Ceritasilat Novel Online

Si Penakluk Dewa Iblis 1

Si Penakluk Dewa Iblis Karya Lovely Dear Bagian 1


Si Penakluk Dewa & Iblis
Oleh : Lovely Dear Hampir satu tahun tidak ada gerakan apapun dari para pendekar ataupun partai-partai lainnya. Dunia kang-ouw dan bu-lim kehilangan kepercayaan diri. Situasi ini menyenangkan dan mulai di manfaatkan oleh para pengikut jalan Hek-to. Di mana-mana muncul raja-raja kecil yang merajalela dengan kejahatan mereka yang tanpa ampun, membunuh dan
memperkosa anak-istri orang. Diantaranya ialah dua perkumpulan yang menamakan diri mereka Thian-tee-san-pai (Perkumpulan gunung langit dan bumi) dan Kim-liong-kiam-pai Memasuki daerah Lam-khia, seorang pemuda berjubah putih berjalan dengan gagah
memasuki rumah makan paling terkenal di sekitar laut timur ini.. Wajahnya tampan dengan alis tebal dan bibir yang selalu tersenyum kalem. Di punggungnya terdapat sebuah buntelan pakaian.
Dengan tenang dia naik ke lantai tiga dan memilih tempat duduk di sudut ruangan yang menghadap kearah pintu. Tempatnya strategis sehingga mudah melihat orang-orang yang keluar masuk dan juga ke luar. Tidak menunggu lama karena memang pelayanan di rumah makan itu sangat cepat untuk memuaskan pelanggan, pemuda itu sudah menikmati
masakan dengan uap yang masih mengepulnikmat sekali.
Tak berapa lama dia menyelesaikan makanannya. Seketika dia hendak membayar harga
makanannya, tiba-tiba matanya menangkap gerakan yang tidak wajar dari orang-orang
dalam ruangan tersebut. Mereka semua memandang kepadanya dengan sorot mata aneh.
Tiba-tiba salah satu pria berjenggot disebelah kanannya maju dan duduk di depannya sambil berkata:
Anak muda, nampaknya kau dari golongan putihsiapa kau dan dari mana asalmu"
Pemuda itu tidak menjawab. Hanya ekspresi wajahnya yang tenang dan kalem memiliki
karisma yang sangat menggetarkan. Sehingga mau-tak mau pria berjanggut itu agak was-was juga, namun saat dia mengedarkan pandangan ke arah rekan-rekannya hatinya menjadi mantap lagi. Kembali dia membentak:
Kalau kau tidak mau menjawab, jangan salahkan kalau aku melemparmu ke luar Berkata begitu, dengan cepat ke dua tangannya tiba-tiba terulur kea rah pundak pemuda itu dan mencengkram bahunya dengan salah satu jurus Kin-na-jiu yang cukup bertenaga.
Tampaknya pemuda itu akan menemui sialnya. Semua orang memandang dengan senyumsenyum liar. Heeeeaaaahhh Braakkk Satu tubuh melayang ke luar dengan cepat dan menghantam
gerobak yang ada di luar, sekejap semua orang belum sadar, tapi di lain saat orang-orang di dalam ruangan itu serentak berdiri dan mencabut senjata mereka masing-masing.
Hemmmmaaf, aku tidak berniat mencelakainya, dia sendiri yang caripermisi Sraaattt Tiba-tiba tubuh pemuda itu melayang ke luar dengan ringan sambil membawa buntelannya.
Sementara melayang , tangannya melemparkan lima keeping uang tembaga yang
menembus dinding dekat kasir.
Hahahakalau kau bisa semudah itu lolos, jangan panggil kami Hek-pek-tok-coa-siang
(Sepasang ular beracun hitam-putih) Selagi orang-orang terkejut, tidak tahu mo buat apa, dua buah bayangan berjubah hitam dan putih melesat keluar dengan cepat sambil memukul ke arah punggung pemuda yang masih melayang di udara tersebut. Terdengar suara
berkesiuran yang dahsyat di ikuti bau amis mengarah ke arah punggung si pemuda.
Sedetik saat kedua pukulan itu akan mengenai sasarannya, tiba-tiba tubuh pemuda itu menghilang dari depan mereka. Kedua orang itu terkejut dan segara berjungkir balik untuk menghindari bokongan musuh dan mendarat di atas tanah. Mata mereka mencari-cari, dan wajah mereka murka ketika melihat pemuda buruan mereka berjalan lenggang menuju luar kota. Segera mereka mengejar dengan cepat.
Pemuda itu hanya berjalan seenaknya saja, namun betapa terkejutnya mereka karena jarak mereka tetap terpaut jauh seperti tadi. Tapi tidak menunggu lama karena dari jauh mereka melihat berkelebatnya empat bayangan yang langsung mengepung pemuma itu. Segera
mereka mendekan karena itu adalah rekan-rekan mereka.
Hahaha, mungkin kau punya bekal sedikit kepandaian, tapi kau tetap tak akan lolos dari kami berkata si pria muka putih, salah satu dari Hek-pek-tok-coa-siang
Maaf cuwi skalian, saya hanyalah seorang perantau saja, bolehkah saya tahu apa kesalahan saya sehingga cuwi mengejar-ngejar saya" Tanya pemuda itu dengan suara yang masih
tenang dan terkesan ramah.
HemmSiapapun yang berasal dari golongan putih, harus mati. Bengcu kami menyediakan hadiah besar bagi siapapun yang berhasil memenggal kepala para pendekar dari golongan putih
Bengcu" Eh, bukankah bengcu itu harusnya melindungi keamanan kaum persilatan?""
Pemuda itu berseru heran.
Hahaha, rupanya kau baru turun gunung ya" Sekarang ini kekuatan kalian kaum putih sudah hancur dan tidak bisa di andalkan. Bengcu dunia persilatan sekarang adalah raja pedang Tee-mo Kiam-ong yang sangat sakti dan tanpa tanding.
Oh ya, terima kasih atas informasinya, kalau begitu cahye mohon diri dulu Pemuda itu tetap kalem menjawab.
Hohohotidak semudah itu, kau harus melewati kami dulu Jawab salah satu dari ke empat orang yang mencegatnya sambil melancarkan pukulan yang kuat ke tengkuk pemuda itu.
Namun hanya sedikit memiringkan tubuh saja pemuda itu sudah menghindar. Namun
kembali orang itu menyerang dengan tendangan samping di ikuti tangannya yang
melemparkan pelor-pelor besi ke arah kepala dan dada pemuda itu.
Dengan sebat pemuda itu mengangkat tangannya menangkap pelor-pelor tersebut dan
sekali remas langsung hancur. Sementara itu tendangan orang itu di tepisnya dengan perlahan. Namun akibatnya hebat, orang itu tiba-tiba terlempar dengan tulang kaki patah.
Serbuuuu. Bentak Hek-coa marah, sekejap di tangannya dia sudah memegang seekor ular hitam yang beracun. Di kuti ke lima rekannya yang memegang berbagai senjata aneh
lainnya, mereka menyerbu sambil mengeroyok pemuda itu.
Namun mereka kecelik kalau mengira pemuda itu makanan empuk. Di antara selewiran
senjata-senjata yang menyerang dengan cepat, tetap tidak ada satupun yang sanggup
menyentuh pemuda itu yang bersilat dengan ilmu Hong-in Bun-hoat (silat sastra Awan dan Angin) dan mementalkan setiap senjata lawan. Dalam waktu yang tidak terlalu lama,
memasuki jurus ke lima belas, tiba-tiba pemuda itu yang tadinya hanya diam di tempat, tiba-tiba melangkah dengan aneh sambil membagi-bagi pukulan yang mengeluarkan hawa panas dan dingin.
Hwi-yang Sin-ciang dan Soat-im Sin-siang?"" Seru pek coa dengan kaget.
Dia dari keluarga SumaLARIII.. Seru yang lain, namun terlambat. Belum lagi mereka
bergerak lari, dari lidah mereka terdengar suara raungan dan jerit kematian dari tubuh yang hangus dan beku. Satu-satunya yang selamat hanyalah pria yang tidak ituk mengeroyok yang masih duduk karena patah tulang kakinya.
Pemuda itu diam, Ekspresi penyesalan tampak dari wajahnya. Perlahan matanya melirik orang yang patah kaki tersebut.
Apakah engkau masih mau kepalaku"...
Titidtidak tayhiap, ampunampunkan saya
Baiklah, kau boleh pergi, tapi ingat! Sekali lagi aku menemukanmu melakukan perbuatan jahat, Aku Suma Hong Sin tak akan mengampunimuKaum putih belumlah kalah karena
sekarang legenda Enam Dewa Pelindung Tanpa Tanding telah bangkit lagi Belum habis
suaranya, tubuhnya telah lenyap dari pandangan mata.
Siapakah Suma Hong Sin ini" Dia putra bungsu dari lima bersaudara yang merupakan
keturunan terakhir dari keluarga Pulau Es yang sudah lama musnah itu. Dia adalah satu-satunya keturunan keluarga Suma yang dapat mewarisi ilmu-ilmu pilihan keluarganya
sampai di tingkat yang tertinggi. Diantaranya,: Bian-Ciang, Hwi-yang sin-ciang & Soat-im sin-ciang, Hong-In Bun-hoat, dan ilmu sihir I-Hun-to-hoat serta Hong-lui Tai-hong-ciang yang menjadi kebanggaan leluhurnya dulu. Bahkan dia satu-satunya yang berhasil
menguasai penggabungan Hwi-yang sin-ciang & Soat-im sin-ciang yang di ciptakan oleh leluhurnya yang berjuluk Siluman Kecil.
Selama berpuluh tahun keluarga Khu di puncak Sian-thian-san adalah tempat yang sangat sulit di datangi. Dan menjadi salah satu tempat keramat. Golongan hitam sekalipun segan berurusan dengan penghuni puncak ini. Namun di hari yang cerah itu, tiba-tiba terdengar dua jeritan keras dari sebuah rumah yang ada di tengah-tengah perkampungan. Tak lama kemudian sesosok bayangan hitam berkelebat amat cepatnya melarikan diri sambil
membawa buntelan kecil. Bangsat tak tahu di untungmau lari ke mana kau"... Satu sosok bayangan yang lain dengan cepat memapaki laju bayangan hitam tersebut sambil memukul dengan pukulan yang
mengandung tenaga dalam tinggi.
DhuaaarrrrrSleepp Orang yang memamapi itu terlempar kebelakang dan menabrak pohon di belakangnya. Segera bayangan berbaju hitam itu berkelebat lenyap dari tempat itu.
Suasana kembali tenang. Hanya angin yang bertiup tenang. Dari bagian utara puncak
tersebut, berjalan dua orang yang saling bergandeng tangan sambil tertawa-tawa. Yang satu nampak tua sekali sedangkan yang satu seorang pemuda tampan.
Tampaknya mereka masih belum menyadari ada sesuatu yang mengerikan telah terjadi
sampai langkah mereka terhenti di pekarangan yang luas di hadapan sesosok mayat yang telah dingin.
Hok-jin kau kenapakah?""... Seru si kakek yang terlebih dahulu melihat mayat itu sambil mendekati dan memeriksanya. Namun namanya mayat, tetaplah mayat. Biar bagaimanapun tetap takkan bisa menjawab. Hanya satu yang mengejutkan, ialah pelayan ini mati dengan dada hancur akibat gentakan ilmu Bu-kek-kang-sin-kang tingkat ke empat yang mereka kenal baik.
Timbul rasa tidak enak di hati ke dua orang ini dan dalam sekejap tubuh mereka melesat bagai asap hampir bersamaan ke arah rumah. Dan tak ayal lagi, tiba-tiba terdengar jerit yang menyayat hati dari pemuda tadi.
Ayahhhhh..Ibuuuu?"" Pemuda itu bertelut sambil memeluk mayat dua orang yang menjadi korban suatu ilmu yang sama yang mereka sangat kenal baik. Mata anak muda berusia
duapuluh tahun itu berkaca-kaca, namun dia masih berusaha mengeraskan hatinya.
Ayah, Ibu, siapa yang melakukan ini pada kalian"...
Liong-ji lihat itu" tiba-tiba sang kakek menunjuk ke lantai de sebelah mayat ayah dari pemuda itu. Terdapat tulisan yang tampaknya di tulis dengan darah, berbunyi BUNUH TIN
CU Kong-kong, di mana Suheng Tin Cu"... Anak muda itu segera terhenyak dan melompat
berdiri. Tanpa menunggu jawaban kong-kongnya, tubuhnya melesat ke dalam menuju
kamar pusaka. Dan apa yang dia dapat, sungguh membuatnya kesal karena orang yang di cari tidak ada. Sekejab, tahulah dia, bahwa suhengnya itu mungkin telah berkhianat Segera dia kembali ke ruang di mana ayah dan ibunya terbaring.
Kong-kong, aku rasa suheng Tin Cu berkhianat, aku akan mengejarnya Suaranya perlahan saja, namun matanya merah tanda amarah yang amat sangat.
Sang kakek bangkit berdiri. Dengan mata berkilat di tatapnya pemuda di depannya dan berkata:
Redakan amarahmu, karena kau akan gagal kalau hanya menuruti nafsumukalau kau sudah tenang, masih belum terlambat untuk mencarinya. Habis berkata demikian, kakek itu
menggerakkan tangannya dan ke dua tubuh itu terangkat dan melayang ke arah dalam.
Pemuda itu hanya tinggal berdiam di ruangan itu sendirian sambil berusaha mengendalikan dirinya.
Lewat dua hari setelah pemakaman ke tiga mayat di puncak Sian-thian-san itu, nampak pemuda itu berlutut di depan sang kakek.
Cucuku Khu Hee Liong, tampaknya sejak awal, murid murtad itu sudah bersiasat untuk menyeludup guna mempelajari ilmu pusaka kita. Tapi jangan khawatir, meskipun dia
membawa lari pusaka-pusaka kita, tapi rahasia untuk melatih ilmu-ilmu itu sampai tingkat yang tertinggi tidak ada dalam cartatan kitab-kitab tersebut. Dia terdia sejenak. Selain kau harus mencari murid murtad itu dan membawa kembali ilmu kitab-kitab pusaka itu, kau juga harus mewakili leluhurmu membangkitkan lagi legenda Enam Dewa yang sudah terkubur
selama delapan puluh tahun
Legenda Enam Dewa Tanpa Tanding" Apakah itu kong-kong"...
Delapanpuluh tahun lalu ketika dunia persilatan mengalami bencana karena munculnya para pengganas sesat pelarian dari Tibet dan Nepal, dunia persilatan meminta bantuan enam keluarga untuk menghadapi mereka. Ke enam keluarga ini kemudian mengutus jago-jago terbaik mereka yang kemudian di kenal dengan julukan Enam Dewa tanpa tanding.dua
bulan lalu saat kong-kong sedang bermeditasi, tiba-tiba seorang pemuda yang mengaku bernama Han Sian muncul dan menyerahkan surat ini. Tangan kakek itu tiba-tiba
menyodorkan suat surat pada Hee Liong yang segera menyambutnya dan membaca.
Dalam surat itu berbunyi: Demi terciptanya kembali keamanan dunia persilatan, mohon bantuan Enam Dewa Tanpa Tanding
Siapakah pemuda itu kong-kong"
Hemmdia sebaya denganmu dan mengaku bernama Han Sian. Anak muda itu lihai sekali
karena dia mewarisi Hui-Im-Hong-Sin-Kang dan Kui-Sian I-sin-kang yang telah di kabarkan lenyap limaratus tahun lalu. Agaknya hanya dengan menguasai Bu-kek-kang-sin-kang tahap ke sepuluh baru kau bisa menandingi sama kuat dengannya.
Baik, kongkong, Liong-ji akan memperhatikan hal inimohon pamit" Habis berkata demikian, tubuhnya melesat lenyap bagaikan asap saja.
Pembaca, Khu Hee Liong adalah satu-satunya keturunan keluarga dari Sian-thian-san yang sanggup menjebol ilmu dahsyat Bu-kek-kang-sin-kang tahap sembilan di usianya yang masih muda itu.
Dari atas wuwungan tertinggi tempat kediaman keluarga Thio di lembah Tanpa Nama, Han Sian memandang ke bawah. Sudah hampir satu jam dia berdiri di situ, diam tak bergerak.
Sepertinya dia sedang menunggu sesuatu.
Memang satu bulan ini Han Sian nampak sibuk ke sana-kemari. Entah takdir dewata atau apa namanya, tapi secara kebetulan dia telah menemukan sebuah guha tersembunyi dimana dia memperoleh enam lempeng dengan symbol Enam Dewa yang di ukir bagaikan prasasti di dinding batu. Di situ di jelaskan mengenai peristiwa berdarah yang terjadi delapan puluh tahun lalu.
Waktu itu dunia persilatan dalam keadaan kacau balau karena adanya penyerbuan para tokoh-tokoh sesat dari Nepal & Tibet yang memberontak. Para perusuh ini menghasut banyak tokoh-tokoh dunia hitam yang merajalela yang kemudian membentuk pasukan iblis dalam suatu pergerakan yang di sebut Operasi Seribu Halilintar. Pembantaian besar-besaran di lakukan pada tengah malam, semua tokoh-tokoh kaum putih di bunuh oleh pasukan-pasukan yang terdiri dari gabungan para tokoh sesat tersebut. Namun tepat saat krisis ini hampir tak dapat di hindari, muncul ah para jago-jago dari enam keluarga besar: Suma, Lu, Yang, Kiang, Khu, dan Thio yang menyelamatkan dunia persilatan dan mengusir para
perusuh ini dengan ilmu-ilmu mereka yang sakti tanpa tanding. Mereka kemudian di
nobatkan oleh dunia persilatan sebagai Enam Dewa Pelindung Tanpa Tanding. Dimana di saat-saat tertentu, maka kedudukan mereka ada di atas Beng-cu dan berhak membatalkan kedudukan Beng-cu jika di dapati keadaan yang menuntut demikian.
Setelah keadaan kembali aman, wakil ke-enam orang inipun menghilang dari dunia
persilatan, dan hanya meninggalkan suatu amanat melalui lempengan baja itu, bahwa
pemegang lempengan itu berhak memanggil ke-Enam Dewa pelindung tersebut bila di
perlukan. Hampir satu tahun ini Han Sian menghilang. Sebenarnya tidaklah menghilang, tapi
menyelidiki suatu gerakan bawah tanah yang sangat mengejutkannya. Musuh besarnya,
Tee-mo Kiam-ong yang telah menjadi Beng-cu baru dunia persilatan, ternyata menyimpan gerakan rahasia yang bahkan lebih besar dari Jit-goat-kauw.
Beng-cu baru ini memperkuat pasukannya dengan melatih mereka ilmu pedang iblisnya
sehingga membentuk pasukan pedang iblis yang menakutkan. Di samping itu dia juga telah bersekutu dengan Jit-goat Mo-ong serta merekrut para pengikut-pengikut Ang-I-Lama dari tibet. Total semua pengikutnya ada sekitar dua ribuan lebih.
Melihat ini Han Sian bergidik membayangkan jika pasukan ini melakukan serangan besar-besaran untuk mengacaukan dunia persilatan. Kalau dia hanya bergerak sendiri saja itu mustahil. Maka ketika dia menemukan enam lempengan ini, hatinya senang dan berusaha mencari jalan mengadakan kontak dengan para keluarga ini. Selama ini dia belum
menunjukkan lempeng tersebut kepada mereka. Hanya dalam suratnya saja menyebutkan
bahwa Pemegang Lempeng Enam Dewa mengundang ke-enam keluarga untuk bertemu.
Saat ini dia sedang berada di keluarga terakhir dalam daftar enam dewa tersebut, yaitu keluarga Thio. Keluarga Thio terkenal sebagai keluarga yang misterius bagi semua orang, Sejak leluhur keluarga ini mendirikan keluarga ini. Mereka memiliki peraturan yang amat ketat saat mewariskan ilmu-ilmu keluarganya pada keturunannya karena tidak sembarang orang dapat melatih ilmu-ilmu keluarga ini.
Beberapa saat kemudian, nampak ada gerakan dari bawah. Seorang kakek tua berjubah
putih nampak dan berkata:
Han Kong-cu, keluarg kami sudah menerima surat itu tapi kami belum tau apa masalahnya, jika benar lempeng enam dewa itu ada padamu, maka engkau harus membuktikan bahwa
engkau layak memanggil enam dewa tersebut untuk suatu urusan yang penting...beranikah kau"
Maaf Siauw-tee belum dapat mengemukakan masalahya sebelum Enam Dewa berkumpul
tapi Siauw-tee siap untuk di uji, silahkan"
Hemm..di sini ada empat orang putra terbaik kami. Tapi di antara mereka berempat, ada satu yang paling lihai dan yang memiliki tingkat tertinggi dalam penguasaan ilmu silat keluarga kami. Jika engkau dapat memaksa salah satu dari mereka mengeluarkan ilmu
tertinggi kami Kiu-yang Cin-keng ataupun Kian-kun Tay-lo-I-Im-Yang, maka kami akan merelakannya membantu tugas suci sebagai salah satu dari enam Dewabagaimana"
Belum habis ucapannya, dalam sekejap di hadapan Han Sian telah berdiri empat pemuda dengan tampang yang berbeda. Dari gerakan mereka Han Sian cukup terkejut. Keempat
orang ini rata-rata memiliki ilmu silat yang tinggi. Teringat dia akan Tee Sun Lai.
Sejenak dia mengamati keempatnya. Dia tahu keempat orang ini pastilah sangat lihai.
Sampai lama dia menatap mereka satu persatu, tiba-tiba tangannya di kebaskan ke arah empat orang itu hamper bersamaan. Dia telah memukul dengan pengerahan ilmu Ngo-heng Thian-kiam-cu (Jalur Pedang Langit Lima Unsur) dari Bu-tek Chit-kiam-ciang dengan 7
delapan bagian tenaganya.
Maaf, ijinkan aku meminjam papan nama kalian Belum habis perkataannya, tiba-tiba
tangannya di kebaskan dan lima larik sinar tajam warna-warni melesat keluar dengan dahsyat dari kelima jarinya. Empat mengarah pada keempat pemuda tersebut, sedang yang satu lagi mengarah ke arah papan nama di sebelah kiri, agak jauh dari tempat keempat lawannya berdiri.
Nampak sederhana saja serangannya, tapi hasilnya sungguh hebat. Keempat orang itu
bergerak hampir bersamaan menangkis serangan itu sehingga menimbulkan lima ledakan dahsyat yang menggetarkan.
Suasana senyap. Han Sian terdiam. Keempat orang itupun terdiam, tapi yang satu sudah berpindah tempat ke kiri. Diam-diam Han Sian berdecak kagum. Dia sempat menangkap
kelebatan orang ke tiga yang tiba-tiba saja sudah menangkis ke dua hawa pedangnya
hampir bersamaan, hanya beda kurang dari seperlima detik saja.
Tak lama kemudian terdengar suatu berat dari kakek tadi: Kau menang Han-kong-cu, kami akan membantu.
Han Sian tersenyum. Sekelebat pemuda tadi sudah berada di depannya sambil tersenyum ramah dan mengulurkan tangannya menjura:
Namaku Thio Tay Leekau hebat, agaknya kita bisa menjadi sahabat, bukan"...Oh ya, kapan kita berangkat
Han Sian balas menjura, kemudian menimpali: Kita tidak punya banyak waktu, ada banyak hal yang musti di selesaikan. Sebaiknya kita berangkat sekarang
Aku sudah siap dari tadi, silahkan
Tanpa banyak cakap pemuda itu mengangguk dan mempersilahkan Han Sian untuk jalan
duluan. Di lain saat, tubuh mereka berkelebat lenyap dengan di pandangi oleh keluarga lain.
Sudah lama kita tinggalkan Cu In Lan. Satu tahun bukan waktu yang pendek, namun
ketekunan dan juga di dorong oleh kerinduan untuk bertemu kekasihnya, membuat waktu satu tahun itu serasa sirna dalam sekejap.
Selain mematangkan semua ilmu-ilmunya, dia juga mendapat gemblengan lahir batin dari Yok-Sian dan Koai-Hud. Bahkan mereka ikut juga mematangkan gadis ini dengan
mengoperan tenaga sakti mereka secara bertahap sehingga, dalam waktu yang singkat, In Lan mendapat kemajuan yang amat hebat, terutama ginkangnya dan juga tenaganya.
Sekarang dara itu dapat memainkan Pukulan Inti Petir Murni yang sudah di gabungkan dengan Ilmu Ban-hud-ciang dari Koai-Hud. Dahsyat sekali. Selain itu dia juga sudah menguasai jurus Sian-ci Sin-thong yang sakti dari Yok-Sian
Hari itu adalah hari terakhir dia tinggal di puncak tebing langit. Tadi malam kedua suhunya sudah memanggilnya dan memberi pesanan agar segera turun gunung dan menunaikan
tugasnya sebagai seorang gadis pendekar.
Sebenarnya, walaupun dia sedih, namun ada kegirangan yang amat sangat dalam dirinya.
Terbayang suatu wajah di benaknya. Sampai lama hingga akhirnya dia tersipu-sipu malu seorang diri.
Setelah berkemas, dengan enteng dia menuruni Puncak Tebing Langit hingga tiba di bawah.
Sambil mengerahkan Thian-in Hui-cu, tubuhnya melesat mengarah ke timur. Tujuannya ke kota raja. Di sepanjang perjalanan kadang-kadang dia membantu rakyat jelata untuk
menghadapi penjahat-penjahat yang mengganggu ketenangan. Karena kebaikan hatinya,
dia kemudian di juluki Kim-Sim Sian-li (Dewi Berhati Emas).
Suatu hari, dia melewati daerah perbukitan yang luas. Pemandangan alam yang indah
nampak di depan mata, menyenangkan hatinya. Sambil bernyanyi-nyanyi riang, dia berjalan sambil bersiul-siul. Siapapun yang melihatnya pasti akan terpesona bagai melihat bidadari yang turun dari khayangan.
Tapi rupanya dia tidak sendirian di tempat itu. Dua pasang mata dari tempat tersembunyi sedang menatap dengan penuh nafsu kepadanya. Jarak antara pemilik mata itu dengan In Lan terpaut sepuluh langkah. Namun In Lan bukannya tidak tahu akan hal ini. Tingkat kepandaiannya sudah sangat tinggi, sehingga gerakan kecil apa saja dapat terdeteksi olehnya, apalagi kalau hanya desahan nafas dua orang yang mulai memberat, tapi dia diam saja. Dia juga tidak mau mengganggu kalau tidak di ganggu.
Sekian lama menunggu, akhirnya kedua orang itu tak kuat menahan lagi, seketika itu juga mereka berkelebat menghadang.
Hehehehe, cah ayusedang apa di sini" Apakah tidak takut sendirian"...tapi gak apa-apa, asalkan ada aku di sini, kau pasti aman Kata orang pertama.
Akhhbenarbenar asalkan cah ayu suka menemani kami barang beberapa hari, hohoho
In Lan menatap mereka sambil tersenyum: Boleh, bolehtapi ada syaratnya
Kedua orang itu semakin terbelalak mendengar ini: Eh, manisapa syaratnya" Meski
mataharipun akan ku berikan padamu"...
Syaratnya mudah, aku mau memukul dada kalian, tapi kalian harus dapat menahannya.
Kalau tidak, aku tidak maubagaimana" Mudahkan"
Mau..maumau, ayo pukul sekarang juga, jangankan hanya satu, meski seribukalipun kami siap Kata laki-laki yang ke dua sambil membusungkan dada.sementara temannya hanya
mengangguk-angguk. Baiklah, mana dada kalian" In Lan melangkah maju sambil kedua tangannya di angkat dan memukul perlahan. Tingkahnya ini di sambut dengan senyum-senyum penuh arti oleh ke dua orang yang membusungkan dada mereka dengan bangga. Tapi tidak berlangsung lama, karena kesudahannya sungguh mengejutkan kedua orang itu. Tubuh mereka melayang
sejauh sepuluh tombak kembali ke tempat persembunyian mereka tadi.
SAMPAH!!! Tiba-tiba terdengar suara bentakan kecil, dan satu bayangan berjubah hitam sudah menyambut tubuh kedua orang yang sudah setengah pingsan akibat pukulan In Lan itu dengan telapak tangan terbuka. Terdengar bunyi ledakan dua kali dan tubuh ke dua orang itu hancur seketika dengan darah berhamburan.
Siapa kau" Bentak In Lan. Wajahnya tidak senang, dia tidak bermaksud membunuh ke dua orang itu, hanya mau memberi pelajaran. Tapi orang ini dating-datang langsung main bunuh.
Heemmmmaku Hek-Eng-Cu mau kamu melayaniku Berkata demikian cepat sekali tubuhnya
sudah melesat ke depan In Lan sambil menotok ke dada gadis itu.
Ehhh?"" In Lan terkejut sekali, tapi temponya tidak banyak, segera kakinya di genjotkan dan tubuhnya mundur dua langkah dengan cepat mengikuti tenaga dorongan hawa totokan
lawan. Ahhh, kau berisi juga ya Pria berjubah itu tiba-tiba melesat ke atas dan memukul dengan tangan terkembang. Itulah hawa Bu-kek-kang-sin-kang tingkat pertama.
Heaaaahhh. Daaarrrr In Lan tersurut tiga langkah, namun dia tidak terluka. Ternyata ilmu pemuda itu luar biasa. Untung dia sempat mengerahkan Tenaga Inti Petir Murni di kedua tangannya. Kalau tidak entah apa jadinya.
Menilik kekuatan lawan, In Lan mengerti dia kalah tenaga, tapi dia belum puas. Segera dia berkelebat mengerahkan ginkangnya dan melancarkan pukulan-pukulan berbahaya dari Ilmu Ban-Hud-ciang kebanggaan gurunya yang ke dua. Tubuhnya di lindungi oleh laksaan tapak yang membuat lawan susah mendekatinya.
Namun pemuda itu tak kalah sebatnya juga. Tidak sia-sia julukannya Si Bayangan Hitam, karena tubuhnyapun dapat mengimbangi kecepatan In Lan sementara tangannya
mengerahkan ilmu Bu-kek-kang-sin-kang tingkat ke dua dan ke tiga.
Sampai duapuluh jurus mereka saling serang, tampak In Lan mulai terdesak di bawah angin saat lawannya mulai mengerahkan kekuatan sampai ke tingkat empat. Melihat ini In Lan mulai berkelahi dalam posisi bertahan, dengan mengerahkan gabungan Tenaga Inti Petir Murni dan Ban-Hud-ciang sambil sedikit-sedikit dia memasukkan Sian-ci Sin-thong di dalam serangannya, dengan demikian dapatlah dia mempertahankan diri.
Pada saat itulah tiba-tiba terdengar bentakan halus:
Huh, apakah Bu-kek-kang-sin-kang hanya di pakai untuk menghina perempuan"... Seorang pemuda tampan berjubah hujau sudah berada di situ. Ketika tangannya di angkat,
serangkum angin pukulan yang kuat membuyarkan tenaga Bu-kek-kang-sin-kang tingkat
empat dari Hek-eng-cu. Segera Hek-eng-cu melentingkan tubuh dan menghadap pendatang baru itu dengan gusar namun waspada.
Ada urusan apa kau ikut campur" cari mati saja"
Siapa aku adanya tak perlu kau urus. Jelasnya kalau kau masih tetap mau menghina
seorang gadis muda, kau akan berhadapan denganku.
Baik, sambutlah Sekali melesat Hek-eng-cu sudah menerjang dengan Bu-kek-kang-sin-kang tingkat ke lima. Hebat sekali akibatnya. Debu pasir berterbangan dan hawa pukulan yang kuat dalam jarak lima tombak masih terasa.
Pemuda berbaju hijau itu dengan tenang menyambut serangan lawan. Bahkan kelihatannya dia tidak takut sama sekali. Gerakan-gerakan tangannya memainkan Soan-hong Sin-ciang dengan di lambari pengerahan tingkat tinggi dari Giok-ceng Sin-kang yang sakti.
Tidak sampai limapuluh jurus, tiba-tiba Hek-eng-cu memukulkan sesuatu ke tanah sehingga muncul asap yang melindungi pandangan lawan. Dalam sekejap dia telah lenyap dari tempat itu.
Pemuda berbaju hijau itu tidak mengejar. Hanya sekejap dia membalikkan tubuh
menghadap In Lan. Nona, aku Kiang Po Chun, salam kenal Pemuda itu menjura, namun matanya tak berkedip penuh kekaguman menatap gadis di depannya. Hal mana tentu saja membuat In Lan
jengah. Ehh, aku Cu In LanTerima kasih atas bantuanmu
Ahh tidak apa-apa, untung lawanmu itu hanya menguasai Bu-kek-kang sin-kang sampai
tingkat ke enam, kalau lebih dari itu, tentu aku akan sedikit kesulitan mengusirnya pergihanya aneh" Setahuku ilmu itu hanya di miliki oleh keluarga Khu, apa penjahat itu dari keluarga Khu"
Kota Lok Yang yang biasanya ramai kini dalam keadaan sepi. Suasana sore menjelang
malam yang mencekam nampak dengan andanya mayat yang berserakan di sana-sini.
Sementara itu sepuluh orang bersenjata pedang dan golok tampak berindap-indap dan hati-hati memasuki sebuah gedung hartawan di tengah kota itu.
Saat mereka telah dekat, dengan saling memberi kode, mereka melemparkan bahan peledak ke dalam rumah tersebut setelah itu mereka melompat menjauh. Akibatnya hebat sekali.
Gedung itu bergetar keras ketika bunyi ledakan-ledakan terdengar di susul kemudian jerit ngeri para wanita-wanita yang terkena ledakan.
Empat bayangan melesat keluar dengan kecepatan kilat. Dalam sekejap tubuh ke empat orang ini meluncur dengan kecepatan yang sulit di lihat mata biasa mengarah pada ke sepuluh orang tersebut. Terdengar jerit mengerikan dan menyayat ketika ke sepuluh orang itu meregang nyawa tanpa sempat bersuara.
Keempat orang itu berdiri sambil tertawa bergelak-gelak. Ternyata mereka adalah empat orang pria berjubah merah seperti pakaian para Lama di Tibet. Cuma bedanya kepala
mereka tidak gundul seperti kebiasaan para Lama, melainkan di tumbuhi rambut-rambut yang panjang dan riap-riapan.
Saat mereka tertawa itu tiba-tiba di hadapan mereka muncul seorang gadis muda yang amat cantik membawa sebatang payung yang terbuat dari baja. Seketika mereka terbeliak dan suara tawa mereka terhenti.
Ehh, burung hong dari mana ini, berani datang menyerahkan diri..hahahaha" Salah satu dari mereka berkata. Sambil matanya menjelajahi tubuh gadis itu dengan tatapan cabul.
Hemmkalian para Lama sesat. Cukup sampai di sini perbuatan bejat kalian yang
memperkosa dan membunuh di mana-mana,hari ini Bidadari Payung Pelangi akan
memusnahkan kalian Bentak gadis itu. Suaranya merdu dan enak di dengar.
Hahaha, para suheng, biar gadis ini aku yang taklukkan Tampak orang termuda melangkah maju sambil tertawa-tawa. Tangannya tiba-tiba di ulurkan mengarah ke dada gadis itu.
Ii ihhhcabul Dalam sekejap gadis itu mengalirkan tenaganya dan memukul telapak tangan orang itu.
Dhuukkkk Ehhboleh juga" Ternyata kau macan betina ya" Orang itu terkejut ketika
merasakan tangannya terpental dengan kekuatan yang tak kalah dengannya.
HahahahaSute, hati-hatitampaknya kau harus kerja keras untuk menundukkannya
Huh..kita lihat saja dalam sepuluh jurus Berkata demikian, tubuhnya tiba-tiba melesat dan sudah melancarkan delapan belas kali totokan ke tubuh gadis itu. Tampaknya gadis itu akan segera menjadi korban.
Namun yang terjadi sungguh mengejutkan orang itu. Gadis itu tiba-tiba mengembangkan payungnya dan hanya dua kali putaran telah mematahkan semua totokan yang mengarah
ke tubuhnya. Bahkan Lama itu terpaksa harus menarik kembali tangannya yang terancap oleh ketajaman ujung payung yang seperti mata pedang.
Dmikianlah terjadi pertempuran sengit. Lewat sepuluh jurus belum juga ada tanda-tanda pihak yang menang. Tampaknya mereka seimbang. Gadis ini penasaran. Segera tangan
kirinya mulai membalas serangan lawan dengan pukulan-pukulan Tenaga Inti Petir Murni.
Terdengar ledakan-ledakan yang kuat ketika telapak tangan gadis itu yang bersinar biru bertemu dengan bau amis pukulan Hiat-tok-sin-ciang dari Lama tersebut. Namun walaupun keduanya berusaha mengempos semangat mereka, namun perbedaan kepandaian mereka
tidaklah terlalu jauh. Gadis itu menang dalam hal ginkang sedangkan Lama itupun hanya menang seurat dalam hal tenaga.
Hemmsute biar kubantu kau Tampak satu bayangan lagi tiba tiba melesat memasuki area pertarungan itu dan menyerang sang gadis hampir bersamaan sehingga dalam waktu
kurang dari 5 jurus gadis itu jatuh dalam pelukan orang termuda dari Lama itu.
Hahaha, suheng gadis ini ranum sekali, pasti bisa memuaskan kita selama beberapa minggu Mereka mengangguk-angguk sambil tertawa. Namun tanpa di ketahui mereka ada dua
orang yang telah muncul dari dua jurusan yang berbeda dalam waktu bersamaan. Dua
orang ini sama terkejut melihat kemuculan masing-masing. Sekejap mereka sadar bahwa pendatang ini bukan orang sembarangan. Namun tidak lama karana salah satu yang berbaju merah sudah menyahut:
Sobat, Lepaskan gadis itu, tidak pantas kau orang tua memperlakukan seorang gadis seperti itu
Ehhsiapa kau" Keempat orang itu berbalik dan terkejut, karena mereka tidak merasakan kedatangan ke dua orang ini.
Siapa aku adanya tidak perlu kalian tahu, aku hanya mau kalian melepaskan gadis itu Hahahakalau kami tidak mau, kau mau apa"... Dengan angkuh orang pertama dari Lama itu berseru, kemudian melanjutkan: dan jangan kalian bermimpi bisa merampas apa yang
sudah di miliki oleh Tok-Su-wi (Empat pengawal Racun) dari Lama Agung Jubah Merah
Huh, aku tidak mau tahu siapa kalian, tapi lepaskan gadis itu.."
Hemmmnapa kau mau sisa dariku" Berkata demikian, Lama yang termuda itu menundukkan kepala dan menjilati leher gadis itu dengan bernafsu
LANCANG!!! Tiba-tiba pemuda berompi biru yang satunya lagi yang hanya berdiam dari tadi tiba-tiba lenyap dari hadapan mereka dan di lain saat terdengar jeritan keras dari Lama itu.
Tubuhnya terlempar keatas sambil muntah darah, sedangkan gadis itu telah berpindah ke tangan sang pemuda yang segera membebaskan totokannya.
Suteeee. Hiaaaaaaatttt. Ketiga rekannya terkejut, namun dua di antara mereka segera menerjang ke arah pemuda itu dengan pukulan-pukulan maut mematikan sedang yang satu lagi melesat menyambut saudara mereka.
Pemuda itu tenang saja tapi saat tangannya di kembangkan, tiba-tiba tubuh sekitarnya di lapisi kabut tipis yang mementalkan balik semua pukulan lawan.
Pek-in-hoat-sut?""...kaukau dari Pulau Daun Putih" seru Lama yang tertua.
Benar, apa kau masih mau melanjutkan pertarungan ini" Seru pemuda itu sambil tersenyum.
Hemmm, kali ini kami akan pergi, tapi kami tidak akan menghabiskannya hanya sampai di sini! sambil menatap penuh dendam para Lama tersebut berbalik dan berlalu dari situ.
Wahhhhtak di sangka, heng-te dari Pulau Daun Putih, salut...salutperkenalkan, cahye bernama Kim Hong, she Yang Kata pemuda berbaju merah itu sambil menjura.
Heh, She Yang?"" Apakah dari Kuburan Kuno"... Pemuda berompi biru itu berseru kaget.
Namun seruannya itu hanya di sambut dengan senyuman dan anggukan kepala saja.
Terima kasih atas pertolongan kalian berduapara iblis itu sangat sakti Di tengah-tengah kekaguman mereka berdua tiba-tiba suatu suara menyelutuk dan membuat mereka tersadar oleh adanya mahluk indah di depan mereka itu.


Si Penakluk Dewa Iblis Karya Lovely Dear di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Eh, Nonaaku Lu Sim Haymaafkan kami datang terlambat" Pemuda berompi itu menjura
sambil terus memperkenalkan diri.
Akhhakuehya..ya, aku Hong Lian, she Simsenang mengenal kalian juga, permisi Berkata demikian sang gadis segera membalikkan tubuh dan hendak berkelebat pergi dari situ meninggalkan dua orang pemuda yang memandang kepergiannya dengan terbengong-bengong.
Selama setahun ini, tampaknnya dunia persilatan telah tiba pada masa kejayaan kaum hitam. Tidak ada pergerakan sedikitpun dari kaum putih yang terdengar. Tapi pada suatu hari, tanggal sepuluh bulan sebelas, suasana di Rawa Lumpur Kematian tampak sedikit ramai. Tempat ini dulunya adalah tempat kediaman Tee-Tok Sam-kui. Karena tempat itu sangat strategis dan juga di kelilingi oleh Lumpur hidup dan bermacam-macam binatang beracun lainnya membuat tempat itu sangat sukar di datangi oleh sembarang orang. Tiga bulan yang lalu Tee Sun Lai membawa seluruh anak buahnya bergabung dengan Thian-te-san-pai kemudian pindah serta memperkuat kedudukannya sebagai bengcu di tempat itu Hari itu tampak berdatangan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari tiga sampai delapan orang. Bukan orang-orang biasa. Terlihat berbagai bentuk senjata tersampir di punggung dan pinggang mereka. Setelah mereka tiba di pinggir rawa, mereka di sambut oleh orang-orang berpakaian ungu dengan sedikitnya dua puluhan perahu yang terbuat dari kayu kuat yang di lapisi besi yang bolak-balik mengangkut mereka.
Siapakah orang-orang yang datang berkelompok-kelompok tersebut" Mereka adalah utusan-utusan dari berbagai perguruan yang di undang oleh sang Beng-cu untuk membahas suatu hal yang khusus. Sebenarnya, para pendekar kaum putih tahu belaka bahwa maksud dari undangan tersebut tentu akan lebih banyak merugikan pihak mereka daripada untungnya, tapi mereka tidak kuasa menolak karena pengundangnya beratas namakan Beng-cu dunia persilatan. Jika mereka menolak itu akan menyebabkan penghancuran yang fatal bagi
golongan mereka. Untuk melawanpun, mereka tidak punya kekuatan yang cukup jadi hanya menurut saja.
Hari menjelang malam, di luar markas dari Thian-te-san-pai ini di dirikan panggung yang amat besar. Suasana di sekitar panggung ini tidak terjaga seorangpun. Hanya kalau orang memandang ke arah Markas perkumpulan tersebut yang jaraknya hanya satu setengah mil dari panggung tersebut, mereka akan bergidik karena tempat itu di jaga dengan pasukan berjubah ungu yang berlapis-lapis.
Di salah satu sisi dari panggung tersebut di buat panggung dua tingkat yang lebih kecil dan lebih tinggi dengan tigapuluh anak tangga dari panggung utama. Di kelilingi oleh dua penjaga berpakaian ungu dengan pedang di tangan. Di tingkat atas panggung tersebut tampak lima kursi agung yang di duduki oleh lima orang, salah satu di antaranya adalah sang Beng-cu Tee Sun Lai sendiri dan Jit-goat Mo-ong. Yang satu lagi adalah seorang kakek yang berwajah aneh seperti orang mabuk, dia adalah Bu-tek Sian-cu (Bayangan Dewa
Tanpa Tanding), yaitu seorang tokoh kosen dari pegunungan Himalaya yang tidak pernah muncul dari dunia kang-ouw. Di samping itu ada juga dua Lama berjubah merah. Tak salah lagi merekalah Lama Jubah merah yang mengepalai Thian-te-san-pai yang berjuluk Thian-yang Lama dan Tee-im Lama (Lama Agung Langit & Lama Agung Bumi).
Di tingkat ke dua tampak berdiri delapan belas orang berjubah dan berkerudung ungu.
Hanya terlihat sinar mata mereka saja yang tajam, tanda mereka adalah orang-orang
pilihan. Saat semua orang sudah berkumpul semua, genderang di bunyikan dengan suara bertalu-talu. Tee Sun Lai segera berdiri dengan gagahnya dibalik jubah hitamnya yang di gambar dengan gambar naga dari benang emas. Suaranya menggema di segenap penjuru.
Cu-wi sekalian, sebagai bengcu dunia persilatan, aku sengaja mengundang kalian untuk mengumumkan dan juga merayakan suatu peristiwa yang baru dalam dunia persilatan Dia berhenti sejenak sambil tersenyum menyeringai, kemudian melanjutkan: mulai saat ini tidak ada lagi perbedaan golongan Hitam-dan putih. Satu-satunya peraturan yang boleh berlaku ialah yang terkuatlah yang menjadi raja. Mulai saat ini Semua perguruan-perguruan silat yang ada harus memberikan upeti berupa emas sebanyak seratus tail setiap tahun dan lima orang gadis cantik setiap bulannya. Bilamana ada yang melanggar ketentuan ini, maka setiap orang di berikan hadiah dua kali lipat upeti tiap tahun untuk menghancurkan dan membawa kepala-kepala para pelanggar tersebut.apakah Jelas"... Terdengar seruan dan sorakkan kegembiraan di sana-sini ketika pengumuman ini di sampaikan.
Omitohud, maafkan pinto, tapi ucapan sicu selaku bengcu sama sekali tidak mencerminkan tanggung jawab yang harus di lakukan oleh bengcu yang sesungguhnyasecara pribadi
sangat sukar bagi pinto menerimanya dengan akal sehat" Seorang tiba-tiba menyahut tak kalah kerasnya, yaitu Bhok-Keng hwesio yang merupakan sute ketiga dari Ciangbunjin Siauw Lim pai.
Belum habis suaranya tiba-tiba berkelebat bayangan pedang yang cepat sekali dari atas yang menghantam ke arah Bhok-Keng hwesio. Bhok-Keng hwesio bukanlah seorang ahli
silat pasaran, namun melihat datangnya serangan pedang yang sangat cepat itu, sama sekali dia tidak sempat bergerak sedikitmun. Bahkan suhengnya Bhok-Tong-Hwesio yang dating berdiri tak jauh darinyapun tak mampu berbuat banyak.
Zi i inngg Clepp, Dhuarr..! Terdengar suara ledakan yang keras ketika tenaga dalam dari pedang Tee-Mo-Kiam menghantam Bhok-Keng hwesio dan menghancurkan kepalanya.
Hemmmmitulah akibatnya kalau berani melawan perintahkusekarang siapa lagi yang berani membangkang dan sudah bosan hidup, haa" Bentak Tee Sun Lai dengan marah.
Semua terdiam tanpa banyak kata-kata dan menjatuhkan diri berlutut di hadapannya. Hal ini di sambut dengan tertawa yang berkepanjangan dari Tee Sun Lai ini di ikuti oleh keempat orang yang ada di atas kursi agung.
Lihatlah, bukankah kerjasama kita sangat menguntungkan. Sekarang tidak ada lagi yang dapat melawan kita, kekuatan kaum putih sudah kehilangan sengatannya. Langkah
selanjutnya, kita akan menggulingkan kaisar Kuan Zong dan mendirikan kerajaan baru dengan kaisar sejati yang baru, bagaimana menurut pendapat kalian" Dengan pongahnya Tee Sun Lai berkata kepada keempat orang yang duduk di panggung agung. Masing-masing mreka hanya mengangguk-angguk sambil tertawa dengan wajah dansenyum licik yang
menyimpan berbagai rencana dan strategi.
Sementara mereka tertawa-tawa, mata mereka mulai tertuju kearah kumpulan para jagoan dari golongan putih yang terkumpul di sudut utara, tatapan mereka penuh nada mengancam dan garang. Entah bagaimana, tanpa di komando, mereka mencabut senjata masing-masing. Mereka tahu, nilah pertempuran matihidup mereka, tapi mereka tidak mau
menyerah bgitu saja. Saat-saat yang sangat kritis seperti ini, semua perhatian mulai tertuju pada orang-orang ini.
Mereka mulai bergerak mendesak tiba-tiba salah satu dari 12 orang di atas panggung tingkat ke dua, melesat ke arah Tee Sun Lai dan bersujut:
Maaf yang mulia bengcu, ijinkan kami ke 12 ksatria iblis membasmi mereka"
Hahahahahahapermintaan di kabulkan, tapi kalau mereka tidak mampus dalam 20 hitungan, maka kepala kalian yang akan terpisah mengerti?""...SATU Mendengar hal ini sontak ke 12
bayangan bergerak dengan cepat menuju kea rah para tokoh-tokoh golongan putih yang berjumlah 200-an orang itu.
Tampaknya inilah akhir dari kejayaan dan juga pertanda maut bagi para tokoh-tokoh
golongan putih ini. Namun, Thian tidak buta. Hampir sama cepat dari lesatan ke-duabelas iblis itu, bahkan jauh lebih cepat lagi, tiba-tib
BERHENTI!...BHUUUUUUMMMMNN.! Terdengar bentakan menggelegar di ikuti suara
ledakan yang keras tepat memisah di antara para tokoh golongan putih ini dengan
keduabelas iblis yang sedang melesat memburu dengan waktu untuk melakukan
pembantaian tersebut. Hasilnya sangat dahsyat.
Getaran energi yang amat kuat itu membuat panggung yang besar itu amblas di bagian tengahnya dan menimbulkan kepulan asap, sedangkan membuat keduabelas iblis itu
terpental mundur. Ii ihhhhh, itu ILMU SERIBU IBLIS PEMUSNAH?"" Suara kekagetan ini keluar dari mulut Jit-goat Mo-ong yang sudah melesat turun dari atas panggung dan berdiri di samping Tee Sun Lai dengan muka merah.
Han Sian" Seru Tee Sun Lai juga tak kalah kagetnya oleh perbawa tenaga yang amat dan dahsyat tersebut.
Episode 6 Pusaran angin yang sangat kuat membuyarkan asap di sekitar panggung dalam sekejap.
Tampak seorang pemuda tampan berdiri di tengah-tengah panggung yang telah amblas.
Matanya nampak berkilat-kilat. Sekitar tubuhnya di lingkupi hawa cahaya keemasan dan kehitaman yang berputar-putar mengelilingi tubuhnya.
Apa kabar Jit-goat Mo-ong"...dan kau juga Tee Sun Lai"... Suaranya tenang tapi juga nampak dingin dengan wibawa yang amat kuat.
Hemmmakhirnya kau muncul juga, aku kira kau sudah mampus" balas Jit-goat Mo-ong sinis.
Tadinya sih sudah hampir, namun thian belum mengijinkan nyawaku, tahukah kau
mengapa"...karena masih ada manusia-manusia seperti kalian yang harus di hentikan..
Suara Han Sian tetap dingin sambil tersenyum, karena hatinya sungguh marah saat itu.
Hahahahakau kira hanya sendirian bisa membuatmu seenaknya di sini" Kau bermimpi
kawan. Tee Sun Lai membalas dengan sengit dan entah darimana datangnya, tiba-tiba di tangannya sudah menggenggam pedang bersinar ungu.
Huh, bermimpi toh tetap harus lihat kenyataannya, dan kenyataannya kalian berdua sudah pernah ku pecundangi, dan kalaupun sekarang kalian mau bergabung, tetap belum setimpal untuk menjadi lawanku Han Sian membalas dengan pengerahan tenaga dalam yang
membuat suaranya bergetar. Sengaja dia buat itu untuk membangkitkan amarah mereka.
Kurang ajaaaaarrrrrr Bentak Jit-goat Mo-ong dengan suara menggelegar, di ikuti tubuhnya yang melesat sangat cepat ke depan sambil memukul dengan pengerahan seluruh
tenaganya. Dia tidak main-main, karena dia tahu kelihaian anak muda yang berjuluk
Pendekar Asmara Tangan Dingin ini. Segera dia mengerahkan ilmunya sampai tingkat
tertinggi karena dia tahu bahwa tidak berguna kalau hanya mengandalkan jurus-jurus saja.
Itulah sebabnya dia memutuskan untuk sekali menyerang dengan sepenuh tenaganya.
Tubuhnya di liputi dua cahaya merah dan putih hasil mengerahan tenaga Jit-goat-kang tingkat kesembilan melabrak ke arah Han Sian dengan kuat, hawa panas dingin dari Jit-goat-sin kang (Tenaga sakti Matahari dan Bulan) ini bahkan menyapu tempat itu sehingga membuat para penonton mundur kurang lebih tujuh tombak ke belakang.
Han Sian tahu kekuatan lawan itulah sebabnya dia tidak mau setengah hati, tubuhnya terangkat satu jengkal dengan pengerahan Kui-Sian I-sin-kang tingkat ke sembilan,
sementara kedua tangannya bergerak dengan sangat cepat melepaskan Hong-Lui-Kiam-cu (jalur Pedang Angin Petir) yang kemudian di ikuti dengan Ngo-heng Thian-kiam-cu (Jalur Pedang Langit Lima Unsur) yang dahsyat.
ZzzzzztttsCii i tsWussshhh.
BLAAAAAARRRR Benturan keras terjadi, sinar-sinar pukulan yang terpantul menyebar ke segala arah sehingga terdengar pekikkan kematian di mana-mana. Orang-orang yang
berkepandaian tinggi sempat melindungi diri mereka, tapi mereka yang berkepandaian rendah harus menerima nasip naas.
Han Sian masih tetap pada tempatnya, tampak tubuhnya di liputi sinar ke emasan melayang tidak menginjak tanah namun tidak kurang suatu apapun, tanah di kakinya berlubang
sebesar kerbau sedalam hampir satu meter sedangkan Jit-goat Mo-ong tersurut mundur lima langkah dengan muka pucat. Terlihat darah mengalir dari bibirnya. Dengan langkah gontai dan kepala tertunduk dia berjalan mundur dan keluar dari tempat itu dan menghilang.
Semua orang tampak tidak mengerti apa yang terjadi hanya Han Sian dan tentunya Jit-goat Mo-ong sendiri. Tapi satu hal yang bisa di pastikan ialah dunia kang-ouw tidak perlu takut lagi dengan yang namanya Jit-goat Mo-ong.
Sementara itu di samping Tee-mo-kiam ong, telah berdiri tiga orang lain lagi. Hawa kematian dari pancaran tenaga mereka terasa oleh Han Sian. Di pandanginya mereka
dengan mata mencorong penuh selidik.
Ohhhh jadi inikah semua penjaga dapurmu Sun Lai"
Orang muda kau terlalu sombong, sambut seranganku.. Bu-tek Sian-cu menyahut dengan geram. Tangannya segera di kibaskan, dan serangkum tenaga kuat yang tak kelihatan
menyambar ke arah Han Sian.
Baju Han Sian berkibar tapi dia tetap tidak bergerak. Hal ini membuat Bu-tek Sian-cu terkejut. Dia mengerahkan delapan bagian tenaganya dalam pukulan tadi, tapi anak muda itu tidak bergeming.
Aku tidak mengenalmu orang tua, tapi kalau kau bermaksud membantu rencana busuk
manusia she Tee ini, aku tidak sungkan lagi" Han Sian berkata perlahan, tapi bibirnya tidak bergerak.
Di lain saat, Tee Sun Lai mengangkat tangan kirinya ke atas. Dalam sekejap saja
berkelebatan bayangan-bayangan orang berseragam ungu mengepung tempat tersebut
dengan pedang terhunus. Hehehe, Han Sian, sesakti apapun kau, kali ini kau tetap takkan bisa lolos dari sini" Sambil tertawa, Tee Sun Lai menerjang kedepan dengan sangat cepat, tanpa mengeluarkan suara.
Saat itu berkeredapan sinar-sinar ungu mengerikan yang amat banyak dari ujung pedangnya yang mengerah ke seluruh bagian tubuh Han Sian. Dia telah menyerang menggunakan salah jurus terhebat dari Tee-mo-kiam-sutnya, yaitu Seribu Iblis Bumi membalikkan hujan.
Tunggu sobat, membereskanmu bukan bagiankutapi mereka Tiba tiba tubuh Han Sian
Melesat ke atas menghindari serangan ganas Tee-mo Kiam-ong tersebut yang lebih
memperdalam lubang di bawah kaki Han Sian..
Sekejap kemudian dia sudah turun ke tanah sejauh dua tombak. Bibirnya tersenyum sambil tangannya merongoh ke saku dan mengeluarkan enam lempeng warna-warni yang di
lemparkan ke atas. Kau memang sudah menjadi beng-cu, tapi tingkatanmu tidaklah lebih tinggi dari mereka!
Bersamaan dengan itu dari enam penjuru, melesat enam bayangan yang menyambut ke
enam lempeng tersebut dan turun perlahan-lahan di ikuti perbawa yang hebat dari masing-masing orang, yang di ikuti suara menggelegar dahsyat berbunyi:
BENCANA DATANG SILIH BERGANTI, ENAM DEWA BERSATU PADU, GELAP BERGANTI
TERANG Semua orang yang hadir di situ, terkejut melihat kemunculan keenam orang ini. Bahkan Tee Sun Lai dan ke empat rekannya dapat merasakan bahwa kepandaian keenam orang ini
tidaklah berada di bawah kepandaian mereka.
AaakhLegenda itu muncul lagi! Suara itu keluar dari mulut Bu-Tek Sian-cu yang terkejut, demikian pula Thian-yang-Lama dan Tee-im Lama, sebab mereka yang merupakan tokoh
tua, mengetahui dengan jelas apa artinya ini.
Omitohud...Thian maha adil, ternyata legenda itu masih ada, cuwi sekalian kita kedatangan bantuan besar Suara Bhok-Tong-Hwesio menggema kegirangan.
Han Sian yang melihat ini tersenyum, Benar Bhok-Locianpwe, legenda itu tetap ada.
Sementara itu ke empat tokoh sesat yang diam sejak tadi saling pandang. Tee Sun Lai merasakan sesuatu yang tidak beres, namun dia tetap terkekeh Hehehehe, Han Sian, untuk apa kau mendatangkan anak-anak kecil initetap saja kau takkan dapat melewati pasukan kami yang bergabung.
Sombong!!!..sambutlah Suatu suara terdengar agak ketus, di ikuti sebuah bayangan dengan dua pukulan menyambar ke arah Tee Sun Lai. Untung saja pemuda itu sudah siaga dari tadi.
Tangannya di angkat menangkis pukulan lawan.
Dhuaaarrrrrrr Ehh Kedua orang itu tergentak mundur satu langkah, namun di lain saat si pemuda yang menyerang sudah kembali mundur ke tempatnya semula.
Kau benar, manusia she Tee, pasukanmu memang banyak, tapi asal tahu saja, yang baru menggebrakmu adalah Bu-kek-kang-sin-kang tahap sepuluh, dan kalau kau lanjutkan, kau mungkin masih harus berhadapan dengan sisa tiga tahap terakhir lainnya Sahut Han Sian tenang.
Aakhhhsaudara Han terlalu berlebihan, aku hanya menguasai sampai tingkat ke duabelas saja kemudian segera dia menghadap Tee Sun Lai dan berkata: Cahye Khu Hee Liong masih ingin meminta petunjukmu
Huh, siapa kalian dan apa hak kalian ikut campur urusanku" Tee Sun Lai membentak marah.
Namun dia tidak berani sembarangan bergerak.
Bhok-Tong-Hwesio tiba-tiba bersuara: Delapan puluh tahun lalu, saat dunia persilatan di landa bencana kehancuran, telah muncul enam dewa yang menyelamatkan dunia kang-ouw dengan memberi bantuan untuk membasmi kesesatan di muka bumi. Ke enam dewa ini
kemudian di nobatkan sebagai sesepuh persilatan yang bahkan memiliki hak untuk memecat beng-cu terpilih bila bengcu tersebut di dapati melanggar tanggung-jawabnya sebagai bengcu yang mengayomi.
Tee Sun lai terkejut mendengar akan hal ini, apalagi saat dia melihat ke tiga rekannya, mereka juga menggangguk membenarkan. Melihat gelagat buruk, segera dia mengedipkan mata pada ke tiganya sebagai tanda menyerang. Tapi dia terkejut karena mereka bertiga hanya tertunduk saja.
Hei, Thian-yang lama, apakah kau mau melanggar kesepakatan kita?"" Bentaknya marah.
Kami sepakat membantumu menguasai dunia, tapi bukan untuk menentang pewaris
Legenda Enam Dewa, karena kami masih terikat sumpah yang kami maklumatkan
delapanpuluh tahun lalu Sahut Thian-yang Lama sekejap kemudian tubuhnya melesat di ikuti Tee-im Lama dia mengangkat tangan kanannya ke atas: Kita pergi!!!
Bersamaan dengan lenyapnya tubuh mereka, para anak buah Thian-te-san-pai
mengundurkan diri dari tempat itu.
Bu-tek Sian-cu menatap ke arah Han Sian: Anak muda kau hebat, aku tidak akan
meneruskan keterlibatanku, tapi aku harus menguji bahwa Enam Dewa bukan hanya omong kosong saja
Silahkan locianpwe memilih Han Sian yang mengetahui maksud hati orang, segera
mempersilahkan. Orang tua tersebut menatap sekeliling, dan matanya berhenti pada pemuda yang
berpakaian putih dengan lengan baju pendek. Bersiaplah orang muda, aku tidak akan
tanggung- tanggung Berkata demikian, tubuhnya tiba-tiba berputaran seperti gasing dan melesat ke atas setinggi tujuh tombak. Saat tubuhnya di udara, orang tua itu membentak dengan suara menggelegar memekakkan telinga dan di lain saat tubuhnya meluncur turun menjadi empat bayangan dengan empat pukulan yang berbeda. Hebat sekali. Angin pukulan yang membahana
berkesiutan menghantam tubuh pemuda tersebut. Itulah Jurus Hok-mo-sian-cu -ciang
(Pukulan Bayangan Dewa Menaklukkan Iblis)
Han Sian dan ke lima pemuda yang lainnya terkejut. Mereka merasakan bahwa dari empat bayangan yang menyerang dengan dahsyat tersebut, bayangan ke tiga meluncur tanpa
suara dan angin pukulan sama sekali. Mereka berdecak kagum, melihat kehebatan kakek yang berjuluk Bu-tek Sian-cu ini.
Pemuda yang di serang tersebut tidak nampak gugup. Dengan tenang tangannya memutar dengan sebat dan dalam sekejap dari tubuhnya keluar ledakan-ledakan petir di ikuti dengan angin badai yang amat kuat yang melindungi tubuhnya dari keempat bayangan lawan, itulah Hong-lui Tai-hong-ciang ciptaan Pendekar Super Sakti beberapa ratus tahun silam. Namun hebatnya lagi, dari kedua tangannya masih keluar dua sinar merah dan putih dari ilmu Hwi-yang Sin-ciang dan Swat-im Sin-ciang yang menyambut terjangan bayangan ke tiga yang tanpa suara tersebut.
BLAAAAAARRRR Dua ledakan yang dahsyat terdengar dan tampak dua bayangan melenting
dengan cepat mematahkan daya pantul pukulan-tersebut dan di lain saat keduanya tampak berdiri saling berhadapan dengan jarak sepuluh tombak.
Akhh, maafkan kekurang ajaran cahye, locianpwe
Hohoho, kau hebat, semuda ini saja sudah sangup menandingiku, beberapa tahun lagi aku pasti bukan lawan kaliansiapa namamu"
Siauw-te Hong Sin, locianpwe, She Suma
Orang tua itu nampak terkejut, namun sesaat kemudian dia segera itu menatap Tee Sun Lai: tampaknya ambisimu akan mendapat halangan yang besar, slamat
tinggal..hahahahahahaha Kakek tersebut melesat dalam sekejap meninggalkan tempat itu sambil meninggalkan gema suaranya.
Suasana tenang, tampak tidak ada yang bergerak. Semua mata memandang ke tajam ke
arah Tee Sun Lai yang berjuluk Tee Mo Kiam Ong ini. Sementara yang di tatap balas
menatap dengan wajah beringas. Tangan kirinya berubah cepat menjadi merah darah
dengan tenaga penuh dalam ilmu Hiat-kut-jiauw Sam-kang, sedang pedang di tangan
kanannya bergetar keras sampai menimbulkan suara berdesing nyaring.
Huh, Han Sian Keparat, kau salah jika mengharap aku akan menyerah begitu saja...SERANG!
Tubuhnya tiba tiba berkelebat cepat ke arah Han Sian dan menyerang dengan ganas. Tapi satu bayangan lain melabraknya secara tiba-tiba dari samping: Tunggu, kau bagianku...
Tanpa menanyakan siapa lawannya, Tee Sun Lai meneruskan serangannya dengan gencar.
Dalam sekejap terjadi pertempuran yang dahsyat dengan jurus-jurus ampuh. Tee Sun Lai yang tadinya sangat bangga sehingga mengakui dirinya sebagai jago pedang yang tidak ada tandingannya saat ini terpaksa harus menelan pil pahit, karena lawannya bukan ahli silat sembarangan. Kecepatan pedangnya sama sekali tidak berarti banyak mencecar bayangan lawan.
Pertempuran antara ke dua orang itu segera memasuki tingkat pengerahan tertinggi dari ilmu masing-masing. Pergantian ilmu terjadi dengan sangat cepatnya. Sampai lewat seratus jurus tiba-tiba Tee Sun Lai merubah gerakan pedangnya. Sambil tangannya terus
memainkan tingkat ke tiga dari Hiat-kut-jiauw Sam-kang, pedangnya tiba-tiba bargerak lambat namun ternyata kecepatannya dua kali dari serangan-serangan sebelumnya.
Menghadapi serangan yang aneh itu pemuda yang ternyata adalah Thio Tay Lee itu segera menjejakkan kakinya dengan kuat ke tanah sehingga menimbulkan getaran seperti gempa bumi, di lain saat, tubuhnya menghilang dari hadapan lawan. Dia telah mengerahkan Kian-kun Tay-lo-yi Im Yang yang dahsyat.
Sementara itu seluruh pasukan berseragam ungu yang mendengar perintah beng-cu
mereka, segera bergerak membentuk kelompok-kelompok barisan Pedang iblis yang terdiri dari 52 orang tiap barisan jadi total semuanya ada 31 barisan Pedang iblis.. Dengan dahsyat mereka menyerang para pendekar yang ada. Dalam sekejap terjadilah pertempuran ke dua yang lebih besar.
Sementara itu saat melihat akan hal ini, Han Sian melirik ke lima pemuda yang lainnya, dan dalam sekejap tubuh mereka berkelebat. Han Sian meloncat tinggi ke atas. Tangannya di arahkan ke arah satu barisan terdekat. Sambil mengerahkan tenaga menyedot, tiba-tiba ke dua barisan tersebut kehilangan pedang mereka yang di sedot oleh tenaga Han Sian. Sekali dia menggerakkkan tangannya, pedang-pedang tersebut melesat masuk kedalam tanah dan lenyap sama sekali. Han Sian melakukannya berulang yang di kuti oleh ke lima dewa lainnya, tapi barisan itu terlalu banyak.
Saat itu tiba-tiba terdengar bunyi terompet di mana-mana dan tanpa di duga sama sekali dari segala penjuru muncul kurang lebih duaribu pasukan kerajaan yang langsung bergerak menggempur barisan-barisan berbaju ungu tersebut. Melihat adanya pasukan itu Han Sian tersenyum senang. Tapi yang membuat dia kaget bukan kepalang ialah ketika melihat tiga orang yang bertempur di antara pasukan tersebut dan sekarang bergerak mendekatinya dari tiga jurusan berbeda, seolah-olah sengaja mengurungnya..
Aduuhhh, mati aku Han Sian berbisik lirih dengan muka pucat. Matanya celingukan kesana-kemari, entah apa yang di carinya.
Sementara itu pertempuran antara Tee Sun Lai dan Thio Tay Lee masih terus berlanjut. Dan saat Thio Tay Lee mengerahkan ilmunya sampai tingkat ke delapan dengan pengerahan
seluruh tenaga sakti, Tee Sun Lai tak sanggup menangkis lagi sehingga pedang pusakanya patah dua dan dia terlempar menabrak panggung yang lebih kecil itu hingga hancur.
Tubuhnya jatuh terduduk. Dari mulutnya mengalir darah kental. Ternyata dia terluka parah sekali dengan seluruh organ dalam serasa remuk. Dia coba mengerahkan tenaganya sekali lagi. tapi tidak ada tenaga sama sekali. Tahulah dia bahwa dia telah cacat.
Dengar Tee Mo Kiam Ong, sejak hari ini engkau bukan Beng-cu lagi dunia persilatan lagi.
Kami Enam Dewa melarangmu untuk berada di dunia Bu-Lim Kang-Ouw. Bila engkau tidak bertobat, maka saat engkau bertemu dengan kami lagi, maka itu akan menjadi hari
terakhirmu Suara itu menggelegar di keluarkan oleh Thio Tay Lee dan di dengar oleh semua orang.
Tee Sun Lai menatap musuh-musuhnya tersebut satu per satu dengan tatapan mata berkilat penuh dendam. Setelah itu dengan menyeret kakinya dia melangkah meninggalkan tempat itu. Sementara pertempuran antara para pasukan juga sudah terhenti. Banyak yang mati tapi banyak juga yang tertawan oleh pasukan kerajaan.
Bhok-Tong-Hwesio melangkah maju sambil menjura ke arah ke enam dewa penolong dan
juga ke arah pasukan kerajaan: Terima kasih atas pertolongan dan perlindungan ke enam Dewabolehkan kami mengenal nama para pelindung sekalian"
Kiang Po Chun, pemuda berbaju hijau di dekatnya segera membalas sambil menjura: Apa yang kami buat sesungguhnya hanya bagian yang kecil saja, tapi apa yang telah di lakukan oleh..Ehh" mana saudara Han Sian?"" Pemuda itu tidak melanjutkan perkataannya saat matanya tidak menemukan bayangan Han Sian di tempat itu.
Orang banyak juga yang baru menyadari hilangnya Han Sian segera mencari. Hem, aku
melihat dia meninggalkan tempat ini setelah menulis di atas batu itu! Salah satu prajurit memberanikan diri mengeluarkan suara sambil menunjuk kea rah batu besar yang tak jauh dari situ. Namun belum habis ucapannya, para pendekar yang ada di depannya tiba-tiba lenyap dari tempat mereka. Dalam kekagetannya terdengar suara:
Akhhh.dia telah pergi, entah kapan lagi bertemu dengan sobat seperti dia, aku Thio Tay Lee berjanji selamanya akan menjadi sobatnya Kata seorang pemuda dengan suara lirih, namun masih dapat di dengar oleh orang-orang.
Mereka semua membaca tulisan yang indah di atas batu tersebut, berbunyi:
ADA JODOH BERTEMU DI LAIN WAKTU.
SAMPAI BERJUMPA, TERTANDA, HAN SIAN
Setelah terdiam semua para pemuda itu kemudian mulai memperkenalkan nama mereka
satu-persatu. Namun tanpa mereka ketahui tiga orang gadis cantik telah mengundurkan diri perlahan-lahan dan menghilang dari tempat tersebut
Bab 18. WANGSIT SANG DHALAI LAMA
Tiga bulan berlalu tanpa sesuatu kejadian yang hebat terjadi di dunia Kang Ouw.
Semua tampak aman-aman saja. Namun jangan dikira tidak ada kejadian apapun yang
sedang terjadi. Jauh di sebelah Barat, di Tibet, Dalai Lama yang sedang bersamadhi selama empat bulan terakhir ini tiba-tiba tersadar saat sebuah petir menyambar bubungan tempatnya
bersamadhi. Tempat itu bergetar keras.
Keluarlah Kalian, sudah waktunya !
Suara yang berat namun halus bergema mengalahkan getaran di sekeliling.
Bertepatan dengan habisnya suara itu, tiba-tiba terdengar enam ledakan memekakkan
telinga dan enam buah lubang muncul dari dalam ruangan tersebut disusul melesatnya enam bayangan yang sebat dalam sekejab sudah berdiri di hadapan sang Dalai Lama itu.
Para Sutee siap menjalankan perintah!
Iblis-iblis dan para pengikutnya telah mulai keluar sarang ! Pergilah kalian ke Tanah Daratan tengah, bawa I Kin Hiat Hip Kang (Tenaga Pelentur Otot Pemutar Darah) ini dan temukan pewaris Hui Im Hong Sin Kang dan Kui Sian I Sin Kang, semoga tidak terlambat !
Keenam Lama tersebut sesungguhnya adalah para Sutee dari sang Dalai Lama. Selama ini mereka memang tidak pernah menunjukkan diri, sehingga hanya berapa orang Lama
angkatan Tua saja yang mengetahui keberadaan mereka.
Sepeminuman teh setelah keenam Lama tersebut berlalu, tiba-tiba dalam ruangan itu sudah berdiri seorang lama yang lain berjubah Merah Darah.
Dalai Lama Suheng, masihkah engkau berkeras kepala untuk mencoba menentang kami.
Para pengikut Iblis Api Es telah telah terbebas dari penjara mereka dan sedang
mempersiapkan kedatangan Sang Junjungan Iblis Api Es, dan itu berarti kebangkitan dan kejayaan kembali Istana Neraka Hitam dan ini tidak mungkin dapat di tahan lagi!
Omitohud ...! Sutee, dari pernyataanmu itu tampaknya kau pun sudah menjadi salah satu pengikut Iblis Api Es" Bertobatlah sebelum terlambat dan sebelum engkau tersesat makin jauh!Suara yang welas asih kembali terdengar.
Aku tidak butuh ceramahmu, Suheng! Apa pun yang mau kau lakukan, kami tetap tak
terkalahkan! Ha ha ha ! Sahut lama jubah darah itu sambil tertawa dan berlalu dari situ.
GERAKAN IBLIS API ES Kembali ke Cina tengah. Kota Ong Chiu di See Ouw (Danau Barat) terkenal dengan keindahan alamnya yang asri.
Kota ini selalu ramai sehingga suasana malampun seperti siang hari saja. Para pengunjung dari berbagai penjuru seperti tidak pernah habis-habisnya dengan berbagai urusan mereka sendiri-sendiri.
Hari itu Han Sian menyewa sebuah perahu pesiar yang cukup besar kemudian dia
mendayung ke arah hulu berlawanan dengan arus air.Namun hari itu tidak seperti biasanya, hari menjelang sore ketika perahunya berpapasan dengan kapal pesiar mewah yang
memuat banyak penumpang. Sekejab Han Sian tidak memberi perhatian pada kapal tersebut, tapi kemudian tangannya bergerak ke belakang dan mendorong air perlahan sehingga perahunya melaju dengan
sangat cepat sekali mendekati kapal tersebut.
Tubuh Han Sian melayang ke arah kapal dan matanya memandang penuh selidik.
Tampak banyak penumpang di buritan perahu yang sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing. Namun yang aneh ialah semua penumpang itu tidak bergerak.Tanpa memeriksa
pun Han Sian maklum bahwa mereka semua telah mati dengan cara yang tidak wajar.
Tubuh mereka kaku dalam posisi mereka masing-masing.Ketika Han Sian memeriksa lebih teliti, tampak di leher mereka, yang sebelah kanan, ada titik biru menghitam yang
mengeluarkan hawa dingin.
Hemm ! Tok Im Ciam (Jarum Racun Dingin) yang ganas, siapakah gerangan pelakunya"
Han Sian tidak memeriksa semua, tubuhnya berkelebat kembali ke perahunya dan sesaat kemudian, perahunya meluncur mengarah datangnya kapal pesiar tersebut.Semakin jauh dia mengarahkan perahunya, semakin banyak perahu-perahu yang berpasasan dengannya, dan semua penumpangnya dalam kondisi yang sama.
Akhirnya Han Sian mendarat di pinggir sebuah hutan. Han Sian semakin
waspada.Pendengaran Han Sian yang tajam menangkap suara gerakan orang yang sedang
bertarung dalam jarak 5 Li ke dalam hutan di pinggir danau tersebut.Dengan mengerahkan Thian In Hui Cu, tubuhnya melesat laksana asap mengarah ke arah pertarungan tersebut.
Tatkala Han Sian tiba di tempat pertarungan tersebut, pertarungan sudah berakhir dan dia melihat dua orang gadis tertotok dalam kempitan dua orang yang aneh.
Maaf panglima Barat, apakah kedua gadis ini akan kita persembahkan pada junjungan"
Tanya salah seorang dari dua orang aneh itu.
Bodoh ! Kita baru masuk Tiong Goan, hanya dua kelinci ini saja sudah mau merepotkanku untuk kembali ! Tunggu saja setelah aku puas, kalian akan mendapat bagian satu orang satu! Sahut pria bertopeng iblis itu dengan suara dingin.
Aku masih ada urusan di sini, pergilah kalian dan gabungkan mereka berdua dengan gadis berpayung di Kuil kosong di sebelah utara ! Ingat, jangan sentuh ketiga kelinci itu, atau kepala kalian akan menggelinding jadi makanan binatang hutan!
Sekejap kemudian tubuhnya sudah menggantung di atas pohon yang tinggi dengan kepala di bawah.Tanpa banyak cakap, ketiga orang aneh tersebut segera melesat ke arah utara sambil membawa tubuh kedua gadis tersebut.
Tanpa diketahui pria bertopeng iblis tersebut, tubuh Han Sian masih tetap di am di tempat semula sambil menunggu. Namun tidak lama karena dari jarak sepuluh Li dia mendengar beberapa orang sedang menuju ke tempat itu.
Beberapa saat kemudian muncul tiga orang yang juga memakai topeng iblis tapi dengan bentuk berbeda.Han Sian melihat satu di antaranya berpostur tubuh langsing tanda bahwa dia adalah seorang perempuan.
Panglima Barat, Utusan Kanan dan Utusan Kiri sudah memberi perintah, agar besok kita bergabung dengan mereka untuk menghadang keenam utusan Dalai Lama yang sedang
menyusun kekuatan di Tiong Goan ini!
Tiba-tiba salah satu dari mereka bersuara.Hemm ! Apa sudah diketahui kemana mereka berada" Sahut pria yang menggantung dengan kepala di bawah itu.
Belum tahu! Mereka bergerak secara rahasia. Hanya menurut telik sandi, mereka pasti berada di sekitar See Ouw ini karena mereka sedang melacak keberadaan pewaris Kiu Sian I Sin Kang ...
Baiklah, aku akan menyebar mata-mata untuk melacak mereka! Aku rasa tak lama lagi akan ada yang muncul ... he he he !
Seyakin itukah siasatmu akan berhasil" Sahut wanita bertopeng Iblis itu.
Huh ! Kita lihat saja! Dengan adanya ratusan manusia yang menjadi mayat berdiri itu, masakkan tidak ada seorangpun pendekar yang tertarik menyelidikinya, dan kalau memang benar pewaris Kiu Sian I Sin Kang ada di sekitar sini, masakkan dia tidak akan muncul"
Kembali sahut Panglima Barat dengan pongah, sesaat kemudian dia sudah berlalu dari tempat itu kearah Utara.
Di kuti ke tiga rekannya yang juga masing-masing melesat ke tiga arah yang berlawanan.
Bab 19. NASIB TRAGIS PARA KEKASIH SANG PENDEKAR
Mari kita menengok ketiga gadis yang di tawan itu.Mereka bukan lain adalah Cu In Lan, Jie Hong dan Hong Lian.Mengapa mereka sampai berada di sekitar See Ouw ini"
Sejak peristiwa pelucutan Bengcu tiga bulan lalu, mMereka bertiga menghilang seiring dengan menghilangnya Han Sian dari tengah-tengah para Ho Han.
Tadinya ketiga gadis ini tidak saling mengenal, tapi kemudian selama tiga bulan mereka melacak orang yang sama, akhirnya mereka bertiga saling bertemu dan bersahabat.Tanpa sengaja juga mereka saling bertanya ketika mengetahui kesamaan ilmu Thian in Hui cu dan Pukulan Inti Petir Murni yang mereka miliki.
Dari situlah mereka saling mengetahui bahwa mereka sedang mencari orang yang sama.
Dalam hati mereka masing-masing berjanji untuk menuntut pemuda pujaan hati mereka
untuk memilih yang terbaik di antara mereka.
Penyelidikan mereka menunjukkan keberadaan Han Sian di sekitar Danau Barat ini, itulah sebabnya mereka juga berada di sini.Sementara mereka menikmati keindahan Danau Barat ini, mereka dikejutkan dengan adanya perahu-perahu berpenumpang yang sudah menjadi mayat.
Tak heran mereka tertarik dan melacaknya. Sayangnya mereka tidak tahu bahwa ini adalah jebakan sehingga mereka masuk perangkap.
Cu In Lan terbaring lemas di salah satu dipan di kuil kosong itu, ditunggui oleh dua orang pria berwajah setengah serigala.Mereka adalah Sepasang Serigala iblis.
Sesaat kemudian muncul ah dua orang yang lain lagi sambil mengempit tubuh dua orang yang langsung dilemparkan disampingnya.Dan ini membuat In Lan terkejut karena dia
mengenal kedua orang ini.
Jie Cicie ! Lian Cicie ! Mengapa kalian sampai tertangkap" Sahut Cu In Lan dengan suara lemas tak bertenaga.
Hong Lian yang melihat In Lan segera menimpali, Akhh ! Lan-moi, kau juga sudah ditangkap oleh bajingan itu rupanya ! Awas dia ! Berani menyentuhmu, aku akan adu jiwa dengannya!
Wajah Hong Lian penuh emosi, sementara itu Jie Hong hanya diam saja tapi tatapan
matanya berkilat menatap keempat manusia aneh di hadapannya dengan penuh
kemarahan.Sementara itu keempat orang itu tersenyum-senyum dengan air liur yang
menetes dari bibir mereka. Dengan perlahan-lahan namun pasti, mereka mendekati ke tiga gadis itu ...
Lancang! Berani mati ...!
Tiba-tiba terdengar suara menggelegar di kuti empat larik sinar hitam kebiru-biruan mengarah ke tangan kiri keempat orang itu.
Mereka menjerit kaget dan melompat mundur dengan muka pucat. Sesaat kemudian mereka telah berlutut dihadapan pria bertopeng iblis yang tiba-tiba saja sudah ada di tengah-tengah ruangan tersebut.
Potong tangan kiri kalian masing-masing dan berlalu dari sini sebelum kesabaranku habis!
Ba ... ba ... baik .. panglima! Sahut mereka terbata-bata dan tanpa banyak cakap mereka meloloskan senjata, kemudian memenggal lengan kiri mereka sebatas siku.Sambil meringis menahan sakit, mereka membawa potongan tangan masing-masing dan berlalu dari


Si Penakluk Dewa Iblis Karya Lovely Dear di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ruangan tersebut. Pria bertopeng itu tertawa senang. Perlahan dia berjalan menghampiri ketiga gadis itu sambil tersenyum-senyum nakal.
Ha ha ha ! Waktuku tidak banya, hanya sampai subuh sebenarnya aku mau menikmati perlahan-lahan, tapi apa boleh buat Berkata demikian tiba-tiba tangannya diputarkan dengan cepat kearah ketiga gadis yang tertotok itu sambil mengerahkan Ilmu Hwi Hoat Sut Ciang (Ilmu Api Sihir), dan dalam sekejap saja semua pakaian penutup badan ketiga gadis itu hancur tanpa melukai kulit mereka sedikitpun.
Ookhh !!! Tidak!!! Jerit ketiga gadis itu hampir bersamaan, dengan air mata meleleh tanpa dapat berbuat apa-apa.
Bajingan tengik! Lepaskan totokanku, dan mari kita bertarung sampai mampus ! Teriak Jie Hong dengan mata berkilat.
Ha ha ha ha ! Setelah ini, kalian pasti akan berterima kasih padaku! Sahut Pria bertopeng itu dan di lain saat dia telah bertelanjang dada sambil melompat menindih ke arah ketiga gadis tersebut.
Mundur kau ! Slepp ! Ciittt ci i i tttt ! Aakhh .! Blaaammm ! Episode 7 Tampak debu mengepul ketika tubuh pria bertopeng tersebut terlempar sambil menabrak dinding ruangan sampai roboh. Namun hebat, belum sampai tubuhnya menyentuh tanah,
tiba-tiba saja sudah meliuk dan meluncur kembali ke dalam dengan cepat sambil
menyerang. Manusia bosan hidup, berani kau ganggu tuanmu" Matilah ...!
Dari tangannya keluar hawa mencicit tajam dari Ilmu Hwi Hoat Sut Ciang tingkat ke
delapan. Tapi yang diserang hanya diam saja sambil mengangkat tangan kanan mengibas sekali
menepis kedua pukulannya, sementara tanpa diduga-duga dari kedua jari kelingking dan jempol tangan kiri lawan yang baru datang itu menyeruak sinar tajam tanpa suara dari samping yang mengarah pinggang kanannya dan kepalanya dengan cepat.
Ii ikhh ! Heaahhh ! Kembali tubuh pria itu terdorong keluar. Meskipun dia sempat menghindar namun tak urung pelipis topengnya dan pinggangnya kena serempet hawa tajam yang aneh luar biasa.
Wajah di balik topeng itu berubah pucat.
Sian Koko ! Berbareng terdengar teriakan Ji Hong yang menyadarkan kedua gadis yang sedang tertutup mata menerima nasib tadi.
Segera mereka membuka mata mereka dan berteriak kegirangan. Sementara itu sambil
memandang pria bertopeng iblis itu dengan mata berkilat penuh kemarahan.
Siapa kau, orang muda" Kita belum pernah bertemu dan bermusuhan, jangan
menghabiskan kesabaranku! Segera setelah ku bereskan ketiga kelinci itu, aku akan
memberikan kedudukan terhormat atas keberanianmu, bagaimana"
Pria Bertopeng Iblis itu menahan amarahnya sambil memberi penawaran. Dia tadi sudah merasakan gempuran lawan, dan dia tahu yang dihadapi kali ini lawan berat, itu sebabnya dia tidak berani gegabah.
Sementara itu demi mendengar suara yang tembok runtuh, keempat pengawal aneh yang
sejak tadi di luar segera berkumpul mengepung Han Sian.
Han Sian mengibaskan tangan ke arah kain yang tergantung di sudut ruangan tersebut yang segera melayang menutupi tubuh ketiga gadis molek itu, kemudian barulah dia menjawab dengan suara dingin, Manusia celaka ! Kita memang tidak bermusuhan tapi kesalahanmu terbesar ialah kau telah mengganggu ketiga gadis ini dengan sangat keterlaluan! Dan itu berarti kau sendiri yang mencari perkara dengan tangan Iblisku! Baik-baiklah kau menjadi penunggu neraka ...! Karena aku pun tak bakal berbelas kasihan sepertimu ...! Lihat serangan ...!Belum habis suaranya, tiba-tiba tubuhnya melesat kedepan dengan kecepatan yang sukar diukur.
Pria bertopeng Iblis itu terkejut dan segera memukul kedua tangannya ke depan sambil melompat mundur. Tapi lebih terkejut lagi karena ternyata pukulannya tidak mengenai apa-apa.
Belum sempat dia tersadar, Han Sian telah kembali ke tempatnya dengan kedua tangan di gantung berlumuran darah.
Setelah di perhatikan, ternyata keempat pengawalnya telah terlempar keluar dengan kepala dan dada hancur tanpa mengeluarkan suara.
Hemm ...! Itu jurus Seribu Tangan Pencabut Nyawa, jurus pertama dari Ilmu Seribu Iblis Pemusnah, kau tahu, keunikan jurus ini adalah mencabut nyawa lawan sebanyak-banyaknya dalam satu serangan ...! Nah sekarang kau boleh pilih, membunuh dirimu atau merasakan jurus keduaku Seribu Iblis menghacurkan hati seratus langkah"
Suara Han Sian mengancam tetap dingin tanpa ekspresi.
Huh, tampaknya aku tak punya pilihan ...! Tapi kau salah anak muda! aku adalah Panglima Barat Istana Neraka Hitam! Tak nanti ku takut padamu! Mari kita lihat! Ilmu Iblis
Pemusnahmu yang lebih kuat atau Ilmu Hwi Hoat Sut Ciangku yang lebih sakti ...!
Heei itttt .! Berkata demikian tiba-tiba tubuh Pria bertopeng Iblis yang mengaku sebagai Panglima Barat Istana Neraka Hitam itu berubah menjadi banyak, dan menyerang Han Sian dari segala arah.
Pukulan Hwi Hoat Sut Ciang memang hebat sekali. Hawa pukulannya seperti penjara berapi yang menutup semua jalan dan ruang gerak lawan, sementara pukulan-pukulan yang tajam beracun itu berselewiran saling menunjang seperti gelombang pasang yang tiada habis-habisnya.
Namun lawannya ternyata bukanlah sasaran empuk yang gampang di taklukkan. Dengan
memekik perlahan, tangan kiri Han Sian diputarkan ke sekeliling tubuhnya sehingga
menimbulkan hawa pelindung yang kuat yang menentalkan semua himpitan tenaga lawan
sehingga semua serangan lawan kandas di tengah jalan.
Sementara tangan kanan Han Sian tiba-tiba terulur ke depan dengan jari-jari tangan terkatub seperti meremas sesuatu. Gerakan yang aneh, namun tiba-tiba
Aaaaarrrrgggkhh ! Pria itu menjerit kesakitan sambil kedua tangannya memegang tempat dimana hatinya
berada. Dirinya merasa seperti kehilangan tenaga karena hatinya sakit seperti di remas-remas oleh tangan yang tak kelihatan.
Dilain saat ketika Han Sian menghentakkan tangannya ke depan, maka tanpa ampun lagi pria itu terlempar ke belakang dengan hati hancur. Mati seketika itu juga dengan wajah penasaran di balik topeng Iblisnya.
Pria bertopeng Iblis ini telah salah memilih lawan.
Jurus yang kedua ini sebenarnya adalah pengendalian tenaga tingkat tinggi yang
melemparkan tenaga yang tak kelihatan ke tubuh lawan tanpa lawan sadari dan kemudian mengendalikan tenaga itu untuk menghancurkan isi tubuh lawan.
Memang jurus ini mengerikan, namun jika lawan sama kuat, jurus ini masih dapat
dipatahkan. Ilmu Seribu Iblis Pemusnah memiliki tingkatan yang sama dengan ilmu yang dimiliki
Junjungan Istana Neraka Hitam, yaitu Iblis Api Es Ini tidaklah mengherankan karena pemilik dari Ilmu Seribu iblis Pemusnah adalah orang nomor satu dari Su Kwi Sian (Empat Dewa Iblis), yang pernah berjaya beberapa ratus tahun yang lalu.
Sedangkan. Sebenarnya keempat Dewa iblis ini sudah lama meninggal. Hanya saja demi membangkitkan lagi kejayaan Istana Neraka Hitam, maka salah satu cucu murid iblis Api Es yang paling sakti kemudian memakai nama leluhurnya dan bertindak sebagai Sang iblis itu sendiri.
Han Sian melangkah mendekati ketiga gadis tersebut yang masih terbaring tak berdaya.
Sesaat kemudian dia melongo dan bingung tidak tahu harus berbuat apa.
Eh, tolol ! Apa yang kau pandangi" Tidak lekas membebaskan totokan kami, apa mau suruh kami mati kedinginan" Tiba-tiba suara Cu In Lan memecah kesunyian.
Eh ! Ohh " Iya, iya ! Tapi bagaimana" Kalian tertotok dengan cara yang aneh" Apa aku juga harus meremas itu " E eh " Bagaimana ini "
Pada dasarnya Han Sian tidaklah pemalu di kalau hanya berhadapan satu-satu, tapi ini tiga sekaligus, sedangkan untuk membebaskan totokan mereka dia harus meremas jalan darah di payudara mereka. Dia bingung dan mukanya merah.
Tiba Hong Lian berkata dengan suara lembut, Sian-ko, kau carilah penawar racun pelemas tenaga pada bangsat itu! Kalau tenaga kami sudah kembali normal, kami bisa membebaskan diri sendiri.
Tanpa disuruh dua kali, Han Sian mengerjakan apa yang diminta. Diam-diam dia menarik nafas lega.
Akhh, ternyata mereka terkena racun pelemah tenaga! Katanya dalam hati Han Sian.
Tadinya dia heran, karena dia tahu bahwa kepandaian masing-masing gadis ini hanya sedikit di bawah pria bertopeng Iblis yang baru mati itu, tapi mengapa demikian mudahnya mereka ditangkap.
Setelah mendapatkan obat yang diperlukan, ke tiga gadis itu memejamkan mata sambil menghimpun tenaga membebaskan totokan mereka.
PERTEMUAN YANG MENGAGETKAN DAN MENYENANGKAN
Perlahan-lahan tubuh Han Sian mengambang dan melesat dari tempat itu, lenyap bagaikan asap. Tubuhnya terus meluncur dengan Thian In Hui Cu, mengarah ke pinggir danau.
Segera tubuhnya mengambang di atas air dengan poisi tidur dan perlahan kemudian
tubuhnya tenggelam sampai di dasar danau. Entah berapa lama dia tertidur dalam air tersebut.
Dari dalam air dilihatnya permukaan air telah terang. Artinya malam telah berganti pagi.
Dari arah Hulu di lihatnya sebuah kapal yang sedang mendekat dan lewat di atasnya. Dia teringat kapal-kapal kemarin yang hanya berisi mayat-mayat beku, maka sambil melepaskan pengerahan tenaga pelindungnya, tubuhnya melesat tinggi keluar dari air dan langsung mendarat di tengah-tengah geladak kapal.
Tapi yang dia heran karena kapal itu nampak sepi, tetapi tercium ada bau makanan yang harum keluar dari dalam. Perut Han Sian berkeruyukan tatkala diciumnya bau makanan yang harum tanda makanan itu pasti lezat.
Segera Han Sian berteriak lantang sambil merangkapkan tangan di depan dada, Wahai
pemilik kapal yang budiman, maafkan kelancangan Cahye yang naik ke kapal ini tanpa di undang! Jika di jinkan, biarlah Cahye membayar seberapa harga makanan yang ada sebagai pengganjal perut ini "Baru habis suaranya, tiba-tiba keluar seorang anak kecil dari dalam perahu menghampirinya.
Apa benar tuan adalah In Kong (Tuan Penolong) dari Siocia kami" Kalau benar, maka Siocia meminta tuan berganti pakaian yang telah disediakan di dalam dan kalau tuan tidak
keberatan, Siocia kami mengundang tuan untuk santap pagi bersama ditemani arak Ong Chiu yang nikmat !
Eh, adik kecil, siapa Siocia kalian " Tanya Han Sian dengan sedikit ragu dan bingung.
Nanti tuan akan bertemu langsung, maaf Siocia hanya bilang kalau baju yang disediakan cocok dengan tuan, maka berarti tuanlah sang penolong itu, tapi kalau tidak cocok, maka tuan dipersilahkan segera meninggalkan kapal ini!Selesai berkata, anak itu lalu
mempersilahkan Han Sian yang masih penuh keheranan itu mengikuti masuk.
Sambil melangkah masuk, pikiran Han Sian tidak tenang, Akhh ! Persetan siapa Siocia itu!
Yang penting makan dulu! Berpikir demikian Han Sian lalu melangkah dengan lenggang dalam kamar yang cukup luas dan rapi lalu berganti pakaian.
Ternyata pakaian yang di sediakan memang cocok sehingga dia nampak gagah sekali.
Segera dia, melangkah keluar dari kamar ke ruang tamu.
Saat Han Sian memasuki pintu, nampak dua orang pelayan menyambutnya dengan tubuh
membungkuk. Dalam ruangan itu tampak sebuah meja yang diatur dengan berbagai
masakan khas yang lezat-lezat.
Sementara di sudut sebelah sana tampak seorang gadis yang duduk sambil membelakangi pintu masuk. Kaki Han Sian bergerak melangkah, tapi baru saja lima langkah, tiba-tiba firasatnya tidak enak, ingatannya bekerja cepat dan dalam sekejab, dia telah membalikkan tubuh menghadap ke arah dua pelayan tersebut yang mengikutinya dari belakang.Benar dugaannya, hasilnya memang dia tidak dapat berkata apa-apa lagi selain berdiri kaku ditotok oleh dua tangan yang lembut.
Heran sekali! Bukannya Han Sian tidak tahu akan ditotok dan bukannya Han Sian tidak sanggup
menghindari totokan ke dua pelayan tersebut, tapi yang membuat dia pasrah saja ditotok ialah karena dia melihat wajah kedua pelayan yang sudah terangkat itu bukan lain adalah Ji Hong dan Hong Lian adanya.
Payung Sengkala 7 Perguruan Sejati Karya Khu Lung Pendekar Sakti Suling Pualam 4

Cari Blog Ini