Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung Bagian 9
Dan masih banyak lagi bau busuk yang digemari manusia atau binatang, hal-hal aneh seperti
itu sudah bukan merupakan suatu keanehan lagi.
Tapi tak mungkin ada orang yang suka mengendus bau busuk yang tersiar keluar dari mayat
yang telah rusak dan membusuk.
Sebab bau busuk tersebut merupakan sejenis bau yang memuakkan, bau busuk yang penuh
dengan pancaran kematian dan keseraman yang menggidikkan bulu roma.
Hanya ada dua jenis binatang yang tidak muak terhadap bau busuk semacam ini.
Pertama adalah lalat dan kedua adalah ulat pembusuk.
Konon di gurun pasir terdapat pula sejenis burung elang pemakan bangkai, burung-burung
itupun tidak muak terhadap bau busuk bahkan paling menggemarinya, dari tempat yang amat jauh
mereka sudah dapat mengendus bau bangkai dan datang untuk menikmatinya.
Tapi di wilayah kanglam, tiada burung pemakan bangkai seperti itu.
Yang di jumpai disitu hanyalah lalat hijau berkepala merah serta ulat-ulat pembusuk yang
bergerak ke sana kemari. Ketika Ting Peng berjalan masuk ke hutan, "Nguuung .... !" "segerombol lalat besar segera
berterbangan ke angkasa, kemudian pelan-pelan hinggap kembali di atas mayat-mayat tersebut.
Mayat yang berserakan di situ berjumlah puluhan sosok lebih, saat kematian mereka pun
belum terlalu lama, karena bau busuk hanya ke luar dari dalam lubang hidung dan mata mereka,
meski isi perut mereka sudah mulai membusuk, namun belum sampai merembes ke luar.
Tapi ulat-ulat pembusuk itu sudah menyebar sampai di mana-mana, ulat-ulat tersebut sudah
merangkak keluar dari balik lubang telinga dan lubang hidung mayat tersebut.
Kalau di lihat dandanan mereka, kawanan tersebut merupakan jago persilatan, senjata
berserakan disekitar tubuh mereka, hanya saja golok dan pedang itu belum diloloskan dari
sarungnya atau baru saja diloloskan setengah.
Dengan memaksakan diri Ting Peng menutupi hidung dan memeriksa salah satu mayat
tersebut, setelah dibolak-balik ke sana kemari dan diperhatikan beberapa saat, ia jumpai mayat itu
berada dalam keadaan utuh dan tidak ditemukan mulut luka apa-apa.
Satu-satunya penyebab kematian mereka adalah sebuah pukulan di atas tenggorokannya,
seperti terhajar oleh telapak tangan, pukulan yang mematikan tersebut hanya meninggalkan
segumpal warna hijau yang telah meremukkan tulang tenggorokan mereka.
Puluhan sosok lainnya semua berada dalam keadaan seperti itu, tanpa terasa Siau Hiang
menjerit kaget. "Mengapa kau berteriak?" tiba-tiba Ting Peng berpaling sambil menegur.
"Mayat . . . mayat. . . mayat itu. . .?"
"Kau kenal dengan mereka?"
Siau Hiang sangsi sejenak lalu mengangguk.
"Yaa, mereka adalah orang-orang yang mengikuti di belakang kereta kongcu berapa hari
berselang" "Aneh, mereka hanya sekelompok manusia dari golongan kelas tiga, tak mungkin bisa
mengikat tali permusuhan dengan jago-jago lihay, siapakah yang telah membinasakan mereka?"
"Sekali lagi dia memeriksa sekejap mayat-mayat itu kemudian sambungnya lebih jauh:
"Mereka semua mati karena tulang tenggorokannya hancur dihajar orang dengan telapak
tangan, sudah pasti orang yang melakukan pembunuhan ini adalah seorang jagoan yang berilmu
amat tinggi. Ah Ku maju ke muka dan mengusap tenggorokan beberapa sosok mayat itu dengan
tangannya kemudian merentangkan telapak tangannya untuk diperlihatkan kepada Ting Peng.
Telapak tangannya berwarna hitam oleh sebab itu dapat kelihatan jelas kalau diatasnya
tampak sedikit serbuk perak yang halus.
"Aaaah Gin liong jiu (tangan sakti naga perak)! Pekik Siau hong dengan perasaan kejut
bercampur keheranan. "Apakah sih Gin liong jiu itu?" tanya Ting Peng hambar.
Siau Hiang agak termenung sejenak kemudian baru berkata:
"Gin Liong jiu adalah semacam ilmu silat, juga seorang manusia, lengan orang ini terbuat dari
perak, golok maupun pedang tak nanti mampu membacok kutung lengan tersebut, tapi bila dia
hendak membunuh orang maka dicekiknya leher orang itu dengan tangan perak hingga tulang
leher orang itu hancur dan tewas"
"Aaaaah masa orang itu sudah betul-betul kebal sehingga tidak kuatir dipukul maupun
dibacok?" "Soal ini budak kurang begitu tahu" kata Siau Hiang takut, "agaknya dia mengenakan sarung
tangan yang berwarna perak badannya mengenakan kaos kutang yang bersisik perak, mukanya
memakai topeng berwarna perak dan kepalanya mengenakan kopiah perak ...."
"Waaah, kalau begitu dia kan menjadi seorang manusia perak" ujar Ting Peng tertawa.
"Kongcu, budak bukan lagi bergurau, dalam dunia persilatan benar-benar terdapat manusia
semacam ini, dia adalah salah seorang diantaranya empat Tianglo perkumpulan Mo kau"
"Empat tianglo dari Mo kau?" Siau Hiang manggut-manggut.
"Benar, Mo kau mempunyai empat orang tianglo, mereka adalah Kim Say (singa emas), Gin
Liong (naga perak ), dan Thi Yan (walet baja)"
"Ooooh . ...bukankah Thi-Yan tianglo adalah sepasang suami istri yang tangannya kena
kukutungi?" "Benar, suami istri berdua itu menamakan dirinya sebagai Thi Yan-Siang hui (walet baja
terbang bersama), tapi hanya suaminya yang menjadi tianglo cuma saja lantaran suami istri
berdua itu selalu berada bersama dan tak pernah berpisah satu sama lainnya dimana dan disaat
apapun selalu bersama maka nama Thi-Yan-Siang hui baru termasyhur sekali dalam dunia
persilatan" Ooooh, kalau begitu Gin liong datang mencari aku utuk membalaskan dendam bagi Thi Yan
siang hui, tapi toh aku yang telah mengutungi lengan mereka, sepantasnya jika ia datang
mencariku, mengapa orang-orang itu yang dibantai olehnya?"
Siau Hiang seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi akhirnya niat tersebut diurungkan .
Ting Peng menjadi tak sabar, segera tegurnya.
"Siau Hiang, bila ada perkataan utarakan saja berterus terang, jangan ragu-ragu macam
begitu." "Soal ini budak kurang jelas. tapi banyak kudengar orang luar berkata konon diantara empat
tianglo dari Mo kau, Kim say, Gin liong dan Thi yan telah berkhianat kepada Mo kau"
"Ooh..., dari suatu perguruan kalau ada tiga orang tianglo diantaranya yang telah berkhianat,
bukankah berarti perkumpulan mereka sudah mendekati kepunahan?"
"Sewaktu Mo kau malang melintang dalam dunia persilatan dulu, banyak perguruan besar
yang terdesak hingga tak mampu mendongakkan kepala. Kelima orang Ciangbunjin dari lima
partai besar selalu berusaha keras untuk menanggulangi keadaan tersebut, akhirnya secara
beruntun ketiga orang tianglo Mo kau itu berhasil mereka suap, apalagi setelah memperoleh
bantuan dari Cia sam sauya dari perkampungan Sin kiam san ceng berbondong-bondong mereka
menyerbu markas besar Mo kau kemudian mengeroyok kaucu dari Mo kau hingga terjatuh dari
jurang dan mati seketika sejak saat itulah pamor Mo kau kian lama kian bertambah pudar"
"Thi yan tianglo memiliki lencana bebas dari kematian, mungkinkah mereka peroleh lencana
tersebut waktu itu?"
"Mungkin saja, Seperti yang diketahui selama memangku jabatan sebagai tianglo dalam Mo
kau, mereka kelewat banyak membunuh orang-orang persilatan, untuk menghindari pembalasan
dendam keturunan dari korban pembunuhnya di kemudian hari, kelima orang ketua partai besar
pun bersama-sama menghadiahkan sebuah lencana bebas dari kematian-kematian untuk mereka.
"Kalau toh kekuatan Mo kau sudah begitu besar, kedudukan ke empat orang tianglo itupun
begitu tinggi, mengapa mereka mau berkhianat kepada perkumpulan Mo kau?"
"Waaah, kalau soal itu mah budak kurang tahu"
"Tapi toh ada khabar anginnya bukan"."
"Pada hakekatnya persoalan tersebut merupakan suatu rahasia yang sangat besar kecuali
Ciangbunjin dari lima partai besar, sedikit sekali ada orang yang mengetahuinya sebab Mo kau
sendiri sebenarnya memang satu perkumpulan rahasia meski kekuasaan sangat besar namun
amat jarang melakukan tindakan secara terbuka, bahkan ada sekawanan jago persilatan yang
malah tak tahu kalau dalam dunia persilatan terdapat suatu perkumpulan semacam ini, tak heran
kalau khabar angin tentang merekapun tidak banyak jumlahnya"
"Darimana pula kau bisa tahu?"
Siau Hiang agak tertegun kemudian baru sahutnya:
"Oleh karena budak selalu mengikuti siocia dan berhubungan dengan siluman rase seperti
yang diketahui siluman rase mempunyai kepandaian yang hebat dengan memiliki kemampuan
untuk mengetahui segala-galanya, sedang budakpun amat gemar mendengarkan kisah-kisah
cerita tentang dunia persilatan, sedikit-sedikit akhirnya membukit, itulah sebabnya hamba jadi
mengetahui akan kejadian tersebut"
"Oooh, apakah Cing cing pun tahu juga?"
"Apa yang diketahui nona jauh lebih sedikit daripada yang budak ketahui, dia melatih ilmu rase
langit, hakekatnya dia tak ambil perduli terhadap segala macam masalah yang terjadi dialam
semesta ini" "Lalu siapa yang mengetahui paling banyak?"
Siau Hiang segera tertawa.
"Mungkin saja tak ada, budak adalah orang paling tahu banyak tentang persoalan dalam,
dunia persilatan. karena budak selalu memperhatikan dengan seksama, nona minta kepada budak
agar selalu mendampingi kongcu, hal inipun dikarenakan kongcu mengetahui persoalan tentang
dunia persilatan kelewat sedikit, ia minta kepada budak agar selalu memberikan gambarangambaran
untuk kongcu pertimbangkan"
"Tapi.... kau toh buktinya tidak mengetahui tentang masalah yang sedang kita hadapi
sekarang?" "Bukankah budak sudah bilang pembunuhnya adalah Gin liong tianglo?"
"Tapi persoalan tentang Gin liong tianglo tidak banyak yang kau ketahui, seperti misalnya
mengapa dia sampai menghianati Mo kau, mengapa harus membunuh orang-orang itu" Paling
tidak, kau toh mesti memberikan sebuah jawaban yang jelas kepadaku"
"Besok budak akan mencoba untuk menyelidiki persoalan itu, bila sudah ada hasilnya akan
kulaporkan kepada kongcu, setuju bukan ....?"
"Apakah besok kau sudah tahu" Kau akan menyelidikinya dari siapa?"
?"Asal budak lakukan ilmu mengundang rase dan menanyakan soal ini kepadanya, segala
persoalan akan menjadi jelas dengan sendirinya"
"Oooh, kau pandai ilmu memanggil rase?"
"Benar, majikan tua adalah kaisar dari para rase, setiap rase yang ada di dunia ini di kuasahi
oleh majikan tua, tentu saja budakpun mengerti tentang ilmu memanggil rase"
Ting Peng tidak banyak berbicara lagi, dia cuma memandang sekejap ke arah Siau Hiang,
setelah itu manggut-manggut dan membungkam dalam seribu bahasa.
Siau-Hiang sendiripun tidak berbicara lagi, untuk sesaat suasana menjadi hening sepi...
ooo0ooo SARANG KELINCI TING PENG telah sampai dirumah.
Tapi Cing-cing tak ada dirumah, Siau Im juga tak ada dirumah, mereka sama sekali belum
pulang ke rumah" Hanya Liu Yok siong yang menjemukan berada seorang di situ.
Dengan gaya yang tengik dia berjalan mendekat, lalu berkata:
"Suhu kau orang tua telah kembali?"
Yaa aku sudah kembali " sahut Ting Peng sambil tertawa " Song ji dalam kepergianku kali ini
tentu kau sangat repot dirumah"
"Aaaah mengapa suhu berkata begitu" Hal tersebut sudah merupakan kewajiban dari tecu,
harap kau orang tua jangan berkata demikian"
Kemudian dengan nada menyelidik dia bertanya lagi:
"Konon suhu telah berjumpa dengan Cia Siau hong dalam perjalanan kali ini?"
"Ehmm, yaa betul aku memang telah bersua dengannya, apa pula yang sempat kau dengar?"
"Soal pertarungan antara suhu dengan Cia Siau hong, di luar santer tersiar berita yang
mengatakan suhu telah menang, tapi ada pula yang mengatakan suhu kalah, bahkan ada pula
yang mengatakan kalian berimbang, tiada yang menang dan tiada yang kalah, tecu tak tahu
manakah yang benar?"
"Lantas menurut pendapatmu" seharusnya termasuk yang mana?"
"Tecu benar-benar tak tahu, Itulah sebabnya tecu mohon penjelasan dari suhu"
"Kau mengharapkan aku menang" Ataukah kalah ?"
"Soal ini. . . tentu saja tecu mengharapkan kemenangan berada di pihak suhu, dengan begitu
seandainya orang lain menanyakan soal ini kepada tecu, tecupun merasa agak bangga"
"Kalau begitu, katakan saja demikian kepadanya"
Liu Yok siong nampak agak tertegun, kemudian serunya:
"Jadi suhu benar-benar telah berhasil mengalahkan dia?"
Ting Peng tertawa. "Asal kau berkata demikian, sudah pasti tak ada orang yang membantah, termasuk Cia Siau
hong sendiripun tak akan membantah"
"Kalau benar suhu yang menang, mengapa ada orang yang menyatakan bahwa suhu kalah
atau seimbang?" Kembali Ting Peng tertawa.
"Itukan cuma berita belaka, karena akupun tidak membantah"
Liu Yok siong semakin tertegun. .
"Sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Bila kau ingin mengetahui kenyataan yang sebenarnya, maka beginilah kejadiannya, meski
kau meski kami berdua telah bersua muka, namun hanya melakukan sesuatu perbincangan yang
mendalam, tak sampai melakukan pertarungan apa-apa. . . ?"
"Tidak sampai bertarung ?"
"Benar, tidak sampai bertarung, tapi kami benar-benar telah melangsungkan suatu duel sengit"
"Kalau tidak bertarung, bagaimana mungkin bisa berduel sengit" Apakah kalian bertempur
secara lisan?" "Itu pun tidak. Kami hanya saling bertukar pikiran saja tentang pengetahuan kami dalam ilmu
silat, akhirnya kedua belah pihak sama mendapatkan penjelasan yang amat bermanfaat, aku dan
dia sudah tak perduli tentang soal menang kalah lagi setelah pedang saktinya dan golok saktiku
dilancarkan bersama, siapa pun tak berhasil mematahkan jurus serangan dari lawannya, aku bisa
saja mati di ujung pedangnya, tapi diapun akan tewas pula di ujung golokku, sebab itu diantara
kami berdua sudah tidak persoalkan menang kalah lagi"
"Masa menang kalah saja tak bisa dibedakan?"
Ting Peng tertawa. "Ya, dalam hal ini dibilang seimbang atau sama kuat, siapa lebih lihay dan siapa lebih lemah
tentu saja ada cuma tiada orang yang akan memperebutkan soal menang kalah tersebut, yang di
maksud menang setingkat adalah lebih mampu untuk mengendalikan jurus serangan sendiri,
sehingga bila mana perlu bisa menarik kembali ancamannya dan tak sampai melukai pihak lawan"
"Lantas. apakah bagi diri pribadi pun bisa aman dan selamat?"
"Tidak, kecuali kalau pihak lawan pun memiliki kepandaian yang sama lihaynya, kalau tidak,
hanya akan mati ditangan lawan saja. Menggunakan kematian untuk mencari kemenangan,
haaahh ...haaaahhh ....dia bukan orangnya keputusan"
"Kemudian?" Liu Yok-Siong seperti agak kecewa.
"Mungkin saja di kemudian hari, bila kami berdua sudah tak ingin hidup lagi, kami baru akan
mencari lawan untuk berduel dan menggunakan kematian sendiri untuk menentukan kepandaian
siapakah yang lebih hebat"
"Seperti Yan Cap-Sah mengalahkan dia dahulu?"
"Tidak sama, Yan Cap-sa belum dapat mengendalikan jurus pedang sendiri, dia hanya lihay
dalam jurus serangan tapi akhirnya harus berkorban juga oleh jurus serangannya, berbeda dengan
Cia Siau Hong yang dapat mengendalikan jurus serangannya, olieh sebab itulah Yan Cap-sa kalah
di tangannya " "Tentang soal ini, tecu amat bodoh harap suhu bersedia banyak memberi petunjuk..
"Dia menang karena dia hidup dan Yan Cap sa kalah karena dia mati, bukankah hal ini
merupakan sebuah bukti yang jelas"
"Tapi bukankah hal itu malah bertolak belakang dengan apa yang suhu katakan barusan?"
"Benar, kelihatannya bertolak belakang, tapi dalam kenyataan tidak bertolak belakang, bila
seseorang dapat membuat musuh yang mengalahkan dirinya bunuh diri, hingga selembar jiwa
sendiri selamat, apakah orang ini bisa dikatakan sebagai pihak yang kalah."
Liu Yok siong menghela napas.
"Teori suhu kelewat dalam, tecu benar-benar tidak habis mengerti" katanya.
"Yaa, hal ini tak bisa disalahkan, sebelum ilmu silatmu berhasil mencapai tingkatan yang tinggi,
memang tidak mudah untuk memahami akan hal tersebut, cuma asal kau bisa memahami apa
yang kukatakan maka kemajuan yang kau raih akan pesat sekali, bahkan meningkat selangkah
lebih ke atas, kau dapat menjadi seorang jagoan ke tiga"
"Jago ke tiga?"
"Benar, aku, Cia Siau hong berada di muka mu, kau tak nanti bisa melampaui kami"
Menghadapi sikap angkuh yang menggemaskan ini Liu Yok siong benar-benar merasa amat
gemas, kalau bisa dia ingin mencengkeram tubuh Ting Peng lalu menginjaknya keras-keras.
Tentu saja hal demikian itu tak bisa dia lakukan, maka sambil tertawa merendah ujarnya:
"Aaaah, tecu tak berani sebanding dengan suhu bisa menjadi jagoan nomor tiga pun, sudah
lebih dari cukup" "Bagus sekali" Ting Peng tertawa, ?"anak pintar memang bisa diberi pelajaran, tidak sulit
sebenarnya bila kau ingin mencapai ke tingkatan seperti itu, cuma mesti melakukan seperti apa
yang kukatakan" "Silahkan suhu memberi petunjuk?"
"Carilah sebuah tempat untuk memisahkan diri dari keramaian dunia, berlatihlah tekun selama
sepuluh tahun dengan menghadap ke dinding, selama sepuluh tahun ini, kau harus melupakan
segala-galanya, agar dirinya menjadi kosong tanpa suatu beban, lupakan segenap kepandaian
silatmu dulu, maka bila kau munculkan diri lagi, kau sudah akan menjadi jagoan yang tiada
tandingannya lagi di dunia ini."
"Masa begitu gampang?" Liu Yok siong agak kecewa.
"Jangan kau anggap cara itu gampang, sesungguhnya kau sudah memiliki dasar ilmu silat
yang sangat baik, yang kurang adalah perasaan dan pikiranmu belum dapat berpadu, seandainya
kau bisa mengosongkan pikiran sehingga perasaan dan pikiran berpadu, sekalipun menggunakan
sebuah jurus serangan yang paling sederhanapun akan menghasilkan suatu kekuatan yang luar
biasa." "Tecu mengerti, itulah suatu tingkatan ilmu silat yang luar biasa, sayang tecu bukan termasuk
manusia yang berbakat demikian."
"Kalau begitu, selama hidup kau hanya akan tersangkut pada tingkatan kelas dua saja."
Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tecu Cuma berharap bisa menjadi jagoan yang paling top diantara jago-jago kelas dua saja,
sebab hal itu sudah lebih dari cukup bagiku."
Ting Peng segera tertawa.
"Kalau begitu mah gampang sekali, bila ada waktu senggang, belajarlah dari Ah Ku, asal kau
bisa mempelajari satu dua macam saja kepandaiannya, kau akan menjadi seorang jagoan yang
paling top." "Manusia macam apakah yang dimaksudkan sebagai manusia top?"
"Seperti ciangbunjin lima partai besar, juga seperti suhengmu dulu Lim Yok peng"
"Konon Lim Yok peng juga dikalahkan di ujung golok suhu" kata Liu Yok siong sambil
menghembuskan napas panjang.
Ting Peng segera tertawa.
"Itu mah bukan bertanding namanya, Kau adalah muridku sedangkan dia adalah suhengmu,
aku hanya memberi pelajaran saja kepada seorang angkatan muda, oleh karena itu aku hanya
mengutungi pedangnya menjadi dua bagian, siapa tahu kalau nyalinya kelewat kecil, ternyata dia
menjadi bodoh karena ketakutan."
Selama hidup Liu Yok siong tak pernah menaruh kesan baik terhadap kakak seperguruan itu,
tapi sekarang dia merasa sakit hati atas kekalahan yang diderita kakak seperguruannya itu, dia
ingin menghadiahkan pula sebuah bacokan ke atas kepala Ting Peng.
Cuma sayang hal itu hanya berani dipikir dalam hati saja dan tak punya keberanian untuk
melaksanakan secara nyata.
"Song ji" terdengar Ting Peng bertanya:
"Dalam dunia persilatan kau selalu tersohor karena tajamnya pendengaranmu, sewaktu aku
akan kembali telah menemukan suatu peristiwa besar, tahukah kau?"
"Peristiwa besar apakah yang suhu maksudkan?"
"Dalam sebuah hutan tujuh puluh li di barat kota Hang ciu telah kutemukan tujuh belas orang
jago persilatan yang terbunuh dan terdapat dalam hutan. . . ."
"Oooh, sudah terjadi peristiwa itu ?" Liu Yok siong kelihatan sangat terperanjat.
Tiba-tiba Ting Peng membentak dengan suara keras.
"Aku sedang bertanya kepadamu, tahukah kau akan hal ini, hmmm, jika kau berani
mengatakan tidak tahu, sekali bacok kubunuh dirimu."
Ketika Liu Yok siong menyaksikan Ting Peng telah mengangkat golok bulan sabitnya, kontan
paras mukanya berubah hebat, karena dia tahu Ting Peng bukan sedang bergurau.
Di bawah ancaman kematian, terpaksa dia harus menjawab:
"Tecu tahu !" Pelan-pelan paras muka Ting Peng berubah agak mengendor, katanya lebih jauh.
"Kau masih terhitung tahu malu juga, Liu Yok siong, apa saja yang sedang kau pikirkan dalam
hatimu, sudah kuketahui semua, oleh karena itu selama berada di hadapanku lebih baik kau
jangan berlagak bodoh atau sok pintar."
Rasa kaget dan takut masih mencekam perasaan Liu Yok siong, buru-buru serunya lagi.
"Suhu, seandainya tecu benar-benar tidak tahu, bukankah aku bakal mati penasaran karena
kau bacok?" Seandainya kau benar-benar tidak tahu, akupun tak akan mendesakmu, bukankah sudah
kukatakan tadi, apa pun yang kau pikirkan dalam hatimu sudah kuketahui lebih dulu dengan
jelas?" ooo0ooo LIU YOK SIONG memandang sekejap wajah Ting Peng, ia rasa seram telah menyelimuti
seluruh wajahnya. Bila seseorang yang bertujuan jahat namun tak dapat merahasiakan isi hatinya di hadapan
musuh sendiri yang paling tangguh, maka keadaannya saat itu pasti menyerupai kelinci yang
dikurung dalam kandang harimau.
Walaupun kelinci itu pintar dan lincah namun berada dalam keadaan seperti itu keadaannya
ibarat orang yang dijatuhi hukuman mati, cepat atau lambat akhirnya bakal ditelan harimau juga.
Sambil tertawa Ting Peng berkata lagi.
"Ketika aku membicarakan persoalan tersebut tadi, aku tidak tahu kalau kau menghormati
akan persoalan itu maka pertanyaan yang ku ajukan pertama kalinya tadi merupakan
pertanyaanku yang sebenarnya.
"Apakah pertanyaan tecu tadi menimbulkan suatu kecurigaan bagi suhu?"
"Benar! Penampilanmu ketika itu amat kaget dan gugup tapi berlagak seakan-akan tiada
persoalan, disinilah letak titik kelemahanmu, karena pada hakekatnya kau bukanlah seseorang
yang terlalu memperhatikan keselamatan jiwa orang lain, bila kau benar-benar tidak tahu, kau
pasti akan bertanya siapa-siapa saja yang telah mati, tapi kau menaruh perhatian terhadap
persoalan lain, hal ini membuktikan kalau kau sudah tahu siapa-siapa yang telah mati"
Sekali lagi Liu Yok siong merasa gemas terhadap diri sendiri, dia ingin menghadiahkan sebuah
tamparan untuk diri sendiri dan memaki dirinya goblok, kalau kebiasaan sendiripun tidak diketahui,
bagaimana mungkin bisa berlagak pilon"
Tapi dia lupa kebiasaan seseorang seringkali hanya diketahui orang lain, sedang dia sendiri
justru merupakan satu-satunya orang yang tidak mengetahuinya.
Ting Peng tidak memberi kesempatan yang terlalu banyak baginya untuk mengomeli diri
sendiri, kembali tanyanya:
"Kenapa orang-orang itu mati?"
Kali ini Liu Yok siong tak berani berbohong:
"Konon mereka mati ditangan Gin Liong Jiu!"
"Siapa pula yang dinamakan tangan sakti naga perak tersebut?"
"Gin Liong jiu adalah salah seorang dari empat Tianglo Mo-kau, ilmu silat khusus dari GinLiong Tianglo, dengan Thi Yan siang Hui suami istri yang suhu lukai tempo hari, mereda berasal
dari satu aliran yang sama "Mengapa ia membunuhi orang-orang tersebut"
"Soal ini kurang tahu, tecu hanya mendengar dari salah seorang korban yang berhasil lolos
dari bencana tersebut, dari mulutnyalah aku mengetahui bentuk muka si pembunuh sadis tersebut
dan tecupun lantas menduga sebagai Gin Liong Tianglo, mungkin orang lain tak akan mengetahui
akan hal ini" "Menurut pendapatmu, mungkinkah dia sengaja mencari gara-gara denganku ...." "
"Seharusnya tak mungkin, jika dia ingin membalaskan dendam bagi Thi yan siang hui suami
istri, sudah sepantasnya kalau secara langsung datang mencari suhu dan tidak seharusnya
melimpahkan kemarahannya kepada orang yang tak ada sangkut pautnya dengan peristiwa ini."
"Siapa tahu kalau dia ingin mengunjukkan kelihaiannya lebih dulu, maka sepanjang jalan yang
kulalui, dia membunuhi kawanan manusia tersebut?"
"Kemungkinan kesitu memang selalu ada" kata Liu Yok siong dengan bersungguh-sungguh.
"orang Mo kau memang selalu kompak dan setia kawan, penghinaan terhadap mereka bisa
dianggap sebagai penghinaan terhadap seluruh anggota perkumpulan biasanya mereka bertekad
akan membunuh lawannya sampai mati , itulah sebabnya setiap orang yang menyinggung soal Mo
kau dimasa lalu, rata-rata berubah muka."
"Berapa banyak yang kau ketahui tentang soal Mo kau ?"
Terbatas sekali yang tecu ketahui tentang karena mereka terlalu misterius, orang luar jarang
sekali mengetahui keadaan mereka yang sebenarnya."
"Aku perintahkan kepadamu sekarang untuk pergi menyelidiki persoalan ini, sebab dan
musababnya, besok harus memberi jawaban kepadaku"
"Soal ini. . . . tecu kuatir. . . "
"Liu Yok siong, perduli cara apapun yang kau pergunakan, aku hanya tak mau dengar kau
berkata kalau tugas ini tak sanggup kau lakukan, besok sebelum matahari terbenam, bila kau tak
memberi jawaban kepadaku, lebih baik carilah tempat yang berpemandangan baik untuk
menantikan kedatanganku, ingat sebelum matahari terbenam besok."
Liu Yok siong tak berani berbicara lagi setelah memberi hormat dia lantas mengundurkan diri
dari situ, ketika tiba di luar pintu, ia baru mencaci maki Ting Peng sampai ketiga puluh enam
keturunannya. ooo0ooo HILANGNYA SANG BIDADARI BULAN sepuluh tengah malam, malam itu gelap gulita tak bersinar.
Langit mendung, banyak awan, suasana gelap gulita.
Sebuah gedung besar yang terbengkalai konon dihuni oleh dewa rase, oleh karena itu oleh
pemiliknya gedung mana dijual kepada sepasang suami istri tua dengan harga bantingan.
Mereka berdua tidak begitu takut dengan siluman rase, pada saat itu juga kedua orang tua ini
sudah pindah ke sana dan menetap dalam gedung tersebut.
Kepada semua orang, mereka mengatakan kalau didalam kebun benar-benar ada rasenya,
cuma dewa rase kasihan kepada mereka yang sudah tua, maka diijinkan tinggal di tempat itu.
Tentu saja ada pula orang-orang iseng yang ingin tahu secara diam-diam, mereka melakukan
pengintaian diwaktu malam, mereka menyaksikan dalam kebun terdapat perempuan cantik dan
lelaki ganteng, tapi apa yang dilihat hanya sekejap mata, menyusul kemudian kesadaran mereka
lenyap tak berbekas. Keesokan harinya mereka akan temukan dirinya digantung di atas tiang bendera yang tinggi di
atas loteng tembok kota, telinga mereka hilang sebelah.
Sejak peristiwa itu, tak ada orang yang berani mengintai gedung seram itu lagi.
Cing cing dengan membawa Siau Im, justru secara diam-diam memasuki gedung itu.
Sesosok bayangan manusia yang tinggi besar menghadang jalan perginya, orang itu
berpakaian perang dari baja dengan wajah hijau membesi, ternyata orang itu adalah dewa bukit
yang pernah dijumpainya dalam kuil tempo hari.
Sewaktu ia membungkukkan badan memberi hormat, pakaian perangnya berdentingan
nyaring. Nada suaranya pun seperti batu dan tembaga yang saling bergesekan, sangat menusuk
pendengaran. "Aku menjumpai tuan putri, mengapa tuan putri datang lagi kemari?"
"Aku ada urusan penting ingin berjumpa dengan yaya, sulit benar tempat yang kalian
pergunakan sekarang, aku sudah mencarinya selama beberapa hari sebelum menemukannya.
Paras muka Dewa bukit itu dingin tanpa emosi, tapi nada suaranya membawa kehangatan, ia
berkata: "Tuan putri, kau tidak seharusnya datang kemari, majikan tua telah berpesan, ia enggan
mengadakan kontak lagi denganmu, sekarang kau sudah terlepas dari ikatan perguruan"
"Aku mengerti!," kata Cing cing, seandainya anggota perkumpulan tiada yang mencari garagara
denganku, akupun tak akan datang kemari"
"Ada anggota perkumpulan yang mencari tuan putri" Aaah, hal ini mustahil bisa terjadi?"
"Pasti tak bakal salah lagi, bahkan diapun membawa lencana ular emas milik yaya, oleh sebab
itu aku ingin menanyakan soal ini kepada yaya"
"Sudah pasti tak akan pernah terjadi peristiwa tersebut, malah berapa hari berselang majikan
tua masih memperingatkan kepada kami, agar kami jangan melakukan hubungan kontak lagi
dengan Tuan putri..."
"Tapi lencana ular emas milik yaya tak mungkin dipalsukan orang bukan" Apalagi kalau orang
yang membawa perintah itu adalah Kim-ih si ci (utusan berbaju emas)" .
Dewa bukit agak tertegun, kemudian serunya keheranan:
?"Aaaah, masa ada kejadian seperti ini" Sekarang semua lencana ular emas berada di bawah
kekuasaanku, seandainya ada peristiwa semacam ini, sudah pasti akan kuketahui, sebenarnya
apa yang terjadi" Perintah apakah yang diturunkan majikan tua lewat lencana ular emasnya....?"
"Yaya hendak membunuh suamiku!.."
Dewa bukit nampak terperanjat sekali.
"Aaaah, tak mungkin terjadi peristiwa semacam ini, mana mungkin majikan tua menurunkan
perintah seperti itu" Ia sangat kagum dan gembira atas sukses yang berhasil diraih Ting kongcu
belakangan ini, dia merasa walaupun kemampuan perguruan kita kian hari kian bertambah lemah,
namun ilmu golok perguruan kita justru berhasil memperoleh kemajuan yang luar biasa ditangan
Ting kongcu, di kemudian hari nama perguruan kita mungkin akan bertambah cemerlang bersama
dengan makin tenarnya nama Ting kongcu! .."
"Paman Tong, aku tidak akan membohongimu" kata Cing cing, lencana ular emas di turunkan
kepada budak ini, dialah yang diwajibkan membunuh suamiku, untung sebelum ia sempat turun
tangan, aku berhasil menghalangi niatnya, dia bilang telah memperoleh perintah yaya lewat
lencana ular emas tersebut, maka dari itu aku khusus datang mencari yaya untuk menanyakan
persoalan ini, aku ingin tahu maksud hatinya yang sebenarnya"
Dewa bukit memandang ke arah Siau Im, sorot mata yang memancar keluar dari balik topeng
tembaga hijaunya mencorong tajam bagaikan sembilu, suaranya pun turut berubah menjadi serius
pula. "Siau im! Benarkah itu?" bentaknya.
Dengan ketakutan Siau Im mundur selangkah ke belakang, kemudian baru jawabnya:
"Benar" "Apakah utusan ular emas sendiri yang menyerahkan lencana ular emas kepadamu?"
"Benar, sewaktu menyerahkan lencana ular emas, ia menyampaikan pula perintah dari
majikan" "Kau tak bakal salah melihat orang?"
"Tak mungkin, ketika budak masuk ke dalam perguruan, dialah yang membawaku, apalagi
budak pernah belajar silat selama berapa tahun darinya. . . "
"Betulkah ia telah menyerahkan lencana ular emas tersebut kepadamu?"
"Benar, budak telah menyerahkan lencana ular emas itu kepada nona. . . ."
Baru saja Cing cing akan mengeluarkan lencana itu, Dewa bukit telah menukas.
"Taun putri tak usah memperlihatkan kepada hamba, lencana ular emas itu tak bakal palsu,
Cuma sudah tidak berlaku lagi."
"Sudah tidak berlaku lagi?" Cing cing tertegun.
"Berapa hari berselang, utusan baju emas telah membawa kabur dua belas batang lencana
emas, ia berkhianat, tapi orang itu berhasil hamba hadang dan membunuhnya seketika, namun
dari dua belas batang lencana ular emas yang dibawa kabur, hanya sepuluh batang yang berhasil
kurampas kembali, Majikan tua kuatir ada orang yang menyalah-gunakan kedua batang lencana
ular emas itu untuk berbuat semena-mena, maka seluruh anggota perkumpulan telah diberitahu
kalau kekuasaan lencana ular emas tidak berlaku untuk sementara waktu."
"Soal ini budak tidak tahu" kata Siau Im ketakutan.
"Tentu saja kau tak tahu, sebab ketika lencana ular emas diserahkan kepadamu, utusan ular
emas belum berhasil dibunuh."
"Aaah. . . Utusan ular emas bisa menghianati perguruan, ini benar-benar sukar dipercaya!"
kata Cing-cing, "bukankah dia selalu setia dan menurut selama ini?"
Dewa bukit menghela napas panjang.
"Aaai ....bagaimanapun juga, dia adalah murid Kim say tianglo, diapun merupakan wakil
thamcu dari Kim lotoa, bila Kim lotoa datang mencarinya, terpaksa dia harus mengikutinya pergi"
"Apakah dia tidak tahu jika Kim say tianglo adalah penghianat perguruan kita?"
"Sekalipun tahu, apalah gunanya" Kim lotoa melepaskan budi setinggi bukit kepadanya,
sedang peraturan perguruanpun amat ketat dan tegas, bilamana harus dibandingkan satu sama
lainnya tentu saja dia akan condong ke pihak sana.
Cing cing turut menghela napas panjang.
(Bersambung ke Jilid 18) Jilid: 18 "AAAA ....dari kejayaan yang cemerlang ibarat mata hari di angkasa, dalam sekejap mata
pamor kita sudah runtuh sedemikian rupa, dari empat orang tianglo, tiga orang telah berkhianat,
tentunya merekapun disebabkan alasan yang sama bukan?"
"Benar, meskipun mereka menjabat sebagai tianglo dari perguruan kita, namun sama sekali
tidak merasakan kewibawaan dari seseorang yang memegang kekuasaan besar, bila sampai
melanggar peraturan, tetap harus menjalankan hukuman seperti lainnya, yaaa.. walaupun
peraturan ini diperlakukan demi kepentingan kita sendiri dan agar semua orang meningkatkan
kewaspadaannya, tapi bagai manapun juga peraturan mana memang kelewat keras dan ketat .."
"Aku pernah berkata kepada yaya, pendapat serta pandangan dia orang tua sebenarnya keliru,
tapi dia bilang peraturan tersebut tak boleh dirubah, makin tinggi kedudukan seseorang, dia harus
semakin mawas diri dan selalu waspada, tak boleh melakukan pelanggaran ataupun kesalahan,
seperti penghianatan dari ke tiga orang tianglo itu yaya menganggap bukan kesalahan dari
peraturan, melainkan moral dan iman merekalah yang tak kuat memikul tugas berat ini, seperti
paman Tong, bukankah kau tak pernah melanggar peraturan barang sekali pun"."
Sambil menundukkan kepala Dewa bukit itu menghela napas panjang.
"Aaaai, meskipun peraturan dari majikan tua sangat ketat, tapi dia sendiripun tetap
melaksanakan dengan bersungguh hati. aku masih ingat, suatu ketika tanpa disengaja ia telah
melanggar peraturan, namun seperti juga anggota perguruan lain, dia membuka pakaian sendiri
dan menerima siksaan di garang api di hadapan umum, ketika kami berempat memohon ampun
kepadanya agar dia menyudahi perbuatannya itu, kami malah dicaci maki habis-habisan, sejak
itulah aku semakin menaruh hormat kepada majikan tua, sayangnya orang lain tidak berpendapat
demikian" Setelah berhenti sebentar, katanya lebih jauh:
"Tapi beginipun ada baiknya juga, setelah terjadi perubahan, meski anggota kita tidak banyak
lagi jumlahnya, namun sebagian besar adalah orang-orang yang benar-benar setia pada
perguruan, cuma saja masih ada sebagian kecil manusia yang tidak sependapat..."
Ketika sorot matanya yang tajam dialihkan ke wajah Siau Im, dengan wajah pucat pias gadis
itu berseru: "Tong toa siok, selama ini aku selalu setia dan berbakti kepada nona, kalau kau tidak percaya
boleh ditanyakan kepada nona"
Dewa bukit mendengus dingin.
"Siau Im, kau dan Siau Hiang berdua mengikuti tuan putri, majikan tua telah mencoret nama
kalian dari keanggotaan perguruan..."
"Baik... Cuma kami masih seringkali mengadakan hubungan kontak dengan perguruan"
"Hal itu dikarenakan untuk membantu Ting Kongcu, meskipun ia berhasil melatih ilmu golok
sakti yang tiada tandingannya dikolong langit, tapi masih kekurangan pengalaman dalam dunia
persilatan. selain ini persoalan dunia persilatan masih kelewat peka baginya, itulah sebabnya
majikan tua mengijinkan anggota perguruan kita untuk melaporkan segala gerak gerik dalam dunia
persilatan serta memberikan pelbagai bantuan yang kalian butuhkan demi suksesnya dia. Namun
berikut Tuan putri sendiri kalian hanya berkedudukan sebagai tamu belaka, mengerti kau?"
"Tecu mengerti"
"Kalau sudah mengerti hal ini lebih bagus lagi" Dewa bukit tertawa dingin, "kalau begitu, hal
mana menunjukkan pula jika bohongmu kurang pintar, kau seharusnya dapat berpikir, lencana ular
emas adalah lencana yang paling tinggi didalam perguruan sekalipun kau masih berada dalam
perguruanpun masih belum pantas untuk menerima perintah ini, apalagi kau sudah bukan anggota
perguruan lagi" Paras muka Siau Im segera berubah hebat.
"Tapi lencana tersebut benar-benar kudapatkan dari utusan berbaju emas"
Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Semua gerak gerikmu selama ini selalu berada dalam genggamanku, kau mengatakan utusan
berbaju emas menyerahkan lencana itu kepadamu dalam rumah penginapan, bukankah waktu
kejadiannya telah berlangsung setengah bulan berselang?"
"Betul! Hari itu adalah bulan sembilan tanggal dua belas."
"Utusan berbaju emas meninggalkan markas perguruan pada bulan sembilan tanggal
sembilan, mungkin tujuannya adalah untuk bekerja sama dengan operasimu, sayang dia setelah
kutangkap dan kubunuh pada bulan sembilan tanggal sebelas, masa sukmanya yang datang
mencarimu?" Kontan paras muka Siau Im berubah makin pucat pias.
Terdengar Dewa bukit berkata lebih jauh: "Aku percaya lencana ular emas itu sudah
diserahkan kepadamu jauh hari sebelumnya, karena bulan sembilan tanggal sembilan majikan
tuan berziarah ke kuburan, maka semua tanda perintah telah diperiksanya dengan seksama,
padahal lencana ular emas ditangan utusan berbaju emas telah kurang dua batang, jika diperiksa
rahasianya pasti akan ketahuan, maka itulah dia buru-buru melarikan diri, Aku tahu antara dia
dengan Kim say tianglo mungkin ada hubungan akupun selalu memperhatikan gerak geriknya."
Sekarang paras muka Cing-cng baru berubah membesi serunya dengan suara dalam:
"Siau Im, benarkah kau sedang berbohong"
Siau Im segera menjatuhkan diri berlutut ke atas tanah, buru-buru serunya dengan suara
mengenaskan: "Siau Im mohon mati saja"
Cing cing segera menghela napas panjang;
"Aaaai... Siau Im, aku menganggap dirimu seperti saudara sendiri, bahkan suamikupun
kuserahkan kepadamu untuk kau nikmati, mengapa kau masih bersikap demikian kepadaku?"
Siau Im tidak menjawab, walau hanya sepatah katapun, dia hanya menyembah berulang kali
membentur-benturkan kepala-nya di atas tanah.
"Siau Im" kembali Dewa bukit berkata, "Perintah yang diturunkan kepadamu ini benar-benar
keterlaluan, dengan kemampuan yang kau miliki, bagaimana mungkin kau sanggup membunuh
Ting kongcu?" "Yaa, jika berada dalam suatu situasi yang istimewa, tentu saja dia sanggup melakukan hal
itu," kata Cing cing," coba kalau aku tidak datang tepat pada waktunya, mungkin dia telah berhasil"
"Mustahil, bila Ting Peng begitu gampang dibunuh orang, dia bukan bernama Ting Ping"
Orang yang berbicara adalah seorang sastrawan setengah umur yang sangat ganteng, pelanpelan
dia berjalan mendekat. Cing cing segera menjatuhkan diri berlutut serunya:
"Cing cing menghunjuk hormat buat yaya"
Lelaki setengah umur itu segera menariknya bangun kemudian katanya sambil tertawa:
"Nak, kau datang kemari untuk mengajak yaya beradu jiwa?"
"Cing Ji, tidak berani" buru-buru Cing cing berseru: "aku hanya ingin bertanya kepada yaya
mengapa kau menurunkan perintah tersebut?"
Dengan penuh kasih sayang lelaki setengah umur itu membelai rambutnya yang hitam,
kemudian berkata: "Kau anggap yaya dapat berbuat demikian?"
"Tidak! Cing cing tak akan berpendapat demikian, itulah sebabnya Cing ji sengaja datang
kemari untuk mencari tahu keadaan yang sesungguhnya, bila yaya sungguh mempunyai maksud
begitu, Cing ji tak bakal datang lagi kemari"
"Ooooh...apa maksudmu tak akan datang lagi kemari?"
"Cing ji akan melaksanakan perintah dari Yaya"
"Sungguhkah itu?"
"Tentu saja sungguh, bahkan Ting Peng juga tak akan melawan, dia pasti akan menyerahkan
diri untuk mati. Jiwanya ditolong oleh yaya, segala sesuatu yang diperolehnya hari ini juga berasal
dari yaya, bila yaya suruh dia mati, dia tak akan ragu-ragu"
"Kau berani menjamin?"
"Bila yaya suruh dia melakukan suatu perbuatan yang tak ingin dia lakukan, mungkin saja dia
akan melawan, tapi bila yaya suruh dia mati, dia pasti akan menurut, Cing ji cukup memahami
perasaannya, Cing ji berani menjamin"
Dengan perasaan terhibur lelaki setengah umur itu tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh.... haaahhh... haahh... bagus! Bagus sekali asalkan bocah itu mempunyai ingatan
demikian, tidak sia-sia aku telah mengorbankan banyak pikiran dan tenaga baginya"
"Sekalipun yaya tidak memberi tahukan kepadanya, tapi Cing ji percaya dia pasti tahu kalau
tenaga dalam yang dimilikinya sekarang merupakan hasil pemberian yaya kepadanya! dan lagi
diapun bukan seorang manusia yang lupa budi" .
"Dia menganggap kau sebagai rase?"
"Soal ini Cing ji kurang jelas, seharusnya dia sudah mempunyai suatu gambaran tentang
diriku, tapi dia masih saja menganggap Kami sebagai siluman rase"
Lelaki setengah umur itu pun lalu tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh . . haaahhh....haaahhh .. bocah pintar, tak nyana dia begitu pikun, kalau ia
beranggapan demikian, jadilah kau sebagai rase yang baik"
"Bagaimana di kemudian hari?"
Kembali lelaki setengah umur itu tertawa.
"Tak usah kau perdulikan kemudian hari, urusan besok pikirkan besok, apa lagi siapapun tak
dapat menduga, asal saja kau harus mempercayai satu hal, yaya tak akan melakukan perbuatan
yang mencelakai kalian, terutama Ting Peng, rasa sayang yaya terhadapnya tidak lebih besar
daripada rasa sayangku kepadamu"
"Cing Ji mengerti"
Lelaki setengah umur itu segera menepuk bahunya, lalu berkata lagi:
"Asal kau sudah mengerti, itupun bagus sekali, bawalah Siau Im dan pergilah dari sini! Lain
kali jangan sembarangan pergi lagi, sebab kami harus pindah tempat lagi"
"Pindah tempat lagi" Mengapa?"
"Kalau kau saja dapat menemukan tempat ini, kau anggap tempat ini aman.?"
Dewa bukit agak sangsi sebentar, kemudian baru katanya:
"Majikan, kau hendak melepaskan Siau Im?"
Lelaki setengah umur itu segera tertawa:
"Kalau toh dia bukan termasuk anggota perkumpulan kita, berarti kitapun tidak berhak untuk
menghukum dirinya?" "Tapi dia telah mendapatkan lencana ular emas dari perkumpulan kita.."
"Bukan lencana ular emas yang diperolehnya, sebab sejak bulan sembilan tanggal sepuluh
lencana ular emas kita sudah punah, dia tidak melakukan kesalahan apa-apa, sedang
perbuatannya yang mengancam jiwa Ting Peng pun merupakan urusan keluarga mereka sendiri,
kita tak berhak untuk mencampurinya. Unta tembaga bagaimana menurut pendapatmu?"
"Baik, majikan" dengan hormat Dewa bukit menjura.
"Aku merasa gembira sekali karena persoalannya bisa berkembang menjadi begini, Cing ji,
meski kau tidak masuk waktu itu, diapun tak akan mampu membunuh Ting Peng, karena jalan
nadi Seng si hian kwannya sudah tembus, sebilah pisau belati tak nanti bisa membinasakan
dirinya, dan aku percaya orang yang memerintahkan kepadanya untuk turun tanganpun mengerti
juga akan hal ini" "Kalau memang begitu, mengapa dia masih menyuruh aku turun tangan?" tak tahan Siau Im
bertanya. "Dia hanya bertujuan dalam kegagalanmu nanti, kau mengatakan akulah yang menyuruhmu
berbuat demikian, agar Ting Peng membenci diriku"
Siau Im menundukkan kepalanya membungkam diri, ia tidak berbicara apa-apa lagi.
Kembali lelaki setengah umur itu berkata:
"Sekalipun kau enggan mengatakan siapakah orang yang menyuruhmu, tapi aku pun tahu
kalau orang itu adalah Kim say (singa emas) sebab hanya dia yang dapat memerintahkan kepada
utusan berbaju emas untuk mencuri lencana ular emas dan diserahkan kepadanya sebelum
diberikan kepadamu."
Tiba-tiba Siau Im berlutut dan menyembah tiga kali, kemudian diapun menyembah kepada
Dewa bukit serta Cing cing. setelah itu baru bangkit dan beranjak pergi dari situ.
"Siau Im, kau hendak ke mana?" Cing cing segera menegur.
"Budak mengucapkan terima kasih atas kebaikan hati majikan yang telah mengampuni
selembar jiwaku, sedang nona pun tak bisa kutinggali lebih lama lagi, oleh sebab itu aku hendak
pergi untuk melanjutkan hidup sendiri..."
"Apakah Kim say akan menerimamu?" seru Cing-cing.
Siau Im tertawa lembut. "Budak tidak tahu, sewaktu dia menyerahkan tugas tersebut kepadaku, ia hanya bilang bila
berhasil aku harus segera pergi ke suatu tempat, dimana ada orang yang akan mengatur segala
sesuatunya bagiku. sekarang setelah mendengar penjelasan dari majikan, baru bisa kusimpulkan
kalau ia telah menduga bahwa budak pasti akan mati dan tak bakal berhasil, karenanya tempat
yang dijanjikan sudah pasti merupakan tipu muslihat belaka.."
"Bagaimanakah watak si singa emas aku rasa kaupun mengetahui jelas, lelaki setengah umur
itu tertawa, "kecuali dia masih membutuhkan dirimu, kalau tidak, jangan harap dia bisa
membiarkan kau hidup terus"
Siau Im segera menghela napas panjang, jelas diapun mengetahui tentang hal itu.
"Siau Im, aku tidak habis mengerti, mengapa kau harus menuruti perkataan mereka?" tiba-tiba
Cing cing bertanya. "Karena aku ingin hidup terus" sahut Siau Im sambil tertawa lembut.
"Apakah tidak menuruti perkataan mereka kau tak bisa hidup lebih lanjut?"
Siau Im memandang sekejap ke arah lelaki setengah umur itu, ternyata dia pun berdiri dengan
wajah amat serius. Terdengar ia berkata: "Seandainya kau berada di sini, aku tak berani menjamin kau pasti tak akan terluka, karena
akupun tidak tahu apakah di sini masih terdapat orang-orang mereka"
"Tapi jika kau mengikuti aku, kujamin keselamatanmu, sebab di sisiku hanya ada kau Siau
hiang dan Ah Ku tiga orang" ucap Cing cing, "mereka berdua adalah orang yang amat setia
kepadaku, aku menaruh kepercayaan penuh terhadap mereka"
"Nona kecuali kau sepanjang hari mengikuti disamping Ting kongcu, kalau tidak kau sendiripun
tidak cukup aman, ilmu silatmu tak akan bisa menangkan kelihaian Kim say tianglo"
"Mungkin" Cing-cing tertawa, "tapi ia tak berani mengusik diriku, karena bila dia membunuhku,
maka Ting kongcu pasti akan pergi mencarinya untuk menuntut balas"
"Tapi, apakah nona masih bersedia menerimaku?"
"Mengapa tidak?" Cing cing tertawa, "selama ini aku tak pernah mengatakan tak mau, apalagi
kita sudah berkumpul banyak tahun, tentu saja bila kau sudah mempunyai tempat yang lain,
akupun tak akan menghalangi kepergianmu, tapi daripada mengembara tanpa tujuan, lebih baik
mengikuti diriku saja"
Akhirnya Siau Im berjalan kembali.
Dengan perasaan bangga lelaki setengah umur itu memandang sekejap, ke arah Cing-cing,
kemudian hiburnya: "Cing ji, kau bagus sekali, kau lebih mengerti memaafkan orang lain daripada diriku, kau pasti
akan hidup dengan bahagia. Sayang kelewat terlambat kupahami akan hal ini, seandainya sedari
dulu akupun memahami teori semacam ini, mungkin aku tak akan menemukan akibat seperti apa
yang ku alami hari ini"
Dengan cepatnya dia membalikkan badan tujuannya agar orang lain jangan sampai melihat air
matanya. Cing cing mengetahui sangat jelas, dia manggut-manggut kepada Dewa Bukit sambil berkata:
"Paman Tong, aku pergi dulu, semoga kau baik-baik menjaga diri, lain kali aku akan datang
lagi untuk menjengukmu"
Dia tidak meminta diri kepada kakeknya, sebab dia tahu yayanya melengos ke arah lain
karena ia tak tega menyaksikan dirinya meninggalkan tempat tersebut.
Menurut kepercayaan dalam perkumpulannya, air mata adalah air suci yang paling berharga
dalam hidupnya. tiap orang hanya boleh mengucurkan air mata sebanyak dua kali.
Diapun tahu, air mata pertama dari yayanya telah terleleh keluar ....
Air mata itu meleleh keluar waktu mendengar bait syair dari Siau lo it ya teng cun hi.
Sudah pasti bait syair tersebut mencakup suatu kisah kejadian yang amat memedihkan hati,
cuma sayang siapa pun tidak tahu kejadian apakah itu, bahkan nenek yang paling dekat
hubungannya dengan diapun juga tidak tahu.
Air mata kedua dari yayanya belum meleleh keluar dan air mata tersebut jelas tak akan
dibuang dengan percuma. dengan sangat hormatnya dia menyembah kepada bayangan
punggung lelaki itu, kemudian mengajak Siau Im meninggalkan tempat tersebut.
ooo0ooo SIAU IM berjalan dimuka, Cing cing berjalan di belakang, mereka berdua sama-sama
menunggang kuda. Sebab bagaimanapun juga mereka bukan rase yang sebenarnya, tak bisa terbang ke langit
dan masuk ke bumi, tak dapat pula melenyapkan diri, sedang perjalanan kali ini mereka telah
menempuh perjalanan yang cukup jauh, bagaimanapun mereka mengerahkan ilmu meringankan
tubuhnya untuk berjalan di daratan, tak mungkin mereka bisa menempuh perjalanan jauh dengan
berjalan belaka sebab itu mau tak mau mereka harus menunggang kuda.
Mereka berdua sama-sama mengenakan pakaian biasa, sebab itu mereka nampak amat
menyolok, masih untung wajah mereka ditutupi dengan selembar kain kerudung, kalau tidak
mungkin peristiwa ini akan menimbulkan kegemparan...
Cukup dilihat dari potongan badan Cing cing yang indah menawan serta sikap anggun yang
terpancar dari gerak-geriknya, hal mana sudah cukup untuk mempesonakan hati orang lain,
apalagi setelah menyaksikan paras mukanya yang cantik jelita, mungkin seperti apa yang dialami
Ting Peng, perjalanannya akan diikuti segerombol manusia.
Dengan susah payah mereka telah keluar dari kota, manusia yang berlalu lalang semakin
sedikit sehingga kuda bisa dilarikan berjajar.
Cing cing melarikan kudanya menyusul ke depan, lalu terdengar Siau Im berkata dengan
murung: "Nona, cara kita ini gampang menimbulkan keonaran"
"Aku mengerti, tapi apa daya?"
"Sebenarnya kita bisa saja menyamar"
"Aku tahu, tapi dengan dandanan seperti itu, justru akan semakin banyak kesulitan yang bakal
kita jumpai, dengan dandanan kita sekarang, tentu tidak sedikit orang yang mengenali kita, mereka
belum tentu berani mengusik aku, sebaliknya bila kita menyaru sebagai dandanan lain, betul bisa
mengelabuhi sementara orang, namun tak akan bisa melamuri seorang ahli, seandainya mereka
turun tangan secara diam-diam, kematian kita mungkin tak akan diketahui orang"
Setelah dipikir-pikir dan merasa apa yang dikatakan benar, Siau Im menghela napas panjang,
katanya: "Nama kongcu kelewat besar dan lagi dia pun kelewat cepat menjadi tenar, dari seorang
manusia tak bernama sebentar saja sudah menjadi manusia paling tenar di dunia ini bahkan
sejajar dengan nama Cia Siau hong, tentu saja terdapat banyak orang yang tak akan percaya,
tidak puas dan ingin mencoba, justru karena persoalan inilah sering kali akan timbul banyak
kesulitan" Cing cing menghela napas panjang:
"Aaaai... Cia Siau hong sudah banyak tahun menjadi tenar, tapi dia toh belum dapat
menghadapi semua kesulitan yang dihadapinya"
"Sekalipun demikian, toh orang yang berani mengunjungi perkampungan Sin kiam san ceng
untuk mencari gara-gara sedikit sekali"
"Hal tersebut hanya dikarenakan Cia Siau hong sudah tidak mencampuri lagi urusan dunia
persilatan selama banyak tahun, bahkan oleh sementara orang dianggap sebagai seorang
malaikat, kalau tidak dia masih tetap sama saja melakukan perjalanan dalam dunia persilatan,
sebab hal ini tak mungkin bisa dihindari, kesulitan pun tetap akan berdatangan, ada yang dia
sendiri yang mencari, ada pula orang lain yang sengaja datang mencari"
"Bagaimana dengan kongcu sekarang?"
Cing cing tertawa. "Sekarang dia tak usah mencari orang lagi, mencari Cia Siau hong seorang sama artinya
dengan menerima semua kesulitannya, bahkan kami pun harus ikut pula menghadapi kesulitankesulitannya
itu" "Tapi kongcu mempunyai nama besar, orang yang berani mencari gara-gara dengannya pun
sudah pasti bukan manusia sembarangan"
"Yaa, sudah pasti bukan manusia sembarangan, orang yang tidak takut mati tetap sedikit
jumlahnya, banyak orang banyak bicara nyaring mulut, tapi setelah rasa kematian berada di depan
mata, mungkin dia jauh lebih takut mati daripada yang lainnya."
Siau Im tertawa. "Jangan lagi mencari gara-gara dengan kongcu, orang yang berani mencari gara-gara dengan
kita berdua pun, paling tidak harus mempunyai sedikit kemampuan"
Cing cing termenung sebentar, tiba-tiba katanya:
"Kau keliru" "Aku keliru?" Siau Im tertegun:
"Benar kesulitan telah muncul di depan mata sekarang, bahkan kelompok manusia tersebut
tampaknya tidak memiliki kepandaian yang terlalu hebat...."
Dia menunjuk ke depan dengan cambuk kudanya, benar juga tujuh delapan orang lelaki kekar
telah berdiri di tepi jalan sambil membusungkan dada, ada yang membuka pakaian bagian
dadanya sehingga nampak ototnya yang kekar dan kuat.
Orang-orang itu berperawakan tinggi kekar, dalam pandangan sementara orang mereka
adalah Hohan, enghiong, hokiat, karena orang-orang ini sering kali berkelana di jalanan, membuat
keonaran di dalam rumah makan, tapi dalam pandangan seorang ahli silat, mereka belum masuk
hitungan. Berbicara soal bobot, mereka tak lebih cuma kaum berandal yang bercokol di suatu daerah
tertentu. Orang-orang itu semuanya membawa senjata tajam, ada yang membawa tombak, golok, dada
dan lain sebagainya, sedang wajah merekapun menunjukkan sikap seolah-olah hendak mencari
gara-gara. Biasanya, didalam kelompok berandal semacam ini, sudah pasti terdapat seorang yang
menjadi pentolannya. Pentolan tersebut mungkin saja tak pandai bersilat, atau hanya bisa berapa macam
kembangan, tapi syarat untuk menjadi seorang pentolan bukanlah silat ilmu saja, melainkan harus
memiliki dua macam benda, pertama adalah uang dan kedua adalah kekuasaan.
Kebanyakan pentolan mereka adalah keturunan orang kaya yang tak suka bekerja, kini dalam
kelompok merekapun terdapat seorang semacam ini. . .
Kelompok manusia-manusia tersebut kebanyakan tak punya pekerjaan tetap di hari-hari biasa,
mereka sering kali menggoda istri atau anak gadis orang, suka memeras dan menganiaya rakyat
Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kecil. Tapi kali ini kelompok berandal itu bukan cuma berani mencari gara-gara di tengah jalan raya,
bahkan berani pula mengusik Cing cing dan Siau Im, tampaknya nasib sial telah menanti mereka.
Siau Im yang menyaksikan kejadian itu segera tertawa katanya:
"Nona, kawanan manusia tak punya mata ini berani mencari gara-gara dengan kita, biar kuberi
pelajaran kepada mereka"
"Kita tak punya banyak waktu untuk ribut dengan mereka" kata Cing cing dengan kening
berkerut. "Sekalipun aku tidak pergi mencari mereka, aku rasa kitapun tak bisa aman tentram tanpa
urusan, agaknya mereka sudah bertekad untuk mencari gara-gara dengan kita"
Puluhan pasang mata berandal sama ditujukan ke tubuh mereka, tampaknya memang itulah
yang mereka harapkan. Tatkala kedua belah pihak hampir saling bersua itulah, Kongcu hidung bangor itu
memerintahkan orangnya untuk berdiri sejajar untuk menghadang jalan pergi orang, jelas mereka
memang bermaksud untuk mencari gara-gara.."
Kemudian lelaki hidung bangor itu berdiri sambil menggoyang-goyangkan kipasnya sambil
picingkan mata dia bergumam:
"Bagus, bagus sekali.. sudah lama aku tidak bersua dengan barang bagus, tampaknya kali ini
cukup menawan hati".
Siau Im segera memberi tanda kepada Cing cing, kemudian sambil tertawa genit dia
membungkukkan badannya sembari berkata:
"Kongcu, harap kau suka memberi jalan lewat buat kami berdua berhubung ada urusan
penting kami berdua harus segera melanjutkan perjalanan."
Lelaki hidung bangor itu tertawa semakin keras, serunya:
"Nio-cu berdua, suami kalian benar-benar tak mengerti bagaimana menyayangi gadis cantik,
sekalipun ada urusan yang lebih pentingpun tak seharusnya menyuruh kalian yang melakukan"
"Yaa, apa boleh buat" kata Siau Im sambil menunjukkan muka masam," dirumah hanya ada
siang-kong seorang sebagai orang lelaki apa lacur, diapun sedang keluar rumah terpaksa siau niocu
kami harus turun sendiri ke desa untuk menagih hutang"
Lelaki hidung bangor itu mengangguk.
"Hemm, sungguh menggemaskan sekali, sungguh menjengkelkan, lelaki itu benar-benar
sangat tolol, sudah memiliki istri cantik seperti kalian, ia masih tega meninggalkan kalian untuk
pergi jauh, Pun kongcu benar-benar merasa tidak puas akan hal ini"
"Kongcu ya, jangan bergurau, majikan tua kami sedang menderita sakit, sekarang lagi
menunggu kami membawa uang untuk pulang memanggil tabib, harap kau jangan mengganggu
perjalanan kami" "Ooooh .... rupanya Lo thay-thay sedang sakit" pemuda hidung bangor itu tertawa.
"Kalau begitu, memang tak boleh membuang waktu lagi, sudah sepantasnya kalian cepatcepat
mengundang tabib" "Siapa bilang tidak, tapi tabib biasa tak akan dapat menyembuhkan penyakit majikan tua,
penyakit itu baru dapat disembuhkan bila mengundang tabib kenamaan Yap Thian si, Yap
sianseng dari kota So ciu, padahal ongkos perjalanannya amat banyak, terpaksa kami harus turun
ke desa untuk menagih hutang, walaupun sudah memperoleh seratus tahil perak ternyata masih
kurang, maka terpaksa kami harus pulang dan hutang dulu kepada tetangga"
Pemuda hidung bangor itu segera memperlihatkan rasa simpatiknya, diapun bertanya.
"Sudah mendapatkan pinjaman?" "
"Sekalipun tidak mendapatkan juga mesti berhutang, sebab apa boleh buat lagi" Kendatipun
mesti membayar dengan bunga yang tinggi juga terpaksa namanya.."
"Apakah tidak terlalu rugi" Selamanya pun kongcu suka berbuat kebaikan, begini saja, kuberi
pinjaman lima ratus tahil untuk kalian berdua.."
"Benarkah itu!" seru Siau Im kegirangan.
"Siau Im" Cing cing segera menegur, "kita tidak saling mengenal mana boleh meminjam uang
kepada sembarangan orang?"
"Sau hujin, bukankah hal ini baik sekali" Daripada kita pulang ke rumah untuk meminjam
kepada tetangga, mending kalau dipinjami, mengapa tidak kita terima saja bantuan dari kongcu
ini." "Setelah meminjam milik orang, dengan apa kita akan membayarnya di kemudian hari?"
Pemuda hidung bangor itu segera tertawa.
"Rupanya soal inilah yang dikuatirkan Siau Nio-cu, tak usah kau pikirkan, justru karena pun
kongcu mempunyai banyak uang dan tak tahu bagaimana mesti menggunakannya, aku senang
berbuat demikian, kalau tidak percaya tanyakan sendiri kepada orang-orang ini, siapa yang tak
pernah meminjam berapa ratus tahil kepadaku" Dan aku pernahkah menuntut kembali dari
mereka.. " "Kongcu kami paling royal orangnya" seorang lelaki gemuk bermuka kuning turut menimbrung
"Asal kami mau menemaninya bermain, hutang berapapun akan dianggap lunas"
"Hei si gemuk kuning, kau jangan mengaco belo. Pun kongcu justru merasa kasihan kepada
kalian, kau anggap aku kekurangan orang untuk menemaniku bermain, maka menyuruh kalian
menemaninya?" "Benar! Benar! Hamba memang salah berbicara, asal kongcu bisa ditemani kedua orang siau
nio cu ini, tentu saja tidak membutuhkan kami lagi..." "
Di atas wajahnya telah menunjukkan selapis hawa sesat yang menggidikkan hati.
Siau Im menggertak gigi menahan diri, sementara senyuman manis masih menghiasi ujung
bibirnya, dia berkata: "Kongcu, kau jangan bergurau, kami tak pandai bermain pisau atau pedang, bagaimana
mungkin bisa menemanimu untuk bermain.?"
Pemuda hidung bangor itu segera tertawa.
"Aaaah... itu kan permainan orang-orang kasar, terhadap nona cantik seperti kalian berdua,
tentu saja aku tak berani berbuat sembarangan, permainan kita tentu saja permainan yang halus
dan lebih berseni" "Permainan apa yang lebih berseni?"
"Seperti minum arak, membuat syair, menyanyi...". .
"Aaaah, kongcu! permainan semacam itu hanya permainan para nona dari sarang pelacur,
kami adalah perempuan-perempuan dari keluarga baik, mana bisa kami lakukan hal semacam
itu?" Kembali pemuda hidung bangor itu tertawa:
"Ada semacam permainan yang dapat dilakukan oleh setiap perempuan, asal kalian bersedia
menemani pun kongcu bermain satu kali, pun kongcu segera akan menghadiahkan dua ratus tahil
perak kepada kalian."
Siau Im turut tertawa. "Akupun tahu kalau dikolong langit tak ada orang yang benar-benar berbaik hati, apalagi kalau
memberi uang sebesar dua ratus tahil perak secara gratis. Hmmm, aku memang telah menduga,
sudah pasti ada syaratnya."
"Cuma permainan semacam ini toh tak bakal merugikan kalian, apalagi tidak mengurangi apaapa
dari kalian, apa susahnya "!"
Siau Im lantas berpaling ke arah Cing cing sambil bertanya:
"Siau hujin, bagaimana menurut pendapatmu?"
Sambil menarik muka Cing cing membentak:
Ngaco belo ! Bedebah tak tahu malu, kau sendiri benar-benar tak tahu sopan dan malu, tak
nyana berani amat mengucapkan kata-kata seperti itu dengan kami"
Siau Im menghela napas panjang.
"Aaaaai, sau hujin, bukan aku yang tak tahu malu, tapi kau tentu sudah melihat, sendiri, hari ini
tak mungkin kita berlalu dengan selamat dari sini, daripada menolak toh ada baiknya menuruti saja
kemauannya, apa lagi dengan begitu kita seorang bisa mendapat dua ratus tahil perak."
Pemuda hidung bangor itu segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... betul tepat sekali, tampaknya Siau niocu ini lebih terbuka
pikirannya, hari ini kebetulan saja Pun kongcu sedang keluar jalan-jalan dengan tak mudah aku
pun telah berjumpa dengan kalian, bila tidak memberi kepuasan kepadaku, masa kalian akan
kulepaskan dengan begitu saja?"
"Tapi kau tak boleh mengingkari janji dengan dua ratus tahil perak itu"
"Aaaaah, perkataan apakah itu".. seru pemuda hidung bangor itu tertawa," asal kalian
bersedia untuk bekerja sama dengan ku, sekarangpun Pun kongcu membawa tiga empat ratus
tahil perak, setiap saat uang tersebut dapat kalian bawa pergi"
"Kau tak boleh membohong lho, tiga empat ratus tahil perak bukan jumlah yang kecil, paling
tidak harus dibungkus amat besar, apa kau tidak lelah membawanya kemana-mana?"
"Aaaah, uang ku tak pernah kugembol di dalam saku tapi digembol oleh anak buah ku, tidak
percaya" Baiklah, Oh Piau coba bukakan bungkusan itu dan perlihatkan kepada mereka."
Oh Piau adalah seorang lelaki yang lain dia mengenakan pakaian ala centeng, di atas bahunya
membawa sebuah bungkusan besar.
Ketika bungkusan mana dibuka, ternyata isinya adalah uang perak yang berkilauan.
Sambil tertawa, Siau Im segera berseru:
"Ooooh, ternyata kau benar-benar membawa uang perak, kongcu tentunya tak akan kau
lakukan ditengah jalan raya, bukan" "
"Tentu saja tidak, di depan sana adalah rumahku, di situ ada makanan dan minuman, aku
bermainpun lebih enakan di situ"
"Bagusnya sih memang bagus" kata Siau Im dengan kening berkerut," "tapi kami harus buruburu
melanjutkan perjalanan dan tak bisa ditunda lagi, kalau begitu apa cepatlah sedikit kongcu,
kami berdua akan menunggang kuda dan berjalan lebih dulu, mari kaupun ikut bersama kami"
Berada di atas kudanya, dia mengulur tangannya ke depan, tangan itu putih mulus dengan
kuku yang runcing. Pemuda hidung bangor tersebut nampak seperti terkesima, buru-buru diapun mengulurkan
tangannya. Siau Im segera mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangannya dan menggenggamnya
kencang-kencang. Oleh serangannya seperti itu, kendatipun seorang jago persilatan juga akan menjadi kaku
tubuhnya, akan tetapi pemuda hidung bangor itu seakan-akan tidak merasakan apa-apa
pergelangan tangannya bagaikan terbuat dari baja saja, sama sekali tidak merasakan kesakitan.
Begitu terseret naik ke atas kuda, langsung dia merangkul pinggang Siau Im dan berkata
sambil tertawa: "Siau Nio cu, tanganmu halus amat, baru memegang tanganku, separuh sukmaku serasa telah
tergaet saja" Ternyata orang yang kena tergaet sampai tak berkutik bukan pemuda hidung bangor itu
melainkan Siau Im. Tubuhnya telah berada dalam pelukan pemuda hidung Bangor tersebut, ia seperti kena tenung
saja berada dalam keadaan terpukau dan sama sekali tak berkutik.
Cing cing mengira, Siau Im sudah mulai memberi hukuman kepada pemuda hidung bangor
tersebut, menunggu pemuda itu sudah turun dari kudanya dan ia melihat keadaan Siau Im barulah
disadari jika keadaan tidak beres.
Tampaknya pemuda hidung bangor yang telah dinilai amat rendah tersebut sesungguhnya
adalah seorang jago lihay yang berilmu tinggi, mereka telah terlamur dibuatnya.
Kalau begitu penantian mereka di tepi jalan pun kemungkinan besar merupakan suatu intrik,
suatu rencana keji, karena berbicara dari kemampuan yang dimiliki lelaki hidung bangor tersebut
tak mungkin dia akan melakukan perbuatan seperti ini.
Tapi lelaki hidung bangor tersebut bersikap seakan-akan tak pernah terjadi suatu peristiwa pun
kepada Cing cing, katanya sambil tertawa ramah:
"Nona cilik, mari berangkat, lebih baik kita segera bekerja segera selesai, dalam waktu yang
amat singkat kalian dapat untung dua ratus tahil perak, wooww.. tak ada pekerjaan yang lebih
menguntungkan daripada pekerjaan yang kalian hadapi sekarang..
Si gemuk itu turut membusungkan dada dan berkata seraya tertawa:
"Siapa bilang tidak, kami yang mengikuti kongcu ya malang melintang kesana kemari selama
dua tiga bulan saja belum tentu bisa memperoleh persen sebanyak itu, yaa tampaknya perempuan
cantik memang jauh lebih gampang mencari untung."
Tampaknya dia berniat untuk membangkitkan amarah Cing cing, sewaktu berbicara dia
sengaja maju ke depan. Akan tetapi Cing Cing yang menyaksikan tingkah lakunya itu, dengan cepat menyadari kalau
lawannya merupakan seorang jago lihay yang jarang di jumpai dalam dunia persilatan dewasa ini
sebab seluruh tubuhnya seakan-akan dilindungi oleh selapis dinding hawa murni yang tak
berwujud dan kuat sekali, sehingga seluruh badannya terlindung rapat sekali.
Tatkala dia memperhatikan pula kawanan lelaki yang lain, ternyata waktu itu mereka juga
menunjukkan sikap bersiap sedia menghadapi pertarungan, agaknya setiap orang telah
membangun selapis dinding hawa murni yang kuat untuk melindungi diri.
Cing cing bersikap amat tenang. Dia tahu dalam keadaan begini tak boleh panik, bila ingin
meloloskan diri, dia harus menggunakan suatu tindakan yang luar biasa dengan cara yang luar
biasa pula. Maka tanpa mengucapkan sepatah katapun dia melarikan kudanya ke depan, maksudnya
hendak menerjang keluar dari situ.
Buru-buru kawanan lelaki itu maju ke depan menghalangi jalan perginya, tapi Cing cing telah
menggunakan gerak maju sebagai mundur, dia mencambuk kudanya keras-keras dan kudanya
dilarikan semakin kencang, sementara dia sendiri melompat bangun dari kudanya lalu melejit ke
arah yang berlawanan dengan gerakan secepat sambaran kilat.
Walaupun dia bergerak cukup cepat, ternyata ada orang yang bergerak jauh lebih cepat dari
padanya, lelaki yang gemuk itu tahu-tahu sudah mengejar ke arahnya dengan kecepatan tinggi.
Baru saja Cing Cing melejit sejauh belasan kaki dan melayang turun ke atas tanah, si gemuk
kuning sudah menghadang di hadapannya, malah sambil tertawa cekikikan dia menegur:
"Nyonya kecil, kau hendak pergi ke mana?" Cing Cing tidak menyangka kalau lelaki itu
memiliki gerakan tubuh sedemikian cepatnya, Suatu ingatan segera melintas dalam benaknya,
tanpa terasa dia berseru kaget:
"Aaaah... kau adalah Kui Im cu (si bayangan setan) Ui ji hong..?"
"Nyonya cilik, rupanya kau kenal dengan julukanku itu?" " si lelaki gemuk itu tertawa.
Cing Cing segera menenangkan hatinya, lalu berkata lagi:
"Kalau begitu kalian adalah Lian Im cap si sat seng (empat belas bintang)?"
"Nyonya cilik, tampaknya kau cukup memahami semua jago yang berada dalam dunia
persilatan, padahal kami beberapa orang tidak termasuk manusia yang ternama, nyatanya kau
kenal kami semua" Cing Cing tertawa dingin.
"Heehh ....heeehhh... heeeeeh .. Walau pun empat belas bintang Lian im cip sah sat seng baru
muncul selama berapa tahun dalam dunia persilatan, namun kalian sudah merupakan tokoh
pembunuh yang menggetarkan sukma dalam golongan manusia hitam"
"Selamanya cara kerja kami memang gemar hitam makan hitam, tentu saja hal ini berakibat
banyak orang iri, cuma pekerjaan itupun ada untungnya juga, sebab orang-orang yang harus kami
hadapi semuanya adalah manusia yang pantas mampus, akibatnya tiada orang yang menuduh
kami sebagai kawanan manusia laknat yang berdosa besar dan pantas dibikin mampus"
"Aku bukan orang dari golongan hitam, mau apa kalian datang mencari gara-gara denganku?"
Si gemuk tertawa. "Nyonya kecil. asal kau mengikuti kami bukankah segala sesuatunya akan kau ketahui dengan
sendirinya?" Cing cing memperhatikan orang-orang itu sekali lagi, seandainya mereka benar-benar adalah
Lian Im cap si sat seng, berarti hari ini dia tak akan memperoleh keuntungan apa-apa, sebab
mereka semua merupakan jago-jago lihay kelas satu di dalam dunia persilatan.
Sesudah menghela napas ringan dia ber kata:
"Tampaknya aku ingin tidak pergi pun tak biasa"
"Yaa, tampaknya memang tak dapat" sahut si gemuk sambil tertawa tergelak.
"Apakah kedatangan kalian memang sengaja hendak mencari gara-gara denganku?"
Kembali lelaki gemuk itu tertawa.
"Boleh dibilang begitu, waaah gerakan tubuh nyonya cilik terhitung cepat juga, kami harus
mengejar selama tujuh delapan hari sebelum dengan susah payah berhasil menantikan
kedatanganmu di sini"
"Tahukah kau siapakah diriku ini?"
Lelaki gemuk itu tertawa.
"Tentu saja tahu, meskipun dahulu nyonya cilik tak dikenal orang lagi sejak menjadi istri si
golok sakti Ting tayhiap kau sudah berubah pula menjadi seorang tokoh amat termasyhur
namanya didalam dunia persilatan"
"Hal ini mana mungkin. Sebelum ini kami tak pernah munculkan diri di depanmu?"
"Cara kami menentukan tokoh terkenal memang jauh berbeda dengan penilaian orang awam
biasa, kalau orang lain mengetahui orangnya setelah mengetahui namanya maka kami
mengetahui orangnya baru tahu akan namanya, Nyonya cilik pantas menjadi orang ternama
karena itulah kami harus datang mencarimu. dalam dunia persilatan memang banyak terdapat
manusia dengan nama kosong, meski namanya tersohor namun masih tak pantas untuk kami
gubris" "Dapatkah kau mengambil sebuah contoh yang jelas?" pinta Cing cing sambil tertawa.
"Dapat saja, contohnya terlampau banyak, ambil contoh Liu Yok siong, si anak muridmu yang
dijadikan congkoan dalam keluarga nyonya cilik, bersama Lik Liok dan Ang Bwee mereka
membentuk Sui han sam yu bukankah nama tersebut amat termasyhur dalam dunia persilatan"
Tapi dalam pandangan kami pada hakekatnya melebihi sampah masyarakat, sama sekali tak ada
harganya untuk dipandang "Kalau begitu kalian benar-benar memandang tinggi diriku?"
"Orang yang bisa kami pandang tak pernah bukan manusia luar biasa"
Cing cing menghela napas panjang, kembali dia berkata:
"Aaaaai! aku tidak tahu haruskah gembira ataukah mesti merasa sedih dan menyesal "
"Yang bergembira adalah kami, sedang yang sedih dan menyesal adalah nyonya cilik" si
gemuk itu tertawa. "Sebenarnya apa yang harus kulakukan?"
"Pertanyaanmu itu sangat menarik hati, kalau kau sendiri saja tidak tahu darimana kami bisa
tahu?" "Justru karena tak tahu maka aku baru bertanya"
"Kau bertanya kepadaku, sedang aku harus bertanya kepada siapa?"
"Tentu saja bertanya kepada orang yang mengutus kalian, aku percaya bukan kalian sendiri
yang bermaksud mencari gara-gara dengan diriku, bukankah begitu?"
"Yaa, benar memang bukan kami tapi juga tiada orang yang mengutus kami, kami hanya
mendapat sepucuk surat pemberitahuan serta uang persekot sebesar lima ribu tahil emas murni,
kami hanya diminta menghantar dirimu menuju ke suatu tempat lalu menerima sisa lima ribu tahil
Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
emas yang telah dijanjikan"
"Siapa yang membayar uang emas tersebut kepada kalian, tentunya kau tahu bukan" .
"Tidak tahu, kami hanya kenal uang emas, selamanya tidak kenal dengan manusianya"
"Yakinkan kalian bahwa uang sebesar lima ribu tahil emas itu dapat diterima?"
"Selamanya kami tak pernah melakukan pekerjaan yang tidak meyakinkan, aku percaya tiada
yang berani bermain gila di hadapan kami, apalagi menipu kami"
"Ui Ji hong" kata Cing cing kemudian sambil tertawa." "kau keliru besar, seharusnya kau
belajar dulu dari Pek Soat ji"
"Pek Soat ji" Jagoan macam apakah itu?"
"Pek Soat ji bukan manusia, melainkan seekor kucing Persia yang ku pelihara, seluruh
tubuhnya putih bersih tanpa warna lainnya.
"Kalau begitu tidak sepantasnya aku yang minta pelajaran, biar lo-ngo kami saja yang
menjajal" kata lelaki gemuk itu tertawa.
Kemudian sambil menuding seorang lelaki kurus kering bermuka bulat berdagu runcing,
sepasang telinga membuka ke atas dan bertampang seperti seekor kucing, lelaki gemuk itu
berkata lagi: "Lo ngo kami ini dinamakan si muka kucing, setiap orang yang pernah berjumpa dengannya
pasti tak akan melupakannya lagi"
"Ehmmm, memang agak sukar untuk melupakan tampang wajahnya itu "
"Sebaliknya orang yang pernah kujumpai pun tak akan pernah kulupakan pula" kata si muka
kucing, "karena aku senang meninggalkan sedikit tanda mata di atas wajahnya "
Dia sudah mengenakan sepasang sarung tangan, sarung tangan itu amat luar biasa karena
hanya separuh saja menutupi bagian depan telapak tangannya belaka, tapi ujung jarinya justru
panjang, tajam seperti cakar, bentuknya tak berbeda dengan cakar kucing.
Sewaktu berbicara, dia sempat menggerak-gerakkan cakarnya di tengah udara...
Sambil tertawa lelaki gemuk itu berkata lagi:
"Lo ngo kami ini paling gemar akan suatu pekerjaan yakni makan daging kucing, justru
lantaran dia kelewat banyak makan daging kucing, bukan Cuma tampang mukanya saja yang
mirip kucing, bahkan gerak-gerik serta kebiasaannya ketularan juga dengan kebiasaan kucing,
seandainya Pek Soat ji mu itu benar-benar sedang menghadapi persoalan yang sulit, sepantasnya
kalau suruh dia bertanya kepada lo-ngo."
"Kucingmu itu kucing jantan atau kucing betina?" tiba-tiba si muka kucing bertanya.
"Tentu saja kucing betina" jawab Cing-cing tertawa.
Si muka kucing segera menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Kalau kucing betina mah dagingnya kelewat kecut, kurang enak dimakan. . . "katanya.
"Daging Pek Soat ji tidak enak dimakan, Pek Soat ji mempunyai kecerdasan yang sangat
tinggi, cukup untuk memberi pelajaran kepada banyak orang terutama kepada dirimu."
Si lelaki gemuk yang berdiri di hadapannya itu tertawa ringan, tiba-tiba serunya pula:
"Apakah dia dapat juga memberi pelajaran kepadaku?"
"Setiap kali aku menyuruhnya keluar sambil tertawa, dia tak akan datang kemari" kata Cing
Cing tertawa. "Mengapa?" "Sebab dia tahu kalau aku sedang mencarinya karena marah"
Sementara berbicara, mendadak jari tangannya yang tajam seperti kaitan telah menyambar
sepasang mata si gemuk. Serta merta si gemuk mengangkat tangannya menggenggam pergelangan tangan lalu berkata:
"Nyonya cilik, permainan semacam ini sudah terlampau sering kujumpai. ."
Mendadak wajahnya memperlihatkan rasa sakit yang luar biasa.
Tampak tangan kanan Cing cing telah ditarik keluar dari arah perutnya, sebilah pisau belati
yang berlumuran darah kini berada didalam genggamannya.
"Kalau permainan semacam ini, sudah pernahkah kau jumpai?" tanya si nona sambil tertawa.
ooo0ooo LELAKI gemuk itu memegangi mulut luka di atas perutnya kencang-kencang, tak sepatah
katapun sanggup dia ucapkan.
sementara itu si lelaki hidung bangor itu sudah membalikkan badannya sembari berkata:
"Si gemuk kuning, mengapa kau tak pernah belajar pintar" Untuk ke berapa kalinya kau
menderita kerugian ditangan perempuan?"
"Duu. . . dua kali" sahut si gemuk sambil tertawa getir.
Lelaki hidung bangor itu tertawa dingin.
"Pertama kali tertipu karena kau tidak waspada, kedua kalinya tertipu lagi karena kesalahanmu
sendiri!" "Yaa, aku memang telur bodoh!" kembali lelaki gemuk itu tertawa getir.
Lelaki hidung bangor itu berpaling ke arah Cing-cing, kemudian setelah tertawa dingin, ujarnya
pula: "Ting hujin, aku mengundangmu dengan bersungguh hati, aku harap kau suka bekerja sama"
"Seandainya aku tidak bersedia untuk bekerja sama?"
Lelaki hidung bangor itu tertawa.
"Kau pasti bersedia bekerja sama, kecuali kalau Pek Soat ji mu itu tidak cukup setia kepadamu
atau kucing itu hanya seekor kucing bodoh"
"Apa sangkut pautnya antara aku dengan kucingku?"
"Tentu saja tak ada sangkut pautnya"
lelaki hidung bangor itu tertawa," cuma langkah kaki kucing biasanya sangat enteng sekalipun
dia sudah berada di belakangmu, kau masih tak merasakannya"
Mendadak Cing cing tidak menyaksikan si muka kucing berada di situ, baru saja akan
berpaling mendadak wajahnya telah menyentuh suatu benda yang dingin dan tajam, itulah cakar
kucing. Begitu pikirannya bercabang hawa murninya segera membuyar, tahu-tahu pinggangnya kena
disodok dan jalan darah lemasnya sudah tertotok secara telak.
Cing cing dan Siau Im tidak punya nama dalam dunia persilatan, namun mereka sering
berkelana dalam dunia persilatan, mereka pun seringkali mengalami penghadangan oleh lelaki
hidung bangor. Akibatnya tentu saja laki-laki hidung bangor itulah yang menderita kerugian besar.
Tapi hari ini yang sedang tertimpa nasib sial justru adalah mereka berdua sendiri.
Sekarang mereka berdua disekap dalam sebuah ruangan kecil, mendapat pelayanan yang
sangat baik. Sebab mereka tidak dibelenggu kaki tangannya, juga tidak merasakan siksaan atau
penderitaan apa-apa, cuma saja diatas tubuh mereka telah diberikan sesuatu yang membuat
mereka berdua sama sekali tak dapat berkutik..
Cara yang digunakan tidak membuat tubuh mereka menderita, tapi cukup membuat hawa
murni dalam tubuh mereka tak bisa tembus, cara itu tidak mempengaruhi gerak gerik mereka,
namun kepandaian silat yang dimiliki tak mampu digunakan lagi.
Sekarang keadaan mereka tak jauh berbeda dengan perempuan-perempuan biasa.
Ruangan digunakan untuk menyekap mereka tidak terlalu besar, kurang lebih satu kaki
persegi. Di situ terdapat dua buah pembaringan, ada meja, kursi bahkan masih ada pula sebuah
tong tempat membuang hajat. Kehidupan semacam ini tentu saja tak bisa terhitung enak, namun
berbicara buat seorang tawanan, pelayanan semacam ini sudah boleh dibilang cukup memadahi.
Cing Cing sedang duduk di atas pembaringan, ia bersikap amat tegang, sebaliknya Siau Im
selalu bermuram durja, ia menghela napas panjang pendek, sebentar melompat bangun, sebentar
menghantam terali besi di depan pintu hingga mengerit kesakitan.
Cing Cing yang menyaksikan hal mana segera menghela napas panjang, tegurnya:
"Buat apa kau mesti menyiksa dirimu sendiri?" .
"Aku.... aku sudah tak tahan, orang-orang liar itu kelewatan sekali, tak nyana mereka akan
pergunakan cara semacam ini untuk menyiksa kita ... "
"Tapi mereka toh tidak menyiksa kau secara langsung?"
"Siapa bilang tidak" Dahulu dengan sebuah sentilan jari saja aku dapat mematahkan terali
besi tersebut, tapi sekarang, walaupun sudah ku jotos sekeras-kerasnya, terali itu sama sekali
tidak bergeming" Cing Cing segera tertawa.
"Ooooh, rupanya kau maksudkan hal ini, yaaa, kau memang kelewat tak becus, kau toh bukan
seorang dayang yang bekerja di dapur, kau tak usah memotong kayu untuk memasak, kalau toh
tak mampu mematahkan sebatang kayu, kenapa mesti marah-marah?"
"Nona, bukan begitu maksudku"
"Oooh .... lantas apa maksudmu?"
Siau Im termenung setengah harian lamanya, kemudian baru berkata:
"Seperti seorang hartawan yang kaya raya, mendadak berubah menjadi miskin dan tak
mempunyai uang sepeserpun, bagaimanakah perasaannya waktu itu?"
"Aaaah... tidak terlalu memedihkan" jawab Cing Cing sambil tertawa "dan lagi pengalaman
semacam itu merupakan suatu pengalaman yang sukar di jumpai, coba bayangkan saja, seorang
hartawan yang kaya raya tidak seharusnya jatuh miskin dengan cara begitu gampang, diapun tidak
mudah merasakan bagaimanakah keadaan seorang miskin. tapi kau, secara tiba-tiba saja kau
dapat merasakan dua keadaan yang berbeda. betapa berartinya pengalaman semacam itu buat
kita?" Siau Im segera menghela napas panjang.
"Aaai nona, seandainya aku dapat bersuka ria seperti kau, betapa bahagianya aku"
Cing cing tertawa getir. "Siapa bilang aku bersuka ria?"
"Tapi nona, semenjak disekap di sini, kau tak pernah kelihatan murung, seakan-akan masih
merasakan kalau keadaan yang kau alami ini sangat berarti sekali"
"Aku memang tak pernah memikirkan soal keselamatanku sendiri, buat apa kau meski kuatir
bila keadaan memang menghendaki demikian"
"Lantas mengapa pula nona tidak bersuka ria?"
"Aku sedang menguatirkan keselamatan siangkong"
"Siangkong" Dia toh tidak disekap orang mengapa harus dikuatirkan keselamatan-nya?"
"Aku rasa kau pasti dapat melihat sendiri, walaupun orang-orang itu membekuk kita, namun
sasaran yang sebetulnya bukan kita berdua"
"Kalau bukan kita, apakah kita akan digunakan sebagai alat untuk memeras siangkong?"
Cing cing menggelengkan kepalanya berulang kali, ujarnya:
"Aku pikir hal ini tak mungkin, aku cukup mengetahui tabiat siangkong, seandainya dia tahu
kalau aku sedang disekap orang, dia pasti akan datang kemari dan mempertaruhkan segala yang
dimilikinya untuk menolong kita keluar dari sini"
"Jadi mereka pun mempergunakan keselamatan ini untuk mempersiapkan jebakan" Cing cing
segera tertawa "Tenaga dalam yang dimiliki siangkong sekarang mencapai tingkatan yang luar biasa, jebakan
yang manakah yang sanggup menjebak dirinya ....
"Yaa, benar! sekarang sekalipun ada bukit karang yang menindihnya, asal golok sakti
siangkong diayunkan bukit karang itu pasti akan terbacok menjadi dua bagian, kawanan telur
busuk itupun pasti akan merasakan akibatnya bila siangkong sudah tiba di sini"
mendadak dia berkata lagi.
"Kalau toh siangkong tidak takut menghadapi jebakan mereka, mengapa pula nona
menguatirkan siangkong"."
Cing cing menghela napas panjang.
"Yang kukuatirkan adalah aku tak bisa menduga dengan cara apakah mereka hendak
menghadapi siangkong"
"Bukankah nona sudah mengatakan tiada cara apapun yang bisa menyusahkan siangkong?"
"Cara yang mereka pergunakan tentu saja bukan ilmu silat alat perangkap atau jebakan biasa,
sudah pasti yang digunakan adalah semacam siasat setan yang amat jahat dan keji"
"Siasat setan apakah itu?"
Cing cing menghela napas panjang.
"Entahlah, aku tidak bisa menduganya, itulah sebabnya aku menjadi sangat kuatir"
"Nona, mengapa tidak kau pikirkan cara macam apakah yang bisa mendatangkan pengaruh
bagi siangkong?" . "Aku tak dapat menemukannya, bila siangkong tahu kita tersekap dia pasti datang menolong
kita, bila dibunuh dia pasti akan membalaskan dendam buat kita tapi bila mereka gunakan mati
hidup kita untuk mengancam siangkong, apa yang bisa dia lakukan?"
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haahh. . . tahu suami seperti tahu istri, Ting hujin tampaknya kami
harus minta petunjuk darimu lebih dulu, dengan begitu kami baru tak akan kehilangan dua saudara
kami. Ucapan itu muncul dari arah jendela, di susul pintu terbuka dan si lelaki hidung bangor yang
memuakkan itupun berjalan masuk ke dalam.
ooo0ooo PANCINGAN PARAS muka Cing Cing berubah hebat, segera tegurnya dengan suara berat dan dalam.
"Kenapa kau begitu tak tahu sopan santun" Sekalipun kami adalah tawananmu. namun kami
toh dua orang perempuan" Antara lelaki dan perempuan ada bedanya, mengapa kau menyadap
pembicaraan kami dari luar?"
Lelaki hidung bangor itu tertawa.
"Ting Hujin, kau tak usah marah-marah, aku tahu kau adalah seorang yang cermat dan
seksama, kau juga tahu kalau dinding itu bertelinga, kata-kata yang tidak sepantasnya diucapkan
tak mungkin akan kau utarakan"
"Sekalipun demikian kaupun tidak seharusnya masuk kemari secara tiba-tiba, seandainya kami
sedang melakukan urusan pribadi dari seorang perempuan bagaimana jadinya?"
"Aku bukan seorang lelaki sejati, jadi soal itu tak menjadi masalah bagi diriku" sahut lelaki
hidung bangor tersebut sambil tertawa.
"Lian im cap si sat seng disebut sebagai bintang pembunuh dalam golongan hitam, tapi kau
adalah seorang bajingan besar"
"Ting hujin" lelaki hidung bangor itu tertawa "kalau toh kau sudah mengetahui tentang Liam im
cap si sat seng, seharusnya kau juga tahu kalau aku bukan seorang lelaki sejati, tiada perempuan
yang disebut lelaki sejati"
"Kau adalah seorang perempuan ?"
"Ting hujin, tentunya kau pernah mendengar bukan bahwa pemimpin dari Lian im cap si sat
seng yang bernama Giok Bu sia adalah seorang perempuan ...."
"Kau adalah Giok Bu sia"
Sambil menuding ke arah Siau Im, Giok Bu Sia berkata seraya tertawa:
"Toaci itu dapat membuktikannya, sewaktu aku menotok jalan darahnya di atas kuda tadi,
tangannya masih dapat bergerak bebas, maksudku yang sebenarnya adalah agar dia bisa
bergerak lebih leluasa, agar dia bisa menunggang kuda, siapa tahu tangannya sangat tak tahu
aturan, dia sudah meraba banyak bagian tubuhku yang tidak seharusnya teraba"
"Kentut busuk" teriak Siau Im dengan marah, "kalau hendak berbicara, harap sedikitlah tahu
diri, koh nay nay bukannya seorang perempuan yang binal, aku tak akan. . . "
"Aku tahu kalau toaci adalah seorang iblis wanita pembetot sukma manusia..." tukas Giok Bu
sia tertawa, "aku pun juga tahu kalau banyak orang yang terpikat oleh kecantikan toaci sehingga
rela menyerahkan selembar jiwanya, waktu itu kau hendak mempergunakan pula taktik yang sama
terhadap diriku. . cuma sayang taktikmu itu mengalami kegagalan total"
Siau Im segera mendengus.
"Hmm .. aku mengira kau adalah seekor anjing jantan yang bisa birahi."
"Masih untung aku bukan, untung saja aku seperti juga kalian berdua, seorang perempuan
yang sama sekali tak punya senjata"
"Sebinal-binalnya Siau Im, terhadap manusia seperti ini ia benar-benar dibuat mati kutunya.
Sambil tertawa kembali Giok Bu sia berkata:.
"Ting hujin, seandainya kau tidak percaya, aku bersedia melepaskan semua pakaianku agar
kau periksa dengan seksama"
"Tidak usah, anggap saja kami sudah salah melihat, aku percaya kau adalah seorang wanita"
"Kalau sudah percaya hal ini lebih baik lagi, paling tidak Ting hujin dapat percaya kalau kami
sama sekali tak bermaksud untuk mengusik diri Ting hujin, sejak kalian berdua datang kemari, tiga
kali santapan kalian dibuat sendiri olehku, bahkan soal membuang kotoran dari tong pun
kulakukan sendiri, karena ditempat ini hanya aku seorang yang merupakan perempuan ....
"Sudah cukup, tak usah banyak berbicara lagi, sekarang katakan saja ada urusan apa kau
datang kemari?" "Aku datang untuk mohon petunjuk suatu persoalan dari Ting hujin, sebelum kukemukakan hal
mana terlebih dulu hendak kukabarkan, bahwa aku telah mengutus Kui jiu (si tangan setan) Pui
Peng dan Sui lo sut (tikus air) Ting Put ji untuk menjumpai Ting tayhiap dan menyerahkan sepucuk
surat undangan untuk mengundangnya kemari, akhirnya kartu undangan mana di robek menjadi
empat bagian, tampaknya Ting tayhiap sama sekali tidak memikirkan keselamatan kalian berdua"
ooo0ooo SAMBIL tersenyum Cing cing berkata.
"Kalian tak usah mencoba untuk mengadu domba kami, aku percaya kau bukan mengundang
suamiku dengan begitu saja".
Giok Bu sia segera tertawa.
"Ting hujin memang amat teliti sekali, benar kami hanya menyinggung tentang suatu
persyaratan kecil, yakni dia harus membawa batok kepala seseorang untuk ditukar dengan
kebebasan kalian berdua, orang itu hanya seorang siaujin yang rendah dan tak tahu malu, aku
rasa dia pasti akan mengabulkannya"
"Siapakah orang itu?"
"Liu Yok siong" jawab Giok Bu sia tertawa.
Jawaban itu benar-benar di luar dugaan Cing Cing, dia sama sekali tak mengira kalau batok
kepala yang mereka kehendaki adalah batok kepala dari Liu Yok siong..
Pada hakekatnya syarat tersebut bukan suatu permintaan yang terlampau serius.
Maka tak tahan Cing cing segera bertanya:
"Apakah kalian mempunyai ikatan dendam atau permusuhan dengan Liu Yok siong?"
Giok Bu sia turut tersenyum.
`Lian Im cap si sat seng tidak mempunyai musuh hidup, kami tidak mencari kesulitan orang
sudah terhitung suatu berkah dari Thian, mana mungkin ada orang yang berani mencari gara-gara
dengan kami" Apalagi manusia berjiwa tikus macam Liu Yok siong adalah seorang manusia
rendah, salah seorang saja diantara kami sudah cukup untuk menghabisi selembar nyawanya.. .
"Kalau memang begitu dan kalian bisa membunuhnya segampang membalikkan telapak
tangan sendiri, mengapa kalian harus minta kepada suamiku untuk membunuhnya"`
"Kami bukan minta suamimu untuk mewakili kami membunuhnya, sebaliknya kami hanya
mencarikan seseorang yang gampang dibunuh untuk mencoba goloknya"
"Goloknya tak perlu dicoba lagi"
Giok Bu sia tertawa.
Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Golok yang paling baik pun harus sering di asah, kalau tidak pasti akan berkarat dan tumpul,
seorang pembunuh yang ganas dan garang harus seringkali pula membunuh orang, kalau tidak
hatinya akan lemas dan tangannya akan gemetar, jika kaki sudah lemas dan tangan gemetaran,
maka dia tak bisa membunuh orang lagi"
"Aku mengerti, kalian hendak mencoba orang itu"
"Tidak benar, yang kami butuhkan hanya goloknya, bukan orangnya, sebab orangnya tetap
milikmu sedang goloknya harus menjadi milik kami.." "
"Setelah membunuh Liu Yok siong, maka kalian hendak mencari sasaran lain yang lebih tepat
lagi?" "Tepat sekali, kedua kalinya kami akan mencarikan seseorang yang dibenci setiap manusia,
sehingga untuk membunuhnya tak perlu terlalu banyak urusan" .
"Sebenarnya apa sih tujuan kalian yang sebenarnya" Siapakah sasaran yang sebenarnya
untuk dibunuh" "Ting hujin" kata Giok Bu sia sambil tertawa," aku dapat memberitahukan hal ini kepadamu,
tapi kau tak akan percaya"
"Sesudah mendengar perkataanmu itu sekalipun kau tidak memberitahukan kepadaku, aku
juga tahu." "Kau tahu?" Giok Bu sia tampak seperti tidak percaya"
"Benar! Aku tahu, apakah perlu ku utarakan keluar?"
"Setelah kau utarakan keluar, kami baru mengerti apakah kau benar-benar mengetahui atau
tidak" "Sesungguhnya orang yang benar-benar hendak kalian bunuh adalah dia sendiri"
Giok Bu sia tampak terkejut, tapi dengan cepat tertawa kembali.
"Ucapanmu itu benar-benar merupakan suatu lelucon yang paling menarik hati, kami dapat
menyuruh Ting tayhiap untuk membunuh dirinya sendiri"
"Sebenarnya kalian hendak membunuhnya tapi kalian tak memiliki kepandaian untuk berbuat
demikian, sebab kecuali dia sendiri siapapun tak akan mampu untuk membunuhnya."
Kembali Giok Bu sia tertawa.
"Lantas apakah Ting tayhiap dapat menuruti perkataan kami dan membunuh dirinya sendiri?"
"Mungkin seseorang dapat menghabisi nyawa sendiri?"
Jawaban tersebut sudah amat jelas sekali karena hampir setiap hari dikolong langit terdapat
orang yang melakukan bunuh diri menggunakan perbagai cara yang ada untuk menghabisi nyawa
sendiri" "Tapi, mungkinkah seseorang melakukan bunuh diri tanpa sesuatu sebab dan alasan yang
pasti?" (Bersambung ke Jilid 19) Jilid : 19 JAWABAN ini sukar diberikan, karena banyak orang yang melakukan bunuh diri tidak
meninggalkan surat wasiat apa-apa atau menerangkan alasannya melakukan bunuh diri.
"Dapatkah Ting Peng menghabisi nyawa sendiri?"
Pertanyaan tersebut diajukan oleh Giok Bu sia tapi Cing Cing sebagai istrinya pun tak sanggup
memberi jawaban. Setelah berpikir setengah harian lamanya dia baru berkata:
"Aku sendiripun tidak tahu, jika dia selalu menerima desakan kalian dan membunuh banyak
orang maka hanya ada dua macam akibat yang bisa timbul, pertama berubah menjadi seorang
pembunuh yang getol dan setiap saat mendengarkan petunjuk kalian dan membunuh orang-orang
yang kalian anggap sebagai penentang, kedua adalah menjadi gila akibat desakan kalian
sehingga akhirnya menghabisi nyawa sendiri?"
Selintas perasaan tercengang dan keheranan menghiasi wajah Giok Bu sia, serunya
kemudian: "Ting hujin, kau benar-benar sangat pintar, kepintaranmu sama sekali di luar dugaanku"
Kemudian setelah berubah sikap ujarnya lebih jauh sambil tertawa pelan:
"Cuma Ting hujin masih belum cukup pintar, seharusnya persoalan yang kau ketahui itu hanya
boleh disimpan dalam perut dan tidak pantas kau utarakan keluar."
Cing-cing turut tertawa: "Seandainya suamiku dapat kalian gertak sehingga menuruti ucapanmu, tentu saja aku dapat
meninggalkan pesan tersebut dan diam-diam disampaikan kepadanya, cuma aku cukup
memahami tentang dirinya, persyaratan kalian tak mungkin bisa dia terima." "
"Kau maksudkan dia tak akan membunuh Liu Yok siong?"
"Ia dapat membunuh Liu Yok siong asal Liu Yok siong melakukan suatu pekerjaan yang
pantas untuk mampus, dia dapat membunuhnya, tapi membunuhnya bukan lantaran desakan
kalian." "Demi kalian berduapun dia tak akan berbuat demikian?"
"Tidak!" "Maksudmu bobot kalian berdua masih belum dapat menangkan bobot seorang Liu Yok
siong?" "Bukan begitu maksudku" kata Cing-cing tertawa, "dalam hati kecilnya, Liu Yok siong sama
sekali tidak memperoleh tempat, justru karena itulah dia baru tahu membunuh Liu Yok siong tak
mungkin bisa memperoleh kebebasan bagi kali"
"Sekalipun tak bisa diperoleh kebebasan untuk kalian, namun ia toh bisa memperoleh nyawa
kalian berdua, dalam surat pemberitahuan tersebut kami telah menerangkan dengan jelas, bila ia
tidak membawa batok kepala Liu Yok siong untuk menghadap kami, maka dia akan mendapatkan
batok kepala kalian!"
Cing-cing segera tertawa.
"Aku tak ingin mengguyur kepalamu dengan air dingin, tapi akupun berani menjamin, orangmu
tak akan membawa pulang berita baik"
"Soal ini aku mah bersedia untuk bertaruh"
"Sebenarnya aku pun ingin sekali bertaruh, cuma sayang aku benar-benar repot, tak ada
waktu untuk beradu kepandaian denganmu"
"Apakah Ting hujin beranggapan bisa melarikan diri dari sini?"
"Tanganku tidak terbelenggu, orang pun tidak kau ikat, mengapa aku tak bisa meninggalkan
tempat ini?" "Karena kami telah menangkap seorang jaminan" sahut Giok Bu sia sambil menuding Siau Im.
"Bagi kami, caramu itu sama sekali tak berguna, selamanya kami mempunyai suatu peraturan
yakni masing-masing mengurusi keselamatan sendiri, bila membunuhnya, aku dapat
membalaskan dendam baginya, tapi bila kau suruh aku mencabut segenggam rambutku untuk
ditukar dengan keselamatan dari jiwanya, tanpa "dipertimbangkan lagi aku pasti akan menampik"
"Tanpa napsu akan kuat, tanpa kekurangan akan tangguh.
Ucapan tersebut bisa diucapkan setiap orang, mereka yang baru belajar membaca berapa hari
pun dapat memahami artinya dengan jelas, akan tetapi justru sulit untuk dilaksanakan.
Setiap orang mempunyai napsu itulah sebenarnya cita-cita seseorang bisa melunak.
Setiap orang selalu murung dan memikirkan banyak urusan, karena itulah hati orang gampang
goyah. Giok Bu sia dibuat terperanjat oleh sikap Cing Cing, karena ia cukup memahami tentang
kecerdasan Cing Cing, dia pun mengetahui bahwa Cing Cing memang memiliki peraturan
semacam itu.. Dia menggunakan Siau Im sebagai sandera maksudnya hanya untuk menjajal saja, dia
mengerti Siau Im tidak cukup berbobot untuk memaksa Cing Cing mengorbankan diri.
Tapi Cara Cing Cing berbicara begitu tegas dan tak bisa ditawar-tawar, hal ini dapat diartikan
juga sekalipun ia dapat menemukan sandera yang cukup berbobot pun sama saja sulit untuk
merubah hatinya. Itulah sebabnya sambil tertawa ia berkata:
"Kami hendak menahan Ting hujin entah masih ada cara lain atau tidak ?"
"Tidak ada" "Jika kami hendak menahanmu dengan mempergunakan ilmu silat?"
"Itu berarti kalian hanya bisa menahan jenazahku saja"
"Kami sama sekali tidak menaruh minat terhadap jenazah Ting hujin, sebab hal mana hanya
akan mendatangkan kesulitan saja, bagi kami, tampaknya terpaksa kami harus melepaskan kalian
berdua" Mendadak ia mendorong Siau Im ke depan, serta merta Cing cing menyambut dengan kedua
belah tangannya, tapi saat itulah selembar jaring yang besar telah mengurung tubuh mereka".
Seorang lelaki berdandan nelayanlah yang menyebarkan jaring tersebut jaring itu, selalu di
tenteng di tangannya, Cing Cing pun sangat memperhatikan orang itu, tapi dia tak menyangka
kalau jaring itu bakal di tebar dalam keadaan demikian.
Orang persilatan yang menggunakan jaring sebagai senjata andalannya tidak banyak, yang
paling termasyhur hanya seorang yang bernama si Jaring kilat Thio Sam, hanya saja orang itu
merupakan seorang cianpwe yang sudah berusia ratusan tahun.
Setelah itu tak pernah terdengar kalau Thio Sam mempunyai ahli waris, tapi permainan jaring
lelaki ini sangat enteng, benang jaringnya pun tipis dan berkilat seperti terbuat dari sejenis serat.
Biasanya jaring semacam ini pasti enteng sekali bobotnya, bahan yang digunakan juga sangat
kuat, namun tidak terlampau besar, berhubung lelaki itu berdiri sangat jauh, maka Cing Cing tidak
begitu memperhatikan gerak geriknya.
Siapa sangka jaringnya bisa disebarkan begitu jauh, begitu besar, seandainya Siau Im tidak
dilemparkan ke arahnya, dia masih bisa menerobos ke muka untuk menghindarkan diri.
Tapi orang lain sudah memperhitungkan segala sesuatunya dengan tepat, Siau Im yang
dilemparkan ke arahnya bukan dimaksudkan agar dia menyambutnya, melainkan untuk
menghalangi jalan majunya.
Begitu jaring tersebut menyebar ke bawah, tubuh mereka berdua segera terkurung rapat-rapat.
Meski begitu Cing Cing masih dapat bergerak, dia bergerak bukan untuk menyerang orang
lain, melainkan menghadiahkan sebuah tamparan ke atas wajah Siau Im sambil memakinya
bodoh. Tindakan itu seperti untuk melampiaskan rasa mendongkolnya belaka, menyalahkan gadis itu
kelewat bodoh sehingga berakibat diapun kena tertangkap.
Oleh karena itu meski Siau Im kena di tampar, dia hanya menundukkan kepalanya sambil
membungkam diri. Orang lain mengira begitulah maksud tamparan tersebut, maka tak ada yang memperhatikan
jika sebutir anting-anting Siau Im telah terjatuh ke atas tanah.
Apa gunanya sebutir mutiara itu.
Kecuali orang yang tergabung dalam organisasi rahasia tersebut, tiada orang yang memahami,
tapi mutiara tersebut justru mendatangkan kegunaan yang besar sekali.
ooo0ooo PENGEJARAN Ting Peng mendapat kabar dua hari kemudian.
Kabar itu dihantar oleh dua orang, isi pemberitahuan pun sederhana sekali.
"Bawa batok kepala Liu Yok siong dan datang ke luar kota Koh siok di bawah kuil Han san si,
tepi jembatan Hong Han, ditukar dengan dua orang manusia"
Surat itu tidak dicantumkan siapa nama pengirimnya, cuma surat pemberitahuan itu disertai
dua buah anting-anting, sebuah milik Siau Im, yang lain milik Cing cing.
Selesai membaca surat pemberitahuan itu, Ting Peng menyerahkan kedua biji anting anting itu
kepada Siau Hiang. Siau Hiang menyambutnya dan diendus sebentar, kemudian baru berkata:
"Ehmm, kepunyaan nona dan Siau Im"
Ting Peng memandang orang yang membawa surat pemberitahuan itu, lalu bertanya:
"Orang itu terjatuh ditangan kalian?"
"Benar!" Sambil tertawa Ting Peng lantas bertanya kepada Liu Yok siong:
"Kau kenal dengan kedua orang itu?"
?"Tidak kenal" Ting Peng segera memberikan surat pemberitahuan itu kepadanya, lalu berkata sambil
tertawa: "Waaah, kalau begitu sungguh mengherankan, kalau toh tidak kenal, mengapa kedua orang
sahabat ini bersikeras hendak merenggut nyawamu .... ?"
Paras muka Liu Yok siong berubah hebat sehabis membaca surat pemberitahuan itu, karena
tangan Ting Peng telah menggenggamkan gagang golok miliknya.
Namun Ting Peng tidak mencabutnya ke luar, dia berbalik bertanya kepada lelaki itu:
"Kalian pun terdiri dari dua orang, jika aku menahan kamu berdua lalu menggunakan nyawa
kalian untuk ditukarkan dengan kedua orang itu entah berguna atau tidak?"
"Bila berguna, kami tak akan diutus ke mari" jawab lelaki itu sambil tertawa.
"Betul juga perkataanmu itu, nampaknya aku sudah tak punya pilihan lain"
"Bukan saja Ting tayhiap sudah tak punya pilihan lain, lagi pula harus mengikuti kami dan
berangkat sekarang juga, sebab bila sampai terlambat selangkah paling banter kau hanya akan
datang mengambil jenazah"
"Liu Yok siong, bagaimana keputusanmu?" tanya Ting Peng kemudian sambil tertawa.
Sambit mengeraskan hati sahut Liu Yok siong:
"Bila kematian tecu dapat ditukar dengan keselamatan subo, walaupun harus mati tecu akan
mati dengan rela" "Kalau begitu terpaksa ak:u mesti mengorbankan kau!"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, goloknya sudah diloloskan dari sarung kemudian
cahaya golok berkelebat lewat...
Liok yok siong tetap berdiri kaku ditempat semula, sepasang matanya telah dipejamkan rapatrapat,
sedang kedua orang lelaki itu segera mengulumkan senyuman diatas wajahnya.
"Blaaammm....!" sesosok tubuh manusia roboh terkapar ke atas tanah ...."
Orang yang roboh ternyata bukan Liu Yok siong, melainkan salah satu diantara kedua orang
lelaki tersebut, tubuhnya terbelah menjadi dua persis dari garis tengah tubuhnya.
Bacokan tersebut benar-benar cepat bagaikan sambaran kilat, menanti lelaki kedua
mengetahui apa yang telah terjadi, golok Ting Peng telah dimasukkan kembali ke dalam
sarungnya. "Bagaimana dengan bacokanku ini?" tanyanya sambil tertawa.
Pucat pias selembar wajah lelaki itu saking takutnya, dengan suara gemetar dia berkata:
"Ting tayhiap, perbuatanmu ini hanya akan mencelakai jiwa Ting hujin, bila kami sampai
menderita sesuatu kekurangan, dua lembar nyawa tersebut akan dijadikan jaminannya.
"Tidak! Nyawa kalian kelewat enteng, masih belum cukup untuk menjamin keselamatan
isteriku, oleh sebab itu aku mengerti amat jelas, aku berbuat demikian hanya ingin
memberitahukan kepada kalian, cara yang kalian gunakan itu keliru besar, caraku membunuh
orang adalah sekali tabas kutung menjadi dua, aku tak pernah memenggal batok kepala"
Lelaki itu menjadi tertegun.
"Kami hanya berharap Ting tayhiap membunuh orang, belum tentu harus memenggal batok
kepalanya" dia berkata.
"Kau dapat memutuskan?"
"Tidak, aku tak dapat mengambil keputusan" buru-buru lelaki itu menjawab.
Ting Peng segera tertawa.
"Itulah sebabnya aku tidak membacok dirimu juga, aku hendak menyuruh kau pulang dan
menanyakan persoalan ini sampai jelas sebelum datang kemari lagi, selain itu juga beritahu
kepada orang kalian agar dia mengganti kau dengan beberapa orang yang terbaik, seandainya
aku dapat memperoleh isteriku kembali hanya dengan membunuh Liu Yok siong, hal ini
merupakan suatu penghinaan bagiku, aku Ting Peng tak dapat melakukan pekerjaan rendah
seperti itu, orang yang pantas begitu untuk menggerakkan golok paling tidak adalah seorang
pemimpin dari suatu perguruan besar"
"Baik, baik, aku akan pulang dan menanyakan soal ini sampai jelas, kemudian baru datang lagi
untuk memberi tahukan hal tersebut kepada Ting tayhiap" sahut lelaki itu cepat.
Ting Peng tertawa. "Kalau begitu cepatlah pergi, dan cepat kembali, aku tidak lega bila istriku masih berada
ditengah orang lain"
Lelaki itu sudah wembalikkan badan dan siap berlalu dari sana. Mendadak Ting Peng berseru lagi:
"Jenasah rekanmu itu seharusnya dikirim ke mana?"
"Bila tayhiap bermurah hati, gunakanlah sebuah peti mati untuk mengubur jenazahnya, bila
aku datang lagi nanti pasti akan kubawa pulang, kalau tidak, terserah apa yang hendak kau
lakukan" Ting Peng segera mengulapkan tangannya, dengan keadaan yang mengenaskan buru-buru
lelaki itu kabur meninggalkan tempat itu.
Sepeninggal orang itu, Ting Peng berseru:
"Liu Yok siong!"
"Suhu ada petunjuk apa?" tanya Liu Yok siong dengan wajah pucat pias seperti mayat.
?"Demi Cing Cing aku rela membunuh siapa saja, tapi aku tidak membunuhmu, tahukah kau
mengapa aku berbuat demikian?"
"Tecu bodoh, tecu tidak tahu"
Ting Peng menghela napas panjang.
"Kalau kau pun tidak mengetahui apa sebabnya, maka kau berarti seorang manusia yang
sangat goblok, tak ada gunanya aku menahan dirimu disini ...." "
Buru-buru Liu Yok siong berseru:
"Nyawa tecu mana bisa dibandingkan dengan nyawa subo" Jelas hal itu hanya merupakan
suatu percobaan belaka, sekalipun batok kepala tecu dipenggal, belum tentu sunio bisa
diselamatkan dari cengkeraman orang. .."
"Tampaknya bila seseorang sudah didesak untuk menyelamatkan jiwa sendiri kadang kala dia
bisa menjadi pintar dengan sendirinya" ujar Ting Peng tertawa
Liu Yok siong tidak berani berbicara apa-apa lagi.
Kembali Ting Peng berkata:
"Kemungkinan besar pihak lawan masih dapat mengganti sebuah cara lain untuk
membunuhmu, sampai saatnya dan seandainya aku tak punya pilihan lagi mungkin saja aku dapat
sungguh-sungguh membunuhmu, oleh sebab itu bila kau masih ingin hidup terus, lebih baik carilah
akal sendiri untuk menyelamatkan diri"
"Baik! Baik! Tecu pasti akan berusaha keras untuk menyelamatkan sunio..."
Ting Peng tertawa. "Bila kau mempuyai kepandaian sebesar ini, bisa jadi pihak lawan benar-benar akan
membunuh dirimu, lebih baik carilah pekerjaan mudah untuk kau lakukan, misalnya berusaha
menemukan tempat Cing Cing di sekap...."
"Baik, tecu pasti akan berusaha dengan sepenuh tenaga"
"Jalan tersebut mungkin tak mudah ditembusi, sebab itu kau masih mempunyai sebuah jalan
lagi yaitu menyelidiki siapa gerangan pihak lawan, kemudian mengadakan kontak dengannya dan
Golok Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
minta kepada mereka agar jangan mencantumkan namamu sebagai salah seorang sasaran yang
pantas dibunuh.." "Baik, baik! Tecu percaya pasti dapat menemukan jejak mereka, sedang mengenai ucapan
terakhir dari suhu, tecu rasa tak perlu lagi, asal sudah diketahui siapakah mereka, meski tecu tak
becus, aku pasti mempunyai kemampuan untuk menghadapi mereka"
"Baik, kalau begitu laksanakanlah, dua hari kemudian, bila kau masih belum mendapat kabar,
hanya ada satu jalan bagimu yakni menyembunyikan diri"
Pusaka Tongkat Sakti 3 Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung Raja Naga 7 Bintang 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama