Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 9
Dengan demikian berarti mereka tidak perlu berputus asa dan dapat kembali menemui Kaucu mereka, Thio Sam Hong sambil perintahkan mereka berdiri dan kemudian menurunkan bungkusan besar itu, bertanya: "Sebenarnya siapakah kalian "!"
"Kami dari Pulau Neraka !" menyahuti ketujuh orang itu. "Dari pulau Neraka"!" tanya Thio Sam Hong sambil membuka matanya lebar-lebar, inilah yang sama sekali tidak pernah disangkanya, dia telah mengawasi dengan mata yang tajam sekali.
"Kalian dari Pulau Neraka?"!" Kedelapan orang itu mengangguk membenarkan, dan mereka telah berlutut lagi. "Harap Thio Cinjin Locianpwe mau memaafkan kami, karena beberapa waktu yang lalu memang Kauwcu kami
pernah bermaksud hendak mengganggu murid2 Bu Tong Pay. Nanti setelah kami pulang bertemu dengan Kauw cu, tentu kami akan memberitahukan tentang pertolongan Thio cinjin terhadap kami, tentu kami tidak akan melupakan budi kebaikan Cinjin."
Thio Sam Hong menghela napas dalam2, kemudian katanya: "Bangunlah! Hanya ada satu yang membuat Loto akan puas, jika saja kalian mau menyampaikan permintaan Loto, yaitu agar Kauwcu kalian tidak menimbulkan keonaran didalam rimba persilatan lagi...!"
Orang-orang pulau Neraka itu telah mengangkat kepala mereka, mengawasi Thio Sam Hong.
"Apa maksud Thio Cinjin?" tanya mereka hampir berbareng.
"Sesungguhnya, Loto memang turun gunung untuk menemui Kauwcu kalian, juga kauwcu Pulau Es dan juga Lembah Mega Biru, loto akan berusaha menyadari kalian, agar tidak menimbulkan kekacauan pula didalam rimba Persilatan, sayangnya bahwa Loto tidak memiliki waktu yang lebih banyak lagi, Loto harus segera kembali ke Bu Tong San, maka lewat kalian bertujuh tolong sampaikan salam Loto dan beritahukan kepada Kauwcu kalian bahwa
yang diharapkan Loto, agar
pihak Pulau Neraka tidak menimbulkan kekacauan didalam rimba persilatan." Ketujuh orang anggota dari Pulau Neraka itu berdiam diri, mereka jadi tidak enak sendirinya, mereka tidak dapat tersinggung dan marah oleh kata2 Thio Sam Hong, karena mereka telah ditolong oleh Thio Sam Hong.
Waktu itu tampak jelas bahwa Thio Sam Hong hendak menegaskan kepada mereka, bahwa ia sangat mengharapkan sekali pengertian dari pulau Neraka itu, agar jangan sampai pihak Bu Tong Pay, Siauw Lim Sie dan
pintu perguruan terkenal lainnya bergabung buat menjadi lawan mereka.
Sedangkan ketujuh orang dari Pulau Neraka itu memberikan janjinya, bahwa mereka akan menyampaikan pesan Thio Sam Hong itu. Mengenai akan dipenuhinya permintaan Thio Sam Hong, atau memang akan ditolaknya, mereka sendiri tidak berani memberi komentar karena mereka hanya sebagai anggota biasa saja didalam pulau Neraka itu.
Thio Sam Hong setelah memberikan nasehat lagi kepada ketujuh orang itu segera meninggalkan gunung Cing San, Dia bermaksud melanjutkan perjalanannya untuk pulang ke Bu Tong San.
Ketujuh orang itupun telah kembali memanggul bungkusan besarnya,
Selama dalam perjalanan tidak habisnya mereka memuji akan hebatnya Thio Cinjin itu, walaupun usianya telah lanjut, ternyata bungkusan besar yang sangat berat itu dapat diangkatnya seorang diri dengan mudah sekali, tampaknya sama sekali tidak mempergunakan tenaga.
Disamping itu, merekapun kagum sekali bahwa Thio Sam Hong dalam waktu yang singkat sekali telah dapat merubuhkan kelima orang lawannya itu, dimana dia telah berhasil merebut kembali bungkusan besar itu sehingga benar2 ketujuh orang anggota dari Pulau Neraka itu merasa kagum sekali.
Sedangkan waktu itu Thio Sam Hong telah melanjutkan perjalanannya menuruni gunung Cing San. Dia turun dengan cepat sekali, karena dia mempergunakan ginkangnya yang sangat tinggi sekali. Malah Thio Sam Hong bermaksud malam itu tidak beristirahat untuk melakukan perjalanan malam.
oooooo)OdwO(oooooo
SETELAH melakukan perjalanan selama setengah bulan pula, akhirnya Thio Sam Hong tiba diBu Tong San. Gunung itu sama seperti ketika dia tinggalkan, tidak ada, perobahan apapun juga. Dan Thio Sam Hong langsung menuju ke kuil Bu Tong Pay, dimana dia telah mengetuk pintu per-lahan2 dan juga dia telah tersenyum girang, sebab tidak lama lagi dia segera akan bertemu dengan murid dan cucu muridnya.
Dalam keadaan seperti itu, pemandangan disekitar itu, pemandangan disekitar kuil membawa ketenangan buat hatinya, Dan cakal bakal Bu Tong Pay yang telah dapat mengetahui akhir dari hidupnya yang segera akan tiba itu,
merasa tidak puas2nya buat memandangi pemandangan yang berada disekitar tempat itu.
Waktu itu, pintu kuil telah terbuka, dari dalam keluar seorang totong, yang telah melangkah mendekati kepada Thio Sam Hong. Namun waktu dia melihat orang dihadapannya, bukan main kagetnya Totong itu, dia telah mengeluarkan seruan tertahan, dan seketika dia telah menjatuhkan dirinya untuk berlutut dihadapan Cianbunjin
Bu Tong Pay tersebut, dia tampaknya girang luar biasa, sampai ia mengeluarkan air mata.
"Couwsu.." panggilnya dengan kegirangan yang meluap2. Diwaktu itu terlihat dia sangat girang dia mengangguk2kan kepalanya itu berulang kali, sampai
keningnya tidak diperdulikannya telah memerah karena membentur tanah berulang kali.
Thio Sam Hong sambil tersenyum telah mengulurkan kedua tangannya membangunkan totong tersebut, dia telah memimpin totong itu berdiri, kemudian tanyanya:
"Apakah kau dalam keadaan senang-senang saja" Dan juga apakah engkau dalam keadaan sehat-sehat saja?"
"Senang dan sehat Couwsu, Bagaimana keadaan Couwsu sekarang?" tanya totong itu.
"Sama seperti kau juga, senang dan bahagia!" menyahuti Thio Sam Hong.
Waktu tampak Thio Sam Hong telah menggandeng totong itu, dia membawa masuk.
sedangkan beberapa orang totong lainnya didalam kuil yang melihat pulangnya Couwsu mereka, segera menyambut dengan kegembiraan yang meluap2, sambil mereka itu berlutut dan menangis.
Ada juga diantara mereka setelah berlutut segera bangun berlari didalam kuil, mereka itu telah memberitahukan kepada Jie Lian Cu dan tokoh2 Bu Tong Pay lainnya, yang segera menyambut keluar, mereka semuanya girang bukan main.
Jie Lian Cu sendiri berlutut sambil menangis, menyatakan kegembiraannya yang sangat, karena gurunya telah pulang dalam keadaan sehat wal"afiat.
Segera juga Jie Lian Cu memimpin gurunya keruang tengah, mereka sibuk sekali mempersiapkan segala sesuatunya untuk guru besar ini.
Setelah menanyakan kesehatan dari murid2 nya dan cucu muridnya, Thio
Sam Hong mulai menceritakan pengalamannya. Banyak yang diceritakan oleh Thio Sam Hong, dan murid2 nya maupun cucu muridnya telah mendengarkan dengan seksama.
Setelah selesai dengan ceritanya, Thio Sam Hong menoleh pada Jie Lian Cu, tanyanya:
"Bagaimana dengan latihanmu, Lian Cu, apakah telah memperoleh kemajuan yang pesat?" Jie Lian Cu segera maju kedepan, menghunjuk hormat dengan berlutut, Thio Sam Hong telah perintahkan agar dia berdiri, dan kembali duduk pada tempatnya semula.
"Berkat didikan Suhu, sekarang ini tecu telah mulai melihat kemajuan yang lebih baik lagi, semoga saja harapan Suhu tidak sia2....!"
"Bagus!" kata Thio Sam Hong, "Jika memang begitu, itulah yang kuharapkan. Dan juga perlu kujelaskan kepadamu, bahwa sesungguhnya kembalinya aku kemari untuk memberi tahukan kepada kalian, kita ini akan segera mengalami perpisahan untuk selamanya, telah cukup aku
hidup didunia ini untuk mendirikan Bu Tong Pay, dan selanjutnya tentu saja aku mempercayai akan kau, yang harus dapat memimpin Bu Tong Pay lebih baik lagi, agar selama ini apa yang telah kuperjuangkan tidak sia2 belaka dan tidak terbengkalai atau mundur!"
Jie Lian Cu mengangguk beberapa kali dan telah berjanji berat, bawa ia akan mengusahakan agar Bu Tong Pay dapat dipimpinnya sebaik mungkin, karena memang dia pun bertekad akan memajukan pintu perguruannya agar tidak mengecewakan gurunya.
Hanya saja yang menjadi tanda tanya dihatinya, apa maksud gurunya dengan mengatakan bahwa mereka tidak akan mengalami perpisahan, namun Jie Lian Cu tidak berani menanyakan lebih jauh.
Diwaktu itu, Thio Sam Hong telah berkata lagi dengan suara yang sabar sekali, didahului oleh helaan napas yang sangat dalam, kemudian dengan wajah yang terang, ia baru berbicara: "Dengarlah Lian Cu, dan juga kalian, apa yang ingin kukatakan ini merupakan pesan yang mungkin
terakhir selama masih ada kesempatan. Karena tidak lama lagi aku akan segera kembali kepada Thian..!"
"Suhu !" Jie Lian Cu berseru tertahan, ia memandang gurunya dengan terperanjat.
Tampak murid-murid Bu Tong Pay lainnya segera berlutut dihadapan guru besar itu. Thio Sam Hong menghela napas, dia telah berkata lagi dengan suara yang sabar: "Tenanglah.. dengarlah, Semua manusia akhirnya akan tiba juga pada titik terakhir itu.
Karena itu, dalam keadaan seperti sekarang ini, mungkin merupakan kesempatan kita bercakap-cakap dimana aku akan memberitahukan segalanya kepada semua kalian !
Aku telah merasakan bahwa tidak lama lagi aku akan kembali kepadanya, dan juga akan menghadap kepada
Thian, karenanya harapanku, aku hanya ingin sekali kelak Bu Tong Pay dapat mempertahankan nama baiknya.
Soal kepandaian merupakan urusan dan ilmu silat, sesungguhnya masih nomor dua, tetapi yang terpenting
adalah lurus dan jujur, dimana kalian benar2 harus menjaga
kebersihan nama baik Bu Tong Pay. Dan semua ini memerlukan kesadaran, Maka jika kalian dapat menjadi murid Bu Tong Pay yang terpenting keadilan dan perikemanusian, maka kalian jelas akan merupakan orang2 yang menjunjung nama baik Bu Tong Pay.
Sekali saja kalian menyimpang dari keadaan yang sebenarnya, maka kalian akan segera mengalami kesulitan tidak kecil, disamping nama baik Bu Tong Pay akan ternoda, juga kalian harus saling menghormati dari tingkat demi tingkat sesama saudara seperguruan. Dalam hal ini, peraturan yang ada dalam Bu Tong Pay harus dipegang teguh....!"
Semua murid Bu Tong Pay menyatakan mereka akan memperhatikan nasehat guru besar mereka itu.
Banyak yang dikatakan Thio Sam Hong kepada cucu muridnya itu, dan akhirnya perintahkan mereka untuk bubar. Hanya Jie Lian Cu yang diperintahkannya untuk tetap berada disitu.
Kepada Jie Lian Cu telah diberitahukan cara memimpin yang baik, juga dia telah memberikan petunjuk terpenting dari latihan lwekang dan ilmu silat.
"Selanjutnya aku akan bersunyi diri, sampai detik terakhir dikamar semedhi!" itulah yang dikatakan Thio Sam Hong.
Semua murid Bu Tong Pay jadi berduka sekali, karena mereka telah diberitahukan bahwa guru besar mereka itu akan berangkat buat selamanya, dimana mereka tidak akan dapat bertemu lagi, juga tidak dapat untuk bertanya dan meminta petunjuk darinya.
-oo0O0oo SUMA LIN LIANG yang berada dipuncak Himalaya telah berusaha melatih diri agar memperoleh kepandaian yang lebih tinggi lagi, Diapun giat sekali melatih ilmu Sam Cie Kong, kepandaian yang diperolehnya secara mujijat sekali. sedangkan dalam keadaan seperti itu memang Suma Lin Liang dapat melatih diri dengan penuh kesungguhan
dan juga dia memperoleh
sehingga pesat sekali dia
petunjuk Bu Kie lebih jauh, memperoleh kemajuan yang
diinginkannya. Kwang Tan juga telah ikut berlatih dibawah bimbingan Bu Kie. Anak itu telah memperoleh kemajuan yang pesat, Hanya saja dia masih belum bisa melatih tiga jurus ilmu
pukulan Gunturnya, dimana dia telah berusaha untuk memecahkan ketiga jurus itu, agar dapat melatihnya dengan sebaik2nya. juga Kwang Tan sangat berterima kasih sekali pada Bu Kie karena Bu Kie tidak segan2 melatihnya dan juga mendidiknya, memberitahukan cara2 terbaik untuk melatih kepandaiannya itu.
Hanya saja Bu Kie menolak untuk bantu memecahkan ketiga jurus ilmu "Pukulan Guntur" milik Kwang Tan. Menurut Bu Kie, jika ia ikut memecahkan ilmu "Guntur" tersebut, berarti sama saja dengan ia mempelajari
kepandaian tersebut, itulah yang tidak diinginkan oleh Bu Kie. Kepada Kwang Tan dikatakannya, jika memang ia menemui kesukaran, dalam suatu hal, maka ia bisa menanyakannya, tetapi tidak perlu Kwang Tan mengemukakan kauwhoat atau teori dari ilmu pukulan "Guntur" itu.
Dalam keadaan seperti itu Kwang Tan pun tidak dapat memaksanya, karena ia menyadari akan maksud Bu Kie, yang menginginkan ia sendiri yang memecahkan ilmu pukulan itu.
Thio Bo lain lagi. Selama berada dipuncak Himalaya, dia banyak bergaul dengan tokoh-tokoh Bengkauw, sehingga ia memperoleh banyak pengalaman dengan memperbincangkan ilmu silat mereka, sehingga Thio Bo bisa menarik kesimpulan akan kehebatan silat. Secara tidak langsung iapun telah berbagai ilmu
berhasil untuk menemukan beberapa kelemahan nya.
Bu Kie yang tidak segan-segan telah membantu anggota Bengkau untuk mempelajari ilmu silat yang jauh lebih tinggi itu, akhirnya telah bersedia juga memberikan petunjuk kepada Thio Bo, sehingga membuat Thio Bo jadi girang bukan main, diapun berlatih, dengan giat dimana dia
telah dapat meraih kemajuan yang pesat sekali. Dengan demikian telah membuat Thio Bo semakin bersemangat berlatih diri.
Lwekang yang semula cukup tinggi dimiliki Thio Bo sekarang memperoleh kemajuan yang kian pesat, Dalam keadaan seperti itu telah membuat Thio Bo semakin tekun untuk memperdalam ilmu silatnya.
Menurut Thio Bo, bahwa ia banyak sekali memiliki kelemahan dan menanyakan kepada Bu Kie bagaimana caranya untuk menutupi kelemahannya itu, Dan Bu Kie
bersedia untuk menjelaskannya, Bu Kie meminta pada Thio Bo agar bersilat di hadapannya, dia memperhatikan cara bersilat Thio Bo, sehingga dilihatnya memang benar banyak kelemahan yang dimiliki Thio Bo.
Segera Bu Kie memberikan keterangan yang terperinci kepada Thio Bo,
bagian jurus mana yang harus diperhatikannya, agar dia dapat mengadakan pembelaan yang lebih rapat dan juga berusaha untuk mengurangi kesalahan yang selalu dilakukan oleh Thio Bo dalam menggerakkan pundaknya, walaupun kesalahan itu kecil sekali, namun dalam suatu pertempuran dapat membawa akibat yang sangat berat.
"Lihatlah, Thio Lopeh!" kata Bu Kie setelah Thio Bo selesai bersilat "Betapapun juga punggungmu selalu bergerak menurun jika kau hendak mengganti dari jurus yang satu kejurus yang lainnya!"
Thio Bo kurang yakin, dia telah bersilat lagi. Namun sekarang dia memperoleh kenyataan memang punggungnya selalu bergerak menurun setiap kali dia merobah dari jurus yang satu kejurus yang lainnya.
Tentu saja hal ini membuat dia jadi heran dan bertanya kepada Bu Kie apa akibat dari kesalahan yang selalu dilakukannya, Bu Kie tidak segera menjelaskan hanya meminta Thio Bo untuk bersilat pula,
Dan Thio Bo menuruti permintaan Bu Kie. Waktu dia bersilat pada jurus pertama, dan akan merobah pada jurus kedua, justeru Bu Kie telah melompat dan mengulurkan
tangan kirinya akan menghantam dadanya.
Thio Bo kaget, dia menahan gerakan tangannya, sama sekali dia tidak berkelit.
Bu Kie tersenyum menahan tangannya, katanya dengan suara yang sabar "Thio Lopeh, kau tangkislah atau elakan menurut pendapatmu sendiri, kita sedang berlatih, aku akan memperlihatkan kepadamu cara yang paling mudah untuk menindih kelemahanmu itu !"
Thio Bo jadi girang, kembali dia meneruskan cara bersilatnya, Waktu dia hendak merobah dari jurus kedua jurus yang ketiga, saat itulah Bu Kie tangannya diulurkan untuk mencengkeram
Thio Bo segera merobah jurus ketiga bergerak lagi,
menjadi jurus keempat, dia berusaha berkelit.
Namun tahu2 tangan Bu Kie bergerak memutar, membarengi mana dia telah meneruskan cengkeramannya, dan ia dapat menyentuh pundak Thio Bo. Kemudian cepat sekali Bu Kie melompat mundur.
"Nah, sekarang kau tentu telah dapat mengetahui kelemahanmu itu, bukan "!" kata Bu Kie. "Jika Thio Lopeh berhadapan dengan lawan, dengan kelemahan tersebut masih berada pada dirimu, tentu akan membuat engkau mudah sekali diserang, dimana engkau akan kena di serobot lebih dulu untuk dicelakai. Memang itu merupakan kelemahan yang tidak akan tampak jika tidak diperhatikan dengan seksama, justeru kesalahan kecil itu memiliki arti
besar buat keselamatanmu! Jika engkau berhadapan dengan tokoh yang memiliki kepandaian tinggi, kelemahanmu itu dapat dimanfaatkannya."
Thio Bo seperti tersadar.
"Ya, ya, aku mengerti!" katanya. "Tentunya dengan pundak yang turun sedikit setiap kali merobah jurus, berarti aku membuka lowongan dibagian atas, gerakan tangan kurang sempurna dan juga kurang tepat, bukankah begitu, Thio Kauwcu "!"
Bu Kie mengangguk
"BENAR !" sahutnya segera. "Memang begitulah yang kumaksudkan."
"Jika demikian apakah dapat aku melenyapkan kelemahanku itu.,"!" tanya Thio Bo.
Bu Kie mengangguk "Benar." sahutnya. "Jika memang kau dapat melatihnya setiap kali ingin merobah jurus tidak melakukan kesalahan itu, akhirnya kebiasaan menurunkan pundak sedikit setiap kali hendak merobah jurus seranganmu akan hilang dan kau akhirnya dapat menghapus kelemahan itu !!"
Thio Bo telah bersilat lagi, dia berusaha untuk merobah cara bersilatnya itu, dengan mengendalikan pundaknya, agar dapat dikuasainya tidak sampai menurun setiap kali dia merobah jurus2 yang akan dipergunakannya.
Tetapi pada hari itu Thio Bo tidak berhasil melenyapkan kebiasaannya itu, setelah berlatih seminggu lamanya kelak. Maka Thio Bo berhasil juga, dan tentu saja hal itu sangat menggembirakan hatinya.
Justeru yang paling pesat memperoleh kemajuan dalam latihan ilmu silatnya adalah Suma Lin Liang, memang Suma Lin Liang sendiri pernah diberitahukan oleh Bu Kie, ilmu tenaga dalam dari kitab Sam Cie Kong itu sebenarnya bukan terdiri dan kitab ilmu silat yang lurus keseluruhannya, karena
meningkat pada puncak
kelak jika latihan itu telah
tertinggi, maka akan menjurus kearah latihan tenaga dalam yang agak sesat. Karena itu Bu Kie menganjurkan kepada Suma Lin Liang, jika memang dia hendak melatih ilmu pukulan Sam Cie Kong, dia harus melatihnya dengan cermat sekali, dimana jika dia telah mencapai tingkat ketiga atau keempat
dia sudah mulai harus melatih lwekang yang murni dengan berbareng, untuk mengalihkan hawa sesat yang berada didalam ilmu silat Sam Cie Kong.
Suma Lin Liang memang menjatuhi nasehat Bu Kie, akan tetapi tidak urung, setelah melatih diri sekian lama, akhirnya ia terbawa agak sesat juga, itulah pertahan-lahan, karena adanya kekuatan tenaga dalam yang sesat juga dari gurunya, yaitu Wie It Siauw, sikelelawar penghisap darah, membuat Suma Lin Liang sendiri yang mulai terseret kesesatan mengalami ancaman tidak kecil.
Dan juga telah dilihatnya, betapapun juga ini
mempengaruhi ilmu silat Suma Lin Liang sehingga dia merasakan, semakin dia mengadakan perlawanan dengan tenaga dalamnya. semakin terjerumus juga dia dalam jurang yang menyebabkan, kemerosotan karena semangat.
kepandaiannya diwaktu itu dia seperti mengalami
seperti kehilangan
Juga, ketika beberapa waktu yang lalu Suma Lin Liang sampai terluka dalam beberapa kali pertempuran, waktu melakukan perjalanan kepuncak Himalaya, dia juga terluka parah oleh pukul Seng Hwee leng-nya Iris dan Tamakochin.
Tetapi sekembalinya ke puncak Himalaya, justeru Bu Kie telah bisa melihat hawa sesat pada diri pemuda ini sehingga Bu Kie telah menganjurkan agar Suma Lin Liang sungguh2 melatih tenaga dalamnya dari aliran yang lurus, sementara melepaskan ilmu Sam Cie Kong itu.
melatih lwekang
Kie berasal dan
bersumber dari Kiu-Yang-Cin-Keng karena itu. lwekang yang benar2 telah diakui kelurusannya oleh seluruh akhli silat yang ada didaratan Tionggoan, membantu banyak
Suma Lin Liang untuk memulihkan tenaga dalamnya yang tergempur oleh tenaga dalam Sam Cie Kong.
Dan sekarang setelah lewat beberapa bulan, maka segera dia bisa memulihkan keadaan dirinya, Tubuhnya lincah kembali, dapat juga melompat seringan seperti waktu2 yang
lalu, disamping itu juga ia telah berhasil untuk mendorong
Suma Lin Liang menurut, dia telah murni Bu Kie. Perlu diketahui, bahwa Lwekang Bu desakan hawa sesat yang membuat dia jadi dapat memulihkan semangat murninya itu.
Bukan main girangnya Suma Lin Liang, rajin sekali dia telah berusaha untuk melatih lwekang yang diajarkan oleh Bu Kie, dan setelah hawa sesat mulai dapat disirnakan, Bu Kie telah memeriksanya dan menyatakan bahwa Suma Lin
liang telah berhasil mengusir hawa sesat pada dirinya. Dan Bu Kie menyatakan bahwa ia telah diperbolehkan untuk mulai melatih Sam Cie Kong nya lagi.
Dan Suma Lin Liang mulai meneruskan latihan ilmu Sam Cie Kong itu, dia telah dapat menguasai dirinya, agar
tidak terseret oleh kesesatan, Dan dia telah dapat untuk mendesak hawa sesat itu, sambil tetap berlatih ilmu Sam Cie Kong.
Hanya saja yang membawa keuntungan buat Suma Lin Liang justeru memang ia berlatih diri dibawah pengamatan Thio Kauwcu itu.
Dia telah dapat melatih sampai tingkat ke-enam, dan Bu Kie melihat sudah tidak ada kesesatan lagi pada diri pemuda itu.
Begitulah Suma Lin Liang kini telah berobah menjadi pemuda yang tangguh, memiliki kepandaian yang sangat tinggi, dengan lwekang yang lurus dan bersih dimana biarpun ia melatih Sam Cie Kong, tokh hawa kesesatannya tidak mempengaruhinya lagi.
ooooo)OdwO(ooooo
Jilid14 PADA pagi itu tampak Bu Kie tengah berunding dengan Tio Beng, ia menyatakan kepada Tio Beng, bahwa ia sangat rindu sekali kepada Tay-suhunya, Karena itu, terkandung maksud dihati Bu Kie untuk mengajak isterinya itu kembali ke Bu Tong Pay, guna menanyakan kepada Jie Lian Cu mengenai kabar dan berita Tay suhunya itu.
Dalam keadaan seperti itu sebenarnya Tio Beng tidak menyetujui keinginan Bu Kie, ia telah menjelaskan, jika saja mereka meninggalkan puncak Himalaya disaat orang2 Cu Goan Ciang berkeliaran dikaki gunung, dan juga jago2 Persia yang kemungkinan besar bisa muncul disembarang waktu, pasti akan membuat mereka itu mengalami kesulitan yang tidak kecil.
Tentu saja anggota Bengkauw yang hanya merasa beberapa orang saja diatas puncak Himalaya itu akan menghadapi kesulitan tanpa adanya Thio Kauwcu mereka.
Bu Kie jadi ragu-ragu, Apa yang dikatakan isterinya memang beralasan, tetapi perasaan rindunya kepada Thio Sam Hong, dan juga ia ingin sekali mengetahui berita mengenai Tay-Suhunya itu, apakah telah kembali ke Bu Tong San atau belum.
"Kita lihat saja beberapa hari mendatang, jika keadaan memungkinkan, kita akan berangkat!" kata Tio Beng, yang melihat keadaan suaminya, ia jadi tidak tega.
Sedangkan Bu Kie tengah berpikir keras, ia tidak menyahuti perkataan isterinya. Diwaktu itu Bu Kie telah berpikir apakah ia pergi seorang diri saja" Atau memang mengutus salah seorang anak buahnya untuk pergi ke Bu
Tong San, untuk menanyakan perihal berita Thio Sam Hong.
Akhirnya Bu Kie memutuskan untuk menempuh jalan kedua itu.
"Yang paling tepat tentunya Suma Lin Liang!" menggumam Bu Kie.
Tio Beng heran melihat sikap Bu Kie, dia menghampiri dan duduk didekat suaminya di pegang bahu suaminya. "Bu Kie, apa yang tengah kau pikirkan." tanya Tio Beng kemudian, "Kau tidak perlu menyesal karena sekarangsekarang belum dapat pergi menjenguk Tay-suhu, tetapi begitu kita mempunyai kesempatan tentu kita akan berangkat kesana. Tentu Tay-suhu dalam keadaan sehat wal"afiat, karena memang beliau memiliki lwekang yang telah sempurna sekali, kau jangan terlalu kuatir!"
Bu Kie menggelengkan kepalanya, katanya "Bukan itu yang tengah kupikirkan, karena aku tengah memikirkannya Beng-moay, apakah wakilku saja untuk lebih baik aku mengutus seorang
pergi ke Bu Tong San, guna menanyakan berita terakhir mengenai Tay-suhu?"
Muka Tio Beng berubah jadi berseri2, kemudian dia mengangguk. "Ya, mungkin itu cara yang lebih baik!" kata Tio Beng kemudian, "Siapa sekiranya yang ingin diperintahkan kau untuk pergi ke Bu Tong San?"
Bu Kie tidak segera menyahuti, dia berpikir keras, Namun akhirnya dia bilang: "Justeru aku sendiri belum lagi mengetahui, siapa orang yang sekiranya cocok untuk tugas itu."
Mendengar itu Tio Beng tersenyum. "Bukankah tadi kau telah memikirkan seseorang sebagai utusanmu?""
Bu Kie menoleh memandang heran kepada isterinya, kemudian tanyanya: "Siapa?"
"Bukankah kau telah menyebut Suma Lin Liang "!" kata Tio Beng. Bu Kie menghela napas dalam2, dia menepuk lututnya, katanya, "Memang aku berpikir untuk perintahkan dia pergi ke Bu Tong San. Kepandaiannya telah mengalami kemajuan yang pesat."
"Lalu mengapa harus ragu2 lagi" Bukankah dia bisa dipercaya tidak akan mengalami rintangan dalam perjalanan ?" tanya Tio Beng
"Justeru memang aku tengah dibimbangkan kalau nanti dia mengalami kesesatan lagi jika melatih ilmu Sam Cie Kong tanpa pengawasanku !"
"Kalau begitu, apakah untuk sementara Suma Lin Liang tidak bisa menghentikan latihan ilmunya itu "!" tanya Tio Beng, "Nanti setelah kembali barulah dia berlatih untuk tingkat lebih lanjut pula "!"
Muka Bu Kie tiba2 berseri2, dia berseru girang: "Benar ! Aku sendiri sampai melupakannya ! Dengan cara seperti itu tentu dia bisa membatasi dulu kesempatan berlatih, agar
tidak terjerumus kedalam hawa sesat ilmu itu. Dengan demikian ia dapat melaksanakan perintahku itu !?"
Tio Beng tersenyum sambil mengangguk. Bu Kie segera perintahkan seorang pelayan agar memanggil Suma Lin Liang menghadap keruang
perpustakaannya.
Suma Lin Liang yang diberitahukan pelayan itu, cepat2 menghadap Bu Kie. Bu Kie menjelaskan kepada Suma Lin Liang mengenai maksudnya yang ingin perintahkan Suma Lin Liang pergi
ke Bu Tong Pay guna mencari berita mengenai guru besar Bu Tong Pay itu, yaitu Thio Sam Hong.
Suma Lin Liang gembira menerima tugas tersebut ia menyanggupinya, malah Suma Lin Liang menyatakan, ia bisa melatih ilmunya yang telah cukup dipelajarinya atas petunjuk Bu Kie, walaupun belum keseluruhannya.
Mendengar pernyataan Suma Lio Liang itu, Bu Kie segera berkata: "Tetapi kau ingat, kau tidak boleh melatih dengan jurus2 yang baru. Selama berada dalam perjalanan kau tidak boleh melatih tingkat lebih tinggi dari ilmu
silatmu itu, karena jika
memang engkau melatihnya, mungkin engkau akan terpengaruh oleh hawa sesat lagi, sebab engkau tidak berada dalam pengawasanku !"
Suma Lin Liang mengiyakan, ia juga mengatakan apa yang dimaksudkan oleh Bu Kie telah dimengertinya.
"Nah, jika memang engkau kesepian melakukan perjalanan seorang diri, kau boleh mengajak Kwang Tan, bersamanya tentu tidak akan merepotkan engkau, iapun memiliki kepandaian yang cukup tinggi disamping ilmu pengobatannya yang mengagumkan!"
Suma Lin Liang tambah girang mendengar ijin dari Thio Kauwcu bahwa ia boleh mengajak Kwang Tan. Setelah kembali ketempatnya Suma Lin Liang segera memberitahukan kepada Kwang Tan.
Anak lelaki itupun, yang memang sudah bosan berdiam terus dipuncak Himalaya, jadi girang bukan main mendengar dirinya ingin diajak Suma Lin Liang ke Bu Tong San, iapun menyatakan ingin mengajak Thio Bo.
Akan tetapi waktu hal itu disampaikan kepada Thio Bo, ternyata lebih senang ia berdiam dipuncak Himalaya buat
melatih ilmunya karena dia memang bermaksud hendak melatihnya lebih baik lagi dibawah bimbingan Bu Kie.
Alasan lainnya memang Thio Bo Liang telah mengalami kemajuan kepandaiannya telah lebih liehay dibandingkan dengan waktu2 yang lalu. Juga Kwang Tan pun telah memiliki kemajuan yang pesat sekali.
melihat Suma Lin
yang pesat sekali, Atas petunjuk Bu Kie, ia telah bisa menemui cara yang terbaik buat melatih ilmu "pukulan "Guntur"nya itu. Karenanya ia yakin bahwa Suma Lin Liang berdua Kwang Tan tidak akan menemui kesulitan.
Begitulah akhirnya Suma Lin Liang menentukan ia hanya akan berangkat didampingi Kwang Tan saja, dan ia yakin dengan adanya Kwang Tan, ia tidak perlu kuatir lagi akan dicurangi lawannya dengan mempergunakan racun dan sebagainya.
Dua hari kemudian, tampak Suma Lin Liang berdua dengan Kwang Tan telah meninggalkan Himalaya, mereka diantar oleh Bu Kie, Tio Beng serta beberapa orang anggota penting Bengkauw.
Dengan gembira Kwang Tan bernyanyi-nyanyi waktu menuruni puncak Himalaya. Suma Lin Liang telah memperingatkan padanya, bahwa perjalanan yang akan mereka lakukan bukanlah perjalanan yang mudah dan menggembirakan, karena untuk mencapai
Bu Tong San dari Himalaya harus menempuh perjalanan yang sangat jauh sekali.
Tetapi Kwang Tan menyatakan ia sangat gembira dan dibandingkan harus berdiam terus di Himalaya, maka perjalanan ini benar2 membuat hatinya terbuka.
Malah nyanyinya jadi semakin keras, karena ia ingin menunjukkan kegembiraan hatinya itu. Dua hari Kwang Tan dan Suma Lin Liang melakukan perjalanan dan baru mereka tiba dikaki gunung Himalaya. Dan keadaan disana jauh lebih indah karena jika dipuncak gunung Himalaya yang dingin dan sepanjang musim selalu
tertutup oleh salju yang telah membeku keras, maka di kaki gunung itu salju yang menutupi sekitar tempat itu tidak setebal dan sebanyak dipuncak gunung Himalaya.
Karena dari itu, mereka telah melihat adanya pohonpohon yang sangat rindang menghijau menambah keindahan alam disekitar tempat itu.
Kwang Tan tidak hentinya memuji akan keindahan ditempat itu, dan juga Suma Lin Liang mengakui bahwa tempat itu demikian indah bagaikan tempat berdiamnya dewa dan dewi, membuat Suma Lin Liang bersajak, ia
memuji akan keindahan disekitar tempat itu.
Selesai Suma Lin Liang membacakan sajaknya, Kwang Tan menepuk tangan berulang kali.
Namun, waktu mereka berdua bergirang hati, sambil bersajak dan tertawa2 karena mengagumi akan keindahan tempat itu, tiba2 mereka telah melihat sesuatu yang menarik perhatian mereka, bahkan mengejutkan.
Diatas tanah yang tertutup salju tidak begitu tebal, tampak menggeletak sesuatu barang. Barang itu berbentuk Leng, dan setelah mereka menghampiri dan memeriksanya, maka barang itu tidak lain dari Seng Hwee Leng.
Suma Lin Liang yang mengenali Seng Hwee Leng dan mengetahui bahwa benda itu adalah pusaka dari Bengkauw, diam2 jadi heran dan telah memandangi beberapa saat
sampai akhirnya dia menghampiri dan mengulurkan tangannya, dia bermaksud mengambil Seng Hwee Leng itu.
Namun Kwang Tan keburu mencekal lengannya. "Jangan !" cegahnya.
Suma Lin Liang memandang Kwang Tan dengan mata terbuka lebar.
"Kenapa "!" tanyanya heran. "Mungkin benda itu mengandung racun." menjelaskan Kwang Tan.
"Ohhh...!" berseru Suma Lin Liang seperti juga takjub, dan telah memandangi benda sehingga dia melihatnya benda kuning agak gelap ke-biru2an. tersebut beberapa saat
itu memang berwarna Disaat itu Kwang Tan telah mengambil sebatang ranting kering, dia telah mengorek benda itu dari tumpukan es dan kemudian berjongkok untuk memeriksa keadaan benda itu.
Sama sekali Kwang Tan tidak berani memegang benda itu. Suma Lin Liang hanya mengawasi dari samping saja.
Suma Lin Liang yang memang tidak mengerti perihal racun. Justeru Kwang Tan telah bilang: "Coba Suma koko perhatikan salju tempat dimana benda itu tadi menggeletak
Suma Lin Lian menurut, dia telah memperhatikan tumpukan salju itu, dari mana memancar sinar kebirubiruan:
"Suma Koko, tentunya engkau melihat sinar yang kebiru2an itu, bukan "!" tanya Kwang Tan kemudian Suma Lin Liang berdiam diri sejenak, sampai akhirnya mengangguk.
"Ya !" sahutnya kemudian dengan sikap ragu2. "Apa artinya warna ke-biru2an itu"!" Kwang Tan tersenyum tawar.
"Itulah sisa racun yang masih mengendap ditumpukan salju itu,tentu racun yang berada di Seng Hwee Leng itu merupakan racun yang sangat ampuh sekali" kata Kwang Tang menjelaskan.
Suma Lin Liang termenung2 mengawasi tumpukan salju itu, sampai akhirnya dia menghela napas.
"Akh, aku kurang berhati2, hampir saja aku bercelaka, untung saja kau telah memperingatkan aku!"
Kwang Tan hanya tersenyum.
"Tentu ada orang yang sengaja meletakkan Seng Hwee Leng ini disini, dan sengaja pula Seng Hwee Leng ini ditaburi racun, agar ada seseorang yang memegangnya dan bercelaka!" Kwang Tan menjelaskan.
"Benar!" tiba2 terdengar suara orang menyahuti perkataan Kwang Tan, "Apa yang dikatakan bocah cilik itu memang tepat! Aku kagum atas kecerdasannya!"
Dan setelah berkata begitu segera juga terlihat sesosok bayangan telah melompat bangun berdiri dari tumpukan salju, salju itu bertebaran kemana-mana, rupanya orang itu telah bersembunyi tidak dimana2. dia tidak berada jauh dari
tempat adanya Seng Hwe Leng itu dan telah mengubur dirinya didalam tumpukan salju, begitu dia melompat berdiri, maka salju itu telah bertebaran.
Jika saja orang itu tidak bergerak atau bangun, tentu tidak mungkin ada orang yang bisa mengetahui bahwa dibawah tumpukan sa"ju itu bisa ada seseorang yang sengaja mengubur dirinya disitu.
Segera juga Suma Lin Liang melompat mendekatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Siapa kau " Apakah engkau yang telah sengaja meletakan Seng Hwee Leng disitu dan sengaja menaburkan racun pada Seng Hwee Leng itu "!" tanya Suma Lin Liang.
Orang itu mengangguk.
"Benar...!" sahut orang itu sambil mengangguk, dia mengusap mukanya, segera juga salju yang menutupi sebagian mukanya telah dapat dibersihkan. Dan juga waktu itu, terlihat jelas muka orang itu, yang hidungnya mancung seperti burung betet, juga matanya yang kebiru-biruan, dengan pakaiannya seperti orang Persia.
Rambutnya itu diikat, keatas menjadi dua konde, tampaknyapun dia sangat lucu sekali, jika saja tidak ditambah dengan bentuk mukanya yang kurus dan memperlihatkan kejantanannya, Suma Lin Liang melihat orang itu segera teringat sesuatu, tanyanya:
"Apakah.... ....apakah engkau ini salah seorang anggota Bengkauw dari Persia "!"
Orang itu mengangguk perlahan, dia telah membenarkan lagi.
"Lalu api maksudmu meletakkan Seng Hwee Leng disitu, bahkan sengaja telah menaburkan racun pada Seng Hwee Leng itu "!" tanya Suma Lin Liang jadi tidak senang.
Orang asing itu, yang mengaku sebagai salah seorang anggota Bengkauw di Persia, telah tertawa, suara tertawanya sangat demikian keras, semakin lama jadi
semakin meninggi dan juga bergelak2, menyebabkan tempat itu tergetar oleh suara tertawanya tersebut.
Kwang Tan mengerutkan sepasang alisnya karena segera anak ini menyadari bahwa mempergunakan kekuatan
menguasai dan mempengaruhi Suma Lin Liang dan dia. orang itu tengah berusaha
tenaga dalamnya buat Dimana dengan tertawa seperti itu, orang Persia itu bermaksud hendak merubuhkan Suma Lin Liang berdua, karena suara tertawanya itu mengandung lwekang tingkat tinggi, sehingga menggetarkan gendang telinga Suma Lin Liang dan juga Kwang Tan.
Sedangkan Suma Lin Liang pun menyadari bahwa orang Persia ini bermaksud tidak baik padanya, Karena itu, dia telah berusaha mengerahkan lwekangnya, Hanya saja ia kaget sendirinya, semakin kuat Suma Lin Liang menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya, maka semakin hebat terjangan pengaruh suara tertawa itu, dimana Suma
Lin Liang merasakan darahnya seperti beredar lebih cepat. Dengan segera Suma Lin Liang memperingatkan Kwang Tan : "Hati2. dia ingin mempengaruhi kita dengan suara tertawanya itu."
"Ya, aku tahu, Suma Koko" kata Kwang Tan.
"Jika begitu, mari kita menerjang bersama-sama kepadanya!" kata Suma Lin Liang. Namun belum lagi Kwang Tan menyahuti, orang Persia itu yang telah melihat Suma Lin Liang dan Kwang Tan tidak bisa merubuhkan dengan pengaruh suara tertawanya itu telah berhenti tertawa.
Diam-diam diapun kaget, karena sama sekali dia tidak menyangka bahwa Suma Lin Liang dan Kwang Tan dapat bertahan diri dari pengaruh suara tertawanya itu. Dan juga, yang membuatnya tambah heran adalah Kwang Tan, anak
lelaki yang berusia baru belasan tahun itu, tetapi telah dapat mempertahankan diri dari pengaruh suara tertawanya itu.
"Siapa kalian" Apakah kalian anggota dari Bengkauw Tionggoan?" tanya orang Persia.
Suma Lin Liang segera mengangguk "Benar, aku anggota Bengkauw Tionggoan, dan kini engko kecil ini bukan anggota Bengkauw, ia hanya sahabat dekat kami!" menyahuti Suma Lin Liang.
"Lalu, engkau sebagai anggota Bengkauw Persia, yang tentunya merupakan orang sendiri, mengapa pula hendak mencelakai kami?"
Mendengar pertanyaan Suma Lin Liang itu orang Persia itu telah membuka matanya lebar-lebar mengawasi Suma Lin Liang dan Kwang Tan bergantian sampai akhirnya dia bilang dengan suara yang tawar:
"Hemmm jadi engkau seorang anggota Bengkauw" Baik" Setelah engkau mengetahui bahwa aku ini adalah utusan dari Persia, mengapa engkau tidak segera berlutut, untuk menerima perintahku!" Suma Lin Liang memandang bengong kepada orang Persia itu, namun dia segera menggelengkan kepalanya.
"Tidak ! Aku tidak mau berlutut memberi hormat kepada kau !" kata Suma Lin Liang kemudian, "Karena kau tentu sama seperti ke dua orang kawanmu, merupakan manusia2 tidak baik."
"Mengapa kau berani berlaku begitu lancang "!" tegur orang Persia itu dengan sikap mendongkol. Matanya dibuka lebar2. dia telah mengawasinya dengan tajam.
"Hemm, jika memang engkau tidak bermaksud jelek pada kami, tentu engkau tidak akan menyembunyikan diri dibawah tumpukan salju, juga engkau tidak akan
membiarkan Seng Hwie Leng menggeletak disini dengan ditaburkan racun !" menyahuti Suma Lin Liang.
Tetapi pada waktu itu Kwang Tan tertawa, katanya: "Kau rupanya memang bermaksud hendak mencari urusan dengan orang-orang Bengkauw Tionggoan, karena
tampaknya engkaupun tidak bermaksud baik kepada kami! Ke dua orang kawanmu, beberapa waktu yang lalu justeru telah memanfaatkan kesempatan yang ada buat mencelakai kawanku ini. Kawanku ini, Suma Koko, begitu taat dan patuh, begitu melihat Seng Hwee Leng itu, segera juga ia berlutut untuk memberi hormat, tetapi disaat ia berlutut dengan patuh seperti itu, justeru punggungnya telah
dihantam dengan kuat sekali oleh kedua orang Persia itu."
Mendengar perkataan Kwang Tan itu, bola mata orang Persia tersebut memain tidak hentinya, kemudian katanya: "Lalu sekarang ini , dimana beradanya kedua kawanku itu "!"
"Mana kami tahu "!" menyahuti Kwang Tan segera, "Kami tidak mengetahui kemana dia akan pergi, kami juga tidak bisa menahannya waktu mereka melarikan diri, dan kamipun tidak perlu menanyakan kepada mereka kemana mereka hendak pergi."
Setelah berkata begitu, segera juga Kwang Tan menoleh kepada Suma Lin Liang, katanya: "Dan kau Suma Koko, kukira engkau tidak perlu menghargai Seng Hwee Leng dari Persia itu, bukankah Thio Kauwcu pun telah menjelaskan bahwa Bengkauw, daratan Tionggoan akan memisahkan diri dari Bengkauw Persia"!"
Suma Lin Liang hanya mengangguk "Benar, aku anggota Bengkauw dari Tionggoan, jadi bukan anggota Bengkauw Persia, karena itu, jika memang anggota Bengkauw Persia tidak bermaksud baik kepada Bengkauw kami di
Tionggoan, dengan
demikian akupun tidak perlu menghormati mereka." Mendengar sahutan seperti itu, Kwang Tan mengangguk dan menimpali: "Jika memang kau hendak mencelakai kami kiranya tidak perlu kau mempergunakan racun,
menaburkannya pada Seng-Hwee Leng itu..."
Sambil berkata begitu, Kwang Tan telah menunjuk kearah Seng Hwee Leng itu, katanya "Nah, kau sendirilah yang mengambilnya, aku ingin melihatnya, apakah engkaupun berani untuk berurusan dengan racun yang terdapat di Seng-Hwee Leng itu!"
Mendengar tantangan seperti itu, orang Persia tersebut tersenyum dingin, kemudian melangkah dan menghampiri Seng Hwee Leng yang menggeletak ditumpukan salju, dia telah mengambilnya dan segera mencekalnya.
"Siapa mengatakan Seng Hwee Leng ini beracun" Lihat aku telah memegangnya dan tidak mengalami sesuatu apapun juga":" katanya.
Kwang Tan tersenyum.
"Lalu apa maksudmu menggeletakkan Seng Hwee Leng itu diatas tumpukan salju "!" tanya Kwang Tan lagi. "Justru aku ingin melihat, jika ada orang yang lewat ditempat ini, kalau memang dia bukan orang Bengkauw, tentu dia tidak akan tertarik oleh Seng Hwee Leng ini, namun jika saja ia tertarik, berarti ia memiliki hubungan dengan Bengkauw Tionggoan, jelas "!"
Kwang Tan mengangguk. "Baiklah ! Kau mengatakan bahwa Seng Hwee Leng itu tidak mengandung racun, tetapi aku yakin bahwa Seng Hwe Leng itu mengandung racun, karena itu, maukah kau bertaruh?"
Mendengar tantangan seperti itu, orang Persia itu jadi tertegun mengawasi Kwang Tan dan kemudian Suma Lin Liang, Dia memang telah melihatnya, walaupun usia Suma Lin Liang jauh lebih besar dan dewasa dibandingkan Kwang Tan, tetapi jelas Suma Lin
tololan dan polos, dimana jelas
Liang agak ketololdia tidak memiliki pengetahuan tentang racun. Namun anak lelaki kecil ini justeru demikian tenang sekali didalam te kanannya bahwa di Seng Hwee Leng itu mengandung hawa racun, dia jadi ragu2.
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Namun akhirnya dia berpikir, apa artinya seorang anak kecil seperti itu, tentu dengan mudah dia dapat merubuhkannya. Justeru di hatinya dia berpikir, yang perlu sekali diperhatikannya adalah Suma Lin Liang yang tampaknya memang memiliki kepandaian yang tinggi, karena matanya saja bersinar begitu tajam.
Diwaktu itu tampak Kwang Tan telah berkata lagi: "Jika memang hanya untuk memegang Seng Hwee Leng itu tanpa perlu terluka, hal itupun dapat kulakukan..."
Bola mata orang Persia itu yang membiru jadi bermain beberapa kali mencilak kesana-kemari, tampaknya dia jadi girang. Diapun berpikir didalam hatinya.
"Bagus! Hemm, kau kira racun yang kupergunakan ini adalah racun yang daya kerjanya lemah" Begitu engkau memegangnya, segera engkau akan terluka hebat dan Juga akan membuat engkau menyesalpun tidak ada gunanya! inilah bagus sekali buatku karena dengan demikian tanpa
susah payah aku dapat membuat kau memegangnya."
Karena berpikir seperti itu, maka orang Persia itu mengangguk.
"Pertaruhan seperti apa yang engkau inginkan "!" tanyanya.
"Terserah kepadamu saja "!" menyahuti Kwang Tan, sikap anak ini senang sekali, sedangkan Suma Lin Liang mengawasi Kwang Tak terheran2, karena Suma Lin Liang tidak mengetahui entah apa yang ingin di lakukan oleh Kwang Tan.
"Baiklah, kita bertaruh begitu saja! jika aku yang kalah, dimana engkau memang dapat mencekal Seng Hwee Leng itu tanpa terluka, maka aku akan segera berlutut dihadapanmu sebanyak sepuluh kali anggukan, tetapi jika engkau yang kalah dalam pertaruhan ini. engkau harus baik2 mematuhi setiap perintahku. Bagaimana, apakah
engkau menyetujuinya ?"
Kwang Tan tersenyum. "Ringan sekali pertaruhan itu dan tidak adil, jika aku kalah, maka aku harus mematuhi semua Perintahmu, tetapi jika engkau kalah, cukup engkau hanya berlutut dan
menganggukkan kepalamu sebanyak sepuluh kali saja, ini namanya tidak adil, kau selain harus berlutut dan menganggukan kepala sepuluh kali, juga harus memanggil aku "Yaya" sebanyak sepuluh kali !"
"Muka orang Persia itu berobat, karena bagi seorang tokoh rimba persilatan yang memiliki kepandaian tinggi, jika dia telah berlutut dan menganggukkan kepalanya sepuluh kali, itupun bukan hal yang remeh, tetapi sangat memalukan sekali, dimana namanya telah runtuh maka
sekarang mendengar Kwang Tan menuntutnya agar dia juga memanggil Kwang Tan sebagai "Yaya" atau kakek, membuat dia jadi mendongkol sekali, akan tetapi hatinya segera berpikir.
"Hemm. usianya masih begitu muda, tidak mungkin dia bisa menghadapi racun yang telah kutaburkan pada Seng
Hwee Leng itu, karena itu, dalam hal ini tentu akan membuat dia sia2 belaka, biarpun bertaruh apa saja, maka biarlah aku menerimanya .!"
Karena berpikir begitu, segera juga orang Persia itu mengangguk.
"Baiklah ! Baiklah !" katanya kemudian. "Aku menerima syaratmu itu." Kwang Tan girang.
"Kemarikan Seng Hwee Leng itu..." katanya kemudian.
Orang Persia itu telah menyerahkan Seng Hwee Leng itu, yang disambuti oleh Kwang Tan, yang mencekalnya dengan tenang, sama sekali Kwang Tan tidak memperlihatkan dia kesakitan atau juga mengalami sesuatu yang tidak diinginkannya, diwaktu itu dia telah melihatnya, Kwang Tan dengan tenang dan tersenyum-senyum, selain
mencekal Seng Hwee Leng itu dengan tangan kanannya, juga mempergunakan tangan kanannya mengusap2 Seng Hwee Leng itu.
Mata orang Persia itu jadi terbuka lebar2, dilihatnya anak lelaki belasan tahun itu benar2
sesuatu apapun juga, dia jadi berseru berkata dengan suara yang ragu2.
"Apakah... apakah engkau tidak mengalami heran, dan telah
memang dapat memegangnya...." Dia seperti juga tidak yakin apa yang dilihatnya.
Sedangkan Kwang Tan sambil tersenyum telah bilang: "Kau telah melihatnya sendiri, bahwa aku bisa mencekal Seng Hwee Leng ini dan tidak mengalami sesuatu apapun juga, aku tidak tercelaka, bukan "!"
Orang Persia itu telah memandang tertegun pada Kwang Tan, dia seakan juga tidak bisa berkata2 dalam waktu sejenak itu.
Kwang Tan tersenyum lagi dan menoleh pada Suma Lin Liang katanya. "Suma Koko akan ada orang yang memanggilku Yaya, sungguh menggelikan sekali!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suma Lin Liang tertawa bergelak2, dan telah menekan2 perutnya, rupanya dia girang, dan terlalu geli mendengar perkataan Kwang Tan.
Tertawa Suma Lin Liang membuat orang Persia itu tersadar, dia telah membentak bengis: "Akal bulus apa yang kau pergunakan?"
Kwang Tan membuka matanya lebar2. "Ohhh, akal bulus apa?" tanyanya.
"Hemmm, engkau pergunakan penawar racun apa sehingga engkau dapat mencekal Seng Hwee Leng itu tanpa terluka?" tanya orang Persia itu.
"Ohhh, jika engkau bertanya begitu tentunya Seng Hwee Leng ini benar2 mengandung racun, sama seperti apa yang kukatakan tadi?"
Suma Lin Liang juga telah berseru: "Benar! Benar! Dia heran kau bisa mencekal Seng Hwee Leng itu, jelas ia telah menaruhkan racun pada Seng Hwee Leng nya itu. jika memang Seng Hwee Leng itu tidak beracun, dia tentu tidak perlu heran melihat engkau mencekalnya tanpa bercelaka."
Muka orang Persia itu berobah memerah, dia rupanya jadi malu karena kedok telah terbuka. "Hemm, baiklah! Kukatakan terus terang bahwa memang Seng Hwee Leng itu beracun. Dan sekarang aku tidak mau berlutut atau memanggilmu Yaya, aku mau melihat apa yang ingin engkau lakukan!"
"Jika memang engkau tidak mau berlutut, atau juga memanggil Yaya padaku, itu terserah kepadamu, aku tidak akan memaksanya, Bukankah tadi engkau juga yang bersedia bertaruh denganku?"
Mendengar pertanyaan Kwang Tan, muka orang tersebut jadi berobah memerah lagi. Dia gusar sekali.
"Kemarikan Seng Hwee Leng itu !" katanya.
"Ohh, mana mungkin?" kata Kwang Tan "Jika engkau berlutut atau memanggilku dengan sebutan Yaya, maka Seng Hwee Leng ini akan kukembalikan. Tetapi jika engkau mau membawa caramu, tidak akupun bisa membawa caraku mau menepati janji-mu, sendiri. Aku dapat saja
mengatakan bahwa Seng Hwee Leng ini menarik sekali dan aku tidak ingin mengembalikan. Sama seperti tadi, aku
tidak bisa mendesak dan memaksamu berlutut atau, memanggilku dengan sebutan Yaya, maka engkaupun tidak bisa memaksaku buat mengembalikan lagi Seng Hwee Leng ini....dan seperti yang tadi engkau bilang, maka akupun ingin sekali melihat, jika memang aku tidak mengembalikan Seng Hwee Leng ini, apa yang bisa engkau perbuat ?"
Meluap kemarahan hati orang Persia itu. "Kurang ajar sekali mulutmu!" katanya berbareng dengan bentakannya, tangan
bermaksud akan merampas
kanan nya menjambret dia
Seng Hwee Leng ditangan Kwang Tan.
Tetapi Kwang Tan yang sekarang bukan Kwang Tan beberapa waktu yang lalu. Dia telah memperoleh penjelasan inti ilmu silat dari Bu Kie, karena itu, melihat orang Persia tersebut hendak merampas Seng Hwee Leng dia telah berkelit kesamping.
"Ohhh, engkau mengerti ilmu silat yang lumayan juga, sehingga engkau besar kepala!" kata orang Persia itu, yang jadi tambah gusar dia kembali melompat kedekat Kwang Tan, tangannya tetap saja menjambret hendak merampas Seng Hwee Leng itu.
Namun Kwang Tan bermaksud hendak mempermainkan orang Persia itu. Dia telah melompat ke samping, berkelit dengan gesit sekali. Seng Hwee Leng itu tetap tidak ingin diserahkannya.
Disaat itu Suma Lin Liang tidak bisa tinggal diam melihat orang Persia itu hendak merampas Seng Hwee
Leng dari tangannya Kwang Tan.
Dia melompat kedekat orang Persia itu, dan karena orang Persia itu tengah mencurahkan seluruh perhatiannya kepada Kwang Tan berdiri membelakangi Suma Lin Liang,
mudah saja Suma Lin
Liang menggerakkan tangan kanannya menghantam kuat sekali punggung orang Persia tersebut. Semula Suma Lin Liang, yang memukul dengan cepat dan kuat itu, menduga bahwa ia akan berhasil dengan pukulannya itu. Namun buat kagetnya, ternyata
pukulannya itu gagal mengenai sasarannya, karena justeru orang Persia itu telah dapat mengelakkan sedikit tubuhnya, dia telah mengibas dengan tangan kirinya.
Gerakannya tertangkis dan
menyusuli dengan pukulan lainnya.
Kwang Tan sambil tertawa telah bilang pada Suma Lin Liang: "Suma Koko, biarkan dia berurusan denganku dulu, jika memang aku tidak dapat menghadapinya dengan baik, barulah Suma Koko yang memberesinya..." teriak Kwang Tang dengan suara nyaring.
itu membuat tangan Suma Lin Liang membuat Suma Lin Liang tidak dapat
Sebenarnya Suma Lin Liang masih penasaran hendak menghantam lagi orang Persia itu, akan tetapi mendengar teriakan Kwang Tan, Suma Lin Liang jadi membatalkan maksudnya itu, dia tidak meneruskan hantamannya, malah
telah melompat dengan ringan ke belakang menjauhi diri dari orang Persia itu.
Orang Persia itu yang melihat Suma Lin Liang telah melompat menjauhi diri dari dia, segera juga melompat kedekat Kwang Tan.
"Jika engkau tidak mau mengembalikan Seng Hwee Leng itu, sama saja engkau menginginkan batang lehermu itu remuk oleh hantamanku."
Dan menyusuli dengan perkataannya itu, kedua tangan bergerak dengan jurus2 yang sangat aneh dan cepat sekali,
dimana dia telah berusaha untuk mencengkeram atau menghantam Kwang Tan dengan tenaga lwekang yang dahsyat.
Kwang Tan pun tidak tinggal diam, dia telah berseru beberapa kali, karena hampir saja Seng Hwee Leng itu kena
dirampas oleh orang Persia itu, diam-diam Kwang Tan jadi kagum sekali karena dilihatnya bahwa orang Persia ini memang benar2 memiliki kepandaian yang tinggi sekali.
Tetapi Kwang Tan tengah bergembira, ia bermaksud ingin mempermainkan orang Persia itu, yang terpenting justeru ia ingin melihat, berapa jauh kemajuan kepandaian
yang telah dicapainya. Karena itu, dia telah melompat kesana kemari dengan gerakan yang sangat lincah sekali.
Seng Hwee Leng itu sebenarnya memang mengandung racun, dan juga racun yang dipergunakan oleh orang Persia
itu sangat dahsyat sekali, sejenis racun berasal dari Persia, maka jika seseorang yang memegang Seng Hwee Leng tersebut, tanpa terlebih dulu telapak tangan diborehkan penawar racun, tentu akan membuat orang tersebut seketika hangus telapak tangannya, juga racun itu segera menjalar
naik kepundak, kemudian kejantung, paling lama hanya satu jam korban keracunan itu kaku dan meninggal dengan tubuh yang membiru dan menghitam.
Sedangkan Kwang Tan bisa mencekal Seng Hwee Leng itu tanpa perlu tercelaka oleh racun yang terdapat di Sang Hwee Leng karena sambil bertanya jawab dengan orang Persia itu, diam2 Kwang Tan telah memasukan tangannya
kedalam sakunya, dia telah memborehkan telapak tangannya dengan penawar racun yang telah dimilikinya.
Obat penawar racun yang dimiliki Kwang Tan merupakan penawar racun yang sangat mujarab. Tidak perduli bagaimana hebatnya racun yang
lawan, maka tentu dapat dipunahkannya. Kwang Tan telah dimasukkan kedalam dipergunakan
Dan tangan sakunya itu bergantian.
Dengan demikian Kwang Tan sudah tidak perlu merasa jeri lagi, walaupun dia mengetahui Seng Hwee Leng itu mengandung racun, dia telah mencekalnya dengan berani tanpa perlu takut keracunan lagi.
Sedangkan orang Persia tersebut sambil bertempur hatinya selalu diliputi tanda tanya, karena dia sama sekali tidak mengerti, mengapa anak lelaki berusia belasan tahun tersebut dapat menghadapi racunnya yang hebat.
"Sekarang perasaan herannya itu kian bertambah, karena Kwang Tan selalu bisa mengelakkan diri dari terjangannya. Karena jengkelnya, tiba2 orang Persia itu telah berhenti menyerang, dia berdiri tegak, dengan mata dipentang lebar2
mengawasi Kwang Tan, Kedua tangannya diangkatnya perlahan2 sampai ke atas kepalanya.
Kwang Tan jadi heran melihat apa yang dilakukan orang Persia itu, dia berdiam diri saja, mengawasi bengong, karena Kwang Tan tidak mengetahui entah apa yang
hendak dilakukan oleh orang Persia itu. Karenanya diapun ingin menanyakannya:
"Apa yang tengah kau lakukan" Atau memang engkau hendak main-main dengan ilmu sihir?"
Tetapi orang Persia itu tidak menyahut dia telah berdiam diri saja, dengan kedua tangannya masih teracung diatas kepalanya.
Diwaktu itu Suma Lin Liang melihat gerakan yang dilakukan orang Persia itu, segera juga berkuatir dia menduga tentunya orang Persia itu bermaksud hendak
mempergunakan semacam ilmu yang sangat diandalkan dan tentunya sangat hebat, Karena itu! segera dia ber seru: "Adik Tan hati2.. waspadalah.."
Kwang Tan baru saja mau menyahuti, tiba-2 sepasang tangan dari orang Persia itu bergerak diiringi dengan suara
erangannya, dimana kedua tangannya itu telah dihantamkan kepada Kwang Tan.
Kwang Tan menduga tentunya orang Persia ini mengerang dengan mempergunakan Iwekangnya yang ampuh dan kuat sekali, maka ia menanti sampai angin
pukulan itu hampiri mengenai dirinya, segera dia berkelit.
Tetapi tidak urung Kwang Tan merasakan berkesiuran angin yang sangat panas sekali di samping tubuhnya, bukan main panasnya, sepanas api, diam2 membuat Kwang Tan jadi kaget.
"Entah ilmu siluman apa yang dipergunakannya "!" berpikir Kwang Tan. Karena biasanya, jika seorang lawan menyerang, tentu angin yang santer dan dingin men deru2 menyambar tetapi sekarang kedua telapak tangan dari orang Persia itu telah
mengeluarkan hawa yang begitu panas, membuat dia jadi kaget, jika saja hawa panas itu mengenai dirinya, tentu dia tidak bisa bertahan.
Sedangkan waktu itu terlihat orang Persia itu telah menghantam terus, dengan angin pukulan itu yang gagal mengenai Kwang Tan telah menghantam tumpukan salju. Aneh dan luar biasa !
Tumpukan salju itu jadi mencair seketika seperti terkena sesuatu yang panas, sama sekali tidak membuat salju itu membuyar atau muncrat, hal ini benar2 sangat menakjubkan sekali.
Sedangkan Suma Lin liang melihat cara penyerangan orang Persia itu, segera melompat kedekat Kwang Tan, untuk melindunginya, jika saja orang Persia itu bermaksud hendak menyerangnya lagi.
Saat itu, tampak Kwang Tan walaupun heran, sama
sekali tidak jeri, dia malah jadi girang, dan berkata dengan sikap gembira. "Ayo.... ayo mari serang aku lagi. dan hitung2 engkau bantu mencairkan salju itu, agar tanah ditempat ini jadi bersih !"
Mendengar ejekan Kwang Tan, darah orang Persia tersebut jadi tambah meluap dan kemarahannya berlimpahlimpah.
"Disertai erangannya, dia melompat dan menghantam pula dengan kedua tangannya mempergunakan cara seperti tadi, kembali segulung hawa panas menyambar kediri
Kwang Tan. Tetapi Kwang Tan dapat mengelakkan diri dengan beruntun, sampai akhirnya dia telah melemparkan Seng Hwee Leng itu setelah satu kali lagi berkelit dari hantaman kedua telapak tangan orang Persia itu.
"Nah, sekarang giliran Kwang Tan. Dari memang Kwang mempergunakan ilmu pukulan "Guntur nya, dengan jurus yang pertama, dia menantikan sampai orang Persia itu telah menghadapi dirinya lagi dan bersiap2 hendak menyerang,
disaat itulah Kwang Tan telah menggerakkan tangan kanannya.
"Wuttttt !" Angin pukulan Kwang Tan juga sangat panas sekali, dimana dia memang "Guntur"nya itu, Kwang Tan
berkelit dari pukulan orang Persia itu, dia merasakan angin pukulan itu panas sekali, dan diapun mau menduga apakah orang Persia itu mempergunakan pukulan "Guntur" seperti yang dipergunakannya"
Karenanya, sekarang dia telah mencoba ilmu pukulan "guntur"nya itu, diwaktu perbedaannya, jika orang aku untuk menyerang !" kata
Tan telah bersiap2 hendak
mempergunakan pukulan juga telah beberapa kali itulah dia telah memperoleh Persia itu menyerangnya, dia harus mengangkat dulu tinggi2 kedua tangannya dan baru kemudian menghantamnya dengan dahsyat sekaligus dengan kedua telapak tangannya itu. Maka perbedaan ini
memperlihatkan bahwa itu bukanlah ilmu pukulan Guntur seperti yang. dimilikinya.
Orang Persia itu waktu memutar tubuhnya menghadapi Kwang Tan, dia menyerang dengan pukulan yang lebih hebat, dengan maksud agar Kwang Tan tidak bisa berkelit lagi.
Sedangkan Kwang Tan lelah mempergunakan tangan kanannya lebih dulu menghantam, Tetapi orang Persia itu tidak memandang sebelah mata karena dia beranggapan tentunya pukulan itu hanya memiliki tenaga yang luar biasa saja.
Bukankah Kwang Tan baru berusia belasan tahun. Andaikata dia mempelajari ilmu lwekang sejak satu tahun sekalipun tidak mungkin Iwekangnya itu terlalu berbahaya.
Karena sikapnya yang tidak memandang sebelah mata kepada Kwang Tan membuat orang Persia itu telah berdiri dengan mengangkat kedua tangannya dia tidak bermaksud mengelakkan hantaman Kwang Tan.
Tetapi waktu angin pukulan itu telah mendekat dia menjadi kaget sendirinya, karena dia merasakan betapa angin pukulan itu sangat panas sekali.
Cepat orang Persia itu yang semula hendak menghantam dengan kedua telapak tangan nya itu, jadi batal, dia telah berkelit.
Tumpukan salju yang kena dihantam oleh Kang Tao seketika jadi mencair, Dan juga di waktu itu, tampak
disekitar tempat itu menjadi hitam hangus.
Terkesiap hati orang Persia itu, dia menyaksikan apa yang tidak pernah disangkanya. Diam2 dia bergidik, Dia membayangkan jika saja tadi dia kena dihantam, niscaya akan membuat dirinya itu menjadi hangus.
Dalam keadaan seperti itu, orang Persia tersebut telah memandang tertegun kepada Kwang Tan dengan sepasang mata terpentang lebar-lebar.
Kwang Tan tertawa.
"Bukan hanya engkau saja yang memiliki pukulan yang hebat, Akupun memiliki pukulan yang bisa mengejutkan engkau bukan" Nah, itu baru jurus pertama, cobalah jurus yang kedua ini!"
Berbareng dengan habis nya perkataan Kwang Tan tersebut, segera juga anak laki2 ini telah menghantam lagi. Sekali ini memang jauh lebih hebat. Gerakannya begitu cepat, sehingga tahu2 orang Persia itu merasakan sambaran angin itu telah dekat sekali dengannya, panas bukan main.
Mati2an orang Persia tersebut berkelit lagi, dan seketika ditempat tersebut seperti terjadi ledakan, telah membuat salju yang terkena angin pukulan Kwang Tan menjadi
mencair dan tanah disekitar tempat itu jadi hangus,
Untung saja orang Persia itu masih sempat berkelit, cuma saja keheranan dan keterkejutannya itu bertambah hebat. Dia tidak mengerti mengapa seorang anak kecil seperti Kwang Tan bisa memiliki kepandaian yang begitu hebat.
Jika dilihat akibat pukulan Kwang Tan dengan pukulannya, masih jauh lebih hebat ilmu pukulan Kwang Tan, karena jika ia menghantam, salju itu hanya mencair belaka, tetapi pukulan Kwang Tan membuat salju mencair
dan juga tanah disekitarnya menjadi hitam hangus !
Orang Persia itu berdiri tertegun, namun dia cepat menentukan dengan segera tindakan apa yang perlu dilakukannya, Dia segera juga menjejakkan kedua kakinya,
Tubuhnya telah mencelat
ketengah angkasa, dia menggerakkan sepasang tangannya, menghantam hebat sekali kepada Kwang Tan, semua itu telah diperhitungkan baik2 oleh orang Persia tersebut.
Kwang Tan memang tidak mau menyambuti serangan lawannya dengan kekerasan. Dia berkelit dengan melompat kesamping.
Kesempatan itu dipergunakan oleh orang Persia itu meluncur ke arah dimana Seng Hwee Leng itu berada.
Waktu Kwang Tan berdiri tegak lagi, justeru Seng Hwee Leng itu telah berada ditangan orang Persia itu. Kwang Tan segera menghantam dengan jurus ketiga.
Hebat angin pukulan itu, membuat orang Persia itu yang memang tidak mau melayani pukulan tersebut, telah melompat kesamping,hanya tempat dimana tadi dia berada
telah meledak, bukan hanya tumpukan salju saja yang mencair, juga telah membuat tanah jadi berbungkah dan berhamburan, menjadi hangus seperti telah terbakar.
Bukan main kagetnya orang Persia itu, jika ia terserang, tentu tubuhnya akan hangus. "Hemm, baiklah, kukira pertemuan kali ini telah selesai sampai disini, tetapi Riuhing tidak akan menyudahi urusan ini sampai disini saja, nanti Riuhing akan datang kembali mencari kau, bocah setan...!"
Tanpa menantikan kata2nya itu habis diucapkannya dia telah melompat dan berlari pesat sekali meninggalkan tempat itu.
Sebetulnya Kwang Tan tengah mempersiapkan pukulannya yang keempat. Namun melihat orang Persia itu telah menyingkirkan diri dia membatalkan. Hanya saja diam2 dia tertawa dan berkata dengan sikap yang girang: "Baik, nanti aku akan menantikan kedatanganmu dengan senang hati, aku menantikan kedatanganmu lagi !"
Sedangkan orang Persia itu sudah tidak memperdulikan perkataan Kwang Tan, karena dia telah berlari terus dalam waktu yang singkat telah lenyap dari pandangan mata Kwang Tan dan Suma Lin Liang.
Waktu itu Suma Lin Liang telah melompat menghampiri Kwang Tan katanya: "Adik Tan tampaknya kepandaian
orang Persia itu lebih hebat dari kedua orang Persia yang pernah bertemu dengan kita beberapa waktu yang lalu!?"
"Benar?" menyahut Kwang Tan sambil mengangguk "Memang tampaknya dia lebih liehay. Tapi menurut khabar yang diberikan oleh Thio Kauwcu, bahwa kedua orang
Persia itu dalam keadaan terluka, jika memang mereka tidak dalam keadaan terluka, pasti kepandaian mereka jauh lebih tinggi dan hebat lagi."
Suma Lin Liang menghela napas dalam2.
"Jika kita berkelana didalam rimba persilatan, maka kita dapat melihat bahwa didalam rimba persilatan banyak sekali orang2 yang memiliki kepandaian luar biasa... dan entah berapa banyak lagi orang2 yang memiliki kepandaian tinggi yang akan kita jumpai nanti!"
Kwang Tan tersenyum.
"Bukankah menggembirakan" Kita akan dapat melihat dan membuktikan, berapa jauh kita telah melatih kepandaian kita?"
Suma Lin Liang mengangguk.
"Ya tetapi jika dapat, menurut pesan Thio Kauwcu, kita harus berusaha untuk siapapun juga untuk menghindarkan bentrokan pada
mengurangi kesulitan buat kita, sehingga kita dapat tiba di Bu Tong San dalam waktu yang tepat dan juga tidak menemui rintangan !"
"Tentu saja, kita tentu tidak akan usil mengurusi mereka, namun jika memang keselamatan jiwa kita terancam, tentu saja kita harus berusaha mengadakan perlawanan !" kata Kwang Tan.
Suma Lin Liang mengiyakan, dan iapun berkata lagi: "Menurut pesan Thio Kauwcu, bahwa dikaki gunung Himalaya ini telah banyak sekali orang Cu Goan Ciang yang berkeliaran, karena itu, kita selalu harus waspada, tadi saja kita tidak pernah menyangka bahwa orang Persia itu, Riuhing bersembunyi dengan menumpukkan salju pada tubuhnya . . jika kebetulan sekali kita menginjak tubuhnya, lalu tiba2 dia menyerang, tentu kita akan menghadapi bahaya yang tidak kecil !"
Kwang Tan mengangguk. "Tetapi yang pasti perjalanan ini sangat menggembirakan sekali, Suma Koko lihatlah, pemandangan itu, juga pohon itu, sangat indah luar biasa, kau lihatlah Suma Koko.... batu
itu, yang bentuknya, seperti seorang yang tengah duduk, tertumpuk salju yang cukup tebal. Menarik bukan main !"
"Ya, memang sangat menarik !" menimpali Suma Lin Liang, "Dan kukira, memang kita dapat bergembira karena telah dapat menghalau pengacau yang mengganggu
ketenangan kita yang tengah menikmati pemandangan yang indah itu !"
Begitulah mereka berdua sambil bercakap2 telah melanjutkan perjalanan
mereka, dan akhirnya setelah berjalan beberapa puluh lie lagi, mereka melihat didepan mereka sebuah perkampungan yang tidak begitu besar, hanya saja, orang2 yang berada didalam perkampungan tersebut umumnya merupakan penduduk biasa yang pekerjaan sehari2nya berburu dan juga mengenakan baju yang tebal2 akibat hawa udara yang sangat dingin.
Suma Lin Liang berdua Kwang Tan bermaksud beristirahat dikampung itu, mereka melihat didekat pintu perkampungan tersebut ada sebuah kedai teh.
Segera mereka menghampiri kedai teh itu, dalam hawa udara demikian dingin, tentu teh hangat akan banyak membantu untuk menghangat tubuh mereka, disamping juga memang merekapun tentunya akan dapat menikmati harumnya teh itu.
Melihat kedua tamu ini, seorang pelayan teh menyambut dengan hormat, namun waktu akan melangkah masuk, Kwang Tan dan Suma Lin Liang melihat disebelah kanan depan pintu kedai teh itu tengah duduk bersimpuh dua
orang yang pakaiannya tidak keruan, mereka itu tengah mengawasi Kwang Tan dan Suma Lin Liang, mata mereka memancarkan sinar menyelidiki.
Suma Lin Liang memberi isyarat kepada Kwang Tan, yang dimengerti oleh anak itu.
"Mereka tampaknya bukan orang baik-baik!" kata Kwang Tan dengan suara berbisik. Suma Lin Liang mengangguk, dengan sikap seperti tidak memperhatikan kedua orang itu, Suma Lin Liang berdua Kwang Tan memasuki kedai teh itu.
Dalam ruangan kedai teh tersebut terdapat beberapa orang pengunjung yang tengah menikmati hangatnya teh, Kedatangan Suma Lin Liang dan Kwang Tan tidak terlalu banyak menarik perhatian mereka, yang tengah asyik dengan teh mereka.
Sedangkan pelayan cepat sekali mempersiapkan pesanan Kwang Tan berdua, Tidak lama kemudian kedua orang itu asyik meminum teh mereka, Waktu Suma Lin Liang dalam suatu kesempatan melirik, dilihatnya kedua orang diluar kedai itu tengah mengawasi terus pada mereka.
"Entah siapa kedua orang itu...pakaian mereka tidak keruan, tetapi mereka pasti bukan dari golongan Kaypang, karena mereka bukan pengemis.".!" kata Suma Lin Liang setelah menghirup tehnya.
"Benar...!" mengangguk Kwang Tan. "Tampaknya memang begitu, namun mereka selalu mengawasi kita sikap mereka mencurigakan sekali."
"Biarkan saja dulu, kita tidak perdulikan dulu mereka itu, nanti kita bisa memancingnya." kata Suma Lin Liang, yang kemudian meneguk lagi tehnya.
Sebagai seorang anak cerdas, Kwang Tan segera dapat menangkap maksud Suma Lin Liang, iapun segera menghirup tehnya, dimana mereka telah bercakap-cakap gembira sekali.
Setelah cukup beristirahat mereka kemudian meninggalkan kedai teh itu. Waktu lewat di depan pintu kedai itu, mereka melihat kedua orang itu masih tetap mengawasi dengan sikap yang mencurigakan.
Malah setelah Kwang Tan dan Suma Lin Liang berjalan beberapa ratus tindak, waktu Kwang Tan melirik kebelakang, dilihatnya kedua orang itu tengah mengikuti mereka!
"Kita harus membawa sikap seperti juga tidak memperhatikan mereka, kita pancing mereka ketempat sepi" bisik Kwang Tan, yang disetujui oleh Suma Lin Liang.
Begitulah, setelah berjalan beberapa lie mereka meninggalkan kampung itu, justeru kedua orang tersebut masih mengikuti mereka dari jarak yang cukup jauh.
"Apakah sekarang saja kita membekuk mereka "!" tanya Suma Lin Liang.
Kwan Tan tidak segera menyahuti, tetapi akhirnya ia mengangguk.
"Baik ! Tetapi kita harus memancing mereka agar datang mendekat !" Setelah berkata begitu, Kwang Tang pura2 menekan perutnya, dia terbungkuk2, seperti juga tengah kesakitan dan kemudian rubuh terguling diatas tumpukan salju, Sambil rebah begitu, Kwang Tang pun berkata perlahan sekali kepada Suma Lin Liang: "Suma Koko,
kaupun pura2 sakit perutmu dan kemudian rubuh seperti aku !"
Suma Lin Liang tampaknya seperti tolol, tokh sesungguhnya dia seorang yang cukup cerdas, karena itu, segera ia dapat mengerti apa yang diinginkan Kwang Tan,
sikap seperti Kwang Tan tadi, dan mengaduh2 meringis, lalu segera ia mengambil memegang perutnya terjungkel rubuh pula.
Kedua orang yang pakaiannya tidak keruan itu, tampaknya terheran2 melihat kedua orang yang mereka
ikuti itu seperti
menderita kesakitan, kemudian rubuh terguling, diam tidak bergerak lagi.
Mereka satu dengan yang lainnya saling pandang dan kemudian memutar tubuh, meninggalkan tempat itu.
Walaupun rebah ditumpukan salju, akan tetapi Kwang Tan tidak menutup matanya terlalu rapat, dia bisa mengintai gerak-gerik kedua orang itu. Maka Kwang Tan jadi heran karena melihat kedua orang itu bukannya menghampiri kearah mereka, justeru telah memutar tubuh dan meninggalkan tempat itu dengan segera.
Suma Lin Liang sendiri sudah tidak sabar, segera melompat bangun, katanya, "Mereka rupanya dua orang yang menjadi buaya darat dikampung ini yang semula bermaksud hendak mengganggu kita."
Kwang Tan menggeleng.
"Bukan !" kata Kwang Tan setelah berpikir sejenak. "Jika memang mereka buaya darat, tentu mereka girang melihat kita rubuh dan segera akan berlari-lari menghampiri kita, untuk mempereteli barang-barang kita ! Tetapi justeru mereda itu telah meninggalkan tempat ini begitu melihat kita terguling rubuh!"
"Lalu, mengapa mereka mengikuti kita"!" tanya Suma Lin Liang masing diliputi tanda tanya. "Justeru mereka bukan orang sembarangan, mereka tentu adalah orang2nya Cu Goan Ciang yang tengah menyamar, mereka bermaksud hendak mengikuti kita untuk
mengetahui apa yang kita perbuat. Hanya saja yang belum lagi kuketahui mengapa mereka telah meninggalkan tempat ini begitu melihat kita rubuh.
Hati Suma Lin Liang pun masih diliputi tanda tanya, Dia tidak bisa memecahkan persoalan ini, Kwang Tan
walaupun cerdas, tokh menghadapi sikap kedua orang itu, juga jadi terheran-heran.
Sedangkan keadaan ditempat itu sangat sunyi sekali, tidak terlihat seorang manusiapun, Kwang Tan menganjurkan agar mereka melanjutkan pula perjalanan.
Disaat itu, Suma Lin Liang kebetulan menoleh ketempat dimana tadi kedua orang yang mengikuti mereka itu berada dan akhirnya telah pergi meninggalkan tempat ini begitu mereka tubuh terguling.
"Lihat..." tiba2 Suma Lin Liang berseru nyaring juga, sambil menunjuk kearah itu, "Mereka datang lagi....malah bersama kawan-kawannya..."
Kwang Tan menoleh, mereka melihat kedua orang yang pakaiannya tidak karuan
itu tengah bergirang hati, Dibelakangnya tampak mengikuti empat orang, Dua orang berpakaian biasa, yang seorang tua, mungkin berusia enam puluh tahun lebih dengan jenggot yang cukup panjang, sedangkan dua orang lagi adalah orang yang berpakaian seragam kemiliteran, sebagai tentara kerajaan.
"Hmmm, dugaanku tidak salah, bahwa mereka adalah kaki tangan Cu Goan Ciang!" menggumam Kwang Tan. "Ya, rupanya mereka telah pergi memanggil kawan2 mereka begitu melihat kita terguling rubuh !" kata Suma Lin Liang.
Sedangkan keempat orang itu dengan dua orang berpakaian tidak keruan itu telah tiba di dekat mereka. Tampaknya kedua orang berpakaian tidak keruan itu terheran-heran melihat Suma Lin Liang dan Kwang Tan telah berdiri segar bugar, Salah seorang diantara mereka menunjuk2, dan mengucapkan sesuatu.
Kawannya, orang tua berjenggot panjang itu, telah melompat gesit, mendahului kedekat Suma Lin Liang dan Kwang Tan.
Kwang Tan melihat orang tua itu telah berada didekatnya segera bertanya: "Tampaknya paman tengah
mencari sesuatu "!"
"Hemmm... kami ingin menangkap kalian!" begitulah kata orang tua itu, tanpa banyak bicara pula dia telah menggerakkan tangannya hendak mencengkeram lengan Suma Lin Liang.
Mana mau Suma Lin Liang membiarkan dicengkeram, segera juga dia berkelit.
"Ihhh !" orang tua itu berseru perlahan lengannya kemudian memandang Suma Lin Liang dengan senyum dingin
mengandung penasaran
"Mengapa tidak hujan tidak angin paman menyerangku
?" tegur Suma Lin Liang dengan sikap tidak senang. "Kau harus kami tangkap !" menyahuti orang tua itu, dan tanpa berkata apa2 lagi, telah mengulurkan tangannya lagi, mengulangi untuk mencengkeram. Namun sekali lagi gagal, karena Suma Lin Liang dapat mengelakkannya.
Diwaktu itu Kwang Tan tidak puas melihat kawannya diperlakukan seperti itu. "Paman, mengapa kau menyerang orang tanpa bertanya sesuatu apapun juga, padahal kami tidak kenal denganmu "!" tegur Kwang Tan.
Kawan siorang tua, yaitu orang yang berpakaian tidak karuan, sipemuda dan juga kedua orang berpakaian seragam kerajaan itu, telah sampai disamping siorang tua. Mereka rupanya sudah tidak sabar, segera juga mereka mengurung Suma Lin Liang dan Kwang Tan.
"Hemmnnn, mereka benar2 harus dicurigai, karena memiliki kepandaian silat yang cukup tinggi !" kata orang tua itu kepada kawannya. Dan diapun telah mulai menerjang lagi buat menangkap Kwang Tan, dan
kawan2nya telah melompat untuk bantu menangkap Suma Lin Liang.
Namun mereka mana bisa menangkap Kwang Tan dan Suma Lin Liang. Karena waktu orang tua itu mengerahkan tangan kanannya, tangan itu telah disampok oleh Kwang Tan, sehingga tubuhnya terhuyung2 hampir rubuh.
Suma Lin Liang yang dikepung oleh lawannya, tidak tinggal diam saja. Diapun telah menghantam kepada salah seorang yang berpakaian tidak karuan, seketika tubuh orang itu terpental dan bergulingan ditanah sambil menjerit
kesakitan, sedangkan Kwang Tan sendiri melompat kesamping Suma Lin Liang, katanya:
"Suma Koko, mari kita hajar mereka, kita periksa mereka, buat memaksa mereka memberikan keterangan!" Suma Lin Liang mengiyakan.
Waktu itu lawan-lawan mereka telah melompat lagi buat menerjang kepada Kwang Tan dan Suma Lin Liang dengan geram, namun Kwang Tan dan Suma Lin Liang berhasil menghajar mereka terguling-guling jatuh bangun.
Setelah beberapa kali mereka jatuh bangun, diwaktu itulah tampak orang tua berjenggot tersebut telah memutar tubuhnya, dia segera berseru: "Lari...,. cepat tinggalkan tempat ini!"
Disaat itu, orang-orang yang semula hendak menerjang lagi dengan nekad, mendengar seruan orang tua itu, jadi
membatalkan maksud mereka, dan segera telah memutar tubuh ikut melarikan diri, buat meninggalkan tempat tersebut sedangkan Suma Lin Liang tidak mau membiarkan mereka pergi begitu saja.
Segera ia menjejakkan kakinya, tangan kanannya meraih serangkum salju, diremas dan di kepalnya menjadi bolabola, kemudian dia telah menimpuknya yang mengenai dengan tepat sekali pada punggung salah seorang lawannya, yang seketika terjungkel dalam keadaan tertotok.
Sebenarnya kawan-kawannya hendak menolonginya,
mereka ada yang telah menghentikan langkah kaki mereka, tetapi ketika melihat Suma Lin Liang dan Kwang Tan tengah mengejar, mereka jadi batal berhenti dan berlari terus.
Waktu Suma Lin Liang dan Kwang Tan tiba didekat orang yang rubuh itu, maka mereka melihatnya, itulah salah seorang dari kedua orang yang berpakaian tidak karuan itu. Segera juga Suma Lin Liang telah membebaskan totokan pada diri orang itu, segera bentaknya: "Siapa kau" Mengapa kalian hendak menangkap kami?"
"Kami. Ai kami....!" tetapi orang itu tidak meneruskan perkataannya. "Katakan, apa maksud kalian ingin menangkap kami berdua" Dan juga siapa kalian sebenarnya"!" bentak Suma Lin Liang lagi.
"Ini... aku...!" orang itu tidak meneruskan lagi perkataannya, dia mengawasi Suma Lin Liang dan Kwang Tan dengan mata yang terpentang lebar-lebar.
"Katakan, atau memang jika perlu kami akan memeriksa kau dengan cara menyiksa!" mengancam Suma Lin Liang dengan sikap yang tidak sabar.
Orang itu memang menyadari, jika tokh Kwang Tan berdua tidak diberikan keterangan seperti yang mereka kehendaki tokh mereka itu pasti menyiksanya, untuk mengorek keterangan dari mulutnya.
Karena itu, setelah berdiam diri sejenak, segera orang itu berkata: "Sebenarnya kami bermaksud hendak merampok kalian berdua !"
"Hemm, aku tidak percaya!" kata Kwang Tan ketika mendengar perkataan dari orang tersebut, Dia telah percaya bahwa orang ini tentu kaki tangan dari Cu Goan Ciang,
bukankah mereka itu datang dengan membawa dua orang tentara kerajaan"
Kwang Tan telah menghampiri, katanya: "Baiklah, jika memang demikian, kami akan menyiksamu, aku tidak percaya bahwa kau tidak mau bicara!"
Diwaktu itu, terlihat Suma Lin Liang pun memperlihatkan sikap seperti sudah tidak sabar dan hendak menyiksa orang tersebut.
Orang itu jadi ketakutan waktu tangannya dicekal oleh Suma Lin Liang, dia jadi berseru 2: "Ampun,... jangan menyiksa aku... jangan menyiksa aku !"
"Jika engkau tidak mau bicara, maka kau akan kami siksa.... jika memang engkau mau bicara dengan sejujurnya, kami tidak akan menyiksa dirimu....!" kata Suma Lin Liang.
"Aku.... aku akan bicara !" kata orang tersebut ketakutan. "Nah, bicaralah !" desak Suma Liu Liang "Atau jika kesabaran kami telah habis, engkau akan disiksa dan akhirnya tokh kau akan bicara juga."
Orang itu ketakutan, dia menghela napas, Dan katanya: "Didalam hal ini ... aku.... aku sesungguhnya hanya menerima upah untuk mengawasi orang2 yang datang kekampung ini.... maksudku orang2 yang bukan penduduk ini, jika memang ada yang mencurigakan maka aku harus melaporkan dengan segera kepada... kepada...." orang itu berhenti tidak meneruskan perkataannya.
"Melaporkan kepada siapa?" desak Suma Lin Liang. "Melaporkan kepada... kepada Cin Taijin !" menyahuti orang itu terpaksa. "Aku tidak percaya dengan keteranganmu karena engkau
tentu bicara berdusta! Aku akan menyiksa agar kau mau bicara dari hal yang sesungguhnya!" mengancam Suma Lin Liang.
"Aku.... aku telah bicara dari hal yang sebenarnya, Cin Taijin telah membayarku untuk mengamati semua orang yang keluar masuk perkampungan ini... tentara yang baru
saja tadi melarikan diri itu, merupakan anak buah Cin Taijin, Aku bicara dari hal yang sebenarnya. Tidak perlu kalian menyiksaku aku akan membawa kalian menemui Cin Taijin!"
Suma Lin Liang melepaskan cekalannya, dia tidak mengancam lebih jauh.
Sekarang dia yakin bahwa orang tersebut memang tidak berdusta. Karena itu, dia telah bilang kepada Kwang Tan: "Apakah kita mesti pergi mencari Cin Taijin, pembesar bebodoran itu"!"
Kwang Tan menggeleng. "Mengapa kita harus mengurusi orang seperti itu dan Cin Taijin itu " Bukankah lebih baik kita meneruskan perjalanan kita, agar kita bisa tiba di tempat tujuan lebih cepat lagi?" Mendengar perkataan Kwang Tan, Suma Lin Liang mengangguk.
"Ya, ya, mengapa kita harus melayani dia! Sudahlah, mari kita melanjutkan perjalanan kita!" kata Suma Lin Liang yang kemudian mulai berlari2 meninggalkan tempat itu. Kwang Tan juga mengikutinya, berlari meninggalkan tempat tersebut.
Orang itu setelah dilepaskan dari cekalan Suma Lin Liang, segera melompat bangun dan melarikan diri sekuat tenaganya.
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
0oo0dw0oo0 Jilid15 SUMA LIN LIANG dan Kwang Tan melanjutkan perjalanan mereka, hanya saja menjadi tanda tanya dihati mereka, apa maksud orang2 itu ingin menangkap mereka.
Namun akhirnya mereka tidak mau memikirkan lebih jauh, karena mereka lebih senang menikmati pemandangan yang indah disekitar tempat itu.
Bu Tong Pay merupakan sebuah pintu perguruan yang sangat besar, disamping Siauw Lim Sie. Kehebatan Bu Tong Pay telah diakui oleh orang2 rimba persilatan.
Sejak Thio Sam Hong secara resmi menyerahkan tampuk pimpinan Bu Tong Pay itu, sebagai ciangbunjin terpilih resmi Jie Lian Cu.
Hanya saja Jie Lian Cu justeru masih ragu-ragu apakah ia akan sanggup untuk memimpin Bu Tong Pay kepuncak kehebatan seperti yang telah dilakukan oleh guru besar Thio Sam Hong, Justeru Jie Lian Cu kuatir, kalau-kalau ditangannya Bu Tong Pay akan merosot dan mengalami kemunduran.
Memang diakui juga oleh Jie Lian Cu bahwa kepandaiannya walaupun tinggi. tetapi belum bisa menembus puncak kesempurnaan seperti yang telah dicapai oleh Thio Sam Hong.
Hal inilah yang membuat Jie Lian Cu seringkali merasa masgul dan sedih, karena memang ia tidak yakin bahwa ia akan sanggup meneruskan keangkeran Bu Tong Pay ditangannya.
Seringkali Jie Lian Cu termenung memikirkan tanggung
jawab yang begitu berat dan besar berada dipundaknya, Dan ia pun seringkali berpikir untuk mengundurkan diri saja, agar suhunya dapat memilih murid lain yang sekiranya lebih cocok.
Tetapi siapa "
Sedangkan sekarang yang benar2 menjadi Thio Sam Hong adalah Jie Lian Cu, benar Jie Lian Cu seringkali mengungkapkan dihadapan gurunya itu, bahwa ia ragu akan dapat memimpin Bu Tong Pay tetap dengan kejayaannya karena mengingat kepandaian yang dimilikinya belum begitu sempurna, dan dikuatirkan malah kelak ditangannya Bu Tong Pay akan mengalami kemunduran.
Akan tetapi Thio Sam Hong selalu menekankan, bahwa seorang Ciang Bunjin bukan berdasarkan dari kepandaiannya yang sempurna, dan bukan dengan mengandalkan ilmu silatnya saja, Memang Thio Sam Hong
mengungkapkan bahwa ia
sangat yakin ilmu silat dibutuhkan sekali buat membangun sebuah pintu perguruan silat yang dapat mengembangkan pengaruhnya didalam rimba persilatan sebagai pintu perguruan yang besar, Namun, itu bukan berarti mutlak kepandaian ilmu silat saja yang memegang peranan,
Sebagai seorang ciangbunjin dibutuhkan sikap bijaksana, jujur dan lurus, Dengan demikian, ditambah lagi dengan kepandaian yang tinggi, maka ciangbunjin itu dapat memimpin partai persilatannya dengan baik.
Waktu itu, Thio Sam Hong pun telah memberitahukan kepada Jie Lian Cu, jika saja Jie Lian Cu mau berlatih terus dengan tekun, ilmu silatnya tentu akan mengalami kemajuan yang pesat sekali.
Dan kata2 maupun wejangan dari guru besar itu telah menghibur juga hati Jie Lian Cu, membangunkan semangat
dan kepercayaan bahwa ia akan berusaha sekuat tenaga mempertahankan kebesaran Bu Tong Pay.
Pernah juga dihadapan Thio Sam Hong. Jie Lian Cu membicarakan masalah diri Bu Kie.
Menurut Jie Lian Cu, jika Bu Kie yang memimpin Bu Tong Pay. tentu pintu perguruan mereka akan mengalami kemajuan yang lebih pesat.
"Tidak !" kata Thio Sam Hong waktu itu.
"Tidak mungkin Bu Kie dapat memimpin dengan baik! ia memang memiliki kepandaian yang tinggi sekali, mungkin juga atas bakatnya yang luar biasa, sekarang ilmu silatnya berada diatas kepandaianmu, Lian Cu! Namun, Bu Kie tidak mungkin dapat memimpin Bu Tong Pay dengan baik. membawa Bu Tong Pay ketingkat yang besar dan dihormat oleh seluruh orang2 rimba persilatan !"
Mendengar perkataan Thio Sam Hong seperti itu, Jie Lian Cu terkejut, Karena dia memang mengetahui benar bahwa Thio Sam Hong sangat sayang pada Bu Kie.
"Kenapa suhu ?" tanya Jie Lian Cu didesak oleh perasaan ingin tahunya.
Thio Sam Hong menghela napas dalam2, kemudian baru menjelaskan. "Sesungguhnya, seperti engkau telah melihatnya, Bu Kie memang memiliki kepandaian yang tinggi, Akupun
memang menghendaki Kiejie dapat melatih diri dengan lebih baik lagi, guna mencapai tingkat kesempurnaan! Tetapi tahukah engkau mengapa aku selalu mengatakan dia tidak mungkin dapat memimpin Bu Tong Pay kita dengan baik?"
Jie Lian Cu menggeleng, Sesungguhnya, Bu Kie telah memimpin Bengkauw, yang beranggota besar dan banyak sekali. dengan demikian, ia pemimpin besar, malah juga sudah merupakan seorang
ikut berpolitik dalam hal penentuan kerajaan pada waktu2 yang telah lewat.
Dan kini Cu Goan Ciang telah berhasil duduk diatas takhta, dengan begitu timbul permusuhan diantara Bu Kie dengan Cu Goan Ciang, Hal ini tidak baik jika Bu Kie memimpin Bu Tong Pay, karena Cu Goan Ciang tidak akan memberikan kesempatan kepada Kie-jie hidup tenang dengan selalu diganggu oleh Cu Goan Ciang maka Bu Kie
tidak mungkin dapat memimpin Bu Tong Pay dengan baik! itulah yang kumaksudkan!"
"Jika demikian, mengenai Kie-jie !" lalu bagaimana pendapat Suhu tanya Jie Lian Cu menghendaki
ketegasan dari gurunya.
"Sebenarnya, seperti kau ketahui, aku sangat sayang sekali kepada Kie-jie, namun aku harus dapat melihat dari segi lain, Pertama, Kie jie bukan murid resmi Bu Tong Pay. Kedua, seorang ciangbunjin sebuah pintu perguruan silat
sudah harus mencurahkan seluruh jiwa, hati dan perasaannya buat pintu perguruan silat yang dipimpinnya, karena itu, Bu Kie tidak mungkin bisa melakukannya, ia telah memberikan hati dan perasaannya buat Bengkauw, jika sekarang ia memimpin Bu Tong Pay, akan kacau dan juga ia tidak mungkin dapat membagi diri dalam hal kedudukannya itu!
Maka Lian Cu, jika saja engkau bertekad untuk menjadi ciangbunjin yang baik dan berhasil, di samping engkau tekun melatih diri terus, dimana kelak niscaya engkau akan memperoleh kemajuan yang pesat, engkau harus bertindak dan berbuat sebijaksana mungkin..."
Dan mengingat akan nasehat-nasehat yang diberikan gurunya, Jie Lian Cu menghela napas lagi beberapa kali, dia duduk termenung di ruangan kamarnya. ia benar-benar tidak habis pikir, bahwa ia yang akhirnya harus menerima tanggung jawab yang demikian besar.
Belakangan ini yang membuat Jie Lian Cu seringkali merasa berduka, justeru memang ia melihat Thio Sam Hong sudah dekat pada usia akhirnya.
Sebagai seorang yang memiliki tingkat kepandaian dan lwekang sempurna seperti Thio Sam Hong, ia akan mengetahui kapan tibanya usia akhirnya.
Karena dari itu, waktu ditahan dan dikurung oleh orang2 Pulau Es, Thio Sam Hong yang sebenarnya masih memiliki banyak urusan dengan Kauwcu pulau Es itu yang hendak dinasehatinya, dia sudah tidak mau membuang2 waktu dan kembali kedaratan Tionggoan, karena ia menghendaki
dalam detik2 menutup mata, ia ingin berada didalam kuil yang pernah dibangunnya dengan susah payah itu, ia hendak menutup mata dikuil Bu Tong Pay, karena memang Thio Sam Hong hendak melewati detik2 terakhir disekeliling murid dan cucu muridnya.
Itulah sebabnya mengapa Thio Sam Hong sudah tidak memperdulikan urusan Tong Pay.
Hanya, Jie Lian Cu dekat juga akhir dari usia gurunya, kedukaan itu semakin hebat. Demikian juga dengan murid2 Bu Tong Pay lainnya, namun mereka tidak berdaya, mereka cuma mengetahui guru mereka tidak lama lagi meninggalkan mereka, setelah itu akan berangkat meninggalkan mereka buat selama2nya. Dan selanjutnya mereka tidak mungkin dapat berkumpul dengan guru besar itu.
Jie Lian Cu melihatnya juga, bahwa Thio Sam Hong masih memiliki beberapa urusan yang sangat penting. Dan Jie Lian Cu pernah menanyakan kepada Thio Sam Hong, jika saja gurunya itu memang masih memiliki persoalan lain yang mengganjal hatinya, dimana dia belum keburu
lainnya, ia telah kembali ke Bu
yang merasakan kian lama kian
menyelesaikannya, agar mengemukakan kepada Jie Lian Cu, murid ini bersumpah, bagaimanapun juga kelak tentu ia akan mengusahakannya agar dapat untuk melaksanakan perintah terakhir gurunya.
Thio Sam Hong tersenyum pada waktu itu, dia hanya bilang: "Jika memang engkau telah berhasil memimpin Bu Tong Pay tetap sebagai pintu perguruan yang murni dan lurus, maka itu telah membuat aku senang dan puas.
Juga, terlebih pula kalau engkau dapat mengurus perdamaian didalam persilatan di mana engkau dapat
mengurus perkembangan didalam rimba persilatan, untuk menertibkan orang2 pulau Es, Pulau Neraka, atau juga Lembah Mega Biru, itu lebih baik lagi...!"
Jie Lian Cu berjanji, bahwa ia akan berusaha untuk
menjaga selamanya nama baik pintu perguruan mereka, Juga ia akan segera mengurus mengenai kemelut didalam rimba persilatan, terutama sekali terhadap orang-orang Pulau Es, Pulau Neraka atau juga Lembah Mega Biru.
Waktu itu, Jie Lian Cu pun mengungkapkan kepada gurunya, ia bermaksud mengajak Bu Kie untuk bekerja
sama, karena Bu Kie memiliki kepandaian yang sangat tinggi, dan masih memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Bu Tong Pay, karena itu Bu Kie bisa diandalkan.
Thio Sam Hong hanya mengangkat bahu sambil tersenyum, katanya: "Itu dapat kau atur sebaik-baiknya,
ingat, sekarang aku bukan ciangbunjin Bu Tong Pay lagi, aku tidak dapat mengeluarkan perintah pula.
Engkau yang sebagai ciangbunjin resmi Bu Tong Pay, harus memikirkan dan berusaha agar dapat mengatur semua persoalan tersebut sebaik mungkin !"
Dan kata2 itu sebagai penutup, karena selanjutnya Thio Sam Hong selalu menolak jika muridnya hendak membicarakan sesuatu, karena Thio Sam Hong telah menutup diri di kamar semedhinya.
Rupanya Thio Sam Hong ingin melewati sisa hidupnya itu didalam kamar semedhinya agar sampai kelak pada detik2 terakhir hidupnya itu.
Pagi itu, seperti biasa, setelah memeriksa keadaan Bu Tong, dimana Jie Lian Cu mengelilingi sekitar gunung dengan berjalan per-lahan2 Bu Tong San, ia kembali
kekamar semedhinya.
Sekarang memang dia telah resmi sebagai ciangbunjin Bu Tong Pay, Karena itu, ia harus berusaha menjaga seluruh ketertiban digunung Bu Tong San. Untuk pekerjaan itu, tidak pernah Jie Lian Cu memerintahkan orang lain buat memeriksa keadaan gunung Bu Tong.
Terutama sekali kuil dan keadaan biara tersebut bagianbagian yang telah rusak, segera diperbaikinya, agar Bu Tong Pay merupakan sebuah pintu perguruan yang selalu dengan kebesarannya.
Pagi itu, Jie Lian Cu sebaliknya dikamar semedhi nya, telah membaca Liamkeng. Dia membaca Liamkeng perlahan2, karena jika memungkinkan iapun memutuskan untuk mengambil jalan terang menjadi seorang tojin.
Kemungkinan untuk menjadi imam itulah membuat Jie Lian Cu memikirkannya sampai setengah bulan lebih, ia belum lagi memperoleh keputusan yang pasti.
Sedangkan murid2 Bu Tong Pay lainnya, semuanya telah mengharapkan sekali, bahwa Ciangbunjin mereka yang baru ini akan dapat mengikuti jejak Sucouw mereka, yaitu Jie Lian Cu menjadi imam.
Bukankah jika ciangbunjin Bu Tong Pay yang baru ini masuk kepintu terang dan menjadi tojin, maka hal itu banyak menolong perasaan hati dari murid2 Bu Tong Pay, walaupun tidak lama lagi kakek guru mereka mangkat.
Dengan Jie Lian Cu menjadi imam, tentu ia akan dapat memancarkan kembali sinar terang Thio Sam Hong sebagai seorang tojin.
Namun justeru Jie Lian Cu sendiri berat sekali terjun sebagai imam, dimana ia harus mulai memasuki pintu terang, ia berat bukan merasa seperti terikat atau setiap gerak dan sikapnya terbatas jika ia telah menjadi imam.
Justeru yang membuat Jie Lian Cu bimbang, kalau2 ia tidak sanggup hidup dengan caranya yang baru itu, yaitu sebagai tojin. Karena Jie Lian Cu merupakan murid Bu Tong Pay yang sangat patuh sekali pada nasehat2 yang selalu dikemukakan oleh Thio Sam Hong mementingkan
kejujuran dan kelurusan hati, dengan demikian Jie Lian Cu tidak berani untuk segera menyanggupi permintaan saudara seperguruannya agar ia masuk kejalan terang menjadi imam.
Jie Lian Cu justeru merasa bahwa ia belum lagi sanggup untuk memikul tanggung jawab sebesar itu, sebagai seorang Ciangbunjin, juga harus menjadi imam. Karenanya, lama sekali Jie Lian Cu tidak bisa memberikan keputusan.
Sedang Jie Lian Cu termenung seperti itu, justeru dari luar mendatangi seorang totong pendeta kecil, yang melaporkan kepadanya bahwa diluar ada dua orang tamu yang ingin menemuinya!
"Siapa mereka?" tanya Jie Lian Cu kepada totong itu, karena ia hendak menduga bahwa kedua tamu itu paling tidak berkunjung ke Bu Tong Pay untuk memohon agar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka diijinkan bersembahyang didalam kuil Bu Tong Pay ini, seperti yang selalu terjadi sebelumnya. "Menurut keterangan mereka, kedua orang itu urusan dari Thio Bu Kie Kongcu, Kauw-cu Bengkauw!" menjelaskan Totong itu.
Bagaikan disengat kala, Jie Lian Cu melompat dari duduk bersemedhinya, bergegas ke luar menyambut kedua tamunya itu.
Ternyata kedua tamu Jie Lian Cu tidak lain dari Suma Lin Liang dan Kwang Tan.
Waktu itu Kwang Tan tengah mengawasi keindahan bangunan kuil itu, Suma Lin Liang pun tengah menjelaskan beberapa arca yang terdapat diruangan itu.
Waktu itulah Jie Lian Cu telah muncul. Segera Suma Lin Liang dan Kwang Tan memberi hormat kepadanya, sambil menjelaskan bahwa mereka dalang atas perintah Thio Bu Kie yang menginginkan berita mengenai Taysuhunya Thio Sam Hong.
"Suhu dalam keadaan baik2 saja, mari masuk... mari masuk dulu!" kata Jie Lian Cu mempersilahkan kedua tamunya itu.
Dua orang totong segera juga mempersiapkan minuman buat kedua tamu ciangbunjin itu. Mereka lelah mengeluarkan beberapa macam makanan kering yang terbuat dari terigu, karena dikuil tersebut tidak ada barang makanan berjiwa.
Suma Lin Liang menjelaskan terperinci mengenai maksud kedatangannya
menceritakan mengenai
atas perintah Bu Kie, juga ia
perkembangan didalam rimba persilatan, seperti apa yang mereka lihat selama dalam perjalanan.
Jie Lian Cu akhirnya menghela napas "Memang Bu Kie tampaknya menghadapi kesulitan tidak kecil. Apa yang dikatakan oleh suhu memang tidak meleset, karena Bu Kie akan selalu diganggu oleh Cu Goan Ciang yang pasti akan mengerahkan seluruh pahlawan2-nya yang pilihan dan gagah2 memiliki kepandaian yang tinggi! Sedangkan, yang
sangat mengherankan sekali bagi mereka, adalah orang2 Persia, yang seperti juga menerjunkan dirinya, dalam kancah kemelut yang terjadi di dalam pergolakan ini.
Suma Lin Liang tersenyum, dia bilang: "sebenarnya hal itu tidak perlu dibuat heran lagi, Jie Hongthio... memang
dalam hal ini terkandung maksud buruk dari Cu Goan Ciang yang berusaha membujuk orang2 Persia itu, agar memusuhi Bengkauw Tionggoan maksud Cu Goan Ciang ingin mengadu domba antara orang2 Bengkau Persia dengan orang2 Bengkauw Tionggoan.
Karena dari itu, jika dalam hal ini orang2 Persia itu dapat dipengaruhi oleh Cu Goan Ciang, kami memang memperoleh kesulitan tidak kecil. Tapi, Thio Kauwcu telah menjelaskan kepada kami, berapa jauh apa yang dilakukan oleh orang2 Bengkauw Persia itu, akan dapat dihadapi oleh kami sebaik-baiknya."
"Jika demikian. tentunya dalam hal ini membuat kalian pun terlibat dalam kemelut itu"!" kata Jie Lian Cu. "Ya, ini memang harus kami terima dengan tangan terbuka, demi keadilan, kami harus memperjuangkan
segalanya, karena Cu Goan Ciang bukan seorang Kaisar yang baik dan terpuji !" menyahuti Suma Lin Liang.
Jie Lian Cu menghela napas dalam2, lalu katanya: "Hanya saja, yang perlu diingatkan justeru kemelut ini tidak boleh menyebabkan sampai orang2 lain, yang hanya sekedar terlibat dalam pergolakan itu menjadi korban....!"
"Ya " menyahuti Suma Lin Liang, sedangkan Kwang Tao selama itu hanya mengawasi keadaan disekitar ruangan, ia merasa kagum sekali akan keadaan dikuil Bu Tong Pay tersebut, karena dilihatnya bahwa Bu Tong Pay benar2 merupakan kuil yang sangat megah, sesuai dengan kebesaran namanya didalam rimba persilatan.
Disaat Suma Lin liang tengah bercakap2 dengan Jie Lian Cu. Kwang Tan sering mencuri pandang kepada ciangbunjin Bu Tong Pay yang baru ini, dilihatnya Jie Lian Cu seorang yang memberikan kesan baik. ia seorang pemimpin yang baik tentunya, karena selalu dia mengingat
akan kepentingan orang banyak, bahkan dari sikapnya jelas Jie Lian Cu selalu berdiri tegak diatas keadilan, seperti apa yang pernah dilakukan oleh Thio Sam Hong.
Dalam percakapan itu Jie Lian Cu pun telah menanyakan kepada Suma Lin Liang soal perkembangan dalam rimba persilatan, terutama sekali mengenai orang2 Pulau Neraka, Pulau Es dan Lembah Mega Biru.
Tampaknya memang mereka itu dapat menemui titik percakapan yang cocok satu dengan yang lainnya, Suma
Lin Liang dapat bercerita
banyak mengenai apa yang diketahuinya selama dalam perjalanan Dan Jie Lian Cu juga telah banyak bertanya mengenai keadaan Bu Kie dan lainnya, setelah itu, Jie Lian Cu menyatakan bahwa prihal kedatangan Suma Lin Liang akan dilaporkan kepada Thio Sam Hong, karena tentu saja suhunya itu ingin sekali mendengar perihal keadaan Bu Kie.
Senang Suma Lin Liang dan Kwang Tan mendengar mereka akan dipertemukan dengan Thio Sam Hong, guru besar dari Bu Tong Pay itu.
Jie Lian Cu menjanjikan pada mereka, malam ini ia akan mengusahakan untuk mempertemukan Suma Lin Liang dan Kwang Tan dengan Thio Sam Hong, agar mereka dapat bercakap2 lebih jauh dan Thio Sam Hong bersedia buat menerima kehadiran mereka, agar mereka dapat menghadap kepada guru besar itu yang tengah menantikan titik2 terakhir2 dan masa hidupnya.
Begitulah, Jie Lian Cu perintahkan seorang totong buat mengantar kedua tamu ini ke kamar tamu, karena Jie Lian Cu menyatakan tentunya Suma Lin Liang dan Kwang Tan sangat lelah sekali, mereka tentu bermaksud untuk beristirahat.
Waktu tengah rebah dipembaringan, Kwang Tan tidak hentinya memuji akan kebesaran Bu Tong Pay. Suma Lin Liangpun tidak kurang kagumnya atas kebesaran Bu Tong Pay.
Sedangkan Kwang Tan pun banyak bertanya kepada Suma Lin Lian, mengenai riwayat guru besar Thio Sam Hong, cakal bakal Bu Tong Pay itu.
Memang Suma Lin Liang telah cukup banyak mendengar dari Bu Kie dan tokoh2 Bengkauw lainnya maupun dari gurunya, mengenai kehebatan guru besar itu, juga ia menceritakan bagaimana dulu Thio Sam Hong
berjuang sekuat tenaganya menyelamatkan jiwa Bu Kie waktu Thio Kauwcu itu masih berusia kecil sekali, bahkan Thio Sam Hong rela diperhina oleh Siauw Lim Sie demi keselamatan Bu Kie, padahal, jika memang ingin dibilang kedudukan Thio Sam Hong saat itu telah sejajar dengan tingkat kedudukan ciangbunjin Siauw Lim Sie.
Bukan main kagumnya Kwang Tan mendengar perjuangan guru besar itu, sehingga ia mendengarkan terpaku saja. Dan rasanya anak ini jadi tidak sabar ingin sekali cepat2 bertemu dengan guru besar itu.
Waktu itu Suma Lin Liang menceritakan juga bahwa Bu Tong Cit-hiap pun termasuk tujuh pendekar Bu Tong yang paling menonjol sekali dimasa lalu, dimana sepak terjang dari ketujuh pendekar itu sangat dikagumi seluruh lapisan orang2 rimba persilatan.
Terutama sekali juga, memang Bu Tong Cit hiap selalu bernadakan demi keadilan, bahkan mereka tidak akan memperdulikan keselamatan jiwa mereka, demi membela kebenaran dan keadilan.
Kwang Tan sampai menggumam perlahan waktu mendengar kegagahan
Bu Tong Cit-hiap dimasa lalu, dimana telah bergolak dengan kemelut orang2 tangguh dari berbagai kalangan, terutama sekali jaman In So So dengan Thio Ciu San.
"Hebat, sungguh hebat, seperti dalam dongeng saja !" "Ya, jika memang kita memahaminya, serta tidak akan habis mengerti, bahwa Thio Cinjin, cakal bakal Bu Tong Pay ini, semula ia sebagai seorang anak yang tidak mengerti apa2 di Siauw Lim Sie, dimana ia hanya merupakan orang yang dipandang tidak akan memperoleh kemajuan yang berarti dimasa depannya.
Siapa tahu justeru ia telah berhasil menciptakan ilmu silat dengan caranya sendiri, yang akhirnya diakui oleh seluruh orang rimba persilatan sebagai ilmu silat yang tangguh sekali.
Dan dia telah berhak sebagai mendirikan aliran sendiri, sehingga ia Ciangbunjin pertama, sebagai cikal
bakalnya, dan mengembangkan pintu perguruannya, seperti sekarang kau lihat, hasilnya memang luar biasa.
Thio Cinjin sudah merupakan Guru Besar yang mungkin sudah tidak ada tandingannya lagi. Bahkan menurut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keterangan beberapa orang yang mengetahui hal ini, termasuk Thio Kauwcu, bahwa kepandaian Thio Cinjin mungkin berada diatas kelihayan Hongthio Siauw Lim Sie !"
Apa yang diceritakan Suma Lin Liang, membuat Kwang Tan bertambah kagum saja terhadap Thio Sam Hong, ia sangat menghormati sekali.
Waktu itu Thio Sam Hong pun telah diberitahukan oleh Jie Lian Cu mengenai kedatangan utusan kedua orang yang kini tengah berada dikamar tamu, yang dikirim oleh Bu Kie untuk mencari berita mengenai guru besar itu.
Karenanya, Thio Sam Hong segera ber siap2 hendak menerima kedua utusan itu, karena Thio Sam Hong juga sangat ingin sekali mengetahui bagaimana keadaan Bu Kie akhir-akhir ini.
Malam itu, Thio Sam Hong perintahkan seorang tolong memanggil Jie menghadap.
"Panggillah Lian Cu, dan segera juga Jiu Lian Cu
kedua orang itu menghadap, aku akan menerimanya...!" kata Thio Sam Hong.
Mendengar perintah gurunya itu, Jie Lian Cu segera mengiyakan buat melaksanakan perintah, diapun segera pergi kekamar tamu, buat memberitahukan kepada Suma Lin Liang dan Kwang Tan bahwa mereka tengah dinantinantikan oleh Thio Sam Hong.
Suma Lin Liang dan Kwang Tan cepat2 bersiap mereka tidak berayal lagi segera mengikuti Jie Lian Cu buat menghadap Thio Sam Hong.
Waktu berhadapan dengan guru besar itu, Kwang Tan dan Suma Lin Liang telah menekuk lutut mereka, berlutut memberi hormat. Mereka menyatakan sangat gembira bisa diterima oleh Thio Sam Hong.
Memang jarang sekali orang yang berkunjung ke Bu Tong Pay dapat diterima oleh Thio Sam Hong, dan sekarang dengan diterimanya mereka oleh Thio Sam Hong, Suma Lin Liang maupun Kwang Tan beranggapan inilah
suatu penghormatan yang sangat besar buat mereka.
Tatkala itu, Jie Lian Cu telah memperkenalkan kedua tamu itu, ia menyebutkan nama Suma Lin Liang dan Kwang Tan.
Hanya saja, sejak kedua orang itu menghadap, Thio Sam Hong tidak hentinya memperhatikan keadaan mengawasi Kwang Tan, dia
anak itu, seperti juga terdapat sesuatu yang aneh pada diri Kwang Tan, dia seperti takjub dan telah menghela napas berulang kali, barulah kemudian memerintahkan kedua tamu itu untuk berdiri agar tidak
menjalankan penghormatan lebih jauh.
Jie Lian Cu pun telah mengambil tempat duduk didekat Suma Lin Liang dan Kwang Tan duduk sambil memperhatikan juga keadaan guru besar itu.
Dilihatnya Thio Sam Hong walaupun telah berusia telah sangat lanjut, namun sikapnya gagah dan angker sekali, Matanya tampak bersinar sangat tajam. Disamping itu, rambutnya yang telah memutih, bagaikan perak, tampak kemilau. Dengan jenggotnya yang panjang, tampak terjuntai sampai kedada, Tenang dan sabar sekali sikap dari guru besar tersebut.
Diam2 Kwang Tan merasa penghormatan yang lebih besar lagi dihatinya.
Thio Sam Hong setelah menghela napas lagi beberapa kali, barulah bertanya: "Bagaimana keadaan Bu Kie "!" "Thio Kauwcu dalam keadaan sehat2 saja. Locianpwe !" menjawab Suma Lin Liang, "Sesungguhnya, Thio Kauwcu ingin sekali berkunjung sendiri kemari, akan tetapi ada suara urusan yang membuat Thio Kauwcu tidak bisa meninggalkan Himalaya, harap Locianpwee mau memaafkannya... dan Thio Kauwcu telah perintahkan kami agar menanyakan kesehatan Locianpwe..!"
Thio Sam Hong mengangguk-angguk beberapa kali, kemudian katanya dengan sabar: "Ya, akupun memang dalam keadaan sehat, Lo to sebenarnya ingin sekali bertemu
untuk satu kali saja dengan Kiejie, buat
sesuatu, Tetapi memang manusia tidak
membicarakan dapat tercapai
seluruh keinginannya, dan juga tentu ada saja halangannya, seperti sekarang, Loto memiliki waktu yang tidak banyak lagi, dan Kiejie pun tidak dapat kujumpai! Namun dengan adanya kalian yang telah berkunjung kemari, maka dapat Loto berpesan saja kepada kalian, agar menyampaikan
pesan Loto kepada Thio Kauwcu kalian itu !"
Suma Lin Liang dan Kwang Tan segera mengiyakan, bahwa mereka akan menyampaikan pesan dari Thio Sam Hong kepada Kauwcu mereka.
Diwaktu itu, tampak Kwang Tan pun telah berkata kepada Thio Sam Hong: "Sesungguhnya, jika dalam urusan ini mau Boanpwee sebutkan merupakan suatu keberuntungan maka keberuntungan yang sangat membahagiakan sekali! Dan maukah Locianpwee memberikan sedikit keterangan kepada Boanpwee "!"
"Keterangan apa"!" tanya Thio Sam Hong
"Yaitu mengenai keadaan Kauwcu, yang menurut keterangan yang dikatakan Thio Kauw cu beberapa waktu yang lalu, Kaisar Cu Goan Ciang memusuhinya, dan menempatkan orang orangnya dikaki gunung Himalaya, orang2 dari Persia, yang telah kena dipengaruhi Cu Goan Ciang, mereka bekerja untuk Cu Goan Ciang, sesungguhnya dalam persoalan ini, jika memang Thio Kauwcu menghimpun orang pula, untuk mengadakan perlawanan yang gigih, apakah itu merupakan suatu perbuatan yang melanggar dari kepantasan"!"
Thio Sim Hong tertegun sejenak mendengar pertanyaan Kwang Tan seperti itu, dia telah memandang Kwang Tan beberapa saat, kemudian katanya: "Dalam persoalan ini sebenarnya Loto sudah tidak mau mencampuri. tetapi jika memang dapat Thio Kauwcu itu harus mengambil sikap yang bijaksana dimana ia harus mengambil sikap yang
bijaksana, dimana ia harus dapat membatasi diri agar tidak sampai jatuh korban yang terlebih banyak!"
"Namun orang2 Persia itu, yang berkepandaian yang sangat tinggi, telah beberapa kali menyatroni kami dipuncak
Himalaya, dengan begitu, kami terpaksa menghadapinya, jika saja terjatuh korban, maka hal itu tentu tidak dapat dipersalahkan kepada Thio Kauwcu, Bukankah Thio Kauwcu telah mengalah terlalu banyak dimana dia telah menyingkir sampai kepuncak Himalaya, namun nyatanya,
pihak Cu Goan Ciang sama sekali tidak juga mau mengerti akan keadaan seperti itu....!"
Thio Sam Hong tidak segera memberi tanggapan, ia menghela napas pelan2, kemudian baru katanya: "Dalam urusan ini sesungguhnya Loto tidak mau mencampurinya, karena urusan ini adalah disebabkan resiko dari perjuangan,
dan memang demikianlah dalam suatu perjuangan, sekali saja orang telah menerjunkan diri dalam sebuah perjuangan, tidak perduli perjuangan apapun juga, ia akan
Sarang Perjudian 3 Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong Pendekar Naga Mas 7
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama