Ceritasilat Novel Online

Pahlawan Dan Kaisar 14

Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu Bagian 14


Sungguh orang yang penuh muslihat..." tutur Fu Sha.
"Tetapi tidak akan kujalankan. Partai kita bukanlah partai besar. Meski terhebat dan ternama di seluruh Persia, tetapi murid kita tidak banyak. Selain itu,
perjalanan ke China daratan akan memakan waktu 2 bulan jika tercepat. Oleh
karena itu, tidak perlu kita ikuti usulnya Yue itu... Dan yang terpenting adalah Ilmu pemusnah raga yang akan kuciptakan itu. Hanya tinggal 2 Ilmu saja yang setara
dengan Ilmu-ku yang sekarang. Jadi tidak akan sulit bagiku mencari Ilmu lain
selain Ilmu pelentur energi dan Kitab Jing-gangnya Shaolin." jelas Huo Xiang.
"Betul tuanku.... Anda memang seorang yang pintar dalam mengambil situasi...."
tutur Fu Sha sambil tersenyum kepadanya.
*** Sementara itu di bawah tembok kota Beiping...
Wei tetap masih melayani kakak seperguruannya yang hampir bertarung sampai
jurus ke 100. Wei memang telah kelihatan lemah menghadapi setiap pukulan
telapak lawan. Meski konsentrasinya masih lumayan tinggi, tetapi dia tidak yakin sanggup bertahan lebih dari 20 jurus lagi.
Semua pendekar yang menyaksikan sungguh sangat kagum akan kemampuan
pemuda tampan ini. Meski siapapun tahu dia sedang terdesak, tetapi niat
bertarungnya masih sangat memuncak.
Tiba di jurus ke 100, Wei segera melancarkan tapak Buddha tingkat ke tujuhnya
dengan mantap dan bertenaga kuat ke arah kakak seperguruannya. Zhu Xiang
yang melihatnya, segera menarik diri dengan cepat sekali ke belakang. Wei tidak ambil pusing, maka di kejarnya kakak seperguruannya untuk tetap siaga
melancarkan serangan ke 101-nya. Pengejaran terjadi hampir 1/2 Li, tetapi Zhu
Xiang sepertinya masih tetap saja menarik kakinya. Sementara itu, tapak Wei
masih tetap bertenaga besar tanpa kurang sedikitpun.
Yue Liangxu melihat pergerakan Zhu Xiang, dia sendiri langsung girang dan
terdengar tawanya. Karena diyakininya babak pertama ini akan di menangkan
oleh Zhu dari Liao.
Dan memang benar. Setelah menarik diri, Zhu langsung terlihat berputar
setengah lingkaran di daerah yang cukup luas itu. Lalu dengan tapak kanan dia
"akhirnya" melayani tapak adik seperguruannya itu.
"Gawat!!!" teriak Sun Shulie alias Ming Ta mendapati gerakan "aneh" dari lawannya.
Dan memang benar,
Tapak itu memang sempat melekat, tetapi...
Ketika itu, Zhu langsung memutar pergelangan tangan kiri membentuk lingkaran.
Dan tidak ayal lagi, Wei segera terlempar ke belakang dengan sangat cepat.
Sambil menyeret kaki, dia memuntahkan darah segar yang cukup banyak dari
bibirnya. Sementara itu, Zhu Xiang tetap "mengejar" dengan menyiagakan kedua tapaknya.
Maka ketika telah benar dekat, Zhu segera mengubah kembali gaya
serangannya. Kali ini, ribuan tapak segera menghantam ke semua sisi dari
depannya pandangan Jindu.
Hawa energi disana tentu telah jelas berkumpul menyerbu ke arah Wei Jindu
yang jelas telah terdesak tersebut.
Semua orang yang melihat tentu sangat terkejut. Beberapa pesilat telah siap
untuk menutup telinga dan menghimpun tenaga dalam lewat perut dengan
secepatnya. Terlebih lagi dari pihak Zhao, semuanya takut terjadi sesuatu dengan Wei.
Wei yang melihatnya segera merapal tapak buddha tingkat ke delapan untuk
mengeliminasi jurus pemusnah raga tingkat empat Zhu Xiang yang datang bagai
air bah dahsyat.
Segera saja, tapak buddha tingkat 8 yang dirapal secara mendadak dari Wei
langsung bersentuhan dengan "ribuan" tapak lawan. Jurus yang hasilnya seketika mirip tersebut saling "berlaga". Beberapa puluh tapak langsung di eliminasi oleh jurus 8 tapak buddhanya sendiri.
Tetapi, tenaga dalam Wei jelas jauh kurang kuat. Hanya sebentar saja, dia telah tidak sanggup. Maka terakhir, hawa energi lawan membuatnya terpental kedua
kalinya ke belakang dengan muntah darah kembali. Dia jatuh tersungkur serta
terpelanting dan akhirnya tertidur.
Luka dalamnya Wei kali ini betul parah. Lebih gawat dari luka dalamnya Dewa
Ajaib yang terkena tapak buddha Rulai tingkat ke enam Zhu Xiang.
Menyaksikan lawan telah tiada berdaya, pihak Liao segera bersorak sorai
gembira. Sementara itu, Huang Xieling adalah orang yang pertama yang
mendekati Wei yang telah terkapar. Dia segera berlari cepat ke arah Wei yang
telah dalam keadaan tidur di tanah tersebut.
"Kamu tidak apa-apa kak Wei?" tanyanya dengan nada yang sangat
mencemaskan setelah melihat Wei yang kepayahan.
"Tidak.....Aku masih sanggupp...." jawab Wei dengan nada yang susah. Sesaat, dia dibopong oleh Huang Xieling ke tempat Zhao berada.
Zhao masih tetap mendapati saluran "energi" dahsyat dari Dewa Sakti dan Dewa Semesta. Dia meski cemas pertama-tama, tetapi mendapati adik ketiganya
masih berdaya. Mau tidak mau hatinya juga telah lega setengah. Oleh karena itu, dia segera menutup matanya untuk mengimbangkan energi pemberian dua tetua
sakti tersebut.
"Pertarungan pertama telah dimenangkan oleh kita seperti yang di duga..." tutur Xia Rujian dengan bangga.
"Pertarungan bagus tetapi tidak seimbang." tutur Yue dengan nada dingin saja.
Kata-kata Yue ini membuat semua orang melihatnya. Tentu maksud Yue adalah
"menghina" kubunya sendiri yang main "licik" untuk menghadapi lawan. Yue meski sombong luar biasa, tetapi dia merasa main hina seperti itu tentu tidak
membanggakan. Kata-kata ini juga secara tidak sengaja meredam rasa
kebanggaan yang sama sekali tidak pantas di tuturkan Xia Rujian. Sebab
siapapun tahu bahwa Wei Jindu adalah orang terlemah di antara orang yang
akan dihadapi di medan pertarungan itu.
Yeluxian segera siap untuk datang ke arena tengah. Sementara itu, Sun Shulie
hanya berbalik untuk melihat Wei yang telah dibopong Huang ke "pasukan"
Sung. Dia berbalik tidak melihat ke Yelu xian. Tentu ini segera membuat
darahnya panas seketika. Dia sangat mendongkol karena melihat calon
lawannya sama sekali tidak melihat padanya bahkan hanya sebelah mata.
Melihat gelagat Sun Shulie alias Ming Ta yang sangat tenang dan acuh tak acuh.
Yue kembali membuka suara.
"Sepertinya perhitunganmu meleset. Betul meleset....
Pertarungan keempat sepertinya akan terjadi..." tutur Yue liangxu dengan sinis ke arah Hikatsuka.
"Hm... Itu belum tentu... Sun Shulie hanya seorang pemuda dari Persia. Namanya saja
tidak pernah kita dengar, mana mungkin seorang Yelu Xian tidak sanggup
melawannya?" tutur Hikatsuka.
"Tidak... Menurutku, Sun adalah yang paling jago di antara mereka semua. Dan tentunya
sebelum Zhao kuangyin diberi tenaga dalam oleh Dewa Sakti dan Dewa
Semesta...." tutur Yue sambil melihat tajam ke arah Sun sambil menunjuk.
Hikatsuka tentu kontan terkejut.
Jika pertarungan kedua dimenangkan oleh Sun. Tentu pertarungan keempat
akan terjadi. Apakah di antara mereka ada yang sanggup mengalahkan jurus 18
telapak naga mendekam yang sangat kesohor itu. Keduanya adalah pesilat
tertinggi di partai Kai Bang. Tentu ini membuatnya keringat dingin. Tetapi
bagaimanapun, dia berusaha menenangkan dirinya.
Ye Luxian yang sepertinya telah tiada sabar, dia segera berteriak.
"Kau mau bertarung atau tidak" Kalau tidak, babak kedua ini tidak perlu kau selesaikan." tutur Yelu Xian dengan marah.
Sun hanya menatapnya sebentar, lalu dia berbalik kembali. Sesaat, dia merapal
jurus jarinya untuk menotok nadi Wei yang masih kacau akibat tenaga dalam
hebat yang terhempas ke tubuhnya. Lalu dengan tangan yang lain dia arahkan
ke dada si pemuda tersebut. Sesaat, energi Zhu Xiang yang masih berkobar
hebat di tubuh Wei buyar ke empat penjuru.
Energi Zhu yang merusak itu segera menyebar hangat dan lembut ke sekitarnya.
Dengan begitu, Wei sudah mampu meredam energi itu sendiri. Oleh karena itu,
Sun bangkit kembali dan berbalik seraya mengarahkan pandangannya ke Yelu
Xian. Apa yang dilakukan Sun secara cepat itu tentu membuat mereka sangat terkejut.
Dan kecuali seorang Yue Liangxu tentunya.
"Kau telah memberikan energimu sebagian kepada temanmu. Apa kau yakin bisa bertanding lagi?" tutur Yelu Xian seperti mengejek ke arahnya.
"Sebenarnya bertarung denganmu tidak usah menggunakan seluruh
kemampuanku." tutur Sun membalas dengan tersenyum simpul.
Sun mengerti dengan benar. Kemampuan lawan memang belum diketahuinya
pasti. Tetapi dengan membuatnya marah. Maka tenaga dalam lawan akan
sedikitnya kacau. Dan telah terbukti kemudian. Yelu Xian segera marah besar.
Tanpa ancang-ancang mulai bertarung, segera dia lancarkan tapak pemusnah
raganya untuk menghadapi Sun Shulie.
Pertarungan yang secara mendadak itu tentu segera memicu perhatian semua
orang ke arah tengah. Sun Shulie bertarung pelan tapi pasti saja. Untuk melayani Yelu Xian, dia bahkan belum mengeluarkan kemampuannya sendiri. Setiap tapak
dahsyat dari Yelu, segera di hindarinya. Jika ada tapak yang telah mati langkah, dia sesekali menyerang dengan tapak, tinju ataupun cakar. Jurus Sun terlihat
sungguh berantakan sekali jika bagi yang melihatnya. Tetapi sesungguhnya jurus
Sun malah terlihat gampang.
Menghindar yah menghindarlah, menyerang yah menyerang. Bertahan yah
bertahan. Prinsip orang yang tidak memiliki kungfu untuk bertarung. Siapapun
yang menyaksikan tentu heran akan kemampuan pria tersebut.
Tapak Yelu xian makin lama makin ganas. Sepertinya dia telah menuruti
emosi-nya sendiri. Dan tanpa berpikir apapun, dia hanya tahu menyerang.
Dengan gaya menyerang, dia acap kali bertahan. Sementara itu, Sun hanya
terlihat santai tetap dan seakan tiada siaga. Siapapun tidak tahu apa maksud
Sun. Tetapi Sun adalah seorang pengamat yang sangat lihai, dia tidak ingin
menghamburkan energi tingkat tinggi ke sesuatu yang tidak berguna.
Hanya Yue Liangxu, Pei Nanyang dan Yuan Jielung yang melihat dengan pasti
apa yang dilakukan Sun. Sun hanya berprinsip menyerang sekali secara dahsyat
dan tidak membabi buta. Seperti seorang seniman yang hanya bekerja sekali dan
tidak untuk dua kalinya. Seperti seorang pelukis hebat yang melukis Maha
karyanya 1 kali saja. Tidak pernah melakukan sesuatu untuk ke- 2 kalinya.
Sebaliknya Yelu sepertinya makin lama malah makin tidak sabar. Dia terus
melancarkan serangan meski beberapa kali dia terlihat sia-sia. Pertarungan telah memasuki jurus ke 100 lebih. Tetapi Yelu hanya terus menyerang tanpa pernah
memperhitungkan kapan energinya bakal habis, sementara itu Sun malah
sebaliknya. Dia teruskan "permainannya", dia meneruskan "perjudian" itu sambil tutup mata.
"Sepertinya Sun itu akan menjadi musuh tangguh kita di kemudian hari." tutur Yue sambil melihat serius ke arahnya tanpa mengedipkan mata. Dia melihat jelas
sekali apa keinginan Sun disini. Sun harus menyerang sekali saja, dan sekali itu tiada rugi. Hanya akan ada kemenangan.
"Raja Yelu.... Berhati-hatilah... Lawan sepertinya menantimu dengan mencari kelemahan dirimu." teriak Xia Rujian ke arahnya.
Yelu Xian yang mendengar apa kata-kata Xia Rujian adik angkatnya dan segera
sadar. Langsung saja dia menarik diri. Dia telah tahu apa maksud Sun
melayaninya dengan main-main. Sesaat, dia melihat ke arah Yue Liangxu. Dan
tidak berapa lama, dia kembali merapal jurusnya dalam-dalam. Konsentrasi Yelu
Xian langsung saja menjadi penuh. Dan sekali lagi, dia menyerang dahsyat,
tetapi disini ketenangannya telah tampak jelas. Setiap jurusnya sudah betul-betul mantap sekali.
Sun adalah pendekar yang sangat aneh. Kali ini lawan telah "tenang" untuk bertarung dengannya. Setiap jurus lawan telah makin dahsyat dan pasti.
Bagaikan tanggul yang jebol aliran tenaga Yelu Xian seperti hendak
"memakannya". Tetapi apa yang dilakukan oleh Sun Shulie"
Dia hanya menghindar saja. Tidak pernah sekalipun dari belasan jurus yang
datang dahsyat itu di tahannya. Dia menghindar dengan sangat pasti. Semua
tapak Yelu Xian selalu mengarah ke angin. Tiada 1 jurus pun yang mengenai
dirinya, bahkan tidak sejurus pun yang mengenai ke arah rambutnya.
Tentu hal ini membuat semua pesilat disana sangat kagum. Semua orang tahu
bahwa Sun Shulie mempunyai jurus "menghindar" yang sangat sakti. Bahkan pukulan tapak Ilmu pemusnah raga Qin Shih Huang pun belum sanggup
menyentuhnya sedikit pun. Tetapi Ilmu pemusnah raga tentu bukanlah Ilmu
kacangan. Ilmu ini diyakini sangat sakti di jagad persilatan. Meski semua orang tahu bahwa Sun Shulie mengincar kesempatan "kosong"-nya pertahanan Yelu.
Tetapi hingga beratus jurus pun, Ilmu tersebut belum menunjukkan
kelemahannya. "Kau main-main saja" Ha?"?" teriak Yeluxian yang telah tiada sabar sekali setelah melayani-nya puluhan jurus dan sangat sia-sia. Sesaat, nafas Yelu pun
sudah cukup susah. Dia telah kelihatan cukup lelah.
"Ilmu pemusnah raga dan jurus-jurusnya sangat termahsyur. Sehingga tiada
seorangpun yang benar sanggup mengambil kesempatan menyerang." tutur Sun
Shulie sambil tersenyum.
"Baiklah. Kita tingkatkan energi untuk menyerang saja. Jika kau terus menghindar, maka
meski menang bagaimana kau bisa bangga" Apakah semua orang Sung
begitu?" tutur Yelu Xian dengan sinis dan cukup kasar sambil melihat ke arah pesilat Sung yang di sebelah depannya.
Maksud Yelu xian tentu adalah sengaja mengumbar hawa amarah-nya pesilat
disana. Untuk memanasi Sun Shulie sekaligus dan kawan-kawannya bahwa
semua orang Sung adalah tipe orang yang mengambil kesempatan seperti Sun
Shulie. "Baik.. Baik..
Raja Yelu... Jika aku menghindar sedikit saja, maka aku kalah dalam
pertarungan ini..." tutur Sun Shulie sambil berteriak keras untuk di dengar semua orang.
Semua sorak-sorai pesilat Sung lantas memenuhi tanah lapang itu. Tetapi, dari
arah Zhao dan kawan-kawannya semua menyesali apa yang dikatakan Sun
Shulie. Mereka tidak menyangka bahwa Sun juga ikut "terpancing" akan
kata-kata Yelu Xian yang licik itu. Tetapi Sun tetap tenang saja dan tersenyum
tiada hentinya. Tentu dia telah mendapat perhitungan tersendiri meski
kawan-kawannya tentu sangat mencemaskan "pertarungan" babak ke II-nya tersebut.
"Baik... Ini adalah kata-kata seorang satria dari Sung..." tutur Yelu Xian memuji sambil menunjuk ke arah Sun. Di dalam hatinya dia sangat girang sekali.
Ternyata lawan telah tertipu akan kata-katanya yang hanya diucapkan secara
spontan itu. Maka, secara langsung tak ayal segera di tingkatkan energinya sendiri. Lalu
seperti Zhu Xiang tadinya, dia merapal jurus keempat pemusnah raga itu. Kali ini dia menggerakkan lengannya 1 putaran penuh.
Sun yang melihatnya, segera tersenyum sangat puas.
Langsung saja, dia telah melesat sungguh sangat cepat ke depan.
Inilah kesempatannya!!!
Inilah yang ditunggu oleh Sun Shulie alias Ming Ta.
Dan kontan saja, Yelu Xian yang melihat ke depan telah kehilangan Sun. Dia
sangat terkejut, dan segera merapal tapak pemusnah raganya yang keempat itu
ke depan. Namun sebelum ribuan energi berpendar, dia telah melihat Sun di
depan matanya. Sangat dekat sekali. Hanya batas sebatang hidung saja antara
dia dan Sun Shulie.
Tentu dia segera terkejut, dia segera menarik diri ke belakang seperti yang
dilakukan oleh Zhu Xiang tadinya. Dengan maksud menjaga jarak, Yelu akan
melancarkan energinya yang telah terkumpul itu. Tetapi sebelum tapak itu
mengarah ke depan, dia telah di kejar Sun.
Kali ini, Yelu Xian sepertinya gawat sekali. Dia menarik mundur kakinya sambil
merapal jurus. Tetapi sebelum tangannya betul di arahkan ke depan. Dia
terhantam sebuat tapak yang Maha dahsyat ke dadanya. Lalu dengan menyeret
kaki cepat dan akhirnya terpelanting Yelu Xian menerima jurus tapak yang hebat
dari Sun Shulie.
Keadaan Yelu Xian tidak ubah keadaan Wei ketika pertama kali jatuh
terjerembab. Ratusan hawa energi segera membuat dirinya muntah darah yang sangat
banyak. "Hebat!!!" teriak Yue Liangxu sambil bertepuk tangan.
"Kau membelanya?" tanya Xia Rujian yang agak heran.
"Bukan membelanya. Ini adalah kumpulan taktik, kungfu, seni, serta waktu yang sempit. Ini adalah maha karya. Ha Ha....." kata Yue Liangxu seraya bertepuk tangan kembali.
"Apa nama jurusmu itu?" tanya Yue kembali setelah tawanya mereda.
"Ini adalah tapak dewa Lao tingkat kedua..." tutur Sun seraya tersenyum menatap tajam ke arah Yue Liangxu.
"Hebat!!! Kungfu yang hebat... Seharusnya kau lah yang bertarung melawanku."
tutur Yue liangxu.
"Kakak seperguruanku juga menguasai Tapak dewa Lao dengan lengkap. Kau
tentu mendapat lawan yang seimbang." tutur Sun Shulie kembali dengan
tersenyum. "Benarkah" Ha Ha..... Ini menjadi pertarungan yang sangat seru..." tutur Yue Liangxu dengan sangat senang mendapat seorang petarung hebat. Sebenarnya
Yue berharap lawannya disini adalah Xia Jieji, apa mau pemuda ini "hilang"
entah kemana. Kali ini tentu membuatnya sangat senang ada pesilat jago lainnya
juga yang akan bertarung dengannya nantinya.
"Kita sepertinya tidak akan menang kalau begitu. Meski kau mengalahkan Zhao, di antara kita berdua tiada keyakinan menghadapi pendekar Kaibang itu.
Sungguh telah salah perhitungan..." tutur Xia Rujian kepada Hikatsuka.
"Yang kita harapkan sebenarnya adalah Yue Liangxu. Satu Yue Liangxu mungkin imbang berlima dengan mereka. Tetapi ini adalah pertarungan babak.. Benar
gawat..." tutur Hikatsuka yang seakan bingung menghadapi hal ini.
"Tidak perlu takut...
Kita bisa main licik kali kan?" tutur Wu Shanniang yang sedari tadi diam saja.
"Betul.. Pasukan kita sebanyak 50 ribu telah di sembunyikan di dalam kota. Jika ada hal yang tiada beres. Kita bisa menyerbu mereka habis-habisan." tutur Xia Rujian sambil menenangkan dirinya sendiri.
"Toh tujuan kita adalah memusnahkan dulu para pesilat, dengan begitu tiada susah lagi bagi kita untuk berjaya nantinya..." tutur Hikatsuka sambil melihat ke arah Yue Liangxu.
"Zhao memang harus dulu disingkirkan. Dia tidak boleh hidup kali ini. Aku akan bertarung dengan sangat serius." tutur Yue Liangxu dengan menatap tajam ke arahnya Zhao kuangyin.
Sementara itu, Zhao telah siap menerima energi dari kedua tetua pesilat nan hebat itu. Kali ini dia hanya berusaha mengimbangkan kembali energi "baru" yang dahsyat itu.
Sesekali dia menarik nafas dalam, dan sesaat dia telah "bangun" dan berdiri dengan benar.
Dewa Semesta dan Dewa Sakti pun terlihat sudah kecapaian sangat setelah
memberikan energi mereka yang 50 tahun terpendam itu untuk murid dan
keponakan muridnya Zhao kuangyin.
Zhao segera menghadap ke arah gurunya, dan kontan terlihat dia berlutut.
"Sungguh apa tindakan guru dan paman guru hari ini sangat memalukanku..."
tutur Zhao menyembah sambil berlinang air mata kepada kedua tetua pesilat itu."
Dewa Semesta dan Dewa Sakti segera mengangkatnya dan membimbingnya
untuk berdiri. "Dari tenaga dalamku dan tenaga dalam adik seperguruanku ini telah 8 bagian.
Mungkin belum cukup untuk meyakinkan tapak Dewa Lao-mu yang tingkat
tertinggi. Tetapi dalam ratusan jurus mungkin kamu bisa bertahan sampai ada
kesempatan yang datang." tutur Dewa Semesta seraya tersenyum. Dari
wajahnya telah terlihat sinar ketua-an. Setelah memberikan energi-nya yang


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dahsyat 8 bagian. Sepertinya Dewa Sakti dan Dewa Semesta sangat kelelahan.
"Akan datang penolong jika kamu sanggup mengimbanginya 200 jurus. Kamu
harus bertarung dengan sangat benar kali ini." tutur Dewi Peramal dengan
tersenyum kepadanya.
Zhao mengangguk pelan ke arah Dewi peramal dengan sangat hormat.
"Kita akan pergi. Pertarungan sehebat itu tidak sanggup lagi kita saksikan disini.
Muridku, kamu berjuanglah kali ini dengan benar." tutur Dewa Semesta.
Namun tidak lama, ketiga tetua persilatan ini segera mengayunkan langkah untuk
"meninggalkan" tembok kota Bei Ping tersebut.
Semua orang sangat heran mendapati bahwa ketiga tetua persilatan yang sangat
sakti tersebut telah meninggalkan tempat pertarungan dengan tiada ingin melihat kelanjutannya. Tetapi, Zhao kembali berlutut. Dia menyembah ketiganya dengan
segera. Secara hormat dia melakukannya tiga kali sampai ketiganya telah
beranjak dan tiada terlihat lagi.
"Kamu sudah siap?" tutur suara seseorang yang memecahkan keheningan.
Semua orang segera melihat ke arah suara yang berkobar itu.
Zhao segera berdiri.
Dia berjalan tenang ke arah lapangan tengah. Dan tiada berapa lama, dia telah
berhadapan dengan Yue Liangxu.
"Bagaimana pun kamu adalah kakak sepupuku. Karena kamu masih memanggil
ayahku dengan sebutan paman. Oleh karena itu, aku akan mengalah 3 jurus
kepadamu. Bagaimana?" tutur Yue Liangxu dengan tersenyum ke arah Zhao
kuangyin. "Ini bukanlah hal yang bagus. Aku jauh lebih tua darimu. Tidak pantas kamu mengalah untukku. Dan kita adalah para pesilat, bukanlah umur yang
menentukan pantas atau tidaknya melainkan adalah kungfu." tutur Zhao dengan sopan kepadanya.
Maksud Yue tentu diketahui Zhao secara pasti, lalu Yue menduga jangan-jangan
Zhao akan mengatakan bahwa dia lah yang merelakan 3 jurus untuknya. Tetapi
kata-kata Zhao sungguh telah membuatnya sadar bahwa "Naga" di tengah ini bukanlah naga palsu. Apa kata-katanya adalah kata-kata seorang yang
berwibawa sangat tinggi sekali.
Medan pertarungan tiada jauh berbeda dengan medan peperangan. Apa
kata-kata seorang yang bertarung tentu didengar ratusan bahkan ribuan orang.
Jika kata-kata tidak di tepati, maka sama saja bukanlah seorang satria lagi dalam melanjutkan pertandingan.
"Ha Ha...............
Aku sangat berterima kasih kepadamu. Kamulah yang memberikan kepadaku
kitab membersihkan otot yang membuatku pulih tenaga dalam kembali.
Bagaimanapun ini adalah medan pertarungan. Siapa yang jago maka dialah yang
menang. Aku rasa tiada lagi cukup kata-kata untuk membuktikan. Marilah!!!" tutur Yue yang langsung saja berancang-ancang menyerang.
Zhao menatapnya dengan diam dan sangat berkonsentrasi tinggi. Dia betulkan
posisi kuda-kuda menyampingnya. Sebelah tangan dia membentuk tinju, sebelah
tangan lagi dia membentuk tapak.
Langsung saja, Yue telah menyerang. Gerakannya sangat dahsyat
kecepatannya. Jarang ada pesilat yang sanggup melihat gerakannya secara
pasti lagi. Hanya beberapa orang hebat yang sanggup mengetahui apa yang
dilakukan oleh Yue Liangxu. Dia berlari sambil membentuk tapak di atas
kepalanya. Zhao yang melihatnya, segera ikut maju juga. Sikap kedua tangannya tidak
berubah sama sekali.
Ketika saat tersebut telah sangat dekat, Yue telah membentuk sebuah tapaknya
untuk menghantam tapak-nya Zhao yang telah di siagakan. Dan...
Langsung saja benturan hebat terjadi. Laga tenaga dalam keduanya langsung
saja membentuk lingkaran yang sangat besar yang mengguncangkan tanah di
sekitarnya. Angin "panas" dari arah tengah segera menyapu pasir-pasir disana hingga berterbangan.
Beberapa pesilat biasa langsung kontan terdorong hebat oleh energi keduanya
yang memudar itu.
Jurus pertama dari masing-masing pihak ternyata masih sama kuatnya.
Kemudian tentu dilanjutkan oleh jurus keduanya. Zhao yang tadinya memasang
tinju segera mengarahkannya secara panjang ke arah pipi-nya Yue Liangxu. Yue
yang melihatnya segera terkejut, dengan cepat dia menghindar ke bawah.
Bersamaan itu, yue segera mengarahkan tapaknya ke arah perutnya Zhao yang
terbuka tersebut.
Lalu melihat bahaya yang sungguh riskan di depan mata, Zhao memutar kakinya
seraya bersalto ke arah depan dengan sangat cepat.
Mendapati tapaknya membentur daerah kosong. Yue tidak menyerah. Dengan
berbalik cepat, dia segera membentuk tapaknya setengah lingkaran. Kontan
sebuah energi maha dahsyat segera dilontarkan ke arah Zhao kuangyin yang
masih dalam keadaan melayang itu.
Zhao yang melihatnya, segera menghembuskan nafas panjang sambil
mengarahkan tapaknya ke arah datang energi nan dahsyat itu.
Energi Yue Liangxu yang dahsyat segera berbenturan. Zhao seperti sedang
memutar tangannya dengan cepat sekali. Dan langsung tenaga dalam Yue yang
sakti itu berputar di sekitar tangannya. Zhao menggunakan jurus yang hebatnya
untuk mengeliminasi tenaga dalam Yue Liangxu. Energi Yue segera berputar
satu lingkaran bagai gasing yang berputar mencabik tersebut.
Dengan memanfaatkan tenaga dalam Yue, Zhao bersalto ringan tepat di tanah.
Yue yang melihat energinya sia-sia, langsung saja beranjak untuk menyerang
kembali. Tetapi dengan sangat cepat pula, energi Yue yang belum habis di
tangan Zhao segera di lemparkan olehnya untuk menyerang tuannya sendiri.
Yue yang melihatnya segera mengibaskan lengannya dengan tenang. Energi-nya
sendiri yang hendak senjata makan tuan tersebut kontan melesat mengikuti
kibasan lengannya dan mengarah ke tanah dataran yang cukup luas di samping.
Kontan saja sisa energinya Yue langsung seperti meledakkan tanah yang
gersang itu. Seperti ada yang menanam bahan peledak disana.
Semua pesilat yang melihatnya hanya bisa melongo menyaksikan apa yang
dilakukan oleh Yue Liangxu yang sangat sakti itu.
Tetapi Yue tidak berhenti sampai disini, dia langsung menyerang sangat cepat ke arah Zhao.
Zhao kuangyin kemudian melayaninya dengan sangat dahsyat pula. Sesekali
terlihat dia mengayunkan tinju panjang-nya yang hebat itu. Sesekali dia
memainkan tapak Dewa Lao-nya yang termahsyur tersebut. Sungguh sebuah
pertandingan yang sangat luar biasa.
Tenaga dalam keduanya sangat setara sekali. Seakan keduanya sedang
"latihan" tetapi keduanya memainkan jurus yang sungguh sangat mematikan.
Suasana medan pertarungan sangat asik di dengar dan di saksikan oleh siapa
saja. Tanpa terasa telah hampir 200 jurus dimainkan oleh keduanya pula. Baik Zhao
dan Yue keduanya telah bernafas memburu. Tetapi keyakinan keduanya untuk
bertarung masih sangat baik sekali.
Yue yang bertarung hebat sungguh tidak menyangka bahwa masih ada orang
yang sanggup melawan Ilmu pemusnah raganya yang sejauh ini telah dikerahkan
hingga tingkat ke enam.
Yue mempunyai 8 unsur energi dimana terdiri dari 4 unsur utama dan 4 unsur
pendukung. Oleh karena itu, Ilmu pemusnah raganya terdiri dari 8 tingkatan
energi yang sangat dahsyat.
Di satu kesempatan kemudian, Yue tidak ingin berlelah tarung lagi. Meski dia
hanya menggunakan 8 bagian kemampuannya. Namun belum sanggup
menjatuhkan seorang Zhao kuangyin. Ini cukup mengherankannya.
Sementara itu, Zhao sebenarnya telah cukup lelah. Dia tidak menyangka
adik-nya tersebut sangat jago luar biasa. Kemampuan sesungguhnya mungkin
melebihi kemampuan adik angkat keduanya Xia Jieji. Tetapi bagaimanapun dia
harus meyakinkan pertarungan ini sebaik-baiknya. Setidaknya dia tidak ingin
mengecewakan kedua tetua sakti yang salah satunya adalah guru silatnya
tersebut. Yue yang terakhir kelihatan tiada sabar lagi segera mengganti jurus tarungnya.
Dengan cepat dan tepat dia tidak ingin mengumpul energinya lagi. Sekali, dia
menghantam luar biasa keras ke arah Zhao kembali. Tetapi kali ini lain sekali,
Ilmu pemusnah raganya yang tingkat ketujuh segera di kasi berkerja.
Dan dengan satu dorongan tenaga dalam hebat, dia bermaksud memusnahkan
Zhao kuangyin disana. Hawa tenaga dalam Yue yang bekerja kali ini hanya lurus
dan sangat cepat. Targetnya tentu adalah Zhao kuangyin.
Zhao melihatnya segera merapal langkah Dao tertingginya. Dia bermaksud untuk
menghindar ke samping kanan dengan sangat cepat. Dan memang benar, energi
Yue kelihatannya terbuang sangat sia-sia. Tetapi dengan cepat pula, Yue segera
maju ke arah belakang Zhao yang terbuka tersebut. Dan yang anehnya, energi
Yue yang seharusnya terbuang sia-sia itu segera berbelok mengarah ke arah
depan Zhao kembali. Sepertinya energi Yue sedang "mengincar" mangsanya yang telah lolos tersebut.
Tentu ini sangat mencemaskan kubu Sung.
"Awas!!!!!" terdengar teriakan mereka dengan wajah yang sangat cemas sekali.
Siapapun yang melihat tentu akan tahu bahwa kali ini Zhao pasti celaka. Sebab
di satu sisi dia melayani energi Yue yang membelok tersebut ke arah depannya.
Sementara itu Yue telah hampir berada di belakangnya.
Zhao punya inisiatif untuk menghindar lagi. Karena dengan menghindar, mungkin
Yue akan terkena sendiri serangannya dari arah depannya Yue. Tetapi
perhitungan Zhao meleset. Yue memang melesat ke arah Zhao, tetapi dia hanya
dalam gerakan kecepatan biasa saja. Tetapi energi Yue melesat 2 kali lebih
cepat dari energi yang sempat di hindarkan oleh Zhao tadinya.
Mau tidak mau, Zhao tiada pilihan lagi. Kali ini dia merapal tapak dewa Lao
tingkat kelimanya untuk melayani energi Yue. Di lain halnya, dia hanya merasa
pasrah sebab Yue tentu akan menyerangnya dari belakang.
Dengan dua tapak, Zhao segera menghadang energi yang melesat sangat cepat
itu. Dan benturan sesaat langsung saja terjadi. Baru saja kedua energi terbentur, tanah pijakan Zhao telah retak dan hancur seluruhnya. Energi Yue yang tidak
tampak oleh kasat mata itu seperti membentuk sebuah bola yang sungguh
"berat" sekali menekan kepadanya.
Yue menunggu kesempatan tersebut. Gerakan tadinya yang lamban segera di
percepat. Kontan Zhao kuangyin yang merasakan dari arah belakang, sangat terkejut
sekali. Tanpa terasa keringat dingin membasahi dahinya. Sementara bola energi
Yue dari depan terus menekan hebat kepadanya.
Yue yang telah sampai ke belakang punggung Zhao tentu sangat girang. Dia kali
ini memanfaatkan kesempatan untuk menyerang Zhao dengan 1 tapak saja.
Karena dengan 1 jurus saja Zhao pasti sudah hidup segan mati tak mau. Dan
dengan pesat pula Yue merapal tapaknya secara luar biasa keras ke arah
punggung Zhao yang terbuka tiada pertahanan lagi.
Tetapi... Tapak hebat si pemuda tampan tersebut sepertinya bersentuhan dengan
sesuatu. Sesuatu yang mirip tapak juga. Dan ternyata memang benar, tapak
seorang pemuda yang lain telah "sampai". Energi yang dirasakan Yue kali ini sungguh berbeda. Sehingga dengan hentakan penuh, Yue "dipaksa" mundur 10
langkah ke belakang.
Lalu tanpa banyak bicara, orang yang lain tersebut melekatkan tapak ke
punggung-nya Zhao kuangyin. Bola energi Yue yang sedang "dilayani" itu kontan musnah ke beberapa arah.
Semua orang dari kubu Sung lantas bergembira sangat melihat orang yang
datang tersebut.
Sementara itu, Yue Liangxu langsung saja menatapnya dengan sangat dingin.
"Kalian bertarung dengan hebat, kenapa aku tertinggal di belakang." tutur pemuda tersebut.
Zhao segera berpaling ke arahnya. Lantas sangat girang dia berteriak.
"Adik kedua!!!!"
BAB XCVIII : Jurus Terakhir
Sesampainya Jieji di sana membuat semua para pesilat tanpa kecuali melihat ke
arahnya. Dari kubu Zhao kuangyin, semuanya lantas bergembira. Semuanya
kontan lantas mendekatinya.
Sedang dari pihak para pesilat dari Liao justru sebaliknya. Yue Liangxu segera
menarik diri untuk kembali ke pihaknya sendiri. Sorot mata pesilat Liao tampak
tajam melihat kehadirannya.
Para pesilat daratan China yang mengambil tempat yang cukup jauh kontan
berdesas-desus. Sebab lumayan banyak yang mengenal pria tersebut yang
dijuluki mereka sebagai Dewa pembantai.
"Adik kedua... " tutur Zhao dengan sangat bergembira sekali. Dilihatnya sang adik yang tiada berubah sedikitpun semenjak beberapa bulan lalu meninggalkan
kubu mereka. "Kakak pertama, mohon maaf atas keterlambatannya." tutur Jieji seraya merangkap kedua tangannya memberi hormat. Setelah itu, dia mengeluarkan
sesuatu di kantong bajunya. Sambil berpesan berbisik pelan kepada Zhao. Dia
memberikannya sambil tersenyum pula.
Zhao hanya mengerutkan dahinya saja beberapa lama sambil menatap adik
keduanya itu, maka kemudian akhirnya dia mengangguk saja. Tetapi kerutan
dahi yang "dibuatnya" tersebut tidak sirna sama sekali. Dia berpikir apa hal yang sedang dipikirkan adik keduanya tersebut.
"Bisakah kamu berjanji kepadaku." tutur Jieji melihat ke arah Zhao kuangyin.
Dia hanya terlihat mengangguk saja dengan pelan sambil menghela nafasnya.
"Kamu telah balik..." tutur Sun sendiri sambil tersenyum puas kepadanya.
Jieji berpaling ke arah Ming Ta, dia terlihat mengangguk pelan sambil tersenyum pula kepadanya.
"Dengan kembalinya anda, maka kubu kita telah seimbang melawan para pesilat Liao tersebut." kata Pei Nanyang kepadanya.
"Hm..." terlihat Jieji sambil menganggukkan kepalanya pelan. Setelah itu, dia berpaling ke belakang. Sambil mendongkakkan kepalanya, dia melihat ke atas
tembok kota Beiping.
Yang dilihatnya tentu tiada lain adalah istrinya yang tercinta, Yunying. Yunying juga melihatnya. Tetapi tatapan nyonya Xia tersebut tiada kegembiraan apapun.
Dia menatap ke arah Jieji dengan tatapan yang mirip tatapan kosong saja.
Sedangkan Wu Shanniang, Sang ibu berada di belakangnya sangat dekat sambil
menodongkan pedang ke arah leher Yunying.
Jieji menatapnya cukup lama sambil mengerutkan dahinya, di dalam pikirannya
berkecamuk lumayan banyak hal. Sampai dia tersadar setelah Yue Liangxu
mengeluarkan suaranya.
"Saudara Xia, akhirnya anda sampai juga setelah perjalanan yang cukup
melelahkan sepertinya. Sungguh menyusahkan anda." tutur Yue Liangxu sambil tersenyum kepadanya.
"Saudara Yue, cukup merepotkan anda untuk memikirkanku... Maka daripada itu aku menyampaikan terima kasihku." tutur Jieji dengan sikap sopan kepadanya.
Para pesilat yang mendengar apa kata 2 pemuda tersebut sangatlah heran.
Sebagian besar di antara mereka sangat yakin bahwa Jieji dan Yue Liangxu
adalah musuh mendarah daging. Beberapa kabar di dunia persilatan bahkan
menyebutkan bahwa Yue dan Jieji telah berebut 1 wanita yang cantik luar biasa.
Wanita cantik yang di atas tembok kota Beiping itu sehingga membuat keduanya
seperti musuh turun temurun. Tetapi apa kata sambutan keduanya tersebut
membuat tiada orang di sana yang tiada merasa heran.
Sebenarnya keduanya mengatakan hal tersebut hanya guna berbasa basi. Yue
merasa orang yang sanggup menandinginya hanya seorang Xia Jieji saja di
masa sekarang. Oleh karena itu, dia hanya melampiaskan kegembiraannya saja
karena akhirnya dia bertemu dengan lawan yang setimpal. Jieji tentu menyadari
sepenuhnya apa maksud perkataan pemuda tampan tersebut.
Yelu Xian segera memotong keduanya.
"Kau!!! Kau adalah pesilat dari daerah Tongyang (Jepang), maka pada
pertandingan ini tidak perlu kau lakukan. Segera kau menyingkir!!!"
"Raja Yelu... Apakabarnya anda?" teriak Jieji seraya tertawa mendengar perkataannya.
"Kau ketawa apa" Apa ada yang lucu?"?" teriaknya dengan spontan.
Hikatsuka Oda yang tepat berada di belakang Yelu Xian lantas menggelengkan
kepalanya. Tidak disangka seorang raja Yelu, kakak angkatnya itu begitu
berangasan dan tiada berpikir sebelum bicara.
"Tentu hal yang lucu luar biasa banyak sekali, maka daripada itu aku tertawa..."
tutur Jieji tanpa menghentikan tawanya itu.
"Hari ini adalah pertarungan antara pendekar Liao dengan......" barusan dia berbicara saja, dia telah terkejut. Rupanya dia menyadari sebuah hal. Dia lantas sangat malu luar biasa. Dan tiada melanjutkan apa perkataannya lagi.
Memang benar, jika hari ini adalah pertarungan antara pendekar Liao dengan
China daratan. Maka yang berdiri di pihaknya mungkin hanya dia sendiri. Sedang
Zhu Xiang, Xia Rujian, Hikatsuka, ataupun Yue Liangxu bukanlah orang Liao.
Mana mungkin ini bisa disebut pertarungan antara Liao melawan China daratan.
Yue Liangxu tiada mempedulikan hal seperti ini, dia hanya ingin bertanding
dengan lawan setimpalnya.
"Tidak peduli orang Liao, India, China daratan ataupun Tongyang. Asalkan berdiri di pihak kita, maka lawan kita adalah pihak yang berseberangan."
"Para pendekar dari dunia persilatan... Jika kalian masih mempunyai rasa
kebangsaan kalian, maka berdirilah di pihak sana..." teriak Yue Liangxu seraya menyambung sambil menunjuk ke arah Zhao kuangyin.
"Apa dia sudah gila?" tutur Xia Rujian ke arah Hikatsuka yang sedang berdiri di sebelahnya.
"Anak ini terlalu yakin akan kemampuannya. Aku juga tidak berani memberikan kesimpulan dahulu..." tutur Hikatsuka Oda sambil mengerutkan dahinya dan
memandang ke arah Yue Liangxu dengan tajam.
Sementara itu, semua pesilat yang tadinya berdiri di samping segera beranjak ke belakangnya "pasukan" Zhao kuangyin. Mereka adalah orang asli Han, tentu tiada orang yang berpikir untuk ikut dengan pasukan Liao di seberangnya.
"Jadi pertarungan babak sepertinya tidak usah kita lanjutkan lagi. Hari ini adalah penentuan nasib pendekar. Siapa yang hidup dia menjadi raja, yang mati maka
siaplah untuk menggali kuburan sendiri." tutur Yue Liangxu.
Jieji yang mendengar apa kata Yue segera beranjak maju ke depan. Wibawa
pendekar Jieji memang sangat tinggi. Dengan berjalan tenang ke depan, banyak
yang merasa kagum kepadanya.
Dia tidak berbicara banyak melainkan hanya melihat terus ke arah tembok kota
Beiping. Sepertinya dia hanya memikirkan keselamatan Yunying terlebih dahulu.
Sesaat, di sisirnya tembok atas kota Beiping yang megah tersebut. Dilihatnya
Yunying yang hanya beberapa kaki telah mendekati pinggiran tembok kota itu.
Wanita cantik ini tetap memandangnya tanpa menggeserkan bola matanya.
Namun Yunying masih terlihat sangat dingin saja kepadanya seperti saat
pertemuan sebelumnya. Tentu Yunying tiada pernah tahu bahwa ayahnya Wu
Quan masih hidup dengan sangat baik-baik saja di suatu tempat. Bahkan
keluarganya juga tiada mengapa-mengapa. Ini hal memang ingin di
ungkapkannya. Tetapi setelah berpikir, Jieji tiada jadi untuk memberitahukan hal tersebut. Di dalam hatinya telah mendapat sebuah kepastian, maka tiada
gunanya untuk memberitahu dia sekarang menurutnya.


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan di samping Wu Shanniang yang berada di belakang Yunying terlihat ibunya
sendiri. Dengan tatapan yang penuh kasih dia melihat sang putranya itu. Tiada
lepas pandangan sang ibu kepadanya. Jieji juga melakukan hal yang serupa, dia
melihat ibunya sendiri. Banyak hal yang ingin dikatakan kedua belah pihak.
Tetapi keduanya seperti sedang berbicara dalam keadaan diam. Sang ibu
beberapa kali menggangguk pelan kepadanya. Tetapi di balas oleh Jieji dengan
menggelengkan kepalanya sambil menghela nafasnya.
"Saudara Xia, bagaimana" Kita akan bertarung sekarang juga?" tutur Yue.
Kata-kata Yue membuyarkan pandangannya ke atas tembok kota.
"Kenapa tidak?" tutur Jieji sambil memasang kuda-kuda menyamping. Sambil mengarahkan kipas di tangan ke arah Yue.
"Lantas kenapa tidak kita mulai saja?" tutur Yue sambil dengan pesat menuju ke arah Jieji.
Jieji yang melihatnya segera saja mengganti tangan kiri untuk memegang
kipasnya. Maka dengan cepat juga dan tanpa berjalan, Jieji menyapok kipas
yang masih tertutup ke arah Yue Liangxu.
"Kipas" Apa itu bisa melukai orang?" tutur Yue Liangxu yang telah mendekat kepadanya dengan sangat cepat itu.
Sesaat, kipas yang seharusnya di arah muka Yue, segera berubah arah. Yue
segera terkejut.
Dia tidak pernah menyangka bahwa di dunia masih ada jurus begituan. Yue
memang sedang melindungi muka dengan sebelah tapaknya. Tetapi ketika tapak
hampir beradu dengan kipas, kipas langsung tiba-tiba menurun. Kali ini sasaran
adalah titik Tan tien( titik tenaga dalam yang berada 3 jari di bawah pusar).
Ini adalah titik fatal setiap manusia. Jika pertahanan Tan tien terbuka, maka
semua pesilat tinggi pasti dahulu melindungi titik tersebut. Memang titik Tan tien tidak langsung mematikan. Tetapi jika lawan telah menyerang dan kena. Maka
pemulihan tenaga dalam jelas telah terhambat. Ini adalah pertarungan tingkat
luar biasa tinggi. Mungkin ribuan jurus bakal di jalani.
Jika dalam 1 jurus Yue telah terserang titik Tan tien, maka dia telah tiada
berdaya lagi untuk jurus yang lainnya.
Yue bukanlah seorang pesilat kacangan. Meski terkejut, dia segera
mengumpulkan energi tinggi untuk melindunginya. Sedang kedua tapak yang
telah penuh tenaga dalam segera di lontarkan ke arah Jieji.
"Plok!!!"
Jelas terlihat bahwa Yue Liangxu terkena serangan pas sekali di Tan tien. Tetapi dia tidak membiarkannya. Kedua tapak dengan jurus pemusnah raga tingkat ke 5
segera saja di arahkan ke arah dada Jieji.
Setelah merasa mengenai lawannya, dia berniat mengelak. Dan setelah
mengeluarkan langkah Tao untuk menghindar kesamping, Jieji kembali memutar
kipas dengan luar biasa cepat untuk "menampar" ke arah pipi lawannya.
Tetapi, ketika baru berjalan setengah. Kipas terpaksa harus di tariknya. Sebab
pukulan tapak Yue yang semula sasarannya adalah dada Jieji. Segera di putar
haluan. Kali ini tapak Yue satu mengarah ke arah kepala, dan satunya lagi berarah ke
arah Tan tien Jieji juga.
Karuan, dengan melempar kipas ke belakang, dia menarik nafas panjang. Maka
dengan arah tapak yang sama, Jieji melayaninya.
Benturan langsung saja terjadi.
Hawa tenaga dalam berbentuk lingkaran muncul dari keempat tapak yang saling
berlaga tersebut. Hawa panas segera membuyar, dan para pesilat terpaksa
mengumpulkan tenaga untuk menahannya sebisa rupa.
Terlihat, dengan menyeret kaki mundur Jieji sepertinya kalah dalam adu tenaga
dalam tersebut.
"Sungguh hebat ilmu kipas anda itu...." tutur Yue seraya memuji ke arah Jieji.
"Terlalu memuji... Tenaga dalam saudara Yue belum ada tandingannya sejagad."
tutur Jieji melihat dengan tajam ke arahnya.
Jieji telah mengalami luka dalam dalam pertarungan 3 jurus yang sangat cepat
itu. Para pendekar yang melihat seraya melongo dan tiada percaya melihat apa yang
sedang terjadi.
Beberapa di antara mereka yang ilmu silatnya hanya golongan menengah, hanya
sanggup melihat jurus ketiga dua pendekar luar biasa sejagad ini. Yaitu ketika
kedua tapak bertemu. Bahkan cukup banyak di antara mereka merasa bahwa
mereka berdua hanya memainkan 1 atau 1 1/2 jurus saja.
"Sungguh luar biasa ilmu yang dikeluarkan lewat kipas itu... Entah darimana anakku mempelajarinya..." tutur Hikatsuka yang agak bingung tersebut.
"Dalam membengkokkan setiap jurus senjata. Ilmu pedang ayunan dewa belum
ada tandingannya. Tetapi jika di bandingkan dengan jurus anakku itu, memang
seperti cahaya kunang-kunang melawan rembulan." kata Xia Rujian
menyambungnya sambil menghela nafas.
"Hari ini betul-betul telah membuka mata... Jurus senjata terampuh...." tutur Zhu Xiang sambil tersenyum.
"Saudara Xia, jurus pertamamu tadi sungguh luar biasa sekali. Itu ilmu setan apa yang telah kau pelajari..." tutur Yue yang juga melihat jelas bahwa sebenarnya bukan Jieji sedang menyerangnya. Tetapi dia sendiri yang datang untuk
"menyerahkan diri" untuk di serang dengan kipas tersebut.
Yue memang terluka dalam juga. Tetapi Yue ada seorang pesilat no. 1 sekarang.
Tenaga dalamnya yang laksana ombak menderu tidak mungkin bisa di pendam
dengan mudah oleh 1 jurus saja. Jika benar Jieji mengeluarkan semua tenaga
dalamnya dalam jurus tadi, mungkin Yue akan terkapar tiada berdaya. Tetapi
karena sangat singkatnya waktu dan kecepatan Yue yang luar biasa. Maka nafas
paling panjang dan cepat untuk mengerahkan tenaga dalam penuh pun tidak
sanggup mengimbangi kecepatan Yue liangxu yang sedang menyerang itu.
"Itu Ilmu pedang surga membelah..." tutur Sun Shulie yang berada di belakang.
Sun mengenal ilmu pedang ini. Entah dimana pernah dilihatnya, tetapi dia yakin
itulah Ilmu pedang yang belum ada tandingannya sampai sekarang.
Di antara pesilat yang berdiri menyaksikan, adalah seorang yang berdiri sambil
terkejut luar biasa. Meski dia tidak pernah melihat Ilmu pedang yang luar biasa tersebut. Tetapi mendengar saja, dia langsung gemetaran. Pesilat di sampingnya
segera menanyainya.
"Tuan kamus kungfu. Apa pernah mendengar Ilmu seperti itu?" tutur pesilat di sampingnya.
"Ilmu itu ciptaan seorang menteri pertahanan masa dinasti Jin. Kabar mengenai Ilmu pedang tersebut kukira adalah gosip belaka saja. Tetapi ternyata memang
benar..." tutur Kamus kungfu sambil menggelengkan kepalanya.
Bahkan seorang Jieji tidak pernah mendengar nama Ilmu pedang tersebut. Dia
tentu sangat terkejut. Jieji tahu bahwa Ilmu pedang terhebat sepanjang masa
adalah Ilmu pedang ciptaan Yang Chuyan, seorang menteri pertahanan dari
dinasti Jin. Sekitar 600 tahun dari zamannya sekarang. Tetapi tidak disangkanya Ilmu pedang tersebut adalah warisan dari China daratan asli.
"Hm... Luar biasa saudara Xia... Tetapi ilmu pedang saja sepertinya tiada cukup untuk
membendungku." tutur Yue sambil tersenyum ke arahnya.
Jieji mengerti dengan tepat apa perkataan Yue Liangxu tersebut. Meski dia
mengganti senjata ke pedang. Namun dengan tenaga dalam nan kuat, Yue
masih sanggup mengatasinya. Oleh karena itu, sambil tersenyum dia
melemparkan kipasnya ke belakang.
Kali ini dia sendiri menarik nafas yang kuat. Dengan melingkarkan tapaknya
setengah lingkaran, jelas tanah di kakinya segera terlihat bergetar, desiran angin telah memenuhi dirinya. Hawa tenaga dalam yang panas sedang berdesir kuat.
Yue yang melihatnya segera tersenyum puas. Dia meniru apa tindakan Jieji.
Maka tenaga dalamnya langsung saja bekerja. Kedua belah pihak mengeluarkan
jurus yang sama, tetapi ilmu yang sangat berbeda. Tenaga dalam Yue liangxu
sekiranya telah setengah kali lipat di atas tenaga dalam Jieji. Energi yang
dihasilkan pemuda tampan ini sungguh mengoyak. Jika ada pesilat yang berada
dekat kepadanya. Maka tidak mustahil nyawanya terancam sangat.
Tanpa menunggu lama, Jieji langsung menyerang. Dia melaju pesat lurus ke
arah Yue liangxu.
Yue yang melihatnya segera melakukan hal yang sama pula. Dia terus melaju
dengan kedua tapak telah siap menghantam.
Tetapi telah setengah jalan, Jieji segera mengubah arah. Dia bergerak melingkar dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Yue yang kehilangan "buruannya" yang sedang berada di depan matanya itu kontan terkejut. Dia berbalik untuk melihat apa yang terjadi.
Jieji yang tadinya hendak beradu jurus, sekarang telah melompat tinggi ke arah
tembok kota. Tetapi... Niatnya telah di ketahui sebelum-sebelumnya. Hikatsuka, Xia Rujian, Zhu Xiang,
Yelu Xian yang tadinya berada di belakang Yue tentu telah tahu bahwa Jieji akan memainkan sandiwara di pertarungan itu. Karena tujuannya yang pertama dan
terpenting adalah menyelamatkan istrinya yang tercinta itu.
Wu Shanniang adalah orang yang pertama terkejut. Tahu-tahu dia telah berada
di depan dalam jarak yang hanya 10 kaki. Dia berniat untuk mendekatkan
pedang ke arah leher puterinya.
Tetapi berbareng, dia pun merasa girang luar biasa. Karena 4 orang lainnya telah terlihat bayangannya ikut mengejar Jieji dari belakang dengan tapak yang telah
siap untuk menyerangnya.
Jieji cukup terkejut ketika dia merasakan hawa angin yang mengoyak tersebut
dengan luar biasa hebat di punggungnya. Dia tidak menyangka bahwa lawan
akan senekad tersebut. Meski kelimanya masih berada di udara, semuanya
mengambil resiko yang sungguh hebat. Jika salah satu di antara mereka yang
terkena jurus, maka nyawa pun menjadi taruhannya. Sebab tembok kota tersebut
sungguh sangat tinggi. Jatuh dari atas jika tidak mati maka setidaknya patah
tulang dan menjadi cacat seumur hidup.
"Awas!!!!" teriak orang-orang dari arah para pesilat tersebut. Mereka mengira bahwa Jieji tidak tahu bahwa banyak lawan sedang membokongnya.
Namun dengan gerakan yang sungguh cepat, dia membalikkan badan. Seraya
membalikkan badan, dia langsung mengirim tapak berantai tingkat keempat yang
luar biasa hebat tersebut. Dengan berbaliknya Jieji, maka bukanlah para pesilat itu pertama kali melihat mukanya. Tetapi yang terlihat adalah ribuan tapak
sedang mengarah kepada mereka. Kontan keempatnya sangat terkejut. Namun
karena keempatnya telah siap, maka sama-sama mereka menggunakan ilmu
yang sama. Empat tapak pemusnah raga tingkat keempat melawan satu tapak
berantai tingkat keempat.
Benturan di udara tersebut sungguh sangat dahsyat.
Keempat pendekar Liao terlihat terpental sedikit saja ke belakang dalam gerakan yang masih melayang. Sedang Jieji terpental dengan pesat.
Meski sedang melayang, Hikatsuka tahu apa yang sedang dilakukan Jieji. Dia
meminjam tenaga lawan untuk memesatkan dirinya ke arah yang sama sambil
membalikkan diri. Inilah salah satu tipu daya silat dari Jieji.
Tetapi... Ketika hanya tinggal 2 kaki mendekat ke Yunying. Dia telah melihat bayangan
seorang yang sangat cepat dan telah tiba di depannya. Bayangan orang tersebut
tiba-tiba menjulur menyerang ke arahnya. Jieji masih siap penuh dan
berkonsenterasi sangat. Maka ketika dia melihat hal tersebut, dia segera
menjulurkan tapaknya untuk melayani.
Benturan kedua segera terjadi dalam jarak yang tiada sampai 3 detik saja. Tetapi benturan kali ini sungguh lain. Tenaga dalam luar biasa lawan "memaksanya"
mundur terpental. Dan tentunya kali ini pasti Jieji tidak berniat pinjam tenaga lawan lagi.
Terlihat dia terpental kembali ke arah kubunya sendiri. Maka, dengan memutar
diri seperti gasing dia turun dengan benar.
Sementara itu 4 pendekar Liao yang lain telah melakukan hal yang sama.
Mereka mengambil gerakan ilmu pemusnah raga tingkat kedua untuk menyerap
dan membuyarkan energi lawan tadinya.
Orang yang menghalangi Jieji tentu tiada lain adalah Yue Liangxu. Dia segera
turun dari atas dengan gerakan yang ringan bagaikan bulu.
"Saudara Xia. Kau bermain curang kali ini... Tetapi kesempatan tiada 2 kali..."
tuturnya sambil tersenyum.
"Hm..." tutur Jieji sambil tersenyum. Kemudian dia melihat ke atas lagi.
Dia menatap Yunying dengan mata yang sayu beberapa lama. Yunying yang
sebenarnya memang di sandera oleh ibu kandungnya sendiri. Meski dia masih
mendendam sangat kepada suaminya itu, tetapi melihat suaminya tanpa peduli
nyawa untuk menolongnya, hatinya sesaat telah luluh. Dia melihat ke arah
suaminya dengan hati yang bercampur aduk.
"Saudara Xia, apa masih ada niat kau itu untuk bertarung?" tutur Yue Liangxu yang melihat kegamangan hati Xia Jieji.
Jieji tidak menjawab Yue.
Dia tetap melihat ke arah Yunying. Menatapnya sungguh sangat lama. Sehingga
hal ini membuat orang merasa cukup heran. Suasana di bawah kota terasa sepi
luar biasa dan tiada orang berani untuk membuka suara.
Beberapa kali, Jieji terlihat menghela nafas panjang sambil menggelengkan
kepalanya. Karena suasana kota yang amat sepi tersebut maka nafas Jieji di
dengar oleh siapa saja disana. Semua menyayangkan keterlambatan yang hanya
entah sesaat yang luar biasa itu saja di kacaukan oleh Yue Liangxu.
"Kau dengar" Sekali lagi kau datang maka aku tidak peduli lagi puteriku ini hidup atau tidak!!!!" tutur Wu Shanniang membuka suara.
Suasana yang tadinya sepi tentu menggemakan suara Nyonya Wu atau Nyonya
Yelu tersebut. Jieji kemudian terlihat berpaling ke arah Zhao. Dia mengangguk memberi tanda
kepada kakak pertamanya tersebut.
Kakak pertamanya mengikuti anjuran apa yang telah di bisikkan adik keduanya
itu. Dia segera membuka sebuah buntalan. Dia ingat betul apa kata adik
keduanya. "Setelah benar bahwa kelihatan aku memberi tanda. Bukalah kain yang pertama.
Disana akan ada cara yang benar yang akan bisa dilaksanakan. Setelah benar
semua berjalan baik, kalian pergilah terlebih dahulu. Aku akan menyusul
kemudian. Meski berbahaya, tetapi adik punya cara untuk meloloskan diri. Di kain kedua yang berwarna hijau harus dibuka setelah benar sampai ke daerah Sung
kita. Kain ketiga yang berwarna putih hendaknya dibuka 3 bulan setelahnya.
Pasukan Liao semua sekitar 5 laksa serdadu telah berada di dalam kota Beiping
menunggu menyerang saja setelah aku kalah dalam pertandingan ini. Kakak
pertama harus benar menjalankan apa yang tertera disana." Inilah isi perkataan Jieji tadinya.
Segera, Zhao membuka kain pertama yang berwarna merah tersebut. Kain yang
mirip dompet itu dikoyak Zhao karena dijahit dengan rapi. Dia mendapatkan
sebuah kertas, disini tertulis dengan sangat jelas maksud Jieji.
Sesaat, Zhao melihat ke arah Jieji dengan keadaan yang cukup
membingungkan. Tetapi Jieji terlihat hanya mengangguk saja. Zhao langsung
terlihat sangat berduka menghadap ke arah Jieji yang terlihat juga cukup
berduka, tetapi pemuda ini telah jauh hari memantapkan dirinya. Maka dia hanya
terlihat menarik nafas dalam sekali saja.
"Kalian sedang mainkan permainan apa lagi?"" teriak Yelu Xian yang sepertinya tidak mengerti apa yang dilakukan kubu Sung tersebut.
"Kau tahu apa yang sedang di mainkan anak kita itu?" tanya Xia Rujian.
"Segera jaga Yunying dengan benar saja. Wanita itu adalah tujuan anak itu.
Maka dengan menjaganya baik, kita tidak usah takut..." tutur Hikatsuka memberi perintah ke Wu Shanniang sambil berteriak ke atas.
"Betul... Selama dia berada di tangan kita, kita tidak perlu terlalu berkhawatir."
tutur Wu Shanniang dengan keyakinan tinggi.
"Kakak pertama...
Apa yang kukerjakan benar telah kuperhitungkan dengan sangat baik sekali.
Maka daripada itu, kumohon benar kakak pertama sanggup melaksanakannya."
tutur Jieji sambil berlutut dan menyembahnya.
Sebelum Zhao keluar dari kubu Sung untuk membimbingnya berdiri. Jieji telah
berdiri membelakanginya.
Zhao tahu, adik keduanya adalah Ying Jie di masa sekarang. Apa di dalam
otaknya tiada orang biasa sanggup mengerti. Mendengar bahwa dia bakal
selamat saja, maka dia berjanji kepada adik keduanya akan melaksanakan
dengan benar. Jieji terlihat tersenyum puas meski membelakangi kakak pertamanya itu. Dia
langsung melihat ke arah Yunying kembali. Tidak berapa lama dia berteriak.
"Aku tidak sanggup mendapatkannya....
Tidak sanggup aku melindungi-mu.....
Maka tiada harap orang lain bisa mengancamku.....
Lebih baik musnahkanlah bersama debu....." Tutur Jieji.
Apa yang dikatakan Jieji terdengar oleh semua orang disana. Semua orang
lantas heran luar biasa. Hanya Zhao seorang yang mengerti apa maksud Jieji.
Yunying yang mendengar suara Jieji yang gagah tentu merasa sangat heran. Dia
tadinya merasa bahwa sang suami masih sangat mencintai dirinya, oleh karena
itu dengan semua kemampuan dia masih berniat menolongnya. Tetapi kali ini
mendengar tuturan Jieji yang sangat menusuk itu tentu membuat dirinya sangat
heran. Dia merasa di dadanya tersesak sebuah benda yang tiada tahu apa itu.
Seakan tiada percaya dia tetap melihat Jieji. Tetapi sebaliknya, Jieji tidak melihat istrinya lagi. Dia menatap tajam ke depan.
Di lain hal, Zhao kuangyin segera meminta para pesilat Kai Bang
mengangsurkan Wei Jindu untuk cepat menuju ke selatan. Huang Xieling diminta
oleh Zhao tetap tinggal. Sedang dengan cepat, dia membisiki Pei Nanyang alias
Zeng Qianhao serta ketua Kaibang, Yuan Jielung.
Semua kata-kata Zhao segera hendak di laksanakan keduanya. Kedua orang
luar biasa tersebut segera maju melangkah lima tindak ke depan. Pas berada di
belakang Xia Jieji.
"Saudara Yue...
Mari lakukan pertarungan sehebat-hebatnya." tutur Jieji dengan bengis ke arah Yue Liangxu.
Bukannya merasa ngeri, Yue malah tertawa terbahak-bahak. Dia sangat senang
kali ini karena melihat perubah sikap lawannya.
Jieji tidak mau mengulur waktu lagi. Dia segera membentuk tangan bersilangan
di arah pusarnya. Dengan cepat, energinya meluber luar biasa.
"Itu tapak berantai tingkat kelima!!!" teriak Hikatsuka.
"Sepertinya anakmu itu kali ini tiada tanggung lagi menggunakan tenaga nya.."
tutur Yelu Xian dengan tatapan mata tajam ke arah Jieji.
Melihat keadaan, Zhao kuangyin segera mengangsurkan pesilat untuk
menyingkir agak menjauh. Sebab tapak berantai tingkat kelima bukanlah ilmu
biasa. Siapa yang berada dekat akan berbahaya sekali jiwanya.
Hawa yang dikumpulkan Jieji memang tiada tanggung kali ini. Jauh lebih dahsyat
daripada ketika dia bertarung melawan Li Zhu, kaisar terakhir Dinasti Tang.
Sebab tenaga dalam Jieji telah maju sungguh pesat setelah dia mendapat intisari tenaga dalam dari Ilmu no. 1 Shaolin, Ilmu Jing-gang.
Yue telah siap juga, dia berniat sama seperti Jieji. Yaitu mengerah tapak
pemusnah raga tingkat kedelapannya karena tapak inilah jurus tertinggi setelah


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggabungkan 4 unsur utama dan empat unsur pendukung.
Dia membentuk tangannya secara aneh. Seperti bentuk bulan sabit dan sesekali
membentuk lingkaran penuh. Tenaga dalam Yue segera bekerja sangat dahsyat
sekali. Tenaga dalam no.1 yang pernah di kerahkan pesilat dalam jangka waktu
ratusan tahun. *** Sebelah tenggara dari arah pertarungan, sebuah bukit tandus...
Dewa Sakti, dewi peramal dan dewa semesta belum meninggalkan tempat
pertarungan. "Ini menjadi pertarungan no.1 sepertinya. Tidak sia-sia setelah kita memberikan tenaga dalam kepada Zhao, dan tidak meninggalkan tempat ini dahulu." tutur Dewa sakti sambil melihat ke arah Dewa semesta.
Dewa semesta segera menganggukkan kepalanya.
"Setelah ini, masa sulit selama 3 tahun pun akan terjadi... Haiya......." tutur dewi peramal sambil menghela nafas.
"Tetapi takdir kali ini mungkin akan berubah." tutur Dewa Sakti kepada istrinya.
"Kenapa begitu?" tanya keduanya agak heran.
"Menurutku mungkin bukan 3 tahun. Atau bisa 4 tahun. Atau bisa kadang cepat"
Hm...." tutur Dewa Sakti sambil mengelus jenggotnya yang putih itu.
"Kita hanya sebagai penonton. Hidup kita sepertinya tidak lama lagi. Entah kapan bisa melihat pertarungan luar biasa seperti ini lagi?" tutur Dewa semesta sambil tersenyum. Seakan menertawakan suara desiran angin yang cukup menderu
disana. *** "Ayolah!!!!!" teriak Jieji membahana.
Tetapi berbareng tindakan Jieji melesat. Yuan Jielung serta Zeng Qianhao
dengan gerakan luar biasa cepat berbalik memutar 360 derajat dengan beberapa
kali ke belakang. Keduanya sangat kompak bagaikan cermin. Tapak keduanya
segera di arahkan menghantam ke tanah. Yue yang sedang berkonsentrasi ke
depan kontan sangat terkejut. Tidak disangkanya 2 orang luar biasa
mengeluarkan Ilmu tersaktinya secara berbareng. Ilmu telapak 18 naga
mendekam langsung saja bekerja sangat dahsyat.
Tanah di sekitar sana kontan membelah dan getarannya di rasakan siapa saja
tanpa kecuali. Seperti gempa tingkat luar biasa tinggi kedua energi orang
langsung menggulung tanah.
Jieji yang melaju pesat ke depan dengan tapak berantai tingkat kelima di kuti
gelombang energi dahsyat luar biasa di belakangnya.
Namun dengan tidak lama, Yue tidak mengambil pusing lagi. Dia ikuti gerakan
Jieji melaju ke depan.
Betapa beraninya Yue Liangxu!!!
Dia menghadapi 3 tenaga dalam yang luar biasa sakti. Tetapi dia sepertinya tidak takut sedikitpun. Malah terlihat menikmatinya.
Yue mengira bahwa 3 energi dahsyat itu akan mengincarnya. Tetapi dugaannya
kali ini luar biasa salah sekali.
Sementara itu, Zhu Xiang, Raja Yelu, Xia Rujian, dan Hikatsuka saat itu justru
segera naik ke atas tembok kota, mencegah Yunying sekali lagi di tolong oleh
Jieji. Memang Jieji telah dekat sekali kepadanya. Tetapi begitu dia hendak
menghantam kedua tapak ke depan. Energi 18 tapak naga mendekam segera
naik dari tanah dengan kecepatan luar biasa pula. Kontan tanah yang berpasir itu segera membumbung tinggi ke arah Yue. Di ikuti dengan gelombang "naga" yang dahsyat yang memutar serta membelit. Sesaat, hujan pasir di depan Yue pun
terjadilah. Sesungguhnya jurus Yue adalah untuk "Jieji". Tetapi hantaman miliknya justru mengenai tenaga dalam Yuan Jielung dan Pei Nanyang. Sesaat, dia merasa
sangat heran. Dan tentu saja.
Lantas apa yang sedang dilakukan oleh Jieji sesungguhnya?""
Ketika benturan ketiga tenaga dalam terjadi...
Tanah di sekitar depan kaki Yue yang terpaut 10 kaki itu kontan membelah
membentuk celah yang luar biasa dalamnya. Benar seperti gempa bukan buatan.
Energi kedua pendekar Kaibang telah dihalau dengan sangat sempurna oleh
Yue. Namun hujan pasir masih saja terjadi, sehingga Yue tidak sanggup melihat
keadaan di sampingnya.
Hanya beberapa saat setelah hujan pasir, Yue telah merasakan sebuah energi.
Tidak... Tidak...
Tidak sebuah energi dahsyat. Melainkan empat!
Dia segera memutar kepalanya ke arah atas. Dan dia heran luar biasa kali ini.
Yue mendapati Jieji telah berubah menjadi empat orang. Empat orang yang
sama sekali jelas dan bukanlah bayangan. Semuanya sedang menunjukkan jari
ke arah Yue Liangxu.
Sebelum Yue terkejutnya sirna, sebuah energi merah yang luar biasa dahsyat
telah menuju ke arahnya dari atas.
"Awas!!!!!" teriak pendekar Liao yang melihat apa yang sedang dilakukan oleh Jieji.
Yue benar telah siap. Kata-kata "awas" sepertinya tidak berguna baginya. Segera dia menyilangkan tapak untuk menahan hawa Ilmu jari dewi pemusnah yang
hebat luar biasa itu.
Benturan pertama segera terjadi. Yue sanggup mengeliminasi energi Jieji
dengan sempurna sekali. Menyusul energi kedua datang bersamaan dengan
energi ketiga. Kali ini, Yue cukup repot, sebab tekanan energi Jieji menjadi dua kali lebih dahsyat. Tetapi sepertinya ini juga tidak menyulitkannya. Asalkan tetap mengeliminasi dengan konsentrasi tinggi, dia pasti sanggup membuyarkan
energi dahsyat itu.
Ketika ditunggu, serangan keempat Jieji tidak pernah sampai.
Sebab tiada tahu-tahu, lantas telah dikeluarkan oleh Jieji. Tetapi sasarannya kali ini bukanlah Yue Liangxu. Melainkan 2 orang yang berdiri berdempetan di atas
tembok kota itu. Tentu sesiapa yang berada di atas tembok kota kontan sangat
terkejut. Mereka hanya sanggup melihat datangnya energi dahsyat itu sebelum sanggup
menghadangnya. Dan benar, energinya Jieji yang disalurkan lewat Ilmu jari dewi
pemusnah itu mengarah ke Yunying dan Wu Shanniang yang tepat di
belakangnya. Inilah rupanya Jurus terakhir yang dikeluarkan Jieji dengan seluruh
kemampuannya. Dan bukannya Jurus ini di peruntukkan Yue Liangxu, melainkan
untuk istri tercintanya sendiri.
BAB XCVIX : Tewasnya Pahlawan"
Seakan tidak percaya dengan kedua bola mata yang berasal dari kepalanya
sendiri, Yunying tidak bisa berbuat banyak. Bahkan jika dia pernah berpikir Jieji suaminya bertindak dengan terlampau "keji" seperti ini. Maka tentunya dia pasti bersedih hati sekali. Paling tidak dia akan menangis sampai tiga hari tiga malam.
Tetapi Ilmu terakhir dari tapak berantai bukanlah ilmu yang bisa ditunda.
Panah sudah dilepaskan pemiliknya...
Maka kontan sebuah energi yang maha dahsyat yang belum pernah di keluarkan
siapapun di jagad persilatan dewasa ini telah mengancam dua orang yang
sedang berdiri berhimpitan.
Wu Shanniang saat itu nalarnya paling jernih. Dia berpikir meski menodong
pedang ke arah Yunying bukanlah jalan keluar lagi saat itu. Maka tanpa banyak
bicara dia hanya mengerahkan semua energi dari bawah perutnya untuk
bertahan sebisa mungkin.
Jika dia ingin lari pun saat itu, maka kondisi yang akan diterimanya pasti telah lebih gawat daripada "bertahan" saja. Sebab bagaimanapun, energi Xia Jieji sungguh sangat cepat telah menghampirinya dari depan.
Yelu Xian tentu sangat terkejut ketika menyaksikan bahwa "istrinya" terancam bahaya yang luar biasa besarnya. Kontan dengan cepat sekali, dia bergerak ke
arah Wu Shanniang seraya menghimpun tenaga dalam guna bertahan sebisa
mungkin. Xia Rujian, Zhu Xiang juga adalah 2 orang yang bergerak bersamaan untuk
membantu Wu Shanniang saat itu.
Tetapi... Sebelum energi Jieji hampir mengenai Yunying.
Hawa pedang yang lebarnya mungkin hampir 2 kaki itu telah "membelah".
Semua pesilat yang menyaksikan tindakan Jieji itu kontan sangat terkejut.
Terlebih lagi pendekar Liao yang berada di atas tembok kota. Hawa pedang itu
telah "membagi" diri menjadi 5 bagian.
Terlihat kelima energi menuju ke sasaran dengan sangat pas.
Bagian pertama masih tetap menuju ke arah Yunying.
Bagian kedua langsung mengarah ke Xia Rujian.
Bagian ketiga mengarah ke Zhu Xiang.
Bagian keempat mengarah ke Yelu Xian.
Sedang bagian kelima mengarah ke Hikatsuka Oda.
Langsung saja dengan sungguh cepat. Terlihat kelima orang terpental dan
menabrak keras ke belakang. Bahkan terlihat semuanya "jatuh" ke dalam tembok kota Beiping.
Yue Liangxu sangat terkejut.
Dirinya yang sedang mengeliminasi energi Jieji itu kontan tergoncang.
Dia tidak pernah tahu ataupun mengira bahwa kali ini lawannya tersebut telah
sangat nekat sekali.
Ketika pesilat dari Sung melihat "hasil" dari jurus terakhir Jieji langsung saja ingin menyerang ke depan.
Tetapi Zhao kuangyin segera mengangkat tangannya tinggi guna menghentikan
langkah pesilat disana. Zhao tahu bahwa energi yang terbelah tersebut tidaklah
sedahsyat 1 energi lagi. Maka kelima orang yang terlempar ke belakang tentu
tidak akan tewas dengan cara begitu.
Memang, terlihat orang yang terlempar ke belakang adalah Zhu Xiang, Yelu Xian,
Xia Rujian, Hikatsuka Oda dan Wu Shanniang.
Yunying malah sebaliknya.
Ketika energi Jieji telah hampir menyentuhnya. Seketika energi Jieji langsung
membuyar sambil menarik.
Wu Shanniang berbeda, dia telah mengumpulkan energi untuk bertahan. Maka
akibat berlaganya dua buah tenaga dalam, dan energi Wu Shanniang sama
sekali bukanlah tandingan Jieji. Maka dengan sendirinya dia telah terpental ke
belakang. Yunying tertarik ke depan dan dengan tubuh yang telah lemas "tertarik" jatuh dari tembok kota Beiping.
Dengan melayang, Jieji segera menariknya dengan cepat dan memeluk isteri
tercintanya. Yue Liangxu yang "masih" mengeliminasi energi Jieji langsung saja berpaling.
Menghadapi bahwa semua rencana-nya telah gagal. Maka dia segera emosi.
Dan tidak ayal lagi, energi ilmu jari dewi pemusnah yang belum di eliminasinya
sampai sempurna segera "membakar" tubuhnya dengan sangat hebat.
Jieji melayang turun dengan santai seperti kapas. Tetapi ketika dia telah beranjak ke tanah. Dia melihat bahwa Yunying sepertinya telah putus nafas. Tubuhnya
telah lemah seperti selembar daun yang telah layu yang tertiup angin musim
gugur. Namun hal tersebut tidak membuatnya putus asa.
Dengan segera dia mendudukkan isterinya dalam keadaan bersila. Dan dengan
sekali hentakan tenaga dalam. Jieji mengarahkan tapaknya pelan dan pasti ke
arah kepala isterinya tersebut.
Kontan saja, udara di sampingnya terserap oleh energi Jieji mengarah ke
ubun-ubun kepala Yunying dengan sangat cepat.
Yue yang melihat kondisi tersebut kontan sangat marah. Tetapi sebelum dia
bertindak, dia telah memuntahkan darah segar. Ini terlihat bahwa dari organ
tubuhnya telah terluka dalam.
Semua pesilat yang menyaksikan keadaan "luar biasa" tersebut telah bergerak untuk menghampiri Jieji yang berada pas di bawah kota.
Namun dari arah belakang mereka dikejutkan oleh suara seseorang.
"Nak Jieji?"" Kau sudah gila?"?"
Semua pesilat dari arah Sung segera berpaling ke belakang.
Seorang tua yang umurnya sekira 60-an telah muncul. Jenggot dan kumis yang
tipis yang telah memutih segera maju ke depan dengan alis mata yang berkerut.
Orang tua ini tiada lain adalah Wu Quan.
Sementara itu, semua pesilat Liao yang tadinya terlempar ke dalam kota telah
bergerak sangat cepat keluar dari dalam.
Sekarang, kondisi telah berbalik.
Posisi Jieji tepat di bawah kota. Sedang kelima orang yang tadinya terpental ke belakang telah maju dari dalam kota untuk "mengepungnya".
Seakan tidak mendengar apa-apa. Jieji tetap berkonsentrasi penuh untuk
menyalurkan hawa murni terbaiknya yang telah dipelajari bertahun-tahun kepada
isterinya yang masih dalam kondisi sangat kritis itu.
"Anakku... Kau sepertinya hampir tamat hari ini..." tutur Hikatsuka Oda.
Hikatsuka memang menahan energi Jieji yang datangnya tiba-tiba itu. Tetapi
ketika semua temannya beranjak menolong Wu Shanniang. Melainkan dia
sendiri tidak. Oleh karena itu, maka luka dalamnya adalah yang paling ringan.
Sedangkan Yeluxian, Zhu Xiang, Xia Rujian mengalami luka dalam yang serius.
Ini di karenakan mereka sedang berkonsentrasi menuju ke arah Wu Shanniang.
Tahu-tahu energi Jieji yang membelah itu "menyerang" dari arah samping. Tentu ketiga orang tersebut sama sekali tidaklah siap.
Namun ketiganya telah memahiri ilmu no 1 sejagad. Luka dalam meski parah,
tetapi belum sempat membuat mereka bertiga tiada berdaya.
"Shanniang?"?" teriak Wu Quan kembali heran ketika dia melihat isterinya yang dirindukannya tiap pagi dan malam itu keluar dari dalam kota.
Wu Shanniang sekilas melihat ke arah Wu Quan, kemudian dia berpaling
kembali. Nyonya Wu tersebut sengaja untuk tidak melihat suaminya tersebut.
Tetapi yang hebatnya, Wu Shanniang sama sekali tidak tampak reaksi
perubahan di wajahnya. Dia seakan-akan tidak pernah mengenali orang yang
menyapanya tersebut.
"Shanniang!" teriak Wu Quan kembali sambil bergerak ke depan.
Tetapi dia dirintangi oleh Zhao kuangyin. Sambil menatap mata orang tua
tersebut rapat-rapat. Zhao menggeleng beberapa kali.
Meski Wu Quan amat rindu terhadap isterinya yang sangat dicintainya. Namun
gelengan kepala Zhao kuangyin memberi suatu maksud. Entah apapun, maka
dengan sendirinya dia tidak bertanya lebih lanjut lagi. Tetapi orang tua ini
memberi hormat dalam kepadanya sambil bergerak ke belakang lagi.
Yue Liangxu yang melihat kondisi luar biasa dari Jieji tentu berniat sekali untuk mengambil kesempatan.
"Entah apapun....
Entah apapun siasat yang kau mainkan, tetapi hari ini kau pasti berakhir disini."
tutur Yue kepada Jieji yang dengan segera saja "melayang" melewati lubang yang besar sekali akibat laga energi dia dengan kedua tetua Kaibang, Yuan
Jielung dan Pei Nanyang.
Dengan sangat cepat, dia telah melaju ke arah punggung Jieji yang masih
berkonsentrasi menyalurkan energi. Sekali dengan tapak yang keras, punggung
Jieji telah dihantam.
Energi yang di berikan kepada Yunying tadinya, kontan terserap kembali melalui
tubuh Jieji dan mengarah ke tapak Yue Liangxu.
"Ha Ha Ha............"
Terdengar Yue Liangxu sedang berteriak kemenangan.
Sedangkan para pendekar Liao yang lainnya juga melakukan hal yang sama.
Terkecuali Hikatsuka Oda dan tentunya isterinya sendiri.
"Wah.... Saudara Xia, tidak disangka bahwa setelah mengerahkan ilmumu yang paling hebat. Ternyata simpanan energi kamu masih ada 5 bagian lebih...
Saudara Xia betul seorang pendekar luar biasa zaman ini... " tutur Yue kembali kembali di tutupi tawanya.
Hikatsuka menatap dengan dalam ke arah Jieji yang membelakanginya tersebut.
Dia mengerutkan dahinya dan bermaksud berpikir jernih. Dia merasa ada
sesuatu hal yang sedang menganggunya.
Dia berpikir bahwa Jieji tidak mungkin melakukan hal yang sebodoh seperti
sekarang. Dan jikapun dia melakukannya, apa mungkin karena untuk orang yang sangat
disayanginya"
Atau mungkin dia berpikir bahwa dia telah melukainya dengan sangat parah,
maka dengan nyawalah dia baru bisa menebusnya.
Beberapa pemikiran sedang mengganggunya terus menerus.
Sementara itu, Ibunya tentu sangat tidak rela melihat apa yang sedang dilakukan Yue Liangxu terhadapnya. Hampir saja dia maju untuk menyerang Yue Liangxu.
Tetapi Hikatsuka sangat cekatan. Dia telah melihat perubahan wajah isterinya
tersebut, tentu dia menghalanginya dengan cepat. Dilihatnya isterinya sendiri
dalam-dalam. Wajahnya sungguh buram, air matanya telah berkumpul di kelopak
matanya. Jika saat itu, nyonya Oda tersebut mengedipkan matanya saja. Maka air matanya
kontan menitik keluar. Kembali ditatapnya isteri yang telah hidup bersamanya
hampir 40 tahun tersebut.
Dan dengan tiba-tiba dia teringat sebuah hal.
Dia segera berpaling ke samping. Baru saja dia bermaksud memperingatkan Yue
Liangxu. Namun betul sudah terlambat.
Zhao kuangyin, Sun Shulie telah bergerak cepat ke arah Yue Liangxu yang
sedang menyerap energi Jieji yang membuyar dengan luar biasa hebat itu.
Yue yang melihat ke arah datangnya lawan tersebut, langsung merapal 1 tapak
lainnya yang menganggur itu ke arah depan. Kontan "energi" dari Jieji yang tadinya terserap ke tubuhnya di keluarkan langsung.
Seraya dia berteriak.
"Ini energi dari saudara kalian yang hebat luar biasa itu!!!"
Memang hebat. Energi Jieji yang telah terserap Yue Liangxu itu mengarah ke arah Zhao dan Sun
yang tidak begitu siap.
Menyaksikannya.
Keduanya langsung merapal tapak Dewa Lao tingkat ketiga untuk bertahan.
"Bonggg!!!"
Suara berlaganya energi jarak jauh terdengar sangat jelas.
Baik Zhao maupun Sun Shulie keduanya terpental ke belakang dengan menyeret
kaki. Keduanya mengalami luka dalam yang sungguh sangat cepat.
Zhao dan Sun Shulie sedang melakukan apa yang sedang ditulis Jieji di
lembaran kertas yang diberikan oleh Jieji sebelum pertarungan tadinya.
Keduanya belum mengerti jelas bahwa apa yang sebenarnya di rencanakan oleh
Jieji, namun saat darurat seperti itu tentu tiada sulitnya untuk mencoba meski
taruhannya adalah luka dalam.
Yue yang telah mengirim energi Jieji ke arah Zhao kuangyin dan Sun Shulie
tersebut kembali ingin merapal "Ilmu dewa pembuyar tenaga dalam". Tetapi, dia kontan sangat terkejut kali ini.
Di saat "lubang" waktu yang sesaat itu, telah dimanfaatkan Jieji dengan sangat cepat sekali.
Dia pertama merasakan bahwa ruangan "kosong" tersebut telah di si Jieji dengan sangat cepat. Jieji mengirim jurus Ilmu jari dewi pemusnah lewat punggungnya
ke semua nadi utamanya Yue. Kontan Yue ingin berteriak saja sudah tidak
mampu seketika. Karena cepatnya jurus hebat Jieji, dia tidak sempat untuk


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merapal energi membuat pertahanan.
Dan kemudian Jieji telah "datang" kembali.
Dengan jurus yang hampir sama, Jieji menyerap energi dari Yue Liangxu.
Setelah terhisap-nya energi Yue, Jieji kembali mengirim energi milik musuh
bebuyutannya ke arah Yunying.
Yue Liangxu tentu tidak bisa tidak terkejut. Energinya bagai air bah yang luar
biasa dahsyat dan dirasakan oleh Jieji.
Dengan mengambil resiko sungguh besar, Jieji "menarik" energi-nya Yue dan memindahkannya ke tubuh Yunying.
Ini adalah Inti ilmu memindah semesta.
Ilmu memindah semesta adalah sebuah ilmu yang sungguh indah. Gerakan
tenaga dalam dari dalam tubuh sangat susah diprediksi siapapun. Sebab energi
yang terkumpul sifatnya merapat dan bukan menyebar. Sungguh mirip ilmu ini
dengan ilmu dewa pembuyar tenaga dalam. Bedanya adalah Ilmu memindah
semesta hanya bisa dilakukan ketika lawan telah tiada berdaya.
Yue telah tertotok semua nadi utamanya, maka Ilmu tersebut sungguh sangat
bermanfaat saat ini. Mengingat kedua ilmu tersebut (jari dewi pemusnah dan
Memindah semesta) adalah milik Dewa Sakti, maka sungguh tepat orang
menjulukinya sebagai Dewa yang sangat pintar dan teliti terhadap segala hal.
Ilmu memindah semesta meski adalah milik Yunying. Namun semenjak 3 tahun
lalu, Jieji banyak membaca-nya untuk "mengajari" Yunying dalam meyakini ilmu tersebut.
Semua pendekar dari Liao tidak tahu bahwa bukanlah energi Jieji lagi yang
terhisap sekarang. Melainkan adalah Yue Liangxu yang sedang terserap hawa
murninya dengan sangat cepat.
Hikatsuka melihat ke arah Yue Liangxu yang masih tetap tegak menempelkan
tapaknya ke punggung puteranya. Posisi Yue Liangxu adalah membelakangi
mereka semua. Jadi sebenarnya apa yang sedang terjadi, tiada yang tahu
perubahannya. Hikatsuka sempat terkejut tadinya karena dia berpikir ketika Yue menyerap
energi Jieji, maka pendekar dari Sung akan segera datang untuk
membokongnya. Dan menyaksikan Zhao dan Sun telah terdorong mundur, maka
hatinya sesaat lega. Oleh karena itu, dia tidak tahu juga apa yang sedang terjadi pada Yue Liangxu.
Zhao kuangyin yang berdiri pada posisi tersebut segera tersenyum girang. Dan
bahkan beberapa orang dari pihak Sung yang memiliki kungfu tinggi telah tahu
apa yang sedang di lakukan oleh Jieji.
Mereka tidak bergerak sedikitpun.
"Masih ada pesan terakhir. Kita harus tinggalkan tempat ini sesegera setelah Yunying telah siuman atau setidaknya telah berada dalam kondisi yang lebih
baik. Semuanya betul seperti perkiraannya. Dia betul-betul adalah seorang
manusia luar biasa zaman ini...." tutur Sun Shulie kepada Zhao kuangyin yang dilanjutkan dengan anggukan pelannya.
Yue Liangxu kali ini benar-benar telah gawat luar biasa. Dia tidak pernah
menyangka bahwa kali ini dia tertimpa bencana besar. Entah siapa kali ini yang
akan menyelamatkannya.
Energi dalam tubuhnya telah membuyar sekiranya tinggal 2 bagian saja yang
tersisa. Sedang Jieji tidak pernah sekalipun "mengambil" energi Yue untuk disimpannya. Melainkan dia memberikannya semua kepada Yunying yang
sedang dalam posisi bersila itu.
Yue sekarang telah insaf. Dia tahu nyawanya betul telah di ujung tanduk. Hanya
dalam sesaat saja sekitar 7 bagian tenaga dalam murninya telah terserap. Dia
kontan menutup matanya saja dan tidak lagi memikirkan apa yang akan terjadi
kelak. Tetapi... Sepertinya "permainan" hebat ini telah di ganggu seorang.
Dengan sangat cepat, Yue yang sedang berada pada posisi berdiri tersebut telah
terpental sangat jauh.
Kontan tiada orang yang tidak terkejut melihatnya.
Bahkan orang yang memakai tendangan untuk mengusir Yue Liangxu tersebut
juga berkeringat dingin seakan tidak percaya.
Dia memang menggunakan semua kemampuannya untuk menyerang tulang
rusuk Yue Liangxu. Tetapi tidak disangkanya, Yue benar "lemah" sekali. Sekali serang, orang terhebat di dunia persilatan telah terpental puluhan kaki ke
samping dengan luka parah.
Semua mata kontan melihat ke arah penyerangnya tidak terkecuali Jieji. Maka
hanya seorang Yunying saja yang tidak melihat ke arahnya.
Dilihatnya orang tua yang sangat di kasihinya telah berdiri terbengong-bengong
sambil menatap ke arah terkaparnya Yue Liangxu.
"Niang / Ibu ?" tutur Jieji sambil mengerutkan dahinya.
Penyerang tadi tiada lain adalah Ibunya Xia Jieji. Lalu dia beranjak dari
tempatnya dan melihat puteranya. Dia juga sangat terkejut. Puteranya bukan saja tidak cedera. Malah kondisinya masih sangat baik sekali.
Tanpa meninggalkan tapak di atas ubun-ubun Yunying, Jieji berkata kepada
ibunya. "Sungguh ibu sangat menyayangiku. Meski mati beratus kali pun aku ... aku..."
tutur Jieji terbata-bata. Hatinya memang sangat gembira mendapati bahwa
ibunya masih sangat peduli padanya. Boleh dikatakan perjumpaan dengan
ibunya sampai sekarang tidaklah 10 kali. Namun melihat ibunya yang tiada tahu
kondisi menyerang Yue, maka dia teramat senang sekali.
Yelu Xian, Zhu Xiang adalah kedua orang yang pertama kali menghampiri Yue.
Ketika mereka memerika kondisi Yue. Keduanya sangat terkejut sekali. Sebab
semua nadi utamanya telah di totok. Dan langsung saja keduanya mengerahkan
energinya dan menotok keras ke arah 5 nadi utama Yue Liangxu.
Tentu hal ini telah membuatnya sanggup berdiri lagi dengan benar.
"Kau!!!!" teriaknya ke arah Jieji dengan nada yang sangat geram.
Dia memang telah lolos dari maut yang sangat membahayakan. Hanya saja dia
tidak pernah mengira bahwa orang yang "menolongnya" adalah Hwa Yueling /
isteri Hikatsuka Oda.
Jieji menatap ke arah Yue Liangxu sambil tersenyum penuh arti kepadanya.
"Ada apa" Kenapa bisa begitu?" tutur Yelu Xian yang agaknya heran benar.
"Dia telah menyerap energiku. Hm....." tutur Yue kemudian dengan lemah.
"Bagaimana bisa?"" tutur mereka semua seakan tidak percaya.
Semuanya kontan melihat ke arah Jieji.
Kemudian tidak lama, Jieji telah merasakan pentalan lemah energi Yue dan
energi dirinya yang telah diberikan ke Yunying. Sesaat, dia menarik kembali
semua energi yang telah meluber itu ke dalam dirinya. Sambil tersenyum, dia
menghempaskan ringan Yunying yang bersila itu ke arah Huang Xieling yang
berdiri dengan cemas dari tadi.
Xieling yang dari tadi telah siap dan menerima perintah dari Zhao kuangyin,
segera saja menangkap Yunying dengan lembut dan membiarkannya berdiri .
Tetapi Yunying masih sangat lemah. Nafasnya telah teratur, kondisinya memang
seperti orang yang masih tertidur.
"Sekarang kita pergi...." tutur Zhao kuangyin sambil menghadap ke belakang.
"Apa?" teriak Zeng Qianhao.
Sun Shulie juga mengerutkan alisnya, begitu pula Yuan Jielung serta semua
pesilat Sung disana.
Zhao kuangyin langsung saja berangkat tanpa menoleh ke belakang lagi.
"Tetapi...." tutur Sun Shulie kepadanya.
"Tidak akan ada masalah..." tutur Zhao kuangyin dengan tegas dan tidak melihat ke belakang lagi.
Semua pesilat beranjak dari sana dan sesekali mereka memperhatikan Jieji yang
berdiri tegak membelakangi. Dia sepertinya tidak mengalami masalah sedikitpun.
"Jadi" Jadi?"?"" tutur Ibu Jieji dengan lemah.
Dia tidak pernah menyangka bahwa puteranya adalah dalam kondisi di atas
angin. Sehingga dia-lah yang terakhir mengacaukan apa-apa yang berada di
sana. Sementara itu, Yue liangxu justru orang yang bergembira atas semua hal itu. Dia tetap diam saja. Zhu Xiang terlihat memegangnya dengan hati-hati.
"Kalian tidak bisa pergi!!!!" teriak Yelu Xian ke arah para pesilat.
Namun Zhao yang mendengarnya tersebut malah mengencangkan langkah. Hal
ini diikuti oleh semua orang.
"Pasukan!!!!" teriak Yelu Xian.
Kontan saja, semua pasukan bersembunyi dari dalam kota telah keluar
semuanya. Tetapi menyaksikan pemandangan luar biasa di depan mereka,
kontan mereka terkejut.
Bagaimana tidak?""
Hanya berjarak 30 kaki dari tembok kota terdapat sebuah kawah besar yang
dalam secara lurus yang panjangnya mungkin 100 kaki. Ini adalah fenomena
yang terjadi akibat pertarungan 1 jurus antara Yue Liangxu dan Pei Nanyang
serta Yuan Jielung.
Para pasukan ingin maju, tetapi jika mereka maju dari arah kiri. Maka pesilat
tentu akan bergerak ke arah kanan. Begitu pun sebaliknya.
Jika para prajurit yang kungfunya hanya biasa-biasa saja, mana mungkin
sanggup mengejar pesilat yang jumlahnya cukup banyak dari arah yang
berlawanan. Ini sungguh membingungkan mereka.
Hikatsuka Oda mengangkat tangannya tinggi sambil berteriak.
"Tidak usah kejar... Kalian bukan lawan mereka!!!"
"Kenapa begitu?" tutur Yelu Xian yang heran.
"Kau juga yang menyembunyikan pasukan dalam kota. Kau juga-lah yang
meminta tidak mengejar" Apa maksudnya?" tutur Yelu Xian.
"Ada 3 hal janggal.
Yang pertama anak ini." tutur Hikatsuka sambil menunjuk ke arah Jieji.
Ini di kuti dengan senyuman pemuda tersebut.
"Yang kedua, semua sudah direncanakan dia. Termasuk kawah besar di depan
itu. Dan yang ketiga...." tutur Hikatsuka yang belum menyelesaikan kata-katanya.
Lantas dipotong saja oleh Jieji yang berada disana dengan berdiri tenang
tersebut. "Pasukan Zhao kuangyi. Pasukan Sung belum pernah menunjukkan diri. Jika
kalian mengejar, maka takutnya ada pasukan yang disembunyikan. Begitu
bukan" Ayah?""
Hikatsuka lantas mengangguk.
"Hari ini kita semua jatuh di tanganmu. Jika hari ini Liao telah musnah, maka semua jasa adalah milikmu seorang, anakku..."
Jieji menggelengkan kepalanya.
"Hari ini justru adalah hari kematianku...."
Semua orang disana sangat terkejut mendengar apa kata-kata Jieji.
Kungfunya telah tinggi no. 1 sekarang, ditambah energi Yue maka Jieji sudah
tiada tandingan sekolong langit lagi. Meski semua pendekar mengerebut maju.
Maka untuk melarikan diri, tentu Jieji masih sanggup.
Ibunya melihat ke arahnya dengan sangat heran.
"Kamu bisa lari anakku. Kenapa tidak lari?" tuturnya ke arah Jieji.
Tetapi tidak lama, Jieji telah memuntahkan darah segar segera.
Ini terbukti tenaga dalamnya telah sangat kacau. Sesaat, dia terduduk dalam
kondisi yang sangat payah sekali.
"Ini karena 8 unsur tenaga dalamku telah mengerubut 4 unsur utama tenaga
dalammu. Saudara Xia sepertinya tidak akan punya waktu yang lama lagi. Bukan
begitu?" tutur Yue Liangxu dengan tersenyum puas.
"Apa?" tutur Xia Rujian.
"Jadi begitu?" tutur Yelu Xian.
"Ha Ha......... Sepertinya memang benar kamu datang untuk mengantarkan
nyawa hari ini..." tutur Zhu Xiang yang sangat puas melihat kondisi Xia Jieji.
Sedang Jieji malah tertawa melemah.
"Aku tidak pernah sanggup memikirkan cara yang lebih bagus daripada ini..."
Hikatsuka menggelengkan kepalanya sambil menghela nafas panjang.
"Tidak disangka dari awal sampai akhir adalah sebuah tipu muslihatmu yang
besar. Apa kamu pernah memikirkan kondisi Yue Liangxu sebelumnya?"
"Pernah......
Aku berpikir aku bisa saja membunuhnya tadi. Tetapi tidak akan kulakukan..."
tutur Jieji yang sedang melemah untuk menjawab pertanyaan ayahnya sendiri.
"Kenapa?" tanya Yue memotong.
"Karena aku tidak pernah melakukan hal sekotor itu..." jawab Jieji ke arah Yue sambil tersenyum.
"Sekarang nyawamu benar telah terancam. Bagaimana kamu akan bertindak
selanjutnya" Apa kau masih punya harapan?" tutur Yue kembali kepadanya.
"Selembar nyawa seperti selembar surat hutang. Kapanpun akan ditagih kembali oleh pemiliknya. Kenapa harus dikhawatirkan" Harapan" Itu juga kenapa harus
dikhawatirkan?" jawab Jieji dengan lemah.
Yue Liangxu menggelengkan kepalanya sambil menghela nafas panjang.
"Jadi kamu akan terus bertarung saja" Terus bertarung selamanya jika kamu
masih hidup?" tutur Xia Rujian sambil berjalan ke arahnya.
"Semenjak kecil, aku sudah sangat menyukai penyelidikan. Penyelidikan sama asyiknya dengan pertarungan.
Jika dalam pertarungan tiada unsur penyelidikan, maka pertarungan sama saja
dengan boneka yang setiap hari menangis mencari pembuat-nya."
tutur Jieji kembali.
"Jadi kamu bertarung hanya untuk kepercayaan-mu bahwa kamu bisa menang?"
tutur Xia Rujian yang agaknya penasaran.
"Tidak....
Aku bertarung karena....
Hanya karena....." tutur Jieji yang melemah dan terakhir dia tidak sadarkan diri lagi.
Semua melihatnya sambil menghela nafas panjang.
"Meski dia adalah lawan kita yang terhebat. Tidak disangka bahwa dia akan jatuh dengan cara begini..." tutur Zhu Xiang sambil menghela nafas panjangnya tiada henti.
"Ini adalah saat tepat membalas kematian puteriku, Yuan Xufen. Serta saudara seperjuangan kita yang telah dicelakainya..." tutur Wu Shanniang.
Wu Shanniang telah mencabut pedangnya. Dia juga berada tiada jauh dari
tempat Jieji yang sedang tidak sadarkan diri itu. Maka dengan sekali kelebat
pedangnya dia langsung memenggal kepala pemuda tersebut.
BAB C : Gadis Kecil Nan Cantik Dan Ceria
Zhao kuangyin dan kawan-kawan sepersilatan mengambil jalan memotong dari
kiri guna mencapai kota Shandang.
Karena dalam pesan surat Jieji, dia meminta kakak pertamanya untuk menuju ke
arah kiri saja dan langsung memotong ke daerah Shandang.
Perjalanan dari kota Beiping ke Shandang tidak sedekat dari kota Ye ke Beiping.
Bahkan 2 kali lebih jauh adanya. Hampir 300 li perjalanan untuk mencapai kota
tersebut. "Adik Shulie...
Menurutmu apa mungkin ada yang mengejar kita?" tutur Zhao kemudian setelah mereka telah terpisah hampir 10 li dari tembok kota Beiping.
Sun Shulie beserta semua pesilat menghentikan langkah mereka sesegera.
Dengan beranjak cepat ke tempat tertinggi yaitu sebuah bukit di sebelah
timurnya, Sun Shulie mencoba untuk memandang ke arah timur laut. Dia
menatap dengan cukup lama juga dari tempatnya berada. Setelah memastikan,
kemudian dia turun ke bawah lagi.
"Tidak ada kakak seperguruan. Sepertinya pasukan Liao tidak mengejar kita."
tutur dia sambil memberi hormat.
"Kalau begitu, sepertinya kita telah benar aman. Bagaimana kita buka kain kedua ini?" tutur Zhao kepada rekan-rekannya.
Dewa ajaib yang berada di sana tentu telah sangat penasaran akan isi di dalam
kain itu. Dia hendak berteriak untuk meminta Zhao membukanya. Tetapi dia
merasa sungguh kekanak-kanakan tindakannya itu. Malah terlihat dia berjalan
hilir mudik di tempat tersebut dan sesekali ingin berbicara.
"Pendekar Yang... Apa isi di dalam surat pertama jika boleh kita
mengetahuinya?" tutur Zeng Qianhao kemudian setelah penasaran beberapa
lama. Baik Zeng dan Yuan keduanya di pesan melalui surat kain pertama tersebut
untuk menggunakan tingkat tertinggi ilmu keduanya untuk menghantam ke tanah
kemudian menuju ke sasarannya yaitu Yue Liangxu. Tetapi keduanya memang
benar masih bingung.
Maka Zhao kuangyin segera mengeluarkan sesuatu di balik bajunya, dan
memberikannya kepada Zeng Qianhao. Dengan hormat, Zeng Qianhao
menerima surat kain tersebut dan membukanya serta membacanya dengan teliti
sekali. Setelah membacanya, Zeng sambil menghela nafas tiada putusnya dan
memandang ke arah timur laut. Yuan Jielung kemudian meminta kepada gurunya
untuk membaca surat tersebut. Yuan juga melakukan hal yang sama dengan
Zeng Qian hao. "Sungguh pendekar Xia adalah orang hebat masa sekarang. Tiada manusia
sejagad lagi yang sanggup memperkirakan apa yang terjadi 2 bulan atau 3 bulan
kemudian. Tetapi surat kain ini benar di tulis dan dijahit rapi semenjak 3 bulan lalu. Semua yang ditulis disini betul adalah kejadian di bawah tembok kota
Beiping semenjak kehadiran Xia Jieji disana.
Jadi boleh dikatakan dia adalah Xiao Zhuge Liang."
(Zhuge Liang kecil. Seorang ahli strategis, tata negara, filosofi, politik, muslihat No. 1 sejagad yang hidup di zaman 3 kerajaan (221 - 260 M)). Tutur Yuan
Jielung setelah membaca suratnya. Dia memberikan kepada para pesilat di
belakangnya untuk diperlihatkan surat kain pertama Jieji tersebut.
Semuanya tidak berhenti menghela nafas panjang setelah membacanya.
"Bagaimana" Apa kita akan membukanya?" tutur Dewa ajaib yang sudah benar tidak sabar untuk mengetahui isi surat kain kedua tersebut.
"Tidak... Aku rasa tidak perlu. Kita harus sampai ke kota Shandang terlebih dahulu. Sebab menurut pesan dari kata-kata terakhir di surat adalah "setelah kita sampai di daerah kita sendiri." Ini bisa dimaksudkan bahwa setelah kita sampai ke kota Shandang. Bagaimana?" tutur Zeng Qianhao.
Zeng adalah pendekar yang paling di segani oleh semua pesilat. Bahkan dewa
ajaib tidak mampu berbuat banyak.
Zhao merasa apa alasan Zeng adalah baik. Maka daripada itu dia meminta
perjalanan kembali di lanjutkan.
Tiga hari kemudian...
Kota Shandang...
Para pesilat telah sampai di sana. Di depan gerbang kota, mereka berjalan
berendeng memasuki kota tersebut.


Pahlawan Dan Kaisar Karya Zhang Fu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tetapi para pesilat yang berjalan santai tersebut telah dikejutkan suara terompet yang membahana dari dalam kota.
"Siapa?"
Teriak mereka dengan bersamaan.
"Sepertinya itu Zhao kuangyi." Tutur Sun Shulie sambil membisik ke arah Zhao kuangyin.
Zhao kuangyin heran sesaat. Bagaimana mungkin Zhao kuangyi bisa sampai
disana" Kenapa Zhao kuangyi adiknya bisa meninggalkan ibukota dan pergi ke
wilayah ratusan li jauhnya"
Sesaat, memang benar.
Terlihat seorang pemuda yang berusia sekitar 40 tahunan keluar dengan
berkuda tenang saja. Di belakangnya nampak pasukan yang jumlahnya hanya
sekitar 100 orang saja.
Dia segera menghampiri kumpulan para pesilat tersebut.
"Pendekar Yang...
Apa kabarnya anda?"
tutur Zhao kuangyi sambil tetap di atas kuda memandangnya dengan tersenyum.
(Pendekar Yang maksudnya Yang Ying (nama samaran Zhao kuangyin). Tidak
mungkin bagi dia untuk menyebut Zhao kuangyin ataupun kata "kakak" saja.
Mengingat banyak pendekar dari dunia persilatan yang tidak tahu menahu
mengenai cara Zhao kuangyin melepaskan tahtanya.)
Di luar dugaan, Zhao kuangyin ternyata sama sekali tidak gusar ataupun marah.
Dia memberi hormat dengan dalam.
"Hamba Yang ying mendapat kehormatan Kaisar Sung Gaozu untuk menjemput
tentunya merasa sangat malu...."
"Tidak perlu terlalu banyak basa basi. Sekarang telah di sediakan tempat untuk anda sekalian...." tutur Zhao kuangyi dengan sangat bergembira kepada para pesilat di sana.
"Hormat Yang Mulia...." tutur mereka semua serentak sambil berlutut.
Tetapi Zhao kuangyi dengan cepat sekali meminta mereka semua berdiri.
"Ada apa sebenarnya" Kenapa Zhao kuangyi bisa berada disini" Sungguh heran sekali..." tutur Sun Shulie sambil berbisik kepada kakak seperguruannya itu.
"Tidak tahu... Sepertinya dia tidak bermaksud jahat. Kita ikuti dahulu
kemauannya." tutur Zhao kuangyin juga seraya berbisik.
"Aku mendapat pesan dari pahlawan selatan. Dia memintaku secara pribadi agar kemari untuk menjemput saudara-saudara sekalian. Maka daripada itu,
silahkanlah anda berkemah sejauh 5 li sebelah utara. Telah kusiapkan tempat
yang baik disana bagi pendekar seperjuangan..." tutur Zhao kuangyi dengan
suara yang keras.
"Apa" Jadi benar bahwa adik kedua telah menjumpai kuangyi terlebih dahulu?"
tutur Zhao kuangyin yang merasa agak heran.
"Jadi benar...
Mungkin maksud adik kedua adalah kita harus membantu-nya terlebih dahulu.
Mengingat musuh kita adalah sama yaitu Liao. Kakak seperguruan dengarkan
dan ikuti nasehatnya saja terlebih dahulu. Setelah sampai, maka kita buka
kembali surat kain kedua. Di sana pasti ada sesuatu yang akan jelas adanya."
tutur Sun Shulie sambil berbisik dengan pelan.
Dari pembicaraan Sun dan Zhao, mereka menggunakan suara perut dengan
nada yang rendah. Maka bisa di sebut berbisik, tetapi mereka berdua
menggunakan tenaga dalam tingkat tinggi. Jadi untuk pendengar yang masih
mempunyai kemampuan dangkal, maka tiada yang tahu maksud keduanya yang
berbicara pelan hampir tidak dapat di dengar.
Zhao kuangyin segera berbalik ke arah para pesilat. Dia memberi hormat dengan
dalam kepada mereka. Kemudian kesemuanya melakukan hal yang sama pula.
Lalu, Zhao berkata pelan kepada mereka.
"Bagi para pesilat yang merasa ingin tinggal, anda boleh ikut denganku.
Sedangkan para pesilat yang tidak ingin tinggal maka silahkanlah anda kembali
ke wilayah masing-masing. Mungkin kata-kataku terasa tidak sopan. Namun,
kita..." tutur Zhao sambil melihat ke arah Yuan, Zeng, Sun, dan semua orang yang berada di sampingnya.
"Akan terus menuju ke perkemahan utara tersebut."
Kata-kata Zhao yang menghormat dalam tersebut dipahami setiap pesilat disana.
Maka beberapa orang dari sana seperti partai besar Hua Shan, Kunlun,
Kongtong, Giok utara serta beberapa partai persilatan segera beranjak. Tetapi
hebatnya, para ketua dari partai-partai tersebut memerintahkan sekitar 30 orang tiap partai untuk tinggal bersama Zhao kuangyin dan kawan-kawannya.
Zhao cukup girang mendapati "bantuan" dari pihak persilatan tersebut. Dia membungkuk pelan ke arah para ketua partai sambil memberi hormat.
"Tidak perlu... Ini adalah tugas kita sebagai pendekar dunia persilatan untuk membela negara dari ancaman Liao yang ganas tersebut." tutur Yang Xiu ketua Hua Shan kemudian sambil membalas hormat Zhao kuangyin.
Zhao kuangyi meminta orang di sampingnya untuk menyerahkan sesuatu buat
Zhao kuangyin. Zhao kuangyin lantas menerimanya.
Ternyata ini adalah sebuah plat. Plat tanda "panglima". Bahkan disana tertulis
"Panglima pengaman utara". Sebuah gelar dan jabatan baginya. Zhao kuangyin tidak berbicara banyak, dia memberi hormat dalam dan berlutut untuk menerima
"pangkat dan jabatan" barunya itu.
"Aku merasa tuan Yang pasti sanggup menjalankan tugas dari Yang Mulia..."
tutur seorang pemuda di samping Zhao kuangyi kepadanya dengan hormat.
"Baik.... Terima kasih yang mulia..." tutur Zhao kuangyin.
Kemudian, para pesilat langsung memberi hormat kepada Zhao kuangyin serta
kuangyi dengan dalam. Mereka telah berniat meninggalkan tempat tersebut.
Hanya ketua partai saja dan beberapa belasan pengikut mereka yang ikut pulang
ke "kandang" masing-masing. Sedangkan lainnya diperintahkan ketua mereka masing-masing untuk tinggal disana.
Zhao dengan cepat membawa kawan-kawan persilatannya untuk menempati
"pos" baru mereka. Mereka beranjak dengan cepat.
Sementara itu, Zhao kuangyi tetap duduk di atas kudanya dengan tegak dan
memperhatikan seberlalu kakak kandungnya itu.
"Xia Jieji...
Xia Jieji... Kamu betul-betul adalah pahlawan luar biasa. Tetapi...
Apakah kakak sendiri tidak menyangka" Apakah dia masih bisa hidup?" tutur
Kuangyi sambil menghela nafas panjang tiada henti sambil membelokkan arah
kudanya ke dalam kota kembali.
Zhao kuangyi ingat dengan pasti. Sekitar 3 hari lalu, dia "kedatangan" Xia Jieji di Kaifeng. Dengan cepat, Jieji memberi pesan kepadanya.
"Aku mungkin tiada waktu lagi. Mungkin inilah pertarungan terakhir bagiku.
Mohonlah kakak untuk menepati pesan terakhirku. Seluruh orang
Tongyang(Jepang) di wisma Oda telah kuperintahkan supaya menuju ke dua
kota yaitu Ye dan Nanpi untuk menjaga. Jumlah mereka adalah sekitar 400
orang dan kubagikan di kedua kota tersebut.
Dua kota ini selain Shandang adalah 2 kota yang bisa terancam serang dari
pihak Liao. Oleh karena itu, kumohon kakak bisa menyembunyikan pasukan di
kedua sisi gunung utara kota Ye dan Nanpi. Dengan begitu, aku mati tiada
penasaran nantinya. Pasukan pesilat dari tembok kota Beiping akan kuatur
supaya menuju Shandang. Kakak tenang saja..." tutur Xia Jieji.
"Lalu kenapa tidak sekalian kusembunyikan pasukan di utara Shandang?" tutur Kuangyi yang agaknya heran.
"Tidak.. Pasukan Liao tidak akan berani mengejar. Karena Shandang adalah basis
perkumpulan pengemis. Selain itu, Shandang adalah daerah serangan "mati".
Jika mereka berhasil merebut Shandang pun, maka untuk kembali perjalanan
sangat jauh. Untuk membelanya tentu sangat susah." tutur Jieji.
Kuangyi kagum akan pengamatan Jieji. Kota Shandang benar terletak jauh ke
kota terakhirnya Liao. Jadi untuk membelanya benar adalah sulit mengingat
perbekalan, dan jarak yang cukup jauh.
Semua kata-kata Jieji diingatnya dalam sanubarinya. Kuangyi yang mendapati
keadaan Jieji saat itu langsung berjanji menaati semua pesannya dengan betul.
*** 3 Minggu setelah pertarungan di kota Bei Ping...
Gunung Hua... Sebuah gunung nan luas yang berada di utara daratan tengah. Luas serta
keindahan gunung Hua sungguh menakjubkan. Sehingga legenda kuno sering
mengatakan bahwa gunung Hua adalah tempat berdiamnya para Dewa-dewi
yang turun ke dunia.
Di sini juga terdapat sebuah perguruan silat Hua Shan yang sangat terkenal
sejak ratusan tahun lalu.
Di bukit sebelah barat daya, terlihat dengan jelas seorang nona kecil yang
berkuda dengan tenang. Seorang nona yang berpakaian aneh menurut orang
dataran tengah. Sebuah baju panjang yang lebar dengan warna putih yang
dihiasi bunga sungguh sangat cocok sekali dengan keindahan gunung tersebut.
Wajah si nona kecil sungguh sangat putih. Seputih salju yang setiap tahunnya
menyelimuti daerah gunung. Wajahnya juga sangat berseri dan seakan tiada
masalah baginya meski cuaca di gunung sangat dingin.
Nona kecil ini sedang menaiki kuda yang besar. Otot paha kuda tersebut
mungkin sebesar pelukan nona tersebut. Warna kuda sungguh menarik
perhatian semua orang jika ada yang memperhatikannya. Kuda tersebut
berwarna agak biru. Dari bulu-bulunya muncul warna merah menyala yang
seakan sedang "membakar". Kuda ini tiada lain adalah kuda Bintang biru.
"Lan Xing, Lan Xing... Tunjukkanlah... Tunjukkanlah...." terdengar nona kecil ini sedang menyanyi.
(Lan Xing artinya adalah bintang biru)
Pegunungan ini sungguh sepi dari pengunjung di saat dingin seperti ini. Maka
suara nyanyian nona kecil ini hanya terdengar oleh dirinya sendiri saja. Tetapi meski ada yang mendengar apa yang dinyanyikannya, tentu dia tidak merasa
malu atau semacamnya. Dia sangatlah ceria adanya dan seakan tiada sesuatu
yang mampu menyulitkannya.
Nona kecil terlihat bergerak ke arah barat dengan gerakan kuda yang pelan saja.
Di belakang punggungnya seperti ada sebuah kipas yang tergantung di ikat tali
pita pakaiannya. Sedang di pinggangnya terselip sebilang pedang panjang yang
terukir huruf "Qing Kung" ( Pedang Hijau ). Dan sarung pedang juga terukir huruf
"Hau Han" (satria).
Kegembiraan nona kecil sepertinya tidaklah bertahan lama disana. Karena sudah
beberapa pasang mata sedang mengamatinya dengan serius. Beberapa orang
sepertinya sedang bersembunyi menantikan kedatangan nona ini.
Tetapi nona kecil nan cantik tersebut sepertinya tidak mengacuhkannya. Dia
bukanlah tipe orang yang takut akan orang yang menguntitnya. Perlahan, dia
kembali menyanyi.
"Lan Xing... Lan Xing... Tunjukkanlah orang yang sedang bersembunyi..."
tutur nona ini cukup keras.
Suara nona kecil yang sungguh merdu tersebut memecahkan suara deru angin
yang semakin dingin.
Tentu apa kata-kata nona kecil tiada lain adalah untuk meminta orang yang
bersembunyi itu keluar.
Tidak berapa lama setelah nyanyian nona kecil berhenti,
Kontan saja, para pengintai langsung tertawa terbahak-bahak. Sambil keluar
mereka berendeng.
Dilihatnya ada 8 orang pria yang memakai baju tebal sambil memegang senjata
telah terpisah tidak jauh darinya. Dipandangnya semua pendekar aneh tersebut
satu persatu. Ada yang memegang golok, pedang, tombak, tombak cagak, dan toya.
Kesemuanya terlihat adalah pesilat yang kungfunya tidak rendah.
Setelah beberapa saat, nona kecil mendengar salah satu dari kedelapan orang
menyapanya. "Nona kecil.... Kenapa kau lewati tempat ini?" tutur seorang pemuda yang berjenggot tipis sambil memandang buas kepadanya.
Tetapi nona kecil tiada lain hanya menatapnya dengan tetap tersenyum tenang
saja. "Tuan besar... Kenapa kau halangi tempat ini?" jawab nona kecil tersebut seakan tidak tahu bahaya sedang mengintainya.
"Kakak... Aku duluan melihatnya, maka nona kecil ini adalah milikku. Jangan kau berpikiran macam-macam..." tutur seorang yang berada di sampingnya. Pemuda yang jauh lebih muda darinya yang sedang memegang golok di tangan kanan.
"Huh!!! Apa mau kau jadikan istrimu nona kecil ini?" tutur jenggot tipis sambil menjawabnya.
Keduanya langsung terdengar berdebat langsung dengan saling gusar.
Sementara itu, nona kecil malah terlihat tersenyum geli sambil menutup
mulutnya. Keadaan nona kecil kali ini tentu sangat manis, dan siapapun tidak
merasa bahwa tindakan nona kecil kali ini adalah benar. Sebab, bahaya besar
tentu sedang mengintainya. Tatapan buas manusia disana tentu bukan berakibat
baik padanya. Jika ada nona biasa yang melihat perawakan 8 orang tersebut
saja, tentu kalau tidak ketakutan setengah mati maka akan berusaha lari
secepatnya dari sana.
Tetapi nona kecil bukan saja tidak takut, melainkan masih bisa tertawa
bergembira. "Keparat!!! Hentikan perdebatan.. Kita atur gadis kecil ini dulu..." tutur seorang lainnya yang memegang toya. Sepertinya orang ini adalah pemimpin mereka.
Karena terlihat wibawa-nya cukup besar. Begitu dia membentak, maka keduanya
diam sambil uring-uringan dan beranjak ke belakang. Orang yang berteriak ini
sepertinya botak. Dia memakai topi kecil di kepalanya sehingga dari samping dan belakang kepala terlihat rambut berdirinya yang sangat tipis.
Tidak lama, dia beranjak maju mendekati si nona kecil tersebut dan
menyapanya. "Nona kecil...
Kamu tidak perlu bertarung dengan kita. Ikut saja... Aku menjamin ayah dan
ibumu akan bangga kepada kita-kita jika terakhir kita-kita mengawinimu seorang.
He He...." tutur si botak itu sambil memandang penuh nafsu kepadanya.
Tetapi herannya nona kecil ini sama sekali tidak terganggu akan tatapan dan
kata-kata yang cukup menghina seorang gadis kecil.
"Lantas siapa kalian" Jika telah pulang, aku akan memberitahu kepada ayah
ibuku bahwa aku bertemu dengan para satria di tengah jalan kali ini.."
"Ha Ha.....
Bagus... Bagus...
Kita-kita adalah para hantu dari gunung Hua. Julukan kita adalah....." baru si botak ingin mengatakan lebih lanjut, dia telah di potong oleh gadis kecil.
"8 Hantu penjaga neraka di surga indah?"
(Maksud dari 8 hantu penjaga neraka di surga indah adalah 8 kawanan penjahat
dari neraka yang menjaga Hua Shan yang nan indah)
Kedelapannya sempat bengong sesaat mendengar kata-kata gadis kecil
tersebut. Sambil menatap sesamanya beberapa saat, kedelapannya kontan
tertawa besar. "8 Hantu seperti kalian tidak punya kemampuan khusus.
Niu Hu adalah pemimpinnya. Bersenjata toya, kelemahannya ada di kaki kanan.
Itu karena ketika dia berselingkuh, kaki kanannya di patahkan isterinya sendiri.
Qiang Ru adalah wakil Niu Hu, bersenjata tombak cagak. Kelemahannya ada di
tulang rusuknya sebab pernah patah di tinju seorang tua. Hu Rung adalah
pemberi informasi, dia memakai golok di tangan kirinya. Kelemahannya adalah
paling takut pada serangga terbang. Dan...." baru saja nona kecil ingin
mengatakan lebih lanjut.
Si Botak karuan marah besar.
"Siapa kau?"
"Aku bernama Yumei."
Jawab nona kecil ini dengan tersenyum. Dan lantas dia diam kembali.
"Yumei... Yumei... Giok yang cantik... Benar sepotong giok yang cantik.
Dan apa urusan kau dengan kita-kita semua" Bagaimana kau bisa tahu
banyak?" tutur si botak lagi.
Semua teman-temannya cukup bingung mendapati kenyataan di depan mereka.
Mereka saling pandang.
"Hm... Orang tua yang meninju patah tulang rusuk Qiang Ru adalah... Hm... Adalah...
Apa siapa yah?" tutur nona kecil ini sambil berpikir.
"Nona ini meski cantik luar biasa tetapi idiot. Sayang sekali...." tutur Qiang Ru dan diikuti dengan gelak tawa mereka semua.
"Sayang...
Sepotong giok yang cantik akan berubah menjadi sampah yang diludahi setiap
orang..." tutur seorang yang lainnya dengan sinis dan lantas tertawa menghina.
Si botak tidak berpikir demikian, dia sudah marah mendengar nona
membeberkan beberapa cacatnya.
"Serang saja. Kita ikat dan peristri dia. Biar dia tahu bagaimana akhirnya jika bertemu dengan kita semua.
Yang Xiu, ketua Hua Shan saja tidak berani mengatakan pada kita hal semacam
yang dituturkan kau!" tutur si botak dengan marah.
"Oh yah.... Betul... Betul... Yang Xiu... Sekarang aku ingat!!!
Dia-lah orangnya yang pernah meninju patah tulang rusukmu..." tutur nona kecil ini melihat ke arah pemuda di samping si botak sambil tertawa girang.
Si botak tidak tahan lagi, dia langsung menerjang secepatnya. Gerakan si botak
memang cukup cepat untuk ukuran pesilat. Terlebih lagi dia berada di atas salju.
Tetapi hanya berkisar beberapa kaki dari nona kecil ini. Dia kontan terhantam
dengan sangat keras di dadanya.
Dengan terpental ke belakang secara pesat sambil terduduk dan muntah darah
sesaat, si botak tersebut telah berakhir riwayatnya.
Kontan 7 orang yang bersamanya sangat terkejut berbareng sangat gusar.
Kemelut Blambangan 6 Kisah Pendekar Bongkok Karya Kho Ping Hoo Neraka Hitam 5

Cari Blog Ini