Ceritasilat Novel Online

Kereta Berdarah 5

Kereta Berdarah Karya Khu Lung Bagian 5


kecepatan daya lempar permukaan tanah itu amat cepat
sekali, belum sempat mereka berdua berpikir lebih panjang
lagi tubuhnya sudah terlempar ketengah udara.
"Kraaak.... " Dinding gunung yang ada di samping mereka
berdua mendadak membuka sendiri kesamping, setelah tubuh
mereka berdua terlempar masuk ke dalam dinding tersebut
menutup kembali seperti sedia kala.
Koan Ing segera memeluk tubuh Sang Siauw-tan erat-erat,
tetapi punggungnya tidak urung menghantam dinding gua
juga sehingga mengeluarkan suara yang amat keras sekali.
Luka dalam yang diderita olehnya sebetulnya sudah amat
berat sekali kini terluka pula terjangan yang amat keras,
seketika itu juga Koan Ing merasakan kepalanya pening
dadanya mual, hampir-hampir dia jatuh tidak sadarkan diri.
Mendadak di dalam ingatannya berkelebat satu bayangan
pikirnya, "Tidak.... aku tidak boleh pingsan.... di tempat dan
saat apakah ini" Bagaimana aku boleh jatuh tidak sadarkan
diri?" Koan Ing segera menarik napas panjang-panjang, darah
segar yang bergolak di dalam dadanya terasa menerjang naik
ke atas dengan kerasnya sehingga tidak kuasa lagi dia
muntahkan darah segar dengan derasnya, kesadarannyapun
mulai sedikit demi sedikit menghilang, tetapi dia berusaha
untuk mempertahankan diri terus, dia menenangkan
pikirannya dan mulai mengatur pernapasannya....
Lama sekali dia baru mendengar suara tangisan dari Sang
Siauw-tan yang amat sedih berkumandang masuk ke dalam
samping telinganya. "Ing Koko.... kau kenapa?" serunya keras.
Koan Ing gelengkan kepalanya.
"Tidak mengapa," sahutnya sambil tertawa paksa.
Tiba-tiba dia mendengar suara tangisan dari Sang Siauwtan
semakin menjadi, saat ini kesadarannya belum pulih
seluruhnya sehingga tidak dapat melihat perubahan wajah
pada diri Sang Siauw-tan.
Mendengar suara tangisan ini dia menjadi keheranan.
"Eeeei, Siauw-tan kau kenapa?" tanyanya.
"Kau.... kau bersikap sangat baik.... sangat baik
terhadapku, aku.... aku.... " serunya sambil menghapus air
mata yang menetes keluar membasahi wajahnya itu,
"Aku dahulu bersikap tidak baik terhadapmu tetapi di
kemudian hari aku tentu akan bersikap jauh lebih baik
terhadap kau" Dengan halusnya Koan Ing mengelus punggung Sang
Siauw-tan, dia menarik napas panjang-panjang lalu
memandang sekejap ke sekeliling tempat itu,
Terlihatlah di bawah sebuah perut gunung ternyata sudah
muncul sebuah gua rahasia
yang agaknya buntu, Setelah itu sekali lagi dia menangis tersedu-sedu dengan
amat sedihnya. Dalam hati Koan Ing benar-benar merasa terharu, dia tidak
menyangka sama sekali kalau Sang Siauw-tan bisa bersikap
demikian baik terhadapnya dan demikian memperhatikan diri,
dengan pandangan terpesona dia memperhatikan diri Sang
Siauw-tan. "Siauw-tan sisa hidupku semuanya adalah
milikmu," ujar perlahan.
"Ooooh.... Ing koko!" seru Sang Siauw-tan menangis sambil
menubruk kedalam rangkulan Koan Ing. "Aku tahu kau
sungguh-sungguh bersikap baik terhadap diriku.
Suto Tiang-sian jadi orang ternyata amat cermat sekali, dia
tahu sisanya empat orang tentu akan marah-marah dan gusar
sekali pada waktu itu. bilamana bertemu dengan dirinya
mereka pasti akan mengejar terus ke depan, karena itulah dia
sudah menggunakan alat rahasia yang ada di dalam perut
gunung ini untuk menjebak mereka."
Dengan cepat tangannya meraba batu-batu cadas yang ada
di belakang badannya, terasa batu itu ada selaksa kati
beratnya, membuat dirinya di dalam hati diam-diam merasa
geli sendiri. Suto Tiang-sian yang hendak mengurung empat
orang ciangbunjin dari empat partai besar di tempat ini sudah
tentu tidak akan membiarkan mereka meninggalkan tempat
tersebut dengan begitu mudah.
Bahkan di dalam gua rahasia ini pasti tidak mempunyai
jalan keluar. "Tetapi di manakah empat orang itu?"
Pikiran ini dengan cepatnya berkelebat di dalam benaknya,
dengan cepat kepalanya menoleh menyapu sekejap ke
sekeliling tempat itu, Walaupun keadaan di dalam perut gunung, itu amat gelap
sekali tetapi dengan ketajaman matanya pada saat ini dia
dapat melihat seluruh benda yang ada di dalam gua tersebut,
apakah dia menemukan sesuatu" Tidak Sedikit jejakpun tidak
tampak ada disana." Apakah mungkin ketiga orang ciangbunjin itu sama sekali
tidak menggerakkan alat rahasia yang telah dipasang" Atau
mungkin cuma dirinya berdua saja yang telah menggerakkan
alat rahasia ini" Dia pikir terus dengan kerasnya, sedang di
dalam hati diam-diam merasa bergidik.
Ketika menundukkan kepalanya memandang wajah Sang
Siauw-tan, dia melihat ia sama sekali tidak berpikir tentang
urusan ini, bahkan dengan seenaknya bersandar di dalam
pelukannya. Melihat hal itu Koan Ing. segera tertawa pahit, pikirnya,
"Sungguh mirip seperti seorang bocah cilik saja, kini
keadaannya sudah amat berbahaya sekali tetapi dia sama
sekali tidak mengambil gubris"
Tak tertahan lagi tangannya dengan perlahan mulai
membelai rambut Sang Siauw-tan yang terurai dan awut2an
itu. Agaknya Sang Siauw-tan merasa sedikit gatal, dia menoleh
dan kirim satu senyuman manis kepadanya sedangkan
kepalanya digesek-gesekkan ke atas tubuhnya.
Dengan tersenyum Koan Ing memperhatikan wajah dari
Sang Siauw-tan lama sekali lalu kirim satu ciuman mesra ke
atas bibirnya yang kecil, lama sekali dia memandang
terpesona ke atas wajah Sang Siauw-tan. Mendadak
pikirannya berkelebat, "Apa Mungkin mereka sudah
menemukan jalan keluar dari gua ini" Kalau tidak dimanakah
keempat orang ciangbunjin itu?"
Dia berpikir.... berpikir terus.... akhirnya tidak tertahan lagi
sudah tertawa sendiri, bukankah buktinya sampai sekarang
mereka belum pada keluar dari selat itu.
"Ing koko," tiba-tiba terdengar suara dari Sang Siauw-tan
memecahkan kesunyian. "Kau sedang memikirkan apa?"
"Aku sedang berpikir, Suto Tiang-sian yang mengurung kita
disini, entah ada jalan keluarnya tidak di sekeliling sini?" sahut
Koan Ing sambil tertawa. Biji mata dari Sang Siauw-tan yang amat jeli berputar
sebentar lalu tertawa manis,
"Tapi yang aku ingin ketahui apakah dia orang
meninggalkan barang makanan buat kita atau tidak," ujarnya
tersenyum. "Mari kita pergi mencari," sahut Koan Ing tertawa sambil
mendorong tubuh Sang Siauw-tan bangun.
"Ing koko, apakah kau menganggap sesudah berhasil
mencari jalan keluar, jauh lebih baik daripada sekarang kita
cuma berduaan saja?"
Koan Ing menjadi melengak, dia termenung dan berpikir
keras, "Heeei.... Sang Siauw-tan adalah seorang gadis yang
begitu bagusnya, begitu cantik Tetapi usianya paling banyak
cuma beberapa hari saja.... sungguh sayang.... sungguh
sayang.... " "Siauw-tan," ujarnya kemudian sambil tertawa pahit. "Aku
takut ayahmu merindukan dirimu."
Sang Siauw-tan jadi melengak, tadi hampir-hampir dia lupa
kalau dia masih ada seorang ayah bahkan dia sudah berjanji
dengan ayahnya untuk bertemu lagi di kuil Han-poh-si.
Kini kuil Han-poh-si sudah dia bakar sewaktu dalam
keadaan gusar, ayahnya akan pergi kemana mencari dirinya"
Koan Ing yang melihat wajah Sang Siauw-tan menunjukkan
kesedihan hatinya, dia jadi menyesal, seharusnya dia tidak
boleh mengungkit kembali kata-kata yang menyedihkan
hatinya sehingga suasana jadi tidak enak, suasana jadi amat
murung dan diliputi oleh tekanan yang amat berat,
"Siauw-tan," akhirnya dia berkata sambil tertawa. "Kau
jangan kuatir, coba kau bayangkan bagaimana terkejutnya dia
orang tua jikalau ayahmu lahu kita berhasil meloloskan diri
dari selat yang amat ditakuti ini"
Sang Siauw-tan yang melihat Koan Ing berusaha
menghibur dirinya, dia sendiripun tidak mau membiarkan Koan
Ing merasa murung buat dirinya lagi, dia tertawa.
"Tetapi ayahku pasti tidak tahu kalau kuil Han-poh-si itu
aku yang bakar" ujarnya perlahan.
Selesai berkata dia segera bangkit berdiri....
Koan Ingpun dengan perlahan bangkit berdiri, tetapi baru
saja berdiri sampat separuh jalan, seluruh tubuhnya terasa
sangat sakit sekali sehingga tidak terasa lagi dia sudah
mengerutkan alisnya rapat-rapat.
Melihat hal itu Sang Siauw-tan menjadi kuatir.
"Eeeh.... kau kenapa sudah tidak bisa jalan?" tanyanya.
Koan Ing segera mencekal kencang-kencang tangan Sang
Siauw-tan. "Tidak mengapa, kau berlegalah hati," ujarnya sambil
tertawa. Walaupun di dalam hati Sang Siauw-tan merasa amat kuatir
tetapi dia tidak ingin Koan
Ing merasa bersedih hati, terpaksa diapun tersenyum pahit
dan mencekal tangan Koan Ing erat-erat.
Dengan bersusah payah akhirnya mereka berdua berjalan
menuju ke perut gunung itu.
"Iiih.... Coba kau lihat begitu banyak jalan yang ada disini,
entah kita harus berjalan ke arah mana?" ujar Koan Ing kemudian sambil
menyapu sekejap ke sekeliling tempat itu.
Sedang dia berkata mendadak Sang Siauw-tan sudah
berteriak keras, "Aaah.... disana ada sinar terang, kita kesana
lihat-lihat." Koan Ing segera menoleh ke arah sebelah kiri, ternyata
sedikitpun tidak salah dari tempat mana terlihatlah adanya
sinar yang memancar keluar dengan amat tajamnya membuat
dalam hati dia merasa keheranan.
Dengan cepat dia membawa Sang Siauw-tan meauju ke
arah mana, dia ingin mengetahui apa yang telah terjadi di
tempat itu, Beberapa saat kemudian tibalah mereka di tempat dimana
berasalnya sinar terang itu, terlihat sebuah batu bening yang
memancarkan sinar terang berdiri tegak di atas tanah, di atas
batu itu duduklah tiga sosok kerangka manusia,
Sinar terang itu memancar keluar dari antara kerangka2
manusia itulah Koan Ing menjadi tertegun, pikirnya, "Aaaah....
telah terjadi urusan apa?"
Cepat-cepat dia berjalan mendekat, terlihatlah diantara
ketiga sosok kerangka manusia itu ada seorang yang berada
di dalam keadaan bersila dan merangkap tangannya di depan
dada. Jika dilihat dari keadaan jelas dia adalah Sang Hong Thaysu
itu Ciangbunjin dari Siauw-lim-pay tempo hari.
Disebelah kirinya menggeletaklah sebilah golok tunggal
yang amat berat, sudah tentu kerangka itu adalah kerangka
dari "Noe Hu Kioe Liong" atau si penunduk naga Uh Sauw Hoa
itu ciangbunjin dari Siong Yang Pay.
Sedang kerangka yang ada disebelah kanan meluruskan
tangan kanannya sejajar dengan dada dengan telapak tangan
menghadap ke bawah, inilah tanda dari Thay Khek Bun tempo
hari, sudah tentu kerangka ini adalah kerangka dari
Ciangbunjin Thay Khek Pay, Thian Yang Hwee Sian atau si
pendendam seujung langit Tan Pek Cau adanya.
Diantara tujuh orang ciangbunjin dari tujuh partai besar
sudah ada enam orang yang menampakkan dirinya, kini cuma
tinggal dia seorang saja yang entah pergi kemana.
"Urusan sungguh rada aneh" ujar Koan Ing kemudian
sambil mendongakkan kepalanya dan tersenyum kepada diri
Sang Siauw-tan. "Kenapa mereka tidak mencari jalan keluar
dengan jalan bersama-sama" Ketiga orang ini kepada ada di
tempat ini sedangkan itu Tan Tiauw Suseng telah pergi
kemana?" Sang Siauw-tan pun termenung berpikir sebentar lalu
katanya, Mereka berdua saling bertukar pandang sekejap,
urusan ini ada sedikit membuat orang merasa keheranan,
mengapa mereka bertiga duduk bersila di atas batu yang
memancarkan sinar terang ini" Agaknya mereka mempunyai
maksud untuk menahan datangnya serangan sinar yang amat
terang itu Masih ada lagi itu ciangbunjin dan Hoa-san Pay, Sisiucay
suka guyon, Pek Si Thian pergi kemana?"
"Urusan ini harus ditanyakan sendiri kepada Si Tan Siauw
Suseng baru bisa dibikin jelas.... "
Koan Ing segera mengangguk, pikirnya, "Entah dimanakah
itu Tan Siauw Suseng berada" Ketiga orang inipun aku baru
menemukan dengan petunjuk dari sinar.... "
Berpikir sampai disini mendadak di dalam hatinya
berkelebat satu ingatan, ketiga orang duduk ini agaknya
sedang menahan serangan dari sinar tajam itu. Apa mungkin
Pek Si Thian mengundurkan diri dengan memungkuri sinar"
Di tempat inipun ada sebuah batu bening yang dapat
memancarkan sinar tajam, tentunya tempo hari Suto Tiangsian
meminjam batu-batu bening ini, untuk mengawasi
seluruh gerak-gerik dari empat orang ini, makanya mereka
mau tidak mau terpaksa harus menggunakan cara ini untuk
menghadapi musuhnya. Berpikir sampai disini kepada Sang Siauw-tan lantas
ujarnya, "Mari kira pergi mencari jejak dari Pek Si Thian"
Sambil tersenyum Sang Siauw-tan mengangguk, mereka
berdua dengan perlahan melanjutkan perjalanan kembali ke
depan. Kurang lebih setelah berjalan beberapa saat lamanya
mendadak di depan batu cadas yang bening itu muncul
kembali sebuah batu cadas yang bening pula, hati Koan Ing


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semakin mantap lagi dia tahu apa yang diduganya semula
tentu tidak akan salah lagi.
Dia memandang sejenak ke arah sudut sinar lalu dengan
mengikuti arah dari sinar tersebut dia melanjutkan
perjalanannya ke depan. Jalan yang ditempuh semakin lama semakin meninggi dm
semakin lama semakin lembab, agaknya perjalanan tersebut
tidak ada ujung pangkalnya.
Pada saat ini Koan Ing sedang menderita luka dalam yang
amat parah, diapun merasa haus dan lapar, jikalau bukannya
ada Sang Siauw-tan disampingnya, mungkin sejak tadi dia
sudah tidak kuat mempertahankan dirinya lagi.
Sang Siauw-tan sendiri walaupun merasa amat lelah dan
lapar tetapi sama sekali tidak menderita luka dalam, melihat
keadaan dari Koan Ing yang sudah amat payah, tidak kuasa
lagi tanyanya, "Ing Koko.... kau sudah terlalu lelah kita harus
beristirahat sebentar"
"Mungkin sebentar lagi akan sampai," ujar Koan Ing sambil
menarik napas panjang-panjang.
Jikalau kita sekarang berhenti, nanti kalau melanjutkan
kembali perjalanan tentu akan terasa amat payah dan tidak
kuat" Sang Siauw-tan yang mendengar perkataan ini cuma
tertawa saja tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Mereka berdua kembali melanjutkan perjalanannya ke
depan, kurang lebih setengah jam kemudian Koan Ing sudah
mulai merasakan hawa murninya makin berkurang, keringat
dingin mulai mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya
sedang dalam hati diapun mulai merasa tenang, jika di lihat
dari keadaan ini agaknya dia sudah tidak dapat bertahan lebih
lama.... Mendadak Sang Siauw-tan menghentikan langkahnya, Koan
Ing jadi melengak cepat-cepat dia angkat kepalanya
memandang ke depan terlihatlah jalan di hadapannya adalah
sebuah jalan buntu. Dalam hati dia merasa hatinya tergetar amat keras,
tenaganya yang dikerahkan sepenuhnya tidak disangka sudah
memperoleh hasil yang nihil, saat ini harapannya musnah
sudah bahkan dia merasa tenaga untuk berjalan balik sudah
tidak ada lagi. Koan Ing berkedip-kedip sebentar, tiba-tiba.... kembali dia
melihat adanya sesosok kerangka manusia yang menggeletak
pada ujung jalan buntu tersebut.
Dia menarik napas panjang-panjang, ketika melihat air
muka Sang Siauw-tan kelihatan sedikit sedih dia segera
tertawa paksa. "Mari kita lihat kesana," ujarnya kemudian.
Sang Siauw Tai tertawa tawar dan mengangguk.
Mereka berdua kembali berjalan ke depan, terlihatlah di
samping kerangka manusia itu menggeletak sebuah kipas
yang terbuat dari emas murni, dan kerangka itu bukan lain
adalah kerangka dari Ciangbunjin Hoa-san Pay Pek Si Thian
adanya Sang Siauw-tan segera tertawa pahit.
"Tidak perduli bagaimanapun juga akhirnya kita
menemukan juga Pek Si Thian dia orang, dengan kecerdasan
serta akalnya yang melebihi orangpun akhirnya menggeletak
mati disini apa lagi kita, kelihatannya kitapun tidak punya
harapan lagi," ujarnya sedih. Koan Ing pun terpaksa tertawa
pahit, Saat ini dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Perlahan-lahan dia duduk kembali ke atas tanah siap
memejamkan mata untuk mengatur pernapasan, mendadak
matanya dapat melihat adanya sesuatu di samping kerangka
manusia tersebut " Dia orang yang pernah ikut Kong Bun-yu berlatih giat
selama tiga bulan lamanya di dalam gua, ketajaman matanya
saat ini boleh dikata jauh berada di atas tiga manusia genap
empat manusia aneh yang ada di daerah Tionggoan.
Hanya di dalam sekali pandang saja dia bisa melihai di atas
tanah itu terukirlah beberapa kalimat tulisan.
Dengan perlahan dia menyingkirkan kerangka manusia itu
ke samping lalu membaca isi tulisan tersebut, "Ciangbunjin
angkatan kedelapan belas dari Hoa-san Pay, Pek Si Thian
bersama-sama dengan Siauw lim, Thay khek serta Siong
Yang, tiga orang Ciangbunjin terkurung di tempat ini.
Kecerdikan dari Suto Tiang-sian memang amat lihay sekali,
dia menggunakan batu-batu bening yang memantulkan sinar
untuk menjebak kami semua di tempat ini,
Untuk menghadapi batu-batu beningnya itu cuma ada satu
jalan untuk menghindarkan yaitu jangan melihat dengan
pandangan mata sendiri, karena sinar tersebut amat
mempengaruhi mata kita. Dengan bantuan dari Siauw lim, Thay-khek serta Siong
Yang tiga orang ciangbunjin akhirnya kami berhasil
menggerakkan alat rahasia dan membuka jalan keluar ini
Melihat adanya jalan keluar ini dalam hatiku merasa amat
senang sekali, sebelum aku keluar dari kurungan ini mendadak
di dalam ingatanku teringat kembali dengan tiga orang
ciangbunjin bertiga, jika aku meninggalkan mereka bertiga
bukankah aku orang akan malu dengan kawa^kawan Bu-lim
yang lainnya" Sewaktu aku mau balik tiba-tiba di atas dinding ini aku
menemukan sebuah batu bening lagi, aku duga Suto Tiangsian
tentu menggunakan barang tersebut sebagai penggerak
alat rahasianya atau kalau tidak tentulah suatu jalan keluar.
Heee.... siapa sangka waktu itulah sifat licik dari Suto
Tiang-sian muncul kembali, aku kena bokong dan tidak dapat
bangun lagi....! Mereka berdua yang membaca sampai di sini dalam hati
diam-diam merasa tertegun kemudian bersama-sama angkat
kepalanya ke atas. Ternyata sedikitpun tidak salah di atas dinding tersebut
memang tampak adanya sebuah batu bening kembali diamdiam
dalam hati mereka berdua merasa amat terperanjat atas
ketelitian dari Suto Tiang-sian ini, tetapi merekapun merasa
kagum atas kelihayan dari
Pek Si Thian. Tetapi yang dimaksud sebagai Pek Si Thian dengan pintu
keluar itu berada di mana" Apa mereka benar sudah ada dipintu
keluar" Sang Siauw-tan segera menggerakkan tangannya
mendorong dinding disampingnya tetapi di tempat mana sama
sekali tidak terjadi gerakan apapun juga.
Lama sekali Koan Ing pun memperhatikan keadaan di
sekeliling tempat ini, dia merasa heran dengan ketajaman
pandangan matanya mengapa dia tidak menemukan juga
sesuatu yang mencurigakan hatinya"
Sekali lagi dia menyapu sekejap ke arah sekeliling tempat
itu tetap biasa saja sedikitpun tidak tampak adanya hal-hal
yang mencurigakan, diam-diam hatinya merasa semakin heran
lagi. Apa mungkin perkataan dari Siauw Ta Suseng, Pek Si Thien
ini salah" Tetapi Pek Si Thian adalah seorang ciangbunjin dari Hoasan
Pay apa lagi pandai sekali di dalam ilmu bangunan, dia
tidak mungkin bisa salah berkata,
Berpikir akan hal ini sekali lagi Koan Ing menyapu sekejap
ke arah sekeliling tempat itu Tetapi tetap tidak menemukan
sesuatu apapun Sekeliling dinding itu tidak ada, di bawah tanah tidak
mungkin, apa mungkin di atas atap" Berpikir sampai disitu dia
segera mendongak ke atas atap dinding.
"Siauw-tan!" teriaknya kemudian dengan keras, "Coba kau
mendorong atap dinding itu"
Sang Siauw-tan segera bangkit dan dengan sepenuh
tenaga mendorong atap dinding itu ke atas.... mendadak....
dinding tersebut membuka sebuah celah membuat hatinya
merasa amat terperanjat bercampur girang.
"Aaaah.... benar. Kita bisa keluar."
Saking girangnya hampir-hampir air matanya mengucur
keluar membasahi pipi Sang Siauw-tan, melihat hal itu Koan
Ing tertawa tawar, berbagai pikiran kembali berkelebat di
dalam benaknya. "Siauw-tan Kau doronglah lagi, aku bantu kau membuka
celah dinding tersebut" ujarnya sambil tertawa.
Sambil tersenyum Sang Siauw-tan mengangguk, mereka
berdua dengan sepenuh tenaga segera mendorong dinding itu
ke atas. "Braaak....!" dengan disertai suara yang amat keras
dinding batu itu membuka kesamping, serentetan sinar surya
yang menyilaukan mata segera memancar dengan amat
tajamnya. Koan Ing sebetulnya sudah kehabisan te naga, kini harus
mendorong batu dinding itu pula dengan sekuat tenaga,
begitu sinar surya menyorot masuk ke dalam ruangan dia
segera merasakan pandangannya menjadi gelap, dadanya
terasa amat sakit seperti diiris2 tidak kuasa lagi dia jatuh tak
sadarkan diri di atas tanah
Entah lewat beberapa saat lamanya dia sendiripun tidak
tahu, dia cuma merasa Sang Siauw-tan sedang menangis dan
memanggil-manggil namanya dia sadar kembali.
Terlihatlah saat itu dirinya berada di dalam rangkulan Sang
Siauw-tan, dia segera menarik napas panjang lalu ujarnya
sambil tertawa, "Siauw-tan, aku tidak mengapa."
Luka dalamnya yang amat parah kambuh kembali rasa sakit
yang amat sangat menyerang punggung serta dadanya,
hampir-hampir tidak tahan seluruh tubuhnya gemetar.
Sang Siauw-tan yang melihat Koan Ing sadar kembali dari
pingsannya tetapi melihat air mukanya pucat pasi bagaikan
mayat dia malah menangis semakin menjadi2, "Ing koko....
Oooh Ing koko.... aku membuat kau menjadi begini!"
teriaknya berulangkali. Koan Ing tertawa, dia angkat kepalanya melihat sinar sang
surya yang memancar masuk ke dalam gua itu. sinar sang
surya nan terang dengan lembutnya menyoroti rambut serta
butiran2 air mata yang membasahi wajah Sang Siauw-tan, dia
melihat keadaannya mirip sekali dengan Bidadari yang turun
dari kahyangan dimana banyak terlihat di dalam lukisan. Lama
sekali dia berdiri tertegun, mendadak teriaknya keras.
"Haaa.... kita sudah lolos dari kurungan Siauw-tan. Kita
sudah lolos dari kurungan.... "
"Benar kita sudah lolos dari kurungan," sahut Sang Siauwtan
dengan tertawa malu-malu. "Untuk selanjutnya kita bisa
hidup bersama-sama untuk selamanya."
Mendengar perkataan itu Koan Ing hanya merasakan
hatinya tergetar dengan amat keras, gumamnya seorang diri,
"Kita sudah lolos dari kurungan...." Kita sudah lolos dari
kurungan....?" Dengan perlahan dia bangun dan duduk di atas tanah,
berbagai pikiran bercampur aduk di dalam benaknya, untuk
selanjutnya dia harus berbuat bagaimana"....
Jilid 7 Di dalam hati kecilnya dia ingin membantu Sang Siauw-tan
untuk meloloskan diri dari kurungan bahaya, tetapi waktu itu
dia sama sekali tidak dapat membuktikan lamunannya
tersebut, tetapi kini mereka benar-benar telah lolos dari
kurungan bahaya, bagaimana selanjutnya" Dia tidak boleh
menghancurkan kebahagiaan Sang Siauw-tan selanjutnya.
Sang Siauw-tan yang melihat Koan Ing bersikap demikian
di dalam hati dia menganggap dia orang tarlalu girang hati,
dia tertawa. "Apa kau sudah lupa?" tanyanya merdu.
Dengan perlahan Koan Ing menundukkan kepalanya
rendah-rendah berbagai urusan bercampur aduk dan saling
bertentangan di dalam hatinya. agaknya dia rada menyesal
karena mereka sudah berhasil meloloskan diri dari kurungan
tersebut, tetapi sebentar saja pikiran itu sudah tersapu oleh
satu ingatan baru Dia tidak seharusnya bersikap demikian mementingkan
dirinya sendiri, dia tidak punya alasan untuk meminta Sang
Siauw-tan untuk ikut mati bersama-sama dirinya semakin tidak
ada alasan lagi meminta dia menemani seorang yang usianya
tinggal beberapa hari saja seperti dirinya
Sebetulnya dia mengira diri mereka berdua sudah tidak ada
harapan lagi untuk bisa meloloskan diri dari lembah tersebut
kini dia harus mengambil keputusan di dalam hatinya
walaupun di dalam hati dia sama sekali tidak ingin Sang
Siauw-tan meninggalkan sisi
tubuhnya tetapi hal itu tidak mungkin bisa terjadi
Sang Siauw-tan yang melihat lama sekali Koan Ing tidak
memberikan jawabannya tetapi cuma termangu-mangu, tidak
terasa di dalam hati rada cemas juga,
"Ing koko!" teriaknya dengan keras, "Kau kenapa" Kau
sedang memikirkan urusan apa?"
"Siauw-tan," akhirnya tampak dari sepasang mata dari
Koan Ing memancar keluar sinar yang amat tajam dan dengan
amat halusnya memperhatikan diri Sang Siauw-tan. "Aku ingin
menyembuhkan lukaku dengan jalan menyalurkan tenaga
dalamku, kau tunggu dulu sebentar yaaa?"
Sambil tersenyum Sang Siauw-tan mengangguk.
"Kita sekarang sudah lolos dari kurungan, kau suka berbuat
apa lakukanlah sesuka hatimu," ujarnya,
Koan Ing memandang terpesona ke arah Sang Siauw-tan
beberapa saat lamanya, kemudian
baru pejamkan sepasang matanya untuk mulai
menyalurkan hawa murninya untuk menyembuhkan
luka yang diderita. Sang Siauw-tan segera berjaga di samping badan Koan Ing
dia yang melihat pandangan mata Koan Ing begitu
mempesonakan dan mengandung rasa cinta yang amat sangat
itu membuat hatinya seketika itu juga terasa amat hangat dan
nyaman sekali Sejak kecil dia dibesarkan dengan mengikuti ayahnya terus
walaupun Sang Su-im memandangnya seperti mutiara di
dalam telapak tetapi dia yang menjabat sebagai pangcu dari
Tiang-gong-pang dan harus berlatih ilmu silatnya terus
menerus untuk persiapan pertemuan para jago yang ke dua di
atas gunung Hoa-san membuat perhatiannya terhadap
putrinya ini agak berkurang,
Sekalipun Sang Siauw-tan memiliki wajah yang cantik dan
banyak yang tunduk terhadap
dirinya tetapi di dalam hati yang benar-benar dia cintai
kecuali ayahnya seorang cumalah Koan


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ing saja Sikap baik Koan Ing terhadap dirinya ini sama sekali bukan
dikarenakan dia adalah putri dari si jari sakti Sang Su-im
bahkan hal yang benar-benar mengena dan teringat terus oleh
Sang Siauw-tan adalah beberapa kali dia berhasil ditolong oleh
Koan Ing di saat-saat yang kritis.
Dengan pandangan mendelong dia memperhatikan diri
Koan Ing, dalam hati dia berpikir bilamana dia bisa kawin
dengan dirinya, lain kali setelah hidup bersama-sama
keadaannya tentu akan jauh lebih gembira lagi, dia tentu akan
mengajak dia untuk tinggal disebuah tempat yang sunyi....
disebuah gunung yang amat sunyi sehingga tidak ada yang
datang mengganggu. Sudah tentu ayahnya tahu mereka bertempat tinggal
dimana, bahkaa sering pergi mengunjungi mereka.... dan lebih
bagus lagi kalau mereka dikaruniai seorang anak
Berpikir sampai disitu tidak kuasa lagi air mukanya berubah
memerah, dengan perlahan kepalanya ditoleh ke arah Koan
Ing yang sedang memusatkan pikirannya untuk
menyembuhkan luka dalamnya.
Setelah pikirannya tenang kembali sekali lagi dia berpikir,
dia tidak tahu Koan Ing bisa mengharapkan mereka dikaruniai
seorang anak lelaki atau seorang anak perempuan saja.... ,....
Dia berpikir.... berpikir terus.... seorang diri dia duduk
termangu-mangu disana membuat apapun dia sudah lupa....
seluruh pikiran serta kesadarannya sudah terjerumus ke dalam
lamunan yang indah itu. Lewat beberapa saat kemudian terdengarlah Koan Ing
menghembuskan napas panjang dan bangkit berdiri.
Sekali lagi wajah Sang Siauw-tan berubah memerah,
serunya dengan amat girang, "Ing Koko, kau sekarang merasa
bagaimana?" Dengan perlahan Koan Ing menoleh ke arah Sang Siauwtan
yang wajahnya penuh diliputi oleh kegembiraan itu, dia
jadi tertegun dan tidak terasa sudah menundukkan kepalanya
untuk berpikir: dia merasa dengan keadaan seperti ini
bilamana dia harus meninggalkan dirinya seorang diri maka
Sang Siauw-tan tentu merasa sangat lelah sekali.
Atau mungkin dia harus mengambil keputusan kembali
yang baru, dia harus berpisah dengan diri Sang Siauw-tan
secara perlahan-lahan, dengan berbuat begitu maka dia tentu
tidak akan merasa terlalu sedih oleh kejadian tersebut.
Karena terlalu lama dia berpikir membuat dirinya lupa
untuk memberikan jawabannya. Sang Siauw-tan seketika itu
juga dibuat termangu-mangu, dia heran kenapa Koan Ing
sewaktu masih ada di dalam selat dia begitu bernafsu untuk
meloloskan diri dari kurungan, kini setelah berhasil meloloskan
diri dari kurungan kenapa tidak tampak rasa girang hatinya"
Berpikir akan hal ini keningnya segera dikerutkan rapat-rapat.
Mendadak Koan Ing tersadar kembali dari lamunannya, dia
tertawa paksa. "Aku sudah jauh lebih baikkan, terima kasih.... terima
kasih" serunya cepat.
Sekali lagi Sang Siauw-tan mengerutkan alisnya rapat-rapat
dia merasa heran agaknya Koan Ing sedikit tidak beres, dia
merasa agaknya Koan Ing sedang diliputi oleh pikiran yang
bertumpuk-tumpuk bahkan kelihatan sekali senyumannya
terlalu dipaksakan. Koan Ing yang melihat Sang Siauw-tan dibuat tertegun oleh
sikapnya itu dia segera merasa kalau dia orang tentu telah
merasakan sesuatu yang tidak beres dari dirinya membuat
hatinya rada tidak tegah, tetapi ketika teringat kembali kalau
dia adalah seorang manusia yang hampir mendekati ajalnya
dia benar-benar tidak ingin agar orang lainpun merasakan
siksaan yang amat berat itu.
Sinar matanya segera berkelebat dengan amat tajam, dia
tersenyum. "Siauw-tan," ujarnya halus. "Mari kita keluar dari sini.
Sehabis berkata dia meloncat terlebih dulu ke atas, tetapi
sebentar saja dia telah merasakan dadanya terasa amat mual
kembali. Dia mengerutkan alisnya rapat-rapat, dalam hati dia tahu
luka dalamnya yang ditekan ke bawah dengan paksa ini sedikit
tidak berhati-hati saja segera dapat kambuh kembali.
Dia segera menarik tangan Sang Siauw-tan dan
memandang keadaan di sekeliling tempat itu
Empat penjuru diliputi oleh kabut putih yang melayang
dekat dengan permukaan tanah, Koan Ing perlahan-lahan
angkat kepalanya memandang ke arah sinar Surya yang
memancarkan sinar keemas- emasan itu. ujarnya dengan
perlahan. "Ayahmu tentu merasa amat cemas. bilamana dia tahu kau
telah masuk ke dalam selat,
ada kemungkinan dia orang tuapun ikut mengejar ke
dalam, kita harus cepat-cepat turun dari sini dan menuju
kepintu selat untuk melihat-lihat keadaan, kau rasa
bagaimana?" Dengan bimbangnya Sang Siauw-tan mengangguk, secara
tiba-tiba dia merasa telah lolos dari kurungan tersebut sikap
mesra dari Koan Ing yang diperlihatkan waktu masih berada di
dalam selat sama sekali telah lenyap dari badannya apalagi hal
yang benar-benar membuat dia merasa tidak tahan adalah
Koan Ing yang terus menerus mengerutkan keningnya itu,
agaknya dia mempunyai urusan yang membingungkan
hatinya. Di dalam hati diam-diam dia berpikir, "Agaknya dia punya
pikiran yang amat ruwet, tapi aku tidak akan bertanya
apapun, aku mau lihat kau bisa beritahu kepadaku dengan
sendirinya atau tidak."
Dia lantas anggukkan kepalanya dan menarik diri Koan Ing.
Dengan sentuhan badan ini baik Koan Ing maupun Sang
Siauw-tan segera merasakan badan mereka seperti kena
distrum saja dan tergetar dengan amat kerasnya, di dalam
sekejap saja pikiran Koan Ing mulai bergolak.
"Aku tidak seharusnya membuat Sang Siauw-tan menerima
pukulan yang amat berat sehingga membuat hatinya sedih"
Pikirnya di dalam hati. "Apalagi sebelum bertemu muka
dengan ayahnya, aku tidak boleh melukai hatinya."
Dia ragu-ragu sebentar, akhirnya satu senyuman kembali
menghiasi bibirnya. "Tidak tahu Sang Pepek ada dimana" Dia orang tua
sewaktu tidak menemui dirimu, di dalam hati tentu merasa
amat cemas sekali." Dengan murungnya Sang Siauw-tan pun tersenyum,
mereka berdua dengan saling
berdampingan bersama-sama turun gunung.
Selama di dalam perjalanan ini, siapa pun tidak ada yang
berbicara. Sang Siauw-tan tidak bercakap2 sedang Koan Ing
sendiripun agaknya sedang memikirkan sesuatu sehingga
diapun tetap membungkam. Setelah lewat beberapa saat lamanya akhirnya Sang Siauwtan
tidak bisa menahan sabar lagi, kepada Koan Ing segera
tanyanya: "Ing Koko Sebetulnya kau sedang memikirkan urusan
penting apa toch".... ,.... kenapa kau tidak berbicara terus?"
Koan Ing seketika itu juga sadar kembali dari lamunannya,
dia segera menjerit kaget
dan termangu-mangu, "Aaaah.... tidak mengapa.... tidak mengapa.... " Serunya.
"Aku sedang berpikir Si Sastrawan berbaju sutera Bun Tingseng
entah sudah pergi kemana" Sewaktu aku menemukan
kereta berdarah itu dia tidak ada disana.... Heeei.... hal ini
betul-betul membuat aku merasa tidak tenang, untuk makan
tidak enak untuk tidurpun tidak nyenyak."
Mendengar perkataan itu Sang Siauw-tan baru bisa
menghembuskan napas lega.
"Ooouw.... kiranya begitu Kalau begitu tentu akulah yang
sudah banyak menaruh curiga," pikirnya di dalam hati.
Teringat akan hal ini dia merasa rada menyesal.
"Oooh.... aku masih mengira kau sudah marah kepadaku
dan terus menerus tidak mau bicara," ujarnya tertawa.
"Mengenai Bun Ting-seng manusia itu pada suatu hari tentu
bisa kau dapatkan, tidak perduli sampai di ujung langitpun aku
sanggup untuk menemani dirimu terus menerus "
Seketika itu juga seluruh tubuh Koan Ing tergetar dengan
amat kerasnya, dengan perlahan mereka berjalan diantara
kabut yang amat tebal. Terlihatlah dia tersenyum.
"Heei.... cuma sayang aku tidak tahu bisakah aku hidup
terus dengan selamat dan berhasil menemukan dirinya."
Mendengar perkataan itu Sang Siauw-tan merasakan
hatinya seperti mau meloncat keluar, dia berhenti sebentar
untuk kemudian berjalan kembali ke depan.
"Ing Koko," ujarnya sesudah termenung berpikir sebentar,
"Kenapa secara tiba-tiba kau ingin mati?"
Koan Ing cuma tertawa tawa saja dan menundukkan
kepalanya tidak mengucap kan sepatah katapun, dia akan
memaksa diri Sang Siauw-tan untuk dengan perIahan2
meninggalkan dirinya dengan sendirinya,
Sang Siauw-tan yang melihat Koan Ing sama sekali tidak
berbicara segera ujarnya lagi.
"Bilamana kau sungguh-sungguh mati, aku bisa mewakili
kau untuk membalaskan dendammu itu kemudian cukur
rambut sebagai Nikouw "
Mendengar perkataan tersebut Koan Ing benar-benar
merasa sangat terperanjat sekali, dia yang melihat Sang
Siauw-tan sehabis berbicara demikian lantas tundukkan
kepalanya tidak berbicara lagi bahkan kelihatan sekali
sikapnya yang bersungguh-sungguh, di dalam hati dia
merasakan segulung hawa yang berdesir meliputi seluruh
badannya. Lama sekali dia berdiri tertegun, kemudian baru
tersenyum pahit. "Siauw-tan," ujarnya halus. "Kenapa kau bicara seperti aku
benar-benar sudah mati" Kau mau jangan membicarakan soal
ini lagi?" Ooo)*(ooO Bab 15 SANG SIAUW-TAN tertawa, dia sendiripun merasa heran
kenapa dia orang bisa begitu bersungguh-sungguh, dengan
perlahan dia angkat kepalanya dan memandang terpesona ke
arah diri Koan Ing. Empat pasang mata bertemu jadi satu, lama sekali mereka
baru tersenyum kemudian saling bergandeng tangan dan lari
turun dari gunung itu. Dengan cepatnya mereka berkelebat menuruni gunung itu
dan tidak lama kemudian sudah tiba kembali di mulut selat
tersebut. Keadaan di sekeliling Selat itu sunyi senyap tak sesosok
bayangan manusiapun, sinar mata dari Koan Ing segera
berkelebat memandang ke sekeliling tempat itu.
Dia sama sekali tidak percaya kalau dengan manusia
seperti Hud Ing Thaysu ternyata dia tidak meninggalkan
seorang penjaga pun di depan mulut lembah itu.
"Ing Koko.... " terdengar Sang Siauw-tan berkata sambil
tertawa. "Aku rasa Si keledai
gundul itu kemungkinan sekali telah pergi ke kuil Siauw-limsi
di atas gunung Siong San.
Sebenarnya dia adalah hweesio keluaran Siauw-lim-pay,
kali ini kuilnya telah aku bakar
musnah sudah tentu untuk sementara waktu dia akan
kembali lagi ke kuilnya dahulu di Siauw
lim-si. Dengan perlahan Koan Ing mengangguk,
"Mari kita pergi menanti kedatangan dari Sang Pepek,"
ujarnya tertawa, Sang Siauw-tan yang melihat Koan Ing telah tidak diliputi
oleh pikiran-pikiran yang butek lagi dia segera tertawa manis,
pikirnya, "Aku harus membantu dirinya untuk mencarikan satu
akal hingga dia dapat menemukan kembali jejak dari si
sastrawan berbaju Sutera Bun Ting-seng itu."
Diam-diam di dalam hati dia telah mengambil keputusan
untuk meminta bantuan ke ayahnya, jikalau ayahnya mau
membantu, dengan ketajaman "Pendengaran" dari anggota
perkumpulan Tiang-gong-pang suaranya tidaklah terlalu sukar
baginya untuk memperoleh kabar tersebut,
Kembali mereka berdua melanjutkan perjalanannya menuju
ke arah luar.... Kurang lebih seperminum teh kemudian tiba-tiba terlihatlah
sesosok bayangan abu-abu dengan kecepatan luar biasa
berkelebat menuju ke arah mereka.
Ketika mereka bertiga saling bertemu tidak terasa
semuanya pada tertegun dibuatnya, kiranya orang itu bukan
lain adalah Hud Ing Thaysu adanya
Tadi setelah Hud Ing Thaysu meninggalkan tempat itu di
tengah perjalanan dia merasa hatinya tidak tenang, karenanya
dengan cepat dia balik lagi ke tempat semula.
Sama sekali tidak disangka olehnya Koan Ing serta Sang
Siauw-tan yang telah memasuki lembah itu ternyata dapat
meloloskan diri bahkan bertemu lagi dengan dirinya, hal ini
benar-benar tidak pernah dibayangkan di dalam benaknya
Selama ratusan tahun ini tidak ada seorangpun yang berani
memasuki "Selat Hwee Im Shia" ini, jikalau seandainya ada
yang berani memasuki selat tersebut maka tidak mungkin
baginya dapat keluar lagi dalam keadaan selamat tetapi
bagaimana mereka berdua bisa dengan begitu mudahnya
berhasil meloloskan diri dari selat itu"
Koan Ing dan Sang Siauw-tan sendiripun sama-sama dibuat
tertegun, merekapun sama sekali tidak menyangka kalau
orang pertama yang ditemuinya setelah lolos dari selat Hwee
Im Shia itu adalah diri Hud ing Thaysu sendiri.
Setelah tertegun beberapa saat lamanya akhirnya Hud Ing
Thaysu dengan dinginnya mendengus. "Hmmm.... ternyata
Pinceng amat mujur benar dan dapat bertemu lagi dengan
wajah dari sicu berdua," serunya dingin.
Koan Ing seperti biasanya segera menarik tubuh Sang
Siauw-tan ke belakang badannya, dengan menggunakan
badannya sendiri dia menghalangi depan tubuhnya lantas
dengan pandangan yang amat dingin memandang ke arah diri
Hud Ing Thaysu.

Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hey! Keledai gundul!"
Terdengar Sang Siauw-tan yang ada di belakang badan
Koan Ing membentak dengan keras, "Kau berani berbuat apa
terhadap diri kami" Tia sebentar lagi bakal datang, dia orang
tua tidak akan mengampuni dirimu."
Hud Ing Thaysu segera mengerutkan alisnya rapat-rapat.
"Sang Su-im tidak lebih cuma manusia-manusia dari
golongan yang tidak becus, sekalipun dia datang akupun tidak
akan melepaskan dia dengan begitu mudah" ujarnya dengan
suara yang berat. Koan Ing yang melihat munculnya Hud Ing Thaysu dengan
mendadak, dia tahu urusan bakal celaka. Saat ini luka dalam
yang dideritanya sama sekali belum sembuh benar-benar,
apalagi perutnya terasa amat lapar dan dahaga sekali, dia
sama sekali tidak mempunyai
kekuatan untuk bertempur dengan Hud Ing Thaysu, tetapi
saat ini Sang Siauw-tan ada di samping badannya. dia mau
tidak mau harus melindungi dirinya"
Dengan perlahan dia menoleh dan bisiknya kepada diri
Sang Siauw-tan dengan suara yang amat lirih, "Siauw-tan kau
pergilah terlebih dulu, biar aku yang menghadapi dirinya
seorang diri" Sang Siauw-tan jadi melengak dia sama sekali tidak
menyangka kalau Koan Ing yang masih menderita luka dalam
masih dapat bersikap begitu baik terhadap dirinya, dia tahu
dengan keadaan luka dari Koan Ing saat ini jangan di kata
bertempur sekalipun menerima satu pukulannyapun tentu
tidak sanggup, Dengan cepat dia gelengkan kepalanya
berulang kali, "Tidak.... aku tidak mau pergi!" serunya. "Kau tidak
seharusnya menyuruh aku berangkat terlebih dulu"
Baru saja dia berbicara sampai di situ mendadak
terdengarlah satu suara yang amat dingin sudah
menyambung, "Hmm.... hmm, aku mau lihat kau hendak
menggunakan cara apa untuk menghadapi putriku."
Mendengar suara tersebut bukan saja Hud Ing Thaysu
seorang yang merasa terperanjat sampai Sang Siauw-tan serta
Koan Ing pun bersama-sama merasa sangat terkejut sekali.
Koan Ing berdiri tidak menjawab, dia merasa dirinya yang
cuma berumur puluhan hari lagi ini sekalipun harus mati demi
Sang Siauw-tan sebetulnya adalah berharga sekali, tetapi dia
diharuskan mengatakan secara bagaimana kepadanya?"
Hud Ing Thaysu yang melihat mereka berdua tidak ada
yang bergerak maupun bicara dia
segera tertawa dingin lagi,
"Dengan perbuatan dari kalian berdua seharusnya pinceng
hancur leburkan badan kalian, tetapi memandang di atas
wajah Suhu kalian, sekarang aku musnahkan dulu seluruh
ilmu silat kalian kemudian membawa kalian ke gunung Siong
San untuk menanti kedatangan Suhu kalian berdua"
Sang Siauw-tan segera dongakkan kepalanya dan berteriak
dengan kegirangan "Tia, kau baru datang."
Sehabis berkata dia melepaskan genggaman tangan Koan
Ing dan berlari ke depan.
Hud Ing Thaysu jadi tertegun, dia sama sekali tidak
menyangka kalau Sang Su-im bisa munculkan dirinya disana,
dia tahu kepandaian silat yang dimiliki Sang Su-im amat tinggi
sekali, bilamana dia orang diharuskan bertempur dengan
dirinya baginya untuk memperoleh kemenangan boleh dikata
kemungkinan sekali tidaklah terlalu mudah
Sang Su-im segera menarik tangan Sang Siauw-tan dan
melirik sekejap ke arah diri Koan.
"Siauw-tan," ujarnya sambil tertawa tawar. "Tia pergi
mengejar kereta berdarah itu sehingga datang terlambat satu
tindak kemari, apakah hweesio ini mengganggu dirimu?"
Koan Ing yang melihat Sang Su-im bisa muncul tepat pada
waktunya dia segera menghembuskan napas lega.
"Ing Koko, kau kemarilah!" seru Sang Siauw-tan secara
tiba-tiba setelah melirik sekejap ke arah diri Koan Ing.
Koan Ing dengan cepat maju ke depan dan bungkukkan diri
menjuru terhadap diri Sang So Im,
"Koan Ing datang mengunjuk hormat terhadap Sang
Pepek," ujarnya dengan hormat.
"Kini aku sudah datang, kalian tidak usah takuti hweesio ini
lagi," ujar Sang Su-im sambil tertawa-tawa. "Saat ini kereta
berdarah sudah berlalu dan jauh memasuki daerah pedalaman
Tibet dan akupun telah memerintahkan orang untuk pergi
mengejarnya, kau ikutilah aku sembari mengejar kaupun bisa
menyembuhkan lukamu."
Baru saja Sang Su-im selesai berkata terdengar Hud Ing
Thaysu yang berdiri di samping sudah mendengus dengan
amat dinginnya. "Sang Su-im!" bentaknya dengan suara berat.
"Perkataanmu terlalu sederhana sekali, Koan Ing menerjang
masuk ke dalam kuil ku dan merusak patung-patung arca
yang ada disana sedangkan putrimu telah membakar kuil Hanpohsi kami, kau kira kau orang dapat membawa pergi mereka
dengan begitu mudah?"
Sinar mata dari Sang Su-im segera berkelebat tak hentihentinya.
dia tahu tentu Sang Siauw-tan serta Koan Ing telah
membuat suatu kesalahan terhadap diri Hud Ing Thaysu,
tetapi dia sama sekali tidak menyangka kalau putrinya Sang
Siauw-tan telah membakar habis kuil Han-poh-si tersebut
Dia orang yang membuntuti jejak dari kereta berdarah
tetapi di tengah jalan tiba-tiba sudah kehilangan jejaknya
memaksa dia harus kembali ke tempat semula, waktu itulah
kebetulan dia lewat di tempat tersebut dan melihat Sang
Siauw-tan serta Koan Ing sedang berdiri tidak bergerak di sini
karena itulah terhadap peristiwa terbakarnya kuil Han-poh-si
dia sama sekali tidak mengetahui.
Mendengar perkataan tersebut dia segera tertawa tawar.
"Hey Hweesio gede bilamana urusan ni menyangkut orang
lain aku mungkin bisa lepas tangan, tetapi putriku aku larang
kau untuk mengganggu barang seujung rambutnyapun."
Dengan gusarnya Hud Ing Thaysu mendengus berat.
"Kalau begitu aku mau menjajal2 kelihayan dari ilmu jari
saktimu yang sudah pernah menggetarkan seluruh dunia
kangouw itu!" serunya dengan berat.
Sejak semula Sang Su-im sudah tahu kalau suatu
pertempuran tidak bakal bisa lolos lagi, dia segera tersenyum.
"Heee.... heeee.... Hweesio gede nama besarmu sebagai
jagoan nomor wahid dari seluruh daerah Tibet bukanlah satu
nama yang kecil apalagi untuk mendapatkannyapun amat
sukar sekali, kenapa kau harus memaksa hendak
menghancurkannya pada hari ini?" ejeknya.
Mendengar perkataan itu Hud Ing Thay su semakin gusar
lagi, jika didengar dari nada suara Sang Su-im agaknya dia
sama sekali tidak menganggap dirinya di dalam hati, hal ini
membuat dia benar-benar merasa sangat gemas sekali
pikirnya, "Hmm Ilmu Thay Su Ing dari Tibet sekalipun belum
tentu bisa menangkan diri mu, tetapi dengan latihan tenaga
dalamku selama sepuluh tahun belum tentu aku bisa menemui
kekalahan Sungguh sombong sikapnya itu.... "
Dia lantas tertawa dingin, sepasang tangannya didorong ke
depan sambil menyalurkan hawa murninya, seketika itu juga
sepasang telapak tangannya mengembang besar beberapa
kali lipat Walaupun pada mulutnya Sang Su-im bicara dengan begitu
ringannya, tetapi diapun tidak berani memandang rendah diri
Hud Ing Thaysu, dengan cepat dia melepaskan tangan Sang
Su-im dan tertawa. "Kalian mundurlah ke belakang," ujarnya.
Air muka Hud Ing Thaysu segera berubah amat keren
sekali, tubuhnya mendadak berkelebat ke depan berturut-turut
dia melancarkan delapan buah pukulan mengancam seluruh
tubuh dari Sang Su-im, Melihat datangnya serangan itu Sang Su-im mengerutkan
alisnya kencang-kencang, diiringi satu senyuman yang
menghiasi bibirnya, jari tengah serta jari telunjuknya disentil
ke depan sehingga terdengarlah suara desiran angin yang
memecahkan kesunyian, dengan amat tajamnya meluncur ke
atas alis dari Hud Ing Thaysu.
Hud Ing Thaysu yang melihat serangannya baru saja
dilancarkan ternyata desiran angin sentilan itu berhasil
menerobos angin pukulannya membuat dalam hati dia merasa
sedikit berdesir, sejak lama dia sudah pernah mendengar
tentang kedahsyatan dari ilmu jari "Han Yang Ci Lek" dari
Sang Su-im yang sudah menjagoi seluruh Bu-lim itu, dia sama
sekali tidak menyangka kalau kedahsyatannya ternyata jauh
berada diluar dugaannya, Dia tahu hanya cukup satu totokan saja maka seluruh
tenaga murni yang ada di dalam tubuhnya bakal buyar, jikalau
ini hari dia tidak berhati-hati, seperti juga apa yang dikatakan
oleh Sang Su-im tadi, nama besarnya yang dipupuk selama
berpuluh puluh tahun ini bakal musnah seperti mengalirnya air
sungai Dengan cepat dia membentak keras, telapak kirinya dibabat
ke samping menghalau datangnya sentilan dari Sang Su-im, telapak kanannya
membalik dengan menggunakan ilmu "Thian Ong Cap Pwee
Ing" atau delapan belas pukulan raja langit, ilmu dahsyat dari
daerah Tibet satu demi satu dia meneter musuhnya.
Sang Su-im segera tertawa terbahak-bahak, tubuhnya
dengan cepat melompat ke depan dan melancarkan ilmu jari
"Thian Kang Ci Hoat" dari Cian san Pay untuk menandingi ilmu
"Thian Ong Cap Pwee Ing" dari Hud Ing Thaysu itu.
Di dalam hati diam-diam Hud Ing Thaysu merasa amat
gusar sekali, dia merasa amat gemas karena Sang Su-im
melawan dirinya dengan tidak menggunakan ilmu silatnya
sendiri sebaliknya menggunakan ilmu silat dari aliran lain, hal
ini jelas memperlihatkan kalau dia orang sama sekali tidak
memandang sebelah matapun kepada dirinya.
Dia tertawa dingin, sepasang telapak tangannya dipisahkan
ke kanan dan ke kiri, satu dari depan yang lain dari belakang
bersama-sama ditepuk ke arah depan.
Sang Su-im bukanlah manusia rendahan yang mudah kena
tipu, sekali pandang saja dia bisa tahu kalau jurus "Hay Sim
Kiong Ing" atau tengah laut sembilan telapak dari Hud Ing
Thaysu mengandung suatu tenaga pukulan yang amat
dahsyat dan sukar untuk diterima.
Tubuhnya dengan cepat berkelebat ke samping, tangannya
dibalik balas melancarkan tiga totokan dengan menggunakan
jurus "Ci Gwat Hwee Thian" atau menunjuk bulan mengaduk
langit dari Thian Lam Pay.
Baru saja Hud Ing Thaysu mau melancarkan serangan
kembali mendadak dia melihat Sang Su-im melancarkan
serangan dengan menggunakan jurus ini membuat hatinya
terasa sedikit bergidik. Jurus dari Sang Su-im memang merupakan tandingan dari
jurus "Hay Sim Kioe Ing" nya itu membuat dia sedikit merasa
bingung. Dia benar-benar merasa bergidik melihat pengetahuan
yang begitu luas dari Sang Su-im terhadap segala macam ilmu
jari dari aliran manapun, dengan tergesa-gesa serangannya
diubah menjadi jurus "Gwat In Ing Hong" atau bayangan bulan
membekas di puncak. Di tengah suara tertawa tergelak dari Sang Su-im yang
amat keras dia berturut-turut berkelebat maju ke depan
mendesak musuhnya, sepuluh jari dari sepasang tangannya
berturut-turut disentilkan ke depan dengan menggunakan ilmu
jari tunggal dari Hay Neh Cap Pwee Kia yang amat terkenal
itu. Hud Ing Thaysu jadi sangat terperanjat, sepasang
telapaknya berturut-turut di pukul ke depan menghalau
datangnya serangan tersebut, dia tidak berani maju
menyerang kembali terpaksa dari kedudukan menyerang
berubah menjadi kedudukan bertahan.
Di dalam sekejap saja seluruh kalangan sudah dipenuhi
dengan suara desiran angin pukulan yang amat tajam disertai
suara bentrokan berat dari telapak tangan masing-masing.
Koan Ing yang menonton jalannya pertempuran itu di
samping saat ini merasakan hatinya berdebar-debar dengan
amat kerasnya. Kecepatan perubahan jurus dari kedua orang
itu benar-benar bagaikan kilat sehingga membuat dia tidak
sanggup untuk memperhatikan lebih teliti. Mendadak
terdengar Sang Su-im tertawa panjang, tubuh kedua orang itu
segera berpisah. Tampak Hud Ing Thaysu dengan wajah pucat pasi mundur
dua langkah kebela kang dengan terhuyung-huyung.
Sekali lagi Sang Su-im tertawa tergelak.
"Haaa.... haaaa.... tidak kusangka jagoan nomor wahid dari
Tibet tidak lebih cuma begitu saja, baru saja aku
menggunakan satu jurus "Han Liang Gong Ie" atau naga dingin
menembus pakaian kau sudah menemui kekalahan.... haaa....
haaa sayang, sayang "
Lengan kanan dari Hud Ing Thaysu dengan lemasnya lurus
ke bawah, dia menarik napas panjang-panjang kemudian
tertawa dingin kepada Koan Ing serta Sang Siauw-tan dia
melirik sekejap lalu ujarnya kepada diri Sang Su-im.
"Nama besar dari Tiang Hong Sin-cie ternyata bukan nama
kosong belaka kekalahanku ini hari aku anggap saja sebagai
ketidak becusan dari ilmu silatku sendiri, tetapi urusan ini
untuk selamanya tidak bakal ada habisnya, tunggu saja di lain
waktu." Sang Su-im lantas tertawa terbahak-bahak.
"Menurut apa yang aku ketahui si hweesio tua dari Siauwlimsi, Thian Siangpun telah berangkat menuju ke daerah
Tibet, lebih baik kau pergi saja mencari dirinya," ujarnya.
Dengan pandangan terpesona Hud Ing Thaysu
memperhatikan diri Sang Su-im lama sekali, kemudian dia
baru putar badan, dan berlari menuju ke dalam hutan, Hanya
di dalam sekejap saja sudah lenyap dari pandangan.
Setelah dilihatnya bayangan dari Hud ing Thaysu lenyap
dari pandangan Sang Su-im baru tersenyum. sambil menarik
tangan Sang Siauw Im ujarnya kepada diri Koan Ing, "Kau
ikutilah diriku pergi ke arah Barat dan belajar sedikit
kepandaian dari aku orang, sehingga tahun besok pada
pertemuan para jago yang kedua di atas gunung Hoa-san
kaupun bisa sedikit memperlihatkan kepandaian silatmu,
dengan bakatmu yang ada untuk mendapatkan nama besar di
kemudian hari agaknya bukanlah satu pekerjaan yang sulit."


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Koaa Ing yang mendengar perkataan dari Sang Su-im ini
sudah tentu tahu apa arti dari perkataannya itu, terangterangan
dia bermaksud hendak menerima dirinya sebagai
menantu. Hatinya jadi terasa sedikit berdesir, dia teringat kembali
kalau usianya cuma tinggal beberapa puluh hari lagi.
Ketika matanya menoleh ke arah Sang Siauw-tan,
tampaklah dengan wajah yang amat kegirangan, dia sedang
memperhatikan dirinya, terpaksa dia bungkukkan dirinya
memberi hormat, "Terima kasih loocianpwee."
Sang Su-im segera tertawa terbahak-bahak.
"Mari kita pergi," ujarnya kepada Koan Ing.
Belum mereka berjalan beberapa langkah mendadak
terdengarlah satu suara yang amat dingin sekali sudah
berkumandang datang, "Sang Loo-te ada urusan apa yang
membuat kau orang merasa begitu gembira apakah kau orang
boleh membiarkan aku pun ikut merasa sedikit gembira?"
Tampaklah dari dalam hutan berjalan keluar dua orang
yang bukan lain adalah Ciu Tong ayah beranak dua orang
Sang Su-im yang melihat Ciu Tongpun tiba disana dia
tertawa dingin. "Ciu heng kaupun datang kemari" "ujarnya ketus. "Apa kau
orang sudah menemukan kereta berdarah itu?"
"Tia!" tiba-tiba terdengar Sang Siauw-tan menarik ujung
baju dari ayahnya." Tidak usah urus mereka, ayo kita pergi
dari sini saja." Waktu itulah Ciu Tong sudah memperhatikan diri Koan Ing
beberapa saat lamanya kemudian kepada Sang Su-im ujarnya.
"Sang Loo-te, pertemuan kita pada tempo hari benar-benar
keadaanku sangat terdesak sekali, kalau tidak akupun tidak
bakal melakukan perbuatan tersebut, tentunya Sang Loo-te
mau memaafkan bukan?"
Di dalam hati Sang Su-impun sudah punya perhitungan
sendiri, dia tidak memperdulikan omengan dari Sang Siauwtan,
kepada Ciu Tong dia tertawa tawar.
"Oooh itu cuma urusan kecil saja." serunya dingin. "Kini
kereta berdarah sudah menuju ke arah Barat. saat ini adalah
waktu yang paling bagus buat kita untuk bekerja sama,
kenapa aku harus mengingat-ingat urusan kecil di dalam hati"
Urusan yang sudah berlalu tidak usah kita ungkat kembali."
Sinar mata Ciu Tong segera bersinar, pikirnya di dalam hati,
"Oouw.... ouw.... kiranya Sang Su-im mau menggunakan
diriku untuk pergi mencari kereta berdarah."
Dia segera tertawa dingin, pikirnya kembali, "Demikianpun
baik juga, kita bisa saling bantu membantu, aku mau lihat
siapakah akhirnya yang mendapatkan keuntungan."
"Perkataan dari Sang Loo-te sedikitpun tidak salah,"
ujarnya kemudian. "Saat ini peristiwa bangkitnya kembali
manusia tunggal dari Bu-lim Jien Wong sudah tersiar di dalam
dunia kangouw, bilamana kita tidak cepat-cepat menawan
dirinya bagaimana nama besar kita empat manusia aneh bisa
dipertahankan lebih lanjut?"
Sang Su-im tersenyum dan anggukkan kepalanya, diapun
sudah tahu kalau Jien Wong itu si manusia tunggal dari Bu-lim
masih hidup di dalam dunia
Sebaliknya di dalam hati Sang Siauw-tan merasa sedikit
keheranan, bagaimana sikap serta tindak tanduk dari ayahnya
sama sekali berbeda dengan keadaan yang lampau" Jika
ditinjau dari kejadian dulu terang-terangan ayahnya sudah
bentrok satu sama lainnya dengan diri Ciu Tong, bagaimana
sekarang hubungannya bisa membaik kembali" Apa mungkin
dikarenakan peristiwa kereta berdarah?" Ciu Tong segera
tertawa. "Urusan yang sudah lalu kini bisa dibikin beres, itulah
sungguh bagus sekali, mari Sang Loo-te, kau berangkat
bersama-sama dengan kami saja untuk pergi mengejar jejak
dari kereta berdarah itu." ujarnya.
Sang Su-impun tertawa, baru saja mereka hendak
meninggalkan tempat itu tiba-tiba....
Tampak dua orang gadis kembar dengan bergandengan
tangan mendadak melompat keluar dari dalam hutan.
Koan Ing yang melihat kedua orang gadis itu, tak terasa
lagi dibuat sedikit tertegun, usia kedua orang gadis itu kurang
lebih baru delapan belas tahun, wajahnya seperti pinang
dibelah dua, baik wajah pakaian serta dandanannya satu sama
yang lain tidak ada bedanya cuma saja warna baju yang
dipakai tidak sama. Yang satu memakai baju berwarna kuning sedang yang lain
memakai baju berwarna hijau, jikalau tidak begitu siapapun
jangan harap bisa membedakan kedua orang itu.
Sang Su-im sendiripun dibuat tertegun, dia merasa kedua
orang gadis itu tentu orang-orang
dari daerah Tibet bahkan kelihatannya mereka berdua
memiliki kepandaian silat yang amat tinggi sekali, agaknya
mereka merupakan anak murid dari seorang jagoan terkenal.
Sang Siauw-tan yang melihat munculnya kedua orang gadis
itu dengan cepat dia menoleh memandang ke arah Koan Ing,
ketika dilihatnya Koan Ing dengan mata terbelalak sedang
memandang mereka dengan terpesona hatinya merasa agak
panas. "Ing Koko," teriaknya dengan keras.
Koan Ing segera menoleh ke arahnya dan tertawa,
sebetulnya dia mau bilang: kedua orang gadis ini sungguh
mirip, tetapi sewaktu dilihatnya wajah Sang Siauw-tan sedikit
tidak beres, suatu ingatan mendadak berkelebat di dalam
benaknya. Entah bagaimana mendadak dia berkata, "Siauw-tan Coba
kau lihat sungguh menarik sekali kedua orang gadis itu"
Mendengar perkataan tersebut Sang Siauw-tan jadi
melengak, dia segera melengos tanpa mengucapkan sepatah
katapun. Sang Su-im sendiri jadi tertegun, dia segera menoleh dan
memandang ke arah diri Koan
Ing. Dia tahu putrinya Sang Siauw-tan sangat suka dengan diri
Koan Ing, tetapi kenapa bocah ini begitu tidak tahu adat
bahkan sembarangan memuji kedua gadis yang sama sekali
tidak dikenalnya" Jika dilihat dari wajah kedua orang gadis itu jelas belum
ada sepersepuluhnya dari kecantikan wajah Sang Siauw-tan,
tapi entah apa maksud dari Koan Ing berkata demikian"
Kedua orang gadis itu setelah berada di depan para jago cuma
kirim satu senyuman saja lalu melanjutkan kembali perjalanan
ke arah depan. "Berhenti!" tiba-tiba terdengar Sang Siauw-tan membentak
dengan keras sewaktu di lihatnya kedua orang gadis itu
hendak pergi. Selesai berkata tubuhnya segera bergerak mengejar dari
belakang kedua orang gadis tersebut.
Saat itulah Koan Ing merasakan di dalam hatinya terasa
satu perasaan yang sangat tidak enak sekali, dia
memperhatikan bayangan punggung Sang Siauw-tan dengan
termangu mangu, dia tidak tahu sebetulnya dirinya harus
senang atau benci, pikirannya benar-benar amat kacau
sekali.... perkataan yang hendak diucapkan mendadak ditarik
kembali. Sang Su-im yang melihat Sang Siauw-tan meninggalkan
dirinya dan pergi mengejar kedua orang gadis itu di dalam hati
dia merasa amat murung sekali, tetapi ketika dilihatnya
gerakan tubuh dari kedua orang gadis itu dia baru bisa
menghembuskan napas lega, sekali pandang saja dia sudah
tahu kalau ilmu meringankan tubuh yang digunakan oleh
kedua orang gadis itu bukan lain adalah ilmu "Liuw Sah Cian Li"
yang merupakan ilmu tunggal dari Thay Mo Sian Ciang.
Dia tahu diantara empat manusia aneh orang yang
mempunyai hati paling baik cumalah seorang Thay Mo Sian
Ciang, Cha Can Hong saja, bahkan diapun paling suka dengan
diri Sang Siauw-tan, karenanya dia berlega hati karena dia
sudah tahu Sang Siauw-tan tidak mungkin bisa menemui
bencana. Tetapi diapun merasa sangat tidak puas dengan sikap serta
tindak tanduk yang di perlihatkan oleh Koan Ing itu, matanya
dengan perlahan ditoleh ke arah diri Koan Ing dan
memandangnya dengan amat tawar sekali,
Pada air muka Koan Ing sendiri sama sekali tidak
memperlihatkan perubahan apa pun, agaknya dia sama sekali
tidak merasakan kalau ada sesuatu yang tidak beres. Dalam
hati Sang Su-im segera berpikir.
Sungguh aneh sekali sikapnya itu, pada satu hari aku tentu
mau cari satu kesempatan untuk membicarakan urusan ini
dengan dirinya, aku mau lihat sebetulnya bagaimana sikapnya
terhadap diri Siauw-tan Pada saat itulah terdengar Ciu Tong yang berdiri di
samping sudah tertawa ter bahak-bahak. Selesai berkata dia
melirik sekejap ke arah diri Koan Ing.
Dengan tawarnya Koan Ing balas melirik sekejap ke
arahnya, berita kematian dari Kong Bun-yu sampai saat ini
juga dia orang tidak mau menyiarkannya keluar.
Sang Su-im yang melihat Koan Ing sepertinya sama sekali
tidak mendengar perkataan dari Ciu Tong itu diam-diam di
dalam hati merasa keheranan, dia tidak tahu sebetulnya sudah
terjadi urusan apa dengan pemuda ini" Kenapa dia bisa jadi
begitu" Menanti lagi beberapa saat lamanya, akhirnya Sang Su-im
tidak bisa menahan sabar lagi, ujarnya.
Jikalau Siauw-tan sudah bertemu dengan Paman Chanya,
ada kemungkinan tidak segera kembali, mari kita berangkat
dulu saja." "Bagus, hal itu memang cocok dengan maksud hatiku,"
sahut Ciu Tong tertawa. "Haaa.... haha.... sungguh tidak disangka Thay Mo Sian
Ciang, Ca Loo-tepun sudah datang, kini diantara empat
manusia aneh cuma tinggal Thian-yu Khei Kiam Kong Bun-yu
seorang saja yang belum munculkan dirinya," serunya keras.
Dalam hati Sang Su-im jadi curiga, Cocok dengan maksud
hatinya" Entah Ciu Tong mau memperhatikan permainan apa
lagi terhadap dirinya, sembari berjalan pikirannya terus
berputar untuk menghadapi sesuatu.
Dengan perlahan mereka berempat melanjutkan perjalanan
kembali menuju ke arah depan, sembari berjalan Koan Ing
berpikir juga tentang diri Sang Siauw-tan dia tidak tahu Sang
Siauw-tan pada saat ini sudah pergi kemana" Bilamana dia
bisa bertemu dengan "Thay Mo Sian Ciang" atau si dewa
telapak dari gurun pasir Cha Can Hong masih tidak mengapa,
bilamana tidak bertemu lalu bagaimana" Bilamana dia sedang
berada sendirian dan bertemu dengan musuh tangguh, hal ini
bukankah sangat berbahaya sekali"
Diam-diam Sang Su-im memperhatikan terus gerak-gerik
dari Koan Ing, ketika dilihatnya wajahnya sangat tidak tenang
sekali dia merasa keheranan, pikirnya, "Sebetulnya sudah
terjadi urusan apa"jika dilihat dari sikap Koan Ing pada saat ini
agaknya dia menaruh rasa cinta kepada diri Siauw-tan tetapi
kenapa tadi sengaja dia memperlihatkan sikap ademnya"
Sungguh membingungkan.... "
Sewaktu Koan Ing sedang terjerumus ke dalam lamunan
itulah mendadak terdengar suara ringkikan kuda yang amat
panjang dan nyaring sekali, bergema datang, dia jadi
terperanjat sekali. "Kereta berdarah," teriaknya tanpa terasa.
Di dalam sekejap saja keempat orang itu bersama sama
jadi merasa tegang sekali, hati terasa berdebar sedang mata
dipentangkan lebar-lebar.
Sebaliknya Sang Su-im jadi sedikit ragu-ragu, terangterangan
dia melihat Kereta berdarah itu menuju ke arah
Barat bagaimana kini bisa balik kembali kesini" Tetapi dia tahu
Koan Ing tidak mungkin bisa balik menipu dirinya.
Baik Sang Su-im maupun Ciu Tong masing-masing
mempunyai satu tujuan yang sama, masing-masing dengan
memandang diri Koan Ing serta Ciu Pak cepat-cepat
berkelebat menuju ke arah dimana berasalnya suara ringkikan
kuda tadi. Sebaliknya di dalam hati Ciu Tong ayah beranak sejak
semula sudah punya perhitungan, dengan amat bangganya
mereka memperhatikan diri Koan Ing.
Ketika keempat orang itu tiba di sebuah bukit kecil,
terlihatlah sebuah kereta yang ditarik oleh empat ekor kuda
jempolan berwarna merah darah dengan amat cepatnya
sedang berlari menuju ke arah Barat.
Mereka berempat tidak ragu-ragu lagi, dengan kekuatan
seluruh tenaga mereka melakukan pengejaran terus.
Cuaca semakin lama semakin gelap, hujan saljupun mulai
melayang turun dengan derasnya, akhirnya bayangan dari
kereta berdarah itu lenyap dari hadapan mereka.
Tampak Ciu Tong mengerutkan alisnya rapat-rapat. setelah
memperhatikan sekejap ke arah di sekeliling tempat itu
ujarnya kemudian, Ooo)*(ooO Bab 16 "SANG Loo-te, bagaimana kalau kita masuk ke dalam gua
itu untuk beristirahat sebentar.... "
Sang Su-im yang melihat mereka tidak bisa meneruskan
kejarannya lagi terpaksa cuma mengangguk saja. sambil
mengempit badan Koan Ing mereka berlari masuk ke dalam
gua tersebut. Tinggi gua itu ada beberapa kaki dengan keadaan yang
amat gelap sekali, tetapi mereka berdua yang merupakan
jagoan berkepandaian tinggi dari Bu-lim sudah tentu tidak
takut akan hal itu, sesampainya didalam gua mereka segera
meletakkan diri Koan Ing serta Ciu Pak ke atas tanah. Tetapi
sebentar kemudian.... "Aaah.... huh....!"
Suara teriakan kaget memenuhi angkasa, kiranya di atas
dinding gua itu mereka sudah menemukan selapis kulit
manusia yang masih baru dengan darah segar masih menetes
keluar dengan derasnya. Ciu Tong tidak mengucapkan sepatah katapun, dia segera
putar badannya melancarkan satu pukulan dahsyat menghajar
ke dalam gua.

Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Brak....!" terdengar suara ledakan yang keras
memecahkan kesunyian. "Eei.... tidak ada orang di dalam gua!" serunya kemudian
dengan tawar. Sang Su-im tidak mengucapkan sepatah katapun, dengan
perlahan dia duduk di atas tanah.
Ciu Pak segera pergi mengumpulkan kayu-kayu bakar serta
ranting untuk membuat api unggun, sedangkan Koan Ing
setelah sedikit bersantap bersama-sama dengan Sang Su-im
duduk bersemedi, Ciu Tong serta Cio Pak dengan termenung memandangi api
unggun yang sedang berkobar dengan jilatan api yang amat
besar itu. Ciu Tong tidak berani mengambil kesimpulan apakah Sang
Su-im benar-benar sudah melupakan urusan yang telah lalu
ataukah hal ini cuma palsu saja.
Dia harus bersiap-siap untuk menghadapi segala
kemungkinan bilamana dia turun tangan secara membokong,
tetapi ketika dilihat Sang Su-im sama sekali tidak menggubris
akan hal ini dia jadi ragu-ragu sendiri.
Ketika melihat pula ke arah diri Koan Ing yang sedang
menyalurkan hawa murninya untuk menyembuhkan luka
dalam yang dideritanya dia diam-diam merasa geli sendiri, dia
sudah menghitung nyawa Koan tinggal delapan puluh hari
saja, sekalipun kepandaian silatnya jauh lebih tinggipun
semuanya bakal tidak terpakai lagi,
Di dalam sekejap saja cuaca sudah terang tanah kembali,
tumpukan api unggun itupun kini sudah tinggal abunya saja,
sejak tadi Ciu Pak sudah tertidur, sebaliknya Ciu Tong belum
berani untuk memejamkan matanya,
Dengan perlahan Koan Ing membuka sepasang matanya,
dia berpikir sendiri dalam hatinya,
"Hee.... lukaku paling sedikit harus ada beberapa puluh hari
baru bisa sembuh benar, sedang jawaku saat ini tinggal
delapan puluh lima hari, bagaimana selanjutnya"
Sinar matanya dengan sangat tawar sekali menyapu
sekejap ke arah Ciu Tong ayah beranak lalu memandang pula
ke arah Sang Su-im. Dia melihat cuma Sang Su-im saja yang tidak mau
mengetahui urusan lain, dengan amat tenangnya dia
bersemedi untuk mengembalikan tenaga murninya.
Sinar mata dari Ciu Tong dengan perlahan dialihkan ke atas
wajah Koan Ing lalu tersenyum kepadanya, kepada Sang Suim
tiba-tiba ujarnya, "Sang Loo-te Aku punya beberapa
perkataan yang hendak aku katakan dengan dirimu"
Walaupun diluarnya Sang Su-im kelihatan sedang mengatur
pernapasan padahal di dalam hati secara sangat berhati-hati
sekali dia terus menerus memperhatikan seluruh gerak-gerik
dari Ciu Tong. Bcgilu Ciu Tong membuka mulut mengajak dia
berbicara dengan perlahan dia mementangkan matanya
kembali. "Sang Loo-te," ujar Ciu Tong sambil tertawa. "Aku pernah
dengar katanya urusan perkawinan putrimu harus ditentukan
oleh pemenang di dalam pertemuan puncak para jago yang
akan datang di atas gunung Hoa-san, bukan begitu?"
Dengan tajamnya Sang Su-im memperhatikan diri Ciu Tong
kemudian dengan perlahan baru mengangguk untuk
mengakuinya. Ciu Tong tertawa kembali.
"Tetapi menurut tindak tanduk dari Sang Loo-te yang bisa
Siauw-heng lihat agaknya kau bermaksud hendak
menjodohkan putrimu kepada diri Koan Ing." Dia berhenti
sebentar untuk kirim satu senyuman mengejek lalu
sambungnya lagi, "Entah apa yang aku ucapkan ini benar atau
tidak?" Mendengar perkataan tersebut Sang Su-im segera
mengerutkan alisnya rapat-rapat pikirnya, "Aaaaah.... tidak
aneh bangsat tua ini tadi bilang sesuai dengan maksud
hatinya kiranya dia maksudkan persoalan ini. Hmm kalau
memang hendak berbuat demikian kau hendak berbuat apa
lagi?" Berpikir sampai disini dia segera menjawab, "Buat apa Ciu
heng mengungkit persoalan ini pada saat seperti ini?"
Ciu Tong segera memperdengarkan suara tertawanya yang
amat menyeramkan. "Aku sih tidak hendak berbuat apa-apa," ujarnya setelah
melirik sekejap ke arah diri Koan Ing. Tetapi aku merasa Sang
loo-te tentu tidak akan menjodohkan putrimu dengan seorang
manusia yang umurnya tinggal beberapa puluh hari saja
bukan?" Sang Su-im jadi melengak, dengan perlahan dia menoleh
ke arah Koan Ing dan memandang sekejap ke arahnya.
Terlihatlah Koan Ing bungkam diri tidak mengucapkan
sepatah katapun. Tempo hari sekalipun aku sudah melepaskan dirinya.... "
sambung Ciu Tong lebih Ianjut.
"Tetapi aku cuma melepaskan dia selama seratus hari saja,
aku berbuat begitu agar Kong
Bun Yu jangan bilang aku jadi orang keterlaluan."
Sang Su-im yang mendengar perkataan ini dengan
pandangan terpesona dia memperhatikan diri Koan Ing,
gerak-gerik yang aneh serta tindak tanduk dari Koan Ing yang
lain dari pada yang lain itu sama sekali lagi berkelebat di
dalam benaknya, dia bingung bagaimana dia harus berbuat
pada saat ini. Dia tahu racun dari Ciu Tong sama sekali tidak ada obat
untuk melenyapkannya, Lama sekali Sang Su-im memperhatikan dirinya, mendadak
tangan kanannya berkelebat mencengkeram dirinya,.
Sebetulnya Koan Ing sedang menderita luka dalam yang
amat parah, ditambah lagi dia sama sekali tidak memberi
perlawanan hanya di dalam satu jurus saja dia berhasil
ditawan oleh diri Sang Su-im.
Sang Su-im yang berhasil menawan diri Koan Ing dengan
gerakan yang amat cepat sekali dia berkelebat menuju keluar.
Dengan pandangan yang amat dingin Ciu Tong
memperhatikan bayangan tubuh Sang Su yang mulai lenyap
dari pandangan, dengan perlahan dia menoleh ke arah
anaknya. "Bilamana Sang Su-im tidak senang, kemungkinan sekali
Koan Ing tidak bakal hidup lebih lama lagi," ujarnya.
Sehabis berkata dia tertawa dingin lagi, ujarnya kembali,
"Atau sedikitpun Sang Siauw-tan tidak bakal bisa dia peroleh
Tindakan kita selanjutnya kita harus mencari akal agar dia
mau tidak mau harus mengawinkan putrinya Sang Siauw-tan
kepada dirimu." Pada ujung bibirnya Ciu Pak segera memperlihatkan satu
senyuman yang amat dingin sekali, bayangan dari Sang
Siauw-tan kembali berkelebat di dalam benaknya, pikirnya.
"Hmmm, asalkan tidak ada Koan Ing lagi maka Sang Siauwtan
tentu dapat kuperoleh dengan mudah, Baru saja dia
berpikir sampai disitu mendadak terlihatlah tiga sosok
bayangan manusia dengan amat cepatnya berkelebat datang,
dengan cepat dia memperhatikan diri mereka bertiga.
Ternyata orang-orang itu bukan lain adalah diri Sang
Siauw-tan serta kedua orang gadis
yang mempunyai wajah seperti pinang dibelah dua itu.
Begitu mereka bertiga berkelebat mendatang, dengan amat
girangnya Ciu Pak segera bangkit berdiri,
"Siauw-tan Moay-moay," serunya sambil tersenyum tengik.
"Kau sudah bertemu dengan paman Cha?"
Dengan dinginnya Sang Siauw-tan mendengus dia tidak
mengucapkan sepatah katapun, sebaliknya kedua orang gadis
itu segera saling memperlihatkan wajah yang mengejek.
Ciu Tong yang melihat keadaan dari Sang Siauw-tan itu
mendadak satu pikiran berkelebat di dalam benaknya,
"Siauw-tan." ujarnya sambil tertawa, "Apakah paman Cha
mu sudah datang?" Sang Siauw-tan yang melihat ayahnya serta Koan Ing tidak
kelihatan disana sebetulnya dia tidak ingin memperdulikan lagi
diri Ciu Tong ayah beranak, tetapi sekarang mau tidak mau
dia harus menjawab juga. "Empek Cio, dimana Tia serta Ing
Koko?" tanyanya. Sinar mata dari Ciu Tong segera berkelebat
dengan amat tajamnya. Ayahmu serta Koan Ing ada urusan sedang pergi, mungkin
beberapa hari kemudian baru kembali", ujarnya sambil
tertawa tawar, "dia bilang jikalau dia kembali lagi kesini maka
kau disuruh berangkat dulu bersama kami, dia bisa datang
mencari dirimu dengan sendirinya,"
Sang Siauw-tan jadi melengak, dia tahu Ciu Tong pasti
sedang menipu dirinya, pikirannya dengan cepat berputar,
"Baiklah," ujarnya kemudian sambil mengangguk, "Kita
berangkat bersama saja," Ciu Tong tersenyum.
Kedua orang ini apakah anak murid dari Cha Loo-te?" tanya
kemudian. "Dia adalah ayah kami," sahut kedua orang gadis
itu berbareng, Ciu Tong jadi melengak, sembilan belas tahun yang lalu
sewaktu diadakannya pertemuan puncak di gunung Hoa-san,
Cha Can Hong waktu itu belum kawin, tidak disangka
perpisahan yang tidak lama ini dia sudah memperoleh dua
orang putri yang sangat cantik
"Ooh.... kiranya kalian berdua adalah keponakan
perempuanku, bagaimana keadaan dari ayahmu?" ujarnya
tertawa. "Ayahku sebentar lagi bakal datang ke mari," ujar gadis
berbaju kuning itu setelah memandang sekejap ke arah diri
Sang Siauw-tan. "Bilamana bukannya Siauw-tan cici terus
mendesak kami untuk berangkat terlebih dulu mungkin kami
bisa datang kesini bersama-sama dengan ayah."
"Oooo.... sebenarnya ayahmu ada urusan apa tokh
sehingga tidak datang bersama-sama dengan kalian?"
tanyanya kemudian sambil tertawa.
"Siauw-tan cici bilang kau adalah seorang jahat, aku tidak
mau beritahu kepadamu," sambung gadis berbaju hijau itu
dengan cepat. Untuk beberapa saat lamanya CiuTong dibuat serba salah,
jikalau orang lain yang berkata demikian mungkin sejak
semula dia sudah turun tangan terhadap dirinya.
Tetapi pihak lawan bukan saja merupakan seorang nona
yang sama sekali tidak tahu urusan bahkan merupakan putri
kesayangan dari Si dewa telapak dari gurun pasir, Cha Can
Hong, sudah tentu dia tidak berani berlaku gegabah.
Walaupun Cha Can Hong jadi orang baik hati tetapi dia
paling benci orang yang berbuat jahat, bilamana sampai
terjadi bentrokan dengan dirinya maka pulau Ciat Ie To nya
jangan harap bisa mendapat suasana ketenangan.
Diam-diam di dalam hati dia merasa sangat gusar sekali,
sinar matanya dengan perlahan dialihkan ke atas tubuh Sang
Siauw-tan. Tampak Sang Siauw-tan dengan mata terbelalak lebar2
sedang memandang ke atas atap gua, agaknya dia sama
sekali tidak mendengarkan apa yang diucapkan oleh gadis
berbaju hijau itu. Terdengar Ciu Tong kembali tertawa dingin.
"Heee.... heee.... di dalam kolong langit pada saat ini mana
ada orang baik atau orang jahat" Semuanya sama saja"
"Siapa yang bilang tidak ada orang jahat atau tidak ada
orang baik?" bantah gadis berbaju kuning itu dengan cepat.
"Seperti Tia kami dialah orang yang sangat baik"
Untuk sesaat Ciu Tong semakin tidak bisa berkutik lagi, di
dalam hati dia merasa sangat gemas sekali terhadap diri Sang
Siauw-tan. dia sama sekali tidak menyangka kalau seorang
gadis perempuan yang demikian cantiknya ternyata bisa
begitu licik dan jahatnya, bilamana dia bukannya putri
kesayangan dari Sang Su-im serta perempuan kesukaan
putranya mungkin sejak tadi dia tidak akan berlaku demikian
sungkannya. Pikirnya di dalam hati, "Hmm, tunggu saja
setelah kau berhasil dikawini oleh putraku, hee.... hee aku
mau kasih lihat kelihayanku.
Berpikir sampai disini dia tidak mau ambil perduli terhadap
diri Sang Siauw-tan lagi tanyanya kemudian, "Eeei siipa nama
kalian?" Gadis berbaju kuning itu segera tertawa.
"Aku adalah cicinya bernama Cing Cing dia adalah adikku
bernama Ing Ing." Sang Siauw-tan Yang melihat Ciee Tong sudah
mengalihkan bahan pembicaraannya dia baru berbicara
kembali. "Empek Ciu. Ayahku ada urusan apa toh" Apa dia tidak
memberitahukan kepadamu?"
"Aku tidak tahu," sahut Ciu Tong sambil gelengkan
kepalanya berulang kali, tetapi ada kemungkinan dikarenakan
soal kereta berdarah itu.
Sinar mata Sang Siauw-tan dengan cepat berputar, dia
mengangguk kemudian menoleh memandang ke arah Cing
Cing serta Ing Ing. "Kalau begitu tidak tahu juga kapan dia baru bisa kembali
lagi kesini," ujarnya sambil tertawa.
Ciu Tong yang mendengar Sang Siauw-tan berkata
demikian dia jadi semakin berhati-hati, dia tahu gadis ini tentu
sedang mempersiapkan satu permainan setan buat dirinya
karena itu secara diam-diam dia sudah bersiap sedia.
"Soal itu tidak tentu," sahutnya sambil tertawa tawar.
"Kemungkinan sekali setiap saat dia bisa kembali lagi,"
"Oow.... kalau begitu bisa jadi," ujar Cing Cing sambil
mengedip2-kan matanya, "kita tidak boleh terus menerus
menunggu lebih baik kita bertiga berangkat terlebih dulu,"
Sekali lagi Ciu Tong jadi melengak, dia sama sekali tidak
menyangka Sang Siauw-tan bisa melakukan perbuatan seperti
ini, dia tidak mengira dia berani bekerja sama dengan kedua
orang gadis cilik ini untuk mempermainkan dirinya kemudian
baru berangkat, "Siauw-tan," sambung dengan cepat, "Ayahmu suruh kau
tinggal disini, jikalau kau tidak tinggal disini bagaimana aku
memberi pertanggunganjawab terhadap ayahmu?"
"Empek Ciu," timbrung Ing Ing yang ada di samping secara
tiba-tiba, "Jikalau kita diharuskan berangkat bersama-sama
dengan kalian maka di samping harus berhati-hati terhadap
sikap kalian ayah beranak bahkan harus jaga2 juga terhadap
siasat setanmu, waah.... kita kan tidak dapat leluasa untuk
bergerak, apalagi Siauw-tan cicipun punya burung merpati,


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

empek Ciu tidak usah merasa kuatir lagi."
Sang Siauw-tan yang mendengar perkataan tersebut
segera tersenyum lalu menggandeng tangan kedua orang
gadis itu berlalu dari sana.
"Empek Ciu kami pergi dulu," ujarnya kepada Ciu Tong.
Sehabis berkata mereka bertiga sambil tertawa segera
berlalu dari dalam gua itu.
Saking khekinya untuk beberapa saat, ia hanya pandang
Ciu Tong, tidak dapat mengucapkan
sepatah katapun juga, sinar matanya berkelebat tak
hentinya lama sekali baru perintahnya
kepada Ciu Pak, "Ayoh kita kejar!"
Sejak semula Ciu Pak memang mempunyai maksud ini,
mendengar perkataan dari ayahnya itu di dalam hati dia
merasa sangat girang sekali, tubuh mereka berdua dengan
amat cepatnya berkelebat keluar dari gua dan mengejar ke
arah dimana Sang Siauw-tan bertiga
tadi melenyapkan dirinya,
Kita balik pada Sang Su-im yang mengempit diri Koan Ing
berlari ke arah tempat luaran, setelah melakukan perjalanan
selama beberapa puluh lie jauhnya dia baru berhenti berlari,
Dengan perlahan dia meletakkan diri Koan Ing ke atas
tanah lantas memperhatikan dirinya dengan pandangan yang
sangat dingin sekali. Koan Ing yang diletakkan Sang Su-im ke atas tanah diapun
jadi bingung harus berbuat bagaimana baiknya, terpaksa dia
duduk di atas tanah tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Lama sekali Sang Su-im memperhatikan pemuda ini, di
dalam hati dia benar-benar merasa sangat benci sekali
terhadap diri Ciu Pak, Sang Siauw-tan adalah satu-satunya
putri kesayangannya, dia tidak bakal membiarkan Sang Siauwtan
menderita siksaan selama hidupnya.
Terhadap diri Koan Ing dia merasa amat puas terhadap
segala-galanya, cuma saja dia tidak lebih adalah seorang
manusia yang mendekati kematiannya.
Lama sekali Sang Su-im termenung berpikir keras, akhirnya
dengan perlahan telapak tangannya ditempelkan ke atas
pundak diri Koan Ing, Koan Ing jadi sangat terperanjat sekali, baru saja dia siapsiap
hendak mengerahkan tenaga dalamnya untuk melakukan
perlawanan mendadak dia merasakan satu aliran hawa yang
amat panas menerjang. masuk ke dalam badannya, dia jadi
termangu-mangu. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Sang Su-im
mengerahkan tenaga dalamnya untuk bantu dia mengobati
luka dalamnya Dia tidak tahu dikarenakan urusan apa Sang Su-im mau
membantu dirinya untuk menyembuhkan luka dalamnya, dia
cuma merasakan ada satu tenaga dalam yang maha dahsyat
menyedot dirinya sehingga membuat dirinya tidak dapat
bergerak. Hawa panas dengan cepatnya berputar mengelilingi seluruh
tubuhnya sebanyak tiga kali, dia merasa dimana terdapat luka dalamnya dengan
perlahan-lahan mulai jadi sembuh kembali.
Setelah selesai menyembuhkan luka dalamnya Sang Su-im
duduk termenung kembali ke atas tanah untuk beristirahat
sebentar. akhirnya dia pentangkan matanya kembali. "Kapan
Supekmu hendak datang ke daerah Tibet?" tanyanya
kemudian. Lama sekali Koan Ing termenung berpikir keras, akhirnya
sambil mengerutkan alisnya rapat-rapat, sahutnya, "Supekku
sudah lama meninggal "
Sang Su-im yang mendengar berita ini seketika itu juga
dibuat tertegun, diantara empat manusia aneh usia Kong Bunyu
lah yang paling muda dan tenaga dalamnya yang paling
sempurna, menurut pandangannya ada kemungkinan diantara
mereka bertiga dialah satu-satunya orang yang bisa
memperoleh gelar jagoan pada pertempuran di puncak
gunung Hoa-san tahun depan, siapa sangka ternyata dia telah
menemui ajalnya. Agaknya dia rada tidak percaya dengan berita ini, tetapi
ketika teringat kembali kalau Kong Bun-yu sudah
menyerahkan tanda kepercayaan ciangbunjinnya kepada Koan
Ing diapun rada percaya juga, karena menurut apa yang dia
ketahui pedang tersebut selamanya belum pernah lepas dari
badannya. Tetapi selamanya dia sama sekali belum pernah berpikir
kalau Kong Bun-yu bisa mati
dengan begitu cepatnya, hal ini benar-benar berada diluar
dugaannya Dalam hati Sang Su-im merasa sangat menyesal sekali,
lama sekali dia termenung tidak mengucapkan sepatah
katapun. Akhirnya ketika teringat kembali kalau Koan Ing sudah
tidak bisa hidup lebih lama lagi dia segera bertanya lagi
kepada dirinya. "Apakah perkataan yang diucapkan oleh Ciu
Tong benar?" Dengan sayunya Koan Ing mengangguk.
Sang Su-impun tahu kalau jawaban dari Koan Ing tentu
membenarkan, dia berkata lagi. "Apakah di dalam hati kecilmu
kau suka dengan Siauw-tan?"
Koan Ing seperti merasakan kepalanya seperti digodam
dengan martil besar, dia jadi bingung sekali untuk menjawab
secara bagaimana, setelah ragu-ragu sebentar akhirnya dia
mengangguk juga. "Aku tahu Siauw-tan pun suka dengan dirimu," ujar Sang
Su-im kemudian setelah termenung berpikir sebentar.
"Sebetulnya akupun ingin menjodohkan dirimu kepada diri
Siauw-tan dan sangat berharap kau bisa baik-baik
menghadapi dirinya, dia adalah seorang bocah yang amat baik
sekali cuma sayang sifatnya rada keras."
Koan Ing termenung tidak mengucapkan sepatah katapun,
dia teringat kembali terhadap diri Sang Siauw-tan berlaku
amat baik sekali terhadap dirinya, tetapi usia dirinya cuma
tinggal delapan puluh lima hari saiya, dia tidak bisa
mencelakai dirinya Sebetulnya Sang Su-im berbicara demikian bertujuan agar
Koan Ing mau menjauhi diri Sang Siauw-tan dengan
sendirinya, tetapi kini melihat dia tidak mengucapkan katakata
lagi, terpaksa ujarnya lagi, "Sejak kecil Siauw-tan sudah
kehilangan ibunya, akupun tidak punya waktu yang banyak
untuk menjaga dan menemaninya, kini dia sudah besar dan
aku sebagai orang tuanya malah merasa tambah tidak leluasa
lagi, aku kira kalau dia dikawinkan cepat-cepat malah jauh
lebih baik lagi." Berbicara sampai disini dia berhenti sebentar, kemudian
sambungnya lagi: "Sifat, tindak tandukmu serta kepandaian
silatmu memang amat cocok sekali dengan diri Siauw-tan, aku
sangat mengharapkan kau bisa memperoleh obat penawar
dengan cepat dan menyembuhkan racunmu terlebih dulu
kemudian baru cari dia lagi, kalau tidak: dia tentu akan sangat
berduka sekali." Mendengar perkataan tersebut Koan Ing segera tertawa
sedih. "Sejak semula aku sudah mengambil keputusan untuk
meninggalkan diri Siauw-tan," ujarnya kemudian.
Mendengar perkataan tersebut Sang Su-im jadi melengak,
dalam hati dia merasa semakin kecewa lagi, dia sama sekali
tidak menyangka Koan Ing adalah seorang lelaki sejati, lama
sekali dia termenung akhirnya tak tertahan lagi satu helaan
napas panjang memecahkan kesunyian.
"Aku adalah ayahnya," ujarnya perlahan. "Tentunya kau
bisa paham bagaimana perasaan seorang ayah menghadapi
urusan semacam ini, aku sangat kagum atas sifat serta tindak
tandukmu tetapi aku tidak bisa mengorbankan seluruh
kebahagiaan dari Siauw-tan."
"Aku paham apa yang kau maksudkan," sahut Koan Ing
sambil tersenyum sedih. "Akupun harus mengucapkan banyak
terima kasih karena kau sudah membantu diriku untuk
menyembuhkan luka dalam yang aku derita."
Sang Su-im yang takut dalam hati Koan Ing merasa
semakin sedih lagi dengan cepat dia berkata kembali, "Aku
sanggup untuk mewariskan seluruh kepandaian silatku
kepadamu termasuk juga ilmu jari "Han Yang Ci Hoat" yang
paling kuandalkan itu."
Lama sekali Koan Ing memperhatikan diri Sang Su-im,
akhirnya dia memperlihatkan satu senyuman paksa.
"Terima kasih atas kebaikan budi dari Empek Sang" ujarnya
kemudian sambil bangkit berdiri. "Budi tersebut aku tidak
berani menerimanya, bilamana kau menganggap hal ini
sebagai pengganti kerugian ku, sebetulnya hal ini tidak perlu
lagi, karena aku sama sekali tidak menderita kerugian
apapun.... " Sehabis berkata dia segera bungkukkan badannya menjura,
"Empek Sang, lain waktu bila ada jodoh kita bertemu
kembali." Selesai berkata dia putar badan, dengan langkah yang
lebar berjalan meninggalkan tempat tersebut.
Dengan pandangan mata yang mendelong, Sang Su-im
memperhatikan bayangan dari Koan Ing yang mulai lenyap
dari pandangannya, dia menghela napas panjang sedang
pikirannya semakin bertambah kacau lagi,
Koan Ing dengan seorang diri melanjutkan perjalanannya
menuju ke arah sebelah Barat, dengan perlahan dia naik ke
atas sebuah bukit yang kecil....
Ooo)*(ooO Bab 17 WAKTU ITU bunga-bunga salju beterbangan memenuhi
angkasa, dengan termangu-mangu dia berdiri seorang diri di
atas bukit kecil itu, Dia merasa setiap bunga salju yang melayang memenuhi
angkasa sudah berubah jadi bayangan Sang Siauw-tan yang
amat banyak sekali. Berpuluh-puluh bayangan dari Sang Siauw-tan dengan
perlahan melayang turun di hadapannya
lalu lenyap tak berbekas.
Dengan kuat-kuat dia menggosok matanya untuk
menghilangkan bayangan lamunan itu. dia sekarang tidak
berhak lagi untuk pergi memikirkan diri Sang Siauw-tan. kalau
dipikirkan lebih lanjut tidak lebih cuma mendatangkan
kemurungan serta kebingungan hatinya saja
Kesemuanya bisa jadi begini hal ini tidak lebih dikarenakan
Ciu Tong sudah memaksa dia untuk menelan obat racun
tersebut.... semuanya ini dikarenakan ilmu silatnya tidak bisa
melebihi diri Ciu Tong, bilamana kepandaiannya jauh melebihi
dirinya.... Mendadak satu bayangan berkelebat kembali di dalam
benaknya, diam-diam gumamnya seorang diri, "Apa sungguhsungguh
tidak bisa" Apakah aku Koan Ing tidak bisa berbuat
sesuatu pekerjaan yang orang lain merasa suatu pekerjaan
yang tidak mungkin terjadi" Pada tempo hari si manusia aneh
dari Bu-lim Jien Wong pun bisa bangkit berdiri kembali setelah
dipukul hingga terluka parah, hal itu adalah satu pekerjaan
yang tidak mungkin bisa terjadi, tetapi dia bisa melakukannya,
apa dirinya tidak sanggup....?"
Berpikir sampai disini, dengan amat sedihnya Koan Ing
menundukkan kepalanya, lantas menghela napas panjang,
dirinya yang sudah berlatih selama hidupnyapun belum bisa
menandingi Ciu Tong, apa lagi usianya kini tinggal delapan
puluh lima hari saja, selama delapan puluh lima hari ini
dapatkah dia melatih ilmu silatnya sendiri jauh lebih tinggi dari
kepandaian silat yang dimiliki oleh Ciu Tong" hal itu tidak
mungkin bisa terjadi atau boleh dikata cuma satu kata-kata
impian belaka.... Sinar matanya dengan perlahan berkelebat, kenapa dirinya
tidak mencoba-coba dulu" Dengan sisa hidupnya yang tinggal
tidak seberapa lama dia harus menciptakan satu peristiwa
yang luar biasa dan lain daripada yang lain....
Tetapi harus berbuat bagaimana"jikalau berdiam diri terus
menerus tidak mungkin bisa memperoleh satu kejadian yang
luar biasa. Berpikir sampai disitu Koan Ing mendadak teringat kembali
akan sesuatu, mendadak dia teringat kembali.
Kitab pusaka Boo Shia Koei Mie yang pernah diperoleh dari
tangan Song Ing, selama ini dia belum pernah melihatnya
barang sekejappun. dengan perlahan dia mulai mengambilnya
keluar dari dalam sakunya.
Dia masih teringat sikap dari Song Ing sewaktu
menghadiahkan kitab pusaka tersebut kepadanya, tetapi
selama ini dia terlalu memandang enteng kitab tersebut
karena menurut anggapannya sekalipun kepandaian silat yang
dimiliki Song Ing amat tinggi tetapi dia belum termasuk luar
biasa. Dengan per lahan-lahan Koan Ing mengambil kitab pusaka
Boe Shia Koei Mia tersebut lalu duduk bersila dan mulai
membuka halaman pertama. Di atas kitab yang terbuat dari kain sutera itu terlihatlah
beberapa kata yang ditulis dengan amat indahnya, pada baris
pertama kira-kira bertuliskan.
ilmu silat tak ada ujung pangkalnya, walaupun aku sudah
mengadakan penyelidikan selama lima belas tahun lamanya di
daerah Tionggoan dan memperdalam ilmu silat dari sepuluh
partai besar tetapi apa yang aku peroleh tidaklah terlalu
banyak. Apa yang aku peroleh tempo hari bersama-sama dengan
kepandaian yang aku dapatkan sebelumnya kini aku bukukan
jadi satu, barang siapa saja yang dapat mempelajarinya maka
segera akan menjadi seorang jagoan tanpa tandingan, harap
suka memelihara buku ini baik-baik,
Lama sekali Koan las termenung membaca tulisan tersebut,
dia sama sekali tidak mengira kalau kitab tersebut adalah hasil
penyelidikan dari Song Ing sendiri yang kemudian dibukukan.
Lama sekali dia termenung, akhirnya dia membuka kembali
halaman yang kedua, di sana tercatatlah berbagai ilmu silat
yang paling dahsyat dari Thian-yu-pay, di samping itu ternyata
masih termuat juga berpuluh-puluh jurus gerakan yang dia
belum pernah memperoleh sebelumnya, bahkan disampingnya
masih terdapat juga kritikan dari Song Ing sendiri.


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Selanjutnya pada halaman berikutnya termuat berbagai
ilmu silat dari partai2 yang lain, ternyata Song log itu memang
benar amat dahsyat sekali tidak disangka seluruh ilmu silat di
dalam dunia kangouw dia memahaminya benar-benar, bahkan
terdapat pula perubahan serta pecahan2 menurut
pendapatnya sendiri, Di dalam hati Koan Ing benar-benar merasa amat kagum
atas ketelitian dan ketajaman otaknya, dia cuma merasa heran
secara bagaimana Song Ing bisa mencuri begitu banyak ilmu
silat yang amat lihay dari jago-jago Bu-lim, bahkan dapat
memahaminya pula. Satu halaman demi satu halaman dibacanya dengan teliti,
semakin melihat dia merasa semakin tertarik lagi dan dia
merasa apa yang dimuat di dalam kitab itu mengandung
maksud yang mendalam dan mempunyai perubahan yang
amat luas sekali, sehingga tanpa terasa lagi dia sudah
membacanya sampai halaman terakhir.
Setelah habis membaca kitab itu dia termenung berpikir
beberapa saat lamanya. dia merasa jurus serangan yang
termuat di dalam kitab pusaka "Boe Shia Koei Mia" itu dahsyat
laksana menggulungnya ombak, di tengah samudra yang
saling susul menyusul dengan tak henti-hentinya berkelebat di
dalam benaknya. Lama sekali Koan Ing termenung berpikir keras, dia merasa
perkataan Song Ing yang mengatakan "Ilmu silat tidak ada
ujung pangkalnya" memang benar, dia merasa semakin belajar
semakin tertarik dan tidak ada jemu2nya.
Tidak tertahan lagi sekali lagi dia membaca seluruh isi yang
termuat di dalam kitab pusaka "Boe Shia Koei Mia" itu, kali ini
dia benar-benar merasa hatinya amat girang benar, dia
merasa menyesal kenapa tidak sejak dahulu dia
mempelajarinya. Ketika Koan In selesai membaca isi kitab pusaka itu untuk
kedua kalinya cuaca sudah mulai menggelap, dia jadi tertegun
dia sama sekali tidak menyangka dirinya sudah membaca kitab
itu selama satu harian penuh.
Dengan perlahan dia kebut jatuh bunga-bunga salju yang
mengotori bajunya, pada waktu itu dia sama sekali tidak
merasa lapar ataupun dahaga, di dalam benaknya cuma
dipenuhi dengan jurus-jurus serangan dari perbagai aliran
yang ada di dalam Bu-lim pada saat ini,
Pada waktu Koan Ing sedang berpikir keras itulah
mendadak dari tempat kejauhan berkelebat mendatang dua
sosok bayangan manusia dengan amat cepatnya, dia
mengerutkan alisnya rapat-rapat.
Di tengah tanah salju yang demikian sunyi dan sepinya
jagoan berkepandaian tinggi dari mana lagi yang sedang
melakukan perjalanan"
Jilid 8 DI TENGAH suasana magrib kabut melayang menutupi
pandangan, ketika Koan Ing dapat melihat, orang yang datang
adalah Ciu Tong ayah beranak, Ciu Tong pun saat itu sudah
dapat melihat dirinya. Dia tahu bilamana mau melarikan diri dari sana bukanlah
satu pekerjaan yang gampang, jauh lebih baik kalau menanti
kedatangan mereka. Ciu Tong yang melihat Koan Ing seorang diri berdiri di
tengah tanah salju dia pun rada dibuat tertegun, tetapi
sebentar kemudian sudah tertawa.
"Ooow.... kiranya kau orang adanya, tidak disangka kau
bisa disini seorang diri." Sembari berkata tubuh kedua orang
itu mulai berkelebat mendekati diri Koan Ing.
Kiranya kedua orang itu sedang mengejar diri Sang Siauwtan
sudah bersembunyi di tempat mana, maka itu setelah
mencari seharian penuh tidak menemukan juga sebaliknya
secara diluar dugaan sudah berjumpa kembali dengan Koan
Ing. Koan Ing cuma tertawa tawar tanpa mengucapkan
sepatah katapun. Ciu Tong yang melihat Koan Ing berdiri di tempat itu
dengan amat tenangnya di dalam hati diam-diam berkelebat
satu ingatan. "Apa mungkin dia sengaja berada di sini untuk menunggu
kedatangan Sang Siauw-tan?" pikirnya.
Berpikir sampai disini tidak tertahan lantas tanyanya, "Hey
kau melihat diri Sang Siauw-tan tidak?"
Koan Ing mengerutkan alisnya rapat-rapat, diam-diam di
dalam hati berpikir, "Dengan kepandaian silat yang aku miliki
saat ini masih bukan tandingan dari Ciu Tong jikalau aku cari
gara-gara dan ngotot menantang dia untuk bertempur
bukankah hal ini sama saja dengan mencari gebuk?"
Heeei.... , begini saja kalau Ciu Tong bangsat tua ini sudah
bersikap keterlaluan aku lebih baik jangan turun tangan,
Berpikir sampai disitu dengan perlahan dia lantas
gelengkan kepalanya, Ciu Tong yang melihat air muka serta sikap dari Koan Ing
ini segera menduga di dalam hati kalau Sang Su-im tentunya
sudah mengucapkan sesuatu terhadap dirinya tetapi kenapa
dia masih berada di tempat ini seorang diri" Tetapi dia
percaya Sang Su-im tidak mungkin dapat menjodohkan Sang
Siauw-tan dengan diri Koan Ing.
Jika dilihat dari sikap Sang Siauw-tan sendiri, dia bisa
melihat kalau Sang Siauw-tan mencintai Koan Ing dengan
tulus ikhlas dan cintanya adalah cinta murni dia masih harus
berusaha untuk menghalangi diri Koan Ing mendekati Sang
Siauw-tan lagi, Dia termenung berpikir sebentar, akhirnya satu suara
tertawa yang amat seram berkumandang memenuhi angkasa.
"Aku dengar sewaktu Jien Wong munculkan dirinya untuk
pertama kali, cuma kau seorang saja yang sudah bercakapcakap
dengan dirinya Hmm.... hmm.... selamanya dia jarang
melepaskan mangsanya di dalam keadaan bernyawa,
tetapijika dilihat dari kau orang yang dikecualikan aku rasa
tentunya diantara kalian ada sedikit hubungan persahabatan.
Hehe.... heee.... aku rasa membawa kau serta pergi mencari
Jien Wong adalah satu pekerjaan yang paling cocok.
"Aku sama sekali tidak mempunyai ikatan persahabatan
apa-apa dengan dirinya, aku rasa kau bajingan tua sudah
salah duga, tapi.... "
"Ehmm.... kalau memangnya kau ingin aku pergi bersamasama
dengan kalian akupun dengan senang hati akan menyanggupi."
Ciu Tong jadi melengak, dia tahu sifat dari Koan Ing amat
kukoay sekali dan sukar diraba, dia sama sekali tidak
menyangka ini hari dia orang bisa berlaku begitu
sembarangan, tetapi sebentar kemudian dia sudah tertawa
terbahak bahak. "Haaa.... haaa.... tidak kusangka ini hari kau bisa bicara
dengan baik?" Di tengah suara kerasnya itulah tiba-tiba, "Hmmm, masih
ada aku seorang yang akan berangkat bersama sama dengan
kalian.... " satu suara yang dingin bergema datang.
Sekali lagi Ciu Tong jadi melengak, dengan cepat dia
menoleh memandang ke arah darimana berasalnya suara
tersebut. Tampaklah Sang Su-im dengan wajah yang adem sedang
berdiri tidak jauh dari dirinya, sinar matanya yang amat tajam
pada saat ini terang memandang ke arahnya dengan penuh
perhatian. Dalam hati Ciu Tong segera merasa keheranan, dia tidak
habis mengerti. Sang Su-im yang tadi orangnya sudah pergi
jauh, bagaimana secara tiba-tiba bisa muncul kembali disana,
tetapi dia tahu, jikalau ada dia disana maka perduli dia mau
mengurusi diri Koan Ing maupun menghadapi diri Sang Siauwtan
tentu bakal menemui kesulitan2,
"Haaa.... haaa.... kiranya Sang Loo-te sudah datang"
serunya sambil tertawa terbahak-bahak. "Aku ayah beranak
sudah cari kau kemana-mana tanpa memperoleh hasil, tidak
kusangka kau bisa munculkan dirinya sendiri di sini."
Dengan dinginnya Sang Su-im memperdengarkan suara
dengusannya, dia sudah termenung berpikir lama sekali
akhirnya di dalam hati merasa sangat tidak senang, kini
melihat Ciu Tong agaknya bermaksud tidak baik terhadap diri
Koan Ing membuat hatinya semakin mendongkol lagi,
"Ciu heng, Kong Bun-yu sudah mati, jikalau bersikap
demikian kasarnya terhadap diri keponakan muridnya
bukankah tindakanmu ini sedikit keterlaluan?" serunya
terhadap diri Ciu Tong. Ciu Tong jadi tertegun, selama ini di dalam hatinya dia
terus menerus sedang berpikir dengan cara bagaimana
hendak memberikan penjelasannya bilamana Kong Bun-yu
datang, saat ini dia mendengar Kong Bun-yu sudah mati,
seketika itu juga membuat hatinya merasa terkejut bercampur
girang. Tetapi diluarnya dia pura-pura memperlihatkan rasa
sedihnya, dia menghela napas panjang dan tundukkan
kepalanya rendah-rendah, "Heeei.... Kong Loo-te masih muda
dan berkepandaian amat tinggi sekali, tidak disangka dia
diberkahi umur yang begitu pendek."
Padahal di dalam hati saking girangnya dia kepingin
meloncat-loncat, justru dikarenakan Koan Ing bukan anak
murid dari Kong Bun-yu melainkan cuma keponakan muridnya
itulah dia baru menurunkan tindakan kejam kepadanya, kini
setelah mendengar berita atas kematian dari Kong Bun-yu
membuat dia diberi satu kesempatan lagi untuk lebih
memperhebat siksaannya terhadap Koan Ing.
Sikap serta tindak tanduk yang pura2 dari Ciu Tong ini
sudah tentu tidak dapat lolos dari pandangan mata Koan Ing
maupun Sang Su-im berdua,.... dalam hati mereka berdua
segera mendengus dengan amat dinginnya.
Tetapi bagaimana Sang Su-im secara tiba-tiba bisa
membuka rahasia ini dihadapan Ciu Tong" Bukankah Koan Ing
sudah pesan wanti2 kepadanya untuk jangan di bocorkan"
Sang Su-im yang bukan baru pertama kalinya terjunkan diri
ke dalam Bu-lim di dalam hati sudah tentu mempunyai
perhitungannya sendiri, dia tidak akan berlaku gegabah di
dalam melakukan tindakan tertentu.
Selesai berkata Ciu Tong lalu menoleh ke arah Sang Su-im
dan sambungnya lagi, "Sang Loo-te, mari kita pergi mencari
kereta berdarah itu."
Sang Su-im tersenyum dan menganggukkan kepalanya,
sinar matanya dengan perlahan menyapu sekejap ke sekeliling
tempat itu tapi mendadak air mukanya sudah berubah amat
hebat.... Koan Ing pun mengerutkan alisnya rapat-rapat sinar
matanya berkelebat menyapu sekeliling tempat itu, dia merasa
kaget dan ngeri sewaktu melihat keadaan di sekeliling sana.
Kiranya entah sejak kapan di empat penjuru dari empat
orang itu sudah muncul berpuluh-puluh api setan
Air muka Ciu Tong berubah sangat hebat, kepada Sang Suim
serunya sambil tertawa, "Sang Loo-te, apa mungkin orang
yang sudah pada mati kini telah pada bangkit kembali dari
kuburan?" "Bangkitnya kembali Yu Ming Hiat Noe aku sudah
memperoleh kabar sejak semula, tetapi
dia orang yang ada diratusan li dari tempat ini bagaimana
dengan begitu cepatnya bisa
sampai disini?" Mendengar perkataan tersebut Koan Ing jadi sangat
terperanjat, "Yu Ming Hiat Noe" atau Si Budak Berdarah yang
terjadi pada dua puluh tahun yang lalu, yang satu adalah
munculnya Kereta Berdarah di dalam di dunia persilatan
sedang yang lain adalah munculnya iblis dari daerah See Ih
"Yu Ming Hiat Noe" atau Si Budak Berdarah dari kegelapan
yang mulai menyebarkan pengaruhnya ke dalam daerah
Tionggoan. Akhirnya kereta berdarahnya setelah dikerubuti oleh empat
manusia aneh berhasil dirubuhkan, walaupun kemudian Jien
Wong berhasil melarikan diri tetapi sejak itu beritanya lenyap
dan dalam. Sedangkan Si Budak Berdarah dari kegagalan itu
setelah terjadi pertempuran yang amat sengit di atas gunung
Thian San melawan tiga manusia aneh sekalipun di kemudian
hari tiga manusia genah pulang ke gunung di dalam keadaan
terluka tetapi sejak itu pula Si Budak Berdarah dari
kegelapanpun lenyap dari pendengaran Bu-lim.
Sungguh tak disangka sama sekali api setan Yu Seng Koei
Kwe -nya bisa munculkan diri kembali di tempat ini.
Ciu Tong serta Sang Su-im tahu pada dua puluh tahun
yang lalu kepandaian silat dari tiga manusia genah empat
manusia aneh adalah seimbang satu sama lainnya, tetapi
mereka belum pernah bertempur dengan Si Budak Berdarah dari
kegelapan ini, kini secara tiba-tiba mendengar dia munculkan
dirinya kembali bahkan dengan menggunakan api setan "Liuw
Seng Koei Hweenya menantang mereka berdua untuk
bertempur, tidak urung membuat mereka berdua merasa
sedikit bergidik juga. Bilamana bertemu dengan si manusia tunggal dari Bu-lin
Jien Wong ada kemungkinan mereka bisa mengadakan
perjanjian untuk bergebrak pada satu saat tertentu tetapi
terhadap Si Budak Berdarah dari kegelapan ini mereka cuma
pernah mendengar namanya saja tanpa mengetahui orangnya
yang sebetulnya. Kedatangan Thian Siang Thaysu itu ciangbunjin dari Siauwlimpay kali inipun di samping soal kereta berdarah, yang
penting adalah persoalan munculnya kembali Si Budak
Berdarah dari kegelapan ini
Ciu Tong menyapu sekejap ke sekeliling tempat itu, lantas
dia tertawa dingin. "Heee.... heee.... buat apa kau mempergunakan permainan
setan ini untuk menakuti-nakuti orang?" bentaknya dengan
keras. "Kalau kau orang benar-benar bernyali, ayoh cepat
keluar dan kita bergebrak dengan terang-terangan "
Tetapi api setan itu cuma naik turun saja di tengah udara,
di sekeliling tempat itu sama sekali tidak tampak sesosok
bayangan manusiapun, membuat suasana bukit tersebut
terasa amat seram dan mendirikan bulu roma. Sang Su-im
segera tertawa tawar. Jikalau dia orang punya minat untuk munculkan diri dan
bertemu dengan kita, tidak perlu kau berteriakpun dia bisa
menampakkan diri!" serunya.


Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ciu Tong mengerutkan alisnya, "Apa?"
"Aku tidak percaya dengan kepandaian silat kita berdua
masih ada orang yang berani
mencabut kumis macan, Hmm hmm.... kecuali orang yang
sudah tidak kepingin hidup lagi"
teriaknya sambil tertawa, "Aku lihat Si Budak Berdarah dari
kegelapan itupun tidak terlalu luar biasa."
Sang Su-im cuma tertawa saja tanpa mengucapkan
sepatah katapun. Diantara keempat manusia aneh, masing-masing
mempunyai kepandaian silat dahsyat yang mempunyai
keistimewaan sendiri-sendiri, ilmu pedang dari Kong Bun-yu
boleh di kata tanpa bandingan di seluruh kolong langit, ilmu
jari "Han Yang Ci" dari Sang Su-im merajai Bu-lim, ilmu mayat
membusuk dari Ciu Tong juga boleh di kata tak ada
bandingannya ditambah pula dengan sepasang telapak dari
Toa Mo Sian Ciang. Dia percaya pada dua puluh tahun ini tidak bakal ada orang
yang berani mencari gara-gara dengan diri mereka berempat.
Kisah Sepasang Rajawali 17 Kisah Si Pedang Kilat Karya Kho Ping Hoo Misteri Lukisan Tengkorak 6

Cari Blog Ini