Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Sin Tiaw Hiap Lu Karya Chin Yung Bagian 17
Tetapi keluargaku miskin, kepandaianku tak berarti sekali-kali tak berani memikirkan puteri bijaksana.
" Seketika Kwe Cing tercengang, sungguh tak pernah diduganya bahwa dengan nama suami-isterinya yang tersohor di kolong langit, wajah dan silat puterinya juga tergolong kelas satu, apalagi ia sendiri yang buka mulut hendak menjodohkan-nya, siapa tahu orang malah menolak mentah2.
Tapi ia lantas ingat tentu usia Nyo Ko masih muda dan merasa malu, maka pura2 menolaknya.
Maka ia tertawa pula dan berkata: "Ko-ji kita bukan orang luar, urusan ini bersangkutan dengan seumur hidupmu tak perlu kau malu-malu.
" Tapi lagi-lagi Nyo Ko menjura dan menjawab: "Kwe-pepek jika engkau ada perintah, ke lautan api atau masuk air mendidih, sedikitpun aku tak menolak, namun urusan perjodohan ini, betapapun tak berani ku menurut," Melihat pemuda ini bersikap sungguh2, alangkah herannya Kwe Cing, ia pandang sang isteri dan berharap ikut menjelaskan persoalannya.
Ui Yong sesalkan sang suami terlalu lurus, tidak selidiki dulu lantas berkata terang2an dalam perjamuan terbuka hingga kebentur tembok sendiri.
Sudah dilihatnya sikap antara Nyo Ko dan Siao liong-li yang sedang saling cinta, tapi mereka mengaku sebagai guru dan murid, apakah mungkin kedua orang ini telah tersesat dan berzinah" Tentang ini sesungguhnya ia tak berani percaya, ia pikir Nyo Ko belum pasti seorang jantan sejati, tapi juga tak nanti melakukan perbuatan terkutuk dan rendah itu.
Harus diketahui orang pada ahala Song sangat pentingkan tata susila, tingkatan antara guru dan murid dipandang seperti raja dan hambanya, seperti ayah dan anak yang se-kali2 tak boleh berbuat sembarangan.
Walaupun Ui Yong bercuriga, namun urusan ini terlalu besar artinya, seketika iapun tak berani percaya, maka ia tanya Nyo Ko: "Ko-ji, benarkah Liong-kohnio gurumu ?" "Ya," sahut Nyo Ko pasti.
"Apakah kau angkat guru padanya dengan menjura dan menyembah?" tanya "Ui Yong lagi "Ya," jawab Nyo Ko tegas, Mulutnya menjawab Ui Yong, tapi matanya memandang Siap-liong-li dengan penuh rasa kasih mesra, jangankan Ui Yong cerdik melebihi orang biasa, sekalipun orang lain juga dapat melihat bahwa antara kedua muda-mudi ini tentu mempunyai hubungan yang lain dari yang lain.
Namun Kwe Ceng belum juga paham maksud tujuan sang isteri ia pikir: "Bukankah sejak tadi ia bilang murid Liong-kohnio, ilmu silat mereka berdua terang juga sama, mana bisa dipalsukan lagi" Aku persoalkan perjodohan, kenapa adik Yong tanyakan perguruan dan alirannya" Em, ya, lebih dulu bocah ini masuk Coan-cin-pay, kemudian ganti angkat guru lain, meski hal ini tak baik, tapi urusannya gampang juga diselesaikan.
" Dalam pada itu melihat sikap Nyo Ko terhadap Siao-liong-li, diam2 Ui Yong terperanjat sekali, lekas2 ia kedipi sang suami dan berkata: "Sudahlah, umur Hu-ji masih kecil, soal perjodohannya kenapa harus ter-buru2" Hari ini para ksatria berkumpul disini, paling betul berunding dulu masalah negara yang besar, urusan pribadi sementara boleh kesampingkan dulu.
" Kwe Cing pikir betul juga, maka jawabnja: "Ya, betuI, hampir saja aku pentingkan urusan pribadi dan melupakan soal besar.
Liong-kohnio, urusan perjodohan Ko-ji dan puteriku ini biarlah kita bicarakan lagi kelak.
" Siapa duga mendadak Siao-liong-Ii geleng2 kepala.
"Tidak, aku yang akan menjadi isteri Ko-ji, tak nanti ia menikahi anakmu," sahutnya tiba2.
Kata2 itu diucapkan cukup keras dan terang, maka ada ratusan hadirin di situ mendengarnya, keruan Kwe Cing terperanjat, seketika ia berbangkit sungguh ia tak percaya pada telinga sendiri, namun bila dilihatnya Siao-liong-li memegangi tangan Nyo Ko dengan sikap begitu hangat dan mesra, hal ini tak bisa pula tak mempercayainya.
"Ap. . . . apa katamu" Di. . . dia mu. . . muridmu bukan?" tanyanya cepat tak lancar.
"Ya," sahut Siao-liong-li dengan tersenyum simpul "Dahulu aku mengajarkan ilmu silat padanya, tapi kepandaiannya kini sudah sama kuatnya dengan aku, ia sangat suka padaku dan akupun suka padanya, Dulu.
. . . " sampai di sini tiba2 ia pelahankan suaranya, meski gadis ini masih polos, namun sifat malu2 anak perempuan adalah pembawaan, maka dengan lirih ia sambung: ".
. . dulu, dulu kukira dia tak suka padaku dan tak mau aku menjadi isterinya, ak.
. . aku menjadi sedih sekali, aku ingin mati saja lebih baik Tapi ha.
. . hari ini barulah aku tahu ia cinta padaku sesungguh hati, ak.
. . aku. . . " Luar biasa penuturan Siao-liong-li yang keluar dari jiwa murninya ini hingga seketika beratus hadirin itu sama sunyi senyap mendengarkan kata2 si gadis.
Umumnya, sekalipun seorang gadis yang sedang terbakar api asmara, namun tak nanti mengumumkannya terang2an di hadapan orang banyak.
Apalagi menutur pada orang luar yang bukan sanak keluarga sendiri Tapi Siao-liong-li terlalu bersih, ia tak kenal urusan umum, apa itu tata krama atau kebiasaan manusia, segalanya tak dipahaminya, apa dirasakan perlu dikatakannya segerapun dikatakan.
Sebaliknya Nyo Ko sangat terharu melihat perasaan si gadis yang murni itu, tapi bila dilihatnya wajah orang lain nada unjuk rasa terkejut dan heran, ia menjadi kikuk dan tak bisa membenarkan pula, ia tahu Siao-liong-li terlalu hijau, sepantasnya tidak membicarakan urusan ini di tempat orang banyak, maka tangan orang lantas ditariknya, dengan suara halus iapun mengajak: "Marilah, Ko-koh, kita pergi saja !" "Baik," sahut Siao-liong-li.
Lalu kedua muda-mudi inipun bertindak keluar berendeng.
Tatkala itu meski seluruh ruangan penuh berjubel dengan orang, namun dalam pandangan Siao liong-li se-akan2 Nyo Ko seorang saja yang dilihatnya.
Kwe Cing saling pandang bingung dengan Ui Yong, tidak sedikit peristiwa aneh dan berbahaya yang pernah mereka alami selama hidup, tapi kejadian di depan mata sekarang ini sungguh tak pernah mereka duga, seketika merekapun tidak tahu bagaimana harus bertindak.
Pada waktu Siao-liong-li dan Nyo Ko sudah hampir melangkah keluar ruangan pendopo itu, mendadak Ui Yong meneriakinya: "Liong-kohnio, kau adalah Bu-lim Bengcu yang dihormat dan dipandang sebagai suri teladan semua orang, maka urusan ini hendaklah kau pikirkan lebih masak.
" Tiba2 Siao-liong-li menoleh sambil tersenyum manis, sahutnya: "Aku tak sanggup menjadi Bu-lim Bengcu segala, kalau cici suka bolehlah kau ambil saja jabatan itu.
" "Tidak, bila kau mau menolak, maka serahkan "saja pada ksatria angkatan tua Ang-lopangcu," kata Ui Yong.
Bu-lim Bengcu adalah gelar kehormatan yang amat agungnya, dalam dunia persilatan, tapi sedikitpun tak terpikir oleh Siao-liong-li, ia menjawab pula sekenanya: "Terserahlah kau, pendeknya aku tidak kepingin.
" Habis itu tangan Nyo Ko ditariknya hendak berjalan keluar lagi.
Se-konyong2 sesosok bayangan berkelebat, dari tengah orang banyak tahu2 melompat keluar se-orang berjubah pertapaan dan tangan menghunus pedang, ia bukan lain dari pada imam Coan-cin-kau, Thio Ci-keng adanya.
"Nyo Ko," bentak Ci-keng mendadak dengan pedang melintang dan menghadang di ambang pinta "Kau durhaka dan mengkhianati perguruan, hal ini saja tak dibesarkan orang, kini kau berbuat lagi serendah binatang, apa kau masih punya muka untuk hidup di dunia ini" Asal aku Thio Ci-keng masih bisa bernapas, tidak nanti kubiarkan kau.
" Nyo Ko tak suka ribut2 dengan Ci-keng di depan orang banyak, maka dengan suara tertahan ia membentak "Menyingkir!" "In-sute," teriak Ci-keng pula, "coba kau maju, katakanlah malam itu di Cong-lam-san dengan mata kepala kita sendiri menyaksikan kedua orang ini telanjang bulat lagi berbuat apa?" PeIahan2 Ci-peng berdiri dengan sedikit gemetar waktu ia angkat tangan kirinya, maka terlihatlah jari2 kecil dan manis tangannya telah kutung semua, meski semua orang tak tahu maksud-nya mengunjuk tangan cacat ini, namun melihat tubuh Ci-peng yang gemetar dan bersikap aneh, orangpun dapat menduga pasti di dalamnya tersangkut sesuatu yang ganjil.
Seperti diketahui, malam itu Siao-liong-li dan Nyo Ko sedang melatih Giok-li-sim-keng dalam semak2 bunga dan dipergoki Ci-keng dan Ci-peng tanpa sengaja, tatkala mana Nyo Ko telah paksa Ci-peng bersumpah agar tak bercerita pada orang kelima, siapa tahu hari ini orang telah menistanya di hadapan orang banyak, tentu saja luar biasa gusarnya Nyo Ko.
"Kau telah bersumpah tak akan ceritakan pada orang kelima, apa kau lupa?" bentak Nyo Ko segera.
Ci Keng ter-bahak2 oleh teguran ini "Ya.
memang aku bersumpah tidak akan bercerita pada orang kelima.
" sahutnya keras, "tapi kini disini ada orang keenam, ketujuh, bahkan beratus dan beribu orang, dengan sendirinya sumpahku itu sudah batal.
Kalian berdua berani berbuat, sudah tentu aku pun boleh mengomongnya bukan?" Peristiwa itu memangnya sangat kebetulan saja, ketika tengah malam Ci-keng melihat kedua muda-mudi itu telanjang bulat berada bersama dalam semak2, ia sangka orang telah berbuat kotor, siapa tahu sesungguhnya orang lagi melatih ilmu yang tiada bandingannya itu.
Dalam gusarnya kini peristiwa itu disiarkannya, sebenarnya bukan maksudnya sengaja hendak memfitnah.
Akibat kejadian malam itu, Siao-liong-li sampai muntah darah saking gusar dan hampir2 jiwanya melayang, kini mendengar Ci-keng berdebat model pokrol bambu.
ia tak tahan lagi, cepat sekali ia ulur tangan dan menekan pelahan ke dada Ci-keng seraya berkata: "Baiknya kau jangan ngaco-belo ya !" Sementara ini Giok-li-sim-keng yang dilatihnya sudah jadi, gerak tangannya ini dilakukan tanpa suara dan tak kelihatan, kebetulan juga Giok-li-sim-keng itu diciptakan sebagai lawan ilmu silat Coan-cin-pay ketika Ci-keng hendak menangkis.
tak tahunya tangan Siao-liong-li telah memutar lagi dan tetap meraba ke dadanya.
Sekali tangkis tak kena, luar biasa kejut Ci-keng, namun begitu dadanya teraba tangan orang pun lantas ditarik kembali dan tiada sesuatu perasaan apa2, maka iapun tidak ambil perhatian dengan tertawa dingin ia coba meng-olok2 lagi: "Ada apa kau meraba tubuhku " Aku toh bukan gend.
. . " Belum kata2 "gendakmu" selesai diucapkan, mendadak kedua matanya melotot kaku, seketika orangnya terkulai ke depan, nyata ia sudah terluka dalam yang amat parah.
Melihat sang Sutit terluka, lekas2 Sun Put-ji dan Hek Tay-thong memburu maju buat membangunkan, dilihatnya napas Ci-keng memburu dan wajahnya merah padam bagai orang mabuk "Bagus, kau Ko-bong-pay benar2 hendak memusuhi Coan-cin-kau kami," teriak Sun Put-ji, segera pedangpun dilolosnya lantas hendak melabrak Siao-liong-li.
Lekas2 Kwe Cing melompat maju dan menyela di tengah kedua pihak "Sudahlah, orang sendiri jangan cekcok," ia coba memisah.
Lalu ia berkata juga pada Nyo Ko: "Ko-ji, kedua pihak sama2 terhitung gurumu.
Harap kau minta mereka kembali ke tempat duduk masing2, ada apa2 biarlah kita pertimbangkan sebenarnya siapa yang salah.
" Akan tetapi Sino-liong-li sudah jemu dan benci pada segala kepalsuan manusia dengan pengalaman2 sejak ia turun gunung, maka tangan Nyo Ko digandengnya dan mengajaknya lagi "Marilah kita pergi saja, Ko-ji, selamanya jangan kita ketemu orang2 ini pula !" Nyo Ko ikut bertindak pergi, tapi mendadak pedang Sun Put-ji berkelebat ia menghadang pula dan membentak: "Hm, enak saja, sudah melukai orang lantas hendak merat begitu saja?" Melihat kedua pihak akan saling gebrak lagi lekas2 Kwe Cing berkata pula dengan sungguh2 -"Ko-ji, segalanya hendaklah kau pikir masak2 dan jadilah orang baik2, jangan bikin susah diri sendiri dan membikin busuk nama baikmu.
Namamu Ko adalah aku yang memberi, apa kau paham maksud huruf "Ko" itu?" Tergetar Nyo Ko oleh teguran itu, mendadak terbayang olehnya banyak kejadian di masa kecil, teringat olehnya segala hinaan yang pernah ia rasakan, pikirnya: "Aneh, mengapa namaku ini adalah pemberian Kwe-pepek?" "lbumu dulu tentu pernah ceritakan padamu kau bernama "Ko" dan alias apa?" tegur Kwe Cing pula bengis.
Maka ingatlah Nyo Ko pernah dengat dari ibunya, cuma dulu usianya masih kecil, maka selamanya tiada orang memanggil nama aliasnya hingga ia sendiri hampir lupa, "Nama aliasku "Kay-ci" sahutnya kemudian.
"Benar," kata Kwe Cing.
"Dan apa maksudnya itu?" "Kwe-pepek maksudkan bila aku ada kesalahan (Ko) supaya bisa memperbaikinya (Kay-ci)," sahut Nyo Ko.
Karena itu lagu suara Kwe Cing berubah sedikit halus.
"Ko-ji," katanya pula, "manusia mana yang tak pernah salah (Ko), tapi salah berani memperbaiki hal ini harus dipuji, ini adalah petua Nabi.
Kini kau tak menghormati guru, ini adalah kesalahan maha besar, hendaklah kau bisa pikirkan secara baik-baik.
" "Kalau aku ada salah sudah tentu akan kuperbaiki," sahut Nyo Ko.
" Tetapi dia. . . dia. . . " ia tuding Ci-keng dan melanjutkan: "dia pukul aku, dia menghina aku, menipu aku dan benci padaku, mana mau aku mengakui dia sebagai guru" Aku dan "Liong-kokok suci bersih, Thian menjadi saksi, aku menghormati dia, kucinta padanya, apakah ini suatu kesalahan?" Nyo Ko mencerocos dengan lancar dan bersemangat oleh rasa benarnya, kecerdasan dan bicaranya Kwe Cing tak ungkuli pemuda ini, sudah tentu ia menjadi gelagapan, Cuma perbuatan orang dirasakannya salah, hanya seketika ia tak bisa menjelaskannya.
"Ko-ji," sementara Ui Yong sudah maju juga, "Kwe-pepek ingin kau berbuat baik, hal ini hendaklah kau mengerti" suaranya halus.
Karena itu perasaan Nyo Ko terguncang, iapun lirihkan suara dan menyahut: "Ya, selamanya Kwe-pepek sangat baik padaku, hal ini aku cukup tahu.
" Karena terharunya, matanya merah dan hampir2 meneteskan air mata.
"Maksudnya hanya berusaha menginsafkan kau, sekali-kali jangan kau salah paham," kata Ui Yong lagi.
"Tetapi aku justru tak paham, aku tak mengerti kesalahan apakah yang kulakukan?" kata Nyo Ko pula.
Tiba2 Ui Yong menarik muka, "Apa kau benar2 tak mengerti atau kau sengaja main gila dengan kami ?" tanyanya.
Nyo Ko menjadi penasaran, ia pikir: "Jika kalian baik2 terhadapku dengan sendirinya aku pun balas dengan baik, tetapi kalian ingin aku berbuat bagaimanakah ?" Karena itu, ia gigit bibir dan tak menjawab.
"Baiklah, bila kau ingin aku bicara terus terang, rasanya akupun tak perlu main teka-teki dengan kau," kata Ui Yong, "Liong-kokoh adalah Suhumu, itu berarti orang tua yang harus kau hormati, maka tak boleh ada hubungan pribadi antara laki2-perempuan.
" Peraturan demikian itu bukannya Nyo Ko tak paham sama sekali seperti diri Siao-liong-li, cuma ia tak mengerti, sebab apa hanya lantaran Kokoh pernah mengajarkan ilmu silat padanya lantas tak boleh menjadi isterinya " Kenapa hubungannya dengan Liong-kokoh yang suci bersih, Kwe-pepek saja tak mau percaya" Berpikir sampai disini, tak tahan lagi iapun naik darah.
Dasar Nyo Ko seorang yang tak gentar terhadap segala apa dan pantang kekerasan, sekali ia merasa penasaran, ia menjadi lebih tak mau mengerti Segera, dengan suara keras ia berkata lagi: "Dan perbuatan apa yang kulakukan yang membikin susah kalian" Siapa yang pernah kucelakai" Liong-kokoh pernah mengajarkan ilmu silat padaku, aku justru ingin dia menjadi isteriku, kau boleh bacok aku, boleh cincang aku, namun aku tetap ingin dia menjadi isteriku.
" Kata2nya ini betul2 membikin seluruh hadirin terperanjat.
Pada jaman Song orang sangat kukuh pada tata adat, mana ada logika yang menyimpang 180 derajat dari peraturan itu" Selama hidup Kwe Cing sendiri paling menghormat pada guru, maka ia gusar tidak kepalang oleh jawaban Nyo Ko itu, cepat sekali ia melangkah maju, segera ia jamberet dada Nyo Ko.
Siao-liong-li terkejut segera ia menangkis, Namun ilmu silat Kwe Cing masih jauh di atasnya, apalagi dalam keadaan gusar, seluruh tenaganya telah dikeluarkan semua, ketika sekali tarik terus dilemparkan, tahu2 Siao-liong-li terlempar pergi setombak lebih dan turun kembali di luar pintu menyusul mana sebelah tangan Kwe Cing pegang dada Nyo Ko tempat "Thian-tut-hiat" dan tangan lain diangkatnya tinggi2 sambil membentak: "Binatang cilik, kenapa kau berani keluarkan kata2 durhaka semacam itu?" Seluruh tenaga Nyo Ko lenyap seketika oleh karena cekalan Kwe Cing itu, namun dalam hati sedikitpun ia tak takut "Kokoh cinta padaku sepenuh hatinya, begitu pula aku terhadapnya," katanya lantang, "Kwe-pepek, kau mau bunuh aku boleh bunuhlah, tapi keputusanku ini tak akan berubah selamanya.
" "Aku anggap kau seperti anakku sendiri, tidak boleh kudiamkan kesalahanmu dan tak memperbaikinya," kata Kwe Cing.
"Aku tak salah, aku tidak melakukan sesuatu yang buruk, aku tak pernah mencelakai orang lain!" jawab Nyo Ko tegas, Tiga kalimat itu diucapkannya dengan begitu kuat dan pasti.
Seketika hati para ksatria ikut terkesiap, mereka merasa kata2 Nyo Ko ada bagian2 yang masuk di akal, umpama saja kalau kedua muda-mudi ini tidak bilang2 pada orang lain, lalu hidup menyendiri di dunia lain atau menjadi suami isteri di pulau terpencil misalnya, bukankah tidak merugikan siapapun juga.
Tapi kalau berbuat se-mena2 sesukanya tanpa menghiraukan pedapat umum, ini pun tak bisa dibenarkan dan merupakan sampah masyarakat persilatan.
Tapi berlainan pendapat Kwe Cing daripada Nyo Ko, ketika telapak tangannya sudah diangkat, ia berkata dengan pedih : "Ko-ji, betapa sayangku padamu, apakah kau mengerti" Aku lebih suka kau mati daripada kau berbuat hal2 tak baik, pahamkah kau?" Karena kata2 Kwe Cing ini, Nyo Ko tahu bila tidak ganti lagu suara, sekali gablok pasti dirinya akan terpukul mati, kadangkala pemuda ini licin dengan macam 2 tipu akalnya, tapi kini ia justru keras kepala, maka dengan tegas ia menjawab: "Aku yakin aku tidak bersalah, kalau Pepek tak percaya biarlah kau pukul mati aku saja.
" Telapak tangan kiri Kwe Cing sudah diangkat tinggi2, asal sekali gablok ke atas batok kepala Nyo Ko, mana bisa bernyawa pula" Karena itu seketika para ksatria sunyi senyap tiada yang bersuara, semuanya menatap tangan Kwe Cing apakah jadi digablokkan atau tidak.
Sejurus telapak tangan Kwe Cing tinggal terangkat tinggi2, kembali ia pandang Nyo Ko sekejap, ia lihat bocah ini gigit kencang bibirnya dan alis terkerut rapat, parasnya begitu mirip dengan mendiang ayahnya, Nyo Khong.
Mendadak Kwe Cing menghela napas panjang, ia lepaskan jambretannya dan berkata: "Sudahlah, harap kau berpikir lebih masak.
" Habis itu iapun kembali ke tempat duduknya tadi, sekejap saja ia tidak pandang Nyo Ko pula, tampaknya ia begitu putus asa dan habis harapan.
"Ko-ji, orang2 ini begini kasar, jangan kau peduli mereka, marilah kita pergi saja," tiba2 Siao-liong-li menggapai Nyo Ko.
Nyata sama sekali ia tidak tahu bahwa jiwa Nyo Ko tadi sudah dalam saat yang menentukan.
Dengan langkah lebar segera Nyo Ko keluar ruangan pendopo itu sambil bergandeng tangan Siao-liong-li, mereka mendapatkan kuda mereka yang kurus itu dan segera menuntunnya berlalu.
Dengan mata terpentang Iebar2 para ksatria mengikuti kepergian kedua muda-rnudi itu, ada yang memandang rendah, ada yang kagum, ada yang gusar dan ada yang simpatik dan macam2 perasaan yang tak sama.
Begitulah berendeng Nyo Ko bikin perjalanan dengan Siao-liong-li, meski hari sudah jauh malam, tapi mata kedua orang ini cukup terlatih, jalan di malam gelap mereka anggap seperti siang hari saja.
Sudah lama berpisah dan kini kedua muda-mudi ini berdua kembali, betapa senang perasaan mereka tak perlu dilukiskan lagi, segala apa yang terjadi tadi, pertempuran mati2an, perdebatan dan caci maki, semuanya sudah mereka lupakan.
Mereka berjalan terus tanpa bicam, akhirnya sampai di bawah suatu pohon Yang-liu yang rindang, tanpa berjanji keduanya mendekati dan duduk bersandarkan dahan pohon, lambat laun merekapun merasa letih dan kemudian terpulas sendirinya.
Kuda kurus itu makan rumput hijau di kejauhan dengan bebasnya, hanya kadang2 terdengar suara meringkiknya yang pelahan.
Setelah mendusin, hari sudah terang benderang, kedua muda-mudi itu saling pandang dan tertawa.
"Ke mana kita sekarang, Kokoh?" tanya Nyo Ko.
"Lebih baik kembali Ko-bong (kuburan kuno) saja," sahut Siao-liong-li sesudah merenung sejenak.
Nyata sejak ia turun gunung, ia merasa meski dunia ramai ini sangat indah, tapi tetap tidak lebih merdeka daripada hidup dalam kuburan kuno itu.
Nyo Ko juga tahu jiwa Siao-liong-li terlalu polos dan tidak cocok untuk bergaul dengan orang, ia pikir kalau selama hidup ini bisa berdampingan dengan gadis ini, selebihnya tiada yang dia inginkan lagi, dahulu ia suka kenangkan dunia luar yang ramai dan berharap bisa keluar kuburan, tetapi sesudah berkelana sekian lama, kembali ia rindu pada kehidupan yang aman tenteram dalam Ko-bong itu.
Begitulah kedua orang itupun balik ke utara, sepanjang jalan mereka bicara dan menempuh jalan pe-lahan2.
Yang satu tetap panggil "Ko-ji" dan yang lain sebut "Kokoh", mereka merasa sebutan itu adalah paling cocok dan wajar.
Sampai lohor, pembicaraan mereka sampai pada ilmu silat Kim-lun Hoat-ong dan murid2nya yang lihay luar biasa.
"Ko-ji, pada bab terakhir dari Giok-li-sim-keng selamanya belum pernah kita latih, apa kau masih ingat?" tiba2 Siao-liong-li berkata.
"lngat, cuma berulang kali kita sudah pernah coba memecahkannya dan selalu gagal, agaknya pasti ada yang salah," sahut Nyo Ko.
"Sebenarnya akupun tak paham," ujar Siao-liong-li, "tetapi kemarin melihat imam wanita tua itu menggeraki pedangnya, waktu itulah mengingat kan padaku akan sesuatu.
" Seketika Nyo Ko paham juga bila teringat tipu gerakan pedang yang digunakan Sun Put-ji kemarin, "Ya, ya," segera ia berteriak, "harus digunakan berbareng antara Giok-li-sim-keng dan ilmu silat Coan-cin-pay, pantas kita sudah melatih kesana kemari masih belum berhasil.
" Kiranya dahulu cikal-bakal Ko-bong-pay, Lim Tiao-eng, sangat ter-gila2 pada Ong Tiong-yang, waktu tinggal sendiri dalam kuburan kuno ia ciptakan ilmu silat Giok-li-sim-keng, namun terhadap Ong Tiong-yang masih tetap tidak pernah lupa, maka sampai bab terakhir dari Giok-li-sim-keng yang dia tulis, timbul khayalannya pada suatu hari kelak pasti bisa sejajar dengan jantung hatinya menggempur musuh.
Oleh karena itu, ajaran ilmu pada bab terakhir itu melukiskan seorang menggunakan ilmu dari Giok-li-sim-keng dan yang lain memakai ilmu silat Coan-cin-pay untuk saling bahu-membahu menggempur musuh.
Begitulah dari segala isi hati yang pernah tumbuh dalam lubuk hati Lim Tiao-eng dahulu terhadap Ong Tiong-yang semuanya telah disalurkan melalui bab tarakhir dari ilmu silat ciptaannya itu.
Waktu Siao-liong-li dan Nyo Ko melatihnya mula2, karena rasa cinta mereka belum bersemi maka tak mungkin mereka paham jerih payah maksud hati Cosu-popoh mereka, lebih2 tidak bisa dimengerti bahwa di antara mereka yang satu harus pakai ilmu silat perguruan sendiri dan yang lain harus gunakan ilmu silat Coan-cin-pay yang sama sekali berlawanan itu.
Kini sesudah sadar, segera kedua muda-mudi itu jemput sebatang kayu dan sejurus demi sejurus merekapun mulai memecahkan pelajaran yang sudah lama belum berhasil itu.
Dengan pelahan Siao-liong-li mainkan Giok-li-sim-keng dan Nyo Ko sebaliknya keluarkan Kiam-hoat Coan-cin-pay.
Tetapi baru beberapa jurus mereka pecahkan, kembali mereka menghadapi jalan buntu karena satu dan lain tak cocok lagi Hendaklah tahu bahwa dahulu waktu Lim Tiao-eng menciptakan ilmu pedang ini, dalam khayalannya ia berdiri sejajar dengan Ong Tiong-yang menggempur musuh, maka setiap tipu gerakan selalu bekerja sama dengan rapat, kini Nyo Ko dan Siao-liong-li saling latih dengan tangkai kayu mereka anggap masing2 sebagai pihak lawan, waktu dimainkan dengan sendirinya menyimpang dan tak cocok, meski mereka mengulanginya ber-kali2 tetap tidak betul.
"Apa mungkin kita sudah lupa, coba kita kembali Ko-bong dulu baru nanti melatihnya lagi.
" ujar Siao-liong-li Selagi Nyo Ko hendak menjawab, tiba2 didengarnya di kejauhan ada suara derapan kuda, seorang penunggang secepat terbang telah mendatangi.
Kuda itu seluruhnya berbulu merah, penunggangnya juga baju merah, hanya sekejap saja, orang dan tunggangannya bagai segumpal awan merah sudah lewat di samping mereka, nyata itu adalah kuda "si merah" tunggangan Ui Yong.
Nyo Ko tak ingin bertemu dengan keluarga Kwe Cing yang hanya menimbulkan rasa kesal saja, maka ia ajak Siao-liong-li pilih jalan kecil saja agar tidak kepergok dengan orang di depan sana.
Meski Siao-liong-li adalah Suhu, tapi kecuali ilmu silat, urusan2 lain sama sekali ia tak paham, kalau Nyo Ko bilang pilih jalanan kecil, dengan sendirinya iapun menurut.
Malamnya kedua orang menginap di suatu hotel kecil, Nyo Ko tidur di atas ranjang dan Siao-liong-li masih tetap tidur di atas tali yang digantung diantara dua belah dinding.
Dalam hati kedua orang pasti hendak bersuami isteri tetapi karena beberapa tahun didalam kuburan kuno selalu tidur seperti demikian ini, sesudah bersua kembali mereka masih tetap tidur cara lama dan melatih diri seperti dulu2, yang mereka pikir ialah buah hati sudah berdampingan dan selanjutnya tak akan berpisah lagi, dalam hati mereka sama2 merasa girang dan terhibur tak terhingga.
Besok siangnya, tibalah mereka sampai di suatu kota besar, kota itu penuh sesak dengan lalu lintas kereta kuda dan orang jalan hingga suasana sangat ramai.
Nyo Ko ajak Siao-Iiong-li dahar ke suatu restoran, tapi baru saja mereka naik ke atas loteng.
seketika Nyo Ko tercengang, ia lihat Ui Yong dan Bu-si Hengte juga sedang bersantap di situ.
Karena sudah telanjur bertemu, Nyo Ko pikir tak enak menyingkir maka ia maju memberi hormat dan menyapa.
"Kau melihat puteriku tidak?" demikian Ui Yong bertanya dengan alis terkerut rapat dan muka muram sedih.
"Tidak, apa Hu-moay tidak bersama dengan kau?" jawab Nyo Ko.
Belum lagi Ui Yong menjawab atau terdengar tangga loteng riuh ramai, beberapa orang telah naik ke atas, seorang yang jalan paling depan berperawakan tinggi besar, siapa lagi dia kalau bukan Kim-Iun Hoat-ong" Nyo Ko cukup jeli, ia tak bicara lagi dengan Ui Yong, tapi cepat kembali ke samping Siao-Iiong-li dan membisikinya: "Berpaling ke sana, jangan pandang mereka.
" Tapi betapa tajam sinar mata Kim-lun Hoat ong, begitu naik ke atas, seketika semua orang di atas loteng sudah masuk dalam pandangannya, maka terdengarlah ia tertawa-tawa dingin, dengan bebasnya ia duduk menyanding suatu meja.
sebenarnya Nyo Ko sudah berpaling ke arah lain, mendadak ia dengar Ui Yong berseru: "Hu-ji!" ia terkesiap, tanpa terasa ia menoIeh, maka terlihatlah Kwe Hu duduk semeja dengan Kim-lun Hoat-ong dengan mata terbuka lebar lagi pandang sang ibu, cuma tak berani menyeberang ke sini.
Kiranya sehabis Kim-lun Hoat-ong dikalahkan ia masih penasaran dan memikirkan daya upaya untuk tebus kekalahannya itu, di samping itu Pengeran Hotu terkena jarum berbisa dan racunnya bekerja hebat, segala obat penawar sudah digunakannya tanpa berhasil, karena itu lebih2 menambah hasratnya hendak rebut obat, maka ia tak pergi jauh melainkan menunggu kesempatan baik di sekitar Liok-keh-ceng.
Agaknya memang nasib Kwe Hu yang bakal ketimpa malang, pagi2 ia sudah jalan2 dengan kuda merahnya dan kebetulan kepergok Kim-lun Hoat-ong hingga diseret turun dari kudanya.
Beruntung kuda merah itu sangat cerdik, secepat terbang binatang itu lari pulang dan mendengking pilu di hadapan sang majikan.
Kwe Cing tahu sang puteri ketemukan bahaya, keruan terkejut, segera mereka memencar mencari-nya.
Meski Ui Yong sedang mengandung, tapi kasih sayangnya pada sang puteri iapun naik kuda merahnya ikut mencarinya dan hari ini lebih dulu bertemu dengan Bu-si Hengte di kota ini lalu berjumpa pula dengan Nyo Ko berdua, siapa tahu secara sangat kebetulan, kemudian Kim-lun Hoat-ong juga mendatangi restoran ini dengan tawanannya: Kwe Hu.
Nampak puterinya itu, terkejut tercampur girang Ui Yong, tapi sungguhpun ia banyak tipu akal, kini anak gadisnya jatuh dibawah cengkeraman musuh, ia hanya memanggil sekali habis itu iapun tak bicara lagi sepasang sumpit yang dia pegang itu menggores kian kemari di atas meja sembari memikirkan tipu daya untuk menolong puterinya.
Sedang ia memikir, tiba2 terdengar Kim-lun Hoat-ong berkata: "Ui-panglu, ini puteri kesayanganmu bukan" Tempo hari kulihat ia menggelendot di pangkuanmu dengan manjanya, tampaknya sangat menarik sekali.
" Ui Yong menjengek, ia tidak menjawab.
sebaliknya Bu Siu-bun lantas berdiri.
"Hm, percuma kau sebagai ketua suatu aliran tersendiri, bertanding kalah, kini menganiaya anak gadis orang yang masih muda, sungguh tak kenal malu?" bentak pemuda itu.
Namun Kim-lun Hoat-ong anggap kata2 orang bagai angin lalu saja dan tak menggubrisnya, kembali ia berkata pada Ui Yong: "Ui-pangcu, kau suruh orangmu antarkan dulu obat penawar racun jarum berbisa itu, kemudian kita boleh bertanding pula se-adil2nya untuk menentukan Bu-lim Beng-cu sebenarnya menjadi bagian siapa.
" Ui Yong menjengek lagi, ia tetap tak menjawab Dan kembali Bu Siu-bun berdiri lagi sambil ber-teriak2 : "Kau bebaskan dulu nona Kwe dan kami lantas berikan obat, soal bertanding boleh dirundingkan nanti.
" Ui Yong coba melirik Nyo Ko dan Siao-liong-li, dalam hati ia pikir: "Obat penawar ada pada kedua orang ini, tapi Siu-ji seenaknya saja menjanjikan pada lawan, siapa tahu orang mau memberi atau tidak.
" Sementara itu terdengar Kim-lun Hoat-ong berkata lagi: "Am-gi beracun di jagat ini apakah hanya kalian yang punya" Kalian melukai muridku dengan jarum berbisa, akupun gunakan paku berbisa melukai puterimu.
Kalian berikan obat penawarnya, kamipun obati lukanya, Tapi soal bebaskan orang, inilah tak mudah.
" Melihat keadaan puterinya biasa saja, tampaknya tidak terluka, namun kasih sayang ibu, betapa pun Ui Yong bingung juga, Dan karena bingung, menjadikan kecerdasannya hilang hingga seketika sama sekali tak berdaya.
Sementara itu tiada hentinya pelayan mengantarkan daharan ke meja Kim-lun Hoat-ong, mereka makan minum se-puas2nya sambil bicara dan bergurau dalam basa Tibet.
Kwe Hu duduk terpaku memandang sang ibu, mana ada napsu makan barang sesumpit saja" Hati Ui Yong bagai di-sayat2, siapa tahu, nasib malang memang biasanya tak menyendiri tiba2 perutnya terasa melilit sakit.
Habis makan, kemudian Kim-lun Hoat-ong berbangkit dulu, tiba2 ia berkata pula: "Ui-pang-cu, marilah ikut pergi sekalian dengan kami," Ui Yong terkejut tapi segera iapun insaf, nyata orang bukan saja tak mau bebaskan puterinya, bahkan ia sendiripun hendak "dibawa" pergi sekalian, Kini ia hanya sendirian tanpa didampingi sang suami, Kwe Cing, hanya ada Bu-si Hengte yang terang bukan tandingan orang, terpikir akan ini, tak tertahan air mukanya berubah hebat "Ui-pangcu," kata lagi Kim-lun Hoat-ong, "jangan takut kau adalah tokoh terkemuka Bu-lim daerah Tionggoan, sudah tentu akan kami ladeni dengan hormat.
Asal kedudukan Bu-lim Beng-cu sudah selesai dirunding, seketika juga kami antarkan kembali ke selatan dengan baik-baik," Kiranya begitu Kim-lun Hoat-ong lihat air muka Ui Yong, segera ia bergirang dapat kesempatan bagus, asal bisa menawan orang, tiada jalan lain, semua jago Tiooggoan pasti akan menyerah, hal ini terang beratus kali lebih berharga daripada menawan Kwe Hu saja.
Di lain pihak demi nampak ibu guru mereka dihina, meski tahu bukan tandingan orang, namun Bu-si Hengte tak bisa diam begitu saja, begitu pedang dilolos, segera mereka menghadang di depan ibu guru.
"Lekas loncat jendela melarikan diri, beritahu Suhu agar datang menoIong.
" Ui Yong bisiki kedua saudara Bu itu.
Tapi Bu-si Hengte pandang sekejap dulu padanya, lalu pandang pula ke arah Kwe Hu, habis ini barulah lari ke jendela.
"Kenapa ragu2?" diam2 Ui Yong omeli kedua anak muda itu.
Betul saja, sedikit terlambat itu menjadi tak keburu lagi Mendadak Kim-lun Hoat-ong ulur tangan ke depan, satu tangan satu punggung mereka dijamberet bagai elang mencengkeram kelinci Dalam keadaan begitu Bu-si Hengte masih putar pedang menusuk musuh, namun sama sekali Kim-lun Hoat-ong tak berkelit ia hanya guncang sedikit tangannya hingga serangan kedua saudara Bu itu salah arah semua, pedang Bu Tun-si menusuk Siu-bun dan pedang Siu-bun menusuk Tun-si.
Kaget sekali kedua Bu cilik itu, lekas2 mereka lepas pedang hingga menerbitkan suara nyaring, dua pedang jatuh ke lantai dan barulah selamat tak melukai mereka sendiri, ketika Kim-lun Hoat-ong angkat tangannya, kedua pemuda itu dilemparkannya sejauh setombak lebih.
"Hm, lebih baik ikut pergi Hud-ya (tuan Budha) saja," kata Hoat-ong tertawa dingin, lalu ia berpaling pada Nyo Ko dan Siao-liong-li, katanya pula: "Kalian berdua tidak sejalan dengan Ui-pangcu, bolehlah pergilah ke arah sendiri dan selanjutnya jangan ganggu urusan Hud-ya lagi.
" Sebenarnya bukan Hoat-ong memberi "service istimewa" pada mereka berdua, sebaliknya inilah kelicikannya.
Ia tahu Ui Yong, Siao-liong-li dan Nyo Ko sangat lihay, meski satu lawan satu tiada yang bisa menandingi dirinya, tapi kalau mereka bergotong-royong menempurnya, itulah bisa berabe baginya, sekalipun pihaknya akhirnya menang juga belum tentu akan bisa menawan Ui Yong.
Sebab itulah ia sengaja memecah belah mereka dulu agar satu sama Iain tidak saling bantu.
"Ko-ji, marilah kita pergi," kata Siao-liong-li pada Nyo Ko, "Hwcsio tua ini sangat lihay, tak perlu kita cari gara2 bertempur padanya.
" Nyo Ko menyahut baik, iapun bereskan rekening makanan mereka dan berdiri menuju ke tangga loteng, ia pikir dengan kembalinya ini ke kuburan kuno, boleh jadi untuk selamanya tak akan berjumpa pula dengan Ui Yong, karena itu tanpa tertahan ia menoleh memandang sekejap pada sang bibi.
Tapi karena menolehnya ini, ia lihat paras Ui Yong pucat muram, sebelah tangannya memegang perut, jelas kelihatan lagi menahan sakit.
Meski tindak-tanduk Nyo Ko suka turuti wataknya yang jahil, namun jiwanya justru dilahirkan berbudi dan setiakawan, ia pikir Kwe-pepek dan Kwe-pekbo melarang aku bergaul dengan Kokoh, hal ini memang agak terlalu, tapi sebenarnya mereka tiada maksud jahat padaku, hari ini Kwe-pekbo ada kesukaran, kenapa kutinggal pergi begini saja" Cuma musuh sungguh terlalu kuat, meski diriku dan Kokoh maju berbareng juga belum pasti bisa melawan paderi Tibet ini, kalau sudah terang tak bisa menolong Kwe-pekbo lagi, untuk apa jiwa ku sendiri dan jiwa Kokoh ikut dikorbankan percuma" tidakkah lebih baik lekas pergi memberi tahu Kwe-pepek agar lekas datang menolong saja.
" Berpikir begitu, Nyo Ko lantas kedipi Ui Yong.
Maka tahulah Ui Yong pemuda ini hendak kirim kabar minta pertolongan hatinya menjadi agak lega, pelahan sekali ia mengangguk Lalu dengan gandeng tangan Siao-liong-li lantas Nyo Ko hendak melangkah turun tangga loteng, tapi mendadak dilihatnya seorang Busu Mongol mendekati Ui Yong dan membentaknya dengan kasar: "Hayo, jalan, tunggu apa lagi?" Segera pun tangan Ui Yong hendak ditariknya, Nyata sang bibi dianggapnya seperti pesakitan saja.
Sudah behsan tahun Ui Yong menjabat pangcu Kay-pang, betapa tinggi dan terhormat kedudukannya dalam Bu-lim.
Meski kini berhalangan, tidak nanti ia mau terima dihina sembarang orang, Ketika dilihatnya tangan jago Mongol yang kasar hitam berbulu itu mengulur tiba, mendadak lengan bajunya mengebas ke atas, ia tutupi lengannya dengan kain baju itu, menyusul mana ia cekal sekalian tangan orang terus disengkelit ke samping, maka terdengarlah suara gedebukan keras, tubuh jago Mongol yang gede itu telah "terbang" keluar melalui jendela dan terbanting ke tengah jalan umum hingga setengah mampus.
Kiranya pembawaan Ui Yong suka kebersihan ia tak sudi tangannya yang putih bersih itu tersentuh tangan orang yang kasar hitam, maka dengan lengan baju ia bungkus dulu lengan sendiri baru banting orang ke bawah loteng.
Para tamu restoran itu tadinya mendengarkan percakapan mereka yang berlangsung sopan beraturan, maka tiada yang ambil perhatian, siapa tahu mendadak lantas saling labrak, keruan seketika suasana kacau baIau.
"Ha, sungguh hebat kepandaian Ui -pangcu !" jengek Kim-lun Hoat-ong.
Habis ini ia tirukan jago Mongol tadi, dengan langkah lebar iapun maju hendak tarik tangan Ui Yong.
Ui Yong tahu orang sengaja hendak pamer kepandaian, meski suatu gerakan yang sama, namun hendak membantingnya seperti Busu Mongol tadi tidaklah mungkin lagi, terpaksa ia mundur setindak.
Waktu itu Nyo Ko sudah melangkah turun beberapa tingkat tangga loteng, ketika mendadak nampak kedua pihak terjadi perkelahian dan segera Ui Yong akan dihina, terbangkitlah jiwa ksatrianva yang murni, tak terpikir lagi mati-hidup atau selamat secepat terbang ia melompat kembali ia samber pedang Bu Tun-si yang terjatuh tadi terus dengan tipu "oh-liong-jut-hiat" atau naga hitam keluar dari gua, secepat kilat ia tusuk punggung Kim-lun Hoat-ong sambil membentak.
"Ui-pangcu lagi kurang sehat, tapi kalian justru ambil kesempatan ini buat mendesaknya, kau kenal malu tidak ?" ilmu silat Kim-lun Hoat-ong memang nyata setingkat lebih tinggi daripada orang lain, ketika mendengar dari belakang menyamber angin tajam, sama sekali ia tak menoleh, melainkan putar tangan ke belakang dan menyentil batang pedang orang, Maka terdengarlah suara "cring" yang keras Nyo Ko merasakan tangan se-akan2 kaku dan ujung pedang lantas menusuk ke bawah, ia kuatir musuh susulkan serangan lain, maka cepat melompat ke samping.
"Anak muda," kata Kim-lun Hoat-ong.
"lekas kau pergi saja ! ilmu silatmu hebat, hari depanmu pasti jauh melebihi aku, tapi kini kau masih bukan tandinganku, buat apa kau paksakan diri ikut campur dan antar njawa percuma di bawah roda emasku ?" Dengan kata2nya sekaligus ia telah umpak Nyo Ko setinggi langit dan kemudian dibanting pula dengan ancaman, Padahal roda emasnya pernah dihantam jatuh oleh Nyo Ko dan Siao-liong-Ii hingga jabatan Bu-lim Bengcu yang tinggal diduduki itu menjadi gagal, dengan sendirinya tiada taranya rasa gemasnya pada kedua muda-mudi ini.
Cuma kini ia harus pilih jalan paling menguntungkan ia ingin tawan Ui Yong sebagai tujuan pertama dan tidak ingin banyak mengikat permusuhan, ia mengharap Nyo Ko dan Siao-liong-li angkat tangan dari percecokan ini dan jangan ikut campur, tapi di kemudian hari ia masih bisa bikin perhitungan dengan kedua anak muda ini.
Harus diketahui bahwa Kim-lun Hoat-ong adalah seorang ketua dari suatu aliran yang agung, ia bisa berpikir panjang di samping ilmu silatnya yang luar biasa itu.
Dengan umpakannya tadi, bukanlah dia merendah dan juga tidak gertak sambel belaka, betapapun Nyo Ko memang masih berwatak ia dengar orang bilang kelak dirinya akan melebihinya, sudah tentu amat girang hatinya.
"Ah, Hwesio tua tak terlalu rendah diri," demikian ia kata dengan tertawa, "untuk melatih setingkat kau sesungguhnya tidak gampang, Ui-pangcu ini telah pelihara aku dari kecil hingga besar, maka sukalah jangan kau persukar dia, Kalau bukan kesehatannya terganggu kini, belum tentu ilmu silatmu bisa menangkan dia, kalau kau tak percaya, kelak bila badannya sudah sehat boleh coba kau bertanding dengan dia?" Nyo Ko sangka Kim-lun Hoat-ong sangat angkuh, deruan kata2 pancingannya ini boleh jadi lantas lepaskan Ui Yong.
Siapa tahu Kim-lun Hoat-ong justru kuatir kalau Ui Yong, Siao-liong-li dan Nyo Ko bertiga mengeroyok padanya, karena itu tadi ia berlaku sungkan pada Nyo Ko, kini mendengar Ui Yong lagi sakit, ia pikir kebetulan, kalau melulu kalian berdua muda-muui ini, kenapa aku Kim-lun Hoat-ong harus takut" Ketika ia amat-amati Ui Yong sejenak, betul juga ia lihat wajah orang pucat Iesu, terang sakitnya tidak ringan, maka sekali tertawa dingin, cepat ia mendahului berdiri ke mulut tangga loteng, "Baiklah, kalau begitu kaupun tinggal sekalian !" katanya segera.
Waktu itu Siao-liong-Ii lagi berdiri di tengah tengah tangga, karena dialing-alingi Kim-lun Hoat-ong yang memisahkan dia dan Nyo Ko, ia menjadi tak sabar "He, menyingkir kau, Hwesio, biarkan dia turun !" katanya.
Mendadak alis Kim-lun Hoat-ong menegak, dengan gerak tipu :"tan-ciang-khay-pi" atau sebelah tangan membelah pilar, cepat sekali ia memotong ke bawah, "Memangnya tenaganya amat besar, pula dari atas ke bawah, tentu saja serangan ini keras luar biasa.
Tak berani Siao-liong-li sambut pukulan itu, iapun kuatirkan Nyo Ko yang terpisah di atas Ioteng, mendadak ia tutul kedua kakinya, bukannya melompat ke bawah, sebaliknya ia mencelat ke atas menyelusup lewat di samping musuh untuk kemudian berdiri sejajar dengan Nyo Ko.
Waktu orang menyelusup lewat, cepat juga Kim-lun Hoat-ong menyikut ke belakang, tapi luput, mau-tak-mau iapun kagum pada kegesitan dan kecepatan Siao-Iiong-li.
Sementara itu Nyo Ko sudah jemput lagi pedang Bu Siu-bun yang terjatuh tadi dan diberikan pada Siao-liong-li.
"Hwesio ini kurangajar, mari, Kokoh, kita hajar," ajaknya segera.
Di pihak lain Kim-lun Hoat-ong sudah keluarkan juga sebuah roda yang bersuara gemerenceng, roda ini sama besarnya dengan roda emas yang dirampas Nyo Ko itu, hanya warnanya hitam mulus seperti terbuat dari baja.
Kiranya senjata Kim-lun Hoat-ong seluruhnya ada lima roda, masing2 terbikin dari emas, perak, perunggu, timah dan besi, Bila ketemukan musuh kuat, sekaligus lima roda bisa digunakan berbareng, tapi selamanya ia hanya pakai Kim-lun atau roda emas dan entah sudah berapa banyak musuh kuat yang dia robohkan, sebab itulah ia memperoleh julukan "Kim-lun Hoat-ong" atau Raja agama Roda emas, sedang roda2 perak, perunggu, timah dan besi selamanya malah belum pernah terpakai.
"Ui-pangcu, apa kau juga akan maju sekalian ?" demikian kata Hoat-ong kemudian sambil melirik Ui Yong.
Harus diketahui meski dilihatnya Ui Yong berwajah sakit, tapi tetap ia gentar atas ilmu silat orang, sebutan "Ui-pangcu" itu maksudnya mengingatkan Ui Yong adalah ketua suatu perkumpulan besar, kalau maju mengeroyok tentu akan merosot kan kedudukannya sebagai Pangcu.
"Ui-pangcu akan pulang saja, ia tiada tempo buat main2 dengan kau," seru Nyo Ko tiba2.
Habis ini iapun berpaling pada Ui Yong: "Kwe-pekbo, kau bawa Hu-moay pergi saja.
" ---------- ket. gbr --------Nyo Ko berdampingan dengan Siao-liong-li melabrak Kim-lun Hoat-ong, nyata Giok-li-sim-king yang mereka latih bersama ini menjadi semakin lancar, serasi dan bersatu-padu.
------------------------------Nyata pemuda ini sudah tmemperhitungkan baik2, ia sendiri dan Siao-liong-li meski belum pasti bisa menang mengeroyok Kim-lun Hoat-ong, tetapi kalau bertahan sekuat tenaga untuk kemudian berdaya melarikan diri, hal ini besar harapan bisa dilakukan.
Baiknya kini bukan bertanding silat, asal bisa melepaskan diri, peduli siapa soal kalah segala, Maka begitu pedang bergerak, segera ia menusuk lebih duIu.
Melihat Nyo Ko gunakan ilmu dari Giok-li-sim-keng, menyusul segera Siao-liong-li ikut menyerang juga dari samping, dalam hati gadis ini sebaliknya tiada sesuatu perhitungan ia melihat Nyo Ko bergebrak dengan Hwesio ini, segera iapun turun tangan membantu.
Namun sekali ayun rodanya, dua pedang sekaligus sudah ditangkis Kim-lun Hoat-ong, meja kursi di atas loteng restoran itu terlalu banyak hingga merintangi kebebasannya, maka sambil putar rodanya sembari Kim-lun Hoat-ong tendang meja kursi yang meng-halang2inya.
"Kalau tenaga lawan tenaga, pasti kami kalah, tapi bila gunakan akal, untuk sementara masih bisa bertahan," demikian pikir Nyo Ko.
Maka waktu nampak meja kursi ditendang orang, sengaja ia tendang kembali alat prabot itu ke tengah untuk merintangi musuh.
Dasar Ginkang Nyo Ko dan Siao-liong-li sudah tinggi sekali, mereka menyelusup ke sana ke mari dan tidak memapak musuh dari depan, kadang2 mereka timpuk orang dengan poci arak dan tempo2 sampar mangkok piring ke muka orang.
Keruan seluruh loteng restoran itu menjadi kacau balau dan hancur berantakan Dan karena ribut2 itu, kesempatan mana digunakan Ui Yong untuk menarik Kwe Hu ke sebelahnya.
Darba yang terkena "lh-hun-tay-hoat" Nyo Ko sementara itu masih setengah sadar, pangeran Ho-tu terluka parah oleh racun jarum tawon putih, sedang ilmu silat jago2 Busu Mongol lain terlalu rendah, mana mereka bisa menahan Ui Yong.
"Kwe-pekbo, lekas kalian pergi saja," teriak Nyo Ko.
Tapi Ui Yong saksikan daya serangan Kim-Iun Koat-ong lihay tiada taranya dan tampaknya Nyo Ko dan Siao-Iiong-li sukar bertahan meski sudah keluarkan tenaga penuh, bila sedikit lengah hingga musuh turun tangan keji, pasti jiwa kedua muda-mudi ini tak terjamin pula.
Karena itu Ui Yong tak tega tinggal pergi, ia pikir orang mati2an berusaha menolong dirinya, sebaliknya dirinya sendiri malah tinggal pergi, ini sesungguhnya tak patut, Maka ia tetap berdiri di tempatnya menyaksikan pertarungan itu, hanya Bu-si Hengte berulang kali mendesak sang ibu guru.
"Marilah, Sunio (ibu guru), kita berangkat dulu, badanmu kurang sehat, haruslah jaga diri baik2," demikian kata kedua saudara Bu.
Mula2 Ui Yong tak gubris desakan mereka, tapi ketika didesak lagi, akhirnya ia gusar, "Hm, jadi manusia tidak kenal budi, apa gunanya berlatih silat ?" demikian ia mendamperat, "Dan kau apa manfaatnya pula hidup di dunia ini" Orang she Nyo ini beratus kali lebih hebat dari kalian, Hm, sebaiknya kalian berdua menggunakan pikiran lebih banyak.
" Maksud baik kedua saudara Bu itu ternyata disambut dengan damperatan oleh sang ibu guru, keruan mereka menjadi kikuk dan malu "Bu-keh Koko, hayolah, kita maju bersama !" seru Kwe Hu tiba2 sambil samber sepotong kaki meja patah.
Tapi cepat sekali Ui Yong menarik sang puteri "Hm, dengan sedikit kepandaianmu ini apa kau hendak antarkan kematian?" katanya.
Kwe Hu tak yakin atas omelan ibunya, mulutnya menjengkit kurang percaya, ia lihat ilmu silat Nyo Ko dan Siao-liong-li biasa saja tiada sesuatu yang hebat, meski gayanya bagus, tapi gerak senjatanya lambat.
Nyata ia tak tahu bahwa ilmu silat kedua orang itu memang jauh di atasnya dan saat itu lagi gunakan Giok-li-kiam-hoat dari Ko-bong-pay yang hebat untuk menempur musuh.
Beberapa kali Kim-lun Hoat-ong merangsang maju dan setiap kali kena dirintangi meja kursi yang jungkir balik di lantai, sedang Nvo Ko dan Siao-iiong-li bisa bergerak cepat enteng ke sana kemari main kucing2an.
Tiba2 hatinya tergerak ia gunakan tenaga kakinya, maka terdengarlah suara "kraak, peletak" ber-ulang2, perabot apa saja yang merintangi diinjaknya remuk, Sedang roda besi diputar cepat menghantam terus sambil kaki keluarkan tenaga raksasa, ke mana menginjak, di sana juga meja kursi lantas hancur ber-keping2, Hanya sekejap saja di atas loteng sudah penuh ter-timbun kayu hancur dan ketiga orang masih terus saling labrak di atas tumpukan kayu tanpa ada meja kursi yang merintangi lagi.
Kini Kim-Iun Hoat-ong bisa melangkah lebar sesukanya dan rodanya berputar kencang hingga menerbitkan suara gemerantang riuh, ia lakukan serangan cepat pada dua lawannya, sebaliknya karena kehilangan tameng meja kursi, terpaksa Nyo Ko dan Siao-liong-Ii harus lawan orang dengan ilmu kepandaian sejati.
Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Sin Tiaw Hiap Lu Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiga kali Kim-lun Hoat-ong menghantam tangan Nyo Ko sampai sakit tergetar oleh tenaga orang yang kuat sementara itu serangan keempat Kim-lun Hoat-ong menghantam pula dari atas, belum tiba rodanya angin tajam sudah menyamber, dulu, betapa lihaynya sungguh sangat mengejutkan.
Lekas2 Nyo Ko dan Siao-liong-li menangkis berbareng dengan ujung pedang menahan roda orang, gabungan tenaga kedua orang barulah mampu tangkis serangan Hoat-ong itu, namun senjati merekapun sudah tertindih hampir2 bengkok.
Ketika tangan mereka menyendal, roda besi lawan digentak pergi, menyusul mana cepat Nyo Ko menusuk bagian atas orang dan Siao-liong-li membabat kaki kiri lawan.
Mendadak Kim-lun Hoat-ong malah angkat kaki terus menutul pergelangan tangan Siao-Iiong li, sedang rodanya menghantam ke samping mengarah tengkuk Nyo Ko.
Tadinya Nyo Ko sangka lawan pasti akan hindarkan serangannya dahulu baru kemudian balas menyerang, siapa tahu orang anggap tusukannya bagai tiada terjadi sesuatu, ia menjadi heran apa orang melatih ilmu sebangsa Kim-ciong-tok dan Tiat-poh-san yang lihay dan tebal " Namun dalam saat berbahaya, tak sempat lagi buat selidiki kekebalan lawan itu sungguh2 atau palsu, terpaksa ia harus tolong diri sendiri duIu, maka iapun menunduk dan berjongkok untuk hindarkan ketokan roda besi lawan.
Tak terduga perubahan aneh lantas terjadi tiba2 Kim-lun Hoat-ong timpukkan roda besinya ke kepala Nyo Ko, sedang kedua tangan kosong lantas menjambret Siao-liong-li.
serangan aneh oan cepat, ternyata sekaligus Kim-lun Hoat-ong telah serang kedua musuhnya dari arah yang sukar diduga.
Pada detik luar biasa itulah Ui Yong berteriak kaget dan segera bermaksud menyerobot maju menolong, namun tiba2 dilihatnya Nyo Ko mencelat ke samping dan belum tancap kaki ke bawah, tahu2 pedangnya lantas tusuk punggung Kim-lun Hoat-ong dengan cepat.
Tipu serangan Nyo Ko inipun sekaligus "dwi-guna", pertama hindarkan bahaya diri sendiri, berbareng paksa Kim-lun Hoat-ong tarik kemba'i serangannya pada Siao-liong-li.
Tipu serangan ini di sebut "gan-hing-sif -kik: atau burung belibis terbang menggempur dari samping, inilah Kiam-hoat dari Coan-cin-pay.
Kim-lun Hoat-ong bersuara heran oleh serangan balasan Nyo Ko yang hebat ini, lekas2 ia angkat kakinya memotong ke pinggiran roda besinya yang waktu itu masih belum jatuh ke tanah hingga roda itu kena dibikin mencelat menyamber kepala Nyo Ko lagi sambil bersuara nyaring.
Pada saat berbahaya Nyo Ko tadi berhasil keluarkan tipu Kiam-hoat Coan-cin-pay, lekas ia ke luarkan pula tipu gerakan Coan-cin yang disebut "pek-hong-"keng-thian" atau pelangi putih menghiasi langit, dengan batang pedang ia sampuk roda orang.
Sebenarnya sampukan ini percuma saja karena pedang enteng dan roda berat, siapa tahu karena sedikit menyenggoI roda itu, mendadak membawa efek arah roda terus menyamber ke arah Kim-lun Hoat-ong sendiri.
Roda besi itu adalah benda mati, sudah tentu ia tidak kenal siapa majikan dan siapa musuh, keruan terus menyelonong cepat luar biasa, Saking bagusnya kejadian itu hingga Kwe Hu bertepuk tangan bersorak Kim-lun Hoat-ong berani lepaskan senjata untuk menimpuk orang, sebabnya ia menduga tak nanti musuh sanggup merampas rodanya, bila senjata lawan kebentur, betapapun berat senjata itu pasti akan terpental dari cckalan, Siapa duga Nyo Ko ternvata punya kepandaian menyampuk roda yang hebat hingga senjata menyamber ke arah dirinya sendiri.
Dalam gusarnya roda yang membalik itu terus ditangkapnya, diam2 ia gunakan gaya me-mutar, kembali ia timpukkan roda itu pula, Kini ia tambahi tenaga hingga putaran roda itu makin cepat hingga gotri dalam roda tidak menerbitkan suara, padahal Nyo Ko berhasil sengkelit balik roda orang tadi sebenarnya secara tidak sengaja telak keluarkan ilmu Kiu-im-cin-keng, kini ia coba mengulangi lagi maka terdengarlah suara "trang" yang keras, tahu2 pedang tergetar jatuh, berbareng dengan tenaga raksasa Kim-lun Hoat-ong telah memukul juga kearah Nyo Ko.
Kiranya Kiu-im-cin-keng yang Nyo Ko latih masih belum sempurna, maka tenaga yang dipergunakan sekali ini tidak tepat Nampak Nyo-Ko menghadapi bahaya, sedikit mengegos pinggang, cepat sekali pedang Siao-Iiong-li lantas menusuk, tipu serangan ini bukan saja amat lihay, bahkan gayanya manis menarik, nyata ia telah gunakan kepandaian Giok-li-sim-keng ajaran bab terakhir.
Saking bagus dan tepat serangan itu hingga Ui Yong dan Kwe Hu berseru memuji berbareng.
Lekas2 Kim-lun Hoat-ong melompat untuk tangkap kembali rodanya buat tangkis pedang orang, kesempatan inipun digunakan Nyo Ko menyamber kembali senjatanya yang terpental ke udara tadi.
Sungguh gebrakan barusan ini hebat sekali dan berbahaya Setiap orang kalau kepepet timbulnya akal juga lebih tajam, mendadak Nyo Ko berpikir: "Kalau aku dan Kokoh gunakan Giok-li-kiam-hoat, saat berbahaya lantas berubah menjadi selamat Apakah bab terakhir dari Giok-li-sim-keng itu memang mengajarkan cara bersilat kombinasi demikian?" Karena pikiran itu, segera iapun berteriak: "Kokoh, pergi-datang kita tak berhasil melatihnya, tapi kini sudah betul lihat ini tipu "Iong-jik-thian-khe" (jejak meratai jagat) !" Sembari berkata pedangnya menusuk juga dari samping.
Tidak sempat Siao-liong-li banyak berpikr, maka iapun menurut dan gunakan tipu "long-jik-thian-khe" menurut apa yang tercatat dalam Sim-keng, ia memotong dari depan, Tipu serangan Nyo Ko adalah Coan-cin-kiam-hoat yang lihay dan Siao-liong-li gunakan Giok-Ii-kiam-hoat yang tak kenal ampun, paduan serangan pedang ini ternyata luar biasa daya tekanannya.
Karena belum sempat berjaga-jaga, lekas-lekas Kim-lun Hoat-ong melompat mundur, namun terdengar juga suara "bret-bret" dua kali, kedua pedang orang telah mengenai tubuhnya semua, baju bawah bahu Hoat-ong tertusuk tembus oleh serangan itu.
Sekalipun ilmu kepandaian Kim-lun Hoat-ong sudah mencapai luar dalam yang hebat, kalau senjata guru silat biasa saja tak nanti bisa melukainya namun Lwekang Nyo Ko dan Siao-liong-li sudah terlatih tinggi, kalau sampai kena ditusuk, sukar dibayangkan bagaimana jadinya.
Maka bajunya terlubang sudah cukup bikin dia berkeringat dingin, "Hoa-cian-gwat-he (bunga mekar di bawah sinar bulan) !" terdengar Nyo Ko berteriak lagi.
Berbareng itu ia membacok ke bawah cepat, sedang Siao-liong-li lantas membabat ke kanan dan ke kiri.
Mau-tak-mau Kim-lun Hoat-ong dibikin kacau oleh serangan kedua orang yang bersimpang siur itu, ia tak tahu pasti dari arah mana sebenarnya serangan orang, terpaksa ia melompat mundur lagi buat menghindar.
"Jing-im-siao-yok (minum sekedar dan jamuan sederhana) !" lagi-Iagi Nyo Ko berseru.
Berbareng ujung pedangnya mendoyong ke bawah seperti orang angkat poci lagi menuang arak, sebaliknya Siao-liong-li angkat ujung pedang ke atas menuding mulut sendiri seperti angkat cawan sedang minum.
Nampak serangan kedua orang makin lama makin aneh dan bisa kerja sama dan bantu-membantu dengan bagus, dimana ada kelemahan segera dibantu yang lain, setiap kelemahan lantas berubah menjadi tipu serangan yang lihay.
Makin dipikir Kim-lun Hoat-ong semakin terkejut.
ia pikir: "Betapa besarnya jagat ini ternyata tidak sedikit orang2 kosen, Kiam-hoat hebat seperti ini tak pernah kubayangkan di Tibet, Ai, aku benar2 seperti katak di dalam tempurung dan berani pandang rendah Enghiong seluruh jagat ini.
" Karena pikiran yang mengkeret ini, keruan ia semakin terdesak, Padahal dengan ilmu kepandaian Kim-lun Hoat-ong yang hebat sebenarnya sudah jarang ada tandingannya bagi ksatria2 di daerah Tionggoan.
Meski secara mujur Nyo Ko dan Siao-liong-li berhasil mempelajari berbagai ilmu silat yang bagus, tapi keuIetannya kini kalau dibanding Kim-lun Hoat-ong masih selisih sangat jauh, tapi mereka justru telah pecahkan Kiam-hoat ciptaan Lim Tiao-eng yang luar biasa itu dan mendadak dikeluarkan seketika Hoat-ong jadi kelabakan dan terdesak.
Setiap tipu gerakan dari Kiam-hoat baru ini harus dimainkan bersama laki dan perempuan, setiap gerak serangan mengandung maksud sesuatu cerita romantis, seperti "Kim-pit-siang-ho" atau dua sejoli hidup rukun, "siong-he-tui-ek" atau main catur di bawah pohong siong, "so-swan-heng-teh" atau menyapu salju menyeduh teh, dan "ti-pian-tiau ho"-atau memainkan burung Ho di tepi kolam, semuanya itu adalah hidup yang romantis.
Kiranya Lim Tiao-eng patah hati dalam soal cinta hingga melewatkan hari tuanya di dalam kuburan kuno, dengan bakatnya yang tinggi mempelajari macam2 kepandaian, akhirnya ia salurkan semuanya ke dalam ilmu silat ciptaannya ini.
Siapa duga beberapa puluh tahun kemudian ternyata ada sepasang muda-mudi yang dapat menggunakan ilmu pedangnya yang hebat ini untuk menempur musuh tangguh.
Kalau mula2 Nyo Ko dan Siao-Iiong-li memainkan ilmu pedang itu dengan rada kaku, tapi makin lama semakin lancar dan biasa, semangat merekapun bertambah kuat Semakin mereka bersatu padu, semakin Kim-lun Hoat-ong susah menahannya hingga ia menyesal tadi telah injak hancur semua perabot meja kursi, kalau masih ada rintangan perabot itu, tentunya daya serangan kedua lawan ini tak akan begini gencar dan Iihay, selanjutnya besar kemungkinan ia tak sanggup melawan lagi, terpaksa Hoat-ong mundur selangkah ke tangga loteng dan turun setingkat demi setingkat.
Tentu saja tekanan Nyo Ko dan Siao-Jiong-li semakin kuat dari atas ke bawah, tampaknya segera saja Kim-Iun Hoat-ong akan bisa diusir pergi, riba2 terdengar Ui Yong berseru: "Membasmi penjahat harus sampai akar2nya, Ko-ji, jangan lepaskan dia !" Kiranya Ui Yong dapat melihat sebabnya Nyo Ko dan Siao-liong-li bisa menangkan Kim-hm Hoat-ong karena andalkan jurus Kiam-hoat yang bagus, sesungguhnya boleh dikatakan karena kebetulan kalau hari ini musuh dilepaskan, ilmu silat paderi asing ini sangat tinggi, bila ia pulang dan mempelajari lebih mendalam hingga mendapatkan cara mematahkan Kiam-hoat baru ini, hal ini berarti bibit penyakit kelak hendak membasminya tentu beribu kali lebih sulit, maka Ui Yong berteriak agar kedua muda-mudi itu gunakan kesempatan sekarang buat membasminya saja.
Nyo Ko menyahut sekali, segera ia lontarkan tipu2 berbahaya seperti "siau-wan-ge-kiok" (pesiar taman menikmati bunga kiok), "cian-ciok-ya-wa?" (menyanding lilin bercakap sepanjang malam), "se-jong-lian-ki" (main pantun di tepi jendela), "tiok-liam-lim-ti" (kerai bambu di tepi kolam) dan lain2 serangan mematikan hingga hampir2 Kim-Iun Hoat-ong tak mampu menangkis jangankan hendak balas menyerang.
Begitulah sebenarnya Nyo Ko hendak turut pesan Ui Yong untuk membunuh musuh tangguh ini, siapa tahu dahulu waktu Lim Tiao-eng ciptakan "Giok-li-kiam-hoat", dalam hatinya penuh rasa kasih mesra, meski lihay setiap tipu serangannya, namun tiada satupun yang merupakan tipu mengarah jiwa musuh, Karena itu meski Nyo Ko berdua mendesak Kim-lun Hoat-ong hingga paderi ini kelabakan dan serba susah, tapi untuk cabut nyawanya juga tidak gampang.
Tentu saja yang paling cemas rasanya yalah Ui Yong yang menonton disamping.
Kim-lun Hoat-ong tak mengerti darimana asal-usuI Kiam-hoat orang, ia sangka masih ada tipu serangan lihay yang belum dilontarkan Nyo Ko berdua, asal tipu2 lihay itu keluar, boleh jadi jiwanya akan melayang.
Dalam keadaan kepepet tiba2 ia mendapat akal, ia melangkah mundur dan gunakan tenaga berat pada kakinya hingga tiap2 kali ia melangkah mundur, setiap papan imdak.
2an tangga itu patah diinjaknya.
Karena perawakan Kim-lun Hoat-ong tinggi besar, Nyo Ko berdua tak berdaya mencegat ke belakangnya ketika undak2an tangga ketiga patah, senjata Nyo Ko dan Siao-liong-li sudah tak dapat mencapai diri orang lagi.
"Nah, har ini barulah aku kenal ilmu silat Tionggoan dan amat kagum," kata Kim-lun Hoat-ong sambil angkat rodanya: "Apa namanya ilmu pedangmu ini?" "Masakah kau tak tahu?" sahut Nyo Ko tertawa, "llmu silat Tionggoan yang terkemuka yalah Pak-kau-pang-hoat dan Ji-lo-kiam-sut, Kiam-hoat kami tadi yalah Ji-lo-kiam-hoat-sut itu.
" "Ji-lo-kiam-sut?" Kim-lun Hoat-ong tercengang ia mengulangi nama itu.
"Ya," kata Nyo Ko tertawa, "Ji-lo-kiam-sut, ilmu pedang penusuk keledai.
" Karena penegasan ini barulah Kim-lun Hoat-ong sadar orang sengaja putar kayun untuk memaki padanya (biasanya kaum Hwesio dimaki sebagai keledai gunduI), keruan saja ia gusar, "Anak kurangajar, pada suatu hari pasti kau akan kenal lihaynya Hoat-ong," bentaknya sengit, Habis ini, diiringi suara gemerenceng rodanya, dengan langkah lebar iapun tinggal pergi.
Begitu cepat perginya Kim-lun Hoat-ong, hanya sekejap saja orangnya sudah menghilang di ujung jalan sana, Nyo Ko menaksir tak bisa menyandak orang, ia berpaling dan nampak Darba memayang Pengeran Hotu yang mukanya pucat lesi lagi berdiri di belakangnya.
"Toa-suheng, kau bunuh aku tidak?" demikian kata si Darba yang masih sangka Nyo Ko jelmaan Suhengnya.
Sungguhpun Nyo Ko orangnya nakal dan jahil, tapi wataknya tidak kejam, ia lihat keadaan dua orang itu cukup ngenas, ia pandang Ui Yong dan menanya: "Kwe-pekbo, bolehkah kita lepaskan mereka pergi ?" Ui Yong mengangguk tanda setuju, Nyo Ko lihat semangat Hotu lesu lemas, ia keluarkan sebotol kecil madu tawon putih, ia tuding2 Hotu dan unjuk lagak orang minum obat, lalu madu tawon itu diberikannya pada Darba.
Tentu saja Darba amat girang, ia bicara dengan Hotu dan Hotu lantas keluarkan sebungkus obat bubuk untuk Nyo Ko.
"Cianpwe yang bersenjata Pit terkena racun paku-ku, inilah obat penawarnya," katanya.
Habis itu, Darba memberi hormat sekali pada Nyo Ko, lalu Hotu diangkatnya, memangnya ia ber-tenaga raksasa, bobot seorang dianggapnya sepele saja, ia melayang turun pelahan ke bawah loteng, bersama para jago Mongol merekapun pergi semua.
"Kwe-pekbo," kata Nyo Ko sambil memberi hormat dan serahkan obat penawar pada Ui Yong, "biarlah Siautit mohon diri juga, harap Pekbo dan Pepek jaga diri baik2.
" Dasar Nyo Ko berperasaan halus dan gampang tergoncang, ketika terpikir olehnya kelak tak bakal bertemu lagi, hatinya menjadi berduka.
"Kau hendak kemanakah?" tanya Ui Yong.
"Aku dan Kokoh akan mengasingkan diri ke tempat terpencil dan tidak ingin bertemu dengan khalayak ramai lagi, supaya tidak mencemarkan nama baik Kwe-pepek," sahut Nyo Ko.
Hati Ui Yong tergerak, pikirnya: "Hari ini ia tolong aku dan Hu-ji mati2an, kini ia tersesat dan berdurhaka mana boleh aku peluk tangan tak menolongnya?" Karena itu, segera ia bilang: "Hendak pergi juga tak perlu terburu dalam sehari dua hari ini, semuanya tentu sudah letih, marilah kita mencari penginapan untuk mengaso semalam duIu, besok barulah kita berpisah.
" Nampak orang begitu manis budi, tak enak Nyo Ko hendak menoIak, ia terima baik permintaan itu.
Lalu Ui Yong bereskan semua rekening dan ganti rugi semua kerusakan pemilik restoran, mereka mencari hotel untuk menginap, Malamnya sesudah dahar, Ui Yong suruh Kwe Hu pergi mengobrol dengan Bu-si Hengte, sebaliknya ia panggil Siao-liong-li ke kamarnya.
"Moaycu (adik), ada suatu barang ingin kuberikan padamu," katanya.
"Beri apa?" tanya Siao-liong-li Ui Yong tak lantas menjawab, ia tarik si nona lebih dekat, ia keluarkan sisir dan menyisir rambut orang pelahan2, ia lihat rambut Siao-liong-li hitam gombyok mengkilap sangat menarik, ia gulung hati-hati rambut Siao-liong-li dan tanggalkan sebuah gelang emas penjepit rambut dari sanggulnya sendiri "Moaymoay, aku berikan gelang ini," demikian katanya kemudian.
Gelang jepit rambut emas itu adalah pilihan dari benda mestika yang banyak dikumpulkan ayahnya, Ui Yok-su, di Tho-hoa-to, maka dapat diba yangkan betapa indah dan tinggi nilainya batang itu.
Tapi selamanya Siao-liong-li tak pakai perhiasan, sebagai pengikal rambut hanya sebuah tusuk kondai biasa saja, maka ia tidak menjadi senang oleh hadiah Ui Yong itu, namun ia ucapkan terima kasih juga.
Begitulah sambil mengenakan gelang di atas rambut orang sembari Ui Yong ajak ngobrol padanya.
Sesudah berlangsung percakapan, Ui Yong merasa Siao-liong-li terlalu polos bersih, urusan keduniawian sedikitpun tak paham, ia lihat wajahnya cantik molek, ayu tapi sederhana, kalau bukannya ada hubungan guru dan murid antara Nyo Ko dengan Siao-liong-li, sesungguhnya mereka memang suatu pasangan yang setimpal.
Karena itu, ia menanya lagi: "Moaycu, hatimu sangat menyukai Ko-ji, bukan ?" Siao-liong-li ,bersenyum manis, "Ya, memang tapi kalian kenapa melarang dia membaiki aku?" sahutnya.
Ui Yong tercengang oleh jawaban itu, teringat olehnya masa remaja diri sendiri, pernah juga ayah tak boleh dirinya mendapatkan jodoh Kwe Cing, bahkan guru Kwe Cing juga mencela dirinya, tapi sesudah mengalami berbagai macam aral melintang, akhirnya dapat juga mengikat sehidup semati dengan Kwe Cing.
Dan kini Nyo Ko dan Siao-liong-li saling cinta mencintai dengan hati murni, kenapa ia sendiri justru hendak merintanginya " Tetapi mereka telah dibatasi sebagai guru dan murid, kalau terjadi hubungan laki-perempuan di luar garis, cara bagaimana mereka harus menghadapi ksatria2 di seluruh jagat" Sebab pikiran itu, ia menghela napas dan berkata lagi: "Moaycu, ada banyak urusan2 di dunia ini yang kau tak panam, jika kau dan Ko-ji menjadi suami-isteri, selama hidupmu akan dipandang hina oleh orang lain.
" "Orang pandang hina padaku, peduli apa?" sahut Siao-liong-li tersenyum.
Kembali Ui Yong tercengang, sungguh jawaban ini rada mendekati watak ayahnya, yaitu Ui Yok-su yang paling benci pada segala ikatan adat.
"Tapi Ko-ji bagaimana, iapun akan dipandang hina orang selamanya," katanya kemudian bila ingat betapa kasih sayang sang suami pada Nyo Ko.
"la selama hidup akan tinggal dalam kuburan kuno bersama aku, kami hidup senang bahagia, peduli apa orang lain?" sahut Siao-liong-li lagi.
Ui Yong tertegun sejurus, lalu ia tanya lagi: "Kalian berdua tinggal dalam kuburan kuno selama hidup" selamanya takkan keluar lagi?" Siao-liong-li tampaknya sangat gembira.
"Ya, buat apa keluar?" katanya sambil jalan mondar-mandir dalam kamar.
"Orang di luar semuanya jahat," "Tapi sejak kecil Ko-ji sudah ter-lunta2 ke sana ke mari selama hidup terkurung dalam kuburan kuno, apakah ia tidak kesal?" kata Ui Yong lagi.
"Bukankah ada aku menemani dia, kenapa kesal ?" jawab Siao-liong-li tertawa.
"Setahun, dua tahun, mungkin tidak kesal," demikian kata Ui Yong pula sambil menghela napas.
"Tetapi lewat beberapa tahun, ia lantas pikirkan dunia fana di luar, kalau dia tidak bisa keluat, itulah akan lebih kesal rasanya.
" Sebenarnya hati Siao-liong-li sangat gembira, mendengar kata2 Ui Yong ini seketika hatinya menjadi tertekan "Coba akan kutanyai Ko-ji, aku tak mau bicara lagi dengan kau," demikian katanya terus keluar kamar.
Melihat wajah orang yang cantik tiba2 seperti berubah muram, Ui Yong rada menyesal terhadap apa yang dikatakannya tadi, tapi bila terpikir lagi apa yang dikatakannya meski tak enak didengar, namun sesungguhnya demi kebaikan mereka, ia pikir, biarlah aku intip apa yang dikatakan pada Ko-ji Lalu ia mendekati jendela kamarnya Nyo Ko dan mendengarkan percakapan kedua muda-mudi itu.
"Ko-ji," terdengar Siao-liong-li lagi berkata, "selama hidupmu berada bersama dengan aku.
kau akan kesal tidak" Dan akan bosan atau tidak?" "Kenapa kau tanya begitu, Kokoh?" sahut Nyo Ko.
"Bukankah kau sudah tahu betapa girang-ku yang tiada taranya, Kita berdua akan hidup terus sampai tua, sampai rambut ubanan, gigi ompong semua, tapi masih terus senang dan bahagia, tidak akan berpisah.
" Kata2 Nyo Ko itu diucapkan dengan rasa sungguh2 dan timbul dari lubuk hatinya yang murni, Siao-liong-li terharu sekali hingga seketika ia ter-mangu2.
"Ya, akupun begitu" katanya kemudian lewat sejenak.
Lalu ia keluarkan seutas tali dan digantung di tengah ruangan kamar dan berkata lagi: "Sudahlah, kita tidur saja !" "Kata Kwe-pekbo, malam ini kau tidur bersama dia dan puterinya, aku tidur sekamar dengan Bu-si Hengte," kata Nyo Ko tiba2.
"Tidak. " sahut Siao-liong-li, "kenapa harus kedua lelaki itu yang menemani kau" Aku ingin tidur bersama dengan kau.
" Sembari bicara, ketika tangannya mengebas pelita minyak telah disirapkannya.
Luar biasa terperanjatnya Ui Yong mendengar percakapan terakhir itu diluar jendela, "Ternyata mereka guru dan murid berdua sudah melakukan perbuatan yang melanggar tata susila, apa yang dikatakan imam tua Thio Ci-keng itu nyata tidak dusta, lantas bagaimana baiknya ini?" "demikian pikirnya bingung.
Ia pikir tidak enak mengintip kedua muda-mudi yang tidur seranjang dan tentu ada "main" itu, maka niatnya hendak pergi kalau tidak mendadak dilihatnya sekilas sinar putih berkelebat di dalam kamar, tahu2 seorang merebah melintang terapung di udara ruangan kamar, hanya bergoncang beberapa kali tubuh orang itu, lalu tak bergerak lagi.
Heran luar biasa Ui Yong oleh kejadian itu, waktu ia mengamati melalui sinar bulan yang menyorot masuk, kiranya yang tidur terapung itu ialah Siao-Iiong-Ii dengan menggunakan seutas tali sebaliknya Nyo Ko malah tidur di pembaringan sendirian, meski kedua orang bersatu kamar, tapi mereka berlaku sopan menurut batas2 susila.
Ui Yong tertegun di luar, ia merasa kedua orang ini sungguh luar biasa, benar atau salah sungguh sukar dikatakan.
Selagi ia hendak kembali ke kamarnya sendiri, tiba2 didengarnya suara tindakan orang yang ramai, Kwe Hu dan Bu-si Heng-te sudah kembali dari luar.
"Tun-ji, Siu-ji, kalian berdua pergi tidur satu kamar dan tak perlu sekamar lagi dengan Nyo-keh Koko," kata Ui Yong.
Bu-si Hengte mengiakan, sebaliknya Kwe Hu lantas tanya: "Sebab apa, mak?" "Jangan urus," sahut Ui Yong singkat.
"Aku justru tahu sebabnya," kata Siu-Bun tertawa tiba2.
"Mereka berdua itu guru bukan guru, murid tidak murid, seperti binatang saja tidur sekamar.
" ----------- gambar -----------Waktu Ui Yong memgintip ke dalam kamar, dilihatnya bayangan putih berkelebat, seseorang rebah miring terapung di udara hanya bergeming sebentar lantas tak bergerak Meminjam sinar rembulan Ui Yong mengawasi lebih seksama, kiranya Siao-liong-li tidur diatas seutas tambang, --------------------------------"Siu-ji, kau bilang apa?" bentak Ui Yong sambil menarik muka.
"Kau juga terlalu lemah, Sunio, manusia rendah semacam itu buat apa mengurusnya?" sela Tun-si.
"Aku sudah pasti tidak akan bicara dengan dia.
" "Tapi hari ini mereka telah menolong kita, inilah budi yang harus diingat," kata Kwe Hu.
"Hm, aku lebih suka dibunuh Kim-lun Hoat-ong daripada menerima budi binatang semacam dia itu," kata Siau-Bu pula.
Ui Yong kurang senang oleh kata2 kedua saudara Bu itu.
"Sudahlah, jangan banyak omong lagi, pergi tidur saja," kata akhirnya.
Percakapan itu sudah tentu didengar semua oleh Nyo Ko dan Siao-liong-li, sejak kecil Nyo Ko tidak akur dengan Bu-si Hengte, maka kata2 orang diganda tertawa saja tanpa pusing, sebaliknya Siao-liong-li yang me-mikir2 sendiri: "Aneh, kenapa karena Ko-ji membaiki aku, lantas dia dikatakan binatang, manusia rendah segala?" Ia pikir terus pergi-datang dan tetap tak mengerti, tengah malam tiba2 ia bangunkan Nyo Ko dan bertanya: "Ko-ji, ada suatu soal kau harus menjawab sungguh2.
Bila kau tinggal dalam kuburan kuno bersama aku sampai beberapa tahun lamanya, apakah kau takkan rindu pada dunia ramai di luar?" Nyo Ko tercengang hingga tak bisa menjawab.
"Dan bila kau tak keluar, apa kau takkan kesal?" tanya Siao-liong-li pula, "Meski cintamu padaku tak akan berubah selamanya, tapi sesudah lama tinggal dalam kuburan, apa kau takkan masgul?" pertanyaan ini membikin Nyo Ko sulit juga menjawabnya, Saat ini sudah tentu ia merasa senang dan bahagia bisa hidup berdampingan dengan Siao-liong-Ii, tapi tinggal di kuburan kuno yang sunyi dan gelap itu sekalipun tak terasa bosan selama sepuluh tahan atau dua puluh tahun umpamanya, tapi bagaimana kalau sampai 30 tahun" Apalagi 40 tahun" Sebenarnya untuk menjawab asal menjawab saja tidak sukar bagi Nyo Ko, tapi begitu suci bersih cintanya terhadap Siao-liong-li, dengan sendirinya ia tidak mau jawab sembarangan.
"Kokoh," katanya sesudah memikir, "kalau kita sampai masgul dan bosan, tidaklah kita bisa keluar bersama saja!" Siao-liong-li menyahut pelahan sekali, lalu tak bicara lagi, hanya dalam hati ia pikir: "Apa yang dikatakan Kwe-hujin (nyonya Kwe) ternyata tidak dusta.
Kelak kalau dia sudah bosan dan kesal hingga keluar dari kuburan, ia akan dipandang hina oleh setiap orang, lalu apa senangnya orang hidup begitu " ia baik padaku, entah mengapa orang lain lantas pandang rendah dan hina padanya, apakah aku sendiri seorang tak membawa alamat baik" Aku suka dia dan mencintai dia, jiwaku boleh melayang, tapi kalau menjadikan dia tak bahagia, lebih baik dia tak menikahi aku saja.
Kalau begitu, malam itu di Cong-lam-san dia tak mau berjanji akan peristerikan diriku, agaknya disebabkan inilah.
" Sementara didengarnya Nyo Ko menggeros nyenyak maka pelahan ia melompat turun, ia dekati pembaringan dan pandang wajah orang yang cakap, hatinya cemas dan pedih, tak tertahan air matanya ber-linang2.
Besok paginya ketika Nyo Ko mendusin, terasa olehnya pundaknya rada basah, ia merasa aneh sekali, ia lihat Siao-liong-li sudah tiada di kamar, ia bangun duduk, tapi lantas tertampak di atas meja terukir delapan huruf yang halus dengan jarum yang bunyinya: "Selamat tinggal, janganlah pikirkan diriku.
" Kaget luar biasa Nyo Ko, seketika ia ter-mangu2 bingung, ia lihat di atas meja masih kelihatan ada bekas air mata yang belum kering, dapat diduga rasa basah di pundaknya tentu juga karena air mata Siao-liong li, Maka dapatlah di bayangkan berapa remuk redam perasaannya tatkala ia menulis ke delapan huruf ini.
Dalam keadaan cemas Nyo Ko merasa seakan disamber petir mendadak ia dorong daun jendela terus meloncat keluar sambil ber-teriak2: "Kokoh, Kokoh !" Nyo Ko insaf sedetik saja tak boleh di-sia2kan, kalau hari ini Siao-liong-Ii tak bisa diketemukannya, kelak mungkin sukar bersua lagi, maka cepat ia lari ke kandang kuda, ia keluarkan kudanya yang kurus itu terus dicemplaknya pergi.
Kebetulan waktu itu Kwe Hu lagi keluar dari kamarnya.
ia menjadi heran melihat kelakuan pemuda ini, ia ber-teriak2 memanggil : "Nyo-koko, hendak ke mana kau?" Tapi Nyo Ko membudek, ia larikan kudanya cepat ke utara, sekejap saja belasan li sudah dilaluinya, sepanjang jalan ia terus ber-teriak2.
"Kokoh, Kokoh!" Tapi mana ada bayangan Siao-liong-li.
Setelah berjalan tak lama, tiba2 dilihatnya rombongan Kim-lun Hoat-ong sedang menuju ke barat, ketika mendadak mereka nampak Nyo Ko seorang diri dan satu tunggangan, merekapun ter-heran2, Segera Kim-lun Hoat-ong belokan kudanya memapak datangnya Nyo Ko.
Sama sekali Nyo Ko tak bersenjata, tiba2 menghadapi musuh besar, sudah tentu sangat berbahaya.
Tapi ia sedang kuatirkan keadaan Siao liong-li, apa yang dipikirkan kini tiada lain kecuali jejak Siao-liong-Ii, keselamatan diri sendiri sudah tak terpikir olehnya, maka demi nampak Kim-lun Hoat-ong mendatangi, ia malah tarik tali kuda dan memapakinya dan bertanya: "Hai, apa kau melihat guruku?" Melihat orang tidak melarikan diri.
sudah tentu Kim-lun Hoat-ong heran, kini mendengar pertanyaan itu, keruan tambah tercengang.
"Tidak. " sahutnya kemudian.
"Apa dia tidak bersama kau!?" Kedua orang ini sama2 cerdik luar biasa, setelah terjadi tanya jawab ini, sesaat itu keduanya sudah timbul pikiran, Nyo Ko berada sendirian tentu bukan tandingan Kim-lun Hoat-ong, maka setelah sinar mata kedua orang kebentrok, cepat Nyo Ko keprak kuda dan di lain pihak Kim-lun Hoat-ong sudah ulur tangan hendak menjambret nya, Namun kuda kurus itu tangkas luar biasa, bagai angin cepatnya sudah membedal lewat, lekas2 Kim-lun Hoat-ong keprak kuda mengejar, tapi Nyo Ko sudah berada sejauh satu li lebih dan sukar disusul lagi.
Tiba2 pikiran Hoat-ong tergerak pula, ia tahan kuda tak mengejar lebih jauh, ia pikir: "Kalau mereka guru dan murid terpencar, apalagi yang aku takutkan sekarang" Kalau Ui-pangcu itu masih belum pergi jauh, ha-ha.
. . " Begitulah, segera ia bawa rombongannya balik ke tempat darimana mereka datang tadi.
Sementara itu Nyo Ko masih belum melihat bayangan Siao-liong-li, sekalipun sudah beberapa puluh li ia tempuh, ia merasa darahnya bergolak hingga rasanya gelap pandangan, hampir2 saja ia pingsan di atas kudanya, Sungguh luar biasa rasa sedih dan pilunya.
"Sebab apakah Kokoh mendadak tinggalkan aku" Di manakah aku pernah mencederai dia" Sewaktu ia hendak tinggalkan aku tidak sedikit air mata yang dia alirkan, tentunya itu bukan karena marah padaku," demikianlah ia pikir.
Lalu terpikir pula tiba2 olehnya: "Ah, tahukah aku sekarang, tentunya karena aku bilang tinggal di dalam kuburan kuno akan merasa bosan, maka ia kira aku tak mau hidup berdampingan selamanya dengan dia.
" Berpikir sampai disini, tiba2 ia melihat setitik sinar harapan: "Ah, tentu dia telah kembali ke kuburan kuno, biarlah aku pergi ke sana mendampingi dia," demikian pikirnya terakhir.
Tadi dalam bingungnya ia larikan kudanya secara ngawur tanpa bedakan arah, kini ia bisa pilih jalan, ia kembali ke utara menuju Cong-lam-san.
sepanjang jalan ia berpikir terus, makin pikir makin terasa benar keputusannya itu, karena itu rasa duka dan rindunya menjadi hilang beberapa bagian, bahkan kemudian iapun ber-dendang2 sendiri di atas kudanya.
Waktu lohor ia mampir di suatu kedai nasi untuk tangsal perut, habis makan semangkok bakmi waktu mau bayar, tiba2 ia melongo, Kiranya waktu berangkat terlalu buru2 hingga satu mata uang saja tak membawanya, Tapi Nyo Ko tak kurang akal, ia incar ketika pengurus kedai meleng, cepat saja ia cemplak kudanya terus lari pergi, ia dengar pemilik kedai mencaci maki kalang kabut di belakang, diam2 pemuda ini tertawa geli sendiri.
Petangnya, tibalah dia di sebuah hutan lebat.
Se-konyong2 didengarnya sayup2 ada suara bentakan dan makian di dalam hutan diseling dengan suara nyaring beradunya senjata, terkejut Nyo Ko, ia coba dengarkan lebih jelas, ia kenali kemudian itulah suaranya Kim-lun Hoat-ong dan Kwe Hu.
Nyo Ko tahu pasti terjadi sesuatu, lekas2 ia melompat turun dari kudanya, ia lambat kudanya sedikit jauh, ia sendiri menyelinap masuk hutan dengan kepandaian "tah-poh-bu-seng" atau melangkah tanpa bersuara, semacam ilmu entengkan tubuh yang tinggi, ia mencari tempat dimana datangnya suara.
Setelah belasan tombak jauhnya, ia lihat di tengah hutan lebat itu Ui Yong dan puterinya beserta Bu-si Hengte lagi melawan rombongan Kim-lun Hoat-ong se-bisa2nya di suatu gundukan batu.
Ia lihat keadaan Bu-si Hengte sangat mengenaskan mukanya, bajunya, semua berlepotan darah.
Ui Yong sendiri rambutnya serawutan, tampaknya kalau bukan Kim-lun Hoat-ong sengaja ingin menawan lawannya hidup2, mungkin mereka berempat sudah sejak tadi binasa di bawah roda besinya.
Setelah menyaksikan beberapa jurus lagi, diam2 Nyo Ko memikir: "Kokoh tidak di sini, kalau aku maju membantu sendiri, tentu antar jiwa percuma, lantas bagaimana baiknya ini?" Selagi ia hendak cari akal, tiba2 dilihatnya roda Kim-lun Hoat-ong sedang menghantam, Ui Yong kelihatan tak kuat menangkis, mendadak ia mengkeret masuk ke belakang segundukan batu.
Lalu Kim lun Hoat-ong terpancing masuk ke tengah gundukan batu ini dan berputar kian kemari, namun tak mampu mendekati Ui Yong lagi.
Heran sekali Nyo Ko oleh kejadian itu, dilihatnya Kwe Hu dan Bu-si Hengte juga berkelit dan berputar mengandalkan gundukan batu, bila ada bahaya.
asal sembunyi di belakang batu, seketika Darba ketinggalan dan terpaksa ber-putar2 kesana kemari baru bisa menyusulnya, namun sementara itu Kwe Hu sudah sempat bernapas untuk melawan musuh lagi.
Makin melihat makin heran Nyo Ko, sungguh tak bisa dimengertinya beberapa gundukan batu dalam hutan ini ternyata begitu mukjijat.
Tapi meski keselamatan Ui Yong cs, tak menjadi soal lagi, tapi hendak lari keluar barisan gundukan batu, rasanya juga susah.
Setelah lama tak bisa bobolkan pertahanan musuh, meski Bu-si Hengte dapat dilukai, tapi tak parah, sebaliknya pihak Kim-lun Hoat-ong sendiri ada seorang tertusuk mati oleh Kwee Hu.
Hoat-ong tahu gundukan batu itulah letak penyakitnya yang harus dipecahkan baru bisa menangkap musuh.
Hoat-ong seorang yang cerdas dan tinggi hati, ia pikir beberapa orang ini sudah seperti kura2 dalam tempurung tak nanti bisa lolos dari cengkeramannya, ia pikir bila sebentar lagi perputaran barisan gundukan batu dapat dipahami segera ia menerjang masuk dengan cepat dan sekali pukul lantas berhasil, barulah hal ini bisa perbaikan kepintarannya.
Maka mendadak ia memberi tanda rombongannva mundur, ia sendiripun mundur lebih setombak jauhnya sambil memperhatikan susunan gundukan batu yang ruwet itu.
Ia pikir berapa hebat siasat vang diatur maupun barisan yang dikerahkan pasti tidak terlepas dari perhitungan Thay-kek dan Liang-gi dan meluas menjadi Ngo-heng dan Pat-kwa.
Kim-lun Hoat-ong sendiri mahir macam2 ilmu aneh itu, ia pikir meski barisan gundukan batu itu rada aneh, ia yakin pasti tidak terlepas dari dasar perhitungan tersebut diatas.
Siapa tahu sudah lama ia pandang dan perhatikan, baru saja sedikit lubang dapat dilihatnya, ketika hendak dipecahkan lebih jauh, tiba2 salah lagi, sebelah kiri betul, sayap kanan sudah berubah, dapat dipecahkan bagian depan, lalu sebelah belakang sukar dipahami pula.
ia ter-menung2 di tempatnya, terkejut dan kagum luar biasa atas kepandaian Ui Yong.
Tapi Kim-lun Hoat-ong adalah seorang genius, baik silat maupun surat, meski menghadapi soal sulit, ia justru ingin gunakan kecerdasan sendiri untuk memecahkannya.
Nyo Ko lihat paderi ini mencurahkan perhatian penuh atas gundukan2 batu, mendadak matanya terbeliak seperti paham di mana letak mujizat barisan batu itu dan orangnya terus melompat masuk cepat luar biasa, ketika ia ulur tangan, tahu2 Kwe Hu kena dijambret, habis ini iapun mundur lagi keluar barisan batu.
Perubahan diluar dugaan ini membikin Ui Yong terkejut hingga seketika tak berdaya, kalau keluar barisan buat menolong, terang mereka sendiri yang bakal menghadapi bahaya.
Kiranya tadi Kwe Hu melihat musuh berdiam diri, ia menjadi gegabah, tak diturut lagi pesan ibundanya agar berdiri tetap di tempatnya, tapi ia keluar garis pertahanan barisan batu dan betapa lihaynya Kim-lun Hoat-ong, begitu ada kesempatan segera ia turun tangan menawannya terus menutuk Hiat-to iganya dan diletakkan di tanah.
Sengaja Hoat-ong tak menutuk urat nadi gagu si gadis agar bisa bersuara minta tolong ibundanya untuk memancing Ui Yong keluar dari barisan batu itu.
Seketika Kwe Hu merasa seluruh badan kaku gatal luar biasa, tapi anggota badan tak bisa bergerak tiada jalan lain kecuali merintih pelahan.
Sudah tentu Ui Yong tahu akal licik musuh, tapi kasih ibu adalah pembawaan setiap manusia, ia menjadi kuatir luar biasa, tapi bibir digigitnya kencang2, sedapat mungkin menahan perasaannya Kesemua itu disaksikan Nyo Ko dengan jelas di tempat sembunyinya, tiba2 dilihatnya Ui Yong gerakkan tongkat bambu lalu hendak terjang keluar barisan batu untuk menolong puteri kesayanganmya, tanpa pikir lagi se-konyong2 Nyo Ko melompat keluar, Kwe Hu disambernya terus melompat masuk kembali ke barisan gundukan batu itu.
Cepat juga Kim-lun Hoat-ong timpuk roda besinya menghantam punggung si Nyo Ko yang masih terapung di udara hingga sukar berkelit.
Tapi mendadak Kwe Hu didorongnya ke arah Ui Yong, berbareng Nyo Ko sendiri gunakan gerakan "jian-km-tui", tubuhnya menurun cepat ke bawah dan terdengarlah suara "bluk", antap sekali tubuh Nyo Ko terbanting di atas gundukan batu itu, sementara terdengar suara gemerenceng yang nyaring, roda besi musuh tepat menyamber lewat di atas kepalanya.
Di lain pihak Ui Yong sudah merangkul puteri kesayangannya dengan perasaan girang dan duka, ia lihat Nyo Ko telah merangkak bangun dari gundukan batu, mukanya babak belur karena jatuhnya yang berat tadi, lekas2 ia tunjukkan jalan masuk ke barisan batu dengan tongkat bambunya yang panjang itu.
Melihat serangannya yang tak berhasil dan kembali gara2 si Nyo Ko, Kim-lun Hoat-ong tidak gusar, ia malah bergirang, katanya dengan tersenyum dingin: "Bagus, kau sendiri yang masuk jaring, aku dapat hemat tenaga dan tak perlu cari kau lagi kelak" Dengan mati2an Nyo Ko menolong orang, timbulnya secara spontan, tapi sesudah masuk barisan batu itu dan teringat ikut campurnya ini berarti antarkan nyawa sendiri dan selanjutnya sukar bersua lagi dengan Siao-liong-li, diam2 ia merasa menyesal.
"Ko-ji, buat apa kau lakukan ini?" kata Ui Yong kemudian menghela napas.
"Kwe-pekbo," sahut Nyo Ko tertawa getir, "secara ketolol2 an, asal darahku panas, lantas aku tak pikirkan diri sendiri lagi.
" "O, anak baik, hatimu yang baik ini dibanding ayahmu.
. . " belum habis Ui Yong berkata, mendadak ia berhenti.
"Kwe-pekbo, ayahku seorang jahat bukan?" tanya Nyo Ko gemetar.
"Buat apa kau tanya ini?" kata Ui Yong menunduk.
Habis ini mendadak ia berseru: "Awas, ke sini ikut aku!" Lalu ia tarik orang melintasi dua gunduk batu menghindari pembokongan Kim-lun Hoat-ong.
Kagum luar biasa setelah Nyo Ko meneliti sekitar gundukan batu itu.
"Kwe-pekbo, kepandaianmu yang hebat ini di jagat ini tiada keduanya lagi," katanya kemudian.
Ui Yong tak menjawab, ia hanya tersenyum dan sibuk mengurut Kwe Hu yang habis ditutuk musuh tadi.
"Kau tahu apa?" sela Kwe Hu tiba2.
"Kepandaian ibu adalah ajaran Gwa-kong (engkong luar), Engkong-ku itulah baru benar2 lihay.
" Nyo Ko sendiri sudah saksikan kepintaran Ui Yok-su dengan tanaman2 yang teratur di Tho-hoa-to, cuma waktu itu umurnya masih kecil, maki tidak dapat dipahaminya kebagusannya, kini mendengar kata2 Kwe Hu, berulang kali ia mengangguk dan merasa kagum tak terhingga.
"Ya, entah kapan berjumpa dengan beliau barulah rasanya hidupku ini tak ter-sia2," demikian katanya.
Dalam pada itu mendadak Kim-lun Hoat-ong menerjang masuk lagi, sudah dua gunduk batu dilintasinya, Nyo Ko tak bersenjata sama sekali, lekas2 tongkat bambu Ui Yong yang masih menggeletak di tanah itu disambarnya terus mendahului maju menahan musuh, beruntun2 tongkat bambu menyabet dua kali, apa yang dimainkan adalah Pak-kau-pang-hoat.
Melihat Pang-hoat orang terlalu bagus, Kim-lun Hoat-ong tak berani ayal, ia layani Nyo Ko penuh perhatian, setelah beberapa jurus, mendadak keduanya sama2 kesandung batu dan sampai hampir jatuh.
Kuatir terjebak, lekas2 Hoat-ong melompat keluar dari gundukan batu, sedang Ui Yong menunjukkan jalan masuk bagi Nvo Ko.
Bu-si Hengte dan puterinya disuruh pindahkan batu2 itu untuk merubah barisan pertahanannya.
"Darimanakah kau dapat belajar Pa-kau-pang-hoat ini sebenarnya?" tanya Ui Yong kemudian pada Nyo Ko.
Maka terus teranglah Nyo Ko ceritakan pertemuannya yang aneh dengan Ang Chit-kong dulu di atas Hoa-san dan bagaimana Pak-kay dan Se-tok telah bertanding di sana hingga turunkan ilmu tongkat pemukul anjing itu padanya, cuma kuatir kalau Ui Yong terkejut, maka tentang tewasnya Ang Chit-kong tak diceritakannya sama sekali.
"Penemuanmu yang aneh itu sungguh jarang terjadi," ujar Ui Yong kemudian, Tiba2 tergerak hatinya, ia berkata pula : "Ko-ji, kau sangat pintar, cobalah kau carikan suatu akal buat lepaskan diri dari kesukaran sekarang ini.
" Melihat sikap Ui Yong segera Nyo Ko tahu orang telah mendapatkan akalnya, maka iapun pura-pura tak tahu dan menanya: "Jika engkau sehat kuat, kita keroyok Hoat-ong pasti akan menang, atau bila dapat mendatangkan guruku, tentu segalanya akan beres," "Kesehatanku ini seketika mana bisa baik?" sahut Ui Yong, "Kokohmu juga tak diketahui ke mana perginya, Aku ada suatu akal dan harus menggunakan beberapa gundukan batu ini, barisan batu ini adalah ajaran ayahku, perubahan2 di dalamnya tiada habis2nya, sebenarnya belum ada dua bagian yang kugunakan sekarang ini.
" Terkejut sekali Nyo Ko oleh keterangan itu, ia pikir ilmu pengetahuan Ui Yok-su sungguh tinggi bagai dewata, tidak kepalang rasa kagumnya.
"Pak-kau-pang-hoat ajaran guruku padamu itu hanya melulu cara memainkan saja, sedang apa yang kau dengar di atas pohon, yaitu apa yang kuuraikan adalah garis besar dari kunci2nya," kata Ui Yong lagi "Dan kini biar aku turunkan gerak perubahan yang bagus sampai sekecilnya padamu semuanya.
" Tentu saja girang Nyo Ko, tapi ia pura2 menolak, "Ah, agaknya tak boleh jadi," demikian katanya, "Pak-kau-pang-hoat kecuali Pangcu dari Kay-pang tidak sembarangan diturunkan pada orang luar selamanya.
" "Di hadapanku jangan kau pakai akal tengik?" kata Ui Yong sambil melototinya, "Pang-hoat ini Suhuku sudah turunkan padamu tiga bagian, kau sendiripun sudah mencuri dengar dua bagian, kini aku turunkan lagi dua bagian padamu, sisanya 3 bagian tergantung kecerdasanmu untuk mempelajarinya sendiri dan orang lain se-kali2 tak bisa mengajarkan kau, Soalnya kini terpaksa, pertama bukan orang mengajarkan Pang-hoat ini padamu kedua disebabkan kepepet, tiada jalan lain.
" Segera saja Nyo Ko berlutut dan menjura beberapa kali, "Kwe-pekbo," katanya tertawa, "Dahulu waktu aku kecil pernah kau berjanji akan turunkan ilmu silat padaku, sampai hari ini barulah kau benar2 Kwe-pekbo yang baik.
" "Ya, selama ini kau terus dendam padaku, bukan?" sahut Ui Yong tersenyum.
"Mana aku berani?" kata Nyo Ko.
Habis itu, dengan bisik2 Ui Yong lantas uraikan intisari Pak-kau-pang-hoat, semuanya ia beritahukan pada Nyo Ko.
Di luar gundukan batu2 sana Kim-lun Hoat-ong melihat Nyo Ko tiba2 menjura pada Ui Yong, kedua orang ini bicara sambil ter-tawa2, lalu bisik2 entah apa yang sedang dikerjakan, tampaknya seperti tak gentar dan sama sekali tak pandang sebelah mata pada dirinya.
Meski mendongkol juga Kim-lun Hoat-ong, tapi biasanya ia sangat tenang dan hati2, ia yakin nanti setelah memecahkan letak penyakit barisan batu2 itu baru akan ambil tindakan.
Karena penundaan serangannya ini, Ui Yong dan Nyo Ko tak perlu melayani musuh, maka tiada setengah jam, semua kunci intisari sudah hampir selesai diuraikannya.
Kepintaran Nyo Ko boleh dikata ratusan kali lebih tinggi dari pada Loh Yu-ka, ditambah Pak-kau-pang-Iioat ini memang sudah lama dipelajarinya, meski banyak yang belum dia pahami dan belum bisa dipecahkan, tapi setelah diberi petunjuk oleh Ui Yong, tentu saja segalanya lantas terang dengan sendirinya.
Dari jauh Kim-lun Hoat-ong melihat wajah Ui Yong tenang tapi sungguh2 sambil bibirnya bergerak komat-kamit, sebaliknya Nyo Ko kelihatan garuk2 kepala dan cakar2 kuping seperti girang tak terhingga, ia menjadi bingung apa yang dilakukan kedua orang itu, urusannya tentu tidak menguntungkan dirinya, hal ini dapat dipastikannya.
Dan sesudah Nyo Ko selesai mendengarkan uraian istilah itu disusul beberapa pertanyaannya yang rada sulit, semuanya Ui Yong menjelaskannya dengan baik, lalu katanya: "Sudahlah cukup, kau bisa bertanya beberapa persoalan ini menandakan banyak yang telah kau pahami.
Tindakan selanjutnya ialah kita akan pancing Hoat-ong masuk barisan dan menawannya.
" "Apa?" tanya Nyo Ko terkejut "Menawan nya?" "Ya, apa susahnya?" kata Ui Yong, "Kini kita berdua dapat bersatu padu, soal tipu sudah menantikan dia, kekuatan pun di atasnya, Kini biar ku terangkan di mana letak kebagusan Loan-ciok-tin (barisan gundukan batu) ini seketika tentunya kaupun tak bisa paham, tapi asal kau ingat secara baik2 36 perubahannya kukira sudah cukup.
" Lalu iapun menjelaskan cara bagaimana berubah dari suatu pintu ke pintu lainnya dan barisan batu-batu itu.
Kiranya Loan-ciok-tin ini adalah perubahan dari Pak-tin-toh ciptaan Khong Beng di jaman Sam-kok, dahulu Khong Beng menggunakan batu2 menjadi barisan pertahanan di tepi sungai untuk menjebak pihak musuh binasa sukar meloloskan diri, kini apa yang diatur Ui Yong juga serupa tujuan Khong Beng pula, cuma karena terlalu buru2 hingga barisan batu2 itu belum rampung diaturnya.
Namun begitu Kim-lun Hoat-ong sudah dibikin bingung dengan mata terbuka lebar ia pandang lima lawannya di depan sana tanpa berani turun tangan secara sembarangan.
Ke-36 perubahan dari Loan-ciok-tin itu sesungguhnya ruwet dan bagus sekali, sekalipun Nvo Ko pintar luar biasa, seketika iapun tak bisa paham semua, sudah dua kali Ui Yong ulangi uraiannya dan Nyo Ko baru bisa paham lebih 20 macam perubahan itu, sementara itu cuaca sudah remang2 sedang Kim-lun Hoat-ong kelihatan ber-gegas2 hendak bergerak pula.
"Cukup likuran kali perubahan ini saja sudah bisa kurung dia di dalam," kata Ui Yong kemudian.
"Sekarang juga aku keluar memancing dia masuk barisan, sekali aku ubah baris pertahanan, segera ia akan terkurung.
" Keruan girang sekali si Nyo-Ko, "Kwe-pekbo,?" katanya, " kelak kalau aku datang ke Tho-hoa-to lagi, apakah engkau bersedia mengajarkan semua ilmu pengetahuan ini padaku?" "Jika kau sudi datang, kenapa aku tak sudi mengajarkan kau?" sahut Ui Yong tertawa, "Mati-matian kau telah tolong aku dan Hu-ji dua kali, masakah aku masih melayani kau seperti dahulu?" Mendengar itu, senang sekali rasa hati Nyo Ko, dalam keadaan demikian seumpama Ui Yong suruh dia kerjakan apa, dapat dipastikan tanpa tawar lagi akan dilakukannya, Maka tak pikir lagi segera ia samber tongkat pemukul anjing terus lari keluar barisan,batu-batu itu.
"Hayo, Hoat-ong, bila kau berani, marilah kita bertempur 300 jurus !" demikian Nyo Ko lantas menantang, Memangnya Kim-lun Hoat-ong lagi kuatir mereka main gila di dalam barisan batu2 itu untuk membokong dirinya, kini melihat Nyo Ko keluar menantang, keruan kebetulan baginya, Segera ia angkat roda besinya terus menghantam.
ia kuatir Nyo Ko lari masuk lagi ke dalam gundukan batu maka setelah dua gebrakan, segera ia cegat jalan mundur si Nyo Ko dengan tujuan memaksa pemuda ini jauh meninggalkan barisan batu itu.
Tak ia duga baru saja Nyo Ko mempelajari Pak-kau-pang-hoat dan sekarang juga lantas dipraktekkan, nyata ilmu tongkat pemukul anjing ini memang heibat luar biasa dengan segala gaya memukul, menjojoh, menyandung, menyabet dan macam2 lagi, karena gegabah hingga sedikit meleng, segera paha Kim-lun Hoat-ong kena ditoyor sekali oleh tongkat bambu Nyo Ko, meski ilmu silatnya sangat tinggi dan cepat bisa tutup jalan darahnya hingga tidak terluka, namun terasa juga sakit sekali.
Karena kecundang ini, ia tak berani ayal lagi, roda besinya berputar cepat, ia lawan Nyo Ko sepenuh perhatian, meski lawannya kini hanya pemuda belasan tahun, tapi ia justru seperti menghadapi musuh tangguh, se-akan2 melawan seorang tokoh silat maha lihay.
Dan karena orang bertempur sungguh2, Nyo Ko segera kewalahan, sekalipun hebat Pak-kau pang-hoat, tapi baru dipelajari lantas digunakan, betapapun juga belum leluasa dimainkannya, lekas2 ia gunakan gaya "hong" atau menutup untuk menahan serangan roda orang, berbareng ia geser langkah menerobos ke sini ke sana.
Melihat pemuda ini hendak menerjang keluar, Kim-lun Hoat-ong pikir kebetulan baginya, maka ber-ulang2 iapun mundur hendak pancing Nyo Ko jauh meninggalkan barisan batu, Siapa tahu baru belasan tindak ia mundur, mendadak ia kesandung sebuah batu besar, ternyata tanpa terasa ia sendiri malah terpancing masuk ke dalam Loan-ciok-tin.
Harus diketahui bahwa setiap langkah Nyo Ko selalu turut ajaran Ui Yong tadi, ia bertindak menurut duduk Pat-kwa yang aneh, hanya beberapa kali ia menggeser dan arahnya sudah berganti, semakin ia menerjang maju, semakin masuk ke dalam barisan batu, Dan karena asyik menempur orang, seketika Kim-lun Hoat-ong, kena diselomoti,waktu ia sadar, namun sudah terjeblos di dalam Loan-ciok-tin itu.
Ia pikir bisa celaka, ia dengar Ui Yong berulang kali lagi berseru: "Cu-jiok pindah Jing-liong, Soan-wi berubah Li-wi, It-bok ganti Kui-cui," Apa yang disebut ini adalah nama tempat kedudukan yang harus dituju Nyo Ko dalam barisan batu itu.
Berbareng itu, Bu-si Hengte dan Kwe Hu serentak memindahkan batu2 besar dan mengurung rapat musuh di tengah2.
Terkejut sekali Kim-lun Hoat-ong karena perubahan hebat itu, pikirnya hendak berhenti buat periksa keadaan sekitarnya, tapi tongkat bambu Nyo Ko justru selalu mengganggu, Pak-kau-pang-hoat ini belum cukup kuat buat menempurnya secara berhadapan, tapi untuk mengacaukan pikirannya justru sangat tepat.
Sementara itu Kim-lun Hoat-ong beberapa kali kesandung batu lagi hingga berdirinya tak mantap, ia tahu barisan batu2 itu sangat lihay, asal kejeblos terlalu lama, makin putar makin kacau jadinya.
Dalam keadaan bahaya, mendadak Kim-lun Hoat-ong menggertak sekali, ia keluarkan Ginkang dan melompat ke atas gundukan batu, Dengan berada di atas gundukan batu seharusnya tidak terkurung lagi oleh barisan itu, tapi anehnya barisan batu itu justru bisa mengacaukan arah, bila lari ke timur dan menyangka bisa keluar, tahu2 dari timur sampai barat dan dari selatan ke utara tetap ber-putar2 dan akhirnya hanya putar kayun terus di suatu lingkaran kecil hingga tenaga habis, akhirnya menyerah tak berdaya.
Dalam pada itu dilihatnya Nyo Ko telah ayun tongkatnya memukul betisnya, terpaksa Kim-lun Hoat-ong melompat turun ke tanah datar lagi, ia putar rodanya balas menghantam.
Setelah belasan jurus lagi, cuaca sudah mulai gelap hingga makin menambah seramnya barisan batu itu, dalam keadaan demikian sekalipun Kim-lun Hoat-ong memiliki kepandaian setinggi langit mau-tak-mau iapun berkuatir.
Mendadak menjadi nekat, ketika kedua kakinya menyapu kuat, lebih dulu sebuah batu besar lebih 20 kati kena didepak ke udara, menyusul sebuah batu besar lain terbang lagi ke angkasa, ia bergerak cepat, kedua kakinya pun bergantian menendang hingga barisan batu itu seketika pecah berantakan.
Terkejut luar biasa Ui Yong berlima, Iekas2 mereka berkelit akan timpaan batu2 terbang dari atas itu.
Kini kalau Kim-lun Hoat-ong mau lari keluar barisan sebenarnya tidak susah, tapi dari terserang ia segera balas menyerang, sekali tangan mengulur, kontan Ui Yong hendak ditangkapnya.
Cepat Nyo Ko jojoh punggung orang dengan tongkatnya, ketika Hoat-ong ayun roda besinya menangkis ke belakang, sementara telapak tangannya juga sudah sampai di atas pundak Ui Yong.
Kalau mau sebenarnya Ui Yong bisa hindarkan diri dengan sedikit mundur, tapi didengarnya di belakang samberan angin yang keras, dari udara sebuah batu besar lagi menimpa ke arah punggungnya, terpaksa ia keluarkan Kim-na-jiu-hoat, ilmu menangkap dan melawan, ia papaki tangan Hoat-ong terus memegangnya kencang malah.
"Bagus !" seru Hoat-ong, ia biarkan tangannya dipegang Ui Yong, ketika orang hendak membetot mendadak ia barengi menarik dengan tenaga raksasanya.
Kalau dalam keadaan biasa, tidak susah bagi Ui Yong untuk melepaskan diri, tapi kini ia tak bisa keluarkan tenaga, maka terdengarlah ia menjerit orangnya lantas jatuh juga.
Terperanjat sekali Nyo Ko, tak dihiraukan lagi mati hidup sendiri, ia menubruk maju terus merangkul kedua kaki Kim-lun Hoat-ong hingga keduanya sama2 terbanting roboh.
Betapapun juga Kim-lun Hoat-ong memang jauh lebih tinggi ilmu silatnya, belum tubuhnya menggeletak telapak tangan kanan dengan tipu pukulan berat telah hantam kena dada Nyo Koi hingga pemuda ini terpental bagai bola.
Tapi pada saat itu juga, sebuah batu besar terakhir yang terbang ke udara oleh tendangan Hoat-ong tadi justru menimpa turun juga, maka terdengarlah suara "bluk" yang keras, dengan tepat punggung Hoat-ong sendiri kena tertimpa.
Betapa hebat tenaga tumbukan batu itu, sungguhpun Lwekang Hoat-ong amat tingginya juga tak tahan, meski ia masih bisa keluarkan tenaga untuk menendang pergi batu itu, tapi setelah sempoyongan beberapa kali, akhirnya ia roboh ke depan.
Begitulah, hanya sekejap saja batu bertebaran dan barisan berantakan Ui Yong, Nyo Ko dan Kim-lun Hoat-ong bertiga sama2 roboh terluka.
Di luar barisan batu si Darba dan para jagoan Mongol serta Kwe Hu dan Busi Hengte di dalam barisan sama2 terkejut, segera yang diluar lari masuk hendak menolong.
Tenaga Darba besar luar biasa, pula diantara jagoan Mongol itu ada beberapa orang yang kuat, sudah tentu Kwe Hu dan kedua Bu cilik tak bisa melawannya.
Mendadak tertampak Kim-lun Hoat-ong berdiri sambil sempoyongan, ketika rodanya bergerak hingga menerbitkan suara nyaring, wajahnya putih pucat, tiba2 ia menengadah dan bergelak tertawa, suaranya seram membikin orang mengkirik.
"Selama hidupku belum pernah aku menderita luka sedikitpun menghadapi musuh siapa saja, tak nyana hari ini aku melukai diriku sendiri," kata Hoat-ong, suaranya serak berat.
Habis ini, kembali tangannya mengulur hendak mencengkeram Ui Yong lagi.
Meski Nyo Ko kena dipukul sekali di dadanya dan cukup parah, tapi demi nampak Ui Yong terancam bahaya, sambil merangkak segera ia ayun pula tongkatnya menangkis tangan musuh, dan karena sedikit keluar tenaga ini, tak tahan lagi darah menyembur keluar dari mulutnya.
"Sudahlah, Ko-ji, kita akui kalah saja, tak perlu adu jiwa lagi, kau jaga dirimu saja baik2," ujar Ui Yong sedih.
Sementara dengan pedang terhunus Kwe Hu menjaga di samping ibunya.
Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Sin Tiaw Hiap Lu Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau lekas lari dulu, Hu-moay, paling penting beritahukan ayahmu saja," bisik Nyo Ko pelahan.
Tapi pikiran Kwe Hu sudah kusut, sekalipun tahu kepandaian diri sendiri terlalu rendah, tapi mana tega ia tinggalkan sang ibu" Dalam pada itu sedikit ayun roda besinya, tahu2 pedang Kwe Hu terpental terbentur roda Kim-lun Hoat-ong, terlihatlah sinar putih terbang mendadak dan masuk ke dalam hutan.
Selagi Kim-lun Hoat-ong hendak dorong pergi Kwe Hu buat tangkap Ui Yong, tiba2 didengarnya suara seruan seorang perempuan: "Tahan dulu !" Menyusul mana sesosok bayangan hijau tahu2 melompat keluar dari dalam hutan terus samber pedang Kwe Hu yang sedang me-layang2 itu, beberapa kali loncatan lagi, cepat sekali orangnya sudah sampai di antara gundukan batu itu.
Melihat wajah orang seram luar biasa, tiga bagian seperti manusia, tujuh bagian mirip setan, selama hidupnya belum pernah melihat wajah orang begitu aneh dan jelek, seketika Kim-lun Hoat-ong tercengang, "Siapa kau?" iapun membentak.
Orang perempuan itu tidak menjawab, ia berjongkok terus mendorong satu batu besar hingga melintang di tengah2 Hoat-ong dan Ui Yong, kemudian buka suara : "Apakah kau ini Kim-lun Hoat-ong dari Tilbet yang tersohor itu?" - Meski wajahnya jelek, tapi suaranya ternyata amat merdunya.
"Ya, betul dan kau siapa?" sahut Hoat-ong.
"Aku hanya seorang anak dara tak bernama, sudah tentu kau tak kenal aku," sahut gadis itu.
Sembari berkata, kembali ia geser satu batu lainnya ke samping.
Sementara itu dalam hutan rimba gelap gulita, tiiba2 tergerak pikiran Hoat-ong, ia membentak cepat: "Apa yang kau lakukan?" Selagi hendak merintangi orang memindahkan batu, ia dengar gadis itu telah berseru: "Kak-bok-kau berubah menjadi Hang-kim-liong !" Seketika Kwe Hu dan kedua saudara Bu tercengang, pikir mereka: "Aneh, darimana iapun tahu cara perubahan barisan batu ini?" Karena suaranya membawa perbawa, seketika mereka turut perintah dan memindahkan batu yang tadinya sudah kacau berantakan segera berubah lain lagi.
Terkejut dan gusar Kim-lun Hoat-ong, tiba2 ia membentak : "Kau anak perempuan inipun berani mengacau di sini?" Tapi lagi2 gadis itu berseru beberapa istilah tentang perubahan2 barisan batu yang semuanya cocok dengan apa yang diajarkan Ui Yong pada Nyo Ko tadi.
Mendengar orang bisa berteriak dengan betul dan teratur tiada ubahnya seperti pimpinan Ui Yong sendiri, Kwe Hu dan kedua Bu menjadi girang, dengan bersemangat mereka geser batu dan tampaknya segera Kim-lun Hoat-ong akan terkurung lagi di dalam.
Punggung Hoat-ong sudah ketimpa batu tadi, ia coba tahan lukanya itu dengan Lwekangnya yang tinggi, meski seketika belum berbahaya, tapi tidak kecil penderitaannya, maka tak sanggup lagi ia menendangi batu pula, Betapapun ia memang seorang tokoh terkemuka, ia tidak menjadi bingung dalam keadaan bahaya, ia tahu bila telat sebentar lagi hingga terjeblos pula dalam barisan batu, bukan saja Ui Yong tak jadi ditangkapnya, bahkan ia sendiri bisa2 tertangkap malah.
Badai Awan Angin 8 Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo Badai Awan Angin 12
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama