Wanita Iblis Karya S D Liong Bagian 17
selekas keluar dari jaring ini, seluruh paderi Siau-lim-si tentu akan kubunuh. Mereka akan
kukorek ulu-hatinya untuk menyembahyangi arwah Pui-sute."
Sahut Tay Ih, "Harap locianpwe berdua jangan kuatir. Betapapun halnya, lohu tentu
akan berdaya sekuat tenaga dan kemampuan lohu untuk menolongnya!"
Ceng Hun totiang berpaling. Tampak dibawah sebatang pohon tua, segulung jaring
putih terisi dua sosok tubuh. Jaring itu menyurut kecil sekali.
Terdengar suara bernada sinis itu berseru pula, "Hai, imam hidung kerbau, apa yang
kau lihat" Suhu dari Wanita siluman dari Beng gak itu juga serupa dandanannya dengan
engkau, Hm, aku sungguh muak melihat pakaianmu itu!"
Sebagai seorang ketua partai persilatan, Sudah tentu Ceng Hun totiang tak pernah dimaki
orang sebagai imam hidung kerbau. Rombongan anak muridnya telah siap sedia
dengan wajah murka. Tetapi Ceng Hun totiang tetap tenang seperti tak terjadi suatu apa.
"Di dunia persilatan. penuh beraneka ragam manusia, bagaimana hanya tertuju pada
pakaian saja?" kata Tay Ih siansu, "Kedua lo cianpwe itu berwatak aneh. Harap toheng jangan
menaruh di hati." Ketua Ceng-sia-pay itu tertawa panjang, "Jangan Lo siansu kuatir, pinto sudah lama
mengagumi kedua lo cianpwe itu. Sekalipun ada kata-kata yang menyinggung, tetap pinto
takkan tersinggung!"
Terdengarlah suara tertawa dingin pula, "Segerombolan paderi dan imam, memang
hanya gemar bicara hal-hal yang tak sedap didengar telinga. Pui sute itu sedang
menderita luka berbahaya, jiwanya dalam bahaya. Mengapa kalian enak-enak bicara disini,
tak lekas-lekas menolongnya!"
Ceng Hun totiang tertawa, "Baik, marilah kita lihat kesana. Pinto mempunyai pil buatan
Ceng-sia-pay. Coba saja apakah pil itu dapat menolongnya."
saat itu hari pun telah terang tanah. Setelah memperhitungkan bahwa orang Beng gak
tentu tak datang kembali, segera Tay Ih membisiki beberapa anak muridnya supaya
mewakili memimpin barisan Lo-han-tin. Kemudian suruh delapan paderi melindungi Lamkoay
dan Pak-koay. Begitu terjadi perubahan supaya lekas-lekas memberi kabar. Sedang
ia sendiri mengajak Tay To siansu dan Ceng Hun totiang menuju ke kamar hong tiang
menjenguk keadaan Siu-lam.
Ceng Hun totiang memerintahkan dua belas anak muridnya untuk membantu Lo-hantin,
Kemudian hanya dengan membawa Tio Gan seorang, ia mengikuti Tay Ih siansu.
Tiba di sebuah ruang yang luarnya penuh berhias pohon bambu dan tanaman-tanaman
bunga yang aneh, Tay Ih siansu segera mempersilahkan ketua Ceng-Sia pay masuk.
Merekapun segera melangkah masuk. Tampak Siu lam dengan wajah pucat tengah
berbaring diatas sebuah bale bale kayu. Kedua matanya dipejamkan. Dua orang paderi
menjaga di sampingnya. "Apakah Pui sicu sudah sadar?" buru buru Tay Ih Siansu bertanya.
"Sudah dua kali dia kehabisan napas dan disaluri hawa murni oleh Tay To susiok
kemudian diurut urut jalan darahnya sehingga napasnya mulai berjalan lagi"."
"Setelah Tay To susiok pergi, apakab dia sadar lagi," tanya Tay Ih cemas.
Kedua paderi itu gelengkan kepala, "Belum. dia belum sadar, tetapi napasnya tetap
melancar." Tay Ih siansu meraba dadanya. Napasnya Siu lam lemah sekali. Kemudian ia
mengundang Ceng Hun totiang untuk memeriksa.
Sesungguhnya sudah sejak masuk kedalam ruangan situ, Ceng Hun memperhatikan
keadaan pemuda itu. Tetapi ia sungkan sebelum diminta oleh tuan rumah.
Setelah memeriksa pergelangan tangan Siu-Lam, berkatalah ketua Ceng sia pay itu,
"Napasnya lemah sekali, lukanya terlampau parah. Dapat ditolong atau tidak, akan pinto
coba untuk memberikannya pil Hui Sim leng tan agar dia sadar dulu. Nanti kita periksa
lebih lanjut kemungkinannya!"
Tay Ih dengan bersungguh minta agar ketua Ceng sia pay itu suka berdaya sekuat
tenaga menolong Siu lam. Siu lam diberi minum dua butir pil buatan Ceng sia pay. Tiba tiba Tay Ih teringat akan
orang tak kelihatan yang telah menyusupkan suara kepadanya tadi. Tetapi kedua penjaga
di ruang situ mengatakan bahwa tiada seorangpun yang datang kesitu.
Ceng Hun totiang tampak tegang sekali. Ia telah mendapat semua permintaan dari
ketua Siau lim-si. Itu berarti suatu kepercayaan. Jika pil itu tak dapat menyadarkan Siu
lam, nama Ceng Sia-pay pasti akan ternoda.
Dalam pada itu harapan makin terang Ceng Hun totiang menghela napas. Tiba tiba ia
menepuk jalan darah didada Siu-lam. Siu lam mengerang dan membuka mata perlahan
lahan. Tay Ih siausu girang sekali.
"Dimanakah perempuan siluman Beng gak itu" Apakah dia sudah kabur?" begitu
membuka mata, Siu lam terus menanyakan soal itu.
"Saat ini hari sudah terang tanah. Karena belum datang kembali, tentulah dia sudah
pulang ke Beng gak," kata Tay Ih Siansu.
Siu lam tertawa, "Bagaimanakah dengan kedua lo cianpwe Lam koay dan pak koay?"
"Mereka masih tetap berada dalam jaring. Tetapi tidak menderita luka apa apa. lohu
tentu berusaha untuk menolongnya harap sicu jangan kuatir," kata Tay Ih siansu.
Siu-Iam hendak berkata lagi tetapi dicegah Ceng Hun totiang yang menasehatkan
supaya jangan banyak bicara dulu.
Berpaling anak muda itu memandang ketua Ceng sia pay beberapa jenak lain tegurnya
dengan suara lemah, "Siapakah totiang?"
Tay Ih siansu segera memperkenalkan ketua Ceng sia pay yang sekarang. Pandai
dalam ilmu pengobatan dan luas pengalaman. "Ceng Hun toheng telah memenuhi
permintaan lohu untuk menolong sicu."
"Harap lo-siancu jangan terlalu memuji. Pinto hanya melakukan apa yang pinto mampu
saja!" Tay Ih tergetar hatinya. Ia ingat keterangan Ceng Hun totiang tadi bahwa harapan Sinlam
tipis sekali. Dan ternyata ketika memandang kearah Siu lam, ternyata anak muda itu
pejamkan mata lagi. Ceng Hun totiang memberi isyarat mengajak Tay Ih keluar.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Tay Ih Siansu dengan berdebar.
"Pinto heran sekali, Selama dalam pengalaman pinto mengobati orang, baru pertama
kali ini menjumpai keadaan yang begini aneh. Dia terluka parah sekali dan seharusnya
sudah mati. Tapi anehnya dia masih tetap hidup"."
"Sewaktu menderita luka dalam pertempuran. dia telah minum sebotol pil Siok-bengtan
buatan Siau-lim-si," Tay Ih segera menuturkan ringkas pertempuran anak muda itu
melawan ketua Beng gak. "Oh, benarlah. Karena kekuatan pil itu belum lenyap maka dia dapat bertahan"." kata
Ceng Hun totiang. Kemudian ia memandang kelangit dan menghela napas, "Pinto tak
berdaya lagi. Andaikata dapat menyembuhkan lukanya, tetapi tenaga dalam pinto pasti
habis dan tentu cacad seumur bidup. Tetapi usaha itupun belum pasti akan berhasil
menyembuhkannya!" Tay Ih siansu hanya menyerahkan saja bagaimana baiknya ketua Ceng Sia Pay.
Berkata Ceng Hun totiang :"Menurut hasil pemeriksaan urat nadinya, dikuatirkan dia tak
dapat hidup sampai setengah hari lagi. Sekalipun kita tau tempat obat mukjijat pun
temponyapun tentu tak keburu lagi. Taysu sudah menunaikan seluruh tenaga dan pikiran
untuk menolongnya. Tetapi hendaknya janganlah taysu jadi patah semangat karena
meninggalnya seorang. Karena hal itu membawa akibat pada seluruh dunia persilatan.
Dan juga terhadap semangat perjuangan Siau Lim si melawan Beng gak!" kata Ceng Hun
totiang lebih lanjut. "Ketua Beng gak selain berkepandaian tinggi juga banyak memiliki akal muslihat. Dia
mempunyai senjata rahasia yang ganas sekali dan sukar dijaga. Sekali menabur tentu
berpuluh-puluh korban akan jatuh. " kata Tay Ih dengan rawa, sekarang seolah-olah
masih terkenang akan peristiwa pertempuran semalam yang mengerikan itu.
"Tapi betapapun saktinya ketua Beng Gak asal kita mempersatukan semua partay
partay persilatan besar untuk mengerubutinya, tentulah dapat menumpasnya. Atas nama
taysu dan pinto sendiri kita mengirim undangan keapda sembilan partai persilatan agar
mengirim wakilnya kegunung Kosan sini guna merundingkan rencana bersama. Entah
bagaimana pendapat taysu?"
Diam-diam Tay Ih menimbang. berusan Lo han tin yang begitu hebat pun tak dapat
membendung serangan orang Beng gak. Ia sangsi apakah kekuatan sembilan partai
persilatan itu mampu mengalahkan Beng Gak.
Namun ketua Siau Lim si itu sungkan untuk menyatakan isi hatinya. Beberapa saat dia
terdiam saja. Diantara sembilan partay persilatan Ceng Hun totiang termasuk ketua yang paling
muda sendiri usianya. Oleh karena itu, Semangatnya masih berkoabar dan pengalaman
kurang.Melihat tuan rumah diam saja, dia segera hendak mendesak. Tetapi sebelum
membuka mulut, sekonyong-konyong seorang nona cantik berbaju putih muncul dan
menghampiri dengan langkah perlahan.
"Siapa!" seru ketua Ceng sia Pay itu dengan serentak.
Begitupun Tay Ih juga tak kurang kejutnya melihat nona itu.
Nona itu tenang-tenang saja. Tak mau menyahut dan tetap melangkah perlahan-lahan.
sudah tentu Ceng Hun totiang curiga dan marah. Segera ia mengangkat tangannya kiri,
siap untuk memukul. "Apakah taysu kenal dengan nona itu?" tanyanya kepada Tay Ih siansu.
"lohu tak kenal". " tiba-tiba Tay Ih teringat sesuatu dan cepat mencegah Ceng Hun
jangan turun tangan dulu, Ia hendak menanyakan diri nona itu.
"Selamat datang li sicu" kata Tay Ih seraya maju dua langkah dan memberi hormat.
Hanya sejenak nona itu melirik kepada ketua Siau Lim si seraya mengucapkan katakata
membalas hormat. Tetapi tetap melangkah keruang Hong tio.
"Gereja merupakan tempat suci. Tak boleh li sicu sembarangan masuk. Harap
berhenti!" seru Tay Ih siansu.
Nona baju putih itu menyahut dingin, "jika bukan karena hendak menjenguk seseorang,
sekalipun engkau undang, jangan harap aku sudi datang kemari. Toh gereja ini hanya
penuh dengan patung dan arca saja, tiada yang sedap dilihat" "
Habis berkata nona baju putih itu terus menyelip masuk keruang Hong tio(ketua)
Sambil kebutkan lengan jubahnya, berserulah Tay Ih SianSu, "Harao li-sicu menjaga
diri, lohu terpaksa berlaku kurang sopan?"
Serangkum angin kuat, melanda kearah nona itu. Nona itu mengindar dua langkah ke
samping, seraya berseru dingin, "Lekas menyingkir, aku hendak memeriksa bigaimana
lukanya!" "Siapa yang li-sicu hendak jenguk?"
"Pui Siu-lam!" "Apa hubungan li Sicu dengannya?"
"Isteri yang belum pernah hidup serumah?"
Tay Ih siansu terkesiap, serunya; "Siapakah nama nona?"
"Aku oraag she Bwe" Eh, engkau paderi tua ini, mengapa ribut tak keruan saja! Apakah
engkau tak merasa jemu?"
Tiba-tiba Tay Ih teringat. Seakan akan Ia pernah mendengar nada suara nona itu
tempo hari. Iapun segera mundur dua langkah, memberi jalan.
"Menurut peraturan gereja ini, kaum wanita dilarang masuk keruang kedua apalagi
keruang Hong Tio. Tetapi karena Pui sicu telah berjasa kepada Siau lim si, biarlah kelak
lohu yang menjalani hukuman gereja dan sekarang silahkan li-sicu masuk"."
Nona baju putih itu tertawa dingin dan menukas ucapan Tay Ih, "Ketua Beng gak itu,
juga seorang wanita. Tetapi mengapa lo Siansu tak mengusirnya keluar!"
Kata kata tajam itu bagai sebilah pisau menusuk ulu hati Tay Ih. seketika wajah pejabat
ketua Siau lim si itu merah padam dan tidak dapat berkata sepatahpun juga.
Tetapi serentak dengan itu terlintas sesuatu dalam benak Tay Ih. Ya, tak Salah lagi.
Suara nona itulah yang tadi melalui ilmu menyusup suara Coan im jib bi telah melengking
ke telinganya!" Serentak Tay Ih memberi hormat dan berseru, "Bukankah li sicu yang tadi
menyusupkan suara kepada lohu?"
"Kalau benar, bagaimana?" tanya nona itu
Dalam pada mengajukan pertanyaan itu diam-diam Tay Ih sudah curahkan
perhatiannya untuk meneliti suara orang. Ah benarlah. Memang suara nona itu yang tadi
menyusupkan suaranya. Serta merta ia memberi hormat dan mempersilahkan nona itu
masuk. Dalam pada itu, ketika Tay Ih dan sinona baju putih tukar pembicaraan, diam-diam
Ceng Hun totiang sudah mengerahkan tenaga dalam ketangannya. Asal sinona itu
mcngadakan gerakan yang mencurigakan, segera ia akan memukul nya. Tetapi ternyata
Tay Ih malah mempersilahkan nona itu masuk. Ketua Ceng-sia pay itupun menyingkir
mundur juga. Nona baju putih itu dingin sekali sikapnya. Tanpa memandang kepada kedua ketua
partay itu, ia terus melangkah masuk, seluruh mata orang orang yang berada dalam
ruangan situ, tercurah kepada si nona.
Dengan tenang ia menghampiri ranjang kayu dan mengamati Siu-lam. Sejenak
kerutkan kening, ia ulurkan tangannya menjamah ubun-ubun kepala pemuda itu.
Beberapa saat kemudian baru tangannya ditarik kembali. Kemudian ia berpaling kepada
Tay Ih, "Apakah lukanya parah sekali?"
"Benar," kata Tay Ih siansu, "tetapi Ceng Hun toheng ini mengatakan bahwa lukanya
bukan tak dapat ditolong tetapi sayangnya seluruh kepandaian Pui sicu ini nanti, mungkin
akan lenyap dan seumur hidup dia tak dapat meyakinkan ilmu silat lagi!"
Hati hati sekali Tay Ih mengatur kata-katanya agar nona yang mengaku sebagai calon
isteri Siu lam itu tak menangis karena mendengar berita menyedihkan itu.
Tetapi diluar dugaan wajah nona itu tetap dingin, sedih atau girang, sama sekali tak
dapat diraba orang. Sahut dengan nada dingin, "Dia terluka karena membela Siu lim-si.
Kalau dia sampai sampai meninggal, bagaimana tindakan Siau lim si" "
Pertanyaan iru tak diduga Tay Ih sehingga pejabat ketua Siau-lim si itu tertegun
beberapa saat. "Budi pertolongan Pui sicu kepada Siau-lim si sebesar gunung. Jika jiwaku dapat
diberikan kepadanya, lohu bersedia memberikan sisa umur lohu kepada Pui sicu agar dia
dapat hidup sampai seratus tahun!"
Berhenti sejenak, paderi Siau-lim si itu melanjutkan kata-katanya pula; "Sejak didirikan
ratusan tahun berselang, belum pernah Siau-lim-Si menerima budi orang. Asal ada obat
untuk menolong Pui sicu, seluruh paderi anak murid Siau lim-si dari tingkat tiga sampai
kebawah, tentu akan mengerahkan tenaga untuk mencarinya."
Wajah dingin dari nona itu tiba-tiba merekah senyum cerah, "Tekad kalian untuk
menyelamatkan jiwanya, andai kata dia meninggal, dia tentu akan meninggal dengan
meram!" Tay Ih siansu menghela napas perlahan "Semoga Hud melindungi jiwanya!"
Tiba-tiba nona itu berputar diri dan merogoh kedalam bajunya. Ia mengeluarkan
sehelai buntelan sutera putih. Dengan hati-hati buntelan itu dibukanya. Ternyata buntelan
itu terdiri dari delapan buah lapisan. Yang terakhir terdapat sebuab botol dari batu kumala
putib. Begitu sumbat dibuka, berhamburanlah hawa yang harum sekali.
Ketika Ceng Hun totiang mengawaSi botol kumala itu, serentak gemetarlah tubuhnya.
Wajahnyapun segera berobah.
Tay Ih heran melihat sikap ketua Ceng-Sia-pay itu. Tetapi ia sungkan bertanya.
Sejenak nona itu melirik kearah Ceng Hun totiang. Tiba-tiba ia memijat hancur botol
kumala itu. Didalam botol terisi sebutir pil merah yang berkilat-kilat dan menyiarkan bau
yang luar biasa harumnya.
Dengan dua buah jari tangan kanannya, ia menjemput pil itu. Lalu dengan tangan
kirinya membuka mulut Siu Lam dan menyusupkan pil itu kedalam tenggorokannya.
"Maaf, li enghiong, Apakah nama pil itu?" tiba-tiba Ceng Hun totiang bertanya.
Sikap nona itu kembali dingin seperti semula dan menyahut :"Apakah engkau tidak
dapat melihat sendiri?"
"Menurut pengawasan pinto, pil itu agaknya mempunyai riwayat besar". kata Ceng
Hun. "Sudah tentu mempunyai riwaya. Jika pil biasa, mempunyai khasiat untuk
menghidupkan orang yang sudah hampir mati?" balas si nona.
"Oh, kalau begitu Pui sicu mempunyai harapan tertolong." seru Tay Ih dengan girang.
Mata nona itu berkilat-kilat. Rupanya hatinya mulai bergolak. Tetapi dengan cepat ia
memejamkan sepasang matanya untuk menekan gejolak perasaanya itu. Kemudian
berkata dengan perlahan. "Bagaimana aku tahu karena pil itu bukan buatanku. Jika
memang belum takdirnya mati, dia tentu akan sembuh!"
Tay Ih terkesiap. Ucapan nona itu suatu pernyataan yang tak bertanggung jawab. Jika
memang belum takdirnya mati, sekalipun tidak minum pil dari nona itu Siu Lam pun tentu
takkan mati. Namun Tay Ih tak mau membantah. Dia hanya berdoa meminta Tuhan melindungi jiwa
pemuda itu. Tiba-tiba nona itu membuka matanya dan dengan nada dingin minta Tay Ih dan
sekalian orang keluar dari ruangan situ :"Silahkan kalian keluar, biarlah aku seorang diri
yang menunggunya sampai dia sadar!"
"Apanya yang tak leluasa! Aku istrinnya, tak perlu harus mentaati segala macam adat
pergaulan wanita dan pria!"
"Gereja adalah tempat suci dan ruang Hong-tio itu keras sekali peraturannya"."
Nona baju putih itu kerutkan alis. Berkatalah ia dengan nada kurang senang, "Kalau
begitu biarlah dia mati saja!" Habis berkata ia terus berputar tubuh dan melesat keluar
Tay Ih siansu memandang keadaan Siu-Lam yang masih terkapar di ranjang. Mengingat
bagaimana jasa pemuda itu kepada Siau Lim si, akhirnya Tay Ih menghela napas, "li sicu,
harap berhenti dulu!"
"Apakah engkau meluluskan?" Nona itu berpaling.
"Pui sicu telah memberikan jasanya yang besar sekali kepada Siau-Lim Si. Jika tanpa
bantuannya, dikhawatirkan gereja ini sudah hancur, Biarlah lohu yang akan menerima
hukuman gereja dan mempersilahkan li sicu melakukan daya pertolongon."
"Jika meluluskan, harap segera keluar!"
Wanita Iblis Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tay Ih siansu tersenyum getir. Ia mengajak Ceng Hun totiang keluar. Ketua Ceng sia
Pay itu menjemput pecah botol kumala ditanah lalu melangkah keluar. Demikian paderi
yang tugasnya jaga Siu Lam diruang Hong Tin itu.
Tiba-tiba nona baju putih itu gunakan ilmu menyusup suara kepada Tay Ih :"Tak perlu
terlalu jauh, harap menunggu diluar ruang saja!"
Ketika Tay Ih berpaling ternyata nona baju putih itupun sudah melangkah kedalam
ruangan. Tay Ih memperoleh ketua Ceng Sia Pay beristirahat di kamar yang telah
disediakan, sendang ia sendiri ingin jaga diluar ruangan Hong Tin.
Ceng Hun totiang tertawa :" Pil merah itu, agaknya suatu obat ajaib yang jarang
terdapat di dunia persilatan". "
"Obat apakah itu?"tanya Tay Ih.
"Sekarang karena belum jelas, pinto tak berani mengatakan pasti. Nanti apabila sudah
mendapat bukti bukti, baru pinto beritahukan lagi." kata Ceng Hun totiang.
Berkata pula ketua Ceng sia Pay itu "li enghiong itu, walaupun sikapnya dingin dan
angkuh, tapi mempunyai perbawa tinggi. Kemungkinan dia tentu menggunakan tenaga
murninya untuk menolong suaminya. Dapat dimaklumi apabila dia minta supaya kita
keluar dari ruangan dulu karena bagaimauapun juga, tentu malu."
Tay Ih menghaturkan terima kasih atas keterangan ketua Ceng-sia-pay itu. Diam-diam
ia memuji Ceng Hun totiang yang walaupun diantara ketua ketua sembilan partay
persilatan, dia yang tergolong paling muda sendiri tetapi dalam menilai sesuatu
mempunyai pandangan yang luas dan tajam.
saat itu hari makin terang. Matahari memancarkan sinarnya yang gemilang. Apa yang
terjadi semalam, benar benar bagaikan sebuah impian buruk.
Tay Ih meminta Tay To membawa dua orang paderi untuk menjaga ruang siansu.
"Mungkin toheng anggap lohu keliwat ribut," kata Tay Ih kepadc Ceng Hun totiang."
tepi pada waktu hari seterang ini, masakan musuh berani menyelundup kemari "
"Menilik sikapnya yang dingin dan angkuh, tentu tak mau nona itu sembarang meminta
bantuan orang. Karena ia sudah membuka mulut, kitapun harus melaksanakan dengan
hati-hati. Pinto anggap berlaku hati-hati memang tak ada jeleknya " Sahut Ceng Hun
totiang. Baru ketua Ceng sia-pay berkata sampai di situ, tiba-tiba dari arah kamar siansu,
terdengar lengkingan suara. Buru buru Tay Ih pejamkan mata. Sedang Ceng Hun
totiangpun memandang awan yang berarak dilangit, tetapi diam-diam ia kerahkan tenaga
dalam untuk menjaga diri.
Tio Gan yang berdiri dibelakang Ceng Hun totiang rupanya terpengaruh oleh jeritan dari
ruangan siansu itu. Hatinya gelisah dan wajahnya mengerut tegang.
Seperminum teb lamanya, barulah lengking suara itu sirap.
Tiba-tiba dari dalam ruangan terdengar suara si nona baju putih menyuruh mereka
masuk. Rupanya Tio Gan paling terpengaruh oleh lengking suara tadi. Dia cepat mendahului
masuk. Sudah tentu Ceng Hun totiang marah. Tetapi ketika ia hendak mendamprat murid
itu, Tay Ih siansu mencegahnya.
Gerak gerik Tio Gan seperti orang yang kehilangan ketenangan pikirannya. Begitu
masuk buka mata ia terus menghampiri ranjang. Dilihatnya nona baju putih itu duduk
diatas ranjang sambil pejamkan mata. Kepalanya basah dengan keringat.
"ah. nona letih sekali. Apakah jiwa Pui tayhiap dapat tertolong?" tanya Tio Gan.
"Siapa tahu dia bisa hidup atau tidak!" sahut si nona dengan dingin.
Tio Gan meringis. Untung saat itu Tay Ih siansu dan Ceng Hun totiang sudah masuk.
Buru-buru Tio Gan mundur ke belakang gurunya.
Tay Ih terkejut ketika melihat wajah Siu Lam mulai berkembang merah. Serunya
memuji si nona, "Hanya mengandalkan usaha nona, jiwa Pui sicu dapat diharapkan
ditolong." "dia mati atau hidup bukan soal. Aku tetap akan hidup menjanda."sebut si nona dengan
tawar. Hening beberapa saat. Tiba-tiba Siu Lam menghela napas panjang dan perlahan-lahan
membuka mata. Ketika matanya tertumbuk si nona baju putih, Siu lam tersirap :"Engkau nona Bwe"."
Nona baju putih itu mengemasi rambut dan mengusap keringat dikepala, Ujarnya
"Apa?" "Engkau tidak meninggal?" tanya Siu Lam.
"Engkau mengharap aku mati" Kalau aku mati, engkau lantas cari lain lagi?"
Ucapan yang miring dengan persetorian antara sepasang suami istri itu, sengaja
dilantangkan si nona baju putih didepan orang-orang. Sikapnya pun tidak malu-malu.
"Pui Sicu, Nyonya menjengukmu" kata Tay Ih
Siu lam hanya mendesah. Tak tahu apa yang harus dikatakan!
"Nyonya benar-benar hebat dalam pengobatan hingga sicu terlepas dari bahaya maut!"
kata Tah Ih pula. Siu Lam hanya berbatuk-batuk kecil. Dipandangnya Bwe Hong Swat "terima kasih atas
pertolonganmu!" Tay Ih berpaling ke arah Ceng Hoa totiang. Diam diam ia heran mengapa suami istri itu
menggunakan panggilan seperti orang asing. Sejak kecil ia sudah masuk gereja sehingga
tak mengerti urusan hubungan wanita dan pria. Keterangan Bwe Hong Swat yang
mengaku sebagai istri Siu lam. diterima tanpa keraguan.
Ceng Hun menyatakan hendak beristirahat dalam kamar. Tay Ih menduga, ketua Ceng
sia pay itu tentu ada apa-apa. Maka ia segera mengatakan hendak mengantar.
"Lohu suruh dua orang hweesio kecil merasakan gadis ini. Jika Pui hujie memerlukan
apa-apa harap suruh saja mereka!"
Bwe Hong Swat mengiakan, Ia terhibur dengan panggilan sebagai Pui Hujin atau
nyonya Pui itu, sedang Siu lam hanya meringis.
kini dalam ruangan hanya tinggal Siu lam dan Bwe Hong Swat.
Tiba-tiba Siu Lam menghela napas, tegurnya perlahan :"mengapa engkau mengatakan
kita ini sebagai suami istri?"
Nona itu memandang Siu lam dingin-dingin "Sumpah ditepi kolam yang disaksikan
rembulan menjadikan diriku seumur hidup menjadi istrimu. Matipun akan menjadi setan
dari keluarga Pui. Mengapa takut diketahui orang?"
Siu lam terkesiap "Hanya ikatan sumpah itu sudah cukup menetapkan pendirianmu"
tetapi tanpa persetujuan dari kedua belah orang tua dan tanpa orang perantara pula,
bagimana hal itu dapat dianggap sah"."
Bwe Hong Swat tertawa dingin "Ayah bundau sudah lama menutup mata, sudah tentu
aku sendiri yang memutuskan"
"Taruh kata kita kita sudah melanggar adat istiadat dan melakukan perjodohan sendiri,
Tetapi sebelum dirayakan dimuka orang banyak bagaimanakah kita dapat mengakui
sendiri?" "Mengapa tidak" Aku tokh sudah menjadi isterimu. mengapa engkau takut diketahui
orang?" "Ho, tahulah aku apa sebabnya engkau takut. Bukankah engkau takut jika berita itu
tersiar didunia persilatan, takkan ada seorang nona lagi yang menyukaimu" Seorang
pemuda yang sudah beristri tentu sukar memikat gadis lain lagi"." pada lain kejab Bwe
Hong swat berkata pula : "Ah, jangan Omong tak karuan!"
Bwe Kong twat tertawa hambar; "Tetapi dalam hal itu, jangan kuatir. Aku bukan
seorang isteri yang berhati dengki. Asal engkau mampu, betapapun isteri yang kau miliki,
aku tak perduli,. Toh kita jarang jarang bertemu. Asal aku tetap menjaga namaku sebagai
seorang isteri, aku takkan mengikat kebebasanmu"."
Sejenak nona itu berhenti lalu berkata pula, "Yang kumaksudkan jika engkau mampu
itu ialah jika engkau mampu mendirikan sebuah istana mewah, sekali pun engkau
mengeram lima-enam isteri aku tak peduli". " jarang sekali ia tertawa tetapi sekali
tertawa, wajah merekah riang laksana bunga mekar".
Siu-lam menghela napas, "Ah, betapa besar terima kasihku atas perhatianmu itu."
"Siapa meminta terima kasihmu" Atas kita saling menjaga nama sebagai suami isteri
saja, bagiku sudah cukup!"
Siu-lam kerutkan dahi, ujarnya, "Sumpah ditepi kolam pada malam itu, hanya suatu
peristiwa yang terjadi secara mendadak."
"Apa" Belum berkumpul sebagai suami isteri yang resmi, engkau sudah mengusir aku?"
seru sinona. Karena lukanya belum sembuh dan tenaganya masih lemah, begitu duduk beberapa
lama, Siu-lam rasakan letih sekali. Maka rebahlah ia. Bwe Hong swat segera
menyelimutinya. Kemudian ia duduk menjaga di samping pemuda itu.
Pada saat sinar matahari mencurah ke dalam jendela, wajah Bwe Hong swat makin
tampak jelas. Betapa kulitnya yang merah dadu itu merekah segar. Begitu pula sepasang
tangannya yang halus".
Ketika bertatapan pandang, Siu-lam rasakan suatu perasaan yang aneh. Dalam sikap
dan wajahnya yang dingin, ternyata sinar mata nona itu memiliki pancaran yang lembut
sekali Siu lam terkesiap Diluar kesadarannya, ia ulurkan tangan mencekal lengan nona itu.
Nona yang bersikap dingin dan gerak-geriknya bebas mehar itu, pada saat tangannya
dicengkeram Siu lam, hatinya berdebar keras, Wajah memburat merah. Ia meronta
lepaskan cekalan orang, serunya, "Perlu apa pegang-pegang tangan, nanti tak sedap
dilihat orang!" Siu lam terkesiap malu. Buru-buru ia tundukkan kepala dan pejamkan mata.
Melihat keadaan pemuda itu, timbullah rasa kasihan Bwe Hong swat. Beberapa saat
kemudian ia berbisik, "Aku tokh sudah menjadi isterimu. Sebenarnya akupun tak
keberatan menerima ciumanmu. Tapi sesungguhnya aku muak melihat tingkah laku lelaki
dan perempuan yang saling bersentuhan tubuh"."
Bwe Hong swat menghela napas perlahan, lalu berbicara pula, "Sebenarnya tak tega
aku perlakukan kau begini, tetapi aku benar-benar tak tahan. Bencilah aku dan pukullah
aku!" Pernyataan itu di ucapkan penuh dengan getar kemesraan. Siu-lam tergerak hatinya
dan begitu membuka mata, ia mencekal tangan kiri nona itu lagi.
Bwe Hong swat berubah Wajahnya. Buru-buru ia hendak menarik tangan kirinya itu tapi
pada lain saat ia batalkan niatnya.
"Engkau telah melepaskan budi besar sekali untuk menolong jiwaku"."
"Aku toh isterimu, sudah seharusnya menolong kau!" tukas Bwe Hong-swat.
"Baik yang telah kau limpahkan itu"." belum Siu-lam menyelesaikan kata-katanya, ia
terkejut karena tubuh nona itu terasa gemetar:
"Hai, mengapa engkau ini?" ia menjamah bahu nona itu.
Dengan kerutkan gigi, nona itu cepat-cepat pejamkan mata. saat itu Siu lam rasakan
pipi si nona dingin sekali dan dahinya bercucuran keringat dingin. Ia makin heran, "Eh,
apakah kau sakit" Biarlah kupanggil orang untuk"."
"Jangan! Lepaskan tanganmu dan aku tentu segera baik," baru Bwe Hong-swat
berseru. Walaupun heran, tetapi mau juga Siu-lam lepaskan tangannya.
"Juga tanganmu yang kanan itu agar cepat engkau tarik. Ih, aku hampir pingsan nih!"
Setelah menarik kedua tangannya, Siu-lam memandang nona itu dengan terlongong.
Nona itu perlahan-lahan membuka mata lagi. Ia menghela napas panjang, "Entah
bagaimana, asal bersentuhan dengan orang lelaki, hatiku tentu berdebar keras sekali.
Sekalipun engkau suamiku, tetapi juga jangan mencekal aku. Sekali engkau jamah,
napasku serasa sesak sekali!"
Diam diam Siu Lam menimang hati dalam. Jika menilik dari reaksi nona itu, tentulah
sikap dan wajahnya yang sedingin es itu memang bukan dibuat-buat, tetapi memang lahir
dari rasa jasmaniahnya yang aneh.
"Mungkin engkau tak percaya pada kata-kataku." ucap Bwe Hong Swat, "tetapi aku
sendiripun tak mengerti sebabnya"."
Siu Lam berbaring lagi, katanya " Sudahlah kita bicara lain hal. Bukankah engkau
dipaksa suhu mencebur ke dalam kawah api?"
"Benar! Mengapa engkau tahu?"
"Sucimu yang memberitahukan padaku!"
"Aku telah mengangkat sumpah, tak akan memberitahukan kepada siapapun apa yang
aku lihat. Dan akupun tak dapat lama-lama tinggal disini. Aku harus segera pergi!"
"Hendak kemanakah engkau" Apakah kelak kita tak dapat bertemu lagi?" tanya Siu Lam
"Seumur hidup Bwe Hong swat adalah menjadi isterimu. Sudah tentu kelak kita
bertemu lagi!" Siu-lam tertawa tawar. juga wajah Bwe Hong swat yang dingin itu, mereka senyum riang. Katanya, "Aku
hendak diri agar perlahan-lahan watakku dapat berubah halus. Silahkan engkau pejamkan
mata aku hendak pergi"
Siu lam gundah sekali hatinya. Segera ia pejamkan mata. Tetapi ketika hidungnya
terbaur hawa yang harum sekali, ia mau membuka mata. Melihat itu berubahlah Wajah
Bwe Hong swat. Dengan berteriak keras, ia segera melesat keluar".
Siu-lam tak dapat berbuat apa-apa, kecuali mengantar kepergian nona itu dengan
helaan napas yang penuh keheranan.
Dia benar- benar tidak mengerti perangai nona yang seaneh itu. Wajah dan hatinya
benar benar membuat orang tak mengerti. Dan tidaK terasa, tertidurlah Siu lam dalam
kepulasan. Ketika bangun ternyata dalam ruang itu sudah penuh dengan orang. Tay Ih Siansu, Tay
To, Lam-koay, Pak koay dan Ceng Hun totiang serta seorang tua berambut putih yang
berjubah kuning. "An, Pui sicu sudah sadar," Seru Tay Ih siansu. Begitupun Tay To siansu juga segera
menanyakan tentang keadaan Siu lam.
Sejenak memandang kepada sekalian tokoh tokoh yang hadir di sekelilingnya, Siu lam
tertawa tawa dan menyatakan bahwa lukanya sudah baik. Tiba-tiba ia bertanya kepada
Lam-koay, "Shin toako, apakah lukamu juga sudah baik?"
Lam koay memandang dingin-dingin kearah Ceng Hun totiang, sahutnya; "Setelah
minum obat dari imam hidung kerbau ini, lukanya hampir sembuh."
Demikian watak dari Lam koay. Sekalipun terhadap yang menolongnya, ia tetap dingin
sikapnya dan tak mau mengucap terima kasih.
Ceng Hun totiang hanya tersenyum tak berkata apa apa. Dia sudah lama mendengar
dan mengagumi nama kedua tokoh aneh itu.
"Ah, Pui sicu masih belum pulih, baiklah beristirahat lagi, lohu akan tinggalkan ruang ini
dulu," kata Tay Ih. Tiba-tiba Siu-lam bangun dan turun dari ranjang, "Kedua totiang ini berwibawa sekali.
Tentulah bukan tokoh sembarangan, harap taysu suka memperkenalkan aku kepadanya."
"Ah, luka sicu belum pulih sama sekali."
"Jangan kuatir, taysu! "Pui Siu lam tetap mendesak. Dan terpaksa Tay Ih pun
memperkenalkannya kepada ketua Ceng-sia-pay, "Inilah ketua Ceng sia pay yang
sekarang, bergelar Ceng Hun totiang!"
Siu lam memberi hormat dan mengucapkan kata kata memuji nama imam yang
termasyur itu. Ketua Ceng-sia-paypun balas memberi hormat, "Pinto telah mendapat keterangan dan
Tay Ih siansu bahwa Pui siauhiap dengan gagah berani telah menyelamatkan seluruh
kaum persilatan dan pernah ikut dalam rombongan orang gagah untuk menggempur Beng
gak. Pinto benar benar kagum dan bersyukur sekali atas perkawinan Pui tayhiap."
Tersipu-sipu Siu-lam mengucapkan kata-kata merendah. Kemudian Tay Ih
memperkenalkan imam jubah kuning kepada Siu-lam, "Inilah ketua Kun-lun-pay Thian Ce
toheng!" Kembali Siu lam memberi hormat kepada imam itu. Ternyata kedua imam itu bukanlah
tokoh sembarangan. Mungkin setahun yang lampau, jangan harap Siu lam mampu
berjumpa muka dengan kedua ketua partai persilatan yang termasyhur itu.
Rupanya Tay Ih siansu tetap menguatirkan keadaan Siu-lam yang belum pulih
tenaganya. Ia segera mengajak kedua imam itu untuk beristirahat keruang Kwat si-wan.
"Ah, semangat Wanpwe cukup segar. Asal totiang Sekalian tak menolak, wanpwe
senang sekali melayani," kata Siu lam.
Tay Ih siansu mencegahnya dan terus hendak berlalu. Tiba tiba Lam-koay menyeletuk,
"Aku akan beristrahat diruang Sian-si ini!"
Tay Ih siansu kerutkan dahi, ujarnya, "Tetapi lohu sudah membersihkan sebuah ruang
untuk locianpwe"."
"Selamanya jika bilang satu, tentu satu, Tak pernah dua. Aku suka memakai kamar,
Siapa yang mampu menghalangi!"
Tay Ih tertegun. Ia tak menyangka bahwa orang begitu liar. Namun sebagai tuan
rumah ia harus bersikap sabar, ujarnya, "Baiklah jika kedua locianpwe hendak memakai
kamar ini, Pui Sicu akan kuminta pindah kelain kamar."
"Ah, tak lo siansu sibuk sibuk. Wanpwe akan tinggal bersama satu ruangan dengan
Shin toako," buru buru Siu lam mencegah.
Pak koay pun deliki mata kepada ketua Siau Lim-Si itu, dampratnya, "Hm, walaupun
kita bersatu dalam menghadapi wanita siluman tadi, tapi aku dan Shin-lokoay masih belum
hilang dendam terhadap Siau lim-si. Nanti apabila luka Shin lokoay sudah baik, kita tentu
akan membuat perhitungan kepada Siau Lim si lagi!"
Tay Ih hanya tertawa pahit, "Ah, lohu tak ingat lagi, bila sekiranya locianpwe pernah
mengikat permusuhan dengan Siau-Lim si"
"Huh, golongan paderi kecil seperti kalian masakan iayah mengikat permusuhan dengan
kami berdua!" semptot Pek koay.
Thian Ce totiang berpaling memandang kedua tokoh aneh itu, serunya, "Sudah lama
Pinto mendengar bahwa Lam koay dan Pak-koay berwatak aneh. Tak dapat membedakan
benar dan salah. Ternyata setelah menyaksikan"."
"Lalu bagaimana?" tukas Pak koay.
"Ternyata memang benar".!" ketua Kun-lun-pay itu tak dapat melanjutkan kata
katanya karena tiba tiba Pak koay menampar dan memakinya, "Imam hidung kerbau,
nyalimu sungguh besar!"
Dengar cepat Thian Ce totiangpun segera ayunkan pukulannya untuk menyambut. Dua
macam tenaga Iwekang sakti, yang Satu dihamburkan melalui gerakan Jari dan yang Satu
Wanita Iblis Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dari taburan tinju, Saling berbentur dan menimbulkan kisaran angin besar. Pakaian
sekalian orang yang berada disitu, berkibar keras.
Tamparannya tak berhasil, Pak koay segera berbangkit. Tetapi cepat Tay Ih siansu
melangkah ketengah kedua orang itu dan melerainya. "Harap jiwi kedua suka memberi
muka kepada lohu." "Memberi muka apa!!" tanpa menghiraukan permintaan tuan rumah, Pak koay
menampar lagi,. Tay Ih siansu diam diam kerahkan iwekang. Cepat ia membelakangi Pak koay dan
gunakan punggungnya untuk menyambut pukulan orang.
Pak koay mendengus. Tiba tiba ia menarik kembali tangannya! "Hm, paderi tua, apakah
kau minta mati?" Tay Ih berputar diri dan memberi, hormat, "Terima kasih atas kemurahan hati
locianpwe." tiba tiba ia melanjutkan pula, "Jika locianpwe berdua memang tetap hendak
membuat perhitungan dendam lama dengan Siau-lim si, lohupun terpaksa tak dapat
menolak. Dendam angkatan tua, memang harus diterima oleh muridnya. Tetapi harap
tunggu dulu setelah nanti Shin locianpwe sudah sembuh dari lukanya!"
Wajah Pak-koay berubah membara. Napsu amarahnya sudah memuncak. Jika sampai
dihamburkan, keadaan tentu akan menjadi kacau balau.
Melibat itu Siu Lim segera loncat kemuka Pak-koay, ujarnya, "Harap lo-cianpwe jangan
marah dan sukalah mendengarkan sedikit kata-kata wanpwe."
Sedang Ceng Bun totiangpun segera mengajak Thian Ce totiang keluar. Tay Ih siansu
menyusul sampai diambang pintu dan berkata kepada ketua Kun lun-pay; "Thian Ce
totiang adalah ketua partai Kun Lun pay Ui Locianpwe tokoh yang termasyur di dunia
persilatan. Jika jiwi berdua sampai bertengkar, benar-benar lohu merasa sulit."
Pak koay yang belum hilang marahnya segera tertawa dingin, "Paderi tua. kasih tahu
pada imam hidung kerbau itu. Aku hendak menggempur Kun-lun pay. Suruh mereka
siapkan semua jago jagonya. Besok pagi tengah hari, tunggulah di puncak gunung ini!"
Tay Ih terkejut, serunya; "Ini"." Sebelum ia sempat menyelesaikan kata-katanya, tibatiba
dari arah luar yang jauh terdengar seruan orang yang nyaring, "Besok pagi tengah
hari, pinto akan menunggu seorang diri dipuncak gunung!"
Ternyata penyahutan itu dilantangkan oleh Thian Ce totiang yang mendengar juga akan
ancaman Pak koay. "Tua bangka, sekali ludah tak boleh dijilat kembali. Jika engkau tak datang, aku tentu
akan ke Kun lun san untuk mengobrak abrik biara sarangmu!" teriak Pak-koay dengan
murka. Wajah Tay Ih berubah dan menghela napas Panjang lalu berputar tubuh pergi. Pejabat
ketua Siau-lim-si benar-benar dalam kesulitan. Ia tahu bahwa Pak Koay dan Thian Ce,
merupakan tokoh yang termasyur. Sekali mereka sudah berjanji, tentu sukar untuk
mencegah lagi. Siu lam pun menyadari kesiulitan itu juga. Karena tak dapat berbuat apa-apa, ia hanya
tertawa hambar lari kembali ke tempat tidurnya
Keadaan sunyi senyap lagi. Sampai napas orangpun dapat terdengar. Kira kira
sepeminum-teh lamanya, barulah terdengar Lam-koay memecah kesunyian, "Pui hengte,
bagaimana lukamu sekarang?"
"Sukar dikata" sahut Siu-lam, "tetapi aku sudah menelan sebutir pil yang katanya
merupakan obat mukjijat yang tiada tandingannya di dunia.
Sia Lam menghela napas, ujarnya, "Ah, kemasyuran nama ini memang menjemukan.
Jika aku mati tentu terhindar dari kesulitan kesulitan dunia!"
Jilid 32 LAM koay tertawa, "Tetapi engkau belum lama menceburkan diri dalam gelanggang
membangun kemasyuran nama. Seperti matahari pagi yang baru menjulang keatas.
Mengapa nyalimu sudah runtuh?"
Tiba tiba Siu lam bangun dan berkata dengan nada serius, "Shin toako dan Ui
locianpwe! Maaf, kalau aku lancang mulut. Nama dan kemasyuran kalian berdua sudah
cukup besar. Tetapi apakah yang kalian peroleh selama ini" Membunuh orang, hanya
suatu perbuatan yang menuruti nafsu kegagahan. Demi untuk mengejar nama itu kalian
selalu hidup dalam gelanggang adu jiwa"."
Pak koay mendengus, "Hm, masih muda tetapi sudah loyo tak berguna iagi!"
Siu lam tertawa tawar, "Ucapan Ui locianpwe terlalu berat sekali, Wanpwe bendak
menyatakan sesuatu, tetapi entah diperkenankan tidak?"
"Katakanlah!" seru Pak koay.
"Bagaimana menurut anggapan Ui locianpwe tentang ilmu kepandaian locianpwe
sendiri?" Pak koay menyahut dingin, "Seumur hidup belum pernah aku menerima pertanyaan
semacam itu." Ia berhenti sejenak, katanya pula, "Dibawah dua tiga orang, diatas sepuluh
ratusan ribu orang!"
"Tetapi dalam peristiwa semalam Wanpwe mengetahui, locianpwe dua kali lolos dari
kematian!" Pak koay tertegun, "Jangan ngaco belo" Tetapi Siu lam berkata pula dengan wajah
serius, "Ketika locianpwe terkurung dalam kamar batu, apabila orang membakar kamar itu
apakah locianpwe bisa lolos dari kebinasaan?"
"Hm, dan yang kedua kali?" dengus Pak-koay. Dengan ucapan itu, diam diam ia sudah
mengakui ungkapan Siu lam yang pertama itu.
"Semalam ketika ketua Beng gak melepaskan jaring itu. Jika Tay Ih siansu dan para
paderi Siau-lim si tak ada memberi pertolongan dan melindungi locianpwe, apakah
locianpwe mampu juga lolos dari kematian?" kata Siu-lam dengan tegas.
Pat-koay mendengus tak dapat berkata apa-apa.
kemudian Siu lam berpaling kearah Lam koay, "Jika tidak karena kepandaian Ceng Hun
totiang dapat ilmu pengobatan, sekalipun toako mampu keluar dari jaring itu, tetapi
apakah dapat terhindar dari racun maut?"
Lam-koay tersenyum, "Tetapi jika kami bertiga tidak memberi bantuan, apakah gereja
Siau lim-si ini masih dapat berdiri Seperti saat ini" Ribuan paderi tentu akan sudah hancur
lebur semua!" "Benar, toako," Sahut Siu-lam, "kegagahan itu tiada berharga, kemasyuran namapun
hanya menjemukan. Para paderi Siau-lim-si demi untuk mempertahankan kemasyuran
nama gerejanya yang sudah berdiri sejak ratusan tahun itu, sekalipun tahu tak dapat
melawan musuh, tetapi mereka nekad hendak mengadu jiwa. Demikian juga dengan
kedua lo-cianpwe. Demi menjaga kemasyuran nama, setiap berkata tentu terus hendak
memukul dan membunuh. Memang tak dapat disangkal, nama Lam-koay dan Pak koay itu
sangat cemerlang sekali. Setiap kaum persilatan baik dari golongan putih dan hitam
didaerah Kang-lam Kang pak, apa bila mendengar nama locianpwe berdua tentu
mengkerut nyalinya. Tetapi apakah yang kalian peroleh karena kewibawaan itu"
Sepanjang hidup kalian berdua tiada mempunyai barang seorang Sababat yang
terpercaya"." Tiba tiba Pak koay berbangkit serentak dan membentak. "Mengapa engkau terus
menerus mengoceh tak henti hentinya?"
Siu-lam hanya ganda tertawa, "Kata kata jujur yang berdasar kenyataan, tentu
locianpwe tak suka mendengar. Memang saat itu sekali gerakan tangan saja, locianpwe
tentu dapat membunuh diriku. Tetapi hatiku tetap membaja seperti mulutku. Jika tak
kuutarakan tentu tak enak!"
Lam-koay mengerling pandangan kepada Pak koay, serunya, "Dalam hidup kita,
memang jarang mendengar orang yang bicara seperti itu. Bersabarlah sedikit untuk
mendengarkannya!" Terpaksa Pak-koay duduk, gerutunya "Lekas selesaikan pembicaraanmu, kesabaranku
terbatas!" Siu lam hanya tersenyum. "Tadi disebabkan sepatah dua patah kata saja, locianpwe
telah bentrok dengan Thien Ce totiang lalu mengadakan tantangan bertempur di puncak
Siau-si hong. Apakah perlunya hal itu hanya terjadi kalau locianpwe dan Thien Ce totiang
tidak dipaksa menjaga kemasyhuran nama
masing masing" Bukankah sebenarnya locianpwe tidak mempunyai dendam
permusuhan dengan orang kun lun pay" Bukankah hal itu terjadi hanya karena sepatah
dua patah kata yang tak berarti" Peristiwa semacam itu, entah beratus kali locianpwe
berdua ini bukan tokoh-tokoh termasyur, tentu takkan bertindak begitu, sedikit terus
menantang, terus main bunuh?"
Lam koay berpaling kepada Pak-koay pula, "Baru pertama kali ini kita mendengar orang
berkata kata semacam ini kepada kami. Hm, memang kita berdua ini aneh! Kalau kumpul
tentu saling maki saling pukul-pukulan sampai tole tole. Kebiasaan itu bukan setahun dua
tahun dan sampai detik ini kita tetap melakukan tanpa kesudahan. Sebenarnya jika
memang saling menghendaki jiwa masing-masing, kita dapat mencari kesempatan untuk
melakukan secara menggelap. Tetapi selama itu, kita selalu bercekcok dan berkelahi
secara jujur dan terus terang. Apakah sebabnya" Hm, benar benar aku sendiri tak
mengerti!" Lam koay tertawa dingin, "Jika tak ada Pak koay memang aku tentu menjagoi dunia!"
"Setiap saat aku mengandung pikiran untuk membunuhmu!" sahut Pak koay.
"Akupun mempunyai perasaan demikian. Jika tidak melenyapkan Pak-koay aku tentu
tak dapat mengunyah makanan dengan tenang!" jawab Lam koay.
"Ho, itulah suatu bukti lagi," tiba-tiba Siu lam menyeletuk.
"Masih muda tetapi banyak mulut" Apa yang engkau katakan buktimu!" bentak Pak
koay. "Bahwa kemasyuran nama itu suatu hal yang menjemukan orang"." Siu lam menghela
napas, "Berpuluh puluh tahun lamanya kalian berdua selalu berkumpul tetapi mengandung
maksud hendak saling membunuh. Alasannya amat sederhana karena kalian berdua
menganggap semua jago-jago didunia persilaian itu tak dapat menandingi kesaktian kalian
berdua. Oleh karena itu kalian masing masing saling membenci, saling mengandung
maksud tujuan untuk melenyapkan yang satu tetapi aneh, kalian tak menggunakan caracara
pengecut untuk melaksanakan rencana jahat itu"."
"Setan alas," Pak koay tertawa dingin, "itukan bukan suatu alasan! Jangan bicara tidak
karuan, nanti kesabaranku keburu habis!"
"Menurut hemat wanpwe," kata Siu lam, "meskipun mempunyai pandangan hidup yang
berbeda, tetapi bertahun tahun saling bergaul dan bertahun pula sering bersatu padu
menghadapi musuh di samping sering berkelahi sendiri, tanpa kalian sadari, kalian telah
terikat dalam tali persahabatan yang mesra. Mungkin rasa persababatan itu tak dapat
kalian nyatakan dengan kata kata. Atau mungkin kalian tidak mau mengakui. Tetapi yang
jelas, bergaul selama berpuluh puluh tahun itu telah melahirkan sesuatu rasa ikatan batin
yang kuat"." Tiba tiba Pak-koay menengadah memandang wuwungan rumah dan berkata seorang
diri: "Huh, apakah hal itu memang benar" Aku memang tak pernah berkata ramah dengan
Shin-Lo koay, tetapi apabila melihat dia dalam kesukaran, entah bagaimana aku tentu
merasa harus membantunya"."
Tiba-tiba ia berpaling ke arah Lam-koay, "Shin lo koay, sebenarnya aku mempunyai
sesuatu yang kusimpan dalam hatiku. sekarang terpaksa hendak kuutarakan kepadamu!"
Lam koay Shin Ki tertawa dingin.
"Katakanlah.!" "Selama kita bergaul, memang diam-diam kita tentu saling bersiap-siap untuk
mencelakai. Tetapi entah bagaimana, sebenarnya aku mempunyai sepuluh kali
kesempatan untuk melakukan penyerangan gelap kepadamu. Dan bahkan sudah tiga kali
tanganku sudah kuangkat tetapi tak jadi"." kata Pak-koay.
"Ah, itu tak mengherankan," Sahut Lam-koay, "akupun demikian. Bahkan kesempatan
yang kudapat itu, jauh lebih banyak dari kau."
"Dunia mengatakan bahwa kami berdua Lam-koay dan Pak koay sebagai manusia yang
berwatak aneh dan dingin. Tindak tanduk kita selalu tak menurut aturan umum, Hanya
memburu nafsu amarah, tak dapat membedakan salah dan benar, Memang kuakui
kebenaran kata-kata orang itu!" kata Pak-koay.
"Eh, akupun juga mengakui," kata Lam-koay.
"Nah, mengapa kulepaskan kesempatan baik untuk membunuhmu itu?" tanya Pan koay
kemudian. "Ah, aku tak jelas," Sahut Lam-koay, "memang bertahun-tahun akupun dihinggapi
pertanyaan semacam itu. Tetapi selalu tak dapat menemukan jawabannya"."
"Hm, apakah dalam hatinya benar-benar mengandung rasa kasih sayang?" kata Pakkoay.
"Ah, mungkin benar juga!" seru Lam-koay
"locianpwe berdua telah mengobrak-abrik dunia persilatan dengan sepak terjang yang
ganas, dingin dan maembawa kemauan sendiri. Hal itu rupanya masih melekat dan masih
digemari oleh locianpwe berdua," Siu lam menyeletuk.
"Apakah itu jelek?" tanya Pak-koay.
"Berita pang sudah menjadi buah bibir setiap kaum persilatan dan yang menerima gelar
itu sendiripun merasa tak menyesal. Sehingga dapat dikatakan, Hati dingin dan
keganasan, rupanya telah menjadi tujuan hidup locianpwe. Maka sekalipun sesungguhnya
dalam nurani lo-cianpwe sudah tumbuh rasa kasih sayang, tetapi tetap locianpwe tak mau
mengakui!" sahut Siu lam.
Rupanya analisa Siu-lam itu bagaikan pisau tajam yang msngungkap isi hati kedua
tokoh aneh itu. Setelah merenung beberapa jenak, berkatalah Pak koay, "Memang dalam hidupku, aka
hanya memikirkan bagaimana supaya dapat meyakinkan suatu ilmu yang maha sakti. Agar
aku dapat menguasai dunia persilatan dan tiada yang mampu melawanku. Setitikpun aku
tak memikirkan soal soal yang engkau sebutkan itu"
Siu-lam tersenyum "Kepandaian lo cianpwe berdua sesungguhnya sudah mencapai
tingkat yang paling tinggi. Jika hendak paksakan diri mencapai tingkat yang tak mungkin
dikalahkan orang, rasanya sukar"."
"Benar," kata Lam-koay, "memang selama dijebluskan dalam tahanan di bawah tanah
itu, Setiap hari kulatih diri dalam ilmu kesaktian. Cita-citaku sekeluarnya dari tahanan itu
akan kuaduk-aduk dunia persilatan lagi. Tetapi ah, ternyata aku berhadapan dengan
kenyataaa yang tak sesuai dengan rencanaku itu," jago aneh itu menghela napas dengan
napas rawan. "Ah, janganlah toako cepat putus asa." kata Siu-lam. "Kepandaian dan kemashuran
nama toako serta Ui locianpwe, sudah tersiar luas di dunia persilatan. Banyak orang yang
ingin mencapai kepandaian tinggi, tetapi sedikit saja yang berhasil. Memang aku sendiri
berkat memperoleh peristiwa luar biasa, telah mendapat ilmu pelajaran yang sakti. Tetapi
di dalam menghadapi pertempuran dengan musuh yang tangguh tak dapat kembangkan
pelajaran itu. itulah sebabnya aku tak dapat mengalahkan musuh"."
Berbenti sejenak, Siu-lam berkata pula, "Usia locianpwe sudah mencapai batas yang
tertentu. Menghadapi keadaan tubuh yang sudah berkurang daya kekuatannya itu, maaf,
sekali-pun locianpwe berdua menyiksa diri sampai sepuluh tahun lagi, juga tak mungkin
mencapai tingkat yang lebih tinggi lagi!"
"Engkau benar, aku memang sudah tua," seru Lam-koay.
Tiba tiba Pak-koay mengacungkan tinju-nya kanan dan berteriak kalap; "Di dunia
banyak orang yang lebih sakti dari kami berdua apakah mereka sejak lahir sudah sakti?"
Hm, jika engkau tak mampu menerangkan, awas tentu kubunuh kau dengan pukulan Hian
ping ciang!" Namun tenang tenang saja Siu-lam menyahut, "Dalam soal ilmu kesaktian, memang
tergantung dari bakat dan guru. tokoh berbakat memang bukannya tak ada, Andaikata lo
cianpwe suka merenungkan diri Lo Hian itu, mungkin tak ada kesangsian lagi"."
Pak-koay turunkan tinjunya, serunya, "Jika dulu aku sudah mengetahui hal itu, tentu
tak sampai kucurahkan seluruh hidupku untuk mengejar ilmu kesaktian tinggi"."
Tiba-tiba ia tertawa nyaring dan berseru pula, "Dalam sepanjang hidup, kecuali Shin lo
koay. aku hanya mempunyai seorang sababat, Hampir delapan puluh tahun lamanya aku
bergelimpangan dalam darah dan mayat. Entah berapa ratus jiwa yang mati dan berapa
ribu orang yang terluka di bawah tanganku. Dan kesemuanya itu tak pernah kusesalkan,
ah"." Berpaling kepada Lam-koay, ia berseru; "Belasan tahun bergaul tetapi selama itu tak
pernah kita bersahabat tetapi saling curiga dan saling berprasangka buruk."
Lam-koay tertawa nyaring, "Ha ha ha,, Ui lokoay, akhirnya terbuka pikiranmu."
Tiba tiba ia hentikan tertawanya dan mengerenyut dahi. Ternyata karena terlalu
gembira ia tertawa kuat kuat sehingga lukanya merekah "Hai, Shin lo-koay, maukah
kubantu dengan Iwekang untuk menghentikan pengaliran darahmu?" sambil mengusap
darah pada luka sahabatnya, Pak koay berkata.
Tetapi Pak-koay mengatakan hanya luka kecil. Pak koay tak mau memaksa. Ia suruh
Siu-lam juga beristirahat karena lukanya baru sembuh. Anak muda itupun menurut.
Suasana dalam kamar situ, kembali sepi. Tetapi yang nyata kedua tokoh itu lelah
mengalami sikap dan jiwa setelah mendengar penjelasan Siu lam.
Baberapa saat kemudian Siu lam melirik ke samping. Dilihatnya kedua tokoh itu sedang
bersemedhi. Dahi mereka tak lagi mengeriput tegang tetapi penuh penjara kedamaian
yang tenang Ketika membuka mata, ternyata sinar matahari sudah memenuhi ruang. Tay Ih siansu
berdiri disisi ranjang dan Lam koay Pak koay tegak didepan jendela memandang matahari.
Dengan berbisik, Tay Ih menanyakan tentang kesehatan anak muda itu. Setelah
mengatakan lukanya banyak kemajuan, Siu-lam segera menanyakan tentang Thian Ce
totiang. Ketua Siau-lim si itu menghela napas, "Lo-hu telah mempersiapkan sebuah ruangan
tersendiri untuk rombongan Kun lun pay"."
"Wanpwe dengar ilmu pedang Kan lun pay itu termasyur sekali didunia persilatan.
Termasuk salah satu dari keempat partai Toa kiam-pay. sudah lama wanpwe ingin sekali
berjumpa dengan Thian Ce totiang, entah apakah sudi menerima Wanpwe atau tidak!"
Tay Ih menyatakan bahwa Siu-lam baru sembuh tak baiklah kalau berjalan kemanamaiia,
Tetapi Siu-lam menyatakan kalau sudah baik.
Tay Ih berpaling. Tampak Lam koay dan Pak koay masih tegak berjajar dan bercakapcakap,
Tapi entah apa yang dibicarakan mcreka.
"locianpwe, maukah locianpwe menolong wanpwe untuk memberitahukan kepada
Thian Ce totiang tentang permohonan wanpwe itu. Apabila beliau meluluskan, wanpwe
segera akan menghadapinya!" kata Siu-lam pula.
Wanita Iblis Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tay In menyatakan jika memang Siu-lam sangat perlu sekali, ia bsrsedia mengundang
ketua Kun lun-pay itu datang kesitu.
Siu lam buru-buru turun dari ranjang dan melangkah keluar. Tay Ih pun mengikutinya.
"Apakah Pui sicu begitu terburu buru menjumpai Thian Ce totiang karena urusan kedua
locianpwe itu?" tanyanya.
Siu-lam mengiakan, "Kedua locianpwe itu sudah bergaul beberapa berpuluh tahun.
Walau-pun tampaknya selalu bertengkar, tetapi sebenarnya mereka saling sayang. Jika
Pak koay berkelahi. sudah tentu Lam koay tak mau tinggal diam, Tantangan antara Thian
Ce totiang dengan Pak koay itu. pada hakekatnya Thian Ce totiang lawan kedua Pak-koay
dan Lam koay." "Lohupun mencemaskan hal itu. sudah berulang-ulang lohu menasehati Thian Ce
totiang, tetapi rupanya dia tetap tak mau mengalah. Rupanya pertandingan itu tak
mungkin dibatalkan lagi," kata Tay Ih.
"Wanpwepun demi mencegah pertumpahan darah itu maka hendak menemui Thian Ce
totiang," kata Siu-lam.
Tay Ih gelengkan kepala, "Ah, rasanya sukar."
"Asal Thian Ce totiang meluluskan, wanpwelah yang akan mengatasi kedua locianpwe
itu." Tay Ih tertegun, "Benarkab ucapan sicu itu?"
"Jika wanpwe tak mempunyai keyakinan dapat menasehati Pak dan Lam lo-cianpwe,
masakan wanpwe berani mengatakan begitu!"
Tay Ih memuji Siu-lam, seorang pemuda yang memiliki ilmu tinggi dan pandangan luas.
Kelak dunia persilatan pasti muncul seorang pemimpin muda yang dapat
menyelamatkan kekacauan. Mereka tiba disebuah ruangan yang bersih, Seorang pemuda yang mengenakan jubah
imam dan menyoren pedang, tegak menjaga pintu. Ketika melihat kedatangan Tay Ih
siansu, buru-buru ia beri hormat.
"Apakah Suhu sicu didalam?" tanya Tay-Ih "Suhu sedang bersemedhi. Apakah Lo-sian
su hendak menjumpainya" "
Tay Ih mengiakan dan minta pemuda itu segera melapor kedalam. Tak berapa lama,
keluarlah Thian Ce totiang menyambut. Setelah saling beri hormat, mereka masuk
kedalam. Ruangan sebuah gedung yang luas dan dikelilingi pagar tembok yang kokoh.
Dihalaman tampak empat orang imam muda berdiri dengan menghunus pedang,
Rupanya mereka tengah berlatih ilmu pedang. Setelah tamu datang, buru mereka
berhenti. Setelah mempersilahkan duduk, Thian Ce Totiangpun menanyakan maksud kunjungan
Tay Ih Siansu dan Siu-lam.
"Pui sicu ini. mohon hendak bicara dengan totiang." kata Tay Ih.
"Wanpwe sudah lama mendengar akan kehebatan ilmu pedang Kun lun pay?" buru
buru Siu-lam berkata. "Ah. sicu keliwat memuji," kata Thian Ce.
"locianpwe seorang ketua partai termasyur. Dalam ilmu pedang tentu sudah mencapai
tingkat yang tinggi. oleh karena itu ingin sekali wanpwe mohon pelajaran ilmu pedang dari
locianpwe barang sejurus dua jurus saja," kata Siu-lam.
Ucapan Siu lam yang langsung tanpa tedeng aling aling itu telah menimbulkan
kemarahan Thian Ce, Namun sebagai seorang ketua partai persilatan yang besar, ia
bersikap sabar, ucapnya, "Ah, kepandaian pinto hanya terbatas. Kemungkinan tentu akan
mengecewakan harapan sicu."
Siu lam tersenyum, "Kun lun, Bu-tong. Cengsi dan Go bi, merupakan empat Toa-kiam
pay yang terbesar didunia persilatan. Konon kabarnya ilmu pedang dari keempat partay itu
tergolong ilmu pelajaran Ceng pay (putih). Tetapi entah partay mana yang sesungguhnya
memiliki aliran ilmu pedang Ceng pay itu."
Thian Ce totiang menyahut dingin, "Masing masing partay menpunyai kelebihan dan
kekurangan. Ada yang mengutamakan pelajaran yang serba aneh. Ada pula yang
mengutamakan gerak kecepatan dan kaganasan, Pinto seorang yang tak ternama,
bagaimana berani menilai ilmu pedang setiap partay persilatan."
"Dengan begitu kecuali sama sama termasyhur, pun ilmu pedang keempat Toa kiam
pay itu juga hampir berimbang," kata Siu-lam pula
"Ah, tak berani pinto mengadakan penilaian."
"Kalau begitu, wanpwe pun tak berani mendesak juga"."
Thian Ce totiang serentak berbangkit, "Agaknya pinto harus bersembahyang, Jika Pui
sicu tak ada lain urusan, pinto tak berani menahan lebih lama."
Cara ketua Kun Lun pay mengusir secara halus kepada tamunya itu, bukan saja Siu-lam
merasa tersinggung, pun Tay Ih siansu juga kurang puas. Ketua Siau lim-si itu segera
berbangkit dan memberi salam, "Baiklah, lohu tak berani mengganggu lagi.,,"."
"Jangan tergesa gesa dulu, losiansu," cepat Siu-lam menukas, "wanpwe masih ada
sedikit urusan hendak mohon petunjuk Thian ce totiang.
Sikap anak muda yang keras kepala itu, benar benar membuat Thian Ce tociang tidak
berdaya. Sebagai seorang ketua partay ternama, ia tetap harus berlaku sabar. Dan
tertawalah ia dengan sikap yang tak wajar; "Ah, karena Pui Sicu begitu memperhatikan
pinto terpaksa pinto pun akan meladeni."
Siu-lam tersenyum seperti tak terjadi sesuatu apa. Ujarnya, "Jika ilmu pedang dari
keempat Toa kiam-pay itu berimbang, sudah tentu kepandaian murid merekapun hampir
sejajar." Ucapan anak muda itu benar-benar tak dapat dimengerti kemana tujuannya. Tay Ih
siansu berbatuk batuk kecil dan berseru, "Pui Sicu"."
"Ah, jika lo sianSu hendak memberi petunjuk wanpwe mohon supaya lain waktu lagi
kita bicarakan, Saat itu waktu berharga sekali. Wanpwe hendak mohon pelajaran pada
Thian Ce lo-cianpwe."
Berobahlah wajah Thian Ce lo seketika, "Apakah tayhiap benar benar hendak
mempersulit pinto"."
Dan demi menjaga gengsinya sebagai ketua partay, Thian Ce totiang tertawa ringan,
ujarnya lebih lanjut, "Dalam ilmu silat, yang terutama mengandalkan bakat. Dan kedua
tergantung dari guru. Maka sekalipun sesama perguruan, tetapi berbeda juga tingkat
kepandaiannya. Ini tergantung dari bakat masing-masing!"
"Apakah sejak seratus tahun ini, didalam keempat Toa-kiam-pay pernah muncul murid
yang berbakat cemerlang?" tanya Siu-lam.
"Apakah kau hendak menyelidiki pinto?"
"Ah, tidak.Wanpwe hanya bersungguh hati hendak mohon pelajaran saja," Sahut Siulam.
"Diantara empat Toa kiam pay, sejak seratus tahun yang terakhir ini hanya Siau yau cu
yang tergolong berbakat cemerlang"
"Pernahkah lo-cianpwe bertemu dengan Siau-yau-cu?" tanya Siu-lam pula.
"Pada masa keempat partay pedang itu mengadu kesaktian untuk merebut kedudukan,
pinto masih belum menyelesaikan pelajaran maka tak sempat bertemu."
Siu-lam menghela napas panjang. Serentak ia berbangkit dan menjurah, "Bagaimana
hasil dari pertandingan keempat partay pedang itu?"
"Masing-masing menderita korban!"
"Bagaimana peristiwa itu terjadi?"
Sesungguhnya Thian Ce totiang tak puas atas sikap Siu lam yang bertanya begitu
melilit. Tetapi melihat perbawa dan wajah pemuda itu terpaksa ia tertawa hambar, "Hanya
soal merebut nama saja."
"Memang nama itu menyusahkan orang. Jika tingkat kepandaian keempat partay itu
tidak seimbang, tentulah takkan menimbulkan peristiwa mengadu ilmu pedang!" kata Siulam.
Sebagai seorang paderi yang berkebatinan tinggi, sudah tentu Thian Ce segera dapat
menangkap isi hati Siu-lam. Ia kerutkan dahi.
Terdengar pula Siu lam menghela napas, ujarnya, "Kepandaian kemasyuran nama
totiang jejajar dengan Pak koay dan Lam koay. Oleh karena itu kedua belah tak tahan
mendengar sepatah dua patah kata yang dianggap menusuk perasaan. Cukup sepatah
kata yang tak berarti saja sudah dapat membakar hati masing masing"."
Wajah Thian Ce berobah gelap. Ditatapnya Tay Ih siansu dan Siu-lam dengan tajam.
Siu lam segera menjurah memberi hormat ujarnya;"Jika totiang suka mengalah, sudah
tentu kemarahan itu tak perlu terjadi."
Wajah Thian Ce makin mengerut gelap, suatu pertanda bahwa hatinya bergolak. Tetapi
ia diam saja. Kata Siu-lam pula, "Harap locianpwe suka maafkan wanpwe. Dalam pertempuran nanti,
sukar dibayangkan akibatnya. Locianpwe belum tentu menang, pun Pak koay Ui Lian juga
belum pasti menang. Masing-masing tidak yakin akan menang. Tetapi yang jelas,
pertempuran itu tentu akan mengakibatkan hasil yang mengerikan"."
"Apakah kedatanganmu kemari karena hal itu?" tanya Thian Ce totiang.
"Kedatangan wanpwe kemari, pertama untuk menghaturkan hormat kepada lo cianpwe
yang sudah lama wanpwe kagumi, Dan kedua kalinya, hendak mohon locianpwe sudi
memberi pelajaran ilmu pedang barang sejurus, agar harapan wanpwe tak kecewa."
Diam-diam Tay Ih kagum atas kecerdikan Siu-lam dalam menggunakan kata-kata untuk
menasehatkan Thian Ce lo agar supaya suka membatalkan pertandingan dengan Pakkoay.
Setelah merenung beberapa jenak, berkatalah Thian Ce totiang dengan pelahan, "Soal
jaga nama, pinto tak terlalu menghiraukan. Tetapi dengan tindakan membatalkan
perjanjian itu, bukankah kebesaran nama Kun lun pay akan tumpas ditangan pinto" Jika
Lam koay dan Pak koay memang mempunyai maksud untuk melepaskan maksudnya,
pintopun bersedia menghapus perjanjian itu. Tetapi jika menghendaki pinto supaya minta
damai kepada mereka, maaf, lebih kaik pinto melanjutkan pertandingan itu saja!"
"Jika locianpwe suka memberi muka kepada wanpwe, Wanpwe bersedia untuk
menasehati kedua locianpwe itu".
Thian Ce kerutkan dahi. Tetapi sebelum sampai membuka mulut, Siu lam sudah
mendahului, "Ucapan lotiang itu sudah wanpwe anggap berlaku. Biarlah wanpwe yang
menasehati ke-dua locianpwe itu. Oleh karena lo-cianpwe saat ini masih akan semedhi,
Wanpwepun tak berani menggangu lagi dan mohon diri," habis berkata ia terus melangkah
keluar. Tay Ih siansupun memberi hormat dan menghaturkan terima kasih atas perhatian Thian
Ce yang telah memerlukan datang ke Siau-lim-Si.
Terhadap ketua Siau-lim Si ini, Thian Ce memang menaruh perindahan. Buru-buru ia
balas memberi hormat, "Tujuan siluman perempuan Beng-gak itu hendak menguasai dunia
persilatan. Dan ternyata Siau lim- si-lah yang telah mempelopori bertindak menghadapi
mereka. Pinto menyesal sekali telah datang terlambat. Dalam hal ini pinto benar-benar
harus minta maaf kepada lo-siansu."
"Ah, toheng jangan mempunyai anggapan begitu. Lohu tetap berterima kasih kepada
to-heng," kata Tay Ih seraya terus berputar tubuh dan menyusul Siu-lam.
Thian Ce mengantar sampai diambang pintu lalu kembali kedalam kamarnya lagi.
Tay Ih cepat menyusul Siu-lam yang sudah beberapa tombak jauhnya. Kepada anak
muda itu Tay Ih memberi pujian yang tinggi.
"Dengan kepandaian bicara, dapatlah sicu meredakan penumpahan darah itu. Tentang
Shin dan Ui kedua locianpwe itu,lohu serahkan kepada sicu untuk menguruinya!" kata Tay
Ih. Siu lam mengiakan. Sebagai tuan rumah, memang sudah menjadi kewajiban Tay Ih
untuk menyambut dan melayani kedatangan rombongan partay partay yang sudah tiba ke
Siau-lim-si. "Tentang Shin dan Ui lo cianpwe, serahkan saja kepada wanpwe, tetapi wanpwe mohon
taysu juga suka menasehatkan Thian Ce totiang agar benar benar jangan melanjutkkan
rencana pertandingan itu," kata Siu lam.
Demikian mereka berpisah. Ketika melalui ruang pertempuran semalam, hati Siu lam
rawan sekali. Dengan langkah berat ia menuju keruang Yu Ceng Siansu.
didalam ruang persemedian itu, Lam koay Shin Ki dan Pak koay Ui Lian masih duduk
bersedia. Kedua momok ganas yang membunuh jiwa manusia tanpa berkedip mata, itu
menampakan kerut wajah yang ramah.
Kuatir mengganggu ketenangan mereka, Siu lam melangkah dengan berjingkat jingkat
hampiri tempat tidurnya. Pak koay membuka mata dan menatap Siu-lam, tegurnya ramah, "Siau-hengte".,."
Sebutan Siau hengte atau adik kecil yang meluncur dari mulut Pak Koay itu, adalah
yang pertama kali dan diucapkan dengan nada yang ramah.
"Lo cianpwe"." saking terkejutnya, Siu-lam terbata bata.
Pak koay gelengkan kepala; "Sudah berpuluh tahun aku berkumpul dengan Shin lokoay.
Tapi selama itu kami selalu bercekcok dan bertengkar. Adalah setelah menerima
penjelasanmu, kami menjadi sadar dan terang akan kericuhan selama itu. Aku benar benar
terima kasib sekali atas bantuanmu"."
Lam koaypun tersenyum, "Sesungguhnya selama berpuluh tahun bergaul itu, kami
berdua sudah saling bantu membantu. Tapi dikarenakan masing masing berkeras kepala
untuk mengejar nafsu. Keagungan diri, masing masing saling menganggap sebagai musuh
yang terberat, maka terus menerus bersikap bermusuhan"."
Sekejap, ia menyapukan pandangan kepada Siu-lam, ujarnya, "Pui hengte tadi, telah
mem-buka hati kami berdua. Menyingkap dinding yang selalu membatasi kita berdua.
Cobalah kau renungkan, selama ini dalam bertengkar dan bertempur, kitapun selalu bantu
membantu!" Pak koay pun menghela napas panjang, "Ah, jika dulu kita sudah menghapus dinding
itu dan benar benar saling tukar menukar kepandaian, ah, Saat ini kita tentu sudah jauh
lebih sakti"." Kemudisn ia mengatakan kepada Siu lam bahwa jika dari dulu sudi bertemu dan
mendengar penjelasan anak muda itu, tentu keadaan dunia persilatan sudah berlainan.
"Benar, jika hal itu terjadi pada tigap uluh tahun berselang, tentulah Kak Seng Taysu
tak akan menjebloskan kita ke dalam penjara tanah. Dan dunia persilatanpun tentu akan
berobah riwayatnya!" kata Lam-koay.
Pak-koay kembali menghela napas, ujarnya, "Shin lokoay, teringat aku akan sebuah hal
yang penting. Ketika masih berada dalam tahanan, siang malam kupikirkan hal itu, tetapi
tak dapat kupecahkan jawabannya."
"Eh". akupun juga memikirkan sesuatu. Entah apakah yang kita pikirkan itu soal yang
sama. Cobalah engkau katakan lebih dulu," sambut Lam-koay.
"Seumur hidup kita mengabdikan diri mati matian meyakinkan ilmu silat. Tetapi senjata
kita tak terhindar dan ketuaan, berpenyakitan dan kematian. Jika tak ditolong oleh Pui
hengte ini, kemungkinan kita tentu akan melewatkan sisa hidup di dalam penjara tanah
itu!" "Ah, itu serupa benar dengan pikiranku!" seru Lam koay.
Kata Pak koay pula, "Kita malang melintang didunia persilatan, mati matian memburu
ilmu silat, apakah sebenarnya yang kita cari itu" Apakah hanya supaya tokoh tokoh aliran
Hitam dan putih itu takut kepada kita?"
"Hai pikiran semacam itu sudah berpuluh tahun berselang tumbuh dalam otakku. Tetapi
selama itu aku tak dapat menghapuskan nafsu untuk menangkan setiap tokoh
persilatan"." kata Lam koay.
Tiba tiba Pak koay berbangkit. Sambil mengurut urut jenggotnya yang putih, berserulah
ia "Ah, sudah tua, sudah tua, Kemasyuran nama jerih payah memupuk kepandaian silat,
akhirnya ikut usang bersama dengan ketuaan umur, dan kesemuanya itu hanya hampa!"
Lam koay pun ikut mengangkat kepala dan tersenyum, "Sejak dahulu hingga kini, entah
sudah berapa banyak orang orang pandai. Tapi merekapun takkan terhindar dari
kematian. Mengapa Ui heng mengeluh duka" Kenapa Ui-beng bersedih hati" jangan
khawatir, Sekalianpun dialam baka, aku tetap akan menemanimu!"
Terkesiap Pak koay mendengar pernyataan itu. Menatap wajah sahabatnya, ia
menghampiri dan perlahan lahan, ulurkan lengannya, Lam koay pun ulurkan tangan
menyambut, Demikianlah, kedua tokoh besar yang menggetarkan dunia persilatan, yang
selalu membawa nafsunya sendiri ingin menang, akhirnya saling berjabatan tangan
dengan mesra. Keduanya saling berpandangan, tersenyum dan mengalirkan beberapa
tetes air mata"."
Siu-lam yang sempat memperhatikan keadaan kedua tokoh itu, diam diam heran
mengapa mereka menangis. Ia tak tahu apakah mereka menangisi perjalanan hidup
mereka yang penuh gejolak dan bergelimangan dosa. Ataukah mereka menangisi
kesalahan mereka diwaktu muda sehingga setelah tua mereka hanya mengalami
kenyataan yang hampa. Siu-lam menghampiri dan mengucapkan beberapa kata syukur untuk menghibur
persatuan kedua tokoh ini.
"Ah, kesalahan kesalahan diwaktu muda, baru sekarang setelah tua kita ketahui,
Engkau banyak membantu kepada kami," kata Pak-koay
Siu lam hanya tersenyum, ujarnya, "Memang wanpwe sendiri juga mempunyai
kesadaran begitu. Setahun yang lain, wanpwe bercita-cita untuk mengangkat nama di
dunia persilatan, tetapi sekarang setelah menyaksikan peristiwa-peristiwa yang
menyedihkan, cita cita lenyap seketika. Wanpwe hanya ingin mengerjakan sedikit hal di
dunia persilatan dan setelah itu wanpwe akan mengundurkan diri hidup menyepi
menentramkan pikiran!"
Pak koay tertawa gelak-gelak, "Shin lo-koay, tak perlu kiranya mendukakan peristiwa
yang telah lampau. Kedukaan orang orang tua semacam kita ini, ternyata mencelakakan
Pui hengte yang masih muda. Adalah karena terpengaruh oleh keadaan kita maka
semangat Pui hengte menjadi menurun dan api cita-citanya padam!"
Tiba-tiba Lam koay loncat dan menatap Siu lam, "Aku dan saudara Ui, selama berpuluh
tahun berkecimpung di dunia persilatan, hanya mengejar nama dan kepentingan pribadi.
Tak dapat membedakan salah dan benar. Hanya bertindak menurut sesuka hati. Selama
itu, entah berapa banyak jiwa yang telah melayang, entah berapa banyak darah yang
telah bergenangan. Tetapi ah, kesemuanya itu tak dapat meninggalkan nama harum bagi
angkatan dikemudian hari. Takkan abadi selama lamanya. Disebabkan karena hal itulah
maka kami kecewa dan menyesal tak terhingga".
Ia berhenti sejenak lalu berkata pula:
"Huh, pil dari imam hidung kerbau itu hebat juga. Setelah setengah hari menyalurkan
darah, kurasa lukaku sudah separoh bagian sembuh. menilik gelagatnya mungkin dalam
lima tahun lagi aku takkan mati".".
"Ah, toako memiliki kepandaian sakti. Tiga puluh tahun lagi tentu masih dapat hidup,"
kata Siu-lam.
Wanita Iblis Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ho, aku tak berani mengharap hidup sampai tiga puluh tahun lagi. Kecuali dibunuh
orang, dapat tambah umur sampai lima tahun saja aku sudah puas. Tetapi berapa tahun
kesempatan hidupku itu, tetap akan kugunakan untuk membantu eugkau melakukan suatu
pekerjaan besar." Tersipu-sipu Siu-lam menjura memberi hormat menghaturkan terima kasih.
"Akupun juga mempunyai maksud begitu!" tiba tiba Pak- koay berseru.
Kedua tokoh itu menghela napas, ujar mereka, "Ah, kami berdua Lam koay dan Pak
koay, selama ini merupakan momok yang paling ditakuti orang. Adalah setelah kami tua,
kami berjumpa dengan seorang pemuda yang selain pernah memberi pertolongan, pun
juga telah menyadarkan kami dari kesesatan hidup selama berpulug tahun. Jika Pui hengte
menolak balas budi kami, berarti tak mau menerima ikatan persaudaraan dari kami
berdua." Siu-lam tercengang, katanya, "Tetapi wanpwe kuatir tak mampu memenuhi harapan
toako berdua!" Lam-koay Shin Ki tertawa, Ia menegaskan bahwa bersama Pak-koay ia sudah
memutuskan, Dalam sisa bantuannya itu mereka hendak melakukan suatu pekerjaan yang
berguna dan meninggalkan kesan baik bagi keseluruhan yang akan datang.
Siu-lam diam diam membatin. Jika menolak kedua tokoh aneh itu tentu marah.
Akhirnya ia menyahut, "Ah, banyak terima kasih atas kesediaan toako berdua. Tetapi
sesungguhnya aku tak mengandung cita cita untuk menjagoi dunia persilatan, tidak ingin
mendirikan partai persilatan. Asal dapat melakukan sesuatu yang berguna untuk dunia
persilatan, kiranya hatiku sudah puas."
"Apapun yang hendak kau kerjakan, kami berdua sanggup membantu sampai berhasil!"
Lam koay memberi penegasan lebih lanjut.
Tiba tiba Siu lam berpaling menatap Pak koay, serunya dengan tandas, "Saat ini Siao te
hendak mohon bantuan Ui heng!"
Pak koay tersenyum, "Apakah bukan mengenai urusan pertandinganku dengan imam
hidung kerbau dari partay Kun lun pay itu?"
"Benar, Kun lun pay merupakan partay Ceng pay. Hanya dikarenakan sepatah dua
patah kata saja, lalu menimbulkan keonaran besar, Sesungguhnya patut disayangkan.
Mohon Ui lo-heng sudi memandang muka siau te dan rela menghapuskan pertandingan
itu!" Setelah merenung sejenak, berkatalah Pak koay; "Jika Pui hengte menangkap hal itu
kurang layak, akupun takkan melanjutkannya!"
Serta merta Sin-lam menghaturkan terima kasih kepada jago tua itu.
Tiba-tiba Pak-koay betpaling kepada Lam-koay, serunya, "Shin lokoay berapa usiamu
sekarang" Pui hengte paling muda, tak usah kita sebut. Tetapi diantara kita berdua,
Siapakah yang lebih tua" Dengan begitu kita dapat berbahasa dengan sebutan yang
tepat!" "Ah, tak usah menghitung umur!" Sahut Lam koay," anggaplah engkau yang lebih tua.
Orang menyebut Lam koay Pak koay. Menurut deretan, sudah selayaknya engkau yang
menjadi Toako!" "Tidak, kita harus menurutkan umur yang sebenarnya, agar tidak salah!" bantah Pak
koay. "Baiklah," akhirnya Lam koay mengalah, "coba kuhitungnya dulu. Menghitung umur
lebih sukar dari pada menghitung jumlah orang yang sudah kubunuh selama ini!"
Pak-koay berkata, "Tahun ini aku berumur kira kna seratus satu tahun!"
Lam koay percaya akan ucapan orang, Ia pun menerangkan umurnya, "Kalau aku
sembilan puluh sembilan tahun! Kalau engkau menghitung benar, engkau lebih tua dua
tahun!" "Kalau begitu aku yang menjadi toako!"
Siu-lam gembira melihat perubahan besar dari kedua tokoh aneh itu. Buru-buru ia
memberi hormat dan menyebut toako kepada Pak koay, memanggil jiko kepada Lam koay.
Sambil membelai kepala Siu-lam yang berlutut dihadapannya, Pak koay berlinang-linang
kata, "Sam te, seumur hidup baru pertama kali ini aku menerima penghormatan orang
yang penuh dengan ketulusan hati. Memang banyak yang memberi hormat, tetapi dalam
hati mereka menmendam kebencian kepadaku. Mereka berlutut karena minta ampun
supaya jangan dibunuh"."
Kembali Pak-koay menghela napas, "Aku sudah tua, sembarang saat bisa mati dengan
mendadak. Sepanjang hidup, tanganku ini penuh berlumuran darah yang anyir. Ah,
sebarusnya aku sudah mati. Tetapi rupanya Tuhan masih memperpanjang nyawaku.
Kemungkinan di hari tua seperti saat ini, diharuskan berjumpa dengan kau.
Tak perlu kedukaan segala peristiwa yang lalu karena hal itu tak mungkin dapat
kembali. Tetapi hendak kutebus kesalahan-kesalahan itu dengan suatu perbuatan yang
baik. Aku hendak membantumu melakukan suatu pekerjaan yang berguna, tetapi
sekarang sudah insyaf. Sam te, penghormatanmu kepadaku itu berarti suatu kewajiban
bagiku untuk membantu cita citamu!"
Demikianlah dikala ruang itu penuh dengan suasana kedamaian dan kebahagiaan, Tay
Ih siansu tiba-tiba muncul. Ketua Siau-lim-si itu menanyakan tentang luka Siu-lam.
Setelah pemuda itu mengiakan bahwa lukanya sudah bertambah baik, Tay Ih
menerangkan pula, "Entah bagaimana partay persilatan sudah mendengar juga tentang
penyerangan Beng gak pada Siau-lim-si. kini mereka berbondong-bondong datang kemari
untuk memberi bantuan, Dalam perjamuan untuk menghormati kedatangan mereka,
lohupun menerangkan bahwa berkat bantuan Pui sicu dan kedua Lam pak lo-cianpwe
maka Siau lim si dapat terhindar dari kehancuran."
"Tetapi yang penting, adalah semangat berani berkorban dari anak murid Siau-lim si.
Bukan semata-mata menggantungkan Wanpwe," kata Siu-lam merendah.
"Mereka kagum atas perjuangan Pui sicu maka mereka ingin sekali berjumpa dengan
sicu," kata Tay Ih lebih lanjut.
Siu-lam mengucapkan kata kata yang merendah,
"Sesungguhnya lohu tak berani mengganggu sicu. Tetapi apabila nanti jika sicu suka
menjumpai mereka," kata Tay Ih. Kemudian ia berkata pula dengan bisik-bisik, "Shin dan
Ui kedua lo cianpwe itu termasyur sekali didunia persilatan. Rasanya tiada seorang
persilatan yang tak kenal dengan namanya. Entah apakah dapat mengundang mereka
untuk bertemu dengan tetamu tetamu."
Belum Siu lam menyahut, Pak koay sudah mendahului, "Tak perlu. Lam koay dan Pak
koay sudah tua". Biarlah adik kita yang muda itu yang mewakili kita!"
"Baiklah, jika jiwi tak suka, lohu pun tak berani memaksa," kata Tay Ih, kemudian ia
berkata kepada Siu-lam, "Dari sembilan partai persilatan, kini sudah lima partai yang
datang. Bahkan yang datang para ketuanya sendiri. Mereka sama menantikan kehadiran
sicu" Siu lam mengiakan dan segera mengikuti Tay Ih menuju keruang besar dimana
diselenggarakan perjamuan untuk menghormati kedatangan para ketua partay persilatan.
Lima buah meja besar telah disiapkan di ruang perjamuan. Pada meja ditengah tampak
duduk Ceng Hun totiang ketua Ceng Sia-pay, Thian Ce totiang ketua Kun lun-pay, seorang
tua kurus berjubah biru, seorang wanita pertengahan umur berpakaian serba putih dan
seorang lelaki berwajah segar kekanak kanakan dan mengenakan pakaian warna hitam.
Sedang pada empat meja lainnya, ditempati oleh tokoh tokoh yang mengenakan
seragam beraneka warna. Terdiri dari orang-orang muda, imam, paderi dan dua orang
gadis berpakaian hijau. Sin lam hanya kenal Ceng Hun totiang dari Ceng-sia pay serta Thian Ce ketua Kun-lun
pay dan To Gan, murid Ceng-Sia-pay yang mengiringi Ceng Hun totiang
Pertama tama Siu lam menganggukkan kepala kepada Tio Gan dan tertegun berhenti.
Ia tak dapat membedakan tingkatan dan para hadirin dan tahu harus mengambil tempat
duduk di sebelah mana. Tay Ih menghampiri kesamping Siu lam dan berseru nyaring memperkenalkan pemuda
itu kepada para tetamu, "Inilah Pui sicu yang lohu katakan tadi."
Seluruh mata hadirin, saat itu tercurah kepada Siu lam. Ada yang memberi hormat
dengan anggukkan kepala ada yang dengan sembah tangan.
Siu lam tersipu sipu membalas hormat. Ia minta Tay Ih supaya dikenalkan kepada
beberapa tokoh ternama yang hadir disitu.
Melihat Tay Ih siansu begitu menghormat kepada pemuda itu, terpaksa para ketua
partay persilatan berdiri dari tempat duduknya.
"Pui tayhiap," Thian Ce totiang lebih dulu memberi salam.
Ceng Hun totiangpun ikut memberi salam. Kemudian berturut turut orang tua kurus
berjubah biru, wanita berpakaian putih dan orang tua berwajah kekanak kanakan, pun ikut
berdiri. "Inilah Ciok Sam kong locianpwe dari partay Swat san pay," Tay Ih memperkenalkan
orang tua berjubah kurus.
Siu lam segera menjura memberi hormat. "Sungguh menyesal sekali karena aku
terlambat datang sehingga tak dapat menyaksikan kegagahan Pui tayhiap menempur
gerombolan Beng gak," kata ketua Swat san pay itu.
Merah muka Siu lam mendengar ucapan itu, sahutnya, "Ah, Tay Ih siansu terlalu
memuji, sesungguhnya wanpwe tak punya kepandaian yang berani."
Kemudian Tay Ih siansu memperkenalkan wanita baju putih, "Dan li sicu ini adalah Can
Yan-hui ketua angkatan ketujuh dari partay Tiam jong-pay!"
Kembali Siu-lam menjura kepada wanita itu.
Ia memberi hormat. "Ah, janganlah Pui tayhiap keliwat merendah. Dari Tay Ih siansu aku sudah mendengar
tentang kegagahanmu," kata Can Yan hui.
Lalu Tay Ih memperkenalkan orang tua berwajah kekanak-kanakan sebagai Thong-Soh
Tek Cin, dari partay Kong tong-pay. Kepada orang tua berwajah kekanak kanakan itu, Siu
lam-pun menghaturkan hormat.
Tek Cin bergelar Thong sah atau orang tua berwajah anak, tertawa, "Sejak
mengundurkan diri dari dunia persilatan selama dua puluhan tahun, ternyata dunia
persilatan telah mengalami perobahan besar. Dalam dunia persilatan kini muncul pula
seorang tunas muda yang cemerlang."
"Ah, locianpwe keliwat memuji," Siu-lam merendah diri.
Tay Ih siansu mengangkat cawan arak dan mengajak hadirin untuk minum selaku
pernyataan terima kasih Siau-lim si kepada mereka.
Hadirin segera bersama sama meneguk cawannya.
"Ah, mengapa Lam koay dan Pak-koay tak tampak hadir?" tiba tiba Thong-soh Tek Cin
nyeletuk. Tay Ih Siansu menyatakan bahwa karena sudah lama tak campur dengan dunia
persilatan maka kedua tokoh itu tak suka berjumpa dengan orang.
Tek Oh tertawa dingin, "Dua puluh tahun berselang, aku pernah berjumpa dengan
mereka. Ternyata watak mereka yang aneh, tetap tak berubah."
Berhenti sejenak, tokoh Kong-Tong-pay itu berkata pula, "Pada waktu wanita siluman
bersenjata Chit-jiau-Soh itu muncul didunia persilatan, aku kebetulan masih dalam masa
bertapa. Maka tak dapat menghadapi wanita siluman itu.
Maka ketika mendengar wanita siluman itu muncul lagi, aku segera meminta kepada
sutit selaku ketua partay Kong soh-pay, untuk segera mengirim rombongan ke Tionggoan.
Tetapi ternyata tetap terlambat, tetap tak dapat berjumpa dengan wanita siluman
itu"." Ucapan orang tua itu bernada tinggi. Seolah olah menganggap sekalian hadirin sebagai
orang yang lebih rendah dan muda tingkatannya.
Karena tiada orang yang menyambut, maka Tay Ih siansu selaku tuan rumah segera
berseru, "Atas kesudian locianpwe jauh jauh datang kemari, lohu menghaturkan terima
kasih tak terhingga!"
Tiba tiba Ciok Sam kong menyeletuk, "Jika Teng heng hendak berjumpa dengan wanita
itu, tidaklah sukar"."
"Harap Ciok-hong memberi petunjuk," sambut Tek Cin dengan bergelora.
"Diantara para hadirin, kiranya Tek honglah yang tertua, jika Tek-hong berani, aku
bersedia menemani Tek hong untuk pergi ke Beng gak dan berhadapan dengan wanita
siluman itu!" Rupanya kedua tokoh tua itu membanggakan kedudukannya sebagai angkatan tua
kepada hadirin. Wanita berpakaian putih atau Can Yan hui ketua Tiam jong pay kerutkan alis dan
tertawa kepada Ceng Hun totiang, "To heng yang datang lebih dulu dari kami, apakah
beruntung menjumpai wanita Beng-gak itu?"
Ceng Hun totiang ketua Ceng-sia-pay tertawa!
"Sekalipun pinto datang terlebih dahulu, tetapi waktu itu rombongan Beng gak sudah
mengundurkan diri dan Siau lim si." sabut imam itu
Tiba tiba wajahnya berobah serius, ujar-nya, "Tetapi pinto telah menyaksikan
pemandangan yang ngeri sekali. Ialah diruang pertempuran penuh bergelimpangun
mayat"." Tek Cin serentak berbangkit dan berseru nyaring- "Apakah wanita siluman itu masih
berada disekitar gunung sini?"
Belum Tay Ih siantu menyahut, Ciok Sam Kong dari Swat-san pay sudah menyeletuk,
"Menurut perhitunganku, wanita itu tentu belum pergi jauh. Kemungkinan masih
bersembunyi di sekitar gereja Siau lim si sini. Maksudku".. " ia berbenti sejenak
memandang kepada Tay Ih sian Su, katanya, "minta siansu mengerahkan anak murid
yang tangguh untuk berpencaran mencari. Begitu terdapat jejaknya, harap segera kembali
memberi kabar. Aku tak percaya wanita itu mempunyai tiga kepala enam tangan yang
tiada tandingannya!"
Sekalipun Thong sah Tek Cin dan Ciok Sam kong bukan tergolong ketua partay, tetapi
kedudukan mereka dalam partay masing masing, melebihi ketuanya. Memang jarang
partay persilatan yang masih mempunyai tokoh tokoh tua angkatan lama. Dan kedatangan
kedua tokoh itu wewakili ketua partaynya yang menjadi murid keponakan mereka.
Tay Ih siansu merenung sejenak. Teringat akan jalannya pertempuran semalam, diamdima
ketua Siau Lim si itu agak gelisah. Sekalipun mendapat bantuan Siu lam dan kedua
Lam Koay Pak Koay, tetapi Siau Lim Si tetap menderita kerugian besar dari serangan Beng
gak. Dan sesungguhnya Siau Lim si sudah akan hancur apabila dalam detik detik
kemenangan, rombongan Beng gak mendadak mengundurkan diri karena mendengar
suara seruling. "Ya, suara seruling itulah yang menjadi kunci rahasia dari pengunduran Beng gak. Siapa
kah kiranya seruling misterius itu?"
Lagi pula kedatangan si nona baju putih yang tak disangka sangka itu. Jelas nona itu
datang dengan maksud baik karena hendak membantu.
Melihat ketua Siau Lim si itu diam saja, diam diam Thong soh Tek Cin marah. Ia anggap
ketua Siau Lim si itu tak mengindahkan Ciok sam kong.
Akhirnya karena tak dapat menahan perasaannya. Thong goh Tok Cin menegur,
"Apakah taysu sudah mendapat keputusan?"
Seluruh hadirin memeperhatikan ketua Siau Lim si yang terus menerus berdiam diri itu.
Rupanya Tay Ih agak gugup dan menghela napas, "Ah, lohu sedang memikirkan suatu hal
yang aneh"." tiba-tiba ia merasa kelepasan ngomong. Maka cepat ia berhenti.
Wajah Ciok Sam Kong berubah. serunya dingin "Entah mengenai soal apasaja. apakah
dapat lohu katakan?"
Dari nadanya jelas bahwa tokoh swat san pay mengunjuk rasa tak puas terhadap tuan
rumah. Tay Ih siansu tak pernah bohong. Dibawah tekanan pandangan mata dan kata dari Ciok
San Kong, akhirnya ketua siau Lim si itu menghela napas "Lohu merasa heran atas
peristiwa yang terjadi semalam. Jelas bahwa rombongan Beng gak sudah hampir
mencapai kemenangan. Tapi entah bagai mana mereka tiba-tiba mengundurkan diri. Jika pertempuran itu
berlangsung sejam lagi, Siau lim si itu pasti sudah hancur"."
Dia berhenti sejenak memandang kepada Siu Lam, katanya lebih lanjut "Pada saat itu
Pui sicu ini sudah menderita luka, Lam Koay dan Pak koay berdua locienpwe juga sudah
terluka. anak murid siau lim si sudah banyak yang binasa. Keadaan sudah genting
sekali"." kembali berhenti sebentar, lalu menyambung kembali "Diluar dugaan, wanita
Beng gak itu memberi perintah kepada rombongannya supaya mundur!"
Penuturan itu mengejutkan sekalian hadirin. Hanya Ceng Hun totiang yang tersenyum
hambar. Diantar kalangan ketua partay partay persilatan, dia termasuk yang paling muda
sendiri usianya, sesungguhnya umur itu tak penting. Yang penting adalah kedudukan.
Sebagai ketua, walaupun tua umurnya, tapi ia sama derajatnya dengan lain lain ketua
persilatan. Tetapi sudah menjadi peraturan yang berlaku didunia persilata. Ialah tentang adanya
isitadat yang memisahkan antara golongan tua dan muda itu sangat keras sekali.
Peristiwa Ceng Hun totiang menggantikan yang lebih tua sebagai ketua partaynya,
memang tersiar luas didunia persilatan. Hal itu menimbulkan berbagai tafsiran. Can
ketambahan pula dengan sikap Ceng Hun totiang yang angkuh tak menghiraukan segala
reaksi dan sikap lain-lain partay menjadi renggang.
Kembali pada suasana perjamuan, saat itu Tay Ih siansu berkata "Dengan adanya
peristiwa yang tak wajar itu, kemungkinan besar lohu juga, rombongan Beng gak itu tentu
belum pulang. Siapa tahu nanti malam mereka akan kembali menyerang lagi!"
Setelah memandang ke seluruh hadiriin tiba tiba Ciok Sam kong tertawa keras "Pada
waktu ketua siau lim si mencundangi partay partay persilatan untuk bermusyawarah
digunung Thay san, saat itu aku bersama Ciang bun sutit sedang menyaksikan semacam
ilmu baru. Maka pada waktu itu tak sempat datang menghadiri. Konon kabarnya
banyaklah tokoh tokoh persilatan yang hadir dalam pertemuan itu. Tetapi kemana saja
gerangan mereka itu sekarang?"
Masih tetap memandang Siu lim, Tay Ih siansu menjawab "para orang gagah yang
hadir di Thay san itu, sebagian besar telah jatuh ketangan Beng gak. Hanya Pui sicu
seorang ini saja yang dapat meloloskan diri.!"
Ciok Sam kong memandang Siu lam dengan dingin, serunya "Bukahkah yang hadir kala
itu terdiri dari tokoh tokoh ternama" Mengapa begitu tiada berguna?"
Siu lam menghela napas:" Jika menilik yang hadir dalam pertempuran di Thay san saat
itu, memang termasuk tokoh tokoh yang ternama. Kecuali Tay Hong siansu dari Siau lim
si, terdapat juga Siay Yau cu dari Bu-tong py, Siu Chiu Kiau su Su Boh tun, Bu ing sin kun
Pek Co Gi dari She Gak, Sam siang ko chiu, pemimpin wilayah utara Kau Cin Hong, Thian
Wanita Iblis Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Heng totiang dan Thian Jio totiang dari Kun Lun pau"."
Tiba tiba Theng sih Tek Cin menggebrak meja. "Hey tokoh tokoh itu!"
"hampir seratus tokoh tokoh yang tergabung dalam rombongan penggempur Beng gakt
elah binasa, sebagian kecil menyerah!" kata Siu lam pula.
"Yang lain lain tak perlu dibicarakan dulu. Lalu bagaimana dengan Siau Yau cu?" tanya
Ciok Sam ong. "siau Yau cu locianpwe menyerah pada Beng gak"."
Serentak berbangkitlah Tiok Sam kong dan berseru marah "Jangan mengoceh
semaumu sendiri! Siapakah Siau Yau cu itu" masakan dia manusia yang takut mati!"
Siu lam menyahut tenang "Keterangan wanpwe menurut kenyataan. Jika lo cianpwe tak
percaya, wanpwepun tak dapat berbuat sesuatu apa. Untunglah hari masih sangat
panjang, tentulah lo cianpwe dapat menyelidiki kebenarannya!"
"Lohu memperkuat keterangan Pui sicu. Karena dalam pertempuran kemaren malam,
jelas bahwa Siau Yau cu memang ikut dalam rombongan Beng gak!"
Thong soh Tek Cin mengusap jantungnya. Sesaat kemudian ia berkata, "Shiu chiu kiau
in So Buh Tun, apakah dia benar benar juga menyerah pada Beng gak?"
"Benar" sahur Siu lam. "memang Su lo cianpwe itu berwatak aneh sekali. Tetapi ketika
dalam pertemuan di Thay san, dia sudah sadar. Ia hendak menggunakan sisa hidupnya
untuk melakukan suatu pekerjaan yang berguna bagi dunia persilatan. Sayang dalam
pertempuran di Beng gak, dia telah ditundukkan dan menyerah pada musuh"."
Thian Ce totiang dari Kun lun Pay tiba tiba berbangkit, serunya dengan serius,
"Mengenai kematian kedua sute kami Thian Seng dan Thian Jio, apakah Pui tayhiap
menyaksikan sendiri?"
Siu lam tidak segera menyahut, melainkan merenung. Seolah olah mengingat lagi
peristiwa di Beng gak tempo hari. Kemudian baru ia berkata, "Sekalipun wanpwe tidak
begitu ingat lagi akan kedua totiang itu, tetapi sejauh ingatanku, dari kun lun pay hanya
hadir dua orang wakil. Bukankah kedua totiang itu kira kira berumur empat puluhan
tahun?" "Benar! Apakah mereka terbunuh?" nada Thian Ce semakin serius.
"Jika Kun Lun Pay hanya mengirim dua jago, wanpwe dapat memastikan, kedua totiang
itu sudah binasa!" sahut Siu lam tegas.
Gemetar tubuh Thian Ce totiang mendengar keterangan itu. Tiba tiba ia
menengadahkan kepala dan tertawa nyaring, "Sejak dahulu, beberapa gelintir panglima
ternama yang dapat pulang dengan selamat" Oho, kematian kedua suteku itu benar benar
tak memalukan nama Kun Lun Pay!"
Nada totiang itu gentar, menandakan hatinya bergolak keras.
Siu lam berpaling memandang Ceng Hun "totiang juga mengirim dua jago ke Thay
san?" Ceng Hun totiang mengehela napas, "Apakah mereka juga binasa dalam pertempuran
itu?" "Jika tidak salah, rasanya kedua jago Ceng sia pay itu memamki nama SIONG"."
"Ya. Siong Hong dan Siong Gwat, dua murid Ceng sia pay yang berkepandaian tinggi.
kala itu pinto masih menyelesaikan pembuatan obat, terpaksa tak dapat menghadiri
pertemuan di Thay san." kata Ceng Hun totiang.
Siu kam menghela napas, "Ah, mereka telah binasa semua. Lebih dahulu mereka
terkena racun, setelah tenaganya lumpuh, baru dibunuh!"
Ceng Hun totiang tundukkan kepala dan berkata perlahan, "Pui tayhiap membuktikan
apa yang pinto duga. Kenyataan itu memang pahit, tetapi pinto tetap berterima kasih atas
keterangan tayhiap."
Hening seketika ruang perjamuan itu. Sekalian hadirin tertegun mendengar cerita duka
yang dibawakan Siu lam. Beberapa saat kemudian, Siu lam berkata pula, "Sebenarnya aku maish menyimpan
suatu hal yang mengejutkan perasaan. Tetapi sukar untuk mengutarakannya"."
"Lekas katakan, jangan main simpan simpanan!" teriak Thong soh Tek Cin.
"Diantara para hadirin disini, siapakah yang dari partay Bu tong pay" Lebih dahulu aku
hendak menyatakan ikut berduka cita!"
Sekalian mata hadirin tertumpah pada Siu Lam. Tapi tiada seorang pun yang memberi
jawaban. Tiba-tiba Ceng Hun totiang dari partay Ceng Sia pay mengangkat kepala dan dengan
wajah bersungguh ia berseru, "Apakah mengenai diri Sin Ciong to heng itu" Bagaimana
dia?" Diam diam Siu lam terkejut. Waktu mendengar berita kematian kedua saudara Siong
Hong, Siong Gwat, tidaklah sedemikian rawan hati Ceng Hun totiang seperti mendengar
berita buruk tentang diri Sin Ciong totiang. Diam diam Siu lam menduga, tentulah ada
hubungan erat antara Ceng Hun dengan Sin Ciong.
Brak". Ciok Sam kong menggebrak meja, "Bilanglah!"
Jilid 33 SIU LAM mengalihkan pandangannya kepada tokoh Swat-sanpay itu. Diam diam ia
membatin. "Dia sudah tua tetapi wataknya masih berangasan sekali!"
"Harap Pui tayhsap suka mengatakan," buru buru Cen Hun totiang menyusul kata kata.
"Ciong toheng, seorang yang berlapang dada. Tak mungkin ia dipengaruhi oleh rasa
dendam. Jika mendengar Siu-lam dilanda bencana kehancuran dia tentu membantu"."
"Ah, tak mungkin. Dia takkan datang selamanya"."
"Apakah dia datang menghadiri pertemuan di Thay San?" Seru Ceng Hun totiang.
"Benar," sahut Siu-lam, "Sekalipun Sin Ciong lo cianpwe gugur melawan Beng gak,
tetap harum namanya dan selalu dipuja oleh kaum persilatan. Dia pecah sebagai rama"."
Ciok Sam kong tertawa hina dan membentak, "tutup mulutmu!"
Siu-lam tertegun, "Mengapa" Apakah lo cianpwe memberi petunjuk kepada wanpwe?"
Jago tua dari partay Swat San pay sapukan pandangannya kesekeliling, kemudian
berkata, "Didalam dunia persilatan, siapakah yang tak kenal akan kemasyuran barisan
pedang Ngo-heng kiam-tin dari Bu tong pay" Jika Sin Ciong tojin benar menghadiri
pertemuan, tentu ada anak murid Bu tong pay yang mengiringkan!"
"Benar, memang Sin Ciong totiang membawa anak murid Bu tong pay."
Kata Ciok Sam kong, "Barisan pedang Ngo heng kiam tin dari Bu tong pay, andai kata
tak dapat memenangkan musuh, tetapi paling tidak tentu dapat bertahan diri. Apalagi
sebagsi ketua dari Bu tong pay, apabila terancam bahaya anak muridnya tentu akan mati
matian melindungi!" "Ah, keenam anak murid Bu tong pay itu, satupun tiada yang dapat hidup"." kata Siulam.
Shong soh Tek Cin serentak berbangkit, serunya, "Ciok heng memang benar dan budak
itu mengoceh sembarangan saja!"
Siu-lam menyahut dengan wajah bersungguh, "Wanpwe telah menyaksikan dengan
mata kepala sendiri dan berani menjamin kebenarannya dengan jiwa wanpwe!"
Bertanya Ciok Sam kong, "Dari sekian banyak tokoh tokoh yang tergabung dalam
pertemuan di Thay san, apakah hanya engkau seorang Saja yang dapat lolos?"
Siu lam merenung sejenak, lalu menyahut-"Wanita siluman dari Beng gak itu, selain
memiliki kesaktian, pun juga mahir sekali menggunakan racun ganas. Sekalipun tokoh
tokoh itu terkena racun yang ditaburkan wanita itu,"."
"Mengapa engkau tak terkena racun?" tukas Thong soh Tek Cin dengan tajam.
Didesak dengan pertanyaan-pertanyaan sinis dan tajam dan kedua orang itu, Siu-lam
marah. Tetapi mengingat bahwa para hadirin disitu terdiri dari tokoh-tokoh persilatan
ternama, maka terpaksa ia menahan kemarahannya. Tetapi karena terus menerus kedua
rokoh itu menyerang dengan pertanyaan yang bernada sinis akhirnya Siu-lam terpojok
juga sehingga jawabannyapun sering tak lancar. Dan akhirnya ia tak mau menyahut lagi.
"Ha ha," Ciok Sam-kong tertawa, "sudah berpuluh-puluh tahun aku mengembara
didunia persilatan, masakan dapat engkau kelabuhi dengan ocehan anak kecil saja?"
Kemudian tokoh Swat-san-pay itu berpaling kearah Tay Ih siansu. Serunya, "Tahukah
loheng mengapa wanita Benggak itu tiba-tiba memerintahkan rombongannya
mengundurkan diri?" "Inilah yang menjadi pemikiran lohu. Tetapi agaknya karena pengaruh suara seruling
yang aneh itulah yang menyebabkan dia lari," sahut Tay Ih siansu.
"Seruling mempesonakan burung Hong, lagu menyengsarakan pemabuk. Tetapi belum
pernah kudengar suara musik dapat digunakan untuk mengundurkan musuh" seru Ciok
Sam-kong. Dan Thong-Toh Tek Cin dari Kong-tong-Piy segera menyambut, "Cabe tua tentu lebih
pedas dari cabe muda. Usia Ciok-heng lebih tua, tentu pengalaman lebih luas dari kami
semua." Melihat suasana berubah, Siu-lam menimang. Jika ia menggunakan kekerasan, tentu
akan timbul hal hal yang tak diinginkan. Maka ia segera duduk dan tak mau bicara lagi.
Sambil mengurut jenggot. Ciok Sam-kong berkata pula, "Keterangan Tay Ih tobheng
tentang pengunduran yang mendadak dari rombongan Beng gak itu, menimbulkan
kecurigaanku"."
Ia berhenti untuk melirik Siu-lam, katanya lebih lanjut, "Cobalah misalnya tentang diri
Siau yau cu, Sin Ciong totiang dan Tay Hong siansu dan Siau lim Si, Mereka tokoh yang
bagaimana tingkatannya, kiranya sekalian orang persilatan tentu memaklumi. Tapi mereka
tak dapat lolos dari tangan Beng gak. Sedang budak kecil itu, tak bernama sama sekali.
Tapi dapat meloloskan diri. Hal ini benar benar mengherankan sekali, bukan!"
Ucapan tokoh Swat San pay itu mempengaruhi pikiran sekalian hadirin. Mereka anggap
perkataan itu memang tepat. Hanya Ceng Hun totiang dari Ceng Sia-pay yang tetap
pejamkan mata seolah olah tak mengacuhkan.
Kemudian jago tua dari Swat-san pay itu berkata lagi, "Hal kedua yang menimbulkan
kecurigaan. Ketika dia menderita luka tepat pada saatnya tiba tiba muncul seorang nona
yang datang menolong. Dan sekali minum pil, lukanya terus sembuh. Jika sebelumnya
tiada rencana,tak mungkin hal itu dapat terjadi."
Tay Ih siansu menghela napas. Pelahan-lahan ia berbangkit dan tempat duduknya dan
hendak bicara. Tetapi dicegah Thong soh Tek-Cin- "Harap Lo siansu duduk dulu ijinkanlah
Ciok hengte menyelesaikan kata katanya dulu baru nanti lo-siansu dapat bicara lagi."
Sebagai tuan rumah. terpaksa Tay Ih sian-su mengalah. Ia duduk kembali.
Ciok Sam kong tertawa dingin, "Jika tujuan wanita siluman Beng gak itu hendak
menguasai dunia persilatan, jelas rencananya tentu bukan hanya tertuju kepada Siau-lim
si saja". Rupanya Can Yan hui ketua Tiam Long pay terpengaruh oleh ucapan Ciok Sam-kong
Tak henti hentinya jago wanita menganggukkan kepala.
Ciok Sam-kong mengangkat cawan araknya dan terus diteguknya habis. Lalu berkata
pula. "Pertempuran di Beng gak itu telah mengakibatkan banyak sekali tokoh tokoh
persilatan ternama yang mati dan luka. Ancaman itu merupakan suatu tantangan utama
bagi kesembilan partay persilatan untuk menanggulangi. Jika Beng-gak hendak menguasai
dunia persilatan tentu harus menghancurkan kesembilan partay. Tapi untuk melakukan itu,
Beng gak harus mendaki tangga yang dapat mencapai langit"."
Thian Ce totiang ketua Kun-lun-pay serentak berbangkit, "Ucapan Ciok lo cianpwe
memang tepat. Setiap patah berlambar alasan yang teguh bukti yang nyata. Tetapi
Sayang kurang jelas keterangannya. Maka mohon agar Ciok lo-cianpwe suka bicara yang
jelas, apa dan bagaimana rencana lo cianpwe yang sesungguhnya!"
Ciok Sam kong mengangguk, "Pertanyaan toheng bagus sekali"." kemudian ia
berpaling memandang kepala Siu lam, "Kesimpulan dari pembicaraanku tadi tak lain ialah
timbulnya rasa curiga terhadap Pui Tayhiap yang begitu gagah perkasa yang dapat
menahan serangan Beng gak"."
Siu lam tertawa tawar, serunya, "Dalam hal apakah lo cianpwe mencurigai wanpwe
itu?" Tiba-tiba nada Ciok Sam Kong berubah bengis, "Jika dugaanku itu benar, mungkin akan
engkau adalah orang Beng gak yang sengaja diselundupkan kemari"."
Selanjutnya sekalian hadirinpun sudah dapat menerka apa yang terkandung dalam
ucapan jago tua dan Swat san pay itu. Tetapi mereka tak mengira sama sekali bahwa Ciok
Sam kong menuduh langsung secara blak blakan kepada Siu lam. Hal itu benar benar
menggemparkan suasana perjamuan. Kini semua mata tertuju kepada Siu lam.
Sejak beberapa bulan mengalami peristiwa peristiwa yang aneh dan pembunuh
pembunuh yang mengerikan, sikap dan perasaan Siu lam jauh lebih mantap dan tenang
daripada usianya yang masih semuda itu. Disorot oleh puluhan pasang mata, ia tetap
tenang tenang saja. Sambil tersenyum, anah muda itu bertanya, "Jika dugaan locianpwe
itu tidak benar bagaimana?"
Pertanyaan Siu-lam itu tak terduga sama sekali. Sekalian hadirin diam-diam mengagumi
kecerdikan dan ketenangannya.
"Menilik pengalamanku yang sudah berpuluh-puluh tahun didunia persilatan, tak
mungkin dugaanku salah!" sahut Ciok Sam kong.
Siu-lam tertawa nyaring, "Jangan terlalu membanggakan pandangan sendiri"."
Thong soh Tek Cin marah sekali, "Hadirin disini terdiri dari tokoh ternama. Jangan
bertingkah sembarangan, hayo, berhenti!"
Siu-lam berhenti tertawa, sahutnya, "wanpwe memang hanya seorang muda yang tak
ternama. Memang tidak layak berdebat dengan tuan tuan disini. Hanya kebetulan sekali,
wanpwe dapat ikut menyaksikan pertemuan di Thay san dan pertempuran di Beng gak."
Ciok Sam-kong tertawa memutus, "Semua tokoh dalam pertemuan Thaysan telah mati,
kecuali engkau"."
Siu-lam tertawa, "Sebetulnya bukan hanya wanpwe saja yang dapat lolos itu. Tetapi
sayang mereka tak berada disini."
Kuatir akan terjadi pertengkaran, Tay Ih siansu segera menyeletuk, "Memang Pui-sicu
saat ini merupakan satu-satunya orang yang menyaksikan peristiwa pertempuran itu.
Benar lohu telah mengetahui bahwa Pui sicu berhasil lolos dari Beng gak, tetapi
sesungguhnya lohu belum tahu jelas apa yang sesungguhnya sudah terjadi". Sekiranya
Pui sicu tak keberatan, cobalah sicu ceritakan lagi kepada para hadirin."
Siu lam merenung beberapa taat, baru menyahut, "Wanpwe telah mengalami beberapa
peristiwa yang aneh. Apabila kuceritakan, orang tentu takkan percaya!"
Tay Ih-Siansu menghela napas, "Benar memang selama beberapa hari ini, Lohu
menyaksikan sendiri peristiwa peristiwa aneh yang dialami Pui Sicu."
Siu-lam tersenyum, "Peristiwa pertempuran di Beng gak itu, memang hanya seperti
impian buruk saja. Apalagi wanpwe hanya tahu namun tak mengetahui asal-usulnya. Maka
kalau wanpwe cerita, tentu membuat orang tak percaya. Lebih baik Wanpwe tidak
bercerita saja!" Tay Ih siansu kerutkan alis. Ia duduk kembali ia merasa bantuan anak muda kepada
Siau-limi si sudah terlalu banyak. Walaupun diketahuinya beberapa hal yang
mengherankan pada diri pemuda itu, tetapi yang jelas Siu lam telah berjuang demi
kepentingan Siau lim-si. Ciok Sam kong berseru nyaring, "Sekalipun wanita Beng gak itu sombong sekali, tetapi
dia pasti menyadari bahwa rintangan berat yang akan menghalang halangi rencananya itu,
bukan lain dari ke sembilan partay persilatan. Sudah berpuluh puluh tahun ini diantara
sembilan partay persilatan sudah melepaskan cita citanya menjagoi dunia persilatan.
Mereka saling mengalah dan akan hidup bersama secara damai. Karena mengetahui hal
itu, maka wanita iblis dari Beng gak telah merencanakan siasat buruk terhadap mereka.
Sekalipun sasaran pertama gereja Siau-lim si, tetapi tentu bukan merupakan tujuannya
yang terakhir"."
Thong-soh Tek Cin tertawa gelak gelak, "Aku mengerti apa yang Ciok heng maksudkan.
Tujuan Beng gak menyerang Siau lim si ini bukan lain hanya untuk siasat agar kesembilan
partay persilatan bergerak. Dengan begitu mudah mereka hancurkan. Bukankah begitu?"
"Rasanya Tek-heng hanya dapat menebak separuh. karena rencana wanita siluman itu
tidak terbatas sampai disitu." kata Ciok Sam kong.
"Kalau begitu harap Ciok lo cianpwe suka menjelaskan," kata Tan Han hui ketua wanita
dari Thian jong pay. "Apabila kesembilan partay persilatan itu sungguh-sungguh bersatu padu, kekuatannya
hebat sekali. Bagaimanapun juga, wanita Beng gak itu tentu akan pikir pikir dulu sebelum
berani bertindak, Maka dia tentu akan mengatur rencana. Andai kata dia dapat mengirim
seorang anak buahnya untuk menyelundup kedalam persekutuan kesembilan partay itu,
baik mengadakan gangguan secara terang terangan, maupun menggunakan siasat gelap
menggunakan racun dan lain lain cara yang ganas, tentu besar sekali bahayanya"." kata
Ciok Sam kong. Kemudian jago tua dari Swat-san pay itu batuk batuk lalu berkata pula, "Untunglah
dalam kalangan ke sembilan partay itu, selalu menerima murid dengan hati hati sekali.
Kiranya Sukar bagi Beng gak untuk menyelundupkan anak muridnya. Tetapi rupanya
wanita siluman itu tak pernah putus asa. Dengan cerdik dia dapat merencanakan siasat,
Diciptakannya seorang tokoh yang penuh misterius keanehan tetapi yang tindakannya
selalu condong membela kepentingan ke sembilan partay persilatan. Semisal dengan Pui
tayhiap ini. Dia seorang tokoh muda yang penuh dengan pengalaman pengalaman luar
biasa. Orang tentu sukar percaya apabila mendengar ceritanya. Seolah-olah apa yang
dialaminya selama ini, hanya satu hal yang tak
sengaja dan nasib baik"."
Siu lam tertawa getir, "Cara lo cianpwce berpidato untuk menggerakkan hati orang,
memang harus wanpwe kagumi!"
"Hampir seluruh hidupku, kulewatkan dalam dunia persilatan dan selama itu jarang aku
menduga salah." kata Ciok Sam kong dengan bangga.
Memandang kepada hadirin, Siu lam mendapat kesan bahwa tampaknya mereka sudah
terpengaruh oleh uraian Ciok Sam-kong tadi. Hal itu menggelisahkan Siu lam. Jika tokoh
tokoh ke sembilan partay itu percaya omongan Ciok Sam-kong, terang dia tentu akan
menjadi tertuduh". Tiba tiba Ciok Sam-kong menatap Siu-lam, Ia berkata dengan bengis, "Demi untuk
menyelamatkan dunia persilatan, tindakan pertama harus melenyapkan engkau!"
Siu-lam berbangkit dan berkata kepada Tay Ih Siansu "Kedatangan wanpwe ke gereja
Siau-lim si adalah bertujuan untuk memberi kabar tentang peristiwa di Beng gak. Dengan
demikian dapatlah Siau-lim-si bersiap siaplah menjaga segala kemungkinan. Dan ternyata
memang Beng gak telah mengadakan serangan. Adalah berkat kesatuan dan persatuan
anak murid Siau lim- Si. walaupun dengan pengorbanan besar, tetapi akhirnya gereja ini
telah dapat diselamatkan! Dan kini setelan ke sembilan partay itu telah datang membantu,
maka wanpwe kira tak perlu lagi wanpwe berada disini lebih lama. Apalagi orang telah
menaruh kecurigaan terhadap wanpwe. Maka dengan ini wanpwe mohon diri dan
Wanita Iblis Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memujikan agar tayhiap dapat menjaga diri dengan baik baik!"
Habis berkata Siu lam terus melangkah keluar.
"Tunggu dulu, Pui sicu," seru Tay Ih. Sambil berpaling, Siu lam menyahut, "Wanpwe
merasa tak menyalahi siapapun juga. Tak perlu lo-siansu mencemaskan wanpwe. Baik
buruk, kelak tentu akan ketahuan!"
"Hei, hendak lolos" Ho, tak semudah itu rasanya!" teriak Ciok Sam kong. Sekali
memberi isyarat, dua orang anak muda segera loncat menghadang Siu-lam. Keduanya
adalah anak murid partay Swat san pay.
Siu-lam berhenti dan memberi hormat, "Harap saudara berdua suka memberi jalan."
Sekali menekan meja, Thong soh Tek Cin melayang ke belakang Siu lam, "Sebelum
urusan ini jelas, kiranya lebih baik engkau jangan tinggalkan tempat ini dulu "
Siu-lam berpaling, "Andaikata aku memang anak buah Beng gak. asal pergi tak
mengganggu apa apa, kan boleh juga. Cara lo cianpwe bertindak seperti hendak
mendesak kepada wanpwe ini, sebenarnya mengandung maksud apa?"
Tek Cin tertawa dingin, "Dapat menjadi mata mata Beng gak, tentulah engkau
mempunyai rencana yang lihay. Bukankah sayang kalau terburu- buru hendak pergi?"
Wajah Siu lam berobah seketika tetapi cepat ia tenang kembali. "Apa yang lo cianpwe
kehendaki?" "Kuminta engkau suka menerangkan rencana wanita siluman itu!" kata Tek Cin.
"Tetapi wanpwe ini sama sekali bukan orang Beng gak. Bagaimana suruh Wanpwe
menjelaskan rencana mereka?"
"Sekalipun engkau berotot kawat dan bertulang besi, tentulah tak dapat bertahan
siksaan yang ngeri, lebih baik bilang saja terus terang!"
Siu-lam memandang kearah Tay Ih siansu Ia berusaha keras untuk menekan
kemarahan. Rupanya pejabat ketua Siau-lim si itupun terpengaruh oleh ucapan Ciok Sam kong. Dan
dalam keraguan itu. samar-samar Tay Ih siansu pun timbul kecurigaannya terhadap Siu
lam. Dalam keadaan seperti saat itu, Tay Ih tidak lekas dapat mengambil keputusan.
Ketua Siau-lim-si itu bimbang. Ia wajib melindungi keselamatan Siu-lam, tetapi iapun tak
dapat menghalangi Ciok Sam kong melakukan penyelidikan yang seksama.
Setelah beberapa saat ketua Siau-lim si itu tak bertindak apa-apa, Siu lam marah.
Ujarnya, "Lo siansu menyaksikan segala yang terjadi, tetapi lo siansu masih mencurigai
wanpwe juga. Apalagi lain orang"."
Ia menghela napas. Ia merasa dunia persilatan memang ruwet. sukar membedakan
Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 22 Memburu Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra Lambang Naga Panji Naga Sakti 5
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama