Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen Bagian 14
habis, Pau Seng dan Lui Cauw sudah berteriak:
"Ketua Piau, untunglah Anda datang, siluman kecil ini adalah
Sumoi Hui-thian!" Su-giok baru tahu dia adalah ketua Piau-hang yang bernama
Tong Hwie-yan. Tong Hwie-yan pun terkejut dan berkata:
"Kau adalah adik seperguruan Hui-thian?"
Anak buahnya tidak mengenal Hui-thian, tapi Tong Hwie-yan
sangat tahu identitas Hui-thian.
Dia pun tahu bahwa Hui-thian adalah Wie Thian-hoan, Wie
Thian-hoan adalah cucu murid Kie Yan-gan. Keluarga Kie kecuali
kepada Wie Thian-hoan tidak menurunkan ilmu silatnya kepada
siapa pun, kalau begitu ia adik seperguruan Hui-thian ini adalah
cucu dari Kie Yan-gan! Dia tidak mau berbuat kesalahan kepada Kie Yan-gan apalagi dia
dan Kie Yan-gan adalah teman, sepuluh tahun yang lalu Kie Yan-gan
pemah datang membawa seorang gadis kecil ke Piau-hangnya, dia
memandang Kie Su-giok dengan teliti, masih terlihat sisa dari
bayangan gadis kecil itu.
Kie Su-giok tidak mengerti maksud Tong Hwie-yan, dengan
dingin dia berkata: "Aku ingin bertanya, kau sudah menjadi pengawal orang kaya
atau sudah menjadi polisi pemerintahan?"
Dengan wajah marah Tong Hwie-yan balik bertanya:
"Apa maksudmu" Aku membuka Piau-hang ini untuk melakukan
usaha yang jujur, tidak menjadi pengawal seseorang juga tidak
menjual dengan cara menjilat!"
Kata Kie Su-giok: "Kata-kata itulah yang ingin aku dengar, bila bukan keduaduanya apakah statusku sebagai Sumoi Hui-thian ada hubungannya
denganmu"'' Kata-kata Kie Su-giok membuat Tong Hwie-yan tidak mengatakan apa-apa lagi. Undangan yang disebar olehnya dan Tuan Kiam-ta serta Hie
Tiong-gwee adalah untuk mengundang para pendekar tangguh agar
berkumpul di ibukota kemudian menghadapi Hui-thian.
Bila hanya Tuan Kiam-ta dan Hie Tiong-gwee itu tidak menjadi
masalah tapi di belakang mereka masih ada Panglima Bok Ci-giauw
dan Bok Ci-giauw sudah mengeluarkan instruksi untuk menangkap
Hui-thian. Diatidakbekerjauntukpemerintah,tidakperlu
terlalu'menanggapi perintah Bok Ci-giauw, tapi Bok Ci-giauw sudah
tahu siapa ainnya, waiau bagaimana pun dia tetap harus menjaga
nama Bok Ci-giauw, apalagi dia adalah salah satu dari 3 orang yang
menyebarkan undangan untuk para pendekar, bila dia melepaskan
adik seperguruan Hui-thian, bagaimana biia diketahui oleh Bok Cigiauw" Tong Hwie-yan bertanya: "Nona apakah kau she Kie "
Walaupun dia sudah tahu, tapi dia ingin mendapat kepastian dari
mulut Kie Su-giok, dalam hati dia berpikir, 'Bila dia memang cucu
Kie Yan-gan, meskipun berbahaya bagi diriku, aku tetap harus
melepaskannya.' Walaupun dia tidak takut, tapi dia juga tidak ingin
melepaskannya begitu saja; bukan untuk dirinya tapi demi Pianhangnya Karena Hui-thian adalah buruan istana maka dia harus ditangkap
oleh Bok Ci-giauw, bagaimana pun juga dia tidak dapat melepaskan
adik seperguruan Hui-thian di depan umum.
Dengan cara apakah dia bisa melepaskan Kie Su-giok" Tapi
dengan syarat tidak dicurigai oleh orang-orang"
Walaupun dia mempunyai banyak pengalaman, tapi dalam waktu
yang sesingkat itu dia tidak mendapatkan akal yang sempurna
karena itu dia hanya bertanya kepada Kie Su-giok untuk mengulur
waktu sambil memikirkan rencana lain.
Tapi Kie Su-giok tidak tahu rencana Tong Hwie-yan, pada saat
long Hwie-yan sedang memikirkan cara yang bagus, Kie Su-giok
sudah tidak sabar, dia mulai meledak.
"Apa hubungan sheku denganmu" Apakah kau tidak mau
membiarkanku pergi?" dia mengeluarkan Ting-coa-pian lagi.
Tong Hwie-yan tertawa dan berkata:
"Seorang gadis jangan bicara kasar, memang benar siapa pun
shemu tidak ada hubungannya denganku, tapi dengan Hui-thian
tentu ada hubungannya, aku harus memeriksa dengan jelas..."
Hie Kim-giauw yang masih berada di sana berteriak:
"Betul, masih ada satu hal lagi yang lebih penting. Paman Tong,
Coh hujin baru saja diculik seseorang "
Kabar ini datang dengan begitu tiba-tiba, membuat Tong Hwieyan sangat terkejut sekaligus aneh, dia tidak tahu apa hubungan
antara Coh hujin yang diculik dengan siluman kecil itu.
Dari tadi Pau Seng sudah ingin bicara, sekarang baru ada
kesempatan. "Yang menculik Coh hujin adalah Kie Tai-seng, begitu Kie Taiseng pergi, siluman kecil ini keluar dari rumah Coh Kim-sung.
Mereka pasti satu komplotan! Ketua Tong, coba tanya kepadanya
dia mempunyai hubungan apa dengan Kie Tai-seng." Dia mengira
ketua Tong sudah tahu hubungan antara Kie Tai-seng dan siluman
kecil itu, bila tidak mengapa Ketua Tang menanyakan marga kepada
siluman kecil itu. Tong Hwie-yan sangat terkejut, tadinya dia hendak melepaskan
Kie Su-giok sekarang dia harus berubah pikiran.
Memang benar Kie Yan-gan adalah Cianpwee dunia persilatan,
dan dia berhutang budi kepadanya, tapi Coh Kim-sung adalah teman
yang dia undang Istri teman baiknya diculik, dia harus mengurusnya. Ternyata Kie.
Tai-seng adalah Kie Lek-beng.
'Kali ini aku benar-benar salah melihatnya,' pikir Tong Hwie-yan.
Wajah Tong Hwie-yan berubah menjadi serius dan berkata,
"Nona Kie, bukan aku mau mempersuhtmu, tapi aku harus
mencari tahu tentang masalah ini, sekarang aku ingin kita bertemu
dengan Coh Tayhiap. Apa yang kau ketahui harus kau jelaskan
kepada kami semua." Dengan tertawa dingin Kie Su-giok berkata:
"Dari tadi kau bicara itu-itu saja, aku tahu kau hanya mencari
alasan untuk menyusahkanku," sambil tertawa Ting-coa-pian sudah
dikeluarkan. Tong Hwie-yan tampak marah dan berkata:
"Gadis ini benar-benar tidak tahu situasi dan keadaan!"
Segera dia bergerak, siap menangkap Kie Su-giok.
Ilmu silat Kie Su-giok memang tidak setinggi Tong Hwie-yan,
tapiri* langkah-langkah Kie Su-giok sangat gesit, sekali dia bergerak
Ting-coa-piann sudah menyapu dan mencoba membelit kaki Tong
Hwie-yan. Tong Hwie-yan melihat Kie Su-giok tidak mau mundur hatinya!
mulai kesal, dia berpikir,
"Aku melihat wajah kakekmu, maka tidak mau membunuhmu
Sekarang terpaksa aku harus memberimu pelajaran." Dia segera
memindahkan kakinya, Ting-coa-pian hampir mengenai alas
sepatunya Kaki kirinya diangkat, kaki kanan sudah menginjak Teng
Shi Bain dengan ilmu Wan-yo-lian-hoan-tui (Tendangan Berantai
Burung Wan-yo) ini. Tapi ilmu pecut Kie Su-giok pun sukar diduga sama sekali oleh
Tong Hwie-yan apalagi pecut itu bukan pecut biasa, begitu kakinya
diturunkan, pecut Kie Su-giok sudah ditarik dan dia memainkan lagi
pecutnya. Kie Su-giok tahu bahwa ilmu silat Tong Hwie-yan berada
diatasnya beberapa kali lipat, dia pun tidak berani sembarangan
menyerang. Dalam hati Kie Su-giok berpikir,
"Pecutku panjang, tangannya pendek, bila aku terus berjaga
tidak menyerang, pasti bisa bertahan selama beberapa saat." Dia
berharap Coh Thian-su keluar setelah mendengar suara ribut karena
pertarungan Dan dia bisa lolos dari Tong Hwie-yan, walaupun dia tahu bahwa
Coh Thian-su terus menjaga ayahnya dan harapan dia keluar untuk
menolongnya sangat kecil, tapi lebih baik memiliki harapan daripada
tidak sama sekali. Harapannya sudah hampir hilang, Tong Hwie-yan tidak peduli
pecut itu lebih panjang dan tangannya pendek, dengan berani Tong
Hwie-yan menyerang masuk ke dalam lingkaran pecut itu. Kie Sugiok sangat terkejut dan marah, dalam hati dia berpikir, 'ilmu
silatmu memang lebih tinggi dariku, tapi bila bertarung seperti itu,
kau terlalu memandang enteng kepadaku!"
Kie Su-giok marah dan tidak berpikir lagi, dia berteriak: "Baiklah, aku akan melawanmu!" dia mengangkat pecutnya segera
mengeluarkan jurus Su-houw-pian (Pecut Mengunci Tenggorokan).
Tong Hwie-yan pun marah, dalam hati dia berpikir, 'Umurnya
masih begitu muda sudah mengeluarkan jurus begitu ganasaku
harus memberi pelajaran kepadanya!' dua jari menjepit dan pecut
itu sudah dijepit oleh Tong Hwie-yan, dengan tertawa dingin Tong
Hwie-yan berkata: "Sudah terbukti bukan dengan keahlianku!"
Walaupun ujung pecut sudah dijepit, Kie Su-giok merasa aneh
karena tenaga jarinya sangat tajam seperti gunting, bila itu pecut
biasa mungkin pecut itu akan terpotong. Untungnya Ting-coa-pian
adalah senjata langka, walaupun tenaga yang dikeluarkan untuk
memotong pecut itu sangat kuat tapi tidak akan mampu
memotongnya. Tidak bisa memotong pecut itu, segera dia menarik pecut itu dan
berteriak, "Lepaskan pecut ini!" Kie Su-giok sudah ditarik oleh Tong Hwie-yan hingga maju beberapa langkah, dengan tertawa dingin Kie Sugiok berkata: "Tidak tahu malu! Yang lebih tua menghina yang lebih muda!"
Kie Su-giok melepaskan pecut itu dan berniat melarikan diri tapi
dia melihat Tong Hwie-yan yang begitu kuat, dia tahu bahwa dia
tidak dapat melarikan diri
Kata Tong Hwie-yan: "Dengan baik-baik, aku menyuruhmu ikut ke Piau-hang tapi kau
menolaknya, sekarang bila kau dengan sukarela ikut denganku, aku
tidak akan menghinamu, asal kau mau jujur kepadaku!"
Pada saat itu terdengar ada kereta kuda yang datang.
Pau Seng dan Lui Cauw mengira yang datang adalah Kie Tai-seng
segera mereka berdua menjadi waspada, datangnya kuda putih
yang begitu bagus dengan keempat kakinya yang bertapal hitam
seperti tinta, sekali melihat pun sudah tahu bahwa kuda-kuda itu
adalah kuda-kuda yang mahal, kusirnya adalah seorang pemuda
yang berusia 20 tahunan, bajunya terlihat mewah, kepalanya
dipasang seperti gelang emas. Sekali dilihat pun sudah tahu bahwa
dia adalah orang kaya, walaupun Pau Seng dan Lui Cauw
pengalaman hidupnya sangat banyak, tapi mereka tidak pernah
melihat kereta kuda yang begitu mewah. Mereka hanya bisa
terpaku. Kuda yang bagus sudah jarang bisa dilihat, apalagi anak orang
kaya yang menjadi kusir. Ini membuat orang menjadi aneh, mereka
terus melihat kereta kuda itu.
Tiba-tiba pemuda itu menghentikan kereta di depan mereka.
"Tidak tahu malu! Yang lebih tua menghina yang lebih muda."
Sambil berkata seperti itu terdengar suara senjata rahasia yang
ditembakkan. Jari Tong Hwie-yan masih menjepit pecut itu, walaupun pemuda
itu datang dengan segala keanehan tapi Tong Hwie-yan tidak
peduli, tapi begitu mendengar suara senjata rahasia, dia segera
mengayunkan lengan bajunya.
Senjata tajam pemuda itu, yang pertama berhasil dipukul jatuh,
dua senjata lewat di atas kepala Tong Hwie-yan.
Saat menembakkan senjata rahasia yang penting adalah harus
tepat mengenai sasaran, senjata rahasia pemuda itu ditembakkan
lebih tinggi dari sasarannya, bahkan berada 1 meter di atas sasaran.
Tong Hwie-yan tertawa mengejek,
"Ilmu melepaskan senjata rahasiamu begitu jelek, tapi masih
berani menggunakannya."
Belum habis berpikir, dua senjata rahasia itu kembali lagi dengan
kecepatan yang lebih tinggi.
Kali ini benar-benar di luar dugaan Tong Hwie-yan, dia sudah
sulit mengelak, karena senjata itu datang dengan begitu cepat dan
kuat. Tidak mungkin dapat menahan serangannya dengan lengan
baju, dengan terpaksa dia melepaskan pecut Kie Su-giok dan
menyambut dua senjata rahasia itu, terdengar suara senjata yang
terjatuh Dua senjata rahasia berhasil disentil tapi jari-jarinya terasa pedas
dan sakit seperti terkena api, karena pengalaman hidup Tong Hwieyan cukup banyak, dia tahu bahwa senjata rahasia itu sudah ada
racun. Bila terluka racun itu bisa masuk ke dalam tubuhnya, dia
menyentil dua senjata rahasia itu, tapi jarinya tidak terluka, ini
membuatnya agak tenang. Tapi sekarang dia juga harus hati-hati, siapa pun pemuda itu dia
memiliki senjata rahasia yang begitu aneh Seperti datang dari luar
perbatasan. Belum habis berpikir, terdengar dia berkata:
"Adik Giok, jangan takut, aku akan' membantumu," dia sudah
turun dari kereta kuda. Pemuda itu tidak lain adalah kakak angkat Kie Su-giok-yang
bernama U-bun Hoo. ---ooo0dw0ooo--- C. Siluman Pek-toh-san Pau Seng dan Lui Cauw berteriak:
"Berhenti!" mereka sudah menghadang dari sisi kiri dan kanan Tanya U-bun Hoo:
"Kalian menyuruhku diam di sini mau apa?"
Pau Seng dengan marah berkata:
"Bocah kurang ajar..." kata-katanya belum habis, dia sudah
merasa lututnya mati rasa, dia membungkukan tubuh, begitu juga
dengan Lui Cauw kata-katanya belum selesai dia sudah berlutut.
U-bun Hoo tertawa terbahak-bahak
"Ternyata kalian menghormati kedatanganku, maaf aku tidak
bisa menerimanya." Ternyata mereka berdua sudah terkena Bweehoa-ciam. Dengan cepat U-bun Hoo mendekati Tong Hwie-yan dan berkata:
"Kalian sudah berani menghina adikku, aku akan mengurus Kalian!"
begitu suara keluar telapak tangannya juga bergerak.
Tong Hwie-yan terkejut murid laki-laki lain, dalam hati dia
berpikir, 'Kie Yan-gan hanya mempunyai seorang cucu perempuan
bila gadis ini adalah cucu Kie Yan-gan, datang dari manakah asalnya
kakak gadis ini" Apakah dia adalah Hui-thian" Karena saudara
seperguruan pun sering memanggil dengan sebutan adik atau
kakak" Walaupun dia belum pernah bertemu dengan Hui-thian, tapi
menurut Tuan Kiam-ta dan Hie Tiong-gwee, Hui-thian tidak terlalu
jelek, tapi tidak terlihat seperti seorang pelajar.
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia masih berpikir mengapa Kie Su-giok dan laki-laki itu adalah
adik dan kakak, Kie Su-giok pun tidak membantahnya, dalam hati
Tong Hwie-yan berpikir, 'Walaupun mereka berdua bukan adik
kakak, tapi mereka juga ada hubungan dengan keluarga Kie.'
Karena dia sedang memikirkan keluarga Kie, begitu U-bun Hoo
menyerangnya dengan dua telapak tangan, dia tidak membalasnya
dengan tenaga yang kuat. Empat telapak tangan beradu, membuat Tong Hwie-yan terkejut.
Dia menerima telapak tangan U-bun Hoo, terasa panas seperti
arang, kemudian pada saat menyambut telapak tangan kiri terasa
dingin seperti es batu, menusuk hingga ke jantung.
Untung tenaga dalamnya sangat kuat, begitu menemukan hal
aneh seperti itu dia hauya terkejut tapi tidak terluka.
Di dunia persilatan yang berlatih telapak pasir besi beracun
tidaklah terlalu banyak. Menemukan ilmu telapak di mana telapak
yang satu dingin dan telapak lainnya panas, dia cukup merasa aneh,
dari pengalamannya, ilmu ini bukan telapak tangan beracun tapi ini
adalah ilmu silat hitam"
U-bun Hoo melihat Tong Hwie-yan seperti ketakutan, dan dia
sangat senang kemudian berkata:
"Ternyata ilmu silat ketua Piau hanya begitu saja."
Hati Tong Hwie-yan tersinggung, dan dia berteriak: "Ternyata
kau adalah siluman dari Pek-toh-san!"
Dengan tertawa dingin U-bun Hoo berkata:
"Orang Pek-toh-san tidak seperti kalian yang tidak tahu malu,
seperti ketua Piau beraninya hanya menghina gadis yang masih
muda!" Dengan tertawa dingin Tong Hwie-yan berkata:
"Kau kira aku tidak tahu siapa kau sebenarnya, bila mengatakan
tidak tahu malu, semua orang akan mengalah kepada kalian karena
ilmu silat Pek-toh-san ada 3 macam yang teristimewa. Pertama
adalah Han-peng-ciang (Telapak Es), kedua adalah Ho-yan-to (Pisau
Api) dan yang ketiga adalah berlatih kulit muka hingga setebal
dinding. Dengan mengandalkan ketiga ilmu ini cukup untuk bekal
berkelana di dunia persilatan. Han-peng-ciang dan Ho-yan-to adalah
ilmu yang sangat biasa, tapi tidak disangka ilmu muka tebalnya
benar-benar sudah diturunkan semuanya kepadamu!"
Han-peng-ciang dan Ho-yan-to memang ilmu istimewa dari Pektoh-san, tapi ilmu bermuka tebal dinding itu adalah karangan dari
Tong Hwie-yan yang menertawakan ilmu hitam dari perkumpulan
Pek-toh-san. Sekarang Tong Hwie-yan sudah tahu identitas U-bun Hoo, dia
tidak akan ragu-ragu lagi mengeluarkan kebisaannya, tenaga Tong
Hwie-yan seperti kapak membelah gunung batu, juga seperti palu
yang memukul hancur sebongkah batu. Sekarang U-bun Hoo baru
tahu kelihaian Tong Hwie-yan, dia tidak berani langsung
menyambutnya. Han-peng-ciang dan Ho-yan-to mana bisa melukai
lawan seperti dia" Dalam waktu singkat U-bun Hoo sudah masuk ke dalam lingkaran
bayangan telapak tangan, bila bukan karena takut melukai Kie Sugiok, U-bun Hoo sudah dipukul hingga jalan darah dan tulangnya
berantakan. U-bun Hoo pun memakai cara licik, dia tahu bahwa Tong Hwieyan tidak berani melukai Kie Su-giok, maka bila berada dalam
bahaya, dia selalu berlindung di belakang tubuh Kie Su-giok, malah
kadang-kadang bersembunyi, membiarkan Kie Su-giok-yang
menahannya. Sebenarnya Kie Su-giok mulai mencurigai kakak angkatnya, tapi
kecurigaannya mulai luntur karena kebaikan kakak angkatnya yang
sudah mcnolongya. Karena dia sudah dibantu oleh U-bun Hoo maka dia ikut-ikutan
mengejek Tong Hwie-yan. Kie Su-giok tahu bahwa Tong Hwie-yan berteman dengan
kakeknya, waktu kecil dia pernah ikut kakeknya singgah ke Piauhang walaupun saat itu dia masih kecil tapi kejadian itu dia masih
ingat dengan jelas. Karena itulah dia menjadi marah kepada Tong Hwie-yan, Tuan
Kiam-ta dan Hie Tiong-gwee menyebarkan undangan untuk para
pendekar-dalam menghadapi kakak seperguruannya yaitu Hui-thian,
dia tahu F semuanya setelah tiba di Peking.
Bila Kie Su-giok sedikit mengerti keadaan Tong Hwie-yan yang
sebenarnya, mungkin dia akan memaafkan Tong Hwie-yan karena
posisinya sangat sulit, tapi dia terlalu disayang oleh kakeknya dan
Ong Toanio, maka "pada saat dia berkelana di dunia persilatan, dia menjadi seorang
gadis yang f tidak bisa memahami perasaan orang.
Tong Hwie-yan sudah berada di atas angin, Kie Su-giok dan Ubun Hoo kedua-duanya berada di dalam lingkaran bayangan telapak
tangan "Tong Hwie-yan, tapi saat sekarang Tong Hwie-yan tidak
berniat untuk " membunuh.
Hati Tong Hwie-yan sangat kesal, dia berteriak dan memukul I
pundak Kie Su-giok dengan berat hati. Yang dia gunakan adalah
ilmu silat f Ke-san-ta-gu (Memukul Kerbau Dari Bauk Gunung). Kesan-ta-gu f adalah sejenis ilmu silat, bila sudah menguasai ilmu ini
walaupun dihalangi f orang atau apa pun, tetap akan bisa melukai
lawan, tapi barang atau orang f yang menghalanginya tidak akan
terluka, sebenarnya tidak perlu sampai berjarak satu gunung untuk
bisa membunuh kerbau, ini hanya membesar[)C^?? rml> 11 klltjjuuj'U
.tmjij, wyM ium nwviiuiiiju uuuilul ilivotuuliil ivtluiiuugi
. oleh tembok, tetap masih bisa melukai orang yang berada di
balik tembok [ itu. Tiba-tiba ada yang berteriak:
"Paman Tong, berhenti dulu!" suara ini adalah suara seorang
gadis, suaranya sangat terkejut dengan keadaan di sana. ternyata
dia adalah Coh Thian-hong yang baru keluar dari rumah. Begitu
keluar dia melihat Tong Hwie-yan yang ingin membunuh Kie Sugiok, Coh Thian-hong tidak tahu keistimewaan ilmu Ke-san-ta-gu.
Lui Cauw dan Pau Seng melihat Coh Thian-hong, segera salah
satu dari mereka bertanya:
"Bagaimana keadaan ayahmu?" yang satu lagi berkata,
"Apakah siluman itu adalah kaki tangan Kie Tai-seng?"
Coh Thian-hong adalah gadis yang pintar, sekali mendengar dia
sudah tahu mengapa Tong Hwie-yan ingin membunuh Kie Su-giok,
dia tidak mempunyai waktu untuk menjawab pertanyaan Pau Seng
dan Lui Cauw. Dia berteriak: "Kalian jangan salah paham kepada Nona Kie, dialah yang
menolong ayah dan juga aku!"
Karena Tong Hwie-yan tidak yakin dengan hasil ilmu Ke-san-tagu maka begitu mendengar suara teriakan Coh Thian-hong, secara
reflek tenaga telapak tangannya langsung berkurang, demi
membunuh siluman Pek-toh-san, dia tidak mau sampai melukai Kie
Su-giok. Penyebab yang lain adalah dia belum tahu apakah Coh
Kim-sung masih hidup atau sudah mati. Dia menganggap Kie Sugiok bersekongkol dengan ayahnya. Bila Coh Kim-sung sudah mati
maka Kie Su-giok harus mempertanggung jawabkan Kematian Coh
Kim-sus?. Sekarang dia mendengar bahwa Coh Kim-sung tidak mati bahkan
Kie Su-giok lah yang menolong nyawa Coh Kim-sung dan Coh Thianhong, dia pun menjadi tidak yakin apakah bisa melukai Kie Su-giok,
meneruskan pukulannya atau tidak, semua juga yang membuatnya
menjadi ragu. U-bun Hoo sudah tahu bahwa Tong Hwie-yan dengan cara apa
pun ingin membunuhnya. Melihat Tong Hwie-yan yang sedang raguragu, dia segera keluar dari jangkauan telapak Tong Hwie-yan.
Kelima jari Tong Hwie-yan tepat mengenai pundak Kie Su-giok,
Kie Su-giok merasa seperti sebuah bola yang dilempar, Coh Thianhong sangat terkejut dan berteriak.
Tapi perasaan Kie Su-giok terasa aneh, dia merasa tubuhnya
ringan dan melayang ke atas, juga merasa ada sebuah tangan yang
besar yang tidak terlihat dengan ringan mengangkatnya, kemudian
menaruhnya dengan perlahan. Begitu kakinya menginjak tanah, dia
tidak terluka sama sekali.
Ternyata Tong Hwie-yan masih tetap dengan cara yang unik
melempar dia keluar dari arena karena U-bun Hoc sendiri sudah lari.
Tong Hwie-yan tidak mau beresiko menggunakan ilmu silat yang dia
belum yakin pasti berhasil, kalau Kie Su-giok ditangkap dan dibawa
ke Piau-hang, dia juga akan kerepotan, maka dengan cara inilah dia
melepaskan Kie Su-giok. Begitu Tong Hwie-yan mendorong telapak tangannya ke arah Kie
Su-giok, dia juga ingin mengejar U-bun Hoo tapi U-bun Hoo sudah
melepaskan senjata rahasianya. Senjatanya disebut Hiang-pu-tan
(Peluru; Asap Wangi). Begitu dilepaskan peluru itu akan meledak,
dan udara akan dipenuhi oleh kabut yang wangi, kabut ini akan
membuat orang tidak, sadarkan diri dan keracunan.
U-bun Hoo di dalam kabut itu dia berada di depan Kie Su-giok,
dia lalu segera menariknya pergi.
Pau Seng dan Lui Cauw yang baru bisa berdiri, mereka pun
menghisap kabut ini dan langsung pingsan.
Untung kabut itu tidak mengandung racun yang berat, begitu
orang-orang Biao menyiram mereka dengan air, mereka langsung
sadar. Kata Coh Thian-hong: "Paman Tong, ayahku tidak bisa datang ke Piau-hang, maka aku
mengajak paman untuk datang ke tempat kami."
Tong Hwie-yan melihat Pau Seng dan Lui Cauw yang mulai sadari
hatinya pun menjadi tenang, dia berkata:
"Aku juga ingin menengok ayahmu, mari kita pergi!"
Kata Coh Thian-hong, "Cici Hie, mengapa kau pun berada di sini?"
Jawab Hie Kim-giauw: "Keluargamu sedang terkena musibah, setelah aku melihati
keadaan Paman Coh, nanti baru kita mengobrol lagi."
Luka Coh Kim-sung sangat berat, untung tenaga dalamnya kuat
apalagi dia sudah dibantu oleh Kie Lek-beng, walaupun belum bisa
berjalan tapi dia sudah mempunyai tenaga untuk bicara.
"Aku dengar di luar ada keributan, apa yang sudah terjadi?"
Tong Hwie-yan belum sempat bicara, Coh Kim-sung sudah
mendahuluinya bertanya. Coh Thian-hong tidak mau ayahnya merasa khawatir tentang
keadaan Kie Su-giok, maka dia menjawab:
"Tidak ada apa-apa tadi cici Kie bertemu dengan Paman Tong."
Tanya Coh Kim-sung: "Tong Toako, apakah kau membuatnya mengalami kesulitan?"
"Aku sudah jelaskan kepada Paman Tang, tentu Paman Tang tidak
akan membuatnya susah, kami sudah mengatur kepergiannya
dengan kereta kuda." Kata Coh Thian-hong.
"Pantas tadi aku mendengar ada suara kereta kuda, pagi-pagi
begini sudah ada kereta, dia memang bernasib baik. dia sudah pergi
aku pun merasa tenang, walaupun ayahnya seperti itu tapi dia
adalah gadis yang baik." Kata Coh Kim-sung.
Tanya Tong Hwie-yan: "Apakah ayahnya Kie Tai-seng ?"
Coh Kim-sung mengangguk dan menjawab: "Benar, dan dia
sangat dendam kepadaku tapi aku juga berhutang budi kepadanya,
anggap saja ini semua sudah selesai. Tong Toako, tidak perlu
mencari-cari Kie Tai-seng lagi."
"Kali ini aku yang menyusahkanmu, aku jadi tidak enak
kepadamu." Karena dia yang menyebarkan undangan untuk para pendekar
maka Coh Kim-sung mau datang ke ibukota. Dan Kie Tai-seng
sendiri diundang oleh adiknya, maka terjadilah hal seperti ini. Hati
Tong Hwie-yan menjadi tidak enak.
Coh Kim-sung tertawa kecut dan berkata:
"Tapi aku pun harus merasa senang?"
Tong Hwie-yan merasa aneh dengan perkataan ini dan bertanya:
"Coh Toako, kau sedang membicarakan hal apa?"
"Kita adalah teman lama, tentu kau tahu sekarang ini kita sedang
mengkhawatirkan apa. Sekarang aku sedang terluka parah jadi aku
mempunyai alasan untuk mundur. Memang ini adalah kecelakaan
tapi sekaligus rejeki."
Coh Thian-su dan adiknya tidak mengerti apa yang sedang
dibicarakan oleh ayahnya, tapi Tong Hwie-yan sudah mengerti,
artinya adalah karena Coh Kim-sung terluka, dia bisa bicara terangterangan dia tidak mau bertarung dengan Hui-thian.
Tanya Tong Hwie-yan: "Coh Toako, bagaimana perasaanmu" Lebih baik aku memeriksa
jalan darahmu dulu."
"Aku sudahh tidak apa-apa lukaku memang berat tapi aku tidak
mungkin mati, Guru Yu He-cu pun terkena jarum beracun lebih baik
kau lihat dia dulu."
Tong Hwie-yan ahli dalam pengobatan, dia memeriksa jalan
darah Coh Kim-sung, benar juga lukanya memang parah tapi sudah
melewati masa kritis. Yu He-cu yang terkena jarum beracun masih belum sadarkan diri,
tadi dia sempat sadar dan pingsan lagi, jarum beracun itu diteliti
oleh Tong Hwie-yan dan berkata:
"Jarum beracun ini milik Keluarga Bok!"
"Bukankah itu milik keluarga Tong?" Tanya Coh Kim-sung
Kata Tong Hwie-yan: "Coh Toako, kau tidak tahu, ada beberapa senjata yang baru
diketahui oleh orang dan itu adalah milik Keluarga Bok, ada
beberapa jenis senjata rahasia yang sebelumnya sudah direndam
oleh racun, khasiatnya lebih ganas dari milik keluarga Tong."
Coh Kim-sung kagum kepada analisa Tong Hwie-yan yang
mempunyai banyak pengalaman dan sering bergaul dengan
kalangan persilatan, bahkan Ting Po pun tidak dapat menyamainya.
Coh Kim-sung menjadi bengong dan berkata:
"Pantas saja!" "Apa yang kau maksud pantas?"
Coh Kim-sung masih tampak bengong dan sorot matanya terlihat
aneh seperti campuran antara rasa sesal dan takut, apa yang
ditanya oleh Tong Hwie-yan, sepertinya dia tidak dengar.
Coh Kim-sung takut dan menyesal hal ini disebabkan oleh jarum
beracun milik Keluarga Bok.
Kemarin malam begitu tiba di rumah, dia melihat Kie Lek-beng
sedang memeluk istrinya, hatinya terasa panas dan ingin marah
yang dia-pikirkan pada saat itu adalah Kie Lek-beng sedang
mempermainkan istrinya. Tapi bila disebut mempermainkan katakata itu tidak cocok, karena Eng-lam adalah mantan istri Kie Lekbeng, tapi walau bagaimana pun ini adalah sebuah penghinaan dan
wajib untuk membalas dendam, dia tidak sempat memikirkan alasan
lainnya. Sekarang Yu He-cu terbaring di sisinya, sampai sekarang Yu He
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cu masih terkena racun, keadaan Yu He-cu dengan istrinya pada
saat itu sangat mirip. "Apakah Eng-lam pun terkena jarum beracun?" memikirkan hal
itu, dia mulai bisa merangkai kejadian yang sudah terjadi tadi.
Tidak sadarkan diri karena terkena racun dengan tidak sadarkan
diri karena ditotok, itu sangat berbeda keadaannya. Dia adalah
seorang pesilat bila dia melihatnya dengan teliti dia pun akan tahu.
hanya saja; perasaannya saat itu sudah tertutup oleh kemarahan,
jadi mana mungkin bisa membedakannya"
Coh Kim-sung terus berpikir pada waktu itu Kie Lek-beng hanya
menggunakan sebelah tangannya menghadapi Coh Kim-sung, pada
waktu Coh Kim-sung bergabung dengan Yu He-cu menyerang Kie
Lek-beng, dia masih menggunakan sebelah tangan, tidak mungkin
Kie Lek-beng sengaja menghina Coh Kim-sung dengan cara seperti
itu, itu akan sangat membahayakan nyawanya sendiri. Apakah
karena pada waktu itu Kie Lek-beng sedang menolong Eng-lam
sehingga tidak mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk
melawan" Song Eng-lam terkena jarum beracun sebelum dia tiba di rumah,
Kie Lek-beng bila ingin mendapatkan Song Eng-lam tidak perlu
menggunakan jarum beracun, mungkin ini adalah pekerjaan yang
dilakukan oleh Gin-ho. "Waktu aku pulang, Gin-ho pasti sudah diusirnya, kemudian dia
menusukkan jarum itu kepada Yu He-cu, itu adalah masalah yang
berbeda." Tong Hwie-yan memperhatikan ekspresi Coh Kim-sung yang
terlihat sangat aneh, Tong Hwie-yan merasa khawatir dia
menggoyang-goyangkan tangan Coh Kim-sung dan bertanya:
"Coh Toako, kau kenapa?"
"Oh, aku tidak apa-apa, apakah tadi kau menceritakan mengenai
jarum beracun milik keluarga Bok ?"
"Benar!" "Aku tahu Keluarga Bok, yang mendapatkan ilmu senjata rahasia
adalah Keluarga Bok generasi ketiga, mereka adalah sepasang adik
dan kakak kembar, orang-orang menjuluki mereka sebagai dua ekor
rase Keluarga Bok. apakah itu benar?"
Kata Tong Hwie-yan: "Tidak disangka kau yang begitu jauh dari Kang-lam bisa tahu
perkembangan dunia persilatan di bagian utara... Benar, yang
mempunyai ilmu senjata rahasia adalah dua bersaudara Bok yaitu
Kim-ho dan Gin-ho." Tiba-tiba Coh Thian-su menyela:
"Tapi bukan Gin-ho!"
Begitu kata-kata keluar dari mulut Coh Thian-su, yang pertama
terkejut adalah Hie Kim-giauw dan disusul oleh Coh Kim-sung
"Mengapa kau bisa tahu?" tanya Coh Kim-sung
"Aku pernah bertemu dengan Gin-ho, aku tahu dia dan Kie Lekbeng sudah berpisah, aku merasa walau namanya jelek tapi hatinya
tidak sejahat itu." Coh Kim-sung sangat terkejut dan berkata:
"Kau pernah bertemu dengan Gin-ho" Apakah dia tahu bahwa
kau adalah putra Coh Kim-sung?"
Sebenarnya dia ingin tahu apa yang sudah dibicarakan antara
anaknya dengan Gin-ho, tapi untuk masalah cinta dia pun sulit
untuk mengatakan kepada anaknya.
Kata Coh Thian-su: "Ceritanya panjang, tunggu ayah sembuh dulu, baru aku akan
menceritakan semuanya."
Kata Tong Hwie-yan: "Yang menggemparkan dunia persilatan sekarang adalah bahwa
Ketua Hoa-san-pai dibunuh oleh seseorang, apakah kau tahu"
Katanya pada saat Thian Koan dibunuh, Gin-ho pernah muncul di
Hoa-san, pada saat itu juga Yu He-cu sedang bertandang ke Hoasan Pahkan sempat bertarung dengan perempuan itu, banyak orang
mencurigai kematian Thian Koan karena diracun oleh Gin-ho."
Coh Thian-hong sudah tidak tahan lagi hanya diam saja maka dia
pun bertanya kepada kakaknya:
"Bila Yu He-cu pernah bertarung dengan Gin-ho, mengapa kakak
masih menganggap bahwa Yu He-cu memang terkena jarum
beracun Keluarga Bok tapi bukan milik Gin-ho?"
Jawab Coh Thian-su: "Yang membunuh Thian Koan bukan Gin-ho, dia pun tidak
pernah bertarung dengan Guru Yu He-cu."
Kata Tong Hwie-yan: "Kalau begitu berita yang aku dengar adalah cerita bohong?"
"Berita itu tidak bohong, hanya orangnya saja yang tidak sama,
orang itu memang mirip dengan Gin-ho, mungkin dia adalah
kakaknya yang bernama Kim-ho!"
Tanya Tong Hwie-yan: "Mengapa kau bisa tahu begitu jelas?"
"Pada hari dimana Guru Thian Koan dibunuh, kebetulan pada
saat itu aku sedang melewati Hoa-san, Guru Yu He-cu sedang
bertarung dengan seorang perempuan yang mirip dengan Gin-ho,
aku sendiri yang menyaksikannya. Dua hari kemudian, aku bertemu
dengan Gin-ho, aku pun baru tahu pada saat Thian Koan dibunuh,
dia berada di tempat lain, aku pun sudah menyelidikinya, dia
dengan perempuan yang aku temui di Hoa-san memang mirip, tapi
bukan satu orang." Tong Hwie-yan mengangguk dan berkata:
"Kalau begitu, kecurigaanku sudah terbukti, aku pun curiga
bahwa jarum beracun ini bukan milik Gin-ho, karena Gin-ho sendiri
sudah berpisah dengan Kie Lek-beng. Kie Lek-beng mempunyai sifat
sombong walaupun dia tidak berpisah dengan Gin-ho pun dia tidak
akan mau menggunakan senjata rahasia milik orang lain."
Coh Thian-su bertanya: "Kalau begitu, mengapa Yu He-cu bisa terkena jarum beracun?"
Jawab Coh Kim-sung: "Yu He-cu terkena jarum beracun sebelum aku terluka, aku
melihat Kie Lek-beng yang menusukkan jarum itu kepadanya"
Kata Tong Hwie-yan: "Aku hanya mengatakan bahwa dia tidak akan mau memakan
senjata rahasia milik orang lain. Tapi waktu itu mengapa dia bisa
mempunyai jarum beracun milik Keluarga Bok" Aku tidak mengerti,
tapi kejadian kemarin malam sama sekali tidak ada hubungannya
dengan Gin-ho aku percaya kepada perkataan anakmu."
Tapi Coh Kim-sung tidak percaya kepada Gin-ho, dalam hati dia
berpikir, 'Kie Lek-beng sudah meninggalkannya, dalam hati dia pasti
menyimpan kebencian yang mendalam kepada Eng-lam semua
dendam dia perhitungkan kepada Eng-lam.'
Coh Thian-su seperti tahu pikiran ayahnya, dia berkata: "Aku
tahu Gin-ho sangat ingin kembali kepada Kie Lek-beng, dia pun
ingin membalas dendam kepada Kie Lek-beng, aku percaya dia tidak
akan melukai orang lain."
"Mengapa Toako begitu mempercayainya?" kata Coh Thian-hong.
"Gin-ho menyesali bahwa dia sudah membantu Kie Lek-beng
melakukan banyak kejahatan, sekarang dia hanya ingin menolong
Kie Lek-beng. Aku percaya bahwa dia sungguh-sungguh menyesal.
Obat yang tadi kuberikan kepada Kie Su-giok bisa membuat ilmu
silat Kie Lek-beng musnah, obat itu adalah pemberian Gin-ho."
Walaupun Coh Kim-sung tidak mempercayai Gin-ho tapi dari
perkataan putranya, dia tahu bahwa putranya mendengar sendiri
dari mulut Gin-ho penyebab dia bisa bermusuhan dengan Kie Lekbeng. Coh Kim-sung mengalihkan pembicaraan, dia bertanya kepada
Tong Hwie-yan: "Bagaimana keadaan Yu He-cu?"
"Aku merasa sedikit aneh."
Coh Kim-sung terkejut dan bertanya: "Mengapa aneh?"
"Jarum beracun milik Keluarga Bok memang sangat ganas,
tenaga dalam Guru Yu He-cu memang kuat, seharusnya dia sulit
untuk bertahan hidup, tapi setelah aku memegang jalan darahnya,
racun yang ada di tubuhnya tidak begitu ganas lagi. Sekarang aku
sudah menotok jalan darah tidurnya, begitu dia terbangun kita akan
memanggil tabib untuk mengobatinya, maka dia akan cepat
sembuh" Coh Kim-sung agak tenang dan berkata:
"Mungkin Thian-su sudah memberikan dia obat."
"Memberikan obat apa?" dalam hati dia berpikir. 'Jarum beracun milik Keluarga Bok sangat ganas, apakah mungkin ada obat
penawar lainnya"' Kata Coh Kim-sung: "Aku tidak tahu dia mendapatkan obat itu dari mana, dia
mempunyai obat penawar juga mempunyai obat untuk mengobati
luka dalam. Bila bukan dia yang memberikan obat penawar itu
kepada Yu He-cu dan aku, mungkin kami berdua Sudah tidak dapat
bercerita denganmu lagi."
Dia bertanya kepada putranya:
"Anak, tolong katakan kepadaku, kedua obat yang mahal dan
juga jarang bisa didapatkan, siapa yang memberikannya kepadamu"
Mengapa dia memberikan obat yang begitu mahal kepadamu?"
Jawab Coh Thian-su: "Aku tidak mau berbohong, dua macam obat itu adalah
pemberian dari ayah Kie Lek-beng..."
Coh Kim-sung merasa terkejut dan langsung tertawa kecut, tapi
dia tidak mengatakan apa pun.
Kata Coh Thian-su: "Ayah, karena aku takut kau tidak mau minum obat dari keluarga
Kie, maka tadi aku tidak berani mengatakannya."
Coh Kim-sung menarik nafas dan berkata:
"Tidak disangka, aku hampir dua kali mati, tapi bisa bertahan
karena obat pemberian keluarga Kie, hutang piutang ini entah harus
dengan cara bagaimana baru bisa dilunasi?"
Coh Thian-su menceritakan pada saat dia bertamu ke rumah Kie
Yan-gan dia dibokong jarum beracun milik Kim-ho. Semua dia
ceritakan kepada ayahnya "Obat yang dimakan oleh Yu He-cu menurut Kie Yan-gan itu
bernama Hiong-hoa-ie-lu-wan, yang ayah makan obat itu
dinamakan Tai-hoan-tan, obat itu sama bagusnya dengan obat dari
Siauw-lim, menurut Kie Yan-gan itu adalah obat untuk luka dalam
Orang-orang dunia persilatan mengatakan obat itu bisa menolong
orang yang sudah mati, hidup kembali."
Kata Coh Kim-sung: "Obat itu memang sangat bagus, tadinya aku sudah tidak
memiliki tenaga, sekarang sudah lebih baik."
"Walaupun obat itu sangat bagus, kau pun harus tetap banyak
beristirahat" Kata Tong Hwie-yan.
Kata Coh Kim-sung: "Mana bisa aku tidur, lebih baik kita mengobrol saja."
Pukulan yang berat ini seumur hidup baru sekarang dia rasakan,
mana mungkin dia bisa tidur.
Tong Hwie-yan tertawa dan berkata:
"Aku ada cara untuk membuatmu tidur."
Coh Thian-su tidak tahu dengan cara apa Tong Hwie-yan bisa
membuat ayahnya tidur, tiba-tiba Coh Kim-sung sudah berkata:
"Benar, aku sudah lupa dengan ilmu istimewa itu, baiklah tolong
totok jalan darah tidurku."
Ternyata cara menotok jalan darah pun ada 2 macam, pertama
bisa melukai orang, yang satu lagi bisa membantu memulihkan
keadaan orang yang sedang sakit.
Setelah mengatakan itu, Tong Hwie-yan langsung menotok jalan
darah tidur Coh Kim-sung, pikir Coh Thian-su, 'Untung Paman Tong,
memberi tahu dulu, bila tidak aku akan terkejut.'
"Baguslah, ayahmu akan tertidur sampai besok pagi."
Sekarang Hie Kim-giauw baru mempunyai kesempatan untuk
bertanya: "Paman Tong, siapakah siluman Pek-toh-san itu?"
"Pek-toh-san adalah sebuah tempat diperbatasan antara
Tiongkok dengan India Pada jaman Dinasti Tong, ada seorang
pesilat she Hoa, demi menghindari peperangan di Tiongkok bagian
tengah, dia melarikan din ke Pek-toh-san dan bersembunyi di sana,
kemudian dia mendirikan perkumpulan Pek-toh-san. Dalam kurun
waktu 100 tahun ini, ketuanya dipimpin oleh orang yang bermarga
U-bun, ilmu silatnya sebenarnya tidak. beraliran ilmu hitam, tapi
setelah sampai pada generasi U-bun yang sekarang, ilmu silat
mereka menjadi ilmu silat hitam. Mereka melakukan pelanggaran
terhadap janji nenek moyang mereka pada saat mendirikan
perkumpulan Pek-toh-san, apalagi dalam waktu 20 tahun sekarang
ini, kelakuan mereka lebih menggila lagi karena itu semua
perkumpulan silat menjuluki mereka sebagai siluman."
Coh Thian-su terkejut dan bertanya:
"Apakah Paman Tong bisa memberikan contoh kejahatan apa
yang sudah mereka lakukan?"
"Dosa mereka yang paling besar adalah menjual obat beracun."
"Obat semacam apa?"
"Di gunung Pek-toh, ada semacam tumbuh-tumbuhan yang
disebut ganja, bisa dibuat dalam bentuk rokok dan dihisap, katanya
setelah menghisap rokok itu membuat perasaan menjadi melayang,
karena itu siluman Pek-toh-san membuat ganja ini dalam bentuk pil
yang disebut pil dewa. Sebenarnya pil itu adalah obat beracun
dalam jangka panjang."
Kata Coh Thian-su: "Kalau begitu pil dewa itu seperti madat yang juga obat
beracun?" "Racun ganja ini lebih dahsyat daripada madat, katanya bisa
membuat orang menjadi kehilangan semangat hidup. Bila melebihi
dosis sebenarnya bisa menyebabkan kematian, bila sudah
kecanduan, hidupnya bisa dikuasai oleh orang lain."
Coh Thian-hong ikut bicara:
"Ganja lebih menakutkan daripada madat."
Kata Thian-hong lagi: "Siluman-siluman Pek-toh-san selalu menjual pil dewa ini, 20
tahun lalu mereka bersekongkol dengan orang-orang jahat di
Tiongkok bagian tengah dengan cara membantu menjual pil-pil ini.
Orang-orang ternama di dunia persilatan pun karena kecanduan
membuat nama mereka hancur, tapi hal ini sudah berlalu, siapa
orangnya, aku pun tidak ingin mengatakannya."
Kata Tong Hwie-yan: "Ini dikarenakan begitu siluman Pek-toh-san menjual pil dewanya
dalam jangka waktu yang tidak lama. Ketua Pek-toh-san yaitu U-bun
Pok dibunuh oleh orang dari perkumpulan Thian-san, Nyo Yam
(baca Durjana Ksatria). Nyo Yam dan beberapa orang terkenal di
dunia persilatan memusnahkan tempat pembuatan pil dewa dan
mereka menyuruh anak buah Pek-toh-san bersumpah tidak akan
membuat pil dewa lagi. Nyo Yam sendiri masih hidup dan dia adalah
ketua perkumpulan Thian-san."
Kata Coh Thian-su: "Tapi siluman Pek-toh-san bisa muncul kembali di ibukota,
sumpah mereka sepertinya tidak dapat dipercaya lagi."
Kata Tong Hwie-yan, "Aku pun berpikir seperti itu."
Tiba-tiba Hie Kim-giauw berkata:
"Kalian bilang bahwa Nona Kie adalah gadis baik-baik, sepertinya
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu tidak benar." Ayahnya hampir dibunuh oleh Hui-thian dan sewaktu Hui-thian
membuat keonaran di keluarga Hie, Kie Su-giok datang mengikuti
Hui-thian. Mereka adalah Suheng Sumoi. Kim-giauw membenci
ayahnya juga benci kepada Kie Su-giok.
Kata Coh Thian-hong: "Mengapa cici Hie bisa berkata seperti itu" Walaupun Kie Su-giok
adalah putri dari Kie Lek-beng, tapi mereka tidak sama, kali ini dia
benar-benar sudah membantu keluarga kami, bukankah aku sudah
mengatakannya kepadamu?"
Kata Hie Kim-giauw: "Dia memang tidak sejalan dengan ayahnya, tapi dia sejalan
dengan siluman Pek-toh-san."
Coh Thian-hong sudah tahu apa yang disebut dengan siluman
Pek-toh-san, hatinya pun ikut bertanya-tanya
Tanya Coh Thian-hong: "Paman Tong, apakah paman dulu pernah bertemu dengan
bocah tengik itu?" "Tidak pernah," Tong Hwie-yan menjawab.
"Mengapa paman bisa tahu bahwa dia adalah siluman Pek-tohsan?" "Han-peng-ciang dan Ho-yan-to adalah ilmu silat milik Pek-tohsan. Bocah tengik itu bisa kedua jurus itu, tidak mungkin dia bukan
murid Pek-toh-san, dia sendiri pun sudah mengakui bahwa dia
adalah orang dan Pek-toh-san."
"Itu sangat aneh, mengapa cici Kie bisa bergabung dengan
silumano Pek-toh-san itu?"
Tong Hwie-yan tampak terus berpikir dan dia tidak dapat,
menjawab, tapi Hie Kim-giauw berkata lagi:
"Tadi sepertinya aku mendengar bocah tengik itu memanggilnyi
'Adik Giok, mungkin mereka adalah saudara angkat."
Coh Thian-su sangat terkejut dan berkata:
"Apakah benar mereka adalah saudara angkat?"
Dengan dingin Kim-giauw menjawab:
"Bila kau tidak percaya, kau boleh bertanya langsung kepad
Paman Tong!" Kata Coh Thian-hong: "Walau demikian, aku tetap tidak percaya bahwa cici Kie sejalan
dengan siluman Pek-toh-san itu, mungkin saja cici Kie sudah ditipu
oleh mereka" "Menurut Paman Tong sendiri bagaimana?" Tanya Coh Thian-san
"Aku pun merasa aneh."
"Apanya yang aneh?" Tanya Kim-giauw.
"Mengapa keluarga Kie bisa ada hubungan dengan siluman Pektoh-san?" Kata Hie Kim-giauw: "Orang nomor satu di dunia persilatan yaitu Kie Yan-gan
walaupun ilmu silatnya nomor satu, tapi gerak geriknya tidak
menentu, bila mereka merasa cocok dan berhubungan itu pun tidak
aneh." Kata Coh Thian-hong: "Benar, mungkin Kie Toako memikirkan hubungan kakeknya
dengan siluman Pek-toh-san maka berkenalan dengan bocah tengik
itu!" Dia sama sekali tidak kenal dengan Kie Yan-gan, tapi dia
berharap "ini adalah kesalahan Kie Yan-gan bukan kesalahan Kie
Su-giok. "Ini tidak mungkin!"
"Mengapa tidak mungkin?" tanya Kim-giauw.
Nyo Yam dan orang-orang dunia persilatan telah memusnahkan
Pek-toh san, walaupun Kie Yan-gan tidak ikut serta tapi sebelum
Nyo Yam ke Pek-toh-san, dia sudah pernah bertarung dengan Ketua
Pek-toh-san, tapi orang yang mengetahui masalah ini sangat sedikit,
aku pun tahu dari ayah Wie Thian-hoan yaitu Wie Seng-kong dan
dia adalah satu-satunya murid Kie Yan-gan, dia nun bukan she Kie.
Wie Seng-kong pernah mengatakan bahwa Kie Yan-gan dan U-bun
Pok berjanji bertarung secara rahasia di suatu tempat, bila Kie Yangan kalah dia harus menyerahkan gelar orang nomor satu di dunia
persilatan kepada U-bun Pok. Bila U-bun Pok yang kalah, dia tidak
boleh menjual obat beracun ini ke Tiongkok tengah."
"Pasti Kie Yan-gan yang kalah." Kata Hie Kim-giauw.
"Kau tahu dari mana?" Tanya Coh Thian-hong.
"Tadi Paman Tong sudah mengatakan setelah Nyo Yam
membunuh U-bun Pok, perdagangan pil dewa baru berhenti."
Kata Coh Thian-hong: "Menurutku kau salah, bila Kie Yan-gan kalah, mengapa sampai
sekarang dia masih menyandang gelar orang nomor satu di dunia
persilatan?" Tong Hwie-yan tertawa dan berkata:
"Sudah kalian jangan ribut, dua-duanya tidak ada yang benar."
Tanya Coh Thian-hong: "Apakah mereka berdua sama-sama terluka?"
"Mereka juga tidak terluka. Yang menang adalah Kie Yan-gan
tapi tidak menang secara mutlak"
Tanya Coh Thian-hong: "Apa yang dimaksud tidak menang secara mutlak?"
Kata Tong Hwie-yan : "Mereka bertarung sangat lama, akhirnya Kie Yan-gan menang
satu jurus, penyebabnya karena dia mempunyai senjata istimewa
yang bernama Ting-coa-pian, karena itu kedua belah pihak
mengundurkan perjanjiannya, karena rumah Kie Yan-gan berada di
Holam, maka orang-orang Pek-toh-san tidak diijinkan masuk ke
Propinsi Holam dan tidak boleh menjual obat terlarang di Propinsi
Holam tapi Kie Yan-gan tidak melarang berjualan di tempat lain."
"Wie Seng-kong adalah murid Kie Yan-gan, apakah kata-katanya
bisa dipercaya?" Tanya Hie Kim-giauw.
Kata Tong Hwie-yan: "Aku pikir kata-katanya bisa dipercaya, karena sudah terbukti di
Propinsi Holam tidak ada yang menjual pil dewa."
Kemudian dia berkata lagi:
"Gosip di dunia persilatan yang banyak beredar tidak selalu
benar' seperti Kie Yan-gan dia adalah orang yang berada di tengahtengah golongan hitam dan golongan putih, tapi semua gerak
geriknya tidak termasuk ke dalam golongan hitam."
Wajah Hie Kim-giauw memerah, dia tidak berani bicara lagi,
karena yang mengatakan hal seperti itu adalah ayahnya.
Coh Thian-su yang terdiam lama baru bersuara:
"Ternyata kisah Ting-coa-pian yang dimiliki Kie Su-giok
mempunyai kisah seperti itu, sepertinya dia sendiri pun tidak tahu."
Kata Coh Thian-hong: "Aneh, mengapa Kie Yan-gan tidak memberitahu kepada''
cucunya?" Kata Tong Hwie-yan: "Apa anehnya, Kie Yan-gan adalah orang yang sangat angkuhilmu silatnya selalu dianggap nomor satu di dunia, tapi pada saat
bertarung dengan U-bun Pok hanya menang satu jurus dan harus
mengandaikan Ting-coa-pian, dan semenjak itu pula dia
mengundurkan diri dari dunia persilatan."
"Apakah bercerita kepada cucunya sendiri juga adalah hal yang
memalukan?" kata Coh Thian-hong.
"Semenjak putranya menghilang, dia sudah sangat kecewa. Aku
kira dia tidak mau ikut campur lagi di dunia persilatan bukan karena
kalah bertarung dengan Ketua Pek-toh-san melainkan mendapatkan
pukulan yangq berat karena putranya berkelakuan tidak baik, atau
mungkin karena dia sudah bosan berkelana di dunia persilatan, dan
ingin dengan tenang melewati masa tuanya bersama cucu
tersayang, karena itu pula mungkin dia tidak mau menceritakan
semua ini kepada cucunya."
Kata Kim-giauw: "Tapi cucunya sendiri malah berkelana di dunia persilatan." Coh Thian-su tidak mendengar pembicaraan mereka, dia hanya berpikir
kemudian termangu-mangu sendiri. Coh Thian-hong menarik
tangannya dan berkata: "Kenapa denganmu, Toako" Kau seperti orang linglung."
"Aku sedang berpikir..."
"Aku tahu, Toako sedang memikirkan Nona Kie bukan?"
Kata Coh Thian-su: "Ini bukan masalah biasa, aku pikir mungkin Kie Su-giok tidak
tahu tentang siluman Pek-toh-san, aku yakin dia tertipu oleh bocah
tengik itu!" "Aku pikir juga begitu." Kata Tong Hwie-yan.
Coh Thian-su berkata lagi:
"Sekarang bagaimana" Dia telah menolong nyawaku, aku tidak
tega membiarkan dia masuk kedalam perangkap orang lain."
Kata Tong Hwie-yan: "Kau tidak periu khawatir, di Piau-hang banyak orang, aku yang
?bertanggung jawab mencarinya. Bocah tengik itu datang
menggunakan kereta kuda dan di sini jarang ada kereta yang begitu
bagus, dari sanalah kita bisa mencari tahu.''
Coh Thian-su tahu bahwa pergaulan Tong Hwie-yan sangat luas,
sekarang dia terpaksa harus mengandalkan bantuan Tong hwie-yan
Kie Su-giok sama sekali tidak tahu identitas Pek-toh-san, tapi
dalam hatinya dia mulai merasa curiga, terutama kepada ibu
angkatnya, yaitu U-bun hujin.
Kereta kuda berlari sangat, cepat dan hampir tiba di Sin-sa-hai.
Sin-sa-hai adalah tempat tamasya, walaupun letaknya bukan
berada di pinggiran kota, tapi keadaan di sana sangat sepi, matahari
baru saja terbit, orang-orang yang berada di tepi danau masih
sedikit. Mereka sama-sama menarik nafas dan sama-sama berbarengan
berbicara: "Adik Giok, mengapa kau bisa bertarung dengan Tong Hwie-yan,
apakah kau tidak tahu bahwa dia adalah..."
"U-bun Toako, kali ini untung kau datang, aku ingin menanyakan
satu hal..." Mereka berdua sama-sama ingin bicara dulu, akhirnya U-bun Hoo
berhenti bicara, tertawa kemudian berkata:
"Baiklah, adik kau yang bicara dulu, kau ingin tahu tentang apa?"
"Tolong katakan mengapa kau bisa tahu bahwa aku adalah
seorang perempuan?" tanya Kie Su-giok.
U-bun Hoo tertawa dan menjawab:
"Sebenarnya aku dan ibuku sudah tahu bahwa sejak awal kau
adalah perempuan, hanya kami tidak mau mengatakannya, kami
takut kau akan merasa malu."
"Bagaimana keadaan ibu angkat, apakah beliau baik-baik saja?"
tanya Kie Su-giok dengan wajah menjadi merah
U-bun Hoo terpaku dan menjawab
"Dia baik-baik saja."
Kemudian dia tertawa dan berkata:
"Aku kira tadi ada hal penting yang ingin ditanyakan kepadaku,
terima kasih kau masih ingat kepada ibuku."
Wajah Kie Su-giok terlihat sangat serius dan bertanya:
"Apakah kemarin malam kau bersama-sama dengan ibu angkat?"
U-bun Hoo sangat terkejut dan berkata:
"Kami memang bersama-sama, semalam kami pindah ke rumah
seorang teman dan mengobrol sampai malam, setelah itu tidur."
"Mengobrol sampai jam berapa?"
"Mungkin jam 3 lebih atau mungkin jam 4."
Kie Su-giok terdiam, U-bun Hoo bertanya:
"Adik Giok, mengapa aku bertanya seperti itu?"
"Tidak apa-apa, kemarin malam aku menemukan hal yang aneh
tapi kau jangan menanyakan di mana. Saat itu kira-kira jam 3 ketika
aku sedang ingin masuk ke tempat itu untuk menanyakan sesuatu,
tiba-tiba ada yang memukul dan jalan darahku pun ditotok, dia
menggunakan gumpalan tanah."
"Siapakah dia?"
"Aku tidak tahu, sosok orang itu seperti, seperti...Toako, kau
jangan salah paham, aku tidak mengatakan..."
Mula-mula U-bun Hoo seperti terkejut, kemudian dia pura-pura
baru mengerti dan berkata:
"Orang itu seperti ibuku, apakah begitu maksudmu" Pantas
kau..." Wajah Kie Su-giok memerah dan berkata:
"Aku tidak akan curiga bahwa orang itu adalah ibu angkat, tapi
sosoknya begitu mirip, maka itu aku bercerita kepadamu."
Sebenarnya bila tadi U-bun Hoo tidak menolongnya dia masih
akan curiga tapi sekarang dia percaya dengan apa yang dikatakan
oleh U?d bun Hoo. U-bun Hoo tertawa dan berkata:
"Kau jangan mudah curiga, aku tahu kau pasti tidak akans
mencurigai ibu angkatmu."
U-bun Hoo melanjutkan lagi:
"Memang benar ada satu orang yang sangat mirip dengan ibuku,
aku juga pernah salah mengenalinya."
Tanya Kie Su-giok: "Apakah memang sangat mirip" Dia adalah..."
"Dia adalah kembaran ibuku, tapi kami tidak tinggal bersama.
Mereka dari kecil terpisah, aku juga hanya pernah bertemu satu kali
dengannya. Kemarin malam sudah terjadi apa" Pada saat apa kau
ditotok?" Kie Su-giok tidak ingin U-bun Hoo tahu aib keluarganya, dia
sedang menimbang-nimbang mana yang harus dia tutupi dan mana
yang bisa dia ceritakan kepada U-bun Hoo.
Kie Su-giok bertanya: "Kau beritahu dulu kepadaku, mengapa bisa datang ke sana?"
"Untuk mencarimu."
"Ya, tapi mengapa kau bisa tahu aku ada di sana?"
"Bukankah kau bilang mau mencari Coh Thian-su" Kemarin
malam ada teman yang memberitahuku bahwa Coh Kim-sung
diundang oleh Tong Hwie-yan dan tinggal di rumah peristirahatan di
belakang Piau-hang. Sudah 2 hari kau tidak pulang, hati ibu tidak
tenang, kemarin malam kami bertemu dengan teman ayah, dia
mengajak kami bermalam di rumahnya. Aku takut kau akan mencari
kami di penginapan, lebih khawatir akan terjadi sesuatu padamu,
karena itu ibuku menyuruh aku untuk coba-coba mencari di tempat
tinggal Coh Kim-sung, berharap dari mereka aku 'bisa tahu
keadaanmu. Tidak disangka begitu tiba di sana, sudah melihat kau
bertarung dengan Tong Hwie-yan. Sebenarnya apa yang sudah
terjadi?" Kie Su-giok sudah merangkai sebuah cerita dan berkata:
"Benar, semalam aku datang untuk mencari Coh Thian-su tidak
disangka musuh datang terlebih dahulu dan mereka sedang
bertarung. Pada saat itu aku ditotok, begitu hari terang dan totokku
baru terbuka, aku harus bertarung dengan Tong Hwie-yan, dia ingin
menangkapku, dia mengira aku adalah musuh Coh Thian-su."
"Aku dengar tadi Nona Coh mengatakan bahwa kau adalah orang
'yang menolong mereka."
"Aku tidak mempunyai ilmu silat yang begitu tinggi untuk
menolong Pendekar Yang-ciu, Coh Kim-sung. Aku mengira adiknya
Coh , Thian-su tahu bahwa aku adalah teman kakaknya, dia sengaja
mengatakan seperti itu supaya Tong Hwie-yan mau melepaskan ku."
Mereka berdua saling berbohong dan tidak saling-jujur, tapi
dalam hati mereka tahu banyak perkataan mereka yang tidak benar.
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Untuk menutupi kesalahan, mereka tidak berani bertanya lagi.
Hati Kie Su-giok masih banyak pertanyaan, dia tetap ingin
bertemu dengan U-bun hujin, hatinya masih bimbang, dia seperti
seekor burung walet yang diterpa badai, dan sudah sangat lelah.
Yang dia pikirkan saat ini dia hanya ingin pulang ke sarangnya, dia
tidak peduli apakah sarang itu adalah sarangnya yang dulu atau
bukan, asal tidak terkena badai itu sudah cukup, bila ada yang
menyayanginya, itu akan lebih baik lagi.
Hanya dalam satu malam sudah terjadi banyak perubahan pada
dirinya. Semua begitu tiba-tiba dan tidak disangka sama sekali.
Ayah dan ibunya yang dia kira selama ini sudah meninggal,
ternyata mereka masih hidup. Dia menemukan banyak hal yang
jelek dan jahat. Mungkin ayah dan ibunya juga patut untuk
dikasihani. Tapi dia belum pernah mengalami siksaan seperti ini,
hatinya lemah dan tidak dapat menerima kenyataan buruk.
Waktu kecil dia sangat berharap bisa seperti anak-anak lain,
memiliki ayah dan ibu, tapi sekarang setelah bertemu dengan orang
tuanya ternyata dia tidak bisa berkumpul dengan mereka. Setelah
sulit didapat kemudian hilang lagi, benar-benar membuat orang
kesal Kakeknya berada jauh dari sini, begitu pula dengan Paman Ting
dan Ong Toanio. Siapa yang bisa menghiburnya" Dia ingin mencari
Wie Toako, tapi akan ke mana dia mencarinya"
Waktu U-bun hujin ingin mengakui dia sebagai anak angkat, dia
hanya menuruti kemauan U-bun hujin, tapi sekarang ini
perasaannya kepada U-bun hujin seperti sudah menjadi keluarganya
Kereta kuda terus berlari, sudah melewati jembatan
"Adik Giok, kita sudah tiba!" U-bun Hoo membangunkan dia dari lamunannya
Dia melihat sekeliling dan berkata:
"Pemandangan pulau kecil ini sangat indah, apakah temanmu
tinggal di sini?" "Benar, kau lihat taman bunga yang luas itu, nah itu adalah
rumahnya!" "Rumahnya begitu besar, dia pasti orang kaya."
"Dia tidak kaya, hanya nenek moyangnya yang kaya, sekarang
dia hanya orang biasa, di taman pun tidak ada bunga dan pohon.
Tapi bila kau menyukai tempat sepi, tempat ini pasti cocok
untukmu." "Oh, indah sekali! Aku ingin beristirahat selama beberapa hari
disini!" "Apakah kau mau aku menemanimu?"
U-bun Hoo mulai mengatakan yang tidak-tidak.
"Tidak perlu, aku hanya ingin ibu angkat yang menemaniku."
Kereta kuda sudah berhenti di depan sebuah pintu, U-bun Hoo
msmbantu Kie Su-giok keluar dari kereta, kemudian sama-sama
masuk ke dalam rumah Di tengah taman ada sebuah rumah kecil, Kie Lek-beng dan Ubun hujin sedang mengobrol.
Rumah kecil ini tepat menghadap ke arah taman.
Begitu terdengar suara kereta kuda yang berhenti, Kie Lek-beng
melihat keluar jendela Tiba-tiba U-bun hujin tertawa dan berkata:
"Adik ipar, siapa orang yang paling kau rindukan?"
Kie Lek-beng tidak menjawab
Tanya U-bun hujin lagi: "Apakah kau tidak suka aku memanggilmu adik ipar" Baiklah
sementara aku akan memanggilmu Tuan Kie, orang yang kau
rindukan pastel, bukan adikku yang bernasib malang, apakah dia
Coh hujin, Song Eng-lam Atau putrimu yang tidak mau mengakui
dirimu sebagai ayahnya?"
Kie Lek-beng menahan kemarahan dan berkata:
"Itu bukan urusanmu!"
U-bun hujin tertawa dan berkata:
"Sebenarnya aku juga tidak mau mengurusi tetek bengek seperti
itu, tapi di depan sudah ada yang mencariku. Apakah aku harus
meladeni dia atau jangan?" '
Pada saat itu U-bun Hoo sedang memapah Kie Su-giok masuk ke
taman. Tiba-tiba U-bun hujin berteriak:
"Kau lihat, siapa yang datang?"
Kie Lek-beng sangat terkejut hingga dia meloncat.
U-bun hujin menyuruhnya duduk kembali dan tertawa,
"Tenanglah sedikit, bukannya aku tidak mengijinkan kalian
bertemu, kau harus tahu terlebih dahulu bagaimana perasaan
putrimu, mungkin dia belum mau mengakuimu sebagai ayahnya."
Kata-kata ini seperti panah menusuk ke dalam hati Kie Lek-beng,
dengan sedih dia duduk kembali,
"Kau sudah tahu dia tidak mau bertemu denganku, mengapa kau
menangkapnya?" dengan mata merah dia memelototi Kim-ho.
U-bun hujin tertawa dan menjawab:
"Sekali membuka mulut selalu salah bicara, coba kau lihat dia,
apakah dia seperti dipaksa datang kemari?"
Tenaga Kie Su-giok belum kembali, apalagi luka di hati bila tidak
dipapah oleh U-bun Hoo, dia tidak akan bisa berjalan seimbang.
Dengan ragu-ragu dan sedikit terkejut Kie Lek-beng bertanya:
"Siapa pemuda itu?"
"Dia adalah putraku bernama U-bun Hoo, kau lihat bukankah
mereka sangat dekat, kau harus percaya bahwa Su-giok tidak
dipaksa untuk datang ke sini."
Tanya Kie Lek-beng: "Mengapa dia bisa kenal dengan putramu?" tapi dalam hati dia berkata, 'Dengan cara apa kalian menipunya untuk datang ke sini"'
tapi karena belum tahu penyebabnya, dan dia sendiri pun berada di
tempat orang lain, dengan terpaksa dia hanya bisa menahan diri,
walaupun kata-kata Kim-ho terdengar ramah tapi ekspresinya begitu
menakutkan. Kata U-bun hujin: "Untuk sementara ini kau tidak perlu mengurusi hal ini, kau
percaya saja kepadaku, aku akan berbuat baik untukmu."
Dengan tertawa dingin Kie Lek-beng berkata: "Bila kau mau
berbaik hati untukku, lepaskanlah dia!"
U-bun hujin menggelengkan kepala dan berkata: "Benar-benar
tidak tahu kebaikan hati orang, sengaja aku undang putrimu datang
ke sini karena aku tahu kau merindukannya."
"Bila kau ingin mendapatkan putrimu kembali, mungkin kau
butuh bantuanku," U-bun hujin berkata lagi, "Aku tidak yakin dengan hal ini tapi putri yang sangat kau sayangi itu sangat
menurut kepadaku, maka aku akan membantumu kau tidak perlu
khawatir, tapi kau harus bersabar selama beberapa hari. Begitu
kemarahannya reda, aku akan menasihatinya saat itulah kalian akan
menjadi ayah dan anak lagi "
Kie Lek-beng sudah tidak tahan lagi dan berkata: "Aku tidak
butuh bantuanmu! Hei, dengar kau! Bila tidak mau aku memutuskan
hubungan ini, segera kembalikan putriku!"
Dengan tertawa U-bun hujin berkata:
"Mungkin aku akan menyuruhnya pulang, tapi dia juga belum
tentu mau. Kau lihat, mereka begitu dekat, putraku tidak akan
menghina putrimu!" Dengan dingin Kie Lek-beng berkata:
"Jelaskan kepadaku, kau mau mengatur putriku sampai seperti
apa?" "Jangan berkata dengan kata-kata yang begitu menusuk telinga,
apakah mereka terlihat tidak serasi" Kita sebenarnya keluarga
bukan" Sekarang bila kita berbesan, bukankah itu lebih baik?"
Dengan marah Kie Lek-beng berkata:
"Jangan kau kira karena aku berada dalam genggamanmu, aku
harus mendengar kata-katamu. Apakah kau percaya aku bisa mati
berbarengan denganmu" Bila aku menggunakan ilmu Thian-mo-kaite-hoat, aku akan mengorbankan nyawaku, Su-kut-san-mu akan
hilang khasiatnya!" U-bun hujin terkejut dalam hati dia berpikir, 'Ilmu orang ini tidak
banyak diketahui oleh orang-orang, sepertinya dia tidak boleh
ditekan.' Segera dia tertawa dan berkata:
"Jangan marah-marah terus, bila ada apa-apa pelan-pelan saja
ceritanya." "Bila kau tidak mau melepaskan putriku, aku beritahu kepadamu,
aku akan lebih baik mati daripada membiarkan putriku menjadi
menantumu!" "Bila kau ingin merusak hubungan antara mereka terpaksa aku
akan menyuruh dia untuk menjauhkan putrimu untuk sementara
waktu." "Bukan sementara waktu tapi untuk selama-selamanya, aku rela
ikut kalian pulang ke Pek-toh-san tapi aku tidak mengijinkan
putramu untuk bertemu dengan putriku!"
"Jangan terburu-buru, kau lihat bagaimana akrabnya mereka,
kau tega memisahkan mereka" Apalagi aku belum ingin kembali ke
Pek-toh-san bila putrimu mengikutiku, mereka akan jarang bertemu,
kau juga akan lebih tenang."
Kata Kie Lek-beng: "Aku tidak mau dia tinggal di sisimu, aku tidak peduli dengan
cara apa pun suruh Su-giok tinggalkan tempat ini dan kembali ke
rumah kakeknya!" Kata U-bun hujin: "Dari tadi kau yang menawar terus, sekarang giliranku yang
menawar.Kau memandang sebelah mata kepada kami, soal
peqodohanj mereka aku tidak berani ikut campur, kita anggap saja
ini adalah bisnis, tidak sepakat, habis perkara!"
"Bila tidak sepakat apa konsekuensinya?"
"Bila tidak sepakat, aku tidak akan mengurus mereka lagi, aku
akan membiarkan apa adanya."
"Baiklah, apa syarat darimu?"
Kata U-bun hujin: "Sebisa mungkin aku nasibatimu putrimu untuk kembali ke rumah
kakeknya, tapi kau harus menukarnya dengan seseorang."
"Siapa?" Tanya Kie Lek-beng.
Kata U-bun hujin: "Katanya kau mempunyai Suheng she Wie, ayahmu lebih sayang
kepadanya dari pada kepadamu, karena itu kau selalu iri
kepadanya." Jawab Kie Lek-beng: "Wie Toako sudah lama meninggal."
"Aku tahu itu, tapi putranya adalah orang terkenal di dunia
persilatan, sekarang dijuluki Hui-thian-sin-Iiong atau disebut juga
Wie Thian-hoan." Kie Lek-beng terpaku dan bertanya:
"Kau ingin aku menangkapnya dan menukarnya dengan putriku"
menangkap naga terbang itu."
Tanya Kie Lek-beng: "Bukankah antara kau dan dia tidak ada dendam apa pun?"
"Kau tidak perlu tahu alasannya, asal kau bisa menangkapnya
dan membawanya kemari, aku akan membiarkan putrimu pulang ke
rumah kakeknya." "Di mana dia sekarang?"
"Bila kau setuju, aku baru akan mengatakannya."
"Walaupun waktu ayahnya masih hidup kami tidak pernah akur,
tapi itu adalah masalah kecil, bagaimana pun dia adalah Sutit, tidak
ada alasan yang lebih tua menghina yang lebih muda."
Kata U-bun hujin: "Itu terserah padamu, bila kau menganggap Sutit lebih penting
dari putrimu, aku pun tidak bisa melakukan apa-apa."
Dalam hati Kie Lek-beng berpikir, 'Wie Thian-hoan adalah orang
yang dicintai oleh Su-giok, kali ini tujuanku ke ibukota adalah untuk
membantunya secara diam-diam tapi sekarang bagaimana aku
malah harus mencelakainya"
"Kau tahu, sebenarnya putrimu bisa menjadi menantuku, aku
kehilangan menantu yang baik, tapi aku harus mendapatkan bocah
tengik itu untuk ditukar dengan putrimu. Aku akan menjadikan Huithian sebagai pelayanku. Bila dihitung-hitung, aku sudah rugi sangat
besar, bila kau tidak setuju, lebih baik kita berbesan saja."
Dalam hati Kie Lek-beng berpikir, 'Aku pernah dengar, dalam
mimpi Su-giok memanggil-manggil nama Thian-hoan, mengapa
sekarang dia malah menyukai bocah tengik si U-bun Hoo itu"
Melihat mereka begitu akrab mau tidak mau aku pun jadi percaya.'
"Jujur bicara, aku masih menyukai putrimu, karena aku adalah
ibu angkatnya!" Kata U-bun hujin
Kie Lek-beng langsung meloncat dan berkata:
"Apa"! Kau adalah ibu angkatnya"!"
"Kau tidak percaya" Sebentar lagi coba kau dengar lebih
seksama, sekarang aku akan turun untuk menjemput putri
angkatku." Kata Kie Lek-beng: "Apakah harus sekarang menyetujui syarat-syaratmu tadi?" dari kata-kata Kie Lek-beng, dia ingin diberi kesempatan untuk
berunding. Mata U-bun hujin penuh dengan tawa dan berkata: "Baiklah, kau
boleh pelan-pelan memikirkannya kembali, aku tidak akan
memaksamu, sesukamu saja, kapan pun boleh, mau itu 10 hari,
setengah bulan, 10 tahun atau 8 tahun juga tidak menjadi masalah
tapi syaratku tidak berubah. Bisnis ini harus disetujui oleh kedua
belah pihak -baru bisa berjalan, kau pikir saja dengan tenang, aku
tidak akan mengganggumu." Sambil berkata seperti itu dia sudah
membalikkan tubuh dan keluar.
Kie Lek-beng tetap berada di dalam kamar, hatinya tidak bisa
tenang. Maksud dari U-bun hujin sangat jelas, waktu tidak akan
ditentukan, tapi harus ada pertukaran orang. U-bun hujin sudah
menjadikan putrinya sebagai sandera, selama 8 tahun, 10 tahun,
waktu tidak menjadi masalah!
Begitu Su-giok bertemu dengan U-bun hujin, dia seperti bertemu
dengan keluarganya, dia langsung masuk ke dalam pelukan U-bun
hujin dan memanggilnya ibu.
U-bun hujin membelai rambutnya dengan lembut dan berkata:
"Putriku yang baik, apakah kau dihina" Jangan takut, kau anggap
saja ini adalah rumahmu, kau sudah kembali ke sisiku, aku akan
melindungimu sehingga tidak ada orang yang berani menghinamu
lagi." Kie Su-giok berteriak: "Ibu angkat, kau begitu baik kepadaku, aku...aku..." dia tidak tahu bagaimana cara mengatakan semua ini kepada ibu angkatnya.
"Anak Giok, kau tidak perlu bicara apa-apa, kamarmu sudahg
dibereskan, yang kau butuhkan sekarang adalah istirahat."
Kie Su-giok sangat berterima kasih atas kepedulian ibu angkatnya
tidak sengaja dia bersandar ke pundak ibu angkatnya, seperti
seorang anakn perempuan yang minta perlindungan kepada ibu
kandungnya. Kie Lek-beng melihat semua itu dari jendela, begitu dia
menyaksikan semua itu, hatinya seperti ada benda yang berat yang
berjatuhan dan menenggelamkannya.
"Dengan cara apa dia bisa membuat Su-giok menjadi penurut
Apakah benar Su-giok sudah jatuh cinta kepada putra dari Kim-ho?"
Sebenarnya dia ingin membantu Hui-thian karena Hui-thian jelasjelas adalah orang yang dicintai oleh putrinya, tapi bila orang itu
bukan Hui- thian, dia masih bisa mengubahnya.
"Aku lebih suka anak Giok menikah dengan Wie Thian-hoan, tapi
mengapa Wie Thian-hoan tidak dapat mengambil hati anak Giok,
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
malah membuat putriku tertipu oleh orang lain, semua ini salah Wei
TianY karena nasibnya tidak begitu baik. Sebenarnya aku tidak
mengijinkan anak Giok menikah dengan siluman Pek-toh-san,
terpaksa aku harus menangkap Wie Thian-hoan dan menukarnya
dengan putriku." Hatinya sangat kacau, tidak sengaja dia memegang benda yang
tersimpan di balik bajunya, seperti tersengat listrik, hatinya
bergetar, dia mengeluarkan barang itu.
Benda apakah itu" Itu adalah buku Biauw-ang yang dimiliki
olehnya pada waktu kecil dulu, buku ini diberikan oleh ayahnya
untuk Coh Tbian-su agar dijadikan pelindung. Jimat ini sudah
menolong Coh Thian-su dari kematian. Buku ini sudah kembaii lagi
kepadanya. Buku ini membuktikan cinta ayahnya kepadanya, tiap goresan
tinta merah seperti darah ayahnya
Kemarin malam dia bersumpah kepada buku ini tidak mau
melukai perasaan ayahnya lagi, apakah hari ini dia sudah
melupakannya" Wie Thian-hoa adalah murid yang dididik dan diajar langsung
oleh ayahnya, bahkan menganggap Wie Thian-hoan seperti cucunya
sendiri. "Dalam hati ayah, posisi Coh Thian-su tidak sepenting Wie Thianhoan, ayah tidak mengijinkanku melukai Coh Thian-su, terlebih-lebih
dengan Wie Thian-hoan, bila aku melukai Wie Thian-hoan, ayah
akan sedihnya seperti apa?" Kie I.ek-heng tidak berani memikirkan akibatnya.
Walaupun U-bun hujin tidak memberi tahu kepadanya mengapa
dia harus menangkap Wie Thian-hoan, tapi Kie Lek-beng yakin
tujuannya tidak baik Mungkin Kim-ho akan memberikan Wie Thian-hoan kepada Bok
Ci-giauw sebagai hadiah. "Sekarang aku harus bagaimana" Aku sudah melukai hati ayah.
Sekarang ayah sudah tua, apakah aku harus melukainya sekali lagi
dan membuatnya terpukul" Bahkan ingin menyerahkan orang yang
dianggap ! cucu oleh ayah kepada orang lain?"
Tapi bila dia tidak menyerahkan Wei TianYuan kepada U-bun
hujin, dia tidak akan bisa menolong putrinya
Dia mencintai ayahnya, dia pun mencintai putrinya, dia tidak
boleh melukai hati ayahnya, dia pun tidak mau putrinya jatuh ke
tangan penjahat keji seperti U-bun hujin.
Harus bagaimana lagi" Harus bagaimana lagi"
Dia sendiri pun tidak tahu haius bagaimana lagi" Yang dia tahu
putrinya sudah ditipu oleh U-bun hujin. Putrinya menjadi sandera Ubun hujin, maka dia harus mendengar semua kata-kata U-bun hujin.
Terperangkap oleh rencana busuk, sulit untuk kembali, dengan
terpaksa menangkap keponakan seperguruan untuk ditukar dengan
putri kandung. Apa yang akan terjadi"
---ooo0dw0oo--- BAB 16 Menghina orang Menculik perempuan Pura-pura gila Menghukum yang jahat A. Di Tengah Perjalanan Wie Thian-hoan sudah turun dari gunung barat menuju ibukota.
Hati Wie Thian-hoan diliputi oleh banyak pertanyaan dan sekarang
dia ingin mencari jawabannya.
Siapa yang mengkhianati ayahnya" Yang paling dia curigai adalah
Hie Tiong-gwee. Kali ini Hui-thian datang ke ibukota tidak lain
adalah untuk mengetahui dan mencari hal sebenarnya.
"Tidak disangka sebelum ada kesempatan membuat perhitungan
dengan Hie Tiong-gwee malah sudah bertemu dengan putrinya."
Yang paling membuatnya aneh adalah dia bisa bertemu dengan
Pendekar Yang-ciu, Coh Kim-sung.
"Aneh, mengapa Coh Tayhiap bisa menjadi pengawal Bok Cigiauw" Dan mengapa putrinya bisa bareng bermain dengan putri
Hie Tiong-gwee di Si-san" Apakah Coh Tayhiap sudah berteman
dengan mereka?" Tapi dia pun tahu bahwa perkiraannya tidak masuk akal. Dia
menendang batu yang berada di pinggir jalan, batu itu terbang ke
atas dan terbelah menjadi 8 bagian, dia sangat puas melihat
hasilnya, dalam hati dia berpikir,
"Kemarin Coh Kim-sung tidak menggunakan seluruh tenaganya,
bila tidak hari ini aku tidak bisa menendang batu itu malah mungkin
tidak bisa berjalan."
Kemarin dia sempat beradu telapak tangan dengan Coh Kimsung, dia tahu bahwa Coh Kim-sung tidak ingin melukainya, tapi
kemarin malam dia pun tidak menggunakan seluruh tenaganya,
walau bagaimana pun dia berterima kasih kepada Coh Kim-sung
karena tidak menganggap dia sebagai orang yang jahat dan di
hadapan Tuan Peng malah melepaskan dia pergi. Tuan Peng adalah
ketua pengawal Bok Ci-giauw, dari sana dia yakin bahwa Coh Kimsung belum menjadi kaki tangan Bok Ci-giauw.
"Bok Ci-giauw dan Hie Tiong-gwee akan mencari siapa lagi dalam
menghadapiku" Bila Coh Kim-sung bukan orang yang mereka cari
mengapa dia bisa bersama dengan Tuan Peng" Kedua putra Bok Cigiauw pun sepertinya menganggap Coh Kim-sung orang sendiri?"
Wie Thian-hoan tidak mendapatkan jawabannya maka dia sangat
ingin bertemu dengan Coh Kim-sung dan langsung menanyakannya,
sekali pun itu berbahaya, dia tetap ingin mencari Coh Kim-sung
Alasan sebenarnya bukan itu, dia ingin bertemu dengan Coh Kimsung karena dia teringat kepada putranya. Di Lok-yang dia pernah
bertarung dengan Coh Thian-su, walaupun Coh Thian-su bukan
teman, tapi paling sedikit dia bukan musuh.
Dia pernah salah sangka kepada Coh Thian-su, dia mengira Coh
Thian-su menyukai Hiat-kun, tapi kesalahpahaman ini belum
terhapus semuanya, dia pernah melihat Coh Thian-su dan Hiat-kun
berada dalam satu perahu dan duduk berbarengan sepertinya
sangat akrab, dia juga tahu bahwa, Coh Thian-su dan Hiat-kun saat
ini berada di ibukota. Jika ingin mencari Coh Kim-sung bukanlah hal yang sulit, dia
tahu. bahwa Coh Kim-sung adalah tamu kantor Sin-hoan Piaukok.
Bila Coh Thian-su sudah tiba di ibukota, dia pasti akan tinggal
dengan ayahnya, paling sedikit ayahnya tahu dia berada di mana.
Wie Thian-hoan tahu Hiat-kun tidak akan mengubah rasa
cintanya kepada Wie Thian-hoan, walau bagaimana pun dia ingin
bertemu dengan Hiat-kun. "Sebenarnya Coh Thian-su pantas untuk dijadikan teman." walau ingin tahu keadaan Hiat-kun dari Coh Thian-su, tapi dia memang
ingin bertemu dengan Coh Thian-su.
Sekarang dia memakai baju seperti orang yang sangat umum,
tidak membuat orang-orang mencurigainya, dia mondar mandir di
sisi sungai, dalam hati dia berpikir, "bila ada yang mengenalku di dunia ini, paling banter hanya ada 2 orang, bahkan mungkin Hiat-kun pun tidak akar mengenaliku.'
Dia sangat puas terharap perubahan dirinya, tapi begitu teringat
kepada adik seperguruannya, hatinya tergerak juga.
"Adik sekarang berada di mana " Walau dia, Hiat-kun dan Thiansu berada di dalam satu perahu, apakah dia juga akan ikut ke
ibukota" Dia mengira aku akan pulang, mungkin dia sedang
menungguku di rumah."
Begitu memikirkan ada orang yang begitu setia menunggu,
kepulangannya, dia menjadi tidak enak hati. Tapi bayangan Hiat-kun
tetap tidak terlupakan. Coh Kim-sung dan Yu He-cu sudah dibawa ke Piau-hang.
"Beristirahat di sana lebih aman, Coh Thian-su pun mengikuti
ayahnya ke Piau-hang. Di rumah itu masih ada 2 orang lainnya, mereka adalah Coh
Thian-hong dan Hie Kim-giauw.
Semua orang sudah pulang mereka berdua akhirnya duduk
Kata Kim-giauw: "Keluargamubarumendapatkan
musibah, aku jadi merepotkanmu, maafkan aku!"
Kata Coh Thian-hong: "Ayahku sudah diurus oleh Toakoku, aku juga tidak bisa
membantu apa-apa di sana, mengapa kau tidak mau ke Piau-hang?"
Jawab Kim-giauw: "Di sana banyak orang, bukan tempat yang baik untuk
mengobrol. Coh Toako, aku mempunyai hal yang tidak dapat
dibereskan, tidak ada forang yang bisa kuajak berdiskusi."
"Umurku lebih kecil darimu, panggil saja aku adik, tidak perlu
sungkan." Kata Coh Thian-hong
"Hal ini sangat memusingkanku, tapi ini pun ada hubungannya
denganmu, apakah kau bisa menduganya?"
Coh Thian-hong tampak berpikir, 'Apakah ada hubungannya
dengan kejadian di gunung barat"'
"Aku menceritakan semuanya kepada ayahku, ternyata memang
benar aku sudah dijodohkan oleh ayahku dengan putra sulung Bok
Ci-giauw!" Sambung Kim-giauw lagi: "Pantas kalian selalu menghina ayahku, aku juga malu
mempunyai layah seperti itu, dia menyuruhku datang kemari agar
menasihatimu supaya mau menikah dengan putra kedua Bok Cigiauw!" Setelah Coh Thian-hong mendengar perkataan Hie Kim-giauw,
dia tertawa dan berkata: "Ternyata kau disuruh menjadi mak comblang, bila ayahmu tahu
bahwa kau ke sini untuk mencari akal dalam menghadapi ayahmu,
dia akan sangat menyesal karena sudah salah memilih mak
comblang." Kata Kim-giauw: "Kau masih bisa bercanda, bila aku tidak pura-pura setuju, mana
bisa aku datang ke sini untuk mencarimu?"
Kata Coh Thian-hong: "Bila diketahui oleh ayahmu, maka kau tidak menjadi anak yang
berbakti lagi." "Siapa yang ingin menjadi anak yang berbakti?"
Kata Coh Thian-hong: "Bila kau tidak sejalan dengan ayahmu, tidak perlu malu."
"Tapi sekarang ini aku masih tinggal bersama ayah dan tinggal di
rumah Bok, aku seperti tinggal di sarang serigala. Setiap hari
merasa tidak tenang, bila aku tidak mau menurut kepada mereka,
aku takut... takut..."
Kata Coh Thian-hong: "Kau takut akan diterkam oleh serigala?"
"Kau masih bisa bercanda, sekarang mereka sudah mencari kita,
bagaimana cara menghadapinya, kita harus berbuat bagaimana?"
Kata Coh Thian-hong: "Aku tidak percaya mereka berani menculikku, walaupun ayahku
masih sakit dan terbaring di tempat tidur, tapi tidak ada orang yang
berani menghinaku!" Hie Kim-giauw tertawa kecut dan berkata:
"Kau mempunyai ayah dan kakak yang baik, sedangkan aku anak
yatim, tidak ada orang yang mau melindungiku." Mata Kim-giauw
mulai menjadi merah. Kata Coh Thian-hong: "Kau jangan cemas, kau menganggap aku adalah adikmu, berarti
Toakoku juga Toakomu Kami pasti akan membantumu. Coba kau
ceritakan semua, kau berharap bagaimana kami bisa menolongmu?"
Kim-giauw menarik nafas dan berkata:
"Tadinya aku berharap bisa melarikan diri denganmu, tapi
ayahmu sekarang sedang sakit, bagaimana kau bisa pergi?"
Tiba-tiba ada seseorang yang tertawa dan berkata:
"Nona Hie, kau salah, aku disuruh ayah supaya adikku pulang ke
kampung halaman kami."
Ternyata Coh Thian-su sejak tadi sudah berada di dalam, Coh
Thian-hong sangat senang, dia berkata:
"Toako, kau datang tepat pada waktunya"
Coh Thian-su tertawa dan berkata:
"Benar, aku sudah mendengar pembicaraan kalian."
Coh Thian-su berkata lagi:
"Nona Hie, kau mempunyai rencana begitu bagus, tapi ada
seorang yang begitu mencemaskan dirimu jika tidak akan mau
meninggalkan ayahmu."
Kim-giauw terpaku dan bertanya:
"Siapa dia?" "Nanti aku akan beritahu kepadamu, bila kalian ingin meninggalkan ibukota, cepatlah! Aku akan menyiapkan kereta kuda,
Adik cepat bereskan baju!"
Kata Coh Thian-hong: "Nanti dulu Toako, jangan tergesa-gesa, aku ingin tahu mengapa
ayah menyuruhku segera meninggalkan ibukota" Apakah ayah juga
tahu tentang hal ini?"
Karena kemarin begitu Coh Thian-hong pulang, Coh Kim-sung
langsung pergi ke Piau-hang karena diundang oleh Tong Hwie-yan.
Begitu tiba di rumah, Coh Thian-hong sudah ditotok oleh Kie Lekbeng. Masalah Coh Thian-hong sudah dihina oleh putra Bok Cigiauw, dia belum memberitahu kepada ayahnya.
Kata Coh Thian-su: "Ayah menyuruh kita pulang bukan karena masalah ini,
sebenarnya ayah pun tidak mau tinggal lebih lama di ibukota Ayah
sedang sakit dan sedang dirawat oleh Paman Tong, kita tidak perlu
khawatir, karena itu dia menyuruh kita cepat-cepat kembali ke
kampung halaman." Coh Thian-hong sangat senang dan berkata:
"Bila ayah sudah mengambil keputusan seperti ini, aku akan
segera bersiap-siap!"
Hie Kim-giauw masih ragu dan bertanya:
"Coh Toako, apakah aku boleh tahu siapa orang itu?"
Kata Coh Thian-su: "Sebentar lagi dia akan datang, tapi sebelumnya kau harus sudah
bisa menduga." Kemudian Coh Thian-su berlalu dari tempat itu.
Benar saja, Coh Thian-su sudah kembali dan ada seseorang yang
dengikuti dia dari belakang.
Begitu Kim-giauw melihat orang itu, dia berteriak, "Kwee Toako,
ternyata orang itu adalah kau!" Orang yang datang tidak lain adalah kekasih Kim-giauw yang bernama Kwee Goan-cay.
Kata Kwee Goan-cay: "Aku mengira kau tinggal di rumah Keluarga Bok bersama
dengan ayahmu." Kata Kim-giauw: "Kapan aku tinggal di rumah Keluarga Bok, apakah Coh Thian-su
sudah memberitahu semuanya kepadamu?"
"Aku memang tidak ingin bertemu dengan guru, aku ingin
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
meninggalkan tempat mi bersama denganmu."
Mereka bertiga segera naik ke atas kereta kuda.
Kata Coh Thian-su: "Kwee Toako, aku harap kau hati-hati, aku menitipkan mereka
kepadamu!" Coh Thian-hong terpaku kemudian bertanya: "Apakah Toako
tidak mau ikut?" "Sudah cukup ada Kwee Toako yang mengantar kalian, aku harus
tinggal di sini untuk mengurus ayah."
Kata Coh Thian-hong: "Kalau begitu aku dan Kakak Hie pergi dulu, aku berharap ayah
cepat sembuh jadi kalian pun bias cepat pulang."
Kata Hie Kim-giauw: "Bila aku tidak pulang-pulang, ayah pasti akan mencariku dan
dua bersaudara Bok itu pasti akan mencari ribut. Coh Toako, lebih
baik kau tidak perlu menemui mereka."
"Aku tahu, nah kalian pergilah dulu!"
Setelah mengantar kepergian adiknya dia kembali ke Piau-hang
untuk mencari tahu tentang seseorang. Tong Hwie-yan sudah
berjanji akan membantunya mencari Kie Su-giok Alasan dia masih
tinggal di ibukota adalah pertama, dia memang ingin merawat
ayahnya, alasan kedua dia ingin mencari Kie Su-giok.
Kwee Goan-cay dan kedua gadis itu sudah keluar dari kota
melalui pintu barat, baru menempuh setengah perjalanan di depan
ada jalan yang bercabang. Kwee Goan-cay mengeluarkan sebuah
peta dan berkata, "Kita lewat jalan besar atau jalan kecil?"
Coh Thian-hong tertawa dan berkata,
"Pantas kau sangat hafal dengan jalan-jalan di sini, ternyata kau membawa peta, aku sama sekali tidak sadar." Kata Kwee Goan-cay,
"Peta ini diberikan oleh orang Piau-hang, peta mereka lebih jelas dibandingkan dengan peta yang dijual di toko-toko."
Mereka melewati jalan gunung, kereta bergoyang-goyang, tapi
hati Hie Kim-giauw sangat senang.
"Setengah bulan berada di ibukota, semua orang yang aku temui
membuatku kesal kecuali Coh Thian-hong Tinggal di rumah Bok
seperti tinggal di dalam kurungan. Hari ini aku baru merasa bisa
bebas." Tanya Kwee Goan-cay: "Semenjak kau dan guru tiba di ibukota, apa yang telah terjadi?"
Jawab Kim-giauw, "Banyak hal sudah terjadi, entah dari mana aku harus memulai
ceritanya" Kim-giauw menceritakan beberapa masalah yang terjadi di
Keluarga Bok. Walaupun dia tidak menjelek-jelekan nama ayahnya,
tapi dari semua yang dia ceritakan, Kwee Goan-cay sudah tahu
bahwa kabar yang beredar di luar tentang gurunya yaitu Hie Tionggwee yang walaupun tidak menjual diri untuk menjadi kaki tangan
Bok Ci-giauw, tapi sudah dapat dikatakan menjilat yang berkuasa di
ibukota semua itu adalah benar.
Dalam hati dia berpikir, 'Dulu di Lok-yang, Paman Pau pernah
marah kepada guru dan menyebut bahwa guru adalah orang yang
berpura-pura, waktu itu aku masih marah, tidak disangka kelakuan
guru lebih buruk dari yang kubayangkan."
Satu hal lagi yang masih dia khawatirkan adalah tentang Hiat-kun
dia tidak mendapat kabar sama sekali tentangnya Dia takut Hie Kimgiauw curiga bila dia bertanya maka dia pun diam saja.
Tiba-tiba Kim-giauw tertawa dan berkata
"Ada satu hal yang pasti tidak disangka sama sekali, ternyata
Hui- > thian tidak sejahat yang dipikirkan oleh ayah, dia bahkan
pernah menolongku dan Adik Coh!"
Kwee Goan-cay terkejut dan bertanya:
"Kalian sudah pernah bertemu dengannya?"
"Benar, kemarin kami bertemu dengannya di gunung barat."
Tanya Kwee Goan-cay: "Apakah dia hanya sendiri?"
Hie Kim-giauw aneh dengan pertanyaan Kwee Goan-cay dan
bertanya: "Kau kira masih ada siapa lagi?" segera dia mengerti dan
tertawa, "Aku tahu, kau ingin tahu apakah Kang Hiat-kun bersama-sama
dengannya" Apakah benar?"
Wajah Kwee Goan-cay memerah dan berkata:
"Semua keluargamu mengatakan bahwa Hui-thian kawin lari
dengan Kang Hiat-kun, aku merasa aneh, maka itu aku bertanya
kepadamu. Hie Kim-giauw melihatnya dan bertanya:
"Apakah kau tidak percaya?"
"Menurutku ini hanya gosip murahan!"
Kata Hie Kim-giauw: "Apakah mereka kawin lari atau tidak, aku pun tidak tahu tapi
Kang Hiat-kun pasti tidak berani datang bersama dengan Hui-thian
ke Ibukota karena ilmu silatnya tidak setinggi Hui-thian, dia juga
takut ayahku Kkan menangkapnya!"
Tiba-tiba Kim-giauw seperti mendengar suara yang dia kenal
datang dari arah belakang:
"Walau bagaimana pun kita harus bisa menangkapnya dan
membawanya pulang!" Kim-giauw sangat terkejut dan membuka tirai, terlihat di jalan
kecil itu ada tiga ekor kuda yang berlari sangat cepat, orang-orang
itu adalah putra sulung, Bok-Ling-ku, yang satu lagi adalah
pengawal Bok Ci-giauw, Tuan Pheng, dan yang satu lagi adalah
seorang laki-laki yang tidak dia kenal. Laki-laki itu tinggi dan besar, terlihat seperti seorang raksasa Orang yang bicara tidak lain adalah
Bok Ling-ku. Kereta kuda tidak bisa berjalan dengan cepat di jalan
pegunungan. Ketiga ekor kuda itu dengan cepat sudah mengejar
mereka. Tuan Pheng berteriak,
"Berhenti!" Kwee Goan-cay tidak menghentikan kudanya, raksasa yang
mengejar di belakang tiba-tiba meloncat dari atas kudanya dan
menarik kereta itu hingga tidak dapat berjalan lagi, bahkan kereta
itu mundur dan kuda-kuda yang menarik kereta langsung jatuh,
kereta pun ikut terguling.
Sebelum kereta terguling, Kwee Goan-cay dan kedua gadis itu
dengan cepat meloncat keluar.
Kata Tuan Pheng: "Tuan Tong, kau dijuluki dewa bertenaga besar, memang tidak
bernama kosong!" Bok Ling-ku memuji Tuan Pheng dan berkata:
"Tuan Pheng benar-benar pintar meramal, mereka benar-benar
lewat jalan kecil ini."
Ternyata Hie Tiong-gwee menunggu anak gadisnya yang tidak
pulang-pulang, dia bertanya kepada Tuan Pheng, tapi hal ini
diketahui oleh Bok Ling-ku, maka dia pun ingin ikut, mereka
membawa seorang tukang pukul baru, bernama Tong Kai-cia,
dijuluki dewa bertenaga besar.
Mereka datang ke Piau-hang untuk menanyakannya, Tong Hwieyan tentunya tidak akan memberitahu, tapi ada seseorang yang
membentahu, dia adalah orang Piau-hang yang memberikan peta
kepada Kwee Goan-cay. Orang ini tahu mereka keluar dari kota
melalui jalan barat. Kwee Goan-cay keluar dari kereta dan berteriak:
"Kalian mau apa" Apakah siang-siang begini kalian sudah mau
merampok?" Bok Ling-ku melihatnya dan tertawa:
"Apakah kau tahu, Hie Tiong-gwee sudah menyerahkan putrinya
kepadaku, berani sekali kau merebut milikku, malah marah-marah
kepadaku!" Hie Kim-giauw sangat marah juga malu, dia mencabut pedangnya dan berkata: "Sembarangan bicara, siapa yang sudi menjadi milikmu!" Dengan dingin Bok Ling-ku berkata,
"Pantas kau tidak mau menikah denganku, ternyata kau sudah
menyukai laki-laki mata keranjang ini!"
Hie Kim-giauw sangat marah dam pedangnya langsung menusuk,
tapi ilmu silat Bok Ling-ku lebih tinggi dari Jin Yao beberapa kali
lipat. Dengan tertawa Bok Ling-ku berkata:
"Apakah kau mau membunuh suamimu sendiri?" sambil bicara
dia mulai beraksi, pedang Kim-giauw hampir terlepas dari
tangannya. Kata Kwee Goan-cay: "Adik, kau mundur saja, biar aku yang menghajarnya!"
Coh Thian-hong gerakannya lebih cepat lagi, diam-diam dia
mendekati Bok Ling-ku, ujung pedangnya sudah hampir mengenai
tenggorokan Bok Ling-ku, baju yang di pundaknya pun sudah robek
terkait oleh ujung pedang.
Coh Thian-hong terus mengejarnya dan menotok Bok Ling-ku,
tiba-tiba dia melihat benda besar melayang ke arahnya, ternyata
Tong Kai-cia mengangkat seekor kuda yang mati dan melemparnya
ke arah Coh Thian-hong. Benda yang begitu besar melayang ke arah Coh Thian-hong,
untungnya tidak mengenainya, tapi Coh Thian-hong sudah merasa
berat melawan, Hie Kim-giauw pun terdesak mundur.
Dengan dingin Tong Kai-cia berkata:
"Aku ingin mengganti kudamu, mengapa tidak mau menerimanya?" Bok Ling-ku juga terkejut tapi begitu dia tenang, langsung
tertawai dan berkata: "Nona Coh, kau adalah calon adik iparku, kau harus sopan
kepada Cihumu, bila kau galak seperti itu adikku akan takut dan
tidak mau menikahi denganmu!"
Coh Thian-hong sangat marah dan berkata:
"Cabul sekali kau! Jangan kira karena kau adalah putra panglima
dengan gampang menghina orang. Keluarga Coh tidak mudah
dihinai Baiklah, kau tidak ingin aku pergi, aku akan pulang dan
menyuruh ayahku untuk mempertimbangkannya lagi."
Kata Tong Kai-cia: "Tuan Pheng, kau yang ambil keputusan!"
Kata Tuan Pheng: "Nona Coh, Bok Siauya hanya bercanda
denganmu, jangan dianggap sungguhan, sebenarnya Jenderal Bok
ingin berbesan dengan ayahmu, saat ini ayahmu sedang sakit, soal
perbesanan ini sebaiknya ditunda dulu, bila kau ingin pulang, kau
boleh pulang tapi Nona Hie tidak boleh ikut, Karena ayahnya
menyuruh kami untuk mencarinya. Kalian tidak perlu mengurusi
Nona Hie lagi!" Dengan marah Coh Thian-hong berkata:
"Apakah aku adalah orang yang mudah dipermainkan oleh
kalian" Nona Hie adalah tamuku, kau mau menculik tamuku"
Bunuhlah aku dulu paru kau bisa melakukan kehendakmu!"
Tuan Pheng tertawa: "Nona, karena ayahmulah maka aku memaafkanmu, kau jangan
bercanda lagi dan jangan membuat keributan!"
Kata Coh Thian-hong: "Kalianlah yang membuat keributan, cici Hie bukan anak kecil
lagi, mengapa kalian harus memaksanya?"
Kata Tuan Pheng sambil tertawa:
"Anak-anak harus mendengarkan kata-kata ayahnya, kami
diminta oleh Hie Tayhiap untuk menjemput Nona Hie, itu bukan
disebut pemaksaan." Kaa Kim-giauw: "Kalau begitu, tolong sampaikan kepada ayahku, aku tidak mau
kembali ke rumah Bok lagi!"
kata Tuan Pheng: "Aku tidak bisa mengurus hingga hal seperti itu, aku hanya
menjalankan perintah, jadi kau harus ikut kami pulang, itu saja Kau
tanya saja kepada Bok Siauya, bila dia setuju, kami akan menurut
juga" Kata Bok Ling-ku: "Tunggu hingga aku membereskan bocah tengik itu, baru aku
akan memutuskan!' Kata Kwee Goan-cay: "Bok Siauya, kau sudah membawa tukang pukul, lebih baik suruh
tukang pukulmu menjual nyawanya demi dirimu!"
Dengan marah Bok Ling-ku berkata:
"Apakah aku harus takut kepadamu" Tidak usah dibantu mereka
aku yang akan bertarung denganmu! Lihat siapa yang harus diajar!"
Kwee Goan-cay tertawa dan berkata: "Bok Siauya mau bertarung
denganku, itu sangat baik, ada pepatah yang mengatakan: janji
seorang tuan harus ditepati, empat ekor kuda pun tidak dapat
menarik perkataan ini. Kau tidak boleh dibantu oleh orang lain, aku
tunggu Bok Siauya mengeluarkan jurus!"
Bok Ling-ku pernah mendengar ayahnya mengatakan bahwa Hie
Tiong-gwee dijuluki Pendekar Tiong-ciu, tapi itu hanya nama kosong
saja, ilmu silatnya termasuk ke dalam golongan kedua bila bertemu
dengan orang-orang biasa, dia masih bisa menang, tapi bila
bertemu dengan pesilat tangguh, dia tidak akan bisa menang.
Dalam hati Bok Ling-ku berpikir,
"Ayah bisa menjadi panglima dan ilmu silatnya pun sangat tinggi,
jurus Tap-in-kiam-hoat pun termasuk ilmu silat yang langka."
Karena itu ala menganggap dia bisa mengalahkan Kwee Goan-cay
karena Kwee Goan-cay begitu sombong, tapi semua perkiraannya
ternyata salah. Memang benar Tap-in-kiam-hoat adalah jurus yang hebat dan
lebih bagus dari jurus pedang keluarga Hie, tapi karena Bok Ling-ku
hanya menguasai beberapa jurus dari Tap-in-kiam-hoat, apalagi
selama ini dia tidak mempunyai kesempatan mempraktekkannya,
pun orang yang berlatih dengannya selalu membiarkan dia menang
maka kali ini pun dia merasa pasti bisa menang.
Kwee Goan-cay sudah siap mempertaruhkan nyawanya,
sedangkan Siauya Mu sendiri mana mau mempertaruhkan nyawanya
Akhirnya baru saja mereka bertarung beberapa jurus, posisi Bok
Ling-ku sudah dalam keadaan terdesak.
Pertama Bok Ling-ku mengeluarkan jurus In-liong-sam-sian (Tiga
Naga Muncul Diawan). Jurus ini terdiri dari 3 jurus tipuan dan 1
jurus yang asli. Jurus ini sebenarnya adalah jurus yang dahsyat.
Tapi Kwee Goan-cay tidak peduli, yang mana jurus tipuan dan
yang mana jurus asli, semua diterimanya dengan tenang, hingga
jurus ketiga ujung pedang sudah melekat di tenggorokan Kwee
Goan-cay. Siapa yang tahu Kwee Goan-cay malah berteriak dengan
kuat dan membalikkan tubuh kemudian langsung menusuk.
Seumur hidup Bok Ling-ku, belum pernah dia bertarung dengan
cara seperti itu. Sebenarnya dengan dia meluruskan pedang dia bisa menusuk
tenggorokan Kwee Goan-cay, tapi karena dia terkejut dengan suara
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kwee Goan-cay dan takut pedang Kwee Goan-cay akan
memutuskantangannya,diatidakberanimeneruskan
serangangnya, dia hanya bisa menghindar sebenarnya jurus pedang
dan langkah-langkah jurusnya lebih tinggi dan Kwee Goan-cay tapi
karena takut, sekarang dia hanya bisa menghindar.
Dalam keadaan seperti itu walaupun Kwee Goan-cay tidak bisart
melukainya, tapi suara Kwee Goan-cay dan jurusnya yang ganas
sudah membuat Bok Ling-ku takut. Dalam pertarungan hal yang
harus dihindari adalah rasa takut, bila takut bagaimana pun
tingginya ilmu silat orang ini tidak bisa mengeluarkan
kepandaiannya dengan baik, tentunya dia akan kalah, kadangkadang nyawa pun harus siap diserahkan kepada lawan.
Tong Kai-cia mulai merasa pertarungan ini tidak seimbang tibatiba dia berkata: "Pantas Hie Tayhiap pernah mengatakan ini di antara muridmuridnya yang she Kwee inilah yang paling sulit dididik seperti
seekor babi bodoh!" Kim-giauw tertawa dan berkata: :
"Murid ayah yang paling bodoh pun bisa mengalahkan Siauya,
kau bilang Suhengku adalah babi bodoh, kalau orang itu dikalahkan
oleh seekor babi bodoh, jadi orang itu pantas disebut apa?"
---ooo0dw0ooo--- B. Katak Buruk Rupa Terdengar suara baju yang sobek, yang sobek ternyata adalah
baju milik Kwee Goan-cay sudah tersobek. Untungnya Bok Ling-ku
masih terpengaruh dengan kegalakan Kwee Goan-cay, begitu
berhasil langsung dia mundur dan Kwee Goan-cay hanya terluka
sedikit. Dengan marah Kim-giauw berkata:
"Tidak tahu malu!" segera dia mencabut pedang dan melangkah
ke depan. Kata Tuan Pheng: "Nona Hie, kau mau apa" Tadi kita sudah sepakat membiarkan
mereka bertarung tanpa ikut campur."
Tong Kai-cia tertawa dan berkata:
"Dia adalah Lai-hai-ma!" Kata Coh Thian-hong. Sebenarnya Kwee Goan-cay adalah murid Hie Tiong-gwee yang paling muda, tapi ilmu
silatnya yang paling tinggi Hie Tiong-gwee pun tidak pernah
mengatakan Kwee Goan-cay bodoh, malah sangat membanggakan
dirinya. Mengapa Tong Kai-cia sengaja berkata seperti itu" Ternyata dia
ingin membantu Bok Ling-ku
Kemudian dengan dingin dia berkata:
"Aku bilang bocah tengik itu adalah babi bodoh, apakah kau tidak
setuju dengan pendapat ini" Aku akan menjelaskannya, mana ada
orang yang bertarung hanya menggunakan tenaga dan tidak
menggunakan otak" Kalau bok Siauya berniat untuk membunuhmu,
sejak tadi dia sudah menghabisinya!"
Kata Kim-giauw sambil tertawa:
"Kau yang menyuruh dia untuk mulai membunuh!"
Tong Kai-cia tidak mendengar kata-kata Kim-giauw, dia terus
bicara: "Aku beritahu kepadamu, hanya galak saja tidak ada gunanya,
Seumpama jurus Heng-in-toan-hong (Awan Mendatar Memapas
Gunung) dikeluarkan, kemudian jurus Hin-niauw-hoa-se (Burung
Licik Menggali Pasir) dikeluarkan, ketiak kirinya menjadi sasaran
yang mematikan." Karena jurus yang dikeluarkan oleh Kwee Goan-cay adalah jurus
Pek-ho-Uang-jauw (Bangau Putih Mengeluarkan Serangan), jurus
yang berikutnya adalah jurus Heng-in-toan-hong.
Bok Ling-ku memang licik, mula-mula dia terpaku dengan cepat
dia tahu bahwa Tong Kai-cia menyuruhnya mengganti jurus. Begitu
dia mengeluarkan jurus Hin-niauw-hoa-se, jurus Heng-in-toan-hong
baru kemudian dikeluarkan.
"Ada pepatah yang mengatakan: tuan bergerak mulurnya tapi
tangan tidak bergerak. Nona Hie, bila kau ingin membantu bantulah
dengan mulutmu!" Tiba-tiba di jalan itu muncul seseorang. Orang itu terlihat sangat
biasa tapi kata-kata yang keluar dari mulutnya terdengar istimewa.
Dia sedang bernyanyi sambil menghampiri mereka,
"Ada seorang gadis cantik seperti sekuntum bunga, membuat
para pemuda bertarung demi dirinya. Ha! Ha! Entah yang mana
kekasih sang gadis, entah yang mana si katak buruk rupa di mata
gadis itu." Coh Thian-hong tidak tahan mendengar kata-kata itu, langsung
dia tertawa dan berkata: "Kakak yang lewat, silakan lihat dengan jelas, pemuda yang
mana demi ciciku rela mengucurkan darah dan yang pasti orang itu
adalah kekasih ciciku, dan tuan yang satu lagi tentu adalah si katak
buruk rupa!" Orang itu tertawa terbahak-bahak dan berkata:
"Benar, benar, seharusnya sejak tadi sudah bisa kutebak, orang
yang harus dibantu bertarung adalah si katak buruk rupa!"
Tong Kai-cia marah dan berkata:
"Kau mengaco belo apa" Cepat sana pergi! Pergi!"
"Apakah jalan ini milikmu?"
Dia tidak pergi malah duduk di bawah pohon untuk melihat,
pertarungan itu. Tong Kai-cia adalah orang yang sering berkelana, melihat ada.
orang seperti itu, dia sudah tahu bahwa orang itu bukan orang yang
hanya lewat saja. Tong Kai-cia berkata: "Kau memihak golongan mana" Aku beritahu kepadamu, jangan
mengurusi hal yang tidak ada hubungannya denganmu!"
Orang itu dengan malas-malasan menjawab:
"Apa itu golongan" Apa itu benang" Aku bukan sedang mencari
istri dan harus kau yang memasang benang dan mengenalkan gadis
itu, kau tidak bisa mengusirku, aku tidak mempunyai waktu untuk
mengobrol denganmu! Jarang ada orang yang berkelahi di jalan,
aku ingin lihat keramaian ini dulu bara akan pergi!"
Tong Kai-cia ingin memberi pelajaran tapi dia melihat Bok Lingku terdesak mundur, ternyata sewaktu Bok Ling-ku tidak mendapat
petunjuk dari Tong Kai-cia maka dia diserang secara membabi buta
oleh Kwee Goan-rn cay sehingga membuat dia kalang kabut.
Pikir Tong Kai-cia, 'Begitu Bok Siauya berhasil membunuh Kwee
Goan-cay, bara aku akan membereskan si bodoh ini!"
Dia tidak meladeni orang itu lagi, dia berkonsentrasi melibat
pertarungan itu, dalam jurus-jurus penting dia mencari kelemahan
Kwee Goan-cay dan memberitahunya kepada Bok Ling-ku dan
menyuruh Bo Ling-ku membunuh Kwee Goan-cay.
Orang itu pun ikut melihat, dia sampai lupa diri dan berteriak:
"Bagus! Jurus memukul anjing liar di gunung selatan!" Bok Lingku sedang menyerang Kwee Goan-cay dengan jurus Ni-Bo-poh-hoat
yang terus berubah rubah, dalam sekejap sudah berubah posisi ke
bagian selatan, karena perubahan yang begitu cepat, mata Kwee
Goan-cay tidak secepat langkah Bok Ling-ku, dia hampir tertusuk
lagi! Orang itu berkata: "Memukul anjing liar di gunung selatan, semua yang memdengar
'pun akan merasa aneh." Apalagi Kwee Goan-cay yang sedang
bertarung, dia sama sekali tidak sempat memikirkan arti dari katakata itu. Sekarang dia berada di posisi yang merugikan, segera
terpikir, Apakah orang itu seperti Tong Kai-cia yang memberi
petunjuk kepada Bok Ling-ku, dan dia pun cara sembunyi-sembunyi
memberi petunjuk kepadaku"'
Walaupun Coh Thian-hong lebih kecil dari Kwee Goan-cay tapi
dia lebih tahu mengenai ilmu silat. Coh Thian-hong tertawa dan
berkata: "Toako yang lewat, jurusmu jarang kudengar, aku hanya pernah
mendengar jurus memukul harimau di gunung selatan, tidak pernah
mendengar jurus memukul anjing liar di gunung selatan."
Orang itu menjawab: "Seharusnya jurus memukul harimau yang galak tapi di sini tidak
ada harimau hanya ada anjing liar, bila tidak memukul anjing liar
lalu mau memukul apa?"
Dia menarik nafas dan berkata lagi:
"Disebut memukul anjing liar pun tidak pantas, malah membuat
orang marah, kau adalah babi bodoh. Nona, jangan marah yang
kumaksud dengan babi bodoh itu bukan dirimu."
Kwee Goan-cay tidak bodoh, dia tahu bahwa orang itu berusaha
memberi petunjuk kepadanya.
"Apakah kau gila" Kau meributkan apa?" Teriak Tong kai-cia.
"Kau yang gila, kau yang tidak mengerti jurus memukul. Ha., .ha.
..baiklah, kaki menendang belut bagian utara!"
Sekarang Bok Ling-ku menyerang ke bagian selatan, menyerang
ke arah sebaliknya. Segera Kwee Goan-cay mengambil keputusan,
tubuhnya melayang dan menendang, tepat di bagian utara.
Lawan menyerang dari selatan dia membalas dari bagian utara,
bila Bok Ling-ku tidak mengubah arah, pedang itu tidak akan
menusuk dari belakang dan keluar lewat arah depan, Kwee Goancay mengikuti petunjuk orang itu, seperti siap mempertaruhkan
nyawa. Tapi dalam taruhan ini Kwee Goan-cay lah yang menang Karena
Ni-in-poh-hoat milik Bok Ling-ku seperti ular di dalam air, berenang
begitu cepat, begitu kaki menendang ke arah utara tepat mengenai
tubuh Bok Ling-ku bagian bokong. Segera Bok Ling-ku terjatuh
dengan posisi dua kaki di atas. Begitu orang itu mengatakan
menendang belut di bagian utara, Tong Kai-cia sudah tahu pasti
akan terjadi hal seperti ini, dia pun ikut berteriak, boleh?"
"Tutup mulutmu!"
Orang itu tertawa dingin dan berkata:
"Memangnya hanya kau yang boleh bicara, mengapa aku tidak
Tong Kai-cia marah sekaligus terkejut:
"Siapa kau" Berani-beraninya memukul Bok Siauya!"
"Aku hanya mengikuti perbuatan Tuan, hanya menggerakan
mulut kalian sendiri yang bilang: tuan boleh menggerakan mulut
asal tangan jangan ikut bergerak, apakah aku salah?"
Tong Kai-cia tidak bisa mengatakan apa-apa, terpaksa dia berlari
menghampiri Bok Ling-ku dan memapahnya bangun.
Begitu bangun dia langsung marah-marah,
"Jahanam! Apakah kau tahu siapa aku ini?"
"Jahanam" Kau memarahi siapa?"
Dengan marah Bok Ling-ku berkata:
"Ayahku adalah Jenderal Bok, aku marah kepadamu, kenapa, kau
tidak suka?" Kata-katanya belum habis, hanya melihat bayangan orang itu
melewati Tong Kai-cia dan tiba-tiba sudah berada di hadapan Bok
Ling-ku. Semua ini tidak disangka oleh Bok Ling-ku, semua terjadi begitu !
cepat, segera dia menarik pedang dan siap menusuk
Hanya terdengar suara 'PLAK', 'PLAK', ternyata Bok Ling-ku sudah
digampar oleh orang itu, begitu digampar wajah Bok Ling-ku sudah
seperti kertas berwarna, ada merah, biru, dan hitam Darah dan
ingus pun ikut keluar. Pedangnya pun sudah dirampas.
Orang itu tertawa terbahak-bahak, dia mematahkan pedang itu
dan berkata, "Biasa kalau orang marah-marah kepadaku, aku akan
menggamparnya satu kali, tapi bila putra panglima, lain lagi
ceritanya. Satu kata 2 gamparan, bila kau merasa masih kurang
cukup, kau boleh marah lagi!"
Bok Ling-ku bersembunyi di belakang Tong Kai-cia, dengan
suarari gemetar dia berkata:
"Cepat usir orang itu!"
Walaupun dia benci kepada orang itu, tapi dia takut digampar
lagi, jadi dia tidak berani marah-marah kepada orang itu. !
Terpaksa Tong Kai-cia mengeluarkan Eng-jauw-tong (Ilmu Cakar
Elang). Begitu jurus dikeluarkan sudah mencoba mengcengkram tulang
bahu orang itu. Orang itu tidak menghindar, hanya mengeluarkan sebuah jarinya
Jari ini menunjuk ke telapak tangan Tong Kai-cia, ujung jarinya
sudah menyentil, segera terasa ada angin dingin berkesiur, Tong
Kai-cia segera merasakannya.
Tong Kai-cia bukan ahli totok, tapi dia melihat orang itu
mengeluarkan jari dan menyentil, dia terkejut, dalam hati beipikir,
"Sepertinya ini adalah jurus keluarga Kie, bila jarinya sudah
mengenai telapak tanganku, maka ilmu silatku akan musnah."
Segera dia mengubah jurus, dari jurus cakar menjadi pukulan,
julukannya sebagai dewa bertenaga besar, sekali memukul bisa
ratusan kilogram beratnya, dia tidak takut dengan ilmu sentilan jari
orang itu. Pukulan Tong Kai-cia mengenai sasaran tapi yang dia
pukul bukan lawan melainkan dirinya sendiri. Ternyata begitu dia
mengeluarkan tenaga untuk memukul, orang itu hanya menepuk
dengan ringan dan langsung mengalihkan tenaganya. Tong Kai-cia
ditepuk oleh orang itu, kepalan tangannya sudah berubah arah, dia
memukul dadanya sendiri. Tong Kai-cia berteriak, memuntahkan darah kemudian roboh
Orang itu tertawa dan berkata:
"Benar-benar tidak bohong nama dewa bertenaga besar itu,
hanya sekali memukul, dia sendiri pun sudah pingsan, benar-benar
mengagumkan." Tuan Pheng tampak terkejut dan bertanya: "Kau, siapa kau?"
Orang itu tertawa dan menjawab:
"Aku tidak dapat lolos dari pengamatan Tuan Pheng. Apakah
sampai sekarang kau masih belum tahu siapa aku ini?"
Tuan Pheng sudah terpikir siapa orang itu, orang itu pernah
merugikan dirinya, wajah dan kemampuannya tidak sama, tapi cara
orang itu bicara dengan orang yang dia takuti sama, membuatnya
terkejut hingga gemetar. Bok Ling-ku masih tidak tahu bahwa Tuan Pheng sangat takut
kepada orang itu, dia bertanya:
"Tuan Pheng, mengapa kau tidak menangkap bocah tengik ini?"
Tuan Pheng tertawa kecut dan menjawab: "Bok Siauya, jangan
buat keributan lagi. Mari kita pulang saja!"
Bok Ling-ku tampak terkejut dan berkata: "Sepertinya kau takut
kepadanya, siapakah dia?"
"Kalian tidak ingin orang lain pergi, sekarang malah kalian yang
mau pergi, aku tidak akan mengijinkannya!" dalam suara tawa itu,
dua telapak tangannya sudah disorongkan.
Orang itu menghalangi kepergian mereka, tapi sangat aneh
dalam 10 langkah, orang itu mendorong telapaknya. Tuan Pheng
dan Bok Ling-ku berdiri pun tidak bisa, mereka mundur beberapa
langkah dan hampir jatuh.
Keadaannya sama seperti tadi pada saat Tuan Pheng
menghalangi kepergian Coh Thian-hong, Hie Kim-giauw dan Kwee
Goan-cay. Coh Thian-hong tertawa dan berkata:
"Aneh, sangat aneh, tukang cukur dicukur oleh orang lain, tidak
disangka ilmu silat Tuan Pheng pun hanya begitu saja!"
"Aku sudah mengaku kalah,
Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan Kiam Bong Cian Sie Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
apakah kau masih mau membunuhku?" Kata Tuan Pheng.
"Tadi kau sudah melakukan apa, begitu pula yang akan
kulakukan." Kata Orang itu.
Tuan Pheng merasa aneh dan berkata:
"Aku sama sekali tidak pernah melawan dua orang gadis ini, aku
juga tidak benar-benar memukul mereka, walaupun aku salah,
kesalahanku masih bisa dimaafkan."
Kata orang itu: "Baiklah, aku akan memaafkan kalian Kalian sudah
menggulingkan kereta milik orang lain, tolong balikkan kereta itu
kembali!" Tuan Pheng sangat malu, dalam hati dia berpikir, 'Orang memiliki
wajah, pohon memiliki kulit, di depan Siauya aku seperti pelayan,
kelak apakah aku masih bisa bekerja lagi untuk Keluarga Bok"'
Tapi dia juga takut kepada orang itu, bila dia tidak mau
melakukannya, ini malah akan mempersulit dirinya
Kata orang itu: "Tuan Pheng, apakah kau tidak mau" Kau berkata jujur saja, aku
juga tidak memaksamu untuk melakukannya."
Kata Tuan Pheng: "Kereta itu bukan aku yang menggulingkannya."
Orang itu berkata lagi: "Aku tahu, kereta itu digulingkan oleh Tong Kai-cia, tapi sekarang dia sudah tidak dapat bergerak. Dia anak buah bok Siauya, dia juga
pembantumu, bila kau tidak mau menggantikan dia melakukannya,
terpaksa Siauya kalian yang harus melakukannya!"
Pendekar Sadis 1 Sebilah Pedang Mustika Karya Liang Ie Shen Pusaka Negeri Tayli 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama