Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen Bagian 6
Tidak lama lelaki itu berlalu, ia muncul kembali mengiringi seorang kakek tua yang
berwajah ramah dan penuh welas kaslh.
"Empek Lie. Maaf". maaf". kembali aku datang mengganggumu!" seru Cheng Yapcing
sambil maju memberi hormat.
"Bangunan rumah loe-han sangat luas. di gunakanpun masih sisa banyak. Cheng sauw
ya tak perlu sungkan sungkan, silahkan masuk kedalam rumah!"."
Diiringi lampu lentera yang dibawa lelaki kekar itu, beberapa orang tadipun masuk
kedalam sebuah ruangan besar.
"Cheng toa-ya. Kau ada pesan apa lagi?"
"Malam malam kita sudah datang mengganggu membuat hati tak enak, Tioheng,
silahkan beristirahat!"
Kakek tua itu memandang sekejap kearah Soen Put Shia serta Siauw Ling diapun tidak
banyak bertanya, lelaki she Tio tadi segera mengundurkan diri dari ruangan Menanti
kedua orang itu sudah berlalu Cheng Yap cing menutup daun pintu seraya berkata sedih,
"Diruang ini pula tempo dulu Be Cong Pionw Pacu merawat lukanya, sungguh tak
kusangka. ini hari kembali aku gunakan ruangan ini untuk merawat luka seorang rekan
kita. Sungguh aneh," bislk Soen Put Shia. "Masa keluarga yang begitu ramah halus kok
sudi menerima kita orang-orang dari kalangan dnnia persilatan?""
"Rupanya mereka suami istri berdua per nah mendapat budi kebaikan dari Cong Piauw
Pacu pada masa silam."
Boe Wie Tootiang termenung lama sekali. mendadak ia buka suara dan berkata, "Mata
mata Shen Bok Hong tersebar sam-pai ratusan li dari kota Koei Chiu, kita tak boleh
menyusahkan orang lain. Pinto akan gunakan segenap tenaga yang kumiliki untuk coba
menyembuhkan luka Siauw-tay. hiap seandainya keadaan Siauw-thay-hiap, masih belum
juga menunjukkan tanda-tanda kebaikan, kita harus mencari tempat lain yang lebih aman
untuk merawat lukanya. Bagaimana pun juga, kita tak boleh tinggal disini sehingga
mengakibatkan keluarga pe-tani yang baik hati ini pun ikut terseret dalam lembah
kehancuran." "Perkataan Tootiang tepat sekali!" pelahan lahan ia dekati pembaringan dan membalingkan
rabuh Siauw Ling keatas pembaringan tersebut.
"Sam-te, dekatkan lampu lilin itu kemari." bisik Boe Wie Tootiang lirih. Cheng Yap-cing
mengiakan. sambil membawa lampu lilin ia dekati pembaringan.
Dengan meminjam cahaya lampu lilin itulah. Boe Wi Tootiang memeriksa air muka
Siauw Ling dengan teliti, namun dengan cepat ia kerutkan dahinya.
Sejak Siauw Ling menderita luka, air muka Boo Wie Tootiang selalu kelihatan te-nang
sekali, tapi saat ini air mukanya telah berubah sangat hebat.
"Sudah lama aku dengar akan kelihayan Totiang dalam ilmu pertabiban, aku rasa kau
pasti sudah punya keyakinan untuk menyembuhkan luka Siauw Ling bukan?" kata Soen
Put-shin. Boe Wie Totiang tidak menjawab, ia cekal tangan Siauw Ling dan dirabanya beberapa
saat kemudian sambil geleng kepala ia menghela napas panjang.
"Pinto sama sekali tidak punya keyakinan
"Kalau begitu, keadaannya Sangat berbahaya sekali?"
"Rupanya ia terluka oleh sejenis ilmu silat yang istimewa, barang siapa ying tak paham
dengan keadaaa luka tersebut sulit untuk memberikan pertolougan. Aai tapi pinto pasti
akan berusaha sekuat tenaga."
"Toot iang hendak turun tangan dengan gunakan cara apa?"
"Saat ini pernapasannya lemah sekali, pinto hendak menggunakan tenaga dalam untuk
bantu memperlancar peredaran darahnya lebih; dahulu. kemudian baru mengobatinya
dengan bahan obat-obatan!"
"Aku sipengemis tua sama sekali buta terhadap ilmu pertabiban, apa yang hendak
kaulakukan terserah pada keputusan totiang!"
"Baiklah, pinto akan coba-coba lebih dahulu!" bisik Boe Wie Totiang dengan wajah
serius rupanya ia merasa berat hati untuk mulai dengan pengobatannya.
Sambil memayang tubuh siauw Ling, tangan kanannya menekan diatas jalan darah
Ming Coen-hiat. lalu hawa murninya disalur kan keluar, rentetan aliran panaspun langsung
menerjang masuk kedalam tubuh Siauw Ling.
Sepertanak nasi lamanya telah lewat dengan percuma, Siauw Ling tetap tidak mem
perlihatkan reaksi apapun juga.
Ketika Soen Put shia meraba tangan kiri Siauw Ling, terasa lengan tersebut telah ber
ubah menjadi dingin bagaikan segera ujarnya, "Totiang, lebih baik kau tak usah buang
tenaga dengan percuma. gantilah dengau cara yang lain!"
Boe Wie Totiang menghela napas panjang ia tarik kembali tangan kanannya lalu dari
dalam saku ambil keluar sebuah borol por-selen dari dalam botol tadi ia ambil dua butir pil
dan dijejelkan kedalam mulut si anak muda itu.
Dibawah sorotan sinar lilin, tampak wajah Siauw Ling telah berubah jadi hijau, bibir
mulutnya mulai menghitam dan dua butir pil yang dijejalkan kedalam mulutnya tadi susah
ditelan kedalam perut. "Wah". rupanya dia sudah tak ketolongan lagi." bisik Soen Put shia sambil geleng
kepalanya. Boe Wie Totiang mengempos tenaga, ia pentang gigi Siauw Ling dan jejalkan kedua
butir pil tadi dengan paksa.
Kedua butir pil tadi masuk ke dalam perut namun bagaikan batu yang tenggelam didasar
samudra, lama sekali tidak menunjukan reaksi apapun.
Tiba-tiba Soen Put-shla mendepak kakinya ke atas tanah keras-keras.
"Totiang. sementara kau berusaha disini dengan sekuat tenaga, aku si pengemis tua
akan pergi mencari si Raja Obat Bertangan keji!"
"Kalau membicarakan soal ilmu pertabib-an, kepandaian si Raja Obat Bertangan Keji
memang terbilang sebagai Tabib nomor Wahid dikolong langit dewasa ini, seandainya
loocianpwe berhasil menemukan dirinya hal ini memang jauh lebih baik."
"Tapi". locianpwe, tahukah kau dimana Tok-chiu Yok ong berada saat ini?" tiba-tiba
Cheng Yap Ching menycla. "Tidak!" "Kalau memang locianpwe belum tahu di manakah ia berada, jagad begini luas. ke
manakah kau hendak menemukan dirinya 7"
"Mencari jarum di dasar samudra, terpak-sa aku harus adu nasib!"
"Bila keadaan tidak menunjukkan perubahan. aku lihat jiwa Siauw thayhiap sukar untuk
diperpanjang lebih dari dua hari."
"Apakah tootiang tidak mampu untuk memperpanjang umurnya sampai beberapa hari"
"Apabila pinto punya keyakinan untuk memperpanjang umurnya beberapa harl lagi,
locianpwe pun rasanya tak perlu pergi mencari si Raja Obat Bertangan keji."
Air muka Soen Put shia berubah hebat. "Kalau kita tak sanggup berbuat apa apa lebih
baik tinggalkan saja dirinya diatas perahunya Su Hay Koencu. Disana belum ten-tu jiwanya
bakal modar." Ia merandek sejenak, lain sambungnya: "Saat ini apa yang hendak totiang laku-kan
terhadap diri Siauw Ling?"
Sementara berbicara, sepasang matanya berkilat tajam, hawa gusar secara lapat lapat
menghiasi air mukanya Boe Wie Tootiang sendiri, walaupun hati-nya sangat terharu namun diluaran ia
berusaha keras mempertahankan ketenangan hatinya, ia berkata, "Pinto akan coba
menolong Siauw thay-hiap dengan tusukan jarum, seandainya cara inipun tidak berhasil
menolong selembar jiwanya.Aai pinto tak bisa berbuat apa-apa lagi."
"Jadi maksudmn". seandainya tusukan jarum yang hendak kau lakukan ini tidak
berhasil juga memperpanjang jiwa Siauw Ling, maka ia bakal mati tak tertolong lagi?"
"Haaa". haaa haaa". seandainya benar-benar terjadi demikian, apa yang hendak
tootiang lakukan?"?" mendadak Soen Put-s ia bertanya sambil tertawa terbahak-bahak
"Maksud locianpwe?"?"
"Maksud hatiku" Siauw Ling mati di tangan totiang serta aku si pengemis tua, sedang
kita adalah sepasang semut yang dtikat dengan sebuah benang. Kau ingin terbang tak
bisa sedang aku ingin lari pun tidak mungkin!"
Boe Wie Totiang tertawa hambar. ia bungam dalam seribu bahasa.
"Maksud Lo cianpwe, apakah suhengku pun harus ikut mengorbankan jiwanya demi
Siauw Ling?" sela Ceng Yap Ching tiba-tiba.
Tabiat sipengemis tua ini kasar, barangasan dan gampang naik darah. Sepanjang hidupnya
sifat tersebut sukar dirubah. Kalau tidak demikian dengan nama baik serta
kedudukannya mungkin sejak dulu ia sudah diserahi jabatan sebagai ketua perkumpulan
Kay-pang. "Loocianpwe, legakan hatimu," ujar Boe Wie Tootiang lagi. "Seandainya Siauw Ling
benar-benar berumur pendek dan meninggal dunia pinto pasti akan bunuh diri untuk
menebus dosa!" "Apa yang aku sipengemis tua utarakan tadi. tidak lebih cuma kata-kata dikala hatiku
sedang mendongkol belaka. Harap tootiang jangan pikirkan didalam hati. Hanya saja".
seandainya Siauw Ling benar-benar meninggal dunia, menurut apa yang aku pe-ngemis
tua ketahui pasti ada beberapa orang yang akan menyusul diri kealam baka."
"Siapa saja?" "Orang pertama adalah ibu kandungnya."
"Sebagai orang tua, kasih sayang terhadap putranya melampaui cinta kasih apapun
juga, ini memang kemungkinan besar bisa terjadi. lain siapa lagi kecuali ibunya."
"Sepasang pedagang dari Tiong Chin Kiem Lan serta Giok Lan, dua orang dayang yang
ia bawa dari perkampungan Pek Hoa San-Cung.
"Waah, mana mungkin?"
"Jangan dibilang mereka, sekalipun aku si pengemis tuapun sudah bosan hidup
dikolong langit. Eeeei bocah cilik kau beget menarnh curiga, apakah perkataanku pun
tidak sudi kau percaya?"
Cheng Yap Clng tidak banyak bicara lagi ia membungkam.
Dalam pada itu Boe Wie Tootiang telah ambil keluar jarum emasnya dari dalam saku,
serunya, "Sam te, dekatkan lilin itu kemari." Cheng Yap cing mengiakan, ia angkat lampu
lilin itu tinggi tinggi sehingga sekeliling tubuh Siauw Ling tertampak jelas.
Boe Wie Tootiang memeriksa sejenak sekujur tubuh si anak muda itu, setelah jalan
darah yang diincarkan ketemu. maka jarum emas itu pun segera ditusuk kebawah.
Tatkala jarum emas tadi menembusi jalan darah, mendadak SiauwLing
menghembuskan napas panjang,
"Ooo". dingin". dingin"."
"Aaah, benar," kata Boe Wie TooMang Sambil cabut kembali jarum emasnya. "ilmu
kepandaian dari Pak-thian Coen cu adalah ilmu beracun berhawa dingin. setelah kena
diserang bawa dingin tersebut pasti sudah mengeram didalam tubuhnya, akan kucoba
memberi obat kepadanya untuk mengusir hawa tersebut!"
Sewaktu menyaksikan Siauw Ling secara tiba-tiba dapat buka snara, Soen-put-shia
kegirangan setengah mati, buru-buru ia berseru, "Rupanya tusuk jarummu lihay sekali.
Totiang, bagaimana kalau kau tusuk pula ja-lan darahnya yang lain?"
"Sekarang, sekujur tubuhnya terserang oleh hawa dingin yang jahat. seandainya kita
tak dapat mengusir ha-wa jahat tersebut, sekalipun ia dapat sadar kembalipun percuma
saja!" "Lalu kau hendak menggunakaa resep obat apa untuk mengusir hawa dingin yang
mengeram dalam tubuhnya itu?"
"Hawa dingin yang mengeram dalam tubuhnya sama sekali berbeda dengan hawa
dingin yang mengeram dalam tubuh kebanyakan orang, maka dari itu kadar obat yang,
diberikan kepadanya harus lebih tinggi. Pinto akan segera buka resep dan kita harus depat
cepat belikan dirumah obat terdekat."
"Baik, cepatlah kau blkin resepnya aku sipengemis tua segera akan pergi ketoko obat!"
"Saat ini fajar baru menyingsing, bagai mana kalau kita menunggu sejenak lagi?"
"Jiwa rnanusia lebih berharga dari apapun jnga. apalagi jiwa Siauw-thay hiap
amat kritis, masa masalah besar inipun harus diundur-undurkan lagi?"."
Boe Wie Tootiang tertawa getir.
"Perkataan locianpwe memang tidak sa-lah, tetapi pinto pun harus hati-hati dalam
mengambil setiap tindakan"."
"Cuma membuat resep kan suatu peker-jaan yang gampang sekali, kenapa harus
menunggu sampai lama?"
Boe Wie Tootiang dibikin apa boleh buat, terpaksa ia berkata, "Tenaga dalam yang
dimlliki Siauw thayhiap telah mencapai puncak kesempurnaan, tetapi saat Ini sekujur
tubuhnya terserang juga oleh hawa dingin tersebut, hal ini menandakan bahwa hawa
dingin yang rnengeram dalam tubuhnya bukanlah hawa dingin biasa obat yang akan kita
gunakan untuk mengu-sir hawa dingin itupun jauh berbeda dengan resep obat biasa. Nah
maka dari Itu sebelum membuka resep. pinto harus pikirkan lebih dahulu dengan
seksama" Soen Put-shia berpikir sejenak, ia merasa bahwa ucapan tersebut sedikitpun tidak salah
maka iapun lantas membungkam.
Boe Wie Tootiang menghela napas panjang.
"Loocianpwe. legakanlah hatimu," hibur-nya. "Dengan tenaga dalam yang dimiliki Siauw
Ling, sekalipun ia sudah terluka oleh hawa pukulan dingin dari Pak Thian Coen-cu
Pada saat Italah tiba-tiba terdengar suara keras berkumandang datang.
"Suara ledakan darimana asalnya ledakan tersebut?" seru Soen Put-shia terperanjat.
"Ledakan Itu berasal dari peringatan tanda bahaya." sahut Cheng Yap-cing sambil
menerjang keluar dari ruangan.
Ketika ia menoleh, tampak Boe Wie Too-tiang masih tundukkan kepala sambil putar
otak, rupanya ia sedang memikirkan suatu persoalan yang amat sulit sekali sehingga
ledakan keras tadi sama sekali tidak terdengar olehnya.
Setibanya Boe Wie Tootiang tampak Cheng Yap-cing mendorong tubuh toosu itu seraya
berseru, "Suheng, tanda bahaya telah dilepaskan, rupanya ada musuh tangguh yang
menyusup kedalam markas kita "
"Tanda bahaya?" teriak Boe Wie Tootiang sambil melompat bangun.
"Tidak salah, barusan siauw-te melakukan pengintaian dari atas loteng, secara lapatlapat
aku lihat bunga api bertaburan diang-kasa, agaknya musuh tangguh telah
menyeberangi telaga."
Boe Wie Tootiang segera berpaling kearah Soen Put-shia dan serunya, "Locianpwe,
harap kau tetap berada di-sini melindungi Siauw Ling, sedang pinto serta Ceng sute akan
pulang sebentar " "Biarlah aku pengemis tua menemani kau pulang ke markas, tinggalkan saja sutemu disini
untuk menjaga Siauw Ling, seandainya Pak-Thian Coen-cu yang telah pergi kembail
lagi, aku sipengemis tua akan ajak dia untuk beradu jiwa."
"Menurut pandangan pinto, luka yang di-derita Pak-Thian Coen-cu tidak ringan, tidak
Mungkin ia balik lagi kemari. Delapan bagian pastilah anak buah Sben Bok Hong yang
berhasil mengejar sampai disitu."
Begitu gelisah hati toosu tua itu sehabis mengucapkan kata-kata yang terakhir tubuh
nya telah melayang keluar dari ruangan.
Cheng Yap Cing ingin menyusul suheng-nya, namun segera dihalangi Soen Put-shia
sambil berseru, "Bocah cilik, lebih baik kau tetap tinggal disini, jagalah diri Siauw Ling
baik-baik. biar aku sipengemis tua yang menemanl snhengmu."
"Soal ini"."
"Ilmu silat yang dimillki soen Loocian-Pwe beratus-ratus kali lebih hebat darimu."
Terdengar suara Boe Wie Tootiang berkumandang datang "Dengan hadirnya Soen loocian
pwee, meskipun ada musuh tangguh pun tidak susah untuk dihadapi, kau tetap tinggal
disitu Saja " Ucapan tadi kian lama kian menjauh. tatkala perkataan terakhir selesai diucapkan
tubuhnya sudah lenyap dikegelapan.
Soen Put shia pun tidak banyak bicara, ia enjotkan badan pergi dari ruangan. dalam
sekejap mata tubuhnya pun lenyap dibalik kegelapan.
Cheng Yap-cing dibikin apa boleh buat terpaksa ia menarik napas panjang, menutup
pintu dan duduk disisi Siauw Ling.
la tak mengerti ilmu pertabiban, duduk di sisi Siauw Ling yang menggigil kedinginan,
jagoan muda dari Bu tong-pay ini sedikit kelabakan Kurang lebih seperminuman teh
kemudian. mendadak terdengar Siauw Ling mengigau keras.
"Aduh". dingin". dingin"."
Cheng Yap-cing buru-buru bangun menarik selimut untuk ditutupkan keatas tubuh
Siauw Ling. Waktu ia sedang menutupi tubuh SiauW Ling dengan selimur. tiba-tiba terdengar suara
getaran keras disusul daun pintu yang tertutup rapat mendadak terbuka.
Segulung angin malam berhembus masuk lampu lilin bergoyang kencang membuat
suasana sedikit jadi suram.
Secepat kilat Cheng Yap-cing putar badan tangan kanan menyambar dan pedangnya
sudah dilepaskan dari sarung.
Seorang perempuan cantik berdandan keraton dan baju warna hijau serta sekuntum
bunga emas bersulamkan didepan dadanya perlahan berjalan masuk.
"Kiem Hoa Hujien " tegur Cheng Yap-cing.
"Tidak salah!" dengan pandangan dingin nyonya itu berpaling ke arah Siauw Ling dan
melanjutkan ; "Bagaimana dengan lukanya.
Cheng Yap-cing putar pedangnya membentuk selapis bunga pedang yang tebal, kamudian
baru berkata, "Walaupun ia tidak punya kemampuan lagi untuk melawan musuh,
namun selama aku orang she-Cheng masih berada disini, tidak nanti kubiarkan kau
mencelakai dirinya."
Air muka Kiem Hoa Hujien berubah amat sedih. lambat lambat ia mendekati sisi
pembaringan. "Berbenti!" bardik jagoau muda dari Bu-tong Pay ini sambil mendorong pedangnya
kemuka menciptakan serentetan cahaya tajam. "Kalau kau berani maju selangkah lagi.
hati hati pedangku tidak akan kenal ampun!"
"Janganlah kau gusarkan hatiku"."
"Kalau kugusarkan dirimu lantas kenapa?"
"Akan kusuruh kau rasakan kelihayan dari Pek Sian jie!"
Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Pek Sian jie?""
"Ular aneh yang paling aneh paling be racun serta paling keji dikolong langit, ge-rak
geriknya lincah seluruh tubuhnya keras melebihi baja. Jangan dikata telapak, sekalipun
senjata tajam tidak akan mempan membacok tubuhnya."
"Benarkah itu" cayhe radaan kurang percaya!"
"Jangan kau coba untuk menjajal. sebab tiada seorangpun memperoleh kesempatan
kedua untuk menjajal kelihayan Pek-sian-jieku."
Perlahan lahan sinar matanya beralih ke atas wajah Siauw Ling dan". menambahkan
"Aku tidak nanti mencelakai dirinya. aku hanya ingin memeriksa keadaan lukanya
belaka." "Dari mana aku bisa mempercayai dirimu?"
Tangan kanannya Kim Hoa Hujien segera merogoh kedalam sakunya ambil keluar
sebuah kotak porselen yang panjangnya satu depa dengan lebar setengah coen. lalu ujarnya
ketus, "Bagaimana hubudganmu dengan saudara ku ini?"
"Siapakah saudaramu?"
"Siauw Ling " Cheng Yap-cing berpaling dan meman-dang sekejap kearah Siauw Ling, lalu jawabnya,
"Tidak terhitung baik, juga tidak terhi-tung terlalu jelek!"
Tiba-tiba Kiem Hoa Hujien menghela napas panjang dan menyimpan kembali kotak
knmala tersebut. "Seandainya aku biarkan kau mati terpa-gut oleh Pek Sianjie, nanti kalau saudaraku
sadar dan mengetahui kejadian Ini,hatinya tentu merasa tidak senang."
"Soal ini tak usah hujien ragu ragu kau"."
"Aku tidak punya banyak waktu untuk ribut dengan dirimu. cepat katakan! Kecuali kite
saling bergebrak masih ada cara apa lagi yang bisa diiempuh agar aku bisa memeriksa
keadaan luka dari saudaraku."
"Seandainya kau memang benar " benar tiada maksud untuk mencelakai dirinya tentu
saja tiada halangan bagimu untuk memeriksa keadaan lukanya, cuma,
"Cuma apa" cepat katakan."
Demi menjaga segala kemungkinan yang tidak diinginkan aku hendak menotok
beberapa buah jalan darahmu, agar kau tidak memiliki kemampuan untuk melawan,
dengan demikian seandainya kau punya maksud un-tuk mencelakai dirlnya, akupun masih
punya kesempatan untuk turun tangan menghalang!"
"Baiklah! cepat kau turun tangan?" seraya berkata nyonya cantik dari suku Bianw ini
pejamkan mata dan berdiri sambil bertolak pinggang.
Tangan kiri Cheng Yap cing bergerak ce-pat menotok dua buah jalan darah penting
ditubuh Kiem Hoa Hujien. setelah itu ia baru menyingkir kesamping membuka jalan Kiem
Hoa Hujien. "Sekarang kau boleh mendekati pembaringan untuk periksa keadaan lukanya, tapi lebih
baik janganlah kau sentuh tubuhnya."
JILID 13 "Demi menjaga segala kemungkinan yang tidak diinginkan aku hendak menotok
beberapa buah jalan darahmu, agar kau tidak memiliki kemampuan untuk melawan,
dengan demikian seandainya kau punya maksud untuk mencelakai dirinya, akupun masih
punya kesempatan untuk turun tangan menghalangi!"
"Baiklah! cepat kau turun tangan!" seraya berkata nyonya cantik dari wilayah Biauw ini
pejamkan mata dan berdiri sambil bertolak pinggang.
Tangan kiri Cheng Yap cing bergerak cepat menotok dua buah jalan darah penting
ditubuh Kiem Hoa Hujien, setelah itu ia baru menyingkir kesamping.
"Sekarang kau boleh mendekati pembaringan untuk diperiksa keadaan lukanya, tapi
lebih baik janganlah kau sentuh tubuhnya."
Dengan pandangan dingin Kiem Hoa Hujien memandang sekejap kearah Cheng Yap
cing, kemudian perlahan-lahan mendekati pembaringan. Ditatapnya wajah Siauw Ling
dengan seksama kemudian ia berbisik, "Lukanya parah sekali!"
"Ehmm, lukanya memang sangat parah."
"Pak Thian Coencu!"
"Ilmu pukulan Hian peng ciang yang diyakininya memang sangat lihay sekali, kecuali
obat penawar buatannya sendiri, dikolong langit tiada obat lain yang bisa menolong"."
"Soal ini tak perlu kau risaukan, suhengku pandai sekali dalam ilmu pertabiban, aku
rasa dia pasti mempunyai cara untuk mengusir hawa dingin tersebut dari dalam
tubuhnya!" Kiem Hoa Hujien tertawa dingin.
"Sayang kemampuan suhengmu masih terbatas sekali"." perlahan-lahan ia mundur
lima langkah kebelakang dan melanjutkan. "Cepat bebaskan jalan darahku, aku hendak
pergi mencari Pak thian Coen cu untuk mencarikan obat penawar baginya."
Ucapan ini membuat Cheng Yap cing seketika jadi berdiri tertegun, ia bebaskan jalan
darah ditubuh Kiem Hoa Hujien lalu berkata, "Ilmu silat yang dimiliki Pak thian Coen cu
sangat lihay, kau hendak mencari obat bagi Siauw Ling, bukankah ini berarti mengantar
diri sendiri kemulut harimau?"
"Heeh". heh". heh". aku rasa persoalan ini tiada sangkut pautnya denganmu."
Cheng Yap cing melengak, untuk beberapa saat lamanya ia tak bisa mengucapkan
sepatah katapun. "Baik-baik jaga dirinya dan tunggu kabarku, seandainya sampai besok pagi kentongan
kedua aku belum kembali, tak usah kalian tunggu diriku" seraya berkata Kiem Hoa Hujien
berjalan keluar. "Tunggu sebentar!"
Dalam pada itu Kiem Hoa Hujien sudah berada didepan pintu, mendengar seruan
tersebut ia berhenti dan berpaling.
"Ada urusan apa lagi?"
"Tadi aku dengar ada tanda bahaya, apakah tanda tersebut ada hubungannya dengan
dirimu?" "Shen Bok Hong memimpin langsung jago-jago lihay menyerbu kemari, mungkin
pertempuran sedang berkobar pada saat ini."
"Cayhe masih ada satu persoalan yang belum paham."
"Saat ini setiap detik waktuku berharga, mau tanya cepatlah utarakan!"
"Dari mana kau bisa tahu kalau Siauw Ling sedang merawat lukanya ditempat ini."
"Ketika kalian bertempur melawan Pak thian Coen cu tadi, aku telah mengintai dari
balik kegelapan." "Jadi kalau begitu Shen Bok Hong pun tahu akan peristiwa ini?"
"Seandainya pada saat ini Shen Bok Hong tahu bahwa Siauw Ling berada disini sejak
tadi ia sudah muncul disini."
Tidak menanti Cheng Yap cing melanjutkan kata-katanya, ia enjotkan badan melayang
keatas atap rumah, dalam sekejap saja ia telah lenyap ditelan kegelapan.
Memandang bayangan tubuh Kiem Hoa Hujien yang menjauh, Cheng Yap cing
menghela napas. Perlahan-lahan ia berjalan kembali kesisi pembaringan Siauw Ling.
Walaupun ia tak berani mempercayai seratus persen apa yang diucapkan Kiem Hoa
Hujien barusan, namun teringat kemungkinan besar pada saat ini suhennya sedang
bertempur melawan Shen Bok Hong, hatinya terasa gelisah. Ingin sekali ia memburu
keluar untuk membantu suhengnya, tapi iapun merasa tidak tega meninggalkan Siauw
Ling seorang diri. Untuk beberapa saat ia jadi terdiam dan tidak mengerti apa yang harus
dilakukan. Waktu sedetik demi sedetik lewat dengan lambatnya, Cheng Yap cing yang penuh
diliputi kegelisahan merasakan duduk tak enak berdiripun tidak enak.
Dikala pikirannya sudah kacau dan hati semakin kebat kebit itulah, tiba-tiba dari luar
ruangan berkumandang datang suara langkah kaki dari seseorang.
Sejak tadi Cheng Yap cing sudah waspada cepat ia tiup lilin hingga padam
kemungkinan cabut keluar pedangnya dan bersembunyi dibalik pintu.
"Bagaimana dengan keadaan luka Siauw Ling?" terdengar suara Soen Put shia masuk
dari luar ruangan. "Keadaan seperti sedia kala!"
Sesosok bayangan manusia menyambar lewat, Soen Put shia dengan gagah telah
berdiri didalam ruangan. Cheng Yap cing segera masukkan kembali pedangnya kedalam sarung, menyulut lilin
dan bertanya, "Loocianpwee, kau telah berjumpa dengan Shen Bok Hong?"
"Kau telah saling berjumpa?"
"Dimanakah suhengku pada saat ini?"
"Suhengmu telah menyebrangi telaga, saat ini mungkin telah bergabung dengan para
jago" sembari berkata pengemis tua ini mendekati pembaringan Siauw Ling dan
memandang wajah si anak muda itu.
"Apakah loocianpwee telah bergebrak, tidak nanti aku sipengemis tua bisa datang
kemari dalam keadaan segar bugar."
Cheng Yap cing jadi tertegun.
"Bukankah Shen Bok Hong sengaja datang kemari untuk mencari kita semua" setelah
saling berjumpa mengapa kalian tidak saling bertarung?"
"Aku sipengemis tuapun merasa tercengang mungkin kita orang memang belum
saatnya untuk modar!"
"Sebenarnya apa yang telah terjadi?"
Soen Put shia meraba dahulu kening Siauw Ling, setelah itu ia baru menyahut, "Tatkala
aku sipengemis tua serta suhengmu tiba ditepi telaga, Shen Bok Hong sekalian telah
berada ditempat itu, dalam beberapa patah kata saja aku berdua telah dikepung oleh
mereka, rupanya kedua belah pihak sudah tak dapat menghindarkan diri dari suatu
pertempuran. Pada saat yang kritis itulah tiba-tiba terdengar irama musik yang aneh
berkumandang, secara mendadak Shen Bok Hong memerintahkan anak buahnya untuk
buyar dan pergi dari situ. Kejadiannya memang sederhana sekali namun aku sipengemis
tua belum paham juga sampai kini sebenarnya apa yang telah terjadi."
"Aai". kalau begitu irama musik itulah yang telah membantu kita."
"Soal ini aku sipengemis tua tidak mengerti, aku rasa suhengmupun setali tiga uang"."
Ia merandek sejenak, lalu katanya lagi, "Apakah disini telah terjadi suatu peristiwa?"
"Kiem Hoa Hujien telah berkunjung kesini."
"Kiem Hoa Hujien telah datang kemari?" tanya Soen Put shia terkesima.
"Tidak salah!" "Dari mana dia bisa tahu kalau kau serta Siauw Ling berada disini?"
"Ketika Siauw Ling bertempur melawan Pak thian Coen cu tadi, ia telah mengintai dari
samping!" "Jadi ia menguntit kita sampai disini?"
"Mungkin demikian adanya."
"Diseluruh saku perempuan siluman itu banyak tersimpan makhluk-makhluk beracun
apakah ia meraba tubuh Siauw Ling?"
"Ada cayhe disini, tentu saja aku tidak akan membiarkan dia meraba tubuh Siauw
Ling!" Dengan sinar mata tajam Soen Put shia menatap wajah Cheng Yap cing lama sekali ia
baru bertanya, "Kiem Hoa Hujien bukanlah manusia yang gampang menuruti perintah
orang, mana ia sudi mendengarkan perkataanmu?"
"Mula-mula cayhe totok lebih dahulu jalan darah diatas sepasang lengannya setelah itu
kubiarkan dia mendekati pembaringan Siauw Ling. Dalam keadaan begini seandainya dia
ada maksud jahat, aku bisa mencabut jiwanya tanpa mengalami kesulitan."
"Kemudian?" "Setelah ia memandang Siauw Ling beberapa saat, aku bebaskan kembali jalan
darahnya dan biarkan ia pergi."
"Apa yang ia ucapkan sebelum meninggalkan tempat ini?"
"Katanya dia mau pergi mencari obat penawar bagi Siauw Ling, dia minta kita tunggu
disini, apabila besok malam kentongan kedua itu belum datang juga, maka kita tak usah
menunggu lagi." "Kemana ia pergi mencari obat penawar itu?"
"Katanya dia mau pergi mencari Pak thian Coen cu."
"Meskipun ilmu silat yang dimiliki Kiem Hoa Hujien tidak jelek, aku rasa dia masih
bukan tandingan dari Pak thian Coen cu."
"Aaaai". namun tatkala mengucapkan kata-kata tersebut nadanya keras dan tegas,
rupanya ia bukan lagi berbohong"."
Setelah merandek sejenak, tambahnya, "Yang cayhe tidak pahami hingga kini adalah,
apa sebabnya manusia semacam Kiem Hoa Hujien bisa menaruh rasa begitu kuatir
terhadap keselamatan diri Siauw Ling."
Sepasang alis Soen Put shia berkerut.
"Kalau kau tanyakan persoalan itu kepada aku sipengemis tua, maka pertanyaanmu itu
akan sia-sia saja." "Loocianpwee, tinggallah disini untuk menjaga Siauw Ling, boanpwee akan pergi
menjenguk suhengku sebentar."
"Pergilah! tapi menurut pandangan aku sipengemis tua, agaknya Siauw Ling tak dapat
mempertahankan diri hingga lebih dari kentongan kedua besok malam. Sewaktu kau
berjumpa dengan suhengmu nanti katakanlah kepadanya, suruh dia cepat-cepat kemari
untuk memberikan pertolongan seadanya."
"Akan boanpwee ingat pesan-pesan dari cianpwee!" sehabis menjura, jago muda dari
Butong pay ini segera berlalu dari ruangan.
Sepeninggal Cheng Yap cing, pengemis Soen ambil sebuah kursi dan duduk
dipembaringan Siauw Ling. Memandang pemuda she Siauw berbaring tak berkutik,
hatinya merasa amat sedih, diam-diam pikirnya, "Seandainya aku pengemis tua tidak
menasehati dirinya, saat ini mungkin dia serta Tiong Chiu Siang Ku masih tetap tinggal
diatas perahu panca warnanya Su Hay Koen cu, dengan sendirinya iapun tidak akan
mengalami bencana seperti hari ini"."
Ia merasa bahwasanya peristiwa yang terjadi kali ini semuanya timbul karena dia. Hal
ini membuat hati pengemis tua ini semakin sedih.
Malam yang kelam berlangsung lama sekali, berada dalam keadaan yang tidak tenang
inilah Soen Put shia melwatkan malam panjang itu.
Keesokan harinya ketika fajar menyingsing, kakek tua she Lie muncul menghantarkan
hidangan pagi yang lezat.
Dalam pada itu anggota badan Siauw Ling kian lama kian bertambah dingin, ia selalu
berada dalam keadaan tidak sadar. Kecuali ada sedikit napas yang sangat lemah,
keadaannya tidak berbeda dengan orang mati.
Soen Put shia semakin gelisah, bagitu tak tenang hatinya sampai-sampai tak sesuap
nasipun yang tega ditelan kedalam perut.
Menanti tengah hari sudah lewat, barulah tampak Boe Wie Tootiang muncul disitu
dengan tergesa-gesa, ditangannya toosu tua itu membawa dua bungkus obat pengusir
hawa dingin. Soen Put shia masuk kedapur sendiri untuk memasak obat-obatan tadi, kemudian
membawanya kedalam ruangan.
Ketika itu seluruh wajah Siauw Ling yang tampan telah berubah jadi hijau membesi,
seluruh tubuhnya kaku tak berkutik.
Untuk menuangkan obat yang telah dimasak itu kedalam perut Siauw Ling, baik Boe
Wie Tootiang maupun Soen Put shia harus membuang banyak pikiran serta tenaga.
Rupanya pengemis tua ini menaruh harapan yang sangat besar atas obat pengusir
hawa dingin dari Boe Wie Tootiang, maka dari itu setelah ia mencekokkan obat tadi
kedalam perut Siauw Ling, sepasang matanya dengan tajam menatap pemuda itu tak
berkedip. Siapa sangka walaupun Siauw Ling telah menelan obat tersebut namun keadaannya
bagaikan batu yang tenggelam didasar samudra, satu jam sudah lewat tanpa
menunjukkan reaksi ataupun perubahan apapun.
Kontan Soen Put shia kerutkan sepasang dahinya.
"Tootiang, kau tidak salah menggunakan obat?" tegurnya.
"Setelah membuka resep pinto telah melakukan pemeriksaan sendiri terhadap bahan
obat-obatan tersebut. Semua obat yang telah tersedia tak ada yang salah, pinto rasa
resep itu tidak salah lagi."
"Kalau kau memang tidak salah menggunakan obat, kenapa setelah Siauw Ling
menelan obat tersebut, tubuhnya sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun?"
Boe Wie Tootiang tertawa jengah.
"Mungkin hal ini dikarenakan ilmu pertabiban pinto yang kurang mahir, sehingga dalam
membuka resep tidak tepat."
"Aaai, kalau begitu rupanya kita harus menunggu hasil dari Kiem Hoa Hujien."
Rupanya dari mulut Cheng Yap cing, toosu tua dari Bu tong pay ini telah mendengar
peristiwa kemarin malam, dan sambungnya, "Seandainya Kiem Hoa Hujien benar-benar
berhasil mendapatkan obat penawar racun hawa dingin tersebut dari tangan Pak thian
Coen cu, peristiwa ini benar-benar merupakan suatu keberuntungan bagi kita."
"Umpama ia tak berhasil?"
"Soal ini, soal ini".!"
Soen Put shia tertawa dingin.
"Seandainya Kiem Hoa Hujien tak berhasil mendapatkan obat penawar racun hawa
dingin dari Pak Thian Coen cu, terpaksa kita harus saksikan Siauw Ling mati didepan mata
kita bukankah begitu?"
oooo0oooo "Diam-diam pinto telah melakukan pemeriksaan terhadap tanda-tanda penyakit Siauw
thayhiap, agaknya luka yang ia derita memang amat parah. Seandainya Kiem Hoa Hujien
tidak berhasil mendapatkan obat penawar dari Pak thian Coen cu, pinto sendiripun tak
tahu bagaimana harus menyembuhkan luka dari Siauw thayhiap."
"Siapakah Pak thian Coen cu rasanya kita semua telah mengerti" kata Soen Put shia
kembali setelah termenung sejenak. "Sekalipun ilmu silat yang dimiliki Kiem Hoa Hujien
lebih lihay lagipun belum tentu bisa dapatkan obat penawar tersebut, mati hidup ada
ditangan Thian. Soal ini aku sipengemis tua tak dapat menyalahkan siapapun juga, namun
ada satu persoalan ingin sekali kutanyakan pada diri tootiang."
"Selama pinto sanggup melaksanakan aku pasti berusaha dengan sekuat tenaga."
"Kecuali Kiem Hoa Hujien berhasil dapatkan obat penawar untuk menyembuhkan luka
dari Siauw Ling, mungkinkah masih ada jalan lain yang bisa kita tempuh?"
Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hingga kini pinto masih belum berhasil mendapatkan obat mujarab lain yang bisa
mengusir hawa dingin dari tubuh Siauw thayhiap."
"Maksud aku sipengemis tua, apakah dikolong langit dewasa ini masih ada tabib sakti
lain yang bisa menyembuhkan luka Siauw Ling tanpa menggunakan obat penawar dari
pak thian Coen cu?" "Menurut apa yang pinto ketahui, dalam dunia persilatan dewasa ini hanya siraja obat
bertangan keji seorang yang memiliki kepandaian ilmu pertabiban sakti, dan pinto rasa
cuma dia seorang saja yang bisa menyembuhkan luka Siauw Ling tanpa menggunakan
obat penawar dari Pak thian Coen cu"."
Ia merandek sejenak kemudian sambungnya, "Maksud pinto, harap loocianpwee suka
bersabar untuk menunggu beberapa saat lagi, tunggu saja sampai janji nanti malam.
Seandainya Kiem Hoa Hujien tidak berhasil kita baru cari akal lain untuk menolong jiwa
Siauw thayhiap." "Jangan dikata Kiem Hoa Hujien bukan tandingan dari Pak Thian Coen cu, sekalipun ia
berhasil mendapatkan obat penawar itupun belum tentu datang menepati janji."
"Kalau dalam persoalan ini pandangan pinto jauh berbeda dengan pandangan
loocianpwee. Seandainya Kiem Hoa Hujien berhasil mendapatkan obat penawar itu dia
pasti akan datang menepati janji, sebaliknya umpama kata ia tak berhasil mendapatkan
obat penawar itu, asal ia tidak mati ditangan Pak thian Coen cu, perempuan itu pasti akan
datang menepati janji."
"Darimana kau bisa tahu?"
"Andaikata Kiem Hoa Hujien ada maksud hendak membinasakan Siauw Ling, apa
sebabnya ia buang kesempatan yang paling baik atau paling sedikit ia bisa melaporkan
kejadian ini kepada Shen Bok Hong sehingga gembong iblis itu dapat kirim jago-jagonya
kemari." Soen Put shia termenung beberapa saat kemudian berkata, "Jadi maksud tootiang, kita
baru bikin keputusan setelah kentongan kedua nanti malam?"
"Berbicara dari situasi yang kita hadapi sekarang, rasanya itulah satu-satunya jalan
yang paling tepat." Memandang Siauw Ling yang menggeletak diatas pembaringan, Soen Put shia
menghela napas panjang. "Baiklah! kita tunggu saja sampai kentongan kedua nanti malam."
Waktu dalam penantian berlalu bagaikan merangkak. Soen Put shia semakin gelisah
dibuatnya, ia berjalan mondar mandir dalam ruangan, sebentar-sebentar tiada hentinya ia
berhanti disisi pembaringan Siauw Ling untuk meraba jidatnya, meraba dadanya untuk
memeriksa napas begitu gelisah seakan-akan duduk diatas jarum.
Boe Wie Tootiang sendiri, meski dalam hati ikut gelisah namun ia berhasil menguasai
diri. Sepanjang hari toosu tua ini duduk bersila sambil pejamkan mata, tak sepatah
katapun yang diutarakan keluar.
Dengan susah payah akhirnya malam haripun menjelang tiba, Boe Wie Tootiang pun
bangun berdiri untuk menyulut lampu lilin.
Dalam pada itu napas Siauw Ling kian lama berubah jadi makin lemah, rupanya setiap
saat ada kemungkinan berhenti berdetak.
Memandang cahaya lilin diatas meja, Soen Put shia menghela napas sedih.
"Tootiang menurut pandanganmu apakah Siauw Ling melewatkan malam ini dengan
selamat?" Boe Wie Tootiang tidak menjawab, ia cekal nadi Siauw Ling dan didengarkan dengan
seksama, terasa denyutan nadi si anak muda itu sebentar kedengaran dan sebentar lagi
lenyap. Ia sadar bahwa jika Siauw Ling tak bisa dipertahankan hingga keesokkan harinya,
dapat hidup sampai kentongan ketigapun sudah termasuk beruntung.
Satu-satunya harapan bagi Siauw Ling untuk melanjutkan hidup pada saat ini adalah
menanti kembalinya Kiem Hoa Hujien, kecuali perempuan itu berhasil mendapatkan obat
penawar dari Pak thian Coen cu rasanya tiada harapan lain yang bisa dilegakan lagi.
Sekalipun begitu Boe Wie Tootiang tidak ingin mengutarakan keluar, ia sadar
seandainya kenyataan tersebut dikatakan maka peristiwa itu pasti akan mendatangkan
rasa sedih serta gusar yang tak terhingga bagi Soen Put shia, maka ia sengaja berlagak
tenang, ujarnya sambil tertawa hambar, "Tenaga kweekang yang dimiliki Siauw thayhiap
amat sempurna, walaupun luka yang ia derita sangat parah, namun ia masih sanggup
mempertahankan diri hingga dua tiga hari lagi."
"Sungguhlah perkataan dari tootiang itu?" atau mungkin kau sengaja sedang
menghibur hati aku sipengemis tua?"" seru Soen Put shia setelah termenung sejenak.
"Apa yang pinto ucapkan adalah kata-kata yang sebenarnya, kecuali pinto sudah salah
memeriksa denyutan nadi dari Siauw Ling."
Ucapan terakhir itu sengaja ia utarakan guna berjaga-jaga segala akibat dikemudian
hari, seumpama kata Kiem Hoa Hujien tak dapat datang sebelum kentongan kedua dan
Siauw Ling keburu sudah meninggal, maka ia akan mengakui kejadian tersebut sebagai
keteledorannya sewaktu memeriksa denyutan nadi si anak muda itu.
Waktu berlalu dalam suasana yang menyedihkan, Boe Wie Tootiang serta Soen Put shia
merasakan dadanya seperti ditindihi dengan baja seberat ribuan kati, siapapun tidak
mengeluarkan perkataan barang sepatahpun.
Mendekati kentongan kedua malam itu, suasana masih tetap sunyi senyap, Soen Put
shia merasakan hatinya amat sedih, begitu pedih hatinya memikirkan nasib Siauw Ling
sehingga ia tak sadar bahwa kentongan kedua telah tiba.
Sebaliknya Boe Wie Tootiang yang masih sanggup mempertahankan diri mengerti akan
hal itu, ia bangun berdiri dengan hati sangat gelisah, berjalan keluar ruangan ia berdiri
termangu-mangu. Terasa malam itu begitu sunyi, tak nampak sesosok bayangan manusiapun ada disitu
apalagi bayangan dari Kiem Hoa Hujien sambil menghela napas sedih pikirnya, "Habislah
sudah, meskipun ia berhasil mendapatkan obat penawar, jika kedatangannya terlambat
setengah jam lagi, jiwa Siauw Ling pasti sudah melayang". kendati ada obat dewapun
percuma"." Sementara ia masih berdiri melamun, tiba-tiba dari tempat kejauhan berkumandang
datang suara teriakan seseorang, suara itu merdu dan lantang jelas suara seorang gadis.
Tatkala didengarnya dengan seksama, ia dengar suara itu seakan-akan sedang
memanggil nama Siauw Ling.
Ditengah malam yang sunyi, suara itu kedengaran berkumandang datang dari
kejauhan, paling sedikit ada dua li dari sana.
Suatu ingatan berkelebat dalam benak Boe Wie Tootiang, ia segera berpaling sambil
berpesan, "Loocianpwee, baik-baik menjaga Siauw Ling, pinto akan pergi sebentar".!"
Tidak menanti Soen Put shia menjawab, tubuhnya sudah melompat keluar dari ruangan
dan bergerak kearah mana berasalnya suara tersebut.
Suara panggilan Siauw Ling itu tiada hentinya berkumandang datang, Boe Wie Tootiang
terpaksa harus kerahkan segenap tenaganya untuk menyusul kesana.
Ilmu meringankan tubuhnya amat sempurna, toosu itu bergerak laksana hembusan
angin malam, dalam sekejap mata dua tiga li telah dilalui.
Dibawah sorotan cahaya bintang yang redup, tampaklah seorang gadis berbaju ringkas
warna hitam dan menyoren sebilah pedang dipunggung sedang berdiri ditepi jala sambil
memanggil nama Siauw Ling.
Rupanya gadis itu menyadari bahwasanya ada seseorang berjalan mendekati dirinya, ia
berhenti memanggil dan menegur, "Siapa?"?"
Diam-diam Boe Wie Tootiang pun merasa terperanjat setelah menyaksikan ketajaman
pendengaran gadis itu, pikirnya, "Siapakah gadis ini?"" begitu tajam pendengarannya."
Berjalan mengitari sebuah pohon besar, perlahan-lahan toosu tua itu munculkan diri.
"Pinto adalah Boe Wie Tootiang dari Bu tong pay!"
"Apa maksudmu datang kemari" aku bukan sedang memanggil dirimu!" tegurnya
dingin, sepasang biji mata yang bening menatap Boe Wie Tootiang tajam-tajam.
Meski nadanya dingin dan hambar namun masih menunjukkan kepolosan hatinya.
"Orang yang nona panggil bukankah Siauw Ling?"
"Tidak salah! tahukah kau sekarang dia berada dimana?""
"Siapakah nona" mengapa datang mencari Siauw Ling?""
"Kau tahu tidak dia berada dimana?" bentak gadis itu marah.
Boe Wie Tootiang mengangguk.
"Seandainya aku tidak tahu Siauw Ling berada dimana, tidak nanti pinto datang
kemari." "Cepat bawa aku menemui dirinya."
"Kalau nona tidak sudi menyebutkan nama serta kedudukanmu, pinto tidak akan
membawa nona pergi menemui dirinya."
"Aku bernama Liok Kian Thay, cukup bukan" cepat bawa aku pergi menjumpai dia."
"Liok Kian Thay" belum pernah kudengar orang menyebutkan namamu!"
"Kau tidak tahu akan diriku, tapi tahu bukan akan nama ayahku!"
"Siapakah ayahmu?"
"Ayahku adalah Pak Thian Coen cu!"
Ucapan ini membuat Boe Wie Tootiang tertegun.
"Ooouw". kiranya kau adalah putri istana es. Maaf". maaf"."
"Semuanya telah kukatakan padamu, ayoh cepat bawa aku pergi menjumpai Siauw
Ling. Ilmu telapak salju ayahku amat keji dan sangat beracun, kalau terlambat lagi
mungkin dia tak tertolong lagi."
Dalam hati Boe Wie Tootiang diam-diam berpikir, "Pada saat ini napas Siauw Ling
sudah lemah, diapun telah berada diambang kematian. Perduli perkataan gadis ini benar
atau tidak, bawa saja dia kesitu, siapa tahu kalau ia benar-benar mau menolong"."
Maka segera katanya, "Pinto akan membawa jalan buat nona!" tanpa banyak bicara ia
putar badan dan berlalu. Liok Kian thay dengan cepat menyusul dari belakang, sambil lari tiada hentinya ia suruh
Boe Wie Tootiang berjalan lebih cepat.
Dalam sekejap mata mereka berdua telah kembali kedalam ruangan, waktu itu Soen
Put shia sedang membopong tubuh Siauw Ling dengan tangan kiri, sedang tangan
kanannya ditempelkan keatas jalan darah Ming Boe hiat si anak muda itu, agaknya ia
sedang salurkan hawa murninya untuk menolong Siauw Ling.
Ketika menyaksikan Boe Wie Tootiang kembali kedalam ruangan, pengemis tua itu
mendongak sambil berseru, "Kau telah membohongi aku sipengemis tua!"
Sebelum toosu tua itu sempat menjawab, Liok Kian thay dengan langkah terburu-buru
telah lari kedepan pembaringan, hardilnya, "Lepaskan dia!"
Jari tangan laksana sebuah tombak langsung menotok jalan darah diatas pergelangan
kanan Soen Put shia. Pengemis tua itu angkat tangan kanannya menghindar, lalu meloncat bangun sambil
mengirim sebuah babatan, sementara matanya beralih keatas wajah Boe Wie Tootiang
sambil bertanya, "Tootiang siapakah nona ini?"
"Dia adalah putri kesayangan dari Pak thian Coen cu, kedatangannya kemari untuk
menolong jiwa Siauw Ling. Harap loocianpwee suka menyingkir kesamping!"
Dalam pada itu Liok Kian thay tidak mengucapkan sepatah katapun, dengan tangan
kanannya ia sambut serangan dari pengemis tua itu dengan keras lawan keras sedang
tangan kirinya merogoh saku ambil keluar sebutir pil dan dijejalkan kedalam mulut Siauw
Ling. Sungguh dahsyat tenaga pukulan dari Soen Put shia, gadis she Liok itu seketika dipaksa
mundur dua langkah kebelakang, dengan adanya kejadian itu pil yang ada ditangan
kirinyapun tak sanggup dijejalkan kedalam mulut Siauw Ling.
Rupanya peristiwa ini membangkitkan hawa gusar dalam hati digadis tersebut, sebuah
tendangan tiba-tiba dilepaskan mengancam lambung Soen Put shia.
Pengemis tua itu loncat keatas meninggalkan pembaringan, lalu melayang turun
disudut ruangan. "Kalau jiwanya sampai terancam, aku akan cabut jiwa kalian berdua sebagai gantinya!"
teriak Liok Kian thay gusar.
Tangan kanannya memayang tubuh Siauw Ling, sedang pil ditangan kirinya secepat
kilat dijejalkan kedalam mulut Siauw Ling.
Begitu pil tadi masuk kedalam mulut segera lumer setelah bercampur dengan air ludah.
Tanpa mengalami kesulitan apa-apa hancuran pil tadi masuk kedalam perut.
Selama ini dengan sepasang mata yang tajam Boe Wie Tootiang memperhatikan terus
perubahan diatas wajah Siauw Ling, disamping menyaksikan reaksi dari obat tersebut
iapun mengawasi setiap gerak gerik dari Liok Kian thay.
Sebaliknya Soen Put shia mencurahkan seluruh perhatiannya keatas tubuh Siauw Ling.
Pil emas itu benar-benar sangat mujarab, tidak selang beberapa saat kemudian tibatiba
Siauw Ling menggerakkan sepasang tangannya.
Menyakiskan Siauw Ling benar-benar telah sadar Boe Wie Tootiang merasa amat
girang. "Nona Liok, obatmu benar-benar mujarab sekali!" serunya.
Sedangkan Soen Put shia berdiri tertegun.
"Siapakah nona ini?" ia bertanya lirih.
"Bukankah sejak tadi telah pinto terangkan bahwa dia adalah putri dari Pak thian Coen
cu?" "Apa shenya?" "Gadis ini mengaku she Liok bernama Kian Thay?"
"Lalu Pak thian Coen cu sendiri she apa?"
"Menurut apa yang aku ketahui, Pak thian Coen cu mengaku dirinya she Pek li, mana
mungkin putrinya jadi she Liok."
"Sungguhkah begitu?" tanya Boe Wie Tootiang terperanjat.
"Tentu saja sungguh, sejak kapan aku pengemis tua pernah bicara bohong"."
Ia cekal tangan Boe Wie Tootiang erat-erat dan menambahkan, "Perduli dia she Thio
atau she Ong, perduli apa dia adalah putrinya Pak Thian Coen cu atau iblis dari selatan,
yang pokok dewasa ini kita kuatirkan keselamatan Siauw Ling. Asal dia berhasil
menyembuhkan luka dari diri Siauw Ling itu yang cukup parah."
"Benar ucapan loocianpwee tepat sekali."
Sementara itu Siauw Ling yang berbaring diatas pembaringan mendadak menggerakkan
lengannya sambil berseru, "Aduuuh". dingin". dingin sekali!" seraya menggeliat ia
bangun duduk. "Saudara Siauw, kau sembuh bukan?" teriaknya Soen Put shia kegirangan.
Dibawah sorotan cahaya lampu tampak wajah Siauw Ling masih kelihatan pucat pias
bagaikan mayat, sepasang matanya sayu tak bersinar. Ketika mendengar teguran tersebut
ia berpaling dan memandang sekejap kearah pengemis tua itu.
"Boanpwee sudah rada baikan"." sinar matanya beralih keatas wajah Boe Wie
Tootiang lalu menambahkan, "Terima kasih atas budi pertolongan dari tootiang!"
Meski badannya belum sembuh seratus persen, namun kesadarannya telah pulih
kembali seperti sedia kala.
"Bukan aku yang menolong kau adalah nona ini yang telah menyembuhkan
penyakitmu" baru Boe Wie Tootiang berseru.
Siauw Ling segera berpaling dan memandang sekejap kearah gadis yang berdiri
dihadapannya. "Siapakah nona" cayhe dengan dirimu tidak pernah saling mengenal, mengapa kau
datang kemari untuk menolong diriku."
Semula Boe Wie Tootiang mengira gadis ini adalah putri dari Pak thian Coen cu cuma
dikarenakan ia tak suka menerangkan nama yang sebenarnya maka gadis itu tetap
mengaku sebagai Liok Kian thay. Tapi setelah menyaksikan Siauw Ling sendiri yang tidak
kenal, ia baru tahu bahwa gadis itu benar-benar datang dengan menyaru, suatu igatan
berkelebat dalam benaknya, sembari diam-diam mengepos tenaga, lambat-lambat ia
mendekati pembaringan Siauw Ling.
"Siauw thayhiap" serunya. "Perhatikanlah dengan seksama, nona ini adalah putri
kesayangan dari Pak thian Coen cu!"
Dengan pandangan tajam Siauw Ling memperhatikan wajah gadis itu, lama sekali ia
baru menggeleng. "Bukan, dia bukan putri kesayangan dari Pak thian Coen cu!"
Tidak menanti gadis itu membantah, buru-buru Boe Wie Tootiang menyambung
kembali, "Dia bernama Liok Kian thay!"
"Waah". waah". semakin tidak benar lagi. Putri Pak thian Coen cu bernama Pek li
Peng sejak kapan ia ganti she jadi she Liok?"
Pada saat itulah Boe Wie Tootiang telah berada disisi Liok Kian thay, tiba-tiba ia ayun
tangannya mencengkeram jalan darah diatas pembaringan kanan gadis she Liok itu
kemudian tegurnya, "Siapakah nona" apa maksudmu menyaru sebagai putri kesayangan
dari Pak thian Coen cu?"
Liok Kian thay sama sekali tak kelihatan gentar, dengan tenang ia tersenyum.
"Lepaskan diriku!" katanya.
"Silahkan nona mundur lima langkah, pinto akan segera lepaska diri nona!"
"Apakah tootiang takut aku melukai dirinya?" jengek Liok Kian thay sambil memandang
sekejap wajah Siauw Ling.
"Tidak salah. Jarak antara nona dengan Siauw thayhiap terlalu dekat. Seandainya kau
turun tangan secara mendadak, pinto tidak akan sempat turun tangan menolong."
"Seandainya aku hendak mencelakai jiwanya tidak nanti aku datang kemari untuk
menyembuhkan lukanya."
"meskipun ucapan nona tidak salah, tapi sebelum asal usul nona dibikin terang sungguh
membuat hati kita jadi ragu. Lebih baik mundurlah lima langkah kebelakang."
Liok Kian thay dipaksa apa boleh buat, terpaksa ia mundur lima tindak.
"sekarang kau boleh lepaskan diriku?"
Boe Wie Tootiang menurut dan benar-benar lepaskan cengkeramannya pada
pergelangan tangan kanan Liok Kian thay.
"Walaupun nona datang kemari pakai nama palsu, tapi pinto tetap merasa berterima
kasih sekali atas budi pertolonganmu terhadap diri Siauw thayhiap."
Luas ruangan itu tak seberapa, setelah Liok Kian thay mundur lima tindak kebelakang
maka ia telah berada didepan pintu.
"Siauw siangkong, benarkah kau tidak kenal dengan budak?" ia menegur.
Kembali Siauw Ling menatap wajah gadis she Liok itu tajam-tajam, lama sekali kembali
ia menggeleng. "Tidak kenal!"
Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Siauw siangkong tentu kenal sama enci Hiang Soat bukan?"
"Kenal, dia adalah dayang kepercayaan dari nona Pek li, cahye pernah beberapa kali
berjumpa dengan dirinya."
"Secara diam-diam Hiang Soat dengan mengikuti nona telah pergi mencari jejak
siangkong sebetulnya budakpun ingin ikut tapi nona paksa aku untuk tetap tinggal disisi
looya sekalian mencari berita tentang dirimu. Rupanya dalam hati nona telah tahu,
kepergiannya mencari diri siangkong pasti akan menggusarkan hati looya, maka sebelum
berangkat nona telah serahkan dua botol obat mujarab bikinan looya sendiri kepada
budak, agar setiap saat budak dapat menggunakan obat tersebut untuk menolong napas
panjang." "Nona pernah berpesan kepada budak untuk perhatikan gerak gerik looya, seandainya
ia berhasil temukan diri Siauw siangkong dan melukai dirimu, maka nona perintahkan
budak untuk datang mengantarkan obat pemusnah."
"Dari mana nona bisa tahu kalau cayhe terluka?"
"Tengah hari tadi pasukan pengawal istana es berhasil menawan seorang wanita yang
bernama Kiem Hoa Hujien, katanya ia hendak mencuri pil bikinan looya, budak mendengar
kabar itu segera teringat akan diri siangkong, maka aku segera pergi menanyakan
persoalan ini kepada Kiem Hoa Hujien ini"."
"Mula-mula ia tak mau bicara" dayang itu melanjutkan. "Ketika kentongan pertama
telah tiba dan aku menengok dirinya lagi. ia baru suka menceritakan kisah untuk
menolong dirimu. Tentu saja budak jadi sangat terperanjat, sungguh tak nyana pesan
nona sebelum pergi kini jadi kenyataan"."
"Oouw kiranya begitu, sungguh tak nyana kejadian ini bisa berlangsung begini!"
"Budak lantas bertanya kepadanya, sekarang siangkong ada dimana?" terdengar Liok
Kian thay menyambung. "Kiem Hoa Hujien tentu beritahu kepadamu bukan?" Boe Wie Tootiang menyela.
"Sedikitpun tidak salah!"
"Setelah diberitahu, mengapa nona tidak langsung datang kemari?"
"Baru saja Kiem Hoa Hujien bicara sampai tengah jalan, kebetulan majikan kami utus
orang untuk memeriksa dirinya, maka terpaksa budak harus menyembunyikan diri."
Ia menghembuskan napas panjang dan melanjutkan, "Waktu itu tengah malam sudah
lewat, budak tak bisa menunggu sampai dia kembali lagi, maka terpaksa aku ikuti arah
yang diberitahukan kepadaku untuk mencari sendiri. Siapa sangka aku tak berhasil
menemukan diri siangkong saking cemasnya lalu budak meneriakkan nama siangkong."
Ia sapu sekejap wajah Boe Wie Tootiang. "Tootiang ini munculkan diri dan paksa aku
sebutkan namaku. Berhubung situasi yang memaksa maka apa boleh buat, terpaksa aku
menyaru jadi nona." "Lok Kian thay apakah namamu yang sebenarnya?"
"Budak bernama Kian thay, Liok memang she budak yang sebenarnya!"
"Ada orang datang!" tiba-tiba Soen Put shia berseru sambil memadamkan lilin.
Terdengar ujung baju tersampok angin bergema diluar ruangan, rupanya ada
seseorang sedang meloncati pagar tembok.
Diam-diam pengemis tua itu menghimpun tenaga dalamnya mempersiapkan diri. Belum
sempat ia membentak terdengar suara seorang perempuan berkumandang datang,
"Bagaimana keadaan luka Siauw Ling" apakah ada perubahan?"
"Aaah Kiem Hoa Hujien telah datang" ujar Boe Wie Tootiang sambil cepat-cepat
membuka pintu. Tampaknya Kiem Hoa Hujien dengan sepasang tangan menekan dada serta
lambungnya perlahan-lahan berjalan masuk.
Soen Put shia segera memasang lampu tampaklah Kiem Hoa Hujien sambil menggigit
bibir menahan sakit. rambut urap-urapan tidak karuan melangkah masuk dengan gerakan
yang sangat berat. jelas ia sudah menderita luka yang amat parah.
Tampaklah Kiem Hoa Hujien angkat kepalanya memandang sekejap Liok Kian thay
yang berada didepan pembaringan Siauw Ling, lalu berseru, "Oouw". kau sudah tiba
disini?" Liok Kian thay mengangguk, belum sempat ia menyahut Kiem Hoa Hujien sudah tak
sanggup berdiri lagi, ia jatuh tertunduk keatas tanah.
Buru-buru Liok Kian thay memburu kemuka dan memayang bangun tubuh perempuan
itu. "Parahkah lukamu?"
"Ehm, sudah kau berikan obat penawar itu kepadanya?"
"Obat itu sudah ia telan, keadaannya berangsur mulai membaik!"
"Oouw". nona Kian thay, terima kasih atas pertolonganmu! seandainya aku harus
mengejar sendiri kemari, mungkin kedatanganku sudah terlambat!"
"Hujien! bagaimana keadaan lukamu?" dengan rasa haru Siauw Ling bangun berdiri dan
turun dari pembaringan. "Tidak mengapa, aku tidak bakal mati"." diiringi tertawa getir yang mengenaskan, tibatiba
ia muntah darah segar. Liok Kian thay segera ambil keluar sapu tangan membersihkan nona darah yang ada
diujung bibir Kiem Hoa Hujien.
"Kau terluka ditangan looya kami?" tanyanya lirih.
"Bukan"." "Nona Liok! luka dalam yang ia derita parah sekali, jangan terlalu banyak berbicara,
lebih baik jangan ditanya dulu!" buru-buru Boe Wie Tootiang memperingatkan.
Dari dalam sakunya ia ambil keluar sebuah botol porselen dan ambil keluar dua butir
pil, sambungnya, "Nona Liok, tolong berikan kedua butir pil ini kepadanya!"
Dengan cepat Liok Kian thay menerima pil tadi, tapi sebelum ia masukkan obat itu
kedalam mulut Kiem Hoa Hujien, perempuan berhati baja ini sudah menyambut sendiri pil
tadi dimasukkan kedalam mulut dan ditelan.
"Cuma menelan dua butir pil saja, aku masih belum membutuhkan pelayanan orang
lain" katanya sambil tertawa.
"Hujien! berkat obat penawar yang dihantar nona Liok kepadaku, keadaan lukaku
sudah berangsur mulai sembuh, bagaimana kalau Hujien naik keatas pembaringan dan
beristirahat sejenak?"
Meski sedang menderita luka parah, namun kekerasan hatinya masih seperti keadaan
semula, ia tersenyum dan menyela, "Orang lain menyebut aku sebagai Kiem Hoa Hujien,
apakah kaupun menyebut aku dengan panggilan itu juga?"
"Lalu apa harus memanggil dengan panggilan apa?"
"Panggil saja aku enci, bukankah selama ini aku selalu memanggil kau dengan saudara
cilik?" Siauw Ling termenung sejenak, akhirnya ia mengangguk.
"Baiklah! cici, bagaimana kalau kau beristirahat sejenak diatas pembaringan?"
Kiem Hoa Hujien tersenyum dan bangun berdiri, tubuhnya sempoyongan seolah-olah
hendak roboh keatas tanah. Buru-buru Liok Kian thay datang memayang namun bantuan
dayang itu dengan cepat ditampik, dengan langkah masih terhoyong-hoyong ia hampiri
pembaringan dan duduk bersila disana.
Siauw Ling yang menyaksikan keadaan Kiem Hoa Hujien, dimana perempuan itu
dengan pertaruhkan nyawanya telah mengusahakan obat penawar baginya sehingga
menderita luka parah, dalam hati merasa sangat tidak tenang, dihampirinya perempuan
itu lalu berkata, "Cici, Boe Wie Tootiang sangat lihay dalam ilmu pertabiban. Bagaimana
kalau aku mintakan pertolongannya untuk memeriksa kedalam luka cici?""
Ia mengerti kekerasan hati Kiem Hoa Hujien, maka untuk menjaga agar Boe Wie
Tootiang tidak ditolak mentah-mentah dalam memeriksakan nadinya nanti, tak bertanya
lebih dahulu. "Tak usah" Kiem Hoa Hujien segera menggeleng. "Bagaimana keadaan lukaku, didalam
hati aku mengerti dengan jelas, asal beristirahat semalam saja kekuatanku akan pulih
kembali seperti sedia kala."
Bibir Boe Wie Tootiang bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu, namun akhirnya
batlkan niat tersebut. Semula Soen Put shia mempunyai perasaan antipatik terhadap perempuan dari wilayah
Biauw ini, tapi sekarang pandangannya telah berubah, ia mendehem perlahan lalu
berkata, "Ilmu pertabiban yang dimiliki Boe Wie Tootiang meski belum dapat menandingi
kepandaian siraja obat keji, namun diapun termasuk tabib sakti dalam dunia persilatan
dewasa ini. Nona! mengapa kau berkeras kepala dan tidak membiarkan ia periksakan
nadimu?"" "Ucapan Soen loocianpwee sedikitpun tidak salah" Siauw Ling menyambung dari
samping. "Cici,,ebih baik biarkanlah Boe Wie Tootiang memeriksa denyut nadimu."
"Benarkah kau takut aku mati?"
"Untuk menolong jiwa Siauw Ling, cici telah menderita luka dalam yang begitu parah
peristiwa ini membuat aku Siauw Ling merasa amat tidak tentram."
"Baiklah, agar hatimu jadi tenang aku akan merepotkan sebentar diri tootiang?"
Perlahan-lahan Boe Wie Tootiang berjalan menghampiri perempuan itu, jari telunjuk
dan jari tengahnya ditempelkan keatas nadi sebelah kiri lama sekali ia baru berkata, "Luka
yang nona derita seharusnya tidak begitu parah, tapi dikarenakan setelah kau terluka lalu
tidak baik-baik bersemedi dan harus melakukan perjalanan cepat pula, maka keadaan luka
yang ringan itu jadi parah sekali."
"Ehmmm, sungguh hebat permainanmu!" puji Kiem Hoa Hujien sambil tersenyum.
"Apakah masih ada harapan untuk ditolongnya?" Siauw Ling menyela.
"Pada saat ini darahnya sudah menyerang isi perut, untuk menjadi baik kembali seperti
sedia kala nona harus banyak beristirahat."
"Berapa lama harus dibutuhkan untuk menyembuhkan lukaku itu" sebab aku tak bisa
terlalu lama berada disini."
"Paling banyak tujuh hari, dan paling sedikit lima."
"Ah, tidak bisa, lebih baik tak usah diperiksa lagi. Besok tengah hari aku sudah harus
tinggalkan tempat ini."
"Bukannya pinto sengaja menakut-nakuti dirimu, apabila nona tidak beristirahat
sebagaimana mestinya bahkan hendak melakukan perjalanan lagi, maka keadaan lukamu
akan berubah makin parah. Kalau sampai jadi begini keadaannya sekalipun Hoa Tuo hidup
kembalipun belum tentu bisa menolong jiwa nona!"
Kiem Hoa Hujien tersenyum.
"Sebaliknya kalau aku tetap tinggal disini lima hari sekalipun tabib sakti paling
kenamaan yang ada dikolong langit dewasa ini kau kumpulkan semua disinipun belum
tentu bisa menolong jiwaku."
Ia berhenti sejenak untuk ganti napas lalu tambahnya, "Justru karena aku ingin hidup
beberapa waktu lagi, maka terpaksa aku harus buru-buru tinggalkan tempat ini."
"Mengapa?" tanya Siauw Ling heran.
"Kau pingin tahu?"
"Sedikitpun tidak salah!"
"Urusan telah jadi begini, tiada halangan kuberitahukan kepadamu, Shen Bok Hong
telah meracuni tubuhku secara diam-diam setiap sepuluh hari aku harus mendapatkan
sebutir pil pemusnahnya untuk memperpanjang waktu bekerjanya racun tersebut, tiga
hari kemudian adalah saat aku mendapatkan obat penawar itu sebab kalau tidak racun itu
akan mulai bekerja dan nyawaku pasti melayang!"
"Sudah terjadi peristiwa semacam ini?"
"Kau anggap aku sedang membohongi dirimu" jangan dibilang aku, setiap orang
penting yang ada didalam perkampungan Pek Hoa San cung sebagian besar keadaannya
tak berbeda dengan diriku. Semakin lihay ilmu silat yang dimiliki semakin lihay pula racun
yang dicekokkan kedalam tubuhnya. Menurut berita yang kudengar katanya obat racun itu
adalah karya siraja obat bertangan keji, lihaynya luar biasa. Kecuali Shen Bok Hong
seorang diri yang memiliki obat penawar tersebut, dikolong langit boleh dibilang tiada obat
yang bisa menolong aku lagi."
"Oow". Shen Bok Hong benar-benar manusia keji berhati binatang" seru Siauw Ling.
"Kalau memang obat itu dibuat oleh siraja obat bertangan keji, seharusnya Tok chiu yok
ong tahu akan bahan obat penawarnya."
"Sayang sekali Tok chiu Yok ong sudah tak ada disini" sambung Soen Put shia.
"Sekalipun dia berada disini, belum tentu obat penawar itu bisa dibuat seketika itu
juga" bicara sampai disini, perempuan ini kelihatan lelah sekali, ia segera pejamkan
matanya dan tertidur pulas.
Boe Wie Tootiang segera memberi tanda kepada Siauw Ling agar jangan mengganggu
dirinya. perlahan-lahanmereka mengundurkan diri dari ruangan tersebut.
Siauw Ling tahu toosu ini tentu ada urusan hendak disampaikan kepadanya, maka
iapun ikut keluar. Setibanya diluar ruangan, Boe Wie Tootiang berbisik lirih, "Siauw thayhiap, benarkah
kau hendak menolong jiwanya?"
"Tentu saja aku harus menyelamatkan jiwanya."
"Kalau kau ingin menolong jiwanya, kita harus menempuh bahaya."
"Bagaimana maksudmu?"
"Luka yang ia derita sebetulnya tidak begitu serius, cuma disebabkan ia kurang
beristirahat setelah terluka ditambah pula harus melakukan perjalanan jauh, maka
darahnya membeku kedalam isi perut. Bukan pinto snegaja menyombongkan diri, pinto
yakin didalam tiga hari sanggup membuyarkan darahnya yang membeku didalam isi perut,
dalam lima hari pulihkan kembali kesehatannya seperti semula. namun persoalannya yang
paling memusingkan kepala saat ini bukanlah luka yang ia derita, melainkan racun Shen
Bok Hong yang mengeram didalam tubuhnya."
"Apakah tootiang mempunyai cara untuk memusnahkan racun itu?"
"Pinto tidak tahu racun keji apakah yang digunakan Shen Bok Hong untuk mencelakai
Kiem Hoa Hujien, sekalipun tahu tidak mungkin bagiku untuk mempersiapkan obat
pemusnah itu dalam tiga lima hari."
"Jadi maksud tootiang lebih baik membiarkan dia kembali keperkampungan Pek Hoa
San cung sesuai dengan waktunya?"
"Sekalipun besok siang ia bisa tinggalkan tempat ini dan tiba diperkampungan Pek Hoa
San cung tepat pada saatnya, namun perjalanan sejauh ratusan li ini suda cukup untuk
mencabut selembar jiwanya!"
"Aaai". bicara pulang pergi tootiang belum berhasil juga menemukan suatu cara yang
tepat." "Cara sih ada satu, cuma sukakah Siauw heng menerimanya?"
"Apa caramu itu?"
"Pinto akan memusnahkan ilmu silatnya dengan tusukan jarum emas"."
"Sekalipun ilmu silatnya dipunahkan, aku rasa jiwanya sama saja akan tetap melayang."
"Pinto mempunyai satu cara menghilangkan racun dengan cara yang paling keji, yaitu
musnahkan dahulu ilmu silatnya kemudian masukan tubuhnya kedalam kukusan dan
mengukus racun yang mengeram dalam tubuhnya dengan cuka kwalitas nomor satu."
"Racunnya pasti hilang?"
"Seandainya pinto tidak punya keyakinan tidak nanti kutawarkan cara ini kepadamu."
"Setelah racun yang mengeram dalam tubuhnya lenyap, apakah ilmu silatnya bisa pulih
kembali seperti sedia kala?"
"Tidak bisa" toosu tua itu segera menggeleng. "Selama ia masih hidup dikolong langit
tak mungkin lagi ilmu silatnya pulih seperti sedia kala."
"Tidak ada cara lain?"
"Pinto tidak mempunyai cara lain lagi kecuali cara tersebut."
Siauw Ling termenung sejenak, kemudian baru berkata, "Urusan ini menyangkut masa
depan seseorang, cayhe tidak berani mengambil keputusan secara gegabah."
"Memang lebih baik Siauw thayhiap rundingkan dahulu masalah ini dengan Kiem Hoa
Hujien, biar dia sendiri yang menentukan pilihannya."
"Aaaai". aku rasa dewasa ini memang cuma jalan ini saja yang bisa ditempuh!" seraya
menghela napas panjang, pemuda itu masuk kembali kedalam ruangan.
Kiem Hoa Hujien duduk bersandar diatas pembaringan, sepasang matanya melotot
besar namun air mukanya menunjukkan keletihan hebat.
Rupanya perempuan itu berusaha untuk mempertahankan kesadarannya menyaksikan
Siauw Ling berjalan masuk ia lantas tersenyum dan menegur, "Apa yang sedang kalian
bicarakan?" "membicarakan keadaan luka dari cici."
"Sudahlah tak usah dibicarakan lagi, besok siang aku harus tinggalkan tempat ini atau
kecuali Boe Wie Tootiang sanggup menyembuhkan lukaku sebelum tengah hari besok?"
JILID 14 Bibir Siauw Ling bergetar mau bicara, namun ia batalkan niat itu.
"Saudaraku, apa yang hendak kau katakan?" Kiem Hoa Hujien segera menegur.
"Karena hendak menolong aku, kau jadi begini. Aaaai". suruh aku bagaimana buka
suara?" "Tidak mengapa, katakanlah apa yang ingin kau utarakan!"
"Boe Wie Tootiang mempunyai satu cara yang bagus"."
"Bukan cara bagus, boleh dibilang caraku itu adalah cara yang paling bodoh" tukas Boe
Wie Tootiang. "Walaupun cara ini bisa menolong jiwa cici" Siauw Ling melanjutkan. "Tapi ilmu silat
yang kau miliki harus dimusnahkan lebih dahulu. Entah bagaimana menurut pendapat
cici?" "Memusnahkan ilmu silat bagiku jauh lebih parah daripada kehilangan selembar jiwaku.
Lebih baik tak usah saja!"
"Oleh sebab itulah cayhe tidak berani ambil keputusan dan mempersilahkan cici untuk
menentukan sendiri pilihan ini."
Kiem Hoa Hujien tertawa. "Aku tidak ingin mati tapi akupun tidak ingin kehilangan ilmu silatku. Maka dari itu
sebelum tengah hari besok aku harus tinggalkan tempat ini dan kembali keperkampungan
Pek Hoa San cung, dengan menggunakan kesempatan selama setengah malam serta
setengah hari besok, aku ingin duduk bersemedi dan berusaha memulihkan kembali
sedikit tenagaku." "Sayang sudah terlambat, pada saat ini bukan saja hujien tak dapat melakukan
perjalanan, bahkan mengatur pernapasanpun akan mengakibatkan keadaan lukamu akan
semakin bertambah parah. Satu-satunya jalan yang paling baik pada saat ini adalah tidur
dengan tenang."
Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Benarkah ucapanmu itu?" mendadak Kiem Hoa Hujien bangun berdiri.
"Bukankah pada saat ini hujien merasakan badanmu kian lama kian merasa lelah?"
"Sedikitpun tidak salah."
"Kalau begitu ucapan pinto tadi tidak salah lagi!"
Mendadak Kiem Hoa Hujien mengempos tenaga dan berkata, "Kalau memang demikian
adanya, malam ini juga aku harus berangkat."
"Hujien tunggu dulu, menurut pemeriksaan pinto atas denyutan nadi hujien, sulit
bagimu untuk melawan seratus li, sebab luka kamu akan kambuh dan ada kemungkinan
bisa mencabut nyawamu."
"Sekalipun bagitu, aku harus mencobanya dengan menempuh bahaya!"
"Kalau tidak akan mempunyai kesempatan sepersepuluh untuk hidup, tak usah
bertaru!" "Tootiang, seandainya kita menggunakan sebuah pembaringan lunak dan membiarkan
dia tidur diatasnya lalu kita gotong keperkampungan Pek Hoa San cung, terhadap luka
yang dideritanya mendatangkan gangguan?" sela Siauw Ling.
"Itu sih tidak mengapa."
"Kalau begitu, harap cici tunggu sejenak, akan kuhantar dirimu pulang"."
"Kau hendak pergi keperkampungan Pek Hoa San cung?" tanya Soen Put shia
menegaskan. "Aku hanya akan mangantar dia sampai sepuluh li dari perkampungan, setelah itu aku
segera kembali." "Siauw thayhiap, aku telah melupakan satu persoalan."
"Persoalan apa?"
"Siauw thayhiap baru saja sembuh dari luka parah, kau belum mampu untuk melakukan
perjalanan jauh." Kiem Hoa Hujien yang mendengarkan pembicaraan itu, tiba-tiba tertawa terkekehkekeh.
"Saudara Siauw, dalam hati aku sudah merasa sangat berterima kasih atas perhatianmu
yang mendalam terhadap diriku, memang betul seandainya kau yang menghantar diriku,
perjalanan ini terlalu bahaya. Kau harus tahu Shen Bok Hong punya mata-mata yang
tersebar luas dimana-mana, seandainya kejadian ini sampai diketahui olehnya, bukan saja
kau akan repot aku sendiripun bakal celaka."
"Tapi". cici! bukankah kau tak dapat melakukan perjalanan"."
"Tidak mengapa. Asal aku mampu berjalan sejauh seratus li, sekalipun akhirnya
menggeletak. Mungkin diriku bakal ditemukan oleh mata-mata Shen Bok Hong. Pada saat
ini ia masih amat membutuhkan tenagaku. Aku rasa ia pasti akan berusaha untuk
menyelamatkan jiwaku"."
Bicara sampai disitu ia merandek sejenak, kemudian dengan nada sedih tambahnya,
"Kau harus baik-baik berjaga diri, cici akan pergi. Semoga saja dikemudian hari kita masih
punya kesempatan untuk saling berjumpa muka!"
Bicara sampai disitu, tanpa berpaling lagi ia enjotkan badan dan melayang keluar dari
ruangan. Siauw Ling ingin mengejar keluar, namun ia segera dihalangi oleh Soen Put shia.
"Saudara Siauw, apa yang dikatakan Kiem Hoa Hujien sedikitpun tidak salah"."
katanya. "Seandainya kau yang mengantar dirinya, bukan saja bakal mencelakai diri
sendiri bahkan akan mencelakai pula dirinya."
Mendadak terdengar Lok Kian Thay berkata sambil melangkah kearah pintu, "Budakpun
harus berangkat pulang, sebab kalau perbuatanku ini sampai diketahui oleh Coen cu,
niscaya jiwaku bakal melayang."
"Kalau memang jiwamu terancam, mengapa kau hendak pulang lagi kesana?"
"Aaai". peraturan dari istana es kami amat ketat, apabila ada orang berani melarikan
diri, dia pasti akan dikejar dan dibunuh, maka dari itu bagaimanapun juga budak harus
segera kembali." Sinar matanya beralih keatas wajah Siauw Ling dan menambahkan, "Apabila
dikemudian hari Siauw siangkong berhasil berjumpa dengan nona kami, harap suka baikbaik
melayani dirinya." Iapun enjotkan badan dan berlalu dari sana menyusul dibelakang Kiem Hoa Hujien.
Memandang kearah bayangan punggung Lok Kian Thay yang mulai lenyap dari
pandangan, Soen Put shia menghela napas.
"Aaai". hati kaum wanita, memang sulit diduga". sampai-sampai aku sipengemis
tuapun jadi tidak habis mengerti!"
Boe Wie Tootiangpun menghembuskan napas panjang pula, perlahan dia berpaling
kearah Siauw Ling dan bertanya, "Siauw thayhiap, bagaimana keadaan lukamu?"
"Hawa dingin telah lenyap dari badan, kekuatan dalamkupun mulai terkumpul kembali
aku rasa sebagian besar kesehatanku telah pulih kembali."
"Aaai". kalau begitu bagus sekali, dengan demikian pintopun dapat melepaskan satu
tanggung jawab yang maha besar."
"Tootiang!" mendadak Soen put shia menyela. "Apakah kau bersiap sedia hendak
melangsungkan pertarungan mati-matian dengan Shen Bok Hong ditempat ini?"
Boe Wie Tootiang termenung berpikir sejenak kemudian baru menjawab, "Pinto
menyadari bahwasanya dengan andalkan kekuatan Bu tong pay kami saja, jangan harap
bisa menandingi kekuatan perkampungan Pek Hoa San cung. Sekalipun kita sudah
mendapatkan bantuan dari dua tiga orang sahabat, keadaan kita tetap bagaikan telur
membentur batu, sulit untuk mencari kemenangan. Tetapi situasi yang terbentang
didepan mata kita dewasa ini amat mendesak, apabila kita tidak bangkit untuk melawan,
satu-satunya jalan untuk cari selamat hanyalah menyerah saja."
"Bukankah tootiang telah mengurus orang untuk menghubungi orang-orang dari sebilan
partai besar dan mohon mereka kirim orang unutk membantu diri tootiang?"
"Aaai". memang benar! meski kekuatan Shen Bok Hong amat kuat, seandainya
sembilan partai besar suka mengirim jago-jagonya, sekalipun tak bisa menang paling
sedikit kita bisa mengimbangi kekuatan mereka. Tapi sayang"." berbicara sampai disitu
mendadak ia membungkam. "Kenapa" apakah sembilan partai besar tidak mau kirim jago-jagonya untuk membantu
kita?" "Sekalipun permintaanku tidak sampai ditolak namun bantuan merekapun tidak
sungguh-sungguh. Aaai". sembilan partai hanya memikirkan keselamatan diri sendiri,
bukankah tindakan mereka itu justru merupakan apa yang diharapkan oleh Shen Bok
Hong" bila demikian terus keadaannya, sembilan partai satu demi satubakal dihantam oleh
mereka hingga hancur lebut"."
"Ehmm, ucapan ini sedikitpun tidak salah lalu apa cara tootiang untuk mengatasi
persoalan ini?" "Walaupun selama seratus tahun belakangan, antara anggota sembilan partai besar
tidak pernah terjadi peristiwa bentrokan besar, bentrokan kecil tak bisa dihindari sering
terjadi. Disamping itu dari antara partai tidak pernah muncul seorang manusia berbakat
yang bisa dihormati partai lain. Hal ini mengakibatkan hubungan antara partai besar kian
lama kian bertambah adem dan jauh. Terutama sekali partai Siauw Lim, boleh dibilang
selama berhubungan dengan partai-partai lain"."
"Menurut apa yang aku pengemis tua ketahui" sela Soen put shia. "Tootiang
mempunyai hubungan pribadi yang sangat intim sekali dengan ciangbunjien dari partai
Siauw lim dewasa ini, apakah berita kangouw ini tidak betul."
"Sekalipun pinto mempunyai hubungan pribadi yang intim dengan Siauw lim
ciangbunjien tidak berani mengambil tindakan secara menyendiri"." ia merandek sejenak,
lalu terusnya. "Bagaimanapun juga hubungan pribadi, setelah menjumpai keadaan kritis
yang amat serius, pinto rasa hubungan pribadi tak bisa mengatasi hal ini."
Saking sedihnya, habis berkata ia menghela napas panjang.
"Sembilan partai besar sama-sama menutup diri dan tidak mau saling membantu,
bukankah tindakan ini sama halnya mencari kehancuran buat diri sendiri."
"Tak usah kita bicarakan persoalan itu" sela Siauw Ling. "Persoalan paling penting pada
saat ini adalah bagaimana caranya menghadapi musuh tangguh."
Ia merandek sejenak, kemudian terusnya, "Ada satu persoalan, cayhe merasa kurang
begitu jelas, dapatkah tootiang memberi petunjuk?"
"Persoalan apa?"
"Darimana Kiem Hoa Hujien bisa sampai disini?"
Boe Wie Tootiang berpikir sejenak, akhirnya ia ceritakan kisah yang sebenarnya kepada
si anak muda itu. "Apa sebabnya Shen Bok Hong bisa membubarkan para jagonya secara mendadak"."
tanya Siauw Ling keheranan setelah habis mendengarkan kisah tersebut.
"Aku sipengemis tuapun merasa tidak mengerti!"
"Menurut dugaan pinto, satu-satunya hal yang patut dicurigai adalah irama musik itu,
Shen Bok Hong kelihatan amat terperanjat setelah mendengar irama musik itu, begitu
gugup dia sampai semangat tempurnya rontok dan buru-buru melarikan diri."
"Tootiang, bukankah kau pandai dalam hal ilmu musik" dapatkah kau bedakan irama
musik itu berasal dari alat musik apa?"
"Mirip seruling tapi kalau didengar lagi tidak, rupanya irama itu berasal dari gabungan
dua jenis alat musik"."
"Sungguh aneh sekali, aku pengemis tua sudah putar otak tetapi belum berhasil juga
menemukan seornag jago Bulim yang bisa memukul mundur musuhnya dengan irama
musik!" "Peristiwa ini memang rada aneh!" Siauw Ling mengangguk. "Sewaktu cayhe masih
belajar silat tempo dulu, banyak persoalan yang mengenai para jago Bulim telah
kudengar, namun belum pernah kudengar ada jago yang bisa memukul mundur
musuhnya dengan irama musik."
"Pada saat dan tempat seperti ini tidak pantas bagi kita untuk membicarakan persoalan
ini, kita harus pulang dan melihat keadaan!"
Siauw Lingpun tidak banyak bicara lagi, ia ambil keluar sekeping emas murni dan
diletakkan diatas meja. Setelah memadamkan api lilin ia berlalu terlebih dulu, dari ruangan
itu. Soen Put shia segera menyusul dari belakang si anak muda itu, seraya mencekal
pergelangan tangan kirinya ia tertawa dan berkata, "Kesehatan badan saudara Siauw
belum pulih seperti sedia kala, lebih baik aku pengemis tua bantu dirimu!"
Siauw Lingpun tidak menolak, sepanjang perjalanan ia melakukan perjalanan cepat.
Sebab telah mengetahui ada orang yang bisa pukul mundur Shen Bok Hong dengan irama
musik, dia lantas menguatirkan keselamatan kedua orang tuanya.
Setibanya ditepi telaga, terlihatlah Im Yang cu dengan membawa empat orang toosu
berusia setengah baya telah menantikan kedatangan mereka disitu.
"Apakah sudah terjadi perubahan lain?" tanya Boe Wie Tootiang setibanya disamping
sutenya itu. "Semuanya aman, tidak nampak ada musuh menyerang kemari lagi!"
"Apakah tootiang telah berjumpa dengan ayah, ibuku?" sela Siauw Ling cemas.
"Pinto mengerti akan pentingnya kedua orang tua itu bagi Shen Bok Hong, maka
sebelum terjadinya peristiwa tadi pinto telah mohon bantuan Tiong Chiu Siang Ku serta
Suma Kan sekalian melindungi ayah ibumu untuk bersembunyi disuatu tempat yang aman
diatas gunung." "Mereka sudah kembali?"
"Belum, mungkin masih ada diatas gunung."
Siauw Ling mendehem perlahan, tanpa banyak bicara lagi tubuhnya meloncat naik
keatas perahu. Boe Wie Tootiang, Soen Put shia serta Siauw Ling menggunakan sebuah sampan yang
sama, sedangkan Im Yang cu dengan keempat toosu lainnya naik sampan lain.
Selama ini Siauw Ling terus mengkuatirkan keselamatan kedua orang tuanya, ingin
sekali ia cepat-cepat menjumpai ayah serta ibunya. Maka itu meskipun sampan bergerak
cepat tapi ia merasa kurang, bahkan turun tangan sendiri untuk mendayung sampan
tersebut. Setibanya ditepi daratan, tanpa menunggu Soen Put shia lagi si anak muda itu langsung
lari menuju kekamar orang tuanya.
Tampak pintu terbuka lebar, suasana dalam ruangan gelap gulita tidak terlihat sedikit
sinarpun. "Ada orang didalam?" Siauw Ling segera menegur.
"Siauw siangkong yang ada diluar?" siara Kim Lan berkumandang keluar dari dalam
ruangan. "Tidak salah, apakah orang tuaku belum kembali?"
Cahaya lampu berkilat dalam ruangan disusul munculnya Kim Lan dengan pakaian
ringan serta menyoren pedang dari balik kegelapan.
"Looya serta hujien telah bersembunyi diatas gunung dibawah perlindungan Sang ya
serta Tu ya sekalian." sahutnya.
"Tahukah kau asat ini mereka berada dimana?"
Kim Lan menggeleng. Siauw Ling segera berpaling kebelakang, saat itu Soen Put shia serta Im Yang cu berdiri
berjajar diluar pintu. Segera tanyanya kembali, "Apakah tootiang tahu?"
"Harap Siauw thayhiap legakan hatimu" kata Im Yang cu sambil tertawa. "Pinto
tanggung kedua orang tuamu berada dalam keadaan sehat walafiat tanpa kekurangan
sedikit apapun juga."
"Cayhe mengerti betapa teliti dan cermatnya tootiang bekerja, namun sebelum bertemu
sendiri dengan kedua orang tuaku. Cayhe tetap merasa tidak tenteram."
"Pinto sudah kirim orang untuk melepaskan tanda rahsia dan memanggil mereka
kembali." "Apabila tootiang tahu letak tempat persembunyian itu, lebih baik bawalah cayhe
kesitu!" "Untuk mewujudkan kebaktian Siauw thayhiap terhadap orang tuamu, sepantasnya
pinto tidak menampik permintaanmu itu, tapi menurut perhitungan pinto, pada saat ini
Tiong Chiu Siang ku semestinya sudah menerima tanda kemudian membawa kedua
orabng tuamu turun gunung. Seandainya kita harus naik sendiri kesitu dan bila sampai
salah jalan, bukankah keadaan malahan sebaliknya?"
Mendengar perkataan itu akhirnya Siauw Ling menghela napas panjang.
"Baiklah! kalau bagitu kita tunggu saja disini. Tapi beberapa waktu harus mereka
butuhkan untuk sampai disini?"
"Paling banter tidak sampai melewati satu jam."
Perlahan-lahan Siauw Ling berjalan masuk kedalam kamar kedua orang tuanya,
menyulut lilin dan duduk termangu-mangu disitu.
Im Yang cu mengerti keadaan orang, setelah dua kali orang tuanya ditawan si anak
muda ini jadi ketakutan setengah mati. Maka iapun tidak banyak bicara dan duduk
membungkam disitu. Sebatang lilin sudah hampir habis, namun Tiong Chiu Siang Ku serta Siauw thayjien
suami istri yang ditunggu-tunggu belum kunjung datang juga. Kim Lan muncul untuk
menggantika lilin yang hampir padam dengan sebatang lilin baru, kemudian perlahanlahan
mengundurkan diri kesamping pintu.
Siauw Ling berusaha menahan sabar, namun akhirnya ia tak kuat menunggu lebih jauh,
tiba-tiba tanyanya, "Tootiang sudah berapa lama kita menunggu?"
"Belum sampai satu jam!"
Siauw Ling mendehem, bibirnya bergerak seperti mau bicara namun akhirnya ia
batalkan kembali niat tersebut.
Diluar Im Yang cu bicara ringan padahal dalam hati diapun merasa keadaan tidak
beres, sambil bangun berdiri ujarnya, "Harap Siauw thayhiap duduk sejenak disini, pinto
akan pergi menanyakan persoalan ini kepada petugas penyampai berita."
Tidak menunggu jawaban dari Siauw Ling lagi ia segera meloncat dari ruangan.
Baru saja Im Yang cu tiba didepan pintu, sesosok bayangan manusia bagaikan seekor
burung langsung menyusup masuk kedalam sehingga hampir saja bertumbukan dengan
toosu tersebut. Dengan sabar Im yang cu mengepos kemsaping, kemudian tangannya bergerak cepat
mencengkeram pergelangan kiri orang itu.
Siauw Ling pun dengan cepat meloncat bangun, sinar matanya melotot kearah orang
itu dengan sinar tajam. Ternyata orang yang baru saja datang bukan lain adalah seorang toosu Bu tong pay
menyoren pedang. "Ada urusan apa" mengapa kau datang tergesa-gesa?" tegur Im Yang cu sambil
melepaskan pergelangan orang itu.
Toojien itu menjura lebih dahulu kepada Im Yang cu kemudian menjawab, "Teecu
datang datang membawa perintah kilat, karena harus berlari cepat sepanjang perjalanan
kesadaran teecu jadi agak berkurang, keteledoran tadi harap suka susiok maafkan."
"Ada urusan apa" cepat katakan!" seru Siauw Ling sambil meloncat kemuka.
"Teecu mendapat tugas untuk menjaga disuatu sudut gunung"."
"Apakah kedua orang tuaku ditawan orang!"
"Teecu mendapat tugas berjaga diatas gunung tapi entah apa sebabnya jalan darahku
tahu-tahu sudah ditotok orang."
"Lalu bagaimana selanjutnya?" tanyanya dengan wajah berubah hebat. "Bagaimana
caranya kau lepaskan diri dari pengaruh totokan?"
"Tecu dibebaskan dari pengaruh totokan oleh ciangbun suhu, setelah bertanya atas
peristiwa yang sudah terjadi beliau perintahkan tecu untuk melaporkan kejadian ini
kepada susiok serta Siauw thayhiap, setelah itu beliau naik keatas gunung!"
Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini membuat kegelisahan Siauw Ling malahan
berbalik jadi tenang, bisiknya kepada orang itu, "Sepanjang perjalanan kau harus berlari
cepat, badanmu tentu merasa amat payah. Beristirahatlah lebih dahulu!"
Toojien itu mengangguk, setelah memberi hormat kepada Im Yang cu serta Siauw Ling
ia segera mengundurkan diri.
Sepeninggalnya toosu tadi, Im Yang cu mendongak keatas memandang awan yang
bergerak lalu menghela napas panjang.
"Aaaai". sungguh tak nyana betul-betul telah terjadi perubahan. peristiwa ini amat
membuat pinto merasa menyesal."
"Kejadian sudah jadi begini, tootiangpun tak usah terlalu menyesali diri, bagaimana
kalau kita naik kegunung untuk melihat kesana?"
Im Yang cu mengangguk, ia segera berlari lebih dahulu meninggalkan ruangan itu.
Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ilmu peringan tubuh yang dimiliki kedua orang ini amat sempurna, dalam sekejap mata
tujuh delapan li sudah dilewati tanpa terasa. Waktu itu fajar telah menyingsing,
pemandangan disekeliling tempat itu dapat terlihat dengan amat jelas.
Mendadak Im Yang cu menghentikan langkahnya dan mengalihkan pandangan
ketengah semak belukar disisi jalan.
"Apakah tootiang sudah salah jalan?" tanya Siauw Ling.
Im Yang cu geleng kepala ia melangkah kearah semak dan menggusur keluar seorang
toojien setengah baya, setelah diperiksa sejenak telapaknya langsung menepuk punggung
itu. Terdengar toojien tadi menghela napas panjang dan perlahan-lahan membuka mata
tatkala menjumpai Im Yang cu ada disitu buru-buru ia meronta bangun memberi hormat.
"Tak usah banyak adat" tukas Im Yang cu dengan nada berat. "Ceritakan peristiwa
yang terjadi?" "Tecu mendapat tugas berjaga-jaga disini siapa duga jalan darahku tertotok, untuk
susiok telah datang menolong tecu."
"Siapa yang telah menotok jalan darahmu?"
"Tecu hanya mendengar ujung baju tersampok angin, belum sempat berpaling jalan
darah tecu sudah tertotok."
Im Yang cu termenung sejenak, kemudian berpaling kearah Siauw Ling dan berkata,
"Siauw thayhiap, rupanya orang yang melancarkan serangan totokan itu sama sekali tiada
maksud melukai orang, terbukti dari totokannya yang ringan, berbicara dari kenyataan ini
pinto duga orang itu pasti bukan Shen Bok Hong."
"Aaaai". justru yang aneh kecuali Shen Bok Hong, siapa lagi yang ada menangkap
orang tua cayhe?" Im Yang cu ulapkan tangannya kearah toojien itu seraya berkata, "Disini tiada
urusanmu lagi, turunlah kebawah sana."
Toojien mengiakan, ia segera putar badan dan berlalu.
Sepeninggalan toosu tersebut, Im Yang cu segera berpaling kearah Siauw Ling dan
melanjutkan, "Biasanya perbuatan orang-orang perkampungan Pek Hoa San cung keji dan
telengas, tidak mungkin mereka ampuni jiwa murid partai kami. Ehm kejadian ini memang
rada aneh." Sementara mereka masih bercakap-cakap, tampaklah Boe Wie Tootiang dengan
membawa Tiong Chiu Siang Ku serta siperamal sakti dari Tng hay, Suma Kan buru-buru
lari mendekat. Setelah menyaksikan sepasang pedagang dari siong chiau beberapa dalam keadaan
sehat walafiat, Siauw Ling merasakan hatinya rada lega.
Tiong chiu Siang Ku langsung menghampiri anak muda itu, mendadak mereka
menjatuhkan diri berlutut dan berseru, "Siauwte sekalian patut dihukum mati, harap toako
suka menjatuhkan hukuman!"
"Harap saudara berdua cepat berdiri, ceritakan sejelasnya peristiwa yang telah terjadi"
buru-buru Siauw Ling membangunkan mereka.
Sang Pat menghela napas panjang ujarnya, "Siauwte membawa dua orang tua
bersembunyi didalam sebuah goa batu, setelah itu siauwte berjaga didalam goa sedang
Tu heng berjaga diluar goa. Ketika tengah malam telah tiba mendadak siauwte dan Tu
heng jatuh roboh ketanah, siauwte segera menerjang keluar dari dalam goa. Sedikitpun
tidak salah, diluar goa berdirilah seorang manusia berkerudung memakai baju berwarna
hitam. Jalan darah saudara Tu telah tertotok dan menggeletak disisi jalan."
"Kau sempat bertarung dengan orang itu?"
"Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini membuat siauwte jadi gugup dan kaget,
siauwte hanya mencurahkan seluruh perhatian kearah musuh didepan, siapa sangka dari
belakang mendadak datang serangan bokongan, bukan saja serangan itu cepat juga lihay
sekali. Sebelum siauwte sempat melawan, jalan darahkupun ikut tertotok."
Siauw Ling segera mengalihkan sinar matanya kearah Tu Kioe dan bertanya, "Apakah
saudara Tu sempat melihat jelas wajah orang itu?"
"Aaaaai kalau dibicarakan sungguh menyesal sekali, jalan darah siauwte kena tertotok
oleh senjata rahasia lawan."
"Kepandaian tersebut jelas merupakan ilmu totok dengan biji kedelai yang sangat lihay,
seandainya tenaga kweekang yang dimiliki tidak sempurna, tidak nanti bisa menggunakan.
Apalagi ia turun tangan terhadap Tu heng yang lihay."
Siauw Ling alihkan sinar matanya kearah Suma Kan dan bertanya, "Apakah Suma heng
berhasil menyaksikan bentuk musuh yang datang menyerang?"
"Aaai". kalau dibicarakan sungguh memalukan sekali. Siauwte berjaga dibelakang Sang
heng. Tatkala Sang heng keluar dari goa siauwte sudah waspada dan mempersiapkan
diri"." ia menghela napas panjang lalu melanjutkan. "Dalam dugaan siauwte, sekalipun
Sang heng dan Tu heng telah bertemu dengan musuh tangguh, paling sedikit mereka
bakal melangsungkan pertarungan sampai puluhan gebrakan, siapa duga pihak lawan
ternyata aneh dan tangguh. Siauwte hanya menyaksikan sesosok bayangan manusia
melayang masuk, semula aku masih mengira Sang heng yang masuk baru saja
menyangka tahu-tahu pihak lawan dengan menggunakan petunjuk suara siauwte tadilah
mengayunkan tangannya menyambit beberapa batang senjata rahasia, walaupun siauwte
berhasil menghindarkan diri dari beberapa batang senjata rahasia, namun akhirnya aku
roboh juga"." "Kalau begitu Suma hengpun roboh karena terhantam senjata rahasia yang dilepaskan
dengan ilmu Ta lip Ta hiat."
"Mungkin disebabkan suasana dalam goa terlalu gelap, kurang tepat ia mengarah jalan
darahku. Dengan demikian meski siauwte kena terhajar tapi jalan darahku tak sampai
terkena, aku masih punya kemampuan buat bertempur"."
"Jadi Suma heng sempat bergebrak melawan orang itu?"
"Baru bertarung dua jurus, halan darah siauwte telah kena ditotok orang."
"Suma heng terluka lebih dahulu oleh senjata rahasia lawan, kemudiam baru
bertempur, kerugian ini kau derita lebih dahulu tentu saja keadaanmu yang tidak
menguntungkan." Suma Kan tertawa getir. "Meski demikian, tetapi ilmu silat yang dimiliki orang itu betul-betul sangat lihay, ini
alasan yang kuat bagi kemenangannya. Siauwte yakin dikolong langit belum tentu ada
beberapa orang yang sanggup menotok jalan darahku dalam dua gebrakan belaka."
"Apakah kedua orang tuaku ditawan orang?" tanya Siauw Ling setelah termenung
sejenak. "Setelah jalan darah siauwte tertotok, goa itu tidak ada yang menjaganya lagi. Sudah
tentu ayah serta ibunya"."
"Ketika pinto tiba didalam goa itu, bukan saja kedua orang tua itu sudah lenyap,
bahkan Giok Lan pun ikut hilang" sambung Boe Wie Tootiang.
"Apakah tootiang berhasil mendapatkan senjata rahasia yang digunakan orang itu."
Perlahan-lahan dari dalam sakunya Boe Wie Tootiang ambil keluar dua butir senjata
rahasia sebesar kacang kedele, sambil diangsurkan kemuka ujarnya, "Apakah Siauw
thayhiap kenal dengan senjata rahasia semacam ini?"
"Tidak kenal!" sahut si anak muda itu setelah dipandang sejenak.
"Benda ini disebut Paouw ti cu, sejenis senjata rahasia yang khusus digunakan untuk
menotok jalan darah!"
"Tahukah tootiang jagoan manakah yang dewasa ini yang sering menggunakan benda
ini sebagai senjata rahasia?"
"Menurut ingatan pinto dalam dunia persilatan memang ada orang yang biasanya
menggunakan benda tersebut sebagai senjata rahasia, namun orang itu sudah terkurung
didalam istana terlarang"."
"Istana terlarang belum terbuka, tentu saja orang itu tidak mungkin bisa muncul
kembali didalam dunia persilatan."
"Justru disebabkan persoalan inilah, pinto merasa bimbang dan ragu."
"Apakah orang itu punya murid?"
"Menurut pengetahuan pinto, orang itu belum pernah menerima murid"."
Ia merandek sejenak kemudian sambungnya lebih lanjut, "Masih ada satu persoalan
lagi yang cukup membuat pusing kepala, rupanya tujuan dari orang itu hanya ayah serta
ibunya belaka, terhadap murid-murid partai kami yang disekeliling tempat ini sama sekali
tidak turun tangan keji, meski ada tujuh orang yang kena ditotok jalan darahnya namun
mereka sama sekali tidak terluka. jelas perbuatan ini bukan dilakukan oleh orang-orang
dari perkampungan Pek Hoa San cung."
"Masih ada satu persoalan lagi yang cukup aneh" Suma Kan menambah dari samping.
"Darimana orang itu bisa tahu kalau kita bersembunyi didalam goa batu itu."
Boe Wie Tootiang segera berpaling kearah Im Yang cu dan bertanya, "Kecuali kau serta
aku yang tahu letak goa batu tersebut, siapa lagi diantara anggota Bu tong pay kita yang
mengetahui hal ini?"
"Mungkin sam te juga tahu akan letak tempat ini."
"Selain sam te?"
"Selain sam te cuma dua orang bocah yang mendampingi toa suheng saja yang tahu
urusan ini." "Siauw heng tidak percaya kalau mereka bisa membocorkan rahasia ini pada orang
lain." "Tootiang" tiba-tiba Siauw Ling menyela. "Dalam hati cayhe terdapat satu persoalan
yang rasanya tidak enak kalau tidak kuutarakan kelkuar."
"Silahkan Siauw thayhiap utarakan persoalanmu itu."
"Shen Bok Hong telah menyusupkan mata-matanya kedalam tubuh setiap partai besar,
menurut apa yang cayhe ketahui partai kalianpun tidak terkecuali."
"Apa" benarkah ada kejadian seperti ini?" tanya Boe Wie Tootiang tertegun.
"Aku menyaksikan dengan mata kepala sendiri, tentu salah tak bakal salah lagi."
"Pinto akan segera kumpulkan segenap anggota partai kami, apakah Siauw thahyhiap
dapat menunjukkan siapa orang itu?"
Dengan cepat Siauw Ling menggeleng.
"Tatkala Shen Bok Hong mengumpulkan mereka waktu itu terjadi ditengah malam buta,
sebagai sam cung cu dari perkampungan Pek Hoa san cung, cayhe mendapat kesempatan
untuk menemui mereka, cuma sayang setiap orang yang hadir dalam pertemuan itu pada
memakai kain kerudung, sehingga cayhe mesti tahu peristiwa ini sukar untuk
menunjukkan orangnya."
"Apakah Siauw thayhiap tahu akan nama-nama mereka?" tanya toosu tua itu lagi
setelah termenung sejenak.
"Tidak tahu!" Sementara mereka masih bercakap-cakap terlihatlah Soen Put shia laksana kilat
cepatnya meluncur datang.
"Jika perkataan Siauw thayhiap tidak salah mata-mata tersebut bukan baru sehari dua
hari menyusup kedalam tubuh partai Bu tong kita" kata Im Yang cu. "Toa suheng tak
perlu gelisah, setelah kita mengetahui akan kejadian ini, asal dikemudian hari kita
bertindak lebih hati-hati rasanya tidak sulit untuk menemukan jejaknya!"
Terdengar ujung baju tersampok angin, sambil berseru Soen Put shia telah tiba
dihadapan beberapa orang itu.
"Perbuatan ini pasti bukan dilakukan oleh orang-orang dari perkampungan Pek Hoa San
cung." "Apakah loocianpwee berhasil menemukan titik terang?"
"Coba kalian lihat dulu benda ini, kemudian baru aku pengemis tua ceritakan
kejadiannya" sahut Soen Put shia seraya ambil keluar secarik kertas dalam saku.
Boe Wie Tootiang terima kertas itu dan membaca isinya.
"Shen Bok Hong selalu berdaya upaya hendak menangkap dua orang tua itu agar
dikemudian hari bisa digunakan untuk memaksa Siauw Ling tunduk pada perintahperintahnya,
Agar kesemuanya ini teratasi dan demi keselamatan dari kedua orang itu,
untuk sementara waktu mereka kusembunyikan disuatu tempat yang aman. Semoga
kalian mengetahui." Tulisan itu awut-awutan, jelas ditulis dalam keadaan tergesa-gesa.
Boe Wie Tootiang angsurkan surat tadi ketangan Siauw Ling, kemudian tanyanya,
"Loocianpwee dapatkan surat ini darimana?"
"Tatkala cuwi sekalian memeriksa goa batu itu, aku pengemis tua naik keatas puncak
yang tertinggal disekitar tempat itu untuk memeriksa keadaan empat penjuru, sedikitpun
tidak salah kulihat sesosok bayangan manusia sedang lari kearah selatan. Setelah
menyaksikan titik terang ini dengan kerahkan segenap tenaga aku pengemis tua segera
mengejar." "Loocianpwee berhasil menyusul orang itu?" tanya Siauw Ling.
"Kalau dibicarakan dari ilmu peringan tubuh yang dimiliki orang itu, sebenarnya aku
pengemis tua tak akan mampu mengejar, masih untung dia tidak menyadari bahwa aku
pengemis tua sedang membuntuti dibelakangnya. Menanti ia merasakan hal ini, aku
pengemis tua telah berada lima tombak dibelakang tubuhnya."
Im Yang cu tahu sampai dimana kepandaian silat yang dimiliki pengemis ini, tak tahan
ia bertanya, "Dengan tenaga kweekang yang dimiliki loocianpwee, setelah berhasil
menyusul sampai lima tombak dibelakangnya, tentu orang itu tak berhasil meloloskan diri,
bukan?" "Setelah ia mengetahui bahwa aku mengejarnya, ia segera mempercepat larinya. Aku
tak sudi melepaskan mangsaku begitu saja. Maka dalam sekejap mata enam tujuh bukit
telah kami lalui. Ilmu peringan tubuh orang-orang itu betul-betul luar biasa, walaupun aku
sudah mengejarnya hingga melewati delapan buah bukit, jarak kami masih tetap terpaut
sampai beberapa tombak."
"Apakah loocianpwee kemudian melepaskan dia setelah dia melepaskan surat ini
kepadamu?" Boe Wie Tootiang nyeletuk.
Soen Put shia menggeleng.
"Melihat keadaan tak menguntungkan, aku main gertak, aku bilang: "Walaupun kau lari
sampai keujung langit dasar samudra, naik turun kebumi aku pengemis tua akan terus
mengejar dirimu, walaupun harus mengejar selama delapan sepuluh tahunpun aku tidak
akan ambil perduli!" mungkin orang itu belum lama terjunkan diri kedalam dunia
persilatan, setelah mendengar ancamanku itu mendadak ia berhenti."
"Lalu loocianpee bergebrak dengan dirinya?"
"Tarung sih sudah tarung, tapi cuma beberapa puluh gebrakan belaka."
"Orang itu berhasil loocianpwee bunuh?" Im Yang cu menyela.
"Eeeei". kalau kalian tanya ini itu terus menerus, bagaimana aku pengemis tua itu bisa
menjawab?" "Perkataan loocianwpee sedikitpun tidak salah. Nah, berceritalah perlahan-lahan."
"Tujuan aku pengemis tua memang ingin bergebrak dengan dirinya. Menyaksikan dia
berhenti tentu saja aku lantas menubruk kedepan sungguh tak nyana jurus ilmu
pedangnya amat lihay dan telengas, hampir-hampir saja aku sipengemis tua kena
dikecundangi, semula aku ingin sekali merampas senjatanya lebih dulu lalu baru
menangkap dirinya siapa sangka keinginanku sukar terkabulkan. Ah". kemunculanku
kedalam dunia persilatan kali ini benar-benar sudah berjumpa dengan banyak jagoan
muda." Nadanya amat sedih, jelas ia merasa pedih setelah mengingat kejadian yang telah
dialami selama ini. "Apakah loocianpwee berhasil melihat tampang muka orang itu?" Siauw Ling bertanya.
"Tidak!" "Kenapa?" "Sebab ia memakai sebuah topeng yang menutupi wajah sebenarnya."
"Kemudian" bagaimana selanjutnya?"
"Kami saling bertempur sampai beberapa puluh gebrakan, namun aku pengemis tua itu
belum juga berhasil menemukan titik kelemahan dalam permainan ilmu pedangnya.
Karena keadaan memaksa aku siap turun tangan keji, pasa saat itulah tiba-tiba muncul
kembali seorang sahabatnya, ia melemparkan secarik kertas kepadaku setelah itu mereka
berdua sama-sama pergi."
"Loocianpwee melepaskan mereka dengan begitu saja?" sela Tu Kioe dengan suara
dingin. "Hahaha". hahaha". kau anggap aku orang yang suka menyudahi persoalan secara
gampang" setelah kusambut kertas tersebut, kuteruskan pengejaranku. Rekannya yang
baru datang tadipun memakai topeng diwajahnya tapi perawakan tubuhnya kurus kecil.
Menurut perasaanku orang yang datang belakangan ini mirip seorang perempuan.
Menanti kami saling bergebrak kembali, dugaanku segera terbukti, orang itu betul-betul
seorang perempuan. Tetapi keganasan ilmu pedangnya jauh diatas sang pria, kerja saja
permaian pedang mereka betul-betul luar biasa, aku pengemis tua sadar bahwa
kekuatanku tak mungkin bisa menangkan mereka, terpaksa kubiarkan mereka melarikan
diri." "Menurut pendapat pinto, jumlah musuh yang datang tidak banyak tapi mereka
semuanya merupakan jago-jago lihay yang memiliki ilmu silat yang sangat tinggi."
"Begitulah pengalaman yang kualami, apakah cuwi sekalian mempunyai akal untuk
mengejar jejak mereka?"
"Sayang kedua ekor anjingku berada dibawah gunung" Sang Pat berseru. "Kalau ada
binatang-binatang itu mungkin kita berhasil menemukan jejak mereka."
Siauw Ling yang mengalami kejadian ini merasa amat sedih, sambil menahan isak
gumamnya, "Keadaan demikian jauh lebih baik ditawan oleh Shen Bok Hong, sedikit
banyak kita masih punya tujuan untuk merebutnya kembali. Kini orang-orang itu bagaikan
seekor naga yang kelihatan kepala tak kelihatan ekornya. Kemana kita harus
mencarinya?" Suma Kan yang selama ini diam saja, mendadak menyela, "Siauw heng, perhatikanlah
gaya tulisan surat itu. Coba lihat apakah kau kenal?"
"Sama sekali tak kukenal!"
Kalau menurut kebiasaan orang Bulim dibawah setiap surat yang ditinggalkan pasti
dicantumkan nama atau tanda pengenal, tapi orang ini tak meninggalkan suatu apapun
jua." "Dilihat dari tulisannya yang ruwet dan tergesa-gesa ia sudah lupa mencantumkan
namanya" Im Yang cu memberikan pendapat.
"Tiada guna kita membicarakan persoalan yang tak berguna ini" tukas Tu Kioe dengan
nadanya yang khas. Dingin. "Kita kongkow sambil berpeluk tangan, lebih baik kubawa
Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemari kedua anjing harimau tersebut!"
"Betul, aku pengemis tua sudah tahu kearah mana mereka pergi, asal kedua ekor
anjing yang kalian pelihara bisa berguna, rasanya tidak sulit untuk menemukan jejak
mereka." "Bagus! kalau begitu kalian menanti disini, biarlah aku orang she Sang berdua pergi
mengambil anjing." Sepeninggalnya Sang Pat dan Tu Kie, Boe Wie Tootiang perlahan-lahan mendekati
Siauw Ling lalu ujarnya, "Siauw thayhiap, orang budiman selalu dilindungi Thian. Kedua
orang tuamu mempunyai raut wajah rejeki dan panjang umur, tidak mungkin mereka
jumpai mara bahaya yang mengancam jiwa. Pinto harap kau suka bangkitkan lagi
semangatmu, kami segenap anggota Butong pay pasti akan membantu usaha pencarian
ini dengan sekuat tenaga."
"Peristiwa ini tak bisa salahkan diri tootiang!" sahut Siauw Ling terharu.
"Seandainya pinto tak punya pikiran begitu dan mengantar kedua orang tua itu
bersembunyi diatas gunung, mungkin tidak akan terjadi peristiwa semacam ini."
"Mereka datang dengan membawa rencana, meskipun tidak naik kegunung keadaan
sama saja"." Dibawah sorotan sinar matahari, tampak dua butir air mata berlinang dipipinya, ia
menyambung, "Cayhe merasa sedih karena kedua orang tuaku bukanlah orang kangouw
tapi mereka bisa terseret kedalam persoalan Bulim yang penuh dengan balas membalas,
bunuh membunuh ini."
"Meskipun saudara Siauw belum lama terjun kedalam dunia persilatan, tapi takdir
menentukan namamu harus tersohor kedalam dunia persilatan dalam waktu yang
singkat." "Kau harus tahu, setiap manusia mempunyai kesulitan masing-masing maka aku
pengemis tua harap kau suka bangkitkan kembali semangatmu itu, sekalipun kini aku
sipengemis tua sudah mengundurkan diri dari keramaian dunia kangouw, tetapi aku rela
mempertaruhkan selembar jiwa tuaku ini untuk membantu dirimu menciptakan satu
perbuatan yang besar". perbuatan yang mulia bagi seluruh umat Bulim. Sebab bila aku
bisa berbuat demikian matipun aku bisa mati meram"."
Ia merandek sejenak, lalu tambahnya, "Bukan begitu saja, aku pengemis tuapun
hendak menggunakan sedikit nama serta kedudukan ini untuk mendatangkan beberapa
orang pembantu bagimu, aku hendak perintahkan segenap anggota Kay pang untuk
membantu dirimu." Ucapan ini menggetarkan hati Siauw Ling buru-buru ia menjura.
"Kemampuan serta kepandaian apakah yang boanpwee miliki" mana berani boanpwee
terima semua kebaikan dari loocianpwee?"
"Haaa". haaa". kalau dibicarakan seolah-olah bantuanku ini memang kutujukan
kepadamu, padahal aku berbuat demikian adalah demi kebaikan serta kebahagiaan
seluruh umat Bulim. Bicara terus terang, aku sipengemis tua bukanlah membantu dirimu,
sebaliknya malah menyeret kau terjun kedalam air."
"Ucapan loocianwpee terlalu serius!"
"Persoalan paling penting yang kita hadapi pada saat ini adalah menemukan kembali
kedua orang tuamu, kemudian berusaha mencari suatu tempat yang aman. Tempat yang
tersembunyi dan rahasia letaknya bagi kedua orang tuamu, setelah urusan ini beres
saudara Siauw baru bisa mencurahkan segenap perhatian serta tenaganya demi
kebahagiaan umat Bulim."
"Ucapan loocianpwee sedikitpun tidak salah" Boe Wie Tootiang membenarkan.
Sinar mata Soen Put shia dialihkan keatas wajah Siauw Ling, lalu ujarnya lagi, "Ditinjau
dari pertarungan yang telah berlangsung antara aku sipengemis tua dengan mereka, jelas
membuktikan bahwasanya kedua orang itu bukanlah manusia-manusia dari
perkampungan Pek Hoa san cung."
"Peristiwa ini benar-benar membuat cayhe jadi keheranan setengah mati, selain orangorang
dari perkampungan Pek Hoa San cung, siapa lagi hendak menangkap kedua orang
tuaku?" "Mungkinkah perbuatan dari Su Hay Koen cu?" mendadak Soen Put shia berseru.
"Tidak salah, kalau bukan perbuatan Shen Bok Hong, peristiwa ini pasti hasil karya dari
Su hay Koen cu." "Kalau perbuatan ini benar-benar hasil karya dari Su hay Koen cu, waah". kita bakal
mengalami kesulitan untuk menemukan mereka kembali."
"Pinto rasa tujuan orang-orang itu menculik kedua orang tua siauwhiap sama sekali
tidak bermaskud jahat."
"Seandainya tidak bermaksud jahat, apa sebebanya mereka gunakan cara yang
demikian rendah untuk menculik mereka?"
"Pinto tidak berhasil menebak latar belakang dari perbuatan mereka itu, tapi pinto rasa
dugaan tidak akan terpaut jauh."
"Dengan dasar alasan apa tootiang berkata begitu?"
"Setiap anggota partai Bu tong kami yang bertugas disekeliling tempat ini pada roboh
tertotok jalan darahnya, tetapi tak seorangpun yang menderita luka. Seandainya
pemimpin mereka tak memebri pesan wanti-wanti, tidak nanti peristiwa bisa berlangsung
seperti ini." "Persoalan seperti ini lebih baik tak usah diributkan lebih dahulu. Mari kita coba dulu
apakah kedua orang anjing dari Tiong chiu Siang ku bisa menemukan jejak mereka atau
tidak" tukas Soen put shia.
Kurang lebih sepertanak nasi kemudian dengan badan basah kuyup oleh keringat Tiong
chiu Siang ku muncul kembali disitu diiringi kedua ekor anjingnya yang besar.
Soen Put shia melirik sekejap kedua ekor anjing itu, tatkala dilihat binatang itu kosen
dan gagah segera ia berkata, "Aku lihat kedua ekor anjing ini kosen dan gagah, tapi
dapatkah mereka dimintai bantuannya untuk menemukan jejak musuh?"
"Dengan mengandalkan kedua ekor anjing ini sudah banyak persoalan yang
memusingkan kepala berhasil kami atasi, cuma saja dari kemarin malam hinga ini hari
sudah banyak orang yang berlalu lalang disini, mungkin hal ini bisa mempengaruhi
penciuman mereka. berhasilkah menemukan jejak mereka sukar dibicarkan, lebih baik kita
lihat nasib saja"."
"Persoalan tak boleh diundur lagi, bagaimana kalau kita suruh anjing-anjing itu mulai
mencari?" "Baiklah" Sang Pat mengangguk. "Tapi terpaksa kita harus mohon bantuan Soen
Loocianpwee untuk membawa jalan."
"Kalau aku pengemis tua tahu kemanakah mereka lari, buat apa kuminta bantuan dari
kedua ekor anjingmu?"
"Harap loocianpwee jangan menaruh salah paham" sela Tu Kioe ketus. "Kami hanya
mohon kepada loocianpwee agar suka membawa menuju ketempat dimana kalian saling
bergebrak tadi, kami hendak suruh anjing-anjing ini mencium dahulu bekas hawa badan
orang itu, dengan dasar inilah mereka baru bisa melakukan pencarian."
"Ooouw". kiranya begitu!"
Demikianlah dibawah pimpinan Soen Put shia, para jago segera berlari melewati
beberapa buah bukit, akhirnya sampailah mereka disuatu tempat lapang. Sambil berhenti
pengemis itu berkata, "Disinilah kami saling bergebrak!"
"Harap loocianpwee periksa lebih dulu dengan seksama" ujar Sang Pat. "Sebab kalau
kita salah mengenali tempat, kesalahan ini bisa mengakibatkan kita tersesat sampai ribuan
li jauhnya." "Aku sipengemis tua masih ingat benar dengan tempat ini, coba lihat disitu ada
sebidang tanah berumput tak bakal salah lagi."
Mendengar perkataan itu Sang Pat lantas berjongkok kepada kedua ekor anjingnya ia
perlihatkan beberapa gerakan, melihat gerak tangan majikannya anjing-anjing segera lari
Pedang Pembunuh Naga 9 Jaka Lola Karya Kho Ping Hoo Anak Harimau 20
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama