Ceritasilat Novel Online

Rahasia Istana Terlarang 2

Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen Bagian 2


"Siauw-te she Sang dan bernama Pat!"
"Ooouw". " kiranya lootoako dari Tion Chiu Siang Ku, maaf". apabila pinto kurang
hormat!" "Tidak mengapa, kami bersaudara hanya menitik beratkan diri pada soal jual beli dan
keuntungannya, soal adat istiadat serta tata krama masih tidak begitu memperhatikan." Ia
merandek sejenak, lalu terusnya "Setelah Tootiang bertanya tentang nama-ku. sekarang
sudah sepantasnya kalau cayhe pun menanyakan gelar Toatiang sendiri."
"P.nto sudah lama mengasingkan diri dari dunia persilatan sekalipun kusebut namaku
pun belum tentu Sang thay-hiap tahu, maka pinto rasa lebih baik tak usah dikatakan
saja." "Umpama kata tootiang benar benar Sudah mengasingkan diri dari dunia persilatan apa
sebabnya kini muncul kembali disini guna mencampuri urusan Bu-lim!"."
"Undangan dari Koencu sukar ditampik maka mau tak mau terpaksa pinto harus turun
gunung untuk membantu dirinya. Sejak pinto terjun kedalam dunia persilatan telah
kudengar akan nama besar sepasang pedang dari Tiong Cbiu yang mana tak pernah
saling berpisah. kini Sang-heng ada disini pinto rasa Tuheng pun berada disekitar sini bu
kan?" "Akan orang she Tu ada disini, tootiang ada urusan apa mencari aku!" seru Tu Kioe
dingin. Tosu itu tertawa hambar, sinar matanya dialihkan keatas wajah Siauw Ling dan
menegur lebih jauh. "Siapakah nama besar dari sicu ini?"
"Orang ini licik sekali," bisik Siraja obat Bertangan Keji dengan nada lirih," Ia mau
selidiki dahulu keadaan kita semua sedang-kan ia sendiri tak mau melaporkan nama gelarnya,
jangan gubris pertanyaannya, kitapun harus berusaha jual mahal."
"Ehmm perkataannya sedikitpun tak salah" pikir Siauw Ling, maka ia lantas menjawab
"Cahya hanya seorang prajurit tak bernama."
Tosu itu kerutkan alisnya,
"Raut wajah anda agaknya pernah pinto dengar dari mulut,orang Iain, aku rasa kau
pastilah seorang manusia ternama!"
"Heefc". beeh". totiang terlalu memuji." je-ngek Yok Ong sambil tertawa dingin
kemudian mulutnya membungkam kembali.
Tojien itu mendehem ringan lalu bertanya, "Siapakah nama sicu?"
"Siapa pula nama Totiang?"
Sepasang matn totiang itu berkilat tajam, ia menatap Yok Ong makin seksama.
"Pinto adalah Siauw Yauw-cu sekarang silahkan sicu utarakan namamu!" katanya.
"Loohu cuma seorang tabib yang khusus mengobati penyakit orang lain."
"Seorang Tabib?"
"Benar, cuma berhubung rezekiku kurang baik rnaka setiap kali obat datang sang nyawa
sudah keburu melayang!"
"Haa". haa"."tootiang, kalau kau punya. persoalan bicarakan saja dengan aku orang
she Sang," sela Sang Pat sambil tertawa ter bahak-bahak. "Kami orang yang biasa melakukan
jual beli, biasanya jauh lebih ramah dalam pembicaraan dari pada orang lain."
Siauw Yanw cu benar-benar seorang toosu yang beriman tebal, sekalipun disindir
daengan pedas oleh Tok Chiu Yok-Ong, namun ia masih bisa menahan sabar dan tidak
sam-pai mengumbar hawa amarahnya sambil tertawa hambar segera ujarnya, "Pinto
mendapat perintah dari Koen cu untuk mengajak Sang-heng merundingkan satu
persoalan." "Ooow, mau adakan jual beli" dalam bidang ini siauwte memang seorang yang ahli.
Selama kenutungan yang lebih banyak didapat dari pada kerugian, nah ajukan
penawar-anmu!" "Didalam gerak gerik Koencu kami kali ini, ingin sekali beliau melakukan suatu peristiwa
yang besar dalam dunia persilatan, maka dari itu ia telah empat kali naik gunung untuk
mengundang pinto turun gunung membantu dirinya."
"Ha ha ha ba ha tentu dulu untuk mengundang Luuw Hian Tek pun harus melakukan
kunjungan sebanyak tiga kali, sungguh tak nyana tootiang baru mau turun gunung setelah
diundang sebanyak empat kali, sungguh lnar biasa"."
"Walaupun pinto tak dapat memadahi Coe kat Khong Beng, namun pinto pun tidak
ingin lebih jelek dari pada orang kuno,"
"Tootiang, sekalipun kan punya kepaudaian yang luar biasa namun belum tentu bisa
melakukan jual beli tanpa menderita kerugi-an lebih baik ajukan saja penawaranmu "
Siauw Yauw cu benar-benar mempunyai iman yang singat tebal, kembali ia dapat
menguasai diri terhadap sindiran dari Sang Pat, ia tersenyum.
"Kebanyakan enghiong berwatak tinggi hati, terhadap manusia-manusia yang gagah
dan bersemangat seperti itu selamanya pinto menaruh hormat dan kagum." ia merandek
sejenak, Iain sambungnya, "Tiga hari berselang, tatkala Koen-cu ka-mi sedang berlayar
lewati tempat ini secara kebetulan telah menimbulkan rasa tidak senang di Soen toa
cungcu, untuk menyata-kan ketidak senangan hatinya ia telah mengutus para jagonya dan
memerintahkan koencu, kami untuk menyambangi mereka dalam dua jam kemudian"."
Persoalan ini merupakan soal yang ingin diketahui oleh Siauw Ling sekalian, maka
semua orang memperhatikan dengan seksama
Sinar mata Siauw Yauw cu perlahan-lahan menyapu sekejap wajah Siauw Ling sekalian
kemudian meneruskan lagi kata-katanya, "Walaupun pinto sudah menasehati mereka
secara baik-baik, dimana kita sama-sama orang Bulim apa gunanya karena satu persoalan
kecil sehingga menimbulkan peristiwa yang tidak diinginkan. siapa sangka Shen Bok Hong
tetap berkeras kepala bukan saja ia tak mau mendengarkan nasihat pinto malahan
mencaci maki diri pinto habis-habisan, tindakan yang kasar itu mengakibatkan Koencu
kami jadi gusar, dan suatu pertarungan sengitpun tak bisa dihindari lagi.
Tidak aneh kalau kapal kapal nelayan pada ngacir pergi setelah menjumpai sampan
sampan cepat itu." pikir Sang Pat didalam hati. " Kiranya tiga hari berselang ditempat ini
telah berlangsung suatu pertempuran yang amat seru."
Berpikir demikian, ia lantas bertanya
"Aku duga berkat petuujuk dari Too tiang dalam pertempuran ini pihak kalian telah
berhasil memperoleh kemenangan besar, bu-kan begitu?"
"Shen Bok Hong tidak pandai melakukan pertempuran diatas air. setelah terlibat dalam
pertempuran sengit selama setengah harian lamanya banyak perahn yang tenggelam dan
ratusan jago dari perkampungan Pek Hoa san Cung menderita luka ataupun mati. di
bawah kawalan orang jagoannya nyaris Shen Bok Hong berbasil lolos dari kematian"."
"Apakah ia terluka?" timbrung Tok Chui Yok Ong tak tahan, sedikit banyak ia
menguatirkan keselamatan Shen Bok Hong sebab sang toa cungcu dari perkampungan
Pek Hoa San-cung itu adalah sahabat karibnya.
Siauw Yauw cu tertawa hambar.
"Ilmu silat yang dimiliki Shen Toa cungcu benar-benar mengagumkan hati pinto
sekalipun sudah terluka namun ia berhasil menenggelamkan empat buah sampan kilat
kami yang melakukan pengejaran dan melu-kai pula dua belas orang jago lihay kami,
Akhirnya ia berhasil mendarat dan pulang kekampung dengan selamat."
"Siapakah diantara kalian yang berhasil melukai dinnya?""
Mula mula Siauw Yauw cu tertegun kemu dian teriawa hambar.
Dalam suatu pertempuran sengit, masing masing pihak berusaha melnkai pihak
lawannya dengan cara serta kepandaian apapun,
Siapakah yang berhasil melukai She Toacung cu tersebut pinto sendiripun tidak tahu,
namun Shen Toa-cung cu masih pandang tinggi juga diri pinto ia telah melangsungkan
pertarungan sengit sebanyak tiga puluh gebrakan melawan diri pinto"."
"Aku tidak percaya dengan andalkan ilmu silatmu kau berhasil menangkap She Bok
Hong" kembali Yok Ong menyela.
"Tidak salah. sebab pinto memang tak berhasil menangkan dirinya tetapi dalam tiga
puluh gebrakan tersebut pinto pun tidak menderita kalah barang sejuruspun."
Mendengar cerita itu Sat Pang merasa ter peranjat. pikirnya, "Kalau perkataan yang ia
ucapkan barusan adalah kenyataan ilmn silat orang ini benar-benar luar biasa sekali,
jarang sekali jago dalam Bu lim dewasa ini yang dapat me nyambut tiga puluh jurus
serangan dari Shen Bok Hong waaaaah aku harus waspada
terhadap toosu hidung kerbau ini"."
Tampak Siauw Yauw Ong tajam tajam la-lu menegur, "Anda begitu rnemperhatikan
serta menguatirkan keselamatan Shen Bok Hong aku rasa kalau bukan sanak kau tentnlah
sahabat karibnya." "Hmm, kalau kau benar benar bisa menyambut tiga puluh serangan Shen Uok Hong
tanpa menderita kalah barang sejuruspun ilmu silatmu boleh disebut sebagai salah
seorang yang terlihay dalam Bu lim dewasa ini"."
Kembali Siauw Yauw cu tertawa hambar.
"Kalau Shen Bok Hong tidak menderita kekalahan total, dewasa ini mungkin Koen cu
kami serta pinto sudah diusir dari wilayah ini!" serunya.
"Kalau begitu, kalian berhasil memperoleh kemenangan total?"
"Paling sedikit dalam pertemporan air yang berlangsung sehari berselang, Shen Bok
Hong tidak memperoleh keuntungan apapun
karena kalau Shen Bok Hong yang menang kamipun tidak mungkin bisa berdiam lebih
lama lagi diatas wilayah Koei Chiu"."
Ia merandek sejenak kemudian terusnya, "Peristiwa munculnya kembali Shen Bok Hong
dalam dunia persilatan telah menggemparkan seluruh Bu lim, aku rasa kalian Tiong Chin
Siang ku tentu tahu bukan akan hal ini."
Sang Pat yang berpengalaman tidak berani menjawab sembarangan, ia merasa
perkataan orang itu terdapat banyak liku likunya sehingga maksud hatinya yang
sebetulnya, maka tak tahan ia menjawab, "Tidak salah, kami bersaudara telah tahu akan
hal ini." Maka dari itulah Koencu kami ambil keputusan untuk tinggalkan penghidupan yang
snnyi dan terasing untuk terjun kembali kedalam dunia persilatan!"
"Kemunculan koencu kalian adalah disebabkan kehadiran Shen Bok Hong dalam dunia
persilatan, aku rasa dalam pertarungan tersebut kalian pasti telab menunjukkan kelihayan
untuk menumbangkan kewibawaan perkampungan Pek Hoa San cung,?"
Memang demikian adanya. maka dari itu koen cu kami telah ambil keputusan untuk
mengutus kami sekalian datang kepermukaan sungai Koei chiu guna mempersiapkan
kemunculannya didalam dunia kangouw"
"Kurang ajar," pikir Sang Pat. "sihidung kerbau ini bicara pulang pergi tidak keruan
entah apa maksud tujnannya?"
Siuar mat any a perlahan lahan menyapu sekejap kearah delapan buah sampan yang
muncul pula didaerah selatan, hatinya lantas ber gerak pikirnya lebih jauh.
"Aaaah benar, sihidung kerbau ini sengaja mengulur waktu dalam pembicaraan sebab
ia ada maksud menggunakau peluang tersebut untuk mengatur posisi mereka.
Karena berpikir demikian maka ia lantas mendongak dan tertawa terbahak bahak,
Siaun Yauw cu benar benar amat hebat, sekalipun Sang Pat tertawa keras namun ia
tetap pura pnra berlagak pilon, wajahnya tenang dan sikapnya acuh tak acuh.
"Sungguh licik si hidung kerbau in kem-bali Sang Pat berpikir didalam hatinya "Ternyata
ia sama sekali tidak menegur aku kenapa tertawa". Ia lantas berhenti tertawa dan
menegur: "Totiang, sungguh keji dan licik rencana
busukmu"." "Sang beng. kau terlalu serius dalam pembicaraan, bagian manakah pinto telah
membuat kesalahan" harap kau suka memberi petunjuk."
"Bala bantuan dari totiang telah tiba dan posisimupun sudah disiapkan, apakah kau
masih berlagak pilon lebih jauh?"
Siauw Yanw cu berpaling melirik sekejap kearah delapan buah sampan cepat yang
sedang meluncur datang. kemudian menjawab sambil tertawa
"Koencu kami paling suka menerima tamu terhadap kalian sepasang pedagang dari
Tiong chiupun sudah lama merasa kagum, seandainya kalian Tiong chiu Siang ku suka
membe-ri muka kepada pinto, bagaimana kalau naik keperahu kami dan berkunjung
sejenak?" Sang Pat berpaling kearah Siauw Ling la-lu berbisik lirih.
"Posisi kita sudah terkurung rapat apabila kita diharuskan bertarung diatas perahu
meraka dan menentukan menang kalah disana. Entah bagaimana menurut toako?""
Si Raja Obat bertangan keji yang ikut mendengar saran tersebut sepasang alisnya
langsung berkerut. "Penyakit yang diderita puteriku baru saja sembuh mungkin tidak lelnasa bagi loohu
untuk naik keatas perahu mereka"." erunya.
"Apabila kita benar benar akan bertarung mungkin keadaan yang kita hadapi sekarang
jauh berbeda dengan keadaan tadi" sambung Tu Kioe dingin. "Menurut pendapat cayhe,
diri pada kita sama tengelam kedalam sungai dan mati didasar air, lebih baik kita serbu
keatas perahu mereka dan melangsungkan pertarungan disitu, sebab kesempatan disana
jauh lebih besar dari pada disini."
Walanpun nada ucapan tersebut mengandung sindiran terhadap Si Raja obat bertangan
keji. namun apa yang diucapkan memang merupakan kenyataan.
Tok-Chiu-Yok Ong mendehem ringan kemudian menjawab, "Asal loohu bisa mendekati
tojien tersebut hingga mencapai jarak satu tombak, aku bisa melepaskan racun keji keatas
tubuhnya." Dalam pada itu terdengar Siauw Yiauw cu telah berseru dengan suara lantang.
"Tiga hari berselang, anak buah yang dibawa Shen Bok Hong untuk melangsungkan
pertarungan melawan kami amat banyak sekali. Perahu sampan yang dibawa mencapai
belasan buah, namun dalam akhir pertempuran itu banyak sekali perahunya yang tenggelam
bahkan Shen Bok Hong pun sendiri nya-ris terkurung. Apabila cuwi tidak percaya
terpaksa ini hari pinto akan mengulangi kem-bali adegan pertempuran yang terjadi tiga
hari berselang agar cuwipun bisa menyaksikan sendiri."
Siauw Ling termenung, dengan susah pa-yah ia berusaha dan menempuh bahaya untuk
menolong nyawa Lam-kong Giok, keadaannya sudah hampir sembuh siapa sangka
kembali mereka terkurung didalam jebakan musuh, peristiwa ini membuat hatinya iba dan
tidak tega". lama sekali ia berpikirr
akhirnya sambil berpaling kearah Sang Pat katanya, "Saudaraku. asal mereka suka
melepaskan Lam kong Giok serta siraja obat bertangan keji dan orang she Shi itu, perduli
syarat apapun yang mereka ajukan boleh kita terima semua,"
"Toako?"?"".
"Tidak usah bicara lagi. Jalankan menurut perkataan,"
Sang Pat dibikin apa boleh bnat, terpaksa ia melirik sekejap kearah si raja obat bertangan
keji dan berseru "Sikap toako kami terhadap Yok-oug boleh dikata luar biasa bijaksana dan mulianya"."
Ton-Chiu-Yok-ong merasa amat terharu sekali. ia pejamkan matanya dan bergumam.
"Akan loohu ingat terus budi kebaikan ini suatu saat semua budi kebaikan tersebut
pasti akan kubalas."
"Hmmm.kau situa bangka selama hidup entah sudah berapa banyak kejahatan yang
telah kau lakukan, tapi justru kau telah bertemu dengan toako kami yang mulia, bijaksana
dan penuh welas kasih, hitung-hitung kau sangat beruntung sekali." Bambung TuKioe dingin. DENGAN watak yang dimiliki Siraja obat bertangan keji ia pasti akan naik pitam setelah
disindir berulang kali oleh sepasang pedagang dari Tiong chiu namun kali ini ia tetap
bersabar diri. kiranya dalam hali kecilnya. lapun rapat rapat bila kali ini mereka harus bentrok dengan
pasukan dari Su hay Koen-cu. sekalipun mereka memiliki ilmu silat yang lihay dus maka
akhirnya tubuh mereka tenggelam juga didasar sungai". maka mendengar usul dari
Siauw Ling, hatinya langsung terbaru dan hawa gusar dalam hatinyapun kontan padam
semua, kendati Tiong Chiu-Siang-Ku menyindir berulang kali, namun ia tidak ambil dalam
hati. Dalam pada itu Sang Pat telah berpaling kearah Siauw Yauw cu dan berseru, "Tootiang,
kau tak perlu memutar balik persoalan. sebenarnya apa maksudmu harap segera
diutarakan yang jelas agar kamipun bisa berunding!".
"Koen cu kami membutuhkan sekali jago- jago berkepandaian lihay, manusia seperti
kalian sepasang pedagang dari Tiong-chiu justru merupakan bakat-bakat yang di idam
idamkan Koen-cu kami"."
"Haa". haa". haa". jadi Tootiang ada maksud menarik kami menjadi anak buahnya
Su-Hay Koen-Cu?"?"
"Memang demikian maksud pinto!
"Selamanya Tiong chiu siang ku tak pernah tunduk kepada siapapun, pernaha^h
Tootiang mendengar akan perkataan ini?"?"
"Kebanyakan enghiong hoohan memiliki watak demikian, sudah lama pinto tahu akan
hal tersebut ", "la mengatakan sudah menduga Sperti semula" pikirSang Pat. Dus berarti
diapun sudah mempunyai cara untuk menundukkan kami. ?". waaah, berbahaya sekali.
aku harus berhati-hati."
Kepalanya didongakkan keatas meraandang sekejap perahu berpanca warna Itu
kemudian tertawa dan berkata, Walaupun selama hidup kami tak pernah tunduk kepada
siapapun. tetapi selamanya kami menghormati mereka-mereka yang jauh lebih kuat dari
pada kami berdua, apa bila tootiang merasa yakin punya care untuk membuat kami
kagum berdua saudara sih sangat berharap bisa mengunjungi perahu kalian dan mencari
pengalaman." "Dengan senanghati pinto sambut kedatangan kalian, bahkan mungkin juga Koen Cu
kamipun akan menyambut kedatangan kamu
"Kami suka naik keatas perahu kalian, tapi ada syarat yang dipenuhi lebih dahulu.
Apa syaratmu asal pinto bisa menyanggupi tentu akan kukabulkan?"."
"Kalau dibicarakan sebetulnya amat sederhana sekali. kami dua bersaudara setuju
untuk naik keperahu kalian guna menjumpai Su Hay Koencu, tapi tootiang pun harus
melepaskan lebih dahulu semua orang yang ada didalam perahu.
Siauw Yauw-cu termenung sejenak, akhir-nya ia mengangguk.
"Baiklah, akan kukabulkan permintaan kalian berdua."
"Cayhe pun ada maksud untuk ikut mengunjungi perahu kalian," tiba-siba Siauw-Ling
menimhrung sambil busungkan dada.
"Toako, buat apakah cari penyakit?"."bisik Tu Kioe.


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Terdengar Siauw Yauw-cu telah menegur-"Siapakah kau?" koencu kami hanya suka
menjumpai para tenghiong hoohan belaka
kalau cuma seorang prajurit tak bernama yang ingin naik keatas perahu kami.Hmm,
itulah yang dikata bermimpi disiang hari bolong."
"Hmmm, cayhe pun punya sedikit nama kosong didalam dunia persilatan. "Siapa nama
anda?"?" "Siauw Ling"."
"Aaaaah! kau bernama Siauw Ling?""."
"Sedikitpun tidak salah, akulah Siauw Ling!"
"Tatkala pinto baru saja turun gunung, sudah kudengar nama besar dari Siauw Ling
yang menggetarkan sungai telaga, kuda putih dan pedang kilatnya disegani banyak
orang,, andakah orang itu".?""
"Sedikitpun tidak salah."
"Siauw Ling yang tersiar dalam dunia persilatan adalah seorang pemuda berwajah
ganteng, kini setelah bertemu sendiri aku baru merasa bahwa itu bohong, hanya saja usia
anda rada lebih mudaan sedikit."
"Ououuw". totiang ingin mencoba kepandaianku?""
"Siauw-heng"." tiba-tiba suara dari siraja obat bertangan keji berkumandang disisi
telinganya. "Jangan terlalu memamerkan kepandaian silatmu."
Sinar mata Siauw Ling beralih keatas wa jah Yok Ong kemudian permintaannya dengan
nada dingin, "Anda boleh kembali kedalam ruang perahu, disini tak ada urusanmu!"
Tok Chiu Yok Ong tertegun, kemudian putar hadan berjalan masuk kedalam ruang
perrahu. Terdengar Siauw Yauw-cu berseru lantang.
"Sudah lama pinto mendengar nama besar anda, sayang tiada berkesempatan untuk
saling bertemu muka, apalagi Siauw tayhiap suka memperlihatkan kepandaianmu agar
pinto pun bisa menambah petahuanku. hal ini tentu saja lebih baik."
Tatkala Tiong-chiu Siang Ku menyaksi-kan Sianw Ling melangsungkan tanya jawab
dengan Siauw Yauw cu, walaupun dalam hati mereka ada maksud menghalangi niat
tersebut namun apa boleh buat mereka tidak kuasa berbicara, maka terpaksa mereka
tung gu disamping dengan mulut membungkam.
"Apakah tootiang ingin minta petunjuk?" saru Siauw Ling sambil mencekal gagang
pedangnya. "Kecepatan gerak yang dimiliki Siauw Ling telah menggetarkan sungai telaga, tentu
saja piuto ingin minta petunjuk dari ilmu pe-dang Sianw heng."
Diam-diam Siauw Ling mengatur bernapas. kemudian ujarnya serius.
"Akan kusuruh sepasang matamu melek lebar-lebar dan menyaksikan jurus Hwe-sian
kiam yang langka dalam dunia persilatan.
"Telah lama kudengar nama Jurus pedang itu sayang belum ada kesempatan bagiku
untuk menyaksikan sendiri pinto pasti akan memperhatikan dengan seksama."
"Bagns, lihat baik baik!
Seraya berseru pergelangan tangan kanan-nya bergerak, tahu-tahu pedangnya sudah
terlepas dari sarung dan meluncur ketengah angkasa.
Diiringi desiran angin tajam pedang tadi meluncur keangkasa dengan gerakan yang
lambat. Pedang bergoyang seakan-akan setiap saat beuda tersebut bisa rontok keatas
bumi "Jurus Hwi Sian Kiam yang indah"." puji Siauw Yauw Cu.
Belum habis ia berbicara. tiba-tiba pedang yang berada diangkasa berputar satu
lingkar-an. tampak cahaya putih berkelebat lewat di antara jeritan ngeri yang
menyayatkan hati berkumandang dari atas geladak perahu panca warna itn. tiba-tiba
seorang lelaki berbaju biru roboh binasa dan tercebur kedalam sungai.
Setelah pedang itu membabat putus tubuh lelaki tadi, kembali pedang tersebut
berputar satu lingkaran kembali melayang balik kearah Siaaw Ling.
Jurus Hwi Sian Kiam yang amat mengerikan ini bukan saja membuat Siauw Yauw Cu
berdiri tertegun dengan mata melotot bahkan Sang Pat serta Tu Kioe pun terperanjat
sehingga lama sekali tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. " Setelah menerima
kembali pedangnya Siauw Ling masukkan kembali senjata itu kedalam sarung lalu tertawa
hambar. "Bagaimana?" tegurnya. "Entah dengan andalkan jurus pedang yang cayhe meliki.itu,
punya syaratkah bagiku untuk naik keatas perahu panca warna?"
"Hoo". haa". haa". tidak aneh kalau setiap orang kang ouw yang menyebut Siauw
thay hiap lantas menunjukkan sikap yang sangat menghormat."
"Terima kasih, tak usah anda memuji!"
Siauw Yauw Cu termenung sejenak, kemu-dian berkata, "Dengan andalkan jurus Hwie
Sian Kiam yang Siauw thayhiap miliki itu, sudah sepantasnya bagi kami untuk
mempertemukan dirimu dengan koen-cu kami hanya saja"."
"Hanya saja kenapa?"
"Pinto telah membuatkan sebuah peraturan
yang sangat jelek bagi Koen cu kami"."
"Apa peraturan itu?""
"Barang siapa yang berjumpa dengan Koen cu kami untuk pertama kalinya, dia harus
mengenakan semacam alat borgol ditubuh-nya."
"Kalau Koen-cu kalian benar-benar menyayangi bakat-bakat baik, tidak seharusnya ia
bersikap demikian kurang ajar"."
"Perbuatan itu tidak bisa disalahkan kepada koencu kami," tukas Siauw Yauw-cu- sambil
mendengar. "Kalau mau disalahkan maka harus salahkah diri pinto yang telah
menetapkan peraturan aneh ini. Aaaa! tapi kini peraturan telah ditetapkan, terpaksa pinto
pun harus minta maaf yang sebesar-besainya terlebih dahulu kepada kalian betiga."
"Apakah kami harus naik keatas perahu panca warna itu" dan harus berjumpa dengan
Su Hey Koencu"." teriak Tu Kioe ketus.
"Hal ini tentu saja dan tak bisa dirubah lagi."
"Kalau aku si To jie-ya tak mau pergi, kalian mau apa?"
"Ha"haaa". sudah lama pinto dengar bahwa sepasang pedang dari Tiong-chiu paling
memegang janji dalam dunia persilatan persoalan yang telah disetnjui apakah hendak
kalian ingkari?" "Memang tidak salah kami setuju untuk naik keatas perahu kalian, tetapi tak pernah
kami setujui untuk mengenakan alat borgol."
"Yang kami maksud sebagai memakai alat borgol, kalau dibicarakan bagi kalian bertiga
sebetulnya sama saja dengan tidak mema-kai"."
Siauw Yauw-cu merandek sejenak, lalu terusnya, "Dengan mengenakan alat borgol
kalian naik keatas perahu kami. itu berarti bahwa kalian menaruh rasa hormat terhadap
koencu kami, sedangkan koencu kami pun sudi merendahkan derajatnya dengan
menyambut kedatangan kalian hal ini menunjukkan kalau beliau menyayangi kamu
semua, jadi kalau dihitung tentu saja kedua belah pihak sama-sama tidak menderita rugi."
Siauw Ling merasa tidak ada keuntungan kalau menunda-nunda waktu lebih jauh.ia
sadar bahwa Lam-kong Giok perahu istirahat serta pengobatan lebih jauh maka segera
serunya, "Dapatkah tootisng menjelaskan alat borgol macam apakah yang harus kami
kenakan" "Hanya sebuah borgol berantai keras yang amat kecil."
"Baiklah"."
Sianw tayhlap, sungguli cepat kau ambil keputusan dan membuat pinto merasa kagum.
"Namun cayhepun mempunyai satu syarat pula yang hendak kuajukan."
"Silahkan Siauw tayhiap utarakan."
"Kami harus menyaksikan dahulu perahu besar kami jauh meninggalkan tempat ini
kemudian saat borgol tersebut baru akan kami pakai dan mengikuti tootiang naik ke atas
perahu panca warna."
"Siapakah yang berada diatas perahu" begitu pentingkah orang orang itu tanya Siuaw
Yauw-cn dengan alis berkerut.
"Bagaimana?" jengek Tu Kioe. Bukankah kau sudah setuju" apakah kau ingin
mengingkari janji?" "Pinto hanya bertanya sambil lalu saja!
"Seorang gadis yrng baru saja sembuh dari sakitnya." kata Siauw Ling.
"Sejak dulu kaum enghiong memang tak dapat mele^aikan diri dpri belenggu kaum
wanita. apa lagi Siauw Tayhiap adalah seorang lelaki yang tampan, tentn saja tak dapat
menghindarkan diri dari persoalan cintas" Sudah barang tentu akan pinto ijinkan
permintaan itu. "Jadi kami sekalian baru akan mengenakan alat borgol itu bila perahu besar tersebut
sudah jauh meninggalkan tempat ini."
"Tentang soal ini"."
"Selamanya cayhe tak parnah mengingkari janji. asal perahu itu sudah berlalu cayhe
pasti akan mengenakan alat borgol itu.
"Baik!" akhirnya Siauw Yanw-cu setuju juga sinar matanya dialihkan kearah Tiong Chiu
Siang Ku dan tanyanya, "Bagaimana pendapat kalian berdua?"/
"Asal toako kami sudah setuju. terjun kelautan apipun tak akan kami tampik."
"Pinto akan melepaskan sebuah sampan kecil buat kalian, bertiga pun boleh naik keatas
sampan agar perahu besar itu segera dapat berlayar meninggalkan tempat ini."
Seraya berkata toosu itu ulapkan tangannya, sebuah sampan kecil segera meluncur ke
arah perahu yang ditumpangi Siauw Ling se kalian.
Sampan kecil itu dengan menerjang ombak meluncur datang, kecepatannya luar biasa,
dan tatkala hampir dekat dengan perahu besar itu, sampan tadi baru berhenti secara
mendadak. Diatas sampan tersebut, kecuali seorang lelaki berbadan kekar yang memegang
dayung, tiada orang lain yang ikut serta didalam-nya.
"Sampan kecil inikah yang kau maksud-kan?" Tegur Siauw Ling sambil angkat kepala
memandang sekejap kearah Siauw Yauw cu.
Sedikitpun tidak salah, siiahkan kalian bertiga naik keatas sampan!"
Siauw Ling tidak banyak bicara lagi, ia loncat keatas sampan diikuti sepasang pedagang
dari Tiong-chiu dibelakangnya.
Barn saja ketlga orang itu melayang turun keatas sampan, tiba-tiba dari dalam ruang
perahu berkumandang keluar suara jeritan lengking seseorang.
"Siauw siangkong, Siauw tayhiap"."
Suaranva tinggi melengking, jelas orang itu telah menggunakan segenap tangannya
untuk menjerlt. Siauw Ling menghela napas ringan, gumamnya lirih".
"Aaaaaah, itulah teriakan dari noda Lam-koug. Tu-heng cepat suruh mereka jalankan
perahu." Tu Kioe terima perintah dan berpaling ke arah perahu besar, bentaknya dingin.
"Hy kenapa perahu tidak kalian jalankan" apakah kamu semua mau tunggu maut disi
ni?" "Tu jie-ya hamba segera suruh mereka jalankan perahu" buru buru Cioe Sun pemilik
perahu tersebut menjura. Diikuti suara ombak memecah ketepian perahu besar iiupun perlahan lahan bergerak
kedepan. Dua buah sampan yang berposisi disebelah Timur tiba-tiba menyingkir kesamping dan
membuka sebuah jalan lewat bagi perahu besar itu.
Sementara perahu tadi kian lama berjalan makin cepat, dalam sekejap mata sudah
tinggal sebuah titik hitam belaka ditempat kejauhan dan akhirnya sama sekali lenyap dari
pandangan Menanti perahu itu sudah mendekati pantai, pada saat ini sekalipun pinto kirim orang
untuk mengejarpun tak akan mampu meayandak mereka, pinto merasa kalian bertiga
tentu boleh berlega hati bukan"!
"Hhtumm, ternyata Tootiang adaiah seorang manusia yang pegang janji juga!".
jengek Siauw Ling sambil mendongak dan mamandang sekejap kearah Siauw Yauw-cu.
"Seorang Koen cu apa bila tak dapat di-percaya ia tak akan sanggup bertahan dikolong
langit. Pinto percaya cuwi sekalipun merupakan Koen cu yang bisa dipercaya pula setiap
perkataannya." "Kita berdiri dalam posisi yang Saling bermusuhan, belum tentu kami harus menepati
janji," sela Tu Kioe dingin.
Ucapan ini kontan membuat air muka Sianw Yauw-cu berubah hebat.
"Selamanya sepasang pedagang dari Tiong-chiu selalu pegang jinji dalam setiap
tindakannya dalam dunia persilatan, Tu heng tentunya sedang mengajak pinto bergurau
bukan?" "Apa yang cayhe katakan adalah perkataan yang jujur"."
Belum habis Tu Kioe menyelesaikan kata-katanya. Siauw Ling telah menukas sambil
ulapkan tangannya. "Tootiang, silahkan ambil keluar alat borgol kalian!"
Siauw Yauw-cu berpaling dan menggape segera muncul seorang bocah lelaki berbaju
hijau serta seorang dara berbaju hijau berjalan menuju keujung perahu.
Perahu berpanca warca itu tingginya mencapai enam depa dari permukaan air sungai
sedangkan Siauw Ling sekalian berdiri diatas sampan yang tingginya cuma satu depa lebih
sedikit dari permukaan air, oleh sebab itu si anak muda tersebut sama sekali tak dapat
melihat pandangan diatas perahu besar itu.
Terdengar Siauw Yauw-cu berkata kembali
"Nab, kalian turunlah. segera pasangkan alat borgol emas itu ditubuh ketiga orang
tamu agung kita." Bocah lelaki berbaju hijau serta dara berbaju hijau itu berbareng mengiakan, lalu
masing-masing turun keatas sampan dimsna Siauw Ling sekalian berada.
Usia kedua orang itu baru empat lima belas tahunan, namun ilmu meringankan tubuh
yang dinnlikinya amat sempurna, tatkala mereka melayang turun keatas sampan dari atas
perahu panca warna tersebut tubuhnya enteng bagaikan dua lembar daun kering tubuh
sampan tersebut sama sekali tidak bergeming barang sedikitpun jua.
Menyaksikan kehebatan kedua orang bocah lersebut, diam-diam Sang Pat berpikir
didalam hatinya, "Ilmu silat yang dimiliki kedua orang bocah inipun sudah demikian
lihaynya. apalagi orang yang disebut sebagai Su Hay Koencu tersebut kepandaiannya iuar
biasa sekali." Dalam pada itu tampaklah bocah lelak berbaju bijau itu ambil keluar sebuah borgol
yang memancarkan sinar keemas-emasan dalam sakunya lalu bertanya.
"Siapakah dianrara kalian yang hendak memakai borgol ini lebih dulu?"
Borgol emas itu panjangnya cuma tiga depa dengan gelang yang saling berkaitan setiap
jarak setengah depa terdapatlah sebuah mata rantai emas sebesar buah lengkeng dengan
demikan terbentuklah sebuah borgol yang kuat dan luar biasa.
"Sungguh aneh bentuk borgol Ini," pikir Siauw Ling setelah mengawasi alat tersebut
beberapa saat lamanya, "Dibalik bentuk yang aneh tersebut, pasti mempunyal kegunaan
Istimewa" Dalam pada itu Tu Kioe telah busungkan dada sambil berseru.
"Biarlah Tu jie-ya coba duln, tapi kalian harus tahu bahwa tabiat dari Jie-ya mu kurang
baik, kalau kamu dua orang bocah kurang baik menghadipi diriku. hati-hatilah janginjangan
jiwa kamu berdua akan melayang keakhirat."
Meskipun usia bocah lelaki berbaju hijau itu tidak begitu besar, tapi imannya sangat
tebal, ia cuma tersenyum dan segera angkat rantai emas tersebut untuk dikalungkan
keatas leher Tu Kioe. Perawakan tubuh Tu Kioe sangat tinggi sekalipun bocah berbaju hijau itu sudah angkat
sepasang tangannya tinggi-tinggi namun ia tak berhasil mengalungkan borgol tersebut
keaias leher Tu Kioe. sementara orang she Tu itu sendiripun sengaja berdiri sambil
busungkan dada angkat kepala, tentu saja bocah itu semakin tak sanggup untuk
melaksanakan tugasnya. "Tiba-tiba tampaklah dara dara berbaju hijau itu maju dua langkah kemudian menjulur
tangan kanannya kedepan. Bocah berbaju biru itu mengempos tenaga
badannva meloncat naik keatas lengan dara tersebut laksana kilat mengalungkan
borgol emas tadi keatas leher Tu Kioe yang kemudian merantai pula sepasang lengannya
sebanyak dua kali akhirnya mengunci setiap tuas borgol yang ada dirantai moas itu.
Sebelum rantai emas tersebut dikunci. Tu Kioe masih tidak merasakan apa-apa tapi
begitu dikunci alisnya kontan berkerut.
Kiranya sebelum beberapa buah borgol tersebut dikunci rantai emas tersebut belum
nampak kegunaannya, tapi setelah dikunci seluruh rantai emas itu secara tiba-tiba
berkerut kencang dan merantai sepasang tangan-nya erat-erat bersama dengan lehernya.
Tn Kioe melirik sekejap kearah rantai emas tersebut. kemudian tertawa dingin dan
berdiri tegak tak berkutik.
"Hmm! cuma sebuah rantai emas macam inipun apa mungkin bisa benar-benar
memborgol aku orang she Tu?"?" piktrnya.
Dalam pada itu dari dalam sakunya kembali bocah berbaju bijau itu sambil keluar
sebuah rantai emas lalu ujarnya, "Sekarang giliran siapa yang hendak dirantai?"
"Haa". ha". haa". borgol diriku!" sahut Sang Pat sambil sambil tertawa terbahakbahak.
Bocah berbaju hijau itu melangkah bedepan, dengan cara yang sama iapun memborgol
tubuh Sang Pat ". Selama ini Siauw Ling hanya menyaksikan sebuah tingkah laku bocah berbaju hijau
itu dengan pandangau dingin, sepatah ka tapun tidak ia ucapkan keluar.
"Sekarang tiba giliran anda!" terdengar bocah itu menegur sambil ambil keluar borgol
ketiga dan mendekati diri Siauw Ling.
"Silahkan turun tangan!"
Bocah berbaju hijau itu angkat borgolnya dan dengan cepat Siauw Ling pun kena
dirantai. Menyaksikan ketiga orang itu telah di borgol semua, Siauw Yauw-cu baru tersenyum
dan berkata kembali. "Pinto masih mempunyai suatu pertnintaan yang sebenarnya tidak pantas untuk diutarakan
keluar." "Hmm! kalau permintaanmu itn tidak pantas lebih tak usah diutarakan kelnar," tukas Tu
Kioe dingin. "Cayhe sekalian hanya menyanggupi untuk menggenakan borgol namun tidak


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pernah mengadakan perjanjian lainnya.
"Peraturan tersebut merupakan peraturan yang ditetap Koencu kami, setiap anggauta
Bulim yang ada dikolong langit harus melaksanakannya tanpa kecuali, tentu saja kalian
bertiga pun harus tunduk dengan peraturan ini."
"Apabila permintaan itu adalah permintaan yang tidak pantas, kami sekalian boleh
menyetujui, namun boleh juga menamplk. Harap Tootiang mengutarakannya keluar lebih
dulu!" kata Siauw Ling.
"Dikala kalian bertemu dengan Koen cu kami, lebih baik tinggalkanlah senjata tajam
yang kalian gembol didalam ruang perahu."
Siauw Ling kerutkan dahinya, belum sempat ia ambil keputusan untuk menerima atau
tampik Tu Kioe sudah tak sabar lagi, bentaknya dengan nada keras. " "Perhitungan sie poa
Tootiang benar-benar terlalu berkelebihan". kau anggap kami sudi tunduk dengan
peraturanmu itu!" Sembari berbicara diam-diam hawa murninya disalurkan keseluruh badan dan tiba-tiba
ia meronta keras. Pleeeetak! Pleeeeetak! diiringi suara yang nyaring, borgol emas tersebut bukannya
patah jadi dua bagian sebaliknya malah membelenggu semakin kencang rantai-rantai".
yang". semula". mengendor karena rontaan tersebut malahan berkerut kencang sekali.
Diam-diam Tu Kioe merasa amat terperanjat, pikirnya.
"Sungguh luar biasa rantai emas kecil ini". tak nyana kendati bentuknya kecil namun
kekuatannya begitu kokoh"."
Terdengar Siauw Yauw-cu tersenyum dan berkata.
Jilid 4 ILMU silat yang kalian bertiga miliki sangat lihay, pinto duga tabiat kalianpun pastilah
sangat tinggi hati. Oleh sebab itu mau tak mau pinto harus menggunakan rantai emas
yang di-buat secara istimewa untuk merantai kalian bertiga. Haruslah cuwi sekalipun
ketahui. rantai emas yang kalian pakai saat ini merupakan rantai yang dibuat dari serat
ulat sutera dicampur dengan besi baja, bukan amat kokoh dan ulet bahkan tempat dimana
rantai tersebut membelenggu tubuh kalian merupakan sendi-sendi penting serta urat-urat
nadi penting. Meskipun kalian punya kekuatan seribu katipun dan memliliki senjata pokiam
jangan harap bisa mematahkan rantai itu.
"Ha". ha". ha". sungguh licik perbuatan Too tiang, dan sungguh lihay siasat kalian."
sin-dir Sang Pat sambil tertawa terbahak bahak. Siauw Yauw-co tertawa hambar. "Koencu
kami hanya mempunyai tiga buah rantai emas yang dibuat secara istimewa apabila
dipihak kalian bertambah lagi dengan seorang saja maka kami akan kekurangan alat
untuk merantai kalian-kalian"."
la merandek sejenak lalu menambah: "Ambil dan rampas semua senjata tajam yang
mereka bawa!" Bocah berbaju hijau serta dara berbaju bijau itu segera mengiakan, tanpa menimbulkan
sedikit suarapun secara terpisah mereka menyerang pedang milik Siauw Ling serta senjata
pit baja milik To Kioe. Melihat datangnya serangan. Tu Kioe kesamping untuk menghindari diri dari
cengkeraman kelima jari lawan, kemudian kakinya melancarkan sebuah tendang-an kilat
menghajar tubuh bocah berbaju bi-jau itu.
Gerak-gerak bocah berbnju hijau amat ge-sit dan lincah sekali, badannya berkelit
kesamping kemudian jari berkelebat menotok jalan daran "Sian Ciong-hiat" yang terletak
dikaki kanan Tu Kioe. "Tu Kioe merasa amat terperanjat melihat bocah itn mengancam jalan darahnya,
Iaksana kilat ia tarik kebelakang kaki kanannya dan berpikir.
"Sungguh tak nyana kepandaian silat yang dimiliki bocah lni luar biasa sekali"." Tibatiba
terdengar Siauw Ling berseru: "Saudara Tu, tak usah melawan, berikan saja senjata
tajam kita kepada mereka."
Tu Kioe selamanya tak berani membangkang" perintah Siauw Ling, mendengar ucapan
tersebut iapun tidak mengadakan perlawanan lagi.
Bocah lelaki itu segera menyabut keluar senjata pit baja yang tersoren dipunggung Tu
Kioe sementara dara berbaju yang hijau tersebut Sudan mengambil pedang milik Siauw
Ling dan bergerak mendekati Sang Pat.
"Dimanakah senjata tajammu kau sim-pan?"" tanyanya.
"Sengaja tajam sih ada cuma kurang leluasa bagimu untuk mengambilnya keluar Harap
nona suka membuka lebih dalu senjata itu kemudian borgol itu baru dikenakan
kembali?"?" Jelas dara berbaju hijau itu sama sekali tak ada pengalaman didalam dunia persilatan,
mendengar ucapan dari Sang Pat tersebut bungkam dalam seribu bahasa untuk beberapa
saat lamanya sepatah katapun tak sanggup diutarakan keluar.
Tampaklah bocah berbaju hijau itu segera datang menghampiri mereka, dan tegur-nya,
"Dimana anda simpan senjata tajammu" Cayhe suka mewakili dirimu untuk mengambilnya
keluar." "Kalau begitu merepotkan saudara cilik untuk mengambil sendiri," seru Sang Pat seraya
sengaja menggembungkan perutnya.
Dari balik jubah Sang Pat yang lebar akhirnya bocah tersebut berhasil merampas
senjata sie-poa emas tersebut, kemudian berpaling kearah Siauw Yauw-cu yang selama ini
berdiri diujung perahu panca-warna dengan mulut membungkam, tenaknya.
"Semua senjata telah kami rampas semua!" "Baik sekali, kalian boleh naik keatas
perahu!" Kedua orang itu mengiakan. dengan membawa senjata tajam milik Siauw Ling
merekapun meloncat keatas perahu.
Perlahan lahan Siauw Ling alihkan sinar matanya kearah Siauw Yauw-cu lalu seru-nya.
"Senjata tajam kami semua telah berhasil kau rampas. sekarang Tootiang masih ada
petunjuk apa lagi?" Sejak semnla aku sudah tahu kalau sihi-dung kerbau ini tak bisa dipercayn, dugaan ku
ternyata tidak meleset," sela Tu Kios dingin.
Siauw Yauw-co sama sekali tidak menja-di gusar karena sindiran itu, ia malab ter-tawa
ha-mbar dan menyahut. "Kalian bertiga telah memakai borgol emas, pinto rasa dalam gerak-gerik tentu kurang
leluasa, biarlah pinto turunkan tangga untuk mempersilahkan kalian bertiga naik perahu."
Tidak menantikan jawaban dari Siauw Ling lagi, ia berpaling dan memerintah"Turunkan tangga!"
Siauw Ling tidak banyak bicara, ia berjalan lebih dahulu menaiki perahu pancawarna
tadi disnsul Tiong Chiu Siang Ku dibela-kangnya.
Perahu pancawrrna tersebut amat luas sekali geladaknya, panjang kurang lebih tiga
tombak dengan lebar mencapai satu tombak lebih dua tiga depa.
Diujung geladak terrdapat sebuah ruang perahu yang pintu ruang tersebut terukir
dengan sebuah naga sakti serta burung Hong.
Dua belas orang lelaki kekar berbaju hitam dengan golok tersoren dipunggung berdi ri
sejajar dibelakang Siauw Yauw-cn.
Tampak Siauw Yauw-cu ulapkan tangan-nya, dua belas orang lelaki berbaju bitam tadi
laksana kilat menyebar kesamping dan membuka sebuah jalan untuk lewat para jago,
Samentara itu Sang Pat memperhatikan tiang layar diatas perahu itu dengan seksama,
ia merasa bahwa perahu ini jauh berbeda bentuknya dengan perahu-perahu biasa, jelas
bahan maupun bentaknya dibikin secara istimewa dan kokoh sekali.
"Harap kalian bertiga suka menanti sejenak diatas geladak," ujar Siauw Yauw-cu sambil
tersenynm." Pinto segera akan masuk kedalam untuk memberi laporan kepada Koencu
kami agar beliau dapat keluar untuk menyambut kedatangan kalian bertiga."
"Kunjungan ini bukan muncul atas dasar hati kecil kami sendirl, aku rasa kalian tak
usah banyak adat," tukas Siauw Ling hambar.
"Pinto pernah menjanjikan hal itu kepada kalian bertiga, setelah kujanjikan mana bo-leh
kuingkari kembali?"?"
Dengan langkah lebar ia lantas masnk ke dalam ruang perahu.
Pintu ruang perahu yang semula tertutup rapat tiba-tiba membuka dengan sendirinya,
tapi setelah Siauw Yauw-cu melangkah ma-sok pintu tersebut kembali menutup sendiri"Rantai emas ini amat kokoh dan kuat-nya luar biasa," bisik Sang Pat dengan suara lirih.
"Secara diam-diam siauw-te telah coba mengarahkan tenaga namun rantai tersebut gagal
juga kupatahkan"."
"Pada saat ini kita sudah terpesosok ked lam jebakan orang. bila keadaan tidak terlalu
memaksa aku harap saudara berdua suka bersabar diri!"
"Kami berdua pasti akan melaksanakan perintah toako dengan betul-betuL"."
"Walaupnn rantai emas ini sulit bagi kita untuk mematahkannya, tapi bukankah kita
masih punya dua kaki untuk melakukan perlawanan?" selalu Tu Kioe dari samping."
Siauw-te rasa hal yang paling menyulitkan
Saat ini kita masih berada diatas perahu, sedangkan kami bersaudara tidak pandai akan
ilmu dalam air, sekalipun berhasil menerjang keluar dari kepungan mereka belum tentu
bisa lolos dari sungai ini."
"Pendapat saudara Tu tepat sekali,oleh sebab itulah kita harus berusaha untuk sabar".
dan sabar." Tiba-ttba tampak pintu ruang perahu yang tertutup membentang lebar kembali diiknti
munculnya dua orang bocab berbaju hijau itu adalah empat orang dara berbaju hijau pula,
mereka semua sama-sama menyoren sebuah pedang panjang.
"Loo-toa!" Tu Kioe segera berbisik kepada Sang Pat dengan nada amat lirih, "Aku rasa
Su Hay Koen-cu pastilah seorang lelaki hidung bangor yang gemar main prempuan."
"Darimana kau bisa tahu "
Coba kau lihnt diantara atiak buahnya bocah perempuan jauh lebib banyak daripa-da
bocah lelaki". Sementara mereka sedang hercakap-cakap, tiba-tiba terdengar irama musik yang
merdu berkumandang datang, ditengah iringan musik yang merdu merayu perluban-lahan
muncul seorang lelaki berbaju kuning emas dengan sulaman seekor naga dari warna emas
pula. Usia orang itu tidak terlalu besar, kurang lebih diantara tiga puluh tahunan, wajah putih
bersih tak berjenggot, langkahnya perla-han dan mantap seolah mengikuti irama musik.
"Hemmm! sungguh gede lagaknya, diang-gap setelah berlagak begitu lama mirip
seorang kaisar" cisss! sungguh memuakkan," maki Tu Kioe dsngun nada lirih.
Siauw Yauw-cu berjalan mengikuti dibelakang lelaki berjubah kuning emas itu. setelah
keluar dari pintu ruang perahu mendadak ia percepat langkahnya mendahului orang
berjubah kuning itu dan menuju kehadapan Siauw Ling serunya.
"Koen-cu telah keluar dari ruangan. harap kalian bertiga suka munyambut dengan
segala penghormatan."
"Hemmm, kenapa aku harus menyembah dirinya?" tukas Tu Kioe dingin. "Jangan dikata
dia bukan Kaisar sungguhan. sekalipun kaisar snngguhan yang berada dihadapanku
pun belum tentu kami bersaudara sudi menyembah dirinya"."
Walaupun ucapan tersebut diutarakan tidak terlalu keras, tapi orang berjubah kuning
itu dapat mendengarnya dengan amat jelas sekali, sepasang matanya yang bersinar tajam
segera menyapu kearahnya.
Siauw Yauw cu ada". maksud menasehati ketiga orang itu dengan beberapa patah
kata tapi mendadak ia batalkan maksudnya itu.
Ternyata takut Sianw Ling sekalian masih mengucapkan kata yang semakin tak enak
didengar, bukan kebaikan yang diterima sebaliknya malah kejelekan oleh sebab itu tat
kala perkataannya Sudah meluncur hampir di bibirnya ia telan kembali mentah-mentah.
Sementara itu tampakhh dua orang bocah berbaju hijau serta dara berbaju hijau itu
sudah berhenti kurang lebih tiga empat tombak didepan ketiga orang itu, mereka
memecah diri kedua belah samping dan membuka satu jalan lewat buat mereka.
Perlahan-lahan orang berbaju kuning itu berjalan melampui bocah berbaju hijau iyu
setibanya dihadapan para jago ujarnya perlahan, "Barusan cayhe dengar pujian dari Kok
su kami tentang nama besar kalian bertiga, Sudan lama cayhe merasa kagum dan ingin
berkenalan. "Aaaah". jadi dia benar-benar mau memberontak?"" pikir Siauw Ling dalam hati, "Kau
menyebut dirimu sebagai Su Hay Koen cu dan menyebut pula sihidung kerbau itu sebagai
Kok su". cuma andalkan beberapa buah sampan serta perahu panca warna lni-pun kau
ingin menyamakan dirimu sebagai kekuatan sesuatu kerajaan."
Dalam hati memaki diluaran menjawab, "Terima kasih". terima". kasih". Koen-cu
terlalu memuji." "Silahkan kalian bertiga masuk kedalam ruangan dalam agar cayhe bisa menyampaikan
rasa penghargaan kami terhadap kalian bertiga."
"Hhhim, kami bersaudara adalah manusia-manusia kasar dari dunia persilatan." sela Tu
Kioe dingin, hatinya tnerasa panas sekali. "Tidak pantas bagi manusia macam kami untuk
masuk kedalam ruang istana Kaisar, apabila tlngkah-laku kami kurang sesuai. bukankah
hal ini malah akan merusak pemandangan disana?"
"Tidak mengapa " Siauw Yauw-cu segera menyela. "Koen cu kami selalu bersikap besar
juga, dan suka bakat-bakat yang baik. Cuwi sekalian adalah orang-orang tersohor dalam
dunia persilatan, itulah manusia-manusia berbakat yang digemari Koen-cu kami, sekalipun
sikap kalian agak kasarpun tidak akan jadi soal!"
"Perkataan Kok-su sedikitpun tidak salah, silahkan kalian bertiga masuk kedalam ruang"
an untuk berbicara!" sambung orang berjubah kuning itu. Mendengar tawaran itu. Siauw
Ling segera berpikir didalam hatinya.
"Setelah kami berada diatas perahu Panca Warna ini, sudah sepantasnya kalau masuk
kedalam ruang perahu untuk mengadakan pembicaraan dengan mereka"."
Karena berpikir demikian ia lantas melangkah masuk kedalam ruang perahu itu.
Menyaksikan Toakonya masuk. Sang Pat serta Tu Kioe pun tarpaksa mengikuti dibelakangnya.
Orang berjabah kuning itu berpaling memandang sekejap kearah Sianw Yauw
Cu kemudian mengikuti dibelakang ketiga orang itn masuk kedalam ruang perahu.
Ruangan didalam perahu itu amat luas, perabot yang ada disanapun rata-rata
merupakan benda berharga, membuat suasana kelihatannya megah, agung dan mewah.
Diatas lantai perahu dilapisi oleh sebuah permadani merah yang sangat tebal. sekeliIing dinding dilapisi oleh kain berwarna hijau, sebuah kursi emas berukiran naga dan
burung hong terletak ditengah ruangan, sebuah meja panjang terbuat dari kayu cenda-na
ada didepan kursi tersebut.
atas dinding dibelakang kursi kebesaran yang terbuat dari emas tadi tergantung sebuah
lukisan raksasa yang panjangnya mencapai enam depa, diatas lukisan tersebut tertulis
kata-kata yang berbunyi: "Peta situasi dunia persilatan" Tulisan itu bukan saja amat besar
babkan diwarisi dengan warna yang menyolok sehingga menarik perhatian siapapun yang
melihat. Siauw Ling segera memperhatikan isi peta itu dengan seksama, tampaklah diatas pe ta
tadi tergambarlah letak kekuatan setiap perguruan dan partai yang ada dikolong la-ngit.
disamping itu tercatat pula ilmu silat andalan mereka serta jumlah anak muridnya.
Baik pihak Siauw-lim-sie maupun perkumpulan Pek-Hoa san-cang sama-sama
tercantum disana, hanya bedanya satu pihak merupakan kekuatan Bu-lim yang berdiri
sejak- jauh kala dibanding pihak lain
Jelas pengetahuan Su Hay Roencu terhadap kedua tempat itu terbatas sekali, hal ini
dapat dilihat dan Catatan yang sama sekali tak ada diisi lukisan tersebut, mereka tidak
cantumkan keistimewaan ilmu silat mereka terjumlah anggotanya.
"Su Hay Koencu betul-betul seorang manusia luar biasa," diam-diam Siauw Ling
berpikir. "Cukup untuk membuat peta Situasi dunia persilatan ini saja, entah ia sudah
mem buang berapa banyak waktu?"
Dalam pada itu tampak orang berbaju kuning itu sudah naik keatas kursi kebesaran nya
dan ambil tempat duduk, lain berseru.
Silahkan kalian bertiga ambil tempat duduk!"
"Kurang ajar!" pikir San Pat.
Terdengar Siauw Yanwtcu tertawa dan berseru pula.
"Silahkan kalian bertiga ambil tempat duduk.
"Setelah datang kenapa harus bertindak hati?" pikir Siauw Ling, ia segera melangkah
depan dan ambil tempat duduk. Melihat Toakonya duduk, sepasang pedang dari Ting Chiu
pada ikut ambil tempat isinya.
"Hidangkan air teh!" Teriak Sianw Yauw sambil tersenyum.
tampak dinding ruang perahu itu bergeser kesamping dan muncullah sebuah pintu
rahasia, lima orang dayang caiitik berpakaian warna warni secara beruntun berjalan
keluar, masing-masing orang membawa sebuah nampan kumala, diatas nampan terletak
sebuah cawan dengan isi air wangi, masing-masing berjalan kehadapan Siauw Ling dan
Tiong-chiu Siang Ku Iain menghindarkan air teh tersebut.
Meskipun sepasang tangan Siauw Ling serta Siong Chiu Siang Ku diborgol dengan
rantai emas namun kelima jari tangan masih dapat digunakan secara leluasa, hanya saja
gerak geriknya kurang leluasa.
Melihat hidangan tersebut diangsurkan kepada mereka, ketiga orang itu melirik sekejap
kearah Siauw Yauw cu dengan pandangan dingin, lalu menyahut.
"Terima kasih nona, tak usah repot-repot!" Sedangkan Sepasang pedagang dari Tiongchiu
hanya tertawa dingin belaka, sepatah katapun tidak diucapkan.
Seorang berjubah kuning serta Siauw Yauw cu masing-masing mengulurkan tangannya
menerima angsuran cawan dari atas nampan.
"Kalau memnng kalian bertiga tak mau minum lebih baik kamu segera mengundur-kan
diri," Seru Siauw Yauw-cu sambil ulap kan tangannya kearah para dayang tersebut.
Lima orang dayang cantik sama-sama putar badan dan mengundukan diri kebalik pintu
rahasia diujung dinding tersebut.
Perlahau lahan Siauw Yauw cu meletakkan cawan air tehnya keatas meja. kemudian ke
pada orang berbaju kuning bisiknya lirih.
"Bilamana Kocncu ada persoalan silahkan diutarakan kepada ketiga orang tamu
terhormat kita ini."
Orang berjjbah kuning itu tersenyum dan mengangguk.
"Sudah lama kudengar nama besar kalian berriga, sungguh beruntung ini hari Cayhe
dapat berjumpa dengan kalian," ujarnya. "Dewasa ini situasi dalam BuIim amat kalut,
pertempuan terjadi dimana mana, budi dan dendam terus menerus berlangsung dijagad
entah sarnpai kapan kesemuanya in akan berakhir, menyaksikan kesemuanya ini" kian hari
hatiku makin tidak tega. bicara terus terang puda saat ini cayhe ada niat untuk terjun
kedalam dunia persilatan dan berusaha untuk mencegah pembunuhan. itu lebih lanjut dan


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berusaha untuk mewu-judkan keadilan serta kedamaian dalam dunia." Ia merandek
sejenak dan menambabkan. Bagaimanakah pendapat kalian-bertiga mengenai persoaian ini?"
Sinar mata Siauw Ling segera beralih keatas wajah Sang Pat, ia bermaksud agar dialah
yang buka Suara. Sang Pat rnenerima maksud toakonya, ia mendehem ringan lalu tertawa terbahak-bahak.
Melihat Sang Pat tertawa, orang berjubah kuning itu mengkerutkan alisnya rapat-rapat,
rupanya ia mau mengumbar amarah namns akhirnya ditahan juga niatnya itu.
"Ha". haaa". Koen-cu, jadi kau ingin muncul kedalam Bu-lim sebagai penengah"
Wah". kalau begitu dunia bakal tertolong nih!"
"Siapa nama kalian?" tegur orang berjubah knning itn dengan alis mengkerut.
"Cayhe adalah Sie-sie-poa emas Sang Pat."
"Ouw". kalau begitu kalian berdua adalah jago Bu-lim yang disebut Sepasang
Pedagang dari Tiong-chiu bukan?" kata orang itu sam-bil menyapu pula kearah To Kioe,
setelah itu ia memandang kearah Sianw Ling dan melanjutkan. "Sedang saudara ini
pastilah Siauw Ling-heng, bukan begitu?"
"Sedikitpun tidak salah."
Orang berjubah kuning itu mengangkat Cawan air tehnya untuk menghirup seteguk,
lain berkata kembali, "Cayhe ada maksud untuk tampil kedepan sebagai penengah dan
menyelesaikan segala peristiwa yang ada didalam Bu-lim. Untuk mewujubkan hal tersebut
banyak sekali jago-jago lihay yang kubutuhkan tenaganya untuk membantu. tolong tanya
apakah kalian sudi membantu citaku ini?"
"Kalau Koen-cu memang punya cita-cita luhur seperti itu, kami merasa amat kagum
sekali," sahut Sang Pat. "Ditambah pula ada Siauw Yauw tootiang yang selalu membantu,
usaha ini pasti akan berhasil.
Aaaai berbicara terus terang saja, kami sekalian hanyalah kurcaci-kurcaci dalam Bu-lim,
ilmu silat kami cetek, mungkin tak akan sanggup bagi kami untuk membantu cita-cita
Koen-cu itu!" "Kok-su kami telah perkenalkan ilmu silat kalian bertiga, disamping itu cayhe pun sudah
lama mendengar nama besar kalian semua. bila kalian suka membantu, cayhe pasti akan
menghargai tenaga-tenaga kalian ini. Bila mana dikemndian hari cayhe berhasil
menduduki kursi Koen cu dalam Bu lim, ja-sa kalian bertiga pasti akan cayhe balas."
"Kurang ajar". ketahuan sekarang ambisinya yang gede itu." maki Sang Pat d dalam
hati. Walaupun begitu diluaran ia menyahut juga.
"Masalah ini menyangkut suatu persoalan yang maha besar. sulit bagi cayhe sekalian
untuk mengambil keputusan dalam waktu singkat.
"Bagaimana menurut pendapat Kok-sn?" sinar mata orang berjubah kuning itu segera
dialihkan keatas wajah Siauw Yauw-cu.
"Menurut pendapat pinto, persoalan ini sangat gampang sekali. Mau tidak mau bukanlah
bisa diputuskan dengan sepatah kata saja" Apa gunanya dipikirkan lebih jauh?"
Perkataan ini boleh dibilang secara langsung mengenai sasaran membuat Sang Pat tak
bisa berkutik lebih jauh. terpaksa ia berbisik lirih kepada diri Siauw Ling, "Toako lebih kau
sajalah yang mengambil keputnsan!"
Siauw Ling termenung sejenak, setelah itu barn menjawab, "Seandainya cayhe sekalian
tidak sudi mem baktikan diri kepada Koen-cu apa yang hendak kau lakukan7"
Rupanya orang berjubah kuning itu sama sekali tidak menyangka kalau si anak muda
ini berani berbicara ketus walaupuu ditubuhnya dikenakan borgol, air mukanya kontan
berubah hebat. "Apabila kalian bertiga menampik permintaanku ini, bukankah hal ini sama artinya tidak
memberi muka pada diri cayhe?"
"Siapakah yang tahu keadaan dialah ma-nusia pintar, menurut pandangan pinto lebih
baik kalian bertiga kabulkau saja perminta-an kami ini,"sambung Siauw Yauw-cu.
"Apakah Tootiang heudak menggertak kami?"
"He". heeeh". pinto sama sekali tidak main gertak. apa yang kuucapkan tidak lain
adalah nasehat baik yang mnncul dan dasar hati kecilku."
Siauw Ling tahu pada saat ini kedudukan kedua belah pihak sudah jelas amat tegang,
musuh atau sahabat hanya tergantung pada sepatah katanya. Ia tidak berani bertindak
gegabah lagi. Setelah berpaling dan meman-dang sekejap kearah Tiong-chiu Siang Ku
lijarnya, "Bagaimana kalau menurut pendapat kalian berdua?"
Hidup atau mati kami berdua selalu akan mengikuti toako, apa yang toako putuskan
berarti sebagai keputusan pula dari kami berdua."
Siauw L:ng mengangguk, sinar". matanya kembali dialihkan keatas tubuh orang
berjubah kuning itu, kemudian menjawab"Kalau Kun-cu ingin main gertak terhadap diri cayhe, sekalipun harus mati aku orang
she Siauw tak akan menerima."
"Tahukah kalian bertiga bahwa apa yang kau anda ucapkan saat ini segera akan
menentukan mati hidup kalian bertiga?"
"Koen-cu, jangan marah." Siauw Yauw cu yang menyaksikan majikannya marah buruburu
menukas. "Bagaimana kalau membiar_ kan pinto berusaha untuk menasebati
mereka!" "Baik! kalau mereka tidak disadarkan dengan nasehatmu, tak usah kita tinggalkan bi-bit
bencana bagi dikemudian hari."
Ucapan tersebut sudah amat jelas sekali, seandainya Siauw Yauw-cu gagal untuk
mengubah jalan pikiran Siauw Ling sekalian maka mereka bertiga segera akan terancam
oleh mara bahaya. Dalam pada itu terdengar Sianw Yauw-cu mendehem ringan, lalu berkata, "Ada sepatah
dua patah kata yang ingin pinto utarakan. pinto berbarap agar kalian bisa putar otak dan
memikirkan secara baik. baik."
"Ehmm, katakanlah!"
Sambil menjaWab diam-diam Siauw Ling Salurkan hawa murninya keseluruh badan dan
coba mematahakan rantai diatas badan-nya.
Dari ucapan Tiong Chin Siang-Ku tadi dengan bahwasanya rantai emas yang kecil itu
amat kokoh sekali. walaupun diluar tidak menyatakan apa-apa na,mun dalam hati ia
merasa kurang percaya, maka secara diam. diam hawa murninya disalurkan untuk men
cobanya Tampak Siauw Yauw-cu angkat cawan air tehnya dan minuman setegukan lalu berkata
kembali. "Kalian bertiga sama-sama adalah manusia kuat yang lihay, kalau sampai kalian harus
mati tanpa sebab yang besar, bukankah hal ini patut disayangkan sekali"."
Sinar matanya perlahan-lahan menyapu sekejap wajah ketiga orang itu, lain menambahkan."
"Bagaimauakah menurut pendapat kalian bertiga atas ucapan pinto barusan?"." 00O000- Darimana kau bisa tahu kalau kami pasti mati" sela Tu Kioe dingin.
Sekarang ditubuh kalian bertiga memakai borgol, sekalipun ilmu silat yang kalian mi-liki
lebih lihaypnn jangan harap bisa menan dingi diri pinto.
"Huuu". itu sih belum betul!" jengek Tu Kioe.
"Tu-heng, kalau anda tidak percaya dengan perkataan pinto, maka pinto akan meng mbil
seseorang sebagai percobaan, akan kami perlihatkan sampai dimana kebenaran itu."
"Kalau soal itu sih harus dilihat dulu siapa orangnya."
"Kalau dibicarakan dari nama serta kedudukannyan didalam duuia persilatan, mungkin
dia jauh berada diatas kalian bertiga."
Bicara sampai disitu mendadak toosu itu bertepnk tangan satu kali dan berseru tangan.
Gusur kemari sipengemis tna itu!"
"Sipengemis tua?"" kalau begitu orang yang dimaksud pastilah jagoan dari pihak Kaypang,"
pikir Siauw Ling didalam hati. "Kebanyakan anggota perkumpulan Kay-pang adalah
manusia-manusia patriot dan lelaki sejati, tentu saja ia tak akan tundnk terha-dap So Hay
Koen-cu"." Sementara dalam hati ia masih berpikir tiba-tiba pintu rahasia diatas dinding terbu ka
kembali. Dua orang lelaki berbaju hijau dengan mencekal pedang telah munculkan diri sambil
menggusur seorang kakek tua yang kurus kering dan berbaju compang camping.
Orang tua tidak mengenakan borgol emas
tapi tulang pie-Pa pada sepasang bahu-nya telah dilobangi dan ditembusi oleh otot
kerban yang sangat kuat. Dua orang bocah berbaju hijau tersebut dengan tangan kanan
mencekal pedang, tangan kirinya mencekal ujung otot kerbau tersebut.
Begitu menyaksikan kakek tua yang kurus kering tadi, Siauw Ling merasa amat terperanjat
sekali sehingga hampir-hampir saja berseru tertahan. tapi untung dengan cepat
dicegah oleh Sang Pat. Sinar mata pengemis tua berbadan kurus itupun menyapu sekejap wajah Siauw Ling
bertiga diikuti air mnkanya menunjukkan rasa terperanjat pula, tapi hanya sebentar saja ia
berhasil menguasahi diri.
Kiranya sipengemis tua yang berbadan ku rus kering ini bukan lain adalah Soen Put
Shia-sang tiang-loo dari Kay Pang yang telah membantu Siauw Ling sekalian menerjang
ke luar dari perkumpulan Pek Hoa san-cung. Terdengar Siauw Yauw-cu bertanya.
Kenalkan Cuwi sekalian dengan pengemis tua itu?"?"
"Tidak kenal," buru-buru Sang Pat menya-hut.
Perlahau lahan Siauw Yauw-cu alihkan sinar matanya keatas tubuh Siauw Ling kemu
dian katanya "Pinto rasa anda tentu kenal dengan diri nya bukan7?""
"Sang Pat menghalangi aku dan ia minta aku bersikap seolah-olah tidak kenal dengan
pengemis tersebut, dengan pengalamannya yang luas perbuataannya ini pasti
mengandung maksud lain pikir Sianw Ling didalam hati maka ia segera.
"Ditinjau dari raut wajahnya, aku rasa pernah mendengar dari orang lain."
"Haaa". haaa". kiranya begitu tidak aneh kalan hatimu terdengar keras setelah
menyak sikan wajahnya"."
Ia merandek sej nak kemudian berkata kernbali.
"Pinto rasa kalian bertiga tentu pernah mendengar bukan akan nama perkumpulan Kaypang"
Nah! orang ini bukan lain adalah salah satu Tiangloonya yang bernama Soen Put
Shia." "Ilmu silat yang dimlliki Soen Put Shia sangat luar biasa, dari mana ia bisa tertawan
oleh Su Hay Koen-cu".?"." pikir Tu Kioe.
Mendadak sinar mata Siauw Yauw-cu yang tajam dialihkan keatas wajah si pit baja ber
wajah dingin ini, lain tegurnya, "Tu-hang, kau pernah mendengar nama beSar dari Soen
Put Shia bukan?" "Tentu saja pernah mendengar!"
"Bagaimana ilmu silat yang dimiliki Soen Put s ia dibandingkan dengan kepandaian
kalian sepasang pedagang dari Thio-chiu?"
"Tentu saja ilmu silatnya jauh lebih Tinggi!"
"Haaa"haaa."haaa". bagus. kalau Tu-heng tidak percaya aku,kekuatan dari borgol
emas itu. maka piuto akan mencobanya dibadapan kalian agar pengetahuan yang kalian
miliki pun bisa bertambah"."
la merandek sejenak kemudian melanjut kan, "Aku hendak melepaskan borgol emas
atas badanmu itu dikenakan ditubuh Soen Put Shia kemudian membinasakan dirinya agar
kalian bisa menyaksikan sendiri kehebatan dari borgol emas tersebut."
"Kalau dia mau lepaskan borgol diatas tubuhku. inilah suatu kesempatan baik yang
sukar didapatkan." pikir Tu Kice," sayang sekali kesempatan baik tidak ditangan toako."
"Tetapi"." terdengar Siauw Yauw-cn ber-kata lebih jauh." Sebelum pinto melepaskan
slot borgol dari atas tubuhmu, mako kedua buah tulang pie pa kamu akan kutembusi
dahuln dengan otot kerbau."
Ucapan ini membuat Tu Kioe tertegun, kembali ia berpikir.
"Sungguh beruntung bejadian ini tidak sampai menimpa pada diri toako"
Sementara Itu Siauw Yauw cu telah ba-ngun berdiri dan berjalan menuju kearah Tu
Kioe. Leng Bin Thiat Pit tetap berdiri tak ber-kutik hanya saja sepasang matanya dialihkan
keatas tubuh Siauw Ling, dibalik sinar matanya penuh mengandung nada pertanyaan.
Jelas ia tak sndi membiarkan orang lain melubangi tulang Pie-pa-kut nya dengan otot
kerbau maka ia melakukan perlawanan. tetapi tidak mengetahui pula maksud hati Siauw
Ling oleh sebab itulah ia memandang kearah si anak mnda itu dan menanyakan pendapatnya.
"Tahan!" tiba-tiba Siauw LiHg bangun ber diri.
"Heeeh". heeeh". anda ada petunjuk apa lagi?" jengek Siauw Yauw cu sambil tertawa
seram. "Tahukah kau diantara kami bertiga siapakah yang boleh mengambil keputnsan?"
"Hidup mati Tiong Chiu Siang Ku ber-bakti kepada Siang-heng. pinto rasa Siauw
henglah pemimpin mereka."
"Hmmm! apabila kau sudah tahu kalau akulah pemimpin dari kami bertiga, menga-pa
kau tidak membicarakan persoalan itu dengan diriku?"
Siauw Yauw-cu tersenyum. "Pinto punya jalan pikiran sendiri, tak usah Sianw-heng
menguatirkan tentang diriku." serunya.
"Apakah Tootiang bermaksud mengguna-kan kekerasan untuk membereskan cayhe
sekalian belaka "Sebelum kulubangi tulang pie-pa-kut dari Tu-heng, pinto akan menotok jalan darahnya
terlebih dulu." "Hmm." Siauw Ling melangkah maju satu tindak kedepan: "Sebelum aku orang she
Siauw mati. tak akan kubiarkan tootiang turun tangan melukai orang dengan sesuka
hatinva." Rupanya sikap Siauw Yauw-cu terhadap Siauw Ling luar biasa sabarnya, segera ia
tertawa hambar. "Dengan kecepatan ilmu pedangmu Sianw-thay-hiap menjelajahi dunia persilatan, kini
kau tidak berpegang, aku rasa kepandaianmn masih belum tandinganku."
"Walaupun aku orang she Sianw tidak ber pedang ditangan, namun aku tidak ingin
menyaksikan tootiang turun tangan melukai saudara-saudaraku."
"Toako mundurlah kebelakang," tiba-tiba Tu Kioe tampil ked pan, "Setelah sihidung
kerbau ini ngotot hendak menghadipi siauw-te, biarlah aku saja yang menghadapi dirinya."
"Kalau kalian. bertiga sama Sama mengenakan borgol emas, siapapun bukan
tandingannya," terdengar Soen Put Shla menyela secara tiba-tiba.
Sampai dimanakah taraf kepandaiau silat yang dimiliki Soen Put Shia, baik Siauw Ling
maupnn Tiong Chiu Siang Kn pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, maka
mendengar perkataan tersebut mereka jadi tertegun.
"Aaaah, sungguh tak nyana akhirnya ja-lan pikiran Soen-heng berhasil ditembusi juga,"
seru Siauw Yauw-cu sambil memandang wajah pengemis tua itu dan tersenyum.
Sepasang mata Soen Put Shia berkilat, rupanya ia ingin mengumbar hawa amarahnya,
tapi dengan paksa ditahannya jnga. setelah menghela napas panjang, katanya, "Apabila
aku sipengemis tua, Siauw tay-hiap serta Tiong-chiu Siang Ku benar-benar membantu
kalian, nama besar Su Hay Koen cu dengan cepat akan tersohor dikolong langit."
"Justru karena hal itulah selama ini pinto selalu bersabarkan diri dengan harapan agar
kalian berempat sudi membantu usaha Koen-cu kami!"
"Haaati".! aku rasa tootiang tidak akan berhasil menundukan hati mereka."
"Kalau keadaan situasi memang terlalu merasa diri pinto, mau tak mau terpaksa pinto
harus turun tangan membunuh mereka semua. dengan paling sedikit kami dapat
mengurangi sebagian tenaga penghalang cita-cita kami."
"Apalagi tootiang suka mempercayai aku sipengemis tua".
"Selamanya pinto tak pernah sangsi menggunakan orang" tukasnya.
Siauw heng ada petunjuk, silahkan diutarakan keluar."
"Aku sipengemis tua suka mewakili tootiang untuk menundukkan hati mereka, agar
mereka sudi berbakti bagi Su Hay Koey-cu."
Siauw Yauw cu termenung sejenak, tiba-tiba ia mendongak dan tertawa terbahak
bahak. "Apa yang kau tertawakan?"" tegur Soen Put Shia dingin.
"Sejak Soen heng berhasil pinto tawan, sikap maupun tingkah lakumu dingin dan tinggi
hati walaupun pinto sudah memberi nasehat dengan pelbagai cara kan tak suka menurut,
kini secara tiba-tiba kau berubah pikiran bahkan hendak mewakili pinto untuk
menundukkan hati mereka niatmu ini bukankah seketika membuat pinto jadi curiga?"?"
"Kalau tootiang tidak percaya kepada aku sipengemis itu. maka tak usah kita bicara-kan
persoalan itu." Siauw Yanw-cu termenung sebentar, kemudian sahutnya, "Bukankah pinto tak man
mempercayai diri Soen-heng, cuma saja persoalan ini harus mendapat persetujuan dahulu
dari Koen-cu kami." Ia berpaling segera berbisik-bisik lirih dengan orang berjubah kuning
itu. Soen Put Shia segera tertawa dingin, ia berpaling kesamping dan berbisik dengan ilmu
menyampaikan suara. "Siauw-heng pada saat ini usia anda masih muda. keamanan Bu-lim selama dua pu-luh
tahun mendatang telah menjadi tanggung jawab serta kewajibanmu untuk mellndungi,
aku minta siauw tayhiap bisa baik-baik menjaga diri, janganlah disebabkan mengikuti
emosi hingga menjadikan satu masalah kecil jadi masalah besar"."
Terdengar Siauw Yauw-cu telah berkata, "Koen-cu kami merasa bahwa Soen-heng
adalah seorang jagoan yang sudah banyak tahun tersohor dikolong langit, terhadap diri
Soen-heng kami bisa menaruh kepercayaan." ia pura pura lagi mendongkol sementara
dengan ilmu menyampaikan suara ujarnya lebih jauh.
"Saudara Siauw berbeda sekali dengan aku sipengemis tua, aku sudah tua sedangkan
kau masih muda, bagaimanapun juga kau tak dapat dibandingkan dengan diriku"."
"Koen-cu kami sudah mengabulkan permintaan Soen-heng, bagaimanakah pendapat
Soen heng sendiri?" kembali Siauw Yanw-cu ber-teriak keras." Harap kau cepat cepat
mengambil keputusan."
Perlahan-lahan Soen Put Shia berpaling, sahutnya.
"Apa sebabnya pula secara tiba-tiba too-tiang suka mempercayai aku sipengemis tua?"
"Aku cuma menyampaikan maksud hati Koen cu kami belaka, menurut pandangan pinto
sekalipun Soen-heng benar-benar ada maksud berusaha, mungkin hasil yang kau
dapatkan diluar sangkaan."
Aku sipengemis tua punya hubungan yang sangat erat dengan guru Siauw Ling, sekalipun
tootiang tidak mampu namun aku sipengemis tua punya beberapa harapan untuk


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berhasil. "Seandainya Soen-heng dapat menjelaskan kecurigaan yang terkandung dalam hati
pinto tentu saja pinto berlega hati akupun akan merasa sangat kagum sekali terhadap
dirimu," "Apakah kau menaruh Curlga bahwa aku sipengemis tua sedang menggunakan siasat
untuk menipu kalian"
"Diatas tubuh cuwi sekalian telah dikenakan alat borgol tentu saja pinto tak akan
menguatirkan serangan gabungan dari kalian, sedangkau mengenai soal siasat. Apabila
kalian bisa menggunakannya dihadapan pinto". hal ini bukankah berarti kalian sudah
terlalu rendah menilai diri pinto?"
"Jadi kau ingin tahu apa sebabnya aku si pengemis tua secara tiba-tiba bisa berubah
pikiran?" "Kalau Soen-heng mau bicara, dengan segala senang hari akan pinto dengarkan.
"Aku sipengemis tua punya hubungan yang sangat erat sekali dengan suhu dari Siauw
Ling, maka aku tidak tega menyaksikan ia mati muda."
"Kau kenal dengan gurnnya, dus berarti kau pernah berjumpa dengan Siauw Ling bu
kan?" kata Siauw Yauw-cu sambil tertawa hambar.
"Tentu saja aku pernah berjumpa dengan rdirinya, ketika loohn bertemu dengan dia
waktu itu usia Siauw Ling masih kecil" mungkin dia sendiripun sudah tak dapat mengingat
kembali akan diri aku sipengemis tua lagi. Maka dari itu ketika ia bertemu dengan aku
tadi. sekalipun wajahnya menunjukan rada kaget dan tercengang namun ia tak dapat
mengenali diriku kembali."
Siapakah guru dari Siauw Ling?"
"Tentang soal ini, harap maafkan aku sipengemis tua karena tak dapat kuutarakan."
"Mengapa?" "Sahabatku itu mempunyai banyak sekali mnsuh-musuh besar, tapi orang kang-ouw
menganggap orang itu sudah lama mati. Kalau sampai mereka pada tahu kalau dia masih
hidup". waaah, aku takut akan mendatangkan banyak kerepotan bagi dirinya
"Ujung langit begini luas, asal kan tidak " katakan tempat tingalnya. sekalipun ada
orang tahu kalau dia masih hidup dikolong langit, tak akan berhasil menemukan dirinya."
"Jadi Tootiang ingin sekali mengetahui namanya?"
"Kalau Soen-heng merasa keberatan, tentu saja pinto tak akan terlalu memaksa."
"Baiklah, akan kuutarakan keluar nama orang itu, cuma tootiang jangan takut setelah
mengetahuinya " "Orang kang-ouw yang dapat menakutkan hati pinto dewasa ini, boleh dibilang hanya
Soen-heng serta beberapa orang belaka."
"Chung San Pek, tootiang pernah mendengar nama orang ini?"
Siauw Yau-cu tertegun beberapa saat kemudian perlahan lahan ia baru menyahut.
"Kecuali Chung san Pek. memang tak ada orang lain yang dapat mendidik seorang
murid macam dia," Dalam pada itu diam-diam mengawasi perubahan sikap toosu tersebut, ia saksikan air
muka Siauw Yauw-cu rada berubah setelah mendengar nama gurunya, jelas ia merasa
rada jeri. Hatinya langsung bergerak pikir di-dalam hati.
, "Kalau begitu toosu tua hidung kerbau ini,jelas kenal dengan guruku"."
Terdengar Soen Put-shia telah menegur dengan nada dingin, "Apakah tootiang sudah
percaya?" "Percaya, kalau begitu terpaksa pintu ha-rus merepotkan diri Soen-heng untuk mewakili
pinto guna menasehati Siauw sicu ini."
"Tidak sulit bagiku untuk mewujutkan keinginanmu itu, tapi ada beberapa persoala
harus totiang setuju lebih dahulu".
"Persoalan apa?"
"Aku sipengemis tua hendak menggunakan hubungan pribadi untuk melelehkau
kekerasan hati Siauw Ling, maka lebih baik kalau tootiang jangan mengutus orang untuk
mencuri dengar secara diam-diam,"
"Dengan tajamnya pendengaran cuwi sekalian, sekalipun pinto utus orang Untuk
mencuri dengar pembicaraan kalian. Mungkin perbuatanku ini tak akan bisa mengelabui
mata cuwi sekalian. "Walaupun aku adalah Sahabat karib suhunya. tapi ingatannya mengenal aku
sipengemis tua sudah samara-samar maka dari itu akupun harus membutuhkan waktu
yang sangat panjang."
"Berapa lama waktu yang Soen-heng inginkan?"
"Sehari semalam, rasanya tidak terlalu panjang bukan?"
"Baiklah, akan kupenuhi semua permintaan dari Soen-heng itu. entah kau masih ada
syarat apa lagi yang hendak kau ajukan?"
"Pilihlah dua orang dayang yang paling cantik diatas perahu panca warna kalian ini "dan
sediakan hidangan yang lezat komplit dengan arak wangi buat kami beberapa orang."
"Persoalan ini gampang sekali untuk di-selesaikan?"
"Dan permintaanku yang terakhir pilihlah perahu yang paling tenang dari gangguan
buat kami minum arak sambil bercakap-cakap."
"Permintaanmu ini sudah menjadi kewajiban kami untuk menyediakan"." Toosu
itu segera berpaling kearah dua bocah ber-senjata pedang yang mengusur keluar Soen
Put shia tadi dan perintahnya
"Bawa keempat orang tamu agung ini kedalam ruang penyambut perahumu!"
Dua orang bocah bersenjata pedang itu mengiakan, kepada Soen Put-shia serta Siauw
Ling sekalian segera bentaknya, "Ayoh jalan!"
"Keempat orang tamu agung ini ada kemungkinan akan berbakti buat Koen-cu kita,
kalian barus melayani mereka secara hati-hati."
Kali ini kedua orang bocoh tersebut tak berani kurang ajar lagi terhadap keempat orang
itu, mereka segera menjura dan berkata halus, "Kami berdua akan membawa jalan bagi
kalian berempat." Soen Put-shia sekalian tidak banyak bica-ra, dibawah pimpinan kedua orang bocah tadi
akhirnya sampailah mereka didalam sebuah ruang perahu yang diatur megah dan bersih.
"Silahkan kalian berempat duduk, hamba sekalian mohon diri." Kata kedua orang bocah
itu kemudian sambil menjura dan masuk kan kembali pedangnya kedalam sarung.
"Kalian tidak takut apabila aku sipengemis tua melarikan diri"_." jengek Soen Put-shia
dingin. Kedua orang bocah tersebut tidak berani berbicara lagi, mereka membawa ujung otot
kerbau itu dan berjalan keluar dari ruangan.
"Haaaa". haaaa". bagaimana" sikapmu terhadap diriku sangat jelek sekali, seumpama
kata aku sipengemis tua benar takluk kepada Su Hay Koen-cu, maka persama yang akan
kuhukum adalah kalian berdua."
Pada waktu itu dua orang bocah tadi sudah berada diluar ruangan, mendengar
ancaman tersebut buru-buru mereka menyahut, "Hamba sedang menjalankan tugas yang
diberikan atasan kami kepada kami berdua, harap kau orang tua jangan marah dan
menyalahkan kami." "Apakah kalian berdua hendak memegang ujung otot kerbau itu dan berjaga diluar
ruangan?" "Kami akan mengikat ujung otot kerbau ini diatas tiang besi diluar ruangan. harap kau
orang tua legakan setelah toa-ya perintahkan hamba sekalian berempat." " Terdengar
suara langkah kaki mereka kian lama kian jauh dan akhirnya lenyap dari pendengaran.
Dengan seksama Soen Put Shia tempelkan telinganya diatas dinding beberapasaat
kemu dian ia baru berpaling dan berkata dengan nada serins.
"Siauw thay hiap aku sipengemis tua hendak menasehati dirimu dengau beberapa
patah kita." "Silahkan cianpwe katakan, akan boanpwe dengarkan dengan seksama.
"Usiaaku sipengemis tua sudah lanjut. banyak kejadian yang pernah kualami dan ku
rasakan banyak pula jago muda yang pernah kutemui namun tak seorangpun, diantara
mereka mempunyai kehebatan seperti kau, ba-katmu yang bagus ditambah dengan
pengalaman aneh yang kau jumpai menciptakan diri Loo te sebagai sekuntum bunga ajaib
dida-lam dunia persilatan, sungguh luar biasa pula kau diberi jiwa serta semangat seorang
pen-dekar, seorang eng-hiong hoohan, kejadian dalam tiga puluh tahun mendatang serta
perjuangan uutuk melenyapkan kaum iblis telah terjatuh keatas pundakmu Demi
kebahagiaan serta keamanan seluruh umat Bu-lim bagai manapun juga keadaannya nanti
kau tak bo leh mati,"
"Cianpwe, kau terlalu memuji diri boan-pwe," seru Siauw Ling sambil menghembus kan
napas panjang. "Haa". haa". haa". sepanjang hldupku. aku si pengemis tua tidak pernah
mengucapkan kata-kata yang bertentangan dengan jalan pikiranku"."
"Perkataan Soen loocianpwe sedikitpun tidak salah," Sang Pat menyambung dengan
cepat." Diatas sepasang bahu toako lah tugas serta tanggung jawab untuk membasmi
para iblis sepanjang puluhan tahun kemudian di-pukul. bagaimanapun juga kan harus baik
menjaga diri." Siauw Ling menghela napas panjang.
"Sekalipun borgol emas itu sukar dipatahkan, namun bukan persoalan yang seriuS."
ujarnya lirih." Justru kita sekarang terkurung diatas sampan yang dikeliling oleh arus
sungai yang deras, sekalipun kita berhasil meloloskan diri dari atas perahu ini?"
"Justeru disebabkan persoalan inilah maka aku sipengemis tua terpaksa harus lancang
mulut dengan mengatakan aku sebagai Sahabat karib gurumu. dan ingin menasehati diri
Loote agar takluk kepada mereka."
Kini loocianpwe mempunyai akal bagus apa untuk lolos dari" silahkan kau utarakan dan
boanpwe sekalipun pasti akan menjalankan tanpa membantah."
"Akal bagus apa yang bisa kudapatkan" kini aku sipengemis tuapun sedang kelabakan
dan tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Hanya satu hal yang ingin kusampaikan kepada
loo te, selama gunung masih tetap hijau. janganlah kuatir kehabisan kayu bakar."
"Satu satunya jalan bagi kita dewasa ini adalah pnra-pura takluk, kemudian mencari
kesempatan lagi untuk meloloskan diri "kata Sang-pat.
"Sepintas lalu tabiat Su Hay Koen-cu kelihatan berangasan dan gagabah padahal dia
adalah seorang manusia yang luar biasa sekaIi, apalagi Siauw Yauw-cu sitoosu hidung
kerban itu, akalnya banyak dan pikirannya licik bagaikan seekor ular berbisa. Tindakan
kita untuk pnra-pura menyerah tentu Saja telah berada didalam dugaannya, mungkin dia
telah mendapatkan akal untuk menghadapi siasat tersebut."
"Jadi menurut pendapat loocianpwe jalan yang terbentang bagi kita dewasa ini hanyalah
jalan kematian belaka?" sela Tu Kioe dingia.
"Aku sipengemis tua sih punya satu akal, cuma Sianw thayhiap tudi melaknkannya atau
tidak?" "Apa akal dari loocinpwe Itu?" silahkan diutarakan."
"Akalku ini kusebut akal menarik bangkai anjing, kita tak usah menyatakan sanggup
tapi jangan pula menyatakan menampik, kita ulur terus sedapat mungkin"."
"Tapi kita harus mengulur waktu sampai kapan?"?" tukas Sang Pat.
"Tentang SOal ini aku sipenge mis tua tidak berani memastikan kalau di-bicarakan dari
situasi dewasa ini Su Hay Koen-cu memang benar-benar punya ambisi untuk menguasai
Bu lim, ia berhasrat menggulung kita semua dalam cengkeramannya dan digunakan
olehnya, maka dari itu mereka akan berusaha bersabar terhadap kita, untuk sesaat tak
akan mereka laknkan tindakan kekerasan guna membinasakan kita "
Semenrara Sang Pat heudak menyabut, tiba-tiba terdengar suara langkah manusia
berkumandang datang. "Siapa?" Sun Put-shia seera membentak.
"Budak sekalian mendapat perintah untuk datang menghidangkan sayur dan arak,"
suara jawaban seorang gadis yang merdu dan bagus berkumandang datang dari luar
ruangan "Pintu ruangan tidak tertutup, kaliau boleh masuk sendiri kedalam.
Kraaak! diiringi suara yang nyaring, tampak dua orang dayang cantik berbaju hijau
dengan langkah yang amat gesit berjalan ma suk kedalam,
Dayang yang berjalan dipaling depan membawa sebuah baki kayu, diatas baki tadi
terletaklah empat macam masakan yang masih mengepulkan hawa panas sedangkan
dayang kedua membawa pula sebuah baki, hanya saja diatas baki terletak sebuah poci
arak seberat lima kati serta lima buah cawan arak.
Walanpun paras muka kedua orang dayang ini amat cantik, namun dandanan mereka
amat menyolok dan genit sekali, membuat orang yang memandang mereka tanpa terasa
timbui suatu perasaan muak.
Tampak dayang yang pertama meletakkan keempat macam hidangan tersebut keatas
meja, kemudian mengambil sepasang sumpit dan menyumpit beberapa macam sayur tadi
tadi satu persatu dan diletakkan kedalam sebuah mangkuk kecil dan melahapnya tanpa
sungkan-sungkan, Menanti ia selesai makan ujarnya, "Harap saja sekalian bersantap
dengan hati lega, didalam hidangan ini tidak dicampuri dengan racun.
"Ehmmm jalan piklran Sianw Yauw cu benarbenar amat teliti," puji Soen Put-shia.
Dayang keduapun meletakkan poci serta Cawan arak itu keatas meja. diambilnya
sebuah cawan untuk meneguk seteguk arak lalu ujarnya pula, "Didalam arak ini sama
sekali tak ada racunnya!"
Meletakkan cawan itu keatas meja, mereka segera mengundurkan diri kebelakang.
"Nona berdua, harap tunggu sejenak" mendadak Soen Put-shia membentak keras.
Mendengar bentakan itu kedua orang dayang tadi segera berhenti dan berpaling
kebelakang." "Kau orang tua masih ada petunjuk apa-lagi?" tanyanya hampir berbareng.
"Aku sipengemis tua minta kepada Sianw Yauw-cu untuk menyediakan dua orang dayang
yang tercantik diatas perahu panca warna ini untuk menghantarkan sayur dan arak
bagi aku sipengemis tua. Setelah kalian datang kemari, mana boleh segera mengundurkan
diri kembali?" Jilid 5 "OoOOOOUW". kau orang tua menginginkan budak sekalian untuk menemani kau
minum beberapa cawan arak?" seru dayang yang ada disebelah kiri sambil tertawa getir.
"Itu sih tidak perlu, aku sipengcmis tua hanya pingin sambil minum arak bisa
memandang wajah kalian berdua."
Kedua orang dayang itu saling berpandangan sekejap, akhirnya mereka bersama-sama
berjalan jalan menuju kesisi Soen Put Shia dan berdiri di kedua belah sampingnya Dayang
yang ada disebelah kiri mengisi-kan cawan keempat orang itu dengan arak lalu ujarnya
sambil tertawa. "Arak akan menambah kegembiraan orang gagah. Yaya berempat, bagaimana kalan
kalian mengeringkan dahulu secawan arak?"
Soen Put Shia sambar cawan arak yang berada dihadapannya lalu terkata tertawa
"Usia aku sipengemis tua paling besar menurut peraturan akulah yang akan
mengeringkau cawan arak itu terlebih dahulu, dengan demikian aku akan menganggap
tindakan mereka itu sebagai sikap menghormat terhadap diriku."
Tanpa menanti lebih lama lagi, ia teguk habisi cawan tersebut
Dengan gerakan yang cepat dayang yang ada disebelah kiri itu segera memenuhi
kembali cawannya dengan arak.
Soen Put Shia sembari menghalangi Siauw Ling serta Tiong Chiu Siang Kun untuk
bersantap dan minum arak. ia sendiri minum dan makan dengan lahapnya".
Tujuh delapan cawan arak telah dihabiskan dan setiap mangkuk sayur telah disapu-nya
sampai tiga sumpit. kemudian ia baru berhenti makan minum dan berkata seraya tertawa.
"Sekarang kalian berdua boleh pergi, setelah sipengemis tua minum beberapa cawan
arak melihat nona muda orang lain merupakan pantangan yang terbesar. lebih baik nona
berdua cepat-cepat mengundurkan diri dari sini."
Kedua orang dayang itu benar-benar sangat menurut.mereka menjura untuk memberi
hormat lalu mengundurkan diri dari dalam ruangan sekalian menutup pintu ruangan.
Menanti kedua orang dayang tadi sudah jauh meninggalkan tempat itu, Soen Put Shia
baru tersenyum. Silahkan kalian bertiga makan minum dengan hati lega, didalam sayur dan arak ini
benar-benar bersih tak ada racun,"
Ternyata tingkah lakunya yang sinting dan keedan-edanan tadi bukan lain adalah untuk
menjajal apakah sayur serta arak itu diracu-ni atau tidak.
Sang Pat menghela napas panjang.
"Aaaa". untuk melakukan percobaan tersebut. menurut peraturan sudah sepantasnya
kalau kamilah yang melakukan. kami merasa malu kalau suruh Loo ciaupwe yang
melakukan percobaan dengan pertaruhan jiwa sendiri."
Haaa". haaa". -haaa". aku sipengemis tua benar-benar sudah tua bangka.
Sedangkan kalian berdua masih muda dan kuat aku cuma berharap agar kalian berdua
suka membantu diri Siauw Ling dan berjuang demi keadilan serta keamanan umat Bu-lim
kita!" Tentang soal ini harap Loo cianpwe suka legakan hati, seandainya ini kali kita berhasil
lolos dari mata bahaya. asal demi keadilan didalam dunia persilatan sekalipnn ha-rus
membayarnya dengan kerugian besar, kami pasti akan amalkan tenaga untuk membantu."
"Aaaa". sepasang tulang Pie Pa Kut Ku telah mereka lubangi dengan otot kerbau," ujar
Soen Put Shia sambil menarik kembali senyuman yang menghiasi bibirnya."
"Kesempatan bagiku untuk melarikan diri boleh dibilang kecil".
"Apakah mereka telah memusnahkan ilmu silat yang loo-cianpwe miliki?"?"."
"Mereka ingin meminta aku sipengemis tua jual nyawa bagi mereka tentu saja llmu
silatku tidak sampai dipunahkan."
"Kalau begitu asalkan kita dapat memutuskan otot kerbau yang melubangi sepasang
loocianpwe. maka loocianpwe akan jadi mendapat kembali tenaga sin-kangmu akan pulih
kembali." "Benar! Aaaai". seorang manusia yang be-lajar silat. seandainya keempat buah tempat
pentingnya dilubangi oleh otot kerbau sekall pun ilmu silatnya tidak sampai punah, namun
keadaannya tidak berbeda banyak dengan seorang manusia cacad "
Tiba-tiba Siauw Loocianpwe pertimbang-kan sejenak, didalam satu jam mendatang
mungkinkah ada orang dari pihak mereka yang datang kemari?""
"Dalam satu jam mendatang mungkin tak ada orang yang akan datang kemari, tetapi
tentu saja mereka akan melakukan pengawaasan yang ketat secara diam-diam terhadap
diri kita." "Kecuali pintu ruangan ini, apakah didinding empat penjuru ruangan ini, masih


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dipasangi dengan alat rahasia7"
Tentu saja ada, hanya bagi kita yang ti-ga tahu duduknya keadaan mungkin sulit bagi
kita untuk menemukannya. Baiklah. kalau begitu aku akan berusaha untuk memutuskan lebih dahulu otot kerbau
yang melubangi sepasang bahu loocianpwe. setelah itu kita baru susun kembali siasat
untuk melawan musuh," kata Siauw Ling kemudian sambil menghancurkau sebuah cawan.
Namun dengan tepat Soen Put Shia geleng kepala.
"Jangan dibilang kalah. sekalipun kita menangpun belum tentu bisa lolos dari tempat
ini, apa gunanya menempuh bahaya dengan percuma?"?" katanya.
"Tentang soal ini boanpwe sudah pikirkan masak masak, asalkan kita melakukan
perlawanan terbadap kekuatan mereka diatas perahu panca-warna ini, aku rasa Su Hay
Koen-cu tidak akan tega untuk menenggelam-kan perahu raksasanya ini kedasar sungai."
"Walaupun akalmu ini memang tidak jelek, cuma saja kita bakal menempuh banyak
mara bahaya sampai dilukai. Aaaah".! sebenarnya aku sipengemis tua ada maksud
menolong dirimu. sungguh tak nyana malah kaulah yang akhirnya menolong aku
sipengemis tua terlebih dahulu."
Sang Pat tersenyum. "Sekalipun pengawasan yang dilakukan Siauw Yauw-cu amat ketat, namnn ia telah
melupakan sesuatu. Katanya. "Walaupun senjata tajam yang kita miliki berhasil dirampas
gemua, namun mereKa tidak menduga kalau kekuatan tangan toako amat kuat dan telah
mencapai taraf melemparkan bunga melukai orang, memetik daun merobohkan musuh."
Siauw Ling segera mengeluarkan, sahutnya;
"Kalau bukan terdapat pecahan Cawan yang begini tajam membantu usahaku, akupun
akan menemui kegagalan dalam tindakanku ini".
Tiba-tiba terdengar suara langah manusia berkumandang dan dari luar ruangan.
"Otot kerbau diatas badan aku sipengemis tua telah putus. kita tak akan berhasi
membohongi mereka lagi," bisik Soen Pua Shia lirih.
Sementara itu orang yang ada diluar ruangan telah tiba didepan pintu dan mulai
mengetuk. "Siapa?"?" bentak Soen Put Shia.
"Hamba sekalian mendapat tugas untuk datang kemari guna menyampaikan satu
persoalan." Dengan kakinya Soen Put Shia menginjak otot kerbau, dengan demikian orang ada
diluar ruangan sama sekali tidak mengetahui kalau otot kerbau yang kuat itu telah putus.
"Rampas senjata tajam mereka." bisik Soen Put Shia lirih, lalu teriaknya lantang
"Ada urusan apa" silahkan masuk keda-lam!"
Kraasaaaaatiak".! pintu terbuka dan munculah dua bocah berbaju hijau melangkah
masuk kedalam ruangan, tapi tatkala mereka tahu bahwasanya otot kerbau ditubuh
sipengemis tna itu telah putus, mereka segera berdiri tertegun
Menanti kedua orang bocah itu sadar kembali dan siap mencabut keluar pedangnya
untuk melancarkan serangan. Sang Pat serta Tu Kioe yang bersembunyi dibelakang pintu
telah menyerang datang dari arah kiri dan Itauan.
Kedua orang itu sama-sama merupakan ja-goan lihay dari dunia persilatan. gerakan
mereka sangat cepat bagaikan kilat, belum sempat kedua orang bocah itu meloloskan
senjatanya, jalan darah mereka sudah kena ter-totok.
Soen Put-shia segera merampas senjata ta-jam itu dari tangan mereka, setelah
menutup pintu ruangan bisiknya lirih, "Dengan adanya sepasang pedang ini di-tangan kita,
kekuatan maupun kehebatan kita, akan berlipat ganda. Persoalan yang paling penting
dewasa ini adalah bagaimana caranya mendapatkan kunci untuk membuka bergol emas
yang membelenggu tubuh kalian bertiga."
"Mengapa tidak kita tanyakan saja kepada kedua orang bocah berbaju ini?" sela sang
Pat. "Baik! mari kita adu untung." seru Soen Put Shia, ia segera berjongkok dan
membebaskan jalan darah dari seorang bocah berbaju hijau itu. Perlahan-lahan bocah itn
membuka sepasang matanya dan memandang sekejap kearah Soen Put Shia, badannya
bergerak seperti mau bangun siapa sangka darah lemas diatas kakinva masih tertotok,
sebelum sempat berdiri badannya roboh kembali keatas tanah
Soen Put Shia segera menempelkan ujung pedang keatas leher bocah tersebut,
bentaknya. "Kalau keadaan terpaksa dan kau berani menjerit. sekali tebas kujagal nyawamu "
"Hmmm! perahu layar ini berlabuh ditengah sungai." kata bocah itu dengan nada
dingin. "Diempat penjuru perahu ada dua puluh empat buah sampan kecil melindungi
keselamatan kami apabila kalian ingin melarikan diri hal ini boleh dikata jauh lebih sulit
daripada terbang kelangit."
"Tentang soal ini tak perlu kau kuatirkan apa yang aku sipengemis tua tanyakan lebih
baik jawab dengan tepat dan lancar."
Bocah berbaju hijau itu kerutkan dahinya, namun iapun tidak berbicara lagi"Siapa yang memegang kunci untuk membuka borgol emas ini?"
"Siaw Yauw too-ya menyimpannya sendiri!"
"Hmm! aku sipengemis tua tidak percaya. ayoh bicara terus terang!"
"Apa yang kuucapkan adalah kata-kata yang sejujurnya kalau kau tidak percaya akupun
tidak dapat berbuat apa-apaa lagi."
"Loo ciapwee, tak usah banyak bicara lagi dengan mereka" sela Tu Kioe dengan wa-jah
suram, "Kita jaga dulu kedua ekor marmut kecil ini. yang penting kita tarik dulu modal
kita." Ujung pedang yang berada ditangan Soen-Put Shia bergerak-gerak diatas wajah bocah
berbaju hijau itu. kemudian ancamnya, "Seumpama kata aku sipengemis tua keras kan
hati dan membuat cacat wajahmu yang tampan ini ooh bocah! Sungguh kasihan sekali,
wajahmu yang ganteng segera akan le-nyap dan berubah jadi jelek dan mengerikan
sekali. Rupanya aneaman ini sangat manjur sekali. bocah itu merasa amat sayang dengan
kegantengan wajahnya, maka air mukanya kontan berubah setelah mendengar perkataan
tersebut. "Mengapa tidak bunuh saja diriku?""seru-nya
"Kenapa aku harus membinasakan dirimu"kan enakan dirimu"."
Tiba-tiba kembali terdengar suara langkah manusia berkumandang datang, rupanya
ada orang mendekati tempat itu.
Soen Put shia segera melirik sekejap kearah Tu Kioe dan Sang Pat, sementara jari jari
nya laksana kilat menotok jalan darah bisu dari bocah berbaju hijau itu.
Toook! toook! pintu diketuk, diikuti suara merdu seorang gadis menggema datang.
"Apakah arak dan sayur perlu ditambah?"
"Nona silahkan masuk!" ujar Tu Kioe sam-bil membuka pintn.
Sesosok bayangan manusia berkelebat le-wat, tahu-tahu seorang dara baju hijau telah
berjalan masuk kedalam ruangan.
Laksana kilat Sang Pat turnn dengan menotok jalan darah dibelakang punggungnya,
diikuti cahaya tajam berkelebat lewat, sebilah pedang Poo-kiam membabat tiba dari
samping. Kiranya bocah-bocah lelaki serta dara can-tik ini telah memperoleh didikan yang ketat
sekali, reaksi mereka amat cepat. Tatkala dara pertama tertotok dara kedua segera
melancarkan serangan balasan dengan pedangnya.
"Budak, sungguh hebat gerakanmu!" teriak Sang Pat sambil menarik kembali
tangannya. "Jangan biarkan dia melarikan diri." seru Tu Kioe. badannya berputar dan menerjang
keluar ruangan. Tetapi gerakan tubuh Soen Put-shia jauh lebih eepat, ia mengepos tenaga dan
menerjang lebih dahulu keluar pintu ruangan.
Sementara itu dara berbaju hijau tadi dengan cepat telah mengundurkan diri keluar dari
ruangan. Sang Pat tertawa terbahak-bahak, ia cabut keluar pedang panjang ditubuh dara berbaju
hijau itu berkata, "Jejak kita sudah bocor, rasanya gerak-gerik kita tak usah dirahasiakan
lagi." Perlahan-lahan Soen Put-shia mengundur-kan diri kedalam ruangnn, katanya
"Diatas perahu panca warna telah dipa-sang alat jebakan yang tidak sedikit jumlah-nya.
dari pada kita menerjang keluar dari ruangan, untuk sementara waktu lebih baik kita
bertahan saja disini."
Siauw Ling mengangguk. ?"Baiklah!" Siauw Ling mengangguk tauda setuju "Untuk membasmi kawanan
penyamun kita harus tangkap pemimpin mereka lebih dulu. seandainya kita dapat
menangkap Siauw Yauw-cu dalam keadaan hidup hidup dengan sangat gampang pula kita
bisa pakai Su Hay Koan-cu untuk menyerahkan kunci borgol emas tersebut kepada kita"."
Belum habis si anak muda itu berkata. terdengar suara langkah manusia yang amat
ramai berkumandang datang. disusul munculnya Siauw Yauw-cu disana dengan wajah
penuh kegusaran. Dibelakang imam tersebut menyusul empat orang bocah berbaju hijau
serta empat orang dara berbaju hijau.
"Aaah! Ternyata dugaanku tidak meleset, terpaksa Siauw Yauw-cu harus datang berkunjang
sendiri ketempat ini " Bisik Soen Put Shia dengan lirih. "ilmu silat yang di-miiiki
orang Ini sangat dahsyat mungkin loo-lap sendiripun tidak berkemampuan untuk
menawannya hidap-hidup."
"Jangan kita pikirkan lebih dahnlu gagai atau tidaknya, yang penting kita harus berusaha
dengan segala kemampuan yang kita miliki." Sahut Siauw Ling.
Sementara itu terdengar Siauw Yauw-cu dengan penuh kemarahaa telah berteriak,
"Cuwi sekalian adalah jago-jago yang ber-kedudukan tinggi didalam dunia persilatan. Hmmmm! sungguh tak nyana kiranya kamu semua hanyalah kurraci yang tidak pegang
janji " "Dalam suatu pertempuran, kedua belah pihak tiada jemu-jemunya saling menggunakan
siasat untuk merobohkan lawannya. aku sipengemis tua sudah hidup sampai hari ini
namun belum pernah kujumpai diantara musuh-musuhku masih terdapat manusia bisa
dipercaya perkataannya."
"Hmm! omong kosong"." teriak Siauw Yauw-cu, mendadak ia merandek". kemudian
tertawa terbahak-bahak. "Hmm! kalian memasang borgol ditubuh kami beberapa orang bersaudara, apakah
ucapanmu tersebut dapat dipercaya?" sela Tu Kioe dingin.
Siauw Yauw-cu tarik kembali gelak ter-tawanya, lalu berkata, "Selamanya pinto selalu
berpendapat bahwa tabiat manusia adalah jahat, maka dia harus ditundukkan lebih dahulu
dengan kekerasan kemudian tenaganya baru diperguna-kan. Namun Koen-cu kami
berpendapat bahwa tabiat manusia adalah welas asih, dia harus ditundukkan dengau budi
lalu baru digunakau"."
"Perkataan kosong yang tak berguna lebih baik tak usah kau teruskan lebih jauh aku
sipengemis tua sudah jemu uncuk mendengarnya."
"Benar!" Sambung To Kioe. "Keadaan yang terbentang didepan mata saat ini sudah
jetas sebenarnya Tootiang pingin bertempur atau damai lebih baik cepat-cepat
diputuskan." Hmmm meskipun kalian sanggup mematahkan otot kerbau yang membelenggu tubuh
pengemis tua itu. Selama kalian tak berhasil mematahkan borgol cmas tersebut, dengan
tubuh terbelenggu oleh borgol, berani benar kalian menantang pihak kami untuk
bergebrak." "Meskipun borgol ini masih berada dalam tubuh kami, namun benda kecil ini tidak akan
mengganggu kami." Siauw Yauw-cu tidak menggubris ucapan dari Tu Kioe tersebut, perlahan-lahan ia
berjalan majn kedepan, tatkala tiba di depan pintu ruangan, air mukanya mendadak berubah
jadi amat serius katanya lirih, "Kalian harus tahu bahwasannya pinto jadi orang
paling teliti, sejak semula aku telah mempersiapkan segala hal untuk menanggulangi
peristiwa semacam ini. Apabila sekarang juga kalian meletakkan senjata kalian dan takluk
kepada kami, mungkin kalian masih punya kesempatan untuk hidup lebih lanjut."
Siauw Ling tertawa hambar.
"Kalau kami sekalian rela menyerah kalah kepada kalian, nanti takkan kami lakukan
pemberontakau seperti ini," sambungnya.
sambil busungkan dadanya Soen Put-shia tertawa dun berseru pula.
"Hey hidung kerbau, beranikah kau layani aku sipengemis tua untuk bergebrak sampai
titik darah penghabisan!?"
"Kan anggap pinto jeri kepadamu?" je-ngek Siauw Yauw-cu, sinar matanya perla-hanlahan
dialihkan keatas wajah Soen Put-shia
"Bagus sekali, kalau begitu ayoh kita ta-rung saat ini juga, sebelum salah satu roboh
binasa jangan kita akhiri pertarungan ini."
Mungkin sipengemis tua itu takut Siauw Yauw-cu berucah pendapat, maka begitu ia
habis berbicara, sambil menenteng pedang tubuhnya langsung menerjang kemuka.
Siauw Yauw-cn kebaskan senjata Hud-tim nya, segulung angin pukulan segar
menyampok miring ancaman tersebut. serunya dingin
"Bangsat! agaknya sebelum kalian lihat sendiri bagaimanakah kelihayan dari ilmu
silatku. kamu semua tidak akan taati dengan mata meram!"
Soen Put-shia tidak gubris jengekan orang. pedangnya ditarik kembali lalu
mengayunkan telapak kirinya mengirim sebuah babat-an dahsyat.
Tenaga dalam yang dimlliki oleh sipengemis tua ini benar-benar amat sempurna angin
pukulannya laksana gulungan ombak ditengah samudra segera melanda kedepan dan
menyapu segala sesuatu yang ditemuinya.
Sreeet! sreeet senjata Hudtim ditangan Siauw Yauwcu buru bnru dikebaskan mengirim
dna buah babatan dahsyat, segulung angin pnkulan yang lunak dan berhawa di-ngin
dengan cepat menyusup keluar lewat Hudtim yang tipis tersebut dan memunahkan semua
serangan telapak Soen Put hia yang keras dan cepat itu.
Menyaksikan kehebatan lawannya, dalam hati Soen Put shia terperanjat, Pikirnya,
"Toosu tua hldung kerbau ini benar-benar luar biasa, aku tak boleh pandang enteng
dirinya!" Pedang yang berada ditangan secara tiba-tiba digetarkan membentuk tiga kuntum bunga
pedang, secara berpisah namun bersama-an waktunya mengancam tiga buah jalan
darah penting diatas dada Sianw Yauw-cu.
Siauw Yauw-cu tertawa dingin. Hudtimnya disapu dari samping kemudian menggulung
keatas pedang lawan. "Hmm! akan kujajal sampai dimana sih kehebatan tenaga Iweekang dari sihidung
kerbau ini," pikir Soen Put shia:"
Pedangnya yang terancam bukannya disingkirkan kesamping, justru malahan
menyongsoug datangnya senjata lawan.
Traa arjg". raaaang". pedang yang kuat segera saling membentur dengan serat-serat
Hudtim yang lunak sebingga menimbulkan suara bentrokan nyaring.
Namun dengan cepat pula serat serat Hudtim itu membelenggu pedang lawan kuatkuat.
Diam-diam Soen Put-shia salurkan tenaga dalam keatas pedangnya". dia berdiri kokoh
diatas tanah sementara seluruh perhatiannya dicurahkan keujung senjata tajam.
Siauw Yauw-cu tertawa dingin, mendadak ia serakan senjata Hudtimnya. Dengan
kepandaian meminjam benda menyalurkan tenaga,segulung tenaga pukulan dahsyat
dengan melewati pedang Soen Put-shia menye-rang tiba.
Pengemis tua itu tertawa dingin pula, tenaga dalam yang telah dipersiapkan ditangan
kanan mendadak dilepaskan. Ujung pedang bergetar keras lain secepat kilat menotok
dada toosu tersebut, Siauw Yauw-cu terdesak mundur selangkah kebelakang, batinnya,
"Luar biasa". luar blasa". tenaga dalam yang dimiliki pengemis tua ini betu"-betul luar
biasa." Belam habis membathin, tiba-tiba Soen Put-shia mundur dua langkah kebelakang,
sambil melindungi pedangnya ia berdiri kokoh. Kiranya iapun dapat merasa-kan datangnya
ancaman tenaga pukulan dari Siauw Yauw-cu yang disalurkan lewat pedang tajamnya,
namun pengemis tua ini tidak mau menghindar. Dengan andakan tenaga dalam hasll
latihan puluhan tahun ia siap menerima pukulan itu dengan keras lawan keras. Oleh sebab
itu tenaga dalam yang telah ta siapkan pun segera disalur kan keluar pula lewat ujung
pedang dan menusuk toosu itu dengan dahsyat.
Seandainya dalam keadaan seperti itu Siauw Yauw-cu tidak mau mengalah pula-maka
didalam bentrokan tersebut kedua belah pibak sama sama akan menderita luka parah
Siapa nyana Siauw Ytuw cu tidak sudi melakukan pertempuran keras lawan keras pada
detik yang terakhir ia telah geserkan badanya untuk menghindar.
Dengan kejadian ini maka Soen Put-shia lah yang menderita kerugian besar, tenaga
pukulan yang menyambar tiba tersebut langsung menghantam bahunya.
Masih untung reaksi pengemis tua itu cukup cepat, pada saat bahaya mengancam tiba,
buru buru ia mundur dua langkah kebelakang, ambil kesempatan itu ia musnahkan tenaga
tekanan yang sedang menumbuk bahunya. dengan demikian sekalipun ia termakan
pukulan itu dengan keras lawan keras, namun luka yang diderita tidak begitu parah.
Dalam pada itu meskipun Siauw Yauw-cu berhasil menang diatas angin, namun ia sama
sekali tak berani menunjukkan slkap congkak. Bukannya maju sebaliknya malah mundur
kebelakang "Toako, jangan biarkan dia mengundurkan diri dari sini!" tiba-tiba terdengar Sang Pat
berteriak keras. "Tootiang, harap tunggu sebentar!" Siauw Ling segera melompat maju kedepan dan
menghardik. Ketika Siauw Yanw-cn telah mengundurkan diri enam tujuh depa jauhnya dari tempat
semnla, tatkala mendengar hardikan dari Siauw Ling, terpaksa ia berhenti sambil
bertanya, "Sicu ada urusan apa?"
"Cayhe ingin sekali mohon petunjuk beberapa jurus serangan dari totiang "
"Telah lama pinto kagumi kecepatan pedang yang anda miliki, Siauw-heng memang
boleh dibilang seorang jagoan muda yang paling berbakat," kata Siauw Yauw-cu sambil
melirik sekejap keatas borgol diatas tubuh Siauw Ling. Namun sayang seribu kali sayang
tubuhmu masih diborgol. lagi pula ditanganmn tiada senjata tajam, mana mungkin kau
bisa menandingi kepandaian pinto?"
"Meskipun tiada bersenjata, bagi cayhe minta petunjuk dengan tangan kosong pun
sama saja." "Hey toosu bau hidung kerbau," sela To Kioe dengan nada dinginnya. "Apabila kau
betul-betul jagoan, dan kau benar-benar eng hiong tulen. Ayoh lepaskan dulu borgol


Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diatas tubuhnya." Siauw Yauw-cu menggeleng.
"Pinto adalah seorang toosu yang beriman tebal, tidak nanti pinto termakan oleh olokolokanmu
itu. "Meskipun kau ingin kami sekalian benar-benar takluk dan rela berbakti kepada Su Hay
Koen-cu, maka hanya ada jalan saja yang dapat kau tempnh."
"Apakah caramu itu?"
"Lepaskan borgol yang membelenggu toako kami. kemudian berikan sebilah pedang
kepadanya dan tootiang harus layani dirinya untuk bergebrak. seandainya tootiang
berhasil menangkan toako kami, maka kami sekalian dengan hati rela akan berbakti
padamul" "Seandainya pinto tidak beruntung dan menderita kekalahan ditangan toako kalian?"
"Kalau memang demikian keadaannya, buat apa kau hidup lebih lanjut" Lebih baik
gorok lehermu dan bunuh diri saja". jengek Tu Kioe sinis.
"Mati sih tidak perlu," sela Sang Pat. "Cukup soal tootiang suka melepaskan kami
semua!" Seandainya peristiwa ini terjadi pada tiga puluh tahun berselang mungkin tanpa berpikir
panjang pinto sanggupi tantangan kalian semua ini.?". t
"Sekarang bagaimana?"
"Sekarang" pinto tidak akan sanggupi permintaan kalian itu dengan seenaknya."
"Kenapa?" "Pinto rasa tindakan ini merupakan suatu perbuatan yang bodoh. suatu perbuatan yang
terlalu menempuh bahaya."
"Kalau tidak berani, katakanlah saja tidak berani, buat apa pura-pura cari alasan
segala". Hmmm sungguh tak tahu malu!"
"Hrnmmm ; silahkan kalian olok olokan diri pinto, sekalipun kamu olok diriku sampai
mulut kalian berbusa, tidak nanti hati pinto tergerak oleh ucapan kalian itu."
"Seandainya cayhe dengan badan terborgol dan tangan kosong melayani beberapa
jurus serangan dari pintu, apakah pinto suka melayani tanganku ini," hardik Siauw Ling.
Dalam pada itu Soen Put shia telah menyelesaikan semedhinya, sambil membuka
sepasang matanya ia menjengek dingin, "Sianw Yauw-cu adalah seorang manusia yang
terlalu tinggi memandang dirinya, hinaan saudara Siauw tidak nanti akan dikabul-kan
olehnya." Siauw Yanw-cu tertawa dingin.
"Sepanjang hidnpku. pinto paling suka melakukan tindakan diluar dugaan orang lain,
kali ini pinto kabulkan pemintaannya!"
"Lorong ini terlalu sempit untuk mengge-brak, silahkan tootiang memberi petnnjuk
didalam ruangan saja!"
Perlahanlahan Siauw YauW cu balik lagi kepintu ruangan, kemudian menyahut.
"Ditempat ini saja pinto mohon petunjuk dari ilmu silat Siauw thaybiap yang lihay itu."
"Tootiang silahkan turun tangan!" Diam-diam Siauw Yauw-cu perhatikan sekejap diri
Siauw Ling, ia temukan bahwasanya tempat dimana si anak muda itu berhenti bisa dicapai
oleh kebutan senjata Hudtim nya, dalam hati ia lantas berpikir.
"Usia orang ini tidak terlalu tna. namun keberanian serta kegagahannya sulit ditandingi
oleh siapapun". Tanpa terasa timbnlah perasaau hormat dan serta kagumnya terhadap si anak muda
ini, segera ujarnya, "Kau menghadapi diriku dengan tangan kosong belaka, mana boleh
pinto turun tangan lebih dulu!"
"Heee hidung kerbau!" Jengek Sang Pat dari samping. "Kalau hati kecilm umerasa
sungkan, lebih baik lepaskanlah lebih dahulu borgol yang membelenggu toako kami",
Siauw Yauw-cu tertawa hambar
"Bukankah sudah berulang kali pinto katakan bahwa kendati cuwi mengunakan cara
apapun untuk mengolok olok diri pinto tidak akan berhasil kalian kobarkan hawa
amarahku". Dalam pada itu Siauw Ling telah mengem-pos hawa murninya. kemudian berseru lantang!
"Tootiang, sekarang kau boleh turun tangan"
"Baik! tidak malu Siauw thayhiap disebut seorang enghiong, pinto akan turuti semua
perintahmu!" Senjata Hndtimnya diputar dan segera mem babat keatas batok kepala lawan.
Menyaksikan serat-serat Hud tim lawan mengembang bagaikan payung dan mengurung
beberapa depa disekeliling tububnya, dalam hati Siauw Ling berpikir.
Rupanya untuk menhindari serangan Hud tim jaub lebih sulit dari pada untuk mengegos
dari ancaman pedang". aku harus lebih berhati bati"."
Kakinya melangkah kedepan, kemudian secara tiba-tlba bergeser dua depa kesamping,
dengan suatu gaya yang manis ia berhasil menghindarkan diri dari ancaman lawan.
"Siauw.heng, aku rasa luas ruangan ini cuma beberapa tombak belaka, tidak leluasa
bagi kita untuk bergebrak. Aku lihat lebih baik pertempuran ini tak usah diteruskan lebih
janh." kata Siauw Yauw-cu seraya tarik kembali senjata Hud-tim nya. Sianw Ling tertawa
dingin. "Tootiang, rupanya kau hendak memaksa ayhe untuk turun tangan lebih dahulu.
Sepasang Pedang Iblis 10 Pedang Kayu Cendana Karya Gan K H Pendekar Kidal 6

Cari Blog Ini