Ceritasilat Novel Online

Buddha Pedang Dan Penyamun 9

Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira Bagian 9


berkelebat memasuki rumah. Kulihat perempuan itu pingsan,
nyaris seperti sudah mati, tetapi ketika kudekatkan telingaku
ke wajahnya, jelas ia masih bernapas. Ia tergeletak bersimbah
darah pada amben bambu. Dari peralatan sederhana yang
masih terserak di sana, aku tahu betapa kandungan
perempuan yang bayinya sungsang itu telah dibedah oleh
ketajaman bambu. Darah membasahi seluruh amben. Bekas
kulit perut yang disayat itu disatukan kembali oleh jahitan tali
yang terbuat dari usus kucing, kemudian di atasnya dioleskan
dan ditumpuk-susunkan ramuan dari berbagai tumbuhan,
yang kukira mustahil menyatukan kulit perut itu kembali
sekarang juga. Mungkin ramuan tetumbuhan dimaksud untuk
segera mengeringkan darah, tetapi darah masih terus
merembes dari bekas sayatan. Perempuan itu akan mati
karena kehabisan darah. Apakah aku harus tinggal diam saja"
Untuk sementara suaminya bersama perempuan dukun
bayi itu masih akan berada di sungai. Hari masih pagi, tetapi
cahaya matahari terserak di dalam pondok. Kuletakkan tangan
kiriku di atas perut terbedah yang penuh dengan ramuan
tumbuhan, sementara telapak tanganku menghadap cahaya
matahari. Prana udara, prana matahari, dan prana bumi
terbuat dari prana putih atau prana umum. Prana udara dan
prana bumi bumi dalam bahasa yang hanya dipahami
kalangan tertentu, disebut gelombang daya hidup, sebab bila
dilihat secara waskita oleh mereka yang kepekaan matanya
tinggi, prana-prana itu tampak sebagai celah sempit atau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gelembung cahaya. Gelembung daya hidup berukuran macammacam. Beberapa di antaranya mengandung lebih banyak
satuan prana putih dan yang lain kurang.
Gelembung daya hidup bumi menembus bumi dan
melingkupinya dalam ketebalan tertentu. Gelembung tersebut
lebih padat dan berhimpitan dan biasanya lebih besar dari
gelembung daya hidup udara. Beberapa gelembung daya
hidup udara yang lebih besar mudah dilihat dengan
memandang ke langit selama beberapa menit, terutama tepat
sebelum matahari terbenam. Siapapun tidak perlu menjadi
manusia waskita untuk mampu melihat gelembung daya hidup
udara. Siapa pun dapat melihatnya jika terlatih, bahkan
mampu melihat gelembung daya hidup bumi yang setengah
depa dari tanah.
Demikianlah gelembung daya hidup atau kumpulan satuan
prana putih diserap chakra untuk kemudian dicerna dan
dipecah bagian-bagiannya. Bila dicerna, prana putih
menghasilkan enam jenis prana berwarna seperti warna
pelangi. Sejumlah besar prana udara diserap langsung oleh
chakra limpa di depan dan belakang. Prana udara dipecah
menjadi berbagai prana berwarna dan dibagikan ke chakra
lain. Prana bumi diserap melalui chakra telapak kaki. Sejumlah
prana bumi diarahkan naik ke tulang belakang dan chakra lain,
sementara sejumlah besar diarahkan ke chakra kecil , chakra
pusar, lalu ke chakra limpa, tempat prana itu dipecah dan
dibagikan ke chakra lain. Semuanya berlangsung dengan
sendirinya tanpa disadari. Prana putih terdiri dari prana
merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu. Dari keenam
prana berwarna; prana merah, biru, dan hijau paling sering
digunakan dalam penyembuhan; dan dari ketiganya kuambil
prana biru untuk menghentikan pendarahan.
JADI mungkin ramuan tumbuhan itu tidak menyatukan
kulitnya dengan segera, tetapi dengan berhentinya pendarahan, perempuan itu masih berpeluang hidup, dan jika
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ia terus hidup, lukanya akan mengering dan kulit perutnya
bersambung kembali. Tentu berhentinya pendarahan saja
takcukup. Perempuan yang bayi sungsang-nya masih
dibesihkan di tepi sungai itu harus dirawat. Namun untuk itu
kukira perempuan dukun bayi itu tahu apa yang harus
dilakukannya. Betapapun, berhentinya pendarahan itu kurasa
akan membuat sang ibu muda itu tetap hidup.
Aku berkelebat menghilang setelah mereka kudengar
berbicara sambil mendaki tebing.
"Tabahkanlah hatimu, Anak," ujar perempuan dukun bayi
itu, "istrimu telah menjelma kembali ke dalam diri bayi
perempuan cantik ini."
Aku telah memegang kembali pengutik itu, dan siap
menulis di atas lontar yang masih kosong, ketika terdengar
teriakan kaget riang gembira dari dalam pondok tersebut.
"Keajaiban! Sudah daku katakan isterimu akan tetap hidup
jika ada keajaiban! Sekarang pendarahannya berhenti, artinya
ia bisa sembuh kembali! Berikan sesaji kepada Durga sekarang
juga!" Suami perempuan itu taklangsung menjawab.
"Sahaya pemeluk Tantrayana, Puan, tidak memberi sesaji
kepada Durga."
"Ah! Omong kosong! Hanya Bhatari Durga Mahisasuramardini yang akan melindungi perempuan! Cepat
kerjakan jika masih butuh pertolongan!"
Aku tersenyum mendengar percakapan itu, dan mulai
menulis kembali. Kulihat para tetangga berkerumun dan ikut
membantu mereka, sementara burung-burung berkicau riuh
rendah di atas pepohonan pada pagi yang berbahagia ini.
(Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Episode 141: [Memburu Harimau Perang]
SETELAH mempelajari filsafat Nagarjuna selama enam
bulan di dalam sebuah bilik di Kuil Pengabdian Sejati, sedikit
demi sedikit aku mulai memahami cara pemikir ini menafsirkan
ajaran Buddha, dan menerjemahkannya sebagai perbincangan
filsafat yang sangat merangsang pemikiran itu sendiri.
Setidaknya aku mengenali kembali betapa filsafat Nagarjuna
ini mengacu terutama kepada penolakan Buddha atas dua
kutub, yakni keberadaan atau atthita dan ketiadaan atau
natthita. Artinya sangatlah keliru mengandaikannya sebagai
penganut Mahayana. Acuan Nagarjuna terhadap murid
langsung Buddha, yang lebih kepada Katyayana daripada
Kasyapa adalah penting, karena ia menanggapi bukan hanya
isi penafsiran seperti Ratnakuta, tetapi juga penafsiran yang
terdapat dalam niskaya dan agama.
MAKA dengan mempelajari filsafat Nagarjuna seseorang
akan mendapat pemahaman lebih baik tentang filsafat dalam
ajaran Buddha, tanpa melebih-lebihkan perbedaan antara
Hinayana dan Mahayana.
Aku tenggelam dalam pembelajaran Nagarjuna, selain
karena menyembunyikan diri dari ancaman para mata-mata
Kalakuta, juga karena berusaha mengatasi kehampaan
perasaan luar biasa dalam diriku semenjak kematian Amrita.
Tidak dapat kuingkari betapa sejak kali pertama menginjak
negeri manca Tanah Kambuja di pelabuhan bekas
Kemaharajaan Fu-nan waktu itu, tanpa terasa Amrita akhirnya
menjadi bagian diriku. Tanpa Amrita pengembaraanku
mungkin berlangsung ke tempat lain. Bukankah memang demi
dan karena Amrita maka aku telah melacak jejaknya dari
Tanah Kambuja, melewati segala bahaya dan peristiwa
sehingga aku tiba dan terlibat pertempuran demi pertempuran
di Daerah Perlindungan An Nam" Amrita Vighnesvara telah
menjadi bagian diriku dan kematiannya mengakibatkan
kehampaan besar dalam diriku yang menuntut untuk kuatasi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Maka cara terbaik untuk mengatasinya menurut diriku
adalah menghadapinya. Bahkan persoalan itu bagiku bagaikan
suatu utang piutang kehidupan yang wajib dibayar. Apa kata
Amrita kiranya, jika kubiarkan diriku melenggang tanpa
kejelasan tentang apa yang sebenarnya telah terjadi, yang
bukan hanya membuat gabungan pasukan pemberontak
terkurung api, tetapi telah merenggut nyawa Amrita sendiri"
Aku memasuki kota karena mencari Harimau Perang, tetapi
justru dirikulah yang terburu untuk dibunuh, sehingga bhiksu
kepala menganjurkan aku untuk tetap tinggal dalam kuil untuk
menghindarinya. Betapapun seseorang telah mengetahui
keberadaanku di dalam kuil dan tidak ada jaminan telah
melupakan aku. Persoalannya sekarang, mungkinkah aku menemukan
Harimau Perang" Dalam enam bulan, selain mempelajari
filsafat Nagarjuna, aku telah mencoba mengumpulkan
keterangan sedapatnya, dari para bhiksu yang penugasannya
berada di luar kuil, tetapi tidak kudapat kemajuan yang
berarti. Mengingat tugas Harimau Perang selama ini sebagai
penghubung yang mengatur jaringan antarpasukan pemberontak, jika ia memang ternyata seorang mata-mata
ganda, apalagi mengepalai jaringan mata-mata musuh pula,
adalah mudah baginya menghilang, bagai membalikkan
telapak tangan. Di lain pihak, dengan semakin menguasai
filsafat Nagarjuna, ilmu racun dan ilmu sihir Raja Pembantai
dari Selatan yang terwariskan tanpa kuminta telah hilang pula,
sehingga tiada mungkin kugunakan tenaga gaib untuk
memburunya. ''Harimau Perang....,'' kata Amrita waktu itu, ''merusak
segalanya...'' Aku berpikir keras. Meskipun adalah darah mudanya yang
bergejolak waktu itu, tetapi pada saat terakhir ketika memberi
pesan untukku, pastilah ia mengerahkan kecerdasannya untuk
memberikan arah agar diriku tidak mengulang kesalahannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jadi apakah kesalahannya" Tentang serbuannya ke sarang
harimau sendirian itu, tentu bukan kesalahan yang perlu
diungkapnya lagi. Namun apakah kiranya yang telah
membuatnya menyangka dapat membalaskan dendamnya
segera, itulah yang agaknya harus kuketahui, karena itu pula
yang diketahui Amrita sebagai kesalahannya.
Ia menyebutkan Harimau Perang merusak segalanya.
Tafsiran pertama, tentu bahwa seseorang bergelar Harimau
Perang telah memorakporandakan
siasat pasukan pemberontak gabungan dengan sangat berhasil. Namun
tafsiran kedua bukan tak mungkin, bahwa dugaan yang hanya
tertuju ke arah nama Harimau Perang itulah yang justru
merusak segalanya.
Itulah yang membuat aku berpikir keras. Suatu jawaban
harus ditemukan, tetapi betapa rumit mendekati suatu
kebenaran jika memang memungkinkan. Bukankah kebenaran
memang selalu merupakan sesuatu yang rumit, bahkan
mustahil dinyatakan, seperti mustahilnya kenyataan itu
sendiri" Namun aku tidak bisa tinggal diam. Lagipula para bhiksu
dan bhiksuni yang menyebar ke dalam kota, bahkan ke dalam
istana, pusat pemerintahan Daerah Perlindungan An Nam,
berusaha mencari keterangan sekuat bisa. Iblis Suci Peremuk
Tulang bahkan menyamar dengan menumbuhkan rambut dan
kumisnya, tetapi tidak cambangnya, sehingga wajahnya tidak
kembali seperti semula. Dengan perantaraan jaringan rahib
masuklah ia ke dalam istana dan bekerja sebagai tukang kuda.
''Akan kupasang telingaku,'' katanya, ''jika kita waspada
tentu kita mendapatkan titik-titik terang.''
Ternyata memang dari Iblis Suci Peremuk Tulang itulah
terdapat suatu jalan untuk mengetahui sesuatu. Ia tiba pada
saat yang tepat, ketika aku sudah jenuh dengan filsafat,
karena telah mempelajarinya terus-menerus tanpa putus
dalam enam bulan terakhir ini, hanya dengan selingan upacara
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
harian yang juga terus berlangsung seperti perputaran.
Betapapun, meski kepalaku gundul, wajahku kelimis,
mengenakan jubah pendeta, tak pernah makan daging,
belajar filsafat, dan tenggelam dalam samadi, aku bukanlah
seorang bhiksu, bahkan bukan seorang penganut Buddha dari
aliran mana pun.
MESKI tak bersenjata, aku hanyalah seorang penyoren
pedang dari sungai telaga dan rimba hijaunya dunia
persilatan. Jiwaku adalah pedangku dan tubuhkulah
sarungnya, pada saat jiwaku bertarung tubuhku bagaikan
tangan yang memegang pedang. Tiada lagi pedang dan tiada
lagi sarung, hanya peleburan menuju jalan pertarungan antara
hidup dan mati. Ketika jarak antara hidup dan maut hanya
berbatas seujung rambut, saat itulah manusia mendapat
peluang mencapai kesempurnaan dalam puncak pendakian
kehidupannya. Itulah yang membuat kehidupan seorang
pendekar silat menggairahkan. Maka ketika pendalaman
naskah filsafat menjadi ujian yang menantang kesabaran,
otakku terserap daya tarik penalaran filsafat yang menuntut
ketekunan, sementara tubuh dan jiwaku terpanggil untuk
berangkat mengembara setiap kali angin bertiup dan cahaya
matahari pagi mengabarkan janji kebahagiaan di luar sana.
Aku memang tidak punya alasan untuk pergi, sampai Iblis
Suci Peremuk T ulang datang dengan berita ini.
''Sejumlah kuda yang segar dan sehat diminta untuk
dipersiapkan diam-diam, katanya untuk suatu perjalanan
rahasia.'' ''Perjalanan rahasia"''
''Ya, persiapan ini sangat dirahasiakan dan kami semua
disumpah dengan kutukan jika melanggarnya.''
Aku tahu, kutukan yang mana pun tidak akan membuat
Iblis Suci Peremuk T ulang gentar. Apalah artinya kutukan bagi


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Iblis Suci yang bagaikan mewakili kutukan itu sendiri setiap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kali berhadapan dengan lawan. Namun dalam penyamaran,
tentulah ia berlagak menerima persumpahan itu dan
mempercayainya, karena hanya dengan begitu akan
mendapat keterangan yang sangat amat kami butuhkan.
''Disebutkan bahwa seorang tokoh dipanggil oleh penguasa
Negeri Atap Langit karena jasa-jasanya, sehingga akan
mendapatkan kedudukan di sana. Namun karena sifat
pekerjaannya, maka kepergiannya pun tidak boleh diketahui
orang. Bahkan disebutkan, tidak seorang pun tahu bahwa
tokoh ini ada. Jadi adalah dosa besar yang harus dibayar
dengan darah jika keberadaannya terbocorkan, sengaja
maupun tidak sengaja,'' kisahnya.
Keterangan itu dikumpulkan sedikit demi sedikit. Mula-mula
bahwa jumlah kuda yang dibutuhkan adalah dua puluh ekor.
Artinya tokoh tersebut dijaga oleh lima belas pengawal rahasia
istana, dan bersamanya terdapat empat pembantu yang tentu
kedudukannya sangat penting.
Kemudian terdengar bahwa tokoh ini adalah seorang warga
An Nam, seorang Viet yang berperan penting dalam
penyelamatan Thang-long dari pendudukan para pemberontak. Sangatlah dirahasiakan, kapan rombongan dua
puluh orang itu akan berangkat dan jalur mana saja yang akan
dilalui. Hanya diketahui betapa tujuannya adalah Chang An.
Lantas, hanya kemudian sekali, Iblis Suci Peremuk Tulang
yang menyamar sebagai tukang kuda itu, mendengar bahwa
tokoh tersebut adalah Harimau Perang....
''Waspadalah dengan berbagai macam tipu daya dalam
penyebaran keterangan semacam ini,'' ujar bhiksu kepala.
Aku setuju dengan pendapatnya. Jika segenap mata-mata
di bawah pengawasannya bertugas dengan baik, kenapa
mereka dapat mengawasi diriku maupun Amrita, tetapi tidak
memperhatikan Iblis Suci Peremuk Tulang" Betapapun dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pasukan yang dipimpin Amrita, Iblis Suci Peremuk Tulang
merupakan andalan yang tidak terkalahkan, dan korban di
pihak pasukan pemerintah karena bandul besinya mencapai
angka yang besar sekali. Sosok seperti ini pasti tidak akan
luput dari pengawasan para mata-mata.
Namun bukan tentang keberadaan Iblis Suci Peremuk
Tulang itu yang menjadi masalahku, melainkan yang dilihat,
didengar, dan dibayangkannya. Apa pun yang dibayangkannya
tentang Harimau Perang tentu sangat berpengaruh kepada
pertimbangan dan simpulannya. Tidak ada yang lebih rumit
daripada tindak pengelabuan dalam dunia mata-mata.
''Tentu kita harus tahu kapan yang disebut Harimau Perang
itu berangkat, jalan mana saja yang akan dilaluinya, dan
kenapa sebenarnya ia harus melakukan perjalanan ini,''
kataku. ''Daku usahakan sebaik-baiknya,'' ujar Iblis Suci yang
segera menghilang lagi.
Setiap kali menghilang dari tempatnya bekerja, yakni istal
pemeliharaan kuda-kuda pasukan pengawal istana, Iblis Suci
berkata pergi ke tempat pamannya yang sedang sakit keras.
TENTU akan memancing kecurigaan jika ia pergi terlalu
sering dan apalagi terlalu lama. Bhiksu kepala akhirnya
memasang mata rantai bhiksu dan bhiksuni yang mengemis
dengan batok kelapa di dalam kota, untuk menyampaikan
pesan Iblis Suci Peremuk T ulang itu dari lorong ke lorong dan
dari sudut ke sudut di jalan utama sampai ke Kuil Pengabdian
Sejati. Pesan itu cukup diucapkan kepada seorang bhiksu atau
bhiksuni, yang muncul dengan batok kelapa kosong di depan
asrama para tukang kuda di samping istal, maka pesan itu
akan tersampaikan dari mulut ke mulut, karena para bhiksu
dan bhiksuni pengemis masing-masing berjalan dalam suatu
bidang wilayah dengan cara melingkar, sehingga masingmasing membentuk suatu lingkaran yang selalu bersinggungan. Pesan itu akan berjalan dari titik singgung
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
satu ke titik singgung lain, dan tidak sampai sepenanak nasi
lamanya akan segera sampai ke telingaku. Begitu pula akan
berlangsung dengan pesan balasan dariku maupun bhiksu
kepala yang mengawasi langsung pekerjaan rahasia ini.
Tidak selalu ada pesan setiap hari, jadi aku berkesempatan
mempelajari apa saja yang berlangsung di Negeri Atap Langit
di bawah kekuasaan Wangsa Tang secara ringkas, melalui
catatan-catatan para rahib yang pernah me lakukan perjalanan
ke sana, yang tersimpan di perpustakaan Kuil Pengabdian
Sejati. Tentu juga harus kuketahui apa yang sedang
berlangsung akhir-akhir ini, yang barangkali menjelaskan
kenapa Negeri Atap Langit membutuhkan seorang Harimau
Perang. (Oo-dwkz-oO) AKU berada di Thang-long pada pertengahan 797. Saat itu
Wangsa Tang sudah menguasai Negeri Atap Langit selama
179 tahun semenjak mengambil alih kekuasaan dari Wangsa
Sui pada 618. Pendiri resmi Wangsa Tang adalah Li Yuan, tetapi adalah
putra keduanya, Li Shih Min, yang disebut-sebut sebagai
gagah berani dan berjaya dalam ilmu perang, yang telah
membesarkan Negeri Atap Langit sampai dikenal dengan
kemegahan seperti sekarang. Bahkan sebelum Li Shih Min
berkuasa sepenuhnya, telah berlangsung peristiwa mengenaskan, karena ia terpaksa membunuh kedua
saudaranya sendiri, sebelum dirinya sendiri dibinasakan
keduanya yang ternyata bersekongkol itu. Li Yuan yang masih
berkuasa tahu duduk perkara, jadi tidak menghukum Li Shih
Min, tapi bagaimanakah kiranya perasaan orangtua dengan
sengketa di antara anak-anaknya yang menghilangkan nyawa"
Li Yuan sebagai maharaja bergelar Tang Kao Tsu, Li Shih
Min yang menggantikannya kemudian bergelar Tang T'ai
Tsung, dan berkuasa antara 627 sampai 649. Di bawah
pemerintahannya, Negeri Atap Langit berkembang lebih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
megah dibandingkan masa pemerintahan Wangsa Han.
Sampai-sampai penduduk Negeri Atap Langit menyebut diri
mereka sendiri dengan bangga, seperti akan sering kudengar
nanti, sebagai Orang Tang. Disebutkan, dalam catatan Teng
Ssu-yu pencapaian Tang T'ai Tsung sangatlah ringkas:
T'ai Tsung merampungkan persatuan negeri
memajukan kebudayaannya
menambah kemakmurannya
dan menempatkan semua itu
di atas menara baru kekuasaan
Dalam hampir semua catatan yang kubaca, masa
pemerintahan Tang T'ai Tsung tak hanya merupakan masa
keemasan negeri, melainkan juga masa keemasan bagi
kesusastraan. Begitu rupa pentingnya kesusastraan sehingga
ujian untuk bekerja dalam pemerintahan, antara lain adalah
menulis puisi. Demikianlah Negeri Atap Langit menjadi negeri
yang sangat beradab, tetapi peradaban setinggi ini pun belum
dapat melepaskan dirinya dari peperangan.
Pada 627, bangsa Turk yang sebetulnya merupakan sekutu
pendiri Wangsa Tang, menyerang Chang An. Namun Tang T'ai
Tsung bukan hanya berhasil mencegatnya di atas jembatan
yang menghubungkan ibu kota Chang An itu dengan wilayah
pertahanan bangsa tersebut, tetapi cukup dengan memperlihatkan besarnya balatentara Tang di medan perang
telah membuat penyerbu itu mundur tanpa pertempuran.
NAMUN dua tahun kemudian, pada 629, Tang T'ai Tsung
mengirimkan pasukan berkekuatan 100.000 orang untuk
menaklukkan bangsa ini di kaki Gunung Besi yang berada di
wilayah mereka sendiri. Sebetulnya bangsa ini adalah bangsa
pengembara yang hidupnya berpindah-pindah dan datang dari
utara, sedangkan bangsa apa pun yang datang dari utara
disebut orang-orang Tang sebagai bangsa Tartar. Padahal tak
hanya satu bangsa berada di utara dan di antara bangsabangsa pengembara yang saling berperang itu kadang terjadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
peleburan. Seperti yang sejak tiga ratus tahun lalu
berlangsung antara bangsa Turk dan Mongol, yang kini
disebut Tartar atau juga bangsa Hun.
Dua puluh tahun setelah Tang T'ai Tsung naik takhta,
sekitar 647, ia menjadi dipertuan yang tidak dapat diingkari
lagi dari seluruh bagian timur dan tengah di benua tempat
terdapat Negeri Atap Langit. Sesudah berabad-abad lamanya
bersikap sebagai orang beradab yang menghindari peperangan, bahkan bersedia membayar harga perdamaian
terhadap suku-suku liar, setelah dirasuki jiwa Tartar berubah
menjadi pemberani bernyali nan tak kenal gentar. Gunung
gemunung maupun padang pasir tak mampu menghalangi laju
penaklukan pasukan Negeri Atap Langit. Namun tidak seperti
bangsa Turk dan Mongol, mereka tidak meninggalkan bekas
pembunuhan, pembakaran, dan pemusnahan. Memang benar
memenggal kepala tak terhindarkan, tetapi keberadaban
dalam bentuk pemerintahan teratur, serta ikatan raja-raja
yang memerintah kepada Negeri Atap Langit, telah
meningkatkan perdamaian dan ketertiban.
Kemampuan mengelola pasukan tempur yang terbangun
semasa T'ai T sung itu, yang secara pribadi mampu memimpin
balatentara menyerang suku-suku di sekitarnya, dilanjutkan
semasa kepemimpinan Kao Tsung, dan Wu Chao yang lebih
dikenal sebagai Maharani Wu. Balatentara Wangsa Tang
merangsek bahkan sampai ke wilayah-wilayah utara seperti
Dataran Mongolia, Gaogouli, dan Baiji. Pada abad lalu, bagian
tengah benua sudah dikuasa inya, berkat dukungan kemakmuran perdagangan dan kecanggihan ilmu pengetahuan serta perekaaan peralatannya. Salah satu kunci
kejayaan pasukan Wangsa Tang adalah kebijakan para
maharaja untuk menerima para panglima tempur yang
tangguh dari suku-suku pinggiran, seperti dari Gaogouli,
Qidan, Mojie, dan Tujue. Dengan itulah kesejahteraan dan
kebudayaan berkembang sebagai suatu masa keemasan yang
tidak akan pernah terulang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun Negeri Atap Langit telah mengubah tatacara
pembentukan dan pemeliharaan pasukan dari Tatacara
Ketentaraan Fubing, ketika prajurit tidak memiliki kepala
pasukan yang tetap dan mendukung diri sendiri dengan
pertanian, menjadi Tata Cara Mubing, ketika prajurit dipilih
sejumlah kepala pasukan dan mengikutinya. Tatacara yang
terakhir itu membuat para panglima penjaga keamanan
perbatasan, dapat dengan mudah membentuk pasukan yang
kuat untuk melawan pemerintah. Dengan cara inilah
Pemberontakan An Shi dapat terjadi, yang dengan tekanan
suku-suku pinggiran maupun kelompok yang ingin memisahkan diri, memang melemahkan kekuatan balatentara
Wangsa Tang. Kisah kerajaan besar memang tidak sepi dari masalah.
Maharaja Kao Tsung yang menggantikan ayahnya dan
memerintah antara 650-683, meski berhasil menaklukkan
Semenanjung Korea yang tidak dapat dilakukan T'ai T sung, ia
adalah seorang kepala negara yang disebut-sebut lemah.
Kubaca betapa kelemahan hatinya terhadap cinta telah
berakibat kepada kekacauan negara.
TERTULIS bahwa sebelum ia naik takhta menggantikan T 'ai
Tsung, ayahnya yang sakit-sakitan semenjak gagal menaklukkan bangsa Korea, ia ternyata mencintai salah
seorang perempuan yang dipelihara ayahnya. Perempuan
piaraan ini, demikian istilahnya, bukanlah selir yang resmi,
apalagi perma isuri. Namun ketika ayahnya meninggal, Kao
Tsung mengambil perempuan tersebut dari rumah berhala,
tempat ayahnya menempatkan perempuan piaraan dan para
selir, lantas menjadikannya sebagai selirnya sendiri.
Selir ini kemudian berhasil menjatuhkan permaisuri, bahkan
membinasakannya dengan kejam. Bukannya dihukum, Kao


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tsung mengangkatnya
jadi permaisuri, menggantikan permaisuri sebelumnya yang dibunuh itu. Masih belum puas,
permaisuri baru ini menyingkirkan semua menteri yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menentang pengangkatannya
jadi perma isuri, karena mengawini bekas perempuan piaraan ayahnya dianggap
perilaku tak patut sebagai maharaja. Semua menteri itu
dibinasakannya tanpa sisa.
Permaisuri itulah yang bernama Wu Chao. Pada 656 ketika
Kao Tsung pun sakit-sakitan, ia mengizinkan permaisurinya
membaca surat-surat pemerintahan, yang lantas mengambil
keputusan sendiri. Permaisuri itu memang anak seorang
menteri negara di Shansi, jadi tak kurang pintar dan
cerdiknya, menguasai sejarah maupun kesusastraan. Begitu
Kao Tsung meninggal pada 683, anak permaisuri tersebut,
Chung Tsung, naik takhta, tetapi tetap saja Wu Chao yang
memegang dan mengatur kekuasaan. Lantas, menyadari
Chung Tsung ingin melepaskan diri dari pengaruhnya, ia
turunkan Chung Tsung dari singgasana, dan mengangkat Hui
Tsung, adiknya, sebagai maharaja baru. Tentu saja kekuasaan
tetap dipegang oleh sang ibu.
Pada 690 akhirnya Wu Chao mengangkat dirinya sendiri
sebagai Maharani Wu, dengan gelar lengkap Wu Tze T'ien.
(Oo-dwkz-oO) HARUS kukatakan betapa mataku tak bisa lepas dari
catatan-catatan para rahib itu, terutama setelah menceritakan
perilaku Wu Tze T'ien ini. Banyaklah perilaku buruk diceritakan
perihal nafsu syahwatnya yang besar, pembunuhan demi
lancarnya kekuasaan, dan akhirnya usaha menghapus Wangsa
Tang itu sendiri, juga diiringi pembunuhan segenap
keturunannya, diganti dengan peresmian Wangsa Chou.
Dalam sebuah catatan disebutkan, karena minum arak
terlalu banyak pada musim dingin, Wu Tze T'ien yang mabuk
memerintahkan agar bunga-bunga mekar meskipun bukan
musimnya. Dikisahkan betapa bunga-bunga itu menuruti
perintahnya, yakni mekar pada musim dingin, kecuali yang
disebut bunga botan, sehingga bunga itu pun dihukum buang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun sebagai perempuan, Wu Tze T'ien memperjuangkan
kepentingan kaumnya. Ia membela hak perempuan untuk
turut dalam ujian negara dan lain sebagainya. Bahkan justru
lulus ujian negara inilah yang menjadi syarat bagi banyak
jabatan, sehingga yang berlangsung sebelumnya, bahwa
keluarga raja atau keluarga sahabat raja yang berasal dari
keluarga Li di wilayah Shensi dengan sendirinya mendapat
jabatan penting, yang banyak akibat buruknya, dapat
diperbaiki. Ia menitikberatkan pada ujian dan karena itu
orang-orang biasa, dan juga orang-orang yang berasal dari
bagian lain di Negeri Atap Langit, dapat memegang jabatan
tinggi dan penting.
Riwayat Wu Tze T'ien berakhir tahun 705 karena
diturunkan Chung Tsung, anaknya sendiri yang dulu
diturunkannya. Namun sejarah segera berulang, karena
permaisurinya bagaikan ingin menjadi Wu Tze T'ien kedua.
Suami sendiri diracuninya, meski ternyata gagal membunuhnya. Pemberontakan pun marak karena dikobarkan
Li Lung Chi, anak maharaja kedua, Hui T sung, yang dulu juga
diturunkan Wu Tze T'ien. Tanpa ampun, permaisuri yang
meneladani Maharani Wu ini dibinasakan dan Hui Tsung pun
naik tahta untuk kedua kalinya. Adalah Li Lung Chi, anaknya
yang akan bertahta antara 713 dan 756, dan bergelar Tang
Ming Huang atau Tang Hsuan Tsung, yang akan termasyhur
karena mengembangkan kesenian dan ilmu pengetahuan.
Meskipun begitu lagi-lagi urusan negara terganggu masalah
cinta, ketika sete lah 745 ia tergila-gila kepada perempuan
yang termasyhur keelokannya, Yang Guifei. Semenjak
perempuan ini bergabung ke rumah berhalanya, Tang Ming
Huang menjadi seorang pemboros besar.
(Oo-dwkz-oO) TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
KITAB 8: NEGERI PARA PENYAIR
(Oo-dwkz-oO) Episode 142: [Penyusupan Senja]
BETAPAPUN adalah pada masa pemerintahannya Wangsa
Tang mencapai puncak keemasan, dengan tatanegara dan
kebudayaan sebagai ukurannya. Adanya Dewan Han Lin atau
Dewan Kesusastraan di Negeri Atap Langit adalah berkat Ming
Huang. Pekerjaan dewan ini antara lain mendirikan sekolah di
seantero negeri. Namun baiklah kita ikuti dahulu sepak terjang
Yang Guifei, perempuan yang telah membuat maharaja Ming
Huang bertekuk lutut.
Selir cantik jelita ini ternyata jatuh cinta kepada An Lushan,
seorang panglima Turk berdarah campuran yang menguasai
enam bahasa. Panglima ini sering datang ke istana dengan
meninggalkan wilayah yang menjadi tugasnya di Hopei,
tempat seharusnya ia mengamati bangsa K'i-tan di Manchuria.
Memanfaatkan kesibukan negara berperang melawan orang
Arab, Tibet, dan memadamkan berbagai kekacauan lain, An
Lushan yang ahli perang me lancarkan pemberontakan pada
755. Tak kurang dari maharaja Ming Huang terpaksa
meninggalkan istana, lari dari kotaraja Chang An yang segera
jatuh ke tangan An Lushan, ke Szechuan. Dalam perjalanan,
pasukan yang mengawal raja menuntut kepada Ming Huang
agar Yang Guifei dihukum mati. Terus terang tak dapat
kubayangkan perasaan maharaja itu, yang memerintahkan
kekasihnya tercinta menjerat leher sendiri dengan kain sutera.
Perempuan cantik itu beserta sanak keluarganya dianggap
berdosa dalam timbulnya kekusutan di dalam negeri.
Pada 763 pemberontakan An Lushan dapat dipadamkan.
Negeri Atap Langit terpaksa menggunakan bangsa-bangsa
asing di perbatasan, terutama bangsa Turk Uigur, yang
setelah perang usai menguasai berbagai wilayah di dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
negeri dan tidak berminat kembali. Demikianlah wibawa
Wangsa Tang mulai pudar, dan telah kuketahui pada saat
seperti inilah muncul semakin banyak pemberontakan di
negeri-negeri bawahan, seperti kusaksikan sendiri di Daerah
Perlindungan An Nam ini. Kini, kudengar Tang Ming Huang
telah turun takhta dan digantikan putranya. Pemberontakan
tak kunjung habis, para panglima menjadi penguasa wilayah,
sementara bangsa Tibet datang menyerbu, dan hanya bisa
ditepis dengan bantuan bangsa Turk Uigur, yang kepada
mereka Negeri Atap Langit ini bahkan membayar.
Aku mencermati kembali kisah pemberontakan ini. Setelah
bertempur tujuh tahun, pasukan An Lushan merebut Luoyang
maupun Chang An. Tahun 757 ia terbunuh, tetapi putranya,
An Qingshu, meneruskan perjuangannya sampai 763.
Seberapa jauhkah pemberontakan benar-benar telah selesa i"
Kenapa pula Negeri Atap Langit harus membentuk
perserikatan dengan Harun al-Rasyid, khalifah bangsa Arab
itu" Kemudian kubaca dari catatan-catatan para rahib yang
pernah berkunjung ke Chang An, bagaimana wibawa Wangsa
Tang semakin memudar setelah istana dikuasai orang-orang
kebiri atau sida-sida, terutama setelah Tang Ming Huang turun
takhta. Masih banyak catatan yang dapat kupelajari, bahkan aku
merasa wajib mempelajarinya lebih lama lagi, jika ingin
menguasai persoalan dengan lebih baik. Namun setidaknya
kini telah dapat kupertimbangkan suatu dugaan, mengapa
seorang Harimau Perang dibutuhkan segera oleh Negeri Atap
Langit. Tentu para pejabat tinggi di negeri itu mendengar
betapa cermatnya Harimau Perang ini telah membangun
kepercayaan di antara para pemberontak di Daerah
Perlindungan An Nam. Berhasil meyakinkan mereka untuk
keluar dari hutan dan turun gunung mengepung Thang-long,
hanya untuk tertambus api pada musim dingin, yang tak akan
pernah terduga karena dipersiapkan dengan penuh kerahasiaan oleh suatu jaringan mata-mata. Sungguh orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang dibutuhkan, untuk menanggulangi pemberontakan oleh
berbagai macam suku yang bagaikan tiada habisnya.
Aku pun tidak dapat memperkirakan betapa licin dan
cerdiknya Harimau Perang, yang telah berhasil dipercaya para
pemimpin pemberontak, kemudian menjadi satu-satunya
penghubung yang dikenal para pemimpin pasukan di medan
peperangan, sehingga mengenal segala kemungkinan yang
membuat tugasnya sungguh-sungguh berhasil. Memang benar
pemberontakan dalam arti sebenarnya tidak akan pernah bisa
dipadamkan, tetapi menggagalkan pendudukan Thang-long
adalah penting, karena suatu pendudukan dalam peperangan
niscaya tiada akan luput dari pembakaran, penjarahan,
pembantaian, dan pemerkosaanO Tidak sadarkah penduduk
kotaraja Daerah Perlindungan An Nam ini betapa kehidupan
mereka semula ibarat telur di ujung tanduk"
KUPIKIRKAN sesuatu: jika hanya Harimau Perang yang
dikenal semua orang, oleh pemimpin kedua pihak yang
bertentangan, maupun antara para pemimpin pasukan,
bukankah itu berarti hanya Harimau Perang yang mengenal
pemimpin kaum pemberontak" Artinya tidak seorang pun
dapat melindungi pemimpin pemberontak itu sekarang selain
Harimau Perang, yang mengingat perkembangan keadaan,
justru pasti akan membunuhnya!
Masalahnya sekarang, siapakah sebenarnya pemimpin
pemberontak itu" Persiapan di istal kuda bagi rombongan
sudah beberapa lama selesai, tetapi duapuluh kuda terbaik
yang dipersiapkan itu masih tetap berada di tempatnya. Aku
memikirkan kemungkinan, bahwa sebelum berangkat memenuhi panggilan panglima tertinggi di Chang An, maka
Harimau Perang merasa harus menuntaskan tugasnya lebih
dahulu. Ia telah mengenal pemimpin pemberontak itu, tetapi
tentu kini sudah tidak dapat menemuinya lagi. Kematian
Amrita kurasa tidak akan tersebar tanpa desas-desus tentang
pengkhianatan Harimau Perang itu. Pengkhianatan yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
belum tentu merupakan pengkhianatan, karena Harimau
Perang mungkin saja adalah bagian dari jaringan mata-mata
yang ditanam. Betapapun Harimau Perang masih mencari mangsanya lagi,
dan menurut pendapatku bukan tak mungkin pemimpin
pemberontak itu ada di dalam Kuil Pengabdian Sejati ini!
DENGAN pemikiran semacam itu aku keluar dari bilik
pustaka yang penuh gulungan naskah. Tidak semua catatan
ditulis di atas lontar, karena peradaban Negeri Atap Langit
telah memperkenalkan kepada orang-orang Viet naskah pada
gulungan kain yang ditulis dengan apa yang disebut sebagai
tinta. Tentu saja ini berlaku untuk naskah dengan aksara
Negeri Atap Langit yang baru mampu kubaca dengan sangat
amat terbatas. Seorang bhiksu membantuku untuk menerjemahkan dan mengajariku cara menuliskannya sedikit
demi sedikit. Betapapun terlalu banyak bahasa dan aksara
baru yang terpaksa kupelajari dalam waktu singkat setahun
terakhir ini, karena jika tidak maka jalanku untuk masuk ke
dalam pengetahuan akan sangat terbatas. Adapun hanya
berdasarkan pengetahuan secukupnya, maka aku dapat
mengambil keputusan yang sedikit banyak bertanggungjawab.
Aku keluar dari bilik pustaka dan menyusuri lorong-lorong
dalam kuil, yang penuh dengan gambar berwarna perjalanan
hidup Buddha pada dinding kanan maupun kirinya. Kulewati
tempat dahulu kelompok Kalakuta yang menyamar sebagai
bhiksu bermaksud membunuhku. Kuingat barisan bhiksu
penjaga yang begitu banyak dan bersenjatakan toya. Kuingat
kembali wajah bhiksu kepala yang matanya kecil itu, dari
mana kubayangkan ia melihat dan berpikir tentang dunia.
Siapakah yang membayar kelompok pembunuh dengan racun
bernama Kalakuta itu" Benarkah hanya diriku dan Iblis Suci
Peremuk Tulang itu yang diincar dan diawasi Kalakuta, dan
bukannya para rahib yang di balik jubah merah kuningnya
ternyata mengamati keadaan di seantero negeri" Dari cara
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka bergerak melingkar dan menjadikan titik pertemuan
sebagai saat menyampaikan pesan, kusadari betapa para
bhiksu dan bhiksuni dalam Kuil Pengabdian Sejati ini bukanlah
sekadar rahib biasa.
Mengingat kembali berbagai percakapan dengan bhiksu
kepala maupun para rahib lainnya, kusimpulkan betapa
masalah dunia menjadi bagian yang penting dalam
pengabdian mereka. Mereka adalah para bhiksu dan bhiksuni
yang telah mendapat ajaran untuk berpihak, kepada siapa lagi
jika bukan kepada rakyat yang tertindas. Bahkan bila kuingat
adegan hukuman bagi bhiksu muda yang diminta bersujud
selama-lamanya itu, kurasakan betapa adegan itu sebetulnya
dibuat untuk mengelabuiku. Iblis Suci Peremuk Tulang kurasa
mengetahui penyamaran ini. Bukankah ia pun dahulu kala
seorang bhiksu" Aku sering merasa Iblis Suci Peremuk T ulang


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang berangasan itu lebih seorang bhiksu yang menyamar
daripada seorang bekas bhiksu. Artinya ia mengerti
kebudayaan para bhiksu. Jadi tanpa harus diberitahu iapun
akan ikut merahasiakannya, sampai aku dengan sengaja
maupun tidak sengaja akan mengetahuinya.
Bukankah ketika menyamar sebagai tukang kuda, tampak
begitu terbiasa ia bekerja bersama dengan cara-cara para
bhiksu yang mengemis dan menghubungkan pesan dengan
cepat dari istal kuda sampai ke Kuil Pengabdian Sejati" Para
bhiksu pengemis yang begitu sigap dan terlatih, agaknya
bukan saja telah selalu menyampaikan dan meneruskan
keterangan rahasia, melainkan juga mencari dan menggali
segenap rahasia dunia, termasuk rahasia negara.
KUBAYANGKAN Kota Thang-long dengan para bhiksu dan
bhiksuni yang seolah-olah berkeliaran mengemis dari lorong
ke lorong dengan batok di tangannya. Mereka tidak
berkeliaran, mereka membentuk jaringan arus keterangan
yang teratur rapi. Kuil Pengabdian Sejati ini bukan sembarang
kuil. Bahkan kepada diriku mereka rahasiakan siapa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebenarnya diri mereka. Aku teringat Iblis Suci Peremuk
Tulang yang sebelum menyamar jadi tukang kuda sungguh
meyakinkan sebagai bhiksu sahaja. Bukankah dia memang
bhiksu" Atau tak seorang bhiksu pun adalah bhiksu"
Di lorong gelap ini berkilasan kembali gambaran sepuluh
bhiksu gadungan yang ternyata para pembunuh kelompok
Kalakuta. Mereka tak seperti pembunuh jika tangannya tidak
menggenggam pisau melengkung yang sekali sabet bisa
mengeluarkan seluruh isi perut. Semua orang berkepala
gundul dan berwajah kelimis dalam gulungan jubah merah
kuning yang menyeragamkan semua. Bagaimana caranya kita
mengetahui siapa berbeda dari siapa" Hmm. Sepuluh orang
itu bisa masuk begitu saja karena saat itu banyak orang
masuk ke kuil untuk mengantri bantuan pangan. Semenjak
kejadian itu bhiksu penjaga bersenjatakan toya tampak di
segala sudut. Bahkan utusan istana pun mesti digeledah
begitu rupa sebelum diizinkan masuk jika ingin bertemu bhiksu
kepala. Di ujung lorong kulihat langit senja yang kemerahmerahan. Sudah terlalu lama kubenamkan diriku ke dalam kuil
hari ini. Pengetahuanku atas bahasa-bahasa maupun aksara
Negeri Atap Langit yang masih sangat sedikit, membuat aku
membaca gulungan catatan-catatan di atas kain itu dengan
sangat lama. Untunglah bhiksu petugas bilik pustaka yang
menguasai banyak bahasa dan aksara itu bersedia
membantuku jika aku menemui kesulitan. Sekarang aku
bermaksud menanti mata rantai terakhir bhiksu penyampai
pesan, yang akan memberi tahu tentang perkembangan
terakhir hasil pengamatan Iblis Suci Peremuk Tulang yang
menyamar sebagai tukang kuda.
Pada dasarnya segala sesuatunya sudah diketahui: Harimau
Perang akan melakukan perjalanan rahasia ke Chang An
dengan dikawal 20 pengawal istana pilihan. Aku tahu betapa
dengan kawalan orang-orang pilihan seperti itu, serbuan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mendadak 200 orang pun dapat mereka halau dengan mudah.
Bahkan jalur perjalanan pun, yang tentu saja setiap saat bisa
berubah karena sengaja diubah-ubah untuk menghindari
pelacakan, setiap perubahannya selalu terendus oleh Iblis Suci
tersebut. Hanya kapan rombongan itu tepatnya akan
berangkat, memang masih tertutup rapat.
Aku tiba di luar lorong tepat pada saat bayangan kemerahmerahan itu berkelebat menghilang ke balik cahaya senja.
Seorang penyusup sedang bergerak masuk,
dengan berlindung di balik cahaya kemerah-merahan senja yang tak
akan mungkin terlacak, kecuali oleh mereka yang memiliki
ilmu sejenis. Aku teringat ketika menyaksikan bagaimana
Amrita berhadapan dengan Pendekar Cahaya Senja. Memang
aku tidak berhadapan langsung dengan pendekar yang sangat
terpesona oleh keindahan senja itu, yang menyediakan dirinya
untuk membunuh atau terbunuh hanya ketika langit semburat
kemerah-merahan, sehingga tak dapat kugunakan Jurus
Bayangan Cermin untuk menyerap ilmunya, tetapi betapapun
aku telah mengamatinya. Adapun dalam pengamatan itu
sempat kusimpulkan, bahwa kunci untuk mengimbangi ilmu
yang mengacu kepada filsafat aliran Yogachara itu adalah
penyandaran diri kepada jiwa semesta, sebagai sumber jiwa
dalam diri, agar tak terkecoh oleh penalaran yang terikat
kepada pancaindera dalam kebertubuhan.
Aku harus bergerak cepat jika tidak ingin kehilangan jejak
di balik cahaya senja yang kemerah-merahan. Ia seorang
penyusup dan kukira ia menyusup untuk melakukan
pembunuhan, karena jika tidak tentu takperlu mengirimkan
seorang penyusup dengan ilmu luar biasa seperti itu. Memang
tidak setiap penyusupan berarti pembunuhan, karena
penyusupan juga dilakukan demi pengamatan, tetapi
pengalamanku bersinggungan dengan orang-orang yang
berkelebat ini memberitahuku tentang tujuan yang dapat
ditafs irkan dari sifat-sifat geraknya. Dalam pengamatan
tersifatkan ketenangan dan kesabaran, dalam pembunuhan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tersifatkan keyakinan dan ketegasan, sedangkan yang terakhir
itulah sebenarnya terbaca desirannya olehku.
Seperti pengamatanku terhadap Pendekar Cahaya Senja,
terhadap penyusup yang menggunakan cahaya kemerahmerahan sebagai tabir ini hanya dapat kuandalkan kecepatan,
terutama untuk memburunya ke balik cahaya kemerahmerahan itu, dan apabila ia menyerangku maka tiada lain
yang dapat kulakukan selain memejamkan mata terhadap
segala pesona dan mengandalkan ilmu Mendengar Semut
Berbisik di Dalam Lubang. Penyusup masih berada di udara,
tiada yang melihatnya karena semakin luas kemerahan langit
semakin tersamar dia adanya. Berkelebat takterlihat di balik
cahaya kemerahan senja, yang hanya bisa dilakukan karena
kecepatannya yang luar biasa. Membaca arah geraknya,
kutahu dari garis lengkungannya bahwa ia akan menukik tepat
pada sebuah jendela terbuka di bilik bhiksu kepala, tempat
kulihat samar-samar dirinya sedang berdoa. Sudah jelas
penyusup ini bermaksud membunuhnya!
Aku berkelebat menyusulnya memasuki cahaya senja
dengan kecepatan yang tidak bisa diikuti mata. Kumasuki
sebuah dunia penuh dengan lapisan tabir kemerah-merahan
yang bagaikan selalu bergerak dan berkibar seperti kain meski
kutahu itu bukan kain melainkan tabir-tabir cahaya senja yang
mengungkungku bagaikan seekor ikan di dalam lautan cahaya
kemerah-merahan. Dalam dunia kemerah-merahan kuburu
bayangan yang berkelebat itu, yang menjejak udara bagaikan
menjejak zat padat, berkelebat begitu cepat dengan tubuh
berbalut kain kuning merah yang terikat ketat, dan hanya
matanya yang terlihat. Tahu dikejar ia pun menyerangku
dengan senjata kaum pembunuh yang mengerikan, yakni sabit
melengkung yang seperti dibuat secara istimewa untuk
memenggal kepala dan betapa piawai sang penyusup ini
memainkannya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Begitu ia melayang terbang menujuku dalam kelebat
tercepat yang dapat kulihat sembari mengangkat sabitnya,
segera kupejamkan mataku karena pesona tabir-tabir senja
dapat mengalihkan perhatianku dari kecepatan dan ketajaman
sabitnya yang luar biasa. Mengandalkan ilmu Mendengar
Semut Berbisik terbentuk dalam pandangan mataku yang
tertutup itu garis tepi seluruh tubuh maupun yang sedang
diayunkannya, sebagai garis yang menyala redup kehijauan.
Namun ia bukan sekadar penyusup jika terpilih memasuki Kuil
Pengabdian Sejati untuk mencabut nyawa bhiksu kepala.
Ketika sabitnya menyambar seperti ingin nembelah tubuhku,
tidaklah terasa bagaikan satu saja sabit yang terayun dengan
kecepatan kilat, melainkan lima sabit, itu pun tidak serentak
melainkan berturut-turut. Sabit manakah yang merupakan
sabit sebenarnya"
Dalam kelebat gerak yang nyaris tak terlacak, aku harus
memutuskan dengan cepat, manakah sabit sebenarnya yang
wajib kuhindari dan manakah sabit tipuan, karena sekali keliru
dalam penilaian saat itulah nyawa melayang. Jika sabit tipuan
kuhindari, saat itulah sabit yang sebenarnya menancap di
badan; jika sabit yang sebenarnya kuketahui dan ingin
hindarkan, berarti aku harus membiarkan sabit-sabit tipuan itu
seolah-olah menancap di badan, karena hanya dengan begitu
ketika sabit yang sebenarnya tiba, akan dapat dielakkan atau
ditangkis tepat pada waktunya. Namun bagaimana jika sabit
yang kubiarkan menancap adalah sabit yang sebenarnya"
Dalam pandangan mataku yang terpejam pun, seperti
terdapat lima tangan yang mengayunkan lima sabit berturutturut. Namun kutahu jika kubuka mataku betapa akan lebih
banyak hal yang mengecoh mataku.
Ini berarti untuk kali pertama mesti kutingkatkan
kedalaman ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang,
yang memisahkan bunyi sebenarnya dari bunyi-bunyi. Ini
berarti ilmu penyusup ini memang sangat tinggi, karena bukan
hanya mata yang dapat dikecohnya dengan kecepatan tinggi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu, melainkan juga telinga dengan ketajaman lebih dari biasa,
dan bukanlah sembarang manusia yang sungguh-sungguh
dapat melakukannya. Dalam peningkatan kedalaman ilmu
Mendengar Semut Berbisik di Dalam Lubang, bunyi-bunyi
semu itu akan tetap tinggal dalam pandangan mata tertutupku
sebagai garis berpijar buram warna hijau, sedangkan bunyi
yang sebenarnya dari sambaran sabit itu akan berwarna biru.
Tentu saja dengan begitu masalah ini seharusnya dapat
segera kupecahkan, yakni biarkan garis cahaya redup
membentuk sabit berwarna hijau menancap dan pusatkan
perhatian kepada garis cahaya redup membentuk sabit
berwarna biru. Namun aku menjadi terkejut ketika dalam tingkat
kedalaman ilmu Mendengar Semut Berbisik di Dalam Liang
yang baru ini maka kelima sabit yang menyambar berturutturut ini semuanya berwarna biru! Semua ini memang lebih
cepat dari kerjapan mata. Bahkan tentunya saat itu tentulah
pertimbanganku tidak terurai serinci ini.
KUPEGANG kenyataan bahwa sebelum mataku tertutup aku
hanya melihat satu sabit. Ini berarti kelima sabit tersebut
tetap berasal dari satu sabit, tetapi yang digerakkan berulang
dengan kecepatan begitu tinggi, sehingga indera belum usai
menangkap ujudnya sabit itu telah datang, datang, datang,
dan datang lagi. Jadi kuanggap tak akan keliru jika terhadap
gambaran sabit berwarna biru yang datang terakhirlah aku
harus memusatkan perhatianku.
Sabit itu hanya satu jari dari tengkukku ketika aku
berguling di udara untuk segera melenting kembali di atasnya.
Kubuka mataku sejenak, dan dunia senja masih membara
raya. Rasanya enggan menutup mata kembali di tengah dunia
yang kemerah-merahan ini, tetapi pembunuh itu telah berbalik
pula dan menyabetkan sabitnya kembali. Tak cukup
menyambarku kembali, tetapi tangan kirinya telah terkibas ke
arah tertentu, yang membuatku terkesiap karena itu berarti
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
telah dilepaskannya jarum-jarum beracun ke arah bhiksu
kepala, yang dari jendela tampak masih membaca sutra!
Aku bahkan tak sempat memejamkan mataku, karena
bukankah memang kulihat setidaknya 25 jarum beracun
berbinar redup kuning hijau berkeredap meluncur ke arah
bhiksu kepala yang sedang membaca" Demikianlah semua ini
berlangsung tanpa dapat diikuti mata orang biasa dan nyaris
tanpa suara. Namun seandainya seseorang yang berilmu
tinggi menyaksikannya akan terlihat tarian maut berpasangan
dalam dunia senja kemerah-merahan, tempat tabir-tabir senja
sebentar tersibak sebentar menutup oleh bayangan hitam
sabit lebar mengejar bayangan berkelebat yang tentu
bayanganku, yang kini kembali mesti berkelit tanpa mampu
menghentikan jarum-jarum beracun yang meluncur dengan
amat sangat terlalu cepat.
Pada saat kuhindari sabit itu tanganku dengan mudah
menepuk lengan kanannya, yang akan langsung lumpuh dan
memang menjadi lumpuh sehingga sabitnya terpental jauh
sampai membentur puncak pagoda dan jatuh berdentingdenting di lantai kuil. Namun sabit tersebut belum membentur
pagoda dan belum jatuh berdenting-denting di lantai ketika
usai tanganku menepuk lengan kanannya yang menjadi
lumpuh, ternyata bhiksu kepala itu telah mengibaskan sutra
yang dibacanya seperti mengusir lalat tanpa menoleh, yang
membuat 25 jarum itu berbalik me luncur kembali! Penyusup
senja itu masih meneruskan arah geraknya di udara dengan
tangan kanan lumpuh, yakni menuju bhiksu kepala di jendela
yang tadi hendak dibunuhnya dengan sabit, hanya untuk
disambut jarum-jarum beracunnya sendiri!
Tangan kirinya mencoba berbuat sesuatu karena tangan
kanannya sudah kulumpuhkan, tetapi kedudukannya yang
menyamping kanan tak mungkin lagi menyampok jarum-jarum
beracun yang langsung menembus segenap kain merah jingga
yang membelit seluruh tubuhnya, dan tentu menancap masuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ke dalam dadanya. Ke dalam jantung dan paru-parunya. Dua
puluh lima jarum beracun mematikan menembus tubuh
pelemparnya sendiri, yang langsung mati ketika tubuhnya
masih terus melayang ke arah bhiksu kepala, yang sementara
itu telah menutup jendela tanpa menoleh.
Bruaaaakkk! Tubuh penyusup senja itu terbanting di luar jendela tanpa
nyawa lagi ketika aku pun mendarat ringan di dekatnya.
Barulah kemudian sabit itu terdengar membentur puncak
pagoda, lantas terdengar dentangnya ketika jatuh di lantai.
Jendela tetap tertutup. Bhiksu kepala terdengar menggumam masih membaca sutra. Tidak seorang pun dari
para rahib yang berdatangan berani mengganggunya.


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kuperiksa penyusup yang telah kehilangan nyawa sesuai
dengan pertaruhan tugasnya. Kusingkap kain penutup
wajahnya, dan kulihat betapa bibirnya menghitam di atas
wajah yang pucat. Racun jarum-jarum itu bekerja dengan
seketika. Aku bergidik. Sadarkah penyusup ini bahwa jarumjarum yang diterimanya dari seorang peramu racun itu
ternyata akan menembusi tubuhnya sendiri.
Suatu ketika dalam perjalananku aku pernah tanpa sengaja
melihat jarum-jarum direndam dalam ramuan bisa ular, bisa
kalajengking, dan bisa tumbuh-tumbuhan sekaligus. Kulihat itu
di lorong tersembunyi di belakang pasar, ketika menyamar
sebagai pengemis yang mengembara dari kota ke kota
sepanjang pantai Champa sebelum sampai kemari. Saat itu
berpikir bahwa jarum-jarum yang direndam dalam racun ini
suatu ketika akan membunuh seseorang.
BAHWA tempat perendaman jarum itu tersembunyi, tentu
karena senjata rahasia memang hanya berhubungan dengan
kelompok rahasia, untuk mendukung tugas-tugas rahasia.
Adapun rahasia bisa bersifat sementara, seperti tugas negara
yang suatu ketika terbuka, tetapi juga bersifat gelap, yakni
menjadi rahasia selama-lamanya, seperti pembunuhanTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pembunuhan gelap yang takmenjadi kepentingan pelaku
pembunuhannya. Rahasia yang tetap menjadi gelap,
diusahakan tetap gelap, jika perlu dengan mata rantai
pembunuhan lanjutan untuk menjaga kegelapannya. Jaringan
kerahasiaan dapat berlangsung di medan penugasan, seperti
peramu racun dan pengguna racunnya, dan keluarga masingmasing tak tahu kehidupan mereka; bisa melibatkan seluruh
keluarga, yang akan saling memahami pekerjaan masingmasing tanpa kata.
Maka kematian penyusup ini adalah kemungkinan terbaik
dari kegagalan tugasnya. Itulah sebabnya kukagumi
kehidupan mereka dalam dunia kaum penyusup ini, yang
terwajibkan untuk tetap tinggal takterlacak sampai kematian
menjemputnya. Mereka hidup dalam suatu kepercayaan dan
tata cara kehidupan, yang dengan setia dan bangga
dipegangnya, bahwa kerahasiaan, kegelapan, dan bahaya,
adalah kehidupan di atas dunia yang mulia.
Para rahib membalikkan tubuhnya, membuka selubung kain
di bagian dada. Terlihat rajah gambar dua pedang bersilang di
sana. ''Golongan Murni,'' ujar seseorang.
Jadi itulah tanda Golongan Murni, kelompok yang
menganggap bangsa penguasa Negeri Atap Langit sebagai
bangsa termulia di dunia, sedangkan bangsa-bangsa lain
hanya wajib mengikutinya saja. Adapun bangsa-bangsa yang
tidak bersedia mengikuti dan tunduk kepadanya, adalah
bangsa yang harus diberi pelajaran. Aku ingat pernah bentrok
dengan mereka dalam peristiwa pembakaran gubuk-gubuk
darurat para pengungsi bencana banjir.
Aku tidak pernah tahu bahwa rajah dua pedang bersilang
adalah penanda seseorang dari Golongan Murni. Apakah
kenyataan ini mengubah seluruh perhitunganku" Jika memang
Golongan Murni yang telah menyusup ke dalam Kuil
Pengabdian Sejati ini untuk membunuh bhiksu kepala, maka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
urusannya tak berhubungan langsung denganku yang dapat
dikatakan sedang saling mengincar dengan Harimau Perang.
Setidaknya ini membenarkan dugaanku bahwa Kuil Pengabdian Sejati ini memang bukan sembarang kuil, bahkan
sebaliknya merupakan bagian dari jaringan pemberontak yang
selama ini tidak pernah diketahui siapa pemimpinnya -dan
memang rahasia tentang siapa sebenarnya yang memimpin
pemberontakan hanya diketahui oleh Harimau Perang...
(Oo-dwkz-oO) Episode 143: [Tipu Daya Bhiksu Kepala]
LANGIT masih menyisakan semburat cahaya senja yang
kemerah-merahan, meski suasana kuil telah menjadi gelap.
Suasana yang paling tepat bagi suatu tindak penyusupan,
tetapi bahkan penyusup setinggi itu pun ilmunya telah juga
gagal. Pantaslah Harimau Perang tak bisa sembarangan
mengirim orang. Jika untuk sepuluh orang yang melakukan
penyusupan pertama waktu itu disewanya kelompok racun
Kalakuta, maka senja ini dipinjamnya tangan Golongan Murni.
Jika untuk yang pertama, pembunuhan macam apa pun,
selama menggunakan racun, dapat dipesan dengan bayaran;
maka untuk yang kedua, bayaran sama sekali tidak
diperlukan, karena segenap tindak dilakukan atas nama citacita kesempurnaan, bahwa siapa pun mereka yang menentang
kekuasaan Negeri Atap Langit layak dimusnahkan.
Mungkinkah bhiksu kepala adalah pemimpin pemberontak
itu sendiri" Jika tidak, mengapa Harimau Perang ataupun
Golongan Murni mengirimkan seseorang untuk membunuhnya" Kusimpulkan saja bahwa Kuil Pengabdian
Sejati setidaknya adalah bagian dari jaringan mata rantai
kaum pemberontak di Daerah Perlindungan An Nam, yang
tentu diketahui oleh Harimau Perang, tetapi bukanlah yang
dibentuknya sendiri, sehingga tak dapat dikuasainya untuk
bergabung dengan pemerintah. Sebaliknya, besar TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kemungkinan ia pun gelisah dan merasa jiwanya terancam,
ketika diketahuinya Amrita menyerbu masuk sampai ke dalam
kota hanya untuk memburu dirinya.
SESEORANG telah membuka rahasia dan ia tahu
kedudukannya telah terbongkar. Benar tidaknya simpulan
yang tentu masih sangat sementara ini belum dapat
kuketahui, tetapi setidaknya membuat aku lebih penasaran
membuntutinya dalam perjalanan ke Chan'an, dan tentunya
mewajibkan diriku untuk belajar lebih jauh lagi tentang
permainan kekuasaan di Negeri Atap Langit.
Para bhiksu penjaga berdatangan tanpa suara dengan toya
di tangan mereka. Mereka memandangku dengan penuh
hormat karena pertarungan singkat di balik tabir-tabir
lembaran senja yang kemerah-merahan itu, yang hanya dapat
dilakukan dengan kecepatan yang amat sangat, meski dalam
kenyataannya bukan diriku me lainkan bhiksu kepala yang
telah menyelamatkan dirinya sendiri.
Bagiku tingkat kepandaian seperti itulah yang selayaknya berada di tingkat
para naga, tingkat ilmu silat yang sangat amat sulit ditandingi.
Mereka membolak-balik mayat itu dan menggeledah isinya.
Masih terdapat lagi sejumput jarum bercahaya hijau redup,
pertanda sangat beracun, dan sebuah sabit pendek yang
dipangkalnya terukir gambar pedang bersilang, sama dengan
rajah di dadanya. Tidak ada yang dapat digali lebih lanjut dari
penemuan itu selain menegaskan keberadaan dirinya yang
mewakili Golongan Murni. Justru kepastian itulah yang
membuat setiap perhitungan harus mempertimbangkan
adanya jebakan: mungkinkah ada pihak yang ingin kami
mengira penyusupan ini adalah tanggung jawab Golongan
Murni" Seorang bhiksu penjaga datang menggamitku.
"Yang Mulia Bhiksu Kepala mengharapkan kunjungan
Pendekar Tanpa Nama," ujarnya dengan sopan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku pun mengangguk dan menjura, lantas segera
melangkah masuk ke dalam biliknya yang diterangi cahaya
lilin. "Maafkanlah sahaya, Bapak," kataku, "gerakannya terlalu
cepat untukku, sehingga Bapak harus membuang tenaga
baginya." "Pendekar Tanpa Nama, janganlah terlalu merendahkan
diri, karena dikau memperlambatnya
maka dapat kukembalikan jarum-jarumnya," jawabnya, "sejak dari luar
tembok ia telah me lenting dari genting ke genting di balik
keremangan sebelum kau susul di udara."
Aku terkesiap. Jika semua yang dikatakannya benar, tentu
tingkat ilmu silatnya tinggi sekali, karena diketahuinya itu
semua sembari membaca sutra. Tapak-tapak nyaris tanpa
suara di atas genting; desir, desis, dan desau yang tidak
mungkin terdengar dari tempat yang begitu jauh; dan tentu
kelebat jarum-jarum beracun yang terlalu cepat dan tanpa
bunyi itu; tak mungkin terdengar jika bhiksu kepala tua itu tak
pernah, bahkan masih, menguasai ilmu silat yang luar biasa
tinggi. "Bapak jangan merendah, saya masih harus banyak
belajar," kataku menunduk, "berikanlah kepada saya pelajaran
itu." Bhiksu kepala itu menghela napas.
"Pendekar Tanpa Nama," katanya, "dikau harus membunuhku."
Aku tertegun sejenak, tetapi cepat mengerti, bahwa
Harimau Perang harus dijebak, yakni mengira usahanya untuk
membunuh bhiksu kepala telah berhasil. Namun bagaimana
caranya" "Mendekatlah kemari pendekar," katanya lagi, "kita akan
belajar bagaimana caranya bersandiwara."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku mendekat, bhiksu kepala membisikkan sesuatu
kepadaku, dan aku pun mengangguk mengerti.
Sebentar kemudian aku keluar dari bilik itu, menemui
kepala pasukan bhiksu penjaga yang menjadi orang
kepercayaan bhiksu kepala.
Lantas sebentar kemudian kami umumkan meninggalnya
bhiksu kepala, satu dari dua puluh lima jarum beracun yang
dilepaskan penyusup senja itu telah membunuhnya. Hanya
karena ilmunya yang tinggi sajalah, maka beliau masih dapat
menutup jendela, ketika tubuh penyusup senja tanpa nyawa
itu meneruskan laju penyerangan ke arahnya.
(Oo-dwkz-oO) LANGIT telah sepenuhnya gelap ketika berita ini tersebar
ke seantero kota. Dengan segera para pelawat berdatangan
ke Kuil Pengabdian Sejati, memberikan penghormatan terakhir
kepada tokoh yang sangat dihormati segenap warga Kota
Thang-long tersebut. Pada sebuah balairung di dalam kuil,
disemayamkanlah jenazah bhiksu kepala yang nama maupun
gelarnya dalam bahasa Viet sangat sulit kuingat, tak dapat
kuucapkan, sehingga menuliskannya pun bagiku menjadi
sangat mustahil.
DI dalam balairung para bhiksu dan bhiksuni menyanyikan
sutra dengan nada rendah. Ruangan itu penuh sesak, tetapi
antara jenazah dan para rahib terdapatlah ratusan lilin
menyala yang asapnya membuat mata pedas dan ruangan
semakin bertambah panas. Para pelawat dapat menyaksikan
jenazah bhiksu kepala di seberang lautan lilin, terbaring
seperti orang tidur, bahkan mungkin karena pengaruh asap
dan cahaya lilin yang bergerak-gerak, tampak pula seperti
orang bernapas. Demikianlah para pelawat yang datang tiada
habisnya sepanjang malam akan menyaksikan pemandangan
semacam itu dari kejauhan, yang justru membuatku merasa
khawatir, karena sesungguhnyalah tubuh bhiksu kepala itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak bernapas. Tepatnya ia tidak bernapas melalui hidung,
melainkan melalui pori-pori dari kulitnya.
Tentu saja ia masih hidup. Dengan seni pernapasan
tertentu yang dicangkokkan kepada yoga langit, yakni seni
pernapasan yang mengakibatkan kematian dengan sengaja
sebagai pencapaian kesempurnaan, bhiksu tak menjadi
meninggal, melainkan seperti meninggal untuk sementara
saja, karena jantungnya masih berdetak dan paru-parunya
tetap bekerja. Aku hanya diminta membantunya dengan
berbagai totokan jalan darah, yang akan membuatnya seperti
orang mati dan bukan sekadar seperti orang tertidur. Maka
jika nyala ratusan lilin yang kadang-kadang tertiup angin dari
luar bilik membuatnya seperti orang tidur dan bernapas, tentu
saja segenap rencana kami dapat menjadi sia-sia.
Di sebuah sudut, dengan masih berjubah merah kuning dan
berkepala gundul seperti bhiksu, aku dapat mengawasi beriburibu pelawat dari segala lapisan yang datang menggumamkan
sutra sambil ber-pradhaksina. Dari ribuan orang bahkan
puluhan ribu manusia pelawat, mulai dari pejabat tinggi,
pedagang, tukang, sampai pelacur dan pengemis, setidaknya
tentu terdapat satu atau beberapa mata-mata, yang bertugas
menyampaikan pesan secara berantai dengan cepat kepada
Harimau Perang, bahwa bhiksu kepala memang benar-benar
sudah mati. Berita kematian bhiksu kepala ini penting, karena
hanya dengan begitu maka perjalanan rahasia ke Chang 'an
bisa dilangsungkan.
Di antara ribuan pelawat yang masih terus mengalir, dan di
antaranya tidak sedikit pula yang menangis tersedu-sedu,
kusadari betapa sulitnya mengetahui mana yang mata-mata
dan mana yang bukan. Kubayangkan diriku jika melakukan
penyamaran dan berada di antara mereka, tentu tidaklah akan
terlalu mudah bagi s iapa pun untuk mengetahui dengan pasti,
apakah seseorang itu aku atau bukan diriku. Bagi mereka
yang bergerak dalam dunia penugasan rahasia, barangkali


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mudah dan cepat untuk mengetahui sesuatu itu wajar atau
tak wajar, seperti sering kualam i ketika menyamar dan tetap
saja mengundang kecurigaan. Namun bagiku kini kusadari
betapa untuk mengetahui seseorang itu dirinya atau bukan
dirinya ternyata sama sekali tidak mudah. Memang, aku
sendiri tidak berharap banyak, karena untuk mengetahui
jebakan kami mengenai sasarannya atau tidak, kami tunggu
dengan cara lain.
Kedudukan bhiksu kepala dalam masyarakatnya dapat
diketahui dari para pelawat, yang tidak hanya berasal dari
segala lapisan, tetapi juga para rahib penganut Buddha
berbagai aliran, seperti para bhiksu Theravada dengan hanya
sehelai kain warna kuning kecokelatan melingkari raganya,
para bhiksu Mahayana yang kainnya kuning kunyit dijahit jadi
jubah, dan bermacam aliran lagi yang menunjukkan
kebijaksanaan dan keluasan pandangannya. Para bhiksu Kuil
Pengabdian Sejati sendiri tidak selalu seragam busananya,
selain kain jubah merah kuning seperti para bhiksu Tibet,
terdapat juga yang setia kepada Therevada tetapi para
bhiksunya berpakaian seperti guru-guru Mahayana. Aku
merasa tidak perlu terlalu terkejut dengan kenyataan itu,
meski tetap heran jika semua ini menyangkut seseorang yang
barangkali saja sebetulnya hanya menyamar.
Ya, seorang bhiksu kepala yang menguasai ilmu silat
peringkat naga, sekaligus menggalang pemberontakan diamdiam dari balik kuilnya, apakah ini tidak terlalu berlebihan"
Masalahnya, memang, tidakkah hanya kesempurnaan dalam
peleburan pencapaian kesempurnaan rohani dan kesempurnaan jasmani yang dapat dikatakan sebagai
kesempurnaan yang sebenarnya"
Namun kurasa Nagarjuna, bahkan juga Nagasena, tak akan
pernah menyetujuinya.
Para pelawat masih terus mengalir sepanjang malam.
Gumam doa terus berkumandang dan membubung, bersama
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
asap dalam ruangan yang mencari jalan keluar dari ce lah atap
sampai ke langit.
UNTUNGLAH bahwa balairung yang terbuka dapat
menampung para pelawat yang bagaikan tiada putusputusnya. Dengan sia-sia kucari wajah dengan pandangan
mata seperti mata-mata, meski kusadari betapa aku sangat
tidak berbakat untuk pekerjaan seperti itu.
Pada dini hari, ketika langit masih gelap, kuterima berita
dari Iblis Suci Peremuk Tulang melalui mata rantai bhiksu
pengemis yang selalu berputar dalam lingkaran, sambung
bersambung dan ganti berganti, sepanjang siang dan malam.
Bhiksu pengemis itu berbisik di telingaku ketika kutemui di
gerbang kuil. ''Pesan dari Iblis Suci, katanya ia diperintahkan membawa
dua puluh kuda yang s iap berangkat segera, rombongan akan
berangkat sekarang juga!''
Hmm. Jadi jebakan kami mengena! Harimau Perang tidak
merasa bisa berangkat dengan tenang jika bhiksu kepala yang
selama ini dianggapya menjadi pemimpin kaum pemberontak
masih menjadi duri di dalam dagingnya. Betapapun Kuil
Pengabdian Sejati berada di tengah-tengah Kota Thang-long,
bagaikan pisau tajam yang berada di bawah urat lehernya
sendiri. Tentu dengan pengetahuanku yang terbatas sebagai
orang asing, membuat aku sendiri mencadangkan terjadinya
kesalahpahaman dan kejutan, mengingat pengalamanku
dengan berbagai macam mata rantai kerahasiaan dalam
kegelapan. Selain karena bhiksu kepala tidak pernah berterus
terang tentang siapa dirinya, bukankah aku juga tidak pernah
memastikan, bahwa Harimau Perang adalah seseorang atau
beberapa orang"
Namun kuketahui suatu siasat pengamanan, bahwa
seseorang berwajah dan berperawakan mirip raja, dapat
menggantikan seorang raja untuk berjaga terhadap serangan
pembunuhan. Meskipun begitu tentang Harimau Perang aku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memikirkan sesuatu yang berbeda. Bukan bahwa terdapat
Harimau Perang tiruan untuk menggantikan Harimau Perang
yang sebenarnya, melainkan bahwa Harimau Perang adalah
nama untuk suatu tata cara kerahasiaan yang terdiri dan
dilaksanakan oleh banyak orang.
Betapapun dugaan liarku ini tidak mendapat bukti yang
membenarkan. Sementara itu, jika duapuluh kuda dipersiapkan untuk duapuluh pengawal pilihan, maka kuda
Harimau Perang tentu dipersiapkan di tempat terpisah.
Tepatnya tentu ia persiapkan sendiri. Namun apakah itu
memang berarti Harimau Perang ternyata seorang pribadi"
Bhiksu pengemis itu juga menyampaikan pesan, bahwa
sebaiknya aku menunggu saja di Celah Dinding Berlian, karena
jika mengikuti perjalanan dari dalam kota, ketika rombongan
melewati gerbang kota, tentu saja akan terlalu kentara betapa
aku sedang membuntutinya.
Setelah bhiksu pengemis itu menghilang, kusadari kini
segala sesuatu tertanggungkan ke pundakku. Iblis Suci telah
menjalankan penyamaran dan pengamatannya sebagai tukang
kuda dengan hasil pemberitahuan terakhir ini. Bhiksu kepala
telah terpaksa berpura-pura mati demi memancing dilaksanakannya perjalanan rahasia itu, yang berarti juga ia
harus menghilang selama-lamanya dari dunia sebagai bhiksu
kepala, agar aku dapat melacak keberadaan Harimau Perang.
Kini tergantung kepada diriku, apakah segala jerih payah itu
akan menjadi tersia atau bermakna.
Aku terpaku di gerbang Kuil Pengabdian Sejati tempat
banyak orang masih saja mengalir tiada hentinya, karena
memang sungguh-sungguh berduka cita. Aku masih
mengenakan jubah seorang bhiksu, berkepala gundul, dan
berwajah kelimis. Tentu aku tidak mungkin melaksanakan
tugasku dengan busana seperti ini, bukan sekadar karena
warna kuning merahnya yang menyolok mata dalam
pembuntutan perjalanan rahasia di pedalaman, tetapi bahwa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dalam keramaian seorang bhiksu akan terlibat dengan
bermacam-macam kewajiban yang membuatku tidak bisa
bebas bergerak.
Ini juga berarti aku harus segera pergi dan tidak dapat
mengikuti rencana siasat selanjutnya. Di dalam bilik bhiksu
kepala waktu itu sebetulnya berlangsung perbincangan seperti
berikut. ''Jika Bapak memang harus tampak terbunuh, bagaimanakah caranya Bapak melanjutkan kehidupan yang
sebenarnya.'' Bhiksu kepala tersenyum lebar.
''Anak, Pendekar Tanpa Nama, dapatkah dikau jawab
pertanyaanmu sendiri"''
Hmm. Apakah bhiksu kepala ini bermaksud mengujikan
sesuatu" ''Harimau Perang itu tidak bermaksud membunuh Bapak,''
jawabku, ''melainkan cerita yang beredar jika Bapak tidak
dibunuh, selain karena hanya Bapak yang mengetahui rahasia
Harimau Perang.''
Bhiksu kepala tidak menanggapi, dan menantikan kalimat
selanjutnya. "Perang bukanlah sekadar pertempuran bersenjata,
melainkan pertarungan gagasan dan pemahaman, bahwa ada
pihak yang menolak penguasaan dan ada pihak yang berusaha
menguasai. Tidak ada kekuasaan yang tersahihkan tanpa
penguasaan pikiran, karena hanya cukup melalui pikiran itulah
suatu kekuasaan dapat dihancurkan."
Bhiksu kepala itu manggut-manggut.
"Teruskan, Anak, teruskan..."
"Setelah pengepungan gagal dan para pemberontak diburu
sepanjang Sungai Merah, pertempuran untuk sementara
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seperti selesa i, tetapi perang belum dimenangkan karena para
pemberontak sama sekali tidak menyerah, terutama karena
pemimpin pemberontak, yang bahkan tidak diketahui siapa,
tidak pernah terberitakan tertangkap atau dihukum mati.
Padahal dalam perang, adalah penting untuk membunuh
pemimpinnya dalam arti membunuh pikiran untuk berontak
itu." Bhiksu kepala itu menunduk dan memejamkan mata, masih
menunggu kalimat selanjutnya.
"Apalah gunanya membasmi para pemberontak, jika pikiran
untuk memberontak dan menolak kekuasaan masih berada di
dalam kepala setiap orang" Maka suatu peperangan memang
tak hanya mengadu pasukan, melainkan berperang melawan
keyakinan. Harimau Perang berusaha menamatkan cerita
tentang semangat perjuangan, dengan menamatkan riwayat
seorang pemimpin tersembunyi yang keberadaannya begitu
nyata bagaikan dongeng. Dongeng akan dilawannya dengan
dongeng, tetapi dongeng apakah kiranya yang akan kita
gunakan pula untuk menanggapinya?"
Bhiksu kepala membuka mata dan menepuk pundakku.
"Dikau memahami arti perang, Anak, dan inilah
rencanaku..."
Telah diketahui bagaimana aku membantu permainan ini,
dengan totokan jalan darah yang akan membuatnya seperti
orang mati. Bhiksu kepala sendiri telah mengolah seni
pernapasan tertentu, yang tidak akan membuatnya sengaja
meninggalkan dunia ini ketika menjalankan yoga langit,
melainkan justru bangun kembali pada saat yang dapat
ditentukannya sendiri. Apakah dirinya akan menunjukkan diri
tidak dapat atau mampu hidup kembali"
"Bukan begitu, Anak, aku akan menghilang setelah mereka
membakarku."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aku mengerti. Jika bhiksu kepala itu sekadar tetap hidup,
peristiwanya mungkin hanya akan diterima sebagai gagalnya
suatu pembunuhan. Namun jika ia muksa, lenyap ke langit
bersama tubuhnya, maka akan diterima sebagai hidup
selamanya dan pemberontakan dianggap sebagai tidak akan
dan tidak perlu padam lagi. Kemerdekaan akan menjadi
sesuatu yang sah dan diimpikan setiap orang, dan tidak akan
ada lagi yang dapat dilakukan, oleh Harimau Perang atau
siapa pun, terhadap dongeng yang akan beredar ke seluruh
wilayah pemberontakan di Daerah Perlindungan An Nam dari
peristiwa semacam itu.
(Oo-dwkz-oO) AKU masih berada di gerbang Kuil Pengabdian Sejati, tetapi
tidak untuk waktu yang terlalu lama. Aku harus bergerak cepat
jika tidak ingin kehilangan jejak perjalanan rahasia itu, karena
tidak terdapat pesan apa pun dari Iblis Suci Peremuk Tulang
perihal jalur perjalanan yang akan ditempuh. Adapun jika
keterangan tentang jalur perjalanan itu didapatkannya, pun
aku tidak akan dapat terlalu meyakininya, karena siapa pun
yang bergerak dalam jaringan kerahasiaan seperti Harimau
Perang pastilah setiap saat bisa mengubah jalur perjalanannya. Sementara itu, jika akhirnya memang aku akan
melangkah masuk ke dalam keluasan wilayah Negeri Atap
Langit yang luar biasa itu, terus terang aku sendiri masih
merasa gamang. Betapapun roda kehidupan tidak dapat ditunda lagi dan aku
masih harus mengganti busana rahibku ini. Aku merasa sedih
karena takdapat menyaksikan sendiri bagaimana bhiksu
kepala akan dibakar dan saat api padam takdapat ditemukan
sisa jenazahnya, sehingga akan diterima sebagai muksa, raib
bersama tubuhnya, yang menandakan kebenaran sikapnya
untuk menentang penjajahan. Meski dalam hal Daerah
Perlindungan An Nam, setelah beratus tahun pendudukan,
kebudayaan dan bahasa orang Viet yang sudah tidak dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melepaskan diri lagi dari jejak-jejak Negeri Atap Langit
membuatku berpikir bahwa penjajahan dan penguasaan itu
telah pula dipandang secara berbeda. Perlawanan terhadap
tertindasnya kemerdekaan itulah kiranya gagasan pemberontakan yang tidak akan pernah bisa dipadamkan.
Muksanya tubuh bhiksu kepala bersama jiwanya akan diterima
sebagai kesahihan untuk terus hidupnya semangat perlawanan. KUPANDANG langit sekali lagi. Aku harus tiba di Celah
Dinding Berlian lebih dahulu dari rombongan Harimau Perang.


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mereka pasti berangkat sebelum terang tanah. Untung
sebelumnya telah disiapkan seekor kuda yang perkasa
untukku. Seekor kuda yang diternakkan oleh orang Uighur,
suku pengembara di utara Negeri Atap Langit yang dengan
sendirinya membuat kuda menjadi bagian penting, jika tidak
terpenting, dalam kebudayaan mereka.
Sebelum pergi kupandang ruangan balairung yang masih
diterangi nyala ratusan lilin. Enam bulan lamanya aku tinggal
di dalam Kuil Pengabdian Sejati ini dan begitu kuat
perasaanku bahwa diriku tidak akan pernah kembali lagi.
Aku melompat ke atas kuda, memacunya segera di jalanan
Thang-long yang masih kosong, melaju ke luar kota.
(Oo-dwkz-oO) Episode 144: [Atap Langit, Atap Peradaban]
Negeri Atap Langit di bawah pemerintahan Wangsa Tang
yang memegang kekuasaan sejak 618 sebenarnyalah berada
pada zaman keemasan. Seperti yang telah kupelajari dari
catatan para rahib Kuil Pengabdian Sejati yang pernah
mengunjungi negeri itu, dapat kuceritakan setidaknya tiga
pokok penting yang menunjukkan kejayaan Negeri Atap
Langit. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kemakmuran Wangsa Tang dihasilkan oleh pencerahan
dalam tata cara permainan kekuasaannya, yakni tata cara
pengaturan dan pemerintahan, tata cara hukum yang ketat,
dan tata cara kepantasan ujian kerajaan, yang ketiganya
terpadu. Dalam tata cara pengaturan, Wangsa Tang membangun
kerangka jajaran Dao dan Fu untuk memisahkan daerah
pemerintahan yang satu dengan yang lain. Selama kekuasaan
Zhen Guan, wilayah kebangsaan dibagi menjadi sepuluh
daerah pemerintahan, yang berkembang menjadi lima belas
pada masa Kaiyuan. Daerah-daerah kekuasaan terbawahkan
disebut Zhou atau Fu, sedangkan yang lebih kecil disebut Xian
untuk kota, Xiang untuk lima Li, sedangkan satu Li maksudnya
seratus keluarga. Masih ada Cun untuk desa, Bao untuk lima
keluarga, dan Lin untuk empat keluarga. Pada akhir
pemerintahan Kaiyuan misalnya, dapat diketahui terdapatnya
328 Zhou dan 1573 Xian di Negeri Atap Langit.
Dalam tata cara pemerintahan, pengaturan Wang Tang
melibatkan tata cara pemerintahan pusat dan tata cara
pemerintahan setempat. Tata cara pemerintahan pusat
mengikuti yang telah dibangun Wangsa Sui antara 581 sampai
618, yakni Tata Cara Tiga Bagian dan Enam Kementerian.
Namun ditambahkan sembilan Si dan lima Jian yang dibentuk
untuk bekerja dengan enam kementerian. Tata cara
pemerintahan setempat sesuai dengan kerangka pengaturan
kekuasaan, tempat kepala pemerintahannya bergelar Guancha
Shi atau pengamat Dao, Chi Shi atau Ta Shou yang
maksudnya kepala pemerintah Zhou, maupun seperti Xian
Ling, Qi Lao, Li Zheng, Cun Zheng, Bao Zhang, dan Lin Zhang.
Dalam tata cara hukum, dibandingkan dengan wangsawangsa sebelumnya di Negeri Atap Langit, Wangsa Tang
memiliki tatacara hukum yang paling lengkap dan paling rinci.
Secara umum, tatacara hukum Tang terdiri dari empat bentuk
dasar, yakni Lu atau hukum kejahatan, Ling atau peraturanTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
peraturan badan pemerintah, Ge atau peraturan-peraturan
pengaturan, dan Shi atau bentuk-bentuk surat resmi
pemerintah. Himpunan Tang Lushu Yi yang disusun semasa kekuasaan
Maharaja Gaozong mewakili persyaratan hukum bangsawan,
yang termasuk di dalamnya hukum kriminal, hukum
pertahanan dan keamanan, hukum bagi pejabat kerajaan,
hukum perkawinan dan pencatatan penduduk. Peraturanperaturan boleh dianggap lengkap, dan ketentuan-ketentuan
hukum lebih ringkas. Terutama pada awal pemerintahan
Zheng Guan, Maharaja T aizong memusatkan perhatian untuk
mendengarkan nasihat-nasihat bijak ketika menerapkan
hukum. Dengan cara seperti ini, tata kemasyarakatan yang
damai terbentuk, dan menjadi teladan negeri-negeri
tetangganya di benua yang sama.
Cara lama untuk memilih orang-orang berbakat diganti
dengan tata cara ujian kerajaan, yang adil dan layak untuk
menguji tatacara memilih pegawai bagi kerajaan. Biasanya
terdapat empat soal yang diujikan pada saatnya masingmasing, termasuk Jinshi, Mingjing, Mingfa, dan Mingyu. Ujian
tingkat tertinggi disebut Sheng Shi atau ujian negara, yang
diadakan tiap tahun oleh Shangshu Sheng di kotaraja
Changian. Mereka yang terpilih untuk mengikuti Sheng Shi
disebut Ju Ren. Peserta ujian yang lulus Sheng Shi disebut Ji
Di. ADAPUN yang menduduki peringkat pertama disebut
Zhuang Yuan. Segenap Ji Di yang memenuhi syarat untuk
maju lebih jauh akan dinilai oleh Li Bu, yang menentukan
apakah mereka mendapat gelar resmi atau tidak.
Pada dasarnya, tata cara ujian kerajaan adalah suatu ujian
yang memperbaiki keadaan, karena mengizinkan cendekiawan
yang dilahirkan keluarga miskin untuk mendapat kesempatan
menjadi pegawai kerajaan. Dari sudut kerajaan sendiri, tata
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
cara ujian ini membantu peningkatan terpusatnya kuasa
kerajaan dan mendorong kesamaan pemikiran.
Namun ini semua belum menjelaskan, kenapa Wangsa
Tang pada puncak kekuasaannya lantas menjadi makmur.
Kesejahteraan pada awal kekuasaan Wangsa Tang maju pesat
dengan berlangsungnya perbaikan, perkembangan, dan
kemakmuran. Di bawah pemerintahan Zhen Guan dan masa
kegemilangan Kaiyuan, kesejahteraan negeri mencapai taraf
yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dalam hal pertanian, sejak runtuhnya Wangsa Sui yang
berkuasa antara 581 sampai 618, hasil bumi mengalami
penurunan besar-besaran dan perdagangan di seantero negeri
berada dalam kelumpuhan. Setelah Wangsa Tang menyatukan
seluruh negeri, Maharaja Kao Tsu memusatkan perhatian
kepada pengembangan pertanian dan secara berturut-turut
melaksanakan rangkaian pembaruan, seperti Juntian Zhi atau
tata cara penyetaraan tanah maupun tata cara Zuyongdiao.
Dengan cara ini, penderitaan para petani terkurangi dan
kesangkilan kerja menjadi lebih baik. Hasilnya, pembuatan
alat-alat pertanian dan perkebunan pun mengalami peningkatan kecanggihan. Ditambah dengan penyelesa ian
kerja pengairan segera setelah berdiri Wangsa Tang,
pertanian semasa pemerintahan Zhen Guan dan keemasan
Kaiyuan ini maju pesat tak terbendung lagi.
Kemajuan dalam penyelenggaraan pertanian ini kemudian
memberikan banyak tenaga kerja tersisa, yang disalurkan ke
dalam pembuatan kerajinan tangan secara besar-besaran. Dari
sisi kecanggihan, jenis, maupun jumlah yang dihasilkan,
perkembangan dunia kerajinan masa Wangsa Tang melampaui
pencapaian wangsa-wangsa sebelumnya. Pada umumnya
cara-cara pembuatan kain cita mencapai tingkat yang canggih,
seperti cara pembuatan sutera yang semakin halus dan
lembut. Pembuatan tembikar juga memasuki tahap baru,
ketika selain porselin hijau pucat, ditemukan pula porselin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
putih maupun tembikar tanah liat berlapis kaca tiga warna.
Berbagai macam pusat pembuatan kertas, penggarapan daun
teh, pengolahan logam, dan perakitan kapal juga berkembang
pesat pada masa ini.
Perkembangan pertanian dan pembuatan kerajinan secara
besar-besaran yang pesat, memberikan dorongan kemakmuran bagi perdagangan di dalam maupun luar negeri.
Barang dagang utama termasuk bahan makanan, garam,
minuman keras, teh, obat-obatan, kain cita, perhiasan emas
dan perak, maupun barang keperluan sehari-hari. Tumbuh
kota-kota yang menjadi pusat perdagangan di seantero Negeri
Atap Langit, seperti Lanzhou, Chengdu, Guilin, Hangzhou,
seperti juga kotaraja Chang'an dan tambahannya, Luoyang. Di
kota-kota tersebut terdapat pasar tersendiri, tempat peraturan
pasar yang ketat berjalan dengan sangat baik. Sementara itu,
sebagai kelanjutan pembukaan Jalur Sutera semasa Wangsa
Han hampir seribu tahun sebelumnya, sejumlah besar
pedagang asing dan utusan resmi negara lain datang
berdagang ke Negeri Atap Langit. Ini juga mendorong lintas
perdagangan laut. Kapal-kapal Wangsa Tang dapat melintasi
samudera di wilayah Jambhudvipa dan mencapai Teluk Persia.
Kapal-kapal dagang Wangsa Tang berlayar kian kemari antara
Negeri Atap Langit dan negeri-negeri di selatan maupun di
utaranya, tempat kudengar cerita tentang terdapatnya
binatang yang disebut singa.
Namun agaknya Pemberontakan An Shi pada 755 yang
dikobarkan An Lu Shan dan baru berakhir 763 sungguh
berhasil merusak kesejahteraan Wangsa Tang. Tata cara
Juntian Zhi maupun Zuyongdio sama-sama hancur. Untuk
mengatasi gawatnya keuangan yang disebabkan oleh
pemberontakan dan kelompok-kelompok yang memisahkan
diri, suatu kebijakan baru yang disebut Tatacara Pajak Ganda,
berdasarkan beban waktu, diberlakukan. Dengan membebankan pajak berdasarkan kekayaan, Tatacara Pajak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ganda menghidupkan kembali pendapatan keuangan dan
menjadi contoh yang bagi pembaruan pajak selanjutnya.
Kekacauan yang berlangsung akibat pemberontakan
membuat penduduk di bagian utara berpindah ke sebelah
selatan Sungai Yangtze, yang juga berarti membawa tenaga
kerja dalam jumlah besar dan cara-cara canggih pembuatan
barang dagang ke wilayah-wilayah di selatan. Kemudian,
sekarang ini, kesejahteraan penduduk di selatan berkembang
sangat pesat, dan segera menggantikan wilayah-wilayah utara
sebagai pusat keuangan negara. Pertanian dan pembuatan
kerajinan secara besar-besaran di wilayah selatan jauh lebih
memakmurkan daripada di wilayah utara.
SEMENTARA itu, banyak sekali pusat-pusat perdagangan
baru yang tumbuh bukan saja pusat di kota, tempat banyak
orang berdatangan dari berbagai penjuru, tetapi juga di
pinggiran maupun di luar kota. Adapun yang harus dicatat dari
masa ini, untuk kali pertama berlangsung tata cara pertukaran
mata uang, yang menunjukkan betapa perdagangan Negeri
Atap Langit telah memasuki babak baru.
Dalam ilmu pengetahuan, Wangsa Tang banyak menyumbang kepada perkembangan ilmu perbintangan, obatobatan, dan cara-cara mencetak. Ilmuwan perbintangan
terkenal, rahib Yixing, adalah orang pertama yang berhasil
mengukur garis bujur bumi. Adapun Raja Obat Sun Simiao,
menulis buku pengobatan Qianjin Fang atau Seribu Catatan
Emas Penyembuhan yang merupakan harta karun dalam dunia
obat Negeri Atap Langit.
Namun entah kenapa yang sangat menarik perhatianku
adalah catatan para rahib itu tentang para penyair. Semasa
pemerintahan Wangsa Tang, banyak sekali penyair di Negeri
Atap Langit. Tidaklah biasa bahwa jumlah penyair yang luar
biasa sangat banyak dalam masa pemerintahan siapa pun di
negeri mana pun, tetapi hal itu dimungkinkan semasa
pemerintahan Wangsa Tang. Diawali dengan Chen Zi'ang,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
muncullah Lu Zhaolin, Luo Binwang, Wang Bo, dan Yang
Jiong, yang segera disusul para penyair yang mengukuhkan
masa keemasan tersebut, seperti Li Ba i, Du Fu, Cen Shen, dan
Wang Wei. Ini masih disusul Ba i Juyi, Li He, dan Han Yu. Para
rahib itu seingatku mencatat, puisi mereka sangat beragam,
mulai dari kehidupan di pedalaman, bidang kehidupan yang
penuh kedamaian, cerita sejarah, dan cerita khayalan. Bukan
hanya puisi, tetapi cerita panjang pun, yang sejak dahulu kala
disebut Chuan Qi, mulai berkembang semasa Wangsa Tang,
ketika mulai terdapat kerangka cerita yang lengkap dan
berbagai macam watak. Cerita panjang itu juga mulai
bercerita tentang kenyataan hidup sehari-hari, seperti yang
berjudul Zhenzhong Ji, Yingy ing Zhuan, dan Liwa Zhuan.
Tentu perhatianku tertarik pula kepada catatan para rahib
tentang kehidupan igama di Negeri Atap Langit itu. Dari
berbagai catatan, dapat kusimpulkan secara ringkas bahwa
hubungan luar negeri telah menyemarakkan kehidupan negeri
itu, karena tak hanya manusia yang datang bersama barang
dagangan, tetapi juga keyakinan dan kepercayaannya. Maka
apabila orang-orang datang belajar dari Jepun dan Korea,
orang-orang yang datang dari wilayah Arab membawa merica,
zamrud, dan Islam. Sejak awal Wangsa Tang berdiri,
kebijaksanaan pemerintah dalam perkara igama penuh
dengan kemakluman. Setidaknya Buddha dan Dao mempunyai
sangat banyak penganut di Negeri Atap Langit. Semasa
pemerintahan Maharaja Taizong, seorang bhiksu terkenal
bernama Xuan Zang pergi mencari sutra Buddha ke
Jambhudvipa. Melalui perjalanan yang susah payah, akhirnya
ia mendapatkan 657 sutra, yang untuk menyimpannya perlu
dibangun Kuil Angsa Liar Perkasa.
Dalam menerjemahkan sutra-sutra tua, para bhiksu semasa
Wangsa Tang secara bertahap menyusun tatacara yang
matang untuk menangani berbagai aliran dalam masyarakat
Buddha. Bersama dengan pesatnya pertumbuhan Buddha,
berbagai igama dari negeri-negeri asing seperti yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dilambangkan tanda bernama salib dan igama orang-orang
Semenanjung Arab yang membuat mereka disebut orangorang muslim, semakin memperkaya dunia Negeri Atap Langit.
Kisah tentang Xuan Zang yang mengembara ke Jambhudvipa
untuk mendapatkan kejelasan mengenai Buddha, karena
beragamnya aliran Buddha di Negeri Atap Langit yang dapat
membingungkan seorang pelajar sejati, bagiku sangatlah
mengagumkan. Ajaran Buddha memasuki Negeri Atap Langit dari
Jambhudvipa semasa kekuasaan Wangsa Han jauh sebelumnya, terutama sebagai igama para pedagang asing,
dan tersebar bersama jatuhnya Wangsa Han dalam suatu
babak yang disebut Masa Perpecahan, ketika Negeri Atap
Langit terus menerus diharu biru oleh kekacauan, perang, dan
kemalangan. "Aku mengajarkan penderitaan," demikian
Buddha berkata, "dan bagaimana menghindarinya."
MENURUT catatan para rahib yang kubaca dengan
kemampuan berbahasa seadanya, ajaran semacam itu sangat
berbeda dari yang dianut Wangsa Han, yang sebetulnya
merupakan tafsiran resmi negara atas Kong Fuzi atau
campuran kepercayaan gaib, sihir, dan ajaran Dao, yang
akibatnya menjadi tindak kesewenangan yang membuat
Negeri Atap Langit terpecah-pecah saat itu.
(Oo-dwkz-oO) SEPERTI yang kubaca, masa muda Xuanzang berlangsung
pada saat Negeri Atap Langit mengalami penyatuan kembali
semasa Wangsa Sui yang pendek usia. Sebagai anak pandai
diterimanya beasiswa untuk belajar Kuil Tanah Murni. Ketika
Wangsa Sui runtuh pada 618, Xuanzang menyelamatkan diri
Chang'an tempat Wangsa Tang menyatakan pengambilalihan
kekuasaannya. Ia berpindah ke Chengdu di pedalaman
Sichuan, tempat ratusan rahib juga mengungsi. Kemudian ia
menjelajah ke segenap pelosok, berguru kepada para rahib
setempat tentang apa saja yang mereka ketahui perihal ajaran
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Buddha. Lantas ditemukannya betapa di antara mereka sendiri
pun terdapat perbedaan yang sangat besar dalam
pemahaman ajaran, dan segera menyadari sangat terbatas
dan membingungkannya ajaran Buddha di Negeri Atap Langit,
karena kekurangan naskah resmi yang menjadi patokannya.
Naskah-naskah Buddha di Negeri Atap Langit telah
diterjemahkan pada saat dan tempat yang berbeda-beda, oleh
para penerjemah yang berbeda-beda pula tingkat kemampuan
dan pemahamannya atas pokok-pokok ajaran Buddha. Bahkan
berlangsung terjemahan atas terjemahan atas terjemahan lagi
melalui berbagai bahasa sepanjang Jambhudvipa dan wilayah
tengah benua di utara Negeri Atap Langit. Xuanzang dapat
menyaksikan bahwa di balik kekacauan ini terdapat Kebenaran
besar, tetapi kebenaran yang hanya dapat terdapat pada
naskah-naskah asli yang belum terubahkan sama sekali. Ini
akan berujung dengan suatu kepergian ke Jambhudvipa untuk
mengambilnya. Rahib Faxian telah pergi ke Jambhudvipa
antara 399 dan 414 sebelumnya, dan Xuanzang telah pula
mempelajari catatan-catatannya. Diketahuinya bahkan di
Jambhudvipa pun terdapat berbagai aliran penafsiran ajaran
Buddha, dan ia terutama tertarik untuk menguasai naskah
Sansekerta dari yoga sastra, yang mengajarkan bahwa ''yang
di luar tak ada, tetapi yang di dalam ada, segalanya hanyalah
kegiatan jiwa.''
Itulah dasar Aliran Hanya Kesadaran Buddha yang
kemudian didirikan oleh Xuanzang di Negeri Atap Langit.
Sebagai pemikiran tak benda aliran ini tidaklah banyak
pengikutnya, tetapi pengaruhnya berlangsung lama. Xuanzang
masih berusia 28 ketika ia mengawali perjalanan ziarahnya ke
Jambhudvipa, ziarah yang mempunyai suatu tujuan, demi
kepentingan orang banyak dan bukan pribadi, yakni membawa
naskah-naskah asli ke Negeri Atap Langit demi penyelamatan
jiwa-jiwa yang tersesat. Selama enam belas tahun, ia
melakukan perjalanan dari Chang'an me lalui Gansu, melewati
kota-kota oasis di sekitar Gurun Taklamakan, menuju wilayah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tengah benua, melintasi berbagai negeri menuju Jambhudvipa. Sepulangnya ke Negeri Atap Langit, ia menulis penjabaran
yang rinci tentang letak tempat-tempat yang dilaluinya,
dengan catatan atas orang-orang, bahasa-bahasa, maupun
kepercayaan-kepercayaannya. Kemudian catatan ini menjadi
kitab Xiyuji atau Catatan atas Wilayah-wilayah Barat. Tanpa
disengaja, sebetulnya dalam perjalanan pulang ke Chang'an,
Xuanzang melewati Dunhuang, tempat ia mendapatkan
pengawalan dari Khotan atas perintah sang maharaja. Meski
begitu para rahib Kuil Pengabdian Sejati yang catatannya
kubaca tak berani memastikan, siapakah kiranya orang yang
tergambar di dinding salah satu gua di sana, apakah Xuanzang
atau bhiksu pengembara yang lain.
Dalam perjalanan ke Jambhudvipa ia melewati banyak
kerajaan. Di Turfan, rajanya bermaksud menahannya, sampai
pada tahap tidak membolehkannya berlalu, dan hanya
terpaksa menyetujuinya setelah Xuanzang mogok makan.
Sang raja begitu terperangah sehingga menyediakannya
pengawalan dan perbekalan untuk s isa perjalanannya. Bahkan
sang raja mengirim duapuluhempat surat perkenalan kepada
kerajaan-kerajaan kecil di wilayah tengah benua yang akan
dilalui Xuanzang. Mereka melanjutkan perjalanan ke oasis
Kucha, salah satu tempat pemberhentian sepanjang Jalur
Sutera, tempat penguasa Tokharia yang bermata biru dan
berambut merah serta menganut ajaran Buddha menyambutnya. Di sanalah ia mendapat peluang berdebat
dengan kaum Hinayana, yang mengikuti jalan Perahu Kecil
untuk mencaopai pencerahan, yang oleh kaum Mahayana
dianggap kurang cerdas atau lebih rendah mutunya daripada
jalan Perahu Besar, yang merupakan bentuk ajaran Buddha
pada umumnya di Negeri Atap Langit. Perdebatan semacam
itu berlangsung terus selama perjalanan Xuanzang, yang
menambah pengetahuannya atas berbagai aliran dalam
penafsiran ajaran Buddha itu sendiri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
SELAMA tujuh hari perjalanan melintasi pegunungan
Tianshan, tak kurang dari empat belas orang, hampir separo
rombongan itu mati kelaparan atau kedinginan dan membeku.
Mereka pergi ke perkemahan Yehu, seorang khan di wilayah
Turk, tempat surat pengantar raja Turfan sangat membantu.
Khan ini pun menganjurkan agar Xuanzang tidak pergi lebih
jauh lagi, tetapi akhirnya memberikan seorang pemandu
berbahasa Negeri Atap Langit kepadanya, yang menemaninya
sampai ke wilayah tengah benua. Dilewatinya patung raksasa
Buddha yang dipahatkan pada dinding tebing di Bamiyan,
diceritakannya rincian patung tersebut, dan dilanjutkannya
perjalanan sampai ke T ashkent dan Samarkand, bahkan masih
terus sampai Bactria di dekat Persia.
Penguasa tempat itu adalah Tardu, putera tertua Yehu, dan
ipar raja Turfan. Isteri Tardu telah meninggal, dan ia pun
lantas menikahi adik perempuannya sendiri, yang ternyata
kemudian meracuninya. Adik perempuan itu, bersama
kekasihnya, lantas merebut kekuasaan. Saat itulah Xuanzang
berada di sana dan bertemu dengan Dharmasimha, yang
mempelajari ajaran Buddha di Jambhudvipa; dan berjumpa
pula dengan Prajnakara, seorang rahib dari wilayah dekat
Kashmir. Demikianlah Xuanzang semakin dalam mengenali
dan memasuki lingkungan kebudayaan Jambhudvipa, meskipun belum melintasi Hindukush menuju Jambhudvipa itu
sendiri. Ketika ia menyeberangi Sungai Kabul, ia semakin dekat ke
tempat-tempat berbagai peristiwa berlangsung dalam hubungannya dengan kehidupan Sang Buddha. Ajaran Buddha
itu sendiri telah mengalam i kemunduran di Jambhudv ipa pada
saat kedatangan Xuanzang, sementara banyak kuil-kuil
termasyhur yang pernah dipenuhi para rahib telah
ditinggalkan dan menjadi reruntuhan...
Ia mengunjungi Sravasti, yakni Balairung Besar yang
menjadi tempat Buddha bersabda menyampaikan ajaranTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ajarannya, maupun Kapilavastu, tempat kelahirannya, serta
Kusinagara, tempat Buddha meninggal dan diperabukan.
Menurut catatan para rahib Kuil Pengabdian Sejati yang
mengulas isi kitab Xiyuji tersebut, bagian yang sangat
mengharukan adalah ketika Xuansang menceritakan dirinya
untuk pertama kali mendekati pohon bodhi tersebut, tempat di
bawahnya Buddha telah menerima pencerahan. Saat itu ia
menjatuhkan dirinya di depan pohon dengan wajah mencium
tanah dan menangis, bertanya-tanya dengan sedih atas dosa
macam apa kiranya telah ia perbuat di masa lalu, sehingga
lahir dan hidup pada zaman Wangsa Tang di Negeri Atap
Langit, dan tidak sezaman dengan kehidupan Buddha sendiri
di Jambhudvipa.
Selama delapan sampai sembilan hari ia tak dapat
meninggalkan pohon suci itu, sampai beberapa rahib tiba dari
Nalanda, kuil yang diakui sebagai tempat terbaik untuk
mempelajari ujaran Buddha di Jambhudvipa, dan mengawalnya ke sana. Di Nalanda ia disambut oleh
masyarakat sepuluh ribu rahib itu dengan sangat baik. Ia
mengarungi seluruh Jambhudvipa, termasuk ke Benggala dan
Orissa, bahkan nyaris ke Lanka, seandainya tidak terjadi
kerusuhan di sana yang membuatnya sulit menyeberang.
Tercatat bahwa ia sempat berada di atas kapal, ditangkap
bajak laut yang ingin memanfaatkannya sebagai korban
upacara, tetapi badai yang menyapu dari hutan membuat para
bajak laut yang percaya takhayul itu ketakutan dan
melepaskannya. Menjelang akhir perjalanannya di Jambhudvipa, Xuansang
menemui raja besar penganut Buddha, Harsha, dan
menjelaskan tujuan perjalanannya. Segera setelah itu, Harsha
mengirim utusan ke Chang'an, mengukuhkan hubungan
antarnegara dengan Negeri Atap Langit. Sementara para rahib
di Jambhudvipa menganjurkan Xuansang tetap tinggal di
negeri mereka, dengan alasan bahwa Jambhudvipa adalah
rumah Buddha, sedangkan Negeri Atap Langit bukanlah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tempat yang tercerahkan sehingga persaudaraan Buddha akan
dapat tercapai di sana. Menurut Xuansang, justru itulah yang
menyebabkannya datang untuk mendapatkan naskah-naskah
asli, dan karena itulah ia merencanakan kembali ke Negeri
Atap Langit. Selama berada di Jambhudvipa, sepanjang perjalanannya ia
telah mengumpulkan banyak naskah dan patung. Setelah
merasa tiba saat harus kembali, dilakukannya persiapan yang
sungguh-sungguh, mengingat akan dilaluinya wilayah yang
berat, sulit, dan berbahaya dalam perjalanannya. Meskipun
begitu, ketika diseberanginya Sungai Indus yang mahaluas,
bahkan dengan menunggang seekor gajah, sejumlah kitab
dan patung terlempar ke sungai karena badai mendadak, dan
sebagian hilang. Namun Xuansang yang pantang menyerah
kembali ke Jambhudvipa, untuk mendapatkan gantinya
sebelum melanjutkan perjalanan. Rombongannya terdiri dari
tujuh rahib, duapuluh pemikul barang, sepuluh keledai, empat
kuda, dan seekor gajah. Ia berhenti di Kashgar, kemudian
Khotan, yang dicatatnya terkenal karena pasar batu permata
hijau. Sampai di sini, tampaknya ia telah menjadi tersohor,
begitu rupa sehingga maharaja Wangsa Tang menerintahkan
raja Khotan agar menyediakan pengawalan bagi Xuansang
dan rombongannya ke Dunhuang, dan dari sana ke Chang'an.
Khalayak ramai menyambut kedatangannya di Negeri Atap
Langit. Maharaja Taizong berkenan menyambutnya secara
pribadi, dan memintanya untuk menuliskan peta wilayah
perjalanannya, yang melintasi lebih dari tujuhpuluh kerajaan,
secara rinci. Begitulah Xiyuji itu diselesaikannya pada 646.
Sampai saat maut menjemputnya, sang peziarah menerjemahkan ulang semua naskah yang ada, dan
diterjemahkannya pula naskah-naskah yang semula tidak
dikenal. Ia meninggal dunia taklama setelah menyelesaikan
Sutra Berlian yang panjang dan rumit. Terjemahannya yang
pernah kudengar dibacakan seorang bhiksu di Kuil Pengabdian
Sejati adalah Sutra Hati, yang diungkapkan dan dikutip setiap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hari di mana-mana oleh penganut Buddha di Negeri Atap
Langit maupun Daerah Perlindungan An Nam.
Lantas kuingat bagaimana seorang rahib mengutip


Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Xunsuang. jubah keigamaan takperlu di ndahkan
tetapi cita-cita kebenaran batin bebas dari debu bumi
watak sempurna terlihat melalui seribu jahitan
mutiara dan perhiasan mesti serasi dengan Jiwa Utama
diaturlah malaikat melayani dengan hormat
rahib-rahib tulus dikirim memurnikan hidup kita
Begitulah aku melaju di atas kudaku menyusuri jalan
setapak di tepi Sungai Merah di luar kota Thang-long ke arah
hulu, karena di sanalah terletak Celah Dinding Berlian yang
harus dilalui siapapun jika bermaksud mengambil jalan pintas
ke Negeri Atap Langit. Sembari memacu kuda secepatcepatnya pada pagi yang sudah mulai terang langitnya,
kuingat segenap penjelasan tentang Negeri Atap Langit yang
sempat kubaca. Kubayangkan bukan hanya Xuansang, tetapi
juga para rahib lain yang telah melakukan perjalanan panjang
untuk meraih pengetahuan sebenarnya atas ajaran Buddha.
Kukira perjalanan meraih pengetahuan takhanya berlaku
seperti Xuansang yang mengembara ke Jambhudvipa, tetapi
juga bagi para rahib yang bermaksud mendalaminya ke Negeri
Atap Langit dari Daerah Perlindungan An Nam maupun
negara-negara tetangganya.
Maka aku pun tiba-tiba teringat cerita seorang rahib, bahwa
setelah Xuansang meninggal, seorang rahib pengagumnya
yang bernama I Ching pun berangkat ke Negeri Atap Langit,
tetapi melalui laut, sehingga karena itu disebabkan oleh
keadaan angin, harus tinggal antara lima sampai enam bulan
di Samudradvipa yang menjadi wilayah Kedatuan Srivijaya.
TERNYATA selama tinggal di sana dicatatnya bahwa di
wilayah itu ajaran Buddha dipelajari dengan sungguhTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sungguh, takkurang dari seribu rahib dari berbagai bangsa
tinggal di sana, tempat rahib-rahib Negeri Atap Langit juga
datang untuk belajar dari guru-guru Jambhudvipa.
I Ching, seperti pernah kudengar di Jawadwipa, lantas
kubaca sendiri di Kuil Pengabdian Sejati, mencatat selama 20
tahun sejak 670-an sampai 690-an. Takkurang dari 25 tahun
ia mengembara ke luar Negeri Atap Langit dan ketika kembali
pada 695 membawa sekitar 4.000 naskah yang memuat
500.000 seloka Tripitaka, yang tampaknya sempat tertinggal
di Kedatuan Srivijaya dan mesti diambilnya kembali. Lantas
dari tahun 700 sampai 712 diterjemahkannya 56 kitab dari
Jambhudvipa menjadib 230 jilid naskah yang bisa dibaca di
Negeri Atap Langit.
Aku memacu kudaku tanpa pernah memperlambatnya
untuk menjamin diriku tiba lebih dulu dari rombongan Harimau
Perang di Celah Dinding Berlian. Setelah melalui celah itu
terdapat sejumlah jalan kecil yang dapat dilalui menuju jalan
besar ke Kunming, kota besar pertama di wilayah Negeri Atap
Langit yang terdekat dengan Thang-long. Namun jika
kehilangan jejak setelah melalui celah, tiada jaminan akan
dapat melacaknya, karena banyaknya jalan kecil itu yang
berada di dalam hutan, maupun banyaknya celah demi celah
di antara gunung-gunung batu sete lah hulu Sungai Merah
dilalui. Iblis Suci Peremuk Tulang memastikan bahwa Celah
Dinding Berlian adalah satu-satunya tempat yang memungkinkan untuk menanti rombongan Harimau Perang,
terutama, tentu saja, karena aku tidak menguasai medan.
"Dikau pun tidak dapat mengikuti mereka dari dalam kota,
karena mereka akan memergokimu ketika tiba di padangpadang terbuka di luar kota," ujarnya.
Iblis Suci Peremuk Tulang sudah tentu ingin pula pergi
bersamaku, karena kematian Amrita baginya terasa sangat
tidak adil, dan bagi rahib yang telah memilih jalan
pemberontakan ini, rasa keadilan sangatlah banyak berbicara.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun bhiksu kepala te lah menasehatinya untuk membangun
kembali kuilnya di Sungai Hitam.
"Rakyat kecil memerlukan ajaran Buddha yang bisa
dipertanggungjawabkan," kata bhiksu kepala pula, "bukan
ajaran Buddha yang bercampur dengan takhayul. Cerdaskanlah mereka seperti dirimu, dan ajarkan mereka
keberanian untuk berjuang."
Itulah sebabnya aku tidak mempunyai teman perjalanan.
Ketika berpisah dengan Amrita dan menyusuri pantai Campa
sampai ke An Nam, di setiap pelabuhan masih dapat
ditemukan seseorang berbahasa Malayu maupun bahasa yang
digunakan di Jawadwipa, sementara aku sudah sedikit bisa
berbahasa Khmer. Betapapun pengaruh kebudayaan yang
dibawa Wangsa Syailendra di T anah Kambuja sangatlah jelas.
Di sini sungguh keadaannya berbeda. Sejauh telah
kupelajari wilayah yang harus kutempuh, dengan pembayangan yang amat sangat sulit tentang keadaan
sesungguhnya, meski setidaknya beberapa hal tentang Negeri
Atap Langit telah dapat kuketahui, takdapat kuhindarkan
perasaan betapa aku merasa berlayar di lautan keterasingan.
Kuda yang kupacu adalah kuda padang rumput yang
diternakkan suku-suku pengembara. Ini berarti aku mendapatkan kuda terbaik dari peternak terbaik di wilayah ini.
Namun sebetulnya istilah peternak tidaklah terlalu tepat,
karena mengandung pengertian menghasilkan kuda sebanyakbanyaknya, sedangkan suku-suku tersebut tidak bermaksud
menghasilkan kuda sebanyak-banyaknya
melainkan menghasilkan kuda-kuda pilihan. Kuda terbaik diberikan
kepada manusia terbaik. Adapun kuda terbaik dihasilkan oleh
penjagaan kemurnian turunan, maupun persilangan cermat,
dengan tujuan mendapatkan kuda yang takhanya kuat,
perkasa, dan kencang larinya, tetapi juga memiliki kecerdasan
dan kesetiaan. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kudaku adalah kuda hitam yang didapatkan dari suku
Uighur atau disebut juga Huihe. Demikianlah beragamnya
bahasa-bahasa Negeri Atap Langit sehingga kata-kata bisa
begitu berbeda untuk menunjuk hal yang sama. Suku Huihe
adalah bagian dari suku-suku pengembara di utara Negeri
Atap Langit yang telah membuat perjanjian dengan Wangsa
Tang. TELAH kuketahui serba sedikit, bahwa untuk menghadapi
Pemberontakan An Lushan yang berlangsung dari tahun 755
sampai 762, berlangsung kerjasama segitiga antara Wangsa
Tang dengan penguasa Tibet atau Tubo yang memerintah
sejak 629, maupun penguasa Uighur atau Huihe yang
memerintah sejak 744.
Dengan demikian Wangsa Tang, untuk mengatasi
kelemahan yang telah ditimbulkan oleh Pemberontakan An
Lushan, terpaksa membina persekutuan dengan para
penguasa di utara maupun selatan wilayahnya, yang pada
masa sebelumnya tentu lebih baik ditundukkannya. Suatu
persekutuan yang diterima, karena tentu saja dipertimbangkan
segi-seginya yang menguntungkan. Setidaknya terdapat
empat kebijakan utama Wangsa Tang yang berhubungan
dengan suku-suku di luar batas negerinya. Pertama, mengirim
pasukan untuk menangani pelanggaran batas oleh para
Ilmu Ulat Sutera 15 Pertarungan Dikota Chang An Seri 2 Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Perguruan Sejati 3

Cari Blog Ini