Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen Bagian 16
"Maksud Ayah permainan bagaimana?"
"Aku tahu Mi Yun punya tunangan bernama Kong-sun Po, namun mereka berdua belum pernah bertemu. Sekarang Paman Kiong menghendaki Mi Yun mencari orang itu."
Kata ayah nona Wan. Padahal Kiong Mi Yun kabur secara diam-diam, bukan disuruh ayahnya mencari Kong-sun Po. Tapi ayah nona Wan mengira ayah nona Kiong yang menyuruh puterinya ke Tionggoan.
Kata-kata Wan Ceng Liong ini membuat Wan Say Eng tercengang.
"Kak Mi Yun sudah punya tunangan, bukankah itu baik.
Apa hubungannya dengan kita?"
1095 Beng-sia-to-cu Wan Ceng Liong menjelaskan.
"Aku ingin kau berlomba dengan Mi Yun dengan diamdiam," kata Wan Ceng Liong.
"Berlomba bagaimana?"
"Apa kau masih ingat dulu aku pernah bilang, jika kau sudah mnguasai kepandaianku, kau boleh pergi ke Tionggoan. Dengan demikian matamu akan terbuka. Maka sekarang kau boleh pergi. Aku harap kau bisa bertemu dengan Kong-sun Po dan mengajaknya pulang menemuiku.
Dengan demikian Kiong Mi Yun gagal melaksanakan tugasnya, dan kau yang berhasil. Bukankah itu berarti kau yang menang?" kata Wan Ceng Liong.
"Ayah, jangan suruh aku merebut calon suami Kak Mi Yun. Aku tidak mau melakukannya!" kata nona Wan.
Wan Ceng Liong tertawa. "Kau anggap saja itu sebagai permainan. Siapa yang menyuruhmu merebut calon suami orang" Tetapi jika kau berhasil dan menyukai pemuda itu dan ingin menikah dengannya, aku tidak melarangnya. Maka Kiong Cauw Bun pun tidak bisa berbuat apa-apa?" kata Wan Ceng Liong pada puterinya.
Sesudah mendengar penjelasan dari ayahnya, nona Wan akhirnya berpikir juga.
"Aku sering dikalahkan oleh Kak Mi Yun, sekarang apa salahnya aku bermain-main dengannya. Aku kira bukan masalah." pikir nona Wan.
"Kalau begitu, baiklah Ayah," kata nona Wan. "Aku hanya akan bergurau dengannya. Namun, aku tidak kenal dengan Kong-sun Po. Bagaimana aku bisa mengajaknya pulang?"
1096 "Aku sudah mencari keterangan mengenai dia," kata Wan Ceng Liong. "Apa yang kuketahui belum tentu diketahui oleh Kiong Cauw Bun!"
Kemudian Wan Ceng Liong memberitahu puterinya tentang ciri-ciri Kong-sun Po. Nona Wan sangat cerdas, dia langsung menangkap penjelasan ayahnya. Lalu dia bertanya pada ayahnya.
"Kenapa Ayah begitu menaruh perhatian terhadap Kongsun Po" Tidak mungkin Ayah hanya ingin menyuruhku bergurau dengan Kak Mi Yun, kan" Coba Ayah jelaskan, jika tidak aku tidak mau melakukan gurauan itu!" kata Wan Say Eng.
"Anak Eng, kau hanya tahu aku membantu Paman Kiong belajar Cit-sat-ciang, tapi kau tidak tahu dia juga membantu aku dalam belajar Iwee-kang. Lwe-kangku dan Iwee-kang Kiong Cauw Bun satu aliran. Jika Iwee-kang itu sudah tinggi ada kemungkinan kami akan sesat. Lain dengan Kong-sun Po, dia belajar Iwee-kang aliran lurus, aku bukan ingin orangnya. Lain halnya jika kau suka menikah dengannya. Jika kau berhasil bukan hanya aku tapi kau juga mendapatkan manfaatnya. Itu bukan sekedar gurauan." kata Wan Ceng Liong.
Saat bersama Kong-sun Po malah menganggap Wan Say Eng sedang bergurau, itu sebabnya dia jadi agak kecewa.
"Aku yakin dia tidak bisa melupakan Kak Mi Yun, maka iyu akan kupaksa dia agar menepati janjinya. Tetapi aku tidak boleh menyusahkan mereka berdua. Jika kelak mereka bertemu dan membicarakan masalah ini, aku jadi malu karenanya." Begitu pikir nona Wan.
Wan Say Eng sudah berkelana selama enam bulan lebih, maka itu dia sudah banyak bergaul dan tahu tata-cara hidup di daratan Tiongkok. Mengingat pesan ayahnya amat 1097
penting, dan kelak ayahnya tidak menempuh jalan sesat, maka itu dia harus membantu ayahnya membawa Kongsun Po pulang.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Bab 40 Selang sesaat Wan Say Eng kembali berpikir, "Dia sudah mengabulkan permintaanku. Jika nanti aku butuh bantuannya, asal tidak menyimpang dari perikemanusiaan, dia pasti mau membantuku. Dia pemuda jujur dan lugu.
Jika aku memohon bantuan agar dia mengajari Iwee-kang aliran lurus, aku rasa dia tidak mungkin menolak. Tetapi aku harus bicara padanya."
Tetapi menurut ayah nona Wan, pelajaran Iwee-kang aliran lurus tidak mungkin dibocorkan kepada orang lain.
Maka itu jika dia mengajak Kong-sun Po, Wan Say Eng diminta agar jangan memberitahu niat ayahnya itu pada Kong-sun Po. Wan Say Eng ini angkuh dia tidak bersedia menerima budi orang lain. Apalagi dia baru kenal dengan Kong-sun Po.
"Sekalipun aku membantu mengobati Ci Giok Phang, tapi karena aku ingin belajar Iwee-kang aliran lurus, apa ini bukan berarti aku merugikan dia" Jika aku bicara terusterang, mungkin dia akan mengabulkan permintaanku.
Tetapi mungkin dia akan menganggap diriku rendah." pikir nona Wan. Lama Wan Say Eng berpikir.
"Seandainya aku tidak tahu hubungan dia dengan Kak Mi Yun, maka persoalannya akan jadi lain," pikir Wan Say Eng. "Tetapi sekarang aku sudah tahu hubungan mereka, bukankah itu pebuatan yang memalukan bagiku jika aku merebutnya dari Kak Mi Yun" Ditambah lagi berlatih Iweekang tidak akan selesai dalam satu dua hari saja. Pasti harus 1098
mencari tempat sepi, paling sedikit aku bersamanya selama sepuluh hari. Jika hal ini diketahui oleh Kak Mi Yun, bisa berabe. Jika aku jelaskan juga, Kak Mi Yun akan sulit mempercayai keteranganku yang sebenarnya." Wan Say Eng saat itu jadi serba-salah.
"Jika aku tidak mengajak dia pulang, bagaimana kalau kelak ayah mengalami kesesatan. Siapa yang bisa menolongi Ayah?" pikir Wan Say Eng.
Sambil berjalan Wan Say Eng terus melamun sehingga jalannya agak lamban. Sedang Kong-sun Po saat itu hanya berpikir, selekasnya mereka sampai ke Pek-hoa-ko. Sesudah mengobati Ci Giok Phang, dia akan buru-buru ke Kim-keeleng untuk menemui Kiong Mi Yun. Saat Kong-sun Po melihat Wan Say Eng berjalan lambat dia heran, apalagi ketika diperhatikan nona itu seperti sedang melamun.
"Mumpung matahari belum silam ke arah barat, kita harus segera mempercepat perjalanan." kata Kong-sun Po.
"Sesudah beres menyembuhkan Ci Giok Phang, kita harus ke Kim-keeleng. Kau sahabat Mi Yun pasti kau juga ingin bertemu dengannya" Bagaimana kalau kita bersama-sama ke sana?"
"Kau tidak perlu ke Pek-hoa Kok," kata Wan Say Eng sambil tersenyum.
"Kenapa?" "Aku akan mencoba mengobati Ci Giok Phang, jika aku tidak bisa menyembuhkannya untuk apa kau ikut" Lebih baik kau ke Kim-kee-leng, Kak Mi Yun sedang menunggu-nunggu kau di sana! Ingat hati-hati di perjalanan, usahakan jangan sampai bertemu dengan ayah Kak Mi Yun!" kata Wan Say Eng.
1099 Mendengar ucapan nona Wan yang masuk akal, Kongsun Po girang. Ditambah dia ingin segera bertemu dengan Kiong Mi Yun. Maka itu dia langsung mengucapkan terima kasih dan pergi. Wan Say Eng mengawasi pemuda itu dari belakang. Sesudah pemuda itu tidak kelihatan lagi, nona Wan menghela napas panjang.
"Di hatinya hanya ada Mi Yun seorang, aku harus mengalah demi kebahagiaan mereka. Kalau Ayahku sampai tersesat, itu masalah nanti. Siapa tahu kelak akan ada orang yang menolongi Ayah!" pikir nona Wan.
Wan Say Eng segera berangkat ke Pek-hoa-kok, di sepanjang perjalanan Wan Say Eng tidak mendapat gangguan apapun. Tak lama dia sudah sampai diYang-ciu.
Karena belum tahu letak Pek-hoa-kok nona Wan Say Eng bertanya pada seseorang. Sesudah diberi petunjuk Wan Say Eng segera ke Pek-hoa-kok. Ketika itu musim semi. Begitu Wan Say Eng memasuki lembah itu, dia kagum
menyaksikan keindahan lembah itu.
"Tempat ini sunguh indah," pikir Wan Say Eng. "Ci Giok Hian dan adiknya tinggal di sini sungguh nyaman.
Oh, alangkah indahnya tempat ini!"
Hati Wan Say Eng tiba-tiba mulai gelisah.
"Ci Giok Phang terluka sampai saat ini hampir satu bulan lamanya. Entah dia sudah mati atau masih hidup"
Jika dia sudah mati, maka sia-sialah usahaku ini." pikir Wan Say Eng.
Alis Wan Say Eng berkerut.
"Jika dia masih hidup, pasti sakitnya parah sekali. Aku tidak kenal dengannya. Tetapi aku datang ke mari, apakah dia tidak akan salah sangka. Lalu dia menganggap aku ini perempuan apa?" pikir Wan Say Eng.
1100 Mengingat orang yang akan dia obati seorang pemuda, Wan Say Eng jadi bimbang dan merasa jengah. Namun, masalah ini mungkin sangat menarik.
"Mudah-mudahan dia masih hidup!" pikir nona Wan.
"Dengan demikian aku akan tinggal di sini beberapa hari, sekalipun aku harus mengobati orang, tetapi rasanya aku tidak akan bosan melihat keindahan tempat ini!"
Dugaan Wan Say Eng bahwa Ci Giok Phang yang sedang sakit pasti sedang tergeletak di tempat tidur, ternyata tidak begitu.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Saat pulang sakit Ci Giok Phang kian hari kian membaik. Orang yang mengantarnya pulang adalah Beng Teng. Piauwsu ini tinggal di rumah Ci Giok Phang beberapa hari lamanya. Sekarang karena sudah sehat Ci Giok Phang sedang berlatih ilmu pedang di halaman belakang rumahnya.
Hari itu Ci Giok Phang sedang menghimpun hawa murninya. Saat dia mencoba Iwee-kangnya ternyata tidak ada masalah. Betapa girangnya Ci Giok Phang saat itu.
"Hampir sebulan aku tidak berlatih, hari ini cuaca sangat cerah." pikir Ci Giok Phang. "Aku pun senang bahwa aku mulai sehat!"
Daun-daun kering yang terkena angin pedangnya tampak berhamburan. Saat itu dia sedang berlatih ilmu Lok-eng-kiamhoat.
Tiba-tiba Ci Giok Phang dikejutkan oleh suara orang yang memujinya.
"Ilmu pedang yang bagus!" kata orang itu.
1101 Ci Giok Phang kaget dia menghentikan latihannya. Dia langsung menengadah ke atas tembok. Dia kaget melihat ada orang di atas tembok. Mereka bertiga salah seorang to-su berumur sekitar limapuluh tahun, sedang yang lainnya dua orang pemuda dan entah sejak kapan mereka berada di tempat itu"
To-su itu tertawa suaranya aneh, dan bertanya pada Ci Giok Phang.
"Apa adikmu ada di rumah?" kata to-su itu.
Ci Giok Phang mengawasi ketiga orang itu.
"Tuan-tuan ini siapa" Dan dari mana?" kata Ci Giok Phang.
'Jadi kau tidak kenal padaku," kata pemuda yang bertubuh jangkung dingin. "Tetapi kau kenal pada pukulan Hua-hiattoku, kan?"
Pemuda itu menunjukkan telapak tangannya tampak mulai merah. Seketika itu juga tercium bau amis, Ci Giok Phang kaget bukan kepalang.
"Ada hubungan apa kau dengan See-bun Souw Ya?"
Lelaki jangkung itu tertawa.
"Matamu cukup tajam, begitu kau lihat tanganku kau langsung tahu asal-usulku! See-bun Souw Ya itu Suhuku, Pouw Yang Hian adalah Su-hengku!" kata si jangkung.
Dia ternyata murid kedua See-bun Souw Ya bernama The Yu Po. Ci Giok Phang memang pernah bertemu dengan See-bun Souw Ya maupun Pouw Yang Hian.
Tetapi dia tidak pernah bertemu dengan The Yu Po.
Pria yang satu lagi langsung menghunus golok. "Sudah lama aku mengetahui ilmu pedang keluarga Ci, apa kau kenal golokku ini?" kata lelaki itu.
1102 "Kampung Cok-kee-cuang sangat terkenal ilmu goloknya," kata Ci Giok Phang. "Jika aku tak salah kau adalah majikan muda kampung Cok-kee-cuang. Benar kan?"
"Karena kau sudah mengenali golokku, maka aku pun berlaku sopan padamu! Suruh adikmu keluar! Dengan demikian kami tidak perlu menggeledah rumahmu, dan tidak perlu bentrok denganmu!" kata orang itu.
Ci Giok Phang panas bukan main. Tetapi dia seorang pemuda yang jujur dan tenang. Dia juga berpikir, mungkin tosu itu adalah adik ketua Cok Kee-cuang bernama Thauw Khong. Dia langsung berkata.
"Ada masalah apa kalian mencari adikku?"
"Adikmu pulang membawa lelaki liar bernama Seng Liong Sen, kan?" kata The Yu Po. "Dia musuh kami!
Dengan mengan-dalkan pemuda liar itu, adikmu telah memunahkan Hua-hiat-to Su-hengku. Terus-terang kami datang untuk balas-dendam. Segera kau suruh mereka keluar!"
Sesudah dikalahkan oleh Seng Liong Sen dan Ci Giok Hian di rumah Beng Cit Nio, CokTay Ju dan The Yu Po minta bantuan pada su-siok (paman) Cok Tay Ju.
Saat Ci Giok Phang mendengar permintaan mereka dia jadi melongo.
"Aah, aku belum pernah dengar dia mengatakan punya teman bernama Seng Liong Sen" Mana mungkin dia membawanya pulang ke mari" Jangan-jangan mereka bicara sembarangan saja!" pikir Ci Giok Phang.
Ci Giok Phang tidak percaya pada keterangan The Yu Po. Dia hanya tahu adiknya itu calon isteri Kok Siauw Hong. Ditambah lagi nona itu tidak pulang. Karena ucapan 1103
The Yu Po dianggap kurang berkenan, Ci Giok Phangjadi marah.
"Kalian sembarangan bicara, enyah dari sini!" bentak Ci Giok Phang.
"Justru kami datang akan menangkap adikmu, kau mau apa?" kata The Yu Po.
"Kalau begitu jangan salahkan aku kurang hormat!" kata Ci Giok Phang.
Dia langsung menyerang The Yu Po dengan pedangnya.
The Yu Po menghindar dan balas menyerang. Seketika itu Ci Giok Phang mulai mencium bau amis. hingga kaget.
"Ilmu silat The Yu Po lebih hebat dibanding dengan Pouw Yang Hian!" pikir Ci Giok Phang.
Dia gunakan Liong-jiauw-pouw (Naga menggerakkan tubuh). Tampak pedangnya menyambar ke arah The Yu Po.
The Yu Po tidak mengira betapa lihay ilmu pedang Ci Giok Phang. dia ingin menarik serangannya, tetapi sudah terlambat. Terpalsa The Yu Po melangsungkan serangan itu, tujuannya agar bisa terluka bersama-sama.
Melihat The Yu Po dalam bahaya, tiba-tiba mereka merasakan serangan angin. Ternyata itu serangan dari Thauw Khong To-jin.
"Yu Po, cepat mundur!"
The Yu Po melompat mundur. Tenaga keras itu langsung menghantam pedang Ci Giok Phang hingga miring. Pada saat bersamaan Ci Giok Pang bergerak cepat mengubah jurusnya. Kelihatan pedang Ci Giok Phang menyerang ke arah Thauw Khong To-jin, hingga membuat to-jin itu terperanjat.
1104 "Lwee-kangnya tinggi sekali, maka itu kami harus bergabung baru bisa mengalahkannya," pikir Thauw Khong.
Thauw Khong mengangkat kakinya menendang pedang Ci Giok Phang. Pedang Ci Giok Phang terlepas. Ketika itu The Yu Po dan Cok Tay Ju akan menggeledah rumah, tapi tiba-tiba mereka kaget mendengar teriakan Thauw Khong.
"Mundur!" kata Thauw Khong.
"Kalian tahan bocah ini, biar aku yang memeriksa ke dalam rumah!" kata Thauw Khong.
"Benar, lebih baik Su-siokmu yang masuk ke dalam!"
kata The Yu Po. "Sebenarnya tidak sulit mengalahkan bocah itu, tetapi aku khawatir Yu Po dan Tay Ju tidak akan sanggup melawan Seng Liong Sen!" pikir Thauw Khong. "Walaupun bisa mungkin mengalahkannya harus di atas limapuluh jurus!"
The Yu Po dan Cok Tay Ju memang pernah dikalahkan oleh Seng Liong Sen, maka itu mereka khawatir tidak akan sanggup melawan Seng Liong Sen dan Ci Giok Hian yang mereka kira ada di dalam rumah. Mereka berani mengejar Liong Sen dan Ci Giok Hian karena mereka mengandalkan Thauw Thong To-jin, Tetapi mereka jadi heran sebab sudah sekian lama Thauw Thong belum juga mampu
mengalahkan Ci Giok Phang. Mereka berdua sudah langsung bertarung dengan Ci Giok Phang.
"Tahan bocah ini sampai aku kembali!" kata Thauw Thong.
1105 "Baik, jangan khawatir Su-siok, sesudah bocah ini kami kalahkan, kami akan masuk membantu Su-siok!" kata Tay Ju.
Dia serang Ci Giok Phang dengan goloknya. Setelah menyaksikan sejenak, Cok Tay Ju langsung menyerang, Thauw KhongTo-jin mengeluh.
"Tay Ju begitu ceroboh, aku khawatir dia kalah oleh bocah itu!" pikir Thauw Khong.
Oleh karena ingin menjaga wibawa Cok Tay Ju dia tidak memperingatkan keponakannya itu. Ditambah lagi ada The Yu Po membantu Cok Tay Ju, dia yakin kedua pemuda itu tidak mudah dikalahkan oleh Ci Giok Phang. Thauw Khong langsung masuk ke dalam rumah.
Saat Cok Tay Ju menyerang, Ci Giok Phang menangkis serangan itu dengan jurus Hoan-pek-ceng-kouw (Membalikan tangan menusuk dada). Gerakan pedang Ci Giok Phang tampak lamban, ini membuat Cok Tay Ju girang.
"Bagus, mungkin kau sudah tahu kelihayanku!" pikir Tay Ju.
Cok Tay Ju memutar goloknya menghantam ke arah pedang Ci Giok Phang, tapi tiba-tiba Ci Giok Phang menggerakkan ujung pedang dan mengarah ke tangan Cok Tay Ju. Ini jurus sangat berbahaya, kurang sigap tangan Cok Tay Ju akan buntung.
Tay Ju kaget buru-buru dia menggunakan jurus Honghoang-to-wa (Cendrawasih berebut sarang).
Golok Tay Ju diputar untuk melindungi tubuhnya, dan dia melompat mundur. Tanpa terasa dia berkeringat karena kagetnya.
1106 Saat itu The Yu Po pun menyerang. Ketika tercium bau amis yang menyengat, Ci Giok Phang serasa mau muntah.
"Oh, sungguh lihay pukulan orang ini!" pikir Giok Phang.
Untuk menghindari serangan lawan ini Ci Giok Phang menyerang secara berturut-turut sebanyak tujuh kali. Tidak heran karena serangan itu The Yu Po harus mundur, dia tidak mampu mendekati tubuh Ci Giok Phang.
Ternyata Ci Giok Phang yang baru sembuh tenaganya belum pulih. Tidak heran lama-kelamaan pemuda ini mulai terdesak. Melihat lawan mulai terdesak The Yu Po berteriak pada kawannya.
"Saudara Cok mari kita serang dia secara serentak!" kata The Yu Po.
"Baik, hati-hati ilmu pedangnya lihay. Tapi napasnya mulai tersengal-sengal!" kata Cok Tay Ju.
The Yu Po langsung memperhatikan gerak-gerik Ci Giok Phang. Dia sudah melihat wajah Ci Giok Phang mulai pucatpasi. Keringatnya mulai membasahi keningnya.
"Saudara Cok, kau benar. Dia mulai kelelahan, kita tidak perlu buru-buru membunuhnya!" kata The Yu Po. "Kepung dia supaya kehabisan nafas!"
Mendadak Ci giok Phang menyerang dengan hebat, melihat serangan itu Yu Po terpaksa mundur. Beberapa kali terdengar suara benturan yang nyaring. Saat itu Ci Giok Phang menggunakan jurus Lian-hoan-cit-cauw (Tujuh jurus beruntun). Karena The Yu Po mundur, Cok Tay Ju maju menangkis serangan Giok Phang, tetapi tidak bisa membalas menyerang. Dia hanya mampu bertahan.
1107 Kembali The Yu Po menyerang dengan Hua-hiatto ke arah lawan. Karena Iwee-kang Ci Giok Phang belum pulih, mata pemuda itu berkunang-kunang tidak tahan menahan bau amis serangan lawan. Hal ini membuat Giok Phang kaget dan keringat dinginnya mengucur deras.
Melihat hal itu The Yu Po yang sering memandang enteng lawan kambuh lagi. Dia tertawa sambil berteriak.
"Dia hampir mampus! Ha, ha, ha,ha!" kata Yu Po. "Dia akan kutangkap hidup-hidup untuk kuserahkan pada Su-siok!"
Tiba-tiba Ci Giok Phang menyerangnya. Dia kaget dan segera melompat mundur. Cok Tay Ju menangkis serangan itu.
"Tang!" Pedang Ci Giok Phang tertangkis hingga miring ke samping. Tubuh pemuda ini terhuyung. Melihat hal itu Cok Tay Ju girang. Dia mengejar Ci Giok Phang sambil membentak.
"Roboh kau!" Golok Cok Tay Ju mengarah ke tubuh Ci Giok Phang.
Jika golok itu mengenai punggung Ci Giok Phang, maka celakalah dia.
Di luar dugaan ternyata itu siasat Ci Giok Phang untuk mengelabui lawannya. Dia terhuyung bukan karena pukulan lawan. Saat itu dia menggunakan jurus Cui-pat-sian (Gerakan delapan dewa mabuk). Tiba-tiba pedang di tangan Ci giok Phang berkelebat, disusul suara jeritan.
"Aaakh!" 1108 Lengan Cok Tay Ju terkena pedang Ci Giok Phang.
Tetapi sesudah itu Ci Giok Phang langsung kehabisan tenaga. Akhirnya Ci Giok Phang pun roboh.
Saat melihat Cok Tay Ju terluka tangannya, The Yu Po pun melihat Ci Giok Phang roboh. Tetapi dia tidak berani menyerang lawannya karena curiga lawannya berpura-pura roboh.
"Dia berpura-pura untuk menjebakku?" pikir The Yu Po.
Keraguan The Yu Po justru telah menyelamatkan Ci Giok Phang dari bahaya maut. Ci Giok Phang masih sadar.
Segera dia himpun hawa murninya. Lalu melompat bangun.
"Baik," kata Ci Giok Phang. "Sekarang kita satu lawan satu!"
Luka Cok Tay Ju cukup parah, saat itu dia sedang mengobati lukanya.
Melihat Ci Giok Phang bangun lagi The Yu Po kaget.
Dia tidak berani maju dia hanya menyerang dari jarak jauh.
Selesai mengobati lukanya Cok Tay Ju yang geram langsung maju lagi.
"Baik, mari kita adu jiwa!" kata Tay Ju.
Dia langsung menyerang, tapi tiba-tiba kakinya terasa sakit seperti digigit semut, akhirnya ngilu hingga dia terjatuh duduk. Melihat kawannya jatuh The Yu Po terperanjat. Akhirnya dia ragu untuk menyerang.
Saat itu Ci Giok Phang yang sudah tidak sanggup melawan hendak kabur. Tetapi terdengar bentakan keras.
"Kalian berdua tidak berguna! Ayo minggir! Hai bocah she Ci kau mau kabur ke mana?" kata Thauw Thong To-jin yang muncul dari dalam rumah.
1109 Sesudah mencari kian ke mari tak menemukan Seng Liong Sen dan Ci Giok Hian, dia langsung keluar lagi. Saat Thauw Thong mau menyerang
kerbau! Kalian tidak tahu malu menghina orang yang sudah terluka! Di sini masih ada aku!" kata bentakan itu.
Tak lama muncul seorang nona, dia adalah Say Eng.
Begitu sampai nona Wan mendengar suara beradunya senjata, maka itu dia langsung ke halaman belakang.
Ternyata dia lihat Ci Giok Phang sedang dikepung oleh tiga orang lawan. Dia girang karena Ci Giok Phang masih mampu menghadapi dua orang lawan, sekalipun dia sedang terluka parah. Munculnya nona Wan yang sangat mendadak itu membuat Thauw Thong To-jin terkejut.
"The Yu Po tangkap dia!" kata Thauw Khong. "Aku yakin kau mampu menangkapnya!"
Cok Tay Ju berusaha bangun.
"Nona busuk, rupaya kau yang menyerang secara diamdiam!" bentak Cok Tay Ju.
Cok Tay Ju memang terkena jarum Bwee-hoa-ciam yang dilepas oleh nona Wan. Untung jarum itu tidak beracun.
Cok Tay Ju gusar bukan main langsung menyerang dengan goloknya. Thauw Khong kaget atas kedatangan nona Wan, dia pun malu dihina oleh nona ini. Melihat Ci Giok Phang sudah terluka, dia pun berpikir.
"Bocah ini tidak mungkin kabur!" pikirnya.
Sesudah itu dia bersikap seolah seorangjago tua yang terhormat.
"Asal kau tidak pergi, aku akan mengajukan beberapa 1110
pertanyaan padamu," kata Thauw Khong.
Dia lalu mengawasi ke arah Cok Tay Ju.
"Tay Ju, sekalipun nona ini menyebalkan, kau jangan lukai
dia!" kata Thauw Khong. "Tangkap dia hidup-hidup agar kita bisa mengajukan beberapa pertanyaan padanya!"
"Baik, Su-siok," kata Tay Ju.
Dia tatap nona Wan. "Nona busuk, lebih baik kau menyerah saja!" kata Tay Ju.
"Nona terima kasih. Tapi ini urusanku, aku tidak ingin kau terlibat!" kata Ci Giok Phang.
Saat dia mau maju melawan Cok Tay Ju, tiba-tiba Thauw Khong membentak.
"Aku suruh kau diam malah maju!" kata Thauw Khong.
Dia memungut sebuah kerikil yang dia sentil ke arah Ci Giok Phang. Saat itu juga Ci Giok Phang roboh terkena batu kerikil itu. Tampak Thauw Khong bangga sesudah memamerkan kepandaiannya.
"Hidung kerbau! Kau bisanya menghina orang yang sudah terluka, apa hebatnya?" kata nona Wan sambil tertawa ingin.
"Nona busuk, beraninya kau menghina Su-siokku!" kata Tay Ju. "Dia bandel tidak mau mendengar nasihat Su-siokku, diberi
pelajaran sudah pantas! Sekarang aku yang akan menghajarmu! Apa kau tidak mau menyerah?"
1111 "Apa kepandaianmu menyuruh aku menyerah" Kau orang kampung Cok-kee-cuang, kan?" kata nona Wan.
"Hm! Ternyata kau tahu siapa aku ini." kata Tay Ju.
"Aku dengar ilmu golokmu itu hebat, ayo serang aku!"
kata nona Wan. Dia awasi nona Wan yang cantik itu.
"Pamanku menyuruhku menangkapmu hidup-hidup.
Kau malah menantangku. Jika aku serang kau pasti binasa!"
kata Tay Ju. Nona Wan tertawa dingin.
"Mari serang, aku tak yakin golokmu mampu melukaiku!
Jika kau tidak mau maka aku yang akan menyerangmu!"
kata nona Wan. Tay Ju diam, tiba-tiba nona Wan melancarkan serangannya. Sinar keemasan menyambar.
"Awas Tay Ju!" Thauw Khong memperingatkan.
Cok Tay Ju mencoba menangkis dengan goloknya. Dia tidak melihat senjata rahasia lawan, maka itu dia berkata nyaing.
"Kau cari mampus nona..."
Tetapi sebelum habis kata-katanya, lengan kanannya sangat ngilu. Tahu-tahu golok Cok Tay Ju sudah berpindah tangan ke tangan nona Wan. Thauw Khong To-jin kaget.
Dia berpikir. "Jangan-jangan nona ini puteri dia?" pikir Thauw Khong.
"Golok jelek ini harus dibuang karena tidak berguna!"
kata nona Wan. Golok itu dia tancapkan ke tanah hingga yang terlihat tinggal gagangnya saja. Mata Cok Tay Ju terbelalak. Saat itu The Yu Po maju.
1112 "Gadis siluman, rasakan pukulanku!" kata Yu Po.
Melihat Thauw Khong ragu menghadapi gadis ini, Yu Po mendahuluinya. Dia berharap mampu merobohkan nona Wan. Jika dia kalah, pasti Thauw Khong akan membantu dia, itu yang ada di benak Yu Po.
"Hm! Pukulan Hua-hiat-to, pasti kau murid See-bun Souw Ya!" kata nona Wan. "Tahukah kau, ketika suhumu bertemu denganku dia tidak berani kurang ajar! Kau begini sombong, jangan harap kau bisa melukaiku!"
"Memang aku belum mahir Hua-hiat-to, tapi aku mampu merobohkanmu!" kata Yu Po.
Sambil bicara Yu Po langsung menyerang, nona Wan pu menangkis serangan itu.
"Plaak!" Tubuh Yu Po terhuyung ke belakang, sebaliknya nona Wan tetap berdiri tegak di tempatnya.
"Kau memang tidak tahu diri, rasakan pukulanku!" kata Wan Say Eng yang langsung menyerang.
Sepasang tangan nona Wan bergerak mengurung The Yu Po. Sekalipun ilmu silat The Yu Po tidak rendah, namun saat mengetahui Hua-hiat-tonya tidak bisa melukai nona Wan, dia kaget dan nyalinya jadi ciut. Ilmu pukulan nona Wan pun banyak macamnya hingga dia jadi bertambah bingung. Dia kaget menyaksikan telapak tangan nona Wan bersinar keemasan. Ini membuat mata The Yu Po berkunang-kunang. Sesudah lewat belasan jurus The Yu Po terhuyung karena bahunya terkena pukulan nona Wan.
Rupanya tangan nona itu keemas-emasan karena dia mengenakan sarung tangan pusaka terbuat dari benang emas. Khasiatnya untuk merebut senjata lawan dan bisa menangkis pukulan beracun.
1113 "Aduh!" The Yu Po menjerit kesakitan.
Tubuhnya langsung roboh ke tanah. Dia bergulingan karena takut disusul oleh serangan nona Wan. Sesudah dua lawannya kalah nona Wan menghadapi Thauw Khong To-jin.
"To-su hidung kerbau bau, kau ingin bertarung denganku" Jangan beraninya hanya menghina orang yang sedang terluka!" kata nona Wan.
"Hm! Jangan tekebur, nona kecil! Jika kau ingin mengalahkan aku kau harus berlatih beberapa tahun lagi.
Jangan kau kira aku tidak berani padamu. Tapi katakan dulu terus-terang. Mungkin benar apa yang dikatakan Thauw Khong?"
Maka itu buru-buru nona Wan menjawab.
"Dia Ayahku!" kata nona Wan. "Kenapa?"
Thauw Khong kaget bukan kepalang.
"Apa ayahmu juga datang ke mari?"
"Ayahku menyuruh Paman Kiong Cauw Bun
mengajakku pesiar ke Tiong-goan," kata nona Wan, "tak lama lagi dia akan menyusul ke mari! Apa kau ingin bertemu dengan Ayahku?"
Ucapan nona Wan ini untuk menggertak Thauw Khong hingga dia jadi agak gugup dan tidak berani berbuat apaapa.
"Dia pasti puteri ketua pulau Beng-shia-to!" pikir Thauw Khong. "Tentang munculnya Kiong Cauw Bun itu pasti bukan kabar bohong! Jika mereka semua muncul, aku bisa celaka!"
Berpikir demikian Thauw Khong ingin segera
meninggalkan tempat itu. 1114 "Maafkan, aku tidak tahu jika Ci Kong-cu kawan nona,"
kata Thauw Khong. "Jika kau bertemu Paman Kiong dan ayahmu, tolong sampaikan salamku."
Kemudian dia mengawasi ke arah Cok Tay Ju dan The Yu Po.
"Kalian semua buta, beraninya kalian kurangajar pada nona Wan! Cepat pergi!" kata Thauw Khong.
Mendengar teguran Thauw Khong kedua pemuda itu bungkam. Mereka langsung mengikuti Thauw Khong meninggalkan tempat itu. Sesudah mereka pergi, nona Wan menarik napas lega.
Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sungguh berbahaya!" katanya.
Dia hampiri Ci Giok Phang yang tergeletak di tanah.
Diawasinya wajah pemuda itu yang mulai pucat-pasi.
Keringat pemuda itu membasahi dahi dan tubuhnya.
"Dia terluka oleh pukulan Cit-sat-ciang, belum sebulan sudah terluka lagi, tapi dia kuat dan bisa bertahan. Jika aku yang terluka bisa celaka?" pikir nona Wan.
Ci Giok Phang berusaha bangun.
"Terima kasih atas bantuanmu, nona," kata Ci Giok Phang.
Wan Say Eng tersenyum dan menyuruhnya duduk.
"Sekarang bukan saatnya berlaku sungkan," kata nona Wan. "Ijinkan aku mengobatimu!"
Nona ini langsung memeriksa nadi Ci Giok Phang, ternyata denyut nadinya bagus.
"Untung Iwee-kangmu tinggi," pikir nona Wan. "Kau bisa disembuhkan. Tetapi aku tidak tahu bagaimana mengobati orang yang terkena Hua-hiat-to, Ayahku belum 1115
mengajariku. Pada Kong-sun Po aku sudah berjanji akan mengobatinya. Apa yang bisa kulakukan sekarang?"
Tampak Wan Say Eng bingung dan gugup sekali. Dia jalan hilir-mudik sambil berpikir.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Bab 41 Ketika itu Wan Say Eng benar-benar dalam kebingungan luar biasa. Dia tidak tahu bagaimana harus mengobati Ci Giok Phang. Melihat Wan Say Eng kebingungan, Ci Giok Phang tersenyum lalu berkata dengan suara perlahan.
"Nona, di kamarku ada arak Pek-hoa-ciu. Jika kau bersedia membantuku, tolong kau bawakan guci arak itu ke mari!" kata Ci Giok Phang.
"Baik," kata Wan Say Eng.
Dia mengira arak itu dapat menyembuhkan luka terpukul, dan belum tahu apakah arak itu juga bisa mengobati orang terkena pukulan Hua-hiat-to atau tidak.
Tanpa membantah atau menolak permintaan Ci Giok Phang, dia masuk ke dalam rumah. Saat keluar dia membawa seguci arak di tangannya.
Sampai di luar dia lihat Ci Giok Phang sudah rebah pingsan di tanah. Ketika dibangunkan dia tetap pingsan, hanya denyut nadinya yang masih baik. Dalam kebingungan Wan Say Eng menunggui pemuda itu sampai sadar. Tapi karena lama belum juga sadar, dia berpikir akan mencekok anak muda itu dengan arak.
Saat dia membuka tutup guci itu, maka terciumlah bau harum yang luar biasa. Dia yakin arak itu mampu menyembuhkan luka anak muda itu. Saat Wan Say Eng akan meminumkan arak itu ke mulut Giok Phang, muncul 1116
dua orang ke tempat itu. Ternyata kedua orang itu pelayan atau pegawai di rumah Ci Giok Phang. Rupanya kedua orang itu bersembunyi saat melihat majikannya berkelahi.
Mereka baru muncul saat keadaan sudah aman kembali.
"Majikanmu terluka parah, mungkin mengobatinya akan makan waktu lama," kata Wan Say Eng.
Kedua orang itu mengangguk. Kemudian mereka memberi tahu nona Wan.
"Keadaan di Yang-ciu mulai kacau. Bajak laut dari Tiangkang mulai beraksi. Su Thian Tek si kepala bajak bergabung dengan pihak Mongol, dia diangkat menjadi raja-muda. Tak heran maka tak lama lagi perang akan berkobar di sana. Jika Majikan kami tidak bisa segera disembuhkan, itu berbahaya sekali. Sedang semua pegawai di sini sudah diberhentikan oleh Majikan, jadi tinggal kami berdua saja!" kata orang itu.
Dalam keadaan panik nona Wan langsung berpikir.
Akhirnya dia mengambil keputusan.
"Aku sahabat majikanmu, jika kalian percaya biar akan kubawa dia ke Beng-shia-to," kata nona Wan. "Di sana akan kuobati. Sedang kalian boleh tinggal di sini menunggu rumah!"
Usul nona Wan mereka terima baik, karena mereka pikir daripada kelak tidak bisa melindungi majikan mereka dari bahaya, lebih baik majikannya dibawa pergi untuk diobati oleh nona yang kelihatannya baik dan sayang pada majikannya itu.
Sesudah itu Wan Say Eng membawa Ci Giok Phang pergi.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- 1117 Entah berapa lama dia pingsan, saat sadar Ci Giok Phang merasakan tubuhnya seperti terayun-ayun. Dia membuka mata. Dia mendengar suara merdu di
sampingnya. "Aaah, rupanya kau sudah siuman," kata seorang nona.
Ci Giok Phang mengawasi nona itu.
"Siapa kau?" kata Giok Phang.
"Eh, begitu cepatnya kau melupakan aku?" kata nona itu.
Terasa angin bertiup. Giok Phang menghirup bau laut.
"Oh, rupanya kau nona yang menolongiku," kata Giok Phang baru sadar. "Ke mana para penjahat itu?"
"Sudah kabur semuanya," jawab Wan Say Eng. "Kau tak sadarkan diri selama tiga hari tiga malam."
"Tiga hari tiga malam, kalau begitu tempat apa ini?" kata Ci Giok Phang. "Rasanya aku berada di atas perahu!"
"Kau benar, kita ada di atas sebuah perahu," jawab nona Wan sambil tersenyum.
Wan Say Eng sengaja telah membeli sebuah perahu besar; perahu itu dibeli dari seorang saudagar di Yang-ciu.
Dalam keadaan kacau kapal layar itu dijual dengan harga murah sekali. Sebuah kapal layar yang mewah dan ditata dengan baik. Jika saja ombak tidak besar, Ci Giok Phang tidak akan merasakan terayun-ayun. Nona Wan lalu menceritakan keadaan di Yang-ciu seperti kata pelayan Ci Giok Phang. Karena pemuda itu sudah tahu, dia tidak kaget.
"Sekarang kau akan kubawa ke Beng-shia-to untuk diobati!" kata nona Wan.
1118 "Oh, aku terlalu merepotkan Nona," kata Giok Phang.
"Aku tidak tahu bagaimana aku harus berterima kasih padamu!"
"Terus-terangaku menolongmu atas permintaan sahabatku, dia tahu kau terkena pukulan Cit-sat-ciang.
Maka itu aku diminta mengobatimu."
"Siapa kawanmu itu?"
"Dia bernama Kong-sun Po!" kata Wan Say Eng. "Nona Kiong yang berjalan bersamanya, juga sahabatku!"
"Sekarang mereka ada di mana?"
"Mereka ke Kim-kee-leng!" jawab nona Wan.
Ci Giok Phang berpikir, jika ada Kong-sun Po, luka terkena Hua-hiat-to bukan masalah, tapi sekarang mereka pergi ke Kim-kee-leng.
Melihat Ci Giok Phang kelihatan agak gugup, nona Wan mengerti apa yang dikhawatirkannya.
"Jika aku tidak bisa mengobatimu. Ayahku pasti bisa!"
kata nona Wan memastikan.
"Maaf, sampai sekarang aku belum tahu namamu, Nona.
Entah Ayahmu itu kaum Cian-pwee dari kalangan mana?"
kata Giok Phang. "Namaku Wan Say Eng dan Ayahku bernama Wan Ceng Liong tinggal di Beng-shia-to!" jawab nona Wan.
Ci Giok Phang hanya mengangguk karena dia baru mendengar nama itu.
"Jadi, kita sedang menuju ke tempat tinggalmu?" kata Ci Giok Phang.
1119 "Benar," jawab nona Wan. "Di sana pemandangannya indah, kau harus banyak beristirahat. Sudah jangan banyak bicara lagi!"
Mengingat harus berpisah dengan semua kawannya di Tiong-goan (Tiongkok), Ci Gik Phang jadi berduka.
Beberapa hari kemudian dengan berlatih Siauw-yang-sinkang dan minum arak Pek-hoa-ciu, lambat laun tenaga Ci Giok Phang mulai pulih, sekalipun lukanya belum sembuh benar. Kini dia sudah bisa keluar ke geladak kapal layar untuk melihat laut.
Suatu hari pada saat nona Wan sedang asyik bercerita dengan Giok Phang, mereka melihat ada kapal layar besar berbendera hitam.
"Kapal siapa itu?" tanya Ci Giok Phang.
"Bendera kapal itu berwarna hitam bergambar tengkorak, pasti itu bajak laut! Sebaiknya kita menghindar saja dari mereka!" kata nona Wan.
Mungkin kapal layar itu tidak melihat perahu layar mereka, atau mungkin juga mereka menganggap perahu mereka kurang berharga untuk dirampok. Maka itu kapal layar berbendera hitam itu dengan lajunya menghilang di tengah lautan. Hati nona Wan pun lega sudah.
"Nona Wan, kau lihay sekali, kenapa kau begitu takut pada mereka?" kata Ci Giok Phang.
"Kau terlalu memujiku, kepandaianku tidak seberapa.
Jika bajak laut itu menyusahkan kita, mungkin sulit aku menghadapi mereka!"
Kapal layar besar itu ternyata milik Kiauw Sek Kiang, seorang bajak laut yang berilmu tinggi. Mereka sering 1120
melakukan pembajakan terhadap kapal-kapal dagang asing yang dikawal kuat.
Suatu ketika Kiauw Sek Kiang pernah singgah ke Bengshia-to. Mereka akan menjadikan pulau itu sebagai sarang mereka. Ayah nona Wan tidak setuju, terjadilah pertarungan. Kiauw Sek Kiang dikalahkan oleh ayah nona Wan. Ketika peristiwa itu terjadi, Wan Say Eng baru berumur setahun. Sekarang nona Wan sudah berumur 20
tahun. Jika kapal yang dipimpin Kiauw Sek Kiang itu tahu bahwa di kapal layar itu ada Wan Say Eng, puteri Wan Ceng Liong yang pernah mengalahkannya, pasti dia akan menyerang perahu layar itu.
Ketika senja mulai menjelang, pemandangan laut sangat indah karena tertimpa sinar matahari. Ketika itu nona Wan mengawasi wajah Ci Giok Phang yang tiba-tiba jadi murung.
"Eeh, kau kenapa" Tiba-tiba kau jadi murung, apa yang kau pikirkan?" tanya nona Wan.
"Aku ingat pada sahabat-sahabatku, sayang aku tidak bersama dengan mereka," kata Ci Giok Phang.
"Kau setia-kawan, sungguh patut dipuji. Pantas kawanmu pun baik padamu. Aku menyesal karena tidak punya kawan karib sepertimu," kata nona Wan.
"Kau bilang kau sahabat nona Kiong?"
"Kami memang bersahabat baik, waktu itu kami masih kecil," kata nona Wan.
Sesudah termenung sejenak, Ci Giok Phang langsung berkata.
1121 "Aku juga punya adik perempuan, tapi sekarang entah di mana dia?" kata Ci Giok Phang.
"Kau terlalu memikirkannya?"
"Ya! Mana bisa aku melupakannya?" kata Ci Giok Phang. "Kami berpisah di Lok-yang pada saat kota diserang musuh. Dia bilang dia akan pulang lebih dulu, tapi nyatanya dia tak ada di rumah."
"Alangkah bahagianya seandainya aku punya kakak sepertimu," kata nona Wan. "Tetapi kau jangan cemas, aku tahu ke mana adikmu pergi!"
"Kau tahu tentang adikku" Apakah kau pernah bertemu dengannya?" kata Ci Giok Phang bertubi-tubi.
"Benar, aku pernah bertemu dengan adikmu, tidak jauh dari sungai Huang-hoo," kata nona Wan.
"Dari mana kau tahu kalau itu adikku?" tanya Giok Phang.
"Aku kenal dengan teman pria yang berjalan bersamanya," kata nona Wan.
"Jadi dia sudah bertemu dengan Kok Siauw Hong?" kata Ci Giok Phang girang. "Jadi kau juga kenal dengannya?"
"Kok Siauw Hong katamu" Siapa dia?" kata nona Wan heran.
"Kalau bukan dia, lalu siapa orang yang berjalan bersama adikku itu?" Ci Giok Phangjadi bingung.
"Dia bernama Seng Liong Sen." kata nona Wan.
"Seng Liong Sen?" Giok Phang mengingat-ingat.
Dia ingat ketika itu The Yu Po menyebut-nyebut nama itu. Jadi apa yang dikatakan oleh The Yu Po dan kawankawannya itu jelas ada dasarnya.
1122 "Mau ke mana mereka?" tanya Ci Giok Phang
"Aku kurang tahu, mau ke mana?" kata nona Wan. "Aku juga tidak begitu kenal pada Seng Liong Sen. Dia pernah ke Beng-shia-to, tapi hanya semalam saja. Waktu itu aku juga masih kecil!"
Mendengar keterangan nona Wan, Ci Giok Phang jadi sangsi. Padahal dia tahu adiknya itu seorang yang cerdas, tapi mengapa kali ini dia bertindak bodoh" Apakah kejadian itu tidak menyebabkan Kok Siauw Hong akan salah paham"
"Aku lihat mereka mesra sekali. Bukankah Seng Liong Sen itu bakal adik iparmu?" kata nona Wan. "Jadi aku kira kau tidak perlu cemas lagi!"
"Bukan! Dia bukan calon adik iparku! Kau salah sangka," kata Ci Giok Phang. "Tapi aku lega sesudah aku tahu tentang dia!"
"Dia bukan adik iparmu, aneh sekali?" kata nona Wan.
"Aku kira kau yang salah sangka. Mana tahu kau tentang perasaan seorang gadis" Jika tidak jatuh hati. mana mau dia jalan bersama-sama?"
Sesudah berkata begitu, nona Wan jadi jengah sendiri, sebab sekarang pun dia sedang berjalan berdua saja dengan Ci Giok Phang. Maka tanpa terasa wajahnya jadi merah.
Untung Ci Giok Phang sedang masgul, dia tidak melihat perubahan yang terjadi atas diri nona Wan. Saat nona Wan menengadah dia mengeluh.
"Ada apa?" kata Ci Giok Phang.
"Sebentar lagi pasti akan datang badai!" kata si nona.
Dugaan nona Wan benar sekali. Tak lama datang badai besar. Untung nona Wan sudah mahir memegang kemudi 1123
hingga perahu layarnya tidak terbalik dihantam gelombang.
Sesudah bebas dari badai, dua hari kemudian perahu mereka sudah mulai mendekati sebuah pulau..
"Kita sudah sampai, barangkali Ayahku akan girang melihat aku pulang," kata nona Wan. "Ci Toa-ko, apa kau sudah bisa berjalan?"
"Aku kira bisa, tenagaku sudah hampir pulih," kata Ci Giok Phang.
Sesudah perahu menepi. Ci Giok Phang menyaksikan keindahan tempat itu. Dia kagum sekali. Mereka berjalan ke tengah pulau menuju ke rumah nona Wan. Tapi tibatiba, nona Wan bersuara heran, seolah dia teringat sesuatu.
"Ada apa?" tanya Ci Giok Phang. "Apa di pulau ini banyak ular berbisanya?"
"Tidak ada, tapi aku khawatir ada buaya!" kata nona Wan.
"Buaya itu hidup di air, masakan dia sampai ke daratan?"
"Buaya yang kumaksudkan itu bajak laut yang tempo hari kapalnya kita lihat itu!" kata nona Wan.
"Aku yakin ayahmu gagah, jadi mana takut dia pada segala bajak laut" kata Ci Giok Phang.
"Anak buah Ayahku banyak sekali, tapi herannya kenapa kita belum disambut oleh mereka?" kata nona Wan. "Eh, kau dengar sesuatu tidak?"
Saat Ci Giok Phang pasang telinga, dia mendengar suara orang.
Nona Wan mengajak Ci Giok Phang ke arah suara orang itu. Tak lama mereka bertemu dengan orang-orang itu.
1124 "Eh, Sio-cia (Nona), kau sudah pulang! Siapa pemuda ini?" kata orang itu.
"Dia temanku," jawab nona Wan singkat. "Di mana Ayah?"
"Kebetulan Nona pulang. Ayahmu sekarang sedang menghadapi musuh yang tangguh di sana!" kata orang tua itu.
"Apakah mereka kelompok Kiauw Sek Kiang?"
"Benar! Ayahmu sedang menghadapi mereka. To-cu melarang kami ke sana!" kata orang tua itu.
"Kau lindungi Ci Kong-cu! Ci Toa-ko aku akan melihat Ayahku dulu!" kata nona Wan.
Pelayan tua itu tercengang kelihatan dia kecewa. Dia kira nona Wan datang membawa bala-bantuan yang tangguh. Tidak tahunya nona ini membawa orang sakit.
Wan Say Eng maju terus, di sana dia lihat anak buah ayahnya banyak yang bersembunyi di semak-semak. Di tengah tegalan kelihatan ayah nona Wan sedang berhadapan dengan para bajak laut.
"Orang she Wan,! Dulu aku telah kau kalahkan.
Sekarang aku datang untuk membalas dendam!"' kata seorang dari mereka.
"Sudah jangan banyak bicara," kata Wan Ceng Liong.
"Kami berenam telah berlatih cukup lama, entah berguna atau tidak" Sekarang kami datang untuk menghadapimu Wan To-cu!" kata Kiauw Sek Kiang. "Aku tidak bermaksud mengeroyokmu, tapi ilmu yang kami latih memang harus berenam. Kau juga boleh maju berenam seperti kami!"
1125 Tantangan itu seolah adil. tapi Wan Ceng Liong tidak punya anak buah yang ilmu silatnya tangguh. Itu sama saja dengan dia akan dikeroyok berenam.
"Karena kalian datang mencariku, baik akan kuhadapi kalian berenam dengan sendiri saja!" kata Wan Ceng Liong.
Wan Say Eng kaget. "Ayah sendirian sedang musuh datang begitu banyak!"
pikir nona Wan. "Apa mungkin Ayah sanggup menghadapi mereka?"
"Jadi kau sendiri yang akan menghadapi kami?" kata Kiauw Sek Kiang selanjutnya.
"Benar! Mari maju!" kata Wan Ceng Liong.
"Baik, aku hanya akan berurusan denganmu dan tidak akan mengganggu anak buahmu!" kata Kiauw Sek Kiang.
"Kau terlalu dini berkata begitu padaku, ayo maju," kata Wan Ceng Liong.
Selesai bicara Wan Ceng Liong langsung menyerang muka Kiauw Sek Kiang.
"Bagus!" kata Kiauw Sek Kiang.
Dia balas dengan pukulan Tay-si-pi-ciu hingga langsung mengetahui tenaga orang she Wan itu seimbang. Jika mereka bisa mengepung Wan Ceng Liong, maka mereka akan menang.
Baru saja dia menghindar dari pukulan lawan. Wan Ceng Liong langsung menyerang lagi dengan hebat.
Dengan lincah dia bergerak ke segala penjuru. Tak lama dia sudah ada di hadapan seorang lelaki bewok. Orang itu bernama Ciong Bu Pa.
"Jangan sombong orang she Wan!" kata Ciong Bu Pa.
1126 Saat Wan Ceng Liong menyerang si bewok. tahu-tahu si bewok menggunakan tongkat orang-orangan dari kuningan menotok jalan darah di kaki lawan. Wan Ceng Liong kaget, buru-buru dia tangkis senjata lawannya.
"Taak!" Tongkat Ciong Bu Pa miring ke samping, tapi disusul oleh serangan Wan Ceng Liong yang cepat. Dengan cepat Ciong Bu Pa menghindar, tapi tak urung tangan Wan Ceng Liong mengenai bahunya. Dia kesakitan dan mundur beberapa langkah ke belakang.
"Sayang!" kata Wan Ceng Liong
Tapi pukulannya tidak mampu merobohkan lawannya.
Pertarungan semakin seru. Berkali-kali Wan Ceng Liong menyerang lawan. Baru saja Kiauw Sek Kiang menyerang, dia sudah didahului oleh Wan Ceng Liong dari samping.
Tiba-tiba Kiauw Sek Kiang menjulurkan jari akan menotok jalan darah Lo-kiong-hiut di telapak tangan Wan Ceng Liong.
"Kena!" bentak Wan Ceng Liong.
Tapi pada saat itu laksana puluhan bayangan mengarah ke wajah Kiauw Sek Kiang, dan mengakibatkan mata Kiauw jadi silau. Dia mundur untuk menghindari serangan itu. Menyaksikan hal itu nona Wan girang bukan kepalang.
"Entah kapan aku sepandai Ayahku?" pikir nona Wan.
Melihat gelagat buruk bagi dirinya Kiauw Pek Kiang segera menggunakan tangannya untuk menghalau setiap serangan lawan. Dia malah sudah siap untuk adu jiwa dan binasa bersama lawannya.
Baru saja Wan Ceng Liong akan melancarkan pukulan mautnya, dari belakang terasa ada sambaran angin.
1127 Ternyata Ciong Bu Pa menyerang bersama keempat kawannya.
Wan Ceng Liong bergeser sedikit, tangannya langsung menghantam dua lawannya yang datang begitu dekat.
Ketika kedua lawannya itu menangkis pukulan Wan Ceng Liong, datang dua kawannya yang lain ikut mengeroyok.
Dengan jurus Kim-na-ciunya yang lihay Wan Ceng Liong memaksa keempat lawannya itu mundur. Kembali Ciong Bu Pa dan Kiauw Sek Kiang maju menyerang.
Mendapat serangan yang bergantian ini, Wan Ceng Liong kaget juga. Dia tidak menyangka keenam lawannya itu lihay. Dia merasa dalam bahaya. Sebenarnya ilmu silat Wan Ceng Liong lebih tinggi dari musuh-musuhnya. Tetapi serangan mereka bertubi-tubi dan dilakukan secara bergantian ini membuat Wan Ceng Liong agak kewalahan juga. Sedang Kiauw Sek Kiang yang ilmu silatnya paling tinggi, merupakan tulang punggung kelima kawankawannya. Tidak heran jika pertarungan itu kurang seimbang. Barisan lawan ini sekarang jadi Sulit ditembus oleh Wan Ceng Liong.
Merasa di atas angin kiauw Sek Kiang berteriak.
"Kepandaian kami memang tidak seberapa, tapi kau pun akan sulit menembus barisan kami!" katanya.
"Baik, aku akan mengadu jiwa dengan kalian. Jika aku bisa membunuh salah satu dari kalian, itu sudah bisa dianggap impas!" kata Wan Ceng Liong. "Aku mati dan salah satu dari kalian juga harus mati!"
Wan Ceng Liong dengan mata mendelik langsung menyerang dengan hebat. Empat kawan Kiauw Sek Kiang jadi jerih juga menghadapi lawannya yang mulai nekat itu.
"Tahan! Jangan panik, terus kepung dia!" kata Kiauw Sek Kiang memberi semangat pada kawan-kawannya.
1128 Kiauw Sek Kiang menyerang dari depan, Ciong Bu Pa dari belakang. Sedang keempat kawannya masing-masing menyerang dari samping Wan Ceng Liong. Dikepung demikian Wan Ceng Liong jadi bingung, keringat dingin membasahi tubuhnya. Melihat ayahnya dalam bahaya nona Wan melemparkan pedang ke arah ayahnya.
"Terima pedang ini Ayah!" teriak nona Wan.
Pedang itu semula memang milik ayahnya, tajamnya luar biasa. Terlihat secercah cahaya meluncur ke tengah gelanggang pertempuran.
Kiauw Sek Kiang yang tahu, jika pedang itu jatuh ke tangan Wan Ceng Liong, maka orang she Wan itu akan berbahaya sekali baginya. Kiauw Sek Kiang langsung melompat, maksudnya akan menyambar pedang itu, sebelum sampai ke tangan Wan Ceng Liong.
"Terima dulu pukulanku ini!" bentak Wan Ceng Liong ke arah Kiauw Sek Kiang.
Pedang yang terdorong oleh tenaga Wan Ceng Liong, berbalik ke tubuh Kiauw Sek Kiang. Orang she Kiauw ini kaget bukan kepalang. Karena tidak berani menyambut pedang yang sedang meluncur deras ke arahnya, Kiauw Sek Kiang berkelit. Terdengar suara keras.
"Trang!" Pedang itu bentrok dengan senjata milik Ciok Bu Pa yang mirip boneka dari kuningan. Pedang itu terpental dan berbalik hingga dengan mudah ditangkap oleh Wan Ceng Liong.
Setelah punya senjata di tangannya,, serangan-serangan Wan Ceng Liong datang bagaikan badai saja. Ciong Bu Pa mencoba menahan serangan itu dengan senjatanya.
Namun, pedang Wan Ceng Liong berkali-kali menghajar 1129
senjatanya, hingga di sana-sini berbekas kena pedang.
Mula-mula Wan Ceng Liong berhasil mendesak musuh, tapi lama-lama kembali dia terdesak lagi. Melihat ayahnya dalam bahaya nona Wan maju, tapi dicegah ayahnya.
"Mundur kau anak Eng!" kata ayahnya.
"Tidak, mati hidup kita bersama!" kata nona Wan.
"Jangan bandel, mundur!" kata sang ayah.
"Tidak, aku terpaksa melanggar perintahmu!" kata nona Wan yang terus maju.
Nona Wan menghunus belati dan menyerang salah seorang lawan ayahnya. Belati itu pemberian ibu nona Wan, tajamnya luar biasa. Gin-kang nona Wan cukup tinggi, oleh karena itu dia bertarung dari jarak dekat.
Serangan nona Wan ganas sekali hingga orang yang diserangnya itu terpaksa mundur.
"Nona, akan kupenuhi cita-citamu ingin berbakti pada orang tuamu!" kata Kiauw Sek Kiang sambil tertawa. Dia cengkram nona Wan dengan tangannya. Pada saat bersamaan berkelebat pedang Wan Ceng Liong ke arah Ciong Bu Pa, sedang tangannya menyerang ke arah Kiauw Sek Kiang. Pukulan Wan Ceng Liong cukup keras.
"Anak Eng, gunakan kelincahanmu! Hindari setiap serangan musuh!" kata ayah nona Wan.
Wan Ceng Liong tahu adat anaknya keras kepala, maka itu dia memberi petunjuk cara bertarung kepada nona Wan.
Kiauw Sek Kiang berhasil mengelak dari serangan Wan Ceng Liong, tapi nona Wan berhasil melompat ke samping lawan, hingga cengkaraman Kiauw Sek Kiang mengenai tempat kosong. Ternyata pukulan Kiauw Sek Kiang tidak ringan.
1130 Wan Say Eng berusaha menghindari keras lawan keras, tubuhnya bergerak ringan dan lincah di antara keenam lawannya. Dengan bekerja sama dengan ayahnya, nona Wan berhasil mengubah situasi pertempuran menjadi seimbang kembali. Tetapi untuk merusak konsentrasi kepungan musuh mereka belum berhasil.
Lama kelamaan tenaga nona Wan mulai agak
berkurang. Saat senjata Ciong Bu Pa menyambar pinggangnya. Wan Say Eng segera menghindar ke samping, lalu menerobos melalui dua senjata lawan, tapi tidak urung rambutnya terpapas golok lawan sedikit. Saat menyaksikan adegan itu pelayan tua yang sedang menjaga Ci Giok Phang sempat menjerit kaget.
Menyaksikan nona Wan dan ayahnya dalam bahaya, Ci Giok Phang tidak sabaran. Dia melompat keluar dari persembunyiannya dan langsung ke tengah pertempuran.
"Mundur!" kata nona Wan. "Teng Toa-siok ajak dia mundur!"
Belum habis kata-kata nona Wan salah seorang lawan sudah melemparkan tiga batang pisau terbang, dua ke arah Ci Giok Phang yang satu ke arah pelayan tua yang menyusul Ci Giok Phang, untuk mencegah Ci Giok Phang maju lebih jauh.
"Ci Kong-cu kembali. Kem...."
Saat pelayan tua itu hampir dekat dengan Ci Giok Phang, pisau terbang langsung menyambar ke
tenggorokannya. Seketika pelayan tua itu roboh dengan tubuh berlumuran darah. Sedang dua pisau yang menyambar ke arah Ci Giok Phang berhasil disampok oleh pemuda ini, sehingga kedua pisau itu jatuh ke tanah. Ci Giok Phang terus maju ke dekat nona Wan.
1131 Sekalipun dalam keadaan terdesak dari sedang sakit, Ci Giok Phang terus maju. Dia tanggung mengeluarkan seluruh kemampuannya menyerang lawan dengan hebat.
Saat Kiauw Sek Kiang akan mencengkram nona Wan, pedang Wan Ceng Liong tertahan oleh senjata Ciong Bu Pa. Ketika itu nona Wan sedang cemas bukan main, karena akan tercengkram oleh lawan, ayahnya tidak mungkin menolong dia. Untung tiba-tiba Ci Giok Phang menyerbu ke arahnya. Dengan pedangnya Ci Giok Phang menyerang Kiauw Sek Kiang.
Sebagai jago kelas satu. Kiauw Sek Kiang langsung tahu, penyerangnya bukan pesilat sembarangan. Dia kaget bukan main dan tidak menyangka jika di Beng-shia-to terdapat pesilat muda yang berilmu tinggi. Serangan itu sangat berbahaya, maka itu dia harus segera menyelamatkan diri.
Serangan ke Wan Say Eng dia batalkan.
"Trang!" Pedang Ci Giok Phang langsung terpental. Cepat luar biasa Wan Ceng Liong menyerang secara bertubi-tubi sebanyak tiga kali ke arah Ciong Bu Pa, dengan demikian orang she Ciong ini terpaksa mundur. Sesudah itu Wan Ceng Liong memindahkan serangannya ke arah Kiauw Sek Kiang. Dengan demikian orang she Kiauw itu tidak dapat menyerang Ci Giok Phang.
"Kenapa tak kau pikirkan kesehatanmu?" kata nona Wan yang girang juga khawatir bukan main pada keselamatan Giok Phang.
"Kau penyelamat jiwaku, jika aku berkorban untukmu itu pantas sekali," kata Ci Giok Phang. Sebagai pemuda jujur dan polos apa yang dia pikir langsung dia ucapkan, dia tidak peduli apakah ucapannya akan menimbulkan salah paham atau tidak. Alangkah bahagianya nona Wan saat 1132
mendengar pemuda itu berkata begitu. Dia senang dan girang bukan main.
"Terima kasih Ci toa-ko. mari kita bertarung bersama untuk mempertahankan hidup dan mati bersama!" kata nona Wan.
Ketika ayahnya mendengar puterinya memanggil pemuda itu dengan panggilan Ci Toa-ko. dia kaget.
"Eng, jadi dia bukan Kong-sun Po?" kata ayahnya.
"Benar, dia Ci Toa-ko dari Pek-hoa-kok, sengaja dia kubawa pulang untuk diperkenalkan kepada Ayah!" kata nona Wan.
"Rupanya anakku jatuh cinta pada pemuda ini. Tidak masalah, keluarga Ci dari Pek-hoa-kok juga terkenal!" pikir Wan Ceng Liong.
"Hm! Jangan girang dulu!" kata Kiauw Sek Kiang. "Baik, aku akan mengantarkan kalian semua ke neraka!"
"Puteriku, ternyata kau jeli, plihanmu tidak salah," kata Wan Ceng Liong. "Sampai matipun Ayah tidak akan membiarkan mereka melukai kalian!"
Sesudah itu Wan Ceng Liong menyerang dengan hebat, pedangnya bergerak kian ke mari. Pedang itu menyambar ke segala penjuru. Sebaliknya Ci Giok Phang yang belum sehat benar terpaksa diam di tempat. Dia hanya menangkis setiap serangan lawan yang datang kepadanya. Tetapi ini pun membuat dia lelah dan terdesak.
Sekarang Kiauw Sek Kiang dan kawan-kawannya berada di atas angin. Tidak heran sekarang mereka mengepung semakin rapat. Pada saat sangat berbahaya, terdengar suara suitan panjang.
1133 Mendengar suara suitan itu Kiauw Sek Kiang kaget bukan kepalang. Ketika dia menoleh tampak seorang tua berjubah hijau sudah berada di tempat mereka. Dia Kiong Cauw Bun. Bukan Kiauw Sek Kiang saja yang kaget, tetapi Ci Giok Phang pun ikut kaget saat melihat orang tua itu muncul.
"Rupanya aku datang tepat pada waktunya," kata Kiong Cauw Bun sambil tertawa. "Ilmu silat kalian semua sangat hebat dan bagus untuk ditonton!"
Pertarungan antara hidup dan mati itu oleh Kiong Cauw Bun dianggap tontonan yang menarik. Dari ucapannya itu seolah dia datang hanya untuk menonton perkelahian itu, alias tidak memihak ke mana pun.
Kiauw Sek Kiang sudah kenal adat Kiong Cauw Bun yang ganas, tentu saja dia jadi kaget bukan main. Tetapi sesudah tahu Kiong Cauw Bun hanya ingin menonton keramaian, hati Kiauw Sek Kiang lega juga.
Dia tahu hubungan antara Kiong Cauw Bun dan Wan Ceng Liong cukup akrab. Jika Kiong Cauw Bun membantu pihak Wan, maka celakalah mereka. Tapi Kiauw Sek Kiang tetap berpikir memikirkan sesuatu jalan yang terbaik.
"Jangan-jangan dia biarkan kami bertarung, sesudah kami semua kepayahan, dia akan turun tangan untuk keuntungan pihaknya?" pikir Kiauw Sek Kiang.
Tiba-tiba nona Wan berteriak.
"Paman Kiong! Sebaiknya kau jangan cuma menonton, ayo ikut bertarung!" kata nona Wan.
Kiauw Sek Kiang juga tidak mau kalah, dia juga berteriak.
1134 "Hek-hong To-cu, saat ini hanya kepandaianmu yang bisa disejajarkan dengan Beng-shia To-cu! Apa kau tidak ingin menjadi jago dan menjajalnya pada saat yang baik ini?" kata Kiauw Sek Kiang memanas-manasi Kiong Cauw Bun.
"Hm! Bagus juga usulmu itu! Tapi harus kupertimbangkan dulu, baik tidak usulmu itu?" kata Kiong Cauw Bun sambil tertawa.
"Paman Kiong, apa kau sudah lupa bagaimana kau berhasil menguasai Cit-sat-ciangl" kata nona Wan. "Maka itu aku ingatkan bagaimana hubungan kita selama ini."
Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ucapan nona Wan jelas mengandung nada khawatir kalau Kiong Cauw Bun terpengaruh dan memihak pada lawan mereka.
"Jelas aku tidak lupa pada jasa ayahmu itu. Nona Wan!"
kata Kiong Cauw Bun. "Diam anak Eng, jangan sembarangan bicara," ayah nona Wan memperingatkan puterinya.
Lalu Wan Ceng Liong memandang ke arah Kiong Cauw Bun.
"Kiong-heng, kau tahu sifatku, aku bukan orang yang suka menerima bantuan orang. Jika kau ingin membantuku, terima kasih. Tapi harus bantuan yang keluar dari lubuk hatimu! Aku tidak memaksamu. Tetapi jika kau berniat mencelakakan aku pada kesempatan ini, aku pun tidak akan mudah berlutut di depanmu!" kata Wan Ceng Liong.
"Hek-hong To-cu, jika kau membantu pihakku, maka apapun yang ada di pulau ini akan menjadi milikmu!
Karena yang kami inginkan hanya jiwa Wan Ceng Liong!
Selain itu aku juga bersedia menghadiahkan barang yang 1135
ada di kapal layarku untukmu semuanya!" kata Kiauw Sek Kiang mencoba membujuk Cauw Bun.
Sambil tertawa Kiong Cauw Bun berkata dengan nyaring.
"Ternyata hadiah yang kalian sediakan untukku, jumlahnya tidak sedikit!" kata Kiong Cauw Bun.
Wan Say Eng tidak mau kalah dia juga berteriak.
"Paman Kiong, apakah kau ingin tahu di mana Kiong Mi Yun berada?" kata nona Wan. "Apa kau juga ingin tahu tentang kitab racun keluarga Suang?"
Kiong Cauw Bun tertawa terbahak-bahak.
"Oh, nona Wan kau ingin menyuapku dengan keterangan itu" Benar aku menghendakinya!"
Sesudah berkata begitu sorot mata Kiong Cauw Bun tertuju pada Ci Giok Phang yang ada dekat nona Wan.
"Hm! Kepandaianmu cukup tinggi, ternyata kau selamat dari pukulanku! Tapi aku bingung, keponakanku yang manis aku ingin bertanya. Sekarang di mana bocah yang bersamamu tempo hari" Kau sekarang malah berganti dengan bocah ini?"
"Paman Kiong bereskan dulu mereka, baru akan kuceritakan semuanya padamu!" kata nona Wan.
"Baik, kau akan kubantu. Tapi aku ingin bertanya, apakah kawan baikmu itu akan membalas dendam padaku atau tidak?" kata Kiong Cauw Bun.
"Tidak! Tidak mungkin!" kata nona Wan.
"Baik! Tapi aku ingin mendengar janji itu dari dia sendiri. Sesudah masalah ini beres, biar aku yang menentukan nasibnya!" kata Kiong Cauw Bun.
1136 Mendengar pembicaraan itu Ci Giok Phang gusar bukan kepalang.
"Seorang pria sejati lebih baik mati daripada minta ampun pada orang lain. Jika kau takut aku membalasdendam lebih baik kau gunakan kesempatan baik ini!" kata Ci Giok Phang.
"Bagus! Kau seorang pria sejati!" memuji Kiong Cauw Bun.
"Bagus, memang dia tidak memalukan sebagai menantuku!" kata Wan Ceng Liong.
Ci Giok Phang belum sehat benar. Pikirannya juga sedang kacau. Saat itu Kiauw Sek Kiang langsung menyerangnya, tapi dengan cepat Ci Giok Phang menangkis serangan itu.
"Trang!" Pedang Ci Giok Phang terpental. Saat itu bahaya mengancam pemuda ini. Tapi untung dengan kecepatan luar biasa, Wan Ceng Liong mengibaskan lengan bajunya hingga tubuh Ci Giok Phang terlempar sekitar beberapa meter jauhnya. Dengan demikian dia terhindar dari pukulan Kiauw Sek Kiang.
Dengan sigap pula Hek-hong To-cu sudah langsung menyambar tubuh Ci Giok Phang, hingga pemuda ini tidak sampai jatuh ke tanah. Tetapi pemuda itu sudah tak sadarkan diri. Nona Wan kaget.
"Paman Kiong kau boleh menonton, tapi jangan lukai dia!" memperingatkan nona Wan.
Sesudah meletakkan Ci Giok Phang dan menotok jalan darahnya, Kiong Cauw Bun menyahut.
1137 "Baik! Saudara Wan mengingat hubungan kita, maka pantas aku membantumu," kata Kiong Cauw Bun. "Hanya untuk itu kau harus menerima syarat dariku. Jika aku menanyakan sesuatu pada Wan Say Eng, dia harus menjawab pertanyaanku dengan jujur! Tidak boleh membohongiku sedikit pun!"
"Baik, Paman Kiong aku berjanji!" sela Wan Say Eng.
"Sejak dulu aku tidak bersedia ditekan oleh orang lain!"
kata Wan Ceng Liong. "Dengar Hek-hong To-cu, dia tidak berbudi dan tidak tahu diri. Lebih baik kau bantu kami saja," kata Kiauw Sek Kiang.
"Kiauw Sek Kiang. lekas kau enyah dari sini!" bentak Kiong Cauw Bun dengan tiba-tiba.
"Aneh," pikir Kiauw Sek Kiang. "Pikiran orang ini begitu cepat berubah!"
"Persahabatan kami tidak bisa kau pecah belah begitu saja," kata Kiong Cauw Bun. "Enyah kau dari sini, apa kau tidak mendengar kata-kataku?"
Kiong Cauw Bun tiba-tiba maju dan melancarkan serangan.
"Plaaak!" Kedua tangan mereka beradu dengan keras. Kiong Cauw Bun terhuyung mundur dua langkah, sedang Kiauw Sek Kiang cuma menggeliat, tetapi urat di tubuhnya berubah jadi hijau semuanya. Kelihatan seolah Kiauw Sek Kiang yang lebih unggul dari Kiong Cauw Bun, walau dia mengeluh. Pukulan Kiong Cauw Bun sangat beracun, sedang Kiauw Sek Kiang menggunakan jurus Tay-cui-pi-ciu. Namun, saat dia menyambut pukulan Kiong Cauw 1138
Bun, keras melawan keras. Tak heran seketika itu juga dadanya terasa sesak dan mual ingin muntah. Tapi Iweekang Sek Kiang tinggi hingga dalam sekejap tenaganya pulih lagi. Dia sadar jika terus bertarung, paling kuat dia hanya bisa menahan tiga jurus saja.
Saat itu Kiong Cauw Bun berbalik, dia langsung menyerang Ciong Bu Pa. Dengan cepat Bu Pa mengangkat senjatanya menangkis serangan lawan. Sekalipun pukulan Kiong Cauw Bun tidak mengenai dirinya, tapi angin pukulan itu menyambar ke mukanya. Dia kaget langsung melompat keluar dari kalangan menjauhi lawan.
Saat Kiong Cauw Bun sedang menghadapi dua orang lawan tangguh, Wan Ceng Liong tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dia serang dua musuh lainnya hingga kedua orang itu segera dia cengkram lalu dia lemparkan.
"Tidak ada gunanya aku bunuh kalian!" kata Wan Ceng Liong.
Saat itu kepungan musuh langsung berantakan. Kiauw Sek Kiang sadar dia sudah tidak mungkin bertarung lagi.
"Baik, Hek-hong To-cu, aku menuruti nasihatmu. Ijinkan kami pergi!" kata Kiauw Sek Kiang.
"Jika sejak tadi kau mendengar kata, aku tidak akan menyusahkanmu! Lekas pergi!" kata Kiong Cauw Bun.
Sesudah Kiauw Sek Kiang dan kawan-kawannya pergi.
Wan Ceng Liong memberi hormat pada Kiong Cauw Bun.
"Terima kasih atas bantuanmu, Saudara Kiong!" kata Wan Ceng Liong.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- 1139 Bab 42 Kiong Cauw Bun tertawa terbahak-bahak sambil melirik ke arah nona Wan dan Ci Giok Phang yang tergeletak karena lukanya. Kemudian jago Hek-hong-to ini memberi hormat pada Wan Ceng Liong.
"Sudahlah, kau tidak perlu mencaciku lagi! Karena sudah tidak ada urusan di sini, aku mohon pamit!" kata Cauw Bun.
"Tunggu dulu!" kata Wan Ceng Liong.
"Ada apa yang hendak kau katakan?" kata Kiong Cauw Bun.
"Orang she Wan selalu membedakan antara budi dan dendam secara tegas," kata Wan Ceng Liong. "Tadi kau bilang kau harus berjanji padamu, lekas katakan!"
"Bukankah tadi kau telah menolak permintaanku?" kata Kiong Cauw Bun acuh tak acuh.
"Memang, tadi aku sedang terdesak, maka aku tidak bersedia ditekan orang pada saat aku terdesak," kata Wan Ceng Liong. "Sekarang kau telah membantuku tanpa bicara soal syarat, maka aku jadi tak enak hati, kebaikanmu patut kubalas!"
"Terima kasih, aku rasa tidak perlu," kata Kiong Cauw Bun. Dia berbalik lalu menyambar tubuh Ci Giok Phang yang dia kepit akan dibawa pergi.
"Lepaskan dia. Paman Kiong! Kau mau apakan dia?"
teriak nona Wan. "Aku yang menyelamatkan dia dari tangan Kiauw Sek Kiang, maka jadi hakku jika dia aku bawa pergi!" kata Kiong Cauw Bun.
1140 "Kau telah membantuku, Saudara Kiong. Aku harus berterima kasih," kata Wan Ceng Liong. "Sekarang kau beri muka padaku, bebaskan bocah itu untukku!"
"Saudara Wan kau membedakan antara dendam dan budi, aku juga demikian," kata Kiong Cauw Bun. "Dia punya masalah padaku, akan kubawa dia ke pulauku. Di sana dia harus merasakan sedikit siksaan dariku, sekalipun jiwanya akan kuampuni!"
Wan Say Eng kaget karena dia tahu bagaimana orang yang dikurung di goa pulau itu akan menderita.
"Paman Kiong, aku sudah berjanji akan memberi keterangan dengan jujur, asal kau tidak menyiksa dia!" kata nona Wan.
"Oh, jadi kau ingin berunding dan tawar-menawar denganku?" kata Kiong Cauw Bun. "Baiklah, aku akan sedikit menurunkan tawaranku!"
Merasa terdesak Wan Ceng Liong langsung bicara.
"Saudara Kiong, kalau begitu apa maumu, lekas katakan!" kata Wan Ceng Liong.
"Katakan dulu, kenapa kau mati-matian ingin membela bocah ini?" kata Kiong Cauw Bun.
"Dia calon menantuku, bukankah tadi sudah kukatakan padamu?"
"Benarkah begitu?"
"Kenapa aku harus berbohong?" kata Wan Ceng Liong.
"Bukankah orang ini yang menggunakan nama palsu Ciu Chu Kang, padahal dia bernama Kong-sun Po?" kata Cauw Bun.
1141 Dulu dia bersama Kong-sun Po saat bertemu dengan Kiong Cauw Bun, supaya bebas dari gangguan Kiong Cauw Bun, nona Wan memang pernah mengaku bertunangan dengan Kong-sun Po yang menggunakan nama palsu Ciu Chu Kang. Sekarang Wan Say Eng terkejut ketika ingat hal itu, dia berpikir kini saatnya dia harus berterus-terang.
"Mungkin dia sudah tahu aku berniat merebut calon menantunya," pikir Wan Ceng Liong yang kaget bukan main. "Untung pemuda yang dicintai anakku bukan calon menantunya, tapi pemuda she Ci ini! Dengan demikian aku jadi enak bicara dengannya. Aku bisa menyangkal jika dia menuduhku!"
"Saudara Kiong kau jangan bicara sembarangan, puteriku sudah mengikat janji dengannya dan tak lama lagi mereka akan menikah!" kata Wan Ceng Liong.
"Benarkah begitu" Baik, tapi aku harus mendengar sendiri dari Ci Kong-cu baru aku percaya!" kata Kiong Cauw Bun.
Kemudian dia membuka totokan di tubuh Ci Giok Phang. Sesudah pemuda itu sadar dia langsung bertanya.
"Saudara Ci, apa hubunganmu dengan Wan Ceng Liong?" kata Kiong Cauw Bun.
Sebenarnya sudah sejak tadi Ci Giok Phang bisa membebaskan totokan orang tua itu, tapi ini tak diketahui oleh Kong Cauw Bun. Tidak heran kalau dia sudah tahu apa yang sedang mereka bicarakan.
"Ayah nona Wan sudah kelelahan karena lama bertarung," pikir Ci Giok Phang. "Maka tidak mungkin ayah nona Wan akan sanggup melawan Kiong Cauw Bun.
Sedang Kiong Cauw Bun salah sangka, aku dikira menantunya. Lebih baik aku mengakuinya saja!"
1142 Begitu bangun Ci Giok Phang langsung lari ke arah Wan Ceng Liong sambil berseru.
"Gak-hu (Mertua), tolong aku!" kata Ci Giok Phang.
Ucapan itu membuat wajah nona Wan berubah merah, namun hatinya girang bukan kepalang.
"Nah, apa aku bohong?" kata Wan Ceng Liong.
"Baiklah, tapi apakah kau sanggup mengerjakan urusanku?" kata Kiong Cauw Bun.
"Katakan saja," kata Wan Ceng Liong. "Tunggu, aku akan bertanya dulu pada puterimu," kata dia. "Nona Wan, benarkah pemuda yang bersamamu dulu itu Kong-sun Po?"
"Benar, jika Paman Kiong sudah tahu kenapa bertanya lagi?"
"Kenapa waktu itu kau membohongiku?"
"Aku berbohong demi kebaikan Paman," kata nona Wan.
"Maksudmu?" "Ketahuilah oleh Paman, Enci Kiong sudah bertemu dengan Kong-sun Po, mereka sudah saling mengaku sebagai calon suami isteri," kata nona Wan. "Malah mengenai Paman akan menyusahkan menantumu itu, hal itu pun sudah diketahui oleh Enci Kiong! Maka itu kusarankan pada Paman, sebaiknya Paman mengurus kepentingan puterimu itu."
"Hm! Kau jangan ikut campur urusanku," kata Kiong Cauw Bun. "Sekarang katakan, ke mana mereka?"
"Mereka pergi ke Kim-kee-leng!" kata nona Wan.
"Kiranya benar mereka bergabung dengan musuhku!"
pikir Kiong Cauw Bun. 1143 Sesudah Kiong Cauw Bun mengetahui pemuda itu Kong-sun Po, maka dia berharap agar bisa mengambil Kong-sun Po sebagai menantunya.
"Apa Paman ada pertanyaan lain?" kata nona Wan.
"Sekarang kitab racun keluarga Suang ada di tangan siapa?" kata Kiong Cauw Bun.
"Di tangan See-bun Souw Ya," kata nona Wan.
"Kenapa kitab itu tidak diwariskan pada Kong-sun Po?"
kata Kiong Cauw Bun. "Maaf Paman soal ini aku tidak tahu!" jawan nona Wan.
"Dari mana kau tahu kitab itu ada di tangan See-bun?"
"Luka yang diderita olehnya." kata nona Wan sambil menunjuk ke arah Ci Giok Phang, "terkena pukulan Hua-hiatto. Saat dia terluka oleh Paman, lukanya hampir sembuh. Tapi dia dilukai lagi oleh The Yu Po, murid See-bun Souw Ya!"
"Benarkah begitu?" kata Kiong Cauw Bun yang langsung melompat dan mencengkram Ci Giok Phang.
"Lepaskan dia!" bentak Wan Ceng Liong.
Sambil membentak Wan Ceng Liong menyerang, tapi serangan itu ditangkis oleh Kiong Cauw Bun, hingga dia mundur dua langkah. Keduanya sadar sama-sama kuat.
Maka itu Wan Ceng Liong berkata.
"Hm! Kau hendak membawa menantuku yang sedang terluka parah" Baik aku akan adu jiwa denganmu!" kata Wan Ceng Liong.
1144 Ucapan Wan Ceng Liong bukan hanya gertakan, jika dia bertarung mati-matian dan nekat, jiwa Kiong Cauw Bun pun bisa terancam bahaya. Kiong Cauw Bun lalu berkata manis.
"Saudara Wan kau salah sangka!" kata dia yang langsung memeriksa nadi Ci Giok Phang. Dia merasakan ada hawa panas berbalik ke arahnya.
"Benar, dia terluka oleh Hua-hiat-to" kata Kiong Cauw Bun sambil melepaskan tubuh Ci Giok Phang.
"Nah, dia kukembalikan padamu. Tapi kau tetap harus memegang janjimu tadi!" kata Kiong Cauw Bun.
"Tentu, sejak kapan orang she Wan menjilat ludahnya kembali?" kata Wan Ceng Liong. "Kau ingin aku berbuat apa, aku siap melaksanakannya."
"Bagus! Tapi batas waktunya harus ditentukan!" kata Kiong Cauw Bun.
"Katakan saja, masalah apa?"
"Dalam waktu yang aku tentukan, kau harus bisa merebut kitab racun itu dari tangan See-bun Souw Ya," kata Cauw Bun.
Mendengar keterangan itu Wan Ceng Liong berpikir.
"See-bun Souw Ya lihay, apalagi dia bergabung dengan Chu Kiu Sek. Aku benar-benar harus menghadapi lawan berat! Tapi aku sudah berjanji menyanggupi tugas itu, jika tidak aku akan kehilangan pamor!" pikir Wan Ceng Liong.
Melihat Wan Ceng Liong agak ragu, Kiong Cauw Bun langsung berkata lagi.
"Ilmu silatmu lihay, masakan kau takut pada mereka?"
kata Kiong Cauw Bun. 1145 "Jangan kau panas-panasi aku, pasti akan aku laksanakan. Hanya jika waktunya cuma setahun, aku keberatan!" kata Ceng Liong.
"Baik, kutetapkan dua tahun, bagaimana?" kata Kiong Cauw Bun. "Nah, dua tahun kemudian aku akan datang lagi ke tempat ini. Sekarang aku mohon diri!"
Sesudah Kiong Cauw Bun pergi nona Wan berkata pada ayahnya.
"Tugas Ayah sangat berat. See-bun Souw Ya sekarang kepercayaan Khan Agung dari Mongol!" kata nona Wan.
"Tapi apa yang sudah kujanjikan harus aku selesaikan, asal aku tetap sehat saja." kata Wan Ceng Liong.
"Sekarang Ayah harus mengobati Ci Toa-ko," kata nona Wan.
Wan Ceng Liong memeriksa nadi Ci Giok Phang. Sejak masih muda pemuda ini berlatih Siauw-yang-sin-kang, jadi keadaannya tidak mengkhawatirkan.
"Dia kuat dan mudah kuobati, paling lama sebulan dia akan pulih!" kata Wan Ceng Liong.
"Terima kasih To-cu," kata Giok Phang. "Kalian berdua sangat baik padaku, entah bagaimana aku harus berterima kasih pada kalian?"
"Kita telah menjadi keluarga, kau jangan sungkan lagi,"
kata Wan Ceng Liong. "Sekarang juga kau akan kuobati, kelak mungkin aku akan minta bantuanmu!"
"Bila To ... Eh Gak-hu (Ayah Mertua) memerlukan bantuan, aku siap sekalipun harus terjun ke lautan api!" kata Ci Giok Phang.
"Bagus, ini baru namanya orang sendiri," kata Wan Ceng Liong.
1146 Wan Ceng Liong berpikir, "Jika aku bisa diajari Iweekang aliran lurus, maka bahaya terserang Cauw-hwee-jipmo tidak akan terjadi."
Tidak lama muncullah semua anak buah Wan Ceng Liong dari persembunyiannya. Mereka langsung mengangkat tubuh Ci Giok Phang untuk dibawa ke dalam rumah.
"Sudah jangan ganggu dia, biar aku yang merawatnya,"
kata nona Wan. "Benar, siapkan kamar untuknya," kata Wan Ceng Liong pada pegawainya itu.
Sekarang Ci Giok Phang dipapah oleh nona Wan. Jarak dari lapangan itu ke rumah Wan Ceng Liong cukup jauh.
Saat berjalan nona Wan berkata perlahan pada Ci Giok Phang.
"Ci Toa-ko, kau tidak marah padaku, kan?" kata nona Wan.
"Aku harus berterima kasih padamu, kenapa aku harus marah?" kata pemuda ini.
"Tadi Ayahku salah sangka... Dia mengira kita sudah...
Aah aku terpaksa mengakuinya. Aku kira perbuatanku itu tidak pantas, apa kau tidak marah padaku?" menjelaskan nona Wan.
"Oh, itu yang kau maksudkan. Dalam hal itu akulah yang mungkin kurang pantas, entah bagaimana pendapatmu?" kata Ci Giok Phang yang mukanya langsung merah.
"Ci Toa-ko, kau jangan tertawakan aku tidak tahu malu.
Ini kulakukan demi kau, jika Ayahku tahu kita tidak ada hubungan dan membohonginya, mungkin dia akan 1147
mencelakaimu dan mengusirmu. Maka untuk sementara kita harus pura-pura sebagai calon suami isteri." kata Wan Say Eng.
Saat Ci Giok Phang melirik, dia lihat mata nona Wan basah oleh air mata. Tapi nona ini sangat cantik di matanya. Ternyata nona Wan pun sedang melirik ke arah Ci Giok Phang. Dia sedang menunggu jawaban pemuda itu. Melihat hal itu Ci giok Phang yang jujur dan berperasaan halus jadi terharu.
"Nona Wan, kau begitu baik kepadaku. Mungkin seumur hidupku pun aku sulit membalas kebaikanmu itu. Jika kau tidak....ah tidak....kita..."
"Kita kenapa?" tanya nona Wan perlahan.
"Biarlah kita...aah.... kita menjadi suami-isteri!" kata Giok Phang dengan suara perlahan.
"Oh, apakah kau tidak akan menyesal, Ci toa-ko?" kata nona Wan dengan wajah merah.
"Tidak! Malah aku yang khawatir aku tidak cocok menjadi suamimu." kata Giok Phang yang langsung merangkul tubuh nona itu tanpa sadar.
"Jangan," bisik nona Wan. "Nanti kita ditertawakan oleh para pelayan, nanti malam aku akan menemuimu!" kata nona Wan.
Ci Giok Phang sudah dibawa masuk tak lama mereka sudah menuju ke sebuah kamar. Kepada para pelayan nona Wan meminta agar merawat Ci giok Phang. Sesudah itu nona Wan meninggalkannya.
Sepeninggal Wan Say Eng yang pergi ke kamarnya. Ci Giok Phang melamun.
1148 "Mimpi pun aku tidak pernah bisa mengalami kejadian seperti hari ini," pikir pemuda ini. "Sungguh aku tidak menyesal."
Tiba-tiba bayangan Han Pwee Eng terbayang di depan matanya.
"Aah, Pwee Eng sekarang sudah rukun lagi dengan Kok Siauw Hong, mereka sejak kecil sudah bertunangan. Tidak pantas aku memikirkan dia!" pikir Ci Giok Phang. "Tapi entah bagaimana dengan nasib adikku. Aku kira Say Eng tidak membohongiku, dia pergi bersama Seng Liong Sen ke Kanglam. Ini di luar dugaanku, semoga dia tidak tertipu!"
Bukan hanya Ci Giok Phang yang mengkhawatirkan keselamatan Ci Giok Hian, tapi di Kim-kee-leng pun Kok Siauw Hong dan Han Pwee Eng juga sedang memikirkan nasib Ci Giok Hian ini.
Kedua muda-mudi ini tampak agak kikuk setiba mereka di Kim-kee-leng ini. Di sini sudah berkumpul para jago kalangan Kang-ouw. Di antara mereka pun ada beberapa orang yang pernah menyerbu ke Pek-hoa-kok. Di tempat ini pun ada dua pelayan tua Han Pwee Eng yaitu Liok Hong dan Lui Piauw, si Golok Emas yang pernah bertarung dengan Kok Siauw Hong. Mula-mula mereka heran melihat kedatangan kedua anak muda itu, tapi kemudian mereka gembira juga. Sambil tertawa riang Lui Piauw berkata.
"Ah, kalian sudah rukun lagi. Aku senang, apa yang terjadi dulu anggap saja tidak ada!" kata Lui Piauw.
"Paman Lui, kau jangan salah paham," kata Han Pwee Eng.
"Salah paham bagaimana?" kata Lui Piauw. "Bisa insaf pada kesalahan sendiri, itu sikap terpuji! Kok Siauw-hiap 1149
bersedia kembali, itu sangat bijaksana sekali, salah paham bagaimana?"
"Bukan itu maksudku, Paman Lui!"
"Lalu apa maksudmu?"
Kok Siauw Hong telah menyenggol nona Han, dengan demikian Pwee Eng tidak langsung menjawab. Nona Han pun berpikir jika saat itu masalah itu dibicarakan, dia khawatir akan menyinggung perasaan Kok Siauw Hong.
Sesudah berpikir sejenak Han Pwee Eng mulai bicara.
"Paman Lui, masalah dulu jangan kita ungkat-ungkat lagi. Sedang nasib Ayahku entah bagaimana belum kita ketahui" Kedatangan kami ini untuk minta bantuan pada Liu Li-hiap." kata Han Pwee Eng.
"Apa, aah! Kepandaian ayahmu sangat tinggi.
Bagaimana dia bisa mengalami hal yang tidak terduga?"
kata Lui Piauw. "Ceritanya panjang, akan kujelaskan nanti sesudah kami bertemu dengan Liu Li-hiap," kata nona Han.
Kedatangan Han Pwee Eng sangat menyenangkan hati Hong-lay-mo-li Liu Ceng Yauw. Dia juga sudah mendengar tentang kegagahan Kok Siauw Hong yang dia dengar bakal jadi suami nona Han. Maka dia berjanji pada nona Han akan membantu mencari kabar tentang ayah nona Han.
Suami Liu Li-hiap sedang pergi ke Ki-lian-san bersama Bulim-thian-kiauw, maka dia mengajak Pwee Eng tidur sekamar dengannya. Dari Liu Li-hiap nona Han banyak mendapat berbagai petunjuk.
Suatu hari setelah berlatih silat Hong-lay-mo-li bertanya pada nona Han.
1150 "Aku dengar ilmu silat Seng Cap-si Kouw sangat aneh dan luar biasa lihaynya, kau pernah menyaksikan sendiri.
Apa benar begitu?" kata Hong-lay-mo-li.
"Mana bisa sungai dibanding dengan lautan, dan bukit dengan sebuah gunung," kata nona Han sambil tersenyum.
"Aku memang pernah kaget menyaksikan
kepandaiannya itu, tetapi sekarang tidak lagi!"
Dia berkata begitu membandingkan Seng Cap-si Kouw sebagai sungai dan bukit, sedang Hong-lay-mo-li dia samakan dengan lautan. Mendengar pujian itu Hong-laymo-li agak tersipu.
"Aah, kau terlalu memujiku," kata Hong-lay-mo-li
"Aku dengar dia punya keponakan dan pernah ke sini?"
kata Han Pwee Eng. "Maksudmu Seng Liong Sen" Aku sedang memikirkan tentang dia, apa kau pernah bertemu dengannya?"
"Tidak. Aku dengar dia murid Bun Yat Hoan di Kanglam." Kata nona Han.
"Benar, dia datang atas perintah gurunya untuk berunding menghadapi bangsa Mongol. Sedang Seng Cap-si Kouw aku tidak tahu jelas, apakah dia itu orang baik atau orang jahat" Tapi Seng Liong Sen murid aliran lurus. Yang aku tidak tahu, apakah dia terpengaruh oleh bibinya atau tidak" Maka itu aku tidak terlalu mempercayainya." Kata Liu Ceng Yauw.
"Jika Bun Tay-hiap menjadikan dia muridnya, pasti bisa dipercaya," kata nona Han.
Nona Han teringat pada Ci Giok Hian, dia pikir pilihan nona Ci itu tepat.
1151 "Baru-baru ini aku dengar tentara Mongol yang menyerang Kerajaan Kim telah menghentikan serangannya.
Tapi aku dengar pasukan istimewa Mongol malah menyerang ke Siamsay dan Su-coan yang termasuk wlayah Song. Thio Soan, panglima kota Kay-ciu tewas. Sedang bajak di sungai Tiangkang bernama Su Thian Tek, malah bergabung dengan pihak Mongol. Dengan demikian keadaan Kang-lam jadi gawat. Maka itu aku berpikir akan mengirim utusan ke Kang-lam mengadakan kontak dengan Bun Tay-hiap!" kata Liu Ceng Yauw.
"Apa sudah dipilih orang yang akan ke sana?"kata nona Han.
"Belum. Karena aku belum mendapatkan calon yang cocok untuk tugas itu," kata Liu Ceng Yauw.
Sesudah itu pembicaraan tidak dilanjutkan, padahal Pwee Eng ingin mengajukan sebuah usul.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- Di luar, Kok Siauw Hong sedang berjalan hilir-mudik.
Dia kelihatan sedang kesepian. Dia duduk di bawah sebuah pohon sambil melamun.
Kok Siauw Hong seorang pemuda yang tidak cepat bisa melupakan Ci Giok Hian, karena mereka pernah akrab.
Sekalipun dia tahu nona Ci sudah terpikat oleh pemuda lain, namun cintanya pada nona Ci tidak mudah dilupakan.
Sedang hubungannya dengan Han Pwee Eng penuh dengan pengalaman pahit. Saat dia sudah bergaul dekat baru dia menghormati dan jatuh cinta pada nona ini. Maka dia berpikir akan melanjutkan perjodohannya itu. Ide ini muncul karena dia ingin "menebus dosa" karena dia pernah menyianyiakannya. Apakah dia sudah beralih cinta dari Ci Giok Hian ke Han Pwee Eng, dia tidak bisa menjawab 1152
pertanyaan itu. Apalagi saat dia merasakan sikap nona Han yang panas dingin, terkadang mesra tiba-tiba berubah jadi dingin sekali. Hal itulah yang membuat dia murung.
Saat dia sedang melamun dan bingung, tiba-tiba dia mendengar ada orang memanggilnya. Saat dia menoleh ternyata yang memanggilnya itu Han Pwee Eng.
"Kok Toa-ko, kau sedang melamun, ya" Apa yang sedang kau pikirkan?" kata nona Han.
Wajah Kok Siauw Hong berubah merah.
"Tidak! Tidak ada yang aku sedang aku pikirkan," kata Kok Siauw Hong.
"Kau tidak sedang memikirkan apa-apa, tapi aku malah sedang memikirkan sesuatu," kata nona Han.
"Memikirkan soal apa?" tanya pemuda itu.
"Aku sedang memikirkan keadaan Ci Giok Hian," kata si nona.
"Aneh, tanpa sebab kau memikirkan dia?"
"Jujur saja, Kok Toa-ko apa kau tak ingin bertemu dengannya?" kata Han Pwee Eng.
Sambil mengelah napas Kok Siauw Hong menjawab.
"Semua telah lewat dan telah berubah! Untuk apa ku ingatingat lagi" Dia kira aku sudah mati, jika kucari dan bertemu dengannya, malah akan menyulitkan dia!" kata Kok Siauw Hong.
"Khabar dari orang lain belum tentu benar, Kok Toa-ko,"
kata nona Han dengan tulus. "Sebelum kau bertemu dengannya, mana bisa jelas masalahnya?"
Kok Siauw Hong heran, dia tidak tahu maksud nona Han.
1153 "Sebenarnya aku ingin bertemu dengannya, tapi sekarang belum saatnya!" kata pemuda itu dengan jujur.
"Aku kira malah sekarang sangat tepat," kata Han Pwee Eng. "Justru karena dia mengira kau telah meninggal, maka kau harus selekasnya menemuinya. Jika... Aah kau seorang yang cerdas, tidak perlu aku yang mengatakannya pasti kau sudah paham."
Kok Siauw Hong mengerti maksud Han Pwee Eng. Jika Giok Hian masih mencintainya, kedatangan Siauw Hong menemuinya akan menjelaskan misteri yang selama ini meliputi masalah rumit itu. Sebaliknya, jika Ci Giok Hian sudah tidak mencintainya, setelah dia bertemu nanti, semuanya akan jadi jelas sekali! Sedangkan Kok Siauw Hong pun berpikir, mengenai usul nona Han ini, dia tak tahu apa maksudnya. Misalnya jika semua telah jelas, dan Ci Giok Hian sudah tidak mencintainya, apakah gadis itu akan mau menikah dengannya"
Saat itu jantung Kok Siauw Hong berdebar-debar. Dia berpaling ke arah nona Han.
"Kau berpikir begitu, namun..." sebelum kata-kata Kok Siauw Hong selesai nona Han sudah langsung memotong.
"Maksudmu, karena urusan pribadi, kau tidak boleh meninggalkan urusan negara, begitu?" kata Han Pwee Eng.
"Baiklah, akan aku jelaskan padamu. Justru urusan ini menyangkut urusan negara!"
"Bagaimana kau katakan ini urusan negara?" kata Siauw Hong.
Badai Awan Angin Pendekar Sejati (beng Ciang Hong In Lok) Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Saat ini Liu Beng-cu sedang mencari orang yang akan dia utus ke Kang-lam," kata Han Pwee Eng.
1154 Sesudah itu nona Han menerangkan apa yang dia bicarakan dengan Liu Ceng Yauw tadi saat mereka selesai berlatih silat.
"Karena masalahnya sangat penting, aku kira kau orang yang paling tepat menjadi utusan beliau," menambahkan Han Pwee Eng. "Sebaliknya, jika kau tidak mau ke Kanglam karena tidak berani bertemu dengan Ci Giok Hian, aku kira kau hanya mementingkan urusan pribadi saja!"
"Jangan kau panas-panasi hatiku, usulmu itu akan kupikirkan dulu!" kata Kok Siauw Hong.
"Pikirkan olehmu, jika kau ke Kang-lam, maka kau akan bertemu dengan Enci Giok Hian, kau jangan ragu-ragu, kau terima saja tugas itu!" kata nona Han.
"Benar, kau anggap aku orang yang tepat jadi utusan, tapi entah Liu Li-hiap. Apakah dia sependapat denganmu atau tidak?" kata Siauw Hong.
"Jika kau bersedia, aku akan membicarakan dengan beliau, jika sudah setuju besok kau tinggal berangkat!" kata nona Han.
Semula Liu Ceng Yauw pun berniat mengutus Kok Siauw Hong, tetapi karena dia anggap Kok Siauw Hong tamu barunya, dia tidak berani mengajukan usulnya itu.
Ketika mendengar dari si nona. Kok Siauw Hong bersedia menjadi utusan, dia girang sekali.
Esok harinya... Kok Siauw Hong berangkat ke Kang-lam sebagai utusan dari wilayah utara. Ketika itu Kerajaan Kim sedang sibuk menghadapi serbuan tentara Mongol, pengawasan terhadap orang yang lalu-lintas agak longgar. Di sepanjang jalan Kok Siauw Hong tidak mendapat gangguan.
1155 Pada suatu hari Kok Siauw Hong tiba di Pek-hoa-kok.
Dengan agak bimbang mengenang kisah cintanya dengan nona Ci, dia berjalan menuju ke rumah keluarga Ci.
Begitu sampai Kok Siauw Hong disambut oleh pelayan tua keluarga Ci yang keheranan karena Siauw Hong pulang tanpa nona Ci. Malah Kok Siauw Hong menanyakan apakah nona Ci sudah pulang atau belum.
Pelayan keluarga Ci lalu mengisahkan apa yang telah terjadi di rumah itu, sampai Ci Giok Phang dibawa pergi oleh seorang nona untuk diobati.
"Siapa nama nona itu?"
"Menurut nona itu dia teman Siauw-ya kami, nama nona itu Wan Say Eng," kata pelayan itu. "Dia baik sekali pada Siauwya, maka aku pikir dia bukan orang jahat!"
"Di mana tempat tinggal nona itu?"
"Kami tidak tahu. dia tidak mengatakan di mana dia tinggal, aku juga lupa menanyakannya," kata pelayan tua itu. "Tapi dia bilang sesudah Siauw-ya sembuh dia akan mengantarkannya lagi!"
Kok Siauw Hong heran mendengar keterangan itu, maka dia lalu mohon diri dan langsung berangkat.
Menjelang lohor dia tiba di tepi sungai Tiang-kang.
Sungai ini juga dikenal sebagai sungai Yang-cee-kiang. Di tempat itu tidak ada perahu yang bisa dia tumpangi. Kok Siauw Hong lalu menyusuri sepanjang tepi sungai itu.
Akhirnya dia melihat di semak-semak ada orang tua sedang tertidur, mungkin dia pemilik perahu itu.
"Kakek, tolong seberangkan aku!" kata Kok Siauw Hong.
Setelah menggeliat tukang perahu itu bangun. Dengan malas-malasan orang tua itu bertanya.
1156 "Tuan mau ke seberang?" kata orang tua itu.
"Ya, tolong seberangkan aku," kata Kok Siauw Hong.
"Tapi, aah aku tidak bisa menyeberangkan Tuan," kata si tukang perahu.
"Tolong. Biar nanti kubayar agak mahalan," kata Siauw Hong.
"Oh, bukan masalah ongkosnya, tapi baru-baru ini keamanan di tempat ini sangat rawan. Bajak-bajak mulai berontak dan mengganggu keamanan di sungai Jika bertemu mereka tidak masalah bagiku karena aku sudah tua. Tetapi Tuan bisa celaka!" katanya.
"Aku tidak takut bajak atau perompak, jika terjadi apaapa aku yang tanggung-jawab sendiri," kata Siauw Hong.
Tukang perahu itu mengawasi ke arah Siauw Hong.
"Jika Tuan tidak takut, baiklah akan kuseberangkan,"
kata tukang perahu itu. "Terima kasih. Kakek," kata Kok Siauw Hong. Dia melompat ke atas perahu.
Orang tua itu segera mendayung dengan galah bambunya, saat dilihat begitu Kok Siauw Hong jadi cemas.
Dia khawatir orang tua itu tidak mampu
menyeberangkannya ke seberang. Ombak cukup besar dan perahu sekarang sudah berada di tengah sungai. Tetapi tidak disangka sekalipun sudah tua, tukang perahu itu masih sigap mengemudikan perahunya, perahu meluncur cepat sekali mengikuti arus sungai, bahkan turun naik mengikuti gelombang sungai.
Kok Siauw Hong berdiri di haluan perahu dengan perasaan girang. Tiba-tiba Kok Siauw Hong mendengar seruan si tukang perahu.
1157 "Celaka!" kata tukang perahu.
"Ada apa?" "Lihat di sana!"
Mula-mula dari jauh kelihatan sebuah titik hitam, tapi dalam sekejap muncullah sebuah perahu layar dekat perahu mereka. Benderanya terlihat jelas bendera tengkorak manusia.
"Apa itu kapal bajak?" kata Kok Siauw Hong.
"Benar! Mereka bukan sembarangan bajak!" kata si tukang perahu.
"Apa mereka anak buah Su Thian Tek?"
"Bukan! Bajak itu datang dari wilayah Timur, pemimpinnya bernama Kiauw Sek Kiang. Dulu aku melihatnya di wilayah timur, ternyata sekarang sudah menyusup ke Tiang-kang!" kata si tukang perahu.
"Aku dengar bajak tidak sembarangan membajak, apalagi perahu kita sekecil ini," kata Siauw Hong.
"Aku dengar bajak ini kejam, setiap yang bertemu denganya pasti celaka!" kata tukang perahu.
"Sudah jangan takut, tidak akan terjadi apa-apa," kata Siauw Hong.
"Tuan membawa pedang pasti bisa silat," kata tukang perahu itu. "Jangan anggap ringan, mereka lihay!"
Tukang perahu mencoba mempercepat perahunya, tapi kapal layar itu sudah semakin dekat.
"Hai, siapa yang ada di perahu, berhenti!" teriak anak buah bajak itu.
"Kaum nelayan," kata tukang perahu.
1158 Bajak itu sudah melihat Kok Siauw Hongyang
berpakaian bagus serta membawa pedang.
"Hm! Mana ada nelayan yang berdandan sebagus itu"
Aku tidak peduli siapa kalian, tapi berhenti! Kami akan memeriksa dulu!" kata bajak itu.
"Siapa kau ini berani memerintah seenakmu?" kata Kok Siauw Hong.
"Hai bocah! Apa kau sudah bosan hidup?" kata bajak itu.
Tiba-tiba bajak yang bertubuh kekar mengankat jangkar yang dia lontarkan ke arah perahu yang ditumpangi Kok Siauw Hong.
Jangkar itu berat sekitar seratus kati, diikat oleh seutas rantai panjang. Tapi diangkat dan dilemparkan oleh orang itu dengan mudah. Melihat hal itu Siauw Hong kaget.
"Brak!" Jangkar itu nyangkut di perahu kecil itu. Langsung perahu kecil itu diseret ke dekat kapal layar itu.
Betapa kecilnya perahu yang dinaiki Kok Siauw Hong, menariknya butuh tenaga besar. Orang yang menarik perahu itu anak buah Kiauw Sek Kiang yang bernama Ciong Bu Pa.
Sesudah dikalahkan oleh Kiong Cauw Bun di Beng-shiato, Kiauw Sek Kiang akan bergabung dengan Su Thian Tek.
Saat itu sedikitpun Kok Siauw Hong tidak gentar. Dia menghunus pedangnya dan siap menyerang bajak-bajak itu.
"Keparat, kalian ingin mencoba kelihayanku?" kata Kok Siauw Hong membentak.
"Hm, anak muda! Kau sombong sekali?" kata Ciong Bu Pa.
1159 Dia meladeni Kok Siauw Hong tanpa senjata
andalannya. Tapi Cit-siu-kiam-hoat Kok Siauw Hong sulit ditebak. Gerakannya sederhana, namun sangat lihay. Sekali serang bisa mengarah ketujuh sasaran.
"Awas!" kata Kiauw Sek Kiang memperingati Ciong Bu Pa.
"Sreet!" Tak ampun lagi sebagian pakaian Ciong Bu Pa terbabat oleh pedang Kok Siauw Hong. Untung ada peringatan dari Kiauw Sek Kiang, jika tidak tangannya akan buntung oleh pedang lawan.
Sebelum Siauw Hong menarik pedangnya , dua anak buah bajak sudah menyerangnya. Karena tidak sempat menangkis, Kok Siauw Hong berjongkok dan menendang ke arah golok bajak itu. Golok salah seorang anak buah bajak itu terpental. Tangan Kok Siauw Hong menyikut dan anak buah yang satunya terpental kena sikutan anak muda itu dan jatuh tercebur ke sungai.
"Semua mundur!" teriak Kiauw Sek Kiang. "Hm! Anak muda, ilmu Cit-siu-kiam-hoatmu boleh juga. Pernah apa kau dengan Jen Thian Ngo?"
Kok Siauw Hong kaget, saat dia mengetahui Kiauw Sek Kiang mengenali ilmu silatnya itu. Mendengar nama pamannya disebut-sebut. Kok Siauw Hong gusar. Sekarang dia sudah tahu siapa pamannya itu. Jelas Kiauw Sek Kiang pun bukan orang baik-baik.
"Jika kau sudah tahu kelihayan Cit-siu-kiam-hoatku, sudah jangan banyak bicara. Segera kau ganti kerusakan perahu kami, jika tidak kau tahu sendiri!" kata Kok Siauw Hong.
1160 Kiauw Sek Kiang tertawa terbahak-bahak. "Hm! Kau bocah yang tidak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi!"
kata Kiauw Sek Kiang. "Apa kau kira ilmu silatmu itu sudah hebat sekali" Aku bertanya karena aku ingin tahu apa hubunganmu dengan Jen Thian Ngo" Ternyata kau bocah yang tidak tahu diri!"
"Justru aku hendak mengadakan perhitungan dengan tua bangka Jen Thian Ngo itu!" kata Kok Siauw Hong.
"Bagus, terimalah ajalmu!" kata Kiauw Sek Kiang yang langsung hendak menyerang.
"Baik, kau rasakan ilmu silatku ini!" kata Kok Siauw Hong. Kok Siauw Hong sudah langsung menyerang ke arah perut dan tangan serta bagian lain lawannya. Kiauw Sek Kiang kaget sejenak. Tapi tak lama dia mampu menguasai diri. Sekalipun bertangan kosong dia bisa menyerang Kok Siauw Hong dengan hebat. Saat itu pemuda she Kok ini seolah terkurung oleh lawannya. Setiap serangan Kok Siauw Hong bisa ditepis dengan mudah.
Ketika Kok Siauw Hong agak lengah, tak ampun lagi bahunya tercengkram oleh tangan Kiauw Sek Kiang, hingga pakaiannya robek. Untung dia tidak sampai terluka.
Sekarang Kok Siauw Hong mulai melancarkan serangan baru. Tubuhnya bergerak dengan lincah, menyelinap ke setiap bagian yang lowong dari lawannya. Maka mau tidak mau Kiauw Sek Kiang pun terkejut bukan kepalang.
Seolah Kiauw Sek Kiang tidak percaya kalau anak muda itu bisa menghindar dari cengkraman mautnya. Sekarang dia tahu Kok Siauw Hong lebih lihay dibanding dengan Jen Thian Ngo, maka itu dia tidak berani memandang enteng lagi musuhnya ini.
Mereka bertarung di atas geladak kapal layar Kiauw Sek Kiang. Tentu saja mereka berkelahi tidak sebebas di 1161
daratan. Ini membuat Kok Siauw Hong agak terdesak, dan saat lengah bahunya terserang pukulan lawan hingga dia kesakitan.
"Tangkap orang itu!" bentak Kiauw Sek Kiang pada anak buahnya.
Dua anak buah bajak maju dan menyerang ke arah Kok Siauw Hong. Pedang salah seorang bajak ditusukkan ke bahu Kok Siauw Hong. Pada saat sangat gawat mendadak terdengar suara bentakan.
"Jangan bergerak!" kata suara itu.
Entah sejak kapan tukang perahu tua itu sudah melompat ke perahu bajak itu. Galah bambunya langsung menangkis pedang bajak yang mengarah ke bahu Kok Siauw Hong.
"Trang!" Pukulan galah itu berhasil menyampokdua pedang bajak yang menyerang Siauw Hong.
"Siapa kau?" bentak Kiauw Sek Kiang.
"Aku Han Kong Sui dari telaga Tong-teng! Aku menyampaikan salam dari Ong Toa-ko, aku harap kau tidak mengganggu tamu kami!" kata orang tua itu.
Kiauw Sek Kiang dan anak buahnya terkejut.
"Oh anda ternyata Han Lo-ya-cu, maafkan kami telah mengganggu tamumu!" kata Kiauw Sek Kiang.
Han Kong Sui tertawa terbahak-bahak.
"Ya, tak apa Kiang To-cu, asalkan kau ijinkan kami menyeberang kami sangat berterima kasih," kata Han Kong Sui dengan hormat.
1162 Kok Siauw Hong kaget. Dia sadar ternyata tukang perahu itu seorang jago tua yang telah menyelamatkannya.
Rupanya di Tong-teng-ouw terdapat 73 kepala bajak, pemimpin utamanya bernama Ong Uh Teng, wakilnya yaitu Han Kong Sui.
Ong Uh Teng termasuk orang kedua di Dunia Persilatan daerah Kang-lam. Dia berada di bawah Bu-lim Beng-cu Bun Yat Hoan. Karena dia mewakili 72 kelompok, bisa dikatakan dia sebagai orang yang terkuat dibanding Bun Yat Hoan.
Sebenarnya kedudukannya lebih tinggi dari Ong Uh Teng, namun Han Kong Sui bersedia mengalah hanya menjadi wakilnya saja.
Kedatangan Kiauw Sek Kiang ke daerah itu untuk menemui Su Thian Tek. Namun, melihat pengaruh 72
perkumpulan bajak ini tidak bisa dipandang enteng, maka Kiauw Sek Kiang langsung memberi hormat pada Han Kong Sui.
"Jangan begitu Han Lo-ya-cu," kata Kiauw Sek Kiang.
"Karena Anda ada di sini, mari minum dulu satu dua cawan!"
"Maaf, aku tidak bisa menerima kehormatan Anda, berhubung aku sedang terburu-buru ijinkan kami pergi!"
kata Han Kong Sui. "Jila demikian kami tidak bisa memaksa," kata Kiauw Sek Kiang. "Apa Han Lo-ya-cu tidak bisa menunggu sampai perahu Anda kami perbaiki dulu?"
Mendengar tawaran itu, Han Kong Sui terpaksa menyetujui usul itu. Mereka menunggu perahu itu diperbaiki sambil minum arak. Ditambah lagi Han Kong Sui ingin tahu tujuan orang she Kiang itu.
1163 "Mohon bertanya, padahal Kiang To-cu sudah hidup bebas di laut lepas, kenapa Anda datang ke mari?" kata Han Kong Sui.
Berterus-terang sudah tentu tidak mungkin. Sesudah tertawa Kiauw Sek Kiang lalu menjawab pertanyaan Han Kong Sui.
"Sudah lama aku dengar pemandangan di Kang-lam sangat indah," kata Kiauw Sek Kiang. "Itu sebabnya kami pesiar ke mari. Mungkin dalam waktu dekat kami akan berkunjung ke tempat Ong To-cu!"
"Tapi sayang, kedatangan Anda saatnya tidak tepat,"
kata Han Kong Sui. "Kenapa?" "Saat ini Kang-lam sedang dalam keadaan kacau, jadi jika akan menikmati keindahannya jelas tidak tepat saatnya," kata Han Kong Sui sambil tersenyum.
"Aku kira para jagoan dari Kang-lam cukup banyak dan mereka sangat kukagumi," kata Kiauw Sek Kiang dengan sikap menyelidik. "Anda bersama 72 ketua aku yakin akan mampu mengatasi masalah itu. Seperti kata pribahasa : Dalam kekacauan akan muncul seorang pahlawan!"
"Kami semua hanya orang-orang kecil yang mencari sesuap nasi, dibanding Kiang To-cu, jelas kami berbeda jauh. Anda seorang yang bercita-cita tinggi dan mulia!" kata Han Kong Sui dengan suara dingin.
"Harap Han Lo-ya-cu jangan bergurau!" kata Kiauw Sek Kiang yang merasa disindir itu. "Justru kedatanganku ini sangat berharap bantuan dari kalian!"
1164 "Hm! Kedatanganmu untuk mencari kawan. Menurutmu siapa yang terpandang di antara kami ini?" kata Han Kong Sui.
"Tentu saja Ong To-cu dan Anda sendiri," kata Kiauw Sek Kiang. "Kalian pantas kujadikan kawan."
"Mengenai kami berdua kau kesampingkan saja, tapi aku ingin bertanya. Siapa sebenarnya Su Thian Tek itu?" kata Han Kong Sui secara terang-terangan.
Pertanyaan itu terpaksa dijawab oleh Kiauw Sek Kiang.
"Terus-terang aku belum kenal dia," kata Kiauw Sek Kiang. "Jika aku tidak salah duga, bukankah dia seorang pahlawan yang muncul karena suasana saat ini. Benar bukan" Lalu bagaimana pendapat Anda sendiri?"
"Hm! Pahlawan apa" Dia malah seekor anjing...." kata Kok Siauw Hong.
Tapi pemuda itu tidak melanjutkan caciannya karena dia dikedipi oleh Han Kong Sui.
"Memang dia muncul saat keadaan sedang kacau, dan memang tidak pantas disebut pahlawan. Tetapi saudara muda ini memakinya sebagai anjing, rasanya...." Kiauw Sek Kiang belum habis bicara sudah langsung dipotong.
"Kenapa" Apa salahku memakinya?" kata Kok Siauw Hong.
Berhubung suasana mulai memanas dan Han Kong Sui tidak ingin terjadi bentrokan di antara mereka, lalu menengahi pertengkaran itu.
"Sudah jangan berdebat, setiap orang akan menilai seseorang sesuai pendapatnya sendiri!" kata Han Kong Sui.
1165 Kok Siauw Hong sadar dia salah. Mereka ada di kapal bajak jika terjadi pertarungan, sulit bagi mereka untuk melawan bajak yang sudah terbiasa hidup di air itu.
"Maafkan kekasaran kami, mohon tanya siapa nama Anda?" kata Kiauw Sek Kiang pada Kok Siauw Hong.
"Tidak masalah, seperti pribahasa mengatakan : Tidak berkelahi tidak akan saling mengenal. Namaku Kok Siauw Hong!"
Kiauw Sek Kiang mendekati Siauw Hong dan menuang arak. Saat itu Kok Siauw Hong ingin bertanya sesuatu pada bajak ini.
"Kiauw To-cu sudah biasa hidup di laut lepas, apakah Anda kenal dengan Hek-hong To-cu?" kata Siauw Hong.
Mendengar pertanyaan itu Kiauw Sek Kiang kaget.
"Aah, apa maksud pertanyaannya itu" Dia kawan atau lawan Kiong Cauw Bun?" pikir Kiauw Sek Kiang. Maka itu dia asal menjawab.
"Ya, aku kenal. Kenapa Anda menanyakan tentang dia?"
kata Kiauw Sek Kiang. "Dia ayah temanku," kata Kok Siauw Hong.
"Oh pantas, aku tahu tentang mereka!" kata Kiauw Sek Kiang.
"Mengenai masalah apa?" tanya Siauw Hong.
"Baru-baru ini aku dengar khabar Kiong Cauw Bun dan Beng-siaTo-cu ribut berebut menantu," kata Kiauw Sek Kiang. "Akibatnya seorang pemuda tewas menjadi korban Kiong Cauw Bun!"
"Siapa pemuda yang tewas itu?"
1166 "Aku dengar dia pemuda berasal dari Pek-hoa-kok!" kata Kiauw Sek Kiang. "Kalau tidak salah namanya Ci Giok Phang!"
Sebenarnya keterangan Kiauw Sek Kiang ini bohong belaka. Dia tidak kenal Kong-sun Po, tapi dia menduga kalau Kiong Cauw Bun dan Wan Ceng Liong bertarung karena berebut menantu. Dia tahu hubungan antara keluarga Kok dengan Ci baik. Maka sengaja dia menjelekkan Kiong Cauw Bun, agar semua jago silat di Kalangan Kang-ouw dendam karena orang she Kiong itu membunuh Ci Giok Phang. Jika hasutannya itu tersiar lewat Kok Siauw Hong, paling tidak dia sudah bisa balas dendam atas kekalahannya oleh Kiong Cauw Bun di Bengshia-to.
Keterangan itu tentu saja mengejutkan Kok Siauw Hong.
"Apa benar begitu?" kata Siauw Hong kurang yakin.
"Untuk apa aku membohongimu?" kata Kiauw Sek Kiang. "Khabar itu aku dengar dari seorang kawan yang menyaksikan sendiri kejadian itu!"
"Menurut cerita Beng Teng, Ci Giok Phang terluka di tangan Kiong Cauw Bun. Kenapa dia menginginkan Ci Giok Phang menjadi menantunya" Apa mungkin karena Ci Giok Phang menolak jadi menantunya, lalu dia akan membunuhnya?" pikir Kok Siauw Hong.
Sekalipun masih ragu, tapi Kok Siauw Hongjadi cemas juga. Sedang perahu sudah selesai diperbaiki. Oleh karena itu Han Kong Sui dan Kok Siauw Hong pamit pada Kiauw Sek Kiang dan kawan-kawannya.
-o0-DewiKZ^~^aaa-o0- 1167 Bab 43 Ketika Kiauw Sek Kiang mengantarkan keberangkatan Han Kong Sui dan Kok Siauw Hong, dia bersikap seolah-olah sangat menyesal. Dia berkata dengan perasaan haru begini.
"Sayang Han Lo-ya-cu tidak bisa lama-lama di perahu kami, hingga aku tidak bisa menerima petunjuk lebih banyak dari Anda! Kelak jika aku sampai ke tempat Ong To-cu, aku mohon Anda bersedia memberi petunjuk padaku." kata Kiauw Sek Kiang.
"Pasti!" kata Han Kong Sui. "Selamat berpisah, sampai jumpa lagi!"
Tak lama perahu kecil itu sudah dikayuh oleh Han Kong Sui. Sesudah jauh dari kapal bajak, Han Kong Sui tertawa terbahak-bahak.
"Syukur kita terbebas dari mereka!" kata Han Kong Sui.
"Dari mana Han Lo-ya-cu mengetahui kedatanganku?"
kata Kok Siauw Hong. "Aku mendapat perintah atasanku agar aku menyamar menjadi seorang nelayan dan menunggu di tepi sungai,"
kata Han Kong Sui. "Maksudnya kami dianjurkan untuk menyambut kawan-kawan yang datang dari Utara. Saat aku melihatmu bukan penduduk Kang-lam, aku yakin kau datang dari Utara dan terkaanku ternyata benar!"
Kok Siauw Hong mengangguk.
Sesudah tertawa lagi Han Kok Sui langsung bicara.
"Seperti ombak sungai Tiang-kang yang tidak pernah berhenti bergelombang, gelombang yang satu disusul oleh gelombang yang lainnya! Ternyata golongan tua sudah tak ada, muncul golongan muda menggantikannya. Terus 1168
begitu. Bagaimana aku tidak gembira, setua aku ini masih bisa bertemu denganmu, Kok Siauw-hiap. Akhir-akhir ini namamu terkenal di kalangan Kang-ouw."
"Kau terlalu memujiku, Lo Cian-pwee," kata Siauw Hong. "Tadi jika aku tidak kau bantu, pasti celaka!"
"Kau mampu melawan Kiauw Sek Kiang sampai 39
jurus, itu termasuk luar biasa," kata Han Kong Sui.
Tak lama perahu mereka sudah sampai di seberang, kemudian mereka melompat turun dari perahu.
"Saudara Kok, kau mau ke mana" Sebelum ada tempat tujuan sebaiknya sementara kau tinggal saja di tempat kami," kata Han Kong Sui.
"Aku mendapat tugas dari Liu Beng-cu untuk menghubungi Bun Tay-hiap, jika urusanku sudah selesai pasti aku akan singgah di tempatmu," kata Kok Siauw Hong.
"Oh, begitu, baik kau kuantar. Mungkin kau belum tahu tempat di sekitar lembah Tiang-kang ini. Tempat-tempat itu sudah banyak yang diduduki oleh Su Thian Tek, jika tidak kuantar mungkin kau akan tersesat!"
"Cian-pwee aku ingin bertanya tentang seseorang padamu, barangkali kau tahu!"
"Katakan saja siapa yang kau tanyakan itu?"
"Namanya Seng Liong Sen, dia murid Bun Tay-hiap, benar begitu?"
"Benar. Apa kau kenal dengannya?"
"Belum," jawab Kok Siauw Hong. "Bulan lalu dia pernah datang ke Kim-kee-leng."
1169 "Dia seorang pemuda gagah di Kang-lam, ilmu silatnya tinggi. Dia cekatan dan cerdik sekali. Semua masalah gurunya diserahkan kepadanya. Kau dengannya setimpal sebagai pendekar muda. Kau dari Utara sedang dia dari Selatan."
"Mana boleh aku dibandingkan dengan dia?" kata Siauw Hong. "Aku dengar ketika Seng Liong Sen baru pulang dari daerah Utara, dia pulang bersama seorang nona. Apakah kau juga tahu soal itu?"
"Ya, jika kau tidak mengatakannya aku juga lupa. Nona itu adik Ci Giok Phang dari Pek-hoa-kok!" kata Han Kong Sui. "Apa kau kenal dengannya?"
"Benar. Aku dengan Ci Giok Phang pernah bertarung bersama-sama melawan bangsa Mongol. Kami berpisah di tengah pertempuran. Ci Giok Phang pernah bilang agar aku mencari jejak adiknya itu. Tidak kusangka malah Giok Phang telah meninggal, hal ini harus kuberitahukan pada adiknya, Giok Hian." kata Kok Siauw Hong.
"Jangan terburu-buru percaya pada ucapan Kiauw Sek Kiang, kata-katanya belum tentu benar!" kata Han Kong Sui. "Tapi khabar ini sepantasnya kau beritahukan pada nona Ci!"
"Apakah nona Ci masih ada di tempat Bun Tay-hiap atau tidak?"
"Aku rasa masih di sana," kata Han Kong Sui. "Masih ada satu masalah, mungkin kau belum mengetahuinya?"
"Mengenai masalah apa?"
"Ini khabar baik," kata Han Kong Sui. "Aku kira khabar ini sudah kau duga. Seng Liong Sen dan nona Ci akan bertunangan!"
1170 "Benarkah itu?" kata Kok Siauw Hong kaget.
"Aku dengar begitu! Sesudah mereka bertemu lalu keduanya saling jatuh cinta," kata Han Kong Sui lagi.
"Karena itu nona Ci langsung ikut ke Kang-lam. Tapi keadaan sekarang sedang kacau, maka pertunangan mereka itu terpaksa ditangguhkan dulu. Malah aku pikir kau juga bisa menghadiri pesta pertunangan mereka itu!"
"Tidak kusangka kedatanganku malah untuk menghadiri pesta kebahagiaan Giok Hian," pikir Kok Siauw Hong.
Han Kong Sui tidak menduga isi hati pemuda ini. Dia malah melanjutkan kata-katanya.
"Keluarga perempuan di sini tidak ada. Kebetulan kau datang dan aku dengar kalian sahabat turun-temurun, alangkah baiknya pesta itu dihadiri olehmu!" kata Han Kong Sui.
"Mudah-mudahan aku bisa hadir di pesta itu," kata Kok Siauw Hong. "Tapi Han Lo Cian-pwee masih ada yang akan kutanyakan padamu."
"Katakan saja," kata orang she Han itu.
"Beng-shia To-cu yang dikatakan oleh Kiauw Sek Kiang itu bukankah she Wan dan dia bernama Ceng Liong?" kata Siauw Hong.
"Benar, kenapa?"
"Katanya dia berdiri di antara pihak yang benar dan jahat, apa itu benar?"
"Benar! Begitu yang aku dengar!" kata Han Kong Sui.
"Apakah kau pernah ke pulaunya" Jika aku mau ke sana, jalan mana yang harus kutempuh?"
1171 "Kau mau ke sana akan mencari tahu tentang orang she Ci itu?" kata Han Kong Sui.
"Benar!" jawab Kok Siauw Hong. "Aku dengan dia seperti saudara kandung, aku mendengar tentang nasibnya yang buruk. Mau tak mau aku harus mencari tahu tentang dia!"
Pendekar Super Sakti 2 Pahlawan Padang Rumput Karya Liang Yu Sheng Pukulan Si Kuda Binal 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama