Kereta Berdarah Karya Khu Lung Bagian 4
saat lamanya disana, sebelum ilmu silatnya musnah dia harus
pergi mencari kereta berdarah itu
Teringat akan diri Ciu Tong di dalam hatinya dia merasa
sangat mangkel sekali, dengan cepat dia kerahkan tenaga
dalamnya menghajar sebuah patung manusia yang ada di
sampingnya. "Braaaaaak.... dengan disertai suara ledakan yang amat
keras patung tersebut segera terpukul hancur menjadi
berkeping-keping. Dia melihatnya sebentar lalu tertawa tawar.... kekuatan
tenaga dalamnya seperti latihan sepuluh tahun" Tidak lebih
cuma bisa bertahan seratus hari saja.... setelah itu.... setelah
itu.... dengan amat sedihnya dia menundukkan kepalanya,
dengan hati perih dia berpikir....
Di atas permukaan salju yang amat tebal sekali terlihatlah
seorang pemuda yang wajahnya amat murung sedang
melakukan perjalanannya ke depan.
Kuil yang ada di hadapannya sekarang itu bukan lain
adalah kuil Jien Ko Ci yang merupakan pusat pemerintahan
para Lhama di daerah Tibet.
Dengan perlahan Koan Ing berjalan maju ke depan, tidak
selang lama kemudian dia sudah tiba di kuil Han-poh-si yang
merupakan kuil terbesar di Jien Ko Ci, dia tahu peristiwa
masuknya kereta berdarah ke daerah Tibet tidak bakal salah
lagi. Dia cuma tidak tahu bagaimana jejak selanjutnya dari
kereta berdarah itu.... dia harus mendapatkan "Kereta
berdarah" itu untuk membalas dendam sebelum kepandaian
silatnya musnah, sedangkan untuk mendapatkan kereta
berdarah itu cuma ada Hud Ing Thaysu seorang saja yang bisa
memberikan bantuan yang paling besar kepadanya.
Dengan tenangnya dia berjalan masuk ke dalam kuil Hanpohsi, terlihatlah kedua belah samping dari pintu kuil tersebut
berdirilah berpuluh-puluh patung arca malaikat yang tingginya
beberapa kaki, setiap arca tersebut terbuat dari emas yang
menyilaukan mata, keadaannya sangat angker sekali.
Di dalam ruangan kuil itu penuh dengan asap dupa yang
amat tebal, terlihatlah banyak sekali orang-orang Tibet yang
sedang bersembahyang disana.
Setelah berdiri beberapa saat lamanya di depan kuil,
akhirnya dengan langkah perlahan Koan Ing berjalan masuk
ke dalam. Para Lhama yang melihat Koan Ing berjalan masuk ke
dalam kuil segera dengan menggunakan pandangan yang
amat terkejut bercampur heran memandang ke arahnya.
Koan Ing sama sekali tidak mau ambil gubris keadaan
mereka yang keheranan itu, baru saja berjalan sampai di
ruangan kuil segera terlihatlah seorang Lhama tua berjalan
maju ke depan Koan Ing lalu merangkap tangannya memberi
hormat. Ujarnya dengan menggunakan bahasa Han yang agak
lancar, "Tolong tanya sicu datang kemari ada urusan apa?"
Koan Ing melirik ke arah Lhama tersebut lalu mendengus
tawar. "Cayhe bernama Koan Ing, ada urusan hendak bertemu
dengan Hud Ing Thaysu ciangbunjin dari kuil ini" Entah
apakah Thaysu ada di dalam kuil?"
"Ciangbun Thaysu ada di ruangan sebelah belakang," ujar
Lhama itu sambil tertawa. "Biarlah siauw-ceng pergi melapor,
harap Koan sicu menanti sejenak di kamar samping."
Segera terlihatlah seorang hweesio cilik berjalan
mendatang dan memimpin Koan Ing menuju ke kamar
samping, sedangkan Lhama itupun dengan langkah yang
tergesa-gesa berjalan masuk ke dalam ruangan kuil itu.
Dengan amat tenangnya Koan Ing mengikuti hweesio itu
berjalan masuk ke dalam ruangan samping.
Tidak selang lama tampaklah Lhama tadi sudah berjalan
datang kembali, kepada Koan Ing sambil merangkap
tangannya memberi hormat, ujarnya, "Ciangbun Thaysu
mempersilahkan Koan sicu untuk bertemu di dalam ruangan
tengah." Sewaktu dia berbicara sampai disitu genta besar yang ada
di kuil berbunyi tidak henti-hentinya membuat suara tersebut
bergema memenuhi seluruh kuil.
Koan Ing segera mengangguk dan berjalan keluar dari
kamar samping tersebut saat itu orang-orang yang sedang
bersembahyang di dalam kuil itu sudah mulai pada bubaran.
Diam-diam dia kerutkan alisnya rapat-rapat, dia tidak tahu
kenapa Hud Ing Thaysu harus berbuat demikian repotnya
hanya untuk bertemu dengan dia orang" Tetapi dia tidak mau
berpikir panjang lagi, dengan langkah perlahan berjalan
masuk ke dalam ruangan sebelah dalam.
Sesampainya di dalam ruangan tengah sepasang matanya
dengan perlahan menyapu sekejap ke tempat itu terlihatlah
tinggi ruangan tersebut ada sepuluh kaki dengan patung
Buddha yang terbuat dari emas setinggi sembilan kaki berdiri
dengan angkernya di tengah ruangan, asap dupa
membumbung memenuhi seluruh ruangan laksana selapis
kabut tebal yang melayang dekat dengan permukaan.
Koan Ing segera berdiri di tengah ruangan, waktu itu
ruangan tersebut kosong tidak tampak seorangpun sehingga
kelihatan jauh lebih megah, suara genta sudah berhenti para
umat yang sedang sembahyang pun telah pergi, sebuah kuil
Han-poh-si yang begitu besar berada di dalam keadaan sunyi
senyap tak terdengar sedikit suarapun.
Sekali lagi Koan Ing menyapu sekejap keadaan di sekeliling
tempat itu, terlihatlah beratus-ratus buah patung arca dengan
megahnya berdiri memenuhi sekeliling ruangan tersebut.
Mendadak.... suara genta yang amat gencar kembali
bergema memenuhi angkasa, di tengah ruangan yang amat
sunyi itu mendadak berkumandang datang suara nyanyian doa
yang amat ramai disusul suara langkah manusia yang amat
perlahan berjalan memasuki ruangan.
Diam-diam Koan Ing mengerutkan alisnya rapat-rapat lalu
putar badannya, tampaklah dua puluh empat Lhama berjubah
kuning dengan masing-masing membawa senjata ditangannya
dengan langkah perlahan berjalan masuk ke tengah ruangan.
Sinar matanya segera berkelebat memancarkan sinar tajam
dan menyapu sekejap ke arah Lhama-lhama tersebut.
Mendadak suara nyanyian berhenti disusul berkelebatnya
sesosok bayangan kuning masuk ke dalam ruangan.
Wajah Lhama itu putih bersih dan segar, usianya kurang
lebih baru tiga puluh tahunan, tetapi sikapnya amat gagah
sekali. Diam-diam pikir Koan Ing di dalam hati, "Hud Ing Thaysu
adalah seorang pendeta kenamaan, sekalipun aku belum
pernah bertemu dengan dirinya tetapi kiranya tidak mungkin
baru berusia sedemikian mudanya."
Begitu Lhama berjubah kuning itu masuk ke dalam
ruangan, sepasang matanya segera memandang ke arah Koan
Ing dengan tajamnya. Diantara kedipan serta sapuan matanya itulah Koan Ing
bisa menduga kalau kepandaian silatnya berada di atas diri Ciu
Pak, itu putra kesayangan dari iblis sakti dari Lautan Timur,
diam-diam dalam hati merasa keheranan.... Siapa sebetulnya
orang itu" Bagaimana kepandaiannya bisa begitu tingginya"
Lhama berjubah kuning itu melirik sekejap ke arah Koan
Ing lalu ujarnya, "Pinceng Husangko, entah Koan sicu
mempunyai urusan apa hendak bertemu dengan suhuku?"
Dalam hati Koan Ing merasa melengak pikirnya, "Aaaah....
kiranya orang inilah yang bernama Husangko, kalau begitu
orang yang sudah mengaku sebagai Husangko sewaktu ada di
sungai Tiang Kang adalah palsu. Jika dilihat gerak-geriknya
jelas kepandaian silatnya berada di atas diri Ciu Pak, tetapi
kepandaian silat Hud Ing Thaysu sendiri tidak lebih sejajar
dengan kepandaian silat dari Ciu Tong. bagaimana dia bisa
mempunyai murid yang memiliki kepandaian silat demikian
tingginya?" Tetapi mana dia tahu kalau Ciu Pak serta Sang Siauw-tan
sekalian sejak kecil belajar ilmu silat tetapi dikarenakan
ayahnya merupakan salah satu dan empat manusia aneh yang
amat terkenal membuat mereka tidak takut terhadap siapapun
sehingga sekalipun tidak belajar ilmu silat, juga tidak ada
orang yang berani mengganggu mereka.
Sebaliknya Husangko sejak kecil dibesarkan di dalam kuil
dan sejak kecil pula sudah diterima sebagai murid oleh
ciangbunjin sehingga mau tidak mau dia orang harus berlatih
setiap hari. Koan Ing yang mendengar dia orang menyebut dirinya
sebagai Husangko segera sahutnya dengan tawar, "Aku mau
bertemu dengan Hud Ing Thaysu.... "
Husangko sama sekali tidak menduga Koan Ing bisa
berbuat demikian tidak tahu adatnya, dia agak melengak.
Dia adalah murid tertua dari Hud Ing Thaysu sebagai
ciangbunjin dari kuil-kuil daerah Tibet, mana dia orang pernah
memperoleh hinaan seperti ini" Tetapi bagaimanapun juga dia
adalah seorang yang beribadat sehingga tidak mau
mengumbar nafsu berlebihan. Jikalau Koan sicu ada perkataan
silahkan bicara dengan aku saja," ujarnya halus.
Koan Ing menarik napas panjang-panjang, dia mau
bertemu Hud Ing Thaysu dengan menggunakan
kedudukannya sebagai ciangbunjin dari Thian-yu-pay, tidak
seharusnya Hud Ing Thaysu cuma mengirim Husangko saja
untuk menemui dirinya, apalagi dia orang tidak mempunyai
waktu yang banyak. "Kalau memangnya suhumu tidak ada, yah sudahlah, aku
Koan Ing mohon diri dulu," sahutnya dengan amat tawar.
Sehabis berkata dia merangkap tangannya memberi hormat
dan siap meninggalkan tempat
itu. Melihat sikap Koan Ing yang amat ketus dalam hati
Husangko merasa amat gusar sekali.
"Tunggu dulu!" bentaknya sembari mendengus dingin.
Waktu itu Koan Ing sudah berada di pintu sebelah depan
dari kuil itu, mendengar suara bentakan tersebut dengan
cepat dia putar badannya.
"Hmmm," dengusnya sembari memandang beberapa saat
lamanya ke arah Husangko, "Aku Koan Ing dengan
menggunakan kedudukanku sebagai ciangbunjin dari Thianyupay hendak bertemu dengan Hud Ing Thaysu, aku
bukannya hendak bertemu dengan Hud Ing Thaysu dengan
menggunakan kedudukanku sebagai seorang boanpwee."
Sehabis berkata dengan pandangan yang amat dingin dia
memperhatikan diri Husangko,
Sejak kecil Husangko sudah ditentukan sebagai calon
pengganti ciangbunjin dari aliran Tibet sehingga sudah
terbiasa bersikap congkak, kini dia orang mana bisa tahan
menerima pandangan rendah dari diri Koan Ing" Dia segera
mengerutkan alisnya rapat-rapat.
"Untuk bsrterau dengan suhu tidak sukar" serunya dingin,
"Kau menyebut diri mu sebagai ciangbunjin dari aliran Thianyupay, seharusnya sekarang ciangbunjin harus
memperlihatkan sedikit kelihayan sedikit kepadaku, asalkan
kau orang bisa menangkan diriku segera aku akan membawa
kau untuk bertemu dengan dia orang tua."
Mendengar perkataan tersebut Koan Ing segera tertawa
dingin. "Bilamana kau memaksa aku orang untuk memperlihatkan
kelihayanku terlebih dulu baru
bisa bertemu dengan suhumu. Heeee.... heeee.... hal ini
bukanlah merupakan satu persoalan
yang sukar!" serunya mengejek.
Air muka Husangko segera berubah sangat hebat. Jelas
sekali usia dari Koan Ing ini jauh lebih kecil sepuluh tahun dari
dirinya tetapi perkataannya sama sekali tidak memandang
sebelah matapun terhadap dirinya, bagaimana dia orang bisa
tahan atas hinaan itu Ooo)*(ooO Bab 11 DIAPUN segera tertawa dingin, "Bilamana kau bisa keluar
dari pintu besar kuil Han-poh-si ini, suhuku sudah tentu bisa
keluar sendiri untuk bertemu dengan dirimu."
Dengan dinginnya Koan Ing menoleh ke belakang lalu
tanpa mengucapkan sepatah katapun berjalan keluar dari
ruangan. Tetapi baru saja dia berjalan keluar dari pintu ruangan itu
mendadak tampaklah olehnya kedua belah sampan dari pintu
tersebut sudah berdiri berpuluh-puluh orang Lhama berjubah
kuning dengan sikapnya yang amat angker sekali.
Tiba-tiba suara genta berbunyi kembali sebanyak tiga kali,
Lhama-lhama tersebut segera pada bergeser menutupi jalan
tengah. Sinar mata Koan Ing segera berkelebat, di tengah suara
suitannya yang amat nyaring tubuhnya segera meloncat ke
tengah udara lalu melayang turun ke tengah jalan keluar.
Baru saja tubuhnya bergerak maju ke depan, di tengah
suara bentakan yang amat keras segera tampaklah dua sosok
bayangan kuning berkelebat menubruk ke arahnya, satu dari
kanan yang lain dari kiri dengan dahsyatnya melancarkan
serangan gencar mengancam seluruh tubuhnya.
Koan Ing segera mendengus dingin, tangan kanannya
didorong ke depan dengan menggunakan jurus "Han Lin Sin
Wei" atau dingin membeku unjuk kekuatan balas melancarkan
serangan dahsyat menghajar kedua orang itu.
Ilmu sakti "Thian-yu Jie Cap Su Cau" merupakan salah satu
ilmu aneh yang amat dahsyat di kolong langit saat ini,
serangan yang dilakukan dengan menggunakan tenaga dalam
yang dimiliki saat ini mana bisa ditahan oleh Lhama-lhama
tersebut" Bagitu serangannya dilancarkan keluar, dari gerakan
telapak segera diubah menjadi gerakan mencengkram lantas
dengan dahsyatnya mencengkram tangan kanan Lhama
tersebut. "Kraaaak!" dengan tepatnya serangan tersebut berhasil
menghajar iga dari Lhama tersebut.
Sang Lhama yang terkena serangan dahsyat dari Koan Ing
seketika itu juga ada dua kerat tulang iganya terpukul patah
dia segera mendengus berat tubuhnya dengan kerasnya
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menubruk ke arah sebuah patung arca.
Koan Ing sama sekali tidak berkedip lagi, tangan kanannya
kembali menyambar mencengkram Lhama yang satunya lagi
lalu melemparkannya ke arah patung arca yang ada di
sekeliling ruangan "Braaaak....!" Seketika itu juga patung arca yang terbuat dan emas itu
tertumbuk rubuh berantakan di atas tanah.
Baru saja tubuhnya melayang turun ke atas permukaan
tampaklah kembali ada lima enam orang Lhama berjubah
kuning dengan disertai suara bentakan yang amat keras pada
menubruk ke arahnya. Begitu ujung kaki kiri dari Koan Ing menginjak permukaan
tanah tubuhnya mendadak dengan merendah berputar satu
lingkaran, di tengah pentangan tangannya kembali ada dua
orang Lhama berjubah kuning terlempar jatuh dengan
kerasnya. Patung arca yang memenuhi seluruh ruangan itu segera
pada rubuh berantakan ke atas tanah membuat debu serta
bekas-bekas salju pada berhamburan memenuhi angkasa.
Husangko yang saat ini sedang menjaga di pintu depan kuil
sewaktu melihat kejadian ini diam-diam dalam hati merasa
bergidik juga, bukan saja jurus-jurus serangan yang
digunakan Koan Ing ini amat aneh dan belum pernah ditemui
bahkan tenaga dalam yang dimiliki jauh melebihi tenaga
dalamnya sendiri. Kedua puluh empat Lhama berjubah kuning yang terbagi
menjadi dua bagian dan berdiri di samping Husangko itu
segera pada maju ke depan menyerbu diri Koan Ing.
Koan Ing yang melancarkan serangan-serangannya dengan
menggunakan jurus-jurus aneh
berturut-turut melemparkan lima, enam orang ke tempat
kejauhan memaksa orang-orang itu pada ketakutan dan
mengundurkan dirinya ke belakang, mendadak dia bisa
melihat kalau kedua puluh empat Lhama berjubah kuning itu
dengan membawa senjata yang aneh-aneh mulai menerjang
ke arah dirinya. Di tengah suara bentakan yang amat keras tampaklah
sepasang gelang berganda sudah menghajar ke arah pundak
kanannya. Koan Ing segera mendengus dingin, tubuhnya merendah ke
bawah diantara berkelebatnya bayangan tangan dia sudah
mencabut keluar pedang Kiam Hong Kiam-nya.
Dia segera membentak keras, pedang Kiam Hong Kiamnya
dengan disertai suara dengungan yang amat keras segera
membentuk gerakan busur yang amat besar, dengan
menggunakan jurus "Thian Hong si Lan" atau angin langit
meniup ombak melancarkan serangan dahsyat ke depan.
Pedang di tangannya mendadak membelok ke bawah,
sewaktu Lhama itu dibuat tertegun tangannya sudah terasa
menjadi kaku,sepasang gelang berganda yang ada di
tangannya sudah berhasil dipukul mental oleh pedang panjang
Koan Ing. Pada saat yang bersamaan itulah terasa sebuah toya
dengan disertai desiran angin pukulan yang amat keras
menghajar punggungnya, bahkan masih ada empat, lima buah
senjata aneh dengan disertai desiran angin dahsyat pula
bersama-sama menyerang tubuhnya.
Koan Ing segera mengerutkan alisnya rapat-rapat, musuh
demikian banyaknya apakah dengan
kekuatan seorang diri dia masih mampu menghadapi
mereka semua" Pikirannya segera berputar, kaki kanannya mendadak
bergeser maju ke samping tubuh Lhama bersenjatakan toya
itu, pedang panjangnya dengan disertai suara sambaran yang
amat tajam ditarik kembali ke belakang, inilah jurus "Han Lin
Sin Wie" yang amat dahsyat.
"Ilmu sakti Thian-yu Jie Cap Su Cau" bukan saja di dalam
ilmu telapak bahkan di dalam jurus-jurus pedangpun
mempunyai perubahan-perubahan aneh yang amat banyak
sekali, apalagi untuk menghadapi para jago dari daerah Tibet
yang jarang pergi ke daerah Tionggoan, sewaktu menghadapi
jurus-jurus aneh untuk pertama kalinya tidak urung dibuat
kalang kabut juga, dengan demikian seluruh peranan ada di
tangan Koan Ing seorang. Begitu Koan Ing melancarkan serangan dengan
menggunakan jurus tersebut, Lhama itu segera terdesak dan
dengan gugupnya menarik kembali toyanya untuk melindungi
tubuh sendiri. Sambaran angin tajam yang melanda ke belakang
badannya, tangan kiri Koan Ing cepat-cepat dibabat ke
belakang mencengkram Lhama tersebut, dia segera
membentak keras tubuhnya membalik ke belakang.
Empat lima Lhama lainnya segera pada ketakutan dan
cepat-cepat menarik kembali serangannya untuk
mengundurkan diri ke belakang.
Koan Ing segera kerahkan tenaganya melemparkan Lhama
tersebut ke tempat kejauhan, dengan meminjam tenaga
lemparan tersebut diapun melayangkan tubuhnya keluar kuil,
Baru saja tubuhnya mencapai tengah udara tiba-tiba
terdengarlah suara seruang yang amat dingin sekali, "Hmm....
hmmm mau keluar dari kuil Han-poh-si" Tidak mudah kawan!"
Sekali dengar saja Koan Ing segera mengetahui kalau suara
itu berasal dari diri Husangko, sinar matanya dengan cepat
berkelebat ke arahnya Tampaklah tubuh Husangko sudah melayang menghalangi
perjalanannya, toya berlapiskan emas yang ada di tangan
kanannya segera dibabat ke depan menyambut datangnya
tubuh Koan Koan Ing segera mendengus dingin, pedang panjangnya
berputar satu lingkaran di tengah suara dengungan ringan
yang memekakkan telinga dengan menggunakan jurus "Hay
Ciauw Thian Yang" atau pojok laut ujung langit pedangnya
membentuk gerakan busur lalu menusuk ke pundak kanan
dari Husangko. Husangko adalah murid tertua dari Hud Ing Thaysu itu
jagoan nomor wahid di daerah Tibet, sudah tentu kepandaian
silatnya tidak bisa dibandingkan dengan Lhama2 lainnya,
tubuhnya segera mencelat ke samping dengan melintangkan
toyanya ke depan menghalangi jalan pergi dari Koan Ing.
Toyanya segera dicukil dan dibabat menghajar lambung
dari Koan Ing, inilah jurus "Kiem Kong Ciang Mo" atau malaikat
sakti penakluk hantu dari "Hu Mo Chiet" atau ilmu toya
penakluk iblis yang paling diandalkan oleh jago-jago di daerah
Tibet. IImu toya penakluk iblis ini menjadi tenar dikarenakan
mengandalkan tenaga dalam yang amat dahsyat, sebaliknya
walaupun "Thian-yu Jie Cap Su Kiam" merupakan sebuah jurus
pedang yang amat aneh tetapi alirannyapun menganut
kekerasan. Koan Ing segera mengerutkan alisnya rapat-rapat, pedang
panjangnya ditekan ke bawah lalu menggencet serangan
musuh, inilah jurus "Ban Sin Peng To?" atau selaksa malaikat
menenangkan ombak, dengan amat tepatnya toya Husangko
cuma merasakan toyanya menjadi amat berat laksana ditindihi
dengan gunung Thay san. Dia jadi sangat terperanjat, di tengah suara bentakan yang
amat keras toyanya dicabut ke belakang lalu balik menghajar
tubuh Koan Ing. Koan In tidak mau bertempur lebih lanjut, begitu Husangko
mencabut kembali toyanya diapun dengan meminjam ke
sempatan ini meloncat ke atas.
Husangko yang melihat serangannya tidak mencapai
sasaran bahkan Koan Ing pun mau meninggalkan tempat
tersebut, tubuhnya dengan cepat meloncat ke atas, ujung kaki
kanannya menutul atas kepala arca emas disana, lalu laksana
seekor bangau kuning yang menembus awan di tengah suara
bentakan gusar yang amat keras tubuhnya bagaikan kilat
cepatnya sekali lagi menghalangi perjalanan dari Koan Ing.
Koan Ing yang melihat Husangko menghalangi perjalanan
perginya lagi, alisnya segera dikerutkan rapat-rapat.
Bilamana tubuhnya sampai terjatuh ke atas permukaan
tentu tidak ada cara lagi untuk keluar dari kuil itu.
Pikirannya segera berputar, pedang panjangnya mendadak
berkelebat membabat pergelangan tangan dari Husangko.
Husangko dengan dinginnya mendengus, tangan kanannya
digetarkan toyanya dengan mendatar menghantam dada Koan
Ing, sedangkan jari tengah serta jari telunjuk tangan kirinya
menotok ke badan pedang Koan Ing.
Saat ini Koan Ing sudah punya perhitungan masak, dia
segera membentak gusar pedangnya miring kes amping....
"Tiiiing!" gagang pedangnya dengan amat tepat sekali
berhasil menyapu ujung toya dari Husangko.
Tangan kirinya dengan meminjam sewaktu toya di tangan
Husangko rada perlahan segera menangkap ujung toyanya,
tubuhnya dengan meminjam gerakan tersebut melayang ke
atas, ujung kaki kanannya dengan amat dahsyatnya
menghajar ke atas wajah Husangko,
Gerakan dari Koan Ing yang amat aneh dan dahsyat ini
sama sekali tidak memberikan waktu buat Husangko untuk
berpikir lebih panjang lagi, Husangko sama sekali tidak
menduga kalau Koan Ing bisa melancarkan jurus serangan
yang demikian anehnya, saking terperanjatnya dia menjadi
tertegun lalu cepat-cepat melepaskan tangannya.
Koan Ing yang berhasil merebut toya pihak lawan di dalam
hati punya maksud untuk menjajal kepandaian silatnya lebih
lanjut, tangan kirinya dengan cepat ditarik kembali.
Di tengah suara suitan yang amat nyaring. "Nguuuung!"
Dengan menggunakan tenaga dalamnya dia berhasil
menggetarkan toya tersebut sehingga berubah menjadi
gerakan busur yang amat besar.
Pedang panjang di tangan Koan Ing cepat-cepat ditarik
kembali, tangannya yang sebelah segera mencekal ekor
toyanya lalu ditarik dengan keras ke belakang, sebuah toya
yang terbuat dari baja murni seketika itu juga berubah
menjadi sebuah benda bulat.
Di tengah suara sultannya yang amat nyaring patung emas
tersebut sudah ditendang terbalik lalu toya di tangan kirinya
dengan kerasnya disambit ke depan dan menancap pada mata
dari patung yang tertendang terbalik itu.
Pameran kesaktian yang dilakukan Koan Ing ini seketika itu
juga membuat para lhama dari kuil Han-poh-si pada berdiri
melongo, matanya terbelalak lebar-lebar, tak seorangpun yang
mengucapkan kata-kata.... Mereka sama sekali tidak
menyangka kalau seorang pemuda yang baru berusia dua
puluh tahunan bisa memiliki kepandaian yang demikian
tingginya. Siapa yang percaya kalau dia memiliki tenaga dalam
yang amat tinggi sekali"
Tubuh Koan Ing dengan cepat melayang ke depan kuil,
baru saja tubuhnya hendak melayang turun ke atas
permukaan mendadak tampak berkelebatnya sesosok
bayangan kuning, kembali seorang Lhama menghadapi
perjalanannya. Koan Ing tidak mau ambil perduli lagi, tubuhnya yang
masih ada di tengah udara segera berjumpalitan lalu dengan
kecepatan bagaikan kilat kaki kanannya melancarkan
tendangan dahsyat menghajar dada hweesio tersebut.
Tetapi baru saja tendangannya dilancar kan hweesio itu
sudah melayang kembali menghalangi tepat di depan
tubuhnya. Koan Ing menjadi tertegun, dia sama sekali tidak
menyangka kalau di depan pintu kuil itu masih ada seorang
hweesio yang berkepandaian tingginya menghalangi
perjalanan selanjutnya, matanya dengan cepat berputar terlihatlah
orang itu bukan lain adalah seorang hweesio tua yang kurus
kering. Dengan cepat Koan Ing menarik kembali kaki kanannya
lantas dengan dahsyat sikut kanannya didorong mengancam
iga hweesio itu. Dengan suara yang amat berat hweesio itu segera memuji
keagungan Buddha, begitu serangan Koan Ing mencapai pada
sasarannya dia segera merasakan dari iga hweesio tua itu
memancar keluar tenaga pantulan yang amat keras sekali
membuat tubuhnya tidak kuasa lagi tergetar mundur satu
langkah ke belakang. Tampak hwesio itu dengan wajah tenang berdiri di
hadapannya, ujarnya dengan suara berat, "Loolap adalah Hud
Ing, Koan sicu ada urusan apa mencari aku orang?"
Koan Ing menjadi sangat terperanjat dia sama sekali tidak
menyangka kalau jagoan nomor wahid dari daerah Tibet
ternyata merupakan seorang hweesio tua yang sama sekali
tidak terpandang mata, tidak terasa lagi dia menjadi
termangu-mangu dibuatnya.
Dengan amat dinginnya sekali lagi Hud log Thaysu
memperhatikan seluruh tubuh Koan Ing.
"Hmm.... sungguh dahsyat kepandaian silat dari Siauw
sicu," ujarnya dingin.
Koan Ing pun dengan pandangan tajam memperhatikan diri
Hud Ing Thaysu, tampaklah diantara berkelebatnya sinar mata
serentetan cahaya tajam memancar ke luar tak henti-hentinya,
jelas sekali kalau kepandaian silat Yang dimilikinya amat tinggi
sekali, agaknya tidak berada di bawah tenaga dalam Ciu Tong
"Koan sicu.... " Terdengar Hud Ing Thaysu berkata kembali
dengan suara yang amat berat. "Sekalipun kau orang hendak
menemui aku dengan menggunakan sebagai seorang
ciangbunjin suatu parlai, tapi di dalam pandanganku, Koan
sicu tidak lebih cuma seorang dari angkatan muda saja."
Selesai berkata sinar mata tajamnya memperhatikan dirinya
kembali, tambahnya, "Urusan ini hari apakah Koan sicu mau
menyerah dibelenggu untuk minta maap ataukah hendak
memaksa Loolap menjajal-jajal kepandaian silat Thian-yu Khie
Kangmu?" Dalam hati diam-diam Koan Ing merasa berdebar, ujarnya
kemudian dengan dingin pula, "Chayhe minta bertemu dengan
menggunakan peraturan dan adat sebaliknya anak muridku
pada goblok dan kasar, sekalipun aku cuma seorang dari
angkatan muda tetapi jelek2pun merupakan seorang
ciangbunjin dari satu partai, bukannya Thaysu menyalahkan
murid-muridmu kenapa sekarang malah suruh aku meminta
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
maaf kepadamu?" Hud Ing Caysu dengan dinginnya mendengus, sinar
matanya dengan cepat menyapu sekejap ke sekeliling ruangan
itu, terlihatlah ada puluhan orang anak muridnya terluka parah
dan separuh lebih arca2 emasnya rubuh berantakan, tidak
terasa lagi hal ini membuat hawa amarahnya semakin
membara. "Seorang ciangbunjin dari partai besar!" serunya dengan
amat dingin. "Sungguh besar omonganmu.... hmmm.... hmm
sekalipun Kong Bun-yu datang sendiri kesinipun tidak
seharusnya berbuat demikian gegabah"
Koan Ing tahu dia orang bukanlah tandingan dari Hud Ing
Thaysu, tetapi sikap dari Hun In Thaysu yang demikan tidak
memandang hormat terhadap seorang ciangbunjin dari
"Thian-yu-pay" membuat hatinya merasa sangat tidak
puas, dia segera tertawa dingin,
"Hmmm".... heee.... heeee aku Koan Ing ingin sekali
menjajal kepandaian "Thay Su Ing" yang lihay dan sudah
menggetarkan seluruh Bu-lim dari Thay-su!" serunya.
Hud Ing Thaysu yang melihat sikap Koan Ing ternyata
begitu ketusnya, bahkan sedikitpun tidak mau mengalah di
hadapannya tidak urung dia mengerutkan alisnya juga, "Kau
bangsat cilik sungguh sombong!" teriaknya gusar.
Tidak menanti perkataan selanjutnya di ucapkan, dengan
cepat Koan Ing mencabut keluar pedangnya dari dalam
sarung, lalu dengan menggunakan jurus "Noe Ci Sin Kiam" atau
dengan gusar kebaskan pedang menyerang tubuh Hud ing
Thaysu. Hud Ing Thaysu segera mendengus dingin ujung jubahnya
dikebut ke depan sedang tubuhnya dengan miring mundur
satu langkah ke belakang.
Jurus "Noe Ci Sin Kiam" ini merupakan jurus yang paling
aneh diantara "Thian Ya Jie Cap Su Cau" baru saja Hud Ing
Thaysu mundur satu langkah ke belakang pedang Cing Hong
Kiam itu mendadak dengan disertai suara dengungan, yang
amat keras membelok ke samping lalu menusuk iga sebelah
kiri dari Hud Ing Thaysu.
Dengan memandang kedudukannya sebagai seorang
cianpwee sebenarnya Hud Ing Thaysu hendak mengalah tiga
jurus kepadanya, tetapi dia orang sama sekali tidak
menyangka kalau ilmu pedang dari Koan Ing demikian
anehnya, jikalau sekali lagi dia menghindarkan diri tentu
seketika itu juga dia akan dipaksa menemui kekalahan.
Dia tidak mengira kalau maksudnya semula untuk
mengalah tiga jurus kepadanya ternyata kini tidak berhasil
mengalah barang sejuruspun, hatinya makin gusar lagi.
"Ilmu pedang yang bagus" teriaknya dengan gusar.
Telapak tangan kanannya mendadak membabat ke depan
mengancam tubuh pedang yang ada di tangan Koan Ing.
Koan Ing tahu kalau tenaga dalam yang dimilikinya masih
bukan tandingan dari Hud Ing Thaysu, pedangnya dengan
cepat ditarik ke belakang berubah menjadi jurus "Ci Cie Thian
Yang" atau mengukur ujung langit, kaki kanannya maju ke
samping sedangkan ujung pedangnya mengancam alis dari
Hud Ing Thaysu. Hud Ing Thaysu segera mendengus, ketika dia orang
melihat jurus-jurus serangan dari Koan Ing amat aneh sekali
dalam hati segera punya niat untuk menjajal kepandaian
"Thian-yu Khei Kang" lebih lanjut, pikirnya, "Ehmmm.... sejak
dulu aku orang kepingin menjajal kepandaian silat dari empat
manusia aneh, kini murid keponakan dari Kong Bun-yu sudah
datang kemari aku harus coba menjajal bagaimanakah
kehebatan dari kepandaiannya"
Tangan kanannya dari gerakan telapak berubah menjadi
gerakan jari, tiga jarinya dengan berpencar menyerang tubuh
Koan Ing serta menjepit pedang yang menyerang ke arahnya.
Jurus yang digunakan oleh Koan Ing barusan ini adalah
salah satu dari "Thian-yu Jie Cap Su Khei Cau" mana mungkin
pedangnya berhasil dijepit oleh Hud Ing Thaysu dengan begitu
mudahnya" pedangnya dengan cepat miring ke samping
berganti arah menyerang ke bagian tubuh yang lain.
Tampaklah sinar yang berkilauan memenuhi angkasa, dia
mendesak mundur kedua jari dari Hud Ing Thaysu lalu
pedangnya diteruskan menusuk pelipis kanan dari Hud Ing.
Baru saja Hud Ing Thaysu mau menghindar untuk
menyerang dari arah samping tetapi ketika dilihatnya
kedudukan kaki kanan dari Koan Ing amat rapat sekali dia
menjadi sangat kaget, karena dengan demikian jalan majunya
sudah terhambat mati. Pikirnya di dalam hati, "Kenapa sejak
tadi aku tidak melihat akan hal ini?"
Sekali lagi dia terdesak mundur satu langkah ke belakang.
Dalam hati Hud Ing Thaysu benar-benar amat gusar sekali,
dengan kepandaian siiat yang dimilikinya serta kedudukannya
sebagai angkatan tua, ternyata dia orang berhasil didesak
mundur oleh Koan Ing sebagai seorang dari angkatan muda di
hadapan orang banyak, bagaimana urusan ini tidak membuat
hatinya merasa amat malu"
Pada saat itulah Koan Ing yang melihat serangannya
mencapai hasil segera melancarkan lagi serangan yang lebih
gencar ke arahnya, Hud Ing Thaysu dengan gusar mendengus, tangan
kanannya dipentangkan lebar-lebar, seketika itu juga berubah
menjadi merah darah, inilah ilmu telapak "Thay Su Ing" yang
amat dahsyat dari daerah Tibet.
Pada saat telapak tangannya mulai membesar itulah
berturut-turut dia melancarkan tiga serangan sekaligus.
Koan Ing yang melihat telapak tangan Hud Ing Thaysu
mulai berubah warna dalam hati segera tahu kalau urusan
tidak beres, tetapi untuk menarik kembali pedangnya sudah
tidak sempat lagi dari telapak tangan Hud Ing Thaysu segera
terasalah segulung hawa sedotan yang amat kuat memaksa
dia tidak sanggup untuk menarik pedangnya kembali.
Pedangnya segera tergetar dengan amat kerasnya.
"Ngoooong.... " tidak kuasa lagi pandangnya segera
terpental ke tengah udara.
Hud Ing Thaysu yang hanya di dalam tiga pukulan saja
berhasil memukul jatuh pedang Koan Ing tubuhnya segera
maju mendesak ke depan mendekati pihak lawannya^
Di dalam keadaan gugup Koan Ing cepat-cepat lintangkan
telapak tangannya untuk menangkis datangnya serangan
musuh, tapi keadaan sudah terlambat tangannya berhasil
dicengkram oleh Hud Ing Thaysu.
Terdengar dengan amat dinginnya Hud lug Thaysu tertawa
dingin. "Kepandaian silat dari Koan sicu boleh dikata merupakan
jagoan nomor wahid diantara
angkatan muda, tetapi jikalau kau orang mau
mengandalkan sedikit kepandaian itu untuk mengacau di kuil
Han-poh-si kami.... hehehee.... bukankah kau orang terlalu
pandang tinggi dirimu sendiri?"
Dengan amat tawarnya Koan Ing melirik sekejap ke arah
diri Hud Ing Thaysu, tidak ada sepatah katapun diucapkan
keluar. "Bukankah tujuan Koan sicu datang ke mari untuk mencari
jejak dari kereta berdarah itu?" tanya Hud Ing Thaysu lagi
sambil kerutkan alisnya rapat-rapat.
Koan Ing kini sudah berhasil kena tawan sudah tentu dia
orang tidak mau mengucapkan sepatah katapun. Sebenarnya
tujuannya datang ke kuil Han-poh-si ini tidak mengandung
maksud untuk berkelahi, tetapi sewaktu dilihatnya sikap
Husangko demikian Congkaknya serta tidak tampaknya Hud
Ing Thaysu maka hal ini memaksa dia mau tak mau harus
turun tangan juga. Saat dalam hati dia orang semakin tidak memandang
sebelah matapun terhadap Hud Ing Thaysu.
Hud Ing Thaysu yang melihat Koan Ing tidak mengucapkan
sepatah katapun, dia segera mengetahui sifat Congkak dari
Koan Ing membuat dia orang bungkam, tetapi dia orang tidak
bisa berbuat apa-apa terhadap dirinya.
Sebetulnya di dalam hati dia ingin mengetahui apa tujuan
dari Koan Ing datang kemari, tentang berita terbunuhnya
Kong Ing Thaysu dia sudah tahu, cuma saja dia orang tidak
tahu siapa yang sudah turun tangan terhadapnya.
Dia termenung berpikir sebentar, akhirnya sambil berjalan
menuju ke kuil sebelah dalam ujarnya kepada Husangko,
"Bawa dia ke dalam kamarku"
Husangko agak melengak, setelah termenung beberapa
saat lamanya dia turun tangan juga membebaskan jalan darah
dari Koan Ing. "Kau ikutilah diriku," ujarnya.
Dengan sifat yang tinggi hati dan sombong dari Koan Ing
mana dia orang mau melarikan diri dengan mengambil
kesempatan itu" Sepasang alisnya dikerutkan rapat-rapat,
setelah memungut kembali pedangnya dengan mengikuti diri
Husangko berjalan masuk ke dalam ruangan tengah.
Para Lhama yang ada di kedua belah samping dengan
pandangan amat gusar memperhatikan dirinya terus, tetapi
Koan Ing tidak mau ambil perduli, dia tetap lanjutkan
perjalanannya menuju ke depan.
Setelah berputar melalui sebuah pendopo sampailah
mereka di ruangan kuil sebelah belakang, tampak Hud Ing
Thaysu sudah duduk di atas kasurnya, melihat Koan Ing
berjalan masuk dia segera memberi tanda supaya dia duduk.
Dengan amat tawarnya Koan Ing memandang sekejap ke
arahnya lalu duduk di tempat yang sudah ditunjuk.
Hud Ing Thaysu termenung sebentar, lalu baru terdengar
dia berkata, "Berita masuknya kereta berdarah ke daerah
Tibet sudah tersebar luas di seluruh daerah Tionggoan, tetapi
sampai saat ini kecuali kau seorang belum tampak ada orang
lain yang munculkan dirinya, akupun tahu kalau jago-jago Bulim
yang muncul disini tidak sedikit jumlahnya, tetapi kereta
berdarah itu benar-benar tidak masuk ke daerah Tibet kami
ini." Koan Ing tertawa tawar, kini Hud Ing Thaysu bersikap
hormat kepadanya membuat dia orang tidak dapat berdiam
diri terus. Dia tidak tahu perkataan dari Hud Ing Thaysu ini sungguh
atau palsu tetapi palsunya Husangko benar-benar merupakan
soal yang nyata, dia segera menarik napas panjang-panjang
ujarnya, "Perkataan dari Thaysu ini benar-benar atau tidak?"
"Tidak ada seorangpun yang pernah melihat kereta
berdarah memasuki daerah Tibet" sahut Hud Ing Thaysu
sambil tertawa. Dalam hati Koan Ing merasa tidak percaya dengan
perkataannya itu, tetapi pada mulutnya tetap berkata:^
"Aku datang kemari cuma ada satu tujuan saja yaitu untuk
mengetahui jejak dari kereta berdarah dimana dia sudah
membinasakan ayahku"
"Tetapi ini hari Koan sicu sudah melukai anak murid kami,"
ujar Hud Ing Thaysu sambil mengerutkan alisnya rapat-rapat,
"Tentang rusaknya patung-patung arca itu kami tidak akan
mengungkit lagi tetapi aku ada satu permintaan harap Koan
sicu mau segera meninggalkan daerah Tibet untuk menuju ke
daerah Mongol." Koan Ing menjadi melengak, dia tahu Hud Ing Thaysu
bertujuan untuk memancing pergi kaum jago Bu-lim yang
menguntit jejak dari Kereta Berdarah itu ke daerah lain,
karena mereka semua tahu kalau Koan Ing sangat terburuburu
untuk menguntit jejak dari kereta berdarah itu, dia orang
tidak mungkin mau tanpa sebabjauh2 ke daerah Mongol.
Sekalipun misalnya dia orang belum terkena racun diapun
tidak akan mau berbuat demikian apalagi sekarang dia bakal
kehilangan seluruh ilmu silatnya beberapa puluh hari lagi,
segera dia tertawa tawar. "Tidak mungkin!" sahutnya singkat.
Hud Ing Thaysu menjadi melengak, dia sama sekali tidak
menyangka Koan Ing bisa bersikap demikian ketusnya.
"Apakah Koan sicu benar-benar tidak mau memberi muka
kepadaku?" tanyanya dingin.
Koan Ing tahu apa yang dimaksud dengan perkataan Hud
Ing Thaysu itu, dia tertawa dingin.
"Thaysu adalah seorang yang beribadat," ujarnya kaku.
"Kenapa kau orang masih mau juga melakukan pekerjaan
yang menghilangkan wajahmu sendiri?" Hud Ing Thaysu yang
dimaki dengan kata-kata itu hatinya menjadi teramat gusar.
"Ikat dirinya, tunggu sampai Kong Bun-yu datang baru
lepas dia!" teriaknya keras.
Koan Ing tertawa dingin tidak mengucapkan sepatah
katapun, Husangko dengan cepat berjalan mendekati
badannya lalu menotok jalan darahnya tetapi Koan Ing sama
sekali tidak memberikan perlawanannya segera mendengus
dingin, dia segera bangkit berdiri dan mengundurkan diri dari
sana. Dengan mengempit tubuh Koan Ing, Husangko berjalan
menuju ke kuil sebelah belakang lalu mengikat kaki serta
tangannya dengan tali dan digantung di atas sebuah pohon.
"Koan sicu," ujarnya sambil tertawa dingin. "Kau tunggulah
untuk sementara waktu di tempat ini, menunggu setelah Kong
Bun-yu datang kau baru akan kami lepaskan kembali.... "
Selesai berkata sambil tertawa keras dia berlalu dari sana,
Koan Ing yang badannya tergantung di atas pohon dalam hati
sadar, jikalau tidak ada orang yang datang memberikan
pertolongannya kepada dirinya maka dia jangan harap bisa
lolos dari sana, Tidak terasa lagi di dalam hati diam-diam
pikirnya, "Tidak perduli bagaimanapun aku bakal mati juga,
bukankah diperlakukan secara demikianpun sama saja" hanya
saja dendam sakit hati ayahku belum terbalas, haaaaai.... hal
ini benar-benar membuat aku merasa menyesal."
Ooo)*(ooO Bab 12 BUNGA SALJU BERHAMBURAN memenuhi seluruh
permukaan.... seluruh tubuh dari Koan sudah dipenuhi dengan
hamburan salju, tetapi jalan darahnya saat ini sudah tertotok,
dia tidak dapat mengerahkan tenaga dalamnya untuk
mengusir rasa dingin tersebut membuat tubuhnya gemetar
dengan amat kerasnya. Cuaca semakin lama semakin gelap, saking kedinginannya
hampir-hampir Koan Ing jatuh tidak sadarkan diri.
