Ceritasilat Novel Online

Golok Bulan Sabit 6

Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung Bagian 6


mencari seorang penjahat pemetik bunga kenalannya untuk meminta sedikit obat kuat untuk
bercinta. Setelah mengeluarkan peluh sebesar kacang kedelai, akhirnya dengan susah payah dia
berhasil menaklukan kedua ekor harimau kelaparan itu, setelah dua orang gadis genit itu dibuat
tersengkal-sengkal kehabisan daya, akhirnya merekapun mengaturkan suatu pertemuan begini
untuk berjumpa dengan Cing cing.
Malam itu sedang purnama.
Cing-cing sedang bersandar di pagar gardu sambil memandang rembulan dengan termangu,
tampaknya dia sedang memikirkan persoalan dalam hatinya.
Liu Yok siong membereskan pakaiannya lalu dengan hormat sekali berjalan menghampirinya.
"Walaupun matanya berkunang-kunang, langkahnya juga gontai tak bertenaga namun tetap
melangkah maju. Obat kuat untuk bermain cinta yang diperolehnya dari Jay hoa cat tersebut benar-benar
tangguh, meski dapat membuatnya kuat bagaikan malaikat, namun cukup besar merugikan
kekuatan badannya. Tapi dia tak ambil perduli, dia tahu asal bisa mendekati majikan perempuannya, maka dia akan
melangkah menuju kesuksesan.
Cing cing memandang sekejap ke arahnya, tanpa emosi tegurnya:
"Kau ada urusan apa datang kemari?" "
?"Tecu khusus datang untuk menyambangi subo!"
Cing cing berkerut kening, lalu dengan wajah muak katanya:
?"Aku baik sekali, tak usah kau sambangi diriku."
Jawaban itu sama sekali tidak di luar dugaan Lui Yok siong, dia tahu bila sedang mulai
melangkah, janganlah terlalu cepat merebut simpatik dari Cing-cing, sebab hal ini akan
menggagalkan rencananya. Maka dengan suara tetap merendah, katanya:
"Selain itu, tecu juga khusus datang kemari untuk melaporkan sekitar suhu kepada subo!"
"Soal ini tak usah kau terangkan, aku sudah mengetahui amat jelas. . . "
"Tapi subo tak pernah keluar rumah. . . ."
?"Aku mempunyai caraku sendiri" tukas Cing cing, ?"sedang bagaimanakah caraku itu, aku
rasa tak usah menerangkannya secara terperinci kepadamu!"
"Be. . . benar. . . "sahut Liu Yok siong munduk-munduk, "Cuma berita yang subo terima hanya
berita dari luaran sana, berita itu tak akan secermat berita yang tecu peroleh!"
"Aku tidak percaya kalau beritamu itu jauh lebih nyata daripada berita yang kuperoleh!"
Liu Yok siong segera tertawa licik, sahutnya:
"Bila subo tidak percaya, biarlah tecu utarakan lebih dulu, kemudian baru dicocokkan dengan
apa yang subo peroleh, saat itulah subo akan tahu kalau perkataanku tidak bohong!"
Cing-cing agak sangsi sebentar, kemudian baru katanya:
"Baiklah, coba kau katakan!"
Dengan bangga sekali Liu Yok siong berkata:
"Sepanjang perjalanan suhu selama ini, setiap hari hanya seratus li yang ditempuh, dimana ia
berhenti, suatu peristiwa yang menggemparkan pasti akan berlangsung!"
"Aku tahu, tujuannya memang untuk menarik perhatian orang!" kata Cing-cing dengan kening
berkerut. "Suku pernah menyelenggarakan suatu pesta perjamuan di suatu rumah makan yang besar
dan mengundang seluruh pendekar perempuan yang ada dalam dunia persilatan. Termasuk juga
mereka yang sudah menikah, tapi suami dan kekasih mereka justru diusir dari dalam ruangan."
"Itu mah tak menjadi soal" ternyata Cing cing malah tertawa, paling tidak dia toh tidak
mengundang secara paksa, sedang perempuan-perempuan itupun bersedia datang sendiri, malah
suami atau kekasih mereka tidak keberatan!"
"Menjelang berakhirnya itu, suhu telah menahan dua belas orang diantaranya yang termuda
untuk menemaninya berbincang-bincang sampai tengah malam!"
"Dia pasti mempunyai tujuan tertentu, cuma aku tahu diapun tidak menahan secara paksa,
yang ditahanpun tidak menunjukkan perasaan tak senang, malahan mereka yang tidak termasuk
ditahan justru merasa tak senang hati, merasa kehilangan muka!
?"Tapi diantara dua belas orang itu ada lima diantaranya telah bersuami dan tiga diantaranya
sudah tunangan!" Cing cing segera tertawa lebar, katanya:
"Nyatanya suami mereka atau kekasih mereka sedikitpun tidak merasa tak tenteram atau
cemburu karena kejadian itu, mereka merasa girang dan turut berbangga hati, yang dimaksudkan
sebagai jagoan kalangan lurus kebanyakan memang mengandalkan sebuah bibirnya yang tajam
untuk mewujudkan suatu tujuannya, sekalipun dia suruh sendiri menemani orang lain tidurpun,
bagi mereka kejadian tersebut adalah lumrah!"
Merah padam selembar wajah Lui Yok siong lantaran jengah, dia merasa mukanya bagaikan di
tampar keras-keras. Ucapan tersebut benar-benar mengena dalam hatinya, mengorek borok dalam hatinya.
Walaupun Cing cing tidak menuding secara langsung, namun yang dibicarakan memang dia.
Untuk mendapat jurus Pedang Thian gwa liu seng (bintang luncur di luar langit) dia tak segansegan
menyuruh bininya Chin Ko cing dengan merubah namanya menjadi Ko siau (menggelikan)
untuk merencanakan suatu perangkap licin.
Akhirnya meskipun dia berhasil mendapatkan jurus pedang itu, namun dia kehilangan lebih
banyak. Bahkan ia memberi kesempatan buat Ting Peng untuk maju dengan pesat serta memberi
pembalasan yang telak dan memedihkan hati.
Bila teringat akan kesemuanya itu, Liu Yok siong betul-betul amat membenci terhadap diri
sendiri, kalau bisa, dia ingin menggaplok mulut sendiri keras-keras.
Dia bukan menyesal atas semua perbuatan yang telah dilakukannya.
Melainkan membenci kepada diri sendiri yang begitu jelek, begitu tak beruntung, merasa ini
mengapa semua penemuan aneh yang dialami Ting Peng, tidak dialami pula oleh dirinya sendiri.
Masih untung Ting Peng tidak berjaga-jaga disamping Cing-cing, bahkan meninggalkannya
seorang diri untuk mencari nama di tempat luaran.
Ia telah meninggalkan suatu kesempatan sangat baik yang sukar dijumpai lagi di masa
mendatang kepadanya. Bila ia tak baik-baik manfaatkan kesempatan ini, maka pada hakekatnya
dia lebih bodoh daripada seekor anjing gombal.
Oleh karena itu, ia tidak segera melepas kan usahanya dengan begitu saja, katanya sambil
tertawa. "Kini, suhu sudah merupakan seorang manusia yang amat tenar, amat tersohor di seluruh
dunia, bila dia musti merusak nama baik yang diperolehnya dengan susah payah, jelas
perbuatannya ini merupakan suatu perbuatan yang tidak cerdik...." "
Urusannya tak usah kau maupun aku kuatir kan?" tukas Cing-cing sambil tertawa, dia adalah
seorang lelaki dewasa, ia tahu perbuatan yang boleh dilakukan dan mana yang tidak"
"Tapi dengan perbuatannya, jelas dia telah berhianat kepada subo."
Tiba-tiba Cing-Cing menarik muka, kemudian dampratnya dengan suara sedingin es!"
"Hmmm, ucapan seperti inipun pantas kau ucapkan"!."
"Oooh, tecu hanya merasa tidak puas buat subo!" buru-buru Liu Yok siong menerangkan.
"Tapi aku percaya... percaya seratus persen kepadanya!"
Ucapan itu segera membungkamkan mulut Liu Yok siong.
Kembali Cing -cing berkata.
"Andaikata apa yang kau ketahui cuma begini saja lebih baik kau tak usah katakan lagi!"
"Kau masih mendapat kabar yang mengatakan bahwa Ciangbunjin dari lima partai besar telah
dibuat gempar kejadian ini, sekarang mereka berada dalam perjalanan menuju ke perkampungan
Sin kiam san-ceng. ?"Berita inipun bukan terhitung berita baru" Cing-cing kembali tertawa lirih, bila ada orang
berani menantang Cia Siau hong untuk berduel sudah pasti peristiwa besar ini akan
menggemparkan semua orang, mereka tentu akan berbondong-bondong berangkat ke sana untuk
melihat keramaian." "Mereka bukan pergi ke sana untuk menonton keramaian!"
"Oooh. . . apa kerja mereka ke sana " Toh mustahil akan pergi membantu Cia Siau hong
bukan ?" Liu Yok siong segera tertawa.
"Cia Siau hong tak akan minta bantuan orang lain, bila pedangnya tak mampu mengalahkan
golok suhu, siapapun tak dapat membantunya lagi, justru mereka memburu ke sana untuk
menghalangi terjadinya pertarungan itu. . . . !"
"Itu mah bagus sekali" sekali lagi Cing-cing tertawa, "Lebih baik lagi jika mereka dapat
menghalanginya, pertarungan semacam ini memang sama sekali tiada artinya, Cuma. . . aku
cukup memahami watak Ting Peng, mungkin usaha mereka untuk mencegah terjadinya
pertarungan itu tak bakal berhasil"
Liu Yok siong segera tertawa.
"Menurut apa yang tecu ketahui, tampaknya mereka mempunyai keyakinan yang amat besar,
sebab mereka diundang datang oleh Thi yan-siang-hui (walet baja terbang bersama).
Paras muka Cing-cing segera berubah hebat, serunya dengan cepat:
"Mana Mungkin mereka bisa bersekongkol dengan manusia seperti Thi-ya-siang hui?" "
"Soal ini tecu kurang tahu, ketika suhu berhasil mengalahkan Thi-yan-siang-hui di atas pagoda
Ang-bwee kek tempo hari, mereka telah menunjukkan lencana besi pengampun dari kematian,
lencana itu dibuat bersama oleh lima orang ciangbunjin dari lima partai besar, dari situ bisa diduga
kalau lima partai besar tentu mempunyai hubungan yang luar biasa eratnya dengan mereka!"
Paras muka Cing-cing tidak lagi setenang tadi, buru-buru dia bertanya lagi:
"Apa pula yang kau dengar lagi?"
Liu Yok-siong tahu bahwa saatnya sudah hampir tiba, sambil tertawa ia lantas menjawab:
"Tecu tahu, andaikata mereka tak berhasil mencegah pertarungan antara suhu melawan Cia
Siau hong, maka mereka akan mengerahkan segenap tenaga yang dia milikinya untuk
melenyapkan suhu sebelum pertarungan itu dilangsungkan!"
"Hmm ....! Mereka tak akan memiliki kemampuan semacam itu!" jengek Cing-cing sambil
tertawa . "Jika mereka sendirian atau bertarung satu lawan satu, sudah barang tentu bukan tandingan
dari suhu, tapi bila segenap muridnya dikerahkan semua, maka kekuatan mereka akan menjadi
suatu kekuatan yang menakutkan sekali"
"Biar saja mereka datang semua, kecuali kalau orang-orang itu sudah tidak takut mati!" Cingcing
tertawa dingin. Liu Yok-siong segera maju selangkah lagi, katanya:
"Meskipun jumlah anggota perguruan lima partai besar sangat banyak, namun mereka tak
akan tahan menghadapi golok sakti dari suhu, tapi persoalannya sekarang terletak pada seorang
manusia lain yang menakutkan.
"Siapa?" Cia Siau-hong, Cia sam-sauya!"
Mengapa pula dengan dia" Belakangan ini dia toh sudah tidak mencampuri urusan dunia
persilatan lagi!" "Tapi perkampungan Sin kiam san-ceng masih tetap merupakan tempat suci bagi umat
persilatan, Cia sam sauya masih tetap merupakan tonggak keadilan dan kebenaran bagi dunia
persilatan, dia mempunyai semacam tugas dan tanggung jawab terhadap keamanan seluruh dunia
persilatan, asal suhu melukai seorang saja diantara kelima orang ciangbunjin itu, maka Cia Siau
hong tak akan bertepuk tangan belaka, dia pasti akan menampilkan diri....."
Paras muka Cing cing nampak seperti terpengaruh oleh emosi, katanya kemudian dengan
cepat: "Ya, mau menampakkan diri juga boleh, toh tujuan siangkong kesana adalah menantangnya
untuk berduel, pedangnya meski sakti dan tiada taranya, belum tentu bisa menangkan golok dari
siangkong." Liu Yok siong kembali tertawa.
Bila Cia Siau hong mau menerima tandingan suhu dan berduel secara terang-terangan,
menang kalah suatu kejadian yang lumrah, persoalannya sekarang Cia Siau hong tidak berani
menerima tantangan itu secara terang-terangan."
Dengan cepat Cing-cing menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Dengan kedudukannya sebagai pemilik perkampungan Sin kiam san-ceng, mustahil dia akan
menyergapnya secara sembunyi-sembunyi!"
"Bilamana terdesak oleh suatu alasan yang maha penting dan amat serius, Cia Siau hong bisa
saja melakukan perbuatan apa saja."
Sementara Cing-cing masih terbuai dalam renungan, Liu Yok siong telah berkata lebih jauh.
"Sekarang satu-satunya cara yang bisa kita lakukan adalah berusaha untuk merusak
persekutuan lima partai besar, agar mereka tak mampu untuk beersekutu kembali."
Mungkinkah cara ini bisa dilaksanakan?"
"Tentu saja, meskipun di luaran ke lima partai besar dapat bekerja sama dengan erat,
sesungguhnya banyak terjadi pertentangan batin dalam benaknya, misalkan saja pihak Siau lim
pay serta Bu tong pay, berhubung kedudukan mereka tinggi maka sikapnya menjadi latah dan
tinggi hati, hal ini menyebabkan ketiga partai lainnya merasa sangat tidak puas, bila kita sedikit
menghasut dan melepaskan api agar hati mereka terbakar, niscaya mereka akan saling gontokgontokan
sendiri. Bila ini sampai terjadi maka Cia Siau hong pun tak akan mengurusi persoalanpersoalan
tetek bengeknya lagi ... ?"
"Aaah, tidak gampang untuk melaksanakan rencana semacam ini!"
Liu Yok siaon segera tertawa.
"Bila subo mengijinkan tecu untuk melaksanakannya, tecu yakin masih dapat
melaksanakannya secara sempurna tanpa ada titik kelemahan barang sedikitpun jua!"
Akhirnya dia perlihatkan juga maksud tujuan yang sesungguhnya.
"Oooh, kalau begitu kau tentu akan mengajukan suatu syarat bukan?" ucap Cing-cing sambil
tertawa. Liu Yok siong merasakan hatinya bergetar keras sesudah mendengar perkataan itu, dia tahu
gadis muda yang cantik jelita dan nampaknya seperti amat polos ini sesungguhnya bukan
seseorang yang mudah dihadapi, dia mesti bekerja keras lebih jauh sebelum berhasil meraih
sesuatu hasil yang diharapkan
Maka sambil tertawa, katanya:
"Tecu hanya berjuang demi keuntungan perguruan, siapa bilang aku akan mengajukan suatu
syarat?" Kembali Cing cing memperhatikan sekejap, lalu bertanya lagi:
"Kau tidak akan mengajukan permintaan apa pun ?"
"Tidak ada...." tecu hanya berusaha untuk melakukan suatu tugas dan kewajiban demi rasa
baktiku kepada subo!"
"Kau bukan seorang yang bertipe setia" kata Cing-cing sambil tertawa, "bila tiada sesuatu
keuntungan, tak nanti kau bersedia membuang tenaga barang sedikitpun jua sebab itu akupun tak
berani merepotkan dirimu!"
Liu Yok siong tahu kalau dia tak dapat berpura-pura lagi, terpaksa sambil tertawa katanya:
"Tecu pribadi mah tak berani mengajukan permintaan apa-apa, cuma demi kelancaran
pelaksanaan tugas tersebut, tecu harus mempunyai suatu pegangan meyakinkan yang dapat
membuat orang lain menaruh kepercayaan kepada tecu!"
"Katakan apa yang kau inginkan!" seru Cing cing dengan suara yang tegas dan keras.
Liu Yok siong merasa gembira sekali, ia tahu kalau kunci dari semua keberhasilan telah
berada di tangannya, dalam keadaan seperti ini dia tak ingin mengajukan permintaan yang kelewat
banyak, namun dia pun tak ingin mengajukan permintaan kelewat sedikit.
Tapi bagaimanakah cara mengajukan tawaran itu"
oooooo CING CING sedang memperhatikan lelaki yang rendah dan memuakkan itu dengan seksama,
ia sedang menduga-duga permintaan apakah yang akan diajukan olehnya.
Setelah termenung beberapa saat, Liu Yok siongpun berkata:
"Saat ini didalam pandangan kebanyakan orang, tecu tidak punya nama lagi, bahkan
setengekpun tak ada harganya?"
Cing-cing segera tertawa.
"Itulah tergantung pada siapa yang menilai dirimu, dalam pandangan sementara orang kau
adalah seorang manusia yang berbakat, seorang manusia cerdas dan luar biasa, terutama dalam
bidang muka tebal dan hati hitam, kau boleh dibilang merupakan seorang leluhur seorang cikal
bakal yang hebat dan tiada keduanya di dunia ini"
Sekali lagi paras muka, Liu Yok siong berubah menjadi merah padam, sekalipun dia
memandang remeh atas cemoohan, hinaan serta ejekan orang persilatan atas dirinya, namun
berada di hadapan seorang perempuan cantik bagaikan bidadari, sedikit banyak dia toh
menginginkan juga nama baiknya agak terjaga.
Tapi berada di hadapan Cing Cing ternyata dia seperti seorang bayi yang baru saja dilahirkan,
ditelanjangi sama sekali sehingga setitik rahasia pun tak berhasil di sembunyikan, bagaimanapun
juga hal ini amat menyedihkan hatinya.
Sebab itu dia tertawa getir, kemudian, baru ujarnya:
"Ada sementara persoalan tecu tak dapat melakukannya sendiri, tapi mesti minta bantuan
orang lain, bila ingin membuat orang jadi percaya kepadaku, paling tidak tecu harus mempunyai
suatu kedudukan yang meyakinkan"
"Masih belum cukup kedudukanmu sebagai murid Ting Peng?"
Sekali lagi Liu Yok-siong tertawa getir.
"Subo, kau tahu hal ini masih belum cukup, sebab tecu sendiripun tahu, bahkan suhu
sendiripun juga tidak memahami akan kedudukannya sendiri......" "
Paras muka Cing-cing segera berubah hebat.
"Ia masih mempunyai kedudukan apa?" serunya.
Liu Yok-siong mesti menarik napas panjang-panjang, karena dia tahu sepatah kata saja salah
berbicara pada saat ini, kemungkinan besar setelah menarik napas sekarang, dia tak pernah bisa
menarik napas untuk kedua kalinya.
"Kedudukan yang sebenarnya dari pemilik golok bulan sabit" katanya kemudian.
"Itu terhitung seberapa. Golok yang tergantung di pinggangnya. . . . ."
"Apakah di atas goloknya berukiran tujuh huruf yang berbunyi: Siau lo it ya teng cun hi?"
Sekali lagi paras muka Cing-cing berubah hebat, bentaknya dengan suara keras:
"Makna istimewa apakah yang terkandung dalam tujuh huruf tersebut?"
"Tidak banyak orang yang mengetahui makna yang sebenarnya dari tulisan tersebut, tapi ada
sementara orang, paras mukanya segera berubah hebat begitu mendengar ke tujuh huruf tersebut
sehingga makan tak enak tidur pun tak enak, misalnya seperti Thi yan siang hui tempo hari!"
"Kau juga mengetahui makna yang sebenarnya dari ke tujuh huruf tersebut...?"
"Tecu tidak tahu, tapi aku tahu kalau kelima orang ciangbunjin dari lima partai besar datang
dikarenakan ke tujuh huruf tersebut"


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cing-cing segera termenung beberapa saat lamanya, kemudian baru tanyanya:
"Apa yang kau inginkan?"
"Tecu pikir, andaikata akupun dapat mewakili ke tujuh huruf tersebut, paling tidak di dalam
melakukan suatu pekerjaan, akan memberikan semacam jaminan atau semacam pernyataan."
Dengan cepat Cing-cing menggelengkan kepalanya berulangkali.
"Tidak mungkin kau mempunyai kemampuan untuk berbuat demikian, sedang akupun tidak
mempunyai hak untuk memberikan kekuasaan tersebut kepadamu!"
"Tapi subo, yang bisa memberikan hak dan kekuasaan tersebut kepada tecu. . . . ?"
"Itupun tak mungkin, bait syair yang berada di atas golok bulan sabit itu sudah tidak
melambangkan apa-apa sekarang, apa yang ada kini hanya merupakan sebuah bait syair biasa,
tiada orang yang berhak untuk mempergunakannya, mengerti ?"
"Tecu mengerti, tapi aku kuatir orang lain tak akan mempercayainya. . . !"
Terserah apa yang akan mereka pikirkan, pokoknya aku tak akan memberikan apa-apa
kepadamu" Liu Yok siong menjadi kecewa sekali, katanya kembali:
"Kalau begitu tecu terpaksa menarik kembali permintaan tersebut dan tak akan menari
bantuan kepada orang lain lagi, akan kulakukan sendiri perbuatan tersebut dengan kekuatan
sendiri!" "Apa yang hendak kau lakukan?" "
"Yaa, melakukan segala macam perbuatan yang bisa membuat kacaunya orang-orang dari
lima perguruan besar, misalkan saja membuat salah seorang atau dua orang diantara orang-orang
penting itu kehilangan batok kepalanya, kemudian meninggalkan surat peringatan, agar mereka
tahu diri dan segera mengundurkan diri..."
"Tidak bisa, kita tak boleh melakukan perbuatan semacam ini!"
"Boleh saja, tecu akan memilih perguruan yang paling lemah untuk melancarkan rencana ini,
jika dua tiga kali merasakan pukulan yang hebat, serta merta akan timbul perasaan ngeri dan
bergidik dalam hati mereka, tentu akan timbul suatu perasaan bahwa apa gunanya gara-gara
persoalan orang lain sehingga mengakibatkan perguruan sendiri dipunahkan orang!"
"Tapi toh bukan mesti kau yang melaksanakan perbuatan semacam ini....."
Liu Yok-siong segera tertawa lebar.
"Paling cocok pekerjaan ini kulakukan, karena sekarang situasinya sudah berubah amat
tegang, setiap orang telah meningkatkan kewaspadaan masing-masing, sulit buat orang lain untuk
mendekati mereka, hanya tecu rasanya yang tak akan menimbulkan kecurigaan orang, disamping
itu tecu toh masih mempunyai teman yang bisa melindungi tecu selama melakukan pekerjaan ini. .
. . " "Ehmmm, kedengarannya cara ini memang lumayan juga kalau begitu lakukanlah cepat" kata
Cing-cing kemudian sambil tertawa.
Liu Yok siong ikut tertawa pula.
"Tapi kepandaian silat yang tecu miliki betul-betul tak becus, berapa jurus ilmu pedang yang
tecu miliki tak lebih hanya permainan anak kecil, padahal orang-orang yang harus tecu hadapi
adalah jago kelas satu didalam dunia persilatan?"
Dengan cepat Cing-cing memahami apa yang sedang tersimpan dalam benak lelaki itu. ia
segera tertawa. "Ooh, jadi kau menginginkan agar aku mewariskan ilmu pedang kepadamu?"
"Bukan ilmu pedang, melainkan ilmu golok, ilmu golok yang bisa membelah orang menjadi dua
bagian!" "Aku tidak memiliki kepandaian sebesar itu, Ilmu golok macam begitu hanya siangkong
seorang yang dapat melatihnya, bahkan aku sendiripun tak dapat!"
Buru-buru Liu Yok siong berseru:
"Tecu tidak berani memohon kepandaian yang menyamai suhu, tapi paling tidak musti memiliki
kepandaian seperti apa yang dimiliki Thi yan tianglo, agar orang dapat menaruh kepercayaan
kepadaku!" "Kau anggap kepandaian semacam itu dapat dilatih dalam sehari saja?"
"Meski tecu tidak becus, tapi asal sudah kupahami rahasianya, dalam tiga sampai lima hari
tentu akan berhasil memperoleh suatu kemajuan, karena tecu sudah pernah mempelajari dan
mendalami ilmu golok semacam itu ... .."
Cing cing segera tertawa terkekeh-kekeh:
"Haaaah. . . hhaaahhhh. . . hasaahhh. . . tampaknya kau mempunyai tujuan yang amat
mendalam!" "Selama banyak tahun tecu selalu berjuang untuk maju ke depan" kata Liu Yok siong dengan
wajah bersungguh-sungguh, "cuma sayang selama ini tidak kujumpai kesempatan semacam ini,
sehingga terhadap setiap persoalan yang bisa membawaku ke arah kemajuan selalu kuperhatikan
dengan seksama!" Mendadak paras muka Cing-cing berubah hebat, katanya:
"Tidak bisa, aku tak bisa mewariskan ilmu golok itu kepadamu, akupun tidak akan menyuruh
kau berbuat apa-apa, bahkan tak dapat membiarkan tetap berada di sini, kau adalah manusia
yang terlalu berbahaya, mulai sekarang kau harus tinggalkan Poan kian tong ini."
Liu Yok siong menjadi kecewa sekali, ujarnya:
"Subo, tecu bertujuan untuk membaktikan diri kepadamu!"
"Aku cukup mengetahui akan kesetiaan hatimu itu" kata Cing-cing sambil tertawa.
"Itulah sebabnya sedikit banyak aku harus membicarakan juga balas jasanya kepadamu. Di
bawah bukit Hui lay hong aku masih mempunyai sebuah rumah makan gedung, baiklah
kuhadiahkan gedung itu untukmu, selain itu aku tahu kaupun amat menyukai kedua orang
dayangku, maka sekalian kuberikan juga kepadamu!"
Dengan hati terperanjat Liu Yok siong berseru:
"Kebaikan hati subo tak berani tecu terima!"
?"Kau tak usah sungkan-sungkan lagi, sudah sepantasnya jika kau terima hadiah tersebut.
Mulai sekarang kau tak usah mengaku sebagai murid Ting Peng lagi, lebih-lebih jangan menyebut
aku sebagai subo, setiap kali mendengar panggilan itu hatiku terasa jadi muak, selain itu meski
kedua orang dayangku pandai berbicara, namun rasa cemburunya amat kuat, mulai sekarang kau
musti banyak menemani mereka, jangan kelewat banyak bermain cinta dengan orang lain, jangan
punya kasak-kusuk dengan kaum wanita maupun kaum pria, kalau tidak mereka akan permak
dirimu habis-habisan, nah pergilah sekarang!"
Dia bertepuk tangan pelan, dua gulung bayangan hitam melayang masuk ke dalam, satu di kiri
yang lain di kanan segera menggusur Liu Yok siong keluar dari sana.
Bukan saja mereka mempunyai kekuatan yang luar biasa, lagi pula pandai sekali
mencengkeram tubuh orang, begitu jalan darah Liu Yok siong kena dicengkeram kontan badannya
menjadi lemas dan tak mampu mengerahkan tenaga lagi.
Sekarang Liu Yok siong baru tahu kalau dia telah melakukan suatu kesalahan yang amat
besar, dalam anggapannya dia pintar dan hebat, siapa tahu segala sesuatunya sudah berada di
dalam perhitungan Cing-cing.
Ketika digusur dari dalam ruangan ia merasakan kepalanya amat pening, dia tak tahu masih
berapa hari lagi dia dapat hidup" Kini dia merasa keadaannya seperti seekor ayam yang kedua
belah sayapnya sudah di pegang orang dan siap dijagal.
oooOooo KETAKUTAN CING CING sedang duduk didalam sebuah kuil San sin bio yang bobrok dan kotor.
separuh bagian dari kuil itu sudah ambruk, pada dasarnya memang tidak besar, sekarang
terasa jauh lebih sempit lagi, Cuma mesti sempit tak sampai mengurangi ke angkerannya.
Bagian yang belum ambruk adalah sudut dimana ruang arca itu berada, bahkan tempat meja
altar, sehingga patung dari malaikat gunung di situ pun masih utuh.
Patung yang dipuja di situ entah patung dewa mana, mukanya hijau giginya bertaring mata
melotot seperti genta dan lagi memancarkan cahaya yang menggidikkan hati.
Mata patung dewa tentu saja tak bisa bersinar sendiri, melainkan terdiri dari dua buah bola
kaca, bola kaca pun tak mungkin bersinar bila tiada pantulan cahaya api dari arah lain, oleh sebab
itu jika ditempat lain memancar cahaya api dan api itu memantul ke atas bola kaca, jadilah patung
arca itu bermata tajam. Bola kaca itu berbentuk bulat, Separuh tertanam di dalam kelopak mata sedang bagian lain
menonjol keluar sehingga berbentuk separuh bulatan, oleh karena itu cahaya yang dapat terserap
sangat luas, meski cahaya api itu tak ditangkap orang, namun bola mata itu masih tetap bersinar.
Bola kaca itu benar-benar merupakan sepasang bola mata yang aneh, sayang tertanam dibalik
kuil San-sin-bio yang sudah ambruk, kuil itupun terletak jauh di atas bukit sehingga tiada pengemis
yang mau berdiam di sana, tapi anehnya meski pintu kuil sudah rusak dan copot diambil para
penggembala sebagai bahan kayu bakar, mengapa sepasang bola kaca itu tak dicukil orang"
Ada orang pernah berbuat demikian Ong Siau-jit seorang penggembala sapi merasa bola kaca
itu sangat menarik, maka secara diam-diam ia mengoreknya keluar, malah salah satu diantaranya
dijual kepada seorang bocah dari keluarga Li di dusun yang sama dengan harga sepuluh uang...
Sambil membolak balikkan kaca yang lain mereka bermain sampai senja sebelum akhirnya
pulang untuk tidur, tapi begitu malam tiba, mereka bersama-sama mendapatkan suatu impian
yang amat mengerikan. Dalam mimpinya mereka saksikan patung dewa gunung itu dengan matanya yang kosong
datang mencari mereka serta minta kembali sepasang biji matanya yang mereka cungkil.
Ketika sadar dari mimpi, kedua orang itu mulai demam, suhu badannya semakin meninggi,
asalkan dalam keadaan tak sadar mereka berteriak terus tiada hentinya.
"Kembalikan biji mataku, kembalikan biji mataku!"
Tentu saja peristiwa ini segera mengejutkan orang tuanya, dari mulut bocah itu akhirnya
berhasil diketahui apa gerangan yang sebenarnya telah terjadi, buru-buru mereka mengembalikan
kedua bola kaca itu ke atas gunung, bahkan menyiapkan kepala babi dan sam-seng (tiga macam
binatang) untuk bersembahyang di dalam kuil serta minta maaf bagi anak mereka yang bersalah.
Bahkan keluarga Li berjanji akan membangun kembali kuil tersebut serta membetulkan patung
arcanya, ketika kembali ke rumah, Ong Siau jit si penggembala sapi telah sembuh, sebaliknya
putra keluarga Li masih mengigau tiada hentinya.
Berbicara soal dosa, Ong Siau-jit lah biang keladinya, tapi mengapa putra keluarga Li belum
sembuh, sebaliknya Ong Siau jit telah sembuh kembali"
Malam itu Li Tay cuang, ayah si bocah yang sakit mendapat suatu impian, di dalam mimpinya
dia seperti mendengar ada malaikat berkata kepadanya:
Kami suka akan ketenangan, tidak senang diganggu orang biasa, kau tak usah membangun
kuil kami, tak usah membetulkan patungku, asal mulai sekarang tidak mengganggu ketenangan
kami lagi, akan kulepaskan putramu itu!"
Buru-buru Li Tay cuang membubarkan para pekerja yang telah dihimpun itu, anehnya
putranyapun segera sembuh kembali.
Sejak terjadinya peristiwa itu, apalagi malaikat gunungpun telah mengutarakan pesannya,
maka tak ada orang yang berani kesana lagi, bahkan para penggembala sapipun selalu
menghindari tempat itu. Sejak itulah, kuil San sin bio menjadi tempat terlarang, di siang hari tak ada yang berani
kesana, apalagi kalau malam sudah tiba.
Tempat itupun menjadi dunianya kaum rase dan setan.
Cing-cing adalah rase, maka dia tidak takut, ia berani datang ke tempat itu.
Justru karena dia adalah rase, maka sewaktu ia ke sana tak ada yang melihat, apa yang
dilakukan di sanapun tak ada yang tahu.
Konon bila rase sudah menyelesaikan semedinya sehingga berwujud manusia, selain
berhubungan dengan manusia, dia hanya akan melakukan dengan sesama jenisnya.
Cing cing datang ke tempat yang terpencil dan jauh dari keramaian manusia sudah barang
tentu dia hendak berhubungan dengan sesama jenisnya... rase.
Tapi, mengapa yang datang justru patung dewa gunung"
Sekalipun tiada cahaya rembulan, meski bintang amat redup, namun masih tertampak jelas
raut wajah yang jelas, yang datang memang benar-benar adalah patung dari dewa gunung.
Tidak, yang bisa dikatakan adalah kekuatan gaib dari dewa itulah yang datang, bukan
patungnya. Sebab patung tersebut masih tetap berada di atas altar, sedangkan suara dari malaikat itu tibatiba
saja berkumandang dari luar kuil, dari suatu tempat yang tidak diketahui arahnya.
Muncullah sesosok tubuh yang tinggi besar, bentuknya tak jauh berbeda dengan bentuk
patung tersebut, diapun mengenakan pakaian perang, bermuka hijau, bergigi taring dan matanya
memancarkan cahaya kehijau-hijauan.
Tapi langkah kakinya justru enteng seperti langkah seekor kucing, kecuali pakaian perangnya
yang berdenting bila tanpa sengaja terhembus angin boleh dibilang sama sekali tak terdengar
suara apapun. Dia datang kehadapan Cing-cing lalu membungkukkan badannya sambil menyapa,
"Menjumpai tuan putri!"
Cing-cing adalah rase, rase yang berwujud manusia, mengapa dia bisa menjadi seorang tuan
putri" Jangan-jangan dialam kaum rasepun terdapat suatu kerajaan" .
Dan panglima gunung inipun jelmaan dari rase.
Cing-cing mengangguk, jelas dia mengakui akan sebutan tersebut bahkan menunjukkan pula
hubungan diantara mereka berdua.
?"Baik-baikkah kau Yu Ciangkun (panglima kanan), maaf, terpaksa aku mesti melepaskan
tanda rahasia sehingga kau harus jauh-jauh datang kemari, tapi, mengapa kau masih berdandan
seperti ini" "Ketika kebetulan pun ciang (aku) berada di sini, aku telah melakukan sesuatu permainan yang
menyebabkan penduduk di sekitar tempat ini mempercayainya sekali, sekarang terpaksa aku
masih berdandan seperti ini, agar bila ketahuan jejaknya masih bisa membuktikan kebenaran akan
berita yang tersiar sekarang"
"Cara ini kurang baik, paling banter hanya bisa membohongi penduduk kampung yang bodoh
saja, bila sampai bertemu dengan orang persilatan, mereka tak akan percaya dengan segala
tahayul, hal ini justru malah akan menimbulkan kecurigaan mereka!"
"Aku pun telah mempertimbangkannya sampai ke situ, untung saja kuil ini memang sudah ada
sedari dulu, aku hanya menggunakan cara ini untuk mengadakan kontak saja dengan tempat luar.
Tiada maksud lainnya lagi, sekalipun mereka lakukan penggeledahan ke tempat ini juga tak akan
menemukan apa-apa!" "Kalau sampai begitu, mereka akan terus menerus melakukan pemeriksaan dengan seksama!"
"Aku bisa bertindak dengan sangat berhati-hati, setengah bulan berselang suatu ketika ada
tiga orang murid Hoa san yang berdiam selama lima enam hari di sini, akhirnya mereka tidak
menemukan apa-apa dan pulang dengan tangan hampa"
"Kalau memang begitu tak mengapa, aku hanya kuatir mereka sampai mengejarmu dan
menemukan gua kita!"
"Tentang soal ini, tuan putri tak usah kuatir, yang lain aku tak berani bilang, tapi, kalau soal
ilmu meringankan tubuh, serta kecepatan lari, di dunia ini masih belum ada orang kedua yang
dapat menandingi diriku!"
"Jangan tekebur, di luar langit masih ada langit, di atas manusia masih ada manusia lain!."
"Nasehat tuan putri akan selalu kuingat, cuma setiap kali aku tinggalkan gua selalu melingkar
dulu kian kemari bahkan menyeberangi dulu ladang ilalang, menyeberangi sungai sebelum datang
kemari, andaikata benar-benar ada orang menguntilku, mereka pasti akan mengejutkan kawanan
anjing ditengah padang ilalang, oleh karena itu, terhadap keamanan masuk keluar gua, aku selalu
bertindak hati-hati"
?"Bagus sekali, aku tahu akan kesulitanmu, selama banyak tahun inipun kalian setia kepada
kami!" "Perkataan tuan putri kelewat serius, aku hanya merasa menyesal saja"
"Panglima kanan, kesetiaan kalian sudah cukup kupercayai, cuma keadaan belakangan ini
kurang begitu baik" Panglima bukit itu tampak agak marah.
?"Kesemuanya ini tak lain adalah akibat pengacauan dari budak berbaju emas itu, bila aku
sampai bertemu lagi dengannya di kemudian hari, pasti tak akan ku ampuni dirinya dengan begitu
saja!" Cing-cing segera menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya.
"Si jubah emas hanya mengincar tempat kedudukan, ia tak sampai bersekongkol dengan
orang luar dan membocorkan rahasia kita, tapi Thi yan sepasang suami istri telah munculkan diri!"
?"Dua orang budak sialan yang pantas untuk mampus, sepantasnya tuan putri membunuh
mereka" "Aku tak bisa melakukannya, aku merasa kurang leluasa untuk munculkan diri hingga
sekarang belum ada yang mengetahui tentang diriku, lagi pula merekapun tidak menemukan
keuntungan apa-apa di ujung golok Hu-ma (menantu) sepasang pergelangan tangannya telah
kutung, tapi dalam saku mereka justru mempunyai lencana besi pengampunan dari kematian yang
dibuat oleh lima partai besar bersama Sin kiam san-ceng. . . "
Si panglima gunung itu semakin gusar lagi.
"Sudah pasti mereka bersekongkol dengan lima partai besar, sejak dulu aku sudah menduga
kalau dibalik mereka berdua ada sesuatu yang tidak beres, sekarang hal itu menjadi kenyataan"
"Yaa, hal itu jelas tak bisa diragukan lagi, kalau tidak darimana mereka berdua bisa
mendapatkan lencana besi pengampunan dari kematian ....?"
"Lencana itu hanya bisa digunakan satu kali, lain kali mereka tak bisa mengandalkan benda itu
lagi" "Tidak bisa, sekarang belum boleh mengusik mereka, sebab mereka telah berada bersamasama
lima orang ciangbunjin dari lima partai besar....."
Panglima gunung itu makin terkejut.
"Ciangbunjin dari lima partai besar kembali bergabung" Kenapa?"
"Untuk menghadapi bulan sabit ditangan Hu ma, sekarang mereka sudah mengetahui bait
syair diatasnya!" "Siau lo it ya teng cun hi?"
"Benar, waktu itu tidak seharusnya ke tujuh bait kata itu dicantumkan di atas golok!"
"Tulisan itu mempunyai hubungan dengan suatu cerita yang pantas dikenang, bila tuan putri
sudah memegang tampuk pimpinan lain waktu, akan kau pahami dengan sendirinya!"
Cing-cing menghela napas panjang:
"Aaai ....aku tak ingin menjabat kedudukan itu, apalagi kemampuanku terbatas dan tidak
mampu melatih jurus golok sakti tersebut!"
"Hu ma telah berhasil melatihnya?"
"Betul, dia mempunyai bakat yang sangat bagus, bukan cuma berhasil menguasahi ilmu
tersebut, bahkan kedahsyatannya tidak berada di bawah kehebatan yaya dimasa lalu!"
"Kalau begitu dia sudah bisa beradu kepandaian dengan pedang sakti dari Cia Siau hong?"
"Entahlah, sekarang dia sedang mencari Cia Siau hong untuk berduel, Cuma aku tidak
menguatirkan menang kalahnya, "Cia Siau hong tak pernah mempunyai ganjalan hati dengan
kami, yang kukuatirkan justru adalah orang-orang dari lima partai besar"


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau tiada Cia Siau hong yang menunjang punggung mereka, lima partai besar tak perlu
dikuatirkan." Cing-Cing segera menghela napas panjang.
"Perkampungan Sin kiam san-ceng mempunyai kewajiban yang sangat besar terhadap
keselamatan dunia persilatan, bilamana perlu mungkin dia toh tetap akan munculkan diri juga"
Dua orang itu termenung sejenak, kemudian Cing-cing bertanya lagi:
"Yaya dan nenek baik semua"
"Sampai kini masih berada dalam keadaan baik" cuma keadaan Tay-kong tidak seperti dulu,
bagaimanapun mereka sudah tua, ketuaan adalah musuh terbesar dari manusia, sebab itu semua
harapan tay-kong telah dicurahkan ke tubuh tuan putri seorang"
"Aku.. .mungkin akan membuat mereka kecewa, aku sungguh tak becus untuk berbuat apaapa"
?"Tapi Hu-ma toh bisa, setelah dia berhasil melatih jurus golok sakti tersebut, dialah harapan
kami, bila golok sakti sudah muncul, tiada tandingannya di kolong langit!."
Apakah siluman rasepun berambisi untuk menguasahi seluruh kolong langit"
Kembali mereka berdua tercekam dalam keheningan.
Akhirnya Cing-cing memecahkan keheningan lebih dulu.
"Yang hendak kuberitahukan kepadamu adalah semuanya itu, besok pada saat yang sama
aku akan datang lagi untuk mendengar jawaban, aku ingin melihat apa petunjuk yaya"
?"Tak usah menunggu sampai besok, mungkin tempat ini sudah memancing perhatian orang
lain, jelas tak bisa digunakan lagi, sepanjang perjalanan tadi aku sudah menumpas dua orang!"
Suara itu berkumandang dari belakang punggung patung dewa gunung tersebut.
Entah sedari kapan, tahu-tahu di dalam ruangan kuil tersebut telah muncul seorang kakek
berbaju hitam. Cing-cing dan panglima bukit itu segera menjatuhkan diri berlutut, terhadap kemunculan si
kakek yang sangat mendadak itu, mereka berdua sedikitpun tidak merasa tercengang atau kaget.
Seandainya Cing-Cing adalah seekor rase, sudah barang tentu kakeknya adalah siluman rase
yang telah berwujud manusia.
Bila latihan sudah berlangsung beberapa waktu, seorang manusia pun bisa menjadi dewa,
apalagi siluman rase ....
Apa pula arti dari kemunculan yang secara tiba-tiba itu"
"Yaya!" "Tay kong!" Sebutan yang tak sama namun dengan nada menghormat yang sama sekali tidak jauh
berbeda. Kakek itu segera mengulapkan tangannya sambil tertawa.
"Bangun, bangun, Cing-cing, kau sudah hidup sekian lama di alam semesta, bagaimana
perasaanmu tentang alam semesta?"
ooo0ooo RAHASIA SILUMAN RASE CING-CING bangun berdiri di atas tanah, dia masih berdiri dikejauhan dengan kepala
tertunduk, sikapnya sedikitpun tidak mirip dengan sikap seseorang cucu yang berjumpa dengan
kakeknya. Mungkinkah peraturan yang berlaku dialam rase jauh lebih ketat daripada peraturan di alam
semesta! Suara jawaban Cing-cing amat lirih.
"Meski cucu hidup dialam semesta, namun tak jauh berbeda dengan hidup ditengah gunung"
Kakek itu manggut-manggut dan tertawa.
"Hal inipun bagus sekali, asal kau tidak menampakkan diri, tentu tak akan menarik perhatian
orang, lagi pula dapat memberi kesan misterius dan rahasia bagi yang memandang, bagaimana
sikap Ting Peng si bocah muda itu kepadamu"
"Baik sekali, dia amat menyayangi cucunda dan selalu setia, cuma sekarang dia berubah lebih
takabur, lebih serius dan berambisi besar, tidak seperti dulu hambar terhadap segala-galanya."
Kakek itu nampak sangat gembira.
"Bagus sekali, itulah yang kuharapkan selama ini, bocah itu punya ambisi, punya kegagahan
dan berbakat bagus, itulah sebabnya kusuruh orang untuk membantu segala keperluanmu, apa
saja yang dia inginkan aku dapat memuaskannya, lambat laun diapun akan menjadi orang yang
ternama di dalam dunia persilatan."
"Tapi yaya. . . . dia . . . "Cing-cing nampak sangat tidak senang.
Dengan sorot matanya yang tajam, kakek itu memandang sekejap ke arahnya, lalu berkata.
"Cing-cing dia toh pilihanmu sendiri, aku tak pernah memaksamu untuk berbuat sesuatupun,
tak pernah menganjurkan kepadanya untuk berbuat sesuatu, bila dia selalu bersikap hambar dan
hidup menyepi di atas gunung, sudah barang tentu aku tak akan mengganggu kalian, tapi malah
dia sendiri yang sedang merangkak ke atas, sedang aku pun tak dapat melarang dirinya, betulkah
ucapanku ini?" Cing-cing tak bisa berkata apa-apa lagi kecuali mengiakan, namun suara itupun sedemikian
rendahnya hingga cuma dia seorang yang mendengar.
Sekali lagi kakek itu berkata:
"Apa yang kau sampaikan kepada A-kong sudah kuketahui, kini perubahan situasinya sangat
bagus dan cocok dengan jalan perkiraanku, mungkin saat untuk bangkit kembali telah tiba"
"Yaya, apakah kau berencana untuk menyerahkan tampuk pimpinan dalam perguruan kita
kepada Ting Peng?" "Bocah itu adalah seorang yang berbakat bagus, sewaktu dia memotong tangan Siang yan
dengan goloknya tempo hari, pengerahan tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat
kesempurnaan seperti masa muda dulu, aku tak sanggup melebihi kemampuannya, mungkin
dengan serangan golok tersebut aku bisa membunuh kedua orang penghianat tersebut, tapi jelas
aku tak mampu memotong sepasang tangan mereka, kini dia dapat menggunakan tenaganya
sesuai dengan apa yang dikehendakinya, bila dilatih lebih jauh tak lama kemudian ia sudah dapat
mengalahkan Cia Siau hong...."
"Yaya, maksudmu saat ini dia masih belum sanggup untuk menghadapi Cia Siau-hong?" Cingcing
bertanya dengan cemas. "Yaa, masih belum sanggup, ilmu pedang dari Cia Siau-hong sudah menguasahi seluruh
jagad, kemampuannya bukan suatu kebetulan saja, apalagi belakangan ini dia selalu menutup diri
dan tidak mencampuri urusan orang lain, kesempurnaan ilmu pedangnya sudah mencapai suatu
taraf yang luar biasa sekali, aku percaya sekalipun Yan Cap sa menggunakan jurus pedangnya
yang lihay dan sudah pasti tak dapat berbuat apa-apa atas dirinya."
"Ting Peng masih belum mampu mencapai taraf tersebut, bila berlatih sepuluh tahun lagi,
mungkin saja dalam hal ketenangan ia sudah mencapai taraf yang dibutuhkan!"
"Tapi Ting Peng telah pergi mencari Cia Siau-hong untuk berduel!"
"Aku tahu, jangan kau anggap aku hidup terasing didalam gua lantas tak kuketahui persoalan
di dunia, gerak gerik kalian cukup kuketahui dengan jelas!"
"Mengapa yaya tidak berusaha untuk menghalanginya?"
"Mengapa aku harus menghalanginya, penampilan dari Ting Peng sepanjang jalan justru
sedang memupuk ambisinya, inilah penampilannya yang setingkat jauh lebih mendalam, atas
semua penampilan dari bocah muda itu, aku merasa puas sekali!"
Dia memang benar-benar merasa amat puas, Cing-cing dapat mendengar hal itu dari
suaranya, sedang si panglima bukit jauh lebih memahami lagi maknanya.
Sudah banyak tahun dia mengikuti majikan tuanya, selama ini belum pernah ia mendengar
majikannya ini begitu memuji seseorang.
Oleh sebab itu si panglima gunung pun menunjukkan rasa gembira yang tak kalah dengan
majikannya, dia lantas berseru:
"Tay kong. kalau begitu kita sudah dapat menampilkan diri!"
"Yaa, sudah benar. Kita sudah dapat menampilkan diri, kita tak usah bersembunyi lagi
ditengah gunung, tak usah tidur ketakutan seperti rase liar yang takut ditemukan pemburu,
sekarang kita dapat menampakkan diri secara terang-terangan dan berada di atas semua orang."
Setelah menghela napas, dengan sedih dia menambahkan:
"Cuma, saat-saat semacam ini mungkin tak akan sempat kusaksikan lagi, tapi kalian semua
dapat menyaksikannya, paling banter sepuluh tahun lagi, sepuluh tahun kemudian dia sudah
menjadi seorang jago yang tiada taranya di dunia ini, jauh lebih lihay daripada Cia Siau hong,
golok bulan sabit pun akan memancarkan cahaya ke seluruh penjuru dunia"
Diam-diam Cing-cing melelehkan air matanya.
Sorot mata si kakek sangat tajam, setiap gerik gerik dari Cing-cing tak ada yang bisa
mengelabuinya, maka suaranya berubah menjadi lembut sekali:
"Cing-cing, apakah kau tidak merasa senang akan hal ini?"
"Cing ji tidak berani!" buru-buru Cing-cing menyeka air matanya.
"Lantas apa sebabnya kau mengucurkan air mata" Kau toh tahu, kita tak terbiasa
mengucurkan air mata, dalam kehidupan kita ini hanya boleh mengucurkan air mata satu kali!"
"Yaa yaya, Cing ji tahu!"
"Kesempatanmu itu sudah kau pergunakan untuk Ting Peng, sekarang kau sudah tak berhak
lagi untuk melelehkan air mata!"
"Cing ji menyesal, Cing ji tak cukup tabah!"
"Melelehkan air mata merupakan penampilan dari kaum lemah, dalam perguruan kita tiada
kaum lemah, kitapun bukan manusia yang membunuh perasaan serta watak sendiri, tetapi disaat
yang paling indahlah air muka yang bercucuran baru dianggap sebagai sesuatu yang mulia, lagi
pula hanya manusia yang tahu perasaan yang dapat menjadi anggota perguruan kita, mengertikah
kau?" "Cing ji mengerti!"
Kakek itu segera menghela napas panjang, matanya berubah menjadi lebih lembut:
"Aku mengerti akan perasaanmu, sekarang kau sedang melelehkan air mata bagi perubahan
diri Ting Peng, kau takut karena masalah ini berakibat dengan kehilangan dia!"
Kakek itu memang lihay, diapun pandai menebak isi hati orang lain, sekali tebak isi hati orang
segera terbongkar. Cing-cing menundukkan kepalanya dan berbisik lirih:
"Cing ji memang menguatirkan hal ini!"
Kakek itu segera tertawa ramah.
"Kesemuanya ini hanya kekuatiranmu belaka, andaikata Ting Peng tidak berubah,
kemungkinan besar dia akan meninggalkan dirimu suatu ketika tapi semakin banyak dia berubah,
semakin dekat pula hubungannya dengan kita, hanya dalam keadaan seperti inilah dia tak akan
meninggalkan dirimu lagi, apalagi setelah masuk menjadi anggota perguruan kita, dia tak mungkin
bisa berhubungan lagi dengan orang luar, dia akan menjadi milikmu untuk selamanya, seperti juga
nenekmu, dimasa mudanya dulu kau tak akan menyangka kalau dia bisa mendampingi diriku
terus, tapi sekarang ia telah berubah menjadi begitu tulus hati dan setia kepadaku"
"Yaya", sambil memberanikan diri Cing-cing berkata, "Cing ji merasa agak menguatirkan diri
Ting Peng, perubahannya itu mungkin hanya bersifat sementara, tapi di kemudian hari mungkin
saja dia akan berubah jauh di luar dugaanmu semula!"
"Hal ini bukan mustahil bisa terjadi" kakek itu tertawa. "sekalipun gerak geriknya agak latah,
namun watak yang sesungguhnya baik dan berbudi, jika dia semakin mendekati sasarannya, bisa
jadi dia akan menentang pendirian kita"
"Yaya, kau pun dapat menduga akan hal ini?" Cing-cing bertanya keheranan.
"Yayamu sudah banyak makan asam garam, pengalamanku terhadap watak manusia mungkin
jauh lebih mendalam daripada siapa pun juga, masa hal itu tak dapat kuketahui" Cuma aku tidak
kuatir, aku mempunyai sebuah cara yang bagus untuk menanggulangi hal itu!"
"Apa caramu" Apakah mengurungnya di tempat yang terpencil, agar dia putus hubungannya
sama sekali dengan dunia luar?".
"Kau maksudkan dengan orang-orang dari lima partai besar?"
"Benar, mereka telah memusuhi diri kita!"
"Tidak, kau keliru, aku justru menghendaki mereka berhubungan makin akrab!"
"Mereka dapat menceritakan segala hal ikhwal tentang diri kita di masa lalu kepada Ting Peng
dan menganjurkan kepada Ting Peng untuk meninggalkan kita"
"Hal ini sudah pasti akan terjadi, aku justru menghendaki mereka berbuat demikian!."
"Tapi. . . bukankah hal ini malah akan memisahkan Ting Peng dengan kita makin jauh?"
Kakek itu segera tertawa.
(Bersambung Jilid 12) Jilid : 12 "NAK, bagaimanapun jua kau tetap masih muda, pandanganmu terhadap segala persoalan
kurang mendalam, mungkin saja ada suatu ketika Ting Peng akan meninggalkan kita tapi sampai
akhirnya dia pasti akan kembali, ia dapat meninggalkan kita karena kesesatan serta kebuasan kita,
tapi dikala ia menemukan bahwa orang-orang lain jauh lebih rendah dan terkutuk dari pada kita,
jauh lebih sesaat dan buas dari pada kita, dia dapat meninggalkan mereka lagi bahkan menjadi
orang paling setia bagi perguruan kita!"
"Pendapat dari Yaya kelewat muluk"
"Tidak muluk tapi suatu kenyataan, suatu teori yang berdasarkan fakta, biasanya teori yang
berdasarkan fakta jauh melebihi pendapat lainnya, aku mempunyai keyakinan ini karena
keadaanku dulu persis seperti keadaan Ting Peng sekarang, dari tubuhnya aku seolah-olah
menyaksikan bayanganku dulu dan dari tubuhku aku dapat meneropong dirinya dimasa
mendatang." Nada suaranya segera berubah menjadi lembut tapi penuh keinginan.
"Cuma kau lebih beruntung daripadaku, sebab yang kau bakal saksikan adalah suatu
keberhasilan yang sempurna, masa mendatang yang cemerlang, sedang aku selama hidupku
hanya bergelimpangan di tengah kegagalan!"
Cing-cing menundukkan kepalanya sampai lama, dia baru berkata lagi.
"Yaya, apa yang musti Cing-ji lakukan sekarang?"
"Tidak melakukan apa-apa, teguhkan saja keyakinanmu, jangan menganggap kita adalah
orang dari kaum sesat dan jahat, sesungguhnya watak kita jauh lebih baik dan bajik daripada
siapapun, tujuan kita didasari oleh suatu kenyataan yang sempurna, suatu kenyataan yang
didasarkan pada kecerdasan serta akal budi, Cuma saja orang awam tak dapat memahaminya,
oleh karena itu kau harus meneguhkan dulu keyakinanmu pada kemampuan sendiri jika kau
sendiripun kehilangan keyakinan terhadap diri sendiri, bagaimana mungkin kau bisa membuat
orang lain mempercayai pula dirimu?"
"Lantas apa yang musti kau lakukan?"
"Kau" Tiada yang perlu kau lakukan, yang meski kau perbuat adalah menjadi seorang istri
yang baik, istri yang menuruti perkataannya, serta memberi bantuan sesuai apa yang bisa kau
lakukan." "Membantunya" Jika dia minta kepadaku untuk menyerahkan rahasia dari perguruan kita?"
Kakek itu segera tertawa.
"Jurus golok sakti itu merupakan rahasia tertinggi dari perguruan kita, itupun sudah dia
peroleh, maka baginya boleh dibilang perguruan kita sudah tak mempunyai rahasia apa-apa lagi"
"Bila dia minta kepadaku untuk menyerahkan orang-orang kita"
"Pergunakan segenap kemampuanmu dan serahkan semua kepadanya!"
"Bila orang-orang itu diserahkan semua kepadanya, apakah orang-orang itu masih bisa
hidup?" "Bila mungkin, mohonlah kepadanya agar meninggalkan sedikit karena orang-orang itu akan
merupakan anak buah kalian dimasa mendatang, tapi bila permohonanmu gagal, maka biar saja
dibunuh olehnya!" "Jika orang lain yang hendak membunuh mereka"."
Kakek itu segera tertawa angkuh.
"Kecuali dia, mungkin bukan suatu pekerjaan yang gampang buat orang lain untuk membunuh
orang-orang kita, kecuali tunduk di ujung golok sakti yang tiada bandingannya itu, kita tak akan
membiarkan orang lain membunuh diri kita secara mudah!"
"Yaya, aku betul-betul tidak habis mengerti dengan maksud tujuanmu yang sesungguhnya!."
"Tidak mengapa, Aku hanya ingin membuktikan kepadanya akan kesetiaan perguruan kita
serta tekad anggota perguruan kita dalam mencapai cita-cita serta tujuan. Walaupun aku adalah
seorang jago lihay yang tiada tandingannya di dunia ini, tapi cukup mengandalkan sepatah
katanya, kami dapat memenggal batok kepala kita sendiri, agar dia tahu selain kami, tiada orang
lain yang memiliki kesetiaan semacam ini."
"Yaya, seandainya dia minta kepadaku untuk menyerahkan dirimu?"
"Luluskan permintaannya, dalam kenyataan kau sendiripun tak akan dapat menemukan aku
lagi, karena setelah perjumpaan kita hari ini, aku akan pindah lagi ke tempat yang amat jauh"
"Tapi dia akan menyuruhku untuk membantunya guna menemukan kau?"
"Kalau begitu, berikanlah semua bantuan yang bisa kau berikan, ingat, kau harus bersungguhsungguh,
membantunya dengan tulus hati, jangan hanya berlagak atau berpura-pura saja, sebab
tindakan semacam itu hanya akan membuat segala usahaku sia-sia belaka, dan bisa memporakporandakan
semua rencana yang telah kususun!"
"Yaya, sesungguhnya rencana apakah yang telah kau persiapkan?"
Setelah tertawa sedih kakek itu menghela napas panjang.
"Satu pengorbanan yang sangat besar agar anak murid keturunan kita termakan oleh rencana
ini serta mengatur mereka satu persatu munculkan diri kembali dari tempat kegelapan dan
menghantarnya ke hadapan Ting Peng..."
"Berhargakah itu?"
"Berharga sekali nak, tindakan ini sangat berharga, kita hidup tak lain adalah ingin mewariskan
cita-cita yang tinggi dan maha agung ini pada generasi mendatang, asal tujuan tersebut dapat
tercapai, maka pengorbanan macam apapun berharga untuk kita lakukan!"
"Tapi sampai pada akhirnya..."
"Sampai pada akhirnya, akupun akan menyerahkan pula diriku sendiri! waktu itulah merupakan
saat yang paling penting bagi pengorbanan kita, saat itulah merupakan saat kita untuk menyambut
datangnya suatu permulaan baru, suatu permulaan yang gemilang!"
"Yaya, apakah tindakanmu ini tidak kelewat menyerempet bahaya?"
Sambil membelai rambut cucunya dengan penuh kasih sayang, kakek itu berkata:
"Nak, apakah kau anggap yayamu adalah seseorang yang suka menyerempet bahaya" Sudah
banyak tahun aku hidup mengasingkan diri, hidup menyembunyikan diri, kesemuanya itu
kulakukan tak lain karena sedang menunggu datangnya kesempatan seperti ini, akhirnya aku
berhasil juga menantikan datangnya seorang manusia macam Ting Peng!"
"Yaya, aku percaya semua rencanamu itu tak bakal salah, tapi aku masih mempunyai satu
persoalan yang merisaukan hatiku, yaitu masalah tentang Cia Siau hong"
"Benar, orang ini memang merupakan musuh kita yang paling tangguh, juga merupakan
penghalang kita yang terbesar, bukan hanya dikarenakan ilmu silatnya, pun dikarenakan
wataknya, kekurangan-kekurangan yang dimilikinya dimasa lalu sekarang sudah hampir tertutup
semua secara sempurna, tingkatan yang telah dicapainya sekarang jauh lebih tinggi setingkat
daripada tingkatan kita sekarang, dia adalah satu-satunya musuh yang tak sanggup dirobohkan, di
kemudian hari mungkin saja Ting Peng dapat menangkan dia dalam hal ilmu silat, tapi dalam
semangat, selamanya ia tak akan mampu untuk melampauinya, dia merupakan satu-satunya


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

musuh yang paling tangguh di dunia ini, untung saja musuh semacam itu hanya ada seorang saja"
"Dapatkah dia mempengaruhi Ting Peng?"
"Tidak mungkin" sahut kakek itu sambil tertawa. "karena di tubuhnya pun terdapat suatu
kekurangan yang tak dapat diatasi olehnya, suatu kekurangan yang secara kebetulan berada
dalam cengkeraman kita"
"Kekurangan apakah itu, yaya?"
"Nak.. inilah satu-satunya hal yang tak dapat kuberitahukan kepadamu, tetapi aku percaya kau
dapat menemukannya sendiri"
Cing-cing tahu, apa yang dikatakan tidak bisa oleh yayanya, selamanya tetap tak bisa.
Keheningan kembali mencekam seluruh ruangan kuil itu, akhirnya kakek itu mengulapkan
tangannya: "Pergilah, lain kali, tak usah datang kemari lagi, sekalipun kau kembali juga tak akan
menemukan aku, bila tiada suatu perubahan yang luar biasa, inilah perjumpaan yang terakhir dari
cucu dan kakeknya kita berdua, ingat! Sejak detik ini kau adalah istri Ting Peng, itulah satusatunya
tugas yang harus kau lakukan di alam manusia, segala sesuatunya turuti perkataannya,
jangan membantah ucapannya, jangan membuat dia menjadi marah, kau musti mengikutinya
seperti seekor anjing yang setia kepada majikannya, sekalipun dia menendangmu dengan keras,
kaupun tak boleh meninggalkan dirinya, nak, sanggupkah kau lakukan tugas yang sangat berat
ini?" Cing-cing mengangguk. "Pasti akan kulakukan dengan sebaik-baiknya!"
"Bagus sekali, bila kau dapat melakukannya, lakukanlah dengan sebaik-baiknya, sekalipun
sudah tidak bisa kau lakukan juga harus kau lakukan, mengerti"! Nak aku pergi dulu!"
Suatu ledakan keras menggelegar memecahkan keheningan, tiba-tiba kuil San sin bio itu
ambruk dan hancur, patung arca dalam ruang kuilpun hancur serta porak poranda.
Sejak itu didalam kuil San sin bio tak pernah ada Sin leng (roh suci) lagi. Para penggembala
sapi bisa bermain disitu lagi, tapi beranikah mereka lakukan hal ini"
ooo0ooo KEMELUT CINTA PERKAMPUNGAN Sin kiam san-ceng, perkampungan yang dihuni oleh Sam sauya dari
keluarga Cia. Tempat itu merupakan tempat suci dunia persilatan, tempat terlarang umat persilatan.
"Perkampungan Sin kiam san ceng tidak dijaga secara ketat, hanya ada setengah sungai yang
melingkari separuh bagian dari perkampungan itu. sedang separuh bagian yang lain dipisahkan
oleh dinding tebing bukit Tiong san yang terjal.
Dinding bukit yang tegak lurus dengan puncak yang menjulang ke angkasa, nampak begitu
licin dan terjal, monyetpun susah untuk mendaki ke atas apalagi manusia, sebab itu untuk datang
ke perkampungan Sin kiam san-ceng hanya tersedia sebuah jalan.
Jalan itu terpotong oleh sebuah sungai, di atas sungai tiada jembatan, yang ada cuma sebuah
perahu penyeberangan. Sungai itu tidak terlalu lebar, dari seberang sanapun dapat terlihat jelas, juga dapat melihat
perkampungan Sin kiam san ceng di lambung bukit sana.
Ada sementara waktu perkampungan ini pernah sepi dari pengunjung, itulah disaat pemilik
perkampungan Sin kiam san ceng telah tua, sedang Sam sauya dari keluarga Cia masih berkelana
di dalam dunia persilatan.
Cia Siau hong mempunyai dua orang kakak, tapi tak seorangpun yang berhasil seperti
adiknya. Perkampungan Sin kiam san-ceng termasyhur karena permainan pedangnya, bahkan di mulai
sejak jamannya Sam sauya, ilmu pedang keluarga mereka sudah lama dikenal dan termasyhur
dimana-mana. Anggota keluarga Cia tentu saja merupakan jago-jago lihay di dalam permainan pedang.
Siapa pandai berenang suatu ketika akan mati tenggelam juga, demikian pepatah kuno pernah
berkata. Toa sauya dari keluarga Cia memang tewas diujung pedang.
Ji sauya dari keluarga Cia juga tewas di ujung pedang.
Sedang Lo-tayya dari keluarga Cia mati sakit di rumah, mati dalam kesepian, tua dan lemah,
meskipun dia memiliki putra yang pandai bermain pedang, termasyhur sebagai jago pedang yang
luar biasa di kolong langit.
Akan tetapi putranya ini memberikan kejayaan bagi keluarga Cia, juga mendatangkan banyak
kesulitan. Banyak orang datang mencari Cia sam sauya untuk beradu pedang, tapi Cia Siau hong justru
jarang berada di rumah, semasa mudanya dulu ia lebih banyak berdiam di rumah pelacuran
daripada di rumah, apalagi di rumah penginapan atau di kamar gadis-gadis yang dicintainya.
Semasa muda dulu Cia Siau hong seorang romantis, tapi juga angin-anginan.
Meskipun dalam hidupnya dia mempunyai banyak teman gadis, namun secara resmi hanya
pernah kawin sekali, mempunyai seorang bini.
Yang dikawini adalah perempuan tercantik didalam dunia persilatan Buyung Ciu ti, namun juga
merupakan perempuan yang paling menakutkan di dunia ini.
Selamanya Buyung Ciu-ti tak pernah menjadi menantu keluarga Cia secara resmi, belum
pernah masuk ke dalam perkampungan Sin kiam san-ceng dan menjadi majikan muda dari
keluarga Cia. Sepanjang hidupnya dia hampir menyerupai bayangan dari Cia Siau hong, mengikuti terus di
belakang Cia Siau hong, tapi bukan untuk bermesraan dengannya, melainkan selalu
menghajarnya, mengusiknya dan membalas dendam ketidak setiaannya.
Perempuan itu memiliki kemampuan yang luar biasa, kalau oran lain sukar untuk menemukan
jejak Cia Siau hong, dia justru dapat menemukannya kendatipun Cia Siau hong sengaja
mencampurkan diri dalam golongan bawah, bersembunyi dalam rumah makan menjadi pelayan,
menjadi tukang kuda, menjadi pekerja kasar yang paling rendah, namun ia tak pernah bisa
meloloskan diri dari pengejarannya. (Untuk mengetahui riwayat Cia Siau hong, silahkan membaca:
Pendekar gelandangan, oleh penerbit yang sama).
Kehidupan Cia Siau hong boleh dibilang sudah hancur ditangan perempuan ini, tapi dibilang
berhasil juga atas bantuan perempuan ini.
Dia melahirkan seorang anak lelaki buat Cia Siau hong, namun tidak memberi nama marga
Cia kepadanya, pun tidak membuatnya menjadi majikan selanjutnya dari perkampungan Sin kiam
san ceng. Tapi perkampungan Sin kiam san-ceng telah mempunyai seorang majikan perempuan yang
baru. Dialah Cia Siau giok. Tiada orang tahu, dia adalah anak Cia Siau hong dengan perempuan yang mana dan kapan
kawinnya" Yang pasti dia muncul secara tiba-tiba, seperti muncul dari dalam batu, setelah Cia Siau hong
berhasil dan menetap didalam perkampungan Sin kiam san-ceng.
Dia mendatangi perkampungan Sin kiam san ceng dan mengaku sebagai putri kandungnya
Cia Siau hong. Sewaktu datang ia telah berusia lima belas tahun, waktu itu Cia Siau hong tak ada dirumah,
tapi tak ada orang yang menuduhnya sebagai orang yang mengaku-aku saja.
Sebab raut wajahnya paling tidak ada tujuh bagian mirip wajah Cia siau hong, apalagi kalau
sedang tertawa, kemiripannya mencapai sembilan bagian.
Senyuman Cia Siau hong seperti juga pedangnya, tiada tandingannya di dunia ini.
Kalau pedangnya berhasil menaklukan setiap jago lihay, maka senyumannya berhasil
menaklukkan setiap perempuan cantik.
Tentu saja perempuan yang tidak cantikpun tak dapat melawan senyumannya, namun pilihan
Cia Siau hong atas perempuan selalu amat tinggi dan teliti.
Walaupun dia tak pernah meremehkan senyumannya, namun dia pun tak akan melakukan
pancingan lebih jauh terhadap perempuan yang tidak menarik hatinya, oleh karena itu perempuanperempuan
itupun tak sampai terpikat kepadanya.
Bila senyumannya tidak bermaksud untuk menaklukkan hati seorang perempuan, maka
senyuman itu begitu suci, tapi bila dia hendak naik ke atas pembaringan bersama seorang
perempuan, maka senyumannya jauh lebih hebat, dari pada sebilah pedang.
Kalau pedang, hanya bisa membuat seseorang kehilangan nyawa, maka senyumannya dapat
membuat seorang perempuan kehilangan hatinya.
Di dunia ini ada orang yang justru tidak takut mati, baik dia itu seorang lelaki, maupun
perempuan. Oleh karena itu bila menggunakan pedang untuk memaksa seorang perempuan untuk ke atas
pembaringan dalam sepuluh kali, ada delapan sembilan kali bisa berhasil, tapi toh akan berjumpa
juga dengan perempuan yang tak takut mati.
Tapi bila seorang perempuan telah menyerahkan hatinya kepada seorang lelaki, maka tiada
perbuatan yang enggan dia lakukan.
Sekalipun dia disuruh tidur menemani seekor babi, diapun tak bakal akan menampik.
Sekembalinya dari berkelana Cia Siau hong baru mengetahui kalau dia mempunyai seorang
anak gadis. Meski dalam hati merasa keheranan, namun tidak memberikan pernyataan apa-apa,
diapun tidak bertanya siapa gerangan diri gadis itu.
"Yaa, kalau gadis itu mengaku sebagai istrinya, maka dia dapat menanyakan kebenaran dari
hal ini kepada siapa"
Seandainya dia menyangkal di depan orang bahwa nona itu bukan putrinya, sedang bocah
perempuan itu justru dapat menunjukkan bukti yang menunjukkan kalau dia adalah putrinya, apa
yang musti dilakukan lagi"
Terpaksa dia hanya menanyakan persoalan ini kepada seseorang.
Siau giok! Si nona yang mengaku sebagai putri kandungnya itu.
Sewaktu Cia Siau giok berjumpa dengannya, sikap maupun gerak-geriknya sama sekali tidak
canggung, seakan-akan mereka sudah kenal lama, sudah berkumpul cukup lama juga.
Ia melompat ke depan memegang tangannya dan menggoncang-goncangkan dengan keras.
"Ayah, mengapa baru hari ini kau pulang" Kau bilang hendak pergi menjemput diriku, tapi kau
tak pernah datang, terpaksa akupun datang sendiri kemari!"
Cia Siau hong merasa agak melongo juga, agak tertegun menghadapi kejadian seperti ini.
Dalam sepanjang hidupnya, dia sudah banyak mendengar orang lain memanggilnya dengan
pelbagai sebutan. Ada diantara mereka yang memanggilnya dengan nada yang menarik, amat menyenangkan,
tapi kebanyakan orang yang menyukainya hanya kaum wanita, terutama perempuan-perempuan
cantik. Ada sementara diantara yang menyanjungnya, ada yang mengaguminya, tapi yang pasti
mereka adalah kaum persilatan.
Tapi ada pula yang bersuara dengan nada sinis, kasar dan tak enak didengar, yang pasti
mereka adalah orang-orang membencinya.
Tapi hanya panggilan seperti itu, baru ini didengar untuk pertama kalinya.
"Ayah!" walaupun merupakan sebuah panggilan yang sederhana, tapi belum pernah di dengar
oleh Cia Siau hong selama ini, lagi pula dia memang sudah ingin sekali untuk mendengarnya.
Tentu saja bukan dipanggil oleh seorang gadis yang tak dikenalnya ini.
Dia mempunyai seorang putra, seorang putra yang dilahirkan oleh Buyung Ciu-ti.
Tapi anak itu selalu menolak untuk mengakuinya sebagai ayah, pemuda yang keras kepala itu
mungkin saja sudah mengakui Cia Siau hong sebagai ayahnya, namun pengakuan tersebut hanya
terjadi di dalam hati, sedang diluarnya, ia tak pernah memanggilnya dengan sebutan tersebut,
tentu saja diapun tak pernah datang menjenguknya.
Cia Siau hong tahu, cepat atau lambat pemuda itu pasti akan datang juga, berlutut di
hadapannya sambil memanggil "ayah".
Hanya saja harinya kemungkinan besar adalah hari kematian baginya, hari ia dimasukkan ke
dalam peti mati, ketika berita kematiannya sudah tersebar ke mana-mana dan ia datang untuk
melayat. Berlutut di depan layonnya, kemudian di dalam hati kecilnya diam-diam memanggil sehingga
siapapun tidak mendengarnya.
Cia Siau hong tahu bakal ada hari semacam itu, tapi dia berharap jangan sampai mendengar
panggilan tersebut setelah berada dalam suasana seperti itu.
Sebab, bagaimanapun juga Cia Siau hong sudah tua, sedemikian tuanya sampai semangat
mudanya sudah hilang sama sekali sampai wataknya pun turut berubah.
Perubahan terbesar yang dialaminya tentu berasal dari perasaan, ia sudah mulai merasakan
kesepian. Bukan rasa kesepian karena tiada tandingan di kolong langit, melainkan suatu perasaan
kesepian yang menjemukan dan mengerikan, ia membutuhkan seseorang untuk mendampinginya.
Bukan perempuan, bukan sahabat, melainkan "putra dan putrinya", agar ia bisa melampiaskan
rasa kasih sayangnya kepada mereka.
Cia Siau hong adalah manusia, bukan malaikat, bukan dewa, dia seperti juga orang lain,
mempunyai suatu kebutuhan.
Hanya bedanya, dia pandai merahasiakan perasaannya itu, belum pernah membiarkan orang
tahu akan kebutuhan dalam hatinya.
Tapi tiba-tiba saja dari tanah muncul seorang anak gadis.
Seorang gadis yang dengan kasih sayang dan penuh kehangatan memanggilnya ayah.
Itulah suara panggilan yang sangat didambakan, sangat diharapkan olehnya selama ini.
Sayang bukan berasal dari putra kandung yang di harapkannya selama ini.
Maka Cia Siau hong merasa tertegun dan keheranan.
Beberapa orang teman yang ikut bersamanya pulang ke rumah pun, berdatangan karena
secara tiba-tiba mereka dengar kalau ia mempunyai seorang anak gadis, mereka turut datang
untuk melihat apa gerangan yang telah terjadi.
Menyaksikan mimik wajah Cia Siau hong tentu saja timbul suatu bisikan-bisikan yang
membicarakan masalah itu.
Masih untung saja didalam perkampungan Sin kiam san-ceng terdapat seorang pengurus
rumah tangga yang piawai dan cekatan, dia adalah Cia sianseng yang tak pernah merasakan
kesulitan dalam melakukan tugas apapun.
Sambil tertawa dia munculkan diri dan berkata:
?"Dalam pertemuan pertama antara seorang ayah dan seorang anak, tentu banyak persoalan
yang hendak dibicarakan, dipersilahkan saudara sekalian menuju ke ruang depan untuk minum
arak kegirangan!" Yang dimaksudkan arak kegirangan, tentu saja arak untuk menyambut datangnya seorang
majikan perempuan baru dalam perkampungan Sin kiam san ceng, sudah barang tentu perjamuan
itu amat meriah" Cia Siau hong baru kembali tapi Cia sianseng telah mempersiapkan segala sesuatunya
dengan baik seakan-akan dia sudah menganggap gadis itu sebagai majikan barunya.
Apa yang kemudian dibicarakan antara Cia Siau-hong dengan Cia Siau-giok" Tak seorang pun
yang tahu. . Tapi dua jam kemudian, ketika Cia Siau hong muncul kembali untuk menemani temantemannya
minum arak, dia mulai bercerita tentang kehidupannya ketika masih berkelana dulu.
Terhadap kehadiran Cia Siau giok ternyata dia tidak menyangkal.
Kalau tidak menyangkal, tentu saja mengakui, walaupun Cia Siau hong tidak menerangkan
asal usul gadis itu. Tapi tak ada orang yang merasa keheranan, juga tak ada orang yang bertanya sepanjang
hidupnya Cia Siau hong mempunyai berapa orang perempuan, siapapun tak tahu hal ini.
Sebab perempuan manapun kemungkinan besar dapat melahirkan seorang putri baginya?"
Apa pula yang harus ditanyakan tentang soal ini.
ooo0ooo SEJAK dalam perkampungan Sin kiam san ceng telah bertambah seorang Cia Siau giok,
suasana di situpun tampak lebih hidup, perkampungan besar yang semula hanya dihuni oleh
beberapa orang saja, sekarang penuh dengan pelayan dan dayang.
Bangunan rumahnya diperbaharui, kebun yang penuh pohon dan bunga juga dibenahi.
Sekarang, perkampungan Sin kiam san-ceng baru mirip suatu perkampungan tempat tinggal
seorang pendekar pedang nomor wahid dikolong langit.
Lebih mirip suatu daerah suci, daerah terlarang bagi umat persilatan, karena lebih keren, lebih
berwibawa." Hanya didalam wilayah daerah terlarang, baru terdapat daerah terlarang.
Letaknya di halaman kecil yang menyendiri di seberang sana, halaman yang dikelilingi dinding
pekarangan yang tinggi dan seringkali dikunci dari luar.
Disitulah Cia Siau hong berdiam, di situ pula Cia Siau hong berlatih ilmu pedang, berpikir dan
melatih diri. Tak ada orang yang berani memasuki halaman tersebut termasuk juga Cia Siau giok sendiri.
Bila Cia Siau hong berada dirumah, pintu itu tetap dikunci, tidak berada dirumah pun pintu juga
tetap dikunci. Kunci tersebut sudah karatan, tergantung di atas pintu melambangkan semacam kekuatan.
Untuk keluar masuk dari tempat itu.
Cia Siau hong tak pernah melalui pintu itu, tapi juga tak ada yang tahu bagaimana caranya dia
untuk keluar masuk, karena dalam halaman tersebut hanya terdapat sebuah pintu saja.
Tentu saja cara paling sederhana adalah melompati dinding pekarangan, walaupun dindingnya
amat tinggi, namun tak akan menyulitkan Cia Siau hong.
Tapi tempat ini adalah rumahnya sendiri, mengapa dia harus masuk keluar melompati dinding
pekarangan?" Cia Siau hong bukannya tak pernah melompati dinding pekarangan, cuma hal mana dilakukan
ketika masih muda dulu. Sekarang entah kemana saja dia pergi, tentu saja ada yang membukakan pintu gerbang
baginya serta menyambut kedatangannya dengan segala kehormatan.
Sekalipun terhadap musuhnya pun tidak terkecuali..
Karena kedudukan Cia Siau hong sekarang memang tak ragu lagi sudah sepantasnya
menerima penghormatan tersebut.
Seseorang yang memiliki kedudukan semacam ini mungkinkah dia harus masuk keluar lewat
dinding pekarangan didalam rumahnya sendiri"
Tak ada orang yang percaya dengan cerita tersebut, juga tak ada orang yang memikirkan
masalah tersebut. Sekalipun orang yang tinggal dalam perkampungan Sin kiam san-ceng, bila secara tiba-tiba
mereka saksikan Cia Siau hong berjalan keluar dari belakang, maka merekapun tahu kalau dia
sudah pulang. Merekapun tak ada yang membayangkan apakah dia keluar dengan melompati dinding
pekarangan atau tidak. Walaupun merekapun tahu kalau di atas dinding Cuma ada sebuah pintu, meski tahu pintu itu
sudah terkunci oleh gembokan yang berkarat dan kunci karat itu sudah tak dapat terbuka lagi.


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kecuali di tempat lain terdapat pintu penghubung atau dia mempunyai ilmu menerobos masuk
ke dalam tanah, rasanya satu-satunya jalan yang bisa ditempuh hanyalah melompati dinding
pekarangan tersebut.... Tapi semua orang lebih suka menerima dua cara yang terdepan daripada menerima
kemungkinan yang terakhir.
Melompati dinding pekarangan tentu saja bukan suatu perbuatan yang baik dan gagah, tapi
juga bukan suatu perbuatan jahat, ada banyak pendekar besar yang melompati dinding
pekarangan. Tapi tiada orang yang menduga kalau Cia Siau hong dapat berbuat demikian.
Paling tidak, sampai saat ini Cia Siau hong bukan seorang manusia yang dapat berbuat
demikian. Seseorang yang telah berubah menjadi malaikat di dalam hati orang lain, maka dia akan
berubah menjadi seseorang yang luar biasa, seseorang yang amat sempurna, tak mungkin
melakukan perbuatan rendah semacam itu.
Tapi halaman kecil yang berkunci dengan kunci berkarat itu tetap merupakan suatu rahasia
besar. Mungkin ada orang yang diam-diam menduga keadaan yang bagaimana di dalam halaman
tersebut, tapi tak ada orang yang berani masuk ke dalamnya untuk menyelidiki keadaan yang
sesungguhnya. Sebab disitulah Cia Siau hong berdiam.
ooo0ooo AKHIRNYA Ting Peng sampai di depan perkampungan Sin kiam san-ceng.
Dia datang seorang diri membawa goloknya, menunggang kereta kencana yang dihela empat
ekor kuda jempolan dan dikusiri oleh A-ku, dengan menyeberangi sungai tiba di depan
perkampungan. Kalau dulu, entah berapa banyakpun kekayaan yang dimiliki Ting Peng, ia harus berjalan kaki
kemudian menumpang sebuah perahu kecil untuk menyeberangi sungai tersebut.
Karena di situ hanya tersedia sebuah perahu saja.
Tapi semenjak perkampungan Sin kiam san-ceng kedatangan seorang majikan perempuan
kecil suasananya banyak telah berubah, orang yang berlalu lalang di situpun semakin banyak.
Tapi yang paling banyak berdatangan ke tempat itu adalah kawanan kongcu muda yang
tampan dan berasal dari keluarga persilatan kenamaan di dunia ini.
Mereka berdatangan ke perkampungan Sin kiam san-ceng, pertama karena mengagumi akan
nama besar perkampungan tersebut, kedua juga dikarenakan Cia Siau giok, seorang gadis yang
cantik, cantik sekali. Cia Siau giok memang sangat cantik, supel, suka bergaul, ramah tamah terhadap orang, dan
selalu menerima tamu yang berkunjung ke situ dengan hangat.
Yang dimaksudkan setiap orang tentu saja mereka yang sebelumnya telah melalui seleksi dan
pemeriksaan yang ketat. .
Bagi mereka syaratnya terlalu jauh tentu saja tak nanti dapat memasuki perkampungan Sin
kiam san ceng. Orang yang bisa memasuki perkampungan Sin kiam san ceng, agaknya kemungkinan besar
bisa terpilih menjadi menantunya keluarga Cia.
Tapi hal ini hanya terbatas pada kemungkinan belaka.
Cia Siau giok bersikap sangat baik terhadap setiap orang, namun tidak pernah bersikap luar
biasa baiknya terhadap siapapun.
Cuma saja, untuk menyambut kedatangan kongcu-kongcu keturunan keluarga persilatan itu,
perahu bobrok semula yang tersedia di situ tentu saja tak dapat berfungsi lagi.
Itulah sebabnya Cia Siau giok telah menukar perahu itu dengan sebuah yang besar, besar
sekali. Perahu tersebut memang kelewat besar sehingga nampak mengerikan sekali.
Sedemikian besarnya perahu itu sehingga andaikata dipindahkan ke lautanpun perahu itu tak
bisa dikatakan perahu kecil.
Tapi pihak perkampungan Sin kiam san ceng hanya menggunakannya sebagai perahu
penyeberang sungai, yang diseberangi pun cuma dua ratus kaki perjalanan air, bukankah hal ini
merupakan suatu pemborosan amat besar"
Dahulu, mungkin ada orang yang berkata demikian.
Tapi sekarang, setiap orang selalu berkata:
?"Pantas sekali, tidak terhitung suatu pemborosan"
Sebab hal itu mempengaruhi sekali kewibawaan serta kegagahan perkampungan Sin kiam san
ceng, Suasana yang berwibawa, bangunan rumah yang megah memang harus di imbangi oleh
sebuah perahu yang besar.
Justru karena ada perahu semacam ini, maka Ting Peng berikut kereta kudanya baru bisa
bersama-sama menyeberangi sungai.
Orang yang mengikuti di belakangnya tentu saja masih terdapat banyak, banyak sekali orang
persilatan. Sedikit banyak orang-orang persilatan itu masih mempunyai sedikit nama didalam dunia
persilatan, tapi mereka hanya bisa bertahan di depan perkampungan di tepi sungai, tak ada yang
mengikuti Ting Peng naik ke dalam perahu.
Sebab hanya Ting Peng seorang yang datang kesana untuk menantang Cia Sam sauya
berduel. Barang siapa ada yang turut bersama Ting Peng, itu berarti dia berdiri dipihak Ting Peng.
Tak seorang manusiapun yang ingin dicurigai orang dengan tuduhan semacam itu.
Mereka hanya datang untuk turut menyaksikan pertarungan, bukan datang untuk membantu
Ting Peng, sekalipun mereka ingin membantu juga tak mungkin bisa membantunya.
Berdiri di tepi sungai di seberang perkampungan, dapatkah mereka turut menyaksikan duel
tersebut" Tiada orang yang menguatirkan pertanyaan tersebut, seakan-akan setiap orang tahu,
sekalipun turut menyeberang juga tak akan bisa menyaksikan jalannya pertarungan itu.
Bila Cia Siau hong melayani tantangan dari Ting-Peng itu, dia tak akan melakukannya di
hadapan orang banyak, kecuali kedua belah pihak yang berduel kemungkinan besar tak akan ada
pihak ketiga yang hadir. Mungkin saja akan hadir satu dua orang yang akan bertindak sebagai juri, tapi yang pasti tak
akan dipilihkan dari salah seorang diantara mereka.
Dari tempat kejauhan mereka turut datang ke situ, yang ingin mereka ketahui hanyalah akhir
dari duel tersebut. Hasil dari pertarungan yang sensasional itu.
Tentu saja, sekalipun mereka tidak datang, hasil pertarungan itu dapat didengar juga, tapi
mendengarnya dari mulut orang lain akan berbeda sekali rasanya.
Mereka telah datang sekalipun tidak menyaksikan sendiri, namun di kemudian hari mereka
masih bisa berkisah menurut jalan pemikiran masing-masing untuk melukiskan betapa dahsyat
dan mengerikannya pertarungan tersebut.
Bahkan tak nanti ada orang yang menegur ketidak jujuran mereka.
"Sewaktu pertarungan itu berlangsung, aku hadir dan menyaksikan dengan mata kepala
sendiri!" Cukup membusungkan dada sambil mengucapkan perkataan ini, orang lain sudah akan
menaruh hormat kepada mereka.
Seandainya secara kebetulan hadir pula orang yang lain, orang itu pasti tak akan menegur
ketidak jujurannya, malahan mungkin dia akan memberikan perbaikan di sana sini.
Oleh karena itulah, banyak sekali pertarungan sengit yang terjadi di dunia ini, seringkali akan
muncul beratus macam cerita yang berbeda.
Tapi beratus macam cerita itu mempunyai suatu ciri yang sama, yakni tegang, seru dan
mendebarkan hati. Tentu saja cerita-cerita itupun mempunyai suatu persamaan pula, yakni akhir dari pertarungan
itu, menang kalah tak akan berbeda jauh dari kenyataan, dengan demikian orang baru akan
percaya. Bila ada orang jujur yang berbicara sejujurnya, malahan besar kemungkinannya dia tak akan
dipercaya orang. Perkataan jujur dari orang jujur paling tak bisa membuat orang lain percaya,. karena cerita
tersebut tidak memiliki seni keindahannya..
Padahal dunia ini adalah sebuah dunia yang sangat indah.
Tentu saja diantara sekian banyak orang yang datang untuk menonton jalannya pertarungan
itu seluruhnya tertahan di tepi pantai sungai, ada diantara mereka yang datang selangkah lebih
duluan dan telah disambut sebagai tamu kehormatan dalam perkampungan Sin kiam san-ceng,
tentu saja orang-orang itu merupakan orang ternama, mempunyai kedudukan tinggi di dalam dunia
persilatan. Ada pula diantaranya yang datang terlambat, tapi pihak perkampungan Sin-kiam-san ceng
segera mengirim perahunya untuk mengangkut mereka masuk ke dalam perkampungan.
Tentu saja orang itu mempunyai kedudukan yang tinggi didalam dunia persilatan."
Dan tentu pula, orang-orang semacam itu tak akan terlalu banyak jumlahnya.
Ketika perahu penyeberang dari Sin kiam san-ceng datang untuk kedua kalinya, tamu yang
disambut oleh Cia sianseng dari atas perahu hanya enam orang belaka.
Tapi hal mana justru lebih menggemparkan kawanan jago silat yang berdiri di tepi sungai.
Lebih menggembirakan hati mereka.
Kecuali mereka yang berpengalaman rendah, kalau tidak seharusnya mereka akan mengenali
kalau ke enam orang tersebut adalah para ciangbunjin atau tianglo utama dari enam perguruan
paling besar dalam dunia persilatan saat ini.
Seperti Bu tong-pay atau Siau lim-pay, walaupun mereka termasuk perguruan besar yang
tersohor dan dikenal oleh umat persilatan, akan tetapi berhubung mereka adalah perguruan orangorang
beragama, maka mereka kurang begitu tertarik akan segala persoalan yang berhubungan
dengan keduniawian. Itulah sebabnya ciangbunjin mereka amat jarang berhubungan dengan orang luar, berbeda
dengan ketua tianglo mereka yang justru lebih dikenal oleh setiap umat persilatan.
Enam orang tokoh persilatan yang paling top di dunia persilatan telah hadir pula di sana, hal
mana membuat suasana menjelang pertarungan antara Ting Peng melawan Cia Siau hong terasa
lebih merangsang dan lebih menarik.
ooo0ooo KETIKA Cia sianceng untuk kedua kalinya tiba kembali di depan pintu gerbang perkampungan
Sin-kiam-san-ceng untuk menyambut kehadiran ke enam orang tamu agung ini, di depan pintu
keluarga Cia telah berjajar sepasukkan pengawal "kehormatan" yang khusus dipersiapkan untuk
menyambut tamu agung. Tapi Ting Peng tidak turut masuk dia masih duduk dengan santainya didalam kereta sambil
memejamkan matanya. Ah-ku duduk pula di atas tempat kursinya dengan wajah kaku, cambuknya dipersiapkan
seakan-akan setiap saat mungkin akan meneruskan perjalanannya.
Cia sianseng tidak bersikap kurang hormat terhadapnya, dengan sikap yang halus dia
mempersilahkan tamunya masuk, tapi tawaran itu ditampik.
"Aku datang kemari untuk menantang majikanmu berduel, bukan datang untuk bertamu!
Ucapan itu kontan saja membuat ucapan Cia sianseng seakan-akan terpental sejauh sepuluh
kaki, namun watak Cia sianseng memang sangat baik, dia tidak marah, melainkan berkata sambil
tertawa. "Sekalipun Ting kongcu hendak menantang majikan kami untuk berduel, tentunya kau tak akan
menantang secara orang kampungan yang adu jotos di pinggir jalan bukan" Meski tujuannya
menantang untuk berduel, tata kesopanan tak boleh ditinggalkan, mengapa Ting kongcu tidak
masuk dulu untuk duduk!"
"Majikanmu ada di rumah!"
Sebelum menjawab pertanyaan ini, Cia Sianseng harus termenung dan berpikir beberapa saat
lamanya, kemudian ia baru mengucapkan sepatah kata yang sukar untuk ditangkap arti
sesungguhnya. "Tidak tahu!" ?"Apa" Kau tidak tahu?" seru Ting Peng dengan perasaan kaget bercampur keheranan.
Dengan perasaan minta maaf Cia sianseng mengangguk.
"Benar, aku memang tidak tahu, selama banyak tahun sejak majikan kami ibaratnya naga sakti
yang nampak kepala tak kelihatan ekornya, tak pernah ada orang yang bisa menduga dimanakah
dia berada, ada kalanya selama berapa bulan ia tidak menampakkan diri tahu-tahu muncul
didalam rumah, ada kalanya dia berdiam diri selama puluhan hari dirumah tapi tidak menjumpai
siapapun yang berada dirumah, maka aku benar-benar tidak tahu"
Agaknya Ting peng merasa puas dengan jawaban tersebut, setelah berpikir sebentar, dia
bertanya lagi: "Tahukah kau kalau aku hendak mencarinya untuk mengajaknya berduel?"
Cia Siang seng tertawa. "Soal ini aku kurang tahu, sewaktu nona pulang dari Hang-ciu, kebetulan ia telah bertemu
dengan majikan kami, saat itu juga ia telah menyampaikan pesan kongcu kepadanya."
"Oooh, bagaimanakah pertanyaannya?"
"Majikan kami bilang, ia merasa berterima kasih sekali atas pertolongan yang diberikan Ting
kongcu terhadap nona, katanya bilamana ada kesempatan dia akan menjumpai kongcu dan
menyampaikan rasa terima kasihnya."
"Aku tidak bermaksud untuk menagih rasa terima kasihnya, bila ia bermaksud mengucapkan
terima kasih, seharusnya sebelum habisnya batas waktu itu ia sudah datang ke Hang ciu, tapi
setelah batas waktu habis dia belum juga datang, hal ini menunjukkan kalau dia memang
bermaksud untuk mengajakku berduel. . . "
"Majikan juga tidak berkata demikian!" kata Cia sianseng sambil tersenyum dan tetap
merendah. "Tentang soal berduel, apa yang dia katakan ?"
"Dia tidak berkata apa-apa!"
"Apapun tidak dikatakan?" Ting Peng keheranan.
Cia sianseng tertawa. "Memang jalan pemikiran majikan kami sukar diraba, kalau dia tidak berbicara tentu saja kami
segan banyak bertanya, Cuma setelah majikan kami mendengar pesan dari Ting kongcu itu, aku
yakin dia pasti akan memberikan suatu penyelesaian. . . . "
"Ucapan ini kau yang berbicara, atau dia yang mengatakan demikian?" tanya Ting Peng
hambar. Kalau sewaktu berada dalam perkampungan milik Liu Yok siong tempo hari kedudukan Cia
sianseng adalah begitu tinggi dan terhormat, tapi sekarang dalam pandangan Ting Peng, ia
menjadi tak ada harganya, bahkan Ting Peng menaruh perasaan muak yang tak terlukiskan
dengan kata terhadap dirinya.
Tapi Cia sianseng masih saja menjawab dengan suara yang ramah:
"Tentu saja aku yang mengatakannya, aku berbicara menurut penilaianku atas watak
majikanku. . . ." "Hmmm, kau bukan Cia Siau hong, kau tak dapat mewakilinya untuk berbicara, apalagi
berbicara atas dugaan, perkataan semacam ini tak bisa masuk hitungan."
Kata-kata yang tidak masuk hitungan, ibaratnya orang yang melepaskan celana sebelum
berkentut ....." Paras muka Cia sianseng berubah hebat, bila seseorang yang sudah terbiasa disanjung dan
dihormati, tiba-tiba mendapat penghinaan di hadapan orang banyak, kejadian yang amat tak
sedap dipandang.. . Tapi Cia sianseng tetap Cia sianseng, bagaimanapun juga seorang congkoan dari Sin kiam
san ceng memang memiliki suatu kelebihan daripada orang lain, dengan cepat hawa amarahnya
ditarik kembali kemudian ujarnya sambil tertawa:
"Kata-kata mutiara dari Ting kongcu memang hebat ..."
"Kata mutiara semacam ini tidak terhitung hebat, melepaskan celana untuk berkentut hanyalah
suatu perbuatan yang berlebihan belaka, kentut yang dilepaskan lebih berlebihan lagi, aku datang
untuk mencari majikanmu, bukan datang untuk mendengarkan kau berkentut"
Walaupun Cia sianseng adalah Cia Sianseng, namun bagaimanapun juga dia tetap manusia.
Bagaimanapun baiknya iman yang dimiliki, toh tak sampai setebal muka Liu Yok siong, maka
begitu selesai mendengarkan perkataan itu, tanpa mengucapkan sepatah katapun dia berlalu
untuk menyambut kedatangan tamu-tamu lainnya.
Ting Peng juga tidak menganggap kejadian itu sebagai suatu peristiwa, sambil bersandar
kembali pada dinding keretanya, ia mulai mengantuk kembali.
Ketiak Cia sianseng telah menyambut kedatangan tamu-tamunya, Ting Peng masih saja
tertidur. Cia sianseng tidak ingin merasakan dampratan untuk kesekian kalinya di hadapan orang
banyak, maka dia berlagak seakan-akan tidak melihat.
Tapi ke enam orang itu telah melihat Ting Peng, merasakan pula sikap dingin, kaku dan tidak
menghormat dari Ting Peng.
Orang pertama yang menerjang ke depan paling dulu adalah Lim Yok peng dari Go bi pay.
Dalam dugaan semua orangpun tahu kalau dia pasti yang akan menerjang ke depan paling
dulu. Karena diantara ke enam orang itu, usianya paling muda, tahun ini baru berusia empat puluh
lima tahun, tapi telah menjadi seorang ketua dari suatu perguruan besar.
Tentu saja ilmu pedang yang dimilikinya telah mendapatkan warisan langsung dari
perguruannya, bahkan partai Go bi paling cemerlang dan termasyhur.
Dengan langkah lebar dia berjalan ke depan kereta lalu menjura dengan angkuh, walaupun dia
sedang memberi hormat, namun siapa saja dapat melihat kalau perbuatannya itu terpaksa
dilakukan agar tidak menurunkan gengsinya bagi seorang ketua, padahal dari kenyataannya sama
sekali tidak berniat sungguh-sungguh.
Oleh karena Ting Peng tidak membalas memberi hormat, juga tak ada yang merasa Ting Peng
kurang hormat, karena Lim Yok peng menjura hanyalah bagi dia sendiri, bukan ditujukan kepada
Ting Peng. Cuma saja sikap Ting Peng yang hambar membuat perasaan Lim Yok-peng semakin tak
karuan, seandainya ia tidak terlalu mempersoalkan kedudukan, sejak tadi ia sudah mengayunkan
pedangnya untuk membacok anak muda tersebut.
Itulah sebabnya dengan suara, dingin ia menegurnya:
"Kaukah yang dinamakan si Golok Iblis Ting Peng, si anak muda yang baru muncul dalam
dunia persilatan?" Ucapan tersebut diutarakan kelewat terpaksa, sekalipun bernadakan sedikit menyanjung, tapi
itupun dikarenakan untuk menjaga kedudukan serta gengsi pribadi saja.
Bila Ting Peng adalah seorang prajurit tak bernama yang sama sekali tak dikenal orang,
dengan kedudukannya sebagai seorang ketua ternyata maju untuk menegurnya, bukankah hal ini


Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hanya akan menurunkan derajat diri sendiri"
Orang ini pintar dan berpengalaman, setiap patah kata yang dikatakan selalu mengandung arti
yang mendalam, oleh karena itu tak heran kalau partai Go-bi menjadi termasyhur dan lebih
cemerlang selama berada di tangannya.
Tapi orang yang dijumpainya hari ini adalah Ting Peng, ia benar dibuat kheki sekali hingga
hampir saja mampus. Ia memerlukan muka, tapi Ting Peng justru tidak memberi muka kepadanya, setelah
memandangnya sekejap dengan dingin ia pun berkata:
"Aku memang Ting Peng, tamu yang ku undang datang di ruang Poan-kian-tong dalam kota
Hang-ciu kali ini banyak sekali kau bisa kenal aku hal ini bukanlah sesuatu yang luar biasa!".
Hampir melompat Lim Yok- peng saking gusarnya, segera teriaknya dengan suara dingin:
"Aku adalah Lim Yok-peng!"
Begitu ia menyebutkan namanya, Ting Peng segera tertawa tergelak, serunya:
"Ternyata kau adalah Lim Yok peng, tak heran kalau aku tidak kenal denganmu. Tempo hari,
sewaktu aku mengadakan perjamuan di Poan-kian tong, sebetulnya aku telah mempersiapkan
selembar kartu undangan bagimu, tapi seorang sutemu Liu Yok-siong telah menjadi muridku, dia
bilang kau adalah seorang boanpwe, tidak pantas urtuk menerima sepucuk kartu undangan, suruh
saja dua hari kemudian datang menyampaikan salam, ternyata kau benar-benar telah datang
sekarang" Hampir saja Lim Yok-peng muntah darah, dia datang mencari gara-gara dengan Ting Peng
karena alasannya yang terutama adalah persoalan tentang Liu Yok-siong.
Liu Yok siong adalah adik seperguruannya, Liu Yok siong juga mempunyai ambisi untuk
merebut kedudukan sebagai ciangbunjin, tapi ilmu pedangnya tak mampu melebihi dia,
kecerdasannya juga kalah setingkat, dia selalu tak berhasil memperebutkan kedudukan itu
dengannya, maka dia baru berusaha mencari segala daya upaya untuk memperkuat kepandaian
silatnya agar suatu ketika bisa melampaui Lim Yok-peng.
Sesungguhnya apa yang dilakukan Liu Yok siong tidak keliru, cuma sayang yang dicari adalah
Ting Peng, yang ditipu pun jurus pedang Thian gwat liu seng yang lihay.
Liu Yok siong bisa mencari Ting Peng sebagai korbannya, hal ini boleh dibilang merupakan
suatu perbuatan yang membuatnya sial, dari seorang pendekar pedang kenamaan akhirnya
berubah menjadi seorang manusia rendah yang dicemooh setiap umat persilatan.
Lim Yok peng bisa kehilangan Liu Yok siong sebagai saingannya, hal ini sebetulnya
merupakan sesuatu yang pantas digembirakan, tapi apa yang kemudian dilakukan Liu Yok siong
lebih hebat lagi, ternyata dia telah mengangkat Ting Peng sebagai gurunya agar bisa terhindar dari
kematian. Perbuatannya ini benar-benar merupakan suatu perbuatan yang luar biasa sekali.
Seperti halnya dengan seorang gadis dari keturunan rakyat biasa dikawini seorang pembesar,
tapi karena perbedaan tingkat sosial, tentu saja gadis itu dipandang sinis dan dingin oleh
mertuanya dalam keadaan gusar akhirnya menantunya itu kabur ke sarang pelacuran menjadi
pelacur. Meski di rumah mertuanya dia tidak dianggap manusia, tapi di sarang pelacuran dia justru
adalah menantu dari keluarganya, tentu saja hal ini sangat memalukan nama keluarga mertuanya
sehingga malu untuk bertemu dengan orang.
Demikian pula dengan apa yang dilakukan Liu Yok siong, perbuatannya membuat Go bi pay
kehilangan muka, juga membuat Lim Yok peng naik pitam, dia buru-buru hendak mencari Ting
Peng, tak lain adalah berusaha untuk menyelamatkan kembali nama baiknya.
Siapa tahu sebelum pokok pembicaraan dimulai, Ting Peng telah menghadiahkan sebuah
pukulan lebih dahulu, sekalipun bukan pukulan yang sesungguhnya, namun cukup membuat
kepalanya pusing dan matanya menjadi berkunang-kunang.
Dengan susah payah akhirnya dia berhasil juga menenangkan hatinya, dengan suara dalam
dia lantas berkata: "Ting Peng, nama Liu Yok siong sudah dicoret dari daftar anggota Go bi pay, aku datang
hanya ingin memberitahukan soal ini kepadamu!"
"Yaa, hal ini memang lebih baik lagi" sahut Ting Peng dengan hambar, "akupun sedang
murung, mempunyai seorang murid semacam itu saja sudah cukup membuat pusing, kalau di
tambah pula dengan seorang keponakan murid macam kau, dan di tambah lagi cucu-cucu murid
lainnya dari Go bi-pay, bisa mampus aku saking kesalnya."
Lim Yok-Peng benar-benar tak sanggup untuk menahan diri, dengan suara keras dia lantas
membentak nyaring: "Bocah keparat, kau terlampau tekebur, kau anggap golok iblismu itu betul-betul sudah tiada
tandingannya lagi di dunia ini?" "
"Itu mah sukar untuk dikatakan", jawab Ting Peng sambil tertawa, paling tidak aku belum
sampai berduel melawan Cia Siau hong, bila aku telah berhasil mengalahkannya, mungkin saat
itulah kemampuanku sudah hampir mendekati"
"Ting Peng, kau jangan terlalu memandang remeh-remeh orang lain, berada di depan
perkampungan Sin-kiam-san-ceng, juga berani bertindak tekebur dan jumawa sekali. . . ."
Bagaimanapun galaknya dia berbicara, toh dalam hatinya merasa agak keder juga, sebab dia
sudah mendengar pula berita tentang kelihaian Ting Peng sewaktu mengutungi lengan Thi-Yansianghui. "Orahg yang sanggup mengutungi pergelangan tangan Thi yan siang-hui dalam sekali tebasan
golok, paling banter cuma ada dua orang.
Yang satu adalah Cia Siau hong, sedang yang lain adalah seseorang yang mereka anggap
sudah mati, dan orang itu merupakan orang yang siang malam mereka takuti.
Walaupun mereka menganggap sudah mati, juga berharap dia sudah mati, tapi kematian
tanpa mayat bukanlah sesuatu yang terlalu pasti, bagaimanapun juga di dalam hati kecil mereka
masih tetap tersisa rasa ragu dan sangsi.
Walaupun orang itu tidak menampakkan diri, tapi goloknya telah muncul, jurus goloknya juga
ikut muncul, muncul ditangan Ting Peng.
Mereka harus menyelidiki persoalan itu sampai jelas, golok milik Ting Peng itu berasal dari
mana" Ilmu goloknya belajar dari siapa" Dan apa hubungannya dengan orang itu".
Bila mungkin, paling baik kalau Ting Peng dibunuh dan golok itu dihancurkan..
Cuma sayang khabar yang mereka peroleh terlalu lambat, Ting Peng telah berangkat ke
perkampungan Sin kiam san-ceng, di perkampungan Sin kiam san-ceng terdapat Cia Siau hong,
mereka merasa agak lega, karena dengan demikian kemungkinan mereka sampai terbunuh di
ujung golok bulan sabit tersebut tidak terlalu besar.
Cia Siau hong pernah memberikan jaminan tersebut kepada mereka.
Tapi, kemungkinan mereka bisa membunuh Ting Pengpun tidak terlalu besar, karena Cia Siau
hongpun telah memberikan pula jaminannya kepada orang lain.
Perduli apapun yang terjadi, golok itu telah muncul di dalam dunia persilatan, jurus golok
itupun sudah muncul kembali di dalam dunia persilatan, mereka harus menyelidiki persoalan ini
sejelas-jelasnya. Oleh karena itu mereka datang.
Diantara ke enam orang itu kesan Lim Yok peng terhadap golok tersebut paling tawar, karena
sewaktu golok itu sedang merajai seluruh dunia persilatan, dia belum lulus dari perguruan.
Sumpah rahasia yang dilakukan enam partai besar baru diketahui setelah dia menjabat
sebagai ketua, dia tahu golok itu amat menakutkan, tapi tidak tahu sampai ke tingkatan yang
bagaimanakah rasa menyeramkan dari golok tersebut.
Tampaknya kelima orang lainnya juga tak pernah memberitahukan soal ini kepadanya, kalau
tidak ia tak akan begitu berani untuk mengucapkan kata: "Cabut keluar golokmu" terhadap Ting
Peng. Dalam dunia persilatan, ucapan tersebut adalah suatu perkataan yang sederhana, setiap saat
orang bisa mendengar perkataan itu diucapkan orang, entah karena persoalan sekecil apapun.
Tapi ucapan seperti itu tidak seharusnya diucapkan kepada pemegang golok bulan sabit.
ooo0ooo DAHULU, entah berapa orang yang pernah melakukan perbuatan bodoh seperti ini, dan orangorang
itu harus membayar suatu pengorbanan yang sangat besar.
Pertama-tama yang harus kita bayar paling dulu adalah nyawanya, oleh karena itu belum
pernah ada orang hidup yang memberitahukan kepada orang lain agar jangan melanggar
kesalahan tersebut. Apa mau dikata Lim Yok peng justru telah melanggar penyakit seperti ini.
Cuma dia masih terhitung bernasib baik, karena yang dijumpai adalah Ting Peng, sedang Ting
Peng meski memegang golok iblis tersebut, namun dia belum ketularan sifat iblisnya.
Dia sedikit gemar mempermainkan orang, tapi tidak terlalu suka membunuh orang.
Bahkan terhadap manusia seperti Liu Yok siong pun, Ting Peng tidak membunuhnya, maka
nasib Lim Yok peng memang terhitung baik.
Oleh karena itu setelah mengucapkan perkataan tersebut, dia masih bisa berdiri, masih bisa
berdiri utuh dan tidak sampai badannya terpisah menjadi dua.
Cuma sikap maupun tidak tanduk Ting Peng seakan-akan mulai dipengaruhi watak iblisnya,
kakinya sudah mulai melangkah ke luar dari dalam kereta, lalu menegur dengan suara dingin:
"Barusan apa yang kau katakan?"
Lim Yok peng mundur selangkah, memandang ke arah rekan-rekannya, tapi setelah
menyaksikan mimik wajah yang diperlihatkan mereka, dia mulai menyesal.
Para pemimpin dari lima partai lainnya menunjukkan sikap yang berbeda-beda.
Mimik wajah mereka ada lima bagian yang senang menyaksikan dia tertimpa musibah, dua
bagian gembira dan tiga bagian perasaan ngeri.
Gembira karena mereka telah menyaksikan golok ditangan Ting Peng, tak usah di periksa lagi
mereka hampir dapat memastikan kalau golok itulah yang dimaksudkan.
Ngeri, tentu saja karena memandang golok yang mengerikan tersebut.
Golok adalah benda mati, tentu saja yang menakutkan adalah orang yang memegang golok
tersebut, golok yang berada ditangan Ting Peng apakah juga terhitung menakutkan.
Walaupun golok Ting Peng telah memecahkan nyali Liu Yok-siong.
Walaupun dalam sekali tebasan golok itu telah mengutungi pergelangan tangan Thi yan siang
hui. Tap bagaimanapun juga apa yang mereka dengar hanya cerita orang, bukan suatu kejadian
yang mereka saksikan dengan mata kepala sendiri.
Walaupun berita yang tersiar tersebut bisa dipercaya kebenarannya, tapi dalam hati mereka
mempunyai suatu pandangan yang berbeda, karena dahulu mereka pernah menjumpai orang itu,
menjumpai golok tersebut.
Daya pengaruh yang amat besar terpancar dari golok tersebut membuat mereka merasakan
suatu keadaan yang luar biasa dan sukar di pahami orang lain, paling baik kalau ada orang yang
bersedia mencoba kelihaian golok tersebut, agar memberikan suatu perbandingan baginya.
Setiap orang ingin mencoba, tapi setiap orang tak berani untuk mencoba.
Sekarang Lim Yok peng telah menampilkan diri untuk menjadi kelinci percobaan, itulah yang
menyebabkan mereka jadi gembira menyaksikan orang lain tertimpa musibah.
Mendadak Lim Yok-peng menjadi mengerti, apa sebabnya mereka jarang sekali
membicarakan tentang persoalan ini sepanjang jalan, tapi lebih banyak membicarakan persoalan
tentang Liu Yok siong. Rupanya mereka memang bermaksud untuk menjadikan dirinya sebagai kelinci percobaan.
Walaupun Lim Yok-peng pernah melakukan pekerjaan bodoh, namun dia bukan seorang
bodoh, karena itu ia segera berhenti sebentar, dia segera berusaha keras untuk mengendalikan
perasaan sendiri sembari berkata: "Aku suruh kau mencabut keluar golok agar diperlihatkan
kepada semua orang, benarkah golokmu itu adalah sebilah golok iblis." "
Ting Peng segera tertawa.
"Seandainya kalian ingin mengetahui apakah di atas golok ini terdapat tulisan Siau lo it-ya teng
cun-hi", maka aku dapat memberi tahukan kepada kalian, memang golok inilah yang kalian
duga!?". Lim Yok-peng segera tertawa dingin.
Tapi hal itu tak dapat membuktikan apa-apa, setiap orang dapat membuat sebilah golok
semacam ini dan mengukirkan ke tujuh patah kata itu di atas gagang goloknya.
"Benar, benar, perkataanmu itu memang sangat bagus dihapal, kau memang seorang bocah
berbakat bagus, tak heran kalau kau bisa menjadi seorang ciangbunjin" ejek Ting Peng sambil
tertawa. "cuma kalau toh golok ini tak bisa membuktikan apa-apa, kenapa pula aku mesti
mencabutnya keluar untuk diperlihatkan kepada kalian semua?"
Sekali lagi Lim Yok peng dibikin tersudut oleh perkataan tersebut, cuma kali ini dia telah
bertindak lebih cerdik, dia tidak lagi diburu oleh napsu angkara murka, dia hanya tertawa sambil
berkata. "Hal tersebut harus ditanyakan kepada kelima orang itu, karena dahulu mereka juga pernah
menyaksikan golok itu bahkan pernah merasakan kerugian besar di ujung golok tersebut."
Seraya berkata dia lantas menuding ke arah lima orang lainnya, seakan-akan dia telah
menyumbang ancaman mara bahaya tersebut kepada mereka berlima.
Tentu saja kelima orang itu merasa amat terperanjat, mereka tidak menyangka kalau Lim Yok
peng akan berbuat demikian, sorot mata mereka segera dialihkan ke wajah orang itu.
Dua sorot mata yang tajam bagaikan dua buah kepalan tinju ditujukan ke wajah Lim Yok peng,
seakan-akan mereka ingin sekali menghajar wajahnya sampai hancur.
Cuma sayang, walaupun sorot mata mereka penuh dengan kemarahan, toh sorot mata bukan
kepalan tangan, wajah Lim Yok peng tetap masih utuh seperti sedia kala.
Sebaliknya perhatian Ting Peng segera tertarik untuk berpaling ke arah kelima orang itu.
(Bersambung ke Jilid 13) Jilid : 13 DIA memperhatikan sekejap wajah mereka semua, lalu sambil tertawa katanya.
"Tak heran kalau ada orang yang sangat memperhatikan golokku, ternyata golok ini pernah
begitu ternama, sayang sekali aku tidak tahu kalau kalian berlima apakah juga dapat ternama
dalam dunia persilatan?"
"Kau tidak kenal dengan mereka?" tanya Lim Yok peng sambil tertawa.
Ting Peng segera menggelengkan kepalanya berulang kaki:
"Aku tidak kenal, aku belum lama terjun ke dalam dunia persilatan dan tidak banyak jagoan
yang kujumpai, seandainya sutemu Liu Yok siong tidak menjadi muridku, akupun tak akan kenal
dirimu sebab sebelum seseorang akan menerima murid, sedikit banyak dia harus menyelidiki asal
usul dari calon muridnya bukan?"
"Sekali lagi Lim Yok peng merasa gusar sekali sehingga hampir saja muntah darah segar, tapi
kembali dia berusaha untuk menahan diri, katanya.
"Kelima orang ini adalah tokoh-tokoh silat yang amat termasyhur namanya dalam dunia
persilatan, bila kau tidak kenal dengan mereka, maka kau belum pantas untuk menjadi anggota
persilatan" "Kau tak usah melanjutkan kembali kata-katamu itu" tukas Ting Peng sambil tersenyum,
"akupun tak ingin kenal dengan mereka, karena aku tak ingin menjadi orang persilatan!
Ucapan tersebut kontan saja membuat setiap orang merasa tertegun, bahkan Lim Yok peng
sendiripun ikut menjadi tertegun.
"Kau tak ingin menjadi orang persilatan! serunya.
"Benar" Ting Peng manggut-manggut, "Walaupun orang yang kukenal tidak banyak jumlahnya,
tapi aku telah menjumpai beberapa orang diantaranya, tapi mereka semua kalau bukan seorang
manusia pengecut yang takut mampus sudah pasti manusia rendah yang tak tahu malu. Seorang
yang begitu *************************
Halaman 5 - 6 hilang *************************
Istri Liu Yok siong telah mempergunakan nama palsu Ko siau untuk melakukan suatu
pertunjukkan besar yang benar-benar Ko siau (menggelikan).
Karena sekarang istrinya juga ruse.
Rase adalah sejenis binatang yang pandai merayu. Rase jantan merayu perempuan, rase
betina merayu lelaki. bahkan dapat membuat orang menjadi terayu sampai ke liang kubur. .
Oleh karena itu seorang lelaki yang sudah memperistri perempuan rase, paling tidak ia tidak
seharusnya terpikat lagi oleh perempuan lain, tapi entah mengapa, sewaktu Ting Peng
menyaksikan senyuman-nya yang memikat hati itu ternyata jantungnya berdebar keras.
Tapi hal ini tak dapat menyalahkan Ting Peng, sebab di luar pintu masih berdiri dua orang
pendeta, seorang hwesio, dan seorang tosu.
Thian kay siangjin adalah ketua tianglo dari ruang Tat mo wan di kuil Siau lim si.
Sedang Ci yang totiang adalah tianglo yang berkedudukan paling tinggi dalam partai Bu tong.
Usia kedua orang itu tentu saja sudah tua, iman mereka juga sudah mencapai tingkatan yang
luar biasa, namun mereka toh sama saja dibikin terbelalak lebar-lebar oleh kecantikan Siau giok.
Sekali lagi gadis itu memperlihatkan sekulum senyuman yang amat memikat hati kepada
kelima orang itu, kemudian katanya:
"Maaf, ucapan tersebut bukan aku yang bilang melainkan ayahku, walaupun apa yang dia
katakan agak berbeda dalam susunan katanya bila dibandingkan ucapan Ting toako ini, tapi
maksudnya sama, karena itu bila kalian hendak marah, lebih baik marahlah kepada ayahku!"
Setelah mendengar penjelasan tersebut, sekalipun Thian kay Sangjin ingin marah juga tak bisa
dilampiaskan keluar, terpaksa tanyanya:
"Apakah Cia tayhiap ada dirumah".."
Cia Siau giok tertawa, sahutnya:
"Ayah baru saja keluar dari kamar bacanya dan segera mengucapkan perkataan tersebut
kepadaku, tampaknya dia mempunyai kesan yang kurang baik terhadap kalian, sebab itu akupun
tidak mengundang kalian untuk masuk ke dalam!".
Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, kontan saja kelima orang ciangbunjin tersebut
menjadi tertegun lalu berdiri dengan mata terbelalak dan mulut melongo.
Cia Siau giok tidak memperdulikan sikap mereka, sambil tertawa dia telah berkata lagi kepada
Kekaisaran Rajawali Emas 2 Kucing Suruhan Karya S B Chandra Rahasia Peti Wasiat 11

Cari Blog Ini