
Ketiganya menghabiskan ratusan cawan di kedai minum ini. Sampai pagi
lohor mereka baru pulang. Ketiganya yang mabuk berat terlihat sinting
sinting. Mereka bertiga memasuki Biara Guan Di, dan disini kemudian
mereka mengambil hio untuk sembahyang mengikat persaudaraan. Setelah
itu mereka tidur di rumah Jie ji.
Matahari telah terbit. Jieji bertiga masih tidur di ranjang yang sama.
Namun mereka dikejutkan oleh suara berisik luar biasa. JinDu pertama
bangun dan melihat keadaan. Seorang pelayan terburu buru mengetuk
pintu. "Pangeran ke 5, ada berita gawat."
"Ada apa?" tanya Jieji.
"Kabarnya puteri Xufen hilang dari rumahnya..Kepala polisi Han Yin
ingin anda datang dengan sesegera."
Secepatnya Jieji meloncat bangun dari tempat tidurnya, dengan bergegas
ganti pakaian dan cuci muka. Dia berlari ke Wisma Yuan diikuti 2
saudaranya. Sesampainya di Wisma Yuan,mereka disambut oleh Yuan Fei. Pemilik wisma
Yuan. Namun begitu Jieji masuk ke ruangan, diikuti oleh 2 saudaranya. Wajah
Yuan Fei langsung pucat seperti ketemu hantu. Keringat dingin
bermunculan di wajahnya. Tangan dan kakinya terasa gemetar. Ada apa
gerangan" Jieji yang melihat reaksi tuan rumah langsung memapahnya dan
membisikkan sesuatu padanya. Baru sekarang Yuan Fei terasa lebih
tenang. "Bawa aku ke kamar puteri dimana dia hilang." Kata Jie ji kepada Yuan Fei.
"Jadi anda adalah pangeran ke 5 keluarga Xia, Maafkan kelancangan hamba
yang mengusir anda kemarin." Kata Yuan Fei dengan sopan.
"Tidak masalah, saya tidak pernah menganggapnya penting di hati.
Sekarang bawa saya pergi ke kamar nona besar."
Yuan Fei memiliki 3 puteri; Yuan Xufen, Yuan Lifen, dan Yuan SiaoSe. Di
antara ke tiga puterinya, Yuan Fei sangat menyayangi puteri sulungnya.
Maka ketika dia tahu puterinya sudah tidak ada di rumah begitu pagi.
Dia sangat cemas luar biasa.
Sesampainya di kamar si nona besar. Jiejie bertanya pada Han Yin.
" Apa ada orang yang telah memasuki ruangan dan mengubah posisi kamar
ini?" "Tidak ada. Semua orang saya larang masuk sebelum anda tiba."
Setelah mengamati sebentar ruangan puteri Xufen. Jieji langsung
memeriksa semua jendela. Dan nampak pada jendela terujung ada bekas
ditusuk sesuatu. Lalu diambilnya bambu kecil di taman dan
mencocokkannya. Ternyata sama persis. Setelah itu Jieji berjalan di
dalam. Dan dilihatnya ranjang nona tersebut. Lalu dibongkar selimutnya.
Dan ternyata, di dalam selimut tersimpan giok yang patah menjadi dua.
Lalu dia kembali memeriksa bagian dari ruangan. Dan tampak ada goresan
kecil di ujung jendela yang terbuka tersebut. Setelah dibersihkan dan
dilihat dengan jelas. Disana ada sebuah aksara "Bu" = "Tidak".
Setelah itu Jieji berjalan di depan taman,kemudian menyelidikinya
sebentar dan terlihat 3 buah garis aneh di tanah yang agak basah itu.
Begitu melihatnya, Jieji menghampiri kedua saudaranya dan berkata, "
Kak, dan adik. Boleh saya minta bantuan anda berdua?"
Tentu keduanya dengan senang hati mengiyakannya.
BAB IV : Penculik yang tertangkap dengan mudah
Han Yin bergegas membawa pasukan atas perintah Jieji. Dia membawa 50
orang pengawal. Dan bergegas ke rumah keluarga Wang. Keluarga Wang juga
salah satu keluarga terkenal di Changsha. Wang Jiaxin adalah salah satu
menteri pengawal suplai makanan pada saat perang menyatukan China
sekitar 5 tahun lalu. Kaisar memberinya pangkat Menteri keamanan, namun
karena usianya yang telah lanjut. Dia mengundurkan diri dan diberi
gelar kebangsawanan.
Han Yin dan 50 puluh serdadu disuruh berjaga di depan Wisma Wang.
Di dalam ruang tamu keluarga Wang, tampak seorang nona diikat dengan
rantai besi di kursi. Seorang pemuda umur 30 tahunan sedang girang
mendapati si nona di rumahnya. Belum sempat pemuda ini melakukan
tindakan yang fatal. Tiba tiba dia sudah dijatuhkan oleh desiran angin
yang deras. Dia terjerembab dan jatuh di tanah. Rupanya pemuda tadi
terpental oleh jurus aneh yang membuatnya terlempar dari ruang tamu
menuju ke lapangan datar depan ruang tamu.
Pemuda yang lain bergegas menolong wanita yang diikat itu. "Tranggg..."
rantai besi itu putus seketika.
Di saat itu, Han Yin dan pasukannya telah menyerbu ke dalam, meski
banyak anak buah keluarga Wang yang menghalangi. Namun bagaimana pun
pesilat biasa tidak akan sanggup bertarung melawan serdadu dari
kepolisian. "Anda ditangkap karena melakukan penculikan dan hampir melakukan
tindakan senonoh." kata Jieji yang seraya ikut masuk ke dalam dengan
kepala polisi Han Yin.
Pemuda yang tadi roboh rupanya sanggup berdiri meski sempoyongan.
Rupanya tadi jurus yang menghempaskannya adalah dari Kakak I Jieji.
"Siapa kau" Beraninya kalian masuk dan menerobos ke rumahku. Akan
kulaporkan pada ayahanda dan supaya ayahanda melaporkannya pada
kaisar." "Nama saya Yang Ying. Sudah lama saya ingin dilaporkan kejahatanku pada
kaisar. Ha Ha... Ayahmu sedang berada di tempat yang jauhnya ribuan li,
Anda malah main gilak di rumahmu."
"Tangkap!!" Teriak kepala polisi Han Yin.
Dengan cepat Wang FeiYu tertangkap dan telah dibelenggu.
"Apa hukuman buat Wang FeiYu ini ?" tanya Jieji kepada kepala polisi
HanYin. "Karena dia tidak melecehkan puteri, dan jika puteri tidak menuntutnya
maka orang ini akan dipenjara selama 10 tahun saja paling lama."
Dengan sesegera dia diringkus ke pengadilan Changsha. Namun teriakan
penasaran , dampratannya juga ikut dengannya menuju pengadilan.
"Dik, Bagaimana kau tahu kalau pelakunya berasal dari keluarga Wang?"
"Kalau ini seharusnya tanyalah kepada puteri kita yang didalam itu."
Kata Jieji dengan tersenyum.
Sesaat kemudian JinDu keluar bersama puteri Xufen yang di dalam.
Lantas Yang Ying menanyai puteri tersebut. Namun begitu Xufen keluar
dari ruang tamu keluarga Wang. Dia juga terkejut sekali melihat Yang
Ying ini. Namun Yang Ying memberi kode dengan kedipan mata. Dan mulai
menanyainya," Nona, Bagaimana caranya kamu tahu kalau pencuri ini
berasal dari keluarga Wang?"
"Itu mudah saja tuan Yang, Aku pernah mendengar kabar bahwa obat bius
keluarga Wang sangat hebat luar biasa. Ini disebabkan istri Wang Jiaxin
adalah seorang nona yang berasal dari Yunnan. Sedang obat bius yang
mampu membiusku sudah sangat sedikit." kata Xufen dengan tersenyum.
"Lalu bagaimana anda memberi petunjuk di kamarmu sehingga kita bisa
mengetahuinya?"
"Giok, giok yang pecah menjadi dua itu." Dan tulisan Bu/ Tidak."
Sambung Jieji. Si nona yang sedari tadi terpana melihat Yang Ying tidak menyadari
kehadiran Jieji disana.
"Pantas, anda juga datang. Kalau tidak, mungkin susah bagiku untuk
lolos dari sini. Terima kasih." Kata Xufen kepada Jieji.
"Tidak apa nona.. Untung anda memberikan petunjuk yang mudah
dimengerti, Giok yang terpecah 2 maksudnya ada 2 orang yang
menculiknya. Tulisan Bu di jendela adalah menyatakan bahwa dia diculik
oleh 2 orang melalui jendela. "Bu" artinya tidak.Giok yang patah
menjadi dua berarti menjadi "tidak ada gunanya". Jadi jika dihubungkan dengan tulisan giok. Maka menjadi...."
" "Wang"( Kata Giok(Yu) adalah kata Wang yang ditambah garis di bawah), saya rasa saya semakin hari makin kagum pada anda ."
"Ditambah goresan sepatu anda di taman, maka semua cocok. Karena
sepatunya tergores sebuah kata Wang yang tidak jadi, karena itu saya
tahu anda diculik oleh keluarga Wang. Dan keluarga Wang yang sedikit
banyak punya hubungan dengan anda belakangan ini tentu adalah keluarga
yang datang melamar anda." Kata Jieji dengan percaya diri yang tinggi.
Khalayak yang tertinggal disana tidak ada satu pun yang tidak kagum
mendengar uraian Jieji. Semua orang baik petugas dan 2 orang saudara
Jieji sangat kagum akan penyelidikannya yang cuma sesaat itu.
BAB V : Naga di bawah Langit
Setelah menyelesaikan kasus penculikan, Jie ji dan dua saudara
angkatnya langsung menuju ke Wisma Yuan dengan membawa serta Xufen.
Terlihat di depan pintu, sang ayah sudah tidak sabar menunggu putri
kesayangannya pulang.
Tiba-tiba wajah sang ayah cerah luar biasa kembali melihat puterinya
kembali selamat tanpa kurang sesuatu apapun. Ketiga bersaudara segera
diajak menuju ke ruang baca tuan rumah. Setelah menutup pintu dan
menyingkirkan semua pelayannya. Yuan Fei berlutut dan menjurah ke arah
tiga bersaudara tadi.
"Maafkan kelancangan hamba. Hamba cuma budak tidak berguna, tidak
memberi hormat kepada anda, Yang Mulia. Hamba juga tidak tahu diri,
membuat Yang Mulia terlibat dalam masalah rumah tanggaku.
Mohon ampun .."
Dengan segera, Yang Ying membimbing orang tua ini bangun dan berkata.
"Anda sama sekali tidak bersalah, Anda adalah guru-ku sewaktu muda.
Tidak perlu hormat berlebihan segala." Kata Yang Ying yang membimbing
Yuan Fei dengan penuh rasa hormat kepadanya.
Segera kemudian, Yang Ying memperkenalkan kedua saudara angkatnya
kepada Yuan Fei. Yuan Fei memperlakukan mereka dengan sangat sopan.
Setelah perkenalan, beberapa saat kemudian Yang Ying dan kedua
saudaranya segera mohon pamit.
Sampai di taman Wisma Yuan. Terdengar suara seorang nona.
"Maafkan hamba Yang Mulia."
Rupanya Xufen sedari tadi berlutut menunggu ketiga orang tersebut
keluar dari ruang baca ayahnya.
Dengan segera Yang Ying mempersilahkannya berdiri untuk berbicara.
"Hamba sekeluarga telah merepotkan Yang Mulia, untuk masalah ini, hamba
mohon maaf sebesar besarnya."
"Tidak perlu, Sebenarnya saya sendiri keluar dari istana. Tujuanku
untuk melihat keadaan masyarakat umumnya. Itu tujuan ku yang utama.
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yang kedua, tentu saya sendiri sangat tidak senang dengan kehidupan
yang berlebihan di dalam istana. Oleh karena itu, di luar istana. Anda
cuman cukup memanggil namaku Yang Ying."
"Ini adalah dosa yang sungguh luar biasa besar." Kata Xufen dengan
penuh penyesalan.
Wei JinDu sebenarnya sangat terpesona melihat gadis nan ayu ini. Namun
karena JinDu jelas jauh lebih muda daripada nona ini. Dia mengurungkan
niatnya, dia cuman bisa melihatnya dengan diam-diam saja. Sementara,
Jieji malah jalan-jalan di sekitar taman untuk melihat bunga mawar, dan
tidak mengacuhkannya.
Setelah pembicaraan singkat tersebut, Yang Ying memanggil adik ke II
dan ke IIInya. "Saya harus kembali ke Kaifeng sesegera mungkin. Soalnya semua menteri
dan raja harus menemuiku pada tgl 30 bulan ini. Sekarang kita harus
berpisah kembali, entah kapan bisa bertemu.Saudara ku jaga diri
kalian baik-baik. Setelah urusan mulai longgar, saya akan kembali
menjumpai anda berdua."
Sebenarnya Jieji merasa cukup sayang. Sebab pertemuan kali ini mungkin
bakal terulang paling tidak beberapa tahun kemudian.
Namun JinDu juga mengucapkan hal yang sama, Dia harus pergi ke barat.
Sebab gurunya cuman memberinya waktu 1/2 tahun untuk mengunjungi makam
Ayahnya yang tewas dalam perang sekitar 10 tahun lalu,serta
satu-satunya keluarganya adalah kakak perempuannya. Sementara kakak
perempuannya adalah istri seorang pejabat di Kota GuiYang.
Tidak disangka, ketiganya bakal berpisah di Wisma keluarga Yuan.
Beberapa saat kemudian, Jieji juga minta pamit pada Xufen, si nona
cantik ini. Tapi baru berjalan beberapa tindak.
Xufen kembali menyapanya,"Tuan Xia Jieji, Saya ingin berterima kasih
kepada anda. Jika tidak ada anda, mungkin saya sendiri tidak tahu bakal
menjadi apa nantinya."
Jieji melihatnya sebentar kemudian tersenyum dan berkata,"Nona, saya
tidak menolong anda. Anda sendiri sudah sadar sepenuhnya ketika kami
tiba khan?"
"Wah,ternyata kecerdasan anda jauh diatasku. Tuan benar, Bius itu cuman
bereaksi kepadaku sekitar 2 jam saja. Setelah itu, saya telah sadar.
Sebenarnya saya ingin meringkusnya sendiri. Namun, anda sekalian datang
terlebih dahulu."
Xufen segera menyilakan Jieji duduk di bangku tamannya.
Xufen sebenarnya seorang jago kungfu hebat, kungfunya di Changsha
mungkin sudah nomor 1. Selain Xia Rujian, mungkin jarang orang yang
bisa menandinginya. Xufen pernah diajari seorang tua, ilmunya yang
paling hebat adalah Jari dewi pemusnah. Ilmu ini adalah asli salah satu
ilmu dari Kitab Ilmu pemusnah Raga. Ilmu pemusnah raga kabarnya adalah
ilmu yang sangat aneh, dan diciptakan tidak hanya satu orang. Semua
jurus tangan kosong baik tapak, jari, tinju dan jurus senjata seperti
pedang, golok, tombak nya tanpa tanding. Namun kesemuanya tidak menyatu
dan terbagi menjadi beberapa bagian. Oleh karena itu, insan dunia
persilatan sangat menginginkan buku ilmu tersebut.
Namun setelah mempelajari jurus jari dewi pemusnah, Xufen tidak pernah
mengatakannya kepada orang lain, meskipun orang itu adalah ayahnya
sendiri. "Ternyata anda adalah saudara angkat Zhao Kuangyin, Kaisar Sung. Maaf,
saya sendiri tidak pernah mengetahuinya." Kata Xufen.
"Saya dan kakak Zhao pernah mengangkat saudara. saat itu umurku cuman
15 tahun, dan kakak sendiri malah umurnya jauh lebih tua dariku. Namun,
saat tersebut kakak belum menjadi Kaisar."
"Wah, berarti sudah lengkap tuh. Matahari di langit, Emas di tanah. Dan
orang sakti Di bumi."
"Ha Ha.. Mana bisa hamba ini dikatakan sebagai orang sakti di bumi."
Tertawa geli Jieji mendengar kata-kata Nona ini.
Matahari di langit adalah nama Kaisar yang jika dihubungkan akan
menjadi Kuang-Yin( diubah menjadi Cahaya ), Sedang Emas di tanah adalah
nama Wei JinDu. Kata "orang sakti" ini maksudnya "Jie Ji" yang berarti pemikiran yang cemerlang. Namun Xufen sengaja menggantinya menjadi
"orang sakti".
"Sepertinya kita sangat cocok yah. Soalnya apa pun yang kita bicarakan
mungkin tidak ada orang yang mampu mengerti mudah. Namun setiap kali
anda melontarkan kata kata aneh itu, saya sudah tahu maksudnya."
Kata Jieji dengan gembira.
"Betul, baru kali ini saya bertemu dengan orang yang mampu mengerti
diriku." Jawab Xufen.
Namun perbincangan mereka terasa sangat akrab. Dan tanpa terasa hari
sudah mulai gelap. Oleh karena itu, Jieji segera memohon pamit kepada
nona tersebut. Kedua insan berbeda jenis ini, mungkin tidak merasa dalam hati mereka
sebenarnya bukan rasa kekaguman saja yang tertinggal. Keduanya telah
terlibat dalam rasa cinta. Dan tanpa disadari, akan terjadi masalah
yang luar biasa peliknya.
BAB VI : Perjalanan ke utara
Sudah dua bulan berlalu sejak terjadinya penculikan di Wisma Yuan.
Semua anggota keluarga Xia sudah pulang dari tugas kenegaraannya.
Pada suatu pagi hari di musim dingin. Terlihat dari jauh seorang pemuda
yang tergesa gesa melarikan kudanya ke Wisma Keluarga Xia. Sesampainya
di pintu depan, dia dihalangi oleh pengawal. Pemuda tadi menyampaikan
pesannya untuk bertemu pangeran ke-5 dari keluarga Xia, karena ada
urusan yang sangat penting yang harus dibicarakan dengannya.
Setelah menyampaikan pesannya, Pengawal bergegas menuju ke dalam
mencari Jieji. Namun karena Jieji tadi pagi-pagi sudah berangkat. Yang
menggantikannya untuk menemui utusan tadi adalah Xia Rujian/ Ayahnya
Jieji. Di ruang tamu, Pemuda tadi segera melihat Xia Rujian masuk.
"Maafkan kelancangan hamba, telah tergesa-gesa masuk ke kediaman
keluarga Xia."
"Tujuan anda datang sendiri kemari untuk apa?" tanya Xia Rujian.
"Hamba diperintah oleh Da Jiangjin(Jenderal Besar) Ma Han untuk menemui
pangeran ke-5 keluarga Xia."
"Oh" Da Jiangjin pasti punya masalah tersendiri untuk menemui putera ke
5-ku. Namun tadi pagi lohor, Jieji sudah keluar dari rumah." kata
Rujian. "Sayang sekali... Yang Mulia tahu dimana keberadaannya sekarang" Hamba
mempunyai surat yang sangat penting dan menyangkut hidup matinya Da
jiangjin sendiri. Mohon maaf saya sendiri yang kelihatan terlalu
mendesak."
"Hidup mati" Ini bukan soal kecil. Karena surat ini tidak diperuntukkan
bagiku. Maka saya akan menunjukkan beberapa lokasi yang mungkin di
kunjungi oleh puteraku. Anda carilah dia sendiri. Hati-hati selama
perjalanan."
Setelah menjelaskan beberapa tempat yang kemungkinan disinggah JieJi.
Rujian juga bergegas masuk ke belakang.
Namun dia dihentikan suara istrinya.
"Kenapa tidak anda sendiri saja yang mencarinya" Mungkin Jie dalam
masalah." "Tidak bisa, jika Da jiangjin menyuruh orang mencari putera kita.
Sebagai orang-tua kita tidak bisa terlalu protektif."
"Namun bisa saja Jie dicelakai olehnya. Kenapa tidak tanya
permasalahannya dengan jelas?" tanya Sang Istri.
"Istriku, anda terlalu banyak berhati-hati. Meski Jie tidak bisa
kungfu, namun disampingnya sekarang seharusnya ada orang yang lebih
hebat dariku yang bisa menjaganya dengan selamat." Jelas Rujian.
"Oh" Maksudnya puteri dari keluarga Yuan itu" Apa dia sehebat itu?"
"Saat ini, Di Changsha. Orang yang bisa menandingi ke 4 jurus pedangku
mungkin cuma dia saja. Istriku, tidak usah terlalu berkhawatir segala."
"Tapi... Sebenarnya saya sendiri sangat takut terjadi sesuatu pada
putera ke 5 kita. Meski kepintarannya luar biasa dalam memecahkan
kasus, tetapi saya sendiri takut jika ada pihak keluarga tertuduh yang
tidak puas atas hasil pengadilan. Bisa saja khan mereka mencelakai
putera kita."
"Benar, tetapi ini adalah kebenaran dalam hati seorang pemuda. Kita
tidak bisa dan tidak berhak sama sekali melarangnya."
Di sebuah warung penjual Mie di sudut kota Changsha. Terlihat 2 orang
yang duduk santai disana. Meski musim dingin. Mereka asik duduk dan
sedang mengunyah mie. Namun mereka dikejutkan oleh suara ringkikan
kuda, sesaat kemudian. Seorang pemuda berlutut di tanah bersalju dekat
dengan keuda orang yang sedang menikmati mienya.
"Hamba Jiang Wen dari ChangAn memberi hormat kepada pangeran ke 5 Xia.
Hamba diperintah oleh Da JiangJin Ma Han menyampaikan surat yang sangat
penting! Mohon diterima, Pangeran ke 5 .."
"Sepertinya, untukmu tidak ada waktu istirahat... " kata seorang wanita di samping Jie ji dengan tersenyum.
Dengan segera, Jieji membuka surat yang bertuliskan diperuntukkan
namanya sendiri. Setelah membaca beberapa saat, Jieji berpikir
sebentar. Kemudian menjawab," Anda datang dari jauh dan bercape lelah
hanya untuk mencari diriku yang tidak ternama ini.. Maaf, tetapi
silakanlah anda bermalam di rumahku. Besok pagi saya akan berangkat
bersama anda."
Kata kata Jieji yang sopan cukup menyenangkan si utusan tadi. Namun
dengan sangat halus si utusan menolak ajakan Jieji.
"Hamba cuma seorang budak, tidak pantas hamba berjalan berdampingan
dengan anda.. Maaf tuan, saya tidak bisa menerimanya.."
"Manusia semua hakikatnya sama, tidak ada perbedaan budak dan tuannya.
Harap anda kali lain jangan mengucapkan hal serendah ini lagi." Kata
Jieji. "Terima kasih Tuan. Tetapi karena anda sudah menyetujuinya. Hamba harus
cepat melapor ke Da JiangJin. Maaf jika hamba tidak bisa tinggal."
Dengan cepat, si utusan mohon pamit dan bergegas menuju pintu utara
Kota Changsha untuk menuju kembali ke ChangAn.
"Bagaimana" Kamu tertarik akan isi suratnya?" Tanya Xufen..
"Hm..." Jie Ji tersenyum mendengar pertanyaan Xufen. sambil
memandangnya. Jie ji berkata," Kamu bisa menebak apa isi suratnya?"
"Sebagian saja." Sambil tersenyum penuh arti Xufen menjawab pertanyaan Jieji.
"Coba jelaskan, saya ingin mengetahuinya."
"Yang pasti surat itu bukan berisi kalau puterinya akan dinikahkan
dengan kamu." Kata Xufen.
Jie Ji tersenyum geli mendengar pernyataan tadi.
"Kamu ini selain pandai merayu orang, kemampuanmu yang lain cuman
memecahkan kasus-kasus. Jadi bisa dipastikan, kedatangan kamu ke sana
adalah untuk menyelidiki sesuatu atas permintaan Ma Han khan?"
"Betul, tetapi jika suatu hari kamu menjadi istriku, Jadi susah aku ini
ingin menyeleweng.. Thienn... Alangkah celakanya aku ini.. Ha Ha.."
Kata Jieji seraya bercanda.
"Dasar kurang kerjaan. Ayok!! Sudah saatnya kamu pulang. Beresin
pakaianmu untuk dibawa Ke ChangAn." Kata Xufen seraya malu-malu dan
berusaha mencari topik pembicaraan lain.
Kedua orang ini berjalan bersama menuju ke tengah kota kembali.
Jieji yang mengantarkan Xufen pulang terlebih dahulu. Langsung menuju
rumahnya. Jie ji tahu benar akan perangai Ibunya. Jika ibunya tahu dia
bakal menuju ChangAn, apalagi sendiri. Pasti tidak akan di zinkan. Maka
daripada itu, dia mencari ayahnya.
Sesampainya di ruang baca, Ayahnya melihat putera ke 5 ini sebentar.
Jieji belum sempat berbicara. Ayahnya langsung mengatakan.
"Lakukanlah apa yang harus kamu lakukan."
Setelah mengiyakan, Jieji bergegas menuju ke kamarnya untuk memberesi
baju bajunya untuk keperluan keberangkatan besok.
Namun belum selesai Jieji membereskan bajunya. Ibunya sudah mengetuk
pintu untuk masuk.
"Nak, apa yang kau lakukan?" Tanya Ibunya.
Setelah menyapa semestinya. Jieji berkata.
"Ada urusan gawat di Kota ChangAn. Da JiangJin Ma Han ingin saya
menyelidiki sesuatu. Kabarnya dia diancam untuk dibunuh pada hari Imlek
mendatang. Oleh karena itu, saya berniat untuk menyelidiki siapa yang
mengirim surat ancaman ini."
"Nak, cukuplah. Jangan terlalu terbawa perasaan hati. Ibu sangat
mencemaskanmu." kata Nyonya Xia.
"Bu, anda paling mengerti diriku. Saya tidak akan berhenti dengan cara
begitu. Maafkan ananda tidak berbakti." Kata Jieji sambil berlutut pada
ibunya itu. sang Ibu sebenarnya sangat mengkhawatirkan puteranya ini. Namun apa
daya, Jieji tidak bisa dilarang hanya dengan hal hal seperti itu.
Terakhir sang Ibu juga mengizinkannya, walaupun dengan berat hati. Dia
meminta Qian Lang dan Bai Hu (nama asli Bai Hu adalah Ma Han, tetapi Ma Han
Disini tentu tidak sama dengan Ma Han Da JiangJin. Sedang Bai Hu adalah
julukannya yang berarti Harimau Putih). Dua pengawal ayahnya untuk ikut
bersama dengannya.
Keesokan harinya, pagi pagi sekali. Jieji sudah siap berangkat, setelah
berpamitan dengan Ayah ibunya, dia juga sempat berpamitan dengan
seluruh kakak dan adik adiknya.
Dia meminjam kuda QianLi milik ayahnya. Bersama dua pengawalnya dia
bergegas menuju ke kediaman Yuan. Namun setelah mencari Xufen di
rumahnya, pengawal mengatakan pagi pagi sekali si Nona telah keluar.
Segera dia menuju ke utara kota Changsha. Namun di sana sudah ada
seorang wanita cantik yang menunggunya di atas kuda.
"Jangan bilang kalau kamu ingin ikut denganku ?" tanya Jieji. Ini
disebakan karena di sela bahunya nampak buntelan kain yang terikat.
"Tentu, saya sudah lama tidak masuk ke kota tua ChangAn. Tentu kali ini
saya bermaksud melihat pemandangan disana." Kata Xufen seraya tertawa
kecil. "Tetapi, guru besar Yuan tidak mungkin mengizinkanmu pergi di saat
musim dingin seperti ini. Lalu bagaimana kamu bisa keluar dari
rumah?"Tanya Jie ji kembali.
"Lalu bagaimana kamu bisa diizinkan ibumu pergi?" Kata Xufen.
"Ha Ha.. Baiklah.. Kita berangkat."
Ke empat orang ini mengambil kota bagian utara untuk segera menuju ke
utara. Hanya dalam beberapa jam mereka telah sampai di Jiang Ling.
Ke empat orang ini beristirahat sebentar. Lalu mereka mulai berangkat
lagi. Setelah melewati beberapa hutan dan bukit kecil, mereka sampai di
Sungai terluas di China, sungai ZhangJiang(Yang TzeKiang). Saat itu
musim dingin, air disana hampir membeku. Namun hal ini tidak
menghalangi niat ke empat orang tersebut untuk menyeberanginya.
Setelah menyeberang beberapa jam, tiba tiba nahkoda kapal berteriak
kengerian. Jieji berempat segera menuju ke tempat nahkoda tersebut. Mereka
memandang ke arah sungai di bawah perahunya. Di sana, terdapat mayat
yang sudah terapung. Segera Jieji memerintahkan Ma Han Dan Qian Lang
mengangkat mayat tersebut dari sungai.
Setelah melihatnya, Xufen dan Jieji sangat terkejut...
BAB VII : Ilmu jari Dewi pemusnah
Rupa-rupanya mayat orang tersebut adalah utusan Da JiangJin Ma Han
sendiri. Jieji yang melihatnya sungguh sangat marah.
"Biadab, terkutuk. Seorang utusan saja tidak diampuninya."
"Dia mati tenggelam. Karena tidak ada bekas luka apapun di tubuhnya."
kata Ma Han yang sudah menyelidiki tubuh si utusan.
"Betul, dia meninggalkan Changsha sekitar jam 9 pagi. Perjalanan yang
ditempuhnya adalah sendiri, mungkin lebih cepat dari kita. Seharusnya
dia sampai di sungai ini sekitar sore jam 3-an."Kata Xufen.
"Dia telah tenggelam selama 24 jam, jadi wajar mayatnya terapung
kembali." kata Qian Lang.
Segera Jieji menyuruh nahkodanya untuk bergegas menuju daratan.
Dalam 1 jam, perahu sudah menyandar di pinggir. Jie ji berempat
kemudian turun. Dengan uang 1 tael emas, Jieji meminta nahkoda kapal
untuk menguburkan utusan Jiang Wen dengan baik.
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mereka terus melanjutkan perjalanan. Dan akhirnya sekitar jam 9 malam.
Mereka telah sampai di kota Xiangyang. Segera mereka memesan 3 buah
kamar. Pada waktu tengah malam, terlihat kamar pintu yang dihuni Ma Han dan
Qian Lang terbuka perlahan. Keadaan di dalam kamar sudah sangat gelap.
Terdengar beberapa langkah kaki yang agak pelan menuju ranjang tempat
kedua pengawal ini tidur. Dengan sekali menggerakkan pedang. Para
penyerang menusuk ke arah ranjang ini berkali kali. Terdengar suara
pisau yang seakan masuk ke perut. Namun sebelum mereka ingin
meninggalkan kamar Ma Han dan Qian Lang. Mereka dikejutkan oleh lampu
yang telah terang benderang.
"Jika taktik seperti ini bisa menipu orang, maka orang yang mati di
dunia ini sudah sangat banyak." Kata suara seorang pria.
Penyusup ini segera menyadari kalau mereka terjebak. Dan yang tadi
ditusuk mereka secara ramai ramai ternyata adalah bantal yang telah
disusun sedemikian rupa.
"Tangkap!! Jangan biarkan lolos!! Suara teriakan seorang wanita
menyusul. Penyusup terdiri dari 5 orang. Ma Han dan Qian Lang segera bertarung
melawan mereka berlima sekaligus. Pengawal Ma Han dan Qian Lang
sebenarnya adalah pesilat yang lumayan hebat. Dan Xia Rujian juga
menurunkan mereka ilmu pedang ayunan dewa tingkat pertama. Dengan
segera, Pedang Ma Han sudah menusuk salah satu penyusup itu. Qian Lang
juga melakukan hal yang sama, penyusup yang lain juga kena bacok di
arah kepalanya.
Sekarang yang tertinggal hanay 3 orang penyusup.
"Tidak usah membunuh lagi."kata Jieji memberitahukan kedua pengawalnya.
Tujuan Jieji tentu untuk mengetahui siapa orang di belakang penyerang ini.
"Menyerahlah, katakan siapa kalian. Maka semua akan diampuni." Sambung Xufen.
Namun ke 3 penyerang justru tidak berhenti.
Salah seorang yang lain berteriak,"Kita bekerja untuk majikan, sekarang
sudah saatnya hidup-mati. Ayok!! Bertarung yang benar."
Ajakan penyerang ini, membuat 2 orang lainnya bersemangat. 2 orang
melayani Ma Han dan Qian Lang. Sedang penyerang lainnya menyerang ke
arah Xufen. Mungkin penyerang berpikir, kalaupun ada seorang wanita. Ilmu silat
pasti jarang tinggi. Dia tidak menyerang Jieji yang tidak bisa kungfu
sama sekali. Melainkan menyerang Xufen yang dikiranya orang biasa.
Ini adalah hari sial baginya. Belum sempat pedangnya sampai, sekilas
berkelebat sinar tajam, Penyerang itu jatuh terjungkal.
Inilah jurus Jari Dewi pemusnah. Hawa pedang tajam yang keluar dari
jari jarinya sudah lebih dulu menyerang kedua bahu penyerangnya. Tujuan
Xufen mengarahkan jurus ke bahu penyerang tentu mencegahnya bunuh diri.
Sekarang kedua tangan penyerang sudah tidak berkutik. Pedang yang di
pegangnya telah terlempar jauh.
Sementara Ma Han dan Qian Lang kelihatan agak kepayahan melawan dua
orang penyerang yang sangat bersemangat. Dengan mencuri waktu untuk
lari, Keduanya segera menggunakan ilmu meringankan tubuh meninggalkan
kamar. Namun belum sempat mereka sampai di muka pintu. Keduanya juga
jatuh terjerembab. Kali ini Xufen mengeluarkan jurus yang sama. Semua
jurusnya di arahkan ke bahu kedua penyerang ini.
"Jurus yang hebat, Nona. Boleh saya tahu apa nama jurus ini" Biar
matipun aku tidak penasaran." kata seorang penyerang yang terlebih
dahulu terjungkal tadi.
"Ini cuma jurus biasa yang tidak usah dibikin terkejut." Kata Xufen.
Jieji memaksa penyerang mengatakan siapa orang yang menyuruh mereka.
Mereka bertiga menjawab kalau penyuruhnya adalah Bao SanYe.
Tidak ada seorang pun diantara mereka yang mengenalinya kecuali Xufen.
"Maksud mereka mungkin adalah Tuan Bao ke 3. Tuan Bao Ke 3 memang
terkenal licin dan kejam. Kungfunya sungguh tinggi. Dia adalah adik
seperguruan Pei NanYang." Rinci Xufen.
Mendengar nama Pei NanYang disebut sebut. Ma Han dan Qian Lang gemetar
juga. Dalam Kamus kungfu, jurus Tapak Mayapada miliknya adalah yang
paling kesohor dan menempati urutan pertama di dunia persilatan.
Namun Jieji yang tidak tahu seluk beluk dunia persilatan kelihatan
biasa biasa saja.
Ke 3 penyerang ini diikat dengan tali bersamaan. Setelah menunggu
fajar. Jieji meminta Qian lang dan Ma Han membawa ke tiga orang ini ke
pengadilan XiangYang dan menjelaskan kejadian pagi tadi.
Jieji dan Xufen memutuskan berangkat terlebih dahulu. Mereka berdua
menuju ke kota WanShia. Di perjalanan, meski capek mereka berdua
menikmati pemandangan bersalju yang sudah mulai cair di wilayah Nan Yang.
"Dulu Zhuge KungMing (Maksudnya Zhuge Liang dari Zaman San Guo) memilih
tempat ini untuk menyepi sungguh sebuah pemikiran yang luar biasa."
Kata Jieji sambil menghela nafas.
"Oleh karena itu, sajak kuno sering mengatakan kalau di wilayah NanYang
paling banyak orang pintar luar biasa yang hidup.Ini tidak bisa
dipungkiri melihat keadaan alam disini sangat mirip dengan surga di
kolong langit." Sambung Xufen.
Mereka menempuh perjalanan dengan lumayan santai dan sekitar tengah
hari. Mereka telah sampai di WanShia. WanShia juga sebuah kota yang
menarik. Keramaian kota ini sangat khas. Banyak orang berjualan di
pinggir jalan. Sehingga kota ini dijuluki "kota pasar".
"Sekarang, kita cari penginapan. Kamu harus tidur, karena tadi malam
kamu sudah begadang menunggu penyusup penyusup itu." kata Xufen.
"Bagusan kamu sendiri tidur dulu, saya yang menjaga-mu." Kata Jie ji.
"Tidak, saya tidak lelah. Kamu lupa.. Tenaga dalamku tinggi. Untuk
masalah ngantuk,masih bisa diatasi. Sedang kamu tidak khan?"
"Baiklah kalau begitu."
Mereka cuman memesan sebuah kamar. Jieji tidur di ranjang sementara
Xufen berjaga di kursi.
Namun belum sampai 3 jam, Jieji telah bangun dan menyuruh Xufen untuk
bergantian dengannya.
Xufen mengiyakan. Sesaat setelah Xufen tidur. Jieji datang melihat
puteri nan cantik ini.
Dalam hatinya, dia berkata Alangkah cantiknya bidadari ini. Desiran
panas tubuhnya membuatnya cukup canggung melihat Xufen yang tidur
tersebut. Wajahnya yang nan polos , alis matanya yang begitu indah
telah membuatnya mabuk kepayang. Namun sebelum mata Jieji meninggalkan
wajah Xufen. Xufen telah membuka matanya. Ini membuat Jieji sungguh
salah kaprah. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya saat itu.
Memikirkannya mungkin akan semakin membuatnya salah paham.
Namun sedikitpun Xufen tidak marah, dia bahkan berkata,"Jika mau lihat,
bilang dulu. Kalau tidak, kamu saya tangkap sebagai pencuri."
Kata Xufen seraya tidak peduli dan menutup matanya kembali.
sampai saat itu, Jieji langsung menuju ke tempat duduk. Dan tidak
berani lagi dia memandang ke arah ranjang. Xufen yang sesekali
memandang Jieji dari tempat tidurnya, tersenyum dengan puas.
Setelah tidur sekitar 3 jam. Ada orang yang mengetuk pintu mereka.
Rupanya Ma Han dan Qian lang telah kembali. Mereka menemukan kuda Qian
Li milik Jieji dan tahu kalau mereka menginap di penginapan tersebut.
Xufen juga telah bangun dan segera dia bergegas untuk membersihkan
mukanya apa adanya.
"Saya rasa hari ini kita bisa tidur dengan tenang, namun tidak hari
esok." Kata Jieji sambil berbisik.
Kedua pengawalnya segera mengiyakannya.
Mereka segera memesan makanan dari penginapan. Sebelum mencicipinya,
kedua pengawal ingin memeriksa apakah ada racun atau tidak. Tetapi
Jieji mengatakan,"Tidak usah, tujuan mereka sebenarnya bukanlah
kematian saya. Biar saya duluan yang mencicipi masakannya terlebih
dahulu." Dan memang ternyata tidak terjadi reaksi apapun.
"Mengapa mereka ingin membunuh kalian berdua terlebih dahulu" Tujuan
mereka tentu menangkap saya untuk diserahkan ke Bao San Ye. Dan hari
ini kita bisa tidur dengan tenang karena mereka justru berpikir kita
akan was-was lagi. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan di malam ini."
Kedua pengawalnya kagum akan kata-kata Jieji, mereka mengiyakannya.
Kemudian mereka memesan kembali sebuah kamar tidur yang lebih besar.
Jieji dan 2 pengawal tidur di ruangan yang sama.
BAB VIII : Terbunuhnya Jenderal Besar Ma Han di kediamannya
Di puncak Dai Shan (Gunung Tai).. Tampak dua orang tua yang rambutnya
telah memutih. Walaupun mereka telah berusia sangat lanjut, namun wajah
mereka tidak muncul kerutan, bahkan wajah mereka nampak seperti pualam
yang putih. Bagaikan dewa-dewi, kedua pasangan ini mengamati langit
dengan tenang. Tetapi, mereka dikejutkan ketika Bintang Ungu telah muncul 2 biji.
Bintang ungu adalah bintang Kaisar sejati. Jika bintang ungu telah
muncul, berarti adalah pertanda kaisar. Namun mereka cukup heran, sebab
tidak adanya hal aneh yang bisa mempengaruhi Kaisar untuk turun tahta.
Mengapa di atas langit nampak dua buah bintang berwarna ungu"
Sebuah bintang yang berada di timur laut seakan menuju ke barat nampak
memancarkan sinar yang sangat gemilang. Inilah bintang
Zhao kuangyin / Kaisar Sung Taizu. Melainkan sebuah bintang ungu yang
lainnya muncul ini berada di tengah-tengah langit.
Orang tua yang berjenis kelamin perempuan ini segera melempar 7 biji
koin dari sakunya ke atas. Setelah turun, koin ini menggambarkan tanda
"Yang" kesemuanya. Setelah itu, dia memandang ke langit dan berkomat
kamit sebentar. Tampak bintang ungu di tengah ini memancarkan sinar
ungu keperakan dan sebentar kelipnya makin memudar.
Lalu wanita tua itu tampak menghela napas.
"Ini adalah pertanda munculnya seorang pahlawan." Kata yang laki-laki.
"Tetapi, ini adalah masa susah orang tersebut. Tidak lama lagi akan
terjadi kegemparan.. Takdir.. Takdir..." Kembali wanita itu menghela
napas panjang."
Kembali ke WanShia. Jieji berempat langsung berangkat dari wilayah
WanShia menuju ke utara.
100 Lie sebelum memasuki kota yang lainnya. Mereka dikejutkan oleh
suara langkah kuda yang banyak sekali jumlahnya.
Setelah menunggu beberapa saat, Seorang penunggang kuda segera turun
dan memberi hormat.
"Hamba Lie Gai,Kepala pasukan Da Jiangjin Ma Han datang menyambut
Pangeran ke 5 dari keluarga Xia. Setelah Jenderal mendengar anda
menjumpai masalah di Xiangyang. Dengan segera dia mengutusku bersama
500 orang pasukan menyambut anda. Mohon maaf sebesar besarnya jika ada
perlakuan yang kurang menyenangkan selama perjalanan."
"Tidak masalah, Saya sendiri harus berterima-kasih pada Da Jiangjin,
meminta anda jauh jauh mengutus orang yang tidak ternama seperti aku
ini." Kata Jieji dengan sopan.
Setelah bergabung bersama pasukan pimpinan Lie Gai. Mereka menuju ke
kota tua Luo Yang untuk terus ke barat menuju ke ChangAn.
Di ibukota, Yang Ying atau Kaisar Taizu Zhao Kuangyin bermimpi tentang
adik keduanya, Jieji. Dia bermimpi Jieji bersama puteri Xufen
mengarungi daerah selatan dari Sungai dengan perahu. Dalam mimpi Zhao,
Kapal yang ditumpangi tenggelam ke Sungai. Tiba-tiba Zhao lekas bangun
dan terjaga. Keesokan harinya dia meminta peramal istana untuk
meramalkan apa alamat mimpinya itu.
Peramal segera memasukkan 7 buah koin di mangkuk. Menggoyangnya
sebentar, sambil berkomat kamit. Tidak lama kemudian, peramal berkata.
"Selatan juga adalah alamat yang buruk sekali. Kata "selatan" atau
"Nan" juga bisa di artikan beda. "Nan" yang lain dari pelafalan lain berarti kesulitan. Sedang Jiang / "Sungai" mungkin berarti Jiang Hu /
Dunia persilatan atau bisa diartikan begini, ChangJiang artinya sungai
panjang nan luas, bisa dikatakan Kesulitan yang sangat luas dan besar.
Berarti maksudnya adalah Jieji akan mengalami kesusahan luar biasa.
Zhao yang sangat menyayangi adik keduanya segera mengutus orang meminta
Jieji berhati hati. Namun utusannya kembali dengan tangan kosong. Sebab
katanya, Jieji sekitar seminggu lalu telah menuju ChangAn. Tanpa
berpikir lagi, Zhao mendandani dirinya sedemikian rupa dan segera
berangkat menuju ChangAn. Kali ini dia meminta 10 orang jago silat yang
pernah berperang bersamanya ikut. Tujuannya tak lain tentu, melindungi
adik angkatnya.
Dalam seminggu, Jieji sudah sampai di kota Changan. Kota tua Changan
mengandung nilai budaya dan seni yang tinggi. Tembok kota Changan juga
sangat tinggi dan kokoh. Sebab Kota ini pernah menjadi ibukota Dinasti
Qin, Han barat, dan Tang.
Segera mereka menuju ke kediaman Da Jiangjin Ma Han. Saat mereka tiba
di taman. Mereka disambut oleh Da Jiangjin. 4 orang tersebut
memperkenalkan diri masing-masing. Jamuan pun segera diadakan. Setelah
semua selesai, Jieji dan Xufen diajak ke kamar baca sang jenderal.
Kamar baca Jenderal sangat aneh.. Karena dalam 1 ruangan dia sengaja
membuat 2 pintu yang memisahkan ruangan ini.
Kemudian dengan seraya mengeluarkan surat ancaman asli dia berkata.
"Ini adalah surat yang ketiga. Saya sama sekali tidak mengerti siapa
yang mengincar nyawaku. Namun ada gosip yang menyatakan ketika saya
menyerang ke utara sekitar 7 tahun lalu, saya mendapatkan pedang ekor
Api. Saya diminta untuk mengeluarkan pedang itu sampai tiba hari Imlek.
Jika saya tidak menanggapinya, maka akan dibunuh."
Pedang ekor Api adalah salah satu pedang yang pernah di ungkit Jieji
ketika para pesilat itu ribut di depan rumahnya. Kabar dunia persilatan
mengatakan, Pedang Ekor Api dan Pedang Es Rembulan adalah sepasang.
Pedang Ekor Api mengandung hawa panas luar biasa, sedang Pedang Es
Rembulan mengandung Es nan dingin.
Inipun cuma gosip dari dunia persilatan yang muncul. Tidak ada seorang
pun yang bisa mengklaim bahwa 2 pedang itu benar berada di dunia.
"Boleh saya tahu surat ini ada dimana ketika pertama kali anda
menerimanya?" tanya Jie Ji.
Seraya menunjukkan, Jenderal berkata. "Surat ini ada di samping ku
ketika aku tidur, karena saya sering tidur di ruang baca. Maka ketika
bangun, saya mendapati 3 surat ini dengan masing masing waktu seminggu
dikirim dan telah berada di meja tempat aku tidur."
"Kalau bole tahu, tanggal berapa saja surat ini dikirim?"
"Yang pertama bulan 11 tanggal 15, yang kedua bulan 11 tanggal 30, yang
ketiga adalah..."
"Tanggal 15 bulan dua belas ini khan" Sekarang ini sudah tanggal 27
bulan 12. Jadi 3 hari lagi mungkin dia akan datang membunuh." Kata
Xufen. Setelah itu mereka memohon pamit.
Setelah mengajak Xufen keluar, Jieji membisikinya.
"Dajiang jin ini aneh, dia tahu kalau surat itu selalu di letakkan di
mejanya. Kenapa dia tidak berusaha menyuruh orang untuk menunggu kapan
lagi surat selanjutnya dikirim?"
"Ini mungkin karena dia tidak menyadari tanggal seperti yang kusebutkan
tadi. Tapi cukup aneh, kenapa dia sendiri tidak menyuruh orang lain
berjaga di ruang bacanya. Atau..." kata Xufen kembali.
"Pedang ekor api maksudnya?"
"Hm..." Kata Xufen seraya mengangguk.
Malam ini mereka semua kembali beristirahat di kamar masing-masing.
Pagi-paginya, semua orang diterkejutkan dengan suara yang ribut luar
biasa. Jieji segera beranjak keluar dari kamar tidurnya untuk melihat apa yang
sedang terjadi.
Di depan kediaman Da Jiangjin, banyak orang-orang tak dikenal dan
sebagian memakai pakaian aneh telah muncul.
Mereka mengaku dari kaum Jianghu. Disana juga hadir ketua Dunia
persilatan, Yue Fuyan. Yue Fuyan adalah seorang yang ambisius, semua
jenis kungfu pernah dipelajarinya. Dia sangat terobsesi dengan kungfu
hebat, mendengar kabar kembalinya Ilmu pemusnah raga tentu dia orang
pertama yang ingin memilikinya. Sebagai seorang pesilat kelas tinggi,
Yue fuyan juga melakukan hal hal yang berbau kebenaran, tujuannya
supaya posisinya bisa aman saja. Dalam rincian Kamus Kungfu Yan Jiao
ilmu tertinggi adalah Tapak mayapada, di bawah tapak mayapada adalah
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tapak penghancur jagad milik Yue Fuyan. Jadi dia termasuk jago kelas
atas. Semua pesilat ini meminta untuk masuk ke kediaman Jenderal. Tentu
tujuan mereka adalah Pedang pusaka tersebut. Namun dengan kelicikan
Fuyan dia mengatakan kalau para pesilat harus diberi pertanggung
jawaban setimpal. Jenderal tidak mampu menahan mereka. Diantaranya
adalah Biksu Kuil Shaolin yang sangat terkenal, bahkan yang datang kali
ini adalah Biksu Wu Jiang, pemimpin kuil Shaolin saat sekarang.
Jenderal mempersilahkan mereka masuk dan menyediakan 12 kamar untuk
para pesilat ini. Jenderal berpikir mungkin mereka bisa diminta bantuan
untuk keselamatan nyawa-nya sendiri dalam 2 hari ini...
Hari I tidak terjadi masalah yang serius atau sesuatu apapun. Hari Ke
II atau hari malam Imlek.
Jenderal Ma Han menjamu para pesilat di ruangan tamunya yang besar.
Sekitar 20 orang pesilat serta Jieji,Xufen, dan 2 pengawalnya juga ikut
didalamnya. Setelah lewat jam 12 malam, hari Imlek telah tiba. Jenderal sendiri
sangat bersyukur, kalaupun ada yang mau membunuhnya, tidak mungkin pada
saat sekarang. Ketika para pesilat lihai semua berkumpul.
Jenderal yang merasa gerah daritadi bergegas menuju kamar bacanya
sendiri. Jieji yang melihatnya langsung berkata pada Xufen, bahwa dia
akan pergi ke kamar kecil. Setelah sampai di depan ruang baca. Jenderal
segera masuk di dalam. Sedang Jieji cuma berani mengintip dari luar.
Adanya lampu kecil mempermudahnya melihat bayangan jenderal itu.
Namun sesaat, lampu di ruangan itu tiba-tiba mati. Jieji merasa mungkin
saat ini dia akan keluar ruangan. Namun, setelah ditunggu tunggu.
Jenderal tidak keluar. Hampir berbarengan itu, terlihat pelayan yang
segera menegurnya.
"Ada apa tuan berada disini?"
Jieji cukup terkejut. Namun dia tidak menjawab apapun. Pelayan yang
membawa sup ayam ke dalam itu merasa heran. Karena kamar dalam keadaan
terkunci. Beberapa kali dipanggil juga tidak disahuti. Jieji mengambil
inisiatif segera mendobrak pintu kamarnya.
Dan, begitu kamar terbuka mereka tidak melihat Jenderal, namun
disamping kamar tersebut ada kamar lain. Pelayan tadi langsung bergegas
mencari Majikannya. Tetapi baru berjalan beberapa tindak. Sup yang
dipegang pelayan itu tumpah. Dan terdengar teriakan keras luar biasa
darinya. Jieji segera melihatnya, ternyata Jenderal telah gantung diri. Di bawah
kakinya terdapat kursi yang jatuh.
BAB IX : Detektif yang terluka
Sesaat setelah terdengar teriakan. Para pesilat dari ruang tamu segera
datang untuk melihat apa yang terjadi.
Posisi Jenderal yang tergantung segera di angkat Jieji ke bawah, dengan
tujuan melihat apakah dia masih hidup. Namun sia-sia, tulang lehernya
telah patah. Orang pertama yang sampai setelah teriakan adalah Yue Fuyan. Namun
Jieji menyuruhnya untuk tidak masuk terlebih dahulu. Namun karena rasa
sok hebatnya, dia tidak menghiraukannya. Pesilat yang lain langsung
bersama-sama masuk ke dalam ruang baca. Mereka membawa obor dan lilin
yang berfungsi sebagai penerangan.
Tampak putera dari Jenderal yang masuk. Dan langsung menyuruh
pelayannya yang tadi untuk segera memanggil petugas polisi.
Jieji sedang memikirkan bagaimana cara Jenderal ini dibunuh. Ruangan
ini dalam keadaan tertutup. Kalau tidak pintu tadi yang didobraknya
masuk. Maka pintu yang disebelahnya juga bisa memungkinkan pembunuh itu
masuk. Namun setelah diteliti, ternyata pintu sebelah juga dalam
keadaan terkunci. Setelah itu dia berjalan ke arah jendela, mengeceknya
sebentar. Ternyata jendela semua juga terkunci dari dalam.
"Anak kecil, saya ingin bertanya kepadamu. Dimana lukisan itu" Kamu
menyimpannya khan?"
Jieji melihat orang itu sebentar. Orang ini tak lain adalah Yue Fuyan.
"Saya tidak pernah melihat adanya lukisan apa-apa di ruang ini." jawab Jieji dan segera menuju ke kamar sebelah, kamar dimana pintu masuk yang
didobraknya. Semua peralatan rapi, tidak ada bekas perlawanan sama
sekali disini. Semua jendela juga tertutup dengan rapi. Hanya 1 jendela
yang membuatnya agak curiga. Yang terletak di sudut ruangan. Jendela
ini tertutup kain yang cukup tebal. Bahkan kain disini dua lapis. Ini
sangat mengherankan Jieji. Beberapa hari yang lalu, ketika dia masuk
ruang baca,dia tidak pernah melihat adanya kain seperti itu.
"Emang ada masalah dengan kain ini?" Xufen yang sedari tadi mengamati tingkah Jieji, kemudian menanyainya.
"Aku sudah tahu kira-kira siapa pembunuhnya." kata Jieji.
"Tetapi kamu tidak punya bukti yang kuat untuk menangkapnya kan?"
"Betul.. Sekarang saya harus mencari buktinya. Maukah kamu membantuku?"
"Tentu.. " jawab Xufen.
Petugas polisi segera datang. Begitu tiba, mereka kemudian menyuruh
semua orang keluar. Setelah memeriksanya dengan seksama, kepala polisi/
inspektur Lu Ming menyatakan ini adalah bunuh diri. Sebab kondisi
ruangan yang tertutup, dan cuma didobrak oleh Jieji. Jadi ruangan ini
sepenuhnya tertutup.
Jieji segera keluar mencari pelayan tadi yang masuk dengannya waktu
kejadian. Terlihat pelayan tadi keluar untuk pergi ke kamar kecil
setelah ditanyai oleh inspektur Lu Ming. Jie ji mengikutinya sampai
dekat taman. "Hei, bisa saya bertanya sesuatu kepadamu?" tanya Jieji.
"Ya, tuan..."
"Siapa tadi yang memesan sup ayam untuk Jenderal?" tanyanya lagi.
Pelayan itu memberitahukan kepada Jieji. Dengan girang, Jieji bergegas
kembali. Karena dia sudah tahu siapa yang membunuh Jenderal,juga telah
mendapatkan bukti yang pasti.
Saat itu terdengar suara aneh dari arah belakangnya dan langkah Jieji
terhenti sesaat, ketika dia berpaling ke belakang. Pelayan yang tadi
kelihatan telah tewas. Tulang lehernya telah patah. Dan dalam keadaan
sekejap itu. Pedang penyerang sudah menusuk ke dada Jieji.
Xufen yang menunggu Jieji demikian lama tidak kembali mulai merasa
cemas. Dia telusuri kira kira dimana tempat yang akan dikunjungi Jieji.
Setelah sampai di taman, dia merasa aneh. Yang paling aneh adalah dia
melihat adanya tetesan darah di lantai yang terang karena disinari
bintang yang banyak. Setelah mencoba menyentuhnya, Xufen sangat
terkejut. Sebab darah ini masih terasa hangat, dan belum membeku.
Dengan kebingungan Xufen berpikir. Jika terjadi sesuatu pada Jieji,
Bagaimana caranya dia dipindahkan sampai tidak nampak dirinya disini,
sementara tetesan darah ini cuma berakhir sampai posisinya sekarang"
Dan tidak ada seorang pun yang mengetahuinya sementara kediaman ini
pasti banyak polisi.
Setelah berpikir sesaat, Xufen sadar. Pelaku pembunuhan Jenderal dan
pelaku yang mungkin mencelakai Jieji adalah orang dalam yang tahu benar
posisi rumah tersebut.
Dia segera kembali ke ruang baca. Mengamati seluruh ruangan dengan
jelas sekali lagi. Lalu mencari Inspektur Lu Ming, dikeluarkannya plat
emas tanda status sebagai putri. Inspektur Lu Ming cukup terkejut. Dia
tidak pernah menyangka kalau ada seorang putri disini. Dan putri ini
adalah anak perempuan guru Kaisar sendiri.
Xufen menyuruh semua petugas polisi dan Inspektur meninggalkan ruangan
ini.Sesaat setelah ruangan kosong. Xufen loncat ke tiang atap. Dan
memeriksa, ternyata disana ada gulungan lukisan. Dengan berbekal lilin
dia membuka lukisan tersebut. Lukisan ini menggambarkan keadaan padang
pasir. Disana terlihat 5 orang menunggang Onta. Sedang di bagian atas
lukisan ini terdapat puisi singkat.
"Angin keras menerpa
Kehidupan bagaikan kuburan
Air jernih susah dicari
Tidak ada beda Dunia dan Akhirat"
Puisi ini gampang di hapalnya. Lantas setelah itu, dia turun. Kembali
ke ruangan sebelah, memeriksa kain tebal yang dua lapis tadi. Setelah
sesaat, Xufen menyadarinya. Jieji kemungkinan dibunuh karena melihat
ini. Tiba-tiba air matanya menetes. Namun dia berusaha menegarkan
dirinya. Prinsipnya, sebelum melihat mayatnya. Dia harus tetap
menganggapnya hidup.
Setelah itu, Xufen memanggil Inspektur Lu masuk ke ruangan.
"Saya ingin anda menanyakan alibi tiap orang yang merupakan anggota
keluarga Jenderal besar pada saat waktu kejadian. Bisakah anda
membantuku?"
"Tentu.."jawab Lu Ming.
Setiap anggota keluarga yang tidak mempunyai alibi sekarang tinggal 5
orang. Yaitu putera satu-satunya Jenderal (Ma Yu), Tukang masak, Istri
Jenderal, Kepala Pengurus keluarga, Dan Lie Gai, bawahan jenderal.
Putera Jenderal mengatakan dia tidak keluar dari kamarnya sampai
terdengar suara teriakan. Tukang masak mengatakan dirinya cukup capek
karena telah memasak masakan yang lumayan banyak di hari ini, dia
sendiri tertidur di kamarnya.Istri Jenderal juga sudah tidur karena
hari ini tidak enak badan. Kepala pengurus mengatakan dia terus berada
di kamarnya. Dan Lie Gai mengatakan dia tidak berada dalam rumah.
"Ini bukanlah kasus bunuh diri semata, melainkan kasus sederhana yaitu
pembunuhan." Kata Xufen.
"Jadi siapa pelakunya nona?" tanya Yue fuyan yang sedari tadi
menyaksikan interogasi tersebut.
"Yang pasti diantara kelima orang tersebut, sekarang saya meminta anda
melepas semua sepatu anda."kata Xufen kepada 5 orang yang tidak punya
alibi tersebut.
Sepatu telah terlepas, Xufen membisikkan sesuatu di telinga Lu Ming.
Setelah itu, Lu Ming memberi perintah untuk menangkap putera jenderal.
Kedua pengawal segera memegang kedua tangannya. Tetapi Putera jenderal
yang bernama Ma Yu ini berontak.
"Kau sembarang tuduh...Apa buktinya kalau aku adalah pembunuh ayahku?"
"Sekarang, dengarkanlah baik-baik. Ini berawal dari kisah 7 tahun lalu.
Ayahmu pernah menyerang ke utara. Dia pernah mendapatkan sesuatu benda
yang cukup berharga. Namun insan dunia persilatan menganggapnya itu
adalah pedang ekor Api. Sebenarnya, itu cuma lukisan yang tidak
bermanfaat."
Baru berbicara. Petugas sudah menurunkan lukisan ini. Semua sangat
tertarik melihatnya. Terutama Yue fuyan, dia menilik lukisan ini
beberapa kali. Namun tidak menemukan hal yang janggal daripadanya.
"Lalu apa hubungannya dengan ayahku" Dan kenapa harus aku" Para insan
persilatan ini juga bisa melakukannya."
"Kalau masalah ini, saya sendiri tidak tahu pasti. Tetapi saya tahu
alasan kenapa ayahmu dibunuh." kata Xufen dengan pasti.
"Lalu apa alasannya?" tanya Fuyan.
"Semua insan dunia persilatan menerima gosip kalau Jenderal
meninggalkan sedikit petunjuk tentang Ilmu pemusnah raga. Tentu para
kaum pesilat ini tidak akan membunuhnya. Karena mungkin mereka bisa
mendapat petunjuk darinya." Jawab Xufen.
Kemudian Xufen melanjutkan kata-katanya,"Dengarkanlah baik-baik,
Pertama-tama kamu sengaja meninggalkan pesan bahwa ayahmu akan dibunuh.
Tujuannya supaya kamu bisa mengamati tingkah laku ayahmu yang
sebenarnya. Jika dia tidak punya sesuatu yang bisa membahayakan
dirinya, maka kamu pasti tidak akan membunuhnya khan?"
"Sembarang kau!!.. Ngomong tanpa bukti jelas.." Ujar Ma Yu dengan
marah. "Setelah kamu mengamati tingkah ayahmu, kamu tahu. Dia mempunyai sebuah
rahasia yang tidak ingin diketahui orang. Untuk merebutnya, kamu bukan
tidak ada kemampuan. Namun jika merebut lukisan itu dari tangannya
sebelum pembunuhan terjadi. Maka kamu adalah orang yang pantas
dicurigai."
Pesilat pesilat tadi yang melihat lukisan tersebut tidak merasa janggal
akan adanya sesuatu di dalamnya. Sebagian besar sudah tidak tertarik
melihatnya. Lagipula, puisi yang terdapat dalam lukisan itu sangat
mudah dihapal. "Lalu bagaimana cara saya jika saya yang membunuhnya?"?" kata Ma Yu.
"Ini mudah sekali, begini.. Setelah mengajak semua tamu makan malam,
dan setelah menantikan hari Imlek. Ayahmu sebenarnya gelisah, dia takut
kalau lukisan satu-satunya dicuri. Oleh karena itu dia segera kembali
ke kamarnya. Namun ..." Kata Xufen dengan pelan.
"Kau tidak tahu yah" kalau begitu aku tentu aman saja. Soalnya saya
tidak ikut di belakang ayahku. Pemuda yang dari tadi disini juga bisa
membuktikannya."
"Loh" Kenapa kamu tahu kalau pemuda tadi bisa menjadi saksinya?" Tanya Xufen.
"Kamu ini pembunuh tapi otakmu masih kurang jauh berpikirnya. Sekarang
kamu sudah mengaku kalau kamu pembunuh ayahmu sendiri kan?" Tanya Xufen
dengan penuh kepastian.
"Emangnya ada yang salah dengan kata-kataku" Pemuda itu kan..." Baru
mengatakannya, Ma Yu terkejut.
Tiba tiba suara seorang mengejutkan semuanya," Yah, itu dikarenakan
kamu mengintipnya. Kamu mengintip dari jendela yang dipasangi Kain
tebal itu. Kamu tahu kalau ada seorang pemuda yang datang mengikuti
ayahmu dari belakang. Sebab, sedari awal. Kamu tetap di dalam kamar
ini. Bukan begitu, Tuan Ma Yu?"
Khalayak yang ramai berpindah mata ke arah orang ini. Orang yang muncul
ini mempunyai ketinggian 6 kaki, memegang kipas di tangannya. Di
belakangnya terdapat 10 orang yang berbaris rapi.
Xufen cukup girang melihatnya, Dan ternyata orang yang muncul ini
adalah Yang Ying Atau Zhao Kuangyin.
"Betul, setelah ayahmu masuk. dia langsung menuju ke arah lukisan
disimpan, yaitu tiang atap ruang baca ini." jelas Xufen.
Kemudian terdengar suara lemah mengatakan.
"Lalu dengan berpura-pura baru masuk, kamu berjalan ke arah ayahmu.
Tentu setelah kamu meniup lilin itu terlebih dahulu. Dari belakang kamu
mencekiknya sampai mati. Menarik tali sehingga ayahmu tergantung dan
menyiapkan kursi dalam posisi jatuh di bawahnya. Sehingga kelihatan
seperti bunuh diri. Sebelumnya tentu rencana ini tidak akan sempurna
jika tanpa bantuan asisten, kamu sengaja memanggil pelayanmu menyiapkan
sup ayam buat ayahmu, ini untuk membiarkan dia menemukan mayatnya. Lalu
setelah gempar, kamu keluar dari kain tebal itu dengan muka tanpa dosa.
Tetapi rencanamu tidak berjalan mulus, karena ada diriku yang mengikuti
Jenderal dari belakang. Selain itu, setelah melihat ayahmu yang
terlentang di lantai, kamu bukannya memanggil dokter atau setidaknya
kamu kebingungan melihat ayahmu. Tetapi kamu memanggil polisi, dengan
begitu sudah jelas. Selain pembunuh, dia tidak akan tahu apakah korban
sudah meninggal atau tidak."
Betapa girangnya Xufen menyaksikan orang yang bersuara tersebut.
Didekatinya pemuda ini, namun terlihat pemuda ini sedang memegang
dadanya. Darah sudah tidak mengalir deras lagi. Namun pemuda ini masih
kepayahan, dia tidak lain adalah JieJi.
"Aku sudah melihat wajahmu. Ketika anda menusukku, anda kira saya telah
tewas. Sehingga dengan gampang, membopongku untuk di masukkin ke lubang
yang telah disiapkan. Namun saya sendiri sudah meninggalkan sesuatu di
bagian atas punggungmu." Kata Jieji.
Dan benar, di atas punggung Ma Yu terdapat sesuatu bercak darah. Meski
dia telah berganti pakaian, namun karena kecerdikan Jieji. Jieji
meninggalkan pesan darah itu di kerah baju dalamnya Ma Yu. Dan pada
posisi belakang, tentu Ma Yu tidak pernah menyadarinya.
Ma Yu diam tidak mampu berbicara. Lalu Yang Ying kembali mengatakan,
"Kamu mengatakan tidak pernah keluar dari ruang tidur-mu. Sekarang bisa
kamu jelaskan kenapa di tapak sepatumu ini ada rumput dari taman itu?"
"Sekarang jelaskanlah kenapa kamu membunuh ayahmu?"tanya Xufen.
"Ini mungkin disebabkan Bao kura-kura itu." kata Jieji.
Ma Yu cukup terkejut. Karena dia tidak menyangka Jieji tahu hal ini
sampai sedemikian rupa.
"Lukisan tersebut ?" Tanya Xufen.
"Betul, di XiangYang. Tujuan mereka adalah menangkapku bersamamu.
Supaya kita berdua bisa memecahkan arti lukisan itu. Namun setelah
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ditilik, lukisan ini cuma lukisan biasa saja. Tapi lukisan ini adalah
karangan Tufu dari zaman Tang. Selain nilai sejarahnya, lukisan ini
tidak ada manfaatnya." Terang Jieji.
Setelah itu, Jieji memesankan sesuatu pada Yang Ying.
Betapa gusarnya Ma Yu setelah dia tahu usahanya cuma sia-sia saja. Yang
ying segera menotok jalan darah Ma Yu. Dan petugas polisi segera
membopongnya keluar dari Kediaman Jenderal.
BAB X : Takdir...
Namun berjalan beberapa lama. Tiba tiba ada bayangan yang secepat kilat
muncul. Sasarannya adalah Ma Yu yang di tengah tadi. Pesilat yang jago
melihat dengan jelas, seorang bertopeng menyerang Ma Yu. Namun sebelum
tapak itu mendarat di kening Ma. Sebuah tapak menahannya. Terdengar
suara yang cukup keras. Penyerang itu berpindah dan bermaksud lari.
Rupanya orang yang menahan tapak itu adalah Yang Ying. Para pesilat
bermaksud mengejarnya. Namun ditahan oleh Jieji.
"Tidak perlu, dia adalah Bao si Kura-kura itu." Jelas jieji.
"Apa" Jadi dia adalah Bao Sanye" Tenaga dalamnya cukup tinggi. Dia
bukan orang yang bisa dipandang enteng. Dik, cemana kamu tahu kalau dia
adalah Bao Sanye?" Kata Yang Ying.
"Bao kura-kura itu mudah ditebak kapan kepalanya bakal keluar dari
cangkangnya.. Ha Ha....Uhukkk... " Jieji mengalami luka dalam, namun
karena dia berusaha ketawa malah luka lamanya kambuh.
Khalayak ramai semua tertawa mendengar pernyataan Jieji. Namun sesaat
kemudian terlihat Jieji jatuh pingsan.
Paginya. Di salah satu penginapan di ChangAn. Jieji yang pingsan sudah
kembali bangun. Lukanya telah diolesi obat. Dia berdiri merengganggkan
tubuhnya. Dan membasuh mukanya. Setelah itu dia berjalan keluar. Pagi
itu sekitar jam 9-an terdengar kota telah ramai.
"Dik, kamu baru beristirahat sebentar. Kenapa bangun?" Yang Ying
menyapanya. "Oh, Terima kasih kak. Tetapi saya sudah sembuh sepenuhnya kok. Tidak
terasa sakit lagi."
"Ha" Apa mungkin obat ini semujarab obat dewa?" Kata Yang keheranan.
"Oh, mengenai ini. Kakak tidak usah keheranan. Setiap kali aku sakit,
setiap kali juga cepat sembuhnya." Kata Jieji.
"Iyah, seperti anak beruang saja. Baru diobati sudah mampu berjalan."
Kata Xufen menyindirnya.
"Hei ... Masak aku dibilang anak beruang sih.." Kata Jieji.
"Oyah, saya pengen pergi ke suatu tempat. Kalian tunggu aku disini saja
yah.." kata Xufen.
"Baik.." Keduanya mengiyakan.
Setelah Xufen pergi jauh. Yang Ying menanyainya.
"Bagaimana hubunganmu dengannya dik" Mungkin setelah pulang dari sini,
kamu sudah boleh melamarnya ."
"Ha" Nggak kok, mungkin kita tidak begitu cocok. Soalnya Nona itu lebih
tua dari ku 5 tahun.
"Usia tidak menentukan segala hal. Jangan terlalu kolot. Selain itu,
jika bukan dia yang berpasangan denganmu. Siapa lagi yang bisa?" Kata
Yang. "Ini tergantung jodoh saja. Saya tidak berani berharap banyak." kata
Jie ji kemudian.
"Dik, saya sudah memerintahkan 1000 pasukan untuk menuju ChangAn. Saya
ingin kamu ketika pulang dikawal oleh 1000 pasukan. Biar si Bao
kura-kura itu tidak berani bertindak macam-macam terhadapmu." Jelas
Yang lagi. "Terima kasih kak. Saya berhutang budi sungguh banyak kepadamu."
"Ini wajar saja. Sesekali belajarlah kungfu. Setidaknya bisa
mempertahankan dirimu dari ancaman-ancaman yang tidak di nginkan." Kata
Yang. "Saya akan memikirkan lagi masalah ini lebih lanjut."
Tidak berapa lama, Xufen telah kembali. Mereka bertiga kumpul makan dan
minum di satu meja.
Keesokan harinya, Yang minta pamit pulang ke Ibukota. Sedang 10
pengawalnya mengikutinya. Sementara 1000 pasukan Sung sudah siap
menanti ke 4 orang ini di timur kota ChangAn. Di perjalanan Xufen dan
Jieji berbicara banyak hal. Terutama mengenai masalah kungfu.
Sebenarnya Xufen ingin sekali Jieji mempelajari beberapa jenis kungfu
supaya setidaknya dia bisa menjaga diri, mengingat profesinya sebagai
seorang detektif. Tentu profesi semacam ini akan mengundang bahaya bagi
sendiri. Jie ji selalu mengatakan kepadanya akan mempertimbangkannya
demi wanita tersebut.
Perjalanan terasa mulus dan tidak terjadi hal apapun lagi. Selang waktu
20 hari. Mereka telah kembali ke ChangSha. Sedang 1000 pasukan ini
bergerak pulang kembali ke Ibukota.
Begitu pulang di rumahnya. Jieji langsung menemui ayahnya. Namun sang
Ayah tidak di rumah lagi. Ibu Jieji mengatakan, setelah mendapatkan
surat yang tidak diketahui isinya. Ayahnya berangkat sendiri ke arah
Barat. Jieji menceritakan pengalamannya selama dalam perjalanan dan
ketika dia sampai di ChangAn, serta kasus terbunuhnya Da Jiangjin Ma
Han. Ibunya merasa cemas, namun melihatnya pulang tanpa kurang suatu
apapun. Ibunya merasa sangat senang. Ketika diberitahu bagaimana dia
memecahkan kasus di kediaman Jenderal. Ibunya sangat senang dan kagum
pada putera ke 5-nya ini.
Jieji juga mengatakan niatnya untuk melamar puteri Xufen. Karena merasa
dia cukup cocok untuk dirinya ini kepada Ibunya. Ibunya segera
menyetujuinya, namun karena mereka berasal dari keluarga kerajaan.
Tentu lamaran harus secara terbuka. Mereka hanya bisa menunggu
kepulangan Xia Rujian untuk membahas masalah ini lebih lanjut.
Kembali Ke puncak Dai Shan(Gunung Tai). Dua orang ini tidak
henti-hentinya mengamati bintang di langit. Bintang yang bercahaya ungu
yang muncul tempo hari. Sekarang telah bergerang kembali ke selatan.
Wanita itu kemudian berkata," Masalah satu sudah terbebas, masalah kali
ini akan luar biasa beratnya. Takdir ternyata tidak semudah ini yah.."
"Betul. Orang kokoh adalah orang yang mampu menahan badai yang seberapa
dahsyatnya. Kasihan, dalam beberapa bulan ini akan terjadi hal yang
menggemparkan. Ketika bintang ini bergerak ke arah timur laut. Maka
bahaya besar segera terjadi." Kata Pria tua itu.
"Aku berniat menantikannya di Xuzhou." kata yang wanita.
"Tidak, kamu tidak bisa pergi. Takdir susah dilawan."
"Tapi... Dia itu termasuk murid kita kan" Setidaknya kita harus
membantunya." Kata yang wanita kembali. Kali ini sambil berurai air
mata. "Sejak kita mengajarinya kungfu itu, kita sudah tahu suatu saat kita
bakal kehilangannya. Meskipun kamu pergi, takdir tidak akan berubah.
Kamu juga tahu kan?"
Sampai saat itu, keduanya pasrah. Dan terdengar hela napas yang panjang
tidak terhenti.
***********************************************************************
10 Tahun kemudian.
Sebuah sore di Kota Hefei, timur dari China. Di jalan tampak seorang
pemuda dengan wajah yang penuh kepahitan, Kumisnya yang tidak dicukur,
serta memelihara sedikit jenggot. Pakaian pemuda ini terlihat
lusuh.Sendiri berjalan menelusuri jalan besar kota Hefei.
Di pinggang pemuda ini tampak sebuah kendi arak yang cukup besar.
Sebentar sebentar dia meneguk minuman keras ini. Kadang jalannya agak
sempoyongan. Kadang dia membaca beberapa puisi zaman Tang. Setelah itu
kadang dia tertawa sendiri. Rupanya pemuda ini sedang mabuk, dia
meneguk minuman yang cukup banyak itu sendiri.
Setelah melewati simpang, Dia tidak mampu berdiri lagi. Dia tidur di
jalan dengan sangat nyenyak.
Sesaat setelah tidur, tiba-tiba dia dikejutkan oleh suara kuda. Dan
dengan sangat marah. Seorang nona keluar dari kereta kudanya. Dan
menegur pemuda ini,"Hei, pengemis. Minggir.. "
"Siapa pengemis" Dimana dia?" Kata pemuda yang mabuk ini.
"Pengawal!! lekas singkirkan orang ini." Teriak si nona.
Pengawal secara kasar berusaha menyingkirkan pengemis ini. Namun
sepertinya tidak ada orang yang mampu mengangkatnya. Karena penasaran,
Nona ini memanggil ayahnya. Sebelum ayahnya sampai, pemuda ini telah
berdiri kembali. Dan melihat papan nama di atas Wisma. Tertulis 3 buah
huruf Wu Jia Zhuang / Wisma keluarga Wu.
Tanpa sepatah kata, pemuda ini beranjak pergi. Sampai dia dikejutkan
suara seorang nona yang merdu.
"Ada apa Ayah?"
Segera Pemuda ini berpaling dengan cepat. Di lihatnya nona tersebut
yang berdiri di belakang orang paruh baya. Nona ini mirip sekali dengan
seseorang. Seorang yang telah memanjakan hatinya selama ini. Tanpa
disadari melalui bibir pemuda ini, dia mengatakan.. " Xufen.. Kamu
masih hidup" Kenapa kamu tinggalkan aku yang merana ini di dunia.."
Suaranya lumayan pelan. Namun orang tua ini mampu mendengarnya dengan
cukup jelas. Begitu mendengarnya, orang tua ini berjalan beberapa tindak
mendekatinya. Namun, Pemuda ini sepertinya telah mabuk arak. Dan
akhirnya dia jatuh.
Setelah keesokan harinya, Pemuda ini bangun. Dia melihat dirinya telah
tidur di sebuah kamar yang tidak begitu luas. Sambil memegang kepalanya
dia berjalan ke depan. Namun, sesampainya dia di pintu. Dia melihat
orang paruh baya yang memakai pakaian pelayan masuk ke dalam.
"Tuan, anda sudah bangun" Lekaslah cuci muka. Tuan Besar ingin menemui
anda." "Tuan besar" Apa yang terjadi denganku?" Tanya pemuda ini.
"Anda minum terlalu banyak. Sehingga anda jatuh tidak sadarkan diri di
kediaman Wu Jia Zhuang. Boleh tahu, tuan mengalami masalah apa sehingga
menjadi begini."
Lantas pemuda ini melayangkan pikirannya. Teringat 10 tahun yang lalu
pada hari kemarin. Dia menyaksikan istrinya meninggal, demi
menyelamatkan nyawanya. Tanpa terasa pemuda ini menitikkan air matanya.
Namun dia dikejutkan suara orang tua ini,"Laki-laki pantang menangis,
hidup ini milik Thien/Langit. Janganlah sesekali Tuan pasrah
menghadapinya."
Pemuda ini melihat sekilas ke mata orang paruh baya tersebut. Tetapi
orang tua ini sungguh terkejut. Karena sinar matanya sangat tidak asing
baginya. Meski sinar mata pemuda ini melambangkan kepahitan yang
sangat. Namun bisa diingatnya dengan tidak asing tatapan itu.
"Terima kasih pak tua. Tetapi untuk hari kemarin saja saya menjadi
orang sinting. Setelah itu, saya akan menunggu tahun depan lagi." kata
pemuda ini dengan senyuman pahit.
"Baiklah, sekarang tuan mandilah. Setelah bersiap-siap beres, anda
boleh menemui Tuan besar."
Selang sejam kemudian, Pemuda ini keluar. Dia berjalan ke ruang tamu
pemilik Wisma ini. Pemilik Wisma ternyata sudah menunggunya sedari
tadi. "Hormat saya kepada Tuan besar." Kata Pemuda ini.
"Tidak perlu sungkan. Boleh saya tahu siapa nama anda?" Tanya Pemilik Wisma.
"Hamba bermarga Zhang. Namaku Jieji." Kata pemuda ini.
"Nama anda kebetulan mirip dengan putera seorang temanku." Kata pemilik wisma.
"Nama yang sama di dunia sangat banyak sekali. Mungkin putera teman
tuan besar adalah orang yang jauh beruntung daripadaku." Kata Jieji.
"Tidak juga, 10 tahun yang lalu dia dikejar untuk dibunuh, demi kitab
kungfu. Sekarang dia tidak tahu kemana rimbanya. Banyak orang
mengatakan kalau dia sudah terbunuh oleh racun pemusnah raga." Kata
Pemilik wisma. "Ini adalah urusan dunia persilatan. 10 Tahun yang lalu saya hidup
sebagai pengemis di pinggiran kota Kaifeng. Untuk masalah ini saya
sendiri tidak tahu menahu." Kata Jieji.
Jieji bisa menebak apa yang ada dalam isi tuan rumah. Namun dia sanggup
pura-pura tidak mengetahui maksudnya. Selain itu, dia juga tidak akan
memberitahukan identitasnya lagi kepada siapapun. Kecuali orang yang
pernah mengenalnya.
10 Tahun lalu para pesilat dunia persilatan menfitnahnya bahwa dia
memiliki Kitab ilmu pemusnah raga. Sehingga tidak ada satupun pesilat
yang tidak mengincarnya. Pelarian 10 tahun lalu, membawa akibat yang
sungguh fatal. Tetapi hal ini dilakukan Jieji untuk melindungi
keluarganya, karena sampai saat itu, Ayahnya tidak kunjung pulang.
"Jieji, boleh saya tahu. Siapa nona yang anda maksud tadi sewaktu kamu
mabuk?" "Sungguh malu, sebenarnya saya sudah lupa apa yang telah saya ucapkan
ini." "Xufen... Anda menggumam kata Xufen.."
"Oh.. Itu adalah salah satu nama di karya puisi terkenal Hui Zhong pada
zaman dinasti Tang. Saya cuma sembarang mengucapkannya." kata Jieji.
"Oh.. Begitu yah.. "
"Tuan besar, saya ingin bekerja disini. Apakah ada tempat yang masih
kosong untuk kutempati?" tanya Jie ji.
"Jika anda tertarik kerja di rumahku. Bagaimana kalau anda di tempatkan
di posisi pelayan tamu?"
"Baik. Saya menerimanya. Saya mohon pamit, Tuan besar."
Keluarga Wu, adalah sebuah keluarga yang juga pernah membantu Kaisar
Sung yang sekarang menyatukan seluruh China daratan. Karena Wu Quan /
Pemilik Wisma Wu tidak tertarik akan kekuasaan. Dia menyepi di
pinggiran timur China dan menetap di Kota Hefei.
Sesaat itu, Jieji berjalan keluar dari ruangan. Dan di tengah taman,
dia berjumpa dengan nona yang berteriak padanya untuk minggir. Nona ini
terlihat galak. Dan matanya yang tajam sedang memandangnya. Jieji tidak
ambil peduli. Setelah berjalan melewati taman, dia bergegas menuju ke
kamarnya. BAB XI : Keanehan di Wisma Wu
Setelah sampai di kamarnya, Jieji meminta pisau kecil pada pelayan
setengah baya tersebut. Pelayan ini segera mengambilnya. Jieji menanyai
nama pelayan ini.
"Hamba bernama Zhou Rui, berasal dari Changshan."
"Pak tua, anda tidak boleh mengatakan hamba. Kata hamba itu cuma
dipakai ketika kita berbicara dengan orang yang lebih mulia dari kita.
Saya cuma seorang pengemis yang tidak berguna. Mana pantas anda
memanggil begitu kepadaku."
"Oh.. Iya.." kata pak Zhou seraya mengiyakannya.
Terlihat Jieji mengambil pisau kecil itu untuk mencukur jenggotnya,
serta kumisnya yang telah memanjang. Setelah selesai, orang tua ini
melihatnya. Dan cukup terkejut dia melihat wajah dan penampilan pemuda
tersebut. "Ada apa pak tua?" tanya JieJi.
"Tidak apa, ketika di Changshan aku pernah menjumpai orang yang mirip
denganmu. Tetapi saya sendiri kurang ingat lagi."
"Pak tua, namaku Jieji. Lain kali panggil ah nama saya saja jika ada
keperluan."
"Baik..."
Orang tua ini berlanjut keluar.
Setelah sebentar di kamarnya, Jieji juga beranjak keluar. Dia berjalan
mengitari rumah yang tidak kalah luasnya dengan rumahnya sendiri. Namun
samar-samar dia mendengar percakapan dua orang, suara yang terdengar
adalah suara wanita dan pria.
Dia mengikuti arah suara tersebut, namun suara ini masih lumayan jauh.
Dia berjalan beberapa ratus langkah. Akhirnya dia sampai ke taman.
Disini tampak seorang pemuda tampan dan wanita. Pemuda ini menghadap ke
arahnya. Sedang wanita, membelakanginya.
Semenjak tewasnya Xufen, Jieji hidup cuma untuk 3 hal. Hal yang pertama
adalah Mengungkapkan serta menghancurkan isi kitab dari Pemusnah raga,
terutama racun pemusnah raga yang telah merenggut nyawa istri
kesayangannya. Yang kedua Mencari orang tua asli dari Xufen. Yang
Ketiga, menemukan jati dirinya yang asli.
Jieji adalah putera yang dipungut oleh Xia Rujian ketika dia memimpin
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pasukan ke BeiHai. Saat itu secara kebetulan, Nyonya Xia keguguran
puteranya yang seharusnya adalah putera ke 5 nya. Oleh karena itu,
Jieji diangkat sebagai anak aslinya.
Pemuda tadi memandang Jieji dengan rasa kurang senang dan menegurnya,
"Bagaimana seorang budak berani mengintip disini?"
Nona yang sedari tadi membelakangi ini, segera menghadap kepadanya.
Alangkah terkejutnya Jieji ketika melihatnya. Wanita ini adalah wanita
yang dilihatnya ketika dia mabuk kemarin. Wanita ini sungguh mirip
dengan Xufen. Selain dandanannya, serta pembawaannya, semuanya mirip
sekali. "Maafkan saya tuan muda. Saya tidak bermaksud begitu." Kata Jieji
dengan merendah.
"Pergi kau .. Disini tidak ada urusannya denganmu." Kata pemuda itu
dengan kasar. Setelah itu Jieji beranjak pergi dengan berpamitan.
Sampai di sebuah simpang paviliun, dia bertemu dengan pak tua Zhou.
"Anda dimarahi pemuda itu?"
"Begitulah.."
"Pemuda itu adalah sanak dari keluarga Zhao. Dia adalah anak dari
sepupunya kaisar yang sekarang. Namun karena status semacam ini, dia
suka sekali berbuat onar. Para pelayan paling tidak suka melihatnya."
kata Pak Zhou. "Anak muda zaman sekarang sudah biasa begitu pak. Jangan dimasukkin ke
hati." "Terima kasih." Kata pak tua zhou.
Pak tua Zhou merasa sangat akrab dengan pemuda yang jauh lebih muda
darinya ini. Seperti ada suatu ikatan batin antara mereka.
"Boleh saya tahu, berapa umur anda yang sebenarnya?" tanya Pak tua zhou lagi.
"Tahun ini saya genap berusia 30 tahun."
"Tetapi dari wajah dan penampilan anda, sepertinya anda sudah umur 40
tahunan." "Betul. Manusia tidak terluput sama sekali dengan yang namanya Tua.
Yang parahnya adalah manusia tua, tetapi tidak dewasa."
10 tahun ini, Jieji telah mendengar pesan pesan Xufen sebelum ajalnya.
Dia rajin berlatih kungfunya.
Setelah kematian Xufen. Jieji tinggal di kuburannya selama 1 tahun. Dia
menguburkan istrinya yang tercinta itu di DongYang(Jepang). Wilayah
China sudah tidak ada tempat bagi mereka berdua. Oleh karena itu mereka
memutuskan untuk pindah ke DongYang.
Namun keduanya memang sampai di DongYang. Tragisnya Xufen yang sampai
disana cuma mayatnya saja.
Malam telah tiba, Semua pelayan telah tidur. Namun Jieji masih terjaga.
Saban-saban dia mendengar suara langkah kaki di atas genteng. Dengan
cepat dia bergegas menuju pintu, dan membukanya perlahan. Terlihat
orang berpakaian gelap di atas genteng. Sepertinya orang ini sedang
mengamati ke dalam ruangan Tuan besar Wu. Di pinggang orang, tergantung
pedang. Karena situasi mungkin termasuk gawat. Jieji sebenarnya ingin
menghalanginya namun dia juga tidak ingin ketahuan. Dengan tiba-tiba
dia mendapatkan ide bagus. Dia segera menuju ke jendela kamarnya.
Membuka perlahan dan mematahkan rantingnya. Kembali dia menuju ke pintu
kamarnya, dengan kekuatan tenaga dalam dia melemparkannya menembus ke
pintu kamar Wu Quan, dan ranting itu terakhir menancap pas ke ranjang
bagian atas Wu Quan.
Tuan besar yang belum tidur ini terkejut. Dengan cepat dia keluar dari
kamarnya. Sementara penyusup tadi langsung meninggalkan tempatnya untuk
lari. Sekilas Wu Quan melihat orang berpakaian hitam yang lari. Dan
sekembalinya ke kamar, dia melihat ranting yang menancap dalam di
ranjang kayunya. Mau tidak mau dia juga merasa heran.
Keesokan harinya, Wu memanggil putrinya yang paling jago silat. Nama
putrinya adalah Wu Yun Ying. Nona ini juga yang kelihatannya mirip
dengan Xufen. "Ying, kamu lihat. Ranting ini menembus cukup dalam. Jika kamu, jarak
berapa kaki kamu mampu melakukannya?"
"Kalau saya berada di depan kamar, mungkin saya sanggup melakukannya."
jawab si Nona. "Bagaimana kalau di tanah lapang depan?"
"Tentu tidak bisa."
Setelah ngobrol sebentar, Wu Quan meneliti lapangan depan. Lapangan
depan ini mempunyai jarak sekitar 100 kaki. Seberang kamar tidurnya
adalah kamar tempat tinggal pelayan. Disana terdapat banyak
pohon-pohon. Dengan membawa ranting yang sudah dicabutnya. Wu Quan dan
si nona mencocokkannya dengan pohon disana.
Dan ternyata ada sebatang pohon yang memiliki ranting yang patahannya
cocok. Setelah dilihat, dan diteliti. Mereka merasa tidak mungkin. Mana
mungkin ada orang yang sanggup melempar ranting yang beratnya tidak
seberapa itu sehingga menembus kamar tidurnya dan menancap kuat di
ranjang kayu miliknya.
Sampai saat ini, Wu Quan dan puterinya kembali ke kamar masing-masing.
Jieji sedang melihat tingkah mereka di atap kamar Tn. besar. Setelah
dirasanya aman. Dia turun menuju ke belakang. Kemudian berjalan santai
ke kamarnya sendiri.
"Nak Jieji, Semalam kamu melakukan hal yang besar." Tiba-tiba suara
orang tua menyapanya.
"Pak tua, apakah hal yang kulakukan itu tepat?"
"Tentu Nak, Penyusup itu sudah datang 2 hari yang lalu. Saya juga
mengamatinya dari kamar ini." Kata pak tua Zhou.
"Semenjak pertama kali bertemu, saya sudah tahu. Kungfu anda tidak
dibawah Wu Quan. Kenapa anda bekerja sebagai kepala pelayan disini?"
Tanya Jieji. "Dengan keluarga Wu, saya sangat berhutang budi. Meski Tn.besar tidak
mengenalku. Tapi saya sangat mengenalnya. Dia pernah menyelamatkan
hidupku. Juga menyelamatkan Nyawa anak majikanku. Meski hal ini tidak
disadarinya."
Kata pak tua Zhou mengenang.
"Iya, saya rasa banyak hal misteri yang tersembunyi disini."
"Anda datang juga untuk hal ini kan?"
"Betul, saya tidak akan menyembunyikannya. Seumur hidupku ini, saya
bersumpah. Atas kehilangan orang yang telah saya cintai. Saya harus
mengungkapkan semuanya. Dengan begini meski kepala hancur. Saya sudah
sangat puas." Kata Jieji dengan ketegasan yang tinggi.
"Akan saya ceritakan,sekitar 10 tahun yang lalu. Istri Wu Quan juga
hilang dari rumah ini. Kabarnya dia mempunyai buku itu, dan dengan
berkuda sendiri. Dia menuju ke arah barat." rinci Pak Zhou.
"Hm.. Ini sangat aneh. Yang hilang sebenarnya bukan cuma dia. Xia
Rujian juga hilang sejak 10 tahun yang lalu. Dan kabarnya sampai
sekarang dia tidak pulang."
"Saya rasa anda tidak bermaksud jahat, makanya saya menceritakan semua
hal ini kepada anda." Kata Pak Zhou.
Pak Zhou semasa mudanya pernah menjadi pelayan sebuah keluarga di
Dongyang. Namun tidak sekalipun dia pernah menceritakannya kepada orang
lain. Majikannya di Dongyang adalah orang yang sangat peduli terhadap
sesama. Tidak sekalipun majikannya menganggap rendah orang, meski orang
itu adalah pelayannya sekalipun. Dia mengajari semua pelayannya Kungfu,
akhlak budi, dan pengetahuan yang didapatnya sendiri.
Pak tua zhou tentu termasuk di antaranya. Sehingga sampai sekarang
kungfunya juga tidak bisa dipandang enteng.
Kembali ke kamar, Jieji duduk santai. Dia mengeluarkan sesuatu dari
balik bajunya. Sebuah lukisan pendek. Di lukisan ini menggambarkan
seorang wanita nan cantik. Namun lukisan ini tampaknya agak lusuh.
Bekas basah yang tersisa masih ada disana. Dipandangnya lukisan ini
beberapa kali tanpa mengedipkan mata. Pikirannya saat itu telah
menerawang entah kemana.
Diingatnya kembali, saat terakhir dengan wanita itu. Keduanya terluka
parah saat mereka sampai di kota Xiapi. Sesampainya di kota itu, mereka
beristirahat. Wanita itu telah cepat pulih. Sehingga diajaknya dia
segera menyingkir mencari perahu untuk berlayar ke timur. Sambil
memapahnya, wanita ini melanjutkan perjalanan.
Namun setelah sampai di sebuah lembah terakhir menuju laut. Muncul
seorang jago silat yang bertopeng aneh. Wanita ini melayaninya beberapa
jurus. Namun keadaan tampak seimbang. Sampai orang bertopeng ini
melemparkan jarum senjata rahasia yang mengenai ke bahu pria tadi.
Setelah itu, orang bertopeng segera lenyap dari pandangan. Wanita itu
yang kaget segera mengoyak baju yang menutupi bahu pria ini. Dengan
segera dia menempelkan bibirnya ke arah bahu pria itu. Menghisapnya
beberapa kali dan memuntahkan darah yang telah berwarna hitam kebiruan.
Saat dalam kondisi menerawang, dia dikejutkan oleh suara yang tiba-tiba
telah berada di belakangnya.
"Hei, pemuda tolol. Kenapa kamu memandang lukisan itu berkali-kali?"
Sesaat Jieji melihat orang yang menegurnya. Lalu tanpa berkata banyak,
dia menggulung kembali lukisannya dan memasukkan ke dalam bajunya.
"Itu adalah potret adik ke tigaku. Bagaimana kamu ini berani
menyimpannya, budak..." Teriak wanita ini geram.
Ternyata orang yang meneriakinya adalah Puteri tertua keluarga Wu. Dan
juga wanita inilah yang memandangnya dengan sorot tajam kemarin di
taman. Jieji tidak menjawab, menghiraukan dia saja tidak. Lantas berdiri, dan
berjalan ke luar seakan tidak melihat apa-apa.
"Budak sombong, akan kulaporkan ke ayahku tingkah mu hari ini."
Jieji kali ini berpaling pun tidak, berjalan dengan santai dia keluar
kamar. BAB XII : Si kamus Kungfu, Yan Jiao
Setelah keluar, Jie ji segera berjalan ke arah taman kembali. Kali ini
Jieji ditegur seorang.
"Jieji, apa yang kamu lakukan disini" Besok kita akan kedatangan tamu
luar biasa dari dunia persilatan. Kamu harus menyiapkan diri baik-baik
supaya tidak memalukan keluarga Wu."
Yang menyapanya adalah Tn.besar Wu Quan.
"Baik, Tuan besar. Untuk kali ini, hamba tidak akan mengecewakan anda.
Mohon untuk tidak mengkhawatirkannya terlalu banyak."
"Baik. Sekarang kamu pergilah ke ruang masak. Disana kamu lihat dan
pelajari masakannya. Jika ada tamu yang menanyaimu, kamu harus menjawab
dengan pas apa hidangan kita besok."
"Baik tuan besar.Terima kasih.." Kata Jieji seraya beranjak dari
tempatnya. Jieji langsung menuju dapur. Disana selama beberapa jam dia menilik dan
mempelajari semua daftar masakan yang akan dibuat besoknya.
Setelah keluar dari ruang masak, dia menuju ke kamarnya sendiri.
Pak tua telah menunggunya disana.
"Nona besar sangat keterlaluan. Dia memberitahukan pada adik ke 3nya
kalau anda menyimpan lukisannya."
Jieji segera mengeluarkan lukisan pendeknya, dan memperlihatkannya pada
pak tua Zhou. Setelah di teliti, wanita disini memang agak mirip dengan puteri ke 3
keluarga Wu. Selain penampilan dan gaya rambutnya. Semuanya mirip
dengan puteri ke 3 keluarga Wu.
"Ini bisa menjadi bahaya yang lumayan besar. Takutnya tuan besar akan
menyita lukisan ini dari anda." kata Pak tua.
"Lukisan ini bukanlah lukisan puterinya, ini adalah lukisan potret
seorang temanku."
"Apakah dia adalah kekasih anda?" tanya pak tua kembali.
"Lebih dari itu, setiap sebulan sekali saya menulis surat untuknya.
Meski dia tidak pernah dapat menerimanya lagi."
"Hayah...."
Terlihat orang tua ini menghela nafas panjang.
Maksud Jieji bisa ditebak mudah oleh pak tua Zhou. Kata Lebih dari itu
maksudnya adalah istrinya, Sedang kalimat dia tidak pernah dapat
menerimanya lagi berarti orang yang tertuju sudah tidak ada lagi di
dunia. Oleh karena itu, laki-laki tua ini menghela napas yang panjang.
Malam telah tiba, semua masakan kering telah mulai dibuat untuk
menyambut pesilat yang datang keesokan harinya.
Jieji juga dengan lugas dan cekatan menyiapkan masakan bersama para
pelayan yang lainnya.
Setelah semua terasa beres. Dia berjalan ke arah taman untuk menikmati
bulan yang nan indah pada malam ini.
Namun sesaat dia menikmati bulan, tiba-tiba dari arah belakang sebuah
tapak melesat tepat di punggungnya. Tapak yang penuh tenaga ini
langsung menyerangnya. Jieji yang terkena tapak, langsung terjerembab
ke depan. Dari mulutnya mengalir darah segar.
Penyerangnya kali ini adalah pria yang bersama gadis yang mirip dengan
Xufen. Dengan marah dia berkata,"Budak tidak tahu diri, Kau pikir bahwa kau
ini pantas untuk puteri ke 3 Wu. Berkacalah baik-baik sebelum kamu
masuk disini. Phueii i"
Pemuda ini lantas meludah ke arah Jieji.
Bukan saja Jieji tidak membalasnya. Setelah berdiri, dia berjalan agak
kepayahan tidak menghiraukannya.
"Sudahlah kak Liang." terdengar suara wanita yang lembut di
belakangnya. "Sudah?" Dia telah kurang ajar. Menggambar potret dirimu, setiap hari
memandang potret itu. Sekarang saya akan mengambil potret itu. Dan
kumusnahkan lukisan itu."
Dengan gerakan cepat dia menotok peredaran darah Jieji. Dan merogoh ke
balik bajunya. Namun anehnya. Potret ini tidak didapat di bajunya.
Merasa aneh dia meminta pelayan lainnya untuk menggeledah kamar. Namun
di kamar juga tidak didapati lukisan.
YunYing yang kasihan melihat pria ini segera melepaskan totokannya.
Sementara Liangxu telah pergi mencari potret itu di kamarnya.
Dengan sopan Jieji berkata,"Terima kasih nona."
"Apa benar lukisan itu adalah lukisan diriku?" tanya nona ini kembali.
"Bukan, melainkan seorang yang mirip dengan mu."
"Kalau begitu, tidak masalah. Oya, pemuda tadi yang kasar adalah kakak
seperguruanku. Namanya Liangxu. Bermarga Yue. Sebagai adik
seperguruannya, saya meminta maaf."
Setelah berpikir sebentar, Jieji tahu. Orang itu adalah puteranya Yue
Fuyan, Ketua dunia persilatan. Juga dia termasuk sanak dari keluarga
Zhao (keluarga Zhao disini adalah keluarga kaisar, Zhao kuangying). Yue
Fuyan adalah ketua Dunia persilatan. Ayah Fuyan dan Kakek Zhao
Kuangyin, Zhao Ting adalah saudara angkat). Jadi Yue Fuyan termasuk
paman dari Kaisar. Selain jago persilatan. Yue juga punya nama yang
lumayan tinggi derajatnya dalam kerajaan. Dengan begitu, pantas saja
puteranya ini sangat kurang ajar.
Liangxu yang keluar dari kamar pelayan segera marah. Dengan gusar dia
ingin menghukum Jieji. Melihat totokannya telah lepas, Liangxu makin
gusar. Dia berpikir, mana ada yang berani melepaskan totokan Jieji.
Namun sebelum dia mencari masalah lebih jauh dengan Jieji. Yunying
menegurnya. "Kakak telah melakukan kesalahan, potret wanita itu bukanlah saya.
Melainkan orang lain. Cie-cie (maksudnya kakak perempuan yunying) telah
salah paham akan kejadian ini. Dan totokannya kulepaskan sendiri."
Kata Yunying seraya membela Jieji.
Yunying termasuk wanita yang lumayan cerdas, walau dibanding dengan
Xufen dia tidak apa-apanya.
"Kalau begitu, pergi kau pelayan busuk. Jangan sesekali memandang
Yunying lagi, atau kukorek biji matamu itu." Damprat Liangxu dengan
gusar. Jieji yang sedari tadi berdiri segera memohon pamit untuk kembali ke
kamarnya. "Kenapa anda tidak membalasnya?" tanya Pak tua Zhou yang juga tahu
kejadiannya.
Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Membalasnya tidak akan menyelesaikan masalah, malah akan menimbulkan
masalah baru. Lagipula, hal seperti ini tidak pernah kumasukkan ke
dalam hati." kata Jieji dengan penuh pengertian.
"Anda adalah orang yang berjiwa besar. Bahkan dihina seperti ini pun
anda tidak marah. Sementara para pelayan lain marah luar biasa meski
mereka tidak berani bertindak."
Sampai di saat itu, Jieji telah membasuh mukanya dan beranjak ke tempat
tidur. Keesokan harinya.
Sekitar tengah hari, para pesilat sudah berkumpul di dalam ruang tamu
yang cukup luas ini.
Wu Quan selain adalah pejabat yang telah mengundurkan diri. Dia juga
termasuk seorang pesilat yang lumayan tangguh. Julukannya di dunia
persilatan adalah " Dong Dao " atau "Golok timur". Golok keluarga Wu termasuk hebat di kalangan persilatan.
Jurus goloknya bernama Ilmu golok belibis jatuh, kesemua jurus goloknya
terkesan aneh dan terkadang malah terasa lembut.
Semua putera-puterinya mempelajari beberapa jurus golok ini. Meski
tidak semuanya mampu mempelajari lebih dari 3 jurus. Yunying adalah
orang yang sanggup mempelajarinya sampai jurus ke 4. Sementara Wu Quan
sendiri sudah berada dalam tahap ke 5 dari total 6 jurus golok.
Wu Quan memiliki 3 orang putera dan 3 orang puteri.
Puteranya yang sulung bernama Wu Lang, Yang kedua bernama Wu Tze, Yang
ketiga bernama Wu DianYa.
Ketiga puterinya dari sulung bernama Wu Linying, Wu Jiaying dan Wu
YunYing. Suasana di Wisma ini segera ramai.
Disana terlihat para pesilat kelas tinggi duduk dengan santai menikmati
hidangan teh. Sementara para pesilat kelas bawah, berdiri di belakang
mereka. Jieji yang berdiri di depan menyambut tamu-tamunya. Ketika seorang tua
berjenggot putih panjang datang. Dia terkesima melihat pemuda ini,
dipandangnya wajah Jieji berkali-kali. Namun Jieji bereaksi
menganggukkan kepalanya. Baru berjalan beberapa tindak, orang tua ini
seperti melihat hantu. Dengan cepat dia berbalik menegur Jieji. Jieji
Riwayat Lie Bouw Pek 14 Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin Petualang Asmara 6
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama