Ceritasilat Novel Online

Rahasia Istana Terlarang 14

Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen Bagian 14


"Cici, maksudmu"." seru Siauw Ling melengak.
"Kita berbicara didalam ruangan saja!" tukas gadis she Gak itu, ia segera putar badan
dan berlalu. Siauw Ling merasa kaget dan curiga, tanpa mengucapkan kata-kata lagi iapun
mengikuti dari arah belakang Gak Siauw Cha kembali kedalam gubuk.
Soh Boen setelah menghidangkan air teh buat mereka berdua, diam-diam segera
mengundurkan diri. Siauw Ling tidak sabar untuk menanti lebih lama, ia segera berkata memecahkan
kesunyian, "Cici, sebenarnya apa maksudmu mengutarakan kata-kata seperti tadi"
jelaskan kepada siauwte!"
Agaknya pada saat ini Gak Siauw Cha telah berhasil memenangkan hatinya, mendengar
pertanyaan itu dia tertawa.
"Tak usah tegang cici mengundang kau datang kemari justru adalah bermaksud hendak
membicarakan persoalan ini dengan dirimu."
"Cici! saat ini hati siauwte telah penuh diliputi rasa sangal, bingung dan tidak habis
mengerti, cepatlah kau utarakan keluar kata-katamu itu!"
Gak Siauw Cha termenung sebentar untuk berpikir, lalu berkata, "Cici pikir sepasang
pedagang dari Tiong ciu pasti sudah memberi tahukan kepadamu"."
"Tidak salah" tukas Siauw Ling. "Mereka sudah mengurung cici didalam sebuah ruang
rahasia tetapi cici berhasil melarikan diri, disebabkan oleh peristiwa ini mereka selalu
merasa berdosa dan tidak tenteram"."
Gak Siauw Cha tertawa, selanya, "Tak usah kau mintakan ampun bagi mereka
andaikata aku ada maksud hendak membinasakan sepasang pedagang dari Tionbg ciu
sekalipun mereka mempunyai cadangan jiwa sebanyak sepuluh lembarpun sedari dulu
mereka sudah mati binasa diujung telapakku pada dasarnya aku memang tidak
mendendam terhadap mereka, apalagi setelah mereka anggap dirimu sebagai Liong Tauw
toako, urusan dendam sakit hati ini sudah terhapus sama sekali dari benakku"."
"Sekalipun cici berjiwa besar dan tidak mendendam terhadap mereka lagi, tetapi
siauwte tetap akan membawa mereka datang menghadap kepada cici untuk minta maaf."
"Tidak usah, mereka bukanlah termasuk manusia yang sangat jahat"." setelah
menghela napas panjang terusnya, "Waktu itu ilmu silat yang cici miliki sangat terbatas,
sudah tentu tak bisa kuperhatikan dirimu lagi. Aaaai! aku yang mengajak kau tinggalkan
rumah, membuat kau dari seorang putra pembesar berubah menjadi seorang
gelandangan Bulim yang terjerumus didalam persoalan dunia persilatan, siang malam aku
selalu menguatirkan dirimu, aku kuatir kau telah ketimpa oleh suatu peristiwa yang
menakutkan." ******** "Bukankah sekarang aku berada dalam keadaan baik-baik?" kata Siauw Ling sambil
tertawa. "Andaikata cici tidak membawa aku tinggalkan rumah, dari mana siauwte bisa
mencapai karier seperti hari ini" lagipula pada waktu itu akulah yang ngotot ingin
mengikuti cici pergi tinggalkan rumah kenapa cici mesti merasa sedih karena persoalan
ini" dan kini yang ingin siauwte cepat ketahui adalah persoalan mengenai diri cici."
"Setelah cici dikurung oleh sepasang pedagang dari Tiong Chiu didalam kamar rahasia,
tidak lama kemudian aku telah ditolong orang"."
"Apakah Giok Siauw Lang Koen yang telah menyelamatkan dirimu?" tukas Siauw Ling
dengan hati bergerak. "Sedikitpun tidak salah, orang ini memiliki ilmu silat yang sangat lihay, punya watak
yang angkuh, jumawa dan tidak memandang sebelah matapun terhadap orang lain, tapi
terhadap diriku ia menaruh kasih sayang yang amat tebal, ia sangat memperhatikan
diriku"." "Ehmm, sekarang aku rada mulai mengerti" gumam Siauw Ling seorang diri.
Gak Siauw Cha tertawa sedih, sambungnya, "Setelah menolong cici lolos dari penjara,
maka aku dibawa menuju kegubuk pencuci hati"."
Mendadak Siauw Ling teringat kembali akan jenasah dari Gak Im Kauw, peristiwa lima
tahun berselang terbayang kembali didalam benaknya. (Untuk mengetahui kisah Gak Im
Kauw silahkan membaca RAHASIA KUNCI WASIAT oleh penyadur yang sama).
Terbayang kembali oleh pemuda ini akan gubuk pencuci hati yang terletak disudut
gunung Heng san, sinenek berambut putih berbadan kurus kering yang sama sekali tidak
menyenangkan, kegagahan Gak Siauw Cha seorang diri melawan serangan dahsyat
musuh tangguh". iapun lantas berkata, "Cici, apakah kau sudah menjumpai jenasah dari
Bibi Im masih berada didalam gubuk itu?"
Gak Siauw Cha mengangguk.
"Aaai".! sungguh tak nyana orang itu benar-benar berhati bijak, walaupun semula ia
hanya mengijinkan aku menitipkan jenasah itu selama tujuh hari dan mengancam bila
tujuh hari kemudian aku belum mengambil jenasah tersebut maka ia tak mau
bertanggung jawab, siapa tahu walaupun sudah terpaut banyak waktu, bukan saja ia
merawat jenasah ibuku dengan seksama bahkan keadaannya masih seperti sedia kala
saja." Siauw Ling teringat kembali kasih sayang bibi Im terhadap dirinya yang melebihi rasa
sayang seorang ibu terhadap anaknya. Sungguh tak disangka pergaulan selama beberapa
bulan harus diakhiri dengan perpisahan untuk selama-lamanya, saking sedihnya ia sampai
mengucurkan air mata. "Sekarang jenasah bibi Im berada dimana" siauwte harus pergi bersembahyang
dihadapan layonnya."
"Aku serta Giok Siauw Lang Koen berangkat menuju kegubuk pencuci hati, melihat
jenasah ibuku masih tetap utuh seperti sedia kala legakah hatiku. Sebenarnya aku hendak
mengangkut jenasah menuju keselat Seng Yan Kok seperti apa yang tercantum dalam
surat wasiatnya, tetapi maksud hatiku ini telah dicegah oleh pemilik gubuk pencuci hati"."
"Sekarang" jenasah bibi Im telah kau semayamkan dimana?" sela Siauw Ling.
"Sekarang masih berada dalam gubuk pencuci hati."
"Cici, kenapa kau tidak mengebumikan saja jenasah dari bibi Im?"
"Walaupun itu keadaan cici sangat berbahaya, semua jago Bulim yang ada dikolong
langit sama-sama sedang mencari jejakku. Setiap saat kemungkinan besar bisa bergebrak
melawan musuh tangguh, berhubung aku kuatir jenasah ibuku sampai rusak maka setelah
pemilik gubuk pencuci hati memaksa aku untuk tetap tinggalkan jenasah ibu disana,
akupun dengan senang hati mengabulkan permintaannya."
"Kemudian?" "Cici kembali berhasil disusul oleh gerombolan jago Bulim yang menemukan jejakku,
tetapi mereka semua telah dilukai oleh Giok Siauw."
"Kalau begitu sikap Giok Siauw Lang Koen terhadap diri cici termasuk baik sekali."
Gak Siauw Cha menghela napas panjang.
"Kalau dibicarakan dari hati sanubari yang sejujurnya, cinta kasih serta rasa sayang
yang ia limpahkan terhadap diri cici tak ternilai besarnya, berkat perlindungan serta
bantuannya itulah setiap kali cici berhasil lolos dalam keadaan selamat. Aaai".! andaikata
tiada perlindungan darinya, mungkin saat ini sulit bagi cici untuk berjumpa muka lagi
dengan saudara Siauw."
Siauw Ling melirik sekejap kearah Gak Siauw Cha, bibirnya bergerak seperti mau
mengatakan sesuatu tapi akhirnya ia batalkan maksud itu dan tundukkan kepalanya
rendah-rendah. Terdengar Gak Siauw Cha melanjutkan kembali kisahnya, "Ketika Giok Siauw
menemukan bahwasanya ilmu silat yang cici miliki sangat cetek, berkelana didalam dunia
persilatan setiap kali jiwanya bisa terancam bahaya maut, maka ia segera mengajak cici
untuk pergi menjumpai seorang loocianpwee yang sudah banyak tahun mengasingkan
diri, setelah membuat banyak pikiran dan tenaga serta memohon beberapa hari lamanya
terakhir loocianpwee itu mengabulkan juga permintaannya dan menerima aku menjadi
muridnya." "Aaah, sungguh aneh sekali?" seru pemuda itu. "Ilmu silat yang dimiliki Giok Siauw
Lang Koen toh sangat lihay sekali, kenapa ia tidak langsung mewariskan ilmu silatnya
kepada cici, sebaliknya malah pergi memohon kepada orang lain."
"Berhubung aliran ilmu silat yang dipelajarinya jauh berbeda dengan aliran ilmu silatku.
Ia merasa bahwa kalau ia wariskan ilmu silatnya kepadaku maka bukan saja untuk
mempelajarinya sulit bahkan hasil yang diperolehnya juga terbatas, karena itulah setelah
peras otak beberapa saat lamanya ia mengambil keputusan untuk mohon kepada
loocianpwee itu untuk menerima diriku."
"Ilmu silat yang dimiliki cici sekarang agaknya jauh melebihi Giok siauw Lang Koen
sendiri, aku pikir tokoh sakti yang mewariskan ilmu silatnya kepada diri cici pastilah
seorang manusia yang luas biasa sekali".!"
"Tentang persoalan ini maafkanlah cici karena tak dapat memberitahukan kepada
dirimu." "Kenapa?" "Sebab sebelum orang itu menerima diriku, ia telah mengajukan tiga syarat yang harus
dijalankan olehku. Pertama, ia hanya akan mewariskan ilmu silatnya saja kepadaku tetapi
tidak mengijinkan aku angkat guru secara resmi, dan iapun tak akan mengakui diriku
sebagai anak murid perguruannya."
"Sungguh aneh orang itu, lalu apakah syaratnya yang kedua?"
"Kedua, ia melarang aku untuk membicarakan soal namanya, serta alamatnya. Ketiga,
ia tidak memperkenankan diriku untuk mewariskan beberapa macam kepandaian sakti
yang telah ia wariskan kepadaku itu kepada orang lain."
"Para partai besar yang ada didalam dunia persilatan semuanya berharap agar ilmu
silatnya bagi tersebar luas dimana-mana menarik orang berbakat sebanyak-banyaknya
untuk mewariskan ilmu sakti tersebut kepada mereka, sebaliknya orang itu tidak
memperkenankan cici untuk mewariskan ilmu silatnya kepada orang lain, tindakannya ini
sangat membingungkan hati orang."
"Dulu cicipun pernah mempunyai pikiran seperti ini, tapi akhirnya aku dapat memahami
keadaannya dan tidak menyalahkan dirinya lagi."
"Apa sebabnya ia berbuat begitu?"
"Karena ada beberapa macam ilmu silatnya tergolong dalam kepandaian yang sangat
keji dan telengas dan tak boleh sampai tersiar diluaran, bila orang yang mempelajarinya
termasuk manusia tidak kenal wataknya maka ia bakal mencelakai umat manusia karena
itulah loocianpwee tersebut telah mengambil keputusan untuk melarang ilmu silatnya
tersiar didalam dunia persilatan."
Siauw Ling segera teringat akan tindakan Gak Siauw Cha dikala memantekkan jarum
emas didalam otak besar Lam Hay Ngo Hiong, kepandaian yang keji dan belum pernah
terdengar sebelumnya dalam hati iapun berpikir, "Hati manusia mudah berubah, apa yang
ditakutkan loocianpwee itu memang beralasan sekali."
Maka ia lantas tertawa. "Seandainya loocianpwee itu bisa menggunkan akal cerdiknya untuk menghilangkan
bagian-bagian ilmu silatnya yang ganas"."
"Setiap ilmu silat mempunyai keistimewaan yang berada, kalau inti sari serta
kelihayannya dibuang, apa harganya untuk diwariskan kedalam dunia persilatan?"
"Perkataan cici tepat sekali."
Gak Siauw Cha menghembuskan napas panjang.
"Begitulah selama hampir empat tahun lamanya aku tinggal disana, siang malam aku
berjuang dan berlatih dengan tekun dan sangat beruntung aku berhasil mendapatkan
sedikit kemajuan, suatu hari mendadak loocianpwee itu memaksa aku tinggalkan tempat
itu dan melarang aku tinggal disana lebih jauh."
"Apa sebabnya ia berbuat demikian?"
"Hingga kini persoalan itu masih merupakan suatu teka teki bagiku, cici sudah
memikirkannya selama banyak hari tetapi belum berhasil juga memecahkan rahasia
tersebut"." ia membereskan rambutnya yang kusut dan melanjutkan, "Setelah terjun
kedalam dunia persilatan, persoalan pertama yang kulakukan adalah mencari kabar
mengenai dirimu, setelah mengetahui bahwa kau jatuh kesungai mati, hatiku amat sedih
hingga terasa diiris-iris kucari tempat kau terjatuh kedalam sungai, bersembahyang disana
dan menangis tiga hari tiga malam mengenangkan nasibmu yang jelek, kalau aku tidak
teringat bahwa aku masih mempunyai tugas untuk membalaskan dendam bagi kematian
ibuku, mungkin sudah terjun kedalam sungai untuk bunuh diri"."
Mendengar ucapan tersebut Siauw Ling segera menghela napas panjang.
"Aaai".! cinta kasih cici yang demikian mendalam terhadap diriku, membuat siauwte
tidak tahu bagaimana harus membalasnya."
"Setelah tahu kemudian." Gak Siauw Cha melanjutkan. "Tiba-tiba aku mendengar kabar
berita yang mengatakan kemunculanmu didalam dunia persilatan, cici merasa terkejut dan
kegirangan setengah mati, kukejar jejakmu keujung langit tapi akhirnya kuketahui bahwa
Lan Giok Tonglah yang menyaru sebagai dirimu, hilang lenyap rasa girangku berubah jadi
kekesalan dan kekecewaan"."
Mendadak Siauw Ling teringat akan suatu persoalan, segera ujarnya, "Apakah cici
pernah menitipkan sepucuk surat kepada orang untuk disampaikan kepadaku?"
Sambil memandang langit diluar jendela Gak Siauw Cha mengangguk.
"Tidak salah, aku sering kali menolong orang, setiap kali orang yang berhasil kutolong
pasti kutitipkan sepucuk surat untuk disampaikan kepadamu"."
Ia menghela napas panjang, terusnya setelah merandek sejenak.
"Ketika berjumpa dengan Lan Giok Thong yang menggunakan namamu aku merasa
amat mendongkol bercampuran gusar, aku telah memberi pelajaran yang pedas terhadap
dirinya, sungguh tak nyana dikarenakan persoalan itu aku telah mengundang kesulitan
bagi diriku sendiri."
"Apakah Lan Giok Thong tertarik oleh"."
Sebenarnya si anak muda ini hendak mengatakan apakah Lan Giok Thong telah tergiur
kecantikan cici akhirnya mengejar dirimu kemana-mana, tapi ucapan selanjutnya terasa
sulit diutarakan maka terpaksa iapun membungkam.
Terdengarlah Gak Siauw Cha meneruskan kisahnya, "Perasaan cici yang telah mulai
tenang terjadi pergolakan hebat kembali, aku merasa telah mengingkari pesan terkahir
ibuku, merasa malu pula terhadap ayah serta ibumu, hatiku jadi pedih, menyesal dan
amat sakit hingga sukar dilukiskan dengan kata-kata. Malam itu seorang diri aku
menginap didalam sebuah kuil yang terpencil, karena kesedihan yang kelewat batas
membuat ketajaman telingaku terganggu, aku sudah terpulas dengan nyenyaknya tanpa
terasa menanti aku sadar kembali, kutemui bahwa jalan darahku sudah tertotok."
"Siapakah yang berani berbuat kurang ajar terhadap cici?" teriak Siauw Ling dengan
gusarnya. Gak Siauw Cha melirik sekejap kearah Siauw Ling, melihat perubahan air muka si anak
muda itu dimana seakan-akan dengan mata kepala sendiri ia menyaksikan dirinya
tertotok, dalam hati merasa amat terharu, segera jawabnya, "Mereka adalah dua orang
peronda bermata tikus dari perkampungan Pek Hoa San cung. Ketika melihat aku telah
mendusin mereka segera menggoda dan berbuat kurang ajar terhadap diriku, meskipun
cici merasa gusar bercampur cemas tapi jalan darah yang tertotok membuat diriku sama
sekali tak sanggup melawan, terpaksa aku hanya pejamkan mata tidak memperdulikan
mereka." Mendadak ia menundukkan kepalanya dan tak berbicara lagi.
"Bagaimana selanjutnya?" seru Siauw Ling dengan hati gelisah.
"Kemudian dia berdua ternyata mulai berbuat kurang ajar terhadap diriku, keadaan
pada saat itu benar-benar menyiksa batin, cici ingin mati tapi tak dapat, ingin hiduppun
susah dalam keadaan begitulah tiba-tiba Giok Siauw Lang Koen telah munculkan diri
dalam sekali gebrakan ia telah membinasakan kedua orang itu."
"Jadi kalau begitu Giok siauw Lang Koen sekali lagi telah menyelamatkan cici?"
"Tidak salah, justru karena pertolongannya berulang kali terhadap diriku dan mengajak
pula diriku untuk belajar silat dibawah bimbingan seorang guru yang lihay, budi kebaikan
yang ia limpahkan terhadap diriku sudah menumpuk setinggi gunung"."
Mendadak ia membungkam, mendongak dan memandang wajah Siauw Ling dengan
tajam katanya, "Saudaraku, kini kau telah dewasa, banyak persoalan yang telah kau
pahami. Rasanya cicipun tak usah merahasiakan sesuatu dan mengutarakan semua
perkataan yang ingin kuutarakan kepadamu."
"Silahkan cici berkata, siauwte pasti akan memperhatikan dengan seksama."
Gak Siauw Cha ragu-ragu sejenak, kemudian ujarnya, "Setelah Giok Siauw Lang Koen
menyelamatkan diriku kali ini dan menemukan hatiku kusut dan selain murung, karena
takut aku menemui marabahaya lagi ternyata ia tak mau tinggalkan diriku seorang diri,
ditemaninya aku berpesiar ketempat-tempat kenamaan, seringkali ia meniup serulingnya
memainkan lagu yang merdu untuk menghibur hatiku yang lara, semenjak kecil cicipun
sudah belajar ilmu memetik khiem dari ibuku, kemudian setelah belajar silat dari
loocianpwee lihay tadi, akupun memperoleh banyak petunjuk mengenai ilmu memetik
khiem"." Ia merandek sejenak untuk berpaling memandang sekejap kearah Siauw Ling,
kemudian sambungnya, "Waktu itu meskipun Giok Siauw Lang Koen amat menyayangi
diriku, tapi ia selalu bersikap demikian karena timbul dari sanubarinya dan terbatas dalam
batas-batas kesopanan, ia pandang aku seperti adiknya sendiri."
"Setiap hari ia menemani cici berpesiar menikmati pemandangan alam, bermain
seruling untuk melepaskan kemurungan cici, ditambah pula tiada maksud lain, ia terhitung
seorang koencu yang sejati."
"Saudaraku, ingatkah kau akan suatu perkataan yang terkenal".?"
"Perkataan apa?"
"Pergaulan yang terlalu intim bisa menimbulkan rasa cinta, setelah Giok Siauw Lang
Koen menemani aku setiap hari berpesiar ditempat-tempat keamanan, tanpa sadar cici
telah menaruh rasa cinta terhadap dirinya hanya saja pada waktu itu belum sampai
terpikirkan olehku."
Siauw Ling menghembuskan napas panjang sepertinya ia mau mengucapkan sesuatu
tapi akhirnya ia batalkan maksud tadi.
"Suatu malam bukan purnama" Gak Siauw Cha melanjutkan. "Giok Siauw Lang Koen
mengajak aku menikmati rembulan dipuncak gunung Kioe Hoa san, rupanya ia tahu kalau
cici memiliki kepandaian memetik khiem, entah sejak kapan ternyata ia telah menyediakan
sebuah khiem bagiku."
"Dibawah sorotan bulan purnama ia mainkan serulingnya membawakan nada yang
merdu dan indah, cici jadi gatal tangan dan tanpa sadar telah memetik tali khiem untuk


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengiringi permainan serulingnya, seketika itu juga gabungan permainan musik kami
menggetarkan seluruh puncak."
"Oooh, rupanya Giok Siauw Lang Koen adalah seorang manusia yang cerdik ia sediakan
cici sebuah khiem tapi tidak mohon kepada cici untuk memainkan khiem tersebut baginya,
sebaliknya memancing keinginan cici dengan permainan serulingnya, ia betul-betul hebat
sekali." "Aaai". kau benar-benar sudah dewasa, banyak persoalan yang telah kau ketahui."
Ia mendadak diam sebentar dan kemudian sambungnya, "Entah mulai kapan mendadak
permainan seruling Giok Siauw Lang Koen telah berubah membawakan irama lagu yang
bernadakan cinta kasih ditengah bergemanya seruling tadi tanpa sadar permainan khiem
cici terpancing olehnya dan ikut berubah, lama kelamaan aku jadi lupa daratan dan
terjerumus didalam alunan cinta kasih yang menggelorakan hati."
Gak Siauw Cha merandek sejenak.
"Lalu". lalu"." ia ulangi perkataan itu sebanyak beberapa kali, namun ternyata tak
sanggup diteruskan. "Lalu bagaimana?"
"Lalu?" sambung Gak Siauw Cha sambil menggigit bibir. "Entah sejak kapan permainan
khiem dan seruling itu telah terhenti, waktu cici mendusin kutemui bahwa diriku sedang
duduk didalam pangkuan Giok Siauw Lang Koen."
Mendadak Siauw Ling merasakan suatu kesedihan yang sangat aneh menyerang
hatinya kepala kontan jadi pening dan kakinya limbung hampir saja ia jatuh terpelanting
keatas tanah. Buru-buru dia angkat tangannya dan menabok keatas batok kepala sendiri.
"Saudara, kenapa kau?" Gak Siauw Cha segera menegur.
"Aku sangat baik! Giok Siauw Lang Koen apakah pernah"."
"Ia menggenggam tangan cici dan mohon kepada cici untuk mengawini dirinya, ia
berkata bahwa dikolong langit hanya dia Giok Siauw Lang Koen seorang yang pantas
mengawini cici sebagai isterinya dan hanya cici seorang yang pantas mendapat Giok
Siauw Lang Koen." "Huuh! sungguh besar amat bacot orang itu, apakah cici telah mengabulkan
permintaannya?" "Agaknya telah kusanggupi, cuma akupun pernah mengajukan dua syarat kepadanya."
"Apakah syaratmu itu?"
"Pertama aku suruh dia membantu diriku untuk membalas dendam."
"Apakah ia menyanggupi?"
"Sudah tentu ia menyanggupi!"
"Lalu syarat yang kedua?"
Dengan tajam Gak Siauw Cha menatap wajah Siauw Ling, kemudian sepatah demi
sepatah katanya, "Syarat yang kedua" aku suruh dia menunggu tiga tahun, andaikata
didalam tiga tahun ini aku tidak berhasil memperoleh kabar berita mengenai dirimu, maka
cici akan melakukan pembalasan dendam dibawah bantuan dari Giok Siauw Lang Koen,
setelah berhasil membalas dendam barulah aku kawin dengan dirinya."
"Sekarang bukankah aku masih hidup baik-baik dikolong langit?"
"Yaah! harus disalahkan cici kenapa tak menambahkan sepatah dua patah kata pada
waktu itu, hingga kini urusan jadi sulit dijelaskan."
"Bukankah perkataanmu pada waktu itu sudah amat jelas sekali" kau suruh dia
menunggu selama tiga tahun untuk mencari tahu tentang mati hidupku, sekarang belum
batas waktu tiga tahun penuh fakta membuktikan bahwa aku masih hidup dikolong langit.
Andaikata cici tidak mencintai dirinya tentu saja janji sebelumnya boleh dibatalkan."
"Waktu itu aku hanya berkata bahwa ia harus menunggu selama tiga tahun karena aku
hendak mencari dirimu, tetapi aku tidak menerangkan bagaimana seandainya aku berhasil
temukan dirimu." "Sudah tentu janjimu yang terdahulu dibatalkan!" seru Siauw Ling dengan tegas.
"Cici memang ingin berbuat begitu, tetapi Giok Siauw Lang Koen adalah seorang
manusia yang tak tahu malu!"
"Jangan kau salahkan dirinya, sudah terlalu banyak cici berhutang budi kepadanya."
Ia merandek sejenak untuk tukar napas kemudian sambungnya, "Saudaraku, ada suatu
persoalan sudah lama terpendam didalam hatiku, cici selalu belum sempat
mengatakannya kepadamu. Aaaai". waktu itu usiamu masih terlalu kecil sekalipun cici
utarakan kepadamu belum tentu kau mengerti."
"Persoalan apa?"
"Didalam surat wasiat bibi Im mu telah tercantum pula petunjuk mengenai soal
perkawinan cici, beliau minta cici"."
Mendadak wajahnya berubah jadi merah padam, dengan sikap yang amat kikuk dara
itu tundukkan kepalanya rendah-rendah.
"Bibi Im sangat cinta dan menyayangi diriku, dalam hati kecilku beliau sudah kuanggap
ibuku sendiri!" JILID 31 Perlahan-lahan Gak Siauw Cha angkat kepalanya, dengan mata terpejam rapat-rapat
katanya, "Dalam surat wasiat ibuku, beliau suruh aku kawin dengan dirimu dan menjadi
istrimu!" "Oooooh! benarkah ada kejadian seperti ini?" seru Siauw Ling tertegun.
Seluruh wajah Gak Siauw Cha berubah semakin merah padam, tapi ia lanjutkan juga
kata-katanya, "Didalam surat wasiat itu bukan saja memerintahkan cici untuk kawin
dengan dirimu serta menjadi istrimu, bahkan diterangkan pula apa yang harus cici
lakukan." Ia berhenti sejenak. "Perkataan seperti ini walaupun cici merasa malu untuk mengutarakannya keluar, tetapi
setelah kejadian berubah jadi begini terpaksa aku harus bicara terus terang kepadamu,
semoga kau jangan mentertawakan diri cici yang terlalu tak tahu diri."
"Dalam pandangan siauwte, cici jauh lebih agung dari seorang bidadari dilangit, mana
aku berani memandang rendah diri cici."
"Aaaa".! bagaimanapun juga akhirnya cepat atau lambat persoalan ini harus
kuberitahukan kepadamu, bila tidak kuterangkan pada saat ini mungkin dikemudian hari
sudah tak ada kesempatan lagi"."
Terutama sekali beberapa patah kata yang terakhir jelas mengandung alamat jelek,
membuat Siauw Ling yang mendengar jadi tertegun dan tak sanggup mengucapkan
sepatah katapun. Sementara ia hendak menanyakan persoalan itu, Gak Siauw Cha telah berkata kembali,
"Dalam surat wasiatnya ibuku telah menerangkan dengan jelas, katanya kau telah
mengidap suatu penyakit yang sangat aneh didalam urat nadi, meskipun berhasil
mempelajari ilmu silat yang sangat lihay, belum tentu urat nadi terpenting itu berhasil
ditembusi, dapatkah usiamu melampaui batas dua puluh tahun masih merupakan suatu
tanda tanya yang besar. Oleh karena itu dalam surat wasiat itu ibuku memerintahkan
kepada cici untuk kembali lagi kedusun Tan Kwoe Cung ditepi telaga Tiang Pek Ouw
sehabis mengantar jenasahnya pergi, untuk sementara waktu soal membalas dendam
jangan dibicarakan dahulu dan aku harus kawin dulu dengan dirimu"."
Siauw Ling yang mendengar perkataan itu wajahnya seketika menjadi panas, ia
tundukkan kepalanya rendah-rendah dan tak berani memandang wajah Gak Siauw Cha
lagi. Terdengar gadis itu menghela napas panjang sambungnya, "Ibuku suruh aku
melahirkan putra putri bagi keluarga Siauw untuk menyambung keturunannya, kemudian
baru membalaskan dendam baginya, didalam surat wasiatnya diterangkan pula dengan
jelas bagaimana caranya untuk membalaskan dendam sakit hatinya itu. Aaaa".! siapa
tahu peristiwa yang kemudian terjadi jauh diluar dugaan ibuku. Saudaraku! andaikata
tiada surat wasiat dari ibuku, tidak nanti cici berani membawa kau keluar dari rumah."
Siauw Ling angkat kepalanya kembali, dengan air mata bercucuran ia menghela napas
panjang. "Dibalik kejadian ini masih terselip banyak persoalan yang sama sekali tak terduga,
darimana siauwte bisa berpikir"."
Air muka Gak Siauw Cha mendadak berubah jadi serius, ujarnya, "Kini situasi sama
sekali telah berubah, keadaan cici sudah lain dari pada keadaan dahulu sedangkan kaupun
sudah berhasil melepaskan dari ancaman bahaya maut bahkan berhasil mempelajari pula
serangkaian ilmu silat yang sakti. Dengan ketampanan wajahmu serta kegagahan, cici
percaya banyak gadis yang tertarik kepadamu. Perintah ibuku mendiangpun hanya akan
jadi suatu kenangan, rasanya cici tak usah menurut pesan terakhirnya lagi."
Siauw Ling merasakan hatinya jadi kacau. Ia tak dapat melukiskan bagaimanakah
perasaannya pada saat itu, setelah termenung sebentar sahutnya lirih, "Perintah dari cici,
siauwte tidak berani membangkang!"
Gak Siauw Cha mendongak memeriksa cuaca diluar jendela, kemudian bertanya,
"Saudaraku, bagaimanakah menurut penilaianmu tentang ilmu silat yang dimiliki Giok
Siauw Lang Koen." Siauw Ling yang lagi uring-uringan dan gelagapan tidak tahu apa yang musti dilakukan
segera berdiri menjuplak setelah mendapat pertanyaan dari Gak Siauw Cha, lama sekali ia
baru sanggup menjawab, "Kepandaian silatnya sangat lihay, dan sulit ditemui sepanjang
sejarah dewasa ini."
"Bagaimanakah kalau kepandaian silatmu dibandingkan dengan dirinya".?"
"Sulit untuk ditentukan siapa menang siapa kalah."
"Rasa cintanya terhadap diriku dalam bagaikan samudra, dan budinya yang telah ia
lepaskan terhadap diriku berat bagaikan gunung, menurut pendapatmu apa yang harus
cici lakukan?" "Tentang soal ini". tentang soal ini"." saking tertegunnya untuk sesaat si anak muda
itu tidak tahu apa yang musti dijawab.
"Kejadian indah berubah jadi begini, kaupun tak usah ragu-ragu lagi katakanlah
sejujurnya!" Dengan sinar mata berkilap Siauw Ling menatap wajah Gak Siauw Cha dalam-dalam
kemudian dengan nada serius katanya, "Hal ini harus kunilai dari sikap cici terhadap
dirinya. Andaikata cici mencintai dirinya sudah tentu kau boleh menikah dengan dirinya,
sebaliknya kalau cici tidak suka kepadanya dan siauwtepun belum mati, tentu saja kau
dapat menghapuskan janji itu"."
"Masih ada satu persoalan, cici belum sempat menerangkan kepadamu!"
"Persoalan apa?"
"Andaikata aku menghapuskan janji tersebut, mungkin saja ia tak berani mengapaapakan
diriku, tetapi rasa benci dan dendamnya pasti akan dialihkan ketubuhmu, ia pasti
akan mencari dirimu untuk diajak beradu jiwa".!"
"Walaupun ilmu silatnya sangat lihay tetapi siauwte tidak jeri terhadap dirinya!"
"Aku tahu! tetapi kalau dua ekor harimau saling bertempur, maka akhirnya salah satu
diantaranya pasti terluka"."
"Demi cici sekalipun siauwte harus matipun rela!"
"Pada saat ini namamu sudah tersohor diseluruh kolong langit, umat Bulim yang ada
didalam dunia persilatan dewasa ini telah menganggap dirimu sebagai pelita ditengah
kegelapan dan merekapun memandang kau sebagai satu-satunya orang yang sanggup
menghadapi serangan Shen Bok Hong, saudaraku sebagai seorang lelaki sejati kau harus
lebih berat memandang pada karier dan bukannya mengorbankan jiwa demi seorang
gadis"." Siauw Ling merasakan darah panas didalam rongga dadanya bergelora keras, serunya
dengan suara kaget, "Seandainya dalam hati kecil siauwte ada seorang kekasih, maka
orang itu adalah cici seorang. Bukan saja aku sangat mencintai diri cici bukankah kau
kupandang melebihi bidadari yang ada dilangit, siauwte masih muda dan tidak banyak
persoalan yang kuketahui tetapi selama banyak tahun aku merasa suara dari cici,
senyuman dari cici sering kali muncul didalam benakku, sekalipun ini hari cici tidak
menerangkan siauwtepun merasa bahwa aku menaruh rasa cinta dan rindu terhadap diri
cici, hanya satu untuk sementara siauwte belum merasakan tumbuhnya bibit cinta,
sekalipun siauwte tahu juga tak berani kuutarakan keluar sehingga menyinggung
perasaan cici." "Aaai".! selama banyak tahun akupun siang malam selalu merindukan dirimu, terhadap
kau aku menurut rasa sesal yang tak terkirakan disamping rasa kesalahan yang tebal
dalam pandanganku. Aku merasa bahwa seharusnya kau selain berada disisiku, aku
hendak mengurusi soal makanmu serta pakaianmu, dalam lima tahun belakangan kau
didalam bayanganku masih seperti seorang bocah seperti waktu berpisah dahulu menanti
secara diam-diam kuawasi dirimu dewasa ini, barulah kuketahui bahwa kau telah
meningkat dewasa." "Apakah siauwte sama sekali tidak memiliki potongan wajah seperti dahulu?"
"Dulu kau lemah dan banyak penyakit, membikin orang yang memandang merasa
kasihan, tapi kini kau tampan dan mempesonakan setiap orang."
"Tetapi siauwte toh masih tetap merupakan Siauw Ling yang dahulu".?" perlahanlahan
si anak muda itu tundukkan kepalanya.
"Tidak salah, dalam tingkah laku secara lapat-lapat masih tersisa keadaan dimasa
kecilmu"." Ia menghela napas panjang.
"Seorang Shen Bok Hong sudah cukup memusingkan kepalamu, kalau ditambah
dengan seorang Giok Siauw Lang Koen lagi, dari mana kau sanggup menghadapinya"
untuk melepaskan genta, harus mencari siorang yang tersangkut genta, persoalan pribadi
cici lebih baik aku selesaikan sendiri saja"."
"Cici, betapa sayang dan cintanya diri cici kepadaku pada masa yang silam, kini aku
telah dewasa, mengapa kau tidak memperkenankan diriku untuk melindungi cici?"
Diatas wajah yang murung mendadak tersungging satu senyuman manis, terdengar
Gak Siauw Cha berkata, "Saudaraku, kemarilah!"
Perlahan-lahan Siauw Ling maju kedepan dengan sangat hormat tanyanya, "Cici, kau
ada perintah apa?" Gak Siauw Cha tidak berbicara, mendadak ia putar badan dan berjalan masik keruang
dalam. Beberapa saat kemudian sambil membawa sebuah kotak kayu cendana yang
panjangnya tiga coen lebarnya dua coen gadis itu munculkan dirinya kembali.
Kepada Siauw Ling ia berkata dengan wajah serius, "Saudaraku, baik-baiklah kau
simpan kotak kayu ini!"
"Cici, apakah isi dari kotak kayu ini?" tanya Siauw Ling sambil menerima benda tadi.
"Anak kunci istana terlarang yang diidam-idamkan setiap jago Bulim dikolong langit!"
"Apa" anak kunci istana terlarang?" jerit pemuda itu dengan terperanjat.
"Tidak salah, ini hari cici serahkan benda ini kepadamu, semoga kau bisa memasuki
istana terlarang." Buru-buru si anak muda itu gelengkan kepalanya.
"Benda yang demikian berharganya mana bisa siauwte simpan secara baik-baik" lebih
baik cici menyimpan sendiri saja!"
"Apakah kau masih ingat akan janjiku dengan Giok siauw Lang Koen".?" tanya Gak
Siauw Cha tertawa getir. "Ucapan itu baru saja mendengung disisi telingaku, tentu saja siauwte masih
mengingatnya baik-baik."
"Nah, itulah dia, batas waktu tiga bulan dalam sekejap mata saja akan tiba
pertemuanku dibawah tebing Toan Hoan Gay sulit diramalkan tentang mati hidupku,
andaikata tiga bukan kemudian kau tidak berhasil memperoleh kabar mengenai diri cici,
anggaplah anak kunci istana terlarang itu sebagai milikmu."
Setelah merandek sejenak, terusnya, "Berusahalah melakukan perjalanan untuk
memasuki istana terlarang. Bila kau ingin menangkan Shen Bok Hong, maka satu-satunya
jalan adalah memasuki istana terlarang tersebut."
"Cici, beritahukan kepadaku tentang satu persoalan, janganlah membohongi diriku"
pinta si anak muda itu serius."
"Persoalan apa?"
"Kau telah mengadakan janji dengan Giok Siauw Lang Koen untuk berjumpa didasar
tebing Toan Hoan Gay pada tiga bulan kemudian, sebenarnya apa maksudmu?"
"Tentang persoalan ini cici tak bisa mengatakan, sebab harus dilihat bagaimana sikap
Giok Siauw Lang Koen nanti."
"Seandainya ia selalu mendesak cici hingga kelewat batas, apakah cici bakal bergebrak
melawan dirinya?" "Aku tidak tahu, persoalan ini baru bisa dibicarakan setelah meninjau situasi pada
waktu itu." "Aku lihat dia terlalu picik pandangannya sedangkan terhadap cici rasa cintanya sudah
sangat mendalam, andaikata cici tidak menyetujui perkawinannya mungkin dia tak akan
melepaskan cici dengan begitu saja, kecuali kalau cici rela menyerah begitu saja, siauwte
rasa suatu pertarungan sengit tak akan terhindar."
Gak Siauw Cha melirik sekejap kearah Siauw Ling, mulutnya tetap membungkam dalam
seribu bahasa. "Cici, apakah kau mengijinkan siauwte untuk ikut serta pergi memenuhi janji?"
"Tidak bisa jadi, kau tak boleh bermusuhan dengan Giok Siauw Lang Koen".!"
"Mengapa?" "Dibelakang Giok Siauw Lang Koen masih berdiri selapis kekuatan yang amat besar.
Andaikata kau membinasakan Giok Siauw Lang Koen, maka orang-orang itu pasti tak akan
melepaskan dirimu dengan begitu saja, sebaliknya kalau kau sampai terluka ditangan Giok
Siauw Lang Koen. Oooh". saudaraku, terlalu tidak berharga bagimu untuk mengorbankan
diri demi diriku!" "Demi cici, sekalipun badanku harus hancur lebur siauwtepun rela".!"
"Saudaraku, kau jangan melupakan akan satu persoalan" seru Gak Siauw Cha dengan
alis berkerut. "Persoalan apa lagi?"
"Aku telah menerima pinangan dari Giok Siauw Lang Koen, kenapa aku tidak boleh
sungguh-sungguh menikah dengan dirinya?"
Siauw Ling tertegun, untuk beberapa saat lamanya ia tak sanggup mengucapkan
sepatah katapun. "Saudaraku, masih ada persoalan apa lagi yang hendak kau katakan kepada cici?" gadis
itu kembali bertanya. "Dalam hati siauwte mempunyai beribu-ribu patah kata yang hendak kukatakan, tetapi


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku tidak tahu harus dari mana untuk mulai berbicara".!"
"Kalau memang begitu, lebih baik tak usah kau katakan lagi"."
Air mukanya berubah, mendadak dengan suara ketus serunya, "Cici telah
mengutarakan semua isi hatiku, kalau memang kau tiada persoalan lagi. Rasanya sudah
sampai pada saatnya bagimu untuk mohon diri dari sini!"
Mimpipun Siauw Ling tidak menyangka kalau secara tiba-tiba Gak Siauw Cha bisa
mengusir dirinya pergi, ia tertegun.
"Cici suruh aku pergi?" bisiknya setengah tidak percaya.
"Ehmm, saudaraku kini kau sudah dewasa antara lelaki dan perempuan ada batasbatasnya,
aku rasa tidak pantas bagimu untuk berdiam terlalu lama disini."
"Kalau memang begitu, siauwte mohon diri lebih dulu!" selesai berkata ia lantas
menjura. "Maaf cici tidak bisa mengantar lebih jauh" sahut Gak Siauw Cha sambil balas memberi
hormat, kemudian berjalan masuk keruang dalam.
Siauw Ling yang menyaksikan keputusan dari gadis she Gak itu, disamping merasa
heran iapun merasa sangat bersedih hati, darah panas didalam rongga dadanya bergelora
keras dan air mata tanpa sadar jatuh berlinang.
Berdiri ditengah kesedihan entah berapa waktu sudah lewat tanpa terasa.
"Siangkong!" mendadak terdengar suara teguran yang halus dan merdu berkumandang
datang memecahkan kesunyian.
Bagaikan baru saja sadar dari impian, buru-buru Siauw Ling membasuh air mata yang
membasahi pipinya lalu berpaling. Tampaklah Soh Boen dengan wajah diliputi kesedihan
telah berdiri didepan pintu.
Ia berusaha keras menenangkan hatinya, setelah melirik sekejap kearah horden yang
memisahkan ruang tengah dengan ruang dalam, pemuda itu bergumam seorang diri,
"Yaah". aku memang harus segera pergi!"
Tanpa berkata-kata ia berjalan menuju keluar.
Hatinya diliputi kesedihan yang kelewat batas, cinta kasih yang bersemi didalam hatinya
dahulu kini telah berubah jadi air mata kesedihan, pemuda itu tak kuat menahan air
matanya lagi, titik-titik air mata jatuh berlinang membasi pipinya.
Dengan langkah limbung ia berjalan kedepan, pemuda itu tak tahu kemanakah ia telah
pergi. Terdengar suara air berkumandang memecahkan kesunyian, sebuah selokan dengan air
yang bersih menghadang didepan matanya.
Dalam kepedihan hatinya ternyata si anak muda itu telah salah mengambil arah dan
tersesat. Perlahan-lahan Siauw Ling berjalan kesisi selokan, duduk diatas sebuah batu besar ia
bertopang dagu dan memandang awan diangkasa dengan pandangan mendolong.
Mendadak angin berhembus lewat, awan diudara membuyar keempat penjuru, dilangit
yang udara terasa amat cerah.
Pemuda itu gelengkan kepalanya, setelah berhasil menenangkan hatinya yang kacau ia
berjongkok ketepi selokan dan membasahi wajahnya yang kusut.
Rasa dingin yang menyegat badan segera menembalikan pikirannya yang kacau, ia
teringat kembali akan rekan-rekannya yang masih menanti didalam bangunan besar.
Setelah mengempos tenaga dan menentukan arah, akhirnya Siauw Ling kembali kearah
bangunan besar. Bangunan tersebut masih tetap berdiri ditengah kelilingan pohon bambu, tapi didalam
pandangan pemuda itu semuanya telah berubah, dalam beberapa jam yang singkat
semuanya terasa asing baginya".
Dalam pada itu Soen Put shia sambil bergendong tangan sedang berdiri dipintu depan
ketika menyaksikan Siauw Ling munculkan diri, ia segera menyongsong dengan langkah
lebar. Siauw Ling angkat kepala dan melirik sekejap kearah pengemis tua itu lalu tertawa
hampa. "Benar, aku sudah kembali!" sahutnya lirih.
Dari sikap serta ucapan tersebut Soen Put shia dengan cepat dapat menangkap
kesedihan hati si anak muda itu, wajahnya seolah-olah sudah mengalami perubahan yang
amat besar, perpisahan selama beberapa jam bagaikan perpisahan selama beberapa
tahun lamanya. Tampaklah alis yang selalu cerah kini diliputi kekesalan serta kemurungan yang tebal,
matanya yang semula jeli kini berubah jadi merah. Keadaannya bagaikan seseorang yang
baru saja mengalami pertarungan yang seru, seperti pula seseorang yang kehabisan
tenaga dan kelewat lelah.
Kegagahan serta keteguhan iman dihari-hari biasa kini lenyap tak berbekas bagaikan
terdapat suatu tenaga misterius yang merubah sama sekali watak serta perangai Siauw
Ling dalam beberapa jam yang singkat.
Soen Put shia segera mendehem ringan dan menegur, "Saudara Siauw, apakah kau
sudah bertemu dengan musuh tangguh yang belum pernah kau jumpai serta telah
berlangsung suatu pertempuran yang amat seru?"
Siauw Ling menggeleng dan tetap membungkam.
"Apakah kau merasa sangat lelah?" kembali pengemis itu menegur dengan alis
berkerut. Siauw Ling mengangguk dan tertawa sedih.
"Ehmm, aku merasa lelah sekali."
Sinar mata Soen Put shia segera dialihkan kebawah, mendadak ia temukan sebuah
kotak kayu muncul separuh bagian diluar sakunya. Dibawah sorot cahaya sang surya
terlihatlah diatas kotak itu terdapat banyak sekali urik-urikan, diam-diam pikirnya didalam
hati, "Belukm pernah kujumpai kotak semacam ini, jelas benda tersebut baru saja
didapatkan olehnya"."
Maka kembali ia menegur, "Saudara Siauw, benda apakah yang terdapat didalam kotak
kayu itu".?" Siauw Ling menunduk dan mengambil kotak tadi setelah dilihat sekejap sahutnya,
"Oooh, benda ini" aku toh tidak menerimanya! kenapa bisa berada didalam sakuku?"
Kiranya waktu Gak Siauw Cha mengusir si anak muda itu, Siauw Ling merasakan
hatinya bergetar keras dan kesadarannya banyak berkurang, disaat itulah gadis she Gak
tadi telah memasukkan kotak kayu itu kedalam sakunya.
Soen Put shia sebagai seorang jago kawakan yang berpengalaman luas, ketajaman
matanya benar-benar luar biasa, menyaksikan sikap si anak muda itu ditambah pula
kesadaran yang jauh berkurang. Dalam hatinya ia mengerti bahwa pemuda ini pastilah
sudah mendapatkan pukulan batin yang sangat besar, sehingga dari seorang jago yang
memiliki ilmu silat lihay berubah jadi manusia biasa.
Sementara itu Boe Wie Tootiang, Ceng Yap Chin serta Suma Kan sekalian telah
berkumpul datang. Rupanya para jagopun menemukan keadaan Siauw Ling yang lain dari pada keadaan
biasa, semua mereka jadi gelagapan dibuatnya.
"Soen Loocianpwee" sitoosu tua dari Bu Tong Pay itu segera berbisik lirih. "Agaknya
keadaan siauw thayhiap rada tidak beres."
"Betul"." "Menurut apa yang cayhe ketahui" timbrung Suma Kan. "Didalam Bulim terdapat
semacam kepandaian pembingung sukma, jangan-jangan ia sudah terkena ilmu hitam
tersebut." "Kalau menurut pandangan aku sipengemis tua, agaknya batinnya mendapat pukulan
yang berat sehingga sifatnya jadi begini."
Terdengar Siauw Ling berbisik, "Aku harus mengembalikan kepadanya!" seraya berkata
ia segera putar badan dan berlalu.
"Agaknya keadaan tidak beres" bisik Soen Put shia, sekali enjotkan badan ia sudah
menghadang didepan si anak muda itu, tegurnya, "Saudara Siauw, kau hendak pergi
kemana?" "Aku hendak mengembalikan kotak kayu ini."
"Hendak kau kembalikan kepada siapa?"
"Gak Siauw Cha! Aaaai". isi dari kotak ini terlalu berharga, aku orang she Siauw mana
boleh menerimanya?" "Apa sih isi dari kotak kayu itu?"
"Anak kunci istana terlarang!"
Kesadarannya yang berangsur-angsur merosot rupanya mengalami sedikit kemajuan.
Beberapa patah kata yang singkat cukup menggetarkan setiap orang, beberapa patah
kata tadi bagaikan guntur yang membelah bumi disiang hari bolong memaksa Soen Put
shia serta Boe Wie Tootiang sekalian berdiri menjublak dan tak sanggup mengucapkan
sepatah katapun. Didalam dunia persilatan seringkali tersiar berita yang mengatakan didalam istana
terlarang telah terkubur belasan orang tokoh silat yang amat lihay, mati hidupnya hingga
kini masih merupakan suatu teka teki, dan untuk memecahkan teka teki itu maka orang
harus mendapatkan anak kunci istana terlarang.
Benda itu mempengaruhi kehidupan seluruh umat Bulim dan merupakan benda yang
paling berharga berjuta-juta orang dunia persilatan.
Entah sudah berapa banyak tokoh sakti dunia persilatan yang harus mengucurkan
darah demi memperebutkan benda itu, sudah berapa banyak pembunuhan serta kematian
yang diakibatkan benda itu".
Dengan sinar mata yang sayu Siauw Ling menyapu setiap wajah para jago, kemudian
katanya, "Harap cuwi sekalian suka menanti sebentar disini, setelah mengembalikan kotak
kayu itu aku akan segera kembali kesini."
"Saudara Siauw" seru Soen Put shia sambil menghadang jalan pergi pemuda itu.
"Apakah nona Gak telah mengucapkan sesuatu sewaktu menyerahkan kotak kayu itu
kepadamu?" Perlahan-lahan Siauw Ling mendongak dan menghela napas panjang.
"Tidak salah, agaknya ia telah mengucapkan banyak sekali perkataan."
"Loocianpwee" Boe Wie Tootiang segera membisik. "Agaknya kesadaran Siauw thayhiap
rada terganggu, kita harus menghadang jalan perginya!"
Soen Put shia mengangguk.
"Apa yang telah dikatakan nona Gak" saudara Siauw, bolehkah kami mengetahui?"
katanya. "Banyak perkataan yang telah ia ucapkan agaknya anak kunci istana terlarang ini
sangat mempengaruhi kehidupan dunia persilatan"."
"Bukan saja sangat besar, bahkan boleh dikata disitulah letaknya kunci bagi
keselamatan seluruh umat Bulim."
"Betul, agaknya iapun beritahu kepadaku, kalau aku ingin menangkan Shen Bok Hong
maka aku harus memasuki istana terlarang."
"Tidak salah"." sahut Soen Put shia serius.
"Aaaai". tetapi anak kunci istana terlarang bukan milikku!"
"Kalau memang nona Gak menyerahkan anak kunci istana terlarang kepadamu, sudah
tentu itu berarti bahwa ia berharap agar Siauw thayhiap bisa memasuki istana terlarang.
Kalau kau mengembalikan kunci ini kepada nona Gak, bukankah itu berarti telah menyianyiakan
harapannya".?" seru Boe Wie Tootiang.
Memandang kotak kayu dalam genggaman Siauw Ling menghela napas panjang.
"Mungkin kotak kayu ini mempengaruhi keselamatan dari nona Gak!" bisiknya.
"Mempengaruhi keselamatan nona Gak?"
"Tidak salah, setelah ia serahkan anak kunci istana terlarang kepadaku, dan berarti
bahwa ia tidak mempunyai tanggung jawab apa-apa lagi, dengan sendirinya ia bisa cepat
mengambil keputusan pendek terhadap kehidupannya."
"Aaaah". kalau begitu urusan menyangkut mati hidup nona Gak" pikir Soen Put shia.
"Jika demikian adanya tidak baik kalau aku sipengemis tua terlalu banyak komentar."
Rupanya Boe Wie Tootiang sekalipun berpendapat demikian, maka siapapun tidak
berbicara lagi. Sekali lagi Siauw Ling menghela napas panjang, lalu berkata, "Harap kalian suka
menunggu sebentar disini, aku hendak mengembalikan dulu kotak kayu ini."
"Loocianpwee" Boe wie Tootiang segera berbisik kepada Soen Put shia. "Keadaan Siauw
thayhiap rada tidak beres, lebih baik kau ikuti dirinya saja"."
Soen Put shia mengangguk, dengan langkah lebar ia segera maju kedepan dan berkata,
"Saudara Siauw, bagaimana kalau aku sipengemis tua menemani dirimu".?"
"Aku tak berani merepotkan dirimu!"
"Haaah". haah". apakah kau tidak mengijinkan aku sipengemis tua ikut serta?"
"Kalau memang loocianpwee ingin ikut marilah kita segera berangkat".!" tanpa banyak
bicara lagi ia segera berlalu.
Meskipun Soen Put shia mengetahui bahwa Siauw Ling tidak ingin dirinya ikut serta,
tetapi demi menjaga keselamatan si anak muda itu terpaksa ia tebalkan muka untuk
mengikuti dibelakang pemuda tersebut.
Tampaklah Soh Boen dengan menggembol buntalan serta menyoren pedang berdiri
dimuka gubuk. Ketika menyaksikan dandanan dari dayang tersebut, Siauw Ling seketika berdiri
tertegun. Sekalipun didalam hati kecilnya ia memang bermaksud mengembalikan kotak kayu itu,
tapi dalam kenyataan ia berharap bisa berjumpa sekali lagi dengan Gak Siauw Cha.
Terdengar Soh Boen dengan suara yang merdu berseru, "Siauw siangkong, nona telah
berangkat!" "Sudah berapa lama ia pergi" kemana ia berlalu?"
"Siangkong tak usah menyusul nona lagi. Sebelum pergi ia telah serahkan segala
sesuatunya kepada budak, bagaimanapun juga aku harus menasehati diri siangkong untuk
tidak menyusul dirinya."
Siauw Ling menghela napas sedih.
"Nona, katakanlah kepadaku ia telah berangkat menuju kearah mana! aku harus
menyusul dirinya dan mengembalikan kotak kayu ini, dalam kotak tersebut berisikan anak
kunci istana terlarang yang mempengaruhi mati hidup dunia persilatan."
"Aku tahu dan nona telah beritahu kepadaku, ia suruh aku menyampaikan kepada
siangkong agar baik-baik merawat kotak ini, kecuali kotak tersebut berisikan anak kunci
istana terlarang, terdapat pula peta rahasia istana tersebut, peta itu adalah hasil karya
dari ibu nona." Mendadak Siauw Ling merasakan suatu perasaan sedih yang aneh, tanpa sadar air
mata jatuh berlinang membasahi wajahnya.
Perlahan-lahan dari saku Soh Boen mengambil keluar sepucuk surat, sambil
diangsurkan kedepan katanya, "Sebelum berlalu tadi nona telah meninggalkan sepucuk
surat yang minta aku untuk serahkan kepadamu. Seandainya keadaan siangkong tetap
tenang maka surat ini tak perlu diserahkan kepadamu."
"Kenapa?" tanya si anak muda itu sambil menyambut surat tersebut.
"Tidak tahu nona suruh budak berkata demikian dan budakpun seperti apa yang aslinya
telah menyampaikan kepada diri siangkong."
Siauw Ling menerima surat itu dan hendak dirobek sampulnya, tapi kembali dihalangi
oleh Soh Boen. "Jangan kau buka sekarang, nona berpesan agar siangkong menyimpan dahulu surat
itu, kemudian carilah tempat yang tenang. Duduklah baik-baik dan surat itu baru boleh
dibaca." "Ooooh begitu banyak perkataannya."
"Nona suruh budak menyampaikan kata-jatanya itu, budak telah menyampaikan kepada
siangkong, dan sekarang budak masih ada beberapa patah kata yang hendak
diberitahukan kepada siangkong."
"Silahkan nona berkata, aku seorang she Siauw akan mendengarkan dengan seksama."
"Sejak budak mengikuti nona, belum pernah kusaksikan dia meneteskan air mata, tapi
kali ini setelah menghantar pergi siangkong nona telah menangis sejadi-jadinya"."
"Sungguhkah itu?"
"Kenapa aku musti membohongi dirimu?"
"Teguran nona tepat sekali, bagaimana selanjutnya?"
"Isak tangisnya memecahkan kesunyian, air matanya mengalir deras bagaikan
bendungan yang ambrol, setelah budak sekalian berlutut sambil memohon-mohon agar
nona suka menjaga kesehatan, ia baru perlahan-lahan berhenti menangis!"
Siauw Ling mendongak dan menghela napas panjang.
"Aaaai". kemudian, apakah nona Gak meninggalkan gubuk ini?"
"Tidak" Soh Boen menggeleng. "Setelah nona berhenti menangis, ia menulis sepucuk
surat untukmu." Siauw Ling mendesis lirih, dia angkat suratnya keatas siap dibuka atau secara tiba-tiba
ia teringat pesan dari Soh Boen, maka niatnya itu dibatalkan kembali.
"Diatas surat itu kecuali terdapat tulisan dari nona kami, terdapat pula air mata yang
sangat berharga dari nona kami, aku menyaksikan dengan mata sendiri banyak air
matanya menetes diatas kertas surat tersebut, kau harus baik-baik menyimpan surat ini"
Soh Boen melanjutkan. "Cayhe tidak akan menyia-nyiakan surat ini."
"Pada saat ini nona kami mungkin sudah berada puluhan li jauhnya. Siangkong tak
usah menanti lebih lanjut, sedang budakpun tidak nanti memberitahukan kepadamu
kemana arah yang dituju nona, lebih baik cepat-cepatlah kembali!"
"Sebelum nonamu meninggalkan tempat ini apakah ia sudah berpesan sesuatu?"
tanyanya Siauw Ling sedih.
"Tidak"." ia merandek sejenak. "Kau ini". jadi orang benar-benar rada tolol."
"Kenapa?" pemuda itu tertegun.
"Andaikata nona kami ada perkataan yang hendak disampaikan kepadamu, apakah dia
tak bisa menulisnya didalam surat itu?"
"Ehmmm, ucapan ini sedikitpun tidak salah" pikir Siauw Ling, maka ia lantas berkata,
"Terima kasih banyak atas petunjuk nona."
"Tak perlu sungkan-sungkan cepatlah pergi!"
Siauw Ling segera angsurkan kotak kayu dari tangannya kearah dayang lain katanya,
"Tolong nona suka menyampaikan kotak ini kepada nona Gak!"
"Soh Boen segera gelengkan kepalanya berulang kali."
"Aku tidak berani menerima kotak tersebut!" katanya.


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kenapa?" "Sebelum nona berlalu dari sini, ia telah berpesan agar budak untuk menanti siangkong
disini, kalau sang surya sudah hilang dibalik gunung dan siangkong belum datang juga,
budak baru diijinkan berlalu dari sini. Menunggu orang disuruh menanti setengah harian
lamanya, itu berarti nona sudah menduga bahwa siangkong pasti akan datang, dan
ternyata siangkong benar-benar telah datang kemari"."
Ia tersenyum dan melanjutkan, "Dia beritahu kepada budak, seandainya surat ini
diserahkan kepada siangkong dikala kau sedang menangis, maka siangkong segera akan
tenang kembali, dan ternyata keadaan yang sebenarnya memang begitu."
"Aaaaai". selamanya dugaan enci Gak ku memang selalu tepat sekali!"
"Dia memang jauh lebih hebat dari seorang dewasa!"
"Dia bukan dewa tetapi manusia, bahkan seorang manusia yang punya rasa cinta dan
setia kawan, siangkong! penderitaan serta siksaan batin yang dialami nona kami selama
beberapa bulan terakhir mungkin sepuluh kali lipat jauh lebih berat daripada apa yang kau
alami sekarang." Siauw Ling menghela napas panjang dan membungkam.
Dengan sepasang mata jeli dan tajam Soh Boen menatap wajah si anak muda itu
tajam-tajam, ujarnya lagi, "Siangkong, nona kami berkata bahwa kau adalah seorang
koen cu, seorang lelaki sejati, anak kunci istana terlarang pasti akan dikembalikan
kemarin, eeei". ternyata dugaannya kembali jitu!"
Air mukanya berubah menjadi serius, sambungnya kemudian, "Siauw siangkong,
tahukah kau sebenarnya apa yang dipikirkan nona kami dikala menyerahkan anak kunci
istana terlarang kepadamu" ia tidak ingin memperoleh dirimu, sebaliknya justru
menitipkan keselamatan jiwanya kepadamu"."
"Apakah nonamu menyelesaikan lebih lanjut kata-katanya ini?" seru Siauw Ling
tertegun. "Kau ini kalau dipandang sepintas lalu nampaknya amat cerdik, kenapa dalam
kenyataan tolol sekali?"
"Bagaimana tololku?"
"Andaikata kau sangat cerdik, kenapa kau tidak berhasil menangkap maksud yang
sebenarnya dari perkataan nona kami?"
"Ilmu silat yang dimiliki enci Gak jauh lebih ampuh daripada diriku sedangkan
kepandaian silat dari Giok Siauw Lang Koen hanya berada dalam keadaan seimbang saja
dengan diriku, andaikata sampai terjadi pertarungan aku rasa enci Gak tidak bakal sampai
menderita kalah ditangan Giok Siauw Lang Koen kecuali kalau enci Gak dengan rela hati
menyerahkan diri." "Sedikitpun tidak salah, andaikata membicarakan soal ilmu silat saja nona kami
mungkin masih jauh lebih ampuh daripada Giok Siauw Lang Koen, dalam ratusan
gebrakan ia masih sanggup untuk mencabut jiwanya, tetapi kau jangan lupa Giok Siauw
Lang Koen adalah tuan penolong yang telah berulangkali menyelamatkan jiwa nona kami!"
Siauw Ling menghela napas panjang.
"Aaaai". karena itu, enci Gak ku baru rela menerima penghinaan serta siksaan batin
dan rela dianiaya olehnya?"
"Kembali kau salah menduga!"
"Kenapa?" "Kalau dibicarakan sesungguhnya sikap Giok Siauw Lang Koen terhadap nona kami
amat terhormat dan selamanya tidak berani berbuat keras" ia termenung sebentar
kemudian melanjutkan. "Aaaai". bicara pulang pergi, kesemuanya adalah disebabkan
karena dirimu." "Karena aku?" "Tidak salah sebelum aku munculkan diri didalam dunia persilatan, nona kami sering
kali mengadakan pertemuan dengan Giok Siauw Lang Koen, mereka sering kali berpesiar
dan menikmati pemandangan alam sambil bergandengan tangan. Waktu itu meski nona
kami sering kali mengerutkan dahi menunjukkan kemurungan, tetapi senyuman serta
wajah yang berseri-seri sering kali terlihat juga ditampilkan"."
"Bagaimana setelah mendengar kemunculanku didalam dunia persilatan?" sela Siauw
Ling. "Sejak mendengar berita yang mengatakan kemunculanmu didalam dunia persilatan,
situasi seketika berubah hebat. Mulai kau terjun kedalam dunia persilatan itulah budak tak
pernah melihat nona kami menampilkan senyumannya lagi, bahkan berulang kali
menampik ajakan Giok Siauw Lang Koen untuk mengadakan pertemuan. Coba bayangkan,
apakah kesemuanya ini bukan disebabkan karena dirimu?"
"Aaaah, mungkin saja dibalik persoalan ini masih ada kesalahan paham yang belum
diketahui" sahut Siauw Ling kemudian dengan alis berkerut setelah berpikir sejenak.
"Salah paham" salah paham yang bagaimana?"
"Untuk sesaat sulit bagiku untuk menerangkan hingga jelas, lebih baik tak usah aku
katakan saja"." ia merandek sebentar. "Tadi, bukankah nona pernah berkata bahwa nona
Gak telah menitipkan keselamatannya kepadaku, sebenarnya apa maksudmu?"
"Bukan keselamatan nona kami saja, sampai keselamatan budak sekalipun telah
dititipkan semua kepadamu."
"Tolong nona suka menerangkan sejelasnya!"
"Andaikata Giok Siauw Lang Koen berhasil membuktikan bahwa nona kami tak sudi
memperdulikan dirinya lagi, dan kejadian itu disebabkan karena kau Siauw Ling, maka
dalam pandangannya kau akan dianggap sebagai paku didepan mata. Andaikata kalian
sampai saling berduel, bukankah nona kami akan dibikin serba salah" yang satu adalah
saudara yang hidup bersama sejak kecil, sedang yang lain adalah kekasih hatinya, yang
satu adalah tuan penolong yang seringkali menyelamatkan jiwanya, sedangkan yang lain
adalah sobat karib yang amat erat hubungannya"."
"Nona kau tidak tahu, enci Gakku pernah menerima pinangan dari Giok Siauw Lang
Koen!" "Siapa bilang aku tidak tahu, sebelum nona mengabulkan permintaannya telah
mengajukan dua syarat terlebih dahulu, apakah kau tahu akan hal ini?"
"Enci Gak telah menjelaskan kepadaku."
"Nah itulah dia, asal kau Siauw Ling belum mati dan masih hidup dikolong langit, maka
perkawinan itu tentu saja tidak berlaku lagi."
"Kalau memang begitu, bukankah enci Gak tidak usah malu terhadap dirinya, kenapa ia
masih jeri terhadap Giok Siauw Lang Koen?"
"Pertama, karena budi pertolongannya berulang kali sukar dilupakan, membuat ia tak
bisa memusuhi dirinya. Kedua, demi keselamatan dari kau Siauw Ling."
"Aku tidak takut terhadap Giok Siauw Lang Koen."
"Walaupun kau tidak takut terhadap dirinya, namun belum tentu bisa menangkan
dirinya, dua ekor harimau yang saling bertarung akhirnya salah satu pasti terluka, bila
yang terluka adalah kau Siauw Ling, bukankah nona kami akan bersedih hati sepanjang
masa dan selalu merasa tidak tentram, sebaliknya kalau yang terluka adalah Giok Siauw
Lang Koen, suatu badai dahsyat pasti akan melanda seluruh kolong langit keluarganya
pasti tak akan membiarkan Giok Siauw Lang Koen terluka ditanganmu. Dan andaikata
keluarganya melakukan pembalasan dendam terhadap dirimu, bukan saja kau seorang tak
mampu bertahan, bahkan seluruh dunia persilatan akan terlanda suatu pergolakan yang
mengakibatkan bajir darah"."
"Cayhe dengar dari enci Gak berkata bahwa guru yang memberi pelajaran ilmu silat
kepadanyapun akan tersangkut pula didalam persoalan ini, entah apa sebabnya?"
"Karena guru yang mewariskan ilmu silatnya kepada nona mempunyai hubungan yang
sangat dekat dengan Giok Siauw Lang Koen."
"Ooooh, kiranya begitu."
"Sekarang seharusnya kau paham bukan, kenapa nonaku mengatakan bahwa
keselamatannya telah dititipkan kepadamu. Perlu kau ketahui keluarga dari Giok Siauw
Lang Koen jauh mengasingkan diri ditempat yang terpencil dan jauh dari pergaulan
masyarakat. Kecuali sanak keluarga sendiri mereka sangat jarang berhubungan dengan
orang luar, kecuali Giok Siauw Lang Koen, Lan Giok Tong serta seorang nona she Thio,
tiada seorangpun diantara keluarga mereka yang melakukan perjalanan ditempat luaran."
"Terima kasih atas petunjuk dari nona" sahut Siauw Ling sambil mengangguk.
"Baik, kalau memang kau sudah memahami keadaan dari nona kami, tentunya kau tahu
bukan apa yang harus dikerjakan, semoga kau sukses selalu, budak serta nona kami
selalu mendoakan bagi keselamatan siangkong".!"
"Jadi enci Gak menyerahkan anak kunci istana terlarang itu kepadaku adalah suruh aku
memasuki istana terlarang"."
"Tidak salah, masuk kedalam istana terlarang bukan berarti pasti berhasil mempelajari
ilmu silat sakti yang dapat mengalahkan keluarga Giok Siauw Lang Koen, tetapi hanya
inilah satu-satunya kesempatan bagimu untuk mengalahkan keluarga dari Giok Siauw
Lang Koen." "Cayhe mengerti, tolong nona suka menyampaikan kepada enci Gak, katakanlah aku
Siauw Ling pasti akan berusaha dengan sekuat tenaga."
"Budak tidak berani menerima penghormatan dari siangkong"." buru-buru Soh Boen
berkelit kesamping. "Oooh yaaah, masih ada satu persoalan budak lupa untuk
memberitahukan kepada siangkong."
"Nona masih ada persoalan apalagi?"
"Ayah, ibumu serta kedua orang nona itu telah dibawa nona kami untuk berdiam
disuatu tempat yang terpencil serta aman letaknya, harap siangkong suka berlega hati."
Teringat akan kesehatan ayah ibunya yang terganggu akibat terseret oleh persoalannya
Siauw Ling merasa tidak tenteram katanya dengan nada sedih, "Dapatkah nona beritahu
kepadaku, sekarang kedua orang tuaku berdiam dimana?"
Soh Boen termenung sejenak, kemudian menjawab, "Tak dapat kuberitahukan
kepadamu, nona kami sudah mempunyai rencana yang masak, bila waktunya bagimu
untuk bertemu dengan mereka sudah tiba, pasti ada orang yang datang memapak dirimu.
Harap siangkong berlega hati."
"Baiklah, kalau memang begitu aku orang she Siauw mohon diri terlebih dahulu."
"Siangkong, kau harus ingat, kakek dari Giok Siauw Lang Koen bernama siraja seruling
Thio Hong." "Kenapa" apakah siraja seruling Thio Hong pun terkurung didalam istana terlarang?"
"Benar. Silahkan siangkong berlalu, budakpun harus segera melakukan perjalanan."
Sembari berkata ia berkelebat dan tinggalkan tempat itu.
Menanti bayangan punggung dari Soh Boen sudah lenyap dari pandangan, si anak
muda itu baru menghela napas panjang dan berlalu.
Soen Put shia yang selama ini menanti pada jarak beberapa tombak jauhnya dari
tempat pertemuan itu sudah tidak sabar menanti lagi, dengan susah payah ia berhasil
juga menunggu hingga Soh Boen berlalu dari situ, melihat Siauw Ling berjalan mendekat
ia segera maju menyongsong, serunya, "Saudara Siauw, apa saja yang diucapakan
dayang cilik itu?" "Ia telah memberikan banyak persoalan kepadaku, membuat dalam hati kecilku
bertambah dengan banyak tanggung jawab."
"Persoalan apa" bolehkah diberitahukan kepada aku sipengemis tua".?"
"Mengenai persoalan dengan enci Gak."
"Persoalan hati kaum gadis" Aaai". selamanya aku sipengemis tua paling tidak
memahami persoalan seperti itu, lebih baik tak usah runding dengan diriku."
Siauw Ling menghela napas panjang.
"Loocianpwee, apakah kau mengetahui akan siraja seruling Thio Hong".?"
"Haaah". haaah". tentu saja tahu, dia adalah salah seorang diantara sepuluh manusia
aneh yang terkurung didalam istana terlarang!"
"Bagaimana ilmu silat yang dimiliki siraja seruling Thio Hong".?"
"Ilmu silat yang dimiliki sepuluh orang manusia aneh yang terkurung didalam istana
terlarang mempunyai keistimewaan yang berbeda-beda, andaikata mereka bisa
menentukan siapa menang siapa kalah Ciauw Sioe Sin Kang siahli bangunan sakti Pouw It
Thian tidak akan mendirikan istana terlarang untuk mengurung kesepuluh orang jago lihay
itu." Seperti ada yang dipikirkan Siauw Ling termenung beberapa saat lamanya, kemudian
berkata, "Loocianpwee, seandainya untuk sementara waktu kita tinggalkan dahulu
persoalan mengenai Shen Bok Hong, apakah dunia persilatan bakal terjadi perubahan
besar?" "Sebenarnya Shen Bok Hong ada maksud menarik saudara Siauw untuk membantu
pihaknya, tapi apa yang diharapkan tidak terkabul sebaliknya malah menunjukkan
ambisinya untuk merajai dunia persilatan, aku rasa karena persoalan ini mungkin terpaksa
ia harus percepat gerakannya"." berbiara sampai disini mendadak ia merandek dan
seakan-akan sedang memikirkan sesuatu, kemudian sambungnya, "Tetapi kekuatannya
tidak berjalan lancar, setiap kali pihaknya mengalami kehancuran yang mana ada
hubungannya pula dengan dirimu, hal ini membuat dia beranggapan bahwa kau adalah
paku didalam matanya, dengan kelicikan serta kecerdikannya sebelum melakukan gerakan
ia pasti menyusun rencana terlebih dahulu. Menurut penglihatan aku sipengemis tua,
sebelum dia berhasil membinasakan dirimu, mungkin rencana besarnya tidak akan
dijalankan lebih dahulu."
"Kalau memang begitu, bagus sekali!"
"Apanya yang bagus?"
"Enci Gak pernah berkata, apabila aku ingin menangkan Shen Bok Hong dalam hal ilmu
silat maka aku harus melakukan perjalanan memasuki istana terlarang. Oleh sebab itu
cayhe telah mengambil keputusan untuk sementara meninggalkan dahulu urusan dunia
kangouw dan masuk kedalam istana terlarang terlebih dahulu."
"Tentang soal ini" aku sipengemis tua merasa sulit juga untuk mengutarakan
pendapatnya. Dewasa ini kalangan dunia persilatan telah memandang dirimu sebagai
panji pemberontakan untuk melawan kekuatan serta pengaruh Shen Bok Hong.
Seandainya dalam waktu singkat mendadak kau lenyap dari dunia kangouw dan tiada
kabar beritanya, mungkin kekuatan yang baru saja muncul untuk melawan Shen Bok Hong
bakal lenyap atau tidak sulit diduga mulai sekarang. Istana terlarang sebagai tempat yang
diidam-idamkan setiap umat Bulim tentu saja tepat sekali bila saudara Siauw bisa
mengunjunginya, cuma". yaaah masalahnya terlalu berat aku sipengemis tua tak berani
mengutarakan pendapat secara sembarangan" sementara pembicaraan berlangsung,
mereka sudah kembali kedalam bangunan rumah itu.
Ketika menyaksikan kembalinya kedua orang itu, Boe Wie Tootiang segera maju
menyongsong, tegurnya, "Siauw thayhiap, apakah kau telah berjumpa dengan nona Gak?"
"Tidak"." sahut Siauw Ling sambil gelengkan kepalanya.
"Nona Gak hanya meninggalkan seorang dayangnya saja" sambung Soen Put shia. "Ia
berhasil menaklukkan saudara Siauw kita untuk menerima anak kunci istana terlarang itu.
Bahkan suruh dirinya segera melakukan perjalanan menuju keistana terlarang tersebut."
"Aaaai". setiap umat Bulim pada mengetahui bahwa dikolong langit terdapat sebuah
istana yang disebut istana terlarang" kata Boe Wie Tootiang sambil menghela napas
panjang. "Tetapi merekapun hanya tahu bahwa istana terlarang berada ditengah gunung
Boe Gie san, namun gunung tersebut luasnya ribuan li, sebetulnya istana terlarang berada
didaerah mana tak seorangpun yang tahu."
"Tidak mengapa, didalam kotak kayu itu tertera pula peta yang menunjukkan letak
istana terlarang." "Persoalan yang aku sipengemis tua kuatirkan adalah lenyapnya Siauw Ling secara
mendadak dari dunia persilatan mungkin dapat meruntuhkan pula semangat para umat
Bulim yang baru saja tumbuh untuk bersama-sama melawan kekuasaan serta kebrutalan
Shen Bok Hong." Boe Wie Tootiang mengangguk.
"Tidak salah, setelah Shen Bok Hong berulang kali menderita kerugian besar, kejadian
itu mempengaruhi tumbuhnya semangat memberontak dikalangan umat Bulim. Apabila
Siauw thayhiap secara tiba-tiba melenyapkan diri, memang ada kemungkinan bisa
mendatangkan pengaruh yang besar bagi mereka. Untuk mengatasi masalah yang pelik ini
kita musti carikan satu akal yang bagus untuk mengatasinya."
"Siauw Ling toh cuma ada satu, setelah masuk kedalam istana terlarang masa dapat
muncul diri pula didalam dunia persilatan."
"Menghadapi musuh yang licik, kita musti gunakan akal yang cerdik dan licik pula."
"Perkataan toa suheng sedikitpun tidak salah" sambung Ceng Yap Ching dengan cepat.
"Didalam dunia persilatan dapat muncul seorang Lan Giok Tong yang menyaru sebagai
Siauw Ling, kenapa kita tak dapat menyaru pula sebagai Siauw Ling yang lain."
"Tidak salah" Soen Put shiapun ikut menimbrung. "Asal kita mencari seseorang untuk
menyaru sebagai Siauw Ling dan sering kali munculkan diri didalam dunia persilatan maka
untuk sementara waktu semangat juang untuk melawan pengaruh Shen Bok Hong yang
baru saja muncul bisa dipertahankan lebih jauh. Disamping itu dapat pula menghilangkan
rasa curiga dari gembong iblis she Shen itu, cara ini memang tepat dan sekali timpuk
dapat dua berhasil."
"Yaaah". akal itu memang bagus, tapi persoalan yang paling menyulitkan kita dewasa
ini adalah siapa yang mampu menyaru seperti Siauw Ling?"
Sementara semua orang sedang dibikin sulit oleh persoalan itu, Tu Kioe sambil
memayang Sang Pat telah berjalan masuk kedalam.
Siauw Ling menengok sekejap kearah saudaranya dan segera menegur, "Sang Heng,
apakah keadaanmu rada baikkan?"
"Anak panah pengejar nyawa berkepala ular itu meskipun mengandung racun yang
sangat keji, namun obat penawar racun itupun sangat mujarab, saat ini siauwte sudah
merasa rada baikan."
"Kalau begitu bagus sekali"." sinar matanya mendadak dialihkan kearah Ceng Yap
Ching dan sambungnya. "Saudara Ceng, bagaimana kalau kau saja yang menyamar
sebagai diri siauwte?"
"Aku sih bersedia saja, cuma takutnya kekuatanku tidak mengimbangi kenyataannya."
"Asalkan kau dilindungi oleh Soen Loocianpwee serta suhengmu, kemudian tak usah
secara langsung bentrok dengan Shen Bok Hong. Rasanya pelbagai kesulitan dapat
diatasi." JILID 32 "Kalau menurut pendapat pinto, rasanya Siauw thayhiap tak perlu mencari orang untuk
menyaru sebagai dirimu"."
"Kenapa begitu?" tanya Soen Put shia.


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kedengarannya memang tak masuk diakal, tetapi didalam kenyataan bukankah suatu
persoalan yang menyulitkan, asalkan rencana kita susun dengan seksama dan
bergelimpangan selama beberapa bulan, rasanya persoalan bisa teratasi dengan
sendirinya!" "Coba kau terangkan lebih terperinci!"
Boe Wie Tootiang melirik sekejap kearah Siauw Ling, lalu menjawab, "Pinto
berpendapat demikian karena didasari oleh dua alasan"."
Ia merandek sejenak, setelah menyapu sekeliling tempat itu lanjutnya, "Setiap kali
Siauw thayhiap menjumpai kesulitan ataupun mara bahaya, dia seorang diri dapat
mengatasinya dan kita tak seorangpun yang sanggup membantu dia segala persoalan
berhasil diatasi berkat kecerdasan serta ilmu silatnya."
"Ehmmm!" Soen Put shia mengangguk tanda membenarkan.
"Seandaikan kita mencari seseorang untuk menyaru sebagai Siauw Ling, maka mau tak
mau kita musti melindungi keselamatannya, bukankah tindakan ini berarti mengalihkan
posisi kita yang diam menjadi bergerak?"
"Memang masuk diakal alasan itu."
"Kalau kita mencari seseorang untuk menyaru sebagai Siauw Ling, maka segala
sesuatunya harus dilakukan dengan tindakan sembunyi-sembunyi, bukankah hal ini justru
malah melelahkan kita sendiri. Disamping itu kitapun tak akan mampu untuk menemukan
seseorang yang betul-betul cocok untuk menyaru seperti Siauw Ling."
"Seandainya Siauw Ling yang kita lindungi hanyalah sesuatu yang kosong belaka, lalu
bagaimana caranya bagi kita untuk melindungi sesuatu yang kosong itu?"
"Urusan itu gampang sekali, pinto ambilkan satu contoh yang jelas, seandainya saja
kita lindungi sebuah tandu kecil dan didalam tandu itu duduklah seorang yang menyaru
sebagai Siauw Ling, bilamana ada orang bermaksud melakukan pembunuhan dan
melepaskan senjata rahasia yang paling beracun kearah tandu itu semua. Andaikata orang
yang duduk didalam tandu benar-benar adalah seorang yang menyaru sebagai Siauw
Ling, bagaimana caranya kita untuk menyelamatkan dia" bukankah perbuatan itu justru
sebaliknya malah mencelakai dirinya?"
Berbicara sampai disini Boe Wie Tootiang segera alihkan sinar matanya kearah Siauw
Ling dan bertanya, "Siauw thayhiap, kau bermaksud kapan hendak berangkat?"
"Apakah Siauw thayhiap ada maksud membawa pembantu untuk melakukan perjalanan
bersama?" "Cayhe ingin membawa serta dua orang untuk berangkat bersama!"
"Apakah kau hendak membawa berdua?" sambil bertanya toosu tua dari partai Bu tong
ini alihkan pandangannya kearah Tiong Chiu Siang ku.
"Sedikitpun tidak salah!"
Boe Wie Tootiang termenung beberapa saat lamanya, kemudian baru berkata, "Kalau
memang begitu terpaksa kita harus menggunakan cara ini saja".!"
"Tootiang apa akalmu itu?" tanya Sang Pat.
Dengan pandangan tajam Boe Wie Tootiang memperhatikan watak Tu Kioe, kemudian
berkata, "Asal kita bisa menyaru sebagai Tu Kioe rasanya sudah lebih dari cukup, untung
Tu heng selalu memakai topinya rendah-rendah hingga orang lain sulit untuk melihat
wajah aslinya, asal orang itu bisa menirukan tingkah laku serta nada ucapan dari Tu
thayhiap itu sudah lebih dari cukup!"
Situkang ramal dari Tang kay Suma kan mendadak menimbrung dari samping,
"Tootiang, kalau cayhe menyaru sebagai Tu Kioe entah mirip atau tidak?"
"Itu lebih bagus lagi! kalau memang kau rela itu namanya pucuk dicinta ulam tiba."
"Dengan kecerdasan tootiang keberanian Soen Loocianpwee ditambah pula bantuan
dari Suma heng serta Ceng heng pastilah Shen Bok Hong berhasil dibuat pusing kepala
dan tak bisa menduga apa yang telah terjadi" ujar Siauw Ling.
"Peristiwa ini merupakan kejadian yang boleh buat, pinto sekalian hanya berharap
Siauw thayhiap bisa cepat-cepat masuk kedalam istana terlarang dan serta segera muncul
kembali didalam dunia persilatan."
Siauw Ling alihkan sinar matanya kearah Sang Pat, lalu bertanya, "Apakah kau bisa
melanjutkan perjalanan kembali?"
"Kekuatan tubuhku sebagian besar telah pulih kembali seperti sedia kala, harap toako
tak usah kuatir." "Kalau begitu cayhe segera akan mohon diri!" ujar Siauw Ling sambil menjura kepada
para jago sekalian. "Untuk memasuki istana terlarang kau pasti akan menjumpai banyak mara bahaya,
harap saudara Siauw suka berhati-hati" pesan Soen Put shia.
"Cayhe pasti akan berusaha keras untuk memenuhi harapan kalian semua, terima kasih
buat perhatian dari loocianpwee!"
Habis berkata bersama-sama sepasang pedagang dari Tiong Chiu ia segera berangkat.
Memandang bayangan punggung Siauw Ling sekalian yang menjauh, Soen Put shia
menghela napas dan berkata, "Tootiang, meskipun ilmu silat yang dimiliki Siauw Ling
amat lihay tapi sekarang ia telah menjadi pusat perhatian banyak orang. Shen Bok Hong
dengan pelbagai akal muslihat akan berusaha untuk mencelakai dirinya, kekejian hatinya
ini bagaimanapun juga harus diperhatikan dan dijaga, bagaimana seandainya aku
sipengemis tua secara diam-diam menghantar mereka bertiga?"
Boe Wie Tootiang termenung berpikir sejenak, kemudian menyahut, "Sang Pat adalah
seorang jago kawakan yang punya akal pintar dan pengalaman luas kalau dugaan pinto
tidak salah maka perjalanan mereka pasti akan dilakukan dengan jalan menyamar,
seandainya kita secara diam-diam menghantar serta melindungi mereka, bukankah hal ini
justru malah memancing perhatian orang lalu untuk memperhatikan gerak gerik kita"." ia
merandek sejenak, lalu tambahnya, "Mungkin saja Gak Siauw Cha bisa melindungi serta
membantu mereka secara diam-diam."
"Ehm, pendapat tootiang memang benar" Soen Put shia mengangguk. "Lalu apa yang
akan kita lakukan sekarang?"
"Untuk sementara waktu kita tetap berdiam disini saja, sementara jejak kita semakin
dirahasiakan, setelah berjumpa dengan empat pujangga besar dunia persilatan, kita baru
membicarakan langkah-langkah selanjutnya."
"Tidak salah, andaikata tootiang tidak mengungkapkan kembali, hampir saja aku
sipengemis tua telah melupakan janji kita dengan keempat orang pujangga besar dari
dunia persilatan itu."
"Aaaai"." Boe Wie Tootiang menghela napas panjang. "Pertemuan dikuil keluarga Loo
mungkin harus disertai dnegan perang mulut terlebih dahulu, moga-moga saja kita
berhasil menaklukkan keempat orang pujangga besar tersebut."
Dalam pada itu Siauw Ling dengan membawa Tiong Chiu Siang Ku dalam sekejap mata
telah melakukan perjalanan sejauh puluhan li, tiba-tiba Sang Pat berhenti sambil berkata,
"Toako, bagaimana kalau kita beristirahat lebih dulu?"
Siauw Ling mendongak dan memandang kedepan, sewaktu menjumpai sebuah hutan
lebat disebelah kiri, ia segera melangkah kedalam hutan itu seraya menyahut, "Kenapa"
apakah kau tak sanggup melanjutkan perjalanan?"
"Perjalanan menuju kegunung Boe Gie san kali ini jaraknya hampir mencapai ribuan li,
sedikit banyak perjalanan kita ini bakal diawasi dan diketahui oleh mata-mata Shen Bok
Hong. Andaikata kita bisa melanjutkan perjalanan dengan jalan menyaru, mungkin dapat
mengurangi pelbagai macam kesulitan yang tidak diinginkan."
"Ucapanmu memang benar, dalam melakukan perjalanan kita kali ini memang alangkah
baiknya kalau dilewatkan dengan tenang tanpa gelombang. Kesulitan-kesulitan yang tidak
perlu lebih baik bisa disingkirkan."
Sang Pat termenung dan berpikir sejenak, kemudian baru berkata, "Toako lebih baik
kau memakai kumis palsu saja dan menyaru sebagai seorang pemilik rumah penginapan,
siauwte akan menyaru sebagai situkang keledai sedang Tu heng lebih tepat menyaru
sebagai silelaki pemikul barang"."
Tiba-tiba terdengar Tu Kioe menghela napas panjang.
"Aaai".! kita telah melupakan satu persoalan!"
"Persoalan apa?"
"Kedua ekor anjing raksasa tersebut tidak sempat kita bawa serta!"
Setelah puluhan tahun kedua ekor anjing itu mengikuti diri Tiong Chiu Siang Ku, bukan
saja timbul kecerdikan pada otak binatang-binatang itu, bahkan tanpa didasari telah
terjalin hubungan yang erat antara manusia dengan anjing tersebut.
***** "Boe Wie Tootiang berotak tajam dan cermat, aku rasa ia pasti bisa mengatur kedua
ekor anjing kita sebaik-baiknya" hibur Sang Pat.
"Yaah". semoga saja apa yang jie ko duga tidak bakal salah."
Ketiga orang itu segera turun tangan menyaru diri sendiri, setelah wajah asli mereka
terhapus sama sekali maka perjalanan menuju kegunung Boe Gie san pun segera
dilanjutkan. Sepanjang perjalanan Siauw Ling terus menerus menguatirkan perjanjian Gak Siauw
Cha dengan Giok Siauw Lang Koen tiga bulan mendatang, meskipun ia sadar bahwa batas
waktu tiga bulan sulit baginya untuk keluar dari istana terlarang dan berangkat kegunung
Heng san, tapi dalam hatinya persoalan tersebut tiada hentinya berkecamuk terus, ia
berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengejar waktu.
Suatu tengah hari, sampailah mereka dibawah kaki gunung Boe Gisa san.
Bukit yang memanjang hingga mencapai ribuan li terpentang dihadapan mereka,
beberapa buak bukit tinggi menjulang ketengah awan. Setelah mempersiapkan rangsung
berangkatlah ketiga orang itu memasuki daerah pedalaman.
Setelah melewati beberapa buah bukit, haripun telah menjadi gelap.
Sang Pat segera mencari sesuatu lembah yang terhindar dari hembusan angin untuk
beristirahat, katanya, "Toako, kita harus memeriksa dahulu peta yang tercantum didalam
kotak tersebut, sebab menurut apa yang siauwte degar, meskipun istana terlarang berada
digunung Boe Gie san, tetapi tidak ada disekeliling puncak utama!"
Kiranya sepanjang perjalanan, demi keamanan dan keselamatan ketiga orang itu tak
pernah membuka kotak kayu tersebut untuk diperiksa isinya.
Setelah Sang Pat mengusulkan, maka Siauw Lingpun mengambil keluar kotak kayu itu
dari dalam sakunya. Setelah kotak dibuka tampaklah sebuah anak kunci tersebut dari
emas dan panjangnya mencapai tiga coen terletak didalam kotak kayu itu.
Dibawah tindihan anak kunci emas terselip selembar kain putih yang ditaruh dengan
rapinya. Siauw Ling segera mengambil keluar kunci emas tersebut dan mengambil kain putih
tadi, setelah dibentang terlihatlah diatas kain tadi terlukis seekor elang terbang sedang
mementang sayap dan paruhnya yang kuat, lukisan itu nampak hidup dan hebat.
Dibawah burung elang terlukis seekor ular raksasa sedang mendongakkan kepalanya,
lidah yang berwarna merah menjulur keluar hingga mencapai setengah depa panjangnya.
Walaupun lukisan burung elang bertarung melawan ular itu amat hidup dan indah
sekali, namun sama sekali tiada sangkut pautnya dengan istana terlarang. kontan Siauw
Ling mengerutkan dahinya, ia berpaling dan tampaklah Sang Pat serta Tu Kioe sedang
memandang lukisan itu dengan mata terbelalak dan mulut melongo.
Lama sekali akhirnya terdengar Tu Kioe mendehem dan berkata, "Mungkin saja anak
kunci ini adalah kunci yang palsu!"
"Tidak mungkin" bantah Siauw Ling. "Enci Gak telah memeriksannya dengan seksama,
masa ia berikan kunci yang palsu kepadaku" hal ini harus disalahkan pada kita-kita yang
kurang pengetahuan sehingga tak sanggup memecahkan teka teki diatas lukisan itu."
Sedari dulu dalam hati kecilnya telah timbul rasa kagum dan menghormat yang tak
terkirakan terhadap Gak Siauw Cha, maka ia tak ingin mendengar ada orang
mengucapkan kata-kata yang menyinggung perasaan dirinya.
Sang Pat segera mendehem dan menyambung, "Perkataan toako memang benar,
lukisan ini mengandung arti yang sangat mendalam lebih baik kita pecahkan perlahanlahan
saja." "Anak kunci istana terlarang merupakan benda yang menyangkut mati hidup segenap
umat Bulim dikolong langit" bisik Siauw Ling sambil pejamkan matanya rapat-rapat.
"Sudah tentu lukisan ini tidak gampang untuk dipecahkan artinya."
Sang Pat melirik sekejap kearah Tu Kioe kemudian bisiknya, "Kain putih itu sudah
berubah warna jadi kuning, sudah pasti merupakan barang peninggalan jaman dulu,
sayang kecerdasan kita terbatas tak sanggup memecahkan rahasia dibalik teka teki itu."
"Jie ko toh merupakan seorang ahli didalam menilai intan permata serta mutiara
dikolong langit sukar untuk dicarikan tandingannya"."
"Tapi sayang aku tak becus didalam menilai gambar lukisan" sambung Sang Pat sambil
tertawa. Mendadak Siauw Ling membuka matanya dan berseru, "Aaaah benar, lukisan ini
pastilah menandakan sebuah bentuk gunung disekitar tempat ini, asalkan kita cocokan
setiap bukit yang kita jumpai dengan lukisan ini, maka rasanya istana terlarang dapat kita
temukan!" "Tidak salah, dugaan toako memang sangat beralasan, mari kita perhatikan setiap
bentuk bukit ditempat ini dengan lebih teliti."
"Kecuali pendapat tadi, aku benar-benar tak bisa menemukan pendapat lain yang
membuktikan sangkut pautnya gambar tersebut dengan istana terlarang."
"Kalau tiada sangkut pautnya dengan istana terlarang, bukankah itu berati kalau kain
serta gambar itu adalah barang palsu?" pikir Tu Kioe didalam hati.
Walaupun ia mempunyai pandangan demikian, tapi berhubung ucapannya tadi telah
menggusarkan Siauw Ling, maka walaupun sekarang ia berpendapat demikian tetapi
ucapan itu tak berani diuatarakan keluar.
"Toako, siauwte ada beberapa patah kata yang rasanya tidak pantas untuk diutarakan
keluar, seandainya telah aku ucapkan nanti harap toako jangan salahkan atau marah"
kata Sang Pat. "Baik, katakanlah."
"Gunung Boe Gie san panjangnya mencapai ribuan li, sekalipun betul disini terdapat
sebuah tempat yang sesuai dan cocok dengan lukisan itu, tapi kita toh tak bisa
menjelajahi seluruh gunung Boe Gie san secara rata tanpa ada yang kelewatan!"
Siauw Ling tertegun pikirnya, "Perkataan ini sedikitpun tidak salah, sekalipun diatas
gunung Boe Gie san betul-betul terdapat tempat seperti ini, memang tak mungkin bagi
kami untuk menjelajahi semua."
"Siauwte mempunyai satu usul, walaupun bukan termasuk usul yang bagus tapi
rasanya kauj lebih baik daripada mencari jarum ditengah samudra seperti apa yang akan
kita lakukan." "Apakah pendapatmu itu?"
"Kita cari saja tukang penebang kayu atau pemburu dan tanyakan apakah disekitar
tempat ini terdapat gunung dengan bentuk seperti itu, mungkin kita berhasil mendapatkan
sedikit keterangan!"
Siauw Ling berpikir sebentar lalu mengangguk.
"Kalau memang kau tidak memperoleh cara yang lain, terpaksa kita harus berbuat
begitu." "Toako beristirahatlah sebentar disini, siauwte akan pergi kesekitar tempat ini untuk
mencari keterangan dari beberapa orang penebang kayu serta pemburu."
"Baiklah, cepatlah pergi dan cepatlah kembali, jangan buat aku jadi kuatir dan gelisah."
"Paling lama satu jam siauwte pasti sudah kembali lagi kesini" habis berkata ia segera
berangkat, dalam sekejap mata bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan.
Tu Kioe bangkit berdiri, diam-diam ia meloncat naik keatas sebuah tonjolan batu karang
lebih tiga tombak dari tempat semula, setelah melakukan penelitian yang tajam
disekeliling tempat itu, diam-diam ia loncat turun kembali dan berjaga-jaga disuatu sudut
jalan yang strategis letaknya.
Kiranya sebagai seorang jago yang andal banyak menelan asam garam, ia takut ada
orang secara diam-diam menguntit datang, karena itu sikapnya jauh lebih berhati-hati.
Dengan termangu-mangu Siauw Ling memperhatikan elang terbang itu, sedang
didalam hati pikirnya, "Andaikata enci Gak tidak berhasil membuktikan bahwa kunci emas
ini benar-benar dapat digunakan untuk membuka pintu istana terlarang, tidak nanti ia
serahkan kunci emas ini kepadaku. Ia percaya dengan kecerdikanku masih sanggup untuk
memecahkan rahasia lukisan ini, bila aku sampai tak sanggup, bukan saja istana terlarang
tak bisa dimasuki, bahkan enci Gak pun tak akan tertolong."
Saking murung dan kesalnya, ia ambil peta tadi kemudian dibanting keatas tanah.
Tampaklah cakar burung elang yang terlukis kebawah itu mendadak bergeser dari
tempatnya semula. Satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak Siauw Ling, dia ambil kembali
lukisan tadi kemudian mendorong cakar elang tadi kekiri.
Dengan digesernya lukisan tadi maka suatu kejadian anehpun segera muncul didepan
mata, cakar elang tadi segera bergeser lebih jauh dari tempat semula.
Dibawah lukisan cakar burung elang tadi segera muncul pula selapis kain putih yang
dapat digeser-geserkan. Tampaklah dibawah kain putih pada lapisan kedua tertuliskan beberapa huruf kecil,
"Puncak Eng yang Hong, selat Boan Coa kok."
Penemuan secara mendadak ini seketika membuat Siauw Ling jadi terkejut bercampur
girang, sambil mencekal lukisan tersebut teriaknya keras-keras, "Aku berhasil
menemukannya". aku berhasil menemukannya"."
Tu Kioe yang sedang berjaga-jaga dimulut selat jadi amat terperanjat sewaktu
menjumpai Siauw Ling berteriak-teriak seperti orang gila, dengan cepat ia memburu
kedepan sambil serunya, "Toako, kenapa kau?"
"Aku telah menemukan letak dari istana terlarang itu" sahut Siauw Ling dengan hati
girang. "Dimana?" "Ini dibalik lukisan tersebut pada lapisan yang kedua."
Tu Kioe segera memburu kedepan dan memeriksa dengan seksama, tampaklah lukisan
tersebut masih tetap seperti sedia kala, sedikitpun tidak menunjukkan perubahan apapun
juga, segera katanya, "Toako, kenapa siauwte sama sekali tidak ada sesuatu tanda
apapun juga?" "Oooow".! diatas lukisan burung elang ini masih ada alat rahasianya".!" sahut Siauw
Ling sambil tersenyum, ia segera menggeserkan lukisan cakar burung elang itu.
"Puncak Eng Yang Hong selat Boan coa kok!" gumam Tu Kioe lirih.
"Tidak salah, asalkan kita cari letak puncak Eng Yang Hong selat Boen Coa Kok


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bukankah berarti istana terlarang segera akan ditemukan?"
"Toako, kecerdikanmu benar-benar melebihi orang lain ternyata didalam waktu singkat
kau telah berhasil menemukan rahsia dari lukisan tersebut".!"
"Aaai, penemuan itu hanya bersifat secara tidak sengaja belaka, seandainya aku tidak
membanting peta lukisan ini keatas tanah sehingga kertas diatas lukisan cakar burung
elang itu bergeser dari tempatnya semula, tak nanti tadi berhasil kutemukan!"
"Itulah namanya Thian telah membantu diri toako untuk memasuki istana terlarang."
"Tetapi puncak Eng Yang Hong itu terletak dimana?" bisik Siauw Ling kemudian dengan
alis berkerut. "Itu persoalan yang sangat gampang, asalkan tempatnya sudah diketahui tidak sulit
bagi kita untuk mencari keterangan dari penduduk disekitar tempat ini."
Sementara mereka masih bercakap-cakap, tampaklah Sang Pat sambil menggendong
seorang kakek tua dengan langkah yang cepat sedang berlari mendatang.
Gerakan tubuhnya sangat cepat, dalam waktu singkat si sie poa emas itu sudah berada
dihadapan Siauw Ling. Kiranya Sang Pat telah menjumpai seorang pencari kayu yang telah lanjut usia,
berhubung ia merasa langkah kakek itu terlalu lambat maka terpaksa dibopongnya orang
tadi agar perjalanan bisa dilakukan dengan lebih cepat lagi.
Setelah menurunkan sipenebang kayu tua itu keatas tanah, Sang Pat berkata, "Orang
tua ini sudah puluhan tahun lamanya berdiam digunung Boe Gie terhadap bentuk serta
keadaan bukit disekitar tempat ini boleh dibilang hapal sekali, sengaja siauwte bawa dia
datang kemari, agar bisa memeriksa lukisan tadi."
Siauw Ling melirik sekejap kearah kakek tua itu, tampaklah rambut serta jenggotnya
berwarna putih mulus, wajahnya penuh berkerut dan usianya diantara tujuh puluh tahun
keatas, segera ia menegur, "Empek tua, apakah kau sudah lama berdiam digunung Boe
Gie san ini".?"
Kakek tua itu mengangguk.
"Loolap sudah berada digunung Boe Gie san ini semenjak kecil, kalau dihitung-hitung
aku sudah tujuh puluh tahun lebih berdiam disini."
"Kalau begitu empek tua boleh dibilang sangat hapal sekali dengan daerah disekitar
gunung Boe Gie san ini?"
"Seratus li disekitar tempat ini jangan dibilang bentuk bukitnya bahkan setiap pohon
dan rumput yang tumbuh disinipun loohu sangat hapal."
"Kalau begitu tolong tanya dimanakah letaknya puncak Eng Yang Hong".?"
"Puncak Eng Yang Hong". puncak Eng Yang Hong"." gumam tukang kayu itu berulang
kali, setengah harian lamanya ia mengulangi perkataan tersebut namun tidak terjawab
juga. "Dan selat Boan Coa Kok?" sambung Tu Kioe ketus.
Sekali lagi sipenebang kayu tua itu mengulangi perkataan tersebut beberapa kali,
mendadak ia mendongak dan menjawab, "Loohu hanya tahu sebuah tempat yang
bernama Bau Coa Kok selat selaksa ular, dan belum pernah mendengar disebutnya Boan
Coa Kok!" "Bau Coa Kok?" "Tidak salah, selat itu amat dalam dan luas, ditengah selat hidup pelbagai macam
ragam ular beracun, setelah memasuki selat itu akan terlihat berpuluh-puluh laksa ekor
ular bergerak silih berganti hingga sulit bagi seseorang untuk berdiri disitu. Kendati
seorang pawang ular yang bagaimana lihaypun tak akan berani memasuki selat selaksa
ular tersebut." "Dibawah cakar burung elang itu terang-terangan ditulis selat Boan Coa Kok. Tentunya
bukan Bau Coa Kok yang dimaksudkan" pikir Siauw Ling didalam hati.
"Loo tiang" terdengar Tu Kioe telah berkata dengan nada dingin. "Yang kami tanyakan
bukan Bau Coa Kok tapi Boan Coa Kok!"
Suaranya yang dingin dan mempunyai ciri khas tertentu seketika membuat penebang
kayu itu berdiri tertegun, setelah berpaling memandang sekejap kearah Tu Kioe ia segera
menggeleng. "Tidak tahu, loohu yang dibesarkan ditempat ini belum pernah mendengar ada tempat
yang disebut Boan Coa Kok!"
"Puncak Eng Yang Hong selat Boan Coa Kok semestinya merupakan satu tempat yang
sama, kalau kakek tua ini tidak tahu dimana letaknya puncak Eng Yang Hong, tentu saja
tak akan tahu dimanakah selat Boan Coa Kok tersebut!"
"Tempat yang tidak diketahui loohu, mungkin jarang ada orang yang tahu!"
Sementara Siauw Ling hendak suruh Sang Pat untuk mengusir kakek tua itu, mendadak
terdengar sipenebang kayu itu berseru keras, "Kau maksudkan puncak apa?"
"Puncak Eng Yang Hong". Eng dari burung Hoei Eng burung elang terbang"."
"Suaranya sih sama tapi tulisannya nggak tepat, kembali loohu salah mendengar!"
Rasa girang yang baru muncul dalam hati Siauw Ling seketika padam kembali bagaikan
diguyur dengan sebaskom air dingin, tanyanya, "Puncak apa yang kau maksudkan?"
"In Wan Hong, pundak tersebut dinamakan demikian sebab ada sepasang muda mudi
yang saling bercintaan tapi tidak disetujui oleh orang tua kedua belah pihak, dengan
paksa mereka dipisahkan. Tetapi cinta kasih kedua orang itu sudah demikian kokoh dan
bersatu, hingga matipun mereka tak mau berpisah. Akhirnya mereka bersepakat untuk
melarikan diri, siapa tahu rahasia ini diketahui oleh keluarga mereka dan pengejaran
segera dilancarkan, dimana akhirnya kedua orang itu melarikan diri keatas puncak itu."
"Kalau memang sepasang muda mudi itu telah saling jatuh cinta, kenapa orang tua
kedua belah pihak sama-sama mau menghalangi dari tengah?"
"Marga kedua orang muda mudi itu sedari dulu telah saling bermusuhan dan
permusuhan itu turun temurun hingga waktu itu bahkan kian lama kian bertambah tengah
permusuhan dalam suatu pertempuran yang kemudian meletus banyak korban yang
berjatuhan, karena itu para anggota dari masing-masing bersumpah tak akan saling
berhubungan. Tak tahunya sepasang muda mudi yang saling jatuh cinta itu justru adalah
putra putri masing-masing kepala marga, tentu saja orang tua mereka tidak menyetujui
akan hubungan tersebut."
Mendengar sampai disini Siauw Ling segera menghela napas panjang, katanya,
"Bagaimana kemudian" kenapa kepuncak itu dapat berubah jadi puncak In Wang Hong?"
"Dibawah pengejaran masing-masing anggota marga, kedua orang muda mudi itu
terjepit diatas puncak dan tak bisa meloloskan diri lagi, dalam keadaan terpaksa
merekapun meloncat kedalam jurang untuk bunuh diri, meloncat kedalam jurang yang
menganga sedalam ribuan tombak itu, sudah tentu mereka berdua tak dapat meloloskan
diri lagi. Masing-masing anggota marga yang menyaksikan kejadian ini pada terharu
dibuatnya, dengan jalan memutar mereka turun kedasar jurang untuk menemukan
jenasah kedua orang itu, siapa tahu sudah setengah harian lamanya mereka mencari,
bukan saja jenasahnya tidak ketemu bahkan sedikitpun tidak ada jejak yang menunjukkan
hal tersebut, akhirnya orang-orang kedua marga itu jadi terharu dan menghapuskan
dendam sakit hati mereka yang turun temurun, diatas puncak tadi didirikannya sebuah
kuil yang bernama In Wang Bio. Sejak nama itu tersiar diluaran banyak orang yang
datang berkunjung kedalam kuil itu untuk pasang hio, setiap muda mudi yang
menginginkan pasangan mereka pasti datang kesitu untuk bersembahyang, konon sangat
manjur sekali. Oleh karena itulah puncak itu mengikuti keadaannya berubah jadi puncak
In Wang Hong!" "Lootiang!" tiba-tiba Tu Kioe menukas dengan suara dingin. "Yang kami tanyakan
adalah puncak Eng Yang Hong selat Boan Coa Kok, kami sama sekali tidak berniat untuk
mendengarkan obrolan Lootiang mengenai asal mula puncak digunung Boe Gie san ini!"
Sekalipun ia berusaha agar suaranya kedengaran datar dan biasa, tapi nada dingin
serta ketus yang merupakan ciri khasnya sulit untuk dilenyapkan, membuat orang merasa
bergidik dan seram. Buru-buru kakek tua itu menjawab, "Bukannya loohu sengaja banyak bicara, tetapi
setelah cuwi sekalian menanyakan, dengan sendirinya loohu terpaksa harus menjawab!"
"Puncak Eng Yang Hong, puncak In Wang Hong selat Bau Coa Kok dan selat Boan Coa
Kok meskipun suaranya sama tapi tulisannya berbeda, sudah jelas apa yang dikatakan
sikakek tua ini bukanlah tempat yang dimaksudkan tulisan dibalik lukisan tersebut" pikir
Siauw Ling didalam hati. Rupanya Sang Pat dapat menebak isi hati si anak muda itu, tidak menunggu sampai
Siauw Ling buka suara dia telah menyambung, "Gunung Boe Gie san panjang dan luasnya
mencapai ribuan li, sekalipun lootiang ini sudah puluhan tahun lamanya berdiam disini,
belum tentu ia hapal sama sekali setiap sudut tempat disini, biarlah siauwte menghantar
dirinya pulang lebih dulu!"
Setelah membopong kakek tadi ia segera berlalu.
Sepeninggalnya kakek tadi, Siauw Ling melirik sekejap kearah Tu Kioe dan berkata,
"Dibalik lukisan tersebut sudah tertera jelas tulisan itu, tentu saja tidak akan salah lagi."
"Yang sangat kebetulan adalah terdapatnya persamaan antara puncak Eng Yang Hong
serta In Wang Hong serta selat Boan Coa Kok dengan Bau Coa Kok, nada suaranya sama
satu sama lainnya, andaikata didalam peta lukisan itu bukan tertulis jelas, kedengarannya
memang sama dan sulit untuk dibedakan."
"Aaaai". kalau begini, rasanya usaha kita untuk mencari letak puncak Eng Yang Hong
bukanlah suatu pekerjaan yang gampang."
"Toako tak usah gelisah. Asal kita mencari dengan teliti suatu ketika tempat itu pasti
berhasil ditemukan. Kalau kita tinjau lukisan peta serta makna dari namanya, aku rasa
puncak Eng Yang Hong pastilah suatu bentuk bukit yang besar dan megah, asal orang
yang pernah melihatnya sekejap pasti tak akan melupakannya. Asal kita perhatikan dan
selidiki sepanjang jalan akhirnya tempat itu tentu bisa kita jumpai!"
Sementara pembicaraan masih berlangsung Sang Pat dengan langkah terburu-buru
telah balik kembali, ia melirik sekejap kearah Siauw Ling, bibirnya seperti bergerak mau
mengucapkan sesuatu tapi akhirnya dibatalkan.
Siauw Ling tahu dalam hatinya ingin sekali menanyakan persoalan yang dirasakan
masih meragukan, maka sebelum saudara angkatnya buka suara ia telah menceritakan
lebih dahulu kisah penemuannya atas rahasia lukisan peta itu.
"Toako!" Sang Pat pun berkata selesai mendengarkan kisah tersebut. "Aku mempunyai
beberapa patah kata yang rasanya tak enak kalau tidak diutarakan keluar. Entah bolehkah
aku untuk mengatakannya?"
"Antara kau dan aku adalah saudara sehidup semati, tentu saja setiap perkataan yang
ingin diutarakan boleh dikatakan keluar, kau ada urusan apa" katakanlah?"
"Bulim, cianpwee yang meninggalkan anak kunci istana terlarang itu pastilah seorang
manusia yang cerdik dan lihay aksinya, puluhan tahun lamanya entah sudah ada berapa
banyak jago lihay yang ngotot hendak menemukan anak kunci istana terlarangpun tidak
memperoleh hasil, sungguh tak nyana untuk memecahkan lukisan peta inipun harus
mencurahkan banyak pikiran dan tenaga."
"Ehmm, ucapanmu sedikitpun tidak salah."
"Seandainya anak kunci istana terlarang yang diserahkan nona Gak kepada toako
adalah barang yang asli dan bukan yang palsu, aku pikir dibalik persoalan ini pastilah
mengandung maksud yang sangat mendalam."
"Kenapa?" "Orang yang meninggalkan anak kunci istana terlarang itu bukan saja mau
menerangkan secara blak-blakan dan terus terang letak istana terlarang tersebut, bahkan
melukiskan pula selembar peta sebagai petunjuk, apakah kita tak boleh menaruh curiga
bahwa orang itu mempunyai maksud-maksud tertentu?"
Siauw Ling mengangguk membenarkan.
"Ehmm, memang masuk diakal, tetapi apa pula tujuannya"." ia berkata.
"Rupanya orang itu ada maksud untuk menguji kecerdikan orang yang berhasil
memperoleh anak kunci istana terlarang itu seandainya kecerdikan orang tadi kurang
maka walaupun anak kuncinya berhasil ditemukan tetapi sama saja tak dapat memasuki
istana terlarang." "Sedikitpun tidak salah!"
"Kecerdikan toako sebenarnya jauh lebih hebat dari siapapun juga, tapi pada saat ini
siauwte lihat bahwasanya mempunyai persoalan hati yang amat merisaukan hatimu,
bahkan hati toako selalu diliputi kegelisahan serta rasa cemas, ingin sekali kau cepat-cepat
memasuki istana terlarang tersebut."
"Emangnya aku sangat menguatirkan keselamatan enci Gak ku" pikir pemuda she
Siauw itu dalam hati. "Aku memang merasa cemas andaikata tak bisa memenuhi"."
Terdengar Sang Pat berkata lebih lanjut, "Seseorang apabila terlalu banyak kehilangan
perhatian serta ketegangannya, maka itu berarti ada separuh kecerdikannya sudah
terhapus, apalagi setelah sifat serakahnya muncul, boleh dibilang seluruh akal serta
kecerdikannya bakal terhapus sama sekali. Toako sendiri apabila pada saat ini sanggup
mengembalikan sedikit perhatian serta ketenanganmu dengan kecerdasan yang dimiliki
toako masih bukan merupakan masalah yang sulit untuk memasuki pintu istana
terlarang." Mendengar sampai disini Siauw Ling segera bangkit berdiri dan menjura kearah saudara
angkatnya dengan wajah serius.
Terima kasih atas petunjuk serta nasehat saudara yang sangat berharga ini."
Buru-buru Sang Pat jatuhkan diri berlutut keatas tanah.
"Pendapat siauwte yang teramat bodoh masih mengharapkan banyak petunjuk dari
toako." "Aku orang she Siauw mempunyai kebajikan serta kehebatan apakah sehingga
memperoleh cinta kasih yang demikian mendalam dari saudara berdua?"
Sang Pat bangkit berdiri dan menghela napas panjang.
"Sepasang pedagang dari tiong chiu pada masa yang lain hanya tahu mengumbar sifat
serakah untuk mengumpulkan intan permata serta benda-benda berharga lainnya yang
tak ternilai harganya. Kalau digunakan untuk berfoya-foya belum tentu habis seperseratus
didalam seratus tahun, tapi kami masih juga serakah, seolah-olah sebelum semua harta
kekayaan yang ada didalam dunia berhasil kami dapatkan hati belum merasa puas. Tetapi
sejak berkenalan dengan diri toako, mendadak tersadarlah kami akan kesalahankesalahan
yang telah dilakukan pada masa silam sekalipun harta kekayaan yang ada
dikolong langit berhasil kami berdua dapatkan semua lalu apa gunanya" seratus tahun
mendatang kamipun akan berubah jadi segumpal tanah yang terpendam diperut bumi,
harta sebanyak itu tak nanti akan dibawa mati."
"Kalau didengar dari ucapannya barusan, kekayaan yang berhasil dikumpulkan kedua
orang ini pastilah tak ternilai harganya" pikir Siauw Ling didalam hati, segera tegurnya,
"Saudaraku, sebetulnya sampai sebebrapa banyak sih harta kekayaan yang berhasil kalian
kumpulkan?" Sang Pat tersenyum. "Kekayaanku bertumpuk-tumpuk sukar dihitung banyaknya, sehabis toako
mengalahkan Shen Bok Hong nanti, siauwte pasti akan serahkan segenap kekayaan yang
kami miliki kepada toako, agar toako bisa menggunakannya untuk kesejahteraan serta
kebaikan umat manusia."
"Ehmm, kalau memang saudara punya keinginan begitu, siauw heng pasti akan
berusaha untuk memenuhi harapan itu."
"Setiap perintah dari toako niscaya akan siauwte berdua laksanakan tanpa membantah"
kata Sang Pat. Setelah merandek sejenak, ujarnya kembali, "Pada saat ini persoalan paling penting
yang harus kita laksanakan adalah berusaha untuk menemukan letak istana terlarang itu."
Secara tiba-tiba Siauw Ling menyadari bahwa pengalaman serta pengetahuannya masih
jauh tersisihkan bila dibandingkan dengan pengalaman Tiong chiu Siang Ku. Andaikata ia
bermaksud untuk memasuki istana terlarang jelas tenaga serta pikiran kedua orang ini
sangat dibutuhkan. Berpikir sampai disitu ia lantas rentangkan kembali peta lukisan elang dan ular itu
keatas tanah, lalu katanya, "Kemarilah kalian berdua mari kita bicarakan dan selidiki
bersama lukisan peta ini!"
Dengan seksama Sang Pat memperlihatkan lukisan tadi, mendadak ia ambil peta itu
dan dipandang dibawah sorot cahaya sang surya, beberapa saat kemudian baru ujarnya,
"Menurut pendapat siauwte tak mungkin persoalan ini sedemikian gampangnya andaikata
tulisan yang berada dibawah lukisan cakar burung elang itu adalah letak istana terlarang
hal ini merupakan suatu kejadian yang tak terduga sama sekali."
"Lalu bagaimanakah menurut pandanganmu?" tanya Siauw Ling.
"Kalau menurut pendapat siauwte andaikata dibalik lukisan itu tiada terkandung rahasia
lain, maka tulisan itulah yang mempunyai maksud tertentu."
Siauw Ling termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, mendadak ia berseru,
"Saudaraku, coba kau undang datang kakek tua tadi!"
"Mau apa panggil ia datang kemari?"
"Kita harus tinjau dulu puncak In Wan Hong tersebut!"
"Kedua belah sisi puncak In Wan Hong merupakan tebang tebing yang terjal, satu sisi
adalah selat selaksa ular sedang sisi yang lain adalah jurang dimana jenasah sepasang
muda mudi itu berada."
"Apa" jadi selat Bau Coe Kok letaknya berada dibawah puncak tebing In Wan Hong."
"Tidak salah, siauwte telah menanyakannya dengan jelas!"
"Berapakah jaraknya dari sini hingga kepuncak tersebut?"
"Tidak sampai seratus li!"
"Bagus, tolong kau undang Loo tiang tadi agar bisa membawa jalan buat kita!"
"Tidak usah, siauwte telah menanyakan hingga jelas dan sudah hapal diluar kepala."
"Perduli puncak In Wan Hong itu betul puncak Eng Yang Hong yang dimaksudkan atau
bukan, sudah seharusnya kalau aku pergi menjenguknya lebih dahulu" pikir Siauw Ling
didalam hati. Berpikir demikian, ia lantas berkata, "Ayoh kita segera melakukan perjalanan, mungkin
sebelum malam hari menjelang tiba nanti kita sudah tiba ditempat tujuan."
"Siauwte akan membuka jalan!" kata Sang Pat dan segera berangkat terlebih dahulu.
Siauw Ling serta Tu Kioe dengan cepat menguntil dibelakang saudaranya itu.
Rupanya Sang Pat telah menanyakan keterangan mengenai jalan menuju kepuncak In
Wan Hong dengan jelas, sepanjang perjalanan ia berlari dengan gesit dan cepatnya.
Kepandaian meringankan tubuh yang dimiliki ketiga orang itu termasuk kelas wahid
dikolong langit, kendati jalan gunung amat terjadi licin, dan sudah dilalui tetapi bagi
mereka bertiga bukankah merupakan suatu halangan yang menyulitkan.
Setelah melakukan perjalanan selama seharian, tatkala sang surya mulai condong


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kesebelah barat tibalah ketiga orang itu dibawah sebuah bukit tinggi.
Siauw Ling yang pernah menelan jamur berusia seribu tahun memiliki tenaga kweekang
yang kuat dan hebat, sekalipun tengah harian harus berlari-lari ia masih belum merasakan
kesulitan, sebaliknya bagi Tu Kioe serta Sang Pat setelah berlarian selama beberapa jam
mendekati tebing dan bukit yang tinggi tanpa memperoleh kesempatan untuk beristirahat
barang sedikit juga, ketika tiba dibawah tebing keringat telah membasahi seluruh tubuh
mereka. Seraya menuding puncak gunung yang terbentang didepan mata terdengar Sang Pat
berkata, "Andaikata daya ingatanku tidak salah, disinilah letak puncak In Wan Hong
tersebut." Dalam pada itu sang surya sudah makin condong kearah barat, sisa cahaya yang
terpantul diangkasa menciptakan suatu pemandangan yang sangat indah dipandang.
Seberkas cahaya memancar dipuncak bukit tersebut, dengan ketajaman mata Siauw
Ling secara lapat-lapat ia saksikan pantulan cahaya keemas-emasan dari puncak bukit
tersebut, sepintas lalu pantulan cahaya tadi mirip sekali dengan sebuah kuil yang amat
megah. Terdengar Sang Pat berkata kembali, "Kuil tersebut adalah kuil In Wan Bio, menurut
keterangan dari sipenebang kayu tua itu disaat bangunan kuil itu selesai dibangun, karena
untuk memperingati kematian putranya yang mengenaskan, dari pihak keluarga sang pria
telah menyumbangkan sebutir batu permata milik keluarganya untuk dipasangkan diatas
atap kuil In Wan Bio tersebut. Oleh sebab itu setiap kali ada cahaya sang surya atau
rembulan yang memancar keatas batu permata tadi, akan terhias tujuh buah cahaya
berwarna yang sangat indah dipandang, bagi mereka yang tidak mengetahui sejarahnya
seringkali mengatakan pantulan cahaya binglala itu adalah pemunculan sukma dari
sepasang muda mudi itu, kabar bohong itu begitu tersiar maka pengunjung yang pasang
hio didalam kuil itupun semakin ramai, setiap bulan tanggal satu atau tanggal lima belas
kuil itu pasti banyak dikunjungi para peziarah yang datang dari ribuan li jauhnya untuk
pasang hio disana, seringkali para tetamu menginap diluar kuil tadi."
Mendadak Siauw Ling teringat kembali akan diri Giok Siauw Lang Koen serta Lan Giok
Tong yang sangat mencintai Gak Siauw Cha, andaikata kuil In Wan Bio ini benar-benar
sangat manjur, kemungkinan besar kedua orang itupun bisa mendatangi kuil tersebut
untuk mohon berkah dan doa restu.
Tatkala Sang Pat menyaksikan saudara tuanya tetap membungkam tanpa
mengucapkan sepatah katapun, ia segera melanjutkan kembali ceritanya, "Menurut
keterangan dari sipenebang kakek tua itu, orang yang pasang hio didalam kuil In Wan Bio
ini kian lama kian bertambah banyak, seringkali ada orang yang bergadang didalam kuil
Duri Bunga Ju 10 Cinta Bernoda Darah Serial Bu Kek Sian Su 3 Karya Kho Ping Hoo Kisah Pedang Di Sungai Es 4

Cari Blog Ini