Ceritasilat Novel Online

Pendekar Guntur 11

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 11


Setelah berkata begitu, dengan cepat sekali Tek Goan Taysu melangkah maju, dia telah menggerakkan sepasang tangannya lagi.
Melihat apa yang dilakukan Tek Goan Taysu, keempat orang tolong itu cepat2 mengempos semangat dan seluruh tenaga mereka, untuk menangkis serangan yang dilakukan oleh Tek Goan Taysu, Namun sia2 belaka, karena seketika itu juga terlihat, tubuh mereka terpental sangat keras, dan mereka rebah pingsan tidak sadarkan diri.
Disaat itulah tampak beberapa orang pendeta Bu Tong Pay baru saja keluar dari dalam kuil, Mereka mendengar suara ribut2 dan segera keluar buat melihat apa yang terjadi. Dan apa yang mereka saksikan, dimana lima orang totong murid Bu Tong Pay menggeletak pingsan tidak sadarkan diri, membuat mereka jadi kaget tidak terkira.
Pendeta-pendeta Bu
adalah pendeta2 dari Tong Pay yang keluar tersebut tingkat ketiga. Mereka memiliki kepandaian yang tinggi sekali, karena itu, dengan segera mereka melompat mengurung Tek Goan Taysu, sambil mencabut pedang masing-masing,
Tek Goan Taysu yang melihat kegesitan dari keenam orang pendeta Bu Tong Pay itu segera menyadarinya bahwa dia tidak boleh memandang remeh pada mereka, Cepat2 Tek Goan Taysu telah mengempos dan mengerahkan tenaga dalamnya, bersiap2 buat menghadapi lawanlawannya ini.
Memang Tek Goan Taysu tidak merasa jeri dikepung keenam orang pendeta Bu Tong Pay tersebut, akan tetapi dia tak mau berlaku memandang rendah kepada mereka, hal itu bisa saja kemungkinan membahayakan dirinya.
Sedangkan keenam orang pendeta Bu Tong Pay yang telah dapat menduga bahwa Tek Goan Taysulah telah melukai murid-murid Bu-Tong Pay. segera menggerakkan pedang masing2 tanpa banyak bicara lagi.
Pedang mereka bergulung-gulung menyambar kepada Tek Goan Taysu dengan hebat sekali, juga tenaga serangan pedang-pedang itu sangat kuat sekali.
Dengan demikian terlihat Tek Goan Taysu sementara waktu tidak berdaya buat balas menyerang, karena dia bertangan kosong dan tidak mungkin dengan bertangan kosong dia membenturkan tangan itu pada senjata lawan2nya tersebut.
Sampai akhirnya, setelah bertanding lebih dari sepuluh jurus, dengan mendadak sekali Tek Goan Taysu telah mengeluarkan suara suitan yang nyaring sekali. Tahu2 dia telah mencabut keluar sebatang golok yang berukuran sangat besar.
Dia telah menggerakkan goloknya yang mendatangkan hawa dingin dan menggigilkan tubuh, memaksa keenam pendeta Bu Tong Pay yang tengah mengepungnya itu buat melompat mundur menjauhi diri.
Sekarang justeru Tek Goan Taysu yang tidak mau memberikan kesempatan sedikitpun juga kepada keenam orang lawannya, karena dengan segera dia merangsek maju, goloknya itu telah digerakkan dengan cepat sekali, menimbulkan angin yang berkesiuran sangat dingin.
Dengan demikian telah membuat lawan2nya tidak bisa mendesak lebih jauh. Keenam orang pendeta Bu Tong Pay itu telah mempergunakan pedang mereka yang diputar dengan sangat cepat sekali buat melindungi tubuh mereka.
Karena dengan cara seperti itu mereka dapat menangkis setiap serangan golok Tek Goan Taysu. Tek Goan Taysu semakin lama memutar semakin hebat, karena dia telah menambah tenaga Iwekangnya, Goloknya yang sangat goloknya kekuatan
besar itu bergerak ringan sekali, mendesak keenam tojin Bu Tong Pay tersebut.
Sedangkan keenam murid Bu Tong Pay itu tidak mau berdiam diri. Mereka rupanya telah menyadari disamping Tek Goan Taysu, tentu terdapat manusia2 yang memiliki kepandaian liehay lainnya.
Karena itu, sambil mempergunakan pedang mereka masing2, keenam pendeta Bu Tong Pay itu telah mengeluarkan suara siulan yang nyaring sekali, rupanya mereka hendak memberitahukan kepada kawan2 mereka mengenai kedatangan Tek Goan Taysu, yang tentu dalam waktu yang sangat singkat sekali, akan memimpin pasukan
kerajaan menyerbu ke dalam kuil Bu Tong Pay.
Dalam keadaan seperti itu, suara siulan mereka bergema disekitar tempat itu, Dan suara siulan itu membuat dari dalam kuil berhamburan keluar belasan orang pendeta.
Juga diantara belasan orang murid Bu Tong Pay yang keluar itu, ikut Kwang Tan dan Suma Lin Liang. Kwang Tan dan Suma Lin Liang bergerak sekali, mereka gusar bukan main melihat orang yang mengacau itu tidak lain dari Tek Goan Taysu.
Karena mereka menyadarinya, jika memang Tek Goan Taysu muncul, tentu dia akan bersama dengan para tentara kerajaan yang pasti tengah bersembunyi disekitar tempat itu.
Sebetulnya Suma Lin Liang dan Kwang Tan ingin melabrak Tek Goan Taysu, karena mereka beranggapan bahwa Tek Goan Taysu terlalu kurang ajar, dimana disaat cakal bakal Bu Tong Pay tengah diurus jenasahnya ternyata telah menimbulkan kekacauan Disebabkan itulah, mereka hendak menyerang.
Akan tetapi, justeru segera mereka tersadar, bahwa mereka bukanlah orang dalam Bu Tong Pay. Tidak bisa mereka mendahului orang-orang Bu Tong Pay buat menindak sipendeta durjana itu.
Karena dari itu Kwang Tan dan Suma Lin Liang telah berdiri disamping, Dia membiarkan belasan murid Bu Tong Pay buat menghadapi Tek Goan Taysu.
Melihat telah muncul belasan murid Bu Tong Pay, yang semuanya berusia setengah baya. Dengan demikian menunjukkan bahwa mereka merupakan murid2 tingkat
kedua atau ke tiga, dan kepandaian mereka tentunya sudah sangat tinggi.
Maka kawan2 Tek Goan Taysu tidak bisa berdiam diri saja, mereka telah melompat keluar dari tempat persembunyian masing2, dengan mengeluarkan suara teriakan yang berisik sekali.
Para pendeta Bu Tong Pay yang baru keluar dari dalam kuil seketika menyadari bahwa pertempuran yang hebat tidak bisa dihindarkan.
Karena melihat jumlah dari lawan yang memang jauh lebih banyak dari mereka, keenam belas pendeta Bu Tong Pay yang baru keluar itu sudah tidak mau membuang2 waktu.
Empat orang diantara mereka melompat kedekat Tek Goan Taysu:
Dan sisanya melompat menerjang kepada kawan2 Tek Goan Taysu dengan pedang terhunus, setiap tusukan
tentu merupakan serangan yang pedang mereka mengandung maut. Suara keributan yang terjadi diluar kuil telah dapat didengar oleh Jie Liu Cu dan pendeta-pendeta Bu Tong Pay
lainnya. Akan tetapi mereka tidak meninggalkan ruangan kuil, karena mereka tengah menyelenggarakan sembahyang besar buat arwah Thio Sam Hong.
Disamping itu merekapun mengetahui jika mereka keluar dari dalam ruangan kuil tersebut, sama saja mereka bagaikan harimau yang dipancing keluar dari kandang, dan tentu hal ini akan membuat mereka tidak dapat menjaga sebaik mungkin jenazah Thio Sam Hong. guru besar mereka.
Karena itu, Jie Lian Cu dan pendeta2 Bu Tong Pay yang lainnya tetap berdiam ditempat masing-masing didalam ruangan itu, berwaspada buat sewaktu-waktu menghadapi penyerbuan dari luar.
Kwang Tan dan Suma Lin Liang diluar pintu kuil, ketika melihat pertempuran terbuka telah terjadi dan jumlah
kawan 2 Tek Goan
Taysu memang sangat banyak, disamping merupakan orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi dan liehay, dengan demikian mereka tidak bisa berdiam diri terlalu lama. Segera juga mereka melompat menceburkan diri dalam pertempuran itu.
Suma Lin Liang, yang telah menerima banyak petunjuk dari Thio Sam Hong, sebelum guru besar itu menghembuskan napas yang terakhir, kini telah memiliki kepandaian yang lebih liehay daripada sebelumnya.
Sekarang Suma Lin Liang dapat mempergunakan ilmu Sam Cie Kong nya lebih sempurna. Memang dia telah dilarang oleh Thio Bu Kie, agar tidak melanjutkan pelajaran Sam Cie Kong pada tingkat yang lebih tinggi dulu selama berada di Bu Tong Pay, karena kemungkinan ia akan tersesat pada sinkangnya.
Dan nasehat dari Thio Bu Kie dipatuhi benar oleh Suma Lin Liang, Namun nasehat dan petuah yang diberikan Thio Sam Hong justeru telah membuat Sam Cie Kong Suma Lin Liang yang dipelajari pada tingkat yang sebelumnya, telah mencapai kemajuan yang pesat sekali.
Maka begitu Suma Lin Liang mencampurkan diri dalam pertempuran itu, beruntun dia telah dapat merubuhkan beberapa orang lawan nya dengan mudah.
Sedangkan Kwang Tan, yang benar2 telah dapat menguasai seluruh kepandaiannya, karena petunjuk yang diberikan Thio Sam Hong, dan juga memang dia telah menerima petunjuk mengenai sinkang yang sejati, dengan sendirinya, sekarang Kwang Tan bermaksud hendak mencoba kepandaian itu.
Hebat bukan main.
Setiap kali Kwang Tan menghantam, tentu salah seorang lawannya itu akan terpental, tentu saja dengan tubuh yang hitam hangus.
Dengan demikian lawan2nya yang lain, melihat hebatnya angin pukulan Kwang Tan yang bisa membuat lawannya menjadi hangus seperti disambar petir, jadi tidak berani menerjang terlalu dekat padanya.
Dengan adanya Kwang Tan dan Suma Lin Liang, maka murid2 Bu Tong Pay memperoleh bantuan dan bantuan yang tidak sedikit.
Tek Goan Taysu yang menyaksikan apa yang dilakukan Kwang Tan dan Suma Lin Liang, diam-diam jadi gusar bukan main. Dia berusaha mendesak beberapa orang pendeta Bu Tong Pay yang menjadi lawannya, karena dia bermaksud hendak pergi ke dekat Kwang Tan atau Suma Lin Liang, guna menghadapi kedua pemuda itu.
Namun desakan pedang murid-murid Bu Tong Pay tidak mudah dipatahkannya, sukar bagi Tek Goan Taysu meloloskan diri begitu saja, karena dia harus mempergunakan goloknya menghadapi dengan
kesungguhan hati.
Akhirnya Tek Goan Taysu juga menyadari bahwa dia tidak mungkin dapat memecahkan perhatiannya, karena walaupun bagaimana dia harus memusatkan dulu seluruh perhatiannya kepada lawan2nya.
Jika memang dia memecahkan perhatiannya niscaya ia akan lebih sulit mengatasi lawan2nya. Dengan segera goloknya itu telah diputarnya, angin serangan goloknya itu berdesingan dengan hebat sekali.
Keempat orang tojin yang mengepung Tek Goan Taysu merasakan desakan angin serangan golok lawan, membuat mereka jadi tidak bisa maju terlalu dekat pada Tek Goan Taysu.
Namun keempat tojin itu memiliki kepandaian yang tinggi, mereka tidak yakin jika mereka berempat tidak dapat menghadapi Tek Goan Taysu seorang.
Karena dari itu, keempat tojin itu telah memperketat serangan pedang mereka, Senjata mereka berkelebat2 membentuk gulungan sinar yang menyambar kesana kemari melindungi diri mereka, sehingga golok Tek Goan Taysu tidak berdaya buat mendekati keempat tojin.
Demikianlah pertempuran itu berlangsung dengan seru dan ramai sekali. Kawan2 Tek Goan Taysu, yang memiliki kepandaian lebih tinggi lagi, semuanya belum keluar memperlihatkan diri, Karena mereka tengah menantikan sampai para pendeta sakti Bu Tong Pay lainnya telah keluar dari dalam
kuil, barulah mereka keluar untuk menghadapi sementara itu, mereka membiarkan pasukan kerajaan saja yang menghadapi lawan2nya.
Tek Goan Taysu semula merasa heran, karena dia melihat kawan2nya yang memiliki kepandaian tinggi belum juga keluar memperlihatkan diri. Tetapi akhirnya dia menjadi maklum juga. Dia dapat menduganya, tentu mereka itu semuanya tengah menantikan keluarnya tokoh2 Bu Tong Pay yang lainnya.
Dalam keadaan seperti itu Tek Goan Taysu telah mengerahkan seluruh kemampuannya, dengan goloknya dia seperti juga kesetanan, karena dia telah menabas dan menyerang kesana kemari dengan hebat sekali.
Dalam keadaan seperti itu, murid-murid Bu Tong Pay mulai mengeluh. Mereka melihat pasukan tentara telah keluar lebih banyak lagi, juga telah muncul barisan pemanah dari pasukan kerajaan, Dilibat demikian tentunya Bu Tong Pay tidak mudah menghadapi para pengacau ini.
Sedangkan Kwang Tan dengan ilmu pukulan Gunturnya, tidak hentinya merubuhkan lawan-lawannya. Dia memang hanya bertangan kosong belaka, namun setiap kali telapak tangannya bergerak, maka dia telah dapat merubuhkan seorang lawannya.
Dalam keadaan seperti itu, Kwang Tan berobah menjadi seorang yang sangat ditakuti oleh lawan2nya. Telapak tangannya selalu mendatangkan angin serangan yang panas luar biasa.
Suma Lin Liang sendiripun sangat hebat sekali, karena dia telah mengeluarkan seluruh kepandaiannya buat secepat mungkin merubuhkan lawannya sebanyak-banyaknya.
Setiap kali Suma Lin Liang menggerakkan tangannya maka terdengar jerit kematian. Memang sebelumnya Suma Lin Liang hanya bermaksud buat merubuhkan lawannya dalam keadaan pingsan atau terluka didalam saja, untuk melumpuhkan tenaga lawannya.
Tetapi setelah bertempur itu berlangsung sekian lama, memaksa dia menurunkan tangan keras, karena dia harus berani untuk menghadapi keadaan seperti itu, dimana dia dikepung puluhan orang lawan.
Mau atau tidak memang dia harus membinasakan lawan-lawannya itu buat menggempur nyali dari lawan lainnya, Dengan demikian, setiap kali dia menyerang maka dia telah mempergunakan tenaga yang kuat sekali. Dia juga mempergunakan jurus-jurus ilmu silat tangan kosong Sam Cie Kong.
Tubuh Suma Lin Liang seperti juga sesosok bayangan saja yang melayang kesana-kemari dengan cepat sekali. Dan juga diwaktu itu dia telah menyerang kebagian yang mematikan. Karenanya seorang demi seorang lawannya telah rubuh binasa.
Memang semua itu diperhitungkan benar oleh lawanlawannya, karena mereka melihat setiap kali Suma Lin Liang menyerang, niscaya kawan mereka akan ada yang mati.
Maka biarpun mereka mengepungnya dengan ketat, tokh mereka tidak berani terlalu dekat buat mendesak Suma Lin Liang.
Terlebih lagi mereka melihat Kwang Tan biarpun usianya masih begitu muda, namun dia telah memiliki telapak tangan yang begitu liehay.
Setiap kali telapak tangannya menyambar, tentu ada lawan yang tubuhnya hangus seperti disampar petir, Dengan demikian lawan dari Suma Lin Liang dan Kwang Tan bersikap jauh lebih hati2.
Didalam pasukan Tek Goan Taysu sesungguhnya terdapat seorang tokoh sakti dari aliran hitam. Akan tetapi kepandaiannya sangat liehay sekali, karena dia menguasai ilmu Hek Tok Ciang, atau Pukulan Racun Hitam.
Dia bernama Taro Tam Lu Ie, seorang berasal dari Mongolia, dari sebelah utara bagian daratan Tionggoan, dia memiliki bentuk tubuh yang sangat tegap sekali, tinggi besar.
Ketika melihat kawan2nya seorang demi seorang dapat dirubuhkan dan dibinasakan oleh Kwang Tan dan Suma Lin Liang dengan mudah, dia jadi tidak sabar. Dengan mengeluarkan suara seruan mengguntur, tubuhnya yang
tinggi besar itu telah melompat keluar dari tempat persembunyiannya, tentu saja keadaan seperti itu bertolak belakang dengan potongan tubuhnya yang tinggi besar dan tegap, yang seharusnya memiliki gerakan yang lamban.
Begitu dia melompat keluar, yang diterjangnya adalah Kwang Tan. Dengan suara raungan yang bengis, dia hendak mencengkeram.
Orang ini memang memiliki ilmu Hek Tok Ciang, dengan sendirinya yang paling diandalkannya merupakan ilmu pukulan tangan kosongnya yang sangat beracun itu.
Karena dari itu, biarpun tadi dia telah menyaksikannya, betapa setiap kali Kwang Tan menghantam dengan telapak tangannya, tentu dia dapat membinasakan lawannya dengan tubuh yang hangus tokh dia berani buat membenturkan tangannya pada tangan Kwang Tan.
Kwang Tan melihat diiringi suara raungan raungan singa, bahkan telah mengulurkan tangan kanannya buat mencengkeram.
Yang mengejutkan telapak tangannya itu berwarna hitam dan menyiarkan bau yang amis sekali, tentu saja hal itu memperlihatkan bahwa telapak tangan Tam Tam Lu Ie beracun sekali.
Kwang Tan namun percaya akan Gunturnya, dia sengaja tidak menarik menerjangnya orang itu, yang yang sangat mengerikan seperti ilmu pukulan pulang telapak tangannya, dia membiarkannya sangat saling bentur. Bentrokan yang terjadi menimbulkan suara yang nyaring sekali Dan tubuh Kwang Tan tergetar, namun kuda kuda kedua kakinya tidak sampai tergempur, sedangkan tubuh
Tam Tam Lu Ie telah terpental satu tombak lebih, mudanya pucat pias.
Sebelumnya dia telah mengharapkan begitu tangannya yang beracun bentrok dengan Kwang Tan. segera dia bisa membuat anak itu yang tampaknya belum berusia tujuh belas tahun, akan mati keracunan.
Akan tetapi siapa sangka, begitu tangannya saling bentrok dengan tangan Kwang Tan justru dia merasakan betapa tangan Kwang Tan mengeluarkan hawa yang panas bukan main, dan juga telah membuat dia terdorong kuat sekali.
Beruntung bahwa Tam Tam Lu Ie memang memiliki tenaga sinkang yang tinggi, dengan demikian dia tidak sampai menjadi hangus oleh serangan Kwang Tan.
Cuma saja, dia merasakan betapa jantung nya seperti diserang oleh semacam hawa yang panas bukan main, membuat
membuat Tam Tam Lu Ie terjengkit kaget, itulah yang
dia mengapa sampai melompat mundur satu
tombak lebih. Sedangkan Kwang Tan tidak kurang kagetnya, karena dia merasakan tangan dari Tam Tam Lu Ie begitu panas. Dan panasnya tangan2 Tam Tam Lu Ie menunjukkan
bahwa racun di tangannya itu memang sangat ampuh sekali.
Tetapi memang Kwang Tan memiliki ilmu pengobatan yang tangguh sekali, dia juga mengenal berbagai macam
jenis racun yang paling
hebat sekalipun juga, dengan demikian ia tidak jeri lawannya mempergunakan racun apa pun juga.
Tanpa mengatakan suatu apapun juga, tubuh Kwang Tan telah melesat. Tahu-tahu dia telah berada disamping Tam Tan Lu Ie, tangan kanannya telah menghantam kepada Tam Tam Lu Ie dengan mempergunakan jurus yang ketiga dan ilmu pukulan Gunturnya.
Angin yang meluncur dari telapak tangannya disamping kuat, juga sangat panas sekali.
Karena telah mengalami peristiwa yang sangat mengejutkannya tadi, merupakan pengalaman pahit buatnya, Tam Tam Lu Ie tidak berani
menangkis, Dia telah menantikan sampai
sembarangan serangan itu
hampir tiba, barulah dia mengeluarkan seruan yang nyaring sekali, tahu-tahu tubuhnya itu telah bergerak kesana kemari
dengan lincah sekali dia telah menangkis dengan gerakan menyamping, menggunakan ilmu pukulan Hek Tok Ciang nya, dengan demikian, dia bermaksud dapat menghantam dada dari Kwang Tan.
Usaha dari Tam Tam Lu Ie ternyata gagal karena dia tidak berhasil menghantam pada sasaran yang
diinginkannya, bahkan angin pukulan guntur dari Kwang Tan telah tiba lebih dulu.
Kembali Tam Tam Lu Ie merasakan dadanya sakit sekali, karena serangkum hawa yang panas seperti telah menyelusup kedalam jantungnya, sehingga dia terjengkit dan membuat dia kembali melompat mundur, dalam keadaan demikian benar2 Tam Tam Lu Ie tidak mengerti mengapa Kwang Tan yang berusia begitu muda bisa memiliki ilmu sehebat itu.
Dengan penasaran sekali dia mengeluarkan suara bentakan nyaring mengandung hawa pembunuhan, dengan kalap, dia menggerak2an kedua tangannya.
Gerakan kedua tangannya itu disertai pengerahan tenaga dalam yang hebat sekali, karena dia ingin mempergunakan
seluruh kekuatan tenaga dalamnya yang beracun buat menyerang kepada Kwang Tan.
Kwang Tan dapat menduga akan maksud dari lawannya yang seorang itu.
Namun sebelum Kwang Tan bersiap2 menghadapinya, dia merasakan dari belakangnya menyambar angin serangan yang dahsyat.
Menyadari bahwa dirinya tengah dibokong lawan lainnya, tanpa memutar tubuh, tahu2 tangan kanan Kwang Tan telah menghantam kebelakang.
"Derrrr...." Tanpa sempat mengeluarkan suara jeritan lagi, tubuh penyerang yang membokongnya, yang rupanya seorang tentara kerajaan, telah terjengkang dan roboh ditanah tanpa bergerak pula, karena ketika dia telah mati dengan tubuh yang menjadi hangus.
Dengan demikian, hal itu
hebatnya tenaga ilmu pukulan
memperlihatkan betapa Guntur yang memiliki Kwang Tan, sedangkan Tam Tam Lu Ie terkesiap sejenak, dia heran dan kaget. Dia telah menyaksikan lagi akan kehebatan dari ilmu pukulan anak lelaki ini.
Jika tadi dia tidak sampai menerima bencana yang terlalu hebat pada dirinya, hal itu hanya disebabkan memang dia memiliki kepandaian yang tinggi dan sinkang yang kuat, dengan demikian dia tidak sampai kena dicelakai oleh ilmu pukulan guntur dari Kwang Tan.
Sedangkan Kwang Tan telah tertawa dingin, katanya: "Mari kita main-main lagi !"
Sambil berkata begitu, Kwang Tan pun telah mengangkat sedikit
tangan kanannya lebih tinggi dari tangan kirinya, karena dia bersiap-siap hendak menyerang dengan ilmu pukulan Gunturnya lagi. Tam Tam Lu Ie seperti baru tersadar ketika mendengar tantangan Kwang Tan, Bagaikan kalap, dia telah mengeluarkan suara bentakan yang bengis, tubuhnya
melompat dengan segera, dimana dia menghantam dengan kuat.
Dia memang tengah penasaran, karena dia yakin, walaupun bagaimana hebatnya kepandaian Kwang Tan, akan tetapi seorang anak berusia belasan tahun tentu tidak akan memiliki kepandaian yang terlalu dahsyat sekali, dan
tenaga sinkangnya tentu tidak akan dapat menandingi tenaga sinkang latihan puluhan tahun.
Disebabkan itu pula, karena desakan hawa amarah dan penasaran, membuat Tam Tam Lu te telah menghantam dengan mempergunakan sembilan tenaga dalamnya.
Dengan dikerahkan tenaga pukulan yang lebih kuat daya kerja racun ditelapak tangannya jadi lebih dahsyat. Memang ilmu Hek Tok Ciang yang dimiliki oleh Tam Tam Lu Ie merupakan ilmu pukulan beracun yang langka
didalam rimba persilatan. jarang sekali ada orang yang bisa melatih ilmu itu dengan sempurna.
Umumnya, setiap orang berusaha melatih ilmu Hek Tok Ciang harus memiliki keuletan dan juga harus menempuh latihan puluhan tahun buat memperoleh hasil yang memuaskan.
Latihan ilmu Hek Tok Ciang pun sangat berat sekali, tidak mudah. yaitu harus berusaha melatih diri dengan mempergunakan puluhan macam jenis racun yang paling hebat daya kerjanya. Setiap hari telapak tangan di rendam selama dua jam.
Dengan latihan seperti itu, kedalam kulit telapak tangan, racun dibiarkan meresap Jika ia telah meningkat
setahun lebih, kulit luar telapak tangan akan dikeset dan akan direndam lagi telapak tangan tanpa kulit itu, agar
racun dapat menyerap kedalam daging.
Itupun masih belum apa2. Karena jika memang telah mencapai tingkat yang lebih tinggi dan kedua tangan benar-benar telah diresapi oleh racun, telapak barulah
latihan ilmu pukulannya.
Dengan cara melatih seperti itu, "seseorang" pasti akan memperoleh hasilnya yang menakjubkan, karena jarang ada orang yang berani membenturkan tangannya dengan tangan seorang akhli Hek Tok Ciang, begitu tangan lawan terbentur dengan tangan seorang akhli Hek Tok Ciang, niscaya orang itu akan segera keracunan, dan dalam beberapa jam ia akan terbinasa dengan keadaan yang
mengerikan sekali !"
Namun sekarang, Kwang Tan justeru tidak merasa gentar menghadapi Hek Tong Ciang dari Tam Tam Lu Ie. Bahkan, Kwang Tan diam2 telah menelan pil obat penawar racun, Dengan demikian dia telah mengadakan persiapan untuk mencegah dirinya keracunan.
Dengan caranya seperti itu, dia telah membuat tubuhnya menjadi kebal dan tidak perlu kuatir dan takut lagi menghadapi Hek Tok Ciang lawan.
Itu pula sebabnya mengapa Kwang Tan berani membenturkan tangannya dengan Tam Tam Lu Ie. Melihat Tam Tam Lu Ie menyerang dirinya dengan hebat, Kwang Tang juga tidak membuang waktu lagi, tubuhnya lincah sekali menghadapi lawannya, tangannya
juga dahsyat sekali menyerang mempergunakan pukulan Gunturnya.
Dengan demikian mereka berdua telah terlibat dalam pertempuran yang seru sekali, mereka telah melewatkan puluhan jurus, tanpa ada tanda2 salah seorang diantara mereka terdesak.
Hanya sekali2 Kwang Tan diganggu dengan serangan bokongan oleh satu atau dua orang kawan Tam Tam Lu Ie, yang menghantam dari belakangnya disaat Kwang Tan tengah sibuk menghadapi Tam Tam Lu Ie.
Tetapi semua serangan bokongan itu dapat dihadapi Kwang Tan dengan
mudah, karena begitu dia balas menghantam, penyerang gelap nya itu akan terbinasa dengan tubuh yang hangus. Sedangkan beberapa orang pendeta Bu Tong Pay tampak telah terluka. Demikian juga ke-empat orang pendeta yang
mengepung Tek Goan Taysu, keadaan mereka sangat mengenaskan sekali, jubah
terkoyakan dan juga telah
kependetaan mereka telah
terluka di beberapa bagian anggota tubuhnya.
Tek Goan Taysu sendiri sambil bertempur, semangatnya jadi semakin terbangun. Dia yakin, tentu dia akan dapat merubuhkan keempat orang tojin itu didalam waktu yang singkat sekali.
Tek Goan Taysu pun lengannya telah kena goresan mata pedang salah seorang tojin lawannya. Hanya disebabkan murid-murid Bu-Tong Pay dididik menurut aliran lurus
putih dan bersih, maka mereka mempergunakan pedang yang bersih tanpa diborehkan racun. Luka terkena goresan mata pedang pada lengan Tek Goan Taysu tidak membahayakan jiwanya.
Akan tetapi sebaliknya, golok Tek Goan Taysu justeru sangat beracun, karena dia telah memborehkan pada mata goloknya racun yang sangat cepat sekali daya kerjanya.
Dengan demikian dia telah membuat keempat lawannya yang terluka oleh tebasan2 goloknya semakin lama semakin lemah, karena luka mereka itu menyebabkan tenaga mereka
menjadi semakin lemah, dengan begitu pula membuat mereka tidak leluasa menggerakan senjatanya masingmasing.
Hal itulah yang menyebabkan Tek Goan Taysu merasa yakin bahwa dia dalam waktu yang singkat akan segera dapat membereskan keempat orang lawannya itu.
Pendeta2 Bu Tong Pay yang lainnya, yang tengah bertempur dengan pasukan tentara Tek Goan Taysu, telah ada diantara mereka yang terluka. Akan tetapi para pendeta Bu Tong Pay tersebut bertempur seperti juga banteng terluka.
Suma Lin Liang pun tidak ketinggalan, karena dia telah bertempur dengan hebat sekali. Dia telah mengeluarkan pedangnya juga, Di-samping tangan kirinya selalu menyerang dan menghantam dengan
mempergunakan jurus-jurus ilmu Sam Cie Kong, tokh pedangnya itu yang berkelebat-kelebat dengan sebat dan cepat sekali, telah meminta korban tidak sedikit.
Sampai akhirnya Tek Goan Taysu yang tidak sabar karena melihat para pendeta Bu-Tong Pay itu tidak mudah dirubuhkannya, telah berseru menganjurkan semua anak buahnya keluar dari tempat persembunyiannya, agar ikut menyerang dan membinasakan para pendeta Bu Tong Pay tersebut.
Seketika itu juga, berduyun2 keluar dari balik tempattempat yang tersembunyi ratusan orang tentara kerajaan.
Dengan demikian membuat para pendeta Bu Tong Pay yang memang terluka cukup berat dan kehabisan tenaga mengeluh dan merasa yakin bahwa di Bu Tong-Pay akan timbul kekalutan yang sulit dicegah oleh murid2 Bu Tong Pay.
menyerang kepandaian
mengambil musuhnya, dan berusaha sebanyak mungkin lawan. Kwang Tan pun yang pertempuran yang makin seru dengan Tam Tam Lu Ie telah
melihat perobahan
yang terjadi dalam perkembangan pertempuran ditempat itu, dimana orang2nya Tek Goan Taysu telah bermunculan dalam jumlah yang banyak sekali. Dengan bertambahnya kekuatan tenaga lawan. semakin sulit mereka menghadapi orang2 yang hendak mengacau di Bu Tong Pay itu.
Tam Tam pemuda itu mengempos serangannya, hijau2an, dan Lu ie mempergunakan kesempatan disaat tengah terpecah
semangatnya, dia
telapak tangannya
racun yang paling
perhatiannya, segera telah memperhebat semakin hitam ke
hebat telah terdorong tenaga sinkangnya pada telapak tangannya.
Jika sekali saja manusia biasa terkena serangan telapak tangan beracun dari Tam Tam Lu Ie, niscaya lawan itu akan terbinasa disaat itu juga.
Namun Kwang Tan yang telah menelan pil penawar racun, sama sekali tidak merasa gentar. Pertempuran berlangsung dengan seru, Jie Lian Cu didalam ruangan Bu Tong Pay bersama puluhan murid Bu Tong Pay lainnya jadi berkuatir bukan main.
semakin hebat, mereka, rupanya keputusan buat Karena menduga dan memiliki membuat para murid Bu Tong semangatnya, mereka jadi nekad dan kalap, mereka telah
mengeluarkan seluruh para pendeta itu telah mati bersama dengan
seorangnya dapat membunuh pikiran seperti itu, Pay itu terbangun
semakin lama terlibat dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun mereka memang telah memutuskan hendak menjaga saja didalam ruangan itu, menjaga jenasah dari guru besar mereka, karena jika mereka pergi keluar juga, tentu kesempatan itu akan dipergunakan lawan buat merusak jenasah dari guru besar mereka, inilah yang tidak diinginkan oleh Jie Lian Cu.
Terlebih lagi diwaktu itu tengah berlangsung sembahyang besar buat arwah dari Thio Sam Hong, cakal bakal Bu Tong Pay tersebut.
Namun kegelisahan yang semakin hebat membuat Jie Lian Cu akhirnya tidak bisa menahan diri. Dia mengetahui Suma Lin Liang dan Kwang Tan memiliki kepandaian yang tinggi, juga belasan orang keponakan muridnya, semuanya memiliki kepandaian yang tidak rendah.
Namun mereka selama itu juga belum kembali keruangan dalam kuil Bu Tong Pay, Dengan demikian
membuat Jie Lian Cu jadi berkuatir sampai dia akhirnya memerintahkan beberapa orang tojin lainnya buat keluar guna melihat keadaan.
Jika perlu, dimana saudara seperguruan mereka tengah terlibat dalam pertempuran, maka mereka harus turun tangan dengan segera buat memberikan bantuan.
Seketika itu juga delapan murid Bu Tong Pay dari tingkat kedua, murid Jie Lian Cu yang memiliki kepandaian tinggi, telah melesat keluar.
Mereka kaget juga melihat keadaan diluar kuil yang telah kalut oleh pertempuran terbuka seperti itu, Juga mereka melihat mayat-mayat yang telah malang melintang, dan juga diantara saudara-saudara seperguruan mereka ada yang telah terluka tidak ringan.
Tanpa berkata sepatah perkataanpun juga, kedelapan pendeta Bu Tong Pay dari tingkat kedua, telah menerjang maju, Jelas kepandaian mereka itu lebih tinggi dibandingkan dengan kepandaian dari para pendeta yang maju terlebih dulu.
Sedangkan kedelapan pendeta ini, yang semuanya merupakan murid Jie Lian Cu, jadi terhitung sebagai murid Bu Tong Pay tingkat kedua, telah memiliki latihan sinkang tiga puluh tahun keatas, juga ilmu pedang mereka telah merupakan ilmu pedang yang sulit sekali ditandingi oleh sembarangan orang.
Begitu mereka maju seketika keadaan berobah, Dimana kedelapan orang pendeta ini telah berhasil membuka kepungan dari pasukan tentara pada diri beberapa orang pendeta yang merupakan keponakan murid mereka.
Dan juga, dari kedelapan pendeta itu telah memecahkan diri. Dua orang diantara mereka telah menerjang kepada Tek Goan Taysu, karena mereka hendak membantui keempat orang pendeta yang menjadi keponakan muridnya.
Memang tadi dalam menghadapi keempat pendeta lawannya, Tek Goan Taysu masih bisa menganggap enteng. Namun, biarpun sekarang yang maju menjadi lawannya merupakan dua orang saja, tokh kepandaian kedua pendeta itu jauh lebih tinggi dari keempat pendeta tadi.
Sehingga Tek Goan Taysu tidak bisa bergerak. Diantara berkesiuran angin serangan pedang kedua pendeta itu Tek Goan Taysu selalu main kelit dan mengelak, karena dia mengetahui dimana kelemahan kedua orang lawan barunya ini.
Alasan lainnya mengapa Tek Goan Taysu selalu main kelit saja, karena memang diapun mulai letih. Tadi menghadapi keempat pendeta itu, dia telah mengeluarkan tenaga tidak sedikit, dengan demikian untuk memelihara tenaga dan semangatnya, sementara waktu menghadapi kedua lawannya yang baru ini Tek Goan Taysu hanya main mengelak saja.
Sedangkan kedua pendeta ini berulang kali telah mengejeknya, karena memang kedua pendeta inipun memaklumi akan taktik yang dipergunakan oleh Tek Goan Taysu.
"Hemmm, engkau berpakaian sebagai seorang pendeta, menganut kehidupan sebagai seorang pendeta, akan tetapi tindak-tanduknya jauh melebihi iblis....sungguh seorang pendeta yang durjana !"
Tetapi Tek Goen Taysu tidak perdulikan ejekan itu, dia terus main kelit. Sekali2 saja goloknya dipergunakan buat mendesak kepada kedua lawannya, itupun jika memang benar2 dia memiliki kesempatan yang sangat baik.
Demikianlah, keenam pendeta lainnya berusaha untuk memecah diri pula.
Dua orang diantara mereka lagi, telah menghampiri kepada Kwang Tan dan
Suma Lin Liang. Yang menghampiri kepada Kwang Tan adalah seorang pendeta berusia hampir lima puluh tahun, gerakan tubuhnya sangat gesit dan lincah sekali.
Dia tidak banyak bicara, tampaknya memang seorang pendeta yang pendiam sekali, Cuma pedangnya yang seketika menyambar kepada Tam Tam Lu Ie.
"Hati2 Cinjin !" teriak Kwang Tan memperingati pendeta itu dengan hati agak kuatir. "tangannya sangat berbisa sekali, dia mempergunakan ilmu pukulan Hek Tok Ciang."
"Ya!" pendeta itu hanya menyahuti seperti itu kemudian pedangnya berkelebat2 di putar titiran cepatnya, karena dia berusaha mencegah jangan sampai Tam Tam Lu Ie dapat
mendesak kedekatnya dengan telapak tangan beracunnya.
Apa yang dilakukan pendeta yang seorang ini memang berhasil. Karena pedang tojin itu lihay sekali, menyambar kesana kemari seperti juga memiliki mata. Dan jalan darah
maupun bagian anggota tubuh yang diincarnya sebagai sasaran, selalu merupakan bagian yang berbahaya dan bisa mematikan.
Karena dari itu Tam Tam Lu sembarangan buat menerjang. Benar tangannya sangat liehay, namun buat menghadapi pedang dengan tangan, juga terlebih lagi memang pedang ditangan seorang ahli seperti pendeta itu, yaitu mempergunakan jurus-jurus ilmu pedang Bu Tong Kiam Hoat, dengan sendirinya Tam Tam Lu Ie harus berpikir dua kali.
Setelah lewat enam jurus, barulah Tam Tam Lu Ie berani membalas menyerang. Karena dia bertangan kosong, dan mengandalkan ilmu pukulan Hek Tok Ciang, dia menyerang dari jarak jauh, seperti juga mempergunakan ilmu pukulan Pek Kong Ciang, ilmu pukulan udara kosong.
Dengan cara seperti itu, Tam Tam Lu Ie telah mengirim angin serangannya yang mengandung racun dan berbau amis sekali dari jarak jauh.
Kwang Tan sendiri tidak tinggal diam, Biarpun melihat pendeta yang seorang itu telah menggantikannya menghadapi Tam Tam Lu Ie tokh tetap saja Kwang Tan
selalu berusaha mendesak kepada Tam Tam Lu Ie.
Ie tidak berani sepasang telapak
ilmu pukulan Gunturnya memiliki angin pukulan yang dahsyat, membuat Tam Tam Lu Dengan adanya gangguan dari Ie jadi agak terdesak, angin pukulan yang
dilakukan Kwang Tan membuat seluruh perhatiannya tidak bisa terpusat hanya kepada serangan pedang pendeta itu. Dalam keadaan seperti itulah Tam Tam Lu Ie telah mengeluarkan suara geraman yang sangat nyaring, tahutahu tubuhnya seperti seekor burung rajawali, telah melompat melambung ketengah udara, Sambil melompat, dia telah menghantam dengan kedua telapak tangannya.
Dia menghantam dengan tangan kiri kepada sipendeta, sedangkan tangan yang satunya kepada Kwang Tan. Bentrokan yang terjadi sangat hebat sekali, karena Kwang Tan pun menyambuti dengan pukulan Gunturnya, sedangkan sipendeta telah memutar pedangnya rapat sekali,
pukulan dari Tam Tam Lu Ie mengenai sedangkan
bayangan sebutir air saja sulit menerobos pedang sipendeta yang telah berkelebat bergulung-gulung menutup sekujur tubuhnya. Tam Tam Lu Ie telah bertekad hendak membinasakan Kwang Tan dan pendeta itu. Melihat tekad hendak memutar pedangnya,
sebelum serangannya
dia menarik pulang tangannya itu mengenai pada sasarannya,
kemudian membarengi menghantam lagi.
Kali ini pukulannya semakin kuat, Namun seperti tadi, sebelum angin pukulan itu sampai pada sipendeta, dia telah menarik pulang lagi, dan mengulangi pula, Hanya saja, setiap kati dia mengulangi serangannya, maka tenaga serangannya bertambah kuat juga.
Sampai akhirnya setelah Tam Tam Lu Ie mengulangi sampai enam kali terdengar suara "tranggg!" pedang sipendeta telah patah dua!
jangankan tubuhnya, pertahanan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Muka pendeta itu berobah merah padam, Patahnya padang merupakan suatu hal yang sangat memalukan sekali, Boleh terbinasa ditangan musuh, tetapi jika sampai senjata dapat dipatahkan lawan, itulah urusan yang benarbenar memalukan, Terlebih lagi jika sampai senjata dapat direbut dan dirampas oleh musuh.
Karena itu, dari malu si pendeta jadi nekad dan kalap, Dengan pedang buntungnya, dia telah melompat menerjang kepada Tam Tam Lu Ie dengan tikaman yang sangat cepat sekali.
Tam Tam Lu Ie waktu itu sebetulnya tengah menghadapi pukulan Guntur yang tengah dilakukan oleh Kwang Tan, Karena sama sekali Kwang Tan tidak berkelit dari tenaga serangan Tam Tam Lu Ie, dia malah menangkis dengan tangan kanannya.
Seketika dua telapak tangannya bertemu ditengah udara, dengan disertai oleh tenaga dalam yang mengandung racun, sedangkan yang satunya lagi tenaga dalam yang murni dan itupun yang mengandung hawa Panas seperti api.
Sehingga ketika kedua telapak tangan mereka itu saling bertemu ditengah udara, terdengar suara menggelegar. Tubuh Kwang Tan tergoncang, demikian juga Tam Tam Lu Ie Hanya saja telapak tangan mereka masih saling menempel satu dengan yang lainnya, Kwang Tan mengempos semangatnya, dia menyalurkan sinkangnya buat menghadapi tenaga dorongan Tam Tam Lu Ie, yang
disamping kuat juga beracun itu.
Dalam keadaan seperti itulah, setiap kali Kwang Tan berusaha membendung tenaga dorongan Tam Tam Lu Ie, lawannya berusaha menarik pulang tangannya, tetapi bukan benar2 menarik, hanya begitu Kwang Tan bersiap2 hendak
menarik pulang telapak tangannya, Tam Tam Lu Ie telah membarengi dengan gelombang tenaganya pula.
Memang Kwang Tan masih kurang pengalaman Dan hal itu bisa memaklumi mengingat usia anak itu yang masih terlalu muda.
Hanya saja dengan adanya peristiwa seperti itu, telah menambah pengalaman bertempur yang diketahui Kwang Tan, Dan hampir saja dia bercelaka ditangan Tam Tam Lu Ie.
Harus diketahui, dua orang yang tengah saling mengadu tenaga dalam dan kekuatan hawa murninya, sekali saja dia mendahului lawannya menarik pulang tenaga dalamnya dan lawannya justeru membarengi menerjang dengan kekuatan tenaga dalam yang dahsyat disaat tenaga dalam dari orang yang satunya ditarik pulang maka orang tua itu akan terserang hebat sekali, bahkan kelobang kubur!
bisa membawanya
Beruntung memang Kwang Tan telah menerima petunjuk yang banyak serta berguna sekali baginya dari Thio Sam Hong, sehingga menghadapi Tam Tam Lu Ie yang licik ini, ia masih bisa menghadapinya dengan baik,
terlebih lagi memang ilmu pukulan Gunturnya hanya terdiri dari beberapa jurus saja, sehingga dia bisa mempergunakannya dengan leluasa dari jurus yang satu kejurus yang lainnya.
Sipendeta yang telah buntung pedangnya waktu itu tengah melesat menerjang kepada Tam Tam Lu Ie, pedang buntungnya telah menyambar kejalan darah Hiang To Hiat dipinggang Tam Tam Lu Ie.
Jalan darah tersebut merupakan jalan darah yang sangat penting sekali, karena begitu kena terserang, pasti akan membuat orang atau korban penyerangan tersebut, bisa menjadi lumpuh atau juga mungkin bisa menjadi putus nyawa disaat itu juga.
Hanya saja Tam Tam Lu Te, yang biarpun tangan kanannya masih saling menempel dengan telapak tangan kanan Kwang Tan, toh dia tidak mau membiarkan si pendeta berhasil menyerang jalan darahnya yang sangat
berbahaya itu. Dia telah memiringkan tubuhnya dan begitu pedang buntung si pendeta lewat disisi pinggangnya hanya terpisah beberapa dim saja, segera tangan kiri Tam Tam Lu Ie telah menghantam.
"Dukkkk!" pundak pendeta itu kena dihantamnya dengan kuat, malah itulah pukulan yang mengandung hawa beracun dari telapak tangan Tam Tam Lu Ie, sampai sipendeta mengeluarkan jerit kesakitan bercampur kaget.
Pukulan Tam Tam Lu Ie bukan pukulan sembarangan, telapak tangannya sangat beracun sekali, disamping mengandung tenaga lwekang yang kuat, sehingga sipendeta jadi terhuyung dengan muka yang pucat menahan sakit.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Namun sebagai pendeta Bu Tong Pay tingkat dua, dari kalangan Kiu, dengan segera ia membarengi dengan melontarkan pedang buntungnya yang melesat sangat cepat
menyambar dada Tam Tam Lu Ie, itulah cara menimpuk istimewa sekali dari Bu Tong Pay jika memang seorang murid Bu Tong Pay terkena serangan lawannya dan dalam keadaan tidak berdaya maka bisa saja dia mempergunakan timpukan semacam ini buat membinasakan lawannya.
Cuma saja Tam Tam Lu Ie seorang tokoh sesat yang memiliki kepandaian liehay sekali, sehingga tidak mudah dia terkena timpukan pedang buntung sipendeta.
Karena biarpun dia kaget melihat meluncurnya pedang buntung sipendeta yang begitu pesat, tokh dia bisa berkelit
dengan kembali memiringkan tubuhnya kearah kiri lebih dalam! pedang buntung itu meluncur lewat disisi dadanya, hanya terpisah beberapa dim, karena gerakan itu, menyebabkan baju Tam Tam Lu Ie yang jadi sasaran, pedang menancap didekat lengannya, dan merobek lengan baju itu cukup lebar, Tam Tam Lu Ie menjerit kesakitan, tubuhnya menjadi tergetar.
Seperti diketahui, seorang yang tengah mengadu sinkang dengan lawan yang tangguh, jelas tidak dapat memecahkan perhatiannya, di samping itu pun tidak bisa untuk mengalihkan perhatiannya kepada persoalan lain, ia harus benar-benar memusatkan tenaga dalamnya Tetapi sekarang
justru lengannya terluka, merasa sakit, dan menyebabkan Tam Tam Lu Ie terjengkit kesakitan bercampur kaget, membuat sementara pengerahan tenaga dalamnya tergoncang.
Kesempatan yang bagus seperti itu jelas tidak disia2kan begitu saja oleh Kwang Tan. Segera ia mengeluarkan suara seruan nyaring, tahu2 telapak tangan kanannya yang masih menempel dengan telapak tangan Tam Tam Lu Ie telah "memuntah"kan tenaga yang bergelombang sangat kuat sekali.
Tenaga itu merupakan lwekang dari ilmu pukulan Guntur yang dahsyat sekali, sedangkan pengerahan tenaga dalam Tam Tam Lu Ie tengah tergoncang, tergetar disebabkan dia kesakitan dan kaget, Maka diiringi dengan
suara teriakan yang nyaring, tubuh Tam Tam Lu Ie terhuyung beberapa langkah, dengan muka yang berobah pucat, karena ia merasakan tangan kanannya mendadak sekali seperti lumpuh dan hangus karena hebatnya tenaga serangan dari Kwang Tan yang mempergunakan ilmu pukulan Gunturnya, dan juga, ia merasakan hawa panas itu bagaikan menyelinap keulu hati dan jantungnya, membuat nya merasa sakit bukan main.
Belum lagi dia sempat buat mengatasi keadaan dirinya, kembali Kwang Tan menghantam dengan telapak kirinya. Tam Tam Lu Ie mengeluh. Namun dia masih sempat membuang diri, sedangkan Kwang Tan yang melihat lawannya tidak berdaya lagi dalam keadaan terluka buat menangkis serangannya, segera menarik pulang tenaga
dalamnya ia batal meneruskan hantamannya itu.
Dia berdiri sambil tersenyum saja, Dan tangan kanannya tengah merogoh sakunya, mengeluarkan obat penawar racun yang segera ditelannya, tadi waktu tangan kanannya mengerahkan tenaga pukulan Gunturnya, dia merasakan telapak tangan kanannya itu gatal2.
Dengan demikian, Kwang Tan mengetahui, walaupun tidak hebat sedikitnya hawa beracun dari tangan Tam Tam Lu ie telah menguasai telapak tangannya. Dengan menelan pil penawar racun tersebut. ia telah berhasil untuk
mencegah bekerjanya racun tersebut.
Tam Tam Lu Ie berdiri dengan maka yang pucat pasi, namun ia penasaran sekali, Maka segera juga ia berseru. "Tangkap setan kecil itu !"
Teriakannya itu ditujukan kepada beberapa orang kawannya, yang semuanya memiliki bentuk tubuh tinggi besar dan muka yang bengis. Mereka segera melompat kedekat Kwang Tan. Hanya saja Kwang Tan segera melompat kedekat si pendeta yang pedangnya tadi telah di bikin buntung oleh Tam Tam Lu Ie, dia mengangsurkan pil
obat penawar racun, diberikan kepadanya.
"Telanlah Cinjin....!" kata Kwang Tan, sambil cepat2 berkelit dari hantaman seorang lawannya yang menghantam pundaknya, Namun tidak urung pundaknya kena keserempet juga, mendatangkan rasa sakit dan nyeri.
Kwang Tan cepat2 memutar tubuhnya, dia menghantam dengan tangan kirinya mempergunakan jurus kedua dari pukulan Guntur.
"Derrrrrrr.!" Orang itu yang tidak menyangka akan diserang seperti itu, kaget tidak terkira waktu merasakan tulang pundaknya seperti mau patah, tadinya dia menduga
bahwa hantaman yang dilakukan Kwang Tan merupakan pukulan biasa saja, paling tidak anak lelaki ini mempergunakan Iwekangnya, yang tentu belum seberapa tinggi mengingat usianya yang masih begitu muda.
Namun justeru waktu dia berkelit dan gagal mengelakkan keseluruhannya, sehingga sebagian pundaknya kena diserempet seketika dia merasa sakitnya yang tidak terkira pada pundaknya, disamping itu juga ia merasakan tulang pundaknya seperti akan hancur, dan tubuhnya sempoyongan.
Dengan mengeluh, untuk sementara waktu dia tidak bisa menggerakan tangan kanannya, sehingga dia berdiam diri dengan mata yang terbuka lebar-lebar dan muka yang pucat, seperti takjub, kaget dan kesakitan.
Dalam keadaan seperti itu Kwang Tan tidak mau membuang2 waktu, segera ia melompat sambil menghantam dengan kedua tangannya saling susul. Setiap serangan yang dilakukannya mengandung lwekang yang ampuh sekali, karenanya telah membuat empat orang lawan terjungkel rubuh sambil mengeluarkan suara jerit
kesakitan, dan sebagian dari anggota tubuh mereka telah menjadi hangus.
Untung saja, bagian tubuh mereka yang hangus itu hanya dekat lengan belaka, tidak sampai mengenai dada, jika tidak, tentu jiwa mereka sulit dipertahankan. Karena itu mereka seketika telah melompat bangun tanpa bisa melakukan apa-apa lagi, disamping mereka tidak memiliki keberanian buat menerjang pula mendekati anak lelaki yang tangannya begitu liehay.
Kwang Tan bukan bertindak hanya sampai disitu saja tubuhnya melambung tinggi sekali menghampiri Tek Goan Taysu, Tangan kanannya telah menyambar kepundak
sipendeta. Dan Tek Goan Taysu merasakan pundaknya panas bukan main, cepat2 dia melompat kesamping.
Terlambat, karena justeru Kwang Tan hanya menyerang menggertak belaka, waktu sipendeta berkelit dia telah membarengi dengan serangan tangannya yang satunya.
Kali ini merupakan serangan yang sesungguhnya sehingga seketika pundak Tek Goan Taysu menjadi hangus, sebetulnya waktu menyadari dirinya sudah tidak bisa menghindar lagi dari hantaman tangan Kwang Tan, Tek
Goan Taysu memusatkan
tenaga Iwekangnya pada pundaknya karena dia beranggapan tentunya serangan itu hanya memiliki tenaga dalam yang kuat sekali, karena Kwang Tan begitu mudah merubuhkan beberapa orang kawannya.
Namun begitu serangan Kwang Tan mengenai pundaknya, seketika Tek Goan Taysu menjerit kaget dan tubuhnya terhuyung, dia merasakan pundaknya pedih dan nyeri seperti terbakar.
Kwang Tan berseru nyaring sambil mengancam dengan tangan kanannya lagi, Tek Go an Taysu segera melompat mundur.
Namun Kwang Tan yang menyadari Tek Goan Taysu yang memimpin orang-orang tersebut, sengaja mengejar terus Tek Goan Taysu.
Beberapa orang kawan Tek Goan Taysu yang berusaha menolongi sipendeta dengan menghadang di hadapan Kwang Tan, telah terhajar terjungkel dengan tubuh yang hangus sebagian oleh Kwang Tan, dan Kwang Tan tetap saja melompat mendekati Tek Goan Taysu, buat menghantam lagi.
Menyadari dirinya akan terancam, karena Kwang Tan memiliki ilmu yang begitu luar biasa menakjubkan, Tek Goan Taysu jadi ciut nyalinya, dia segera berlari mempergunakan ginkangnya menjauhi diri.
Malah kemudian dia mengeluarkan seruan buat perintahkan anak buahnya menarik diri, mundur meninggalkan halaman depan kuil Bu Tong Pay.
Barisan pemanah telah maju, melepaskan panah mereka beruntun kepada Kwan Tan, Suma Lin Liang dan pendeta2 Bu Tong Pay.
Akan tetapi panah2 itu tidak bisa berbuat banyak terhadap mereka, semua anak panah yang menyambar itu telah dapat diruntuhkan. membuat semua pasukan
Dengan keadaan seperti itu, pemanah itu menghentikan tindakan mereka dan telah menarik diri juga, ikut bersama
dengan Tek Goan Taysu dan
waktu itu terlihat Kwang Tan seperti hendak mengejar Tek yang lainnya sedangkan sengaja mengambil sikap Goan Taysu, membuat sipendeta sudah tidak memiliki pilihan lainnya, karena itu, dia telah melarikan
diri cepat2, nyalinya benar2 ciut, walaupun masih ada sisa sedikit rasa penasaran, melihat lawan yang membuatnya jeri tidak lain seorang anak lelaki yang berusia belasan tahun.
Dalam waktu sekejap saja, tempat tersebut sudah sepi,
tidak terlihat seorang pasukan kerajaanpun juga, hanya tampak beberapa pendeta Bu Tong Pay yang terluka, yang segera menerima pertolongan.
Suma Lin Liang sendiri menghela napas dalam2, dia tadi telah merubuhkan cukup banyak lawan, akan tetapi menyaksikan sepak terjangnya yang dilakukan oleh Kwang Tan, bukan main kagumnya Suma Lin Liang.
"Hebat sekali kau, Hiante !" kata Suma Lin Liang, karena benar2 dia merasa kagum bukan main, engkau telah dapat mengusir mereka dengan mudah !"
Kwang Tan segera mengeluarkan kata-kata merendah, dan ia pun telah berkata dengan suara yang mengandung pujian setulusnya akan kehebatan Sam Cie Kong Suma Lin Liang,
Para pendeta Bu Tong Pay sibuk membawa pendeta2 yang terluka kedalam kuil, Jie Lian Cu tampak muram sekali.
Waktu itu upacara sembahyang besar terhadap arwah Thio Sam Hong masih berlangsung terus. Peti mati berukuran besar dengan ukiran yang indah, terletak ditengah2 ruangan, didepan meja sembahyang.
Dan Jie Lian Cu, diwaktu seluruh murid2 Bu Tong Pay tengah berkabung dan bersembahyang, tidak membicarakan dulu urusan yang baru saja terjadi tadi, mereka begitu khusuk menyembahyangi arwah dari guru besar mereka.
Sampai jauh malam, pembacaan kitab suci dan ayat2 suci bertangsung, dan semua itu untuk melaksanakan kewajiban dari murid2 Bu Tong Pay terhadap cakal bakal mereka yang baru saja berpulang kealam baka.
Malah, setelah diadakan perundingan antara Jie Lian Cu dengan tokoh2 Bu Tong Pay lainnya, telah diputuskan bahwa sembahyang besar itu akan berlangsung selama tiga hari tiga malam, barulah akan mengubur jenasah Thio Sam Hong.
ooooo)OdwO(ooooo
KWANG TAN berjalan dengan kepala tertunduk dipekarangan kuil Bu Tong Pay, langkah kakinya perlahanlahan, dan juga ia lelah berpikir keras. Tampaknya, anak yang sangat cerdik ini telah dapat meramalkan tak lama lagi Tek Goan Taysu bersama kawan-kawannya pasti akan menimbulkan kerusuhan pula di Bu Tong Pay.
Tentu saja merekapun akan disertai dengan pasukan kerajaan dalam jumlah yang besar. jika sampai terjadi seperti itu, biarpun Bu Tong Pay tidak jeri menghadapi mereka, tokh akan menimbulkan kesulitan yang tidak kecil.
Karena itu, sejak pagi tadi pikiran Kwang Tan tengah diliputi oleh keraguan, gunung guna mencari sesungguhnya ia hendak turun
Tek Goan Taysu, mendesak sipendeta meninggalkan gunung.
Dan ia berusaha untuk membuat Tek Goan Taysu jera datang ke Bu Tong Pay lagi,.
Dengan hanya seorang diri, tidak mungkin ia bisa mengatasi persoalan tersebut. Memang Kwang Tan Bermaksud mengajak Suma Lin
Liang, guna mengacaukan Tek Goan Taysu dan kawan2nya itu, namun berdua begitupun, biarpun memang mereka sekarang telah memiliki kepandaian yang tinggi, tokh tetap saja hal ini masih belum dapat dipastikan bahwa mereka itu akan dapat menghadapi Tek Goan Taysu dalam jumlah yang besar seperti itu.
Dalam suatu pertempuran terbuka, dimana mereka berdua harus menghadapi lawan yang dalam jumlah banyak, biarpun memang mereka masih bisa mempertahankan diri tidak sampai dirubuhkan lawan, tokh
mereka akan kehabisan tenaga, justeru disini diperlukan taktik yang sebaik2nya, jika saja dapat diatur mereka bisa menggertak Tek Goan Taysu dengan se baik2nya, niscaya Tek Goan Taysu dan kawan2nya tidak berani sembarangan membentur Bu Tong Pay pula.
Tetapi justeru yang tengah diperhitungkan oleh Kwang Tan justeru jumlah dari lawannya yang begitu banyak dan juga terdiri dari orang2 yang sangat tangguh.
Maka Kwang Tan yang semula bermaksud hendak menyatroni Tek Goan Taysu, akhirnya harus mempertimbangkan apa yang akan diperbuatnya.
Berlainan dengan apa yang telah diputuskan Jie Lian Cu, ciangbunjin kesimpulan
Bu Tong Pay tersebut telah mengambil selama mengurus pemakaman jenasah guru besar Bu Tong Pay, tidak dapat mereka menerima segala tantangan dari pihak luar, karena upacara kematian terhadap cakal bakal Bu Tong Pay yang besok pagi akan dimakamkan itu, harus selesai dulu.
Hal ini bukan berarti Bu Tong Pay jeri berurusan dengan pihak Tek Goan Taysu maupun juga pihak kerajaan. Hanya untuk mencegah jangan sampai timbul pertempuran yang
mengganggu kelancaran upacara sembahyang terhadap arwah guru besar itu, sedangkan jago2 Bu Tong Pay semuanya terdiri dari orang2 liehay, yang memiliki kepandaian sangat tinggi yang tidak kenal takut terhadap siapapun juga.
Untuk nama baik Bu Tong Pay, biar mati mereka akan mempertahankannya. Hanya saja justeru kebijaksanaan seperti itu diambil Jie Lian Cu agar dapat mencegah timbulnya perkelahian diantara kerajaan dengan muridmurid Bu Tong Pay, karena tentu saja mereka dapat untuk mengadakan sembahyang besar buat arwah guru besar itu dengan sujud.
Banyak diantara sesungguhnya tidak murkanya, melihat kawan2nya yang merupakan tentara kerajaan itu hendak mengganggu Bu Tong Pay terlebih lagi disaat Bu Tong Pay dalam keadaan berkabung dan
kepergian guru besar mereka.
Karena itu, diantara mereka murid2 Bu Tong Pay yang dapat membendung lagi perasaan maksud Tek Goan Taysu dan
berduka melepaskan sebetulnya ada yang bermaksud hendak membunuh Tek Goan Taysu dengan pergi mencarinya dan mengobrak-abriknya.
Akan tetapi Jie Lian Cu yang jauh lebih sabar dan dapat mengendalikan diri, telah menahan maksud mereka dan melarang pergi mencari Tek Goan Taysu, Bahkan larangan itu tidak diterkecualikan buat Kwang Tan maupun Suma Lin Liang.
Sedangkan dalam keadaan seperti sekarang, menghadapi besok pagi memang mereka akan mengubur jenazah Thio Sam Hang, guru besar mereka, pihak Bu Tong Pay tengah bersiap-siap dengan penuh sujud dan bakti.
Mereka semalaman suntuk itu terus menerus membaca doa"2 dan juga ayat2 suci menurut agama mereka. Dengan demikian, maka suasana di kuil Bu Tong Pay yang tengah berkabung dan dilanda kedukaan itu jadi hening dan benar2 memancarkan kedukaan yang mendalam sekali.
Justeru Kwang Tan tidak sabar menantikan sampai besok setelah hari selesainya upacara penguburan tersebut pernah kepada Jie Li Bu Cu, Kwang Tan meminta agar dia diijinkan pergi mencari Tek Goan Taysu, dimana ia akan bersama2 dengan Suma Lin Liang melabrak Tek Goan Taysu dan kawan2nya itu, namun Jie Lian Cu mencegahnya.
"Hiante... dalam persoalan ini tidak bisa kita bertindak sendiri2, karena jika saja hal ini dilakukan sendiri2, niscaya akan menimbulkan suatu kelemahan yang tidak kecil bagi kita... karena jika sampai Hiante terluka ditangan mereka, tentu kamipun tidak akan tinggal diam berpeluk tangan.
Hiante adalah tamu kami. Dan juga dalam hal ini, jelas akan mengganggu kelancangan penguburan jenasah dari suhu kami! Karena itu, kami memohon agar Hiante mau bersabar selama satu hari lagi.
Sampai upacara penguburan itu selesai, sehingga kita bisa lebih leluasa buat melabrak mereka, mengusir dengan segera dari Bu Tong San, dan juga akan membuat mereka
itu tidak memandang terlalu rendah lagi kepada Bu Tong Pay, dengan begini kita bisa bertindak lebih baik lagi !"
Kata2 Jie Lian Cu itulah yang membuat Kwang Tan jadi ragu2, Jika tidak, tentu dia sudah pergi buat melabrak Tek Goan Taysu dan kawannya itu bersama Suma Lin Liang,
karena Kwang Tan gusar sekali, melihat Tek Goan Taysu seperti juga hendak memancing diair keruh, dengan mendatangi Bu Tong Pay disaat pintu perguruan tersebut tengah dalam keadaan berkabung.
Tampak Kwang Tan telah duduk dikursi batu yang berada dibawah sebatang pohon dipekarangan kuil tersebut, ia telah duduk termenung beberapa saat lamanya, dan ia teringat kepada Suhengnya, Ban Tok Kui, dimana ia hendak mencari jejaknya, buat menyadarkannya dari kesesatan, jika memang Ban Tok Kui tetap tidak mau
merobah sifatnya yang
jahat beracun, maka ia akan menumpasnya, seperti apa yang telah dipesankan oleh gurunya. Ban Tok Kui memang memiliki kepandaian tinggi, Juga ia mengerti ilmu racun, Namun untuk semua itu guru Kwang Tan telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan sebaik-baiknya.
Jika dulu Kwang Tan belum bisa berbuat banyak terhadap Suhengnya, waktu pertama kali mereka bertemu, itulah disebabkan memang latihan Kwang Tan belum seberapa.
Sekarang, disaat dia telah menguasai ilmu pukulan Guntur. juga memperoleh petunjuk dari Thio Bu Kie dan Thio Sam Hong, Guru besar dari Bu Tong Pay yang baru saja almarhum itu, tentu dia akan berhasil dengan baik menghadapi suhengnya.
Teringat akan suhengnya itu, Kwang Tan menghela napas dalam2. Kemudian dia berkata dengan suara yang menggumam! "Heran, jika saja mereka dapat disingkirkan..!" Yang dimaksud Kwang Tan adalah orangorangnya Tek Goan Taysu yang tentu diwaktu itu tengah
mengepung sekitar gunung
Bu Tong San, menantikan kesempatan yang baik, untuk menyerbu kekuil Bu Tong Pay.
Akan tetapi begitu ia
menggumam sampai disitu terdengar suara orang batuk2 beberapa kali, perlahan sekali Kwan Tan segera menoleh dalam sikap bersiap, karena ia menduga seorang musuh telah menyelusup kedalam kuil Bu Tong Pay.
Tetapi, ketika ia melihat orang berdiri dihadapannya, tidak lain dari Jie Lian Cu ciangbunjin Bu Tong Pay. Maka segera Kwang Tan bangun, dia telah memberi hormat
dengan menjura dalam-dalam.
"Jangan banyak peradatan, Hiante..." kata Jie Lian Cu dan perintahkan Kwang Tan agar menghentikan penghormatannya itu.
"Kiranya ciangbun Lopeh!" kata Kwang Tan kemudian sambil berdiri dengan sikap menghormat sekali. "Ada perintah dan petunjuk apakah, ciangbun Lopeh?"
Jie Lian Cu menghela napas. "Hiante....tampaknya sehari ini kau murung sekali! Besok adalah hati pemakaman dari suhu kami, dan diwaktu itulah kami akan mencurahkan seluruh perhatian kami pada upacara penguburan tersebut! Kami tahu dengan adanya hal ini,
merupakan kesempatan yang sangat baik sekali buat pihak lawan, karena dalam keadaan seperti itu.
Kami tidak dapat memecahkan perhatian buat menghadapi mereka, karena upacara penguburan tersebut tidak boleh terganggu. Rupanya Hiante juga selalu
memikirkan akan hal
itu, karena kulihat tampaknya memang Hiante selalu murung saja." Kwang Tan berusaha tersenyum, dia bilang: "Dalam ini sesungguhnya memang dapat juga dikatakan benar dan juga bisa dibilang tidak. Karena selama ini justeru Boanpwe
telah memikirkan bagaimana hendak menghajar Tek Goan Taysu dan orang2nya yang kurang ajar itu, agar mereka mengetahui Bu-Tong Pay bukanlah pintu perguruan yang mudah buat didatangi dan disatroni menimbulkan kerusuhan.
Disamping memancing Boanpwe berpikir, jika saja ciangbun Lopeh mengijinkan, ingin sekali Boanpwe pergi mencari mereka! Mengenai pemakaman besok yang akan berlangsung Ciang bun Lopeh
tidak perlu memecahkan perhatian Boanpwe bersama itu, memang perbuatan mereka telah
perasaan penasaran Boanpwe, sehingga dengan Lin Liang Koko tentu akan dapat membantu buat menghadapi mereka! Selama upacara sembahyang pemakaman itu berlangsung, maka kami berdua saja yang akan berusaha menghadapi mereka, jika saja mereka itu datang menyerbu, sedangkan seluruh murid Bu Tong Pay dapat melakukan kewajiban masing2 mengadakan
sembahyang besar itu.!
Hanya yang sangat Boanpwe sesalkan, kalau saja memang Tek Goan Taysu dan kawan2 nya datang menyerbu, tentu hal ini benar2 menyebabkan Boanpwe berdua dengan Lio Liang Koko tidak dapat memberikan dulu penghormatan terakhir pada Guru Besar Thio Sam Hong Locianpwe, mudah2an saja apa yang kita
kuatirkan itu tidak akan terjadi !"
Jie Lian Cu mengangguk sambil tertawa, "Kau baik sekali, Hiante, terima kasih." katanya kemudian. "Dan juga Suma Lin Liang Hiante memang sangat baik pula, Kalian telah menanam budi yang sangat besar sekali kepada kami,
Karena itu entah dengan cara bagaimana kami akan dapat membalas budi kebaikan kalian..!"
Setelah berkata begitu, Jie Lian Cu merangkapkan sepasang tangannya, dia memberi hormat kepada Kwang Tan.
"Hiante, terimalah dulu penghormatanku sebagai tanda terima kasih kami dari Bu Tong Pay !" kata Jie Lian Cu. Namun waktu Kwang Tan hendak menyingkir tidak berani menerima penghormatan dari ciangbunjin Bu Tong Pay tersebut, diatas tubuh Jie Lian Cu tengah membungkuk begitu terdengar suara "Sing" yang nyaring sekali, sebuah titik sinar terang berkelebat menyambar kearah punggung Jie Lian Cu.
Tentu saja keadaan seperti ini membuat Jie Lian Cu tercekat hatinya, ia memang memiliki pendengaran yang tajam sekali, Juga kepandaiannya sangat tinggi sekali, Karena itu dia mengetahui menyambarnya senjata rahasia yang membokongnya mengincar punggungnya.
Dengan sikap masih membungkuk Jie Lian Cu telah mengibaskan tangan kanannya, sehingga senjata rahasia itu seketika menyambar dan jadi melesat ke samping, menancap di sebatang pohon dengan dalam sekali, karena itulah senjata rahasia berbentuk segi lima.
Kwang Tan pun tidak tinggal diam. Disaat Jie Lian Cu tengah mengibas senjata justeru Kwang Tan telah rahasia yang membokongnya, menjejakan kakinya, tubuhnya
telah melesat ketempat darimana menyambarnya senjata rahasia itu. Waktu tubuh Kwang Tan terapung di tengah udara, dia justeru telah menghantam dengan kedua tangannya beruntun saling susul, Segera terdengar suara: "Derrrr,
Derrrr !" dua kali, dan pukulan yang dilakukan oleh Kwang Tao telah membuat sekitar tempat yang dijadikan sasarannya menjadi hangus.
Terdengar suara orang tertawa, yang kemudian muncul dari balik sebatang pohon di samping Kwang Tan. Sambil masih sekali2 diselingi tertawanya, orang tersebut telah berkata: "Hemm, kepandaian yang cukup mengagumkan! Kepandaian yang cukup mengagumkan.... Bu Tong Pay
rupanya memang bukan
sebuah pintu perguruan yang memiliki nama kosong belaka, rupanya terdapat beberapa orang yang bisa diandalkan kepandaiannya !"
0oo0dw0oo0 Jilid18 JIE LIAN CU yang ketika itu telah memutar tubuhnya, ketika melihat jelas muka orang yang baru muncul itu dibawah sinar rembulan, ia jadi tercekat hatinya, karena segera juga ia mengenali orang tersebut.
"Sam Cie Tok San!" seru Jie Lian Cu dengan suara tersendat Sam Cie Tok San adalah Racun Gunung Dengan Tiga Jari.
Orang yang baru muncul itu tertawa bergelak mengejek, tubuhnya yang kurus jangkung itu tampak tergoncang oleh
suara tertawanya yang
sambung-menyambung. Dengan demikian telah memperlihatkan ia seperti juga tidak memandang sebelah mata kepada Jie Lian Cu maupun Kwang Tan.
Memang terhadap Kwang Tan, walaupun tadi telah dilihatnya pukulan dari anak lelaki belasan tahun itu bisa menghancurkan dan menghanguskan sekitar tempat yang dijadikan sasaran pukulannya, namun ia sama sekali tidak memandang mata.
"Kau kaget, Jie Ciangbun"!" tanya orang bertubuh kurus jangkung itu dengan muka yang sinis dan memancarkan sikapnya yang sangat kejam sekali.
"Hemmm, memang sekarang, tentunya Jie aku Sam Cie Tok San! Dan ciangbun mengerti apa maksud
kedatanganku ke Bu Tong San ini, bukan?"
Jie Lian Cu waktu itu telah berhasil menenangkan hatinya, ia memperlihatkan sikap yang biasa lagi. Kemudian tanyanya: "Ada keperluan apakah kau datang kemari"!"
"Tentu ada persoalan yang sangat penting sekali, sebab biar bagaimana perjalanan yang jauh, kalau bukan disertai dengan keperluan yang sangat penting, tentu tidak akan kuperdulikan, dan juga aku bukannya orang tolol melakukan perjalanan jauh tanpa mengharapkan hasil yang memadai!"
Setelah menyahut seperti itu, tampak Sam Cie Tok San mengibaskan tangan kanannya. Kibasan tangan kanannya mendatangkan angin yang kuat, Namun itu bukan merupakan serangan kepada Jie Lian Cu, hanya saja Jie Lian Cu merasakan dadanya diterpa oleh angin kibasan tangan tersebut.
Karena mengetahui bahwa itu bukan merupakan serangan padanya, Jie Lian Cu tidak berusaha menangkis, ia hanya berdiam diri saja. Cuma hatinya agak terkejut: "Hemmm, apa yang dikatakan oleh sahabat2 tentang Sam Cie Tok San tidak salah, tenaga dalamnya sangat mahir dan lihay sekali, dengan demikian menghadapinya aku harus hati2.."
Dan karena berpikir begitu, Jie Lian Cu telah berlaku hati2 dan waspada. Sedangkan Sam Cie Tok San telah memandang tajam kepada Jie Lian Cu, kemudian katanya: "Sekarang kau
ingin mengetahui bukan apa maksud kedatanganku kemari, bukankah begitu, Jie Ciangbun"!"
Jie Lian Cu telah membawa sikap yang tenang sekali, dia mengangguk.
"Ya, katakanlah..!" kata Jie Lian Cu kemudian dengan suaranya yang tawar, "Jika memang maksud baik, tentu kami akan menerima dengan sepasang tangan terbuka, Akan tetapi jika saja kedatanganmu merupakan maksud yang buruk, tentu hal ini tidak bisa kami terima." kata-kata Jie Lian Cu itu telah membuat muka dari Sam Cie Tok San berobah.
"Hemm, Jie ciangbun rupanya memang memandang rendah kepada kami, heh"!" kata nya dengan suara dingin sekali, "Baiklah, perlu sekarang kukatakan dan menjelaskannya. Kedatanganku yang pertama-tama kemari adalah buat memberikan ucapan ikut berduka cita atas berpulangnya Thio Cinjin dan maksud kedatanganku yang
kedua, justeru hendak meminjam sesuatu dari Bu Tong Pay, Entah apakah Jie Cianbun akan mengijinkannya.."!"
Sambil bertanya seperti itu, Sam Cie Tok San telah mengawasi Jie Lian Cu dengan sorot mata yang sangat tajam sekali, mukanya menyeringai dan memperdengarkan
suara tertawa dingin berulang kali yang diperlihatkannya sangat congkak sekali.
Jie Lian Cu mendongkol bukan main, dia telah batas menentang tatapan mata dari Sam Cie Tok San. Kemudian dia telah berkata dengan suara yang tawar: "Baiklah,
katakanlah, apa yang kau ingin pinjam dari kami.."!"
Waktu itu, Sam Cie Tok San telah berkata dengan suara yang dingin: "Hemm, barang itu sesungguhnya bukan merupakan benda yang luar biasa ! Dikatakan berharga, kukira memang cukup berharga, Akan tetapi dikatakan
tidak berharga, itupun memang merupakan benda yang sekarang ini pasti sudah tidak berharga apa2 buat kalian murid-murid Bu Tong Pay !"
Setelah berkata begitu, Sam Cie Tok San telah mengawasi Jie Lian Cu beberapa saat, sampai akhirnya dia telah meneruskan perkataannya lagi: "Dengarlah baik-baik Jie Ciangbun, sesungguhnya barang yang hendak kupinjam itu tidak lain dari sejilid kitab....!"
"Sejilid kitab "!" tanya Jie Lian Cu sambil mementang sepasang matanya, Diapun telah dapat menduganya
didalam hati kecilnya kitab apa yang dimaksudkan oleh Sam Cie Tok San tersebut.
"Ya, sejilid kitab seperti telah kukatakan tadi, dibilang berharga, memang cukup berharga, akan tetapi dibilang tidak berharga itupun memang sudah tidak berharga buat semua murid-murid Bu Tong Pay, karena tentunya semua
murid murid Bu Tong Pay telah membaca kitab itu !"
"Kitab apa yang kau maksudkan itu "!!" tanya Jie Lian Cu dengan sikap berwaspada sekali.
"Kitab peninggalan Thio Cinjin, Thio Sam Hong !" menyahuti Sam Cie Tok San dengan sikap seenaknya, tampak tetap angkuh dan juga mukanya menyeringai licik sekali.
Dalam keadaan seperti itu, Jie Lian Cu sudah tidak bisa menahan kegusarannya, dia bilang dengan suara yang
dingin: "Maafkan kami tengah berduka dan berkabung, dalam keadaan seperti ini tentu saja tidak bisa kami melayani orang luar dalam hal permintaan apapun juga.... maafkanlah harap kau kembali dilain waktu dan lain kesempatan saja..!"
Setelah berkata begitu, tampak Jie Lian Cu merangkapkan sepasang tangannya, dia telah menjura memberi hormat kepada Sam Cie Tok San.
Sedangkan Sam Cie Tok San telah memperlihatkan sikap bertambah angkuh dan memandang sebelah mata kepada
ciangbunjn Bu Tong Pay tersebut, dia memang telah menduga jawaban yang pasti akan diberikan Jie Lian Cu, karenanya diwajahnya sama sekali dia tidak memperlihatkan perasaan apapun juga.
Disaat-saat seperti itulah, telah tampak jelas sekali, bahwa memang Sam Cie Tok San hanya berusaha untuk mencari urusan dengan pihak Bu Tong Pay. Apa yang dikatakannya untuk meminjam kitab, hanya merupakan alasannya belaka.
Dengan begitu, dia dapat menduganya, Jie Lian Cu pasti menolaknya, Dan jika ditolak, memang kitab itu pasti tidak mungkin dipinjamkan kepada orang lain, Sam Cie Tok San
akan mencari alasan untuk menimbulkan kerusuhan di Bu Tong San ini.
Sambil tertawa dingin dia bilang: "Jie Lian Cu, kini engkau telah resmi menjadi Ciang bunjin Bu Tong Pay!
Tahukah engkau, tugas dan kewajiban dari seorang Ciangbunjin" Jika memang engkau tidak memimpin partay perguruanmu itu sebaik mungkin, dan membawa kehancuran nama harum Bu Tong Pay yang telah dipupuk oleh Thio Sam Hong bersusah payah, akhirnya harus
hancur ditanganmu, tentu Thio Sam
meram matanya di akherat, karena
Hong tidak akan itu, melihat dari
sikapmu, yang demikian mudah menolak suatu permintaan dari seorang sahabat buat meminjam sesuatu, ingat, bukan meminta, merupakan suatu hal kau sudah tidak memandang sebelah mata pada sahabat-sahabat rimba persilatan.
Maka jika memang sahabat-sahabat rimba persilatan merasa tidak suka dan tidak senang lagi melihat Bu Tong Pay dengan sikapnya yang sekarang jadi demikian angkuh dan kurang ajar niscaya Bu Tong Pay akan runtuh
ditanganmu, karena itu, engkau harus memikirkannya dengan masak-masak, janganlah sampai Bu Tong Pay hancur ditanganmu!
Nah, coba kau pikir, jika memang terjadi urusan seperti itu, tentu akan merasa berdosa sekali., sebuah pintu
perguruan silat yang sebelumnya telah mencapai nama yang sangat harum dan dihormati oleh seluruh jago" rimba persilatan harus hancur seperti itu "!"
Jie Lian Cu memandang Sam Cie Tok San dengan muka yang berobah memerah, dia telah bilang: "Dalam hal ini kami kita tidak perlu kau menasehati kami, karena
mengetahui apa yang harus kami lakukan, nah, jika memang Heng-tay tidak memiliki urusan lain dengan kami, dipersilahkan..!"
Sambil berkata begitu, Jie Lian Cu memperlihatkan sikap mempersilahkan tamu itu buat berlalu.
Sebetulnya, jika menuruti aturan yang ada didalam rimba persilatan, tidak bisa Sam Cie Tok San dipersilahkan angkat kaki begitu saja, tadi dia telah menyerang secara membokong, dengan demikian tentu saja tidak bisa di lepas begitu saja.
Namun Jie Lian Cu berpikir, dia memang tidak mau disaat menghadapi pemakaman gurunya dan juga disaatsaat Bu Tong Pay dalam keadaan berkabung, dia menimbulkan keributan.
Karena itu, dia hanya mempersilahkan tamunya itu berlalu, Dengan bersikap
begitu Jie Lian Cu memang memandang muka terang gurunya, justeru besok merupakan penguburan dari guru besar Thio Sam Hong, dan tidak mungkin Jie Lian Cu yang kini telah menjadi Ciangbunjin Bu Tong Pay, harus menimbulkan keributan.
Akan tetapi Sam Cie Tok San justeru mengira sikap Jie Lian Cu dengan penafsiran yang lain, karena ia menyangkanya bahwa Jie Lian Cu jeri, dan telah cepatcepat mempersilahkan dia pergi.
Jika seandainya Jie Lian Cu tidak merasa jeri, inipun disebabkan mungkin Jie Lian Cu dalam keadaan lemah, sebab telah beberapa hari begadang dan menemani jenasah gurunya, sehingga semangatnya menurun.
Kalau sampai terjadi pertempuran sekarang ini dalam keadaan Jie Lian Cu seperti itu, menurut Sam Cie Tok San, tentu dia akan mudah sekali merubuhkan ciangbunjin Bu Tong Pay ini.
Bukankah jika saja dia berhasil merubuhkan Jie Lian Cu, dia akan dapat mengangkat namanya lebih harum lagi, sehingga semua orang rimba persilatan telah mengetahui Sam-Ci Tok San berhasil menjatuhkan ciangbunjin Bu Tong Pay.
Disamping itu juga, memang terlihat jelas sekali, bahwa kesempatan buat menang pasti berada ditangannya. Namun dia licik, dia tidak segera turun tangan, hanya katanya.
"Hemm, demikianlah penerimaan yang diberikan Bu Tong Pay terhadap seorang tamu yang datang dari tempat jauh?" sambil bertanya begitu, dia telah memandang tajam kepada Jie Lian Cu.
Jie Lian Cu mukanya telah merah karena marah, dia mendongkol sekali. Jika dia tidak teringat bahwa Bu Tong
Pay dalam keadaan berkabung, tentu dia telah menerjang kepada Sam Cie Tok San, untuk mengadu ilmu pedangnya.
Walaupun Jie Lian Cu memang telah sering kali mendengar kehebatan Sam Cie Tok San, seorang tokoh kaum sesat, yang memiliki kepandaian luar biasa tingginya
dari daerah Utara, akan tetapi dia sama sekali tidak merasa jeri.
Bahkan dia yakin akan dapat menghadapi lawannya ini. Namun yang membuat Jie Lian Cu jadi berat buat bertempur dengan orang tersebut, dalam keadaan berkabung seperti itulah.
Sedangkan Sam Cie Tok San sendiri memang hendak memanfaatkan kesempatan itu untuk mendesak Jie Lian Cu. ia seakan juga menghendaki Jie Lian Cu yang mencari persoalan dengannya.
Karena itu, dia tidak segera menerjang buat melakukan serangan. Dia malah kemudian tertawa bergelak-gelak ketika melihat Jie Lian Cu berdiam diri dengan wajah yang merah padam.
"Baiklah ! Jika memang demikian cara penyambutan yang diberikan Bu Tong Pay kepada tamunya yang datang dari tempat jauh, akupun tidak bisa bilang apa-apa lagi.
Hanya saja, jika memang tidak keberatan, tentunya Jie ciangbunjin bersedia menemani aku buat main-main beberapa jurus!
Telah lama sekali aku mendengar akan kehebatan Bu Tong Pay, yang menurut kabar merupakan kepandaian yang sangat hebat sekali dan juga sulit buat dihadapi oleh siapapun juga, Tentu Jie ciangbunjin tak keberatan kalau memang aku minta untuk ditemani main-main beberapa jurus.
Keberuntungan ini sulit diperoleh, karena itu, sangat sayang sekali jika aku tidak bisa melihat betapa hebatnya kepandaian dengan ilmu silat dari Bu Tong Pay! Tentu saja orang yang paling tepat buat main-main denganku hanyalah engkau sendiri, Jie ciangbun dan tentunya Jie ciangbun tidak akan bertindak rendah dengan maju berdua atau
bertiga, hanya akan merecoki kita saja."
Apa yang dikatakan oleh Sam Cie Tok San merupakan hal yang sangat licik sekali, dia telah mengunci Jie Lian Cu dengan kata-kata nya itu, karena memang dia bermaksud untuk menantang Jie Lian Cu seorang diri, dan murid Bu Tong Pay yang lainnya tidak bisa ikut ambil bagian.
Disamping itu, tentu saja memang ia kuatir kalau2 nanti disaat dia dapat mendesak Jie Lian Cu, murid Bu Tong Pay akan ikut ambil bagian. Dengan demikian, biarpun dia tidak jeri dikeroyok oleh murid2 Bu Tong Pay, tokh akan mengurangi kesempatan dia bisa merubuhkan Jie Lian Cu.
Setelah berdiam diri sejenak, Jie Lian Cu yang telah berhasil menguasai dirinya, merangkapkan kedua tangannya menjura memberi hormat.
"Sayang sekali Hengtay datang waktunya, sekarang ini kami tengah
memang Hengtay hendak main-main tidak bertepatan berkabung, jika denganku, maka datanglah dilain kesempatan, tentu aku Jie Lian Cu akan menemani sampai satu hari satu malam sekalipun!"
Setelah berkata begitu, Jie Lian Cu menjura tiga kali lagi. sedangkan Sam Cie Tok San telah tertawa tawar.
"Dalam keadaan sekarang, tentu memang kesempatan satu2nya aku bisa melihat betapa hebatnya ilmu silat Bu Tong Pay. Aku datang dari tempat yang jauh! Jika memang sekarang engkau menolak permintaanku, dan mengecewakan
menemani aku harapanku, dimana engkau tidak mau
main2, inilah benar-benar yang sangat mengecewakan hati. Karena tentu dilain kesempatan sulit aku bisa datang kemari lagi! Entah kapan kita baru bisa bertemu lagi. Nah, Jie Ciangbun, mengingat akan semua itu, marilah kita
pergunakan kesempatan ini buat main-main..!"
"Sayang sekali justeru Bu Tong Pay dalam berkabung, maaf...maaf.... ..tidak dapat aku menemani dan menuruti keinginan Hengtay!" kata Jie Lian Cu dengan hati dibakar kemarahan, namun perasaan marahnya itu masih di tahan dan dibendungnya di dasar hatinya.
Biar bagaimana dia berusaha menghindar dari pertempuran disaat-saat dalam keadaan berkabung seperti itu.
Sam Cie Tok San telah tertawa dingin, kemudian katanya: "Baiklah! jika tetap Jie ciangbun menolak, berarti memang Jie Ciangbun merupakan seorang yang tidak dapat menghargai tamu. Juga aku jadi curiga, bahwa justeru dalam keadaan berkabung seperti ini dijadikan alasan oleh Jie ciangbun buat menghindar dari kenyataan buat mendampingi aku main-main beberapa jurus."
Walaupun kata-kata itu diucapkan biasa saja, tidak terlalu mengejek, namun dibalik kata-kata itu memang terdapat ejekan yang sangat hebat sekali buat Jie Lian Cu. Sehingga muka Jie Lian Cu berobah merah padam.
Dengan berkata seperti itu, Sam Cie Tok San seperti juga ingin mengartikan bahwa ia tidak memandang sebelah mata kepada Jie Lian Cu, dan beranggapan bahwa Jie Lian Cu seorang pengecut, yang mempergunakan kesempatan tersebut. buat menolak ajakan bertanding darinya, karena memang Jie Lian Cu jeri padanya.
"Hengtay, karena memang aku tidak memiliki waktu yang terlalu banyak lagi, maafkan, tidak dapat aku menemani terlalu lama pula...!" Sambil berkata begitu, Jie Lian Cu telah memberi hormat, kemudian memutar tubuhnya, dia bermaksud meninggalkan tempat itu.
Namun Sam Cie Tok San mana mau membiarkan Jie Lian Cu pergi begitu saja" Dengan segera tubuhnya melompat sangat ringan, dia menghantam ke punggung Jie Lian Cu.
Jie Lian Cu mendengar berkesiuran angin serangan itu, namun dia berdiam diri dan melangkah terus. Hanya saja, secara diam-diam dia telah memusatkan tenaga dalam pada punggungnya.
Jie Lian Cu rupanya sudah memutuskan biar bagaimana dia tidak bisa melayani Sam Cie Tok San, karena dalam keadaan berkabung, jika ia turun tangan menuruti keinginan dari Sam Cie Tok San, niscaya akan membuat
dia merasa malu kepada arwah gurunya.
Bukankah ia tengah berkabung dan seluruh Bu Tong Pay tengah dalam keadaan berduka yang dalam, dengan demikian, satu juruspun tidak bisa dipergunakan buat bertempur.
Apa lagi pertempuran yang mungkin saja terjadi itu berdasarkan mengadu ilmu belaka karenanya, tidak dapat Jie Lian Cu menggerakkan tangannya, walaupun hanya untuk satu jurus saja.
Dia bermaksud membiarkan pukulan dari Sam Cie Tok San menghantam punggung yang telah diselubungi dan dilindungi oleh kekuatan tenaga dalamnya.
Sam Cie Tok San girang bukan main, karena ia memang dapat menduga, tentunya Jie Lian Cu akan membiarkan
punggungnya dihantam. Memang dia melihat tidak ada perlawanan dan gerakan untuk menangkis dari ciangbunjin Bu Tong Pay tersebut, Dia telah menghantam dengan tangan kanannya itu.
Kwang Tan yang berdiri disamping, yang sejak tadi hanya mengawasi dengan hati yang panas diliputi kemarahan karena sikap dari Sam Cie Tok San, telah melihat bahwa tangan orang itu memang hanya memiliki tiga jari belaka. ibu jari, jari tengah dan jari kelingking.
Dengan demikian, cocok dengan gelarannya, yaitu Sam Cie Tok San. Disaat itulah terlihat, Kwang Tan sudah tidak bisa berdiam diri ketika melihat betapa Sam Cie Tok San menerjang kepada Jie Lian Cu dan menyerang dengan hebat kearah punggung Jie Lian Cu.
Kwang Tan juga memaklumi, tentunya Jie Lian Cu tidak menyambuti serangan itu, karena biarpun tenaga pukulan itu telah dekat, tidak terlihat tanda2 Jie Lian Cu menggerakkan tubuhnya, hanya melangkah kedepan terus.
Kwang Tan mengeluarkan seruan, dia sudah tidak bisa menahan diri. Tahu-tahu tubuhnya melesat juga ketengah udara, tangan kanannya telah menghantam, Dia
mempergunakan tenaga pukulan Guntur yang menimbulkan hawa yang panas sekali.
Telak sekali, angin pukulan itu mengenai pukulan dari Sam Cie Tok San, sehingga angin pukulan dari Sam Cie Tok San tidak mengenai punggung Jie Lian Cu yang waktu
itu masih melangkah setindak kedepan.
Jie Lian Cu mendengar suara menggelegar yang sangat keras sekali dibelakangnya, dia juga merasakan punggungnya tidak terkena serangan yang dilakukan Sam Cie Tok San.
Dia memutar tubuhnya, dan dilihatnya Kwang Tan tengah berhadapan dengan Sam Cie Tok San dengan sikap saling mengancam.
Tampak Kwang Tan yang memusatkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, tengah bersiap2 hendak menyerang lagi. Begitu juga halnya dengan Sam Cie Tok San, yang tadi sempat kaget, karena dia merasakan tenaga pukulannya, yang sebetulnya sangat hebat, tidak berdaya buat mencapai pundak Jie Lian Cu, malah dia merasa betapa panasnya angin serangan yang dilakukan oleh Kwang Tan.
"Hemmm, bocah setan, engkau ingin men campuri urusanku " Hemmm, engkau sama saja dengan mencari mampus !" Dan sambil mendengus bengis seperti itu, tampak Sam Cie Tok San telah melompat dengan gesit sekali, tangan kanannya diulurkannya, dengan tiga jarinya itu dia hendak menghantam dengan jurus yang aneh sekali.
Kwang Tan melihatnya, dari ketiga jari tangan Sam Cie Tok San meluncur kekuatan tenaga dalam yang menderu kearah dadanya, tentunya angin pukulan itu kuat sekali, disertai lwekang yang mahir, Namun Kwang Tan sama
sekali tidak jeri.
Malah dia berdiri tegak bersiap2 menyambuti serangan dari lawannya itu. Dalam keadaan seperti itu Kwang Tan telak mempersiapkan ilmu pukulan Gunturnya.
Ketika melihat angin serangan dari Sam Cie Tok San hampir tiba didadanya, tidak membuang waktu lagi Kwang Tan telah menyampok dengan tangan kanannya.
"Derrr..." kuat sekali benturan yang terjadi, karena tenaga serangan dari Sam Cie Tok San telah kena dibendung oleh kekuatan tenaga Guntur yang disalurkan Kwang Tan.
Yang luar biasa, seketika Sam Cie Tok San merasakan tangannya kesemutan, juga dia merasakan hawa yang panas bukan main. Dia sampai mengeluarkan seruan tertahan dan melompat mundur, Dia kaget dan heran.
"Mengapa bocah setan yang berusia sekecil ini bisa memiliki tenaga dalam yang begitu dahsyat?" Diam-diam dia berpikir didalam hatinya.
Rasa penasaran dihatinya membuat dia tidak berpikir lebih lama lagi, segera juga dia melesat lagi ketengah udara. Kwang Tan juga melihat lawannya bersiap2 hendak menyerangnya lagi, segera memusatkan tenaga dalamnya dia telah menggerakkan tangan kirinya, didorong kedepan, kemudian kanannya menariknya pula, lalu disusul dengan tangan
yang menghantam mempergunakan tenaga Guntur Angin pukulan yang dahsyat sekali, menggelegar sangat kuat sehingga menggetarkan sekitar tempat itu.
Dalam keadaan seperti ini, segera juga terlihat betapa pun juga, memang Kwang Tan, biarpun berusia masih kecil, tokh tenaga Gunturnya tidak berada dibawah tenaga dalam Sam Cie Tok San.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tubuh Sam Cie Tok San yang tengah melayang ditengah udara, seperti juga telah terbendung oleh suatu kekuatan, marah yang membuat dia jadi kaget tidak terkira, justeru hawa panas seperti api bagaikan telah membakar tubuhnya.
Dengan demikian membuat Sam Cie Tok San mengeluarkan seruan. Tubuhnya berjumpalitan ditengah udara.
Kali ini Kwang Tan tidak mau membuang-buang waktu lagi, Karena dengan segera dia telah melompat ketengah udara, menghampiri pesat sekali kepada Sam Cie Tok San.
Dengan segera tangan kiri dan tangan kanannya bergerak saling susul, karena dia telah menyerang sekaligus dengan mempergunakan dua pukulan Gunturnya. Tenaga serangan yang begitu dahsyat, ternyata tidak berani dihadapi oleh Sam Cie Tok San, karena dia merasakan betapa panasnya
hawa serangan yang dilakukan Kwang Tan, sehingga dia cepat2 menyingkir.
Dengan begitu, dia terhindar dari gempuran tenaga Guntur yang dilakukan oleh Kwang Tan, cuma saja, hatinya jadi semakin bertanya-tanya, mengapa anak
tersebut bisa memiliki Iwekang yang demikian hebat.
Memang Kwang Tan tengah gusar sekali, melihat tadi Sam Cie Tok San berusaha menyerang Jie Lian Cu bahkan biarpun dia telah bersikap sabar, Sam Cie Tok San telah mendesaknya terus, sehingga membuatnya jadi murka sekali, menganggap bahwa perbuatan yang dilakukan oleh Sam Cie Tok San merupakan perbuatan yang kurang ajar sekali.
Cepat luar biasa, Kwang Tan tanpa mem buang2 waktu lagi telah menggerakkan sepasang tangannya, menyusuli dengan serangan berikutnya.
Sam Cie Tok San sendiri yang belum sempat mengatur kuda-kuda kedua kaki-nya, waktu tadi sehabis dia berkelit dari serangan Guntur Kwang Tan, terpaksa cepat cepat menjejak tanah pula melompat menghindar lagi.
Kwang Tan yang tidak mau memberi kesempatan telah menyusupi tenaga dengan gempurannya, Sekali ini dia
menyerang pula dengan satu jurus.
Namun Sam Cie Tok San tidak berkelit dia telah melompat kesamping, dan tegak dengan kuda-kuda kedua kakinya, dia telah memasang kedua lengannya, diangkat keatas, lalu menangkis.
Karena orang mengangkat sekaligus kedua tangannya, Kwang Tan dapat melihatnya bahwa tangan kiri dari Sam Cie Tok San juga hanya memiliki tiga jari belaka, yaitu ibu jari, jari telunjuk dan jari manis.
Dengan demikian, ternyata memang Sam Cie Tok San memiliki sepasang tangan yang masing-masing hanya memiliki tiga jari tangan belaka.
Sedangkan tenaga tangkisan yang dilakukan oleh Sam Cie Tok San sangat kuat sekali, dia berusaha membendung
kekuatan tenaga Guntur yang panas dari Kwang Tan dengan keras dilawan keras.
Kwang Tan merasakan tangkisan dari Sam Cie Tok San kuat sekali, dia tidak berdaya menjebolkan tangkisan itu. Namun anak ini tidak berdiam sampai disitu saja, Dengan cepat dia telah menyerang lagi.
Hebat apa yang dilakukannya itu, sebab dengan beruntun sepasang tangannya telah me nyambar2 kesana kemari. Akan tetapi Sam Cie Tok juga tidak tinggal diam, dia telah berkelit kesana kemari dengan lincah. Tubuhnya bergerak seperti bayangan.
Malah dalam segala kesempatan yang ada, dia telah menggerakkan tangan kanannya, menimpuk dengan senjata rahasianya.
Maka berhamburanlah senjata rahasianya yang berbentuk bintang segi lima, yang tajam bukan main, dalam keadaan seperti ini, tampak nyata sekali, Sam Cie Tok San sebetulnya kewalahan menghadapi tenaga pukulan dari Kwang Tan.
Dia kewalahan bukan disebabkan kuatnya tenaga pukulan tersebut, justeru hawa panas yang menyambar2 dan mengurung dirinya.
Tentu saja, sebagai seorang yang telah berpengalaman dalam rimba persilatan, Sam Cie Tok San tidak mau menyerah begitu saja, dia menyadari memang ilmu pukulan yang dimiliki Kwang Tan luar biasa sekali.
Karena itu, dia telah mempergunakan senjata rahasianya. menimpuk beruntun tidak hentinya dengan cepat dan kuat sekali.
Kwang Tan melihat puluhan batang dari bintang bergigi lima, telah menyambar keberbagai jalan darah ditubuhnya, Anak ini cepat-cepat menarik pulang tenaga serangannya, dia telah melompat jauh, kemudian dengan berjungkir balik lima kali beruntun dia menjauhi diri dari Sam Cie Tok San.
Dengan cara seperti itu Kwang Tan memang berhasil menyelamatkan diri dari sambaran senjata rahasia tersebut, hanya saja, yang membuat Sam Cie Tok San penasaran, dia mengetahui, anak ini berusia belasan tahun.
Jika mempergunakan lwekang yang sebenarnya, dimana mereka mengadu kekuatan lwekang masing-masing, tentu anak tersebut tidak akan berdaya merubuhkannya, kemungkinan Sam Cie Tok San dengan mudah merubuhkan anak tersebut, hanya saja, justeru tenaga pukulannya dari Kwang Tan yang selalu mendatangkan hawa panas itu membuatnya jadi bingung dan tidak tahu dengan cara bagaimana dia menghadapinya.
Dia telah beberapa kali berusaha menahan hawa panas itu dan menerjang terus kepada Kwang Tan.
Akan tetapi selalu pula dia merasakan tubuhnya seperti juga terbakar dan terpanggang diatas kobaran api.
Dengan demikian Sam Cie Tok San selalu gagal dengan usahanya. Sekarang melihat Kwang Tan telah menjauhi diri, dia cepat-cepat melompat menghampiri dan bersiap hendak menyerang, Namun tahu2 dihadapannya berkelebat sesosok
bayangan melompat dengan lincah sekali, itulah Jie Lian Cu, yang tidak bisa menyaksikan keadaan seperti itu dengan terus berdiam diri tidak bergerak.
Karena dia telah melihatnya, walaupun tenaga pukulan Guntur dari Kwang Tan memang sangat hebat, tokh anak itu masih kurang pengalaman dan latihan.
Karenanya jika dia masih membiarkan terus Kwang Tan berurusan dengan Sam Cie Tok San niscaya saat lengah, anak itu akan mengalami bencana tidak kecil, karena setiap
pukulan dari Sam Cie Tok San merupakan pukulan yang beracun dan mematikan.
Setelah melihat Sam Cie Tok San mempergunakan jurusjurus yang ganas dan juga di tambah senjata rahasia sehingga Kwang Tan tampaknya terdesak, cepat sekali dia
telah menerjang maju, buat mewakili Kwang Tan menghadapi Sam Cie Tok San.
Dia menyadarinya, jika saja dia membiarkan lebih lama lagi, jiwa Kwang Tan lebih terancam.
Melihat Jie Lian Cu maju menghalangi di hadapannya. Sam Cie Tok San tertawa bergelak2 katanya: "Hmm, tadi engkau pura-pura alim dengan mengatakan dalam keadaan berkabung tidak bisa turun tangan buat bertempur. Tetapi sekarang tanpa diundang, justeru memang engkau telah ikut
menceburkan diri buat main-main denganku !" Setelah berkata begitu, Sam Cie Tok San tertawa bergelak-gelak keras sekali.
Jie Lian Cu merangkapkan sepasang tangannya, walaupun hatinya panas, namun dengan sabar dia bilang: "Baiklah karena memang Heng-tay mendesak terus, biarlah aku
Jie Lian Cu memperlihatkan keburukan ilmu silatku !" Selesai berkata begitu, segera Jie Lian Cu mengibas dengan tangan kanan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kibasan itu dilakukannya biasa saja dan tampaknya segar sekali, namun hebat kesudahannya, seluruh pakaian dari Sam Cie Tok San telah berkibar terhembus keras sekali.
Tentu saja Sam Cie Tok San pun tidak tinggal diam, sejak tadi dia melihat Jie Lian Cu yang maju, dia telah mengerahkan tenaga dalamnya, dengan tubuh berdiri tegak,
Maka begitu dikibas, hanya pakaiannya yang berkibaran.
Sedangkan waktu itu Kwang Tan juga bertindak maju, guna menerjang kepada Sam Cie Tok San. Anak ini penasaran sekali, sebab dia tadi telah didesak mundur oleh senjata rahasia Sam Cie Tok San.
Tetapi Jie Lian Cu yang melihat gerakkan anak itu, dan juga dapat menduga apa maksud Kwang Tan, dia telah berseru mencegahnya:
"Hiante mundurlah, biarlah aku yang main-main dengannya !" Walaupun hatinya masih penasaran sekali namun Kwang Tan tidak berani membantah perintah dari Jie Lian Cu, Dia menjadi berdiri dipinggir dengan muka yang merah padam karena gusar dan penasaran mengawasi mendelik kepada Sam Cie Tok San.
Diwaktu itu, Jie Lian Cu telah bilang.
"Mari kita mulai !" Dan selesai berkata, Jie Lian Cu memasang sikap siap menerima serangan dari lawannya. Sam Cie Tok San tertawa tergelak, dengan sikap yang mengejek, dia telah bilang: "Bagus, inilah permainan yang kuharapkan kita bisa main2 sepuas hati."
Sambil berkata begitu, tanpa sungkan2 lagi dia segera berseru: "Jaga serangan !" Dan tubuhnya segera melesat
dengan cepat sekali, sambil menghantam dengan sepasang tangannya.
Dalam keadaan memandang rendah menyerang dengan seperti itu, Jie Lian Cu pun tidak
kepada lawannya, segera dia telah pengerahan tenaga Iwekangnya yang dahsyat.
Dia sama sekali tidak berusaha berkelit atau mengelak dari serangan lawannya, karena dia memang bermaksud hendak menyerang dengan keras di lawan keras.
Benturan yang terjadi diantara dua kekuatan tenaga dalam itu yang sangat hebat sekali, karena diwaktu itu tampaklah dua kekuatan tenaga dalam dari dua orang tokoh sakti ini, telah menimbulkan suara menggelegar yang nyaring sekali, juga keadaan disekitar tempat itu seperti tergetar.
Sebagai seorang yang memiliki ilmu yang hebat, tentu saja Sam Cie Tok San dalam beberapa kali gebrakan dengan Jie Lian Cu dia telah bisa menakar sampai berapa tinggi kepandaian yang dimiliki ciangbunjin Bu Tong Pay tersebut.
Dia kaget tidak terkira waktu mengetahui bahwa sesungguhnya lwekang yang dimiliki Jie Lian Cu demikian dahsyat.
Perlu diketahui, bahwa Thio Sam Hong waktu menciptakan ilmu silat aliran Bu Tong Pay, sesungguhnya dia berpatokan pada cara belajar dari intisari yang terdapat didalam Kiu Yang Cin Keng, karena itu merupakan pelajaran lwekang yang murni dan lurus.
Walaupun Thio Sam Hong telah menciptakan sendiri ilmu silat Bu Tong Pay. dia telah mencegah adanya salah
satu bagian dari ilmu silat tersebut, yang memungkinkan bisa tersesat bagi orang yang mempelajarinya.
Karena ilmu silat Bu Tong Pay yang lurus dan juga begitu bersih murni lwekang yang dipelajarinya pun lurus. Walaupun andaikata seorang lawan dari kalangan sesat
memiliki lwekang yang lebih
tinggi dari salah seorang murid Bu Tong Pay, belum tentu tokoh dari kalangan hitam tersebut dapat menandingi lawannya itu. Karena kelurusan dalam ilmu silat Bu Tong Pay merupakan ilmu silat yang benar2 hebat, dapat menindih kepesatan lawan.
Sekarang yang turun tangan adalah ciangbunjin Bun Tong Pay, yaitu Jie Lian Cu, murid tingkat pertama langsung dari Thio Sam Hong, yang memiliki kepandaian tinggi sekali sehingga tentu saja mengejutkan Sam Cie TokSan.
Sebab biarpun Sam Cie Tok San berulang kali mengerahkan seluruh kekuatan Iwekangnya, tokh dia selalu gagal buat mendesak lawannya.
Dalam keadaan seperti itu, Sam Cie Tok San akhirnya merubah cara bertempurnya. Dia lebih banyak mengelak dan berkelit saja, berusaha untuk melihat dimana
kelemahan dari Jie Lian Cu.
Namun Jie Lian Cu yang telah habis sabar tidak mau main berlambat-lambat setiap kali dia mempergunakan salah satu jurus ilmu silatnya, dia tentu mempergunakannya dengan kuat dan dahsyat, dengan begitu, Sam Cie Tok San
biarpun telah menutup diri dengan perbentengan tubuh yang keras sekali, tokh dia masih sering terdesak juga.
Sedangkan Jie Lian Cu sendiri melihat, Sam Cie Tok San bukanlah lawan yang ringan. Dia juga setiap kali membalas menyerang mendesak lawannya, mempergunakan
perhitungan yang matang sekali.
Kwang Tan yang menyaksikan dari pinggir, jadi kagum sekali pada Jie Lian Cu. Dia mengakuinya, bahwa Bu Tong Pay benar2 merupakan pintu perguruan yang sangat agung dan juga hebat sekali, karena ilmu silat yang dipergunakan Jie Lian Cu begitu lurus dan murni.
Sama sekali tidak terlihat kesesatan dalam setiap jurusnya, dan juga, begitu halus dalam cara menyerang lawan, namun dahsyat sekali tenaga yang menyambar dari telapak tangannya.
Karenanya, itulah yang termasuk dalam perkataan dengan kelembutan mematahkan kekerasan. Dan memang disaat itu, dia telah berhasil mendesak Sam Cie Tok San.
Sam Cie Tok San semula menduga Jie Lian Cu paling tidak seimbang dengan dirinya, kepandaian Jie Lian Cu tentu tidak perlu dibuat jeri olehnya, karena dia memang yakin, dengan kepandaiannya yang tinggi itu akan dapat menghadapi Jie Lian Cu.
Namun dia merasakan tenaga dalam Jie Lian Cu seperti datangnya gelombang yang saling susul, yang semakin lama semakin kuat juga.
Dengan demikian telah membuat Sam Cie Tok San berusaha memusatkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya untuk mengimbanginya.
Jurus demi jurus telah lewat dan dalam keadaan seperti itu, biarpun telah puluhan jurus yang mereka lewati, akan
tetapi Sam Cie Tok San masih juga belum dapat melihat kelemahan pada diri Jie Lian Cu.
Setelah lewat lagi beberapa jurus, akhirnya Sam Cie Tok San mulai kehilangan kontrol dirinya, dia mulai gugup, karena dia telah didesak hebat oleh Jie Lian Cu, juga tenaga
dalam Jie Lian Cu semakin lama semakin hebat dan kuat.
Sam Cie Tok Sao menghirup udara dalam-dalam, dia mengempos Iwekangnya, suatu kali, dilihatnya Jie Lian Cu menghantam dengan telapak tangan kanannya, sikap jari2 tangannya seperti juga hendak menotok tenggorokannya.
Sikap yang diperlihatkan oleh Jie Lian Cu merupakan gerak dari Burung Bangau dan juga cara menyerangnya itu mengandalkan kekuatan jari tangan.
Justeru diwaktu itu Sam Cie Tok San telah mengerahkan tenaga dalamnya, dia mempergunakan tangan kanannya buat menghantam dada Jie Lian Cu.
Jie Lian Cu melihat
memperdengarkan suara seruan
kelakuan lawannya, tertahan yang perlahan, karena dia heran juga melihat sikap lawannya yang seperti kalap.
Seperti diketahui, Jie Lian Cu juga sering mendengar nama dari Sam Cie Tok San belaka, dia belum pernah bertemu dengan orangnya. Dengan demikian diantara mereka memang tidak terdapat ganjalan apapun juga.
Namun kenyataannya sekarang ini memang memperlihatkan betapa Sam Cie Tok San begitu kalap.
Dengan sendirinya telah membuat Jie Lian Cu jadi heran.
"Hemmm, rupanya dari malu dia menjadi murka!" begitulah pikir Jie Lian Cu.
Dan setelah berpikir begitu, dia juga tidak berayal, Dia menghindar dari serangan Sam Cie Tok San, dan menarik pulang tenaga serangannya. Membarengi dengan mana dia melompat menjauh.
Sam Cie Tok San melihat Jie Lian Cu melompat mundur seperti itu, menduga bahwa serangannya yang kali ini telah berhasil menggertak Jie Lian Cu. Dia beranggapan Jie Lian
Cu telah merasa gentar terhadap ilmu silat dan tenaga dalamnya.
Dia jadi terbangun semangatnya, Dengan diiringi suara seruan yang nyaring sekali, tubuhnya telah melesat ketengah udara.
Jie Lian Cu melompat menjauhi diri bukan disebabkan dia jeri bentrok tangan dan mengadu kekuatan dengan Sam Cie Tok San. Hanya saja, memang dia ingin mempergunakan kesempatan tersebut buat mengatur tenaga dalamnya, disamping mempergunakan waktu itu, dia bermaksud hendak
yang ada, guna mengempos
semangatnya dan mengincar bagian terlemah dari lawannya.
Sekarang melihat Sam Cie Tok San telah melompat menerjang lagi, dia tertawa sambil katanya: "Mari kita sudahi pertempuran ini!" Berbareng dengan perkataannya itu, bagaikan seekor elang, tubuh Jie Lian Cu telah menerjang maju, diwaktu yang sama Sam Cie Tok San juga tengah menghampiri buat menyerang padanya, Mereka satu dengan yang lainnya seperti juga saling memapaki.
Sam Cie Tok San mengeluarkan seruan, dia telah mengerahkan seluruh tenaga dalamnya untuk menyambuti serangan Jie Lian Cu. Dia mengetahui berapa tinggi kepandaian dan tenaga dalam dari Jie Lian Cu yang sesungguhnya.
Apa yang diinginkan oleh Sam Cie Tok San memang terjadi, karena diwaktu itu Jie Lian Cu yang tengah menerjang juga tidak bisa menarik pulang tenaganya.
Segera saling bentur. Kuat sekali, Sampai menggetarkan sekitar tempat itu. Dan juga tubuh Jie Lian Cu bergoyang goyang hampir saja terhuyung mundur kebelakang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sedangkan Sam Cie Tok San mengeluh, Begitu tenaganya terbendung oleh kekuatan tenaga dalam Jie Lian Cu, dia merasakan hawa murni didadanya seperti bergolak naik.
Dia juga merasakan sakit yang hebat pada perutnya, tubuhnya tergoncang, lalu melangkah mundur satu tindak kebelakang dengan muka yang pucat.
Sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi, segera Sam Cie Tok San mengempos semangatnya, dia berusaha mencegah dirinya jangan sampai terluka didalam.Dan dia berhasil karena Jie Lian Cu memang tidak segera menyerang dirinya.
"Seperti yang telah kukatakan, lebih baik kita menyudahi saja pertempuran yang tidak membawa manfaat apa2 buat kita. Bukankah kita tidak saling kenal dan diantara kita tidak ada ganjalan apa-apa "!"
"Hemm." mendengus Sam Cie Tok San dengan suara yang tawar, "Tidak ada ganjalan apa-apa " Enak saja engkau bicara ! Hemmm, dengan memperlakukan aku seperti ini, seorang tamu yang diperlakukan dengan hinaan seperti ini apakah dapat kuterima " Aku datang dari tempat
jauh, tetapi engkau menganggap diriku sebagai pengemis.
Bahkan tanpa memandang mata kepada sahabat rimba persilatan engkau begitu kasar menolak maksudku yang hendak meminjam sesuatu dari Bu Tong Pay!
Bukankah itu merupakan suatu urusan yang sangat menyakiti hati" Merupakan ganjalan yang tidak mungkin dibayar lunas sebelum engkau menemui kematian ?"
Sesungguhnya tadi Jie Lian Cu biarpun turun tangan hebat, tokh dia masih membatasi diri, karena memang dia
tidak mau jika sampai
Sam Cie Tok San tercelaka ditangannya, sehingga tertanam permusuhan mereka.
Tetapi Sam Cie Tok San terlalu mendesak diantara dirinya, dengan demikian telah membuatnya jadi gusar, Apalagi memang Sam Cie Tok San selalu berkata bahwa Bu Tong
Pay tidak memandang persahabatan didalam rimba persilatan selalu memojokkan Bu Tong Pay, dengan sendirinya habislah kesabaran Jie Lian Cu.
"Hmm, Jika memang kita melanjutkan terus pertandingan ini, tentu salah seorang diantara kita ada yang bercelaka!" kata Jie Lian Cu kemudian dengan suara yang tawar.
"Ya, aku bukan anak kecil yang perlu engkau jelaskan akan hal itu! Aku memang menghendaki engkau yang menggeletak menjadi mayat!" Sambil berkata begitu, tangan Sam Cio Tok San telah menyambar datang dekat sekali kepada Jie Lian Cu.
Jie Lian Cu menangkisnya dengan kuat sekali, dia hendak membuat Sam Cie Tok San kehilangan keseimbangan sepasang kakinya, dia tidak berhasil.
Karena begitu pukulannya kena ditangkis, cepat sekali Sam Cie Tok San telah menarik pulang tenaganya dalamnya lalu mengalihkan tangannya yang satu, untuk menghantam pula.
Jie Lian Cu telah berseru nyaring, dia pun tidak berayal, Segera dia menghantam dengan hebat sekali. seketika serangan Jie Lian Cu saling bentur dengan tangan dari Sam Cie Tok San. Dan benturan yang terjadi itu memperdengarkan suara yang mengelegar.
Sedangkan Jie Lian Cu sendiri beruntun melakukan serangan yang jauh lebih
kuat, dan tenaga serangan itu bagaikan benar2 merupakan angin topan dan badai, menerbangkan tanah dan juga daun2 kering seperti juga diwaktu itu terjadi hembusan angin topan yang dahsyat. Tetapi Sam Cie Tok San tidak memperdulikan cara menyerang dari Jie Lian Cu dia merangsek terus.
Terdengar suara "Dukkk, dukkk, dukkk !" yang nyaring sekali, disusul juga dengan tubuh dari Sam Cie Tok San telah terhuyung mundur beberapa kali.
Jie Lian Cu kali ini tidak banyak bicara dengan beruntun dia telah menggerakan terus
sepasang tangannya yang seperti juga berobah menjadi puluhan pasang tangan, yang menyambar kesana kemari dengan cepat sekali. Sam Cie Tok San sendiri merasakan sambaran tenaga dalam yang kuat sekali, membuat dia jadi tidak bisa merangsek maju buat mendesak lawannya, dalam keadaan seperti itu, dia hanya bisa menyerang dari jarak jauh.
Dengan sendirinya Sam Cie Tok San gusar bukan main, dia penasaran sekali.
"Manusia licik !" membentak Sam Cie Tok San dengan suara sengit. Dia mengempos semangatnya berusaha mendesak lagi.
Kembali gagal, karena terdengar suara "Dukkk, dukkk, dukkk !" berulang kali, dan setiap kali tangannya saling bentur dengan tangan Jie Lian Cu, tubuhnya terhuyung mundur.
Diapun berpikir pada akhirnya: "Hemm, dengan cara bertempur seperti ini, tentu dia akan kehabisan tenaga dengan sendirinya...!"
"Biarlah dia bertempur terus dengan mengeluarkan seluruh tenaganya, akhirnya dalam keadaan letih, aku akan merangseknya !"
Setelah berpikir begitu, tampak Sam Cie Tok Sao telah merobah cara bertempurnya, Dia mengandalkan kegesitan tubuhnya, yang berkelebat kesana kemari dengan lincah
sekali, setiap kali tangannya bergerak, hanya mengancam belaka, dia tidak bersungguh2 mempergunakan tenaganya.
Sedangkan Jie Lian Cu tetap dengan pemahamannya seperti itu, sepasang tangannya telah diputar tidak hentinya, dia menutup diri dengan pengerahan tenaga lwekang yang benar-benar sangat rapat.
Pertempuran dengan cara seperti itu telah lewat puluhan jurus. Namun belum tampak ada tanda2 salah seorang diantara mereka akan menjadi pecundang.
Memang yang telah terlihat adalah Sam Cie Tok San memiliki kepandaian yang kalah setingkat dibandingkan dengan Jie Lian Cu. Karena itu, acapkali dia terdesak oleh setiap serangan dari Jie Lian Cu, Namun karena memang Sam Cie Tok San berlaku nekad, membuatnya selalu dapat untuk mengatasi desakan dari Jie Lian Cu.
Sedangkan Jie Liat Cu sendiri bukannya tidak mengetahui bahwa kepandaian lawannya kalah setingkat dibandingkan dengan kepandaiannya.
Hanya saja Jie Lian Cu berusaha jika masih memungkinkan dia tidak mau melukai lawannya. Karena sekali saja dia melukai berarti Jie Lian Cu telah menahan bibit permusuhan dengan lawannya itu.
Dalam keadaan seperti itu, waktu Jie Lian Cu dan Sam Cie Tok San tengah terlibat dalam pertempuran justeru
terlihat murid2 Bu Tong Pay telah banyak yang datang,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mereka semua bersiap2 hendak maju untuk membantui Ciangbunjin mereka, jika saja ciangbunjin mereka terdesak oleh lawannya.
Tadinya murid-murid Bu Tong Pay yang mendengar suara ribut-ribut diluar kuil, menduga bahwa tentu Tek
Goan Taysu dan kawan kawannya datang mengacau lagi.
Namun waktu melihat yang tengah menjadi lawan dari ciangbunjin mereka tidak lain dari seorang lelaki tua tinggi kurus, segera juga pandangan mereka jadi berobah, mereka menduga tentunya Tek Goan Taysu memerintahkan orang ini buat menyelidiki keadaan di Bu Tong Pay, dan justeru diketahui oleh Jie Lian Cu.
Diantara para pendeta Bu Tong Pay itu, tampak juga keluar Suma Lin Liang.
Pemuda ini telah menghampiri Kwang Tan, dia menanyakan segalanya prihal pertempuran itu pada Kwang Tan. Dan setelah mendengar cerita Kwang Tan, segera juga Suma Lin Liang menggosok sepasang tangannya.
"Manusia durjana yang tidak tahu aturan" mendesis Suma Lin Liang marah bukan main kemudian dengan
Istana Pulau Es 21 Bahagia Pendekar Binal Karya Khu Lung Pendekar Panji Sakti 19

Cari Blog Ini