Mendadak tampaklah sesosok bayangan merah berkelebat,
sekali pandang saja Koan Ing sudah mengenal kembali kalau
orang itu bukan lain adalah Sang Siauw-tan adanya.
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan amat cepatnya tubuh Sang Siauw-tan mendekati
tubuh Koan Ing lalu dengan menggunakan sebilah pisau belati
memutuskan otot kerbau yang digunakan untuk mengikat
badan Koan Ing itu, setelah itu barulah dia orang
menggendong badannya berkelebat menuju ke dalam rimba.
Diam-diam dalam hati Koan Ing merasa keheranan,
bagaimana secara tiba-tiba Sang Siauw-tan bisa muncul di
tempat itu" Sang Siauw-tan membawa tubuh Koan Ing ke dalam
sebuah hutan yang amat lebat sekali, setelah membantu dia
orang melepaskan ikatan otot kerbau dia baru mengurutkan
jalan darahnya. Saat ini seluruh tubuh Koan Ing sudah membeku sehingga
hampir-hampir tidak bisa bergerak lagi, dengan termangumangu
Sang Siauw-tan memandang dirinya tiba-tiba dia
melelehkan air matanya lalu dengan menggunakan sepasang
tangannya mencekal tangan dari Koan Ing.
Koan Ing segera merasakan hatinya tergetar amat keras,
dengan terpesona diapun balas memperhatikan diri Sang
Siauw-tan. Lama sekali.... baru terdengar Sang Siauw-tan menghela
napas kemudian membuatkan api unggun disana.
Beberapa saat kemudian Koan Ing baru bisa menggerakkan
badannya kembali, dengan termangu-mangu dia memandang
diri Sang Siauw-tan dengan terpesona.
"Koan Toako, kau masih merasa kedinginan?" tanya Sang
Siauw-tan sambil tertawa.
Koan Ing yang melihat Sang Siauw-tan tertawa sehingga
kelihatan pipinya yang berwarna merah dadu membuat dia
sekali lagi termangu-mangu,
Sikap yang demikian baik dari Sang Siauw-tan ini benarbenar
membuat dirinya sama sekali tidak menyangka.
Dengan amat ragu-ragu dia mengangguk.
Sang Siauw-tan tertawa lagi, sambil mengusap kering
bekas air mata ujarnya sambil tertawa, "Tia masih belum
kembali, terpaksa aku pergi menolong dirimu seorang diri, aku
sama sekali tidak mengira kau bisa kedinginan sehingga
sebegitu hebatnya." Dalam telinganya Koan Ing mendengar kalau Sang Siauwtan
sedang berbicara tetapi dia sama sekali tidak mengerti apa
yang sedang diucapkan olehnya, dia tidak tahu di dalam
benaknya saat ini sedang memikirkan apa"
Sang Siauw-tan yang melihat Koan Ing memandang dirinya
terus menerus tak terasa lagi air mukanya menjadi merah
padam. "Koan Toa-ko kau masih membenci diriku?" tanyanya
sambil menundukkan kepalanya,
Tidak terasa lagi Koan Ing mencekal sepasang tangan dari
Sang Siauw-tan dan mengelusnya dengan penuh kasih sayang
tetapi sebentar saja dia sudah melepaskannya kembali
Sang Siauw-tan menjadi melengak, dia segera angkat
kepalanya memandang ke arahnya.
Dengan perlahan Koan Ing menundukkan kepalanya, dia
teringat kembali bagaimana perasaannya dahulu Sang Siauwtan,
di dalam hati kecilnya dia benar-benar merasa sangat
senang dengan perempuan ini, tetapi sekarang.... semuanya
sudah terlambat Dia segera bangkit berdiri lalu dengan perlahan-lahan putar
badan dan berjalan menuju ke tengah hutan.
Sang Siauw-tan tidak mengetahui apa yang sedang
dipikirkan Koan Ing saat ini, diapun dengan cepat bangkit
berdiri. "Koan Toa-ko kau kenapa....?" tanyanya heran.
"Buat apa kau mengikuti diriku?" seru Koan Ing sambil
menoleh lagi. Sang Siauw-tan menjadi tertegun, dia sebenarnya adalah
seorang gadis yang tinggi hati tetapi karena teringat akan
pertolongan dari Koan Ing yang berulang kami maka tadi dia
berusaha untuk menekan sifat tinggi hatinya itu, tetapi dia
orang sama sekali tidak menyangka kalau Koan Ing bisa
berbuat demikian kasar terhadap dirinya....
Tidak kuasa lagi dia menangis tersedu-sedu, sambil
menutupi mukanya dengan tangan dia putar badan lari dari
sana. Dalam hati Koan Ing merasa hatinya amat perih, titik-titik
air mata menetes keluar membasahi wajahnya, bayangan
tubuh dari Sang Siauw-tan sekali lagi berkelebat di dalam
benaknya, bajunya yang berwarna merah serta sepasang
pipinya yang merah dadu menarik jelas sekali dia sengaja
berdandan buat dirinya melihat.
Sejak semula di dalam hati kecilnya dia sudah merasa
senang dengan sifat dari Sang Siauw-tan yang gagah dan
bersemangat, wajahnya yang cantik menawan serta sikap
cemberut sewaktu marah membuat hatinya benar-benar tertarik,
tetapi ini hari dia harus berbuat demikian, dia terpaksa harus
berbuat begitu. Setelah berdiri tertegun beberapa waktu lamanya akhirnya
dia mengulapkan tangannya dan mendepakkan kakinya ke
atas tanah, dia tidak punya jalan lain kecuali berbuat
demikian, dengan tanpa berpikir panjang lagi cepat-cepat dia
berlari ke depan. Mendadak tampak cahaya terang membumbung ke
angkasa, dia menjadi melengak dan menghentikan
langkahnya. Ketika menoleh ke belakang terlihatlah kuil Han-poh-si itu
sudah berada di tengah lautan api. Koan Ing tahu tentulah itu
hasil perbuatan dari Sang Siauw-tan yang sedang berada di
dalam keadaan amat gusar.
Di tengah membumbungnya api yang berkobar dengan
amat dahsyatnya itulah mendadak secara samar-samar
terdengar suara ringkikan kuda yang amat panjang
berkumandang ke dalam telinganya.
Begitu mendengar suara ringkikan kuda itu semangatnya
dari Koan Ing segera berkobar kembali, di dalam ingatannya
segera terbayang kembali sesuatu benda....
Tampak empat ekor kuda jempolan berwarna merah darah
dengan menarik sebuah kereta besar yang berwarna merah
darah pula menerjang keluar dari antara lautan api terus
menerjang ke arahnya Inilah kereta berdarah.... tidak di
sangka olehnya kereta berdarah yang dikejarnya sejauh ribuan
li ternyata bisa muncul di tempat dan pada saat seperti ini.
Koan Ing segera bersuit panjang, pedangnya dicabut keluar
dari sarungnya lalu bagaikan kilat cepatnya melayang dan
menubruk ke arah kereta berkuda itu.
Baru saja tubuh Koan Ing meloncat ke atas mendadak dari
dalam ruangan kereta itu menggulung keluar hawa pukulan
yang amat dahsyat sekali.
"Braaaak!" Tidak kuasa lagi tubuh Koan Ing terpukul mental sejauh
tiga kaki lebih dan menubruk sebuah pohon besar.
Begitu punggungnya menempel permukaan pohon, sekali
lagi tubuhnya meloncat ke atas, disertai suara suitan gusar
tubuhnya dengan amat cepatnya mengejar ke arah kereta
berdarah itu. Larinya kereta berdarah itu amat cepat sekali laksana
menyambarnya kilat di tengah udara, di dalam sekejap saja
sudah lenyap dibalik sebuah rimba di tengah gunung.
Koan Ing yang dengan susah payah baru berhasil
menemukan jejak dari kereta berdarah itu sudah tentu tidak
mau melepaskan dengan demikian mudahnya, dia bersuit
nyaring, dengan sekuat tenaga tubuhnya berkelebat ke depan
mengeja rjejak kereta berdarah tersebut.
Setelah mengejar sampai di tengah gunung dan berputarputar
dua kali disana mendadak baik suara ringkikan kuda
maupun suara berputarnya roda kereta berdarah itu sudah
lenyap tak berbekas lagi.
Koan Ing tidak mau melepaskan begitu saja, diapun ikut
mengejar ke arah depan. Tampaklah kereta berdarah tersebut dengan kecepatan
yang luar biasa meluncur masuk ke dalam sebuah gua yang
luasnya ada satu kaki lebih.
Keadaan di dalam gua itu amat gelap dan sunyi sekali,
agaknya merupakan sebuah gua buntu tetapi seperti juga
sebuah gua yang dalamnya sukar diukur, di atas dinding gua
tergantunglah pilar-pilar salju yang amat besar dan banyak
sekali. Koan Ing menjadi ragu-ragu untuk beberapa saat lamanya,
pikirnya di dalam hati, "Aku sudah melakukan pengejaran
sejauh ribuan li, tidak seharusnya menemui kegagalan dengan
begitu saja.... " Berpikir sampai disini, dengan melintangkan pedangnya di
depan dada dia berjalan masuk ke dalam gua tersebut.
Dia orang pernah mengikuti Kong Bun-yu berdiam di dalam
gua batu selama dua bulan lamanya sehingga matanya
berhasil dilatih untuk melihat di tempat kegelapan, karena itu
pandangannya amat tajam seluruh benda yang ada di dalam
gua itu bisa dilihatnya dengan amat jelas sekali.
Agaknya gua itu kosong melompong tidak ada sebuah
barangpun, walaupun dia sudah masuk sejauh puluhan kaki
tetapi apapun tidak kelihatan
Dalam hati diam-diam Koan Ing merasa keheranan, dia
tidak tahu seberapa dalamnya gua tersebut, harus
membutuhkan waktu berapa lama baru bisa mencapai ujung
gua tersebut" Dia maju lagi beberapa saat lamanya, jalanan gua itu mulai
membelok bahkan di atas tanah penuh dengan bekas roda
dari kereta berdarah itu yang memanjang ke depan.
Koan Ing tidak mau ambil perduli dia meneruskan
perjalanannya ke depan, akhirnya sampailah di sebuah perut
gunung yang amat besar sekali dimana gua itu dipisahkan
oleh pilar-pilar batu besar yang berbentuk amat aneh sekali.
Dengan pandangan yang amat tajam Koan Ing
memperhatikan keadaan di sekeliling tempat itu, tetapi
apapun tidak kelihatan membuat hatinya tidak kuasa lagi
merasa bergidik juga. Dia menarik napas panjang-panjang, sambil mengerutkan
alisnya kembali dia melanjutkan perjalanannya menuju ke
depan. Bekas roda kereta mulai membelok ke sebelah kiri,
tubuhnyapun dengan cepat pula berputar kesana....
mendadak.... Tepat pada belokan itu terlihatlah sesosok bayangan
manusia sedang duduk dengan amat tenangnya disana, dia
menjadi amat terperanjat, sambil membentak keras tangan
kanannya dengan menggunakan jurus "Noa Ci Sin Kiam"
menghantam tubuh orang itu.
Orang itu segera mendengus dingin, jarinya disentil ke
depan menghajar ujung pedang Kiam Hong Kiam yang
digunakan Koan Ing itu. Seketika itu juga baik Koan Ing mau pun pedangnya
terpental jatuh ke belakang oleh tenaga sentilan tersebut.
Dengan cepat Koan Ing bersalto dan berjumpalitan di
tengah udara lalu dengan tenangnya melayang kembali ke
atas permukaan tanah. Ketika dia memperhatikan orang itu, tampaklah seorang
yang kepalanya penuh ditumbuhi rambut serta jenggot yang
berwarna putih duduk bersila disana, sepasang matanya yang
amat tajam sekali sedang memperhatikan dirinya.
Dia orang merasakan hawa dingin menyusup masuk dari
dasar hatinya, kepandaian silat yang dimiliki orang ini benarbenar
amat dahsyat sekali bahkan jauh berada di atas
kepandaian silat dari supeknya "Thian-yuu Khei Kiam" Kong
Bun-yu entah siapakah sebetulnya manusia aneh ini"
"Siapa kau?" tanyanya ragu-ragu.
"Haaaa.... haaaa.... Bu-lim Ku-cu atau si manusia tunggal
dari Bu-lim, Jien Wong."
Koan Ing menjadi betul-betul terperanjat, dia berdiri
tertegun disana sepatah kata pun tidak bisa diucapkan keluar.
Pada pertemuan puncak di atas gunung Hoa-san sembilan
belas tahun yang lalu Jien Wong sudah dihantam kempaskempis
oleh empat manusia aneh lalu dengan meminjam
kesempatan sewaktu keempat manusia aneh itu tidak
waspada dengan menunggang kereta berdarah melarikan
dirinya, menurut keadaan waktu itu sekalipun dia orang
mempunyai kepandaian silat yang jauh lebih tinggipun belum
tentu bisa hidup lebih lanjut, tetapi kini dia sudah munculkan
dirinya kembali hal ini benar-benar merupakan satu berita
yang mengerikan sekali. Si Bu-lim Kucu, Jien Wong sewaktu melihat Koan Ing dibuat
berdiri termangu-mangu, sekali lagi tertawa terbahak-bahak.
"Aku kira di dalam kolong langit saat ini tidak ada
seorangpun yang bisa mencabut nyawaku, jikalau saat
kematianku sudah tiba, aku bisa mati sendiri, orang lain
siapapun tidak akan bisa mengapa-apakan diriku
Koan Ing merasakan hatinya bergidik, keheranan dan
kedahsyatan dari kepandaian silat Jien Wong benar-benar
membuat hatinya merasa berdesir Jien Wong mengerutkan
alisnya rapat-rapatr ujarnya lagi, "Dari jurus serangan serta
usiamu aku kira kau orang tentunya anak murid dari Kong
Bun-yu bukan?" Dengan perlahan Koan Ing berhasil menguasai ketenangan
hatinya lagi, bukannya menjawab, sebaliknya dia malah balas bertanya,
"Dimanakah si Boe Cing Kongcu, Bun Ting-seng?"
Jien Wong jadi jengkel, dengan dinginnya dia mendengus.
Tangan kanannya dengan perlahan diangkat, lima jarinya
dipentangkan ke depan segera terasalah lima gulung hawa
pukulan menghajar ke tubuh Koan Ing.
Koan Ing menjadi terperanjat ilmu, ilmu khikang semacam
ini dia pernah dengar orang membicarakannya tetapi
selamanya belum pernah melihatnya sendiri, mungkin tidak
disangka Jien Wong sudah berhasil melatih ilmu Khi-kang
sehingga demikian dahsyatnya.
Pedang panjangnya diputar satu lingkaran, dengan
menggunakan jurus "Kioe Ku Cang jiet" atau sembilan busur
memanah sang surya menggetar pergi serangan dari Jien
Wong itu. Jien Wong segera tertawa dingin, mana dia orang mau
membiarkan Koan Ing memberikan perlawanannya, lima
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jarinya yang mencengkeram tangannya semangkin
mengencang. "Heee.... heee.... semua orang bilang aku kalap, ganas
makanya menyebut aku sebagai Jien Wong, tetapi aku lihat
kau orang jauh lebih kalap, jauh lebih ganas dari diriku!"
serunya sambil tertawa dingin.
Koan Ing yang berhasil ditawan oleh pihak musuh hanya
dalam satu jurus saja membuat dia orang tidak bisa mengucap
sepatah katapun juga. Sekali lagi Jien Wong mendengus
dingin. Jikalau membicarakan kehebatan dari ilmu silatmu boleh
dikata diantara anak murid empat manusia aneh kaulah nomor
satu, dengan usiamu yang masih muda boleh dikata ilmu
silatmu sudah mencapai pada puncak kesempurnaan tetapi
memamerkan kepandaian bukanlah suatu pekerjaan yang
baik. Jilid 6 Mendengar perkataan dari Jien Wong ini, tidak terasa Koan
Ing mengerutkan alisnya rapat-rapat. "Hmmm.... " dengus Jien Wong kembali dengan amat
dingin. "Sewaktu aku berumur tiga puluh tahun aku orang
sama sekali tidak bernama di dalam Bu-lim, tetapi setelah
berumur empat puluh tahun di dalam kolong langit tidak ada
seorang manusiapun yang bisa menandingi diriku."
Dengan pandangan tajam Koan Ing memperhatikan wajah
Jien Wong terus menerus, padahal di dalam hati diam-diam
pikirnya, "Bagus.... bagus sekali, aku tidak menemui ajalnya di
tangan Ciu Tong, tidak mati di dalam kuil Han-poh-sie
sebaliknya terjatuh ke tangan Jien Wong.... haa.... haaa....
boleh dikata inilah yang dinamakan Jodoh."
Tiba-tiba Jien Wong melepaskan tangan kanannya lalu
sambil mengerutkan keningnya rapat-rapat ujarnya, "Heeey
kau terkena racunnya siapa" Kenapa begitu berat?"
Mendengar perkataan itu Koan Ing menjadi amat
terperanjat, pikirnya, "Jien Wong ini manusia memang
seorang yang sangat aneh, ternyata cuma di dalam satu kali
pandangan saja dia sudah tahu kalau aku terkena racun yang
amat berat sekali, bakat manusia semacam ini sungguh jarang
terdapat di kolong langit."
Jien Wong yang melihat Koan Ing tidak menjawab, seorang
diri dia tenggelam kembali ke dalam lamunan.
"Kau orang tidak usah memberitahu aku sendiri juga tahu,"
gumamnya seorang diri. "Pekerjaan ini tentu hasil perbuatan
dari Ciu Tong. kecuali dia orang tidak ada orang lain yang bisa
berbuat pekerjaan seperti ini."
Sambil berkata pikirannya sudah terjerumus ke dalam
lamunan yang amat mendalam mulutnya komat-kamit
bergumam seorang diri agaknya dia sedang berpikir dan mau
mengambil keputusan tentang satu persoalan yang amat sulit.
Beberapa saat kemudian tiba-tiba telapak tangannya
berkelebat dan membantu Koan Ing mengurutkan jalan
darahnya, tetapi mulutnya tetap membungkam sedang
pikirannya tetap terjerumus di dalam lamunan.
Koan Ing yang berdiri di samping juga berdiam diri, dengan
pandangan amat tenang dia memperhatikan diri Jien Wong.
Di dalam sekejap saja tiba-tiba dia sepertinya sudah
memahami akan suatu urusan Jien Wong ternyata bisa
memperoleh kepandaian silat yang demikian tingginya sudah
tentu diapun mempunyai hal-hal tertentu.
Sebentar saja dia sudah bisa memusatkan seluruh
perhatian dan pikirannya untuk memikirkan satu persoalan
tertentu, terhadap urusan lain bersiap seperti tidak melihat
dan tidak mendengar, dengan kepandaian silat yang demikian
tinggi dari dirinya hal ini merupakan satu-satunya titik
kelemahan yang paling besar dari dirinya. Tiba-tiba terdengar
Jien Wong tertawa terbahak-bahak lagi dengan amat
kerasnya. "Haaaa.... haaaa.... haaaa.... racun dari Ciu Tong ini
kemungkinan sekali bisa menyulitkan orang lain tetapi tidak
akan menyulitkan diriku!" serunya girang, "Aku kira di dalam
kolong langit sekarang ini kecuali aku seorang sekalipun Ciu
Tong sendiripun tidak akan berhasil memunahkan racun itu."
Sekali lagi Koan Ing melengak Jien Wong tentu telah
menganggap dia sebagai anak murid dari Kong Bun-yu, tetapi
pada tempo hari "Si Thian-yu Khei Kiam" pun merupakan salah
seorang yang mengerubuti dirinya, kenapa ini hari dia mau
membantu dirinya untuk mengobati racun yang ada di dalam
tubuhnya" "Tentang Suhumu aku dapat pergi mencari dirinya," ujar
Jien Wong lagi. "Urusan diantara kau dengan aku tidak punya
sangkut pautnya dengan mereka."
Dengan pandangan melongo Koan Ing memperhatikan diri
Jien Wong, sepatah katapun dia tidak berbicara. Hampirhampir
dia tidak mau percaya atas perkataan dari Jien Wong
ini, walaupun kepandaian silatnya amat tinggi, pikirannya
sekalipun dipusatkan sesuai dengan kehendaknya tetapi di
dalam Bu-lim saat ini cuma Ciu Tong seorang saja yang paling
pandai dan paling paham di dalam ilmu obat-obatan. tidak
mungkin seseorang cuma berpikir sebentar sudah dapat
mengetahui segala-galanya.
Jien Wong yang melihat air muka Koan Ing memperlihatkan
perasaan yang kurang percaya dia mendengus dingin.
"Di dalam tiga puluh hari aku bisa menyediakan obat
penawar buat dirimu," ujarnya sambil tertawa tawar.
Koan Ing yang mendengar dia berkata demikian di dalam
hati segera merasa semakin heran lagi, mendadak tanyanya,
"Kenapa kau tidak memandang sebelah matapun terhadap
segala urusan." Begitu perkataan ini diucapkan keluar di dalam hati tidak
terasa lagi telah merasa sangat menyesal.
Jien Wong dibuat agak melengak, tetapi sebentar kemudian
dia telah tertawa terbahak-bahak.
"Ada urusan apa yang berharga untuk aku pandang dengan
mata?" serunya keras.
"Haaa.... haaa.... semuanya pasrah pada nasib urusan lain
asalkan kau kepingin pergi berbuat, ada apanya yang tidak
dapat dilakukan.... "
Koan Ing cuma merasakan otaknya bagaikan ditinju dengan
martil besar. "Pasrah pada nasib," perkataannya ini mempunyai arti yang
amat banyak, selama beberapa hari ini dia terus menerus
menguatirkan mati hidupnya sendiri, selama ini pikirannya
tidak terbuka tetapi di dalam sekejap ini, dia merasa hatinya
jauh lebih ringan. Si manusia tunggal dari Bu-lim, Jien Wong yang melihat
Koan Ing dibuat tertegun oleh omongannya ini dia segera
tertawa tergelak-gelak. dia tidak mau percaya kalau hanya di dalam tiga puluh hari
saja Jien Wong dapat membuat obat pemunah untuk dirinya.
Tetapi "Pasrah pada nasib" dia tidak perlu gelisah tentang soal
ini Dengan perlahan dia putar tubuh dan berjalan keluar dari
gua tersebut. Sesampainya diluar gua terlihatlah seluruh hutan rimba
yang ada di dekat kuil Han-poh-si sudah ikut terbakar oleh api
yang menjalar dari kuil tersebut seketika itu juga seluruh
permukaan tanah diliputi oleh lautan api yang amat dahsyat
sekali, salju nan putih yang berhamburan dari atas udara
sama sekali tidak dapat menahan berkobarnya api.
"Haaaa.... haaaa bocah cilik harus banyak belajar" Serunya
keras. Setelah berkata tubuhnya berkelebat lenyap dibalik gua.
Pikiran Koan Ing menjadi sadar kembali, cepat-cepat
teriaknya, "Hey tunggu dulu, dimana itu bajingan Bun Tingseng?"
"Sejak semula dia pergi, pada lain waktu tentu kau dapat
bertemu dengannya," sahut si Manusia tunggal dari Bu-lim
dengan keras." Dengan cepat dia berlari turun gunung, mendadak sinar
matanya terbentur dengan sesosok bayangan manusia yang
berkelebat dengan cepatnya menuju ke arah dirinya.
Melihat bayangan tersebut dalam hati Koan Ing merasa
hatinya tergetar amat keras. orang itu memakai baju merah
yang bukan lain adalah Sang Siauw-tan adanya sedang orang
yang mengejar di belakangnya bukan lain adalah Husangko itu
hwesio Tibet. Dia sedikit tertegun, tetapi sebentar kemudian
sudah lari mengejar ke depan.
Terlihatlah Sang Siauw-tan yang berhasil mencapai depan
tubuhnya mendadak rubuh ke atas tanah, Koan Ing jadi amat
terperanjat dengan cepat dia maju dua langkah ke depan
membimbing tubuhnya. Saat itu wajah Sang Siauw-tan pucat pasi bagaikan mayat,
agaknya dia sudah kehabisan tenaga.
Husangko semakin lama semakin mendekat, sewaktu
dilihatnya Koan Ing pun ada disana dia agak ragu-ragu
sebentar akhirnya sambil menerjang maju ke depan teriaknya
keras, "Heee.... heee.... ini hari kalian berdua jangan harap
bisa loloskan diri."
Waktu ini dalam hati Koan Ing pun sedang marah besar,
melihat Husangko menerjang ke arahnya dengan amat
gusarnya dia segera membentak keras, pedang panjangnya
digetarkan dan berturut-turut melancarkan tiga serangan
gencar. Di tengah berkelebatnya bayangan pedang yang
menyilaukan mata seketika itu juga Husangko dipaksa mundur
tiga langkah ke belakang, dia menjadi tertegun.
"Cepat menggelinding dari sini!" bentak Koan Ing lagi
dengan amat gusarnya, Jika kau tidak mau pergi jangan
salahkan aku segera akan membuat darahmu berceceran
mengotori permukaan tanah"
Dalam hati Husangko merasakan sedikit berdesir, dia
benar-benar terpukul oleh kegagahan dan kewibawaan dari
Koan Ing sehingga tidak terasa lagi sudah mundur dua
langkah ke belakang. Beberapa saat kemudian hatinya baru mulai tenang
kembali, pikirnya di dalam hati, "Eeeh.... kenapa aku ini"
Kenapa aku begitu tidak berguna?"
Hatinya menjadi semakin jengkel dan semakin gemas,
serunya dengan dingin, "Koan Ing Kau jangan mengira kau
adalah keponakan murid dari Kong Bun-yu lalu boleh
bertindak sewenang-wenangnya, ini hari kalian berdua sudah
membakar kuil Han-poh-si kami.... hee.... hee.... untuk
selamanya jangan harap bisa keluar dari daerah Tibet barang
selangkahpun." "Kau mau pergi tidak?" bentak Koan Ing dengan dingin.
Husangko mana mau menunjukkan rasa jerinya terhadap
diri Koan Ing" Bukan saja saat ini Koan Ing harus melindungi
seseorang bahkan sebentar lagi suhunya bakal datang, Cuma
seorang Koan Ing saja bagaimana dia mau memandang
sebelah mata kepadanya" Dengan mematung dia berdiri tidak
bergerak barang sedikitpun,
"Hee.... heee.... aku memangnya kepingin menjajal
bagaimana tingginya tenaga dalam yang kau miliki," ujarnya
sambil tertawa dingin. Dengan pandangan yang amat dingin Koan Ing
memperhatikan diri Husangko, dia sudah memaksa Sang
Siauw-tan sehingga menjadi sedemikian rupa, tidak perduli
bagaimanapun ini hari dia tidak bisa melepaskan Husangko
dengan begitu saja. Dia memandang sekejap ke arah Sang Siauw-tan yang
berada di dalam pangkuannya, lalu tanpa mengucapkan
sepatah kata pun sambil mengempit tubuhnya dia putar tubuh
berlalu dari sana Melihat dirinya tidak digubris Husangko
menjadi gusar. "Mau lari kemana?" bentaknya dengan keras, dengan cepat
dia lari mengejar. Baru saja berjalan dua langkah ke depan mendadak Koan
Ing membalikkan badannya melancarkan satu serangan
dahsyat dengan menggunakan jurus "Hiat Cong Ban Li" atau
menguntit selaksa li, tampak berkelebatnya sinar pedang yang
menyilaukan mata sambil mengempit tubuh Siauw-tan dia
melancarkan serangan gencar ke arah Husangko.
Husangko menjadi amat terperanjat, walaupun Koan Ing
mengempit seseorang tetapi serangan padanya begitu ganas
dan dahsyat membuat hatinya sedikit bergidik.
Mana dia orang mengetahui kalau jurus serangan yang
baru saja dia gunakan merupakan salah satu jurus yang paling
dahsyat dari kedua puluh empat jurus hasil ciptaan Kong
Bun-yu sendiri, ditambah lagi Koan Ing melancarkan
serangan tersebut di dalam keadaan gusar, kedahsyatannya
sudah tentu amat hebat sekali sehingga membuat dirinya
sendiripun merasa ada diluar dugaan.
Dengan cepat Husangko menggoyangkan toyanya ke
samping memukul miring datangnya serangan dari Koan Ing,
sedang tubuhnya Cepat-cepat melayang mundur ke belakang.
Koan Ing segera membentak keras, kaki kanannya
melancarkan tendangan kilat menyambar toya yang ada di
tangan Husangko, gerakan pedangnya sama sekali tidak
berubah dengan dahsyatnya meneruskan serangannya
menusuk alis dari Husangko.
Melihat datangnya serangan yang begitu cepat dari Koan
Ing. Husangko tidak berani memikirkan urusan lainnya,
dengan cepat tubuhnya mundur ke belakang.
Baru saja Koan Ing mau mengejar lebih lanjut, mendadak
terdengar suara bentakan yang amat berat berkumandang
datang, "Hmm.... kau cari mati!"
Segulung angin pukulan yang amat kuat menghantam
belakang punggungnya, tanpa menoleh lagi Koan Ing segera
mengetahui orang itu tidak akan lain daripada suhu Husangko,
Hud Ing Thaysu itu manusia paling jagoan di daerah Tibet
pada saat ini.... Ooo)*(ooO Bab 13 Koan Ing yang sedang enak-enaknya melancarkan
serangan mendesak Husangko mendadak dari belakangnya
terasa segulung angin pukulan laksana menggulungnya angin
topan melanda badannya, dia tidak berani melanjutkan
gerakannya untuk melukai diri Husangko, pedang panjang di
tangan kanannya dengan cepat dibalik ke belakang
"Bruuuuk....!" pedang panjangnya sudah terkena pukulan
Hud Ing Thaysu sehingga mengeluarkan suara dengungan
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang amat keras membuat tubuhnya seketika itu juga tergetar
mundur sejauh dua langkah ke belakang.
Tetapi Husangko yang baru saja lolos dari kematian saking
takutnya membuat seluruh wajahnya pucat pasi bagaikan
mayat. Hud In Thaysu yang melihat serangannya cuma berhasil
menggetar mundur Koan Ing sejauh dua langkah saja di
dalam hati diam-diam merasa sangat terperanjat sekali, dia
orang sama sekali tidak menyangka di dalam keadaan gugup
Koan Ing masih bisa menerima serangannya tanpa
mengakibatkan pedangnya terlepas dari tangan.
Koan Ing yang melihat air muka Hud Ing Thaysu sudah
berubah amat keren dia pun diam-diam mulai mengatur
pernapasannya bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan.
Dia tahu tenaga dalam yang dimilikinya masih terpaut amat
jauh sekali dari tenaga dalam yang dimiliki Hud Ing Thaysu
sedang saat inipun Hud Ing Thaysu sedang berada di dalam
keadaan gusar dia tidak dapat mati konyol di tempat ini, apa
lagi saat ini masih ada seorang Sang Siauw-tan yang berada di
dalam keadaan tidak sadar.
Dengan amat dinginnya Hud In Thaysu mendengus keras,
sinar matanya berkelebat tak henti-hentinya agaknya di dalam
hati dia sedang memikirkan apakah perlu dia melancarkan
pukulan yang mematikan untuk mencabut nyawa dari Koan
Ing serta Sang Siauw-tan" Bukan saja dikarenakan di
belakang layar mereka berdua masih ada tameng yang amat
atos bahkan dia orang sebagai jagoan nomor satu di daerah
Tibet saat ini boleh dikata merupakan angkatan tua dari
mereka berdua, bahkan merupakan seorang pendeta yang
beribadat dan sangat dihormati oleh banyak orang
Jikalau pada saat ini dia membinasakan diri Koan Ing bukan
saja akan mencemarkan nama baik serta kedudukannya
bahkan Sang Siauw-tan masih berada di dalam keadaan tidak
sadar, bilamana dia turun tangan pada saat ini bukankah
sama saja dengan turun tangan dikala orang lain dalam
keadaan bahaya" Tetapi dendam terbakarnya kuil Han-poh-si membuat
hatinya amat gusar sekali, dia harus menuntut kerugian
terbakarnya kuil tersebut.
Dia segera mendengus dengan beratnya, "Hmmm Koan
Ing!" teriaknya dengan dingin. "Seharusnya kau orang tahu
kau harus menerima kematianmu sekalipun Sian, Khei, Sin
serta Mo ada disini semuapun di dalam ceng-li kau tidak bisa
berbicara banyak." Koan Ing menarik napas panjang-panjang, dia tidak
mengucapkan sepatah katapun, pikirannya terus menerus
berputar memikirkan cara bagaimana menghadapi musuhnya
yang amat tanggung ini Hud Ing Thaysupun mengerutkan alisnya rapat-rapat
sepasang tangannya dengan perlahan diangkat siap
melancarkan serangan yang mematikan
Sinar mata Koan Ing dengan cepat berkelebat, dia tahu
begitu Hud Ing Thaysu turun tangan dia tentu akan
menggunakan jurus serangan yang mematikan, kepandaian
ilmu silat "Thay Su Ing" dari daerah Tibet bukanlah kepandaian
yang biasa saja Mendadak di dalam benaknya berkelebat satu ingatan, di
tengah suara suitan yang amat panjang tubuhnya meloncat ke
atas lalu menubruk dengan dahsyatnya ke arah Hud Ing
Thaysu, Hud Ing Thaysu sama sekali tidak menyangka Koan Ing
berani turun tangan sambil mengempit tubuh dari Sang
Siauw-tan di dalam keadaan tidak sadarkan diri, walaupun
pemuda ini amat sombong sekali tetapi kepandaian silatnya
tidak bisa memadahi dirinya walaupun begitu tetapi
pemusatan pikiran sewaktu menghadapi musuh boleh dikata
termasuk jagoan Bu-lim nomor satu.
Dia segera mendengus, sepasang telapak tangannya satu
dari depan satu dari belakang berturut-turut melancarkan
serangan dahsyat menghajar tubuh Koan Ing,
Jurus serangan yang digunakan olehnya bukan lain adalah
jurus "Thian Hud Bun Kian" atau Sang Buddha menampakkan
diri yang merupakan jurus paling dahsyat dari ilmu "Thay Su
Ing". Di dalam serangan yang dilancarkan oleh Hud Ing Thaysu
ini bukan saja chusus menyerang pihak lawannya bahkan
terasalah ada segulung tenaga sedotan yang amat kuat
menyedot seluruh tenaga dalamnya.
Tenaga dalam yang dimiliki Koan Ing saat ini boleh dikata
termasuk juga sebagai salah seorang jagoan nomor wahid
dalam Bu-lim, sudah tentu terhadap perubahan yang
dilakukan oleh Hud Ing Thaysu ini dia sama sekali memahami
benar-benar, tetapi jika dibicarakan dengan mengambil
keadaan pada saat ini dia sudah pasti tidak akan berani
menerima datangnya serangan itu dengan keras lawan keras,
Saat ini dia harus mengempit seseorang asalkan satu jurus
saja dia menerima serangan lawan maka Hud Ing Thaysu
segera akan mengejarnya, saat itu jalan mundur buat dirinya
akan tertutup semua, sekalipun mempunyai kepandaian yang
tinggi pada saat itu tidak akan lolos lagi dari bencana.
Koan Ing segera mengerutkan alisnya rapat-rapat, pedang
ditangan kanannya segera digetarkan sehingga membentuk
gerakan setengah busur menyambut datangnya serangan.
Jurus serangan yang digunakan olehnya ini bukan lain
adalah jurus "Hwee Hong Chiet Ci" atau pelangi terbang patah
tujuh bagian hasil ciptaan dari Kong Bun-yu sendiri, jurus
serangan ini sebetulnya mengharuskan seorang jagoan untuk
mengerahkan seluruh tenaga dalamnya yang amat tinggi
untuk disalurkan ke dalam pedang sehingga menjadi tujuh
bagian tenaga serangan yang bersama-sama menghajar
musuh. Di dalam keadaan apa boleh buat Koan Ing terpaksa harus
melancarkan serangan dengan menggunakan gerakan ini.
Di tengah bentrokan pedang serta telapak tangan yang
amat ramai terdengarlah Hud Ing Thaysu tertawa dingin,
mendadak telapak tangan kanannya ditarik ke belakang.
Tetapi belum sempat telapak kirinya melancarkan serangan
kembali dia merasakan kalau tenaga serangan yang disalurkan
Koan Ing ke dalam pedangnya secara tiba-tiba lenyap tak
berbekas, tenaga sedotan tangan kanannyapun sudah
mencapai pada sasaran yang kosong, hal ini membuat hatinya
sedikit melengak. Tiba-tiba dia merasakan adanya desiran angin yang amat
aneh menghajar ke tepi atas telapak tangannya, dengan cepat
dia menoleh ke samping terlihatlah pedang Koan Ing sudah
berada amat dekat sekali dengan tangannya.
Hud Ing Thaysu menjadi amat gusar sekali, dia membentak
keras telapak tangan kirinya dengan cepat melancarkan satu
pukulan dahsyat menghajar pedang dari Koan Ing.
Menurut pemikirannya begitu serangan ini dilancarkan
maka pedang dari Koan Ing pasti akan terlempar jatuh dari
tangannya, siapa tahu serangannya yang dihantam ke depan
dengan menggunakan telapak tangan kirinya sudah mencapai
pada sasaran yang kosong.
Hatinya terasa berdesir, segulungan hawa dingin yang
menusuk tulang muncul dari dasar lubuk hatinya, jurus yang
demikian anehnya ini dia orang sama sekali tidak pernah
menemuinya. Koan Ing yang melancarkan serangannya dengan gencar
hanya di dalam sekejap saja seluruh perhatiannya sudah
dipusatkan pada jurus serangannya, pikirannya dikumpulkan
jadi satu membuat kedahsyatan dari jurus "Hwee Hong Chiet
Ci" ini bertambah hebat.
Hui Ing Thaysu yang serangannya mencapai pada sasaran
yang kosong hatinya segera merasa kaget bukan main sekali,
tetapi bagaimanapun dia adalah seorang pentolan dari satu
aliran besar sepasang telapaknya dengan cepat berkelebat,
dengan menggunakan jurus "Thian Hoo Ling Ling" atau sungai
langit teramat dingin dari kedudukan menyerang berubah
menjadi gerakan bertahan,
Baru saja serangan pedang dan Koan Ing mencapai pada
tengah jalan, terlihatlah sepasang telapak dari Hud Ing Thaysu
berkelebat tak henti-hentinya menutup datangnya serangan
tersebut. Mengingat akan hal itu dengan cepat Koan Ing
memiringkan pedangnya ke samping mengancam kening dari
Hud Ing Thaysu. Terhadap perubahan aneh Yang terjadi di dalam serangan
pedang Koan Ing ini Hud Ing Thaysu sama sekali dibuat
bingung, dengan namanya sebagai jagoan nomor wahid di
daerah Tibet ternyata dia tidak sanggup untuk menerima
gempuran dari serangan Koan Ing ini hal ini sungguh
memalukan dirinya, Air mukanya segera berubah hebat, kaki kanannya berputar
dengan cepat dia menghindar ke samping dengan
menggunakan ilmu langkah "Thian Hud Poh" dari aliran Tibet.
Tetapi tidak urung jubah panjangnya tergores juga oleh
serangan pedang Koan Ing ini segera terobek satu goresan
panjang, Hud Ing Thaysu menjadi terkejut bercampur gusar, dia
membentak keras, telapak kanannya didorong dengan
hebatnya ke depan dengan menggunakan jurus "Hauw Han
Cian Li" atau menyapu bersih selaksa li.
Koan Ing yang berhasil menggores sobek jubah dari Hud
Ing Thaysu pun dibuat termangu-mangu oleh hasilnya ini, dia
sama sekali tidak menyangka kedahsyatan dari jurus tersebut
di dalam keadaan tertegun itulah hawa murni yang semula
disalurkan malah balik kembali.
Sebetulnya Koan Ing menggunakan jurus "Hwee Hong Chiet
Ci" ini sudah melampaui batas kemampuannya, tetapi
dikarenakan tadi dia menggunakan jurus tersebut dengan
pusatkan seluruh perhatiannya pada serangan itu maka untuk
sementara masih dapat dipaksa, tetapi setelah perhatiannya
kendor tenaga yang semula disalurkan pun kini malah balik
menyerang badannya sendiri membuat darah yang ada di
dalam rongga dadanya terasa bergolak dengan amat
kerasnya. Serangan dari Hud Ing Thaysu melanda kembali dengan
dahsyatnya, dengan tergesa-gesa dia miringkan badannya ke
samping lalu menarik napas panjang-panjang balik membabat
ke arah pergelangan tangan dari Hud Ing Thaysu.
Hud Ing Thaysu adalah jagoan nomor wahid dari daerah
Tibet, ternyata ini hari dikalahkan di tangan Koan Ing seorang
bocah muda, di dalam keadaan gusar segera dia mengambil
keputusan untuk membasmi diri Koan Ing dari muka bumi.
Karenanya serangan yang dilancarkan keluarpun semakin
lama semakin dahsyat, lima jari tangan kanannya
dipentangkan lebar-lebar sehingga membesar beberapa kali
lipat dari keadaan semula lalu dengan dahsyatnya
mencengkeram pedang yang ada di tangan Koan Ing.
Koan Ing menjadi sangat terkejut, dia ingin menarik
pedangnya tetapi keadaan semakin celaka lagi. Kiranya dia
tadi meminjam gerakan serangan yang gencar itu untuk
menekan pergolakan di dalam dadanya, kini serangannya
ditarik kembali membuat kepalanya seketika itu juga menjadi
amat pening sekali dan mundur ke belakang dua langkah
dengan terhuyung2. Pada saat yang bersamaan pula telapak kiri dari Hud Ing
Thaysu sudah melanda datang.
"Bruuuk....!" dengan dahsyatnya serangan itu menghajar di
atas punggung Koan Ing. Seketika itu juga Koan Ing muntahkan darah segar dengan
derasnya, tubuhnya dengan terhuyung2 mundur beberapa
langkah ke belakang lalu dengan cepatnya menggendong
tubuh Sang Siauw-tan dan lari masuk ke tengah gunung.
Sebetulnya Hud Ing Thaysu mengira serangannya ini sudah
cukup untuk membinasakan diri Koan Ing hanya di dalam satu
kali pukulannya ini saja, tetapi dia sama sekali tidak
menyangka kalau Koan Ing masih mempunyai kekuatan untuk
melarikan diri dari situ.
Dengan termangu-mangu dia berdiam memandang disana,
untuk beberapa saat lamanya di dalam hati entah bagaimana
rasanya. Kepalanya dengan perlahan ditundukkan memandang
bekas sobekan pada jubah hweesionya, di dalam hati tidak
terasa lagi dia merasa amat kecewa sekali
Jika dilihat dari Koan Ing yang menarik kembali pedangnya
sambil mundur ke belakang dengan terhuyung2 agaknya dia
telah menderita luka dalam yang amat parah, kini ditambahi
lagi dengan satu pukulan yang begitu hebat, bukankah hal ini
sama saja dengan menggunakan waktu orang susah turun
tangan mencelakainya"
Dia adalah seorang hweesio yang beribadat tinggi, ternyata
ini hari harus melakukan suatu pekerjaan yang demikian
rendah, demikian hinanya di dalam hati benar-benar merasa
sangat malu sekali. Lama sekali Hud Ing Thaysu berdiam termangu-mangu
disana. "Suhu.... Koan Ing sudah melarikan diri," terdengar
Husangko yang ada disampingnya berteriak keras.
Hud Ing Thaysu menjadi melengak, dia angkat kepalanya
dengan perlahan terlihatlah kuil Han-poh-si yang dibanggakan
kini masih terbenam di dalam lautan api yang berkobar
dengan dahsyatnya. di bawah tiupan angin utara yang amat
keras di dalam sekejap saja sebuah kuil yang begitu megah
sudah hancur berantakan menjadi abu.
Air mukanya berubah sangat hebat, hatinya merasa amat
benci. amat gusar dan mendendam sekali.
Dia mendengus dingin, teriaknya, "Kejar dia sampai dapat!"
Selesai berkata tubuhnya berkelebat ke depan, dengan
memimpin diri Husangko dia melakukan pengejaran dengan
cepatnya. Tubuh mereka berdua bagaikan dua ekor burung elang
yang melayang di atas permukaan salju hanya di dalam
sekejap saja sudah melewati dua buah puncak gunung,
terlihatlah dari tempat kejauhan Koan Ing sedang berlari
menuju ke sebuah selat sambil menggendong tubuh Sang
Siauw-tan. Hud Ing Thaysu menjadi termangu-mangu.
"Hey kembali!" teriaknya kepada diri Husangko.
Husangko sendiripun tertegun dibuatnya, dia sama sekali
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak menyangka kalau Koan Ing berani memasuki selat
tersebut Koan Ing yang membopong tubuh Sang Siauw-tan berlari
masuk ke dalam selat tersebut segera merasakan batu-batu
cadas berserakan memenuhi seluruh permukaan tanah, dia
dengan sekuat tenaga berlari semakin cepat lagi mengelilingi
batu-batu cadas itu dan akhirnya berhasil keluar juga dari
antara batu-batu itu. Pada saat ini di dalam benaknya dia cuma merasa heran
kenapa batu-batu cadas itu sukar benar untuk diketahui"
Ketika kepalanya didongakkan ke atas terlihatlah sebuah
tebing batu yang curam terukirlah beberapa tulisan,
"Selat Hwee Im Shia, tahun Jien Hien."
Suto Tiang-sian menutup selat di tempat ini.
Koan Ing yang melihat ditulisnya nama "Suto Tiang-siang" di
tempat ini hatinya seketika itu juga merasa bergidik, walaupun
saat ini dia sedang menderita luka dalam amat parah tetapi di
dalam keadaan terperanjat otaknyapun menjadi sedikit sadar
kembali. Ketika membaca kembali, di samping tulisan besar itu dia
bisa melihat adanya beberapa huruf yang agak kecil-kecil:
"Hwee Im mudah masuk sukar keluar, para jago Bu-lim
terkubur di tempat ini."
Koan Ing menjadi sangat terperanjat, ketika menoleh
kembali ke belakang dia merasakan tempat itu penuh dengan
kabut putih yang menutupi seluruh permukaan, bagaimana
dirinya bisa masuk sampai disitu dia sendiripun tidak tahu.
Ketika memandang kembali ke arah depan terlihatlah
puncak gunung yang menembus awan berdiri berjajar
dihadapan mata, saking tingginya sehingga sukar untuk
didaki. Untuk beberapa saat lamanya dia dibuat berdiri termangumangu
disana Suto Tiang-sian merupakan seorang manusia
aneh yang paling ditakuti selama ratusan tahun ini, pada umur
dua puluh tahun kepandaiannya sudah amat tinggi sukar
diukur tetapi jadi orang amat tawar sekali terhadap dunia luar,
bahkan pandai di dalam ilmu perbintangan karenanya pada
waktu itu dia boleh dianggap sebagai orang yang memiliki
bakat paling aneh Tetapi dikemudian hari karena istrinya Cing Hong Li
kedapatan mati ditangan "Hay Neh Sin Kiam" Tan Ciu Cu dia
menjadi mendendam terhadap orang-orang dari tujuh partai
besar, dengan menggunakan akal akhirnya dia berhasil
memancing ciangbunjin dari tujuh partai untuk memasuki
selat ini lalu menutup pintu selat dan bunuh diri.
Waktu itu berita tersebut benar-benar menggetarkan
seluruh Bu-lim, bukan saja dikarenakan kepandaian silat dari
Ciangbunjin tujuh partai besar semuanya berada di atas
kepandaian dari Suto Tiang-sian bahkan ciangbunjin dari Hoasan
Pay "Than Siauw Suseng" Pek Si Thian pandai sekali di
dalam ilmu bangunan, tetapi setelah terkurung di dalam selat
itu tidak seorangpun yang bisa hidup lebih lanjut.
Dikemudian hari banyak pula orang Bu-lim yang memasuki
selat itu, tapi setelah masuk tidak ada seorangpun yang
berhasil keluar dari selat itu, karenanya tempat itu lama
kelamaan berubah menjadi tempat yang keramat bagi orangorang
Bu-lim. Siapa sangka Koan Ing ternyata bisa memasuki tempat
yang paling keramat ini. Setelah tertegun beberapa saat
lamanya akhirnya tidak tertahan lagi Koan Ing tertawa geli
sendiri, pikirnya, "Apakah mungkin aku diharuskan menemui
ajal di tempat ini?"
Dengan perlahan dia memandang ke arah Sang Siauw-tan,
mendadak terasalah dadanya amat mual dan sesak sekali,
tidak kuasa lagi sekali lagi dia muntahkan darah segar dari
mulutnya, Dia berusaha untuk mempertahankan dirinya, perlahanlahan
dia jatuhkan diri duduk bersila di atas tanah dan
menyandarkan tubuh Sang Siauw-tan ke dalam pelukannya.
Dengan pandangan sayu Koan Ing memperhatikan wajah
dari Sang Siauw-tan yang pucat
pasi bagaikan mayat serta bajunya yang berwarna merah
darah, kelihatan sekali wajahnya
amat kasihan sekali. Lama sekali dia memperhatikan diri Sang Siauw-tan.
akhirnya tidak tertahan lagi dia tundukkan kepalanya memberi
satu Ciuman mesra ke atas bibirnya yang kecil mungil itu.
Pada waktu Koan Ing mulai memasuki selat tadi Sang
Siauw-tan sudah sadar kembali dari pingsannya cuma saja dia
terus berpura-pura belum sadar, dia tidak menyangka kalau
Koan Ing berani mencuri cium bibirnya, saking malu dan
cemasnya tidak terasa lagi wajahnya berubah memerah tetapi
dia tidak berani buka matanya, karena saat ini dia masih
berpura-pura pingsan dia tidak mau menggerakkan badannya
barang sedikitpun juga. Koan Ing yang melihat wajah Sang Siauw-tan secara tibatiba
berubah memerah dalam hati segera tahu kalau sejak
semula dia sudah sadar kembali dari pingsannya, dia tertawa,
tangannya semakin kencang merangkul tubuh Sang Siauwtan.
Semula Sang Siauw-tan mengira tentu Koan Ing akan
melepaskan badannya, siapa sangka nyali dari Koan Ing
ternyata jauh lebih besar daripada apa yang semula di duga,
dengan pentangkan matanya lebar-lebar cepat-cepat dia
melototi diri Koan Ing, Koan Ing pun tertawa tawar, dia balas
memperhatikan dirinya, Sang Siauw-tan yang melihat Koan Ing berbuat demikian
mendadak dalam hati merasa amat gusar sekali, dengan cepat
dia meronta dari badan Koan Ing dan meloncat bangun.
Tetapi sewaktu dilihatnya wajah Koan In amat pucat dan
murung sekali hatinya menjadi lembek.
"Kau kenapa?" tanyanya tertegun.
"Aku cuma sedikit terluka, tidak mengapa," sahut Koan Ing
sambil memandang ke arah Sang Siauw-tan lalu dengan
perlahan bangkit berdiri.
Sang Siauw-tan menjadi tertegun, teringat kembali ketika
tadi dia membakar kuil Han-poh-si, dalam keadaan gusar lalu
bagaimana dia dikejar oleh Husangko, ditolong oleh Koan Ing
dan selanjutnya jatuh tidak sadarkan diri....
Dengan kehebatan dari tenaga dalam yang dimiliki Koan
Ing saat ini ternyata dia terluka juga, sudah tentu orang yang
melukai dirinya bukan lain adalah Hud Ing Thaysu adanya.
Tetapi bagaimana berhasil Hud Ing Thaysu mau
membiarkan mereka loloskan diri dari cengkeramannya...."
Koan Ing segera maju ke depan memegang sepasang
pundaknya, dia menghela napas panjang dengan amat
sedihnya. "Haaaaai.... tidak disangka kita berdua harus menemui ajal
di tempat ini," ujarnya murung.
Sang Siauw-tan jadi melengak, ketika dia dongakkan
kepalanya dan melihat tulisan yang terukir di atas dinding
tebing hatinya merasa sedikit bergidik, lama sekali dia berdiri
mematung tidak bergerak barang sedikitpun juga.
Dengan perlahan Koan Ing memegang tangannya lalu
ujarnya dengan perlahan, "Siauw-tan kau tahu aku betul-betul
suka padamu, perkataan ini baru sekarang, aku berani
memberitahukan kepadamu.... "
Sang Siauw-tan menjadi melengak, mendadak dia teringat
kembali sikapnya sewaktu baru saja dia berhasil menolong
dirinya keluar dari kuil Han-poh-si, sekarang.... sekarang dia
bersikap demikian, bukankah hal ini jelas sedang
mempermainkan dirinya"
"Dalam hati dia merasa amat gusar sekali, sepasang
tangannya dengan cepat direntangkan ke samping lalu
bentaknya dengan gusar. "Pergi! Jangan sentuh aku!"
Koan Ing agak melengak, dia cuma tertawa tawar dan
berpikir kini mereka semua sudah berada di tempat yang
berbahaya, buat apa dikarenakan sedikit urusan kecil harus
ribut" Sewaktu Sang Siauw-tan menolong dirinya dulu dia merasa
karena usianya tidak lama di dunia ini maka dia tidak ingin
mendekati diri Sang Siauw-tan, tetapi kini.... mereka berdua
sama-sama memperoleh nasib yang sama, di dalam waktu
yang amat singkat ini dia harus bersikap sangat baik terhadap
dirinya Sang Siauw-tan yang berhasil melepaskan diri dari tangan
Koan Ing dengan cepat putar badan dan lari masuk ke dalam
selat itu, dia sendiripun tidak tahu kenapa dia bisa begitu
marah terhadap dirinya. Koan Ing yang melihat Sang Siauw-tan lari menuju ke
dalam lembah dalam hati merasa amat terkejut sekali, selat ini
sudah ditutup oleh Suto Tiang-sian sudah tentu disetiap sudut
dari selat ini sudah dipasangi alat rahasia yang dahsyat,
jikalau Sang Siauw-tan menerjang seenaknya bukankah
keadaannya akan sangat berbahaya sekali"
"Siauw-tan Jangan sembarangan lari!" teriaknya dengan
cemas. Tetapi Sang Siauw-tan mana mau mendengar
omongannya" Tanpa mengucapkan sepatah katapun dia lari
terus masuk ke dalam selat tersebut, sedang dalam hatinya
diam-diam berpikir. "Aku sudah ada di dalam selat pencabut nyawa ini, cepat
atau lambat tetap saja akan mati kenapa aku harus takut
memasuki tempat ini?"
Siapa tahu baru saja berjalan beberapa puluh langkah ke
depan mendadak pan dengannya
menjadi kabur, dia menjadi terkejut dengan sendirinya
tubuhnyapun miring ke samping satu langkah.
Tetapi baru saja tubuhnya mundur ke belakang mendadak
kakinya terasa menginjak di tempat kosong, dia merasa
semakin terperanjat lagi tanpa terasa tangan kanannya
dengan cepat mencengkeram dinding gunung erat-erat.
Di dalam sekejap mata dari atas puncak tebing
terdengarlah suara yang amat gemuruh, beribu-ribu batu
cadas yang amat besar dengan gencarnya berguling turun ke
bawah. Melihat hal itu Sang Siauw-tan jadi ketakutan sehingga
tangan dengan kakinya amat lemas, untuk beberapa saat
lamanya dia merasa kebingungan entah bagaimana baiknya
Koan Ing sama sekali tidak melihat adanya sinar yang
menyilaukan mata itu. Dia cuma melihat Sang Siauw-tan mengundurkan diri ke
belakang beberapa langkah dan terjerumus ke dalam keadaan
yang sangat berbahaya sekali, dia segera membentak,
tubuhnya melayang ke depan menyambar tubuh Sang Siauwtan
lalu meluncur ke tempat kejauhan.
Sang Siauw-tan benar-benar amat terkejut sekali, dengan
sekuat tenaga tangan kanannya mencengkeram, sedikit
berayal itulah tampak batu-batu besar sudah semakin
mendekati tubuhnya, Dengan gusar Koan Ing mendengus, pundak kanannya
diterjangkan ke depan memukul sebuah batu cadas ke
samping sedangkan tubuhnya tetap melanjutkan gerakannya
berkelebat diantara batu-batu besar yang melayang
memenuhi angkasa. Ketika tubuhnya berhasil melayang turun ke bawah tanah
dalam keadaan selamat tak bertahan lagi dia muntahkan
darah segar. Sang Siauw-tan jadi sangat terkejut, "Ing-ko.... kau
kenapa?" teriaknya cemas.
"Tidak mengapa," sahut Koan Ing sambil tertawa dan
mencekal sepasang tangannya erat-erat. "Asalkan kau tidak
cedera, apa pun yang akan terjadi terhadap diriku, aku tidak
akan menggubris" Untuk sesaat lamanya dalam hati Sang Siauw-tan benarbenar
merasa amat malu sekali, dia menjatuhkan diri ke dalam
rangkulan Koan Ing dan menangis tersedu-sedu. Dengan
perlahan Koan Ing mengelus pundaknya, dia tertawa.
"Siauw-tan," ujarnya halus. "Kau jangan menangis,
seharusnya mulai sekarang kita harus gembira, sejak aku
bertemu dengan dirimu untuk pertama kalinya aku sudah
merasakan kegagahan dan kecantikan wajahmu, kau jadi
orang sangat menarik sekali bagiku.... Tetapi dendam sakit
hati ayahku masih belum terbalas sedang kaupun Siauw
pangcu dari perkumpulan Tiang-gong-pang.... kecongkakan
hatimu membuat aku merasa rendah diri, kepandaian silatku
tidak bisa memadahi kepandaian silat keluargamu Tetapi
sekarang aku merasa amat girang karena aku bisa
memberitahukan padamu kalau aku benar-benar cinta
padamu." Sang Siauw-tan dengan perlahan angkat kepalanya dan
menghapus keringat dari mukanya.
"Bagaimana kau bisa memikirkan urusan Yang demikian
banyaknya?" ujarnya sambil tertawa. "Asalkan kau bisa
bersikap baik terhadapku itu sudah terlalu cukup, aku tidak
bisa memikirkan yang lainnya."
"Sungguh?" seru Koan Ing sambil membantu dia
menghapus air mata yang membasahi wajahnya itu.
"Asalkan orang lain bersikap baik terhadapmu kaupun bisa
bersikap baik terhadapnya?"
"Kau sedang membicarakan siapa?" tanya Sang Siauw-tan
tertawa, matanya dipentangkan
lebar-lebar. Koan Ing agak melengak, dia sama sekali tidak menyangka
Sang Siauw-tan bisa memberikan sahutan yang begitu cepat,
dia cuma tertawa senang saja tanpa mengucapkan sepatah
katapun. Sang Siauw-tan pun ikut tertawa.
"Kini kita berdua sudah ada disini Ciu Pak?" ujarnya
perlahan. Dengan pandangan terpesona Koan Ing memperhatikan
wajah dari Sang Siauw. Tan, lama sekali dia baru tertawa, dia
sendiripun tidak tahu kenapa secara tiba-tiba dia bisa teringat
kembali terhadap Ciu Pak.
"Siauw-tan," ujarnya sambil tertawa. "Aku bisa bersikap
baik terhadapmu untuk selamanya."
Dengan perlahan Sang Siauw-tan dongakkan kepalanya,
sewaktu melihat Koan Ing sedang memandang ke arahnya
dengan penuh mesra diapun tertawa.
"Aku juga akan bersikap baik kepadamu untuk selamalamanya,"
sahutnya sambil menudingkan kepalanya.
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lama sekali mereka saling berpegangan tangan, siapapun
tak ada yang berbicara, hati masing-masingpun bertemu
menjadi satu.... Lama sekali Sang Siauw-tan baru angkat kepalanya, dia
tertawa dan sedikit mendorong tubuh Koan Ing ke belakang.
Koan Ing menjadi sadar kembali dari lamunannya, dengan
perlahan dia bangkit berdiri dan berjalan menuju dimana tadi
Sang Siauw-tan melihat adanya sinar terang yang
menyilaukan mata itu. Terlihatlah dari tempat kejauhan di samping dimana dia
berdiri memang sedikitpun tidak salah, serentetan sinar yang
amat menyilaukan mata memancar dengan tajamnya
menusuk matanya. Diam-diam dalam hati dia merasa sangat terkejut, jikalau
seorang jagoan Bu-lim melihat adanya sinar tajam yang
berkelebat secara tiba-tiba maka dia pastilah akan mundur ke
belakang untuk siap-siap menghadapi lawan, saat itulah
mereka akan segera terjerumus ke dalam siasat dan jebakan
yang diatur oleh Su-to Tiang Sian.
Sang Siauw-tan yang melihat Koan Ing terjerumus ke
dalam lamunan dia segera tertawa. "Urusan yang telah lewat
kenapa dipikirkan kembali?" ujarnya perlahan.
Koan Ing segera menggenggam tangan Sang Siauw-tan, di
dalam hatinya mendadak berkelebat satu ingatan, pikirnya,
"Kalau memangnya Sang Siauw-tan bersikap baik
terhadapnya, dia tentu tidak akan membiarkan Sang Siauwtan
mati di tempat ini, ayahnya begitu sayang kepadanya
sedang aku sendiripun bukan saja menderita luka dalam yang
amat parah, bahkan terkena racun juga, selat dari Suto Tiangsian
ini tidak perduli bagaimana kuatnyapun harus diterjang
dan harus di carikan akal agar bisa lolos dari sini. Atau sedikitdikitnya
agar Sang Siauw-tan bisa keluar dari tempat ini dalam
keadaan selamat.... "
Sang Siauw-tan yang melihat Koan Ing terjerumus ke
dalam lamunan yang mendalam dengan termangu-mangu dia
memandang ke arahnya, dia tahu tentu Koan Ing sedang
memikirkan bagaimana caranya untuk meloloskan diri dari
kurungan ini. Lama sekali Koan Ing termenung memikirkan urusan ini,
akhirnya kepada Sang Siauw-tan ujarnya, "Siauw-tan, ayoh
kita pergi dari sini!"
Sang Siauw-tan tertawa dengan mengikuti diri Koan Ing dia
berjalan maju ke depan. "Lukamu tidak mengapa bukan?"
tanyanya halus. Koan Ing cuma tersenyum saja tidak berbicara. Pukulan
dari Hud Ing Thaysu tadi memang sangat dahsyat sekali,
jikalau berada di dalam keadaan biasa dia tentu sejak tadi
sudah jatuh tidak sadarkan diri, tetapi semangatnya ini hari
masih segar sekali, terhadap keadaan lukanya pun dia tidak
terlalu memikirkan di dalam hati.
Dengan memimpin diri Sang Siauw-tan, Koan Ing berjalan
menuju ke arah dimana berkelebatnya sinar terang tadi.
Baru saja mereka berdua berjalan sejauh puluhan kaki
mendadak Koan Ing dapat melihat sesosok bayangan manusia
berkelebat keluar. Kurang lebih satu kaki dari tempat di mana dia berada
terlihatlah sebuah kerangka manusia yang sedang duduk
bersila di atas tanah, sebilah pedang panjang menggeletak
disampingnya sedangkan sarung pedangnya sudah hancur
berantakan. Dia jadi termangu-mangu, kenapa dari tadi dia tidak
melihat adanya sebuah kerangka manusia disana"
Dengan kekuatan tenaga dalam yang dimilikinya saat ini
sekalipun di tempat kegelapan diapun bisa melihat seluruh
benda dengan amat jelasnya, tetapi kenapa baru sekarang dia
baru menemukannya" Dengan cepat dia angkat kepalanya dan
siap-siap maju ke depan. Jangan maju ke depan!" mendadak
terdengar Sang Siauw-tan berteriak keras.
Dengan cepat Koan Ing menghentikan langkah kakinya,
lalu menoleh memandang ke arah Sang Siauw-tan dengan
pandangan melongo. Lama sekali Sang Siauw-tan memandangi kerangka
manusia itu lalu ujarnya dengan perlahan, "Itulah yang
dinamakan Huan Ow Ih Heng atau menipu mata memindah
benda yang amat lihay."
Koan Ing menjadi melengak, Menipu Mata memindah
benda" Nama ini selamanya belum pernah didengarnya dari
siapapun Sejak kecil Sang Siauw-tan sudah memperoleh didikan
langsung dari ayahnya apa lagi ayahnyapun merupakan
seorang pangcu dari sebuah perkumpulan besar yang
namanya amat terkenal di dalam Bu-lim. sebagai si jari sakti,
sudah tentu pengetahuan maupun pengalamannya amat luas
sekali jika dibandingkan dengan diri Koan Ing.
"Aku duga bayangan tadi tentunya bayangan dari Suto
Tiang-sian itu," ujar Sang Siauw-tan kepadanya. "Aku pernah
mendengar ayahku berkata, katanya ilmu yang paling lihay
dari Suto Tiang-sian adalah Sin Koang Ci Sia atau ilmu sinar
dan suara, sudah tentu dia sudah menggunakan pantulan
sinar untuk memancing musuhnya mendekat"
Mendengar perkataan itu Koan Ing segera memungut
sebuah batu dan disambitkan ke arah bayangan tersebut,
ternyata sedikitpun tidak salah tempat itu memang kosong
melompong tidak tampak sebuah bendapun,
"Di dalam gurun pasirpun ada pula kejadian seperti ini,"
ujar Sang Siauw-tan lebih lanjut, "aku kira di tempat inipun
sudah dipasangi alat rahasia."
Sinar mata Koan Ing berkelebat tak henti-hentinya, di
dalam hati dia merasa sangat terkejut sekali terhadap seluruh
kejadian yang selamanya belum pernah dengar maupun
diketahuinya ini, tetapi dengan kejadian ini pengetahuan
maupun pengalamannyapun jadi bertambah,
Jika seorang yang sama sekali tidak berpengalaman harus
melalui tempat ini, sudah tentu dia segera akan terkena
jebak." Sang Siauw-tan tertawa. "Kita sekarang sudah ada disini, bagai mana kalau pergi
menemui juga jenazah dari Suto Tiang-sian?" tanyanya.
Dengan perlahan Koan Ing mengangguk lalu melanjutkan
perjalanannya melalui samping
dari sinar terang tersebut.
Kurang lebih berjalan beberapa saat lamanya, akhirnya
sampailah mereka di sebuah batu cadas yang amat mengkilap
sekali, di bawah batu itu berdirilah sebuah batu nisan.
Koan Ing segera maju ke depan mendekati batu nisan itu,
terbaca olehnya beberapa tulisan yang terukir di batu nisan
itu. "Ciangbunjin dari Bu-tong-pay, Si Hay Neh Sin Kiam Tan
Ciu Cu terkubur di tempat ini!"
Hatinya terasa sedikit berdesir, sudah ada satu orang
ciangbunjin dari tujuh partai Besar yang mati di tempat ini....
Entah dahulu Suto Tiang-sian sudah menggunakan cara
apa hingga berhasil membinasakan Tan Ciu Cu di tempat ini"
Sang Siauw-tan segera tertawa.
"Kalau di tempat ini ada orang yang mati sudah tentu
sekitar tempat ini aman," ujarnya perlahan.
Koan Ing pun tertawa, di dalam hati diam-diam merasa
murung, jika ditinjau dari situasi macam ini kemungkinan
sekali di setiap tempat di dalam "Selat Hwee Im Shia" ini sudah
dipasangi alat-alat jebakan yang amat lihay, sedikit tidak
berhati-hati saja seketika itu juga akan menerima bencana
yang mengerikan untuk meloloskan diri dari sini sudah tentu
bukanlah merupakan suatu pekerjaan yang amat mudah
"Eeei, buat apa kau memikirkan cara-cara untuk meloloskan
diri dari sini saja?" seru Sang Siauw-tan sambil tertawa.
"Bukankah lebih baik kita hidup berduaan di tempat ini?"
Koan Ing tertawa paksa, ujarnya, "Batu yang amat
mengkilap dan amat bening ini tentunya merupakan benda
yang memantulkan sinar tadi, ayoh kita pergi lihat Suto Tian
Sian ini sebetulnya manusia macam apa, tidak kusangka dia
orang begitu ganas dan sombongnya."
Sambil berkata dia menarik tangan Sang Siauw-tan untuk
melanjutkan perjalanannya kembali menuju ke depan.
Kurang lebih baru berjalan beberapa saat lamanya
mendadak di depan mata mereka muncul kembali sebuah
kuburan tanah yang amat besar.
Koan Ing menjadi tertegun, dia segera menduga benda
tersebut tentunya "Menipu mata memindah benda" lagi, cepatcepat
dia menghentikan langkahnya.
Di samping kiri di tempat dia berdiri terlihatlah sebuah batu
nisan yang berdiri dengan angkernya, dalam hati Koan Ing
benar-benar merasa amat murung sekali, terlihatlah pada batu
nisan itu terukir beberapa kata, "Ciangbunjin dari Kun-lun-pay,
si telapak membeku" Oei It Cun melanggar obat peledak dan
terkubur di tempat ini"
Diam-diam Koan Ing merasa hatinya amat terperanjat
sekali pikirnya, "Heei.... tak disangka ilmu menipu mata
memindah barang tersebut bisa begitu lihaynya, sudah ada
dua orang yang mati tertipu oleh ilmu tersebut.... "
Sang Siauw-tan yang dilihat Koan Ing bersikap demikian
seriusnya dia segera tertawa geli.
"Sekalipun sudah bertemu dengan benda-benda yang
berusia ratusan tahun lamanya mengapa kau harus keheranheranan?"
ujarnya sambil berkata mereka melanjutkan
kembali perjalanan ke depan, kurang lebih baru sampai
beberapa puluh kaki jauhnya mendadak dari empat penjuru
berkelebat keluar berpuluh-puluh bayangan yang mirip dirinya
serta Sang Siauw-tan, dia jadi benar-benar terperanjat sekali,
Sang Siauw-tan sendiripun merasa terkejut, dengan cepat
dia meloncat ke samping badan Koan Ing,
Dari empat penjuru segera terlihatlah banyak sekali Sang
Siauw-tan yang mendekati badan Koan Ing membuat hatinya
semakin terkejut, Tetapi sebentar kemudian wajahnya sudah berubah
memerah, walaupun di sekeliling tempat itu dipenuhi dengan
bayangan dirinya maupun diri Koan Ing tetapi tidak lebih cuma
bayangan belaka. Koan Ing segera memegang kencang tangan Sang Siauwtan,
ujarnya sambil tertawa, "Tidak kusangka Suto Tiang-sian
mempunyai kepandaian yang demikian lihaynya."
Baru saja dia selesai berkata mendadak kembali dia
menemukan sesosok kerangka manusia yang menggeletak di
atas tanah, tak terasa lagi dia menjerit tertahan dan maju
mendekati. Tetapi bayangan itupun cuma sebuah tipuan belaka",
hatinya semakin berdesir lagi, dia tidak menyangka kalau
bayangan tipuan itu ternyata terlihat begitu banyak yang
tertampak di tempat itu. "Aaaa.... disini!" mendadak teriak Sang Siauw-tan sambil
menoleh ke samping kanan.
Dengan cepat Koan Ing berjalan mendekat, tampaklah di
samping kerangka manusia itu menggeletaklah sebuah pedang
yang berkait melengkung, dalam hati dia segera paham kalau
orang itu bukan lain adalah Ciangbunjin dari Cin Jan Pay Si
"Sah Toojien" atau toosu goblok. Giok Han. adanya.
Pada masa yang silam Giok Han dengan mengandalkan
pedang berkait melengkung itu pernah menggetarkan dunia
kang-ouw. tidak disangka dia sudah menemui ajalnya tanpa
tempat kubur " Sudah tentu keadaan pada masa itu amat dahsyat sekali,
lima orang bersama-sama menemui beratus-ratus bahkan
beribu-ribu bayangannya sendiri memenuhi seluruh ruangan,
bersamaan waktunya pula Suto Tiang-sian muncul di tempat
itu di tengah berpuluh-puluh bayangan yang bercampur aduk
siapa yang asli siapa yang palsu tidak diketahuijelas membuat
dia orang segera terluka ditangan Suto Tiang-sian dan
menemui ajalnya di situ. Sebaliknya keempat orang lainnya segera mengejar ke
dalam selat membuat kesempatan untuk mengubur jenazah
dan Giok Han pun tidak sempat lagi,
Dua orang bersama-sama termenung berpikir keras,
sebentar kemudian mereka segera bersama-sama mengubur
jenazah dari Giok Han ini Mereka sungguh-sungguh merasa
kagum atas kehebatan dan ketelitian cara berpikir dari Suto Tiang-sian.
Jikalau Suto Tiang-sian masih hidup di dalam dunia ini,
mereka berdua tidak lebih baru melewati dua rintangan saja
Saat ini Koan Ing benar-benar merasa murung untuk
mencari jalan keluar dari tempat kurungan ini sebaliknya Sang
Siauw-tan sama sekali tidak mau memikirkan urusan ini,
agaknya dia tidak terlalu kuatir kalau sampai terkurung di
tempat ini. Sang Siauw-tan tertawa, kepada Koan Ing ujarnya, "Mari
kita maju lagi!" Koan Ing mengangguk dengan perlahan mereka berdua
segera melanjutkan kembali perjalanannya ke depan.
Mendadak jenazah dari Suto Tiang-sian muncul kembali di
depan mata, dia duduk kurang lebih sepuluh kaki dari tempat
itu. Mereka berdua bersama-sama menghentikan langkahnya,
jenazah tersebut entah sungguh-sungguh atau cuma palsu
untuk menipu mata saja" Mereka tidak ada yang tahu
Di sekeliling tempat itu tidak tampak batu ataupun batu
nisan yang berserakan, jelas sekali, tempat ini paling gampang
untuk dipasangi jebakan yang mematikan, jikalau mereka
berdua maju lagi ke depan rejeki atau bencana masih susah
untuk diduga Koan Ing termenung berpikir sebentar akhirnya dia
memungut sebuah batu dan disentilkan ke depan.
Ooo)*(ooO Bab 14 "SREEET....!" dengan amat tepatnya batu itu menghajar
kerangka manusia itu sehingga hancur berantakan dan
tersebar di empat penjuru.
Dua orang itu menjadi melengak, kiranya kerangka
manusia kali ini adalah sungguh-sungguh tetapi apa betul itu
adalah kerangka manusia diantara sisa empat orang lainnya
atau mungkin Suto Tiang-sian sendiri" Mereka tidak tahu
siapakah sebetulnya orang ini, ada kemungkinan juga
kerangka itu adalah kerangka dari Suto Tiang-sian sendiri.
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lama sekali baru terdengar Sang Siauw-tan sambil tertawa
berseru, "Mari kita pergi lihat-lihat kesana lagi!"
Sehabis berkata sambil menarik tangan Koan Ing dia
melanjutkan perjalanannya lagi menuju ke depan.
Baru saja berjalan kurang lebih tiga kaki dari depan
kerangka Suto Tiang-sian itulah mendadak terdengar suara
ledakan yang amat keras sekali, mendadak permukaan tanah
dimuka mereka berada terangkat lalu terlempar ke atas
dengan kerasnya. Mereka berdua menjadi sangat terperanjat, tetapi
Harpa Iblis Jari Sakti 17 Kisah Dewi Kwan Im Karya Siao Shen Sien Rajawali Hitam 8
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama