Ceritasilat Novel Online

Iblis Sungai Telaga 31

Iblis Sungai Telaga Karya Khu Lung Bagian 31


menyerang si bajingan darah!
Peng Mo gusar. tetapi dia masih suka bicara, tegurnya
dengan mengancam "Kalian mau hidup atau mau mampus"
lekas pilih jangan nanti kalian sesalkan kami tidak memandang
lagi." "Bagus benar suaramu?" Toa Biauw membalas "Siapakah
yang lebih dulu menyerang kami, hingga muka kami terasa
nyeri" adakah itu perbuatan baik, perbuatan memandang?"
Peng Mo mau mengatakan dia memandang mata pada Im
Ciu It Mo. terhadap Cit Biauw Yauw Lie, ia bertiga saudaranya
tak jeri barang sedkitpun. Toa Biauw dapat menerka maksud
kata-kata orang itu tetapi ia toh menanggapi. ia berkata
pula:"Wilayah gunung Hek Sek San ini menjadi tempat
terlarang kami. kalian bertiga sudah lancang datang kemari,
apakah kata kalian?"
Hiat Mo mengelus janggutnya yang masih terasa nyeri, dia
berkata sengit :"Budak bau, masih kau banyak mulut! rupanya
jika kamu tidak diajar adat. kamu masih tidak tahu kelihaian
kami?" dan kata-katanya itu disudahi dengan satu srangan
kedadanya si nona. Toa Biauw berkelit dengan lincah. berbareng dengan itu
dengan satu pukulan tauwlo hiang, ia membalas kepada jalan
darah cun kwan dari si bajingan!
Hiat Mo terkejut. ia menarik pulang lenangnya. kembali ia
menyerang. Toa Biauw melayani. maka itu bertempurlah mnereka.
Sampai disini, keenam Yauw Lie lantas mengambil
tempatnya masing-masing, mengurung ketiga bajingan itu.
Peng Mo menjadi bingung. maksudnya hendak menyusul Gak
Hong Kun, dengan kakaknya itu untuk berkelahi. waktunya
jadi terbuang secara sia-sia. pula pertempuran itu tidak ada
artinya. saking jengkelnya, ia membanting-banting kakinya,
lalu ia berseru-seru menganjurkan orang berhenti bertarung!
Tam Mo tahu adatnya adik seperguruannya itu, ia khawatir
orang nanti rewel, terpaksa ia melompat mundur.
Toa Biauw pun tahu keadaan, ketika baik itu ia
pergunakan, ialah ia membiarkan orang mundur, tak mau ia
menyusul guna menyerang terus, tapi ia tidak mau kalah
gertak, maka ia lantas kata nyaring:"Kau tidak mau berkelahi,
nonamu juga tidak mau keterlaluan! asal kalian suka
berurusan dengan guruku, suka kami bukakan jalan hidup!"
Suara itu keras tetapi itulah umum dalam dunia kang ouw,
itulah cara buat mundur teratur.
"Kalian mau apa?" tanya Hiat Mo, yang hatinya masih
panas, iapun maju satu tindak, kedua belah tangannya
disiapkan, supaya sembarang waktu ia dapat menyerang
secara dahsyat. terus ia berkata pula:"Beginilah aku bersedia
mengiringi kehendak kalian, budak bau! kau ingin mencobacoba,
budak" kalau tidak, pergi, pergilah kau berlindung!"
Kembali satu serangan, sebab si pendeta tak dapat
mengekang dirinya. Toa Biauw kaget, dia berkelit sambil melompat
menjatuhkan diri, dengan gerakan tipu "tambra emas
menembus gelombang" dia mundur sampai setombak lebih,
baru dia bebas. Enam orang nona lainnya menjadi repot, hingga mereka
menyelamatkan diri secara kacau. mereka justru berada di
belakang si kakak dan tidak menyangka yang orang bakal
menyerang pula! Toa Biauw insap yang mereka tidak dapat melayani hong
Gwa Sam Mo, terpaksa ia bersiul pendek, terus ia lari
menyingkir. maka semua saudaranya lantas lari menyusulnya!.
Menyaksikan itu, Tam Mo bersorak sambil tertawa
menepuk-nepuk tangan. "Kakak hebat!" pujinya. "Dengan serangan itu kakak, cukup
sudah kau melayani mereka itu!"
Hiat Mo tertawa, dia puas sekali.
"Murid-muridnya Im Ciu si bajingan tua cuma pandai
bermain asmara!......." katanya, dan mendadak ia menutup
mulutnya, sebab mendadak juga ia ingat justru adik
sepergurunnya lagi mabuk cinta, dengan mencaci Cit Biauw
Yauw Lie, ia seperti mencaci adik seperguruannya
sendiri,........ Matanya Tam Mo memainkan melihat kesekitaranya,
kepada kedua saudaranya itu.
"Sayang, kamilah orang-orang yang menuntut hidup suci"
katanya kemudian "Kalau tidak. disini, selama malam yang
indah ini, dapat kita berpelesiran puaslah.......kita murid-murid
sang budha, kita sudah bersih bebas dari satu akar..........
Peng Mo heran mendengar kata-kata kakaknya yang nomor
dua itu, "Kenapa kau menyebut satu akar, kakak?" tanyanya,
"bukankah kaum agama kita mempunyai enam yang harus
semua bersih?" Yang disebut "enam akar" itu, Lion-kin, ialah mata, telinga,
hidung, mulut, tubuh dan hati (pikiran). Seorang suci harus
membersihkan harus membersihkan diri dari semua itu,
hingga dirinya menjadi kosong seluruhnya (su tay kay khong).
"Kau benar, adik ," kata Tam Mo. "Tapi dapatkah kau
bersih dari semuanya ?"
"Aku baru dapat membersihkan yang lima, kakak. tinggal
satu yang belum..... "Hu, kalian bicarakan apa saja?" Hiat Mo campur bicara.
Peng Mo tidak menjawab, hanya bertanya "Kakak, sudah
lama kau menyucikan diri, apakah kau telah bersih dari enam
akar" Baru satu bukan?"
Hiat Mo mengangguk. "Ia"sahutnya Tertarik hatinya ketiga saudara itu bicara tentang sari
agamanya, hingga mereka jadi berbicara panjang lebar,
sampai Peng Mo dapat kenyataan, kedua kakaknya itu gagah
dan galak, apa saja mereka lakukan, cuma satu hal yang tak
menarik perhatian mereka, yaitu paras elok. pantas selama
bergaul, kedua kakak itu tidak pernah membicarakan soal
tersebut dan seingatnya, ia belum pernah diganggu mereka.
kedua saudara seperguruan itu bahkan menyanyangi seperti
saudara kandung sendiri. "Kedua kakak tak dapat mempuaskan dirinya, bagaimana
aku dapat membantunya?" kemudian Peng Mo berpikir.
"Mereka harus hidup seperti orang umumnya....."
Selagi berpikir keras mendadak bajingan es ingat
seseorang. "Couw Kong Put Loo!" serunya perlahan. hanya orang itu
yang namanya diingat secara tiba-tiba.
Hiat Mo melengak. "Ada apakah adik?" tanyanya. heran.
"Apakah dia pun orang....... yang sangat kau perhatikan?"
Hampir kakak ini menyebut "kekasih" syukur dia lantas
ingat dan segera merubahnya.
Peng Mo tidak menjawab, hanya menatap kakaknya itu.
"Apakah kakak kenal dia?" tanyanya.
"Buat apa berkenalan dengannya!" sahut Hiat Mo. "dalam
hal ilmu silat, dia telah ditindih, Kip Hiat Hong Mo Touw Hwe
Cie" Si adik tersenyum. "Kakak kenal baik dia itu, rupanya kakak dan dia sahabatsahabat
kekal?" katanya. Hiat Mo menggeleng kepala.
"Tidak" sahutnya, ada apa adikku menanyakan tentang
dia?" "Bukankah itu mengenai soal kekuranganmu, kakak?" ia
berbalik bertanya. Hiat Mo heran. tapi ia menjadi girang.
"Apakah dia mempunyai surat obat yang mujizat, adikku?"
tanyanya, "Coba bilang?"
"Oh, adikku yang baik!" Tam Mo memuji.
Puas hati Peng Mo mengetahui kakaknya itu
memperhatikan kata-katanya. ia mengawasi mereka dan
tertawa, terus ia berkata:" Touw Kong Put lo memahami
bunyinya kitab So Lie Keng, rupanya dia telah berhasil baik.
dia bagaikan menyulap kekuatan pria, jika kakak berdua
mendapat bantuan pengobatan dari dia, pasti kakak pun akan
memperoleh kebaikan!"
"Dimana adanya Touw Kong Put Lo sekarang?" tanya Tam
Mo Si To kauw. "Dimana dia menyakinkan ilmunya?"
"Sejak beberapa puluh tahun, tempatnya ialah Tiang Lo
Jiang. didalam rimba pohon bambu" sahut Peng Mo, "Hanya
selama yang belakangan ini, orang bilang dia sudah muncul
pula dalam dunia kang ouw hingga orang tak tahu pasti
dimana dia tengah merantau...."
Hiat Mo m,enghela napas, nampaknya dia berduka.
"Kalau begitu, sulit buat mencari dia, adik" katanya masgul.
"Dengan mencari sembarangan saja, sadma dengan kita
merogoh rembulan didalam air."
"Jangan mudah putus asa, kakak" Tam Mo menghibur,"
Didalam segala hal biasanya terjadi sesuatu yang diluar
perkiraan! coba adik ingat-ingat pula dimana kau pernah
mendengar tentang dia"........" ia meneruskan namanya adik
seperguruannya. Peng Mo berpikir, lalu ia ingat pertemuannya dengan Touw
Kong Put Lo dalam penginapan Kui Hiang San Koan di Kang
lam. tapi ia hendak "mengekang" dua saudaranya itu, ia
berpura-pura belum mengingatnya, ia melihat sana melihat
sini, ia berjalan mondar mandir perlahan-lahan.
Hiat Mo tidak sabaran. "Sudah adik, tak usahlah kau pikirkan pula?" katanya.
"Biarlah kekuranganku itu kami derita selama hidup
kami..........." Peng Mo berhenti berjalan. dia menoleh "Kenapa, kakak?"
tanyanya. "Kenapa kakak habis sabar" baru saja aku ingat
tentang dia, sekarang tinggal soalnya, dia akan dapat di cari
tidak! inilah tergantung dengan peruntungan baik dari kakak
berdua......." "Kau bicaralah terus terang adik!" katanya Hiat Mo,
suaranya menjadi sabar pula "aku minta kau jangan bicara
setengah-setengah......."
"Demi kakak berdua, telah aku kuras otakku, kakak,
berkata adik seperguruannya yang manja itu. "Kalau nanti aku
berhasil mencari dia, buatku tidak ada untungnya. itulah buat
kebaikan kakak berdua..."
Tam Mo tertawa. "Syukur adik!" katanya "kami berterima kasih padamu!"
Peng Mo puas, alisnya terbangun.
"Nah, kakak, dengan apa kalian akan membalas budiku?"
tanyanya, "Bagaimana kalau kau mengajariku aku limu silat
Thian Lui Ciang" kau toh tak akan menyimpannya buat dirimu
sendiri. bukan?" "Thian Lui Ciang" ialh ilmu silat "Guntur tangan" atau
"tangan guntur"
"Akan aku ajari kau ilmu itu, adik!" Hiat Mo memberi
janjinya. Peng Mo tertawa. "Memang kesohor ilmu silatmu itu kakak!" katanya memuji.
"Tapi telah aku mempunyai satu ilmu silat tangan kosong
lainnya. bukankah kaum persilatan paling pantang kemaruk"
mana dapat aku mempelajarinya pula" kakak, terimah kasih
untuk kebaikanmu itu......."
***** Sementara itu It Hiong dan Kiauw In beramai telah dapat
berkumpul bersama-sama. banyak soal yang mereka
bicarakan terutama ialah urusan pertemuan besar digunung in
Busan nanti, guna menghadapi Pihak Thian Liong pang.
Sang waktu berjalan terus dan saatnya pertempuran terus
mendatangi semakin dekat, karena itu, Perlu It Hiong
membuat persiapan, biar bagaiman, Thian Liong Pang tidak
dapat dipandang ringan. bukankah katanya Tong Thian Tok
Liong Sian Hiauw telah mengundang, mau meminta bantuan
gurunya dan lainnya. yang semuanya ada orang-orang lihai
maka itu harus ia teliti. Oleh karena nya, ia pasti perlu
mendapat bantuan, Demikianlah, serbua perundingan permintaan bantuan akan
diminta dari pihak pejuang dan utusan segera ditetapkan,
keputusan yang akhir ialah Cukat Tan bersama Tan Hiong
yang diminta harus pergi terlebih dahulu ke In Bu San guna
menentukan siapa-apa guna membantu menyambut, orang
rimba persilatan golongan sadar dan lurus yang diundang itu.
Semua orang sangat menyetujui pikiran It Hiong itu, maka
lantas juga mereka mau berkemas-kemas, agar mereka semua
dapat berangkat ketempat itu , si nona berbaju hijau tiba-tiba
saja dia mengeluarkan air mata deras dan menangis
sesunggukan terus dia menghampiri It Hiong. untuk memberi
hormat sambil berlutut dan mengangguk-angguk.
"Tuan Tio," kata dia selagi menangis sangat sedih itu.
"Budimu yang beasr, entah kapan dapat aku
membalasnya.........dan perpisahan kita ini, sampai kapan kita
bakal dapat bertemu pula....."
Mendengar suara nona itu, semua orang menjadi terharu,
hingga air muka mereka menjadi suaram.
"Ah, adik!" berkata It Hiong jangan memperlihatkan sikap
tegang, walaupun hatinya terharu bukan main, "Apakah begini
cara lakunya seorang nona kaum kang Ouw" bukankah
manusia itu, dia berpisah atau berkumpul, semua itu telah
ditakdirkan" kenapa kau begitu bersedih dengan perpisahan
kita ini" kita menjelajah sungai telaga. dunia yang luas
menjadi sempit mirip satu kaki, oleh karena itu, hari-hari
pertemuan kita yang mendatang masih banyak sekali! adik,
kau pulanglah dengan hati tenang!"
Nona itu menghapus air matanya.
"Aku berjanji"katanya, "setelah pulang ini, akan aku belajar
dengan sungguh sungguh, agar kemudian hari dapat aku
membasmi semua orang jahat kaum sesat, guna sekalian
membalas dendamku!" It Hiong tertawa. "Kau benar adik!"katanya. "Baiklah-baiklah saja kau
menjaga dirimu" "Adik" Teng Hiang campur bicara, "bagaimana kalau kau
meninggalkan she dan namamu" di belakang hari. apabila ada
jodoh kita bertemu pula, dapat aku mengenal dan dapat
memanggilmu..."

Iblis Sungai Telaga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendengar kata-katanya Teng Hiang itu, semua orang tak
terkecuali It Hiong bagaikan baru mendusin dari tidurnya! ia,
sudah lama berkumpul tetapi tak ada satu yang ingat akan
menanyakan nama orang, sebegitu jauh nona itu cuma
dikenal dan dipanggil sebagai si nona berbaju hijau.
Si nona berbaju hijau agak bersangsi, tetapi kemudian ia
toh menjawab:"Aku she Tio nama Toan, biasa dipanggil Toan
jie, anak Toan, aku asal Kwan tiong. kakekku menyingkir dari
musuhnya maka itu kami merantau dan tinggal di Kwan gwa.
hidup kami berkelana. ayah pernah berkata aku bahwa satu
waktu kami akan pulang kekampung halam kami......."
"Oh kiranya adik Toan jie" berkata Teng Hiang,
tertawa."Sungguh satu nama yang bagus!"
"Kau ingin melanjuti pelajran silatmu, adik. itulah bagus
seali!" Kiauw In turut berkata. "Ilmu silat memang sangat
baik, baik guna kesabaran maupun guna pembalasan sakit
hati, terutama buat menegakkan keadilan! buat sekarang ini.
adik. selama dalam perjalanan pulang, baik-baiklah kau
terlebih dahulu mempelajari ilmu istimewa Hoan Kuk Bie Cin
dari adik Ya Bie. itulah suatu kepandaian sangat berharga
terutama bagi kaum wanita, guna dia membela dirinya"
Si nona berbaju hiaju mengangguk, ia mengucap terima
kasih. Sementara itu hatinya It Hiong lega buka main. inilah
disebabkan ia ketahui si nona berbaju hijau ada orang dari
satu she dengannya, syukurlah, selama bergaul erat dengan
nona itu, ia berlaku jujur dan hormat terhdap nona itu!
bagaimana celakanya andiakata ia tersesat! untuk sejenak ia
mengeluarkan peluh dingin, hatinya berdebar-debar.
"Syukur..."pujinya dalam hati.
Kemudian tibalah saatnya Toan jie diantar pergi keluar dari
dusun Kho Tiam cu disitu, ditengah jalan kedua bela pihak
lantas berpisahan. Toan jie memberi hormat. ia mengucap
terima kasih terus ia memohon diri. tentu sekali ia berangkat
dengan hati berat.... Disitu bukan cuma Toan jie yang memisahkan diri, juga
lain-lain. satu pada lain, karena masing-masing mempunyai
tugasnya sendiri-sendiri.
Lebih dahulu, kita mengikuti It Hiong. pemuda ini
berkeinginan sangat lekas-lekas mendapat pulang pedangnya
yang hilang, pedang mustika Keng Hom Kiam, maka juga ia
membuat perjalanan dengan cepat.
Pada suatu hari sampailah anak muda itu kita dikaki
gunung Bu Ie San. ia mengangkat kepalanya mengawasi
gunung itu, bagian atas dan sekitarnya. otaknya pun
berbareng bekerja. ia memikirkan dimana adanya kali Kiu Kiok
ceng koan. Selagi It Hiong mencari tempat tujuannya itu, baiklah kita
belajar kenal lebih dahulu dengan orang-orang atau anggota
keluarga Tong Hong Se kee, ialah keluarga Tong Hong.
Tiada orang ketahui asal usulnya keluarga Tong Hong itu
akan tetapi di Bu Ie San mereka sudah tinggal kira-kira empat
puluh tahun. dan mereka telah terdiiri dari tiga turunan, kakek
sampai pada cucunya. Tong-hong Tan, sang kakek, ketika dimasa mudahnya,
tatkala diadakan rapat Bu Lim yang kelima, telah berhasil
menundukkan semua lawannya, hingga ilmu pedangnya jadi
kesohor, tapi disaat sedang terkenal itu, entah apa sebabnya ,
tahu-tahu ia mengundurkan diri dengan mengajak istri dan
anaknya laki-laki tinggal berdiam di Kiu Kiok Ceng Kee yang
sunyi. ia membangun gubuk buat hidup dalam ketenangan.
kemudian ternyata, ia tak dapat berumur panjang.
Selang satu tahun habis hidup menyendiri, pada suatu
malam Tong Hong Tan kedapatan telah menutup mata,
Nyonya Tong Hong menjadi heran, dia pun memanggil
putrinya seorang guru silat dan dia pandai ilmu pedang, maka
dia periksa mayat suaminya itu, juga semua barang didalam
kamarnya, Tak ada sesuatu yang mencurigakan kecuali sehelai kertas
yang ada tulisannya empat buah huruf, sebenarnya itulah
bukan kertas hanya sehelai sulaman sutera dengan sulaman
huruf-hurufnya yang berbunyi "Giok Leuw Kio Ciauw" artinya
"panggilan kilat dari neraka" sulaman itu berkilauan mirip api
kunang-kunang. Nyonya itu bingung dan berduka, juga anak
dan menantunya, tak berdaya mereka mencari keterangan,
mereka cuma mengira pasti kematian itu disebabkan musuh,
yang belum diketahui siapa adanya....
Dengan lewatnya sang waktu, akhirnya keluarga Tong
Hong tinggal terdiri dari seorang nenek dengan seorang
cucunya, sebab anak dan menantunya yang pergi mencari
musuh, pergi dan tak kembali selama belasan tahun, hingga
tak diketahui mereka telah menutup mata atau bagaimana.
Sebagai pembantu rumah tangga sinenek memelihara
pelayan. Sebagai nenek Tong Hong sudah berusia diatas enam
puluh tahun, rambutnya sudah putih semua. maka orang
memangilnya Tong-hong Po--Nyonya Tonghong. nyonyanya
ialah Tonghong Liang. Kecuali dua tiga orang kang-ouw yang menjadi kenalannya,
sangat jarang Tonghong Po menerima tamu kunjungan, lamalama
hanya beberpa lewat dua bulan yang lampau, ia
kedatangan seorang sahabatnya dengan siapa sudah banyak
tahun ia tak pernah bertemu muka. dialah Couw Kong Put Lo,
yang ada bersama seorang nona yang masih muda sekali.
Nona itu cantik. pakaiannya yang singsat memperlihatkan
tubuhnya yang langsing, dipunggungnya dia menggendong
sebatang pedang, nampaknya dia mirip seorang nyonya
muda, apa yang luar biasa ialah dia mempunyai mata bersinar
ketolol-tololan hingga mudah untuk diterka yang urat
syarafnya tak tak sehat wajar, rupanya dia telah terkena
pengaruh semacam obat bius.
Habis dia minum teh, yang disuguhkan nyonya rumah,
Couw Kong Put Lo memberitahukan halnya nona itu adalah
muridnya yang baru dan telah mempunyai bakat silat baik. ia
berkata ia datang buat minta si nyonya rumah mengajari nona
itu ilmu pedang keluarga Tonghong, ilmu pedang "Koay Kiam"
atau pedang kilat, yang sangat kesohor, dalam dunia rimba
persilatan. bahkan si tamu mengatakan lebih cepat nona itu
belajar pedang hingga sempurna terlebih baik pula!
Habis berkata, Couw Kong Put Lo menyerahkan dua peles
berisi obat pada Tonghong Po. obat yang satunya buat
membebaskan nona itu dari gangguan ingatannya, dan obat
yang lainnya. namanya "Sek Sim Tan" guna membikin dia lupa
pada she dan namanya serta asal usulnya.
Tonghong menerima dua peles obat itu, dia tertawa dan
berkata: "Aku si tua lagi menganggur, tugas yang kau berikan
ini dapat aku guna mengisi waktu menganggurku itu, tetapi
sekarang kau harus beritahukan aku perguruan atau asal
usulnya si nona , juga she dan namanya, supaya kelak di
belakang tak nanti muncul soal yang menertawakan....
Couw Kong Put Lo berpikir sekian lama, barulah dia
menjawab:"Muridku ini berasal dari pulau To Liong To,
namanya Siauw Wan Goat, dia sendiri yang datang padaku
buat minta diajari silat, jadi bukanlah aku yang memaksanya
menjadi muridku" Sinyonya mengawsi sahabatnya, dia tertawa dingin.
"Dihadapan sahabat karib, buat apakah kau mendusta?"
Katanya "Kalau dia benar datang atas kehendak sendiri,
mengapa kau mengekang syarafnya dengan obat?"
Si tamu tua jengah, tapi ia menjawab:"Baik, kau katalah
aku telah mendusta! hanya sekarang aku minta, nyonya tua,
tolong lah aku memeriksa dia, buat mengajarinya ilmu pedang
yang kesohor itu dari keluargamu itu"
"Jika demikian maksudmu, kau sebenarnya tidak boleh
bekerja kepalang tanggung." kata si nyonya Tonghong
kemudian. "Sudah ingatannya dikekang, baik juga sekalian
saja tampang wajahnyapun dirubah, supaya dia tak lagi
berupa seperti diri asalnya!...."
Couw Kong Put Lo girang ia memuji sambil bertepuk
tangan. "Bagus-bagus" demikian serunya.
Demikian karena mampunya Couw Kong Put Loo itu, Siauw
Wan Goat menjadi berada dirumah Tong Hong Sie Kee dimana
dia belajar silat, dia telah dikasih makan obat hingga dia lupa
diri asalnya, dan wajahnya pun menjadi lain daripada wajah
semula, dia tidak ingat lagi nama Siauw Wan Goat!
selanjutnya dia cuma tahu dirinya ialah Tong Hong Kiauw
Couw, hingga dia menjadi seperti juga "Tong Hong Kiauw
Couw" cucu perempuan dari sinyonya hidup pula,
Belajar ilmu pedang tidak mudah, waktu yang diperlukan
pun bertahun-tahun. akan tetapi Tonghong Po pintar dan
cerdik, dia mendapat akal. dia memakai jalan singkat.
"Dia harus mengangkat nama Tonghong Sie Kee!" demikian
pikir sinyonya tua dan dengan demikian dia mengambil
keputusannya. Jalan singkat itu termasuk jalan sesat. untuk itu, si nyonya
mencoba obatnya Couw Kong Put Lo, sebab sekalian ia mau
membuktikan, obat itu benar mujizat atau tidak, kalau obat itu
dimakan satu satu butir, maka dalam waktu satu bulan
dengan latihan tidakk lengahnya, tenaga dalam si nona bakal
seperti latihan dari sepuluh tahun.!
Latihan itu perlu dibarengii latihan semedhi, supaya pikiran
tidak tergoda urusan lainnya, jika tidak si nona bakal terseret
dan gagal, tubuhnya bakal rusak dan binasa.
Dengan memakan dua rupa obat itu, Siauw Wan Goat tidak
lagi nampak tolol, hanya sekarang ia lupa asal-usul dirinya, tak
ingat ia pada namanya dan padanya cuma ia tahu adalah
Tonghong Kiauw Couw dan menjadi cucu si nenek Tonghong.
Hanya satu hal yang tak dapat dilupakan oleh obat Sek
Sian Wan dari Couw Kong Put Lo. itulah nama atau wajah Tio
It Hiong, meski sebenarnya It Hiong palsu, ialah Gak Hong
Kun, samar-samar otaknya masih seperti terbelenggu......
Rupanya ikatan sang asmara sangat kuat. Maksudnya Tong
Hong po tercapai. didalam waktu dua bulan, Tong Hong Kiauw
Couw telah berhasil mempelajari Koay Kiam, ilmu pedang kilat
itu. dia bahkan memilkiki hasil latihan seperti dua puluh tahun,
lamanya. maka juga dia jadi gesit, lincah dan lihai.
Bukan main girangnya Tonghong Po hingga ia menyayangi
Siauw Wan Goat seperti cucunya sendiri, hingga ia lantas
menyuruh cicitnya itu pergi merantau. katanya buat
mengangkat naik pula nama baru dari Tonghong Sie Kee.
Tonghong Kiauw Couw menerima tugas itu hanya diamdiam
mau sekalian mencari Tio It Hiong!
Disaat Kiauw Couw mau berangkat maka Tonghong Liang
sang adik ingin turut serta bersama. anak ini meminta dengan
memaksa hingga akhirnya ia mendapat perkenan dari
neneknya itu, yang cuma memesan "berhati-hatilah kau!"
sinenek masih bersemangat dan tak menghawatirkan apa-apa
mengenai cucunya itu. Demikian Tonghong Kiauw Couw dan Tonghong Lian
meninggalkan Kiu Kiok Ceng Kee, tempat halamannya, untuk
melakukan pengembaraanya, selama mana senantiasa si nona
mencari tahu tentang Tio It Hiong, hingga akhirnya ia berhasil,
bahkan paling belakang ia mendengar halnya si anak muda
berada di Kho-tiam Cu justru malam itu ia mau cari It Hiong,
ia bertemu dengan Couw Kong Put Lo dan si orang tua terus
mengajari ia bagaimana harus berbuat, guna memancing anak
muda itu supaya datang ke Kiu Kiok Ceng Kee! malah orang
tua itu memberikan bubuk serta sulaman empat huruf "Giok
Lauw Kip Ciauw" itu.
Demikian terjadi It Hiong kehilangan pedangnya dan di
anjurkan datang ke Kiu Kiok Ceng Kee guna mendapatkan
pulang pedangnya itu. Selama ia masih ada lain
pengalamannya kiuw couw, seperti halnya dia bertemu Gak
Hong Kun si Tio It Hong palsu.
Terjadilah malam itu Gak Hong Kun menyusul Kiauw Couw,
maksudnya ada dua mendapatkan pedang Keng Hom Kiam
serta juga tubuhnya si nona, guna ia milikinya!.
Ada sedikit kecurigaan Kiauw Couw terhadap Hong Kun,
kendati begitu, ia toh terus memancing anak muda itu
sehingga Hong Kun terus mengintilnya, sedangkan It Hiong,
diapun telah tiba dikaki Bu Ie San seperti yang dituturkan
dibagian atas ini. Sesudah berdiam dikaki gunung sekian lama. It Hiong
segera mendakinya. ia menggunakan ilmu ringan tubuh
Tangga Megah. Bu Ie San banyak puncaknya yang kecil. banyak rimbanya,
juga kali dan lembah. It Hiong harus melintasi semua itu, ia
hanya nampak kesulitan sebab majunya tanpa sasaran yang
tentu, ke arah mana ia mesti menuju" ia cuma menerka-nerka
maka sedapat-dapatnya ia mencari tempat dimana ada kali
atau selokan, sebab "kee" dari Kiu Kiok Ceng Kee berarti "kali"
dengan demikian, disamping telah menyaksikan perbagai
pemandangan alam yang indah, sering ia mendengar air
tumpah. Selain itu, tak pernah anakmuda kita menemui orang.
gubuk pun tidak, sudah setengah hari ia menjelajah, sampai
akhirnya di satu tempat sayup-sayup ia mendengar orang
berbicara,suara mana dibawa sang angin, segera ia
memasang telinga dan membuka matanya lebar-lebar.
"Mungkin mereka tukang cari kayu!" Pikir It Hiong, girang
lantas ia lari mendekati, ke arah suara itu datang, selagi
mendekati ia melihat dua sosok tubuh orang, yang lagi duduk
berandeng diatas sebuah batu besar di hulu kali, selagi
mendatangi semakin dekat, tampaklah sepasang pria dan
wanita. Hari sudah lohor, matahari bersinar layung, magrib akan
segera tiba, puncak gunung berbayang di muka air, begitupun
tubuhnya sepasang pria dan wanita itu.
Datang semakin dekat It Hiong merasa pasti orang
bukannya tukang kayu. pada punggungnya mereka itu
masing-masing pun terdapat pedang. maka ia mau menerka,
jangan-jangan itulah pencuri pedangnya, selagi berpikir
begitu, ia tetap melangkah terus, hingga di lain saat ia sudah
berada di dekat dengan mereka itu, hanya berjarak tiga
tomabak. "Sahabat" ia lantas menyapa, untuk mana ia menahan
sabar seberapa bisa, "Sahabat, aku menumpang bertanya
dimanakah letaknya kali Kiu Kiok Ceng Kee" dapatkah kau
menunjukkan padaku?"


Iblis Sungai Telaga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kedua orang pria dan wanita itu agak melengak sebab
keduanya lantas mengangkat mukanya dan mengawasi hingga
mereka seperti lupa menjawab.
It Hiong menanya pula, tetap ia dapat mengusai dirinya,
akan tetapi kali ini suaranya menjadi terlebih keras, katanya
:"Sahabat, adakah kau berlagak pilon" akulah Tio It Hiong dan
aku datang kemari untuk memenuhi janji undangan!"
Mendengar nama Tio It Hiong itu kedua orang pria dan
wanita itu terkejut hingga mereka bagikan sadar dari
mimpinya yang nyenyak. "Ya, ya" kata si wanita, yang mirip orang terlepasan bicara.
Yang pria mengawasi terus, kali ini mukanya menunjukkan
rasa heran berbareng girang, lantas ia bangkit berdiri, untuk
memberi hormat, serunya balik bertanya :"Tuan, benarkah
kau It Hiong adanya?"
It Hiong membalas dengna suara keren :"Apakah kau
khawatir aku memalsukannya?"
Sebelum si pria menjawab, wanita mendahului :"Tio It
Hiong yang palsu, telah nonamu melihatnya bahwa kau dan
dia itu bukanlah satu orang, itulah sukar untuk dibilang pasti!"
It Hiong bagaikan habis sabar.
"Baiklah kita tangguhkan soal Tio It Hiong tulen dan Tio It
Hionga palsu!" katanya, kaku, "Sekarang aku tanya kalian
berdua, tuan dan nona, benar atau bukan kalian penduduk Kiu
Kiok Ceng Kee ?" Si nona tertawa manis. dia tidak menjawab hanya bertanya
:"Baiklah kau sebutkan dahulu she dan namamu yang
sebenar-benarnya begitupun gelaranmu! setelah itu barulah
kau menanyakan tentang diri orang lain! dapat, bukan?"
It Hiong menjadi tidak senang, tapi ia toh menjawab :
"Barusan telah aku memberitakukan bahwa akulah Tio It
Hiong yang tulen, akulah Tio It Hiong murid dari Pay In Nia!"
Wanita itu menatap tajam. ketika ia berkata pula, suaranya
lunak : "Karena ada satu urusan maka kami menanya pelit
tentang she dan namamu. ini toh urusan kecil, bukan" kenapa
kau nampaknya gusar" apakah demikian prilakunya seorang
kang ouw ternama?" Mendapat pertanyaan itu, It Hiong merasa tidak tentram
hati, sendirinya lantas kemarahannya mereda, lantas ia
berkata:"Nona, telah aku beritahukan namaku yang sejati
serta asal perguruanku, maka itu sudah selekasnya kalau
sekarang nona menjawab pertanyaannku barusan!"
Nona itu mengangguk, "Kau benar!" bilanglah. lantas ia menoleh kepada pria
disisinya, akan mengedipi mata sambil membuat main
bibirnnya. Si pria segera bertindak mendekati It Hiog. kembali ia
memberi hormat. "Sahabat she Tio" katanya, "Ada satu urusan dalam hal
mana kami mengharapkan bantuanmu untuk
menyempurnakannya........"
It Hiong heran hingga ia melengak.
"Tuan, apakah she dan nama besarmu?" ia bertanya.
"Aku In Go!" si nona mendahului memberikan jawabannya.
"Akulah muridnya Gwa Toa Sin Mo dari lembah Houw Touw
digunung Tiam Cong San" ia menunjuk si pria dan
menambahkan "dan dialah Bu Pa, kakak seperguruanku!"
It Hiong pernah medengar nama gwa To sin mo hanya
dengan orangnya belum pernah ia bertemu, demikian muda
mudi di depannya ini, mereka itu asing baginya. satu hal yang
menarik perhatiannya ialah, persoalan apakah dari mereka ini"
bukankah mereka datang jauh dari Tiam Cing San" mau apa
mereka mendatangi gunung Bu Ie San ini" Aneh, bukan"
"Saudara Bu Pa" kemudian ia bertanya. "Buat urusan
apakah saudara mencariku" nampaknya kalian mempunyai
urusan yang sangat penting......dapatkah saudara memberi
penjelasan kepadaku?"
Si nona mengawasi, agaknya dia tidak sabaran, lantas dia
membanting kaki. "Kakak, kau bicaralah" desaknya "kakak" itu ialah suheng,
kakak seperguruan. Bu Pa menggusai dirinya, supaya ia tidak jengah, tapi
ketika ia toh bicara, suaranya perlahan sekali, kartanya.
:"Kami mencari kau, sahabat she Tio, yaitu untuk memohon
kau membantu menyempurnakan perangkapan jodoh kami
berdua...." It Hiong heran hingga dia bagaikan ditutupi halimun, suara
orang pun tidak lancar, ia heran bukan main. lantas ia
mendapatkan dugaan yang tidak-tidak, ia pikir: "Ah, ini juga
soal yang sulit,....Mungkinkah nona kaum sesat ini mencintai
aku"....", ia menerka demikian karena ia segera ingat lakonnya
Tan Hong dari pulau Ikan lodan hitam, Siauw Wan Goat dari
pulau naga melengkung, Ya Bie dari Ciang Lo Ciang. dan juga
terakhir. Tio Toan Cie si nona berbaju hjau dari gunung Hek
Sek San...."Ah!..."ia menghela napas masgul. maka ia ingat
kata-kata gurunya bahwa ia bakal terlibat soal asmara.
Hanya kali ini ia terkaannya keliru jauh sekali.
Sama sekali In Go tidak mencintai Tio It Hiong. dia hanya
menyukai kakak seperguruannya dan mereka berdua seluruh
seperguruannya sudah bersepakatan merangkap ikatan jodoh
mereka. hanya dalam hal itu, si nona mengajukkan suatu
syarat istimewa. syarat mana itu ialah:"Bu Pa harus
bertanding melawan It Hiong!
It Hiong tengah mencari orang, ia ingin mendapat pulang
pedangnya karena nya tak suka ia bercengkrama dengan
muda mudi itu, lantas ia memberi hormat pada Bu Pa dan
berkata "Saudara Bu Pa, kau telah keliru mencari orang!
memang aku bernama It Hiong tetapi aku bukanlah orang
jahat yang kalian cari. silakan kau cari Tio It Hiong dia itu
sejati, agar kalian dapat mencari dia maka persoalan dari
merangkapkan sempurna jodoh kalian ! nah, ijinkanlah lah aku
pergi!" Dengan kata-katanya itu, tanpa terasa It Hiong
mengatakan dialah It Hiong palsu, habis itu, ia lantas memutar
tubuh dan bertindak pergi!
"Sahabat, tahan" Bu Pa berseru, memanggil. "Sahabat
dengar dahulu aku" Begitu berkata, begitu si pria lompat menyusul. hanya
sebentar, ia sudah berada di depannya si anak muda kita, In
Go si wanitanya menyusul bersama.
"Sahabat she Tio, dengar dulu penjelasan kami," berkata si
nona itu. "Dapat bukan" kita toh baru saja bertemu dan
berkenalan! kenapakah tuan begini tergesa-gesa?"
It Hiong tidak puas, ia masih menyangka orang tergila-gila
padanya, walaupun demikian, ia masih juga memberi muka
pada muda mudi iotu, maka ia berhenti berjalan, ia
mengekang rasa jemunya. "Silakan bicara nona" katanya.
Matanya si nona bersinar, lantas ia tertawa perlahan pada
anak muda kita, "Barusan kakak Bu Pa bicara kurang jelas" katanya. "Kau
agaknya tak puas. sahabat she Tio! benarkah?"
"Seorang wanita kang ouw, dia dapat bebas bicara!" kata It
Hiong, "Maka itu, nona aku minta kau jangan bicara secara tak
langsung itu hanya membuang waktu!"
Si nona menoleh pada Bu Pa.
"Kakak kau bicaralah sekali lagi" kata dia pada kakak
seperguruannya itu. "Kau bicara terus terang, jangan seperti
lagak nenek-nenek! nanti aku tak mau mengerti!"
Bu Pa menggaruk-garuk kepala, sepasang matanya
memainkan, nampaknya dia ragu.
"Sahabat she Tio" katanya akhirnya: "Aku bersama adik
seperguruanku, kami telah berjanji akan mengikat jodoh.
untuk menikah nanti...." Sampai disitu, pria itu berhenti,
Mendengar demikian, sekarang mengertilah It Hiong,
bukannya In Go hendak merecokinya ia tetapi sebenarnya
mereka telah bertunangan, hanya tingagal soal syarat saja.
maka legalah hatinya. "Kalian telah mengikat janji" katanya "Habis, apakah kalian
kehendaki lagi" coba kalian bicara biar jelas!"
"Ya, kaka bicaralah" In Go mendesak , dia membanting
kakinya. "Kenapa kakak pemaluan melebihkan orang
perempuan?" Bu Pa terkejut, diapun malu, dia dikatakan melebihi wanita!
dia juga berkhawatir si nona mundur teratur....
"Begini tuan!" akhirnya ia berkata pada It Hong, suaranya
terang dan tegas "Kami sudah mengikat janji buat menikah,
tetapi dengan satu syarat, dan syarat itu ialah aku mesti
menempur dahulu pada Tio It Hiong, yaitu kau sendiri, tuan. "
seperti telah aku sebutkan tadi. beginilah janji kami. kalau kau
suka mengalah barang satu jurus atau dua jurus, sahabat,
maka dapatlah kami menikah!"
It Hiong mengawsi muda mudi itu. ia heran dan juga
merasa lucu, itulah syarat aneh. sudah suka sama suka, sudah
setuju, habis buat apa syarat itu," kenapa harus bertempur
dahulu" dan, kenapa justru ialah yang dicari buat diajak
bertempur" mana ada tempo ia melayani" ia sendiri
mempunyai urusan yang sangat penting! pedangnya harus
didapat kembali. agar nanti ia dapat menghadiri rapat umum
Bu Lim Cit Cun. "Oh, kiranya demikian!" katanya kemudian sambil tertawa.
"Inilah janji pernikahan yang luar biasa istimewa! bagaimana
kalian dapat memikir untuk kalian menguji aku" saudarasaudara,
aku memberi selamat kepada kalian! semoga kalian
hidup rukun dan berbahagia! nah, maafkan aku!"
Begitu ucapan itu ditutup, begitu tubuhnya anak muda kita
menjelat sejauh satu tombak lebih, untuk terus berlari,
hingga didalam sekejap, ia sudah pergi belasan tombak!
Bu Pa dan In Go terperanjat akan tetapi mereka pun segera
berlari menyusul! keduanya memanggil manggil meminta si
anak muda berhenti berlari...
Tiga orang itu terus berlari-lari disepanjang tepi kali, cepat
larinya mereka, lantas juga mereka tiba disebuah tikungan.
diatas itu ada sebuah batu karang tinggi dan bayangannya itu
berpeta di jalanan, melihat itu, It Hiong memikir guna
menyembunyikan diri dibalik bebatuan itu, akan tetapi ia
mendapat kenyataan, ditengah jalan dimana terdapat
bayangan batu itu justru ada seorang lagi berdiri diam.
Ketika itu, rembulan baru saja muncul dan cahayanya
terang cemerlang, hingga orang itu nyata berpeta sebagai
bayangan hitam juga. It Hiong terkejut lantaran ia sedang
berlari keras, dikanan itu ada dinding batu gunung, dan kirinya
tepian kali, celaka kalau ia kena tubruk orang itu, sedangkan
jalanan disitu tidak cukupo buat dua orang jalan
berendeng....syukur ia telah dapat melihat orang dari sedikit
jauh, maka sempat ia melompat tinggi untuk melewatinya,
waktu ia tiba di depan orang itu sekali, mendadak telah terjadi
hal yang membuatnya terperanjat dan heran. orang itu
mendadak menghunus pedang dan dengan mengangkat
pedangnya itu dia menghadang!
Dalam keadan berbahaya itu, It Hiong dapat berlaku tabah
dan gesit, dengan satu loncatan Tangga Mega, ia melompat
terus melewatinya, sejauh dua tombak, baru ia turun, akan
menjejaki kaki ditanah, justru itu ia mendengar berisiknya
suara senjata-senjata beradu, maka ia lantas memasang mata
hingga ia menyaksikan bayangan-bayangan orang lagi
bertempur. It Hiong mendapatkan, itulah ujung tikungan,
disitu terlihat sebuah tempat terbuka. mungkin itulah belakang
bukit, itulah sebuah tanah yang penuh rumput dan pohon!
bunga hutan serta pohon-pohon kayu kecil, dari situlah
datangnya suara beradu itu, disitu pula ia menyaksikan
pedang-pedang berkelebatan berkilauan diantara terangnya si
putri malam. Maka terlihat jelas, yang bertempur itu adalah dua orang,
dan yang satu besar, yang lain kecil, keduanya bergerak
dengan sangat gesit, orang yang besar itu memang unggul
dalam ilmu kegesitan, sebaliknya orang yang kecil itu pesat
sekali gerakan pedangnya, maka juga, mereka berdua jadi
imbang. Diam-diam It Hiong memuji kedua orang itu, ia berdiri diam
menonton hingga ia lupa pada orang yang menghadang dan
yang menyusulnya! mereka itu tiba dengan cepat, In Go dan
Bu Pa seperti di belakangnya oleh seorang pria tua, yang
berdandan sebagai pelajar, yang mukanya sudah keriputan.
Pertempuran sangat menarik hati hingga It Hiong
menontonnya dengan asyik, tak dapat ia melihat jelas
wajahnya kedua orang itu, tetapi dari cara gerak -geriknya
mereka itu, ia menerka pada ilmu pedang Heng San Pay,
entahlah ilmu pedang orang yang kecil itu, yang sukar buat
lantas dikenali, ini pula yang menambah keasyikannya sebab
sebagai ahli ilmu pedang ia toh tak mudah mengenali ilmu
pedang orang... Kiranya itulah ilmu pedang Koay Kiam, atau pedang kilat,
dari Tonghong Sie Kee--keluarga Tonghong, sebab yang lagi
bertempur itu, yang satu adalah Gak Hong Kun yaitu It Hiong
palsu, dan yang lainnya adalah TonghongLling, adiknya
Tonghong Kiauw Couw. Malam itu ditanah datar gunung Hek Sek San, Tonghong
Kiauw Couw mendapat tau Gak Hong Kun menyusulnya,
ketika itu, si nona mengira Hong Kun adalah It Hiong, didalam
benaknya otaknya, masih berbayang tampang atau tubuhnya
Gak Hong Kun---yang ia sangka It Hiong adanya, bukankah
didalam penginapan Lap Kee, mereka berdua telah bermain
asmara-asmara" hanya itu ketika itu Kiauw Couw masih
merupakan Siauw Wan Goat, dan Siauw Wan Goat kemudian
menyesal, waktu ia mengetahui ia telah keliru, menyangka
Hong Kun sebagai It Hiong, hingga ia menjadi menyesal
berbareng penasaran, hanya peristiwa itu sukar ia lupakan,
hingga sekarang sebagai Kiauw Couw masih ada sisa
bayangan dalam ingatannya.
Nona Tonghong tahu, orang yang menyusulnya mungkin
bukannya Tio It Hiong tetapi karena pengaruh sisa ingatannya
itu, yang masih berbekas, ia mau memancingorang ke Bu Ie
San, guna nanti mencoba mendapatkan bukti kenyataan bagi
keragu-raguannya itu. Demikianlah Tonghong Ling, si adik, dititahkan memancing
anak muda itu, agar orang tak kehilangan menguntitnya, dua
hari satu malam mereka telah lewati didalam perjalanan,
sampai mereka tiba ditempat terbuka itu, dan It Hong tiba
belakangan, hingga kesudahannya anak muda itu dapat


Iblis Sungai Telaga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyaksikan Tonghong Ling tengah melayani Hong Kun,
bedanya merekka tiba cuma kira dua jam.
Mulanya pertempuran diantara Tonghong Ling dan Gak
Hong Kun ialah, selagi Hong Kun masih mengejar, Kiauw
Couw berkata pada adiknya:"Adik, pergi kau turun tangan
lebih dahulu, akan menguji ilmu silatnya orang muda itu!"
Tonghong Ling girang menerima titah sang kakak, dia
memang paling gemar berkelahi. lantas dia berlari memapaki
Hong Kun, bahkan segera dia menegur dengan kaku "Eh,
sahabat, mau apa kau selalu mengikuti kami" apa bukannya
mau mengambil pedang tuan kecilmu ini?"
Selama dikaki gunung Hek Sek San, pernah Hong Kun
bertempur dengan bocah itu, ia ketahui baik kepandaiannya
orang, tetapi walaupun demikian, ia tidak memandang mata .
ia percaya seorang bocah tak akan lihainya luar biasa dan tak
dapat bertahan lama melawannya. maka itu, ia tidak
menggubris teguran oarang, ia lari terus ke arah nona
Tonghong!. Tonghong Ling menjadi tidak puas, segera dia
menghadang. "Tahan" teriaknya keren.
Bahwa sekarang Hong Kun mengawasi bocah itu.
"Kakakmu lagi menunggui aku?" katanya sengaja "Masih
kau tidak suka memberi jalan padaku! awas kalau nanti kau
pulang, kau bakal mendapat hajaran!"
Berkata begitu, si anak muda ini mengegos tubuh akan lari
melewati penghadangnya itu.
Tong Hong Ling mendongkol, ia melompat maju sambniil
terus menyerang punggung orang!
Hong Kun mengawasi Kiauw Couw, nampak mata airnya
telah meleler keluar, maka itu hampir punggungnya tertikam
pedang, disaat terakhir, dapat ia berkelit menyelamatkan diri,
hal ini membuatanya gusar, maka ia lantas menghunus
pedang mustikanya dan menebas sambil ia berseru: "Kau
sambutlah pedangku!....."
Hanya belum berhenti seruannya, tebasannya sudah
mengenai sasaran kosong, hingga ia menjadi heran! menurut
ia, mestinya berhasil....
Tonghong Ling berdiri di depan lawan, dia tertawa.
"Serangan pedangmu barusan terlalu lambat!" kata si
bocah, "lebih lambat daripada sang keong merayap naik
pohon! buat apa kau heran?"
Hong Kun mendongkol dan gusar sekali, "Kau terlalu,
saudara kecil" tegurnya, "Aku telah mengatakan, siapa tahu
kau jadi begini kurang ajar! awas, jangan kau nanti
mengatakan aku kejam!"
Tonghong Liang mengangkat mukanya.
"Tunggu dulu" kata dia kemudian, "Kiu Kiok Ceng Kee
digunung Ie Bu San ini menjadi kampung halamanku, maka
itu berada disini, kau mesti menyebutkan dahulu she dan
namamu serta apa perlunya kau datang kesini! itu barulah
pantas!" Mendengar demikian, Hong Kun suka melayani.
"Aku yang rendah adalah Tio It Hiong." demikian jawabnya,
"aku datang kesini tanpa maksud sesuatu kecuali...karena aku
sangat mengagumi ilmu silat lihai dari nona!...." dia menunjuk
ke arah Kiauw Couw, yang lagi berdiri menonton. sebab si
nona mau mengetahui kesudahan ujian adiknya itu.
Sebenarnya Hong Kun mau mengatakan si nona cantik luar
biasa tetapi disaat terakhir ia merubah itu menjadi ilmu silat.
Sampai disitu barulah Kiauw Couw berbicara. "Tuan Tio"
sapanya, "Benar apa tidak yang kau kemari guna meminta
pulang pedangmu?" Sebenarnya Hong Kun tidak tahu menahu urusan pedang
itu tetapi karena ia mengaku diri sebagai It Hiong, lantas saja
ia menjawab: "benar! benaar!"
Kiauw Couw tertawa pula--manisnya tertawanya.
"Kalau benar demikian. tuan harus pertunjuki dahulu
kepandaianmu menggunakan pedang!" katanya.
Kembali Hong Kun menjawab cepat: "Aku yang rendah
justru lagi memikirkan buat belajar kenal dengan ilmu silatmu
yang lihai, nona!" "Tetapi sabar tuan, tunggu dahulu!" berkata nona itu, "Buat
menguji kepandaianmu, lebih dahulu kau mesti main-main
dengan adikku! kau melayanilah dia buat beberapa jurus!"
Hong Kun mendongkol akan tetapi dia berpura-pura
tersenyum. dia tertawa. "Hanya aku khawatir yang aku tidak sanggup
mengendalikan pedangku!" katanya tembereng, "aku khawatir
yang aku nanti kena melukai adikmu itu! aku harap nona
tiidak bergurau..." Nona Tonghong tertawa pula.
"Nada suaramu besar sekali tuan!" katanya"Apakah tuan
tak takut nanti dikatakan si katak dalam di tempurung " kau
harus ketahui keluargaku, Tonghong Sie Kee, sangat terkenal
buat ilmu pedangnya yang disebut Koay Kiam! sudah
beberapa puluh tahun, nama tersohor itu bukannya nama
curian belaka! jika kau dapat mengalahkan adik nonamu ini,
barulah kau dapat dibilang orang kosen kelas satu!
mengertikah kau?" Biarlah ia melukai si nona, bahkan tergila-gila tehadapnya,
Hong Kun toh mendongkol juga, kata-kata si nona terasa
sebagai hinaan besar terhadapanya, maka ia lantas memikir
menggunakan ilmu pedang Heng San Pay akan menundukkan
nona itu, lantas ia berkata:"baiklah aku menurut perintahmu,
nona! akan aku layani adikmu bersilat buat beberapa jurus!"
Tonghong Liang gusar mendenagar suara orang.
"Lidah dan mulutmu serampangan saja!" bentaknya. "Kau
terlalu lancang mulut, berhati-hatilah dengan batok kepalamu
kau lihat!" Kata-kata itu ditutup dengan satu serangan dahsyat,
gerakan pedang memperdengarakan suara angin yang keras.
Hong Kun percaya akan ketangguhannya sendiri, ia
memikir akan melaewan keras dengan keras maka iapun
segera menggunakan tenaga dan pedangnya!
Bocah she Tonghong itu kecil tetapi cerdik, diapun tahu
tentang pedang lawan pedang mustika, maka tak sudi dia
membuat pedangnya beradu dengan pedang lawan. begitu
ditangkis, dia mengelit padanya, buat diteruskan dipakai
menyerang pula, hingga Hong Kun menjadi kedodoran dan
repot berkelit. Demikian saja bergebrak, keduanya sudah lantas
bertempur seru, Koay Kiam benar-benar dapat bergerak
bagaikan kilat cepatnya, dar itu, sejenak itu, Hong Kun masih
menjadi pihak yang membela diri. dia berlaku waspada dan
gesit, agar dia tak sampai roboh ditangannya bocah itu, yang
mulanya ia pandang ringan.
Kuat penjagaan diri dari Hong Kun, memang Heng San Pay
tidak dapat dipandang ringan, ia pun lihai dan telah
berpelangalaman, tidak demikian dengan Tonghong Liang
yang masih terlalu muda, hingga dia galak karena bengisan,
pengalamannya belum ada serta latihan tenaga dalamnya
juga belum mencukupi. dia hanya berani dan gesit. dilain
pihak, Hiong kun menang senjata.
Perlahan-lahan pertempuran berlangsung dengan sengit,
hingga lantas mulai memasuki tahap mati atau hidup, sinar
pedang terus berkelebatan dan anginnya menyambarnyambar,
tubuhnya kedua orang muda itu bergerak dengan
sangat gesit dan lincah. Adalah disaat itu, yang It Hiong dan Bu Pa tiba bersama In
Go hingga bersama-sama mereka menonton dengan asyik, tak
terkecuali si orang tua keriputan yang berdandan sebagai
pelajar itu, dia hanya berdiam seorang diri sebab dia tidak
berkawan. Masih ada seorang lain, yang menonton dengan
perhatiannya tak berkurang, bahkan bertambah, dan dialah
nona Tonghong Kiauw couw, kakaknya Tonghong Liang, nona
ini memasang mata sebab yang lagi mengadu jiwa adalah
adiknya, hanya nona ini tidak tahu hal adanya orang tua
berkeriputan itu, Selama pertempuran berlangsung, sang putri malam
bergeser terus hingga tahu-tahu dia telah berada ditengahtengah
langit, di atas semua orang yang lagi bertarung serta
menonton itu, mereka itu berdua tak menghiraukan rembulan
yang permai. Lewat lagi sekian lama, Hong Kun mendapat kenyataan
lawannya, mulai bernapas memburu, maka giranglah ia, sebab
ia tahu yang orang sudah mulai letih, bocah itu kalah ulet,
maka ia lantas menanti ketika ada yang baik buat turun
tangan... Tanpa menanti lama pula, Gak Hong Kun segera
menggunakan jurus silat "Hong Kun Sauw Hoat" badai
menyapu salju, ia mau mengandalkan pedangnya yang tajam
luar biasa. guna menguntungkan padang lawan, bahkan ia
ingin dapat menebas sekalian pinggangnya si bocah! pedang
Kie Koat tidak dapat ditangkis kecuali oleh sesama pedang
pusaka!, Demikian pernyerangan pedang Hong Kun yang berbahaya
itu selekasnya ia memperoleh kesempatannya yang baik
sekali, maka diantara suara nyaring dari beradunya senjata
tajam dan berpeletakan , percikan api serta jeritan kaget "ayy"
yang keras, empat sosok tubuh manusia tampak mencelat!
Didalam waktu sejenak, maka berhentilah pertempuran
dahsyat itu. Gak Hong Kun memperdengarkan suara "hm!" dingin,
pedangnya ia masukkan kedalam sarung, terus ia mengawasi
tajam pada pihak lawannya dan orang yang menyela diantara
ia dan lawannya itu, kemudian ia menghadapi Tonghong
Kiauw Couw nona yang berdiri di depannya, sambil bertanya :
"Apakah artinya perbuatanmu ini?"
Belum lagi nona Tonghong memeberikan jawabannya,
Tonghong Liang sudah mendahului dengan berkata: 'Kau
menggunakan padang mustika, dengan begitu barulah kau
berani memakai jurusmu barusan! apakah kau tidak malu?"
Hong Kun mengawasi tajam.
"Bocah harum. mulutmu hebat!!" katanya.sengit. "Nah,
marilah coba satu kali lagi !"
Mendengar suara orang itu, Kiauw Couw gusar.
"Mulutmu ringan sekali!" katanya. menegur, "Apakah
dengan kata-kata kasarmu ini kau tidak merobohkan sendiri
nama tersohor dari Tio It Hiong?"
Diantara empat sosok tubuh yang bergerak itu, yang ketiga
ialah tubuhnya Tio It Hiong, bahkan dialah yang mendahului
Nona Tonghong lompat maju kekalangan pertempuran, sebab
dia menggunakan pedangnya menangkis sampingnya pedang
Kie koat dari Gak Hong Kun, hingga Tonghong Liang bebas
dari ancaman maut, nona Tonghong berlompat maju setelah
It Hiong itu, kemudian It Hiong sendiri Mundur satu tindak
sedangkan si nona itu terus maju menghadapi Hong Kun,
demikian nona itu jadi berselisih mulut, dengan jago muda
dari Heng San Pay itu. Sembilan puluh satu Selekasnya It Hiong mendengar si nona itu menyebut
namanya, ia lantas berkata pada nona itu "Nona, aku cuma
membantu adikmu mengelakkan bahaya, tidak ada maksud
lainnya dari aku" Tonghong Kiauw Couw melengak sedetik, lantas ia
mengawasi Hong Kun dan It Hiong bergantian, ia heran bukan
main. di depannya berdiri dua orang yang mirip saudara
kembar "Apakah kalian berdua sama-sama bernama Tio It Hiong?"
tanganya, "Siapakah diantara kalian telah kehilangan
pedangnya?" Hebat pertanyaan itu, yang telak dan tegas.
Tapi Hong Kun cerdik, dia lantas menjawab: "Siapa yang
kehilangan pedangnya soal" yang penting ialah mana buktinya
keterangannya" dan siapa Tio It Hiong yang sebenarnya ialah
lagi sekali -buktinya mana, buat apakah kau usilan sampai
begini?" Jilid 60 Mendengar demikian, Kiauw Couw memperdengarkan
suaranya: "dalam hal itu, nonamu ada punya maksudnya
sendiri!" Sampai disitu, It Hiong bicara pula, ia memberi horamat
pada si nona ketika ia menanya: "Nona, apakah she dan nama
nona yang mulia" dan Kiu Kiok Ceng Kee tempat apakah itu"
sudikah nona memberi keterangan padaku?"
Kiauw Couw balik menatap pemuda yang tampan itu,
sepasang alisnya yang lentik terbangun.
"Namaku Yang rendah ialah Tonghong Kiauw Couw,"
sahutnya halus, "dan Kiu Kiok Ceng Kee adalah kampung
haklamanku!" It Hiong menggangguk. "Nona, aku yang rendah dartang kemari guna memenuhi
undangan nona," katanya. "aku ingin belajar kenal dengan
ilmu pedang nona supaya dengan demikian dapat aku
meminta pulang pedangku!"
Belum sempat nona menjawab, Hong Kun sudah
mendahului. lebih dahulu dia tertawa dingin, untuk mengejek,
lalu katanya tajam:"Segala penipu! telah kau memalsukan she,
nama dan tampang wajahku, sekarang kau berani mendusta
di depan orang terhormat! di depan Tio It Hiong sejati!
sungguh tak tahu malu! Jika kau tahu diri, lekas
menggelinding pergi?"
It Hiong mengawasi pemuda itu yang ia tahu cerdik dan
licik, ia tidak sudi melayani, ia cuma ingat urusan meminta
pulang pedangnya, agar ia dapat lekas berangkat ke Bu San,
dilain pihak, sedikitnya ia terharu juga bagi pemuda itu yang
gagal memperoleh Giok Peng sebab Giok Peng justru
mencintai ia, maka ia merasa kasihan dan tak tega mendesak
orang sampai dipojok, siapa tahu, kelemahannya hatinya ini
digunakan oleh Hong Kun, hingga ia seperti kalah angin...
Tanpa menghiraukan orang, It Hiong berkata pula pada
Tonghong Kiauw Couw "nona, ketika pedangku lenyap di Khotiam
cu, aku menyangka itulah perbuatan seorang sesama
kaum kang-ouw yang menaruh harga padaku, yang telah
bergurau dan bermain main denganku, nona, tentang
bagaimana syaratnya supaya pedang dapat dikembalikan
padaku, asal yang aku sanggup, aku suka akan mengiringi
segala kehendakmu."

Iblis Sungai Telaga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nona Tonghong tertawa. "Mengembalikan pedang?" katanya "Itulah sangat
sederhana! cukup asal kau memberi pelajaran beberapa jurus
ilmu pedang padaku, supaya mataku menjadi terbuka!"
It Hiong segera mundur dua tindak, terus ia memberi
hormat. "Bagaiman kalau sekarang juga kita main-main beberapa
jurus nona" demikian ia tanya. "Silahkan nona mulai!"
Kata-katanya anak muda itu disusul dengan gerakan kedua
tangannya, tangan kirinya diturunkan, tangan kanannya
menghunus pedang dipunggungnya, menyusul itu, ia berdiri
tegak, akan menantikan si nona.
Kiauw Couw mengawasi gerak-gerik si anak muda, hatinya
tergerak bukan main. ia rada likat, ia merasa seperti telah
bertemu pula dengan kekasihnya dengan siapa ia telah
berpisah lama....tapi tak dapat ia berdiam lama-lama. maka
iapun maju, tangan kanannya di gagang pedang Keng Hong
Kiam, hanya, pedang itu tidak ia segera hunus.
Masih ada satu pertanyaanku"katanya perlahan,"Dapat atau
tidak aku ajukan itu?"
"Silakan nona!" sahut It Hiong lantas.
Tak puas Hong Kun menyaksikan tingkahnya si nona
terhadap It Hiong. ia menerka nona itu menyukai orang muda
di depannya. tanpa merasa, timbullah iri hati dan jelusnya, ia
menahan sabar, hingga ia mesti menggertak gigi. mendadak
timbul pikirannya jahatnya.
"Biar, aku tunggu sebentar!" demikian pikirnya itu. "Selagi
mereka bertempur, akan aku serang dia dengan senjata
rahasia, supaya si nona yang nanti bertanggung jawab?"
Sementara itu Tonghong Liang waspada, terus ia
memperhatikan gerak-geriknya Hong Kun. ia cerdas dan
curiga, diam-diam ia menggeser tubuh ke dekat orang yang
dicurigai itu. Hong Kun tidak menyangka apa-apa sebab
pikirannya tengah ditumpakan atas dirinya It Hiong dan Kiauw
Couw. Ketika itu Kiauw Couw tertawa dan berkata pada anak
muda kita: "Menurut kau nama Tio It Hiong itu namamu dan
bukan nama palsu?" ia bicara manis dan mantap.
Mulanya melengak, akhirnaya It Hiong tersenyum.
"Kenapa nona begini prihatin pada nama Tio It Hiong?" ia
balik betanya :"Kenapa nona begini jelas untuk mengetahui
palsu dan tulennya?"
Pertanyaan itu membuat Kiauw Couw mendapat kepastian
bahwa Tio It Hiong ini adalah Tio It Hiong yang tulen, maka
timbullah kehendaknya mengembalikan pedang pada anak
muda kita. ia maju pula satu tindak, pedangnya segera di
hunus hingga terdengar suara menyeretnya serta tampak
sinarnya yang berkilauan.
"Nah, tolong kau memberikan beberapa petunjuk padaku!"
katanya, yang terus menggerakan pedangnya.
Tepat itu waktu sebuah sinar pedang meyambar ke arah It
Hiong dan Kiauw Couw, hingga muda mudi itu yang lagi
hendak bertempur, menjadi kaget sekali, hingga mereka
masing-masing mencelat mundur menyusul itu,
tampakaTonghing Lian sudah bergebrak pula dengan Hong
Kun. sebab barusan itu, Hong Kun telah membokong muda
mudi, ia demikian bernafsu akan percaya bahwa ia bakal
berhasil, sama sekali ia tidak menyangka, si bocah di sisinya
selalu mengawasinya, maka begitu ia menyerang, begitu
bocah itu melompat juga seraya menyampok padangnya!
Hingga beradulah senjata mereka, maka gagallah serangan
selap itu. Bahkan karena Tonghong Liang menyerang terus,
mereka jadi kembali bertarung!
Bukan main panas hatinya Hong Kun, orang telah
menggagalkan usahanya yang telah dipikir matang itu, maka
tanpa dapat mengekang diri lagi, ia menyerang bengis pada si
bocah. Sementara itu, dengan wajaha merah. Tonghong Kiauw
Couw mengawasi It Hiong. "Tuan Tio." katanya, manis, "Entah kenapa, aku seperti
pernah mengenalmu! Apakah tak mungkin yang dahulu hari
kita pernah bertemu satu pada lain"...."
It Hiong mengawasi, ia tidak kenal nona itu, tidak ada
bekas-bekas tampangnya Siauw Wan Goat pada wajah nona
itu, sebaliknya si nona, dia cuma mengingat samar-samar
sebab tenaga ingatannya telah diperlemah oleh pengaruh
obat-obat, jangan kata si anak muda kita, sebab sekalipun Gak
Hong Kun, dia pun tak dapat mengenali wanita yang dia
pernah ganggu.... Coba kedua anak muda ketahui bahwa Kiauw Couw adalah
Wan Goat, entah bagaimana perasaan mereka masing-masing
dan juga setahu bagaimana perasaanya nona andiakata ia
mendapat tahu, Hong Kun adalah orang yang pernah
mencemarkan kesuciannya......
Tio It Hiong mengawasi si nona, hatinya bekerja, sia-sia
belaka ia mengingat-ingat, ia merasa tak pernah mempunyai
kenalan nona she Tonghong, kemudian ia lalu menanya
:"Nona, apakah nona tidak keliru mengenali orang?"
"Apakah kau bukannya Tio It Hiong?" mendadak si Nona
tanya pula, "sebenarnya, kau siapakah?"
It Hiong mendelong. orang bukannya menjawab hanya
menegaskannya. ia menjadi merasa tidak enak hati. lantas ia
menghela napas, akan melegakan hatinya, setelah itu dapat ia
menentramkan diri. "Begini saja nona," katanya, sabar, "Nama Tio It Hiong itu,
siapa saja di dalam dunia ini dapat memakainya! maka guna
mendapatkan kepastiannya, baik itu disaksikan pada
kepandaianya saja, pada prilakunya baik atau buruk! dari situ
nona nanti ketahui, siapa yang tulen siapa yang palsu" tidak
benarkah begitu?" Nona Tonghong tidak mengatakannya lagi, ia pun tidak
menyerang pula buat mengadu kepandaian ilmu silat
pedangnya masing-masing, sebaliknya lantas mereka
menonton pertempuran diantara Tonghong Liang dan Gak
Hong Kun, si nona menyimpan pedangnya, dia mundur terus
dia mengawasi adiknya. It Hiong mundur, ia merasa kecele. ia juga mesti menonton
saja. "Tahan!"Tiba-tiba terdengar satu seruan mengguntur
sedangnya dua orang itu bertarung dengan hebat, menyusul
itu maka disitu muncul seorang laki-laki yang sikapnya kereng,
sebab diallah yang dikatakan mempunyai "kepala macan tutul
serta mata bundar gelang" dia berdiri tegak dengan sebatang
pedang dipunggungnya! Tonghong Liang dan Gak Hong Kun terperanjat, mereka
heran, maka dengan sendirinya mereka berhenti saling
menyerang, sama-sama mereka mundur.
"Hari sudah lewat jauh malam," kata orang yang baru
datang itu, "sekarang sudah jam empat, apakah kalian masih
juga belum selesai berkelahi?"
Tonghong Liang mengawasi orang itu, dia tidak menjawab
hanya balik bertanya, "Apakah kau juga sudah gatal tangan?"
demikian tanyanya. "apakah kaupun ingin bertempur"
benarkah?" "Tidak ada waktuhnya buat aku berkutat denganmu!"
sahutnya si orang bertubuh gagah itu. "Aku hanya ingin
mengadu kepandaian dengan Tio tayhiap, buat beberapa jurus
saja, supaya urusan besar kami segera dapat diselesaikan?"
Dengan "urusan besar" orang itu maksudkan urusan
perjodohannya, sebab ia bukan lain orang diaripada Bu Pa,
yang telah menyusul It Hiong itu bersama In Go dan berhasil
menyandak si anak muda, yang kepergiannya, atau kaburnya
itu, terhalang oleh pertempuran diantara Tonghong Liang dan
Hong Kun tadi. It Hiong tak tenang hati melihat porang dapat
menyusulnya. Juga Gak Hong Kun tidak puas, dia mengenali Bu Pa
sebagai muridnya Gwa To sin Mo dan dia khawatir orang nanti
juga mengganggunya. dia dalam usahanya mendapatkan
Kiauw couw, maka itu dia lantas berpikir, jalan apa dia harus
diambil supaya Bu Pa tidak sampai mengeroyoknya. dia
berpikir keras tidak lama, lantas dia mendapat sati jalan, maka
juga dia segera menghadapi Bu pa dan menanya dengan
keras: "Bu Pa, mari aku tanya kau!, kau hendak mencari aku
Tio It Hiong yang tulen atau yang palsu?"
Bu Pa suka menjawab. "Aku mau mencari Tio It Hiong tayhiap sendiri! demikian
jawabnya. Hong kun segera menunjuk pemuda kita.
"Itu Dia Tio It Hiong yang tulen! Nah, kau pergilah
membereskan urusanmu dengannya!"
Dibawah sinar rembulan, Bu Pa mengawsi Tio It Hiong,
kemudian ia mendekati Hong Kun, untuk menatap dengan
tajam. Kemudian lagi. ia mengawasi mereka bergantian berapa
kali. ia melihat seorang muda yang sama potongan tubuhnya,
sama pakaiannya, terutama sama tampang mukanya. ia
menjadi heran dan bingung, toh ia merasa seperti
mengenalnya... Gak Hong Kun tertawa lebar karena ia sudah menyaksikan
tingkahnya Bu Pa itu, yang bingung hingga nampaknya Tolol.
"Bagaimana, Eh?" tegurnya keras. "Bagaimana apakah kau
tak percaya perkataanku?"
Bu Pa membuka mata lebar, ia mengawsi tajam.
"Tuan kau siapakah?" ia menegaskan.
Hong Kun menjawab segera, dia berlaku berani mati.
"Aku adalah Tio It Hiong palsu?" demikian sahutnya keras.
Hebat si licik ini. dia menggunakan akal muslihatnya perang
syaraf. saking terdesak, dia mengambil sikap ini. tak malu dia
mengakui demikian. Dengan begitu dia hendak membuat
bimbang pikirannnya Kiauw Couw dan lainnya. orang dapat
menyangka pula mana It Hiong palsu dan mana It Hiong
tulen. Segera setelah mendengar kata-kata Hong Kun itu,
Tonghong Kiauw maju mendekati, seperti Bu Pa, bergantian
mengawasi Hong Kun dan It Hiong, wajah mereka berdua
menandakan keraguan-raguan mereka.
Tengah orang bernagansan itu, tiba-tiba terdengar suara
saluran Toan Im Cip bit :
"Wajah Tio It Hiong sejati mana dapat lolos dari mataku si
orang tua" dua mahluk ini palsu dua-duanya!"
Semua orang menoleh, maka terlihatlah oleh mereka
semua siapa yang memperdengarkan suara itu, dialah si orang
tua berdandan sebagai pelajar, yang mukanya keriputan, yang
lagi berjalan mundar-mandir perlahan sambil kedua belah
tangannya digendongkan pada punggungnya, berulang kali
diapun menengadah ke langit, mengawasi rembulan yang
sudah tidak purnama lagi....
In Go dan Bu Pa telah melihat orang itu, yang tadi
mengintili Tio It Hiong, hanya mereka tidak menghiraukannya,
mereka berdua repor mikirin urusan mereka sendiri hingga tak
ada kecurigaaan sama sekali, siapa tahu sekarang mendadak
pelajar tua itu menyela diantara mereka dengan kata-katanya
yang membingungkan itu. Semua orang lantas menerka, orang tua itu mesti orang
kang ouw tingkat atas tetapi tak ada yang mengenalnya.
Cuma It Hiong yang tertawa di dalam hati mendengar katakata
orang tua itu, ia menerka, dia orang tua juga orang yang
palsu, maka hendak ia mencoba membuka rahasia orang,
tinggallah ketika dia caranya.
Hong Kun turut bingung, ia tahu ia adalah Tio It Hiong
palsu, di depannya ada Tio It Hiong tulen. sekarang si tulen
dikatakan palsu oleh si orang tua, bagaimana" benarkah
perkataan orang tua"
Kalau benar, Saipa Tio It Hiong yang dianggapnya tulen ini"
dan. siapakah orangnya kecuali ia sendiri, yang
memalsukannya Tio It Hiong" apakah perlu, atau maksudnya,
orang tersebut menyamar menjadi si pemuda she Tio"
Tonghong Kiauw Couw baru saja mengambil keputusan,
mana It Hiong tulen dan It Hiong palsu, sampai ia mengingat
baik-baik dimana It Hiong berdiri, maka sekarang ia menjadi
heran di buatnya. benarkah kata-katanya orang itu" benarkah
It Hiong tulen inipun It Hiong palsu"
Bu Pa bercuriga selekasnya dia mendengar perkataan si
orang tua, hingga ia berpikir keras, akan tetapi dilain saat, ia
pun dapat menenangkan diri, ia pikir peduli apa It Hiong tulen
atau palsu, buat ia asal ia menempur It Hiong, habis perkara!
Tengah orang masih berdiam itu, kembali terdengar
suaranya si orang tua, yang tajam, agaknya diapun puas
sekali dengan hasil kata-katanya yang pertama tadi. kata dia"
separuh kata-kataku si orang tua jauh lebih menang daripada
pertempuran kalian setengah hari! Hm! Hm!"
In Go yang sekian lama berdiam diri saja, sampai disitu lalu
membuka mulutnya, ia toh ragu-ragu.
"Cianpwe," tanyanya pada si orang tua, "Kalau cianpwe
ketahui mereka itu adalah It Hiong palsu, sekarang sudikah
kau memberi tahu aku mana It Hiong yang tulen" Bukankah
Cianpwe ketahui itu dengan baik?"
Bu Pa telah memikir, maka itu, mendengar suaranya si
kekasih, lantas ia mencela:"Adik, jangan kau sembarang
percaya kata-kata orang! kau tahu sendiri didalam dunia kang
ouw terdapat banyak manusia licik yang suka mengoceh tidak
karuan. Habis berkata, ia lantas maju ke depannya It Hiong, untuk
memberi hormat sambil berkata dengan perlahan:"Tayhiap,
aku harap kau sudi mengalah sedikit dengan beberapa
jurusmu, supaya perjodohanku dengan adik seperguruanaku
dapat disempurnakan! buat itu seumur hidupku akan aku
bersyukur sekali terhadapmu..."
Suaranya pemuda itu belum berhenti satu tubuh langsing
berlompat kepada ia dan It Hiong dan orang itu lantas
berkata:"Kakak, apakah yang kau bicarakan dengan Tio
tayhiap" kenapa kau membisik "apakah kau memintah Tio
tayhiap suka berpura guna memperdaya aku" awas, akan aku
tak mau mengerti!" Memang, itulah In Go, yang mencurigai pacarnya itu, maka
juga dia lantas menegur. "Aku tidak mengatakan apa-apa adik!" berkata Bu Pa.
terpaasa ia mesti menyangkal kalau ia tak sudi adik
seperguruannya itu rewel terus, "jangan kau menerka yang


Iblis Sungai Telaga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak-tidak....." It Hiong berdiam saja, ia sebal berbareng merasa jenaka
melihat tingkahnya sepasang muda mudi itu. yang lakon
jodohnya unik sekali. In Go tidak mudah mempercayai kakak seperguruannya itu,
berulang kali ia masih mengatakannya :"aku tidak mengerti!
aku tidak mengerti!"
Sebenarnaya It Hiong sudah memikir, maka ia menegaskan
pada Bu Pa, agar itu berdua dapat menikah, akan tetapi
melihat tingkahnya si nona, yang manja itu, ia lantas berpikir
lain. diam-diam ia meninggalkan mereka itu, akan mendekati
nona Tonghong. "Nona" sapanya sabar, "Jika sudah tidak ada urusan lainnya
lagi, aku mohon sudilah kau menyerahkan pedangku..."
Sepasang alis lentik dari Kiauw Couw terbangun, ia
menatap tajam wajahnya si anak muda.
"Apa tanyanya. "Kau menghendaki pedangmu" oh. tak
semudah itu" "Bagaimana caranya aku harus memintanya, nona?"
tanyanya It Hiong. "Coba kau tolong tunjuki!"
Selagi berbicara itu, ke empat buah mata beradu sinarnya
satu dengan yang lain. Dua--dua pihak saling tertarik lebihlebih
si nona, It Hiong melihat raut muka yang cantik manis
serta mata yang jeli. si nona melihat muka orang yang tampan
dan mata yang tajam. "Sebetulnya, pedang ini adalah pedangnya Tio It Hiong"
kemudian si nona berkata perlahan, kalau pedang diserahkan
pada Tio It Hiong itulah sudah sepantasnya....."
It Hiong mengangguk. "Pandangan nona tepat," bilangnya.
Nona itu menghela napas perlahan.
"Hanya....ah!" katanya, tertahan. "Sekarang ada
kesukarannya, yaitu kesukaran mencari Tio It Hiong yang
benar-benar Tio It Hiong !"
Alisnya It Hiong terbangun, lalu rapat satu pada lain.
"Kalau begitu, nona, nyatanya kau percaya aku!" katanya,
ia menyesal tetapi ia bersikap tenang.
Kiauw Couw tersenyum, terus ia menggeleng kepala.
"Bukannya begitu tuan," kata ia. "Tuan. maukah tuan
memperlihatkan sesuatu bukti padaku?"
It Hiong tidak lantas menjawab, ia mesti berpikir.
"Nona, bukti apakah yang kau minta?" tanyanya kemudian.
"Bukti manusia! atau bukti barang!" sahutnya si nona, terus
terang dan tegas, toh ia mengawasi si anak muda, nampaknya
ia berkasihan... Si anak muda menghela napas perlahan.
"Apa kau tak khawatir nanti mempersulit orang, nona?"
tanyanya. "Sekarang ini, ditempat seperti ini, mana dapat aku
mencari bukti untuk diajukan kepdamu" disini dimana aku
mesti mencari saksi?"
"Kalau saksi tidak ada, bukti barangpun boleh!" kata si
nona, yang memperlunak syaratnya.
It Hiong merasa sukar sekali, akan tetapi aneh, terhadap
nona, tak sedikit juga ia merasa gusar atau kurang senang. ia
justru berpikir. ia menganggap si nona lucu! pula sungguh
aneh ia yang mau meminta pulang pedangnya, ia justru mesti
memperlihatkan bukti atau menonjolkan saksi!
Kemudian ia berkata, sungguh-sungguh:"Nona, aku tengah
merantau, maka juga tak ada persiapanku mengadakan
barang bukti atau saksi. oleh karena itu, sekarang aku cuma
dapat menyebutkan diriku sebagai pualam asli, aku ingin kau
dapat mengandalkan ketajaman matamu sendiri akan melihat
aku palsu atau bukan!"
"Mau tidak mau, nona Tonghong mengangguk. pemuda itu
bicara benar. "Tetapi tuan" katanya "Apakah pada tubuhmu benar-benar
tidak ada ssuatu barang yang dijadikan bukti untuk dirimu?"
"Ada, itulah pedang Keng Hong Kiam." sahutnya It Hiong,
"Namun...." "Itulah tak usah disebutkan lagi!" menjelaskan si nona.
"Pedang itu telah berada ditangan nonamu!"
Tiba-tiba It Hiong tersadar.
"Ada, ada bukti sekarang!" katanya lantas.
"Apakah itu?" tanya si nona, ccepat. dia agak terkejut,
"Bukti apakah itu" mari aku lihat!"
It Hiong tenang pula. "Itulah bukan bukti barang" sahutnya sabar."Aku
maksudkan ilmu silat, yaitu pelajaran yang aku peroileh dari
rumah perguruanku, seperti ilmu pedang Khie-Bun-patkwa
Kiam, ilmu tenaga dalam Hian Bun Sia Thian Khie-kang, dan
ilmu meringankan tubuh Te Ciong sut. ,masih ada satu lagi
yaitu ilmu tenaga dahsyat Hong Liong Hok Houw Ciang
ajarannya ayah angkatku, Sin Ciu Cui Kiu. apakah semua bukti
itu masih belum cukup?"
Menyebut perbagai macam ilmunya itu, It Hiong puas. ia
percaya si nona bakal menerimanya dengan baik, dan
pedangnya bakal segera kembalikan.
Akan tetapi nona Tonghong menggeleng kepala perlahanlahan,
hingga tusuk kundianya yang berupa burung-burungan
pionix emas, turut bergoyang-goyang juga. meski demikian,
airmukanya tenang, bahkan ayu dan mendatangkan kesan
baik bagi siapa yang melihatnya. kemudian ia berkata dengan
sabar:"Semuanya itu cukup, akan tetapi janganlah
mengatakan nonamu licik serta mau mempersulitmu,
sebenarnya sukar buat aku menaruh kepercayaan
sepenuhnya. semua kepadiaan perguruanmu itu mana dapat
dijadikan bukti bagiku"...."
It Hiong mengaswasi. Si nona segera menambahkan: "Memang kepandaian tuan
itu sebenarnya dapat juga dijadikan bukti, hanya sayang...."
It Hiong tetap mengawasi. ingin ia ketahui, ada keberatan
apa lagi dari si nona Kiauw couw mengasi lihat tampang sayup-sayup, ia puas
mengawasi si anak muda. lalu katanya pula:"Sayang bahwa
pengalamanku masih kurang sekaai, mengenai ilmu silat
perbagai partai, pengetahuanku masih sangat terbatas, jangan
kata tenaga dalam Hian bun sian Thia Khie kang yang sukar
dibedakna, sekalipun ilmu pedang Khie Bun ptkwa kiam,
belum pernah aku melihatnya. bukankah sia-sia belaka
andiakata kau pertunjukkan semua itu di depanku" ...."
It Hiong bungkam, inilah ia tidak sangka. ia menatap si
nona dengan mata mendelong, ia harus memikirkan bukti
lainnya. Tonghong Kiauw Couw berkata pula, memberikan
penjelasannya, selalu ia bicara dengan sabar dan halus,
katanya: "Keng Hong Kiam adalah pedang mustika dan
terutama pedang yang membuatnya namanya Tayhipa Tio It
Hiong menggetarakan sungai telaga. maka pedang itu harus
dihargai. baik aku jelaskan bahwa aku mencuri pedang itu
melulu dikarenakan aku ingin dapat berjumpa dengan kau
sendiri, tuan, supaya kita dapat membandingkan ilmu pedang
kita berdua. oleh karena itu, untuk membayar pulang pedang
itu, harus aku memperoleh bukti yang mengesankan. agar
hatiku lega, maka itu, dalam hal ini. aku minta tuan suka
apalah memaklumi aku...."
It Hong mengangkat kepalahnya.
"aku dapat memaklumi kau nona," bilangnya.
Kiauw Couw tersenyum. "Kau lihat sendiri, tuan, sekarang telah muncul dua Tio It
Hiong" katanya pula "Bagaimana....." mendadak ia tertawa hingg ia mesti lekas
mengeluarkan sapu tangannya untuk memebekap mulutnya
yang mungil. It Hiong tetap bungkam, ia cuma mengawasi,
"Sekarang ada lagi yang aneh!" kata lagi si nona. "sekarang
ada orang yang mencari Tio It Hiong guna mengadu
kepandaian ilmu pedang! bagaimana" karena adanya dua Tio
It Hiong, maka tak tahulah aku, siapa pemilik yang
sebenarnya dari pedang itu..."
It Hiong tidak menjawab, cuma sebentar, matanya tampak
bersinar, kemudian menghela napas.
"Sekarang kita bicara dari hal suara saluran Toan Im Cip Bit
barusan." berkata pula Tonghong Kiauw Couw. "itulah suara
dari seorang cianpwe. dia mengatakan yang kalian kedua Tio
It Hiong, dua duanya palsu! ah, bagaiman itu " memang tak
dapat kata-kata itu lantas dipercaya habis , akan tetapi katakata
itu pula telah menggoyah kepercayaanku atas dirimu,
tuan! mana dapat aku menyerahkan pedang pada pemiliknya
yang belum dipastikan?"
It Hiong bingung. ia mengerti si nona, tetapi ia merasa
sulit. ia cuma menghendaki pedangnya. ia tidak dapat
memikirkan alasan lain, walaupun ia memakluminya.
"Aku mengerti, nona," katanya kemudian.
"Sekarang coba jelaskan, apa lagi kehendakmu supaya
urusan kita dapat segera diselesaikan?"
Nona Tonghong mengawasi si pemuda tampan.
"Bagaimana kalau kita mengambil kepastian dengan jalan
mencoba-coba ilmu pedang kita" demikian tanyanya, "Dengan
demikian pertama akan tercapai maksud keinginanku semula
dan kedua aku jadi akan mendapat tambahan pengetahuan
yang berharga. demikian begini akan tenanglah hatiku,
bagaimana kau pikir?"
It Hiong kewalahan, pergi pulang, soal tetap harus
diselesaikan dengan satu pertandingan ilmu silat pedang!
itulah justru yang ia buat keberatan! tapi sekarang! apa boleh
buat! tidak ada jalan lain...
"Jika begitu nona,"katanya akhirnya, terpaksa, silahkan
nona mulai memberikan pengajarannya padaku..." ia pun
segera menghunus padangnya, untuk bersiap menangkis
penyerangan, "Baik"menyambut si nona, "lihatlah!"
Menyusul bergeraknya bahu kanannya, si nona sudah
lantas menghunus Keng Hong Kiam dengan apa ia segera
menyerang dengan jurus "Tit To Oey Liong" langsung
menyerbu istana naga kuning.
Dengan jurus "Peng Se Seng Lui"--guntur ditanah datar--mendadak serangannya itu tersampok keras hingga kedua
pedang bentrok, menyebabkan letupannya bagaikan kembang
api. Kiauw Couw heran, sebab ia ketahui pedang lawan adalah
pedang mustika, tetapi ia lebih heran pula ketika ia melihat
bahwa penentangnya itu justru Tio It Hiong yang satunya lagi!
ia sudah lantas mundur sambil mengawasi tajam pada
pemuda itu. Hong Kun berdiri diantara kedua muda mudi itu, memang
dialah yang barusan menangkis pedangnya si nona, lantas ia
mengawasi bergantian kepada muda mudi itu. Nona
Tonghong menjadi tidak puas.
"Mau apakah kau?" tegurnya, "Kenapa kau tidak mematuhi
aturan pertempuran kaum rimba persilatan" apakah kau
memangnya mau mengacau?"
"Kau bertindak putar balik, nona!" sahutnya Hong Kun
dingin. "Kau bertindak tidak adil kenapa kau masih menegur
aku?" Nona itu mengawasi tajam.
"Tidak adil bagaimana?" tanyanya. "Coba jelaskan."
Dengan pedangnya, Hong Kun menuding It Hiong.
"Apakah nona merasa pasti dialah Tio It Hiong tulen?"
tanyanya. Kiauw Couw diam. telak pertanyaan mengenainya, yang
lagi ragu-ragu. Hong Kun menerka keraguan-raguan si nona, dia puas, tapi
dia bertindak terus kata dia pula: "Kalau nona sudah merasa
pasti, tidak ada halangannya nona menyerahkan pulang
pedang Keng Hong Kiam pada nya. buat apa kau mengadu
pedang segala! kalau sebaliknya, baik nona meminta dia
segera menggelinding pergi dari gunung ini! buat apa
membuang bunag waktu saja"
Kiauw Couw membuka lebar-lebar matanya.
"Dalam hal ini mataku tidak cukup tajam akan menembusi
wajah orang," katanya, "Karena itu tak dapat aku
memutuskan dia si tulen atau si palsu! karena itu juga tidak
ada jalan lain jalan dari pada mengadu pedang..."
Hong Kun senang menerima jawaban itu.
"Aku pun orang yang datang buat meminta pedangku,"
katanya pula, "Bagaimana nona pikir tentang diriku" bukankah
nona juga masih menyangsikannya?"
Kiauw Couw bingung, dia kerena diajak bicara, dia
mengangguk. "Ya" sahutnya Hong Kun melengak, lalu tertawa.
"Nah inilah yang kukatakan nona tidak adil!" bilangnya.
Nona Tonghong heran hingga ia melengak. ia merapikan
rambutnya didahinya. "Kalau bicara, bicaralah biar terang!" tegurnya. "Kenapa
kau bicara setengah-tengah kenapa mesti berputar-putar?"
Kembali si pemuda girang, ia percaya si nona telah kena
dipengaruhinya, "Nona" katanya, "Bukankah syaratmu mengadu pedang,
mulanya kau mengajukan dahulu adikmu dan kalau adikmu
mengalah barulah kau sendiri yang turun tangan" sahabat itu
mau meminta pulang pedangnya, bukankah dia pun harus
mentaati syarat itu?"
Nampak si nona menyesal. "Oh!" serunya, tertahan, "Kiranya kau bicara panjang lebar
ini cuma buat urusan itu!"
Hong Kun memperlihatkan roman jumawa.
"Nah, nona!" serunya. "Itu dianya" barusan aku meladeni
adikmu, syukur dia suka mengalah, maka itu menurut
bunyinya syarat sekarang nona harus bertanding denganku!"
"Gila!" si nona mencela. "Bagaimana kau dapat
mengatakan begini" bukankah kau sendiri tadi mengakui
bahwa kaulah Tio It Hiong palsu" apakah katamu sekarang"
kau mengaku tanpa dipaksa!"
Hong Kun bungkam. itulah sanggapan diluar dugaanya, ia
lupa yang tadi ia telah mengatakan, demikain. tapi ia berani
mati dan cerdik, hanya sejenak, ia lantas tertawa dan berkata:
"Bagaimana dengan sahabat itu" apakah dia dapat
memberikan bukti" habis, apakah dia bukannya si palsu?"
Kiauw Couw habis sabar.

Iblis Sungai Telaga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau lihat saja!" serunya. "Tuan ini akan bertanding dengan
adikku!" dan ia menggapainya saudaranya.
Tonghong Liang lompat menghampiri ia berpaling senang
kalau kakaknya menitahkannya ia bertempur, ia memang tidak
kenal takut, ia pula menyangka bakal disuruh bertanding
dengan Hong Kun, ia berbuat membals kegagalannya tadi....
"Kali ini kau berhati-hatilah" demikian ia berkata pada
Hiong kun yang ia tuding sekali, "Tuan kecilmu tidak mau
sudah jiklau diantara kita belum ada keputusannaya.
Hong Kun mememperlihatkan sikap tak memandang mata,
"Apakah kau masih tidak mau mengaku kalah" tanyanya,
"Bertempur dengan kau bocah, memang juga tidak ada
artinya!" Mendadak darahnya si kacung meluap, mendadak ia
menghunus pedangnya dan menikam!
Hong Kun melihat serangan, ia tidak menangkis hanya
mencelat mundur, "Tahan!" Kiauw Couw berseru.
"Tonghong Liang tidak menyusul lawannya, ia bahkan
menyimpan pedangnya ke dalam sarungnya.
Selama itu It Hiong berdiam diri saja menonton tingkahnya
Gak Hong Kun, tapi ia melihat kelicikannya pemuda she Gak
itu, ia lantas mencari keletakan tempat yang menguntungkan
baginya, katannya, ia terus menggeser tubuh, untuk terus
berkata pada nona Tonghong: "Baik, nona, akan aku
menerima baik syaratnya itu, nona, suka aku melayani adikmu
bertempur buat beberapa jurus...."
Kiauw Couw girang, dia mengangguk. "Baiklah" sahutnya.
lantas ia menepuk bahunya Tonghong Liang, yang berdiri
disisnya, seraya berkata:"Adik, pergi kau melajyani tuan itu
buat beebrapa jurus!"
Diluar sangkahnya si nona, adiknya itu menggeleng-geleng
kepala. "Kenapa?" tanyanya heran. "Apakah akau letih"
"Aku menyerah kalah!" sahutnya adik itu, lebih diluar
dugaan. Kiauw Couw mendelong mengawasi adiknya itu.
"Kau kenapa adik?" tanyanya pula. "Kau letih atau terluka
didalam?" Si adik balik menatap, matanya dipentang lebar. dia
menjawab gagah: "Sekarang tanganku masih gatal! aku letih"
mana mungkin " mustahil aku akan mendatangkan malu" aku
hanya tidak mau kena terperangkap akal muslihatnya dia itu!"
ia menuding Hong Kun. Mendengar itu, It Hiong, Kiauw Couw dan Hong Kun
kagum, lebih-lebih Hong Kun sendiri. kacung itu sangat cerdik.
karenanya, ia pun kecele, sebab gagal maksudnya mengadu It
Hiong dengan si bocah ! Maksudnya Hong Kun mengadu domba It Hong ialah guna
mempersulit pemuda itu saingannya itu dalam lakon asmara.
kalau It Hiong kalah dari Tonghong Liang, sekarang dia tak
akan menempur si nona, biar bagaimana, Tonghong Liang
lihai, tak mudahh ia kalahkan. kalau It Hiong kalah, dia pasti
mendapat malu dan mengundurkan diri atau bersembunyi .
seri juga tak ada kemungkinannya. Dan, kalau dia menang,
dia sebenarnya sungkan melayani nona Tonghong..."
Justru anak muda kita bingung, justru Tonghong Liang
menunjuki kecerdasannya. dia menampik bertanding
dengannya! Bukan main menyesalnya Hong Kun, dia mendelu
sekali terhadap si bocah, pada wajahnya tampak kedongkolan
itu. Tonghong Kiauw Couw tidak memaksa adiknya. maka ia
berkata pada Hong Kun: "Adikku sudah menyerah kalah, apa
katamu sekarang, sahabat?"
Hong Kun licik sekali. dia tersenyum.
"Nona," katanya, "Apakah nona tidak khawatir yang adikmu
ini membuat runtuh nama Tonghong Sie Kee yang tersohor
itu?" Nona itu jemu. tak sudi ia melayani orang bicara lebih lama
lagi. maka ia lantas berpaling pada It Hiong.
"Bagaimana tuan?" tanyanya, "Maukah kau menjalankan
beberapa jurus terhadapku?"
It Hiong tidak melihat jalan lain.
"Dengan segala senang hati, nona!" sahutnya. Bahkan ia
segera menghunus pedangnya.
Tiba-tiba dua sosok tubuh maju kepada mereka berdua.
"Tuan tio, tunggu dahulu!" terdengar satu diantaranya
berseru. Kiranya itulah Bu Pa serta In Go, dua saudara seperguruan
yang aneh itu. Terpaksa It Hiong menunda pertandingannya.
"Kau mau apa lagi?" tyanynya.
Bu Pa memberi hormat, dia menjawab:"Dengan banyak
susah akhirnya dapat juga menunjuki adik seperguruanku agar
dia suka menerima baik bahwa kau, tuan adalah tayhiap Tio It
Hiong! itulah pula berarti untung bagus kami!"
It Hiong tersenyum, dia merasa lucu.
Justru itu. In Go berkata:"Tuan, kalau sebentar kau
mengadu kepandaian dengan kakakku ini. aku melarang kau
menggunakan akal! aku tak sudi yang kau berpura kalah!"
It Hiong menatap si nona, ia heran sekali, melihat lagak
orang itu, ia jadi tak berkeinginan bicara dengannya.
"Jangan kau khawatir adikku" berkata Bu Pa selagi si anak
muda berdiam saja. " Tak nanti tayhiap Tio It Hiong yang
namanya termasyur berbuat demikian....."
"Cis!" si adik seperguruan meludah, mencela. kemudian ia
mengawasi It Hiong dan berkata pada pemuda itu :"Sahabat
she Tio. kau menerima baik, bukan, akan melayani adikku
ini?" Bu Pa pun menjelas selagi It Hiong belum menjwab, kata
dia:"Tayhiap, terima! terimalah!"
In Go b, meludah pula pada kekasihnya itu.
"Aku tak suka kau turut bicara!" bentaknya,
Bu Pa lantas diam. ia mengawasi saja pada It Hiong,
nampak ia sangat bingung.
Tonghong Kiauw Couw mengawasi muda mudi itu. ia
menganggap mereka itu jenaka. lantas ia menyimpan
pedangnya sembari tertawa, ia berkata pada It Hiong:"Tuan
Tio, kau terima baiklah permintaan nya nona ini!"
It Hiong suka menerima baik permintaanya Kiauw Couw.
"Nona, kau menghendaki apakah?" tanyanya pada In Go.
"Kau harus bersumpah bahwa kau tak nanti berpura-pura
kalah!" demikian jawabnya kemudian, singkat dan getas.
Itulah permintaannya yang sederhana akan tetapi hebat
artinya, It Hiong justru seorang jujur dan paling menghargai
janji. ingin ia menyempurnakan jodohnya muda-mudi itu akan
tetapi bagaimana habis bersumpah, mana dapat ia melanggar
sumpahnya ia sendiri" Bu Pa murid pandai dari Gwa To sin Mo
dan Hong Kun jeri melawannya, kalau tidak mengalah
berpura-pura" kalau ia melawan menang, pasti gagallah
jodohnya mereka itu... Maka itu aneh keinginan In Go ini. dia mencintai Bu Pa
tetapi toh dia mempersulitnya!
"Nona" kemudian kata si anak muda, "Akan aku terima
permintaanmu ini tetapi buat apakah aku mesti mengangkat
sumpah "katanya. In Go nampak likat waktu ia menjawab: "Pernikahan,
adalah urusan besar mana dapat itu dilaksanakan dengan cara
sembrono" oleh karena itu aku minta, sahabat Tio, tolonglah
kau tak menganggap remeh!"
Bu Pa berda di sisi mereka. dia tertawa.
"Seorang lelaki sejati, apakah halangannya buatnya
mengatakan sepatah dua sumpah?" katanya. "tayhiap, kau
bersumpahlah, buat menenangkan hatinya adikku ini!"
Hong Kun melihat dan mendengar saja, sampai disitu dia
campur bicara,. "Benar! tidak berani bersumpah berarti hendak berlaku
palsu!" demikian katanya. Guna mengejek It Hiong. "Didalam
dunia ini, orang yang menipu perempuan, didalam sepuluh
orang, delapan atau sembilannya adalah orang laki-laki! jodoh
atau pernikahan memang bukan permainan anak-anak, maka
itu, nona. pantaslah kalau kau berlaku hati-hati!"
Kata-kata Hong Kun penghabisan itu ditujukan kepada In
Go, guna membikin panas hatinya si nona. dia pernah
menggilai nona itu tetapi dia gagal. inilah sebabnya kenapa
dia telah mengeluarkan kata-katanya yang berbisa itu! dia
mengipasi api yang sedang berkobar itu!
Semua orang menoleh mengawasi orang si she Gak. semua
bersinar jemu. melihat demikian , mau tidak mau, Hong Kun
jengah sendiri. ia tidak menyangka yang orang semua tidak
menyukainya. Tonghong Liang tidak sabaran, dia masih muda dan belum
tahu banyak soal asmara, maka itu seperti juga orang lagi
menggerutu, dia berkata seorang diri :"Kalau seorang wanita
mau menikah, menikahlah! buat apa menciptakan segala
aneka warna ini" Hm!....."
In Go berpaling dengan cepat.
"Eh, saudara kecil, apakah katamu?" tanyanya. dia
mendengar tetapi tidak jelas.
Tonghong Liang mengangkat kepalanya menghadapi nona
itu. "Aku menyuruh kakak she Tio ini jangan bersumpah dan
juga jangan turun tangan!" sahutnya dengan nyaring, "Biarlah
kau, budak. menjadi budak tua. supaya seumur hidupmu kau
tidak menikah!" Mendengar jabawan, yang bernada lucu itu, semua orang
tertawa. In Go menjadi malu dan gusar karenanya.
"Kurang ajar!" teriaknya. "Kau masih berusia muda tetapi
kenapa kau dapat bicara begini rupa?"
Tonghong Liangpun tidak puas tetapi dia tidak menjadi
marah. dia hanya berkata :"Kau tunggulah, lewatnya beberapa
tahun pula. lantas kau boleh tanya dirimu sendiri, pria mana
yang sudi menikah denganmu yang pasti telah menjadi
bertambah tua! sekarang ini ada orang yang penujui dan mau
menikah denganmu. kenapa kau banyak tingkah seperti ini"
sungguh, aku sangat berkhawatir buat hari kemudianmu
nanti!..." In Go gusar sekal;i. "Jika kembali kau banyak bacot. nonamu akan menghajar
padamu!" teriaknya. "Tetapi benar katanya-katanya saudara kecil ini. nona,"
berkata It Hiong, "Baiklah nona suka memikirkannya dengan
hati yang tenang..."
In Go tak bergusar tadi. ia cuma mengawasi bengis pada si
bocah. "Kata-kataku tidak dapat berubah!" sahutnya pada si anak
muda kita, "Sabahat she Tio. jika kau berniat membantu
akakak seperguruanku itu, supaya maksudnya tercapai, nah.
kau bersumpahlah!" Hebat nona ini, dia hanya menyebut Bu Pa Seorang.
Mendengar demikian, Tonghong Liang tidak dapat
menahan sabar. "Hm," ia perdengarkan pula suara dinginnya, Eh, saudara
Tio!" ia menambahkan pada It Hiong, "Kalau nanti perempuan
ini menjadi seorang nenek-nenek, apa sangkut pautnya
dengan dia" apa perlu nya kau memberi nasihat begini rupa
padanya?" "Fui!" In Go meludah. "Inilah urusanku bocah, apakah
sangkut pautnya urusanku denganmu" buat apa kau usil
urusanku?" Tonghong Liang berkata pula: :Dengan meniru lagak si
nona. kata ia dengan lagu suara seperti sedang menghapalkan
buku bacaan: "Bagaikan bunga adalah manisnya sebuah
rumah tangga, bagaikan air yang mengalir tenang atau sang
waktu yang lewat dengan tenteram, berduka kalau hari sudah
larut, seperti musim semi yang indah telah berlalu, "Nah itu
waktu, kau rasailah nanti!"
In Go menyabarkan diri. maka dengan memonyongkan
muka ke si kacung, dia berakta:"Oh, orang dengan lidah
busuk, yang kata-katanya jahat, kau lihatlah nanti kapan telah
tiba saat berputaranya roda di dalam neraka! itu wakrtu kau
boleh rasai bagaimana lidahmu ditarik keluar!"
Bu Pa menjadi bingung. lekas-lekas ia memberi hormat
pada semua orang. "Para hadirin, maaf," katanya, "Aku minta kalian sukalah
memberi muka padaku dengan kalian mengurangi pembicaran
kalian..." terus ia maju dua tindak pada It Hiong, buat
menjura dan berkata: "Tolong Tayhiap menyempurnakan kami berdua! aku minta
sukalah tayhiap memberikan sumpahnya."
It Hiong bingung akan tetapi belum sempat ia mengusai
dengan pikirannya tahu-tahu Hong Kun mencela pula. Si
dengki itu berkata "Siapa tidak mempunyai kepandaian, dia
memang banyak lagak dan akalnya! apakah susahnya
bersumpah terhadap seorang wanita" bukankah itu mudah
seperti seorang mencaplok barang makanan saja" saudara Bu
Pa sendianya kau minta bantuanku, selaksa kali bersumpah
pun segera akan aku habis mengucapnya dalam waktu
sekelebatan!" Pemuda itu bicara seenaknya saja, tanpa merasa ia telah
membuat merosot kehormatan atau derajat dirinya sendiri,
mungkinkah oarng bersumpah semudah itu"
It Hiong melirik, mau ia membuka mulutnya atau ia batal.
Hong Kun melihat sikap orang, dia tertawa berkakakan,
Tonghong Liang telah berpikir, maka juga sembari
tersenyum, ia berkata pada muridnya Gwa To Sin Mo
:"Saudara Bu Pa! baiklah kau merubah dan sekarang kau
minta It Hiong ini yang mengangkat sumpah untukmu! dia
sudi bersumpah untukmu, sungguh dialah orang kang ouw
sejati!" Diam-diam Bu Pa dan In Go melengak keduanya
mengawasi Hong Kun. tak sedetik juga yang mata mereka
berkedip. Hong Kun kaget sekali, kata-katanya Tong Hong liang itu
membuatnya sadar bahwa ia seperti telah membuka rahasia
sendiri. ia menyebut nama Tio It Hiong sedangkan ia sendiri
mengaku menjadi Tio It Hiong yang tulen. tadinya ia pernah
mengatakan dialah Tio It Hiong palsu, mudah akan
mengangkat sumpah tetapi merobohkan Bu Pa itulah sukar...


Iblis Sungai Telaga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi murid dari It Yap Tojin itu tidak kekurangan akal. ia
bermuka tebal, terus ia berlaku tidak tahu malu, ia pikir,
biarlah orang ragu-ragu terus tentang dirinya dan It Hiong,
maka ia lekas berkata lagi:"Akulah Tio It Hiong palsu! mana
mungkin nona In Go Mau percaya aku?"
Tepat itu waktu, terdengar pula suara tajam dari si orang
tua keriputan tadi. dia itu berdiri terpisah jauh dari mereka.
kata dia :"Apa kataku si orang tua" kalian berdua semuanya
Tio It Hiong palsu" nah, sekarang ini tampaklah ekornya si
rase?" Suara itu dsusul dengan tawa nyaring tak sedap didengar
Semua orang melengak. Justru itu suara tersebut kembali
terdengar, kali ini:" Sebenarnya masih bagus aku cuma
mengatakan kalian adalah Tio It Hiong palsu! sebenarnya
kalian adalah dua buah kantung nasi! bahwa saja mendengar
nama-nama murid Gwa To Sin mo--kamu sudah takut
melawannya, kamu berdualah saling dorong, saling tolak
menolak ! sungguh sangat memalukan!--Hm!"
Dua-duanya It Hiong dan Hong Kun mendeongkol sekali
mendengar kata-katanya arang tua berkulit muka keriputan
itu, bahkan si orang se Gak yang terlebih gusar, maka juga dia
mendahului It Hiong membentak keras:"Seorang tua bangka
masih tidak mengharagakan dirinya sendiri! bagaimana kau
suka usil orang lain! Kenap akau mengaco belo" benarbenarkah
kau berani" kalau benar, kemarilah kau" mari kita
main-main buat beberapa jurus coba lihat siapa yang
memalukan saja!" Hebat dampratan itu semua menerka tentunya si orang tua
akan sangat gusar. Bahwa bakal terjadilah peristiwa, semua
orang lantas menoleh, dan mengawasi orang tua itu, guna
menyaksikan apa sambutannya.
Sambutan itu sungguh diluar dugaan!
Si orang tua berdiri tenang, kepalanya di angkat, matanya
mengawasi si putri malam, kemudian dia bertindak perlahan,
kedua tangannya digendongkan dipunggungnya, ia berjalan
mondar-mandir, ia berdiam saja, sedikitpun ia tidak
menghiraukan suaranya Hong Kun itu.
It Hiong kemudian memperdengarkan suaranya, tetapi ia
tidak berlaku kasar seperti itu.
Hong Kun ia hanya berkata:"Cianpwe, kau mengatakan kau
dapat membedakan Tio It Hiong yang tulen dan palsu, aku
kira itulah cuma kata-kata buat menipu orang saja. jika
cianpwe benar pandai dan juga bernyali besar, silakan
cianpwe datang kemari, guna membuktikan kami berdua siapa
sebenarnya kantung nasi! coba cianpwe pastikan, siapa Tio It
Hiong dan siapa si palsu!"
Baru saja mendengar suara tajam anak muda itu. si orang
tua keriputan itu menoleh, terus dia mengawasi dengn
suaranya yang dingin :"Jika kalian berdua memikir menyuruh
aku si tua turun tangan buat memberi hajaran kepadamu,
buat itu kamu harus menantikan kesempatan yang baik, kalau
telah tiba saatnya yang aku sedang bergembira! apa saja
kamu kira dengan dua tiga dampratan saja kamu dapat
membuat aku gusar atau turun tangan" tidak! Tidak demikian
mudah!" Bu Pa gusar sekali, si orang tua itu, menurut anggapannya,
telah mengganggunya, suaranya juga tidak sedap di telinga.
"Tua bangka tak mau mampus!" dampratnya, sengit
"Bagaimana di depan Tio Tayhiap kau berani omong tentang
tulen dan palsu" lekas kau pergi!"
Masih si pelajar tidak bergusar, dia cuma tertawa dingin
berulang-ulang. ***** sembilan puluh dua "Tio It Hiong sudah kabur keluar lautan?" kata dia, "Dia
telah terdampar sampai di kouw long-ta. Jika tidak ada aku si
tua yang menolongnya, pasti dia sekarang sudah tinggal
tulang belulangnya yang berserakan di pesisir pasir! Mana dia
mempunyai jiwanya lagi?"
It Hiong mendapat kesan bahwa bicara nya si tua itu benar
adanya, hanya saja kapannya dia telah tiba di kouw long-ta"
maka itu ia lantas berpaling kepada Gak Hong Kun, yang diam
melengak. Hong Kun menginsafi kata-katanya si tua. ia menerka si tua
mestinya Hay Thian It siuw, si kokok beluk laut, yang tinggal
menyembunyikan diri di kouw long ta, hanya itu, setahunya,
Hay Thian iT Siauw bermuka merah, berhidung bengkung dan
potongan mukanya mirip muka kuda, dia ini sebaliknya
berkulit muka keriputan, ia menundukkan kepala seakan mikir
itu. It Hiong mengawasi, ia melihat lagak orang itu, ia menerka
apa yang dia itu pikir. "Saudara Gak, kenalkah kau akan orang tua ini?" ia tanya
sabar. "siapakah dia?"
Panggilan "saudara Gak" itu membikin Hong Kun terkejut,
panggilan itu menyatakan sendiri bahwa It Hiong ialah It
Hiong, toh terpengaruh pertanyaan itu dia menjawab singka"
Mungkin dialah Hay Thian It Siauw yang hidup menyendiri di
kouw long ta......" Nama Hay Thian It Siauw membuat It Hiong terkejut di
dalam hati. Jago tua itu muncul pula, mungkin dia ada
sangkut pautnya dengan pertemuannya di In Bu San nanti,
maka itu makin perlu saja ia mendapatkan pulang pedangnya
mustikanya. "Bagaimana?" ia tanya dirinya sendiri.
"Apakah perlu aku merampasnya dengan kekerasan?"
karena berpikir begini, ia lantas mengawasi Kiauw Couw.
Justru itu terdengar tawanya Bu Pa, yang terus berkata
keras "Mahluk menjemukan itu benar-benar mengacau kata!
adik, kau lihat, hendak aku mengusirnya pergi!"
Tatkala itu, sang fajar tengah mendatangi, sang rembulan
telah tenggelam ke arah barat, sang angin mendadak saja
datang menderu-deru, membuat pepohonan tergoyanggoyang
keras. "Cis"In Go memperdengarkan suaranya, "Buat apa
memperdulikan dia" urusan kita lebih penting! Kau mau urus
atau tidak ?" Bu Pa heran hingga ia membuka matanya lebar-lebar.
"Sabar,adik" katanya bermohon, "Sekarang ini hatiku
sedang bingung, tak dapatkah kau mengalah sedikit dengan
kau merubah syarat itu dengan yang terlebih ringan?"
Sang adik seperguruan menggeleng kepala.
"Kakak, apakah kau takut akan kesulitan dan hatimu telah
berubah?" tanyanya. "Kenapa" benarkah kau menghendaki aku menukar
pikiranku?" Suara si nona halus tetapi nadanya tajam.
Nona Tonghong mendengar pembicaraan orang, dia
tertawa. "Aku mendapat sebuah pikiran, yang ada baiknya buat
kedua belah pihak!" katanya.
"Tinggal kau, adik, kau sudi menerimanya atau tidak"...."
In Go mengawasi Kiauw Couw, dia agak tertarik hati.
"Pikiran apakah itu, kakak?" tanyanya cepat. "Coba kakak
jelaskan!" Tonghong Kiauw Couw mengawasi nona itu, dia bersikap
sungguh-sungguh. "Menurut kau, adik apakah sudah pasti yang kau baru mau
menikah dengan kakakmu kalau kakakmu itu telah dapat
mengalahkan Tio It Hiong?" tanyanya.
Mukanya In Go menjadi merah, tetapi dia mengangguk.
"Ya" sahutnya. "Sekarang ini Tio It Hiong telah dapat dicari" Kiauw Couw
berkata pula "Tapi disamping itu, adik. kau kuatir kakakmu
dan saudara Tio itu berkongkol, kau bercuriga yang mereka
berdua akan main gila supaya Tio It Hiong berpura-pura kalah
karena itu, benarkah kau menghendaki Tio It Hiong mesti
mengangkat sumpah?" In Go mengangguk pula. "Benar" sahutnya, dia tetap likat.
Tonghong Kiauw Couw tertawa.
"Rupanya kau masih belum sadar, adik!" demikian katanya.
"Taruh kata benar mereka berdua bersekongkol dan Tio It
Hiong berlagak kalah, bukankah itu baik sekali untukmu"
bukankah mereka telah melakukan perbuatan mereka dengan
maksud baik?" "Siapa yang menghendaki mereka bersekongkol dan Tio It
Hiong mengalah?" kata In Go, suaranya tetap. "Aku hendak
menguji kepandaian sungguh dari kakak seperguruanku itu!"
"Nah, bagaimanan andaikata kakakmu kalah?" nona
Tonghong menanya pula. "Aku akan menjadi pendeta!" sahut In Go tanpa berpikir
pula. "akan aku cukur gundul rambutku dan menjadi nikouw!
demikianlah perjanjiannya kami dahulu! dalam hal itu aku
tidak menyesal!' Kiauw Couw terharu mendengar jawabannya nona itu, yang
tabiatnya aneh dan teguh, biar bagaimana, ia bingung juga,
lalu ia menghela napas perlahan.
"Sungguh cinta sejati!" katanya kemudian "hanya itu dibalik
itu sang penasaran dan penyesalan tengah mengancamnya!
oh, adik yang baik, aku harap janganlah sampai tejadi
kesalahan besar di belakang hari, sebab Yaitu akan berarti
penyesalan seumur hidup!"
In Go mementang mata lebar mengawasi nona di depannya
itu, hatinya tergugah mendengar disebutnya penasaran dan
penyesalan tanpa terasa, air matanya meleleh keluar.
"Perjanjiannya tak dapat dapat disangkal!" katanya, "hal itu
tak dapat dibuat sesalan. kesudahan urusan ini, bagus atau
buruk, tergantung kepada kepandaiannya kakakku ini?"
"Orang yang palsu atau yang sengaja mengalah, tak aku
terimah baik. !" sahut si nona tergas.
"Siapa yang tulen dan siapa yang palsu tak dapat aku
menentukannya," berkata Kiauw couw, walaupun demikian,
aku kira, dapat kita minta mereka jangan mau mengalah..."
In Go berdiam dia hanya mengawasi nona di depannya ini.
Nona Tonghong menunjuk pada It Hiong, ia tanya nona itu
:"Bukankah tadi kakakmu menunjuk Tio It Hiong ini untuk
diajak bertempur?" In Go mengangguk. "Tetapi dia tidak mau mengangkat sumpah. dia harus di
curigai!" sahutnya. Nona Tonghong menunjuk Gak Hong Kun,
"Dan ini tuan Tio It Hiong, dia telah mengatakan suka
mengangkat sumpah, bukan ?" tanyanya.
"Benar" jawab In Go, "Tetapi kakakku tidak sudi bertempur
dengan dia!" Kiauw Couw tertawa. "Nah, disinilah terletak cara pemecahannya!" bilangnya,
"Maksud ialah membuat mereka dua Tio It Hiong! biarlah yang
bersedia bersumpah mengangkat sumpahnya dan yang suka
bertempur melakukan pertempurannya dengan kakakmu!
bukankah itu bagus?"
"Bagus!" Bu Pa mendahului menyatakan persetujuannya,
bahkan dia bertepuk tangan. "Cuma kau yang cerdas, nona
yang berhasil mendapatkan cara pemecahannya ini! nona, aku
sangat kagum terhadapmu!"
In Go melirik kakaknya itu, dia membungkam.
Hong Kun mendengar semua itu, dia berpikir: "Memang
aku menyatakan bersedia buat mengangkat sumpah, tetapi
aku mengatakannya itu cuma guna mendorong hatinya Tio It
Hiong supaya dia berkutat melayani Bu Pa bertempur, tak
peduli siapa yang kalah atau menang diantara mereka, aku
hanya tetap menyaksikan suatu tontonan yang menarik hati!
baiklah, akan aku berikan sumpahku!" Maka ia lalu berkata
"Demi membantu menyempurnakan jodoh kalian berdua, aku
suka mengangkat sumpah! nah, kalian dengarlah!"
Dengan sikap gagah, Hong Kun mengajukan diri, lantas ia
menunjuk keatas lalu kebawah! segera terdengar sumpahnya
:"Raja di langit dan ratu di bumi menjadi saksi, disini Tio It
Hiong dan Bu Pa hendak mengadu kepandaian silat, jika ada
salah satu yang mengalah dan berpura kalah, biarlah dia
dikutuk biarlah bajingan membetot arwahnya dan siluman
merampas sukmanya, supaya tubuhnya dikutungkan dua dan
dicincang!...." "Bagus! bagus! " nona Tonghong berseru memuji, hingga
karenanya , kata-katanya Hong Kun kena diputuskan, dia tidak
meneruskan hanya terus dia menghampiri It Hiong kkan
berkata pada pemuda itu:"Sekarang tinggal kau, sahabat"
It Hiong segera berpikir :"Aku tidak bersumpah, tidak apa
aku mengalah terhadap Bu Pa ini pun guna membantu jodoh
mereka itu dapat dirangkap! bukankah itu bagus dan baik
sekali?"" maka segera ia mengambil keputusan, terus ia
menyapa Bu Pa "Saudara Bu Pa, mari! sudilah kau memberi
pengajaran padaku?" "Baik!" sahut Bu Pa lantas, bahkan ia segera lompat
menghampiri sejauh dua tombak!
It Hong pun lompat menghampiri, ia memberi hormat, yang
dibalas oleh muridnya Gwa To sin mo, yhabis itu, keduanya
sudah lantas merapatkan diri, buat mulai mnyerenag dan
menangkis buat bertempur.
Bu Pa menggunkan Ilmu silat "Ngo heng Ciang,"--tangan
panca berdua, sedangkan It Hiong mengeluarkan hang liong
Hok kuhouw kun. mulanya Biasa saja, lambat laun
pertandingan berubah menjadi seru.
In Go adalah orang menaruh perhatian paling besar,
mulanya ia memasang mata guna menjaga agar ia tidak
sampai kena diselomoti. mulanya itu, ia terus curiga, hatinya
lega selekasnya ia menyaksikan kedua pemuda itu bertempur
dengan seru, dengan bersungguh-sungguh.
Orang kedua yang perhatiannya sama sseperti si nona
adalah Gak Hong Kun, si licik yang tengah mengadu domba, ia
mau mencelakai It Hiong, maka ia mencari cara rahasia orang
andaikata It Hiong berlagak kalah. ia ingin membangkitkan
kecurigaan dan kemarahannya In Go.
Tonghong Kiauw Couw menaruh perhatian tetapi ia hanya
untuk menyaksikan cara kerjanya It Hiong, ia ingin pemuda itu
tidak digembrengi pula oleh In Go, si nona aneh, tipu apakah
yang It Hiong bakal gunakan"
Tonghong Liang tak terdengar lagi suaranya, kiranya dia
tengakh duduk bersemedi di tanah, mata dan mulutnya rapat,


Iblis Sungai Telaga Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hidungnya bekerja dengan tenang, ia mirip orang yang lagi
tidur pulas. Di tengah kalangan, kedua pemuda itu terus bertarung,
angin, yang disebabkan gerak-gerik mereka terdengar jelas.
Hang Liong Hok Houw Ciang dan Ngo Heng Ciang memiliki
masing-masing keistimewaan, buat sementara, tak terlahat
yang mana yang terlebih lemah.
Dalam hal tenaga dalam. It Hiong mencapai kesempurnaan
tetpai juga Bu Pa adalah hasil latihan selama kira-kira dua
puluh tahun, di dalam kalangan kaum sesat, dia menjadi
bintanganya yang mentereng!
Lewat satu jam kemudian maka tampak sang pagi yang
cerah, di ufuk timur muncul cahaya terang, burung-burung
pada bernyanyi, angin fajar pun halus dan mendatangkan rasa
nyaman. Pertarungan berlangsung terus , tetap makin seru, kalau
tadinya In Go merasa hatinya lega, perlahan-lahan ia mulai
berkhawatir, biar bagaiman ia menguatirkan kakaknya salah
tangan dan itu dapat mendatangkan ancaman maut,
karenanya pada parasnya tampak tampang lesu atau tak
tenang hati. lantas ia menghampiri Tonghong Kiauw couw....
"Kakak!"....panggilnya, suaranya tidak lancar.
Nona Tonghong menoleh. "Ada apa?" "Kakak,"tanyanya pula In Go, "Bagaimanakah pandangan
kakak" siapa yang bakal kalah atau menang?"
Kiauw Couw menatap muka orang, ia pun memperhatikan
suaranya si nona. "Siapa tahu?" kemudian jawabnya, yang berupa pertanyaan
juga, "kalau angin dari hujan dahsyat saling bermunculan,
siapa tahu apa akibatnya nanti?"
In Go menarik napas perlahan.
"Aku cuma menghendaki mereka menguji kepandaian,
siapa tahu mereka seperti berkelahi, untuk hidup dan mati,"
katanya suaranya tak wajar lagi.
Kiauw Couw mengawasi nona itu.
"Kalau dia terhajar mati dengan satu tangan, itulah
sepantasnya," katanya sengaja, "siapa suruh pelajaran
silatnya tidak sempurna?"
In Go terkejut, kata-katnya nona itu telak mengenai
perasaan khawatirnya. "Kakak, lihat!" tiba-tiba dia berkata nyaring.
Nona Tonghong terperanjat juga, segera ia menoleh,
hingga ia masih sempat melihat It Hiong berkelit dengan
melengakan tubuhnya kebelakaag, menyelamatkan diri dari
satu hajarannya Bu Pa, sebab nampak dahsyat itulah pukulan
yang dahsyat sekali. hanya itu selagi tubuhnya itu melengak
sebelah kakinya anak muda ini diluncurkan mengarah ke ulu
hati lawannya! Menyusul suara nyaring dari In Go, tubuhnya Bu Pa
nampak roboh terjengkang, hanya saja, dia bukan terus roboh
terguling untuk terkulai di tanah, dia justru dapat meneruskan
berjumpalitan, hingga diapun bebas dari dupakan lawannya itu
Menyaksikan kesudahan itu, tiba-tiba In Go tertawa dan
berkata:"Oh, sungguh hebat, kakak! nyata ilmu silatmu
sempurna sekali" inilah sebab dia merasa lega dan bersuka
cita. Tonghong Kiauw melirik nona itu diam-diam dia tersenyum.
Sementara itu, pertempuran telah dilangsungkan, tetap
makin seru, Gak Hong Kun menonton dengan hati puas, ia percaya
akhirnya kedua pemuda itu akan kehabisan tenaga dan itu
dapat mengakibatkan mereka dapat terluka didalamnya. Di
Hek Sek Han, pernah ia berkelahi sehebat ini demikian
melawan Bu Pa, syukur ia dapat ditolong dengan obat
mujarab dari Gwa To Sin Mo, sekarang, kalau mereka berdua
itu roboh, siapa nanti yang menolongnya" maka juga jiwa
mereka adalah bagian mati.....
Saking girang, tanpa merasa muridnya Yap To jin ini
tertawa sendirinya! In Go menoleh, dia heran.
"Kenapakah kau tertawa?" tergurnya.
Hong Kun tertawa lagi. geli tawanya.
"Nona salah mata!" sahutnya. "mereka itu tengah bersilat
balik mengawasi nona yang lagi menangis dengan ilmu silat
kembang, cuma kau saja yang kena dikelabui!"
"Ngaco belo!" bentak si nona.
Hong Kun tertawa pula. "Habis," tanyanya, "Habis apakah nona sangka mereka itu
tengah berkelahi dengan sungguh-sunggguh?"
"Apakah itu perlu dibilang lagi?"
Hong Kun menoleh, mengawasi pertempuran, ia agaknya
sangat memperhatikan karena heran.
"Kalau mereka bersungguh-sungguh, sungguh mereka
berdua seimbang kepandaiannya!" katanya kemudian,
nadanya mengejek. "Nona, pertempuran mereka itu bakal
menyebabkan mereka berdua kehabisan tenaganya!
bagaimana kalau kejadian mereka terbinasa karenanya"
apakah dengan demikian nona tak bakal menjadi janda?"
Hatinya In Go tercekat, itulah kata-kata yang ia tidak siap.
ia memang lagi menghawatirkan keselamtan kakak
seperguruannya itu. "Kalau sampai terjadi begitu, terserah kepada
takdir...."katanya sambil menghela napas.
Hong Kun tertawa. "Tak dapat kau menjadi janda nona!" katanya, "Jangan
terlalu berduka!" In Go heran, lalu ia menjadi bergirang, tiba-tiba saja ia
memperoleh harapan. "Bagaimana kau lihat kakak seperguruanku itu?" ia
bertanya, "apakah ia bakal menang?"
"Bukankah begitu, nona...."jawab Hong Kun, karena dia
memang memikir lain, dia bukan mau mengatakan Bu Pa
bakal menang, dia memikir sesuatu buat kepentingan dirinya
sendiri, dia mengarah nona itu....
"Kau bicaralah!" desak si nona, yang seperti telah habis
sabarnya, "Kenapa kau bicara setengah-setenagah?"
Hong Kun mengawasi, alis dan matanya bertemu.
"Jikalau kakak seperguruanmu itu mati" katany sembari
tertawa, "Masih ada aku! maka itu mana dapat kau menjadi
janda!" In Go kaget saking gusarnya, matanya lantas mendelik.
"Jahanam!" dam pratnya. "Bagaimanan kau menjadi begini
Pusaka Negeri Tayli 11 Pendekar Buta Karya Kho Ping Hoo Peristiwa Bulu Merak 2

Cari Blog Ini