Walet Emas Perak Karya Khu Lung Bagian 3
persoalannya, bahwa kedua iaki laki ini ternyata berhasil
mendapatkan Giok-iiong soh seperti apa yang dituduhkan oleh
Lik-go ancu. Pada hal menurut apa yang dia tahu diantara
ketiga pusaka itu, Giok-liong-soh tidak termasuk diantarauya.
Setelah melecggong beberapa kejap, aki laki itu tidak
herani mungkir, akhirnya dia bersuara gagap: "Tapi.......tapi......."
"Tapi ksnapa " bengis suaranya Lik-go Wancu, "Kaucu
kalian bisa membunuh orang, memangnya aku tidak mampu
meng habisi jiwa kalian" Siapa yang duduk disampingku
tentunya kalian juga sudah mengenalnya. Lekas serahkan,
jiwa kalian kuampuni dan boleh pergi. Jangan kira temanmu
sudah menelan Cui-tok-tam lantas dapat melindungi jiwanya.
Ketahuilah oleh mu, dalam jangka satu jam dewapun takkan
dapai menolongnya lagi. Kecuali obat penawar dari per
guruanku sendiri, kalau tidak, memangnya Thisn-siong-bun
kita dapat diagulkan sebagai pentolan dari Si-tok " "
Dengan rasa takut takut laki laki itu coba melongok
kedalam Tho-te-blo, tiba tiba dia me nyurut mundur pula
dengan terbeliak takut dan ngeri, lekas dia menoleh kearah
temannya yaig duduk ditengah hujan, ternyata lengannya itu
tetap membengkak hitam seperti gelembung, meski tidak
menjalar keatas lagi, tapi juga tidak lebih baiki karuan dia
mengerut kening. 117 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lik-go Wancu tertawa ejek : "Serahkan dulu Giok-liong-soh
kepadaku, nanti kuberi tanda pengenalku, dengan tanda
pengenalku itu kalian boleh serahkan kepada Kaucu kalian,
katakan bah wa Giok-liong-soh telah kurampas, kalau dia tidak
terima suruh dia meluruk ke Thian-si-ong-nia, kapan saja dia
datang pasti kita sambut deng an pintu terbuka lebar.
Yakinlah setelah dia me ls hat tanda pengenalku, jiw? kalian
pasti tidak, akan diusik sama sekali."
Akhirnya laki-laki itu menghela napas, tanpa berani
membangkang lagi, pelan-pelan dia keluar kan sebuah
bungkusan kain dan dipegangnya de ngan kebingungan.
"Buka buntalan kain itu !" seru Lik-go Wancu.
Dengan jari-jari tangannya yang gemetar laki-laki itu
membuka kain ountalan, ditengah hujan lebat, tampak cahaya
merah cerah seketika men corong ditengah kegelapan,
ternyata isi buntalan itu memang sebuah gelang pualam
berwarna me rah darah, lapat-lapat kelihatan dtantara cahaya
iaerah yang menyala itu, ada ukiran dua ekor naga yang lagi
berlegot-legot di atas gelang bun dar itu. Anehnya hujan
begini lebat, tapi caha,ya merah itu tetap menyala, tetesan air
hujan seperti tersibak oleh cahaya merah itu.
Ling Ji-ping terpesona, batinnya: "Memang sebuah
pusaka." Lik go Wancu agaknya juga yakin bahwa gelang itu tidak
palsu, segera dia tertawa riang, katanya: "Baiklah, letakkan di
atas panggung batu."
Setelah laki laki itu menaruh gelang pusaka Itu ditempat
yan ditunjuk, Lik-go Wancu me nambahkan : "Nah" terimalah.
Kuberi sebentuk kelabang hijau ini, sebutir obat pemunah,
lekas enyah." habis bicara tampak tangannya terayun, maka
melesatkan dua titik bayangan.
Tersipu sipu laki laki itu menangkap kedua titik bayangan
itu, setelah diperiksa sejejak, lalu dia masukkan kedua benda
118 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu kedalam kantong, tanpa bicara segera dia gendong
kawannya lalu berlari meninggalkan tempat itu.
Waktu laki laki itu periksa benda yang di tarimanya, Ling Jiping juga ikut menyaksikan dengan jelas, satu dianiaranya
adalah sebuah batu pualam yang berbentuk kelabang
berwarna hijau pupus, begitu indah dan bagus sekali ukiran
batu pualam ini, sementara benda yang lain adalah sebutir pil
bewarna hijau daon, sebesar kacang tanah,
Setelan kedua laki laki lagi itu pergi terdengar Lik-go
Wancu menghela napas lega, sekali gerak gelang pualam
merah darah diatas batu tahu tahu sudah diraihnya dibawah
pancaran cahaya merah gelang pualam itu. baru Ling Ji-ping
dapat meli hat jelas wajah Li-go Wancu.
Ternyata Lik-go Wancu adalah seorang gadis belia, beralis
lentik bermata bundar jeli seperti raita burung phonix,
wajahnya nan ayu jelita bak kembang yang sedang mekar,
apalagi dibawah pan cara n cahaya merah dalu, tampak lebih
anggun dan agung, hakikatnya tidak nampak sifat cabul dan
watak kejinya dari sorot mata maupun rona mukanya.
Setelah menyimpan Glok-liong-soh baru dia membalik
kearah Tho-te-bio, katanya tersenyum lebar: "Hai, banyak
terima kasih ya. Kalau kau tidak datang, yakin kedua laki laki
itu takkan gampang tunduk ancamanku."
Ji-ping melongo, serunya:"Jadi kau bukan Lik-go Wancu?"
Gadis itu cekikikan, katanya: "Kau tak percaya?"
Gadis itu tertawa riang, ujarnya "Sekarang tidak parcaya,
betul tidak.' Dugaanmu memang betul, itulah yang dinamakan
satu lawan satu, kalau aku tidak pinjan nama perempuan iblis
itu menggertak mereka, masa bisa barang ini ku peroleh?"
"Siapakah nona "
Gadis Itu tertawa pula, pelan pelan tangan nya mengusap
kemuka sendiri. 119 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lian-hoa." teriak Ji-ping mendadak, "kiranya kau,"
"Ya, memang aku, kau tidak duga ?" sembari bicara aia
menghampiri terus menyelinap masuk pula kedalam Tho-tebio, duduk bersimpuh de kat disamping Ji-ping.
Hujan semakin lebat, angin menderu semakin kencang,
karuan Ji-ping yang sudah kepayahan semakin menderita,
tubuhnya menggigil keras, pe rut hampir beku dan kejang
menahan dingin. Lekas dia kerahkan hawa murni untuk
menahan rasa dingin, setelah agak mending dia berhenti dan
tanya: "Nona, apakah itu tugasmu di Ceng-seng-san ini ?"
Lian-hoa mengangguk tanpa bersuara, akhir
nya mengiakan perlahan. "Nona memang cerdik pandai, dari mana kau tahu kalau
kedua keparat itu takut terhadap Lik-go Wancu '?"
Lian-hoa cekikik geli. katanya : "Tam-culah yang
mengaturnya, konon kedua keparat itu pernah kepergok oleh
perempuan iblis itu, hampir saja jiwa mereka amblas, burung
yang sudah ketakut an melihat busur, gampang saja
dikelabui." "Ob, ya betul." ucap Ji-ping, "tadi nona bi lang aku ini
pernah apanya ?" Lian-hoa tersenyum. Sambil memalingkan muka, katanya :
"Masa tidak pernah kau mendengar, kelabang hijau itu
kepunyaan seorang gendak yang berjuluk Bu-sim-kbek,
hobbynya suka makan jantung manusia "
Mengkirik bulu kuduk Jiping, tanyanya : "Apa betul ada
manusia sekeji itu dalam Bulim "
"Manusia aneh ada saja dalam dunia ini." ucap Lian-hoa
tertawa manis, "Beberapa tahun belakangan ini konon kedua
orang ini tidak per nah berpisah, kau duduk disampingku,
bukankah kebetulan membuat samaranku menjadi tulen."
120 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm," Ji-piog mendengus dingin, pikirnya: 'Manusia macam
itu, suatu haii bila kerergok olehku, pasti tidak akan kuampuni
dia." "Eh, kenapa sih kau?"' Ji-ping tertawa beku, sahutnya :
"Tidak apa apa- Aku cuma heran kenapa manusia jahat da
jam dunJ3 ini tidak habis juga diberantas."
,,Em," Lian-hoa bersuara prihatin, "tapi me nurut apa yang
Kutahu, Lik-go Wancu si perem puan iblis itu memiliki Kungfu
yang tiada tara dengan demikian pula Bu-sim-khek itu
meyakin kan Kik-sim-jiu yang hebat dan dahsyat sekali, jikalau
kau betul betul kjbentur dengan mereka, kau harus lebih hati
hati." Ling Ji-ping tertawa angkuh, tiba tiba dia tanya : "Konon
Glok-hud jiu, Giok-tiap dan Giok-lan termasuk Sam-po, lalu
Giok-liong-soh yang nona peroleh itu....."
Giok liorgsoh memang bukan salah satu dari ketiga pusaka
itu. Tapi untuk menemukan raha sia ketiga pusaka itu,
siapapun harus memperoleh dulu gelang pusaka ini."
"Vlakmd nona dari gelang pusaka inilah baru dapat
menemukan tempat rahasia penyimpanan ketiga pusaka itu?"
"Mungkin demikian......" serius sikap
Lian-hoa, "bagaimana duduk persoalan yang nyata aku
sendiri tidak tahu. Tapi kali ini Kau cu meng utus Tam-cu dan
aku kemari, tujuannya adalah men cari Giok liong-soh ini.
Konon tempat menyimpan ketiga pusaka itu amat dirahasia,
berbahaya lagi, tanpa Giok-liong-soh tidak mungkin kita dapat
menemukan tempat itu,"
"Darimana pula nona tahu kalau Giok-liong-soh terjatuh
ketangan kedua orang tadi "
"Ang-hoa-kau sudah menyebarkan sayapnya keseluruh
pelosok dunia, sudah tentu dengan mu dah kuketahui.'"
121 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu dimana Tamcu kalian sekarang ?"
"Diapun menyaru seorang Lik-go Wancu yang lain, dia
berada diarah lain."
Ling Ji-ping berpikir: "Mata telinga ang-hoa-kau ternyata
memang tersebar luas, sepak terjang mereka amat terpimpin
dan disiplin, selanjutnya aku harus lebih waspada terhadap
mereka" Mendadak dia teringat sebuah persoalan lain, lekas
dia menoleh dan tanya kepada Lian-hoa: "Lalu dari mana nona
mendapatkan kelabang hijau tadi "
Lian-hoa tertawa bangga dan senang, katanya "Tidak
sedikit orang-orang cerdik pandai dalam Ang-hoa-kau kita,
setiap manusia aneh, jago kosen tokoh disegani yang berada
dikolong langit dan tersebar luas di manapun, semua ada
dalam catatan kita, dari wajah dan tingkah laku, dandanan
dan keistimewaannya, dari ilmu silat yang diya kinkan sampai
senjata apa dan senjata rahasianya semua diselidiki, ditiru dan
mendidik orang untuk menyamarnya, yang palsu tidak
kentara, yang tulen dapat dikelabui. Kelabang hijau ini sengaja
kita pelihara juga, cuma kadar racunnya tidak lebih lihay dari
kelabang hijau milik Lik-go Wancu tulen."
Diam-diam mencelos hati Ling Ji-ping, Ang-hoa-kau betul
betul tidak boleh dipandang remeh jangan di sangka mereka
terdiri kaum hawa, ter nyata jalan pikirannya jauh lebih cerdik,
teliti dan penuh perliStungan, tapi tindak tanduk mere ka
ternyata begitu mengerikan.
Hujan mulai mereda, namun angin badai masih tetap ribut.
Mendadak hawa dingin menye rang tubuh Ling Ji-ping pula,
kali ini sungguh tidak tertahankan lagi, meski dia sudah
berusaha mengerahkan hawa murni, namun kali ini tiada
manfaat sama sekali, tanpa kuasa tubuhnya menggigil dan
tergoncang keras sampai meliuk turun kepala menyentuh
bumi. 122 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lian-hoa tercengang, tanyanya gugup: "Ling Tayhiap,
kenapa kau." Menahan dingin sekuatnya Ling Ji-ping ma sih coba
tersenyum kaku, katanya : "Tidak apa-apa. Sayang angin
pegunungan teramat dingin."
Bagai sepasang mata bola Lian Hoa menatap wajah Ling
Jiping, dilihatnya muka orang pucat, bibir gemetar, suarapun
sumbang, hal semacam ini jarang terjadi pada seorang ahli
silat, karuan dia merasa heran dan tidak habis mengerti. Sete
lah menghela napas, akhirnya dia tanya: "Tayhiap. jangan kau
ngapusi aku, Lian hoa tidak akan mencelakaimu, apakah kau
terluka ?" Dasar berjiwa nyentrik, wataknya kukuh lagi selamanya
tidak pernah Ji-ping tunduk terhadap siapapun, apalagi mohon
bantuan, dengan tawa dipaksakan dia berkata : "Aku tidak
terluka." "Apa benar " Lian hoa menegas tidak percaya; dengan
penuh perhatian dia awasi mimik mukanya akhirnya tertawa
rawan, katanya "Ling Tayhiap. meski dua kali kami bertemu,
dulu orang menghinggap laki laki aneh tak berperasaan, laki
laki tunggal yang tidak mau kenal dan bersahabat dengan
orang lain. kau dijuluki Cui-hun jiu, tapi liku pribadi merasa
simpatik, hormat dan segan terhadapmu, kalau tidak siang
tadi aku tidak akan banyak bicara dengan kau di jembatan
gantung itu. Rahasia Ang-hoa-kau kami tidak boleh bocor;
siapa membocorkan hukumannya mati, tapi terhadap kau aku
telah bicara blak blakan, memangnya kau tetap tidak percaya
kepadaku " Ling Ji-ping tetap tunduk tidak bersuara.
Lian-hoa menghela napas pilu, katanya sendu: "Aku salah
masuk perguruan, hatiku amat menyesal, tapi aku ini seorang
gadis, bekal Kungfuku terbahas pula, hakikatnya tidak berani
aku meninggalkan Ang-hoa-kau. namun setelah bertemu kau,
123 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diam-diam aku sudah berkeputusan dalam hati . . ." suaranya
semakin menyedihkan, matapun berkaca-kaca.
Tergerak juga hati Ling Ji-ping, namun dasar dingin dan
kaku sikapnya, meski merasa simpatik akan nasib Lian-hoa,
namun hakikatnya dia tidak pernah merasa jatuh cinta,
dengan dingin dia ter tawa, katenya: "Bahwa nona tahu diri
dan membalik dari jalan sesat, sungguh tekadmu harus di puji,
bila Cayhe mampu membantu kau, setiap aku siap membantu
nona." "Hanya terbatas pada bantuan saja ?" diam-diam tubuhnya
menggeremet maju lebih dekat, bau harum badmnya seketika
memabukkan perasa an Ji-ping.
Tapi pikiran ling Ji-pig tetap jernih, lekas dia-menggeser
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tempat duduknya sehingga tubuh orang yang menggelendot
dihindarkan, katanya sungguh-sungguh ".Nona . . . . ' baru
separuh kata, rasa dingin dalam tabah tiba tiba menyerang
pula, begitu dingm bukan saja tu'nuh menggigil tulang
sunsumpun terasa hampir beku, mulutnya megap megap tak
kuasa bicara lagi. Lian-hoa terperanjat, tanpa hiraukan pantangan laki-laki
perempuan, lekas dia peluk tubuh orang serta memanggil lirih:
"Tayhiap, kau lekas katakan Kenapa kau?"
Sekuatnya Ji-ping geleng geleng kepala sambi! kertak gigi,
sayang Hou-deh-sin-kang yang melindungi badanpun buyar
seketika oleh getaran, tubuhnya yang mengigi! keras, tanpa
kuasa tubuh nya ambruk bagai bendungan bobol keterjang air
bah, tubuhnya rebah dalam pelukan. Lian-hoa.
Pagi nan cerah, hawa sejuk, alam nan permai. Kicau
burung bersahutan dalam lembah itu, entah berapa lamanya,
pelan pelan Ji-ping siuman dari pulasnya, dia sadar dengan
kaget, tiba tiba dirasa kannya dadanya hangat seperti ditindih
sesuatu yang lunak gempal, segulung hawa hangat merem
124 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bes ke daia.n tubuh langsung berkumpul kepusar, hawa dingin
yang menyiksa dirinya, ternyata semakin berkurang,
Dengan kaget dan keheranan dia membuka mata, tepat
berada muka dilihatnya seraut wajah nan molek bersemu
merah dengan mata yang bersinar mesra dan malu malu, dia
bukan lalu adalah nona Lian-hoa. Tiba tiba orang memejam
mata, napas memburu. Baru sekarang Ji-ping sadar bahwa
dirinya ditindih dan dipeluk kencang oleh si nona, malah
pakaian orang didepan dada saling nempel kencang Sepasang
bukit halus si nona yang kenyal padat terasa menggelitik
hatinya, dasar laki-laki polos dan hijau Ji-ping belum pernah
bersentuhan dengan perempuan, kontan dia menjerit kaget
dan serta merta tangannya mendorong tubuh orang, sigap
sekali dia meng gelinding kesamping terus berduduk.
Sudah tentu perbuatannya ini membuat Lian-hoa kaget dan
membuka mata. pandangannya kaget dan heran serta
melenggong, namun wajahnya menampilkan rasa malu dan
jengah. Ji-ping menarik muka. Bentaknya "Apa yang kau akukan ?"
"Aku .... aku . . . . " Lian-hoa gelagapan. Mendadak dia
sadar baju didepan dadanya masih terpentang lebar, tersipu
sipu dia menarik bajunya serta menunduk dengan malu.
Ling Ji-ping menjengek dingin; "Nona telah insaf dari
kesesatan, maka aku menghargaimu, tak Jcira nona
menggunakan kesempatan hendak berbuat tidak senonoh,
memang aku sudah duga orang orang Ang-boa-kau tiada
perempuan yang suci dan bersih." dengan senyum ejek dan
hina segera dia melompat berdiri terus berlari keluar, cepat
sekali dia sudah pergi jauh.
Dengan jelas dia mendengar Lian hoa mengejar keluar dan
berteriak, memanggilnya; "Ling T ayhiap, tunggulah aku."
Tapi langkahnya malah dipercepat, setelah lari beberapa li
jauhnya baru dia perlambat lang kahnya, namun amarah
125 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih menggelora dalam dada karena merasa dipermainkan
dan direndahkan. Ling Ji-ping beranggapan dirinya adalah laki
laki sejati, laki laki tulen, kini dia betul betul merasa terhina
dan diperma inkan oleh perempuan, apalagi dengan cara yang
kotor, ini merupakah penghlna an akan gengsi, martabat dan
jiwa satrianya, rasanya ingin segera dia putar balik serta sekali
pukul binasakan Lian hoa. baru terlampias rasa dongkol dan
penasarannya Tapi dia tidak berbuat demikian, akhirnya dia mempercepat
langkah serta berlari semakin jauh lagi. Setiba disebuah
selokan baru dia berhenti, lalu dia duduk diatas baju hijau
yang terletak dibawah pohon besar, mengawasi air terjun
yang tumpah dari atas ngarai disebrang sana, lambat laun
gejala perasaannya mulai reda, baru sekarang pikirannya
dapat bekerja secara sehat dengan nalar nya, dia
menarawang akan kejadian yang menimpa dirinya barusan,
dia berpikir cermat dan hati hati serta bijaksana.
Satu jam kemudian mendadak dia berjlngkrak kaget,
dengan kecepatan maksimal segera dia berlari balik dari arah
datangnya tadi, tujuannnya adalah lembah dimana Tho-te-bio
itu berada. Sa yang. sekali, setiba dia di tempat semula,
bayangan Lian-hoa sudah tidak kelihatan, kabut masih tebal,
pohon menari nari ditiup angin, entah ke mana arah tujuan si
nona yang telah terluka perasaan nya"
Dia celingukan tiba-tiba pandangannya ter tumbuk pada
goresan huruf huruf dari tangan ba lus diatas batu hijau.
Goresan huruf yang ditulis dengan ujung pedang berbunyi
demikian. "Kulihat kau terkena racun dingin yang hebat, walau sudah
kuberi minum obat penawar racun dari perguruanku, namun
aku kuatir kadar obatku tidak tepat untuk menawar racun
dingin itu, maka sengaja dengan panas badanku sendiri aku
menyalurkan hawa murni ketubuhmu. Tak nyana kau salah
126 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
paham, kenyataan terbalik dari maksud tujuanku yang suci
dan murni. Awakku memang berada di wadah yang kotor, tapi yakin
aku masih suci bersih, bahwa aku berani membuka dada
memberi kehangatan lantaran aku jatuh cinta, namun
tujuanku baik dan demi kesetiaan, hanya Thian yang tahu apa
maksud hatiku sebetul nya. Kau pergi dengan marah justru
roenam bah rasa hormat dan cintaku kepadamu, ka iau kau
bukan laki-laki sejati, pasti aku sendiri yang telah ternoda dan
kejeblos ke jurang nista, menjadi korban cintaku sendiri.
Sayang sekali aku tidak berjodoh mendam pingimu, maka
selanjutnya aku akan pergi ketempat jauh, berteduh dialas
pegunungan yang sunyi, mengasingkan diri membina diri,
walau hidupku selanjutnya bakal tersiksa dan kesepian,
namun aku sudah mendapat kesem patan bersentuh tubuh
dengan pujaanku, apa pula yang dapat kuperolch kecuali itu "
Gioa-liong-soh kutinggal dalam kantongmu, jikalau dengan
itu kau bisa memperoleh ke tiga pusaka, sehingga kelak kau
bakal men jagoi dunia dan berkuasa dikoloug langit, sebagai
jago kosen nomor satu dijagat raya ini, semua itu berkat doa
dan harapanku. Selamat berpisah, harap jaga dirimu baik baik.
Terlanda orang yang menderita'
Menggigil sekujur tubuh Ling Ji-ping, bukan karena
kedinginan lagi, tapi karena menahan gejo lak hati dan
penyesalan yang luar biasa, pelan-pelan dia merogoh kantong,
memang Glok-liong" soh berada dalam kantongnya, namun
dia tak kuasa menarik tangannya, baru sekarang dia sadar
bahwa dirinya telah menghancurkan harapan seorang gadis
yang memujanya, sungguh menyesal pun sudah terlambat.
Lama sekali Ling Ji-pi.ng menjublek diternpat nya, akhirnya
dia keluarkan tangan mengusap tulisan diatas batu. dengan
127 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perasaan hambar dan masgul perlahan-lahan dia meninggalkan tempat itu. Sejak beberapa tahun yang lalu berguru ke pada Thong in
kong. sering dia mendengar prihal T hiat-tiok-sau-po ini, konon
diantara ketiga pu saka itu tersinpan suatu rahasia pelajaran
ilmu sakti yaiij; 'iaa . taranya, cuku^ satu diantaranya da pat
kaa oero.e sudan berkelebihan untuk menja gol -Jujra,
sungguh tak nyana, dirinya tiada mak sud dan tujuan mencari
pusaka itu, sekarang justru telan me nperoleh Giok lionj soh,
kunci dari rahasia ketiga pusaka itu.
Tapi Giok-liong-soh adalah pemberian nona
Lian-hoa, maka diam diam dia bertekad untuk melanjutkan
pencarian ketiga pusaka itu, jikalau dia betul betul bisa
berhasil, meski sampai keujung langit kelak dia akan mencari
Lian-hoa dan serahkan ketiga pusaka itu kepadanya sebagai
tanda terima kasih daa membalas budi kebaikannya pula.
Setelah mengambil keputusan, terasa lapang perasa an
dadanya, sejenak dia menerawang keadaan diri nva, lalu
berlari menuju kearah Thian-su-tong.
Daerah Ceng-seng seluas ratusan li, sekarang dirinya
berada di mana, dia sendiri tidak tahu, walau dia mencari
menurut arat letak matahari, tapi setelah hari hampir magrib
tetap tidak mene mukan tempat yang dituju, diluar sadarnya
diri nya telah kesasar semakin jauh dan tak tahu jalan
keluarnva. Waktu itu Ji-ping tiba disebuah pinggir sungai kecil, tiba
tiba hidungnya mencium bau kembang yang wangi
menyegarkan bacan, waktu dia angkat kepala, tampak
didepan sana kiranya merupakan sebidang hutan kembang
Bwe yang tengah mekar semerbak, tanpa banjak pikir segera
dia beranjak kearah hutan itu, pikirnya: "Orang sering bilang
Ceng-seng paling mempesona di kolong langit, mungkin
jarang yang tahu bahwa di sini ada tem pat seindah dan
128 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semolek ini, kelak bila dapat bersemayam ditempat yang
permai seperti ini sungguh bahagia hidupku."
Setiba dipinggir hutan harum kembang semakin semarak,
sirar surya yang kuning kemilau menara bah eiok
pemandangan, orang akan segan meninggal kari tempat yang
sejuk dan segar ini. Tengah dia celingukan. tiba tiba dari
dalam hutan didengarnya suara orang bersenandung, karuan
dia melenggong, waktu dia pasang kuping kebetulan
didengarnya orang membawakan dua bait syair terakhir : .,Ne
raka tiada hotel, dirumah siapa malam nanti aku menginap."
suaranya pilu dan sedih, nadanya putus asa, jelas orang yang
senandung ini sudah putus harapan dan ingin mencari
kematian. Sudah tentu Ling Ji-ping kaget, buru buru dia melejit
kedalam hutan. Puluhan tombak kemudian dilihatnyaa
dibawah sebuah pohon kembang Bwe yang besar dan rindang
seorang laki laki tua beruban tengah mengikat ikat pinggang
diatas dahan pohon, agaknya dia hendak menggantung diri.
Laki laki tua ini mengenakan baju warna hijau, sambil
mengikat ikat pinggang tampak ke dua tangannya gemetar,
jelas hatinya amat sedih dan haru.
Lahirnya Ling Ji-ping memang kaku dan di ngin, tadi dia
seorang pendekar yang bajik melihat orang hendak, bunuh diri
mana dia mau terpeluk tangan, sekali gerak tanpa
mengeluarkan suara dia sudah berada dibelakang laki laki tua,
dengan merangkap kedua jari dia menutul, kontan ikat
pinggang dari kain sutra itu putus.
Laki laki tua itu dan melongo, agaknya dia tidak sadar
bahwa dibelakangnya ada orang yang memutus ikat
pingganya, dia mendongak dan meratap: "Oh Thiang" tiada
muka aku kembali menemui Hujin. kenapa kau tidak idzinkan
aku mati saja." Bavu sekarang Lin Ji-ping bersuara : Lo-tiang, kau ada
kesulitan apa ." 129 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Laki laki tua itu berjingkat kaget, namun pelan pelan dia
menoleh. Kini jelas oleh Ling Ji-ping, laki laki ini berusia lima
puluhan, muka nya sudah berkeriput, kedua matanya cekung
dan pudar, wajahnya tampak pucat dan gelisah serta
ketakutan, lama dia terlongong mengawasi "Lo-tiang,
menghadapi kesulitan apa kau ?" tanya Ji-ping.
Seketika bercucuran air mata laki iaki tua, kaeanya
menghela napas- sambil menggeleng : "Kongcu, kedatanganmu tidak tepat waktunya.'"
"Lo-tiang apa maksud kata kata mu ?" tanya Ji-ping
melenggong. "Kau mengganggu Lohu bunuh diri, bukan kah tidak tepat
waktunya';" "Semut toh juga ingin hidup, apalagi Lo-tiang sudah berusia
selanjut ini, kenapa harus mencari kematian " Kalau kau
menghadapi kesulitan, mungkin ku bisa membantu menyelesaikan." Lama laki laki tua mengawasinya dengan tatapan ragu,
akhirnya dia menghela napas "Kongcou, kesulitan yang
kuhadapi, mungkin kau takkan bisa menyelesaikan."
"Coba Lo-tiang jelaskan dulu, kalau aku orang she Ling
tidak mampu menyelesaikan, masih ada waktu kau mencari
kematian." Laki laki tua menghela napas pand jang, sekian, saja dia
menapekur, akhirnya berbicara perlahan "Losiu she Tan,
kemaren diperintah Hujin untuk mengantar sebuah kotak
kepada Siocia, tak nyana dihutan aku kepergok rampok, kotak
itu dirampas, maka sejak kemaren aku tidak berani pulang,
sehari ini aku hanya mondar mandir dalam hutan ini, sete lah
kupikir pikir, kotak itu tak mungkin kuminta balik, terpaksa
biar aku mati saja."
"Dimana tempat tinggal Hujin kalian" tanya Ji-ping,
130 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tangan tangannya laki laki tua menuding ke barat,
katanya: 'Di Bwe-tun, letaknya beberapa li diujung hutan
kembang Bwe ini." "Siocia kalian tidak tinggal serumah dengan keluarganya?"
"Tidak. Siocia tinggal di Yu-lihg-siau-ciok, belasan li dari
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sini, dia paling suka bambu, maka dia tinggal di sana."
"Lalu Loya kalian "
"Dua tahun yang lalu sudah meninggal."
"Siapa nama Hujin kalian?"
"Hoa-je Hujin."
"Hoa-je Hujin" Ji-ping mengulang, "agaknya Hujin kalian
dari keturunan bangsawan, "keluarga hartawan, hanya
kehilangan sebuah kotak yang berharga tidak seberapa, buat
apa Lotiang sampai merasa perlu bunuh diri "
"Kongcu tidak tahu. Dalam kotak berisi perhiasan yang
paling mahal m ilik Hujin, tapi perhi asan apa Losiu tidak tahu,
karena kehilangan perhiasan yang paling disayang itu Hujin
pasti marah setengah mati, rasa malu Losiu pulang memberi
laporan." "Macam apa tampang orsng orang yang merampok
kotakmu itu 7" "Seorang berusia empat puluh, seorang lagi Jebih muda,
kita kira tiga puluhan, keduanya ber tampang muka kuda,
masing masing menggendong sebatang pedang."
Ling Ji-ping sudah dapat menduga, tanyanya" Apa betul Lotiang tidak tahu Isi kotak itu?"
"Losiu hanyalah seorang bawahan, barang berharga milik
Hujin mana berani aku membukanya"
"Aakah Hujin dan Siocia kalian pandai main silat " Kalau
tidak, tinggal ditempat sesunyi ini, masa dia tidak takut ?"
131 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kongcu, jangan kau salah terka, memang Hujin dari
keturunan bangsawan, namun barang yang sedikit berat tidak
mampu diambilnya, memotong ayam saja tidak berani
menonton mana bisa main silat. Namun dalam rumah
memang dijaga oleh beberapa guru silat, ilmu silat mereka
tinggi." "Ilmu silatnya tinggi"
"Ya, mungkin Kongcu tidak akan percaya, suatu hari ada
seekor serigala besar masuk ke dalam rumah, seorang
seorang Busu menghajar sampai beberapa jam lamanya,
meski dia terluka sedikit, tapi serigala itu akhirnya dibacok
mampus. Bila terbayang peristiwa itu, Losiu sering kebal kebit,
kalau ilmu silatnya tidak tinggi masa dia mampu membunuh
serigaia itu " Lung Ji-ping tertawa geli dalam hati. namun dia masih
merasa curiga, menurut ceriteranya, kedua laki laki yang
merampas kotaknya itu ada lah dua orang yang dipergokinya
di T ho-te-bio itu, kalau yang dirampok kedua orang Itu adalah
perhiasan yang amat berharga dari laki laki tua ini. sementara
yang diperolehnya adalah Giok-liong-soh, kemungkinan sekali
kotak yang dirampok kedua orang laki laki dari laki laki tua Ini
adalah kotak yang berisi gelang pualam naga itu.
Padahal Giok-liong-soh menyangkut rahasia Thian-tioksam-po yang diperebutkan kaum per silatan, selama puluhan
tahun orang mencarinya kesana kemari, tanpa diketahui
jejaknya, bagaimana mungkin pusaka ini terjatuh ketangan
keluarga bangsawan "
Satu hal yang sukar dimengerti adalah ke dua orang Yuling-kau itu, kalau tahu Giok-liong-soh berada ditaogan Hoa-je
Hujin, kenapa tidak langsung merampas atau merampoknya di
rumah" Kenapa harus menunggu laki-laki tua ini membawa
kotak itu untuk diantar ke Yu ling-siau-tiok Kenyataan sudah
jelas bahwa Hoa-je Hujin adalah seorang jagoan yang memiliki
ilmu s ilat tinggi, sehingga kedua orang laki-laki itu tidak berani
132 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
turun tangan. Demikian pula putri Hoa-je Hujin pasti pernah
belajar silat, kalau tidak kenapa Hoa-je Hujin menyuruh
kacung tua ini mengantar Giok-liocg-soh kepada putrinya "
Ada satu persoalan lagi yang membuatnya tidak habis tahu,
perhiasan sepenting ini kenapa hanya menyuruh seorang
kacung yang lemah untuk mengantarnya, kenapa Hoa-je Hujin
sendiri tidak mengantarnya" Atau kenapa bukan putrinya sen
diri yang datang mengambilnya". Kecuali analisa nya keliru,
Hoaje Hujin betul betul seorang lemah yang tidak pandai s ilat,
dia tidak tahu bahwa gelang pualam ini adalah pusaka Bulim
yang tiada taranya, namun dia anggap gelang ini hanya
perhiasan biasa. Karena sukar memperoleh jawaban, sesaat
dia menepekur tanpa bersuara.
"Nah apa kataku tadi," ucap laki laki tua membanting kaki,
"urusan sepelik ini bagaimana Kongcu bisa membantu, jangan
kata sukar menemukan kedua perampok itu, umpama betul
kau dapat menemakan mereka, Kongcu orang sekolah yang
lemah begini, mana mampu membekuk mere ka"
"Lo-tiang," akhirnya Ling Ji-ping berkeputusan. "sudikah
kau membawaku menemui Hujin kalian"
Laki laki tua menyurut selangkah sambil goyang kedua
tangan, katanya : "Tidak, jangan, sejak Loya meninggal Hujin
tidak pernah menerima tamu, apalagi barang pusaka telah
hilang dari tangan Lohu, masa ada muka aku pulang
menemuinya. Kongcu, silakan kau pergi saja, biar Losiu
mencari jalan pendek saja," air mata kembali bercucuran,
inguspun meler. pelan pelan dia mem balik badan serta
mengikat pula ikat pinggangnya siap menggantung diri pula.
Dengan penuh perhatian Ling Ji-ping awasi gerak gerik si
orang tua, kedua tangan orang tampak gemetar, tadi diapun
perhatikan sinar matanya bola matanya redup dan guram,
sedikitpun tidak memperlihatkan tanda seorang persilatan,
sudah tentu dia jadi kasihan. Setelah berpikir sebentar,
akhirnya dia 'berkeputusan: "Lo-tiang, bawalah Hujin, asal aku
133 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu pusaka apa yang berada dalam kotak itu, serahkan
kepadaku, dan tanggung barang itu dapat kurebut kembali,
mungkin tanpa membuang tenaga aku bisa kembalikan
kepadanya." Laki laki tua menoleh memandang Ling Ji-ping dengan
tatapan nanar, akhirnya dia menghela napas, katanya ;
"Kongcu, jangan kau berkelakar, jikalau aku boleh pulang
dengan tangan kosong menemui Hujin, buat apa aku cari
kematian disini, apalagi kulihat Kongcu sendiri.....ai," kembali
dia geleng geleng kepala.
Mendadak timbul penasaran Ling Ji-ping, dia tertawa gelakgelak sambil mendongak, katanya lantang : "Lo-tiang jangan
kaa meremehkan aku, aku betul betul bermasud baik, asal
urusan memang seperti apa yang kau ceritakan, aku pasti
dapat selesaikan." "Apa betul?" "Orang she Ling sekali berkata pasti di lakukan, yakin
selama hidupku belum pernah aku ingkar janji, cuma aku
orang she ling adalah laki-laki sejati, kalau orang berani
bertingkah dan main main dihadapanku, jelas dia sendiri yang
mencari gebuk." Lama orang tua itu mengawasi Ling Ji-ping, wajahnya
mengunjuk rasa bimbang dan kaget, lalu katanya" Kongcu,
betulkah kau dapat meno long jiwa Losiu"
Tiba tiba dia menekuk lutut hendak menyembah kepada
Ling Ji-ping. Sambil bersiaga Ji-ping pura pura memapah si orang tua,
namun jari jarinya secepat kilat justru menutuk ke Hian-ki-hiat
didepan dada orang. Jarinya jelas sudah menyentuh sasaran,
tapi orang tua Ini ternyata seperti tidak tahu apa apa,
sedikitpun tidak memperlihatkan reaksi apa apa, tujuan Ling
Ji-ping memang hanya mencoba dan meng gertaknya saja,
melihat orang diam tidak berkelit atau berusaha menghindar,
134 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lekas dia tarik tutukan jarinya, kali ini dia betul betul
memapahnya berdiri. Setelah diuji dan terbukti laki laki tua ini
memang tidak pandai nsaln silat, maka lenyap lah rasa
bimbang dan kecurigaan Ji-ping pada orang tua ini.
Memuji Ji-ping setinggi langit, laki laki tua itu segera
membawa Ji-ping menuju kearah barat Hutan kembang Bwe
ini ternyata amat luas dan panjang, mereka tak ubahnya
berjalan ditengah hutan kembang yang lagi mekar dan rontok
ber hamburan, seolah olah meraka hidup dialam dewata.
Kira kira setengah jam mereka menempuh perjalanan,
haripun sudah gelap, jauh disebelah dalam hutan Bwe sana
nampak sinar pelita yang kelap kelip, kadang kadang
kelihatan, tiba tiba lenyap, namun jelas pelita itu terpancar
dari pu cuk loteng yang berwarna merah.
Siorang tua yang jalan didepan segera menuding kedepan,
katanya : ..Kongcu, didepan itulah Bwe-tun adanya."
"Kecuali Hujin, siapa lagi yang menghuni perkampungan
itu'" tanya Ji -ping.
"Ayah Hujin juga tinggal di sana, kecuali itu semua adalah
orang bawahan." "Ayah Hujin, siapa namanya ?"
"Beliau she Ui, bernama Clok, kami biasa-memanggilnya Uiciok-kong." "UI Ciok-kong?" sekilas Ji-ping berpikir, da lam kalangan
Bulim belum pernah dia dengar nama ini, dalam hati diam
diam tertawa geli, pikir nya:" Dasar keturunan bangsawan,
namapun suka meniru para pujangga jaman dulu."
Ditengah hutan yaag dikelilingi pohon kem bang Bwe,
tampak sebuah gedung yang dipagari te.nbok tiaggi. lepat
dioagia tengah terdapat se buah pintu besar bercat merah,
diatas pintu ber gantung sebuah lampion sutra warna merah
diba wah lampion terdapat sebuah papan pigura yang
135 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bsrtuliskan dua huruf "Bwe-tua", tulisannya ber ukir indah dan
kuat, warnanya merah menyala, gaya tulisannya jelas
merupakan karya seorang ahli tulis.
Seorang tua lekas memburu maju serta mengetuk pintu,
sebentar saja terdengar seorang ber tanya dari balik pintu :
"Siapa."' "Aku sudah pulang." sahut si orang tua.
"O, apakah Tan loya'"' seru orang didalam, "Pagi tadi sudah
disuruh orang menyusul ke Yu-ling-siau-tiok mencarimu,
katanya kau belum sampai di sana, Hujin sudah gugup dan
gelisah se tengah mati, memangnya kemana kau selama ini?"
Siorang tua menghela napas, katanya : "Aih, panjang
ceritanya, tak usah kau banyak tanya, nanti kuceritakan, lekas
buka pintu." Daon pintu besar dan tebal itu berkeriut dan pelan pelan
terbuka, dari balik pintu raeno ngol kepala seorang laki laki
berpakaian hijau berpeci hitam, begitu melihat Ji-ping,
seketika dia membelalak, katanya: ,,Lo-tia, siapa dia "
Kenapakau sembarang membawa orang luar kemari,
raemaignya kau tidak ingat akan larangan Hujin "
"Aih, apa boleh buat, aku kena perkara,"ucap si orang tua
geleng geleng, "Siangkong ini berjanji akan membantuku, aku
membawanya kemari untuk menemui Hujin,"
Mendengar mau ditemukan Hujin, berubah hebat air muka
laki laki itu, serunya gugup : '"Lo-tia kenapa kau, membawa
orang kemari sudah berdosa, hendak kau temukan kepada
Hujin lagi, memangnya kau ingin mampus?"
"Sama-sama harus mati, aku tidak bisa banyak pilih lagi.
Sudah tak usah kau turut campur, kalau Hujin marah dan
menjatuhkan hukuman biar aku sendiri yang memikulnya,"
136 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Laki laki ita melenggong, sambil menggeleng dia
menggerutu : "Lo tia, semakin tua kau me mang semakin
ceroboh, memangnya kau tidak tahu tabiat Hujin ?"
Tanpa menghiraukan omelan orang, si orang tua menoleh,
katanya; "Silahkan masuk Kongcu. Bilamana Hujin tetap tidak
memberi kelonggaran, dan aku mendapat hukuman, harap
Kongcu tidak berkecil hati."
Orang tua itu lantas menunjukkan jalan, Ling Ji-Ping
mengikuti dihelakan, setelah menyusuri jalanan berlapis batubatu gayli yang mengkilap hijau, didepan mereka memasuki
sebuah mang tamu yang dipajang indah dan bagus, semua pe
rabot yang ada dalam ruang ini serba antik. Siorang tua suruh
seorang kacung cilik menyuguh teh, waktu Ling Ji-ping
menerimanya, bau harum lantas merangsang hidung, waktu
dia membuka tutup cangkir, tampat air teh yang berwarna
hijau kekuningan itu, mengembang beberapa lembar daon
daon teh yang bundar bundar seperti mutiara, di sekitar daon
bundar ini tumbuh bulu bulu lembut yang pendek.
Diam diam Ling Ji ping membatin:"lnilah bik-lo hiang, teh
manis yang terkenal dari T hay ouw, pemilik rumah ini tinggal
jauh di Ceng-seng, tapi mampu membeli teh terkenal dari
Thay-ouw, agaknya memang tidak kecil pamornya." Ji-ping
tidak berani segera meminum, kuatir teh ini di campuri racun,
maka dia lantas menaruhnya di atas meja.
Siorang tua lantas berkata : "Harap kongcu tunggu
sebentar, aku akan kebelakang memberi laporan kepada
Hujin." "Silakan Lo-tiang." ucap Ling Ji-ping.
Siorang tua segera membalik dan berlalu. Tak lama
kemudian dari ruang depan tiba tiba berjalan masuk seorang
tua bertubuh pendek de ngan rambut dan jenggot yang sudah
memutih panjang, tangannya memegang sebatang tongkat
bambu. Tampak oleh Ling Ji-ping laki laki tua ini punggungnya
137 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melengkung jadi seorang bung kuk, usianya sekitar delapan
atau sembilan puluh tahun, meski sudah berusia lanjut tampak
lemah, .tapi semangatnya masih kelihatan menyala. Lama laki
laki mengawasi Ling Ji-ping, dengan suara serak akhirnya dia
bertanya : "Apa kah kau Ini adanya itu Siangkong yang tadi
telah menolong Tan In'' Dengan sikap dingin Ling Ji-ping berdiri serta mengangguk,
tanyanya ; "siapakah she dan nama besar kau orang tua ?"
Siorang tua tersenyum, katanya : "Lohu Ui-ciok-kong."
Ling Ji-ping manggut pula, setajam pisau biji matanya
mengamati, terasa kecuali semangat orang ini memang masih
kelihatan segar, tiada sesuatu yang aneh padanya.
"Siangkong ini sebenarnya she apa?" tanya si orang tua.
"Cayhe Ling Ji-ping."
"Ling .... Ji ... . ping....." sengaja si orang tua mengulang
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan menarik panjang suaranya, tetap dengan wajah
senyum dia berkata pula ; "Tan In bilang, sebuah benda
putriku dia hilangkan, dan kau katanya bisa mencarinya
kembali ." "Karena kehilangan barang Lo-tiang itu hendak bunuh diri,
karena tidak tega, maka aku siap membantunya."
"Em," si orang tua memuji sambil mengangguk, "orang
muda punya semangat jantan membantu kesulitan orang, itu
baik sekali. Sayang putriku selamanya tidak mau terima
tamu." "Bukan maksudku pasti akan menemui Hujin, cuma ingin
aku tahu barang apa yang di hilangkan Tanlotiang, apakah
kau orang tua dapat menjelas kan ?"
"O, beginilah persoalannya." ucap si orang tua, "hal ini
memang agak berabe" "Apakah kau orang tua juga tidak tahu .'" tanya Ji-ping.
138 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Urusan putriku selamanya aku tidak pernah campur,
barang apa miliknya yang hilang, kepadakupun dia tidak mau
memberitahu." Tergerak hati Ling Ji-ping. katanya : "Kalau demikian,
mungkin benda itu merupakan barang pusaka yang misterius
?" "Lohu memang tidak tahu, kalau Siangkong bermaksud
baik, biar Lohu tanyakan soal ini kepadanya, mungkin dia mau
menemui kau."' dengan bertopang pada tongkatnya, langkah
si orang tua tampak berat meninggalkan ruang itu.
Memang sudah curiga sejak mula, kini Ling Ji-ping lebih
merasakan keanehan didalam Bwe-tun ini, suasana di sini
agaknya rada misterius, bahwa benda pusaka yang mahal
harganya boleh diserahkan kepada seorang kacung, tapi
kenapa pantang diketahui orang, bi a orang tua ini betul
adalah ayahnya, kenapa tidak raemberltahu kepa danya "
Agak lama kemudian tampak Tan ln ter gopoh gopoh
mendatangi, wajahnya mengunjuk rasa girang, katanya :
"Terima kasih kepada bumi dan langit, setelah Lohu mohon
ampun dan di bantu pula oleh Ciok-kong si orang tua,
akhirnya Hujin mau menerima kedatanganmu "
Ji-ping tertawa kaku. katanya : " Dia pasti akan
menemuiku, karena dia ingin mencari balik barangnya yang
hilang itu." "Baiklah. Silakan Kongcu, Hujin akan menemuimu di Yamih-lou." lalu dia membawa Ji-ping keluar, jalanan' belak belok
seperti putar kayun, jalanan sepanjang ini terryata semua ter
buat dari batu batu marmar yang mahal dan tinggi mutunya,
setelah berulang kali me lawati gunung gunungan dan kebou
kebon akhirnya mereka tiba di pinggir sebuah danau kecil,
di'engah danau itu lab bsdiri tegak sebuah bangunan bersusun
yang mungil, kerai merah menjuntai turun sehingga tidak
kelihatan keadaan sebelah dalam, namun so rot lampu
kelihatan terang disebelah dalam, danau ini dipagari pohon
139 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pohon kembang Bwe, rontokan kelopak kembang sama
berhamburan dipermukaan danau, baunya nan harum
sungguh memabukkan, suasana nan sejuk dan permai disini
sungguh amat romantis. Si orang tua me nbuka ikatan tali sebuah sampan kecil
dipohon sana, katanya kepada Ling Ji-ping : "Silakan naik
Kongcu." Ling Ji-ping agak was was, danau ini luasnya ada puluhan
tombak, bila ada sesuatu yang gawat dari atas loteng, berarti
dirinya berada dalam ke adaan berbahaya, untuk meninggalkan tempat ini, jelas bukan soal mudah.
Tapi siorang tua sidah mendesak pula ;"Sila kan kongcu."
Tiba tiba Ling Ji-ping tersenyum tawar, dengan langkah
tetap sambil membusung dada segera dia melangkah masuk.
Setiba dibawab loteng mereka melompat naik langsung
menuju ketangga akhir nya memasuki sebuah kamar kacil,
pajangan dikamar ini lain pula coraknya, tapi serba antik pula,
haki katnya tidak mirip tempat tinggal manusia. suasananya
hikmat dan membuat orang menaruh hormat.
Dua pelayan cilik dengan rambut dikepang tampak muncul,
keduanya mengenakan pakaian panjang serba putih, usianya
sekitar lima belasan, cantik tapi sederhana. Salah satu yang
berada si sebelah kanan lantas bertanya :"Tan-lotia, apakah
Siangkong ini yang ingin bertemu dengan Hujin '"
Usia Tan ln sudah genap lima puluh tahun, tapi terhadap
kedua pelayan ini sikapnya ternyata amat hormat, sahutnya
sambil maluruskan kediia tangan. "Ya, nona Khim."
Nona Khim itu tersenyum manis, katanya: "Baiklah silakan
Siangkong duduk, sebentar juga Hujin akan keluar."
Tan lotia mengiakan pula. Kedua pelayan cilik itu langsung
menuju ketengah ruang yang menghadap kemuka, dimana
mereka rnanarik se buah tali menggulung tirai yang terbuat
140 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari kain sutra putih, dibelakang tirai sutra ternyata masih,
terdapat, pula dari kain sari yang tembus pandangan, tampak
dibelakang tirai ternyata adalah sebuah pangung di mana
terdapat sebuah meja pendek, diatas meja pendek itu terletak
sebuah kecapi, bentuk kecapi yang satu ini lebih pendek dari
kecapi umumnya, asap dupa tampak mengepul dalam ruangan
dibelakang tirai, sehingga pemandangan tertutup oleh kabut
asap tebal itu. Ling Ji-ping segera mencari tempat duduk, sementara laki
laki tua itu tetap berdiri dengan meluruskan kedua tangan,
Kira kira setengah jam lamanya mereka menunggu, maka
terdengar lah suara gemerincing dari benturan perhiasanperhiasan yang bergelantung dibadan orang yang tengah
berjalan, lekas sekali muncullah seorang perempuan
berpakaian keraton dengan langkah lembut dia menghampiri
panggung serta duduk di belakang meja pendek dimana
terletak kecapi itu, kedua pelayan cilik tadi berdiri dikanan kiri
sebelah belakang perempuan itu.
Karena teraling tirai kain dan jaraknya cukup jauh.
ditambah asap dupa yang mengepul sukar bagi Ling Ji-ping
untuk melihat jelas wajah perempuan itu. Dilihatnya Tan lotia
sudah berlutut dan berseru : ."Hamba tua memberi hormat
kepada Hujin." Dengan sikapnya yang angkuh Ji ping tetap duduk
dikursinya, dengan penuh perhatian dia awasi gerak gerik
perempuan dibelakang tirai itu
Terdengar suara halus merdu berkumandang dari balik
tirai; "Bangunlah kau. apakah di situ Ling Siangkong "
Terpaksa Ling Ji-ping menggerakkan sedikit badannya serta
bersoja, suaranya tetap kaku "Cayhe memang Ling Ji-ping,
mohon maaf akan kelancanganku mohon bertemu ini." Hoa je
Hujin yang berada dibelakang tirai berkata; "Katanya bila aku
mengatakan barang apa milikku itu yang hilang siangkoag
lantas bisa mencarinya kembali ?"
141 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Betul," sahut Ling Jiping sombong. "Cayhe memang
pernah bilang demikian, namun Cayhe ingin tahu agak
mendetail," "Mendetail bagaimana Siangkong?" tanya Hoa-je Hujin,
"Kecuali nama dari benda yang hilang itu, bila benda itu
merupakan barang pusaka, mohon Hujin juga suka
menerangkan sejelasnya."
Agaknya Hoa-je Hujin ragu-ragu, tapi akhir nya berkata
dengan tawa ringan : "Bentuk dan namanya sudah tentu akan
kujelaskan, tapi me ngenai soal soal lain, apa betul harus
kujelaskan, Siangkong ?"
"Hujin jangan salah paham," ucap Ling Ji-ping, "Cayhe
bukan manusia rendah yang tamak harta, menurut ceritera
Tan lotiang, kedua orang perampok itu bukan sembarang
orang, bila barang Hujin yang hilang Itu memang amat
berharga, kira kira Cayhe dapat meraba dan mengira-ngira
siapa sebenarnya orang yang jadi perampok itu."
"Em," Hoa-je Hujin bersuara dalam mulut, "kiranya begitu,
baiklah, itulah sebuah gelang kuma la."
"Gelang kumala "'
"Ya, tapi bukan gelang kumala biasa, itu lah pusaka
warisan keluargaku sejak beberapa generasi, gelang Itu
seluruhnya berwarna merah darah, didalam gelang lapat lapat
seperti ada gambar dua ekor naga, gelang itu sendiri
merupakan mestika yang tidak ternilai."
Ling Jl-ping me lenggong, tanyanya: "Apaka nama gelang
itu Giok-liong-soh ?"
"Lho, dari mana Slangkong bisa tahu ?"
Tidak menjawab Jl-ping malah bertanya pula "Kecuali
gelang pusaka warisan keluarga, apakah Hujin tahu dimana
letak keanehan dan kumujijatan dari gelang itu?"
142 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Rasanya tiada keanehan apa apa, Soalnya itu benda
warisan dari nenek moyang, tiada keduanya dalam dunia ini.
Ada pesan sejak leluhur dahulu, rahasia ini tidak boleh sampai
bocor, mungkin dikuatirkan ada orang jahat yang akan
merampasnya,'" Sudah tentu Ling Jl-ping kurang percaya, sesaat dia
berpikir, lalu katanya tegas : "Seorang teman karib Cayhe
pernah mendapatkan sebuah gelang kumala dari dua orang
jahat sampah persilatan, tapi kawanku itu bilang, gelang
kumala itu menyangkut rahasia tiga pusaka Bulim yang dipe
rebutkan oleh idaman persilatan, entah apakah gelang yang
diperoleh temanku itu betul betul adalah gelang naga milik
Hujin yang hilang itu-'' Lembut dan damai suara Hoa-je Hujin.tanyanya tanpa
terkejut sedikitpun: "Siapakakah kawanmu itu ."
Sebetulnya Ji-ping mau katakan nama nona Lian-hoa. tapi
terasa kurang tepat, maka dia berkata "Lik-go Wancu dari
Thian-gokiong." "Lik-go Wancu ." kedengarannya Hoa-je Hu jin tertawa.
"Dimana dia Sekarang "
"Dia sudah pergi."
"Kembali ke T hian-go-kiong ?"
"Umpama kata gelang itu memang betul barang milikku
yang hilang itu, apakah Siankong akan ke Thian-go-kiong
mencarinya ?" Tanpa banyak pikir Ling Ji-ping menjawab ,Di Thian gokiong tidak akan bisa menemukan dia."
"Lalu di mana kau akan bisa menemukan dia "
"Ini aku tidak tahu."
"Lho, lalu bagaimana Siangkong bisa mencari barangku
yang hilang itu ?" 143 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ini ....'' Ling Jiping bungkam.
"Sebuah gelang saja hilangpun tidak jadi persoalan, yang
terang Siangkong adalah seorang yang simpatik, suka
menolong kesulitan orang, membantu memecahkan masalah
rumah orang lain, dalam hati aku amat terkesan dan banyak
terima kasih akan kebaikanmu, Meski gelang itu terma suk
benda mestika, tapi s iapapun yang memperolehnya tidak akan
membawa manfaat bagi diri nya, apalagi belum tentu orang
yang telah memperoleh gelang Itu mau serahkan kembali,
maka soal ini tak perlu dibicarakan lagi.':
"Jadi Hujin tidak akan menyalahkan orang tua ini"
"Aih," perempuan itu menghela napas, "barangnya sudah
hilang, mau apa lagi " Apa gunanya menyalahkan dia ?"
Kalau siorang tua menganggap gagalnya dia menjalankan
tugas bisa .mengakibatkan dianya dihukum berat sampai dia
rela bunuh diri, sebaliknya Hoa-je Hujin berkata seremeh ini
akan hilangnya gelang pusaka itu, sudah tentu semakin tebal
rasa curiga Ling Jl-ping. Tapi untuk menyadap rahasia Hoa-je
Hujin, sengaja dia bertanya mengada ada : "Hujin agaknya
seorang pernah, tinggal ditempat nan permai, agaknya pandai
ber main kecapi lagi."
"Aku yakin Siangkong juga seorang ahli seni musik, apakah
sudi mendengar petikan lagu kecapiku ?" ucap Hoa-je Hujin.
Lalu dia ulur kedua jari jari tangannya yang runcing halus dan
putih bagai air susu, padahal teraling tirai sari tapi warna
tangannya yang menyolok itu bisa kelihatan jelas.
Kejap lain terdengarlah snaar snaar kecapi mulai
memperdengarkan suaranya nan merdu dan mengasyikkan.
Sambil mendongak dan mata merem melek Ling Ji-ping
mendengar lagu kecapi itu, terasa lagu dan permainan yang
dibawakan terlalu umum: Tak nyana petikan lagu kecapi yang
dia nikmati ternyata semakin lembut dan halus perasaannya
144 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ikut terhanyut seakan mengambang ditengah awan, rasa jadi
kantuk dan ingin tidur pulas.
Baru sekarang Ling Ji-ping tersirap dan me ngeluh "celaka,"
Tapi baru saja mulut terpentang, sebelum suara keluar dari
mulutnya, "Creng" snaar kecapi mendadak memperdengarkan
suara nada yang aneh dan ganjil, kontan Ji-ping rasakan,
jantungnya panas. Thian-ti-hiat disamping ketiak ternyata
tertutup. Karuan tubuhnya menjadi lemas lantas duduk
rnenggejendot diatas kursi
Beruntun snaar kecapi dibawah permainan jari Hoa-je Hujin
memperdengarkan suara suara ganjil yang berlainan nada,
maka berturut turut Hun-hou-hiat dipunggung, Khi-hay-hiat
dibawah pusar tersumbat oleh getaran snaar kecapi itu, kini
kaki tanganpun lunglai' Sungguh mimpipun Ling Ji-ping tidak pernah kira ditempat
ini dirinya bakal kesaplok jago sekosen ini, sungguh sesalnya
bukan kepalang akan kebodohan dan kecerobohan sendiri
sehingga diri nya terbokong dengan konyol.
Petikan snaar kecapipun segera berhenti terdengar tawa
nyaring cekikikan, katanya : ,,Tan In ambillah Giok-liong-soh
didalam saku bajunya,"
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tan In yang berdiri disebelah Ji-ping tertawa gelak gelak,
katanya : "Rencana Kaucu memang sempurna, kalau tidak
menjebaknya dengan cara begini, sulit juga untuk membekuk
anak jadah ini" Meski Hiat-to tertutuk, tapi mata dan kuping Ji-ping tetap
bekerja normal, begitu dengar Tan In panggil perempuan
dibalik tirai itu "'Kaucu", baru sekarang dia insaf, pikirrya:
"Sungguh sial, Hoa-je Hujin dibalik tirai itu ternyata adalah
Bwe-ou Hujin yang menjadi Ang-hoa kaucu, kenapa aku tidak
menduganya sejak tadi ' Dikala Ling Jing-ping masih kebingungan, Tan In sudah
mendekati terus menggagapi isi kantong nya, akhirnya dia
145 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keluarkan Giok-liong-soh terus membungkuk ke arah
panggung, Salah seorang dayang cilik itu maju dan
menyingkap tirai serta mengambil gelang itu dari tangan Tan
In yang mengangsurkan dengan kedua tangan diatas kepala.
Dayang itu langsuug naik ke panggung dan taruh gelang itu
dimeja kecapi, Setelah tertawa dingin dua kali terdengar Anghoa Kaucu berkata: "Lian-hoa genduk genit itu memang
berani mati, Tan In sampaikan perintahku, suruhlah So-ngo
dan Giok-li dua seksi mengutus sepuluh orang, genduk tengik
itu harus digusur pulang kehada panku, biar aku sendiri yang
menjatuhkan hukum asonya di markas pusat,"
Tan In mengiakan terus putar tubuh berlalu Bila tirai
tersingkap, Hoa-je Hujin atau Ang-hoa Kaucu tampak beranjak
keluar, sambil mengawasi Ling Ji-ping dia tertawa dingin,
katanya : "Orang she Ling, biasanya kita tidak pernah saling
melakukan pelanggaran, tak nyana kau berani memelet anak
murid partaiku sehingga dia khianat terhadapku, sekarang apa
pula katamu ' Ji-ping tertawa besar dengan nada dingin, katanya ;
"Sebagai Kaucu yang diagungkan, ternyata sempat juga kau
mengatur muslihat keji dan sekotor ini, sayang orang she Ling
terlalu ceroboh, meski sekarang aku jadi tawananmu, aku
tetap tidak akan menyerah."
Ang-hoa Kaucu juga tertawa tekial-kial, ka tanya: "Menang
mengandal kelihayan bekal silat nya adalah cara membabi
buta. Kenapa sebaga Kaucu aku tidak boleh mengembangkan
cerdik pandaiku sendiri?"
"Akal bulus dan berhasil masih juga dianggap cerdik pandai
" Sehari orang She Ling belum mampus Cui-hun-tiap milikku
itu suatu ketika bakat kau terima juga."
"Kau kira masih punya kesempatan ?" ejek Bwe-ou Hujin.
"Kecuali sekarang juga kau membunuhku."
146 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memangnya apa susahnya "' mendadak alis lentik An-hoa
Kaucu berdiri, bola matanyapun mendelik, tangannya keplok
dua kali. Kedua dayang cilik itu segera maju sambil
menenteng pedang, cahaya pedang yang kemilau dingin
menjadikan hawa diatas loteng hampir membeku.
Ang-hoa Kaucu mendengus dua kali katanya, "Orang ini
kurangajar, seret kebawah loteng, potong tangan kutung!
kakinya, lalu cukil mata dan kupas lidahnya,"
Kedua dayang itu mengiakan bersama.
Ling Ji-ping tidak gentar mati, namun mendengar hukuman
seberat itu yang akan dijatuhkan pada dirinya, hatinya
seketika seperti tenggelam, saking gusar dia malah tertawa
bingar, serunya; "Seorang laki laki sejati tidak gentar
menghadapi kematian, tapi dengan caramu ini kau
menyiksaku, apa kau tidak melanggar peradilan Bulim "
"Oh, jadi kau ingin mampus segera " Emangnya semudah
itu Jiwamu harus tetap utuh dan tersiksa sampai Lian-hoa
perempuan centil itu diringkus, biar dia menyaksikan
bagaimana bentuk rupa buah hatinya, setelah itu aku akan
kabulkan keinginannya kawin dengan kau, supaya dia tidak
menyesali bahwa tubuhnya yang montok dan gemulai halus
itu tidak pernah dijamah lelaki sebelum ajalnya."
Ling Ji-ping melongo, baru sekarang dia sadar bahwa
tulisan diatas batu peninggalan Lian-hoa ternyata sudah
ditemukan orang-orang Ang-hoa-kau sebelum dirinya putar
balik ke ngarai itu. maka gerak geriknya sejak meninggalkan
tempat itu padahal sudah dibawah pengawasan musuh,
sungguh celaka dirinya justru masuk perangkap mereka. Apa
yang pernah dikatakan nona Lian-hoa memang tidak salah.
Sepak terjang Ang-hoa-kau memang keji, telengas dan berani
berbuat dengan cara kotor apapun demi tercapainya keinginan
mereka. 147 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi berdebat juga tiada gunanya, maka dia bungkam dan
hanya menyeringai dingin saja. Kedua dayang cilik itu segera
menyeretnya turun kebawah loteng. Bagian bawah ternyata
merupakan rumah kosong, diempat penjuru ada jendela, tepat
ditengah bergantung sebuah Jampuangin, noda darah tampak
tercecer diatas lantai, entah berapa jiwa sudah dijagai
ditempat ini" Terdengar seorang dayang berkata : "Laki laki ini
tampangnya sih ganteng, sayang kaku dan dingin, memang
cocok dan sesuai nama dan orangnya."
Dayang yang lain cemberut, katanya:" Lian-hoa justru
kepelet padanya, sikapnya yang dingin begini, memangnya
apanya sih yang apik?"
Dayang yang bicara duluan berkata pula: "Kabarnya ilmu
silatnya lihay" Cui-hun-jiu nama nya itu konon sudah
menggetarkan Bulim."
"Ya, kudengar Cap-ji-ce-sat-jiu yang dia yakin kan tiada
tandingan di Bulim."
"Kalau tidak masakah........" dayang pertama ragu ragu,
"kalau tidak buat apa Kaucu susah payah memetik kecapi
untuk menutuk Hiat-tonya?"
"Em, laki laki setampan ini, sayang kalau di mampusin."
Dayang yang duluan tadi cekikikan, katanya: "Setan cilik,
apa kau juga ngebet padanya" '
Dayang yang lain melerok dulu kearah Ling ji-ping,
wajahnya tampak merah lalu makinya dengan tertawa :
"Memangnya aku gampang dipelet seperti dirimu."
"Aku kepelet ?" dayang yang lain cekikikan, "memangnya
siapa yang harus ganti celana beberapa kali setiap kali jaga
malam diluar kain . Kaucu ?"
148 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cis," dayang yang dicemooh berludah seunit terus
menubruk maju hendak mencubit temannya. Dayang yang
ditubruk lekas berkelit kesamping, katanya dengan tertawa:
"Bagaimana ucapanku mengena sasaran bukan ?"
Dayang yang mengudak itu menjadi merah padam saking
malu, katanya : "Memangnya kau baik. Kalau merintih
kenikmatan orang seisi rumah semua mengetahui."
"E, apa kau pernah dengar rintihan nikmatku ?"
"Kau kira aku tidak pernah dengar ?"
"O, jadi kau tidak pernah merintih, tapi kau pasti pandai
menggigit pundak laki laki."
"Setan alas," maki dayang yang lain sambil banting kaki,
tiba tiba dia menubruk maju pula sambil mencengkram. Maka
kedua dayang itu jadi saling udak sambil cekikik cekikik, Ling
Ji-ping yang jadi tawanan dan harus mereka bunuh ma lah
dilupakan. Mendengar percakapan kedua dayang kecil yang maslh
remaja ternyata sudah pandai bergulat diatas ranjang dengan
laki-laki ini, sungguh tidak kepalang jijik dan gusar hati Ling Jiping. Dalam hati dia membatin ; "Beginilah perempuan "
Dihadapan orang kelihatan alim, tapi bila kedok mereka
terbongkar, kiranya juga bisa berkata berani melakukan."
--ooo0dw0ooo-- Jilid 5 SETELAH SALING UDAK BEBERAPA lamanya, dayang yang
dikejar itu akhirnya berhenti sambil meminta ampun :
"Sudahlah, jangan ribut saja, kalau diketahui Kaucu, bisa
didamprat olehnya." "Kelak kau masih berani mencemoohku tidak"'
149 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak adikku manis, ampunilah aku kali ini."
"Kecuali nanti malam aku yang jadi lelaki:"
"Baiklah, aku menurut saja akan kehendakmu." maka
celoteh kedua dayang itupun berakhir begitu saja, keduanya
saling bergandengan dan berpelukan dengan mesra
menghampiri kearah Ling Ji-ping. "Ayolah, kau yang turun
tangan.'' kata salah seorang dayang.
Temannya ftu segera angkat pedang maju kedekat Ling Jiping. Ji-ping tahu kali ini diri nya tidak akan terhindar dari ke
matian, maka dengan tenang dia pejam mata menunggu ajal.
Padahal jantungnya dag dig dug mengikuti lang kah dayang
yang menghampiri dirinya, seolah olah elmaut semakin dekat
mengancam jiwanya, hatinya jadi beku, bila pedang terayun
dan kepalanya ter penggal, maka sia sialah ambek,
perjuangan dan latihan silatnya selama Ini akan ludes ber
sama darahnya yang menyembur berhamburan.
Detik detik menghadapi kematian ini, teraya tak sedikitpun
Ji-ping tidak merasa gentar, tidak sedih tidak merasa pilu serta
berat meninggalkan dunia fana Ini, dia hanya menyesal,
menyesal bahwa cita citanya selama ini belum tercapai dan
tiada orang yang mewarisi tugas mulia yang di pikulnya
selama ini. "Sret" suara pedang tercabut dari sarungnya kedengaran
meggelitik gendang pendengarannya, walau Ji ping memejam
mata, namun seolah olah dia melihat berkelebatnya cahaya
terang kemilau yang menyamber lehernya, tanpa terasa dia
meng bela napas panjang, Pada detik-detik yang kritis itulah, mendadak kicau burung
walet terdengar menerobos jendela, lalu disusul suara jeritan
kaget dan ketakutan dari kedua dayang cilik, pedang ditangan
merekapun jatuh berkerontang.
Siapa yang datang" Majikan sepasang burung walet.
150 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
--oodwoo-- Suasana yang sunyi terasa tentram, tapi juga lengang.
Dalam kesunyian inilah terdengar irama seruling nan merdu
kumandang dari rumpun bambu di luar kamar yang agak jauh
letaknya. Itulah sebuah kamar yang berbentuk memanjang dengan
pajangan dan prabot yang serba sederhana tapi rapi dan
bersih, ranjang bambu kuning dengan kelambu yang
menjuntai turun, tampak sulaman burung seriti menghiasi
kanan kiri kelambu yang tertutup rapat, lapat lapat kelihatan
seperti ada orang yang tidur telentang di atas ranjang bambu
itu. Begitu nyenyak orang yang tidur diatas ranjang, namun
begitu irama seruling merdu mulai kumandang, kelopak
matanyapun tampak bergerak, pelan pelan akhirnya dia
membuka mata lalu membalik miring, matanya berkedip kedip
seperti menikmati lagu yang dibawakan si peniup seruling,
agaknya irama seruling itulah yang membuatnya terjaga dari
tidurnya yang pulas. Begitu lembut selembut jari jari si manis yang empuk
mengelus tubuh menggelitik hati, hati seorang sebatang kara
dan hidup terlunta-lunta, belum lagi dia menyadari apa yang
telah terjadi dan dimana sekarang dirinya berada, tanpa
terasa dia terbuai oleh lagunya nan mengasyik kan itu
sehingga pandangannya nanar, seperti kosong tapi juga berisi
seakan akan tubuhnya ikut mutabul mengikuti gema seruling
yang mengambang diudara, mengambang sampai keawang
awang. Dan tanpa disadarinya urat nadi disekujur badannya
ternyata sudah jebol keterjang arus hawa , panas yang timbul
dari pusarnya, begitu cepat kejadian ini sehingga dia tidak
menyadari bahwa Sam-kiau, Hian-koan dan Pit-boh ketiga
Hiat-to yang terkutuk itu sudah tembus dan berjalan lancar
seperti sedia kala. Sekonyong konyong tubuh nya bergetar
151 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan berjingkrak sekali, irama seru ling itupun tahu tahu sudah
berhenti. ,,Hah," tanpa kuasa mulutnya berseru kaget, serta merta
mendadak dia melompat berduduk, seluruh tubuh basah oleh
keringat yang gemeroyos, seketika pula ingatannva terbayang
akan kejadian yang dialam inya sebelum ini. Ternyata di saat
saat jiwanya sudah terancam oleh pedang kedua dayang cilik
yang ternyata cabul itu, dua ekor burung walet dengan
kicaunya yang merdu tahu tahu menerobos masuk lewat
jendela. Lekas dia berduduk sila serta mengerahkan hawa murni,
terasa urat nadinya berjalan lancar-malah kekuatan dan
semangatnya menyala nyala. Baru sekarang dia menyadari
bahwa sekali lagi jiwanya telah ditolong orang, yang menolong
diri nya jelas adalah majikan sepasang burung serit! itu.
Seperti biasa diapun tertawa dingin seorang diri, mendadak
dia mendongak mengawasi sulaman burung seriti diatas
kelambu, serta merta dia mengulur tangan mengelus sulaman
burung seriti' itu dengan tawa getir dia berkata dalam hati:
"Kelambu bersulam burung seriti, ternyata kamar ini kamar
tidur pemilik burung seriti itu "-lalu dia teringat akan suara
seruling itu, apakah peniup nya juga pemilik sepasang burung
seriti" Dia pasang kuping sebentar, tidak terdengar suara apapun
diluar rumah, hanya suara angin yang lalu yang menyebabkan
pohon pohon bambu bergoyang gontai. Melihat pemandangan
nan elok dan permai didepan rumah, sungguh takjup dan
pesona dibuatnya. Baru saja dia bergerak hendak turun dari ranjang, suara
merdu dan lembut tiba tiba berkumandang diluar rumah: "Ginih, kau sudah kembali."
Maka terdengarlah suara gelepar sayap burung yang
meluncur tiba disertai kicauannya yang merdu,
152 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ling Ji-ping tertegun, tapi hatinya juga bergejolak, karena
suara orang itu adalah suara senandung yang pernah
didengarnya didalam hutan itu jelas nona yang memelihara
burung seriti Itu ada diluar jendela, "Gin-ih" atau sayap perak
kemungkinan adalah nama panggilan untuk burung seriti
berbulu perak itu. Maka dia mendengarkan lebih lanjut.
Tiba tiba didengarnya suara nona Itu seperti kaget,
seunya." Gin ih, kau terluka"'
Diam diam Ji ping merasa rikuh dan menyesal, dia kira
lukanya burung seriti perak itu lantaran menolong dirinya.
Maka didengarnya suara helaan napas duka dan kasihan diluar
jendela. Ada maksud Ji-pingg mendekati jendela serta melongok
keluar untuk melihat wajah pemilik se pasang buruug seriti.
namun lekas dia berpikir pula, karena didalam hutan kemaren
malam bukan kah orang tidak mau dilihat wajahnya Dari sini
dapatan dia memastikan bahwa penilik buruug saluiai tidak
mau memperlihatkan wajannya ke pada orang lain, kalau
orang tidak mau memper lihatkan wajah sendiri, kenapa pula
dirinya harus mengintipnya" Maka dia tetap duduk diam
dipinggir ranjang tanpa bergerak, tak lama kemudian di
dengarnya pemilik buruug itu menghela napas lirih.
Tiba tiba lambaian kain baju meladang turun diluar jendela
baru saja Ling Ji ping tertegun, nona yang memiliki burung
seriti sudah berseru: "Apakah Liat-cu?"
Suara yang nyaring tinggi seraya menyahut "Ya, nona."
Suara nona burung seriti berkata pula : "Tadi aku sudah
membuka hiat tonya dengan irama se ruling, lekas kau antar
dia meninggalkan tempat ini."
"Nona, kau........"
"Tak usah banyak mulut, lekas antar dia pergi.'
153 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Irama seruling membebaskan tutukan HIa-to sekilas Ji-ping
melengak, baru sekarang dia sadar bahwa irama seruling tadi
ternyata besar manfaatnya, tak heran begitu irama seruling itu
mengalun, seketika dia merasa badannya segar, urat nadi
mengendor dan darahpun berjalan lancar malah semakin
deras bagai air bah yang melanda dan tak terbendung lagi.
Ling Ji-ping tidak sangka dalam semalaman ini dia bertemu
dengan dua perempuan yang masing-masing memiliki
kepandaian tinggi, jarang dalam kalangan bulim ada tokoh
silat yang mampu menutuk dan membebaskan tutukan hiat-to
dengan irama musik, sejak jaman dahulu kala sukar dicari
sumbernya dan kemungkinan kelak takkan ada orang yang
mampu mewarisinya. Pada hal menurut apa dia yang ketahui,
tokoh tokeh kosen dalam Bulim jaman Ini tidak banyak yang
betul-betul membekal kepandaian sejati dalam bidang masingmasing, oleh karena itulah sedikit lena sehingga dia
kecundang oleh Ang-hoa Kaucu .
Lalu siapa pemilik sepalang burung seriti ini, sejauh ini
diapun masih bingung memikirkan. meski wajah orang beium
pernah dia melihatnya, tapi dari perawakan dan potongan
tubuhnya, jelas usia nya masih muda, dengan usianya yang
masih remaja sudah memiliki kepandaian setinggi itu, sungguh
orang sukar membayangkanya.
Pada saat dia terlongong itulah, cahaya rembulan yang
menyorot masuk lewat jendela tiba-tiba menjadi gelap,
bayangan seseorang ternyata sudan mengaling didepan
Jendela ,tahu-tahu seorang dara cilik yang menggelung
kepang rambutnya diatas kepala sudah berdiri didepan
ranjang, langsung dia menyingkap kelambu serta menyantetnya kesampiiig, katanya dengan tertawa: "Ling siau
hiap, silakan turun."
Sejak mengembara di Kangouw, kapan Ling Ji ping pernah
kecundang serunyam ini, tak nyana dua kali dirinya harus
mengalami kekalahan getir ceng seng -san, celakanya lagi dua
154 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kali pula dirinya ditolong oleh nona burung seriti ini, walau
sekarang dia hanya berhadapan dengan pelayan pribadinya,
tapi sudah cukup membuatnya malu dan kikuk. T api sikapnya
yang kaku dingin tetap melekat pada wajahnya, dengan tawa
dipaksakan lekas dia melorot turun.
Dia tahu pelayan ini ditugaskan mengantar dirinya
meninggalkan tempat ini, rasa kurang senang tiba tiba
menghantui dirinya, pikirnya ''Karena aku kecundang, kalian
menolongku ke mari, yah apa boleh buat. sekarang setelah
Hiat-toku bebas, untuk pergi aku harus diantar orang,
memangnya Cui-hun-tiap yang selama ini kuagungkan harus
dihapus dari percaturan dunia persi latan?" Padahal dia sendiri
kurang senang dan merasa kurang sepadan nama julukan ini,
namun setelah beberapatahun ini, dia menjadi biasa
menggunakan nama julukan itu, sekaligus melambangkan
kebesaran nama Ling Ji-ping, melambangkan kewibawaan dan
gengsi. Maka dengan nada dingin dia berkata menyeringai:
"Apakah nona hendak mengantarku keluar?"
"Jadi kau sudah dengar " Mari. silabkan Ikut aku."
Tak nyana Ling Ji-ping malah geleng geleng katanya:"
Nona tidak usah mengantar Cayhe"
"Lho, kenapa ?"
"Terlalu merepotkan, apalagi selama ini Ling Ji-ping malang
melintang cuma seorang diri selamanya tidak sudi ditemani
apalagi harus diantar orang."
"Tapi diluar lembah Yan-kui-kok kini sudah terkepung oleh
musuh." "Musuh" Siapa mereka ?"
"Ada orang Thian-te-hwe, Ang-hoa-kau mungkin juga
orang orang Yu-bing-kau."
Berkeriut kulit daging muka ling Ji-pi sikapnya kelihatan
tenang dan mantap. Dengan ujung lidah dia membasahi bibir,
155 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekarang lebih jelas lagi kenapa tadi nona burung seriti bilang
"mengantar" maksudnya bukan dia memandang rendah
dirinya, tapi lantaran musuh sebanyak itu sedang menunggu
dirinya diluar jadi si nona bermaksud baik pula terhadap
dirinya. Selama hidup Ini belum pernah dia gentar menghadapi
musuh, walau secara kenyataan beberapa hari ini dua kali dia
kecundang, tapi dirinya kalah bukan berdasarkan mengadu
kepandaian silat sejati, namun dirinya dibokong secara gelap
dan licik. Bahwa orang lain menguwatirkan keselamatannya,
sebaliknya dia justru beranggapan mendapat kesempatan
yang berharga, dia harus merebut kembali gengsi dan
kewibawaan Cui-hun-tiap dihadapan orang T hian-te-hwe, Anghoa-kau dan Yu-bing-kau. Mulutnya menggeram keras dengan
acuh dia berkata tertawa, "o, ada kejadian itu, kalau demikian
nona boleh tidak usah mengantar ku lagi."
"Tapi, aku mendapat perintah"
"Aku tahu. " tukas Ji-ping sebelum nona Liat-cu bicara
habis, "tolong sampaikan rasa terima kasihku kepada nona
kalian, orang she Ling mendapat pertolongannya tak perlu
banyak mulut mengucap terima kasih segala, mohon pamit."
Berkedip bola mata Liat-cu, dia jadi heran, menghadapi
sikap pemuda yang dua kali pernah di tolong majikannya ini,
bukan saja tidak mau meng haturkan terima kasih, nada
bicaranya juga ketus dan kaku, tidak tanya siapa she dan
nama penolongnya pula. maka pandangannya mendelong,
wajahnyapun memperlihatkan mimik kecewa dan rasa
penasaran. Habis bicara Jl-ping sudah beranjak keluar, mendadak Liatcu menghardiknya : "Berhenti."
Jl-ping menoleh mengawasi wajah Liat cu yang penasaran,
tanyanya : "Nona masih ada urusan?"
"Begini saja kau hendak pergi ?"
156 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cara bagaimana aku baru boleh pergi " Tolong nona
jelaskan."' Cemberut mulut Liat-cu, katanya : "Belum pernah aku
melihat laki laki tak kenal aturan dan tidak tahu diri seperti
kau." "Aturan dan tahu diri?" akhirnya Jl-ping mengerti, katanya
tertawa geli : "Oh, ya. kenapa aku lupa mengucap terima
kasih kepada nona, betul tidak."
"Dua kali nona kami menolongmu, kakiku pun bengkak
karena putar kayun untuk kepentinganmu, kenapa kau tidak
tanya siapa kami ?" "O, hal itu sudah pernah kutanyakan, tapi nona mu tidak
mau memberi tabu, memangnya apa yang bisa kulakukan "
Apalagi selama hidup orang siorang Ling tidak sudi tanya
persoalan orang lain yangi pantang dibicarakan kepadaku'
"Kalian pernah bertemu ?"
Kemaren malam didalam hutan diluar T hian su-tong "
Liat-cu mengawasinya dengan segala mendelong tanyanya
: "Kau pernah melihat wajah nona"
"Ah, belum" ucap Ling Ji-ping, "aku hanya; melihat
bayangan punggung nonamu."
Liat-cu tertawa lebar, katanya ; "Agaknya kau amat
sombong dan angkuh "
,Bagi diriku, Ini adalah harga dlrr."
"Harga diri'.'" Llat-cu cekikikan geli, "karena itu kau
bersikap dingin, tinggi hati, anggap diri nya paling
jempolan.' "Memang pembawaanku bersikap kaku dan dingin,
selamanya tak pernah aku sombong apa lagi mengagulkan
157 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diri, apakah karenanona pernah dua kali menolong aku, maka
aku diharuskan tunduk pada kalian?"
Kontan Liat-cu menarik muka, sambil membanting kaki dia
berpaling kearah lain. Ling Ji-piig tertawa angkuh, katanya : "Kalau betul
demikian, aku mohon pertolongan nona untuk menyerahkan
kembali jiwa ragaku ini kepada Yu-bing Kaucu, atau kepada
Ang-hoa-kau karena selama hidup ini orang she Ling tidak
ingin berhutang budi terhadap siapapun."
Liat-cu tertegun, pelan pelan dia membalik kemari pula,
sepasang bola matanya membelalak bundar, sungguh dia
tidak habis mengerti, watak pemuda dihadapannya Ini
ternyata begini nyentrik memangnya orang lain salah ma lah
bila menolong dia " Dikala Liat-cu terlongong itulah, suara helaan napas
panjang berkumandang dlluar jendela itulah suara nona
burung seriti berkata : "Liat-cu, buat apa kau putar lidah
dengan Ling Siauhiap Apa pesanku kepadamu;"
"Tapi dia tidak sudi kuantar nona."
Kalau tadi Ling Ji-ping merasa asyik mendengar suara
merdu nona burung seriti, tapi sekarang dia merasa nada
perkataannya ternyata memiliki kekuatan yang tak boleh
diabaikan membuat hatinya bergetar, seperti seseorang yang
mendadak mendengarkan irama lagu klasik yang mengasyikkan, karena ketarik diluar sadarnya dia mendengar
dan menaruh perhatian sepenuhnya se olah olah sukmanya
tersedot. Bagitu terpesona Ling Ji-ping mendengarkan suara merdu
ini sampai dia tidak hiraukan apa yang dikatikan Liat-cu,
dalam hati dia berpikir "Agaknya nona burung seriti memiliki
Kungfu yang tiada tandingan dalam kalangan Bulim, kenapa
tindak tanduknya begini misterius dan suka menghela napas,
memangnya hidupnya merana dan menanggurg nestapa "
158 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suma merdu itu terdengar pula: "Lho, mana boleh begitu "
Musuh sebanyak itu diluar lembah begitu dia keluar, mana dia
bisa selamat ." Tiba tiba Ling Jl-ping bicara langsung "Terima kasih akan
maksud baik nona. memang orang she Ling ingin membuat
perhitungan dengan mereka, sekarang mereka justru meluruk
datang seluruhnya, mumpung ada kesempatan sekaligus aku
membuat perhitungan dengan mereka, demi urusanku, buat
apa nona harus ikut menanggung beban bermusuhan dengan
mereka ?" Liat-cu segera memonyongkan mulut, katanya: "Nah, baru
sekarang perkataanmu enak didengar kenapa tidak sejak tadi
kau katakan." Helaan napas terdengar pula diluar jendela, katanya lebih
lanjut: "Sepak terjang Siauhiap sebelum ini memang agak
telengas, maka orang orang jahat itu sama mengincar jiwamu,
Kungfu Siauhiap memang tinggi, tapi menghadapi keroyokan
musuh sebanyak itu. apalagi orang orang jahat itu tega
melakukan kejahatan apa saja, seorang diri kau menghadapi
mereka, apakah kau menggunakan akal sehat" Liat cu
mengantarmu meninggalkan lembah ini."
Agaknya Ling Ji-ping tidak ambil perduli bahwa musuh
musuh itu sedang menunggu dirinya diluar lembah, katanya
dengan tawa angkuh "Memang sejak berkelana terlalu banyak
Cayhe membunuh orang, tapi undangan penyabut sukma ku
itu kukirim kepada alamat yang betul betul patut
menerimanya, aku yakin tidak pernah salah membunuh
orang." "Hal itu aku juga tahu. Kejahatan ada besar kecilnya, suatu
kesalahan secara tidak sengaja, atau karena suatu sebab
terpaksa seseorang ke jeblos kedalam organisasi gelap, belum
tentu kesalahannya patut dihukum mati, apalagi diantara
kalangan organisasi gelap Itu bukan mustahil ada juga orang
yang berhati baik, oleh karena itu ku harap selanjutnya Siau159 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hiap lebih berhati hati setiap melakukan tindakan, kalau bisa
berilah pengampunan, dan tundukkan dia dengan kebajikan,
dengan kebijaksanaan kau bisa membimbing nya kembali
kejalan yang benar, yakin kelak kau bakal lebih disanjung pula
sebagai pahlawan besar. Bukan maksudku hendak berkotbah
dihadapan Siau hiap, harap dimaafkan dan tidak berkecil hati."
Sejak meninggalkan perguruan, belum pernah ada teman
yang memberi nasehat kepadanya, maka sepak terjangnya
melulu menuruti adatnya sendiri, mendengar kotbah nona
burung seriti, bermula dia mefasa janggal dan panas hatinya,
setelah di telaah dengan seksama, baru dia sadar akan
maksud baik terhadap dirinya. Maka dia mengangguk dan
berkata :"Nasehat nona memang betul sebelum ini kita tidak
kenal, namun beberapa kali nona telah menolongku,
memberikan petunjuk dengan petuah petuah berharga lagi,
Cayhe pasti akan catat dalam hati dan selanjutnya akan
bertindak sesuai petunjuk nona."
"Mana berani aku memberi nasehat atau petunjuk?" ucap
nona diluar jendela, "Bulim sekarang sedang diliputi banyak
keributan. Siauhiap punya hati yang bajik dan berjiwa
pendekar, siapa pun pasti akan kagum kepadamu, oleh karena
itu kami beranikan diri menyampaikan uneg uneg dalam hati,
harap Siauhiap tidak berkecil hati."
Timbul rasa kagum dan hormat Ling Ji-ping terhadap nona
seriti, katanya pula : "Ucapan nona amat berharga dan banyak
mengoreksi diriku, entah kapan Jlping boleh berhadapan
untuk menyampaikan rasa terimakasihku "'
Agak lama nona diluar berpikir pikir, akhir nya bercuara
kalem ;"Kalau memang bisa bertemu pasti akan tiba saatnya
untuk berhadapan., Siau hiap, boleh silakan berangkat."
Terasa oleh Ji-ping dirinya seperti kehilangan dan hambar,
tapi orang tidak mau menemui diri nya, memangnya dia bisa
memaksa " Tapi oleh karena itu lebih tajam keyakinan Ling Jiping akan noaa burung seriti yang serba misterius ini kecuali
160 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyembunyikan muka dan. asal usul, musuh musuh yang
tahu dirinya berada dalam lembah ini ternyata tiada satupun
yang berani meluruk kedalam lembah, dari sini dapat
dibuktikan bahwa nona burung seriti ini memang berkepandaian tinggi dan memiliki nama yang di segani. Lalu
kenapa pula mereka berani mencari keributan diluar lembah "
Memangnya tidak takut dilabrak oleh penghuni lemban ini"'
Tadi diapun dengar burung seriti perak si nona ternyata
terluka dalam menjalankan tugas, kalau dikata orang orang
diluar itu jeri padanya, kenapa burung peliharaannya dilukai "
Dikala dia kebingungan itulah suara diluar jendela
berkumandang pula:" Liat-cu, jangan seperti kanak kanak,
lekas temani Siauhiap keluar lembah, dan larang mereka
membuat keributan di luar lembah."
Liat-cu mengiakan, namun mukanya masih cemberut,
katanya kepada Ling Ji-ping: "Hey dengar tidak hayo
berangkat." Ling Ji-ping tertawa angkuh, katanya ; "Cayhe pasti
berangkat, tapi nona tak usah mengantar. Betapapun banyak
orang menungguku diluar lembah, dengan bekal kepandaian
yang kuyakinkan selama ini, ingin aku melabrak mereka."
Bibir Lian-cu menjengek, katanya : "Kau yakin kau dapat
mengalahkan mereka ."
"Keyakinan adalah keberanian, hidup atau mati urusan
kecil, kalau Ling Ji-ping harus di antar orang, dalam Bulim
selanjutnya pasti tiada tempat berpijak lagi untukku."
"Liat-cu, agaknya Ling Siauhiap memang tidak mau diantar
keluar, boleh kau antar sampai dimulut. lembah saja."
demikian suara diluar jendela memberikan pesannya.
"Wah, jual mahal segala, ayo berangkat." setelah
membanting kaki segera dia mendahului beranjak keluar.
Bahwa pemilik burung serititi tak mau berhadapan dengan
dirinya, sebagal laki laki sejati, maka Ling Ji-ping tidak mau
161 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melirik atau menoleh, lekas sekali dia ikuti langkah Liat-cu
keluar rumah menuju keluar lembah.
Bentuk Yan-kui-kok ternyata amat lucu, sejauh dua l dari
mulut lembah ternyata semakin sempit mirip paruh burung
seriti, dinding gunung berhadapan dtsebelah depan, lebarnya
hanya beberapa tombak. Setelah melewati sebuah jembatan
bambu yang dibangun serba model, tiba tiba Liat-cu berhenti
seperti roendengarkaa sesuatu, akhirnya dia mendengus
keluarkan suara hidung terus berlari secepat terbang, lekas Jiping ikut berlari tak kaah cepatnya.
Belasan tombak menjelang mulut lembah, sudah tampak
bayangan orang yang lagi tubruk sana terkam sini dimulut
lembah, disamping suara mereka yang ribut. Diam diam Ling
Ji-ping keheranan : "Orang orang yang meluruk kemari pasti
memiliki kepandaian tinggi, memangnya ke dua burung seriti
itu mampu membendung me reka ?"
Tengah dia berpikir, disana sudah terdengar suara hardikan
Liat-cu : "Kalian sungguh ber nyali besar, berani membuat
keributan di sini, memangnya sudah bosan hidup :'"
Ling Ji-ping berpikir : "Biar aku saksikan sampai di mana
taraf kepandaian nona Liat cu ini, dari gaya permainan silatnya
mungkin aku bisa meraba asal usul perguruan nona seriti."
segera dia melompat keatas batu, dari sini dia menjejak lagi
sehingga tubuhnya melambung tinggi dan hinggap diatas
pohon beringin yang rindang. Dilihatnya Liat-cu bertolak
pinggang sambil melotot kearah orang orang diluar lembah.
kedua burung seriti itu sudah hinggap dikanan kiri pundaknya.
Ternyata orang sebanyak itu diluar lembah tiada yang berani
bergerak maju menghadapi seorang gadis muda bersama
sepasang burung seriti. Rombongan yang berada disebelah kiri adalah orang orang
Ang-hoa-kau yang dipimpin Sip-kut-sian-ki Hoa Kik-jin,
dibelakangnya ada empat gadis yang mengenakan mantel
162 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hijau, didepan dada mereka disulam kuntum kembang yang
berbeda. Rombongan ditengah semuanya terdiri dari orang orang
yang bertampang seram, yaitu setan setan yang berbentuk
kuda, sapi dan sebangsa kuntilanak, orang yang berada
ditengah bukan lain adalah Pu-bing kaucu yang mukanya
ditutup cadar hitam, pakaiannya serba gelap,
Disebelah kanan dipimpin seorang Tosu yang berperawakan kecil pendek, mukanya kuning se perti malam,
tapi mengenakan jubah yang besar lebar dan panjang warna
kelabu, kedua bola ma tanya mencorong kemilau, Ling Ji-ping
masih ingat T osu pendek ini adalah salah satu T ong-cu Thiante-hwe yaug berkuasa dicabangnya di Jowan-tang, nama
julukannya adalah Pi-lik Tojln Pek thay-ceng.
Empat laki laki bermuka hitam tampak berada dibelakang
Pi-lik Tojin, semuanya bersenjata lengkap, sikapnya kereng
dan buas. Dilihat gelagatnya, ketiga rombongan orang orang ini sudah
pernah dirugikan oleh sepasang seriti sakti itu, karena banyak
diantaranya yang berdarah dimuka, leher, tangan dan
dadanya, namun luka luKa mereka tidak berat.
Terdengar Yu-bing Kaucu mendengus, jengek nya "Siapa
kau ?" Mengernyit hidungnya Liat-cu, katanya :"Tidak setimpal kau
tanya siapa diriku, pendek kata, orang dilarang membuat
keributan disini, hm, bila majikan tidak berpesan, bola mata
kalian sudah sejak tadi menjadi santapan sepasang seriti sakti
ini." Biasanya Sip-kut-sian-ki Hia Kik-jin selalu tersenyum
dengan gayanya yang jalang, tapi sekarang dia merengut dan
membesi, serunya menuding : "Peduli siapa kau, kalau orang
she Ling tidak diserahkan, akan kuratakan lembah kecil ini,
163 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jangan kau kira sepasang burung itu mampu menakutkan
orang." Pi-lik Tojin juga berbenger tawa, katanya sambil angkat
muka : "Majikan yang kau maksud tadi, apakah dia Sin-yansoh-ngo Bing Siau-tang salah satu dari In-yang-siang sian
dulu." "Sin-yan-soh ngo Bing Slau tang "' hampir saja Ji-ping
melonjak diatas pohon "ya. kenapa aku tidak ingat akan
tokoh hebat ini "' tapi setelah dia pikir lebih lanjut terasa
urusan agak janggal, karena dulu Sin-yan-soh-ngo bersemayam di Tiang-pek'sam diluar perbatasan, padahal
tempat tinggal nona seriti dalam lembah ini dinama kan Y ankui kok dari sini dapat disimpulkan bahwa leluhur nona seriti
dahulu memang bertempat tinggal dilembah ini, jadi yang satu
diutara yang lain diselatan, sehingga tidak mungidn
menghubungkan Sin yan-soh-ngo Bing Siau tang dengan
pemilik sepasang buruug seriti di sini. apalagi usia mereka
terpaut banyak sekali. Atau kemung kinan bahwa nona seriti
itu adalah murid didik Sin yan soh-ngo, setelah tamat belajar
dia kembali ketempat semula.
Tapi didengarnya Liat-cu mendengus keki, katanya :
"Syukurlah kau sudah tahu akan nama beliau, kalau tahu diri
lekaslah menggelinding pergi."
Mendengar nama Sin-yan-soh-ngo tampak Sip-kut-sian-ki
Hoa Kik-jin tersentak melongo, tapi lekas sekali dia sudah
tertawa tawar, kata nya : "Oh, jadi beliau tinggal disini,
memangnya sudah kuduga siapa yang mampu memelihara
burung seriti untuk menakuti orang."
Yu-bing Kaucu juga berludah lalu mengejek : "Umpama
Bing Siau-tang sekarang berada di sini, Pun-Kaucu juga tidak
ambil peduli, siapapun macam ini jangan harap dapat
melindungi bocah she Ling Itu."
164 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pi-lik Tojin terkekeh kering, serunya : "Kaucu memang
betul, bocah she Ling itu sewenang wenang main bunuh tanpa
alasan, Ka-ling-sam-kiam dari perkumpulan kamipun dibunuhnya maka jiwanya harus mampus di sini untuk
membalas kematian mereka."
Mendadak Liat-cu menuding Yubing Kaucu, semprotnya
:"Kau ini terhitung barang apa " Berani memanggil langsung
nama besar Sin-yan-soh go kita "'
Karena mendengar makian Liat-Cu, seketika Ling Ji-ping
mengerti, batinnya "O, jadi nona burung seriti memang betul
adalah murid didik Suryan-soh ngoJ"
Sebagai Kaucu jelek jelek punya wibawa diantara anak
buahnya, kini dihadapan umum dirinya dituding dan dimaki,
karuan gusar Yu-bing Kauci bukan main, makinya :"Genduk
busuk yang bemulut tajam, bila kaucu tidak menghajar ada
padamu, kau kira sepasang binatang itu mampu melindungi
dirimu .'" lalu dia berpaling kearah Pek-bln-bu-siang yang
berada disamping belakangnya, katanya '."Pergilah targkap
budak busuk Itu" Pek-bu-siang yang bertopi tinggi lancip
segera mengiakan, kipas lemplt raksasa dltangannya
dikebaskan lalu melangkah maju.
Liat-cu mengejek sambil me lirik hina kearah Pek-bu siang,
ejeknya :"BIarlah kuperingatkan kembali, kalau ingin hidup
lekas menggellnding pergi."
Pek-bu-siang terkial kiai, katanya :'Genduk ayu, besar juga
mulutmu." Dalam tempat sembunyinya Ling Jl-ping membatin :"Aku
pernah membuktikan kepandaian silat Pek-bu-siang, meski
bukan tokoh kosen, namun cara turun tangannya amat keji,
biar Liat-cu adalah pelayan pribadi nona seriti, apakah dia
mampu melawannya, masih merupakan tanda tanya karena
merasa kuatir, dia sudah siap hendak melompat keluar dan
turun ketengah gelanggang.
165 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baru saja tubuhnya bergeming, tiba tiba secara reflek dia
menghentikan niatnya pula, ternyata disaat otaknya bekerja
itu, Pek-bu-siang sudah turun tangan, tangan kirinya yang
putih panjang dan tinggal kulit pembungkus tulang dengan
kukunya menjulur tajam telah mencengkram, ternyata sekali
turun tangan dia telah mengguna kan Han-ping-kui-jiau
(Cakar setan sedingin salju)Ternyata Liat-cu berdiri tegak tidak bergeming seperti
menunggu cakaran lawan malah, hidungnya mendengus pula,
hanya jari tengah tangan kanannya saja yang kelihatan seperti
menyenlik sekali dengan lirih, tapi kejadian justru amat aneh
dan mengherankan, cakar setan Pek bu-siang yang menderu
keras dengan angin kencang yang dingin membeku itu
ternyata sirna tanpa bekas belum lagi dia menubruk lebih
dekat, mulutnya sudah keburu menjerit kesakitan, kontan
tubuhnya tergeletak keras sempoyongan tiga langkah, kipas
raksasa dilempar sernantara tangan kanan menekan tangan
kiri sambil menahan sakit, mukanya me ringis, matanya
terbelalak dengan pandangan kaget dan heran.
Ling Ji-ping juga tertegun, pikirnya :"latihan jari Liat-cu
ternyata juga begini lihai, kemaren malam bila aku tidak
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengandal Liok-meh-sin-kang, jelas sukar aku bertahan dari
serangan TIan-ping-kui-jiau yang lihai itu. Tapi kenyataan
Liat-cu seperti tidak acuh sama sekali, cukup sekali jentikan
tangan, Pek-bu-siang telah dilukai malah "
Tampak Liat-cu berdiri santai dengan senyum lebar,
katanya :"BagaImana" Hanya dengan jari tanganku saja kau
sudah ketahuan kau bukan tarndinganku. Kau masih berani
membuat keributan disini " Lekaslah enyah ! Kalau aku
inginkan jiwamu, cukup dengan satu jentikan ke Hian-ki-hiat
mu, coba kau pertimbangkan apakah jiwamu masih bisa
dipertahankan ?" Pada hal yang hadir semua adalah orang orang kosen, tapi
apa yang dikatakan Liat-cu memang bukan bualan, dari sikap
166 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan mimik muka Pek-busiarg, tangan kiri itu jelas tidak ringan
lukanya. kalau jentikan jari itu benar benar ditujukan ke Hlanki-hlat, urat nadinya pasti tergetar hanccur, dan jiwa pasti
tamat seketika. Belum sejurus dirinya bergebrak tahu tahu salah
kecundang. hal Ini belum pernah terjadi analagi kedudukannya dalam Yu-bingkau cukup tinggi, meski hati
amat kaget dan jeri, namun dlhadapan umum sudah tentu dia
tidak terima, setelah menyengir kuda, dia berseru : "Siluman
perempuan, ilmu jari apa yang kau gunakan ?"
"Memangnya tidak malu kau tanya hal ini " Tapi biarlah
kuberitahu padamu, yang kugunakan adalah Hwi-hong-cikang, kalau kau tidak percaya, marilah kita ulangi sekali lagi."
"Hwi-hong-ci." seluruh hadirin bergetar hatinya mendengar
nama kepandaian sakti dari Sia-yan-soh-ngo di masa lalu, bila
Ilmu jari ini diyakinkan mencapai tingkat yang paling top, tiada
sesuatu benda sekeras bajapun yang mampu menahannya,
apalagi ilmu jari ini kusus untuk memecahkan Hou-deh-sln
kang. Dahulu Sin-yan-soh-ngo pernah bertanding dengan It-ci-sin-mo Ko It bin di Thian-tay-san, iblis yang amat ditakuti
dengan jari tunggalnya itu toh dapat dikalahkannya sejurus.
Tak nyana gadis cilik muda usia ini ternyata juga pandai
menggunakan ilmu jari sakti itu "
Mendengar yang digunakan me lukai dirinya adalah Hwihong-ci, Pek-bu-siang tersentak kaget sambil menyurut
mundur, semula dia masih ingin melabrak genduk cilik ini,
sekarang jangan kata menantang, melirik padanyapun sudah
ketakutan, Liat-cu cekikikan, katanya : ,,Nah sudah ke takutan
sekarang " Lekaslah mencawat ekor, kalian yang hadir
dengarkan, siapapun dilarang membuat keributan di sini."
Mendadak Yu-bing Kaucu terkekeh kering, katanya :
"Genduk busuk, jangan kau kira Hwi hong-ci tiada tandingan
167 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikolong langit Ini, ketahuilah, umpama Bing Siau-tang sendiri
berada di sini. akupun tidak gentar terhadapn a."
Tak pernah terbayang oleh Pi-lik Tojin bahwa di sini dia
bakal berhadapan dengan anak murid Sin-yan, diam diam dia
sudah berkeputusan headak mengundurkan diri, namun
mendengar pernyataan Yu-bing Kaucu, segera dia menyeringai sambil mengebas lengan bajunya, katanya :
"Memangaya, jelek jelek kau ini seorang Kaucu, kalau takut
menghadapi cewek sekecil ini, lebih balik pulang kerumah
tutup pintu dan mengnndurkan diri dari percaturan dunia
persilatan." Yu-bing Kaucu menggeram sambil berpaling ke arah Pi-lik
Tojin, katanya : "Apa maksud per kataanmu ?"
Pi-lik Tojin tertawa gelak gelak, serunya "Apa salah
ucapanku "' Berputar biji mata Sip-kut-sian-ki, katanyai tertawa lebar :
"Masakah Toa-kaucu tidak paham'.' Maksudnya supaya kau
melabrak genduk cilik ini dan nanti berhantam sampai gugur
bersama murid Sin-yan-soh-ngo, baru nanti dia akan
memungut keuntungan dari bentrokan Ini."
"Enak juga perhitunganmu " Yu-bing Kauci, menyeringai
sambil melangkah beberapa tindak.
Seperti diketahui Pi-lik Tojin adalah pejabat yang berkuasa
dicabang Thian-te-hwe di Thian-tang, bahwa di Ceng-seng
tanpa diketahui oleh siapapun mendadak muncul Yu-bing
Kaucu, kalau tidak secara kebetulan dia menguntit jejak Ling
Ji-ping, jelas dia tetap tidak tahu adanya tokoh bangkotan ini
didaerah kekuasaannya, sudah tentu hatinya kecut dan malu
pula, namun dia tahu bahwa lawan yang sedang diudaknya
Cui-hun tiap Ling Ji ping adalah lawan yang amat tangguh,
sementara pihak Yu-bing-kau juga selang mencarinya, jadi
sasaran sana. sementara Thian-te-hwe belum pernah
bermusuhan dengan Yu-bing-kau, orang orang yang hadir di
168 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sini pinak Yu bingkau juga berjumlah paling banyak, kalau
sampai terjadi bentrokan jelas pihak sendiri berada di tempat
yang tersudutkan, dasar licik apa yang menjadi tujuannya
memang seperti yang dibongkar oleh Sip-kut-sian-ki,
maksudnya nendak mengadu domba satu dengan lainnya,
supaya nanti dirinya memungut keuntungan tanpa banyak
memeras tenaga. Diluar dugaan muslihatnya dibongkar orang, Y u-bing Kaucu
malah mengancam dirinya, lekas dia kerahkan Lwekang,
namun lahirnya tetap-wajar dan terkekeh kearah Sip-kut-sian
ki: "Jem pol, jempol. Memangnya kau sendiri tidak ingin
memungut keuntungan, sungguh hebat."
Ternyata ucapannya ini menimbulkan reaksi pula, Yu-bing
kaucu mendadak berpaling ke arah Sip-kut-sian-ki sambil
mendengus, katanya : "Setelah kubereskan dia, baru tiba
giliranmu " "Apa benar ." Sip-kut-sian-ki cekikikan genit, : "sungguh
merupakan penghargaan bagi diriku, selamanya Ang-hoa-kau
tidak pernah gen tar terhadap siapapun."
Meadadak Liat-cu membentak : "Hai, kalian mau anjing
gigit anjing pergilah yang jauh. Siapa pun dilarang berkelahi
dimulut lembah Ini."
Sekilas Sip-kut-slan-ki melirik kearah Liat-cu lalu berkata
kepada Yu-blng Kaucu : "Nah kau dengar Kalau terjadi
keributan diantara kita sendiri, orang akan mengusir pergi."
Lega hati Pi-lik Tojin, bukan dia jeri terhadap Yu-bing
Kaucu, tapi pembantu yang dibawa nya malam ini memang
terlalu minim untuk bentrok dengan pihak Yu-bing-kau, dia
sendiri tidak yakin bahwa I lmu tunggalnya yang llhay itu mam
pu mengalahkan musuh, kini mumpung ada kesem patan
segera dia menyeletuk: "Memang betul, jangan kita lupa
malam ini menghadapi musuh yang sama, kalau mau
bertanding, kelak masih banyak waktu,"
169 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yu-bing Kaucu mendengus, sorot matanya di belakang
cadar tampak berkilat, tatapannya kems ball ke arah Liat-cu,
jelas dia sudah bertekad sebelum membereskan musuh
tangguh, diapun segan mencari setori dengan musuh yang
lain. Diam diam Ling Ji-ping kaget melihat sinar mata Yu-bing
Kaucu yang mencorong terang di tengah kegelapan,
bangkotan ini pandai me lancar kan pukulan yang tidak
mengeluarkan suara, kekuatannya amat mengejutkan lagi, bila
Liat-cu lena menghadapi, pasti akan kecundang.
Belum lagi sempat dia memberi peringatan, tampak Yubing Kaucu sudah menyeringai sadis, pelan pelan telapak
tangannya membalik, dari telapak tangannya itu mendadak
mengepul segumpal asap putih terus menerjang ke arah Liatcu. Kalau Ji-ping merasa kuatir, sebaliknya Liat cu tetap berdiri
sambil senyum dikulum, hakikat nya dia tidak ambil peduli
akan serangan Yu-bing Kaucu, katanya menggoda malah :
"Wah, Hoat kut-han-ping-ciang, sayang permainan ini sudah
tidak segar lagi," mulut bicara tangan kiri me lintang ke kanan
sementara tangan kanan tegak lurus, tangan kiri yang
melintang di depan dada itu mendadak mengipat keluar,
seolah olah damparan tenaga deias yang menerjang tiba itu
kena dituntun dan disampok minggir, berbareng langkahnya
seenteng mega mengambang berkelebat tiga tombak jauhnya,
bukan saja gerakan enteng dan pesat indah gemulai pula.
Hampir saja Ling Jl-ping berteriak memuji pikirnya: ,,Hwiyan sin-hoat pelajaran Sia-yan-bun memang bukan bernama
kosong, dengan membekal gerakan tubuh sehebat ini, jelas
dia takkan gampang dilukai Y u-bing Kaucu."
Setelah berpijak ditanah Liat-cu tertawa cekikikan lagi,
katanya : "Toa-kaucu, hanya mengandal kemahiranmu ini saja
?" 170 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Genduk busuk, kau kenal Hoatkut-han-ping ciang, jelas
pengetahuanmu cukup mendalam dan pula lagi kepandalanmu
menuntun tenaga memunahkan tenaga juga terhitung boleh
juga, sebetulnya malu aku bergebiak dengan kau, tapi
sekarang, hehey hati hatilah kau."
Sip-kut-sian-kl dan Pi-lik Tojin sama2 kaget, kedudukan
mereka tidak rendah dalam perkumpulan masing masing,
pengetahuan ilmu silat juga cukup luas, tapi ilmu apa yang
dilancarkan Yu bing Kaucu hakikatnya mereka tidak tahu,
setelah, Liat-cu menyebut namanya barulah mereka tahu
itulah ilmu pukulan dingin paling berbisa dari kalangan sesat,
sungguh tidak sangka bahwa Yu-bing Kaucu ternyata
meyakinkan ilmu yang paling top jahatnya diam diam mereka
mengucap syukur bahwa tadi mereka tidak bertindak
sembrono, kalau tidak mungkin jiwa mereka sudah amblas
sejak tadi. Liat-cu berkata pula setelah cekikikan geli : "Apa betul"
Boleh kau kembangkan seluruh ilmu saktimu. Buktikan saja
apakah aku rnampu meng hadapinya "'
Yu-bing Kaucu menggerung gusar, kedua lengan tiba tiba
didekap di depan dada, telapak tangan menghadap ke luar,
maka mengepullah segumpal asap, mula mula sedikit lama
kelamaan semakin tebal membesar dan berputar putai di
telapak tangannya, ini merupakan pertanda bahwa Yu-bing
Kaucu telah mengerahkan seluruh Lwe kangnya untuk
melontarkan pukulan. Tersirap darah Ling Ji-ping. jikalau Yu-bing kaucu
melontarkan pukulannya serentak dengan kedua tangan,
mungkin dia sendirlpun takkan kuat menahannya, bila hanya
mengandal ketangkasan gerak lubuhnva, 'mungkin Liat-cu
takkan dapat terhindar dari mara bahaya.
Tapi Liat-cu tetap berdiri tegak ditempatnya wajahnya tetap
mengulum senyum, hembusan ingin gunung mengikarkan
171 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pakaiannya, sikapnya begitu santai dan gemulai. Sebelah
tangan menyingkap rambut yang terurai, katanya tertawa :
"Em, cara yang pintar, satu tangan tidak becus dua
tanganpun boleh." Yu-bing Kaucu menyeringai, sepasang telapak tangannya
pelan pelan didorong lurus kedepan. kali ini dua larik
gumpalan asap putih secepat kilat meluncur bagai bianglala.
Jarak tempat sembunyi Ling Ji-ping kira kira ada empat
tombak, diapun merasakan hawa dingin seperti mengiris
kulit, hampir saja dia tidak kuat menahannya.
Ternyata Pi-lik Tojin dan Sip-kut sian-ki ju ga terdesak
mundur oleh pergolakan hawa dingin yang menggejolak
diudara, lekas mereka suruh anak buahnya melompat minggir
sejauh mungkin. Ternyata Liat cu tetap tertawa riang, sekali jejak kaki,
tubuhnya seringan burung walet me la yang tinggi keudara,
cepat sekali ditengah udara pinggangnya ditekuk, disaat tubuh
mengapung itu dia berputar satu lingkaran, secepat anak
panah dari sebelah atas kiri dia menukik ke bawah menubruk
langsung ke arah Yu-bing Kaucu, belum tubuhnya meluncur
turun jarinya sudah menjentik yang diincar adalah gitok yang
terletak dibelakang kepala Y u-bing Kaucu.
Kembali serangannya mengenai tempat kosong, celaka
dirinya menjadi sasaran balasan lawan, karuan Y u-bing Kaucu
berjingkrak gusar, pakaian hitamnya seketika melembung,
lengan baju kiri kontan mengebut 'wut' timbullah deru angin
kencang bagai badai mepgamuk memapak terjangan
selentikan jari Liat-cu yang menubruk turun.
Jangan dikira hanya' kebutan lengan baju, ternyata
mengandung damparan angia pukulan yang dahsyat, tubuh
Liat-cu yang menukik turun itu seperti tertahan sebentar terus
membal naik pula keudara, lekas dia meluruskan pinggang
172 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terus jum palitan sekali me luncur tujuh tombak di sebelah
sana. Tapi gerakan Yu-bing Kaucu ternyata setangkas setan, baru
saja hinggap ditanah, dia sudah menubruk tiba dan terkekeh
sadis; "Gcnduk busuk, rasakan kelihayanku."
Agaknya Liat-cu merasa malu dan gusar, karena dirinya
terpental turun oleh kebutan lengan baju orang, mukanya
tampak kaku membesi, tiba tiba mulutnya berpekik, tampak
pundak bergerak tahu tahu dia lancarkan gerakan tubuh yang
mengaburkan pandangan orang, yang tampak hanya
bayangan hijau yang berkelebat, serta ke'siur angin yang
menyambar kian kemari, bagai segumpal cahaya hijau
gerakannya begitu cepat, seolah olah vu-bing Kaucu telah
dikurungnya dalam rangkaian serangan gencar. Dari tengah
udara tampak dua bayangan kuring dan perak turun naik
Walet Emas Perak Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saling samber silih berganti, jadi satu orang dua burung seriti
serempak mencecar Yu-bing Kaucu dengan serangan
serangan aneh dan mema tikan.
Namun seluruh tubuh Yu-bing Kaccu telah terbungkus oleh
gumpalan asap tebal yarg tetap bergulung gulung di sekitar
tubuhnya, ditengah kekeh tawanya, gumpalan asap Itu
ternyata dapat mulur modot naik turun seperti terkendali,
gerakannya tetap gesit dan tangkas, ternyata dia tetap
mampu menandingi serangan gencar lawannya, hanya suara
burung seriti Itulah yang terdengar ribut dan ramal.
Anak buah Yu-bing Kaucu yang bertampang hewan Itu
sama mundur semakin jauh, tanpa perintah sang Kaucu
siaparun tiada yang berani tampil ke tengah gelanggang,
semua menonton dengan pandangan terbelalak dan tegang
Pertempuran berlangsung satu jam lebih, keadaan tetap
seru, tiba2 terdengar Yu-bing Kaucu menggerung sekeras
singa mengamuk, gumpalan asap yang membungkus
tubuhnya itu mendadak tercerai berai melesat keempat
penjuru seperti ledakan bom yang dahsyat.
173 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka terdengarlah Liat cu menjerit kaget, segumpal
bayangan hijau tampak terlempar jumpalit an kearah kiri.
Kaget Ji ping bukan main, sembari menggentak gusar kedua
tangannya terkembang, tak ubahnya seekor naga tahu2
tubuhnya sudah meluncur kebawah, kedua tangan terulur dan
tepat dia masih serapat meraih tubuh Liat-cu yang terlempar
itu Gerakannya memang teramat cepat. sebelum Yu bing
Kaucu bertindak lebih lanjut, dia sudah mencelat mundur dan
kembali berdiri dimulut lembah.
Setelah Ling Ji-ping menurunkan Liatcu, baru hadirin
melihat jelas yang menolong Liat cu ternyata adalah Ling Ji
ping yang sedang mereka cari. Ji ping tidak sempat
memeriksa Liat-cu, se gera dia membalik tubuh, kedua tangan
digendong dibelakang, sikapnya kaku dingin wajahnya
menyeringai hina dan mencemooh.
"Haha, buyung, kiranya kau." Yubing kaucu terkekeh
senang. "Bukankah kalian sedang mencariku"''jengek Ling Ji-ping.
Yu-bing Kaucu melangkah satu tindak, sembari terkekeh
tiba2 dia ulurkan tangannya: "Mana serahkan.'
"O, jadi kau Ingin memiliki gelang naga itu?"
"Agaknya kau tahu diri, asa l kau serahkan gelang naga,
hari ini jiwamu boleh diampuni."
"Sejak kelana di kangouw, jiwa ragaku Ini sudah
kuserahkan untuk kawan2 kangouw. siapa mampu dia boleh
mencabut jiwaku.T entang gelang naga itu, aku sudah
serahkan kepada seorang teman untuk menyimpannya
sementara waktu , kalian jangan harap dapat merebutnya."
Yu-bing Kaucu mendesak pula selangkah sorot matanya
beringas, desisnya: "Anak jadah, agaknya kau memang
sudah bosan hidup." 174 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Toa-kaucu, belum tentu aku akan mati hari ini "Ji-ping
mengeledek. Sip-kut-sian-ki tiba tiba tampil kedepan, dengan wajah
membesi dia berkata : "Orang she Ling, kau memang hebatDalam jangka setengah hari kau sudah berhasil memelet LIanhoa si cewek brengsek itu, sekarang serahkan dia padaku."
Pl lik Tojin tidak mau kalah suara, dlarun menimbrung;
"Kau Inikah Ling Ji-ping" Jadi beginikah tampang Gui-huntiapyang ditakuti itu'" Kukira berkepala tiga bertangan enam,
jadi kau pula yang membunuh Ka-ling-sam-kiam dari Tam cu
kita itu ?" Sinis pandangan Ling Ji-ping menyapu Sip-kut sian-ki dan
Pi-lik Tojin, tapi dia berkata pada Pi iik Toj'n : "Jikalau Thiantam Tamcu Cau Koa hong juga mampus ditanganku,
memangnya kau tojin kerdil ini juga berani menuntut balas
kematiannya " Meringis dan lucu sekali mimik Pi-lik Tojin mendengar olok
olok Ling Ji-ping. Apa yang di katakan itu memang benar Cau
hoa-hong adalah Thin-tam Tamcu dari Thian-te-whe,
kedudukan nya lebih tinggi, Jin-yam-ciang pernah malang
melintang di dunia Kangouw dan belum pernah ketemu
tandingan, bicara soal Iwekang dirinya jelas bukan
tandingannya, bahwa hari ini dia berani ikut ikutan me luruk
kemari, soalnya dia per caya dua belas pelor geledeknya yang
sudah terke nal di Bulim, dengan terkial kial dia berkata :
"Anak muda. jangan takabur, nanti kau akan tahu
kelihayanku." Ujung mulut Ling Jl-ping menjengek hina, malas dia bicara
sama orang tidak tahu malu ini, lalu dia berpaling ke arah Sipkut-sian ki, kata nya: "Nona Lian-hoa amat menyesal bahwa
dia salah masuk perguruan yang kotor, mumpung belum
terlanjur maka dia mengundurkan diri demi menjaga kesucian
dirinya, hal ini Kaucu kalian sudah tahu, kenapa Tamcu
sekarang justeru menagih orangnya kepadaku."
175 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yu-bing Kaucu melirik ke arah Pi-lik Tojin dan Sip-kut-sianki, katanya: "Sebelum anak ja dah ini menyerahkan gelang
naga itu, kalian kularang bergebrak sama dia, kalau tidak
hehehe, jangan salahkan kalau aku bertindak terhadap
kalian." "Lho, kenapa Kaucu bilang demikian," tampak sikap genit
Sip-kut-sian-ki, "kami punya persoalan sendiri sendiri,
memangnya kau bisa mencampuri urusan Ang-hoa-kau kami
?" Pi-lik Tojin juga terloroh-lcroh, namun dia tidak memberi
komentar. Acuh dan angkuh sikap Ling Ji-ping, katanya lantang
"Kalian bertiga sama sama hendak men cari setori padaku,
kenapa harus membedakan satu dengan yang lain, hayo maju
bersama saja." Yu bing Kaucu menggerung gusar, mendadak dia berpaling
kepada anak buahnya yang berpakaian serba putih, katanya :
Suruh mereka mundur, kalau berani membangkang bunuh
saja." Dua orang berpakaian putih dengan lidah menjulur panjang
ini segera terpekik seram, serempak keduanya bergerak, satu
ke arah Sip-kut sian-ki yang satu menubruk ke arah Pilik Tojin,
"sementara anak buah lain yang bertampang hewan beramal
ramai mengikuti di belakang kedua orang ini. Situasi
mendadak memuncak tegang, pertempuran besar bakal
terjadi dimulut lembah. Tapi pada saat gawat itulah, sebuah suara nyaring
berkumandang dari dalam mulut lembah : "Semuanya
berhenti, siapapun dilarang betingkah di daerah Yan-ku-kok
kekuasaanku ini," Ling Ji-ping melenggong, pikirnya : "Sejak kapan diapun
Kisah Para Pendekar Pulau Es 17 Pasangan Naga Dan Burung Hong Karya S D Liong Tugas Rahasia 7
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama