Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung Bagian 1
"1 ___________________________________________________________________________
Judul asli Bai Yu Laohu, disadur oleh Tjan sebanyak 33 jilid. Salah satu karya terbaik
Gu Long, sayang tamat di bagian yang sedang seru-serunya dan belum ada yang
melanjutkannya dalam Bahasa Indonesia. Selamat penasaran membaca.
__________________________________________________________________________
Jilid 1________ Bulan tiga tanggal dua puluh tujuh, hari baik.
Hari ini cocok untuk melakukan pekerjaan apapun!
Tio Bu Ki berbaring diatas pembaringan.
Setelah menempuh perjalanan sejauh tiga ratus li tanpa berhenti, begitu turun dari kudanya, ia
langsung masuk kamar dan menjatuhkan diri di atas pembaringan.
Yaa, pembaringan yang empuk, lembut dan harun....
Pembaringan ini milik Hiang hiang, seorang gadis, seorang gadis yang halus, lembut dan
harum... Setiap kali bertemu dengan Tio Bu Ki, sekulum senyuman yang lebih manis dari gula akan
menghiasi bibirnya. Cahaya matahari mencorong masuk lewat celah jendela, hari ini udara cerah, angin
berhembus lewat membawa bau harum bunga yang semerbak.
Agak termangu Tio Bu Ki memandang langit nan biru di luar jendela, akhirnya ia
menghembuskan napas panjang seraya bergumam:
"Ooo....hari ini memang hari baik!"
Hiang hiang tidak tertawa, ia menyambung dengan nada hambar:
"Aaa, betul! Hari ini memang hari baik, hari baik untuk membunuh orang...!"
2 "Kau ingin membunuh orang?" Tio Bu Ki memegang dagunya dan mengangkat wajahnya.
"Yaa, aku ingin membunuh orang"
"Siapa yang ingin kau bunuh?"
"Kau!" Tio Bu Ki tidak dibuat terkejut, dia malah tertawa, tertawa lebar dengan penuh kehangatan.
"Sebenarnya aku sungguh sungguh ingin membunuhmu" kata Hiang hiang sambil menggigit
bibir. "Tapi setelah kupikir kembali, apalagi setelah kau datang menjengukku...niat itu terpaksa
kuurungkan" "Kau tahu kalau aku akan datang?"
"Tentu saja. Hari ini kan hari baik Tio Koncu. Hari baik untuk melangsungkan perkawinan"
Matanya yang jeli mulai berkaca kaca, lanjutnya:
?"Akupun tahu hari ini Tio koncu datang hanya ingin memberitahukan kepadaku, bahwa
sejak hari ini hubungan kita putus sampai disini, walaupun lain waktu masihn sempat
bertemu, kita harus saling menganggap saing, kita tak boleh saling menyapa lagi"
Tio Bu Ki tak dapat menyangkal, diapun sedikit merasa sedih.
"Aku emmbawa sebuah hadiah untukmu" bisiknya.
Sambil mengeluarkan seuntai mutiara, ia menambahkan:
"Aku pernah penyanggupi permintaanmu, dan sampai sekarang aku belum melupakannya"
Seuntai mutiara yang bening dan bercahaya tajam, seperti butiran air mata seorang gadis suci.
Hiang hiang menerima hadiah itu, embelainya penuh kasih sayang, lalu bergumam:
"Aku tahu, suatu ketika kau pasti membawakan benda ini untukku, sebab kau adalah seorang
laki laki yang pegang janji, selalu dan sepanjang masa"
Air mata tak sampai meleleh keluar, tapi tangannya sudah gemetar keras, seluruh tubuhnya
hampir sja ikut menggetar keras...
Tiba tiba ia melompat bangun, mencampakkan untaian mutiara tersebut ke wajah Tio Bu Ki,
lalu berteriak penuh emosi:
"Kau anggap aku sudi menerima uintaian mutiara busuk ini" Kau anggap aku sudi menerima
telur busuk kecil macam kau?"
Untung mutiara tersebut tak sampai mengena di wajah Tio Bu ki benda itu melayang keluar
dari jendela dan jatuh ke halaman depan sana.
Tio Bu Ki kembali tertawa.
"Masih mendingan kalau cuma telur busuk kecil" katanya,
"sebab sedikit banyak toh ada kebaikkannya juga!"
3 "Kebaikkan apa" Katakan!" Hiang hiang mencak mencak semakin marah.
"Jelek jelek toh telur busuk kecil lebih mendingan daripada telur busuk tua, apalagi
dibandingkan telur busuk mampus!"
Dia ingin membuat Hiang hiang tertawa, ingin menyaksikan gadis itu terpingkal karena geli.
Memang, diantara mereka tiada ikatan ataupun hubungan menurut hukum, tapi perpisahan
memang cukup memedihkan hati siapapun...
Ia selalu berharap, dikala perpisahan itu terjadi, mereka masih dapat tertawa atau paling tidak
tersenym sedikit saja. Tapi Hiang hiang tidak tertawa, atau tepatnya sebelum senyuman sempat menghiasi bibirnya,
untaian mutiara yang terlempar keluar jendela itu telah melayang kembali.
"Craat...!" sebatang anak panah sepanjang tiga depa enam inci menyambar masuk ke ruangan
dan memantek mutiara itu di ats tiang.
Batang anak panah itu berwarna perak, bulu peraknya masih bergerak keras ketika sebatang
panah yang lebih pendek kembali menyambar masuk dan membelah anak panay yang
pertama menjadi dua bagian.
Hiang hiang tertegun, belum pernah ia saksikan permainan panah selihay ini, belum pernah ia
jumpai seseorang yang sanggup memanah setepat ini....
Senyuman yang menghiasi bibir Tio Bu Ki seketika berubah menjadi senyuman getir, dia
menghela napas. "Ooooh...para penagih hutang telah datang!"
"Mau apa mereka kemari?" tanya Hiang hiang dengan paras muka berubah.
"Si penagih hutang tentu saja datang untuk menagih hutang, apakah kau tidak tahu kalau hari
ini adalah hari baik pula untuk menagih hutang?"
........................................
Tempatnya di depan sebuah loteng kecil, waktunya musim semi yang cerah.
Bunga beraneka warna tumbuh dengan suburnya disekeliling loteng kecil, ada yang berwarna
merah, ada yang berwarna hijau dan ada pula yang berwarna kuning telur.
Dua orang manusia berbaju hitam berdiri di tengah bunga yang indah, mereka adalah seorang
pria dan seorang wanit, seorang masih muda dan seorang sudah lanjut usia.
4 Yang muda adalah seorang laki laki kekar setinggi delapan depa, sedang yang tua adalah
seorang nenek bungkuk, meski bungkuk dia memiliki sepasang mata yang tajam, setajam
binta fajr dipagi hari. Kedua orang itu sama sama menggembol busur, busur emas dengan sarung kulit hitam, yang
satu panjang dan yang lain pendek.
Waktu itu Haing hiang berdiri di tepi jendela di atas loteng kecil, menyaksikan dua orang itu,
dia lantas bertanya keheranan:
"Siapakah mereka berdua?"
"Hek popo dengan putranya!" jawab Bu Ki.
"Manusia macam apakah Hek popo itu?"
"Seorang jago silat yang sanggup membidik sepasang mata lalat dari jarak sepuluh kaki
dengan anak panahnya!"
"Oooh, begitu hebakah nenek bungkuk itu..." keluh Hiang hiang dengan paras berubah.
"Meski putranya tidak sejitu ibunya, namun dia memiliki tenaga dalam yang maha dahsyat,
bila dia sedang gembira setiap saat anak panahnya dapat menembusi dada dua orang yang
berdiri beriring" Ia menghela napas lalu menambahkan:
"Kim kiong gin ciam (Busur emas panah perak) Cu bu siang hui (ibu anak terbang bersama),
siapa yang bertemu dengan mereka siapa pula yang ketimpa sial"
"Tapi justru kau telah berhutang kepada mereka"
Tio Bu Ki tertawa getir. "memang selamanya aku selalu sial!"
"Kau hutang apa dengan mereka?"
"Hutang dua orang manusia!"
"Hutang dua manusia" Apakah maksudmu?" Tentu saja Hiang hiang tidak akan mengerti.
"Suatu ketika, aku pulang dari minum arak di telaga Beng ou dimalam sepi kusaksikan ada
dua orang nona kecil sedang melarikan diri dikejar oleh putranya, salah seorang nona kecfil
itu sudah terbidik panahnya dan berteriak minta tolong!"
Ia menghela napas, terusnya:
"Tentu aku lantas turun tangan untuk memberi bantuan setelah menyaksikan seorang laki laki
mengejar dua orang nona kecil, kubantu mereka menahan pengejaran tersebut dan memberi
kesempatan sang noan untuk mneyelamatkan diri"
"Lantas" "Sesudah kejadian itu, aku baru tahu kalau dua orang nona cilik yang kutolong sebernya
bukan nona cilik" "Kalau bukan nona cilik lantas apa Tanya Hiang hiang semakin tidak mengerti.
"Rupanya mereka adalah orang laki laki yang menyaru sebagai nona cilik...!"
Hiang hiang tertegun, ia berdiri bodoh.
5 Pelan pelan Tio Bu Ki menarik napas tuturnya:
"Rupanya dlaam dunia persilatan terdapat organisasi yang bernama It oh hong (sarang
tawon),m perkumpulan itu adalah perkumpulan orang orang jai hoa cat (Penjahat pemetik
bunga), untuk memperlancar usaha mereka sering kali anggotanya menyaru sebagai nona
nona cilik" "Kalau begitu, kedua orang nona yang kau tolong juga penjahat penjahat pemitik bunga?"
Sambil tertawa getir Tio Bu Ki mengangguk.
"Untung mereka ibu dan anak tidak menuduh aku sebagai komplotan Jay hoa cat, coba kalau
tidak, wah....rusak nama baikku!"
"Meskipun begitu, tentu saja mereka tak akan membebaskan kau dengan begitu saja bukan?"
"Benar, mereka memberi batas waktu tiga bulan kepadaku, dalam waktu yang disediakan itu
aku harus dapat menangkap kembali kedua orang Jay hoa cat tersebut dan diserahkan kepada
mereka" "Dan kini batas waktunya sudah habis?"
"Belum! Cuma sudah hampir..."
"Sudah berhasil kau tangkap kembali kedua orang itu?"
"Belum!" Hiang hiang mencoba menatap wajahnya, lalu sambil gelengkan kepalanya ia menghela
napas. "Aku lihat tampaknya didunia ini masih terdapat sejenis orang yang suka menangkap kutu
untuk dilepaskan kembali diatas rambut sendiri, mengapa kau adalah manusia semacam itu?"
"Mendingan kalau cuma sat dua ekor kutu rambut saja!"
"Lalu masih ada apa lagi dirambutmu?"
"Agaknya masih ada lima atau enam ekor kalajengking serta tujuh atau delapan ekor ular
beracun!" Hiang hiang tidak bertanya lagi, dia terbisu untuk beberapa saat, saking kagetnya dia berubah
seperti orang bodoh. Sekarang, ia telah melihat beberapa ekor ular beracun yang betul betul masih hidup.
..............................
Ular beracun itu berada dalam sebuah karung goni, kepalanya terjulur keluar dari sebuah
lubang dan lidahnya yang merah menyala kelihatan pula seperti jilatan api. Karung goni tadi
kebetulan berada dipunggung seseorang.
Dia adalah seorang manusia yang aneh bentuknya, bukan saja hidungnya tinggal separuh,
telinganya juga tidak utuh, daun telinganya sudah terkoyak koyak hingga tidak berujud lagi.
Sepasang matanya merah membara seperti jilatan lidah dari ular berbisa itu.
Dengan tampang sejelek itu justru dia mengenakan baju lebar yang berwarna warni, ini semua
menciptkan suatu kemisteriusan, suatu keanehan yang membuat hati mereka bergidik.
6 Seekor ular beracun merambat naik diatas bahunya dan melilit pada tengkuknya, lalu dengan
lidah yang merah membara menjilati pipinya.
Tapi dia seperti tidak merasa, kalau pipnya dijilati ular.
Hiang hiang yang melihatnya justru merasa mual saking mualnya hampir saja semua isi
perutnya tumpah keluar. "Orang itu juga penagih hutangmu?" ia berbisik.
"Ehmm...!" :"Kau hutang apa dengannya?"
"Lima ekor ular!" Tio Bu Ki seperti merasa mulutnya menjadi pahit.
"Lima ekor ular yang paling beracun"
Mendengar keterangn tersebut, Hiang hiang sedikit tidak puas, katanya:
"Kau menolong dua orang Jay hoa cat, itulah kesalahanmu. Tapi ular berbisa seperti itu,
sekalipun dibunuh beberapa ekor lagi juga tak mengapa, kenapa kau harus mengembalikan
kepadanya?" "Sebab dia adalah Tok Pousat (dewa racun)"
"Tok pousat?" "Meskipun seluruh badannya penuh dengan racun, tapi hatinya lembut dan penu welas kasih.,
sewelas hati pousat"
"Mana ada pousat memelihara ular?"
"Kalau orang lain memelihara ular untuk mencelakai orang, dia memelihara ular untuk
menolong manusia" Ia tahu, Hiang hiang tentu tidak emngerti, maka ia menjelaskan lebih jauh:
"Dari liur racun yang berada dimulut ular dicampur dengan darah segera akan terbuat serum
anti racun ular yang hebat, dan ia selalu menggunakan cara tersebut untuk menolong orang"
"Kelima ekor ular racun macam apa yang kau bunuh?" tanya Hiang hiang lagi.
"Kelima ekor ular beracun itu semuany termasuk jenis yang langka, untuk memperolehnya
dia harus menjelajahi bukit yang curam dan memasuki hutan yang lebat disepanjang
perbatasan selama tiga tahun. Itupun setelah bersusah payah kelima jenis ular tadi baru
berhasil ditangkapnya bersama"
"Setelah ditangkap lalu apa gunanya?"
"Dengan campuran air liur dari kelima jenis ular beracun itu dapat dibuat semacam serum
yang luar biasa hebatnya, serum tersebut dapat memunahkan segala jenis racun, tapi hanya
liur beracun yang dimuntahkan sendiri dari ular ular yang hidup yang bisa dipakai untuk
membuat obat itu" 7 "Aku dengan orang bilang, bisa ular baru akan keluar bila binatang itu sedang menggigit
orang?" "Benar!" "Lantas untuk mendapatkan bisa dari kelima jenis ular beracun itu, apakah dia membiarkan
ular ular tadi mematuk orang lain?"
"Tidak, dia mempunyai cara lain"
"Siapa yang akan digitkan ular ular tersebut?" tanya Hiang hiang makin keheranan.
"Dia sendiri!" Hiang hiang tertegun, ia berdiri bodoh.
"Dan waktu kutemui dirinya, kusaksikan kelima ekor ular beracun itu sedang menggigit
tubuhnya sendiri" Bu Ki menerangkan.
"Apa yang kau lakukan waktu itu?"
Tio Bu Ki tertawa getir. "Terkalah....apa yang kulakukan jika menemui keadaan seperti ini" Tanpa berpikir untuk
kedua kalinya, kucabut pedangku dan kubacok mampus kelima jenis ular beracun itu, setiap
ekor ular kucincang menjadi tujuh delapan potong"
Sekarang Haing hiang ikut tertawa getir.
"Rupanya ilmu pedangmu sudah memperolehkemajuan yang pesat!"
"Tapi dalam peristiwa ini, kembali aku telah berbuat kesalahan besar..."Keluh pemuda itu.
Suasana dalam kebun sangat hening, rupanya baik Hek Popo maupun Tok pusat adalah orang
orang yang pandai mengendalikan perasaan.
"Tok Tok!" mendadak dari kejauhan berkumandang suara kentongan, suara itu seperti datang
dari jauh, seperti juga berasal dari sisi telinga mereka...
