Ceritasilat Novel Online

Hong Lui Bun 12

Hong Lui Bun Karya Khu Lung Bagian 12


pasti sudah mempersiapkan Am-gi yang ganas danjahat,
namun tak pernah dia menduga bahwa serangan bakal
seganas dan selincah ini, untung sebelum dia memburu maju,
mendadak dilihatnya lawan menjatuhkan diri kedepan, rasa
curiga telah menghentikan niatnya, sedikit merandek ini telah
menolong jiwanya. Bila dia mendengar suara jepretan,
berbareng lima bintik sinar dingin melesat keluar, lekas dia
menutul kaki diujung bambu, badannya lantas menjulang
keatas, syukur masih sempat dia menyelamatkan diri.
Diatas barisan bambu yang tertancap dipasir kering seperti
itu sebetulnya tidak boleh menggunakan tenaga, apalagi
menjejak mumbul keatas, dasar Kiam-ping berkepandaian
tinggi nyalinyapun besar, terdesak oleh keadaan pula,
terpaksa dia menempuh cara berbahaya.
Sama sekali tidak diduganya pula disaat tubuhnya melorot
turun, Kim-kong-ci Hong Kiat menyerang pula dengan jarumjarum
lembutnya untuk yang kedua kali. Kali ini Liok Kiamping
jelas takkan bisa meluputkan diri dari serangan
mematikan ini. Seperti diketahui diatas barisan bambu tidak boleh
mengerahkan tenaga. diwaktu menjulang keatas Liok Kiamping
tidak bisa menggunakan tenaga besar, setelah terapung
diudara segera tubuhnya akan melorot turun, hal ini sudah
diperhitungkan oleh Hong Kiat.
Diluar tahunya Ling-hi-pou-hoat yang diyakinkan Liok Kiamping
sudah sempurna dan dapat dikembangkan beruntun
sembilan kali berputar diudara seperti burung elang
jumpalitan, walau tadi kakinya tidak menggunakan tenaga
untuk melambung keatas, namun ditengah udara untuk
berputar terbang bukankah suatu kerja berat bagi dirinya.
Begitu mendengar suara jepretan, lantas dia tahu lawan
menyerang kedua kali dengan jarum jahatnya, lekas dia
menarik napas, di mana kedua lengan terkembang, tubuhnya
meringkel terus meronta sekali, hingga tubuhnya melayang
naik pula satu tombak, Bwe-hoa-ciam itupun tidak mengenai
sasarannya pula. Ditengah udara Kiam-ping berputar sekali, tubuhnya rebah
datar diudara, begitu kaki memancal laksana seekor burung
rajawali tubuhnya melesat maju memburu kearah Hong Kiat.
Bahwa Kim-kong-ci Hong Kiat menyerang dua kali dengan
jarum jahat secara keji dan nakal, tanpa mematuhi peraturan
dunia persilatan, orang-orang gagah Hong- lui- bun sudah
berjingkrak gusar. Beramai-ramai mereka membentak dan
memaki, ada yang mengacung tinju, ada yang menggosok
telapak tangan, siap bertindak bila mendapat komando.
Kini mari kita ikuti-jejak si gede Siang Wi, karena
ketinggalan tepaksa dia mengudak kearah mana tadi orang
banyak pergi, langkahnya lebar, pentungnya masih terus
berkerja, sering pula kaki menendang apa saja yang
menghalangi perjalanannya, pintu atau dinding yang
menghadang juga dihajar dengan pentung baja. Setelah
sekian lama mengobrak abrik kian kemari, belumjuga dia
menemukan orang banyak, karuan si gede yang pikun ini
semakin bingung uring-uringan akhirnya dia pegang pentung
berdiri melongo celingukan, entah kemana die harus
menerjang pula. Karena berdiam diri itulah, dalam keheningan dia
mendengar suara sorak sorai orang banyak. seketika dia
berjingkrak girang, mulutnya mengoceh: "Maknya kura-kura,
akhirnya kutemukan juga." kembali pentungnya bekerja,
tembok dijebolkan secara kekerasan- setelah membelok dua
kali dia tiba disebuah serambi.
Diujung tikungan sana dilihatnya bayangan orang bergerakgerak.
Dengan getak tawa mulutnya berkaok-kaok: "Anak
kelinci, coba mau sembunyi kemana lagi." sambil menjinjing
pentung segera dia memburu ke sana.
Keluar dari serambi panjang berliku-liku itu dia memasuki
sebuah pekarangan dibawah sebuah bangunan loteng.
Tampakpula banyak lelaki sedang sibuk bekerja menggotong
buntalan-buntalan kertas entah apa isinya, yang terang
buntalan kertas itu semua dilempar kesebuah lobang dibawah
tanah. Memangnya sudah penasaran dan keki sejak tadi, perut
lapar lagi, maka orang-orang Ham-ping-kiong yang kesamplok
ditangannya tentu tidak diberi ampun, dengan mata mendelik
segera dia menyerbu sambil ayun pentungnya.
orang-orang itu sedang sibuk bekerja, penuh perhatian dan
hati-hati menggotong buntalan-buntalan kertas itu, mimpipun
tidak menduga bahwa petaka turun dari langit mengincar jiwa
mereka. d iluar pekarangan tadi mereka sudah merasakan
kelihayansi gede ini, tahu permainan pentungnya amat
kencang dan berat, siapa tidak lekas menyingkir pasti celaka,
apalagi sigede berkulit tebal tak mempan senjata, melihat dia
menyerbu datang dengan mata mendelik laksana raksasa iblis
yang jahat saja. Seketika hampir terbang arwah mereka
saking ngeri den ketakutan, siapa berani ayal, beramai ramai
mereka menjerit ngeri sambil melempar buntalan kertas yang
dipegang terus ngacir seperti dikejar lawan, lari ke lobang
dibawah tanah. Lobang itujuga tidak terlalu lebar, mereka berjumlah
banyakjadi mereka berebutan menyelamatkan diri, yang
berada dibela kang jelas terlambat. maka tidak sedikit yang
dihajar pentung hingga kepala bocor tulang patah, yang mati
dan terluka parah bergelimpangan ditanah.
Akhirnya si gede kehabisan lawan, terpaksa dia mengudak
kebawah lobang. Dibawah lobang gelap gulita, begitu dia
berada di bawah lobang, matanya seketika menjadi gelap tak
bisa melihat apa-apa. Sejenak dia berdiri ragu-ragu, setelah
merasa pandangannya agak biasa, baru dia melihat sebuah
lorong panjang berada didepannya, mau maju atau mundul
kebelakang, buntalan-buntalan kertas satu kaki persegi
berserakan disepanjang lorong, orang-orang yang
mengangkuti buntalan itu sudah lari tak kelihatan
bayangannya. Di arena tidak teriampias rasa gusarnya akhirnya buntalan
kertas itu menjadi sasaran ayunan pentungnya, isinya segera
tercecer berhamburan, ternyata bubuk kuning yang berbau
menusuk hidung. Mendadak didengarnya suara mendesis tajam dari tempat
gelap sana disertai percikan api, Lekas si gede memburu
kesana sambil menyeret pentung. Dua puluhan langkah
kemudlan desis suara itu makin keras, tapi maju lagi lebih
jauh sudah buntu, tiada jalan belok pula " Setelah
membanting kaki dia putar batik hendak memburu kearah
datangnya suara. Mendadak dia menumbuk sebatang bambu
sebesar mulut mangkok yang tegak berdiri ditengah lorong
menyanggah langit-langit lorong, tanpa peduli tiga kali tujuh
dua puluh satu sigede angkat pentung terus memukul, tapi
tonggak bambu besar itu tidak bergeming, seperti berakar
dibumi, setelah puluhan kali dipukul tetap berdiri tegak. Gema
suara pukulan pentung bergema diujung lorong sebaliknya.
Lorong terlalu sempit, tak mungkin sigede mengayun
pentung menyapu miring, maka pukulan pentungnya itu tidak
menggunakan sepenuh tenaganya, akhirnya sigede
menumbuk dengan kedua lengan berganti kanan kiri, pundak
sudah kesakitan, tonggak bambu itu tetap tidak bergerak,
karuan dia menjadi jengkel, akhirnya pentung dia buang,
kedua tangan pegang tonggak bambu itu terus kerahkan
seluruh tenaganya mencabutnya keatas.
Siang Wi memang dibekali tenaga raksasa sejak dilahirkan,
begitu dia kerahkan kekuatannya tonggak bambu itu mulai
terangkat sedikit. Setelah diulang beberapa kali, tonggak
bambu itu akhirnya tercabut seluruhnya. Karuan senangnya
bukan main, bambu masih dipegang kencang terus disendai
keras kesamping. Maka terdengarlah suara gemuruh, langit-langit lorong itu
ambruk sehingga bolong dan menyorotlah cahaya terang
kedaiam lorong yang gelap. Menyusui pasir kuning yang
lembut seperti dituang saja menguruk kebawah.
Tenaga sendai sigede terlalu besar, begitu tonggak itu
copot dia sendiri ikut tertarik kepinggir lima kaki, hingga pasir
kuning menguruk seluruh kakinya sebatas paha.
Semula masih sempat kupingnya mendengar suara
bentakan ramai diatas, tapi hanya sekejap suasana menjadi
sepi. Lekas si gede melonjak berdiri sambil meraih pentung
terus merambat keatas lobang. Diatas pasir tak bisa
menggunakan tenaga, badan sigede yang besar berat pula,
hanya dua langkah kakinya sudah terjeblos hingga dia roboh
terjengkang, dengan pentungnya lekas dia menyanggah
badan serta merambat bangun pula kearah lobang diatas.
Waktu dia angkat kepala selayang pandang hanya pasir
kuning melulu, maka hatinya bingung dan heran: "Tempat
apakah ini " Apakah disini ada laut "'
Tengah dia celingukan dengan bingung, mendadak
didengarnya suara dari atas pasir sana serta muncul bayangan
orang: "He, bocah gede, bagamana kau bica muncul dari
bawah tanah " Sekarang jangan bergerak dulu, biar kubantu
kau membuka jalan diatas pasir ini."
"Ih losu," seru sigede, tolong lekas kau bantu aku. Terus
terang perutku sudah lapar. Kemana pula orang banyak ?"
"Baiklah, segera aku bantu." Lalu dia lompat turun diatas
tumpukan pasir serta merambat naik pula. Tak lama kemudian
si gede sudah ditarik keluar oleh Ih Tiau-hiong tak urung
sekujur badannya kotor oleh pasir kuning, Ternyata lobang
besar diatas lorong kebetulan tepat ditengah barisan bambu
runcing yang dipasang dipasir kering.
Seperti diketahui Hong Kiat sengaja memancing Liok Kiamping
bertanding diatas barisan bambu ditancap dipasir itu,
sebelumnya diapUn sudah menyiapkan Bwe-hoa-toh-bingciam
yang ganas untuk adu jiwa dengan lawan- bila masih
gagal juga merobohkan lawan dan pihak sendiri yang kalah,
terpaksa dia akan meledakkan bom geledek yang sudah
dipendam dibawah pasir, bukan saja orang-orang gagah
Hong-lui-bun akan mampus seluruhnya oleh ledakan dahsyat
itu, seluruh perkampungan Kwi-hun-ceng inipun akan hancur
luluh oleh ledakan demi ledakanDiwaktu dia menantang Liok Kiam-ping, sementara anak
buahnya sedang sibuk mengatur bahan-bahan peledak. Dilua r
perhitungannya pula bahwa sigede yang ketinggalan ini tanpa
sengaja justru main trobos masuk kelorong bawah tanah,
bukan saja mematikan sumbu peledak. barisan bambu diatas
pasir itupun ambruk kebawah.
Waktu Kiam-ping meluputkan diri dari timpukan jarum
musuh dengan Ginkangnya yang tinggi, tubuhnya menukik
lurus kebawah seenteng kapas, turun dibela kang Kim-kong-ci
Hong Kiat, Kim-kong-ci Hong kiat terpesona oleh demontrasi
Ginkang yang tiada taranya itu. maklum bahwa pihak dirinya
takkan mungkin menang, ingin dia segera meleeakkan bom d
iba wah pasir, tapi dia juga tahu bahwa orang-orangnya belum
selesai mengatur bagian bawah, terpaksa dia harus mengulur
waktu. Diwaktu otaknya bekerja mencari akal untuk menghadapi
musuh itulah, bagian tengah barisan bambu diatas pasir tepat
dimana bom peledaknya terpendam mendadak ambruk
dengan suara gemuruh, melesak runtuh kedalam tanah.
Sudah tentu kejadian ini bukan saja mengejutkanjuga
memusingkan kepalanya, batinnya: "Lorong sekokoh itu tanpa
sebab tidak mungkin runtuh. orang-orang Hong-lui-bun semua
ada disini, tidak mungkin ada yang mendadak merusak
rencanaku didalam lorong bawah tanah," Padahal sigede yang
ketinggalan itu telah dilupakan olehnya, "Bantuan dari luar
juga tidak mungkin datang secara kebetulan. Mungkinkah ada
orang orang Ham-ping-kiong yang sudah mengkhianat
membantu pihak musuh"
Betapun runtuhnya barisan bambu itu merupakan pukulan
berat bagi pihaknya, mumpung masih ada kesempatan kalau
tidak lekas pergi, bila terlambat pasti menyesal seumur hidup.
mendadak dia bersuit panjang memberi tanda kepada anak
buahnya, berbareng kedua tangan didorong lurus ke depan.
Terdengar dua kali jepretan pula, dua rumpun jarum halus
kembali melesat keluar dari dalam bung bung, masing-masing
mengincar Liok Kiam-ping dan rombongan besar orang-orang
Hong-lui-bun. Mendengar suitan panjang dari mulut Hong Kiat, orangorang
Ham-ping-kiong bergegas berlompatan mundur, tanpa
membuka suara mereka berlompatan keluar pagar tembok.
Sementara Hong Kiat sendiri setelah menyambitkan jarumnya,
ikut kabur dari tempat itu.
Dua kali Liok Kiam-ping selamat dari seranganjarum berbisa
lawan, sekarang dia tidak perlu gentar lagi, lekas dia
menyingkir lima kaki kesamping, Serangan ketiga ini pun tidak
mengenai dirinya. Sejak tadiJian-li-tok-heng memang sudah menggenggam
biji teratai besi, sekarang tiba saatnya dia pamer kepandaian,
lima bintikjarum menyambar ke arah orang banyak, kontan dia
ayun tangan menimpukkan biji teratai besi, kelima Bwe-hoaciam
kena ditimpuknya jatuh semua.
Bila Kiam-ping berhasil menyelamatkan diri dari s a mb era
n Bwe-boa-ciam musuh, dilihatnya Hong Kiat sudah kabur
melompati pagar tembok. Saking gusar dia memekik seram,
dengan gerakan cam-llong-seng-thian, tubuhnya melambung
lima tombak, secepat panah mengudak keluar pagar.
Demikian pula orang-orang Hong-lu^bun yang lain
membentak dan mencaci maki, beramai-ramai mereka
mengudak keluar. Hanya coh-siang-hwi yang terluka, dia
masih harus menjaga Tio-jin-kiat, maka hanya mereka berdua
saja yang masih tinggal d is itu.
Begitu tiba diluar pagar Liok Kiam-ping meluncur turun,
kabut pagi masih tebal, lapat-lapat kelihatan puluh a n tombak
didalam hutan bayangan orang berkelebat, tanpa ayal dia
menjejak kaki ditanah, tubuhnya berlompatan beberapa kali,
mengembangkan Ling-hi-pou-hoat. G^ak tubuhnya laksana
damparan angin les us, melesat kedepan dengan kencang.
Diluar sungai pelindung perkampungan merupakan hutan
belantara yang lebat, maju pula kedepan adalah mulut
gunung. Sementara itu bayangan orang didepan itu masih
terpaut puluhan tombak. yakin beberapa kali lompatan pula
pasti dirinya dapat menyandak.
Hatinya sudah kebacut girang, gembong iblis yang jahat


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kali ini pasti takkan lolos. Tapi setelah dia mengitari perut
gunung, seketika dia celingukan heran dan kaget, bayangan
yang dikejarnya ternyata telah lenyap dalam sekejap ini.
Samar-samar Liok Kiam-ping masih kenal daerah sekitar ini,
dulu waktu kecil sering juga dia dolan ditempat ini, melewati
perut gunung, maju kedepan lagi adalah tega la n yang
belukar dan tiada jalan menembus kejurusan lagi.Jarak
belasan tombak hanya ditempuh sekejap mata, pada hal
orang-orang Ham-ping-kiong sebanyak itu, bagaimana mereka
bisa melarikan diri dalam jangka sependek ini " Kiam-ping
tahu urusan agak ganjil, dibelakang kejadian pasti ada rahasia
yang belum diketahui. Maka dia panggil orang banyak berkumpul lalu membagi
tenaga mencari ke segala jurusan- Dalam jangka satu jam
daerah itu boleh dikata sudah digeledah. tetap tidak
menemukanjejak musuh. Sementara fajar telah menyingsing,
terpaksa orang banyak kembali kemulut gunung, tunggu
punya tunggu semua sudah balik, hanya It-cu-kiam saja yang
belum kunjung tiba. Kiam-ping gelisah dan tidak sabar lagi.
Padahal orang banyak sudah bertempur semalam suntuk.
meski Lwekang mereka tinggi juga harus beristirahat. Maka
dia minta orang banyak pulang dulu ke Kwi-hun-ceng,
bersamaJian-l^tok-heng mereka mencari ke arah It-cu-kiam
pergi. Dengan cermat mereka menyelidik dan mencari dengan
teliti. Satu jam kemudian mereka memasukijalanan kecil yang
penuh ditumbuhi rumput alang alang, dua dinding gunung
mengapitjalan kecil ini jadi bentuknya mirip selat gunung, tapi
karena jarang dilewati orang, maka jalanan kecil ini sudah
ditumbuhi rumput liar. Selat sempit ini berliku-liku, makinjauh
kedalam keadaannya makin seram dan menakutkan.
Kiam-ping berdua terus maju puluhan tombak, dipinggir
dinding gunung sebelah kanan terdapat sebuah batu raksasa
yang menonjol, pada hal sekitar sini tiada batu lain dan batu
raksasa inipun menghadang jalan, jadi amat menyolok.
Rumput liar disekitar batu raksasa tumbuh satu kaki
tingginya. kelihatan rumput di sini morat marit seperti ditindih
barang berat hingga rebah datar diatas tanah. Maju lagi
adalah semak-semak yang belukar. Jian-li-tok-heng merasa
heran, katanya: "Daerah yang jarang dijelajah manusia, tinggi rumput lebih
satu kaki, bagaimana mungkin bisa roboh kalau tidak tertindih
benda berat " Dilihat keadaannya, kejadian baru saja,
mungkin... ' tiba-tiba dia jemput sepotong batu sebesar mang
kok lalu lompat keatas batu raksasa serta menghantam
dinding gunung dengan batu ditangannya.
Ternyata bunyi ketukan itu menimbulkan gema kosong
dibalik dinding, lekas dia berkata: 'Keadaan dibalik dinding
agak mencurigakan, mari kita geser dulu batu besar ini.'
Batu raksasa itu ada ribuan kati beratnya, tapi dengan
gabungan tenaga mereka berdua dengan mudah batu itu
dirobohkan kesamping, dan terbuka lah sebuah lobang persegi
lebar tiga kaki. Mulut lobang ternyata rata halus seperti diiris
pisau. jelas hasil buatan manusia. Lobang goa ini amat dalam
dan sempit panjang tak terlihat ujungnya.
Liok Kiam-ping berkata kepada Jian-li-tok-heng: "Lo-koko,
tolong kau jaga di mulut gua, biar Siaute yang -memeriksa
kedalam." Jian-li-tok-heng mengerut kening, katanya: "Gua ini
bentuknya cukup mencurigakan, kuatirnya ada perangkap
didalam, biar aku saja yang masuk." dia kuatir sebagai
ciangbun meski berkepandaian tinggi, tapi kurang
pengalaman, kalau terjadi sesuatu yang tidak diharapkan
tentu berabe, maka dia tidak ingin Kiam-ping menyerempet
bahaya. Liok Kiam-ping bernyali besar, wataknya angkuh lagi,
bahwa Jian-li-tok-heng menguatirkan keselamatannya,
sungguh terharu hatinya, dengan tersenyum dia berkata: "Lokoko
tak usah kuatir, gua kecil dialas pegunungan, yakin
takkan ada mara bahaya besar, yakin Siaute masih mampu
mengatasi." tanpa menunggu jawaban Jian-li-tok-heng segera
dia melompat turun kedalam gua, dengan langkah lebar dia
masuk kedalam. Gua ini gelap gulita, lima jari sendiri juga tidak kelihatanSetelah maju beberapa langkah Kiam-ping berdiri sejenak.
memusatkan perhatian memasang kuping, kini matanya sudah
biasa ditempat gelap lambat laun pandangannya mulai terang.
Tinggi gua setombak, lebarnya empat kaki, gua inijelas buatan
manusia karena dindingnya rata seperti terpacul, jelas belum
lama ini dibangun. Semakin dalam hawa terasa makin dingin
dan lembab, desis air mengalir tampak gemericik diantara
celah-celah dinding membasahi lantai gua.
Setiap tiga tombak diatas dinding dipasang sebuah obor
dari bambu, obor padam tapi terasa masih hangat, jelas belum
lama dipadamkan.. Segera Kiam-ping keluarkan ketikan lalu
menyulut obor, begitulah setiap obor dia nyalakan hingga
lorong gua ini semakin terang, semakinjauh keadaan semakin
nyata. Kiam-ping sudah menyusuri lorong gua satu jam lamanya,
tapi belumjuga tiba diujung, dalam hati dia menggerutu,
pikirnya berhenti: "Lorong gelap macam apa ini " Diatas
pegunungan seperti ini, buat apa membuang banyak tenaga
membangun proyek sebesar ini" Apa gunanya " Setelah
orang-orang Ham-ping-kiong menduduki Kwi-hun-ceng,
ratusan li daerah sini boleh dikata berada dalam kekuasaan
dan pengamatan mereka, mungkinkah ada rombongan besar
dari golongan lain bisa membangun proyek d iba wah tanah
sebesar ini dipegunungan ini "' tak perlu diragukan lorong gua
inipun pasti dibangun oleh pihak Ham-ping-kiong, sebagaijalan
mundur mereka bila mengalami kekalahan total, Kemungkinan
besar It cu-kiam Koan Yong juga terperangkap didalam gua
ini. Karena menguatirkan keselamatan It-cu-kiam Koan Yong,
maka amarah Kiam-ping berkobar, sebelum ini dirinya
tidakpernah kenal dia, dengan suka rela dia datang
membantu, sekarang orangnya hilang tak karuan paran,
adalah menjadi kewajibannya untuk menemukan kembali mati
atau hidup, betapapun dirinya tidak boleh mundur.
Segera dia mempercepat langkah meneruskan perjalanan
kedepan. Mendadak sebuah ledakan dahsyat terdengar dari
mulut gua, begitu keras ledakan ini sehingga lorong gua di
mana Kiam-ping berada seperti digoncang gempa.
Dalam pada ituJian-li-tok heng yang menunggu dimulut gua
sudah resah dan gelisah, tiba-tiba kupingnya mendengar tawa
dingin seseorang yang lirih dibelakangnya. Dia tahu
kemungkinan dirinya sekarang sudah ada dalam pengawasan
musuh, sementara dia tidak boleh meninggalkan mulut gua.
Maka dia pusatkan perhatian kesekitarnya.
Sebuah gelak tawa memecah kesunyian, seorang berkata
pongah: Jian-li-tok-heng, ternyata memang cerdik pandai, tapi
hanya kau seorang memangnya dapat berbuat apa di sini?"
Habis perkataannya dari atas dinding curam melayang turun
bayangan seorang laksana seekor rajawali hinggap ditengah
selat. Begitu menginjak bumi kedua tangan Kim-kong-ci Hong
Kiat lantas menyilang dan bergerak turun naik bertemu
ditengah terus didorong sekali kearahJ ia n- li-tok h eng.
Tahu Lwekang lawan amat tangguh, betapapunJian-li-tokheng
tidak berani melawan dan menyambut secara keras. B
eg itu pukulan lawan menerpa tiba lekas dia melompat lima
kaki, berbareng kedua lengannya membundar terus miring
tubuh dari samping menyendal kedua telapak tangan balas
menepis angin pukulan lawanBegitu benturan terjadi, meski Jian-li-tok-heng melawan
dari samping tak urung dia tergentak mundur setindak.
Sementara Kim-kong-ci Hong-kiat hanya menggeliat sedikit.
Kuatir Liok Kiam-ping segera keluar dari dalam gua, hingga
rencana jahatnya yang terakhirjuga gagal pula, demi cepat
menyelesaikan lawan yang satu ini, segera dia gunakan Kimkongci- kang. Tampak dua jalur hawa putih melesat keluar
dari kedua jarinya dengan suara memecah udara.
Kekuatan Kim-kong-ci kang dapat menusuk gunung
menembus dada, sudah tentu Jian-li-tok-heng tidak berani
lena, lekas dia melompatjauh tiga tombak, syukur masih
sempat menghindar, melihat tujuan sudah tercapai segera
Hong Kiat merogo keluar sebuah granat tangan bundarnya
sebesar buah kepala terus dilempar kedalam lobang gua.
Baru saja Jian-li tok-heng menyentuh bumi, badannya
lantas tergetar oleh ledakan dahsyat. Tampak lobang gua itu
sudah hancur lebur, tanah padas dan batu-batu gunung
raksasa menyumbat mulut gua.
Takpernah terpikir oleh Jian-li-tok-heng bahwa lawan bakal
melakukan muslihat sekeji ini, sedikit kelalaian dirinya, KiamTiraikasih
Website ping terkurung didalam gua, mati hidupnya belum diketahui,
karuan gusarnya seperti kebakaran jenggot, dengan nekad
segera dia merogoh dua genggam biji teratai besi dengan
gerakan hujan kembang diangkasa dia timpukkan kearah Kimkong
ci Hong- Kiat. Melihat mulut gua sudah ambruk dan tertutup rapat,
musuh satu-satunya yang paling diseganijelas takkan mungkin
bisa keliuar, namun dia kuatir ledakan keras ini memancing
kedatangan orang-orang Hong- lui- bun yang lain, dirinya
sendirian kalau sampai dikeroyok bisa berabe, biarlah urusan
diselesaikan lain kesempatan- Maka dia berkata: Jian-li-lo
koay, apa maumu sekarang" Bocah she Liok sudah terkubur
didalam gua. cepat atau lambat Kui-hun-ceng akan jatuh
ketanganku lagi, sementara biar kalian hidup beberapa hari
lagi." Habis bicara dia langsung menjejak bumi melambungkan
tubuhnya keatas, beberapa kali kakinya berpijak didinding
gunung yang menonjol keluar, beberapa kalijumpalitan pula
bayangannya sudah lenyap.
Karuan bukan kepalang amarah Jian-li-tok heng, ingin
rasanya dia telan bulat lawan yang satu ini.
Sementara itu Kiam-ping juga mendengar ledakan dahsyat
diluar, tahu gelagat jelek lekas dia berlari balik. Tapi setiba
diujung lorong, seketika dia berdiri melenggong. Mulut gua
sudah tidak kelihatan bentuknya, tanah padas dan batu-batu
raksasa telah menyumbatjalan keluar, dia coba meraba dan
memukulnya beberapa kali, tapi tidak bergeming sedikitpun,
saking gelisah dia berteriak-teriak: "Lo-koko, di mana kau."
ditunggu sesaat tidak memperoleh jawaban- Maka dia
membatin: 'Agaknya musuh sengaja meledakkan mulut gua,
kemungkinan Lo-koko sekarang sedang melabrak musuh.
Dalam gua masih ada hawa segar, tentunya ada lobang lain
yang menembus luar, aku harus berusaha mencari lobang
keluar itu secepatnya supaya tidak terlambat meloloskan diri."
bagai terbang dia berlari menyusuri lorong gua.
Obor masih menyala maka penerangan cukup untuk
membedakan arah, sehingga Kiam-ping lebih leluasa
mengembangkan Ginkang. Rasa gelisah membakar dada,
maka larinya bagi terbang, kecepatannya memang luar biasa.
Kira-kira seratus tombak kemudian, tiba-tiba dirasakan
sepatunya agak basah, waktu dia menunduk seketika dia
berusaha heran, ternyata air sedang mengalir datang dari
depan dengan cepat. Datangnya airjuga terlalu aneh, kebetulan mulut gua
tersumbat baru air membanjir tiba, padahal gelagatnya gua ini
belum pernah tergenang air selama ini. Mungkinkah ini
perbuatan manusia" Setelah menyumbat mulut gua, musuh
hendak membunuhnya pula tenggelam dalam lorong sempit
ini. Betapapun cerdik pandai Kiam-ping, sekarang dia
kehabisan akal, sementara air bah sudah mulai deras menjadi
arus kencang dengan suaranya yang gemuruh, keadaan
terasa amat tegang. Maka Kiam-ping membatin: "Kalau air
bisa masuk kemari dari depan pasti ada lobang keluarnya,
apalagi arus sedemikian besarnya,jelas bukan dialirkan dari
sungai kecil dan lobang air tentujuga cukup lebar dan
banyak." Air setinggi lutut, arus tak terbendung, Dalam waktu dekat
seluruh lorong gua ini bisa kelelap. namun sekuatnya Kiamping
kerahkan tenaga untuk maju kedepan melawan arus.
Kira-kira sejam kemudian arus terasa makin besar dan daya
terjangnya juga makin besar, hingga daya majunya semakin
lambat. Air semakin tinggi datangnya arus ternyata makin galak. air
bergulung-gulung seperti amukan ombak^ suaranya gemuruh
dengan air muncrat kian kemari. Tinggi air mencapai pundak^
Kiam-ping merasa keadaanya cukup genting, namun ia tetap
berlaku tenang, dengan segala kemampuannya dia terus
terjang kedepanTiraikasih
Website Tapi kekuatan arus memang teramat besar, kedua kakinya
kini sukar menggunakan tenaga. Walau Lwekangnya tinggi
didalam air Kungfu setinggi langitjuga tidak berguna, namun
dengan tenaga murninya, dia masih kuasa mengapungkan diri
untuk maju terus melawan arus. Tapi majunya juga
menggeremet. Mendadak sebuah arus yang bergolak besar menerjang
datang, karena daya terjangnya teramat besar, tubuh Kiamping
samphai terhanyut mundur sejauh satu tombak. Lekas
Kiam-ping gunakan daya berat tubuhnya, kedua kaki
mengendak turun kebawah Tapi seluruh badan termasuk
kepalanya seketika amblas kedalam air, telapak kaki juga tidak
dapat menyentuh tanah, ternyata ketinggian air sudah
melebihi tinggi badannya. Lekas Kiam-ping meringankan tubuh
mengambang kepermukaan air, namun badannya terus
hanyut beberapa tombak pula kedalam gua.
Karena tanpa halang tidak puny a pegangan, dengan
kekuatan tenaga murninya dia apungkan tubuhnya
dipermukaan air, pasrah nasib membiarkan tubuhnya dibawa
arus air entah ke mana. Air masih terus bergulung gulung
datang. Hanya sekejap seluruh lobang gua diperut gunung ini
sudah terendam air, dari sini dapat dirasakan bahwa sumber
air yang menderojok kedalam gua letaknya pasti lebih tinggi
dari gua ini. Menahan napas meringankan badan hingga mengapung
dipermukaan tidak bisa bertahan lama, apalagi air sudah


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mencapai langit-langit gua, kuping juga sudah terendam air,
keadaan betul-betul gawat. Dalam keadaan yang sudah kritis
ini otak Kiam-ping masih jernih, dengan tenang dia mencari
akal untuk menyelamatkan diri.
Mendadak tergerak hatinya, teringat olehnya didalam
Thian-gwa-cin-keng ada sejenis latihan Lwekang dinamakan
Kui-gip-tay-hoat (ilmu kura-kura tidur) yang dapat menyumbat
pernapasan orang dan hanya mempertahankan
denganjantung, luka-luka separah apapun dapat disembuhkan
dan penyakit tidak akan merembet atau bertambah parah.
Tapi cara inijuga hanya pisa digunakan sementara dalam
waktu singkat, tapi untuk menolong keadaan yang sudah
kepepet begini, terpaksa dia harus berani mencobanya. lekas
dia kerahkan hawa murni dalampusar, terlebih dulu dia
sumbat seluruh IHiat-to dan urat nadi, Lalu arus hawa murni
itu dia tuntun keseluruh badan serta mulai menutup
pernapasan, yang terjaga hanyalah kesadaran otaknya. Kini
keadaann a sudah dalam keadaan setengah sadar, tubuhnya
terapung didalam air. Kira-kira setengah jam pula, air sudan tidak mengalir
masuk pula, jadi air gua ini sudah dalam keadaan tenang dan
merata. cukup lama juga keadaan tenang ini bertahan,
mendadak air mulai bergerak pula, bukan mengalir kejurusan
belakang tapi pelan-pelan bergerak balik kearah datangnya
semula, semula turunnya ketinggian air masih perlahan, tapi
setelah turun satu kaki arus yang mengalir balik ini ternyata
makin cepat, seperti air dituang dari tempat tinggi menderojok
kebawah. Kini badan Liok Kiam-ping sudah terapung dipermukaan air,
tak bergerak mengikuti arus air hanyut kearah mulut gua dan
akhirnya rebah dipinggir sungai. Mendadak Kiam-ping menarik
napas panjang, mengerahkan tenaga mengalirkan pula arus
darah dalam tubuhnya, setelah seluruh hiat-to dan urat nadi
tembus, jalan berjalan normal, segera dia mencelat bangun.
Selepas mata, memandang sekitarnya. seketika dia kaget
oleh keadaan sekelilingnya. Tampak didepannya adalah
sebuah sungai yang cukup besar, ternyata air sungai memang
surut tak heran air dalam guapun mengalir keluar dan
membawa dirinya dipinggir sungai. Sungai di mana dia berada
ternyata dekat muara, maju takjauh lagi sudah lautan besar.
Dengan seksama dia meneliti keadaan sekitarnya,
diperkirakan tempat itu adalah muara Ao-kang. Dari Kwi-hunceng
ada seratusan li jauhnya.
Ternyata diwaktu dirinya tertutup didalam gua, musuh
menyumbat air sungai serta mengalirkan air kedalam gua,
dengan cara ini mereka kira dapat membunuh Kiam-ping.
Betapapun tinggi kepandaian dan Lwekangnya juga pasti mati
tenggelam. Sayang rencana mereka yang sempurna ini tidak
memperhitungkan kuasa alam. Mereka juga tidak mengira
bahwa Liok Kiam-ping beberapa kali memperoleh rejeki
sehingga bekal ilmunya sekarang sakti mandraguna, ilmu
pengobatannya jug a tinggi sekali, terutama tentang pelajaran
lwekang untuk melindungi badan dan menjaga kesehatanBiasanya air pasang juga terbatas waktunya, walau Kui-gi-tayhoat
hanya kuat bertahan beberapa jam, namun kali ini justru
cocok digunakan dan berhasil menyelamatkanjiwanya. hal ini
sudah tentu tidak pernah terpikir oleh musuh.
Menghadapi kekejaman dan keculasan musuh yang banyak
muslihatnya. bukan kepalang rasa gusar Kiam-ping. Segera
dia copot pakaiannya dan dikeringkan diatas batu karang
dipinggir sungai, sambil menunggu Kiam-ping beristirahat
dibawah pohon. Waktu dia siuman daritidurpakaianpunsudah
kering, setelah berpakaian lekas dia melompati sungai terus
berlari masuk hutan belukar menuju ketimur. Dia mengharap
bisa memperoleh sesuatu yang diharapkan sambil mencari
jejak It-cu-kiam Koan Yong yang hilang.
---ooo-dw-ooo--- CIOK-WIJUN adalah perkampungan nelayan yang kecil, tapi
letaknya yang strategis menjadikan para nelayan atau
pelancongan yang mau pesiar atau berlayar harus lewat
kampung ini, maka perdagangan didesa ini cukup ramai,
penduduknya juga ada ribuan, namun semuanya hidup dari
hasil laut, penduduknya hidup sahaja, selama ini aman
tentram. Tapi sejak Ham-ping-kiong menduduki Kwi-hun-ceng,
mereka mendirikan cabang di desa ini, secara langsung
menjadikan pusat kekuasaan Tang- ling- kiong yang hijrah
dari Giok-hoan-to. Waktu itu menjelang magrib, karena terkurung didalam gua
hampir sehari, perut Kiamping betul-betul sudah keroncongan,
setiba dijalan ingin dia mencari warung atau penginapan untuk
makan dan isiirahat, sekaligus menyirapi keadaan desa ini.
Waktunya memang tepat orang makan malam, lampulampujuga
sudah mulai dipasang, pelayan warung ataupara
kacung banyak yang keluar berdiri dimuka pintu menyambut
kedatangan para tamu, bukan saja sibuk merekajuga mandi
keringat. Waktu Liok Kiam-ping datang menghampiri, begitu melihat
tampang dan dandanannya seketika seri tawa mereka kuncup,
semua bersikap takut-takut serta melarang dia masuk dengan
alasan sudah penuh tidak menerima pengunjung lagi, silahkan
cari warung lain saja. Beruntun Kiamping memasuki beberapa warung dan
penginapan, tapi semua menolak dengan alasan sama. Pada
hal desa ini hanya terdapat sebuah jalan raya, seluruh warung
dan penginapan di sini sudah dia kunjungi semua, mau tidak
mau timbul rasa curiganya, pikirnya: "Kemungkinan ada matamata
atau kekuatan musuh yang dipendam di desa ini, jelas
jejakku sudah kenangan mereka, kalau kutanya secara terang
terang jelas takkan memperoleh hasil apa-apa, Untuk putar
balik begini saja, rasanya penasaran, apalagi It-cu-kiam Koan
Yong belum ditemukan, lebih baik aku bekerja secara
sembunyi-sembunyi sambil menyelidik apa latar belakang dari
semua penolakan mereka terhadapku. Baiklah akan kuselidiki
secara diam-diam memangnya aku tidak mampu membongkar
gerombolan musuh d id es a ini."
Maka dia membeli dua bungkus makanan dan sebotol arak
serta seperangkat pakaian disebuah warung makan dan toko
klontong terus beranjak keluar desa memasuki hutan.
Kira-kira kentongan kedua, dia mengembangkan Ginkang
meluncur kedalam desa nelayan-Disetiap tempat yang
dirasakan tepat didalam desa dia memberi tanda rahasia
Hong-lui-bun, lalu sengaja memberatkan langkah, kakinya
berlompatan sambil lari mengeluarkan suara.
Setelah berlari setengah lingkar, didengarnya suara
keresekan disebelah belakang dia tahu pasti ada orang
menguntit dan mengawasi gerak-geriknya, diam-diam dia
merasa senang, maka dia makin memperlambat langkah.
suara keresekan dibelakang itu semakin keras dan nyata,
menurut pendengarannyajarak penguntit itu kira-kira lima
tombak. Lekas Kiam-ping mempercepat langkahnya, sekali
berkelebat dia sembunyi d iba wah payon rumah.
Dua bayangan orang memburu datang dari belakang, gerak
gerik mereka tampak kasar dan berat, kepandaiannya biasa
saja. Setelah tiba diujung jalan kedua orang tampak
celingukan, tak lama kemudianputar balik pula dan kebetulan
berada d iba wah payon, keduanya bersuara heran, seorang
berkata: "Aneh, jelas kelihatan ada didepan, kenapa sekejap
mata telah lenyap. Pada hal gerak geriknya lamban,
memangnya dia mampu amblas kebumi ?"
"Dandanan dan perawakannya persis dengan apa yang
kami terima dari pusat, tapi gerak tubuhnya tidak sebanding
dengan apa yang dikatakan dalam berita acara itu. Kurasa
lebih baik kita balik memberi laporan ke kantor cabang saja."
demikian usul seorang lain"Alah, kenapa bingung tidak karuan, urusan sekecil ini juga
harus dilaporkan segala. Musuh sudah terperangkap dalam
gua dan tuang air lagi, setelah sekian lama memangnya dia
masih hidup didaratan ini, sekarang tentu sudah melaporkan
diri kepada Hay-liong-ong dilautan sana."
"Ya. omong sih benar, tapi kepandaian musuh luar biasa,
bila dia bisa lolos dari lobang gua itu lalu terhanyut keluar pula
karena air sungai surut, lalu bagaimana " Betapapun
menghadapi urusan harus hati-hati kurasa.." lebih penting kita
utus Yu Sam pulang ke pulau untuk memberikan laporan ke
istana.." "Begitupun baik. Sedikit banyak pertanggungan jawab
sudah kita lakukan-" setelah mencari putar kayun disekitar
situ, baru ke dua orang ini putar balik kedalam desa.
Dari pembicaraan kedua orang ini Kiamping tahu bahwa
musuh hanya mendirikan cabang di desa ini, kekuasaan kecil,
namun belum berhasil dia mengetahui di mana markas cabang
mereka. Pulau apa pula yang mereka maksud, apakah It-cukiam
ditawan ke atas pulau " Mumpung mereka mengutus
orang pulang ke pulau, biar aku menguntitnya.
Tanpa mengeluarkan suara Kiam-ping kuntit dibelakang
kedua orang itu. Setelah melampaui beberapa gang, mereka
memasuki sebuah perkampungan yang besar. Kiam-ping
mendekam ditempat gelap menunggu. Tak lama kemudian
pintu besar perkampungan terbuka dan menyelinap keluar
seorang lelaki kekar, dengan langkah gugup dia menuju
keping gir sungai. Saat mana tiada rembulan sinar bintangpun guram, angin
laut menghembus dengan suaranya yang ribut, hawa segar
sehingga Kiam-ping merasa nyaman dan bersemangat.
Lelaki itu menghampiri sebuah kapal kecil yang berkabin
dengan tertutup kain, setelah melepas tambatan dan
menarikjangkar, baru saja dia hendak melompat keatas kapal.
Dua tombak dibawah pohon sana mendadak didengarnya
suara gedebukan seperti ada benda b erat jatuh terus
kecemplung ke sungai, air tampak muncrat.
Buru-buru lelaki itu berlari kebawah pohon, tampak air
sungai gemeletuk^ tapi tidak terlihat apa-apa disekitar sini.
Mendapat kesempatan baik ini, lekas Kiam-ping melompat
terbang seringan asap melayang turun ke atas kapal tanpa
mengeluarkan suara. Sesaat, memperhatikan air sungai, tiada
sesuatu yang menarik perhatiannya, maka lakl-laki kekar itu
kembali keatas perahu, mengangkat galah mendorong kapal
ketengah sungai terus dikayuh kearah laut.
Kebetulan mendapat angin buritan maka laju kapal secepat
anak panah. Kiam-ping mendekam diatas kabin, suasana sepi
yang terdengar hanya gemericik air yang tergayuh, jelas lakilaki
ini cukup ahli mengemudi kapal ditengah lautan- Kecuali
ketemu hujan badai atau gelombang pasang baru kapal kecil
berlayar ini akan terombang ambing, sekarang cuaca baik,
angin menghembus tenang, maka laju kapal amat pesat.
Kira kira satujam kemudian, laju kapal mulai diperlambat,
kelihatannya sedang melewati daerah yang banyak karang,
karena kapal harus putar kalian belok kiri, sering juga kapal
menyerempet karang hingga mengeluarkan suara cukup
keras. Mendadak terdengar sebuah bentakan: "Saudara dari
cabang mana yang kemari membawa kapal, ada urusan apa
tengah malam kemari "'
Lelaki kekar segera melompat keatas dek serta menjawab
dengan suara berat, Dari markas cabang ciok-wi-cun, ada
laporan penting harus langsung disampaikan kepada Kiongcu,
tolong sampaikan dan bantu menunjukkan jalan-'
"Ikuti aku. " maka kapal bergerak maju pula, setelah
membelok beberapa kali kapalpun berhenti di pesisir.
Dari tempat tinggi terdengar sebuah suara kumandang:
"Hentikan kapal di situ, tunggu pemeriksaan-"
"Laporan Tong cu. Markas cabang dari ciok-wi-cun ada
kabar penting harus disampaikan kepada Kiong-cu, hamba
memberanikan diri membawanya kemari, mohon Tongcu
memberikan putusan- yang bersuara adalah orang menjadi
penunjuk jalan-Ternyata tempat itu merupakan benteng
pertahanan yang terletak dipinggir laut.
Suara lantang itu sedikit bimbang, lalu katanya pula: "Kapal
itu sudah diperika belum ?"
"Aku yang rendah tidak berani bertindak lebih dulu, mohon
Tongcu maklum." "Tan Kui-jay," suara lantang itu berkata, "turunlah kau
danperiksa dengan teliti, jangan sampai mata-mata musuh
menyelundup kemari."
Maka terdengar seorang mengiakan, lalu terdengar langkah
seorang beranjak turun ke arah kapal. Maka petugas yang
menunjukjalan itu berkata lega perlahan: "Baiklah, selanjutnya
mohon Tang-heng menunjukkan jalannya, Siaute harus segera
kembali kepos penjagaan-" lalu terdengar gemericik air, kayuh
bekerja, kapalpun bergerak mundur.
Mendengar kapal akan diperiksa lekas Kiam-ping kerahkan
tenaga di kaki tangan, sambil menghirup napas tubuhnya
segera meletik mumbul keatas. kedua kaki menginjak dinding
papan, sementara tangan kanan merogoh keatas memegang
celah-celah langit-langit di atas kabin, begitu kaki kiri
menyendal pula tubuhnya membalik, jadi tubuhnya gelantung
menempel langit-langit seperti cecak.
Terasa ujung kapal bergerak. langkah mendekat
menyingkap kerai kabin lalu menyoroti kedalam kabin yang
kosong tanpa perabot apapun. Hanya sekilas pandang kerai
lalu diturunkan pula. Langkah kaki semakin jauh pula, jelas
petugas itu sudah melompat kedaratan bersama utusan dari
ciok-wi-cun. Menunggu sesaat lagi baru Kiam-ping melayang turun.
waktu dia mengintip keluar dua bayangan orang itu sudah
naik ke daratan dan sedang memanjat undakan keatas
gunung. Di sebelah kanan terdapat lima petak rumah bata panjang,
dari jendela sinar lampu memancar keluar. agaknya disinilah
letak kantoran terdepan dari pos penjagaan
Setelah kedua orang itu-puluhan tombak jauhnya baru
Kiam-ping melompat keluar. dengan Ginkangnya yang tinggi
tidak sukar dia membuntuti kedua orang itu, supaya tidak
konangan orang lain dia selalu memilih tempat gelap.
Setiba diujung undakan tampak muncul pula sesosok
bayangan lain menghadang kedua orang itu, lekas Kiam-ping
memperhatikan, setelah saling berbisik, Tan Kui-jay tampak
putar balik, dua bayangan orang itu meneruskan perjalanan


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedalam lewatjalanan kecil di samping rumah.
Baru sekarang Kiam-ping tahu mereka bergiliran membawa
utusan dari ciok-wi-cun itu kedalam, penjagaan memang
cukup ketat. Maka Kiam-ping tidak berani lena, arah yang
ditempuhnya juga selalu sepi dan gelap. dari kejauhan dia
terus maju, membuntuti kedua orang didepan itu.
Beruntun mereka melewati pula empat pos penjagaan,
didepan sudah terlihat sebidang hutan dengan pepohonan
pendek. Setelah kedua orang itu memasuki hutan baru Kiamping
kembangkan Ginkang, kedua kaki hanya menutul dipucuk
pohon, beberapa kali lompatan dia sudah berada tak jauh
dibelakang kedua orang itu.
Ternyata hutan pohon pendek ini cukup luas dan panjang,
memagari beberapa bangunan, tidak jarang dia melihat
bayangan orang bergerak d iba wah, Dengan Ginkang yang
tinggi Kiam-ping terus maju dari pucuk pohon, gerakannya
seringan burung, pesat lagi lincah, kalau bukan jago kosen
takkan bisatahuada orang sedang berlompatan diatas pohon
Sudah tentu cara yang ditempuhnya ini lebih cepat, maka
dia harus sering berhenti menunggu dan mendekam untuk
sembunyi bila ada orang lain disekitarnya. Keluar dari hutan
kedua orang itu memanjatjalan undakan dilereng bukit,
disebelah atas tampak sebuah istana besar yang megah
menjulang diatas gundukan tanah besar, letaknya tepat
ditengah pulau yang paling tinggi.
Bayangan kedua orang itu tampak masuk kedalam istana.
Tanpa pikir Kiam-ping terus menguntit ke sana.
Bukan saja megah istana ini besar dan luas, bangunannya
berlapis-lapis menduduki belasan hektar ditanah pegunungan,
dindingnya terbuat dari batu-batu karang yang di susun
sedemikian rupa, maka dapat dibayangkan betapa hebat
proyek besar dipulau terpencil ini. Didepan istana berdiri
sebuah pigura batu raksasa, di mana terukir tiga huruf
berbunyi "Tang- ling- klong.' '
Diam-diam Kiam-ping merasa senang, secara tidak terduga
dirinya berhasil menyelundup kesarang musuh. It-cu-kiam
Koan Yong dia yakin pasti diculik kepulau ini. Menolong orang
lebih penting, sekalIrkalijejak sendiri tidak boleh konangan,
maka sebelum bertindak dia merasa perlu mencari tahu seluk
beluk pulau dan istana besar ini, apalagi bekerja secara diamdiamjuga
lebih menguntungkan- Maka dia melompati tembok
masih terus menguntit dibelakang kedua orang.
Membelok dua kali pula, langkah kedua orang itu
mendadak lenyap. Lekas Kiam-ping mendekam ditanah
pasang kuping, tetap dia tidak menemukanjejak mereka,
terpaksa dia angkat kepala mengawasi sekelilingnya, keadaan
gelap gulita, suasana sepi lengang.
Baru saja dia hendak melompat, mendadak cahaya api
tampak menyala benderang disebuah pendopo, bayangan
orangpun tampak bergerak.
Tang, tang. tang, tiga kali pukulan genta, maka bayangan
orang bergerak dari berbagai penjuru, semua berlari kearah
pendopo, Liok Kiam-ping tidak ayal lagi, mumpung keadaan
agak ribut dia kembangkan Ginkangnya mendekam dibawah
layon diluar pendopo, dari sini dengan leluasa dia mengawasi
keadaan didalam. Setelah melangkah orang banyak berhenti didalam
pendopo baru Liok Kiam-ping melongok kedalam. Sungguh
hatinya kejut bercampur girang pula. Ternyata orang-orang
Ham-ping-klong yang melarikan diri dari Kwi-hun ceng semua
berada disini, diantara mereka masih ketambah Yu-ling
Kongcu dan beberapa orang tua baju hitam yang masih asing
baginya. Kim-kong-ci Hong Kiat bersama Tang-ling-sin-kun yang
duduk ditengah mereka tampak bersikap serius dan prihatinSetelah saling pandang tanpa bersuara akhirnya mereka
duduk diam. Tapi Tang-ling-sin-kun lekas berdiri pula serta
berkata sambil menyapu pandang hadirin: 'Menurut laporan
dari ciok-wi-cun yang baru saja diterima, ternyata musuh
buyutan kita bocah keparat itu sudah lolos dari jebakan kita
dan kini meluruk kemari, oleh karena itu malam-malam
kukumpulkan kalian untuk membicarakan persoalan itu.
Seorang lelaki tua baju hitam yang duduk disebelah kanan
berkata: 'Dalam pertempuran di Kwi-hun-ceng, mendadak
orang-orang Hong- lui- bun bermunculan, hal ini sebelumnya
tidak pernah kita perhatikan- Sekarang keadaan kita cukup
payah, sementara Hamping Lojin belum bisa segera tiba,
jikalau pihak Hong- lui- bun dengan segala kekuaiannya
menyerbu kemari terpaksa kita harus berjuang mati-matian
melawannya.' 'Melawan juga bukan cara yang baik" sela Kim-kong-ci
Hong Kiat. "Apalagi menurut laporan bocah keparat itu
meluruk datang seorang diri, jikalau dapat kita sikat dia, maka
orang-orang Hong-lui-bun yanglain tidak perlu dibuat takut."
"Kalau bocah keparat itu berani meluruk kemari, pasti ingin
menolong It-cu-kiam."
Tay-bok-it-siu tertawa gelak-gelak. "Betul, betul." katanya
lalu berkata bisik-bisik kepada Tang-ling-sin-kun dan Hong
Tiat, akhirnya mereka sama mang gut setuju, rona muka
merekapun kelihatan berseri girang.
Maka Tang-ling-sin-kun lantas berseru lantang: "Sementara
kalian boleh kembali ketempat masing-masing, penjagaan dan
ronda harus diperketat, begitu ada apa-apa harus segera
memberi tanda, jikalau serbuan musuh memang teramat
tangguh, semua harus cepat mundur ke Thay-im-low, d is ana
jiwa kalian baru bisa selamat." lalu berkata pula kepada Kimkongci Hong Kiat, "marilah kita kurung it-cu-kiam Koan Yong
didalam kerangkeng besi ditengah Thay-im-lout dari samping
kita menunggu dan menonton perkembangan situasi.
Diam-diam girang hati Liok Kiam-ping bahwa It-cu-kiam
Koan Yong memang disekap ditempat ini, Thay-im-low yang
dikatakan tadi entah dimana, ada perangkap berbahaya apa "
Apapun jadinya nanti, bila dia tahu letak Thay-im-low, It-cukiam
harus ditolongnya. ---ooo-dw-ooo--- Ternyata seorang diri It-cu-kiam Koan Yong mengejar
musuh kearah timur laut, dilihatnya lima puluhan tombak
disebelah depan bayangan musuh berkelebatan lalu lenyap
entah kemana, segera It-cu-kiam Koan Yong mempercepat
larinya, dia mengudak sampai dasar lembah, dilihatnya rumput
di sekitar sini tertindih ambruk oleh benda berat, sebagai
kawakan Kangouw melihat ini dia mulai curiga.
Sementara itu Kim-kong-ci Hong Kiat yang mundur paling
akhir ternyata ketinggalan, bila dia tiba didepan mulut lobang,
dilihatnya ada orang menyusul kemari, sebelum tahu yang
datang kawan atau lawan, maka dia tutup lobang dengan batu
besar terus sembunyi disemak-semak rumput. Akhirnya
dilihatnya yang datang adalah It-cu-kiam Koan Yong, dia tahu
orang-orang Hong - lui- bun yang lain pasti akan segera
mengudak kemari, mumpung It-cu-kiam sedang langak longok
kedalam lobang gua, mendadak dia lancarkan Kim-kong-ci.
Sejalur tenaga angin mendadak menerjang punggung It-cukiam.
Mendengar suara, hati Koay Yong terkejut, sebat sekali dia
melompat maju kedepan. Diluar tahunya Kim-kong-ci teramat
keras dan ganas, padahal tubuhnya sudah mencelat setombak
jauhnya, namun tenaga jari lawan masih mengudak tiba,
seketika dia merasa tubuh linu begitu badan tersungkur jatuh,
seketika dia pingsan- Untung lompatanjauh itu mengurangi tenaga tutukanjari itu
hingga dirinya tidak terluka parah, namunjuga hanya tertutuk
semaput saja. Sejak semaput It-cu-kiam terus disekap dan
akhirnya dipindah dalam kurungan bawah tanah diatas pulau
ini. Kim-kong-ci Hong Kiat manggut-manggut sambil
tersenyum, kedua orang ini lantas berdiri meninggalkan
tempat itu lebih dulu. Orang banyakpun segera bubar, kembali ketempat
penjagaan yang sudah ditentukan sebelum ini. Kedap lain
sinar la mpupun padam, pendopo itu kembali gelap gulita,
suasanapun hening. Liok Kiam-ping melompat keatas wuwungan, mendekam
sejenak d eng a n penuh perhatian periksa keadaan istana
megah ini. Tampat diujung timur laut sana terdapat sebuah
bangunan loteng tinggi seperti berdiri tunggal ditengah air.
Setelah terdengar suara berisik, mendadak sorot lampu yang
benderang keluar dari jendela menyinari permukaan air, sinar
reftek membuat sekitarnya benderang pula.
Bentuk pucuk loteng itu mirip sebuah kurungan besi, dilihat
dari kejauhan kelihatan kosong, samar-samar hanya kelihatan
beberapa jeruji besi seperti mengurung atap loteng.
Jaraknya terlalujauh, susah terlihat apakah ada orang
terkurung d id alamnya. Kiam-ping bergerak selembut kucing
selincah burung elang, lewat bayang-bayang gedung yang
gelap dia berputar menuju timur laut dari gedung besar
berloteng itu. Padahal penjagaan istana ini cukup ketat dan keras, namun
dengan gerak g erik Kiam-ping seperti setan, ternyata masih
mampu bergerak seperti mundar mandir dirumah sendiri.
Setelah menyusuri serambi berliku sembilan, tampak
sebuah telaga seluas belasan hektar dengan airnya yang
jernih berada di atas perbukitan, ditengah telaga itulah,
didirikan sebuah gedung loteng puluhan tingkat, tingkat
terakhir dibuat dalam bentuk seperti kurungan dengan jerujijeruji
besi, mungkin loteng tinggi inilah yang dinamakan Thayimlou. Bentuk telapak bundar maka dari loteng itu sampai
kedaratan kira-kira ada tiga puluh tombak jauhnya, tanpa
jembatan menghubungkan satu dengan yang lain, tapi
disekitar loteng sengaja dibuatkan pula ikatan-ikatan bambu
panjang dalam bentuk Pa-tkwa sebagai tempat berpijak.
Dasar berotak encer, sesaat dia berpikir setelah melihat
situasi didepan mata, akhirnya berpikir: "Loteng itu dibangun
di tengah telaga, pasti dipasang jalan rahasia bambu-bambu
yang mengambang diatas airjaraknya satu dangan yang lain
ada lima tombak bagi yang lwekangnya biasa, jelas tidak bisa
menyeberang, tadi Tangling-lo-koay bilang, bila terpaksa
orang banyak harus mundur masuk ke Thay-im-lou, jiwanya
pasti selamat dan tertolong, dari nada bicaranya dapat
disimpulkan bahwa orang-orang yang berkepandaian
rendahpun dengan mudah nyeb erang kesana sembunyi d id a
la m loteng. Dari sini dapat diduga bambu yang terapung itu
bukan jalan sesungguhnya, dibaliknya tentu ada perangkap.
Kalau mereka berani terang-rerangan menculik orang
kemari dan dikurung diatas loteng, bukan saja bentuk loteng
itu agak ganjil, penuh dipasangi alat rahasia, maka dapatlah
dibayangkan betapa berbahayanya loteng itu.
Permukaan seluas ini, kecuali meminjam bambu yang
terapung itu sebagai batu lompatan tiada cara lain untuk
menyeberang" Dari udara jelas tidak mungkin melesat terbang
sejauh itu, apalagi memasuki loteng "
Sesaat lamanya dia menepekur, akhirnya diperolehnya
sebuah cara yang baik. Didalam hutan sekitarnya dia
menjemput lima enam papan lebar satu kaki. sebelum
bertindak dia jemput dulu sebutir batu, setelah mengincar dia
timpukkan batu itu diatas bambu-bambu yang terapung itu
"Klotaks air muncrat dua kaki tingginya, dari kanan kiri bambu
terapung mendadak menjeplak beberapa batang gantolan besi
yang terang kap ditengah bambu. Begitu gantolan besi
mengencang bambu itupun, tenggelam kedalam air.
Bila orang menggunakan Ginkang tinggi berpijak diatas
bambu terapung dan kaki pahanya terjepit gantolan besi,
betapapun lihay Kungfumu juga jangan harap bisa meloloskan
diri. Dari perangkap yang terpasang dipermukaan telaga
sedemikian berbahayanya, maka dapat dibayangkan betapa
lebih berbahayanya perangkap didalam loteng.
Alis Liok Kiam-ping bertaut kencang, namun hatinya juga
amat benci dan dendam kepada kawanan penjahat yang keji.
Pertama dia lempar sebuah papan, melayang turun
dipermukaan air sejauh lima tombak. karena papan terapung
dipermukaan air, tak bisa di gunakan tempat berpijak untuk
selanjutnya melompat pula kedepan, kecuali yang memiliki
Ginkang taraf tinggi, cukup menutul sedikit saja, tubuh sudah
bisa melayang pula maju kedepanMenyusul Kiam-ping gunakan gaya Ui-koh-clong-siau
(burung kutilang menjulang kemega) tubuhnya melambung
tinggi lima lima tombak. ditengah udara dia menekuk
pinggang memancal kedua kaki, gerakkannya pun dirobah
menjadi Hwi-yen-tho-lim (walet terbang masuk hutan),
laksana panah tubuhnya melesat terbang, bila daya lajunya
makin berkurang dan hampir melorot turun, dia pentang
kedua lengan, ujung kaki menutul dipermukaan papan yang
terapung itu. Berbareng dia lempar papan kedua, sementara
badannya sudah melejit tinggi pula keudara.. Begitu beruntun
dia melempar lima buah papan, tubuhnya sudah melenting
tinggi keudara hampir mencapai pinggir loteng.
Disaat tubuh masih terapung dan hampir anjlok turun
itulah, "Biang" mendadak sebuah suara berkumandang dari
atas loteng, berbareng sebaris anakpanah melesat datar
sejajar dengan air melesat kepermukaan telaga.
Lekas Kiam-ping kerahkan seluruh sisa hawa murni
dalampusarnya, begitu kedua lengan meronta keatas, syukur
tubuh yang melotot turun itu masih mampu diangkatnya pula
naik lima kaki, panah yang melesat sekencang itu kebetulan
meny amber lewat d iba wah kakinya, waktu dia meluruskan
kedua kakinya, kebetulan hinggap diloteng tingkat kedua.
Dalam menghadapi serangan berbahaya seperti itu, kalau
Kiam-ping sebelum ini memperoleh penemuan gaib, hingga
bekal kepandaiannya sesakti sekarang apapun dia takkan
terhindar dari mara bahaya, bila yang menghadapi perangkap
keji orang lain yang berkepandaian sedikit rendah, punya jiwa
rangkap dua belas juga telah terkubur dalam telaga.
Loteng itu dikelilingi jendela, semua tertutup rapat, cahaya
lampu tampak menyorot keluar, bayangan orang juga
bergerak-gerak. didengarnya suara perca kapan pula, namun
sukar dia menentukan di mana letak orang berbicara itu.
Tujuan Kiam-ping menolong orang, hakikatnya tidak perlu
menghiraukan bagaimana keadaan d id a la m loteng,
Kembali die enjot kaki, tubuhnya melenting tiga tombak.
ujung kaki sedikit menutul ujung genteng, tubuhnya terus


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjulang tinggi keatas, begitulah secara beruntun
Kiam-ping gunakan cara yang sama, hingga terakhir dia
mencapai ketinggian dipucuk loteng, Sesaat dia melongojuga
setelah berada dipucuk loteng. Kerangka kurungan besi ini
terbuat dari besi sebesar lengan, dasar kurunganjuga dekuk
bagian tengahnya jadi berbentuk seperti kukusan, It-cu-kiam
Koan Yong tampak rebah terkulai didasar kukusan,
kelihatannya tertutuk Hiat tonya.
Dinding miring yang licin tak bisa buat berpijak itu
tertancap pula barisan pisau runcing yang kemilau. Diatar
kurungan Liok Kiam-ping melangkah dua tindak, kebetulan
kakinya menginjak sebatang besi melintang, kejadian terjadi
begitu cepat, tahu-tahu besi yang diinjak itu patah dua dan
tubuhnyapun kejeblos masuk kedalam kurungan- Begitu kedua
kaki menanjak tampat kosong, tubuh Liok Kiam-ping lantas
anjlok kcbawah. lekas dia kembangkan Ling-hi-pou-hoat
Ginkang tingkat tinggi, begitu dia menyedot napas, tubuhnya
lantas melayang turun dengan badan melintang datar, lalu
menggunakan gaya Ing-wi-kiu-coan secara indah dan bagus
sekali tubuhnya berkisar lalu melayang turun pelan-pelan
ditengah. Begitu berdiri tegak disamping It-cu-kiam Koan Yong
segera dia mendongak memandang keatas, seketika dia
mengkirik dibuatnya. ternyata diatas langit langit tepat
dibawah pucuk loteng ini, tingginya paling tidak ada puluhan
tombak, empat penjuru dipasangi ujung golok yang tajam
mengkilat, bila bergerak kurang hati-hati, bukan mustahil dada
bisa ketembus golok atau perut robek.
Lekas dia membuka tutukan Hiat-to It-cu-kiam. Mungkin
terlalu lama rekannya ini tertutuk Hiat-tonya, walau Hiat-to
sudah di buka, dia masih dalam keadaanpulas, terpaksa Kiamping
harus memijat dan mengurutnya baru mulai siumanBaru Kiam-ping buka suara mau tanya pengalamannya,
tiba-tiba terdengar kekeh tawa panjang dari sebuah jendela
kecil yang letaknya didinding miring. Disusul sebuah suara
dingin berkata: "Pat-pi-kim- liong, sekarang apa pula yang
bisa kau katakan " Mungkin kesempatan untuk berpesan
kepada sanak kadangmupun tidak sempat lagi. IHehehehe^'
Walau amat gusar, tapi mengingat diri terkurung, tumbuh
sayap juga tidak dapat terbang keluar, gugup atau mencaci
makijuga tidak berguna. Sebagai cerdik cendekia, meski berada ditempat bahaya,
Kiamping tetap berlaku tenang, sekilas dia menepekur, lalu b
erg elak tawa: "Kalian kawanan iblis gerombolan setan, semua
jago-jago yang sudah keok ditanganku, tidak berani
bertanding terang-terangan, pandainya hanya bermain
muslihat mencelaka i jiwa orang, kalau hal ini tersiar
dikalangan Kangouw, memangnya kalian tidak ditertawakan
dan dihina kaum persilatan " Masih berani kalian mengagulkan
diri sebagai orang gagah"
"Untuk melenyapkan bocah keparat macammu, kenapa
harus bicara soal aturan segala. Tapi kalau kau mau menerima
dua syaratku, Lohu boleh membujuk partai-partai silat yang
lain, y a kin jiwa kalian masih bisa diselamatkan-"
"Baik, coba katakan dulu apa syaratmu ?"
"Persoalanya kan sepele. Pertama, asal kau melumpuhkan
Lwekang, selamanya tidak boleh mencari setori dengan kami,
lalu membubarkan pula Hong- lui- bun, diumumkan secara
luas selanjutnya tidak akan berkecimpung dikalangan
Kangouw. Bagaimana anak muda "' "Ini bukan persoalan
sepele, patut dipertimbangkan."
"Baik, Lohu akan tunggu jawabanmu sampai besok." lenyap
suaranya maka terdengar daun Jendela kecil itu tertutup.
Begitu mendapat kabar kilat dari clok-wi-cun, Hong Kiat
dan Tang- ling-sin-kun sudah lantas menduga bahwa Liok
Kiam-ping pasti lolos dari renggutan elmaut, juga sudah
diduga cepat atau lambat dia pasti akan me nyelundup
kepulau ini. Maka sengaja mereka mengatur tipu daya
mengurung It-cu-kiam di kurungan besi yang wadahnya
berbentuk kukusan untuk memancing kedatangan Kiam-ping
sekaligus membekuknya. Undang-undang perguruan Tang- ling- kiong teramat keras
hukumanpun berat, setiap murid yang khianat atau murtad,
selamanya tidak pernah diberi ampun. Kurungan besi diatas
Thay-im-lou itulah biasanya para pelanggar undang-undang
disekap. bangunannya teramat kokoh dan berbelit-belit, keluar
masuk pintu rahasianya. hanya diketahui oleh Tang- ling-sinkun
ayah beranak. Sekarang mereka sudah berhasil memancing Liok Kiamping
masuk perangkap. bila mau segera turun tangan
membunuhnya, segampang dia angkat tangan, tapi Tanglingsin-kun manusia tamak. Dia mempunyai rencana lain dan
mengincar Wi-llong-pit-kip serta Tnian-gwa-cin-keng dua
pusaka yang dimiliki Liok Kiam-ping, maka sengaja dia
mengajukan dua syarat dan mau menunggu jawaban Liok
Kiam-ping. Sudah tentu diluar tahunya bahwa Liok Kiam-ping juga
sudah punya perhitungan matang sendiri, dengan bekal
keyakinan dan kepercayaan pada diri srndiri, sayang dia
tersekap dalam kurungan, meski tahu tidak leluasa turun
tangan, maka sengaja dia mengulur waktu pura-pura
mempertimbangkan usul yang diajukan lawan, waktu
sepanjang ini yakin akan berhasil memperoleh akal untuk
meloloskan diri. Begitu Tang- ling-sin-kun mengundurkan diri, segera dia
duduk bersimpuh mulai samadi, memulihkan seluruh tenaga,
semangat dan Lwekangnya. Kira-kira menjelang kentongan kedua, Liok Kiam-ping
segera mencopotjubah panjangnya serta disobek menjadi tali
kain panjang lalu disambung hingga panjangnya diperkirakan
sudah tujuh tombak. diperkirakan sudah mencukupi, lalu dia
gulung tali kain itu serta digubat digubat dipinggang, setelah
melolos cui-le-kiam, dia memberi pesan kepada It cu-kiam
supaya menunggu dengan sabar. lalu dia menghirup napas
mengerahkan hawa murni mengenjot tubuh.
Sekali lagi dia kembangkan Ling ho-pou-hoat, meminjam
tenaga murni yang dikerahkan dari pusar, tubuhnya mumbul
pelan-pelan seringan kapas menerobos jaringan ujung golok
yang tajam dan runcing terus maju keatas.
Mengembangkan ginkang d ipucuk pisau-pisau tajam,
bukan saja diperlukan Ginkang yang tinggi, juga memerlukan
Lwekang yang tangguh, baru bisa bertahan lama menembus
mara bahaya. Begitu tiba d id ekat jendela kecil didinding
miring, mendadak pedang ditangannya dibuat menyodok,
ujung sebuah golok yang runcing ditabasnya putus, lalu dia
hinggap diatas kurungan golok yang sudah tumpul itu.
Begitu kaki mengerahkan tenaga, kembali cui-le-kiam
terayun, maka terdengarlah suara berdering, pisau-pisau
tajam yang dipasang disekitarjendela telah dibabatnya patah
seluruhnya. cui-le-kiam dia pindah ketangan kiri terus
ditancapkan didinding tanah Hat, untuk sementara menahan
setengah tubuhnya, sambil kerahkan tenaga dilengan kanan
terus terayun kejendela cilik.
"Brak" jendela kecil itu telah dipukulnya jebol. Maka terlihat
dibalik sana adalah sebuah kamar kecil. Kiam-ping bekerja
lebih cepat telapak tangannya terus bekerja menepuk pinggir
jendela setelah agak goyah sekali hantam pula lobang jendela
digempurnya menjadi besar, dengan lincah dia melompat
masuk. Lekas dia ulurkan tali kain yang sudah disediakan
kedasar sana. Begitu melihat tali kain mengulur turun, Koan Yong tahu
Kiam-ping sudah berhasil keluar, lekas dia merambat keatas
dengan tali kain, kakinya menutul disela-sela dinding yang
tidak tertancap golok, dengan cepat dia sudah memanjat
keatas. Kamar kecil ini termasuk pintunya juga terbuat dari tanah
liat bercampur kapur, daun-pintunya terbuka dari luar
kedalam, begitu ahlinya pembuat daon pintu sehingga
sedemikian rapat dan rata, sedikitpun tidak ada celah-celah.
Dikala mereka mencari akal bagaimana harus meloloskan
diri dari kamar kecil ini, mendadak terdengar langkah kaki
mendatangi. Sebelum orang itu mendekat d aon pintu,
mendadak It-cu-kiam koan Yong menendang dua kali ked aon
pintu hingga mengeluarkan suara keras, lalu dia memberi
tanda kepada Kiam-ping supaya tidak bersuara, dengan lincah
mereka sembunyi dibelakang pintu.
Akal yang digunakan koan Yong ternyata amat manjur,
pada hal langkah kaki sudah lewat, mendengar dalam kamar
mendadak ada suara, orang itu agaknya membalik, terdengar
suara kunci berderik. pelan-pelan daon pintupun terbuka,
seorang kacung cilik melongok kedalam.
Sekali tutuk kontan Kiam-ping menutuk hiat-tonya.
Kejadian tidak terduga serta mendadak. kacung cilik tidak
sempat bersuara, tahu-tahu tubuhnya sudah tertutuk lunglai.
"Katakan, di mana Tang- ling-lo-koay dan lain-lain "
Bagaimana turun dari sini ?"
"Inilah Thay-im-to yang penuh dipasangi perangkap
laksana jaring langitjala bumi, mau ketemu Sin-kun " Kalau
berani boleh ikut aku."
Koan Yong tahu bocah ini hendak main tipu, dia menjadi
tertawa geli, katanya: "Boleh, boleh, tapi bagaimana jalan keluarnya dari sini, kau
harus jelaskan dulu kepada kami."
Pucat muka bocah itu, katanya tersendat: 'Wah, aku tidak
tahu, bagaimana bisa menjelaskan kepada kalian.'
"Kau masih bocah beginijuga sudah keras kepala,
memangnya kau ingin disiksa, lekas katakan, kami pasti tidak
akan menyakiti kau,"
Ternyata kacung cilik ini memang bandel, tidak menjawab
dia malah pejam mata, tanpa hiraukan pertanyaan mereka
berdua. Karuan It-cu-kiam Koan Yong naik pitam, dia tendang dua
kali dipunggung di bocah, katanya keki: "Agaknya kau
memang ingin disiksa baru tahu rasa. Liok-ciangbun kau saja
yang turun tangan-" Liok Kiam-ping juga menyadari tempat mereka dikurung
amat berbahaya, kalau lama-lama ditempat yang penuh
peralatan rahasia ini, sekali kebentur orang-orang Tang- lingklong
untuk meloloskan diri tentu makan banyak waktu,
kesempatan tidak boleh diabaikan, lekas dia membungkuk
terus menutuk urat nadi si kacung serta membuka tutukan
Hiat-to pelemas nya. Seketika si kacung mengejang kaku lalu mendelik sambil
merintih-rintih, saking kesakitan sekujur badan mandi
keringat, namun bocah ini memang keras kepala, meski
kesakitan tapi dia tetap bungkam dan melototkan mata.
Saking tak tahan akhirnya air matapun bercucuran, kepala
mang gut berulang-ulang kearah Liok Kiam-ping,
Setelah Hiat-to terbuka, sejenak dia beristirahat, lalu
dengan suara sedih menjelaskan: Jalan bercabang dalam
loteng ini simpang siur, aku hanya tahu untuk turun kebawah
loteng selalu harus putar kekanan beruntun tiga kali, lalu putar
kekiri sekali, sekaligus diulang tiga kali, lalu dimulai lagi dari
permulaan, paling akhir akan berada di mulut loteng paling
bawah, tentang peralatan rahasianya, terus terang aku tidak
tahu apa-apa." Melihat bocah ini bicara setulus hati, yakin bocah ini tak
berani menipu, apalagi dirinya harus segera meninggalkan
tempat ini. Maka dia serahkan si kacung kepada Koan Yong,
dikempit d iba wah ketiak mereka terus keluar.
Lorong-lorong dalam loteng memang simpang siur,
semuanya berbentuk bundar dan liku-liku, umpama tidak
ditunjukkan jalannya, siapapun akan bingung jalan mana yang
harus ditempuh. Begitu sesuai penjelasan si kacung mereka
bertiga terus turun kebawah tanpa mendapat rintangan apaapa,
akhirnya mereka tiba disebuah kamar yang cukup besar.
Did a la m kamar terdengar perca kapan beberapa orang,
agaknya sedang merundingkan persoalan apa yang cukup
genting. Si kacung menunjuk kedalam kamar dengan
ibujarinya, sebagai tanda bahwa Tang-ling-sinkun dan lain-lain
berada d id a la m. Dengan meringankan langkah Liok Kiam-ping berputar
kesebelah pinggir pintu terus mendekat serta mencuri dengar.
Kebetulan didengarnya Hong Kiat berkata dengan tawa
lantang: "Lwekang bocah itu amat tangguh, beberapa kali
nasibnya selalu mujur, lolos dari berbagai perangkap. maka
menurut pendapatku lebih cepat kita bunuh dia saja lebih
baik, supaya tidak mendatangkan kesulitan-"
Tang-ling-sin-kun terloroh-loroh, katanya: "Ikan yang
sudah berada dalamjaring, memangnya dia mampu terbang
lolos " Tunggu saja setelah dia menerima syarat yang kita
ajukan baru kita bunuh dia, kan belum terlambat".
Kurasa lebih baik kita bertindak lebih hati-hati, siapa tahu
terjadi sesutu diluar dugaan, bukankah bakal membuang
tenaga ?" "Siapapun yang sudah kejeblos dalam kurungan Thay-imlou,
meski Lwekangnya tinggi juga jangan harap bisa lolos.
Bila terang tanah, bocah itu masih keras kepala untuk
membunuhnya juga segampang angkat tangan, cuma sayang
....." Sebelum dia bicara habis, sebuah suara dingin mendadak
berkumandang dari luar pintu. "Kenapa harus tunggu sampai
terang tanah, sekarang juga boleh dibereskan, bukankah lebih
sederhana." lenyap perkataan, dua orangpun muncul
diambang pintu- Karuan orang-orang dalam kamar terperanjat, serempak
mereka berjingkrak dengan pandangan melotot heranTerutama Tang- ling-sin-kun, hatinya membatin: "Bocah ini
memang anak setan, jalan rahasia dalam Thay-im-lou kecuali
kami ayah beranak siapapun tiada yang tahu mungkinkah dia
bisa keluar dari atas kurungan, pada hal jeruji besi sebesar
lengan terbuat dari baja lagi, umpama senjata sakti apapun
jangan harap dapat mematahkannya . . . "
Mendadak Liok Kiam-ping membentak:
"iblis laknat, jangan pura-pura pikun, sekarang kalian tak
boleh diampuni." dendam dan kebenciannya sudah
memuncak. segera dia kerahkan seluruh tenaga terus
menggempur dengan kedua tanganKelihatan perlahan Kiam-ping mendorong kedua telapak
tangannya, tapi damparan ingin pukulan yang ditimbulkan


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

oleh kekuatan Lwekangnya ternyata sedahsyat gugur gunung
menerjang kearah Tang- ling-sin-kun.
Mendangar bentakan Kiam-ping baru Tang- ling-sin-kun
tersentak sadar, namun angin dahsyat telah menindih tiba,
dalam gugupnya tak sempat menangkis, untung Lwekangnya
juga sudah mancapai taraf tinggi, lekas dia melompat
menyingkir sejauh setombak. angin pukulan lawan
menyamber dari bawah kakinya "Biang" kursi kebesarannya
menjadi sasaran, kursi hancur lebur inenumbuk dinding,
dindingpun retak. Dengan enteng badannya berputar terus
melayang turun kesebelah kananSerangan pertama luput, amarah Kiam-ping makin
berkobar, berputar kekanan, kembali dua tangannya tertekuk
sikut terkembang keluar terus disendai kedepanpula. Baru raja
Tang-ling-sin-kun turun dilantai, angin kencang menyamber
tiba pula, dengan gugup dia melompat, namun sudah
terlambat, lekas dia putar kedua lengan lalu terangkap
didepan dada terus menangkis dengan seluruh kekuatan yang
ada. Dua angin kekuatan saling tumbuk mengeluarkan suara
menggelar. Tang-ling-sinkun terlempar tiga tindak baru berdiri
tegak pula, darah seperti mendidih, mungkin terluka ringanLiok Kiam-ping hanya menggeliat sedikit. Karuan Tanglingsin-kun kaget dan tidak habis mengerti, batinnya: "Hanya
dalam jangka satu bulan, Lwekang bocah ini ternyata
mencapai kemajuan seperti ini." makin dipikir makin goyah
pendirian dan tekadnya, maka timbul hasratnya untuk
melarikan diri. Disaat Liok Kiam-ping menggempur Tang- ling-sin-kun,
Kim-kong-ci Hong Kiat yang berdiri disamping juga
membarengi memukulkan tenaga yang tidak kurang
dahsyatnya. Lwekangnya setengah tingkat lebih tinggi dari
Tang- ling-sin-kun, maka perbawa pukulannyapun bukan olaholoh
lihaynya Merasa angin pukulan dahsyat menerjang dari samping
kanan, Kiam-ping tahu Hong Kiat yang licik itu menyergap
dirinya, pada hal kedua tangannya kebacut dipukul kedepan,
betapapun tak s empat putar tubuh menangkis atau melawanDalam kugupnya timbal akal bagus, mendadak dia menj
engkang tubuh kebelakang, kedua kaki menjejak dengan gaya
La-hi-to-jeng-poh (ikan lele meletik balik melawan arus),
tubuhnya bersalto kebelakang setombak lebih, Baru saja
kedua kakinya menginjak lantai, terdengar suara alat rahasia
berbunyi, bayangan orang berkelebat, tahu-tahu bayangan
Tang-ling-sinkun sudah lenyap. jelas melarikan diri dari jalan
rahasia. Tang-ling-lo-koay lolos lagi dari hadapannya, karuan
amarah Kiam-ping dia tumplek kepada Kim-kong-ci Hong Kiat.
Dia tahu gembong iblis ini memiliki Lwekang tangguh, Kimkongci pun teramat lihay, lekas dia kerahkan tenaga sarta
mengembangkan Kim-kong-put-hoay-sin-kang, kedua bola
matanya mencorong bagi sinar senter, langkah demi langkah
mendesak kearah Kim-kong-ci Hong Kiat
Kedua pihak sama-sama meng konsentrasikan diri, kamar
sebesar ini menjadi sunyi senyap keheningan yang mencekam
perasaan, ketenangan menjelang datangnya hujan badai.
Setindak dua tindak. tiga tindak. pelan tapi pasti dan mantap
sementara benaknya bekerja kilat, maka berhasil dia
memperoleh akal untuk menghadapi lawan yang satu ini.
Kinijarak mereka tinggal dua tombak.
Dalam gaya yang tetap dengan sikut tertekuk dua, telapak
tangan didepan dada lalu berputar keluar mendadak
ditepukkan keluar, Tenaga dahsyat yang dapat menggoncang
gunung laksana damparan hujan badai.
Menghadapi lawan tangguh, Kim-kong-ci Hong Kiatjuga
tidak berani gegabah, lekas diapun kerahkan seluruh
kekuatannya, balas memukul dengan segala kedahsyatan
yang dimilikinya. Udara tersibak oleh dua jalur kekitatan yang bertumbukan
mengeluarkan suara menggelegar, gedung berloteng ini
seperti digoncang gempa besar Kim-kong-ci mundur
selangkah, sedang Liok Kiam-ping hanya terangkat tumit
kakinya. Tahu Lwekang sendiri lebih tinggi dibanding lawan,
menyala semangat tempur Kiam-ping, lekas dia maju tiga
langkah sambil mengembangkan Ling-hi-pou-hoat, secepat
kilat dia memukul enam j urus, merebut kesempatan merabu
musuh, walau dirinya dilindungi ilmu sakti, tetap dia jeri
menghadapi Kim-kong-ci yang ganas, maka dia kerahkan
kelincahan gerak tubuhnya, kaki hanya menutul sedetik terus
pindah posisi dan merobah gaya, namun serangan tidak
menjadi kendor karenanya.
Kim-kong-ci Hong Kiat kembangkan ilmu pukulannya yang
tidak kalah cepat gerakannya, diantara s a mb era n pukulan
diapun bergerak tak kalah gesit, dalam waktu sesingkat itu
diapun batas menyerang ilmu j urus, keadaan sementara tetap
setanding. Serang menayerang berlangsung dalam kecepatan
tinggi, tipu-tipu yang dilontarkan juga semakin menakjupkan.
Deru angin pukulan samber menyamber, tak jarang terjadi
benturan pukulan, sungguh pertempuran dahsyat yang jarang
terjadi. Dalam sekejap ilmu pukulan jurus. Liok Kiam-ping
membentak. tubuhnyapun melambung keudara, disaat tubuh
meluncur keangkasa itulah tangannya melolos Liat-jit-kiam.
Dibarengi gerakan tangan kiri denganjurus Llong-kiap-sin-gan,
pedang ditangan kanan menyerang dengan jurus Jit-lun-jutseng.
Dua jurus serangan yang dikombinasikan dalam taburan
telapak tangan dan samberan sinar pedang.
Lwekang Kim-kong-ci Hong Kiat memang tinggi,
pengalaman luas. melihat Kiamping mengeluarkan pedang,
gaman dan tangan menyerang berbareng dengan jurus
berbeda dia insaf detik-detik yang menentukan sudah didepan
mata, maka dia sudah menyiagakan diri serta
mengembangkan Ginkangnya yang khas, syukurlah dengan
Ginkang yang dikembangkan sepenuh tenaga dia berhasil lolos
dari renggutan maut. Ternyata Liok Kiam-ping sendirijuga mempunyai rencana,
maka lawan takkan dibiarkan lolos pedangnya berobah
dengan jurus Liat-jit-yam-yam, cahaya pedang yang
berkembang laksana tabir itu sepertijala saja menjaring
tubuhnya dengan tekanan dahsyat.
Saking kaget Kim-kong-ci Hong Kiat tersirap. mata silau
berkunang, terasa selarik cahaya yang terang benderang
laksana pancaran sang surya menerpa kearah dirinya, hingga
mata tak mampu mengikuti laju senjata lawan, dalam
gugupnya lekas dia kembangkan Kim-kong-ci menuding
kearah cahaya yang benderang itu.
Dua jalur hawa putih laksana rantai perak besar mendesis
dengan suara yang membising, untung Liok loam-ping dipaksa
merandek oleh tudingan jari yang luar biasa. Mumpung
memperoleh kesempatan Hong Kiat membereset kepinggir
dengan telapak kaki meluncur licin seperti terpeleset dimuka
saiju, badannya lolos dari jangkauan cahaya pedang.
Lekas Kiam-ping menarik napas mengerahkan hawa murni,
ditengah udara badannya berputar terus melesat dibelakang
lawan dengan pedang jurus Sip-yang-se-loh.
Hong kiat betul-betul tidak berani lena, disertai hardikan
keras, kembali dia kerahkan Kim-kong ci, sekuat tenaga
menuding pula kearah Kiam-ping.
Kiam-ping sudah kerahkan Kim-kong-put-hoay-sin-kang
tanpa batas, Kim kong-ci serangan lawan ternyata tidak
dihiraukan, sekali berkelebat dia menukik turun dengan
pedang terayun. Di mana sinar pedangnya meny amber lewat,
terdengarlah jeritan mengerikan- Dua jari Kimg-kong-ci yang
menuding itu terbatas kutung oleh pedang, ilmu sakti macam
King-kong-ci yang diyakinkan puluhan tahun lenyap dalam
sekejap ini, sungguh bukan kepalang gusar dan sedih hatinya,
jauh lebih sedih daripada mampus. Bola matanya sudah
melotot gusar, sambil meraung dia sudah menjejak kaki
hendak menubruk dengan serangan terakhir, biar gugur
bersama bila perlu: "Jangan-" mendadak sebuah pekik
berkumandang dibela kang, sesosok bayangan laksana kilat
meny amber dari belakang tembok, sekali raih dan tarik kedua
orang segera menyurut mundur dan lenyap dibalik tembok.
Tak urung ilmu sakti pelindung badan Kiam-ping juga
tertembus oleh kekuatan Kimkong ci yang lihay hingga tubuh
yang sempat berkelitpun terserempet, di kala tangan kanan
menabas turun, pundak kanan tersambar oleh kekuatanjari
musuh, untung badannya terlindung hawa sakti, walau
pundaknya tidak tertembus luka, tapijuga terasa seperti
dipukul palu godam yang berat, lengan kanan lemas lunglai
tak bisa bergerak. saking kesakitan hingga tenaga tab as a n
kebawahpun menjadi batal, karena itu pula dia hanya
menabas dua jari Hong Kiat, kalau tidak mestinya lengan
lawan yang tertabas buntung,
Ditengah jeritan Kim kong-ci Hong Kiat itulah, Liok Kiamping
juga tidak kuat memegang pedangnya lagi, Liat-^itkiamjatuh
berkerontang dilantai, orang nyapun tersuruk
duduk. Disaat It-cu-kiam Koan Yong memburu maju hendak
menolongnya, sementara Tang-ling-lo-koay juga mencelat
keluar dari balik dinding serta menolong rekannya itu masuk
pula kelorong bawah tanah, disamping Kiam-ping selamat,
Hong Kiat seniiri juga terhindar dari renggutan elmaut.
Waktu Koan Yong sadar dan menubruk maju, bayangan
kedua orang itu sudak lenyap dibalik pintu rahasia. Tapi
karena terburu nafsu melarikan diri, Tang- ling-lo-koay lupa
menutup kembali daonpinto.
Liok Kiam-ping menginsyapi.Jian-kim-hiat dipundak
kananya terluka cukup parah, setelah dia bersamadi
mengerahkan tenaga lwekang, syukur keadaannyajauh lebih
sembuh, tapi gerak-geriknya masih belum leluasa. Untuk
mengejar waktu dan supaya lekas keluar dari Thay-im-loo,
maka merekapun keluar dari pinto rahasia serta mengudak
musuh. Lorong rahasia itu berliku-liku, setiap beberapa langkah
pasti menemukan lapisan pintu rahasia, Mereka maju terus
berputar-putar, tanpa terasa ternyata kembali ketempat
semula di mana tadi mereka berhantam dengan musuh.
Akhirnya Kiam-ping teringat akan Keterangan si kacung cilik,
untuk meloloskan diri kenapa cara itu tidak dicoba sekali lagi.
Maka bersama It-cu-kiam Koan Yong mereka putar kekanan
tiga kali belok kekiri sekali, ternyata dengan leluasa mereka
bisa maju terus, setelah belak belok pula beberapa kali, di
sebelah depan sudah kelihatan sinar reftek yang kemilau
dipermukaan air telaga, kali ini dengan leluasa mereka bisa
keluar dari Thay-im-loo. Tahu mereka sudah tidak jauh lagi dari mulut pintu keluar,
karuan Kiam-ping kegirangan, lekas dia mempercepat
langkah. Berderet merupakan lingkaran sebentuk dengan lembah,
dipinggir telaga adalah rumah rumah petak yang berdiri
sendiri-sendiri, air telaga memang sudah kelihatan, tapi
jaraknya masih cukupjauh. Pada hal sudah berada ditingkat
terbawah, tapi Kiam-ping berdua tidak menemukan pintu
untuk keluar, terpaksa hanya bisa longok-longok dari jendela
terpaksa Kiam-ping keluarkan pedang, merusak jendela serta
memukulnya dengan gempuran dahayat. Tapi kamar demi
kamar ini ternyata dibuat sedemikian rupa, kamar satu dengan
kamar yang lain ternyata terjalin dengan lapisan tembok. bila
orang masuk kedalam, kurang hati-hati menyentuh tombol
rahasia, maka lapisan tembok akan menutup kencang. Setelah
susah payah menjebol dinding demi dinding baru mereka tiba
pinggir air. Dikala mereka longok-longok kesebrang. mendadak
terdengar beberapa kali dentuman keras, disertai suara
bentakan dan caci maki orang banyak. suasana seperti ribut
dan gaduh dari pertempuran besar.
---ooo-dw-ooo--- Kini kita balik mengikuti pengalamanJian-li-tok-heng yang
sibuk mengeduk guguran tanah cadas dimulut gua karena
ledakan dahsyat oleh lemparan bom Kim-kong-ci Hong Kiat.
Tapi tenaga seorang mana mampu selekasnya mengeduk
tanah cadas sebanyak itu sarta membuka mulut gua yang
sudah gugur, meski teng gorokan hampir pecah panggilannya
kepada "Ji-te" ternyata tidak mendapat penyahutan-. mulut
gua juga tidak tersumbat oleh tanah cadas saja, batu-batu
segede kerbau jelas tidak mampu didorong atau dikeluarkan
oleh tenaga seorang meski tokoh selihay Jian-li-tok-heng,
saking gelisah akhirnya jian-lin-tok-heng berdiri bingung
membanting kaki. Sedikit dirinya lena Kiam-ping sudah terkurung d id a la m
gua, bila kejadian ini tersiar di kalangan Kangouw, kaum
persilatan pasti mengira dirinya takut mati, demi
menyelamatkan jiwa dari serangan Kim-kong-ci sehingga
keselamatan Kiam-ping kini sukar diramalkan, apakah
selanjutnya dirinya masih ada muka berkecimpung di
Kangouw, atau menemui orang-orang pihak sendiri "
Di saat dia berdiri bingung dengan muka kecut itulah.
Mendadak didengarnya suara lambaian pakaian orang yang
sedang berlari kencang tiba di mulut selat. Lenyap suaranya
seorang telah meluncur turun dimulut selat.
WaKtu Jian-li-tok-hang menoleh dilihatnya yang datang
adalah Ai-pong-sut Thong ciau dengan Kim-gin-hu-hoat,
karuan girangnya bukan mainTernyata Ai-pong-sut Thong ciau bersama Kim-gin-hu-hoat
dan lain-lain setelah kembali ke Kwi-hun-ceng cepat mereka
membongkar papan besi menolong Thi-pi-kim-to Tan Kianthay,
demikianpula Pi-lik-jiu cui Khay. Beramai-ramai mereka
membersihkan bahan-bahan peledak serta semua bahanbahan
bakar yang sudah disiapkan musuh untuk
menghancurkan Kwi-hun-ceng. Setelah kerja berat setengah
harian baru selesai. Kini mereka kumput dipendopo besar menunggu Liok Kiamping
danJian-li-tok-heng yang pergi mencari ft-cu-kiam Koan
Yong. Tengah orang banyak menunggu dengan gelisah,
mendadak terdengar ledakam dahsyat yang menggoncang
bumi dari arah ke mana Kiam-ping berdua pergi. Kim-ji-tay
beng merasa heran dan curiga, maka dia usul supaya lekas


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyusul ke sana. Si gede Siang Wi segera berkaok setuju dan minta ikut.
Mengingat menolong orang harus secepatnya, si gede tidak
pernah meyakinkan Ginkang, kalau diajak malah menjadi
beban belaka, maka bocah gede ini dibujuk dan diapusi, dia
ditugaskan menemani Tan Kian thay menjaga dan melindungi
perkampungan- Memangnya perut sudah lapar, sejak tadi juga sudah uringuringan,
maka diam-diam dia menyingkir, tapi dalam hati
membatin "Baik, biar kalian terbang kelangit, aku toh bisa menguntit
kalian dari bawah tanah. Setiap kali ada tugas. aku selalu
ditinggal. Kali ini aku tidak mau ditipu lagi. Apapun memang
bocah cilik lebih baik terhadapku. Ya, apapun aku harus lekas
menyambutnya pulang baru perutku bisa di isi." Lalu dia
panggul pentung bajanya diatas pundak, dari kejauhan dia
membuntuti orang banyak. Badannya gede langkahnya lebar, bila dia mau kerahkan
tenaga berlari kencang, kecepatannya juga tidak kalah dari
seorang yang pernah meyakinkan Ginkang.
Kim-gin-hu-hoat dan lain-lain mengembangkan Ginkang
berlari sambil berlompat ditanah pegunungan yang tidak rata,
berbatu-batu lagi, mereka terus tancap gas ke arah Liok Kiamping
pergi mencari It-cu-kiam. Sudah tentu diluar dugaan
mereka bahwa si gede yang dianggap sobloh ini ternyata juga
menguntit dari kejauhan- Bila orang banyak tiba dimulut selat, mereka melihatJian litokheng sendirian sedang sibuk mengeduk tanah dan menj
ungkit batu, kelihatan gugup dan bingung, sementara
mulutnya memanggil-manggil, Tahu terjadi sesuatu diluar
dugaan, maka orang banyak mempercepat langkah, cepat
sekali mereka sudah memburu tiba ditempat kejadianMemangnya Jian-li-tok-heng sedang bingung seorang diri
melihat orang banyak menyusul datang, lega hatinya, lekas
dia jelaskan kejadian kepada orang banyak sudah tentu orang
banyak ikut gugup dan bingung Maka beramai-ramai mereka
bekerja mengeduk tanah dan batu supaya menemukan lorong
gua dan menemukan Liok Kiam-ping.
Tapi tanah cadas dan batu-batu besar yang ambruk ini
sedemikian banyak dan berat celakanya mereka tidak
membawa pacul dan sekop. dengan tenaga tangan kosong
dan senjata pedang atau golok jelas tak bisa mereka bekerja.
Untunglah d is a at orang banyak mati kutu, sigedeSiang Wi
tampak berlari mendatangi sambil memikul pentung bajanya,
dari kejauhan bocah gede ini sudah pentang bacotnya: "Nah,
kalian semua disini, kali ini akupun tidak bakal ketinggalan
lagi." dengan lebar dia mendatangi sambil bertanya: "Mana
bocah cilik " Di mana dia "'
Melihat dia menyusul datang, kuatir akan keselamatannya,
sebetulnya orang banyak merasa keki dan sebal, namun
melihat betapa Jenaka sifatnya, yang suka usil mulutpun
urung melontarkan sindirannya. cohsiang-hwi f h Th la u- h
long ternyata lebih cermat dan dapat berpikir, melihat si gede
memanggul pentung bajanya yang besar, dia lantas ingat
pentung itu bisa dipakat untuk bekerja. Lekas dia memapak
maju kedepan si gede serta menjawab sambil, menuding
longsoran tanah: 'Ciangbunjin berada di bawah tanah,
kebetulan kau datang, lekas gunakan tongkat bajamu
menyungkil batu besar itu bersama."
Mendengar sibocah cilik terpendam karuan bocah gede
menjadi gugup, dengan mulut berceloteh lekas dia sogok
pentung bajanya kebawah batu. dengan mengerahkan seluruh
kekuatan ditekannya pula kebawah sehingga tongkat amblas
sedikit demi sedikit, namun selebar mukanyapun merah
padam. Kim-gin-hu-hoat,Jian-li-tok-heng dan lain-lain segera maju
membantu mereka berholopis-kuntut baris, syukurlah batu
raksasa itu berhasil digesar maju dan tersingkir kedepan,
hingga mulut lorong disebelah bawah sudah kelihatan- Setelah
tergeser sedikit maka leluasa jari gampang mereka
merobohkan batu besar itu.
Kecuali Thi-pi-kim-to Tan Kian-thay, orang banyak beriring
masuk kedalam lobang gua, ada yang menyalakan obor,
terasa lorong gua ini lembab dan bekas terendam air,
lantainya becek dan licinKim-gin hu-hoat danJian-li-tok-heng sudah berpengalaman,
mereka tahu urusan agak ganjil, maka dia berseru supaya
orang banyak berjalan lebih cepat. Kira-kira hampir satu jam
kemudian, merekapun keluar gua dan tiba dipinggir sungai.
Saat itu sudah menjelang kentongan keempat, angin
malam menghembus dingin, tega la n belukar depinggir
sungai terasa sepi dan menakutkan- Maka orang banyak
berpencar mencari ubek-ubekan disepaniang tepi sungai.
Mendadak Kim-ji-tay-beng menyuarakan siulan tanda
rahasia dari hutan d is eb rang sungai orang banyak segera
memburu ke sana, masuk kedalam hutan- Tampak Kim-ji-taybeng
menuding tanda rahasia peninggalan Liok Kiam-ping
diatas dahan pohon- Katanya: "Tanda ini pasti ditinggalkan
oleh ciangbunjin, mari lekas kita kejar."
Sesuai arah yang ditinggalkan dalam tanda rahasia, orang
banyak menuju keutara akhirnya memasuki perkampungan
terus maju tiba dipinggir muara. Masih satu setengah jam
baru fajar menyingsing, perkampungan masih diliputi
keheningan, penduduk masih pulas dalam hawa yang dingin,
maka mereka tak bisa mencari berita, terpaksa semua
berkumpul dibawah sebuah pohon besar tak jauh ditepi sunjai
menunggu datangnya fajar.
Begitu terang tanah sigede dibangunkan dari dengkurnya,
dia masih berkaok-kaok dan ribut karena perut lapar, malah
ribut minta ke restoran membeli nasi. orang banyak akhirnya
kewalahan menghadapi rengekannya, memangnya mereka
juga sudah bertempur dua hari dua malam, meski sekedar
istirahat, boleh dikata mereka juga keletihan, perlu makan dan
minum. Untung clok-wi-can adalah desa ramai tempat yang
cocok untuk berlayar keluar lautan, perdagangan disini cukup
ramai dan laris. Rombongan besar ini terpaksa putar kayun d id es a
nelayan ini, dengan dandanan tampang dan gerak gezik
mereka, masih begini pagi pula, desa kecil yang b las any a
tentram ini kapan pernah didatangi rombongan orang luar
daerah sebanyak ini, maka kehadiran mereka cukup menarik
perhatian orang banyak^ tidak sedikit yang memandang
heran, pesona dan melotot, tapi penduduk jug a tiada yang
menegur atau menyapa mereka.
Akhirnya orang banyak memilih sebuah restoran berloteng
yang paling besar d id esa ini. baru saja hendak melangkah
masuk. Dari depan mendatangi seorang lelaki gagah, langsung
dia menghadang sambil membuka lebar kedua tangan,
serunya: "f Hari ini kami tidak jualan, silahkan kalianpindah ke
restoran lain saja."
Dandanan serta tingkah laku orang inijelas tidak mirip
sedang jualan, kacung atau pemilik restoran, makaJian-li-tokheng
tahu bahwa orang sengaja hendak mencari gara-gara,
kalau pindah kerumah makan lainjuga akhirnya akan
mengalami nasib sama. Maka dia tertawa lebar, katanya:
'Sungguh menggelikan, orang yang membuka warung kok
takut dikunjungi pembeli, kalau warungmu ini tidak jualan,
lekas tutup pintu saja. Sekarang hari masih pagi, tapi pintu
sudah di buka, jendela sudah terpentang, meja kursijuga
mengkilap menunggu tamu, memangnya kau sengaja menolak
kedatangan kami " Sahabat, jangan kau kira kami datang dari
luar daerah lantas boleh dibuat permainan." lalu dengan
menyeringai lebar, dia maju ke depan lelaki itu sambil
menggendong kedua tangan Sementara itu sigede sudah mencium bau masakan
didalam rumah makan, liurnya sudah menetes, ulat dalam
perutnya jug a sudah menari-nari, sungguh laparnya tidak
tertahan lagi, tanpa minta pendapat orang banyak. segera dia
melangkah maju, sekali raih dia jambak baju dibelakang kuduk
lelaki kekar itu, seperti menjinjing kelinci saja dia angkat orang
itu serta membentak bengis dengan mata mendelik: "Kau mau
jual nasi tidak " Perut tuan besarmu sudah lapar. Awas kalau
kau tidak mau jual padaku."
Lelaki itu bertubuh tegap. tapi si gede ini lebih tinggi dan
besar lagi, betapa hebat tenaganya, karuan merinding bulu
kuduknya, apalagi badannya dijinjing keatas kontal-kantil
diudara, meski keras kepalanya, terpaksa dia mengangguk
juga. Dalam hati dia membatin: "Seorang lelaki harus pandai
melihat gelagat, kenapa aku harus konyol dihadapan mereka,
untung atau rugi nanti juga ada orang yang akan
membereskan persoalan ini. Maka dengan menyengir kuda dia
berkata: Jual atau tidak harus kulaporkan dulu kepada
pemiliknya." "Mau lapor kek atau mau kencing tidak peduli, yang terang
tuan besar mau makan, lekas suruh koki masak nasi dan lauk
pauk yang paling enak." sembari bicara dia kibaskan
tangannya, lelaki itu terlemparnya setombak lebih, cukup lama
kemudian baru bisa merangkak bangun sambil merintih- rintih,
tulang pungguhgnya serasa patah, dengan tertatih-tatih dia
mundur kedalam Tak lama kemudian keluarlah seorang tua, dibelakangnya
ikut pula seorang lelaki setengah baya, tampangnya kurus
kaku dan kelihatannya berhati culas.
Sambil munduk-munduk orang tua ini menghampiri sambil
soja, katanya: "Tuan-tuan silakan duduk d id a la m, memang
Losiu yang salah, pelayan kurang- ajar, sehingga tuan-tuan
dibuat marah, biar aku orang tua mohon maaf."
Melihat tingkah laku orang tua ini, diam-diam orang banyak
geli. Tapi perut mereka memang sudah lapar, maka
merekapun tidak mau memperpanjang persoalan, terutama si
gede, tanpa disilakan lagi segera dia melangkah masuk
kedalam. Orang tua dan lelaki setengah umur itu segera menyilakan
orang banyak lalu ikut masuk kedalam, menarik kursi
membersihkan meja. Lalu berdiri disamping menunggu orang
banyak memilih menu yang dikehendaki.
Jian-li-tok-heng menjadi sebal melihat tampang lelaki
setengah umur yang kelihatan munafik. katanya sambil
mengerut alis: "Lekas siapkan semeja penuh masakan apa saja yang bisa
cepat jadi, bawakan lima kati arak wangi."
Maka lelaki setengah baya segera tarik suara kearah dapur
menyerukan apa yang dipesanJian-li-tok-heng. Pada akhir
katanya dia tambahi lagi beberapa patah kata yang tidak
dimengerti artinya oleh orang banyak.
Gin-ji^tay-beng lantas merasakan perkataan akhir orang
pasti mengandung arti, kenapa tidak menyebut nama menu,
tapi menggunakan istilah yang tidak dimengerti, segera dia
jambret lengan lelaki setengah umur bermuka kurus tepos,
sentaknya: "Apa arti perkataanmu " Jangan kau main kayu
didepan kami ya ?" Lelaki itu melengak. namun sikapnya kelihatan belum tahu
apa arti istilah yang dia serukan tadi, dengan pura-pura
meringis dia merengek: "Tuan ada pertanyaan apa boleh
katakan saja baik-baik, kenapa main tangan " Istilah yang
kukatakan tadi maksudnya supaya kuahnya yang panas dan
tidak boleh pedas." Dengan mendengus Gin-ji-tay-beng lepas pegangan sambil
dorong tubuh orang. Lelaki itu genta y angan pergi terus lari
kedapur. Kerja koki didapurpun cekatan, tidak berapa lama lima
macam menu yang kelihatan lezat sudah dihidangkan,
sementara didapur koki kedengaran masih sibuk memasak
menu yang lain. Maklum yang dipesan adalah hidangan
lengkap. seluruhnya ada dua belas macam menu.
Si gede memangnya sudah kelaparan beberapa hari, tanpa
tunggu komando dia ulur tangan terus menjejal mulutnya
dengan hidangan yang sudah tersedia.
Jian-li-tok-heng angkatpoci arak. digojok-gojok beberapa
kali, lalu tuang secangkir penuh, tampak warna arak agak
butek. maka dia tahu arak ini tidak beres, lekas dia singkirkan
poci ke pinggir. Setelah orang banyak mulai makan, arak dia
buang keatas tanah, lalu dia memberi bisikan kepada orang
dia sendiri terus meloso jatuh meringkel ditanah. Demikian
pula yang lain, ada yang mendekam dimeja, ada yang
celentang ditanah dengan berbagai macam gaya yang
berlainan, yang terang sebelum pura-pura pulas mereka
memperdengarkan suara berisik, seperti cangkirjatuh
mangkok tumplek dan piring pecah, lalu badan jatuh
gedebukan. Beberapa kejap kemudian, lelaki setengah umur itu tampak
melongok keluar sekali, melihat orang banyak sudah terkulai,
sengaja dia murcul dengan berteriak: "Tuan-tuan masih mau
pesan apa ?" lalu melangkah mendekati. orang banyak tiada
yang bersuara, tetap pura-pura mabuk dan pulas.
Karuan lelaki itu kesenangan, serunya dengan keplok:
"coba sekarang masih bisa bertingkah, ternyata sedikit
menggunakan akal, Liok-ya sudah bikin kalian keok
seluruhnya, satupun tiada yang tolos, nah, selanjutnya kalian
menjadi tawananku." sembari bicara dia ulur tangan merogoh
kantong bajuJian-li-tok-heng hendak menggagapi kantongnya.
Mendadak angin berkesiur, Hiat-to bisunya tertutuk^
tubuhpun menjadi lemas dan jatuh tersungkur. Segera Kim-jilaybeng berdiri disampingnya, setelah membuka tutukan
IHiat-tonya kontan dia persen dua kali tamparan, lalu
membentak: "Anak kura-kura juga berani main akal-akalan
didepan mata kami, tidak kecil ya nyalimu. Siapa yang
mendukung nyalimu, lekas terus terang, jiwamu nanti
kuampuni." Karena tamparan dua kali di kiri kanan mukanya, seketika
pipinya bengap membiru, giginya juga protol dua buah,
rasanya sakit pedas, darah meleleh dimulutnya.
Si gede betul-betul gemas, menyangka orang membandel
lekas dia maju sambil angkat kaki menendang "Bluk" lengan
kanan lelaki setengah umur tertendang keseleo, karuan
sakitnya bukan kepalang, lelaki itu menjeiit-jerit seperti babi
disembelih. Kuatir si gede menyiksa mati orang, lekasJian-li-tok-heng
mencegahnya, katanya ramah: "Kami tahu kaupun
menjalankan perintah, Maka bicara saja terus terang, kami


Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak akan menyakitimu lagi, kenapa kau mau disiksa demi
orang lain ?" Insyaf jiwa sendiri tercengkram ditangan orang, akhirnya
orang itu berkata setelah menghela napas: "Desa ini
dinamakan ciok-wi-can, merupakan salah satu markas cabang
Ham-ping-kiong dibawah kekuasaan Tang-ling-kiong.
Beberapa hari yang lalu waktu rombongan besar kembali,
pernah membekuk seorang entah bernama "kiam" apa. Dua
hari yang lalu datang juga seorang pemuda, entah bagaimana
dia bisa menyelundup ke atas pulau. Kabarnya semalam
markas pusat marah-marah lalu mengutus seorang Tocu
kemari untuk memimpin kerja. Tadi Tongcu kami bercampur
diantara orang desa pura-para menonton diluar pintu, beliau
tahu kalian kemari untuk mencari pemuda itu, maka aku yang
rendah disuruh membius kalian-"
"Berapa jauh letak Tang- ling- kiong dari sini " Apakah
hubungan kesana selalu dengan kapal ?"
"Dari sini ke Giok-hoan-to kira-kira diperlukan tiga jam
pelayaran, tapi kapal yang ada di sini semua dibawah
kekuasaan markas cabang, siapa yang ingin menyewa
kapaljuga harus minta persetujuan dari markas cabang."
Kau memang berterus terang, baiklah kami tidak akan
menyakitimu lagi. Tapi sementara kau harus bantu
menunjukkan jalan.' Sudah tentu pucat muka lelaki itu, katanya ketakutan:
"Tuan-tuan harap maklum, aku sudah terluka begini, gerak
gerikku terlalu payah, umpama kalian membebaskan aku,
hidupku selanjutnya juga susah diramalkan- Dari sini terus
berlayar ketimur laut, tiga jam kemudian Giok-hoan-to sudah
akan tercapai, Tang- ling- kiong juga sudah bisa kelihatan dari
kejauhan disiang hari. Mohon kalian sudi mengampuni aku."
Melihat betapa kasihan keadaan orang, kalau tadi sudah
bilang tidak akan menyakitinya lagi, terpaksa
membebaskannya. Setelah membereskan bekal apa yang
harus di bawa, orang banyak langsung menuju kepinggir
muara. Kebetulan ada sebuah kapai besar berlabuh dimuara. cohsianghwi lh Tiau-hong kelahiran Kang la m, sejak kecil pernah
berlatih kepandaian didalam air, mengemudi kapal adalah
keahliannya, maka dia tunggu orang banyak sudah naik
semua, terus angkat galah mendorong kapal ketengah sungai,
kapal berputar arah, sekali dia kerahkan tenaga, galah
terbenam kedasar sungai, kapalpun laju kedepan, kebetulan
angin menghembus kedepan, maka bila layar dikerek tanpa
dikayuh kapal laju sendiri didorong angin. Lekas sekali kapal
sudah keluar muara dan kini tengah berlayar ketengah lautan,
coh-siang-hwi Ih Tiau-hlong putar kemudi, kapal menuju ke
timur laut. Syukur cuaca baik, tanpa mendapat rintangan kapal
berlayar tiga jam lamanya, tak lama kemudian Gickshoan-to
memang sudah kelihatan darijauh, terutama Tang- ling- kiong
yang dibangun dipuncakpaling tinggi diataspulau. Sekarang
saatnya air pasang maka ombak menderu besar. Laju
kapalpun menjadi terhambat, untung sudah dekat pulau, yakin
kapal tidak akan terbalik dan tenggelam. cuma semakin dekat
pula u, juga semakin berbahaya, karena disekitar sini banyak
karang yang tajam, sedikit kurang hati-hati bila kapal
menumbuk karang akibatnya juga pasti fatal, apalagi bila tidak
hafal keadaan sekitarnya. maka coh-siang-hwi betul-betul
memeras keringat, serta memperlambat lajunya kapal.
Pulau sudah didepan mata, dalam, jarak beberapa menit
lagi sudah akan sampai, namun mereka seperti dihukum
diatas kapal lebih lama karena laju kapal harus diperlambat
kalau mau selamat, karuan Kim-ginhu-hoat menjadi keki dan
gemas. Tengah orang banyak berdiri diatas dek mendongak keatas
pulau. Dari sebuah batu besar diatas pulau, mendadak
kumandang sebuah bentakan: "Kapal pendatang harus
berhenti. Setelah diperiksa baru boleh masuk." lalu muncullah
sebuah sampan kecil panjang manghadang didepan kapal.
Sebetulnya orang banyak tidak mau hiraukan peringatan,
tapi perj a la nan terhalang gelagatnya mereka harus pakai
kekerasan Maka semua tiada yang bersuara, kapal terus
dimajukan pelan-pelan Dalam jarak sekitar satu tombak. mendadak Kim gin-huhoat
melompat bersama, laksana panah mereka menyergap
kearah sampan kecil panjang itu, sekali ayun sebelah tangan,
dua orang diatas sampan telah dipukulnya terpental jatuh ke
air. Tanpa mengeluarkan suara murid Tang- ling- kiong itu
telah tamat riwayatnya. Sampan kecil itu hanya dibuat batu loncatan oleh Kim- ginhuhoat, cepat sekali tubuh mereka sudah melambung tinggi
lompat keatas batu karang, dengan mengembangkan
kelincahan gerak mereka terus menerjang naik keatas pulau.
Jian-li-tok-heng dan coh-siang-hwi berjajar disebelah
belakang, merekapun mengembang Ginkang tak mau
ketinggalan- Si bocah gede yang ketinggalan diatas kapal
sudah tentu gugup setengah mati, mulutnya lantas berkaokkaok:
"Hehe, kalian tunggu." dengan nekad diapun meniru
melompat keatas sampan, tapi sampan kecil sementara
badannya besar berat, sampan itu tidak kuat menahan
lompatannya, sampan tenggelam si gedepun tercebur diair,
untung dipinggir pantai, kedalaman airjuga hanya sebatas
pinggang, tidak sulit si gede maju kedepan lalu memanjat
karang, namun dia ketinggalan juga.
Sementara itu kawan-kawannya sudah jauh berada diatas.
Dari samping kanan mendadak melompat keluar lima
bayangan orang, berdiri jajar mencegat jalan- Lelaki ditengah
berusia lima puluhan, bermuka tikus bermata bebek, wajahnya
kelihatan buas dan liar. Dikanan kirinya berdiri masing-masing
dua orang yang berperawakan gemuk kurus tinggi rendah
tidak rata. usia mereka juga rata sekitar empat puluh lima
tahun, tampangnya juga jahat dan ganas, memang begitulah
wajah asli dari kawanan bajak laut.
Melihat Kim-gin-hu-hoat dan lain-lain menyerbu datang,
gerak gerik, mereka tampak gesit dan cekatan, ilmu silatnya
tentu tidak lemah, tanpa bersuara terus terjang maju dengan
sengit, maka dapat diduga maksud kedatangannya tentu
kurang baik . Lekas dia merogoh kantong lalu disambitkan
keudara. Letusan nyaring bergema diang kas a, maka terdengarlah
suitan demi suitan bersahutan semakinjauh, bayangan
orangpun tampak bergerak-gerak d ipunca k pegunungan,
kekuatan orang-orang Tang- ling- kiong memang cukup
mengejutkan- Setiba Kim-gin-hu-hoat berempat didepan, jalur karang
rata, lelaki muka tikus segera menyambut dengan tawa sinis,
katanya: "Semua berhenti. Buang dulu senjata kalian serta
sebutkan nama kalian, apa maksud kedatanganmu. Tanglingkiong bukan pasar, orang tidak boleh mondar mandir
seenak udelnya sendiri."
Melotot mata Kim-ci-tay-beng, katanya tertawa: "Di Kwihunceng, baru saja kalian lari mencawat ekor, di sarang
sendiri ternyata sudah membusung dada, memangnya kalian
sudah lupa. majulah merasakan sepasang tanganku." secepat
kilat telapak tangannya yang sudah menguning emas itu
menyerang tujuh jurus kearah Hiat-to lawanLelaki muka tikus ini sudah keok dan dirugikan oleh Kim-jitaybeng waktu bertempur di Kwi-hun-ceng, maka dia tahu
betapa lihaynya Kim-sa-ciang lawan, maka tak berani melawan
dia menyingkir lima kaki sambil, melompat. Tangan terbalik
dia keluarkan pipa cangkiong diputar kekikri, dengan deru
keras pipanya mengetukJian-kin-hiat dipundak kanan lawanKim-ji-tay-beng mengejek hina, sengaja dia sedikit
membusung dada, berbareng kaki kanan mengeser
kebelakang, pergelangan ditarik pundak direndahkan,
disamping menghindari serangan lawan, telapak tangan kiri
dig entak. maka serangkum angin kencang menyerang iga
lawanTiraikasih Website Jurus ini dilancarkan cepatjuga melanggar kebiasaan. Pada
hal lelaki muka tikus sudah melontarkan serangannya sepenuh
tenaga di kala lawan membusung dada, mendadak lawan
menggasak dengan pukulan telapak tang a n kebawah iga,
baru dia sadar dirinya ketipu, untung dia memiliki Lwekang
cukup tangguh, lekas kakinya menutul karang dengan gerakan
ikan meletik melawan arus, tubuhnya meluncur turun
kesebelah bawah. di kala luncuran tubuhnya hampir anjlok
turun dia bersalto sekali, bila kaki sudah hinggap diatas
karang pula, kini dia berada dibela kang orang banyak.
Kebetulan si gede yang sudah naik kedarat saat itu sudah
memburu datang, kedatangannya jug a tepat pada saatnya, d
id a la m air tadi hatinya sudah jengkel, minum air asin lagi,
kini melihat musuh seketika amarahnya berkobar, pentung
dirangsak terus mengembang batok kepalanya."
Pada hal lelaki iua itu baru saja hinggap dikarang dan
belum berdiri tegak, tahu-tahu pentung baja lawan sudah
menyapu datang, saking kaget serasa pecah nyalinya, namun
tak lupa dia berusaha menyelamatkan diri, lekas dia
menjatuhkan tubuh kesamping terus mengelundung kedepan
kaki si gede. Sekalian pipa cangkiongnya menyapu sepasang
kaki orang. Begitu pentungnya meny amber, tiba-tiba bayangan musuh
lenyap "Blang" pentungnya menghantam karang. sehingga
batu pecah dan muncrat. Tengah melongo tiba-tiba pahanya
terasa disapu pipa lawan, untung kulit badannya kebal,
rasanya cuma pedas dan kesemutan, waktu dia menunduk
musuh ternyata menggelinding kedepan kakinya. Karuan
amarahnya semakin menyala, badan berputar ke kanan, Kingthianpang yang berbuat dari baja itu menyapu turun
melintang ke kiri bawah. celentang ditanah, untuk berkelit jelas sudah terlambat,
tapi lelaki maka tikus ini ternyata cukup cerdik disaat pentung
hampir mendarat ditubuhnya, sekalian dia menggelundung
juga kearah kiri terus menancap kaki dengan gerakan keledai
malas berguling di tanah, tubuhnya terus melayang ke air.
Bila pentung baja itu akhirnya betul-betul mengenai
pantatnya, tubuh nyapun sudah menggelinding satu tapak
lebar, sehingga daya sapuan pentung itu tidak begitu dahsyat,
namun demikian tak urung dia mengeluh kesakitan tubuhnya
tercebur kedalam air. Begitu lelaki muka tikus menyelamatkan diri terjun keair,
keempat pembantunya pecah nyalinya, tanpa berjanji mereka
sudah angkat langkah seribu. Dua diantaranya kecandak oleh
Jian-li-tok-heng dan Gin-jiay-beng satu orang satu
membanting mereka diantara karang, keduanya luka parah tak
mampu bangun. Dua orang lagi bergerak lebih cepat, mereka
menyelinap di tikungan karang, bila di susul ke sana ternyata
telah lenyap entah ke mana..
Untuk mengejar waktu, maka jago-jago Hong-lui-bun ini
tidak berusaha mengudak musuh, mereka terus manjat
undakan batu yang berliku-liku keatas gunung dengan ginkang
yang tinggi. sekilas si gede melongok kebawah laut, pada hal
si muka tikus menyelam didalam air, melihat orang tidak
muncul di permukaan air, dia kira orang sudah mampus, lekas
panggul pentung baja terus menyusul pula dibela kang orang
banyak. Sepanjang undakan batu yang berterap dan bersusun
dengan beberapa pos penjagaan ini memang dijaga ketat,
apalagi sebelumnya mereka sudah melihat tanda ledakan
diudara, maka sudah siap menyambut serbuan mereka.
Sayang mereka hanyalah jago jago kelas dua, bila orangorang
Hong-lui-bun menyerbu tiba, dalam sekejap mereka
sudah dibikin kucar kacir, kalau tidak mati atau luka parah,
tapi ada juga yang sempat melarikan diri.
Waktu mereka tiba dldepan hutan, terdengar bunyi kentong
ditabuh sekali, maka terjadilah hujan panah selebat hujanorang
banyak memiliki ginkang tinggi dan merata, dengan
putar kencang senjata atau mengobat-abitkan lengan baju,
anak panah semua dipukul jatuh.
Kuatir dirinya ketinggalan lagi, si gede segera putar
kencang pentungnya terus menerjang kearah barisan
pemanah. Pada hal hujan panah makin deras dan banyak,
namun Lwekang Kim-gin-hu-hoat berempat cukup tinggi.
hujan panah berhasil disapujatuh, namun maju mereka
terhambat, apalagi bidikan panah musuh terasa semakin
kencang dan lihay, maka mereka berhenti, namun kedua
tangan sibuk mematahkan serangan musuh.
Jian-li-tok-heng insyaf pihaknya dipihak terang musuh
dipihak gelap. kalau mereka menjadi sasaran bidikan panah
mus uh, jelas tidak menguntungkan, salah-salah sedikit lena
Pendekar Kidal 5 Pendekar Gila Karya Kho Ping Hoo Istana Kumala Putih 10

Cari Blog Ini