Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung Bagian 11
Bukan cuma menarik, lagi pula aman sekali.
Kemudian menjelaskan lagi:
"Kecuali orang yang telah berjanji denganku, siapapun tak akan sanggup untuk melakukan
perbuatan semacam ini".
"Kalau masih ada orang lain dapat melakukan pekerjaan semacam ini, orang itu pasti ada
penyakitnya, lagipula penyakitnya pasti parah sekali", kata Tong Giok tertawa.
"Oleh karena itu, aku percaya Huan Im san dan Ting Bau pasti tak bakal salah!".
"Kalau memang orang itu ada janji dengan kau, sepantasnya kalau kau yang menunggu di
sana, kenapa malah suruh mereka yang pergi?".
"Karena aku cuma tahu dia akan datang sebelum matahari terbenam hari ini, tapi tidak
mengetahui waktu yang persis".
573 "Jejakmu sangat rahasia, tentu saja mustahil bagimu untuk menunggunya sepanjang hari di
tepi jalan, maka kaupun suruh mereka yang pergi ke sana?".
"Betul!", Bu ki manggut-manggut membenarkan,
"Sebenarnya barang apakah yang akan dibawa kemari?".
"Sebuah nama!".
"Nama dari penghianat tersebut?".
"Benar!". "Jadi sampai sekarang, kau masih belum tahu nama yang bakal dibawa datang itu
mencantumkan nama Hua Im san atau Ting Bau!".
"Meskipun aku tidak tahu, dalam hati si penghianat tersebut pasti tahu dengan jelas!".
"Tentu saja dia tak akan membiarkan orang itu menyerahkan nama tersebut kepadamu!".
"Yaa, tentu saja tidak".
"Oleh karena itu begitu ia menjumpai kemunculan orang itu, ia tentu akan mencari akal guna
membunuhnya dan melenyapkan saksi dari muka bumi".
"Pasti, dia akan menggunakan cara apapun untuk mewujudkan cita-citanya, apapun yang
bakal terjadi, orang itu pasti akan bikin bungkam untuk selamanya".
"Padahal dari keluarga TOng tak pernah ada masalah semacam ini yang akan datang", kata
Tong Giok. "Yaaa, benar!".
"Oleh karena itu, orang tersebut adalah aku!".
"Yaa terpaksa kau harus menerima untuk membantuku, sebab mereka tidak kenal denganmu,
apalagi mereka hanya tahu kalau rekanku adalah seorang nona bergaun merah".
"Oleh karena itu asal aku mau berganti pakaian dan berdandan sebagai seorang pria,
kemudian diam-diam ngeloyor keluar, membeli sedikit Tan pi, Tang kwe, ayam goreng dan
daging sapi di jalanan, aku segera akan membantumu untuk memancing kedatangan
pengghianat tersebut".
Setelah menghela napas dan tertawa getir terusnya:.
574 "Cara ini memang sebuah cara yang sangat baik, hakekatnya tak bisa dibilang ada jeleknya,
cuma ada satu hal yang perlu dikuatirkan andai kata ikan itupun melahap aku menjadi umpan
lantas aku bagaimana jadinya?".
"Aku juga tahu kalau pekerjaan ini sedikit banyak tentu ada bahayanya tapi aku tak berhasil
menemukan cara yang lain, padahal aku harus berhasil menemukan penghianat tersebut
sebelum si dewa harta sampai di tempat ini dan mengadakan pertemuan denganku".
"Maka kau terpaksa datang mencariku".
"Yaa terpaksa aku harus mencarimu".
Sekali lagi Tong Giok menghela napas panjang.
"Aaai.....sesungguhnya kau memang tepat sekali mencariku".
Di luar dia menghela napas, padahal perutnya hampir pecah saking gelinya, dia tak pernah
mengira kalau Tio Bu ki bakal menyodorkan seekor domba yang begitu gemuk kepadanya,
bahkan menuntun pula domba yang lain untuk dihantar ke mulut macan.
Rencana dari Tio Bu ki sesungguhnya sangat sempurna, kecuali mempergunakan cara itu,
memang agak sulit untuk menemukan penghianat tersebut. Sayang ia telah salah memilih
orang. Sudah barang tentu Tong Giok tak akan mencarikan penghianat tersebut, sedangkan
penghianat itupun pasti tak akan benar-benar ingin membunuh Tong Giok untuk
membungkam mulutnya. Justru mereka dapat mempergunakan kesempatan yang sangat baik itu untuk membunuh dan
membungkam mulut orang yang bukan penghianat tersebut.
Kemudian, mereka dapat melimpahkan semua dosa dan tuduhan ke atas tubuh orang itu,
sementara penghianat yang sesungguhnya bergoyang-goyang kaki sambil melanjutkan
kariernya menghianati teman-teman yang lainnya, karena selanjutnya tak mungkin ada orang
yang bakal menaruh curiga kepada dirinya lagi.
Setelah itu, bahkan mereka bisa manfaatkan pula kesempatan yang sangat baik itu untuk
membasmi Tio Bu ki serta si Dewa harta tersebut dari muka bumi.
Tindakan tersebut ibaratnya sekali tepuk dua lalat, satu kali bekerja dua hasil besar yang
berhasil diraih. Sudah barang tentu prestasi semacam ini adalah suatu prestasi yang luar biasa
sekali. 575 Jangankan orang lain, bahkan Tong Giok sendiripun tidak menyangka kalau nasibnya sedang
begitu baik. Demikian, bukankah si penghianat itupun seakan-akan telah berubah menjadi seekor domba
yang seakan-akan oleh Tio Bu ki telah disodorkan ke depan mulut macan Tong Giok".
Jika seseorang berhasil menghadapi keadaan semacam ini, merasa yakin kalau setiap
persoalan sudah terjatuh ke tangannya, kemenangan pasti berasa di tangannya, siapa yang
tidak senang" Siapa yang tak gembira...".
Itulah sebabnya Tong Giok tertawa geli di hati, tersenyum bangga secara diam-diam ia
merasa bangga akan hasil yang bakal diraihnya tak lama kemudian.
Bulan empat tanggal dua belas, pagi.
Biasanya di saat seperti ini Huam Im san telah menyelesaikan "pelajaran"nya dan keluar dari
kamar obat untuk sarapan pagi.
Hari ini dia agak lambat dari keadaan biasa, karena pagi-pagi sekali telah kedatangan seorang
tamu yang sama sekali tak pernah disangka olehnya dan mengajaknya berbicara sampai lama
sekali, membicarakan hal-hal yang mendatangkan kemasgulan hatinya.
Dalam kantor cabang ini ternyata ada penghianat, bahkan putra Tio Kian pun mengetahui
akan soal ini. Sudah banyak tahun ia memerintah dalam kantor cabang lain, tapi sekarang ternyata ia harus
diberitahu oleh seorang pemuda ingusan tentang masalah tersebut, bahkan diajarkan pula apa
yang akan harus dilakukan selanjutnya, dalam hal ini dia merasa tidak puas.
Terhadap anak muda, ia selalu tak memiliki kesan baik ia selalu beranggapan bahwa kaum
muda tak pandai bekerja tak seorangpun yang bisa dipercaya.
Mungkin hal ini disebabkan karena ia sendiri sudah tidak terhitung muda lagi, walaupun
dalam hal ini ia tak pernah mau mengakui akan kebenarannya.
Sikapnya terhadap Tio Bu ki sudah barang tentu masih amat sungkan dan hormat, ia
menghantar sendiri tamunya sampai ke pintu gerbang sebelum kembali ke kamar obat.
Ruangan itu adalah tempat baginya untuk membuat obat. Berbicara yang sesungguhnya,
tempat itu merupakan pula sorga baginya, sebelum mendapat ijin darinya, siapapun dilarang
memasuki tempat itu. Membuat obat bukan membuat emas.
576 Walaupun ada sementara orang beranggapan bahwa membuat obat sama brutalnya dengan
membuat emas, akan tetapi dia selalu acuh, tak ambil perduli.
Membuat obat disebut pula "membakar air raksa" atau disebut juga "makan batu", itulah
suatu pekerjaan yang anggun dan aneh, sangat anggun sekali dan sangat aneh sekali orang
awam tentu saja tak akan mengerti.
Hanya orang-orang terhormat seperti Lau An atau seniman seperti Han Yat baru akan
memahami pengetahuan serta kehebatan dari ilmu tersebut.
Ia sering kali bersantap dalam pesanggrahan Poan san-sian, biasanya Hong wi dan Ci lan yang
menemaninya, Hong wi dan Ci lan meski masih muda namun mereka sangat disiplin dan tahu peraturan,
Tapi hari ini, dari kejauhan ia sudah mendengar gelak tertawa mereka yang merdu, di
antaranya bahkan terdengar suara seorang laki-laki.
Siapa yang begitu bernyali, berani mendatangi ruang pribadi Huan toaya untuk bergurau
dengan dayangnya. Tak usah dilihat lagi, dia sudah tahu kalau orang itu pastilah Ting Bau.
Karena siapapun tahu kalau Ting Bau adalah sahabat karibnya, hanya Ting Bau seorang yang
boleh masuk keluar ruangan pribadinya secara bebas dan merdeka, bahkan bersarapan
dengannya. Sewaktu dia masuk ke situ Ting Bau sudah menghabiskan separuh mangkuk lebih Yan oh
yang disediakan untuknya bersarapan pagi, ketika itu ia sedang bergurau dengan kedua orang
dayangnya yang muda lagi cantik itu.
Kalau orang lain berbuat demikian, mungkin sekali Huam Im san akan menghajar kakinya
sampai kutung. Tapi Ting Bau terkecuali.
Mereka bukan saja bersahabat karib diapun merupakan rekan-rekannya yang terbaik.
Menyaksikan ia berjalan masuk ke dalam ruangan, Ting Bau segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh....haaahhh....haaahhhhh....tidak kusangka ternyata kaupun makan barang berjiwa,
bahkan santapanmu begitu mewah dan lezat sekali".
577 Huan Im san ikut tertawa: "orang yang belajar agama juga manusia, setiap manusia tentu
membutuhkan makanan".
"Dahulu aku masih beranggapan asal kau makan sedikit batu saja sudah lebih dari cukup",
seru Ting Bau lagi sambil tertawa.
Huan Im san tidak bergurau lebih jauh meskipun mereka bersahabat, bagaimanapun juga
mereka tak bisa bergurau mengenai "kepandaian membuat obat" yang sedang diyakininya.
Persoalan itu tak boleh disinggung oleh siapapun.
Untung Ting Bau telah mengalihkan pokok pembicaraan ke soal lain. Tiba-tiba ia bertanya,
"Apakah Tio kongcu juga telah berkunjung kemari?".
"Yaa, ia telah kemari!".
"Kau juga sudah tahu tentang peristiwa itu?".
Huan Im san manggut-manggut.
Tentu saja dia harus tahu, sebab paling tidak dia juga merupakan salah seorang Toucu di
tempat itu. Sambil tertawa Ting Bau berkata:
"Kedatanganku kemari bukan bermaksud untuk kuah ayammu saja".
"Jadi sekarang juga kau akan pergi menunggu kedatangan orang itu...?", tanya Huan Im san.
"Kau tidak ikut?".
"Aku harus menunggu sebentar lagi, jangan lupa akupun harus bersantap dulu?".
"Baik, bersantaplah dulu, aku akan berangkat duluan!", seru Ting Bau kemudian sambil
tertawa. Huan Im san juga merasa geli, kini warung obat Tong jin tong serta toko makanan itu belum
buka pintu, sekalipun orang itu telah datang, ia juga belum dapat membeli Tan pi, Tang kwee
serta daging sapi dan ayam goreng.
Selamanya anak muda memang tak sabaran dalam melakukan pekerjaan apapun selalu terburu
napsu dan hantam kromo, sepasang mata anak muda juga tidak terlalu jujur.
578 Tiba-tiba ia menemukan kalau ia harus membelikan beberapa stel pakaian baru lagi untuk
Hong wi dan Ci lan. Pakaian yang dibuat setahun berselang, sekarang sudah terlalu kecil dan ketat, sedemikian
ketatnya sehingga bagian-bagian badan yang seharusnya tak boleh diperlihatkan, dapat
terlihat dengan amat jelasnya.
Tentu saja hal ini bukan dikarenakan pakaiannya menjadi kecil, sebaliknya karena belakangan
ini, pertumbuhan badan mereka semakin matang dan lebih dewasa, sehingga setiap pria yang
berjumpa dengan mereka, tanpa terasa harus menoleh sampai beberapa kali.
Ting Bau adalah seorang laki-laki.
Sepasang matanya tak bisa dibilang terlalu jujur.
Ketika dia sudah sampai di pintu depan, mendadak ia berpaling seraya berkata:
"Tiba-tiba aku menemukan bahwa orang yang belajar ilmu To, bukan saja bisa makan seperti
orang yang lain, bahkan masih mempunyai pula suatu keuntungan lain.
"Keuntungan apa?"
"Perbuatan apapun yang dilakukan orang yang belajar agama To, mungkin akan dibicarakan
orang lain, coba kalau aku seperti kau sekarang ada beberapa orang nona muda yang cantik
melayani diriku, orang lain pasti akan menuduh aku sebagai seorang serigala perempuan".
Selesai berkata sambil tertawa terbahak-bahak berjalan pergi dari situ.
Walaupun mereka mempunyai kedudukan yang sama, tapi bagaimanapun juga usianya jauh
lebih tua darinya, paling tidak Ting Bau harus menaruh sikap hormat dan sopan kepadanya.
Yang lebih celaka lagi, ternyata manusia yang bernama Ting Bau ini seakan-akan tidak
mengerti apa yang sebetulnya dimaksudkan dengan "sopan santun".
Sekarang ia sudah mulai bersarapan pagi.
Hong wi dan Ci lan berdiri terus di sampingnya sambil memandang ke arahnya dengan wajah
merah dan senyum kemalu-maluan, kedua orang gadis itu memperhatikan terus majikannya.
Tentu saja ia memahami apa arti dari lirikan itu.
Seorang gadis yang sempurna, dalam masa puber dan berbadan sehat, apalagi belum lama
merasakan bagaimana nikmatnya "perbuatan itu" biasanya mereka akan menunjukkan gairah
yang luar biasa sekali. 579 Apalagi sejak dia makan batu, bukan saja sangat membutuhkan segala sesuatu yang bersifat
panas, bahkan ia berubah menjadi luar biasa jantannya, bahkan jauh lebih jantan dari seorang
pengantin lelaki, dengan kondisi semacam itu, ia sanggup memberikan kepuasan kepada
perempuan manapun. Setiap hari selesai sarapan pagi, biasanya akan mengajak kedua orang gadis muda itu masuk
ke kamar latihannya dan di situ mereka diajarkan sedikit ilmu untuk menambah kenikmatan
sorgawi. Sekarang kedua orang gadis itu mulai gelisah, agaknya mereka sudah agak tak sabar untuk
menunggu lebih lama. Pelan-pelan Huan Im san meletakkan sumpitnya, bangkit berdiri dan berjalan kembali ke
kamar latihannya...... Ketika muncul untuk kedua kalinya dari dalam kamar latihan, walaupun ia tampak sedikit
letih namun perasaannya jauh lebih baik, bahkan terhadap kekurang ajaran Ting Bau tadi,
iapun merasa tidak terlalu menjemukan lagi.
Barang siapa telah menikmati sorga dunia dan kehangatan tubuh perempuan, perasaannya
pasti akan berubah menjadi riang gembira dan lebih luwes.
Sekarang dia hanya membutuhkan sepoci teh wangi, lebih baik lagi kalau ada sepoci teh Thi
koan im dari bukit Bu gi-san di propinsi Hek-kian.
Dengan cepat ia teringat dengan "Bu gi cun"
Bu gi cun adalah nama sebuah warung penjual teh.
Warung teh ini dibuka oleh seorang Hok kian, seorang Hok Kian selalu suka teh "Thi koan
im". Thi koan im yang dijual di warung teh ini konon benar-benar dihasilkan di puncak bukit Bu gi
yang secara khusus dikirim kesana.
Letak warung teh itu bersebelahan dengan Cay ci cay.
Cay ci cay adalah nama dari sebuah toko penjual kueh dan makanan kecil teman minum teh,
tempat toko itu berada bersebelahan dengan toko obat Tong jing tong, sedang warung penjual
daging milik si gendut Ong letaknya tepat di seberang jalan.
Oleh karena itu jika hari ini Huan Im san tidak minum teh di warung Bu gi cun, kejadian ini
baru aneh namanya. 580 Kejadian aneh di dunia ini selamanya tak akan terlalu banyak, oleh karena itu diapun muncul
di sana, Tentu saja tidak sedikit orang-orang dalam warung teh itu yang kenal dengan Huan toaya, tapi
hanya beberapa orang yang tahu kalau dia adalah seorang Toucu dari Tay hong tong.
Kalau ia seringkali pasang di luar dengan mencatut nama Tay hong tong, mungkin sekarang ia
sudah menjadi mayat. Ting Bau juga sudah datang, dia pasti berada di sekeliling tempat itu, tapi ia tidak melihat
Ting Bau, ia melihat Siau kau cu (si anjing kecil).
Si anjing kecil atau Siau kau cu bukan anjing, dia manusia.
Walaupun orang lain memanggilnya seperti seekor anjing saja, namun bagaimanapun juga dia
tetap seorang manusia. Dia adalah seorang di antara sebelas pelayan dari rumah penginapan Ko Seng yang paling
banyak melakukan pekerjaan tapi paling sedikit menerima uang.
Sekarang, entah tamu darimana yang sedang menyuruhnya beli sayur asin di warung
dagingnya Ong gendut. Huan Im san tahu, Tio Kongsu berdiam di rumah penginapan Ko Seng, bahkan dia membawa
serta seorang nona bergaun merah.
Ternyata Tio Kongcu juga seorang pemuda yang romantis.
Si anjing kecil dengan menenteng beberapa bungkus sayuran asin telah pulang ke rumah
penginapan. Seorang penjual jeruk dengan membawa pikulan dagangannya lewat di muka warung daging
si gemuk Ong. Si gemuk Ong membeli sekati jeruk untuk putrinya.
Putrinya tidak gemuk seperti dia, karena ia hanya suka makan jeruk, tidak suka makan daging.
Si Gemuk Ong adalah langganan tetap dari penjual jeruk itu.
Penjual jeruk itu keletihan, ia merasa letih dan haus, maka diapun mendatangi warung teh dan
minta secawan air teh dari pelayan warung itu.
581 Teh itu tentu tak bisa diminum secara gratis.
Ia menggunakan dua biji jeruk untuk ditukar sepoci air teh.
Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pelayan itu membawa jeruk tadi ke belakang, dia membagi sebiji untuk putra majikannya, lalu
dengan membawa poci besar pergi melayani tamunya.
Huan toaya adalah langganan lama, juga merupakan langganan yang baik, sudah barang tentu
dia harus melayani secara istimewa.
Pertama-tama pelayan itu mendatangi Huan toaya untuk mengisi pocinya dengan air panas,
malah membawa pula sebuah sapu tangan panas untuk membersihkan muka.
Huam Im san merasa puas sekali.
Ia suka orang lain menyanjung dan menghormatinya, maka ia selalu memberi tip yang cukup
besar untuk pelayan ini. Dengan penuh rasa terima kasih pelayan itu telah pergi. Ketika membuka sapu tangan itu,
sebuah benda segera jatuh ke dalam tangannya, benda itu seperti segulung kertas.
Orang yang terlalu banyak minum teh, tak bisa dihindari tentu akan pergi kencing, maka
setelah meneguk beberapa cawan teh, diapun bangkit berdiri ke belakang untuk buang hajat
kecil. Semua kejadian itu lumrah dan umum.
Walau siapapun yang menyaksikan kejadian tak mungkin ada yang merasa curiga.
Sekalipun diketahui oleh seorang nenek yang curigapun tak akan pernah menduga, kalau
dalam kejadian yang berlangsung barusan ada suatu berita penting yang telah disampaikan ke
tangan Huan Im san dari si nona bergaun merah yang berada dalam rumah penginapan Ko
seng. Pakaian yang dipakai Tong Giok sekarang sudah bukan gaun merah lagi.
Pakaian yang dikenakan adalah satu stel pakaian dari Tio Bu ki, sepatu hijau, kaus putih dan
jubah biru, Walaupun bahan kain potongannya sangat baik, namun tak akan mendatangkan
perasaan menyolok bagi yang melihat.
Keluarga Tio bukan keluarga yang kaya mendadak, Bu ki selalu pandai menggunakan bahan
yang baik, dalam hal ini Tong Giok tak bisa tidak harus mengakuinya.
582 Tong Giok belum pernah menyukai seseorang yang bakal mati di tangannya, tapi ia suka
dengan Tio Bu ki. Ia merasa Tio Bu ki itu orang yang sangat aneh, ada kalanya ia kelihatan seperti bodoh,
padahal pintar sekali, adakalanya meski ia kelihatan seperti pintar, justru bodohnya bukan
kepalang. Tong Giok telah mengambil keputusan untuk membelikan sebuah peti mati yang paling baik
baginya dan menyuruh Huam Im san untuk mengantar jenasahnya pulang ke perkampungan
Ho hong san ceng. Bagaimanapun juga mereka toh "teman".
"Aku hendak membeli empat tahil ayang goreng dan empat tahil daging sapi".
Tong Giok dengan mempergunakan bahasa yang paling baik mengutarakan isi hatinya kepada
si gemuk Ong, kemudian menambahkan:
"Sedikitpun tak boleh lebih banyak, sedikitpun tak boleh kurang....."
Sewaktu pulang membeli Tan-pi serta Tang kwe dari rumah obat Tong jin tong, ia telah
melihat Huan Im san sedang duduk minum teh di warung teh Bu gi cun.
Seorang yang selalu pegang aturan, selalu bekerja giat rajin dan tak pernah melakukan
kesalahan barang sedikitpun ternyata adalah seorang "penghianat". Sesungguhnya kejadian
ini betul-betul merupakan suatu peristiwa yang tak pernah disangka oleh siapapun.
Sebenarnya sasaran mereka adalah Ting Bau tapi Tong Koat beranggapan bahwa Huan Im san
lebih mudah digerakkan hatinya daripada Ting Bau.
Tong Koat mempunyai alasan sebagai berikut:
Manusia seperti Huan Im san pasti akan merasa tak puas terhadap pemuda yang tak tahu
aturan dan acuh tak acuh semacam Ting Bau.
Tempat itu sebenarnya adalah daerah kekuasaan Huan Im san seorang, kini pihak Tay hong
tong mengutus kembali seorang pemuda macam Ting Bau, bahkan dengan kedudukan yang
seimbang dan sejajar dengannya, tak perduli pekerjaan apapun hendak dilakukan, harus
dirundingkan dulu dengan seorang pemuda ingusan. Bagi seorang yang sudah terbiasa
menjadi lotoa, pastilah kejadian ini merupakan suatu kejadian yang susah ditahan.
Ternyata Tong Koat juga mempunyai pengetahuan yang cukup dalam tentang ilmu pertapaan.
583 Dia tahu banyak sekali resiko bagi orang yang menjalani latihan tersebut, diapun tahu barang
siapa yang melatih kepandaian itu, bukan saja waktunya akan mengalami banyak perubahan
akibat suhu panas badannya yang makin meninggi, bahkan nafsu birahinya pun akan berubah,
lebih bergairah dan lebih besar.
Itulah sebabnya banyak orang yang ingin mencapai keadaan seperti itu, kenapa rela
menyerempet bahaya untuk berlatih kepandaian itu,
Maka Tong Koat beranggapan demikian:
Kalau kita bisa memberikan sedikit obat mujarab serta rahasia ilmu pertapaan untuk Huam Im
san, lalu menghadiahkan pula beberapa orang gadis perawan yang setiap saat bisa dipakai
olehnya untuk "membuyarkan hawa panas", bahkan berjanji pasti akan membantunya
menghajar adat kepada Ting Bau, pekerjaan apapun yang kau sodorkan kepadanya, pasti akan
dia terima dengan senang hati.
Kenyataannya kemudian, ternyata membuktikan bahwa pandangan tersebut memang tepat
sekali. Ketajaman mata Tong KOat dalam menilai orang memang sangat luar biasa, dalam hal ini
mau tak mau Tong Giok harus ikut merasa kagum pula.
Tong Giok pun telah menjumpai Ting Bau.
Ting Bau sesungguhnya boleh dihitung sebagai orang pemuda yang menarik sayangnya ia
terlalu ugal-ugalan, sehingga sekilas pandangan, tindak tanduknya lebih mirip dengan
berandal kota atau seorang pemuda urakan.
Dalam bulan ke empat ini, ternyata ia mengenakan jubah musim panas, ujung baju sebelah
kanannya yang kosong diikat pada pinggangnya dengan sebuah kain hijau, rambutnya awutawutan
sehingga kacau balau tak karuan, seperti sudah beberapa hari tak pernah disisir.
Bahkan dia menyisipkan pula kutungan pedangnya pada ikat pinggang, sebuah sarung
pedangpun tak dikenakan. Huan Im san yang selalu memandang tinggi soal kerajinan dan kebersihan dalam cara
berpakaian, tentu saja merasa tak leluasa menyaksikan potongannya itu.
Setiap kali bertemu dengannya, Huan Im san selalu merasakan sekujur badannya menjadi tak
segar, tak enak. Empat tahil daging sapi dan empat tahil ayam goreng telah dipotong-potong dan dibungkus
dengan kertas minyak menjadi bungkusan kecil.
584 Dengan tangan kiri Tong Giok menenteng Tau pi serta ayam goreng, tangan kanan menenteng
Tang kwe dan daging sapi, ia berjalan menelusuri jalan raya dan berbelok ke kiri.
Ia percaya Huan Im san tentu sudah menerima kabar yang dikirimnya lewat si anjing kecil.
Untuk menghindari kecurigaan ia menemani Tio Bu ki terus di dalam kamarnya. Hanya satu
kali ia kembali ke kamarnya yaitu ketika mengawasi si anjing kecil membuang tempolong
ludah. Mimpipun Tio Bu ki pasti tak akan menyangka kalau si anjing kecil telah dibeli oleh
pihaknya. Bila seseorang merasa tak puas dengan kehidupan sendiri, kau pasti mempunyai kesempatan
untuk membelinya. Ini teori dari Tong Koat.
Sekarang Tong Giok percaya Huan Im san tentu akan "membunuhnya untuk membungkam
mulut", tapi merekapun tak akan turun tangan lebih dahulu untuk menghadapi Ting Bau.
Sudah dapat dipastikan, secara diam-diam Tio Bu ki tentu sedang mengawasi gerak-gerik
mereka. Oleh sebab itu, yang menjadi persoalan bagi mereka sekarang adalah bagaimana caranya
untuk memancing Ting Bau agar ia turun tangan lebih dahulu.
Asal Ting Bau sudah turun tangan lebih dahulu, berarti dia adalah seorang penghianat,
bagaimanapun dia menyangkal atau membantah juga sama sekali tak ada gunanya.
Sekalipun mereka tidak membunuhnya, Tio Bu ki tak akan mengampuninya dengan begitu
saja. Tong Giok mulai tersenyum.
Ia sudah mempunyai cara yang bagus untuk memaksa Ting Bau turun tangan lebih dahulu.
Untuk melindungi "orang yang sangat penting ini", Ting Bau serta Huan Im san juga
mengikuti datang ke sana.
Ting Bau bukan seorang penghianat.
Ting Bau pasti sudah mulai menaruh curiga kepada Huan Im san.
585 Jika orang "yang sangat penting sekali" ini mempunyai hubungan dengan Huan Im san, nama
yang ia serahkan kepada Tio Bu ki tentu saja bukan nama si penghianat yang sebenarnya.
Kalau nama yang dia serahkan adalah Ting Bau, Ting Bau sendiripun tak akan sanggup
menyangkal. Tentu saja Ting Bau juga akan berpikir sampai ke situ, maka asal dia menjumpai kalau antara
"orang yang sangat penting" ini mempunyai gerak-gerik yang kurang beres dengan Huan Im
san, dia pasti akan turun tangan lebih dahulu.
Walaupun hubungan antara persoalan-persoalan ini tampaknya sangat kalut, padahal sama
mudahnya seperti "satu tambah satu adalah dua".
Oleh sebab itu tiba-tiba Tong Giok berlega hati.
Langit amat jernih, sinar matahari cahayanya menerangi seluruh jagat.
Mungkin Ting Bau mempunyai banyak sekali penyakit lain yang kurang baik, tapi sepasang
matanya sama sekali tak berpenyakit, apalagi dalam cuaca yang begini cerah. Jantan atau
betinanya burung gereja yang satu li jauhnya di depan sanapun masih sanggup ia bedakan
dengan nyata. Mungkin ia terlalu mengibul dengan kehebatannya itu, tapi senyuman Tong Giok
bagaimanapun pasti dapat dia lihat dengan jelas.
Sewaktu berpaling, ia jumpai Huan Im san juga sedang tertawa, maka tak tahan dia lantas
menegur: "Kau kenal dengan orang itu?".
Huan Im san segera menggeleng.
"Tapi aku rasa ia seperti kenal kau?", kata Ting Bau.
Huan Im san masih tertawa, walaupun tidak mengakui ternyata diapun tidak berusaha untuk
menyangkal. Ia sedikitpun tidak merasa takut bila hubungan rahasia mereka sampai ketahuan Ting Bau,
karena dia sebenarnya memang sedang memancing Ting Bau untuk turun tangan lebih dahulu.
Sungguh diluar dugaan, ternyata serangan yang dilancarkan Ting Bau jauh lebih cepat dari
dugaannya. 586 Belum lagi senyuman itu lenyap dari ujung bibirnya, ujung telapak tangan Ting Bau telah
memenggal di atas nadi besar di belakang tengkuknya sebelah kiri.
Baru saja tangan kiri Tong Giok yang membawa Tan pi dan ayam goreng, hendak
menggantungkan kedua bungkusan itu di atas dahan pohon, Huan Im san telah roboh.
Dia tahu Ting Bau telah turun tangan, tapi dia tidak menyangka kalau Huan Im san bakal
dirobohkan oleh Ting Bau hanya dalam sekali gebrakan saja.
Bukan saja serangan itu dilancarkan dengan cepat dan sangat tepat, yang lebih menakutkan
lagi, sebelum melancarkan serangan, ia sama sekali tidak memperlihatkan sedikit gejala atau
tanda apapun. Setelah mengambil keputusan untuk melancarkan serangan diapun tidak bertindak kepalang
tanggung, ia sama sekali tidak sangsi, bahkan sama sekali tidak memberi kesempatan kepada
lawannya untuk melakukan persiapan.
Tiba-tiba Tong Giok menemukan kalau dahulu ia terlalu menilai rendah orang ini, dalam
kenyataan, ternyata orang ini jauh lebih berbahaya daripada apa yang dibayangkan orang lain.
Ternyata Ting Bau sama sekali tidak menubruk datang, dia masih berdiri tegak di tempat
kejauhan dan mengawasinya dengan sepasang mata elangnya yang tajam.
Pelan-pelan Tong Giok menggantungkan Tan pi dan ayam goreng itu ke atas dahan pohon
kemudian dia baru berpaling sambil menegur.
"Kau adalah To pit sin eng (Elang sakti berlengan tunggal)!".
"Yaa, akulah orangnya".
"Kau tahu siapakah aku?".
"Aku tahu !". "Kau juga tahu kalau aku mempunyai semacam barang hendak diserahkan kepada Tio Bu
ki?". "Aku tahu!". "Kau tak ingin membiarkan aku untuk menyerahkannya kepada dia?".
"Aku tak ingin!".
"Kau ingin membunuh aku untuk membungkam mulutku?".
587 Kali ini Ting Bau tidak menjawab, namun diapun tidak bermaksud menyangkal.
Tong Giok menghela napas panjang, dia membanting bungkusan Tang kwe dan daging sapi
itu keras-keras ke tanah, kemudian berseru:
"Kalau mau turun tangan, hayo cepatlah lakukan".
"Kenapa kau tidak turun tangan?" ejek Ting Bau sambil tertawa dingin,"kalau toh kau adalah
orang dari keluarga Tong, kenapa kau belum juga mengeluarkan senjata rahasia andalan
kalian?". Sekarang Tong Giok mengerti,
Kiranya Ting Bau tak berani mendekatinya karena dia takut dengan senjata rahasia
andalannya. .........kalau memang orang "yang penting sekali" ini datang dari keluarga Tong,
sudah barang tentu dia membawa pula senjata rahasia andalan dari keluarga Tong.
Sesungguhnya Tong Giok memang datang dari keluarga Tong, sebenarnya diapun membawa
senjata rahasia andalan keluarga Tong.
Andaikata dia mengeluarkan senjata rahasianya untuk menyerang, sekalipun ada sepuluh Ting
Bau akhirnya orang itu juga akan mampus dengan badan hancur lebur tak berwujud lagi.
Sayang ia tak dapat mengeluarkan senjata rahasia andalannya itu.
Sebab ia telah melihat Tio Bu ki muncul dari tempat persembunyiannya......
Tio Bu ki munculkan diri dari belakang sebatang pohon waru yang besar dan kekar, kini ia
sudah menghampiri Ting Bau.
Gerakan tubuhnya tak bisa dibilang sangat berhati-hati dan sama sekali tidak menimbulkan
suara yang bisa membuat Ting Bau waspada.
Waktu itu, segenap perhatian Ting Bau telah ditujukan ke atas tubuh Tong Giok.
Berhadapan dengan seorang yang mungkin sekali di sakunya menggembol senjata rahasia
andalan keluarga Tong, siapapun di dunia ini tak ada yang berani kelewat gegabah.
Tiba-tiba Tong Giok menghela napas panjang.
"Aaai...! sayang"
"Kenapa sayang?" tanya Ting Bau.
588 Jilid 21________ "Sekarang kau tampak seperti sebuah sasaran pembidik hidup, andai kata di sini benar-benar
ada jago dari keluarga Tong, sekalipun seorang bocah yang berusia tiga tahun juga sanggup
untuk menghajar tubuhmu sehingga muncul tujuh delapan buah lubang di atas badan".
Setelah menghela napas panjang, kembali terusnya:
"Sayang sekali di dalam sakuku sama sekali tidak menggembol senjata rahasia, karena aku
sesungguhnya bukan orang dari keluarga Tong."
Paras muka Ting Bau berubah hebat, seakan-akan seekor domba yang mendadak mengetahui
bila dirinya telah terjatuh ke mulut macan, bukan saja kaget dan gugup, dia pun menunjukkan
wajah ketakutan. Dia ingin meloloskan pedangnya. Baru saja jari-jari tangan itu meraba di atas gagang pedang,
telapak tangan baja dari Bu-ki telah memenggal di atas nadi besar pada tengkuk sebelah
kirinya, cara yang dia gunakan sama cepatnya dan sama tepatnya seperti apa yang telah
dilakukan Ting Bau terhadap Huan Im-san tadi.
Satu-satunya yang berbeda adalah Bu-ki mempunyai dua tangan, di tangan yang lain
membawa sebuah pisau, sebilah pisau belati yang terhunus.
Mata pisau yang tiga inci enam hun panjangnya itu telah menembusi pinggang Ting Bau.
***** MULUT HARIMAU GAGANG pisau masih menempel pada pinggang Ting Bao, tempat itu persis merupakan
suatu tempat yang mematikan, mata pisau sama sekali terbenam di dalam perutnya.
Tong Giok mendongakkan kepalanya dan memandang ke arah Tio Bu-ki dengan terkejut, dia
sama sekali tidak menyangka kalau cara kerja Tio Bu-ki ternyata begitu keji dan kejam.
Sepintas lalu ia sama sekali tidak mirip dengan seseorang yang berhati sekejam itu.
Bacokan telapak tangan di belakang tengkuk sebelah kirinya sudah cukup mematikan, kenapa
ia masih menambah dengan tusukan belati lagi"
Tiba-tiba Tio Bu-ki berkata:
"Sebenarnya aku tak ingin membinasakan dia."
589 Jelas ia telah dapat membaca suara hati Tong Giok, maka lanjutnya lebih jauh: "Aku juga
tahu seharusnya membiarkan dia tetap hidup."
"Lantas kenapa kau telah membunuhnya?" tanya Tong Giok dengan wajah keheranan.
"Karena orang ini terlalu berbahaya!"
Dalam hal ini Tong Giok pun merasa setuju dengan pandangannya. "Untuk menghadapi
manusia semacam ini jangan sekali-kali beri kesempatan baginya untuk melancarkan
serangan balasan," Bu-ki kembali menerangkan.
"Karena dia sendiripun tak akan memberi peluang bagimu untuk melancarkan serangan
balasan," Tong Giok menambahkan.
"Yaa, andaikata dia mempunyai dua buah tangan, diapun pasti akan memberi sebuah tusukan
belati lagi keperut Huan Im-san!"
Untung saja Ting Bau hanya mempunyai sebuah tangan.
Dada Huan Im-san tampaknya masih bergerak naik turun, agaknya dia masih bernapas, tapi
tidak diketahui apakah jantungnya masih berdetak atau tidak"
Bu-ki membungkukkan badannya sambil mengangkat tubuh orang itu, menempelkan
telinganya pada dada orang, dia berharap bisa mendengar debaran jantungnya.
Tong Giok sedang mengawasi pula diri Bu-ki.
Sekarang Bu-ki berdiri membelakanginya, jaraknya dari tempat ia berdiri hanya tiga depa
Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saja. Dalam keadaan begini Bu-ki sudah menjadi sebuah sasaran pembidik yang paling baik,
jangankan dia seorang ahli, sekalipun bocah yang berumur tiga tahun juga bisa menimpuk
sasaran itu dengan telak.
Tangan Tong Giok sudah mulai merogoh ke dalam sakunya.
Sekarang ia sedang berdandan sebagai seorang pria, tentu saja ia tak dapat mengenakan tusuk
konde emas itu di atas sanggulnya.
Maka tusuk konde emas itu disisipkan ke dalam ujung bajunya.
Ketika tangannya menyusup ke balik pakaian, dia bersiap-siap untuk mematahkan tusuk
konde emas itu, asal ujung jarinya menekan dengan keras, dari ujung tusuk konde emas itu
590 akan meleleh keluar selapis minyak lilin yang segera akan melindungi telapak tangannya,
kemudian diapun dapat mematahkan tusuk konde itu menjadi dua bagian.
Dengan cepat tangannya akan dipenuhi dengan segenggam pasir beracun, itulah pasir beracun
Ngo-tok-toan-hun-see (pasir lima racun pemutus nyawa) yang paling tenar dari keluarga
Tong. Bila pasir beracun itu ia sebarkan kemuka, sekalipun menyebarkan dengan mata terpejam, tak
bisa diragukan lagi Bu-ki pasti akan mati konyol di tangannya.
Untung saja pasir beracun itu tidak jadi disebarkan keluar, sebab dia masih belum melupakan
si Dewa harta. Dalam hatinya sekarang, domba yang paling besar dan paling diharapkan saat ini sudah bukan
To Bu-ki lagi, melainkan si Dewa harta.
Hanya Tio Bu-ki yang dapat menuntun domba tersebut menuju ke mulut macannya.
Sebelum si Dewa harta munculkan diri, dia mana boleh dibikin mampus duluan"
Tangan Tong Giok pelan-pelan dikeluarkan lagi dari balik pakaiannya, bagaimanapun juga si
Dewa harta segera akan tiba, bagaimanapun Tio Bu-ki sudah terjatuh dalam cengkeramannya.
Ia sama sekali tidak gelisah atau terburu napsu, dia hanya merasakan semacam rangsangan,
semacam dorongan napsu yang aneh sekali, seakan-akan seorang janda yang mengharapkan
pelukan hangat dan tindihan mesra dari seorang lelaki.
Ternyata jantung Huan Im-san masih berdetak, sebenarnya masih lambat dan lemah
debarannya, tapi lambat laun telah pulih kembali seperti sedia kala.
Bahkan dia sudah bisa bangkit berdiri. Menyaksikan keadaan Ting Bau yang mengenaskan,
dia masih memperlihatkan rasa sedih dan pedihnya yang tebal, katanya dengan lirih:
"Sebenarnya dia adalah seorang yang pintar, sayang dia terlalu pintar, coba kalau dia bodoh
sedikit saja, mungkin nasibnya tak akan menjadi begini rupa."
Ucapan tersebut masih bisa diterima dengan otak, tapi Bu-ki enggan membicarakan persoalan
semacam itu dengannya. "Dia adalah seorang penghianat!" kata Bu-ki.
"Aku tahu!" pelan-pelan Huan Im-san mengangguk.
"Dia ingin membunuh, kalau dia masih hidup maka kau pasti akan dibunuhnya sampai mati!"
591 "Aku tahu!" "Tapi sekarang dia sudah mati."
"Bagaimanapun juga dia toh sudah mati sekalipun semasa masih hidupnya sudah banyak
melakukan kesalahan, segala sesuatunya sekarang boleh dihapus dan menjadi impas, aku pasti
akan mengurusi layonnya dengan sebaik-baiknya."
Bu-ki tersenyum, sambil menepuk-nepuk bahunya dia berkata: "Masih ingatkah kau kalau
malam nanti masih ada sebuah pertemuan lagi ?"
"Aku tak akan melupakannya."
"Dan masih ingat siapa yang berjanji dengan kita untuk bertemu?"
"Yaa masih ingat, dia adalah Dewa harta."
"Gerak-geriknya tak pernah diketahui orang, diapun paling benci kalau jejaknya diketahui
terlalu banyak orang, kali ini besar kemungkinan diapun akan datang sendirian."
"Aku mengerti!"
"Oleh karena itu, terhadap keselamatan jiwanya kita harus bertanggung-jawab serta
menjaminnya." "Aku pasrti akan berusaha keras untuk menggerakkan semua saudara-saudara dari perguruan
kita untuk melindungi keselamatan jiwanya, akan tetapi ?"
"Tapi kau masih belum tahu dimanakah kita berjanji akan berjumpa malam nanti, bukan
begitu?" "Benar!" "Padahal, kau seharusnya dapat memikirkan sendiri tempatnya."
Setelah tertawa, dia menambahkan: "Biasanya Dewa harta hanya bisa dijumpai di mana?"
Huan-Im-san segera mengerti, jawabnya: "Yaa, Dewa harta bisa dijumpai dalam kuil Dewa
harta!" Tong Giok sedang mengawasi terus diri Bu-ki.
592 Ia menemukan, selama pembicaraan Bu-ki dengan Huan Im-san, dalam setiap patah katanya
selalu membawa nada memerintah, sebaliknya Huan Im-san menerimanya sebagai suatu
kewajiban yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Ada sementara orang yang seakan-akan semenjak dilahirkan sudah berbakat menjadi
pemimpin, Tio Bu-ki agaknya adalah manusia dari jenis seperti ini.
Untung saja ia sudah hampir mati, bahkan pasti akan mati. Dikala Tong Giok memandang ke
arahnya, ia seakan-akan sudah memandang dirinya sebagai sesosok mayat. "Hayo berangkat!"
kedengaran Bu-ki mengajak, "sekarang juga kita berangkat ke kuil Dewa harta."
"Kita?" Tong Giok berusaha keras untuk mengendalikan perasaan gembira yang meluap dalam
hatinya: "Aku juga boleh ikut?"
Bu-ki segera tersenyum. "Apakah kau tak ingin pergi menjumpai si Dewa harta?" balik
tanyanya. Tong Giok ikut tertawa. "Adakah orang yang tak ingin bertemu dengan Dewa harta?"
"Tidak ada!" Gelak tertawa Tong Giok semakin gembira, terusnya: "Aku berani menjamin tak seorangpun
yang tak mau, bukan saja dulu tak ada, dikemudian haripun tak ada."
Setiap orang ingin bertemu dengan Dewa harta, oleh karena itu di setiap tempat tentu ada
sebuah kuil Dewa harta. Konon semua harta kekayaan yang berada di langit maupun di bumi, dikuasai oleh Dewa
harta, barang siapa bisa bertemu dengan Dewa harta ini, maka mereka pasti akan menjadi
kaya-raya. Yang aneh, Dewa harta itu sendiri justru seakan-akan seorang dewa yang amat miskin,
bahkan tampaknya jauh lebih miskin daripada Khong Lo-hucu yang sepanjang tahun lari
kesana kemari, dan hampir sesuap nasipun sukar dicari itu.
Kuil Khong bio selalu mentereng dan merupakan kuil yang besar, megah dan keren.
Sebaliknya kuil Dewa harta justru merupakan sebuah kuil yang miskin, mana miskin, bobrok,
kecil lagi. Hal mana benar-benar merupakan suatu sindiran, suatu sindiran yang baik sekali.
593 Karena kejadian itu paling tidak bisa membuat orang memahami akan sesuatu " walaupun
harta kekayaan itu menarik, tapi bukan merupakan suatu hal yang pantas dihormati.
Kuil Dewa harta yang ada ditempat inipun tak jauh berbeda daripada tempat-tempat yang lain,
kuilnya mana miskin, bobrok, sempit lagi. Si Dewa harta yang menunggang macan hitam
seperti pantat kuali itu duduk di tengah altar dengan cat yang sudah mulai rontok malah
bajunya banyak yang sudah robek dan lepas.
"Ada suatu persoalan aku selalu merasa tak paham," kata Tong Giok setelah memandang
sekejap sekeliling tempat itu, "kenapa Dewa harta selalu kelihatan begitu miskin dan
sengsara?" Pertanyaan tersebut diutarakan hanya sekenanya hati, dia sama sekali tidak berharap bisa
peroleh jawaban. Bu-ki segera tertawa, sahutnya: "Kalau kau telah bertemu dengan orang yang benar-benar
berduit, kau akan memahami teori tersebut."
"Kenapa?" "Sebab walaupun orang-orang itu mempunyai uang yang tak terhitung jumlahnya, namun ia
sendiri memandang uang bagaikan nyawa sendiri, biar pakaiannya penuh tambalan dan dekil,
biar makannya cuma nasi kerak dan sayur asin, tapi dalam sakunya penuh berisikan kuncikunci
besar untuk membuka gudang uangnya."
"Kenapa di sakunya penuh dengan anak kunci?"
"Karena mereka kuatir orang lain meminjam atau meminta kekayaannya, malah kadang kala
beras, minyak, garam dan kayupun dikunci dalam almari, malah ada juga di antara mereka
yang baju dalamnya sudah baupun masih dikenakan terus."
"Kenapa?" kembali Tong Giok bertanya dengan perasaan ingin tahu.
Bu-ki segera tersenyum. "Sebab pakaian sering dicuci, maka pakaian itu akan cepat menjadi robek!"
Tong Giok ikut tertawa. "Apakah Dewa harta juga seperti mereka itu, memandang setahil
perak lebih berat dari papan kayu pintu?"
"Kalau bukan orang memandang harta melebihi nyawa sendiri, bagaimana mungkin ia bisa
disebut sebagai Dewa harta?"
594 Sekarang waktu sudah mendekati senja. Barusan mereka menyelesaikan suatu santapan yang
sangat enak dan lezat, di bawah sinar matahari senja di musim semi yang hangat, pelan-pelan
mereka berjalan kesitu. Perasaan mereka semua amat riang dan gembira.
"Kalau aku adalah Dewa harta, aku tak akan membuang beberapa tahil perak untuk bersantap
satu kali," ujar Bu-ki.
"Karena Dewa harta tak akan menghambur-hamburkan uang dengan begitu saja," sambung
Tong Giok sambil tertwa. "Yaa, bagaimanapun juga memang tak mungkin."
Tong Giok segera menghela napas panjang. "Aaaai "! Untung saja kita semua bukan Dewa
harta." "Tapi dalam waktu singkat kau akan bertemu dengan seorang Dewa harta, seorang Dewa
harta hidup." "Hari ini, dia pasti akan datang kemari?" tanya Tong Giok.
"Yaa pasti!" Sesungguhnya Tong Giok ingin sekali memberi tahu kepada Tio Bu-ki bahwa dewa-dewa
hartanya itu adalah dewa penyakit pembawa mautmu, asal dia sudah datang maka nyawamu
akan melayang. Dia benar-benar ingin melihat bagamanakah mimik wajah Tio Bu-ki pada waktu itu.
Huan Im-san telah datang. Paras mukanya tidak terhitung begitu baik, pukulan Ting Bau di
atas tengkuknya sampai sekarang masih mendatangkan perasaan yang kurang nyaman, tapi
hal mana untung saja tidak mempengaruhi gerak-geriknya untuk melaksanakan pekerjaan
lain. "Aku telah mengumpulkan semua jago lihay dari saudara-saudara perkumpulan kita di tempat
ini, sekarang ini setiap jalan yang menuju kemari telah dijaga oleh orang kita."
Bu-ki segera menunjukkan perasaan puas atas pekerjaan yang telah dilaksanakan dengan baik
itu. Tong Giok lebih merasa puas lagi.
Orang-orang yang diundang datang Hua Im-san, sudah barang tentu adalah orang-orang
mereka sendiri, di antaranya terdapat beberapa orang jago yang tangguh.
595 Sekarang Tio Bu-ki sudah berada di dalam kepungannya, ia tak usah menunggu kesempatan
lagi, cukup mengandalkan kekuatannya dan kekuatan Huan Im-san, mereka sudah lebih dari
cukup untuk merenggut nyawanya.
Apalagi dalam sakunya masih terdapat sebuah kocek " kuntum bunga Botan di atas kocek,
terutama sari bunganya. Setiap kali teringat akan kekuatan dari senjata rahasianya itu, dia pasti menunjukkan
perasaaan senang dan gembira seperti seorang anak kecil, bahkan hampir saja tak tahan untuk
memasukkan tangannya ke dalam saku dan meraba kocek itu.
Tapi dia harus bersabar, dia harus pandai menahan diri. Kedengaran Bu-ki kembali bertanya:
"Apakah saudara-saudara kita yang berjaga di sekitar tempat ini sudah tahu siapa yang sedang
kita nantikan kedatangannya?"
"Aku hanya memberi tahu kepada mereka kecuali seseorang yang memakai mantel hitam
sambil membawa tentengan berwarna merah, siapapun dilarang melewati tempat ini, siapa
yang membangkang dibunuh tanpa ampun."
Kemudian dia memberikan jaminannya lagi. "Kecuali dia seorang, jangan kuatir ada manusia
kedua yang dapat menyusup ke tempat ini."
Jaminan tersebut bukan hanya tertuju untuk Bu-ki saja, diapun memberikan jaminannya untuk
Tong Giok. Kalau memang tak seorang manusiapun yang bisa menyusup ke tempat itu, berarti tak bakal
ada manusia lain yang bisa datang ke situ untuk menolong jiwa Tio Bu-ki.
Sekarang ia sudah terpojok dan berada seorang diri. Diam-diam Tong Giok menghela napas
di hati, rencana ini benar-benar berjalan sempurna dan sesuai dengan kehendak hatinya,
bahkan dia sendiripun merasa puas sekali.
Lambat-laun cuaca makin gelap, baru saja Huan Im-san memasang lampu lentera, dari luar
kuil telah berkumandang suara lirih seakan-akan bunyi tonggeret yang mendesis.
"Dewa harta telah datang!"
Dewa harta ini kelihatan tidak miskin pun tidak pelit. Ia memiliki perawakan badan yang
tinggi besar, berambut putih, bermuka merah bercahaya dan tampak gagah perkasa sekali,
pakaian yang dikenakan juga perlente dan necis, itulah seorang Dewa harta yang bisa menarik
kepercayaan siapapun yang melihatnya.
Kalau kau punya uang, kau pasti akan percaya untuk menyimpan uangmu dalam rumah
uangnya. 596 Tapi, waktu Bu-ki memperkenalkannya dengan Huan Im-san serta Tong Giok, paras mukanya
segera menunjukkan sesuatu perubahan yang kurang sedap dipandang.
"Mereka semua adalah sahabat-sahabat karibku!" Bu-ki coba menerangkan.
Sambil menarik muka, ujar si Dewa harta itu dingin: "Bukankah aku telah berpesan, kecuali
kau aku tak ingin bertemu dengan siapapun?"
"Benar!" "Mereka ini manusia atau bukan" Kalau mereka adalah manusia, silahkan mereka pergi dari
sini." Bu-ki menjadi tertegun, dia tidak menyangka kalau si Dewa harta ini sama sekali tidak
memberi muka kepadanya, untung saja Huan Im-san dan Tong Giok adalah orang yang tahu
diri, mereka sudah mengucapkan kata-kata "Sampai jumpa".
Bu-ki merasa amat menyesal dan rikuh, dia ingin sekali mengucapkan beberapa patah kata
yang bisa membuat mereka agak enak perasaannya"
Sebelum kata-kata tersebut diucapkan, Tong Giok telah menghampirinya sambil
menggenggam tangannya erat-erat, ujarnya sambil tersenyum: "Kau tak usah berkata apa-apa
lagi, karena kita adalah sahabat karib "!"
Dia memang betul-betul seorang sahabat karib. Ia mencengkeram tangan Bu-ki erat sekali.
Agaknya Bu-ki juga merasakan gelagat yang kurang baik, baru saja dia hendak melepaskan
diri dari cekalannya, ada sebuah tangan yang lain telah menghantam di atas nadi besar yang
berada di belakang tengkuk sebelah kirinya.
Tentu saja bacokan itu dilakukan oleh tangan Huan Im-san. Ketika tubuhnya roboh
terjengkang ke atas tanah, dia menyaksikan si Dewa harta sedang membentak gusar sambil
melakukan terjangan ke tubuh Tong Giok.
Tapi ia tahu perbuatan itu sama sekali tak ada gunanya. Dewa harta bukan tandingan Tong
Giok, hanya satu jurus serangan dari Tong Giok pun tak sanggup dihadapinya.
Ketika Bu-ki membuka kembali matanya, benar juga si Dewa harta telah diikat orang dengan
tali. Tentu saja dia juga diikat dengan tali, bahkan jalan darahnya telah ditotok pula " sewaktu
Tong Giok lepas tangan untuk menghadapi si Dewa harta tadi. Huan Im-san telah turun
menotok jalan darahnya. 597 Melihat sepasang matanya telah terpentang lebar, si Dewa harta segera tertawa dingin tiada
hentinya. "Heeehh " heeehh " heeehh " kedua orang sahabat karibmu itu benar-benar
seorang sahabat yang sangat baik," ejeknya.
Bu-ki menghela napas panjang. "Aaaai "! Sekalipun demikian, jadi kaupun tidak perlu untuk
mempersilahkan mereka keluar!"
"Kenapa?" "Karena mereka sama sekali bukan manusia!"
Tong Giok tertawa, tertawa terbahak-bahak. Gelak tertawanya benar-benar amat gembira,
katanya: "Aku adalah seorang manusia, sayang selama hidup kau tak akan menyangka
siapakah aku ini." "Oya?" Sambil menunjuk kehidung sendiri, Tong Giok berkata lebih jauh: "Aku adalah Tong Giok,
akulah Tong Giok yang kau benci dan ingin kau cekik hidup-hidup sampai mati itu."
Bu-ki tidak berkata apa-apa lagi. Setelah berada dalam keadaan begini, apalagi yang masih
bisa dia katakan" Sekarang, Tong Giok dapat menyaksikan perubahan mimik wajahnya, tapi sedikit perubahan
emosipun tak ada. Setelah berada dalam keadaan demikian, dia masih mempunyai perubahan
apa lagi" "Sesungguhnya aku tidak harus membinasakan dirimu, sebab aku juga tahu orang hidup pasti
jauh lebih berguna daripada orang mati."
"Sekarang, mengapa kau telah berubah pikiran?"
"Karena ada seseorang yang memberitahu kepadaku, bahwa kau harus dibunuh mati."
"Siapa yang memberitahukan kepadamu?"
"Kau sendiri!" Gelak tertawa Tong Giok amat riang, terusnya: "Kau sendiri yang mengajarkan kepadaku,
bila sedang menghadapi seseorang yang sangat berbahaya, kau tak boleh memberi
kesempatan kepadanya untuk melancarkan serangan balasan, kebetulan sekali kau adalah
seorang manusia yang berbahaya sekali, dan kebetulan lagi aku adalah seorang yang amat
penurut." 598
Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mengapa kau masih belum turun tangan?"
"Karena aku tak ingin kau mati sebagai setan yang bodoh, bagaimanapun kita kan teman."
Setelah tikus itu tertangkap olehnya, kenapa dia harus sekaligus menelannya ke dalam perut"
Kucing menangkap tikus belum tentu untuk mengisi perutnya yang lapar, kadang kala hal
mana dilakukan hanya sebagai suatu hiburan, suatu permainan belaka.
Sekarang ia sedang menikmati permainan tersebut. "Sebenarnya masih ada kemungkinan
orang lain akan kemari untuk menolongmu, sayang justru kau sendiri telah berpesan berulang
kali, kecuali si Dewa harta, siapapun dilarang kemari!"
"Ia bukan berpesan kepadaku tapi memerintah diriku, sekalipun bapakku sendiri yang datang
juga tak boleh dibiarkan masuk kemari," kata Huan Im-san pula.
Sengaja dia menghela napas panjang kembali, katanya: "Kebetulan sekali akupun seseorang
yang sangat penurut!"
Tong Giok ikut menghela napas panjang. "Aaaaai "! Tay-hong-tong bisa mempunyai
seorang anggota semacam kau, sesungguhnya hal ini merupakan kemujuran mereka."
Ditatapnya Bu-ki sekejap, lalu katanya kembali: "Namun bagaimanapun juga kau toh
bersikap sangat baik kepadaku selama ini, urusan penguburanmu pasti akan kusuruh Huan
Im-san laksanakan dengan sebaik-baiknya, nah, sebelum mati apa yang ingin kau lakukan"
Asal katakan kepadaku, siapa tahu aku bisa mengabulkannya."
Bu-ki termenung beberapa saat lamanya, tiba-tiba ia berkata: "Aku hanya ingin mengajukan
sebuah pertanyaan saja."
"Pertanyaan apa?"
"Benarkah Sangkoan Jin berada dalam benteng keluarga Tong?" tanya Bu-ki pelan-pelan.
"Benar!" Tanpa dipikir dan dipertimbangkan lebih jauh dia telah menjawab, sebab keadaan Bu-ki
sekarang tak jauh berbeda dengan sesosok mayat.
Berada di hadapan seseorang yang sudah hampir mati, ia beranggapan bahwa persoalan
apapun rasanya tak perlu dirahasiakan lagi. Terdengar Tong Giok berkata kembali:
"Sangkoan Jin bukan saja berada dalam keluarga Tong, bahkan dalam waktu singkat dia akan
menjadi anggota keluarga Tong kami."
599 "Kenapa?" "Karena dengan cepat dia akan masuk kedalam anggota keluarga keluarga Tong kami, dia
akan menjadi menantunya keluarga Tong."
"Mengapa kalian hendak menariknya menjadi menantu?"
"Dia adalah seorang manusia yang sangat berguna, hanya dia baru bisa membantu kami untuk
membawa jalan." "Membawa jalan?"
"Tempat ini adalah kekuasaan Tay-hong-tong, jika kami sampai di tempat ini, perlukah
mencari seorang pembawa jalan?"
"Yaa, perlu!" "Dapatkah kau mencari seorang pembawa jalan yang jauh lebih baik dan jauh lebih bisa
diandalkan dari pada Sangkoan Jin?"
"Tidak bisa!" Sekarang peristiwa itu agaknya sudah hampir mendekati akhir, Dewa harta sudah masuk ke
dalam kuil, sang dombapun sudah berada dalam mulut sang harimau.
Anehnya ternyata Bu-ki masih dapat tertawa tergelak. Gelak tertawanya itu tidak mirip suatu
gelak tertawa karena ada seekor domba telah masuk ke dalam mulut harimau.
Tertawanya itu pada hakekatnya mirip sekali dengan senyuman seekor harimau. Gelak
tertawa itu pada hakekatnya membuat orang tak habis mengerti, sebenarnya siapa yang telah
berada di mulut harimau"
***** SERANGAN TERAKHIR TONG GIOK sedang tertawa. Ternyata Bu-ki juga sedang tertawa. Suara tertawa Tong Giok
sangat gembira, karena hatinya memang benar-benar sedang gembira.
Tapi gelak tertawa Bu-ki pun seperti sedang gembira, mungkinkah hatinya juga sedang
gembira" 600 Tong Giok segera berhenti tertawa. Tiba-tiba tanyanya kepada Huan Im-san: "Dapatkah kau
menyaksikan, apa yang sedang dilakukan oleh Tio-kongcu ini?"
"Dia agaknya sedang tertawa."
"Dalam keadaan seperti sekarang ini, kenapa dia masih sanggup untuk tertawa?"
"Entahlah, aku sendiripun tak tahu."
Tong Giok menghela napas panjang, kembali ujarnya: "Selama ini aku selalu menganggap
diriku seorang yang cerdik, orang lain juga menganggap diriku amat cerdik, tapi aku
sendiripun tidak habis mengerti kenapa dia masih sanggup untuk tertawa dalam keadaan
seperti ini?" "Sebenarnya aku sendiripun tak ingin tertawa," Bu-ki menerangkan, "tapi aku benar-benar
merasa tak tahan untuk tertawa juga."
"Persoalan apakah yang membuat kau merasa begitu kegelian?"
"Oooh " banyak, banyak sekali!"
"Dapatkah kau menyebut satu atau dua di antaranya kepadaku?"
"Dapat!" "Katakanlah, akan kudengarkan!"
"Aku merasa geli belum tentu kaupun ikut merasa geli!"
"Itu tidak menjadi soal."
"Kau masih ingin untuk mendengarkan?"
"Ehmm!" "Kalau aku mengatakan ada seseorang yang terang-terangan sudah kena ditotok jalan
darahnya, bahkan masih diikat pula dengan tali, tapi setiap saat dapat bangkit berdiri kembali,
kau merasa kejadian ini sangat menggelikan atau tidak?"
"Haaahhh " haaahhh " haaahhh ?"
"Kalau aku mengatakan ada seorang yang jelas sudah mati terbunuh, tapi setiap saat bisa
berjalan masuk dari tempat luar, apakah kaupun merasa kegelian?"
601 "Haaahhh " haaahhh " haaahhh ?" kembali Tong Giok tertawa terbahak-bahak.
Walaupun ia masih tertawa terbahak-bahak, namun senyumnya yang lembut dan menawan
hati tadi sudah lenyap tak berbekas.
"Aku masih ingat dengan sepatah katamu," ujar Bu-ki lagi, "katanya ada sementara persoalan
walaupun tidak lucu kalau diceritakan, tapi setelah kau saksikan dengan mata kepala sendiri,
maka kau akan tertawa sampai pecah kulit perutmu."
Tentu saja Tong Giok masih teringat dengan gurauan tersebut.
Kembali Bu-ki berkata: "Ada sementara persoalan justru merupakan kebalikannya, walaupun
kedengarannya menggelikan, tapi menunggu kau telah menyaksikan dengan mata kepala
sendiri, maka kau tak dapat tertawa lagi."
Tiba-tiba ia bangkit berdiri.
Bukankah dengan amat jelas diketahui bahwa jalan darahnya telah tertotok" Malah badannya
sudah dibelenggu dengan tali, kenapa ia bisa berdiri tegak dengan leluasa"
Dengan mata kepala sendiri Tong Giok menyaksikan ia bangun berdiri. Sekarang Tong Giok
tak dapat tertawa lagi. Kemudian iapun menyaksikan seseorang yang sudah jelas mati terbunuh sekarang lagi
berjalan masuk ke dalam ruangan.
Ia menyaksikan Ting Bau sedang menghampirinya.
Ternyata orang yang berjalan masuk kedalam ruangan adalah Ting Bau, sungguh kejadian ini
merupakan suatu peristiwa yang sama sekali diluar dugaan.
Gagang pisau belati itu masih menempel di atas pinggangnya, gumpalan darah di bawah
gagang pisau dan pakaian masih jelas dan nyata seperti tadi.
Namun ia masih hidup dalam keadaan segar dan bugar, bahkan sedang melangkah masuk
dengan langkah tegap. "Kau belum mampus?" Bu-ki segera menegurnya.
"Menurut penglihatanmu, aku ini mirip seorang yang sudah mampus atau tidak?" Ting Bau
bertanya. Dia memang tidak mirip! 602 Air mukanya merah bercahaya, bukan saja tampaknya riang gembira, diapun sehat wal"afiat
tanpa kekurangan sesuatu apapun.
"Jadi tusukan belatiku tadi tak sampai merenggut selembar jiwamu?" tanya Bu-ki.
"Tusukan tersebut memang tak akan mampu untuk membunuh orang."
Tiba-tiba ia mencabut keluar pisau belati yang masih menempel di atas pinggangnya itu, mata
pisau segera melejit keluar, tapi ketika ia menekan kembali dengan jari tangannya, mata pisau
itu segera menyusup kembali.
"Ooooh "! Rupanya pisau itu cuma pisau mainan yang biasa dipakai untuk membohongi
bocah cilik," Bu-ki segera berpekik.
"Tapi permainan semacam ini bukan saja tak akan bisa membohongi anak kecil, seorang yang
dungu sekalipun juga tak nanti bisa tertipu." "Lantas permainan semacam ini hanya bisa
membohongi manusia-manusia semacam apa saja?"
"Hanya bisa membohongi orang pintar, ada kalanya makin pintar seseorang justru bisa
semakin mudah tertipu."
Bu-ki kembali tersenyum. "Oooh "! Jadi seorang pintarpun kadang kala bisa kena tertipu juga?"
"Kalau hendak menipu manusia semacam ini, gunakan permainan yang paling bodoh, ada
kalanya permainan yang makin bodoh malah justru mendatangkan hasil yang semakin baik."
Padahal kalau dibicarakan sesungguhnya, permainan semacam ini bukan suatu permainan
yang bodoh. Itulah suatu yang membutuhkan perencanaan yang matang, rumit, teliti dan gesit.
Sekalipun Tong Giok adalah seorang manusia yang cerdik sekali, diapun membutuhkan
waktu yang cukup lama sebelum dapat memahami rahasia dibalik kesemuanya itu.
Tapi hebatnya ternyata ia masih dapat mempertahankan ketenangan serta kemantapan hatinya.
Hal ini bukan dikarenakan dia memang memiliki suatu kemampuan untuk bersabar dan
menahan diri, yang lebih penting lagi dia masih memiliki suatu jurus pembunuh yang belum
sempat digunakan. Ia masih menaruh kepercayaan yang penuh atas kemampuan serta kehebatan dari dua biji
senjata rahasia yang berada di dalam koceknya.
603 Ia percaya walau berada dalam keadaan apapun bila senjata rahasia tersebut digunakan maka
situasinya akan segera berubah seratus delapan puluh derajat, dari pihak yang kalah dia akan
menjadi pihak yang menang, sebab manusia macam apapun jika sampai berjumpa dengan
senjata rahasia macam itu, badannya pasti akan hancur berantakan menjadi berkeping-keping
dan mati tiada tempat kubur.
Ia benar-benar mempunyai keyakinan atas kemampuannya itu.
Siapapun bila berada dalam keadaan seperti ini mereka pasti akan menunjukkan reaksi "
gugup, kaget, marah, takut, sinis, ribut, mohon belas kasihan atau tertawa rikuh.
Tapi reaksi semacam itu sama sekali tak berlaku baginya.
Justru karena ia tidak memiliki reaksi, maka selamanya orang lain tak akan bisa menebak apa
yang sedang dipikirkan dalam hatinya, apa yang hendak dilakukan selanjutnya"
Ia benar-benar merupakan seorang musuh yang menakutkan, tapi Bu-ki telah bertekad untuk
menghancurkannya. Bu-ki menatap lekat-lekat, kemudian sambil tersenyum katanya:
"Mungkin kau telah menduga, di dalam permainan kita ini hanya ada satu hal yang paling
penting." "Coba katakan, akan kudengarkan baik-baik," jawab Tong Giok masih juga tertawa.
"Padahal, sudah sedari dulu aku tahu kalau kau adalah Tong Giok!"
"Oya?" "Ketika kau merobohkan si pincang Oh, aku sudah mulai curiga, cuma pada waktu itu aku
masih belum merasa yakin atas kebenaran dari dugaanku itu."
"Ilmu silat Oh Po-cu tidak terhitung lemah, tapi sekali turun tangan kau berhasil
merobohkannya, ini disebabkan karena dia kenali kau sebagai Tong Giok, tapi mimpipun ia
tak mengira kalau Tong Giok pun bisa menghianatinya."
"Kau menghianati Oh Po-cu dan membawa pergi bocah itu, karena kau menginginkan agar
aku percaya bahwa kau bukan orang keluarga Tong."
"Kau ingin bersahabat denganku, lantaran kau hendak mencari kesempatan untuk
membunuhku." 604 "Kau mengatakan kedatanganmu ke perkampungan Ho-hong-san-ceng untuk menghindari
pengejaran musuh, padahal yang benar alasan tersebut cuma kau pakai guna menutupi
tujuanmu yang sebenarnya."
"Rencana ini sesungguhnya sangat indah dan jitu, sayang dibalik kesemuanya itu masih ada
sebuah titik kelemahan yang amat besar," demikian Bu-ki berkata.
"Oya?" Tong Giok cuma mendesis.
"Kau dapat berpikir untuk membawa pergi bocah cilik itu, sesungguhnya tindakan ini
merupakan suatu tindakan yang amat tepat, menghindarkan diri dari pengejaran musuh juga
terhitung sebuah alasan yang sangat baik, cuma sayang kau lupa bahwa siapa yang
berbohong, kebohongannya itu pasti akan terbongkar akhirnya."
Setelah menghela napas, dia melanjutkan:
"Bila seorang ingin melakukan suatu pekerjaan, tidak seharusnya kalau berbohong dalam
beberapa masalah kecil, padahal kau tidak perlu untuk membawa pergi bocah itu aku toh tetap
akan bersahabat denganmu, kau datang mencari aku juga tak usah harus beralasan sedang
menghindari pengejaran musuh, sayang kau justru berlagak sok pintar, tapi jadi malah
kebalikannya." Tong Giok termenung, lewat lama sekali ia baru menghela napas panjang pula.
"Aaaai "! Benar, bila seseorang ingin melakukan pekerjaan besar, dia memang tidak
seharusnya berbohong di dalam hal-hal yang sepele, ucapan tersebut pasti akan kuingat
terus." Tiba-tiba ia baru menyadari bahwa ia memang sudah terlalu memandang rendah kemampuan
Tio Bu-ki. Pada waktu itu dia selalu beranggapan bahwa persoalan semacam itu bukan saja tidak
penting, lagipula sama sekali tak ada sangkut-pautnya dengan Tio Bu-ki.
Ia sama sekali tidak menyangka kalau persoalan-persoalan sepele pun Tio Bu-ki telah
melakukan penyelidikan yang seksama.
Tempat itu masih merupakan wilayah kekuasaan Tay-hong-tong, manusia macam apapun
terdapat dalam perkumpulan itu, sudah barang tentu tidak sulit untuk melakukan penyelidikan
terhadap persoalan-persoalan semacam itu.
"Bila kau ingin tahu apakah seseorang sedang membohongi dirimu atau tidak, maka kau harus
mulai dengan penyelidikanmu itu dari soal-soal sepele yang sama sekali tak ada sangkutHarimau
Kemala Putih > karya Gu Long > disadur oleh Tjan >> published by buyankaba.com 605
pautnya dengan masalah tersebut, dengan begitu kau baru akan berhasil untuk mengetahui
duduk persoalan yang sebenarnya," kata Bu-ki lagi.
Sebab pada bagian-bagian persoalan yang penting dan gawat, orang lain pasti telah
merencanakannya secara cermat dan sungguh-sungguh setelah merasa yakin bahwa kau tak
akan berhasil mendapatkan keterangan apa-apa, ia baru akan mulai dengan operasinya.
Setitik api dari bintang dapat mengkibatkan kebakaran hebat di padang rumput, sering kali
karena suatu kebocoran yang kecil pada sebuah bendungan yang beratus-ratus kilo meter
panjangnya pun bisa mengakibatkan bobolnya bendungan itu.
Bagaimanapun kecilnya suatu keteledoran, semuanya mungkin bisa mengakibatkan terjadinya
suatu kesalahan yang fatal.
"Setelah kubongkar semua kebohonganmu itu, sebenarnya masih belum berani memastikan
bahwa kaulah Tong Giok," ujar Bu-ki lagi, "sayang sekali ?"
Sayang sekali Tong Giok telah menyamar sebagai seorang gadis, bahkan penyamarannya itu
jauh lebih mirip seorang gadis dari pada gadis yang sesungguhnya.
Hanya orang yang pernah melatih ilmu dingin "Im-cin" baru bisa menyaru macam begitu,
sebab ciri-ciri dari lelakinya lambat-laun akan lenyap tak berbekas.
Tidak tahan Tong Giok kembali bertanya:
"Darimana kau bisa tahu kalau kepandaian yang kulatih adalah ilmu dingin Im-cin."
"Karena kau pernah menggunakan tenaga Im-cin untuk membunuh Kiau In ?"
Kemudian dengan hambar dia melanjutkan:
"Jika begitu banyak titik kelemahan berhasil kutemukan, tapi belum juga kuketahui kalau kau
adalah Tong Giok, bukankah aku betul-betul manusia yang sungguh-sungguh ?""
Kuil Dewa harta yang bobrok mana gelap, lembab, apek lagi baunya, bahkan menyiarkan pula
suatu bau busuk yang bisa membuat perut orang menjadi mual.
Tapi siapapun di antara kelima orang itu tak seorangpun yang memperhatikan hal tersebut.
Tong Giok kelihatan jauh lebih tenang dan kalem, lagi-lagi dia bertanya:
"Kalau memang kau sudah tahu kalau aku adalah Tong Giok, mengapa tidak turun tangan
lebih dulu untuk menaklukkan aku atau mencari suatu kesempatan guna membinasakan diriku
lebih dahulu?" 606 "Sebab kau masih berguna."
"Kau hendak memanfaatkan diriku untuk menyelidiki siapakah penghianat di tempat ini?"
"Akupun hendak memanfaatkan dirimu untuk menemukan seluruh orang-orang keluarga
Tong yang telah menyusup kemari."
Sekarang ia telah memanfaatkan kehadiran Tong Giok untuk menemukan si anjing cilik alias
Siau-kau-cu, si gemuk Ong, si penjual jeruk dan pelayan dari warung teh Bu-gi-cun.
Dari mulut orang-orang ini, dia masih dapat menemukan orang-orang lain yang lebih banyak
jumlahnya. "Sudah sedari dulu kami telah mencurigai Huan Im-san, tapi kami belum berani
memastikannya," kata Bu-ki lagi.
Itulah sebabnya dia bersekongkol dengan Ting Bau untuk mengatur perangkap tersebut.
"Penghianat yang sesungguhnya justru malah tak ingin membunuhmu untuk melenyapkan
saksi hidup, karena hanya penghianat yang sebenarnya baru tahu akan kedudukanmu yang
sebenarnya serta rahasia penyamaranmu ?" tutur Bu-ki.
Diapun telah memperhitungkan secara tepat, bahwa mereka pasti akan menggunakan
kesempatan yang sangat baik ini untuk membunuh rekan lainnya yang bukan penghianat,
Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan begitu semua dosa dan kesalahan tersebut baru bisa dilimpahkan ke atas tubuhnya,
agar penghianat yang sebenarnya bisa hidup dengan bebas tanpa harus merasa kuatir lagi.
Oleh sebab itu, diapun mengatur "kematian" dari Ting Bau, bahkan harus membuat Tong
Giok percaya kalau Ting Bau benar-benar sudah mampus.
"Itulah sebabnya kecuali sebuah pukulan keras di belakang tengkuk kirinya, secara sengaja
kutambah dengan sebuah tusukan belati lagi di atas pinggangnya," Bu-ki melanjutkan.
"Padahal, seandainya kau mau memperhatikan dengan seksama, tidak sulit untuk menjumpai
titik-titik kelemahan dibalik semua persiapanku itu ?"
"Maka pada waktu itu kau cepat-cepat menyeret aku pergi," tanya Tong Giok.
"Yaa, benar! Aku juga tahu kalau kau pasti punya minat yang besar terhadap si "dewa"
tersebut, kau pasti mengikuti aku pergi dari situ ?"
Ia menyerahkan Ting Bao kepada Huan Im-san karena dia tahu Ting Bao pasti sanggup untuk
membekuk Huan Im-san. 607 "Aku masih menyerahkan sebuah pekerjaan lagi kepada Ting Bau untuk dilaksanakan,
pekerjaan inipun merupakan kunci yang paling penting untuk suksesnya operasi ini."
"Pekerjaan apakah itu?"
"Seorang yang terang-terangan diketahui telah tertotok jalan darahnya, bahkan dibelenggu
tubuhnya dengan tali, mengapa secara tiba-tiba bisa bangkit berdiri sendiri?"
"Yaa, karena ikatan tali tersebut tidak terlalu kencang, sedang jalan darah yang ditotokpun
bukan benar-benar ditotokkan pada sasaran yang sesungguhnya."
"Lantas siapa yang mengikat aku dengan tali?" tanya Bu-ki.
"Huan Im-san!" "Siapa yang menotok jalan darahku?"
"Juga Huan Im-san!"
"Mengapa ia tidak mengikat aku kencang-kencang" Kenapa ia tidak benar-benar menotok
jalan darahku?" Sebab Huan Im-san sendiripun masih belum ingin mampus,
Dia masih harus belajar ilmu pertapaan, masih harus bikin obat, masih berharap bisa awet
muda, masih ingin ingin melanjutkan kehidupannya yang senang sambil menikmati
"kehangatan permainan sorgawi".
"Padahal seharusnya kau juga bisa menduga sampai kesitu jauh sebelumnya kalau dia bisa
menghianati Tay-hong-tong, mengapa tidak dapat menghianati pula dirimu?"
Lalu kepada Ting Bau tanyanya:
"Dengan cara apakah kau menggerakkan hatinya?"
Ting Bau tertawa, sahutnya:
"Aku cuma bertanya kepadanya, masih inginkah dia melanjutkan latihannya belajar ilmu
pertapaan" Atau dia sudah ingin mampus saja?"
"Kalau begitu kau hanya menyediakan dua jalan saja baginya?"
Ting Bau manggut-manggut.
608 "Yaa, benar! Dia memang hanya ada dua pilihan saja."
"Aku pikir dia pasti mempertimbangkannya lama sekali sebelum memutuskan pilihannya,
benar bukan?" Ting Bau segera tertawa lebar.
"Sama sekali keliru besar!" serunya, "belum lagi perkataanku selesai diucapkan, ia telah
mengambil keputusan."
Jalan manakah yang telah dipilih Huan Im-san" Sekalipun orang yang paling bodoh juga bisa
menebaknya. "Ketika kulihat Huan Im-san berjalan mendatang, aku sudah tahu pilihan manakah yang telah
diambil," kata Bu-ki.
Sebab dia masih hidup, masih bisa melanjutkan latihan pertapaan dan menikmati kehangatan
sorgawi. "Oleh karena itu, akupun sengaja membiarkan kau menarik tanganku, sebab aku harus
membiarkan dia yang menotok jalan darahku."
Pada waktu itu si Dewa harta telah menerjang ke arah Tong Giok dengan gerakan yang
garang melebihi harimau lapar yang sedang menerkam mangsanya, dalam keadaan begitu,
Tong Giok harus melepaskan cekalannya pada diri Bu-ki untuk menghadapi si Dewa harta.
Sebab waktu itu cuma Huan Im-san yang "kebetulan masih luang" hanya dia yang sempat
untuk melancarkan totokannya pada tubuh Bu-ki.
Rencana ini sesungguhnya merupakan suatu susunan rencana yang matang dan jitu.
Tampaknya terhadap setiap adegan, setiap bagian yang bakal terjadi dalam rangkaian
peristiwa tersebut, mereka telah memperhtungkan secara tepat dan matang.
Agaknya mereka sudah menduga, apa yang bakal terjadi di dalam setiap adegan tersebut dan
dimanakah posisinya waktu itu.
Terbukti semua hal bisa dilakukan secara lancar dan sempurna, sama sekali tidak nampak
kaku atau terpaksa. "Setelah Huan Im-san pun menjadi orang dari pihakku, sudah barang tentu semua orang yang
diatur di sekeliling tempat ini adalah orang-orangku juga, jangan harap orang lain bisa
menembusi penjagaan di sini dan datang kemari untuk menolong dirimu."
609 Kalau tiada orang lain yang bisa memasuki wilayah sekitar sana lagi, dus berarti tak mungkin
ada orang yang bisa datang kesana untuk menyelamatkan Tong Giok.
Sekarang Tong Giok baru sadar bahwa dialah yang sesungguhnya berada seorang diri.
Bu-ki tersenyum kembali, ujarnya:
"Semua rencana bisa berjalan dengan begitu lancar, sehingga aku sendiripun merasa puas
sekali. Nah, apa yang hendak kau katakan lagi sekarang ?"
Tong Giok tak bisa berkata apa-apa lagi.
Untung saja dia masih memiliki alat pembunuh yang terakhir!
***** GADIS LANGIT PENYEBAR BUNGA
Keluarga Tong dari wilayah Siok-tiong merajai dunia persilatan karena senjata rahasia
beracunnya yang tiada tandingan.
Setiap anggota keluarga Tong yang berkelana dalam dunia persilatan selalu menggembol
senjata-senjata rahasia beracun mereka yang telah menggemparkan seluruh kolong langit itu.
Setiap anggota keluarga Tong sebagian besar adalah jago-jago lihay penyimpan senjata
rahasia. Boan-thian-hoa-yu (hujan bunga memenuhi angkasa) merupakan suatu kepandaian
melepaskan senjata rahasia yang sudah lama punah dari peredaran dunia persilatan!
Tong Giok seratus persen adalah tokoh sakti yang berilmu tinggi dari keluarga Tong.
Kesemuanya itu adalah suatu kenyataan, setiap orang persilatan mengetahui akan hal ini,
sudah barang tentu Bu-ki mengetahuinya.
Oleh karena itu dia seharusnya dapat menduga bahwa Tong Giok pasti memiliki senjata
pembunuh terakhir yang ampuh dan mematikan. Tapi dia seakan-akan tidak ambil perduli
terhadap persoalan itu, dia seolah-olah acuh.
Dia semestinya memperhatikan sepasang tangan Tong Giok.
Sebab setiap saat kemungkinan besar tangannya itu akan melepaskan senjata rahasia yang
bakal merenggut nyawanya.
610 Akan tetapi ia justru sedang memperhatikan si Dewa harta itu.
Tiba-tiba ia bertanya: "Benarkah kau adalah si Dewa harta?"
"Aku bukan Dewa harta!" ternyata si Dewa harta itu menyangkal.
"Lantas siapakah kau?"
"Aku adalah seorang pencuri!"
Mencuri bukan suatu perbuatan yang terpuji, mengapa si Dewa harta ini mengakui sebagai
seorang pencuri" "Biasanya pencuri tak akan mengakui dirinya sebagai seorang pencuri ?" kata Bu-ki.
"Tapi bagaimanapun juga, aku harus mengakuinya."
"Mengapa?" "Sebab aku yang seorang pencuri ini jauh berbeda dengan pencuri-pencuri yang lain."
"Apa bedanya?" "Bukan sembarangan barang yang kucuri dan jauh berbeda dengan orang lain, hanya mencuri
barang-barang yang orang lain tak ingin mencurinya, tak berani mencurinya dan tak mampu
untuk mencurinya." Tiba-tiba ia balik bertanya kepada Bu-ki:
"Mungkinkah pencuri-pencuri lain pergi ke rumahmu hanya untuk mencuri tikus dalam
ruangan tidurmu?" "Tidak mungkin!"
"Tapi aku pernah mencurinya."
Kemudian ia bertanya lagi kepada Bu-ki:
"Beranikah pencuri-pencuri lain pergi mencuri seorang harimau yang dipelihara dalam kebun
bunga orang?" 611 "Tidak berani!"
"Tapi aku berani untuk mencurinya."
Kembali dia bertanya kepada Bu-ki:
"Mungkinkah pencuri lain dapat mencuri kain pembalut kaki milik Huang-ho nio-nio (Sri
Ratu) dalam istana kaisar?"
Bu-ki menggelengkan kepalanya.
"Tapi aku berhasil mencurinya!" kata pencuri itu.
"Rupanya kau bukan saja seorang pencuri bahkan seorang pencuri ulung "!"
"Yaa, memang itulah aku!"
"Tapi, agaknya barang-barang seperti itu sama sekali tak ada harganya kalau dijual?"
"Yaa, karena pada dasarnya aku cuma mencuri barang-barang yang tak ada nilainya itu."
"Kenapa?" "Sebab kesemuanya itu adalah atas permintaan orang lain, ada orang yang mengundangku
untuk mencuri benda-benda tersebut."
"Aaah "! Masa ada orang yang khusus mengundangmu untuk mencuri barang ?""
"Bukan cuma mengundangku saja, lagipula mereka harus membayar lima puluh laksa tahil
sebagai imbalannya."
"Lima puluh laksa tahil apa?"
"Tentu saja lima puluh laksa tahil perak, harus bayar dulu lagi!"
"Mengapa harus bayar dulu?"
"Karena nama baikku boleh sebagai jaminan kepercayaan, asal uang sudah kuterima entah
barang apapun yang diminta orang lain untuk kucuri, kujamin pasti berhasil kudapatkan
secara sempurna." "Aku masih ingat, dahulu agaknya juga terdapat seseorang macam dirimu itu."
"Siapa?" 612 "Sugong Ti-seng!"
Mendengar nama itu, pencuri tersebut segera tertawa.
"Kau juga tahu dengan orang ini?" tanya Bu-ki.
"Aku bukan cuma tahu saja, bahkan kenal dengannya."
Ia tertawa lebar sampai mulutpun tak bisa dirapatkan kembali, tambahnya:
"Kebetulan sekali aku justru adalah muridnya."
***** Setiap generasi dunia ini pasti bermunculan manusia berbakat, demikian juga dengan dunia
persilatan, hampir setiap generasi pasti bermunculan pendekar-pendekar kenamaan yang
menjagoi dunia persilatan.
Seperti misalnya: Seebun Cui-soat. Seorang jago pedang yang tiada keduanya dikolong langit, ilmu pedangnya tiada tandingan
diseluruh dunia, ia angkuh, tinggi hati dan gemar mengenakan baju berwarna putih seperti
salju. Yap Hu-shia. Thian-gwa-hui-sian (dewa terbang dari luar langit) " Pek Im Siancu, menantang Seebun Cuisoat
untuk berduel di puncak Ci-ceng-nia, belum lagi bertarung namanya sudah
menggegerkan dunia. Lo si hwesio, si paderi jujur.
Hwesio ini tak pernah berbohong, hanya makan bakpao dingin, mengenakan baju yang
compang-camping. Hoa Boan-lo. Walaupun sepasang matanya buta, hatinya lebih bersih dari bulan yang sedang
purnama. Bok tojin. 613 Ilmu bermain caturnya nomor wahid, ilmu pedangnya nomor tiga, mana latah sok suci, lagi
dia adalah seorang jagoan tersohor dari partai Bu-tong.
Sekalipun mereka semua adalah pendekar-pendekar kenamaan dari generasi yang lalu, tapi
nama pendekar mereka selalu dikenal orang dan turun-temurun sampai sekarang.
Kecuali mereka, tentu saja masih ada Liok Siau-hong.
Liok Siau-hong yang beralis mata empat, si pendekar empat alis!
Liok Siau-hong yang kekayaannya melebihi suatu negeri.
Satu-satunya orang dalam dunia persilatan yang sanggup menjepit pedang Yap Hu-shia dalam
jurus Thian-gwa-hui-sian (dewa terbang dari luar langit) dengan kedua jari tangannya, hanya
Liok Siau-hong. Satu-satunya sahabat karib dari Sebun Cui-soat juga hanya Liok Siau-hong.
Orang yang paling dikagumi Bok tojin juga Liok Siau-hong.
Orang yang paling dihormati Hoa Boan-lo adalah Liok Siau-hong.
Lo si hwesio segera sipat kuping dan angkat kaki begitu bertemu dengan Liok Siau-hong.
Tapi bila Liok Siau-hong berjumpa dengan Sugong Ti-seng, kepalanya lantas pusing tujuh
keliling. Nama yang diberikan Liok Siau-hong kepada Sugong Ti-seng adalah " Raja diraja dari
segala raja pencuri, pencuri yang tiada tandingannya di seluruh kolong langit.
Sugong Ti-seng mencuri segala apapun, dan mampu mencuri segala macam bendapun.
Sugong Ti-seng mempunyai perawakan yang tinggi besar, berdada lebar dan berperut buncit,
tapi justru memiliki serangkaian ilmu lincah yang tiada tandingannya di dunia ini.
Liok Siau-hong pernah beradu salto dengannya, siapa yang kalah siapa yang harus mencari
cacing. Tapi akhirnya orang yang mencari cacing adalah Liok Siau-hong, bahkan mencari selama
sepuluh hari sepuluh malam, membuat sekujur badannya penuh dengan lumpur.
Sekarang, pencuri ini mengakui dirinya sebagai murid Sugong Ti-seng, bisa dibayangkan
berapa lihay orang itu. 614 "Oooh " salut! Salut "!" puji Bu-ki dengan cepat.
"Tak usah sungkan-sungkan, tak usah sungkan-sungkan!" pencuri itu menjawab.
"Siapa nama margamu?"
"Aku she Kwik!"
"Dan namamu?" "Ciok-ji!" "Kalau begitu kau adalah Kwik Ciok-ji, Raja diraja dari segala raja pencuri yang tiada
tandingannya di seluruh kolong langit untuk generasi ini?"
"Betul sekali!"
"Salut! Salut!"
"Tak usah sungkan-sungkan, tak usah sungkan-sungkan!"
"Ada urusan apakah kau datang kemari?"
"Sebetulnya juga tak ada urusan lain yang penting artinya, aku cuma ingin mencuri sesuatu
benda." "Kali ini apakah kaupun diundang orang lain untuk datang mencuri?"
"Yaa, tapi kali ini aku tidak pungut ongkos alias gratis!"
"Peraturan tak bisa dilanggar mengapa kali ini kau justru gratis!"
"Karena Sugong Siau-hong dari Tay-hong-tong kalian secara kebetulan adalah adik tong dari
guruku, sedang Ting Bau yang berdiri di sampingmu sekarang, kebetulan juga adalah
sahabatku!" "Oooh, jadi Ting Bau yang mengundang kedatanganmu?"
Kwik Ciok-ji menghela napas panjang.
"Aaaai "! Sebenarnya diapun tak akan bisa menemukan aku, tapi belakangan ini nasibku
kurang mujur dan terus-terusan lagi apes, kebetulan semalam aku sedang minum arak di
sarang anjingnya." 615 "Kau diundang kemari untuk mencuri apa?" tanya Bu-ki.
"Yang dicuri hanya barang-barang tetek-bengek yang sesungguhnya tak ada harganya sama
sekali." "Dan kau telah berhasil mendapatkannya?"
Kwik Ciok-ji seperti agak marah, serunya:
"Mana mungkin ada barang di dunia ini yang tak mampu dicuri oleh Kwik Ciok-ji?"
"Kalau kau memang benar-benar berhasil mendapatkannya, mana barangnya ?"
"Itu dia, di sini!"
Tangan itu sebenarnya kosong melompong, tapi ketika dijulurkan ke depan sekarang tahutahu
dalam genggamannya telah bertambah dengan dua macam benda.
Sebatang tusuk konde dan sebuah kocek bersulamkan bunga teratai.
Kocek itu terbuat dari kain halus, di atasnya terdapat sulaman dua kuntum bunga dari benang
emas, di permukaan depan sekuntum dan dibaliknya sekuntum lagi.
Akhirnya Tong Giok berhasil dipukul roboh meskipun badannya belum roboh ke tanah, tapi
kepercayaannya pada diri sendiri serta keyakinannya pada kemampuan sendiri sama sekali
sudah hancur total. Kehancuran yang berasal dari dalam tubuh ini jauh lebih menakutkan daripada kehancuran
yang dialami di luar badan.
Bu-ki mulai tertawa lebar.
Ia selalu sedang memperhatikan reaksi wajah Tong Giok setelah menyaksikan kedua macam
Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
benda tersebut, sekarang walau siapapun juga dapat melihat bahwa orang ini betul-betul sudah
rontok dan hancur total. Yang masih tersisa tak lebih hanya sebuah wajah kasar yang kosong
melompong " "Apakah cuma dua macam benda ini saja" Tiada yang lain?" Bu-ki bertanya.
"Sebenarnya akupun mengira masih ada yang lain, sungguh tak disangka dalam saku Tong
kongcu ini ternyata hanya terdapat dua macam mestika, ternyata tusuk konde emas ini kosong
bagian tengahnya." Setelah menghela napas panjang, dia melanjutkan:
616 "Aaai " jika seorang pencuri bertemu dengan emas yang kosong bagian tengahnya, itu
menandakan kalau dia lagi apes!"
"Darimana kau bisa tahu kalau tusuk konde emas ini kosong bagian dalamnya?"
"Begitu berada di tangan, aku lantas tahu karena bobotnya sama sekali tidak benar!"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Bu-ki, katanya sambil tersenyum:
"Walaupun tusuk konde kosong bagian tengahnya, tapi aku berani jamin kalau isi tusuk konde
itu jauh lebih berharga daripada emasnya."
Kembali dia menambahkan: "Konon pasir pemutus nyawa Toan-hun-seh dari keluarga Tong juga dapat dibeli!"
"Akupun pernah mendengar orang berkata demikian, asal kau menemukan sasaran yang benar
dan lagi mengajukan harga yang pantas sudah pasti ada orang yang akan menjualnya
kepadamu." "Begitupun masih belum bisa jalan," sela Ting Bau tiba-tiba.
"Lantas harus bagaimana lagi?"
"Mereka masih akan menyelidiki dulu nenek moyangmu tiga generasi yang lalu secara teliti
dan seksama, kemudian baru akan menjualnya kepadamu."
"Berapa harganya?"
"Konon lima ratus tahil uang emas murni untuk satu tahil pasir toan-hun-seh."
"Berapa untuk jarum beracunnya?" tanya Bu-ki pula.
"Mungkin juga mencapai beberapa ratus tahil untuk setiap batangnya."
Tiba-tiba Bu-ki mengeluarkan sebuah bungkusan kertas dari sakunya, ketika bungkusan itu
dibuka maka tampaklah isinya adalah separuh batang jarum jahit yang sudah putus.
Sambil tersenyum dia lantas berkata:
"Bila lima ratus tahil emas murni untuk setiap batangnya, separuh batang jarum ini paling
tidak juga semestinya laku tiga ratus tahil ?"
Ting Bau tertawa lebar, serunya:
617 "Meskipun hanya tiga ratus tahil emas, itu sudah cukup buat kita untuk menjadi orang kaya
baru!" "Darimana kau dapatkan jarum itu?" tanya Kwik Ciok-ji.
"Dari atas pelana kudaku!"
Setelah menghela napas panjang, lanjutnya:
"Aku tidak habis mengerti kenapa di tengah malam buta Tong kongcu menuju ke istal kuda,
maka diam-diam akupun mengikuti dari belakang, dia hanya masuk sebentar lalu memutar
satu lingkaran dan keluar lagi, sebaliknya aku membutuhkan waktu hampir satu jam
lamanya." Justru karena terlalu lama ia berada dalam istal kuda, maka dia tak tahu kalau Lian It-lian
telah datang. Sekarang, kelihatannya masalah itupun cuma suatu kejadian yang sepele, hakekatnya sama
sekali tidak penting atau serius.
Tapi sering kali sesuatu urusan yang sepele, akhirnya justru merupakan suatu kepuasan yang
akan merubah nasib seseorang.
***** SATU tahil pasir toan-hun-seh, lima ratus tahil emas murni, oh! Suatu harga yang mahal
sekali," kata Kwik Ciok-ji.
Tiba-tiba Tong Giok tertawa dingin, katanya:
"Kalau harga cuma sekian, ada berapa banyakpun akan kubeli semua ?"
"Masa dengan harga setinggi itupun masih belum bisa didapatkan?" tanya Kwik Ciok-ji.
"Masih selisih jauh sekali!"
"Lantas seharusnya berapa harganya?"
"Seribu tahil emas untuk seperseratus tahilpun masih bukan barang asli "!"
"Padahal, harga sekianpun masih belum terhitung terlampau tinggi!" kata Bu-ki.
"Yaa, dengan satu che pasir pemutus nyawa, siapa tahu masih bisa merenggut beberapa
lembar nyawa." 618 "Kalau cara penggunaannya benar, paling tidak juga dapat merenggut tiga lembar nyawa,"
Tong Giok menerangkan. "Lagipula bila kau telah membunuh orang dengan pasir pemutus nyawa dari keluarga Tong,
orang pasti akan membuat perhitungan tersebut dengan pihak keluarga Tong, itu berarti asal
kau bersedia mengeluarkan uang sebesar seribu tahil emas, setelah membunuhpun tak perlu
kuatir dengan ekornya," Bu-ki menambahkan.
Setelah tertawa, dia melanjutkan: "Bila kau dapat memahami teori tersebut maka kau akan
merasa bahwa harga tersebut sesungguhnya tidak terlalu mahal."
Akhirnya Ting Bau mengakui juga.
"Yaa, agaknya harga tersebut memang tak bisa dihitung terlalu mahal!" sahutnya.
Sebenarnya benda tersebut memang merupakan salah satu sumber kekayaan dari keluarga
Tong, untuk mempertahankan kelangsungan hidup dari suatu keluarga yang demikian
besarnya bukanlah suatu pekerjaan yang gampang.
Menciptakan senjata-senjata rahasia semacam inipun merupakan suatu pekerjaan besar yang
amat boros. Kwik Ciok-ji lantas berkata:
"Kalau begitu, tusuk konde ini bukankah bisa laku beberapa ribu tahil emas murni?"
Jilid 22________ "BENDA itu sama sekali tak ada harganya, karena tak akan bisa kau dapatkan di manapun,"
jawab Tong Giok. "Mengapa?"
"Sebab pasir Toan-hun-seh yang berada di dalamnya merupakan barang asli tanpa campuran,
jarum-jarum di dalam kocek itupun semuanya barang asli."
"Kalau begitu aku harus bersikap lebih berhati-hati, jangan sampai ditemukan orang lain,"
ujar Kwik Ciok-ji sambil tertawa.
"Tak usah kuatir, aku tidak akan melakukan perbuatan tolol seperi itu ?" ucap Tong Giok.
Tiba-tiba ia menghela napas panjang, katanya lagi dengan sedih:
"Sekarang aku sudah mengaku kalah."
619 "Orang yang berani mengaku kalah barulah seorang yang benar-benar pintar." "Pasir toanhunseh di dalam tusuk konde emas dan jarum-jarum beracun dalam kocek itu boleh kalian
ambil semua." "Terima kasih!"
"Batok kepalaku juga setiap saat boleh kalian ambil!"
"Walaupun aku tak ingin batok kepalamu, tapi aku tahu masih ada orang yang
membutuhkannya." "Bagaimana dengan kocek itu" Apakah juga ada orang yang menginginkannya?"
Kwik Ciok-ji memandang ke arah Ting Bau, Ting Bau memandang ke arah Bu-ki, dan
akhirnya Bu-ki berkata: "Apakah kau mengharapkan agar kami bersedia mengembalikan kocek tersebut kepadamu?"
"Aku tidak berharap!" jawab Tong Giok.
Setelah itu pelan-pelan dia melanjutkan:
"Karena aku tahu kau pasti tak akan mengembalikannya kepadaku, kau pasti akan
beranggapan bahwa aku sedang mempersiapkan permainan lagi untuk menghadapimu."
Bu-ki sama sekali tidak menyangkal akan hal tersebut.
"Aku cuma berharap agar kalian dapat membantuku untuk memusnahkan kocek tersebut,"
kata Tong Giok lagi. Walaupun permintaannya itu sangat aneh, namun belum terhitung sesuatu permintaan yang
kelewat batas. "Aku cuma berharap sebelum kematianku tiba, dengan mata kepalaku sendiri aku dapat
menyaksikan kalian memusnahkan kocek tersebut di hadapanku."
"Mengapa?" "Sebab ?" Tiba-tiba paras mukanya berubah menjadi amat menyedihkan sekali, terusnya:
"Sebab aku tak rela menyaksikan benda itu terjatuh ke tangan orang lain."
620 Walaupun ia tidak mengemukakan alasannya, tapi setiap orang dapat menduga bahwa kocek
tersebut sudah pasti mempunyai suatu riwayat yang amat memedihkan hati, menyangkut
seorang kekasih yang mungkin telah tiada lagi di dunia ini.
Bila seseorang sudah mendekati ajalnya, dia selalu akan berubah menjadi lebih pemurung dan
berbicara soal kebaikan, rupanya Tong Giok juga manusia seperti ini.
Tampaknya perasaan Kwik Ciok Ji sudah mulai digetarkan oleh kata-katanya itu.
Walaupun tabiat Ting Bau sangat keras, hatinya tidaklah keras, bahkan Bu Ki sendiripun tidak
menyangka kalau dibalik kesemuanya itu sebetulnya tersembunyi suatu siasat yang keji!
Siapapun tak akan menyangka kalau di balik putik bunga Botan di atas kocek tersebut masih
ada rahasia lain. Tak perduli menggunakan cara apapun kau hendak memusnahkan kocek tersebut, asalkan
putik bunga Botan terbentur hancur, bukan saja orang itu akan hancur sama sekali, bahkan
setiap orang yang berada satu kaki di sekeliling tempat itu juga akan tewas secara
mengerikan. Entah siapa itu orangnya yang akan turun tangan menghancurkan kocek tersebut. Orang yang
lain pasti akan berdiri di sekitar tempat itu.
Tentu saja terkecuali Tong Giok sendiri.
Dia pasti sudah jauh-jauh menghindarkan diri. Sebab hanya dia yang mengetahui rahasia
tersebut. Mereka telah merencanakan selama banyak tahun, telah menghimpun kecerdasan dari banyak
orang, mengorbankan banyak tenaga dan uang untuk menciptakan rahasia ini.
Rahasia tersebut mereka namakan sebagai...
San Hoa Thian Li, si gadis langit penyebar bunga.
Rencana pembuatan senjata rahasia ini bermula dari Tong Koat, kemudian setelah melewati
persetujuan dari setiap manusia utama yang merupakan kekuatan keluarga Tong, baru
kemudian diputuskan. Langkah pertama dalam melaksanakan rencana ini adalah bersekongkol dengan pihak Pek
Lek Tong, sebab mereka harus mendapatkan dulu rahasia resep pembuatan senjata api dari
Pek Lek Tong. 621 Persoalan ini kelihatannya gampang untuk dibicarakan, sesungguhnya sulit untuk
dilaksanakan. Kui Ceng Thian, Tongcu dari perkumpulan Pek Lek Tong bukanlah seorang manusia yang
gampang dihadapi Tiga tahun lamanya, bahkan seorang putri keluarga Tong yang tercantikpun harus
dipersembahkan kepada Kui Ceng Thian sebagai hadiah, sebelum berhasil untuk
menggetarkan hatinya. Langkah kedua dalam melaksanakan rencana ini adalah mengkombinasikan senjata rahasia
bahan peledak dari Pek Lek Tong dengan senjata rahasia beracun dari keluarga Tong untuk
menciptakan sejenis senjata rahasia baru.
Senjata rahasia tersebut harus seperti senjata beracun Tok ci-li yang sanggup mencapai jarak
yang amat jauh, tapi harus pula sebagai pasir beracun yang bisa menyebar ke suatu wilayah
yang luas. Tok ci-li dibuat dari tiga belas lembar daun, di atas setiap lembar daun tersebut semuanya
mengandung racun yang keji, dan lagi sifat racun dari setiap daun tersebut tidak sama antara
yang satu dengan yang lainnya"
Seandainya mereka dapat memasukkan pula mesiu dari Pek Lek Tong ke dalam senjata
rahasia tersebut, maka asal senjata rahasia itu dilepaskan, entah membentur benda apapun,
akibatnya musiu itu akan meledak, ketiga belas daun itupun akan meluncur ke depan dan
menyambar mangsanya secepat kilat.
Serangan semacam ini sungguh merupakan suatu serangan yang mengerikan, lagi pula orang
tak akan menyangka sampai di situ.
Bila mereka benar-benar dapat menciptakan senjata rahasia sejenis ini, sudah dapat dipastikan
keluarga Tong akan malang melintang di dalam dunia persilatan tanpa tandingan.
Ternyata mereka benar-benar berhasil membuatnya.
Maka senjata rahasia yang belum pernah ada dalam dunia ini mereka namakan "
San hoa thian li, gadis langit penyebar bunga.
Di bawah sorot cahaya lampu, kedua kuntum bunga Botan itu bukan saja sangat indah,
bahkan keindahannya sangat menyolok mata.
Kwik Ciok Ji menghela napas panjang, gumamnya:
622 "Kedua kuntum bunga ini indah sekali sulamannya!"
"Yaa, memang sangat indah!" kata Ting Bau pula sambil menghela napas panjang.
"Walaupun aku tak tahu siapa yang menyulam bunga-bunga ini, tapi aku dapat
membayangkannya." "Yaa, dia pasti seorang gadis yang romantis dan cantik jelita bak bidadari dari kahyangan ?"
Seorang gadis yang lemah-lembut, cantik jelita dan romantis, tanpa sepengetahuan orang lain
diam-diam menyulam kocek tersebut di bawah sorot cahaya lampu untuk diberikan kepada
kekasihnya. Tapi tak beruntung ketika kocek itu selesai disulam ia telah berpulang ke alam baka, karena
itu sampai matipun kekasihnya selalu membawa serta kocek tersebut, sampai matipun tak rela
untuk diberikan kepada orang lain.
Kejadian semacam ini sungguh memedihkan hati, sungguh merupakan suatu kisah cinta yang
menggetarkan sukma. Bila seorang pemuda yang penuh dengan perasaan menyaksikan sebuah kocek semacam itu,
dengan mudah ia akan menghubungkan kejadian tersebut dengan suatu kejadian yang lain.
Kwik Ciok-ji dan Ting Bau secara kebetulan adalah manusia semacam ini.
Mereka bukan saja mudah terpengaruh oleh kejadian semacam ini, lagipula mudah
menciptakan suatu rangkaian cerita yang bersifat melankolis.
Apalagi sebuah kocek toh sama sekali tidak penting artinya, kenapa tidak dipenuhi saja
keingingan orang" "Bagaimana menurut pendapatmu?" tanya Kwik Ciok-ji kemudian.
"Aku tak ada idee lain," jawab Ting Bau.
Tak ada pendapat lain, biasanya berarti tidak keberatan.
"Kalau begitu tolonglah Tong kongcu untuk memusnahkan kocek tersebut ?" pinta Kwik
Ciok-ji. "Mengapa harus aku."
"Karena aku tak tega untuk melakukannya!"
623 "Darimana kau bisa tahu kalau aku tega untuk melakukannya?"
Mereka tidak bertanya kepada Bu-ki.
Antara mereka dengan Tong Giok sama sekali tiada ikatan dendam kesumat, mereka sama
sekali tak tahu manusia macam apakah Tong Giok itu.
Bahkan mereka mulai beranggapan bahwa Bu-ki terlampau Bu ki (banyak curiga) sebab
tampaknya Tong Giok benar-benar terlalu mengenaskan, pantas dikasihani.
Tiba-tiba Kwik Ciok-ji mendapat suatu idee bagus, segera usulnya:
"Mengapa kita tidak mengembalikan saja kocek ini kepada Tong kongcu ?""
Bagaimanapun juga tugasnya telah selesai, terserah Tio Bu-ki hendak menghadapi Tong Giok
dengan cara apapun, terserah Tong Giok hendak mengapakan kocek tersebut, hal mana sudah
tiada sangkut-pautnya lagi dengan dia.
Ting Bau segera menyetujuinya:
"Suatu usul yang bagus!"
Memang itu merupakan suatu usul yang bagus.
Bila mereka tahu betapa bagusnya usul tersebut, tidak menunggu orang lain turun tangan,
mungkin mereka telah menumbukkan kepalanya lebih dulu ke atas dinding.
***** RUMAH KECIL KWIK CIOK-JI telah menuang keluar seluruh isi kocek tersebut, karena ia sudah mengambil
keputusan untuk mengembalikan kocek tersebut, kepada Tong Giok.
Dapatkah ia merubah keputusannya"
Dapatkah Bu-ki menghalangi niatnya"
Jantung Tong Giok berdebar-debar dengan kerasnya.
Bukan cuma jantungnya yang berdebar-debar keras, bahkan ujung jarinya ikut menjadi
dingin, bibirnya terasa mengering bahkan tenggorokanpun seolah-olah tersumbat.
624 Ketika untuk pertama kalinya ia merasakan keadaaan seperti ini, kejadian tersebut sudah
berlangsung banyak, banyak tahun berselang.
Ketika itu bulan empat, juga musim semi, saat tersebut dia masih seorang bocah tanggung
berusia empat lima belas tahunan.
Udara pada waktu itu lebih panas daripada hari ini, tiba-tiba ia merasakan hatinya sangat
gundah. Waktu itu malam sudah semakin larut, dia ingin tidur namun mata serasa tak mau memejam,
maka seorang diri dia pun ngeloyor keluar dari kamarnya dan bermain kesana kemari.
Akhirnya ketika tiba di kebun belakang enci misannya, tiba-tiba ia mendengar suara nyanyian
berkumandang datang dari sana.
Nyanyian itu berasal dari dalam sebuah ruang kecil di dalam kamar tidur kakak misannya,
selain suara nyanyian juga kedengaran suara air.
Suara air tersebut berasal dari seseorang yang sedang mandi.
Dalam ruang kecil itu ada sinar lampu.
Bukan saja dari balik daun jendela ada cahaya lampu, dari celah pintupun juga ada.
Sebenarnya dia tak ingin menghampirinya, tapi hatinya waktu itu sedang gundah, semacam
perasaan gundah yang tak pernah dirasakan sebelumnya, suatu perasaan gundah yang sangat
aneh.
Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Maka diapun menghampirinya.
Di bawah pintu terdapat sebuah celah yang lebarnya hampir setengah inci, bila membaringkan
tubuhnya ke tanah, ia pasti dapat melihat orang yang berada di dalam ruangan kecil itu.
Maka diapun membaringkan badannya ke atas lantai, menempelkan telinganya ke tanah dan
matanya mengintip ke dalam melalui celah-celah tersebut.
Ia segera dapat melihat kakak misannya itu.
Waktu itu kakak misannya baru berusia enam belas tahun.
Pada saat itu, kakak misannya sedang mandi di dalam kamar kecil tersebut.
Seorang gadis yang berusia enam belas sudah terhitung cukup matang, ia sudah memiliki
payudara yang kencang dengan sepasang paha yang putih dan halus "
625 Inilah pertama kalinya ia menyaksikan tubuh telanjang seorang gadis yang baru dewasa, juga
untuk pertama kalinya berbuat dosa.
Tapi debaran jantungnya ketika itu masih belum sekeras debaran jantungnya sekarang.
Kwik Ciok-ji telah melemparkan kocek tersebut ke arahnya.
Sejak ia mendengar Tong Giok hendak memusnahkan kocek tersebut sampai ia melemparkan
kocek itu ke depan, waktu yang dibutuhkan hanya beberapa menit.
Tapi bagi Tong Giok, waktu yang amat singkat itu justru dirasakan jauh lebih panjang
daripada enam puluh tahun.
Sekarang kocek itu sudah dilemparkan ke arahnya, sulaman bunga Botan dari benang emas
itu berkelip-kelip di tengah udara.
Dalam pandangan Tong Giok ketika itu tiada cahaya yang lebih indah di dunia ini dari pada
kilatan cahaya tersebut. Ia berusaha keras untuk mengendalikan diri, agar jangan tampak terlalu tergesa-gesa.
Menanti kocek itu sudah terjatuh ke tanah, pelan-pelan ia baru membungkukkan badannya
untuk mengambil. Yang dipungut sekarang bukan cuma sebuah kocek saja, tapi sepasang senjata rahasia,
sepasang senjata rahasia yang akan memungut kembali jiwanya yang hampir melayang.
Bahkan bukan cuma selembar nyawanya saja, masih ada nyawa dari Tio Bu-ki, Huan Im-san,
Ting Bau dan Kwik Ciok-ji.
Pada saat itulah ia telah berubah menjadi orang yang paling berkuasa di tempat itu, sebab
nyawa dari beberapa orang ini sudah berada dalam cengkeramannya.
Detik itu dirasakan begitu cemerlang, begitu agung dan menggembirakan!
Tong Giok tak dapat mengendalikan rasa geli dan gembiranya lagi, ia mendongakkan
kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
Dengan terkejut Kwik Ciok-ji memandang ke arahnya, kemudian menegur:
"Apa yang sedang kau tertawakan?"
"Aku sedang mentertawakan kau!" sahut Tong Giok.
626 Ia sudah memencet kedua batang senjata rahasia San-hoa-thian-li yang tiada tandingannya di
kolong langit itu di dalam genggamannya.
Sambil tertawa tergelak, katanya lagi:
"Kau tak akan menyangka bahwa perbuatan yang barusan kau lakukan sesungguhnya adalah
suatu perbuatan yang amat bodoh, bukan saja kau telah mencelakai jiwa Ting Bau dan Tio
Bu-ki, juga mencelakai jiwamu sendiri!"
Kwik Ciok-ji masih memandang ke arahnya dengan terkejut, semua orang memandang ke
arahnya dengan terkejut. Bukan karena gelak tertawanya, bukan pula karena ucapannya, melainkan karena raut
wajahnya. Tiba-tiba raut wajahnya telah mengalami suatu perubahan yang aneh sekali.
Tak ada orang yang bisa menerangkan bagian manakah yang telah berubah, namun setiap
orang dapat melihat perubahan tersebut.
Dalam waktu yang amat singkat, sinar matanya tiba-tiba berubah menjadi sayu dan buram,
kelopak matanya ikut menyusut kecil.
Kemudian bibirnya, ekor matanya seakan-akan mengejang keras dan kaku, selapis hawa
hitam kematian yang sangat aneh mendadak muncul dan menghias wajahnya.
Tapi ia sendiri seakan-akan tidak merasakannya, sedikitpun tidak merasakannya.
Ia masih tertawa. Tapi sorot matanya tiba-tiba menampilkan suatu perubahan yang amat aneh, seperti seorang
yang merasa ngeri dan ketakutan, ia telah menyadari bahwa dirinya telah melakukan suatu
kesalahan yang fatal. Ia lupa kalau tangannya tidak mengenakan sarung tangan, diapun lupa kalau tangannya belum
dilindungi oleh lapisan lilin yang melindungi kulit tangannya dari sengatan racun.
Ia terlampau gembira, dengan tangan telanjang meremas kedua biji senjata rahasianya, ia
bertindak terlalu kuat sehingga ujung jarum yang tajam telah menusuk ujung jarinya itu.
Tidak terasa sakit, sama sekali tidak terasa apa-apa, bahkan perasaan kaku atau kesemutanpun
tiada. 627 Racun yang dipoleskan di ujung senjata rahasianya itu adalah sejenis racun terbaru yang
berhasil mereka ciptakan, bahkan obat penawarnyapun belum sempat dibuat.
Pada hakekatnya senjata rahasia tersebut masih belum mencapai taraf yang memperbolehkan
setiap orang untuk mempergunakannya.
Menanti ia merasakan seluruh kulit badan serta persendian tulang dalam sekujur tubuhnya
mulai mengalami suatu perubahan yang aneh dan menakutkan, waktu sudah terlalu lambat!
Ia sudah tak dapat mengendalikan dirinya lagi, bahkan untuk tertawapun sudah tak dapat
dikendalikan, malah ia sudah tak dapat mempergunakan tangannya lagi.
Dia ingin sekali melepaskan kedua batang senjata rahasia itu kedepan, akan tetapi tangannya
sudah tak mau menuruti perintahnya lagi.
Dalam waktu yang amat singkat, racun tersebut telah merusak jaringan syaraf yang berada di
dalam tubuhnya. Menyaksikan seseorang yang menunjukkan wajah ketakutan dan ngeri tapi masih tertawa
tergelak tiada hentinya, sesungguhnya kejadian semacam itu adalah suatu kejadian yang amat
menakutkan. "Sesungguhnya apa yang telah terjadi?" tanya Kwik Ciok-ji.
"Racun!" jawab Bu-ki
"Darimana datangnya racun?"
Belum lagi Bu-ki sempat menjawab, tiba-tiba tangan Tong Giok mengejang keras lalu
mengangkat ke udara, gerak-geriknya sangat aneh dan lamban, persis seperti gerakan tubuh
boneka kayu. Perintah yang dipancarkan dari otaknya tadi, baru sekarang sampai di tangannya.
Sekarang dia baru melemparkan senjata rahasia tersebut ke depan.
Tapi sayang otot-otot di dalam tubuhnya serta persendian tulangnya sudah terlanjur kaku,
syaraf yang mengatur ketepatan menimpukpun sudah sama sekali punah tak berbekas.
Kedua batang senjata rahasia itu meluncur ke depan dengan gerakan vertikal, seperti sejenis
benda yang dilepaskan dari suatu alat berpegas tinggi, meski kekuatannya sangat besar namun
arahnya sudah tak benar. 628 Dengan kecepatan luar biasa, benda-benda itu meluncur ke sudut dinding yang terjauh dari
kuil dewa harta itu dan menumbuk di atas dindingnya.
Setelah itu " "Blaam "!" terjadi ledakan keras.
Meski suaranya tidak sekeras ledakan bahan peledak yang lain, akan tetapi akibat yang
dibuatnya benar-benar mengerikan sekali. Untung saja Bu-ki sekalian berdiri di tempat
kejauhan dan lagi reaksi merekapun cukup cepat.
Untung saja mereka tak sampai terhajar oleh hancuran batu dan kayu yang bermuncratan
keempat penjuru itu. Walaupun peristiwa itu berlangsung dalam sedetik, tapi pengalaman tersebut tak pernah
mereka lupakan untuk selamanya.
Sebab dalam detik itulah, mereka merasa diri mereka seakan-akan telah berpesiar sejenak ke
tepi neraka. Hancuran batu bata dan debu yang berterbangan di angkasa serta hancuran lempengan besi
yang menyilaukan mata, saat ini sudah mulai reda kembali.
Tapi peluh dingin yang membasahi mereka belum mengering.
Tubuh mereka semua basah oleh keringat dingin, sebab mereka telah menyaksikan
kedahsyatan senjata rahasia tersebut dengan mata kepala sendiri.
Lewat lama sekali, Kwik Ciok-ji baru dapat menghembuskan keluar semua kekesalan dan
kemurungan yang mengganjal dalam dadanya selama ini.
"Sungguh berbahaya!" pekiknya.
Sekarang, sudah barang tentu dia sudah tahu kalau perbuatannya tadi adalah suatu perbuatan
yang sangat tolol. Ia memandang ke arah Bu-ki, lalu tertawa getir, katanya:
"Barusan, hampir saja aku telah mencelakai jiwamu!"
"Yaa, betul-betul selisih sedikit sekali!" Bu-ki mengangguk.
Kembali Kwik Ciok-ji menatapnya setengah harian lamanya, setelah itu dia berkata lagi:
"Barusan, kau nyaris mampus di tanganku, sekarang, kau hanya mengucapkan sepatah kata
itu saja kepadaku?" 629 "Apakah kau berharap aku bisa mendampratmu habis-habisan?"
"Benar!" "Akupun sangat ingin mendampratmu habis-habisan, karena kalau aku tidak mendampratmu
kau malah akan menganggap aku sebagai orang yang terlalu licik, terlalu menggunakan akal
dan tidak gampang bergaul dengan teman ?"
"Siapa tahu aku memang benar-benar beranggapan demikian?" ternyata Kwik Ciok-ji
mengakui juga. Bu-ki segera menghela napas panjang.
"Sayang aku tak dapat mendampratmu!" katanya.
"Kenapa?" "Sebab aku masih belum kau celakai sampai mati."
"Kalau aku benar-benar telah mencelakaimu sampai mati, mana mungkin kau bisa
mendamprat diriku lagi?"
"Kalau aku benar-benar sudah mati, tentu saja aku tak mungkin bisa memaki dirimu lagi."
"Kalau memang begitu, mengapa kau tidak mencaci-maki diriku sekarang ?"
Bu-ki kembali tertawa. "Aku toh belum sampai mati karena perbuatanmu, mengapa aku harus mencaci-makimu,"
jawabnya. Kwik Ciok-ji menjadi tertegun, tertegun hampir setengah harian lamanya, mau tak mau dia
harus mengakui juga atas kebenaran dari perkataan itu.
"Ternyata ucapanmu sedikit agak masuk akal juga," katanya:
"Memang sangat masuk akal!"
Setelah tertawa terbahak-bahak, terusnya:
"Sekalipun kau menganggap teoriku ini macam kentut anjing yang busuk, aku rasa kau juga
tak akan sanggup untuk berbantahan dengan diriku ?"
630 "Kenapa?" "Karena perkataanku itu sangat masuk akal."
Kwik Ciok-ji ikut tertawa.
"Sekarang aku dapat memahami suatu hal!" serunya.
"Memahami apa?"
"Jangan sekali-kali membicarakan soal cengli denganmu, lebih baik berkelahi dengan kau
daripada mengajakmu membicarakan soal cengli."
Setelah tertawa tergelak, terusnya:
"Karena siapapun tak akan mampu untuk menangkan dirimu."
Tadi, sebenarnya dia merasa amat menyesal dan penuh permohonan maaf tapi sekarang
pikirannya benar-benar sudah terbuka.
Sekarang, hati kecilnya seratus persen telah mengakui bahwa apa yang dikatakan Bu-ki
memang sangat beralasan. Ucapan yang bisa membuat terbuka dan leganya perasaan orang, sekalipun tak masuk akal
juga menjadi masuk akal. Tong Giok belum mati. Ternyata ia belum roboh ke tanah, masih seperti sedia kala berdiri tak berkutik di sana.
Tapi wajahnya sudah sama sekali kaku, kelopak matanya yang menyusut kencang tadi
sekarang sudah membuyar, sepasang mata yang sebetulnya tajam dan jeli, sekarang telah
berubah menjadi buram dan tak bercahaya, bahkan biji matanyapun tak dapat bergerak lagi
sehingga sekilas pandangan mirip sekali dengan seekor ikan mati.
Ting Bau menghampirinya, menggerak-gerakkan tangan di depan matanya, tapi sepasang
matanya itu masih melotot kedepan dengan kaku dan tanpa berkedip, maka Ting Bau
mengeluarkan ujung jarinya dan pelan-pelan mendorong tubuhnya, kali ini ia roboh terkapar
ketanah. Tapi ia belum mati. Dia masih bernapas, jantungnya masih berdetak, nadinya masih berdenyut "
631 Setiap orang tentunya dapat melihat dihati kecilnya dia pasti lebih suka mati dari pada tersiksa
selama hidup. Sebab keadaan semacam ini sesungguhnya jauh lebih tersiksa daripada mati, dia merasa jauh
lebih enak mati daripada berada dalam keadaan begini.
Tapi sayang, dia justru tak bisa mati.
Benarkah dibalik alam semesta yang luas ini terdapat suatu kekuatan yang adil tapi tak
berperasaan yang mengendalikan seluruh kejadian di dunia ini" Benarkah Thian sedang
mengutuknya dan melimpahkan hukuman kepadanya"
Rupanya dalam hati kecil Ting Bau telah muncul suatu perasaan ngeri dan takut yang sukar
dilukiskan dengan kata-kata, ia bertanya:
"Mengapa dia belum mati?"
"Sebab dia adalah Tong Giok!" tiba-tiba Huan Im-san menjawab.
***** TAHUN ini Huan Im-san berusia lima puluh enam tahun, hampir separuh dari masa hidupnya
dia habiskan untuk bergumul dalam dunia persilatan, manusia semacam ini entah dia itu bajik
atau jahat, baik atau buruk, paling tidak dia masih memiliki suatu kebaikan. Manusia
semacam ini tentu tahu keadaan, tentu tahu diri.
Oleh karena itu dia sangat memahami kedudukan serta posisinya pada waktu itu, dia selalu
berdiri di samping dengan mulut membungkam, sepatah katapun tidak bersuara.
Tapi dia masih ingin hidup terus, hidup lebih baik dan hidup lebih nyaman, kalau muncul
suatu kesempatan di hadapannya, dia tak akan menyia-nyiakannya dengan begitu saja.
"Karena dia adalah Tong Giok, maka dia belum mati?" kata Ting Bau keheranan.
"Benar!" Huan Im-san manggut-manggut.
"Apakah karena Thian sengaja hendak menggunakan cara ini untuk menghukum manusia
seperti itu?" "Bukan!" "Lantas karena apa?"
632 "Karena dia adalah anggota keluarga Tong, yang terkenapun racun dari keluarga Tong, maka
dalam tubuhnya terdapat semacam serum yang memiliki kekuatan untuk menghadapi sifat
racun tersebut." "Memiliki daya tahan terhadap racun itu?"
"Yaa, bila setiap hari kau minum endrin dan kadarnya setiap hari kau tambah, maka lamakelamaan
kau tak akan mampus bila suatu ketika ada orang hendak meracunimu dengan
Tusuk Kondai Pusaka 11 Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Perguruan Sejati 6
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama