Ceritasilat Novel Online

Pendekar Guntur 13

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 13


kemudian menggumam: "Hemmm, Thio Sam Hong ! Thio Sam Hong ! Jika saja kau belum mampus, tentu tubuhmu akan kuhancurkan menjadi bubuk seperti itu..!"
Geram sekali sikap dari Cinal Sing, dia telah mengkeretek giginya. Benar-benar
kecewa, Sampai akhirnya ia telah
dia penasaran dan
melangkah perlahan2 kembali ketendanya.
Waktu itu sudah mendekati fajar, Terlihat Tek Goan Taysu dan orang2nya tengah bersiap-siap untuk melakukan persiapan, karena malam besok, mereka akan mengadakan penyerbuan ke Bu Tong Pay.
Dan pagi ini tentu orang2 Bu Tong Pay akan menjalankan upacara penguburan buat Thio Sam Hong. Karenanya, Tek Goan Taysu telah mempersiapkan beberapa orangnya, begitu terang tanah, mereka harus segera pergi mengintai apa yang dilakukan oleh orang2 Bu Tong Pay tersebut.
Cinal Sing tidak mengacuhkan keadaan disekitarnya, waktu mana tampak kesibukan pada para tentara kerajaan, dan juga beberapa orang diantara mereka ada yang tengah giat mengasah dan menggosok golok mereka.
Dikala itu Cinal Sing telah melihat juga, Tek Goan Taysu tengah sibuk mengatur segalanya. Dan sepasukan tentara kerajaan telah meninggalkan tempat itu, pergi ketempat yang telah ditentukan, dimana mereka harus berada dan siap jika telah tiba waktunya untuk menyerbu.
Sedangkan Tek Goan Taysu waktu melihat paman gurunya, cepat2 menghampiri ia membungkuk memberi hormat kepada paman gurunya.
Namun waktu tubuh Tek Goan Taysu tengah membungkuk seperti
itu, tampak Cinal Sing telah mengibaskan tangannya.
"Jangan mengganggu!" katanya dengan suara yang dingin, Dan luar biasa, Karena kibasan tangan dari Cinal Sing, tubuh Tek Goan Taysu seperti terangkat oleh suatu kekuatan yang luar biasa dahsyatnya, hampir saja dia terjengkang.
Beruntung Tek Goan Taysu telah cepat memperkuat kuda-kuda kedua kakinya, dengan begitu dia dapat mempertahankan tubuhnya tidak sampai terguling.
Tidak berayal lagi Tek Goan Taysu telah memutar tubuhnya, meninggalkan Cinal Sing.
Ia tahu, jika ia masih berusaha banyak bicara, paman gurunya yang adanya memang aneh itu pasti akan menghajar dia.
Cinal Sing telah masuk kedalam tenda, kemudian rebah diatas pembaringan dengan mata
dahinya mengkerut
dalam-dalam. terpejamkan. Tampak Dia rupanya tengah diliputi terus oleh rasa kekecewaan yang membuat dia benar-benar jadi bergusar jika teringat bahwa musuh besarnya telah meninggal dunia, sehingga kini sia2 belaka ilmu silatnya yang telah dipelajarinya puluhan tahun.
Dikala itu tampak Tek Goan Taysu kembali sibuk mengatur orang2nya, Fajarpun telah menyingsing
oooo)OdwO(oooo KESIBUKAN lain tampak meliputi pendeta-pendeta di Bu Tong Pay, karena begitu menjelang fajar, tampak
mereka telah sibuk mempersiapkan untuk upacara penguburan pada jenasah guru mereka.
Diwaktu itulah tampak jelas, Jie Lian Cu, In Lie Heng, Song Wan Kiauw dan juga para pendeta Bu Tong Pay, yang telah mengucurkan air matanya tidak hentinya.
Memang apa yang mereka tengah lakukan ini, benar2 merupakan perpisahan buat selama2nya. Begitu jenasah dari Thio Sam Hong dimasukkan ke-dalam lobang kubur, berarti mereka benar2 telah berpisah buat selamanya.
Sedangkan Kwang Tan dan Suma Lin Liang telah bantu orang2 Bu Tong Pay tersebut, untuk dapat melakukan apa yang mereka kerjakan, dimana Kwang Tan telah membawa bungkusan batang2 hio, yang kelak akan dipergunakan buat menyembahyangi arwah Thio Sam Hong.
Sedangkan Suma Lin liang membawa cawan dan mangkok yang nanti
akan dipergunakan menyediakan barang2 sajian buat sembahyang upacara penguburan itu. Jie Lian Cu telah memutuskan bahwa jenasah guru mereka akan dimakamkan dibelakang kuil, Karena Thio Sam Hong merupakan cakal bakal Bo Tong Pay, maka memang tepat sekali jika ia dimakamkan di belakang Kuil.
Dan untuk itu, merekapun akan dapat setiap hari menyembahyanginya.
Kesibukan yang terdapat di Bu Tong Pay masih berlangsung waktu matahari mulai naik semakin tinggi dan telah terang tanah, telah di persiapkan delapan murid Bu Tong Pay dari tingkat keempat yang akan mengangkat dan menggotong peti jenasah tersebut, menuju kebelakang kuil.
Thio Sam Hong telah berpulang, dan sekarang akan dimakamkan Guru besar yang memiliki kesempurnaan ilmu yang luar biasa, dan rimba persilatan telah kehilangan seorang tokoh sakti dari aliran Pek-to, putih dan lurus.
Terpenting lagi, justeru dengan kematian Thio Sam Hong ini, disaat negeri tengah kacau, dimana Cu Goan Cing tengah menjalankan pemerintahan dengan tangan besi.
Kaisar itu memang ingin membinasakan orang2 yang memiliki kepandaian tinggi namun menentang kekuasaannya, ia mengetahui bahwa Bu Tong Pay merupakan pintu perguruan yang masih ada hubungannya dengan Thio Bu Kie, karenanya, Cu Goan Ciang dengan berbagai cara hendak memusnahkan
tersebut, Menghancurkannya.
itu pula, bertepatan pintu perguruan
Disebabkan penguburan itu dengan upacara justru pasukan kerajaan tengah bersiap2 untuk melakukan penyerbuan guna menghancurkan Bu Tong Pay.
Sedangkan Jie Lian Cu sebagai ciangbun jin Bu Tong Pay telah memimpin upacara penguburan itu, dimana Jie Lian Cu dengan beriringan bersama murid2 Bu Tong Pay lainnya, telah mengiringi keberangkatan peti jenasah tersebut.
Dan juga tampak, betapapun mereka sangat sedih sekali karena mereka benar2 merasa sangat kehilangan. Iring2an penggotong peti jenasah yang berjumlah delapan orang, dan juga ratusan murid Bu Tong Pay.
semuanya telah berbaris dalam bentuk iring2an yang cukup panjang, isak tangis yang ditahan telah mencekam sekitar tempat belakang kuil.
Malah, ia Lie Heng yang memang memiliki perasaan paling halus, jadi pingsan beberapa kali disebabkan kesedihan yang bukan main hebatnya.
Juga disaat itu, beberapa murid Bu Tong Pay yang lainnya, yang tidak bisa membendung kesedihannya itu, telah menangis berlutut diatas tanah, dan pingsan tidak sadarkan diri!
Keadaan diwaktu itu sangat menyedihkan sekali, terlebih lagi waktu peti jenasah akan diturunkan ke dalam lobang kubur.
Kwang Tan, Suma Lin Liang dan murid-murid Bu Tong Pay telah berlutut untuk penghormatan mereka yang terakhir, mengawasi ke delapan murid Bu Tong Pay yang
tadi menggotong peti jenasah tersebut tengah mengangkat peti mati itu, yang akan diturunkan kedalam lobang kuburan tersebut.
Namun, diantara keheningan seperti itulah tiba-tiba Song Wan Kiauw yang berlutut disamping lobang kubur tersebut, telah melesat ke tengah udara, gerakannya sebat sekali, tubuhnya begitu ringan.
Waktu tubuhnya tengah tampak Song Wan Kiauw bajunya dan tampak dia telah menghalau sebuah benda hitam yang cukup besar yang tengah menyambar kearah peti mati.
Disaat itu, murid2 Bu Tong Pay yang lain nya termasuk Jie Lian Cu tengah berlutut dengan kepala tertunduk.
Justeru setelah Song Wan Kiauw melompat ketengah udara, dan mengibaskan tangannya itu, membuat mereka semua mengangkat kepala memandang kepada Song Wan Kiauw yang telah melesat turun ke bumi dengan tubuh yang ringan sekali.
Ternyata Song Wan Kiauw yang menjadi memiliki kepandaian diatas dari kepandaian Jie Lian Cu dan murid2 Bu Tong Pay yang lainnya, memiliki pendengaran yang tajam bukan main, telah mendengar suara berkesiuran ketika ia berlutut di tepi lobang kuburan itu.
melayang ditengah udara, telah mengibaskan lengan
Waktu ia mengangkat kepalanya, ia melihat sebungkah benda hitam tengah menyambar peti gurunya. Tanpa pikir panjang lagi Song Wan Kiauw telah melesat ketengah udara dan melakukan gerakan seperti tadi.
Setelah itu turun lagi diatas tanah, dia baru mengetahuinya, bahwa benda hitam yang tadi menyambar kepada peti mati gurunya tidak lain dari sebungkah batu hitam legam yang berukuran cukup besar, telah ditimpukkan oleh seseorang dengan tenaga yang kuat sekali, karena waktu dia menangkis dengan kibasan tangannya, dia merasakan tangannya kesemutan.
Beruntung Song Wan Kiauw keburu menghalau batu besar itu, sehingga batu itu tidak berhasil menghantam peti mati Thio Sam Hong.
Jika tidak, jika saja batu itu menghantam peti mati Thio Sam Hong, niscaya akan membuat peti mati itu hancur, itulah urusan yang benar2 luar biasa, karena kalau sampai peti mati itu hancur, niscaya akan mendatangkan noda besar buat Bu Tong Pay, karena peti mati dari guru besar mereka yang hendak dikubur telah diganggu orang sampai hancur seperti itu.
Murid2 Bu Tong Pay lainnya mengeluarkan seruan tertahan, mereka segera melompat berdiri, dengan sikap bersiap sedia.
Dan diwaktu itu Song Wan Kiauw tidak berdiri lamalama ditanah, tubuhnya telah melambung lagi ke tengah udara, tanahnya bagaikan seekor burung rajawali yang melesat ditengah udara, dengan gerakan sangat gesit, tahutahu dia telah meluncur kearah dari mana datangnya batu besar itu.
Cepat sekali, tubuh Song Wan Kiauw tiba dibalik batu gunung yang berada didekat dinding kuil tersebut, dan tangan Song Wan Kiauw diulurkan buat mencengkeram. Semua itu dilakukan dengan cepat dan dalam waktu yang sangat singkat sekali.
Terdengar suara seruan tertahan dari balik batu gunung itu, berbareng dengan melompat keluar dengan mana tampak seseorang telah
pakaian warna kuning, sambil
keluar dari balik batu gunung, orang tersebut menyampok cengkeraman tangan Song Wan Kiauw, Gerakannya sama cepatnya.
Namun rupanya orang itu kalah tenaga dalam, begitu tangannya saling bentur dengan tangan Song Wan Kiauw, seketika tubuhnya jadi terhuyung beberapa langkah.
"Ohh, sungguh bodoh kau !" terdengar seseorang memaki dengan suara yang tawar, waktu orang itu muncul, dialah seorang yang memiliki paras muka luar biasa, dengan kumis dan jenggot yang keriting, dengan hidungnya
yang seperti dua, dan tubuh agak bungkuk, wajahnya dingin tidak memperlihatkan perasaan apa pun juga.
Sedangkan Song Wan Kiauw yang telah ditangkis cengkeraman tangannya, dalam keadaan murka karena
dalam upacara penguburan jenasah gurunya, ada orang yang hendak mengganggu jalannya upacara tersebut, tanpa mengeluarkan sepatah perkataanku juga, dia telah melesat kedepan orang berhidung seperti dua itu, yang tidak lain dari Cinal Sing.
Cepat sekali tangan kanannya bermaksud menghantam dada orang tersebut, tangan kirinya telah meluncur dengan pesat sekali kepada kepala orang itu.
Tetapi Cinal Sing, yang tadi telah menyesali kelemahan dari orang yang berpakaian kuning itu yang tidak lain dari Tek Goan Taysu sendiri telah tertawa dingin, dia telah
menghantam dengan kedua telapak tangannya, sama sekali dia tidak berusaha mengelak dari serangan Song Wan Kiauw,
Rupanya, memang Cinal Sing yakin, begitu dia berhasil menghantam tubuh Song Wan Kiauw, dia bisa menghancurkan tubuh Song Wan Kiauw, walaupun memang kemungkinan dirinya sendiri terkena serangan dari Song Wan Kiauw,
Song Wan Kiauw melihat telapak tangan dari Cinal Sing berwarna memerah seperti darah, dia teringat dimana gurunya dulu pernah memberikan sesuatu, nasehat
kepadanya. Jika saja ia berhadapan dengan lawan yang tangannya memerah seperti darah, dia harus menghindarkan diri dari bentrokan tangan mereka.
Karena jika telapak tangan itu bukannya beracun, tentu telah terlatih dengan hebat, tidak boleh sembarangan saling benturkan tangan sebelum mengetahui apakah telapak tangan itu beracun atau memang memiliki kekuatan yang bisa mematikan.
Teringat kepada pesan dari gurunya, Song Wan Kiauw tidak berayal telah menarik pulang tangannya, dia telah menghindar dari serangan telapak tangan Cinal Sing, malah kemudian tubuhnya seperti juga bayangan, telah melompat kesamping, dia telah melesat sambil kaki kanannya menendang dengan kuat kepada lambung orang itu.
Cinal Sing tertawa dingin, dia rupanya tidak keburu menarik pulang tangan kanannya karena angin pukulan itu dengan kencang dan kuat menghantam sebatang pohon yang berada didekat Song Wan Kiauw, Terdengar suara menggelegar yang sangat keras sekali dan juga sangat gaduh, disusul dengan rubuhnya pohon itu.
Sebagian dari batang pohon tersebut telah menjadi bubuk, yang berhamburan diatas tanah. Song Wan Kiauw melihat hebatnya tenaga serangan dari lawannya, yang tampaknya bukan orang Tionggoan, jadi terkejut, karena dilihatnya, telapak tangan orang itu benar2
sangat hebat, dan juga
tenaga dalam itu dapat menghancurkan lawan dengan hanya mengandalkan angin serangan belaka.
Karenanya cepat-cepat Song Wan Kiauw telah mengempos semangatnya. Sama sekali dia tidak jeri. Belasan tahun dia telah dihukum oleh gurunya untuk duduk bersemedhi telah melatih diri menghadapi dinding, karenanya, dia
dengan sebaik mungkin, dalam kesempatan itu dia telah dapat merenungkan dengan tenang apa yang telah dimilikinya, baik kepandaian dan sinkangnya juga kelemahannya.
Karenanya Song Wan Kiauw diluar sadarnya telah memperoleh kemajuan yang sangat pesat sekali, sedangkan melihat telapak tangan lawannya yang begitu tangguh, dia telah mengempos semangatnya dan membentak nyaring
tahu2 Song Wan Kiau telah melesat ketengah angkasa, kedua telapak tangannya menyambar serentak.
Kembali Cinal Sing melakukan penyerangan seperti tadi, namun dia jadi heran dan dugaannya melesat, karena Song Wan Kiauw kali ini sama sekali tidak berkelit.
Song Wan Kiauw dengan cepat dan berani sekali, meluncurkan terus telapak tangannya, ia tidak berusaha menghindarkan telapak tangannya dari benturan, dengan sepenuh tenaga dalam yang dimilikinya, dia telah menyalurkannya lewat telapak tangannya untuk mengadu tenaga dengan lawannya tersebut.
Sedangkan Cinal Sing telah beberapa kali lipat mengerahkan tenaga dalamnya jauh lebih kuat dibandingkan dengan tadi, karena dia menyadari bahwa kali ini lawannya seorang yang memiliki kepandaian sangat tinggi. Dan dia bermaksud akan menghantam hancur lawannya.
"Brakkkkk !" telah terjadi bentrokan yang sangat kuat sekali antara telapak tangan dari Song Wan Kiauw dengan telapak tangan dari Cinal Sing, bentroknya itu sangat tepat sekali tidak dimiringkan, telapak tangan itu seperti bertemu satu dengan yang lainnya dan dua kekuatan tenaga dalam yang luar biasa dahsyatnya telah saling bentur.
Jika sebelumnya Tek Goan Taysu menduga bahwa telapak tangan Song Wan Kiauw tentu akan menjadi hancur begitu saling bentur dengan telapak tangan paman gurunya, justeru apa yang dilihatnya membuat Tek Goan
Taysu jadi berdiri terdiam dengan sepasang mata terpentang lebar2.
Karena diwaktu itu, telapak tangan dari Song Wan Kiauw sama sekali tidak hancur, telapak tangan murid
tertua dari Thio Sam Hong tetap saja menempel pada telapak tangan dan Cinal mengadu kekuatan tenaga masing2.
Sing, mereka seperti saling dalam lewat telapak tangan
Dalam keadaan seperti itu, murid-murid Bu Tong Pay telah bersiap2 untuk menghadapi segala kemungkinan. Dan
juga mereka telah
mempersiapkan senjata masing2, memencarkan diri membagi diri di segala penjuru disekitar tanah yang akan di jadikan kuburan buat guru besar mereka.
Waktu itu Tek Goan Taysu sendiri, setelah hilang kaget dan takjubnya, bersiul nyaring. Maka terdengar suara yang ramai riuh rendah diluar kuil. Rupanya semua anak buahnya mulai bergerak.
Cinal Sing yang melihat telapak tangannya saling bentur dengan telapak tangan Song Wan Kiauw, namun tidak berhasil menghancurkan telapak tangan Song Wan Kiauw, jadi kaget sendirinya, walaupun bagaimana dia kagum
sekali atas kekuatan tenaga dalam Song Wan Kiauw.
Sedangkan Song Wan Kiauw merasakan tangannya pedih
kekuatan tenaga
dan pedas. Dia mengerahkan dalamnya dan telah berseru telapak seluruh
nyaring, berusaha membuat lawannya terpental.
Namun tidak berhasil, Cinal Sing berdiri terus ditempatnya seperti juga kedua telapak kakinya itu telah terpantek diatas tanah, dan juga diwaktu itu Cinal Sing pun bukan berdiam diri saja, dia telah mengeluarkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, dan telah berseru nyaring, balas mendorong.
Tubuh Song Wan Kiauw bergoyang2, karena hampir saja kuda2 kedua kakinya tergempur.
Namun sebagai murid tertua dari Thio Sam Hong, jelas kepandaian dari Song Wan Kiauw tidak lemah. juga terpikir oleh Song Wan Kiauw, jika memang dia dapat dirubuhkan lawannya, akan mendatangkan malu besar buat Bu Tong Pay. Mati2an Song Wan Kiauw memusatkan kekuatan tenaga dalamnya, dia telah berusaha mengadakan perlawanan yang gigih sekali.
Hanya beberapa jurus saja mereka bergebrak dan sekarang mereka telah berdiri saling berhadapan mengukur kekuatan tenaga dalam mereka.
Cara bertempur seperti ini sesungguhnya memang sangat berbahaya sekali. karena jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan cara bertempur tajam.
Jika mempergunakan masih dapat berkelit atau juga menghindar dari sambaran senjata lawannya atau juga dapat mempergunakan senjatanya untuk balas menyerang.
Namun kenyataannya dengan cara bertempur mempergunakan tenaga dalam seperti itu, mereka hanya mengandalkan kekuatan seorang diantara mereka dengan mempergunakan senjata
senjata tajam, seseorang lawan sinkang masing2. Jika salah memiliki sinkang yang lebih bawah dan lemah jika dibandingkan dengan lawannya tentu
akan membuat dia terdesak dan juga akan membuat dia terbinasa dengan dada yang tergempur hebat.
Diwaktu itulah, Song Wan Kiauw merasakan biarpun dia bisa mempertahankan diri dalam menghadapi tenaga sinkang lawannya yang sangat kuat itu, namun tetap saja dia merasa masih terdesak,
Dan terdesaknya dia, membuat Song Wan Kiauw mati2an berusaha memusatkan seluruh kekuatan tenaga murninya.
Beruntung bahwa Bu Tong Pay merupakan pintu perguruan yang beraliran murni dan lurus, dengan begitu, tenaga dalam dari Song Wan Kiauw murni dan lurus.
Maka walaupun dia masih kalah kuat seurat dibandingkan dengan kekuatan lwekang dari lawannya, dia masih dapat menghadapinya. Dengan kemurnian tenaga sinkangnya itu membuat Song Wan Kiauw dapat memperoleh keuntungan yang tidak kecil.
Sedangkan Cinal Sing jadi penasaran sekali. Waktu melakukan
perjalanan kedaratan Tionggoan, dia sudah yakin akan dapat menghadapi Thio Sam Hong. Dan sekarang Thio Sam Hong telah mati, dan dia menghadapi murid dari guru besar itu, Yang membuat Cinal Sing jadi tambah penasaran, justeru sejauh itu dia belum lagi bisa merubuhkan Song Wan Kiauw, sedangkan untuk mendesak saja dia masih belum dapat.
Jie Lian Cu telah melangkah mendekati Tek Goan Taysu, yang waktu itu sipendeta tengah gembira karena melihat paman gurunya turun tangan dengan dahsyat, sehingga murid Bu Tong Pay itu, yang diketahuinya memiliki kepandaian yang sangat tinggi, tengah menghadapi paman gurunya, membuat Tek Goan Taysu agak tenang.
Sampai akhirnya dia melihat Jie Lian Cu tengah melangkah menghampirinya. Dengan suara mengandung kemarahan Jie Lian Cu telah berkata: "Taysu... ternyata Taysu memang sengaja untuk menimbulkan kekacauan
tanpa mau memberi muka sedikitpun kepada kami diri Bu Tong Pay! Taysu mengetahui bahwa kami dan Bu Tong Pay dalam kedukaan karena kematian suhu kami, namun kalian telah berusaha mempergunakan kesempatan dalam saat-saat kami tengah berkabung untuk menimbulkan kekacauan disini..!"
Tek Goan Taysu tertawa dingin, katanya dengan sikap yang congkak: "Hemmm, justru kehancuran Bu Tong Pay telah tiba!"
Belum lagi selesai kata2nya itu, tubuh Tek Goan Taysu telah mencelat dengan gesit. Gerakannya seperti seekor kupu2, sangat ringan.
Namun, telapak tangannya yang mengancam hendak menghantam batok kepala Jie Lian Cu hebatnya bagaikan laksaan kati yang menerjang akan menghancurkan.
Cepat2 Jie Lian Cu menyingkir, "Hentikan !" kata Jie Lian Cu masih berusaha menahan diri. Namun Tek Goan Taysu, sama sekali tidak mau menghentikan terjangannya, sepasang tangannya cepat sekali menyambar berulang kali dengan kekuatan lwekang yang sangat hebat.
Dalam keadaan seperti itu Jie Lian Cu tidak bisa berdiam diri lebih lama lagi, dia telah melayaninya dengan gerakan yang sangat kuat sekali setiap kali dia berusaha menghalau atau menangkis serangan yang dilakukan pendeta ini yang tampaknya bernafsu sekali hendak membinasakannya.
Waktu itu Tek Goan Taysu sangat bersemangat sekali, karena berulang kali dia telah merangsek maju. Dia bersemangat seperti itu, karena memang dia melihat paman gurunya sangat liehay sekali, pasti akan berhasil merubuhkan Song Wan Kiauw.
Dan jika murid2 Bu Tong Pay lainnya menyerbu, tentu kawan2 Tek Goan Taysu yang menghadapinya, Sebetulnya, seperti telah diterangkan dibagian atas, Tek Goan Taysu bermaksud hendak melakukan penyerbuan dimalam hari setelah upacara penguburan tersebut. Dan dia memang telah mempersiapkan segalanya.
Namun pagi itu justeru Cinal Sing telah mendesak Tek Goan Taysu agar mempercepat penyerbuan tersebut juga Cinal Sing telah mendesak Tek Goan Taysu pagi itu pula pergi ke Bu Tong Pay, karena sang paman guru tidak sabaran lagi menanti sampai menjelang malam harinya.
Tek Goan Taysu telah memaparkan segala sesuatunya yang menyangkut dengan rencananya, dimana ia bermaksud hendak melakukan penyerbuan disaat murid2 Bu Tong Pay tengah dalam keadaan berduka dan letih. Diwaktu itu dia baru akan menyerbu buat membasmi semua murid2 Bu Tong Pay.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cinal Sing tidak setuju. Justeru sebelum jenazah Thio Sam Hong dikubur, dia bermaksud hendak merusak dulu mayat Thio Sam Hong, untuk melampiaskan sakit hatinya, dimana dia bermaksud hendak menghancurkan jenazah Thio Sam Hong dan juga membasmi murid-murid Thio Sam Hong dipagi itu juga.
Dikatakan oleh Cinal Sing, jika mereka melakukan penyerangan diwaktu pagi itu, tentu murid-murid Bu Tong Pay akan panik menghadapi mereka, karena murid-murid Bu Tong Pay akan berusaha melindungi jenazah guru besar mereka.
Dan juga, dalam keadaan seperti itu konsentrasi mereka tidak dapat sepenuhnya menerima penyerbuan itu. Cinal Sing telah mendesak Tek Goan Taysu agar pagi ini juga menyerbu kekuil Bu Tong Pay. Dan Tek Goan Taysu tidak bisa untuk membantah dan menolak keinginan paman
gurunya, ia mengetahui akan watak dan sifat paman guru ini yang berangasan dan angkuh,
Sekali saja dia menolak perintah paman guru tersebut, niscaya akan membuat dia disemprot oleh paman guru itu,
Kemungkinan besar
paman membantunya.
Akhirnya Tek Goan Taysu guru ini tidak mau terpaksa menerima juga keinginan dari paman guru tersebut ia memutuskan pagi itu menyerbu ke kuil Bu Tong Pay.
Dalam keadaan waktu yang sempit seperti itu, Tek Goan Taysu telah merombak semua rencananya, dia telah memberikan perintah kepada anak buahnya, agar menyerbu dari segala penjuru diperintahkan sebagai memiliki tugas untuk membakar kuil Bu Tong Pay.
kuil tersebut, sebagian lagi
pasukan pembakar, yaitu yang Setelah semuanya selesai diatur, Tek Goan Taysu bersama Cinal Sing dan beberapa orang anak buahnya pergi kekuil itu. Mereka memiliki kepandaian yang tinggi, dan juga semua murid Bu Tong Pay dalam keadaan berduka dan berkabung, mereka tengah bersedih dan tidak sempat memperhatikan keadaan disekitar mereka, dengan mudah
Tek Goan Taysu bersama Cinal Sing dapat menerobos masuk ke dalam kuil itu.
Dan justeru melihat peti mati dari Thio Sam Hong akan dimasukkan kedalam lobang kubur, Cinal Sing sudah tidak bisa menahan diri lagi, segera dia mengambil sebungkah
batu yang sangat besar, dia telah menimpukkan batu besar itu kepeti mati tersebut, sehingga batu itu menyambar memperdengarkan suara berkesiuran sangat kuat sekali, karena Cinal Sing menimpuk dengan kekuatan yang diperhitungkan.
Jika sampai bungkahan batu besar itu berhasil menghantam peti mati Thio Sam Hong itu, peti tersebut pasti akan hancur dan berarti jenazah Thio Sam Hong akan jatuh kebumi dan diwaktu itulah Cinal Sing bermaksud hendak merusak jenazah tersebut.
Sedangkan Tek Goan Taysu biarpun berdiam diri, dia mengharapkan sekali agar apa yang dilakukan oleh paman gurunya itu berhasil dengan baik.
Sebab begitu batu itu dapat menghancurkan peti, maka Tek Goan Taysu akan membarengi untuk melompat keluar,
buat menyerbu kepada murid2 Bu Tong Pay, dan juga akan memerintahkan anak buahnya menyerbu.
Sedangkan apa yang tidak disangka oleh Tek Goan Taysu adalah memang pendengaran Song Wan Kiauw begitu tajam, biarpun dalam keadaan berduka bukan main, tokh memang dia dapat memperhatikan keadaan disekitarnya dengan baik.
Malah dia telah dapat mendengar suara menyambarnya angin batu besar itu, membuat dia mengangkat kepalanya dan melihat menyambarnya batu tersebut, tubuh Song Wan Kiauw yang memang berada didekat tepian lobang kubur,
melesat ketengah udara buat menghalau batu itu, dengan demikian peti mati Thio Sam Hong terhindar dari kerusakan.
Tek Goan Taysu sendiri mendongkol dan merasa kecewa karena batu yang ditimpukkan oleh paman gurunya tidak mengenai sasarannya. Diwaktu itu juga Jie Lian Cu datang menegurnya, maka dia jadi meluap kemarahannya.
Dia telah menerjang tidak hentinya, dengan bernafsu sekali ingin menghantam terluka atau terbinasa Jie Lian Cu. Waktu itulah Jie Lian Cu setelah menghindar beberapa kali, dia juga mengeluarkan ilmu andalannya, Sebagai ciangbunjin Bu Tong Pay, walaupun kepandaiannya belum lagi setinggi kepandaian yang dimiliki Song Wan Kiauw, namun jelas ia memiliki kepandaian yang tidak sembarangan.
Karenanya, disaat habis kesabarannya, yang semula Jie Lian Cu memang berusaha menghindarkan terjadinya pertempuran sebelum selesainya upacara penguburan jenazah gurunya, tokh akhirnya terpaksa turun tangan juga,
dia mempergunakan kepandaian yang paling diandalkannya, agar cepat2 dapat mengakhiri pertempuran tersebut.
Sebagai orang yang melatih ilmu sinkang dari aliran lurus dan murni, tentu saja setiap serangan Jie Lian Cu merupakan pukulan yang sangat berbahaya, walaupun mengincar bukan kearah sasaran yang mematikan.
Tek Goan Taysu juga tidak bisa menerjang terus menerus merangsek seperti tadi. Dia telah mulai terbendung oleh tangkisan dan juga serangan balasan dari Jie Lian Cu.
Kwang Tan dan Suma Lin Liang sangat gusar, karena mereka disaat tengah dilangsungkannya upacara penguburan ini, Tek Goan Tay su bersama orang2nya
bermaksud hendak mengambil suatu keuntungan buat mengadakan keonaran, dimana mereka telah menyerbu.
Kwang Tan tidak bisa menahan diri, karena dia telah melompat kedekat dinding kuil. Diwaktu itu justeru dilihatnya seorang tentara kerajaan tengah melompat turun.
Tentara kerajaan itu, walaupun memiliki ilmu silat, tokh kepandaian ilmu silatnya itu merupakan ilmu silat pasaran yang tidak istimewa dan juga hanya menguasai kembang2nya saja. Karenanya dia kaget ketika tahu-tahu Kwang Tan telah berada dihadapannya.
Malah tentara kerajaan itu lebih kaget lagi ketika tahutahu tangan kanan Kwang menghantam dengan dahsyat Tan telah meluncur sekali. Hantaman itu
mendatangkan angin serangan yang panas sekali.
Tentara kerajaan itu tidak mengetahui bahwa Kwang Tan telah menghantam dengan pukulan Gunturnya, maka dia berusaha menangkis dengan mengerahkan tenaga dalamnya.
Namun celaka, buat tentara tersebut, karena diwaktu itu terlihat tubuhnya telah terpental dan seketika menjadi hangus. Dengan demikian membuat tentara kerajaan itu tidak bisa mengeluarkan suara jeritan lagi, dimana jelas bahwa dia terbinasa tanpa mengetahui lagi, apa yang telah terjadi pada dirinya. Dia cuma merasa hawa panas sekali menembus ke jantung, dan napasnya seketika berhenti.
Rupanya dalam biasanya berlaku keadaan marah, Kwang Tan yang welas asih terhadap siapapun juga, menyerang dengan tenaga diperhitungkan agar lawan tidak terbinasa justeru sekali ini dia telah menghantam dengan mempergunakan tenaga dalam yang kuat sekali.
Diantara berkesiuran angin serangan yang sangat kuat dan mengandung hawa panas itu, justeru Kwang Tan telah menerjang lagi kepada tentara kerajaan lainnya yang tengah berusaha melompat turun.
Sama seperti yang dialami oleh tentara kerajaan yang seorang itu, dimana telah membuat tentara kerajaan yang kedua ini terbinasa dengan tubuh yang hangus.
Sedangkan Suma Lin Liang pun tidak tinggal diam saja, dia melihat dari arah lain, dari balik batu gunung2an didekat dinding sebelah kanan, telah menyerbu belasan sosok bayangan yang melompat masuk kedalam kuil.
Dengan tidak mengeluarkan kata2, dia telah melompat dengan gesit sekali, tubuhnya lincah dan sepasang tangannya telah bergerak kesana kemari.
Dengan demikian membuat beberapa sosok tubuh yang berada paling depan, telah mengeluarkan suara jeritan yang menyayatkan hati, tubuhnya terjengkang dan mereka rebah pingsan tidak sadarkan diri dalam keadaan tersebut.
Diluar kuil terdengar suara pekik yang gemuruh dan banyaknya pasukan tentara kerajaan yang bersiap2 hendak menyerbu kedalam kuil.
Malah yang membuat In Lie Heng terkejut dilihatnya, dari sebelah kanan kuil, dari ruangan tengah kuil, mengepul api yang cukup tinggi.
"Hemmm, mereka manusia2 rendah berusaha membakar kuil !" berpikir In Lie Heng dengan murka. Dia memang tengah berduka bukan main, sekarang melihat kuilnya hendak dibakar, tentu saja In Lie Heng jadi kalap. Dengan segera tubuhnya melesat menghampiri kearah di mana ruangan tersebut tengah dimakan api.
Dilihatnya beberapa sosok bayangan, dengan ditangan masing2 membawa obor api, tengah berusaha membakari bagian2 dari ruangan tersebut, dengan mengeluarkan suara bentakkan bergemuruh, tampak In Lie Heng bergerak dengan lincah sekali.
Dia telah berseru nyaring, dengan dibarengi kedua tangannya yang menyambar dengan hebat sekali,
merubuhkan beberapa orang dari tentara2 tersebut.
Kawan2 dari tentara2 yang mencekal obor api itu segera meluruk menyerbu kepada In Lie Heng, Dengan obor api mereka menyerang kepada muka In Lie Heng.
Diwaktu yang bersamaan, dari luar ruangan telah menyerbu puluhan orang tentara kerajaan yang mengepung In Lie Heng, dan juga telah menyerang dengan mempergunakan senjata tajam, golok dan pedang.
Namun In Lie Heng memiliki kepandaian yang telah tinggi. Dia adalah salah seorang dari Bu Tong Cit Hiap yang dulu pernah menggegerkan rimba persilatan.
Dengan demikian, dia dapat melayani puluhan orang lawannya dengan mudah.
Malah dengan beruntun dan cepat sekali, dia berhasil merubuhkan lawan2nya itu seorang demi seorang, Cuma saja, jumlah lawan sangat banyak, dari luar telah menerobos masuk lagi puluhan orang yang ikut mengeroyok In Lie Heng, dengan demikian telah membuat ia Lie Heng harus mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dan kepandaiannya menghadapi mereka.
Dan jumlah korban yang telah berjatuhan ini telah memenuhi lantai, Apipun telah berkobar sangat besar. Sebetulnya In Lie Heng sama sekali tidak merasa jeri bertempur menghadapi lawan yang berjumlah besar seperti itu, sebab dirinya tidak mungkin terdesak.
Cuma saja yang membuatnya jadi bergelisah, dia melihat api yang telah berkobar semakin tinggi, dan nyala api telah semakin membesar, tentu akan membakar bagian dari ruangan lainnya kuil Bu Tong Pay.
Karena dari itu, In Lie Heng seperti kalap telah menghantam lebih hebat kepada lawan2nya, dia berusaha menyudahi pertempuran itu secepat mungkin.
Setiap serangan seorang lawannya yang dilakukannya selalu membuat terguling rubuh dan pingsan tidak
sadarkan diri, sedangkan lawan-lawannya itu memang merupakan para tentara kerajaan yang memiliki kepandaian biasa-biasa saja.
Diwaktu itu murid2 Bu Tong Pay yang lainnya tidak tinggal berdiam diri saja, karena mereka melihat api juga telah berkobar membakar sebagian dari ruangan tersebut,
maka sebagian dari mereka berusaha hendak memadamkan api, sedangkan sebagian lagi telah menghadapi lawan, membantu In Lie Heng.
Pertempuran yang terjadi seru sekali, dan tampak bahwa In Lie Heng dengan dibantu oleh saudara2 seperguruannya
itu, dapat bergerak lebih leluasa. Dia telah mencabut keluar pedangnya, lalu seperti seekor naga dia telah mengamuk kesana kemari, pedangnya berkelebat-kelebat tidak hentinya, menabas kesana kemari.
Setiap tabasannya itu mendatangkan angin yang tajam sekali dan selalu mengenai sasarannya, karena lawan2nya sama sekali tidak dapat menghindarkan diri, Dan selalu ada saja lawannya yang rubuh terluka oleh tabasan pedangnya.
Diwaktu itu, Song Wan Kiauw yang tengah menghadapi lawannya yang luar biasa, Cinal Sing, telah beberapa kali menambah kekuatan tenaga dalamnya, mengempos kekuatan sinkangnya, sehingga dia dapat menyerang lebih
hebat, setiap serangannya itu berusaha untuk mendesak Cinal Sing, agar lawannya ini melompat mundur memberikan Wan Kiauw bernapas.
Memang kepandaian dari Cinal Sing sangat luar biasa tingginya, Song Wan Kiauw sendiri mengakuinya, jika dia belum lagi menjalankan hukuman yang dijatuhkan Thio Sam Hong padanya, niscaya dia tidak akan dapat menghadapi lawannya ini.
Beruntung dia telah menjalankan hukuman istimewa dari Thio Sam Hong, sehingga dia memperoleh kemajuan yang pesat sekali pada ilmu silatnya mau pun sinkangnya.
Diapun telah mengetahui kelemahan-kelemahannya, sehingga dia bisa merobah jurus2 yang lemah itu, ditambal dengan beberapa macam cara, bertambah sempurna dan baik.
Diwaktu itu, biarpun Cinal merangsak terus, namun Song Wan Kiauw tetap dapat menghadapinya, karena memang Song Wan Kiauw memiliki kelebihan, ia memiliki ilmu silat ataupun lwekang dari aliran lurus dan murni.
untuk sementara waktu kesempatan pada Song
membuat ilmu silatnya
Sing berusaha untuk Dengan demikian, dia dapat menghadapi lawannya dengan baik, Setiap kali dia mengeluarkan tenaga dalamnya, seperti juga perbentengan yang tidak mungkin goyah oleh apapun juga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sedangkan Cinal Sing memiliki sinkang yang tinggi sekali, namun sesat dan juga agak menyimpang dari cara yang murni. Dengan demikian membuatnya jadi tidak bisa menerobos penjagaan dari Song Wan Kiauw.
Jika dia memaksakan diri untuk menerobos terus penjagaan Song Wan Kiauw, niscaya akan membuat dia sendiri yang menderita rugi tidak kecil, karena diwaktu itu niscaya akan membuat dia memperoleh luka didalam akibat dari salahnya pengerahan tenaga dalam, atau juga disebabkan pengerahan tenaga dalamnya yang agak tersesat itu malah akan menghantam dirinya.
Dalam keadaan seperti itulah tampak jelas, Cinal Sing pun telah mempertimbangkan setiap kali dia ingin mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya.
Dia tidak mau bersikap bodoh membabi buta, setelah bertempur sekian lama, dia telah mengetahui bahwa Song Wan Kiauw bukanlah lawan yang lemah, karena dari itu, dia telah berulang kali berusaha memperhatikan mencari kelemahan lawannya. Namun sejauh itu dia masih juga belum berhasil.
Diantara berkesiuran angin yang keras dan kuat sekali diantara mereka berdua, tampak Song Wan Kiauw berusaha melepaskan diri dari libatan lawannya, karena Song Wan Kiauw jadi panik juga, menyaksikan api yang telah berkobar semakin tinggi itu, dimana sebagian dari ruangan kuil tersebut telah termakan api.
Karenanya, tampak Song Wan Kiauw berusaha untuk mendesak mundur lawannya, dan juga dia telah beberapa kali memaksa Cinal Sing agar melonggarkan desakannya, karena Song Wan Kiauw bermaksud membantu murid2 Bu Tong Pay yang lainnya, guna mengatasi kebakaran tersebut.
Namun Cinal Sing sama sekali tidak mau memberikan kesempatan padanya, dia telah menyerang terus-menerus tidak hentinya.
Setiap kali Song Wan Kiauw tampak hendak menyingkir diri, maka Cinal Sing telah merangsek semakin hebat. Setiap serangan yang dilakukannya itu merupakan serangan
yang melibat Song Wan Kiauw tidak bisa menyingkir dari hadapannya.
Mereka tetap terlibat dalam pertarungan yang tegang, sehingga jika salah satu serangan mereka mengenai sasaran, jangan harap lawan mereka dapat tetap utuh tubuhnya atau kemungkinan besar terbinasa.
Jie Lian Cu sendiri yang tengah berhadapan dengan Tek Goan Taysu, walaupun memang kepandaian Jie Lian Cu tidak berada disebelah bawah kepandaian Tek Goan Taysu, namun dia selalu memuncak melihat panik, karena kegelisahan yang
kuil Bu Tong Pay sebagian telah termakan api, yang berkobar tinggi sekali.
Karena itu Jie Lian Cu telah berusaha sekuat tenaganya, untuk cepat-cepat merubuhkan Tek Goan Taysu.
Namun justeru kepanikannya itu, serta sikap gelisahnya, membuat Jie Lian Cu memperoleh hasil sebaliknya dari yang diharapkannya, karena bukannya dia bisa mendesak Tek Goan Taysu, malah dirinya sendiri yang telah terserang hebat oleh Tek Goan Taysu.
Begitulah mereka terus juga bertempur, berulang kali Jie Lian Cu telah berseru memberikan perintah kepada murid Bu Tong Pay agar berusaha memadamkan api yang tengah berkobar membakar sebagian dari ruangan kuil tersebut.
Dalam keadaan seperti ini, tampaknya Jie Lian Cu jadi
berputus asa juga. karena dia menyaksikan ratusan sosok tubuh telah menyerbu masuk kedalam kuil ! Dan Jie Lian Cu teringat kepada jenazah gurunya, karenanya dia telah berusaha untuk menyingkir ke dekat peti mati gurunya.
Dimana Jie Lian Cu hendak melindungi peti mati guru nya tersebut, jika sampai orang2nya Tek Goan Taysu menyerbu buat merusak peti mati itu, tentu hal ini
merupakan suatu hal yang sudah tidak dapat diampuni lagi, juga tidak dapat dimaafkan karena memang itulah perbuatan yang akan menjatuhkan nama pamor dari Bu Tong Pay, dimana semua murid Bu Tong Pay bertanggung jawab atas keutuhan peti mati guru besar mereka.
Setelah berada didekat peti mati, Jie Lian Cu bertempur lebih banyak main membendung dan menghindar dari setiap gempuran Tek Goan Taysu, Dan dia jarang sekali membalas menyerang.
Dengan demikian Jie Lian Cu lebih banyak memelihara tenaganya. Dan sekali-sekali dia berseru memberikan perintah agar murid2 Bu Tong Pay pergi memadamkan api yang tengah berkobar itu.
Kwang Tan dan Suma Lin Liang mengamuk dengan hebat, karena mereka melihatnya bahwa pihak kerajaan benar2 hendak membasmi orang2 Bu Tong Pay, Kwang Tan terlebih hebat lagi dalam amukannya. Dia mempergunakan pukulan Guntur, maka kesudahannya sangat mengerikan sekali.
Setiap tentara kerajaan yang terkena tangannya, tentu akan rubuh dengan tubuh hangus.
Suma Lin Liang mempergunakan Sam Cie Kongnya, maka korban2 kehebatan Sim Cie Kong pun sangat banyak sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun disebabkan Tek Goan Taysu telah memerintahkan agar mereka semuanya menyerang Bu Tong Pay tanpa memperdulikan kerusakan yang terjadi pada mereka, semua tentara kerajaan itu, walaupun hati mereka agak gentar menyaksikan hebatnya orang2 Bu Tong Pay, tokh mereka tidak juga mundur dan tetap menyerbu.
Tam Tam Lu Ie kemudian bersama sendiri yang muncul tidak lama puluhan tentara kerajaan, telah menyerbu kepada Suma Lin Liang. Dia telah menyerang dengan sehebat-hebatnya.
Tam Tam Lu Ie yakin, jika memang dia menyerang dengan mempergunakan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, dan diapun dibantu oleh puluhan orang tentara kerajaan yang mengeroyok Suma Lin Liang, maka dia tidak perlu jeri lagi kepada pemuda itu.
Biar bagaimana tangguhnya kepandaian yang dimiliki Suma Lin Liang, tentu dia tidak akan dapat menghadapi keroyokan tersebut, berbeda dulu waktu dia seorang diri menghadapi Suma Lin Liang, sampai akhirnya dia bisa dirubuhkan.
Karena dari itu, sekarang tampak Tam Tam Lu Ie bertempur bertambah semangat dan dia telah mengeluarkan seluruh ilmu andalannya.
Diwaktu seperti itu, Tam Tam Lu Ie sendiri menyaksikan api berkobar semakin besar, Murid-murid Bu Tong Pay gagal untuk memadamkan api, karena mereka
yang berusaha memadamkan api, telah dirintangi oleh prajurit kerajaan.
Dengan bersemangat sekali Tam Tam Lu Ie telah berseru: "Bakar lagi ruangan lainnya !"
Segera juga tampak berlari-lari puluhan tentara kerajaan ke ruangan lainnya kuil tersebut dengan ditangan masing2 membawa obor api.
Menyaksikan ini, In Lie Heng mengeluarkan bentakan marah bukan main, tubuhnya melesat dengan cepat seperti terbang, dan dia telah menghantam punggung salah seorang
dari pasukan tentara kerajaan itu, yang seketika terguling dengan mengeluarkan jerit kematian.
Kemudian pedang In Lie Heng kebatang leher dari salah seorang pun telah menabas tentara kerajaan itu, sehingga kepala tentara kerajaan itu menggelinding jatuh terpisah dari batang lehernya.
Karena melihat kuil Bu Tong Pay yang hendak dibumi hanguskan oleh pasukan tentara kerajaan, kali ini In Lie Heng turun tangan tanpa segan-segan lagi, dia telah
mempergunakan berkelebat akan
pedangnya dan setiap kali pedang itu meminta korban jiwa, Demikian juga
telapak tangannya. Murid2 Bu Tong Pay pun bukan sebangsa manusia lemah, mereka merupakan tojin2 yang memiliki kepandaian sangat tinggi, Mereka telah memberikan perlawanan yang
gigih sekali, karena dari itu, banyak berjatuhan korban.
Dengan begitu pertempuran tersebut pecah seperti pertempuran besar-besaran.
Song Wan Kiauw menyaksikan keadaan demikian, yakin bahwa ini sama sekali tidak menguntungkan dirinya dan pihaknya karena jumlah pasukan tentara kerajaan memang jauh lebih banyak dari jumlah mereka.
Sambil bertempur menghadapi Cinal Sing tampak Song Wan Kiauw memutar otak, dia mencari cara dan daya
untuk menghadapi lawan-lawannya yang berjumlah demikian banyak. Dan jalan satu2nya yang terpikir oleh Song Wan Kiauw adalah merubuhkan atau menawan tokoh-tokoh dari para tentara kerajaan tersebut.
"Sute, bekuk, pendeta itu!" teriak Song Wan Kiauw kepada Jie Lian Cu dengan suara yang nyaring. Jie Lian Cu mengiyakan. kekuatan tenaga dalamnya, Dia mengerahkan seluruh yang menyambar kesana


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemari. dimana telapak tangannya kian menghijau, karena Jie Lian Cu mempergunakan seluruh kekuatan tenaga sinkang yang dimilikinya, dengan adanya anjuran dari Toa
suhengnya, maka Jie Lian Cu kini tidak sungkan2 jika memungkinkan membinasakan Tek Goan Taysu,
Merasakan bahwa desakan dari Jie Lian Cu semakin kuat dan hebat, dengan demikian membuatnya jadi sering main kelit dan mengelak, Tek Goan Taysu segera bersiul.
0ooo0dw0ooo0 Jilid 21 TAMPAK dari rombongan pasukan kerajaan telah muncul seseorang membawa sebuah keranjang.
"Buka tutupnya!" teriak Tek Goan Taysu, Tentara yang seorang itu mengiyakan menerima perintah, kemudian membuka tutup keranjang tersebut,
Hanya saja, begitu dia membuka tutup keranjang itu, segera tentara kerajaan yang seorang tersebut telah memutar tubuhnya berlari menjauhi diri dari keranjang tersebut.
Tek Goan Taysu bersiul sangat nyaring dan suara siulnya itu memang merupakan perintah buat binatang2 berbulu hitam didalam keranjang tersebut, puluhan ekor tikus,
berlompatan keluar dari dalam keranjang. Gerakan tikus itu sangat gesit sekali.
Ukuran tubuh tikus2 itu luar biasa besar2 dan juga sangat ganas sekali, karena tikus2 itu telah menerjang kepada murid2 Bu Tong Pay.
Seketika terdengar suara jerit kesakitan dari para murid Bu Tong Pay yang tergigit oleh tikus2 itu. Dan mereka juga segera telah menggeletak pingsan, karena gigi dari tikus2 itu sangat beracun.
Malah racun pada gigi tikus merupakan racun yang dapat bekerja cepat sekali. Hanya dalam beberapa detik saja telah mampu membuat lawannya jadi tidak berdaya dan pingsan tidak memiliki tenaga pula.
Waktu itu Jie Lian Cu jadi murka dan kaget, Murka karena melihat Tek Goan Taysu mempergunakan tikus
beracunnya, seperti yang telah dialaminya beberapa waktu yang lalu. Dan juga Jie Lian Cu menyadari betapa bahaya nya tikus2 yang beracun tersebut, dan racun yang dipergunakan oleh Tek Goan Taysu merupakan racun yang sangat mengerikan sekali dari India dan Nepal, yang dikombinasi dengan beberapa ramuan lainnya.
Dengan kalap Jie Lian Cu telah menerjang kepada Tek Goan Taysu, dia telah beruntun menghantam dengan lima jurus. Tetapi Tek Goan Taysu selalu main kelit dan elak belaka, dia telah berusaha untuk menghindarkan setiap
Lian Cu. Setiap kali serangan yang dilakukan oleh Jie menghindar diapun bersiul.
Justeru dari siulannya itulah membuat tikus2nya menerjang tidak hentinya kepada murid 2 Bu Tong Pay. Dalam keadaan seperti ini Jie Lian Cu mengeluh. Dia menyadari, kalau saja keadaan seperti sekarang ini berlangsung terus, niscaya pihaknya yang akan rusak.
Untuk mencegah tikus2 beracun itu, jelas tidak bisa karena tikus2 itu hanya patuh dan jinak pada Tek Goan Thaysu yang dengan siulannya dapat mengendalikan tikus2 tersebut.
Dikala itu, tikus2 yang menyerbu kepada murid2 Bu Tong Pay benar2 memiliki kelincahan yang luar biasa dan sangat aneh.
Setiap kali ada murid Bu Tong Pay yang mempergunakan pedang mereka buat menabas salah seekor tikus itu, maka tikus itu dapat melejit menghindar dari sambaran pedang murid Bu Tong Pay tersebut.
Malah begitu dia berkelit, seketika tikus itu telah menerjang lagi, Cepat sekali menerkam kepada murid Bu Tong Pay itu, yang digigit tangannya, sehingga pedangnya terlepas, murid Bu Tong Pay yang mengeluarkan jeritan, tubuhnya terguling seorang itu
pingsan tidak sadarkan diri.
Beruntun telah beberapa murid Bu Tong Pay yang rubuh lagi karena gigitan tikus beracun tersebut. Tentu saja menyaksikan hal ini membuat Song Wan Kiauw, Jie Lian Cu, Suma Lin Liang dan murid2 Bu Tong Pay lainnya, jadi mengeluh.
Mereka menyadari jika keadaan seperti ini berlangsung terus maka keadaan mereka sangat berbahaya sekali. Namun Kwang Tan seorang justeru memiliki pemikiran yang lain, Melihat tikus yang dilepaskan Tek Goan Taysu merupakan tikus2 yang memiliki racun pada giginya, maka
dia segera meninggalkan lawan2nya, para tentara kerajaan itu, dia telah pergi menghampiri ke-tempat dimana beberapa ekor tikus tengah mengancam murid2 Bu Tong Pay.
Diwaktu itulah dia telah melesat dengan gesit, Tangannya menyambar kepada salah seekor tikus yang hendak dicengkeramnya,
Tikus itu merasakan sambaran angin serangan Kwang Tan berusaha berkelit. Memang binatang beracun itu dapat mengelakan diri dari cengkeraman tangan Kwang Tan, kemudian berbalik menggigit tangan Kwang Tan.
Namun Kwang Tan tidak berusaha menghindarkan gigitan tikus itu, dia membiarkan pergelangan tangannya digigit tikus itu, Waktu tikus itu menggigit, dengan mudah Kwang Tan menangkap tikus tersebut. yang dicengkeramnya dengan kuat.
Hancurlah kepala tikus itu, sehingga waktu Kwang Tan melemparkan tikus tersebut, telah menjadi bangkai. Sedangkan gigitan tikus itu tidak dirasakan oleh Kwang Tan. Sebagai Tabib Dewa yang memiliki ilmu pengobatan yang luas dan pandai sekali, dengan demikian, dia tidak
takuti racun, walaupun racun yang dipergunakan Tek Goan Taysu merupakan racun yang sangat hebat daya kerjanya.
Kwang Tan tidak memandang sebelah mata. Malah dengan segera dia telah menelan obat dan membuat racun tikus ini tidak dapat bekerja.
Kemudian Kwang Tan berusaha menangkap seekor tikus lainnya tetapi seperti tadi tikus itu telah berkelit dan kemudian menggigit tangan Kwang Tan.
Memang Kwang Tan sengaja membiarkan tangannya digigit tikus itu, inilah sebagai pancingan belaka, Dan begitu tikus tersebut menggigit tangannya, seketika dia menangkap tikus itu, dia meremas batok kepala tikus itu, sampai hancur, Empat ekor tikus beracun telah dibinasakan oleh Kwang Tan.
Melihat cara2 Kwang Tan membinasakan tikus2 beracunnya, membuat Tek Goan Taysu terkejut bercampur marah. Dia juga heran, mengapa Kwang Tan yang tergigit tangannya tidak terpengaruh oleh racunnya.
Diwaktu itulah, tampak Kwang Tan telah berhasil membunuh dua ekor tikus lainnya.
Kemudian sisanya yang lima ekor dibinasakan juga dengan beruntun.
Dengan dibunuh semua tikus beracun itu, murid2 Bu Tong Pay dapat bernapas lega.
Juga Kwang Tan telah membagikan obat2 penawar racun kepada murid2 Bu Tong Pay. Murid Bu Tong Pay yang tadi terluka digigit tikus beracun itu dan dalam keadaan pingsan.
Setelah dicekoki obat yang diberikan Kwang Tan, segera sembuh dengan segera.
Bukan main marahnya Tek Goan Taysu melihat semua tikus2 peliharaannya yang telah dilatihnya bersusah payah, terbunuh semua.
Dia membentak bengis dan merangsek sehebat mungkin kepada Jie Lian Cu.
Akan tetapi Jie Lian Cu justeru dapat menghadapi dengan baik, setiap terjangan yang dilakukan Tek Goan Taysu, membuat pendeta itu lebih kalap.
Dalam keadaan seperti itu Tek Goan Taysu seperti telah melupakan keadaan dirinya, dia merangsek terus dengan hebat dan dia seperti sudah tidak memperhatikan lagi penjagaan dan pembelaan dirinya.
Suatu kali Jie Lian Cu melihat kesempatan yang baik, waktu Tek Goan Taysu menghantam dengan tangan kanannya, dia melupakan penjagaan pada dadanya yang jadi lowong. Tidak ayal lagi segera Jie Lian Cu
menghantamnya dengan dahsyat.
"Bukkkk!" terdengar kepalan tangan Jie Lian Cu hinggap telak sekali didada sipendeta "Ngekkk!" terdengar suara itu dari mulut Tek Goan Taysu, tubuhnya terhuyung2 dan dia telah memandang Jie Lian Cu dengan sepasang mata yang terpentang lebar.
Sedang waktu itu, Jie Lian Cu tidak tinggal diam saja, dia maju menghantam lagi.
Waktu Jie Lian Cu tengah menyusulnya serangannya, dia ternyata agak lengah, karena waktu itu Jie Lian Cu memusatkan seluruh perhatiannya pada bagian sasaran di tubuh Tek Goan Taysu,
Walaupun telah terluka seperti itu, ternyata Tek Goan Taysu berlaku nekad dia mengerahkan seluruh kekuatan
tenaga dalamnya dan menghantam dengan sebat sekali pundak Jie Lian Cu.
Ketika kepalan tangan Jie lian Cu hinggap pada sasarannya, telapak tangan Tek Goan Taysu juga menghantam jitu pada pundak Jie Lian Cu.
Terdengar jerit kematian dari Tek Goan Taysu, tubuhnya kejengkang kebelakang, dan ia tidak bergerak lagi, karena sudah tidak bernapas lagi.
Jie Lian Cu yang terpukul pundaknya juga meringis menahan sakit yang bukan main untuk sementara waktu dia sudah tidak bisa menggerakan tangan kirinya, akibat
hantaman Tek Goan Taysu, Syukur tidak menyebabkan dia terluka didalam.
Sedangkan Song Wan Kiauw melihat Jie Lian Cu bisa membereskan Tek Goan Taysu, bersemangat sekali dia berseru: "Bagus! Sekali mari kita bereskan orang ini!"
Jie Lian Cu tidak segera bergerak dari tempatnya berdiri, karena tangan kirinya memang masih belum dapat digerakkan akibat hebatnya pukulan yang dilakukan Tek Goan Taysu tadi.
Dia hanya berdiri diam saja dengan mata memandang kepada Song Wan Kiauw, dimana dia juga telah berusaha mengerahkan pernapasannya, untuk berusaha mengurangi raya sakit yang dideritanya.
Song Wan Kiauw melihat Jie Lian Cu berdiri dengan muka yang agak meringis seperti itu, mengetahui bahwa
sutenya itu tentu dalam keadaan terluka. Maka dia segera mengerti. Dengan bentakan nyaring, tubuhnya merangsek dengan hebat menyerang pada Cinal Sing.
Cinal Sing bukannya tidak melihat Tek Goan Taysu telah dibinasakan oleh Jie
Lian Cu. Dia kalap sekali mengetahui keponakan muridnya begitu rubuh terjengkang tidak bangun lagi sebab putus napasnya, dengan mengeluarkan suara raungan, dia telah menghantam lebih hebat kepada Song Wan Kiauw.
Sesungguhnya Song Wan Kiauw sangat menguatirkan sekali keselamatan Jie Lian Cu, sutenya, tetapi dia tidak bisa melepaskan diri dari serangan2 Cinal Sing, sehingga dia harus menghadapinya sepenuh tenaga dan perhatiannya.
Cinal Sing kali ini seperti juga menyerangnya dengan kalap sedangkan Song Wan Kiauw terus juga menghadapinya dengan tenang dan penuh perhitungan karena menyadari bahwa lawannya benar2 memiliki kepandaian yang tinggi.
Diwaktu itu murid2 Bu Tong Pay yang lainnya, yang tengah kewalahan juga diserbu oleh para tentara kerajaan,
yang jumlah nya
sangat banyak, telah memberikan perlawanan yang gigih sekali, mereka juga berusaha mempergunakan pedang mereka mengadakan perlawanan seperti mengadu jiwa, biar bagaimana memang terlihat jelas, para tentara kerajaan yang menyaksikan Tek Goan Taysu, pemimpin mereka telah terbinasa, jadi merosot
semangat bertempurnya.
Tengah keadaan sangat kalut seperti itu, tiba2 diluar kuil ramai suara siulan yang nyaring, disusul juga dengan beberapa sosok tubuh yang melompat masuk, gerakan sosok tubuh itu sangat ringan sekali.
Song Wan Kiauw, Jie Lian Cu dan In Lie Heng menyaksikan kegesitan orang-orang yang melompat masuk kedalam kuil, jadi mengeluh, karena mereka menduga tentunya kawan2 Tek Goan Taysu yang memiliki kepandaian tinggi telah menerobos masuk, dengan begitu
bertambah lawan baru yang memiliki kepandaian tinggi.
Tetapi justeru beberapa sosok itu bukan menyerang murid2 Bu Tong Pay, mereka telah bergerak lincah dan sebat sekali, menyerang para tentara kerajaan.
Terdengar suara jerit kematian yang tidak hentinya, karena beruntun telah rubuh para tentara kerajaan yang telah tidak bernapas lagi.
Rupanya, orang2 yang baru muncul itu memang berdiri dipihak Bu Tong Pay,
Melihat itu, semangat Song Wan Kiauw dan yang lainnya jadi terbangun, Segera juga mereka mengempos semangat dan menyerang lawan mereka lebih hebat.
"Song Susiok jangan kuatir, aku Bu Kie, datang untuk membasmi mereka..!" teriak salah seorang diantara orang2
yang baru datang itu,
yang bergerak lincah sekali, membunuh beberapa orang tentara kerajaan.
Ternyata orang tersebut memang tidak lain dari Thio Bu Kie, kauwcu dari Bengkauw!
Juga orang2 yang datang bersama Thio Bu Kie tidak lain dari tokoh Bengkauw yaitu Hoan Yauw, Tio Beng, dan beberapa orang tokoh Bengkauw lainnya.
Mereka semuanya telah bergerak dengan lincah sekali, memberantas para tentara kerajaan.
Kepandaian mereka semuanya memang sangat tinggi dan sempurna, disamping sinkang mereka telah mencapai puncak kesempurnaan, dimana mereka mudah saja merubuhkan para tentara kerajaan yang memang tidak memiliki kepandaian berarti.
Dalam keadaan seperti itu, pasukan tentara kerajaan menjadi kucar kacir, karena mereka memang telah menyaksikan juga betapa pemimpin mereka, Tek Goan Taysu telah binasa.
Dengan sendirinya, begitu beberapa
diantara mereka telah
terbinasa lagi,
puluhan orang sisanya segera memutar tubuh dan melarikan diri, dengan menimbulkan suara pekik ketakutan.
Betapa gusarnya Cinal Sing, Dan dia berusaha untuk berseru dengan suara yang nyaring: "Lawan terus !"
Tetapi para tentara kerajaan yang tengah ketakutan seperti itu mana mau mematuhi perintahnya" Segera juga mereka telah melarikan diri dengan memencar kesegala penjuru.
Sedangkan Song Wan Kiauw yang girang bukan main mendengar yang datang adalah Thio Bu Kie, terbangun semangatnya, dia telah menyerang Cinal Sing dengan hebat.
Sedangkan Cinal Sing yang perhatian tengah terpecah itu jadi tidak bisa mengelakkan serangan Song Wan Kiauw yang menghantam pahanya.
Seketika tubuh Cinal Sing bergoyang2, hampir saja kuda2 kedua kakinya tergempur. Namun dia masih dapat memusatkan kekuatan tenaga dalamnya, sehingga dia tidak sampai terhuyung. Dimana dia telah berusaha membalas menyerang juga kepada Song Wan Kiauw.
Tetapi semangat bertempur dari Cinal Sing menurun banyak sekali, sebab dia telah menyaksikan Tek Goan Taysu terbinasa, juga kawan-kawan Tek Goan Taysu, seperti Tam Tam Lu Ie dan yang lainnya, juga Sam Cie Tok San telah melarikan diri.
Dengan demikian, di kuil Bu Tong Pay itu hanya tinggal dia seorang diri. Akhirnya karena yakin jika dia memberikan perlawanan terus, tentu dia tidak mungkin bisa menghadapi lawannya yang berjumlah banyak dan semuanya tangguh-tangguh itu.
Cinal Sing menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya melesat ke tengah udara. Tanpa memperdulikan rasa malu lagi, dia bermaksud akan meninggalkan kuil Bu Tong Pay tersebut.
Song Wan Kiauw tidak bermaksud untuk menahan kepergian Cinal Sing, Dia telah menghadapi Bu Kie dan mereka saling berpelukan sedangkan Jie Lian Cu dan In Lie Heng kemudian berpelukan juga dengan Bu Kie. Mereka sangat terharu sekali.
"Sungguh tepat dan kebetulan sekali kedatanganmu, nak !" kata Song Wan Kiauw. "Ya, kami memang bermaksud hendak menjenguk Tay suhu.. ! Akan tetapi dari penduduk disekitar tempat ini justeru kami telah mendengar Tay suhu... Tay suhu..."
Bu Kie tidak bisa meneruskan perkataannya itu, karena air matanya telah menitik turun, ketika dia menoleh kesampingnya, dia melihat peti mati.
"Apakah... apakah itu peti mati Tay suhu "!" tanya Bu Kie sambil menunjuk kepada peti mati itu.
Song Wan Kiauw mengangguk. Bu Kie menubruk peti mati itu, dia menangis menggerung2 berduka sekali. Semua murid Bu Tong Pay jadi turut menangis, Jie Lian Cu dan Song Wan Kiauw yang merupakan orang2 yang memiliki hati paling kuat dibandingkan lima orang Bu Tong
Cit Hiap lainnya telah menangis juga, In Lie Heng sudah jangan dibilang.
Waktu Bu Kie menubruk peti mati itu dan menangis, dia menangis, malah kemudian jatuh pingsan, sehingga Song Wan Kiauw sibuk sekali buat menyadarkannya.
Begitulah keadaan disekitar tempat tersebut jadi diliputi oleh kedukaan yang luar biasa.
Upacara penguburan jenasah Thio Sam Hong berlangsung lagi. Dan setelah selesai murid-murid Bu Tong Pay segera membersihkan tempat itu.
Mereka telah membawa keluar mayat-mayat dari para tentara kerajaan, dan menguburnya dilain sebuah lobang, sedangkan murid-murid Bu Tong Pay yang terluka telah diohati oleh Kwang Tan.
Sebagai Tabib Dewa yang memiliki ilmu pengobatan yang liehay sekali, tentu saja Kwang Tan tidak memperoleh kesulitan apapun juga, dimana dia telah berhasil mengobati murid Bu Tong Pay yang dalam keadaan terluka parah dan mereka malah telah diberikan obat untuk menambah semangat.
Sedangkan Suma Lin Liang telah menemani Bu Kie untuk bercakap2. Dimana mereka juga menceritakan pengalaman masing2!
Suma Lin Liang menceritakan betapa beberapa waktu yang lalu justeru tentara kerajaan,
memimpin pasukan tentara kerajaan tersebut memang bermaksud hendak menghancurkan Bu Tong Pay.
Karena dari itu, biar bagaimana, Suma Lin Liang meminta kepada Bu Kie, untuk mengerahkan seluruh sisa orang-orang Bengkauw untuk penggerakan lagi.
"Jika tidak, tentu Bu Tong Pay akan diganggu terusmenerus oleh orang-orang kerajaan." Jika saja sisa dari orang orang Bengkauw kita dapat bersatu, tentu kita bisa mengadakan perlawanan yang
berarti.!" Dengan bersemangat sekali Suma Lin Liang berkata seperti itu.
Sedangkan Bu Kie ketika mendengar perkataan Suma Lin Liang itu, jadi menghela napas beberapa kali, wajahnya jadi murung sekali.
Bu Tong Pay terancam oleh pasukan dimana juga Tek Goan taysu yang
Dia telah berdiam diri beberapa saat, sampai akhirnya dia bilang: "jika urusan ini menyangkut dengan pihak kerajaan, hal itu memang telah kami kira sebelumnya dan memang Bu Tong Pay walaupun bagaimana harus menerima cobaan ini..... dan juga Bengkauw sendiri tengah menerima cobaan, dimana Bengkauw dari persia telah mengirim orang2nya!"
Mendengar keterangan dari Bu Kie seperti itu, Suma Lin Liang teringat akan pengalamannya, beberapa waktu yang lalu bertemu dengan dua orang utusan dari Persia, Bengkauw pusat disana, yang telah bertempur dengannya.
Segera juga Suma Lin Liang menceritakan pengalamannya itu. Bu Kie mengerutkan sepasang alisnya, tampak wajahnya semakin muram dan berduka, Dan kemudian dia bilang: "Hemmm, jika sampai Bengkauw pusat di Persia telah
menyiapkan orang2 pandainya buat memberantas kita inilah urusan yang tidak kecil, dan apa yang kudengar justeru mereka telah berserikat dengan Cu Goan Ciang, inilah beratnya..!"
Suma Lin Liang terpekur, sampai akhirnya dia bilang: "Justeru karena itu, jika memang Thio Kauwcu ingin menghimpun kembali sisa orang2 Bengkauw serta para orang gagah rimba persilatan kita pasti bisa memberikan perlawanan yang berarti! Hemmm, dengan berserikatnya
orang2 Persia dengan kerajaan,
tentu akan menambah rumitnya urusan. Tentu Bengkauw Persia itu ingin berusaha mempergunakan dan meminjam tangan Cu Goan Ciang menumpas Bengkauw Tionggoan."
Bu Kie mengangguk, katanya: "Ya, kenyataan yang ada memang demikian !"
Suma Lin Liang menoleh kepada Jie Lian Cu, kemudian katanya: "Jie Ciangbunjin, jika memang kita berhimpun buat menghadapi pihak kerajaan, bukankah itu lebih berani lagi, dari pada kita berdiam diri dan pihak kerajaan selalu bermaksud menumpas Bu Tong Pay."
Jie Lian Cu merangkapkan kedua tangannya, dia bilang: "Untuk urusan seperti itu aku yang rendah tidak berani mencampurinya, karena itu adalah urusan Thio Kauwcu, terlebih lagi jika memang menyangkut dengan urusan Bengkauw..!"
Waktu berkata seperti itu tampak jelas sekali, bahwa Thio Bu Kie sendiri tengah menghadapi kesulitan untuk mengambil suatu keputusan.
Tio Beng yang melihat sikap suaminya seperti itu telah ikut bicara: "Memang apa yang dikatakan oleh Suma Hiante tidak salah karena memang kita harus menghimpun
kembali orang2 gagah, menggerakkan Bengkauw, kita tidak bisa selalu mundur dan berdiam diri sebab jika kita membiarkan, maka Cu Goan Ciang akan bertindak lebih jauh lagi, akhirnya tokh rakyat juga yang akan menjadi korban! Karena dari itu, jika perlu, kita runtuhkan Cu Goan Ciang dari takhta kerajaan..."
Bu Kie menghela napas. "Tetapi
perlawanan jika kita mengadakan pada pihak kerajaan, perhimpunan dan sehingga terjadi pertempuran dimana2 yang akan menjadi korban justeru rakyat juga..." kata Bu Kie diucapkan dengan suara yang perlahan.
"Justeru karena itu, persoalannya, Dimana mengasingkan diri di Himalaya, dan sama sekali tidak
mengadakan apa2, kita seperti telah terkubur hidup2, sekarang saja tokh sama
Bengkauw telah hidup namun kenyataannya, memang Cu Goan Ciang masih hendak menumpas orang-orang Bu Tong Pay, mungkin inilah kesempatan dia akan menumpas pula perguruan lainnya...karena dari itu, perlu sekali kita mengadakan perhimpunan pula, membangunkan pula Bengkauw dari tidur, kita menghadapi Bengkauw Persia dan juga Cu Goan Ciang."
Waktu berkata begitu, Tio Beng bersemangat sekali, dia telah mengambil sikap yang sangat gagah, matanya memancarkan sinar yang sangat tajam bukan main.
Bu Kie menghela napas, dia memang menyadari bahwa bicara masalah pemikiran Tio Beng yang jauh lebih cerdik dari dia. Untuk mengurus persoalan yang rumit, Tio Beng menang banyak dibandingkan dengan Bu Kie sendiri.
Maka karena sekarang Tio Beng dan juga yang lainnya telah menganjurkan agar Bu Kie kembali menggerakkan Bengkauw untuk mengadakan perlawanan kepada tentara kerajaan yang berada ditangan Cu Goan Ciang, dia memang telah lama mempertimbangkan hal itu.
Juga sekarang ikut campurnya Bengkauw Persia, yang telah mengadakan kerja sama dengan Cu Goan Ciang buat menumpas Bengkauw Tionggoan. Dengan demikian, berarti Bu Kie tidak bisa berdiam diri berpeluk tangan saja.
Sekali saja dia salah perhitungan, dengan sikap mengalah menarik diri dari keramaian dan mengajak sisa orang2 Bengkauw hidup menyepi dipuncak Himalaya, tentu Cu
Goan Ciang akan bertambah kuat dan bertindak sewenangwenang, sehingga korban yang berjatuhan lebih banyak.
Tio Beng waktu itu dengan bersemangat telah bilang lagi. "Cu Goan Ciang kita yang dudukkan di singgasana, dan juga kita yang telah membantu perjuangannya, sehingga dia berhasil menjadi Kaisar, sekarang karena dia telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyeleweng dari kepantasan, dimana setelah menjadi Kaisar dia berusaha bertindak sewenang2, maka kita pula yang berhak untuk menjatuhkan dan menurunkannya dari Singgasana.. Kita boleh saja kelak mencari penggantinya, seorang Kaisar yang benar2 dapat diserahi pekerjaan besar
ini buat memimpin
rakyat dengan seadil2nya, dengan demikian, tentu perbaikan dan kehidupan rakyat baru akan terlihat, dimana semuanya dapat hidup makmur dan tenteram bahagia."
Bu Kie mendengarkan dengan seksama kata2 isterinya, namun setelah Tio Beng selesai berbicara, sama sekali dia
tidak memberikan komentar, malah dia hanya menghela napas saja.
"Yang perlu kita lakukan adalah Bengkauw Persia, karena justeru Cu memfitnah pihak kita Bengkauw cabang Tionggoan, kita harus membersihkan nama baik Bengkauw !" kata Bu Kie
akhirnya. Tio Beng tersenyum.
"Bu Kie Koko... jika memang engkau tidak menghadapi terlebih dulu Cu Goan Ciang, bagaimana mungkin engkau bisa membersihkan nama baik telah bergerak menghimpun membuktikan bahwa Cu Goan Ciang merupakan sumber dari kekacauan dan keretakan pada Bengkauw pusat dengan Bengkauw cabang Tionggoan, diwaktu itu bisa diselesaikan dengan sebaik baiknya !"
"Ya !" Jie Lian Cu ikut bicara "Anak Kie, jika memang engkau mau menghimpun pula kekuatan Bengkauw, takkan berarti engkau akan membuka jalan berdarah, akan tetapi demi keadilan merata dan juga demi perikemanusian,
memberantas Kaisar yang lalim."
menghadapi orang2
Goan Ciang telah
Bengkauw" Jika engkau kekuatan pula, dan Bu Kie mengangguk ia sangat menghormati para paman gurunya. Karena dari itu, mendengar Jie Lian Cu berkata seperti itu, ia menyetujui sebagian dari gagasan paman gurunya. Terlebih lagi setelah Song Wan Kiauw dan In Lie Heng memberikan dorongan pula.
"Baiklah !" kata Bu Kie akhirnya. "Untuk sementara ini biarlah kedudukan Kauwcu tetap ditangan Hoan Yauw Locianpwe! Tetapi kelak jika memang perhimpunan itu terselenggarakan, barulah aku akan memimpinnya !"
Hoan Yauw mendengar perkataan Bu Kie seperti itu, girang bukan main karena Bu Kie bermaksud menghimpun kekuatan Bengkauw pula. Segera dia datang kehadapan Bu Kie, berdiri dengan sikap menghormat dan sepasang tangan dirangkapkan.
"Hoan Yauw justeru membutuhkan sekali nasehat Kauwcu ! Karena memang Hoan Yauw tidak memiliki
kemampuan memimpin Beng-kauw, membuat sementara ini Bengkauw harus menelan penghinaan yang demikian pahit. Harap Kauwcu mau bersedia menerima kembali jabatan Kauwcu, untuk memimpin kami !" Lalu Hoan Yauw memberi hormat dengan menjura sebanyak tiga kali.
Semula Bu Kie masih ragu2. Namun dia tidak menghindar dari penghormatan Hoan Yauw, dia menerima penghormatan tersebut sambil menganggukan kepalanya "Baiklah !" katanya kemudian.
Bukan main girangnya Hoan Yauw, suatu kegembiraan yang meluap2. Dia sampai berseru. "Hidup Thio Bu Kie Kauwcu, agar selaksa usianya !"
Diapun telah menjauhkan dirinya berlutut di hadapan Bu Kie sambil mengangkat kedua tangannya tinggi2.
Begitu juga anggota Bengkauw lainnya telah berseru sama dengan yang diserukan Hoan Yauw, kemudian mereka berlutut memberi hormat kepada Bu Kie, sedangkan Jie Lian Cu, In Lie Heng maupun Song Wan Kiauw telah memberi ucapan selamat dengan haru dan gembira.
"Dengan ini Siauwte Thio Bu Kie mengharapkan sekali petunjuk dari sahabat kawan-kawan, juga para paman dan Susiok ! Tentu akan banyak sekali kesulitan yang kita hadapi kelak dan agar kalian bersedia memberikan tuntunan dan petunjuk kepadaku."
Waktu berucap seperti itu, sikap Bu Kie sangat gagah, karena ia memang telah bertekad hendak kembali Bengkauw, menggunakan kekuatan untuk digerakkan menghadapi Cu Goan Ciang. memimpin Bengkauw
Seperti diketahui bahwa Bu Kie memang telah menyerahkan kedudukan Kauwcu kepada Hoan Yauw,
karena memang ia bermaksud mengundurkan diri.
Semua itu disebabkan kekecewaan yang meliputi hatinya ketika memperoleh kenyataan Cu Goan Ciang menghianatinya, sehingga Bu Kie sama sekali tidak mau mencampuri lagi urusan negeri.
Tetapi tidak bisa dipungkirinya, kenyataan yang ada memperlihatkan bahwa Bengkauw mengalami banyak kemunduran, sampai akhirnya hanya dibubarkan menjadi buruan dari Cu Goan Ciang, dan akhirnya hanya bersisa tidak seberapa, dimana Cu Goan Ciang tetap memojokkan mereka.
Kini, setelah mempertimbangkannya masak-masak, ia memutuskan untuk kembali Bengkauw, guna melawan dan Ciang.
menghimpun kekuatan menggempur Cu Goan
Tentu saja keputusan yang diambil Bu Kie menggembirakan semua orang, Kwang Tan dan Suma Lin Liang saling berpelukan mereka yakin, dengan diambil alih kembali kedudukan Kauwcu oleh Bu Kie, niscaya Bengkauw akan
kalangan rimba berhasil menancapkan nama pula di
persilatan, di kalangan rakyat maupun dimata Cu Goan Ciang, Keangkeran Bengkauw akan dapat ditegakkan kembali.
Bu Kie yang mengetahui bahwa Kwang Tan seorang yang pandai sekali ilmu pengobatannya, saat itu juga mengumumkan bahwa ia mengangkat Kwang Tan sebagai
Tabib Bengkauw yang resmi, satu2nya tabib yang bekerja untuk mengobati semua anggota Bengkauw yang terluka atau sakit. Dengan demikian Kwang Tan pasti akan sibuk sekali.
"Kita jangan melihat usianya yang masih begitu muda, namun kita harus menerima kenyataan bahwa Kwang Tan seorang yang benar2 pandai ilmu pengobatan. Dengan demikian jelas ia akan dapat membantu
Bengkauw !" Kata Bu Kie setelah
pengangkatan Kwang Tan sebagai Tabib
banyak sekali meresmikan tunggal dari Bengkauw.
Semua orang yang berkumpul didalam kuil Bu Tong Pay bersorak gembira, mereka juga beruntun telah mengucapkan selamat kepada Kwang Tan.
Semula Kwang Tan hendak menolak kedudukannya sebagai Tabib Bengkauw, namun ia yakin, bukan kemuliaan yang dikehendakinya.
Tetapi justeru Tugas mulia yang harus dipikulnya. Karena dari itu, demi kemajuan dan keangkeran Bengkauw, iapun menerima kedudukan itu.
Begitulah, Bu Kie dengan sigap dan dengan penuh semangat telah memimpin perundingan-perundingan yang pertama, upacara penguburan dari jenasah Thio Sam Hong memang telah selesai, dan Bu Kie pun menegaskan, bahwa mereka harus mengingatnya baik2 kebangkitan Bengkauw kali ini adalah demi memberi muka terang kepada Thio
Sam Hong guru besar Bu Tong Pay, yang dalam keadaan telah rebah dan berpulang kealam tenang tenteram, masih diganggu oleh Cu Goan Ciang.
"Karenanya, ia bermaksud untuk menggerakkan dan menghimpun Bengkauw, guna mengadakan suatu
pendobrakan juga meruntuhkan Cu Goan Ciang.
Jie Lian Cu dan tokoh2 dari Bu Tong Pay semuanya menyatakan kegembiraan mereka. Bahkan Bu Tong Pay telah bersumpah akan selalu berdiri dibelakang Bengkauw, karena mereka menyadarinya bahwa Bengkauw justeru
membela kepentingan mereka.
Song Wan Kiauw pun telah berkata bahwa ia seharusnya masih beberapa tahun harus menjalankan hukuman duduk menghadapi dinding yang dijatuhkan gurunya.
Namun kini, ia ingin mempergunakan waktu-waktunya buat membantu Bengkauw dulu, menghimpun kekuatan pula buat Bengkauw. Nanti setelah keadaan sudah tenang kembali, barulah ia akan menjalankan dan menyelesaikan sisa hukumannya itu.
Ia pun bersumpah, akan menambahkan hukumannya itu lima tahun, sebagai penebus dosa dan kesalahannya telah berani melanggar perintah gurunya, agar sebelum dua puluh tahun, ia tidak boleh meninggalkan kamar itu.
Demikianlah, Bu Kie telah memimpin perundingan itu dan mereka telah mengatur segalanya dengan cermat sekali,
Bu Kie dengan dibantu Tio Beng telah memutuskan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keputusannya yang pertama sejak ia menerima kembali kedudukan sebagai Kauwcu, siapa-siapa yang harus pergi keempat penjuru daratan Tionggoan, sebagai penghubung kepada para Hohan dan para orang2 gagah pencinta negeri.
Hoan Yauw dan jago-jago lain telah menerima tugas untuk menghubungi tokoh2 dari orang2 gagah itu, untuk diajak berhimpun dengan Bengkauw.
Sebagai tabib Bengkauw yang resmi, Kwang Tan selalu mendampingi Kauwcu ini. Sedangkan Suma Lin Liang menerima perintah pergi ke Selatan, buat menghimpun para orang gagah disana.
Setelah selesai mengatur segalanya, Bu Kie juga menetapkan, bahwa markas sementara Bengkauw berpusat pada gunung Bu Tong San ini dimana kuil Bu Tong Pay dipergunakan sebagai markas resmi Bengkauw.
Bagian dari ruangan kuil yang terbakar telah diperbaiki dan juga kuil itu siang dan malam dijaga ketat sekali. Semua murid Bu Tong Pay dikerahkan untuk mengadakan penjagaan itu.
Karena memang Bu Kie selalu bertindak dengan bijaksana, ia dapat mengatur segalanya dengan baik, dan semua orang2 Bengkauw maupun Bu Tong Pay dapat bekerja dengan gembira, dengan tugas masing2.
Tio Beng tidak kurang sibuknya. Jika memang Bu Kie tengah digeluti oleh kesibukan maka ia yang turun tangan,
untuk bantu menyelesaikan soal yang pelik. Tio Beng sangat cerdas sekali, dia bisa mengambil keputusan yang sangat baik dan bijaksana.
Begitu juga Tio Beng disamping membantu suaminya, dia telah memimpin sendiri orang2 yang bekerja didapur, untuk mempersiapkan makanan.
Kepada seorang anggota Bengkauw yang berusia masih muda, yaitu Bun Cie Lin, telah diperintahkan agar dia kembali ke Himalaya, untuk memanggil semua sisa anggota Bengkauw yang berkumpul disana untuk datang ke Bu Tong San, berkumpul dengan mereka.
Semuanya dilakukan dengan lancar Bu Kie juga telah perintahkan semua orang2 Bu Tong Pay agar mereka melakukan penjagaan dengan ketat. sebab Bu Kie memiliki perkiraan bahwa Cu Goan Ciang pasti akan mengirim pasukannya secara besar-besaran, kematian Tek Goan Taysu tentu akan membuat Kaisar itu gusar dan
mengerahkan para pahlawan istananya yang umumnya memiliki kepandaian tinggi.
Begitulah, semuanya telah diatur oleh Bu Kie dengan sebaik-baiknya. Dan kini tempat yang strategis digunung Bu Tong San ditempatkan penjaga2 untuk sewaktu2
menghadapi serangan dari pasukan tentara kerajaan.
Walaupun memang tetap Jie lian Cu yang berkuasa penuh di kuil Bu Tong Pay sebagai ciangbunjin yang dihormati oleh seluruh murid Bu Tong Pay. namun untuk sementara Bu Kie pula yang mengatur segalanya dan semua
murid Bu Tong Pay,
termasuk Jie Lian Cu, telah bersumpah akan patuh pada setiap perintah Bu Kie demi untuk kepentingan perjuangan mereka. Song Wan Kiauw, murid tertua dari Thio Sam Hong pun telah bersumpah akan mematuhi seluruh perintah Bu Kie. Demikian pula yang lainnya.
Untuk sementara waktu Bu Kie telah menjalankan kekuasaan penuh sebagai Kauwcu Beng kauw. Dia begitu sigap mengatur segalanya, dan Bu Tong San dipinjam oleh Bengkauw sebagai markas sementara. Hal itu tidak
membawa rasa keberatan dihati Jie Lian Cu atau murid2 Bu Tong Pay lainnya.
Hari demi hari telah lewat dengan cepat. Sebentar saja telah berlalu dua bulan, Dan Beng kauw yang semula telah terpendam, tidak pernah melakukan gerakan, justeru sekarang telah bangkit kembali.
Para tokoh rimba persilatan yang dihubungi telah berdatangan berkumpul di Bu Tong San, Dalam waktu yang singkat, selama dua bulan itu, Bengkauw telah memiliki jumlah kekuatan hampir tiga ribu orang.
Malah yang agak luar biasa, mereka umumnya merupakan tokoh-tokoh rimba persilatan yang memiliki ilmu silat tinggi, bukan orang sembarangan. Mereka bertekad hendak mengadakan perlawanan kepada Cu Goan Ciang.
Memang telah cukup lama mereka mendendam rasa penasaran dihati masing2 melihat Cu Goan Ciang berhasil naik takhta, namun menjalankan pemerintahan dengan keras bahkan telah mendesak Bengkauw sedemikian rupa.
Akan tetapi, tanpa dihimpun dan tanpa ada yang memimpin mereka, jelas mereka tidak berdaya, Kekuatan yang terpencar2 tidak akan membawa manfaat apa2, mereka tidak bisa melakukan suatu apapun juga, sekarang justeru Bu Kie telah menghimpun mereka lagi, telah menghimpun kekuatan dikalangan Beng-kauw, bahkan juga
anggota Bengkauw yang
dulu telah terpencar2, kini dikumpulkan kembali, menghadapi Cu Goan Ciang, maka Bengkauw bagaikan telah bangun dari tidurnya, telah bangkit dari terlenanya.
Dan juga, memang terlihat jelas sekali semangat berjuang dari orang2 Bengkauw tersebut, yang bertekad untuk berjuang guna meruntuhkan Cu Goan Ciang. dibubarkan dan
untuk berjuang Selama dua bulan itu tidak ada peristiwa yang terlalu luar biasa, dan juga pihak Cu Goan Ciang tidak mengirimkan pasukannya mengadakan penyerbuan ke Bu Tong San. Dan hal ini cukup mengherankan Bu Kie dan yang lainnya, Tio Beng menduga mungkin Cu Goan Ciang tengah mempersiapkan sesuatu yang jauh lebih hebat
dibandingkan dengan penyerbuan dan pengerahan pasukan tentaranya.
Thio Bu Kiepun tetap memerintahkan orang2 Bengkauw, disamping berusaha memupuk kekuatan dan
mencari kontak dengan seluruh orang gagah yang mencintai negeri, mereka tetap berwaspada untuk sewaktu2 menghadapi serangan dari Cu Goan Ciang.
-ooooo)0dw0(ooooo
CU GOAN-CIANG memukul meja dihadapannya keras sekali, mukanya merah padam karena murka. Geram sekali Kaisar ini, dan ia tengah memandang tajam kepada Bauw Sim Kak yang berlutut dengan tubuh gemetar dihadapan meja.
"Hemm, manusia2 tidak punya guna!" kata Cu Goan Ciang dengan suara masih mengandung kegeraman, suaranya meninggi mengandung kemarahan.
"Apa gunanya kalian di perlengkapi dengan pasukan yang cukup besar namun kenyataannya kalian dibuat tidak berdaya seperti itu."
Bauw Sim Kak yang masih berlutut dengan tubuh gemetar ketakutan dan tidak berani mengangkat kepalanya, telah menyahuti:
"Ampunilah hamba Hongsiang sesungguhnya, memang hamba telah berusaha untuk memimpin sebaiknya, namun kekuatan kita dibandingkan dengan mereka, biarpun jauh lebih besar, tokh mereka itu terdiri orang2 rimba persilatan yang memiliki ilmu silat tinggi..."
Karenanya pasukan yang dipimpin hamba telah dibuat kucar-kucir, korban yang berjatuhan cukup banyak."
Cu Goan Ciang geram sekali. Memang tadi Bauw Sim Kek telah perintah
melaporkan bahwa ia telah
junjungannya ini, karena gagal memenuhi pasukan yang dipimpinnya telah dibikin kucar-kacir oleh puluhan orang gagah yang tengah melakukan perjalanan ke Bu Tong San. Cu Goan Ciang sendiri telah menerima laporan, bahwa Bu Kie tengah bergerak kembali menghimpun kekuatan Bengkauw, dengan bermarkas sementara pula dikuil Bu Tong Pay digunung Bu Tong San.
Telah dua bulan lebih Cu Goan Ciang merundingkan hal itu beberapa orang penasehat dan Kunsunya, Diapun telah menetapkan bahwa setiap kota harus ditempatkan orang2 yang dapat dipercaya, untuk mengamati orang2 gagah didaerah tersebut.
Dengan begitu, jika terbukti orang gagah dikota itu mengadakan kontak dengan orang2 Bengkauw, maka orang gagah tersebut harus dibinasakan.
Juga para orang2 gagah yang melakukan perjalanan ke Bu Tong San, walaupun apa saja alasan mereka, harus dicap sebagai musuh kerajaan, ditangkap atau dibinasakan ditempat itu juga.
Perintah yang tegas dikeluarkan oleh Cu Goan Ciang guna membendung pergolakan yang mungkin saja meledak di berbagai tempat.
Cu Goan Ciang sendiri menyadari betapa besarnya pengaruh Bengkauw, dan juga, banyak orang2 gagah yang bersedia berkorban berjuang untuk Bengkauw.
Dalam waktu yang sangat bersamaan, Cu Goan Ciangpun telah mengeluarkan firman, menyatakan bahwa Bengkauw merupakan agama tersesat, yang harus dimusnahkan.
Siapa saja, jika diketahui sebagai anggota Bengkauw, harus ditangkap dan diburu.
Dengan mengeluarkan pengumuman dan firman seperti itu, Cu Goan Ciang bermaksud agar rakyat tidak berani memasuki Bengkauw dan memusuhinya.
Namun justeru apa yang telah dikeluarkan oleh Cu Goan Ciang dalam bentuk keputusan-keputusan seperti itu, malah membuat rakyat merasa tidak puas. Rakyat semua
mengetahui bahwa Cu
Goan Ciang sebenarnya adalah orang yang berasal dari Bengkauw, yang berhasil karena dukungan Bengkauw. Cu Goan Ciang bisa naik takhta karena dukungan Bengkauw, Dan sekarang, disaat dia telah naik tahta,
justeru dia memusuhi Bengkauw dan memburu anggota2 Bengkauw, yang dengan kejam dijatuhi hukuman mati.


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan adanya perasaan tidak senang dihati rakyat, maka kekalutan banyak sekali timbul di mana2, banyak orang yang berduyun-duyun pergi ke Bu Tong San, untuk bergabung dengan Bengkauw.
Malah di beberapa propinsi, telah timbul perhimpunan orang gagah, yang bersatu untuk mengadakan pemberontakan. Namun mereka selalu dapat ditindas oleh pasukan Cu Goan Ciang yang berkekuatan sangat besar.
Dan orang2 yang telah dibikin kucar-kacir itu harus melarikan diri ke Bu Tong San guna menggabungkan diri dengan Bengkauw.
Dalam waktu yang singkat, anggota Beng kauw telah kian bertambah jumlahnya pesat sekali. Bu Kie pun melihat, perhimpunan yang diadakannya merupakan
perhimpunan dari orang-orang gagah. Malah Bu Kie mengaturnya menurut peraturan sebuah perkumpulan yang menyerupai juga peraturan2 dalam sebuah kerajaan kecil, dimana diperlengkapi dengan pembantu nya yang harus menangani berbagai masalah dan dibidang masing-masing.
Cu Goan Ciang yang mengetahui akan kemajuan Bengkauw yang begitu pesat telah membuatnya berkuatir juga, ia mengetahui siapa adanya Bu Kie, dan kini ia telah menghimpun para orang gagah, Dengan demikian tentu ancaman buat takhta kerajaannya tidak kecil.
Dan itu pula yang menjadi pangkal sebab Cu Goan Ciang telah perintahkan para pahlawannya, untuk pergi berusaha menggempur dan mengganggu serta mengacaukan perhimpunan para orang gagah di Bu Tong San.
Cu Goan Ciang telah mengirimkan ratusan orang pahlawannya, yang menyamar harus menyelusup kedalam Bu Tong San, dimana mereka pura2 sebagai para orang gagah pembela negara, untuk bergabung dengan Bengkauw.
Hanya saja yang disesalkan oleh Cu Goan Ciang, Bu Kie dengan didampingi Tio Beng sangat teliti sekali. Pos-pos yang terpenting Bengkauw telah ditangani oleh orang-orang yang benar2 dipercaya, umumnya murid2 Bu Tong Pay dan bekas anggota Bengkauw yang pernah dibubarkan dimasa lalu.
Juga peraturan didalam Bengkauw sangat keras dengan disiplin yang tidak ada tawar menawar. Dengan begitu sulit gerakan
tentang buat para pahlawan Kaisar mengadakan mengacaukan orang2 Bengkauw tersebut.
Bu Kie sendiri bukannya tidak berpikir kemungkinan menyusupnya kedalam tubuh Bengkauw orang nya Cu Goan Ciang dan hal itu telah diperhitungkannya masak2. Dan semuanya memang dapat diatasinya dengan se baik2nya, dimana ia telah perintahkan dan memberikan tugas kepada Song Wan Kiauw, Jie Lian Cu, In Lie Heng dan Hoan Yauw, untuk menyeleksi dan
menyaring orang2 yang datang ke Bu Tong San bermaksud menggabungkan diri pada Bengkauw.
Sebagai orang2 yang telah memiliki kepandaian yang tinggi tentu saja Song Wan Kiauw dan yang lainnya bisa melihat dan mengetahui nya bahwa seseorang memiliki
kepandaian yang biasa
saja atau memang memiliki kepandaian yang tinggi. Jika seseorang berpura-pura tidak memiliki kepandaian padahal orang itu memang me miliki ilmu silat yang tinggi, mereka segera bisa mengetahui, pasti orang itu memiliki
maksud tidak baik dan hanya menyelusup kedalam Bengkauw.
Besar dugaan orang itu adalah orang2nya Cu Goan Ciang. walaupun orang itu diterima masuk kedalam Bengkauw, namun orang itu setiap saat diperhatikan oleh
beberapa orang Bengkauw, yang khusus membuntuti dan mengikuti gerak-gerik orang tersebut.
Jika terbukti orang itu ingin menimbulkan pengacauan dan juga menghasut orang2 Bengkauw, maka orang itu akan ditindak.
Kekuatan dari penghimpunan orang2 Beng kauw ternyata seperti juga datangnya gelombang laut yang semakin lama semakin besar, gunung Bu Tong San yang begitu luas, ternyata tidak anggota Bengkauw, karena dapat menampung seluruh jumlah mereka yang telah
meliputi puluhan ribu orang, dan karenanya, sebagian dari mereka menetap dikaki gunung.
Setelah lewat lagi dua bulan, Bu Kie yakin telah tiba waktunya mengadakan gerakan maju untuk merebut beberapa kota terdekat dengan gunung Bu Tong San, yaitu Shia-king kwan, Ciu-yao, Cin-kang dan Ciu-ling.
Keempat kota tersebut memang merupakan kota2 yang tidak terlalu besar, namun dapat dipergunakan sebagai tempat dipusatkannya basis kekuatan Bengkauw. Karenanya Bu Kie telah menggerakkan anggota Bengkauw, untuk merebut satu persatu kota itu.
Kota pertama yang ingin direbut Bu Kie yaitu Shia-kingkwan, merupakan kota yang terjaga kuat sekali oleh pasukan tentara kerajaan.
Cu Goan Ciang memang telah dapat menduga, pasti, jika Bengkauw bergerak, pertama-tama yang dilakukannya adalah merebut kota-kota itu, karenanya, telah ditempatkan pasukan tentara kerajaan dalam jumlah yang besar, pertempuran yang berkobar dalam waktu yang singkat telah dapat diakhiri dengan berhasilnya Bengkauw merebut kota tersebut.
Hal ini disebabkan justeru "pasukan" yang dikerahkan Bu Kie merupakan orang-orang rimba persilatan yang memiliki ilmu silat tinggi.
Boleh saja pasukan tentara kerajaan itu mengerti taktik peperangan namun justeru dalam pertempuran terbuka dengan sangat mudah sekali mereka dibuat kucar-kacir.
Bauw Sim Kak yang ikut memimpin pasukan yang menjaga bagian sebelah kanan dari kota itu, telah terluka dan pasukannya kucar-kacir itulah sebabnya Bauw Sim Kak cepat2 kembali keistana Kaisar, untuk melaporkan apa yang terjadi, membuat Kaisar Cu Goan Ciang geram sekali.
Bauw Sim Kak ketakutan bukan main, ia kuatir jika Kaisar ini kalap, tentu ia akan dijatuhi hukuman yang berat atau hukuman berulang kali Kaisarnya.
Juga ia telah bersumpah dan berjanji akan mengerahkan seluruh anak buahnya. berjuang sampai mati demi membela kerajaan.
Berangsur2 muka Kaisar Cu Goan Ciang pulih sebagaimana biasa, lebih sabar. ia seorang yang cerdik, karena jika bukan seorang yang cerdik, tentu dia tidak dapat menghadapi Bu Kie, dengan akal liciknya ia telah membuat Bu Kie beberapa waktu yang lalu menjadi tawar hatinya karena menduga kawan2 dekatnya berkhianat.
Sekarang iapun telah berpikir. Tidak bisa mempergunakan tangan besi pada Bauw Sim Kak. Benar Bauw Sim Kak seorang rimba persilatan yang kepandaiannya tidak lebih tinggi dari Tek Goan Taysu, cuma saja, ia memiliki pengaruh yang sangat luas didalam rimba persilatan dengan perkumpulannya yang sangat besar dan beranggota sangat banyak itu.
Dengan demikian,
hukuman mati atau
jika saja Bauw Sim Kak dijatuhi hukuman berat lainnya, jelas akan memancing perasaan tidak senang dari kawannya ataupun anak buahnya, bisa menimbulkan perasaan kurang gembira dihati para pahlawan istana juga, yang mungkin mereka
mati, itulah sebabnya ia telah memohon untuk memperoleh pengampunan dari akan berpikir tentu kelak dikemudian hari menerima nasib seperti Bauw Sim Kak.
"Baiklah!" kata Cu Goan Ciang kemudian, "Tim memang mengharapkan sekali kesediaan Keng, untuk mengerahkan seluruh anak buah Keng, jika memang
berhasil meruntuhkan Bengkauw, tentu saja Keng (kau) merupakan satu2nya orang yang pertama kali menerima penghargaan dan pangkat dari Tim !"
Mendengar perkataan Kaisar seperti itu, bukan main terbuka hati Bauw Sim Kak, dengan tetap berlutut, tapi dengan suara yang bersemangat dia berjanji:
"Hamba akan berjuang sampai titik darah terakhir, dan seluruh anak buah hamba juga akan berbuat hal yang sama, akan mempertaruhkan jiwa untuk berdiri setia di belakang Hongsiang."
"Bagus !" kata Cu Goan Ciang sambil mengangguk2kan kepalanya, "Dan Tim harap Keng dapat memimpin orang2 Keng, guna membangun jasa yang lebih baik lagi.... .Kemenangan Keng selama ini bukan tidak membawa arti buat kerajaan, justeru Tim telah melihat bahwa Keng memang berjuang dengan segenap kemampuan Keng, dan Tim sangat menghargai.
Terlebih lagi jika memang Keng kelak telah berhasil untuk memupuk jasa, tentu Tim akan memberikan dan menganugerahi pangkat yang sesuai dengan jasa yang telah dibikin oleh Keng."
"Terima kasih Hongsiang... terima kasih..." kata Bauw Sim Kak sambil berulang kali mengangguk2kan kepalanya, sampai kening nya menghantam lantai.
Cu Goan Ciang mengibaskan lengan bajunya, ia perintahkan Bauw Sim Kak berlalu. Setelah Bauw Sim Kak pergi, Cu Goan Ciang duduk termenung ditempatnya, ia tengah memikir, dengan cara bagaimana dapat meruntuhkan Bengkauw sampai keakarakarnya. Kedudukan Cu Goan Ciang sekarang ini memang telah kuat, ia telah menghimpun kekuatan diseluruh daratan Tionggoan. Disetiap propinsi telah ditempatkan
orang2 kepercayaannya, setiap kotapun telah ditempat orang2nya yang bisa diandalkan.
Namun, jika memang Beng-kauw bergerak dari "jantung" daratan Tionggoan, biarpun seluruh orang-orangnya dikerahkan, bahaya itu tetap tidak bisa dilenyapkan, karena akhirnya justeru orang2 Bengkauw itu akan menggempur
kota raja, inilah yang tidak diinginkan oleh Cu Goan Ciang.
Ia memang mengetahui sebaik-baiknya sampai dimana kemampuan Bu Kie dalam memimpin Bengkauw, dan juga berapa jauh kecerdikan yang dimiliki Tio Beng, sedangkan
yang tidak Cu Goan Ciang sendiri memiliki kecerdikan berada disebelah bawah Tio Beng.
Hanya yang membuat Cu Goan Ciang menyesali peristiwa yang telah terjadi dulu, dimana Tek Goan Taysu telah meminta kepadanya buat menghancurkan Bu Tong Pay.
Waktu itu jika ia menolak permohonan Tek Goan Taysu dan tetap tidak memusuhi Bu Tong Pay niscaya Bu Kie tetap tidak bergerak, tidak akan menghimpun kekuatan, ia seperti macan tidur.
Dan justeru penyerbuan yang dilakukan oleh Tek Goan Taysu, walaupun penyerbuan hanya memiliki kekuatan yang tidak terlalu besar, dalam rangka memusnahkan dan menghancurkan Bu Tong Pay, tetapi telah memancing kemarahan Bu Kie dan para orang2 gagah lainnya.
Bagaimanapun juga Bu Kie sekarang seperti macan yang telah terbangun dari tidurnya dan siap menerkam, merupakan suatu yang dapat membahayakan dan mengancam takhta kerajaan.
Sejenak Cu Goan Ciang termenung seperti itu, tampak melangkah masuk seorang gadis berusia antara lima belas atau enam belas tahun, wajahnya sangat manis, ia berpakaian sangat mewah sekali, dengan berbagai perhiasan.
Dan juga diwaktu itu, langkah kakinya ringan sekali, tampak senyum yang mekar di bibirnya yang memerah sangat sehat. Matanya hitam jeli sekali bersinar terang, dengan pipinya yang memerah segar.
Cu Goan Ciang menoleh ketika mendengar suara langkah kaki tersebut,
wajahnya yang muram seketika berobah menjadi terang ia berkata dengan suara yang sabar dan lembut: "Tiat-jie, kau?"
Gadis itu telah menghampiri dan membungkuk memberi hormat.
"Thia, sesungguhnya hati Tiat-jie belakangan ini kurang gembira...!" kata gadis itu.
Gu Goan Ciang memperlihatkan sikap terheran-heran. Gadis itu menggeleng, ia menunduk, kemudian katanya dengan suara yang ragu-ragu:
"Tiat-jie melihat belakangan ini Thia-thia sering bermuram durja, seperti juga tengah menghadapi sesuatu yang berat dan memusingkan kepala, Kepada para paman menteri Tiat-jie telah menanyakan, sesungguhnya apa yang terjadi, sehingga Thia-thia (ayah) selalu bermuram seperti itu. mereka tidak mau mengatakan hanya tertawa saja.
sungguh Thia, hal itu membuat Tiat-jie jadi tidak gembira....!"
Setelah berkata begitu, gadis tersebut, telah mengangkat kepalanya memandang Kaisar Cu Goan Ciang.
Tiat-jie atau nama lengkapnya Cu Ho Tiat adalah puteri tunggal Cu Goan Ciang dari empat orang bersaudara, Tiga orang saudaranya semua laki2 dan ia merupakan anak keempat, jadi puteri bungsu dari Kaisar Cu Goan Ciang.
Ho Tiat seorang yang periang dan selalu bergembira, sangat dimanjakan oleh ayahnya, Setiap keinginannya selalu dituruti, jika berhadapan dengan puteri bungsunya
ini, Cu Goan Ciang tidak pernah memperlihatkan sikap murung atau muram.
Sama sekali ia tidak memperlihatkan sikap tengah pusing ataupun tengah menghadapi sesuatu yang memberatkan hati maupun pikirannya. Kepada puteri tunggalnya ini ia
mencurahkan seluruh kasih sayang seorang bapak.
Cu Goan Ciang tertawa bergelak2 mendengar perkataan puterinya seperti itu, ia berdiri dari duduknya, dan menghampiri puterinya, dirangkulnya dengan penuh kasih sayang seorang ayah, sambil tersenyum katanya:
"Tiat-jie, seorang Kaisar memang memiliki banyak persoalan, yang harus dibereskan karena itu sudah kewajibannya untuk memimpin rakyatnya. Thia-thia bermaksud untuk memberikan kemakmuran kepada seluruh
lapisan rakyat, kesejahteraan yang merata, itulah cita2 ayah dan juga Thia-thia ingin menjadi seorang Kaisar yang baik, yang kelak jika telah wafat akan dikenang oleh rakyat Thia.
Engkau masih terlalu kecil Tiat-jie, dan kau jangan mencampuri urusan negara, Kau telah cukup senang dan bahagia, melewati hari2mu penuh kegembiraan, bukan "!"
Ho Tiat menggelengkan kepalanya beberapa kali, dengan sikap manja dan mata terbuka lebar ia berkata, "Tidak Thia, Tiat-jie tidak kecil lagi... Tiat-jie telah dewasa tidak dapat Thia mengatakan bahwa Tiat-ji masih kecil! Jika ada sesuatu yang menyusahkan hati ayah, katakanlah kepada Tiat jie siapa tahu Tiat-jie dapat membantu Thia dengan pikiran !"
Cu Goan Ciang tertawa, ia merasa lucu dan agak terharu mendengar perkataan puterinya seperti itu. "Tiat-jie anakku, kau sangat baik sekali memperhatikan ayah !" Dan ia mengelus-elus rambut puterinya dengan
penuh kasih sayang. "Urusan kerajaan memang sudah menjadi kewajiban Thia untuk mengurusnya, dan semua ini juga untuk kebahagianmu!
Jika kelak engkau bisa memperoleh seorang suami yang dapat memanjakan dan mencintaimu, Thia sudah bahagia! Kau seorang anak yang cantik, puteri Kaisar, karenanya kedudukan dirimu dalam dunia ini merupakan martabat yang tinggi sekali. Sekarang engkau harus baik-baik mendampingi ibumu, bergembiralah setiap hari.
Jika melihat kalian bergembira, Thia sudah terhibur dan gembira, perasaan lelah sepanjang hari mengurusi urusan kerajaan jadi lenyap ! Kau mengerti, anakku yang manis "!"
Ho Tiat tersenyum sambil mengangguk.
"Tetapi Thia harus berjanji, jika ada sesuatu yang menyusahkan hati Thia maka Thia-thia harus memberitahukan kepada Tiat-jie !" katanya.
Cu Goan Ciang mengangguk sambil senyum.
"Ya, ya, anak manis ! Thia tentu akan memberitahukan kepadamu jika saja Thia tengah dalam kesulitan !" kita Cu Goan Ciang kemudian, Kemudian Cu Goan Ciang seperti teringat sesuatu, tanyanya: "Oya, bagaimana dengan latihan ilmu silatmu "!"
"Thia tentu tidak akan kecewa mendengarnya, karena Tiat-jie berlatih setiap hari dengan rajin dan tekun, Satu harinya Tiat-jie berlatih tiga jam !"
"Bagus !" kata Cu Goan Ciang, Dan gurumu itu, apakah ia memperoleh pelayanan yang cukup "!"
Ho Tiat mengangguk.
"Ya, cukup memuaskan, karena Suhu selalu mengatakan ia memang lebih gembira jika tidak dilayani pelayan istana, ia tidak mau bertemu dengan siapapun juga !"
"Apakah setelah setahun lebih engkau belajar ilmu silat padanya, dia masih belum memberitahukan siapa namanya "!"
Ho Tiat menggeleng.
"Tiat-jie hanya memangginya dengan sebutan Suhu saja, Sampai sekarang Suhu masih tidak mau memberitahukan siapa adanya dia !"
"Biarlah ! Tetapi menurut apa yang Thia lihat, kepandaian dan ilmu silatnya memang luar biasa, Dia seorang Kukoay, akan tetapi tenaganya sangat diperlukan sewaktu2 Thia ingin memberikan tugas kepadanya !"
"Memberikan tugas kepada Suhu, Thia?" tanya Ho Tiat sambil mementang matanya lebar-lebar.
Cu Goan Ciang mengangguk.
"Ya !" menyahuti Cu Goan Ciang.
"Dan itu merupakan tugas yang sangat penting."
"Tugas apa Thia ?" tanya Ho Tiat.
"Nanti Thia akan jelaskan ! Sekarang kau kembalilah ketempat ibumu, nanti mencari2mu dan menguatirkan dirimu !" kata Cu Goan Ciang.
Ho Tiat tersenyum manja, kemudian memberi hormat kepada ayahnya dan meninggalkan ruangan itu.
Setelah puterinya berlalu, Cu Goan Ciang menghela napas dalam2. Puterinya, Tiat-jie, satu2nya permata hatinya, yang sangat disayang benar.
Dan juga, ia puterinya, karena
benar2 gembira jika berada dengan ia melupakan urusan kerajaan, yang
setiap hari membuat ia harus berpikir keras untuk mengatur negeri. Dan puterinya tahun ini telah berusia lima belas tahun, telah meningkat dewasa. Tidak lama lagi, tentu ia akan menikah dan juga memperoleh seorang suami yang sangat baik.
Berpikir mengenai calon suami puterinya tersebut, Cu Goan Ciang jadi menggeleng-gelengkan kepalanya, Tidak mungkin calon suami puterinya itu merupakan putera dari menterinya atau juga dari orang-orang sebawahannya.
Terkandung niat dihati Cu Goan Ciang buat memperoleh menantu seorang putera raja dari kerajaan diluar daratan Tionggoan. ia seringkali mendengar akan kehebatan dan kemajuan peradaban orang-orang di Barat, negeri yang sangat jauh dari daratan Tionggoan.
Suku bangsa yang memiliki bentuk tubuh banyak persamaannya dengan orang2 Mongolia, Hidung yang mancung, mata yang biru akan tetapi kulit yang putih, tidak seperti suku bangsa Mongolia yang kuning.
Dan Cu Goan Ciang jadi tersenyum sendirinya, memang tidak lama lagi ia ingin mengutus kurir pergi kenegeri Barat, disana menyelidiki keadaan suku bangsa di Barat tersebut.
Cu Goan Ciang pun memang ingin berusaha sekuat tenaganya, agar dapat memajukan negerinya, untuk memperkuat kedudukan agar ia tidak runtuh dari takhta.
Disamping itu, memang terkandung cita2 padanya, bahwa ia bermaksud untuk pergi keberbagai negeri disegala penjuru dunia, dia ingin melihat, betapa ditempat2 itu kemajuan yang telah di capai tidak melebihi dari apa yang dicapai oleh daratan Tionggoan, yang dipimpinnya.
Karena dari itu, sebelum kepergiannya, itu, Cu Goan Ciang hendak memerintahkan beberapa orang panglima kepercayaannya, untuk pergi menyelidiki keadaan dinegeri barat tersebut.
Cita-cita yang terkandung didalam hati Cu Goan Ciang memang merupakan cita-cita yang sangat besar, cita-cita yang memiliki suatu tujuan memperoleh keagungan yang sangat tinggi, dimana iapun berpikir, ia akan memperlihatkan kepada dunia, bahwa ia merupakan satu2nya Kaisar Tionggoan yang akan berhasil memajukan
Tionggoan mencapai puncak kehidupan dan penghidupan rakyat yang layak, dan merupakan kerajaan yang sangat maju sekali disegala bidang.
Hanya yang sering membuat dia gundah, adalah sikap dari Bu Kie, yang kini telah kembali menghimpun orang2
Bengkauw, itu merupakan suatu pertaruhan buat dirinya, dimana jika ia gagal menghadapi Bu Kie dengan para pengikutnya, berarti ia akan kandas.
Maka Cu Goan Ciang telah mengerahkan seluruh daya pikir dan kemampuannya untuk dapat mengatasi persoalan
Thio Bu Kie dengan Bengkauwnya itu.
Cu Goan Ciang sebagai Kaisar yang cerdik menyadari bahwa kekuatan yang dimiliki Thio Bu Kie dengan para pengikutnya itu, masih berbeda sangat jauh dibandingkan kekuatan yang dimilikinya sendiri.
Namun justeru dalam peperangan mengenai masalah jumlah tidak selalu memegang peranan penting, karena justeru yang paling utama adalah taktik untuk meruntuhkan lawan.
Cu Goan Ciang memiliki keyakinan bahwa ia akan dapat meruntuhkan Bu Kie dengan para pengikutnya, Karena pengalamannya selama mendampingi Bu Kie,
waktu dulu mengadakan peperangan dengan kerajaan dimasa lalu, telah memberikan banyak sekali pemikiran kepada Cu Goan Ciang, dimana dia memang mengenal betul adat dan tabiat dari Kauwcu Bengkauw tersebut.
oooooo)OdwO(ooooo CU HO TIAT tengah menuju keistana Honghauw (permaisuri), ibunya, Tetapi ketika ia tengah melewati taman istana, ia berdiri ragu dihadapan pohon2 bunga yang
tumbuh ditempat itu, ia mengawasi bunga2 itu, kemudian menoleh kesudut ruangan taman bunga yang sangat luas itu, kearah kanannya.
Dia melihat dua orang tentara pegawai istana tengah
berdiri tegak dengan sikap siap siaga, dan juga tampak mereka tidak berani memandang kepada puteri Kaisar. Kedua orang penjaga itu segera dihampirinya.
"Paman.... apakah aku boleh pergi keluar dari istana untuk jalan2 "!" tanya Cu Ho Tiat kepada kedua penjaga istana tersebut.
Kedua pengawal istana waktu melihat puteri Kaisar menghampiri mereka, keduanya segera memberi hormat dengan sikap yang sangat menghormat sekali.
Tetapi ketika mendengar pertanyaan puteri Junjungah mereka, keduanya telah memperlihatkan sikap menyesal. "Kuncu, sudah menjadi peraturan yang ada, setiap penghuni istana ingin keluar dari istana, harus memperoleh surat ijin dari pengurus istana...!"
Ho Tiat waktu itu telah mengawasi ke dua orang pengawal itu, kemudian tertawa.
"Tetapi kalian telah mengetahui bahwa aku puteri Kaisar, apakah kalian masih tidak bisa membiarkan aku keluar !"
"Bukan itu masalahnya Kuncu!" kata salah seorang pengawal istana tersebut, "Justeru memang sudah menjadi peraturan yang dijalani dengan ketat sekali, setiap penghuni istana tidak bisa sembarangan meninggalkan istana.
Hal ini demi kebaikan penghuni istana juga, karena untuk keselamatan dirinya, diluar dia bisa terancam sesuatu yang kita tidak mengetahuinya.
Hamba tidak berani untuk menentang dan mencegah keinginan Kuncu (tuan puteri) keluar dari istana ini, namun memang tampak juga oleh Kuncu, bahwa hamba berdua pun ikut menguatirkan keselamatan Kuncu jika keluar seorang diri, dimana hamba berdua pun terancam hukuman
mati jika saja sampai Kuncu mengalami sesuatu yang tidak enak !"
Ho Tiat mengangguk.
"Baiklah jika begitu, akupun tidak akan memaksa kalian mengijinkan aku keluar dari ruangan istana !" katanya, "Tetapi ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepada kalian, dan kalian harus menjawabnya dengan jujur..!"
Kedua tentara pengawal istana segera juga membungkukkan tubuh mereka memberi hormat.
"Katakanlah Kuncu, kami mana berani berdusta, kami tentu akan menjawab dengan jujur !"
"Mengapa akhir2 ini Thia-thia seringkali bermuram durja "!" tanya Ho Tiat. Ditanya begitu, kedua pengawal istana jadi bengong, mereka memandang puteri junjungan mereka dengan mata tidak berkesip.
"Ini ini mana kami ketahui.... kami hanya hamba" yang mengurusi istana keluarga Kaisar urusan negeri kami, tidak berani mencampurinya, kami tidak mengetahuinya Kuncu."
"Hemmmm, sama saja jawaban kalian dengan para paman menteri !" kata Ho Tiat mendongkol. Dan tanpa mengatakan sesuatu apapun juga, ia telah memutar tubuhnya dan meninggalkan taman istana.
Sedangkan kedua pengawal istana telah saling pandang, mereka kemudian telah mengangkat bahu mereka, benar2 mereka jadi tidak tenang.
Ho Tiat adalah puteri kesayangan dari junjungan mereka, dengan demikian, setiap keinginannya harus diturutinya. Sekarang, mereka tidak bisa menjelaskan apa
yang ditanyakan gadis itu, tentu saja kedua orang pengawal istana jadi tidak tenang hatinya.
Sedangkan Ho Tiat telah pergi keruangan tengah dari istana Honghauw, dilihatnya menyongsong mereka telah dengan sikap para dayang yang datang menghormat sekali. Dan
menyambut puteri Kaisar dengan senyum
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bermekaran dibibir mereka, sikap mereka juga sangat menghormat sekali. Namun Ho Tiat yang tengah jengkel telah mengibaskan tangannya, memerintahkan para dayang itu agar mengundurkan diri.
Para dayang itu mengetahui bahwa puteri Kaisar tengah bermurung diri, mereka mana berani menanyakan segala apa pada puteri Kaisar.
Mereka hanya dengan sikap yang sangat menghormat sekali, telah cepat2 mengundurkan diri meninggalkan Ho
Tiat yang waktu itu telah menjatuhkan diri rebah dikursi berukiran indah sekali, rebah dengan sepasang mata terbuka lebar2.
"Belakangan ini Thian-thia selalu bermuram durja, tampaknya Thia thia memang tengah mengalami sesuatu yang kurang menggembirakan!
Namun Thia thia selalu mengatakan bahwa aku masih kecil dan tidak akan mengerti urusan negeri. Maka selama ini pula aku tidak mengetahui sebab2nya mengapa Thiathia selalu bermuram durja, juga para paman menteri tidak
pernah mau memberikan penjelasan seperti yang kukehendaki. Karena dari itu, apakah lebih baik aku berusaha untuk menyelidiki meminta keterangan dari ibu."!"
Tengah Ho Tiat berpikir seperti itu, dari ruangan dalam melangkah keluar seorang wanita setengah baya, wanita bangsawan yang berpakaian mewah dan agung sekali. Di belakangnya mengiringi dua orang dayang.
Dialah Honghauw, permaisuri yang agung, yang telah menghampiri puterinya dengan bibir tersenyum lebar.
"Tiat jie, mengapa kau tampaknya kurang gembira hari ini "!" tanya Honghauw kepada puterinya dengan suara yang sabar dan lembut.
Ho Tiat ketika mengetahui ibunya datang padanya, cepat-cepat melompat turun dan berlutut memberi hormat kepada ibunya.
Honghauw telah membangunkan puterinya. dimana dia telah perintahkan kedua dayang itu berlalu meninggalkan mereka. Kedua dayang itupun segera mengundurkan diri.
Dengan suara yang sabar dan lembut, Honghauw telah bertanya kepada puterinya tersebut: "Tiat-jie, katakanlah, ada apakah yang menyusahkan hatimu..!"
Ho Tiat memandang ibunya, lama sekali, baru kemudian dia menyahuti: "Sesungguhnya ibu, aku heran sekali melihat Thia-thia selalu bermurung diri! Dan setiap kali aku
menanyakannya, ayah selalu mengelak dan tidak menjelaskan! Hal itu membingungkan sekali hati anak !"
Honghauw tersenyum mendengar perkataan puterinya, dia menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tiat-jie, anakku dengarlah manis, sesungguhnya ayahmu bukan tidak mau menjelaskan segalanya kepadamu, itu adalah urusan kerajaan, walaupun dijelaskan engkau tidak akan mengerti dan hanya akan membuat engkau pusing sendirinya.
Karena dari itu, ayah tidak mau membuat engkau pusing, dan telah mengelakkan pertanyaanmu. Engkau tak usah mencampuri urusan negeri, anakku, karena urusan negeri telah ditangani ayah dan juga para menteri2nya..!"
Pukulan Naga Sakti 2 Peristiwa Merah Salju Karya Gu Long Romantika Sebilah Pedang 1

Cari Blog Ini