Hong Lui Bun Karya Khu Lung Bagian 19
tangan- Maka menurut pendapat Losiu, lekas serahkan saja
Wi-liong-pit-kip. kejadian hari ini, kami bersaudara mau
menjadi penengahnya mendamaikan kedua pihak, yakin Senglota
ngkeh juga sudah berusia lanjut, berjiwa bajik dan luhur,
urusan ini tentu mau dilerai sampai disini saja, kuharap kalian
berpikir secara damai, kesempatan masih ada."
Melotot mata Liok Kiam-ping, katanya "Wi-liong-pit-kip
adalah milik perguruan kita, simbol kebesaran yang tiada
taranya, umpama Cayhe tidak becus juga pantang
membiarkan pusaka itu terjatuh ketangan orang luar. Dari
ribuan li aku meluruk kemari untuk menuntut balas sakit hati
perguruan, meski menghadapi gunung golok. lautan api,
Kiam-ping akan kerahkan segala kemampuan untuk membalas
budi luhur perguruan-. Maksud baik kalian terpaksa Kiamping
tak bisa menerima:" Ki Kong berjiwa angkuh dan terlalu mengagulkan diri, tak
tahan dia menahan a ma rah, bentaknya: "Anak setan-. tutup
mulutmu, dengan sekedar ajaran tunggal perguruan berani
kau membangkang kehendak Lohu. Bedebah, kalau berani
Hayo lawan Lohu diatas Ceng-tiok-tin kalau kau bisa
mengalahkan sepasang tangan Lohu, urusan hari ini boleh
anggap tiada sangkut paut dengan kami, Kalau sebaliknya
kenapa?" Jengek Aipong-sut Thong Cau.
"Seluruh barang yang kalian hawa harus ditinggalkan, lalu
mencawatlah ekor dan enyah dari sini."
Jikalau pihak Cayhe yang kalah, jangan kata hanya barang
yang kami bawa, batok kepala kami berdua juga akan
kamipersembahkan." demikian kata Liok Kiam-ping.
Ki Kong menyeringai lebar, katanya: "Bocah sombong,
kemarilah ikut Lohu," lalu dia mendahului beranjak kearah
Ceng-tiok-tin (barisan bambu hijau).
Liok Kiam-ping tak bicara, diapun beranjak ke sana. orangorang
lain juga ikut berpindah kesebelah timur.
Setiba dipinggir Ceng-tiok-tin, Sip-sin-siang-koay berdiri di
selatan, Liok Kiam-ping di sebelah utara, kedua pihak jadi
berhadapan. Ceng-tiok-tin merupakan barisan bambu runcing sebanyak
delapanpuluh satu batang sebesar jari, ditancapkan dalam
tanah menurut arah langkah berputarnya jam, panjang bambu
empat kaki dua dim, bagian atasnya runcing setajam golok.
bagian bawahnya enam dim terpendam didalam tanah,
kelihatannya berdiri kokoh dan teguh.
Tapi dibandang Bwe-hoa-tin dari Siau-lim-si, Ceng-tiok-tin
jauh lebih sukar dan banyak ragamnya, karena besarnya Bwehoatin ada empat dim, bagian atasnya datar dan rata,
gampang barpijakan menggunakan tenaga. Bicara tentang
Ceng-tiok-tin, jangan kata bersilat adu pukulan, maju mundur
dan berlompatan, sekilas lena bila terjatuh pasti tubuh akan
belong dan tertusuk mampus. Kaum persilatan yang punya
Kungfu tinggi, tidak banyak yang berani bertandang diatas
Ceng-tiok-tin. Siang-koay memiliki kepandaian tunggal
perguruannya, tingkat kepandaiannya tinggi, terhitung tokoh
ternama dalam Bulim, sayang sepak terjang mereka lebih
menjurus kearah sesat, sifat merekapun tamak dan sadia,
hingga ketenaran mereka menjadi luntur, belakangan malah
dikategorikan sebagai penjahat ulung.
Ki Kong membenci kepongahan Liok Kiam-ping, maka dia
puntak hiraukan peraturan Bulim, katanya "Bedebah, naiklah."
lalu dia melompat lebih dulu hinggap secara enteng diatas
pucuk bambu. Dalam waktu yang sama Liok Kiam-ping juga melompat
tinggi hinggap diatas sebatang bambu. Berdiri diatas bambu
hanya boleh menggunakan ujung kaki, apalagi tak boleh
menekan terlalu keras dan berat.
Sementara itu Ki Kong sudah beranjak dua langkah diatas
barisan bambu runcing, dari selatan berputar kearah barat.
Sementara Liok Kiam-ping menggeser langkah kearah timur,
tapi dia beranjak lurus melewatitiga batang batang bambu lalu
melintang menggeser pula empat langkah.
Ki Kong mempercepat langkah dan melebar kaki, sedikit
menutul dia angkat tubuhnya keatas berbareng tangan kanan
merogoh dengan Siang-yang-toa-kin-toh-cianghoat langsung
mencengkram pundak kanan Liok Kiam-ping.
Tubuh Liok Kiam-ping menggelinjang kekiri, kakinya sudah
melampaui empat batang bambu gerak geriknya enteng dan
sebat. Melihat Liok Kiam-ping tidak menyambut serangannya
hanya berkelit saja, hidang Toa-koay Ki Kong mendangus,
kakinya menutul tubuhnya bergerak lembut mendesak maju
dengan jurus Hay-te-lau-gwat (merogoh bulan didasar laut)
kembali dia menyerang dengan telapak tangan berantai,
telapak tangan kiri menyelonong keluar, mengikuti gerakan
tubuh yang meluncur kebawah, telapak tangannya menepuk
kebawah iga kanan Liok Kiam-ping, berbareng telapak tangan
kanan merogoh pula terus disendal keluar.
Liok Kiam-ping membuang tubuhnya kebelakang sebelah
sebelah kanan, pundak kanan ditekan turun, namun
pinggangnya ditekuk kekiri, dengan gaya indah dia berkelit,
serangan Lo-koay hanya terpaut satu dim hampir mengenai
tubuhnya. Lekas Toa-koay tarik serangannya, telapak tangan
terangkat naik bersamaan gerakan tubuhnya yang mumbul,
dengan serangan membelah dengan telapak tangan tunggal
yang dilandasi tenaga besar memukul hoa-kay-hiat di dada
Liok Kiam-ping. Kedua lawan bergebrak dalamjarak dekat, serang
menyerang dilakukan dengan gerak cepat dan singkat, jelas
serangan itu akan mengenai sasaran.
Lwekang Liok Kiam-ping lebih unggul dari kebanyakan
orang, meski terancam dia tidak gugup, tampak dia ayun
kedua tangan keatas, tubuhnya menjengkang kebelakang,
diatas Ceng-tiok tin ternyata dia berani mengembangkan
gerakan Kim-le-to-jeng-poh (ikan gabus melompat balik
melawan arus), dengan enteng tubuhnya berjumpalitan ke
belakang, dikala tubuhnya jungkir balik setinggi tujuh kaki,
kedua kaki dan satu tangannya berpelukan sehingga tubuhnya
mengkeret bagai bola, beg itu melorot turun sebelah ujung
kakinya beruntun menutul dipucuk tujuh bambu runcing.
Toa-koay yakin serangannya pasti dapat merobohkan atau
sedikitnya melukai lawan, atau mendesaknya jatuh kebawah,
waktu menyerang dia gunakan seluruh tenaganya. Tak nyana
lawan berkepandaian tinggi bernyali besar, berani
menggunakan gaya ikan meletik balik melawan arus
menghindari serangannya, padahal gerak serangannya sudah
terlanjur dilontarkan-jelas dia sudah melanggar kode etik
pertempuran dalam gelanggang silat.
Apalagi jago-jago silat setingkat mereka yang diutamakan
adalah dapat menyerang dapat membela diri dan bila perlu
membatalkan serangan ditengah jalan demi keselamatan jiwa
sendiri, kalau lawan tidak berkelit, maka lawan akan
memperoleh kesempatan balas menyerang lobang kelemahan
sendiri. Beruntun dia menyelonong maju tiga batang bambu baru
berhasil menguasai keseimbangan tubuhnya, namun keringat
dingin sudah membasahi tubuhnya, lekas dia mengatur napas
menghimpun tenaga dan semangat dalam hati dia sudah
bertekad untuk melancarkan Cin-pou-kan-bak (melangkah
maju menyusul pukulan) yang mempunyai tiga gerakan
berantai dari permainan Hun-liong-sam-sian-jiau (naga
menunjukan cakar tiga kali dibalik mega) untuk adu jiwa
dengan Liok Kiam-ping. Tenaga dalam dia kerahkan ditelapak tangan, ditengah
hardikannya, dia mendesak maju kesamping Liok Kiam-ping,
gerak perta ma dengan jurus Siang-cian-heng-tui (mendorong
melintang sepasang tangan), seiring dengan gerakan badan
kedua tangannya diabitkan kekiri dan kekanan dengan tenaga
besar, bila tubuh orang kes amber tenaga dorongannya, pasti
terjungkaljatuh ketanah. Melinat Lo-koay mulai nekad dan bertempur seperti
mengajak adu jiwa, Liok Kiam-ping tak berani ayal lagi,
dengan gaya burung camar berputar diudara kakinya beruntun
berpindah kedudukan dipucuk bambu membalik kepinggir, Lokoay
mendadak lengan kanannya dia menggertak dengan
gerakan enteng, seiring dengan tubuh yang miring tangan
kanan menjulurkan duajari, ia menutuk ke Thay-yang-hiat
dipelipis kiri Lo-koay dengan jurus Kim-ke-to-ih (ayam alas
menyisik bulu). Kearah kanan Toa-koay memiringkan kepala merendahkan
pundak. telapak Kiri balas menyerang denganjurus Phoat-hunkianjin (menyingkap mega melihat mentari) pinggir telapak
tangannya menepis urat nadi Liok Kiam-ping.
Liok Kiam-ping juga menekan pundak menarik tangan, kaki
kanan mundur selangkah, telapak tangan kiri menepuk lengan
Toa-koay denganjurus Thi-so-heng-jo (rantai melinta ng
menahan perahu) . Toa-koay dipaksa menutul kaki diujung bambu. tubuhnya
melompat keatas, ditengah udara menggeliat pinggang tubuh
berputar dengan jurus Jong-eng-pok-tho (burung elang
menyambar kelinci) kedua tangan memukul kepunggung Liok
Kiam-ping didorong oleh tubuh yang menukik turun.
Mendengar angin pukulan Liok Kiam-ping sudah waspada.
diapun menjejak kaki tubuhnya meluncur lurus datar beberapa
dim diatas ujung bambu runcing, mencapai jarak tertentu
tubuhnya menggeliat sekali melampaui lima batang bambu
hingga mencapai pinggir bambu diarah tenggara.
Toa-koay sudah kerahkan tenaga murninya, tubuh yang
terapung dari menukik turun seenteng asap meluruk tiba,
kedua tangan di depan dari belakang denganjurus pukulan
bundar berantai dilontarkan. Gaya pukulan seperti itu
mengandung tenaga pusaran seiring dengan gerakan kedua
tangan yang membundar maju mundur, jelas merupakan
pukulan berat, sebelum kaki menginjak bambu, pukulan
tangan kanan sudah dilontarkan,
Liok Kiam-ping membuang tubuh kekanan, telapak tangan
kiri menabas pergelangan Toa-koay dengan jurus palang besi
melintang tegak. Terpaksa Toa-koay menarik telapak tangan kanan, kaki kiri
merogoh kedepan, telapak tangan kiri disodorkan kedepan
memukul Thay-gi-hoat ditulang rusuk kiri Liok Kiam-ping,
tenaga keras serangan keji.
Sebelum tangan Toa-koay tiba, Liok Kiam-ping sudah
rasakan tekanan angin keras, lekas dia membalik tubuh
bersalto kebelakang sambil menghimpun tenaga dalam
daripusar langsung disalurkan kedua lengan mencapai kedua
telapak tangan, meminjam tenaga pusaran telapak tangan
kanan memukul miring dengan Toa-cui-pi-jiu menggempur
Seng- hong- hiat ditubuh Toa-koay.
Lekas Toa-koay menarik mundur kaki kiri, meluputkan diri
dari pukulan telapak lawan-telapak tangan kanan bergerak
dengan jlo-jlok-bwe (meraih ekor burung). tangannya
menyapu keketiak kanan Liok Kiamping yang kosong.
Liok Kiam-ping miring kan tubuh, maka dua telapak tangan
saling bentur "Plak" tidak begitu keras, namun kedua pihak
tergetar mundur tiga batang bambu.
Diatas bambu runcing kecil ini sedikitpun pantang
menggunakan tenaga berat, mereka kuat berdiri dengan
ujung kaki tanpa memberati bambu yang terpinjak dibawah
kaki mereka lantaran menggunakan tenaga murni, kaki juga
hanya menutul seperti menjamah sekejap saja lantas pindah
kedudukan, tapi karena Liok Kiam-ping balas menyerang
meminjam daya pusaran angin pukulan lawan sehingga dalam
adu tenaga kali ini dengan sendirinya tenaganya dikorting
sebagian. Diam diam Liok Kiam-ping membatin, Lwekang iblis tua ini
memang cukup mengejutkan, kalau bertempur cara begini,
mungkin akan makan dua ratusan jurus baru bisa membekuk
lawan-Jikalau waktu berkepanjangan padahal pihaknya hanya
berdua, tenaga jelas kalah kuat, maka dia merasa perlu
menggunakan Kungfu simpanannya yang lihay supaya tidak
dirugikan lebih dulu. Maka permainan kedua tangannya segera
berobah, mendesak maju selangkah sete1ah dirasa cukup
dekat telapak tangan kanan membundar serta berpadu
ditengah terus melancarkanjurus Liong-kip-sin-gan.
Lwekang Kiam-ping sekarang sudah mencapai puncak
sempurna, begitu dia melancarkan Wi-liong clang, sudah tentu
perbawanya bukan olah-olah hebatnya. Tampak telapak
tangan bertaburan, secara aneh menakubkan memberondong
ke Hiat-to besar diseluruh tubuh Toa-koay.
Sebetulnya Toa-koay Ki-kong juga menyiapkan serangan
lihay hendak merangsak lebih dulu, tak nyana mendadak
dilihatnya lawan merubah gerak serangan, seketika dirinya
dirabu ribuan telapak tangan yang memberondong dari segala
jurusan. Lekas dia kembankan Ginkang tunggal Yap-ceng-cappwehoan-can (burung walet jumpalitan delapan belas kali),
selicin belut tubuhnya berputar seperti gangsingan sambil
melompat dari pucuk bambu kepucuk bambu yang lain
sebanyak empat batang, syukur dia masih sempat
menyelematkan jiwa. Tapi kejut hatinya sudah bukan
kepalang, sekujur badan merinding dan berdiri bulu kuduknya.
Sejurus serangannya luput Liok Kiamping tidak berhenti
bergerak. langkahnya bersilang mengembangkan Ling-hi-pouhoat,
gerakannya seperti setan gentayangan melompat
terbang, sebelah tangannya menyerang dengan jurus Lionghwikiu-thian Belum lagi Toa -koay berdiri tegak. angin kencang sudah
mcnerpa tiba dari belakang, lekas dia menjatuhkan tubuhnya
kedepan,ujung kaki mengerahkan tenaga melesat kedepan
kembali dia berhasil menyelamatkan diri.
Beruntun dirinya terdesak mundur, padahal kedudukan dan
tingkat Kungfunya didunia persilatan, kapan dia pernah dibuat
malu begini rupa, saking kaget, heran dan marahnya, tiba-tiba
timbul niatjahat dalam benaknya, diam-diam dia kerahkan
tenaga dalam dikedua lengan. seketika dari bawah
pergelangan tangannya mulai berobah hijau lalu gelap dan
hitam. Ditengah hardikannya, kedua tangan didorong lurus
kedepan. Ternyata dia sudah menggunakan Ko-bok-ciang yang
teramat ganas dan beracun, pukulannya sekaligus
mengeluarkan uap hitam, bila pakaian atau kulit daging
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
manusia kesentuh sedikit saja, akan terbakar hangus, paling
ringan terluka bakar, namun bukan mustahil jiwa bisa
melayang seketika karena pukulan kayu kering ini dilatihnva
dengan racun yang ganas. Agaknya Toa-koay sudah nekad
untuk membunuh Liok Kiam-ping dengan ilmu simpanannya
yang amat ditakuti kaum persilatan ini.
Liok Kiam-ping sudah bersiaga, dia tahu sampai dimana
kelihayan Ko-bok-ciang lawan, melihat telapak tangan lawan
berobah hitam mengeluarkan uap hitam berbau bacin lagi,
lantas dia tahu bahwa Lo-koay mulai kerahkan seluruh
kemampuannya dengan pukulan beracun hendak merobohkan
dirinya. karuan geram hati Liok Kiam-ping, perlahan dia
kerahkan Kim - kung-put- koa y-s in- ka ngDua kaki disekitar badan Liok Kiam-ping., uap hitam lawan
seperti tertahan oleh dinding kaca berhenti ditengah udara.
Kim-kong-put-hoay-sin-kang ilmu digjaya dari aliran Hud yang
tiada taranya. Ko-bok-ciang-kang memang ganas dan hebat,
namun mana mampu menjebol kesaktiannya, maka terdengar
desis geseran halus. daripertahanam hawa sakti Liok Kiamping
dengan uap hitam yang mendesak makin keras dalam
perg ulatan yang cukup sengit, namun lambat laun uap hitam
sirna tak berbekas. Ternyata Toa-koay masih belum kapok kembali dia
kerahkan tenaganya serta menyerang lebih gencar dan kuat,
uap hitam itu laksana kepulan asap hitam yang bersuhu panas
bergulung-gulung kearah Liok Kiam-ping.
Liok Kiam-ping berdiri tegak penuh wibawa, ilmu sakti juga
sudah dia kerahkan mencapai puncaknya. Bila kabut
menggulung dekat ditubuhnya lantas mengeluarkan desis
suara yang ramai lalu tertolak balik sirna tertiup angin lalu.
Bahwa Ko-bok-ciang tak berhasil serta kehilangan
keampuhannya, Toa-koay insyaf dirinya bisa celaka, baru saja
timbul niatnya menarik balik serangan- Mana Liok Kiam-ping
memberi kesempatan padanya berbareng dengan bertautnya
kedua alis, mendadak dia maju selangkah, kedua tangan
mendadak menepuk dari bawah keatas, dengan jurus Liongjiauking-thian, yang menjadi sasaran adalah dada Toa-koay.
Amarah sadah melandasi serangan Liok Kiam-ping, maka
dia kerahkan sepenuh tenaganya. Sebelum menarik seluruh
kekuatan Ko-bok-ciang, Lo-koay takkan mampu mengerahkan
tenaga serta balas menyerang dengan kepandaian lain,"blang"
suaranya tidak keras, tapi secara telak iga bawah Toa-koay
sudah terkena sekali pukulan- Ditengah jeritannya tubuhnya
terpental terbang tiga kaki.
Untung Lwekangnya tangguh, sekuatnya dia tahan darah
yang sudah menyembur keluar tenggorokan, disaat tubuhnya
terpukul terbang sekaligus dia menggeliat ping gang hingga
badannya mumbul lebih tinggi dan jatuhnya diluar ceng-tioktin.
Bila daya luncuran tubuhnya mengendor, hawa murnijuga
sudah ludes, pandangan seketika menjadi gelap. badanpun
terbanting jatuh ditanah, jelas luka-lukanya tidak ringanSebagai adiknya Ki Ping sudah tentu amat prihatin akan
keselamatan sang engkoh lekas dia memburu kesamping Toakoay
serta memapahnya duduk, sebuah pil merah segera dia
jejalkan kemulut Toa-koay, lalu membetulkan letak duduknya
supaya samadi menyembuhkan luka dalamnya.
Saat Toa-koay melayang jatuh, Liok Kiam-ping juga
melompat enteng hinggap di tanah.
Kong-tong-koay-khek Seng Ih-hun adalah bangkotan silat
yang pandai melihat gelagat, melihat Liok Kiam-ping
membekal ilmu sakti yang tiada taranya, ko-bok-ciang yang
paling ganas ternyata tak mampu melukai, gelagatnya pihak
sendiri makin terdesak maka dia membatin: "Usianva masih
muda, tiada sesuatu keistimewaan ditubuhnya, apa betul dia
sudah meyakinkan ilmu mencapai taraf membalik sederhana
kembali ke murni." entah kenapa mendadak bulu kuduknya
berdiri, seketika dia menjublek. pandangannya lurus
mengawasi langit. Tiga babak sudah menentukan kalah menang sepantasnya
pertandingan boleh dihentikan.
Namun Liok Kiam-ping berdua tetap berdiri dipinggir
dengan tenang dan angker, mereka menunggu kesudahan dan
jawaban musuh. Mendadak Lo-ji Ki Ping menghardik beringas: "Anak
keparat, keji amat kau, Sip-can-siang-koay tidak bermusuhan
tiada dandam dengan kau, berani kau turun tangan secara keji
kepada engkohku hingga luka parah, umpama ada tabib sakti
dapat menyelamatkan jiwanya, juga selama hidup dia akan
lumpuh atau menjadi cacat. sip-san-siang-koay selamanya tak
pernah berpisah. Nah, anak keparat boleh kaupun
sempurnakan juga jiwaku."
Amarah menggejolak dadanya karena sedih melihat
keadaan saudara tuanya yang parah, tanpa menunggu reaksi
Liok Kiamping, dia jejak kedua kakinya melompat maju, kedua
tangan menyerang bersama kearah Liok Kiam-ping sekuat
tenaganya. Ternyata Lo-koay Ki Kong terluka dalam yang amat parah
oleh pukulan Liok Kiam-ping. Sip-san-siang-koay terhitung
jago top di bulim, sejak muda berkecimpung di Kangouw,
kapanpernah kecundang sedemikian mengenaskan, kembali
Lo-ji KiPing amat sedih dan dendam daripada kematian
saudaranya, seperti orang gila dengan kalap dia menerjang.
Sudah tentu Liok Kiam-ping tidak tahu dan tidak pernah
menduga bahwa Ko-bok-ciang yang jahat luar biasa itu, waktu
ditarik dan dikendorkan, ternyata tak punya hawa pertahanan
bila menghadapi serangan balasan lawan, kalau Kiam-ping
tahu seluk beluknya tentu pukulannya tadi tidak beg itu berat.
Tapi rasa sesal telah mengetuk sanubarinya, elek-jelek orang
datang membantu pada permusuhan apa-apa dengan dirinya,
jikalau sampai menjadi cacat seumur hidup, bagi seorang
pesilat, hal ini berarti akan buntu jalan hidup selanjutnya..
Melihat Ki Ping menyerang dengan kalap lekas dia kerkelit
kekiri. Ternyata Ki Ping tidak berhenti, menutul kaki dia
melompat keatas mengejar gerakan lawan, kedua tangannya
kembali menggempur Liok Kiam-ping dari arah depan. Pukulan
ini cepat lagi barat, hampir saja mengenai tubuh Liok Kiamping.
Untung Lwekangnya tinggi, ketenangannya juga luar
biasa, disaat pukulan lawan hampir mengenai tubuh, dia
kembangkan Ling-hipou hoat, Sekali berkelebat, dia sudah
lolos dari jangkauan tenaga gempuran lawan. Tapi dia tidak
balas menyerang- Melihat Liok Kiam-ping, berkelit melulu, Ai-pong-sut
menjadi kurang senang dan naik pitam. Bila Ki Ping
menyerang pada jurus ketiga, dia sudah tidak tahan sabar,
bentaknya: "Pangcu mundur saja, biar Losiu tamatkan pula
jiwanya." sembari bersuara tubuhnya sudah melompat tinggi,
kedua tangannya menepuk lurus kebatok kepala Ki Ping.
Kedua pihak sama-sama menyerang dari udara, tenaganya
jauh, lebih kuat dari pukulan biasanya, "Byaar" ledakan terjadi
dikala pukulan kedua pihak beradu, keduanya melorot jatuh
dari udara, Jago-jago silat sekosen mereka sudah tentu pandai
meminjam tenaga menggunakan tenaga, meminjam daya
tolak benturan kedua pukulan mereka. sekalian tubuh mereka
melayang miring anjlok diluar gelanggang.
Ai-pong-sut terlempar lima kaki melayang enteng ketanah.
sebaliknya Ki Ping tertolak tujuh kaki. setelah hinggap ditanah
masih gentayangan dua langkah baru berdiri tegak.
"Lo-ji," seru Ai-pong-sut Thong cau." tidak sukar kalau kau
ingin adu jiwa. Nanti Lohu akan mengabulkan keinginanmu.
Tapi kenyataan terpapar didepan mata. luka-luka lotoa tidak
ringan, lebih penting kau memberi pertolongan kepadanya.
jikalau kau bertindak hanya memburu emosi, bukan saja
ditertawakan orang jiwa saudaramu juga bisa celaka. Hari
masih panjang, lain kesempatan boleh kau meluruk ke Kwihunceng, Losiu akan selalu menanti kedatanganmu. Lo- ji,
insyafilah keadaanmu sendiri."
Ki Ping melenggong mendengar nasehatnya, apapun dia
tidak mau mengakhiri pertikaian ini begini saja, maka dia
terkekeh-kekeh, katanya: "Lain kesempatan apa, selanjutnya
Sip-san-siang-koay akan hapus dari percaturan Kangouw. Hari
ini Lohu harus adu jiwa dengan kalian, para tua bangka,
sambut seranganku." maju selangkah kedua tangan bergerak
satujurus, segulung tenaga pukulan dahsyat menerjang
kearah Ai-pongsut Thong cau. Agaknya amarahnya betul-betul
berkobar, serangannya menggunakan setaker kekuatannya.
Setelah mengalahkan, Hoat-liau Siansu dari Siau-lim-pay
tadi, tenaga Ai-pong-sut sudah banyak terkuras, dalam waktu
dekat jelas tak mungkin pulih seperti sedia kala.. Melihat Loji.
Ki Ping menyerang seperti Harimau menyerbu ketengah
gerombolan kambing, dia tahu dirinya tidak untung kalau
melawan secara keras, lekas dia melangkah minggir kekanan,
mulutnya masih berusaha menyadarkan lawan: "Lo-ji, apa
betul kau ingin adu jiwa.jiwa engkohmu sudah tidak kau
pikirkan lagi" "Hari ini Sip-san-sang-koay bertekad membuat perhitungan
dengan kau umpama lidahmu tumbuh kembang teratai, Lohu
tetap tidak akan mengampuni jiwa kalian," mulut bicara kaki
tangan tidak berhenti, sebat sekali dia menyergap maju
mencegat kedepan Ai-pong-sut, secara aneh kedua tangannya
merogoh dengan jurus Hun-liong-sian-jiau, yang diincar
adalah Hoa-kay-hiat di dada Ai-pongsut Thong cau.
Ai-pong-sut menyurut mundur selangkah menghindar,
telapak tangan kiri membundar balik dengan gerak Kim-si-toajanhoan (benang emas berbalik membelitpergelangan)
menabas urat nadiJi-koay Ki Ping.
Ji-koay Ki Ping dipaksa menekuk sikut, merendahkan
tenaga sambil miring dan maju selangkah berbareng tangan
kanan menyapu miring kebelakang, Tam-jong-ciang langsung
menepuk kepundak kanan Ai-pong-sut.
Ai-pong-sut tahu permainan pukulan lawan amat aneh
menakjupkan, lekas dia menyelinap miring kepinggir sambil
membuang pundak. tangan kanan terangkat dengan jurus
Yap-te-jay-hoa (memetik kembang dibawah daon), merangkap
kedua jari telunjuk danjari tengah menutuk Ki-ti-hiat ditubuh
Ki Ping seCara terbalik. Amarah Ki Ping sudah tak terbendang maka dia bertekad
menggunakan serangan keji, namun beberapa jurus
serangannya selalu dipUnahkan oleh Aipong-sut, maka niat
jahatnya makin berkobar, maka tekadnya lebih besar untuk
memboyong seluruh kemampuan latihannya adu jiwa dengan
Ai-pong-sut. Niatnya baru berkelebat dalam benaknya, sementara
tutukan jari Ai-pong-sut sudah mengancam Hiat-tonya, lekas
dia merangkap kedua tangan sambil berputar setengah
lingkar, mendadak kedua tangan terbuka terus menepuk
dengan jurus Hing-toan-jik-lim-jun (memotong miring berisan
emas). Pukulannya ini mengandung tiga unsur tenaga yang
berbeda, lengan melintang, jari menutuk dan tepukan telapak
tangan, bila pukulannya sudah dilontarkan, untuk menyambut,
mematahkan atau menghindar serba sukar dan tidak mungkin
memang lihai serangan yang satu ini.
Melihat permainan adu jiwa lawan Ai-pongsut menggeram
gusar, segera dia kembangkan Ginkang tunggalnya, beruntun
kakinya bergerak saling berputar, secara aneh dia menyelinap
pergi, tenaga sudah dikerahkan dikedua lengannya terus
memapak serangan lawan Kali ini dua pukulan telapak tangan beradu secara telak.
keduanya mundur tuuh kaki. Ki Ping kalah setengah tingkat
dalam ketangguhan Lwekangnya tapi Ai-pong-sut sudah susut
tenaga dalamnya, maka hasil adu tenaga ini kelihatan
berimbang. Demi menuntut balas sakit hati sang Engkoh, Ki
Ping sudah tidak hiraukan keselamatan sendiri maka dia
menubruk maju pula dengan serangan makin sengit. Serangan
makin ganas dan dahsyat. Darah terasa bergolak didada Ai-pong-sut dia tahu dirinya
sudah terluka sedikit, lekas dia kembangkan kelincahan gerak
tubuhnya melayani serangan Ji-koay yang menggila.
Tampak bayangan kelabu berkelebat kian kemari, selulup
timbul diantara sambaran pukulan yang menderu kencang,
cukup sengitjuga jalannya pertempuran.
Waktu sudah banyak terbuang, jikalau pertempuran seperti
ini berkepanjangan, jelas tidak menguntungkan pihaknya,
lekas dia maju selangkah lalu menjura kepada Kong-tongkoankhek, katanya: "cayhe ada sebuah permintaan yang
mungkin kurang pantas, entah Seng-lo-tangkeh sudi memberi
muka kepadaku." Pihaknya sudah kalah beruntun, mimik Kong-tong-koaykhek
kelihatan kaku dan sinis, mendengar pertanyaan Liok
Kiam-ping kelihatannya dia melengong, namun sebagai
bangkotan penjahat, segera dia bergelak tawa, katanya: "Liokpangcu
ingin tanya apa boleh katakan saja. Losiu slap
mendengarkan." Bertaut alis Liok Kiam-ping, katanya:
"Urusan hari ini lebih baik kau saja yang menyelesaikan
dengan aku, waktu sudah banyak terbuang, urusan tak boleh
ditunda. aku yang tidak berguna mohon petunjuk beberapa
jurus untuk mengakhiri permusuhan kedua pihak."
Karena ditantang secara langsung oleh Liok Kiam-ping,
merah muka Kong-tong-koay-khek Seng Ih-hun, apalagi
dihadapan sekian banyak anak muridnya mana boleh dia
menyurut mundur. Tapi dia mempunyai rencana lain dalam
hati dia, mencaci bocah keparat yang tidak tahu diri ini,
kematian sudah didepan dada masih berani petingkah, Maka
dia bergelak tawa, katanya: "Ilmu sakti Liok-pangcu memang
mandraguna, kepandaanmu lebih unggul dari kebanyakan
orang bahwa kau inginjajal kepandaian, memang kebetulan
bagi Lohu. Tapi Lohu punya sekedarpermainan yang mungkin
kurang enak dipandang, aku akan mohon petunjuk Liokpangcu
di dalam Kiu-bong-hwi-goan-kiu."
Sementara itu empat buah Kiu- bang- gin sudah digotong
keluar oleh murid-murid Kong-tong-pay lalu dipasang
ditempatnya. Seng lh-hun menuding kebawah paya-paya kembang,
katanya menoleh: "Kalau sekiranya memenuhi selera
LiokPangcu, boleh kita ganti permainan yang lain."
Watak Liok Kiam-ping angkuh, kapan dia pernah tunduk
kepada orang lain, sejak menjabat Pangcu Hong-lu-pang, dia
lebih tinggi hati, walau tahu Kiu-bong-gun-goan-giu belum
pernah dilihat dan tak tahu seluk beluknya, tapi kepandaian
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tinggi membuat nyalinya besar, katanya dengan wajah serius:
"Sebagai murid Hong-lui-bun, dihadapan para leluhur cayhe
sudah bersumpah mendarma baktikan diriku demi
kepentingan Hong-lui-pang demi menegakkan keadilan Bulim,
dan menjaga wibawa dan kebesaranperguruan gunung golok
atau lautan api takkan mundur setapakpun. Kalau Seng-lotangkeh
sudah memilih permainan ini, cayhe rela melayani,
silakah Lo-tangkeh." lalu dia belitkan bagian bawah jubahnya
dipinggang. langsung melompat masuk kebawah paya-paya
kembang. Berdiri disebelah selatan.
Sementara Kong- tong-koay-khek Seng ih-hun berdiri
disebelah utara. Kedua pihak menjura serta berkata: "Silakan'
lalu keduanya bergerak bersama memukul melintang kearah
Kiu-bin-giu yang tergantung digelanggelang rantai.
Empat buah bola besar berat itu seketika terayun dengan
suaranya yang menderu, paya-paya kembang yang terbuat
dari kayu seketika berg eta r mengeluarkan suara kriyat kriyut.
Empat buah bola bergigi dan berpisau runcing tajam itu
terayun pulang pergi dengan kekuatan yang cukup
mengejutkan Liok Kiam-ping berkepandaian tinggi, tapi dia tak berani
gegabah, sepenuh perhatian dia layani permainan lawan
Begitu bola bergerak kedua pihak lantas bergerak
mengikuti arah bola terayun, keduanya saling samber
dalamjarak setengah kaki disebelah bola, arahnya lurus untuk
menghindari hantaman Kiu-bong-giu secara telak Disaat dua
bola bersilang lewat, kedua orang itu baru mulai bergerak
saling hantam. Seiring dengan gerakan menyelinap ketengah Kong-toaykhek
seng lh bun miringkan tubuh kesebelah kiri, kedua
tangan memukul kesebelah kanan- Liok Kiam-ping pasang
kuda-kuda menurunkan tubuh, padahal dua bola berat bergigi
dan berpisau itu sudah terayun balik. terpaksa mereka
melompat minggir kesamping utara dan elatan di mana kedua
bola yang lain berada. Sebat sekali Liok Kiam-ping bergerak. disaat tubuhnya
hinggap kebawah, kebetulan berada disebelah kanan bola,
muka menghadap keluar paya-paya kembang, mendadak dia
melangkah keluar setindak tangan kiri terayun kebelakang.
bola yang berada disebelahnya telah dipukulnya terayun lurus
kebelakang. Begitu bola terdorong pergi, orangnyapun melompat keluar
dari arah barat, gerak geriknya yang sebat dan tangkas, jelas
tak mampu diimbangi oleh jago silat umumnya. Kini empat
buah bola itu sudah bergerak semua, gelang-gelang kecil
diatas tambang yang mengikat bola besar itu gemerincing
sehingga suasana menjadi berisik.
Kini kedua pihak mengeluarkan kemampuan sejati, mereka
melompat pergi datang diantara samba ran empat bola yang
pergi datang secara cepat dan ketat, bila bayangan mereka
melompat dekat, keduanya lantas saling serang dan membela
diri. Bertempur dengan cara menghindar tumbukan bola lalu
saling serang hakikatnya tak boleh bergerak secara lambat
atau lena, hatipun harus selalu ingat dan awas akan gerak laju
dan arah bola-bola tajam itu, mendadak maju lain saat
mundur, menyerang atau membela diri secara bergantian,
jelas pertempuran ini jauh berbeda dengan adu kepandaian
umumnya. Dalam sekejap mereka sudah saling labrak puluhan jurus,
bukansaja sulit mengembangkan Ginkang dalam samberan
bola- bola yang samber menyamber itu, tenagapun harus
diperhitungkan celakanya perhatian harus selalu ditujukan
pada gerak gerik lawan, sudah tentu mereka ingin selekasnya
merobohkah lawan dalam adu tenaga, pukulan dan
ketangkasan Liok Kiam-ping tahu Kiu-bong-giu sudah diyakinkan Kongtong
koay-khek Seng Ih-hun dengan baik, bukan saja
permainannya sudah leluasa dan matang, dia masih mahir
memainkan Pat-sian-ciang yang lihay, maka dia
memperingatkan diri sendiri supaya tidak memandang enteng
lawan, bila lawan lolos dari sepasang telapak tangan sendiri,
bukan saja malu terhadap leluhur danpara anggota bagaimana
dia harus bertanggungjawab sebagai seorang pimpinan. Maka
Kiam-ping kembangkan Ling-hi-pou-hoat, diam-diam Wi-liongcianghoat juga disiapkan, sudah bulat tekadnya untuk tidak
memberi ampun kepada Kong-tong- kony-khek seng ih-bun.
Kebetulan kedua pihak kini berada dipusat pusaran
keempat bola. Seng Ih bun bergerak dari selatan keutara,
sebaliknya Liok Kiam-ping dari utara keselatan, keduanya jadi
berada tepat ditengah sudut bersilangnya bola-bola itu,
kontan Kong-tong-koay-khek menyodok miring kearah
bayangan Liok Kiam-ping, berbareng kakinya merebut maju
kepinggir, kedua tangan terayun serong ke timur, dengan
miring tubuh bergaya memukul harimau.
Liok Kiam-ping melompat tiba mengikuti ayunan sebuah
bola, gerak geriknya setangkas tupai seringan angin, agaknya
Kongtong-koay-khek Seng ih-bun tidak berani mengadujiwa,
sebelum serangan mengenai sasaran, lekas dia tarik balik
serangan sebelum dia sendiri kesambar bola yang datang dari
ping gir. Gerak geriknya memang cekatan namun tenaga
serangannya tadi cukup keras, hingga dalam menyelamatkan
diri kali ini dia tampak keripuhan
Namun gerakan Liok Kiam-ping kali ini juga cukup
berbahaya, semula dia menghadap ke barat membelakangi
timur, saat mana sepasang tangan Kong-tong-koay khek Seng
ih-hun sudah menyerang tiba, sementara depan dan belakang
diancam ayunan bola, jelas dia takkan bisa menyelamatkan
diri, kalau tidak terluka oleh pukulan lawan, pasti roboh
keterjang bola. Untung dalam keadaan terdesak timbul
akalnya, sebat dia mengegos tubuh keutara sambil menggeser
selangkah. syukur dia selamat, namun jiwanya hampir saja
melayang kalau terlambat sedikit saja.
Karena serangan kedua tangannya luput, Kong-tong-koaykhek
terancam samberan bola yang datang dari belakang,
lekas dia menyilang langkah menyingkir keselatan- Dalam hati
dia maklum, berdasar kepandaian silat dan kekuatan Lwekang,
bertempur ditempat datar elas dirinya bukan tandingan Liok
Kiam-ping, Dirinya sudah sekian tahun berlatih secara tekun
ditengah ayunan bola-bola yang dapat mengancamjiwa orang
ini, betapapun tinggi kepandaian seorang, jelas takkan leluasa
bergerak ditengah ayunan bola, jikalau tidak memiliki
ketangkasan luar biasa. Tapi dia masih mempunyai permainan
rahasia yang belum dikeluarkan bila permainan nakal ini tidak
lekas dikembangkan, jelas tidak mudah dia merobohkan lawan
yang masih mud a belia ini.
Dua puluh tahun yang lalu dia pernah melukai dan
mengeroyok ciangbunjin mereka yang sudah tua hingga
tewas, permusuhan jelas tak mungkin dilerai atau didamaikan
lagi, sekarang apa pula, halangannya bertindak lebih kejam
lagi. biar adu jiwa saja dengan bocah ini dan membunuhnya
secara licik bila perlu. Pikiran jahatnya timbul wajahnyapun
beringas diliputi nafsu membunuh.
Saat mana bola dibelakang Liok Kiam-ping baru saja
menyamber lewat, disaat orang menyingkir dan merobah
gerakan itulah mendadak Kong-tong- koaykhek menyergap
dengan tangan kanan menepuk keperut Liok Kiam-ping.
Tangan kiri menyerang dengan jurus Tay-beng-can-ji (burung
rajawalipentang sayap) merogoh keatas sebelah kiri, dengan
tangan kiri ini dia menabas tambang besar yang mengikat Kiubonggiu sehingga bola itu tersendal balik, sementara bola
dibelakangnya juga sudah terayun tiba.
Maka dia menurunkan pundak kekiri, bola dibelakangnya
menyamber lewat diatas pundak kanan, dengan kedua jarinya
dia dorong lagi bola itu hingga terayun lurus ke muka Lloh
Kiam-ping. Maka Liok Kiam-ping sekaligus diserang dari tiga
haluan, kalau kelit kekanan, harus menghadapi bola yang
terayun datang dari barat, kiri harus melawan bola yang
disendal datang oleh Kng-tong-koaykhek Seng Ih-hun.
Terpaksa Liok Kiam-ping gunakan gerakan Thi-pan-kio
(Jembatan besi) yang lemas menjengkang tubuh kebelakang
datar dengan tanah, namun sebelum Kong-tong-koay-khek
mengundurkan diri, dia masih terancam oleh serangan keji
lainnya, lekas dia gerakkan tangan kiri mengunci pergelangan
Kong- tong-koay-khek seng Ih-hun, tubuhnya terus anjlok
pula kebawah, karena bola yang disendal balik lawan sudah
menyamber kemukanya. "Bagus." dia menghardik sekali, merangkapjari telunjuk
danjari tengah dia menjojoh ketengah bola yang kosong
sehingga bola itu berhasil disampuknya kepinggir oleh
kekuatan dua jarinya, terayun balik ke arah datangnya
semula. Sementara posisi Kiam-ping tetap tidak bergeming atau
berkisar, bola yang menyamber lewat daripundak kanan Kongtong
koay-khek menyerempet punggung kirinya sehingga
serangan telak kedua bola ini terhindar, sudah tentu
pertahanan Kong-tong-koay-khek Seng Ih hun menjadi
terbuka lebar. Betapa lincah dan tangkas gerak tubuh Liok Kiam-ping,
kesempatan sebaliknya tidak di abaikan, lawan tak boleh lari,
serempak kedua tangan merogoh keatas, denganjurus Liongjiauking-thian mengincar Hoakay-hiat didada Seng Ih-hun.
Gaya pukulan dan gerak tububnya bukan saja cepat, serangan
telak juga tepat, merupakan salah satut gerak tipu Wi-liongpitkip yang lihay, puluhan tahun yang lalu jurus inipun sudah
menjagoi Kangouw, maka ingin berkelitpun Kong-tong- koaykbek
seng Ih-hun sudah terlambat.
Ujung jari sudah menyentuh pakaiannya, tenagapun hampir
dikerahkan- Melihat lawan merobah gerakan, mendadak
pandangan sendiri menjadi kabur, tahu-tahu serangan lawan
sudah mendera didepan mata, untung Kong- tong- koay-khek
mempunyai kemahiran luar biasa didalam menghadapi saat
gawat seperti ini, badan bagian atas dia miringkan, sambil
angkat kedua tangan, mengikuti daya pukulan Liok Kiam-ping,
dan melompat sambil menyelinap dicelah antara samberan
dua bola, sekaligus meluputkan diri dari pukulan telak lawanSayang betapapun luas pengaIaman dan sikap reaksinya, tak
urung dia tersapu juga oleh pukulan Kiam-ping, tulang rusuk
bagian atasnya seketika sakit luar biasa.
"Plak" tubuhnya mela yang pergi. sambil menahan rasa
sakit, berdasar pengalaman tempur dan kemahirannya main
ditengah barisan bola ini, tangan kanannya menarik tambang
besar, tubuhnya kembali meny elinap pergi dari celah-celah
samberan bola dan melayang turun. Ditengah suitan panjang,
dia sudah tidak pikirkan keselamatan sendiri, mendadak dia
angkat tubuhnya sambil merangkap dua jari menutuk kearah
bola yang terayun datang dari belakang, hingga bola ini
terayun lebih cepat menyongsong bola yang datang dari
depan. Murid-murid Keng-tong-pay yang menonton dari luar payapaya
kembang mendadak ada yang menjerit kaget:
"Susioksuco, jangan.' cepat dia menarik tambang besar yang
dipegangnya hingga bola yang terayun itu ketarik naik satu
kaki lebih tinggi. Sementara tambang bola yang ditutul Seng
Ih-hun dan terayun tiba itu teriris oleh pisau tajam dibola yang
ketarik mumbul, maka bola berat berduri dan bpisau tajam itu
jatuh menggelindang ditanah.
Mendengar teriakan murid Kong-tong-pay itu, Liok Kiamping
sudah waspada, lekas dia mendahului lompat keluar dari
paya-paya kembang sambil menoleh kebelakang. Mendadak
didengarnya sebuah ledakan keras disertai jeritan yang
menyayat hati. Ditengah kepulan asap tebal, darah muncrat
disertai tulang dan daging.
Kong-tong-koay-khek seng Ih-hun tampak roboh celentang
ditengah genangan darahnya sendiri, kedua kakinya sebatas
paha hancur lebur karena ledakan tadi, keadannya amat
mengerikan Ternyata didalam bola bandulan berat ini di isi bahan
peledak. agaknya Kong-tong koay-khek Seng Ih-hun sudah
bertekad gugur bersama Liok Kiam-ping, maka dia nekad
mendorong bola supaya saling tumbuk dan meledak.
Bila rencananya ini berhasil, umpama tidak mati pasti Liok
Kiam-ping luka parah, untung seorang murid berteriak sambil
menarik ujung tali yang menggantung bola sehingga bola itu
terangkat, tujuannya hendak menolong kakek gurunya
terhindar dari bahaya benturan dan besar ibu jari kaki itu
ternyata tergores putus oleh pisau tajam dibola yang lain dan
jatuh tepat dibawah kaki Kong-tong-koay-khek Seng Ih-hun,
maka kedua kakinya hancur luluh sebatas paha karena
ledakan keras itu, orangnya seketika roboh semaput.
Liok Kiam-ping sendiri juga kaget dan ngeri hingga dia
berdiri menjublek sekian saat. Untung murid Keng-tong-pay
tadi menjerit kaget sehingga dia sempat melompat keluar,
kalau tidak tentu diapun ikut cidra. Namun melihat keadaan
Kong-tong- khek Seng Ih-hun yang begitu mengenaskan, tak
tega hatinya, lekas dia menghampiri serta berkata kepada
murid-murid Keng-tong-pay yang merubung maju: 'Luka-luka
Seng-lotangkeh amat berat, tidak boleh banyak bergerak,
apalagi terkena racun belirang, kalau tidak lekas dlobati kadar
racun lekas merembes kedalam badan, cayhe sedikit paham
ilmu pengob atan, bila kalian percaya kepada cayhe, lekas
ambilkan air putih, cayhe akan membantu sekuat tenaga
untuk menolong jiwa seng- lo- tangkeh."
Sejak Pi-san-khek The Hong meninggal, Sam-jay-kiam juga
gugur, maka murid-murid Kong-tong sudah tiada jago yang
bisa diagulkan, kepandaian mereka bertaraf rendah, mana
berani melabrak Liok Kiam-ping apalagi mereka juga
kehabisan akal tak tahu bagaimana harus menolong Seng ih
hun. syukur Liok Kiam-ping menyatakan kesediaan dirinya
memberikan pertolongan- Maka murid-murid Khong-tong menjadi ribut, ada yang lari
mengambil air dan mengeluarkan obat-obatan dan kain
pembalut serta pelengkapan lainnya. Dengan teliti Liok Kiamping
membersihkan bagian luka-luka lalu membubuhi obat
mujarab untuk penawar racun serta menutuk beberapa Hiat-to
menghentikan darah keluar, dirogohnya sebutir Soat-lian lalu
dibagi dua, separo untuk Seng Ih-hun sisa separo yang lain
diberikan kepada Toa-koay Ki Kong.
Wajah Kong-tong-koay-khek seng Ih-hun pucat pasi, masih
semaput, sudah tentu dia tak bisa menelan Soat-lian yang
sudah masuk tenggorokan, maka Liok Kiam-ping pegang
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dagungnya lalu dipencet hingga mulut terbuka lalu didorong
dengan sekumur airjernih. Sayang darah keluar banyak. lukaluka
parah lagi, sehingga kasiat Soat-lian berjalan lamb at..
Baru saja Liok Kiam-ping bersimpuh hendak mengerahkan
hawa murni desalurkan ketubuh orang supaya membatu kasiat
orat. Mendadak didengarnya dua suara bentakan terus. Dua
orang yang lagi baku hantam disebelah sana tampak terpental
mundur, Ai-pong-sut Thong cau dan Ji-koay Ki Ping mundur
lima langkah. Ternyata kedua orang ini adu pukulan..
Kalau Ji-koay Ki Ping merasa kedua lengannya linu dan
lemas, sementara dada Ai-pong-sut agak sesak dan tersengal
napasnya. Mendadak Ji-koay Ki Ping menggeram sambil
angkat kedua tanganya lurus kedepan, telapak tangannya
mulai berobah hijau. Sekilas melirik Liok Kiam-piang tahu Jikoay siap
melancarkan Ko-bok-ciang yang lihay untuk mengakhiri
pertempuran, kuatir Aipomg-sut lidak kuat menghadapi ilmu
pukulan jahat ini, lekas dia melompat ketengah gelanggang,
seraya berseru: "Tianglo boleh mundur saja." Kim-kong-put
hoy-sinkang dikerahkan melindungi sekujur badan, sementara
kakinya bergerak mendadak kearah Ji-koay Ki Ping.
Walau Ko-bok-ciang beracun dan jahat, namun dua kaki di
sekitar tubuh Liok Kiam-ping segera buyar tertiup angin tak
berbekas. Karuan Ji-koay mengkirik dan berdiri bulukuduknya.
Dengan tersenyum Liok Kiam-ping berkata: Ji-tangkeh,
selesailah sampai di sini saja. Kami tidak bermusuhan sebelum
ini, aku masih punya separo butir soat lian, silakan berikan
kepada Lo toa, yakin luka-lukanya bisa lekas disembuhkan-'
habis bicara kedua lengan bajunya dikebas naik turun, kabut
hitam segera buyar, di mana tangannya terayun, selarik sinar
putih lantas meluncur kearah Ji-koay.
Bahwa Ko-bok-ciang tak mampu melukai lawan, hati Jikoay
Ki Ping sudah ketakutan, di saat keripuhan lawan sudah
menimpukan separo butir Soar-lian kearah dirinya, lekas dia
meraihnya, untung dia lebih sabar dibanding saudara tuanya,
kepalanya juga lebih pandai berpikir, segera dia bergelak
tawa, katanya: "Liok-pangcu memiliki ilmu sakti, Losiu benarbenar
terbuka hari ini, kesalahan memang dipihak kami,
karena tamak dan mudah percaya hasutan orang sehingga
Lotoa terluka berat, memang setimpal sebagai imbalannya.
Ternyata Siau-hiap berbudi luhur memberi obat lagi, sungguh
tak terhingga Lo-siu terima kasih gunung tetap menghijau, air
tetap mengalir, biarlah kelak kita bertemu lagi."
"Silakan Siau-hiap" setelah memberi hormat dia bopong Lotoa
Ki Kong, beberapa kali lompatan dia sudah lenyap dibalik
wuwungan. Mengawasi bayangan orang Liok Kiam-ping menghela
napas, lalu dia membalik serta duduk dipinggir Seng lh bun,
kedua telapak tangannya menekan Bing-bun-hiat dipunggung
Seng ih-hun serta menyalurkan hawa murni kedalam tubuh
orang. Beberapa kejap kemudian, wajah pucat Seng Ih-hun mulai
bersemu merah, perlahan orang nyapun siuman, begitu
membuka mata melihat Liok Kiam-ping yang sedang
mengobati dan menolong dirinya, tak tertahan airmata
bercucuran air mata duka bercampur haru..
Deng an mendelu Liok Kiam-ping berkata: "cianpwe masih
harus banyak istirahat, semoga lekas sembuh, selamat
tinggal." lalu dia ajak Ai-pong-sut meninggalkan tempat itu.
Dengan langkah seperti terbang Kiam-ping langsung turun
gunung menuju ke Liang-ping, ditengah jalan dia prihatin akan
luka-luka Ai-pong sut, tanyanya prihatin: "Bagaimana lukaluka
Tianglo, apakah perlu diobati, dulu baru melanjutkan
perjalanan lagi?" Ai-pong-sut Thong cau bergelak tawa, katanya: "Luka-luka
seringan ini, Losiu masih kuat menahannya Pangcu, waktu
sudah mendesak. kita perlu menempuh perjalanan."
Dibawah gunung menemukan kuda tunggangan mereka
terus dibedal kearah timur. Hari sudah sore, pejalan
kaki.sudah jarang maka mereka berani membedal kuda
sepertri mengejar angin. Jarak tiga puluh li mereka tempuh
dalam setanakan nasi, hari itu mereka sudah kembali kehotel
Eng-an. Pemilik dan kacung hotel sudah tahu mereka pulang dari
Ui-yap-san-ceng maka pelayanan luar biasa.
Setelah membersihkan badan dan makan Ai-pong-sut naik
keranjang duduk bersamadi menyembuhkan luka dalamnya.
Setelah sehari penuh bertempur, menempuh perjalanan
jauh lagi, meski Liok Kiam-ping memiliki Lwekang tangguh
juga merasa lelah, namun dia merasa perlu menjaga
keselamatan Ai-pong-sut, maka dia duduk disebelahnya.
Waktu berjalan tanpa terasa mendadak Ai-pong-sut
membuka mata, lalu berkata perlahan: "Pangcu. kenapa kau
belum tidur, jangan karena Losiu kesehatanmu sendiri
terganggu." " Liok Kiam-ping tersenyum katanya mengangguk: "Ya,
marilah istirahat, keadaanmu sudah jauh lebih baik."
Lekas sekali fajar telah menyingsing. Pagi-pagi benar
mereka sudah menempuh perjalanan menuju ketenggara. Dua
hari kemudian mereka tiba di Po-ke mulai memasuki jalan raya
yang menuju ke Thong- koan keadaan di sini makin sulit
dilewati. Thong-koan adalah kota penting didaerah utara padang
rumput, sebagai daerah penting disepanjang tembok besar,
membelakangi gunung Hoa-san lagi, keadaannya memang
serba alamiah. sejak dahulu kala tempat strategis ini sudah
sering menjadi rebutan dua pasukan besar yang ingin
menyerbu ke Tlonggoan. Liok Kiam-ping berdua kepingin lekas pulang keselatan,
pemandangan panorama yang indah sepanjang jalan terutama
disekitar tembok besar tidak diperhatikan lagi. Tapi perjalanan
memang amat susah, apalagi kuda lebih sukar jalan, terpaksa
mereka turun dan menuntunnya. Untunglah mereka berhasil
mencapai puncak yang bersaiju, bagi yang bernyali kecil tentu
tak berani lewat daerah sini. Setelah tiba dibalikpuncak, kota
Thong-koan sudah kelihatan.
Saat mana mentari sudah condang ke barat, mereka
tengah mencongklang kuda supaya menempuh perjalanan
lebih cepat. Mendadak dari arah hutan di sebelah belakang mereka
mendengar suara tawa lirih, meski suaranya lirih, namun jelas
terdengar oleh kuping Liok Kiam-ping, jelas orang sengaja
tertawa dengan tekanan tenaga dalam.
Tanpa janji Kiam-ping berdua menoleh namun suasana
sepi, tiada bayangan manusia. Namun karena mereka memiliki
kepandaian tinggi kejadian tadi tidak diperhatikan, setelah
beradupandang sambil tertawa mereka keprak kuda
melanjutkan perjalanan Tapi selanjutnya mereka sedikit pecah
perhatian ke belakang. Puluhan tombak kemudian tawa lirih itu terdengar lagi,
suaranya lebih keras, jelas jaraknya lebih dekat. Ai-pong-sut
berjalan disebelah belakang dan sudah waspada, sekilas
berhasil ditangkap oleh lirikan matanya berkelebatnya
bayangan kelabu melesat kedalam hutan- Sebagai kawakan
Kangouw dia tentu jelas segala seluk beluk kaum persilatan,
maka dia berseru lantang kedalam hutan: "Sahabat siapa,
kalau ada keperluan boleh silakan keluar dan bicara beri
hadapan kenapa sembunyi-sembunyi seperti panca longok,
kami tidak sudi melayani orang yang tidak genah."
Maka terdengarlah suara dangin dari dalam hutan, seorang
berkata: "Sahabat, kalau berani, mari ikuti diriku." maka
melesat lah sebuah bayangan kelabu meluncur dipucuk pohon,
menginjak dahan melayang diatas daun pohon, selincah kera
setangkas burung terus meluncur keatas puncak gunung
disebelah kiri. Liok Kiam-ping membisiki apa-apa ditelinga Ai-pong-sut,
mendadak dia membentak: "Baik, memangnya kau mampu lari
ke mana." sebelah tangan menekan pelana kuda tubuhnya
mencelat mumbul lima tombak. ditengah udara dia menggeliat
sambil memancal kedua kaki, dengan gaya indah tubuhnya
meluncur setengah bundar, hinggap dipinggir hutan- Hanya
sedikit tutul kembali badannya melambung lebih tinggi terus
mengudak kearah mana bayangan kelabu tadi menghilang.
Kiam-ping kerahkan seluruh tenaganya mengembangkan
Ling-hi-pou-hoat, gerak tubuhnya berkelebat seenteng asap
melayang, hanya beberapa kali lompatan berjangkit
bayangannyapun lenyap. Aipong-sut menentukan arah, lalu dia keprak kudanya
sambil menuntun tunggangan Kiam-ping menuju kekota Tongkoan
lebih dulu. Thong- koan terletak dipusat Ui-ho, kota persimpangan
yang ramai perdagangan, penduduknya padat, salah satu kota
besar yang penting diwilayah utara.
Saat itupelita mulai dipasang, penduduk kota berduyunduyun
di jalan raya, entah pedagang yang menjajakan
dagangannya, atau pejalan kaki yang berbelanja, lampulampu
sudah dipasang terang benderang, ramainya bukan
main- Sambil menuntun kedua ekor kudanya Ai-pong-sut putar
kayun di jalan raya, akhirnya dia berputar satu lingkar lalu
menemukan hotel Hok-yang dan menetap di situ.
Pelayan menerima kudanya terus dibawa keistal, pelayan
lain mengajaknya memilih kamar kelas satu.
Sekarang mari kita ikutipengejaran Liok Kiam-ping, sambil
lari kencang kakinya berlompatan diantara pucuk pohon,
setiba diatas puncak selepas mata memandang, bayangan
kelabu tadi sudah tidak kelihatan. Padahal dinilai taraf
Ginkangnya sekarang yang sudah sempurna, dalam kalangan
bulim sekarang, jago yang mampu menandangi dirinya bisa
dihitung dengan jari. Padahal bayangan kelabu tadHanya
sepuluhan tombak lebih didepan Kiam-ping, umpama dalam
waktu singkat tak berhasil mengejarnya sedikitnya masih bisa
mengawasi gerak geriknya. kenyataan bayangan itu sudah
lenyap entah kemana., dari sini dapat disimpulkan bahwa
kepandaian orang itu juga amat tinggi.
Seingatnya jago-jago kosen yang pernah bergebrak dengan
dirinya, rasanya tiada yang memiliki kungfu setaraf bayangan
kelabui ini. Maka boleh diduga bahwa kemungkinan dia
seorang gembong iblis yang sudah lama mengasingkan diri.
Tapi Kiam-ping kebacut angkuh, apalagi sejak menduduki
Hong-lui-pang Pangcu, belum pernah dia merasa jeri
menghadapi apapun. Setelah membulatkan tekadnya. kembali
dia celingukan memeriksa sekelilingnya. Kiri kanan adalah
ngarai terjal yang berbahaya, batu-batu cadas beraneka
bentuknya, tak mugkin ada jalan yang bisa dilewati orang
disana, hanya bagian tengahnya saja ada hutan yang rimbun
keadaan di sini agak datar dan bisa diselidiki.
Suasana sepi. lengang, mentari terus merambat kearah
barat, hanya deru angin pegunungan yang sering membuat
ribut hingga daon-loon pohon dan rumput liar yang tumbuh
tinggi gemulai ditiup angin, yang bernyali kecil pasti tak berani
maju lebih lanjut. Liok Kiam-ping bernyali besar, sedikitpun dia tidak risau
atau kuatir meski berada didaerah terpencil lagi serba sukar
dan belukar, agaknya bayangan kelabu dari tokoh silat lihay
itu betul-betul menarik perhatiannya. Setelah meneliti keadaan
dia segera mengembang Ginkang kesuatu arah yang di rasa
betul, tetap menginjak dahan dan daon-daon pohon meluncur
dengan kecepatan tinggi. Setelah memutari ping gang gunung
kini dia berada didaerah yang permai dan sejuk.
Tampak dibelakang hutan rimbun sana terdapat sebuah
bangunan gedung atau perkampungan besar, perkampungan
yang terpencil dipinggir gunung, seperti seekor mahluk
raksasa mendekam dibawah gunung. Di sebelah kiri gedung
terdapat sebuah aliran sungai kecil, airnya mengalir deras dari
lembah gunung sana kearah selatan,jembatan panjang yang
terbuat dari bambu tampak liku-liku, panorama di sini ternyata
cukup memukau. Sebelah kanan terdapat sebuah jalanan kecil
yang berlandaskan batu gunung melingkar dari bawah terus
keatas, mungkin itulah jalan yang menjurus keluar gunung.
Bahwa ditengah gunung belukar dan terpencil begini terdapat
sebuah gedung besar dan megah, bukan saja menyolok mata,
kehadiran gedung digunung inipunpatut dicurigai.
Baru saja Liok Kiam-ping turun didepan gedung tengah dia
celingukan, dari dalam pekarangan mendadak didengarnya
tawa dingin orang, lalu berkata: "Bagaimana " Setelah tiba di
sini kenapa takut. Memangnya Pat-pi-kim-liong adalah seekor
kura-kura." suaranya sudah dikenal entah di mana, namun
sulit dia mengingatnya. Orang sudah menyindir secara pedas, watak Liok kiam-ping
memangnya tinggi hati, mana dia rela diremehkan, setelah
melenggong dia lantas bergelak tawa, katanya: "Saudara dari
mana, berani memancingku ke mari kenapa tidak berani unjuk
diri. Memangnya menyambut tamu dengan sindiran tajam beg
itu." Suara serak dan tua yang lain segera berkumandang:
"Lohu beramai sudah sejak tadi menunggumu di sini.
memangnya kau sudah tuli, kenapa salahkan orang lain."
suaranya lembut namun terdengar jelas, pembicara
menggunakan ilmu mengirim gelombang panjang.
Liok Kiam-ping sudah perhatikan arah suaranya, maka dia
tahu orang berada di pekarangan belakang. Segera dia
melangkah lebar ke dalam, setelah melewati pendopo, hatinya
tercengang heran- Gedung sebesar ini ternyata sunyi senyap
tidak kelihatan bayangan orang, tapi pajangan dan prabot
rumah serba baru antik dan mengkilap bersih. Tapi Liok Kiamping
tidak hiraukan segala keganjilan di sini, dia tetap
beranjak kesebelah belakang.
Setelah menyelinap kesamping melewati sebuah pintu
belakang dia tiba dipekarangan belakang, di sini ternyata ada
kebon kembang kecil, pemandangan serba baru, rumput hijau
tumbuh lembut seperti permadani, bunga-bunga berkembang
semerbak. bentuk dan gaya bangunannya serba modern,
namun suasana nan tentram seperti dialam dewata.
Liok Kiam-ping beranjak maju sambil celingukan, kini dia
beranjak disebuah jalan berbatu sempit yang diapit
pepohonan bambu tinggi setombak lebih, bila angin
menghembus lalu, dari daon-daon bambu bertaburan serbuk
putih laksana halimun beterbangan diudara. Liok Kiam-ping
setengah melamun sambil memperhatikan keadaan
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekelilingnya sehingga tidak begitu ambil perhatian akan
taburan serbuk putih yang mengenai tubuh dan pakaiannya,
semula punggung tangan dan mukanya yang terkena serbuk
putih itu terasa gatal-gatal, tapi Hanya sebentar sudah lenyap
tak terasa lagi. Keluar dari jalanan sempit ini, didepannya terbentang
sebuah lapangan, baru saja dia beranjak beberapa langkah.
Didengarnya kesiur angin yang meluncur dari berbagai
penjuru, gerak geriknya cepat dari tangkas.
Bila Liok Kiam-ping angkat kepalanya, sepuluh tombak
didepannya, berjajar belasan orang yang bertubuh tinggi
pendek. gemuk dan kurus tidak merata dan merekapun
berbeda, namun usianya sudah tujuh puluhan- Ternyata Kimkongci Hong Kiat, Tay-bok it-siu dan Tang -ling-sin-kun ada
diantara mereka. Ditengah barisan adalah seorang kakek berusia sembilan
puluhan, rambut dan jenggot sudah memutih saiju, namun
sorot matanya berkilat penuh wibawa.
Liok Kiam-ping maju dua langkah, baru saja dia akan
bersuara. Kakek tua ditengah barisan sudah terkekeh,
katanya: "Anak ntuda, anggaplah usiamu memang panjang,
ternyata kau mampu lolos dari Jit-pou-tui-hun-san, tapi di sini
jangan ha rap kau bisa meloloskan diri."
Liok Kiam-sing tertawa besar, katanya:
"Selama hidup cayhe membedakan tegas budi dan dendam,
kapan pernah takut dan undur setapakpun menghadapi
tantangan. Agaknya kalian ingin menyelesaikan urusan lama,
jelaskan saja, cayhe pasti melayani dengan senang hati."
Kakek ubanan itu terbahak-bahak. katanya: "Tuan memang
pemuda yang supel dan menyenangkan- Tentu kau sudah
tahu maksud kami, hari ini kau masuk jaring, maka jangan
salahkan kami bertindak keji kepadamu."
Liok Kiam-ping balas menjengek: "Kalau tidak salah
dugaanku, kalian tentu datang dari Ham-ping-kiong " Tuan
siapa, memangnya tak berani memperkenalkan diri ?"
"Anak muda," kakek ubanan tertawa bingar, kau memang
cerdik, dugaanmu tidak salah, siapa Lohu, boleh kau lihat ini,"
lalu dia merogoh kantong mengeluarkan sebuah mainan batu
jade warna hijau tua, diatas mainan berbentuk mainan kalung
itu bertuliskan dua huruf "Ham-ping". Itulah Ham-ping- giokling
yang pernah ditakuti dan disegani duapuluh tahun yang
lalu. Melihat Ham-ping- giok-ling, maka Liok Kiam-ping yakin
bahwa kakek tua ubanan didepannya ini pasti Ham-ping-lengmo.
Didengarnya Ham-ping-leng-mo berkata lebih lanjut: "Sejak
kau keluar kandang, dengan bekal kungfu perguruanmu yang
tak seberapa itu, kau mengaduk keributan di Kangouw hingga
terjadi Hujan darah, tahun lalu kau membunuh ceng-san-biaukhek,
sayang Lohu sedang tetirah hingga tak bisa turun
gunung menyelesaikan persoalan ini terpaksa kukeluarkan
perintah dengan kebesaran Ham-ping- giok- ling ini, mengutus
murid didikku mencarimu keberbagai penjuru, berapa kali kau
berhasil lolos dari kejaran, malah tidak sedikit jago-jago kami
yang kau lukai, hari ini syukur kau mengantar kematian. maka
jangan salahkan kalau Lohu bertangan gapah merogoh
jantungmu demi memberantas kejahatan di Bulim."
Mendengar orang menyinggung ceng-san-biau-khek. maka
terbayang oleh Liok Kian-ping akan dendam kematian leluhur
perguruannya ciang-kiam-kim-leng dan Lui Kou-ok yang gugur
dikeroyok musuh secara keji seketika berdiri kedua alisnya,
katanya dengan rada rawan:
"Hong- lui bun berada di selatan, perguruanmu di utara,
satu dengan lain tak pernah bermusuhan, saling hormat dan
menghargai, dua puluh tahun yang lalu, kalian beritikad jahat
ingin merebut pusaka kebesaran kita Wi-liong-pitrkip. tak
segan-segan Sekongkol dengan lima perguruan lain secara keji
dan picik main keroyok dan membunuh ciangbunjin kita yang
terdahulu, perbuatan kotor kalian sudah menimbulkan
kemarahan masal. Tak nyana dua puluh tahun kemudian
ceng-san-biau-khek kembali membunuh Lui Kou-ok cianpwe
yang sudah terluka parah serta merebut Wi-liong-pit-kip.
Dandam dan sakit hati perguruan kita tak terlampias, maka
menghukumnya secara setimpal sesuai perbuatannya.
Sekarang kau sendiri sudah muncul, maka tiba saatnya
kematian ciang-kim-kim-ling di Tay-pa-san yang kalian
keroyok dua puluh tahun yang lalu diselesaikan."
Ham- ping- leng- mo adalah gembong iblia yang paling
laknat diantara pentolan-pentolan iblis, hanya membanting
kaki cukup membuat kalangan persilatan jeri kepadanya,
apalagi bila Ham-giok-ling muncul, kaum persilatan peduli
aliran putih atau golongan hitam akan pusing tujuh keliling
dibuatnya. Sejak muda dia terlalu mengagulkan diri dan anggap
wibawanya besar, kapan ada orang berani berdebat dan
bicara lantang dengan dirinya, apalagi dicercah seperti Liok
Kiam-ping sekarang. Baru pertama kali ini terjadi sejak dia
hidup, karuan amarahnya meluap. alia berdiri mata melotot,
bentaknya murka: "Tutup mulutmu anak muda, jangan
berdebat saja, hari ini kau sudah tidak kuasa akan jiwa
ragamu sendiri memang sebentar akan kuberikan keadilan
kepadamu, berapa jurus kau berani melawan pukulan Lohu?" "
Liok Kiam-ping tertawa besar, katanya: "Ya, memang itulah
keinginan Cayhe. Berapa banyak kau memukul seluruhnya
pasti kusambut.' Jago-jago kosen yang berdiri di kanan kiri Ha m-ping-lengmo
menggeram gusar dan mengepal tinju, semua melotot
gusar kearah Pat-pi-kim-liong. Maka munculah tiga orang dari
samping Ham-ping-leng-mo. sebentar mereka berbisik-bisik
seorang lantas berkata kepada Liok Kiam-ping: "Anak
muda,jari tanganku protol, istanaku hancur, dendam ini tak
pernah Lohu lupakan, hari ini akan kubuat badanmu hancur
lebur baru terlampias dendam kami."
Yang tampil ini adalah Kim-kong-ci Hong Kiat, Tay-bok-itsiu
dan Tang-ling-sin-kun, Liok Kiam-ping menyeringai dingin:
"Kukira siapa, kalian jago-jago yang pernah keok ini juga
berani petingkah, sepatutnya kalian bertobat dan
mengasingkan diri keatas gunung demi jiwa tua kalian,
ternyata tidak kapok masih berbuat jahat. Hari ini tak boleh
kuberi ampun lagi, boleh kalian maju bersama, untuk
menghemat waktu dan tenagaku."
Hong Kiat bertiga termasuk jago kelas wahid di bulim,
meski taraf kepandaian mereka kalah setingkat, namun
dengan gabungan tiga orang, yakin masih kuat bertahan dan
menyelamatkan diri, sekilas mereka saling pandang lalu
menyeringai dengan maju bersama, ditengah bentakan
menggelegar serempak mereka menyerang satujurus.
Pukulan gabungan tiga jago top sudah tentu bukan olaholah
hebatnya, ternyata Liok Kiam-ping berdiri tegak tidak
berkelit atau menyingkir, bertolak pinggang sambil tersenyum
lebar malah. "Bocah keparat ini memang ingin mampus." demikian
damprat tiga lawannya dalam hati, tenaga pukulan ditambah
lagi dua bagian. Bolamata Liok Kiam-ping mendadak
mencorong seperti nyala lampu senter dimalam gelap. diamdiam
dia sudah kerahkan ilmu saktinya. Bila pukulan lawan
hampir menyentuh tubuhnya mendadak dia, angkat kedua
tangannya, secapat kilat balas memukul sekali. Begitu tenaga
dahsyat beradu "Blang" menimbulkan ledakan hebat.
Hawa bergolak dalam arena dua tombak mengeluarkan
desir keras balon gembes, jago-jago yang menonton dipinggir
gelanggang terdesak mundur setindak. pakaian mereka
berkibar seperti diterjang angin badai, semua terbelalak kaget
dan tersirap darahnya. celaka adalah tiga orang yang
memukul serempak itu mengalami tekanan tenaga yang
dahsyat hingga tubuhnya terdesak doyong kebelakang, namun
sekuatnya mereka bertahan sehingga enam kaki merekaamblas
kedalam bumi. Sementara Liok Kiam-ping masih berdiri santai ditempatnya
sambil, tersenyum lagi, sesentipun tak pernah tergeser dari
tempatnya, Adu kekuatan gebrak pertama ini jelas tiga orang
tua bangkotan itu sudah kalah tenaga, karuan mereka
menggerutu dan mengumpat dalam hati: "Darimana
datangnya ilmu sakti bocah ini, Lwekangnya maju secepat ini,
sungguh luar biasa." Tengah mereka bimbang dan mengatur
napas dan menghimpun tenaga, dua orang tampil pula
kemuka berjajar dengan mereka bertiga.
Liok Kiam-ping tertawa hina, katanya:
"Kawanan tikus, boleh kalian maju main keroyok seperti
dulu, agaknya memang itulah modal kemenangan kalian- Hari
ini kalian akan tahu dan saksikan apa itu Kungfu sejati."
Pernyataan pongah dengan sikap takabur lagi, karuan orang
orang Ham-ping-kiong berjingkrak gusar.
Lima orang tua itu menggeram bersama segera mereka
berpencar dengan gerakan gesit mengurung Liok Kiarn-ping
dengan posisi Ngo- heng-tin.
Liok Kiam-ping hanya melirik hina, katanya tak acuh:
"Barisan macam ini sudah sering cayhe melihatnya.
Memangnya Ngo-heng-tin dapat berbuat apa terhadapku."
Kim-kongci Hong Kiat membentak:
"Anak muda, jangan membual saja, kalau tempo hari kau
tidak pura-pura mampus, tentu badanmu sudah hancur lebur.
Hari ini tubuhmu sudah terkena Toh-bing-tui-hun-san yang
beracun, dalam dua jam tubuhmu akan membusuk menjadi
cairan darah. Anak muda pikirkan dulu nasibmu, dengan cara
apa kau ingin mampus."
Bercekat hati Liok Kiam-ping, lekas dia kerahkan hawa
murni dari pusarnya, hawa panas segera tersalur keseluruh
badan menembus tiga puluh enam Hiat-to besar dan kembali
kepusar pula, ternyata berjalan lancar tanpa gangguan
sejenak dia melenggong otaknya bekerja, lekas sekali dia
sudah tahu duduknya persoalan, maka segera dia tersenyum,
katanya: "Maksudmu serbuk putih yang bertaburan dari atas
pohon dan mengotori sekujur badanku ini."
Hong Kiat tertawa senang dan puas, katanya: "Agaknya
kau sudah meras akan sendiri, maka lekas kau pasrah nasib
saja, kami akan membereskan kau secepatnya, daripada kau
tersiksa dan menderita."
"Racunmu yang tak berguna ini memangnya dapat berbuat
apa atas diriku. Setan tua, agaknya kau sudah makin gila dan
sia-sialah akal muslihatmu."
Sudah tentu jago-jago Ha m-ping-kiong yang hadir
melengak dan bingung, pada hal mereka juga maklum, sikap
yang ditujukan Liok Kiam-piag sekarang, sedikitpun tidak
kelihatan keracunan, tapi Toh-bing-tui-hun-san jelas
bertaburan dibadannya, tapi entah kenapa kadar racunnya
ternyata tak bekerja dan punah karena apa, bocah ini
memang serba ganjil dan gaib.
Mendadak Liok Kiam-ping bergelak tawa katanya:
"Bagaimana, kalian sudah insyaf belum akan dosa dan
kesalahan. Hahahaha." nada tawanya amat pongah dan
menghina. Sudah tentu kelima lawannya menjadi riai dan naik pitam,
ditengah gerungan mereka, maka bariaan mulai bergerak.
Serempak kaki mereka bergerak. bayangan lima orang segera
berputar cepat mengelilingi Liok Kiam-ping, gelombang
pukulan yang bertenaga dahsyat bertubi-tubi melanda kearah
Liok Kiam-ping dari berbagaipenjuru. Hawa udara menjadi
kalut dan bergolak saking kuat dan keras samberan angin
pukulan yang saling gubat ditengah arena menjadi pusaran
angin puyuh yang dahsyat membumbung tinggi keangkasa.
Liok Kiam-ping menarikan sepasang tangannya, bergerak
secepat kilat, beruntun dia lontarkan empat kali pukulan
keempat penjuru. Tapi setiap pukulannya seperti dibendang
oleh arus angin puyuh yang dahsyat itu hingga punah tak
berbekas. Pukulannya malah mengeluarkan letupan-letupan
kecil beruntun seperti petasan renteng berbunyi.
Makin hantam Liok Kiam-ping merasakan posisinya makin
terjepit, betapapun dahsyat tenaga pukulannya, selalu tertolak
balik oleh pergolakan hawa udara dari hasil gubatan tenaga
pukulan kelima lawannya. Jikalau cara begini terus cara
tempurnya, dalam jangka tiga jam pasti dirinya kehabisan
tenaga dan mandah diringkus menjadi tawanan musuh.
Melihat kepungan mereka berhasil membendung pukulan
lawan dan mengurungnya hingga tak berkutik, sudah tentu
kelima orang itu amat senang dan bangga, mereka berlomba
mengerahkan setaker tenaga, menyerang dengan segala
kemampuan, barusan gabungan pukulan mereka sedemikian
keras dan kuatnya, bukan lagi debu yang tersedot
membumbung keudara, tapi pasir dan krikilpun mulai
terangkat keudara dan berputar kencang membumbung makin
tinggi keudara seperti sebuah saka besar yang menyanggah
langit. Terasa oleh Liok Kiam-ping tekanan angin puyuh yang
menggubat tubuhnya makin kuat, lambat laun bernapaspun
terasa berat dan sukar. Walau Seng-sokoan dalam tubuhnya
sudah tembus, tenaga dalamnya takkan pernah habis dan
berkurang, namun lama kelamaan dia merasa kepayahanjuga
karena napasnya sesak. Sungguh tak habis pikir bahwa kelima orang ini mampu
menggabung kekuatan sedahsyat dan setangguh ini. Makin
bertempur mereka makin cepat lagi bergerak dan gencar
menyerang, kelihatannya mereka juga sudah kerahkan seluruh
kemampuan, Setanakan nasi kemudian, kelima musuhnya
juga sudah mandi keringat, hati mereka mulai gugup dan
kurang tentram. Karena mereka amat bernafsu dan
menyerang sekuat tenaga maka bila pertempuran
Berjalan lebih terus lagi akhirnya mereka sendiri juga akan
roboh lemas. Sementara kedua tangan Liok Kiam-ping masih
bergerak lincah seperti tidak pernah merasa lelah karena
kehabisan tenaga. Bagai kilat pandangan tajam Hamping leng-mo, kini dia
sudah melihat gelagat yang makin tidak menguntungkan bagi
kelima orangnya, maka perasaannya ikut menjadi berat dan
prihatin. Kembali semasakan air telah berlalu. Mendadak timbul
kecerdikan Liok Kiam-ping batinnya: "Keuletan dan kehebatan
barisan lima orang ini terletakpada gabungan tenaga mereka
yang terkontrol dalam satu gerakan sehingga berpusar
menjadi satu kekuatan, kekuatan daya putar inilah yang
memunahkan tenaga pukulan dirinya, kenapa aku tidak
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menggunakan cara kebalikannya untuk melawan daya putaran
musuh." Segera dia kerahkan sepuluh bagian tenaganya, kedua
tangan bertepuk lalu menepuk perlahan, berbareng badannya
berputar kearah berlawanan dari daya putaran gabungan
tenaga kelima lawannya. Ternyata upayanya memang
membawa perobahan besar, maka terjadilah pergesekan dan
benturan dahsyat dari dua arus -kekuatan yang saling tumbuk.
"Blang blung" yang keras menggetar bumi, kelima orang
lawannya tergetar keras hingga tak kuat berdiri tegak. semua
tersurut mundur beberapa langkah dari kedudukan semula.
Orang-orang Ham-ping-kiong lainnya yang menonton dari
luar kalangan juga sudah melihat gelagat jelek bagi pihaknya,
sikap dan mimik mereka kelihatan kuatir dan tegang, semua
siap siaga untuk bertindak sembarang waktu.
Mendadak terdengar Kim-kong-ci Hong Kiat berteriak:
"Robah barisan-" belum lenyap suaranya, bayangan lima
orang tahu-tahu sudah berobah gaya dan gerakan, secara
aneh dan menakjupkan satu sama lain saling selulup dan
samber menyamberpergi datang namun tidak langsung
menyerang musuh, hanya membikinpandangan lawan kabur
dan kepala pusing, agaknya mereka merobah strategi
pertempuran, dengan kelembutan siap mengatasi gerakan
sambil menunggu kesempatan bertindak.
Dengan bekal kepandaian yang dimiliki Liok Kiam-ping
sekarang untuk membobol kepungan dan meloloskan diri
bukan soal sulit Tapi tidak sudi berbuat demikian, dia malu
menggunakan kekuatan sendiri, menyambut tantangan cara
apapun dari musuh-musuhnya. Maka dia mengincar salah satu
posisi diarah depannya, sembilan bagian tenaga yang sudah
dihimpun dilontarkan lewat tepukan sebelah tangannya.
"Byaaarrr." ledakan yang dahsyat Sekali, bumi bergetar seperti
keterjang lindu. Ternyata pukulan Liok Kiam-ping kali ini berarti melawan
lima pukulan gabungan musuh musuhnya. kebetulan barisan
gabungan lima orang ini terletak pada kumpulan tenaga yang
menjadi daya putaran besar untuk memunah kan pukulan
musuh, jikalau musuh yang mereka lawan mempunyai
Lwekang yang lebih rendah, hakikatnya mereka takkan
mampu melawan, begitu terbungkus didalam putaran
gabungan tenaga, lawan kalau tidak mati sesak napasnya,
pasti lunglai kehabisan tenaga karena tergulung pergi datang
oleh putaran arus pukulan yang besar. kecuali itu, daya
tenang menundukan gerakan yang mereka lakukan sekarang
juga hebat manfaatnya, bila lawan turun tangan, peduli
kepada siapa serangan ditujukan, keempat orang yang lain
pasti memberi reaksi dengan serangan serentak.
Kumat sifat angkuh Liok Kiam-ping, beruntun dia
melontarkan lima jurus pukulan lagi.
Kelima musuhnya sudah merasakan pukulan dahsyat lawan
tak tertahankan, namunsekuat tenaga mereka terus melawan
dan bertahan- Lima jurus kemudian tiba-tiba Liok Kiam-ping
merobah gaya silatnya, diam-diam telapak tangan kiri
menggunakan daya lengket mendadak jarinya mencengkram
kearah kiri. Seorang laki-laki tua berbaju panjang mendadak
tersuruk maju dua langkah kedalam lingkaran, sebelum dia
menguasai diri dan berdiri tegak. Telapak tangan kanan Liok
Kiam-ping sudah terangkat memukul kearah yang sama
dengan tenaga sepuluh bagian.
"Blang" bayangan orang seketika mencelat terbang delapan
kaki jauhnya "Bluk" terbanting keras ditanah. Betapapun tinggi
Lwekangnya, sambil kertak gigi dia menahan sakit dan
menelan kembali darah yang sudah menyembur keluar,
namun mukanya sudah pucat pasi, jelas sudah terluka dalam
yang amat parah. Jago-jago kosen yang menonton disekitar gelanggang
berobah dingin mukanya, beramai mereka melompat maju.
Lekas Hong-kiat juga hentikan gerakan barisan dan menyurut
mundur, dilihatnya orang tua yang rebah ditanah mengerut
alis dan kening, agaknya menahan derita yang luar biasa,
darah meleleh diujung mulutnya, rintihannya perlahan.
Sementara itu jago-jago Ham-ping-kiong yang lain sudah
berdiri jajar berbentuk setengah lingkar, semua berwajah
beringas gusar menatap Liok Kiam-ping tanpa berkedip.
agaknya mereka menunggu perintah siap bergerak bersama.
Ternyata Ham-ping-leng-mo juga pesona kaget oleh
pukulan dahsyat Liok Kaim-ping tadi, tapi sebagai benggolan
iblis. sekilas berpikir dia sudah mendapatkan akal, pikirnya:
"Kalau hari ini tidak berhasil mengganyang bocah ini, Hampingkiong takkan bisa berdiri di Kangouw, buat apa aku
mematuhi peraturan Kangouw segala. lalu dia panggil Hong
kiat serta bisik-bisik padanya, akhirnya dia bergelak tawa,
katanya: "Anak muda kau memang hebat, beranikah kau
melawan Thian-kan-it-goan-tin dari Ham-ping-kiong kami."
Berdiri alis Liok Kiam-king katanya mengejek: "Memang
cayhe ingin belajar kelihayan ilmu tunggal Ham-ping-kiong,
kalian boleh maju bersama."
Ham-ping-leng-mo amat gemas, tanpa bersuara dia
mengulap sebelah tangannya. Maka bayangan orang
bergerak. dua belas jago kosen Ham-ping-kiong segera
bergerak terbagi menjadi empat mengepung Liok Kiamping
ditengah lingkaran- Setiap kelompok tiga orang, satu sama
lain saling mengerahkan ilmu sakti mereka berdiri berjajar.
Laki-laki tua ditengah barisan sebelah timur mendadak
membentak: "Awas anak muda sambut serangan." kedua
tangan terangkat lurus lalu membundar serta disendal,
segulung tenaga menderu seperti badai menggulung kearah
Liok Kiam-ping. Dua orang teman dikanan kirinya berbareng
menggapai kosong diudara terus menekan, kelihatannya
hanya gerakan kosong, padahal secara langsung tiga orang ini
telah bergabung melontarkan pukulan dahsyat yang
mengejutkan. Angin belum sampai deru suaranya sudah melanda tiba
mengiris kulit. Mendengar suaranya Liok Kiam-ping sudah
siaga, lekas dia kerahkan seluruh tenaganya dikedua lengan
memukul kearah lawan. Maka dua kekuatan dahsyat dua pihak
bertemu ditengah udara. Benturan keras menggelegar, kedua
pihak tertolak sempoyongan.
Sebelum Liok Kiam-ping menurunkan lengannya, sultan
sudah melengking dibelakangnya. Lekas dia memutar tubuh,
kedua tangan ditarik lalu dilepaskan pula, kembali dentuman
keras menggoncang bumi. Belum lenyap suaranya, dua jalur
tenaga dahsyat sudah menggencet tiba dari kiri kanan- Sebat
sekali Kiam-ping mengegos, dua belas bagian tenaganya di
kerahkan dikedua tangan menepuk kekanan kiri.
"Byaar, byaar" tergencet oleh tekanan tenaga yang tertutul
balik, tubuh Liok Kiamping terlempar mumbul lima kaki
diudara, dada terasa sesak kepala sedikit pening, hampir saja
dia terjungkal roboh. Untung otaknya cerdik pandai, meski terdesak tidak gugup,
mumpung tubuhnya mumbul keatas sekalian dia kerahkan
tenaga, kedua kaki memancal kekanan kiri sehingga tubuhnya
terangkat tiga kakipula lebih tinggi, kedua lengan menggaris
miring hingga tubuhnya rebah datar diudara leksana seekor
burung raksasa yang pentang sayapnya berputar diudara,
Kiam-ping tahu kalau dirinya melorot turun pasti dirinya akan
digempur pukulan dahsyat dari kiri kanan dan depan
belakang, lebih celaka kalau dirinya digencet pukulan dari
empat penjuru sekaligus, umpama dirinya kerahkan seluruh
kekuatannya melawan secara keras, hanya beberapa gebrak.
umpama tidak terpukul luka parah juga pasti dirinya mati
lemas saking lelah. Menuruti adatnya yang keras dan tak mau kalah, apapun
akibarnya dia tetap akan melawan sampai titik darah terakhir.
Tapi lawan mengeroyok tanpa memegang aturan bulim jikalau
dirinya hanya menuruti adat dan melawan secara keras,
bukankah berarti masuk perangkap musuh. Sebetulnya
sebagai insan persilatan demi nama dan kedudukan. siapapun
rela mengorbankan jiwa raga, namun berkorban secara
membabi-buta adalah perbuatan yang bodoh. Apalagi dia insaf
dirinya sedang memikul tugas berat dan mulia demi
menegakkan kembali wibawa dan kebesaran nama perg
uruan, menuntut balas sakit hati leluhur perguruan pula maka
dia pantang mati apalagi berkorban secara konyol.
Akhirnya Kiam-ping bertekad untuk berjuang pakai otak.
semangat tempurnya berkobar. Selingkar dia berputar
terbang. mendadak kedua kakinya memancal terus meluncur
kearah timur laut, kedua tangannya menggempur dengan
kekuatan gugur gunung, apalagi tubuhnya menukik dan
menerjang turun, perbawa serangannya lebih dahsyat, yang
diincar adalah orang terakhir yang berkedudukan dipaling
timur. Saking marah serangan ini betul-betul dahsyat bukan
kepalang. Tapi begitu dia mulai balas menyerang, seluruh
barisan juga ikut mulai bergerak. Tampak bayangan orang
didepan matanya, bentuk tubuh lawan mendadak lenyap.
"Blum" di mana angin pukulannya menggempur, tanah dan
batu beterbangan, tanah seperti dikeduk sedalam satu kaki
dalam arena setombak luasnya.
Liok Kiam.ping sendiri tertolak oleh daya membal yang
keras sehingga daya lajunya teri henti, maka tubuhnyapun
melorot turun. Belam lagi dia berdiri tegak. suara gernuruh
telah melanda dari sekelilingnya menindih tubuhnya Kiam-ping
menjublek menghadapi damparan angin besar yang
menerjang dirinya, tak tahu bagaimana dia harus balas
menyerang. Padahal serangan sudah tiba, tiada tempo buat
dia memutar otak, mendadak dia kerahkan Kim-kong puthoaysin-kang, biarlah bertahan dulu sementara.
Letak kelihayan barisan musuh adalah dua belas pukulan
mereka dapat digabung menjadi satu jalur kekuatan yang
makin ketat dan menciut ketengah gelanggang, pukulan biasa
dengan Lwekang kepalang tanggung hakikatnya tak mungkin
bisa balas menyerang atau melawan, maka betapapun tinggi
Lwekang seseorang, akhirnyajuga akan menyerah kehabisan
tenaga barisan musuh memang lihay luar biasa.
Untung Liok Kiam-ping berulang kali ketiban rejeki,
badannya dilindungi ilmu sakti dari aliran Hud, dalam waktu
pendek dia masih mampu bertahan menyelamatkan jiwa,
jikalau orang lain, mungkin sudah mati sesak napas atau jatuh
pingsan oleh tekanan hawa pukulan lawan.
Akan tetapi Kim-kong-put-hoay-sin-kung yang sakti tiada
bentuknya ini takkan kuat bertahan lama karena tekanan
hawa yang makin mengecil ruang lingkupnya, apalagi jarak
terlalu dekat. Hanya setengah jam Liok Kiam-ping sudah
mandi keringat, namun dia masih bertahan dan berkutet
sekuat tenaga. Dasar otaknya encer, sambil melawan otaknya bekerja
mencari akal bagaimana memukul dan membuat barisan
musuh berantakan Maka perlahan dia mengendorkan
pertahanan ilmu saktinya, maka terasa arus pukulan yang
deras makin mengecil ini sumber kekuatannya datang dari
arah timur seperti damparan ombak laut yang bergulunggulung,
setelah mengitari pertahanan ilmu saktinya ternyata
berputar balik lalu bertolak maju pula.
Baru sekarang Liok Kiam-ping teringat bahwa barisan ini di
namakan Thian-kan, pasti sumber tenaganya datang dari
timur, jikalau dirinya turun tangan dari sumbernya,
kemungkinan dapat menemukan jalan pemecahannya .
Kini Kiam-ping kerahkan seluruh kekuatan, arus tenaga
lawan yang menggencet keras itu menjadi terdesak
mengeluarkan letupan-letupan lirih mundur dua kaki.
Mumpung arus tenaga lawan belum lagi menggencet maju,
mendadak Kiam-ping kerahkan dua belas bagian tenaganya
menggempur kearah timur sebanyak enam jurus pukulan- Kali
ini Liok Kiam-ping menyerang dengan seluruh kekuatannya,
maka perbawa pukulannya bukan olah-olah dahsyatnya.
Begitu gelombang pasang menggulung seperti amukan angin
puyuh kearah timur, maka terjadilah ledakan- ledakan kecil
seperti bunyi petasan- "Blang" seorang laki-laki tua di sebelah
timur terpukul mundur lima kaki. Begitu orang tua disebelah
timur ini terpukul pergi tekanan arus besar seketika susut
sebagian besar. Bahwa pukulannya berhasil melukai seorang sesuai
rencananya. berkobar sifat gagah Liok Kiamping. semangat
tempurnya makin berkobar, segera dia melompat maju
melesat keluar dari lobang pertahanan lawan, berbareng
kedua tangan memukul pula kearah seorang laki-laki tua yang
berada diarah timur pula.
"Blang" ditengah benturan keras diselingi jeritan yang
mengerikan, tubuh orang tua itu terbanting setombak
jauhnya, darah menyembur tinggi beterbaran diudara, lukanya
amat parah, begitu ambruk tak bergerak lagi.
Namun belum sempat Liok Kiam-ping, lolos dari barisan
yang jebol diarah timur ini, bayangan orang berkelebat,
seorang jago Ham-ping-kiong yang lain telah melompat maju
menanbal kedudukan kawannya yang roboh. Agaknya orang
inijuga sudah terlatih dan mahir mengikuti gerakperobahan
barisan, karena dia sudah dapat menyesuaikan perobahan
barisan ikut berputar dengan lincah.
Tekanan arus pukulan dahsyat mulai bergolak menggencet
tubuh Liok Kiam-ping dari berbagai penjuru. Benci Liok Kiamping
sudah bukan kepalang, terpaksa dia kembangkan pula
Kim-kong-put-hoay-sin-kang mengincar sasaran mendadak dia
mendesak maju selangkah, secepat kilat dia memukul pula
sekuat tenaga. Lolong jeritan terdengar lagi. bayangan seorang terpukul
terbang setombak jauhnya, roboh untuk tidak bangun lagi.
Begitulah secara beruntun setelah terdengar pukulan
mengenai sasaran satupersatu lawan menjerit kesakitan serta
jatuh terguling. Setiap korban pukulan pasti menyemburkan
darah hingga berceceran ditanah, keadaan amat mengerikanHanya beberapa kejap. dua belas musuh yang membetuk
barisan gabungan tinggal lima orang saja yang masih
melawan- Namun saking bernafsu merobohkan musuh, Liok Kiamping
sendiri juga kehilangan banyak tenaga, mukanya pucat,
napasnya tersengal. Tapi dirinya pantang berhenti dan
menyerah. Rasa bencinya terhadap orang-orang Ham-pingkiong
sudah merasap ketulang sungsum. matanya melotot
gusar, sambil kertak gigi dia sudah siap menggunakan
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
serangan terakhir yang paling ampuh.
Mendadak didengarnya Ham-ping-leng mo membentak:
"Anak muda, kejam betul hatimu, hari ini tak terampun
jiwamu." Dari jarak jauh dia, menggerakan kedua tangan satu
lingkar lalu disodok kedepan, telapak tangannya menepuk
kearah Liok Kiam-ping. Sebelum tenaganya mengenai sasaran,
hawa dingin sudah menerjang tiba lebih dulu.
Seluruh hadirin yang kesampuk angin pukulan dingin ini
tiada yang tidak menggigil kedinginan Ternyata gembong iblis
ini sudah melontarkan Han-ping-ciang-kang yang ganas dan
beracun. Setelah kehilangan banyak tenaga. sepantasnya Liok Kiamping
berkelit meluputkan diri dari pukulan dingin yang dahsyat
ini namun wataknya terlalu keras kepala apalagi menghadapi
musuh perg uruan, sedikitpun dia tidak mau mengalah. Sambil
kerak gigi dia kerahkan sisa tenaganya menyongsong pukulan
lawan Dua gelombang pukulan beradu ditengah udara. Ledakan
keras seperti letusan gunung beradu menggelegar, kedua
orang tertolak mundur selangkah. Setelah banyak terkuras
tenaga murninya, Liok Kiam-ping masih kuat adu pukulan
dengan gembong iblis ini, sungguh luar biasa kemampuannya.
Mukanya tambah pucat, sekuatnya dia tekan darah yang
bergolak didadanya, matanya mendelik dan siap siaga menanti
serangan lawan Bukan main rasa kaget Ham-ping-leng-mo, bahwa Liok
Kiam-ping mampu melawan pukulan Lwekang yang sudah
diyakinkan hampir enampuluh tahun lebih, ternyata dia tidak
mampu mengalahkan anak muda yang sudah banyak terkuras
tenaganya, sungguh bukan olah-olah tangguh Lwekang bocah
ini. Jikalau adu kekuatan dalam keadaan biasa, gelagatnya
dirinya juga bukan tandingan bocah ini. Kini mumpung ada
kesempatan, lawan sudah terkuras tenaganya, yakin sudah
terluka dalam pula, kalau hari ini tidak diganyang sekalian,
selanjutnya Ham-ping-kiong tidak akan aman dan tentram.
Amarah menunjang niatjahatnya, lekas dia kerahkan
tenaga mengatur pernapasan, diam-diam mulai mengerahkan
Hian-ping-im-sat, ilmu yang barusaja berhasil diyakin kan
setelah dirinya tetirah sekian tahun lamanya, telapak
tangannya berobah mengkilap seperti batu jade yang
terbungkus kabut putih yang bergulung-gulung dari tengah
telapak tangannya. Pukulan dangin ini berintikan sumber hawa dingin yang
amat keji, disedot dan diserap lewat urat nadi, bila tenaga di
kerahkan, hawa yang diserapnya akan membeku menjadi
Sekeping es dengan tenaga timpukan dapat menyerang lawan
dalam setiap gerakan, bila lawan tersambit kepingan es, urat
nadi akan buntu dan membeku badanpun kaku dan jiwa
melayang, tiada obat untuk menyembuhkan atau menolong
jiwanya, jahatnya bukan main-Hanya tenaga sakti dari aliran
Hud saja yang mampu menahan serangan dingin ini, tapi
jikalau landasan tenaganya kurang kokoh juga pasti kalah oleh
kekuatan musuh, maka akibatnya akan lebih fatal.
Ham-ping-leng-mo tahu bahwa Liok Kiamping meyakinkan
ilmu sakti dari aliran Hud, yaitu Kim kong-put-hoay-sin-kang
yang mampu menahan serangan gelombang dari ilmu yang
dilatihnya, maka sejak tadi dia tak berani melancarkan ilmu
simpanannya, terlebih dulu dia suruh anak buahnya
mengeroyok Liok Kiamping, sekaligus menguras tenaganya.
Ternyata Liok Kiam-ping bernyali besar, hakikatnya dia
tidak pandang sebelah mata kepada musuhnya, wataknya
yang angkuh kapan mau menyerah kepada musuh, maka dia
gampang ketipu diluar dasarnya.
Setelah beradu pukulan dengan Ham-ping leng-mo,
sebetulnya dia sudah terluka dalam yang amat parah, meski
Lwekangnya tidak ukuran lagi tingginya, tak urung wajahnya
tetap pucat pasi, napaspun memburu.
Betapa luas pengalaman dan tajam pandangan Ham-pinglengmo sekali pandang lantas hati maklum, mana dia mau
mengabaikan kesempatan baik ini, maka dia pergencar
mengerahkan Hian-ping-im-sat. Sudah tentu tujuannya sekali
gempur meroboh kan lawanBegitu tangan bergerak. dua gulung hawa beruap putih
laksana panah melesat kearah Liok Kiam-ping. Deru angin
yang mendesing keras membawa desis angin yang membising
telinga. Liok Kiam-ping terpesona kaget oleh serangan lawan yang
mendadak dan aneh ini, Tapi dia cerdik pandai, melihat sikap
serius iblis tua ini dalam mengerahkan tenaga dan ilmunya,
dia maklum bahwa lawan akan menyerang dengan ilmu keji
beracun, malah lebih jahat dari pukulan Heksat-kang.
Walau menyadari dirinya sudah agak terluka dalam, tidak
boleh sembarang mengerahkan ilmu sakti, namun ingin hid up
adalah kodrat manusia bewatak seperti Liok Kiam-ping yang
tidak mau menyerah dan terima ajal. Maka dia kerahkan
kekuatan Kim-kong-put-hoay-sin-kang, apapun yang bakal
terjadi, lawan dulu biar akibatnya ditanggung belakangan- Uap
putih dari pukulan lawan yang melesat deras itu sudah dua
kaki didepan badanTiraikasih
Website Ternyata terbendung berhenti dan bergolak diudara.
karuan Ha rn-ping- leng-mo membatin: "ilmu sakti bocah ini
memang hebat, setelah luka dalam dia masih mampu
melawan sembilan bagian tenaga dingin Lohu kalau lawan
dalam keadaan segar bugar, Ham-ping-im-sat yang semula
dibanggerakan dan yakin dapat mengalahkan musuh manapun
hari ini takkan berguna terhadap pemuda yang satu ini, kalau
sekarang tidak turun tangan keji, pasti kelak akan menjadikan
bibit bencana." Benaknya bekerja secepat kilat, sementara tangannya tak
teri henti menyerang sambil menambah tenaga.
"Bless" uap putih itu bergulung-gulung, ditengah desis
suaranya yang ramai, mendadak uap putih yang bergolak
makin keras itu berhasil mendesak maju satu kaki Liok Kiamping
tampak menggertak gigi, sckuatnya dia kerahkan sisa
tenaganya dia menahan sambil membusung dada. Ternyata
uap putih berhasil didesaknya mundur satu kaki pula. Namun
demikian sudah menunjukan tenaga Liok Kiam-ping yang
makin lemah, keringat sebesar kacang mulai menghiasi
jidatnya lalu berketes-ketes mengalir keleher dan wajahnya.
Uap putih mendesak maju setengah kaki pula Sebentar
lagi sudah jelas Kiamping takkan kuat bertahan. Sekonyongkonyong
dalam saat genting itulah kumandang sebuah suara
bentakan lantang: "Jangan kuatir Pangcu " lenyap suaranya
orangnya tiba, sesosok bayangan kelabu meluncur turun
digelanggang. Jago-jago yang hadir seluruhnya tumplek perhatian
menyaksikan pertarungan sengit yang susah ditonton selama
puluhan tahun ini, sehingga mereka melupakan keadaan
sekelilingnya. Maka bentakan lantang ini menyentak mereka
dari lamunan, ingin mencegat juga sudah kasep. Apalagi
gerakan pendatang ini amat cepat, Sebelum kedua kaki
menginjak tanah, dua bayangan hitam dengan desing
suaranya yang tajam melesat kearah kedua telapak tangan
Ham-ping-leng-mo. Mendengar suara Ai-pong-sut Thong- cau seketika menyala
semangat Liok Kiam-ping, sisa tenaga dalam tubuhnya
dikerahkan seluruhnya memperkeras ketahanan ilmu saktinya,
hingga uap putih lawan didesaknya mundur pula menjadi dua
kaki seperti semula. Baru saja Ham-ping-leng-mo pusatkan pikiran dan
tenaganya untuk menambah kekuatan Hian-ping-im-sat.
Mendadak dua bayangan hitam dengan desing suaranya yang
tajam melesat bagai kilat kearahnya. Mendengarkan suara
membedakan senjata, dia tahu sejenis pelor besi yang
menyerang dirinya, namun desing suaranya justru lebih keras
dari biasanya. Sudah tentu menyelamatkan diri sendiri lebih penting,
mendadak dia tarik kedua tangan sambil melangkah minggir
kekiri, disaat mengegos itulan dia menarik balik kekuatan
Hian-ping-im-sut. Tak nyana begitu dia mengegos kekiri, dua
bayangan hitam yang meluncur datang itu untuk membelok
dan tetap menerjang kearah dirinya. Baru sekarang dia sadar
bahwa kedua bayangan hitam ini mungkin adalah Yam-yamtam
yang sudah lama terkenal itu. Bukankah Tay-bok-it-siu
kecundang oleh sepasang bandulan besi.
Sambil tertawa dang in dia mengelinjang tubuh. 'Sret" tibatiba
tubuhnya melesat tinggitujuh tombak keudara, ditengah
udara dia menekuk pinggang seraya menjejak kaki, dengan
gaya yang indah gemulai tubuhnya melesat sepuluh tombak
jauhnya. Pelor belibis milik Ai-pong-sut memang bisa membelok dan
mengejar musuh karena dikendalikan oleh tenaga dalam, tapi
paling tinggi hanya dapat mencapai satu tombak. Begitu Hampingleng-mo melambungkan tubuhnya, maka Yan-yam-tam
tak mampu mengejarnya. Lekas Ai-pong-sut menggapai
dengan kedua tangan, dua pelornya dia tarik kembali.
Setelah membersihkan badan dan sekedar istirahat, di
Hotel Hok-eng, Ai-pong-sut keluar jalan-jalan, pikirnya hendak
mencari warung untuk mengisi perut, setelah makan malam
dia pikir akan segera menyusul Liok Kiamping. Waktu dia
membelok kesebuah gang, mendadak di kaki tembok dipojok
jalan sana dia menemukan tanda rahasia tanda rahasia Hongluibun, tanda itu menyatakan keadaan gawat dan mohon
bantuan, mungkin sudah beberapa hari tanda rahasia itu di
sana, karena kehujanan hingga kelihatannya sudah agak
buram. Lupa mengisi perut Ai-pong-sut langsung menuju kearah
yang ditunjuk dalam tanda rahasia, hatinya gugup setengah
mati: 'Sejak tadi Pangcu mengejar jejak musuh, belum ada
kabar beritanya, sekarang orang kita sendiri memberi tanda
SoS, persoalan yang satu belum beres timbul persoalan yang
lainpulapula, agaknya tiada kehidupan tentram dan sentosa
dalam kalangan Kangouw. Dengan perasaan tertekan danprihatin dia terus bergerak
kearah tanda yang dilihatnya disepanjang jalan, akhirnya dia
membelok beberapa kali dan tiba ditanah tega la n diluar kota
a rah selatan. Daerah tegalan di sini rungkut dengan semak-semak yang
subur menghijau, hari sudah menjelang mag rib, halimun
mulai timbul, orang jalan makin jarang dan keadaan makin
sepi dan belukar. celoteh burung gagak riuh dan ramai dipucuk pohon,
sayang sekali tanda bahaya perguruan lernyata putus sampai
di sini, sekeliling tiada jalan lagi, pada hal Lwekang Ai-pongsut
tinggi, pengalaman luas, namun dia berdiri kebingunganSekilas dia menerawang sekelilingnya, mendadak dia lompat
tinggi kepucuk pohon, dengan kelincahan tubuhnya dia
mengembangkan Ginkang berlompatan dari pucuk kepucuk
pohon yang lain-Matanya memang tajam, dilihatnya dipinggir
sebuah tanah gunduk disebelah kirisana, lapat-lapat seperti
kelihatan bayangan sebuah biara yang dkelilingi tegalanPada hal gunung di sini amat liar tiada bangunan apa - apa
disekitarnya. Kehadiran biara bobrok ini rasanya terlalu
menyolok. Kalau tanda bahaya berhenti di sini, kenapa tidak
menyelidiki tempat itu. Segera dia melesat seperti terbang ke
sana. Pintu biara sudah roboh separo, pigurapun sudah kropos
dan takjelas tulisan apa yang terukir diatasnya, mungkin
sudah terlalu lama tidak dihuni dan diurus orang, maka cat
pintunyapun sudah luntur, galagasi bertebaran di tepi
dipinggir daon pintu, kembali dia menemukan tanda bahaya
perguruannya. Penemuannya membuat hatinya girang seperti
kafilah yang menemukan oase dipadang pasir, diam diam dia
bersyukur bahwa perjalanannya kali ini tidak sia-sia, apapun
harus diselidiki, mungkin sekaligus dapat membongkar
muslihat licik musuh kenapa Liok-pangcu dipancing musuh.
Dengan rasa senang dan lega namun tak lepas dari
kewaspadaan dia menjejak kaki, secepat kilat dia melesat
kedepan pintu. Perlahan dia ulur tangan lalu mengetuk dua
kali dengan tanda rahasia perguruanDari dalam biara mendadak menerjang keluar sesosok
bayangan menghadang didepan sambil berseru: "Tunggu
sebentar: Ibu jari dan jari telunjuk teracung membundar
didepan dada. Aipong-sut melihat jelas, orang ini berusia tigapuluhan,
berpunggung harimau berpinggang biruang, tampak gagah
dan cekatan, gerak tanda yang diperlihatkan ini jelas sebagai
seorang wakil Thocu dari salah satu cabang: Maka Ai-pong-sut
mengangguk, kelima jarinya terbuka lurus tangan kanan
terangkat menyentuh pundak kanan lalu diturunkanMelihat gerakan itu Ai-pong-sut lantas merangkap kedua
tangan menjura dan terangkat diatas kepaia, serunya
memberi hormat kepada Ai-pong-sut: "Tecu Li Eng-siu wakil
Thocu cabang Thong- koan menyampaikan sembah hormat
kepada Tianglo." Ai-pong-sut Thong- cau mengulap tangan, katanya dengan
tertawa: 'Li-hu-thocu tak usah banyak hormat, apakah
disiniterjadiperistiwa genting, apakah tanda sos diluar itu
kalian yang meninggalkan.'
Seketika merah mata Li Eng sin, mendengar pertanyaanAipong
sut, katanya dengan sedih: 'Demi karunia Suco dan
kebaikan Pangcu, Tecu diangkat sebagai wakil Thocu di
Thong-koan, membantu Thocu cui-pi-jiu Lau Bunja mengatur
segala kepentingan Hong Lui-bun kita didaerah Thong-koan
ini, disaat aktifitas kita makin maju, mendadak kami
memperoleh perintah kilat dari pusat bahwa segala kegiatan
diluar harus segera dibekuk, maka kami segera menunaikan
tugas dengan baik. "Disaat kita sibuk memberikan info kepada kader-kader kita
yang sedang bertugas diluar mendadak puluhan jago-jago
kosen Ham-ping-kiong yang datang dari Bok-pak malammalam
menyerbu ke markas, mereka main bunuh, tumpas dan
bakar, banyak anggota kita yang gugur, terluka parah,
demikianlah nasib Lau-thocu yang terluka parah ditangan
orang-orang Ham-ping-kong."
Perawakan Li Eng-siu memang kekar dan gagah, namun
dia seorang yang tak kuat menahan emosi, beri hati lemah,
membayangkan betapa mengenaskan keadaan para
saudaranya yang gugur dan terluka air matapun bercucuran,
Hong Lui Bun Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sambil terisak dia meneruskan ceritanya: 'Waktu itu kebetulan
Tecu mendapat tugas diluar daerah, sehingga tidak
mengalami tragedi yang mengenaskan- Dikala aku kembali,
markas sudah menjadi puing mayat bergelimpangan, keadaan
amat mengenaskan, seluruh harta milik dan dokumen telah
dirampas musuh." Ai-pong-sut Thong cau bersuara heran dan
gemas. 'Hari itu juga para korban dikebumikan, sambil mengutus
orang minta bantuan kemarkas pus at, disamping
mengumpulkan sisa anggota yang masih hidup untuk
merundingkan langkah selanjutnya, tak nyana hasil
penyelidikkan menunjukan bahwa para anggota lain yang
masih selamat juga sudah diluruk keruman mereka, seluruh
keluarganya juga diganyang habis-habisan, ayam anjingpun
tiada yang hidup, Demikian pula Kawan-kawan yang diutus
minta bantuan kemarkas atau kecabang lain kedapatan mati
ditengah jalan Maka untuk menyelidiki asal usul dan tempat
berpijak musuh, kami tak berani jauh meninggalkan daerah
ini, terpaksa siang malam menyembunyikan diri sambil
melacak jejak musuh. Berapa orang kami sebar untuk membuat tanda tanda
rahasia diberbagai pelosok kota. dengan harapan ada kawan
kita yang melihat tanda mohon bantuan itu segera datang
memberi pertolongan. Agaknya harapan kita terkabul dengan
kehadiran Tianglo disini. Tecu akan berjuang sekuat tenaga,
mohon Tianglo pimpin usaha kita untuk menuntut balas bagi
kematian para saudara.' Selama mendengar cerita darah Ai-pongsut sudah mendidih
gusar, mata melotot muka merah padam rambutnya yang
jarang jarangan berdiri. Tapi sebagai seorang kawakan, dia
tahu gugup tiada gunanya, katanya setelah menghela napas
panjang: 'Li-hu-thocu tak usah terlalu bersedih hati, musuh
tangguh disekeliling kita, dalam menghadapi situasi segenting
inipantang emosi, kita harus menghadapinya dengan pikiran
dingin, cermat dan sabar. Entah bagaimana hasil penyelidikan
Li-hu thocu tentangjejak musuh " Siapa pemimpin mereka "'
Li Eng-siu membungkuk hormat dan memberi keterangan:
'Musuh tidak punya tempat tinggal tetap. namun diketahui ada
tiga tempat di kota sering mereka kumpul di sana, tapi kumpul
sebentar lantas berpencar pula, maka dapat diduga mereka
pasti mendirikan markas darurat diluar kota.'
Ai-pong-sut mengangguk maklum, diperjalanan diluar kota
tadi bukan mereka juga dipancing musuh, bukan mustahil
kejadian itu ada hubungahnya dengan peristiwa disini, maka
dia bertanya 'Pernah kau selidiki sebelah barat luar kota. Tak
heran sampai sekarang Pangcu belum juga kembali.'
'Haya, jadi Pangcu juga telah datang, dimana sekarang
beliau" Musuh menyerbu kaki tangannya di daerah barat kota,
penjagaan amat ketat, sudah berapa kali Tecu menyelidik
kesana, tapi akhirnya mundur teratur menghadapi penjagaan
mereka yang keras, malah hampir saja jiwa Tecu melayang."
Ai-pong-sut Thong cau berkata: 'Waktu lewat daerah barat
siang tadi PangCu dipancing musuh, sampai sekarang belum
tiba, agaknya mereka sudah berencana sehingga kami
terjeblos dalam perangkap mereka. Urusan amat genting dan
tak boleh ditunda lagi, sekarang mari kita bersiap menyambut
atau menyusul PangCu.' Li Eng-siu mengiakan, segera dia mendahului bergerak
dengan kelincahan tubuhnya menuju kebarat. Sebagai orang
setempat, dia Cukup apal seluk beluk daerah sini, apalagi
mereka menguatirkan keselamatan sang Pangcu, maka sekuat
tenaga mereka menggenjot langkah berlari bagai terbang naik
kepuncak barat. Satu jam kemudlan mereka sudah tiba diluar kota. Maju
lagi tiga li mereka tiba dipinggir sebuah hutan- Disaat mereka
Celingukan memeriksa keadaan sekitar Ai-pong-sut
mendahului bergerak hendak masuk ke hutan. Mendadak
terdangar kesiur angin yang cukup keras, dari suaranya
seperti ada tiga jenis senjata rahasia yang menyerang dari tiga
jurusan- Ai-pong-sut menghardik gusar: "Bangsat berani mati."
melompat selangkah, kedua lengan bajunya dikebaskan- Tiga
senjata rahasia yang menyerang tiba dipukulnya jatuh
ditanah. Sekejap itu, keadaan dalam hutan hening.
Ai-pong-sut Thong cau yang sudah kenyang berkelana di
kangouw menjadi bingung dan tak habis mengerti. Namun
keadaan di sini tidak jelas, lawan ditempat gelap. bila musuh
sudah bersiap didalam hutan, amat berb ahaya bila dirinya
nekad masuk kedalam. Tapi bila mengulur waktu, betapapun
tinggi Lwekang Liok Kiam-ping, seorang diri mungkin
menghadapi bahaya apa lagi seorang diri mana kuat melawan
keroyokan musuh banyak. bila dirinya datang terlambat,
mungkin biaa menyesal seumur hid up,
Karena bimbang langkahnya merandek. Dengan penuh
perhatian dia periksa keadaan dalam hutan, tampak bayangan
orang bergerak jelas perangkap sudah diatur di umpama
dirinya dapat menerobos penjagaan musuh yang ketat, Li Engsiu
yang berkepandaian rendah tak mungkin mengikuti
langkahnya. Untuk mengejar waktu, Cara yang paling tepat
adalah melayang dari pucuk pohon, disamping lebih Cepatjuga
agak kecil ancamannya. Setelah berbisik-bisik sekejap mereka kerahkan tenaga,
sambil bergandeng tangan mereka melompat tinggi keatas
pohon, dari dahan pohon yang satu melompat kepucuk pohon
yang lain- Kepandaian silat Li Eng-siu memang tidak beg itu
tinggi, namun ginkangnya ternyata cukup memadai dibawah
bantuan Ai-pong-sut lagi, maka dia bergerak leluasa.
Tak nyana gerak gerik mereka sudah diawasi oleh musuh
dalam hutan, begitu mereka beraksi, maka terdengarlah suara
"ser, ser' dan keresekan dahan dan daon, senjata rahsia yang
tak terhitung banyaknya, dari bawah pohon memberondang
kearah mereka- Gerakan mereka diatas pohon memang terlihat jelas dari
bawah, maka seranganpun datang bertubi-tubi. Ai-pong-sut
masih bisa mengebas lengan bajunya, senjata rahasia yang
menyerang dapat disampuknya jatuh, sementara kaki masih
terus melesat kedepan. Tapi lain keadaan Li Eng-sin yang terpencar kesebelah
kanan, terpaksa dia memutar golok tunggal ditangannya,
maka terdangarlah dering ramai senjata rahasia yang
dipukulnya jatuh beri hamburan, namun serangan dari bawah
memang cukup gencar, apalagi goloknya cukup berat, diatas
pohon yang sukar mengerahkan tenaga, maka gerakannya
menjadi teri halang, bukan maju dia malah dihadang mundur.
Sudah tentu Ai-pong-sut tidak tega tinggal pergi seorang
diri tanpa pikirkan keselamatan Li Eng-siu. pikirnya: 'Arahnya
sudah kutemukan di sini. kalau dia ikut akan membuat beban
diriku, lebih baik suruh dia mengundurkan diri keluar hutan
dan menunggu dalam persembunyian, denganpikirantenang
baru aku bis a menghadapi musuh tangguh.' segera dia,
berputar arah melompat mendekati Li Eng-sin serta
membisikinya, kembali kedua orang lompat berpencar, Li Engsin
melompat mundur lalu melayang turun diluar hutanMaka Ai-pong-sut mengembangkan Ginkang tinggi, diantara
daon-daon pohon tubuhnya meluncur seperti burung walet
melesat jauh kedepan, setiap dahan yang diinjaknya berpantul
tubuhnya lantas melambung keatas seperti panah yang
dijepret dengan pegas, beruntun kedua lengan bajunya
bekerja, seluruh Am-gi yang menyerang dirinya rontok beri
hamburan- Hanya beberapa lompatan, dia sudah meluncur
tiga puluhan tombak jauhnya.
Memikirkan keselamatan Liok Kiam-ping, dia percepat
langkah kakinya, Ginkang dikembangkan sampai keliwat batas
kekuatan kakinya, tubuhnya meluncur seperti segumpal mega,
laksana meteor terbang diangkasa melesat diatas pohon,
dalam sekejap lima puluh tombak telah dicapainya pula.
Disaat tubuhnya meluncur dengan kecepatan tinggi itulah,
mendadak selarik sinar putih meluncur tinggi dari celah-celah
dedaonan yang lebat, lekas Ai-pong-sut mengeram
langkahnya sambil berkisar setombak kepinggir. 'Daar' ledakan
yang disertai Cipratan kilat api menimbulkan kepulan asap biru
dan hijau, sehingga daon-daon dipucukpobon seperti
disambarpetir, disamping hangus juga menimbulkan bau yang
tidak sedap dicium. Betapapun tinggi Lwekang dan Kungfu Ai-pong-sut tak
urung kagetnya setengah mati, untung dia sempat
menyingkir. Dia tahu pelor beracun musuh amat ganas bila
badannya kecipratan sedikit saja, kulit daging pasti akan lecet
terbakar Tengah Ai-pong-sut kebingungan, dua larik sinar putih
kembali melesat dari kiri kanan- Ditengah udara kedua pelor
api itu meledakpula secara beruntun. Lekas Ai-pongsut
menggenjot tubuh menyingkir beberapa tombak jauhnya. Baru
saja tubuhnya meluncur turun, sinar biru tampak berkelebat
tiga kaki didepannya, kali ini tanpa sempat berpikir, tubuhnya
pasti akan hancur lebur dan terbakaroleh ledakan pelor
musuh. Untung lah disaat gawat itu timbul akalnya. mumpung
tubuhnya melorot turun, meminjam gerakan Ginkangnya yang
tinggi ditengah udara dia jungkir balik sehingga kepala
dibawah kaki diatas, kedua tangan terulur kedua telapak
tangan terangkap ketengah dengan jurus hwi-yan-jeng-lim (
burung terbang menyusup kehutan). Maka tubuhnya
menyelinap turun kedalam rimbunnya dahan-dahan pohonBaru saja tubuhnya ditelan rimbunnya daunpohon, sinar
biru itupun sudah meledak menimbulkan kebakaran yang
menjalar kesekitarnya, asap biru dan hijau tehal melingkupi
udara sekitar kejadian, baunya amis dan memualkan, senjata
rahasia yang satu ini memang jahat dan beracun.
Begitu kaki menyentuh bumi Ai-pong-sut kembangkan
kelincahan gerak tubuhnya kaki tangan bekerja, selicin belut
dia menyusup ketempat di mana bayangan beberapa orang
sedang bergerak. Dia tahu betapapun kuat daya ledakan dan
daya bakarpelor api musuh juga takkan berani ditimpukan
dalam jarak dekat, apa lagi orang-orang musuh pasti ada
disekitar sini, maka dia berlaku cerdik mendesak ketempat
lawan supaya mereka tak berani menyerang pula dengan
pelor tapi Langkahnya memang tepat dan manjur, musuh
merasa diluar dug a an, serempak mereka lompat menyingkir.
Sudah tentu Ai-pong-sut tidak biarkan musuh menyingkir,
dengan kencang dia mengudak lawan yang dicarinya. Dalam
sekejap mereka sudah menerjang keluar hutan.
Didepan adalah sebuah ngaraipendek yang bercabang.
Keadaan menjadi sunyi senyap tanpa bayangan seora ngpun,
entah kemana orang-orang Ha m-ping-kiong, dalam waktu
sekejap mereka sudah tidak kelih atan bayangannya.
Saat itu senja sudah menjelang, cahaya rembulan bening
red up, puncak gunung mulai dibungkus halimun, angin mulai
me ngh embus kencang, kadang-kadang terdengar gerungan
atau auman binatang buas. Bagi yang bernyali kecil pasti tak
berani beranjak setapakpun dari tempat itu. Ai-pong-sut
sendiri juga berdiri melenggong.
Tapi waktu amat mendesak. tiada waktu untuk berpikir,
namun dia yakin sarang musuh pasti takjauh dari tempat ini.
Mendadak dia putar tubuh terus berlari keatas puncak
disebelah kanan. Puncak gunung d sini mencakar langit, tinggi
lagi curam seumpamaburung bangau berdiri diantara
gerombolan ayam, bagi yang berkepandaian atau Ginkangnya
rend ah jangan harap bisa naik keatasnya.
Ai-pong-sut mengincar arah terus mengembangkan
Ginkang tinggi, setangkas kera selincah tupai dia berlompat
diatas batu-batu cad as yang runcing dan tajam. Tubuhnya
laksana bayangan kelabu yang menjulang tinggi bagai asap
mumbul keudara, dalam sekejap dia sudah tiba dibibir puncak.
Padahal Lwekangnya cukup tangguh, namun untuk manjat
Dewi Ular 5 Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Pendekar Satu Jurus 6
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama