Kereta Berdarah Karya Khu Lung Bagian 9
diantara empat manusia aneh tetapi perbuatanmu sangat
terkutuk, ternyata seorang angkatan muda pun berani
bertindak dengan menggunakan cara yang paling rendah ini.
Ciu Tong lantas angkat kepalanya tertawa terbahak bahak.
"Haaaa.... haaaa.... empat manusia aneh?" teriaknya keras.
"Kesemua itu hanyalah urusan tempo hari saja, sejak masuk
ke dalam Tibet hanya cukup seorang Koan Ing saja tidak bisa
menangkan dirinya, buat apa aku perlu gagah gagahan lagi"
Dia berhenti sebentar untuk kemudian sambungnya lagi.
"Aku sudah menelan racun dan sembiIan puluh hari
kemudian seluruh kepandaian silatku akan musnah, sedang
hidupku pun habis sudah, bilamana aku tidak berbuat
demikian mungkin sepuluh tahun lagipun belum tentu bisa
berhasil menyelesaikan semua urusan ini.
Sehabis berkata sinar matanya dengan amat dinginnya
memandang sekejap ke arah Suto Beng Cu bertiga yang baru
saja mengejar datang. Cha Can Hong tidak bisa berbuat apa-apa lagi, walaupun
dia adalah seorang jagoan yang namanya berada dideretan
empat manusia aneh tetapi diapun tahu sebelum Ciu Tong
turun tangan sendiri tidak bakal dia berhasil menolong gadis
itu dari cengkeramannya, Bahkan diapun merasa tidak punya pegangan untuk
menahan Ciu Tong walaupun seandainya dia berhasil melukai
gadis tersebut. "Lantas kau ingin berbuat apa?" tanyanya
kemudian. "Heeee.... heee.... kini kita berada di dalam keadaan yang
amat kritis dan saling bekerja untuk kepentingan diri sendiri."
ujar iblis tua itu sambil tertawa dingin. "Siapa yang unggul
maka yang lain harus mendengarkan perkataannya kalau tidak
hal itu sama saja dengan mencari penyakit buat dirinya sendiri,"
Ca Can Hong yang mendengar perkataan tersebut segera
mengerutkan alisnya rapat-rapat, walaupun perbuatan dari Ciu
Tong amat rendah tetapi benar-benar bisa menghadapi
keadaan, asalkan syarafnya tidak terlalu berat sudah tentu
mereka suka mendengar kan perkataannya,
Dengan pandangan yang amat dingin Ciu Tong menyapu
sekejap kesemua orang, lalu kepada Koan Ing ujarnya dengan
dingin, "Aku tak tahu bagaimana kau bisa menolong Sang Siauwtan
turun dari puncak Su Li Hong, tetapi kau yang mau naik ke
puncak Su Li Hong tentunya mau juga bukan ikut aku
pergi?" Biji mata Koan Ing berputar, pada saat ini dia benar-benar
berada di dalam keadaan kepepet. Ciu Tong kembali tertawa
terbahak-bahak, ujarnya lagi kepada Cha Can Hong, "Kau
jangan mengira bisa berbuat bagaimana kepadamu, kita
belum pernah bentrok maka boleh dikata masih merupakan
kawan lama, kau jangan kuatir kalau aku bisa menggunakan
dirimu." Cha Can Hong yang mendengar perkataan itu mengandung
nada menyindir, dia jadi gusar.
"Ciu Tong Lebih baik berbicara terus terang saja, bilamana
kau berani berbuat sesuatu terhadap Sang Siauw-tan maka aku tidak akan
berbuat sungkan-sungkan lagi terhadap dirimu apalagi Sang
Su-impun bukannya manusia yang bisa dipermainkan." Dalam
hati Ciu Tong sudah punya perhitungan, dia lantas tertawa
terbahak-bahak. "Haaa.... haa.... kau jangan kuatir, aku tidak akan berbuat
sesuatu terhadap dirinya walaupun aku pernah bentrok
dengan diri Sang Su-im tetapi diantara kitapun tidak ada
ikatan budi maupun sakit hati, aku tidak bakal membinasakan
dirinya." Dengan dinginnya Cha Can Hong mendengus.
"Ciu Tong," tegurnya dengan berat. "Tidak perduli kau akan
bicara bagaimana pokoknya kau tidak boleh mengganggu
seujung rambutnyapun."
"Hmm tentunya kau tidak akan tega melihat dia menemui
ajalnya hanya dikarenakan sedikit urusan kecil bukan?"
Mendengar ancaman itu Cha Can Hong kontan merasa
hatinya menjeblos. "Kau ingin apakan dirinya?" teriak Koan Ing sambil
melintangkan pedangnya. "Kau ikut aku pergi, apa yang bakal aku perbuat terhadap
dirinya nanti kau bisa melihat dengan sendirinya."
Sehabis berkata sambil menyeret tubuh Sang Siauw-tan dia
berjalan ke depan. Koan Ing pun dengan cepat mengikuti dari
belakang tubuhnya. "Engkoh Ing" tiba-tiba terdengar Sing Siauw-tan menoleh
berteriak keras. Jangan ikuti diriku.... jangan ikuti diriku.... "
Ciu Tong tertawa dingin, jari tangannya berkelebat
menotok jalan darah kaku dari gadis tersebut kemudian tanpa
menoleh lagi berjalan ke arah depan. Koan Ing rada ragu-ragu
sejenak, tetapi akhirnya diapun ikut ke depan.
Ca Can Hong benar-benar merasa gusar bercampur cemas.
tetapi diapun tak bisa berbuat apa-apa, terpaksa ikut saja dari
belakang pemuda tersebut.
Matanya dengan tajam memperhatikan diri Ciu Tong
sedang hati mulai berpikir bagaimanakah caranya pergi
menolong diri Sang Siauw-tan.
Dengan gemasnya Koan Ing memperhatikan Sang Siauwtan
di dalam cengkeraman Ciu Tong, walaupun dia punya
maksud untuk menolong gadis tersebut tetapi dia takut.... dia
takut serangannya gagal sebaliknya malah mencelakai dirinya.
Berbagai pikiran dengan cepat berkelebat di dalam
benaknya, tetapi sama sekali tidak berhasil mendapatkan cara
yang baik. Suatu ingatan berkelebat di dalam benaknya, dengan
kecepatan yang luar biasa dia maju dua langkah ke depan
mendesak semakin mendekat dengan diri Ciu Tong.
"Hmmmm, Koan Ing kau jangan main kayu dihadapanku
lagi," dengus Ciu Tong tanpa menoleh lagi, "Dengan
kepandaian yang kau miliki jangan harap bisa merebut gadis
ini dari tanganku, bilamana kau lebih mendekat lagi jangan
salahkan aku akan bertindak tanpa sungkan-sungkan terhadap
Sang Siauw-tan." Koan Ing tertegun, sebetulnya dia bermaksud hendak
menggunakan menyiksa diri untuk menolong gadis tersebut,
tetapijika dilihat dari keadaan iblis tua itu agaknya cara
apapun tidak bakal bisa di jalan kan.
Selagi dia menundukkan kepalanya termenung itulah
mendadak Ciee Tong menghentikan langkahnya.
Koan Ing jadi melengak dan dongakkan kepalanya ke atas,
seketika itu juga dia merasa terkejut bercampur girang.
Kiranya perjalanan mereka sudah dihalangi oleh Thian
Siang Thaysu, sedangkan di belakangnya sudah ada Hud Ing
Thaysu, Thian Liong Thaysu serta anak murid Siauw-lim-pay
lainnya, "Hmm hweesio gundul, kau mau apa?" serunya dengan
berat. Sinar mata Thian Siang Thaysu segera menyapu sekejap
kesemua orang, dia bukanlah untuk pertama kali menerjunkan
diri ke dalam dunia kangouw, sudah tentu di dalam urusan ini
hanya di dalam sekali pandang saja sudah tahu apa yang
sebenarnya sudah terjadi.
"Kau tinggalkanlah Koan Ing disini, aku lantas lepaskan kau
pergi!" serunya tawar,
Ciu Tong segera mengerutkan alisnya rapat-rapat,
sebetulnya bagi dia orang untuk meninggalkan Koan Ing
bukanlah jadi persoalan, tetapi dengan kedudukannya pada
saat ini sudah tentu dia tidak suka mengalah dengan begitu
saja, Tidak kuasa lagi dia tertawa terbahak-bahak,
"Haaa.... haaa.... kau ingin aku tinggalkan Koan Ing buat
dirimu?" ejeknya ambil menuding Thian Siang Thaysu, Selesai
berkata kembali dia tertawa terbahak-bahak,
Thian Siaug Thaysu yang dituding oleh Ciu Tong sambil
tertawa terbahak-bahak sudah tentu tidak bisa menahan sabar
lagi dia tertawa dingin, "Pinceng justru ingin kau tinggalkan
Koan Ing buat diriku",
Ciu Tong menarik kembali senyumannya, tanpa menoleh
lagi kepada Cha Can Hong katanya.
"Cha Loo-te kau boleh hadapi hwesio gundul dari Siauwlimsi ini", Cha Can Hong yang melihat sikap dari Ciu Tong ini mirip
orang yang lagi memberi perintah dalam hatinya merasa amat
gusar. "Sudah tentu dia tidak ingin berbuat begitu sesuai dengan
perkataan dari iblis luar lautan itu, Ciu Tong!" serunya sambil
mendengus dingin, "Urusan ini tiada sangkut pautnya dengan
Siauw-tan, lebih baik kau turun tangan sendiri saja",
"Ouw, jadi maksud Cha Loo-te kau rela membiarkan Koan
Ing dibawa pergi oleh mereka."
Cha Can Hong jadi melengak, dia sama sekali tidak
menyangka kalau Ciu Tong bisa menggunakan Koan Ing untuk
menakut-nakuti dirinya, Setelah termenung berpikir sebentar,
akhirnya dia mau juga ke depan.
Ciu Tong kembali tertawa dingin, "Cha Loo-te sejak masuk
ke daerah Ti bet kau orang belum pernah secara resmi
memperlihatkan ilmu telapak "Toa Mo Hwee Kiom Ciang" mu
itu, ini hari justru kau harus memamerkannya dihadapan kita",
Thian Siang Thaysu Yang melihat Ciu Tong ternyata bisa
menggunakan tenaga dari si dewa telapak Cha Can Hong
dalam hati merasa agak bergidik, bilamana si dewa telapak
dari gurun pasir turun tangan maka istrinya Suto Beng Cu pun
pasti tidak akan berpeluk tangan,
Ditambah lagi dengan Koan Ing sendiri, Ciu Tong serta
kedua orang gadis tersebut yang bersama-sama mengerubuti
mereka, ada kemungkinan suatu bencana tidak bakal lolos,
Baru saja berjalan dua langkah ke depan mendadak satu
ingatan berkelebat di dalam benak Cha Can Hong, dia pikir
buat apa dirinya digunakan oleh Ciu Tong hanya hendak diadu
dengan hweesio dari Siauw-lim-pay tersebut,
Mendadak dia mendapatkan satu cara.
"Thaysu!" serunya kepada Thian Siang hweesio. "Buat apa
di antara kita harus bergebrak sendiri, aku pikir lebih baik
untuk sementara waktu kita berjaga dengan situasi sekarang
ini, bagaimana kalau kita turun tangan setelah melihat Ciu
Tong hendak berbuat apa atas diri Sang Siauw-tan?"
Sebenarnya dihati kecil Thian Siang Thaysu sendiri juga
tidak mau bergebrak melawan diri Cha Can Hong
"Perkataan sicu amat betul, hal ini sangat cocok dengan
maksud hatiku," sahutnya sambil merangkap tangannya
memberi hormat. Ciu Tong yang melihat mereka berdua bukannya bergebrak
sebaliknya malah berkawan, sinar matanya kembali berkedip.
Mendadak dia tertawa terbahak-bahak dengan amat
kerasnya.... "Haa.... haa demikianpun baik juga, ayoh pada
menyingkir!" Sehabis berkata dengan langkah yang lebar mereka
berjalan ke sebelah depan.
Cha Can Hongpun lantas menyingkir dua langkah ke
samping melindungi diri Koan Ing dan mengikuti dari belakang
Ciu Tong. Thian Siang Thaysu yang melihat kejadian inipun tidak
banyak bicara, dia tidak ingin terjadi bentrokan pada saat ini,
dia akan menanti sewaktu Cha Can Hong bentrok dengan Ciu
Tong soal Sang Siauw-tan dia akan menggunakan kesempatan
yang baik itu untuk turun tangan.
Demikianlah dengan Ciu Tong berjalan di depan, lainnya
pada mengikuti terus dari
belakangnya, Agaknya dia sama sekali tidak mengambil gubris terhadap
soal tersebut asalkan dia berhasil menawan diri Sang Siauwtan
maka apapun tidak perlu ditakuti lagi, dia tahu dirinya bisa
membinasakan Sang Siauw-tan terlebih dulu sebelum
terlambat. Dalam hati iblis tua inipun percaya kalau Koan Ing sekalian
tidak bakal berani berbuat ambil tindakan, maka itu dia tidak
takut kalau mereka tidak sampai mendengarkan dirinya.
Dengan langkah lebar Ciu Tong berjalan ke depan,
beberapa saat kemudian sampailah dia disebuah gua yang
amat besar. Ciu Tong kembali tertawa keras, teriaknya, "Gua
ini cukup besar dan muat untuk didiami sedemikian banyak
orang, kitapun bereskan urusan ini disini juga."
Selama ini Koan Ing terus menerus memikirkan suatu cara
untuk menolong diri Sang Siauw-tan dari tangan Ciu Tong,
tetapi keadaan semakin lama semakin kacau bahkan Thian
Siang Thaysupun kini sudah datang. ^
Dengan munculnya Thian Siang Thaysu ini, memang dia
memperoleh satu kebaikan yaitu tidak usah tersiksa
dikarenakan Sang Siauw-tan, tetapi hweesio itu lagi mencari
dirinya atau dengan perkataan lain suatu persoalan yang rumit
kembali terpapar di hadapannya.
Dalam hati Koan Ing tahu kalau Thian Siang Thaysu
bukannya tidak ingin, tidak mendapatkan Sang Siauw-tan,
karena persoalannya dengan Sang Su-im belum selesai apalagi
gadis itupun sudah membakar habis kuil Han-poh-si, maka
gadis tersebut adalah satu barang penting pula dimatanya.
Cuma saja selama ini dia selalu mengalah dikarenakan dia
tidak ingin mendapat musuh yang lebih banyak.
Setelah masuk ke dalam gua mereka melakukan perjalanan
kembali beberapa saat lamanya, mendadak Ciu Tong berhenti
dan putar badannya. "Terima kasih saudara-saudara sekalian suka datang
kemari, putraku sebentar lagi bakal datang" ujarnya sambil
tertawa. Dengan dinginnya Cha Can Hong segera mendengus
dingin. "Ciu Tong sebenarnya kau ingin main setan apalagi?"
Ciu Tong segera tertawa terbahak-bahak, dia duduk di atas
batu cadas, tangan kanannya
mencekal toya sedang tangan kirinya memeluk Sang Siauwtan.
dia sama sekali tidak menggubris perkataan Cha Can
Hong itu. Dalam hati Cha Can Hong merasa semakin gusar, suatu
putulan yang keras dengan amat cepatnya menghajar di atas
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
batu cadas di samping tubuhnya.
"Ciu Tong. Kau jangan sombong!" bentaknya gusar.
Ciu Tong si iblis dari lautan ini lantas menarik kembali suara
tertawanya, sambil mengerutkan aliinya dia menyapu sekejap
kesemua orang. "Biarlah aku berkata setelah putraku datang,"
katanya. Sehabis berkata dengan perlahan dia memejamkan
matanya dan duluk bersemedi.
Saat ini Thian Siang Thaysu tidak bisa menahan sabar lagi,
dengan dinginnya dia maju ke depan mendekati diri Ciu Tong.
"Cha Can Hong!" mendadak si iblis tua dari luar lautan ini
membuka matanya dan membentak dengan amat gusarnya.
"Aku peringatkan dulu kepadamu, bilamana kau membiarkan
si hweesio gundul ini mendekati diriku maka segera akan aku
bunuh dulu diri Sang Siauw-tan."
Mendengar ancaman itu Cha Can Hong jadi berdesir.
"Thaysu tahan!" teriaknya ragu-ragu.
Antara Thian siang Thaysu dengan Cha Can Hong sama
sekali tidak ada ganjeIan sakit hati apa-apa, sedang mereka
berdua pun agaknya tidak ingin saling bentrok, kini
mendengar Cha Can Hong berteriak di a pun lantas berhenti.
"Cha sicu," ujarnya. "Walaupun kita berdua belum kenal
lama teiapi kitapun tidak ingin sampai terjadi bentrokan
diantara kita berdua, bagaimana kalau kitajangan saling
mengganggu." "Maaf cayhe tidak mengerti maksud dari Thaysu."
"Aku merasa sangat tidak puas dengan cara Ciu Tong yang
train culik, bilamana dia berani melukai barang seujung
rambutpun dari diri Sang Siauw-tan maka aku tidak akan
mengampuni dirinya lagi."
Mendengar perkataan itu Cha Can Hong merasakan hatinya
amat girang, bilamana Thian Siang Thaysu suka turun tangan
membantu dirinya ada kemungkinan mereka berhasil paksa
Ciu Tong untuk melepaskan diri Sang Siauw-tan.
Sebaliknya Ciu Tong Yang mendengar perkataan tersebut
segera meratakan hatinya amat terperanjat, bilamana mereka
berdua sungguh-sungguh bekerja sama dia sendiri tidak akan
berani mengapa-apakan diri Sang Siauw-tan sekalipun boleh
dikata usianya tidak panjang lagi tetapi dihati kecilnya dia
masih berharap bisa hidup lebih lama.
"Cha Can Hong" ujarnya dengan dingin. "Kau harus ingat
bilamana Sang Siauw-tan sampai terluka hal mi terlalu tidak
baik", Cha Can Hong cuma mengerutkan alisnya saja, dan tidak
ambil gubris diri Ciu Tong. Dia tahu Thian Siang lhaysu tidak
akan memberi bantuan kepadanya dengan percuma. Thian
Siang Thaysu yang melihat sikap Cha Can Hong rada setuju
dia kembali berkata, "Tetapi setelah urusan selesai kau harus
menyerahkan Koan Ing kepadaku"
Cha Can Hong jadi tertegun, dengan menggunakan Koan
Ing untuk menukar Sing Siauw-tan
walaupun di dalam hati dia menyetujui tetapi diapun tahu
dengan kelicikan dari Ciu Tong urusan tidak bakal bisa
berjalan lancar. Dia tahu sekalipun Thian Siang Thaysu mempunyai sesuatu
maksud terhadap diri pemuda itu tetapi dia jauh lebih lurus
daripada Ciu Tong, bilamana Koan Ing ada ditangannya tidak
akan terlalu berbahaya. Apalagi nyawa Koan Ing pun tinggal
sepuluh hari saja.... Tetapi bilamana ditinjau lagi dari peraturan Bu-lim, hal ini
sama sekali tidak boleh dilakukan....
Lama sekali Cha Can Hong berdiri tertegun disana, Ciu
Tong yang takut dia benar-benar setuju dengan cepat
menimbrung dengan nada yang amat dingin,
"Cha Can Hong, kau haruslah ketahui bila sedikit aku
gerakkan tanganku, maka Sang Siauw-tan akan menemui
ajalnya, sebelum bertindak, lebih baik kau pikir dulu masakmasak!"
Sinar mata Cha Can Hong kembali berputar, dia masih
ragu-ragu untuk mengambi tindakan,
"Thaysu!" tiba-tiba terdengar Koan Ing menimbrung dari
samping, "bilamana kau suka membantu paman Cha
menolong Siauw-tan lolos dari tangannya aku rela menerima
hukumanmu," Ciu Tong jadi kaget. tergesa-gesa dia bangun
dan lintangkan toyanya ke depan.
"Hmmm kalianjangan mengira denganjumlah yang banyak
bisa berhasil melakukan sesuatu tindakan sesuka hati, siapa
saja yang berani maju selangkah lagi aku segera akan suruh
Sang Siauw-tan bermandikan darah."
Cha Can Hong jadi terperanjat dia takut di dalam keadaan
terdesak Ciu Tong benar-benar turun tanganjahat terhadap
gadis itu, dengan cepat dia putar tubuh mencegah.
"Tahan aku belum menyanggupi,"
"Haaa.... haaa.... haaa.... " tiba-tiba Ciu Tong tertawa
tergelak dengan amat kerasnya. "Putraku sudah datang,
urusan inipun segera bisa dibereskan"
Semua orang jadi terkejut, tampaklah Ciu Pak bersamasama
Bun Sian dengan amat tenangnya berjalan masuk
kedalam. Menanti mereka berdua sudah berada di sisi Ciu Tong si
iblis tua dari luar lautan ini baru tertawa.
"Apakah kalian sudah mengambil keputusan?" tanyanya
sambil menyapu sekejap diri
Cha Can Hong. Dalam hati si dewa telapak dari gurun pasir ini benar-benar
amat bingung, bilamana dia
sungguh-sungguh melakukan tindakan dengan melukai
Koan Ing untuk menolong dinnya Sang Siauw-tan setelah
sadar apa dia bisakah memaafkan perbuatannya" Soal ini
masih merupakan satu hal yang patut dicurigai.
"Aku mau dengar dulu apa yang hendak kalian lakukan,"
ujarnya kemudian setelah termenung sebentar.
Dengan perlahan Ciu Tong tertawa dan memandang
sekejap ke arah diri Koan Ing.
"Ini hari aku maujodohkan Sang Siauw-tan sebagai istri
anakku, dan kalianlah bertindak sebagai saksinya"
Seketika itu juga Koan Ing merasa kepalanya seperti
digodam dengan martil besar, lama sekali dia berdiri
termangu-mangu. Dia tidak menyangka kalau Ciu Tong bisa berbuat demikian,
tetapi dia yakin Sang Siauw-tan tidak bakal setuju.
"Heee.... heee.... Koan Ing" ujar Ciu Tong lagi sambil
tertawa. Jauh lebih baik akujodohkan Siauw-tan kepada putraku
daripada kau kawini, karena umurmu tinggal sepuluh hari lagi,
sebelum aku mati aku ingin kawinkan dulu diri mereka."
Ooo)*(ooO Bab 29 CHA CAN HONG sendiripun dibuat tertegun, diapun tidak
mengira kalau Ciu Tong bisa berbuat demikian.
Lama sekali dia termenung tidak mengucapkan sepatah
katapun. Koan Ing yang melihat Cha Can Hong sama sekali tidak
membantah hatinya jadi amat gusar.
"Soal ini tidak mungkin bisa dilakukan!" bentaknya.
"Hmmm tapi jauh lebih baik dikawinkan dengan putraku
daripada harus dikawinkan dengan seorang manusia yang
sebuah kakinya sudah mulai menginjak tanah kubur" ujar Ciu
Tong dingin. Sinar mata pemuda itu dengan cepat beralih ke arah Cha
Can Hong, tetapi orang itu ragu-ragu sejenak.
"Kau tidak ingin Siauw-tan terluka bukan?" ujarnya kepada
Koan Ing. Koan Ingpun tahu kalau Cha Can Hong merasa tidak rela
bilamana Sang Siauw-tan bisa berkumpul dengan dirinya,
dengan usia yang tinggal sepuluh hari ini memang seharusnya
tidak pantas bilamana dia merusak seluruh penghidupan Sang
Siauw-tan. Tetapi yang disukai Ciu Pak hanyalah kecantikan wajah
Sang Siauw-tan, apalagi antara Ciu Tong serta ayahnya
mempunyai ikatan permusuhan yang sedalam lautan sudah
tentu urusan ini tidak bisa dikabulkan.
Tempo hari dia menolak Sang Siauw-tan walaupun
diluarnya kelihatan dia sedang mengorbankan dirinya dan
demi kebaikan dari Sang Siauw-tan tetapi keadaan yang
sesungguhnya dia sedang melarikan diri dari tugas.
Tetapi yang didapat adalah sebaliknya, Sang Siauw-tan
bukan saja tidak memperoleh hasil sebaliknya hampir-hampir
nyawa mereka berdua lenyap dipuncak Su Li Hong. Akhirnya
dia tertawa tawar. "Siauw-tan tidak bakal menyetujui caramu
itu," katanya. Cha Can Hong dengan pandangan tajam memandang
pemuda itu lalu mengerut kan alisnya rapat-rapat.
"Kau terlalu rakus perduli kau berpikir secara
bagaimanapun urusan ini tidak bakal bisa kau putuskan!"
serunya. Ciu Tong yang melihat antara Cha Can Hong serta Koan Ing
sendiri terjadi keributan dalam hati merasa amat girang
dengan pandangan dingin dia memandang ke arah dua orang
itu Kini Cha Can Hong sudah berdiri pada golongannya, dia
tahu perduli bagaimanapun dirinya masih berada di atas
angin. Sebaliknya Thian Siang Thaysu yang mulai merasa hatinya
tidak tenang, bilamana Cba Can Hong serta Ciu Tong
berdamai maka walaupun dia tetap ada disitu juga tak ada
gunanya. Tetapi saat ini dia tak boleh mengundurkan diri terlebih
dulu, sedang apa yang diributkan merekapun dia tak bisa ikut
campur bicara cuma di dalam hati mulai berpikir cara-cara
untuk menghadapi perubahan secara mendadak ini,
Koan Ing yang mendengar dimaki rakus oleh Cha Can Hong
secara mendadak hatinya terasa suatu perasaan yang aneh.
Biji matanya lantas berputar2 kemudian tertawa tergelak.
"Haa.... haa.... paman Cha tidak perduli kau berpikir secara
bagaimana, seharusnya perbuatanmu tidak boleh begitu."
Nama besar Cha Can Hong berada diantara empat manusia
aneh, Koan Ing pun merupakan seorang angkatan muda
seharusnyalah di depan orang banyak dia memberi sedikit
wajah kepadanya. Dengan gusarnya dia mendengus, belum sempat
mengucapkan sepatah katapun mendadak terdengar Ciu Tong
sudah tertawa terbahak. "Haa,.... haa Cha Loo-te di dalam urusan ini buat apa
banyak beribut dengan seorang angkatan muda."
Baru saja perkataan dari Ciu Tong itu selesai diucapkan
mendadak satu suara yang amat dingin berkumandang masuk
dari luar gua, "Di dalam urusan ini lebih baik pinto saja yang
berbicara." Dengan cepat Koan Ing menoleh ke depan, tampaklah kini
di dalam gua sudah bertambah lagi dengan dua orang Toosu.
Mereka bukan lain adalah Yuan Si Tootiang itu ciangbunjien
dari Bu-tong-pay serta Sak Huan yang memancarkan sinar
mata dingin. Thian Siang Thaysu yang melihat kemunculan Yuan Si
Tootiang disana dalam hati merasa amat girang.
"Too-heng kapan kau datang ke daerah Tibet" Bagaimana
Too-heng baru muncul saat ini?"
Cha Can Hong serta Ciu Tong yang melihat munculnya
Yuan Si Tootiang di dalam gua secara mendadak dalam hati
rada merasa terkejut. Ciu Tong sama sekali tidak menyangka kemunculan Yuan Si
Tootiang secara mendadak itu, dia tidak tahu bagaimana
perubahan selanjutnya keadaan di tengah kalangan, diamdiam
pikirnya mulai berputar mencari akal.
Yuan Si Tootiang tersenyum, kepada Thian Siang Thaysu
ujarnya, "Perpisahan selama dua puluh tahun ini kiranya
Thaysu masih berada di dalam keadaan biasa saja,
kedengarannya ilmu khie-kang Si Bo Sian Cin Khei dari Thaysu
sudah berhasil dilatih, selamat.... selamat"
Thian Siang Thaysupun tertawa.
"Selama beberapa tahun ini pincengpun belum pernah
mendengar berita tentang tootiang, teringat akan Sian Bun
Kuang Kie yang Tootiang latih tentu ada kemajuan yang
mengejutkan bukan" Kini kereta berdarah muncul kembali,
sedang Si Budak Berdarah dari tempat kegelapanpun belum
mati, seharusnya kali ini merupakan satu kesempatan buat
Tootiang untuk memperlihatkan kepandaian ",
Ciu Tong yang melihat kedua orang itu bercakap2 tiada
habisnya segera tertawa terbahak-bahak
"Haaa.... haa.... kalian dua orang manusia tidak usah saling
menyanjung lagi, lebih baik perkataan kalian dihentikan
sampai disini saja, bila diteruskan waah.... waah.... terlalu
mengerikan.... haa.... haaa.... "
Yuan Si Tootiang yang mendengar tersebut dengan
tawarnya melirik sekejap ke arah Ciu Tong.
"Suhu," tiba-tiba terdengar Sak Huan buka mulut. "Biarlah
muridmu pergi mencoba-coba kepandaian silat dari jagoan Bulim
ini.... " Dengan perlahan Yuan Si Tootiang mengangguk tanda
setuju. Sebaliknya Ciu Tong yang melihat akan hal itu segera
mengerutkan alisnya rapat-rapat, pikirnya, "Hmm Yuan Si
Tootiang sihidung kerbau ini sungguh keterlaluan, dia begitu
menghina aku.... berani perintahkan muridnya untuk
menghadapi aku, tidak kusangka dia orang begitu sombong....
" Dengan langkah yang perlahan Sak Huan berjalan
mendekati Ciu Tong lalu berhenti kurang lebih lima depa dari
dirinya. "Cha Loo-te," ujar Ciu Tong dengan amat tawarnya
terhadap diri Cha Can Hong si dewa telapak masih mengira di
kolong langit pada saat ini Koan Ing lah yang paling sombong
dan jumawa tidak disangka murid ciangbunjien ini jauh lebih
jumawa lagi. Dia sengaja tidak melibat sekejappun ke arah diri Sak
Huan. tetapi toosu muda itu sama sekali tidak bergerak
maupun melancarkan serangan dia cuma memandang ke arah
iblis tua dari luar lautan itu dengan pandangan tajam.
Sinar mata Koan Ing dengan pelahan berputar, dia tahu
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sak Huan bertujuan pada Sang Siauw-tan saja, jika ditinjau
dari keadaan pada saat ini dirinya tidak akan berhasil
menahan Cha Can Hong apalagi Iukanya belum sembuh dan
berada seorang diri, terang dan jelas dia tak ada tempat untuk
menancapkan kaki diantara para jago-jago tersebut.
Tetapi Sang Siauw-tan tidak boleh terjatuh ke tangan Ciu
Tong semakin tidak boleh lagi bila terjatuh ditangan Sak Huan.
Ciu Tong yang melihat Sak Huan sama sekali tidak
menunjukkan gerakan apapun dalam hati merasa keheranan,
dengan sombongnya dia tertawa dan putar badannya kembali.
Sinar mata Sak Huan berkelebat, baru saja tubuh Ciu Tong
berputar setengah jalan, tangan kanannya sudah mencabut
keluar pedangnya dari dalam sarung, pedang diikuti desiran
angin yang amat tajam dia melancarkan satu serangan
dahsyat ke arah Ciu Tong.
Ciu Tong pun bukan seorang manusia sembarangan,
walaupun dia merasa terperanjat akan kecepatan gerak dari
Sak Huan ini tetapi tubuhnya dengan cepat sudah berputar
pula, toya ditangan kanannya segera mengejar ke arah Sak
Huan. Pedang dan toya bentrok menjadi satu menimbulkan
percikan bunga-bunga api, Sak Huan kembali membentak
gusar, pedangnya di dalam sekejap saja sudah melancarkan
sembilan kali serangan ke arah toya tersebut,
Air muka Ciu Tong berubah hebat, kedahsyatan dari tenaga
yang dipantul keluar dari tubuh pedang itu amat hebat jauh
diluar dugaannya, bilamana bukannya dia bisa cepat-cepat
menyalurkan seluruh tenaga murninya ke arah toya, ada
kemungkinan toyanya pada saat ini sudah terlepas dari
tangannya, saking terperanjatnya wajahnyapun berubah
hebat, dia membentak dengan amat gusarnya, disusul dengan
toya ditangan menggetar balas menyerang ke arah diri Sak
Huan. Cha Can Hong sekalian yang melihat jalannya pertempuran
dari samping kalanganpun diam-diam merasa terperanjat, mereka tidak menyangka
kalau ilmu silat dari Sak Huan anak murid dari Yuan Si
Tootiang ini ternyata amat dahsyat bahkan kelihaiannya jauh
berada di atas diri Koan Ing.
Terhadap kehebatan tenaga dalam Koan Ing mereka sudah
merasa amat aneh sekali, tetapi kini muncul kembali seorang
pemuda yang tenaga dalamnya jauh di atas Koan Ing, hal ini
merupakan suatu berita yang mengerikan sekali.
Sak Huan sendiri juga merasa ada diluar dugaan, dia
mengira dengan perbuatannya itu maka toya Ciu Tong
berhasil di getar pental kemudian menggunakan kesempatan
itu merebut diri Sang Siauw-tan.
Serangannya tak mencapai pada sasarannya sedang Ciu
Tongpun dengan amat gusarnya sudah balas melancarkan
serangan.... dia lantas sadar bilamana sekali lagi dia menerima
serangan tersebut maka pedangnya akan terpental lepas,
karena itu pikiran untuk mengundurkan diri segera berkelebat
di dalam benaknya. Dalam keadaan amat gusar, Ciu Tong mana suka
membiarkan dia meloloskan diri, dia mendengus dingin sambil
mengepit tubuh Sang Siauw-tan, toyanya melancarkan
serangan kembali menghajar Sak Huan.
"Tunggu sebentar!" teriak Yuan Si Tootiang dengan keras,
"Biarlah aku terima seranganmu itu."
Sehabis berkata tubuhnya berkelebat menghalangi
dihadapan Ciu Tong, pedangnya dengan disertai sarungnya
sekalian menghajar datangnya serangan dari Ciu Tong itu,
dengan jurus "Cing Hay It Su" atau laut dingin satu gelombang
dari aliran Bu-tong kiam hoat.
Koan Ing yang melihat Yuan Si Tootiang turun tangan
mendadak satu ingatan berkelebat
di dalam benaknya. Di tengah suara suitan yang amat nyaring tubuhnya
meloncat ke atas udara sedang pedangnya dengan cepat
menuding ke arah punggung Ciu Tong.
Ciu Tong yang baru saja melancarkan serangan kena
ditahan oleh pedang Yuan Si Tootiang, kini melihat Koan Ing
menubruk datang pula dengan dinginnya dia mengerutkan
alisnya rapat-rapat, pikirnya, "Hmm.... kau bangsat cilik
lukamu saja belum sembuh sudah berani bergebrak melawan
aku berduel." Tubuhnya melayang ke atas tanah, toyanya dibabat ke
depan bermaksud hendak menggunakan tenaga gabungan
dari Yuan Si Tootiang serta toyanya sendiri menyambut
datangnya serangan dari sang pemuda.
Siapa tahu begitu toyanya menempel dengan pedang Yuan
Si Tootiang ternyata sedikitpun tidak menunjukkan reaksi apaapa,
hatinya jadi amat terperanjat, dia tidak menyangka kalau
tenaga dalam dari Yuan Si Tootiang berhasil dilatih sedemikian
tingginya bahkan jauh berada di atas tenaga dalamnya sendiri.
Saat itu pedang Koan Ing sudah sampai dipunggungnya,
baginya cuma ada duajaIan saja, melepaskan Sang Siauw-tan
atau menghajar mati gadis itu kemudian baru menerima
datangnya serangan pedang sang pemuda.
Bilamana dia membinasakan Sang Siauw-tan mungkin Cha
Can Hong tidak akan melepaskan dirinya, apalagi kini
tujuannya pun tidak ada disitu, maka dia tidak bermaksud
membinasakan diri Sang Siauw-tan.
Tetapi bilamana harus lepas tangan.... dalam hati dia
merasa tidak rela. Sewaktu dia merasa ragu-ragu itulah pedang Kiem-hongkiam
ditangan Koan Ing sudah mengancam punggungnya.
Dengan gusarnya dia membentak keras, setelah
melepaskan tubuh Sang Siauw-tan dia balik tangan
menyerang Koan Ing. Koan Ing sama sekali tidak bermaksud untuk melukai Ciu
Tong. tubuhnya segera merendah ke bawah menyambar
tubuh gadis tersebut. Dalam hati Ciu Tong benar2 merasa amat gusar, kaki
kanannya dengan cepat melancarkan satu tendangan
mengancam punggung Koan Ing.
Koan Ing yang sedang menggendong tubuh Sang Siauwtan
mendadak merasa adanya segulung angin pukulan
membokong badannya, dalam hati jadi amat kaget untuk
menghindar tak sempat lagi membuat dia orang jadi
kebingungan. "Ciu Tong, kau berani?" Bentak Cha Can Hong
secara tiba-tiba. Kaki kanan Ciu Tong dengan disertai angin sambaran
menerjang ke depan, tubuhnya pun mendadak berkelebat ke
depan dan meloncat ke tengah udara
Dengan berpisahnya Ciu Tong serta Yuan Si Tootiang, Cha
Can Hong pun dengan terburu-buru mendekati diri Koan Ing
serta Sang Siauw-tan. Koan Ing lantas membebaskan jalan darah Sang Siauw-tan
yang tertotok dan mengurutnya beberapa kali.
"Engko Ing.... " terdengar Sang Siauw-tan menjerit keras
lalu menubruk ke dalam pelukan pemuda tersebut, air
matanya keluar bercucuran dengan amat derasnya.
Cha Can Hong yang melihat kejadian ini dalam hati lantas
merasa amat kecewa dan menyesal.
Sebaliknya Ciu Tong merasa malu bercampur gusar, sebab
Koan Ing ternyata berhasil merebut Sang Siauw-tan dari
tangannya dan hal ini benar-benar amat memalukan dirinya,
tetapi kini Cha Can Hong ada di hadapannya diapun tidak bisa
berbuat apa-apa. Mendadak satu ingatan berkelebat di iblis tua dari luar
lautan ini, kepada Thian Siang Thaysu ujarnya.
"Thaysu kau maui Koan Ing sedang aku menghendaki
Siauw-tan, bukankah begitu?"
Mendengar perkataan itu Cha Can Hong jadi amat terkejut,
tidak disangka Ciu Tong hendak bekerja sama dengan Thian
Siang Thaysu untuk menghadapi dirinya.
"Ciu Tong kau manusia tidak tahu malu!" teriaknya gusar.
Ciu Tong tertawa terbahak-bahak, belum sempat dia
berbicara Yuan Si Tootiang sudah
berkata, "Kalian mengatakan dirinya sebagai manusia aneh
dari Bu-lim dan bertujuan atas kereta berdarah tersebut, tidak
disangka kiranya hanya ingin beradu sendiri saja.... Hmmm
apakah perbuatan kalian itu mirip dengan seorang ketua
partai?" Sehabis berkata dengan dinginnya dia menyapu
sekejap ke arah semua orang,
Ciu Tong, serta Thian Siang Thaysu pada merasa menyesal,
sejak masuk ke daerah Tibet belum pernah mereka menjaga
nama serta kedudukannya, kini setelah di tegur oleh Yuan Si
Tootiang mereka baru sadar kembali kalau mereka
bagaimanapun juga tetap merupakan seorang ketua partai,
Sedang Cha Can Hong diam-diam merasa kagum terhadap
diri Yuan Si Tootiang, kiranya ciangbunjien dari Bu-tong-pay
ini lain daripada yang lain, bilamana bukan perkataannya ini
maka sebelum mendapatkan kereta berdarah ada
kemungkinan mereka sudah saling bentrok sendiri,
Koan Ing pun dengan perlahan memandang sekejap ke
arah Yuan Si Tootiang, dia tidak menyangka kalau seorang
yang begitu menyayangi muridnya ternyata bisa memiliki
tindakan lain yang berbeda, dalam hati dia merasa amat
keheranan. Tetapi saat ini diapun merasa menyesal, Yuan Si Tootiang
pernah beberapa kali minta maaf kepadanya sebaliknya dia
sendiri menghadapi dia orang dengan pikiran manusia picik.
Yuan Si Tootiang yang melihat mereka semua tidak
mengucapkan sepatah katapun lantas memandang kembali
sekejap kesemua orang. "Menurut apa yang aku ketahui," ujarnya, "Kini kereta
berdarah sudah menuju ke tenggara dengan melakukan
perjalanan siang malam, bilamana dugaanku tidak salah maka
kereta tersebut lagi menuju ke gunung Kun Lun San.
Dia berhenti sebentar untuk tukar napas kemudian
tambahnya, "Kecuali kita segera melakukan pengejaran kalau
tidak jangan harap bisa menyandak dirinya."
Sebetulnya terhadap soal kereta berdarah Koan Ing sudah
tidak tertarik, tetapi teringat akan Bun Ting-seng si kongcu
berpakaian sutera itu dia merasa dirinya harus ikut melakukan
pengejaran apalagi masih ada satu hal yang membingungkan
dirinya, kemanakah itu manusia tunggal dari Bu-lim Jien
Wong" Apakah dia bukan majikan dari kereta berdarah"
Bagaimana bisa lenyap secara mendadak"
Cha Can Hong yang mendengar perkataan tersebut
termenung berpikir sebentar, kemudian baru ujarnya,
"Perkataan dari Tootiang sedikitpun tidak salah, kini harap
Totiang suka membuka jalan."
"Cha Thayhiap kau terlalu sungkan."jawab Yuan Si Totiang
sambil tertawa tawar "Kepandaian silat aliran Toa Moa
selamanya tak ada bandingannya di dalam kolong langit, aku
lihat lebih baik Cha Thayhiap saja yang memimpin."
"Omiotohud," seru Thian Siang Thaysu sambil merangkap
tangannya memberi hormat. "Tooheng sebagai ciangbunjin
partai dari Bu tong yang namanya sudah terkenal di seluruh
Bu-lim, memang sepatutnya menjadi kepemimpinan ini,
perkataan dari Cha thayhiap sangat cocok dengan jalan
pikiranku. harap Tooheng tidak usah menolak lagi,
Yuan Si Tootiang tidak langsung menjawab sebaliknya
termenung berpikir sebentar, akhirnya dia tertawa.
Kalau begitu kita berangkat bersama-sama saja, asalkan
semua orang suka bekerja sama buat apa harus memilih
pemimpin macam-macam"
Cha Can Hong yang mendengar perkataan ini diam-diam
merasa semakin kagum lagi atas keluhuran budi dari Yuan Si
Tootiang ini, mereka semua angkat nama bersama-sama,
bilamana sampai kedudukan pemimpin ini terjatuh ke
tangannya maka dengan sendirinya nama besarnya di dalam
Bu-lim akan semakin cemerlang tidak di sangka dia sudah
menolak. "Mari kita segera berangkat!" ajak Yuan Si Tootiang
kemudian sambil tertawa. Sehabis berkata dia berjalan ke arah luar, Ciu Tong dengan
membawa serta Ciu Pak serta Bu Sian pun ikut pergi disusul
Thian Siang Thaysu dibelakang.
Cha Can Hong memandang sekejap ke arah Koan Ing serta
Sang Siauw-tan, belum sempat dia berkata gadis itu sudah
tertawa. "Paman Cha kini lukanya belum sembuh, kami tidak akan
pergi!" Cha Can Hong menundukkan kepalanya termenung berpikir
sejenak, akhirnya dia tertawa.
"Siauw-tan Akupun setuju kalau kalian tidak ikut pergi,
walaupun perbuatan dari paman Cha mu tadi tidak benar
tetapi ke semuanya demi kebaikanmu, aku sama sekali tidak
punya maksudjahat terhadap dirimu"
Sebenarnya Koan Ing masih mengandung rasa tidak paham
terhadap diri Cha Can Hong, tetapi setelah mendengar
perkataannya ini dia baru tahu kalau tindakannya tersebut
diambil demi kebaikan dari gadis tersebut.
Setelah berpikir sebentar dia lantas menjawab, "Kami mana
berani menyalahkan diri paman Cha."
Waktu itu Suto Beng Cu yang berdiri di samping bungkam
seribu bahasa, Cing Cing memandang tajam diri Koan Ing
sedang Ing Ing menundukkan kepalanya tidak berbicara.
Akhirnya setelah menghela napas panjang Cha Can Hong
dengan membawa ketiga orang perempuan itu berlalu dari
dalam gua. Hoo Lieh yang melihat semua orang sudah pergi diapun
tidak suka berdiam disana lebih lama lagi, diam-diam dia
orang mengundurkan diri pula dari sana.
Ruangan gua yang semula diliputi oleh ketegangan dan
diliputi oleh nafsu membunuh itu kini sudah berubah jadi sunyi
senyap, manusia yang semula begitu banyak kini Cuma tinggal
dua orang saja. Koan Ing memandang sekejap ke arah Sang Siauw-tan lalu
tertawa. Sang Siauw-tan memandang sekejap ke sekeliling tempat
itu kemudian sambil tertawa dia menarik tangan Koan Ing.
"Engkoh Ing," ujarnya manja, "Bagaimana kalau kita masuk
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ke dalam gua ini lebih dalam
untuk melihat-lihat?"
Sambil tersenyum Koan Ing mengangguk, demikianlah
mereka berdua lantas masuk kedalam
gua itu. Semakin ke dalam keadaan gua tersebut semakin aneh,
beberapa saat kemudian mendadak terdengarlah suara
percikan air yang perlahan.
Sebuah selokan kecil muncul di hadapannya, sang surya
menyoroti masuk ke dalam gua melalui celah2 di atas dinding
membuat suasana disana terasa amat nyaman.
Mereka berdua jadi amat terperanjat, sejak memasuki
daerah Tibet baru untuk pertama kali mereka menemukan
pemandangan yang demikian indahnya, keadaannya sangat
berbeda sekali dengan tempat tempat lain yang tertutup oleh
salju tebal. Sang Siauw-tan lantas menarik tangan Koan Ing untuk
diajak duduk ditepi selokan tersebut sambil main air dia
memandang ke arah sang pemuda dengan pandangan mesra,
Dengan perlahan Koan Ing mendongak ke atas, mendadak
teringat olehnya akan jurus serangan yang digunakan Sak
Huan, dia merasa dirinya harus belajar ilmu silat lebih
mendalam lagi kalau tidak bagaimana mungkin bisa
melindungi diri Sang Siauw-tan" Berpikir sampai disitu dia
lantas mulai duduk bersila uatuk menyembuhkan lukanya,
Sang Siauw-tan dengan pandangan terpesona memandang
ke atas wajah sang pemuda yang pucat pasi bagaikan mayat
itu, dia tidak mau percaya kalau pemuda yang ada di
hadapannya hanya mempunyai usia selama sepuluh hari saja,
Koan Ing adalah seorang yang baik, dia tidak seharusnya
mati dengan begitu cepat dengan pandangan terpesona gadis
itu memandang ke arah wajah pemuda yang pucat pasi itu,
dia tertawa,.... tertawa geli buat dirinya sendiri.
Bilamana Koan Ing mati, diapun bisa mati maka waktu itu
mereka akan menjadi satu untuk selamanya.
Mendadak dari samping kirinya berkumandang datang
suara dengusan yang amat dingin, Sang Siauw-tanjadi
terperanjat ketika menoleh ke belakang tampaklah seorang
tosu muda berdiri tidak jauh dari dirinya.
Orang itu bukan lain adalah Sak Huan.
Koan Ing dengan perlahan membuka matanya, dia
memandang ke arah Sak Huan dengan pandangan kaget
walaupun dia merasa ada sedikit di luar dugaan tetapi yang
aneh bagaimana mungkin dia bisa meninggalkan diri Yuan Si
Tootiang dengan begitu mudah.
Dengan perlahan dia bangun berdiri dan memandang ke
arah Sak Huan dengan pandangan tajam sekali.
Sak Huan mengerutkan alisnya, dia memandang diri Sang
Siauw-tan lalu ujarnya. "Aku sungguh merasa tidak paham
kenapa kau suka mengikuti diri Koan Ing?"
Mendengar perkataan tersebut Koan Ing jadi amat gusar,
sekali lagi Sak Huan menghina dirinya kembali,
"Kau berbuat begini apakah tidak takut sampai merusak
nama baik suhumu?" teriaknya dengan amat gusar.
Sak Huan tertawa dingin. "Saat ini cuma ada kita bertiga saja, sama sekali tidak ada
suhu sekalian yang hadir!"
Dalam hati Koan Ing benar-benar merasa amat gusar, dia
ingin mengumbar hawa amarahnya disana.
"Engkoh Ing kita pergi saja, jangan urusi orang gila itu!"
seru Sang Siauw-tan dengan cepat sambil menarik tangan
Koan Ing. Beberapa perkataannya ini sengaja di ucapkan agar Sak
Huan bisa mendengar, dengan cepatnya dia menarik tangan
pemuda itu dan berjalan menuju kegua sebelah dalam.
Dari sepasang mata Sak Huan segera terlintaslah suatu
nafsu membunuh, tetapi hanya sekejap saja sudah lenyap
kembali, bukan saja dia tidak mengambil tindakan apa-apa,
sebaliknya hanya memandang bayangan punggung mereka
berdua dengan pandangan amat dingin.
Dalam hati Sang Siauw-tan serta Koan Ing merasa heran,
menurut apa yang diketahui
mereka berdua, Sak Huan tidak bakal lepas tangan dengan
begitu saja, bilamana cuma begitu saja buat apa dia
munculkan diri disitu Tetapi dengan tidak mengejarnya Sak Huan, hal ini malah
jauh lebih baik lagi, mereka berdua saling bertukar
pandangan. Sambil tertawa kemudian berjalan masuk kegua bagian
dalam, Mereka berdua tidak tahu hendak pergi ke mana, tetapi
merekapun tidak perduli hendak pergi kemana asalkan dapai
ber sama-sama hal ini sudah amat mengembirakan sekali,
Beberapa saat kemudian Koan Ing serta Sang Siauw-tan
sudah berada di dalam gua yang amat lurus, tetapi amat gelap
dan tak nampak ujungnya, Lama sekali mereka berdua berdiri ter mangu-mangu,
akhirnya sambil menarik tangan sang pemuda ujar Sang
Siauw-tan, "Kita hendak pergi kemana?"
Koan Ing rada ragu-ragu sebentar lalu sambil tertawa dia
mengangguk, buat dirinya gelap
atau terang adalah sama saja karena matanya bisa melihat
di tempat kegelapan seperti disiang hari saja,
Kembali lewat beberapa saat lamanya, mendadak Koan Ing
menghentikan langkah kakinya,
Sang Siauw-tanjadi melengak, diapun dapat mendengar
suara napas yang amat berat berkumandang keluar dari dalam
gua, agaknya ada orang yang lagi kepayahan.
Koan Ing segera mengerutkan alisnya rapat-rapat, dia tidak
tahu siapakah yang berada di dalam gua itu.
Dengan ketajaman matanya dia berusaha untuk melihat
keadaan di sekeliling tempat itu, tetapi apa yang dilihatnya
hanyalah kegelapan saja, apapun tidak kelihatan.
"Mari kita pergi lihat-lihat" ujar Sang Siauw-tan kemudian
dengan perlahan. Koan Ing mengangguk, mereka berdua berjalan kembali ke
sebelah dalam gua tersebut, tetapi suara napas yang amat
berat itupun mendadak berhenti.
Pada ujung gua kembali terdapat suatu tikungan,
mendadak mereka berdua jadi tertegun, kiranya di tempat
tersebut terdapat sebuah ruangan batu yang sudah hancur,
agaknya dahulu pernah ada orang yang terkurung di tempat
ini. Sewaktu dia lagi berdiri termangu-mangu itulah mendadak
terdengar Sang Siauw-tan menjerit kaget.
Koan Ing terburu-buru menoleh, tampaklah sesosok
bayangan manusia dengan disertai segulung angin sambaran
yang amat tajam menerjang ke arahnya.
Koan Ing segera merasakan hatinya bergidik, pada saat
itulah Sang Siauw-tan sudah menubruk terlebih dahulu ke
arah orang itu. Koan Ing tidak punya akal lagi, diapun bersuit panjang,
sambil mencekal pedang Kiem-hong-kiamnya dia menyerang
ke arah orang itu. Dengan gesitnya orang itu menangkis pedang Koan Ing ke
samping lalu mencengkeram tubuh Sang Siauw-tan dan
dilempar kan ke arah ke belakang. "Kau bocah perempuan
ayoh menyingkir" teriaknya.
Koan Ing yang merasa serangan pedangnya berhasil
dibabat miring oleh suatu tenaga yang amat besar dalam hati
merasa rada bergidik, dia tidak tahu sebenarnya apa yang
sedang dilakukan orang itu terhadap diri Sang Siauw-tan,
maka sepasang kakinya dengan cepat menjejak permukaan
tanah dan menubruk ke arah dimana tubuh Sang Siauw-tan
melay Dengan gusarnya orang itu kembali meraung gusar, lima
jarinya dipentangkan siap-siap mencengkeram tubuh Koan
Ing, Pemuda itu segera mendengus, pedang kiem-hongkiamnya
dengan sekuat tenaga ba las menyerang orang itu,
Tetapi ketika dapat melihat jelas wajahnya dia jadi
tertegun, Kiranya orang itu bukan lain adalah si manusia
tunggal dari Bu-lim Jien Wong yang telah lenyap dari kereta
berdarahnya, Saat ini sepasang mata Jien Wong merah berapi2,
rambutnya terurai kacau wajahnya menyengir amat
menyeramkan, Bagaimana mungkin Jien Wong bisa muncul disini" Apalagi
agaknya mempunyai suatu dendam sedalam lautan dengan dirinya sehingga dia
menyerang dia orang dengan begitu kalapnya.
Belum habis suatu pikiran berkelebat di dalam benaknya
pedang kiem-hong-kiam ditangan kanannya sudah kena
direbut oleh babatan Jien Wong, iga kanannya kena dihantam
keras sehingga tubuhnya terlempar ke tengah udara dan
menumbuk dinding gua. Dia cuma merasakan darah panas bergolak di dalam
dadanya, darah segar tak kuasa lagi menyembur keluar dari
mulutnya, dengan paksakan diri dia merangkak bangun untuk
mencari diri ^adis tersebut.
Tarlihatlah Sang Siauw-tan berbaring tepat disisinya dalam
keadaan tidak sadar kan diri,
Ketika mendongakkan kepalanya ke arah Jien Wong,
tampaklah wajah penuh rasa gusar setindak demi setindak si
manusia tunggal dari Bu-lim itu berjalan mendekat.
Keadaan Koan Ing benar-benar amat berbahaya sekali,
dirinya tidak sampai mati terkena pukulan Jien Wong tadi
sudah merupakan suatu peristiwa yang ajaib, dengan
paksakan diri dia merangkak ke samping tubuh gadis tersebut
dan memeriksa urat nadinya.
Tetapi bersamaan waktunya pula dengan disertai auman
gusar yang amat mengerikan Jien Wong sudah menubruk
datang. Dengan terburu-buru Koan Ing membentuk serangan satu
lingkaran ditangan kanannya lalu didorong ke depan.
"Plaaak....!" serangannya tidak mencapai pada sasaran
sebaliknya kena ditangkis sehingga mencong kesamping,
saking luar biasanya sehingga keringat pada bercucuran.
Ooo)*(ooO Bab 30 DENGAN gusarnya Jien Wong menubruk semakin
mendekat, Koan Ing jadi semakin terperanjat. dia tidak ingin
mati dalam keadaan bingung, karenanya dengan paksakan diri
telapak kirinya kembali melancarkan satu serangan ke depan.
Lima jari tangan Jien Wong bagaikan kilat cepatnya
menyambar mencengkeram jalan darah "Cian Ching Hiat" nya,
membuat tubuhnya jadi lemas sedikitpun tak bertenaga.
Dengan ganasnya Jien Wong segera mendorong dia jatuh
terlentang kemudian dengan
menunjukkan sebaris giginya yang putih runcing dia hendak
menggigit leher pemuda tersebut. Seluruh tubuh Koan Ing tak bisa bergerak tetapi dia melihat
dan merasakan segulung hawa dingin merembes ketulang
sumsumnya. di dalam hati dia tidak menyangka kalau ini hari
dirinya bisa menemui kematian dengan cara yang demikian
mengenaskan. Dengan ganas dan kalapnya Jien Wong menggigit leher
pemuda tersebut lalu menghisap darahnya, karena saluran
pernapasan tidak sampai putus maka dia masih tetap hidup....
, Kepalanya semakin lama terasa semakin pening, akhirnya
diajatuh tidak sadarkan diri. Entah lewat beberapa saat
lamanya dengan perlahan Koan Ing membuka matanya
kembali. Dia merasa badannya amat lemas sedikitpun tak bertenaga,
dia merasa heran kenapa dirinya tidak mati" Bukankah terangterangan
tadi Jien Wong lagi menghisap darahnya.
Apa mungkin pada saat-saat yang amat kritis ada orang
yang sudah turun tangan menolong dirinya lolos dari
cengkeraman Jien Wong"
Jilid 13 WAKTU itu kepalanya terasa amat berat serasa ingin tidur,
tetapi Sang Siauw-tan, gadis itu sama sekali tidak berada di
sisinya. Koan Ing jadi terperanjat, di dalam sekejap mata itulah
rasa mengantuknya lenyap dari benaknya, kepalanya
didongakkan memandang ke arah Jien Wong yang lagi duduk
di hadapannya. "Dimana Sang Siauw-tan?" teriaknya.
"Dia ada di dalam ruangan batu itu, dia baik-baik saja,"
sahut Jien Wong sambil memandang kebingungan ke arahnya
lalu bangun dan berjalan ke sisinya.
Tampaklah pada ujung bibir Jien Wong si manusia tunggal
dari Bu-lim ini masih berlepotan darah, dan darah itu adalah
darahnya sendiri. Kini sesudah mendengar Sang Siauw-tan berada di dalam
keadaan selamat hatinya jadi amat lega.... lega sekali.
"Cepatlah kau lepaskan dia keluar!" serunya kembali sambil
menundukkan kepalanya sesudah menarik napas panjang.
Pada wajah Jien Wong terlintaslah suatu perasaan yang
amat aneh sekali, dia termenung sebentar kemudian baru
berkata, "Bocah darah dibadanmu sudah aku hisap separuh,
untuk sementara lebih baik kau jangan berbicara dulu."
Mendengar perkataan tersebut Koan Ing jadi terperanjat,
sepasang tangannya sam bil
memegang tanah dan kepalanya didongakkan ke atas
memperhatikan si manusia aneh ini,
Dia tidak menyangka kalau manusia aneh ini tidak
membunuh mati dia, apakah pikirannya kini sudah tidak
genah" Tetapi kenapa sekarang...." Dia menghisap darahnya,
bahkan menghisap separuh dari darah yang ada dibadannya.
Semakin dipikir semakin menyeramkan, akhirnya seluruh
bulu kuduknya pada berdiri, Kembali Jien Wong tertawa tawar.
"Tadi aku mengira kau adalah manusia yang membokong
diriku maka itu aku hisap darahmu," katanya perlahan.
Dia berhenti sebentar untuk tertawa kemudian tambahnya
lagi: "Kau yang bernama Koan Ing bukan aku mempunyai ikatan
persahabatan yang amat erat dengan kakekmu "Siang Kang
Bun Su" atau si kakek asing dari Siang Kiang, seharusnya kau
masih ingat aku pernah bersembunyi di dalam rumahmu
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sampai akhirnya dikelabui ayahmu."
Koan Ing merasakan hatinya tergetar amat keras, secara
tiba-tiba semangatnya pulih kembali karena dalam hati dia
merasa heran.... heran mengapa Jien Wong masih dapat
mengingat jelas akan peristiwa tersebut.
Dengan perlahan Jien Wong mengangkat kepalanya
memandang ke atas dan termenung melamun.
Sedang Koan Ing yang mendadak merasa Jien Wong sama
sekali tidak mempunyai maksud jahat terhadap dirinya diapun
terjerumus ke dalam lamunan, siapapun tak ada yang
berbicara. Suasana yang sunyi itu mendadak dipecahkan kembali oleh
suara Jien Wong, terdengar dia berkata, "Tempo hari sewaktu
aku terjunkan diri ke dalam dunia kangouw untuk pertama
kalinya aku adalah anak murid dari Kun-lun-pay, tetapi waktu
itu pengaruh Kun-lunpay di dalam Bu-lim amat suram dan
lemah sudah tentu tak seorangpun jagoan kangouw yang
sebelah matapun terhadap partai besar tersebut dan dengan
sendirinya kepandaian silat yang aku milikipun tidak tinggi "
Berbicara sampai disini dia tertawa geli sendiri, setelah
menghembuskan napas panjang kembali sambungnya, "Aku
sendiri sama sekali tidak memandang sebelah mata kepada
siapapun juga karena itu disebut orang sebagai si manusia
tunggal dari Bu-lim, tetapi diantara para jago-jago kangouw
itu hanya kakekmu seorang saja yang memahami dan
mengerti akan perasaan hatiku, karena itu kami lantas
mengikat satu persahabatan yang akrab"
Dalam hati Koan Ing merasa semakin keheranan,
selamanya dia tidak pernah mendengar jikalau kakeknya kenal
dengan Jien Wong, bahkan ayahnyapun tak mengerti akan
urusan ini, kalau tidak dengan melalui peristiwa yang
mengerikan ini cerita itu tidak bakal terdengar olehnya"
"Kau tentu merasa keheranan bukan?" seru Jien Wong
sambil mengerutkan alisnya rapat-rapat, "Padahal yang
sebenarnya aku serta kakekmu cuma bertemu sebanyak tiga
kali, percakapanpun terbatas pada ratusan patah kata, tetapi
kau harus tahu persahabatan lelaki sejati tawar laksana air,
nah.... , inilah yang dimaksudkan."
Dengan termangu-mangu dan mulut bungkam Koan Ing
memandang ke arah si orang aneh itu, dia tidak menyangka
kalau urusan sebenarnya adalah begitu
"Akhirnya karena aku orang tidak kuat menahan sikap
sombong dan Congkak dari orang-orang
kangouw, dalam keadaan gusar lantas meninggalkan
daerah Tionggoan, siapa tahu secara kebetulan itulah aku
menemukan kereta berdarah tersebut."
Berbicara sampai disini alisnya melentik biji matanya
berputar, agaknya dia merasa amat bangga sekali,
"Selama tiga tahun lamanya aku berlatih tekun,"
sambungnya lagi, "Sewaktu aku kembali munculkan diri di
dalam dunia kangouw banyak jago yang iri dan timbul rasa
rakus untuk merebut kereta berdarahku ini hee.... heee....
barang siapa saja yang punya maksud begitu tanpa ampun
lagi, tentu mati ditanganmu inilah yang dikatakan sebagai rasa
iri dan rakus muncul dihati, berbagai ingatan berkumpul di
dalam benak seperti yang diucapkan oleh ciangbunjien
angkatan pertama partai Hiat-ho-pay, maka itu sekalipun aku
bunuh habis mereka yang ingin merebut kereta berdarah ku
ini dalam hati aku sama sekali tidak merasa menyesal "
"Hmmm siapakah sebenarnya ciangbunjien angkatan
pertama dari partai Hiat-ho-pay ini" Sungguh dahsyat nafsu
membunuhnya." "Kau merasa heran bukan?" seru Jien Wong tertawa.
"Padahal yang menjadi ciangbunjien angkatan pertama dari
partai Hiat-ho-pay ini bukan lain adalah suheng dari
ciangbunjien angkatan ketiga puluh lima partai Siauw-lim-pay,
Pek Hong Thaysu adanya. karena di dalam partai Siauw-lim
dia diasingkan maka di dalam keadaan gusar dia lantas
menyelidiki dan berlatih ilmu silat dari seluruh kolong langit
untuk kemudian mendirikan partai Hiat-ho-pay "
Bicara sampai disini dia berhenti sebentar untuk tukar
napas lalu sambungnya, "Tetapi mereka tetap ngotot
mengadakan pengejaran, sudah mati satu rombongan kembali
muncul satu rombongan yang lain, terang-terangan
kedatangan mereka disebabkan karena kereta berdarah tetapi
dimulutnya mereka memakai alasan hendak melenyapkan bibit
bencana dari Bu-lim, Hm sungguh kurangajar sekali, Tetapi
dengan kepandaian silat yang aku miliki setiap kali kereta
berdarah lewat disanalah terjadi banjir darah, akhirnya aku lari
ke daerah Tibet untuk menyingkir, sebetulnya di Tibet ini aku
mempunyai perjanjian dengan ciangbunjien dari kuil Han-pohsi
itu, bilamana dia bisa bantu aku menahan serbuan orangorang
Tionggoan dan bisa mengalah aku dengan
mengandalkan orang-orang Tibet maka kereta berdarah ini
harus kuhadiahkan kepadanya."
Mendengar perkataan itu Koan Ing menjadi sadar kembali.
"Oouw kiranya begitu," pikirnya, "Tidak aneh kalau Hud Ing
Thaysu suruh aku jauh menyingkir kegurun pasir, kiranya dia
bermaksud hendak mendapatkan kereta berdarah itu sendiri ",
Terdengar Jien Wong tertawa terbahak^, kembali dengan
amat kerasnya, "Haa,.... haaa.... selama perjalanan ku menuju ke daerah
Tibet para jagoBu-lim yang mati ditanganku ada ratusan orang
banyaknya. ada orang yang bermaksud merebut dengan
menggunakan akal ada pula yang merebut secarajantan tetapi
tak seorangpun yang berhasil memenuhi maksud hatinya
Dia berhenti sebentar lalu tambahnya, "Ketika aku muncul
kembali untuk ke tiga kalinya di dalam Bu-lim guna melihat
siapa saja yang berani mengganggu aku, siapa tahu
di dalam dunia kangouw sudah muncul "Sian, Khei, Sin,
Mo" empat manusia aneh, di dalam pertempuran digunung
Hoa-san aku sudah dikalahkan oleh mereka."
Sewaktu berbicara sampai disini Jien Wong termenung
sebentar agaknya dia sedang membayangkan kembali
pengalamannya tempo hari.
Kurang lebih seperminum teh kemudian baru dia berkata
lagi tambil tersenyum. "Tetapi walaupun begitu aku menaruh rasa kagum
terhadap kepandaian silat mereka berempat, mereka amat
dahsyat sekali, cuma saja aku kalah tapi mereka tak
mengetahui kalau aku belum mati, menanti sewaktu mereka
bergebrak sendiri untuk memperebutkan gelar jago nomor
wahid, diam-diam aku naik ke atas kereta dan melarikan diri
dari sana," "Setelah turun dari gunung Hoa-san mereka tidak berhasil
menyandak diriku, sehingga aku berhasil melarikan diri ke
daerah Siang Kang dan dengan bantuan kakekmu aku lantas
dapat bersembunyi disebuah ruangan rahasia untuk
mengobati lukaku" Koan Ing yang mendengar Jien Wong di dalam kerubutan
empat manusia aneh ternyata berhasiljuga melarikan diri
dalam hati benar-benar amat tercengang, hal ini merupakan
satu peristiwa yang amat mengejutkan hati ^
Tetapi diapun merasa kagum dan memuji kegagahan diri
Jien Wong, dia orang walaupun berhasil meloloskan diri dari
kematian bukannya merasa mendendam terhadap keempat
manusia aneh itu sebaliknya memuji dan mengagumi, dia
orang benar-benar berlapang dada dan tidak berpikiran
sempit. Jien Wong termenung sebentar, kemudian melanjutkan
kembali kisahnya, "Tetapi akhirnya ada juga yang mengejar
datang, mereka berjumlah sepuluh orang, dalam keadaan luka
aku pukul rubuh delapan orang dan membinasakan enara
orang dengan menggunakan pedang pendek akhirnya cuma
tinggal dua orang saja, salah satu diantara meraka adalah Bun
Ting-seng anak murid dari si iblis sakti dari lautan timur Ciu
Tong" Diam-diam Koan Ing menarik napas panjang....
Jien Wong ini sungguh kejam sekali, di dalam keadaan
terluka parah dia masih bisa membinasakan empat belas
orang banyaknya," pikirnya di dalam hati.
"Waktu itu pikiran serta kesadaranku sudah punah, Bun
Ting-seng lantas angkat aku sebagai gurunya," kata Jien
Wong lagi. "Hee.... hee cuma sayang dia tidak tahu dimana
aku simpan kepandaian silat dari partai Hiat-ho-pay itu."
Dia berhenti dan tertawa tawar, kemudian tambahnya,
"Walaupun seluruh tubuhku terluka, urat syaraf terganggu
sukar disembuhkan tetapi di dalam hal ilmu silat aku
memperoleh kemajuan yang pesat, seluruh kepandaian silat
dari aliran Hiat-ho-pay aku sudah memahaminya seperti
memandang jari tanganku sendiri ",
Tempo hari Koan Ing memang pernah mendengar Sang Suim
berkata kalau Jien Wong sudah
menjadi gila, kalau memang benar-benar begitu bagaimana
saat ini dia berada dalam keadaan sehat walafiat"
Terdengar Jien Wong menghela napas panjang....
"Heeei.... kemudian ayahmu menerjang masuk tapi mati
ditangan Bun Ting-seng dan kaupun menerjang masuk,
akhirnya kami melarikan diri ke daerah Tibet dengan
menunggang kereta, siapa tahu sewaktu kami tiba di daerah
Tibet, Bun Ting-seng bersama muridnya telah lenyap tak
berbekas, terpaksa aku seorang diri melanjutkan perjalanan
dan bersembunyi di dalam kuil Han Po Si."
Mendengar Bun Ting-seng tidak ikut masuk deerah ^ibet
bahkan Jien Wong sendiripun tidak tahu dia pergi kemana biji
mata Koan Ing berputar tiada hentinya, dia merasa rada
kecewa.... tapi diapun tidak bisa menyalahkan diri Jien Wong
karena waktu itu dia berada dalam keadaan tidak sadar sudah
tentu tidak mengetahui pula dengan jelas.
"Akhirnya kuil Han Poo Si terbakar dan aku melarikan diri
dari dalam kuil tersebut "sambung Jien Wong sesudah
berhenti sebentar. "Tetapi waktu itu juga aku mulai merasa
musuh tangguh mulai mengelilingi sekeliling tempat itu,
walaupun kesadaranku belum pulih tetapi aku mengetahui
kalau di sekitar tempat ada bayangan yang bersembunyi
mereka tak ada yang suka munculkan diri secara terangterangan,
aku yang berkepandaian tinggipun tak bisa berbuat
apa-apa terhadap mereka."
"Apa mungkin kedua belas orang pelindung hukum dari
perkumpulan Tiang-gong-pang?" tanya Koan Ing tak terasa
tagi, "Bukan," jawab Jien Wong sambil gelengkan kepalanya.
"Selama ini aku tidak pernah melihat mereka munculkan
dirinya tetapi dengan pengalamanku selama puluhan tahun
berkelana di dalam dunia kangouw aku yakin kalau ada orang
yang mengawasi aku terus."
Dalam hati Koan Ing merasa semakin tercengang, tetapi
diapun mempunyai satu dugaan kalau di dalam daerah Tibet
ini sudah berselimut suatu siasat busuk yang maha besar,
terbukti sampai kinipun dia tidak tahu siapakah yang sudah
menyamar sebagai Hu Sang Ko dan muncul di daerah
Tionggoan." Walaupun pikirannya berputar terus tetapi mulutnya tetap
membungkam di dalam seribu
bahasa. Terdengar Jien Wong kembali menghela napas panjang.
"Heeei.... beberapa hari yang lalu aku bersembunyi di
dalam gua ini dan mengusir pergi kereta berdarah.
Walaupun aku terluka dan terkurung tetapi mereka tak bisa
mengapa-apakan diriku pun tidak akan bisa memperoleh
kereta berdarah itu."
Dalam hati Koan Ing merasa tergetar kembali, walaupun
Jien Wong berada dalam keadaan tidak sadar pikirannya tetapi
dengan kepandaian silatnya yang amat dahsyat dan
mengerikan itu siapa yang berani memandang rendah dirinya"
Tetapi kiniJiu Wong mengalami kerugian, hal ini membuktikan
kalau orang tersebut amat dahsyat sekali,
"Orang-orang itu amat banyak" ujar Jien Wong lagi sambil
mengerutkan alisnya, "Dan mereka semua adalah jago-jago
lihay dari Bu-lim, selamanya belum pernah aku nenemui
rencana yang demikian rapat dan sempurnanya sehingga
berhasil mendesak aku masuk ke dalam penjara batu ini.
Dia berpikir sebentar, lalu tambahnya, "Diantara mereka
sembilan orang berkerudung, orang yang pertama2 masuk ke
dalam penjara batu dan tak berkerudung itu akhirnya kena
dibabat wajahnya oleh serangan "Thian Kang Ci" mereka lalu
menggusur pergi kereta berdarah tersebut"
Kembali Koan Ing merasa terperanjat, ada begitu banyak
jago-jago lihay yang bersembunyi di sekeliling tempat ini,
cuma dia tak berhasil menemukan seorangpun, kelihatannya
di sekitar tempat ini benar-benar sudah diselimuti oleh nafsu
membunuh yang setiap saat bisa berkobar.
"Setelah aku kena didesak masuk ke dalam penjara batu ini
orang itu sudah membokong aku satu pukulan lalu mengunci
pintu dan melarikan diri, aku yang tak bisa membuka pintu
tersebut lantas terkurung di tempat ini, tetapi aku pikir mereka
pasti bakal kembali lagi. karena itu aku menunggu terus....
heeei.... siapa sangka akhirnya yang datang adalah kau
orang." Koan Ing mendengarkan seluruh kisah itu dengan
termangu-mangu, berbagai soal yang mencurigakan hatinya
kini sudah tersapu lenyap.
Kiranya peristiwa yang sungguh- terjadi sejak kereta
berdarah memasuki daerah Tibet ini diliputi oleh suatu
kemisteriusan, semua peristiwa terjadi karena rencana busuk
seseorang, bilamana diantara mereka saling bergebrak lagi
ada kemungkinan orang-orang Bu-lim bakal musnah di tempat
itu juga. Jien Wong tertawa pahit dan menghela napas panjang.
"Aku salah mengira kau adalah mereka2 itu sehingga telah
menghantam kau sehingga hampir mati, hal ini benar-benar
berada di luar dugaanku kiranya orang yang aku hisap
darahnya bukan mereka."
"Ketika aku mengisap darahmu sampai separoh jalan itulah
pikiranku jadi sadar kembali," aku kenal kau adalah Koan Ing
dan waktu itu racun yang bercampur di dalam darah
ditubuhmupun sudah berhasil aku hisap semua, aku tidak
menyangka kalau racun yang mengeram di dalam tubuhmu itu
adalah obat yang paling mujarab buatku untuk memulihkan
kembali pikiran gila yang aku derita selama dua puluh tahun
ini, sekalipun begitu usiaku
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak panjang lagi, aku hanya bisa hidup beberapa hari saja
sedang kau.... kau sudah terbebas dari bencana."
Dengan termangu-mangu Koan Ing berdiri mematung
disana, racun di dalam darahnya sudah
kena dihisap semua oleh Jien Wong" Dia tidak mengetahui
waktu ini harus merasa senang atau sedih, urusan ini terjadi
diluar dugaannya. "Ada kemungkinan inilah nasibku," ujar Jien Wong lagi
sambil tertawa, "Tetapi selama
hidupku ini masih ada satu urusan yang membuat aku
menyesal yaitu hutang budi terhadap kakekmu serta matinya
ayahmu karena aku. hal ini benar-benar membuat aku merasa
sangat sedih.... " "Kini aku adalah seorang manusia yang hampir mendekati
ajalnya, sebetulnya aku bisa menggunakan ilmu sim hoat
tingkat atas "Cuan Kang Lok Ti" untuk menyalurkan tenagaku
kepadamu, tetapi aku tidak suka kau berbuat begitu, aku ingin
kau berjuang sendiri dan membentuk tenaga sendiri, dengan
begitu kau bisa tahu betapa beratnya suatu perjuangan untuk
mencapai pada tujuan."
Di atas kereta berdarah ada termuat ilmu silat dari
ciangbunjin angkatan yang terdahulu, sedang di dalam
pedang pusaka Hiat-ho Sin-pie termuat ilmu silat aliran Hiathopay, tetapi kepandaian silat itu tidak ada gunanya bagimu,
bilamana lama belajar pikiran bisa jadi sinting dan akhirnya
gila, terhadap ilmu silat Hiat-ho-pay itu aku mengerti amat
jelas, sebelum aku mati akan kuturunkan seluruh kepandaian
itu kepadamu." Koan Ing jadi tertegun, belum sempat dia bicara Jien Wong
sudah tertawa kembali. "Kesemuanya ini hanyalah dikarenakan kau di sekeliling
tempat ini bayangan hitam berkelebat tiada hentinya bilamana
kau tidak berkepandaian maka tak mungkin bisa melindungi
diri sendiri, apalagi setelah kau berhasil mempelajari ilmu
tersebut aku memberi tugas kepadamu untuk memusnahkan
kereta berdarah tersebut."
Dalam hati Koan Ing tahu kalau Jien Wong memerintahkan
dia untuk menyelidiki manusia misterius itu dan memusnahkan
sekalian orang-orang yang merebutkan kereta berdarah.
"Terima kasih cianpwee," sahutnya kemudian sambil berlutut
di atas tanah. "Tidak usah.... tidak usah, walaupun aku berbuat demikian
belum Cukup bagiku untuk membalas budi kebaikan
kakekmu," cegah Jien Wong sambil goyangkan tangannya.
Sehabis berkata dari dalam sakunya dia mengambil keluar
sebuah kitab dan berkata lagi.
"Orang yang menulis kitab pusaka "Boe Shia Koei Mie" ini
benar-benar amat lihay hanya sayang dia haoya menulis
sepintas lalu dan tidak cukup mendalam, sepuluh tahun
kemudian orang ini tentu akan berubah menjadi seorang
manusia aneh, kini kau sudah pernah membaca kitab pusaka
"Boe Shia Koei Mie" ini berarti pula pekerjaanku hampir sudah
selesai separuh, cukup aku memberi pelajaran bagaimana
caranya memperdalam isinya maka kau bakal sukses,"
Koan Ing yang melihat kitab pusaka "Boe Shia Koei Mie" nya
terjatuh ke tangan Jien Wong dia lantas tahu kalau kitab itu
tentunya sudah diambil sewaktu diajatuh tidak sadarkan
diri tadi. "Selama hidupku ini aku mengutamakan ilmu tabib serta
ilmu pedang sebagai andaIan, kesemuanya itu aku susun
dalam enam ribu kata, kau harus menghapalnya sehingga
masak betul-betul" kata Jien Wong lagi.
Sehabis berkata tangan kanannya lantas menekan jalan
darah "Giok Shen Hiat" di belakang otaknya.
Koan Ing hanya merasakan satu hawa segar menusuk ke
dalam tubuhnya membuat benaknya jadi tajam,
Waktu itulah terdengar suara yang amat nyaring dari Jien
Wong sudah berkumandang masuk ke dalam telinganya.
"Ilmu tabib mengutamakan keahlian, dengan ketajaman
otak membuktikan kepalsuan.... " Setiap perkataan tersebut
dengan jelasnya teringat di dalam benaknya
Dengan amat sabar dan telitinya Jien Wong mengulangi
keenam ribu kata-kata itu sebanyak tiga kali, suaranyapun
semakin lama semakin kecil tetapi setiap patah kata yang
diucapkan merupakan hal-hal yang penting dalam ilmu
ketabiban. Dengan amat telitinya Koan Ing mengingat2 terus keenam
ribu kata itu sehingga kapan Jien Wong berhenti berbisik dia
sendiri juga tidak tahu. Ketika pikirannya sadar kembali, tibatiba....
"Aah.... " entah sejak kapan Jien Wong sudah menggeletak
di atas tanah tak bernyawa lagi, seluruh tubuhnya kaku dan
hangus seperti terbakar, Lama sekali Koan Ing termangu-mangu disana, tidak
disangka Jien Wong sudah mati dengan begitu cepatnya.... tak
terasa lagi air mata bercucuran membasahi pipinya.
Beberapa saat kemudian mendadak dia teringat akan Sang
Siauw-tan, terburu-buru dia bangun sendiri.
Siapa tahu darahnya yang kena dihisap separuh oleh Jien
Wong membuat badannya amat lemah, baru saja bangun
berdiri dia sudah rubuh kembali ke atas tanah,
Dengan perlahan dia bangun kembali dan berjalan ke
dalam penjara batu itu, tampaklah waktu itu Sang Siauw-tan
sedang berbaring disana dengan mata terbuka lebar-lebar,
Sang Siauw-tan yang secara tiba-tiba melihat Koan Ing
berjalan masuk dengan amat girangnya lantas meloncat
bangun, "Engko Ing dimanakah manusia aneh itu" Dia tidak
memperkenankan aku ke luar"
Sembari berkata dia berjalan mendekat diri pemuda
tersebut, "Iiiih.... engkoh Ing, kau kenapa?" tanyanya kemudian
sambil menjerit tertahan.
Koan Ing yang melihat Sang Siauw-tan sembari bertanya
butiran air mata mengucur keluar dengan derasnya, dia lantas
mengerti kalau parasnya saat ini pasti amat jelek sekali
sehingga membuat gadis itu terperanjat dan ketakutan.
"Aku tidak mengapa," sahutnya kemudian sambil tertawa.
Dengan perlahan Sang Siauw-tan mencekal tangan pemuda
itu erat-erat, dalam hati diapun tahu kalau pemuda tersebut
tidak ingin dia menaruh rasa kuatir, karenanya setelah
termenung sebentar tanyanya, "Dimanakah manusia aneh
itu?" "Dia adalah Jien Wong si manusia tunggal dari Bu-lim,
tetapi kini ia telah meninggalkan dunia." "Mati?" seru Sang
Siauw-tan tertegun. Koan Ing yang melihat gadis itu tidak percaya dia lantas
tertawa dan menarik dirinya
keluar dari penjara batu itu dan menunjukkan mayat dari
Jien Wong tersebut. Saking terkejutnya lama sekali Sang Siauw-tan berdiri
termangu-mangu disana, sepatah katapun tak diucapkan.
Koan Ing tersenyum, dengan suara yang halus dia lantas
menceritakan kisahnya yang baru saja dialaminya itu.
Sang Siauw-tan lantas menjatuhkan diri ke dalam pelukan
sang pemuda, air mata bercucuran dengan derasnya
membasahi pipinya. dalam hati dia sendiri tidak mengetahui
haruskah dia merasa gembira atau bersedih hati.
Untuk kedua kalinya dia bersama-sama Koan Ing berhasil
lolos dari tangan malaikat elmaut
Kini semuanya sudah berlalu, racun yang mengeram di
dalam tubuh Koan Ing pun sudah dihisap keluar oleh Jien
Wong hal ini berarti juga sejak kini mereka berdua bisa hidup
berdampingan hingga tua. Saking girangnya tak kuasa lagi Sang Siauw-tan menangis
semakin keras.... "Siauw-tan," ujar Koan Ing perlahan sambil membelai
rambutnya yang panjang itu. "Sekarang kita bisa berkumpul
lagi untuk selamanya, aku tidak akan meninggalkan dirimu....
" Berbicara sampai disini mendadak teringat olehnya ajakan
Sak Huan si toojien berbaju hijau itu, agaknya dia tahu kalau
Jien Wong ada disini sehingga sengaja melepaskan mereka
berdua masuk kemari. Bahkan diapun tahu kalau Jien Wong tak akan
membinasakan orang perempuan.
Pikiran tersebut dengan amat cepatnya berkelebat di dalam
benaknya, apa mungkin Sak Huan mempunyai sangkut paut
dengan orang yang membokong diri Jien Wong"
Semakin dipikir dia merasa semakin curiga.... tetapi
sekarang luka parahnya belum sembuh, teringat akan lukanya
yang baru bisa sembuh tujuh hari kemudian dia lantas
menghela napas panjang. Dia tahu Sak Huan tentu lagi menanti di tempat luaran,
karenanya sambil memeluk tubuh Sang Siauw-tan ujarnya,
"Siauw-tan aku hendak menyembuhkan lukaku dulu, di dalam
tujuh hari ini tak boleh ada orang yang mengganggu, Coba
kau berjagalah buat keselamatanku kau suka bukan?"
Dengan perlahan Sang Siauw-tan mengangguk, diapun
tahu kalau Sak Huan masih ada di depan, dia belum tahu Jien
Wong sudah mati karena itu tidak berani menerjang masuk.
Kini Koan Ing masih terluka, bilamana dia sampai tiba
disana bukankah urusan bakal runyam" Lain halnya bilamana
luka Koan Ing sudah sembuh, waktu itu mereka tidak takut
lagi terhadap toosu muda itu,
Pemuda itu lantas mencari satu pojokan dinding dan mulai
duduk bersila menghadap ke arah dalam.
Hanya di dalam sekejap saja tujuh hari sudah berlalu
dengan cepatnya, Sang Siauw-tan pun sudah lega hatinya
Mendadak sesosok bayangan manusia berkelebat datang,
gadis itu segera merasakan hatinya terperanjat tubuhnya
buru-buru berkelebat menyingkir kesamping.
Kembali terdengar suara dengusan dingin berkumandang
datang, Sang Siauw-tan semakin kaget lagi.
"Bukankah suara dengusan ini berasal dari suara Sak
Huan?" pikirnya. Tidak disangka Toosu bangsat yang tidak tahu malu ini
masih belum meninggalkan tempat ini"
Bilamana dia sampai menerjang masuk ke dalam apa yang
harus diperbuat" Sak Huan inipun sungguh bernyali, dia ternyata berani
menerjang masuk ke dalam apakah
dia orang tidak takut munculnya Jien Wong"
Sak Huan yang ada diluar sengaja berjalan bolak-balik
dengan memberatkan langkahnya selama seperminum teh
lamanya, tetapi dia tidak juga masuk kedalam,
Dengan termangu-mangu Sang Siauw-tan bersembunyi
dipojokan dinding, dia tahu Sak Huan tentu merasa keheranan
karena dirinya berdua sesudah masuk ke dalam tidak pernah
keluar lagi.... bilamana Koan Ing sudah mati ditangan Jien
Wong, seharusnya dirinya melarikan diri keluar dari sana....
tapi mereka berdua tak ada yang keluar....
Sinar mata Sang Siauw-tan berputar2, mendadak dia
meloncat dan bersembunyi dibalik mayat Jien Wong.
Baru saja dia bersembunyi terdengarlah Sak Huan
mendengus dingin dan munculkan dirinya disana.
Sinar mata toosu muda itu segera menyapu sekejap ke
sekeliling tempat itu lalu berdiri melengak.
Tampaklah olehnya tubuh Koan Ing menggeletak
dipojokkan tembok dengan melingkar, keadaannya mirip
seperti sudah mati. Sebaliknya Jien Wong duduk ditengah, keadaannyapun
mirip sudah mati tapi mirip juga sedang tidur.
Lama sekali dia berdiri termangu-mangu, di manakah Sang
Siauw-tan" Apakah dia berada dalam ruangan batu itu"
Bagaimana dahsyatnya kepandaian silat yang dimiliki Jien
Wong diapun tahu dalam hati ia mengerti bilamana secara
gegabah dirinya maju ke depan maka tidak bakal bisa lolos
dari cengkeramannya. Berpikir akan hal itu hatinya merasa bergidik, Koan Ing
masih hidup" Atau sudah mati"jaraknya amat jauh membuat
toosu muda ini tak bisa melihat lebih jelas,
Dengan perlahan Sak Huan mencabut keluar pedangnya,
sekalipun Koan Ing belum mati diapun tidak akan takut
sebaliknya Jien Wong, cukup dia masih bernapas sudah
membuat hatinya merasa jeri,
Selangkah demi selangkah tubuhnya mulai bergerak
mendesak ke arah diri Jien Wong.
Setibanya di depan tubuh si manusia tunggal dari Bu-lim
dia melihat orang itu masih tak bergerak sedikitpun,
pedangnya lantas disentuhkan ke atas badannya sebentar,
akhirnya sambil menghembuskan napas lega dia melanjutkan
kembali langkahnya menuju ke arah diri Koan Ing.
Sang Siauw-tan yang bersembunyi dibalik mayat Jien Wong
sama sekali tidak berani bernapas, mendadak tubuhnya
meloncat ke depan sedang tangan kanannya berturut-turut
melancarkan tujuh buah sentilan mengancam tubuh Sak Huan.
Sak Huan yang secara tiba-tiba diserang dalam hati merasa
amat terperanjat tubuhnya baru saja berputar ketujuh buah
seranganjari itu sudah mendekati tubuhnya membuat dia
orang merasa berdesir, Dalam hati Sak Huan tahu kalau serangan jari ini
menggunakan ilmu sakti "Hun Yang Ci" yang amat dahsyat itu.
Walaupun dia sendiri memiliki kepandaian silat yang amat
tinggi tetapi terhadap kepandaian silat yang amat dahsyat ini
tidak berani memandang terlalu enteng.
Di tengah suara bentakan yang amat nyaring Sak Huan
melayang mundur ke belakang sedang
pedangnya dengan santar membabat ke arah depan.
"Criiing....!" dengan menimbulkan suara yang amat nyaring
ujung pedang di tangannya sudah kena disambarputus oleh
serangan tersebut, dengan wajah penuh keringat dingin
tubuhnya terburu-buru meloncat mundur semakin jauh lagi.
Sang Siauw-tan yang melancarkan dengan sepenuh tenaga
tadi sewaktu melihat ketujuh buah sentilannya tidak mencapai
pada sasarannya hawa murni di dalam tubuhnya sudah
bergolak, maksudnya dia hendak melakukan pengejaran tetapi
tenaganya tidak memadai membuat dia orang terpaksa berdiri
termangu-mangu. Dengan pandangan yang amat dingin dia memandang ke
arah Sak Huan, dalam hati terasa amat murung sekali, dia
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
takut Sak Huan melancarkan serangan kembali ke arahnya....
Dengan pandangan yang amat girang Sak Huan si toosu
muda itu memperhatikan terus diri Sang Siauw-tan, sekalipun
begitu hatinya rada jeri juga atas kedahsyatan dari ilmu jari
"Han Yang Ci" yang baru saja diperlihatkan oleh gadis
tersebut. "He.... hee kelihatannya Koan Ing masih hidup
bukan?" serunya sambil tertawa dingin.
Sang Siauw-tan tidak berani membuka mulut, dia takut
bilamana dirinya berbicara maka
Sak Huan bisa mendengar kalau tenaga murninya sudah
buyar, karena itu dengan tenangnya dia mengatur pernapasan
mengembalikan hawa murni yang sudah buyar.
Sak Huan tersenyum, dia sadar bilamana saat ini Koan Ing
tidak luka terpaksa dia harus mengundurkan diri dari sana.
Tetapi jika ditinjau dari keadaan pemuda itu ada
kemungkinan dia sudah terluka parah dan kemungkinan juga
dia lagi menipu dirinya, bilamana Koan Ing benar-benar
melancarkan serangan dia dengan ilmu pedang "Thian-yu Khei
Kiam" nya bukan suatu ilmu sembarangan.
"Ha.... haa kini Jien Wong mati tapi kalian tidak cedera, hal
ini sungguh suatu pemandangan yang aneh sekali!" serunya
sambil tertawa. Sehabis berkata dia memandang kembali ke arah Sang
Siauw-tan tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Tiba-tiba satu ingatan berkelebat di dalam benaknya,
pedang sudah putus dilemparkan ke atas tanah sedang
tubuhnya mulai bergerak mendekati diri Koan Ing.
"Kau berani?" teriak Sang Siauw-tan cemas.
Sak Huan yang mendengar gadis itu buka mulut hatinya
jadi paham kembali, waktu itulah dia baru tahu kalau gadis
tersebut tidak melanjutkan pengejarannya karena tenaga
murni di dalam tubuhnya sudah buyar.
Di tengah suara tertawanya yang amat keras itulah
tubuhnya sudah berkelebat menubruk ke arah diri Koan Ing.
Sang Siauw-tan jadi amat cemas, di tengah suara bentakan
yang amat nyaring tubuhnya pun ikut menerjang ke arah
toosu muda itu, Dengan gesitnya Sak Huan berhasil mencengkeram pundak
pemuda itu kemudian putar badannya membentak.
"Berhenti kau sudah tidak maui nyawa Koan Ing?"
Sang Siauw-tan segera merasakan hatinya tergetar amat
keras, tubuhnyapun dengan sendirinya berhenti bergerak.
Dengan seramnya toosu muda itu tertawa dingin kemudian
memandang sekejap ke arah
diri Koan Ing. Waktu itu Koan Ing sedang berusaha menyembuhkan
lukanya sehingga terhadap apa yang sudah terjadi di tempat
luaran dia sama sekali tidak tahu.
ak Huan agak melengak, dia merasa heran apa yang
sedang dikerjakan Koan Ing. bagaimana mungkin dia tidak
bangun juga. Tangan kanannya segera ditempelkan pada pundak
pemuda itu, terasalah jantungnya masih berdenyut yang
berarti pula Koan Ing masih hidup. Tapi kenapa dia tidak
sadar juga" Sungguh aneh sekali urusan ini
Dengan perlahan matanya beralih ke arah Sang Siauw-tan
lalu ejeknya dengan suara sinis. "Bilamana aku membunuh
dirinya, kau hendak berbuat apa?" Sang Siauw-tan segera
merasakan hatinya bergidik.
"Bilamana kau berani berbuat begitu aku akan suruh kau
orang mati disini juga tanpa tempat untuk mengubur dirimu!"
serunya dingin. Walaupun begitu dalam hati dia merasa amat sedih sekali,
baru saja dia bersama Koan Ing lolos dari bahaya, tidak
disangka kini kembali pemuda tersebut jatuh ditangan pihak
musuh. Tak kuasa lagi titik-titik air mata mengucur keluar dengan
derasnya. "Hey Siauw-tan!" seru Sak Huan kembali sambil
memandang gadis itu termangu-mangu. "Bilamana kau suka
kawin denganku, maka pemuda ini akan aku lepaskan."
Sejak semula Sang Siauw-tan sudah mengetahui kalau
toosu muda itu bermaksud demikian, dia lantas mendengus
dingin, "Tidak mungkin!"
Sak Huan jadi melengak, jawaban dari Sang Siauw-tan ini
amat kukuh membuat dia jadi melengak, urusan ini benarbenar
berada diluar dugaannya. Apakah Sang Siauw-tan benar-benar sudah tidak ingini lagi
nyawa dari Koan Ing" hal itu tidak mungkin
"Kalau begitu aku mau melepaskan dia atau bunuh mati dia
adalah sama saja?" ujarnya sambil tertawa.
Dengan dinginnya Sang Siauw-tan mengerutkan alisnya,
tak sepatah katapun yang diucapkan.
Dengan termangu-mangu Sak Huan memandang ke arah
gadis itu, lama sekali baru ujarnya, "Kau begitu cantiknya,
perduli bagaimanapun aku harus mendapatkan dirimu, apa
yang bakal terjadi aku tidak perduli bilamana ada orang yang
berani menghalangi maksudku maka akan kubunuh orang itu,
termasuk Koan Ing." Ooo)*(ooO Bab 31 MENDENGAR perkataan itu, Sang Siauw-tan segera
merasakan hatinya tergetar amat keras, dia tahu tindakan Sak
Huan amat kejam sekali, apa yang diucapkan olehnya ada
kemungkinan bisa dilaksanakan,
Sak Huan yang melihat gadis itu masih juga tidak
memperlihatkan reaksi apa-apa, dia lantas mengerutkan
alisnya rapat-rapat. "Walaupun aku bunuh diri Koan Ing, aku tahu kau akan
tidak suka kawin dengan diriku," ujarnya dengan dingin.
"Tetapi bilamana aku tidak bunuh dirinya kaupun tak ada
harapan buat kawin dengan dia orang. setelah dia mati kau
harus kembali kepuncak Su Li Hong."
"Hmm cuma sayang dia tidak bakal mati lagi," sahut gadis
tersebut dengan nada yang amat dingin.
Mendengar perkataan tersebut Sak Huan jadi amat
terperanjat, Koan Ing tidak bakal mati" Kalau begitu jikalau
dia tidak membinasakan pemuda itu mereka tentu akan kawin
dan hidup bersama-sama. Suatu ingatan buruk berkelebat di dalam benaknya, dengan
perlahan telapak tangannya siap diangkat....
"Tahan!" mendadak terdengar suara yang amat dingin dan
berat berkumandang datang.
Sang Siauw-tan jadi terperanjat, ketika dia menoleh ke
belakang tampaklah seorang lelaki berusia pertengahan yang
berbaju hijau sudah berdiri beberapa kaki di belakang
tubuhnya. Orang itu bukan lain adalah Si Jari sakti Sang Su-im,
ayahnya "Tia.... " saking girangnya tak tertahan lagi gadis itu
menjerit sambil menangis dan menubruk ke dalam pelukan
ayahnya. "Siauw-tan kini kau sudah besar, jangan menangis lagi,"
hibur ayahnya sambil merangkul anaknya. "Aku dengar
setelah kalian turun dari puncak Su Li Hong lantas masuk ke
daerah Tibet lagi, aku dengar dari paman Hoo mu kalian
sudah amat lama sekali masuk ke dalam gua ini maka itu aku
sengaja datang kemari."
Sak Huan yang melibat munculnya Sang Su-im disana dia
jadi melengak dibuatnya, nama si jari sakti sudah lama dia
dengar apalagi ilmu jari "Han Yang Ci" nya yang amat sakti
itu, Teringat akan ilmu jari "Han Yang Ci" hatinya terasa jadi
bergidik. Bilamana dia masih berani melanjutkan maksudnya untuk
membinasakan Koan Ing di tempat itu maka dia sendiripun
bakal menemui ajalnya disini, Dan untuk menghadapi Sang
Su-im baginya kini masih terlalu pagi.
Berbagai ingatan dengan cepatnya berkelebat di dalam
benaknya, tak terasa lagi sambil bungkukan kepalanya dia
berseru, "Sak Huan menghunjuk hormat buat cianpwee."
Sang Su-im memandang sekejap ke arah Sak Huan lalu
mendengus dengan dinginnya. dia sebagai pangcu dari
perkumpulan Tiang-gong-pang sudah tentu kenaljuga dengan
murid kesayangan ciangbunjien dari Bu-tong-pay ini,
"Lepaskan Koan Ing" perintahnya kemudian dengan dingin
sambil memperhatikan diri Sak Huan beberapa saat Iamanya,
Biji mata tosu muda itu tampak berputar^, dia yang tidak
mengerti apa yang hendak dilakukan Sang Su-im terhadap
dirinya sudah tentu tidak suka melepaskan Koan Ing dengan
begitu saja, "Nama besar dari Sang cianpwee sudah lama boanpwee
dengar di dalam Bu-lim. kali ini Cianpwee muncul kembali dari
daerah Tibet biarlah aku mewakili suhu menghunjuk hormat,
suhuku kini sudah jauh berada digunung Kun-lu-san," katanya.
Sang Su-im yang melihat dia orang tidak suka melepaskan
Koan Ing kembali mendengus dengan dinginnya.
"Cepat lepaskan diri Koan Ing, aku kasi satu jalan hidup
bagi dirimu untuk mengundurkan diri dari sini."
Justru Sak Huan tidak mau lepaskan diri pemuda itu karena
Sang Su-im belum mengucapkan kata-kata ini, ketika
didengarnya orang tua itu sudah setuju untuk melepaskan
dirinya diapun lantas meletakkan Koan Ing ke atas tanah.
"Terima kasih cianpwee!" serunya. Sehabis berkata dia lalu
putar tubuh dan berjalan keluar. Mendadak Koan Ing membuka matanya, waktu tujuh hari
baginya sudah lewat yang berarti pula lukanya sudah sembuh
benar-benar ketika dilihatnya Sak Huan hendak berlalu dari
sana tubuhnya segera berkelebat menghalangi perjalanannya
Sang Su-im yang melihat kepandaian silat pemuda itu
memperoleh kemajuan lagi, dalam
hati semakin keheranan....
"Kepandaiannya begitu tinggi, bagaimana mungkin dia
orang bisa ditawan oleh Sak Huan si Toosu itu?" pikirnya.
"Hian-tit!" serunya kemudian. "Aku sudah menyanggupi
untuk lepaskan dia orang, kau jangan menghalangi
perjalanannya lagi" Terhadap apa yang terjadi baru-baru ini Koan Ing sama
sekali tidak tahu, karena itu dia lantas menyahut, Empek
Sang, siauw-tit mau menanyai satu urusan dari dirinya."
Dia lantas menoleh ke arah Toosu rnuda itu dan serunya,
"Siapa yang sudah membinasakan si manusia tunggal dari Bulim
ini?" "Siapa itu si manusia tunggal dari Bu-lim?" teriak Sak Huan
melengak. "Aku cuma tahu di dalam gua ini ada seorang gila
yang memiliki kepandaian silat amat tinggi, tetapi aku tidak
tahu kalau dia adalah si manusia tunggal dari Bu-lim Jien
Wong adanya." Dengan termangu-mangu Koan Ing memandang tajam
wajah toosu muda itu, dalam hati dia merasa rada tidak
percaya terhadap perkataannya itu tapi Sang Su-im sudah
menyanggupi terlebih dahulu. dia tidak mau memaksa Sang
Su-im harus melanggarjanji.
Karenanya dia lantas menyingkir ke samping memberi jalan
buat Sak Han sitoosu itu untuk berlalu.
Sang Siauw-tan yang begitu melihat luka Koan Ing sudah
sembuh benar-benar dengan amat girangnya lantas menubruk
ke depan. Koan Ing sendiripun sudah tahu kalau nyawanya baru saja
ditolong oleh Sang Su-im, karena itu sambil membelai rambut
gadis itu tanyanya, "Siauw-tan, dimanakah ayahmu?"
"Haa.... haa Siauw-tan, sekarang kau tidak maui ayahmu
lagi, aku akan merasa cemburu!" seru Sang Su-im tiba-tiba
sambil tertawa terbahak2.
Sang Siauw-tan menoleh dan tertawa, diapun lantas
menceritakan kisahnya bagaimana Koan Ing naik ke gunung
Su Li Hong dan hingga bertemu dengan Jien Wong.
Sang Su-im termenung sebentar, akhirnya sambil
memandang ke arah mayat si manusia
tunggal dia menghela napas. "Tidsk kusangka di dalam
urusan ini sudah terjadi perubahan yang amat besar, kini Jien
Wong dibunuh orang hal ini menunjukkan kalau rencana
manusia misterius itu tidak kecil, sedang jejak Yuan Si
Tootiang pun sangat mencurigakan, tetapi aku rasa kedua
orang itu tidak mungkin suka bersekongkol dengan orang lain
hanya dikarenakan kereta berdarah itu saja, bagaimanapun
mereka adalah orang-orang Bu-lim dari kalangan lurus,
perbuatannya tidak akan keterlaluan sehingga mempengaruhi
nama baik Bu-tong-pay di dalam dunia kangouw."
Berbicara sampai disitu dia berhenti sebentar untuk
kemudian tambahnya, "Tetapi aku yakin dibalik kesemuanya
ini pasti ada otak yang memimpin peristiwa ini, cuma saja
tidak tahu siapakah orang itu?"
Mendadak dia tertawa dan serunya, "Ttdak perduli apa
yang sudah terjadi asalkan kalian berdua kini berada di dalam
keadaan sehat-sehat saja hal ini sudah cukup membuat aku
orang tua merasa amat gembira."
Sang Siauw-tan yang melihat ayahnya amat girang diapun
lantas tertawa. "Tia, Jien Wong sudah memerintahkan engkoh Ing untuk
pergi memusnahkan kereta berdarah sedang paman Cha
sekalian sudah berangkat ke gunung Kun lun san, kini kita
harus berbuat bagaimana?"
Biji mata Sang Su-im berputar-putar, dia termenung
sebentar lalu baru menjawab, "Tujuh hari kita sudah tak bakal
bisa menyusul mereka, kini Yuan Si Tootiang bilang kereta
berdarah sudah pergi ke arah barat daya tetapi orang-orang
perkumpulan Tiang-gong-pang yang aku kirim tak seorangpun
yang berhasil menemukanjejak kereta berdarah tersebut."
Koan Ing mengerutkan alisnya rapat-rapat, dalam hatinya
kembali berkelebat satu pertanyaan yang membuat hatinya
bertambah curiga. Yuan Si Tootiang tidak ada alasannya uatuk
menipu orang-orang itu. bilamana kereta berdarah sungguhsungguh
tidak menuyu ke arah barat daya lalu apa maksud
Yuan Si Tootiang menipu mereka"
Yuan Si Tootiang adalah ciangbunjin dari partai Bu-tongpay,
dia orang tidak mungkin sengaja memancing orang-orang
itu meninggalkan daerah Tibet untuk mengejar kereta
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berdarah sedang dia sendiri tinggal di daerah Tibet
mengadakan pencaharian. Apalagi dia sendiripun berangkatnya bersama dengan Thian
Siang Thaysu sekalian, tak mungkin Tootiang ini mempunyai
ilmu untuk membelah diri menjadi dua
Berbagai pikiran yang mencurigakan berkelebat di dalam
benaknya, dia merasa gerakan
serta tindakan dari Yuan Si Tootiang kali ini merupakan
suatu persoalan yang amat mencurigakan.
Tiba-tiba terdengar Sang Su-im tertawa.
"Apakan benar-benar kereta berdarah menuju ke arah
barat daya" Sedang anak murid dari perkumpulan Tiang-gongpang
tak ada seorangpun yang mengetahui" Ada
kemungkinan juga anak murid Bu-tong-pay yang menemukan
sehingga Yuan Si Tootiang tahu."
"Empek Sang lalu tahukah kau orang kenapa Yuan Si
Tootiang begitu terlambat baru munculkan diri di daerah
Tibet?" tanya Koan Ing tiba-tiba setelah berpikir sebentar.
"Kau merasa heran akupun merasa heran," kata Sang Suim
sambil mengerutkan alisnya. "Sewaktu Thian Siang si
hweesio tua itu meninggalkan kuil Siauw-lim menuju ke
daerah Tibet anak murid dari perkumpulan Tiang-gong-pang
kita pada tahu tetapi munculnya Yuan Si Toosiang terlalu
mendadak bahkan cuma membawa seorang murid saja, hal ini
sangat aneh dan mengherankan sekali."
Sehabis berkata dia termenung sebentar dan tambahnya.
"Apa kau menaruh rasa curiga kalau dia orang punya
maksud tertentu terhadap kereta berdarah itu?"
"Aku cuma merasa kalau tindak tanduk dari Yuan Si
Tootiang sangat misterius sekali, kedahsyatan dari ilmu
silatnya ada kemungkinan jauh di atas empek Sang sendiri."
Sang Su-im hanya tersenyum saja dan tidak jadi marah
oleh perkataan dari pemuda tersebut, rasa Congkak yang
melipu ti hatinya kini sudah sirap separuh oleh kejadian tempo
hari sewaktu berada dalam daerah Tibet.
Walaupun begitu selama ini dia masih selalu mengira kalau
tenaga dalam dari tiga manusia genah, empat manusia aneh
berada seimbang, tetapi jurus serangan serta pengalaman
bertempur dari empat manusia aneh kini jauh lebih lihay
daripada tiga manusia genah. Apalagi selama dua puluh tahun ini mereka pada berlatih
terus, sudah tentu dia merasa tidak percaya bilamana dikatakan kepandaian serta
tenaga dalam Yuan Si Tootiang jauh berada diatasnya.
Sang Su-im termenung sebentar lalu ajaknya: ^
"Mari kitapun segera berangkat kegu-nung Kun?"lunpay
untuk melihat keramaian."
Dengan perlahan Koan Ing mengangguk- saat ini dia harus
cepat-cepat mengejarjejak kereta berdaiah itu sudah tentu
kalau diapun harus berangkat pula ke gunung Kun-lunsan.
Apalagi ada bantuan dari Sang Su-im sebagai pangcu suatu
perkumpulan besar, hal ini benar-benar amat menguntungkan
bagi dirinya. Dengan cepatnya mereka bertiga keluar dari gua itu, dari
dalam sakunya Sang Su-im lalu mengambil keluar seekor
burung dara dan ujarnya sambil tertawa, "Kini seluruh
kekuatan dari perkumpulan Tiang-gong-pang sudah bergeser
ke Tibet, dengan adanya perintahku ini maka seluruh anak
buah Tiang Gong ^ang akan tersebar disepanjang jalan
menuju ke gunung Kun-lunsan, gerak-gerik para jagoBu-lim
yang bagaimana lihaypunjangan harap bisa lolos dari
pengawasanku", Sehabis berkata dia tertawa dengan
bangganya, Koan Ingpun tahu bagaimana luasnya pengaruh dari Tianggongpang tetapi Sang Su-im yang tidak suka akan penonjolan pengaruh tidak pernah
secara terang-terangan menyebarkan anak buahnya di depan
umum, Kini secara tiba-tiba dia bermaksud untuk menyebarkan
anak buahnya secara terang-terang an, jelas sudah kalau
Sang Su-im bermaksud untuk memperlihatkan pengaruhnya,
Baru saja mereka bertiga mendekati sebuah kota kecil
mendadak dan depan muncul berpuluh-puluh orang berbaju
putih dengan dipimpin oleh Hoo Lieh.
Melihat hal itu Koan Ing jadi amat gembira, dia tidak
menyangka kalau anak murid dari Tiang-gong-pang sudah
menyamar masuk ke Tibet, dan kini setelah penyamaran
dilepaskan maka di seluruh Tibet semuanya hanya anak murid
dari perkumpulan Tiang-gong-pang yang berkeliaran dimana2.
Dengan cepat Hoo Lieh menyongsong diri Sang Su-im lalu
bungkukkan badannya menjura. "Tecu Hoo Lieh menghunjuk
hormat buat pangcu!" serunya.
"Tidak usah banyak adat, apakah semuanya sudah siap?"
seru Sang Su-im sambil mengulapkan tangannya.
"Kereta buatpangcu sudah dipersiapkan kedua belas orang
pelindung hukumpun segera akan tiba, sedang anak buah
yang di sebar di sekeliling kun-lun-san baik yang bersembunyi
maupun yang terang-terangan sedang diatur, di dalam tiga
hari kemudian semuanya akan sudah siap, sedang Cha Thayhiap
sekalian kemarin sudah kirim burung dara yang
mengabarkan bahwa mereka sudah tiba digunung Ku^lun
san" Dengan perlahan Sang Su-im mengangguk sebaliknya Koan
Ing merasa amat terperanjat, kiranya anak murid dari
perkumpulan Tiang-gong-pang sudah membuntuti terus diri
Thian Siang Thaysu sekalian bahkan seluruh gerak-gerik mereka
selama di perjalanan pun diketahuinya dengan amat jelasnya,
Mereka bertiga masuk kesebuah rumah penginapan dan
beristirahat semalam, untuk kemudian hari kedua berangkat
kembali ke gunung Kun^lun-san,
Sang Su-im serta Koan Ing masing-masing menunggang
seekor kuda sebaliknya Sang Siauw-tan
duduk di dalam kereta itu.
Berturut-turut beberepa hari sudah lewat dengan cepatnya
sedang mereka sudah tiba digunung Kun^lun-san, selama
beberapa hari inijejak dari Thian Siang Thaysu sekalian
agaknya sudah lenyap tak berbekas, sedang anak murid dari
Tiong Gong Pang yang tersebar digunung Ku.^Iun sanpun
lenyap tak berbekas. Dalan hati Koan Ing serta Sang Su-im penuh diselimuti oleh
rasa heran dan curiga yang memberatkan hatinya.
Seluruh jago-jago dari perkumpulan Tiang-gong-pang
sudah dikerahkan keluar semua tetapi hingga saat ini tidak
nampak jejak maupun beritanya.
Dengan perlahan Sang Su-im dongakan kepalanya
memandang ke arah gunung Kun lun-san yang tinggi dan
amat curam itu, dia tidak menyangka kalau perkumpulan
Tiang-gong-pang kali ini bakal menemui bencana yang begitu
besar, jika benar-benar terjadi maka Yuan Si Tootiang tentu
mengajak para jago itu mendatangi tempat jebakan yang
sudah diatur oleh manusia misterius dibalik layar itu,
Dia tahu pihak lawan tentu sudah menyebarkan seluruh
mata-matanya di daerah Tibet mereka ada maksud tertentu
sudah tentu pula segala gerak-gerik dari anak buah pun kena
diawasi mereka sejak semula. Baru saja dia orang berpikir sampai di situ mendadak dari
balik gunung terbang mendatang seekor burung merpati yang
dengan sekuat tenaga mengibas2kan sayapnya.
Sang Su-im merasakan hatinya tergetar amat keras,
bukankah burung ini adalah burung dara dari perkumpulan
Tiang-gong-pang" Seekor burung dara yang terluka terbang mendatang
dengan membawa berita dari Kun lun san!
Semua orang merasakan semangatnya berkobar kembali,
temani pula anak buah Tiang-gong-pang sudah mengepung
gunung Kun-lun-san rapat-rapat.
Baru saja burung dara itu melayang da tang mendadak
sebuah anak panah dengan cepatnya menyambar ke atas
tepat menghajar di atas badan burung dara tersebut,
Sang Su-im kontan merasa hatinya tergetar, dia tidak
menyangka kalau ada orang yang begitu bernyali mencari
gara-gara dengan dirinya yang telah mempunyai nama besar
didadalam Bu-lim ini, tangannya segera di ulapkan sedang
kedua belas orang pelindung hukum yang ada dibelakangnya
segera memencar ke samping dan lari ke atas,
Kembali tampaklah sebatang anak panah yang disertai
dengan suara desiran nyaring melesat ke tengah udara....
"Empek Sang, biar aku pergi memeriksa!" seru Koan Ing
dengan hati terperanjat. Sang So Im ragu-ragu sebentar, akhirnya dia mengangguk.
"Tia akupun ikut pergi!" seru Sang Siauw-tan pula dari
samping. Sehabis berkata dia meleset ke tengah udara dan melayang
ke atas kuda Koan Ing. Koan Ing ragu sejenak, lalu dia menoleh untuk minta
persetujuan, dengan perlahan Sang Su-im mengangguk, Koan
Ing segera menjepit perut kudanya dan melarikan
tunggangannya ke arah puncak gunung.
Sebaliknya kedua belas pelindung hukum itu dengan
menyebar dari kedua belah sayap kanan dan kiri mengepung
ke arah di mana burung merpati itu jatuh.
Setibanya di bawah gunung Koan Ing lantas menarik tubuh
Sang Siauw-tan melesat ke atas meninggalkan pelana kuda
dan melayang ke arah dimana burung dara itu menggeletak.
Bersamaan itu tampaklah bayangan putih berkelebat tiada
hentinya sehingga sekeliling hutan tersebut sudah terkepung
rapat-rapat oleh kedua belas pelindung hukum dari
perkumpulan Tiang-gong-pang itu. ^
Dengan cepatnya Koan Ing berlari ke depan, dia menyapu
sekejap dulu ke arah sekeliling tempat itu, Dan tampaklah
burung dara itu menggeletak diantara ranting2 pohon sedang
suasana saat itu amat sunyi senyap.
"Siauw-tan kau berjaga2lah di bawah melindungi aku!"
serunya kemudian kepada gadis tersebut.
Sehabis berkata dia berkelebat dan melayang ke atas
pohon. Siapa tahu baru saja tangan pemuda itu mencekal burung
dara tersebut terdengarlah Sang Siauw-tan yang ada di bawah
pohon sudah berteriak kaget, "Awas!"
Segulung bau amis yang menusuk hidung menyambar
datang, Koan Ing jadi terperanjat
tubuhnya dengan cepat membalik dan melayang ke arah
batang pohon yang lain Ketika menoleh kembali ke belakang hatinya semakin
terkejut lagi, kiranya seekor macan kumbang dengan
seramnya lagi mengawasi dirinya, sedang tubuhnya siap-siap
menerkam ke arah bawah. Koan Ing segera mengerutkan alisnya rapat-rapat,
tubuhnya berdiri tegak sedikitpun tidak bergerak sedang
matanya mengawasi binatang buas itu tak berkedip.
Mendadak macan tutul itu mengaum lalu meloncat ke atas
pohon yang lain dan hanya di dalam sekejap saja sudah
lenyap dari pandangan. Melihat binatang itu sudah berlalu Koan Ing pun lantas
melayang turun ke atas tanah sambil menarik tangan sang
gadis dia lari menuruni gunung tersebut.
"Sungguh aneh sekali munculnya macan kumbang itu,"
pikirnya diam-diam dihati," Apa mungkin binatang itu sengaja
berbuat begitu?" Dengan gerakan yang amat cepat mereka kembali
kehadapan Sang Su-im dan menyerahkan burung dara itu.
Dengan hati cemas orang tua itu menerima burung
tersebut dan mengambil secarik kertas yaog diikat dikakinya
untuk di baca isinya, Tapi sebentar kemudian air mukanya sudah berubah hebat,
sambil mengerutkan alisnya rapat-rapat dia menyerahkan
kertas itu kepada Koan Ing, Dengan hati yang berdebar-debar
pemuda itu lantas membaca isi surat itu....
"Terkurung.... di lembah Chiet Han Ku.... " tampaklah lima
buah kata yang ditulis dengan darah segar.
"Lembah Chiet Han Ku?" diam-diam hatinya merasa amat
terperanjat sekali, bukankah lembah itu merupakan salah satu
tempat terlarang dari tiga tempat terlarang lainnya di dalam
Bu-lim" Bukankah lembah Chiet Han Ku merupakan tempat
bahaya di samping selat "Hwee Im Shia" serta hutan "Wang Yu
Liem?"" Ooo)*(ooO Bab 32 DARI ANTARA ketiga tempat terlarang dari Bu-lim ini dia
pernah terjerumus ke dalam selat Hwee Im Shia bersamasama
Sang Siauw-tan, bilamana bukannya alat rahasia yang
ada di dalam selat itu selama ratusan tahun ini sudah hampir
musnah ditambah nasib mereka berdua amat baik ada
kemungkinan sejak dulu sudah mati di dalam selat itu,
Sungguh tidak disangka di dalam lembah Chiet Han Ku
inipun kembali mereka menemui urusan Lembah Chiet Han
Ku, selama ini terpisah dari gunung Kun lun san dianggap
orang sebagai tempat terlarang.... apalagi katanya banyak
terdapat jago-jago Bu-lim terkurung disana.
Koan Ing benar-benar amat terperanjat, dia bingung apa
yang harus diperbuat pada saat ini. Sang Siauw-tan yang
melihat dia orang kebingungan segera mendengus dingin.
"Orang-orang itu terlalu memandang tinggi urusan, apakah
lembah Chiet Han Ku benar-benar merupakan tempat
terlarang bagi orang-orang Bu-lim" Mereka anggap tempat itu
terlarang justru aku ingin menginjak rata tempat2 ini,"
katanya. Di tengah udara kembali terdengar suara desiran anak
panah yang amat nyaring sekali. "Heee.... heee.... kiranya di
sekitar tempat ini sudah lama menanti musuh-musuh!" seru
Sang Su-im sambil tersenyum,
Koan Ing hanya tersenyum saja, mendadak satu iagatan
berkelebat di dalam benaknya apakah macan tutul itupun
sengaja dikirim oleh pemilik lembah Chiet Han Ku untuk
merebut burung merpati"
"Empek Sang" ujarnya mendadak kepa da Sang Su-im.
"Tadi sewaktu aku bersama-sama Siauw-tan memungut
Kereta Berdarah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
burung merpati itu agaknya ada seekor macan kumbang yang
sedang mencari burung itu juga, dia yang tidak berhasil
mendapatkan mangsanya lantas mengundurkan diri cepatcepat."
"Ouw begitu?" seru Sang Siauw-tan, dia termenung berpikir
sebentar untuk kemudian ujarnya, "Tidak perduli apa yang
bakal terjadi, yang penting saat ini kita sudah tahu siapakah
lawan kita." Berbicara sampai disini dia termenung dan bergumam
kembali seorang diri, "Lembah Chiet Han Ku terkurung lalu
siapa yang terkurung?"
Sang Su Tm kembali mengerutkan alisnya rapat-rapat,
kepada Hoo Lieh yang ada dibelakangnya dia lantas berbisik,
"Penjagaan diperkuat dan kurung jaIan besar sekitar lima li,
aku dengan membawa Siauw-tan serta Koan Ing naik ke atas
gunung terlebih dulu."
Sehabis berkata dia lantas menggape ke arah Koan Ing lalu
berjalan terlebih dulu ke atas gunung, dia merasa tidak
percaya kalau lembah Chiet Han Ku yang tidak besar itu
mencari gara-gara dengan tiga manusia genah dan empat
manusia aneh. Perkumpulan Tiang Gony Pang merupakan perkumpulan
yang terbesar di seluruh kolong langit, apakah untuk
bergebrak dengan pemilik lembah Chiet Han Ku pun tidak
kuat" "Tia?" tiba-tiba terdengar Sang Siauw-tan bertanya.
"Berapa jauh jarak artara lembah Chiet Han Ku dengan tempat
ini?" "Kurang lebih seratus li"jawab Sang Su-im, setelah
termenung berpikir sebentar.
"Kini hari sudah tidak pagi lagi, mungkin sebelum besok
sore kita sudah berhasil menemukan mereka"
Cuaca semakin menggelap, anak panah berapi pun sering
sekali berkelebat menerangi udara.
Air muka Sang Su-im kelihatan terus murung, mendadak
dia berhenti di bawah pohon dan menoleh ke arah Koan ng
serta Sang Siauw-tan. "Mari kita beristirahat semalam disini!" serunya.
"Hian-tit" terdengar Sang Su-im membuka mulut dan
Pendekar Gila 1 Kisah Pengelana Di Kota Perbatasan Karya Gu Long Kisah Si Rase Terbang 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama