Pahlawan Harapan Karya Tang Fei Bagian 13
Telapak kaki yang bentuknya kecil itu menjurus
kesebuah bukit salju yang jelas tampak menonjok di depan,
sewaktu waktu tampak jelas dan dalam, agaknya orang itu
680 seperti berhenti lama d tempat itu. sewaktu waktu tertera
tidak teratur, agaknya orang itu melompat lompat atau lari.
"Kalau dilihat dari tanda tanda yang tidak teratur ini.
menunjukkan bahwa orang itu agaknya menyolong nyolong
naik resmi dan kuarir diketanu. orang " kata Wan Djin Liong mengeluarkan pendapat.
"Akupun mempunyai dugaan yang serupa," kata Sie
Hong, "coba kau lihat, ada jalan yang baik tidak
dipergunakan, boleh boleh menggunakan jalan lekak lekuk
yang bergajulan tidak rata!'"
Sekalian dengan yang lainpun mempunyai perasaan yang
sama. Mereka melangKahkan kakirya mengikuti terus
telapak telapak itu naik keatas. semua diam tidak bicara,
karenanya diatas Peng San hanya angin menderu yang
membawa aliran dingin terdengar dengan halus, keadaan
sunyi yang membuat setiaporang sukar menari- napas.
Entah sudah berapa lama mereka melakukan pendakian itu,
sedangkan hari telah menjadi gelap gulita. Untunglah es es
yang putih memberikan sinar sayu yang cukup memberikan
penerangan sehingga rombongan pendaki tidak menjadi
sesat. Sewaktu mereka hampir sampai dipuncak bukit,
tampak sebuah rumah yang bertengger dengap kelap
kelipnya sinar penerangan yang tidak terlalu terang.
Dihadapan rumah ini tepat terdapat sebuah lereng yang
terjal, kalau niat melakukan serangan dari jurusan ini
agaknya telah sukar sekali. Sebab musuh asal menjaga dan
menghujani dengan senjata rahasia daya penyerang.
Sedangkan telapak kaki itu tidak langsung menuju ke
rumah itu, melainkan belok kearah kanan mengelilingi
belakang gunung. Sekalian orang segera mengadakan
perundingan, alhasil keputusan didapat harus mengikuti
terus jejak telapak itu. Benarnya saja, jalan dibalik gunung
itu lebih baik dan rata.
Terkecuali terdapat es yang tidak rata dan memberikan
suatu bentuk aneh yang berguna sekali untuk
menyembunyikan tubuh dengan begini rombongan ini dapat
maju terus mendekat pada rumah itu, bahkan keselamatan
681 mereka lebih terjamin dari pada harus mengambil jalan
depan. Telapak itu sesudah memutar ketimur dan belok kearah
barat, terus langsung menuju ke rumah itu. Sekalian orang
menjadi kaget, untuk sementara mereka mencari tempat
bersembunyi dan tidak melakukan gerakan. Sesudah
beberapa saat nasib belum terlihat tanda tanda dan pihak
musuh, Kie Sau segera berkata.
"Kita harus mengirim dua orang sebagai regu
penyelidik."
Jilid 22 Tamat "Aku siap." seru dua saudara Wan dengan berbareng,
sedangkan tubuhnya segera lari seperti terbang dengan
ringannya. Sewaktu mereka sudah berada di jendela rumah
itu.. matanya segera mengintai ke dalam, hati mereka
menjadi kaget sekali. DI dalam terdapat seorang yang
tengah duduk, orang itu bukan lain dari Louw Tiau adanya.
Dua saudara ini tetap tidak berkata-kata. mereka
mengawasi terus keadaan di dalam dengan tenang Rumah
ini. terbuat dari batu batu yang terkikis rata. Pintu dan
jendela terbuat dari kayu yang baik. tapi dibanyak tempat
terdapat yang lapuk, hal ini mungkin karena terlalu lama
kehujan anginan.. Ruangan dalam luasnya dua kali tiga
tombak persegi, Louw Tiau berduduk di tengah tengah
diatas sebuah bangku, matanya dimeramkan rapat rapat
sedangkan napasnya yang halus terdengar dengan tegas.
Disamping bangku menyala sebuah perapian yang
menghangatkan ruangan, di tembok sebelah kiri
membayang bayangan dari Louw Tiau seorang diri yang
penuh kesunyian, kalau angin masuk berembus, lidah api
bergoyang goyang. bayangan hitam itupun turut bergoyang
goyang seperti setan penasaran, sehingga membuat setiap
hati orang merasa bergidik.
Musuh, sudah berada didepan mata. hal ini memang
diluar pikiran siapapun. Djin Liong dan Thian Hong
682 merasakan dadanya seperti dibakar panasnya, napasnyapun
agak memburu dan tidak terkendalikan lagi ingin hatinya
segera melakukrn serbuan, untuk menikamkan pedangnya,
membuat lobang ditubuh sang jahanam, Tapi mereka sudah
setahun lebih berkelana di dunia Kang ouw karena
kecerdasan dan pengalamannya sudah maju banyak
mereka tahu melakukan pekerjaan ini tidak boleh dikuasai
emosi. Sesudah masing masing memberikan tanda dengan
tangan, dua saudara ini segera turun menghentikan
pengintaiannya. Sedangkan Louw Tian yang berada di
dalam agaknya masih belum sadar atas kedatangannya
musuh, karenanya masih tetap saja tidur dengan asyiknya.
Dua saudara sesudah turun kembali mengutarakan
masing masing pendapatnya pada saudara saudaranya
sekalian, mau taK mau mereka merasakan perasaan dan
gelora hatinya menjadi tidak wajar. Sedangkan Kie Sau puu
tidak mengira bahwa Sang jahanam dapat dijumpai dengan
secara mudah, dan tegas terlihat duduk tenang tanpa
penjagaan, seperti menunggu kematian saja.- Tidak
mungkin kiranya" Ya memang tidak mungkin demikian
mudah. Begitulah semua berpikir.
Sesudah Kie Sau berpikir sebentar, segera berkata.
"Anak anak aku mengetahui bahwa kalian ingin dengan
segera menerjang masuk, dan menusukkan pedang kalian
untuk menamatkan riwayat jahanam itu. Tapi kuminta
dengan sangat agar semuanya bersabar, Louw Tiau sudah
berada didepan mata biar bagai mana tak dapat pula
untuknya melarikan diri. Kini kita harus melakukan
penyelidikan kesekeliling rumah, kalau kalau ada
kambratnya yang bersembunyi, marilah kita mulai."
Sekalian orang menurut pendapat Kie Sau, saat itu juga
berpencar keempat penjuru untuk melakukan penyelidikan.
Mereka memeriksa sejengkal demi sejengkal dengan teliti,
penyelidikan terus dilaKukan sampai mereka berada
disekeliling rumah, Rumah ini mempunyai jendela diempat
penjurunya, dengan secara kebetulaa sekali berjumlah
delapan, dengan demikian setiap orang dapat sebuah
683 jendela untuk melihat kedalam Keadaan didalam masih
tetap tak berubah seperti yang dituturkan oleh saudara
Wan. Louw Tiau yang memakai baju panjang dan
gedomorogan masih tetap tidur dengan nyenyaknya, tapi
terlihat dengan tegas lengan baju kirinya yang terkulai
jatuh tidak berisi. Tak salah lagi pasti Louw Tiau dia adanya!
Bukankah lengan sang jananam sudah buntung kena Tot
Tju sewaktu di Oey San"
Wan Thian Hong, tidak dapat lagi menguasai dirinya,
secara tiba tiba ia mendobrak masuk, dengan berkerotak
daun jendela yang sudah tua tercentang lebar, tububnya
mencelat masuk seperti burung walet. Pedang
cendrawasihnya dibabatkan menuju tubuh sang jahanam.
Tiba tiba dan secara aneh. entah dari mana datangnya
seseorang berseru. "Sabar, tahan dulu!" pendatang pun
mengangkat pedangnya menangkis pedang Thian Hong.
tring berbunyi, di atas lantai kejatuhan potongan pedang
yang putus. Yang patah pedangnya adalah orang itu, sedangkan yang
terkejut adalah Thian Hong! Bukan saja Thian Hong.
sedangkan seluruh orang yang berada di luar rumah
merasakan keheranan pula Siapakah orang yang datang
secara aneh itu" Dan dari mana ia datang" Kiranya dibawah
baju gedombrongan dari Louw Tiau ia keluar! Siapakah
orang ini" Tak lain tak bukan adalah Louw Tjen Tjen sijahil
yang sudah lama tidak ada kabar ceritanya. Tjen Tjen yang
berada dibawah pakaian, segera keluar waktu melihat
berkelebatnya sinar pedang sambil menangkis dengan
pedangnya Pedangnya yang terbuat dari bahan biasa segera
menjadi dua potongan kena pedang Lhian Hong, Walaupun
demikian ia berhasil memecahkan serangan yang
dilancarkan penyerang. Dengan wajah merah ia berkata.
"Sabar, sabar!" Pedang Thian Hong yang sudah terangkat tinggi menjadi batal turun waktu ia melihat wajah gadis
nakal yang tidak mengandung kejahatan, sebagai gantinya
ia membentak. "On! Kiranya engkau, ada perkataan apa"
Katakanlah lekas!" Habis berkata tubuhnya segera mercelat
mundur takut Louw Tiau yang sedang duduk melakukan
684 serangan gelap, Tapi dugaannya meleset Louw Tiau tetap
tidak bergerak, hanya kepalanya saja dongak dan membuka
matanya, ia tersenyum kepada orang yang datang. Thian
Hong merasakan senyuman Ini tidak seperti dulu lagi. kali
ini penuh perasaan baik dan manis budi, sinar matanyapun
demikian baik dan peramah!
Sesudah diam tergugu sebentar Louw Tjen Tjen baru bisa
melanjutkan lagi katanya.
"Ai, darimana aku harus memulai ceritaku"--- Aku hanya
dapat mengatakan bahwa orang ini bukan yang kau jumpai
diOey San!"
"Ihhh." kata Thian Hong sambil menoleh kebelakang saat ini Kie Sau dan lain lain sudah berada dibelakangnya.
mereka semua merasakan keheranannya juga, Tju Hong
hatinya tergerak dengan cepat, ia maju kedepan sebanyak
dua langkah. "Kau mengatakan ia bukan Louw Tian" Kalau begitu ia
adalah Si tee ku Louw Eng?"
"Benar!" jawab Tjen Tjen sambil mengangguk.
Sekalian orang menjadi bengong, sambil meneliti dengan
cemas mereka mendapatkan orang yang berada di
depannya ini serupa dengan Louw Tiau. adapun yang beda
ialah wajahnya yang lebih pucat dan penuh dengan
keramah tamahan Orang itu sendiri dengan tenang melihat
dan memandang kepada sekalian orang yang mengamat
amatinya menunjukkan perubahan sewaktu pandangan
matanya bentrok dengan Tju Hong. selanjutnya kembali
menjadi tenang, hanya mulurnya saja tersenyum
menunjukkan kegirangan yang tidak dapat dikendalikan
lagi. Sekalian orang pernah merasakan tipu muslihat Lauw
Tiau tidak sedikit. Kie Sau maju ke muka menarik Tju Hong.
ia kuatir orang she Tju ini kena dipengaruhi perasaan dan
maju ke muka untuk memeluk dan kena perangkap sang
jahanam. Selanjutnya ia menanya Tjen Tjen: "Kenapa kau
tahu?" 685 "KENAPA tidak" Sudah berapa bulan aku berada disini
dan membawakan ia nasi setiap hari!"
"Kalau ia Louw Eng kenapa lengan kirinya hilang?" tanya Tjiu Piau.
Agaknya Tjen Tjen sudah menduga akan mendapat
pertanyaan ini, ia tidak menjawab dipergunakan pedang
yang buntung untuk menahas lengan baju kiri orang dengan
diiringi suara memberebet. tegas terlihat sebuah pangkal
lengan yang luka baru. Sekalian orang mengerti dan
percaya pada Tjen Tjen. sebab luka itu masih merah dan
menyatakan belum lama dideritanya. Sedangkan luka Louw
Tjiau yang dideritanya di Oey San sudah setahun lebih,
perbedaan ini nyata dan tegas, sehingga tak perlu untuk
meragukan lagi bahwa orang yang sedang duduk
membungkam itu adalah Louw Eng yang sedang mereka
cari. Sambil menutupi luka orang Tjen Tjen berkata lagi.
"Kalian tak tahu sewaktu lengannya ini dibuntungi aku
melihat dengan mata kepala sendiri, kejadian ini sungguh
mengerikan! Hal ini sudah berselang sebulan lamanya, saat
itu dia duduK menyendiri disudut dinding sambil tertawa
dan bicara seorang diri. tetapi suatu jeritan yang tiba tiba
membuat aku terkejut, kubalik badan dengan cepat,
tampak dia sudah menjadi semacam sekarang, lengannya
penuh dibanjiri darah segar. Sedangkan ia mencekal lengan
yang sudah dikutungi itu dengan lengan kanannya, seperti
kejadian apa-apa pergi keluar dan melemparkannya entah
ke mana?" Tjen Tjen selalu menyebut "Ia" dan "Ia" lagi dalam penuturannya, membuat sekalian pendengar menjadi
bingung. 'Selalu kau mengatakan ia lagi. ia lagi, sebenarnya siapi
ia itu?" tanya Tjiu Piau tak sabar.
686 Sambil melirik dengan mata ying menbenci Tjen Tjen
berkata sambil menangis; "Aku tidak mengenal ia itu
siapa!" kalau tak mau jawaban ini membuat Tjiu Piau
menjadi kaget, sedangkan yang lain menjadi diam bengong!
Harus diakui pengalaman Kie Sau yang luas, dengan
melihat keadaan ia dapat menduga hati orang. Karenanya ia
mengetahui "Ia" yang dimaksud adalah Louw Tjiau sedang kan dia adalah Louw Eng, ia menghindarkan perkataan Tia
tia (ayah). dan mengatakan tidak tahu ia siapa, hal ini tentu
ada sebab sebabnya.
"Tjen Tjen. kau jangan merasa gelisah, dengarkanlah
kata kataku," kata Kie Sau dengan sabar.
"kau lentu bermaksud mengatakan bahwa ayahmu
membuntungi lengan Siok siok (paman)mu bukan?"
"Ia bukan ayahku, ia bukan ayahku!'seru Tjen Tjen
dengan geram. Tju Hong menunjuk kepada Louw Eng dan berkata,
"Apakah ia ada ayahmu?"
Tjen Tjen mengangguk anggukkan kepalanya secara
tidak wajar, kemudian menggoyang goyangkan kepalanya
dengan cepat. Tampaknya ia tidak mempunyai pendirian
yang tetap. Sedangkan Louw Eng tetap diam dan tidak
berubah paras wajahnya, hanya sudut bibirnya dihiasi
senyuman waktu melihat Tjen Tjen.
"Sebenarnva siapakah yang menjadi ayahnya" pikir Tju
Hong dengan bingung, "hal ini harus diselidiki secara
perlahan lahan baru bisa beres." Ia menunjuk lagi kepada
Louw Eng sambil bertanya lagi kepada Tjen Tjen 'Yang
benar ia adalah Louw Eng bukan?"
Pahlawan Harapan Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ya benar" jawab Tjen Tjen sambil menangis dengan
sedih, kalian harus tahu, bukan saja lengannya di buntungi
"ia" sedangkan urat nadi dikaki pun diputuskan, bahkan lidahnya juga dipotong sebagian, kareranya dia tidak bisa
jalan dan bicara, sampaipun telinganyapun menjadi tumpul
pendengarannya. "Ia" ia," sangat kejam!-- "
687 la menghentikan kata katanya sampai disini. disetiap
orang yang mendengar seperti terbayang wajah Louw Tiau
yang kejam itu. Ya. memang ia sangat kejam! la melakukan
hal yang diluar perikemanusiaan ini. melulu untuk
kepentingandan keuntungan dirinya. Dengan demikian ia
berharap saudaranya ini dapat serupa dengan dirinya dan
menjadi talenan dari dosanya, untuk menggantikan
kebinasaannya dari tuntutan dari musuh musuhnya yang
selalu mengejar ngejar tak jerah jerahnya.
Sesudah hening menyepi tak bersuara barang sepatah.
Thian Hong membuka mulutnya menggoyang udara tenang
itu: "Kalau begitu baik tapi dimana bersembunyinya Louw
Tiau?" Dengan pandangan yang menyedihkan Tjen Tjen
menunjukkan matanya ke luar jendela, dengan suara parau
dan perlahan ia berkata "Ia sudah berlalu. Waktu ia melihat keadaan perkelahian tidak menguntungkan pihaknya, tanpa
ayal 1agi ia segera berlalu. Sewaktu ia akan berlalu aku
bersembunyi ia tak mencarinya atau memanggil aku, ia
hanya berjalan seorang diri tanpa memikir nasib siapapun!
Karenanya aku tiada tahu ia pergi ke mana!"
'"'Lotw Tiau sudah pergi!" Dengan cemas sekalian orang berseru kaget. Serentak di setiap hati masing-masing
memaki untuk alamat sang jahanam. "Dasar manusia
rendah tidak mengenal persahabatan, sudah mengundang
sekalian kawan untuk sama sama menghadapi musuh, tapi
pada saat yang genting melarikan diri. Sungguh tak
bermalu dan rendah peribudinya.."
Dalam cemasnya Djie Hai maju melangkah menjambret
Tjen Tjen. "Kau , . , kau harus tahu ke mana perginya
bangsat itu! Katakan lekas,"
Tjen Tjen menjadi gelisah. lengannya bekerja
melepaskan diri dari lengan orang: "Lucu, bagaimana aku
bisa tahu?"
Djie Hai terpaksa membungkam, karena ia sadar bahwa
kata katanya yaag tergesa gesa ke luar itu tidak bermanfaat
688 sama sekali Kie Sau maju kemuka sesudah berpikir dengan
tenang, ia berkata. "Anak anak kalian jangan gelisah.
Nyatanya bahwa Louw Tiau melarikan diri ini tentu sudah
direncanakan lerlebih dahulu, karenanya sukar untuk kita
mencarinya dengan cara yang tidak teratur. Kini sudah
malam, sebaiknya kita beristirahat terlebih dahulu, hari
esok baru kita melanjutkan lagi untuk mendapatkannya."
Daripada istirahat sekalian orang mendekati pada Louw
Eng yang masih terus duduk di atas bangku. Dengan penuh
rasa cinta dan hangat masing masing beramah tamah
deagan tulus ikhlas. Tapi Louw Eng tidak dapat mendengar
percaKapan Orang dengan baik, hanya bibirnya saja ramah
dengan senyuman. Dalam tabun tahun yang silam ia
menderita penghinaan dan siksaan yang demikian macam
mati tidak hidup tidak. Tapi beruntunglah akhirnya ia dapat
bertemu muka lagi dengan Tju sah ko-nya dan Kie Sau dan
sekalian anak yang bersemangat.
Tju Hong merasa berduka sekali ia tahu bahwa
saudaranya itu dalam waktu yang singkat tidak dapat
mengerti percakapannya. Ia membalik badan hendak
berlalu, begitu berputar tampak olehnya Tjen Tjen yang
tengah berdiri menyendiri disalah satu sudut matanya
merah dan mengalirkan air matanya dengan kesedihan
yang berlimpah limpah. Tju Hong mendekat dan bertanya
dengan welas asih: "Tjen djie. bagaimanakah halnya kau
bisa berada di sini" Dapatkah kau menceriterakannya
kepada kami?"
Tjen Tjen menunjuk kepada Louw Eng dan berkata. '
"Aku harus menanya ia dahulu." "Apa yang kau akan tanya?"
, "Aku ingin bertanya apakah ia ayahku atau bukan!"
"Kau tanyalah!"
"Pendergarannya sudah tidak terang, aku mau bertanya
dengan surat!"
Tampak ia mengeuarkan secarik kertas yang sudah
bertulisan dari dalam sakunya, diangsurkan kepada Loiw
689 Eng, sedangkan wajahnya agaknya sangat tegang
menantikan jawaban.
Surat itu berbunyi.
"Siapakah ayahku yang sejati, kuminta penjelasan
sejujur jujurnya." Kiranya sejak peristiwa Oey San terjadi
Tjen Tjen merasa curiga pada Louw Tiau bukan ayahnya
Karenanya ia ingin tahu bahwa ayahnya yang sejati itu
siapa" Ia berpikir bahwa Louw Tiau selalu memperlakukan
dirinya secara dingin sedikitpun tiada mempunyai perasaan
kasih ayah. Untuk mengetahui hal ini ia mengelilingi keempat
penjuru untuk mencari Louw Tiau guna menegaskan
pertanyaan yang merupakan teka-teki didalam hatinya.
Akhirnya ia dapat menemuinya di Peng San. kemudian
iapun menemui Louw Eng yang dipenjara ditempat gelap. Ia
melihat Louw Eng demikian sabar dan manis budi
pekertinya, walaupun tidak bicara, tegas dai nyata
kebaikannya itu, sehingga di dalam hatinya segera timbul
perasaan menyayang dan suka. Iapun merasakan sesuatu
pertanyaan di dalam hati. "Mungkinkah ayahku yang sejati
ia adanya?" Tapi untuknya belum ada ketika yang baik
untuk menanyakan hal ini. Baru kini ia memperoleh
kesempatan guna bertanya. Sesudah Louw Eng
menyambuti surat itu, ia melihat lihat dengan teliti dan
memandang kepada Tjen Tjen berkali kali. tak terasa dari
dalam hatinya timbul suatu perasaan kasian terhadap sang
gadis, yakni ingin mempunyai seorang ayah yang baik.
kalau ia tahu bahwa Louw Tiau sebagai ayahnya yang sejati
sesungguhnya memang demikian, bagaimanakah baik"
Louw Eng berpikir. "Untuk mendustakan ia bukan cara
yang baik." Ia sudah mengambil keputusan dengan cepat
menulis. "Ayahmu yang sejati adalah Louw Tiau. sedangkan
aku hanya menjadi Siok-siokmu."
Dengan tenang disodorkannya tulisannya itu, begitu Tjen
Tjen melihat segera diam bengong mematung. Perasaan
kecewanya tampak di wajahnya dengan tegas, ia
membalikkan kepalanya kehadapan tembok dan berkata690 kata sendirian. "Aku tidak mau mempunyai ayah yang
demikian, tidak mau . ." Suaranya bercampur isak tangis
secara menyedihkan.
Hoa San Kie Sau membiarkan ia menangis dengan puas,
agar perasaan kecewanya dan gemasnya habis dialirkan
mata, sesaat kemudian baru ia menghampiri dan mengusap
usap punggung ora?ng dengan perlahan lahan.
"Anak yang baik. kau tak perlu merasa gelisah.
Walaupun ayahmu melakukan banyak hal yang melanggar
kebejikan dan berkelakuan tidak baik tapi dapat dinasehati
agar ia dapat merubah kelakuannya menjadi baik bukan"
Nah kini kuminta kau menceritakan hal Siok siokmu."
Sesudah ia berisak - isak seketika, Tjen Tjen baru bisa
menghentikan tangisnya dan dapat bicara. Tadi sudah
banyak juga yang dikatakannya tentang yang ia ketahui.
Kini ia menuturkan lagi sewaktu ia naik ke Peng San,
seberarnya ia tidak mengetahui bahwa Louw Tiau pun
berada di situ.
kita mengetahui bahwa sang gadis yang nakal ini senang
berkeluyuran seorang diri ketempat tempat yang sepi,
karenanya tak perlu heran lagi dalam tiga-empat bulan
seluruh Peng San sudah habis dikelilinginya dan dijelajah.
Sekali peristiwa sewaktu ia berjalan jalan dengan
serampangan. secara tidak diduga duga ia menemui sebuah
goa es yang sangat kukay, liang masuknya terhalang oleh
sebalok es yang sangat besar, ia merasa heran dengan kuat
pintu itu kena ditolak terbuka, tampak sebuah terowongan
goa yang dalam dan sunyi.
Tjen Tjen yang tidak mengenal takut, segera masuk
kedalam seorang diri. Semakin dalam goa ini semakin
penuh lekak tekuknya seolah tiada habisnya. Andaikata
seorang yang bernyali kecil pasti tidak berani masuk.
andaikata berani pasti akan keluar lagi sesampai ditengah
perjalanan Tapi lain dengan Tjen Tjen, semakin
mengherankan ia merasa semakin enak dan senang,
sedikitpun tiada merasa takut. Ia jalan terus, sesudah
melakukan perjalanan lama juga, tiba tiba ia mendengar
691 suara orang, ia mengetahui dengan pasti suara orang itu
adalah suara ayahnya dan Bok Tiat Djin yang sedang
membentak bentak orang.
Dengan meringankan kakinya ia terus jalan mendekati,
matanva yang tajam mengintai kedalam, kagetnya tidak
kepalang sehingga hatinya menjadi goncang Didalam ada
tiga orang terkecuali Bok Tiat Djin dan ayahnya ada searang
lagi yang serupa dan sepotongan dengan wajah ayahnya,
sehingga sukar untuknya membedakan mana ayahnya dan
mana orang lain yang baru dilihatnya itu.
Tapi Tjen Tjen dapat membedakan dalam waktu tiada
lama yakni dari gerak geriknya Yang bengis dan berwajah
jahat ialah ayahnya, sedang yang halus gerak geriknya
pasti adalah orang lain. Saat ini Bok Tiat Djin dan Louw Tiau
tengah memaki maki Louw Eng dengan kasarnya,
mendesak yang tersebut belakangan ini untuk menyerahkan
peta Gunung Es. Akan tetapi Louw Eng tidak menjawab caci
makian itu, hanya kepalanya tidak henti hentinya digoyanggoyangkan, sementara itu lengannya menulis dikertas.
Tjen Tjen dapat melihat surat itu yang berbunyi
"Dibutuhkan peninjauan lagi sekali, baru dapat peta itu
dilukis." Louw Tiau menjadi gusar, sambil menggerang
keras ia membentak: "Kau sudah meninjau sebanyak dua
kali, apa belum cukup urtuk melukisnya?" Louw Eng tidak
melakukan pergerakan apa apa nelainkan menggoyang
goyang kepalanya lagi. melihat sampai di sini tanpa terasa
Tjen Tjen menarik napas panjang.
Louw Tiau dan Bok Djin merasa terkejut dan melompat,
tapi hatinya menjadi tenang kembali waktu mereka
mengetahui yang napas itu adalah Tjen Tjen. karena inilah
sang gadis menlapat dampratan yang lumayan. Sejak inilah
ia mengetahui dimana adanya Louw Eng.
Louw Eng disekap di dalam goa entah sudah berapa
lama, sehingga ia tidak dapat membedakan musim,
karenanya ia tidak mengetahui sudah berapa lama ia
berada di situ. Entah bagaimana Tjen Tjen terhadap ia
menaruh simpati sekali. Sesudah mendapat persetujuan
692 dari ayahnya ia melakukan tugas untuk mengantarkan nasi
kepada Louw Erg. Dengan berbuat demikian berhari hari,
perlahan lahan ia mengetahui bahwa Lojw Eng permula
disekap di dalam goa es merasa sangat menganggur sekali
untuk melewatkan waktu sering sering ia menggunakan alat
alat menulis untuk menggambar gunung gunung yang
pernah di jelajahinya Peta rahasia Oey San adalah
karyanya. Akhirnya lukisan berharga itu diketahui Louw
Tiau. dengan kekerasan dirampasnya dan diberikan kepada
pemerintah Tjeng, dengan demikianlah ia memperoleh
pahala. Sesudah itu ia mendesak sang adik untuk melukis
peta-peta dari berbagai tempat, Louw Eng mengetahui
kalau peta diukisnya jatuh ditangan penjajah, sama dengan
ia membantu untuk memudahkan penjajah itu membasmi
sekalian patriot-patriot bangsa, sebab inilah ia melukis
segala peta yang tidak keruan, sekadar menghindarkan diri
dari segala teguran.
Louw Tiau tiada bisa berbuat apa-apa. tapi pada hari
belakangan diajaknya Louw Eng untuk melihat lihat
keadaan Peng San sebanyak dua kali dan meminta sang
adik melukisuya. Louw Eng bukan manusia terlalu bodoh. ia
mengerti Kalau lukisannya selesai sama dengan sendirinya
sudah tidak berguna lagi untuk Louw Tiau dan kambratnya.
pasti dirinya ak.n dilenyapkan. Karena itu tanpa takut lagi ia
mengulur-ulur waktu tidak melukis.
Sesudah waktu berjalan lagi agak lama. suasana diatas
Peng San semakin genting Lauw Tjiok Sim, Bu Beng Nie.
Ong Hie Ong, Kim Dju Kie susul menyusul datang
berkumpul guna menyiapkan diri menghadapi Pang Kim
Hong. Pada siat itulah Louw Tiau menyuruh adiknya
menanggalkan bajunya yang sudah tua dan mengenakan
baju yang sering dipakainya sendiri, sedangkan lengan
orang dibuntungi sehingga sarg adik didandani serupa
dengan dirinya, sesudah salesai melakukan cara yang di
luar perikemanusiaan Louw Eng diangkat dari goa es dan
ditempatkan drumah yang Sekarang ini.
Demikianlah seterusnya ia tinggal di dalam rumah
sampai sekarang.
693 Tjen Tjen menuturkan ini dengan lancar. Waktu Tjen Tjen
menghentikan penuturannya sampai disini Ong Djie Hai dan
sekalian saudaranya, sudah mengeembeng air matanya,
dengan cepat mereka menubruk dan memanggil dengan
mesra: 'louw Siok-siok!" Mereka mengerumuni dari samping
tubuh sang paman. Sedangkan Tjiu Hong pun tidak mau
ketinggalan memegang dengan erat lengan sang adik,
dengan perasaan senasib dengan dirinya. Walaupun telinga
Louw Eng tidak seberapa tajam lagi tapi dari gerak gerik
Tjen Tjen ia dapat menduga sang gadis tengah menuturkan
hal dirinya, ia diam terus mendengari dengan baik,
sehingga setengah penuturan dapat juga ditangkapnya,
selebihnya ia dapat melihat dengan mata setiap wajah
orang yang berada disitu, sehingga ia mengerti apa yang
tengah diceritakan dan mengetahui pula bahwa Louw Tiau
sudah tiada diantara mereka melarikan diri.
Ia membiarkan sekalian orang ribut ribut seketika,
sesudah keadaan menjadi tenang kembali, ia
menggerakkan tangan memberikan tanda minta perabot
menulis. Dengan cepat Tjen Tjen menyediakan dengan
Pahlawan Harapan Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lengkap, tampak Louw Eng menulis beberapa huruf.
"Untuk meLcari Louw Tiau tidak terlalu gukar. ia masih
berada di gunung ini."
Sekalian orang menjadi terbangun semangatnya melihat
surat itu. Kie Sau bertanya dengan surat. "Bagaimana kami dapat
menemuinyi. ?"
Louw Eng menulis lagi.
"Sejauh mata memandang. hanya pegunungan es yang
putih saja, kalau Louw Tiau turun gunung mudah ketahuan,
ikutilah jejak kakinya pasti dapat membekuknya. Kalau ia
bersembunyi, lebih mudah lagi mencarinya daripada la
kabur!" Sehabis melihat ini Kie Sau bertepuk tangan dengan
girang. "Benar! Benar!"
694 Louw Eng menulis lagi.
"Di gunung ini terdapat suatu tempat yang baik untuk
menyembunyikan diri. Untuk lebih terang sebaiknya kulukis
keadaan tempatnya." Kemudian secara cepat dilukisnya
peta dari Peng San secara indah. Sesudah sekalian orang
melihat, bukan main rasa kagumnya! mereka dapat melihat
dengan terang dimana mereka bertempur dengan Org Hie
Ong. di mana Kim Dju Kie terkubur es, dimana Lauw Tjiok
Sim dan Bu Beng Nie dilepas dan dimana kini mereka
berada. Inilah kepandaian Louw Eng membuat peta yang
tiada taranya untuk jamannya.
Paling akhir di atas lukisan yang sudah selesai itu di
bubuhi sebuah lingkaran bulat dan kata kata keterargan
yang berbunyi. "Disini terdapat sebuah bukit yang berliang
dipuncaknya. sehingga dapat dipergunakan untuk
menyembunyikan diri.. diluar liang terdapat celah celah
yang Perupa jurang mengeliJingi sekitar mulut lubang
kepundan itu. di atas celah celah pemijah ini terdapat
jembatan alam yan terbuat daripada es. tapi hati hatilah
melewatinya karena mudah gugur. Sesudah melewati celah
celah sekalian dari jembatan es kalau dihancurkan, tiada
orang lagi yang dapat menyeberang, karenanya ia dapat
bersembunyi disana dengan aman. Aku mengetahui
ditempat persembunyian itu terdapat banyak makanan yang
tahan untuk tiga empat bulan."
Karena adanya peta ini sekalian orang menjadi girang.
Tju Hong berkata. "Aku menemani Sie tee di sini, kalian
boleh Lekas menangkapnya jahanan itu. agar ia tak sempat
untuk melarikan diri lagi."
Kie Sau memimpin enam anak muda dan ditambah
dengan Tjen Tjen seorang delapan orang ini mengikuti
petunjuk-petunjuk dari peta secara patuh. Benar saja apa
yang di lukis sedikitpun tiada salah. Hal ini terjrdi dimalam
hari, tapi sedikitpun mereka tidak merasakan kesukaran
barang sedikit.
695 Benar saja puncak bukit ini dikelilingi celah celah es yang
dalam, sehingga menakutkan orang yang akan lalu,
sedangkan ditepian celah celah jurang tegas terlihat
patahan patahan dan jembatan es yang baru, agaknya
dipatahkan orang. Dengan tanda tanda ini menguatkan
dugaan bahwa Louw Tiau delapan puluh persen berada
ditempat sembunyi..
Keadaan dari tempat ini demikian membahayakan, celah
celah yang selebar beberapa depa bagaimana dapat
kulewati" Mereka meneriaki nama Louw Tiau dengan keras dan
ramai, sehingga menggema keseluruh gunung. Alhasil
membuat Louw Tiau semakin takut dan bersembunyi terus.
Akhirnya mereka mengelilingi puncak bukit untuk mencari
tempat yang lebih dekat untuk menyeberang tapi usaha
mereka ini sia sia bel'aka. Sedang mereka termenung
memikiri daya guna mengatasi kesulitan ini Louw Tiau enak
enakan saja menertawakan mereka di dalam hati. Belum
perasaan gelisah hilang ia mendengar lagi suara berkata:
"Louw Tiau kau tidak keluar juga kami mempunyai daya
untuk membekukmu."
"Pada tempat yang mengandung penuh bahaya, kalian
mana bisa melewati celah-celah itu?" katanya didalam hati.
Sedangkan tubuhnya tetap pada tempat semula, sementara
itu mulutnya terus saja makan dengan enaknya.
Kata kata tadi yang dilepas Tju Sie Hong nyatanya bukan
omong kosong belaka ia sudah mempunyai rencana baik.Ia
menyuruhkan sekalian saudara saudaranya. "Bangsat itu
tidak mau keluar secara ksatria Baiklah kita membuat
jembatan untuk melintasinya!" Sebenarnya untuk membuat
jembatan adalah pekerjaan yang sukar sebatang kayupun
tidak terdapat diatas gulung salju yang gundul ini kata kata
ini menjadi teka teki pada sekalian saudaranya, Dengan
tertawa Sie Hong mengeluarkan tambangnya yang panjang,
diputar dan di kaitkan kedepan, malang baginya senjatanya
yang sudah cukup panjarg itu agaknya masin terlalu pendek
untuk mencapai tebing yang berada di depan. Walaupun
696 gagal ia tidak menjadi putus asa. dengan cepat ia berlalu
meninggalkan tempat itu, untuk kembali menemui ayahnya.
Belum keheranan orang hilang melihat lagunya yang aneh
itu ia sudah kembali lagi.
'Sekalian ini pasti berhasil," kata Sie Hong sambil
memutarkan lagi tambangnya. "nyantel!" serunya.
Benarsaja tambang itu kini sudah dua kali tambangnya
semula, karena disambung dengan tambang kepunyaan
ayahnya. "Kini dapat kita memulai membuat jembatan!"
Sedangkan lengannya menggosok gosok potongan es
sampai menjadi cair. kemudian dikepretkan ke atas
tambangnya, air mengalir dan membeku menjadi es dengan
cepat. Sekalian orang menjadi mengerti apa yang harus
diperbuat, dengan cepat mereka mengerjakan tangannya
membantu Sie Hong, dalam waktu sekejap tambang itu
sudah terbungkus dengan es dan menjadi sebesar pangkal
lengan. Suara gaduh itu mau tak mau membuat Louw Tiau
menjadi cemas juga, ia jadi berpiKir. "Barangkali mereka
benar benar mempunyai daya untuk datang ke sini. kalau
aku diam terus sama dengan, menunggu mati!'' Ia terpaksa
mengangkat kepalanya ke luar dari liang sembunyi, secara
men co ong co ong ia memandang ke luar. Bukan main
kaget hatinya waktu melihat seDuah jembatan es yang
sedang dibuat. Dengan cepat ia masuk lagi ke dalam goa untuk
mengambil palu besar benda ini memang sengaja
dibawanya, dengan cepatia berlari meninggalkan goa untuk
menghampiri jembatan yang sedang dibuat, lengannya
terangkat untuk mengagunkan palunya, tiba tiba telinganya
mendengar TjiU Piau berkata. "Hei bangsat hati hati dengan mutiaraku!"
Berbareng dengan peringatannya ini tampak beberapa sinar
putih beterbangan ke depan, radahal sekalian orang
mengetahui bahwa tangan pemuda she Tjiu Ini tetap tidak
bergerak. Serangan ini membuat Louw Tiau hilang
697 semangatnya, lebih lebih waktu ia ingat pada mutiara
beracun yang dimiliki musuh, dengan cepat lengannya
ditarik mundur, sedang tubuhnya segera berguling guling
menghindarkan serangan. Kiranya sinar putih iiu adalah
potongan potorgan es yang dilepaskan kaki Tjiu Piau.
walaupun tidak selihay mutiaranya tapi barang siapa kena
dilanggarnya pasti akan celaka.
"Louw Tiau! Saat matimu sudah diambang pintu Malaikat
maut sudah menentukan jam tiga mati, pasti tidak akan
mengulur sampai jam lima. Kau berhasil melarikan diri dari
tangan kami beikali - kali. tapi untuk sekali ini, kau jangan
harap!" seru Djie Hai dengtn keras.Sekalian orang menjadi
mengerti apa yang harus diperbuat, dengan cepat mereka
mengerjakan tangannya membantu Sie Hong, dalam waktu
sekejap tambang itu sudah terbungkus dengan es dan
menjadi sebesar pangkal lengan.
Suara gaduh itu mau tak mau membuat Louw Tiau
menjadi cemas juga, ia jadi berpiKir. "Barangkali mereka
benar benar mempunyai daya untuk datang ke sini. kalau
aku diam terus sama dengan, menunggu mati!'' Ia terpaksa
mengangkat kepalanya ke luar dari liang sembunyi, secara
men co ong co ong ia memandang ke luar. Bukan main
kaget hatinya waktu melihat seDuah jembatan es yang
sedang dibuat. Dengan cepat ia masuk lagi ke dalam goa untuk
mengambil palu besar benda ini memang sengaja
dibawanya, dengan cepatia berlari meninggalkan goa untuk
menghampiri jembatan yang sedang dibuat, lengannya
terangkat untuk mengagunkan palunya, tiba tiba telinganya
mendengar TjiU Piau berkata. "Hei bangsat hati hati dengan
mutiaraku!" Berbareng dengan peringatannya ini tampak
beberapa sinar putih beterbangan ke depan, radahal
sekalian orang mengetahui bahwa tangan pemuda she Tjiu
Ini tetap tidak bergerak. Serangan ini membuat Louw Tiau
hilang semangatnya, lebih lebih waktu ia ingat pada mutiara
beracun yang dimiliki musuh, dengan cepat lengannya
ditarik mundur, sedang tubuhnya segera berguling guling
menghindarkan serangan. Kiranya sinar putih iiu adalah
698 potongan potorgan es yang dilepaskan kaki Tjiu Piau.
walaupun tidak selihay mutiaranya tapi barang siapa kena
dilanggarnya pasti akan celaka.
"Louw Tiau! Saat matimu sudah diambang pintu Malaikat
maut sudah menentukan jam tiga mati, pasti tidak akan
mengulur sampai jam lima. Kau berhasil melarikan diri dari
tangan kami beikali - kali. tapi untuk sekali ini, kau jangan
harap!" seru Djie Hai dengan keras.
Louw Tiau yang sedang menggelinding diatas salju
hatinya be pikir; "sekalian ini habislah jiwaku, ksnapa
mereka tidak terpedaya oleh akalku" Bahkan mengetahui
aku berada disini, dasar sial!'' Secara tiba-tiba telinganya
mendengar suara yang memanggilnya; "Tia tia!" Biar
bagaimana Tjen Tjen adalah anak yang masih suci,
perhubungan ayah dan anak masih terasa sekali. Sewaktu
ia masih berada didalam rumah tadi, ia merasa gemas dan
tidak mau mengaku ayah lagi, tapi sekarang hatinya tidak
tega melihat ayahnya yang sedang dikejar-kejar sekalian
anak-anak muda yang sudah geram dan penuh angkara
murka, hatinya menjadi lunak lagi dan memanggilnya
dengan penuh rasa cinta, Louw Tiau tidak menjawab seruan
anaknya, sedangkan Tjen Tjen berkata lagi: "Tia tia. kau
jawablah barang sepatah suaraku ini!" Sekali ini air
matanya turut keluar. Andaikata hati Louw Tiau saat ini
terbuat dari batu kecintaan araknya dapat melunakkan
pula. tapi apa gunanya" Ia hanya menjawab. "Tjen djie,
kalau kau bisa melarikan diri.kau larilah! Kau jangan
mengurus aku. Aku dapat menyelamatkan diriku sendiri!" Ia
mengira bahwa anaknya ini tertawan Kie Sau dan lain lain.
Dengan sungguh sungguh dan penuh keyakinan Tjen
Tjen berkaca lagi. "Tia tia kuharap kau jangan pergi lagi
perbuatanmu yang berdosa itu sudah terlalu dalam dan
berat, kau lari kemana pun pasti di kejar kejar! lebih baik
kau mengaku saja dan berjanji untuk memperbaiki
kelakuan buruk itu. Kalau kau bersungguh sungguh untuk
berbalik kejalan baik. boleh kuminta ampun pada Kie Sau
Pe pe dan sekalian saudara saudara, aku yakin mereka
akan melulusi dan memberikan Tia tia suatu jalan hidup
699 untuk memperbaiki nasib dan menempuh jalan baru! Kau
setujuilah saranku ini. Tia tia!" Inilah kata kata "tia tia"
yang diucapkannya demikian lemah dan menyayat hati
setiap pendengar!
Sehabis bicara Tjen Tjen sepera membalik badan dan
menekuk lututnya kepada Kie Sau sekalian enam anak
muda seraya berkata: 'Kie Sau Pe Pe, dan kakak kakak
sekalian, sebenarnya ayahku dosanya sudah terlalu banyak,
tapi biar bagaimana aku mohon kebijaksanaan kalian untuk
memberikan kelonggaran dan kesempatan kepadanya guna
memperbaiki kelakuannya yang buruk itu." Sesudah berkata
ia dongak memandang kepada sekalian orang, tampak
wajahnya yang sungguh-sungguh dan penuh harapan
menantikan jawaban, tapi sebelum mendapat jawaban ia
berkata lagi: "Kalian....alku tahu kalian tidak bisa mengampuninya,
tapi aku tetap..tetap meminta kepada kalian agar dapat
melupakan ke jadian yang sudah silam. terkecuali itu
kuminta agar jiwanya jangan dihabiskan, hajarlah ia dan
perbuatlah ia seperti Louw Eng Siok siok yang tanpa daksa!"
Matanya yang mengembang menatap lagi sekalian wajah
orang, tampak olehnya setiap wajah muka anak. anak miudi
penuh diliputi suatu keganasan yang menyala-nyala: kali ini
ia berputus asa juga. dengan lemah mulutnya bergarak.
"Kini aku baru yakin bahwa dosa ayahku tidak berampun
pula, tapi biar bagaimana ia adalah ayahku. aku harus
memintakan ampun seberapa kubisa!" Sehabis berkata ia
berdiri dengan lunglai, tiiik air matanya seperti mutiara
berantai menetes turun bagai hujan gerimis. Kie Sau
menepok nepok bahu Djie Hai dan berkata.
"Kau sudah mendengar permintaannya bukan" Kata
katanya itu mengandung juga kebenaran, misalnya ayahnya
dapat menempuh hidup baru dengan baik. sejak inilah
berarti Louw Tiau yang buruk sudah meninggal dan
menjelma Louw Tiau yang baik. Kalau kita bunuh Louw Tiau
yang buruk, pasti Louw Tiau yang baik takkan ada. Djie Hai
kau bersedia memberikan jalan baru untuknya Djie Hai
700 mengerti kata kata ini benar tapi untuk mengakuinya
dengan mulutrya enggan ia, karena itu ia berkata.
?"Misalkan aku bisa tapi bagaimana dengan saudara
saudaraku?"
Mendengar ini Tjen Tjen segera berlutut dihadapan Djie
Hai.
Pahlawan Harapan Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Terima kasih atas kemurahan Ong Koko!" Melihat
caranya yang demikian rupa ini hati Djie Hai merasa sangat
kasihan dan terharu, sehingga hatinya jadi berpikir.
"Aku sudah merasakan hidup menderita tanpa ayah dan
ibu, kalau kini kubunuh ayahnya, sama dengan aku
mengharukan ia mengicipkan rasa dan penderitaan yang
seperti kualami dan sedapat mungkin tidak kuingini itu. Aku
tidak mau berdosa terhadap gadis yang baik ini, biar
bagaimana aku harus mengampuni ayahnya agar dapat
berbalik menjadi orang yang berguna untuk nusa dan
bangsa, mengenai dendam perorangan biarlah berlalu dan
hilang terbawa arus angin perdamaian!" Sehabis berpikir ia
menghela napas panjang dan membanguni Tjen Tjen sambil
menghibur. "Bangunlah adikku, walaupun aku tidak dapat
memutuskan seorang diri tapi aku berjanji untuk
membantumu!"
Tien Tjen menghampiri Tjiu Piau. Tju Sie Hong, Ong Gwat
Hee dan dua saudara Wan untuk memintakan ampun
ayahnya, mereka memandang kepada Djie Hai dan berkata
dengan serentak.
"Hal ini terserah kepada Ong Toa ko!"
"Ong Toa ko, berikanlah keputusan yang pasti!" Pinta
Tjen Tjen. "'Kami tidak keberatan mengampuninya, tapi benar
benarkah ia akan bertobat?"
Mendengar ini Tjen Tjen dadanya merasa lega dan
syukur keDada sekian kemurahan dan kebaikan hati hati
701 pemuda pemuda kita. Dengan segera ia mendongak ke atas
bukit dan berkata dengan keras 'Tia tia kau dengar tidak?"
"Tia tia sudah sampai waktunya kau memperbaiki diri,
kesempatan ini janganlah dibuang percuma! Kau harus
kapok atas jalan sesatmu yang menjerumuskan dirimu
demikian macam, kau sudah tidak mempunyai jalan lain
untuk merat terkecuali berbalik ke mari. berbaliklah ke jalan
benar yang penuh mengandung kebahagiaan, Kalau kau
membandel sama dengan cari penyakit sendiri, kau lihatlah
empat penjuru demikian menakutkan, satupun kawan
kawan sia sia tidak ada! Tia tia lekaslah kau jawab!"
Kemudian tambahnya lagi. "Tia tia kau bersumpahlah untuk
bertobat atas kejahatan yang ksu perbuat!"
Dalam keadaan yang sunyi ini tidak terdengar jawaban
dari Louw Tiau. karena kesal hati Tjen Tjen seperti mau
melompat ke luar untuk mendengar jawaban ayahnya yang
tak kunjung datang itu.
Sesudah waktu berjalan lagi seketika lamanya, baru
terdengar suara Louw Tiau yang didahului elahan napasnya.
"Ah, kejahatanku sudah demikian penuh dan tak dapat
tertaker lagi. mungkinkah ada orang akan mengampuninya"
sebaliknya kalau aku menjadi mereka dan dicelakakan oleh
orang jahat semacam diriku, biar bagaimana aku tak dapat
mengampuni mereka. Karenanya kuminta kau jangan kena
perangkap licin dan tipu keji untuk keluar sesudah aku
berada di dalam tangannya segalanya dapat diubah oleh
mereka. Biar bagaimana aku tak mungkin kena diperdaya
secara mudah!" Sewaktu ia bicara tubuhnya tetap
bersembunyi didalam goa.
"Tia tia kau kenapa mempunyai pikiran begitu"
"Kalau mereka mempunyai hati untuk mengampuni
diriku,"potong Louw Tipu.
"kau suruhlah tancapkan seluruh dari senjata mereka ke
atas salju. Bahkan suruhlah bocah she Tjiau itu membuang
mutiara beracunnya" "Tia tia kau tidak kenal pada kebaikan orang, kau pikir saja dirimu itu sudah berada didalam
702 kekuaSaan mereka, untuk apa mengeluarkan kata kata
yang tidak perlu."
Di uar perkiraan sekalian anak muda yang berjiwa ksatria
tanpa di minta Tjen Tjen sudah mengeluarkan seluruh
senjatanya, dua saudara Wan menancapkan pedangnya,
sedangkan Gwai Hee dan Djie Hai membuang senjata
mereka yang berupa tongkat dan sam ciat kun kedalam
jurang. Tjiu Piau menyebarkan mutiaranya di atas salju.
"Louw Tiau, kami adalah bangsa setia yang patuh pada
perkataan sendiri! Karenanya janganlah kau persamakan
dengan diri rendahmu!" seru mereka secara berbareng.
Louw Tiau tampak keluar dari tempat persembunyiannya,
sesudah ia melihat pedang menancap dan mutiara
menggeletak disalju. ia mengangguk anggukan kepalanya
sambil berkata.
"Kalian memperlakukan aku demikian baik. karenanya
aku pasti akan mengubah kelakuanku yang buruk ini
menjadi baik. andaikata aku melanggar janji aku rela mati
dengan tubuh hancur tak keruan!" Dengan cara dan
ancamnya ia buat sesungguhnya memberikan kesan pada
seseorang bahwa dirinya itu sudah tobat untuk berbuat
jahat lagi. Kembali suasana menjadi hening seketika. Dalam
seKejap ini sekalian hati anak anak muda entah berapa kali
berputar balik menhadapi keadaan didepan mata, sekalian
dari peristiwa yang lalu berbayang dihadapan mata mereka,
sewaktu waktu bangkit geram dan dendamnya, tapi dengan
seketika kembali menjadi reda kembali dan bangkit suatu
perasaan luhur yang bersih serta sutji, menyampingkan soal
pribadi dan dendam, sehingga jiwa kesatriannya
mementingkan setiap gelora dendam yang akan bangkit.
Kie Sau sedari tadi membiarkan terus keadaan gawat
yang penuh detik detik angkara murka, kini ia tahu kerelaan
sudah datang dan sudah waktunya untuk dirinya tampil
kcmuka, dengan tegas ia berkata.
703 "Louw Tiau, mari kita turun kebawah untuk bicara
dengan hati terbuka, mengenai yang lalu tak perlu kami
mengungkan-ungkap lagi!"
Saat ini jembatan yang dibuat Tja Sie Hong sudah selesai
dan dapat dipergunakan untuk berlalu. Louw Tiau
menggunakannya dan berjalan perlahan lahan
menghampiri, setiap langkahnya agaknya demikian berat
agaknya pikirannya pun mengalami goncangan hebat.
Sambil berjalan otaknya berpikir sedangkan palu besinya
dibuang ke dalam jurang, membuat kepercayaan pihak Kie
Sau pada dirinya semakin tebal. Tapi disamping itu ada
suatu hal yang tidak diketahui orang lain, ia mempunyai
semacam senjata yang bukan main ampuhnya yakni lengan
kirinya! Sesudah ia kehilangan lengannya itu, digantinya
dengan sebuih lengan besi. dan dipelajarinya ilmu lengan
itu dengan baik. sehingga mempunyai jurus jurus yang luar
biasa anehnya. Pokoknya barang siapa kena dihajar
lengannya itu paling sedikit akan terpental tiga empat
tombak dengan badan hancur luluh!
Matanya mengawasi keadaan diseberang jembatan,
tampak Tjen Tjen berdiri disebelah kiri, dibelakang anaknya
berdiri dua saudara Wan. Disebelah kanan berdiri Tjiu Piau,
benar senjata rahasia yang berupa mutiara beracun sangat
lihay tapi kini sudah dilucuti, kepandaian silatnya tidak
berapa menguatirkan lagi. Dibelakang Tjiu Piau berdiri Tju
Sie Hong, yang tersebut belakanganpun sudah tidak
bersenjata dan tak perlu dikuatirkan lagi. Sedangkan dua
saudara Ong berdiri agak jauh dari tengah jembatan, Kie
Sau terdapat dibelakang Djie Hai. Keadaan ini sangat baik
sekail menurut perkiraan Louw Tiau. Ia merasa girang, dan
berharap dapat meloloskan diri diri cengkeraman orang!
Dengan mempunyai pikiran demikian nyatanya orang she
Lauw ini tidak mengandung maksud untuk bertobat bahkan
akan melakukan suatu pekerjaan keji lagi guna menambah
dosanya! Kini ia melangkah perlahan lahan diseling berhenti
henti batinya sudah mempunyai rencana baik. yakni ia akan
mempergunakan kelengahan orang, akan menyerobot
secara mendadak kesebelah kiri dan mendorong Tjen Tjen,
704 agar sang gadis mental kejurusan dua saudara Wan.
sehingga mereka terhalang untuk maju.
Lengan kanan bergerak mendesak Tjiu Piau dan Tju Sie
Hong. Kakinya akan di pergunakan dengan cepat mencelat
kehadapan dua saudara Ong. berbareng dengan itu lengan
kirinya sekuat tenaga akan digebukkan pada Ong Djie Hai.
sedangkan lengan kanannya siap untuk menangkap Ong
Gwat Hee. Pokoknya asal dapat merangkap seorang saja
cukup untuk dirinya berlaga atau bertingkah lagi!
Langkah langkah yang sebentar maju sebentar berhenti
ini akhirnya sampai pula membawa dirinya keujung
jembatan perlahan lahan lengannya mengusap usap Tjen
Tjen, membayangkan perasaan kasih sayang dari seorang
ayah kepada anakrya. Tapi sebenarnya hal ini sebagai
pelabi saja, yang nyata ia tengah memperhatikan gerak
gerik dari setiap musuhnya. Saat ini sekalian anak muda
tidak bergerak dan tidak bersuara, keadaan sangat sunyi,
karena sekaliannya sudah melulusi untuk mengampuni
jiwaiya yang kotor ini!
Serentak niat jahatnya yang sudah di rencanakan
terlebih dahulu dipraktekan secara mendadak, dengan
tenaga bahunya yarg kuat dibuatnya Tjen Tjen terpental.
Tepat seperti rencana semula. Tjen Tjen mental dan
merintangi jalan majunya dua saudara Wan. Berbareng
dengan itu lengan kanannya menyerang dengan keras
kepada Tjiu Piau dan Tju Sie Hong sehingga mereka kena
didesak mundur, menggunakan ketika ini ia maju mencelat
dengan cepat menyerang pada Ong Djie Hai dengan lengan
kirinya sedangkan lengan kanannya menjambret pada Ong
Gwat Hee. Keadaan antara hidup dan mati pada diri Louw
Tiau ini membuatnya ia nekad, serangannya tentu saja
dengan tenaga yang maha besar, bahkan seluruh
kepandaiannya dipertaruhkan pada waktu yang singkat ini.
Ong Djie Hai dan Gwat Hee yang tidak siap siaga menjadi
kalang kabut. Gwat Hee menangkis dengan sebisanya.
sedangkan bahu Djie Hai kelihatannya hampir kena kedupak
lengan besi. 705 Sambit berteriak celaka Djie Hai merasakan semacam
benda dingin menyentuh tubuhnya. Hal ini terjadi dalam
seketika cepatnva. Dalam keadaan yang luar biasa
teganngnya ini Im Yang Kang yang dimiliki Djie Hai bekerja
secara otomatis sehingga berhasil menyelamatkan drinya . .
Orang yang sudah berkepandaian tinggi dan sudah mahir
mempelajari semacam ilmu. begitu mendapat suatu
serangan mendadak, dapat ke luar tanpa disadari,
demikianlah halnya dengan Djie Hai yang sedang kesusu,
ilmu yang dimilikinya bekerja tanpa perintah. Tak heran
tubuh Louw Tiau menjadi sempoyongan tidak keruan, inilah
akibat dari tenaga dorongannya sendiri yang tidak
mengenai sasaran, ia jatuh ngusruk kemuka sejauh dua
tumbak. Lengannya bekerja untuk mengangkat tubuhnya
guna merat, tapi secara mendadak usahanya berhenti
setengah jalan, kaki dan lengannya seperti kehabisan
tenaga, tubuhnya bertiarap lagi di atas salju dan tidak
bergerak gerak lagi.
Sekalian orang siap sedia dengan keras untuk menjaga
akal bulus sang jahanam, dalam waktu sekejap tidak berani
menghampiri melainkan mengadakan kurungan dengan
rapat, hanya Tjen Tj-n yang menjadi anaknya maju
melangkah sesudah melongo seketika, tiba-tiba ia menjerit,
"Tia tia!" Ditubruk ayahnya dan dibalikkan tubuhnya agar dapat telenteng Begitu tubuh ayahnya terbalik ia menjerit
kaget dan lompat mundur, sambil menunjuk-nunjuk
ayahnya yang terkapar di atas salju.
Waktu sekalian orang memandangkan matanya, tampak
oleh mereka muka Louw Tiau sudah menjadi hitam, kedua
matanya mendelik putih tak bersinar, mulutnya agak
terbuka dan masih sengal sengal. Lengan kanannya
terangkat ke atas seperti orang kelelap meminta tolong,
Tapi tenaganya tangan ini segera menjadi habis dan terkulai
jatuh dan tak terangkat untuk selamanya, dadanya
bernapas dengan gencar serta memburuh gerak mulut nya
tampak dengan tegas tapi sepatah kata pun tiada dapat
dikeluarkannya. Perlahan- lahan gerak geraknya menjadi
706 lemas, kelopak matanya merapat, menyusul tarikan
napasnya yang terakhir didahului kekelejetan tubuhnya.
Seorang penghianat bangsa yang terkutuk berakhir
riwayatnya dengan secara demikian.
Kie Sau dan sekalian yang lain merasa heran sekali,
mereka tidak mengerti dengan suatu kelitan Djie Hai dapat
menamatkan riwayat sang jahanam, Pang Kina Hong sendiri
belum tentu dapat sekali gus membinasakannya. barang
kali tiada orang yang mempunyai Kekuatan gaib yang
demikian mentakjubkan
"Kalau dilihat dari cara matinya jahanam ini seperti kena
racun saja," pikir Tjiu Piau. "tapi racun apa?"
Keheranan yang menyelimutkan pikiran mereka hanya
berjalan dalam waktu sejenak saja. terlihat kini seluruh
tubuh Loiw Tiau yang tidak terbungkus dengan baju
menjadi hitam seperti arang mereka sadar bahwa sang
jahanam terkena racun yang teramat dahsyat!
Tjiu Piau maju ke muka untuk memeriksa apa yang
terjadi, diatas salju yang putih terlihat sebutir mutiara
beracun dari senjatanya; Sedangkan dibahu, dada, perut
dan lain lain tempat Louw Tiau penuh terkena benda
beracun itu, tak heran dalam waktu sebentar saja ia mati
tanpa berdaya. Sambil berdiri Tjiu Piau menunjuk kelantai :
"Barusan aku menyebarkan senjata rahasiaku di sini.
sedangkan jahanam yang berhati binatang ini menubruknya
dan binasa!"
Orang yang menjadi buruan dan pelampias dari angkara
murka mereka kini menggeletak mati dengan tubuh hitam
tak keruan sesuai dengan sumpah yang dinyatakannya.
dendam yang mengeram selama dua puluh tahun lebih Kini
menjadi hilang dibawa arwah sang jahanam. Ong Djie Hai
bertengadah ke atas sambil berkata:
"Ayah yang berada di alam baka dengar kata kataku
bahwa Louw Tiau penghianat bangsa sudah meninggal
ditangan kami beramai ramai berkat kejahatannya yang
Pahlawan Harapan Karya Tang Fei di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
707 tidak mau diubah!" Tampak ia meneteskan air matanya
dengan deras. Sedangkan saudara saudaranyapun berderai
air matanya karena terharu. Hanya Tjen Tjen seorang yang
mengertekkan giginya menahan air mata yang akan keluar
ia berkata secara samar samar "Aku tidak mempunyai ayah
Semacam. dia!"
Sewaktu mereka sampai diruangan dalam tampak Tju
Hong tengah asyiknya mengobrol dengan Louw Eng secara
tertulis Mereka menceritakan kejadian barusan dengan
terang dan tegas mendengar ini Tju Hong membuka mulut.
"Orang yang berdosa seharusnya menerima semacam itu
bahkan siang siang hukuman semacam itu harus di
terimanya!" Mereka terdiam sebentar dengan perasaan
berlainan. Sesudah diam seketika, tampak Louw Eng memberikan
secarik kertas yang berbunyi:
"Bagaimana dengan rencana kita tempo hari untuk
menggulingkan penjajah bangsa Kita sudah tua. hal ini kini
harus diresahkan kepada sekalian anak anak muda ini!" Tju
Hong melihat ini menjadi tertawa, nyata semangatnya
masih tetap hebat seperti mudanya, kemudian ia
menyerahkan kepada Djie Hai, "lihatlah !"
Anak muda adalah tiang negara, segala tanggungan yang
berat sama sakali tidak dirasai, sesudah ia melihat surat itu,
batinnya menjadi girang sekali. Sekalian yang lain turut
melihat, masing masing menunjukkan rasa girang dan siap
sedia memikul beban yang berat itu. Sedangkan Tjen
Tjenpun tidak ketinggalan dan mempunyai peranan seperti
saudara saudaranya yang lain.
"Saudara-saudara kita harus bersatu padu untuk
memikul beban ini!" seru Djie Hai
"Pasti!'' jawab yang lain-lain.
"Kita selamanya bersatu dan tidak berpisah untuk
seumur hidup demi tugas yang mulia ini." seru Djie Hai
kembali sambil mengepalkan lengannya.
708 Jawaban bergelora girang gembira terdengar dari yang
lain. "Pasti tidak berpisah!" Dengan sendirinya suara Tjen Tjen terdapat didalam, Akhirnya mereka mengangkat lengannya
semua termasuk Kie Sau. Tju Hong dan Louw Eng, secara
beramai ramai memekik keras:
"Untuk kemerdekaan dan tanah air kami bersumpah
akan mengusir penjajah dari bumi pertiwi sampai titik darah
kami yang penghabisan!"
-TAMAT" 709 Petualang Asmara 9 Jaka Lola Karya Kho Ping Hoo Pedang Golok Yang Menggetarkan 7
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama