Ceritasilat Novel Online

Lauw Pang Vs Hang Ie 1

Lauw Pang Vs Hang Ie Kejatuhan Dinasti Cin Dan Kebangkitan Dinasti Han Bagian 1


"Lauw Pang? vs? Hang Ie
Kejatuhan Dinasti Cin dan Kebangkitan Dinasti Han
? Pengantar Kembali kami sajikan kepada pembaca roman klasik Tiongkok.Roman ini mengisahkan kejatuhan Dinasti Cin yang dibangun oleh Kaisar Cin Si Ong.Maharaja yang membangun Tembok Besar dan telah menaklukan enam kerajaan di Tiongkok, hinga menjadi satu di bawah kekuasaannya.Jatuhnya Dinasti Cin yang besar, memang bukan di tangannya, melainkandi tangan putranya Ji-si Hong-tee.
Menjelang jatuhnya Dinasti Cin, Ji-si Hong-tee, Kaisar ke-2 dinasti Cin bertindak lalim seperti ayahandanya.Di mana-mana timbul pemberontakan besar dan kecil.
Di dalam kisah roman ini, kita bisa belajar bagaimana para politikus, negarawan yang bertikai.Mereka menggunakan berbagai siasat, tipu-muslihat.Baik itu di gelanggang politik maupun dimedanperang.Semua bisa menjadi suri tauladan bagi kita semua. Ikuti kisahnya, dan selamat membaca!
Redaksi Sebelum Tiongkok disatukan di bawah kekuasaan dinasti Han, negeri Tiongkok terpecah-pecah menjadi tujuh negara besar.Di samping itu, masih ada negara-negara kecil yang tidak termasuk dalam hitungan.
Masing-masing negara besar itu diperintah oleh seorang raja.Ketujuh negara tersebut adalah negeri Cin (Cin Kok).Kemudian berturut-turut Tio (Tio Kok), Gui Kok, Han Kok, Cee Kok, Yan Kok dan terakhir adalah Couw Kok.Zaman ini disebut juga sebagai zaman negara-negara berperang (476-221 sebelum Masehi).
Dari ketujuh negara tersebut, negeri Cin diakui sebagai negara yang paling kuat. Negara-negaralain , apalagi negara kecil sangat takut pada kekuatan angkatan perang dari negeri Cin ini.Ketika itu negeri Cin diperintah oleh seorang raja yang bernama Cin Ciauw Ong.
Raja satu ini sangat berambisi menaklukkan negara-negara yang ada di daratan Tiongkok.Cin Ciauw Ong berniat mempersatukan Tiongkok di bawah kekuasaan dinasti Cin.
Setelah tekadnya bulat, Cin Ciauw Ong segera memanggil menteri dan para panglima untuk diajak berunding soal rencananya menaklukkan daratan Tiongkok.Akhir dari perundingan itu memutuskan negara Cin akan segera menyerang negara Tio sebagai sasaran pertamanya.
"Baik, sekarang kita serang negeri Tio dulu. Setelah itu baru kita serang negeri-negeri yang lain!" sabda Cin Ciauw Ong."Segera siapkan pasukan dan segala keperluan untuk berperang.Setelah semuanya siap, kita akan segera menyerang negeri Tio!"
*** Sejak hari itu negeri Cin mulai sibuk menyusun rencana dan menyiapkan segala keperluan untuk berperang.Dari perbekalan, senjata hingga serdadu semuanya disiapkan dengan matang.
Selang beberapa bulan semua persiapan untuk berperang selesai.Melihat semua itu Raja Cin sangat gembira.
"Bagus, kalau begitu sekarang kita siap menggempur negeri Tio!" ujar Cin Ciauw Ong.
Kemudian Raja Cin Ciauw Ong memerintahkan orang untuk memanggil cucu yang bernama Kong-sun Ie Jin serta dua panglima perang kepercayaannya yakni Ong Cian dan Ong Hut.
Ketika ketiga orang itu tiba di istananya, Raja Cin segera mengeluarkan perintah.
"Cucuku, kau kuperintahkan untuk menaklukkan negeri Tio," kata Raja Cin kepada cucunya Kong-sun Ie Jin. "Sedangkan Ong Cian dan Ong Hut!Kalian berdua aku perintahkan untuk mendampingi cucuku Kong-sun Ie Jin menyerang negeri Tio.Untuk keperluan itu, kalian kuizinkan membawa seratus ribu orang prajurit!".
"Baik Baginda!" jawab ketiga orang itu.
Kemudian ketiga orang itu pamit dari hadapan Raja Cin.Tak lama mereka sudah siap dengan pasukannya yang tampak angker.Dengan gagah berani ketiga orang itu memimpin pasukan menuju perbatasan negeri Tio.
Setelah berjalan tanpa henti selama beberapa hari, tibalah pasukan besar ini dikotaCiang-ho yang merupakan tapal batas negeri Cin dan negeri Tio.
Kotaini dijaga oleh seorang panglima perang bernama Li Kee Siok.Dalam menjalankan tugasnya, Li Kee Siok dibantu oleh beberapa puluh ribu serdadu negeri Tio.
Ketika Li Kee Siok mendengar laporan bahwa pasukan negeri Cinakan datang menyerang negerinya, dia segera memperkuat penjagaan dikotaCiang-ho tersebut.Kemudian dia segera memberitahukan hal itu kepada Raja Tio.Selain itu dia juga meminta Raja Tio segera mengirimkan bala bantuan untuk menahan serangan musuh.
Di pihak pasukan Cin.... Jenderal Ong Cian memang seorang jenderal perang yang bijaksana.Dia sangat gagah dan pandai memimpin anak buahnya.Karena kehebatannya itu maka namanya sangat terkenal. Raja-raja dan panglima-panglima negerilain sangat takut ketika mendengar namanya.
Begitu dia sampai di Ciang-ho, jenderal Ong Cian kaget karena melihat musuh sudah siap dan terlihat berjaga-jaga.
Melihat hal itu, Ong Cian segera memerintahkan anak buahnya untuk membuat perkemahan bagi angkatan perangnya.Ong Cian sengaja berbuat begitu agar anak buahnya bisa istirahat melepaskan lelah sehabis melakukan perjalanan jauh.
Ong Cian tidak berani untuk segera menyerangkotaCiang-ho, sebab dia memang terkenal sebagai seorang yang sangat hati-hati.Ditambah lagi dia juga ingin mencari informasi tentang kekuatan musuhnya. Sesudah tahu keadaan musuhnya baru diaakan maju menyerang. Dengan demikian serangannya takakan menemui kegagalan.
*** Dikisahkan Raja Tio sangat kaget ketika menerima laporan bahwa pasukan negeri Cin telah tiba di depan kota Ciang-ho. Kemudian Raja Tio segera mengumpulkan semua menterinya untuk diajak berunding mengenai kedatangan pasukan negeri Cin.
"Apa yang harus kita lakukan menghadapi serbuan dari negeri Cin?"tanya Tio Ong pada menteri dan panglimanya."Bagaimana menurut pendapat Keng 1) sekalian"Apakah Keng punya akal yang dapat memaksa musuh supaya mundur?"
Sebutan raja kepada para menterinya.
Semua menteri yang hadir tampak kebingungan.Tak ada seorang pun yang mengeluarkan sepatah kata.
"Bagaimana" Apakah kalian memilikicara untuk membendung laju serangan musuh?" tanya Raja Tio lagi.
Mendengar pertanyaan susulan, para menterinya masih tetap terdiam.Tapi tiba-tiba ada seorang menteri berpangkat Siang-Thay-Hu bernama Lan Siang Jie, segera maju ke depan.
"Tuanku jangan khawatir dengan masalah ini!Sekalipun Ong Cian pandai berperang dan jago strategi, tetapi dia belum mengetahui jalan-jalan di negeri kita.Yang kedua, dia bersama angkatan perangnya datang dari tempat yang jauh maka pasti serdadunya masih sangat kelelahan.Ini keuntungan untuk pihak kita!" ujar Lan Siang Jie coba menghibur.
"Lalu apa rencana Keng selanjutnya?"tanya Raja Tio.
"Pertama Tuanku perintahkan dua orang panglima membawa tentara dan tambur raksasa untuk mencegat jalan pulang Ong Cian.Mereka harus menunggu saat yang tepat untuk menyerang pasukan musuh.Langkah kedua, perintahkan Jenderal Liam Pho, 2) agar membawa pasukan langsung berperang dengan Ong Cian.Panglimalain boleh dikerahkan untuk membantu Jenderal Liam Pho.Saat Ong Cian dan anak buahnya mundur. Kedua panglima yang tadi membawa tambur itu boleh segera membunyikan tambur danbantu memukul pasukan Ong Cian dari bagian belakang.Dengan demikian hamba yakin Ong Cian bersama tentaranya akan mendapat kerusakan berat, bahkan mungkin Ong Cian dapat kita tangkap." kata Lan Siang Jie.
2). Jenderal Liam (Lian) Pho ini seorang Jenderal perang yang gagah berani dan ditakuti karena dia pernah mengalahkan negeri Cee, sehingga namanya sangat termasyur.
Mendengar penjelasan dari Lan Siang Jie tersebut tentu saja Raja Tio jadi senang bukan main.Kemudian dia langsung menyetujui semua pendapat dan rencana Lan Siang Jie.Raja Tio segera memerintahkan dua panglima perangnya yakni Kong-sun Kian dan Ie Ho untuk bergerak sesuai rencana Lan Siang Jie.
Mereka diperintahkan supaya membawa dua buah tambur raksasa dan kepada mereka disarankan supaya mengambil jalan kecil dengan tujuan untuk menyerang musuh dari bagian belakang.
Setelah pasukan yang dipimpin dua panglimanya itu berangkat, Raja Tio memerintahkan Jenderal Liam Pho membawa 50.000 tentara untuk menghadapi Ong Cian dan pasukan negeri Cin.
Begitu Jenderal Liam Pho menerima perintah itu, dia langsung membawa tentaranya dan berangkat menujukotaCiang-ho.
Tak berapa lama pasukan yang dipimpin Jenderal Liam Pho pun sudah sampai di suatu tempat yang sangat strategis di belakang garis pertahanan musuh.
*** Esok harinya.... Jenderal Liam Pho memerintahkan Li Kee Siok agar membuka pintukotadan maju menyerang musuh.
Ketika Ong Cian mendengar bahwa Jenderal Liam Pho yang membawa bala tentara telah keluar dari dalamkotaCiang-ho, Jenderal Ong Cian segera mengatur pasukannya.
Tak lama pasukan Jenderal Liam Pho sudah sampai.Ong Cian lantas keluar dari dalam barisannya untuk segera menghadapi Jenderal Liam Pho bersama angkatan perangnya.
Sesudah keduanya berhadapan, Jenderal Liam Pho segera menunjuk ke arah Jenderal Ong Cian sambil berkata dengan suara nyaring, "Raja Cin Ciauw Ong dari negeri Cin dengan tanpa sebab sering mencari gara-gara dan mau menyerang ke negeri kami.Apa kalian kira karena kami negara kecil dan lemah, bisa seenaknya kalian injak-injak"Kali ini rajamu itu mencari penyakit sendiri."
"Bagi kami tak ada raja besar atau raja kecil, raja kuat atau raja lemah. Karena rajamu termasuk raja kecil, maka sudah sepantasmnya rajamu tunduk pada negeri kami!Tapi mengapa hari ini, saat tentara kami datang, malah kau berani melawan" Aku sarankan, lebih baik kau beritahu rajamu supaya menyerah!Aku peringatkan jangan sampai negerimu kami serang hingga hancur lebur!" kata Ong Cian dengan garang.
Mendengar ucapan Ong Cian yang demikian menghina maka marahlah Jenderal Liam Pho.Dengan tidak menyahut lagi, dia segera mengangkat tombaknya dan menerjang dengan garang.
Melihat serangan yang sangat tiba-tiba itu, Ong Cian segera menyambut serangan itu dengan goloknya.Tak terasa tiga puluh jurus telah berlalu. Mereka bertempur mati-matian, tetapi selama itu belum tampak salah seorang dari merekaakan kalah.
Tiba-tiba saja Jenderal Liam Pho membalikkan kudanya dan menarik mundur anak buahnya.Seolah-olah dia sudah tak sanggup menghadapi Ong Cian.
Jenderal Ong Cian sudah menduga mundurnya Jenderal Liam Pho bersama anak buahnya bukan karena kalah olehnya, melainkan cuma suatu taktik belaka.Oleh karena itu dia tahan serdadunya agar tidak melakukan pengejaran. Ong Cian khawatir anak buahnyaakan terjebak oleh siasat musuh.
Selain kekhawatiran itu, Ong Cian pun sudah mendengar siapa Jendral Liam Pho.Dia adalah jenderal yang sangat terkenal gagah berani.Bisa dikatakan Jenderal Liam Pho merupakan jenderal nomor satu di negeri Tio.
Ketika itu Jenderal Ong Hut berada di dekat Jenderal Ong Cian.Dia jadi heran melihat rekannya tak mau memburu musuhnya.Maka dia segera memerintahkan pasukannya untuk memburu Jenderal Liam Pho bersama anak buahnya.
Melihat Ong Hut hendak mengejar musuh yang sengaja tidak dikejarnya, Ong Cian segera menghalangi.
"Tahan! Saudara Ong Hut, saya lihat Jenderal Liam Pho sebenarnya tidak kalah dalam perang ini, tapi dia cuma pura-pura kalah!Lebih baik jangan diburu, ini sangat berbahaya. Ingat jalan-jalan di negeri ini masih asing bagi kita!Aku khawatir dia menggunakan tipu muslihat untuk menjebak kita!" kata Ong Cian mencegah rekannya.
"Jika kali ini kita tidak mau memburu dan menangkapnya, sampai kapan tentara kita bisa sampai dikotaHam-tan 3)?" kata Ong Hut.(3- Ham-tan adalah Ibukota negeri Tio).
Jenderal Ong Hut seorang yang sangat angkuh.Maka itu dia tidak mau mendengarkan nasehat dari Jenderal Ong Cian.Dengan sangat bernafsu dia lantas memajukan tentaranya untuk memburu Jenderal Liam Pho dan anak buahnya.
Ketika Ong Hut dan pasukannya baru berjalan belum berapa jauh, dia dikagetkan oleh mata-matanya yang datang menyusulnya.Mata-mata itu segera melapor, "Celaka Tuan! Di belakang kita datang pasukan dari negeri Tio!Mereka bergerak cepat untuk merampas perkemahan kita.Bahkan Kong-sun Ie Jin sekarang sudah tertangkap dan ditawan oleh pasukan itu!"
Begitu Jenderal Ong Cian dan Ong Hut mendengar kabar itu, bukan main terkejutnya mereka.Mereka segera membalikkan kuda dan memerintahkan bala tentaranya untuk memberi pertolongan pada pasukan Kong-sun Ie Jin yang saat itu ada dalam bahaya.
Ketika Jenderal Liam Pho melihat Jenderal Ong Cian bersama tentaranya sudah balik kembali, maka Jenderal Liam Pho tahu kalau Kong-sun Hian sudah berhasil merampas perkemahan musuh.Maka Liam Pho pun lantas mengibar-ngibarkan benderanya untuk mengerahkan 50.000 tentaranya menyerbu dan bertarung dengan tentara Ong Cian dan Ong Hut secara besar-besaran.
Dalam pertempuran mati-matian dan karena tak menyangkaakan diserang dari dua jurusan, maka Jenderal Ong Cian dan Jenderal Ong Hut jadi kelabakan.Tentaranya bisa diobrak-abrik oleh musuh dengan mudah.Pasukan mereka jadi cerai-berai.
Akhirnya hancurlah pasukan negeri Cin.Celakanya, pasukan negeri Tio juga telah berhasil menangkap cucu Raja Cin. Dengan keberhasilan itu, mereka segera pulang kekotaHam-tan.
Dalam iring-iringan tentara Tio yang baru memperoleh kemenangan itu terdapat Kong-sun Ie Jin yang terkurung dalam kereta kerangkeng.Rakyat negeri Tio menyambut kemenangan tentaranya ini dengan sangat suka cita.
Tak berapa lama iring-iringan angkatan perang negeri Tio telah tiba dikotaHam-tan, ibukota kerajaan Tio.Tentu saja tentara yang baru menang ini disambut dengan sorak-sorai kemenangan yang gegap gempita.Tawanan lalu dibawa ke hadapan Raja Tio.
Ketika mendengar dan melihat angkatan perangnya telah sukses, Raja Tio sangat gembira.Kemudian Raja Tio menghadiahkan uang dan permata pada Jenderal Liam Pho. Ketika tawanan dari negeri Cin dihadapkan padanya, Tio Ong berkata, "Engkongmu, Cin Ciauw Ong selalu berbuat kejahatan.Tanpa sebab yang jelas dia sering menyerang negeri kami.Sekarang kami sudah berhasil menangkapmu. Sekarang apa yang hendak engkau katakan?".
Mendengar kata-kata itu, Kong-sun Ie Jin tidak bisa menyahut.
Tio Ong lalu memerintahkan seorang algojo untuk membunuh cucu Cin Ciauw Ong tersebut.
Mendengar putusan rajanya itu, Lan Siang Jie segera mencegahnya.
"Tuanku tunggu!Jangan bunuh dia, Tuanku!" cegah Lan Siang Jie.
"Hai mengapa kau cegah aku"Bukankah dia cucu dari raja negeri musuh!" tanya Raja Tio kebingungan.
" Justru itu Tuanku! Saat ini negeri Cin sangat kuat, jika Tuanku bunuh anak ini, niscaya negeri Tio setiap saatakan terus diserang pasukan negeri Cin.Menurut hamba lebih baik Tuanku penjarakan saja Kong-sun Ie Jin ini. Dengan demikian hamba yakin Cin Ciauw Ong tidakakan berani datang menyerang negeri kita lagi karena khawatir jiwa Kong-sun Ie Jin cucunya akan terancam.Dengan demikian negeri kita akan aman dari serangan musuh!" kata Lan Siang Jie 4) menjelaskan.
Mendengar nasehat sang menteri yang sangat beralasan, Tio Ong lalu menurutinya.Kong-sun Ie Jin tidak jadi dibunuh tapi dimasukkan ke dalam penjara dengan penjagaan yang ketat.
*** 4)..Kisah menarik antara Jenderal Liam Pho dan Lan Siang Jie bisa diceritakan demikian: Jenderal Liam Pho terkenal gagah, karena pernah menaklukan negeri Cee.Bahkan Raja negeri Tio menganugrahkan pangkat Pangeran. SebaliknyaLan Siang Jie pun seorang menteri yang cerdas.?
?Suatu hari Raja Cin Ciauw Ong yang terkenal gagah mendengar Raja Tio mempunyai permata bernama Ho-si-pek.Dia ingin memiliki permata itu dan mengatakan permata ituakan ditukar dengan 15kotamilik negeri Cin.Raja Tio yang pernah ditaklukan tak berani menolak keinginannya.
Raja Tio berniat mengirim permata itu, tapi di antara menteri dan panglima negeri Tio tak ada yang berani pergi ke negeri Cin. Lan Siang Jie bersedia jadi utusan Ketika Siang Jie datang Raja Cin mungkir janji dan ingin memiliki permata itutampatukar-menukar.Tapi dengan halus dan cerdik Siang Jie mampu membawa pulang kembali permata itu ke negeri Tio.
Atas jasanya itu Raja Tio pun menganugrahinya gelar Pangeran.Jenderal Liam Pho kurang senang.Dia berusaha hendak mencelakakan Lan Siang jie.Tapi dengan jantan Lan Siang Jie menemui Jenderal Liam Pho.Bahwa pangkatnya itu justru untuk membantu meringankan tugas Jenderal Liam Pho untuk menyelamatkan negeri Tio.Liam Pho sadar dan malu serta menghormati Lan Siang Jie.
? KETIKA tentara negeri Cin sudah kembali ke negerinya, mereka segera melaporkan kekalahan mereka kepada Raja Cin.Mendengar hal itu Raja Cin menjadi gusar bukan main.Apalagi setelah dia mengetahui bahwa cucu kesayangannya Kong-sun Ie Jin tertawan oleh musuh.Tentu saja hal ini membuat Raja Cin jadi bingung. Dia jadi serba salah dan tak tahu harus berbuatapa "
"Celaka!Selain pasukanku hancur dalam kancah peperangan, kini cucuku pun ikut ditawan oleh kerajaan Tio. Ini memang sungguh memalukan!" bentak sang raja berang.
Melihat kegusaran Cin Ciauw Ong, tak seorang menteri dan panglimanya yang berani buka mulut.Tiba-tiba muncul seorang menterinya yang berani buka mulut.
"Tuanku!Tuan tidak perlu begitu cemas. Sekarang alangkah baiknya jika Baginda segera mengirim utusan ke negeri Tio!" ujar sang menteri memberi nasihat.
"Apa yang harus kuperintahkan pada utusanku itu?"tanya Raja Cin.
"Tuan perintahkan agar utusan itu meminta agar raja negeri Tio mau membebaskan Kong-sun Ie Jin.Jika usulan itu diterima oleh negeri Tio, katakan negeri Cin berjanji tidakakan memerangi negeri Tio lagi! Hamba yakin Raja Tioakan setuju! Namun yang harus Tuanku ingat adalah Tuanku harus mengirim seorang utusan yang tepat!" kata sang menteri lagi.
"Baiklah, kalau begitu siapa harus kita utus kesana?"tanya Raja Tio.
"Kirim saja Ngiu See!" usul menteri itu.
"Baik, kalau begitu!kata Raja Cin setuju.
*** Setelah segala persiapan selesai maka berangkatlah Ngiu See menjadi utusan negeri Cin.Karena perjalanan dilakukan siang dan malam, dalam waktu tak terlalu lama utusan itu sudah sampai di Ibukota negeri Tio.
Begitu sampai Ngiu See langsung memohon untuk menghadap Raja Tio.Seorang pegawai istana segera melapor kedatangan utusan negeri Cin itu kepada Raja Tio.
"Tuanku, di luar telah datang seorang utusan dari negeri Cin.Dia mohon menghadap pada Tuanku. Apakah Tuanku bersedia untuk menerimanya?"tanya si petugas istana.
Mendengar laporan ada utusan negeri Cin yang ingin bertemu, Raja Tio segera memerintahkan utusan itu masuk.
Dengan sikap hormat, Ngiu See langsung menyerahkansuratdari Raja Cin kepada Raja Tio. Begitu diterima,suratitu langsung dibaca oleh Raja Tio.
Dalamsuratitu Cin Ciauw Ong menyatakan penyesalannya karena telah menyerang negeri Tio. Karena itu kini Raja Cin ingin berdamai dan takakan melakukan peperangan lagi dengan negeri Tio.Oleh sebab itu dia meminta Raja Tio mau membebaskan Kong-sun Ie Jin sebagai imbalan dari janjinya ingin berdamai itu.
Sesudah Tio Ong melihatsuratdari Cin Ong itu, lantas saja dia berkata, "Kami memang telah menawan Kong-sun Ie Jin, tapi kami tidak tega membunuh dia. Sekarang Cin Ong mau berdamai dengan kami.Apa benar begitu?"
"Hamba rasa apa yang dikatakan Cin Ong itu sungguh-sungguh!" ujar Ngiu See meyakinkan.
"Tapi itu semua masih perlu dibuktikan dahulu kebenarannya.Sesudah ada bukti yang nyata bahwa Raja Cin memang betul-betul ingin berdamai, baru kami akan membebaskan Kong-sun Ie Jin." lanjut Raja Tio."Maka katakan pada rajamu bahwa saat ini kami belum bisa melepaskan cucunya itu.Kami takut kalau janji Cin Ong tidak ditepati seperti yang sudah-sudah.Tapi aku menjamin keselamatan Kong-sun Ie Jin!"
" Jika Thay Ong sungguh-sungguhakan berbuat begitu, hamba berterima kasih sekali. Dan lagi jika di kemudian hari Kong-sun Ie Jin bisa kembali ke negeri Cin dan duduk sebagai raja disana, tentu dia akan selalu mengingat budi baik Thay Ong itu.Dengan demikian negeri Cin dan negeri Tio akan berbaikan selama-lamanya." kata Ngiu See.
Mendengar ucapan Ngiu See tersebut, Tio Ong jadi senang. Kemudian dia segera menuliskansuratbalasan kepada Cin Ong. Kemudiansuratitu diserahkan pada Ngiu See.
Setelah Ngiu See kembali ke negeri Cin, Tio Ong segera menyerahkan pengawasan atas Kong-sun Ie Jin kepada Kong-sun Kian.
"Sekarang kuserahkan Kong-sun Ie Jin dalam pengawasanmu!Jaga dia baik-baik. Ingat, jangan sampai lolos!Tapi jangan pula memperlakukan dia dengan kasar sebab aku takut dia mati!" kata Tio Ong pada Kong-sun Kian.
" Baik, Tuanku!Semua titah Tuanku akan hamba laksanakan!" jawab Kong-sun Kian.
Kemudian Kong-sun Kian membawa Kong-sun Ie Jin pulang ke rumahnya.Sampai di tengah jalan secara kebetulan mereka bertemu dengan Lie Put Wie.
?Lie Put Wie adalah seorang pedagang yang kaya.Dulu ketiaka dia masih muda, Lie Put Wie pernah berguru pada Kui Kok Sin-seh yang termasyur.Dia belajar tentang ilmu Siang Hoat. 1) Karena itu dia bisa mengetahui nasib dan peruntungan orang.Waktu Lie Put Wie sempat melihat wajah Kong-sun Ie Jin secara sekilas, dia langsung kaget.
1) Ilmu melihat peruntungan orang melalui wajahnya.
Lie Put Wie bertanya-tanya dalam hati siapa orang itu.Karena merasa sangat penasaran, kemudian dia segera menanyakan kepada orang yang berkerumun di jalan tentang identitas orang yang bersama Kong-sun Kian itu.
"Dia itu Kong-sun Ie Jin cucu dari Raja Cin!Dia tertangkap ketika hendak melakukan penyerangan ke negeri kita!" sahut orang-orang itu.
Mendengar keterangan tersebut, Lie Put Wie lalu berpikir.
" Ah, siapa tahu ini sebuah jalan bagiku! Jika ini benar maka keuntungan lebih besarakan kuraih.Daripada keuntungan dari seorang pedagang, rencanaku ini pasti jauh lebih besar!" pikirnya dalam hati.
Sesudah puas mendapat keterangan yang diperlukan, maka bergegaslah Lie Put Wie pulang ke rumahnya.Waktu sampai di rumahnya, Lie Put Wie langsung menemui Lie Ong, ayahnya.
"Ayah, ada yang hendak aku tanyakan padamu," kata Lie Put Wie.
"Tentang masalahapa ?" tanya sang ayah.
"Jika seseorang menjadi petani dan bekerja di sawah, berapakah keuntungan yang akan diperolehnya?" kata Lie Put Wie.
Mendengar pertanyaan anaknya, Lie Ong tersenyum lalu menjawab.
"Keuntungannya bisa mencapai satu sampai sepuluh persen dari modal yang dia keluarkan.Jumlah itu bisa dikatakan lebih dari cukup!" jawab Lie Ong.
Lie Put Wie mengangguk. "Bagaimana jika orang itu berdagang emas atau intan, berapa keuntungan yang akan diperolehnya?"tanya Lie Put Wie lagi.
Lie Ong kembali menyahut, "Sepuluh sampai seratus persen."
"Sekarang jika ada orang yang bisa menolong oranglain sampai dia bisa menjadi raja, berapa keuntungannya?" kata Lie Put Wie memancing pendapat ayahnya.
"Jika kau bisa berbuat begitu, keuntungannya sudah tak terhitung lagi..." kata ayahnya.
"Benarkah?" "Ya, aku tidak bohong!" tutur sang ayah.
Ucapan Lie Ong ini seolah telah mendorong Li Put Wie untuk berbuat jahat.
"Sebagai pedagang kita terlalu sibuk dan lelah, banyak masalah yangakan dihadapi.Adayang utang, ada yang tidakbayar dan sebagainya.Kalau aku mengolah sawah tidak gampang dan juga sangat melelahkan." kata Lie Put Wie.
" Lalu kau mau jadiapa ?" tanya ayahnya.
"Ayah, sekarang anakmuakan memberi tahu pada Ayah.Negeri kita tengah menawan cucu Raja Cin.Dia bernama Kong-sun Ie Jin.Aku telah melihat wajah Kong-sun Ie Jin itu dan aku yakin di kemudian hari dia pasti menjadi raja yang besar.Maka aku bertekad untuk menolongnya. Aku rela menjual semua harta bendaku demi menolong dia! Aku harap di kemudian hari kalau dia sudah menjadi raja, diaakan menghadiahkan aku sebuah pangkat yang tinggi. Sekarang akuakan berusaha membebaskannya.Bagaimana menurut pendapat Ayah?" kata Lie Put Wie.
Mendengar niat anaknya itu, Lie Ong tidak mencegahnya.
"Rencanamu itu sangat bagus.Tapi kau harus ingat bahwa tidak segampang itu untuk melepaskannya.Salah-salah malah harta benda kita habis semuanya, bahkan nyawamu pun bisa terancam.Jika kau memang mau menjalankan itu, aku harap kau berhati-hati!" kata Lie Ong memberi nasihat.
"Hu Jin 2) tidak usah khawatir," kata Lie Put Wie."Aku punya Siang Hoat tidak pernah salah."
*** 2) Hujin = ayah. Untuk menjalankan semua rencananya, Lie Put Wie lantas mencari seorang yang kenal baik dengan Kong-sun Kian.Setelah mencari-cari, akhirnya dia berkenalan dengan Lie Bek.Orang itu masih tinggal di dalamkotaitu juga.Ternyata Lie Bek adalah besan Kong-sun Kian.
Mengetahui hal itu Lie Put Wie coba untuk mempererat persahabatannya dengan Lie Bek. Lie Put Wie menyiapkan berbagai bingkisan untuk Lie Bek.Sesudah berbasa-basi, akhirnya Lie Put Wie minta dikenalkan pada Kong-sun Kian.Li Bek pun tidak keberatan pada keinginan Lie Put Wie.
Pada satu hari Lie Put Wie diajak pergi ke rumah Kong-sun Kian sambil membawa berbagai bingkisan barang-barang berharga. Sesudah bertemu dan memperkenalkan diri, Lie Put Wie lalu menyerahkan barang-barang itu untuktuan rumah.
Kebetulan Lie Put Wie ini memang seorang yang pandai bicara, maka tak heran jika Kong-sun Kian menjadi suka padanya.Bahkan dia menyesalkan mengapa tidak dari dulu bersahabat dengan Lie Put Wie.
Sejak hari itu hubungan persahabatan antara Kong-sun Kian dan Lie Put Wie menjadi semakin erat.Hampir setiap hari, Lie Put Wie berkunjung ke rumah Kong-sun Kian.Hubungan mereka sudah seperti dua orang saudara kandung.
Ketika Kong-sun Kian membuat makanan untuk sebuah perjamuan makan, dia mengundang Lie Put Wie supaya datang ke rumahnya.Waktu itu Kong-sun Kian mengajak Kong-sun Ie Jin untuk makan bersama-sama.
Lie Put Wie yang cerdik, berlagak tidak tahu tentang keberadaan Kong-sun Ie Jin.Sambil berlagak bodoh dia bertanya pada Kong-sun Kian." Siapakah beliau ini?"tanya Lie Put Wie.
"Oh dia Kong-sun Ie Jin!" jawab Kong-sun Kian.
?"Siapa dan darimana dia berasal"Sepertinya aku belum pernah melihatnya!" kata Put Wie lagi
Lalu Kong Sun Kian menceritakan satu persatu mengenai sejarah Kong-sun Ie Jin.Tak hanya itu, Kong-sun Kian pun memperkenalkan Lie Put Wie pada Kong-sun Ie Jin.Sampai akhirnya mereka pun menjadi sahabat baik.
Pada suatu hari ketika tidak ada oranglain di rumah Kong-sun Kian, Li Put Wie datang berkunjung.Saat itu hanya ada Kong-sun Ie Jin yang sedang duduk-duduk.
Li Put Wie segera mendatangi dan memberitahukan maksudnya untuk menolong Ie Jin kembali ke negeri Cin.
"Aku pasti akan membantumu!" kata Lie Put Wie memberi harapan.
"Tapi...."Kong Sun Ie Jin terdiam.Tak lama dia melanjutkan kata-katanya."Sekalipun aku ini cucu Cin Ong, saat ini aku sudah seperti orang buangan.Mengapa sekarang kau mau menggunakan uang yang tidak kecil untuk menolongku?"
"Niatku untuk menolongmu ini tulus dari hatiku yang paling dalam.Sebenarnya aku cuma mau mencari kepuasan batin karena dapat menolong sahabatku. Aku tahu bagaimanacara untuk membebaskan Tuan Kong-sun dari sini." kata Li Put Wie.
Mendengar Lie Put Wie berkata begitu, Kong-sun Ie Jin sangat terharu.
"Jika saya bisa pulang ke negeri Cin dengan selamat dan mendapat kedudukan, biarlah kesenanganakan kita nikmati bersama.Aku tidak mungkin melupakan jasa-jasamu ini.Tapi bagaimana caraku supaya bisa menjadi Tay Cu?" kata Kong-sun Ie Jin.
"Saat ini An Kok Kun terlalu cinta pada Hoa Yang Hu-jin.Sekalipun Kong-sun punya banyak saudara, untung Hoa Yang Hu-jin tidak mempunyai seorang anak. Sekarang akuakan membagi harta untuk menolong Anda. Selain itu aku jugaakan pergi ke negeri Cin untuk menyampaikan pesan Kong-sun pada Hoa Yang Hu-jin bahwa selama berada ditawanan, Tuan selalu ingat pada mereka. Aku yakin An Kok Kun bersama Hoa Yang Hu-jinakan merasa senang.Dan aku yakin An Kok Kun dan Hoa Yang akan memungut Tuan Kong-sun sebagai anaknya," kata Lie Put Wie."Dengan demikian gelar Tay Cu pasti bisa Tuan Kong-sun ambil.Sekarang Anda boleh menggunakan semua uang milikku untuk menyenangkan Hoa Yang Hujin.Jika kita berhasil menjerat hati Hoa Yang Hujin, masalah An Kok Kun sangat mudah.Dia sangat sayang pada Hoa Yang Hu-jin, dengan demikian apa yang Hoa Hujin katakan pasti akan dituruti."
Mendengar ucapan Lie Put Wie, Kong-sun Ie Jin langsung mengucapkan banyak terima kasih. Sesudah itu Put Wie menyerahkanlimaratus tail uang perak untuk menyogok para penjaga dan Kong-sun Kian sendiri.
Ketika Kong-sun Kian datang, pembicaraan rahasia itu sudah selesai. Sesudah itu Lie Put Wie lalu pamit pada Kong-sun Kian dan mengatakan bahwa dalam waktu dekat diaakan pergi berdagang ke negeri lain.
Lie Put Wie lantas pulang untuk membeli barang-barang berharga di negeri Tio.Esok harinya, dia terus berangkat menuju ke negeri Ci
Setelah melalui sebuah perjalanan panjang, akhirnya sampailah Lie Put Wie di Ham Lang, ibukota negeri Cin.
Karena Lie Put Wie memang seorang yang cerdik, dalam waktu singkat dia sudah mengetahui bahwa Hoa Yang Hu-jin (isteri kesayangan An Kok Kun) mempunyai seorang paman bernama Hong Ieyang tinggal di dalam kota Ham Lang. Gedungnya berhadap-hadapan dengan gedung milik Tay Cu An Kok Kun.
Setelah mengetaui semua itu, Lie Put Wie segera mencari rumah yang berdekatan dengan gedung milik Hong Ie.Pada kesempatanlain , sambil membawa barang yang bagus, Lie Put Wie datang mengantar bingkisan pada Hong Ie. Begitu sampaidi depan rumah itu, seorang penjaga pintu mencegatnya.
"Tuan mau cari siapa?" tanya si penjaga.
"Aku ingin bertemu dengan Tuan Hong Ie!" jawab Lie Put Wie.
"Apa keperluan Tuan mencari majikan kami?" kata si penjaga lagi.
"Aku mendapat perintah dari Kong-sun Ie Jin untuk membawa sebuah pesan rahasia," kata Lie Put Wie.
Mendengar bahwa Lie Put Wie membawa pesan rahasia dari cucu raja, si penjaga cepat-cepat masuk untuk menemui Hong Ie.Mendapat laporan itu, Hong Ie lantas keluar.
Melihattuan rumah muncul, buru-buru Lie Put Wie bersoja sambil menyerahkan barang-barang yang dia katakan kiriman dari Kong-sun Ie Jin.
"Sekarang dia tinggal di rumah Kong-sun Kian dan tak terlalu menderita.Barang-barang kiriman ini, hanya untuk suatu tanda kecintaan darinya.Hanya sayang, dia tidak bisa pulang ke mari." kata Lie Put Wie.
Mendengar keterangan itu, Hong Ie sangat senang.
"Tuan Kong-sun Ie Jin sangat berbakti pada Hoa Yang Hu-jin.Siang dan malam dia selalu menangis karena teringat pada ibu-bapaknya," kata Lie Put Wie mengarang cerita. "Karena Tuan Kong-sun Ie Jin tidak bisa pulang kemari maka dia mengirim hamba untuk minta pertolongan pada Tuan Hong Ie!"
"Benarkah, dia berkata begitu?" tanya Hong Ie tak percaya.
"Sungguh Tuan!Bahkan dia meminta aku untuk memohon pada Anda supaya mau menyampaikan pesannya pada Hoa Yang Hu-jin!" ujar Put Wie lagi.
" Apa pesannya itu?"tanya Hong Ie yang tak merasa kalau dirinya telah diperdaya oleh Lie Put Wie.
"Dia memohon Hoa Yang Hu-jin membantunya supaya bisa pulang ke negeri Cin.Tuan Kong-sun sangat rindu pada Hoa Yang Hu-jin.Sebagai bukti kerinduannya, dia tak lupa membawakan bingkisan untuk beliau!Maka jika diperbolehkan, aku ingin menghadap dan bicara sendiri pada Hoa Yang Hu-jin." kata Lie Put Wie.
?"Baik,akan kuusahakan!Tuan Lie silakan menunggu berapa hari lagi!" kata Hong Ie.
"Baiklah!Sekarang hamba pamit, beberapa hari lagi hamba akan kembali untuk mengharapkan kabar baik dari Tuan!" kata Lie Put Wie.
Pada hari itu juga, Hong Ie segera menemui Hoa Yang Hu-jin.Dia menceritakan bagaimana Lie Put Wie menyampaikan kabar tentang Kong-sun Ie Jin yang sekarang menjadi tawanan Raja Tio.Hong Ie juga memuji-muji bakti Kong-sun Ie Jin di hadapan Hoa Yang Hu-jin.
Ketika Hoa Yang Hu-jin mendengar semua itu, dia sangat senang.Maka dia lantas menyuruh orang untuk memanggil Lie Put Wie datang ke rumahnya.
Mendengar dia diminta datang, bukan main senangnya Lie Put Wie.Dia lalu ikut dengan orang suruhan Hoa Yang Hu-jin.Begitu sampai, dia langsung dipersilakan masuk ke dalam. Sesampai di hadapan Hoa Yang Hu-jin, Lie Put Wi lantas bersujut dan menyerahkan barang-barang sertasuratdari Kong-sun Ie Jin.
Ketika Hoa Yang Hu-jin membacasuratdari Kong-sun Ie Jin, dia jadi gembira.
Dalam sekejap Lie Put Wie yang memang pandai bicara, diterima dengan baik.Mereka lalu berbincang dengan gembira.Sampai ketika ada suatu kesempatan baik, Lie Put Wie tak menyia-nyiakannya.
"Mohon maaf Hu-jin, saya ingin memberitahukan sesuatu.Tapi jika Hu-jin tidak keberatan." kata Lie Put Wie.
"Mengenai masalahapa ?" tanya Hoa Yang Hu-jin."Harap Hu-jin jangan gusar. Saat ini Hu-jin berkedudukan sangat tinggi, tapi sayang...." Li Put Wie tak meneruskan.
"Sayang kenapa?" tanya Hoa Yang Hu-jin penasaran.
"Ah hamba tak berani meneruskan....." kata Lie Put Wie.
"Katakan saja, jangan takut-takut!" kata Hoa Yang Hu-jin..
"Sayang, Hu-jin tidak punya anak lelaki.Kalau Hu-jin mempunyai seorang anak laki-laki, tentu hidup Hu-jinakan senang selama-lamanya. Kesenangan Hu-jinakan tetap abadi. Tapi karena Hu-jin tak punya anak laki-laki, kebahagiaan Hu-jin pastiakan direbut orang lain." Lie Put Wie mulai memanas-memanasi.
"Maksudmu?" "Cepat atau lambat, suami Hu-jin pastiakan naik tahta.Tapi di kemudian hari harus ada orang yang akan menggantikan kedudukannya sebagai raja," jelas Put Wie lagi.
"Lalu?"Hoa Yang Hu-jin penasaran.
" Karena Hu-jin tak punya anak laki-laki, otomatis kedudukan ituakan jatuh pada anak orang lain. Jelas kesenangan Hu-jinakan semakin berkurang karena orang yang akan menjadi raja itu pun pasti akan menyenangkan hati ibu kandungnya sendiri.Ini sungguh sayang!" nasihat Lie Put Wie.
" Ah, kata-katamu benar juga! Tapi sampai saat ini aku memang belum punya anak! Jadi aku harus bagaimana?"tanya Hoa Yang Hu-jin.
"Jika Hu-jin mau, sebenarnya Hu-jin bisa mengangkat seorang anak," bujuk Put Wie dengan yakin."Hm itu ide cemerlang, tapi siapa yang harus kuangkat sebagai anak?"
"Hamba rasa Kong-sun Ie Jin cukup pantas.Dia cukup berbakti pada Hu-jin.Bukankah usaha Hu-jin untuk tetap meraih kekuasaan tetap terbuka.Sekarang tugas kita tinggallah mendudukkan Kong-sun Ie Jin menjadi Tay-cu (Pangeran).Kelak saya yakin dia bakal menjadi raja dan semua jasa Hu-jin tidak akan dilupakan," rayu Lie lagi."Satu lagi yang harus Hu-jin ingat, anak-anak An Kok Kun masing-masing sudah mempunyai ibu.Hanya Kong-sun Ie Jin yang sudah tidak punya ibu, ditambah lagi dia begitu berbakti pada Hu-jin.Bahkan baktinya melebihi bakti kepada ibu kandungnya sendiri.Coba Hu-jin pertimbangkan masalah ini baik-baik."
Mendengar ucapan Lie Put Wie, Hoa Yang Hu-jin mulai berpikir-pikir."Kurasa kata-kata orang ini ada benarnya juga," pikir Hoa Yang Hu-jin.
Cukup lama Hoa Yang Hu-jin terdiam.Tak lama dia sudah berkata lagi.
"Baiklah, sekarang kau boleh pulang dulu.Akuakan memikirkan semua nasihatmu itu.Lagi pula hari ini An Kok Kun tidak ada di rumah, tunggu sampai dia sudah pulang nanti.Aku pasti akan membicarakan masalah ini kepadanya." ujar Hoa Yang Hu-jin.
Mendengar ucapan itu, Lie Put Wie sangat senang.Namun dia coba menyembunyikan perasaannya.Kemudia dia lantas pamit untuk pulang ke tempatnya.
Esoknya ketika An Kok Kun pulang, Hoa Yang Hu-jin lalu menunjukkansuratdari Kong-sun Ie Jin.Dalam suratnya Kong-sun Ie Jin menceritakan bahwa dia dikurung di negeri Tio dan sangat menderita.Siang dan malam dia tidak bisa melupakan ibu dan ayahnya.
SesudahAn Kok Kun membacasuratKong-sun Ie Jin, dia jadi merasa kasihan.Tanpa terasa dia mengeluarkan air mata.
MelihatAn Kok Kun mengeluarkan air mata, buru-buru Hoa Yang Hu-jin berlutut.
"Suamiku, jika kau merasa sayang padaku, aku mohon Tian He membebaskan Kong-sun Ie Jin.Setelah Kong-sun Ie Jin bebas, biar aku mengangkatnya sebagai anak.Aku ingin di kemudian hari, dia bisa menjadi tumpuan harapanku," ujar Hoa Yang Hu-jin.
Sesudah mendengar permintaan Hoa Yang Hu-jin, An Kok Kun langsung berkata, "Hu-jin jangan barsedih.Jika Hu-jin mau, kita bisa mengambilnya sebagai anakmu. Hanya sekarang dia ditawan di negeri Tio, tak gampang untuk membebaskan dia darisana!Lagi pula hal ini harus diberitahukan dulu kepada Hu Ong (ayah) dan para menteri yang lain."
"Sekarang di sini ada utusan Kong-sun Ie Jin yang datang dari negeri Tio. Dialah yang membawasuratIe Jin ke mari. Dia sudah punya rencana bagus untuk menolong Kong-sun Ie Jin, "kata Hoa Yang Hu-jin. "Orang itu pandai bicara dan kelihatannya sangat cerdas.Namanya Lie Put Wie."
Mendengar keterangan itu, An Kok Kun lalu menyuruh orang memanggil Lie Put Wie.Tak berapa lama Lie Put Wie pun sudah sampai di hadapan An Kok Kun.
"Lie Put Wie apa benar seperti yang dikatakan istriku bahwa kau sudah punya rencana untuk membebaskan Kong-sun Ie Jin?"tanya An Kok Kun.
Lalu Lie Put Wie segera menceritakan bagaimana dia telah menggunakan begitu banyak uang untuk mengambil hati orang-orang yang menjaga Kong-sun Ie Jin.Lie Put Wie pun menceritakan tentang rencananya membebaskan Kong-sun Ie Jin.
"Hamba yakin bisa membebaskan Kong-sun Ie Jin dari tahanan negeri Tio," ujar Lie Put Wie mengakhiri kisahnya.
Mendengar seluruh cerita Lie Put Wie, bukan main senangnya hati An Kok Kun. Tak lama dia sudah berkata, "Kalau benar Kong-sun Ie Jin bisa pulang ke negeri Cin, jasa jelas sangat besar.Kami semua pasti tidak akan melupakan jasa Anda."
KemudianAn Kok Kun menghadiahkan uanglimaratus tail pada Lie Put Wie.An Kok Kun pun berjanji jika Lie Put Wie bisa membebaskan Ie Jin, dia pasti mendapatkan penghargaan yang setimpal.
"Ah hamba rasa itu tidak perlu.Jika Tuanku mengangkat Kong-sun Ie Jin sebagai anak, hamba rela kehilangan kepala.Hamba rela membela dan menyelamatkan Kong-sun Ie Jin sampai ke mana pun," ujar Lie Put Wie sungguh-sungguh.
"Jangan khawatir, jika aku sudah mengeluarkan janji kepada seorang pahlawan seperti Anda, maka janji itu tidakakan bisa ditarik lagi. Hanya kapan kau bisa membawa pulang Kong-sun Ie Jin kemari ?" kata An Kok Kun.
"Masalah ini tidak bisa ditentukan harinya.Nanti jika sudah tiba waktunya, akan hamba beri kabar," kata Lie Put Wie bersungguh-sungguh."Hambaakan mengirimsuratuntuk memberitahukan hal itu kepada Tuanku! Jika Tuanku sudah menerimasurathamba, harap Tuanku mengirim seorang jenderal perang lengkap dengan pasukannya ke tapal batas.Karena hamba khawatir pelarian Tuan Kong-sun akan mendapat kejaran dari tentara-tentara Tio."
"Soal itu kau tak perlu khawatir.Kami harap kau segera memberi kabar.Kami sangat menantikan kabar baik itu darimu." kata An Kok Kun.
"Baiklah," kata Lie Put Wie.
Lalu Lie Put Wie pamit pulang ke negeri Tio.
*** Tak berapa lama Lie Put Wie telah tiba kembali dikotaHam-tan.
Lebih dulu Lie Put Wie pulang ke rumahnya.Lalu dia menceritakan seluruh pengalamannya pada ayahnya.Dari soal pertemuannya dengan An Kok Kun, sampai janji-janji pangeran negeri Cin itu padanya.Mendengar cerita anaknya, Lie Ong girang sekali.
Malam harinya..... Lie Put Wie mulai memikirkan harta dan kekuasaan yangakan didapatnya.Dia tak peduli harus melakukan perbuatan keji apapun asalkan maksudnya tercapai.Dalam benaknya hanya ada kata yakni harta dan kekuasaan.
Malam itu dia masuk ke kamar gundiknya yang bernama Chu Sie.Sudah sejak lama Lie Put Wie memelihara istri mudanya itu.Chu Sie dijadikan gundiknya sejak masih kecil. Lie Put Wie sudah melihat nasib istri mudanya itu dan mengetahui kelak istri mudanya ini punya keberuntungan yang sangat luar biasa.Sejak dua bulan terakhir, baru malam itu Lie Put Wie datang ke rumah gundiknya itu.Dia sengaja datang untuk membaik-baiki gundiknya itu.
Ternyata istri mudanya itu malah sudah hamil dua bulan. Setiap hari sang istri muda ini sudah merasakan seluruh badannya lesu sekali.Malam itu kebetulan Lie Put Wie datang, maka dia langsung memberitahukan keadaannya pada Lie Put Wie.
Mendengar keterangan istri mudanya itu, Lie Put Wie jadi girang sekali.Lalu dia mulai merencanakan sesuatu dengan kehamilan istri mudanya itu.
" Kali ini turunankuakan menjadi orang besar!Secara turun-temurun, anakku kelak akan menjadi raja di negeri Cin," pikirnya dalam hati.
Karena berpikiran begitu, Lie Put Wie langsung bertanya pada istri mudanya.
" Istriku, apakah senang kalau kau menjadi istri seorang raja?" kata Lie Put Wie..
Ucapan itu diajukannya karena dalam otak Lie Put Wie telah terbayang sebuah rencana bagus.Dia ingin menikahkan Chu Sie dengan Kong-sun Ie Jin.Dengan demikian, anaknya yang kini sedang dikandung oleh Chu Sie kelakakan menjadi raja.
Mendengar pertanyaan Lie Put Wie, tentu saja Chu Sie agak bingung.Dia tidak tahu apa maksud pertanyaan suaminya itu.
"Suamiku, apa maksud pertanyaan itu?" kata Chu Sie.
Lie Put Wie segera menceritakan satu-persatu rencananya.Dengan berterus terang, dia berniat memberikan istri mudanya itu kepada Kong-sun Ie Jin untuk dijadikan istrinya.
"Chu Sie, kau sekarang hanya menjadi istri muda seorang pedagang.Tadi kau bilang sedang hamil dua bulan.Dalam otakku aku punya rencana bagus.Aku ingin bibit yang kau kandung dari benihku akan jadi orang besar!" kata Lie Put Wie.
"Bisakah itu terjadi?" tanya istri mudanya.
"Bisa, jika kau menikah dengan Kong-sun Ie Jin, seorang calon raja dari dinasti Cin. Dengan demikian kelak anak kita ituakan bisa merampok kerajaan suami barumu itu. He...he..he.
Ingat jika Kong-sun Ie Jin sudah menjadi raja, maka engkau punakan menjadi permaisurinya. Anak kita punakan menjadi Tay Cu. Kelak di kemudian hari dia akan menjadi raja juga. Dengan demikian yang menjadi raja di negeri Cin adalah turunan kita!Ha-ha-h." kata Lie Put Wie gembira.
Mula-mula Chu Sie menolak usul suaminya yang dianggapnya gila.
?"Kanda, sebagai seorang wanita baik-baik mana berani aku berbuat begitu!Dengan menerima dan melaksanakan rencanamu itu, aku berarti telah menghiatimu. Aku belum pernah mendengar ada seorang suami yang rela menjebloskan istrinya berselingku dengan orang lain di depan matanya!" kata Chu Sie.
Lie Put Wie berusaha menghibur istri mudanya.
"Jika kita memang masih berjodoh, tali percintaan kitaakan tetap kekal abadi.Cinta kita harus terputus hanya karena untuk mendapatkan pengaruh yang maha besar. Nanti jika waktunya sudah memungkinkan, hubungan kita bisa disambung kembali." bujuk Lie Put Wie..
"Jika ini memang sudah menjadi kemauanmu, aku menurut saja!Mana berani aku membantahmu!" kata Chu Sie setelah mendengar penjelasan suaminya.
Sebenarnya Chu Sie seorang perempuan muda yang penuh birahi.Tapi dia dilahirkan sebagai anak seorang miskin.Maka dia terpaksa harus jatuh di bawah pengaruh Lie Put Wie yang kaya raya.Ketika dia mendengar niat suaminya untuk menyerahkan dia pada Kong-sun Ie Jin yang masih muda, tentu saja hatinya jadi gembira sekali.Tapi sebisa mungkin dia mencoba menyembunyikan kegembiraannya itu.
Mendengar Chu Sie berkata begitu, Lie Put Wie menjadi senang.
"Kalau begitu suatu hari kitaakan mengadakan pesta makan. Saat ituakan kuundang Kong-sun Ie Jin datang ke sini.Engkau boleh menuangkan arak.Jika kau lihat aku pura-pura mabuk dan tertidur, saat itu kau boleh menggoda dia. Usahakan agar bisa terjadi hubungan badan. Nanti akuakan pura-pura memergoki kalian dan marah-marah.Maka kau boleh menggunakan akal begini.....," bisik Lie Put Wie."Tapi ingat kau harus berjanji, jika di kemudian hari kau sudah hidup senang, jangan lupa padaku!"
" Baiklah, kanda! Akuakan ingat janji malam ini.Aku pun menjaga rahasia ini serapat-rapatnya," janji Chu Sie sambil memeluk dan mencium suaminya dengan mesra.
*** Esok harinya.... Lie Put Wie sudah memanggil tukang masak yang pandai supaya untuk menyediakan makanan yang lezat.Sesudah itu dengan membawa dua tiga macam barang berharga, dia mengantarkannya ke rumah Kong-sun Kian.
Ketika Kong-sun Kian mendengar bahwa Lie Put Wie datang berkunjung, dia segera keluar menyambut. Lie Put Wie segera menyerahkan barang antarannya itu.


Lauw Pang Vs Hang Ie Kejatuhan Dinasti Cin Dan Kebangkitan Dinasti Han di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku baru saja pulang dari negeri orang untuk berdagang.Karena aku mendapat sedikit keuntungan, aku ingin memberikan sedikit hadiah kepada Tuan!" kata Lie Put Wie.
" Oh, terima kasih banyak!Tuan memang seorang sahabat yang baik!" kata Kong-sun Kian.
Kemudian Kong-sun Kian memerintahkan orangnya mengeluarkan makanan dan menjamu Lie Put Wie. Kong-sun Ie Jin pun diundang menemui Lie Put Wie.
"Jika tak ada aral melintang, besok sayaakan mengadakan pesta makan.Jika Tuanku tidak keberatan, saya mohon Anda bersama Kong-sun Ie Jin bisa datang ke rumah kami," kata Lie Put Wie.
Kong-sun Kian ternyata tidak bisa menampik undangan itu. Sedikit pun dia tidak curiga di balik undangan itu ada sebuah perangkap jahat!
"Baiklah," kata Kong-sun Kian tanpa ragu-ragu.
Ketika Kong-sun Kian masuk ke dalam, Lie Put Wie yang hanya tinggal berduaan dengan Kong-sun Ie Jin membisik.
"Aku baru saja pulang dari negeri Cin.Aku bertemu dengan An Kok Kun dan Hoa Yang Hu-jin.Aku sudah sampaikan maksud kita pada mereka dan mereka sangat setuju." bisik Lie Put Wie.
Mendengar keterangan Lie Put Wie, bukan main senangnya hati Kong-sun Ie Jin. Ketika Kong-sun Kian sudah menemui mereka lagi, Lie Put Wie lalu pamitanakan pulang. Tuan rumah mengantarkannya sampaidi depan rumahnya.
Sepulang dari rumah Kong-sun Kian, Lie Put Wie segera melakukan persiapan untuk esok hari.
*** Esok harinya... Kong-sun Kian bersama Kong-sun Ie Jin datang bersama-sama ke rumah Lie Put Wie yang memang sudah lama menunggu.Lie Put Wie segera menyambut mereka dengan suka cita.
"Ayo masuk, berbagai makanan lezat sudah menunggu kita!" kata Lie Put Wie.
Sambil berbincang, mereka bersama-sama makan minum dengan dilayani oleh dua pelayannya yang cantik.Hari berjalan dengan cepat.Tanpa terasa hari pun sudah menjadi sore. Lie Put Wie yang otaknya sudah penuh dengan rencana jahat lalu mengajak kedua tamunya itu pindah pestanya ketaman .
Ketika itu kedua tamunya pun kebetulan sudah setengah mabuk. Lie Put Wie yang mau menjalankan tipu-muslihatnya amat senang.Dia segera menyuruh kedua pelayannya untuk meninggalkan mereka.Begitu pun semua pegawal tamunya.
Lie Put Wie lalu memanggil Chu Sie dan disuruh untuk menuangkan arak ke cawan tamu-tamunya. Lie Put Wie memperkenalkan Chu Sie pada kedua tamunya itu.
"Dia bernama Chu Sie," kata Lie Put Wie."Sejak masih kecil aku memeliharanya.Selain cantik dia juga seorang gadis yang berbudi halus. Kelak diaakan kujadikan istri muda.Karena Tuan-tuan adalah tamu terhormat, maka saya perkenalkan dia pada kalian!"
Saat itu Chu Sie sudah berdadan rapi.Dengan pakaian yang sangat indah.Tampak Chu Sie cantik sekali.Sepasang kakinya yang kecil memakai kasut yang indah pula.
?Menyaksikan kecantikan Chu Sie, kedua tamu itu merasa senang.Semangat Kong-sun Ie Jin yang sudah lama ditahan di negeri Tio seolah-olah terbang begitu melihat kecantikan Chu Sie.Kalau saja saat itutuan rumah tak ada di situ, mau rasanya dia menubruk dan memeluk si cantik.
Lie Put Wie melirik ke arah kedua tamunya. Dia sadar bahwa perangkapnya ituakan dimangsa oleh Kong-sun Ie Jin.Maka dengan sengaja dia cekoki Kong-sun Kian sampai tamunya ini mabuk.Sesudah Kong-sun Kian mabuk, Lie Put Wie menyuruh orangnya untuk menggotong Kong-sun Kian ke kamar tulisnya.
Melihat Kong-sun Kian sudah tidur, Lie Put Wie pun pura-pura mabuk. Dia meninggalkantaman dan langsung tidur.Sekarang tinggal Kong-sun Ie Jin bersama Chu Sie berduaan saja.Keduanya minum arak dan duduk berhadap-hadapan.
Kong-sun Ie Jin baru meningkat dewasa, ketika itu dia terus-menerus memandang ke arah Chu Sie.Sedangkan Chu Sie terus-menerus melempar senyum maut kepada Kong-sun Ie Jin. Karena terus-menurus mendapat godaan dari sang bidadari yang ada di hadapannya, jiwa muda Kong-sun Ie Jin bergejolak.Dia sudah tidak bisa menahan birahinya, saat itu juga dia rangkul Chu Sie.Kong-sun Ie Jin sudah tak sabar lagi ingin memadu cinta dengan Chu Sie.
Tak lama, dia pun segera merangkul Chu Sie.Ternyata Chu Sie pun membalas rangkulan itu dengan hangatnya.Kong-sun Ie Jin mencium Chu Sie.Bibirnya yang merah merekah dilumat dengan bibinya.Kemudian tangan Kong-sun Ie Jin mengembara ke bagian-bagian tubuh Chu Sie yang sensitif.Satu persatu pakaian mereka pun mulai dilepas.
Kini mereka pun sudah polos tanpa sehelai benang.Sesudah itu keduanya lalu melakukan hubungan badan tanpa malu-malu lagi.Ie Jin bagaikan kumbang sedang menghisap madu. Tubuhnya bersimbah keringat karena geloraasmarayang menggebu.Kong-sun Ie Jin waktu itu seperti ikan mendapat air.Dia sudah lupa daratan. Padahal sebenarnya saat itulah diatelah " menjual mahkota" yang akan diterima dari pamannya.
Sedang Chu Sie pun menikmati perselingkuhan itu.Sehingga hubungan badan mereka menjadi terasa wajar dan tidak dibuat-buat.
Di luar tahu Kong-sun Ie Jin, Lie Put Wie yang tadi pura-pura mabuk sedang mengintai perbuatan "serong" tamunya dengan sang isteri muda.Dalam hati, Lie Put Wie pun merasa cemburu dan iri melihat isterinya begitu mesra saat bercinta dengan Kong-sun Ie Jin.
Tiba-tiba Lie Put Wie muncul dengan mendadak.Bagaikan tersengat kalajengking, Ie Jin melepaskan pelukannya dari tubuh Chu Sie yang ada dalam keadaan polos.Buru-buru Ie Jin meraih pakaian menutupi tubuhnya.
Lie Put Wie berdiri di hadapan mereka, sedang Chu Sie pun sudah segera mengenakan bajunya.Dengan wajah merah padam, Lie Put Wie marah sambil membanting-banting kakinya.
"Kurang ajar! Tuan Kong-sun, aku tidak mengira kau begitu beranimerusak " kehormatan" calon gundikku.Aku telah memeliharanya sejak masih kecil. Setelah menjadi gadismanis seperti sekarang, kau malah berbuat tidak senonoh terhadapnya.Padahal aku mengundangmu sebagai seorang tamu agung.Sungguh kau seorang yang tidak berbudi!" kata Lie Put Wie dengan sengit
Mendengar Lie Put Wie berkata begitu, bukan main takut dan malunya Kong-sun Ie Jin.Dia tidak berani mengangkat mukanya untuk menatap Put Wie.Ie Jin bungkam seribu bahasa.Tubuhnya gemetar.Kalau saja dia punya keberanian, mau rasanya dia bunuh diri ketika itu juga.
Chu Sie segera berlutut di hadapan Lie Put Wie.Kemudian dengan suara lantang dia bicara.
"Dengan kerelaan Tay-jin telah menghambur-hamburkan harta untuk menyelamatkan Kong-sun Ie Jin dari penderitaannya saat ini," kata Chu Sie. "Kata Tay-jin semua itu supaya di kemudian hari dia bisa membalas dan membayar harta-benda Tay-jin yang telah habis untuk menyelamatkannya!Tolong Tay-jin ampuni dia. Semua ini kesalahan hamba yang telah merayu dan menggodanya.Jika dosa ini tak bisa Tay-jin ampuni, hamba rela mati untuk menebus dosa ini!"
Sandiwara itu pun sesuai dengan rencana Lie Put Wie.Sesudah Chu Sie berkata begitu, dia segera mengambil sebilah pedang yang tergantung di ruang itu. Langsung pedang itu dia hunuskan danakan ditebaskan ke batang lehernya.
Melihat Chu Sie hendak bunuh diri, Lie Put Wie segera merampas pedang itu dari tangan istri mudanya dan berkata, "Tunggu dulu!"
Sesudah menghela napas panjang, Lie Put Wie berkata lagi.
"Ternyata aku memang tidak berjodoh denganmu. Kini tubuhmu telah "dikotori" oleh Kong-sun Ie Jin!Aku lihat Kong-sn Ie Jin pun sangat mencintaimu," kata Lie Put Wie mulai menebar racun. "Setelah aku pikir-pikir, lebih baik aku serahkan engkau kepadanya!Tapi aku berharap di kemudian hari jika engkau sudah hidup senang dan Ie Jin sudah menjadi raja, jangan lupa padaku!"
Mendengar ucapan Lie Put Wie, Kong-sun Ie Jin maupun Chu Sie segera berlutut di hadapan Lie Put Wie.Mereka mengucapkan terima kasih atas kerelaan dan pengorbanan serta kebaikan Lie Put Wie tersebut.
"Kebaikan Tay-jin terhadapku sungguh luar biasa.Budi Tay-jin ini sungguh besar, jika benar aku bisa lolos dari sini dan menjadi raja, maka Tay-jin boleh menikmatinya bersama kami. Mana berani kami melupakan budi baikmu ini!" kata Kong-sun Ie Jin terharu..
Ketika itu Kong-sun Kian sudah sadar dari mabuknya.Dia menemuituan rumah yang sedang berkumpul.Melihat Kong-sun Ie Jin berpelukan dengan Chu Sie, Kong-sun Kian tampak keheranan.
?Eh adaapa ini?" katanya keheranan.
Lie Put Wie memberi tahu Kong-sun Kian apa yang sedang mereka rundingkan.
"Aku merelakan calon istri mudaku dan menyerahkannya pada Kong-sun Ie Jin untuk dijadikan istrinya," tutur Lie Put Wie.
Kong-sun Kian terkejut mendengar ucapan sahabatnya itu.
"Sahabatku, kau benar-benar seorang sahabat sejati!" kata Kong-sun Kian."Tidak ada orang yang begitu murah hati sepertimu di dunia ini!" kata Kong-sun Kian sambil melepaskan Gik-toa angkin milik Ie Jin.
Kemudian angkin itu dia serahkan kepada Lie Put Wie sebagai tanda jadi pertunangan Ie Jin dan Chu Sie.
Sambil menerima angkin itu, Lie Put Wie berkata, "Sekarang hanya tinggal menunggu hari baik, kemudian akan saya antarkan Chu Sie kepada Tuan Kong-sun!"
"Terima kasih," kata Kong-sun Ie Jin sambil berlutut di hadapan Put Wie."Karena hari pun telah larut malam, maka kami mohon diri!"
" Baiklah," katatuan rumah.
Lie Put Wie mengantarkan tamunya sampai di luar.Kong-sun Kian dan Kong-sun Ie Jin pun berjalan pulang ke kediaman mereka.
Sesudah itu Lie Put Wie kembali dengan muka cemberut.Mungkin cemburu karena Chu Sie bercumbu begitu mesra yang disaksikan oleh matanya sendiri.Tapi karena umpannya sudah mengena dan ikan yang terpancing pun ikan raksasa, maka Lie Put Wie pun mencoba melupakan adengan sandiwara yang disutradarainya itu.
" Chu Sie, "kata Lie Put Wie. "Sekarang waktu perkawinanmu dengan Ie Jin sudah pasti terjadi; kau harus bersabar dan tinggal menunggunya.Tapi ingat baik-baik, di kemudian hari jika kau sudah mendapat kesenangan jangan lupa padaku!"
"Kanda jangan khawatir, aku tak akan melupakan semua janjiku!" ujar Chu Sie.
Sepulang dari rumah Lie Put Wie, hati Kong-sun Ie Jin selalu teringat pada Chu Sie.Sejak hari itu Ie Jin tidak enak makan dan tidur.Dia selalu gelisah dan khawatir jika sampai Lie Put Wie ingkar janji.Maka dia sering meminta Kong-sun Kian agar mau menemui Lie Put Wie dan menanyakan soal pernikahannya dengan Chu Sie.
Sebenarnya bukan hanya Kong-sun Ie Jin saja yang berharap perkawinan itu segera terlaksana.Lie Put Wie pun sudah tak sabar lagi.
Ketika Kong-sun Kian datang mewakili Kong-sun Ie Jin untuk menanyakan soal perkawinan, Lie Put Wie girang bukan main.Lalu mereka merundingkan pelaksanaan hari bahagia itu.
"Kapan hari yang baik untuk menikahkan mereka?" desak Kong-sun Kian.
"Kurasa tanggal Kauw-gwe Ji-gouw 1) adalah bulan yang terbaik untuk melangsungkan pernikahan mereka!Pada hari itu aku akan mengantarkan Chu Sie kepada Kong-sun Ie Jin." kata Lie Put Wie memberi usul.
(1)Kauw-gwee Ji-gow = tanggal 25 bulan sembilan Imlek).
"Hm Kauw-gwe Ji-gouw.Ya kurasa hari itu cukup bagus!" jawab Kong-sun Kian.
Setelah itu Kong Sun Kian segera kembali ke gedungnya untuk memberitahukan hal itu pada Kong-sun Kian.
Bukan main girangnya Kong-sun Ie Jin mendengar kabar itu.Hari demi hari dia menantikan tanggal pernikahannya dengan Chu Sie.
Tak terasa waktu pun berjalan dengan cepat.Tepat hari yang ditentukan Lie Put Wie datang membawa Chu Sie kepada Kong-sun Kian.
"Sesuai janjiku, hari ini aku datang membawa Chu Sie ke tempatmu!" kata Lie Put Wie.
"Terima kasih Tuan Lie!Aku tak akan melupakan budi baikmu ini!" kata Kong-sun Ie Jin gembira.
Hari itu juga Kong-sun Ie Jin dan Chu Sie dinikahkan.Dengan mengadakan pesta makan dan mengundang beberapa sahabat dekat mereka, pesta pernikahan pun diadakan dengan meriah.Tentu saja baik Kong-sun Ie Jin maupun Chu Sie amat bahagia.
Pada tahun Cin Ciauw Ong ke-55 bulan Sie-gwee 2) (2)Sie-gwee = bulan empat).
Ketika itu sudah tiba saatnya Chu Sie melahirkan. Secara logika waktu itu seharusnyausia kandungannya belum cukup sembilan bulan sejak dia menikah dengan Kong-sun Ie jin. Karena menurut hitungan seharusnyausia bayi dalam kandungan Chu Sie baru delapan bulan. Tapi karena sebelum mereka menikah Chu Sie sebenarnya sudah hamil dua bulan, berartiusia bayi dalam kandungan Chu Sie sudah mencapai sepuluh bulan.
Ketika Chu Sie merasakan perutnya mulas, dia jadi khawatir kalau hari itu dia melahirkan. Sebab Ie Jin pastiakan curiga dengan kelahiran bayinya.
Maka Chu Si memohon pada Tuhan supaya kelahiran anaknya bisa mundur dan kehamilannya ditambah dua bulan lagi, supaya orang tidak mengetahui bahwa benih yang ada dalam kandungannya itu bukan benih milik Kong-sun Kian.
Chu Sie bersujud di depan altar sambil berkata, "Jika betul di kemudian hari anak saya punya peruntungan sebagai seorang raja negeri Cin, kuharap Tuhan bisa menambah lagi usia kehamilanku selama dua bulan."
Sesudah itu Chu Sie bangun.Ajaib rasa mulas itu hilang sendiri.Dilain bulan pun tidak terasa apa-apa, tapi setelah cukup dua belas bulan baru dia melahirkan seorang anak laki-laki.
Bayi itu sangat cakep dan putih, hidungnya mancung, matanya jeli dan di tubuh bagian belakang ada tanda seperti sisik ikan.Ajaib begitu lahir semua gigi bayi itu sudah lengkap.
Mendengar isterinya telah melahirkan bayi lagi-laki bukan main girangnya Kong-sun Ie Jin.Dia yakin anak itu bukan anak sembarangan. Lalu dia berinama Cu Ceng.Kabar menggembirakan segera diberitahukan pada Lie Put Wie.
?Mendengar kabar itu, Lie Put Wie menjadi girang sekali.Buru-buru dia pergi ke rumah Kong-sun Kian untuk menemui Kong-sun Ie Jin dan Chu Sie sekaligus untuk mengucapkan selamat.
Sejak saat itu Lie Put Wie setiap hari datang ke rumah Kong-sun Kian untuk mengintai gerak-gerik Kong-sun Ie Jin maupun Kong-sun Kian.
*** Sesudah lewat beberapa hari, Lie Put Wie mengetahui bahwa Kong-sun Kianakan melatih tentara.Kabar ini oleh Lie Put Wie tidak disia-siakannya. Dia datang ke rumah Kong-sun Kian dengan alasanakan menjenguk bayi anak Kong-sun Ie Jin. Padahal dia inginmenyampaikan " niatnya" akan meloloskan Kong-sun Ie Jin dari pengawasan Kong-sun Kian.
Begitu bertemu dengan Kong-sun Ie Jin.
"Aku rasa sekarang sudah tiba saatnya kau kabur dari sini," bisik Lie Put Wie sambil tersenyum."Nantiakan aku beritahu Kong-sun Kian bahwa ibu Chu Sie ingin bertemu dengan anak perempuan dan cucunya. Jika Chu Sie sudah berada di rumahku, bersama anakmu, akuakan minta bantuan ayahku dan keluarganya segera berangkat ke negeri Cin.Bagaimana?"
" Oh terima kasih!Terima kasih, aku setuju saja.Terserah Tuan bagaimana baiknya," kata Kong-sun Ie Jin girang bukan main.
Sesudah itu buru-buru Lie Put Wie pamit pulang. Sepulang Lie Put Wie, Kong-sun Ie Jin memberitahu maksud kedatangan Lie Put Wie pada Chu Sie.
"Tak lama lagiakan datang utusan yang akan memintamu pulang! Setelah itu kauakan ikut ke rumah Lie Put Wie.Selanjutnya bersama ayah Lie Put Wie, kau bisa kabur ke negeri Cin." Jelas Kong-sun Ie Jin.
Mendengar kabar itu bukan main senangnya Chu Sie.
*** Beberapa hari kemudian, dikisahkan Lie Put Wie telah memberitahukan rencananya pada ayahnya.
"Aku rasa sekarang sudah tiba saatnya untuk menjalankan rencana besar kita!" kata Lie Put Wie sambil tersenyum. "Akuakan segera menculik Kong-sun Ie Jin untuk kubawa pergi ke negeri Cin. Hu-jin (Ayah) boleh segera menyuruh seorang perempuan tua memanggil Chu Sie kemari .Katakan dia diminta supaya menginap di sini untuk beberapa malam sebab ibunya sangat kangen padanya.Jika sudah berhasil tolong Hu-jin segera bawa Chu Sie pergi ke negeri Cin."
Mendengar anaknya sudahakan melaksanakan semua rencananya, Lie Ong girang.Dia mengangguk dan siap membantu anaknya itu.Kemudian dia menyuruh seorang perempuan tua pergi ke rumah Kong-sun Kian untuk mengambil Chu Sie dan anaknya.
Begitu perempuan tua itu sampai di rumah Kong-sun Kian, lalu dia menemui Kong-sun Ie Jin.Kemudian dia segera menjalankan sandiwara sesuai skenario Lie Put Wie.
Permintaan itu tidak langsung dikabulkan, Kong-sun Ie Jin.Dia segera memberitahukan hal itu pada Kong-sun Kian.
"Tuan di luar ada seorang perempuan tua utusan ibu Chu Sie dari rumah Lie Put Wie. Dia bilang ibu Chu Sie sangat rindu pada anak dan cucunya; maka itu dia minta agar Chu Sie diizinkan bermalam disana.Bagaimana menurut pendapat, Tuan?" kata Kong-sun Ie Jin.
"Jika betul begitu mengapa kita harus keberatan?" kata Kong-sun Kian."Biarkan Chu Sie menemui ibunya, apa salahnya?"
Mendengar Kong-sun Kian tidak keberatan, Kong-sun Ie Jin mengucapkan terima kasih dan mengizinkan isterinya pulang dulu ke rumah Lie Put Wie.
Hari itu di rumah Lie Put Wie sangat sibuk.Dia mengatur ayahnya supaya bersiap-siap membungkus semua barang-barang berharga milik mereka. Put Wie juga sudah memerintahkan pegawainya agar menyediakan kereta dengan kuda-kuda yang baik. Semua itu supaya disediakan segera karena dia, ayahnya dan Chu Sie juga Kong-sun Ie Jinakan segera berangkat ke negeri Cin.
Esok paginya kira-kira pukullimapagi dan saat itu pintukotapun sudah dibuka, Lie Put Wie meminta ayahnya membawa Chu Sie bersama anaknya berangkat ke negeri Cin.
Pada hari berikutnya.... Pagi-pagi sekali Kong-sun Kian sudah pergi mengajar angkatan perang di alun-alun negara.Begitu setiap hari.Pada hari yang ketiga ketika Kong-sun Kian mengajar tentaranya, ternyata dia sudah bisa menyelesaikan tugasnya.Mendengar Kong-sun Kian sudah selesai mengajar, Lie Put Wie sengaja datang ke rumahnya.Melihat kedatangan sahabat baiknya Kong-sun Kian tertawa.
"Baru saja saya mau menyuruh orang mengundang Anda sobat!Kebetulan kau sampai lebih dulu.Hari ini saya sedang santai dulu.Iseng-iseng saya mau mengajak kau main Tio-kie 3), aku tidak tahu apakah kau mau atau tidak" Kau mengertikanmain Tio-kie" (3) Tio-kie = catur Tiongkok).
"Kebetulan aku sedikit mengerti," kata Lie Put Wie."Tapi saya punya usul."
"Usul apa?" tanya Kong-sun Kian..
"Aku rasa kalau cuma main Tio-kie tapi tanpa taruhan tidak menarik.Jadi saya usulkan bagaimana kalau kita bertaruh?" kata Put Wie.
"Apa taruhannya?"tanya tuan rumah sambil tersenyum.
"Jika salah seorang sampai kalah sebanyak tiga kali, dia harus menyediakan sebuah meja makan lengkap dengan arak untuk kita makan dan minum bersama." kata Lie Put Wie.
Mendengar usul Lie Put Wie tersebut, Kong-sun Kian tersenyum.
"Baik!" katatuan rumah.
Segera biji-biji caturnya ditata, mereka berdua sudah mulai main dengan asyik.Lie Put Wie yang punyarencana " busuk" sengaja tidak memenangkan permainan itu. Terus-menerus dia dikalahkan olehtuan rumah hingga tiga kali berturut-turut.
?Lie Put Wie tertawa sambil berkata,"Saya terima kalah dan saya akan menyiapkan meja makan dan arak terbaik untuk Tuan!"
Saat itu Kong-sun Ie Jin ikut menyaksikan permainan mereka.Dia duduk di samping Lie Put Wie.Iseng-iseng Lie Put Wie bertanya pada Kong-sun Ie Jin.
"Apakah kau mengerti juga main Tio-kie, Saudara Ie Jin?"tanya Put Wie.
"Orang di negeri Cin sangat menyukai permainan ini.Aku sendiri sejak kecil sudah belajar main Tio-kie dan mengerti aturan mainnya. Bukan aku sombong, jika aku main aku siap mengganda lawanku dengan empat sampailimabiji catur.Karena aku sudah menguasai taktiknya dan selalu bisa memenangkan permainan." jawab Kong-sun Ie Jin.
"Kalau begitu kau boleh coba bermain dengan Kong-sun Ie Jin, aku ingin tahu siapa yang menang." kata Kong-sun Kian pada Lie Put Wie.
"Baik.Mari kita main, tapi aku minta diganda empat biji catur!" kata Lie Put Wie.
Tapi ucapan Kong-sun Ie Jin memang bukan sekedar omong kosong.Kembali tiga kali berturut-turut, Lie Put Wie kalah. Lie Put Wie tertawa dan berkata, "Sudah, aku terima kalah! Akuakan menyiapkan dua meja makan dengan senang hati.Sebenarnya beberapa hari yang lalu pun, aku ingin ciah 4) pada kalian berdua. (4) Ciah = mentraktir atau mengundang).
Saya ingin mengajak makan-minum di kebun bunga Lee Cun Koan.Karena disanatersedia makanan yang lezat-lezat. Tadinya memang akuakan mengundang kalian berdua ke rumah.Tapi kupikir kurang nyaman makan di rumahku.Maka kuputuskan mengundang kalian ke Lee Cun Koan. Kuharap tanpa diundang lagi, kalian bisa langsung datang kesana! Akuakan menunggu kalian disana."
Sesudah itu Lie Put Wie pamit dan pulang dengan hati gembira.
Kebunbunga " Lee Cun Koan" letaknya berada di luar pintukota, jauhnya sekitar empat li dari pintukota.
*** Esok harinya.... Pagi-pagi sekali Lie Put Wie bersama orang-orangnya membawa berbagai makanan lezat ke Lee Cun Koan.Bersama mereka ikut pula satu grup pemain wayang perempuan.Mereka sengaja disediakan untuk menghibur saat mereka makan dan minum.
Kong-sun Kian bersama Ie Jin dengan naik kuda pergi menuju ke kebun Lee Cun Koan.Setelah sampai, mereka melihat Lie Put Wie sudah sampai lebih dulu.Tak hanya itu semua makanan sudah tersedia di meja.Waktu itu bukan main senangnya Kong-sun Kian.
Melihat tamu-tamu itu sudah datang, para pelayan tampak sibuk menyambut dan melayani mereka.Lie Put Wie dengan ramah menyambut kedua tamu agungnya sambil tertawa riang.
Kong-sun Kian segera minum arak sebanyak-banyaknya.Tak lama dia pun mulai mabuk.Parapenari yang cantik dipadu dengan minuman keras terbaik membuat Kong-sun Kian semakin mabuk.
Melihat Kong-sun Kian sudah mabuk dan tertidur, Lie Put Wie tersenyum penuh arti.Lalu dia perintahkan anak buahnya utuk menggotong dan menidurkannya di sebuah ranjang.Melihatapa yang terjadi, Kong-sun Ie Jin tahu bahwa semua itu telah diatur oleh Lie Put Wie untuk menolong dirinya.
Sekitar pukul dua belas tengah malam, Kong-sun Kian dan orang-orangnya sudah benar-benar mabuk semua.
Melihat Kong-sun Kian sudah benar-benar mabuk segera dia bersama Ie Jin dan pengikutnya naik kuda yang dilarikan dengan cepat menuju ke negeri Cin. Kuda milik Kong-sun Kian pun dibawa kabur oleh Lie Put Wie, tidak seekor kuda pun yang mereka sisakan.
Jam dua tengah malam, barulah Kong-sun Kian terjaga dari tidurnya.Dia masih merasakan kepalanya pening.Tapi saat dia melihat ke sekitarnya, keadaan sangat sunyi.Tak ada seorang pun di tempat itu.Buru-buru dia bangun untuk memeriksa lebih teliti.Ternyata Lie Put Wie maupun Kong-sun Ie Jin sudah tidak ada di tempat itu.
Kong-sun Kian kaget setengah mati, dia langsung menduga bahwa mereka itu melarikan diri entah ke mana.Ketika dia periksa orang-orangnya semua sedang tertidur lelap.
Segera Kong-sun Kian membangunkan anak buahnya untuk mencari Lie Put Wie dan Kong-sun Ie Jin.Selang beberapa lama, anak buahnya kembali dan melapor bahwa kedua orang yang mereka cari sudah tak ada. Sedang kuda milik Kong-sun Kian pun ikut hilang bersama kedua buronan itu.
Kong-sun Kian lalu memukuli dadanya sendiri karena kesal.Sekarang Kong-sun Ie Jin telah lenyap dan dia jelas berdosa besar pada Raja Tio.Dengan perasaan mendongkol, dia pulang dengan berjalan kaki.Dia berpikir masalah ini harus segera dilaporkan pada Raja Tio.Sekaligus diaakan minta izin agar diperbolehkan membawa angkatan perang untuk menyusul Kong-sun Ie Jin.
LiePut Wie memang sudah memperhitungkan lebih dahulu apa yang akan dilakukan oleh Kong-sun Kian jika mereka kabur.Itu sebabnya dia mencuri kuda Kong-sun Kian supaya dia tidak bisa segera menyusul mereka.
Malam itu juga, Kong-sun Kian berjalan setengah berlari pulang ke dalamkota. Setelah sampai di pintukota, baru pukul tiga lewat. Pintukotamasih tertutup, jadi apa boleh buat dia harus menunggu sampai pagi baru bisa masuk ke dalamkota.Itu sudah menjadi peraturan di negeri Tio. Jika bukan perintah dari raja pintukotatidak boleh dibuka di waktu malam.
*** Dikisahkan Lie Put Wie yang melarikan diri semalaman sudah berada ratusan li jauhnya.
Begitu pintukotaterbuka Kong-sun Kian langsung masuk ke dalamkota.Pertama-tama dia kepung rumah Lie Put Wie.
?Kong-sun Kian lalu memanggil tetangga rumah Lie Put Wie yang berdekatan lalu menanyakan ke mana perginya Lie Put Wie.
"Kami tidak tahu!Sejak kemarin rumah itu sudah mereka kunci.Beberapa hari yang lalu mereka juga kelihatan sangat sibuk seperti mau pergi jauh!" kata tetangga Lie Put Wie.
Mendengar laporan itu bukan main mendongkolnya Kong-sun Kian.Hatinya geram dan sedih seperti diiris-iris.
" Sial! Ternyata aku telah ditipu mentah-mentah oleh mereka!Tak kusangka Lie Put Wie yang selama ini begitu baik, ternyata seekor ular yang licik!" kata Kong-sun Kian kesal.
Kemudian Kong-sun Kina segera pergi ke istana untuk menemui Tio Ong. Tapi begitu sampaidi depan pintu istana, Kong-sun Kian kaget melihat ada papan tergantung di pintu istana. Papan itu bertulisan dua buah hurup,yaitu " Hwe Pi".5)( 5)Hwee Pi artinya tidak mau menerima tamu).
Melihat papan pengumuman itu Kong-sun Kian jadi kebingungan dan kaget.Buru-buru dia pergi ke rumah Siang Tay-hu Lan Siang Ji 6) untuk minta pertolongan.6) MengenaiLan siang Jie tak ada yang meragukan kecerdasan dari Perdana Menteri negeri Tio ini.
Sesudah bertemu dengan Siang Tay-su Lan Siang Ji, Kong-sun Kian berlutut memberi hormat.
"Saudara Kong-sun Kian ada masalah apa kau datang menemuiku?" kata Siang Jie.
Kong-sun Kian lalu mengisahkan pengalamannya menjaga Kong-sun Ie Jin sampai dia berkenalan dengan Lie Put Wie.Kemudian dia menceritakan bagaimana dia telah ditipu oleh Lie Put Wie.
Sesudah mendengar keterangan dari Kong-sun Kian, Lan Siang Ji jadi terkejut.Kemudian dia berkata, "Dalam satu dua tahun ini, tentara negeri Cin tidak berani datang menyerang negeri kita.Itu karena Kong-sun Ie Jin ada di tangan kita.Sekarang dia sudah dibawa kabur oleh Lie Put Wie yang cerdik. Maka aku yakin tidak berapa lama lagi tentara Cinakan datang menyerang negeri kita!Mengapa Ciang-kun 7) begitu teledor!" (7) Ciang-kun = Jenderal)
Kong-sun Kian tetap berlutut tidak mau bangun, dia memohon pertolongan dari Lan Siang Ji.
"Sudah jangan berduka.Sekarang beritahu Tio Ong dan minta diberi tentara.Ciang-kun harus mengejar mereka siang dan malam dengan cepat.Barang kali mereka masih terkejar. Segera jangan sampai terlambat!" kata Lan Siang Ji..
Buru-buru Lan Siang Jie bersama Kong-sun Kian pergi menghadap pada Tio Ong.Begitu sampai di hadapan Tio Ong, Lan Siang Jie menceritakan perkara yang telah terjadi.Mendengar laporan itu Tio Ong bukan main marahnya.Ketika itu Tio Ong seolah mendengar suaragunturamat keras.Tio Ong diam terpaku beberapa lamanya.
Tak lama sambil menunjuk ke arah Kong-sun Kian dia berkata, "Mengapa kau begitu teledor, kami sudah serahkan pengawasan pada Kong-sun Ie Jin agar kau jaga baik-baik.Sekarang karena engkau kurang hati-hati dia bisa kabur begitu saja. Aku yakin, pasti kau telah menerima uang suap darinya!Dosamu sungguh besar!"
Kong-sun Kian bersujud dan tak berani mengangkat mukanya: Lan Siang Ji lantas berkata, "Memang benar Kong-sun Kian berdosa besar, tapi sebaiknya Tuanku segera perintahkan dia supaya membawa pasukan menyusul Kong-sun Ie Jin.Barang kali masih bisa dikejar!"
" Sekarang engkau boleh membawa tentara untuk menangkap Kong-sun Ie Jin!Jika kau tidak bisa menangkap mereka, kau tidak usah kembali lagi ke mar!" kata Tio dengan marah.
Dengan membawa anak buahnya Kong-sun Kian segera melakukan pengejaran.
Lan Siang Ji berkata lagi pada Tio Ong, "Sekarang Tay Ong perintahkan seorang panglima dengan naik kuda Cian-li-kie 8 (8) Kuda Cian-li-kie = kuda yang larinya cepat.) untuk memberitahu pada Li Kee Siok agar dia menjaga kotanya baik-baik serta memeriksa setiap orang yang mau keluar kota, jangan sampai Kong-sun Ie Jin dan kawan-kawannya bisa lewat."
"Tapi tadi sudah kita perintahkan Kong-sun Kian mengejar mereka!" kata Tio Ong.
"Hamba khawatir karena Kong-sun Kian membawa tentara dan jumlahnya sangat banyak, dia tak bisa buru-buru mengejar Kong-sun Ie Jin!" kata Lan Siang Ji.
"Baiklah!" kata Tio Ong.
Segera dia perintahkan seorang panglima pergi memberitahu Li Kee Siok sesuai nasihat Lan Siang Ji.
*** Dikisahkan perjalanan Lie Put Wie cs melesat seperti anak panah. Tidak sampai satu hari mereka telah sampai dikotaCiang-ho. Lie Put Wie menyuruh Kong-sun Ie Jin bertukar pakaian, dengan demikian mungkin mereka bisa keluar dari pintukota.
Penjagakotaitu adalah Li Kee Siok.Dia kebetulan memang sangat baik pada Lie Put Wie.Kee Siok sering menerima barang antaran dari Lie Put Wie. Waktu itu dia melihat Lie Put Wie bersama pengikutnya lewat pintukotadia langsung menyapanya."Tuan Put Wie, Anda mau ke mana?"
" Aku mau pergi berdagang kelain negeri!" kata Lie Put Wie.
"Singgahlah sebentar untuk minum-minum!" ajak Kee Siok.
" Terima kasih Tuan!Sekarang aku mau pergi berdagang, nanti sekembali aku dari bepergian aku pasti akan memenuhi undanganmu!" ujar Put Wie menolak.
Karena Put Wie memang sering bepergian ke negerilain , Li Kee Siok jadi tidak curiga.Dia membiarkan Lie Put Wie lewat dengan aman. Padahal di antara orang-orangnya itu terselip Kong-sun Ie Jin sang buronan yang tengah dikejar negara.
?Ketika Lie Put Wie sudah melewati pintukotayang dijaga oleh Li Kee Siok setengah hari lamanya, barulah Li Kee Siok menerima kedatangan utusan dari Tio Ong yang meminta agar Li Kee Siok memeriksa setiap orang yang mau keluarkota.Karena Kong-sun Ie Jin telah dibawa lari oleh Lie Put Wie.Dengan melakukan pemeriksaan dan penjagaan ketat diharapkan para buronan itu tidak bisa meloloskan diri. Bahkan dalamsuratRaja Tio diperintahkan pada Li Kee Siok agar para buronan itu segera ditangkap untuk segera dikirim kembali kekotaraja.
Begitu selesai membacasuratdari Tio Ong, Li Kee Siok merasa kesal. Dia membanting-banting kakinya dan berkata, "Tadi pagi Lie Put Wie bersama anak buahnya sudah lewat di tempat ini, pasti Kong-sun Ie Jin ada bersamanya dalam rombongan itu!"
Li Kee Siok bersama Ie Ho segera membawa tiga ratus serdadu berkuda siap menyusul para pelarian itu.
Dikisahkan Lie Put Wie bersama Kong-sun Ie Jin telah berhasil melewatikotaCiang-ho dengan selamat.Siang dan malam mereka berjalan dengan cepat sampai esok harinya.Akhirnya mereka tiba di tepi sungai Huang-hoo. 1 (1) Sungai Huang-hoo = Sungai Kuning.)Tapi sayang sungai tersebut sangat luas dan dalam. Lie Put Wie tak menemukan sebuah perahu pun disana. Ketika mereka sedang kebingungan dan mencari-cari perahu, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara derap kaki kuda para pengejarnya. Jika mereka tak buru-buru menyeberang maka merekaakan tertangkap. Lie Put Wie dan Kong-sun Ie Jin kaget setengah mati.Mereka panik bukan main.
Dari kejauhan sudah tampak debu yang mengepul ke atas begitu tebal, tandanya para pengejar berjumlah banyak sekali.
Melihat begitu Ie Jin jadi sangat ketakutan karena menduga tentara negeri Tio pasti telah menyusul mereka. Kong-sun Ie Jin menarik napas dan berkata, "Celaka, pasti kita akan tertangkap kembali."
Tiba-tiba dari arah Timur pun datang pasukan berkuda.
"Celaka, sekarang kita malah dikepung dari dua arah!" kata Ie Jin makin cemas.
Kecemasan Ie Jin tak diikuti Lie Put Wie.Dia malah mengawasi dengan teliti arah datangnya angkatan perang dari arah timur itu.Ternyata itu bukan pasukan musuh melainkan angkatan perang negeri Cin.
Maka Lie Put Wie langsung berkata, "Thian He (anak raja) tak usah takut, ternyata kita mendapat pertolongan dari tentara Cin."
Mendengar hal itu Kong-sun Ie Jin jadi tenang.Tidak berapa lama pasukan Cin itu sudah sampai.Seorang jendral perang memberi hormat pada Ie Jin.
"Hamba Jenderal Ciang Ham datang menghadap.Hamba mendapat perintah dari An Kok Kun untuk menyambut Thian He di sini.Tapi sekarang hamba akan menyambut musuh yang datang mengejar Tian He." kata Ciang Ham.
Ciang Ham segera mengatur angkatan perangnya.Tak berapa lama, Li Kee Siok dan Ie Ho bersama angkatan perangnya tiba.
Tanpa banyak bertanya, Ciang Ham langsung menyerang.Ciang Ham segera memerintahkan agar anak buahnya maju untuk bertempur dengan sekuat tenaga.
"Hai orang negeri Tio sebaiknya kalian kembali kalau masih ingin menikmati hidup!" teriak Ciang Ham.
Mendengar kata-kata itu, Jenderal Ie Ho merasa panas.Kemudian dia segera menyerang Jenderal Ciang Ham."Bangsat! Kau jangan besar mulut di depanku!Kalau kau memang jago, sekarang terimalah seranganku!"
Ie Ho segera menyerang Ciang Ham dengan ganasnya.Melihat lawannya seperti kesetanan, Jenderal Ciang Ham segera meladeni musuhnya itu.Pertempuran itu berlangsung dengan seru.Tapi ternyata Ie Ho bukan tandingan Jenderal Ciang Ham. Baru saja bertempur tiga puluh jurus, Ciang Ham sudah berhasil menombak perut Ie Ho yang langsung tewas..
Melihat Ie Hotewas oleh musuh, Li Kee Siok dan anak buahnya kaget. Dia yakin takakan mampu melawan musuhnya.Maka Li Kee Siok bersama anak buahnya memutuskan untuk kabur.
Ketika Ciang Ham baruakan memburu Li Kee Siok bersama anak buahnya, dia kaget karena dari jauh dia melihat kedatangan tentara Tio yang baru.Ketika diawasi ternyata pasukan Tio itu dipimpin oleh Kong-sun Kian.
"Hai panglima, segera kau serahkan Kong-sun Ie Jin pada kami, jika kau mau selamat!" kata Kong-sun Kian dengan suara nyaring." Diaakan kami bawa pulang ke negeri Tio, kalian jangan mendengarkan kata-kata Lie Put Wie yang berakal licik. Dia sengaja ingin membuat negeri kita saling bermusuhan!".
Mendengar kata-kata itu, Ciang Ham tertawa."Kau begitu bodoh, negeri Cin tidak mau berdamai dengan negeri Tio.Dulu kami tak mau menyerang negerimu karena Kong-sun Ie Jin ada di tangan rajamu.Sekarang Kong-sun Ie Jin sudah pulang, maka kau boleh bersiap-siap untuk mati.Tidak lama lagi negeri Cin bersama tentara tentaranya akan datang menyerang negerimu!".
Mendengar ejekan Ciang Ham, bukan main marahnya Kong-sun Kian.Tanpa banyak bicara lagi dia langsung mengangkat goloknya dan menerjang ke arah Ciang Ham.
Ciang Ham langsung menyambut serangan itu dengan gagah berani.Baru berperang sekitar tiga puluh jurus, ternyata Kong-sun Kian pun bukan lawan jenderal Cin yang gagah itu.Karena merasa sudah tidak tahan, buru-buru Kong-sun Kian melarikan diri.
Ciang Ham mengerahkan seluruh tentaranya untuk mengejar musuh.Pasukan negeri Tio dibuat kocar-kacir.Hampir separuh tentara negeri Tio terbunuh dalam perangan itu.Untung Kong-sun Kian sempat kabur jauh kalau tidak nyawanya pasti melayang di tangan musuh.
?Melihat tentara musuh kabur, Ciang Ham tidak bernafsu lagi untuk mengejar mereka.Karena dia masih punya tugas yang lebih penting, yaitu mengawal Kong-sun Ie Jin kembali ke negeri Cin.
Tidak berapa lama mereka sudah menyeberangi sungai Huang-ho. Dan dalam waktu setengah hari mereka telah sampai dikotaHam-yang.
Begitu sampai, Kong-sun Ie Jin langsung masuk ke dalam istana untuk bertemu dengan An Kok Kun dan Hoa Yang Hu-jin.Buru-buru Kong-sun Ie Jin berlutut memberi hormat sambil menangis.Kemudian Kong-sun Ie Jin menceritakan bagaimana menderitanya dia ditawan di negeri orang.Ie Jin mengatakan kalau dia sangat rindu pada An Kok Kun maupun Hoa Yang Hu-jin yang dianggap sebagai orang tuanya sendiri.
Betapa girangnya An Kok Kun dan Hoa Yang Hu-jin mendengar ucapan itu.Hoa Yang Hu-jin langsung berkata kepada suaminya.
"Thian He telah memberi izin untuk mengambil Ie Jin sebagai anakku," kata Hoa Yang."Maka sekarang saya ingin mengganti namanya.Karena aku orang dari negeri Couw, makanama Ie Jin kuganti menjadi Chu Couw." kata Hoa Yang.
"Baiklah, semua itu terserah kau saja." kata An Kok Kun."Suruh Chu Couw tinggal di istana Tang Kiong Ya! 2)"(2) Istana Tang Kiong Ya adalah tempat tinggal seorang Tay-cu.)
Pada satu hari.... An Kok Kun memberitahu ayahnya, Cin Ciauw Ong bahwa Lie Put Wie telah berjasa besar menyelamatkan Kong-sun Ie Jin yang sekarang bernama Chu Couw. An Kok Kun meminta supaya Cin Ciauw Ong mau memberi pangkat pada Lie Put Wie.
"Atas semua jasa-jasanya itu, hamba mohon Ayahhanda mau menganugerahkan pangkat yang tinggi baginya!" kataAn Kok Kun.
Sesudah mendengar laporan An Kok Kun, Cin Ciauw Ong segera memerintahkan pengawal untuk memanggil Lie Put Wie. Sesudah ada di hadapannya, Raja Cin segera bersabda.
"Lie Put Wie, kau telah berjasa besar menyelamatkan cucuku! Sekarang kuangkat kau menjadi Tay-cu Siauw Hu (Guru Raja Muda)!"
Mendengar pengangkatan itu, Lie Put Wie buru-buru berlutut untuk menghaturkan terima kasih.
Lie Put Wie yang sangat berambisi sering menemui Hong Ie dan sering meminta Hong Ie untuk menolong Chu Couw agar segera diangkat menjadi Tay-cu (Pangeran).
Berbagai barang mewah dikirim Lie Put Wie untuk memuluskan rencananya. Karena sering mendapat kiriman barang berharga, akhirnya Hong Ie merasa tidak enak.
Suatu hari Hong Ie datang menghadap Hoa Yang Hu-jin. Dia pun segera membujuk Hoa Yang agar mendesak suaminya untuk segera menetapkan Chu Couw menjadi Tay-cu.
"Dengan menjadikan Chu Couw sebagai Tay-cu, maka kau akan mendapat keuntungan besar dan kedudukan terhormat suatu hari nanti." bujuk Hong Ie.
*** Pada suatu hari Hoa Yang Hu-jin yang sangat dicintai oleh An Kok Kun berkata kepada suaminya. "Thian He benarkah kau telah memberi izin aku mengangkat Chu Couw jadi anakku?"
"Isteriku, bukankah sudah berkali-kali kukatakan bahwa Chu Couw telah kuangkat menjadi anak kita! Mengapa sekarang kau bertanya lagi?" tanya An Kok Kun kebingungan.
"Bukan begitu Kanda! Kanda memang telah mengangkatnya menjadi anak, tapi mengapa hingga kini Kanda belum mengumumkan hal ini pada menteri-menteri yang ada di istana bahwa dia adalah Tay-cu.
Bahkan nama Cu Couw belum tercatat dalam lembaran negara," kata Ho Yang Hu-jin mulai merajuk suaminya. "Aku harap supaya namanya diumumkan menjadi Tay-cu, jangan sampai di kemudian hari anak-anak yang lain jadi berebut kedudukan." kata Hoa Yang..
"Baiklah, kalu itu memang keinginanmu" jawab An Kok Kun tanpa pikir lagi.
?Lie Put Wie sengaja mengumpulkan orang-orang pandai dan para cendekiawan. Mereka diberi tugas agar membuat kitab-kitab peraturan dan agama seperti kitab "Liok Lun", "Pat Lam", "Sip Ji Ki", "Ji Sip I Ban Gan".
Tentu saja hasil karya mereka menggunakan nama Lie Put Wie. Karena Lie Put Wie pun berambisi namanya jadi termasyur seperti para nabi-nabi. Kemudian dia menyiarkan kitab itu supaya dibaca oleh semua orang di dunia.
*** Dikisahkan sekalipun masih kecil Cin Si Ong sangat pandai. Dia melihat bagaimana Lie Put Wie berani keluar masuk istana secara sembarangan. Sekalipun dia belum mengetahui kalau Lie Put Wie berbuat serong dengan ibunya, Cin Si Ong sudah sangat tidak senang dengan tingkah laku Lie Put Wie.
Namun Cin Sie Ong tidak bisa berbuat apa-apa. Waktu pun berjalan dengan cepat. Cin Si Ong yang mulai besar jadi semakin cerdik.
Sementara itu Lie Put Wie yang harus terus melayani nafsu birahi Chu Sie semakin tua saja. Jadi dia mulai kewalahan sendiri. Ditambah lagi sekarang Cin Si Ong sudah makin dewasa. Tentu saja dia mulai agak gentar melihat perkembangan Cin Si Ong itu meski sebenarnya Cin Si Ong adalah anak kandungnya sendiri. Lie Put Wie pun tak punya keberanian untuk mengungkap "misteri" yang ada dalam kehidupan mereka.
Sadar akan bahaya yang mengancam dirinya, Lie Put Wie mulai tak berani keluar masuk seenaknya lagi. Tapi Ong Tay Houw Chu Sie yang nafsu birahinya sangat menggebu jadi keheranan saat dia tak bisa bertemu dengan Lie Put Wie. Karena Lie Put Wie tidak pernah datang, Chu Sie sering menyuruh orang memanggil Put Wie agar masuk ke istana.
Lie Put Wie berpikir jika dia turuti kehendak bekas gundiknya itu, sungguh sangat berbahaya. Apalagi jika kepergok oleh Cin Sie Ong. Karena dia memang seorang yang cerdik maka segera dia mencarikan seorang pengganti dirinya. Orang itu diharuskan menyamar sehingga tidak mencurigakan siapa pun.
Orang yang disusupkan itu bernama Lo Ai. Dia lalu disuruhnya menyamar menjadi seorang thay-kam (kebiri). Kemudian Lo Ai diselundupkan ke dalam istana dengan tugas khusus. Sepanjang hari tugasnya hanya memuaskan nafsu Ong Tay Houw. Sejak mendapatkan Lo Ai yang gagah perkasa itu Ong Tay Houw tidak pernah memanggil Lie Put Wie lagi.
Ong Tay Houw terlalu sayang pada Lo Ai. Siang dan malam mereka bercinta sambil sembunyi-sembunyi dari pengawasan Cin Si Ong saja. Selain Cin Si Ong, tak ada yang mereka takuti. Bahkan seluruh penghuni istana sudah tahu perbuatan mereka. Tetapi tak seorang pun yang berani buka mulut.
Tak terasa hubungan gelap itu sudah berjalan empat tahun lamanya. Hubungan mereka membuahkan dua orang anak laki-laki. Kedua anak mereka disembunyikan di dalam istana agar Cin Si Ong tidak mengetahuinya.
*** Pada suatu hari.... Saat bulan go-gwee-ce-gouw, 1) yaitu pada harian Peh-cun. Ong Tay Houw sedang minum arak bersama Lo Ai. Mereka menyuruh seorang pelayan perempuan tua bernama Kui Sie untuk melayaninya.
Sebenarnya Kui Sie pernah menjadi selir almarhum Cin Ciauw Ong.
Saat dia sedang melayani dua orang yang tengah mabukasmaratersebut, dengan tak sengaja perempuan tua ini telah menumpahkan sedikit arak di depan Lo Ai.
1) Go-gwee-ce-gouw = tanggallimabulanlimasaat sembahyang Peh-cun (Lomba Perahu). Di Indonesia dirayakan dengan makan bacang.
Melihat hal itu, Lo Ai lalu memaki-maki Kui Sie tanpa hentinya. Kui Sie jadi kesal mendapat perlakuan itu.
"Aku sudah bepuluh-puluh tahun tinggal di istana ini, bahkan aku telah merawat almarhum raja terdahulu. Tapi belum pernah sekalipun aku dimaki seperti itu. Engkau cuma seorang thay-kam busuk, tetapi hari ini kau berani memakiku demikian rupa!" bentak Kui Sie.
Mendengar ucapan Kui Sie, bukan main marahnya Lo Ai. Dia segera menyuruh orang untuk menyeret Kui Sie ke luar dari istana.
Perlakuan itu membuat Kui Sie sangat dendam dan sakit hati. Kemudian Kui Sie pergi ke rumah seorang menteri berpangkat Tay-hu yang bernama Tio Ko. Kepada Tio Ko, Kui Sie mengadukan Lo Ai dan mengatakan bahwa Lo Ai bukan thay-kam dan telah main serong dengan Ong Tay Houw hingga mendapat dua orang anak yang disembunyikan di dalam istana.
Mendengar laporan itu, Tio Ko terkejut. Dia tidak berani menutup lagi rahasia itu, buru-buru hal itu dia laporkan pada Cin Si Ong.
"Demikian informasi yang hamba dengar dari Kui Sie, Tuanku!" kata Tio Ko mengakhiri laporannya.
Mendengar pengaduan itu bukan main marahnya Cin Si Ong. Dia segera memerintahkan pengawal untuk menangkap Lo Ai. Kemudian thay-kam palsu itu langsung digiring ke pengadilan. Karena takut disiksa, Lo Ai mengaku terus terang.
"Hamba memang bersalah telah menyamar menjadi thay-kam dan berhubungan dengan Ibu Suri. Tapi jangan hukum hamba, Tuanku! Hamba hanya orang suruhan Lie Put Wie!" ujar Lo Ai.
Pengakuan itu malah membuat Lo Ai mendapat hukuman mati.
Cin Si Ong segera menghukum mati Lo Ai dengan seluruh sanak-saudaranya serta membuang dua anak haram dari hasil hubungan Lo Ai dan Ong Tay Houw ke tengah laut.
Kemarahan Cin Si Ong belum reda. Cin Si Ong juga memerintahkan untuk menghukum buang Ong Tay Houw ke Ki-long dan menangkap Lie Put Wie yang dianggap sebagai dalang dari perselingkuhan itu.
?Melihat tindakan Ci Si Ong yang keras dan kejam, para menteri di dalam istana raja menjadi kaget bukan main. Mereka masing-masing memberi peringatan pada Cin Si Ong.
"Sekalipun benar Ong Tay Houw berbuat salah, tapi tidak seharusnya seorang anak menghukum ibunya begitu kejam." kata seorang menteri.
Mendengar nasihat itu, kemarahan Cin Si Ong bukan mereda tapi malah semakin hebat. Dia lalu membunuh semua orang yang memberi nasihat agar tidak membuang ibu suri. Karena itu sebanyak dua puluh tujuh orang menteri terpaksa dihukum mati karena masih berani memberi nasihat kepada Cin Si Ong. Bahkan Cin Si Ong mengeluarkan peringatan dan ancaman, bagi siapa saja yang berani menasihatinya lagi, orang itu akan direbus di dalam minyak panas.
Ancaman ini membuat semua orang ngeri dan sejak saat itu tak ada lagi orang yang berani memberi peringatan pada Cin Si Ong.
*** Selang beberapa tahun....
Pada suatu hari telah datang seorang dari negeri Cee. Orang itu bernama Mauw Ciao. Begitu sampai di negeri Cin, dia datang ke istana dan mohon bertemu dengan Cin Si Ong.
"Apa maksud kedatangan Tuan ingin bertemu dengan Raja kami?" tanya pengwal istana.
"Aku ingin bertemu dengan Rajamu karena aku mau memberi peringatan padanya!" kata Miauw Ciao.
"Tapi tahukah Tuan ancaman dari Raja Cin Si Ong bagi siapa saja yang coba menasihatinya. Jika Tuan berani menasihatinya, maka Tuan akan direbus dalam minyak panas!" kata penjaga istana.
"Aku tahu dan aku sudah mendapat keterangan dari beberapa orang tentang hal ini. Tapi aku tidak takut mati! Sekarang cepat katakan bahwa aku ingin menghadap beliau!" kata Mauw Ciao.
Ketika Cin Si Ong mendengar ada orang bernama Mauw Ciao mau bertemu dan akan menasihatinya, Cin Si Ong jadi tertarik. Apalagi dia dengar orang itu berasal dari negeri Cee. Lalu dia perintahkan agar pengawal memasak minyak panas di dalam kuali besar di depan Kim Loan Tian (tempat duduk raja). Sesudah minyak di dalam kuali besar itu mendidih, Cin Si Ong menyuruh orang memanggil Mauw Ciao untuk menghadap.
Tidak lama Mauw Ciao sudah ada di hadapan Cin Si Ong dan berlutut memberi hormat.


Lauw Pang Vs Hang Ie Kejatuhan Dinasti Cin Dan Kebangkitan Dinasti Han di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Siapa namamu" Dari mana asal dan mau apa kau datang ke mari?" kata Cin Si Ong dengan suara keras.
"Nama hamba Mauw Ciao dari negeri Cee. Hamba datang untuk memberi nasihat kepada Tuanku!" jawab Mauw Ciao.
"Apakah kau tidak takut mati?" tanya Cin Si Ong.
"Jika hamba berani datang ke mari, itu suatu bukti bahwa hamba tidak takut mati! Hamba dengar di langit ada dua puluh delapan bintang yang dinamakan Ji-cap Pat-siu. Tuan sudah membunuh menteri Tuanku sebanyak dua puluh tujuh orang. Jika Tuan membunuh hamba, maka lengkaplah jumlahnya menjadi dua puluh delapan orang. Hamba seorang yang tidak berguna, kendatipun mati, tidak perlu disayangkan. Cuma...." Mauw Ciao tak melanjutkan.
"Cuma apa?" Cin Si Ong mulai tertarik.
"Cuma sayang, hari ini ada bahaya besar yang sudah ada di depan mata. Sungguh sayang, Tuanku belum menyadari hal itu." kata Mauw Ciao.
Mendengar ucapan Mauw Ciao begitu, Cin Si Ong penasaran.
"Apa maksud perkataanmu itu?" kata Cin Si Ong. "Bahaya besar" Apa itu"
"Jika Tay Ong (raja besar) mau mendengar cerita hamba, dengan senang hati hamba akan memberitahu Thay Ong. Kalau tidak buat apa hamba cerita! Karena semua itu cuma akan membuat Tay Ong marah saja." kata Mauw Ciao.
"Coba kau katakan, kalau pantas aku akan menuruti nasihatmu itu." kata Cin Si Ong.
"Tay Ong sudah membunuh 27 orang menteri yang setia hanya karena mereka memperingatkan Tay Ong. Tak hanya itu Tuanku juga telah membuang Ong Tay Houw, ibu kandung Tay Ong ke tanah Ki-long. Hamba ingatkan, sejak zaman dulu sampai sekarang belum pernah ada seorang anak menghukum ibu kandungnya. Meskipun Raja Tiu Ong 2) terkenal begitu kejam, dia juga tidak pernah berbuat begitu. Jika sekarang Tay Ong tidak membawa pulang Ong Tay Houw, seluruh dunia akan menganggap Tuanku seorang raja yang kejam. Jika dunia sampai mendengar masalah ini, siapa yang mau takluk pada Tay Ong. Jika semua orang tidak takut dan takluk, maka tak lama lagi bahaya akan datang menyerang Tay Ong." kata Mauw Ciao.
Sesudah Mauw Ciao berkata begitu, dia lalu membuka bajunya.
"Hai mau apa kau membuka bajumu?" tanya Cin Si Ong kaget.
"Hamba mau melompat ke dalam kuali minyak mendidih itu. Bukankah Tuanku sudah berkata barang siapa berani menasihati Tuanku, maka dia akan dihukum di dalam minyak mendidih itu! Sekarang hamba akan melaksanakan hukuman itu," kata Mauw Ciauw yang sedikit pun tak takut mati.
Menyaksikan hal itu, Cin Si Ong bertambah kaget. Buru-buru dia turun dari tempat duduknya dan langsung memegang tangan Mauw Ciao.
"Sian-seng tunggu dulu! Jangan teburu nafsu! Sekarang aku mau menuruti nasihat Sian-seng," kata Cin Si Ong tanpa ragu.
Begitu selesai bicara, Cin Si Ong lalu mengangkat Mauw Ciao menjadi Siang Tay-hu.
Esok harinya.... Cin Si Ong naik kereta dengan membawa pengikutnya pergi ke tanah Ki-long untuk mengambil kembali ibunya. Sejak saat itu hubungan ibu dan anak itu menjadi baik kembali. Lie Put Wie pun dikeluarkan dari penjara oleh Cin Si Ong.
?Lie Put Wie yang amat terkenal dan dicintai oleh banyak orang-orang yang pernah tinggal di wismanya. Ketika mereka mendengar Lie Put Wie sudah dibebaskan dari penjara, mereka berdatangan menemui dan mengucapkan selamat padanya. Bahkan orang berduyun-duyun antre datang hendak mengucapkan selamat pada Lie Put Wie..
Cin Si Ong mendapat laporan dari anak buahnya mengenai kejadian ini. Sesudah mendengar laporan itu Cin Si Ong jadi sangat curiga. Dia takut di kemudian hari Lie Put Wie akan menjadi bahaya besar bagi kedudukannya.
Maka itu Cin Si Ong berpikir akan mengusir Lie Put Wie ke tanah Su-coan selama-lamanya dan tidak boleh datang kekotaHam-lang lagi.
*** 2) Kisah ini terdapat dalam cerita "Hong Sin" atau "Penganugrahan Dewa".
PADA suatu hari.... Cin Si Ong mengumpulkan menteri-menterinya untuk bersidang. Cin Si Ong mau merundingkan masalah Lie Put Wie. Cin Si Ong merasa curiga dan heran mengapa Lie Put Wie bisa mendapat pangkat dan kedudukan begitu tinggi di negeri Cin.
Paramenteri lalu mengisahkan bagaimana Lie Put Wie telah berhasil membebaskan ayahanda Cin Si Ong ketika ditawan di negeri Tio.
Tapi karena penjelasan masih kurang memuaskan hatinya, Cin Si Ong menulis sepucuksuratuntuk Lie Put Wie.Surattersebut berbunyi demikian:
Tuan Lie Put Wie yang terhormat,
Pertama-tama aku ingin menanyakan bagaimana kau bisa mendapat kedudukan begitu mulia di negeri Cin" Kau mendapatkan pangkat dan gaji yang begitu besar. Kedua apakah kau masih punya hubungan keluarga dengan raja negeri ini sehingga engkau begitu berkuasa di sini bahkan kau boleh menyandang gelar Tiong Hu" Hal ini membuat aku heran dan tidak mengerti. Sekarang aku memutuskan bahwa engkau untuk selamanya tidak boleh menginjak lagikotaHam-yang. Ini adalah hukuman yang aku berikan karena aku tidak tega memotong kepalamu.
Tertanda Cin Si Ong. Suratitu segera dikirimkan kepada Lie Put Wie.
Ketika merimasuratitu, betapa kagetnya Lie Put Wie.
"Aku sekarang sudah tua, bagaimana aku bisa pergi ke tempat yang begitu jauh?" kata Lie Put Wie sambil menangis. "Tapi jika aku tak mau pergi, jelas nyawaku akan terancam, bahkan bukan tidak mungkin Cin Si Ong akan membunuhku. Daripada aku dibunuh oleh anakku sendiri lebih baik aku bunuh diri saja...."
Lie Put Wie sudah kehabisan akal karena amat berduka dan terdesak oleh "darah dagingnya" sendiri. Semula dia berhasarp anak dari benih yang dia tanam dalam kandungan Chu Sie akan menjadi penguasa besar di negeri Cin dan dia bisa hidup bahagia sambil menikmati jerih payahnya itu. Tapi ternyata nasib berkata lain, anaknya itu malah akan "mencelakakan" dirinya sendiri.
Maka dengan tak banyak bicara lagi dengan keluarganya, timbul pikiran nekad di otaknya. Diam-diam dia mencari racun dan meminumnya hingga tewas.
Mendapat laporan bahwa Lie Put Wie bunuh diri, Cin Si Ong jadi merasa puas karena dia tak perlu lagi turun tangan untuk membunuh Lie Put Wie.
*** Pada suatu hari.... Cin Si Ong kembali mengumpulkan seluruh menteri dan panglima perangnya. Dia ingin mendirikan Kekaisaran Cin yang agung. Sesudah menteri-menteri berkumpul dan duduk tenang di kursinya masing-masing, Cin Si Ong mulai megemukakan keinginannya untuk menguasai seluruh Tiongkok di bawah kekuasaannya.
"Aku ingin menyatukan negeri ini di bawah perintahku!" kata Cin Si Ong. "Oleh sebab itu aku ingin bertanya pada Anda sekalian. Apakah kalian punya ide atau saran untuk mewujudkan cita-citaku itu?"
Dari sebelah kanan tempat duduk Cin Si Ong maju seorang panglima perang. Dia bernama Ong Cian.
Ong Cian berasal dari Hoo-lam, Tong-in-koan. Dia putra Ong Sian Jin. Gurunya bernama Giam Po. Dia datang mengabdi pada Cin Si Ong sambil membawa seorang muridnya yang bernama Kim Chu Leng.
Sesudah memberi hormat lalu Ong Cian mulai bicara.
"Ketika hamba belum mengabdi pada Tuanku, hamba pernah mengembara ke berbagai negeri. Dengan demikian hamba jadi mengenal adat-istiadat maupun serta sifat penduduknya. Selain itu hamba juga mengenal setiap daerah lengkap dengan keadaannya. Baik jalan, gunung maupun sungainya. Pokoknya hamba tahu benar keadaan negeri mereka." kata Ong Cian.
"Kau tahu tentang negeri Cee?" tanya Cin Si Ong.
"Tahu, Tuanku." kata Ong Cian. "Setelah dihantam oleh Gak Gee, negeri Cee ini pernah mendapat kerusakan besar; sekarang rakyatnya dalam keadaan miskin. Kebetulan rajanya pun baru ganti. Hingga keadaan Kerajaan Cee saat ini sangat lemah."
"Bagaimana mengenai negeri Yan?" tanya Cin Si Ong.
"Semula negeri Yan sangat hebat, para menterinya pandai dan panglima perangnya gagah berani.
?Tapi sesudah diserang oleh Gak Gee, negeri Yan pun kalah, karena menteri dan panglimanya yang gagah berani telah banyak yang meninggal."
"Bagaimana dengan negeri Couw?" tanya Cin Si Ong lagi.
"Ketika raja terdahulu memerintah, negeri ini sungguh hebat. Bahkan bisa dikatakan menjagoi di seluruh Tiongkok. Tapi sekarang rajanya sudah terlalu tua. Terlebih lagi, Raja Couw kurang bijaksana. Tak heran kalau menteri dan panglimanya membenci dia!" kata Ong Cian.
"Kalau begitu keadaannya, menurutmu negeri apa yang berbahaya bagi negeri kita?" kata Cin Si Ong.
"Hamba kira cuma negeri Tio!" jawab Ong Cian.
"Mengapa begitu?" tanya raja.
"Ibarat manusia, negeri Tio itu tenggorokan kita," jawab Ong Cian. "Di negeri Tio ada sebuahkotabernama Kai-pai-koan.Kotainilah yang menjadi andalan negeri Tio. Coba bayangkan ke mana pun angkatan perang Tuanku akan berperang, kita harus melaluikotaitu. Dengan sengaja mereka memperketat penjagaankotaitu, maksudnya untuk menjaga agar angkatan perang Tuanku tidak bisa bergerak bebas!"
Mendengar penjelasan itu, Cin Si Ong manggut-manggut.
"Almarhum Kakek dan Ayahanda Tuanku sudah sering menyerangkotaKai-pai-koan tersebut. Tapi mereka selalu gagal dan angkatan perangnya mendapat kerusakan berat." kata Ong Cian.
"Kalau begitu sulit kita mengalahkan mereka?" kata Cin Si Ong.
"Sekarang tidak!" jawab Ong Cian.
"Kenapa begitu?"
"Jenderal perang negeri Tio yang gagah berani sudah tua. Sekarang dia sudah malas melatih angkatan perangnya. Jadi sekarang negeri Tio bukan penghalang bagi kita!" kata Ong Cian.
"Lalu bagaimana rencanamu?" tanya raja Cin lagi.
"Bagi kita negeri Tio merupakan tenggorokan, jika tenggorokan tersumbat jangankan bisa berkuasa di seluruh Tiongkok; untuk tetap aman di negeri sendiri pun kelak pasti akan terancam. Maka itu menurut hamba sebaiknya negeri Tio, terutamakotaKai-pai-koan harus kita rebut!" kata Ong Coan.
Cin Si Ong girang bukan main; memang itu yang ada dalam pikirannya. Dia ingin menguasai dunia.
"Sudah lama aku berkeinginan menaklukkan keenam Raja Muda. Kemudian menyatukannya menjadi satu. Kendalanya memang seperti kau katakan, yaitu kita selalu terhalang dikotaKai-pai-koan milik negeri Tio tersebut." kata Cin Si Ong.
Raja Cin Si Ong lalu sepakat pada pendapat Ong Cian.
"Aku setuju, tapi siapa yang akan menjadi panglima perangnya?" tanya raja.
Menteri Kam Lo yang sejak tadi diam saja lalu maju menghadap.
"Tuanku, hamba usulkan Ciang Ham saja yang menjadi Hu-kok-houw (Panglima Perang). Sekalipun usianya sudah tua, dia seorang ahli strategi negeri ini. Sedang sebagai Tay-sian-hong (Panglima Pasukan Pelopor), angkat saja Ong Cian. Panglima lain seperti Tio Ko bisa menjadi Co-kam-kun, Sun Beng menjadi Yu-kam-kun, Gan Cin menjadi Co-kun Tong-leng, Yan Ek menjadi Yu-kun Tong-leng dan Pek Kie menjadi Bun Han Kun." Kata Kam Lo.
"Baik, aku setuju," kata Cin Si Ong. "Sebagai kuasa mengurus berbagai urusan di dalam negeri kuangkat kau yang berkuasa!"
Kam Lo mengucapkan terima kasih.
Kemudian Cin Si Ong minta disediakan kereta karena dia akan ke tanah lapang untuk memeriksa angkatan perangnya.
Setiba di tanah lapang dan menyaksikan angkatan perangnya yang berbaris teratur, Cin Si Ong girang dan bangga sekali. Kemudian Cin Si Ong memerintahkan untuk menyembahyangi bendera. Sesudah upacara selesai, Cin Si Ong kembali ke istana.
*** Esok harinya... Cin Si Ong mengadakan jamuan makan. Sesudah itu dia mengeluarkan perintah agar Ong Cian dengan membawa 3000 tentaranya, berangkat lebih dahulu menuju ke Ki-pai-koan. Kepada Ciang Ham selaku panglima tertinggi, Cin Si Ong memerintahkan agar memilih 15.000 pasukan dan panglima yang gagah berani.
"Besok kau sudah boleh langsung berangkat merebut Ki-pai-koan!" kata Cin Si Ong.
"Baik, Tuanku." jawab Ciang Ham dengan gagah.
Esok harinya.... Sesudah terdengar bunyi dentuman meriam angkatan perang Kerajaan Cin yang dipimpin oleh Ciang Ham dan diikuti oleh Raja Cin Si Ong sudah bergerak. Mereka dielu-elukan oleh rakyat negeri Cin.
Selang beberapa hari kemudian....
Angkatan perang Kerajaan Cin yang dipimpin oleh Ong Cian sudah mendekatikotaKai-pai-koan. Kemudian Ong Cian melapor.
"Kita sudah sampai di dekatkotaKai-pai-koan paling jauh jarak kita dengankotaitu sekitar 5-8 li lagi. Apa yang harus hamba lakukan?" kata Ong Cian.
"Cari tempat yang bagus! Kita dirikan benteng di tempat itu!" kata Cin Si Ong.
Saat menunggu sampai lelah mereka hilang, tentara Cin memasak dan mulai mengasah. Sebagian lagi tampak berjaga-jaga di sekitar benteng.
*** Dikisahkan dikotaKai-pai-koan....
Kotaini sangat kuat karena dijaga oleh Giam Kiat (Liam Kiat, pen) yaitu putera Giam Pho (Liam Pho, pen). Siang dan malamkotadijaga ketat dan anak buahnya sangat disiplin.
?Ketika itu Giam Kiat sedang duduk di kantornya, datang anak buahnya melapor.
"Tuanku, sekitar 8 li di luarkota, angkatan perang Kerajaan Cin datang menyerang. Hamba rasa mereka akan mulai menyerang besok. Hamba lihat mereka sedang mendirikan perkemahan, mungkin karena masih lelah," kata si pelapor.
Kemudian si pelapor menyampaikan, bahwa yang memimpin angkatan perang Cin bernama Ciang Ham, sedang pasukan depannya dipimpin oleh Ong Cian.
"Hamba lihat dari benderanya Raja Cin Si Ong sendiri ikut berperang!" kata si pelapor,
"Keluarkan perintah, agar rakyat yang masih berada di luarkotasupaya segera masuk ke dalamkota!" kata Giam Kiat.
"Baik, Tuanku!"
"Jangan lupa siagakan pasukan penjaga bentengkota, sediakan juga anak panah dan batu-batu sebanyak mungkin. Jika musuh datang serang mereka segera!" kata Giam Kiat.
"Baik, Jenderal!" kata prajurit itu.
Rumah-rumah yang ada di luar tembokkotadiperintahkan untuk dibakar oleh Giam Kiat. Hari itu di luarkotatampak api berkobar-kobar hingga keadaan jadi terang benderang.
Giam Kiat langsung mengumpulkan semua panglima dan mengeluarkan perintah agar mereka siaga penuh menghadapi serangan musuh.
Ketika Giam Kiat naik ke atas menara untuk memeriksa keadaan musuh, dia lihat debu dan asap masih tampak mengepul tinggi. Itu pasti angkatan perang Cin yang baru sampai. Persiapan penjagaan sudah dilakukan dengan rapi sekali. Sekarang rakyat dan tentara negeri Tio di Ki-pai-koan sedang bersiap menanti serangan musuh. Tapi sampai tiga hari tiga malam lamanya, serangan tak kunjung datang.
*** Dikisahkan di benteng Raja Cin Si Ong...
Selama tiga hari tiga malam panglima, prajurit, juga kuda-kuda diistirahatkan. Tentara sibuk memberi makan kuda-kuda mereka. Prajurit hanya tampak sedang berlatih.Adajuga yang masih mengasah pedang, golok, tombak dan sebagainya.
Di hari keempat Cin Si Ong mengumpulkan semua panglima perangnya untuk diajak berunding.
Sesudah mengatur siasat Cin Si Ong langsung memberi perintah pada Ong Cian.
"Hari ini kau bawa pasukanmu ke depankota, kau tantang mereka berperang!" kata Cin Si Ong.
"Baik, Tuanku!" kata Ong Cian.
Dengan membawa 3000 tentaranya, Ong Cian maju ke depankotaKi-pai-koan.
"Hai panglima Tio, ke luar! Aku dari Kerajaan Cin Besar telah datang untuk menantang berperang!" teriak Ong Cian.
Mendengar teiakan Ong Cian, penjagakotamelongok ke bawah dan berteriak.
"Hai! Kau yang ada di bawahkota, siapa namamu" Beraninya kau datang ke mari menyerang Ki-pai-koan. Jika kau tahu diri, lekas tarik mundur angkatan perangmu sebelum aku lumatkan tubuhmu!" kata panglima penjagakota.
"Aku panglima besar negeri Cin! Namaku Ong Cian, lekas buka pintu dan menyerah!" kata Ong Cian.
Buru-buru panglima itu menemui Giam Kiat.
"Jenderal, di luar Ong Cian dari negeri Cin menantang perang! Kami menunggu perintahmu, Jenderal!" kata panglima itu.
"Aku bertanya pada kalian," kata Giam Kiat pada semua panglimanya. "Siapa di antara kalian yang berani melawan Ong Cian?"
"Hamba siap menghadapinmya!" kata Ho Kai Kie.
"Kau bawa 1000 tentara dan lawan dia! Tapi kau harus berhati-hati!" kata Giam Kiat.
"Baik, Jenderal!" kata Ho Kai Kie.
"Hamba ikut bersamanya!" kata seorang panglima sebelum Ho Kai Kie berangkat.
"Siapa namamu?" tanya Giam Kiat.
"Hamba Ong Kwie!" jawab panglima itu.
Giam Kiat memperhatikan Ong Kwie. Dia baru berumur 22 tahun, gagah, berani, berbadan tegap, tingginya enam kaki.
"Jika kau mau ikut, baiklah. Tapi ingat hati-hati!" kata Giam Kiat.
Mereka berdua segera bersiap dengan membawa pasukan berkuda sebanyak 1000 orang. Kemudian mereka minta dibukakan pintukota. Begitu pintukotaterbuka, mereka langsung keluar dan maju menghadapi musuh, sedang pintukotasegera ditutup kembali.
Sampai di luar, Ho Kai Kie dan Ong Kwie memandang ke arah barisan musuh. Dia kagum pasukan Cin berbaris dengan rapi.
Begitu berhadapan, Hoa Kai Kie memperhatikan Ong Cian yang mengenakan baju Cian-ka dan membawa tombak bernama Thio-pat-shia-bouw-cio.
"Tampaknya panglima ini gagah sekali, aku harus berhati-hati," pikir Ho Kai Kie.
Dia majukan kudanya ke hadapan Ong Cian.
"Hai panglima Cin, siapa namamu karena golokku tak pernah membunuh panglima tanpa nama!" kata Ho Kai Kie.
"Hai bangsat negeri Tio!" teriak Ong Cian marah sekali. "Dengar baik-baik, aku ini panglima Cin bernama Ong Cian! Jika kau sudah tahu siapa nama dan kegagahanku. Lekas kau turun dari kudamu dan menyerah!"
Mendengar hinaan itu dengan tak banyak bicara lagi, Ho Kai Kie mencambuk kudanya supaya maju. Lalu dia angkat golok panjangnya dan langsung menyerang ke arah kepala Ong Cian.
Melihat serangan yang begitu mendadak, Ong Cian segera menangkis dengan tombaknya. Tak lama pertarungan hebat pun berlangsung. Serang-menyerang dan saling mengintai kelemahan masing-masing pun terjadi.
Baru beberapa puluh jurus, tampak Ho Kai Kie mulai terdesak. Ong Cian kiranya bukan lawan yang seimbang. Mengetahui lawannya terdesak, Ong Cian makin bernafsu.
Dia serang Ho Kai Kie dengan hebat. Saat Ho Kai Kie agak lengah, tombak Ong Cian berhasil menikam perut Ho Kai Kie. Tak lama tubuh Ho Kai Kie terjungkal dari kudanya dan tewas!
Ketika Ong Cian mendatangi ke arah tubuh Ho Kai Kie dan akan memotong kepala lawannya. Tiba-tiba terdengar teriakan orang di sebelahnya.
"Tunggu!" teriak orang itu..
Ong Cian menoleh. Dia lihat dari barisan musuh muncul seorang anak muda yang tampak gagah. Dia membawa golok Kim-pwe-to. Dia duduk di atas kudanya dengan gagah dan siap menyerang.
"Hai panglima Cin! Segera kau turun dari kudamu! Jika tidak golokku akan memotong tubuhmu jadi dua!" kata panglima itu.
"Anak muda! Siapa namamu" Jika kau tak mau seperti temanmu, lekas turun dan menyerah!" kata Ong Cian.
"Dengar baik-baik, namaku Ong Kwie. Aku datang untuk membalaskan kematian Ho Ciang-kun!" kata Ong Kwie.
Sesudah itu Ong Kwie mengangkat goloknya dan langsung menyerang Ong Cian.
Tak lama pertarungan hebat segera berlangsung, mereka saling serang. Dengan gagah Ong Kwie maju terus dan tak kenal takut. Sesekali dia tampak menyabetkan goleknya ke arah bagian-bagian vital tubuh Ong Cian. Sesudah berperang selama 50 jurus, Ong Cian mulai terkagum-kagum oleh kegagahan Ong Kwie ini.
"Ah, jika saja panglima muda ini bisa ditarik ke pihak Cin.... Sungguh beruntung negeri Cin. Aku yakin kami bisa menyatukan dan menaklukkan seluruh raja muda di negeri ini!" pikir Ong Cian.
Saat Ong Cian berpikir dan dia agak lengah, Ong Kwie mendesak dengan goloknya. Hampir saja Ong Cian celaka. Kembali mereka bertarung, tanpa terasa mereka telah bertarung sebanyak 100 jurus.Tapi tampaknya Ong Kwie jadi bertambah kuat saja. Ini membuat Ong Cian jadi kelelahan.
"Ah, sebaiknya aku tak melawan dia dengan kekuatan tenaga, tapi harus pakai akal," pikir Ong Cian.
Sesudah bertarung lagi beberapa saat dia serang Ong Kwie, saat Ong Kwie mengelak dari serangannya, Ong Cian mencambuk kudanya lalu kabur. Melihat musuh kabur Ong Kwie tak senang, dia juga mencambuk kudanya lalu mengejar.
"Hai bangsat Cin jangan lari, ke mana pun kau lari pasti akan kukejar. Sekalipun kau bisa terbang, akan terus kukejar!" teriak Ong Kwie.
Sambil kabur, Ong Cian berpikir keras.
"Jika kupanah dia sampai mati, sungguh sayang! Lebih baik aku bujuk dia supaya dia mau menyarah pada negeri Cin. Jika tak mau takluk, apa boleh buat!" pikir Ong Cian.
Tiba-tiba Ong Cian menahan lari kudanya. Tak lama Ong Kwie pun sampai. Begitu sampai Ong Kwie langsung mengayunkan goloknya menyerang kepala Ong Cian. Untung Ong Cian sudah siap dengan tombaknya. Dia tangkis serangan Ong Kwie itu.
"Hai, anak muda! Bukan aku takut padamu makanya aku lari, tapi karena aku kagum oleh kegagahanmu, Nak!" kata Ong Cian. "Aku tak ingin mencelakakan kau, maka itu aku ingin menyarankan agar kau takluk pada raja kami. Dengan demikian nama baik dan kegagahanmu akan tetap termasyur dan dikenang sepanjang masa...."
"Tutup mulutmu! Jangan membujukku jadi penghianat! Aku datang untuk mengambil kepalamu!" teriak Ong Kwie dengan garang.
Kembali Ong Kwie menyerang dengan goloknya, lagi-lagi serangan itu ditujukkan ke arah kepala lawannya. Ong Cian kembali hanya menangkis serangan itu dengan tombaknya. Sesudah bertarung lagi selama 20 jurus, Ong Cian kembali kewalahan. Buru-buru Ong Cian mencambuk kudanya lalu kabur, tapi Ong Kwie tetap memburunya dari belakang.
Saat sudah dekat Ong Cian mau menghabisi nyawa Ong Kwie dengan senjata rahasia; tapi sungguh sial.... kuda Ong Kwie tersandung, hingga Ong Kwie terpelanting jatuh dari atas kudanya. Saat Ong Cian melihat musuhnya jatuh, dia girang. Buru-buru dia larikan kudanya ke arah Ong Kwie yang tak berdaya. Tombak Ong Cian sekarang sudah menempel di lehernya!
"Siauw-ciang-kun, bangunlah. Kau lawan lagi aku!" tantang Ong Cian.
Ong Kwie merasa malu dan kagum pada Ong Cian yang menyilakan dia bangun untuk kembali bertarung.
"Ciang-kun, aku menyerah saja!" kata Ong Kwie tiba-tiba.
Bukan main senangnya Ong Cian mendengar ucapan Ong Kwie yang tulus itu. Lalu Ong Cian mengajak Ong Kwie kembali ke markas Cin.
Sesudah sampai di markas Cin, mereka segera menghadap pada Ciang Ham.
"Hamba telah memenangkan peperangan ini dan berhasil membunuh Ho Kai Kie. Tak hanya itu, hamba juga membawa seorang panglima muda yang gagah berani. " kata Ong Cian.
Ciang Ham girang. Lalu dia meminta agar Ong Kwie mau bekerja di bawah perintah Raja Cin.
"Hamba bersedia!" kata Ong Kwie.
Mereka lalu bersama-sama menghadap pada Cin Si Ong. Sesudah Ong Cian melapor, dia memperkenalkan Ong Kwie pada Cin Si Ong.
"Bagus! Sekarang kekuatan kita jadi bertambah." kataCin Si Ong.
Suling Emas Dan Naga Siluman 18 Sepasang Pedang Pusaka Matahari Dan Rembulan Karya Aminus, B_man, Kucink Seruling Perak Sepasang Walet 11

Cari Blog Ini