Ceritasilat Novel Online

Pendekar Guntur 7

Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 7


Sin Gie pun melihat cara bertempur kedua orang itu yang seperti juga menutup diri dan sama sekali tidak berusaha membalas setiap kali ia mempergunakan serulingnya buat menotok, menabas dan sebagainya.
Bahkan kedua orang itu hanya main berkelit saja. Sin Gie menyadari kedua lawannya itu hendak menanti sampai dia akhirnya kehabisan tenaga.
Diwaktu itulah baru mereka akan turun tangan buat mendesak Sin Gie dan kemudian merubuhkannya, Karenanya, Sin Gie segera merobah cara bertempurnya.
sekarang ini ia tidak selalu menyerang, melainkan hanya seka li 2 menyerang dan lebih banyak menutup diri untuk dapat membendung tenaganya, agar ia tidak cepat letih.
Setelah mempelajari beberapa saat lamanya cara bertempur dari kedua lawannya, akhirnya sedikit demi
sedikit Sin Gie berhasil mendesak lawannya.
Waktu itu Tio Beng melihat, kedua orang Persia itu mulai terdesak, Diam2 dia jadi girang, Memang sebagai seorang wanita yang cerdas luar biasa. Tio Beng dapat melihat dalam waktu yang singkat, kedua orang Persia itu
tidak mungkin sanggup menandingi ilmu silat Bu Kie.
Hanya saja, disebabkan mereka memiliki ilmu sihir, dengan demikian membuat Bu Kie tadi tidak bisa merubuhkannya, sekarang Sin Gie tampaknya seperti kebal dari ilmu sihir kedua orang Persia tersebut, walau pun Iris
dan kawannya sejak tadi bertempur dengan mulut yang komat-kamit tokh Sin Gie tidak memperlihatkan tandatanda bahwa ia terpengaruh oleh ilmu sihir kedua orang tersebut.
Mengapa bisa begitu" Sedangkan Bu Kie yang memiliki lwekang yang sebetulnya lebih sempurna dari lwekang Sin Gie, juga kebathinan yang dimiliki Bu Kie jauh lebih kuat
dari bathin Sin Gie, masih terpengaruh sedikit dari ilmu sihir kedua orang itu, sedangkan Sin Gie sendiri tidak terpengaruh. Mengapa bisa terjadi seperti itu"
Ternyata Sin Gie memiliki ilmu yang bermacam ragam. ilmu yang dulu dipelajarinya berbau sesat, Dengan demikian, baik ilmu yang diturunkan oleh oleh ibunya atau juga ilmu Kiauw Pak Beng, semua itu memang mengandung ilmu kesesatan, yang memerlukan latihan terbalik dari ilmu yang lurus dan putih bersih.
Maka dari itu, Sin Gie seperti menjadi kebal terhadap pengaruh sesat atau juga sejenis ilmu sihir, Tetapi Bu Kie sendiri yang memiliki ilmu tenaga dalam yang murni dan lurus, yang kian hari dilatih semakin murni, telah melakukan segalanya dengan lurus.
Begitu terkena terjangan ilmu sihir, tenaga dalamnya itu belum bereaksi Dia telah terkena pengaruh ilmu sihir itu, Kalau saja memang tenaga dalamnya telah beraksi, niscaya kedua orang Persia itu tidak dapat mempengaruhi Bu Kie dengan ilmu sihir mereka, karena bathin Bu Kie yang telah kuat.
Tio Beng setelah memperhatikan beberapa saat, iapun segera menyadari kelemahan Bu Kie dan kelebihan Sin Gie. Disamping itu. Bu Kie pun telah menyaksikannya, betapapun kedua orang Persia itu tidak mungkin melebihi kepandaiannya. ia menyadari hal itu sebagai penonton.
Tadi sebagai orang yang bersangkutan dan juga terlibat dalam pertempuran dengan kedua orang itu, ia tidak melihat jelas seluruh kelemahannya itu. Dengan demikian membuat Bu Kie terpengaruh juga oleh ilmu sihir lawannya.
Akan tetapi sekarang ini, setelah berhasil menyaksikan jalannya pertempuran menghadapi Sin Gie, demi jurus, Bu Kie akhirnya dapat juga melihat kelemahan kedua orang itu.
Dan juga ia telah memiliki cara yang sekiranya dapat dipergunakannya sebaik mungkin dalam menghadapi kedua lawannya itu.
Karenanya Bu Kie bersiap2, jika memang Sin Gie nanti terdesak oleh kedua lawannya itu, ia akan segera maju pula, buat merubuhkan kedua orang lawannya itu. Karena
sekarang ini Bu Kie memang telah berpikir dan dapat melihat kelemahan kedua lawannya, ia pun dapat menduga sampai dimana tinggi dan sempurnanya kepandaian kedua orang itu.
Sampai berapa jauh kedua orang itu dapat mempergunakan ilmu sihirnya, dan juga dengan cara bagaimana ia akan dapat menindih dan balik mempengaruhi kedua orang Persia tersebut. Karenanya Bu Kie telah bersiap2 ia hendak maju buat menggantikan kedudukan Sin Gie.
Hanya saja dilihatnya Sin Gie pun tengah mengerahkan seluruh kepandaiannya, dimana serulingnya itu menyambar2 bagaikan seekor naga, yang bergulung2 dan menyambar akan menghantam kepala, mata, dada dan pundak dari Iris dan kawannya.
antara Iris bersama kawannya
dan setelah memperhatikan jurus Jika memang Bu Kie mempergunakan kesempatan itu maju untuk menggantikan Sin Gie, tentu hanya akan membuat Sin Gie terpojokan, karena ia harus menarik pulang tenaganya dan juga menghentikan segala penyerangannya, Dengan demikian akan membuat kemungkinan juga Sin Gie bisa kecolongan diserang kedua orang lawannya.
Waktu itu tampak Sin Gie mengerakkan serulingnya dengan jurus2 yang sangat tangguh, merupakan jurus2 simpanannya, yang hanya baru dipergunakan kalau saja ia menghadapi lawan berat.
Dengan demikian, luar biasa kesudahannya, serulingnya itu bagaikan seekor naga yang mengamuk menerjang kesana-kemari, dengan ekor dan kepalanya.
Iris dan kawannya yang menghadapi cara penyerangan seperti itu, jadi kaget sendirinya, karena mereka memperoleh kenyataan Sin Gie benar2 lawan yang tangguh sekali, yang harus dihadapinya sebaik mungkin.
Karenanya, Iris dan kawannya beberapa kali berusaha membatasi diri, tokh penjagaan dan perbentengan diri
mereka sering kebobolan.
Terutama sekali Iris, entah berapa kali ia hampir terkena terjangan seruling Sin Gie, terkemplang atau juga tertotok, Dengan demikian membuat Iris harus berlaku lebih hati2 lagi.
Dikala itu Tio Beng sudah tidak sabar lagi, ia berseru nyaring dan teriaknya: "Sin Gie mundurlah... percuma kau menghadapi mereka yang berlaku licik seperti itu, hanya akan men sia2kan tenagamu belaka, Mundurlah."
Sin Gie mendengar teriakan Tio Beng, jadi mengeluarkan seruan meninggi, serulingnya bergerak hebat sekali, memaksa kedua lawannya mundur, kemudian ia menjejakan kakinya tubuhnya melesat dan hinggap disamping Tio Beng.
Sedangkan Bu Kie membarengi melompat maju, Belum lagi kedua orang Persia itu sempat membuka mulut, justeru Bu Kie telah mulai mendesak dengan pukulan yang beruntun.
Sedangkan kedua orang Persia itu, mulai melancarkan ilmu sihir mereka, Tadi mereka hampir berhasil dengan ilmu sihir mereka. Akan tetapi semakin mereka
mengerahkan ilmu sihir mereka keduanya jadi terkejut bukan main. Karena ilmu sihir itu seperti juga menghantam perbentengan yang kuat sekali, dan berbalik menghantam mereka berdua!
Semakin gencar mereka mempergunakan ilmu sihir mereka, semakin kuat daya pantul nya menyerang mereka. Akhirnya, kedua orang Persia itu mereka meneruskan cara bertempur mempergunakan ilmu sihir mereka, niscaya akan membuat mereka sendiri yang menderita rugi, dimana mereka akan terkena ilmu sihir mereka. Karena itu, mereka segera
menghentikan menyerang mempergunakan ilmu sihir.
Bu Kie ternyata telah mengadakan perlindungan buat dirinya. Karena menyadari bahwa kedua orang utusan dari Bengkauw Persia itu memiliki ilmu silat yang tinggi disamping juga mengkombinasikan dengan ilmu sihir mereka.
menyadarinya, jika
seperti itu, untuk Bu Kie telah mempergunakan tenaga dalamnya untuk melindungi dirinya, ilmu kebathinan yang dimiliki Bu Kie memang telah mencapai puncak yang tinggi sekali, begitu Bu Ki mengempos kebathinannya, dengan sendirinya
membuat kedua orang Persia itu jadi terdesak.
Bu Kie pun tidak mau mensia-siakan kesempatan yang ada, karena sepasang tangannya telah bergerak dengan beruntun, dimana pada suatu kesempatan, dikala kedua orang Persia itu agak panik mengetahui ilmu sihir mereka tidak dapat mempengaruhi Bu Kie pula, bahkan menerjang berbalik kepada mereka, telah membuat mereka jadi berlaku
Kie membarengi dengan penyerangnya tangannya bergerak dengan ilmu Seng hwee-leng yang dimilikinya. Dan kedua orang itu terdesak, Membarengi dengan itu justeru terlihat Bu Kie telah berlaku cepat sekali, Ketika
salah seorang telapak tangan kena dihantam. lengah, dan Bu yang beruntun,
lawannya, yaitu lris, menyerang dengan kanannya, ia membiarkan punggungnya
"Bukkkk...,!" punggung Bu telapak tangan Iris, namun diwaktu itu juga Bu Kie, dengan tubuh yang maju selangkah membarengi dengan tangan kanannya menghantam kedada Iris, membuat Iris terhuyung mundur dan terluka didalam.
Dia mundur dengan sepasang tangan memegangi dadanya, juga dari mulutnya telah mengalir darah merah yang kental. Dengan demikian membuat Iris jadi tidak bisa maju pula buat membantu kawannya.
Kawan Iris sendiri kaget tidak terkira melihat Iris terluka seperti itu, ia telah memandang kesima sejenak.
Bu Kie tidak membuang2 waktu yang baik sekali buatnya, hanya dalam beberapa detik saja, disaat kawan Iris tengah bengong, Cepat sekali ia melompat dan telapak tangannya telah hinggap diperut lawannya sehingga kawan Iris terhuyung mundur dengan keadaan terluka.
Kie kena dihantam oleh
Waktu itu Bu Kie sendiri merasakan punggungnya yang terpukul telapak tangan Iris terasa agak sakit, akan tetapi tidak sampai membuatnya terluka.
Sedangkan kawan Iris justeru menderita luka demikianlah, pertempuran itu telah diakhiri dengan kemenangan Bu Kie.
yang telah dihantam perutnya,
didalam yang tidak ringan, Dan juga membuat Iris bersama kawannya itu jadi terluka didalam yang parah, sedangkan Iris dengan muka yang pucat telah berkata: "Bagus! Rupanya memang kau ingin mengkhianati Bengkauw, kami akan kera bali ke
Persia untuk melaporkan semua ini...!"
Dan Iris memberi isyarat kepada kawannya, kemudian mereka berdua, dengan muka yang pucat pias dan juga menahan perasaan sakit, telah memutar tubuh mereka dan berlari2 meninggalkan tempat itu.
Bu Kie hanya tertawa bergelak2 nyaring sekali, Disaat Iris dan kawannya telah berlari agak jauh, barulah Bu Kie berseru nyaring: "sampaikan salamku kepada Kauwcu kalian.!"
Dikala itu Iris dan kawannya, walaupun mendengar teriakan Bu Kie, mereka sudah tidak memperdulikan lagi, mereka berdua berlari terus dan cepat, untuk meninggalkan tempat itu. sedangkan luka didalam tubuh mereka tidak ringan. Karena itu, mereka hanya memaksakan diri belaka baru dapat berlari meninggalkan puncak gunung Himalaya itu.
Bu Kie setelah melihat kedua orang lawannya pergi dan tidak terlihat bayangannya lagi, jadi menghela napas dalam2. Diapun telah kembali kedekat Tio Beng, katanya. "Jika memang mereka tidak berlaku lengah dan congkak,
tentu tidak mudah merubuhkan mereka !"
Sin Gie mengangguk membenarkan, diapun telah berkata dengan suara yang mengandung perasaan kagum juga.
"Benar...mereka memiliki kepandaian yang liehay sekali, Yang luar biasa, justeru kepandaian dan ilmu silat mereka yang sangat aneh juga tampak jelas, mereka itu telah dapat
menguasai ilmu sihir mereka, ilmu sihir yang tidak bisa diremehkan. Sekali saja kita terpengaruh oleh ilmu sihir mereka, niscaya akan membuat kita,mudah sekali dirubuhkan mereka.
"Tetapi kita telah menanam perasaan tidak senang buat pihak Bengkauw Persia, tentu Kaucu Bengkauw Persia selanjutnya akan menuduh kita sebagai pengkhianat dimana kita selalu akan dikejar oleh anak buahnya dan kemungkinan juga dari Persia akan dikirim lagi jago2nya yang memiliki kepandaian tinggi"
Karenanya, kita harus berlaku lebih waspada. Dan kita kini memiliki dua musuh tangguh, Cu Goan Ciang dan Bengkauw Persia, Dengan demikian kita tidak boleh lengah sedikitpun juga. Kita tidak boleh terlalu berdiam diri kita harus berusaha mengatasi kesukaran ini!
Kalau sampai jago Persia diutus datang kedaratan Tionggoan niscaya akan membuat banyak orang rimba persilatan yang tidak bersalah akan memperoleh hukuman dari mereka, juga mereka akan main bunuh, jika memang mereka menuduh orang2 yang mereka curigai itu sebagai
orang Bengkauw, Cu Goan Ciang pun demikian tetapi kita telah berhasil mengatasi jika untuk Cu Goan Ciang, kita telah membubarkan Bengkauw, dengan demikian anggota Bengkauw tidak akan dimusuhi oleh Cu Goan Ciang, itu lebih baik dibandingkan jika tidak membubarkannya, di mana korban-korban yang berjatuhan akan banyak sekali !
Nah, sekarang kita harus berusaha mencari jalan sebaiknya guna dapat menghadapi Bengkauw Persia, kita harus mengutus beberapa orang untuk pergi menghadap Kauwcu Bengkau Persia, guna memberikan penjelasan kepadanya, Tentu saja utusan kita itu harus memiliki kepandaian yang tinggi dan kecerdikan yang luar biasa,
sehingga ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Jika tidak, tentu didalam perjamuan dia akan dianiaya oleh orang2 Persia itu dan menemui banyak sekali kesukaran !"
Dalam keadaan seperti itu, semua orang Bengkauw hanya berdiam diri, mereka hanya menantikan petunjuk
Kauwcu mereka lebih lanjut.
Sesungguhnya Sin Gie ingin mengajukan diri sebagai utusan Bu Kie pergi ke Persia, menghadap Kauwcu Bengkauw Persia, Namun ia masih menutup mulut.
Dilihatnya betapa Bu Kie memandang seluruh orang2 yang berada disitu dengan wajah yang dirundung kedukaan, karena walaupun bagaimana memang tampak jelas.
Bu Kie tengah bersusah hati. Dan sebagai seorang yang memiliki pengetahuan tinggi, tentu saja Bu Kie tidak akan bertindak ceroboh dan serampangan, Bu Kie tentu akan
mengatur segalanya dengan baik.
Diwaktu itu Bu Kie telah berkata lagi dengan suara yang agak perlahan. "Yang perlu kita atur sekarang ini adalah bagaimana harus mencari tempat yang lebih tenteram dibandingkan dengan keadaan disini, karena baik orang
orang Cu Goan Ciang maupun orang Bengkauw dari Persia, telah mengetahui tempat kita. Dengan demikian, kita harus menemukan kembali suatu tempat yang lebih baik buat menyepi...."
Sambil berkata begitu, Bu Kie telah mengawasi sekitar tempat itu. menghela napas beberapa kali. Tio Beng tersenyum, katanya: "Justeru puncak Himalaya ini merupakan tempat yang sangat baik sekali, Jika bukan seorang yang memiliki kepandaian tinggi, tentu dia tidak akan dapat mendaki gunung ini! Lihatlah, keadaannya yang sangat berbahaya, yang tidak bisa di lalui dengan mudah oleh orang2 memiliki kepandaian rendah.
Disamping itu, jika memang Cu Goan Ciang mengutus jago2nya, maka jago jago pilihannya belaka yang berhasil naik ke puncak Himalaya ini, berarti lawan kita berjumlah tidak terlalu banyak ! Tetapi jika memang kita memilih tempat lain, yang sekiranya mudah buat ditangani, kita malah akan menghadapi banyak kesulitan.
Cu Goan Ciang akan mengerahkan orang2nya dalam jumlah yang banyak, Demikian juga halnya dengan Bengkauw Persia itu, Dengan demikian, bukankah berarti kita menghadapi kesukaran yang lebih besar "!"
Bu Kie menghela napas.
"Benar, Beng-moay !" katanya kemudian :"Apa yang kau katakan itu memang benar." Setelah berkata begitu segera juga Bu Kie memutuskan
bahwa mereka akan tetap menetap dipuncak Himalaya ini. Mereka akan berdiam ditempat itu, dan juga bersikap lebih hati-hati, dimana mereka selalu harus waspada untuk menerima kedatangan orang2 Bengkauw Persia ataupun juga Cu Goan Ciang.
"Mulai sekarang, tidak boleh diantara kita ada yang turun gunung dulu, karena tenaganya sangat dibutuhkan sekali !" demikianlah keputusan Bu Kie.
Semua orang mengangguk.
ooo)OdOwO(ooo KITA kembali kepada Kwang Tan, Thio Bo dan Suma Lin Liang, yang telah kita tinggalkan cukup lama. Waktu itu, ketiga orang ini memang telah berkelana didalam rimba persilatan, sejauh itu tetap saja mereka tidak menemui jejak dari Ban Tok Kui, yang seperti telah lenyap begitu saja.
Dan setelah men cari2 kesana kemari dengan memakan waktu cukup lama, akhirnya mereka memutuskan untuk menghentikan pencarian itu, karena Ban Tok Kui seperti telah menyelusup kedalam bumi.
Dan Kwan Tan telah menganjurkan kepada mereka buat pergi ke Bu Tong Pay, seperti yang disarankan Suma Lin Liang beberapa waktu yang lalu. Akan tetapi Suma Lin Liang justeru meminta agar mereka pergi dulu saja ke Himalaya, buat menghadap pada Thio Bu Kie, guna menanyakan perkembangan yang baru disana.
Begitulah, akhirnya Thio Bo dan Kwang Tan menyetujuinya, Thio Bo memang ingin bertemu dengan tokoh-tokoh Bengkauw yang sangat dikaguminya.
Dan telah lama, Thio Bo mendengar berita
kesaktiannya dari orang2 Bengkauw, yang tentang katanya
memiliki kepandaian luar biasa, Terlebih lagi Thio Bu Kie yang didengarnya sejak dulu sebagai seorang pendekar yang memiliki kepandaian luar biasa, sehingga ia merupakan seorang pendekar yang mungkin satu2nya dijaman itu yang memiliki kepandaian demikian tinggi.
Begitulah, ketiga orang tersebut akhirnya telah memutuskan untuk pergi ke Himalaya. Perjalanan ke Himalaya memang memakan waktu yang cukup lama, tetapi akhirnya pada sore itu, justeru mereka
telah tiba di kaki gunung Himalaya, dimana mereka telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
duduk beristirahat disebuah batu yang telah di bersihkan oleh Suma Lin Liang dari lapisan salju.
Sedangkan Kwang Tan telah memandang keatas puncak gunung itu, memandang dengan perasaan kagum sekali. "Luar biasa" Mengagumkan sekali!" serunya berulang kali, "pemandangan yang sangat indah sekali!" Memang sesungguhnya Kwang Tan sangat mengagumi keadaan digunung Himalaya, yang berdiri tegak megah dengan ketinggiannya yang begitu luar biasa, Juga gunung yang sepanjang musim selalu di selubungi oleh salju,
merupakan tempat yang sangat sulit sekali didaki oleh orang sembarangan.
Jika seseorang yang memiliki kepandaian tanggung2, tentu tidak dapat mendaki gunung itu dengan mudah, dan juga, tebing2 yang tinggi, menjulang berbahaya sekali, dengan tumpukan salju yang akan membuat perjalanan sangat sukar dan licin sekali, sewaktu2 mereka dapat tergelincir dan maut mengincar mereka.
Karena itu, mereka telah memperoleh kenyataan, puncak Himalaya bukanlah tempat yang dapat didatangi oleh sembarangan orang.
Sedangkan Kwang Tan, yang memang sebelumnya hanya berdiam digoanya, diatas gunung yang sunyi, dan juga tidak melihat salju selain dari pohon2 belaka, telah melihat banyak kelainan di Himalaya ini, yang
membuatnya jadi sangat kagum.
Waktu itu, terlihat Suma Lin Liang mengeluarkan bungkusan makanan mereka dari perbekalan. Dia telah mengeluarkan daging bakar yang telah dikeringkan dan mereka makan untuk mengisi perut, mengurangi perasaan dingin.
Sambil makan Thio Bo berulang kali berkata: "Memang sebuah tempat yang sangat indah dan menakjubkan sekali, seperti berada ditempat berdiamnya para dewa..."
Suma Lin Liang tersenyum. "Justru tempat inilah yang merupakan tempat satu2nya
yang dipilih oleh Kauwcu, sebagai tempat kita menyepi, menghindar dari gangguan Cu Goan Ciang, Dengan memilih tempat ini, Kauwcu mengharapkan agar orangorang Cu Goan Ciang tidak mudah sembarangan mendaki.
Dan juga, bagi yang berkepandaian rendah, tentu tidak akan dapat mendaki. Hemm, hanya beberapa orang saja yang berkepandaian tinggi dari pahlawan Cu Goan Ciang yang akan dapat mendaki puncak Himalaya, mendatangi tempat kami.
Tetapi jumlah mereka terbatas sekali, Dan kami memang memiliki cukup banyak tokoh2 berkepandaian liehay, yang dapat melayani mereka.
Thio Bo mengangguk berulang kali. "Ya, Thio Kauwcu rupanya telah memperhitungkan segala kemungkinan yang bisa menghilangkan kesukaran, Tetapi, apakah dengan hidup menyepi seperti ini Thio Kauwcu telah tawar hatinya, sudah tidak mau membangun Beng kauw pula."
Suma Lin Liang menghela napas, lama ia bengong dengan mata yang tidak berkedip memandang kepuncak Himalaya.
"Sesungguhnya kami semuanya masih hendak berjuang, menegakkan kebenaran dan keadilan, dimana Cu Goan Ciang akhir2 ini memang banyak sekali melakukan hal2 yang kurang baik, tetapi Thio Kauwcu justeru berpikiran
lain, bahkan semua anggota Bengkauw telah dibubarkannya, dan juga tidak diijinkan untuk menimbulkan huru-hara didalam rimba persilatan, memang kami diperbolehkan secara bergiliran untuk turun gunung, tetapi kami selalu harus berusaha menghindar dari bentrokan dengan orang Cu Goan Ciang !"
Mendengar keterangan Suma Lin Liang, Thio Bo menghela napas dalam2, katanya: "Mungkin juga Thio Kauwcu memikirkan keselamatan dari seluruh anggota Bengkauw, jika Bengkauw tidak dibubarkan mereka pasti akan diganggu oleh orang2nya Cu Goan Ciang !"
Suma Lin Liang hanya menghela napas dalam2, kemudian menoleh kepada Kwang Tan, dilihatnya Kwang Tan masih asyik mengawasi puncak Himalaya yang menjulang tinggi dengan keindahan yang menakjubkan, tumpukan salju yang tebal, tampak kemilau sangat indah.
Thio Bo telah selesai makan, segera melompat bersilat beberapa jurus, bersilat dengan untuk menghangatkan tubuh, ia telah gerakan yang sangat lincah, walaupun
usianya memang agak lanjut, namun semangatnya tampak masih penuh.
Setelah bersilat sampai keluar keringat, barulah Thio Bo berhenti sambil tertawa bergelak-gelak. "Segar !" katanya kemudian, "sungguh menyegarkan ! Tempat yang indah dan nyaman membawa kegairahan
untuk hidup tenteram di tempat yang sangat indah seperti dunia dewa-dewi?" begitulah Thio Bo berulang kali menggumam.
Suma Lin Liang baru saja ingin mengajak Kwang Tan bercakap , disaat itu ia melihat sesuatu, Dari atas puncak
Himalaya tampak turun dua sosok tubuh, yang bergerak gesit sekali berlari2 lincah, Dari kejauhan, tampaknya mereka bagaikan gulungan sinar kuning belaka yang tengah meluncur turun.
Setelah datang dekat, Thio Bo bertiga baru bisa melihat jelas, bahwa kedua orang itu adalah dua orang asing dengan hidung yang mancung, memakai jubah warna kuning.
Kedua orang asing tersebut waktu melihat Kwang Tan, Thio Bo dan Suma Lin Liang" berhenti berlari sejenak, Wajah mereka agak pucat, dan pada salah seorang diantara mereka tampak darah yang telah mengering disudut bibirnya. Mungkin sisa darah disebabkan ia muntah darah.
Kemudian salah kepada kawannya, seorang diantara mereka berbicara mempergunakan bahasa asing, yang tidak dimengerti oleh Kwang Tan bertiga.
Kedua orang berjubah kuning itu tidak lain dua orang Persia yang telah dapat dipukul mundur oleh Bu Kie dalam keadaan terluka, Yang seorang adalah iris, sedangkan yang satu lagi Tamakochin.
Mereka, Iris dan Tamakochin memang dua orang utusan dari Bengkauw pusat di Persia, yang datang kedaratan
Tionggoan buat menyusul ketiga orang rekan mereka, yang telah datang terlebih dulu kedaratan Tionggoan dan belum kembali ke Persia.
Disamping itu, Iris dan Tamakochin juga menerima perintah dari Kauwcunya, jika dapat, sekalian menangkap dan membawa Bu Kie ke Persia.
Tetapi siapa sangka, bahwa Bu Kie benar2 memiliki kepandaian yang tinggi sekali.
Hanya bertempur ratusan jurus, mereka telah berhasil dilukai Bu Kie. Memang sebelumnya mereka seringkali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendengar perihal kehebatan Bu Kie, Kauwcu dari Bengkauw cabang Tionggoan. Akan tetapi mereka tidak menyangka justeru Bu Kie memiliki kepandaian sehebat itu, dan sekarang mereka baru membuktikannya, bahwa Bu Kie benar2 merupakan seorang tokoh yang sangat tinggi kepandaiannya.
Bahwa didaratan Tionggoan memang terdapat jago silat yang sukar untuk dihadapi dengan memandang remeh. Jika sebelumnya, Iris dan Tamakochin yang memang memiliki pandangan rendah terhadap jago2 Tionggoan, karena di Persia mereka merupakan tokoh Bengkauw yang disegani
dan memiliki kepandaian tinggi, sehingga mereka tidak percaya bahwa di Tionggoan terdapat banyak lawan yang bisa menandingi mereka, justeru menghadapi Sin Gie saja mereka berdua tidak berhasil merubuhkannya.
Dengan demikian sekarang mereka baru mengakuinya, bahwa didaratan Tionggoan memang banyak sekali tokoh2 saktinya. Usia Sia Gie masih begitu muda, namun Sin Gie dapat menghadapi mereka dengan baik, tanpa terdesak sama sekali.
Bahkan, mereka sebaliknya telah dilukai oleh Bu Kie cukup parah seperti sekarang ini. Hanya saja memang kepandaiannya mereka tinggi dan tenaga dalam mereka yang terlatih baik. membuat mereka masih bisa bertahan, masih dapat mempergunakan ilmu meringankan tubuh mereka turun dari puncak Himalaya.
Sekarang, dikaki gunung Himalaya ini mereka melihat Kwang Tan bertiga, mereka jadi memandang curiga, Mereka malah menduga bahwa ketiga orang ini tentunya tiga orang anak buah Bengkauw cabang Tionggoan dibawah pimpinan Bu Kie.
Yang tadi berkata2 dengan bahasa Persia, adalah Iris, yang memberitahukan pada Tamakochin agar mereka sengaja mencari urusan dengan ketiga orang itu, untuk melampiaskan kemendongkolan dan penasaran mereka.
Hanya saja Tamakochin justeru tidak menyetujui keinginan kawannya, menurutnya mereka telah terluka dan lebih baik tidak mencari urusan lagi, cepat2 melakukan perjalanan buat kembali ke Persia, tetapi Iris tetap bersikeras hendak membawa caranya, yaitu mencurahkan kemendongkolan dan penasarannya kepada Kwang Tan bertiga.
Malah Iris telah menghampiri Suma Lin Liang, yang berada paling dekat, dengan sikapnya kasar dan suara yang kaku mempergunakan bahasa Han yang sepatah-sepatah, ia telah menegur: "Apakah kalian orang-orang Bengkauw?"
Suma Lin Liang memang sejak tadi telah memperhatikan kedua orang asing ini. Belum pernah Suma Lin Liang melihat mereka. Hatinya jadi curiga. Dan sekarang Iris menegurnya seperti itu, cepat Suma Lin Liang mengangguk "Benar! Kami memang orang Beng-kauw?"
Iris merogoh sakunya, mengeluarkan Seng Hwee Leng, yang diacungkan keatas tinggi2, katanya: "Kalian kenal apa ini?"
"Suma Lin Liang mementang matanya lebar-lebar sehingga ia dapat melihat Seng Hwee Leng ditangan orang asing tersebut, membuat Suma Lin Liang jadi terheranheran.
"Ihhh!" serunya, "Bukankah itu Seng Hwee Leng" Leng kekuasaan tertinggi dari Bengkauw"!"
"Hemm!" Iris tertawa dingin, "Jika memang kau telah mengerti, mengapa kau tidak cepat2 berlutut untuk menerima perintah?"
Suma Lin Liang yakin bahwa Seng Hwe Leng yang berada ditangan Iris memang bukan Seng Hwee Leng palsu, Dengan demikian ia tidak berayal lagi, segera berlutut dan
menganggukan kepalanya beberapa kali.
"Tecu menghadap Seng Hwee Leng !" katanya segera dengan sikap menghormat sekali.
Bola mata Iris mencilak bengis, ia telah membentak kepada Thio Bo dan Kwang Tan: "Kalian berdua mengapa tidak cepat2 berlutut menerima perintah "!"
Thio Bo menghela napas, sejak melihat kedua orang ini, ia sudah tidak menyukainya, karena dilihatnya kedua orang asing ini memiliki lagak yang kasar sekali, katanya:
"Maafkan, kami berdua
memang bukan anggota Beng kauw, kami hanya kebetulan saja datang kemari bersama Suma Kongcu, yang memang sebenarnya anggota Bengkau, kami hanya ingin berkunjung untuk menghunjuk hormat kepada Thio Kauwcu, Jadi, kami sebagai tamu2 belaka, tidak semestinya terlalu mematuhi
rumah tangga perkumpulan tersebut berkata begitu, Thio Bo memberi hormat sekedarnya, dia hanya menjura dengan merangkapkan sepasang tangannya saja.
Kwang Tan juga mengikuti apa yang dilakukan Thio Bo. dia hanya memberi hormat dengan merangkapkan kedua tangannya dan membungkukkan tubuhnya, Dia menjura tidak terlalu dalam.
Sedangkan bola mata Iris mencilak lagi, "Jika demikian, kalian berdua hanya sahabat-sahabat dari Bengkauw bukan?" tanyanya Kwang Tan dan Thio Bo mengangguk peraturan didalam
bukan "!" setelah "Benar.,....kami hanya merupakan orang2 yang merasa kagum terhadap sepak terjang Bengkauw selama ini...." menyahuti Thio Bo
"Hemm, baiklah!" kata Iris yang kemudi an memandang kepada Suma Lin Liang dengan mata yang bersinar bengis, katanya lagi: "Dan engkau ini anggota dari Bengkauw
bukan" Aku ingin menghukummu, karena engkau telah melakukan suatu kesalahan!"
Maka Suma Lin Liang berobah, tanyanya: "Telah melakukan kesalahan" kedosaan apakah yang telah tecu
lakukan?" "Hemm engkau tidak perlu rewel, karena kedosaan yang telah kau lakukan itu telah dilaporkan Thio Bu Kie kepada kami !" jawab Iris.
Memperoleh jawaban seperti itu, muka Suma Lin Liang jadi berobah dan hatinya berdebar2. Dia tidak mengerti, mengapa tokoh Bengkauw dari Persia tersebut bisa menuduh dia melakukan kedosaan. Entah kedosaan apa dan apa saja yang telah dilaporkan Thio Bu Kie. Thio Kauwcu itu, kepada orang Persia ini "
Tengah Suma Lin Liang diliputi keheranan justru waktu itu Iris telah menggerakkan Seng Hwee Leng ditangannya, yang dipergunakan buat menghantam punggung Suma Lin Liang yang tengah berlutut dihadapannya.
Jika memang Suma Lin Liang hendak mengelakkan sambaran Seng Hee
Leng, ia masih bisa keburu melakukannya, akan tetapi justeru dia tidak berani bergerak dari tempatnya berlutut, dia tetap saja berdiam diri.
Dan akibat nya, punggungnya menjadi sasaran dari hantaman Seng Hwee Leng ditangan Iris, terdengar suara "Bukkkk!" yang keras sekali, disusul juga dengan tubuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Suma Lin Liang yang bergoyang2. seperti juga akan rubuh, karena pukulan yang dilakukan Iris luar biasa kuatnya, ia memukul tidak dalamnya.
Diwaktu itu tanggung2 dan mempergunakan tenaga tampak jelas Suma Lin Liang berusaha
mempertahankan dirinya dengan mengerahkan tenaga dalamnya, melindungi punggungnya, Akan tetapi tetap saja Suma Lin Liang tidak berhasil, mulutnya terbuka dan seketika darah muncrat karena ia telah memuntahkan darah segar.
Dikala itu Iris telah menggerakkan Seng Hwee Lengnya lagi, buat menghantam kedua kalinya, dengan mengerahkan sebagian besar tenaga dalamnya, Disaat seperti ini Thio Bo sudah tidak bisa berdiam diri. karena dia tidak tega menyaksikan Suma Lin Liang dihantam berulang kali, satu kali dihantam saja ia telah terluka didalam dan
memuntahkan darah segar, jika terhantam kedua kali, tentu akan membuat Suma Lin Liang putus napasnya.
"Jangan menyiksa dia terus..,..jelaskan apa kedosaan yang dilakukannya "!" teriak Thio Bo bermaksud mencegah perbuatan Iris lebih jauh.
Namun Iris telah mendelik kepadanya, menahan tangannya yang tengah meluncur itu, kemudian bentaknya: "Kalian orang luar tidak perlu mencampuri urusan rumah tangga kami ?"
Thio Bo jadi bungkam, itu memang suatu kepantasan yang berlaku didalam rimba persilatan, karena itu, memang Thio Bo tidak berhak mencampuri urusan didalam rumah tangga Bengkauw, Dan jika toh dia memaksakan diri buat mencampuri juga, itu hanya akan memancing bentrokan belaka, Karenanya, dia telah memandang sejenak kepada
Kwang Tan, lalu bungkam berdiam diri saja, Iris melanjutkan pula menggerakkan tangannya, Seng Hwee Leng nya, menghantam dengan dahsyat kepunggung Suma Lin Liang, Suma Lin Liangpun menyadari bahwa ia akan terhantam lebih parah lagi, dan kemungkinan ia akan putus napas, jika terhantam beberapa kali lagi oleh pukulan yang mengandung kekuatan tenaga dalam seperti dilakukan Iris.
Karenanya, dia sebenar nya hendak menyelamatkan diri. Namun dia tidak bisa melakukannya, karena jika saja dia melakukannya, tentu akan membuat dia ingkar terhadap perkumpulannya tersebut.
0ooo0dw0ooo0 Jilid11 DENGAN menahan rasa sakit akibat terluka didalam, Suma Lin Liang tetap berdiam diri saja, tetap berlutut dengan muka yang memucat, sedangkan Seng Hwee Leng menyambar terus cepat sekali, menyambar dengan kekuatan tenaga dalam yang dahsyat, sehingga membuat tubuh dari Suma Lin Liang tergoncang hebat sekali, tergetar dan kemudian terjungkel rubuh, rupanya hantaman Seng
Hwee Leng yang kedua kali itu sangat kuat sekali melebihi tenaga pukulannya yang pertama tadi.
Suma Lin Liang rubuh tidak segera jatuh pingsan, dia masih bisa mengeluh setelah memuntahkan darah segar dua kali banyaknya. Thio Bo kaget tidak terkira, ia hendak melompat untuk menolongi. sedangkan Kwang Tan juga
telah bergerak maju untuk melihat luka yang diderita Suma Lin Liang.
Namun Iris telah menghadang didepan mereka, bentaknya: "Tadi kalian telah mengatakan bahwa kalian hanya orang2 yang merasa kagum kepada Bengkauw, dan kalian bukan apa2 Bengkauw, bukan anggota dan juga bukan sahabat yang terlalu intim dengan Thio Kauw cu, kalian datang hanya hendak menghunjuk hormat belaka, sekarang kami dan Bengkauw tengah mengadakan pembersihan didalam rumah tangga kami, tidak pantas jika kalian mencampurinya, dan kami bisa mengambil langkahlangkah lain jika saja kalian tetap memaksa hendak
mencampuri urusan rumah tangga Bengkau kami !"
Bukan main mendongkolnya Thio Bo, bagaimana ia memiliki kesan baik terhadap walaupun Suma Lin Liang, ia tidak yakin bahwa Suma Lin Liang melakukan
sesuatu kedosaan yang merugikan Bengkauw. Karena itu, dia berada dalam kebimbangan antara menolongi Suma Lin Liang dan tentu akan bentrok dengan Bengkauw, atau memang membiarkan Suma Lin Liang begitu saja "
Hanya saja, menurut kepantasannya yang berlaku didalam rimba persilatan diwaktu itu, siapa saja tidak dapat mencampuri urusan rumah tangga orang lain, dengan demikian, walaupun Suma Lin Liang akan dihantam oleh orang Bengkauw itu sampai menemui ajalnya, Thio Bo tidak berhak untuk menolongnya.
Bukankah Suma Lin Liang sendiri juga berdiam diri belaka, dan membiarkan punggungnya dihantam oleh Seng Hwee Leng tidak hentinya sehingga membuat dia terluka didalam" Sama sekali Suma Lin Liang tidak memperlihatkan tanda2 bahwa ia hendak mengelakkan diri
atau berusaha buat menyelamatkan diri. sehingga Thio Bo hanya berdiam diri tatapan mata yang kemendongkolan dan tidak senangnya.
Iris telah menoleh kepada Tamakochin katanya: "Kita akan membawanya untuk meng urusnya lebih jauh!"
saja, mengawasi pada Iris dengan mengandung perasaan penasaran, Tamakochin,mengangguk saja, dan ia telah melangkah mendekati Suma Lin Liang yang masih rebah dan mengerang perlahan menahan sakit, Diwaktu itu juga tampak betapa pun memang Suma Lin Liang terluka cukup parah dan ia menahan sakit berusaha untuk dapat mempertahankan diri agar tidak sampai pingsan.
Tamakochin dengan sikap yang tidak simpatik dan kasar sekali, telah mencengkeram punggung Suma Lin Liang, kemudian ditenteng nya dengan ringan, Tampaknya mudah saja ia membawa Suma Lin Liang, Iris telah memutar tubuhnya untuk berlalu.
Melihat Suma Lin Liang hendak dibawa pergi oleh Iris dan Tamakochin dalam keadaan luka seperti Itu, tentu saja Thio Bo jadi tidak tega karena kuatir nanti Suma Lin Liang akan disiksa lebih hebat lagi. Karenanya, Thio Bo tidak bisa mempertahankan diri pula serunya: "Tahan!"
Iris menoleh, bentaknya: "Kau terlalu rewel, sahabat jadi memang engkau hendak mencampuri urusanku ini, heh?" Thio Bo merangkapkan "Mana berani aku lancang
tangga Bengkauw,
akan tetapi memang sesungguhnya, Suma Kongcu merupakan sahabat kami dan tentu saja, aku ingin sekali mengetahui apa kesalahan dan kedosaannya sehingga ia menerima hukuman seperti itu?"
"Hemmm, itu urusan dalam Bengkauw, tidak perlu orang luar mengetahuinya urusan rumah tangga
perkumpulan kami." menyahuti Iris ketus sekali.
Muka Thio Bo berobah merah, Memang menurut peraturan yang berlaku, memang apa yang dikatakan Iris tepat, yaitu orang luar tidak berhak mencampuri urusan Suma Lin Li ang dengan Iris dan Tamakochin, karena
walau pun Iris maupun Tamakochin hendak menyiksa kedua tangannya, katanya: mencampuri urusan rumah sampai Suma Lin Liang binasa, itu menjadi tanggung jawab Bengkauw, tidak bisa urusan ini di campuri oleh orang luar.
Dalam hal ini memang dimengerti oleh Thio Bo, akan tetapi, hati kecilnya tetap saja tidak tega jika membiarkan Suma Lin Liang dibawa pergi oleh Iris dan Tamakochin, akhirnya ia berkata juga: "Baiklah jika memang demikian
halnya, akupun tidak bisa mengatakan apa2, karena tampaknya tuan2 sama sekali tidak mau memberikan muka sedikit kepadaku! Tetapi, jika sampai Suma Kongcu mengalami sesuatu yang tidak diinginkan, dan kemudian terbukti ia tidak bersalah, karena ia telah dihukum tanpa
diperiksa lagi bukankah itu merupakan suatu kekhilapan yang hanya akan mendatangkan sesal belaka, sedangkan kemungkinan besar Suma Kongcu yang telah disiksa seperti itu akan terbinasa atau menderita cacad yang parah seumur hidupnya..! apakah tidak lebih baik jika tuan2 memeriksanya dulu, jika memang terbukti Suma Kongcu
bersalah, barulah tuan2 mengambil tindakan menurut hukum yang berlaku di Bengkauw !"
"Hemmm !" mendengus Iris dengan mata mendelik "Apakah untuk hal itu perlu engkau mengajari aku "!"
"Tetapi perlu kuingatkan, karena memang aku kuatir tuan-tuan lupa akan hal itu, bertindak menuruti hati dan perasaan tuan2 tanpa memeriksa lebih dulu, sehingga kelak akan menimbulkan penyesalan jika saja Suma Kongcu benar2 tidak bersalah ."
Melihat keberanian Thio Bo seperti itu, membuat Iris tambah mendongkol sedangkan Tamakochin telah berkata dengan suara yang perlahan menganjurkan: "Hajar saja....."
Iris mengangguk ia melihat memang Thio Bo tentunya
memiliki kepandaian yang cukup tinggi, karena langkah kakinya yang ringan, sinar matanya yang tajam, dan juga memang diwaktu itu dia melihat Thio Bo pun memiliki keberanian buat berusaha melindungi Suma Lin Liang, maka membuat Iris ingin mencobanya.
Diwaktu itu benar Iris dan Tamakochin telah terluka didalam, tetapi mereka tetap tidak ingin memperlihatkan kelemahannya. Dan juga, Iris yakin, jika memang
menghadapi Thio Bo, ia masih sanggup.
Iris telah melangkah mendekati Thio Bo, dia melangkah dengan kaki lebar, lalu menggerakkan Seng Bwee Lengnya, angin berkesiuran menyambar kepada Thio Bo.
Cara menyerang Iris memang merupakan ilmu Seng
Hwee Leng yang aneh, karenanya Thio Bo kaget juga waktu melihat Seng Hwee Leng menyambar dari jurusan yang berbeda.
Sekali diterka arah sasarannya, Disaat seperti itu
memang juga tenaga dari sambaran Seng Hwee Leng itu menimbulkan angin yang kuat sekali, menyambar kearah perut, dada dan bahu Thio Bo.
Thio Bo sendiri telah menyaksikan dua kali punggung Suma Lin Liang dihantam oleh Seng Hwee Leng itu dan
Suma Lin Liang telah terluka didalam dan memuntahkan darah segar berulang kali. Disamping itu juga memang terlihat betapa kuatnya tenaga dalam dari Iris, karena biarpun Suma Lin Liang belum memiliki kepandaian yang sempurna atau mencapai puncak dari kesempurnaan tenaga dalam nya, tokh pemuda itu memiliki lwekang yang tidak lemah.
Hanya saja, disebabkan hantaman dan Seng Hwee Leng, dia terluka parah, membuat Thio Bo menyadari bahwa ia tidak boleh memandang rendah kepada Iris ataupun Tamakochin.
Diwaktu itu dilihatnya, betapa Iris menyerang ia dengan sungguh2. Tenaga serangan Seng Hwee Leng seperti juga runtuhnya gunung dan juga menyambarnya gelombang yang dahsyat Thio Bo juga merasakan kuda2 kedua kaki nya seperti bergoyang2, seakan juga tubuhnya akan kena diterjang puyuh.
Hanya saja disebabkan Thio Bo dapat mengerahkan tenaga dalamnya memperkuat kuda-kuda kedua kakinya, membuat ia masih bisa bertahan berdiri tetap ditempatnya, membarengi dengan mana ia telah menangkis dengan kekuatan tenaga dalamnya, dia berusaha menghadapi keras dengan keras.
Tetapi tenaga serangan dari Iris benar2 sangat aneh, serangannya itu seperti juga dapat berobah2, sebentar kekiri dan sebentar kekanan, dimana tenaganya dapat berobah sembarang waktu, dapat lunak, dapat keras, dan dapat
sekali, lalu punah didalam waktu yang menerjang kuat sangat singkat. Karena itu, waktu Thio Bo lawannya justeru ia
menangkis menangkis serangan tempat kosong dan tubuhnya hampir saja terjerunuk, karena diwaktu itu tenaga serangan dari Iris mendadak sekali lenyap begitu saja.
Thio Bo masih berusaha mempertahankan agar dirinya tidak rubuh, Mempergunakan kesempatan seperti itu, Iris membarengi menyerang pula kearah punggung Thio Bo.
Thio Bo kuatir jika ia menangkis, akan menangkis tempat kosong lagi karena tenaga dari Iris dapat ditarik pulang dan punah begitu saja, karenanya Thio Bo tidak menangkis, kali ini ia menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya melompat kedekat Kwang Tan.
Diwaktu itulah dia baru memutar tubuhnya, dan mengawasi Iris dengan sikap bersiap sedia sedangkan Iris tidak tinggal diam, dia telah maju lagi, dengan sikap penasaran dan tangan kanannya meluncur dengan sikap yang garang.
Seng Hwee Leng menyambar kearah ulu hati Thio Bo. Gerakan dari Seng Hwee Leng yang menyambar begitu cepat telah membuat Thio Bo hanya melihat berkelebatnya
benda tersebut dengan kecepatan luar biasa sehingga mata Thio Bo kabur.
Namun Thio Bo yakin, bahwa serangan Seng Hwee Leng kali ini bukan gertakan belaka, itulah serangan yang sesungguhnya, maka tanpa melihat jelas kearah mana
menyambarnya Seng Hwe Leng, cepat sekali Thio Bo telah menangkis dengan mengempos tenaga lwekangnya.
Benar saja, Seng Hwee Leng itu menyambar bukan sekedar menggertak belaka karena Seng Hwee Leng telah menyambar dengan dahsyat, Thio Bo merasakan napasnya
menyesak dan tangannya yang menangkis itu mendatangkan rasa sakit tidak terkira, sedangkan Iris sendiri yang tidak menyangka bahwa Thio Bo masih dapat menyanggah serangannya, cepat sekali telah mengerahkan tenaga dalamnya, Seng Hwee Lengnya telah menyambar lagi dengan dahsyat.
Thio Bo mengeluh juga, jika dalam keadaan demikian ia menangkis dengan kekerasan, niscaya hanya akan merugikan dirinya sendiri. Karenanya dia telah berusaha berkelit.
Tubuh Thio Bo masih sempat bergerak kekiri untuk melompat menjauhi diri dari Iris, namun lompatannya itu justeru seperti juga Thio Bo mendekati diri kepada Tamakochin, yang menyambuti punggung Thio Bo dengan telapak tangan kirinya, tangannya itu telah menghantam
telak sekali, sehingga tubuh Thio Bo seketika terguling.
Dikala itu Thio Bo masih sempat mengarahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, buat melindungi punggungnya, dan juga ia berusaha menutup jalan darah terpenting dipunggungnya, agar telapak tangan Tamakochin yang mengenai punggungnya itu tidak mengakibatkan dia terluka didalam.
Dan dia berhasil, Tubuhnya memang terpental dan bergulingan namun Thio Bo bisa melompat berdiri lagi, dan dia tidak sampai terluka didalam tubuh, karena ia telah melindungi punggung nya dengan kekuatan tenaga dalamnya.
Dalam keadaan seperti ini, tentu Thio Bo tidak mungkin dapat menghadapi Iris dan Tamakochin sekaligus, karena untuk menghadapi salah seorang saja diantara mereka sudah tidak mungkin, karena kepandaian Iris maupun
Tamakochin memang lebih tinggi dari kepandaiannya, walaupun orang itu dalam keadaan terluka didalam, tetap saja mereka masih memiliki tenaga lwekang dan kepandaian yang berada diatas Thio Bo.
Suma Lin Liang yang punggungnya dicengkeram oleh tangan kanan Tamakochin dalam keadaan tidak berdaya,
Benar ia tidak pingsan, namun pemuda ini telah terluka cukup parah, sehingga membuatnya jadi tidak memiliki kekuatan lagi, jangan kata untuk mengadakan perlawanan, sedangkan untuk meronta saja sudah tidak dapat. Karenanya membuat Suma Lin Liang berdiam diri saja
sejak tadi dengan menahan sakit.
Menyaksikan keadaan Thio Bo seperti itu, hati Suma Lin Liang tergerak, ia merasa sangat berterima kasih pada Thio Bo yang telah mempertahankan keselamatan dirinya dengan mempertaruhkan jiwanya, Thio Bo memang bisa
saja tidak mencampuri urusan Suma Lin Liang dengan kedua tokoh Bengkauw itu, akan tetapi justeru disebabkan rasa setia kawannya membuat Thio Bo mati2an berusaha untuk melindungi Suma Lin Liang, dan telah bentrok dengan kedua orang tokoh Bengkauw dari Persia itu.
Sesungguhnya, Suma Lin Liang hendak meminta agar Thio Bo tidak usah terlalu mencampuri urusan Bengkauw lagi dan tidak usah melindunginya, namun ia sudah tidak
memiliki tenaga sedikitpun juga, mulutnya keluh, dimana lidahnya seperti kaku, dan telah membuat dia tidak bisa mengeluarkan sepatah perkataanpun juga.
Diwaktu itu, Thio Bo telah tajam, katanya: "Semula aku
kesan yang sangat


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

baik memandang Iris dengan memiliki pandangan dan pada Bengkauw, serta menghormatinya. Tetapi melihat tindak-tanduk kalian berdua, hemmm, hemmm, aku justeru jadi meragukan, apakah memang sesungguhnya kalian adalah orang2 Bengkauw ! Bahkan, apa yang kulihat, kalian seperti juga
dua orang penjahat tengik yang tengah menyamar sebagai anggota Bengkauw untuk menculik Suma Kongcu !"
Mendengar perkataan Thio Bo itu, muka Iris dan Tamakochin berobah memerah dan dengan gusar Tamakochin berkata pada Iris.
"Hajar dia !" Iris pun sudah tidak membuang2 waktu begitu mendengar anjuran Tamakochin, segera dia menggerakan pula Seng Hwee Lengnya.
Thio Bo yang sudah nekad, tidak memperdulikan apakah ia akan sanggup melawan Iris atau tidak, dia memberikan perlawanan.
Seng Hwee Leng menyambar2 bagaikan burung rajawali yang tengah berkesiuran kesana kemari, dengan hantaman
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang mengandung maut. Dan Thio Bo berusaha mengimbanginya. Namun tetap saja terdesak hebat juga terlihat jelas bahwa Thio Bo telah mulai kehabisan tenaga, karena desakan yang gencar sekali dari lawannya, Seng Hwee Leng itu seperti juga dapat mengikuti kemana saja tubuh Thio Bo bergerak,
karenanya Thio Bo sedikit sekali memiliki kesempatan buat memperoleh waktu bernapas atau membalas menyerang.
Kwang Tan melihat keadaan Thio Bo seperti itu cepat sekali menghantam dengan tangan kirinya: "Hentikan !"
Dia memukul dengan
pukulan "Guntur"nya, mempergunakan jurus pertama. Hantamannya itu dilakukan di saat Kwang Tan tengah berkuatir bukan main melihat Thio Bo bergerak kesana kemari terdesak hebat.
Iris melihat Kwan Tan menghantam padanya dia mana memandang sebelah mata kepada anak kecil ini " Paling tidak hanya mengebutkan lengan bajunya, tentu Kwang Tan akan terpelanting dan binasa.
Akan tetapi betapa kagetnya, Iris merasakan angin pukulan Kwang Tan justeru mengandung hawa panas bagaikan api, gerakan Iris perlahan, untuk memunahkan tenaga pukulan dari Kwang Tan, dengan maksud hendak membikin bocah itu terpelanting.
Namun tangkisannya, yang merupakan kibasan tangan itu membuat tubuh Iris sendiri yang menderita tidak ringan, tubuhnya kena disambar oleh pukulan "Guntur" dari Kwang Tan, membuat tubuh Iris seketika terpental.
Dia berusaha mempertahankan diri dengan cepat2 mengempos lwekangnya, namun tokh terlambat. Tubuhnya terbanting, pada bagian dadanya terlihat warna hitam, warna hangus. Bukan main kagetnya Iris, terlebih lagi dia merasakan kesakitan yang luar biasa.
Dilihatnya Kwang Tan telah melangkah maju ingin memukul lagi, dalam keadaan seperti ini, maka dia telah mengempos tenaga nya, Kembali Iris jadi kaget begitu dia mengerahkan tenaganya, seketika dia merasakan dadanya
sakit bukan main, perasaan sakit itu menyeletuk sampai keulu hatinya. Dan dia gagal buat Iwekangnya.
Sedangkan Tamakochin yang mengerahkan tenaga melihat keadaan kawannya seperti itu, cepat2 melepaskan cekalannya pada punggung Suma Lin Liang, dia melompat kedekat Kwang
menghantam serangan itu Tan, tangan kanannya menyambar akan batok kepala Kwang Tan.
Namun Kwang Tan yang menghadapi dengan cara biasa, tentu tidak akan sanggup menghadapi lawannya itu, maka dia hanya menghantam dengan jurus kedua diri ilmu pukulan "Gunturnya"
Dan memang seperti Iris, Tamakochin pun tidak menduga sama sekali bahwa Kwang Tan memiliki ilmu pukulan mujijat seperti itu, ia hanya menduga tadi Iris telah
salah dalam menyalurkan tenaga dalamnya, membuat dia terhantam oleh tenaga dalamnya sendiri.
Dan dia hanya mengibaskan tangan kanannya buat menangkis serangan Kwang Tan, sedangkan tangan kirinya menyambar terus akan menghantam batok kepala Kwang Tan.
Kesudahannya benar2 membuat Tamakochin jadi kaget tidak terkira, Karena dia merasakan napasnya sesak. belum lagi tangannya itu berhasil mengenai kepalanya, diwaktu itulah dia telah merasakan dadanya seperti dibakar api, dan
tidak ampun lagi dia menjerit tertahan, tubuhnya telah terjungkal rubuh.
Sedangkan Kwang Tan tetap berdiri ditempatnya dengan mata terbuka lebar2. Sama sekali Kwang Tan tidak menyangka bahwa tenaga pukulannya itu demikian hebat.
Bukankah tadi sanggup buat dia menyaksikan
menghadapi Iris Thio Bo sendiri tidak seorang saja" sekarang dengan mudah dia telah berhasil menghajar kedua orang Persia itu, dengan begitu, membuat Kwang Tan bersemangat dia bersiap2, jika memang kedua orang Persia itu masih ingin menerjang dan menganiaya Thio Bo atau
Suma Lin Liang, Kwang Tan yang akan menghantamnya lagi.
Walaupun diliputi rasa heran dan tanda tanya, namun Iris dan Tomakochin telah mengetahui bahwa mereka tidak mungkin bisa bertahan jika saja terkena hantaman tangan
Kwang Tan satu kali lagi saja, karenanya Tamakochin telah memberikan isyarat kepada Iris dan sendiri telah menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melesat cepat sekali.
Sedangkan Iris yang mengerti isyarat dari Tamakochin telah mengikuti jejak kawannya, dalam waktu yang singkat
kedua orang itu telah melarikan diri dengan meninggalkan Suma Lin Liang.
Kwang Tan menghela napas lega, dia menggumam sendiri: "Mengapa aku tidak menolongi Suma Koko sejak tadi saja" Bukankah tadi aku telah menghantam kedua tadi
dengan ilmu pukulan Guntur, tidak akan membuat Suma Koko mengalami penderitaan seperti ini"
Kwang Tan menghampiri Suma Lin Liang yang menggelak dalam keadaan payah sekali, dimana Suma Lin Liang bernapas sekali, dia juga tidak dapat bicara lagi, mukanya pucat kehijau2an, dan bola matanya kuyu tidak mengandung sinar.
Cepat2 Kwang Tan mengeluarkan simpanan obatnya, dia juga telah menotok beberapa jalan darah ditubuh Suma Lin Liang. Dalam keadaan seperti itu, Kwang Tan telah bekerja sangat cepat.
Setelah diminumkan obat dari Kwang Tan Suma Lin Liang jadi memejamkan matanya dan tertidur nyenyak sekali, ia telah terluka parah sekali dan perlu beristirahat yang panjang, guna memulihkan kekuatan tenaga dalamnya.
Thio Bo yang lukanya tidak begitu parah, telah mengawasi saja Kwang Tan yang tengah mengobati Suma Lin Liang, dia telah melihat bahkan Kwang Tan bekerja dengan cermat sekali, karena selain menguruti, menotok dan juga memberikan obat.
Dalam waktu yang singkat, wajah dari Suma Lin Liang yang semula sangat pucat, berangsur2 mulai pulih memerah kembali, hal itu menunjukkan darah ditubuhnya mulai berdebar lancar.
Sedangkan Kwang Tan setelah merasa cukup menguruti Suma Lin Liang, segera menghampiri Thio Bo. "Thio Locianpwee, mari kuperiksa keadaanmu !" kata Kwang Tan, dan setelah memeriksa ketukan nadi dipergelangan tangan Thio Bo, kemudian memeriksa
keadaan sekujur tubuhnya.
Dalam keadaan seperti ini benar2 membuat Thio Bo kagum sekali, karena jalan darah yang dipegang Kwang
Tan merupakan jalan darah
terpenting ditubuh seorang manusia juga cara mengurut dan menotok dari Kwang Tan memperlihatkan bahwa dia memiliki keterampilan yang sangat baik sekali dalam hal pengobatan. Karena itu, telah membuat Thio Bo memuji dalam hatinya.
Setelah mengurut dan memberi obat kepada Thio Bo, Kwang Tan menghampiri Suma Lin Liang pula dan telah memeriksa keadaan pemuda itu.
Ternyata keadaan Suma Lin Liang cukup lebih baik, tidak separah tadi, Dan juga dikala itu, Suma Lin Liang tengah berusaha mengerahkan tenaga memulihkan luka didalam tubuhnya, dalamnya untuk membantu agar
kesembuhan itu lebih cepat pulihnya.
Sedangkan Thio Bo lebih cepat dapat menguasai tenaga murninya, dan menghampiri Suma Lin Liang dan menghela napas dalam2.
"Sungguh berbahaya !" menggumam Thio Bo kepada Kwang Tan.
Kwang Tan menoleh padanya dan mengangguk. "Ya, padahal mereka mengaku sebagai orang Bengkauw, dan juga Suma Koko memperlihatkan sikap yang seperti yakin dan mengetahui mereka itu adalah orang Bengkauw, akan tetapi tindak tanduk mereka ternyata sangat kejam
sekali, mereka bahkan hendak mencelakai Suma Koko, inilah yang mengherankan dan mencurigakan sekali, karena jika memang benar mereka orang2 Bengkauw dan juga mereka itu mengetahui Suma Koko sebagai orang Beng kauw, mengapa justeru mereka hendak mencelakai Suma Koko ?"
Setelah berkata begitu, Kwang Tan memandang Suma Lin Liang, dilihatnya Suma Lin Liang masih berdiam diri mengatur jalan pernapasannya. Maka Kwang Tan memegang nadi nya untuk mengetahui ketukan nadi dari
Suma Lin Liang, Masih lemah dan menunjukkan hawa murninya belum lagi pulih.
Dalam keadaan seperti itu, Kwang Tan mengurut pula beberapa jalan darah penting ditubuh Suma Lin Liang, dan juga telah memberikan obat yang berwarna hijau muda, kemudian membiarkan Suma Lin Liang mengatur jalan
pernapasannya, dan Kwang Tan menanyakan keadaan Thio Bo.
"Sudah jauh lebih baik, hanya saja, mungkin aku harus beristirahat beberapa hari, barulah luka didalam tubuhku akan pulih kembali, sungguh berbahaya sekali kekuatan
lwekang dari kedua orang itu !" Dan Thio Bo menghela napas lagi, yang membuat dia tidak habis pikir justeru mengenai kepandaian kedua orang itu yang diketahuinya dengan benar bahwa ilmu silat mereka itu bukan merupakan ilmu silat daratan Tionggoan umumnya, aneh
dan juga sulit sekali untuk diterka arah dari serangannya, dengan begitu, membuat Thio Bo jadi tidak habis pikir.
Sebetulnya, jika saja Thio Bo mengetahui kedua orang Persia itu sesungguhnya tengah terluka didalam yang cukup berat dan masih bisa membuatnya jadi tidak berdaya seperti
itu bisa dibayangkan betapa kedua orang Persia tersebut, hebatnya kepandaian dari jika dalam keadaan tidak
terluka. Karenanya, membuat Thio Bo sesungguhnya musti bersukur bahwa bertemu dengan kedua orang Persia itu dalam keadaan terluka didalam, jika tidak tentu dia tidak akan dapat bernapas lagi, karenanya dengan mudah Iris maupun Tamakochin akan membuatnya terbinasa.
Sedangkan Kwang Tan telah duduk berdiam diri saja,
Anak ini jadi berpikir keras, ia membayangkan, betapa didalam rimba persilatan, memang segala persoalan bisa saja terjadi. Ia tadi telah menyaksikan betapa orang2 Beng kauw, yang bisa saling melakukan tindakan keras seperti yang dilakukan Iris dan Tamakochin.
Dan Kwang Tan memang menantikan sampai Suma Lin Liang telah selesai mengatur jalan pernapasannya, barulah ia akan menanyakan perihal kedua orang Persia itu.
Lama juga Suma Lin Liang mengatur jalan pernapasannya, darah yang telah mengering dibibirnya tampak membeku menyebabkan keadaan Suma Lin Liang sangat mengerikan sekali, sedangkan Thio Bo telah duduk didekat Kwang Tan, berdiam diri juga, rupanya ia masih
penasaran berusaha memecahkan ilmu silat dari kedua orang Persia itu yang setiap jurusnya sangat aneh, dan sampai saat sekarang ini ia masih belum bisa mengetahui ilmu silat apa yang dipergunakan mereka.
Setelah lewat beberapa saat lagi, Suma Lin Liang membuka matanya, dia mengeluh perlahan, Kwang Tan cepat2 menghampiri dan memeriksa keadaannya, dia segera mengetahui bahwa kesehatan Suma Lin Liang berangsur sudah mulai membaik.
Dan segera Kwang Tan mengambil semacam obat, diberikan kepada Suma Lin Liang pula.
"Apa yang kau rasakan Suma Koko?" tanya Kwang Tan setelah melihat keadaan Suma Lin Liang lebih tenang. "Sesungguhnya... sesungguhnya... dadaku ini, dadaku
seperti telah remuk dihajar oleh kedua orang asing itu!" mengeluh Suma Lin Liang, suaranya belum lagi lancar.
Kwang Tan memeriksa dada Suma Lin Liang, dia melihat tanda biru didekat samping ketiak kiri dan kanan dari pemuda tersebut. Segera juga Kwang Tan meminta Suma Lin Liang membuka bajunya dia memeriksa
punggung Suma Lin Liang, sehingga dia melihat kulit daging dibagian punggung Suma Lin Liang berwarna hitam gelap, menunjukkan luka itu benar2 terlalu parah.
Segera juga Kwang Tan mengurutinya, lewat sesaat warna gelap menghitam dipunggung Suma Lin Liang mulai berangsur lenyap, dan dikala itu juga dia telah bisa bernapas lebih lancar.
"Apakah aku tidak akan bercacad ?" tanya Suma Lin Liang dengan suara yang lebih lancar dibandingkan dengan tadi.
Kwang Tan mengangguk, dan dia telah bilang: "Jika terlambat diohati, dalam waktu dua hari, sebagian urat dan jalan darah penting di bagian punggung akan mati, dan selanjutnya engkau akan cacad, Suma Koko, akan tetapi sekarang ini, kau telah kuberi ramuan yang cocok dengan luka yang kau derita ini, jangan kuatir, mungkin dalam
beberapa hari kesehatannya akan pulih sebagaimana biasa."
Senang juga Suma Lin Liang, Semula dia menduga bahwa ia akan menjadi cacad, itu berkuatir sekali. Tetapi sekarang
keterangan Kwang Tan dia
jadi terhibur, karena dia memang mempercayai apa yang dikatakan Kwang Tan, tabib dewa yang sangat terkenal dan sangat pandai dalam bidang pengobatan itu.
Sedangkan Thio Bo yang sejak tadi hanya mengawasi saja melihat tanda gelap ke biru2an didekat tepi kedua ketiak dari Suma Lin Liang ia mengerutkan alisnya.
"Sungguh sesat sekali cara dan ilmu silat kedua orang itu !" menggumam Thio Bo. Dia berkata begitu karena segera juga Thio Bo tersadar bahwa cara memukul dari kedua
orang asing itu memang
bermaksud hendak yang membuat dia setelah mendengar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghancurkan dan meluluskan urat dan jalan darah Suma Lin Liang. Dengan pukulannya, perlahan tetapi pasti, akhirnya seluruh jalan darah besar dipunggung Suma Lin Liang akan hancur dan dengan demikian akan membuat Suma Lin Liang akhirnya kehilangan tenaganya dan juga dia akan
menjadi bercacad seumur hidupnya sedangkan Kwang Tan meminta Suma Lin Liang menarik dan mengeluarkan napasnya menurut aturan cara bernapas yang diberikannya agar pemuda itu dapat mengatur pernapasannya itu untuk memainkan peredaran jalan darahnya, dan cara yang
diberikan oleh Kwang
Tan memperoleh hasil yang memuaskan, warna gelap itu per-lahan2 telah mulai lenyap dan berkurang, dengan begitu pula, telah membuat Suma Lin Liang bernapas jauh lebih lancar, dan ia dapat berdiri.
Thio Bo berulang kali memuji akan kehebatan Kwang Tan mengobati Suma Lin Liang, Sekarang ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri, betapa hebatnya Kwang Tan, walaupun usianya masih kecil, tokh telah memiliki keterampilan yang begitu hebat, dan juga kepandaian ilmu pengobatan yang sungguh mengagumkan karena telah bisa
menyembuhkan luka didalam tubuh yang sesungguhnya sangat hebat sekali.
Dalam keadaan seperti itulah segera juga Thio Bo teringat sesuatu.
"Jika demikian urusannya dan bekas luka yang ditinggalkan oleh kedua orang itu, apakah kedua orang asing ini bukan mempergunakan semacam ilmu silat Persia yang memang sangat terkenal bernama Cancisa, semacam ilmu silat yang mengkhususkan diri melatih lwekang yang sangat dahsyat, sehingga jika menghantam pada korbannya,
tentu akan membuat lawannya itu hancur jalan darah dan urat2 disekujur tubuhnya "!"
Kwang Tan mengangkat bahu, karena memang dia kurang pengalaman dalam ilmu silat.
Dengan begitu pula, membuat Kwang Tan bertanya: "Apakah ilmu silat itu merupakan ilmu silat sesat?" "Ya," mengangguk Thio Bo. "Dikala ilmu itu diciptakan oleh seorang akhli silat Persia pada ratusan tahun yang lalu,
sebenarnya ilmu silat itu merupakan ilmu silat beraliran lurus. Hanya saja, setelah turun menurun ke-tangan2 pewarisnya, maka diwaktu banyak mengalami perobahan, membuat banyak jurus-jurus penting dalam ilmu silat itu dirobah dan kemudian menjurus kearah sesat. .!"
menjelaskan Thio Bo, dan ia tampak berpikir keras lagi, seperti tengah mengingat2 sesuatu, sampai akhirnya ia bilang: "Jika tidak salah ilmu silat itupun merupakan ilmu silat yang bisa meremukan tulang..."
Mendengar penjelasan Thio Bo itu, Kwang Tan terkejut, ia memeriksa Suma Lin Liang lagi, jauh lebih teliti dibandingkan dengan sebelumnya, dia telah memeriksa keadaan tulang punggung Suma Lin Liang, Thio Bo yang melihat Kwang Tan tengah memeriksa keadaan tulang punggung Suma Lin Liang, ikut tegang ia mengawasi
dengan keringat membanjiri kening dan sekujur tubuhnya.
Setelah memeriksa sekian lama, akhirnya Kwang Tan menghela napas lega.
"Seluruhnya baik, tidak mengalami kerusakan !" kata Kwang Tan. Sesungguhnya, dalam keadaan jika saja Iris dan Tomakochin tidak terluka, tentu mereka akan dapat
menyerang dengan tenaga dalam yang jauh lebih hebat. Apa yang dikatakan Thio Bo tidak salah, karena memang ia dapat saja sekali menghantam selain merusak seluruh urat
dan jalan darah ditubuh Suma Lin Liang, juga akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuat Suma Lin Liang mengalami kerusakan pada tulang punggungnya. Akan tetapi karena kedua orang Persia itu dalam keadaan terluka didalam yang tidak ringan, jelas mereka tidak bisa mempergunakan seluruh tenaga dalamnya, mereka hanya dapat mempergunakan lima bagian tenaga
dalam, itu memang keberuntungan juga buat Suma Lin Liang, jika tidak, tentu ia akan terbinasa disaat itu juga dengan tubuh punggung yang hancur.
Kwang Tan selesai memeriksa keadaan Suma Lin Liang, kemudian beristirahat demikian juga halnya dengan Suma Lin Liang dan Thio Bo.
Setelah kesegaran kedua orang itu mulai pulih, maka karena segera melanjutkan perjalanan, tetapi tentu saja perjalanan per-lahan2, karena memang mereka tidak dapat melakukan perjalanan cepat, sebab Suma Lin Liang belum
sehat benar, Mereka mendaki puncak gunung Himalaya.
Ketika sampai dipuncak gunung Himalaya, Suma Lin Liang mengajak mereka ketempat kediaman rombongan Bu Kie, dan mereka bertemu satu dengan yang lainnya dalam keadaan yang menggembirakan karena Bu Kie benar-benar
menguatirkan sekali keselamatan Suma Lin Liang namun setelah diketahui bahwa Suma Lin Liang tidak mengalami cidera lagi, telah diohati oleh Kwang Tan, membuat mereka jadi bersyukur. Malah yang membuat mereka sangat gembira justeru Kwang Tan telah hadir ditengah2 mereka,
diwaktu2 selanjutnya tentu mereka akan dapat meminta bantuan Kwang Tan untuk mengobati kawan2 mereka jika terluka ditangan musuh.
Memang Bu Kie pun menguasai ilmu pengobatan, namun ilmu pengobatan yang dimiliki Bu Kie tidak sehebat apa yang dimiliki Kwang Tan. Karenanya, mereka dapat bertukar pikiran, Terutama sekali yang disukai oleh Boe Kie justeru akan ilmu pengobatan, yang benar2 sangat menarik sekali hatinya, sehingga ia bercakap2 merundingkan ilmu pengobatan dengan Kwang Tan.
Kwang Tan pun tidak merasa perlu merahasiakan ilmu pengobatannya, dia telah memberitahukan hal2 yang sangat
penting sekali buat Bu Kie, karena Kwang Tan melihat bahwa Bu Kie seorang yang dapat dihargai dan dihormati, maka seluruh ilmu pengobatan yang sangat penting tentu diberitahukannya.
Dan juga ia telah terima banyak petunjuk dari Bu Kie, dalam hal ilmu silat, sehingga membuat mereka seperti juga bertukar pikiran mengenai ilmu silat dan ilmu pengobatan.
Keesokan paginya, Kwang Tan telah bercakap-cakap lagi dengan Bu Kie, yang senang menemaninya, Thio Bo pagi itu ikut mendampingi dalam percakapan tersebut.
Betapa kagumnya Thio Bo mendengar uraian Bu Kie tentang ilmu silat, yang memberitahukan hal2 yang sangat penting kepada Kwang Tan. Dan juga Thio Bo bertambah kagum ketika mendengar uraian Kwang Tan mengenai ilmu pengobatan.
Dengan demikian telah membuat kedua orang itu seperti juga telah memperlihatkan bahwa mereka berdua, walaupun usia mereka sangat berbeda sekali satu dengan yang lainnya, tokh memiliki banyak sekali persamaan, dan juga tentang kecerdasan, memang mereka memiliki banyak
persamaan tingkat, karena jika Kwang Tan menjelaskan satu kali saja mengenai ilmu pengobatan, maka Bu Kie dapat menangkapnya dengan cepat, dan telah membuat dia jadi mengerti lebih mendalam tentang ilmu pengobatan.
Demikian juga sebaliknya dengan Kwang Tan, jika Bu Kie menjelaskan ilmu silat, intisarinya tenaga lwekang yang harus dilatih Kwan Tan dan juga cara untuk melatih ilmu pukulannya, membuat Bu Kie menjadi kagum juga, karena Kwang Tan dapat menerima dan menangkap maksud dan penjelasannya dengan cepat.
Yang menambah Bu Kie dan Thio Bo tambah kagum, justeru dengan hanya mendengar satu kali saja Kwang Tan
sudah dapat memperaktekkan cara2 berlatih seperti yang diberitahukan Bu Kie kepadanya.
Dan kecerdasan dimiliki Kwang Tan mungkin melebihi kecerdasan yang dimiliki Bu Kie sendiri, Bahkan sampai diam2 Bu Kie berpikir "Anak ini benar2 luar biasa dan ajaib
sekali, benar2 Sin Tong yang sangat menakjubkan karena otaknya benar-benar cerdas luar biasa, hem jika dilihat kecerdasan anak ini sama seperti kecerdasan Thio Beng.!"
Sedangkan Kwang Tan selama seminggu setelah memperoleh petunjuk Bu Kie, melatih diri giat sekali, ia melatih tenaga dalamnya, dan juga pukulannya, hanya saja, Kwang Tan belum mau melatih ilmu pukulan gunturnya, karena ia kuatir nanti akan menimbulkan kerusakan ditempat kediaman orang2 Bengkauw ini.
Namun diluar tahu Kwang Tan sendiri, dalam waktu seminggu itu, setelah memperoleh petunjuk yang diberikan Bu Kie, ia memperoleh kemajuan yang sangat menakjubkan sekali, memang Kwang Tan tidak bisa melihat kemajuan yang telah diraihnya itu, ia hanya merasakan napasnya sangat lancar sekali dan tubuhnya jauh lebih ringan setelah
melatih gerakan2 tubuh yang diajarkan Bu Kie, disamping cara melatih tenaga dalamnya, dan sebetulnya, diluar sadar anak ini, ia telah dapat mempergunakan tenaga dalamnya yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan waktu2 yang lalu.
Sedangkan Thio Bo sendiri telah sembuh benar, karena ia selama seminggu itu tetap memperoleh perawatan Kwang Tan,memperoleh obat yang bisa menambah kekuatan tenaga dan semangat.
Suma Lin Liang pun telah sembuh, hanya saja menurut Kwang Tan ia harus beristirahat lagi selama beberapa hari, agar sedikitpun tenaga dalamnya dan hawa murninya tidak menjadi susut.
Setelah lewat lagi tiga hari, Kwang Tan menyatakan pada Thio Bo, bahwa ia hendak pamitan, untuk pergi melanjutkan pencarian jejak dari suhengnya, karena ingin
tetap berusaha menyadarkan suhengnya itu, Ban Tok Kui agar orang she Ban tersebut mau kembali kejalan yang lurus, seperti yang telah dipesankan oleh mendiang guru mereka.
Tetapi Thio Bo justeru menahannya, memberitahukan bahwa Bu Kie tengah menghadapi urusan tidak kecil, karenanya ia ingin sekali membantu pihak Bengkauw menghadapi kesulitan mereka. Dan meminta Kwang Tan agar bersabar menanti lagi selama beberapa saat, barulah nanti mereka melanjutkan perjalanan pula, sedangkan
Suma Lin Liang yang diberitahukan maksud Kwang Tan yang ingin pamitan, cepat2 menahannya, malah setengah memohon ia meminta agar Kwang Tan berdiam dulu selama beberapa waktu bersama mereka.
Begitulah, Kwang Tan telah menyanggupi juga permintaan Suma Lin Liang, agar mereka tidak berpisah dalam waktu sesingkat itu.
Tanpa terasa waktu beredar sangat cepat telah tiga bulan Kwang Tan berdiam dipuncak Himalaya, dan selama itu
anak ini hanya melatih
diri belaka, melatih dengan kemajuan yang sangat pesat tanpa ia sendiri menyadarinya.! ooooOdwOooo BEBERAPA orang tengah menggotong sebuah benda bulat yang besar dan panjang, dan orang2 itu, yang berjumlah delapan orang tersebut memanggul gulungan
besar yang mungkin didalam bungkusan itu terdapat barang yang sangat besar telah berlari ringan sekali melewati sungai yang melintang dihadapan mereka dengan cara yang agak luar biasa.
Yaitu, dua orang disebelah depan telah melemparkan dua cabang ranting ke
melompat ke ranting
permukaan air sungai, kemudian
itu, lalu menendang ranting itu kebelakang, dengan demikian orang yang pada kedudukan kedua, hinggap diatas ranting itu juga, begitulah seterusnya, sedangkan orang yang berada paling murka, telah melemparkan ranting lagi, ke permukaan air sungai yang
kemudian mereka pergunakan buat berpijak.
Akhirnya rombongan orang tersebut, dalam keadaan masih memanggul bungkusan besar dan memanjang itu, telah tiba diseberang sungai itu, mereka tampaknya begitu
mudah menyeberangi sungai
yang menghubungi antara kota Wat-ciu, sebuah kota yang cukup besar itu dengan daerah tersebut.
Dan sungai ini memang merupakan satu2nya anak sungai yang melewati kota Wat-ciu, Disamping itu pula, tampaknya sungai itu bening bersih, sehingga airnya memang bening, pemandangan ditempat itu pun sangat tenang dan permai sekali dengan pohon2 bunga, yang bunganya tengah bermekaran indah sekali.
Kedelapan orang tersebut masih juga berlari2 dengan ringan dan gesit sekali, tampaknya mereka seakan juga tidak merasa berat membawa bungkusan besar itu, mereka dapat berlari begitu lincah.
Dan mereka sambil berlari seperti itu juga diselingi seperti percakapan, karena tampaknya mereka berlari pesat seperti tidak menggunakan tenaga, mereka dapat bercakap2 dengan napas yang teratur, sama sekali tidak terganggu oleh goncangan larinya mereka.
Setelah berlari2 sekian lama, orang yang berlari paling depan disebelah kiri, telah menoleh kepada kawannya disebelah kanan, katanya: "Apakah kita beristirahat saja disini?"
Kawannya itu mengangguk, dia telah berteriak dengan suara yang cukup tinggi "Berhenti, kita beristirahat disini !" Dan mereka memang berhenti, sedangkan keenam
kawan mereka disebelah belakang, seperti juga memiliki daya tangkap yang cepat sekali, begitu kedua orang kawan mereka berhenti, maka segera juga mereka berenam telah berhenti berlari dan berdiam menantikan kata2 selanjutnya kawan mereka.
Benar saja, kawannya yang berada disebelah kanan telah
berkata: "Kita masih harus menempuh ribuan lie, dan lebih baik kita beristirahat dulu disini! Telah dua hari dua malam kita melakukan perjalanan tanpa berhenti dan beristirahat karena itu, tempat yang indah dan permai ini cocok sekali untuk kita beristirahat.
Setelah berkata begitu. dia yang pertama2 menurunkan bungkusannya, sedangkan keenam orang kawannya yang disebelah kiri telah menurunkan bungkusan panjang itu, yang diletakkan dibawah sebatang pohon yang rindang sekali dimana mereka telah meletakkannya dengan sangat hati2, seakan juga mereka itu kuatir kalau2 barang di dalam
bungkusan itu akan mengalami kerusakan.
Kemudian mereka mereka masing2.
Kedelapan orang baru duduk beristirahat ditempat itu beristirahat tanpa seorangpun diantara mereka yang bercakap2. Hanya saja, cara duduk mereka memperlihatkan bahwa mereka itu tengah memperhatikan bungkusan besar mereka, juga bersikap
waspada sekali, dimana mereka telah berusaha selalu berada dalam keadaan siap siaga, seperti juga mereka kuatir kalau2 nanti ada orang yang ingin mengganggu bungkusan besar mereka.
Angin yang sejuk, dan harumnya bunga, juga mengalirnya air sungai yang bening dan jernih itu benar2 merupakan suatu pemandangan alam yang sangat menarik sekali.
Diwaktu itu kedelapan orang ini, yang menurut apa yang dikatakan kawannya yang seorang itu bahwa mereka telah melakukan perjalanan selama dua hari dua malam tanpa berhenti, terpengaruh oleh kesejukan hawa udara ditempat itu.
Tampaknya mereka agak mengantuk, Mereka saling lirik, kemudian salah seorang diantara mereka, yang tadi menganjurkan beristirahat, orang yang semula menggotong disebelah kiri, telah berdiri.
"Sesungguhnya, kita tidak boleh terlalu membuang2 waktu disini, kita harus tiba ditempat tujuan kita dengan segera."
"Jadi kita harus melanjutkan pula perjalanan kita "!" tanya kawannya yang duduk ditempat ketiga. "Ya itu lebih baik! Kita duduk beristirahat disini lebih lama, ini membawa akibat tidak baik buat kita, karena
hanya akan membuat
kita menjadi mengantuk, dan akhirnya juga akan membuat kita akhirnya lalai, jika saja pekerjaan yang ditugaskan kepada kita ini gagal, maka akan membawa akibat buruk yang sangat hebat sekali. Kawan2nya saling lirik, kemudian mereka melompat berdiri. Salah seorang diantara mereka berkata: "Mari kita berangkat. Mungkin dalam lima hari lima malam kira harus
melakukan perjalanan tanpa beristirahat.
"Ya, itu masih bukan pekerjaan yang terlalu berat buat kita, karena biarpun harus melakukan perjalanan tanpa berhenti selama sepuluh hari sepuluh malam, kita masih sanggup melakukannya, hanya saja, yang terpenting buat
kita, urusan besar ini harus dapat diselesaikan dengan segera tiba dialamatnya, sehingga tugas kita telah selesai !" menyahuti kawannya yang tadi menganjurkan agar mereka melanjutkan perjalanan lagi.
"Yang terpenting kita tidak terbuai oleh angin dan sejuknya hawa udara ditempat yang seperti ini. Sekali saja kita beristirahat, kita akan menjadi lebih lemah dari semestinya, kita akan merasa tambah lelah dan juga akan membuat kita mengantuk, jika perasaan mengantuk itu
telah menyerang kita tentu akan membuat kita menghadapi kesukaran tidak kecil jika dalam keadaan seperti itu tiba2 musuh datang, tentu kita akan kehilangan semangat sedikitnya separuh !"
Setelah berkata begitu, orang tersebut yang pertama2 telah berdiri didekat bungkusan besar itu ber siap2 hendak mengangkat nya. Dan kawan2nya telah mengikutinya, mereka berdelapan mulai mengangkat bungkusan itu pula.
Begitulah, kedelapan orang ini telah melanjutkan perjalanan
terbangun mereka dengan ringan dan semangat mereka lagi. Memang jika mereka berangkat dengan
tujuan dan tekad yang kuat, terlebih lagi tampaknya mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memiliki latihan lwekang yang kuat, dengan demikian mereka telah dapat memelihara tenaga dalam dan juga napas mereka, jika sekali saja mereka beristirahat, niscaya akan membuat mereka merasakan perasaan letih itu yang akhirnya hanya akan membuat mereka justeru terbuai oleh perasaan mengantuk.
Semakin berlari semakin lama akhirnya mereka tambah bersemangat. Dan diwaktu itu juga memang telah dapat mereka lewati puluhan lie lagi. Udara ditempat itu semakin dingin, pohon bunga yang bertumbuhan di tempat itu semakin banyak dan bunga2 yang tengah bermekaran pun
tampak jauh lebih sarat dan menyiarkan harum semerbak yang luar biasa, karena seperti juga orang tengah berada disebuah kamar pengantin !
Orang2 itu terus juga berlari, mereka tidak mau membiarkan diri mereka
dipengaruhi oleh perasaan mengantuk dan juga tidak mau semangat mereka menurun. Udara yang memang sejuk itu tidak diperdulikan mereka, sedangkan waktu itu tampak mereka berlari semakin cepat, tubuh mereka seperti juga terbang, dan juga sepasang kaki masing2 bagian sudah tidak menginjak bumi lagi, mereka
berlari begitu cepatnya, sehingga hanya sosok2 tubuh dan warna pakaian mereka belaka yang tampak.
Udara semakin dingin, dan juga hari mendekati sore, namun ke delapan orang ini benar2 tidak bermaksud berhenti dari perjalanan mereka, karena mereka ingin meneruskan perjalanan tanpa beristirahat sama sekali.
Ketika mereka berdelapan tengah
seperti itu, tiba2 mendesing sepasang
asyik2nya berlari panah api yang mengeluarkan suara mengaung, dan suara mengaung itu telah memecahkan kesunyian ditempat itu. Disaat itulah ke
delapan orang tersebut baru
menghentikan lari mereka, mengangkat kepala dan mengawasi ke atas menoleh kepada panah api yang mengeluarkan suara meraung.
Dalam keadaan demikian wajah mereka berdelapan berobah menjadi pucat, dan mereka saling pandang.
"Apa yang kukuatirkan rupanya akan terbukti dan kejadian !" kata salah seorang diantara mereka, "Pasti akan berhadapan dengan lawan, Kita harus lebih waspada, rupanya lawan yang akan kita hadapi ini bukan sebangsa lawan yang ringan."
Ketujuh orang kawannya mengiyakan, mereka bersiap2 untuk menghadapi segala kemungkinan. Namun setelah panah yang mendesing mengeluarkan suara mengaung itu, tidak terjadi sesuatu apa lagi, keadaan disekitar tempat itu sunyi sekali, tidak terlihat manusia disekitar tempat itu, dan juga tidak terlihat sebuah rumah pendudukpun.
Kedelapan orang itu menanti cukup lama tetapi apa yang mereka nantikan tidak juga kunjung datang, Malah kesunyian seperti itu akhirnya membuat mereka jadi jengkel sekali.
"Mari kita melanjutkan perjalanan kita....!" ajak yang seorang lagi. Ketujuh orang kawannya setuju. Begitulah, mereka telah melanjutkan pula perjalanan mereka, berlari 2 semakin
lama semakin cepat tubuh mereka seperti terbang, dan bungkusan yang sangat besar itu, seperti juga tidak dirasakan beratnya lagi oleh mereka.
Sedang kedelapan orang itu berlari2 begitu cepat, justeru disaat itulah terdengar lagi suara mengaung yang sangat keras, disusul dengan melesatnya sebatang anak panah
meluncur ditengah udara, malah panah itu menimbulkan kilatan api, dan telah meluncur tinggi sekali.
Ke delapan orang ini terkejut dan bersiap2 karena mereka segera juga menyadari bahwa mereka menghadapi ancaman yang tidak kecil dan juga orang yang melepaskan anak panah itu pasti bukan sebangsa manusia sembarangan.
Yang dapat mereka pastikan, orang yang melepaskan anak panah itu niscaya bukanlah seorang diri, tentunya mereka dalam bentuk rombongan.
Dalam keadaan seperti inilah ke delapan orang itu telah berhenti berlari lagi dan saling pandang satu dengan yang
lainnya, dan berdiam diri sejenak lamanya. Namun tetap saja mereka tidak melihat seorang manusiapun disekitar tempat itu. Malah kesunyian semakin mencekam mereka.
Udara semakin dingin malam telah menyelimuti permukaan bumi disekitar tempat itu, sedangkan kedelapan orang itu belum melanjutkan perjalanan mereka, karena mereka seperti juga menantikan munculnya orang yang akan menghadang mereka.
Dengan adanya panah2 bersuara itu, mereka yakin, bahwa tentu mereka akan dihadang sejumlah orang, dan juga panah api bersuara itu tentunya sebagai isyarat belaka, sedangkan kedelapan orang itu juga memaklumi, bahwa mereka harus melindungi bungkusan besar itu tentu saja mereka tidak bisa bergerak sembarangan.
Tetapi musuh yang mereka nanti2kan itu tidak kunjung muncul,sedangkan panah ketiga telah mereka lihat lagi, mendesing ditengah udara, begitu nyaring suaranya, apinya di kegelapan malam tampak begitu terang, Dan juga dilihat oleh mereka, bahwa panah ketiga itu melesat dari tempat yang tidak begitu jauh dari tempat mereka berada.
"Kita jangan perdulikan mereka dulu, jika mereka memperlihatkan diri barulah kita menghadapinya, Dengan demikian berarti kita tidak membuang2 waktu saja." kata salah seorang diantara kedelapan orang itu.
Kawan2nya yang lainnya tampaknya menyetujui mereka mengiyakan, Dan demikian lah, kedelapan orang itu bersiap2 hendak melanjutkan perjalanan mereka pula. Namun sebelum mereka bergerak, justeru diwaktu itu telah terdengar suara orang tertawa.
Suara tertawa itu terdengar dari tempat jauh disebelah barat, Kemudian menyusul suara tertawa lainnya disebelah selatan, lalu menyusul disebelah utara, dan kemudian menyusul pula disebelah timur.
Begitulah berpindah2 bergantian terdengar tempat, Didengar dari suara tertawa yang nada suara tertawa
tersebut yang berbeda2, tentunya orang yang tertawa itu
bukannya seorang belaka, tentunya beberapa orang, Maka kedelapan orang itu semakin yakin bahwa mereka tengah berhadapan dengan musuh yang akan menghadang mereka itu bukan terdiri dari seorang saja, tetapi beberapa orang.
Karena itu, mereka semakin waspada, Namun seperti keputusan yang telah mereka ambil tadi, mereka meneruskan perjalanan terus, berlari semakin cepat, tidak mau membuang2 waktu lagi. Mereka yakin, walaupun mereka berlari terus, tokh akhirnya musuh yang akan menghadang mereka itu akan menampakan diri.
Kedelapan orang itu berlari terus mengambil kearah barat tubuh mereka berkelebat-kelebat seperti terbang saja, Dan suara tertawa yang berpindah2 tempat itu terdengar semakin gencar, Namun selama belum melihat musuh yang akan menghadang mereka, kedelapan orang itu tetap saja berlari dengan cepat.
Sampai akhirnya mereka mendengar suara orang berkata dengan dingin" "Berhentilah... kalian telah terkepung rapat oleh kami, maka jika kalian seandainya tumbuh sayap pun, jangan harap bisa lolos dari kepungan kami...!"
Suara itu dingin sekali, mengandung nada memerintah terlihat betapapun kedelapan orang itu, memiliki ketabahan dan keyakinan bahwa kepandaian mereka sangat tinggi,
tokh tidak urung tergetar juga hatinya mendengar suara yang dingin tersebut, yang seperti menyelusup kedalam hati mereka masing2.
Dalam keadaan seperti inilah, telah membuat kedelapan orang itu. tanpa bersepakat terlebih dahulu, mereka telah berhenti berlari, dan berdiam diri sambil mengawasi sekitar tempat itu.
Mereka hanya melihat keadaan tempat yang gelap pekat, tidak ada seorang manusiapun yang tampak.
Kedelapan orang itu mengawasi dengan waspada dan siap sedia, untuk menghadapi segala kemungkinan juga mereka telah melihat bahwa disekitar tempat itu sunyi hanya dipenuhi oleh pohon2 yang tumbuh tinggi menjulang keatas.
Tiba2 dalam kegelapan itu telah muncul beberapa sosok bayangan. Sosok bayangan hitam tersebut muncul seperti juga munculnya setan dan hantu, yang tahu2 telah berdiri didepan mereka.
Cuma saja, disebabkan orang2 yang barusan muncul semuanya mengenakan pakaian yang serba hitam, dan juga muka mereka masing2 ditutup dengan topeng hitam, membuat mereka tidak bisa dilihat jelas, berapa usia mereka dan bagaimana bentuk muka mereka.
Keadaan hening sekali, karena orang2 berbaju bertopeng hitam tersebut, tidak segera membuka suara, mereka berdiam diri saja.
Kedelapan orang itu telah mengawasi orang2 yang
menghadang dihadapan mereka, Salah seorang diantara kedelapan orang itu, yang berada paling depan disebelah kanan, telah berkata dengan suara mengandung perasaan tidak senang: "Air gunung dengan air laut tidak saling bertemu didalam belanga, tetapi kalian, mengapa kalian menghadang kami dengan mengapa kalian tidak mau
golongan mana dan juga memperlihatkan muka kalian !"
Orang2 berpakaian serba hitam itu tertawa perlahan, mereka seperti juga tidak memandang sebelah mata kepada kedelapan orang yang tengah menggotong bungkusan besar itu.
"Lebih baik kalian meletakkan barulah kita bicara, bukankah cara pengecut seperti ini, memperkenalkan diri, dari
dulu bungkusan itu, sambil memanggul bungkusan sebesar itu kalian tidak akan leluasa "!"
Dingin sekali suara orang itu. dia berkata2 dengan suara yang sengau, bagaikan suara itu dikeluarkan lewat hidungnya, Dan yang lebih mengerikan lagi, pada nada suaranya yang mengandung ejekan dan memandang rendah itu terdapat nafsu membunuh.
Kedelapan orang itu memiliki kepandaian yang tinggi, mereka merupakan orang2 berhati besi, dan mereka selalu tidak pernah mundur menghadapi apapun juga.
Karena itu, sekarang melihat orang2 yang menghadang mereka ini tidak mengandung maksud baik, selain berwaspada, merekapun mendongkol sekali, mereka bersiap2 untuk menghadapi lawan2nya itu, walaupun
sambil memanggul bungkusan yang tengah mereka bawa itu diletakkan, dan mereka menghadapi orang2 tersebut, dikuatirkan orang2 itu masih memiliki banyak kawan2nya yang kini tengah bersembunyi jika mereka berdelapan tengah dilibat dalam pertempuran barulah kawan dari orang2 berpakaian hitam tersebut muncul untuk merebut bungkusan itu, jika urusan seperti itu terjadi, mereka akan
mengalami kesukaran tidak kecil, dimana mereka tentu sulit sekali melindungi bungkusan besar itu.
Salah seorang diantara mereka telah berkata: "Terima kasih atas saranmu itu tetapi kami kira, menghadapi tikus2
kecil seperti kalian,
walaupun dengan memanggul bungkusan besar ini, tentu kami akan dapat merubuhkan kalian..." Sengaja orang yang berada didepan sebelah kanan itu berkata angkuh untuk memancing kemarahan orang2 yang menghadang mereka.
Benar saja, orang2 yang mengenakan baju berwarna hitam dan topeng hitam itu, jadi berjingkrak karena gusar. Mereka mendongkol sekali, malah salah seorang diantara mereka telah membentak geram: "Bagus! Bagus! Kalian ingin disebut sebagai pahlawan yang dapat melaksanakan tugas sampai titik darah terakhir bukan?"
"Apa maksudmu?" tanya orang yang sebelah kanan dari delapan orang itu." "Kalian tentunya ingin memperlihatkan bahwa kalian akan melaksanakan tugas kalian dan mempertahankan
tugas itu sampai titik darah terakhir sampai menjelang
kembali orang itu mengulangi kematian bukan?" pertanyaannya. Kedelapan orang itu serentak mengeluarkan tertawa yang nyaring disebelah kanan telah bilang: "Jika memang itu dapat kami lakukan memang membahagiakan sekali, karena kami ingin melaksanakan tugas ini sebaik2nya! jika terjadi ada tikus2 seperti kalian yang coba2 menghadang kami, dengan sikap pengecut menutupi muka kalian dan juga tidak berani memperkenalkan diri dari golongan mana, maka kami akan sapu bersih. Nah, kita tidak usah terlalu banyak bicara, mari kita mulai.."
Sambil menantang orang tersebut telah bersiap sedia, begitu juga dengan ketujuh kawannya mereka bersiap-siap. Orang yang berpakaian serba hitam dengan wajah mereka ditutupi topeng hitam itu berdiam diri saja, mereka tidak segera menyerang karena mereka seperti juga mencari kesempatan untuk menyerang.
Rupanya orang2 yang ber pakaian serba hitam tersebut menyadarinya, sembarangan berada dalam memperoleh kesulitan untuk segera merebut kemenangan.
Dan mereka sendiri rupanya belum lagi mengetahui dengan tepat, sampai berapa tinggi kepandaian dari kedelapan orang itu.
Karenanya, mereka hanya mengawasi seperti juga tengah menjajaki kepandaian kedelapan orang lawannya. Disaat itu terlihat bahwa cara kedelapan orang tersebut berdiri, mereka seperti juga hendak mengambil posisi dari
Pat-kwa, benar2


Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka seperti berbaris dan tengah menggotong bungkusan besar, akan tetapi dengan posisi mereka seperti itu, maka mereka akan dapat menyerang dan saling membela satu dengan yang lainnya, tanpa mereka perlu melepaskan bungkusan yang mereka panggul itu.
Karenanya, merekapun telah bersiap2 dengan penuh kewaspadaan diwaktu lawan2 mereka itu bungkam tidak jika saja mereka menyerangnya niscaya kedelapan orang lawan mereka keadaan siap siaga, berarti mereka akan
bersuara, maka merekapun diam tidak bersuara, hal ini menyebabkan keheningan disekitar tempat itu, jika saja tidak terdengar suara napas mereka, niscaya akan diduga bahwa tentunya ditempat itu tidak terdapat seorang manusiapun juga.
Setelah mengawasi sekian lama, salah seorang dari orang2 berbaju hitam itu telah berkata dengan suara yang tawar: "Baiklah, apakah kalian tidak akan menyesal jika dengan memanggul2 bungkusan besar tersebut kalian menjadi kurang leluasa bergeraknya, sehingga akan dapat kami rubuhkan dengan mudah" Apakah kalian nanti tidak akan mengatakan bahwa kami ini merubuhkan kalian
mempergunakan kesempatan disaat kalian tengah memanggul bungkusan itu "!"
Orang yang berdiri didepan dari kedelapan orang itu berkata dingin: "Hemm, tidak perlu banyak bicara lagi, jika
memang kalian yakin untuk menghadang kami, tentunya kalianpun tidak memperdulikan apakah kami akan menyesali atau tidak, yang penting pasti bahwa tujuan kalian akan tercapai, bukan "!"
Mendengar jawaban seperti itu, segera juga orang berbaju dan bertopeng hitam yang tadi berkata2 itu, telah menjejakkan kakinya, tubuhnya melesat cepat sekali, kedua tangannya diulurkan.
Tangan kanannya berusaha menghantam telinga kanan dari lawannya sedangkan tangan kirinya mengincar, akan
mencengkeram kedua biji mata lawannya, gerakannya begitu cepat dan gesit, tubuhnya berkelebat seperti bayangan, membuat lawannya diam2 terkejut, namun dia dapat mengelakkannya, hanya saja dia tidak keburu menangkis, dan kawannya dibelakangnya yang menangkis,
dengan demikian tampak jelas sekali adanya kerja sama yang erat sekali pada kegelapan orang itu.
Tetapi kawan dari orang yang mengenakan baju dan topeng muka warna hitam itu, pun tidak tinggal diam. Mereka semuanya berjumlah lima orang, yang empat orang, waktu melihat kawan mereka yang paling depan telah mulai menyerang, maka berempat mereka pun menjejakkan kaki masing2, tubuh mereka melesat sama
gesitnya mereka bukan
menerjang keseorang lawan melainkan menyerang kepada kedelapan orang itu sekaligus, Seorangnya menyerang dua orang lawan, dengan tangan kiri seorang, sedangkan tangan kanannya seorang.
Dengan begitu maka penyerangan yang dilakukannya itu menyebabkan kedelapan orang tersebut harus menghadapi lawan mereka masing2, tidak dapat saling kerja sama lagi.
Rupanya kelima orang bertopeng hitam memang memiliki penelitian yang dalam tersebut, terhadap
kedelapan orang itu, yang mereka duga memiliki kerja sama
satu dengan yang lainnya dalam menghadapi musuh, Maka mereka berlima tidak bergerak dengan gerakan yang sekali2 saja, karena mereka menyadarinya, jika sampai mereka menyerang kepada seorang saja, tentu lawan yang lainnya akan membantui kawannya buat menangkis atau juga buat
membalas menyerang,
itulah sebabnya kelima orang bertopang hitam itu telah mempergunakan cara bertempur sekaligus menyerang dengan kedua tangan mereka. Tubuh mereka berlima bergerak2 lincah sekali, seperti juga mereka itu adalah seekor burung rajawali atau juga
seekor naga yang tengah menyambar kian kemari dengan ganas,
Sedangkan kedelapan bungkusan besar itupun memang sekaligus berdelapan telah diserang oleh lawan2 mereka, namun kenyataannya tokh mereka masih dapat
orang yang menggotong
tidak tinggal diam. Mereka berkelit dan balas menyerang dengan kerja sama yang cukup baik.
Memang aneh juga cara bertempur dengan saling membela kawan. Jika mereka diserang mereka tidak memperdulikan serangan yang tengah menuju dirinya, bahkan mereka telah menggerakkan tangan buat menolongi
kawan mereka, serangan pada diri mereka sendiri akan dipunahkan atau ditangkis oleh kawan mereka yang lain. Dengan demikian kedelapan orang itu masih memiliki kerja sama yang baik.
Kelima orang bertopeng itu rupanya telah dapat melihat bahwa orang2 yang menjadi lawan mereka ini bukan orang yang mudah dirubuhkan dengan segera, mereka berdelapan memiliki suatu cara bertempur untuk saling membela dan melindungi sehingga cara bertempur mereka cukup membingungkan kelima orang lawan mereka.
Setelah bertempur sekian puluh jurus masih tidak berhasil mendesak kedelapan lawan mereka, ialah seorang dari kelima orang berpakaian hitam tersebut telah mengeluarkan siulan yang sangat nyaring sekali, dan
berbareng dengan suara siulan tersebut, maka terlihat betapa dari segala penjuru empat itu, dari balik batang2 pohon dan dari atas pohon, telah bermunculan sosok2 tubuh yang mengenakan pakaian hitam dan wajah masing2 ditutup secarik kain topeng berwarna hitam juga, jumlah mereka puluhan orang, cara mereka melompat muncul juga
memperlihatkan tingginya ginkang mereka, karena tubuh mereka berkelebat seperti bayangan saja.
Kedelapan orang yang tengah memanggul bungkusan besar tersebut jadi mengeluh, karena mereka melihat bahwa untuk menghadapi kelima orang itu saja sudah sulit, apa lagi sekarang telah bermunculan orang lawan baru, yang kepandaiannya pun tampak tidak rendah.
Jika memang puluhan orang lawan tersebut maju serentak buat mengepung mereka, niscaya hal ini akan membuat mereka berdelapan memperoleh kesulitan, walaupun bagaimana kompaknya mereka, namun untuk menghadapi puluhan orang lawan, yang memiliki kepandaian rata2 tinggi seperti itu, niscaya akan membuat
mereka kewalahan juga, malah jika kelak mereka kehabisan tenaga, diwaktu itulah mereka akan rubuh dengan sendirinya, atau juga dirubuhkan dengan mudah !
Kelima orang berpakaian hitam itu, ketika melihat kawan2 mereka telah muncul, tertawa bergelak2 nyaring sekali, dan juga mereka tambah bersemangat, tenaga mereka semakin kuat saja, tangan mereka bergerak semakin cepat, menimbulkan kesiuran angin yang sangat santar, daun2 kering dibumi telah terhembus beterbangan, ada juga pohon2 yang memiliki tidak begitu
kena diterjang atau tertubruk oleh bertempur itu.
besar, jadi tumbang orang2 yang tengah
Hanya saja, betapapun juga memang kedelapan orang itu cukup tangguh, mereka memang melihat bahwa untuk menghadapi sekaligus puluhan orang lawan sudah bukan
pekerjaan yang mudah, tokh mereka masih dapat bertahan dengan baik sekali, sama sekali mereka tidak melepaskan bungkusan besar yang masih dipanggul dan juga mereka masih dapat bertempur dengan kompak sekali, saling tolong satu dengan yang lainnya diantara mereka.
Sedangkan saat itu terlihat bahwa salah seorang diantara kedelapan orang itu mulai letih, dia lebih banyak berkelit dan sudah jarang bisa balas menyerang guna melindungi kawannya, dengan demikian barisan kedelapan orang ini terancam keruntuhan, karena jika saja yang seorang ini
rubuh karena letih, tentu
mereka akan kebobolan dan pecahlah barisan tersebut, sehingga telah membuat ketujuh orang kawannya jadi sibuk sekali buat melindunginya, agar kawan mereka yang seorang itu tidak kehabisan tenaga dan rubuh, mereka memberikan kesempatan kepada kawan mereka itu untuk dapat beristirahat, guna memulihkan tenaganya.
Karena itu, kekompakan mereka berdelapan pun jadi timpang, dan merekapun semakin terdesak dan sibuk sekali mengelak dan melindungi kawan mereka, belum lagi datangnya serangan yang langsung kepada mereka.
Waktu kedelapan orang itu mulai terdesak justeru puluhan orang berpakaian serba hitam itu telah meluruk
maju, mereka menghampiri dengan sikap mengancam, malah ada diantara mereka yang telah mulai menerjang maju untuk membantu kawan mereka.
Dengan majunya puluhan orang tersebut, membuat kedelapan orang yang tengah memanggul bungkusan besar
itu semakin terdesak. Kalau saja mereka melepaskan bungkusan besar itu, sehingga mereka bisa mempergunakan kedua tangan mereka, dan dapat bergerak lebih leluasa, tentu mereka akan dapat memberikan perlawanan yang lebih baik lagi.
Hanya saja jika mereka melepaskan dan menurunkan bungkusan besar itu, mereka kuatir kesempatan itu dipergunakan oleh kawan2 orang berbaju serba hitam itu buat merampas bungkusan itu.
Maka kedelapan orang itu jadi salah tingkah dan mereka juga tidak tahu dengan cara apa sebaiknya menghadapi lawan mereka yang jumlahnya jauh lebih banyak dari pada mereka.
Dengan majunya puluhan orang lawan baru, kedudukan kedelapan orang itu semakin terdesak juga, mereka sampai mengeluh didalam hati, sebab mereka melihat tidak ada kemungkinan lagi buat mereka menghadapi lawannya tersebut.
Yang membuat kedelapan orang itu jadi kikuk dan tidak leluasa bergerak adalah bungkusan besar yang dipanggul mereka, dengan demikian membuat mereka hanya bisa mempergunakan satu tangan belaka, karena mereka
masing2 mempergunakan tangan mereka yang satu buat memegang bungkusan itu.
Sehingga mereka tidak bisa mengeluarkan seluruh kepandaian mereka, berarti juga bahwa mereka terhambat dalam membalas menyerang atau menghadapi lawan yang jumlahnya jadi semakin banyak itu.
Sedangkan seluruh lawan dari kedelapan orang itu, yang memakai baju hitam dan topeng hitam, berjumlah puluhan orang, Tampaknya mereka semua memiliki kepandaian yang tinggi dimana mereka selalu mengincar bagian2 yang
berbahaya mematikan pada diri kedelapan orang itu.
Dalam keadaan terdesak seperti itu, cepat sekali telah puluhan jurusan, namun sejauh itu kedudukan dari kedelapan orang tersebut mulai goyah, mereka sedikit lagi tentu akan tergempur bobol barisannya yang berarti mereka
akan segera dapat didesak jauh lebih hebat lagi.
Orang2 yang berpakaian serba hitam dan bertopeng hitam itu, semakin lama bertempur semakin bersemangat karena mereka melihat kedelapan orang lawan mereka hanya dapat mempertahankan diri, tidak lama lagi pasti
akan dapat mereka rubuhkan. Dan itu hanya tergantung dari masalah waktu belaka.
Tengah orang2 berpakaian serba hitam dan bertopeng itu bergirang hati, tiba2 saja salah seorang diantara mereka telah berseru nyaring dan tubuhnya terhuyung, kemudian
terjungkal rubuh ditanah, dia bergulingan kemudian diam tidak bergerak, karena telah tertotok. membuatnya tidak bisa bergerak lagi.
Kawan2nya kaget, semula mereka Dan totokan itu menduga bahwa kawan mereka yang seorang itu kena ditotok oleh salah seorang lawan mereka.
Baru saja mereka ingin memperhebat serangan mereka mendesak kedelapan orang itu justeru dari balik sebatang pohon telah melangkah tenang seorang pendeta.
Agak luar biasa pendeta yang satu ini, ia tampaknya buta dan berjalan dengan langkah
yang sabar juga bentuk tubuhnya tinggi besar, kepalanya yang botak licin tampak berkilat. Diwaktu itu, tampak berdelapan orang yang memanggul bungkusan besar itu telah berhenti untuk mengadakan
perlawanan, karena mereka
melihat lawan2 mereka berdiam diri, dan mereka telah melihat ada seorang pendeta yang muncul. Kedelapan orang itu mengetahui bahwa yang telah merubuhkan salah seorang lawan mereka itu tidak lain dari sipendeta. Dan salah seorang dari kedelapan orang itu
sempat melihatnya pendeta itu mempergunakan sehelai daun kering yang dilontarkan kepada orang itu, yang luar biasa, walaupun hanya sehelai daun kering, namun daun kering itu dapat meluncur begitu cepat dan mengenai jalan darah ditubuh orang yang tertotok tersebut, membuat orang itu terjungkel dan bergulingan tidak bisa bergerak lagi.
Pendeta bertubuh tinggi besar itu merangkapkan sepasang tangannya, ia mengucapkan ujar2 sang Budha beberapa kali, sikapnya sabar sekali.
"Mengapa harus saling membunuh dan mencelakai" Mengapa" Bukankah
kalian satu dengan lain sesama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
manusia harus saling mencintai"!" tegur pendeta itu kemudian dengan suara yang halus, "Jika memang ada urusan yang tidak bisa diselesaikan, mari Loceng ingin membantu untuk menyelesaikannya..."
Puluhan orang berpakaian serba hitam itu telah mendelik bengis kepada pendeta ini, mereka memperoleh kenyataan
bahwa pendeta ini benar bertubuh tinggi besar, namun sepasang matanya buta, hanya terlihat pulih matanya yang bergerak2 saja, sedangkan pendeta itu yang tampak begitu tenang, juga rupanya seorang yang tidak sembarangan menggerakkan tangan, membuat mereka jadi berhati2.
0ooo0dw0ooo0 Jilid12 SESEORANG, jika memang ingin memisahkan pertempuran yang tengah berlangsung, umumnya tentu akan menceburkan diri dan mereka akan bertempur menjadi tiga pihak.
Tetapi pendeta ini ternyata lain, dia hanya mempergunakan sehelai
daun kering belaka untuk merubuhkan salah seorang dari orang berpakaian hitam itu, sehingga dengan tubuhnya orang itu, yang tertotok, maka pertempuran itu jadi berhenti dengan sendirinya.
Orang2 yang berpakaian serba hitam itu juga bukannya sebangsa manusia2 lemah, dengan demikian mereka dapat menyaksikan juga bahwa pendeta ini telah menimpuk dengan mempergunakan daun kering. Dengan begitu, kepandaian pendeta ini tidak sembarangan.
"Siapakah Taysu"!" tegur salah seorang yang berpakaian baju hitam itu, matanya tampak bersinar bengis. Pendeta itu tenang sekali, katanya: "Lo-ceng sesungguhnya seorang pendeta pengelana yang ingin mencari sesuatu untuk mencapai jalan terang, Dan karena itu, Loceng juga menginginkan untuk memberikan pengertian kepada kalian, bahwa pertempuran yang tengah
berlangsung diantara kalian
tidak ada manfaatnya, karenanya jika memang kalian dapat menyelesaikan urusan kalian dengan baik, barulah hal itu membawa berkah buat kalian!"
Tenang dan sabar sekali pendeta itu ber kata2, dan suaranya halus sekali, berbeda dengan bentuk tubuhnya
yang tinggi besar dan juga
wajahnya yang memiliki potongan agak bengis, sikap dan suaranya sangat halus sekali.
Waktu itu terlihat kedelapan orang yang memanggul bungkusan besar itu, telah menghadap kepada pendeta itu, salah seorang diantara mereka, yang berdiri didepan sebelah kanan, telah menjura sambil berkata dengan sikap berterima kasih sekali:
"Terima kasih atas pertolongan yang diberikan Taysu... memang kami sendiri tidak mengetahui apa maksud mereka
menghadang kami, dan
entah apa yang ingin mereka lakukan, kami hanya memperoleh kenyataan bahwa mereka hendak melakukan sesuatu maksud yang tidak baik kepada kami!"
Pendeta itu mengangguk sabar, manis sekali senyuman itu, dan diapun telah berkata dengan suara yang halus: "jika memang demikian, maka dalam hal ini dapat kita bicarakan, karena tuan2 itupun tentunya bersedia untuk berbicara secara baik, mungkin juga mereka tidak memiliki kesempatan buat menyampaikan keinginan mereka!"
Orang2 berpakaian serba hitam itu memperlihatkan sikap gusar, salah seorang diantara mereka, yang tadi bertanya mengenai keadaan diri pendeta itu, telah berkata lagi, nyaring sekali suaranya "Baiklah! sekarang jika memang engkau ingin menjadi orang penengah, kau harus dapat memperlihatkan bahwa engkau memiliki kemampuan
untuk melakukan pekerjaan seperti itu !"
Pendeta itu sesungguhnya mengerti maksud dari orang berpakaian serba hitam itu, yaitu ingin sekali untuk menguji kepandaiannya, tetapi pendeta itu pura2 tidak mengerti dan telah bertanya dengan suara yang sabar: "Apakah maksud
Sicu" Dan juga, apa yang harus Lo-ceng lakukan untuk membuktikan bahwa Lo-ceng hanya bermaksud baik dan tulus, agar kalian tidak saling mencelakai satu dengan yang lainnya "!"
Orang berbaju hitam itu melirik kepada delapan orang yang memanggul bungkusan besar itu, kemudian dengan mata yang memancarkan kepada pendeta itu, lalu sikap tidak puas, ia mendelik katanya: "Hemm, kami ingin
melihat dulu, kepandaian apa yang dimiliki Taysu, sehingga Taysu begitu lancang hendak mencampuri urusan kami"!" Tersenyum pendeta itu mendengar perkataan orang tersebut, lalu dengan sikap yang tetap sabar dia bilang: "Baiklah... jika memang Sicu berkata seperti itu, berarti Sicu memang menghendaki menyelesaikan persoalan jalan kekerasan untuk
Sicu sekalian. sesungguhnya
Loceng tidak memiliki kepandaian apa-apa. Apa yang bisa Loceng lakukan" Loceng hanya setiap hari menenggelamkan diri sebagai seorang yang beribadat dan membaca Liamkeng, tidak ada kebiasaan lainnya pada diri Loceng !"
"Lalu mengapa Taysu bermaksud mencampuri urusan kami ini"!" tegur orang yang berpakaian serba hitam itu. "Loceng sama sekali tidak bermaksud buruk, dengan setulus hati Loceng menginginkan tuan2 semuanya dapat mengambil jalan damai guna menyelesaikan persoalan kalian.... tidak lebih dari itu....!"
"Jadi Taysu yakin bahwa kau akan dapat berhasil mendamaikan kami"!" tanya orang berpakaian serba hitam itu, sikapnya jumawa sekali, karena dia menduga bahwa pendeta itu tentunya jeri, dimana dia selalu mengelak untuk memperlihatkan kepandaiannya.
Pendeta tersebut telah tersenyum dan merangkapkan sepasang tangannya, sambil tersenyum dia mengucapkan ujar-ujar sang Buddha, kemudian dia baru berkata: "Sesungguhnya, memang Loceng yakin, jika segala persoalan diselesaikan dengan cara yang baik, tentu akan mencapai kedamaian yang baik pula, ketimbang dibandingkan harus bertempur mengadu jiwa seperti itu."
"Hemm, pendeta bodoh!" tiba2 orang yang berpakaian hitam lainnya telah menyeletuk. Tampaknya dia sudah tidak sabar: "Dengan hanya memiliki kepandaian membaca kitab suci, lebih baik jika engkau ini mengurusi orang2 yang bersembahyang, urusan kami tidak mungkin dapat
diselesaikan dengan orang yang macam kau ini!" Dingin sekali perkataannya itu, seperti juga mengandung perasaan tidak puas dan marah.
Pendeta itu sabar sekali, dia tetap tersenyum, katanya: "Loceng akan mencobanya, akan mencoba untuk
mendamaikan tuan2, semoga saja Sang Buddha memberkahi....!" Dan waktu berkata begitu, sikapnya tetap tenang dan sabar.
"Jadi kau tetap ingin mencampuri urusan kami"!" tegur orang berpakaian hitam itu.
Pendeta itu mengangguk "Ya!" sahutnya.
"Baik! jika demikian engkau telah dapat memikirkan akibat dan risiko buat dirimu sendiri?" tanya orang berpakaian hitam itu lagi.
"Ya!" mengangguk pula pendeta itu, sikapnya sabar sekali dan tenang.
"Baiklah !" kata orang berpakaian serba hitam tersebut, Tubuhnya tahu2 telah melompat kedekat pendeta itu. Ia memang mengetahuinya bahwa pendeta itu tentu memiliki kepandaian yang luar biasa, karena dengan sikapnya yang tenang seperti itu, pasti ia memiliki ilmu silat yang tinggi, karena itu membuat ia bersikap hati-hati.
Begitu tubuhnya melesat sampai didekat sipendeta, segera juga tangannya diulurkan, dia telah mencengkeram kearah pundak sipendeta.
Pendeta itu sama sekali tidak berkelit dari tempatnya berada dia membiarkan tangan orang berpakaian serba hitam itu mencengkeram pundaknya, sama sekali tidak memperlihatkan sikap melawan dari pendeta tersebut.
Lencana Pembunuh Naga 16 Durjana Dan Ksatria Seri Thiansan Karya Liang Ie Shen Burung Hoo Menggetarkan Kun Lun 13

Cari Blog Ini