Ceritasilat Novel Online

Golok Maut 4

Golok Maut Tjan Tjie Leng Karya O P A Bagian 4


Tetapi ia sendiri sudah tidak mempunyai kepandaian sama sekali, sudah dengan sendirinya pula ia tidak dapat mencari dimana adanya nona itu sekarang.
Apa yang harus dilakukan saat itu ialah, pergi kepulau batu hitam secepat mungkin untuk menemui orang tua yang aneh tabitnya itu.
Jika tidak berbuat begitu, tentu ia akan binasa pada tiga puluh hari kemudian.
Orang tua aneh itu mau memberikan darah kura-kuranya untuk mengobati racun yang
mengeram dalam dirinya atau tidak itu masih dalam pertanyaan, sungguh tidak disangka bahwa Tjin Bie Nio ternyata adala muridnya Phoa Tjit Kiow, salah satu musuh Kam-lo-pang, maka ia lantas menggerendeng seorang diri: mereka harus dibunuh semua "
Dengan tidak sadarkan diri, ia lantas merabah senjata golok maut yang disimpannya didalam bajunya, agaknya ia sudah membayangkan bagaiman musuh-muduhnya yang jahat itu satu-persatu akan dibinasakan, dibawah tangannya.
Dalam hatinya saat itu teringat kembali pelajaran ilmu silat yang kusus digunakan dengan golok maut membinasakan musuh-musuhnya.
Meskipun hanya satu jurus saja, gerak tipu itu anehnya luar biasa, sehingga tidak ada seorangpunn yang mampu menghindar dari serangan satu jurus itu.
Sepasang matanya yang sayu dari sigadis baju merah Siang-koan kiaw serta gerak-gerik yang agak berandalan saat itu terbayang kembali didalam otaknya. Ia tidak tahu, bagaimana ia harus menghadapi nona baju merah itu, sebab ayahnya juga merupakan salah satu musuh dari suhunya, tetapi ayahnya itu sudah binasa apakah ia harus membrnci
turunannya?" Ia juga ingat wajahnya bibi Tho Hui Hongnya, itu pendekar wanita yang wajahnya penuh welas asih, ia percaya bahwa selama hidupnya ia takan melupakan perbuatan sang bibi yang telah membela dirinya tanpa menghiraukan jiwa sendiri.
Akhirnya bayangan Tio Lee Tin yang cantik dan gagah berkelebat didalam
otaknya?"?"."
Untuk sesaat lamanya rupa-rupa pikiran telah timbul saling susul dalam otaknya,,,,,,,,"."
,, Aih ?".." demikian ia akhirnya mengelah napas dan menggerendeng sendiri.
,, Ah, peduli apa, sekarang kepandaianku sudah musnah, bahkan jiwaku sendiri juga tidak tahu masih bisa hidup terus atau akan binasa, perlu apa aku harus memikirkan semua itu."
Setelah itu lantas menggerakan kakinya meninggalkan tempat tersebut.
Tujuannya masih tetap ke pulau Batu Hitam di Lam-hay.
Untul mengejar waktu ia membeli seekor kuda, kudanya dilarikan siang dan malam, ia mengharap supaya dalam tiga puluh hari bisa sampai di tempat yang dituju.
Hari itu, pada waktu senja Yo Tjie Tjong yang melarikan kudanya berhari-hari lamanya, bukan ia saja yang merasa lelah, kudanya juga merasa payah.
Ketika terpisah tidak cukup sepuluh lie dengan kota Liong hoa-in, kudanya dijalankan dengan sangat perlahan karena maksudnya malam itu hendak menginap di tempat
termaksud. Diatas jalan raya saat itu sunyi sepi. Angina utara menghembus kencang.
Yo Tjie Tjong yang tadinya berjalan melarikan kudanya tampaknya tidak merasakan semua itu. Tetapi ketika kudanya dijalankan perlahan-lahan dirasakan angin itu dingin sekali.
Tidaklah mengherankan karena saat itu sudah hampir habis tahun bagi rakyat biasa atau pedagang. Kebanyakan semua sudah menyediakan apa untuk menyabut tahun baru. Tetapi Yo Tjie Tjong yang hidup sebatang kara tidak mempunyai rumah dan sanak saudara,
diwaktu menjelang tahun baru ia terus melakukan perjalanan jauh.
Sebab ia masih hendak hidup terus, maka dalam waktu tiga puluh hari itu tidak boleh tidak ia harus sampai ke Pulau Batu Hitam, untuk mendapatkan darahnya kura-kura yang usianya ribuan tahun. Perbuatannya itu seolah-olah berjudi aja layaknya, jiaka menang ia akan dapat melanjutkan tugas dan kewajibannya tetapi kalau sampai kalah ia akan binasa.
Untuk sesaat lamanya rupa-rupa pikiran kembali mengaduk-aduk dalam pikirannya.
Tiba-tiba suara kaki kuda telah memecahkan suasana kesunyian alam pada waktu senja itu.
Suara kuda itu sebentar saja sudah berada dibelakang dirinya.
Yo Tjie Tjong mengetahui bahwa saat itu ia menjadi seorang yang tidak mempunyai
kekuatan sama sekali. Maka ia tidak berani mencari setori. Sedapat mungkin ia hendak berlaku mengalah, sekalipun harus menerima hinaan. Maka ketika itu mendengar suara derap kaki kuda dibelakang dirinya. Dengan cepat ia meminggirkan kudanya untuk memberi jalan bagi penunggang kuda dibelakangnya.
Tetapi sungguh aneh sekali penunggang kuda dibelakangnya tidak mau jalan melewati dirinya, tampaknya seperti dikendurkan tali kekangnya, sehingga seperti terus menguntit dibelakannya dirinya Yo Tjie Tjong.
Cara demikian itu berlangsung agak lama juga kemudian Yo Tjie Tjong merasa heran, maka kudanya lantas dihentikan dan kepalanya berpaling kebelakang.
Penunggang kuda dibelakang dirinya itu agaknya tidak menduga sama sekali yang akan menghentikan kudanya secara mendadak, maka dengan cepat ia menarik mundur kudanya, dengan demikian maka kedua kuda sekarang jadi berdiri berendeng.
Yo Tjie Tjong terperanjat sekali ketika mengetahui siapa orang yang mengikuti jejak kudanya itu.
"Kiranya ada nona Siang-koan " demikian ia berseru.
Siang-koan Kiauw pendengarkan suaranya dihidung.
".ia, kau mau apa " dijawabnya dengan suara ketus.
Yo Tjie Tjong mendengar jawaban itu agaknya mendapat rasa tidak baik tetapi ia terus mencoba hendak berlaku sesabar mungkin.
"Nona Siang-koan hendak kemana ?"
"Cari kau !" "Cari aku ! "Benar ! aku hendak mencari kau, manusia yang tidak berbudi itu."
Yo Tjie Tjong memangnya seorang yang mempunyai adat tinggi, maka ketika mendengar jawaban yang singkat dan ketus itu. Darah mudanya lantas mendidih. Ia menarik mundur kudanya.
"Apa perlunya nona mencari mencari aku " katanya dengan nada dingin.
"Hendak membunuh kau !"
Jawabannya itu membuat Yo Tjie Tjong sangat terkejut setelah lam dalam keadaan
terkesiama mendadak ia seperti ingat apa-apa maka segara ia berkata :
"Apa Nona hendak membunuh kau atas perintah ibu tirimu ?"
"Urusannya dia tidak ada hubungannya dengan aku "
"kalau begitu apa sebabnya ?"
"Sebaba kau adalah orang yang tidak mengenal bakti "
..Tidak berbudi ?" Yo Tjie Tjong menegasi sambil ketawa getir
"Memang benar, ketika di tepi naga nona pernah melepas budi terhadap diriku. Tetapi merupakan satu hutang seandannya aku Yo Tjie Tjong tidak binasa aku pasti akan
membayar hutang ini. Ketika menyebut kejadian di tepi danau naga itu hatinya Siang-koan Kiauw merasa sangat berduka, sebab oleh karena dirinya si pemuda sampai Siang-koan Kiauw berani menempuh bahaya hendak menghadapi senjata yang bisa meledak dari si iblis wajah singa. Oleh karena pemuda itu pula, Siang-koan kiauw tidak segan-segan memutuskan hubungannya dengan ibu tirinya. Oleh karena Yo Tjie Tjong hidup kembali, nona itu lantas terbangun pula semangtnya. Tetapi sekarang pemuda itu sangat dingin sikapnya terhadap dirinya, sehingga membuat hancur luluh hatinya si nona. Sebab begitu besar rasa cintanya si nona terhadap dirinya Yo Tjie Tjong, tapi cinta yang begitu dalam telah mendapatkan penyambutan yang tidak selayaknya, akhirnya telah menimbulkan perasaan benci dalam sanubarinya.
Bagian Ke Tiga Belas DENGAN wajah merah padam, Siang-koan Kiauw berkata dengan suara bengis :
"Yo Tjie Tjong, oleh karena kau aku merasa sangat malu !"
"Aku merasa tidak pernah membuat malu terhadap orang ini "
"Hm! Aku cinta kau, mengapa kau tidak bisa pegang terhadap dirinya satu nona ?"
"Apa artinya perkataan ini ?"
"Si Burung Hong Hitam Tio Lee Tin, kau toh tidak bisa bilang kenal padanya ?"
Yo Tjie Tjong terperanjat. Diam-diam berfikir bagaimana ia bisa kenal perempuan itu ?"
"Benar kau kenal padanya !"
"Hm! Kesulitannya sebagai satu gadis hampir saja ternoda gara-garamu !"
"Aku tidak mengerti maksud perkataanmu ini !"
"Aku Tanya mengapa kau tinggalkan sendirian seorang wanita yang sedang terluka parah didalam hutan belukar " sehingga hampir saja dirinya ternoda didalam kawannya
kawan-kawan kurcaci ?"
"Sekarang dimana adanya dia ?"
"Hal ini tidak perlu kau tahu "
Yo Tjie Tjong teringatkan dirinya sendiri yang hampir saja celaka ditangan Tjin Bie Nio, karena gurunya ia lantas ketawa bergelak-gelak.
Mengapa kau ketawa" Hari ini aku akan membunuh kau !"
Adatnya Yo Tjie Tjong yang angkuh membuat ia tidak mau memberi penjelasan. Setelah berhenti ketawa ia lantas menjawab dengan suara tenang :
"Silakan kau boleh turun tangan !"
"Apakah kau kira aku tidak berani ?" bentaknya Siang-koan Kiauw pecut ditangannya langsung bergerak.
Yo Tjie Tjong tidak menyingkir atau berkelit, sebetulnya dalam keadaan seperti itu, ia yang sudah hilang semua kepandaiannya sudah tidak mampu berkelit. Apalagi serangan pecut si nona dilakukan dengan cepatnya".
"Tar " suara pecut terdengar nyaring ujung pecut dengan tepat mengenakan dengan
badannya, sehingga dirasakan sakit sekali.
Dalam hatinya Siang-koan kiauw sebetulnya mencintai dirinya pemuda itu cuam karena pemuda itu nampaknya bersikap dingin, maka ia berbalik membenci. Namun serangannya itu juga menggunakan Tenaga 2-3 bagian saja, kalau tidak pasti Yo Tjie Tjong tidak sanggup menerima.
Siang-koan kiauw hanya berbut menuruti hawa napsunya, sebetulnya dalam hatinya tidal ingin melukai dirinya pemuda itu.
Ia sungguh tidak menyangka kalau Yo Tjie Tjong tidak berkelit atau coba mrnghindarkan serangannya. Maka seketika itu hatinya dirasakan perih, sudah tentu ia tidak mau tau kalau pada saat itu Yo Tjie Tjong sudah hilang kepandaiannya. Bahkan semua itu ada perbuatan ibu tirinya Siang-koan kiauw sendiri.
"Mengapa kau tidak melawan ?" menanya Siang-koan kiauw dengan gusar, tapi suarannya agak gemetar.
"Bukankah kau kata tadi hendak membunuh aku " aku Yo Tjie Tjong bersedia menerima nasib untuk menerima nasib untuk memenuhi keinginanmu !"
"Kau kira aku benar-benar tidak heran ?"
Tar..Tar..Tar! kembali suara pecut nyaring sampai 3 kali.
Tidak ampun lagi, badannya Yo Tjie Tjong lantas terjungkal dari atas kudanya !
Tapi, Yo Tjie Tjong yang beradat keras dan tinggi hati, begitu jatuh lantas jatuh lagi, matanya merah membara.
Siang-koan kiauw lantas melompat turun dari tunggannya, ia berdiri tidak cukup satu tumbak di dapat Yo Tjie Tjong, entah bagaimana persaan hatinya pada saat itu berdiri terpaku.
Ia merasa bahwa keadaanya. Yo Tjie Tjong agak aneh, tapi pada saat itu juga tidak mengerti apa sebabnya.
Yo Tjie Tjong dengan sikapnya yang masih dingin, berkata dengan suaranya yang ketus :
"Nona Siang-koan, kau hendak membunuh aka, lekas turun tangan !"
Kalau tadi Siang-koan Kiauw mengatakan hendak membunuh dirinya Yo Tjie Tjong, itu hanya disebabkan karena terdorong oleh perasaan gemasnya. Ia tidak nyata Yo Tjie Tjong anggap itu benar-benar hingga membuat ia tidak bisa tarik kembali perkatannya.
Kalau pada saat itu Yo Tjie Tjong berkata agak lunak saja sesudahnya mungkin ada berlainan. Tapi adat dan tabeatnya Yo Tjie Tjong yang tinggi ia lebih suka binasa dari pada berkata dengan suara manis.
Siang-koan Kiauw agaknya merasa bahwa Yo Tjie Tjong sangat tersinggung perasaannya.
Hatinya sangat merasa sangat berduka, maka dengan tanpa di sadari lantas menangis.
Dengan demikian Yo Tjie Tjong bertambah bingung. Ia tidak mengerti apa maunya nona yang berandalan ini, sebentar hendak membunuh mati dirinya, sebentar lagi menangis dengan sangat sedihnya !
"Apa nona Siang-koan Kiauw tidak tega turun tangan terhadap diriku ?" Tanya Yo Tjie Tjong.
Justru pertanyaan ini membuat Siang-koan Kiauw menangis semakin sedih !
Si nona berduka karena ia sesungguhnya tidak menduga bahwa si pemuda ada begitu
tawar perlakuan dirinya, sedikitpun tidak mempunyai perasaan kasian atau cinta
terhadapnya sehingga percuma saja cintanya yang dicurahkan kepadanya. Semakin
memikirkan ini semakin sedih.
Yo Tjie Tjong memang ada seorang pemuda cerdas, ketika menampak keadaan nona
Siang-koan Kiauw itu, ia nampak sudah dapat menduga sebagian perasaan hatinya si nona ia tahu bahwa si nona itu menaruh hati pada dirinya. Ia sendiripun demikian pula. Cuma suatu anggapan atau pendiriannya mengenai diri si nona ini telah menindas perasaanya sendiri.
Maka saat itu ia lantas berkata dengan suara duka :
"Nona Siang-koan Kiauw dengan terus terang aku beritahukan padamu umurku Cuma
tinggal 10 hari lagi. Maka kebaikanmu yang telah kau curahkan kepada diriku kupaksa dilain penitisan aku akan membalas !"
Perkataan Yo Tjie Tjong itu telah membuat Siang-koan Kiauw terkejut seperti terkena patuk ular. Otomatis ia hentikan tangisannya. Melihat Yo Tjie Tjong begitu berduka mau tidak mau ia percaya juga perkataan si pemuda.
"Hei, kau barusan kata apa ?" tanyanya agak gemetar.
"Kataku, jiwaku Cuma tinggal 10 hari saja !"
"Sekarang bukankah kau ada baik saja ?"
"Itu memang benar, aku sekarang kelihatan baik-baik saja, tapi kekuatan dan kepandaian ilmu silatku sudah hilang semua !"
Jawaban Yo Tjie Tjong ini membuat kaget gemetaran Siang-koan Kiauw, pantasan tadi ketika diserang dengan pecut. Ia tidak mau menyingkir atau berkelit, bahkan serangan yang cuma menggunakan 2 atau 3 bagian saja sudah cukup membikin ia terjungkal dari atas kudanya.
Ia pentang lebar kedua matanya mengawasi Yo Tjie Tjong. Sekarang ia sudah dapat
kenyataan bahwa matanya pemuda itu sudah tidak kelihatan cahayanya, keadaanya sama seperti orang biasa maka hatinya lantas merasa pilu.
"Siapakah yang membuat kau menjadi begini ?" Tanya si nona.
"Siapa" Haha! Lebih baik kau jangan coba mencari tahu !"
"Tidak kau harus memberitahukan padaku, aku tidak akan membiarkan ia begitu saja !"
Sehabis berkata, si nona geser tubuhnya mendekati Yo Tjie Tjong wajahnya menunjukan perasaan gusar.
Yo Tjie Tjong diam-diam merasa geli, barusan ia berkata hendak membunuh mati dirinya, tetapi sekarang berbalik sangat memperhatikan bahkan mau turun tangan hendak membela keadilan.
"Nona, lebih baik kau jangan coba turut campur dalam urusanku ini "
"Tidak ! biar bagamanapun aku harus nau tahu !"
"kalau begitu aku terpaksa beritahukan padamu orang itu adalah ibu tirimu sendiri !"
Mendengar jawaban itu, wajah si nona berubah seketika.
"Dia ?" "Ng ! kalau tidak ada seorang Lotjianpwee yang datang memberi pertolongan, niscaya jiwaku siang-siang sudah melayang !"
"Ow ! Lantaran itu maka kau melalaikan kewajibanmu untuk mencarikan kereta bagi entji Tio Lee Tin "
"Benar !" "Kalau begitu aku yang keliru menduga terhadap dirimu "
Setelah itu badannya digeser semakin rapat kemudian berkat pula dengan lemah-lembut :
"Apa kau merasa sakit bekas pecutan tadi. Ah ! mengapa kau tidak mengatakan sedari siang-siang kepadaku " kau sungguh keterlaluan.
"Apa artinya sedikit `luka in?. Kalau tidak ada urusan apa lagi aku hendak pergi ?"
"Kenapa ?" "Sebab dalam waktu 10 hari aku harus mencapai suatu tempat untuk minta obat buat menyembuhkan penyakitku. Kalau tidak 10 hari kemudian aku pasti mati !"
"Kau"kau "kau "! Aku harus berjalan sama-sama dengan kau !
"Apa perlunya ?"
"Kepandaiannmu sudah hilang semua, jiak ada terjadi apa-apa bukankah"."
"Obat itu bisa kudapatkan atau tidak masih merupakan suatu pertanyaan. Tentan gmati atau hidupku aku pandang sangat tawar!"
Siang-koan Kiauw tundukan kepala untuk memikir sejenak kemudian mendongak, sorot matanya keliatan aneh, dengan wajah memerah-merah dia menanya :
"Jawablah pertnyaanku !"
"Pertanyaan apa ?"
"Kau "Kau "apa kau membenci aku "
"Tidak !" jawabnya Yo Tjie Tjong tegas sambil gelengkan kepala.
"Kalau begitu apa kau suka padaku ?"
Pertanyaan ini menunjukan kecerdikannya Siang-koan kiauw.
Yo Tjie Tjong tercengang, ia mengerti maksud yang terkandung dalam pertanyaan si nona ini, tapi merasa berat untuk memberi jawaban. Ia akui bahwa ia juga cinta pada Siang-koan kiauw tapi ia tidak boleh mencinta.
Secara berani dan tanpa tedeng aling-aling, Siang-koan Kiauw mengajukan pertanyaan demikian, ini juga merupakan suatu pertanyaan yang terus terang tentang isi hatinya terhadap Yo Tjie Tjong. Ketika nampak pemuda itu agak bersangsi memberi jawabannya hanya seperti diguyur air dingin, maka ia lantas berkata pula dengan suara duka :
"Aku tahu bahwa kau tidak bisa menyukai diriku. Hah, pergilah !"
Tapi Yo Tjie Tjong lantas berkata :
"Aku sebetulnya juga suka padamu !"
"Benar ?" "Ng !" "Boleh aku panggil kau Tjong ?"
"Aku juga boleh panggil kau adik kiauw ?"
Semua itu membuat hatinya Siang-koan Kiauw merasa lega dan sangat girang.
"Engko Tjong. Sekarang kau boleh beritahukan padaku kemana kau hendak pergi ?"
"Pulau batu Hitam di Lam-hay, aku hendak menemui seorang Lo-tjianpwee, mau minta sedikit darahnya binatang kura-kura yang usianya sudah ribuan tahun, untuk
menyembuhkan penyakitku !"
Selanjutnya Yo Tjie Tjong lantas menceritakan apa yang telah terjadi atas dirinya sehinga kemudian dapat ditolong oleh hwa shio gila itu.
Siang-koan kiauw yang mendengarkan penuturan itu wajahnya sebentar merah sebentar pucat. Ia dulu hanya curiga terhadap ibu tirinya, tapi sekarang sudah menjadi kenyataan bahwa ibu tirinya itu ternyata seorang permpuan cabul yang sangat berbahaya.
Ia mendadak ingat kematian ayahnya yang tidak jelas apa sebabnya pada 5 tahun
berselang. Maka ia lantas berkata dengan tiba-tiba.
"Engko Tjong, aku selalu merasa curiga atas kematian ayahku apakah itu ada
hubungannya dengan ibu tiriku yang jahat itu" Aku kira kemungkinan itu memang ada !"
"Jika itu benar ada hubungannya, sehingga membuat kematian ayah, aku Siang-koan pasti akan mencincang ibu tiriku itu.
"Adik Kiauw, bagaimana dengan nona Tio Lee Tin ?"
"Sudah dibawa pergi oleh kawan seperguruannya ?tusan burung laut`!"
Yo Tjie Tjong anggukan kepala dalam hatinya befikir nona Tio telah mengaku sebagai muridnya pemilik bendera burung laut si orang berkedok merah. Kalau sudah dibawa pergi oleh mereka tentunya tidak ada halangan apa-apa lagi.
Tiba-tiba ia berkata Siang-koan kiauw :
"Adik kiauw, seandainya aku beruntung bisa mendapatkan obat, apa kita masih
mempunyai kesempatan bertemu lagi ?"
"Tidak, aku hendak ikut kau pergi !"
"Kepergianku ini masih belum diketahui bagaimana kesudahannya, apabila nanti terjadi apa-apa".?"
"Tidak, aku tidak izinkan kau mengucapkan perkataan demikian !"
Sebabnya berkata, dengan tanganya yang halus mungil itu membekap mulutnya Yo Tjie Tjong, badannya juga lantas dijatuhkan dalam pelukan si pemuda.
Kedua-duanya saling berpelukan, tapi masing-masing tidak berkata apa-apa.
Malam mulai tiba, angin meniup sepoy-sepoy. Bintang di langit mulai nampak betebaran.
Agaknya turut merasa girang atas kebahagiaan kedua merpati itu.
Siang-koan kiauw ketika mengingat nasib yang dialami oleh kekasihnya, hatinya merasa seperti di ris-iris. Apabila dalam 10 hari tidak mendapat tempat tujuannya atau tidak mendapatkan obat yang di perlukan.
Ia tidak berani memikirkannya lagi?"..
Sekarang, ia berada dalam pelukan si pemuda yang pertama kali mendobrak hatinya ia hedak menikmati kemesraan cintanya dalam waktu yang sangat singkat.
Lama mereka terlelap dalam larut arus asmaranya mereka sudah tahu berapa lama
dilewatakan secara demikian.
Tiba-tiba Siang-koan Kiauw memecahkan kesunyian, seolah-oalh sedang mengimpi ia
menannya kepada Yo Tjie Tjong.
,,Engko Tjong, katakana bahwa kau cinta padaku !"
,,adik Kiaw, aku cinta kau !"
,,Biar dunia kiamat, cintaku terhadap mu tak akan berubah !"
,,Adik Kiaw, aku akan ingat selamanya mudah-mudahan kembang tetap segar dan rembulan tetap tetap bundar ?"
,,Engko Tjong bisa mendapat penyataan perasaan hatimu aku sudah merasa puas.
,,Adik Kiaw hawa mulai dingin kita harus berpisah lain kali kita akan bertemu kembali !"
,,Apa kau tetap tidak mau ikut pergi bersama-sama !"
,,Bukan aku tidak sudi, tapi perjalan itu begitu jauh".
,,Aku tidak peduli sampai diujung langit jangan banyak rewel mari jalan !"
Sehabis berkata ia mendahului lompat keastas kudanya.
Yo Tjie Tjong terpaksa mengikuti jejaknya
Dua ekor kuda jalan berendengan, suara derap kaki kuda memecahkan kesunyian malam itu.
** Suatu pagi pada hari ke 25 di suatu perkampungan nelayan di tepi Lam hay telah datang dua pengunjung, sepasang muda-mudi yang masih belia mereka hendak menyewa sebuah perahu katanya hendak pergi ka pulau batu hitam yang terpencil.
Si pemuda yang berwajah tampan, badannya tegap Cuma kelihatannya agak dingin
sikapnya. Sedang wanita yang parasnya cantik menarik dengan si pemuda itu merupakan pasangan yang setimpal.
Kedatangan mereka telah datang banyak perhatian orang banyak mereka mengira bahwa mereka itulah dewa-dewi yang baru turun dari kayangan.
Siapa mereka " Itu adalah Yo Tjie Tjong dan Siang-koan Kiauw-djie.
Mereka titpkan kudanya disuatu penginapan perjalana mereka dilanjutkan dengan perahu dan si pemilik perahu yang usianya lebih dari setengah abad, sudah tentunya ia sudah matang dalam perjalan air.
Setelah membawa persedian yang cukup semuanya telah di persiapkan Yo Tjie Tjong dan Siang-koan Kiauw mereka lantas menuju pulau batu hitam.menurut keterangan Sipemilik perahu, jika tidak ada halangan satu hari satu malam bisa sampai di tempat yang di tuju.
Tapi, pulau batu hitam ada sayu pulau yang jarang didatangi oleh manusia di sekitarnya terdapat batu karang jika tidak hati-hti perahunya bisa terbalik, jika tidak karena memandang uang.tidak ada satu perahu yang berani yang menuju kesana.
Bagian Ke Empat Belas Beberapa saat kemudian, perkampungan nelayan itu sudah hilang dari pandangan.
Langit nan biru seperti mangkok bundar menutupi lautan sedang air laut dengan ombaknya seperti ayunan yang tidak berhehti-henti bergoyang.
Lautan hari itu nampak tenang berlayar dalam keadaan tenang, sungguh sangat menarik hati.
Yo Tjie Tjong dan Siang-koan Kiauw duduk berendeng ditepi perahu mereka tampak mesra dari satu sama lain. Hingga sementara melupakan rasa gelisa diantara keduanya dan melupakan yang telah terjadi atas mereka.
Sepasang pemuda pemudi yang dibesarkan diatas tanah datar telah kesemsem oleh
pemandangan dilautan yang indah permai itu.
Kedua pemuda-mudi itu menikmati pemandangan alam, pemilik perahu itu mendadak
ketakutan ia memandang kearah timur sambil berkata :
,,Siang-koan Kiauw, nona tampaknya akan timbul badai!"
,,Hawa begini kelihatan sejuk masa akan timbul badai.?"jawab Siang-koan Kiauw sambil ketawa.
,,Apakah kau tidak melihat segumpal awan hitam ?"
,,Aku tidak percaya, apakah awan segumpal itu bisa membawa badai."
,,Lopek apakah dengan dirimu tidak salah ?" Yo Tjie Tjong pun turut menanya.
Apakah aku kira aku bcara main "main " selambat-lambatnya akan datang angin puyuh sedangkan disini tidak ada tempat untuk berlindung. Lantas kita harus berbuat apa, Ah, mudah-mudahan tuhan melindungi kita !" jawab si pemilik perahu sambil mengawasi
gumpalan awan yang makin lama makin namopak besar dan nyata.
,,Apabila angin meniup kencang bukankah perahunya juga akan semakin cepat " mungkin kita cepat sampi kepulau Batu Hitam itu, Engko Tjong kau pikir betul tidak" Demikian berkata Siang-koan Kiauw dengan enaknya.
Yo Tjie Tjong yang sejak kecil banyak bercampur dengan orang-orang dengan segala lapisan, pengalamannya juga lebih banyak dari pada si nona. Ketika si nona nampaknya seperti anak-anak ia berkata dengan suara sungguh-sungguh.
,,Adik Kiaw itu bukan angin biasa ,! Tetapi angin puyuh atau badai yang sangat menakutkan
!" ,,Kau sudah pernah melihat ?"
Meski aku belum pernah mengalami, tatapi aku sudah pernah dengar !"
,,Hm ! kau membohongi aku saja !"
Si pemilik itu membakar hio dan kertas dan meminta lindungan kepada dewa laut.
Gumpalan awan itu nampak dekat nampaknya, sehingga menutupi separuh langit. Angin laut makin meniup kencang, ombak laut makin besar, hingga perahu yang di tumpangi bertiga kini sudah tergunang hebat.
Siang-koan Kiauw baru merasa bahwa keadaan ini sungguh diluar dugaan.
Si pemilik perahu dengan wajah pucat pasi dan sikap cemas ia berkata kepada kedua penumpangnya.
Siang-koan Kiauw dan nona lekas masuk kedalam ,badai akan datang ini tidak boleh dibuat main-main. !"
Belum habis ucapannya si pemilik perahu awan gelap itu sudah menjadi ombak yang lantas menggulungnya perahu air hujan datang turun turun seperti dituang.
Yo Tjie Tjong menarik diri Siang-koan Kiauw di sebelah dalam perahu.
Badai mengamuk semakin hebat saja, ombak laut menggulung-gulung hingga perahu kecil itu terguncang ke atas ke bawah.
Siang-koan Kiauw mulai merasakan mabuk, hatinya mulai ketakutan dan memeluk erat tubuh Yo Tjie Tjong.
,,Enko Tjong skarang bagaimana .?"
,,Adik Kiaw terserah pada nasib saja, aih. Biar bagaimana juga didalam diriku sudah tertanam racun jahat jiwaku juga takkan pernah tahu hidup dan matinya. Sebetulnya aku tidak membiarkanmu kau ikut, aku takut terjadi apa-apa. Ah !"
,,Engko Tjong jangan mengucapkan begitu, hidup dan matinya seseorang ada ditangan tuhan. Baik kita mati sama-sama hidup juga sama-sama.
,, Pada saat itu rasanya perahu sudah terbalik air laut masuk kedalam kemudian di susul dengan suara benturan yang hebat awak perahu seperti patah.
,,Adik Kiaw mungkin perahu sudah patah ."
,,Engko Tjong." ,,Belum habis ucapannya air laut sudah masuk kedalam mulut perahu."


Golok Maut Tjan Tjie Leng Karya O P A di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

,,Ketika mereka keluar, air laut sudah menimpa keras sehingga perahu terbalik."
Siang-koan Kiauw menjerit, ia memegang tiang perahu erat-erat Yo Tjie Tjong pun berusaha dengan sekuat tenaga ia memegang kayu perahu yang tinggal sepotong.
Pemilik perahu pun tak nampak terlihat entah sejak kapan ia di telan laut ombak laut yang dasyat.
Badai mengamuk terus, ombak laut bergulung-gulung seperti gunung tingginya, air hujan turun seperti di tumpahkan dari langit di barengi suara guntur dan sinar kilat yang menyambar-nyambar membuat keadaan di tempat seolah-olah,sudah sampi hari kiamat.
Dalam keadaan yang menyeramkan demikian. Perahu kecil yang seolah-olah sebuah titik hitam dilautan yang luas ternyata sudah pecah berantakan.
Entah sejak berapa lama waktu berlalu secara demikian".
Angin sudah sirap, ombak mulai reda laut kembali tenang seperti semula, seolah2 tak terjadi apa2.
Yo Tjie Tjong sesaat perahunya terdampar hancur, masih berpegang erat pada potongan kayu dengan mendadak badannya terdampar tinggi kemudian tidak ingat lagi apa yang terjadi atas dirinya.
Ketika ia siuman kembali, badannya merasakan panas seperti terbakar. Ketika matanya terbuka ternyata panas itu disebabkan karena panas matahari yang menyinari dirinya yang kini terdampar di sisi pantai.
Dengan susah payah ia baru bisa duduk, dia baru sadar bahwa dirinya ternyata masih belum binasa tertelan ombak.
Tiba-tiba teringat akan diri Siang-koan Kiauw-djie, sudah terang kalau nona Siang-koan Kiauw mungkin sudah tertelan ombak karena terjadi badai hebat maka seketika itu hatinya dirasakan pedih. Air matanya mengalir tak terasa dengan perasaan sedih ia mengawasi laut yang tak terlihat ujung pangkalnya itu.
Ia teringat pada sumpah dan janji pada diri Siang-koan Kiauw sungguh tidak disangka nasib nona yang baru bersamanya dan menikmati sebagian kecil kesenangan hidupnya, sudah terpisah lagi dengannya.
Seandainya nona Siang-koan Kiauw tidak ikut bersamanya pasti ia tidak akan tertelan ombak, setelah ia berpikir ia merasa berdosa terhadap diri nona itu maka ia segera berdoa kepada tuhan :"Adik Kiauw-djie kulah yang menyelakakanmu jika arwahmu tahu tunggulah aku dialam baka. Setelah urusanku selesai aku akan menyusulmu bersama-sama dengan dirimu dialam baka.
Yo Tjie Tjong padasaat itu sedang terbenam dengan kedukaannya di wajahnya selalu terbayang gerak-gerik nona Siang-koan Kiauw-djie.
Ia tak menghiraukan rasa letih dan rasa lapar dahaga yang menyerangnya ia terus-menerus memandangi lautan yang luas hingga tak berkedip.
Matahari mulai terbenam, bintang-bintang mulai bertebaran di langit ombak laut yang tadinya surut kini pasang kembali.
Ketika Yo Tjie Tjong tersadar dari lamunanya ternyata hari sudah pagi.
Terlitas dalam otaknya . saat itu mungkin jiwanya tinggal dua hari lagi. Jika dalam dua hari ini tidak berhasil mendapatkan darah kura-kura yang dimaksud maka racun yang tersarang dalam tubuhnya sudah lantas akan menyerang jantungnya dengan sendirinya orang itu akan binasa .
Tetapi sekarang dirinya pun tak tahu ada di mana, dan di mana pula letak pulau Batu Hitam yang dicarinya sama sekali tidak di ketahuinya.
Sejenak pikirannya melayang,apa yang ia alami permusuhan yang ada sangkut paut dengan perguruannya membuat semangatnya terbangun pula?"
Sekarang ini aku harus belum boleh mati, aku harus hidup masih banyak tugas yang belum aku selesaikan."demikian Yo Tjie Tjong berkata kepada dirinya dan lantas ia bangkit.
Pertama kali yang diperiksa adalah barang-barang bawaanya yang ada pada dirinya, Golok maut buku daftar nama-nama musuhnya Kam-lo-pang potongan kayu pusaka Ouw-bok
po-lok dan buki-buli tanda kepercayannya si Hwee shio gila semua lengkap masih ada pada tubuhnya.
Perlahan-lahan ia menuju tepi pantai, tetapi ketika berjalan terus dalam hatinya lantas mengeluh."celaka".
Ternyata tempat itu adalah sebuah pulau kecil yang tidak di tumbuhi sedikitpun tanaman dan tidak ada manusia yang tinggal disitu. Luasnya pulau itu kira-kira Cuma satu Lie persegi di sekitarnya terkurung oleh lautan jangan kata manusia burung saja tak terlihat.
Sesaat itu hatinya kembali merasa putus asa diam-diam ia berpikir tampaknya semuanya adalah nasib, aku tidak mau mati didalam pulau ini "taruh tidak mati kelaparan tapi karma dalam diriku tertanam racun yang cuma tahan dalam dua hari saja, kecuali ada pengaruh gaib. Kalau tidak pasti aku kan binasa maka maksud baiknya Hweesiogila itu barangkali akan tersia-sia saja."
Keadaan Yo Tjie Tjong pada saat itu tidak ubahnya seperti sedang menghadapi suatu keadaan yang lebih kejam dan menakutkan dari pada binasa seketika itu.
Tapi biar bagaimana, seorang yang masih ada jiwanya, sebelum tiba pada hari akhirnya, sedikit banyak masih mempunyai harapan untuk terus hidup?""
Saat itu perutnya dirasakan lapar sekali, matanya bekunang-kunang kepalanya dirasakan pusing. Kaki dan tangnnya dirasakan lemas tidak bertenga. Yo Tjie Tjong barulah mengingat bahwa dua hari lamanya tidak ada sebutir nasipun yang masuk kedalam perutnya. Maka ia lalu berkata kepada dirinya : "andaikata akau mesti mati, jangan sampai aku menjadi setan kepalaran."
Oleh karena befikir demikian, timbulah hasratnya hendak mencari barang makanan untuk mengganjal perutnya.
Tetapi usahanya itu hanya sia-sia saja, sebab kecuali tanah dan pasir yang terdapat disekeliling pulau itu, sudah tidak ada apa-apa lagi yag bisa dimakan.
Dengan perasaan kecewa ia kembali ditanah, rasa lapar semakin menghebat. Dalam
keadaan demikian, sebuah barang menarik perhatiannya.
Barang itu adalah sebuah barang aneh yang berbentuk bundar relur, besarnya kira-kira dua kaki, warnanya bukan kepalang, dibawahnya sinar matahari kelihatan indah.
Tertarik oleh perasaan heran, Yo Tjie Tjong lantas berjalan menghampiri benda aneh itu.
Ketika ia meraba benda itu dengan tangannya, benda itu ternyata keras, maka dianggapnya benda itu adalah sebuah batu aneh, ia coba mendorong batu aneh yang berwarna indah itu.
Didekat tempat batu aneh itu terdapat suatu tempat yang agak miring. Oleh Karena didorong oleh Yo Tjie Tjong, batu aneh tadi menggelundung kebawah.
Apa lacur satu bagian dari batu aneh itu sudah membentuk sebuah batu lain yang juga ada di pantai laut itu.
Barang cair seperti putih susu mengalir dari batu yang menggelundung tadi.
Ooo, kalau begitu itu bukannya batu !" demikian Yo Tjie Tjong berseru sendiri, yang lantas lari menghampiri. Dan ketika ia mengadakan pemeriksaan lebih cermat, seketika itu lantas berdiri melongo. Ternyata barang itu adalah sebutir telur raksasa yang saat itu sudah pecah sebagian, dari lubang yang pecah itu mengalir barang cair. Didalam telur itu masih terlihat kuning telurnya sebesar mangkuk.
Bukan kepalang rasa girangnya Yo Tjie Tjong dalam keadaan lapar seperti itu, ia sudah tidak memperdulikan lagi telur Itu bisa dimakan atau tidak, dengan cepat ia sudah menghabiskan seluruh isi telur itu.
Apa yang mengherankan, telur itu ternyata tidak bau amis, bahkan enak sekali dan segar rasanya.
Sehabis kenyang makan, badannya dirasakan segar kembali, rasa letihnya hilang semua.
Dengan perasaan terheran-heran ia mengawasi kulit telur raksasa itu.
Sejak ia di jelmakan menjadi manusia didunia, ia belum pernah mendengar orang
mengatakan bahwa didalam dunia ini ada telur yang begitu besar. Ia seperti berada dalam impian tetapi dibawah teriknya, apa yang terjadi ternyata bukanlah impina belaka.
Ia tidak mengetahui, telur aneh itu sebenarnya ada telurnya binatang apa "
Setelah perutnya dirasakan kenyang, lain soal timbul pula dalam pikirannya.
Jiwanya hanya tinggal dua hari saja. Diatas pulau terpencil dan sepi ini, sesungguhnya tidak mudah untuk mencari dimana letaknya pulau batu hitam yang sedang ditujunya.
Tampaknya tidak akan luput juga ia dari kematian.
Selagi masih terbenam dalam pikirannya sendiri, ia telah dikejutkan oleh suara aneh yang begitu hebat kedengarannya.
Yo Tjie Tjong terperanjat, katika ia dongakan kepalanya, awan hitam kelihatan menutupi matahari. Tetapi ketika ia memperhatikan dengan lebih seksama, seketika itu nyalinya seperti hendak melompat keluar, karena ada yang dilihatnya diatas angkasa itu bukannya awan, tetapi adalah burung raksasa yang sedang pentang lebar kedua sayapnya. Saat itu burung itu kelihatan beterbangan di angkasa dan hendak menukik turun. Suara aneh yang sangat hebat, tadi tentunya adalah suara dari burung raksasa ini.
Dengan tidak terasa, keringat dingin membasahi tubuhnya Yo Tjie Tjong, dalam hatinya lantas berfikir, telur raksasa berwarna tadi apakah terlurnya burung raksasa ini " jika benar telurnya, burung raksasa ini setalah melihat telurnya sudah pecah dan kumakan habis bagaimana binatang itu bisa mengarti" Ah sungguh tidak kusangka, didalam begini aku harus menghadapi lain bahaya lagi?"
Belum lagi lenyap semua pikiran itu, burung raksasa tadi sudah menukik turun sangat cepat Yo Tjie Tjong yang sudah tidak berdaya lantas menyembunyikan dirinya didalam pecahan telur.
Kembali terdengar suara burung aneh itu. Dirasakannya badannya terguncang hebat, kiranya telur itu sudah dibawa terbang oleh burung raksasa tersebut.
Yo Tjie Tjong coba menengok, pulau tempat dia tadi terdampar, hanya kelihatan sebagai sebuah titik hitam sedangkan disekitar dirinya dilihatnya segumpal awan yang seperti asap saja layaknya.
Yo Tjie Tjong tahu bahwa dirinya sekarang sudah diterbangkan keatas angkasa, perasaan takutnya hampir membuat ia melompat keluar.
Jika cengkraman burung itu tidak kencang bukankah ia akan jatuh dengan badan hancur lebur dari atas udara " Ia juga tidak mengetahui kemana dirinya hendak dibawa oleh burung raksasa itu "
Pada saat itu hawa panas tiba-tiba dirasakan dalam perutnya, hawa panas itu makin lama makin hebat bekerjanya sehingga hampir saja ia tidak dapat menahan lagi.
Kemudian dari dalam perutnya kemudian timbul hawa dingin yang membuat dirinya
dirasakan sampai mengigil.
Sebentar kemudian, dua rupa hawa yang berlawanan itu telah tergabung menjadi Satu, hawa itu dirasakan seperti telah menyusuri sekujur tubuhnya. Pada suatu saat hawa itu, seperti mandek di suatu sudut dalam dirinya. Rasa sakit membuat Yo Tjie Tjong hampir keluar menggelinding dari dalam kulit telur itu. Ia tidak tahu apa yang telah terjadi atas dirinya.
Oleh karena rasa sakit yang tidak tertahankan itu, Yo Tjie Tjong telah melupakan dirinya kini sedang berada didalam kulit telur yang sedang diterbangkan oleh burung raksasa itu, ia menggerak-gerakan kaki dan tangannya sambil menjerit-jerit.
Mendadak kulit telur itu terlepas dari cengkramannya kaki burung raksasa itu.
Telur raksasa it uterus meluncur turun kebawah, Yo Tjie Tjong yang berada didalamnya sambil memejamkan rapat-rapat kedua matanya ia berseru : "habislah jiwaku".
Tetapi kira-kira sepuluh tumbak tingginya terpisah diatas sebuah pulau, badannya dirasakan sperti mumbul lagi keatas dan kemudian lompat keluar, rasa sakit membuat ia pingsan seketika itu.
Tidak lama kemudian setelah ia siuman kembali, apa yang mengherankan ialah : saat itu rasa sakit disekujur badannya telah lenyap tiada berbekas, bahkan kekuatan tenaga dalamnya dirasakan tambah berlipat ganda.
Ia lalu bangun berdiri, ia mendapat kenyataan bahwa dirinya sekarang sudah berada disuatu tempat yang banyak batu-batunya yang semuanya berwarna hitam.
Saat itu ia berada ditengah-tengah antara dua batu besar.
Burung raksasa dan kulit telur yang besar itu sudah terlihat lagi.
Kiranya burung raksasa itu ketika telurnya terlepas dari cengkramannya karena
getaran-getaran Yo Tjie Tjong tadi. Dengan cepat sudah lantas menukik turun lagi menyambar telur yang meluncur turun. Disuatu tempat kira-kira sepuluh tumbak dari tanah burung itu menyambar lagi telurnya, tetapi badanya Yo Tjie Tjong terlempar keluar dari dalam kulit telur.
Kejadian secara kebetulan ini bukan saja Yo Tjie Tjong tidak binasa, bahkan karena getaran dari badannya yang kebentur dibawah, hawa panas dan dingin yang mandeg di suatu sudut dalam tubuhnya tadi ternyata telah membuka jalan darah pada kedua urat nadinya.
Kesemuanya itu tentunya tidak diketahui oleh Yo Tjie Tjong sendiri.
Yo Tjie Tjong memandang kesima keadaan tempat sekitarnya, karena ia mendapat
kenyataan, dirinya sekarang kembali ada diatas pulau lagi. Jika ia ingat apa yang terjadi atas dirinya tadi, diam-diam keadaanya dirasakan menggigil.
Mendadak ia merasa seperti ada semacam kekuatan dari angin yang dilancarkan oleh orang kuat menyambar kearah dirinya.
Dengan sendirinya Yo Tjie Tjong sudah mengayunkan tangannya menangkis sambaran tadi.
Diluar dugaannjan, semacam kekuatan hebat telah meluncur keluar dari dalam tangannya itu.
Saat itu lantas terdengar suara benturan keras, batu besar yang berada di depannya telah pecah berhamburan, disusul oleh suara orang berseru :
"Eh !" Kejadian yang tidak terduga-duga ini sebaliknya membuat Yo Tjie Tjong termangu-mangu.
Ia masih ingat betul bahwa kepandaian ilmu silat dan kekuatannya sudah lenyap semua.
Tindakannya barusan hanya merupakan suatu gerakan sewajarnya saja dari seorang yang mengerti ilmu silat jika sedang menghadapi serangan gelap. Tetapi mengandung tenaga kekuatan yang sangat hebat.
Ia adalah merupakan suatu yang tidak habis dimengerti.
Tiba-tiba ia ingat suara orang kaget tadi, ia juga merasa bahwa sambaran angin yang menyerang dirinya tadi datangnya secara tidak terduga-duga.
"Diatas pulau ini pasti ada orang, bahkan orang dari rimba persilatan pula" demikian Yo Tjie Tjong mengambil kesimpulan setelah berfikir sejenak.
Oleh karena pikirannya itu, maka ia lantas berjalan mencari suara datangnya suara orang tadi, tetapi ia sudah berputaran kesana-kemari, disekitarnya cuma terlihat
gundukan-gundukan batu hitam yang hampir tersebar di seluruh pulau itu.
Entah sudah berapa lama waktu telah berlalu. Bukan saja ia tidak menemukan orang yang sedang di cari-cari, malah dirinya sendiri saat itu seperti berada didalam rimba batu. Dan ia sudah tidak berdaya keluar dari gundukan batu itu.
Batu-batu yang warnanya hitam itu agaknya tidak kelihatan ujung pangkalnya, sehingga dalam hatinya mersa cemas. Ia segera melepaskan niatnya hendak keluar dari tumpukan batu itu. Ia lantas duduk untuk memikirkan dari mana datangnya kekuatan yang keluar dari serangan tadi.
Ia mulai mengingat-ingat dari ditekukannya telur raksasa berwarna dan burung raksasa itu serta dirinya sendiri ketika berada didalam telur raksasa. Mengapa didalam dirinya dirasakan mengalir hawa panas dan dingin bergantian yang kemudian bergabung ke dua hawa itu.
Dimulutnya lalu mengoceh sendiri. "telur berwarna burung raksasa?"
Seperti teringat pada sesuatu, ia lantas berkata pula pada dirinya sendiri : "Telur burung rajawali raksasa, ooo..ya! pasti telur itu adanya !
Mendadak ia lompat bangun, saat itu kembali Ia merasa kaget dan terheran-heran.
Karena gerakan melompat yang sedemikian sederhana saja ternyata sudah mencapai jarak lima tumbak tingginya. Dirinya dirasakan ringan sekali.
"Ehh !" Kembali suara demikian terulang terdengar dari belakang dirinya.
Kali ini Yo Tjie Tjong tidak bersangsi lagi. Dengan cepat ia lantas melompat keatas batu setinggi sepuluh tumbak lebih.
Bagian Ke Lima Belas BERADA setinggi itu, Yo Tjie Tjong baru dapat melihat bahwa batu-batu hitam itu ternyata ada beberapa lie luasnya. Disebelah kejauhan kelihatan sebuah rimba, tetapi ditempat itu berdiri ternyata adalah tepi laut.
Gerakan Yo Tjie Tjong tadi sudah cepat luar biasa, tetapi ia masih belum berhasil menemukan orang yang mengeluarkan kaget tadi, sehingga diam-diam merasa kagum atas kepandaian orang itu. Sekarang kembali ia teringat pada dirinya sendiri. Jika apa yang dikabarkan itu tidak salah, oleh karena makan telur berwarna itu, kekuatn yang ada pada dirinya sekarang ini sama dengan seorang kuat yang sefah mempunyai latihan beberapa puluh tahun.
Memang benar. Karena mustika Gu-liong-kao yang secara kebetulan masuk dalam perutnya Yo Tjie Tjong dengan secara kebetulan Yo Tjie Tjong bisa memakan telur burung Rajawali raksasa,biji mustika itu lantas lumer dan kekuatannya sudah tidak ada taranya didalam diri Yo Tjie Tjong .
Lantas ia teringat pada semua pelajaran ilmu silatnya yang di dapat dari suhunya dan ke dua pamannya. Ada beberapa gerak yang harus yang saat itu harus dibatasi oleh kekuatan tenaga dalam sehingga ia tidak bisa memaikannya secara leluasa.
Tetapi sekarang setelah mampunyai kekuatan tenaga dalam yang sangat hebat karena pengaruh dua benda mukjijat, maka segala gerak tipu yang dia mainkan secara mudah.
Ia teringat pula bahwa kepandainya tentu dapat tugas yang di bebankan atas pundak suhunya. Dengan "Golok Maut", itu secara istimewa ia mencari satu persatu musuhnya Kam-lo-pang pada dua puluhtahun bersilang.
Semangatnya lantas bergolak, dengan lantas pula ia mengeluarkan siulan panjang.
Tetapi mendadak ia ingat bahwa jiwanya hanya satu hari lagi maka ia lantas menghentikan siulannya itu.
Besok adalah hari yang terakhir baginya jika tidak berhasil menemukan pulau Batu Hitam dan oaring tua aneh itu untuk meminta darah kura-kura masih akan tetap binasa juga.
Maka apa gunanya mempunyai kekuatan hebat "
Kesedihan meliputi hatinya, rasa murung menguasai dirinya pula.
Jikalau karena bukan karena gara-gara Tjin Bie Nio, perempuan yang cabul dan genit yang memberikan pil surga padanya tidak mungkin ia sampai menjadi seorang sedemikian !
Dan suhunya Tjin Bie Nio,Giok-bin Giam-po Phoa Tjit kow ia juga merupakan juga
musuhnya Kam-lo-pang maka ia juga lantas mengambil keputusan. "jika aku dapat hidup terus,Tjin Bie Nio dan suhunya maka ia orang pertama yang akan kubunuh terlebih dahulu.
Yo Tjie Tjong setelah berpikir lama ia masih belum juga memecahkan persoalan lalu melayang turun meninggalkan tempat itu, ia kenbali kepantai laut.
Dan ketika ia melihat air laut, pikiranya lantas kembali teringat Siang-koan hatinya merasa pilu sekali.
Ia mendoakan Siang-koan agar tidak binasa. Ia mengharapkan supaya Siang-koan seperti dirinya terlepas dari bahaya. Tetapi rasanya semua itu hanya pengharapan saja.
Ia merasa berdosa terhadap dirinya Siang-koan Kiauw pukulan bathin yang sangat hebat ini tidak nudah terhapus untuk selama-lamanya. Taruh kata Yo Tjie Tjong bisa hidup terus batinnya juga akan menderita.
Dalam keadaan serupa itu suara Siang-koan Kiauw yang lemah lembut dan merayu hati seperti terus berkumandang didalam telinganya.
Suara itu seperti masih terdengar nyata didalam telinganya, tetapi orangnya sudah tidak ada. Penderitaan batin yang hebat it terus merupakan godaan hatinya"..
Seperti orang linglung saja layaknya. Yo Tjie Tjong berjalan kepantai laut tanpa tujuan.
Andai kata disitu ada orang, mungkin juga tidak bisa membantu dirinya.
Selagi ia masih berjalan, dari jauh ia sudah dapat melihat seorang tua barambut putih sedang duduk bersila diatas sebuah batu besar dipantai laut. Orang tua itu rupanya sedang mengkail ikan.
Melihat adanya orang tua itu, semangat Yo Tjie Tjong terbangun seketika. Dalam hati ia lantas berfikir "Aku hendak menanyakan dan mencari keterangan dulu dimana sekarang aku berada".
Setelah berfikir demikian dengan secara gesit sekali ia sudah lompat melesat kesampingnya orang tua itu.
Orang tua berambut putih itu agaknya tidak melihat kedatangan Yo Tjie Tjong, ia masih ia masih tetap mengail dengan asiknya. Ketika Yo Tjie Tjong mengawasi dengan seksama, perasaan heran timbul dalam hatinya.
Sebab orang tua yang rambut dan alisnya sudah putih semuanya itu tampaknya sedang berduduk dengan tenang sambil memejamkan mata. Dan apa yang mengherankan bagi Yo Tjie Tjong ialah kail ditangan orang tua itu ternyata hanya merupakan sebatang bambu kecil yang tidak ada talinya. Juga tidak ada kailnya, ujung bamboo terpisah kira-kira tiga dim diatas permukaan laut.
Menyaksikan kejadian ganjil itu, Yo Tjie Tjong lantas berdiri melongo.
Karena didalam dunia ini tidak pernah dilihatnya orang yang mengail ikan secara demikian anehnya, baru untuk pertama kali inilah dilihatnya.
Mungkinkah orang ini bukannya sedang mengail ikan " tetapi hanya suatu perbuatan untuk menghilangkan waktu terluang saja "
Sebaliknya, orang tua itu tampaknya sangat sungguh-sungguh sikapnya dengan kail
ditangannya itu. Perasaan heran lalu timbul dalam hatinya Yo Tjie Tjong. ia berfikir "Aku ingin mengetahui bagaimana cara mengailmu itu. Sesungguhnya aku tidak percaya bahwa dengan caramu itu kau akan berhasil mendapatkan ikan".
Tetapi belum lagi pikirannya lenyap dari otaknya, bambu ditangannya orang tua itu mendadak kelihatan bergetar, seekor ikan besar tiba-tiba muncul diatas permukaan air, ikan itu masih tergoyang-goyang.
Kepala ikan itu seolah-olah terpancang oleh ujungnya bamboo ditangannya orang tua itu dengan suatu kekuatan yang tidak dapat dilihat.
Ia lantas mendengar orang tua itu berkata seorang diri :
"Bagus binatang kecil, kau jangan kira bahwa kau pandai berenang. Tidak mungkin kau terlolos di kailnya aku, seorang tua."
Yo Tjie Tjong terperanjat sekali, terang orang tua ini telah menggunakan kekuatan tenaga dalam yang sudah tidak ada taranya, yang disalurkan keujung bamboo untuk menangkap ikan. Kekuatan semacam ini sesungguhnya sangatlah mengagumkan.
Kalau dugaannya tidak salah, orang tua itu pasti adalah orang rimba persilatan luar biasa yang mengasingkan diri disitu.
Pada saat itu ia kembali mendengar oraang tua itu berkat pula :
"Mengingat aku tidak tau apa-apa, sekarang aku kembalikan dari mana asalmu datang."
"Plung?"." Ikan besar itu kembali diceburkan kedalam laut.
Setelah orang tua mengail seperti biasa lagi.
Yo Tjie Tjong setelah mendapat tahu bahwa orang tua dihadapannya itu bukannya orang sembarangan, ia tidak berani berlaku gegabah. Ia coba batuk-batuk sebentar untuk menarik perhatiannya orang tua itu, kemudian memberi hormat dan berkata dengan suara latang :
"Lo-tjianpwee, maafkan kalau aku menggangu kesenangan Lo-tjianpwee. Boanpwee, Yo Tjie Tjong ingin minta sedikit keterangan "
Siapa tahu meski sudah berulang-ulang Yo Tjie Tjong berkata demikian, orang tua itu masih terus memejamkan mata, tidak bergerak sama sekali.
Yo Tjie Tjong berfikir dalam hati : "Apakah orang tua ini seorang tuli yang tidak mendengar perkataannya.
Suara itu seperti genta nyaringnya. Jangan kata baru orang tuli, meskipun orang sudah mati barang kali juga akan dibikin bangun kembali oleh karenanya. Ada lagi orang tua itu terang ada mempunyai kepandaiaan yang tinggi sekali.
Siapa nyana, kenyataan tidak seperti apa yang diharapkan oleh Yo Tjie Tjong. orang tua itu masih tetap seperti tidak mau dengar apa-apa.
Kali ini Yo Tjie Tjong mulai tidak sabar, maka ia lantas maju menghampirinya. Dengan berada dekat sekali dipinggirnya telinga orangtua itu ia bartanya pula :
"Apakah Lo-tjianpwee tidak sudi menjawab pertanyaan Boanpwwee ?"
Pada saat itu, orang tua itu baru terlihat membuka kedua matanya, dengan matanya yang satu ia mengawasi Yo Tjie Tjong sejenak, lalu berkata dengan tenang seperti tidak pernah ada kejadian apa-apa.
"Engko cilik, kau sedang berbuat apa ?"
Dari sorot matanya orang tua yang tidak bersahaja itu serta dari sikapnya loyo ; terang kalau orang tua itu adalah seorang tua tidak mengerti ilmu silat. Keadan itu kembali telah membuat Yo Tjie Tjong merasa heran lagi.
"Lo-tjianpwee, Boanpwwee ingin menayakan sedikit keterangan. "
"Ow ! Apa kau kata barusan ?"
"Boanpwwee ingin menanyakan sedikit keterangan. "
"Apa " aku tidak dengar jelas."
Yo Tjie Tjong merasa serba salah. Ia lalu berkata dengan suara nyaring.
"Numpang Tanya, disini tempat apa ?"
"Ow ! Apa engko cilik bukan penduduk pulau ini ?"
Yo Tjie Tjong benar-benar merasa jengkel. Bukankah itu merupakan pertayaan yang aneh, sebab kalau ia adalah penduduk pulau itu, perlu apa minta keterangn padanya.
"Bukan." Demikian ia menjawab secara singkat.
"Bukan begitu, bagaimana kau bisa datang kemari ?" menanya orang tua itu dengan sikap seperti orang linglung.
"Boanpwee belajar dengan perahu, tetapi kemudian terdampar oleh badai sehingga
sekarang tiba ditempat itu."
"Aih ! Engko cilik, angin laut ada sangat berbahaya mengapa kau tidak baik-baik berdiam dirumah saja ?"
"Aku mua tanya kepada Lo-tjianpwee, pulau ini apa namanya ?"
Pada saat itu bambu kail di tangannya orang tua kembali kelihatan bergetar, dan lagi-lagi seekor ikan besar kena sedot ujungnya bamboo. Ikan itu kelihatan bergerak-gerak hendak melepaskan diri.
Yo Tjie Tjong tiba-tiba mendapatkan satu akal, ia lalu berkata kepada dirinya sendiri :
"Aku kepingin lihat kau sebetulnya tuli benar-benar atau berlaga. Jika tidak, kau sesungguhnya terlalu tidak memandang muka orang."
Setelah berfikir demikian, ia lantas memasukan kekuatan tenaga dalamnya pada tangan kanannya. Kemudian dengan sikap acuh tak acuh tangannya disodorkan. Dan suatu
kekuatan tenaga yang tidak dapat terlihat lantas meluncur keluar dari dalam tangan kanannya menuju ke ikan itu.
Oleh karena kekuatan Yo Tjie Tjong pada saat itu sudah begitu hebat, maka meskipun dilancarkan hanya dengan seenaknya saja, tetapi hebat sekali pengaruhnya.
Tiba-tiba orang tua itu ketawa dingin, ia lantas berkata seperti tidak sengaja :
"Bagus. Aku ada maksud untuk melepskan kau hidup, sebaliknya kau mendekati kail. Kali ini kau jangan sesalkan aku si orang tua : Aku tidak akan memberu jalan hudup lagi bagimu.
Ini toh ada kemauanmu sendiri."
Sehabis berkata, ia lantas menggertak bambunya, sehingga ikan besar itu melejit keatas dan melayang kedalam tangannya siorang tua.
Dengan demikian, maka serangan Yo Tjie Tjong tadi ternyata sudah mengenai tempat kosong.
Orang tua itu masih tetap tidak menengok untuk melihat padanya.
Wajahnya Yo Tjie Tjong merah seketika, sifatnya yang tinggi hati lantas timbul seketika, maka ia lantas membentuk dengan suara keras :
...Hai ! Aku Tanya kau. Pulau ini apa namanya ?"
Orang tua itu perlahan menengok. Alisnya yang putih kelihatan bergerak-gerak, kemudian baru menanya :
"Bocah, kau bicara dengan siapa ?"
"Dengan kau !" "Aku " Aih orang yang sudah lanjut usianya matanya lamur, telinganya tuli. Cobalah katakan sekali lagi !"
Yo Tjie Tjong dalam hatinya diam-diam lantas memaki :
"Bagus, sungguh pintar kau berlaga, tetapi aku Yo Tjie Tjong bukan seorang buta."
Walaupun berfikir demikian, ia juga menanya lagi dengan suara lebih keras.
"Aku Tanya kau, pulau ini apa namanya ?"
Pertanyaan itu dikeluarkan oleh Yo Tjie Tjong dengan mengunakan kekuatan tenaga
dalamnya. Bagi orang biasa tentu tidak akan sanggup menerimanya dan kemungkinan
telinganya aka pecah, tetapi orang tua itu kelihatannya tenang-tenang saja.
"Bocah, aku si orang Tua aku ada tuli dari pembawaan. Kalau kau tadi bicara demikian nyaringnya, bukannya sudah beres " kau tanya ini apa perluya " ini ada satu pulau."
"Aku tahu ini ada satu pulau, tetapi apa namanya ?"
"Ooo, tentang ini si orang tua sendiri juga tidak tahu. Ini adalah satu pulau yang sunyi sepi."
Yo Tjie Tjong hampir saja dadanya meledak. Ia menanya hampir setengah harian, ternyata masih tidak mendapatkan keterangan apa-apa. Ia tahu bahwa orang tua ini sedang main sandiwara mempermainkan padanya, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa, sebab ia
menduga pasti orang yang menyerang dirinya dan mengeluarkan suara kaget tadi tentunya orang ini juga.
Pada saat itu mendadak ia dapatkan suatu akal, hatinya lalu memikir; "kalau kau tidak mau menjawab ya sudah. Sekarang aku hendak mencoba menyantroni suaramu. Aku ingin kau tahu nanti mau bicara atau tidak.
Dengan berkata apa-apa Yo Tjie Tjong lantas memutar tubuh dan hendak berlalu.
"Bocah, kau balik ! demikian ia mendengar orang tua itu memanggilnya.
Terpaksa Yo Tjie Tjong balik kembali.
"Bocah dengan cara bagaimana kau bisa tiba di pulai ini ?" Tanya si orang tua pula.
"Aku berlayar dengan sebuah perahu."
"Bukankah dibawa oleh seekor burung besar ?"
Yo Tjie Tjong terperanjat. Kiranya dirinya yang dibawa oleh seekor burung raksasa tadi sudah diketahui dengan jelas oleh orang tua ini. Dari sini jelaslah sudah bahwa orang tua ini sesungguhnya dengan sengaja menguji dirinya, maka ia lantas menjawab :
"Benar. Dibawa oleh burung raksasa."
"Aku lihat kau bukan seorang nelayan, juga bukan seorang pedagang yang sering
melakukan perjalanan jauh. Tetapi kau telah menempuh bahaya mengarungi lautan luas datang ke Lam-hay ini, apa maksudmu yang sebenarnya ?"
"Mencari orang."
"Siapa orangnya yang kau cari itu ?"
"Seorang Lo-tjianpwee yang aneh tabeatnya di pulau batu hitam. Lo-tjianpwee mempunyai gelar "Pengail linglung"."
Orang tua itu kelihatan bergetar badannya, alisnya juga bergerak.
Yo Tjie Tjong ada seorang yang cerdik. Ketika menyaksikan perubahan sikap orang tua itu, hatinya lalu bergerak, seketika itu ia baru ingat bahwa semua batu yang dilihatnya diatas pulau itu ternyata berwarna hitam.
Ketika tadi ia sampai di pulau ini, jangan kata orang sedangkan asap saja tidak kelihatan, maka pulau itu tentunya tidak ada orang yang mendiami kecuali orang tua itu, maka seketika itu seolah-olah baru tersadar dari mimpinya ia lantas berkata kepada dirinya sendiri
: "Mengapa aku begitu bodoh, seharusnya siang-siang aku harus sudah dapat menduga bahwa orang itu yang mengail dilaut ini dengan sikapnya seperti orang linglung, bukankah itu orang tua yang yang sedang kucari ?"
Oleh karena itu pula maka sekali lagi ia lantas memberi hormat seraya berkata :
"Boanpwee dengan brutal berani menemui Lo-tjianpwee, sebetulnya ingin minta sesuatu pertolongan dari Lo-tjianpwee"
"Apa " Bocah, kau mencari aku ?"
"Benar." "Ha..ha..ha"kau bocah kau mencari aku si orang tua hendak belajar mengail ikan atau mau beli ikan ?"
"Lo-tjianpwee,?"?"
"Apa " kau panggil aku Lo-tjianpwee ?"
"Lo-tjianpwee tidak usah berlaga lagi. Lo-tjianpwee adalah itu orang tua yang bergelar Pengail linglung."
"Apa yang kau ucapkan aku sedikitpun tidak mengerti lekas pergilah."
"Lo-tjianpwee, dari jauh Boanpwee perlukan datang ke Lam hay ini, perlunya hanya menjumpai Lo-tjianpwee yang ingin meminta suatu pertolongan. Mengapa Lo-tjianpwee menolak demikian getas."
Orang Tua itu dengan perlahan berdiri dari tempat duduknya, dengan gerakannya yang seperti tidak bertenaga sama sekali ia berjalan turun dari atas batu. Ia taruh bambunya diatas pundaknya, lalu berjalan lagi tanpa melihat Yo Tjie Tjong lagi.
Anak muda itu mengingat jiwanya hanya tinggal sehari saja dan kini orang yang dapat menolongnya berada didepan mata, sudah tentu tidak mau melepaskannya begitu saja, maka dengan cepat ia sudah bergerak menghadang didepanya si orang tua.
... Lo-tjianpwee, tahan dulu."
"Ech. Bocah kau mau apa ?"
"Hendak minta pertolongan."
"Aku adalah seorang tua yang tuli dan bodoh. Apa yang bisa ku Bantu untukmu ?"
Yo Tjie Tjong melihat orang tua itu masih tetap berlaga linglung sudah lantas merasa gusar, dengan alis berdiri dan mata terbelalak ia berkata dengan sengit :
"Apa Lo-tjianpwee benar " nama dan gelarnya sudah tidak mau akui lagi ?"
Perkataan itu betul-betul memakan, sebab orang-orang dalam rimba persilatan dalam urusan-urusan lain dapat mengangap main-main tapi nama dan gelar harus di jungjung tinggi, maka tidak seorang pun dalam rimba persilatan yang tidak menghargai nama dan gelarnya sendiri.
Orang tua itu nampak bergerak rambut dan jenggotnya, matanya yang sayu saat itu tiba-tiba memancarakan cahaya yang tajam. Sikapnya yang lonyo mendadak hilang sama sekali, dengan suaranya yang berat ia berkata :
"Bocah, aku seorang tua memang benar ada itu orang tua yang di juluki si Pengail linglung, tapi di pulauku batu hitam ini selamanya tidak di jinkan orang luar menginjak. Kalau kau kenal gelagat, sebaiknya lekas pergi dari sini !"
Yo Tjie Tjong menyaksikan caranya orang tua aneh itu memperlakukan dirinya ada demikian kasar, meski ia sudah diperingati oleh sihwesio gila tentang adatnya yang aneh dari orang tua itu. Namun tidak urung merasa mendongkol juga. Maka ia lantas berkata dengan suara dingin :
"Perkataan Lo-tjianpwee ini agaknya ada sedikit keterlaluan !"
"Apa artinya keterlaluan ?"
"Adakah pulau Batu Hitam ini kepaunyaan Lo-tjianpwee seorang ?"
"Hal ini Boanpwee tidak berani, cuma saja Boanpwee yang datang dari tempat jauh
dengan maksud minta bertemu secara sopan mengapa Lo-tjianpwee menolak, begitu getas
" ini bukannkah agak keterlaluan ?""."
"Bocah, kau mau pergi atau tidak ?"
"Kedatangan Boanpwee dengan sungguh hati maka hanya tahu maju tidak kenal mundur !"
Orang tua itu perdengarkan suara ketawanya yang dingin.
"Bocah, usiamu masih muda sekali, ternyata adatmu sombong sekali !"
Yo Tjie Tjong lalu berfikir biar bagamana jiwaku toh cuma tinggal satu hari. Dengan adatnya yang aneh seperti orang tua ini, nampaknya tidak bisa diminta secara halus terpaksa aku harus menggunakan kekerasaan. Aku harus sebisa mungkin untuk mendapatkan darahnya binatang kura-kura itu untuk menolong jiwaku, sekalipun aku harus melanggar pesannya si hweehio gila itu, juga apa boleh buat.
Sebetulnya pada saat itu apabila Yo Tjie Tjong mengunjukan barang bukti yang berupa buli-buli kecil warna merah yang diberikan oleh hwesio gila itu, barangkali orang tua itu tidak bersikap batu lagi. Tapi Yo Tjie Tjong adatnya juga tinggi, makin diperlakukan kasar, ia makin tidak mau menunjukan barang bukti itu.


Golok Maut Tjan Tjie Leng Karya O P A di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seketika itu lantas berkata dengan lantang :
"Dalam badan Boanpwee ada kemasukan racun yang sangat jahat hanya darahnya
binatang kura-kura peliharaan Lo-tjianpwee yang sudah ribuan tahun usianya yang bisa menyembuhkan. Keesokan hari racun itu sudah akan menjalar keseluruh badan. Jika
Lo-tjianpwee sudi memberi sedikit saja darahnya binatang kura-kura itu Boanpwee segera meninggalkan pulau ini !"
Perkataan Yo Tjie Tjong ini kurang dipikiar, pulau batu hitam ini seolah-olah berada ditengah lautan jika tidak ada perahu bagaimana ia bisa berlalu "
Pengail Linglung ketika mendengar perkataan Yo Tjie Tjong agaknya merasa heran,
mengapa bocah ini tahu kalau dirinya ada memelihara kura-kura aneh itu "
"Bocah, kau siapa namamu ?" demikian ia menanya dengan suara bengis :
"Boanpwee adalah Yo Tjie Tjong !"
"Siapa suhumu ?"
"Harap Lo-tjianpwee suka maafkan, dalam hal ini Boanpwee mempunyai kesukaan yang Boanpwee tidak bisa dijelaskan maka Boanpwee tidak dapat memberi tahukan nama suhu !"
"Siapa yang memberi tahukan padamu, kalau aku seorang tua disini ada mempunyai
peliharaan binatang kura-kura yang sudah ribuan tahun usianya ?"
Yo Tjie Tjong sebetulnya hendak memberitahukan nama si hwetio gila itu, tapi kemudian berfikir lain, ia lantas berkata dengan sikap agak keras :
"Boanpwee dengar dari salah satu orang aneh dari dalam dunia Kang-ouw !"
"Hm ! Orang aneh, enyahlah kau dari sini !"
"Boanpwee tadi sudah bilang, sebelum mencapai maksud Boanpwee, tidak mau
meninggalkan tempat ini !"
Orang tua itu tertawa tergelak-gelak.
"Bocah, kau tidak dapat membawa caramu sendiri !" katanya
"Belum tentu !"
"Kau boleh coba !"
Setelah mengucapkan demikian, orang itu lantas melancarkan satu serangan dari kekuatan tenaga dalam yang amat hebat kearah si anak muda.
Yo Tjie Tjong meski sangat mendongkol terhadap sikapnya Pengail Linglung, tapi ia masih bisa kira-kira. Terhadap serangan hebat itu, ia tidak mau balas menyerang untuk mencegah supaya urusan tidak sampai menjadi runyam.
Disini menunjukan kecerdikannya Yo Tjie Tjong.
Dengan menggunakan ilmunya menggentengi tubuh yang luar biasa. Badannya melayang mengikuti arahnya serangan angin, sehingga kelihatannya enteng sekali. Ia terus melayang sampai kekuatan serangan berkurang, baru balik ke tempat asalnya.
Gerakannya itu mengejutkan hatinya Pengail Lingkung.
Selanjutnya ia lantas mengirim lagi dua kali serangannya yang lebih hebat dari pada serangan yang pertama lalu barkata :
"Lo-tjianpwee, Boanpwee sudah mengalah sampai tiga kali "
Orang tua itu tabeatnya sangat aneh sudah lama terkenal didalam rimba persilatan.
Meskipun saat itu ia merasa heran terhadap kepandaiannya si anak muda, tetapi ia tidak mau behenti begitu saja. Atas ucapannya Yo Tjie Tjong tidak mau ambil pusing, sebaliknya malah mengirim lagi serangannya yang lebih hebat.
Yo Tjie Tjong terpaksa coba-coba menyambuti serangan.
Suara beradunya tenaga kekuatan lantas terdengar nyaring, badannya Pengail Linglung kelihatan terhujung-hujung sebentar tetapi badanya Yo Tjie Tjong telah terpental mundur tiga tindak, darahnya dirasakan bergolak.
Yo Tjie Tjong meskipun sudah mempunyai latihan puluhan tahun yaitu karena bekerjanya gabungan dua rupa benda ajaib, tetapi saat itu masih belum dapat digunakan secara leluasa.
Apalagi ia tidak mengunakan tenaga sepenuhnya, maka akhirnya Ia terpental juga sejauh tiga tindak. Tetapi bagi pihaknya Pengail Linglung, sekarang benar-benar merasa sangat heran. Sungguh tidak habis dipikirnya, pemuda yang usianya yang begitu muda ternyata sudah mampu menyambuti serangannya yang dilancarkan dengan menggunakan delapan
dari seluruh kekuatannya.
Ini benar-benar merupakan suatu kejadian gaib, maka saat itu ia berdiri melongo seperti terpaku.
Yo Tjie Tjong maju dua tindak lalu berkata dengan sikapnya yang sungguh-sungguh.
"Lo-tjianpwee, sekali lagi Boanpwee minta dengan hormat atas kemurahan hati.
Lo-Tjianpwee supaya sudi memberi beberapa tetes darahnya kura-kura Lo-tjianpwee yang sudah ribuan tahun usianya. Budi Lo-tjianpwee ini tidak akan Boanpwee lupakan untuk selama-lamanya." Sehabis berkata Yo Tjie Tjong lantas membungkukan diri dalam-dalam memberi hormatnya.
Tetapi Pengail Linglung masih tetap kukuh dengan pendirinanya sendiri.
"Tidak bisa !" jawabnya ketus
"Lo-tjianpwee adalah seorang golongan tua dari rimba persilatan, apakiranya tega melihat Boanpwee mati terkena racun yang jahat itu ?"
"Hmmm, iatu adalah urusanmu sendiri."
Kali ini Yo Tjie Tjong benar-benar menjadi gusar, ia lantas berakta sambil pelototkan matanya :
"Kalau begitu, karena hendak mempertahankan jiwa, Boanpwee terpaksa harus berlaku kurang ajar."
"Bocah, apa kau kira ada harganya hendak bertengkar dengan Lohu?" sehabisnya berkata demikian ia menggunakan bambu kailnya dengan luar biasa cepat melancarkan serangan sampai tiga kali.
Yo Tjie Tjong kedesak menghadapi serangan tersebut, terpaksa mundur berulang-ulang.
"Bocah, kau coba lagi sambuti beberapa jurus, si orang tau aneh itu berkata sambil terus memutar bambunya dan menyerang bertubi-tubi.
Bambu sebagai alat pengail yang kecil itu sebenarnya merupakan senjata satu-satunya yang paling ampuh dari Pengail Linglung yang telah mengangkat namanya dan yang
menjadikan ia seorang terkenal dalam rimba persilatan. Senjata yang kelihatanya dari luar sangat sederhana itu sebetulnya bukanlah senjata sembarangan dan didalam rimba
persilatan, orang yang mampu menyambuti serangan Pengail Linglung mungkin tidak
seberapa jumlahnya. Maka betapapun tingginya ilmu sialt Yo Tjie Tjong, biar bagaimana juga ia hanya baru mendapatkan didikan lima tahun saja. Meskipun saat itu kekeuatan tangannya sudah bertambah berlipat ganda karena pengaruhnya dua benda ajaib yang bergabung, tetapi untuk menghadapi serangan si jago tua yang aneh itu, ia hanya mampu berkelit saja tanpa membalas.
Setelah lima jurus berlalu, Yo Tjie Tjong tiba-tiba ingat gerak tipu aneh yang pernah diajarkan oleh suhunya ketika hendak menutup mata, maka timbulah pikirannya hendak mencoba-coba tipu pukulan yang aneh itu.
Dengan cepat ia lalu maju mendekati si orang tua, tangan kanannya digunakan sebagai golok, untuk menyerang lawan.
Dengan telapak tangan dipakai sebagai pengganti golok, jurus serangannya yang
mempunyai tiga rupa gerakan itu dilancarkan cepat bagaikan kilat. Secara berbareng pula ia membabat kedua lengan kanan lawannya, kemudian menotok kebagian dada. Gerak
tipunya ini adalah gerak tipu ciptaan Yo Tjie Hoan Pribadi yang sudah diyakinkan selama dua puluh tahun, yang tadinya hendak digunakan untuk menuntut balas kepada
musuh-musuhnya. Sebetulnya gerak tipu silat semacam ini kusus digunakan dengan menggunakan
senjatanyam Golok Maut. Dengan kekuatan dan kepandaiannya seorang jago tua seperti Pengail Linglung ini.
Ternyata masih tidak berdaya menghindarkan serangan yang demikian aneh itu, sehingga orang tua itu kelihatannya sudah akan menjadi sasaran dari serangannya Yo Tjie Tjong.
Mendadak pada saat itu terdengar suara bentakan nyaring, suatu sambaran angin hebat mengancam diri Yo Tjie Tjong.
Bagian Ke Enam Belas OLEH KARENA Yo Tjie Tjong tidak mempunyai maksud hendak melukai lawannya maka
ketika serangannya hendak melukai seorang cepat-cepat ditariknya kembali badannya juga melompat mundur. Maka dengan demikian, ia malah menghindar dari serangan si orang tua jika tidak demikian sungguh hebat sekali akibatnya.
Pengail Linglung sudah terkenal namanya sebagai orang yang hebat dan kuat sejak
bepuluh-puluh tahun lamanya. Betapa hebat kekuatannya sudah tentu tidak ada
tandinganya dengan kekuatan yang ia punya jika serangan Yo Tjie Tjong sungguh-singguh dengan menggunakan tenaga, maka pastilah ia akan dibikin terpental dan terluka oleh kekuatan dan tenaga yang tidak terlihat dari orang tua itu. Kekuatan semacam itu dinamakan Kan-goan tjin-tjao.
Kekuatan tidak berwujud yang dinamakan Kan-goan tjin-tjao ini merupakan ilmu yang paling ampuh dari Pengail Linglung yang sudah diyakini beberapa puluh tahun lamanya ilmu kekuatan ini tidak berwujud hampir serupa dengan ilmu kekuatan untuk melindungi diri seperti yang terdapat dalam rimba persilatan hanya bedanya ialah ilmu Kang-goan tjin-tjao bukan hanya dapat melindungi diri tetapi juga dapat digunakan untuk membalas menyerang kearah musuhnya dengan kekuatan tenaga yang luar biasa hebatnya.
Ketika Yo Tjie Tjong melompat mundur, ia berdiri melongok seperti terpaku.
Karena pada saat itu, dihadapannya sudah berdiri seorang gadis cantik jelita yang kecantikannya melebihi Siang-koan kiauw dan Tio Lee Tin.
Gadis jelita itu matanya menatap Yo Tjie Tjong, kelihatannya juga terkejut, agak terpesona ketampanan pemuda itu sehinga kedua pipinya lantas menjadi merah.
Tetapi ketika mengingat apa yang dilakukan oleh anak muda itu wajahnya lantas berubah pedang ditangannya lantas dikibaskan sepasang matanya menatap wajah Yo Tjie Tjong kemudian ia membentak dengan suara yang halus :
"Nyalimu sungguh besar, kau berani berlaku sembarangan di pulau Batu Hitam ini ?"
Suara itu meskipun bentakan tetapi kedengarannya begitu merdu, menyenangkan dan tidak menyakiti hati yang mendengarkannya. Yo Tjie Tjong yang terpesona oleh kecantikan si gadis itu hatinya tampak juga begerak taoi ia belim dapat memikirkan hal yang lainya ia hanya heran dan terpesona atas kecantikan nona itu.
Berhubung Siang-koan Kiauw telah terkubur didasar laut hilangnya gadis itu telah membawa pergi semua perasaan yang ada pada dirinya.
Apa yang dipikirkannya saat itu, darah kura-kura peliharaan yang sudah berusia ribuan tahun yang akan menyelamatkan dirinya jiwanya tinggal satu hari lagi, jika ia tidak berhasil mendapatkan darah kura-kura mukjizat itu besok jiwanya itu akan melayang.
Maka atas teguran gadis jelita tadi ia hanya menjawab dengan sikap yang dingin dan angkuh.
"Aku yang rendah tadi telah datang dengan cara sopan, bagaimana nona katakan aku kurang ajar ?"
"Kau berani turun tangan terhadap yayaku, bukankah itu berarti berlaku kurang ajar ?"
"Aku yang rendah berani turun tangan karena terpaska !"
"Bohong ! Yayaku kalau benar-benar menghendaki jiwamu, apakau kira bisa hidup sampai saat ini ?"
"Belum tentu !"
Belum tentu, kau boleh coba saja , kau bisa menjalani beberapa jurus dibawah pedang nonamu?"
Pedang ditanganya sinona yang bersinar biru ungu,dengan cepat dan gerakan yang sangat aneh sudah menyerang sampai 5 kali dangan beruntun.
Karena Yo Tjie Tjong bukan hendak mencari setori, maka ia tidak mau membalas . Dengan berkelit kesana-kemari ia menghindarkan serangan sinona yang luar biasa hebatnya .
Pengail Linglung saat itu sudah kembali dalam keadaanya seperti seorang tolol dan linglung.
Ia berdiri tanpa berkata apa-apa .
Sigadis cantik melihat seranganya mengenakan tempat kosong , hatinya merasa sangat mendongkol. Ia lalu putar pedangnya semakin kencang, hinga dirinya Yo Tjie Tjong seolah-olah berkurung oleh sinar pedang berwarna ungu.
Yo Tjie Tjong menampak pihaknya sinona melancarkan seranganya semakin gencar,
ditambah lagi dengan pedangnya yang merupakan pedang pusaka , jika ia tidak membalas mungkin akan terluka dibawah pedangnya sinona.
Oleh karena itu , maka ia lantas melancarkan serangan membalas.
Meski ia cuma menggunakan tenaganya 6 bagian saja, tapi karena pengaruh hasiatnya benda mustika , kekuatanya itu sangat mengejutkan hebatnya !
Setelah terdengar suara "Buk!" yang amat nyaring , pedangnya si nona lantas terpental miring.
Nona itu terkejut, ia lantas tarik kembali pedangnya dan lompat mundur..Dengan sikap terheran-heran ia mengawasi ia mengawasi Yo Tjie Tjong .
Kekuatan tenaga dalam si anak muda yang luar biasa , aganya sudah mengejutkan hatinya sinona.
Yo Tjie Tjong sendiri juga sangat kagum menyaksikan kepandaian sinona
,,Kheng-djie mundur , kau masih bukan tandinganya dia!" berkata Pengail Linglung kepada cucunya.
Justru perkataan sikakek itu rupa-rupanya telah membangkitkan napsu sinona untuk mendapat kemenangan , maka ia lantas menjawab sambil monyongkan mulunya .
,,Yaya , kau Cuma membuat dia bertambah bertingkah saja!"
Sehabis berkata ,ia lantas masukan pedangnya kedalam serangkanya, kemudian berdiri tegak sambil lonjorkan kedua tanganya. Setelah itu ia lantas menyedot napasnya
dalam-dalam . Yo Tjie Tjong yang menyaksikan keadaan sinona , dalam hatinya merasa bercekat, ia lantas menjaga-jaga segala kemungkinannya .
Kedua tangan sinona mendadak bergerak dengan cepat ,suatu kekuatan yang tidak
kelihatan , lantas menyembar keluar dari tanganya.
,,Kheng-djie jangan!" Pangail linglung coba merintangi , tapi sudah terlambat .
Yo Tjie Tjong dalam keadan kaget , buru-buru mengeluarkan tenaganya,untuk
menyambutinya. ,Kedua kekuatanyang tidak dkelihatan lantas saling beradu , hanya terdengar suaranya yang sangat nyaring .Yo Tjie Tjong mendadak merasakan dadanya nyesak, badanya
mundur 3 tindak. Badanya sijelita terhuyung-huyung, wajahnya berubah mundur satu tindak , baru bisa berdiri tegak , dalam hatinya juga merasa terheran-heran sebab serangannya dengan ilmunya
"Kan-goan tjin tjao" yang ia lancarkan dengan tenaga penuh, ternyata tidak mampu melukai dirinya si anak muda .
Pengail Linglung meski adatnya sangat kukoay , tapi ia masih terhitung orang dari golongan baik . maka ketika nampak cucunya menggunakan ilmunya "Kan-goan Tjin-tjao, ia kuatir anak muda itu tidak sanggup melawan dan terluka, lantas coba marintangi, sungguh tidak nyana kalau kekuatan tenaga anak muda itu ada begitu hebat, dengan tabah berani
menyambuti serangan yang sangat hebat itu . Dalam hatinya merasa tidak habis mengerti .
Meskipun ia sudah dapat melihat bahwa Yo Tjie Tjong bukan pemuda nakal atau dari golongan jahat, tapi dalam hati masih merasa curiga . Sebab ia dengan cucu perempuannya yang mengasingkan diri dalam pulau sunyi itu, sebetulnya karena terpaksa, kecuali beberapa kenalannya yang dekat, tidak ada orang yang tau jejaknya . Dan Yo Tjie Tjong yang datang katanya mau minta darah binatang kura-kura peliharaannya, tapi tidak mau menyebutkan nama suhunya, sudah tentu tambah membikin ia merrasa curiga.
Cucu perempuannya yang dipanggil Kheng-djie ( anak Kheng ) tadi, mendadak mendapat kesan baik terhadap pemuda yang wajahnya tampan tapi sikapnya dingin kecut itu . bagi satu gadis dewasa seperti Kheng-djie yang hidup terasing dalam alam sunyi , kalau ia merasa terpikat oleh ketampanannya wajah Yo Tjie Tjong , memang merupakan satu soal wajar.
Tapi pikiran mau menang sendiri, memang merupakan suatu penyakit bagi orang-orang yang belajar ilmu silat, terutama bagi orang-orang dari golongan muda, pikiran demikian nampaknyaada lebih kuat. Begitu juga bagi sijelita itu. Ketika serangannya tidak berhasil merubuhkan lawannya, ia lantas mendongkol, maka lalu membentak pula :
,,Aku kepingin tahu sampai dimana kepandaianmu !"
Sehabis berkata sinona lantas menggeser maju kakinya, kedua tangannya melancarkan serangan bertubi-tubi, setiap serangan seolah-olah mengandung kekuatan yang dapat menghancurkan batu keras.
Kiranya, nona itu sudah menyalurkan kekuatan Kan-goan Tjintjao kedalamkedua telapak tangannya.
Yo Tjie Tjong lantas berkelit sambil berseru :
,,Bolehkah nona dengar sedikit keterangnku dulu ?"
,,Kau harus sambuti seranganku dulu, nanti baru kita bicara lagi."
,,Apa nona hendak memaksa aku turun tangan?"
,,Kalau ia bagaimana?"
,,Nanti kalau aku keterlepasan tangan mungkin mengakibatkan ?".."
Nona itu lantas ketawa cekikikan.
,,Perkataanmu sungguh membawa," katanya.
Jawaban itu sesungguhnya tidak enak di dengar oleh Yo Tjie Tjong, maka ia lantas menjawab dengan suara dingin :
,,Aku bukan bangsa orang penakut."
,,Kalau begitu, bagus sekali. Sambutlah lagi beberapa jurus seranganku."
Gadis itu lalu menggeser dirinya kesamping kira-kira lima kaki dijauhnya, ia mengirim serangannya dari arah samping. Serangannya itu kelihatannya lebih hebat daripada serangannya yang pertama.
Diperlukan secara demikian rupa, Yo Tjie Tjong hatinya mulai panas. Dalam hatinya berpikir
: "perempuan ini sangat keterlaluan. Hari ini kelihatanya ia tidak mau mengerti kalau aku belum turun tangan."
Setelah berpikir demikian, badannya juga agak dimiringkan, tanga kanannya lantas mengebut keudara.
,,Tahan!" demikian terdengar suara seseorang yang membentak dengan dibarengi oleh sambaran sesuatu kekuatan yang maha hebat.
Yo Tjie Tjong dan si jelita sama-sama terpental lima tumbak dijauhnya.
Pengail linglung dengan sorot matanya yang aneh, berdiri ditengah-tengah mereka berdua
,,Yaya, kau ?"..?" demikian si nona berseru.
,,Kau mundur dulu," jawab si orang tua.
Gadis itu monyongkan mulutnya yang kecil mungil. Setelah mengawasi Yayanya sejenak, matanya lalu menatap wajahnya Yo Tjie Tjong, kemudian tunjukan ketawanya yang manis, Panggil Linglung lalu menanya kepada Yo Tjie Tjong :
,,Bocah, barusan gerak tipu silatmu, "Liu-in Hut-hiat" kaudapat belajar dari siapa?"
Kiranya, Yo Tjie Tjong ketika mengeluarkan serangannya tadi, kalau tidak dicegah oleh si orang tua ini, si jelita pasti akan terluka dibawah tangannya.
Yo Tjie Tjong setelah mengetahui bahwa orang tua itu telah mengenali asal-usul tipu serangannya yang digunakan tadi, maka dalam hatinya lantas berpikir : "Oleh karena kedatanganku ini adalah atas atas petunjuk si Hweshio gila, maka apa salahnya kalau aku menerangkannya secara sejujurnya?"
,Tipu silat tadi, kudapat dari ajaran seorang Engkong Hweshio."Demikian Yo Tjie Tjong menjawab atas pertanyaan pengail Linglung.
,,Bagaimana ada hweshio disebut engkong ?" celetuk si jelita sambil ketawa geli.
,,Bagai mana macamnya hweshio itu ?" Tanya Pengail Linglung.
,,Separuh hweshio separuh imam, kelakuannya seperti orang gila !"
,,Yaya, hweshio yang dia disebutkan tentunya ada itu kakek hweshio gila yang pernah datang kemari pada lima tahun berselang !" celetuk pula si gadis.
Yo Tjie Tjong diam-diam juga merasa geli, barusan ia menyebut hweshio gila itu sebagai engkong, telah ditertawakan oleh gsdis itu, dan dia sendiri menyebutnya kakek padanya.
Si Pengail Limglung mengawasi tujuannya sejenak, lalu berkata pada Yo Tjie Tjong :
,,Bocah, apa kau ada muridnya "Pak-hong Phoa-ngo Hweshio?""
Yo Tjie Tjong terperanjat. Kiranya hweshio yang kelakuannya seperti orang sinting itu ternyata ada "Pak-hong Phoa-ngo Hweshio", seorang luar biasa didalam dunia Kang-ouw yang namanya menakutkan orang-orang golongan hitam atau putih dari rimba persilatan.
Tentang hwesio anah itu sudah lama ia dapat dari suhunya, sungguh tidak nyata kalau hweshio tua itu masih hidup, bahkan sudah menurunkan kepandaiannya kepadanya.
Saat itu ia lalu balas menanya:
,,Benar. Namaku adalah Oet-tio Giok Tjiang ! Bocah, kau masih belum menjawab
pertanyanku tadi." Yo Tjie Tjong sungguh tidak menyangka bahwa itu hweshio sinting yang pernah ditemuinya dan orang yang ada dihadapannya kini, ternyata adalah dua orang tua luar biasa yang kabarnya sudah menghilang itu yang biasanya disebut Pak-kong dan Lam-tie (Si Gila Dari Utara dan si linglung dari Selatan ), maka ia lalu ia sesalkan perbuatannya yang telah gegabah tadi."
Setelah itu, ia lalu memberi homat pula seraya berkata.
,,boanpwee bukan muridnya Phoa-ngo Lotjianpwee. Sedangkan nama gelarnya Lotjianpwee itu saja juga baru sekarang Boanpwee tahu dari keterangan Lotjianpwee tadi.
,,Apa " kalu begitu, tipu silatmu Liu-in Hut-hiat tadi kau dapatkan dari man " kau harus bicara terus terang."
Yo Tjie Tjong segera menceritakan hal ikhwalnya, setelah dibikin celaka oleh Tjin Bio Nio dan kemudian ditolong oleh Hweshio itu didalam kelenteng tua, kemudian hal tentang diberikannya pelajaran berupa dua macam ilmu silat Liu-in Hut-hiat dan Hui-siu Kay-hiat, selain daripada itu, ia menunjukan jalan padanya supaya datang ke Batu Hitam untuk minta beberapa tetes darahnya kura-kura peliharan yang sudah ribuan tahun usianya, sehabis itu ia memberikan benda kepercayaan dari Phoa-ngo Hweshio yang berupa buli-buli kecil berwarna merah.
Pengail tua itu. Setelah menyambuti buli-buli tersebut dan diperiksanya lalu diberikan kembali kepada Yo Tjie Tjong ia ketawa ber gelak-gelak kemudian berkata :
,,kalau begitu, karena gara-garanya si Hweshio gila itu. Sebab sejak aku berdiam disini selama limabelas tahun sampai sekarang kecuali si Hweshio gila itu, kaulah orangnya yang merupakan satu-satunya orang luar yang datang mengunjungi pulau ini bocah siapa gurumu
" dari mana kepandaiana itu kau dapat ?"
Mengenai suhu boanpwee, buat dewasa ini masih ada kesulitan-kesulitan yang di dapat Boan pwee jelaskan. Maaf saja, untuk sementara Boanpwee masih belum berani
menyebutkan nama suhu?""
,,Ha, ha, ..".. Kalau begitu, sudahlah. Aku ada melihat kau telah jatuh dari cengkraman kaki burung rajawali raksasa. Bagaimanakah sebetulnya ?"
Yo Tjie Tjong lantas menceritakan semua pengalaman yang dialaminya.
Pengail Linglung ketika mendengar penuturannya Yo Tjie Tjong yang menarik hatinya, merasa heran sekali, maka ia lalu berkata sambil mengurut-urut Jenggotnya :
,,Bocah, bakat dan tulang-tulangmu sukar didapat selama seatus tahun ini dan sekarang kembali kau mendapat pengalaman-pengalaman gaib itu. Hal ini akan merupakan suatu kegaiban didalam rimba persilatan selama tahun-tahun mendatang. Mungkin itu semua ada takdir. Aih !"
Yo Tjie Tjong yang mendengar itu. Diam-diam juga merasa bersyukur atas pengalamannya sendiri.
,,Bocah, Hweshio gila itu sejak berkelana didunia Kang-ouw, selamanya belum menerima murid. Tetapi dia menurunkan ilmu silatnya yang luar biasa dan dipandangnya sebagai jiwanya sendiri itu kepadamu, suata bukti bahwa kau telah menarik perhatiannya, maka sekarang lohu juga akan menghadiahkan apa-apa kepadamu, ?" demikian kata pengail tua itu pula !
,,Hadiah ?" ,,Ja. Aku hendak menurunkan ilmuku Kan-goan Tjin-tjao kepadamu."
Yo Tjie Tjong terperanjat, hampir-hampir ia tidak percaya pada pendengarannya sendiri.
Sesungguhnya ia tidak menyangka kalau orang tua itu mau menurunkan kepandaiannya yang tunggal dan luar biasa itu padanya.
Tetapi setelah memikirkan keadaan dirinya, ia lantas Menjawab :
,,Atas budi kecintaan Lotjianpwee,Boanpwee merasa sangat bersyukur dan disini Boanpwee ucapkan banyak-banyak terima kasih.
Tetapi Boanpwee sudah merasa puas jika Loatjianpwee sudi memberikan beberapa tetes darahnya kura-kura yang sudah berusia ribuan tahun itu untuk mengobati racun didalam badan Boanpwee. Ini saja Boanpwee sudah merasa cukup dan hal-hal lainnya Boanpwee tidak berani mengharapkan."
,,Apa " Kau tidak sudi belajar Ilmuku ?"
,,Bukannya tidak suka, hanya ?""..."
,,Huh, huh ?".. Bocah , kalau aku mau menurunkan pelajaranku ini, sebabnya ialah karena suatu soal janji untuk mengadu kepandaian."
,,Janji mengadu kepandaian?"
,,Benar, perjanjian telah ditetapkan pada lima belas tahun berselang."
,,Bagaimana sipatnya perjanjian Itu " Dengan Boanpwee ?".."
,,Soalnya ini untuk sementara jangan kita bicarakan dulu. Kheng-djie, mari sini." Si jelita lalu menghampiri engkongnya.
Pengail Linglung lantas berkata pula kepada Yo Tjie Tjong sambil menunjuk pada si gadis :
,,Ini adalah cucu perempuanku. Namanya Oet-tie Kheng."
Yo Tjie Tjong lalu menjura pada sigadis, seraya berkata :
,,Aku yang rendah adalah Yo Tjie Tjong."
Oet-tie Kheng saat itu mendadak berubah wajahnya kemalu-maluan, ia membalas
hormatnya Yo Tjie Tjong. ,, Semua nanti kita bicarakan lagi di tempat kediaman kita," kata Pengail Linglung yang lantas bergerak lebih dulu meninggalkan tempat itu, kemudian di kuti oleh Oet-tie Kheng dan Yo Tjie Tjong .
Tidak antara lama, mereka bertiga sudah sampai didepan gubuk sederhana , yang lalu masuk kedalamnya .
Rumah gubuk itu dibangun di pantai laut . Meskipun bentuknya sederhana , begitu pula perabot rumah tangganya , tetapi semuanya sangat bersih.
Setibanya dirumah dengan tidak diperintah lagi Oet-tie Kheng lantas masuk kedalam menyediakan barang santapan.
Pengail tua itu menyuruh Yo Tjie Tjong menantikan diruangan sejenak , ia lalu keluar dan tidak lama kemudian sudah balik lagi sambil membawa cawan kecil yang diberikan kepada Yo Tjie Tjong seraya berkata :
,,Bocah, ini adalah darahnya kura-kura yang berusia ribuan tahun yang kau maksudkan, minumlah."
Yo Tjie Tjong menyambuti cawan itu dengan kedua tangannya . Lantas berkata dengan suara terharu :
,,Lotjianpwee , budi kebaikan Lotjianpwee selamanya tidak akan Boanpwee lupakan ."
,,Bocah, tidak usah kau begitu merendahkan diri, minumlah ! Yo Tjie Tjong menurut.
Kira-kira setengah jam sesudah minum darahnya kura-kura itu, Yo Tjie Tjong merasa seperti ada hawa panas menusuri sekujur badannya. Ternyata itu adalah khasiatnya dari darah kura-kura yabg sudah berusia ribuan tahun tersebut.
Oada saat itu Oet-tie Kheng sudah siap dengan hidangannya, sehingga ketiga orang itu lantas mulai bersantap.
Yo Tjie Tjong yang sudah sembuh dari penyakitnya, sudah tentu dalam hati merasa sangat girang.
Sehabis dahar, Penagail Linglung itu lantas berkata kepada Yo Tjie Tjong :
,,Bocah, kau ikutlah aku kebelakang rumah, sekarang aku hendak menurunkan ilmu
Kan-goan tjin-tjao kepadamu."
,,sekarang ?" ,,Kau tidak usah Tanya apa sebabnya aku ter-buru buru menurunkan pelajaran kepadamu, karena pelajaran itu kepadamu bukannya secara Cuma Cuma.
,,Apakah Lotjianpwee hendak menggunakan diri Boanpwee ?"
,,Aku tadi sudah katakan, kau tidak usah banyak bertanya belajarlah dulu."
,,Jika Lotjianpwee mempunyai keperluan apa apa, perintahkan sajalah. Buat apa harus menurunkan pelajaran sebagai hadiah. Hal ini sebaliknya "..
,,Bocah, tidak usah banyak rewel. Marilah !"
Oet-tie Kheng yang menyaksikan dari samping hanya ketawa saja sambil menekap
mulutnya. Yo Tjie Tjong terpaksa mengikuti orang tua itu kehalaman belakang.
Dibelakang rumah gubuk itu tanah lapang yang luasnya kira kira lima tumbak persegi yang seputarnya dikitari oleh tanaman pohon bambu.
Pengail Linglung sesampainya di tempat tersebut lanats mulai memberi petunjuk-petunjuk serta memberitahukan dengan tanda tanda gerakan tangan tentang bagaimana caranya melatih ilmu Kan-goan tjin-tjao itu.
Yo Tjie Tjong memang seorang cerdik dan terang otaknya, maka sebentar saja ia sudah dapat memahaminya.
Kemudian orang tua itu lantas menyuruh Yo Tjie Tjong melatih, latihan pertama itu waktu duabelas jam sudah cukup untuk Yo Tjie Tjong mendapatkan hasil yang diharapkan .
Setelah itu tua itu lantas meninggalkan Yo Tjie Tjong seorang ditanah lapangan tersebut.
Yo Tjie Tjong mengawasi berlalunya orang tua aneh itu ia merasa heran atas kelakuan penagail linglung uyang hendak menurunkan ilmu silatnya tetapi tak memberikan
kesempatan padanya menanya apa sebabnya.
Saat itu matahari mulai condong ke barat tidak akan lama lagi sang siang akan di ganti sang malam.
Yo Tjie Tjong dengan ketekunanya yang kuat mulai melatih ilmu barunya, Kang-goan Tjin tjao.
Ketika malam sudah gelap, keadaan sudah menjadi sunyi sosok bayangan hitam dengan perlahan menghampiri diri Yo Tjie Tjong yang sedasng melatih ilmu.
Yo Tjie Tjong tidak merasa adanya orang itu sebab seluruh perhatiannya sedang di pusatkan pada ilmunya yang luar biasa.
Setelah Yo Tjie Tjong menjalnkan latihan ilmunya cukup matan, tiba-tiba kedua tangannya di sodorkan kedepan dengan perlahan dan setelah menyedot tangan napas dalam-dalam
lantas mengeluarkan hawa dari kekuatan tenaga dalamnya.
Suara nyaring lalu terdengar, suatu kekuatan yang maha dasyat telah keluar dari tangan yang.
Saat itu tiba-tiba terdengar orang menjerit.
Yo Tjie Tjong terperanjat sebab ia tidak menyangka bahwa pada saat itu masih ada orang yang berada dekatnya. Ketika ia menyodorkan kedua tangannya sambil memeramkan
matanya kini membuka matanya di tempat kira-kira dua langkah jauhnya kelihatan
tergeletak tubuh nya seseorang.
Cepat ia menghampiri ketika diperiksa dengan seksama prang itu ternyata adalah Oet-tie Kheng sendiri.
Pada saat itu sepasang mata si jelita sudah di pejamkan dan kelihatan sudah bergerak sama sekali.
Sesaat lamanya Yo Tjie Tjong merasa bingung sendiri.
Ketika ia mengatakan pemeriksaan lebih lanjut, di tanah terlihat satu bakul kecil Berisikan piring dan mangkok nasi dengan laukpauk yang saat itu sudah jatuh berhamburan jatuh ketanah.
Saat itu ia baru sadar dan mengerti kalau nona itu telah datang untuk menghantarkan hidangan kepadanya.
Dengan demikian, ia merasa semakin tidak enak hatinya.
,,Bocah, tidak apa. Kau boleh melatih terus." Demikian ia mendengar suara orang tua berkata.
,,Lotjianpwee, Boanpwee sungguh tidak menyangka dan, ?". Dan sekarang ternyata
sudah kesalahan tangan ?"?"
,,Bocah, ini bukan salahmu. Kau tidak usah pikirkan. Dari tangnmu tadi aku sudah dapatkan kenyataan bahwa kemajuan yang kau dapatkan ternyata ada demilian pesatnya. Ini
sesungguhnya ada diluar dugaanku semula. Benar-benar merupakan suatu keajaiban dalam dunia rimba persilatan."
Orang tua itu sebetulnya sudah lama mengintai perbuatannya Yo Tjie Tjong yang sedang melatih ilmunya itu.


Golok Maut Tjan Tjie Leng Karya O P A di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika cucu perempuannya datang hendak menghantarkan barang makanan, orang tua itu juga sudah melihatnya dengan jelas, ia hanya tidak menduga kalau Yo Tjie Tjong tiba-tiba mencoba ilmunya yang baru saja dipelajari, sehingga terjadilah insiden tersebut.
Orang tua itu lalu memondong tubuhnya Oet-tie Kheng yang terus dibawa masuk kedalam rumah untuk diobati. Disepanjang jalan ia masih menggerendeng seorang diri , Hweshio gila itu matanya sungguh tajam. Pilihanya kali ini sedikitpun tidak keliru .
Suara itu yang terbawa oleh angin dan masuk ditelinganya Yo Tjie Tjong , telah membuah anak muda itu terdiam termangu-mangu, ia tidak mengerti apa maksud ucapan orang tua itu
, dalam hati diam-diam lalu berpikir : "Apakah Pak-hong Phoa-ngo Hweshio itu menolong diriku dan memberikan ilmunya kepadaku serta kemudian menunjukan aku datang kepulau Batu Hitam ini semuanya sudah yang merupakan suatu hal yang sudah direncanakan
terlebih dahulu " Sebab jika tidak begitu, bagaimana Pengail tua ini bisa mengucapkan perkataan demikian " Tetapi biar bagaimana juga, kedua orang tua itu adalah merupakan orang-orang luar biasa dalam rimba persilatan . Tentunya tidak nanti mereka mempunyai maksud jahat terhadap diriku.
Bagian ke Tujuh Belas s.d. Bagian Ke Dua Puluh
XVII OLEH KARENA kejadian tersebut, telah membikin Yo Tjie Tjong tidak bisa tenteram lagi hatinya.
Dia merasa tidak enak terhadap dirinya Oet-tie Kheng , sebab nona itu dengan baik hati hendak mengantarkan makanan untuknya, tidak tahunya dengan tidak di sengaja ia telah membikin dirinya terluka, entah bagaimana keadaan lukanya sekarang "
Setelah kira-kira satu jam berlalu, barulah ia mampu menindas semua perasaan tidak enak hatinya dan melanjutkan ilmunya lagi.
Setelah melakukan latihannya dengan tekun, sehingga berhasil sangat memuaskan, Yo Tjie Tjong merasa girang dan terheran-heran.
Ketika ia membuka matanya, dipermukaan air laut ternyata sudah diliputi oleh embun pagi.
Ia sekarang baru tahu bahwa hari sudah menjadi pagi, pada hari kedua.
Dihadapannya kelihatan berdiri seorang tua, yaitu Pengail Linglung yang sedang mengawasi dirinya dengan mata tidak berkesip, sedangkan Oet-tie Kheng juga kelihatan berdiri disisinya sang Yaya sambil bersenyum.
Yo Tjie Tjong dengan cepat menghampiri, lebih dulu ia memberi hormat kepada Pengail Linglung, kemudian mengawasi Oet-tie Kheng dan sambil menjuta berkata :
...Tadi malam aku telah kesalahan tangan sehingga melukai nona. Aku merasa sangat menyesal dan sesungguhnya tidak enak sekali. Entah ?"?"
Oet-tie Kheng memotong sambil bersenyum :
...Tidak menjadi soal. Kau lihat sendiri. Bukankah aku sekarang berdiri dihadapanmu dalam keadaan sugar bugar ?"
Pengail Linglung tertawa melihat kelakuan dua anak muda itu.
Di hari-hari yang akan datang masih banyak tempo untuk kalian berdua nanti akan terbiasa terjun diantara Kham-Lopang tidak usah kau bahaskan tentang dirimu begitu merendah.
Kalian boleh membahasakan sebagai Engko dan adik saja.
Otie-kang merasa cengah, wajahnya merah seketiaka sambil melirik Yo Tjie Tjong si nona menundukan kepalanya. Entah apa yang dipirkirkan saat itu "
Wajah Yo Tjie Tjong masih terlihat dingin sama sekali tidak menunjukan perubahan apa-apa dengan sikap menghormat ia menjawab :
...Boanpwee menurut saja ."
...Bocah sekarang kau boleh coba letihanmu selama satu malam itu. Bagaimana hasilnya."
Demikian si pengail linglung bekata.
Yo Tjie Tjong setelah menjawab "baik" lalu berjalan menuju ketempat yang jauh yang kira-kira tiga tumbak dari orang tua itu, setelah melakukan sebentar tiba-tiba tangan keduanya terayun suatu kekuatan yang maha hebat dan di barengi oleh sambaran angin keras mendadak keluar dari tangannya itu.
Gerakannya itu sungguh sangat mengejutkan si pengail linglung tetapi keajaiban tidak hanya di situ saja setelah terdengar suara hebat,batu-batu hitam yang terdapat di sekitar tempat sejauh tiga tumbak,begitu pula tanaman bambu berterbangan di udara.
Pengail linglung menyaksikan sendiri sampai menjadi terkesima di buatnya ia lalu berkata dengan suara agak gemetaran :
"Bocah sudah cukup ! Aku sendiri yang menyaksikan selama lima puluh tahun ternyata telah dapat kau yakini dengan waktu semalam saja, ini adalah satu keajaiban.Aku sungguh tak dapat berkata apa-apa ".."
Yo Tjie Tjong seorang yang cerdik, ia mendengarkan perkataan orang tua itu, segera ia menangkap maksudnya itu maka ia menjawab dengan sikap yang sangat menghormat .
...Boanpwee sudah mempunyai suhu maka tidak bisa meninggalkan suhu yang lama untuk mencari suhu yang lain. Tetepi budi Lotjianpwee yang memberikan pelajaran ini tidak aklan Boanpwee lupakan untuk selama-lamanya.jika Lotjianpwee memberikan perintah sekalipun harus terjun kedalam lautan api tidak akan Boanpwee tolak."
...Bocah Hweshio gila, pernah mengatakan apa kepadamu."
Pho ngo Lotjianpwee hanya memberikan sedikit pesan yaitu beberapa kata kepada
Boanpwee : Tidak ada suatu perbuatan yang mengekang diriku. Dengan baju dan sepatu butut itu ia mengakhiri persoalan yang lalu.
Pengail linglung kemudian menokan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
Setelah merasa puas tertawa ia berkata seakan di tunjukan padanya sendiri : Baik-baik Hweshio kalau sudah terjun kedalam dunia Kang-ouw lagi, aku si pengail linglung terpaksa juga akan turun dan muncul lagi.
Perkataannya itu sudah tentu tak dapat di mengerti apa maksud nya oleh Yo Tjie Tjong .
Pengail linglung itu setelah agak tenang kembali melanjutkan ucapannya kali ini terhadap Yo Tjie Tjong :
Bocah sekarang mari ikut Lohu pulang.Ada sedikit perkataan yang hendak aku bicarakan dengan kau. Hari ini kau boleh tingglakan pulau ini. Lohu nanti suruh Kheng-djie mendayung perahu untuk mengantarkan kau."
"Baik." Mereka bertiga kembali masuk kedalam gubuknya, tetapi tidak lama Oet-tie Kheng keluar lagi untuk menyediakan sebuah perahu, sedangkan si Pengail Linglung sendiri lantas duduk beromong-omong dengan Yo Tjie Tjong.
Mendadak Yo Tjie Tjong ingat sesuatu, maka ia lantas ajukan pertanyaan :
"Lo-tjianpwee kemarin katakan bahwa Lo-tjianpwee menurunkan kepandaian ilmu silat kepada Boanpwee ialah karena soal janji pertaruhan".."
"Ha, ha"..Sekalipun kau tidak tanya lohu juga akan beritahukan kapadamu."
Yo Tjie Tjong mengawasi orang tua itu dengan penuh pertanyaan.
Pengail Linglung itu lantas berkata dengan sikapnya yang sungguh-sungguh :
"Bocah urusan ini terjadi pada lima belas tahun berselang. Apakah kau pernah dengar namanya orang aneh didalam rimba persilatan ?"
"Boanpwee dulu pernah aku dengar suhu berkata, katanya didalam rimba persilatan
memang ada tiga orang yang sangat aneh kelakuannya. Ketiga orang aneh itu disebut sepasang manusia aneh dan seorang gaib."
"Hm".Sepasang manusia aneh dan seorang gaib itu siapa orangnya " Tahukah kau ?"
"Sepasang manusia aneh yang dimaksudkan adalah Lo-tjianpwee sendiri dengan Pho-ngo Lo-tjianpwee. Sedang yang dimaksudkan dengan sebutan orang gaib itu adalah itu
pemimpin dari see-gak yang brenama Leng Djie Hong yang menyebut dirinya sebagai
seorang kuat nomor satu dalam dunia."
"Tepat, pengetahuanmu ternyata cukup luas."
"Kabarnya Leng Djie Hong Lo-tjianpwee itu mempunyai kepandaian ilmu silat yang
memang".." "Kau dengarkan cerita lohu," memotong Pengail Linglung.
"Pada limabelas tahun berselang, dua manusia aneh dan satu manusia gaib telah
mengadakan pertemuan dipuncak gunung Busan yang dinamakan Sun-lie-hong untuk
mengadu kepandaian. Tiga hari tiga malam lamanya bertarung, lohu dan Pho-ngo, dua orang telah jatuh ditangannya?""
"Aaaa !" Yo Tjie Tjong bersru kaget.
"Jago see gak Leng Djie Hong itu lantas menganggap dirinya sebagai seorang kuat nomor satu didalam dunia."
"Dan kemudian ?"
"Lohu berdua setelah kalah, jago see-gak pernah sesumbar katanya, wlaupun sampai dua puluh tahun lagi lohu dan Pho-ngo masih belum mampu melindungi dirinya. Maka kita lantas mengadakan perjanjian untuk bertemu lagi diatas puncak gunung Sin-lie-hong itu."
"Sekarang batas waktu itu apa betul tinggal lima tahun lagi ?" Tanya Yo Tjie Tjong.
"Benar setelah Lohu dan Pho-ngo turun gunung, lantas kita berpisah masing-masing mencari tempat sendiri-sendiri untuk melatih ilmunya lebih dalam. Lohu berdiam dipulau Batu Hitam ini dan si hwetio gila itu tinggal dipuncak gunung Tjeng-keng-hong."
"Apakah ilmu Kan-goan Tjin Bie Nio ciptaan Lo-tjianpwee itu masih belum mampu
menandingi kepandaiannya si jago See-gak itu ?"
"Ilmu yang lohu latih pada sepuluh tahun berselang baru selesai kuyakinkan. Tetapi saat itu hanya kira-kira lima persen saja daripada yang kuhasilkan sekarang ini, sedangkan ilmu Hut-hiat kang yang diyakinkan ileh Hweshio gila itu, juga baru sepuluh tahun kemarin saja kelihatan hasilnya.
"Lima tahun kemudian, apakah jiewie Lo-tjianpwee hendak menepati janji dengan Leng Djie Hong untuk mengadakan pertandingan lagi dipuncak gunung Sin-lie-hong ?"
"Aa ha ".Bocah, pertaruhan atau perjanjian itu sebetulnya hanya untuk melampiaskan kemendongkolan hati kita saja saat itu. Siapa yang sudah bertanding untuk memperebutkan nama kosong. Apalagi soal ini belum diketahui oleh orang-orang dunia Kang-ouw."
"Tapi sekarang Lo-tjianpwee sudah memberitahukan kepada Boanpwee."
"Dalam hal ini sudah tentu ada sebabnya."
"Boanpwee sungguh ingin sangat mengetahuinya."
"Tiga tahun berselang. Hweshio gila itu tiba-tiba datang berkunjung kemari, katanya ia dapat surat dari See-gak Leng Dje hong yang mengabarkan karena kurang hati-hati
mempelajari ilmu tubuhnya telah rusak menyayat?".
...Kalau begitu bukankah pertandingannya dengan sendirinya telah batal.
...Kalau sudah batal perlu apa Hweshio gila itu mencari aku ?"
...See-gak setelah bernyayat itu apakah masih menepati janjinya ?"
...Ia akan menyuruh murid satu-satunya untuk melaksanakan perjanjianya tersebut."
...Siapa muridnya itu ?"
...Pada dewasa ini masih belum di ketahui. Dia hanya mengatakan bahwa lima tahun kemudian muridnya itu akan menantikan di gunung Hoa-san."
...Apakah djiwie Lotjianpwee hendak pergi menepati janjinya itu?"
...Lohu dan Phoa-ngo Hweshio semuanya sudah merupakan orang-orang tua yang usianya audah sembilan puluh tahun lebih. Bagagaimana kita bisa berebutan nama dan kedudukan dengan seorang dari golongan muda " bukankah hal itu akan menjadi buah tertawaan orang-orang muda dunia persilatan ?"
...Lohu dan Phoa-ngo Hweshio sama-sama tidak mempunyai murid. Tetapi kedua pihak telah berjanji hendak orang yang berbakat tinggi dan masing-masing menurunkan ilmunya sendiri-sendirinya.Dan dengan darah kura-kura yang usianya sudah ribuan tahun untuk menambah kekuatannya. Orang itu akan memakili lohu berdua untuk melaksanakan janji itu."
Yo Tjie Tjong setelah mendengar perkataan itu , telah mengerti sebagian , lantas ia menanya:
...Apa disini maksud Lotjianpwee meberikan pelajaraan ilmu itu kepada Boanpwee ?"
...Benar, bocah, dua kali kau telah menemukan kejadian gaib.Sudah tidak perlu lagi Lohu mengorbankan darahnya kura-kura yang usianya sudah ribuan tahun untuk membantu
kekuatan dirimu.Meskipun hal ini adanya mengandalkan kekuatan gaib dan apa yang telah terjadi atas dirimu, tetapi antara kita dengan jago sejak itu tidak mempunyai permusuhan apa-apa. Maksudnya adalah hendak menguji kepandaian saja."
Yo Tjie Tjong mendadak terbangun semangatnya.Ia merasa bersyukur atas kesempatan yang diberikan kekuatannya dengan muridnya satu jago yang merupakan jago terkuat nomor satu dalam dunia.
Orang tua itu lantas berkata pula:
...Hweshio gila itu seumur hidupnya hanya hidup bergelandangan saja.Habiatnya juga lucu dan suka main-main. Kalau dia mau berdiam dipuncaknya gunung Tjeng-kong-hong yang sepi sunyi itu selama lima belas tahun lamanya, ini sebetulnya merupakan suatu tekanan hebat bagi jiwanya yang suka kebebasan itu.Tetapi Hweshio itu juga licik sipatnya. Dia sendiri tidak mau menjelaskan persoalannya kepadamu, sebaliknya ia malah menyuruh kau mencari aku."
Yo Tjie Tjong ketawa hambar,tba-tiba ia berkata dengan sungguh-sungguh :
...Boanpwee merasa sangat bersyukur sudah mendapatkan hadiah berupa darahnya
binatang Lotjianpwee yang usianya sudah ribuan tahun itu, yang telah menolong Boanpwee dari racun yang mengeram didiri Boanpwee. Budi ini tidak ada bedanya dengan memberi jiwa baru bagi Boanpwee. Dan sekarang kembali Lotjianpwee itu, disini Boanpwee hendak bersumpah akan menggunakan segala kepandaian yang Boanpwee dapatkan untuk
membasmi semua kejahatan didalam dunia.Hanya dengan jalan ini saja Boanpwee hendak membalas jiwa Lotjianpwee. Sementara mengenai pelaksana perjanjian dengan muridnya jago See-gak itu, disegala tempat dan sembarang waktu akan Boanpwee tunggu panggilan Lotjianpwee ."
...Tetapi, bocah, kalau kau nanti menggunakan kepandaianmu untuk melakukan kejahatan didunia Kang-ouw, biar bagaimana lohu tidak akan melepaskan kau begitu saja."
...Boanpwee mengerti."
...Kalau begitu, sekarang kita boleh mengadakan suatu ketetapan. Pada waktunya, lohu akan muncul lagi didunia Kang-ouw ?""."
Pada saat itu Oet-tie Kheng mendatangi dari luar gubuk, ia lantas berkata dengan suaranya yang nyaring :
...Yaya, perahu sudah siap."
...Baik. Kheng-djie,antarkan dia meninggalkan pulau ini."
Yo Tjie Tjong lantas berbangkit, ia memberi hormat kepada orang tua itu mengambil selamat berpisah.
...Lotjianpwee , Boanpwee meskipun akan berkelana didunia Kang-ouw, tetapi sembarang waktu bersedia memenuhi panggilan Lotjianpwee."
Yo Tjie Tjong pada saat itu agaknya merasa berat meninggalkan Pengail Linglung, sebab orang tua itu bukan saja sudah menghadiahkan darahnya binatang kura-kura mujijad sehingga dapat menyembuhkan penyakitnya, tetapi juga telah menurunkan kepandaiannya yang tinggi.
Kedua muda-mudi itu setelah keluar dari dalam gubuk sebentar saja sudah sampai di pantai laut. Disana sudah menantikan sebuah perahu kecil.
Setelah sudah ada diperahu, Yo Tjie Tjong lalu berkata kepada Oet-tie Kheng dengan suara perlahan :
...Aku telah merepotkan adik Kheng yang sudah menghantarkan aku."
...Huhhh. Tidak perlu kau ucapkan kata-kata yang begitu merendah. Duduk dengan baik.
Aku sekarang hendak mendayung perahu ini."
Sehabisnya berkata, dengan gerakannya yang lincah dan cekatan sekali ia mendayung perahunya yang kecil, sebentar saja perahu itu sudah nyelonong ketengah laut.
Karena bentuk perahu itu kecil dan ringan, maka mereka bisa berlayar dengan laju.
Caranya sinona mendayung perahunya yang agak luar biasa, membuat Yo Tjie Tjong yang menyaksikan menjadi terheran-heran.
Setelah berada di tengah lautan yang luasitu, banyak perasaan mengganggu otaknya Yo Tjie Tjong .
Ia teringat akan nasib Siang-koan Kiauw yang telah pergi kemudian di telan ombak sekarang dia sudah berhasil mendapatkan apa yang dicari tetapi sudah sebaliknya
Siang-koan Kiauw sudah terbenam di lautan yang luas.
Oet-tie Kheng yang menyaksikan sikapnya Yo Tjie Tjong itu dalam hati merasa agak heran, maka ia lantas menanya.
...Engko Tjong kau sedang memikirkan apa ?"
Seseorang yang lagi terbenam dalam kedukaan, jika tidak terganggu mungkin masih tetap tinggal dalam lamunannya tetapi apabila ia tertegur maka ia sadar pula.
Begitu pula keadaan Yo Tjie Tjong setelah mendapat teguran dari Oet-tie Kheng matanya mendadak menjadi basah air mata hampir turun, setelah sekian lama membisu barulah ia menjawab dengan suara sedih.
...Aku sedang memikirkan diri seseorang."
...Siapa ?" ...Seseorang yang bersama-sama belajar dengan aku."
...Lelaki atau perempuan."
...Sama dengan kau."
Jiwa Oet-tie Kheng mendadak terlintas suatu perasaan.
...Apa dia cantik." ...Ya." ...Dimana dia sekarang berada ?"
...Di telan oleh ombak laut."
...Apa." ...Mungkin dia sudah didasar lautan atau didalam perut ikan."
...Benar." ...Ketika datang bersama-sama tetapi pulangnya hanya sendiri ."
...Engko Tjong maaf kan aku telah mengajukan pertanyan yang membuat kau berduka."
Nona itu lalu tundukan kepalanya tangannya lalu di gerakan makin cepat sehingga perahu itu berjalan semakin laju.
Yo Tjie Tjong geleng-gelengkan kepala tak bisa menjawab sebab dalam pikirannya
terbenam rasa sedih yang sangat memilukan.
Dua jam kemudian, perahu kecil itu mendarat dipantai yang dituju.
Yo Tjie Tjong lantas lompat kedarat, kemudian berpaling dan berkata kepada Oet-tie Kheng-tie Keng :
...Adik Keng, sampai ketemu dilaun hari."
Hati Oet-tie Kheng-tie Keng saat itu merasa sangat risau. Perpisahan itu membuat perasaannya sangat berat. Dengan air mata mengembang ia berkata kepada Yo Tjie Tjong dengan suara tidak lampias.
"Engko Tjong, harap dijaga baik-baik dirimu."
Banyak kata-kata yang hendak diucapkan, tetapi saat itu tidak bisa diucapkan dari mulutnya.
Mereka sejak bertemu hingga sekarang perpisahan, sebetulnya hanya dalam dua hari saja, tetapi bayangan Yo Tjie Tjong sudah menggores dalam hatinya si nona. Ia sebetulnya ingin mengatakan perasaan hatinya itu. Tetapi bagaimana ia bisa keluarkan dari mulutnya sendiri.
Meskipun dalam hatinya sendiri ada pikiran demikian, tetapi ia tidak mampu mengatakan pikirannya itu dihadapan sinona. Sambil ulapkan tangannya ia lantas berkata "Adik Keng, silakan kau pulang. Tolonglah sampaikan pernyataan terima kasihku kepada Oet-tie Lo-tjianpwee."
Diwajahnya Oet-tie Kheng-djie yang merah segar itu diliputi oleh kesedihan. Dengan suara gemetaran ia menjawab :
"Engko Tjong, ada satu hari aku nanti pasti akan datang mencari kau."
Setelah mengucapkan perkataan itu dia lantas menekap wajahnya dengan tangannya, satu tangan digunakan untuk mendayung perahu. Sebentar saja perahu itu sudah meluncur ke tengah lautan.
Yo Tjie Tjong mengawasi perahu kecil itu yang dengan perlahan-lahan menghilang
seolah-olah ditelan laut, kemudian sambil menghela napas ia berlalu meninggalkan tempat tersebut.
Sejak dengan tidak disengaja ia telah dapatkan dan makan telurnya burung rajawali raksasa, mustika Gu-liong-kao yang semula mengeram dalam perutnya dalam keadaan
utuh itu kini telah lumer dan menyelusup menyusuri semua jalan darah dan ototnya sehingga dengan demikian ia telah menjadi seorang kuat yang sudah mempunyai latihan dari setengah abad.
Dengan kekuatan yang ada pada saat itu, Yo Tjie Tjong ketika mengerahkan ilmu
membentengi tubuhnya, benar-benar seperti sudah terbang saja. Jika dibandingkan
keadaannya pada satu bulan berselang, seperti dua orang saja layaknya.
Dua hari kemudian, ia sudah tiba dikota Kui lim.
Dikota tersebut ia menginap disebuah rumah penginapan.Waktu malam hari, ketika
keadaan diluar sudah sunyi senyap, ia mulai membuka buku yang termuatkan nama-nama musuh Kam-lo-pang.
Sepasang matanya memancarkan cahaya yang menakutkan. Ternyata anak muda itu
sedang merencanakan suatu rencana yang besar dan hebat ?""
. . . Kota Kui-lim yang ramai tetapi tenang tenteram itu dengan mendadak telah diliputi suasana ketakutan yang hebat.
Ada apa " Oh, Golok Maut ?""
Senjata aneh bentuknya yang menakutkan hati setiap orang itu, kini telah muncul kembali dikota Kui-lim.
Golok keramat yang belum lama berselang menggegerkan dunia Kang-ouw dan sudah
sekian waktu tidak terdengar lagi kabar ceritanya, kini muncul kembali untuk kedelapan kalinya.
Oleh karena pada setiap kali munculnya Golok Maut itu, pasti ada saja korbannya yang diminta, maka kali ini tentunya juga tidak ada kecualinya.
Dua orang yang kali inimenerima ancaman Golok Maut itu, ternyata adalah pemimpin dari delapan belas perusahaan Piauw dikedua propinsi Kang-tang dan Kang-see.
Jago itu bernama Tjoa Tjeng It dan bergelar "Lutung sakti lengan besi." Kalau Golok Maut itu berani mengancam jago yang kenaman itu, sesungguhnya ada diluar dugaan semua orang.
Tjoa Tjeng It yang memimpin delapan belas perusahaan Piauw besar, kepandaian ilmu silatnya sudah termasuk dalam golongan kelas wahid dalam rimba persilatan. Namanya sudah sangat terkenal dikedua propinsi yang disebut duluan, bahkan orang-orang golongan hitam dan golongan putih semuanya telah memandang padanya sebagai satu macan.
Piauwsu-piauwsu yang mempunyai kepandaian tinggi yang berada dibawah pimpinannya, jumlah keseluruhannya lebih dari seratus orang.
Tapi Golok Maut itu toh masih tetap berani mengancam dirinya, ini benar-benar merupakan suatu peristiwa yang sangat menggemparkan.
Siapakah pemilik Golok Maut itu " Sampai sekarang masih tetap merupakan suatu teka-taki besar.
Oleh karena munculnya Golok Maut itu dikota Kui-lim ini, maka orang yang berkepandaian tinggi dari golongan hitam maupun dari golongan putih yang dulu sedang mengejar-ngejar Golok Maut itu, setelah mendengar kabar itu, kini kembali pada berduyun-duyun menuju kekota Kui-lim.
Tjoa Tjeng it dulu juga merupakan salah seorang dari orang-orang kuat yang turut ambil bagian dalam peristiwa pembasmian Kamlo-pang. Ia tidak akan menyangka kalau pada duapuluh tahun masih ada orang yang datang menagih jiwa padanya.
Mengingat setiap kali munculnya Golok Maut itu selalu ditujukan kepada orang-orang yang dulu pernah ambil bagian dalam peristiwa pembasmian Kam-lo-pang, maka manusia yang menakutkan itu, sekalipun bukannya Pangtju dari Kam-lo-pang sendiri, tetapi sedikit-dikitnya juga pasti adalah seorang yang mempunyai perhubungan erat dengan Kam-lo-pang .
Tjoa Tjeng It setelah menerima ancaman Golok Maut itu, dapatlah diduga kaget dan takutnya pada waktu itu. Dengan cepatnya ia mengumpulkan lima puluh lebih
orang-orangnya yang terkenal kuat untuk melindungi tempat kediamannya.
Ia sudah bertekad bulat untuk melayani orang yang penuh rahasia dan menakutkan itu.
Tetapi munculnya Golok Maut kali ini agak berbeda sedikit keadaanya dengan beberapa kejadian yang lalu.
Golok Maut itu disampaikan oleh seorang pemuda berwajah jelek yang mengaku dirinya sebagai "Utusan Golok Maut ."
Ketika itu Tjoa Tjeng It juga sudah suruh empat orang muridnya yang kuat untuk menguntit pemuda wajah jelek itu, tetapi pemuda jelek yang mengaku sebagai utusannya Golok Maut itu kepandaiannya tinggi sekali, dengan mudah ia sudah berhasil meloloskan diri dari intaiannya empat orang itu. Dipandang dari kepandaiannya utusan itu saja, dapat
dibayangkan berapa tingginya sipemilik Golok Maut itu.
Dari keterangan empat muridnya Tjoa Tjeng It yang menguntit jejaknya Utusan Golok Maut itu menghilangnya utusan tersebut secara misterius merupakan suatu kepandaian yang sangat gaib.
Tertarik oleh perasaan keingintahuan, orang-orang rimba persilatan sekitar kota Kui-lim berduyun-duyun datang dikediamannya Tjoa Tjeng It .
Mereka kepingin bisa menyaksikan bagaimana macamnya itu ( pemilik Golok Maut ) yang sepak terjangnya seperti malaikat pencabut nyawa.
Kira-kira waktu tengah hari pada hari ketiga, seorang pemuda cakap tapi bersikap adam kecut juga nampak berkunjung kegedungnya Tjoa Tjeng It .
Pahlawan Dan Kaisar 17 Pendekar Elang Salju Karya Gilang Raja Naga 7 Bintang 3

Cari Blog Ini