Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H Bagian 10
menjelaskan segala rahasia apapun yang kan ketahui" kini
biar kukisahkan pengalaman pahit getirku,. Kebencianku
meliputi tiga persoalan : Pertama Ban Sin gwat merupakan
sasaran yang terbesar, Pek Thi hun sebagai pembantu
perbuatan tidak senonoh yang tidak dapat diampuni pula,
namun sebagai orang luar tidak perlu kau menuntut terlalu
banyak kepadanya, cukup asal dapat membunuhnya saja..
Yang paling sulit dipercaya adalah ibu kandungmu sendiri,
dikala aku cidera berbaring diatas ranjang, dia malah
terkenang pada orang lain, hal ini merambah perih dan
gusarku yang tidak tertahan lagi sehingga sulit penyakitku
diobati, akan tetapi betapa besar cintaku kepadanya, tidak
pantas bila kau berbuat durhaka membunuh ibu kandung mu
sendiri, maka cukup asal kau menista dan memakinya saja
sebagai pembalas dendam penasaranku" Ibumu melahirkan
seorang putra dari Han Sin gwat, usianya lebih tua dua tahun
dari kau, ibumu amat merindukan dan prihatin pada putra
besarnya itu. Boleh setelah kau membunuh Ban Sin gwat,
menyeretnya kehadiran ibumu, mengorek jantungnya dan
mencacah hancur jasatnya. Pembalasan ini.. Kukira cukup
setimpal untuk membalas sakit hati dan melampiaskan rasa
penasaran selama ini" Dari luar lauran aku pernah
memperoleh sejilid buku ilmu pedang, sejak kembali belum
sempat kupelajari secara mendalam, kini sudah kubungkus
secara rahasia dan kuserahkan kepada Hwi Kak untuk
disimpannya nanti setelah kau berusia lima belasan, kau
sudah cukup dewasa untuk memulai mempelajari ilmu
pelajaran itu, carilah satu tempat yang sunyi untuk
mempelajari ilmu peninggalanku ini secara sembunyi
sembunyi, bekal ini kelak untuk menuntut balas bagi dendam
sakit hatiku ini, sepuluh tahun mendatang kau sudah cukup
matang untuk memulai usaha ini. Sebelum latihanmu berhasil
jangan kau sembarangan bertindak, karena Ban dan Pek
kedua musuh amat tinggi dan lihay ilmu silatnya jangan
sampai kau menjadi konyol" Dan lagi orang yang melukai aku
ilmu pedangnya teramat lihay, kelak bila ilmu silatmu sudah
sempurna kau latih boleh kau cari dia dan balaskan sakit hati
tusukan pedang pada diriku ini. Jelasnya orang itu adalah
seorang nenek tua yang berparas amat buruk menakutkan,
boleh kau gunakan sim yang sio kang dari ce sia kau untuk
melawannya ?" Setelah Koan San gwat membaca surat itu, semua orang
berdiam diri dan tenggelam dalam pikiran masing masing.
Akhirnya terdengar Gwat hoa Hujin, berkata pilu : "Tak
nyana sedemikian dalam dan besar rasa benci Lau Ih yu
terhadapku, sebelum ajal ia sudah mengatur semua ini ?"
Pek Thi hun juga menimbrung dengan prihatin : "Tak heran
bocah keparat itu berani melawan dua jurus pukulan Bok giok
kun yang kulancarkan tadi, ternyata secara diam diam Lau Ih
yu ada meninggalkan warisan pelajaran silat kepadanya.
Tahun ini ia baru berusia dua puluh empat, kurang satu tahun
lagi baru latihannya sempurna, tatkala itu mungkin Lohu
sendiri tidak akan unggulkan melawannya."
Gwat hoa Hujin masih berdiri terlongo ujarnya: "Sejak kecil
dia selalu berada disampingku, setelah ia berusia belasan
tahun, mendadak ia minta menepati sebuah villa tersendiri di
puncak Ce kwi hong sana, semula kukira bocah jika sudah
menanjak dewasa, tidak mau lagi bergaul terlalu rapat dengan
ibu kandungnya, siapa tahu secara diam diam ia
membelakangi aku melatih silat secara rahasia ?"
Suasana kembali hening lelap, tiada seoranpun yang buka
suara tak lama kemudian Pek Thi hun, pula jauh membuka
kesunyian: "Ai , urusan sudah keterlanjur, bicarapun tidak
berguna, yang jelas Lau Yu hu tidak akan kembali kehari
depanmu!" "Ya," ujar Gwat hoa Hujin dengan berlinang air mata,
"Kalau tiada kejadian Thio Ceng Ceng. mungkin tidak begitu
besar tekad nya unruk meninggalkan aku."
"Siapakah Thio Ceng Ceng itu!" tanya Pek Thi hun,
"Kejadian apa yang telah terjadi?"
"Thio Ceng Ceng adalah anak gadis yang cantik rupawan,
ilmu pengobatannya yang sangat tinggi dan lihay, suatu ketika
secara tidak sengaja ia menerobos naik keatas gunung
bersama seorang nenek tua she Peng, waktu itu kebetulan
penyakitku sedang kumat, kedatangannya amat kebetulan dan
berhasil menyembuhkan menyakitku. Akan tetapi kecantikan
serta sikapnya yang lembut sekaligus telah menambat
sanubari Lau Yu hu terhadap nya, begitu besar rasa cintanya
sehingga seperti orang sinting saja, bicara terus terang
akupun amat suka dan sayang padanya maka kuminta dia
tetap tinggal disini, semula aku hendak membujukanya supaya
sudi menikah dengan Yu hu, namun genduk ayu itu ternyata
sudah punya pujaan hatinya sendiri ?"
"Kini paham aku," ujar Pek Thi hun, "Pujaan hatinya itu
adalah Koan San gwat, martabat dan karakter keponakanku
ini jauh dari bocah keparat itu, mana bisa gadis ayu itu
mengalihkan cinranya kepada pemuda ini!"
"Tepat dugaanmu! Berapa baik sikap Yu hu kepada Thio
Ceng Ceng, namun setiap buka mulut tutup mulut Thio Ceng
Ceng selalu tidak melupakan Koan toakonya, saking
kewalahan akhirnya aku suruh nenek she Peng itu turun
gunung mencari Koan San gwat ?"
Mendadak Pek Thi bun menjengek dingin "Tujuanmu
mencari Koan San gwat adalah hendak membunuhnya bukan"
" Gwat hoa Hujin bungkam tidak mampu menjawab Pek Thi
hun cepat mendesak: "Kenapa kau tidak mau bicara" "
Gwat hoa Hujin menggigit bibir, katanya "Ya, semula
memang aku punya maksud demikian! Soalnya aku tidak tega
melihat Yu hu menderita batin! Seorang ibu demi kebahagiaan
putranya dia dapat saja melakukan apa saja tanpa mengingat
segala akibatnya ?" "Bu! segera Koan San gwat berseru dengan "Mungkin tidak
pantas aku mengeritik kau, namun perbuatanmu ini jelas salah
dan amat tercela, persoalan cinta asmara sekali kali pantang
dipaksakan, terutama menggunakan cara yang tidak senonoh
dan memalukan ?" Gwat hoa Hujin amat menyesal, ujarnya "Nak mana aku
tahu bahwa Koan San gwat adalah kau!"
"Peduli kau tahu atas tidak yang jelas parbuatan ini amat
hina dina, seumpama kau berhasil membunuh aku dan
merangkap jodoh mereka, akhirnyapun akan terjadi suatu
tragedi yang menyedihkan, kau sendiri sudah mengecap
penderitaan yang menjadi kenyataan hidupmu kenapa pula
harus melakukan kesalahan tumbal yang memalukan ini ?"
Gwat hoa Hujin tertunduk bungkam, sementara Koan San
gwat, masih uring uringan, tanyanya "Dimana Geng Ceng
sekarang" " "Berada digedung kaca, lekas kau kesana menengoknya!"
sahut Gwat hoa Hujin. "Dimana letak gedung kaca" "
"Hamba suka membawa Kongcu kesana! "lekas Tay Su
maju menyediakan diri. Begitulah dengan Tay Su sebagai penunjuk jalan Koan San
gwat berdua menyelusuri sebuah jalan pegunungan kecil yang
berliku liku kira kira beberapa li jauhnya, tak lama kemudian
dari kejauhan tampuk didepan sana diatas puncak sebuah
gunung mencorong reflek sinar putih kemilau yang menutupi
sebuah bangunan berloteng kecil, setelah tiba dibawah
puncak, lekas Tay Su menjura dan menunjukkan jalan yang
harus ditempuh terus mengundurkan diri.
Terpaksa Koan San gwat melanjutkan naik keatas seorang
diri, baru saja ia tiba disamping gunung, dari kejauhan lantas
dia tarik suara dan berteriak lantang:" Ceng ceng Adik Ceng!
Aku telah datang! Koan toakomu sudah datang."
Tapi keadaan bangunan loteng kecil itu tetap sunyi lengang
tiada terdengar suara apapun juga, keruan Koan san gwat
menjadi gelisah, dengan langkah lebar cepat ia memburu
kearah bangunan loteng tanpa sempat mengamati keadaan
sekelilingnya, langsung menentang masuk kedalam.
Bawah loteng sunyi senyap tiada tampak bayangan
seorangpun, lekas ia berlari naik keatas, kain sutra lembut
semampai, sinar lilin masih menyala terang, segala perabot
masih teratur rapi, namun tiada kelihatan bayangan atau jejak
seorangpun. Keruan hatinya semakin gugup dan gelisah.
"Kemana dan dimana Ceng ceng berada ?" demikian ia
bertanya. Sementara kakinya berlari kian kemari sambil
menggeladah kesegala tempat, akhirnya disebuah kamar
berloteng sebelah belakang ditemukan dua anak perempuan
berusia lima belasan tahun rebah ditanah. Seorang
diantaranya batok kepalanya pecah terbacok senjata tajam,
darah berceceran kemana mana, jiwanya sudah lama
melayang. Sementara seorang yang lain cuma rebah tak
berkutik kena tertutuk jalan darahnya tanpa kena cidera apa
apa. Mencelos hari Koan San gwat, serta merta ia merasakan
firasat jelek, lekas ia jinjin kesamping perempuan kecil yang
belum ajal itu serta memeriksa keadaannya, akhirnya
diketahui bahwa Hiat tou Ciang tai hiat dibelakang kepalanya
kena ditabok keras keras oleh seseorang sehingga ia jatuh
semaput. Untuk mengetahui jejak dan kejadian apa yang dialami Thio
Ceng ceng, terpaksa ia harus menekan gejolak perasaan
hatinya, dengan sabar ia membuka pakaian perempuan kecil,
itu kedua tangannya mulai mengurut dan menekan memberi
pertolongan sekedarnya untuk membuatnya siuman. Tak lama
kemudian terdengar mulut si dara kecil ini mengeluh lalu pelan
membuka mata dan siuman, begitu ia melihat jelas seketika ia
menjerit ngeri dan ketakutan.
Dengan lembut segera Koan San gwat berkata "Adik cilik!
Jangan takut! Lekas beri tahu padaku, kemana nona Ceng
ceng pergi" " Dara kecil itu membelalakkan matanya. Sikapnya masih
takut dan ngeri. Sudah tentu Koan San gwat semakin gagap, teriakanya
keras "Lekas katakan! Dimana nona Thio" Apa yang telah
terjadi disini" " Aku bernama Koan San gwat."
Begitu mendengar namanya dara cilik ini lantas melompat
bangun dan menunjuk kearah jendela, teriakanya","Jadi kau
adalah Koan toako " Koan siangkong yang sering dikatakan
Siaucia?" Lekas Koan San gwat manggut manggut, tanyanya cepat:
"Dimana nona Thio" "
"Siocia diusir pergi oleh bibi Hwi Kak, dia lari dari sana, aku
bernama Siau hong, masih seorang lagi bernama Siao lik, dia
dibunuh oleh bibi Hwi Kak?"
Dada Koan San gwat seperti dipalu godam, tak sempat
mendengar penuturan lebih lanjut, sebab sekali badannya
melayang menerobos keluar jendela terus berlari kencang
kedepan, sementara Siau hong memburu ke jendela dan
berteriak:"Koan siankong, kau salah jalan, menuju sebelah
kiri!" Sejak Koan San gwat menghentikan langkahnya, sesaat
jadi ragu ragu dan kurang percaya karena sekitarnya cuma
sebuah jalan yang terbentang dearah depannya saja, letak
bangunan berkaca ini dibangun dipuncak gunung yang kedua
sampingnya merupakan jurang terjal yang amat curam.
Terdegar Siu hong berseru pula dengan gugup: "Sedikitpun
tidak akan salah, dia diusir siocia dan melompat turun kesana
bersama." Soalnya sebelah kiri adalah jurang, menurut tafsiran Koan
San gwat tingginya ada tiga empat puluh tumbak, maka dia
tambah kurang percaya. Namun Si hong berteriak meyakinkan
lagi "Koan siangkong, aku tidak akan ngipusi kau, Hwi Kak
menenteng pedang dengan sikap kasar dan bengis
mengancam nona Thio, semula nona Thio melawan, lekas
Siau lik maju hendak memisah, namun dia kena dibunuh oleh
bacokan pedang Hwi Kak, sementara aku sendiri pun lantas
ditutuknya ?" "Nanti dulu!" Koan San gwat sadar "Kala toh kau kena
tertutuk, darimana kau bisa tahu bahwa mereka lompat tutun
dari sini" " "Meski aku tertutuk jalan darahku kuping ku masih bisa
mendengar dan matapun bisa melihat, kulihat nona Thio
lompat dari jendela dikejar Hwi kak, malah kudengar pula
suara mengancam sambil mengudak.. "Kau terjun kejurangpun
akan kukejar kau!" saking gugup, aku sampai jatuh pingsan!"
Melihat sikap orang tidak seperti orang berbohong, namun
Koan San gwat bertanya lebih tegas "Tempat apakah dibawah
jurang sana" " "Disebelah bawah sana terdapat sebidang hutan, diluar
hutan terdapat sebuah aliran sungai yang bisa tembus keluar
gunung ?" Tanpa bertanya lebih lanjut Koan San gwat melompat
kedepan dan terjun kebawah jurang. Lompat turun dari
tempat dan terjun kebawah jurang, Lompat turun dari tempat
yang sedemikian tinggi baru pertama kali ia lakukan, namun
terpikir olehnya kalau Thio Ceng ceng berdua bisa lompat
turun kebawah kenapa aku sendiri tidak mampu"
Tepat kakinya dapat menginjak sebuah batu gunung yang
menonjol keluar semetara sebelah bawah adalah jurang yang
amat dalam tak terduga sebelum ia bisa berdiri tegak tiba tiba
batu gunung tempat ia berpijak bergeming dan runtuh
seluruhnya, kontan ia ikut terjungkal kebawah, tanpa kuasa ia
terjun masuk kedalam aliran arus sungai yang deras dan
tergulang gulung kebawah gunung, Koan San gwat tidak
terlihat menongol pula keluar dari permukaan air.
Siau hong yang berdiri dipinggir jurang melihat kejadian ini
tiba tiba ditambah seorang lain, bukan lain adalah Hwi kak,
mengawasi Koan San gwat, yang tertelan gelombang sungai,
ia tepuk tepuk pundak Siau hong pujinya: "Siau hong! Bagus
sekali kau menjalankan tugas! Sekarang lekas kita tinggalkan
tempat ini!" Dari bayangan besar dipinggir jurang sebelah sana mereka
angkat bersama Thio Ceng ceng yang tidak sadarkan diri, Hwi
Kak melolos ikat pinggangnya, terus mengangkat Thio Ceng
ceng diatas punggungnya tak lama kemudian mereka sudah
berlari lari kearah semula Koan San gwat tadi hendak menuju,
sekejap bayangan mereka sudah tidak kelihatan lagi.
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Semua hadirin di Khong ham kiong sama mengunjuk rasa
prihatin dan membeku, hal ini terjadi kira kira setengah hari
setelah Koan San gwat terjungkal kedalam jurang.
Dengan marah marah Pek Thi hun segera berteriak "Hujin!
Sampai detik ini kau masih berusaha mengeloni bocah keparat
itu, menurut dugaanku pasti putra bangsatmu sekongkol
dengan Hwi Kak yang melakukan perbuatan tercela itu ?"
-oo0dw0oo- JILID 20 ALIS GWAT HOA HUJIN BERTAUT kencang, katanya "Bukan
mustahil secara diam diam Koan San gwat membawa Thio
Ceng ceng tinggal pergi secara diam diam?"
"Kau hanya mencari cari alasan belaka. Apa lagi alasannya
dia harus tinggal minggat secara diam diam! Dan lagi bila
hendak meninggalkan apa pula alasannya dia harus turun
tangan keji membunuh orang yang tidak berdosa!"
Jing Tho juga mengerut kening, timbrungnya : "Hambapun
berpendapat demikian tidak mungkin Koan Kongcu minggat
secara diam diam. Pertama Koan Kongcu tiada alasan berbuat
demikian, kedua jejak Siau hong yang menghilang amat
mencurigakan, biasanya Siau hong dan Siau lik adalah dayang
Hujin yang terpercaya, namun dari apa yang dapat kutahu
biasanya Siau hong jauh lebih rapat dan dekat kepada Hwi
Kak, bukan mustahil mereka bersekongkol menculik lari nona
Thio ?" "Katakan!" sentak Gwat boa Hujin dengan marah marah,
"Dalam detik detik macam ini kau masih main ulur waktu dan
jugal mahal segala."
Jing Tho mengiakan, lalu katanya lebih lanjut "Yaitu bahwa
kemungkinan Koan kongcu sendiri sudah mengalami
kecelakann." "Bohong! Seumpama dia meninggal paling tidak mayatnya
pasti dapat diketemukan."
"Dibawah jurang terdapat sebuah aliran sungai yang amat
deras arus airnya, dan lagi batu menonjol disamping
jurangpun telah hilang, hamba berpendapat kedua amat besar
kemungkinannya" Gwat hoa Hujin menarik muka dan tertunduk diam.
Pek Thi hun segera berteriak "Kalau Kaon San gwat benar
benar kena dibokong celaka, betapapun aku tidak akan
mengampuni bocah keparat itu."
"Tho ong! duduk perkaranya belum lagi jelas ?"
"Lalu bagaimana dengan Koan San gwat?" sentak Gwat hoa
Hujin dengan murka. "Jejak Koan kongcu ada dua kemungkinan, pertama, begitu
dia mendapat nona Thio menghilang, dilihat gelagat
disekitarnya ia tahu hahwa telah terjadi sesuatu atas diri nona
Thio, lekas lekas mengejar menurut apa yang dia dapat
disana. Soal kedua hamba jadi kurang leluasa menjelaskan ?"
"Keduanya adalah putra kandungmu, tapi Koan San gwat
adalah keturunan sahabat kentalku, segera aku harus
menemukan bocah keparat itu. Asal Koan San gwat benar
tidak kurang suatu apapun, dapat kuampuni jiwanya, atau
sebalikanya akan kuhancurkan leburkan anak keparat dan
durhaka itu. Aku tidak perduli bagaimana sikapmu terhadapku
atas segala sepak terjangku ini, yang jelas keputusan dan
tekadku tidak dapat ditawar lagi." Habis bicara dengan marah
marah ia tinggal pergi dengan langkah lebar.
Gwat hoa Hujin tidak berusaha merintang, setelah
bayangan Pek Thi hun menghilang barulah dia manghela
napas, dan ujarnya "Oh Thian! Kenapa kau mengatur nasib ku
sedemikian mengenaskan. Yu hu, perbuatanmu memilukan
hatiku ?" tak tertahan air mata bercucuran sesaat ia
menambahkan: "Jing Tho, Sui Ki! Kalian berdua segera
mencari sepanjang sungai dan temukan jenasahnya bila ia
benar benar mati kecemplung ke air, Coh bing tinggal di
rumah menunggu rumah, sementara Tay Su dan Jip Hoat ikut
aku turun gunung!" "Hujin hendak turun gunung?" tanya Coh bing dengan rasa
berat. Gwat hoa Hujin manggut manggut, ujarnya "Ya, aku
harus turun gunung! Aku harus menemukan dia sebelum Pek
Tho ong menyandaknya, akan kutanya biar jelas duduk
perkara sebenarnya, bilamana dia memang melakukan
perbuatan yang tercela ini bagaimana juga aku tidak bisa
membiarkan Pek Tho ong membunuhnya."
Jing Tho tergagap, tanyanya "Hujin! maksudmu ?"
"Ya," ujar Gwat hoa dengan pilu, aku sendiri yang akan
merenggut nyawanya."
Sesaat kemudian Jing Tho segera minta diri, katanya:
"Hujin, biarlah kami berangkat lebih dulu, semoga Thian yang
maha besar melindungi jiwa Koan kongcu ?"
Gwat hoa Hujin manggut manggut, ujarnya: "Harapannya
terlalu kecil, kalau kalian berhasil menemukan jenazahnya
bawalah keatas dan kebumikan disini, kalau tidak berhasil
lekaslah susul kami disebelah selatan, Yu hu pasti menuju ke
Ni hay di Tian lam, kampung halaman ayahnya?"
Jing Tho manggut manggut. Begitulah beberapa
rombongan segera berpencar melaksanakan tugas masing
masing. Dijalan raya yang menembus ke propinsi Hun lam, tampak
di kejauhan sana bayangan orang yang mengendarai empat
tunggangan. Gwat hoa Hujin menunggang seekor kuda hitam tinggi
besar berada paling depan, Jip hoat berada di tengah, Tay Su
berada di belakang, tunggangannya terakhir ternyata adalah
unta sakti tunggangan Koan San gwat, tampak patung mas
kaki tunggal terselip di punggung unta.
Unta sakti dan patung emas kaki tunggal adalah pertanda
khas dari Bing tho ling cu, namun unta sakti masih ada
sementara majikannya tidak kelihatan jejakanya, sungguh
sukar dimengerti, sepanjang jalan ini sudah menimbulkan
perhatian dan rasa heran dan curiga bagi kaum persilatan.
Meski Gwat hoa Hujin tidak punya pengalaman kangouw
namun pedang yang tersoren dipinggangnya begitu menyolok,
walau usianya rada lanjut namun sikap dan perbawanya amat
agung dan kereng, para pengikutnya sama gagah dan
bersemangat, terutama unta sakti yang mengintil di belakang
mereka. Maka orang orang persilatan yang tidak tahu asal usul
mereka, sama tidak berani mengganggu sepanjang jalan ini
mereka jadi aman dan tentram tanpa mendapat gangguan
sedikitpun juga. Setengah bulan kemudian, mereka sudah mulai memasuki
daerah Hun lam, keadaan sini jauh berbeda. Setelah mereka
melewati kota Ih ping, didapatinya serombongan orang yana
tidak dikenal juntrungannya mengintil rada jauh di belakang
mereka, malah ada beberapa rombongan orang berkuda sama
mencongklang pesat tunggangannya lewat kearah depan.
Rombongan itu kebanyakan terdiri kakek tua, tapi terdapat
juga beberapa perempuan dan dara cilik berusia tiga empat
belasan. Akan tetapi dalam pandangan Gwat hoa Hujin
mereka lama adalah tokoh tokoh kosen yang memiliki
kepandaian silat dan lwekang yang amat tinggi, mau tidak
mau ia mulai meningkatkan kewaspadaannya.
Rombongan terahir yang melampaui mereka terdapat pula
seorang perempuan pertengahan umur, kata Gwat hoa Hujin
dengan muka berubah "Aku parcaya disebelah depan kita
bakal menghadapi kesulitan!"
"Darimana Hujin bisa tahu?" tanya Jip Hoat.
"Hari ini sudah beberapa rombongan melampaui kita
kelihatannya mereka bukan kaum lemah dan lagi sikapnya
amat memperhatikan tindak tanduk kita, terutama perempuan
dalam rombongan terakhir ini, jelas kelihatan memiliki
kepandaian yang jauh lebih matang dari orang orang yang
lain. Kalau dugaanku tidak meleset, mereka tentu satu
komplotan. Perempuan pertengahan umur tadi pasti pentolan
mereka, rombongan rombongan itupun sedang menunggu
kedatangannya untuk menerima perintah baru turun tangan."
"Selamanya kita sendiri tidak punya pertikaian dengan para
sahabat kangouw, untuk apa mereka mencari kesulitan kita."
"Sepak terjang kaum persilatan biasanya memang serba
aneh dan sulit diselami, maka sejak dulu aku tidak sudi
berkeliaran dilur. Waktu bicara dilihatnya jauh disebelah depan
terdapat sebidang hutan palawija, didepan hutan terdapat
sebuah tanah lapang yang kosong. Terlihat beberapa kuda
tertambat di batang pohon, ditengah lapang berkerumun
beberapa puluh orang. Perempuan penengahan yang lewat
terakhir tampak berada ditengah tengah mejeka agakanya
seperti sedang merundingkan apa apa, begitu Gwat hoa Hujin
bertiga mendatangi semakin dekat, serempak mereka
berpencar keempat penjuru, seolah olah sengaja hendak
mencegat jalan. "Bagaimana, tepat bukan ucapanku?" ujar Goat hoa lirih.
Dasar suka usil segera Jip hoat keprak kudanya memburu
kedepan, seraya berteriak: "Minggir! Minggir jangan
menghadang ditengah jalan!!
Kuda tunggangannya terus menerjang ke tengah
rombongan orang yang berdiri jajar ditengah jalan. Diantara
rombongan orang banyak segera tempil dara cilik, dengan
gerak yang amat lincah dan tangkas langsung ia memapak
maju sambil ulur tangan meraih tali kekang kuda Jip hoat,
serunya : "Turunlah! Ada urusan yang perlu kita tanyakan
kepada kalian!" Kuda yang dibedal kencang sekali kena diraih dan ditarik
oleh dara cilik itu seketika berhenti dan tidak mampu laju
kedepan, karuan ia besrseru panjang dan berdiri dengan kaki
belakangnya, hampir saja Jip hoat terjengkang.
Keruan ia menjadi gusar, kontan pecut pecut ditangannya
disabetkan kearah dara cilik itu semenjara mulutnya memaki:
"Setan! Cari mampus kau!"
Namun gerak gerik dara cilik ini amat gesit, cukup
memikirkan kepala ia berhasil meluputkan diri terus
menerobos lewat dari bawah perut kuda, sudah tentu lecutan
pecut Jip Hoat mengenai tempat kosong, gagang pecutnya
menggares luka leher kuda tunggang nya sendiri. Mulut
kesakitan kena dicekam tali kekangnya oleh dara cilik, kini
tergores luka pula, karuan kuda itu kesakitan dan berjingkrak
liar, kaki belakangnya segera mencak mencak dan melompat
lompat tinggi, keruan Jip Hoat yang tidak menduga tersuruk
kedepan dan terbanting jatuh, untuk ilmu silatnya cukup tinggi
ditengah udara ia jumpalitan mengendalikan tubuh terus
hinggap berdiri tanpa kurang satu apapun.
Waktu itu ia berhasil berdiri tegak, dilihatnya dara cilik itu
sedang menerobos lewat dari perut kuda sebelah sana sambil
tertawa cengar cengir, cukup kedua jarinya menjawil dipinggir
setelinganya, kontan kuda itu bertekuk lutut dan tidak mampu
bergerak lagi. Sambil tertawa menggoda dara cilik itu membuang pecut
yang berhasil di rampasnya serta berkata "Tabiat kudamu ini
terlalu jelek, jangan kau naik kuda macam ini lagi, carilah
tunggangan yang lain saja."
Dari cara dara cilik ini menundukkan kuda dapatlah dinilai
bahwa bekal kepandaian nya cukup hebat, Jip hoat juga tahu
bahwa orang memang sengaja hendak menahan dan
mempersulit dirinya, karena sekian banyak orang yang hadir
itu cuma tersenyum malahan ada yang bersorak dan bertepuk
tangan memberi pujian. Dalam pada itu Gwat hoa Hujin bersama Tay Su telah
semakin dekat, dan ditempat yang cukup jauh mereka
menghentikan tunggangan, tanpa memberi reaksi akan apa
yang telah terjadi. Tahu Gwat hoa Huj in tidak mencegah dirinya membuat
keributan, tambah besar nyali Jip hoat, dengan muka
membesi dan tanpa bersuara "Sreng" segera dia cabut
pedangnya dari bawah perut kudanya, sambil menuding dara
cilik itu dia membentak "Setan kecil! Kenapa kau melukai kuda
tungganganku?" Dara cilik itu tertawa cekikikan, ujarnya" "Bukankah sudah
kukatakan tabiat kudamu terlalu liar, untung aku pernah
belajar cara menundukkan kuda liar, sehingga tidak kena
cidera olehnya, kau sendiri untung tidak sampai terbanting
jatuh, kenapa kau kelihatan malah begitu sayang terhadap
kuda bawel ini" Biar nanti kuganti seekor kuda lain."
"Baik, kau gantilah, kau tahu berapa harga kudaku ini?"
"Kudamu ini bukan kuda tunggangan, paling paling
dagingnya yang gemuk dapat di potong dan dijual diwarung
arak, sepuluh kali seharga lima sen, paling paling kudamu ini
cuma seharga dua tiga tail perak?"
"Kentutmu busuk! Kau tahu aku membelinya seharga seribu
tail perak ". "
"E, eh, kau jangan pura pura menjadi hartawan
meninggikan nilai kudamu, termasuk dirimu sendiri, belum
sampai seharga seribu tail."
Memang Jip hoat sedang menunggu alasan untuk
melampiaskan kedongkolan hatinya, lekas ia kiblatkan
pedangnya diatas kepala orang serta semprotnya gusar "Setan
kecil, berani kau melukai perasaan orang!"
Dara itu mengkeretkan kepalanya, agak nya seperti takut
terhadap tajam pedangnya, setelah mundur rada jauh baru
dia berteriak "Aduh! Perampok kuntilanak! Kau hendak main
kekerasan membunuh orang ?" bahwa nya gerak caranya
menghindar dari samberan pedang Jip Hoat amat tangkas dan
lincah sekali, tidak mungkin pedang Jip Hoat dapat mengenai
dirinya. Jip Hoat menyengir dingin, dimana sinar pedangnya
terangkat dan berputar sekaligus ia bungkus bayangan dara
itu didalam lingkaran sinar pedangnya serunya : "Jangan kau
lari, kalau tidak kau ganti seribu tail perak, biarlah jiwamu
sebaga penebus hutangmu!"
Dara itu berbelit kekanan dan menghindar kekiri, meski ia
sudah bergerak dengan setangkas dan segesit mungkin,
namun tidak kuasa membebaskan diri dari ancaman ujung
pedang lawan, terpaksa akhirnya ia menghentikan langkah
kakinya, dan berdiri tegak lalu papakkan dadanya sendiri
keujung pedang lawan, katanya sambil menubruk maju. "Kau
bunuh akupun tidak akan mampu mengganti seribu tail uang
perak, silahkan kau cabut nyawaku sebagai penebus kudamu!"
Untunglah sebelum urusan menjadi ke telanjur, keburu
Gwat hoa Hujin dan perempuan pertengahan sama berteriak
memanggil. Jip Hoat dan dara kecil itu mundur menghentikan
pertempuran. Berbareng dengan itu mereka berduapun
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melayang maju ketengah kalangan. Kini jadi Goat hoa Hujin
dan perempuan pertengahan umur itu yang saling berhadapan
dalam jarak setumbak lebih, usia Gwat hoa Hujin lebih tua
namun sikapnya agung dan berwibawa berwajah halus lagi,
segera perempuan pertengahan sedikit menekuk lutut membri
hormat serta menyapa lebih dulu :" Harap tanya Hujin ?"
"Aku bernama Liu Ciu kiok!" sahut Gwat hoa Hujin tawar.
"Aku yang rendah Li Sek hong," perempuan pertengahan
umur memperkenalkan diri. Sedikitpun Gwat hoa Hujin tidak
mengunjuk reaksi apa apa, malah tanyanya! "Kalian sengaja
mencegat jalan dan mencari gara gara, apa maksudnya?"
Li Sek hong berkata pelan pelan "Pernah apa Toaci itu
dengan Hujin" Apakah ilmu pedangnya ajaran Hujin sendiri?"
sembari bertanya tangannya menuding Jip Hoat.
"Dia adalah pelayanku, ilmu bedangnya memang ajaranku"
Sedikit berubah air muka Li Sek hong mulutnya kemak
kemik lalu bertanya pula "Lalu apa sangkut paut Hujin dengan
Cia Ling im?" "Siapa Cia Ling im itu" Aku tidak kenal dia! Belum pernah
kudengar namanya." tercengang Li Sek hong dibutnya,
katanya ragu ragu "Gerak gerik permainan pedang toaci tadi
adalah salah satu jurus dari Siu lo it sek, kecuali Cia Ling im
tiada orang kedua yang mampu memainkannya, adalah
mustahil bahwa Hujin berkata tidak kenal dengan Cia Ling im."
"Tidak kenal ya tidak kenal, memangnya aku ngapusi kau.
Bicara soal ilmu pedang tadi, aku jadi ingin tahu orang macam
apakah sebenarnya Cia Ling im itu?"
"Dia seorang laknat yang jahat ?"
"Peduli dia jahat atau baik yang kutanya dia laki laki atau
perempuan?" "Cia Ling im adalah seorang laki laki, ini dia berada di Ngo
tai san mendirikan Thian mo kau ?"
"Seorang laki laki busuk, perlu apa kau mencari dia. Ingin
aku tahu apa maksud kalian mencegat jalan kami?"
Segera Li Sek hong menuding unta sakti dan berkata "Unta
itu cara bagaimana bisa terjatuh ketangan Hujin, dimana pula
majikan nya?" "Untuk apa kau menanyakan hal itu?"
"Kami beramai ramai sedang mencarinya kekuatan Thian
mo kau sedang berkembang dengan pesat, hanya Koan San
gwat sedang yang mampu mengatasinya ?"
Gwat hoa Hujin jadi tersirap darahnya, serunya "Adakah
Koan San gwat punya kemampuan begitu besar?"
"Sudah tentu, Bing tho ling cu menggetarkan seluruh jagat,
dimana ia tiba memberantas kejahatan melenyapkan
kesesalan bila Hujin tahu jejakanya, harap suka segera
memberitahu ?" "Aku sendiri juga tidak tahu kemana dia pergi ?"
"Bohong" sentak Li Sek hong dengan muka beringas, "Bing
tho ling cu selamanya tidak pernah meninggalkan
tunggangannya, kini unta dan senjata tunggalnya berada di
tangan kalian, mustahil kalian tidak tahu jejakanya " apakah
Kalian sudah mencelakai jiwanya?"
Belum lagi Gwat hoa Hujin menyahut, Jip Hoat sudah
menyela bicara: "Kaulah yang membual, Koan kongcu adalah
putra Hujin kami, mana bisa kami membuatnya celaka malah
?" Kata katanya ini seketika membuat Li Sek hong serta orang
orang dibelakang mengunjuk rasa sangsi dan keheranan
setengah tidak percaya. Terpaksa Gwat hoa Hujin
menegaskan sambil menghela napas. "Koan San gwat adalah
memang putraku!" Sikapnya Li Sek hong segera berubah ramah, cepat ia
menjura serta berkata "Kami yang rendah tidak tahu bahwa
Hujin adalah ibunda Koan kongcu, soalnya Koan kongcu
sendiri belum pernah menyinggung hal ini ?"
"Sudah sekian lama kami ibu beranak berpisah, selama ini
tidak tahu berita masing masing, baru setengah bulan yang
lalu, secara kebetulan kami jumpa dan berkumpul, namun
tidak lebih dua jam kami berkumpul, mendadak ia menghilang
tanpa meninggalkan bekas!"
"Menghilang!" teriak Li Sek hong terkejut.
Gwat hoa Hujin manggut manggut ujarnya "Kuharap dia
menghilang, kalau tidak aku tidak akan memberi ampun
kepada anak keparat itu!"
Li Sek hong amat gelisah sudah tentu ia tidak sempat
hiraukan kata kata orang yang kurang dimengerti itu,
katanya:" Bagaimana pun kita harus cepat cepat menemukan
Koan kongcu, kekuatan Thian mo kau dibawah pimpinan Cia
ling im hari kehari bertambah besar, kalau tidak lekas lekas
ditumpas seluruh jagat ini bakal tergenggam di telapak tangan
iblisnya.." "Maksudmu ilmu pedang orang she Cia itu amat mirip
dengan jurus pedang permainan pembantuku ini?" tadi tiba
tiba Gwat ho Hujin menegas.
"Ya, memang ada beberapa orang yang bisa memainkan
Siu lo ji sek, namun hanya Cia Ling im seorang yang paling
sempurna" Gwat hoa Hujin menggeleng dengan tidak percaya,
katanya: "Belum tentu! Dari penuturan Koan San gwat
kudengar masih ada seorang perempuan lain ?"
"Tidak mungkin! Cia Ling im adalah Suhengku, diantara
kami berempat bersaudara perguruan, tiada seorangpun yang
lebih unggul dari dia, kalau tidak, tak perlu kami mengandal
tenaga bantuan Koan kongcu."
"Aku percaya putraku tidak akan ngapusi aku, kalau begitu,
biarlah aku ikut kalian mencari orang she Cia itu, mungkin dari
mulutnya aku dapat menemukan jejak perempuan yang
kumaksud itu?" Li Sek hong menjadi bingung dan gopoh oleh berbagai
persoalan dan urusan yang dihadapinya ini, sesaat dia menjadi
kehilangan akal untuk bertindak, adalah Ling koh sinona kecil
yang cerdik ini tampil bertanya : "Untuk apa Hujin mencari
perempuan itu?" Sejenak Gwat hoa Hujin melongo dan merandek, katanya :
"Perempuan itu pernah menggunakan ilmu pedang itu
membunuh suamiku, aku hendak mencarinya untuk menuntut
balas kepadanya." "Apa?" teriak Ling koh, "Maksudmu perempuan itu
membunuh ayah Koan San gwat?"
"Apa kau tahu dimana perempuan itu sekarang berada?"
Cepat Ling koh menggoyangkan kedua tangan, serunya
"Tidak! Tidak ?"
Berubah tegang muka Gwat hoa Hujin katanya mendesak
"Aku percaya, kau pasti tahu!"
Dibawah tatapan tajam sorot mata Gwat hoa Hujin, nyali
Ling koh menjadi kuncup, tanpa sadar akhirnya ia berseru
"Jangan kau bertanya kepadaku, Koan kongcu jauh lebih tahu
dan jeli dari aku?" Gwat hoa Hujin menggeleng, ujarnya "Dia tidak mau
mengatakan!" Ling koh mengunjuk rasa heran, tanyanya "Kenapa,
masakah Koan kongcu sudi melepaakan musuh besar
pembunuh ayahnya?" "Biarlah aku bicara terang Koan San gwat memang putra
kandungku, namun dia bukan anak suamiku, malah diantara
mereka ada terikat permusuhan yang amat mendalam soal ini
amat rumit tidak perlu kujelaskan disini, Gwat tidak mau
menjelaskan karena dia punya permusuhan dengan suamiku,
tidak bisa aku mendesak dan minta keterangan kepadanya
untuk menuntut balas sakit hatinya sumiku " " Perasaan Ling
koh rada longgar, ujarnya : "Hujin, kalau begitu duduknya
perkara bolehlah kubantu kau mencari orang itu, bahwasanya
orang itu sedang menunggu nunggu untuk menyelesakan
persoalan ini." "Apa katamu!" tanya Gwat hoa Hujin tidak mengerti
"Selama hidupnya Lolo hanya pernah melukai satu orang
selama hidupnya ini ia amat tidak tentram dan ganjal dalam
sanubarinya karena peristiwa itu. Pernah beliau menceritakan
hal ini kepada kami, minta kami supaya mencari tahu dan
menemukan seseorang yang terkutung sebelah lengannya,
menurut anggapannya ilmu pedang itu amat tingg, pasti tidak
rela menyekam diri menyembunyikan nama " sungguh tidak
nyana orang yang dimaksud itu ternyata adalah suami Hujin"
Li Sek hong segera menyela bertanya "Ling koh, maksudmu
orang itu adalah Sunio?"
Ling koh mangut mangut sesaat ia termenung lalu katanya:
"Tempat bersemayam Lolo dalam waktu dekat tidak akan
pindah cepat atau lambat kau kesana, tiada halangannya,
kami harap Hujin bantu kami dulu melenyapkan persoalan kita
dengan Cia Ling im bagaimana?"
Gwat hoa Hujin menyahut kurang semangat, "Aku tidak
ingin terlibat dalam pertikaian orang orang kangouw ?"
"Setiap anggota dari Thian mo kau sama mengikat
permusuhan mendalam dengan Koan kongcu, musuh utama
yang hendak mereka hadapi adalah Koan kongcu pula, kau
adalah ibunda Koan kongcu, masakah mandah berpeluk
tangan saja?" demikian desak Ling koh.
Gwat hoa Hujin mendengus hidung, jengeknya "Jadi kau
mengajarkan aku cara bagaimana harus bertindak?"
"Mana hamba berani, namun sebelum permusuhan dengan
Thian mo kau dapat dibikin selesai, hamba tiada waktu
meluangkan tempo mengingat Hujin mencari Lolo, apakah kau
sudi menunggu beberapa waktu lagi."
Gwat hoa Hujin mengawasinya sambil tersenyum, katanya:
"Sangkamu aku harus kau tuntun untuk menemukan tempat
nya itu?" Ling koh tertawa, ujarnya "Kecuali hamba dengan Koan
kongcu seluruh jagat tiada orang ketiga yang tahu tempat
tinggal Lolo, kecuali kau bisa menemukan Koan kongcu dan
minta padanya menemani kau, kalau tidak kau harus melulusi
permintaan hamba ini."
Terpaksa Gwat hoa Hujin bepikir sejenak, akhirnya berkata
tertawa "Budak kecil kau ini cukup licin, agakanya terpaksa
aku harus melulusi permintaanmu, tapi coba aku pikir dulu,
apakah aku mampu menghadapi manusia she Cia itu?"
"Yang diandalkan Cia Ling im tidak lebih hanyalah Sin lho jit
sek nya itu, bahwa suamimu terluka dibawah ilmu pedang itu,
menurut pikiran hamba, bila kau tidak punya pegangan yang
cukup kuat, betapapun tidak akan keluar menuntut balas!"
Gwat hoa Hujin tidak mampu banyak mulut lagi, katanya
manggut manggut: "Baiklah setan kecil, biar aku ikut kalian
meluruk ke Ngo tai san. Tay Su! Urusan sudah ketemu
sumbernya, kita tidak perlu main terobosan kemana mana,
lekas kau memberi kabar pada Jing Tho dan Sui Ki, suruh
mereka segera menyusul kesana. Ingat bila kalian ketemu Yu
hu, jangan sekali sekali kalian bentrok dengannya, suruh dia
segera berangkat ke Ngo tai san pula, sakit hati ayahnya
sudah sepantas nya dia yang menyelesaikan!"
Tay Su mengiakan, ia serahkan kuda Gwat hoa Hujin
kepada Jip Hoat lalu membedal tunggangannya sendiri tinggal
pergi. Dalam pada itu Li Sek hong sudah pimpin rombongan maju
mendekat, satu persatu Li Sek hong memperkenalkan orang
orang tua bawahannya itu. Gwat hoa Hujin hanya manggut
manggut tawar, namun ia jadi ketarik dan keheranan
mendengar nama It ouw, Ban li bu in dan It lun bing gwat
segala. Tanyanya mengerut alis: "Kenapa kalian menggunakan
nama nama yang begitu aneh?"
Li Sek hong menjelaskan: "Mereka adalah tokoh tokoh dari
Sian Pang, didalam Liong hwa hwe ditentukan suatu undang
undang hanya memanggil julukan tanpa mengenakan nama
aslinya." Tempo hai aku sudah dengar dari penjelasaan Koan San
Gwat mengenai apa itu Dewi, iblis dan setan, sebetulnya
apakah yang telah terjadi?" tanya Gwat hoa Hujin.
Li Sek hong menghela napas, ujarnya: "Ceritanya amat
panjang, silahkan Hujin naik kuda, biar kujelaskan sambil
berjalan." Begitulah semua orang sama naik keatas kuda masing
masing, rombongan besar ini langsung putar balik keutara.
Disepanjang jalan ini Li Sek hong menemui Gwat hoa Hujin
bicara, sementara Ling koh menemui Jip hoat, sembari
berjalan mereka mengobrol panjang pendek, sudah tentu
pembicaraan mereka berkisar dalan persoalan Liong hwa hwe
serta Koan San gwat. Mereka sama menguatirkan keselamatan
Koan San gwat yang menghilang tanpa jejak.
Mereka melampaui Cin tiong memasuki wilayah Siam say,
letak Ngo tai san berada di perbatasan antara Siam say dan
Hopak, dalam perjalanan ini mereka menghabiskan waktu satu
bulan, setelah diperhitungkan, kira kira satu hari lagi baru
mereka bisa tiba di bawah Ngo tai san. Kekuatan Thian mo
kau sudah berkembang luas dan bercokol dimana mana,
sepanjang jalan ini tidak sedikit orang orang persilatan yang
mengawasi gerak gerik mereka dengan mata mencong, jelas
mereka adalah mata mata Thian mo kau yang berani
bertindak terang terangan secara sewenang wenang, memang
rombongan besar ini terlalu menyolok mata, namun kalau
mereka tidak mengenal Gwat hoa Hujin dan Jip Hoat, siapa
pula ymg tidak kenal pada Li Sek hong dan tokoh tokoh besar
dalam Liong hwa hwe dulu, maka sepanjang jalan ini dapatlah
mereka menghindari banyak kesulitan.
Hari itu mereka tiba disebuah desa kecil yang terletak, di
kaki Ki san, karena di tempat ini tidak ada hotel, mereka
terpaksa minta menginap disebuah rumah gedung yang cukup
besar milik hartawan setempat, namun toh hanya terdapat
dua sisa kamar lain yang cukup besar untuk tidur pulahan
orang, kedua kamar tidur ini terbagi untuk kaum pria dan
wanita. Setelah cuaca sudah gelap dan berlarut malam, Li Sek
hong dan Gwat hoa Hujin bersimpuh samadi, demikian juga
Ling koh tidak ketinggalan berlatih lwekang, hanya Jip hoat
seorang yang pulas dalam mimpinya.
Sekonyong konyong dari sebelah kandang kuda di luar sana
terdengar sedikit keributan suara, Li Sek hong dan Gwat hoa
Hujin membuka mata bersama, gerak gerik Ling koh ternyata
jauh lebih cepat dan lincah, sejak tadi ia sudah menerobos
keluar pintu berlari kearah sana.
Disaat berdua menyusul tiba disana, tampak kejauhan
melesat sebuah bayangan putih besar, di belakangnya
mengejar ketat setitik hitam kecil. Tak perlu dijelaskan bahwa
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bayangan itu adalah unta sakti milik Koan San gwat,
sementara titik hitam kecil adalah Ling koh yang menguntit
dengan tangkas. Unta sakti adalah binatang cerdik yang pandai, kenapa
mendadak bisa berlari kabur begitu cepat" Sekilas mereka
saling pandang tanpa berjanji secepat kilat berbareng mereka
pun melesat mengejar. Malam amat gelap, mengandal kelap ke lip sinar bintang,
mereka menguntit kerat ke arah bayangan yang bergerak
gerak dikejauhan depan sana, begitulah kejar mengejar
berlangsung cukup lama, dataran semakin tinggi menanjak,
agakanya mereka sedang menuju keatas gunung.
Di waktu mereka tiba disebuah pengkolan sebuah puncak
gunung, bukan saja kehilangan bayangan putih unta sakti
yang besar dan samar samar itu, bayangan Ling kohpun
menghilang. Dinding batu gunung yang tinggi melintang
disebelah depan, kesebelah depan lagi tiada jalan yang bisa
ditempuh. Gwat hoa Hujin segera menghentikan langkah dengan
heran dan bingung, Li Sek hongpun berkata tak kalah
herannya : "Aneh sekali! Sepanjang jalan ini kita tidak
menemukan jalan bercabang lainnya bukan?"
Gwat hoa Hujin tidak bersuara, dengan cermat ia periksa
keadaan sekelilingnya akhir nya ia menuju sebuah celah celah
kecil dinding batu sebelah samping sana, katanya : "Kukira
binatang dan gadis kecil itu lari lewat jalan sini"
Li Sek hong melengak, katanya "Hujin jangan berkelakar,
badan kasar unta itu lebih tinggi dari kuda, celah celah ini
hanya satu kaki lebih lebarnya, mana mungkin bisa mendesak
masuk kesana." Sebalikanya Gwat hoa Hujin bicara dengan serius : "Aku
tidak akan membual, kecuali binatang itu tumbuh sayap bisa
terbang melampaui lamping gunung setinggi ratusan tumbak
ini, kalau tidak, pasti dia lewat tempat ini. Karena disini ada
ketinggalan sebuah tapak kakinya."
Malam itu ada hujan rintik rintik, maka unta sakti ada
meninggalkan bekas tapak kaki nya ditanah berlumpur,
terakhir meninggalkan bekas kotoran berlumpur pula diatas
batu cadas pegunungan, kelihatannya analisa Gwat hoa Hujin
memang cukup beralasan. Sudah tentu Li Sek hong menjadi keheranan, katanya :
"Celah yang sedemikian sempitnya bagaimana mungkin bisa
diliwati binatang berbadan sebesar itu."
Tengah mereka keheranan dari celah celah sebelah dalam
sana mendadak terdengar sebuah suara dingin yang
mengerikan . "Betapa besar dunia ini, tiada sesuatu yang tidak
aneh, kaliai memang jarang melihat bayang keheranan."
Keruan Li Sek hong berdua tarsentak kaget, mereka
celingukan kian kemari, namun tiada kelihatan bayangan
seorangpun, jelas suara itu terdengar di celah celah sebelah
dalam tidak kelihatan begitu jelas.
Untuk masuk ke sebelah dalam mereka harus memiringkan
tubuh namun mana meraka mau menembus bahaya, musuh
atau kawan orang yang bersuara didalam itu belum diketahui,
bila menghadapi bokongan secara menggelap didalam celah
celah kecil itu, jangan kata mengelit balas menyerang tidak
mungkin. Tidak menjawab jawaban orang didalam celah itu bersuara
pula "Seekor unta besar dan seorang gadis kecil memang kena
kupancing masuk kedalam lembahku ini, kalau kalian tidak
percaya, silahkan masuk sendiri memeriksa kemari."
"Siapa kau?" tanya Li Sek hong.
Orang didalam celah itu berkata, seru nya : "Setelah kalian
masuk, belum terlambat kita saling berkenalan"
Dengan pandangan tajam Li Sek hong mengawasi Gwat
hoa Hujin, seolah olah bertanya apakah mereka harus masuk"
"Sudah tentu kami harus masuk" demikian jengek Gwat
hoa Hujin dingin. "Tetapi aku tidak akan masuk dari celah
celah kecil secara berdesakan."
Orang didalam dinding itu bersuara tertawa "Hanya celah
celah kecil itulah satu satunya jalan untuk masuk kedalam
lembahku ini." "Bohong!" damprat Gwat hoa Hujin. "Meski kau punya
kepandaian menembus langit menelan bumi, betapapun aku
tak akan percaya kau bisa menggeret unta sebesar itu masuk
dari celah celah sekecil ini. Lebih tidak percaya pula bila kau
bisa masuk melalui celah celah kecil ini seperti ular berlegat
legot mendesak masuk kedalam."
Agakanya orang didalam dinding tertegun sebentar,
sejenak ia termenung lalu bertanya dengan suara lirih: "Cara
bagaimana kau bisa berpikir mengumpamakan manusia
seperti ular?" "Karena diatas dinding celah celah kecil ini ada ketinggalan
kulit ular, jelas sekali bahwa binatang sejenis ular tentu keluar
masuk lewat celah celah ini."
Orang didalam tersumbat mulutnya, sesaat kemudian baru
bersuara pula "Ucapan mu setengah benar setengah salah.
Untuk masuk kedalam Jian coa kok (lembah ribuan ular) ini,
memang ada sebuah jalan lain, unta besar itu memang masuk
dari jalan lain itu, akan tetapi aku sediri memang kenyataan
keluar masuk dari celah celah kecil itu, kulit ular itu justru
bekas kulit yang brungsungi dan rontok dari badanku"
Kontan tersentak dan merinding Gwat hoa Hujin berdua,
dengan setengah percaya Li Sek hong bertanya "Kau ini
manusia atau ular" Bagaimana mungkin dari tubuhmu bisa
menelotok kulit ular ?""
Orang dalam dinding itu tertawa ringan ujarnya "Setelah
kalian masuk kemari, tentu akan jelas duduk perkaranya"
Menunggu sebentar baru Gwat hoa Hujin berkata pula :
"Kita tentu akan masuk, dan lewat jalan yang lain itu."
"Bagus sekali!" seru orang didalam dinding tertawa.
"Silahkan kalian cari sendiri jalan yang lain itu."
Segera Gwat hoa Hujin mulai bekerja mencari
kesekelilingnya, beberapa lama berselang mendadak ia
mencabut pedang yang tergantung di pinggangnya, dimana
sinar pedang berkelebat, mengincar rumput rumput rotan
diatas dinding ia bolang balingkan pedangnya pulang pergi.
Terdengar orang dalam dinding itu memperingatkan :
"Awas, hati hatilah, tempat itu amat berbahaya."
Sedikitpun Gwat hoa Hujin tidak hiraukan peringatan orang,
begitu tusukan pedang nya menembus kerumpunan daun
daun rotan mendadak menyandal dengan keras, daun dan
dahan dahan rotan semua sama berantakan. Sekonyong
konyong dari rontokan daun itu menerjang selarik bayangan
abu abu menyongsong kearah ujung pedangnya. Lekas Gwat
hoa Hujin menyapukan dan mengiriskan pedangnya menapak
kearah bayangan itu, namun tahu tahu pedangnya kena
digubat kencang oleh bayangan abu abu itu.
Lekas ia menyendalkan pedangnya kearah samping, namun
tidak kuasa melepaskan libatan bayangan abu abu itu,
dibawah cahaya bintang yang kelap kelip, akhirnya baru ia
melihat jelas yang menggubat pedangnya adalah seekor ular
hijau yang bertubuh kecil panjang badan ular melingkar tujuh
delapan gubatan, rasanya berat, kepalanya yang besar persegi
tiga sedang tegak berdiri dan berdesis menjulurkan lidah
kearah mukanya. Takut ular adalah menjadi kodrat bagi kaum perempuan,
betepapun tinggi kepandaian Gwat hoa Hujin, sifatnya tidak
ketinggalan akan kebiasaan ini, seketika ia menjerit keras,
pedang bersama ularnya ia lemparkan ke atas tanah.
Begitu menyentuh tanah, ular hijau panjang itu segera
melepaskan libatannya dan ?"Wut" tahu tahu menerjang
datang kearah Gwat hoa Hujin. Lekas Li Sek hong mendesak
maju, secepat kilat ia mencabut pedang, mengincar kepala
ular terus membacok. Badan ular itu cukup liat dan kuat, sedikitpun tidak takut
terkena senjata tajam, akan tetapi letak lehernya adalah
tempat yang paling lemah, sudah tentu ia tidak kuasa
membiarkan dirinya disembelih begitu saja, lekas lekas ia
mengkeretkan kepalanya ditengah udara terus melejit
kesamping menghindarkan diri.
Mengincar titik kelemahannya ini Li Sek hong merangsak
lebih lanjut, pedang panjang nya berkelebat pula, yang diincar
tetap adalah batok kepala ular itu, lekas ular itu melingkarkan
badannya membundar serta menyusupkan kepalanya
kebawah lingkaran badannya. Pedang Li Sek hong dengan
telak mengenai badan ular, namun sedikitpun tidak
meninggalkan bekas luka. Lekas Gwat hoa Hajin memburu kesana menjemput lagi
pedangnya. "Binatang!" ma kinya kearah ular itu dengan
kebencian, "Dua bilah pedang sekaligus mengincar jiwamu,
cara bagaimana kau hendak menyembunyikan diri pula"
sembari berkata dengan ujung pe angnya ia menyongkel
lingkaran badan ular itu, lalu dari celah celah disebelah
bawahnya ia menuduk kearah kepalanya.
Agaknya ular itu insaf jiwanya sedang terancam, sembari
mengkeretekan kepalanya semakin kencang, mulutnyapun
berdesis keras, kejap lain tiba tiba dari dinding batu yang
bersemak daun tebal itu berbondong menjalar keluar puluhan
ular yang bersuara mengerikan tanpa kuasa mereka berdua
sudah terkepung ditengah.
Agakanya kawanan ular itu tiada maksud menyerang,
namun Li Sek hong berdua sudah menjadi kerepotan untuk
terjaga jaga tanpa sempat melukai ular tadi, cuma semakin
lama mereka terdesak mundur kearah sebelah kanan.
Sekonyong konyong mereka sama tempat berpijak mereka
mendadak menjadi amblas kebawah, kontan mereka sama
terjungkal masuk kedalam jebakan, bersama ular ular itu
mereka sama meluncur kebawah.
Mengandal bekal kepandaian Li Sek hong dan Gwat hoa
Hujin sudah tentu tidak begitu gampang mereka kena dijebak
begitu saja, soalnya mereka tidak menduga dan kurang
waspada, sehingga terlena menginjak jebakan dan yang jelas
bahwa jebakan ini terang di kendalikan oleh seseorang, tanpa
menunggu mereka bergerak berusaha mengendalikan diri
akan terangkat tubuh kebawah, tutup disebelah atas dengan
bersuara keras tiba tiba menutup pula.
Sejak semula mereka berdua memang sudah menahan
napas dan mengerahkan tenaga, cepat mereka meringankan
tubuh sehingga luncuran badan kebawah dapat tertahan
sedikit, lalu mereka berusaha melejit keatas mencapai keatas
namun sudah terlambat bagian atas sudah tertutup, terpaksa
mereka meluncur turun kebawah pelan pelan.
Ular ular yang ikut kejeblos jatuh itu entah kemana tahu
tahu sudah menghilang semua, begitu meluncur mencapai
jarak tertentu tiba tiba tergerak hati Gwat hoa Hujin, cepat ia
berteriak: "Calaka kita tidak bisa meluncur kebawah lagi ?"
Li Sek bong menginsafi hal ini, tanpa berjanji keduanya
segera menggunakan daya luncur kebawah melayang
kesebelah samping untunglah jurang jebakan ini tidak terlalu
lebar, tak lama kemudian tangan mereka sudah berhasil
menyentuh dinding yang menonjol keluar.
Disaat dinding secara alamiah tumbuh bata batu cadas
yang menonjol diatas dinding curam itu, untunglah mereka
berdua berhasil memeluk batu batu gunung bergelantungan di
tengah udara sehingga badan tidak amblas ke awah.
Sesaat lamanya keduanya berdiam diri menghimpun
semangat mengerahkan tenaga, Li Sek hong layangkan
pandangan nya kesekelilingnya, keadaan amat gelap tidak
kelihatan apa apa, maka dengan perasaan kuatir ia berkata
"Dinding batu ini terlalu curam dan tinggi, kalau ada tempat
tempat untuk berpijak sudah tentu tidak menjadi soal, kalau
tidak, jarak sejauh empat lima puluh tumbak ini, mengandal
Yu liong sut saja cara bagaimana bisa merambat sedemikian
jauh." "Tidak menjadi soal," ujar Gwat hoa Hujin. " Menurut
dugaanku, jebakan ini pasti ada jalan lain yang dikatakan
orang itu, cuma jalan itu tentu berada diatas. kalau sekali
tidak berhasil, marilah kita bagi menjadi dua atau tiga kali"
"Benar, waktu melayang jatuh tadi kulihat didinding batu
sebelah samping terdapat sebuah lubang besar, tentu
disanalah letak ujung jalan yang dimakaud itu, cuma sayang
jarak sedemikian jauh Yu Iiong sut yang hanya mengandal
pertahanan napas panjang, kalau tiada tempat berpijak untuk,
mengganti napas mana bisa dibagi menjadi tiga kali."
Mendadak Gwat hoa Hujin tertawa, ujar nya "Dalam hal ini
kau tidak perlu kuatir. Silahkan kau naik lebih dulu, biar
kukuntit di belakangmu, disaat kau sudah tidak kuat bertahan
lekas kau beritahu kepadaku, aku bisa menyanggah kakimu,
supaya kau bisa istirahat mengganti napas."
Li Sek hong heran, tanyanya "Lalu Hujin bertahan dengan
apa, meski Yu liong sut mampu menahan seseorang sehingga
tidak terjungkal jatuh namun merupakan usaha yang amat
berat juga, jangan kata menahan berat badan dua orang ?"
"Sudah tentu aku punya caraku sendiri, lekaslah kau
bekerja saja menurut petunjuk ku."
Li Sek hong tahu dalam keadaan genting ini Gwat hoa Hujin
tidak akan bicara main main, maka tanpa banyak pikir lagi
segera ia mengiakan : "Baiklah aku jalan lebih dulu." lalu dia
membalikkan tubuh menempelkan punggungnya kedinding,
dia menarik napas panjang, baru saja ia hendak gunakan
kekuatan kaki tangannya pelan pelan mendorong tubuhnya
mumbul keatas, tiba tiba didengarnya Gwat hoa Hujin
membentak: "Tunggu dulu kumurlah benda ini dalam
mulutmu," dalam kegelapan terbang datang selarik sinar putih
kemilau, karena tidak menduga Li Sek hong jadi kurang hati
hati dan tidak sempat mengulur tangan menyambuti, maka
titik sinar kemilau itu hancur membentur dinding, seperti
percikan bintang bintang kecil yang beterbangan sama jatuh
kedalam jurang. Li Sek hong tidak tahu benda apakah ini tapi Gwat hoa
Hujin hendak memberikan kepadanya, tentu punya manfaat
yang berguna sanggah hatinya amat menyesal, sayang baru
saja dia hendak bersuara, Gwat hoa Hujin sudah berkata pula
"Untunglah masih ada sebutir, kali ini jangan kau lena lagi!"
dilain saat selarik sinar putih melayang tiba pula, sudah tentu
Li Sek hong sudah waspada lekas ia ulurkan sebelah
tangannya menyambut, begitu berada didalam genggamannya
baru dia tahu, itulah sebutir mutiara bintang yang sebesar
telur burung mengeluarkan cahaya putih kemilau, keadaan
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekelilingnya menjadi terang benderang dan lapat lapat
terlihat rada jelas. Saat mana Gwat hoa Hujin bergelantungan diatas sebuah
batu disebelah kanan bawahnya, katanya sambil mendongak
"Itu adalah Ya bing cu, kau kumur dalam mulut, tonjolkan
sebagian keluar mulutmu, ingat harus sering sering kau basahi
dengan ludahmu, maka cahayanya akan semakin terang
menyala." Li Sek hong menurut saja, lekas ia masukan kedalam
mulut, dengan giginya ia gigit separuh sementara lidahnya
terjulur keluar menahan sebelah luar, benar juga begitu basah
oleh ludahnya cahaya semakin terang menyala, jarak
setumbak lebih dapat dilihatnya dengan jelas.
Kecuali tempat mereka berpijak ini ada batu batu menonjol
yang lekak lekuk, kesebelah atas lagi keadaan amat licin
seperti kaca. Malah bisa mereflek cahaya sinar mutiara
sehingga kelihatan dindingnya bercahaya putih seperti perak.
"Untung kita cukup waspada," demikian ujar Gwat hoa
Hujin tertawa, "Kalau sampat jatuh kedasar jurang sana,
jangan kata untuk merambat keatas, mungkin tenaga untuk
mengerahkanpun tidak mampu lagi! Sungguh kejam keparat
itu ?" Karena mengulum mutiara maka Li Sek hong tidak berani
buka suara, namun hatinya pun kebat kebit, setelah
menenangkan hati, pelan pelan ia mulai menggeremet naik
keatas pula, kaki tangan bekerja sama terus merambat keatas.
Untuk mengetahui keadaan sebelah atas, ia dapat mungkin
mendongakan kepala meminjam cahaya mutiara menyinari
sebelah atas, sudah tentu caranya bekerja ini amat memakan
tenaga, kira kira merambat naik empat lima tumbak
kemudian, ia sudah kehabisan tenaga dan lelah sekali.
Dari gerak gerikanya Gwat hoa Hujin dapat mengetahui
keadaan nya, lekas ia merambat maju mendekati, dia sangah
sebelah bawah kakinya serta menghibur "Jangan kau terlalu
memaksa diri, sekali kau menghabiskan tenaga sulit untuk
menghimpunnya pula dalam waktu dekat, urusan bisa menjadi
berabe." Karena kakinya mendapat tempat berpijak, barulah Li Sek
hong berkesempatan menggerakkan sebelah tangannya
menggenggam mutiara dari mulutnya, setelah napasnya
teratur ia berkata: "Terima kasih Hujin, aku sedang gelisah
cara bagaimana untuk menjelaskan kepada Hujin!"
"Aku lupa mulutmu mengulam mutiara maka tidak leluasa
bersuara, selanjutnya bila kau merasa lelah, gunakanlah
hidungmu mendengus keras keras, aku akan segera menolong
mu!" Li Sek hong manggut manggut, waktu ia menunduk melihat
kebawah, tampak sebelah tangan Gwat hoa Hujin
menyanggah kedua kakinya, sementara sebelan tangan yang
lain turun semampai, demikian juga kedua kakinya goyang
gontai ditengah udara, cuma bagian pinggang saja yang
melekat didinding, malah mukanya menghadap kearah dinding
lagi. Menggunakan cara yang aneh dan lucu ini, ternyata dapat
bertahan dibebani berat badan dua orang, karuan Li Sek hong
merasa amat kagum. Sesaat kemudian baru dia berkata : "Tak
nyana lwekang Hujin ternyata sudah dilatih begitu sempurna
?" "Salah terkaanmu, mungkin memang aku lebih kuat dari
kau, tetapi belum mencapai tingkat seperti yang kau
bayangkan." "Lalu dengan cara apa Hujin bisa menahan berat badan kita
berdua?" "Itu merupakan rahasia, saat ini tidak leluasa kujelaskan
kepadakau, setelah tiba diatas kau akan paham sendiri"
Li Sek hong setengah percaya setengah curiga, setelah
istirahat sekian lamanya, tenaganya sudah pulih kembali, lalu
katannya : "Marilah kita mulai maju lagi."
Gwat hoa Hujin mendongak dan tertawa kepadanya, belum
lagi ia bergerak tiba tiba sebelah tangannya mengarahkan
tenaga terus menyentak mendorongnya mencelat mumbul
beberapa tumbak, sementara mulut berbareng membentak:
"Rapatkan tubuhmu kedinding jangan banyak bergerak!"
Li Sek.hong tidak tahu apa yang terjadi namun keadaan
tiada memberi kesempatan padanya banyak berpikir, baru saja
ia mengerahkan tenaga dan menempelkan badannya merapat
kedinding, tampak Gwat hoa Hujin menyebal sebilah pedang
pendek berwarna merah gelap, terus menghujamkan di dalam
dinding hingga amblas seluruhnya secepat itu pula tiba tiba
badannya terayun bergelantung kesamping meninggalkan
dinding batu. Bersamaan dengan itu tampak pula selarik cahaya
kehijauan menyambar lewat dari pinggir badannya terus
melayang ketanah. Dalam pada itu Gwat hoa Hujia sudah tersenyum balik lagi,
kini menempel rapat pada dinding lagi katanya menjengek
dingin "Tidak lepas dari dugaanku, keparat itu memang amat
keji, dalam keadaan yang serba bahaya ini dia berlaku curang
main bokong segala ?"
Semangat Li Sek hong serasa sudah amblas, cepat ia
bertanya "Hujin, apakah yang telah terjadi?"
"Keparat diatas itu melepaskan seekor ular berkepala segi
tiga membokong kita, sejak tadi sudah kuduga sebelah atas
pasti akan bertindak jabat, maka tadi kuperintahkan
kepadamu untuk hati hati. Tak nyana disaat kita berbicira
itulah dia melancarkan serangan membokong dengan keji,
untunglah aku cukup berwaspada, kalau tidak kaulah yang
menjadi korban lebih dulu ?" Menyesal dan terima kasih pula
Li Sek hong katanya tergagap "Terima kasih akan pertolongan
Hujin atas jiwaku ?"
Sekonyong konyong dari sebelah atas terdengar seorang
berkata dingin "Jiwa kalian berdua memang cukup panjang,
ternyata berhasil dari dua kali tipu dayaku ?"
Gwat hoa Hujin menjadi gusar damprat nya: "Bisamu hanya
main bokong, terhitung Enghiong apa kau. Kalau punya
kepandaian marilah bertanding secara berhadapan ?"
Orang diatas itu menjengek tawa : "Kenapa tergesa gesa,
menghadapi manusia aku punya kebiasaan yang tidak boleh
dirubah, bagi orang yang mampu selamat dari tiga kali tipu
dayaku, baru setimpal dia berhadapan dengan aku. Kalian
sudah dua kali lolos, ketiga kali nya akan segera kalian hadapi,
tunggu sajalah." Mendengar ancaman itu, kontan mereka berdua
meningkatkan kewaspadaan, terutsma Li Sek hong
mengangkat mutiara lebih tinggi diatas kepalanya menyinari
sebelah atas. Tapi setelah ditunggu setengah harian, keadaan
tetap tening tiada gerak gerik apa apa. Li Sek hong hanya
mengandal menahan napas sehingga dapat menempel diatas
dinding, setelah bertahan sekian lamanya akhir nya ia
kepayahan lagi, lekas ia lemparkan mutiara ditangannya
kepada Gwat hoa Hujin seraya berteriak "Hujin harap sambut
?" belum habis ia bicara badannya sudah melorot turun.
Sebelah tangan Gwat hoa Hujin berpegang diatas gagang
pedang pendek, cuma sebelah tangan yang lain bisa bergerak,
baru saja ia menyambuti mutiara itu, badan Li Sek hogpun
sudah melorot turun, terpaksa ia layangkan sebelah kakinya
merendang, kebetulan berhasil menyetop daya luncurannya
kebawah. Berbareng menggunakan sebelah tangan nya yang bebas
itu dia meraih baju pakaian Li Sek bong. Tapi karena tergesa
gesa sehingga dia lupa bahwa tangannya menggenggam
mutiara, beruntung dia berhasil menahan badan Li Sek hong,
namun mutiara itu tidak kuasa digenggamnya, terus melayang
jatuh kebawah. Keadaan sekelilingnya menjadi gelap gulita, Li Sek hong
insyaf bahwa dirinya berhasil diselamatkan sekali lagi oleh
Gwat hoa Hujin, tanpa terasa dia menarik napas panjang.
Katanya penuh penyesalan : "Lwekangku memang tidak
becus, sehingga membebani Hujin belaka, kenapa pula Hujin
tadi menolongku lagi."
Gwat hoa Hujin menjinjing tubuhnya ke atas, serta berkata:
"Jangan banyak mulut, lekas istirahat dan memulihkan tenaga,
kita harus naik lebih lanjut. Kali ini biar aku berada diatas,
gunakan gigimu menggigit ujung bajuku, bila kau tidak lahan
lagi, tentu aku akan merasakan juga, barulah saat itu kita
berhenti istirahat pula!"
"Kalau kita dibokong lagi dari sebelah atas bagaimana?"
"Peduli begitu banyak urusan, kalau kuat bertahan itulah
untung, kalau tidak pasrah nasib saja."
"Ya, marilah Hujin mulai!"
"Li siancu, bahwa berulang kali kutolong jiwamu, karena
aku harap setelah tiba diatas kau dapat membantu
kepentinganku, janganlah kau rewel dan putus asa!"
Sesaat Li Sek hong melongo sebetulnya disaat Gwat hoa
Hujin mulai bergerak, dia sudah siap hendak memutuskan
usaha hidupnya keatas, pura pura tangan terlepas dari
pegangan dan terjungkal mampus kebawah, supaya tidak
menjadikan beban bagi Gwat hoa Hujin. Tak nyana Gwat hoa
Hujin seperti meraba isi hatinya.
Mendengar orang tidak bersuara, Gwat hoa Hujin tahu
bahwa terkaannya tepat mengenai lubuk hati orang, maka
berkatalah dia menghela napas "Li sian cu! Karena sikap dan
tindak tandukmu terhadap anak Gwat selama ini, maka
akupun tidak akan membiarkan kau meninggal dengan cara
yang tidak setimpal ini, apalagi kelak masih kuperlukan tenaga
bantuanmu, maka kuharap kau tidak bercabang pikiran lagi,
kerahkan tenaga dan himpunlah gairah semangatmu!"
Habis bicara ia mulai bergerak naik ke atas tanpa kuasa Li
Sek hong terseret naik juga, kira kira empat lima tumbak
kemudian Li Sek hong sudah tidak kuat bertahan lagi, Goat
hoa Hujin juga merasakan hal ini, cepat ia berhenti, katanya
tersekat "Cara ini akan membikin Hujin kecapaian !"
"Tidak menjadi soal, aku bisa meminjam pedang pendek ini
untuk mengerahkan tenaga, rasanya tidak begitu meletihkan."
Tergerak hati Li Sek hong, cepat iapun melolos pedang,
terus menusuk kedinding gunung, sementara dalam hatinya
membodohkan diri sendiri, kenapa sejak tadi tidak pernah
memikirkan hal ini. Siapa nyana terdengar suara "Pletak" daa
"Trang," tangannya tergetar hebat, ternyata ujung pedangnya
patah dan batang pedangnyapun tidak kuasa menusuk masuk
kedalam dinding. Begitu mendengar suara, Gwat hoa Hujin
sudah tahu apa yang terjadi, katanya tertawa ringan : "
Jangan kau membuang tenaga dinding batu disini betapa
sangat kuat dan kerasnya, kecuali pedang pendekku ini,
senjata tajam apapun jangan harap bisa menyentuhnya."
Terpaksa Li Sek hong memasukkan kembali pedang
buntungnya kedalam serangkanya.
Sejenak keduanya berdiam diri. Mendadak Li Sek hong
berkata"Keparat diatas itu bukankah hendak berlaku licak
sekali lagi" Kenapa sampai sekarang tiada kelihatan gerak
gerikanya?" "Entah, mungkin ia belum mendapat akal cara bagaimana
hendak menghadapi kita lebih lanjut."
Tengah bicara mendadak Li Sek hong mendongak, segera
mulutnya berseru "Itulah sudah datang!"
Dari sebelah atas pelan pelan melorot turun dua titik sinar
kehijauan, setelah berjarak kira kira lima enam tumbak, baru
terlihat jelas itulah dua titik sepasang mata seekor ular
berkepala segi tiga sebesar mengkok.
"Berikan pedangmu kepadaku!" pinti Gwat hoa Hujin.
"Ular aneh macam ini kebanyakan berkulit kebal, pedangku
ini tiada gunanya ?"
"Aku tahu, aku hanya hendak menggantikan pedang
pendekku ini." -oo0dw0oo- JILID 21 LI SEK HONG PAHAM maksudnya, lekas ia keluarkan
pedang buntungnya, lalu ia menggeremet naik kesebelah atas
katanya. "Biarlah kugantikan bertahan disana, Hujin bisa
bebas bergerak untuk menghadapinya."
Gwat hoa Hujin manggut serta mengiakan, tiba tiba ia
mencabut pedangnya, sementara secepat kilat Li Sek hong
melesat naik memasukkan pedangnya kedalam bekas lubang
pedang pendek itu, sebelah tangan memegang kencang
gagang pedang sementara tangan lain memeluk kedua kaki
Gwat hoa Hujin serta mengangkatnya keatas, sehingga badan
dan kedua tangannya tergerak leluasa.
Gerakan ini dilakukan dalam waktu yang amat singkat dan
lagi mencabut pedang dan mengganti pedangnya semua
dilakukan dengan meminjam cahaya sinar kedua mata ular
yang mendatangi, semakin dekat, sehingga mereka bisa
bekerja secara sempurna. Jarak kedua pihak sudah cukup dekat, luncuran ular itu
juga semakin cepat seperti angin lesus saja mendadak
menerjang kearah mereka berdua. Kebetulan Gwat hoa Hujin
bisa memapak kedatangannya, pedang pendeknya terangkat
keatas menusuk tujuh dim bawah lehernya, gerak gerik kedua
pihak sama cepat, maka dengan telak pedang pendek
kedalam badan siular, tujuh dim dibawah leher ular justru
letak kelemahannya yang mematikan.
Mulut ular terpentang lebat dan berdesis beberapa kali,
cahaya matanya semakin guram dan sirna. Gwat hoa Hujin
merasakan badan ular meronta ronta dan akhirnya menjulur
turun bergerak lagi, untunglah ia bekerja cekatan, hampir saja
pedang pendeknya ikut terbawa jatuh kebawah.
Dari sebelah atas didengarnya helaan napas panjang,
disusul cahaya guram bergerak turun lambat lambat. Gwat
hoa Hujin menyangka ular beracun lagi yang meluncur turun
lekas ia menyedot napas meningkatkan kewaspadaan. Tapi
setelah jarak menjadi dekat baru mereka melihat jelas, cahaya
itu ternyata adalah sebuah kutungan lilin yang menyala.
Karuan Gwat Hoa Hujin melengak heran, serunya keatas. "Apa
apaan maksudmu ini?"
Dari atas terdengar jawaban dingin. "Kalian bisa tidak
mampus dalam sumur jebakan lolos pula dari tipu dayaku,
ketiga kali jebakkanku berhasil kau hindari, sudah tentu aku
harus menyambut kalian keatas sesuai dengan janjiku tadi ..."
Gwat hoa Hujin jadi ragu ragu dan melongo, apakah dia
harus percaya atau tidak.
"Menghemat tenaga kalian, kalau kalian tidak percaya,
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
masakah aku sudi memberikan pertolongan cuma cuma,
silahkan kalian merambat naik pelan pelan saja." habis berkata
pelita lilin itu pelan pelan terangkat naik lagi.
Karuan Gwat hoa Hajin gugup, cepat ia berteriak."Tunggu
sebentar!" sebelah kakinya terangkat menjungkir pundak Li
Sek hong sehingga badan orang mencelat naik kearah kayu
melintang itu. Sementara Gwat hoa Hujin sendiri pun melejit jumpalitan
meraih kayu itu sehingga keduanya terayun ayun goyang
gontai di tengah udara. Kayu itu pelan pelan terangkat naik, dari atas terdengar
pula suara dingin itu berkata."Nyali kalian sungguh tidak kecil,
masakah tidak takut aku mencelakai pula jiwa kalian?"
Bercekat hati Gwat hoa Hujin, namun mulutnya
berteriak."Kami percaya akan ucapanmu, mana berani naik
keatas kayu ini, kalau kau memang hendak main main dengan
segala akal licikmu silahkan lakukan saja, kami tidak akan
perduli!" Tengah bicara kayu itu terangkat semakin cepat, sekejap
saja sudah tiba dilubang besar yang dikatakan oleh Li Sek
hong tadi, disini kayu berhenti, namun tiada kelihatan
bayangan seorangpun disini.
Tak tahan segera Gwat hoa Hujin berteriak."Hai, dimana
kau!" Lubang besar itu amat gelap dan tidak terdengar reaksi apa
apa, sinar lilin diatas kayu lintang itu memancarkan cahaya
kekuningan, menyinari empat lima kaki sekeliling nya, kiranya
di sebelah depan sana adalah tanah datar cukup untuk
berpijak. Kejap lain mereka sudah melompat turun dipinggir lubang
besar itu, Gwat hoa Hujin angkat lilin diatas kepalanya
berjalan kesebelah depan. Karena orang tadi mengatakan
tempat itu adalah Jian coa kok, malah beruntun mereka
disergap oleh ular ular berbisa, maka dengan rasa was was
dan kebat kebit mereka maju terus kedepan dengan langkah
hati hati dan pelan pelan.
Akan tetapi mereka sudah jalan setengah harian, sepanjang
jalan ini tiada seekor ularpun yang mereka lihat, demikian juga
tiada nampak bayangan seorangpun. Sedang orang yang
bicara disebelah atas tadi entah kemana pula.
Lorong panjang yang mereka lewati cukup lebar dan besar,
cuma keadaan disini amat lembab, sehingga hawanya amat
apek dan mengganggu pemapasan. Mereka naik lebih lanjut,
tak lama kemudian jalanan menanjak naik semakin tinggi,
keadaan disini rada kering, waktu Gwat hoa Hujin angkat
kepala, tampak tak jauh didepan sana tampak sebuah lubang
keluar, meski cahayanya masih remang remang, namun hati
menjadi lega dan senang. Dengan langkah lebar mereka
mempercepat kearah sana. Jarak menuju kearah lubang terang itu ternyata masih
cukup jauh dan harus melewati beberapa jalan bercabang
entah menembus kemana, sepanjang jalan ini mereka tidak
buka suara, namun baru saja Li Sek hong berkata, tiba tiba
didengarnya suara keresekan dari sebelah samping sana,
begitu ia memandang kearah sana, tak tahan lagi segera ia
menjerit kaget. Gwat hoa Hujin juga mendengar suara ini, cepat ia
mencegat disebelah depan dan membentak."Jangan takut!
biar aku yang menghadapinya!" dimulut ia berlaku garang,
sebenarnya hatinyapun sudah gugup dan kebingungan.
Karena dari sebelah kiri sana sedang mendatangi seekor
mahluk aneh yang belum pernah meraka lihat selama
hidupnya. Badannya tinggi seperti manusia, dibawah sinar
bintang yang kelap kelip, tampak seluruh tubuhnya dilumuri
sisik sisik warna hijau kehitaman, kepala dan kaki tangannya
menyerupai bentuk manusia, namun seluruh kulitnya tertutup
rapat oleh lembaran sisik yang kecil kecil Gwat hoa Hujin
sudah mengacung pedang pendeknya, baru saja ia hendak
menyerang mendadak mahluk aneh ini bersuara."Jangan
bergerak! Aku tidak ingin bergerak dengan kau ditempat dan
disaat ini juga" suaranya juga dingin, namun bukan suara
yang bicara disebelah atas tadi.
Batal menyerang Gwat hoa Hujin masih berlaku waspada,
pedang melintang didepan dada, bentakanya."Jangan kau
maju mendekat!" "Li Sek hong!" mahluk aneh itu tiba tiba tertawa dingin
suaranya jelas adalah seorang perempuan,."Adalah jamak
kalau kau tidak menalar bentuk rupaku yang menakutkan ini,
masakah suara akupun kau tidak mengenalnya lagi?" sembari
bicara mahluk aneh itu angkat sebelah tangan meraih keatas
muka nya. Ternyata mukanya mengenakan kedok kulit ular, setelah
kedok kulit ularnya itu ditanggalkan, maka terlihatlah seraut
wajah yang rupawan, kedua biji matanya yang bundar besar
memancarkan cahaya kilat yang dingin.
Begitu melihat raut muka itu, seketika Li Sek hong
melengking pula. "Sumoy!! Bagaimana bisa kau adanya!"
ternyata mahluk aneh yang mengenakan kulit ular ini bukan
lain adalah sumonya Liu Ih yu.
Kata Liu Ih yu tertawa dingin."Li Sek hong, jangan kau
panggil aku sumoy lagi, di atas Sin li hong mulai kau bertekad
hendak membunuh aku maka hubungan persaudaraan kami
sejak kecil sudah putus!"
Li Sek hong menjadi tercengang, ia terdiam
membayangkan tindakannya waktu itu yang memang cukup
kejam, sesaat ia jadi bingung bagaimana ia harus bicara,
setelah merandek dia berkata. "Sumoy, cara bagaimana kau
bisa tiba ditempat ini?"
"Aku bukan sumoymu!" sentak Liu Ih yu.
"Sumoy, terserah betapa bencimu kepadaku, bagaimana
juga kau masih menjadi sumoy ku!"
"Waktu diatas Sin li hong, kaulah yang pertama yang
mengusulkan untuk membunuh jiwaku!"
"Memang, karena sejak kecil kulihat kau tumbuh dewasa,
aku teramat paham akan segala galamu. Sejak dilahirkan kau
mempunyai bawaan watak yang kejam, kalu ada Toa suci dia
masih kuasa menekan sepak terjangmu, kalau Koan San
gwatpun suka mengawini kau, mungkin mereka bisa merubah
watakmu ini tapi begitu orang ini ada di sampingmu maka
terpaksa aku harus bertindak tegas. ?"
Sorot dingin kedua biji mata Liu Ih yu memancar semakin
menyala desisnya bengis."Apakah kau sekarang masih juga
mau membunuh aku?" "Ya, asal tenagaku mampu aku tidak akan mengubah
niatku itu. Tapi hubungan persaudaraan kita masih tetap ada,
mungkin setelah aku berhasil membunuh kau, aku pun bisa
menyusul kealam baka. Kubunuh kau supaya kejahatan tidak
tumbuh, demi keadilan dan kebenaran, kususul kau mati
adalah karena hubungan pribadi." Ucapannya ini boleh dikata
cukup merasuk dan mengetuk sanubari, tetapi sedikitpun Liu
Ih yu tidak terpengaruh oleh kata katanya jengeknya
dingin."Masakah benar kau sudi mampus bersamanaku?"
Li Sek hong menghela napas ujarnya. "Kenapa tidak" Masa
depan bagaikan mimpi kehidupan akan datang kosong dan
hampa, kehidupan jiwa bagi aku sudah tidak perlu di gandoli
lagi...." Kata katanya ini agakanya cukup berpengaruh dan
meluluhkan kekerasan hati Liu Ih yu, dengusnya. "Li Sek
hong, orang lain tidak perlu dibicarakan, hanya kau seorang
boleh kuberi sedikit maaf, aku percaya didalam tekadmu untuk
membunuh aku sedikitpun tidak terkandung rasa jelus atau
demi kepentingamu pribadi, akan datang suatu hari disaat aku
sudah tidak ingin hidup lebih lama lagi, pasti aku akan
menyempumakan keinginanmu, supaya aku mampus di
tanganmu, tapi sekarang belum tiba saatnya, masih banyak
urus an yang belum sempat kuselesaikan...."
Melihat nada bicara orang sudah lembek segera Li Sek
hong bertanya. "Cara bagaimana kau bisa berada di tempat
ini?" Liu Ih yu menjadi marah pula, katanya."Tidak ketempat ini
dimana aku bisa menempatkan diriku. Kelompok Cia Ling in
tidak mau melepaskan diriku, demikian pula kalian mengejar
ngejar aku hendak mencabut jiwaku. Mengndal lwekang dan
kepandaianku sekarang belum setimpal aku berlawanan
dengan kalian, sudah tentu aku harus menyembunyikan diri
disuatu tempat yang tidak mungkin bisa kalian temukan."
"Maksudku cara bagaimana kau bisa berubah bentuk
seperti itu?" "Jangan kau menghina bajuku yang menjijikan ini, asal aku
mengenakan pakaian kulit ular sakti ini, siapa saja jangan
harap bisa melukai aku."
Pada waktu itu juga di tengah udara terdengar suara
desisan yang keras. Liu Ih yu segera mengulap tangan dan
berkata. "Coa Ki (selir ular) suruh aku membawa kalian!
Hayolah ikut aku!" "Siapakah Coa Ki itu?" tanyangwat hoa Hujin.
Liu Ih yu mendelikkan mata tanyanya."Siapakah Hujin itu?"
"Dia adalah Le Hujin ibu kandung Koan kongcu!"
Liu Ih yu melengak, ujarnya. "Koan San Gwat masih punya
ibu, kenapa dia tidak pernah membicarakan hal ini
kepadaku...." Tergetar hati Li Sek hong sama Gwat hoa Hujin,
tanyanya."Kau tahu dimana sekarang Koan kongcu berada?"
Liu Ih yu tersenyum manis, sahutnya. "Sudah tentu tahu !"
"Dimana?" hampir berbareng Gwat hoa Hujin berdua
bertanya. "Disini juga!" sahut Liu Ih yu kalem.
Lega hari Gwat hoa Hujin, paling ia sudah mengetahui jejak
putranya, namun ia masih rada kuatir juga, lalu tanyanya pula.
"Cara bagaimana dia bisa sampai disini?"
"Kalau dikatakan memang kebetulan." demikian tutur Liu Ih
yu.. "Aku mendapat perintah dari Coa Ki pergi ke Toa cu ho
untuk menangkap seekor ular berbisa, hasilnya aku berhasil
menjala jenasahnya dari dalam air"."
"Dia sudah meninggal...." Gwat hoa Hujin menjerit.
"Waktu kuangkat dari dalam air, seluruh badannya penuh
luka luka, memang keadaannya seperti orang mati, cuma
badannya masih rada hangat, untunglah aku berhasil
menangkap ular yang kucari itu empedu ular ini bisa
mengobati orang yang sudah hampir menemui ajalnya,
beruntunglah aku berhasil merenggut nyawanya dari jurang
elmaut"." "Oh, terima kasih kepada Thian Yang Maha Esa, bahwa aku
masih diberi kesempatan untuk melihat putraku lagi"."
demikian Gwat hoa Hujin berdoa.
"Jangan kau keburu senang," demikian kata Liu Ih yu..
"Mungkin tidak mudah kau dapat menemui dia.
"Kenapa?" tanyangwat hoa Hujin melongo.
"Karena ular yang menolong jiwanya itulah, empedu ular
yang membawa pengaruh yang amat besar bagi Coa sin
(malaikat ular) karena gelisah dan putus asa tanpa pikir aku
berikan empedu untuk mengobatinya, sekembalinya hampir
aku tidak bisa menyampaikan tugasku, maka Coa sin akan
mengeluarkan empedu ular itu dari dalam badan nya!"
"Siapa pula Coa sin itu?"
"Coa sin adalah majikan dari Jian coa kok ini, mahluk aneh
yang berbadan setengah ular setengah manusia!"
Gwat hoa Hujin ingin bertanya lagi, namun suara desisan
ditengah udara kedengaran semakin gencar, cepat Liu Ih yu
berkata."Lekas Coa ki sedang mendesak kita, aku tidak bisa
berlaku lambat lambat lagi, urusan yang belum dimengerti Coa
ki akan menjelaskan kepada kalian". dan lagi kuperingatkan
kepada kalian, kalau kalian ingin melindungi jiwa Koan San
Gwat, jangan sekali kali kalian berbuat salah atau bersikap
kasar terhadap Coa ki saat ini hanya dia sajalah yang mampu
menghalangi Coa sin membunuh Koan San Gwat...." habis
berkata bergesa ia putar badan terus berlari kedepan, hati
Gwat hoa Hujin dan Li Sek hong dirundung berbagai
pertanyaan, namun merekapun tidak berani berayal, cepat
mengintil ketat dibelakang.
Setelah melewati dataran lembah yang gelap gulita,
sekelilingnya hanya melingkar ular ular besar kecil yang
beraneka jenis, namun ular ular itu sudah dijinakan, tiada
seekorpun yang menyerang mereka. Tak lama kemudian
mereka tiba dibawah sebuah tebing, diatas tebing ini dibangun
beberapa kamar berbatu, dari dalam beberapa kamar itu
menyorot keluar sinar lampu. Diatas pintu kamar batu
terbesar melintang sebuah batu besar, diatas batu ini
melingkar berbagai jenis ular besar ada pula yang
menjulurkan badannya yang besar dan panjang panjang itu
diluar pintu seperti kerai.
Dengan tangannya Liu Ih yu menyingkap badan ular teras
menerobos masuk. Sementara Gwat hoa Hujin menggunakan
pedang karena kepala kepala ular itu mendongak sambil
menjulurkan lidahnya, mulutnyapun berdesis amat
menakutkan. Dari dalam kamar terdengar Liu Ih yu berkata. "Jangan
kuatir masuk saja, ular ular ini tidak dan menggigit kalian,
mereka hanya dibuat pajangan untuk menakuti orang saja,
tapi bisa kalian bikin mereka gusar sulitlah dibayangkan
akibatnya" Gwat hoa Hujin merandek sebentar, akhirnya ia simpan
pedangnya terus menerobos masuk saja, benar saja diwaktu
ia maju mendekat ular ular itu lantas melingkarkan badan
kesebelah atas memberi jalan kepadanya. Li Sek hong
mengintil dibelakangnya, saking ngeri mukanya sudah pucat
pias. Keadaan dalam kamar ternyata cukup bersih dan teratur,
luas lagi, perabot kursi dan meja serta segala keperluan dalam
kamar ini semua terbuat dari batu batu, cuma semua perabot
itu semua dilembari kulit kulit ular.
Diatas sebuah ranjang duduk bersimpuh seorang
perempuan muda yang telanjag bulat berusia sekitar enam
tujuh likuran, parasnya amat cantik ayu, terutama seluruh kulit
badan nya, boleh dikata laksana batu jade yang tiada
cacatnya, putih halus mengkilap lagi.
Yang membuat orang merasa ngeri dan giris di atas
badannya itu melingkar seekor ular aneh, ular ini selurah
badannya berwarna putih hitam, badannya rada gepeng lebar
satu dim lebih, entah berapa panjang badannya, karena
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melingkar lingkar dibadan gadis rupawan itu, secara kebetulan
badannya membelit bagian vital dari badan gadis.
Dalam pada itu Liu Ih yu sudah menanggalkan seluruh
pakaian anehnya, sebelah dalam ia mengenakan pakaian sutra
warna putih yang ketat, sebetulnya bukan pakaian lagi tepat
kalau dikatakan mengenakan bikini, karena hanya pada dada
dan bagian bawahnya saja yang tertutup, kedua paha dan
perut serta pundakanya kelihatan putih halus juga.
Begitulah Li Sek hong berdua melangkah masuk, gadis itu
secara halus dan penuh hormat segara berdiri serta berseri
tawa, sapanya. "Silahkan kalian duduk!" tangannya menunjuk
kursi kursi batu. Sekilas Gwat hoa Hujin sedikit membungkuk badan terus
duduk tanpa sungkan sungkan. Sementara Li Sek hong amat
jijik akan kulit ular itu, dia terima berdiri saja. Dengan
tangannya Liu Ih yu menunjuk gadis itu serta
memperkenalkan.."Dia adalah Coa ki"."
"Ih yu" tukas Coa ki."Coa ki hanyalah nama yang
kugunakan didalam Jian coa kok terhadap orang luar mana
boleh kau memperkenalkan namaku demikian" Sebutkan saja
nama asliku kepada mereka...."
Liu Ih yu tertegun katanya."Hampir satu bulan aku berada
disini, belum pernah Coa ki, beritahu kepadaku nama aslimu!"
Coa ki tertawa geli ujarnya."O.. Kalau begitu akulah yang
teledor, namaku hanya pernah kuberitahukan kepada Koan
San Gwat kukira dia bisa memberitahu kepada kau!"
Rona muka Liu Ih yu rada berubah namun cepat kembali
seperti biasa katanya tertawa."Sejak Koan San Gwat tiba disini
aku hanya berkesempatan melihatnya dua kali setiap kali pasti
ada Coa sin disampingku perkataan yang bisa kami
bicarakan!" Coa ki manggut manggut, katanya"Kalau begitu biarlah aku
memperkenalkan diri sendiri. Aku she Kang bemama Pan,
kukira nama ini jauh lebih enak didengar dan gampang
diucapkan dari pada Coa ki. Cuma selama puluhan tahun
menetap didalam Jian coa kok ini, jarang ada orang
memanggil nama asliku ini...."
Pertama kali mendengar nama Coa ki semula Li Sek hong
menyangka dia pasti seorang perempuan tua buruk rupa yan
jahat dan kejam melebihi kuntilanak, kini setelah beradu
muka, kesannya jadi tampak beruban malah merasa simpatik
pula kepadanya, segera ia tersenyum manis dan berkata."Aku
yang rendah Li Sek hong...."
"Aku tahu!" ujar Kang Pan,."Tadi Liu Ih yu ada melihat
kalian datang Ke Ki san."
Li Sek hong melengak Kang Pan berkata pula dengan
tertawa."Karena kalian membawa unta sakti inilah, menurut Ih
yu binatang itu adalah peliharaan Koan San Gwat yang paling
disayangi, untuk mengambil hatinya, sengaja aku minta Coa ki
untuk memancingnya kemari, siapa tahu membuat geger
kalian pula, semula orang gadis kecil"."
"Itulah dayangku bemama Ling koh, bagaimana dia
sekarang...." "Dia baik baik saja! Coa sin paling suka pada anak anak
perempuan, dia tidak akan disakiti! Nyonya ini adalah...."
pandang mataya tertuju kepada Gwat hoa Hujin.
Gwat hoa Hujin tertawa ringan, katanya."Aku bemama Le
Ciu kiok, Koan San Gwat adalah putraku!"
Kang Pan berseru heran, kata nya haru."Ternyata kaulah
ibunya, Gwat hoa Hujin yang belum lama ini dia temukan
bukankah kau bersemayam di Tay pa san" Kenapa
berkecimpung juga didunia ramai?"
Tergerak hati Gwat hoa Hujin, katanya."Apakah putraku
sudah menjelaskan kepada kau!"
Kang Pang tertawa sahutnya."Kami hanya pernah bicara
sekali, sungguh aku amat tertarik akan pengalaman hidupnya
yang aneh penuh liku liku dan aneh, aku pun merasa sedih
pula akan nasibnya, untunglah tak lama lagi kalian ibu
beranak bakal berkumpul kembali."
"Terhadap putraku itu akupun amat menyesal, sebab aku
belum menunaikan tanggung jawab seorang ibu kepada
putranya, maka masa hidup selanjutnya sampai hari ajal aku
bersedia berjerih payah demi kebahagiaannya"."
"Dia sendiri sih cukup mampu berjuang dalam kehidupan,
dia cukup mampu berdiri sendiri, kau tidak perlu kuatir
baginya?" "Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Gwat hoa Hujin
penuh prihatin. "Jauh lebih baik." sahut Kang Pan.."Cuma tenaganya saja
yang belum pulih, luka luka yang dia derita amat parah,
untunglah dia terjungkal jatuh kedalam air dari tempat
ketinggian, namun terlanda batu besar pula sehingga seluruh
badannya lecet dan penuh luka luka. Sungguh aku menjadi
kurang paham, mengandal lwekangnya yang ampuh itu, cara
bagaimana dia bisa berlaku begitu ceroboh!"
Berkerut kulit muka Gwat hoa Hujin, namun dengan
perlahan ia menyahut."Aku sendiripun tidak tahu! Ingin nanti
aku tanyakan hal ini kepadanya!"
"Sekarang tak perlu dikuatirkan lagi, mungkin Liu Ih yu
memberi makan empedu ular yang kasiatnya bisa
menghidupkan orang diambang kematiannya. Baru tadi kuberi
minum darah ular sanca yang amat berguna, beberapa hari
lagi tentu kesehataanya bisa sembuh seluruhnya."
"Terima kasih akan rawatanmu! Bisakah aku bertemu
dengan Coa sin?" tanya Gwat hoa Hujin.
Hujin tidak perlu susah bercapek lelah, sebentar lagi Cia sin
akan keluar menemui kalian!"
"Untuk apa dia hendak bertemu dengan kami?"
"Masakah Hujin lupa bukankah kalian punya janji yang
belum ditepati sama Coa Sin!"
"Jadi Coa sin adalah mahluk aneh yang berulang kali
mengatur tipu daya hendak mencelakai kami itu"."
Berkerut alis Kang Pan, ujarnya. "Bila berhadapan dengan
Coa sin aku harap kalian bersikap cukup hormat kepada
beliau." "Kenapa?" omel Li Sek hong."Hampir saja dia merenggut
nyawa kami...." "Sekali kali Coa sin tiada berniat mencelakai jiwa kalian,
tipu dayanya itu tidak lebih hanyalah untuk menjajal sampai
dimana tingkat kepandaian silat kalian. Bila kalian benar benar
terjebak didalam sumur itu, pasti Coa sin akan menolong
kalian." Li Sek hong masih kurang terima, katanya. "Lalu
bagaimana dengan ular berbisanya yang dia lepas hendak
menyerang kami?" "Ular ular itu hanyalah jenis ular yang tidak begitu jahat
bisanya, dibanding dengan ular diatas badanku ini, entah
betapa kali lipat bedanya. Ular ular itu paling paling hanya
membuat kalian sedikit terluka, apalagi Coa sin punya obat
pemunahnya yang mustajab, betapapun jiwa kalian tidak
sampai dikorbankan!"
"Aku tidak percaya !" dengus Li Sek hong uring uringan.
"Kalau tidak percaya boloh kau tanya kepada Ih yu!"
Liu Ih yu mencebirkan bibir, katanya."Ucapannya memmg
tidak salah, sekali kali Coa sin tidak akan melukai seorang
perempuan. Terutama perempuan yang rada cantik dan bisa
main silat, dia ingin mengumpankan seluruh perempuan
didunia ini tak perduli tua muda asal cantik dan bisa main silat
didalam Jian coa kok ini."
"Apakah ilmu silat Coa sin amat tinggi?" tanya Gwat hoa
Hujin. "Bukan maha tinggi, malah tidak terukur tingginya. Maka
kuperingatkan kepada Hujin lebih baik kau tidak bermusuhan
dengan Coa sin." Gwat hoa Hujin berpikir sebentar, lalu berkata "Asal dia
tidak melukai putraku, sudah tentu aku tidak bermusuhan
dengan dia tapi kudengar ...."
"Soal itu bisa diselesaikan dengan lain cara!"
"Cara apa?" "Sekarang aku belum tahu, tapi pelan pelan pasti akan
dapat kita pikirkan cara yang cukup sempuma demi kebaikan
kedua belah pihak Belum lenyap suaranya, dari kamar sebelah
dalam tiba tiba kumandang suara dingin. "Sekali kali tidak
akan terjadi cara sempuma yang menguntungkan kedua
pihak. Dalam dunia ini hanya terdapat seekor ular wulung
bertanduk tunggal, akupun hanya punya kesempatan bagus
lagi sekali saja untuk pulih menjadi manusia biasa, maka
betapapun aku tidak akan melepaskan bocah itu!"
Gwat hoa Hujin dan Li Sek hong membalik badan bersama,
berbareng pula mereka menjerit ngeri. Kalau tidak
menyaksikan dengan mata kepala sendiri, sudah tentu mereka
tidak akan mau percaya bahwa didunia ini terdapat mahluk
aneh macam ini. Itulah mahluk aneh yang berkepala manusia berbadan ular.
Rambut diatas kepalanya awut awut dan kaku seperti duri
landak, selebar mukanya tumbuh jambang bauk tebal, mulut,
kuping, mata dan hidungnya persis seperti dengan manusia,
malah perawakannya kelihatan kereng dan gagah, badan
sebelah atas telanjang, daging ototnya keras bergempal,
kedua lengannya kelihatan besar dan bertenaga, dari sebatas
dada bentuknya mirip seperti manusia umumnya. Akan tetapi
tubuh bagian bawah mirip benar dengan ular berekor cabang
dua. Sebatas pinggang terus kebawah badannya tumbuh sisik
sisik binatang yang memancarkan sinar kemerahan, meski
kedua kakinya melempang ketanah, namun kenyataan
merupakan dua ekor ular yang bercabang. Dari atas semakin
bawah mengecil dan lembut, tempat yang menyanggah tanah
cuma sebesar ibu jari. Dari sikap dan kelakuan kedua orang ini mahluk aneh itu
sudah paham akan perasaan hati mereka. Ditengah jengek
tawa air mukanya mengandung perasaan hampa dan sedih,
katanya dengan rasa penasaran "Kalian sudah melihat jelas
belum. Aku inilah Coa sin, manusia diantara ular, malaikat
diantara manusia !" Saking kaget dan ngeri Gwat hoa Hujin
dan Li Sek hong sekian lamanya belum mampu bersuara. Coa
sin bergelak tertawa, serunya."Maka aku suka pada
perempuan yang bisa main silat, nyali mereka jauh lebih
besar, tidak bakal begitu melihat aku lantas jatuh semaput,
terutama kalian berdua sungguh harus dipuji cukup hanya
menjerit saja. Masih kuingat pertama kali Ih yu melihat aku,
saking kaget ia jatuh kelenger."
Setelah menenangkan hati, berkatalah Gwat hoa
Hujin."Kalau sebelum ini aku tidak mendengar cerita mereka,
begitu melihat kau secara mendadak, tidak urung pasti jatuh
semaput juga...." Coa in menjadi rada kecewa, ujarnya."Kalau begitu, tiada
seorangpun dalam dunia ini yang melihat diriku tak akan
ketakutan!" Rasa takut Li Sek hong sudah lenyap, segera ia menyela
bicara."Bentuk seperti tampangmu ini, kalau tidak mau dikata
tidak menakutkan orang, masakan bukan sesuatu hal yang
lucu belaka." "Bohong !" sentak Coa sin sambil angkat
kepala.."Kenyataan ada orang yang setelah melihat aku bukan
saja tidak takut malah sikapnya amat aleman terhadapku."
Li Sek hong tidak percaya, katanya. "Kalau benar ada
manusia seperti itu, nyalinya itu sungguh keliwat besar!".
"Kenapa tidak, bukankah gadis cilik itu kemaren masih
berada sama kalian ?"
Li Sek hong melengak, tanyanya."Gadis Cilik maksudmu
Ling koh?" "Tepat! Gadis kecil ini adalah gadis lincah yang
menyenangkan yang pertama kali ku temui selama hidupku
ini, jikalau bukan dia yang minta pengampunan bagi kalian,
sikapku tidak akan begitu sungkan terhadap kalian."
Li Sek hong tertawa dingin, baru saja ia hendak mendebat,
keburu Gwat hoa Hujin menyela bicara."Kami datang tanpa
mengandung maksud maksud jahat, tujuan kami adalah
mengejar unta itu sehingga masuk kelembah ini tanpa
sengaja...." Coa sin tertawa aneh, ujarnya."Akhirnya kalian tahu juga
bahwa bocah itu berada didalam lembah ku ini, lantas ingin
menolong nya keluar bukan?"
Gwat hoa Hujin manggut mangggut, sahut nya."Benar,
maka kami harap Coa sin suka memberi pengampunan
kepadanya, melepasnya keluar."
"Tidak mungkin!" sahut Coa sin tegas."Gadis kecil itu juga
minta pengampunannya kepadaku, tapi aku tidak bisa
menyetujui!" Sedapat mungkin Gwat hoa Hujin menahan sabar, pintanya
lagi. "Bukankah ia tak berbuat sesuatu kesalahan terhadap
kau." "Meski tidak berbuat salah terhadapku, namun ia sudah
melanggar dua laranganku."
"Bagaimana harus menjelaskan ucapamu ini?"
Coa sin menggaruk garuk rambutnya yang awut awutan,
lalu pelan pelan menggeser ekor ular yang menyanggah
badannya, katanya."Pertama, dia adalah seorang laki laki,
selama hidupku paling membenci laki laki. Laki laki di dalam
Jian coa kok ini melulu umpan ular piaraanku, tiada seorang
pun yang pernah hidup meninggalkan tempat ini."
Tak tahan lagi Gwat hoa Hujin menjadi gusar,
dampratnya."Perbuatan ini boleh dikata keluar batas bagi
seorang yang sudah pikun dan menjdi gila...."
Coa sin terbahak bahak serunya." Hal itu masih merupakan
urusan kecil, laranganku ini kutegakkan sendiri, boleh pula
kubatalkan juga, Kang Pan dan Ih yu sama mintakan ampun
bagi jiwanya, bukannya tidak boleh kulepas dia, cuma dia
sudah menelan empedu ular wulung bertanduk tunggal,
sehingga kedua ekorku ini tidak bisa sembuh menjadi kaki
seperti manusia umumnya?"
Gwat hoa Hujin lantas menjengek dingin,
debatnya."Tampangmu ini memang sudah terjadi sejak kau
dilahirkan mana mungkin disembuhkan lagi?"
"Kurang ajar kau!" maki Coa sin murka."Siapa bilang
tampangku ini sejak dilahirkan, sebetulnya akupun seorang
manusia normal seperti kalian pula"."
"Masakah keadaanmu sekarang adalah perbuatan manusia
pula?" tanya Gwat hoa.
"Sudah tentu perbuatan manusia, aku kena ditipu dan
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dijadikan percobaan sehingga menjadi bentukku sekarang."
"Siapa dia?" Tanya Gwat hoa Hujin mencelos dan heran.
"Dia Ibuku....." gerang Coa sin dengan penuh amarah.
"Ibumu" Kenapa dia berbuat sekeji itu?"
Sikap Coa sin menjadi kasar dan marah marah, suaranya
keras dan lantang."Tidak perlu kau tahu hal itu! Yang terang
untuk memulihkan badanku seperti manusia normal
menelannya, maka aku harus berusaha mengembalikan
kembali!" "Empedu itu sudah sekian lama ditelan kedalam perutnya,
kasiat obat sudah bekerja dan terbaur didalam badannya, cara
bagaimana kau bisa mengambilnya?"
Coa sin menyeringai dingin, jengeknya, "Sudah tentu aku
punya caraku sendiri kasiat obat empedu ini meski berhasil
merengut nyawanya dari jurang kematian namun
yang bekerja hanyalah satu persepuluh saja kasiatnya yang
asli justru makin tersekam didalam badannya..."
"Meski masih tersekam didalam badannya, namun tentu
berpencar disegala sendi sendi tulang dan urat nadinya,
kecuali kau menelannya bulat bulat, kalau tidak tidak mungkin
kau bisa mengambil sisa kasiat obat empedu itu dari dalam
badannya." "Menelan bulat terang tidak bisa, kalau mengunyahnya
sampai hancur lulu masakah tidak bisa kulakukan."
"Apa!" sela Li Sek hong. "Berarti kau menggunakan cara
yang begitu keji untuk menghadapinya?"
Sebaliknya Gwat hoa Hujin berlaku amat tenang ujarnya
"Kukira tiada gunanya, kasiat empedu yang tersekam didalam
badan itu tentu sudah berakar didalam tubuhnya asal, kau
mematahkan sebuah tangan atau kakinya, yang berada
dibagian lainpun akan ikut buyar dan tiada gunanya lagi,
paling paling hanya bisa memperoleh sebagian kecil saja dari
seluruh kasiat obat yang kau kehendaki!"
Memembalik biji mata Coa sin, katanya" Agaknya kau
cukup paham didalam bidang ini."
"Maka itu kunasehatkan pada kau, jangan kau melakukan
perbuatan yang merugikan orang lain dan tidak
menguntungkan dirimu sendiri !"
"Kau anggap aku ini seorang bodoh, ucapanmu ini masih
berguna untuk menipu orang lain..."
Gwat hoa Hujin menarik muka katanya. "Aku bicara secara
kenyataan siapa bilang menipu orang?"
"Kau masih berpura pura pikun, bicara secara terus terang.
Untuk menyedot kasiat obat empedu didalam badannya itu
aku tidak perlu banyak memeras keringat, malah tidak perlu
aku melukai sedikitpun kulit nya sudah tentu aku tidak perlu
pula merenggut nyawanya ...."
"Maksudmu, kau hendak menggunakan Siap liong ci hoat?"
"Akhirnya kau sendiri yang mengatakan"
"Apakah yang dinamakan Siap hong ci hoat?" tanya Kang
Pan dengan tak mengerti. Gwat hoa Hujin menarik muka tanpa bicara sebaliknya Coi
sin bergelak tertawa, serunya."Siap hong ci hoat amat
gampang yaitu diwaktu dia tidur berkecukupan, semangat dan
tenaganya penuh gairah, disaat hawa positif dalam tubuhnya
bergelora karena sentuhan dari luar yang membangkitkan
hawa nafsu nya, aku berkesempatan bisa menyedot
kekuataanya itu. Mungkin cukup satu bulan saja, bukan saja
bisa kusedot seluruh kasiat obat empedu itu, malah daya
gunanya jauh lebih besar dan berharga."
Kang Pan masih kurang paham, adalah ketiga perempuan
yang lain sama berubah air mukanya, terutama Li Sek hong
karena ilmu latihannya justru mengutamakan kekuatan
perpaduan antara negatif dan positif dari aliran sesat yang
nyeleweng, bagaimana baik buruk terhadap ilmu macam itu
dia paling paham. Maka dia dulu berteriak."Perhitunganmu ini
mungkin bisa gagal total, Koan kongcu berjiwa murni dan sulit
terpengaruh oleh kekuatan luar, pertahanannya amat kuat dan
suci bersih terutama Lwekangnya sudah mupuk dasar
kekuatan yang luar biasa dalam ajaran yang lurus segala
gempuran dari luar jangan harap bisa meluluhkan sanubarinya
!" "Tepat sekali omonganmu," ujar Coa sin tertawa lebar.
"Sudah dua hari ini kuselidiki kondisi bocah itu, memang dia
tak lain tak bukan laksana sebuah batu jade asli yang sudah
gemblengan, semakin murni hasil yang kucapai semakin
besar?" "Besarpun tidak berguna dan tidak bisa membangkitkan
nafsu birahinya maka caramu itupun tidak akan berguna!"
Tidak menjawab, tapi mata Coa sin melirik ke arah Kang
Pan sambil berseri tawa. Tergerak hati Li Sek hong, cepat ia berkata kepada Kang
Pan. "Nona Kang! Katamu setiap hari kauberi Koan kongcu
minum darah ular sanca"."
Kang Pan melongo, sahutnya tidak mengerti "Ya, Coa sin
yang menyuruhku berbuat demikian."
Li Sek hong semakin gugup, tanyanya."Coa sin masih
menyuruh kau melakukannya lagi?"
"Tiada cara lain," kata Coa sin "bila ada kerjaan apa apa,
dia suruh aku ajak dia bicara!"
Dengan muka serius berkata pula Li Sek hong "Nona Kang,
kalau kau tidak ingin menceritkannya, dan yang penting lebih
baik mulai sekarang jangan kau menemui dia lagi."
"Kenapakah sebetulnya?" tanya Kang Pang tidak mengerti.
"Darah ular sanca dapat membantu dia menyehatkan
badan"." "Mungkin maksudmu baik, namun tanpa kau sadari kau
malah mencelakai dia. Memang darah ular sanca dapat
mempercepat memulihkan kesehatannya, tapi sifat darah
Koan kongcu seorang kuncu, karena dibawah pengaruh obat
obatan, menghadapi kau yang berwajah begitu ayu rupawan,
tentu tidak akan kuasa mengendalikan diri lagi..."
"Lalu apakah yang akan terjadi ?" tanya Kang Pan lebih
lanjut masih belum paham. Dapat membuatnya sulit
mengekang kesadaran dan birahinya, kalau itu sampai terjadi
kebetulan masuk perangkap yang diatur mahluk tua
bangkotan ini, satu bulan kemudian, walau Koan kongcu tidak
mati, badannya menjadi kurus tinggal kulit pembungkus
tulang, meski ada obat dewatapun tidak akan bisa
menolongnya...." "Dengan rasa curiga Kang Pan berpaling kearah Coa sin,
tanyanya."Coa sin! Benarkan seperti yang diucapkan?"
"Kira kira memang demikian, tapi Coa ki soal ini
menyangkut cita cita dan harapanku selama hidup ini, aku
percaya kau pasti akan membantu aku."
Kang Pan tertunduk merenung, agakanya ia tenggelam
dalam perang batin. "Coa ki!" Coa sin coba membujuk. ''Bukankah kau merasa
hidup didalam pengasingan ini terlalu sunyi, kau selalu minta
padaku untuk keluar melihat dunia ramai" Setelah badanku
menjadi normal kembali, kita akan bisa keluar dengan bebas
dan leluasa...." Kang Pan termenung cukup lama, akhir nya ia
berkeputusan bulat. "Coa sin! Kau merawat dan mengasuh
aku selama puluhan tahun mempelajari ilmu silat tingkat tinggi
kepadaku lagi, sudah sepantasnya aku membalas budimu ini !"
Coa sin bergelak tertawa, serunya puas dan bangga. "Coa
ki, kau benar benar anak yang baik, kelak aku akan lebih baik
terhadap kau, akan kudidik kau menjadi seorang tokoh nomor
satu tanpa tandingan diseluruh jagat ini, kau akan menjadi
wanita tercantik pula diseluruh dunia"."
Tapi alis lentik Kang Pan berkerut, katanya dengan
berlinang air mata."Tapi Coa sin! Aku tidak mau disuruh
mencelakai Koan kongcu..."
Coa sin melongo sejenak, teriaknya keras. "Kenapa?"
"Akupun tidak tahu, cuma hatiku tidak tega untuk
mencelakai Koan kongcu, dia adalah seorang yang baik
hati..." Coa sin berjingkrak gusar serunya."Jadi kau suka melihat
aku cacat seumur hidup! Masih kurangkah kebaikanku
terhadap kau?" "Coa sin! Kau sendiri tidak kena dirugikan apa apa, paling
paling tidak menjadi manusia normal, kau lepaskan saja Koan
kongcu, aku akan menemanimu didalam lembah ini seumur
hidup......" Berubah air muka Coa sin, katanya dengan seringai sadis
"Baik! Coa ki sungguh kau amat baik! Selama sepuluh tahun
kutanamkan budi kepada kau, namun kau tidak ungkulan
dibanding pertemuan hanya tiga empat hari belaka.
Sebetulnya aku hanya membenci laki laki, hari ini terpaksa aku
harus membenci perempuan pula."
Tiba tiba Kang Pan menangis gerung gerung, kata nya
tersendat. "Coa sin" apapun yang kau minta kaulakukan pasti
kulaksankan, cuma jangan kau suruh aku mencelakai Koan
kongcu, kalau tidak, kau bunuh aku saja...."
Sekian lama rona muka Coa sin berganti ganti, mendadak
berubah sabar lagi, katanya tertawa lebar "Jian ca kok
selamanya tidak pernah membunuh perempuan, aku tak akan
melanggar undang undang ini meski sudah terdesak seperti
ini. Sudahlah, jelas kau tak mau membantu aku, akupun tidak
perlu harus minta bantuanmu."
Mendengar nada bicaranya sudah lembek semua orang
menyangka orang sudah merubah niatnya. Siapa nyana dia
masih tetap tidak mau melepakan Koan San gwat.
Cepat Gwat Hoa hujin bertanya."Kau masih punya cara
apa?" "Caranya masih cukup banyak!"
Sela Kang Pan dengan keheranan "Apakah kau hendak
menggunakan perempuan lain?"
"Kecuali kau, dalam Jian coa kok ini tiada perempuan lain
yang dapat kuperalat."
Mendadak Liu Ih yu bersuara tegas."Ada saja! Aku...."
"Sumoy! Kau..." teriak Li Sek hong.
"Aku kenapa! Koan San Gwat pernah menolong aku,
akupun pernah menolong dia hutang piutang ini sudah lunas,
budi hilang dendam semakin membara !"
"Sumoy. Koan kongcu punya dendam apa terhadap kau?"
"Siapa bilang tidak, dia menolak lamaran ku, membuat
malu dihadapan orang banyak ingin rasanya aku menyiksanya,
kini tibalah saatnya ..."
"Sumoy, aku tahu kau tidak bicara menurut keinginanmu
dan sanubarimu, kau bisa menolongnya dari air, terima
dimarahi kau berikan empedu ular itu untuk mengobatinya, ini
membuktikan bahwa cintamu masih belum pudar...."
Kaku dan dingin seraut wajah Liu Ih yu dengusnya. "Lain
dulu lain sekarang, keparat itu memang keterlaluan. Terhadap
Coa ki yang baru bertemu dua hari saja ia menerocos seperti
burung beo ajak bicara dengan dia aku yang telah menolong
jiwamu malah menyapapun tidak terhadapku!" lalu ia
berpaling kearah Coa sin, sambungnya."Coa sin! Dengan suka
rela aku mohon biarlah aku yang mewakili Coa ki
melaksanakan tugas itu!"
Coa sin berpikir sebentar, mendadak ia tersenyum, ujarnya.
"Ih yu! Orang sering bilang manusia paling jahat adalah jiwa
perumpuan, keadaanmu sekarang merupakan bukti yang
nyata." "Tapi aku tidak bisa mempercayai kau!"
"Kenapa!" seru Liu Ih yu.
"Tidak percaya ya tidak percaya, kaupun tak perlu cerewet
lagi, kalau aku menyerahkan tugas ini kepada kau, bukan
mustahil menjual kepercayaanku kepada kau!"
Liu Ih yu melotot berapi api kearahnya terus putar badan
tinggal pergi. "Kau hendak kemana?" Coa sin berteriak.
"Toh kau tidak percaya kepadaku, peduli lagi turut campur
urusanmu." "Ih yu, aku paham akan maksudmu, tapi kuperingatkan
kepada kau, tempat dimana bocah itu terkurung, sekelilingnya
ada aku atur penjagaan dari ular ular yang paling jahat
bisanya sekali kena tergigit, aku sendiri pun tak kuasa
menolong, apa lagi kau !"
Liu Ih yu terlongong, benar juga ia berdiri disana tak berani
bergerak lagi. Sesaat keadaan menjadi kaku, semua sama berdiri diam
tanga bersuara atau bergerak, tapi akhirnya Gwat hoa Hujin
yang membuka kesunyian. "Coa sin, sebetulnya dengan cara
apa kau hendaki anakku?"
"Cara semula, apapun yang tetjadi aku tidak akan
membatalkan niatku."
"Jelas kau sudah tidak punya orang yang dapat kau peralat,
bagaimana kau akan melaksanakan rencanamu?"
"Tiada orang yang dapat kuperalat, memangnya aku tak
bisa menggunakan ular. Ular dapat ku kendalikan dan mereka
tak akan berani membangkang perintahku!"
"Ular!" semua orang sama sama menjerit kaget.
"Benar! Orang tidak bisa digunakan, terpaksa aku
menggunakan ular. Akan kupilih jenis ular yang paling cabul
dan suka bersetubuh, setiap hari dalam waktu dan jangka
tertentu supaya mereka bersetubuh dihadapan bo cah itu,
akan kugunakan adegan romantis ini untuk membakar nafsu
birahinya. Cara ini pasti tidak akan gagal, kuduga jauh lebih
bermanfaat daripada menggunakan manusia, cuma hasil yang
kuperoleh saja rada berkurang. Meski caraku ini rada
memalukan, namun keadaan memaksa tiada pilihan lain untuk
aku bertindak, sekarang masih ada cara apa yang dapat kalian
lakukan untuk mencegah perbuatanku ini?"
Berubah hebat air muka Gwat hoa Hujin, mendadak ia
nencabut pedang pendekanya teriakanya kalap "Berani kau
melakukan rencanamu biar kubunuh kau lebih dulu!"
Coa sin gelak gelak, air mukanya menun jukan rasa
menghina, cemoohnya."Lebih baik kalau kau tidak bertingkah
terhadapku, kalau menggunakan ilmu silat atau pedang,
selamanya aku tidak pernah memikirkan lawan yang tangguh
dapat melawan aku, kunasehatkan lebih baik simpanlah
tenagamu, jangan kau bikin aku marah, meski tidak akan
kurengut jiwamu, paling tidak akan kusiksa kau!"
Gwat hoa Hujin tidak banyak bicara lagi, tiba tiba
pedangnya menusuk kedepan mengarah dada orang. Coa sin
berdiri tegak tanpa bergerak, tiba tiba ia angkat sebelah kaki
kanan yang mirip ekor ular itu, ringan ringan saja ia menepuk
Patung Emas Kaki Tunggal ( Unta Sakti ) Karya Gan K H di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan menggulung, tahu tahu Gwat hoa Hujin tergentak mundur
beberapa langkah. Karuan Gwat hoa Hujin tercengang,
selamanya belum pernah ia menghadapi cara tempur yang
aneh dan lucu ini. "Bagaimana?" olok Coa sin.."Jangan kata kau tidak mampu
menusuk aku, meski kau kena menusuk tidak akan mampu
Bentrok Rimba Persilatan 17 Cinta Bernoda Darah Serial Bu Kek Sian Su 3 Karya Kho Ping Hoo Renjana Pendekar 12
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama