Ceritasilat Novel Online

Kitab Mudjidjad 20

Kitab Mudjidjad Lanjutan Bocah Sakti Karya Wang Yu Bagian 20


"Sekarang kau sudah tahu rahasiaku, apa kau tidak kecewa
nanti menjadi teman hidupku seorang yang pernah beristeri
dan punya anak?" tanya Kwee In setelah ia habis menuturkan
riwayatnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ Leng Siong ketawa wajar. "Apa yang sudah terjadi
biarkanlah berlalu, untuk apa aku harus merasa kccewa, hanya
aku turut menyesal jodohmu dengan Siau Cu terlalu pendek.
Coba Sian Cu dapat hidup beberapa tahun lagi dengan kau,
menunggu sampai anaknya sudah gede. pasti kau akan sangat
beruntung sekali, adik In."
Kwee In tundukkan kepala dan menarik napas beberapa kali.
"Semua sudah menjadi takdir, manusia tak dapat melawan
takdir, enci Leng Siong," sahut Kwee In setelah menarik napas
untuk kesekian kalinya. Leng Siong melihat Kwee In berduka, lalu menghibur: "Adik
In, semua kau katakan takdir, kedatanganku kesini juga
menemani kau adalah karena takdir, bukan?"
Kwee In ketawa nyengir, namun ketawanya mengandung
kedukaan. Dalam hari-hari berikutnya Leng Siong selalu menghibur
hatinya Kwee In, namun jago kita tampaknya masih belum
melupakan nasib jelek paling belakang yang menimpa dirinya.
Isterinya mati, anaknya hilang diculik orang dan... matanya
buta lagi, terang hal mana merupakan pukulan hebat yang
menggoncangkan jiwanya untuk kesekian kalinya.
Pada suatu sore, tatkala Kwee In dan Leng Siong berjalan
jalan tidak jauh dari goanya, tiba-tiba Leng Siong kaget
tangannya ditarik dan jatuh dalam pelukan si anak muda,
berbareng terdengar suara 'bum' menghajar pohon hingga
terbakar, disusul oleh munculnya beberapa orang dari atas dan
balik pohon mengurung Kwee In dan Leng Siong.
Si nona sekarang tahu, bahwa Kwee In barusan menarik
tangannya untuk menyelamatkan dirinya dari senjata rahasia
yang berupa obat pasang, yang barusan membakar pohon
setelah mengeluarken suara bum.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ Marah Leng Siong. "Adik In, lepaskan encimu, akan
kuhabiskan kawanan penjahat tidak kenal mampus itu!" kata
Leng Siong seraya berontak dari pelukan Kwee In.
"Sabar." kata Kwee In. "semuanya ada berapa orang?"
"Kira kira ada duabelas orang," sahui si nona.
"Biarkan mereka berurusan denganku saja."
"Tidak bisa, kan dalam keadaan tidak melihat, mana dapat
melayani mereka?" Kwee In ketawa. "Enci Leng Siong, kau jangan pandang
enteng pada adik kecilmu. Lihat aku hancurkan mereka semua"
jawab Kwee In. Leng Siong percaya kepandaian si bocah ada sangat tinggi,
namun ia ragu ragu manakala ia biarkan Kwee In menghadapi
belasan musuh dengan mata buta.
Tapi, karena Kwee In mendesak, maka Leng Siong biarkan si
bocah maju dan ia sendiri siap sedia dengan pedangnya akan
membantu si adik kecil manakala dipandang perlu turun tangan
membantu. Kwee In sebentar saja sudah dikurung rapat oleh duabelas
orang tadi. "Bocah, kami adalah orang-orang Kim-to-bun, datang disini
dipimpin oleh Shako dari perkumpulan kami. perlunya hendak
minta kau menyerahkan It sin-keng. Kalau kau tahu gelagat,
lekas serahkan kitab mujijat itu!" berkata seorang tinggi besar,
rupanya adalah wakil pemimpin.
"Mana kau punya Shako. lekas panggil keluar!" sahut Kwee
In. Dengan perdengarkan suara ketawa haha hehe, seperti tidak
memandang mata kepada jago kita yang telah buta matanya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ seorang dengan perawakan kegemuk-gemukan pendek telah
berhadapan dengan Kwee In.
"Aku Leng In Sui, shako dari Kim-to-bun, kau minta aku
menemukan kau ada urusan apa" Paling baik kau jangan
banyak urusan, lekas keluarkan It sin-keng, perkara lantas
cepat diselesaikan."
Kim-to-bun berarti Perkumpulan Golok Emas.
Seperti dengan partai-partai dan tokoh-tokoh silat yang
pernah menggerecoki It-sin-keng juga Kim-to-bun rupanya
tidak mau ketinggalan mencari Hek-bin Sin-tong untuk meminta
kitab mujijat karangannya Kong In Siaujin. Mereka telah pergi
ke lembah Tong-hong gay, tapi disana mereka tidak menemui
orang yang dicari, lain mereka putar haluan mencari Sincoa
tong dengan pengharapan dapat menemui Hek-bin Sin-tong.
Dengan cara kebetulan mereka telah berpapasan dengan Kwee
In dan Leng Siong, yang mereka duga pemuda itu adalah Hekbin
Sin tong. "It sin-keng...!" mengulang Kwee In, setelah mendengar
perkataan Leng In Sui. "Ya. It-sin keng, lekas kau serahkan pada kami!" mendesak
si Shako. "Kitab Muijijad itu mudah didapat oleh orang yang berjodoh,
kalau seperti kalian yang tidak punya rejeki untuk melihatnya
mana bisa dapatkan It-sin-keng?"
"Bocah, kau jangan banyak lagak didepan Shako dari Kim-to
bun!" bentak Leng In Sui.
Shako dari Kim-to bun perhatikan gerek-gerik Kwee In
seperti orang buta melek, hatinya lebih berani pula. Ketika
Kwee In diam saja, ia memancing, katanya: "Hei, orang buta,
kau masih tetap membandel?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ "Mataku buta apa sangkutannya dengan kau?" jawab Kwee
In. Girang hatinya si Shako sebab sekarang ia dapat kepastian
bahwa Kwee In benar buta kedua matanya dan tidak sukar
dirobohkan. Temannya hanya seorang wanita, bagaimana
gagah juga, tak nanti dapat melawan mereka yang jumlahnya
banyak, pikirnya. Leng In Sui mainkan matanya kepada anak buahnya.
Kwee In hanya menggunakan perasaannya yang tajam
sebagai pengganti matanya
Tiga orang diam-diam telah mendekatinya, Kwee In tahu
orarg hendak membokong. Segera tubuhnya berputar dan melancarkan pukulan yang
mengeluarkan angin menderu. Tiga orang yang membokong
padanya tahu tahu sudah terlempar jauh dan jatuh tidak
bangun lagi, lantaran tulang-tulangnya remuk.
Leng In Sui kaget, ia cepat perintah semua orangnya turun
tangan. Meskipun merasa jerih, orang-orang Kim-to-bun
terpaksa turun tangan disuruh oleh sang shako.
Suara bentak membentak keras terdengar, kesudahannya itu
beberapa orang yang mengeroyok Kwee In telah menerima
nasib seperti temannya yang tiga tadi, mereka terlempar jatuh
untuk tidak bisa bangun kembali.
Sekarang tinggal dua orang, Leng In Sui dan seorang yang
menegur Kwee In pertama kali, keduanya tampak pucat
wajahnya dan ketakutan. Menggunakan kesempatan Kwee In tengah berdiri diam
menunggu serangan lain, TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ Leng In Sui ajak kawannya untuk angkat kaki, tapi Kwee In
tak dapat dengari meskipun matanya buta, dengan satu dua
kali lompatan saja sudah mencegat jalan kaburnya mereka,
hingga dua orang itu ketakutan setengah mati.
"Kalian dari Kim-to-bun, semuanya ada dua belas orang.
Sepuluh sudah mampus, tinggal kalian berdua, tidak adil kalau
aku tidak mengirim kalian pulang menyusul rohnya yang sudah
berangkat lebih dahulu!" menyindir Kwee In.
"Bocah bau, memangnya kau ada punya kepandaian apa
hendak menahan kami?" teriak Leng In Sui, nekad ia rupanya.
Berbareng si Shako menyerang dengan pukulan dari atas
kebawah, itulah jurus dari 'Gunung Agung menimpa kepala',
suatu gerak tipu yang berbahaya kalau mengenai sasarannya.
Kwee In mengegas sedikit, berbareng kakinya menendang pada
kawannya si Shako yang menerjang Kwee In dari samping,
orang itu terlempar setombak lebih dan jatuh tidak bangun lagi
karena kantong kemaluannya pecah kena tendangan Kwee In.
Melihat kawannya mati, Leng In Sui menjadi kalap.
Ia menyerang Kwee In dengan tipu 'Tay-pang-tian-cie",
(Garuda pentang sayap), kedua tangannya dipentang dipakai
menggempur Kwee In, tapi anak muda kita tidak berkelit, ia
menanti datangnya tangan lawan. Ia menyambuti kedua
kepalan Leng In Sui dan diremasnya hingga hancur dan In Sui
berkaok-kaok kesakitan. Meskipun demikian ia masih bisa menendang selangkangan
Kwee In. Lebih baik barangkali jangan menendang sebab lantaran
menendang kakinya patah dihajar oleh tangannya Kwee In
yang tajam bagaikan golok. Kwee In gunakan "Sin to-sat-liong"
atau 'Golok sakti menabas naga", yang membuat lawan patah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ dan hampir kuntung kakinya sukar diobati kakinya yang tulangtulangnya
sudah remuk sama sekali. Ia jatuh terkulai, untuk
tidak bangun pula lantaran banyak mengeluarkan darah,
jiwanyapun melayang menyusul kawan-kawannya.
Dalam segebrakan saja Kwee In telah bunuh mati duabelas
orang Kim to bun. Belum pernah Kwse In melakukan pembunuhan sebesar itu.
Dulu-dulu ia membunuh orang tidak sengaja atau saking
terpaksa, tapi sekarang dalam jengkel dan matanya buta ia
menghabisi tidak kurang dari duabelas orang.
Leng Siong yang melihat adik kecilnya tidak melihat masih
dapat menbunuh dua belas orang kuat dari Kim-to-bun diamdiam
sangat mengagumkan kepandaian si bocah.
Ia menghampiri Kwee In dan berkata: "Mari kita pulang,
samuanya sudah binasa!"
Kwee In terkejut juga mendengar Leng Siong mengatakan
semuanya telah binasa. "Enci Leng Siong, sampai begitu hebat pukulanku sampai
semuanya binasa?" tanyanya seperti yang tidak percaya.
"Sayang kau tidak melihat, kalau tidak, kau dapat
membuktikan sendiri," sahut si nona.
Kwee In menghela napas dan ikut Leng Siong ketika si nona
menuntun tangannya. Kasihan jago muda tanpa tanding, parasnya cakap
cemerlang, harus jalan dengan dituntun oleh orang lantaran
kedua matanya buta. "Adik In," kata Leng Siong setelah mereka berada dalam goa
lagi, "apakah matamu masih dapat disembuhkan?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ "Masih dapat disembuhkan oleh obat pemusnahnya Ang Hoa
Lobo, cuma si nenek minta aku tukar obat pemusnahnya itu
dengan It-sin-keng, mana aku mau" It-sin keng adalah milik
Suhu yang aku harus jaga dengan mempertaruhkan jiwa,
bagaimana aku dapat menyerahkan kepada si nenek Kembang
Merah yang jahat itu?"
"Dimana sekarang adanya Ang Hoa Lobo?" tanya Leng
Siong. "Di goa yang dulu didiami oleh Coa-Ong."
"Bagaimana kalau aku kesana untuk memintanya?"
"Jangan, nenek itu jahat sekali, tanpa ada It-sin-keng
sebagai tukarannya, mana ia mau serahkan obat
pemusnahnya?" "Tapi aku ingin coba membujuknya." sahut Leng Siong.
"Kalau berhasil syukur, kalau tidak berhasil kita nanti cari lain
jalan." Kwee In pikir pendapat Leng Siong benar, cuma saja ia
meragukan kepandaan si nona dapat mengatasi kepandaian
Ang Hoa Lobo" Kalau ia dibawah, perginya Leng Siong kesana
sia-sia saja dan malah akan lebih runyam untuknya (Kwee In)
kalau Leng Siong kena ditangkap dan dijadikan barang tukaran
untuk It-sin-keng, Tapi kapan Kwee In mengingat Leng Siong pernah menjadi
Kim Coa Siancu, rasanya kepandaiannya diatas dari Ang Hoa
Lobo. Demikian, pada esok harinya Leng Siong telah mencari Ang
Hoa Lobo di goa ular setelah mendapat petunjuk dan Kwee In.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ Pintu goa ternyata sudah terpentang, dengan hati hati Leng
Siong masuk kedalam, namun alangkah kecewanya si nona,
karena dalam goa itu sudah tidak ada penghuninya.
Dipan dan alat alat lainnya yang pernah Kwee In pakai kini
tidak ada sama sekali, seolah-olah sudah diangkut ketempat
lain. Dalam cemasnya, Leng Siong memeriksa lebih teliti dalam
goa itu, barangkali ada jalan tembusan, tapi si nona tidak
dapatkan apa-apa yang mencurigakan. Dengan roman lesu
Leng Siong keluar lagi. Jalan belum berapa tindak. tiba-tiba Leng Siong dengar
suara ketawa dibelakangnya.
Ia kenali suara ketawa itu, cepat ia berbalik, benar saja
orang itu bukan lain dari Aug Hoa Lobo sendiri.
"Popo, selamat bersua," Leng Siong menyapa.
"Selamat ketemu, nona Siong, ada apa kau datang kemari?"
"Tentu urusunnya adik kecilku Kwee In, aku harap Popo suka
menaruh belas kasihan jangan sampai muda-muda ia tersiksa
karena matanya buta."
"Hehe, kau jadinya urusan dari si bocah bandel?" kata Ang
Hoa Lobo. "Pasti ia dapat melihat pula manakala ia suka
menyerahkan Kitab Mujijad yang ada padanya."
"Popo. kau jangan salah mengerti, kitab yang Popo
maksudkan tidak ada padanya."
"Tidak ada kitab tidak ada obat pemunahnya, untuk apa
harus dibicarakan pula?"


Kitab Mudjidjad Lanjutan Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Popo, ia sangat menderita, aku harap kau suka
menolongnya!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ "Persetan," sahut Ang Hoa Lobo, "biarkan ia menderita
sebagai pembalasan sakit hatiku tempo hari dibikin kacar-kacir
di lembah Tong-hong gay."
"Bagaimana kalau ditukar dengan lain barang, Popo."
"Lain barang apa" Coba kau sebutkan."
"Dengan ini, bagaimana?" tanya Leng Siong seraya
tangannya meraba kalung kemala yang dipakai dilehernya.
Ang Hoa Lobo mengawasi tajam pada barang yang ditunjuk.
Itu hanya kalung kemala yang tidak ada apa-apanya yang
harus dikagumi, maka Ang Hoa Lobo telah ketawakan Leng
Siong. katanya: "Kau mau tukar obat pemunahku dengan
barang rongsokan, mana aku mau?"
"Popo, kau jangan menghina pada barangku ini. Kalau orang
memakai kalung-ku, seumur hidupnya tidak nanti kena
penyakit!" "Apa iya" Hehe, kau bocah mau mengibuli nenekmu" Lekas
enyah sana, aku tidak ingin bicarakan yang lain kecuali It-sinkeng
yang menjadi tukaran obat pemunahku."
"Pooo, kau terlalu, sangat kejam jadi orang!"
"Perduli amat. aku kejam tidak ada sangkutannya dengan
kau!" "Kennpa tidak ada sangkutannya" Kwee In bakal suamiku,
mengapa tidak ada sangkutannya" Lekas keluarkan obat
pemunah, jangan nonamu nanti bertindak keras!"
"Hehe, kau berani melawan Popo?" Ang Hoa Lobo menghina.
"Untuk kepentingan Kwee In, aku akan pertaruhkan jiwaku!"
"Bagus, kau begini cantik mau menjadi isterinya bekas suami
ular. He he he...!" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ Leng Siong terkejut, Ia jengah men-dengar kata-katanya Aug
Hoa Lobo. "Popo, kita adalah kenalan lama, kalau kau tidak
memandang perkenalanku tempo hari di Coa kok, benar-benar
kau bukan aku punya Popo."
"Hehe, mau mengaku Popo kudu ada jasanya, mana bisa
begitu" Pendeknya, kalau si bocah tidak mau keluarkan It-sin
keng, aku juga tidak mau keluarkan obat pemunah, biarin
matanya buta terus-terusan..."
Ang Hoa Lobo tiba tiba saja hentikan bicaranya melihat Leng
Siong telah menyerang dengan gerak tipu yang berbahaya. Ia
berkelit, kemudian balas menyerang, maka dalam sekejap saja
dua wanita itu telah bertempur seru.
Ang Hoa Lobo yang membela diri sebisanya ia berlaku
tenang melayani Leng Siong, sebaliknya si nona yang ingin obat
pemunah dari si nenek telah menyerang dengan pukulanpukulan
yang penuh variasi, sehingga Ang Hoa Lobo terdesak.
Ang Hon Lobo adalah seorang licik, melihat gelagat tidak
menguntungkan ia telah cari jalan keluar. Begtu ada
kesempatan ia enjot kakinya, badannya mencelat jauh untuk
kabur. Leng Siong tidak puas, ia mengejar, sayang ia kalah
paham dengan jalanan disitu, maka setelah menikung beberapa
kali Ang Hoa Lobo telah melanyapkan diri dibalik pohon pohon
yang rindang. "Celaka, ia sudah keluar!" mengeluh Leng Siong, hatinya
sangat penasaran. "Tidak, ia belum keluar, kau sambuti enci Leng Siong!"
terdengar suara Kwee In, hingga si nona kaget dan
kegirangan. Belum si nona membuka mulut menanya, sesosok bayangan
mencelat terbang kearahnya, Leng Siong pasang kuda-kuda
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ untuk menyambutnya. Kiranya benar saja Ang Hoa Lobo yang
dilontarkan oleh Kwee In dari gerombolan pohon alang alang.
Kwee In juga menyusul sudah unjukkan dirinya.
Ang Hoa Lobo tidak berkutik karena kena ditotok, hanya
matanya saja yang mendelik penuh kegusaran kepada Leng
Siong dan Kwee In. Untuk Kwee In tidak apa-apa, sebab ia
tidak melihat, tapi Leng Siong yang melihat matanya si nenek
demikian rupa, rada seram juga....
"Sekarang kita harus bagaimanakan ia?" tanya si nona.
"Totok bebas separuh badan dan paksa ia keluarkan obat
pemusnahnya !" kata Kwee In.
Leng Siong menurut. Sebentar lagi Ang Hoa Lobo sudah
bebas dari totokan separuh badannya dari pinggang keatas,
sedang yang kebawah tetap tumpuh, ia terus duduk
mendeprok ditanah. "Lekas keluarkan obat pemusnah!" bentak Leng Siong.
Ang Hoa Lobo mendelik matanya, ia diam saja.
Kembali Leng Siong membentak dan suruh si nenek
keluarkan obat pemusnah, namun Ang Hoa Lobo membandel
terus. "Totok urat ketawanya!" kata Kwee In.
Ketika Leng Siong mau menotok, Ang Hoa Lobo ketakutan,
sebab totokan pada urat ketawa akan membikin ia ketawa
terus-terusan dan menjadi sangat letih.
"Aku nanti keluarkan obat pemunahnya," ia kata, hingga si
nona tidak jadi menotok si nenek bandel.
Tapi Ang Hoa Lobo tidak lantas mengeluarkan obat pemunah
yang dimaksudkan, membikin Leng Siong tidak sabaran, lalu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ menggeledah sakunya si nenek dan dikeluarkan dua fles kecil
obat cair yang warnanya merah dan putih.
"Yang mana obat pemusnahnya?" tanya Leng Siong seraya
unjukkan dua fles kecil tadi.
Ang Hoa Lobo termenung sebentaran, "yang merah,"
katanya kemudian. "Bagaimana caranya mengobatinya?" tanya Leng Siong.
"Kau tetesi pada masing-masing matanya tiga tetes, lalu
suruh ia memejamkan tiga menit lamanya, pasti ia akan
sembuh dari sakitnya," menerangkan Ang Hoa Lobo.
Leng Siong segera kerjakan menurut petunjuk si nenek, ia
suruh Kwee In duduk dibawah pohon dan mendongaki
wajahnya. Kwee In rasakan obat itu masuk dalam kelopak matanya,
dingin sekali, kemudian ia memejamkan kira-kira tiga menit dan
benar saja matanya sekarang terang dan dapat melihat
keadaan sekitarnya. "Bagus, terima kasih Popo..." kata Kwee In, seraya bangkit
dari duduknya. Leng Siong kegirangan melihat Kwee In sembuh matanya, ia
mendekati dan merangkul dengan penuh kasih sayang. "Adik
In, kembali kau dapat melihat..." kata si nona, matanya
berkaca-kaca kegirangan. Kwee In memeluk erat dan meagecup jidatnya si nona.
"Popo, sekarang dimana anakku?" tanya Kwee In serius.
"kita bicara tentang mata mu dapat melihat pula, aku sudah
memberikan obat pemusnahnya. Untuk apa bicara tentang
anakmu" Ia tidak dapat diserahkan begitu saja, ia harus ditukar
dengan It-sin-keng!" kata Ang Hoa Lebo jumawa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ Kwee In dan Leng Siong saling pandang, sementara Ang Hoa
Lebo telah simpan pula kedua fles dari dalam sakunya.
"Popo, apa kau selamanya harus menunggu kekerasan, baru
kau menurut?" tegur Kwee In tidak senang kepada si nenek
Ang Hoa Lobo diam saja, ia tidak gubris perkataan Kwee In.
"Baiklah, kalau begitu," kata pula Kwee In, berbareng
tangannya diulur kebagian Hiatto penting, tangan si pemuda
menotok, lantas saja Ang Hoa Lobo bergelisahan. Tidak tahan
ia badannya seperti digigiti oleh ratusan semut gatal. Ia
berkaok-minta ampun, hingga Kwee In dan Leng Siong merasa
kasihan. Kwee In lantas membebaskan totokannya
"Bicara, dimana anakku kau telah sembunyikan." tanya Kwee
In bengis. Ang Lobo deliki matanya. "Kau menotok lumpuh badanku.
bagaimana aku bisa jalan untuk memberitahukan anak itu ada
dimana?" kata Ang Hoa Lobo ketus.
Kwee In ketawa nyengir, berbareng ia menotok bebas si
nenek. Kwee In dan Leng Siong mengikuti Ang Hoa Lobo memasuki
goa, setelah berada didalam, kira limabelas tindak mereka jalan
lagi, tiba-tiba Ang Hoa Lobo menekan dinding goa dan segera
terbuka sebuah lubang tembusan. Leng Siong dan Kwee In
saling pandang, sembari terus mengikuti Ang Hoa Lobo.
Didalamnya, mereka ketemukan anaknya Kwee In sedang tidur.
Bukan main girangnya Kwee In telah menemukan kembali
anaknya yang montok mungil, cepat ulur tangannya mau
meraih tapi dicegah oleh Leng Siong: "Adik In, kau terlalu
kasar, nanti bikin anakmu mendusin, biarkan encimu yang
empo..." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ Kwee In ketawa nyengir. Leng Siong memandang anak bayi yang montok mungil itu
tengah tidur nyenyak, wajahnya seperti ketawa kearahnya,
membuat hatinya si nona berdebaran. "Anak ini sudah besarnya
sukar rnendapat tandingan kecantikannya..." kata si nona
dalam hatinya, berbareng ia ulurkan tangannya meraih si bayi.
Karena caranya meraih si bayi dilakukan dengan perlahan dan
hati-hati. maka anak itu tinggal terus pulas tidak menangis.
Kwee In angguk-anggukkan kepalanya, Ia merasa katakatanya
Leng Siong benar. Kalau barusan ia yang empo si
anak, pasti sudah menangis lantaran kaget. Ia bersyukur
kepada Leng Siong yang telah memperhatikan anaknya.
Selagi muda mudi itu bicara, diam-diam Ang Hoa Lobo telah
berlalu. Kepergiannya tidak diperhatikan oleh mereka, karena
perhatian mereka, sedang dipusatkan kepada si bayi.
Baru ketika mereka hendak keluar pula dari goa tembusan
itu, mereka kaget tidak melihat Ang Hoa Lobo disamping
mereka. "Ia sudah kabur, adik In..." kata Leng Siong.
"Biarkan ia kabur, kita sudah tidak ada urusan pula
dengannya. Mataku sudah sembuh, anakku juga sudah
kembali, hati-ku sudah merasa puas," sahut Kwee In.
Sepasang muda mudi itu kembali ke Sin-coa-tong dengan
kegirangan. "Adik In, aku jadi lupa untuk kepentingannya anakmu," tibatiba
Leng Siong kata, ketika ia menidurkan si bayi diatas dipan
bikinan Kwee In. "Lupa dalam urusan apa, enci Leng Siong"'' tanya Kwee In
heran. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ "Anakmu masih bayi, belum bisa makan apa apa, siapa yang
bisa kasi susu kepadanya?"
"Ah. itu gampang, enci Leng Siong saja yang teteki padanya.
kenapa?" Leng Siong merah selebar mukanya. "Adik In, kau sudah
sinting" Encimu belum pernah punya bayi, bagaimana dapat
menyusui anakmu?" kata si nona kemudian dengan paras
jengah. Kwee In ketawa nyengir, ia merasa kesalahan barusan
omong seenaknya saja. "Aku kira anakmu ditangannya Ang Hoa Lobo ada yang kasi
susu, sebab sudah beberapa hari lepas dari tanganmu,
kelihatannya sehat sehat saja." kata Leng Siong.
"Mungkin anak-anaknya Yap chungcu yang kasi tetek
padanya," sahut Kwee In.
"Anaknya Yap-chungcu yang mana?"
"Anak-anaknya Yap-chungcu yang jadi nyouya ular, mungkin
mereka kebetulan sedang menyusui anak anaknya, Ang Hoa
Lobo telah minta mereka meneteki juga Sian Lie"
"Oh, anakmu bernama Sian Lie?"
"Ya, kenapa, apa nama itu kurang bagus?"
"Tidak, nama itu bagus sekali dan enak kedengarannya."
sahut Leng Siong ketawa. Kembali Kwee In kasi unjuk ketawa nyengirnya yang khas.
Leng Siong minta Kwee In ceritakan halnya Siu Lin dan Siu
Lian yang menjadi isterinya Coa-ong, untuk mana Kwee In
telah menuturkan dengan cara yang menarik kepada enci Leng
Siong-nya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ Kwee In yang sekarang terang pula matanya, saban-sabah
menatap wajah Leng Siong yang cantik cemerlang,
mengingatkan ia kepada Eng Lian, si dara nakal dan jenaka itu.
"Kenapa mengawasi orang saja, memangnya baru kenal?"
tegur Leng Siong ketawa manis, ketika ia merasa dirinya
ditatap si anak muda selama mengisahkan gadis-gadisnya Yapchungcu,
yang menarik sekali perhatiannya.
"Enci Leng Siong, aku mengagumi wajahmu yang cantik,"
sahut Kwee In ketawa. Leng Siong tundukkan kepalanya, hatinya kegirangan
mendapat pujian dari pemuda yang pertama telah menempati
hatinya. Ia duduk ditepi pembaringan sambil main-mainkan
selimut orok dengan pikiran melayang-layang. Tatapan Kwee In
yang demikian mesranya itu memang yang ia harap-harap.
Sejak ia datang dan melayani Kwee In, ia tidak dapatkan
perlakuan yang istimewa yang pernah ia impikan dari si
pemuda, sebab waktu itu Kwee In tidak melihat matanya,
bagaimana bisa memperhatikan dirinya (Leng Siong)"
Sekarang Kwee In dapat melihat pula, matanya sudah
normal, terang ia mengagumi kecantikannya Leng Siong. Apa
lagi selama itu ia sangat kesepian ditinggal mati oleh Sian Cu,
isterinya yang ia sangat cintai.
Bergelombang dadanya Leng Siong yang serba padat, ketika
tiba-tiba ia rasakan tangannya yang sedang mainkan selimur
orok dipegang. "Enci Siong, kau sansat mempesonakan hatiku,
apakah aku dapat mempercayakan kebahagiaan hidupku diatas
dirimu..." Kwee In berkata sambil menarik perlahan tangan si
nona dan dilain saat Leng Siong sudah berada dalam
pelukaannya si anak muda.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/


Kitab Mudjidjad Lanjutan Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

http://ebook-dewikz.com/ Kemudian Kwee In dongaki wajahnya si nona, setelah
mengecup jidatnya dengan hangatnya, bibirnya pindah ke
bibirnya Leng Siong yang sudah lama menantang.
Sepasang bibir merapat, napas masing-masing mendengus
dengan penuh bahagia. Bergelombang dadanya si nona yang serba padat, yang
membuat tangannya Kwee In mendadak sontak menjadi nakal
dan menyelusuri seluruh tubuh si nona.
Leng Siong yang bercita-cita hendak menyerahkan diri
kepada adik kecilnja, tak berkuasa mencegah perbuatan Kwee
In lebih jauh dari mencium dan meraba-raba tangannya.
"Jangan adik In...." si nona mengeluh ketika Kwee In mulai
melucuti pakaiannya. Sebentar saja Leng Siong dapatkan dirinya tidak sehelai
benangpun yang menutupi, dilain pihak Kwee In pun telah
menanggalkan pakaiannya menyaingi dirinya.
"Adik In, kau nakal menggerayangi encimu..." meratap si
nona, ketika tidak dapat mengelakkan terjangan barang keras
Kwee In yang mulai bekerja.
Leng Siong mengharap saat-saat demikian ketika ia menikah
dengan Lek Liong, tapi sang suami tak dapat memenuhi
kewajibannya sebagai seorang suami, lantaran impoten. Kini ia
menemukan Kwee In yang gesit puas hatinya. meskipun untuk
itu ia harus menderita sakit karena ia masih perawan beberapa
kali ia keluarkan rintihan, yang membuat Kwee In merasa
heran. Setelah selesai dan masing-masing mengenakan pakaiannya
pula, Kwee In menanya: "Enci Leng Siong, kenapa kau barusan
merintih-rintih, kau toh bukannya gadis lagi?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ Leng Siong kemalu-maluan mendapat pertanyaan yang tidak
ia sangka-sangka. "Aku masih perawan, kesucianku belum terganggu oleh Tek
Liong suamiku...." jawab Leng Siong seraya tundukkan kepala.
"Hei, kenapa begitu?" tanya Kwee In heran.
Leng Siong lain menuturkan halnya Tek Liong yang impoten.
"Enci Siong, kalau begitu, kau benar-benar adalah isteriku
yang asli...." seru Kwee In, seraya merangkul dan mencium
Leng Siong, hingga si nona kewalahan dan tertunda merapikan
pakaiannya. "Dulu, ketika kau diserang penyakit hilang ingatan
dirumahku, aku sudah ingin mengatakan hal Tek Liong
kepadamu. Cuma saja kau terburu-buru untuk pergi, maka aku
sangat menyesal tak dapat menghibur hatimiu yang patlah,"
berkata Leng Siong. "Harap enci suka ma'afkan, karena tatkala itu pikiranku
sangat ruwet. Tapi, akhirnya kita sekarang sudah berjodoh,
untuk apa kita pikirkan hal hal yang sudah lalu?"
Kwee In berkata dengan sangat gembira. Ia senang dan
gembira, karena satu dari tiga gadisnya itu masih ia dapat
dalam keadaan orisinil. Oleh karenanya, ia sangat sayang
kepada Leng Siong, yang merupakan satu diantara tiga gadis
pilihannya di masa kecil.
Kwee In dan Leng Siong yang tenggelam dalam rindu
kasihnya, tiba tiba dibikin kaget oleh suara tangisan Sian Lie.
Cepat Leng Siong melepaskan pelukan Kwee in dan mengempo
sang bayi, dipondong sana sini untuk menghentikan tangisnya,
tapi si anak menangis terus rupanya perutnya lapar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ Leng Siong tahu itu, maka ia jadi kebingungan, cara
bagaimana ia dapat mengasi makan pada sang bayi selain air
tetek. "Adik In, anakmu lapar," kata Leng Siong.
"Habis bagaimana?" Kwee In juga kebingungan.
Tiba-tiba Leng Siong ingat sesuatu, maka ia lalu berkata:
"Adik In, kau coba cari monyet yang sedang neteki, bawa
kemari suruh neteki anakmu, aku rasa untuk sementara tiada
halanganya. Kau bisa bahasa monjet, tentu kera itu dapat
dimintakan pertolongannya."
Kwee In mengiyakan, cepat ia keluar goa mencari kera yang
sedang neteki anaknya. Tidak sukar, atas petunyak Siauw-kauw, kera kecilnya, Kwee
In menemukan monyet betina yang belum lama melahirkan
anak. Dengan manis budi Kwee In membujuk sang kera supaya
suka memberi pertolongannya untuk menyusui anaknya. Sang
moniet heran naanusia bisa bahasanya, ketambahan Siauw
kauw bantu membujuk, kera betina itu telah berdamai dengan
suami-nya, dan telah memperbolehkan isterinya menolong
Kwee In. Dengan kegirangan Kwee In dan Siauw-kauw telah
membawa kera betina itu ke Sin-coa tong dan suruh Leng
Siong kasikan sang bayi dipondong si kera betina untuk
diteteki. Benar saja, setelah lama menete, anak itu tidak menangis
pula. Rupanya perutnya sudah kenyang dan sekarang kembali
ia berada dalam empoannya Leng Siong. Anak itu mungil dan
ketawa-ketawa diajak main oleh si nona, hingga Leng Siong
sangat tertarik dan sayang pada Sian Lie.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ "Anak ini sangat lucu, biarpun aku bukan ibunya yang telah
mengeluarkan ia kedalam dunia, aku suka menjadi ibu aslinya,"
berkata Leng Siong sungguh-sungguh.
"Enci Leng Siong, kau sangat bijaksana, maka perkataanmu
barusanlah yang aku harap keluar dari mulutmu," memuji Kwee
In ketawa senang. Demikianlah, sejak hari itu Leng Siong taruh perhatian
kepada Sian Lie seperti anak kandungnya sendiri, kelakuan
mana membuat Kwee In sangat berterima kasih kepada Leng
Siong yang sekarang telah menjadi isterinya menggantikan Sian
Cu. Hari keenam sejak matanya Kwee In disembuhkan oleh
obatnya Ang Hoa Lobo, tiba-tiba ia menjadi kaget merasakan
kedua matanya mulai buram lagi penglihatannya.
"Enci Siong, mataku mulai tidak terang pula penglihatannya,
aku kuatir menjadi buta lagi seperti tempo hari," Kwee In
menyatakan kekhawatiran pada isterinya.
"Celaka, kalau begitu kita kena ditipu oleh si nenek keparat
itu," sahut Leng Siong marsh sampai alisnya menjungkat tinggi
"Akupun ada mencurigai si nenek telah main gila," kata Kwee
In lesu. "Lihat saja ini beberapa hari bagaimana dengan
penglihatanmu," menghibur sang isteri, hatinya sendiri sangat
cemas Kwee In akan menderita buta lagi.
Kiranya tak usah ditunggu beberapa hari sebab pada
keesokan harinya Kwee In sudah tak dapat melihat sama sekali.
Kembali ia dalam keadaan buta melek.
Sedih hatinya Leng Siong melihat penderitaan yang dialami
oleh Kwee In. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ Ia menangis sesenggukan mengharukan.
"Enci Siong, semua sudah nasibku, apa mau dikata" Biarkan
aku buta terus, toh hatiku tidak buta dan melihat cintamu yang
besar terhadapku," menghibur Kwee In.
Leng Siong makin sedih mendengar perkataan sang suami.
Benar cintanya Kwee In tidak berubah meskipun matanya
buta, tapi tidak semestinya Kwee In yang bergelar Hek-bin Sintong
mesti menderita lantaran kelicikan lawan. Kwee In masih
muda dan kepandaiannya sukar diukur, bisa terjungkal oleh
segala nenek seperti Ang Hoa Lobo benar-benar menimbulkan
penasaran yang tidak habisnya.
"Adik In, semua ini adalah gara-gara si nenek keparat itu,
maka biarlah aku kesana dan menangkap si nenek keparat
untuk mendapat obat pemusnahnya yang betul-betul, kalau ia
membandel, akan kubunuh ia dan mengubrak-abrik
sarangnya!" berkata Leng Siong, yang segera menyambar
pedangnya mencelat keluar goa, hingga Kwee In tidak sempat
mencegahnya. Kwee In jadi kebingungan, ia mau menyusul isterinya,
khawatir akan keselamatan anaknya nanti diculik orang lagi, ia
sangsi untuk meninggalkannya.
Leng Siong yang gusar telah satroni goanya Coa-ong, ia
masuk dan langsung membuka lubang tembusan pada dinding
goa, tapi disana tidak kedapatan manusia, apalagi Ang Hoa
Lobo yang dicarinya. Dalam marah Leng Siong telah kumpulkan bahan bakar, ia
membakarnya goa itu sehingga jadi tidak keruan macam. Ia
kembali ke Sin-coa-tong melapor pada Kwee In apa yang ia
sudah lakukan dalam goa Coa-ong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ "Nenek jahat itu tentu ketakutan atas perbuatannya, maka ia
tidak diketemukan didalamnya," kata Kwee In lesu.
Leng Siong cemas hatinya dan tidak menjawab perkataan
Kwee In. Suami isteri yang tadinya demikian gembira kini berubah
menjadi berduka. "Adik In," kata Leng Siong, "Nenek itu mempunyai dua buah
fles yang obatnya berwarna merah dan putih, ia hanya
menunjukkan yang berwarna merah saja sebagai obat
pemusnah. Aku kira mestinya obat itu dicampur yang merah
dan putih, baru menjadi obat pemusnah yang asli. Ia hanya
memberikan yang merahnya saja terang kurang lengkap,
makanya matamu kembali tidak melihat."
Kwee In anggukkan kepalanya. "Kau menduga banar, enci
Siong, kita sudah tertipu oleh nenek jahat ku, habis apa mau
dikata?" Kwee In mengeluh.
"Aku benar-benar masih penasaran. Sayang nenek jahat itu
tidak diketemukan, kalau ketemu, aku ingin hancurkan
kepalanya untuk melampiaskan kegusaranku!" katai si nona.
oooOdwOooo BAB 79 KWEE IN terdengar menghela napas
"Adik In, apa selain obat pemusnah yang dimiliki oleh si
nenek tidak ada lagi ohat lain untuk memusnahkan
penderitaanmu?" tanya Leng Siong.
Kwee In diam berpikir. "Masih ada benda yang dapat
menjembuhkan mataku, cuma aku tidak tahu benda itu kita
bisa dapatkan dimana?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ "Benda apa itu?" tanya Leng Siong cepat.
"Menurut si nenek, benda itu adalah Thian-lie Giok-wan."
"Thian-lie Giok-wan..." menggumam Leng Siong.
"Ya, Thian-lie Giok-wan, entah dimana kita bisa dapatkan
barang mustika itu?"
Leng Siong tidak menjawab, sebaliknya ia berpikir.
Sebentar lagi tampak ia seperti kaget, katanya: "Adik In,
apakah anting-anting kemala bidadari (Thian-lie Giok-wan)
bukannya yang dipakai oleh enci Lian?"
Kwee In terkejut. Ia ingat tempo hari ia telah berikan
sebagai tanda mata kepada tiga gadisnya tiga macam barang
ialah anting-anting kemala, kalung kemala dan tusuk konde
kemata. Setelah diundi, Eng Lian dapat anting-anting, Bwee
Hiang tusuk konde, dan Leng Sioig kalungnya. Pikirnya, apa
mungkin yang dinamakan Thian-lie Giok-wan itu adalah antinganting
kemala yang diberikan kepada Eng Lian"
Barang-barang tersebut adalah hadiah dari Tonghong Kin,
Kauwcu dari Ngo tok-kauw, yang merasa sangat berterima
kasih atas bantuannya Kwee In mengusir dua kakek she Sim,
ialah Sim Liang dan Sim Leng yang hendak mengangkangi
jabatan Kauw-cu dari Ngo-tok kauw.
Ingat akau anting-anting kemala yang dipakai Eng Lian,
Kwee In jadi ingat kepada Say cu-leng, lencana lambang
kebesaran dari Ngo tok-kauw yang mempunyai khasiat untuk
menghilangkan racun. Kwee In pikir, Say-cu-leng juga ada kemungkinan dapat
menyembuhkan penyakit matanya, mengingat demikian hatinya
Kwee In menjadi besar. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ "Enci Siong, dugaanmu mungkin tidak saiah, cuma saja
anting-anting itu ada sama enci Lian, dimana kita bisa dapatkan
ia?" kata Kwee In dengan roman lesu.
"Bukankah enci Lian ada di lembah Tong-hong-gay?" tanya si
nona "Aku tidak tahu, sebab waktu pertemuanku paling belakang
disana enci Lian telah menghilang entah kemana?" sahut Kwee
In. "Aku harus kesana mencari enci Lian untuk minjam antingantingnya."
"Jangan, lembah Tong-hong-gay ada demikian luas, kau bisa
kesasar lantaran kau belum pernah kesana."
"Kau jangan takut. Aku bisa bawa diri. Kalau memang
matamu harus sembuh, tentu aku dapat menemui enci Lian."
Kwee In tidak menjawab. Ia tahu Leng Siong adatnya keras,
asal maunya tak ada yang bisa cegah. Ia tak dapat mencegah
hasratnya Leng Siong hendak pergi ke lembah Tong hong-gay.
Demikian hari itu juga Leng Siong telah bikin perjalanan
untuk mencari Eng Lian, setelah memesan kepada Kwee In
untuk baik-baik tinggal dalam goa menjaga anaknya.
Dua hari seperginya Leng Siong, selagi Kwee In duduk
termenung diatas dipan yang berhawa dingin seperti es batu,
tiba-tiba kupingnya mendengar suara orang berkata: "Bocah,
bagaimana" Asal kau mau menyerahkan It-sin-keng aku akan
sembuhkan penyakit matamu. Kau jangan terlalu kukuh,
lantaran menyayangi It-sin keng, matamu terus buta!"
Kwee In kenali suara itu adalah suaranya si Nenek Kembang
Merah. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ Kiranya Ang Hoa Lobo belum berlalu dari tempat itu, ia
masih penasaran untuk mendapatkan kitab mujijat tersebut.
"Ang Hoa Lobo, kau masuklah, kita berunding!" sahut Kwee
In. "Apa kau tidak akan menghajar aku dengan pukulan
mautmu?"

Kitab Mudjidjad Lanjutan Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau jangan takut, aku tak akan mempersulit kau dengan
pukulan mautku!" Ang Hoa Lobo percaya akan janji Kwee In maka perlahanlahan
ia masuk ke dalam goa dan berdiri kira-kira dalam jarak
belum ada dua tombak. "Bocah," kata Ang Hoa Lobo. "Aku sudah ada disini, kau mau
omong apa?" "Bagus," sahut Kwee In, "Bagaimana caranya kita
bertukaran" Apa kau sembuhkan mataku dulu, baru aku
serahkan It sin-keng atau bagaimana?"
"Kau serahkan dulu It-sin-keng, aku pasti akan
menyembuhkan matamu."
"Kau akan menggunakan obat merah lagi, bukan?"
"Hehe." ketawa Ang Hoa Lobo. "Obat merah itu hanya dapat
menyembuhkan matamu seminggu lamanya, kembali menjadi
buta. Untuk menyembuhkan matamu harus pakai obat dua
duanya, putih dan merah, baru betul. Dicampur jadi satu baru
diteteskan dimatamu,"
Kwee In tergetar hatinya. Ternyata benar dugaannya telah
ditipu oleh si nenek dan dugaannya Leng Siong tepat benar
bahwa obat untuk matanya itu harus digunakan dua duanya,
merah dan putih. Sungguh licik Nenek Kembang Merah ini,
pikirnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ "Kalau aku serahkan It-sin-keng, lantas kau tidak
menyembuhkan mataku, bagaimana?"
"Kau jangan takut, aku akan pegang betul janjiku!"
"Kau sangat licik, maka aku masih belum percaya seratus
persen akan kata-katamiu,"
"Habis, cara bagaimana untuk menukarkan kitab dan obat
pemusnah dilakukan?"
"Begini saja." sahut Kwee In "Kau keluarkan dua fles obat
pemusnah itu, aku pegang It-sin-keng, sama-sama kita
melemparkan kedua benda itu kearah masing-masing,
bagaimana?" "Baiklah, begitupun baik," kata Ang Hoa Lobo, seraya
keluarkan obatnya. Kwee In juga keluarkan It sin keng dari sakunya.
Ang Hoa Lobo melihat kitab yang dipegang oleh Kwee In
dengan mata terbelalak, hatinya berdebaran kegirangan ia
bakal dapatkan kitab mujijat. Dengan memiliki kitab mujijat itu,
ia berjanji akan tekun meyakinkannya supaya ia dapat
mengangkat nama sebagai jago wanita tanpa tanding dalam
dunia Kang-ouw dewasa ini.
"Bagaimana, kau sudah sedia untuk melemparkan kitabmu?"
seru Ang Hoa Lobo. "Kau sendiri, bagaimana?" balik Kwee In menanya.
"Aku sudah sedia, kau boleh hitung satu sampai tiga kita
masing-masing berbareng melemparkannya."
"Bagus! Dengar, satu... dua... tiga!" Kwee In menghitung
habis, keduanya pada melemparkan benda yarg dipegangnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ Kwee In menyambuti dua fles obat yang dilemparkan Ang
Hoa Lobo. sebaliknya si nenek kebingungan melihat. It-sin-keng
masih mengapung diudara belum mau jatuh ditangannya.
Kitab itu seolah-olah tergantung diudara.
"Hei, kau main gila, bocah!" teriak Ang Hoa lobo, marah.
Berbareng ia enjot tubuhnya hendak menangkap kitab yang
sedang terapung diudara, tapi kitab itu seperti ada matanya
telah berkelit dan menukik turun kembali jatuh ditangan Kwee
In, yang segera perdengarkan tertawanya gelak-gelak: "Nenek
jahat, kau telah menipu aku, apa aku tak dapat meliciki kau?"
katanya kemudian. Bukan main gusarnya Ang Hoa Lobo.
Kwee In telah menggunakan Lweekangnya yang hebat
membuat It-sin-keng berada terapung diudara ketika ia
lemparkan, kemudian menariknya pulang kapan kitab itu mau
diserobot oleh si Nenek Kembang Merah.
Serangkum senjata rahasia yang berupa jarum beracun telah
menyerang Kwee In. Hebatnya bukan main jarum jarum yang
dilontarkan Ang Hoa Lobo dalam gusarnya, tapi Kwee In sangat
lihay, meskipun matanya buta, ia mendengar anginnya senjata
rahasia itu, dengan gesit ia telah mencelat tinggi
menyelamatkan diri. oooOdwOooo BAB 80 ANG HOA LOBO murka sekali, melihat senjata rahasianya
dapat dikelit demikian mudah, ia merangsek dan mengirim pula
serangkum jarum maut pada saat Kwee In masih terapung, tapi
Kwee In lihay, tangan bajunya mengebut dan semua jarum
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ pada nempel ditangan bajunya. Begitu kakinya menginjak
lantai, Ang Hoa Lobo papaki dengan serangan tongkatnya yang
berat, Kwee In kelit berbareng tangannya diulur menangkap
tongkat, sekali ditarik tongkat dan orangnya telah nyelonong
membentur dinding goa. Ang Hoa Lobo jatuh duduk semaput kepalanya disambut
dinding goa. Kwee In lompat kearahnya dan cepat menotok si nenek
sehingga terus duduk tidak berkutik. Kemudian Kwee In
keluarkan dari sakunya dua fles obat dari Ang Hoa Lobo, ia
gunakan cangkir kecil untuk mencampur dua macam obat itu,
kemudian ia tetesi sendiri kematanya dan... betul saja
khasiatnya lebih manjur bila hanya digunakan yang warna
merahnya saja. Dengan kombinasi merah putih, obat itu lebih
keras bekerjanya dan membuat mata lebih terang
penglihatannya. Kwee In kegirangan kembali matanya telah dapat melihat.
Matanya mengawasi kepada Ang Hoa Lobo yang duduk
mendeprok tak berkutik la menghampiri dan berkata. "Nenek
jahat, sebenarnya aku tidak ingin ampuni jiwamu karena kau
sangat kejam menghendaki jiwaku dengan jarum mautmu itu,
tapi berhubungkau telah berbuat baik kepada anakku selama
dalam tanganmu dan telah memberikan obat pemusnah
mataku yang buta, maka aku suka memberi keringangan
padamu..." Kwee In berkata seraya tempelkan telapak tangannya
dibebokongnya, segera s nenek rasakan hawa panas telah
mengamuk dan seakan-akan membakar seluruh badannya.
Hanya mulutnya bergerak-gerak tanpa mengeluarkan suara.
Tulang-tulangnya bersuara berkerotakan, entah Kwee In telah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ menggunakan ilmu apa untuk menyiksa si Nenek Kembang
Merah. Sebentar lagi, ketika telapak tangannya ditarik pula,
berbareng Kwee In menotok bebas jalan darah yang tadi
ditotok, hingga Ang Hoa Lobo merdeka pula. la coba kerahkan
tenaga dalamnya, tiba tiba... plong!... tenaga dalamnya yang
biasa dapat dikumpulkan di Tan tian (perut) jadi ngemplong,
bocor... Kaget bukan main Ang Hoa Lobo, karena gejala itu
menyatakan bahwa tenaga dalamnya sudah dimusnahkan oleh
Kwee In dengan Liat-hwe-sin kang (tenaga sakti api membara),
ia kembali minjadi orang biasa, bukan lagi Ang Hoa Lobo yang
ilmu tongkatnya sangat lihai.
Mengingat dirinya telah kembali menjadi orang biasa lagi,
Ang Hoa Lobo telah menangis sesesenggukan.... "Bocah, kau
kejam terhadap nenek-nenek..." ia menyesalkan Kwee In.
"Kalau aku kejam, siang-siang kepalamu sudah putus," sahut
Kwee In, yang tidak terharu oleh tangisnya Ang Hoa Lobo yang
sangat sedih. "Kau bunuh mati saja aku sekarang, bocah!" menantang Ang
Hoa Lobo. "Aku masih belum tega membunuh kau sekarang," sahut
Kwee In ketawa. Si Nenek Kembang Merah mendelik matanya, penuh
kegusaran, tapi ia bisa apa"
"Nah, sakarang kau boleh berlalu?" Kwee In menyilahkan
Ang Hoa Lobo Si Nenek Kembang Merah dengan muka ditekuk seperti
dompet tanggung bulan telah geraki kakinya berjalan keluar,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ tapi sebentar lagi ia kembali dan berkata: "Kau suruh aku pergi,
bagaimana aku bisa turun kebawah?"
Kwee In ketawa ngakak mendengar perkataan nenek, ia lupa
Ang Hoa Lobo sudah lenyap kepandaiannya, cara bagaimana ia
dapat turun dari goa kebawah yang tingginya dua tombak"
"Mari aku antarkan," kata Kwee In, yang mengikuti Ang Hoa
Lobo keluar goa. Ia pondong si nenek dan dibawa lompat kebawah, enteng
seperti juga jatuhnya daun, hingga si nenek merasa sangat
kagum akan kepandaiannya si anak muda.
"Nah, sampai disini, selamat jalan!' kata Kwee In, setelah ia
menurunkan Ang Hoa Lobo dari pondongannya. "Harap
selanjutnya kau menjadi orang baik-baik..."
Ang Hoa Lobo tidak menjawab, ia berlalu sambil tundukkan
kepala... Tan Leng Siong tidak menemukan kesulitan dalam
perjalanan ke lembah Tong-hong-gay, disana ia mencari-cari
Eng Lian. Lantaran romannya Leng Siong mirip dengan Eng
Lian, tidak heran kalau kawanan kera banyak yang datang
mengerumuninya. Sayang Leng Siong tidak bisa bahasa kera,
kalau tidak, mungkin ia dapat petunjuk dimana adanya Eng
Lian. Hari itu sampai sore ia mencari enci-nya, tidak juga ia
ketemukan jejaknya. Terpaksa malam itu ia tidur diatas pehon.
Keesokan harinya ia mencari pula Eng Lian dengan cara
kebetulan ia ketemu Pek-gan. Kera kecil itu merasa heran,
sebab ia kira Eng Lian adanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ Pek-gan mendekati Leng Siong yang sedang mengasoh
dibawah pohon. Melihat kera kecil itu bersuara liar hor seperti menanya, Leng
Siong lantas ingat Kwee In pernah cerita tentang dua kera
kepala putih dan mata putih, meskipun kecil, tapi sangat setia
dan dapat disuruh-suruh, baik sekali.
"Pek-gan, aku mencari Eng Lian, apakah kau dapat
mengantarkan aku ke tempatnya?" berkata Leng Siong mainmain.
Kera itu berjingkrak dan cecowetan, angguk anggukkan
kepalanya dan berjalan pelan-pelan seperti yang menyuruh
mengikuti. Leng Siong perhatikan sikap sang kera, benar-benar
ia ikuti pek-gan. Ia dibawa kejalanan yang sepi sunyi, malah
bukan saja jarang melalui tempal-tempat yang sempit. Leng
Siong mula-mula bernapsu mengikutinya, namun setelah lama
belum melihat jejaknya Eng Lian, ia ragu-ragu untuk mengikuti
Pek-gan. Ia hentikan jalannya, tapi sang kera cecowetan seperti
menyuruh ia jalan terus. Leng Siong terpaksa mengikuti. Tidak lama, ia sampai pada
sela-sela gunung dan Pek-gan ber-teriak-teriak didepannya
sebuan goa. Leng S ong hentikan tindakannju dan menanti
reaksi kaokannya si kera kecil. Untuk kegirangannya ia melihat
ada seorang wanita cantik yang wajahnya mirip dengannya
telah keluar dari goa, ialah bukan lain Eng Lian adanya.
Dua dara kembar itu bertemu satu dengan lain seperti
mimpi, mereka pada berdiri bengong, sesaat kemudian disusul
oleh adegan saling rangkul dan menumpahkan air mata
kegirangan. Eng Lian heran Leng Siong bisa sampai ke goanya,
ia menanya: "Adik Siong, kau dapat menemukan goaku.
sungguh aku merasa heran sekali."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ "Itu adalah berkat petunjuknya si Pek-gan!" sahut Leng
Siong. Eng Lian ajak Pek-gan bicara, monyet itu cecowetan
menjawab pertanyaan Eng Lian, hingga si nona tersenyumsenyum
selama mendengarkan Pek-gan bicara. Pek-gan
mengatakan Leng Siong romannya mirip dengan Eng Lian,
maka ia tidak ragu-ragu lagi kalau tamu itu adalah saudaranya
Eng Lian, makanya ia berani bawa ke goa.
"Terima kasih Pek-gan, memang ia adalah saudaraku." kata
Eng Lan. Kemudian Eng Lian ajak Leng Siong masuk dalam goanya,
dimana Leng Siong diajak kenal dengan sepasang anak kembar
dan Eng lian. Mereka kelihatan sehat-sehat dan kuat, maklum
anaknya gorilla. Hanya yang membuat si nona merasa lucu,
anak kembar itu yang satu hitam, yang lain putih. Leng Siong
mengucapkan selamat kepada encinya atas kelahiran anak
kembarnya itu, ucapan mana diterima oleh Eng Lian dengan
senyuman getir. "Sayang mereka bukan darah dagingnya adik In. kalau tidak,
ucapan selamatmu ini membuat aku berjingkrak kegirangan,
adik Song..." kata Eng Lian lesu.
"Ya, manusia tak dapat keluar dari guratan nasib, maka
nasib enci yang malang juga tak dapat dielakkan. Enci harus
terima peruntungan yang sudah ditetapkan oleh Yang Kuasa.
bahwa enci harus mempunyai keturunan dari seorang ayah
gorilla," matanya berkaca-kaca melihat encinya menangis.
Enci dan adik itu asyik bercakap-cakap mengisahkan
riwayatnya sejak berpisahan.
Enci Lian mengucapkan selamat Leng Siong sudah menikah
dengan Tek Liong, sebaliknya ia terkejut mendengar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ keterangan Leng Siong bahwa Bwee Hiang pun telah menemui
nasib malang kehormatannya dimakan oleh kepala bajak laut
dari telaga Tong teng, hingga batal menjadi isterinya Kwee In.
"Adik In nasibnya sial, tidak satu antara kita bertiga yang
dapat menjadi isterinya. Ia satu anak yang baik, dulu aku dan
enci Hiang sudah bersepakat akan menjadi teman hidupnya,
namun sang nasib maunya lain dan cita-cita kita kandas oleh
kejadian yang tidak terduga. Patah hatinya bocah itu janganlah
ditanya pula..." Eng Lian kata dengan roman sangat berduka.
"Kau keliru kalau mengatakan tiga gadisnya semuanya gagal


Kitab Mudjidjad Lanjutan Bocah Sakti Karya Wang Yu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi isterinya, karena ada seorang gadis diantaranya
sekarang menjadi isterinya si bocah nakal," bantah Leng Siong,
hingga Eng Lian keheranan.
"Gadis itu adalah aku sendiri, sekarang aku jadi isterinya si
bocah nakal." "Hei, kau 'kan jadi mantunya paman Son Cie Liang''
"Betul. tapi...?" Leng Siong kata, kemudian menuturkan
kisahnya telah dapatkan suami yang impoten, hingga ia
bercerai dan mencari Kwee In.
"Bagus. bagus, kau beruntung sekali dapat menjadi kawan
hidup adik In,'' kata sang enci ketawa girang. "Aku harap kau
melayani adik In baik-baik, jangan bikin ia berduka."
Leng Siong lalu menceriterakan Kwee In sebelum bersuami
isieri dengannya. lebih dahulu telah mengambil Sian Cu atau si
Ular Raksasa menjadi isterinya dan melahirkan satu anak
perempuan yang cantik mungil. Bagaimana ia ketemu Kwee In
dalam keadaan buta matanya karena dikerjai Ang Hoa Lobo. Ia
pergi mencari Ang Hoa Lobo dan bertarung dengan si nenek,
kemudian si nenek dibekuk Kwee In dan dipaksa keluarkan
obat pemusnah matanya yang buta. Ternyata Ang Hoa Lobo
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ sangat licik dan hanya seminggu Kwee In dapat melihat pula,
setelah itu telah buta lagi matanya. Ang Hoa Lobo dicari lagi
tidak ketemu dan sekarang Kwee In dalam keadaan buta
bersama anaknya yang dapat diambil pulang dari tangannya si
nenek yang menculiknya. Tergetar hatinya Eng Lian mendengar adik In nya menderita
penyakit buta matanya. "Apa tidak ada lain obat yang dapat memusnahkan sakit
matanya adik In selain obat pemusnah dari nenek jahat itu?"
tanya Eng Lian gemas. "Itulah aku datang mencari enci disini. Kabarnya ada benda
yang dapat menyembuhkan sakit matanya dan benda itu ada
pada enci." sahut Leng Siong.
"Benda apa itu, adik Siong?" tanya Eng Lian heran.
"Benda itu adalah antiag anting yang enci pakai sekarang..."
"Hah?" Eng Lian kaget, seraya meraba pada antingantingnya,
"Ya dengan anting-anting kemala enci, matanya adik In pasti
sembuh!" "Siapa yang mengatakan dengan anting-anting, kedua
matanya yang buta dapat sembuh kembali?"
"Itu adalah perkataan dari Ang Hoa Lobo," sahut Leng Siong.
Eng Lian lalu copot anting-antingnya, katanya: "Kalau benda
ini ada mempunyai khasiat demikian, kau ambil dan bawalah
untuk menolong adik In."
Eng Lian berkata sambil serahkan anting antingnya kepada
Leng Siong. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ Leng Siong terima dan mau menyimpannya, Eng Lian
berkata; "Adik Siong, lebih baik kau pakai, jangan disimpan.
Kau akan kelihatan lebih cantik mengenakan anting-anting."
Leng Siong menurut dan lalu dikenakan anting-anting
encinya, dalam sekejaban wajahnya Leng Siong seperti
wajahnya Eng Lian tadi, dasar dara kembar.
Eng Lian ketawa getir. "Adik Siong, adik In pasti terpesona
melihat kau den mengira kau adalah diriku," kata Eng Lian
dengan suara sedih. Si nona ingat kepada Kwee In, dengan
siapa ia bergaulan akrab tapi tidak kesampaian menjadi suami
isteri. Pada esok harinya Leng Siong pamitan dari Eng Lian untuk
kembali ke Sin-coa-tong. Eng Lian minta adiknya sampaikan ucapan selamatnya
kepada si adik In yang Kwee In telah ambil Leng Siong sebagai
isterinya dan mendoakan supaya hidup beruntung dan banyak
anak. "Enci Lian, kenapa kau tidak mau menemui adik In?" tanya
Leng Siong tatkala sang enci sedang nyerocos bicara.
"Adik Siong, aku malu atas perbuatanku sendiri," sahut Eng
Lian tertawa getir. Meskipun sangat berat, akhirnya dua saadara kembar itu
telah berpisahan. Seperti dalam perjalanan perginya, juga dalam perjalanan
pulang Leng Siong tidak menemukan halangan apa-apa dan
kembali ke Sin-coa-tong dengan selamat.
Didalam goa Leng Siong dapatkan Kwee In sedang ajak main
anaknya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ Kwee In terkejut melihat Leng Siong, itulah enci Lian yang
datang pikir si anak muda dan matanya mengawasi kepada
Leng Siong yang mengenakan anting-anting.
"Adik In, apa kau tidak mengenali aku lagi?" tanya Leng
Siong melihat Kwee In ragu-ragu.
"Enci Lian yang datang, bukan?" Kwee In berkata seraya
matanya mengawasi tajam. "Adik In. aku Leng Siong, anting-anting ini adalah dari enci
Lian yang suruh aku pakai..." berkata Leng Siong seraya
menubruk pada Kwee In. Kwee In sampai disitu baru dapat membedakan Leng Siong
dan Eng Lian. Rangkulan Leng Siong ada keibu-ibuan,
sebaliknya Eng Lian agak liar dan mendebarkan hati yang
merangkulnya. Kwee In memeluk Leng Siong dengan penuh kesayangan.
"Enci Siong." bisiknya, "kau adalah pelita hatiku dalam hidupku
selanjutnya. Bagaimana, apa kau sudah ketemu dengan enci
Lian?" "Sudah, sudah, kau lihat Thian-lie Giok-wan ditelingaku,"
sahut Leng Siong. "Eh... adik In, apa kau sudah dapat melihat lagi?" Leng Siong
seperti baru mendusin melihat gerakannya Kwee In seperti
sudah sembuh dari butanya.
"Berkat doamu enci Siong, aku sudah kembali sembuh..."
"Bagaimana kau dapat sembuh?" Leng Siong menanya.
Kwee In lalu ceritakan kedatangannya Ang Hoa Lobo dan
nenek itu sudah kena ia liciki, sehingga dua fles obatnya dapat
ia akali sedang It-sin-keng luput dimiliki oleh si nenek. Ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ tuturkan juga Ang Hoa Lobo ia telah musnahkan ilmu silatnya,
si nenek seterusnya akan menjadi orang biasa pula.
Leng Siong sangat girang mendengar penuturan Kwee In.
Sambil pegangi dua fles obat Leng Siong berkata "Adik In,
obat ini baik kita simpan untuk kita gunakan bilamana perlu."
"Bagus, kau simpanlah," sahut Kwee In.
Sementara itu, si orok telah mendusin dan menangis. Leng
Siong cepat empo anak bayi itu, dimomong pergi datang sambil
diciumi dengan penuh kesayangan seorang ibu.
Kwee In yang menyaksikan itu, hatinya sangat senang.
Anak itu masih terus menangis karena perutnya lapar, maka
ia minta kera yang neteki padanya untuk memberikan susunya.
Setelah netek, anak itu anteng-anteng, tidak menangis lagi
malah ia ketawa-ketawa ketika Leng Siong ajak ia main.
"Adik In, anak ini mungil dan lucu dapat menarik hati orang,
aku pandang ia sebagai anakku sendiri," berkata Leng Siong.
"ltulah yang aku harap, enci Siong. Aku minta kau pandang
Sian Lie sebagai anak yang dilahirkan olehmu, kasihan ia sudah
tidak punya ibu," sahut Kwee In ketawa.
Leng Siong melemparkan senyuman yang mempesonakan,
hingga dilain detik anak dan ibu itu berada dalam pelukannya
Kwee In yang berbahagia. "Adik In," tiba-tiba Leng Siong berkata: "Kurang baik kalau
Sian Lie terus menerus diteteki oleh binatang monyet, ia
membutuhkan susu manusia, maka apa tidak lebih baik kita
bawa ia ke Coa kok, di tempat bibi dan paman disana mungkin
ada banyak wanita-wanita yang sedang meneteki anaknya, Sian
Lie boleh membonceng netek bagaimana kau pikir, apa itu
baik?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ Kwee In termenung sebentar, lalu anggukkan kepalanya
tanda setuju. Demikian. pada keesokan harinya mereka telah
meninggalkan Sin-coa tong menuju ke Coa-kok. Diperjalanan
suami isteri itu tidak menemukan halangan apa-apa dan sampai
di Coa kok, disambut dengan penuh kegirangan oleh Lamhay
Mo Lie dan Kwee Cu Gie. Mereka senang anaknya pulang dan
membawa Leng Siong sebagai isterinya.
Kwee In blak-blakan menuturkan pengalamannya kepada
ayjah dan ibunya. sampai kemudian ketemu dengan Leng
Siong. Kwee Cu Gie terharu mendengar pengalaman sang anak
yang mengharukan, sedang Lamhay Mo Lie berkaca-kaca
matanya menangis. "Anakku, kau banyak menderita....." kata Lamhay Mo Lie
seraya mengusap-usap kepala sang anak dengan penuh
kesayangan. "Tapi semuanya telah berlalu, aku harap bersama
Leng Siong selanjutnya kau akan mencicipi hidup bahagia..."
Kwee Cu Gie sementara itu kelihatan sedang empo cucunya,
Sian Lie. Anak itu tidak takuti orang, ia ketawa-ketawa diajak
main oleh sang engkong, hingga Lamhay Mo Lie tertarik dan
lantas minta sang suami serahkan sang cucu kepadanya.
Lamhay Mo Lie mengamat-amati wajahnya Sian Lie sekian
lama. "Engko Gie. anak ini kapan sudah besar, kecantikannya
hebat sekali..." memuji Lamhay Mo Lie kepada cucunya.
"Mana bisa melebihi neneknya," Kwee Cu Gie bergurau.
Lamhay Mo Lie deliki matanya dengan gemas kepada sang
suami, ia jebikan bibirnya dan kepingin mencubit Kwee Cu Gie,
kalau saja ia tidak merasa jengah oleh Kwee In dan Leng Siong
yang tersenyum dikulum mendengar Kwee Cu Gie berkelakar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ "Anak In, kau menikah dengan Leng Siong diam-diam, maka
setelah kau ada disini nanti ibumu akan merayakan
pernikahanmu secara resmi" berkata Lamhay Mo Lie
Kwee In dan Leng Siong saling pandang dengan penuh rasa
terima kasih. Dua minggu kemudian, banyak tamu mengalir ke Coa-kok
untuk menghadiri pernikahan Kwee In dengan Leng Siong.
Banyak tokoh-tokoh silat yang hadir memberikan doa
restunya, diantaranya ada Hui-hong Taysu, ketua dari Siauwlim
sie dan Tek Hie Tojin, ketua dari Butong-pay.
Juga ada hadir Kim Popo, Kim Wan Thauto bersama
Suyangtin Ngo-hoaw. Nyonya Teng Hauw sangat kegirangan
dapat berbesan dengan Lamhay Mo Lie dan Kwee Cu Gie yang
termashur namanya dalam dunia persilatan. Juga Tonghong
Kauwcu dari Ngo-tok kauw bersama nyonya ada hadir begitu
juga si Tangan Tunggal Tan Kim Liong dan Kong-tong Lie hiap
Kang Sian Hoa bersama Pangcu dan nyonya Pangcu (Gin-eng
Kam Sui Sian) dari Ceng-liong pang. Lebih jauh tampak Pangcu
dan Hu-pangcu dari Ceng gee-pang demikianpun Siong Leng
dau Jin Leng Tojin dari Cit-seng-pay (dulu musuh bebuyutan
dari Kwee Cu Gie) turut memberikan doa restunya.
Yang membikin kegirangan kedua mempelai, adalah
kehadiran Liu Bwee Hiang bersama Pek In Suthay, gurunya.
Menyusul Eng Lian yang datang belakangan.
Dalam pakaian kemantin tampak kecantikan dan kecakapan
sepasang mempelai sangat cemerlang dan mempesonakan
sekalian hadirin. Ucapan selamat dari Liu Bwee Hiang dan Teng Eng Lian
spesial dilakukan dalam kamar kemantin, hingga untuk
beberapa lamanya Kwee In telah dikitari oleh tiga gadisnya lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
http://ebook-dewikz.com/ Mereka telah melupakan pengalamannya masing-masing dan
duduk ngobrol dengan asyik diseling oleh ketawa mereka yang
terpingkal-pingkal mendengar Kwee in membanyol...
TAMAT Rahasia Kunci Wasiat 3 Manusia Harimau Jatuh Cinta Serial Manusia Harimau Karya S B. Chandra Pendekar Pedang Kail Emas 10

Cari Blog Ini