Ketika mendengar suara itu, paras muka Hek popo maupun Tok pusat kelihatan sedikit
berubah. "Eeeh...coba kau dengar, bukankah itu suara kentongan?" bisik Hiang hiang keheranan.
"Yaa, betul!" "Aku tdiak salah mendengar bukan?"
"Tidak, kau tidak salah!"
"Tapi...sekarang kan masih pagi hari, kenapa kentongan dibunyikan" Jangan janganorang itu
sudah sinting?" "Tidak, dia tidak sinting, sebab kapan dia ingin menbunyikan kentongan, pada waktu itulah
kentongan dibnunyikan"
"Kenapa?" "Sebab kentongan yang dia bunyikan berbeda dengan kentongan orang lain, yang diberitakan
bukan soal waktu" 8 "Lalu kentongan apa yang diwartakan?"
"Kentongan pencabut nyawa!"
"Apa" Kentongan pencabut nyawa?"
"Benar, bila kentongan sudah dibunyikan tiga kali, itu berarti ada orang akan kehilangan
nyawa" Wajah Tio Bu Ki terlintas pula suatu perubahan aneh, kembali ia berkata:
"Tohn mia keng hu (Tukang kentongan pencabut naywa) Liu sam keng, tiga kali kentongan
dibunyikan nyawa manusia akan terbang melayang"
Kembali suara kentongan, kali ini suaranya berasal dari tempat yang lebih dekat.
Walaupun kentongan tersebut tak ubahnya dengan suara kentongan yang sangat aneh.
Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Coba kau dengar, berapa kentongan yang dia bunyikan?" tanya Hiang hiang tidak tenang.
"Dua kentongan lebih satu ketukan!"
Tanpa sadar menggigil sekujur badan Hiang hiang karena ngeri, bisiknya:
"Kalau...bukankan kentongan ketiga akan segera tiba?"
"Benar, begitu dua kentongan lebih satu ketukan lewat kentongan ketiga segara akan tiba"
"Apakah dia pun penagih hutang?"
"Bukan penagih hutang saja, dia adalah seorang penagih yang amat gigih...!"
"Kau hutang apa dengannya?"
"Hutang sebuah bacokan!"
"Berapa orang penagih hutang lagi yang akan datang?"
"Penagih penagih hutang yang paling besar, hanya mereka tiga orang!"
"Jadi mereka sudah tahu kalau hari ini kau akan datang kemari?"
"Tentu saja, sebab akulah yang mengundang mereka datang"
"Kau yang mengundang mereka datang?" hamnpir saja Hiang hiang menjerit saking
kagetnya. "Mengapa kau undang kemari semua penagih penagih hutangmu itu?"
"Sebab barangsiapa merasa berhutang, cepat atau lambat hutang itu harus dibayar"
Tiba tiba pemuda itu tertawa, tambahnya:
"Masa kau tidak merasa, hari ini toh hari paling baik untuk menagih hutang?"
................................
Kentongan pencabut nyawa kembali berbunyi.
"Tok tok tik" Masih dua kentongan lebih satu ketukan, sampai kapan kentongan ketiga baru
akan dibunyikan" Kecuali si tukang kentongan pencabut nyawa, rasanya tak seorangpun dapat menjawab
pertanyaan itu. 9 Pelan pelan Liu sam keng muncul dari balik ekbun bunga yang rindang, ia mengenakan baju
hiaju, kaos kaki putih, sepatu rumput dan mempuyai raut wajah yang pucat.
Sebenarnya didalam kebun bunga tida manusia semcam ini, tapi sekarang justru muncul
seorang manusia seperti itu.
Dia membawa sebuah gembrengan kecil, sebuah alat pemukul, sebuah bambu kentongan,
ditambah lagi sebuah tongkat pendek berwarna putih.
Beginilah alat senjata yang dipakai Tukang kentong pencabut nyawa untuk merenggut nyawa
orang" Bagi orang sepanjang tahun tidak melihat sinar matahari, mukanya selalu memang pucat, dan
hal ini tidak aneh. Tapi yang aneh justru adalah sepasang matanya!
Sepasang matanya putih pula warnanya, suatu warna putih keupcat pucatan yang aneh, tidak
nampak biji matanya, tidak nampak pula manik matanya.
Mungkingkah tukang kentongan pencabut nyawa Liu samkeng yang menggetarkan perasaan
orang adalah seorang buta"
Diluar kebun bunga merupakan sebuah jalan yang sempit. Jalan kecil itu berliku liku, sebagai
alas jalan adalah batu batu kerikil ptih sebesar telur itik.
Hek Popo dengan putranya berdiri dalam semak ditepi jalanan sempit tersebut. Tentu saja
orang buta tak mungkin bisa melihat mereka!
Tapi anehnya, ketika Liu sam keng lewat disisi mereka, tiba tiba ia berhenti lalu berpaling.
"Hek popo, baik baikkah selama ini?" sapanya.
Lama sekali Hek popo memandang kearahnya dengan pandangan dingi, lalu jawabnya
hambar: "Berkat doa restu Liu siangseng, kami janda dan anak yatim yang malang tak sampai mati
dibuat mendongkol orang lain"
Liu sam keng menegadah memandang ke angkasa, seakan akan sedang memikirkan sesuatu.
Lama, lama sekali, dia baru menghela napas panjang.
"Perpisahan kita kalau dihitung sudah lebih dari tiga belas tahun, waktu memang berlalu
dengan cepatnya" "Setiap hari tentu ada kentongan ketiga, kesana kentongan ketiga, kemari kentongan ketiga,
siapa bilang waktu tidak berlalu dengan cepatnya?" kata Hek popo lagi.
10 Pelan pelan Liu sam keng mengangguk diatas wajahnya yang pucat tidak nampak pancaran
emosi, mukanya tetap dingin, kaku...
"aaaai...betul juga perkataanmu, apalagi dalam sehari bukan hanya ada sekali kentongan
ketiga, kemari kentongan ketiga...ada pula yang sudah mampus, aaai....betul juga siapa yang
bilang waktu tidak lewat dengan cepatnya?"
Seolah olah sedang bergumam diri, dengan tongkat putihnya sebagai petunjuk jalan, pelan
pelan dia maju ke depan. Ketika tiba kedepan Tok pusat, kembali ia berhenti.
Ia tidak embuka suara, Tok pousat pun tidak membuka suara, tapi dua ekor ular beracun yang
berada didalam karung telah menyusup keluar secepat kilat, waktu muncul sedikitpun tidak
menimbulkan suara. Sebagai orang buta tentu saja ia tak dapat melihat, biasanya ia menggantukan diri pada suara,
tapi kini ular ular tersebut menyergap tanpa suara, bayangkan sendiri apakah orang buta
seperti itu bisa mendengarnya"
Tetapi, baru saja kedua ekor ular itu mendekati tubuhnya, ia telah menggerakkan tongkat
pendeknya untuk memukul, yang dipukul tepat baian tujuh inci yang paling lemah bagi kedua
ekor ular beracun itu....
Bagaikan dua utas tali rami, dua ekor ular tersebut rontok ekt tanha, tergeletak di bumi dan
tak berkutik lagi. Saat itulah Liu sam keng kembali menghela napas.
"Aaai...apakah aku telah membinasakan lagi dua ekor ular beracunmu?"
"Hnmnmm...!" Tok pusat hanya mendengus.
"Apakah kau menuntut kepadaku untuk menggantinya?"
"Kau anggap mampu untuk emmbayar ganti ruginya?"
Liu sam keng tertawa ewa.
"Aku tahu, kedua ekor ular itu cuma jenis Tiok yap cing dan seekor Hoan jam tau, kalau kau
ingin ganti rugi, setiap saat aku dapat mengkapkan tujuh sampai delapan puluh ekor bagimu."
Dengan nada agak kaget Tok pusat memandang ke arahnya, meski wajahnya berubah,
suaranya tetap dingin dan hambar.
"Tak usah repot repot, aku masihn mampu untuk menangkap sendiri!"
"Kalau memang kau tidak membutuhkan ganti rugi, aku hendak menasehatimu dengan
beberapa patah kata."
"Katakan!" "Kau mengorbankan badanmu untuk makanan ular, dengan darah dan daging tubuhmu, kau
mendapatkan bisa ular mereka, sekalipun setiap saat racun ular bisa diserap keluar pada
11 saatnya, namun sedikit banyak tentu masih ada sisa racun yang masih tertinggal dalam
darahmu." Dia menghela napas kembali ujarnya:
"Aku tahu kau memiliki ilmu rahasia pencabut bisa dari badan warisan Thian to cuncu, tapi
belum tentu kepandaian tersebut selalu manjur untukmu....
Tok pusat hanya membungkam, dia tidak mengakui, pun tidak menyangkal...
"Sekarang sisa racun yang tertinggal ditubuhmu sudah mencapai seratus tiga jenis" kata Liu
sam keng lagi. "Kau dapat melihatnya?" bisik Tok pusat kaget.
Setelah berhenti sejenak, terusnya dengan ewa:
"Meski begitu, aku tahu dengan pasti, jika dalam darahmnu tercampur lagi dengan lima jenis
racun ular, maka dari seorang pusat kau akan beruba menjadi sesosok mayat hidup."
Tio Bu Ki sudah turun dari loteng, ia berdiri dibawah sina sang surya dan mengawasi tukang
kentongan pecabut nyawa tanpa berkedip.
Dalam hati kecilnyha ia sedang bertanya pada diri sendiri.
Benarkah dia adalah orang buta sungguhan" Atau mungkin cuma pura pura buta"
Ia tidak tahu. Yaa, tentu saja ia tak tahu, kecuali Liu sam keng pribadi, siapa yang akan tahu"
Sebagai alas jalan kecil itu adalah batu bulat berwarna putih ketika tongkat pendek
membentur di atas batu terdengarlah suara dentingan yang aneh.
Suara itu pasti bukan suara bambu yang membentur bambu, juga bukan suara emas atau baja
menyentuh batu. Terbuat dari apakah tongkat pendek itu"
Tio Bu Ki tidak mampu menebaknya.
Ketika ia menengadah, Liu sam keng sudah ada dihadapan matanya.
Setelah saling berhadapan muka, Tio Bu Ki baru yakin kalau Liu sam keng benar benar buta
sebab biji matanya mati, biji mata yang tak dapat bergerak gerak.
Seorang yang normal, seorang yang dapat melihat tak mungkin bisa ditirukan"
"Hei, kau sedang memperhatikan biji mataku!" tiba tiba, Liu sam keng menegur.
Tio Bu Ki terperanjat, hampir saja ia menjerit tertahan.
12 Walaupun orang ini tidak dapat melihat, tampaknya dia seperti memiliki sepasang mata yang
aneh. Sepasang mata yang misterius yang tersimpan disetiap bagian tubuhnya, sehingga
semua perbuatan orang, semua tingkah laku orang tak akn mampu mengelabuhinya.
"Kau tak perlu memperhatikan lagi dengan seksama" kembali Liu sam keng berkata.
Pada hakekatnya, Tio Bu Ki sangat ingin memperhatikan sepasang mata lawan dengan lebih
seksama. Tiba tiba Liu sam keng berkata lagi:
"Baiklah, kalau kau masih belum percaya, ambil dan periksalah sendiri....!"
Dia mengorek keluar biji matanya itu dengan jari tangan, sekarang kelopak matanya kosong
seperti sebuah gua yang mengerikan.
Biji matanya berwarna kelabu, entah terbuar dari kaca atau batu kaca, benda tersebut
menggelinding tiada hentinya di tangan, seperti sebuah benda hidup.
Sekalipun dengan jelas kau tahu bahwa biji mata itu palsu, toh akan terperanjat juga setelah
menyaksikan kejadian tersebut.
"Sekarang sudah kau lihat dengan jelas?" tegur Liu sam keng lagi.
"Sudah" akhnirnya Tio Bu Ki menghembuskan napas panjang.
"Lebih baik perhatikan lebih seksama lagi, sebab inilah pengorbanan yang harus kubayar
untuk kesalahan yang pernah kulakukan"
Selintas perasaan sedih, perasaan murung dan kesal tiba tiba menghiasi wajahnya yang pucat.
Pelan pelan dia berkata lebih lanut:
"Dua puluh tahun berselang, aku telah salah melihat orang, meskipun sepasang mataku di
korek orang, aku tidak menyesal ataupun mengucapkan keluhan, sebab prinsipku barangsiapa
telah melakukan dia harus membayar mahal kesalahan yang telah dilakukan itu, baik orang
lain ataupun diri sendiri"
"Aku mengerti!' "Menurut pendapatmu, apakah perbuatan temanmu itu adalah perbuatan salah?"
"Yaa, memang salah!"
"Pantaskah dia membayar mahal untuk kesalahan yang telah dilakukan itu?"
"Dia memang pantas!" untuk kedua kalinya Tio Bu Ki menangguk.
"Sekalipun kubacok badannya dengan golok pantaskah dia cuma membungkam tanpa
mengeluh?" "Yaaa, pantas!"
"Dan sekarang, bersediakah kau menerima bacokanku untuk mewakili dirinya?"
":Aku bersedia"
"Mengapa?" Tio Bu Ki menghela napas panjang.
"Sebab dia adalah sahabatku, dan lagi sudah terluka parah, dia tak akan mampu untuk
menerima bacokanmu lagi"
"Tahukan kau berapa beratnya bacokaku ini?" desak Liu sam keng lebih jauh.
13 "Enteng atau berat semua sama saja!"
"Dan kau tidak menyesal?"
"Selama hidup, kata menyesal tak pernah kukenal dalam kamus hidupku..."
Pelan pelan Liu sam keng masukan kembali biji amtanya ke dalam kelopak mata, sepasang
biji mata yang kelabu seolaholah sedang menatap ke arahnya tanpa berkedip.
Apa yang bisa dilihat oleh sepasang biji mata palsu"
"Mulai sekarang, setiap waktu setiap saat kau boleh turn tangan atas diriku" kata Tio Bu Ki.
"Baik!" Sebenarnya tongkat pendek itu sudah dikempit dibawah ketiaknya, tapi sekali membnalik
tangannya tahu tahu ia sudah mencabut keluar sebilah pisau.
Rupanya dibalik tongkat pendek itu tersimpan sebilah pisau, sebilah pisau yang tajamnya luar
biasa. Tio Bu Ki membusungkan dadanya, ia sudah bertekad menerima bacokan itu, walau
tengkuknya yang dibacok, dia tak akan gentar.
"Eeeh...tunggu sebentar!" tiba tiba Tok pusat berseru.
"Tunggu apa?" tanya Liu sam keng.
"Penagihnya bukan cuma kau seorang, paling sedikit sepantasnyakalau kau beri kesempatan
kepadanya untuk membereskan danhulu hutangnya denganorang lain"
"Hutang kepada orang cepat atau lambat memang harus dibayar, siapa lebih duluan siapa
belakangan toh sama saja" Tio Bu Ki mengomentari.
"Apakah kau sudah bersiap sedia untuk membayar semua hutangmu pada hari ini juga" Tanya
Tok pusat. "Kalau tidak begitu, buat apa aku undang kalian semua?"
"Apa kau benar benar bernama Tio Bu Ki?" tanya Tok pousat.
"Kalu bukan, lantas aku ini sapa?"
"Aku hanya kenal dengan seorang Tio Bu Ki dari Tay hong tong" suara Tok pusat
kendengaran sangat berat.
Bolenh dibilang segenap jago persilatan mengetahu perkumpulan macam apakahn Tay hong
tong itu. Tay hong tong bukan cuma suatu perkumpulan biasa, organisasi mereka amat besar
dan ketat, pengaruhnya meliputi perlbagai wilayah didaratan tionggoan.
Cita cita mereka hanya satu, yakni: MENOLONG KAUM LEMAH MEMBERANTAS
KAUM PENINDAS" Sebab itu bukan saja mereka disegani orang, semua orangpun menaruh hormat kepada
mereka. 14 Kedengaran Tok pousat sedang berkata:
"Tongcu dari Tay hong tong memang Im hui yang, Im loyacu! Tapi pada hakekatnya ytang
menjalankan roda pemerintahan adalah Tio Kian, Sugong siau hong dan Sangkoan Jin tiga
orang, aku tahu Tio Bu Ki yang kumaksudkan adalah Tio Bu Ki putra Tio Kian"
"Aaaai...tak kusangka kau telah menyelidiki seluk beluk perkumpulan kami selejas ini" keluh
Tio Bu Ki sambil menghela napas.
"Bila kau adalah Tio Bu Ki yang kumaksudkan hari ini tidak seharusnya berada di sini"
"Lantas, semestinya aku berada di mana?"
"Dalam ruang penganten gedung di keluarga Tio dan menanti datangnya para tetamu yang
menyampaikan selamat"
Ditatapnya Tio Bu Ki tanpa berkedip, lalu pelan pelan ujarnya lebih lanjut:
"Aku tahu Sugong siau hong maupun Sangkoan Jin akan datang pula kesana, dengan
hardirnya mereka semua, siapakah didiunia ini yang berani mendatangi engkau untuk
menagih hutang?" "Aku pribadi yang berhutang, sudah sepantasnya kalau aku pula yang membayar, persoalan
ini tak ada hubungannya dengan Tay hong tong, tak ada pula hubungannya dengan ayahku"
ujuar Tio Bu Ki dengan gagah?
"Bila kau adalah Tio Bu Ki yang tulen, maka hari ini adalah hari baik untuk perkawinanmu!"
"Benar!" "Hari baik untuk perkawinan, biasanya bukan hari baik untuk membayar hutang"
"Tapi setelah lewat hari ini, aku adalah seorang yang lain, sebab aku telah mempunyai
keluarga, mempunyai istri, diriku sudah tak akan sebebas diriku yang dulu"
Tiba tiba matanya memancarkan sinar yang terang, tambahnya:
"Istriku adalah temanhidupku sepanjang masa, aku akan saling menghormati dengannya, aku
tak ingin membuat ia kecewa seorang laki laki yang suka menuggak hutang"
"Oooh...jadi karena itu semua pertikaian dan semua hutang hutang akan kau bayar lunas
sebelum ia kawin denganmu?"
"Benar" Tiba tiba Hek popo menghela napas panjang
"aku rasa ia pasti seorang gadis yang lembut. Seorang gadis yang cantik dan betul betul hok
ki" bisiknya. "Aku bisa kawin dengannya bukan dia yang hok ki, justru inilah rejeki buat diriku"
"Oleh sebab itu kau mengingkan agar ia bisa mengawini seorang laki laki yang benar benar
bersih dan gagah?" "Betul. Asal seorang bisa hidup tanpa pernah melakukan dosa atau kesalahan yang menyalahi
naluri sendiri, sekalipun dia kehilangan sebuah kaki atau kutng sebuah lengannya, juga tak
menjadi soal" "Karena itu walau kau gagal menemukan kembali kedua orang jay hoa cat tersebut, kau toh
datang juga untuk memenuhi janji?"
"Benar!" 15 Pelan pelan Hek popo maju menghampirinya, kemudian bertanya dengan hambar:
"Dengan apa kau hendak membayar hutangmu kepadaku" Dengan tanganmu atau kakimu?"
Sorot matanya memancarkan cahaya berkilat bahkan jauh lebith tajam dari golok ditangan Liu
sam keng. Tio Bu Ki tidak berusaha menghindari tatapan itu, dia malah ballik bertanya:
"Apa pula yang kau tuntut atas diriku?"
Hek pop tidak langsung menjawab, ia berpaling ke arah Tok pusat dan bertanya lagi:
"Apa yang kau tuntut darinya?"
Tok pousat termenung sejenak, lalu menjawab:
"Tak terhitung jumlah jenis ular berbisa yang ada didunia ini, tapi yang paling beracun hanya
Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ada sembilan jenis" "Tentu saja kau akan lebinh jelas dalam soal tersebut dari padaku, aku segan untuk
memikirnya" tukas Hek popo.
Tok pusat tidak menanggapi ucapan itu, dia berkata lebih lanjut:
"Ia sudah berhutang lima ekor ular beracun dariku, tiga diantaranya malah terhitung dalam
jenis ular paling beracung yang langka didunia ini. Kecuali aku, mungkin hanya dua tiga
orang saja didunia ini yang sanggup menagkap ketiga jenis ular beracun itu dalam keadaan
hidup" "Siapakah kedua orang itu?" kembali Hek pop bertanya.
"Kau tak perlu tahu siapakah mereka, pokoknya yang pasti dia bukan Tio Bu Ki"
"Karena itu kau yakin kalau dia tak akan mampu mengganti ular ular racunmu yang telah
terbunuh itu?" "Aku memang bukan datang untuk menagih hutang!"
"Lantas mau apa kau kemari?"
"Membalas bud!"
"Membalas budi?"
"Betul. Seperti apay yang dikatakan Li sianseng, racun yang berada dalam darahku memang
sudah mencapai titik kejenuhan"
"Apakah sebelumnya kau tak tahu tentang hal ini?" tanya Hek pop sambil menatap tajam
wajahnya. Tok pusat menghela napas panjang.
"Aaai...dikala kurasakan hal ini, kelima ekor ular itu sudah terlanjur melekat ditubuhku, ingin
diurungkan juga tak sempat lagi!"
"Apakah Tio Bu Ki yang menyelamatkan jiwamu?"
"Benar. Seandainya kelima ekor ular itu tidak dibunuhnya tanpa sengaja, mungkin sekarang
aku telah menjadi sesosok mayat hidup"
"Perduli dia bermaksud atau tidak bermaksud, yang pasti jiwamu kan sudah diselamatkan?"
16 "Benar" "Sebab itu bukan saja ia tidak berhutang apa apa kepadamu, sebaliknya kaulah yang telah
berhutang nyawa kepadanya"
"Benar" "Aku pikir selembar nyawa Tok pusat bukanlah selembar nyawa yang tidak berharga, lalu apa
rencanamu untuk membayar hutang budi itu?"
"Aku bisa mewakilinya untuk membayar hutangnya kepadamu"
"Kau hendak menangkap kembali dua orang Jay hoa cat yang ditolongnya itu?"
"bahkan akupun bersedia untuk membayar rentenya"
"Membayar rentenya" Rente apa?"
"Sekaligus dengan satu sarang tawonnya!"
"Masa kau mampu?"
Tok pusat tertawa. "Ah, racunku bukan hanya bisa menolong orang saja, untuk merenggut nyawa orangpun
bukan suatu pekerjaan yang sulit"
Hek pop tertawa pula. "Dengan racun melwan racun, menggunakan racun ularmu untuk menghadapi seoang tawon
beracun, memang cara ini merupakan suatu cara terbaik"
"Jadi kau mengabulkan?" Tok pusat menegaskan.
"Kenapa aku mesti menampik?" Hek popo balik bertanya.
Tok pousat berpaling kearah Tio Bu Ki lalu tersenyum.
"Kalau begitu kita sudah impas, siapaun tidak ada yang berhutang kepada yang lain" katanya
Tio Bu Ki tidak berbicara lagi, walau sepatah katapun.
Dalam keadaan dan suasana seperti ini, apa lagi yang mampu dia ucapkan"
"Bukankah sekarang aku tidak lagi berhutang apa apa kepadamu?" tanya Tok pusat lagi.
"Sejak dulu sampai sekarang kau memang tak pernah berhutang kepadaku..."jawab sang
pemuda. "Kalau begitu kau harus menyanggupi sebuah permintaanku!"
"Hari ini adalah hari perkawinanmu, har baik untukmu, maka kau harus mengundang aku
untuk minum secawan arak kegirangan"
"Masa cuman secawan" Tio Bu Ki tertawa, "Kalau pingin minum, paling sedikit harus
menghabiskan lima puluh cawan"
"Tidak, kau tidak boleh minum" tiba tiba Liu sam keng menukas.
"Kenapa" "Sebab kau sudah terluka"
"Aku terluka" Terluka dibagian mana" pekik Tio Bu Ki tercengang.
"Dimana golokku mampir ditubuhmu, disanalah letak lukamu itu!" jawaban dari Liu sam
keng ini cukup menggidikkan.
17 Golok masih berada digengamannya, itulah golok yang tipis bersinar dan sangat tajam.
Pantulan sinar golok memancar diwajah Liu sam keng yang pucat, muka yang hambar tanpa
emosi. Siapapun juga meski dia orang bodoh segera akan tahu dia bukan seorang laki laki yang
gampang terpengaruh oleh keadaan, apalagi mengampuni seseorang yang berhutang
kepadanya. Sudah menjadi wataknya, kalau kau merasa berhutang satu bocokan maka dia akan membalas
dengan satu bacokan pula. Jangan harap kau dapat menghindarinya dan diapun tak akan
menampik pemberianmu. Persoalan apapun juga, jangan harap bisa merubah jalan pikirannya apalagi keputusan telah
diambil. Kentongan pencabut nyawa kembali berkumandang.
"Tok, tok, tok!"
Tiga kentongan! Yaa,m tiga kentongan!
Ketiga kentongan tersebut dibunyikan dengan ujung golok yang tajam....
Tangan Tio Bu Ki sudah basah, basah oleh keringat dingin. Dia bukan tidak merasa takut
namun sekalipun takutnya setengah mati tak nanti dia akan mengambil langkah seribu.
Liu sam keng memandangnya dengan dingin lalu menegur dengan suara yang paling
menggidikan hati. "Bacokan ini harus kujatuhkan dibagian yang mana?"
"Aaaai...apakah aku masihn mempunyai hak untuk menentukan pilihan sendiri?" bisik Tio Bu
Ki sambil menghela napas.
"Tidak ada!" Cahaya golok berkelebat lewat, sesosok tubuh ikut terkapar di tanah.
Bacokan itu bersarang telak diatas tekukannya walau bukan bacokan yang terlampau berat.
Namun ujung golok yang tipis dan tajam itu telah memenggal kutung urat nadi besar
dibelakang tengkuk disebelah kirnya, darah telah memancar kemana mana, hampir mencapai
seluar satu kaki malah. Darah...darah...yaa, itulah dara yang pucat kehijau hijauan.
Ahen! Kenapa darahitu pucat kehijau hijauan" Apakah didalam darah terlampau banyak
racunnya" Dalam darah Tio Bu Ki tiada racunnya. Bacokan itu juga tidak mengena ditubuhnya.
18 Ketika sinar golok berkelebat lewat, ia sudah bersedia menerimanya dengan hati yang pasrah
tapi kilatan cahaya golok itu tidak mampir ditengkuknya melainkan tengkuk Tok pousat.
Tok pousat tidak menghindar, bukan dia tak mau menghindar, hanya sewaktu niat untuk
menghindar menysusp ke dalam benaknya keadaan sudah terlambat.
Mimpipun tak pernah ia sangka bacokan tersebut akan mampir ditengkuk kirinya.
Hek popo dan putranya juga tidak menduga lebih lebih Tio Bu Ki yang telah siap menerima
bacokan tersebut. Dengan mata terbelalak lebar, dengan pandangan yang amat jelas mereka saksikan Tok pusat
terkapar ditanah, mereka menyaksikan pula darah berwarna pucat kehijau hijauan meleleh
dari ujung golok dan menetes ke atas tanah.
Sekalipun semua adegan mereka saksikan dengan jelas, meskipun semua peristiwa mereka
ikuti dengan mata kepala sendiri, namun mereka masih tak paham, mereka tak tahu apa
gerangan yang telah terjadi.
"Apakah tidak kau sadari bahwa bacokanmu salah sasaran?" bisik Tio Bu Ki tak tahan.
"Selama hidup hanya sekali aku melakukan kesalahan!" jawab Liu sam keng tegas.
Tentu saja kesalahan tersebut bukan dilakukan sekarang ini.
Sebab semenjak biji matanya dicukil orang, ia tak pernah melakukan kesalahan untuk kedua
kalinya. "Tapi yang hutang sebuah bacokan adalah aku bukan dia!" sela Tio Bu ki lagi.
"Meskipun kau yang berhutang sebuah bacokan dariku, toh sudah kau sanggupi sendiri, aku
bebas membacokkan golokku ke bagian manapun"
"Yaa, tapi tidak seharusnya kau serangkan bacokan tersebut diatas tubuhnya"
"Bacokan ini sudah sewajarnya kalau dibacokan diatas tubuhnya"
"Kenapa?" "Karena hari ini kau tak boleh mati dan tidak pantas mati! Yang pantas mati bukan kau
melainkan dia!" Tubuh Tok pousat yang tergeletak ditanah sudah tak berkutik lagi, ular ular beracun yang
berada dalam karung goni di punggungnya masih bergerak malah.
Seekor ular beracun merambat keluar dari karung, menyusup ke permukaan tanah dan
mendekati genangan darah, dengan mulutnya yang berbisa ia menghisap darah itu, darah yang
berbisa. "Bukankah dipunggungnya ia menggembol karung goni?" Liu sam keng telah bertanya lagi.
"Benar!" Tio Bu Ki membenarkan
"Apa isi karung goni itu?"
"Tentu saja ular!"
19 "Berapa ekor jumlahnya?"
"Kecuali dua ekor yang sudah mampus, masih ada tujuh ekor ular hidup"
"Apakah ketujuh ekor ular tersebut sudah merangkak keluar semua dari karung goni itu?"
"Yaa, sudah" "Tapi aku yaking karung itu belum kosong"
Betul! Karung goni itu belum kosong.
Tok pusat roboh tertelungkup ditanah, karung goni itu berada dipunggungnya tampak
tersembul keatas, meski semua ular berbisa telah merangkak keluar.
"Kenapa tidak kau buka karung goni itu dan memeriksa apa gerangan isi yang masih
tertinggal itu?" kata Liu sam keng lagi.
"Biar aku yang periksa!" sela Hek popo cepat.
Dengan busur emasnya dia mencukil karung goni itu, belasan biji kelereng sebesar buah jeruk
segera menggelinding keluar dan terjatuh diatas genangan darah.
Dimana kelereng kelereng itu bergelindingan, disana pula kawanan ular beracun itu kabur
terbirit birit. Sebenarnya Tio Bu Ki masih keheranan, dia tahu Tok pusat mempunyai kepandaian
menaklukan ular yang sangat lihay. Dia adalah seorang pawang ular yang boleh diandalkan,
tapi anehnya kenapa kawanan ular beracun yang berada di karung goni masih kelabakan
seperti tak tenang" Sekarang, Tio Bu Ki baru tahu mengapa bisa demikian. Tentu saja ular ular beracun itu tak
tenang, pasti ular tesebut membentur benda benda seperti kelereng itu, sebab ular dengan
kelereng itu ibaratnya manusia dengan ular berbisa.
Dengan busur emasnya kembali Hek popo mencukil sebutir kelereng dari atas genangan
darah. Ia tidak berkata apa apa dan tak perlu mengatakan apa apa, sebab antara ibu dan anak
berdua seperti mempunyai suatu kontak batin yang hebat, sekalipun tidak berkata apa apa
namnun kedua belah pihak sama sama dapat memahami maksud lawannya.
Begitulah, ketika ia mencukil bulatan besi itu ke atas, putranya asegera membidikkan anak
panahnya ke depan. "Creeet....!" sebatang anak panah menyambar ke arah bulatan besi itu dan menghajarnya
telak. Benda tersebut segera hancur berkeping keping bau harum campuran antara apotas dan
belirang segera tersebar dimana mana.
"Coba kalian perhatikan, bau apakah ini?" kata Liu sam keng kemudian.
20 Hek popo masih berpikir, tapi Tio Bu Ki telah menjawab dengan cepat:
"Aaah...itu kan pek lek!"
Pek lek adalah suara guntur yang bisa menggetarkan seluruh bumi, serentetan cahaya kilat.
Pek lek tidak harum pun tidak berbau, kau dapat membayangkan, dapat melihat tapi tak dapat
tercium. Tapi aneh, kenapa Tio Bu Ki dapat menciumnya"
Sebab Pek Lek yang dimaksudkan bukan kilat dan guntur yang mneggelegar diangkasa. Pek
lek yang dia maksudkan adalah sejenis senjata rahasia yang maha dahsyat.
"Yaa, itulah sejenis senjata rahasia yang dapat merenggut nyawa manusia secara mudah,
sejenis senjata rahasia yang dapat merontokan nyali siapapun.
Hek popo adalah seorang jago kawakan dalam dunia persilatan, pengalamannya sangat luas.
Sejak berusia enam belas tahun ia sudah melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, kini
usianya telah mencapai enam puluh satu.
Sepanjang hidupnya, ia pernah kawin tiga kali. Suami suaminya kebanyakan adalah ahli
dalam melepaskan senjjata rahasia, dan ia sendiri termasuk juga diantara tiga puluh orang ahli
senjata rahasia yang paling tersohor dalam dunia persilatan dewasa itu...busur dan anak panah
termasuk juga sejenis senjata rahasia. Walaupun demikian, ia tidak begitu paham tentang jenis
senjata rahasia ini, malah jauh dibawah pengetahuan Tio Bu Ki.
Hal ini tak aneh, sebab Pek lek tong adalah sejenis senjata rahasia yang berdiri manunggal.
Nama Pek lek tong cukup menggetarkan seluruh dunia persilatan. Ketenaran ini sebagian
besar disebabkan mereka memiliki jenis senjata rahasia tersebut.
Pemilik Pek lek cu tong yang bernama Liu Ceng thian bisa menduduki urutan kedua diantara
tiga puluh ahli senjata rahasia didunia, hal inipun disebabkan karena dia memiliki senjata
rahasia itu. Tentang segala sesuatu yang bersangkutan dengan senjata rahasia tersebut, tetap anak murid
Tay hong tong mengetahuinya dengan jelas sejak masih kanak kanak mereka sudah mendapat
petunjuk tentang hal ini.
Sebab Tay hong tong dan Pek lek tong adalah musuh buyutan yang sudah bermusuhan turun
temurun. Hingga kini kedua belah pihak masih dapat bertahan, ini semua disebabkan karena kedua
belah pihak sama sama telah menjajaki kekuatan lawan. Kedua belah pihak tahu kekuatan
yang dimiliki musuh hingga tak berani bergerak secara sembarangan.
21 Mengikuti hancuran bahan peledak, panah perak tadi melesat ke samping dan..."Creeet!"
menancap diatas tiang loteng, bulu bulunya yang berwarna perak bergetar keras.
Dengan membawa perasaan kagum Hek popo melirik sekejap ke arah putranya kemudian
baru berpaling seraya bertanya:
"Inikah yang dinamakan Pek lek?"
"Tak mungkin salah" jawab Tio Bu Ki.
Ia yakin seyakin yakinnya kalau ucapan tersebut tak salah.
"Tapi mengapa tiada kedahsyatan Pek lek seperti yang digembor gemborkan orang?" Hek
popo keheranan. "Sebab diatas tanah terdapat genangan darah beracun" sela Liu sam keng.
Pelan pelan ia membungkukkan badan, dijepitnya sebutir Pek lek cu, yang menggelinding ke
sisi kakinya dengan japitan dua jari.
Walaupun dia tidak melihat, ia dapat mendengar. Ia dapat mendengar suara angin
menggoyangkan daun dan ranting, ia mendengar suara Pek lek cu yang menggelinding keluar,
diapun mendengar suara busur serta anak panah yang menyambar....bukan begitu saja, setiap
suara yang timbul dari daerah seluar tiga puluh kaki disekelilingnya tak akan lolos dari
telinganya. Pek lek cu itu kelihatan begitu segar lagi kering seperti buah yang baru dipetik dari atas
pohon. Liu sam keng menyentil dengan ujung jarinya..."Sreeet...!" secepat sambaran petir Pek lek cu
itu meluncur ke depan. Sentilan jarinya ibarat sebuah busur berpegas tinggi yang dapat melontarkan tiga ratus biji
batu sekaligus, benda peledak itu terlempar sejauh puluhan kaki, melewati kebun bunga yang
lebar dan membentur diatas batu gunung gunung disudut halaman sana.
"Blaaar...!" suatu ledakan dahsyat yang menggelegar di udara, batu dan pasir beterbangn di
angkasa membuat pemandangan menjadi kabur.
Paras muka Hek popo berubah hebat, akhirnya ia menyaksikan juga kedanhsyatan Pek lek cu,
sekarang ia membuktikan sendiri bahwa Pek lek cu adalah benda yang amat menakutkan, jauh
lebih menakutkan dari apa yang pernah didengar sebelumnya.
Segulung angin berhembus lewat membawa bau apotas dan belirang, seakan akan tertawa
juga bau harum bunga yang sangat aneh.
Tidak lazim dalam Pek lek cu terdapat pula harum bunga yang demikian aneh...
22 "Eeeeh...coba diperhatikan, aneh benar! Bau harum apa ini" bisik Tio Bu Ki keheranan.
"Kenapa tidak kau hampiri tempat ledakan itu untuk memeriksa sendiri...?" Li sam keng balik
bertanya. Tio Bu Ki tak perlu ke sana untuk memeriksa sendiri, sebab paras mukanya telah berubah
hebat. Segumpal serbuk halus tersebar luas di atas kumpulan bunga Bo tan yang sedang mekar, tiba
tiba bunga Bo tan yang segar itu menjadi layu, lalu rontok ke tanah dan berubah menjadi
hitam pekat. "Haaa! Hian khi pek tok! ( seratus racun hawa harum)" pekik Ti oBu ki amat terkejut.
Sedikitpun tak salah, rupanya dalam bahan peledak tersebut telah dicampuri bubuk racun
yang menyiarkan bau harum. Apabila darah beracun yang menggenangi tanah tidak
memunahkan dulu racun yang terkandung dalam beahan peledak tersebut, sebaran racun keji
dari ledakan tadi sudah cukup untuk merenggut nyawa kita semua" demkian kata Li sam
keng. Kendatipun kali ini ledakan tersebut terjadi pada suatu wilayah sejauh tiga puluh kaki dari
Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka berada, walaupun arah angin tidak berhembus ke arah mereka, namun beberapa orang
it toh merasakan juga kepalanya menjadi pening, perut menjadi mual dan seperti mau tumpah.
"Jangan lupa!" kembali Liu sam keng berkata," racun dari Tok pousat bukan hanya bisa
menolong orang, racun itu dapat pula diapaki untuk merenggut nyawa manusia!"
Tentu saja sekantong bahan peledak berisi bubuk beracun itu disediakan untuk menghadapi
para tamu yang akan datang minum arak ekgirangan dari perkawinan Tio Bu Ki.
Orang orang yand dapat diundang Tio Kian untuk mendatangi perkampungan Ho hong san
ceng, sudah barang tentu adalah inti kekuatan dari Tay hong ton.
Cukup sepercik kilatan api sudahlebih dari cukup untuk mledakkan tiga empat biji Pek lek cu
itu, sudah barang tentu seluruh ruang tengah perkampungan Ho hong san ceng akan
bermandikan cahaya lampu pada hari ini, tentu banyak pula lampu lentara serta cahaya lilin
yang ikut menyemarakkan suasana.
Andaikata Tok pusat sampai ikut menyusup ke dalam ruangan, cukup ia meletakkan sebuah
lampu lentera disisi dua tiga biji Pek lek cu, bila suhu panas yang dipancarkan oleh lentera itu
cukup melelehkan lapisan lilin diluar benda itu bayangkan sendiri apa akibatnya bila dua tiga
biji baha peledak itu meledak bersama"
Terbayang sampai kesitu hampir saja seluruh pakaian yang dikenakan Tio Bu Ki basah kuyup
oleh keringat dingin. 23 "Tentu tak pernah kau sangka bukan jika Tok pusat telah menggabungkan diri dengan pihak
Pek lek tong?" tanya Liu sam keng.
Memang, Tio Bu Ki tak pernah menyangka sampai kesitu.
"Dan kau, tentunya tak akan menyangka bukan kalau mereka berani turun tangan sekeji ini
terhadap orang orang dalam perkampungan Ho hong san ceng kata Liu sam keng lebih lanjut.
Yaa, mereka berani berbuat demikian pada hakekatnya sama artnya dengan suatu tantangan
perang terbuka kepada pihak Tay hong tong.
Bila pertempuran sampai berkobar, pertempuran itu pasti merupakan suatu pertempuran yang
menentukan mati hidup mereka, kesengitan dan kedahsyatannya hampir tak terbayangkan
oleh Tio Bu Ki. "Sekalipun usaha mereka untuk melakukan sabotase mengalami kegagalan, kerugian yang
mereka derita paling cuma Tok pusat seorang" kata Liu sam keng.
"Dia bukan tulang punggung Pek lek tong, bahkan mungkin mereka tak pernah
memperhatikan soal mati hidupnya dihati"
Sebaliknya jika peristiwa ini sampai berhasil mereka lakukan, maka kemungkinan besar
segenap inti kekuatan dari Tay hong ton akan hancur dan musnah.
Tio Bu Ki mengepal sepasang tangannya kencang kencang, katanya dengan suara keras:
"Padahal rencana itu berhasil atau tidak, akibatnya adalah sama saja..."
"Kenapa?" "Sebab bila mereka sampai berani berbuat demikian, itu berarti mereka sudah berencana
untuk melangsungkan pertempuran terbuka dengan kami"
Setelah berhenti sejenak, dengan suara yang lebih emosi dan nada yang lebih berat dia
melanjutkan, "Beribu ribu anggota Tay hong tong kami tidak akan jeri atau mundur karena takut!"
Dalam perkumpulan Tay hnong tong cuma ada pahlawan yang berani bertempur sampai mati
tak pernah ada kurcaci yang penakut dan bernyali seperti tikus.
Hampir saja dia seperti melinhat anak murid Tay hong tong sedang melangsungkan
pertarungan sengit diantara dentuman dentuman keras yang menggentarkan sukma.
Diantara sekian banyak orang, ada para cianpwe yang dihormati, ada pula sahabat sahabat
karibnya. Setiap saat mungkin mereka akan mati bersamanya, menderita bersamanya....
Ia sendiripun telah bersiap sedia untuk berbuat demikian.
24 Mungkin saja mereka tidak memiliki keyakinan untuk menang, tapi bila pertempuran telak
berkorban, siapa lagi yang akan memperdulikan mati hidup, menang atau kalah"
Ia percaya anggota Tay hong ton pasti dapat berbuat demikian.
Tiba tiba Liu sam keng untuk pertama kalinya dia tertawa, dengan terkejut Tio Bu Ki
memandang ke arahnya, dia tak habis mengerti kenapa dia bisa tertawa.
"Aku sedang mentertawakan kau!" Liu sam keng menerangkan.
"Mentertawakan aku?" Kenapa mentertawakan aku?"
"Sebab kembali kau berbuat salah"
Ia tidak memberi kesempatan kepada Tio Bu Ki untuk buka suara, kembali ujarnya:
"Kini Tok pusat telah mati, Ho hong san ceng juga aman tenteram tak kekurangan sesuatu
apapun, maka peristiwa ini pada hakekatnya seperti tak pernah terjadi, pihak Pek lek tong
hanya berani mengutus manusia semacam Tok pusat untuk menjalankan misinya, ini
disebabkan mereka pribadi tak berani bergerak secara gegabah, sekalipun ada orang
menanyakan persoalin ini kepada mereka, belum tentu mereka akan mengakui kalau peristiwa
ini adalah ide mereka"
"Tapi...." "Sudah tiga puluhan tahun lamanya Tay ho tong berhadap hadapan dengan mereka sebagai
musuh bebuyutan, dan keadaan ini mungkin akan berlangsung dua tiga puluh tahun lagi,
bahkan mungkin saja dikemudian hari permusuhan ini akan berubah menjadi persahatan. Apa
gunanya kau berpikir terlalu panjang?"
"lantas apa yang harus kulalukan sekarang?"
"Kau harus lebih banyak memikirkan pengantinmu yang cantik lagi lembut itu, kau harus
memikirkan juga sahabat sahabat baik kalian yang khusus datang ke Ho hong san ceng untuk
minum arak kegiranganmu"
Mencorong sinar terang dari mata Tio Bu Ki, bagaimanapun juga dia masih sangat muda.
Sebernya dia termasuk seorang pemuda yang berperasaan panas, gampang marahnya tapi
gampang pula menjadi gembira.
"Oleh karena itu sekarang kau harus menunggang kuda yang paling cepat untuk pulang ke
rumah" kata Liu sam keng lebih lanjut " gantilah baju pengatinmu dan langsungkan upacara
perkawinanmu di ruang perkawinan...!"
"Tapi aku..." "Kini kau tidak lagi berhutang kepadaku, demikian pula dengan Hek popo, kalau kau tidak
cepat berangkat, kalau masih ingin membiarkan pengantinmu gelisah, jangan salahkan kalau
aku menjadi marah" "Dan aku pasti akan lebih marah!" Hek popo menambahkan.
25 Tio Bu Ki memandang sekejap ke arahnya, lalu memandang pula ke arah Liu sam keng, tiba
tiba ia merasa didunia ini seakan akan penuh dengan orang baik, dimanapun juga dia dapat
bertemu dengan orang baik.
Yaa, bagaimanapun juga dunia ini penuh dengan kehangatan, bagaimanapun juga kehidupan
adalah suatu keindahan yang indah, suatu kejadian yang menyenangkan.
Dia tertawa kembali...ia gembira sekali....
Bencana rupanya masih jauh dari dirinya, masa depan yang penuh kehangatan, penuh kasih
sayang seakan akan sudah terbentang lebar dihadapan matanya.
Ia melompat bangun dan berteriak:
"Baik, sekarang juga aku berangkat!"
"Oya, masih ada satu hal yang perlu kau ingat baik baik" Liu sam keng kembali
memperingatkan. "Soal apa?" "Kau harus ingat baik baik, jangan sampai diloloh orang hingga menjadi mabok!"
Sekulum senyum tersunggin diujung bibirnya
"Ketahuilah seorang pengantin perempuan tak akan suka menerima seorang suami yang sudah
mabok kepayang pada malam pertamanya"
"Tepat sekali perkataan itu" Hek popo menambahkan.
TIba tiba mukanya yang tua reyot seakan akan menjadi muda kembali.
"Aku masih teringat sewaktu menjadi pengantin dulu, saking gemasnya aku telah menendang
suamiku yang mabok hebat ke dalam kolong pembaringan, bahkan paling sedikit selama tiga
hari aku segan bercakap cakap dengannya"
Selapis warna merah menghiasi pipinya sambil tertawa ringan ia menambahkan:
"Untungnya ada perbuatan yang dapat berlangsung juga sekalipun tanpa berbicara"
Li sam keng terbahak bahak mendengar perkataan ini.
Tio Bu Ki percaya, sepanjang hidupnya kemungkinan besar belum pernah ia tertawa terbahak
bahak sekeras ini. Tentu saja Tio Bu ki juga tertawa.
"Akan kuingat selalu, bila ada orang meloloh diriku dengan arak, maka aku..."
"Apa yang hendak kau lakukan?" sela Hek popo
Jawab Tio Bu Ki sambil mengerdipkan matanya,
"Aku bersiap siap untuk bersembunyi dikolong ranjang lebih dulu, sebab kan lebih enak
masuk sendiri ke kolong ranjang dari pada ditendang orang lain,betul tidak?"
"Haaaahhh...haaahhh....haaahhh...suatu ide yang sangat bagus!"
.......................................
26 Hutang telah terbayar lunas, persoalan telah menjadi beres, dan lagi kini masih tengah hari. itu
berarti masih ada waktu untuk pulang kerumah.
Perasaan Tio Bu Ki ketika itu sungguh bebas, riang dan gembira...
Satu hal yang membuat dia sangat gembira adalah, Hiang hiang! Nona cantik itu bukan saja
tidak menghalangi kepergiannya, dia malah menuntun kudanya dan menunggu didepan pintu.
Kemurungan dan kesedihan memang masih nampak jelas dimatanya, tapi paling sedikit air
matanya sudah mengering. Dia menundukkan kepalanya dan berkata dengan lirih:
"Kau bersikeras akan pergi tinggalkan tempat ini, aku tahu menahan kau dtempat inipun tak
ada gunanya...toh sekalipun ingin menahan juga tak akan berhasil"
"Terima kasih" sahut Tio Bu Ki
Perasaannya benar benar merasa berterimna kasih. Berterima kasih atas kesudiannya untuk
memahami dia lebih lebih untuk kebesaran jiwanya untuk memaklumi keadaan sekarang.
Bagaimanapun juga sedikit banyak ia tetap merasa berdosa kepadanya, merasa telah berbuat
salah kepadanya. Tiba tiba Hiang hiang menengadah lalu memandang tajam wajahnya.
"Walaupun demikian" begitu katanya, "Aku tetap yakin, suatu saat, entah kapan...kau pasti
akan datang kemari dan menjenguk aku lagi"
Tio Bu Ki menghela napas panjang.
"Aku tak mungkin akan kemari lagi" bisiknya lembut.
"Mengapa?" "Sebab datang kemari hanya akan menambah kemurungan serta kekesalan dalam hati kita
masing masing, apa gunanya aku datang kemari lagi"
Setiap orang, setiap manusia, dikala dia masih muda tentu pernah melakukan perbuatan yang
melanggar peraturan. Pemuda manakah yang tidak romantis" Pemuda manakah yang tidak haus akan bercinta"
Namun ia sudah memutuskan, ia harus menjadi suami yang baik, seorang suami teladan. Dan
apa yang telah diputuskan harus dilaksanakan sebaik baiknya, walau dengan pengorbanan.
"Tapi aku tidak percaya" kata Hiang hiang lagi sambil menggigit bibir.
"Kau tidak percaya?"
27 "Aku tidak percaya kalau kau tak akan melihat perempuan lain, aku tak percaya selamanya
kau tak akan berbuat demikan"
"Kecuali orang buta atau manusia munafik, seorang laki laki yang normal akan selalu tertarik
untuk melihat perempuan cantik, siapapun tak akan terkecuali termasuk pula diriku"
"Tapi aku hanya melihat saja, yaaa....cuma terbatas pada melihat saja, lain tidak!"
Hiang hiang tak mau menyerah dengan begitu saja kembali dia berkata,
"Aku tidak percaya hanya mengandalkan dia seorang, maka selamanya kau dapat dikekang,
kau dapat dikendalikan olehnya!"
"Mungkin dia memang tak dapat mengendalikan aku, dia tak dapat pula mengekang
kebebasanku, tapi aku yaking dikemudian hari pasti ada seseorang akan membantunya untuk
mengekang diriku" "Masa orang itu dapat mengekang kebebasanmu?"
"Dia pasti dapat! Sebab hanya dia yang mampu mengekang diriku!"
"Siapakah dia?"
"Aku sendiri!" -----------------------------------Wi Hong Nio duduk di depan toliet, diam diam ia merasa puas..., puas sekali terhadap diri
sendiri. Ia memang seorang gadis yang amat cantik, terutama hari ini, kelihatan begitu semarak,
begitu mentereng dan begitu cantik....
Dihari hari biasa, jarang sekali ia kenakan pakaian sementereng ini, wajahnya jarang pula
memakai bedak, apalagi gincu. Selamanya ia pandai mengekang diri, pandai mengatur diri.
Ia tahu, hanya seorang perempuan yang pandai mengatur diri yang pantas untuk menjadi
menatunya keluarga Tio. Sejak ia bertemu untuk pertama kalinya dengan Tio Bu Ki, ia sudah mengambil keputusan
untuk menjadi menantunya keluarga Tio.
Dan sejak hari itu pula ia telah menetap target bagi dirinya, suatu target kemampuan yang
harus dicapainya dalam waktu singkat. Maka dia mulai belajar membuat masak masak,
belajar pula bagaimana cara mengatur rumah tangga.
Sayur yang dimasaknya sekarang boleh dibandingkan dengan hasil masakan dari koki
terkenal pun yang ada didunia ini. Pakaian yang ia buat dapat dikenakan oleh siapapun
dengan pas tanpa keluhan, siapapun akan merasa enak memakai baju jahitannya.
Sekalipun seorang tukang kritik, mau tak mau harus mengakui bahwa dia memang seorang
istri yang andal. 28 Semua perjuangannya ternyata memang tidak sia sia, semua ketekunan dan usahanya tidak
terbuang dengan percuma. Bagaimanapun juga, kini ia sudah masuk kedalam keluarga Tio, ia sudah menjadi orangnya
keluarga Tio. Itu semua bukan berarti ia sudah bersiap sedia menjadi seorang nyonya besar
yang congkak. Tidak! Ia tidak mau menjadi manusia semacam itu, dia malah sudah bertekad dikemudian hari
akan menjadi seorang menantu yang baik bagi keluarga Tio, agar Tio Bu Ki selamanya tak
akan menyesal karena memperistri dirinya....
Tio Bu Ki itu ganteng, sehat, pintar, meski wataknya agak jelek, toh dia adalah seorang
pemuda yang sangat baik. Bagi pemuda seganteng dia, sebaik dia, sudah barang tentu banyak gadis yang terpikat
kepadanya, banyak pula yang jatuh cinta kepadanya.
Diapun tahu, dahulu pernah romantis pernah royal, dalam soal percintaan. Bahkan diapun
tahu dia mepunyai seorang gadis simpanan yang bernama Hiang hiang.
Tapi ia sudah memutuskan bahwa semua kejadian yang sudah lewat akan dilupakan dengan
begitu saja, sebab diapun percaya sejak kini ia dapat dilupakan, ia dapat dikuasainya.
Iapun dapat melihat kalau dia adalah seorang pemuda jujur, lain kali dia pasti dapat pula
menjadi seorang suami yang jujur.
Bisa kawin dengan seorang suami baik itu siapakah yang tidak puas" Apalagi yang
diharapkan seorang gadis biasa"
Walaupun demikian, ia sedikit agak tegang apalagi terbayang malam nanti...malam
pertamanya setelah perkawinan...membayangkan pembaringan yang begitu besar, mereka
akan berduaan...jantungnya akan berdebar pikirnya...seperti juga sekarang, jantungnya
berdebar keras... Sesungguhnya ia bukan benar benar kuatir, setiap gadis akan mengalami peristiwa malam
pertama, apa yang mesti dikuatirkan"
Hanya satu hal yang ia betul betul kuatirkan, sejak pagi tadi Tio Bu Ki telah keluar rumah,
hingga sekarang dia belum kembali.
Kini hari sudah mulai malam, upacara perkawinan segera akan dilangsungkan.
Ia bukan cuma kuatir, hatinya mulai gelisah. Untung pada saat itu jerit kegirangan dari Cian
Cian sudah kedengaran. "Bu Ki telah pulang!"
29 Tio Cian Cian adalah adiknya Tio Bu Ki. Seperti juga kakanya, dia adalah seorang gadis yang
lincah, pintar dan cantik.
Bukan saja dia tersohor sebagai gadis rupawan, diapun seorang pendekar wanita yang punya
nama dalam dunia persilatan. Sejak masih kecil, ia sudah mulai belajar pedang. Banyak jago
lihay dari Tay hong tong yang keok ditangannya, malah kakaknya juga pernah dia kalahkan.
Tentu saja dia tahu kalau kakaknya sengaja mengalah, meski begitu dia toh sangat gembira.
Tahun ini dia berusia tujuh belas tahun, masa berkembangnya gadis remaja.
Bagi dirinya, kehidupan manusia ibaratnya arak wangi yang manis dan segar, arak manis yang
menunggu orang untuk mencicipinya.
Tapi diapun mempunyai rahasia hati.
Yaa, siapa bilang seorang gaid berusia tujuh belas tidak mempunyai rahasia hati"
***** Sebetulnya ia selalu hidup dengan hati yang riang gembira, hingga pada suatu senja.
Hari itu musim semi, ia duduk seorang diri di kebun belakang, sambil menikmati keindahan
bunga serta langit nan biru.
Tiba tiba ia merasa kesepian.
Pada umumnya hanya ada satu cara untuk melenyapkan kesepian yang dialami gadis
remaja...yaitu dicintai dan diperhatikan oleh seorang pria yang dicintainya.
Tapi ia belum berhasil menemukan pria seperti ini.
Sebab ia selalu beranggapan di dunia ini hanya ada dua orang laki laki sejati, mereka adalah
ayahnya dan kakaknya. Sedang laki laki lain tak pernah ia pandang sebelah matapun.
Seandainya dia masih mempunyai ibu, isi hatinya dapat dia ungkapkan kepada ibunya, sayang
ibunya sudah lama meninggal dunia.
Ia memang rapat hubungannya dengan ayahnya toh itupun masih terdapat suatu perbedaan
suatu jarak pemisah yang tak mungkin bagi mereka untuk berhubungan lebih rapat. Hanya
ada seorang yang bisa berhubungan akrab, dia adalah kakaknya.
Tapi sekarang kakaknya hampir menikah, ia pasti akan kesepian kembali.
Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
30 Kesepian...kesepian...suatu kejadian yang mengerikan!
Sejak pagi Bu Ki telah pergi, hingga kini ia belum juga kembali tentu saja dia yang paling
kuatir. Sebab hanya dia yang tahu kemana pemuda itu pergi.
Diantara mereka berdua selamanya tak pernah ada rahasia apa apa.
"Aku hendak membayar hutang, dan aku harus pergi, tapi ada sementara hutang yang belum
tentu bisa kubayar, maka jika sampai malam nanti aku belum juga kembali, itu berarti
kemungkinan besar aku tak akan kembali untuk selamanya."
Ia tidak berusaha untuk menghalanginya, dia pun tidak mencoba untuk menasehatinya.
Karena dia paling memahami watak kakaknya. Ia tahu tidak adalah seorang laki laki, bila ia
sudah mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu pekerjaan, maka jangan harap niatnya
bisa dicegah, apalagi dinasehati.
Justru karena itu, dia selalu bangga, ia selalu merasa kagum oleh kehebatan kakaknya itu
***** Sejak senja menjelang tiba, ia sudah menunggu, berdiri diluar pintu kebun sambil menantikan
kedatangannya. Kini hari sudah mulai gelap, tapi ia belum nampak juga, hatinya mulai gelisah, perasaannya
mulai cemas..... Pada saat itulah ia saksikan seseorang melarikan kudanya seperti orang kesetanan, dengan
kecepatan paling tinggi ia menerjang masuk kelorong sempit di belakang kebun.
Sekalipun ia belum melihat jelas bagaimanakah rupa wajah orang itu, tapi dia tahu siapakah
orang itu. Hanya Bu Ki yang akan segila ini, hanya Bu Ki yang bisa melarikan kudanya seperti orang
kesetanan. Ia melompat bangun dan bersorak kegirangan.
"Bu Ki telah pulang!"
Bu Ki sedang tukar pakaian.
Tiada waktu baginya untuk membersihkan badan lagi, ia mulai tukar pakaian dan
mengenakan pakaian pengantinnya.
31 Badannya masih basah oleh keringat busuk, sepasang kakinya bukan saja linu, sakitnya bukan
kepalang, malah kulit kakinya sudah lecet kena lali kuda.
Ia pulang dengan menunggang seokor kuda jempolan yang bisa lari cepat, walaupun begitu
sekarang kuda itu sudah roboh terkulai.
Masih untung kuda itu baru roboh sekarang, coba ditengah jalan tadi...
Sekarang dia baru merasa, untuk menjadi seorang pengantin, bukan suatu pekerjaan yang
amat gampang. Sejak berganti pakaian pengantin ia sudah merasakan kesulitan. Dulu tak pernah ia sangka
kalau pakaian pengatin adalah pakaian yang paling repot untuk dikenakan, jauh lebih repot
daripada seorang nona cilik mengenakan baju bonekanya.
Untung dia masih bisa bersabar, sebab dia tahu sepanjang hidup paling banyak hanya sekali
mengalaminya. Tiga orang sedang membantunya mengenakan pakaian.
Sebetulnya tiga orang perempuan yang akan membantunya, tapi ia bersikeras minta dibantu
seorang lelaki. Meski begitu, dalam ruangan masih ada seorang gadis. Walaupun dalam pandangannya gadis
itu tak bisa terhitung sebagai gadis namun dalam pandangan pria lain, dia adalah seorang
gadis yang betul betul cantik, seorang gadis yang benar benar berperawakan aduhai, kecuali
wataknya sedikit jelek, hampir boleh dibilang dia adalah gadis ditengah gadis.
Cian Cian duduk disudut ruangan, tepatnya diatas lantai sambil menyaksikan ia tukar pakaian.
Sekalipun dalam ruangan tersedia delapan ratus kursi, dia tak akan duduk dikursi kursi itu,
sebab dia lebih suka duduk diatas lantai.
Dia paling suka duduk di lantai.
Pakaian akan kotor" Perduli amat! Orang lain mengatakan ia tak pantas duduk di lantai, ia tak
ambil peduli. Disinilah letak perbedaannya dengan Wi Hong Nio.
Selamanya Cian Cian hanya akan melakukan pekerjaan yang dia senangi.
Melihat perbuatan adiknya itu, Bu Ki cuma bisa menggeleng sambil mengeluh.
"Coba lihat caramu duduk, bagaimana mungkin orang akan memperistri gadis macam kau?"
"Hmm...! Perduli amat" Cian Cian lalu mendengus dengan gemas,
"Buat apa kau urusi aku bakal kawin atau tidak" Yang pasti aku toh tak akan kawin
denganmu!" 32 Bu Ki tertawa getir. Yaaa...kecuali tertawa getir, apalagi yang dapat dia laukan"
Dengan perasaan tidak puas Cian Cian kembali berkata:
"Bayangkan saja laki laki macam kaupun dapat mempunyai bini, kenapa aku tak laku
kawin?" "Tapi kau seorang perempuan" bantah Bu Ki, "Sedikit banyak kau harus mempunyai
potongan sebagai seorang perempuan!"
Cian Cian menyibirkan bibirnya.
"Kalau perempuan, lantas harus seperti apa" Seperti Hiang hiangmu itu...?"
Menyinggung soal Hiang hiang, Bu Ki tak dapat berbicara lagi.
Sekali berhasil dengan ucapannya Cian Cian mendesak lebih lanjut.
"Apakah dia sungguh amat harum" Sampai dimana harumnya?"
Rupanya gadis itu mempunyai minat yang sangat besar terhadap persoalan itu, terpaksa Bu Ki
harus mengalihkan pokok pembicaraan kesoal lain.
"Banyakkah yang datang pada hari ini?" demikian ia bertanya.
"Ehmm, banyak sekali!"
"Siapa saja yang datang?"
"Yang semestinya datang pada tidak datang, yang semestinya tidak datang telah berdatangan"
Dengan ujung matanya Bu Ki mengerling sekejap adiknya, kemudian ia berseru:
?"Aku tahu, putranya Toa toaya pasti tidak datang!"
"Dari mana kau bisa tahu?" tanya Cian Cian keheranan.
Sengaja Bu Ki memperlihatkan sekulum senyuman yang misterius.
"Sebab dia semestinya harus datang"
Merah padam air muka Cian Cian karena jengah.
Toa toaya adalah orang nomor satu yang paling berkuasa dalam perkumpulan Tay hong tong,
orang persilatan mengenalinya sebagai seorang tokoh yang amat cerdas, Sugong Siau hong
namanya. Ia mempunyai seoang putra yang bernama Sugong Ki.
Perhatian Sugong Ki terhadap Tio Cian Cian boleh dibilang sudah bukan merupakan rahasia
lagi bagi setiap orang. Bu Ki sangat bangga. Sekarang ia berhasil juga untuk membungkam adiknya yang cerewet
ini, meski hanya untuk sementara waktu, sayang dia lupa, dia lupa kalau dia sendiripun
mempunyai rahasia yang sudah bukan merupakan rahasia lagi.
33 Cian Cian memutar biji matanya, lalu secara tiba tiba menghela napas:
"Aaaai....sayang, sungguh amat sayang!"
"Apanya yang sayang?" tanya Bu Ki keheranan,
"Sayang ada seorang yang tidak datang"
"Siapa?" "Seorang yang sebenarnya harus datang!"
"Siapakah orang itu?"
"Lian lian yang patut dikasihani!"
"Apa urusannya denganku" Jangankan berbicara, bertemu muka saja belum pernah"
"Oleh karena kau belum pernah bertemu muka dengannya, maka aku baru merasa sayang!"
Ia mengerling sekejap wajah kakanya, lalu menambahkan:
"Bukankah kau selalu ingin bertemu dengannya serta menyaksikan bagaimanakah potongan
wajahnya?" Bu Ki tak bisa menyangkal.
Pada hakekatnya dia memang selalu ingin bertemu dengan Lian lian yang patut dikasihani,
dia ingin tahu bagaimanakah potongan wajahnya dan bagaimanakah potongan badannya. Hal
ini juga bukan merupakan rahasia lagi....
***** Lian lian yang patut dihasihani adalah putri tunggal dari Sam toaya mereka, Sangkoan Jin! Ia
bernama Lian lian, lengkapnya Sangkoan Lian lian.
Setiap orang tahu kalau dia adalah seorang gadis brilian, seorang gadis yang cantik pula. Tapi
belum pernah ada orang yang pernah berjumpa dengannya.
Mengapa begini" Sebab semenjak kecil, dia sudah dikirim ayahnya ke bukit Hong san, ada
orang bilang ia sedang belajar ilmu.
"Ilmu silat dari Biau hi Sutay yang berdiam di kuil Biau hi koan bukit Hong san, paling cocok
untuk anak perempuan"
Sementara orang memang berpendapat demikian. Tapi ada pula sebagian orang berkata
bahwa ia pergi untuk merawat penyakitnya akut.
"Sejak dihadirkan ia sudah mengidap suatu penyakit aneh, seperti juga ibunya, kalau tidak
beristirahat dan hidup dengan perasaan tenang, umur dua puluh pun sukar dilampaui"
Tapi apakah yang menyebabkan dia pergi"
34 Tak seorangpun yang tahu, selamanya tak ada yang tahu selamanya tak ada yang berani
menanyakan persoaln ini kepada Sangkoan Jin.
Sangkoan Jin, buka seorang yang mudah didekati, lebih lebih tentang masalah putrinya.
Kematian dari istrinya dan kepergian dari putrinya merupakan dua masalah yang pantang
baginya untuk ditanyakan.
Bila Sangkoan Jin telah menetapkannya sebagai pantangan, maka berani siapa menyinggung
soal itu berarti dia hanya ingin mencari penyakit buat diri sendiri.
Baik dia manusia biasa maupun manusia yang telah dikenalnya.
Konon pemilik Tay hong tong yakni Im loyacu juga mengetahui watak anehnya ini.
Jilid 2________ Menyinggung soal Lian lian, mau tak mau Bu Ki harus mengalihkan kembali pokok
pembicaraannya. "Hari ini apakah si tua sudah minum obat?" ia bertanya.
Masalah tersebut, selamanya merupakan masalah yang paling mereka perhatikan, sebab "si
tua" yang dimaksud tak lain adalah ayah mereka.
Sebutan "si tua" sama sekali tidak mengandung maksud kurang hormat, panggilan itu hanya
merupakan pertanda bahwa antara ayah dan anak bertiga sebernya mempunyai hubungan
yang sangat akrab, hubungan yang luar biasa yang tak akan dipahami siapaun.
Dalam pandangan orang lain, mungkin ayah mereka adalah seorang manusia yang
menakutkan, sebagian besar jago persilatan pasti akan merasa kagum, hormat dan bila
menyinggung nama Kim Kiong Kiam (Pedang naga emas) Tio kian.
Tapi dalam pandangan kedua orang itu, bukan saja ia adalah ayah mereka yang tercinta,
diapun sekaligus merupakan ibu mereka yang tersayang.
Tio hujin sudah lama meninggal dunia, Tio kian lah yang memelihara mereka hingga menjadi
dewasa. Bila musimn dingin telah tiba, bila salju turun dengan derasnya, dia akan bangun dari tidur
untuk menyelimuti anak anaknya.
Bila musim semi tiba, dikala angin berhembus sepoi, dia pula yang menemani putra putrinya
untuk bermain layang layang dikebun.
35 Demi pendidikan serta memelihara putra putrinya ini, jago yang pernah malang melintang
dalam dunia persilatan dengan pedang saktinya, serta pernah membantu sahabat karibnya Im
Hui Yang untuk mendirikan Tay hong tong ini banyak mengalami perubahan, terutama dalam
perubahan soal tabiat... Walaupun belakangan ini wataknya berubah menjadi jauh lebih baik, namun tubuhnya justru
bertambah lemah, ia berubah menjadi gampang lelah gampang kehabisan tenaga.
Bila urusan penting dalam tubuh Tay hong ton telah diselesaikan sering kali seorang diri ia
duduk dalam kamar bacanya, ia tak mampu berkata kata karena kelelahan, bahkan kadangkala
sekujur badannya mengejang keras, mengejang penuh derita.
Lambat laun putra putrinya mengetahui penderitaanya itu, mereka yakin kalau ayah mereka
telah mengindap suatu penyakit yang sangat aneh.
Walaupun dengan bersusah payah putra putrinya berhasil juga memaksanya untuk
memeriksakan diri pada seorang tabib, tapi si tua yang keras kepala seringkali tak mau minum
obat. Seringkali dia berkata begini:
"Hanya anak perempuan yang setiap malam minum obat, apakah kalian sudah menganggap
diriku sebagai perempuan?"
Meskipun jalan pikiran seperti ini sama sekali tak benar, tapi asal ia bersikeras mengatakan
benar, siapa lagi yang dapat merubah pendapatnya itu?"
Cian cian menghela napas ringan katanya:
"Diam diam, obat jatahnya untuk hari ini telah dibuang ke dalam selokan..."
Mendengar itu Bu ki tertawa getir.
"Aku sungguh tak habis mengerti, kenapa ia selalu saja berbuat seperti anak kecil" Hanya
anak kecil yang takut minum obat"
"Konon orang yang telah menginjak usia tua, seringkali wataknya tak berbeda jauh dengan
anak kecil" "Apakah Toa sauya berada disini?"
Baik Bu ki maupun Cian cian segera mengenali suara terxebut sebagai suaranya Lo ciang.
Sudah puluhan tahun Lo ciang berdiam dalam gedung keluarga Tio, sejak sebagai seorang
kacung bukunya Tio kian, kini dia sudah menjadi congkoannya perkampungan Ho hong san
ceng, semula dia mempunyai sepasang kaki yang kuat, malah juara bermain "Kancu" (Sejenis
36 permainan yang terbuat dari bulu ayam) tapi belakangan ini kakinya terserang rhematik, untuk
berjalan saja susah apalagi bermain "kiancu"
Walaupun demikian dalam pandangannya sejak dulu, sekarang maupun nanti Tio kian tetap
adalah "Toa sauya nya". Malah panggilan itu tak pernah berubah.
Cian cian melompat bangun dari tanah, membuka daun jendela dan terlihat Lo cian yang
selalu tenang, kini tampak agak gelisah meski napasnya sudah tidak tersengkal lagi.
Tak tahan lagi dia bertanya:
"Hei, apa gerangan yang telah terjadi" Mengapa kau tampak begitu gelisah?"
Sambil mengatur napasnya yang sedikit terengah jawab Lo ciang:
"Sugong toaya telah datang dari kota Po ting dan sekarang sedang menanti di ruang tengah
untuk bertemu dengan toa sauya, tapi toa sauya tidak diketahui kemana perginya"
"Sudah kau cari?"
"Aku telah mencarinya kesana kemari, bukan saja toa sauya tidak kutemukan, sangkoan
samya pun ikut lenyap tak berbekas"
Mendengar kabar tersebut, Cian cian ikut sedikit gelisah.
Sudah hampir empat puluh tahun lamanya Lo ciang mengikuti ayahnya, boleh dibilang semua
tempat semua ruangan yang ada dalam perkampungan Ho hong san ceng dikenal olehnya.
Kalau manusia seperti Lo ciang pun tak dapat menemukan siapa lagi yang bisa menemukan"
"Aku bisa menemukannya!" tiba tiba Bu ki menyela.
"Masa kau tahu dia ada dimana?" Lo ciang seperti kurang percaya.
Tio Bu ki tertawa lebar. "Tempat itu hanya aku seorang yang tahu, biar kucarikan untukmu!" demikan katanya.
Pemuda itu tak ambil perduli apakah dia sedang berganti pakaian pengantin atau tidak, sekali
melompat tubuhnya sudah menerjang ke muka.
Memandang bayangan punggungnya, Lo cian hanya bisa gelengkan kepalanya sambil
menghela napas. "Aaaai.....tabiat siau sauya persis dengna tabiat toa sauya dimasa mudanya dulu!"
Walaupun ia menghela napas, toh sinar matanya adalah sinar mata kagum bercampur girang.
Selama hidupnya, toa sauya tak pernah melakukan perbuatan yang merugikan orang lain, dan
sekarang ia mendapat balasan untuk kebaikannya itu....
37 Bayangkan saja, siapa yang tidak berbahagia menyaksikan putranya tumnbuh menjadi
dewasa, mempunyai istri dan melahirkan anak, siapakah di dunia ini yang tak ingin menimang
cucu" Lo cian hanya berharap siau sauyanya bisa cepat cepat menemukan toa sauya, lalu upacara
perkawinan dilangsungkan dan sepasang pengantin masuk ke kamar.
Bila ucapan telah selesai, diapun bisa menemui rekan rekannya untuk minum arak sampai
puas. Cian cian kelihatan sedikit tak puas, dengan hati mendongkol ia berseru:
"Aku tidak percaya kalau ditempat ini terdapat suatu tempat yang tidak kuketahui."
"Aaaaiii,,,ada sementara tempat memang tidak seharusnya kita ketahnui.."sela Lo ciang.
"Kenapa?" "Sebab tempat itu pasti merupakan tempat rahasia dimana toa sauya biasanya menyelesaikan
urusan perkumpulan, sauya selalu pandai memisahkan antara tugas umum dan kepentingan
pribadi, tentu saja tempat rahasia semacam itu tak boleh kita ketahui"
"Lantas, kenapa Bu ki bisa tahu?"
"Siau sauya adalah ahli waris dari toa sauya setelah toa sauya mengundurkan diri lain hari,
dialah yang akan meneruskan karier serta perjuangan toa sauya, sebab itu sudah sepantasnya
kalau siau sauya ikut mengetahui segala sesuatu."
"Apa yang dia andalkan sehingga cuma dia seorang yang boleh tahu?" teriak Cian cian tidak
puas, "Masa aku bukan anak kandung ayah?"
"Oooh...Sudah barang tentu kau adalah anak kandung toa sauya! Cuma, bagaimanapun juga
kau toh seorang perempuan"
"Kalau perempuan lantas kenapa?"
"Kalau perempuan, maka cepat atau lambat kau bakal kawin, setelah kawin maka kau adalah
orangnya keluarga lain"
Apa yang diucapkan memang ucapan yang sejujurnya, ia memang selalu berbicara jujur.
Cian cian ingin mendebat namun tak tahu bagaimana harus mendebatnya, terpaksa ia cuma
bisa melotot sekejap kearahnya dengan gemas.
"Aku justru sengaja tak mau kawin, akan kulihat apa yang bisa kau perbuat" teriaknya.
Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lo ciang tertawa: "Aku bisa apa" Tentu saja aku tak bisa apa apa" sambil picingkan matanya ia tertawa,
lanjutnya: "Justru yang kukuatirkan, setelah sampai waktunya, mau tak mau kau harus menerima
pinangan orang lain dan menikah"
***** 38 Tay hong tong adalah suatu organisasi yang besar dengan peraturan yang ketat, bukan saja
pengaruhnya meliputi seluruh dataran Tionggoan bahkan merembas pula hingga jauh keluar
perbatasan. Keberhasilan Tay hong tong seperti apa yang disaksikan pada saat ini, kecuali disebabkan
karena ambisi serta kewibawaan Liang kian hong sintang in (angin sakti menggulung naga)
Im Hui yang maha hebat, hal ini disebabkan pula oleh perjuangan tiga serangkai yang berani
menantang segala kesulitan yang dihadapinya.
Ketiga serangkai tersxebut tak lain adalah Sugong siau hong, Tio Kian serta Sangkoan Jin.
Merekalah yang memerjuangkan Tay hong tong dengan keringat dan darah, maka sudah
wajarnya kalau mereka juga yang menikmati kemenangan serta kemuliaan.
Sejak Im Hui yang, Im Laytacu menutup diri selama lima tahun untuk melatih sejenis ilmu
pedang yang tiada taranya di dunia ini, tanggung jawab Tay hong tong serta otomatis terjatuh
dipundak mereka bertiga. Pada hakekatnya mereka adalah saudara sehidup semati, bukan saja menanggulangi bersama
semua kesulitan yang dihadapi, emrekapun dapat menikmati bersama semua kebahagian yang
berhasil diraih. Oleh karena itu tak timbul perselisihan diantara mereka untuk saling menggeser dan menjegal
untuk memperebutkan kekuasaan serta kedudukan paling tinggi, semua perhatian dan
kekuatan mereka hanya ditujukan keluar: Menolong mereka yang lemah dan menantang kaum
penindas. Usia Sugong siau hong paling tua, tapi tabiatnya paling lembut dan ramah, dia tersohor
sebagai seorang jago yang berotak "brilian".
Sepanjang hidupnya ia enggan ribut denganorang, dia pun enggan melakukan perbuatan yang
mengakibatkan mengalirnya darah.
Sebab menurut pendapatnya, segala persoalan dapat diselesaikan dengan mengandalkan
kecerdasan otak, tak usah menggunakan golok tanpa kekerasanpun urusan bisa diselesaikan
sama baiknya. Karena wataknya ini, banyak orang persilatan yang secara diam diam memberi julukan
kepadanya, mereka memanggilnya sebagai Sugong popo, si nenek Sugong!
39 Anak murid perkumpulan Tay hong tong memang menaruh hormat kepadanya, tapi bukan
berarti mereka benar benar puas dengna kebijaksanaan pemimpinnya.
Pemuda pemuda yang berdarah panas ini berangggapan bahwa cara kerja pemimpinnya ini
terlalu berpura pura. Mereka menghendaki suatu tindakan yang tegas dan keras, karena dengan begitu kobaran
semangat mereka yang menyala nyala baru bisa terlampiaskan keluar.
Sayang apa yang mereka harpkan tinggal harapan, Sugong siau hong sudah mempunyai
prinsip dalam perlawannya terhadap Pek lek tong, yakni:
"Bila orang lain tidak mengganggu aku, akupun tak akan mengganggu orang lain. Apabila
keadaan tidak terlalu memaksa, mereka tak akan turun tangan secara gegabah!"
Barang siapa diantara murid murid Tay hong tong berani memasuki wilayah kekuasaan Pek
lek tong, dia bakal dihukum mati!
Sangkoan Jin adalah seorang manusia emas yang tak pernah mengucapkan sepatah katapun
walau menghadapi kejadian seperti apapun juga.
Sekalipun para pengikut setianya yang sudah banyak tahun mengiringi disisinya, belum tentu
setahun mendengar suara perkataanya.
Dia selalu bernaggapan bahwa setiap orang mempunyai hak untuk merahasiakan kepentingan
pribadinya, ia tak perkenankan siapapun juga untuk menanyakan masalah pribadinya.
Ruangan tidurnya selalu dijaga dengan ketat, siapapun tak berani mendekati tempat itu secara
gegabah. Seperti juga Tio Kian istrinya sudah lama meninggal, putrinya yang cuma satu satunya itu
sudah dikirim ke tempat yang amat jauh.
Sekarang, bukan saja ia tak punya sanak, teman akrabpun cuma satu dua orang.
Keangkuhannya, keanehannya serta kekerasan hatinya sudah diketahui siapapun, pada
hakekatnya tak seorangpun yang dapat mendekatinya.
Oleh karena itulah diantara ketiga orang pemipin tersebut, Tio Kian yang paling banyak
penggemarnya. Semasa mudanya Tio Kian tersohor karena kebesaran jiwanya serta sifat kependekarannya
yang suka menolong kaum lemah dan menentang kaum penindas.
40 Sekalupun tabiatnya sekarang sudah jauh lebih lembut dan kalem, toh ia masih terhitung
seorang jago yang berjiwa terbuka.
Asal kau adalah sahabat karibnya, sekalipun kepala harus dipenggal dan diberikan kepadamu
tak nanti dia akan kerutkan dahi.
Manusia seperti inilah merupakan type manusia yang paling dihormati oleh orang muda.
Dan hari ini putra tunggalnya melangsungkan perkawinan, sudah barang tentu semuanya
berdatangan untuk ikut minum secawan arak eegirangan.
Malah Im loyacu yang sedang menutup diri dipuncak bukit Cing siu san pun mengutus
seorang untuk menyampaikan hadiah khusus.
Semua orang menunggu dengan tak sabar, semua orang ingin cepat cepat menyaksikan
pengantin lelaki yang ganteng serta pengantin perempuan yang cantik jelita lagi lembut itu.
Ketika Bu ki mnculkan diri, semua orang mengerumuni dirinya.
Sekalipun ia tak sampai melangkah untuk ke ruang tengah, tapi dikebun belakangpun ada
orang dimana mana penuh sesak dengan lautan manusia.
Ketika semua orang menyaksikan pengantin laki laki lari kesana kemari dengan "Baju
kebesaran" nya sebelum upacara dimulai, semua orang merasa kaget, heran dan gembira, tak
seorangpun yang menaggap perbuatannya itu melanggar adat kesopanan.
Putra Tio Kian memang sudah tersohor karena kebebasannya dari segala ikatan adat, dia
adalah seorang pemuda yang berbuat bebas menurut suara hati sendiri.
Dengan susah payah akhirnya Bu ki berhasil juga melepaskan diri dari kepungan orang
banyak. Sesudah menebusi hutan bunga tho dikebun belakang, dengan melewati sebuah jalan
kecil yang berliku liku akhirnya sampailah dia dalam sebuah halaman kecil ynag penuh
ditumbuhi bambu. Angin berhembus sepoi sepoi menggoyangkan daun bambu, suasana disitu hening dan sepi
suara gelak tertawa manusia diruang depan sama sekali tak terdengar disitu.
Dalam halaman kecil itu semuanya terdapat lima buah bilik, tiga buah bilik lebar dan dua
bilik tersembunyi, disinilah biasanya pemilik perkampungan Ho hong san ceng membaca
buku. Tentu saja Lo ciang mengetahui tempat ini dan sudah barang tentu telah mencari pula disana.
41 Tapi dia tidak menemukan toa sauyanya, sebab orangnya memang tak ada disana, dari depan
sampai belakang ruangan tak seoang manusiapun yang kelihatan.
Walau begitu, Bu ki tidak kecewa, sebab ia tahu ditempat ini masih ada rahasianya.
Dan rahasia terxebut hanya dia seorang yang tahu.
Kamar baca Tio Kian yang sebenarnya terletak di ruang paling belakang, sekeliling ruangan
penuh dengan rak buku yang tinggi, barang siapa masuk ke situ ibarat seseorang yang masuk
kekota buku. Tapi disanapun tak ada orang.
Dengan langkah lebar Bu ki masuk ke dalam ruangan, setelah yakin kalau disana tak ada
orang bukan saja tidak gelisah malah sebaliknya justru ia merasakan lega hati.
Sebab ia tahu dibelakang rak buku sebelah kiri masih terdapat sebuah ruang rahasia, disitulah
ayahnya mengatur segala sesuatu urusan Tay hong tong yang bersifat rahasia.
Ia percaya ayahnya pasti berada disana, bahkan kemungkinan besar sedang merundingkan
suatu masalah besar dengna Sangkoan samya.
Ia tak langsung masuk, diambilnya sebuah pemberat kertas yang terbuat dari tembaga dan
dketukkan perlahan pada rak nomor tiga dari rak buku tersebut.
Tiga kali sudah dia mengetuk rak tersebut, namun tiada suara jawaban yang kedengaran.
Sekarang hatinya baru gelisah, sekuat tenaga dia mendorong rak buku itu kesamping, lalu
badannya menerobos masuk celah celah yang terbuka.
Ayahnya memang berada dalam ruang rahasia itu malah dia mengenakan jubah panjang
bersulamkan naga indah, jubah indah yang khusus disiapkan untuk merayakan hari
perkawinan putranya, dan huncwe kemala hijau kesayangan masih berada pula dalam
genggamannya. Cuma, ia tergeletak ditanah, tegeletak ditanah tanpa batok kepala!
Bu ki berlutut ditanah, ia tidak meraung raung tidak pula lemlelelhkan air mata.
Dalam kelopak matanya tiada air mata, yang ada hanya darah!
Segulung angin berhembus lewat dari luar ruangan dan menyingkapkan kalender diatas meja
seakan akan ada tenaga tak berwujud yang membaliknya, secara kebetulan kalender itu
menunjukkan, bulan tiga, tanggal dua puluh tujuh, rejeki besar, cocok untuk mengadakan
perkawinan. 42 Kim Liong Kiam Khek (jago pedang naga emas) Tio Kian, orang kedua dari Tay-hong tong
ternyata kehilangan batok kepalanya secara misterius dihari perkawinan putra kesayangannya.
Sudah barang tentu peristiwa ini menghebohkan segenap dunia persilatan.
Sekalipun tidak kenal atau belum pernah bertemu dengan Tio Kian, paling sedikit mereka
pernah mendengar nama besarnya.
Dia punya teman, tentu saja punya musuh. Tapi baik itu temannya atau musuhnya, mereka
rata rata merasa kaget bercampur tecengang oleh peristiwa tersebut.
Mereka yang agak mengetahui jelas duduknya peristiwa itu mendadak menjadi pusat
perhatian orang, dimana saja mereka berada, semua orang memusatkan perhatiannya kepada
mereka, dan orang orang itu hanya ingin mengajukan satu pertanyaan: Siapakah
pembunuhnya" Tak seorangpun dapat menjawab pertanyaan itu, tak seorangpun berani mengadakan penilaian
sendiri. Sebab bila ada yang salah berbicara, kemungkinan besar mereka akan kehilangan pula
batok kepalanya ditengah malam buta.
Oleh karena itu berbagai reaksi, berbagai pertanyaan berkecamuk dihati setiap orang.
"Benarkah Tio Kian telah mati" Benarkah dia mati lantaran kepalanya dipenggal orang?"
"Benar! Memang itulah kejadiannya"
"Kapan peristiwa itu berlangsung?"
"Bulan tiga tanggal dua puluh tujuh, tepat disaat putranya hendak melangsungkan
perkawinan" "Konon hari itu adalah hari baik, paling baik untuk menyelenggarakan usaha apapun?"
"Benar hari itu memang hari yang paling baik untuk melakukan pekerjaan apapun"
"Untuk mencari menantu sudah tentu harus memilih hari baik, masa membunuh orangpun
harus mencari hari baik juga?"
"Hari itu adalah hari baik untuk melakukan pekerjaan apapun, baik menyelenggarakan
perkawinan ataupun membunuh orang"
"Makanya si pembunuh itu hingga sekarang belum juga ketahuan"
"Aku rasa bukan pekerjaan yang gampang untuk menemukan pembunuh tersebut"
"Tapi sedikit banyak pihak keluarga Tio Kian sudah mempunyai titik terang bukan?"
"Agaknya memang begitu"
Maka bermunculanlah berbagai lapisan manusia yang membantu keluarga Tio untuk melacaki
jejak pembunuh tersebut. "Tio Kian terbunuh dimana?" demikian pertanyaan itu berkumandang diantara kumpulan
manusia. "Katanya mati di perkampungan Ho hong san ceng"
43 "Tapi orang hadir diperkampungan Ho hong san ceng waktu itu tentu banyak sekali, kenapa
tak seorangpun yang menyaksikan peristiwa pembunuhan tersebut?"
"Sebab dia mati di ruang rahasia"
"Begitu rahasiakah ruang rahasianya itu?"
"Tentu saja rahasia sekali, bahkan aku dengar putrinya sendiri juga tidak tahu"
"Lantas siapa yang tahu?"
"Konon kecuali dia sendiri yang pernah masuk ruang rahasia itu, hanya tiga orang yang tahu"
"Siapakah ketiga orang itu?"
"Sugong Siau hong, Sangkoan Jin serta putranya"
"Apakah hanya salah satu diantara ketiga orang itu yang ada kemungkinan untuk
membnunuhnya?" "Aku rasa sulit untuk menemukan orang keempat"
"Kenapa?" "Tio Kian bukan manusia sembarangan. Sebelum berusia duapuluh tahun ia sudah mulai
mengembara dalam dunia persilatan dengan mengandalkan sebilah pedang"
"Aku juga pernah mendengar, sebelum usia tujuh belas, ia telah membunuh Tiang an hau
(Harimau Tiang an) di kota Tiang an"
"Ya, betul!" sambung yang lain,
"Dalam tiga tahun kemudian bahkan ia telah membinasakan juga Kwan tiong jit hiong (tujuh
orang gagah dari Kwan tiong) Huang ho su ciau (empat ular sakti dari sungai kuning), malah
mengalahkan juga siau tojin serta Tan tiong hiong yang merupakan jago pedang waktu itu."
"Tak aneh kalau namanya amat tersohor sebelum berusia dua puluh tahun" kata jago lain.
"Konon sebelum berusia tiga puluh tahun, ia telah membantu Im Hui yang mendirikan Tay
hong tong, bayangkan saja, amnusia tangguh semacam ini mana mungkin dipenggal
kepalanya secara gampang.
"Aku merasa tidak habis mengerti"
"Seharusnya kau mengerti, orang yang bisa memenggal kepalanya pastilah seseorang yang
sangat dikenal olehnya, sebab itu dia tidak bersikap waspada terhadap orang tersebut"
'Wah, kalau betul begitu, ilmu silat yang dimiliki orang itu tentu lihay sekali, dan caranya
turun tanganpun sangat cepat"
"Betul, konon pada waktu itu si tabib pertapa dari Hoa san juga hadir disitu, malah dialah
yang memeriksa jenasah Tio jiya"
"Apa yang dia katakan?"
"Dia yakin kalau alat senjata yang digunakan untuk membunuh Tio jiya adalah sebilah
pedang, bahkan dalam sekali tebasan ia berhasil menguntungi batok kepala Tio jiya."
"Dan kebetulan Sugong Siau hong dan Sangkoan Jin adalah jago jago lihay yang
menggunakan pedang" "Yaa, mereka semua adalah jago silat kelas satu dalam dunia persilatan...!"
"Putra Tio jin apakah pemuda yang bernama Tio Bu ki itu?"
"Benar dialah orangnya"
"Sudah barang tentu dia pembunuhnya?"
"Tentu saja bukan"
"Kalau begitu, menurut pendapatmu pembunuhnya adalah Sangkoan jin?" Ataukah Sugong
Siau hong?" 44 "Aku tidak tahu!"
"Coba terkalah!"
"Aku tidak berani menerka"
Perdebatan dan pembicaraan tersebut adalah pembicaraan bebas yang kedengaran dikalaangan
umum. Di tengah malam buta, baik dikaki lima, ditepi jalan maupun dalam warung makan yang
memakai merek mentereng, masih kedengaran banyak orang yang membicarakan peristiwa
itu. Konon orang yang paling mecurigakan adalah Sugong Siau hong!" demikian mereka berkata.
"Kenapa?" "Sebab dia adalah orang terakhnir yang tiba diperkampungan Ho hong san ceng, ia baru tiba
pada malam bulan tiga tanggal dua puluh tujuh"
"Kenapa dia yang dicurigai?" bantah yang lain.
"Justru orang terakhir yang datang seharusnya malah tak pantas dicurigai"
"Yaaa, kalau cuma begitu memang tak pantas dicurigai, tapi menurut hasil meneylidikan yang
kemudian diadakan, katanya pada tanggal dua puluh lima ia sudah meninggal kota Po teng"
"Jadi semestinya tanggal dua puluh enam ia sudah sampai di perkampungan Ho hong san
ceng?" "Yaaa, paling lambatpun sore itu harus sudah tiba"
"Lalu sejak sore tanggal dua puluh enam sampai malam tanggal dua puluh tujuh dia telah
kemana?" "Tak seorangpun yang tahu"
"Maka orang lantas menduga bahwa dialah yang paling mencurigakan?"
"Begitulah!" "Tapi aku dengar sejak sore hari tanggal dua puluh tujuh, hanya Sangkoan Jin seorang yang
menemani Tio jiya hingga berlangsungnya peristiwa tersebut"
"Karena itu Sangkoan Jin juga seseorang yang patut dicurigai"
"Sekarang,dimanakah orang itu?"
"Hingga kini mereka berdua masih tetap tinggal di perkampungan Ho hong san ceng"
"Yaaa, betul! Siapa berani berangkat dulu, dialah yang pantas dicurigai sebagai
pembunuhnya, tentu saja apapun diantara mereka tak ada yang berani berangkat
meninggalkan tempat itu"
"Padahal mereka mau pergi atau tidak juga sama sja"
"Kenapa?" "Karena mereka berdua adalah saudara sehidup semati dari Tio jiya, tiada alasan buat mereka
untuk melakukan pembunuhan keji tersebut, bila tidak menemukan bukti bukti yang kuat,
siapakah yang berani mencurigai kedua orang itu?"
"Dan sekarang apakah mereka menemukan buktu buktinya?"
"Belum" ***** 45
Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hari ini sudah tanggal empat bulan empat, peringatan hari ketujuh sejak kematian sudah
lewat. Malam sudah menjelang tiba, suasana sangat hening.
Sejak Tio Bu ki menemukan jenasah ayahnya hingga kini, tujuh hari lewat tanpa terasa.
Selama tujuh hari ini, Bu ki tidak pernah menagis, setitik air matapun tak pernah meleleh
keluar membasahi pipinya.
Ia tidak minum, tentu saja tidak pula makan.
Bibir sudah mengering dan rretak retak, bahkan seluruh kulit badannya ikut kering dan pecah
pecah. Matanya cekung kedalam wajahnya yang semula merah segar telah berubah menjadi sepucat
kertas. Bukan begitu saja, badannya sudah kaku dan tak berkutik.
Tampangnya tersebut mengerikan sekali. Semua orang takut kepadanya, bahkan Cian cian
juga takut. Tapi tak seorang manusiapun yang mampu menghibur hatinya.
Pada hakekatnya ia seperti patung, apapun suara pembicaraan manusia ia tidak mendengar,
apapun yang berada dihadapannya dia tidak melihat.
Tentu saja yang paling menderita adalah Wi Hong nio, ia menangis sepanjang hari, tapi
sekarang air matanya telah mengering.
Selama tujuh hari ini, setiap orang jarang berbicara, setiap orang berusaha mencari....mencari
jejak dari pembunuh tersebut.
Tapi mereka gagal untuk menemukannya.
Setiap jengkal tanah dan disekitar perkampungan Ho hong san ceng telah mereka geladah,
tapi semua usahanya itu cuma sia sia belaka, mereka tidak berhasil melacaki jejak sang
pembunuh tersebut. Siapapun tak berani mencurigai Sangkoan Jin lebih lebih mecurigai Sugong Siau hong, tapi
kecuali kedua orang itu tiada orang lain yang dapat mereka curigai lagi.
46 Seandainya pembumuh itu adalah orang lain maka pembunuh tersebut tentu dapat datang
tanpa wjud pergi tanpa bayangan, seakan akan setan iblis yang mengerikan.
Walaupun semua orang jarang berbicara, sedikit banyak mereka toh berbicara juga.
Lain halnya dengan Sangkoan Jin boleh dibilang dia sama sekali tidak bersuara.
Iapun tidak memberikan alibinya, ia tidak menerangkan dimanakah dia berada, tak ada
seorangpun yang berani minta penjelasan kepadanya.
Akhirnya orang lain baru tahu kalau waktu itu rupanya dia sudah mabok, oleh Cian congkoan,
ia dibaringkan dalam kamar tamu.
Kamarnya terletak nomor lima dalam halaman yang terpisah, dia maupun pengikutnya semua
berada disana. Orang yang bertugas mengatur segala kebutuhan mereka adalah Tio Piau.
Tio Piau, bukan saja seorang pembantu tua dari keluarga Tio, dia masih terhitung famili
jauhnya Tio jiya. Tio Piau telah memberikan kesaksiannya pada tanggal dua puluh tujuh bulan tiga, sejak
maghrib Sangkoan samya terus tidur didalam kamarnya.
Sekalipun sewaktu sadar dari maboknya, ia tidak menimbulkan suara apa apa, tapi setelah
mabok, ia tidur sambil mendengkur, banyak orang mendengar suara dengkurannya itu.
Kebanyakkan orang persilatan beranggapan, keberhasilan Sugong Siau hong untuk mencapai
kedudukannya seperti hari ini bukan lantaran ilmu silatnya yang hebat melainkan karena
imannya yang tebal. Tenaga dalamnya maupun ilmu pedang Sip ci hui kiamnya belum sampai mencapai puncak
kesempurnaan, tapi soal ketebalan imam, soal kesabaran dan tahan uji dia adalah nomor satu
di dunia. Dia tahu banyak sekali jago Ho hong san ceng yang mencurigai dirinya, sebab pada tanggal
dua puluh enam bulan tiga, seharusnya dia sudah harus sampai disana.
Walau begitu, ia sedikitpun tidak menunjukkan perasaan tak tenang, apalagi memberi
sanggahan ataupun penerangan.
47 Ia berangkat lebih awal dari tanggal yang sebenarnya, hal ini disebabkan karena persoalan
lain. Tapi soal itu adalah suatu rahasia besar, ia tidak akan membiarkan orang lain tahu.
Selama beberapa hari ini dia masih tetap tenang dan bersikap wajar seperti ini, seseorang
harus tetap mempertahankan ketenangannya, dengan demikian urusan jadi tak sampai kalut.
Walau berada dalam keadaan seperti apapun, dia tak akan lupa untuk melakukan apa yang
harus dilakukan. Ia berusaha keras untuk mengaturkan upacara penguburan bagi jenasah Tio Kian, lalu
menasehati anak murid Tay hong tong agar selalu bersikap tenang, ia percaya cepat atau
lambat duduknya persoalan pasti akan menjadi jelas.
Terlepas dari apa yang dikatakan orang lain, siapapun mengakui bahwa dia memang memiliki
daya ketenangan yang luar biasa.
Sebab itu, Tay hong tong selamanya tak bisa kehilangan dia.
Setelah upacara peringatan "hari ketujuh" lewat, sisa anggota Tay hong tong yang masih
tertinggalpun telah kembali ke posnya masing masing.
Sekalipun Tio Kian adalah batu tonggak bagi Tay hong tong, namun Tay hong tong tak dapat
roboh dan hancur hanya lantaran kehnilangan sebuah tongkat saja.
Yaa, jika pondasinya sudah kuat dan kokoh sekalipun kehilangan sebuah tongkatnya, hal ini
tak menyebabkan bangunan menjadi roboh, walau ditiup oleh angin sekencang apapun.
Sugong Siau hong berhasil membuat anak muridnya memahami persoalan ini, dia berharap
semua orang dapat merubah kesedihan menjadi kekuatan yang besar.
Yang masih tertinggal dalam ruangan waktu itu kecuali orang orang dari keluarga Tio, hanya
sedikit saja orang luar. Tiba tiba Sangkoan Jin bangkit seraya berkata:
"Ouyang sedang menunggu aku!"
Habis mengucapkan kata kata tersebut, dia berlalu dengan langkah lebar....
Empat kata itu terlampau singkat, kecuali Sugong Siau hong, yang lain boleh dibilang tak ada
yang mengerti. Sekalipun begitu asal satu orang bisa memahami, hal ini sudah lebih dari cukup.
48 Yaaa, memang begitulah watak Sangkoan Jin, kalau dengan empat katapun bisa menjelaskan
maksudnya maka tak akan dia gunakan kata kelima.
Ketika melihat Sangkoan Jin pergi, tak tahan lagi Cian cian segera berseru:
"Apakah dia akan pergi dengan begitu saja?"
"Yaa, bagaimanapun juga dia harus pergi!" jawab Sugong Siau hong.
"Kenapa?" "Sebab dia sudah mempunyai janji dengan Ouyang untuk berjumpa"
"Siapakah Ouyang itu?"
"Dia adalah Ouyang Peng an"
Ouyang Peng an adalah congpiautau dari delapan belas perusahaan ekspedisi di daratan
Tionggoan, mereka telah berencana untuk membentuk perserikatan dengan pihak Tay hong
tong. Sudah barang tentu apa yang hendak dirundingkan antara Ouyang Peng an dengan Sangkoan
Jin adalah suatu persoan yang amat penting.
Cian cian tidak bertanya lagi. Secara lamat lamat ia sudah mendengar tentang persoalan itu.
Tay hong tong memang membutuhkan persekutuan yang tangguh untuk memupuk kekuatan.
Sejak mereka mengetahui kalau Pek lek tong telah mengikat hubungan berbesan dengan
keluarga Tong dari sechuan, merekapun berharap bisa memperoleh persekutuan pula.
Senjata rahasia bahan peledak dari Pek lek tong sudah cukup menakutkan siapaun, sekarang
bila ditambah pula dengan senjata rahasia dari keluarga Tong yang telah berusia seratus enam
puluh tahun, keadaan tersebut ibaratnya harimau tumbuh sayap.
Persoalan inilah yang selalu menjadi ganjalan dihati Sugong Siau hong, ia selalu berharap
agar Ouyang Peng an jangan membatalkan rencana semulanya karena peristiwa tersebut.
Suara derap kaki kuda secara lamat lamat kedengaran berkumandang diluar sana, rupanya
Sangkoan Jin beserta anak buahnya telah meninggalkan perkampungan Ho hong san ceng.
Ketika suara derap kuda itu makin menjauh, suasana dalam ruang tengah kembali diliputi
keheningan. Bu Ki masih berlutut didepan meja abu ayahnya tanpa bergerak barang sedikitpun, bibirnya
yang kering sudah pecah dan berdarah.
Saat itulah Sugon Siau hong berkata:
"Aku rasa semua persoalan disini telah dapat diatasi, satu dua hari lagi aku harus pergi
meninggalkan tempat ini."
49 Tentu saja, cepat atau lambat dia memang harus pergi.
Im Hui Yang masih berada dalam masa pertappan, sedang Tio Kian telah tewas secara tiba
tiba, Tay hong tong lebih lebih tak boleh kekurangan dirinya.
Cian cian tundukkan kepalanya, ia seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi niat tersebut
akhirnya dibatalkan. Diapun tak berani bicara sembarangan, dia tahu sepatah kata saja salah berbicara bisa
mengkibatkan hancurnya keluarga mereka.
Namun pada hakekatnya dia sedikit merasa takut. Ayahnya telah tewas dan kakaknya berubah
menjadi begini, dia merasa bagaimanapun juga perkampungan Ho hong seng harus
dipertahankan. Beban dan tanggung jawab yang amat berat ini tak bisa dibantah lagi terjatuh diatas
pudaknya. Lalu apa yang ia harus lakukan"
Sugong Siau hong memandang sekejap kearahnya, seakan akan dia dapat menebak suara
hatinya. "Aku tahu bahwa kau adalah seorang gadis yang berhati teguh" demikian katanya dengan
lembut, justru yang kami kuatirkan adalah dia"
Tentu saja orang yang paling dikuatirkan adalah Bu Ki.
Setiap orang menguatirkan Bu Ki, semua orang berharap dia bisa bangkit berdiri dan
membusungkan dadanya. Tapi siapapun tidak tahu,s ampai kapankah pemuda itu baru bangkit berdiri dan
membusungkan dadanya. Ditengah keheningan yang mencekam ruang tengah, tiba tiba berkumandang suara langkah
kaki yang berat dan mantap, tak usah berpalingpun Cian Cian tahu bahwa orang itu adalah Lo
Ciang. Napasnya tersengkal sengkal baru mukanya merah membara, dia lari masuk dengan tergesa
gesa, ditangannya membawa sebuah cawan arak.
Apakah dia mabok karena arak"
Tidak!. Dalam cawan arak itu bukan berisi arak, melainkan selapis debu yang tebal.
50 Dengan napas tersengkal teriak Lo Ciang:
"Benda ini kudapatkan dari dalam kamar yang ditempati Sangkoan samya"
Kemudian setelah berhenti sebentar, ia menerangkan lebih lanjut:
"Setelah Sangkoan samya pergi, aku lantas membawa orang untuk membersihkan kamar itu"
Yang dimaksudkan melakukan pembersihan tentu saja hanya suatu alasan belaka!
Sangkoan Jin termasuk orang yang dicurigai, cuma selama orangnya masih berada disana, tak
seorang manusiapun berani menggeledah kamarnya.
"Apa yang sebenarnya kau temukan itu?" tanya Sugong Siau hong.
"Aku justru mohon toaya sudi memeriksanya sendiri"
Dalam cawan arak hanya terdapat separuh cawan bubuk berwarna kuning, bubuk itu seperti
tanah lumpur yang baru diambil dari atas tanah.
Cuma anehnya, lumpur kuning itu menyiarkan sejenis bau harum yang aneh sekali.
Dengan sepasang jari tangannya Sugong Siau hong mengambil sedikit bubuk kuning itu,
diremas remas dengan jari tangannya, lalu dicium.
Tiba tiba paras mukanya menunjukkan suatu perubahan yang aneh sekali...
Lo Ciang kembali berkata:
"Lo Tan yang mengurusi pesta perjamuan adalah seorang ahli dalam penciuman, aku telah
menyuruh dia mencium bubuk tersebut katanya campuran tersebut bukan saja terdiri dari batu
gamping tapi terdapat juga wangi wangian dan tanduk naga"
Mau tak mau dia harus mengakui juga atas ketajaman penciuman dari Lo Tan tersebut,
diantara tanah liat memang terdapat wangi wangian, tanduk naga dan batu gamping.
"Semua benda ini kudapatkan dari dasar meja yang berada dikamar Sangkoan samya, aku
berhasil mendapatkannnya setelah mengorek dengan memakai pisau belati"
Biji matanya seakan akan melompat keluar tanganpun agak gemetar, lanjutnya:
"Bukan ditanah saja terdapat benda itu, diantara celah celah mejapun ada, aku...aku menjadi
tak habis mengerti, buat apa Sangkoan samya membutuhkan benda benda seperti itu?"
Bahkan suaranya kedengaran agak gemetar, sebab dia tahu apa gunanya benda benda itu.
Wangi wangian dan tanduk naga adalah bahan pengawet yang mahal harganya, bukan saja
dipakai sebagai obat, dapat pula digunakan sebagai pencegah pembusukan.
51 Dan batu gamping adalah bahan umum yang digunakan untuk menjaga keringnya suatu
benda, sebab bahan itu anti kelembaban.
Lalu benda apa yang dimiliki Sangkoan Jin dalam kamarnya sehingga ia membutuhkan bahan
bahan seperti itu untuk mencegah kelembaban dan pembusukkan"
Dalam peti mati Tio Kian terdapat pula benda benda tersebut, dan ketiga macam bahan itu
digunakan untuk menjaga keringnya suasana dan utuhnya mayat tersebut.
Walau begitu, batok kepalanya tak berada didalam peti mati.
Lalu ditangan siapakahn batok kepala itu"
Benarkah orang itu membutuhkan juga ketiga macam bahan tersebut guna menyimpan batok
kepala yang diperolehnya"
Bila semua persoalan itu disangkut pautkan antara yang satu dengan yang lainnya, maka
munculah suatu persoalan yang sangat mengerikan.
Benarkah Sangkoan Jin menyimpan bahan bahan tersebut karena dia membutuhkannya untuk
menyimpan batok kepala Tio Kian"
Mungkinkah dialah pembunuh Tio Kian"
Hingga kini belum ada orang yang berani, bahkan berbicarapun tak berani.
Namun paras muka Cian Cian telah berubah mnenjadi pucat pias seperti mayat, sekujur
badannya mulai gemetar malah.
Bukan dia saja, bahkan paras muka Sugong Siau hong pun ikut berubah hebat.
Sekuat tenaga ia berusaha memnepertahankan ketenangannya hatinya, dengan suara berat ia
bertanya: "Hari itu, siapakah yang melihat Sangkoan samya tidur didalam kamarnya?"
"Tio Pian!" "Bawa orang itu kemari!"
"Sudah kukirim orang untuk memanggilnya kemari"
Dia sudah mengutus dua belas orang, dua belas orang itu adalah jagoan paling baik dalam
gedung keluarga Tio. Dan sekarang mereka sudah datang menghadap.
"Dimanakah Tio Pian?" Lo Ciang segera menegur.
"Diluar!" 52 "Suruh dia masuk!"
"Ia sudah tak mampu untuk masuk sendiri!"
"Kalau begitu gotong dia kedalam"
Dengan sebuah daun pintu, empat orang menggotong masuk Tio Pian kedalam ruangan,
sekalipun Lo Ciang adalah rekan sejawatnya, namun sekarang hampir saja ia tidak kenali
kembali orang itu sebagai Tio Pian.
Sekujur badannya sudah berubah hitam dan membengkak, lagi mukanya besar membengkak
dan berwarna hitam pula, panca indranya sudah sama sekali berubah.
Sewaktu digotong masuk dia masih terengah, tapi sesudah bertemu dengan Sugong Siau
hong,nyawanya segera putus.
"Siapa yang membunuhnnya?" tanya Sugong Siau hong kemudian dengan wajah berubah.
"Entahlah, didadanya terkena sebatang senjata rahasia tadi sepertinya tidak mengapa, tak
Pendekar Kelana 10 Perjodohan Busur Kumala Karya Liang Ie Shen Pecut Sakti Bajrakirana 7
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama